56640864-LP-PPOK

51
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PPOK OLEH : D. A EKA PUTRI ARDARSINI (0802105056)

description

ppok

Transcript of 56640864-LP-PPOK

Page 1: 56640864-LP-PPOK

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

PPOK

OLEH :

D. A EKA PUTRI ARDARSINI (0802105056)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

2010

Page 2: 56640864-LP-PPOK

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN PPOK

A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. Definisi

PPOK adalah klasifikasi luas dari gangguan yang mencakup bronkitis kronis,

bronkiektasis, emfisema dan asma. (Bruner & Suddarth, 2002)

PPOK merupakan kondisi ireversibel yang berkaitan dengan dispnea saat aktivitas

dan penurunan aliran masuk dan keluar udara paru-paru.

Penyakit Paru Obstruktif Kronis /PPOK (Chronic Obstructive Pulmonary

Disease/COPD) adalah suatu penyumbatan menetap pada saluran pernafasan yang

disebabkan oleh emfisema atau bronkitis kronis.

Bronkitis kronis didefinisikan sebagai adanya batuk produktif yang berlangsung 3

bulan dalam satu tahun selama 2 tahun berturut-turut. (Bruner & Suddarth, 2002)

Emfisema didefinisikan sebagai suatu distensi abnormal ruang udara diluar

bronkiolus terminal dengan kerusakan dinding alveoli. (Bruner & Suddarth, 2002)

2. Epidemiologi

PPOK lebih sering menyerang laki-laki dan sering berakibat fatal.

PPOK juga lebih sering terjadi pada suatu keluarga, sehingga diduga ada faktor

yang diturunkan.

Bekerja di lingkungan yang tercemar oleh asap kimia atau debu yang tidak

berbahaya, bisa meningkatkan resiko terjadinya PPOK. Tetapi kebiasaan merokok

pengaruhnya lebih besar dibandingkan dengan pekerjaan seseorang, dimana sekitar

10-15% perokok menderita PPOK.

Penyakit PPOK merupakan penyebab kematian kelima terbesar di Amerika Serikat.

Penyakit ini menyerang lebih dari 25% populasi dewasa.

3. Penyebab/faktor Prediposisi

PPOK disebabkan oleh factor lingkungan dan gaya hidup, yang sebagian besar bisa

dicegah. Merokok diperkirakan menjadi penyebab timbulnya 80-90% kasus PPOK.

Faktor resiko lainnya termasuk keadaan social-ekonomi dan status pekerjaaan yang

Page 3: 56640864-LP-PPOK

rendah, kondisi lingkungsn yang buruk karena dekat lokasi pertambangan, perokok

pasif, atau terkena polusi udara dan konsumsi alcohol yang berlebihan. Laki-laki

dengan usia antara 30 hingga 40 tahun paling banyak menderita PPOK.

4. Patologi/Patofisiologi Terjadinya Penyakit

Patofisiologi PPOK adalah sangat komplek dan komprehensif sehingga

mempengaruhi semua sistem tubuh yang artinya sama juga dengan mempengaruhi

gaya hidup manusia. Dalam prosesnya, penyakit ini bisa menimbulkan kerusakan

pada alveolar sehingga bisa mengubah fisiologi pernafasan, kemudian

mempengaruhi oksigenasi tubuh secara keseluruhan.

Patofisiologi Bronkitis Kronik

Asap mengiritasi jalan nafas mengakibatkan hipersekresi lendir dan inflamasi.

Karena iritasi yang konstan ini, kelenjar-kelenjar yang mensekresi lendir dan sel-sel

goblet meningkat jumlahnya, fungsi silia menurun dan lebih banyak lendir yang

dihasilkan. Sebagai akibat bronkiolus dapat menjadi menyempit dan tersumbat.

Alveoli yang berdekatan dengan bronkiolus dapat menjadi rusak dan membentuk

fibrosis, mengakibatkan perubahan fungsi makrofag alveolar yang berperan penting

dalam menghancurkan partikel asing termasuk bakteri. Pasien kemudian menjadi

lebih rentan terhadap infeksi pernapasan. Penyempitan bronkial lebih lanjut terjadi

sebagai akibat perubahan fibrotik yang terjadi dalam jalan napas. Pada waktunya

mungkin terjadi perubahan paru yang ireversibel, kemungkinan mengakibatkan

emfisema dan bronkiektasis.

Patofisiologi Emfisema

Pada emfisema beberapa faktor penyebab obstruksi jalan napas yaitu : inflamasi dan

pembengkakan bronki; produksi lendir yang berlebihan; kehilangan rekoil elastik

jalan napas; dan kolaps bronkiolus serta redistribusi udara ke alveoli yang

berfungsi.

Karena dinding alveoli mengalami kerusakan, area permukaan alveolar yang kontak

langsung dengan kapiler paru secara kontinu berkurang, menyebabkan peningkatan

Page 4: 56640864-LP-PPOK

ruang rugi (area paru dimana tidak ada pertukaran gas yang dapat terjadi) dan

mengakibatkan kerusakan difusi oksigen. Kerusakan difusi oksigen mengakibatkan

hipoksemia. Pada tahap akhir penyakit, eliminasi karbondioksida mengalami

kerusakan, mengakibatkan peningkatan tekanan karbondioksida dalam darah arteri

(hiperkapnia) dan menyebabkan asidosis respiratorius.

Karena dinding alveolar terus mengalami kerusakan, jaring-jaring kapiler pulmonal

berkurang. Aliran darah pulmonal meningkat dan ventrikel kanan dipaksa untuk

mempertahankan tekanan darah yang tinggi dalam arteri pulmonal. Dengan

demikian, gagal jantung sebelah kanan (cor pulmonal) adalah salah satu

komplikasai emfisema. Terdapatnya kongesti, edema tungkai, distensi vena leher

atau nyeri pada region hepar menandakan terjadinya gagal jantung.

Sekresi meningkat dan tertahan menyebabkan individu tidak mampu untuk

membangkitkan batuk yang kuat untuk mengeluarkan sekresi. Infeksi akut dan

kronis dengan demikian menetap dalam paru yang mengalami emfisema

memperberat masalah.

