56580078-isi
-
Upload
moesriatul-wahieda-kadiiss -
Category
Documents
-
view
6 -
download
1
Transcript of 56580078-isi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari usaha untuk menentukan
beberapa pola penyakit yang terjadi dalam kelompok populasi disebut
epidemiologi. Epidemiologi adalah ilmu pengetahuan yang dapat menghubungkan
para praktisi (dokter atau dokter gigi), spesialis, peneliti, dan para akademisi.
Yang merupakan studi tentang distribusi dan faktor-faktor yang menentukan
penyakit. Tolak ukur pertama dalam studi epidemiologi adalah pengamatan secara
terencana dan teratur atau observasi sistematik pada manusia dalam hubungan
dengan lingkungannya.
Epdemiologi tidak sekedar observasi dan deduksi (pengambil
kesimpulan). Meskipun epidemiologi merupakan ilmu pengetahuan yang masih
baru, tetapi banyak ditemukan dalam ilmu kedokteran, biologi, statistik dan ilmu-
ilmu pengetahuan sosial. Bahkan pada tahun-tahun belakangan ini kemajuan
dalam ilmu pengetahuan komputer telah mendorong kemampuan epidemiologi.
Dalam profesi kedokteran gigi saat ini, arti epidemiologi di satu pihak
berarti dalam menghubungkan hasil-hasil penemuan studi-studi yang dapat dibaca
dalam majalah ilmiah dengan apa yang ditemukan dalam majalah ilmiah dengan
apa yang ditemukan dalam observasi para praktisi dalam praktek privatnya. Di
lain pihak, epidemiologi berarti dalam mencatat perubahan-perubahan angka
karies di antara pasien-pasien muda setelah adanya pengumuman mengenai
flouridasi suplai air minum bagi masyarakat. Selain itu dalam pengembangan
1
program preventif, epidemiologi menunjukkan keberhasilan dengan menurunnya
penyakit gigi di antara mereka yang mengikuti cara hidup sehari-hari yang telah
ditentukan.
Epidemiologi gigi berguna dalam menentukan kebutuhan masyarakat
akan perawatan penyakit gigi. Penyakit gigi sangat bervariasi dari benua ke benua
yang lain, bahkan dari masyarakat satu ke masyarakat lain. Epidemiologi
digunakan untuk menggambarkan pola-pola penyakit dalam masyarakat. Hal ini
sangat penting bagi dokter gigi yang menangani perencanaan program pelayanan
kesehatan gigi masyarakat.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan epidemiologi,
2. Apa manfaat, ruang lingkup serta komponen epidemiologi?
3. Apa saja macam-macam penelitian epidemiologi yang digunakan di
bidang kedokteran gigi pada khususnya?
4. Bagaimana langkah-langkah yang digunakan pada penelitian
epidemiologi?
5. Bagaimana hubungan konsep sehat-sakit dengan epidemiologi?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari epidemiologi,
2. Untuk mengetahui manfaat, ruang lingkup serta komponen dari
epidemiologi..
3. Untuk mengetahui macam-macam pembagian penelitian epidemiologi
yang digunakan di kedokteran gigi.
2
4. Untuk mengetahui dan dapat mengaplikasikan langkah-langkah penelitian
yang digunakan pada epidemiologi pada masyarakat.
5. Untuk mengetahui dan menjelaskan hubungan konsep sehat sakit terhadap
epidemiologi.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Epidemiologi merupakan salah satu bagian dari Pengetahuan Ilmu
Kesehatan masyarakat (Public Health) yang menekankan perhatiannya terhadapa
keberadaan penyakit dan masalah kesehatan lainnya dalam masyarakat.
Keberadaan penyakit masyarakat itu didekati oleh epidemiologi secara kuantitatif.
Karena itu epidemiologi akan mewujudkan dirinya sebagai suatu metode
pendekatan yang banyak memberikan perlakuan kuantitatif dalam menjelaskan
masalah kesehatan (Bustan, 1997).
Menurut asal katanya, secara etimologis, epidemiologi berarti ilmu
mengenai kejadian yang menimpa penduduk. Epidemiologi berasal dari perkataan
Yunani, dimana epi=upon, pada atau tentang, demos= people,penduduk ,
logia=knowledge, ilmu. Namun epidemiologi ini tentu sesuai dengan sejarah
kelahirannya dimana epidemiologi memberikan perhatian tentang penyakit yang
mengenai penduduk. Penyakit yang banyak menimpa penduduk pada dewasa itu
hingga akhir abad 19 adalah penyakit wabah atau epidemic (penyakit yang
mengenai penduduk secara luas). Epidemiologi memberikan perhatian tentang
epidemic yang banyak menelan korban kematian dan begitulah nama
epidemiologi tidak bisa dilepaskan dengan epidemiologi itu sendiri (Bustan,
1997).
