61698407 BAB II Fetal Distress
-
Upload
zazu-setyas -
Category
Documents
-
view
27 -
download
0
description
Transcript of 61698407 BAB II Fetal Distress
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
Fetal Distress
1. Definisi
Fetal distress adalah adanya suatu kelainan pada fetus akibat gangguan oksigenasi
dan atau nutrisi yang bisa bersifat akut (prolaps tali pusat), sub akut (kontraksi uterus
yang terlalu kuat), atau kronik (plasenta insufisiensi) (Bisher and Mackay, 1986).
2. EtiologiPenyebab dari fetal distress diantaranya :
a. Ibu : hipotensi atau syok yang disebabkan oleh apapun, penyakit
kardiovaskuler, anemia, penyakit pernafasan, malnutrisi, asidosis
dan dehidrasi.
b. Uterus : kontraksi uterus yang telalu kuat atau terlalu lama,
degenerasi vaskuler.
c. Plasenta : degenerasi vaskuler, hipoplasi plasenta.
d. Tali pusat : kompresi tali pusat.
e. Fetus : infeksi, malformasi dan lain-lain.
2. Pembagian gawat janin
a. Gawat janin sebelum persalinan
Gawat janin sebelum persalinan biasanya merupakan gawat janin yang
bersifat kronik berkaitan dengan fungsi plasenta yang menurun atau bayi sendiri yang
sakit (Hariadi, 2004).
1. Data subyektif dan obyektif
Gerakan janin menurun. Pasien mengalami kegagalan dalam pertambahan
berat badan dan uterus tidak bertambah besar. Uterus yang lebih kecil daripada
umur kehamilan yang diperkirakan memberi kesan retardasi pertumbuhan
intrauterin atau oligohidramnion. Riwayat dari satu atau lebih faktor-faktor resiko
tinggi, masalah-masalah obstetri, persalinan prematur atau lahir mati dapat
memberikan kesan suatu peningkatan resiko gawat janin.
2. Faktor predisposisi
Faktor-faktor resiko tinggi meliputi penyakit hipertensi, diabetes mellitus,
penyakit jantung, postmaturitas, malnutrisi ibu, anemia, dan lain-lain.
3. Data diagnostik tambahan
Pemantauan denyut jantung janin menyingkirkan gawat janin sepenjang
(a) denyut jantung dalam batas normal (b) akselerasi sesuai dengan gerakan janin
(c) tidak ada deselerasi lanjut dengan adanya kontraksi uterus.
Ultrasonografi : Pengukuran diameter biparietal secara seri dapat mengungkapkan
bukti dini dari retardasi pertumbuhan intrauterin. Gerakan pernafasan janin,
aktifitas janin dan volume cairan ketuban memberikan penilaian tambahan
kesekatan janin. Oligihidramnion memberi kesan anomali janin atau
retardasi pertumbuhan.
4. Penatalaksanaan
Keputusan harus didasarkan pada evaluasi kesehatan janin inutero dan
maturitas janin. Bila pasien khawatir mengenai gerakan janin yang menurun
pemantauan denyut jantung janin atau dimiringkan atau oksitosin challenge test
sering memberika ketenangan akan kesehatan janin. Jika janin imatur dan keadaan
insufisiensi plasenta kurang tegas, dinasehatkan untuk mengadakan observasi
tambahan. Sekali janin matur, kejadian insufisiensi plasenta biasanya berarti bahwa
kelahiran dianjurkan. Persalinan dapat diinduksi jika servik dan presentasi janin
menguntungkan. Selama induksi denyut jantung janin harus dipantau secara teliti.
Dilakukan sectio secaria jika terjadi gawat janin, sectio sesaria juga dipilih untuk
kelahiran presentasi bokong atau jika pasien pernah megalami operasi uterus
sebelumnya.
b. Gawat janin selama persalinan
Gawat janin selama persalinan menunjukkan hipoksia janin. Tanpa oksigen
yang adekuat, denyut jantung janin kehilangan variabilitas dasarnya dan
menunjukkan deselerasi lanjut pada kontraksi uterus. Bila hipoksia menetap,
glikolisis anaerob menghasilkan asam laktat dengan pH janin yang menurun.
1. Data subyektif dan obyektif
Gerakan janin yang menurun atau berlebihan menandakan gawat janin.