Individu dengan emfisema mengalami obstruksi kronik ke aliran masuk dan aliran

keluar udara dari paru. Paru-paru dalam keadaan heperekspansi kronik. Untuk

mengalirkan udara kedalam dan keluar paru-paru, dibutuhkan tekanan negatif

selama inspirasi dan tekanan positif dalam tingkat yang adekuat harus dicapai dan

dipertahankan selama ekspirasi. Posisi selebihnya adalah salah satu inflasi.

Daripada menjalani aksi pasif involunter, ekspirasi menjadi aktif dan membutuhkan

upaya otot-otot. Sesak napas pasien terus meningkat, dada menjadi kaku, dan iga-

iga terfiksaksi pada persendiannya. Dada seperti tong (barrel chest) pada banyak

pasien ini terjadi akibat kehilangan elastisitas paru karena adanya kecenderungan

yang berkelanjutan pada dinding dada untuk mengembang.

5. Gejala Klinis

Gejala-gejala awal dari PPOK, yang bisa muncul setelah 5-10 tahun merokok,

adalah batuk dan adanya lendir. Batuk biasanya ringan dan sering disalah-artikan

sebagai batuk normal perokok, walaupun sebetulnya tidak normal.

Page 5: 56640864-LP-PPOK

Sering terjadi nyeri kepala dan pilek. Selama pilek, dahak menjadi kuning atau

hijau karena adanya nanah. Lama-lama gejala tersebut akan semakin sering

dirasakan. Bisa juga disertai mengi/bengek.

Pada umur sekitar 60 tahun, sering timbul sesak nafas waktu bekerja dan bertambah

parah secara perlahan. Akhirnya sesak nafas akan dirasakan pada saat melakukan

kegiatan rutin sehari-hari, seperti di kamar mandi, mencuci baju, berpakaian dan

menyiapkan makanan. Sepertiga penderita mengalami penurunan berat badan,

karena setelah selesai makan mereka sering mengalami sesak yang berat sehingga

penderita menjadi malas makan.

Pembengkakan pada kaki sering terjadi karena adanya gagal jantung.

Pada stadium akhir dari penyakit, sesak nafas yang berat timbul bahkan pada saat

istirahat, yang merupakan petunjuk adanya kegagalan pernafasan akut.

Perkembangan gejala-gejala yang merupakan ciri-ciri dari PPOK adalah malfungsi

kronis pada system pernafasan yang manifestasi awalnya adalah ditandai dengan

batuk-batuk dan produksi dahak khususnya yang menjadi di saat pagi hari. Nafas

pendek sedang yang berkembang menjadi nafas pendek akut. Batuk dan produksi

dahak (pada batuk yang dialami perokok) memburuk menjadi batuk persisten yang

disertai dengan produksi dahak yang semakin banyak. Biasanya, pasien akan sering

mengalami infeksi pernafasan dan kehilangan berat badan yang cukup drastis,

sehingga pada akhirnya pasien tersebut tidak akan mampu secara maksimal

melaksanakan tugas-tugas rumah tangga atau yang menyangkut tanggung jawab

pekerjaannya. Pasien mudah sekali merasa lelah dan secara fisik banyak yang tidak

mampu melakukan kegiatan sehari-hari. Selain itu, pasien PPOK banyak yang

mengalami penurunan berat badan yang cukup drastis sebagai akibat dari hilangnya

nafsu makan karena produksi dahak yang makin melimpah, penurunan daya

kekuatan tubuh, kehilangan selera makan, penurunan kemampuan pencernaan

sekunder karena tidak cukup oksigenasi sel dalam system gastrointestinal. Pasien

PPOK, lebih membutuhkan banyak kalori karena lebih banyak mengeluarkan

tenaga dalam melakukan pernafasan.

Page 6: 56640864-LP-PPOK

Tanda dan gejala Bronkitis Kronik

Batuk produktif, kronis pada bulan-bulan musim dingin.

Tanda dan gejala Emfisema

Dispnea

Takipnea

Inspeksi : barrel chest, penggunaan otot bantu pernapasan

Perkusi : hiperresonan, penurunan fremitus pada seluruh bidang paru

Auskultasi bunyi napas : krekles, ronchi, perpanjangan ekspirasi

Hipoksemia

Hiperkapnia

Anoreksia

Penurunan BB

Kelemahan

6. Pemeriksaan Fisik

Kondisi fisik yang bisa dijumpai pada pasien dengan PPOK, bisa meliputi dyspnea,

warna kulit pucat, pernafasan mulut yang dangkal dan cepat, dan bernafas

menggunakan otot assesori atau tambahan

PPOK menyebabkan peningkatan diameter anterior-posterior dada sehingga dada

tampak mengembung seperti tong. Karena mengalami kesulitan dalam menghirup

udara, maka pasien memiliki fase ekspirasi yang diperpanjang (lebih dari empat

detik). Tes fungsi paru digunakan untuk mendiagnosa PPOK.

Ciri-ciri khusus pasien yang menderita PPOK adalah mengalami penurunan aliran

udara ekspirasi. Pemerikasaan Sinar X di dada tidak digunakan untuk mendiagnosa

PPOK tahap awal karena studi radiografik biasanya normal dalam tahap yang masih

awal. Bersamaan dengan makin memburuknya kondisi pasien, maka dengan

bantuan sinar X, akan tampak diafragma yang makin mendatar dan gambaran

lusens semakin meningkat.

Page 7: 56640864-LP-PPOK

Pada PPOK yang ringan, mungkin tidak ditemukan kelainan selama pemeriksaan

fisik, kecuali terdengarnya beberapa mengi pada pemeriksaan dengan menggunakan

stetoskop. Suara pernafasan pada stetoskop juga terdengar lebih keras. Biasanya

foto dada juga normal. Untuk menunjukkan adanya sumbatan aliran udara dan

untuk menegakkan diagnosis, dilakukan pengukuran volume penghembusan nafas

dalam 1 detik dengan menggunakan spirometri.