Epidemiologi menekankan upaya menerangkan bagaimana distribusi
penyakit dan bagaimana berbagai factor menjadi factor penyebab penyakit
tersebut. Untuk mengungkapakan dan menjawab masalah trsebut, epidemiologi
4
melakukan berbagai cara yang selanjutnya menjadikan epidemiologi dapat dibagi
dalam beberapa jenis (Bustan, 1997).
Penelitian epidemiologi dapat dibagi menjadi dua kelompok :
Penelitian Observasional / survei
Penelitian Eksperimental / intervensi
Menurut cara analisisnya dibedakan :
Penelitian diskriptif
Penelitian analitik
• Penelitian Cross Sectional
• Penelitian Kasus Kontrol (Case Control)
• Penelitian Kohort
Umumnya epidemiologi dapat dibagi atas tiga jenis utama yakni
Epidemiologi Deskriptif, Epidemiologi Analitis dan Epidemiologi Eksperimental.
Apa yang dimaksud dengan masing-masing jenis epidemiologi itu dapat
dituliskan sebagai berikut. Epidemiologi deskriptif berkaitan dengan definisi
epidemiologi sebagai ilmu yang mempelajari tentang distribusi penyakit atau
masalah kesehatan masyarakat.
Di sini dipelajari tentang frekuensi dan distribusi suatu masalah
kesehatan dalam masyarakat, keterangan tentang frekuensi dan distribusi suatu
penyakit atau masalah kesehatan menunjukkan tentang besarnya masalah it dalam
masyarakat. Hasil pekerja Epidemiologi Deskriptif diharapkan mampu menjawab
pertanyaan mengenai factor who (siapa), where (di mana) dan when (kapan)
(Bustan, 1997).
5
Epidemiologi deskriptif merupakan langkah awal untuk mengetahui
adanya masalah kesehatan dari segi epidemiologi dengan menjelaskan siapa yang
terkena dan di mana serta kapan terjadinya masalah itu. Epidemiologi Analitis
berkaitan dengan upaya epidemiologi untuk menganalisis factor-faktor
(determinan) masalah kesehatan. Disini diharapkan epidemiologi mampu
menjawab pertanyaan kenapa (why) atau apa penyebab terjadinya masalah itu.
Epidemiologi Eksperimental, salah satu hal yang perlu dilakukan sebagai
pembuktian bahwa suatu factor sebagia penyebab terjadinya factor luaran
(penyakit), maka perlu diuji factor kebenarannya dengna percobaan atau
eksperimen. Bentuk eksperimental lain yang sering dilakukan adalah berkaitan
dengan pengaruh intervensi penyuluhan terhadap perubahan pengetahuan tentang
Aids dan dilihata pakah intervensi ini sebgai komponen eksperimen menyebabkan
meningkatnya pengetahuan subjek penelitian (Bustan, 1997).
Ketiga jenis ini tidak bisa dibedakan satu sama lainnya saling berkaitan
dan mempunyai peranan masing-masing sesuai masalah yang dihadapi. Secara
umum dapat dikatakan bahwa pengungkapan dan pemecahan masalah
epidemiologi dimulai dengna epidemiologi deskriptif, selalu diperdalam dengan
Epidemiologi Analisis, dan disusul dengan melakukan Epidemiologi
Eksperimental (Bustan, 1997)
6
Bagan penelitian epiddemiologi
7
EPIDEMIOLOGI
Ilmu yang mempelajari tentang masalah kesehatan pada sekelompok manusia
Frekuensi
dilakukan dua hal
pokok yaitu :
- menemukan masalah
kesehatan
- mengukur masalah
kesehatan
Penyebaran
dikelompokan
menurut :
- ciri-ciri manusia
- tempat
- waktu
Faktor Yang
Mempengaruhi
Disusun langkah-
langkah berupa :
- merumuskan
hipotesa
- menguji hipotesa
- menarik kesimpulan
Epidemiologi
Diskriptif
Epidemiologi
Analitik
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Mapping
8
Penelitian Epidemiologi
Ruang Lingkup KomponenMacam-macam
EksperimentalObservasi
deskriptif analisis
Tujuan
Penelitian Cross Sectional
Penelitian Kasus Kontrol
Penelitian Kohort
3.2 Ilmu Epidemiologi
3.2.1 Pengertian Epidemiologi Menurut Asal Kata
Jika ditinjau dari asal kata Epidemiologi berasal dari bahasa Yunani yang
terdiri dari 3 kata dasar yaitu:
-epi yang berarti “permukaan, di atas, menimpa”
Misalnya dalam istilah medis epidermis, yang berarti di ats “permukaan
tubuh (kulit).” Kata dasarnya
Demo berarti”orang, populasi, manusia,”
Misalnya dalam istilah demografi, yaitu studi tentang data statistic
kependudukan. Akhirannya
-ologi berarti “ilmu tentang.”
