57 Struktur Komunitas Zooplankton Eko Prianto

11
Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010 739 STRUKTUR KOMUNITAS ZOOPLANKTON DI ESTUARIA PANTAI TIMUR SUMATERA Eko Prianto, Siswanta Kaban dan Solekha Aprianti Peneliti Pada Balai Riset Perikanan Perairan Umum (BRPPU) - Palembang Email: [email protected] ABSTRAK Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui sebaran dan kelimpahan zooplankton di estuaria pantai timur Sumatera. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2009 dengan menggunakan metode survei pada estuaria enam sungai besar (Musi, Batanghari, Indragiri, Kampar, Siak dan Rokan) pantai timur Sumatera. Pemilihan stasiun sampling dengan menggunakan purposive sampling. Contoh zooplankton diambil dengan menggunakan planktonet yang berukuran 25 μm. Pengambilan contoh dilakukan dengan menarik planktonet dengan menggunakan kapal selama 15 menit dengan 2 x ulangan. Parameter yang diukur meliputi kelimpahan, komposisi jenis, keragaman, keseragaman dan indeks dominasi zooplankton. Hasil analisa jumlah spesies zooplankton yang tertinggi dijumpai pada estuaria sungai Indragiri (8 jenis) dan terendah pada estuaria sungai Kampar (2 jenis). Indeks keanekaragaman berkisar antara 0.5-1.4. Indeks keseragaman memiliki nilai bervariasi yaitu 0.3-0.73. Nilai yang tertinggi dijumpai pada estuaria sungai Rokan (0.73) dan terendah pada estuaria sungai Musi (0.3). Selanjutnya untuk dominasi jenis, nilai yang terendah dijumpai pada estuaria sungai Indragiri (0.35) dan tertinggi pada estuaria sungai Musi (0.78). Kata Kunci : struktur komunitas, estuaria dan zooplankton PENDAHULUAN Pantai timur Sumatera memiliki 6 sungai besar yang mengalir mulai dari bagian hulu di bukit barisan hingga dataran rendah yang menghadap selat Malaka. Ke-enam sungai besar ini memiliki ekosistem estuaria dengan tipe yang hampir sama dengan yang lainnya. Walaupun sama namun kesuburan dan jenis zooplankton yang terdapat didalamnya akan berbeda. Hal ini dikarenakan aliran sungai antara satu dengan lainnya terpisah sehingga faktor fisik dan biologi yang mempengaruhinya berbeda-beda. Keenam etuaria tersebut berada pada wilayah yang berbeda antara lain sungai Musi di propinsi Sumatera Selatan, Batanghari di propinsi Jambi, Indragiri, Kampar, Siak dan Rokan di propinsi Riau. Berbeda dengan fitoplankton, zooplankton memiliki alat gerak yang sangat kecil sehingga pergerakannya sangat halus dan terbatas. Pergerakan zooplankton dalam perairan lebih banyak dipengaruhi oleh arus. Jenis dan kelimpahan zooplankton dapat berubah-ubah sesuai dengan kondisi lingkungan perairan. Jenis yang dapat beradaptasi dengan baik dengan lingkungannya akan mendominasi

description

struktur komunitas Zooplankton

Transcript of 57 Struktur Komunitas Zooplankton Eko Prianto

Page 1: 57 Struktur Komunitas Zooplankton Eko Prianto

Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010

739

STRUKTUR KOMUNITAS ZOOPLANKTON DI ESTUARIA PANTAI

TIMUR SUMATERA

Eko Prianto, Siswanta Kaban dan Solekha Aprianti

Peneliti Pada Balai Riset Perikanan Perairan Umum (BRPPU) - Palembang

Email: [email protected]

ABSTRAK

Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui sebaran dan kelimpahan zooplankton di

estuaria pantai timur Sumatera. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2009 dengan

menggunakan metode survei pada estuaria enam sungai besar (Musi, Batanghari, Indragiri,