7. Pemeriksaan Diagnostik

Bronkitis Kronik

1. Pemeriksaan analisa gas darah : hipoksia dengan hiperkapnia

2. Rontgen dada : pembesaran jantung dengan diafragma normal/mendatar

3. Pemeriksaan fungsi paru : Penurunan kapasitas vital (VC) dan volume

ekspirasi kuat (FEV), peningkatan volume residual (RV), kapasitas paru total

(TLC) normal atau sedikit meningkat.

4. Pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit : dapat sedikit meningkat

Emfisema

1. Rontgen dada : hiperinflasi, pendataran diafragma, pelebaran interkosta dan

jantung normal

2. Fungsi pulmonari (terutama spirometri) : peningkatan TLC dan RV,

penurunan VC dan FEV

8. Diagnosis

Anamnesa dan Riwayat penyakit.

Mengingat penyakit berjalan dengan sangat lambat, sehingga penderita tetap

asimtomatis bertahun sebelum gejala manifestasi, perku diteliti benar adanya

sifat batuk-batuk, adanya dahak, sehat nafas yang tidak wajar, “wheeze yang

merupakan tanda-tanda dini dari penyakit ini.

Pemeriksaan jasmani.

Pada tingkat penyakit yang dini mungkin tidak ditemukan kelainan apa-apa.

Kemungkinan kelainan dini yang perlu diperhatikan yaitu ekspirasi yang

memajang pada auskultasi di trakea yang dapat dipakai sebahgai petunjuk

Page 8: 56640864-LP-PPOK

adanya obstruksi jalan nafas yang dibuktikan dengan pemerikasaan

spirometri(Husodo, Petty).

10. Therapy/Penatalaksanaan

Secara umum penatalaksanaan PPOK adalah :

Mobilisasi dahak.

Ditujukan untuk mengurangi keluhan, batuk-batuk, ekspektorasi,sesak dengan

cara memberikan obat-obat yang memudahkan pengeluaran sputum dan yang

melebarkan saluran nafas.

(a). Ekspektoransia.

Pengenceran dan mobilisasi dahak merupakan tujuan pengobatan yang

penting pada keadaan eksaserbasi dan juga pada keadaan-keadaan

menahun dan stabil yang disertai jalan nafas yang berat.

Ekspektoran oral kecuali glyseril guaicolat dalam dosis tinggi hanya

mempunyai nilai sedikit saja. Obat ini yang mengandung antihistamin

malahan menyebabkan pengentalan dahak. Antitusif tidak dianjurkan pada

penderita ini.

(b). Obat-obat mukolitik

Dua jenis mukolitik yang paling banyak dipakai adalah Asetil cystein dan

Bromhexin. Asetil cystein yang diberikan pada oral, memberikan efek

mukolitik yang cukup banyak efek sampng dibandingkan aerosol yang

sering menimbulkan bronkospasme. Bromhexin sangat populer oleh

penggunanya yang mudah (tablet, elixir,sirup).

(c) Nebulisasi.--Inhalasi uap air atau dengan aerosol melalui nebuliser, dan

juga ditambahkan dengan obat-obat bronkodilator dan mukolitik dengan

atau tanpa Intermittent Positive Pressure Breathing (IPPB).

Page 9: 56640864-LP-PPOK

Obat-obat bronkodilator.

Merupakan obat utama dalam mengatasi obstruksi jalan nafas. Adanya respon

terhadap bronkodilator yang dinilai dengan spirometri merupakan petunjuk

yang dapat digunakan untuk pemakaian obat tersebut.

Kortikosteroid.

Manfaat kortikosteroid masih dalam perdebatan pada pengobatan terhadap

obstruksi jalan nafas pada PPOK namun mengingat banyak penderita

bronkitis yang juga menunjukkan gejala, seperti asma disertai hipertrofi otot

polos bronkus Snider, menganjurkan percobaan dengan obat steroid oral dapat

dilakukan pada setiap penderita PPOK terutama dengan obstruksi yang berat

apabila menunjukkan tanda-tanda sebagai berikut : Riwayat sesak dan

wheezing yang berubah-ubah, baik spontan maupun setelah pengobatan.

Riwayat adanya atopi, sendiri maupun keluarga. Polip hidung.

Respons terhadap volume ekspirasi paksa satu detik pada spirometri lebih dari

25% setelah uji bronkodilator. Eosinofil perifer lebih dari 5%. Eosinofil

sputum lebih dari 10%.

Prednison diberikan dalam dosis 30 mg selama 2 sampai 4 minggu.

Obat-obat dihentikan bila tidak ada respons. Methylprednisolon memberikan

manfaat pada bronkitis menahun yang disertai kegagalan pernafasan

mendadak

Antibiotika.

Peranan infeksi sebagai faktor penyebab timbulnya PPOK terutama pada

bronkitis menahun masih dalam perdebatan namun jelas infeksi berpengaruh

terhadap perjalanan penyakit bronkitis menahun dan terutama pada keadaan-

keadaan dengan eksaserbasi. Penyebab eksaserbasi tersering adalah virus,

yang sering diikuti infeksi bakterial. S. pneumonia dan H. influensa

merupakan kuman yang paling sering ditemukan pada penderita bronkitis

menahun terutama pada masa eksaserbasi. Antibiotika yang efektif terhadap

eksaserbasi infeksi ampicillin, tetracyclin, cotrimoxazole, erythromycin,

diberikan 1 - 2 minggu. Antibiotik profilaksik pemah dianjurkan oleh karena

dapat mengurangi eksaserbasi, tidak dapat dibuktikan kegunaannya dalam

Page 10: 56640864-LP-PPOK

pemakaian yang luas. Pengobatan antibiotik sebagai profilasi, hanya

bermanfaat pada mereka yang sering eksaserbasi harus pada musim

dingin/hujan. Perubahan dari sifat dahak merupakan petunjuk penting ada

tidaknya infeksi, dahak menjadi hijau atau kuning.

Pengobatan tehadap komplikasi.