Dengan demikian, istilah epidemiologi dapat diartikan kata-perkata
memiliki arti “sesuatu yang menimpa manusia” (Timmreck, 2004)
Sedangkan dalam pengertian modern pada saat ini epidemiologi adalah:
“Ilmu yang mempelajari tentang frekuensi dan distribusi penyebaran) serta
determinat masalah kesehatan pada sekelompok orang/masyarakat serta
determinannya (faktor – faktor yang mempengaruhinya).
Suatu ilmu yang awalnya mempelajari timbulnya, perjalanan, dan
pencegahan pada penyakit infeksi menular. Tapi dalam perkembangannya hingga
saat ini masalah yang dihadapi penduduk tidak hanya penyakit menular saja,
melainkan juga penyakit tidak menular, penyakit degenaratif, kanker, penyakit
jiwa, kecelakaan lalu lintas, dan sebagainya. Oleh karena itu, epidemiologi telah
menjangkau hal tersebut.
9
3.2.2 Pengertian Epidemiologi Menurut Pendapat Para Ahli
Sebagai ilmu yang selalu berkembang, Epidemiologi senantiasa
mengalami perkembangan pengertian dan karena itu pula mengalami modifikasi
dalam batasan/definisinya. Beberapa definisi telah dikemukakan oleh para pakar
epidemiologi, beberapa diantaranya adalah :
1. Greenwood ( 1934 )
Mengatakan bahwa Epidemiologi mempelajari tentang penyakit dan segala
macam kejadian yang mengenai kelompok ( herd ) penduduk.
Kelebihannya adalah adanya penekanan pada Kelompok Penduduk yang
mengarah kepada Distribusi suatu penyakit.
2. Anders Ahlbom & Staffan Norel ( 1989 )
Epidemiologi adalah Ilmu Pengetahuan mengenai terjadinya penyakit pada
populasi manusia.
3. Gary D. Friedman ( 1974 )
Epidemiology is the study of disease occurance in human populations.
4. Hirsch ( 1883 )
Epidemiologi adalah suatu gambaran kejadian, penyebaran dari jenis –
jenis penyakit pada manusia pada saat tertentu di berbagai tempat di bumi
dan mengkaitkan dengan kondisi eksternal.
5. Judith S. Mausner ; Anita K. Bahn
Epidemiology is concerned with the extend and types of illness and
injuries in groups of people and with the factors which influence their
distribution.
10
6. Robert H. Fletcher ( 1991 )
Epidemiologi adalah disiplin riset yang membahas tentang distribusi dan
determinan penyakit dalam populasi.
7. Lewis H. Rohf ; Beatrice J. Selwyn
Epidemiology is the description and explanation of the differences in
accurence of events of medical concern in subgroup of population, where
the population has been subdivided according to some characteristic
believed to influence of the event.
8. Lilienfeld ( 1977 )
Epidemiologi adalah suatu metode pemikiran tentang penyakit yang
berkaitan dengan penilaian biologis dan berasal dari pengamatan suatu
tingkat kesehatan populasi.
3.2.3 Kegunaan / Manfaat Epidemiologi
Apabila Epidemiologi dapat dipahami dan diterapkan dengan baik, akan
diperoleh berbagai manfaat yang jika disederhanakan adalah sebagai berikut :
1. Membantu Pekerjaan Administrasi Kesehatan
Yaitu membantu pekerjaan dalam Perencanaan (Planning) dari pelayanan
kesehatan, Pemantauan (Monitoring) dan Penilaian (Evaluation) suatu upaya
kesehatan. Data yang diperoleh dari pekerjaan epidemiologi akan dapat
dimanfaatkan untuk melihat apakah upaya yang dilakukan telah sesuai dengan
rencana atau tidak (Pemantauan) dan ataukah tujuan yang ditetapkan telah
tercapai atau tidak (Penilaian).