Kampar, Siak dan Rokan) pantai timur Sumatera. Pemilihan stasiun sampling dengan

menggunakan purposive sampling. Contoh zooplankton diambil dengan menggunakan planktonet

yang berukuran 25 µm. Pengambilan contoh dilakukan dengan menarik planktonet dengan

menggunakan kapal selama 15 menit dengan 2 x ulangan. Parameter yang diukur meliputi

kelimpahan, komposisi jenis, keragaman, keseragaman dan indeks dominasi zooplankton. Hasil

analisa jumlah spesies zooplankton yang tertinggi dijumpai pada estuaria sungai Indragiri (8

jenis) dan terendah pada estuaria sungai Kampar (2 jenis). Indeks keanekaragaman berkisar

antara 0.5-1.4. Indeks keseragaman memiliki nilai bervariasi yaitu 0.3-0.73. Nilai yang tertinggi dijumpai pada estuaria sungai Rokan (0.73) dan terendah pada estuaria sungai Musi (0.3).

Selanjutnya untuk dominasi jenis, nilai yang terendah dijumpai pada estuaria sungai Indragiri

(0.35) dan tertinggi pada estuaria sungai Musi (0.78).

Kata Kunci : struktur komunitas, estuaria dan zooplankton

PENDAHULUAN

Pantai timur Sumatera memiliki 6 sungai besar yang mengalir mulai dari

bagian hulu di bukit barisan hingga dataran rendah yang menghadap selat Malaka.

Ke-enam sungai besar ini memiliki ekosistem estuaria dengan tipe yang hampir

sama dengan yang lainnya. Walaupun sama namun kesuburan dan jenis

zooplankton yang terdapat didalamnya akan berbeda. Hal ini dikarenakan aliran

sungai antara satu dengan lainnya terpisah sehingga faktor fisik dan biologi yang

mempengaruhinya berbeda-beda. Keenam etuaria tersebut berada pada wilayah

yang berbeda antara lain sungai Musi di propinsi Sumatera Selatan, Batanghari di

propinsi Jambi, Indragiri, Kampar, Siak dan Rokan di propinsi Riau.

Berbeda dengan fitoplankton, zooplankton memiliki alat gerak yang sangat

kecil sehingga pergerakannya sangat halus dan terbatas. Pergerakan zooplankton

dalam perairan lebih banyak dipengaruhi oleh arus. Jenis dan kelimpahan

zooplankton dapat berubah-ubah sesuai dengan kondisi lingkungan perairan. Jenis

yang dapat beradaptasi dengan baik dengan lingkungannya akan mendominasi

Page 2: 57 Struktur Komunitas Zooplankton Eko Prianto

Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010

740

wilayah tersebut. Dalam rantai makanan zooplankton memiliki peran penting

yaitu sebagai konsumer I, sehingga dalam kajian ekologi perairan keberadaan

zooplankton tidak dapat diabaikan (Prianto, 2008).

Peran zooplankton dalam perairan estuaria sangatlah besar dalam

mendukung kehidupan organisme perairan terutama ikan. Biasanya kelimpahan

sumberdaya ikan memiliki korelasi berbanding lurus terhadap kesuburan perairan

dan plankton (fitoplankton dan zooplankton). Dalam rantai makanan zooplankton

akan dimanfaatkan oleh larva ikan, udang dan crustacea lainnya sebagai sumber

makanan. Selanjutnya larva ikan dan udang akan dimakan oleh ikan yang lebih

besar dan seterusnya. Zooplankton merupakan jasad renik atau organisme air yang

memiliki peranan yang besar didalam rantai makanan. Dalam rantai makanan

zooplankton berperan sebagai konsumer ke-I yang memakan fitoplankton,

selanjutnya zooplankton ini dimakan oleh organisme lain yang lebih tinggi

tingkatannya seperti udang dan ikan (Soedarsono et al, 2002). Selanjutnya

Paterson (2007) menyatakan bahwa komunitas zooplankton didalam perairan

sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan. Perubahan pada struktur ekologi

(keragaman, kelimpahan, dominansi dan keseragaman) mengindikasikan bahwa

perairan tersebut telah mendapat gangguan atau terjadi perubahan-perubahan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur komunitas zooplankton

di enam estuaria pantai timur Sumatera. Data dan informasi tentang struktur

komunitas (keanekaragaman, kelimpahan, dominasi dan keseragaman)

zooplankton di enam estuaria pantai timur Sumatera ini berfungsi sebagai bahan

pengelolaan sumberdaya ikan di pantai timur Sumatera.