Komplikasi yang sering ialah Hipoksemia dan Cor pulmonale. Pada penderita

PPOK dengan tingkat yang lanjut, telah terjadi gangguan terhadap fungsi

pernapasan dengan manifestasi hipoksemia dengan atau tanpa hiperkapnia.

Pemberian oksigen dosis rendah 1 - 2 liter/menit selama 12 - 18 jam sering

dianjurkan, karena dapat memperbaiki hipoksemia tanpa terlalu menaikkan

tekanan CO2 darah akibat depresi pernapasan. Diuretik merupakan pilihan

utama pada penderita dengan cor pulmonale yang disertai gagal jantung

kanan. Pemberian digitalis harus hati-hati oleh karena efek toksis mudah

terjadi akibat hipoksemia dan gangguan elektrolit.

Fisioterapi dan inhalasi terapi.

Prinsip fisioterapi dan terapi inhalasi adalah :

mengencerkan dahak

memobilisasi dahak

melakukan pernafasan yang efektif

mengembalikan kemampuan fisik penderita ketingkat yang optimal.

10. Prognosis

30% penderita PPOK dengan sumbatan yang berat akan meninggal dalam waktu

1 tahun, dan 95% meninggal dalam waktu 10 tahun. Kematian bisa disebabkan

oleh kegagalan pernafasan, pneumonia, pneumotoraks (masuknya udara ke

dalam rongga paru), aritmia jantung atau emboli paru (penyumbatan arteri yang

menuju ke paru-paru). Penderita PPOK juga memiliki resiko tinggi terhadap

terjadinya kanker paru.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

Page 11: 56640864-LP-PPOK

A. PENGKAJIAN

1. AKTIVITAS DAN ISTIRAHAT

Gejala :

Keletihan, kelelahan, malaise,

Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari karena sulit bernafas

Ketidakmampian untuk tidur, perlu tidur dalam posisi duduk tinggi

Dispnea pasa saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan

Tanda :

Keletihan

Gelisah, insomnia

Kelemahan umum/kehilangan massa otot.

2. SIRKULASI

Gejala :

Pembengkakan pada ekstremitas bawah

Tanda :

Peningkatan tekanan darah

Peningkatan frekuensi jantung

Distensi vena leher

Edema dependen, tidak berhubungan dengan penyakit jantung

Bunyi jantung redup (yang berhubungan dengan peningkatan diameterAP

dada)

Warna kulit/membrane mukosa : normal/abu-abu/sianosis; kuku tabuh dan

sianosis perifer

Pucat dapat menunjukkan anemia.

3. INTEGRITAS EGO

Gejala :

Peningkatan factor resiko

Perubahan pola hidup

Tanda :

Page 12: 56640864-LP-PPOK

Ansietas, ketakutan, peka rangsang

4. MAKANAN/CAIRAN

Gejala :

Mual/muntah

Nafsu makan buruk/anoreksia (emfisema)

ketidakmampuan untuk makankarena distress pernafasan

penurunan berat badan menetap (emfisema), peningkatan berat badan

meninjukkan edema (bronchitis)

Tanda :

Turgor kulit buruk

Edema dependen

Berkeringat

Penurunan berat badan, penurunan massa otot (emfisema)

Pa;pitasi abdominal dapat menyatakan hepatomegali (bronchitis)

5. HIGIENE

Gejala :

Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan melakukan aktivitas

sehari-hari

Tanda :

Kebersihan buruk, bau badan

6. PERNAFASAN

Gejala :

Nafas pendek (timbul tersembunyi dengan dispnea sebagai gejala menonjol

pada emfisema) khususnya pada kerja; cuaca atau episode berulangnya sulit

nafas (asma); rasa dada tertekan,m ketidakmampuan untuk bernafas (asma)

Batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari (terutama pada saat

bangun) selama minimum 3 bulan berturut-turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun.

Produksi sputum (hijau, puith, atau kuning) dapat banyak sekali (bronchitis

kronis)

Page 13: 56640864-LP-PPOK

Episode batuk hilang timbul, biasanya tidak produksi pada tahap dini

meskipun dapat menjadi produktif (emfisema)

Riwayat pneumonia berulang, terpajan pada polusi kimia/iritan pernafasan

dalam jangka panjang (mis. Rokok sigaret) atau debu/asap (mis.asbes, debu

batubara, rami katun, serbuk gergaji)

Penggunaan oksigen pada malam hari secara terus-menerus.

Tanda :

Pernafasan : biasanya cepat,dapat lambat; fase ekspresi memanjang dengan

mendengkur, nafas bibir (emfisema)

Penggunaaan otot bantu pernafasan, mis. Meninggikan bahu, melebarkan

hidung.

Dada: gerakan diafragma minimal.

Bunyi nafas : mungkin redup dengan ekspirasi mengi (emfisema); menyebar,

lembut atau krekels lembab kasar (bronchitis); ronki, mengi sepanjang area

paru pada ekspirasi dan kemungkinan selama inspirasi berlanjut sampai

penurunan atau tidak adanya bunyi nafas (asma)

Perkusi : Hiperesonan pada area paru (mis. Jebakan udara dengan emfisema);

bunyi pekak pada area paru (mis. Konsolidasi, cairan, mukosa)

Kesulitan bicara kalimat atau lebih dari 4 atau 5 kata sekaligus.

Warna : pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku; abbu-abu keseluruhan;

warna merah (bronchitis kronis, “biru mengembung”). Pasien dengan

emfisema sedang sering disebut “pink puffer” karena warna kulit normal

meskipun pertukaran gas tak normal dan frekuensi pernafasan cepat.

Tabuh pada jari-jari (emfisema)

7. KEAMANAN

Gejala :

Riwayat reaksi alergi atau sensitive terhadap zat/faktor lingkungan

Adanya/berulang infeksi

Kemerahan/berkeringat (asma)

Page 14: 56640864-LP-PPOK

8. SEKSUALITAS

Gejala : penurunan libido

9. INTERAKSI SOSIAL

Gejala :

Hubungan ketergantungan Kurang sistem penndukung

Kegagalan dukungan dari/terhadap pasangan/orang dekat

Penyakit lama atau ketidakmampuan membaik

Tanda :

Ketidakmampuan untuk membuat//mempertahankan suara karena distress

pernafasan

Keterbatasan mobilitas fisik

Kelalaian hubungan dengan anggota kelurga lain.