2. Dapat Menerangkan Penyebab Suatu Masalah Kesehatan
11
Dengan diketahuinya penyebab suatu masalah kesehatan, maka dapat disusun
langkah – langkah penangulangan selanjutnya, baik yang bersifat pencegahan
ataupun yang bersifat pengobatan.
3. Dapat Menerangkan Perkembangan Alamiah Suatu Penyakit
Salah satu masalah kesehatan yang sangat penting adalah tentang penyakit.
Dengan menggunakan metode Epidemiologi dapatlah diterangkan Riwayat
Alamiah Perkembangan Suatu Penyakit (Natural History of Disease).
Pengetahuan tentang perkembangan alamiah ini amat penting dalam
menggambarkan perjalanan suatu penyakit. Dengan pengetahuan tersebut
dapat dilakukan berbagai upaya untuk menghentikan perjalanan penyakit
sedemikian rupa sehingga penyakit tidak sampai berkelanjutan.
Manfaat/peranan Epidemiologi dalam menerangkan perkembangan alamiah
suatu penyakit adalah melalui pemanfaatan keterangan tentang frekwensi dan
penyebaran penyakit terutama penyebaran penyakit menurut waktu. Dengan
diketahuinya waktu muncul dan berakhirnya suatu penyakit, maka dapatlah
diperkirakan perkembangan penyakit tersebut.
4. Dapat Menerangkan Keadaan Suatu Masalah Kesehatan
Karena Epidemiologi mempelajari tentang frekuensi dan penyebaran
masalah kesehatan, maka akan diperoleh keterangan tentang keadaan masalah
kesehatan tersebut. Keadaan yang dimaksud di sini merupakan perpaduan dari
keterangan menurut cirri – cirri Manusia, tempat dan Waktu. Perpaduan ciri
ini pada akhirnya menghasilkan 4 (empat) Keadaan Masalah Kesehatan yaitu :
12
a. Epidemi adalah keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya
penyakit) yang ditemukan pada suatu daerah tertentu dalam waktu yang
singkat berada dalam frekwensi yang meningkat.
b. Pandemi adalah suatu keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya
penyakit) yang ditemukan pada suatu daerah tertentu dalam waktu yang
singkat memperlihatkan peningkatan yang amat tinggi serta penyebarannya
telah mencakup suatu wilayah yang amat luas.
c. Endemi adalah suatu keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya
penyakit) yang frekwensinya pada suatu wilayah tertentu menetap dalam
waktu yang lama.
d. Sporadik adalah suatu keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya
penyakit) yang ada di suatu wilayah tertentu frekwensinya berubah – ubah
menurut perubahan waktu.
3.2.4 Komponen Epidemiologi
Komponen epidemiologi yaitu :
Frekuensi masalah kesehatan.
Distribusi masalah kesehatan.
Determinan masalah kesehatan.
1. Frekuensi masalah kesehatan
Ada 2 pokok yang harus dilakukan yaitu menemukan masalah kesehatan dan
mengukur masalah kesehatan.
2. Distribusi masalah kesehatan
13
Distribusi ini dikelompokkan berdasarkan yaitu ciri manusia (seperti usia, jenis
kelamin, dan ras), tempat contohnya letak geografis dan waktu.
3. Determinan masalah kesehatan
Ada 3 langkah pokok yang harus dilakukan yaitu merumuskan hipotesa tentang
penyebab suatu masalah kesehatan, menguji hipotesa, dan menarik kesimpulan.