Tetapi biasanya tidak ada gejala-gejala subyektif. Seringkali indikator gawat janin
yang pertama adalah perubahan dalam pola denyut jantung janin (bradikardia,
takikardia, tidak adanya variabilitas, atau deselerasi lanjut).
Hipotensi pada ibu, suhu tubuh yang meningkat atau kontraksi uterus yang
hipertonik atau ketiganya secara keseluruhan dapat menyebabkan asfiksia janin.
2. Faktor-faktor etiologi
a. Insufisiensi uteroplasental akut
1. aktivitas uterus berlebihan.
2. hipotensi ibu.
3. solutio plasenta.
4. plasenta previa dengan pendarahan.
b. Insufisiensi uteroplasental kronik
1. penyakit hipertensi.
2. diabetes mellitus.
3. isoimunisasi Rh.
4. postmaturitas atau dismaturitas
c. Kompresi tali pusat
d. Anestesi blok paraservikal
3. Data diagnostik tambahan
Pe m an t auan denyut j an t ung j an i n : pencatatan denyut jantung janin yang segera
dan kontinu dalam hubungan dengan kontraksi uterus memberika suatu penilaian
kesehatan janin yang sangat membantu dalam persalinan.
Indikasi-indikasi kemungkinan gawat janin adalah:
1. bradikardi : denyut jantung janin kurang dari 120 kali
permenit.
2. takikardi : akselerasi denyut jantung janin yang memanjang
(> 160) dapat dihubungkan dengan demam pada ibu
sekunder terhadap terhadap infeksi intrauterin. Prematuritas
dan atropin juga dihubungkan dengan denyut jantung dasar
yang meningkat.
3. variabilitas: denyut jantung dasar yang menurun, yang
berarti depresi sistem saraf otonom janin oleh mediksi ibui
(atropin, skopolamin, diazepam, fenobarbital, magnesium
dan analgesik narkotik).
4. pola deselerasi: Deselerasi lanjut menunjukan hipoksia
janin yang disebabkan oleh insufisiensi uteroplasental.
Deselerasi yang bervariasi tidak berhubungan dengan
kontraksi uterus adalah lebih sering dan muncul untuk
menunjukan kompresi sementara waktu saja dari pembuluh
darah umbilikus. Peringatan tentang peningkatan hipoksia
janin adalah deselerasi lanjut, penurunan atau tiadanya
variabilitas, bradikardia yang menetap dan pola gelombang
sinus.
4. Penatalaksanaan
Prinsip-prinsip umum
a. bebaskan setiap kompresi tali pusat.
b. perbaiki aliran darah uteroplasental.
c. menilai apakah persalinan dapat berlangsung normal atau
terminasi kehamilan merupakan indikasi. Rencana
kelahiran didasarkan pada faktor-faktor etiologi, kondisi
janin, riwayat obstetri pasien, dan jalannya persalinan.
Langkah-langkah khusus :
a. posisi ibu diubah dari posisi terlentang menjadi miring,
sebagai usaha untuk memperbaiki aliran darah balik, curah
jantung, dan aliran darah uteroplasental. Perubahan dalam
posis juga dapat membebaskan kompresi tali pusat.
b. oksigen diberikan 6 liter/menit, sebagai usaha
meningkatkan penggantian oksigen fetomaternal.
c. oksitosin dihentikan karena kontraksi uterus akan
mengganggu sirkulasi darah keruang intervilli.
d. hipotensi dikoreksi dengan infus IV D5% dalam RL.
Transfusi darah dapat diindikasikan pada syok hemorragik.
e. pemeriksaan pervaginan menyingkirkan prolaps tali pusat
dan menentukan perjalana persalinan. Elevasi kepala janin
secara lembut dapat merupakan suatu prosedur yang
bermanfaat.
f. pengisapan mekoneum dari jalan nafasi bayi baru lahir
mengurangi resiko asfirasi mekoneum. Segera setelah
kepala bayi lahir, hidung dan mulut dibersikan dari
mekoneum dengan kateter penghisap. Segera setelah
kelahiran, pita suara harus dilihat dengan laringoskopi
langsung sebagai usaha untuk menyingkirkan mekoneum
dengan pipa endotrakeal (Melfiawati, 1994).