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2009 di enam estuaria pantai

timur Sumatera yang meliputi Sungai Musi, Batanghari, Indragiri, Kampar, Siak

dan Rokan. Jumlah stasiun pengambilan contoh sebanyak 12 titik, dimana masing-

masing sungai terdapat 2 titik sampling (Gambar 1).

Page 3: 57 Struktur Komunitas Zooplankton Eko Prianto

Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010

741

Gambar 1. Lokasi pengambilan contoh

Contoh zooplankton diambil dengan menggunakan planktonet yang

berukuran 25 µm. Pengambilan contoh dilakukan dengan menarik planktonet

dengan menggunakan kapal selama 15 menit dengan 2 x ulangan. Jumlah contoh

air yang diambil sebanyak 500 ml dan selanjutnya diawetkan dengan

menggunakan formalin 10 %. Contoh selanjutnya diamati di Laboratorium

Hidrobiologi Balai Riset Perikanan Perairan Umum (BRPPU). Selanjutnya contoh

zooplankton diidentifikasi dengan menggunakan buku Needham & Needham

(1964) dan Hutabarat & Evans (1985).

Data zooplankton dianalisa dengan menggunakan rumus APHA untuk

diketahui kelimpahannya sedangkan keanekaragaman jenisnya dianalisis dengan

indeks Shannon-Wiener. Selengkapnya formula untuk analisa data zooplankton

akan disajikan dibawah ini.

1. Kelimpahan

Perhitungan jumlah plankton dengan menggunakan rumus APHA,

AWWA, WPOF (2005) yang telah disederhanakan menjadi:

w

VxPN

25,0

100 ........................................................ (1)

Page 4: 57 Struktur Komunitas Zooplankton Eko Prianto

Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010

742

Dimana :

P = Jumlah lapang pandang yang diamati

V = Volume contoh plankton yang tersaring (ml)

= 3,14 W = Volume sample plankton yang diambil (lt)

2. Keanekaragaman Jenis

s

i

piLogpiH1

2 ............................................................... (2)

dimana : H = Indeks Keragaman Jenis S = Banyaknya jenis (taxa)

pi = Proporsi individu dari jenis ke-i terhadap jumlah ind. Semua

jenis

ni = Banyaknya individu/jenis (taxa)

N = Total individu semua jenis

3. Keseragaman

Perhitungan keseragaman dilakukan dengan menggunakan rumus :

max

'

H

HJ ........................................................................ (3)

dimana : J = Keseragaman jenis

H max = ln S

S = Jumlah jenis

Selanjutnya Odum (1993) menegaskan indeks keseragaman merupakan

angka yang tidak bersatuan yang besarnya antara 0-1. Semakin kecil indeks

keseragamannya berarti penyebaran individu setiap jenis atau genera semakin

merata dan tidak ada spesies yang mendominasi, begitu pula sebaliknya.

4. Indeks dominansi (D) :

%1002

2

xN

niD ………………………………………. (4)

dimana :

D = Indeks Dominansi ni = jumlah individu jenis ke-i

N = Jumlah total individu

Page 5: 57 Struktur Komunitas Zooplankton Eko Prianto

Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010

743

Dengan kriteria (Odum, 1993) sebagai berikut : D mendekati 0 tidak ada

jenis yang mendominansi dan D mendekati 1 terdapat jenis yang mendominansi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Jumlah Jenis