3.2.5 Faktor yang Mempengaruhi Masalah Kesehatan:
Faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan:
1. Menjelaskan frekuensi
2. Menjelaskan penyebaran
3. Menjelaskan penyebab itu sendiri
a. Frekuensi
Frekuensi yang dimaksudkan disini menunjuk pada besarnya masalah
kesehatan yang terdapat pada sekelompok manusia/ masyarakat. Untuk dapat
mengetahui frekuensi suatu masalah kesehatan dengan tepat,ada 2 hal yang harus
dilakukan :
Menemukan masalah kesehatan yang dimaksud
Melakukan pengukuran atas masalah kesehatan yang ditemukan tersebut
b. Distribusi
Yang dimaksud/ penyebaran masalah kesehatan adalah menunjuk kepada
pengelompolan masalah kesehatan menurut suatu keadaan tertentu. Keadaan
tertentu yang dimaksudkan dalam epidemiologi adalah :
Menurut ciri manusia
14
Menurut tempat
Menurut waktu
Menurut ciri manusia
Ras
Etnik
Gender / jenis kelamin
Umur
Menurut Tempat
Letak geografi
Wilayah
Tempat/kondisi
Menurut waktu
Tahun,bulan,dll
Musim
c. Determinan
Yang dimaksud disini adalah menunjuk kepada faktor penyebab dari suatu
penyakit/masalah kesehatan baik yang menjelaskan frekuensi, penyebaran
ataupun yang menerangkan penyebab munculnya masalah kesehatan Ïtų sendiri.
Dalam hal ini 3 langkah yang lazim dilakukan, yaitu :
Merumuskan hipotesis tentang penyebab yang dimaksud
Melakukan pengujian terhadap rumusan hipotesis yang telah disusun
Menarik kesimpulan
15
3.2.5 Ruang Lingkup Epidemiologi
Subyek dan Obyek epidemiologi
Masalah kesehatan :penyakit infeksi/ menular penyakit non menular
Masalah kesehatan lain :
program Keluarga Berencana atau KB
program perbaikan lingkungan pemukiman
program pengadaan dan sarana pelayanan kesehatan
Sasaran : populasi manusia
Mengukur dan menganalisa frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan.
Terhadap masalah kesehatan yang ada, epidemiologi memberikan
pendekatan khusus, mulai dari mengidentifikasi sampai mengevaluasi keadaan
kesehatan. Ruang lingkup epidemiologi dalam masalah kesehatan tersebut di atas
meliputi “6E” yakni:
a. Etiologi
Berkaitan dengan lingkup kegiatan epidemiologi dalam
mengidentifikasi penyebab penyakit dan masalah kesehatan lainnya.
Misalnya : etiologi dari malaria adalah parasit plasmodium.
b. Efikasi
Berkaitan dengan efek atau daya optimal yang dapat diperoleh
dari adanya intervensi kesehatan. Misalnya : efikasi pemberian faksin
malaria adalah 40%.
c. Efektifitas
16
Dimaksudkan besarnya hasil yang dapat diperoleh dari suatu
tindakan (pengetahuan atau intervensi ) dan besarnya perbedaan dari suatu
tindakan yang satu dengan yang lainnya.
d. Efisiensi
Sebuah konsep ekonomi yang melihat pengaruh yang dapat
diperoleh berdasarkan besarnya biaya yang diberikan.
e. Evaluasi
Penilaian secara keseluruhan keberhasilan suatu pengobatan atau
program kesehatan masyarakat.
f. Edukasi
Intervensi sebuah peningkatan pengetahuan tentang kesehatan
masyarakat sebagai bagian dari upaya pencegahan penyakit.
3.3 Epidemiologi Observasi
Adalah suatu penelitian epidemiologi dimana pengamatan terhadap
fenomena kesehatan dilakukan dalam keadaan apa adanya, tanpa adanya
intervensi atau perlakuan dari peneliti. Pada penelitian ini baik diskriptf ataupun
analitik kedalaman analisis mekanisme sebab akibat tidak dapat diperoleh. Hasil
yang didapat berupa dugaan-dugaan saja.
3.3.1 Epidemiologi Deskriptif
3.3.1.1 Definisi
Epidemiologi desriptif adalah studi yang ditujukan untuk menentukan
jumlah atau frekuensi dan distribusi penyakit di suatu daerah berdasarkan variabel
orang, tempat dan waktu. Epidemiologi deskriptif umumnya dilaksanakan jika
tersedia sedikit informasi yang diketahui mengenai kejadian, riwayat alamiah dan
17
faktor yang berhubungan dengan penyakit. Penelitian ini merupakan usaha untuk
menggambarkan status kesehatan masyarakat, hasilnya disajikan dalam bentuk
data yang diperoleh dari suatu observasi. Penelitian deskriptif tidak memiliki
kemampuan untuk menunjukkan adanya hubungan antara paparan dan kejadian.