PATOFISIOLOGI TERJADINYA PENYAKIT

Page 15: 56640864-LP-PPOK

Polusi bahan iritan(asap) atau rokok, riwayat kesehatan (ISPA)

Iritasi jalan nafas

Hipereksresi lendir dan inflamasi peradangan

Peningkatan sel – sel goblet

Penurunan silia

Peningkatan produksi sputum

PPOK

Bronkiolus menyempit dan tersumbat Penurunan nafsu makan

Penurunan BB drastis

Nafas pendek Obstruktif (kerusakan) alveoli

Gangguan pola nafas

Rentan terhadap Alveoli mengalami

infeksi pernafasan kolaps

Penurunan ventilasi paru

Kerusakan campuran gas

1

Resiko tinggi infeksi

Pola nafas tidak efektif

Perubahan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

Page 16: 56640864-LP-PPOK

Ketidaksamaan ventilasi perfusi

Hipoksemia

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Gangguan pertukaran gas

Intoleransi aktivitas

1

ADL dibantu

Bersihan jalan nafas tidak efektif

Batuk tidak efektif

Kelemahan

Page 17: 56640864-LP-PPOK

Diagosa keperawatan yang mungkin muncul pada Penyakit Paru Obstruktif Menahun

antara lain :

1. Tidak efektifnnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan kontriksi bronkus

peningkatan pembentukan sputum, batuk tidak efektif, infeksi bronkopulmonal.

2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan ketidaksamaan ventilasi perfusi.

3. Pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan napas pendek dan produksi

sputum.

4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan produksi sputum berlebih.

5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan hipoksemia,keletihan, pola napas tidak

efektif.

6. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan obstruktif/kerusakan alveoli.

C. PERENCANAAN

Dari diagnosa di atas dapat di susun perencanaan sebagai berikut :

Diagnosa 1 : Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan

kontriksi bronkus peningkatan pembentukan sputum, batuk tidak efektif,

infeksi bronkopulmonal.

Tujuan Kreteria hasil Intervensi Rasional

1.Setelah dilakukan

ASKEP selama

…x… jam

diharapkan

bersihan jalan

nafas kembali

efektif

Frekuensi napas

normal (16-

20x/menit)

Tidak sesak

Tidak ada

sputum

Batuk berkurang

Mandiri

Auskultasi bunyi napas.

Catat adanya bunyi

napas, mis., mengi,

krekels, ronki

Beberapa derajat spasme

bronkus terjadi dengan

obstruksi jalan napas dan

dapat/tak dimanifestasikan

adanya bunyi napas

adventisius, mis.,

penyebaran, krekels

basah, (bronchitis); bunyi

napas redup dengan

ekspirasi mengi

Page 18: 56640864-LP-PPOK

Kaji/pantau frekuensi

pernapasan. Catat rasio

inspirasi/ekspirasi.

Kaji pasien untuk

posisi yang nyaman,

mis., peninggian kepala

tempat tidur, duduk

padasandaran tempat

tidur.

Pertahankan posisi

(emfisema); atau tak

adanya bunyi napas (asma

berat).

Takipnea biasanya ada

pada beberapa derajat dan

dapat ditemukan pada

penerimaan atau selama

stres/adanya proses infeksi

akut. Pernapasan dapat

melambat dan frekuensi

ekpirasi memanjang

disbanding inspirasi.

Peninggian kepala tempat

tidur mempermudah

fungsi pernapsan dengan

menggunakan graviatsi.

Namun pasien dengan

distres berat akan

mencari posisi yang

paling mudah untuk

bernapas. Sokongan

tangan/kaki dengan meja,

bantal, dan lain-lain

membantu menurunkan

kelemahan otot dan dapat

sebagai alat ekspansi

dada.

Pencetus tipe reaksi alergi

pernapasan yang dapat

Page 19: 56640864-LP-PPOK

lingkungan minimum,

mis., debu, asap, dan

ulu bantal yang

berhubungan dengan

kondisi individu.

Dorong/bantu latihan

napas abdomen atau

bibir

Observasi karakteristik

batuk, mis., menetap,

batuk pendek, basah.

Bantu tindakan untuk

memperbaiki

keefektifan upaya

batuk.

Tingkatkan masukan

cairan sampai

3000ml/hari sesuai

toleransi jantung.

mentriger episode akut.

Memberikan pasien

beberapa cara untuk

mengatasi dan

mengontrol dispnea dan

menurunkan jebakan

udara.

Batuk dapat menetap

tetapi tidak efektif,

khususnya bila pasien

lansia, sakit akut, atau

kelemahan. Batuk paling

efektif pada posisi duduk

tinggi atau kepala di

bawah setelah perkusi

dada.

Hidrasi memebantu

menurunkan kekentalan

sekret, mempermudah

pengeluaran.

Pengguanaan cairan

hangat dapat menurunkan

spasme bronkus. Cairan

selama makan dapat

meningkatkan distensi

gaster dan tekanan pada

Page 20: 56640864-LP-PPOK

diafragma.

Kolaborasi

Berikan obat sesuai

indikasi.

Bronkodilator, mis., β-

agonis: epinefrin

(Adrenalin,

Vaponefrin); albuterol (

Proventil, Ventolin);

terbutalin (Brethine,

Brethaire); isoetarin

(Brokosol,

Bronkometer);

Xantin, mis.aminofilin,

oxtrifilin, teofilin.

Kromolin (intal),

flunisolida (Aerobid)

Steroid oral, IV, dan

inhalasi;

metilprednisolon

(Medrol);

deksametason

(Decadral);

Merilekskan otot halus

dan menurunkan kongesti

lokal, menurunkan spasme

jalan napas, mengi, dan

produksi mukosa. Obat-

obat mungkin per oral,

injeksi, atau inhalasi.