Jumlah jenis zooplankton di estuaria pantai timur Sumatera sebanyak 12

jenis, dengan jumlah jenis yang tertinggi ditemukan di stasiun sungai Indragiri (8

jenis) dan terendah sungai Kampar (2 jenis). Rendahnya jumlah jenis zooplankton

ke-enam estuaria ini diduga karena pengaruh kekeruhan yang sangat tinggi dan

fluktuasi perubahan salinitas yang besar. Akibatnya hanya jenis tertentu yang

mampu beadaptasi dengan kekeruhan yang tinggi dan perubahan salinitas yang

mampu hidup dan berkembang di tempat ini. Menurut Dianthani (2003) jumlah

spesies pada wilayah hilir (termasuk estuaria) pada umumnya jauh lebih sedikit

daripada yang mendiami habitat air tawar atau air laut di dekatnya. Hal ini antara

lain karena ketidakmampuan organisme air tawar mentolerir kenaikan salinitas

dan organisme air laut mentolerir penurunan salinitas.

Nybakken (1992) menyatakan perairan muara memiliki ciri

berfluktuasinya salinitas, yang akan tampak pada saat tertentu, bervariasi

bergantung pada musim, topografi muara, pasang surut dan jumlah air tawar. Ciri

lain, substrat berlumpur, yang sering kali sangat lunak, berasal dari sedimen yang

dibawa ke dalam muara oleh air laut maupun air tawar. Juga suhu lebih bervariasi

daripada di perairan didekatnya karena volume air lebih kecil sedangkan luas

permukaan lebih besar, dengan demikian pada kondisi atmosfer yang ada, air

wilayah hilir ini lebih cepat dingin dan lebih cepat panas. Kekeruhan juga menjadi

ciri perairan ini, dimana kekeruhan tertinggi terjadi saat aliran sungai maksimum.

Kondisi perairan muara mempengaruhi jumlah spesies zooplankton yang

mendiami sistem muara.

Page 6: 57 Struktur Komunitas Zooplankton Eko Prianto

Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010

744

5

4

8

2

5

4

Musi Batanghari Indragiri Kampar Siak Rokan

Gambar 2. Jumlah jenis zooplankton di estuaria enam sungai pantai timur Sumatera.

Kelimpahan

Kelimpahan zooplankton di estuaria pantai timur Sumatera berkisar antara

1.32 x 103-4.63 x 10

3 ind/m3, dengan jumlah yang tertinggi ditemukan di estuaria

sungai Musi dan terendah di sungai Kampar (Tabel 1). Kelimpahan zooplankton

masing-masing stasiun penelitian berbeda-beda hal ini sangat erat hubungannya

dengan kondisi perairan dan kesuburan perairan masing-masing stasiun.

Kesuburan perairan dapat berasal dari sekitar perairan atau dari luar perairan.

Kesuburan perairan estuaria disebabkan karena tingginya sedimentasi bahan

organik yang berasal dari hulu sungai yang dibawa arus ke bagian hilir. Walaupun

sebagian besar estuaria memiliki kesuburan yang tinggi namun tidak berarti

kelimpahan zooplankton akan tinggi, masih ada faktor lain yang

mempengaruhinya antara cahaya dan kualitas perairan.

Kelimpahan zooplankton di perairan dipengaruhi oleh faktor fisika, kimia

dan biologi perairan diantaranya: faktor fisika (suhu, kecerahan, kedalaman, arus)

sedangkan faktor kimia (oksigen terlarut, karbondioksida, pH, salinitas dan

nutrien). Sedangkan faktor biologi yaitu adanya organisme perairan yang

memakan zooplankton (Raymond, 1963).

Page 7: 57 Struktur Komunitas Zooplankton Eko Prianto

Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010

745

Tabel 1. Kelimpahan zooplankton pada masing-masing stasiun (Ind.m-3)

No. Stasiun Kelimpahan (ind/m3)

1. Musi 4,63 x 103

2. Batanghari 2,52 x 103

3. Indragiri 2,22 x 103

4. Kampar 1,32 x 103

5. Siak 2,52 x 103

6. Rokan 1,98 x 103

Keanekaragaman Jenis

Hasil analisa zooplankton diperoleh nilai indeks keanekaragaman di pantai

timur Sumatera berkisar 0,5-1,4. Nilai tertinggi ditemukan pada estuaria sungai

Indragiri (1,4) dan terendah di sungai Kampar dan Musi (0.5) (Gambar 3).