Penelitian ini biasanya hanya menggambarkan pola-pola kejadian yang ditinjau
dari aspek karakter manusia, misalnya jenis kelamin, umur, status dan sebagainya.
Contoh penelitian deskriptif:
Studi kasus
Survey
Routline data
Prevalence survey
Upaya mencari frekuensi distribusi penyakit berdasarkan epidemiologi
deskriptif dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan :
Siapa yang terkena?
Bilamana hal tersebut terjadi?
Bagaimana terjadinya?
Dimana kejadian tersebut?
Berapa jumlah orang yang terkena?
Bagaimana penyebarannya?
Bagaimana ciri-ciri orang yang terkena?
3.3.1.2 Tujuan
Tujuan epidemiologi deskriptif adalah :
1. Untuk menggambarkan distribusi keadaan masalah kesehatan sehingga
dapat diduga kelompok mana di masyarakat yang paling banyak terserang.
2. Untuk memperkirakan besarnya masalah kesehatan pada berbagai
kelompok.
18
3. Untuk mengidentifikasi dugaan adanya faktor yang mungkin berhubungan
terhadap masalah kesehatan (menjadi dasar suatu formulasi hipotesis).
3.3.1.3 Ciri-Ciri Epidemiologi Deskriptif
Ciri-ciri epidemiologi deskriptif ialah:
1. bertujuan untuk menggambarkan
2. tidak terdapat kelompok pembanding
3. hubungan sebab akibat hanya merupakan suatu perkiraan atau semacam
asumsi
4. hasil penelitiannya berupa hipotesis
5. merupakan studi pendahuluan untuk studi yang lebih mendalam (analitik)
3.3.1.4 Ciri – Ciri Manusia yang Mempengaruhi Penyebaran Masalah Kesehatan
Epidemiologi deskriptif merupakan langkah awal untuk mengetahui
adanya masalah kesehatan dalam masyarakat dengan menjelaskan factor Manusia
(Who), Waktu (When) dan Tempat (Where).
Dalam kehidupan sehari – hari sering ditemukan suatu masalah kesehatan
tertentu yang ternyata banyak diderita oleh kelompok umur tertentu saja, oleh
jenis kelamin tertentu saja atau oleh suku bangsa tertentu saja.
Penemuan yang seperti ini menjelaskan bahwa penyebaran suatu masalah
kesehatan atau penyakit ternyata dipengaruhi oleh ciri – ciri yang dimiliki oleh
manusia yang terserang masalah kesehatan tersebut. Dengan diketahuinya
penyebaran masalah kesehatan menurut ciri – ciri manusia ini, akan dapat
diketahui besarnya masalah kesehatan yang dihadapi dan keterangan yang
19
diperoleh akan dapat dimanfaatkan untuk menanggulangi masalah kesehatan yang
dimaksud.
Dalam epidemiologi, ciri – ciri manusia yang mempengaruhi penyebaran
masalah kesehatan ini dapat dibedakan atas beberapa macam karakteristik yang
diantaranya adalah :
• Umur - Jenis Kelamin - Golongan Ethnik - Status Gizi - Kehamilan - Paritas,
• Status Sosial Ekonomi Keluarga - Status Perkawinan - Pekerjaan - Pendidikan
• Besarnya Keluarga - Struktur Keluarga, dll.
Umur
Umur adalah variable yang sangat penting dan selalu diperhatikan
dalam penyelidikan – penyelidikan epidemiologi karena :
a) . Ada kaitannya dengan Daya Tahan Tubuh.
Pada umumnya daya tahan tubuh orang dewasa jauh lebih kuat daripada
daya tahan bayi atau anak – anak.
b) . Ada kaitannya dengan ancaman terhadap kesehatan
Orang dewasa yang karena pekerjaannya ada kemungkinan menghadapi
ancaman penyakit lebih besar daripada anak – anak.
c) . Ada kaitannya dengan kebiasaan hidup
Dibandingkan dengan anak – anak, maka orang dewasa lebih besar
kemungkinan terpapar dengan berbagai sumber masalah kesehatan atau
penyakit.
20
Perbedaan pengalaman terhadap penyakit menurut umur sangat
mempunyai pengaruh / kemaknaan yang berhubungan dengan :
1) Perbedaan tingkat keterpaparan dan kerentanan menurut umur ;
2) Perbedaan dalam proses Pathogenesis ;
3) Perbedaan dalam hal pengalaman terhadap penyakit tertentu.