Menurunkan edema

mukosa dan spasme otot

polos dan dapat juga

menurunkan kelemahan

otot dan meningkatkan

kontraktilitas diafragma.

Menurunkan inflamasi

jalan napas lokal dan

edema dengan

menghambat efek

histamin dan mediator

lain.

Kortikosteroid digunakan

untuk mencegah reaksi

alergi atau menghambat

pengeluaran histamin,

menurunkan berat dan

frekuensi spasme jalan

napas, inflasi pernafasan

Page 21: 56640864-LP-PPOK

antihistamin mis.

Beklometason,

triamnisolon;

Antimikrobal;

Analgesik, penekan

batuk/antitusif mis.,

kodein, produk

dextrometorfan (Benylin

DM, Comtrex,

Novahistine).

Berikan humidifikasi

tambahan, mis.,

nebuliser ultranik,

humidifier aerosol

ruangan

Bantu pengobatan

pernapasan mis., IPPB,

fisioterapi dada.

Awasi/buat grafik seri

GDA, nadi oksimetri,

foto dada.

dan dispnea

Banyak antimikroba dan

diindikasikan untuk

mengontrol infeksi

pernapasan/pneumonia.

Batuk menetap yang

melelahkan perlu ditekan

untuk menghemat energi

dan memungkinkan pasien

istirahat.

Kelembaban menurunkan

kekentalan sekret

mempermudah

pengeluaran dan dapat

membantu

menurunkan/mencegah

pembentukan mukosa

tebal pada bronkus.

Drainase postural dan

perkusi bagian penting

untuk membuang

banyaknya sekresi/kental

dan memperbaiki ventilasi

pada segmen dasar paru.

Catatan: dapat

meningkatkan spasme

bronkus pada asma.

membuat dasar untuk

pengawasan

Page 22: 56640864-LP-PPOK

kemajuan/kemunduran

proses penyakit dan

komplikasi.

Diagnosa 2 : Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan

ketidaksamaan ventilasi perfusi.

Tujuan Kreteria Intervensi Rasional

Setelah dilakukan

ASKEP selama

…x… jam

diharapkan tidak

terjadi gangguan

pertukaran gas.

Frekuensi

jantung normal

(16-20 x/menit)

Tidak terdapat

disritmia

Melaporkan

penurunan

dispnea

Menunjukkan

perbaikan dalam

laju aliran

ekspirasi

Mandiri

Kaji frekuensi,

kedalaman pernapasan.

Catat penggunaan otot

aksesori, napas bibir,

ketidakmampuan

bicara/berbincang.

Tinggikan kepala

tempat tidur, bantu

pasien untuk memilih

posisi yang mudah

untuk bernapas.

Dorong napas dalam

perlahan atau napas

bibir sesuai dengan

kebutuhan/toleran

tubuh.

Kaji/awasi secara rutin

kulit dan warna

Berguna dalam evaluasi

derajat distress pernapasan

dan/atau kronisnya proses

penyakit.

Pengiriman oksigen dapat

diperbaiki dengan posisi

duduk tinggi dan latihan

napas untuk menurunkan

kolaps hjalan napas,

dispnea dan kerja napas.

Sianosis mungkin perifer

(terlihat pada kuku) atau

sentral (terlihat di sekitar

bibir atau daun telinga).

Keabu-abuan dan dianosis

Page 23: 56640864-LP-PPOK

membrane mukosa.

Auskultasi bunyi napas,

catat area penurunan

aliran udara dan/atau

bunyi tambahan.

Awasi tingkat

kesadaran/status

mental. Selidiki adanya

perubahan.

Evaluasi tingkat

toleransi aktifitas.

Berikan lingkungan

tenang dan kalem.

Batasi aktifitas pasien

atau dorong untuk

tidur/istirahat di kursi

selama fase akut.

Mungkinkan pasien

melakukan aktifitas

secara bertahap dan

tingkatkan sesuai

toleransi individu.

sentral mengindikasikan

beratnya hipoksemia.

Bunyi napas mungkin

redup karena adanya

penurunan aliran udara

atau area konsolidasi.

Adany mengi

mengindikasikan spasme

bronkus/ tertahannya

sekret. Krekels basah

menyebar menunjukkan

cairan pada

interstisial/dekompensasi

jantung.

Gelisah dan ansietas

adalah manifestasi umum

pada hipoksia. GDA

memburuk disertai

bingung/somnolen

menunjukkan disfungsi

serebral yang

berhubungan dengan

hipoksemia.

Selama distres pernapasan

berat/ akut/ refraktori

pasien secara total tidak

mampu melakukan

aktifitas sehari-hari karena

hipoksemia dan dispnea.

Istirahat diselingi aktivitas

Page 24: 56640864-LP-PPOK

Awasi tanda vital dan

irama jantung

perawatan masih penting

dari program pengobatan.

Namun, program latihan

ditunjukkan untuk

meningkatkan ketahanan

dan kekuatan tanpa

menyebabkan dispnea

berat, dan dapat

meningkatkan rasa sehat.

Takikardia, disritmia, dan

perubahan TD dapat

menunjukkan efek

hipoksemia sistemik pada

fungsi jantung.

Kolaborasi

Awasi/ gambarkan seri

GDA dan nadi

oksimetri

Berikan oksigen

tambahan yang sesuai

dengan indikasi hasil

GDA dan toleransi

pasien.

PaCO2 biasanya

meningkat (bronkitis,

emfisema) dan PaO2

secara umum menurun,

sehingga hipoksia terjadi

dengan derajat lebih kecil

atau lebih besar. Catatan:

PaCO2 ”normal” atau

meningkat menandakan

kegagalan pernapasan

yang akan datang selama

asmatik.

Dapat memperbaiki atau

mencegah memburuknya

hipoksia. Catatan:

Page 25: 56640864-LP-PPOK

Berikan penekan SSP

(mis., antiansietas,

sedatif, atau narkotik)

dengan hati-hati.