Menurut Wilh & Dorris (1966) dalam Siagian et al (1996) bahwa jika nilai H‘ > 3

berarti sebaran individu tinggi atau keragaman tinggi berarti lingkungan tersebut

belum mengalami gangguan (tekanan) atau struktur organisme yang ada berada

dalam keadaan baik. Jika nilai H‘ antara 1-3 berarti sebaran individu sedang atau

keragaman sedang berarti lingkungan telah mengalami gangguan (tekanan) yang

agak jelek. Sebaliknya jika H‘ < 1 berarti sebaran individu rendah atau keragaman

rendah berarti lingkungan tersebut telah mengalami gangguan (tekanan) atau

struktur organisme yang ada berada dalam keadaan jelek.

0.5

0.9

1.4

0.5

1 1

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

1.4

Kean

ekara

gam

an

Hayati

Musi Batanghari Indragiri Kampar Siak Rokan

Lokasi Penelitian

Gambar 3. Indek keanekaragaman zooplankton di estuaria pantai timur Sumatera.

Page 8: 57 Struktur Komunitas Zooplankton Eko Prianto

Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010

746

Dengan mengacu pada nilai indeks di atas terlihat bahwa perairan ini

cenderung tidak stabil karena rendahnya keanekaragaman. Tingginya

keanekaragaman menunjukkan suatu ekosistem yang seimbang dan memberikan

peranan yang besar untuk menjaga keseimbangan terhadap kejadian yang merusak

ekosistem dan spesies yang dominan dalam suatu komunitas memperlihatkan

kekuatan spesies itu dibandingkan spesies lain (Clark (1974); Krebs (1972); Arsil

(1999) dalam Dianthani (2003). Ekosistem yang tidak seimbang akan

mempengaruhi pakan alami sehingga jika pakan alami tidak tersedia maka

kelangsungan hidup larva organisme akan terancam. Sedangkan menurut Wetzel

(2001) dalam Sulastri et al (2004) bahwa keragaman zooplankton diperairan

tropis umumnya lebih rendah dari dibandingkan dengan daerah beriklim sedang.

Dominansi

Indek dominansi zooplankton di lokasi penelitian berkisar antara 0.35-

0.78, dimana nilai yang terendah dijumpai pada sungai Indragiri dan tertinggi

sungai Musi (Gambar 4). Berdasarkan data diatas dapat ditelaah bahwa estuaria di

pantai timur Sumatera tidak terdapat jenis yang mendominasi perairan. Untuk

perairan sungai Musi memiliki nilai indek dominansi tertinggi, hal ini disebabkan

pada perairan ini jenis terdapat jenis zooplankton yang melimpah yaitu

Heliodiaptomus sp. Kelimpahan Heliodiaptomus sp yang tinggi tidak hanya di

sungai Musi saja namun juga di lima sungai lainnya. Jika dilihat dari karakteristik

estuaria yang hampir sama Heliodiaptomus sp menyukai tempat yang memiliki

kesuburan bahan organik yang tinggi.

Hilangnya jenis yang dominan menurut Odum (1993) akan menimbulkan

perubahan-perubahan yang penting tidak hanya dalam komunitas biotiknya sendiri

tetapi juga dalam lingkungan fisiknya. Adanya dominansi jenis zooplankton dapat

diindikasikan perairan tersebut sudah tercemar atau kurang subur sehingga hanya

jenis tertentu saja yang mampu beradaptasi yang dapat hidup. Dominansi jenis

suatu organisme merupakan salah satu indikator yang digunakan dalam menilai

kualitas suatu lingkungan.