Golongan Etnik
Penyebaran masalah kesehatan juga tergantung dari golongan etnik yang
miliki. Yang dimaksud golongan etnik adalah : Sekelompok manusia dalam suatu
populasi yang memiliki kebiasaan hidup atau sifat biologis dan genetis yang sama.
Golongan Etnik dibedakan atas :
a) . Ras (Race)
Pengelompokan menurut Ras, lebih didasarkan pada Warna Kulit dan
Bentuk Tubuh.
Dikenal 3 Ras utama :
1) Caucasoid (Kulit Putih)
2) Negroid (Kulit Hitam)
3) Mongoloid (Kulit Kuning/Sawo Matang)
Adanya penyakit tertentu yang secara genetik berhubungan erat dengan
Ras, yaitu Sickle cell Anemia.
b) . Etnik / Suku Bangsa (Tribe)
Pengelompokan dalam Suku Bangsa didasarkan pada tempat tinggal, adat
– istiadat, kebiasaan hidup, keadaan sosial – ekonomi ataupun susunan
makanannya. tinggal, adat – istiadat, kebiasaan hidup, keadaan sosial –
21
ekonomi ataupun susunan makanannya. Contohnya adalah perbedaan
pengalaman penyakit Malaria ataupun Filaria bagi penduduk Jawa dan
Irian Jaya.
Timbulnya perbedaan frekuensi penyakit atau kematian mungkin
disebabkan oleh perbedaan tempat
Status Perkawinan
Yang dimaksud dengan status perkawinan disini adalah persekutuan
antara dua jenis kelamin yang berbeda dalam bentuk keluarga yang diakui secara
sah oleh peraturan perundang – undangan yang berlaku baik sipil maupun agama.
Ditinjau dari sudut pandang epidemiologi, status perkawinan ini ternyata
mempengaruhi penyebaran masalah kesehatan, karena : pola perilaku kalangan
yang belum menikah berbeda dengan kalangan yang sudah menikah. Secara
umum, pengaruh tersebut dapat dibedakan dalam 3 hal, yaitu :
1) Pengaruh Terhadap Pola Penyakit
Pola penyakit yang ditemukan pada kelompok orang yang belum
menikah berbeda dengan pola penyakit yang ditemukan pada kelompok
orang yang sudah menikah.
Misalnya Penyakit Kelamin yang ternyata lebih banyak
ditemukan pada kelompok orang yang belum pernah menikah. Hal yang
sama juga ditemukan pada penyakit akibat kecelakaan yang lebih banyak
terjadi pada kelompok orang yang belum menikah.
2) Pengaruh Terhadap Resiko Terkena Penyakit
22
Resiko terkena penyakit TB Paru misalnya, akan lebih besar
terjadi pada istri atau suami yang pasangannya menderita penyakit TBC
Paru.
3) Pengaruh Terhadap Penatalaksanaan - Penanggulangan Penyakit
Pada kelompok orang yang belum menikah yang menderita
penyakit akan mendapat perawatan yang kurang dibandingkan dengan
mereka yang telah berkeluarga karena memang kurangnya anggota
keluarga yang turut membantu mengatasi penyakit.
Pekerjaan
Hubungan antara pekerjaan dengan masalah kesehatan sudah sejak lama
diketahui dan saat ini menjadi perhatian utama ahli kesehatan khusus dan derajat
keterpaparan serta sifat pekerjaan.
1) Adanya Faktor – faktor lingkunan yang langsung dapat menimbulkan
kesakitan, antara lain bahan-bahan kimia, gas beracun, radiasi, benda –
benda fisik yang dapat menimbulkan kecelakaan, dsb.
2) Situasi pekerjaan yang penuh dengan Stress, yang merupakan faktor
penyebab terjadinya Hypertensi.
3) Karena ruangan tempat kerja yang terlalu sempit, sehingga
memungkinkan proses penularan penyakit antar pekerja. dsb
Strutur Keluarga
Struktur keluarga dapat mempunyai pengaruh terhadap kesakitan dan
pemanfaatan pelayanan kesehatan. Suatu keluarga besar, karena besarnya
tanggungan secara relatif, mungkin harus tinggal berdesak – desakan dalam rumah
23
yang luasnya terbatas sehingga memudahkan penularan penyakit. Dan karena
besarnya tanggungan keluarga, mungkin pula tidak dapat membeli cukup
makanan yang bernilai gizi baik atau tidak dapat memanfaatkan pelayanan
kesehatan yang tersedia, dsb.