Bantu intubasi,

berikan/pertahankan

ventilasi mekanik, dan

pindahkan ke UPI

sesuai instruksi untuk

pasien.

emfisema kronis,

mengatur pernapasan

pasien ditentukan oleh

kadar CO2 dan mungkin

dikeluarkan dengan

peningkatan PaO2

berlebihan.

Digunakan untuk

mengontrol ansietas/

gelisah yang

meningkatkan konsumsi

oksigen/kebutuhan,

eksaserbasi dispnea.

Dipantau ketat karena

dapat terjadi gagal napas.

Terjadinya/kegagalan

napas yang akan datang

memerlukan upaya

tindakan penyelamatan

hidup.

Diagnosa 3 : Pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan napas

pendek dan produksi sputum.

Tujuan Kreteria Intervensi Rasional

Setelah dilakukan

ASKEP

selama ...x... jam

diharapkan pola

napas efektif

Melatih

pernapasan bibir

dirapatkan dan

diafragmatik

serta

Ajarkan pasien

pernapasan diafragmatik

dan pernapasan bibir

dirapatkan.

Membantu pasien

memperpanjang waktu

ekspirasi. Dengan teknik ini

pasien akan bernapas lebih

Page 26: 56640864-LP-PPOK

menggunakanny

a ketika sesak

napas dan saat

melakukan

aktivitas

Memperlihatkan

tanda-tanda

penurunan

upaya bernapas

dan membuat

jarak dalam

aktivitas.

Menggunakan

pelatihan otot-

otot inspirasi

seperti yang di

haruskan.

Berikan dorongan untuk

menyelingi aktivitas

dengan periode istirahat.

Biarkan pasien membuat

beberapa keputusan

(mandi, bercukur) tentang

perawatannya

berdasarkan pada tingkat

toleran pasien.

Berikan dorongan

penggunaan pelatihan

otot-otot pernapasan jika

diharuskan.

efisien dan efektif.

Memberikan jeda aktivitas

akan memungkinkan pasien

untuk melakukan aktivitas

tanpa distress berlebih.

Menguatkan dan

mengkondisikan otot-otot

pernapasan.

Diagnosa 4 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan produksi sputum berlebih.

Tujuan Kriteria Intervensi Rasional

Setelah dilakukan

ASKEP

selama ...x... jam

diharapkan

terpenuhinya

kebutuhan nutrisi

sesuai kebutuhan.

menunjukkan

perilaku

mempertahan

kn masukan

nutrisi

adekuat

Mengidentifik

asi kebutuhan

nutrisi

individual

Mandiri

Kaji kebiasaan diet,

masukan makanan saat

ini. Catat derajat kesulitan

makanan. Evaluasi berat

badan dan ukuran tubuh.

Pasien distress pernapasan

akut sering anoreksia karena

dispnea, produksi sputum,

dan obat. Selain itu, pasien

PPOM mempunyai

kebiasaan makan buruk,

meskipun kegagalan

pernapasan membuat status

hipermetabolik dengan

peningkatan kebutuhan

Page 27: 56640864-LP-PPOK

Peningkatan

asupan masukan

dari sepertiga

porsi menjadi

setengah porsi

untuk setiap kali

makan Auskultasi bunyi usus.

Berikan perawatan oral

sering , buang secret,

berikan wadah khusus

untuk sekali pakai dan

tisu.

Dorong periode istirahat

semalam 1 jam sebelum

dan sesudah makan.

Berikan porsi kecil tapi

sering.

Hindari makanan

penghasil gas dan

minuman karbonat.

Hindari makanan yang

kalori. Sebagai akibat pasien

sering masuk RS dengan

beberapa derajat malnutrisi.

Orang yang mengaliami

emfisema sering kurus

dengan perototan kurang.

Penurunan bising usus

menunjukkan penurunan

motilitas gaster dan

konstipasi (komplikasi

umum) yang berhubungan

dengan pembatasan

pemasukan cairan, pilihan

makanan buruk, penurunan

aktivitas dan hipoksemia.

Rasa tak enak, bau dan

penampilan adalah

pencegah utama terhadap

nafsu makan dan dapat

membuat mual dan muntah

dengan peningkatan

kesulitan napas.

Membantu menurunkan

kelemahan selama waktu

makan dan memberikan

kesempatan untuk

meningkatkan masukan

kalori total.

Dapat menghasilkan distensi

abdomen yang mengganggu

napas abdomen dan gerakan

diafragma, dan dapat

meningkatkan dispnea.

Suhu ekstrem dapat

Page 28: 56640864-LP-PPOK

sangat panas atau sangat

dingin.

Timbang berat badan

sesuai indikasi

Kolaborasi

Konsul ahli gizi/nutrisi

pendukung tim untuk

memberikan makanan

yang mudah di cerna,

secara nutrisi seimbang,

mis.nutrisi tambahan

oral/selang, nutrisi

parental

Kaji pemeriksaan

laboratorium, mis.albumin

serum, transferin, profil

asam amino, besi,

pemeriksaan

keseimbangan nitrogen,

glukosa, pemeriksaan

fungsi hati, elektrolit.

Berikan

vitamin/mineral/erlektrolit

sesuai indikasi.

mencetus/meningkatkan

spasme batuk.

Berguna untuk menentukan

kebutuhan kalori, menyusun

tujuan berat badan, dan

evaluasi keadekuatan

rencana nutrisi.

Metode makan dan

kebutuhan kalori didasarkan

pada situasi/kebutuhan

individu untuk memberikan

nutrisi maksimal dengan

upaya minimal

pasien/penggunaan energy.

Mengevaluasi/mengatasi

kekurangan dan mengawasi

keefektifan tiap nutrisi.

Diagnose 5 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan

hipoksemia,keletihan, pola napas tidak efektif.

Tujuan Kriteria Intervensi Rasional

Setelah dilakukan

ASKEP

selama ...x... jam

Melakukan

aktivitas dengan

napas pendek

Dukung pasien dalam

menegakkan regimen

latihan teratur dengan cara

Otot-otot yang mengalami

kontaminasi membutuhkan

lebih banyak oksigen dan

Page 29: 56640864-LP-PPOK

diharapkan dapat

melakukan

aktivitas seperti

orang normal

(sehat)

lebih sedikit.