Page 9: 57 Struktur Komunitas Zooplankton Eko Prianto

Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010

747

0.78

0.54

0.35

0.7

0.470.44

0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

0.8

Ind

ek D

om

inan

si

Musi Batanghari Indragiri Kampar Siak Rokan

Lokasi Penelitian

Gambar 4. Nilai indeks dominansi menurut lokasi penelitian

Keseragaman

Berdasarkan analisa keseragaman zooplankton dapat dilihat sungai Rokan

memiliki nilai yang tertinggi (0.73) dan sungai Musi memiliki nilai yang terendah

(Gambar 5). Secara umum nilai indek keseragaman < 1 berarti penyebaran

individu setiap jenis baik dan tidak jenis yang mendominasi masing-masing

perairan. Krebs (1978) dalam Soedarsono et al. (2002) menyatakan nilai

keseragaman merupakan perbandingan antara nilai keanekaragaman suatu genera

dengan keanekaragaman maksimum dalam suatu komunitas.

0.3

0.630.67 0.68

0.62

0.73

0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

0.8

Ind

ek K

esera

gam

an

Musi Batanghari Indragiri Kampar Siak Rokan

Lokasi Penelitian

Gambar 5. Keseragaman zooplankton pada masing-masing lokasi penelitian

Page 10: 57 Struktur Komunitas Zooplankton Eko Prianto

Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010

748

DAFTAR PUSTAKA

American Public Health Association (APHA). 2005. Standard Methods For the

Examination of Water and Waste Water. 21th edition. American Public

Health Association, Washington DC.

Dianthani, D. 2003. Identifikasi Jenis Plankton Di Perairan Muara Badak,

Kalimantan Timur. Makalah Falsafah Sains Program Pasca Sarjana.

Institut Pertanian Bogor.

Hutabarat, S. Dan S. M. Evans. 1985. Kunci Identifikasi Zooplankton. Direktorat

Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Needham, J. G. and P. R. Needham. 1964. A Guide To The Study of Fresh Water

Biology. Fifth Edition, Revised and Enlarged. Holder-day Inc, San

Fransisco.

Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut. Suatu Pendekatan Ekologis. Penerbit PT.

Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 459 hal.

Odum, E.P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Gadjah Mada University

Press. Yogyakarta: xv+697 hlm.

Paterson, M. 1998. Ecological Monitoring And Assessment Network (Eman)

Protocols For Measuring Biodiversity: Zooplankton In Fresh Waters.

Department Of Fisheries And Oceans Freshwater Institute 501 University

Crescent Winnipeg, Manitoba.

Prianto, E, Husnah dan S. N. Aida. 2008. Inventarisasi Jenis dan Struktur Ekologi

Zooplankton di Sungai Musi Bagian Hilir Sumatera Selatan. Jurnal

Penelitian dan Perikanan Indonesia Vol. 14. No.3 September 2008 Pusat

Riset Perikanan Tangkap. Jakarta.

Soedarsono, P, Subiyanto, Niniek, W, Sahala, H. 2002. Petunjuk Praktikum

Planktonologi. Jurusan Perikanan Fakultas Perikanan Universitas

Diponegoro. Semarang.

Siagian, M. Saberina, Hs, Asmika, H. 1996. Penuntun Praktikum Ekologi

Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau.

Pekanbaru. 109 hal.

Sulastri, 2004. Pengembangan Sistem Konservasi Biota Muara Untuk

Pemanfaatan Secara Lestari Sumberdaya Pesisir dan Laut. Pusat Penelitian

Limnologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 70 hal.

Page 11: 57 Struktur Komunitas Zooplankton Eko Prianto

Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010

749

CATATAN

1. Judul artikel sebaiknya ―kemelimpahan zooplankton‖, bukan ―struktur

komunitas‖, karena dalam struktur komunitas terdapat atau membahas

tingkatan umur sertarelung-relung ekologis dari masing-masing penyusun

komunitas tersebut.

2. Perlu ditampilkan jenis-jenis zooplankton yang ditemukan di daerah

kajian.