Mengungkapkan

perlunya untuk

melakukan

latihan setiap

hari dan

memperagakan

rencana latihan

yang akan di

lakukan di

rumah.

Berjalan dan

secara bertahap

meningkatkan

waktu dan jarak

berjalan untuk

memperbaiki

kondisi fisik.

Minimal bisa

berjalan 10-15

meter.

berjalan atau latihan

lainnya yang sesuai,

seperti berjalan perlahan.

Sarankan konsultasi

dengan ahli terapi fisik

untuk menentukan

program latihan spesifik

terhadap kemampuan

pasien. Siapkan unit

portable untuk berjaga-

jaga jika diperlukan.

memberikan beban

tambahan pada paru-paru.

Melalui latihan yang

teratur, bertahap,

kelompok otot ini menjadi

lebih terkondisi, dan pasien

dapat melakukan lebih

banyak tanpa mengalami

napas pendek. Latihan yang

bertahap memutus siklus

yang melemahkan ini.

Diagnosa 6 : Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan obstruktif kerusakan

alveoli.

Tujuan Kriteria Intervensi Rasional

Setelah dilakukan

ASKEP

selama ...x... jam

diharapkan dapat

melakukan

aktivitas seperti

orang normal

Pasien tidak

demam

Pasien dapat

mempraktekkan

bagaimana cuci

tangan yang

Mandiri

Awasi suhu

Kaji pentingnya

latihan napas, batuk

efektif, perubahan

posisi sering, dan

Demam dapat terjadi karena infeksi dan /atau dehidrasi.

Aktivitas ini meningkatkan

Page 30: 56640864-LP-PPOK

(sehat) benar.

Antara aktivitas

dan istirahat

sudah seimbang.

masukan cairan

adekuat.

Tunjukan dan bantu

pasien tentang

pembuangan tisu an

sputum. Tekankan

cuci tangan yang

benar (perawat dan

pasien) dan

penggunaan sarung

tangan bila

memegang/membua

ng tisu, wadah

sputum.

Awasi pengunjung;

berikan masker

sesuai indikasi.

Dorong

keseimbangan

antara aktivitas dan

istirahat.

Diskusikan

kebutuhan masukan

nutrisi adekuat.

Kolaborasi

Dapatkan specimen

sputum dengan

batuk atau

penghisapan untuk

pewarnaan kuman

mobilisasi dan pengeluaaran secret untuk menurunkan resiko terjadinya infeksi paru.

Mencegah penyebaran pathogen melalui cairan.

Menurunkan potensial terpajan pada penyakit infeksius (mis.ISK)

Menurunkan konsumsi/kebutuhan keseimbangan oksigen dan memperbaiki pertahanan pasien terhadap infeksi. Meningkatkan penyembuhan.

Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan tahanan terhadap

Page 31: 56640864-LP-PPOK

Gram,

kultur/sensitivitas.

Berikan

antimikroba sesuai

indikasi.

infeksi.

Dilakukan untuk mengidentifikasi organism penyebab dan kerentanan terhadap berbagai antimicrobial.

Dapat diberikan untuk organism khusus yang teridentifikasi dengan kultur dan sensitivitas, atau diberikan secra profilaktit karena resiko tinggi.

D. IMPLEMENTASI

Implementasi dibuat berdasarkan perencanaan yang sudah dibuat.

E. EVALUASI

Diagnosa 1 : Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan

kontriksi bronkus peningkatan pembentukan sputum, batuk tidak efektif,

infeksi bronkopulmonal.

Pasien mengatakan tidak sesak.

Pada saat batuk produksi sputum berkurang,

Frekuensi napas normal (16-20 x/menit)

Diagnosa 2 : Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan ketidaksamaan

ventilasi perfusi.

Page 32: 56640864-LP-PPOK

Pasien mengatakan saat bernapas tidak lagi menggunakan bibir dan tidak

mengalami sesak.

Tidak menunjukkan tanda-tanda gelisah,

Tidak terdapat disritmia

Tidak Dispnea

Tidak ada sianosis

Diagnosa 3 : Pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan napas

pendek dan produksi sputum.

Pasien mengatakan sudah bisa menggunakan pernapasan diafragma dan

bibir dirapatkan.

Klien menunjukkan penurunan tanda-tanda upaya bernapas.

Diagnosa 4 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan produksi sputum berlebih.

Pasien mengatakan nafsu makannya meningkat dan mengerti bahwa

tubuhnya membutuhkan asupan makanan

Pasien menghabiskan ½ porsi makanan yang disediakan

Diagnose 5 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan

hipoksemia,keletihan, pola napas tidak efektif.

Pasien mengatakan sudah bisa berjalan ±5 meter.

Klien dapat melakukan aktivitas dan latihan dengan napas pendek lebih

sedikit

Klien dapat mengungkapkan perlunya untuk melakukan latihan setiap hari dan

memperagakan rencana latihan yang akan di lakukan di rumah.

Klien mampu berjalan dan secara bertahap meningkatkan waktu dan jarak

berjalan untuk memperbaiki kondisi fisik.

Minimal bisa berjalan 10-15 meter.

Page 33: 56640864-LP-PPOK

Diagnosa 6 : Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan obstruktif kerusakan

alveoli.

Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi.

Pasien tidak demam

Pasien dapat mempraktekkan bagaimana cuci tangan yang benar.

DAFTAR PUSTAKA

1. Brunner & Suddart. 1996. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 volume 2.

Jakarta, EGC.

2. Doenges, Moorhouse, Geissler. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3. Jakarta.

EGC.

3. Price, Sylvia. 2003 . Patofisiologi Volume 2. Jakarta: EGC

4. Carpenito-Moyet, Lynda Juall.2006.Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta :

EGC

5. NANDA, Panduan Diagnosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2005-2006.

6. Sarwono, W.2001.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta:Balai Penerbit FKUI