Status Sosial—Ekonomi
Dalam kehidupan sehari–hari, sering ditemukan beberapa masalah
kesehatan tertentu misalnya penyakit infeksi dan gangguan gizi yang lebih banyak
diderita oleh masyarakat dengan status sosial ekonomi yang rendah dan
sebaliknya beberapa penyakit kardiovaskuler lebih banyak dijumpai pada
penderita dengan status sosial ekonomi tinggi.
Tempat
Penyebaran masalah kesehatan menurut terjadinya masalah kesehatan
tersebut amat penting, karena dari keterangan yang diperoleh akan dapat
diketahui:
1. Jumlah dan Jenis Masalah Kesehatan yang Ditemukan Suatu Daerah.
2. Hal – Hal Yang Perlu Dilakukan Untuk Mengatasi Masalah Kesehatan Di
Suatu Daerah.
3. Keterangan Tentang Faktor Penyebab Timbulnya Masalah Kesehatan Di Suatu
Daerah.
a) . Keadaan Geografis
Berupa : letak wilayah, struktur tanah, curah hujan, sinar matahari, angin,
kelembaban udara, suhu udara, daerah pegunungan, pantai, daratan.
(Lingkungan Fisis, Kemis dan Biologis )
24
b) . Keadaan Demografis
Perbedaan keadaan penduduk (Demografi) sangat menentukan perbedaan
penyebab penyakit menurut tempat. Keadan Demografis yang dimasud
dapat berupa : Jumlah dan Kepadatan Penduduk, Konstitusi genetis an
etnis, variasi kultural, dsb.
c) . Keadaan Pelayanan Kesehatan
Dalam hal ini, menyangkut Jumlah dan Cakupan Pelayanan Kesehatan,
Mutu Layanan Kesehatan yang dselenggarakan serta Program Higiene dan
Sanitasi.
Luas Daerah
Berdasarkan luasnya daerah yang terserang suatu masalah kesehatan,
penyebaan menurut karakteristik Tempat ini secara umum dapat dibedaan menjadi
5 macam, yaitu :
1. Penyebaran pada Satu Wilayah (Setempat / Lokal )
Disini masalah kesehatan hanya ditemukan pada satu wilayah saja.
Batasan wilayah yang dimaksudkan tergantung dari sistem pemerintahan
yang dianut, misalnya pada satu kelurahan saja, satu kecamatan saja dsb.
Pembagian menurut wilayah yang sering digunakan adalah Desa dan Kota,
karena masing – masing mempunyai ciri tersendiri yang khas sehingga
mempunyai gambaran penyakit yang berbeda – beda.
2. Penyebaran Beberapa Wilayah
25
Pengertian penyebaran beberapa wilayah juga tergantung dari sistem
pemerintahan yang dianut, misalnya beberapa kelurahan, beberapa
kecamatan dsb.
3. Penyebaran Satu Negara (Nasional)
Pada penyebaran Satu Negara, masalah kesehatan tersebut ditemukan di
semua wilayah yang ada dalam negara tersebut. Tergantung dari keadaan
geografis dan luasnya suatu negara, masalah yang ditimbulkannya akan
berbeda pula.
4.Penyebaran Beberapa Negara (Regional)
Masalah kesehatan juga dapat menyebar ke beberapa negara. Masuk
tidaknya suatu penyakit ke suatu negara, dipengaruhi oleh faktor – faktor :
a) . Kedaaan geografis suatu negara,
Dalam arti apakah ditemukan keadaan – keadaan geografis tertentu
yang menyebabkan suatu penyakit dapat terjangkit atau tidak di negara
tersebut.
b) . Hubungan komunikasi yang dimiliki,
Dalam arti, apakah letak negara tersebut berdekatan dengan negara
yang terjangkit penyakit, bagaiman sistem transportasi antar negara,
bagaimana hubungan antar penduduk, apakah negara tersebut terbuka
untuk penduduk yang berkunjung dan menetap, dsb.
c) . Peraturan perundang – undangan yang berlaku.
Hal ini berkaitan dengan peraturan yang berkaitan dengan bidang
kesehatan.
26
5. Penyebaran Banyak Negara (Internasional).
Di sini masalah kesehatan telah ditemukan di banyak negara, yang pada
era sekarang ini dengan kemajuan sistem komunikasi dan transportasi
sangat mungkin terjadi.
Penyebaran Menurut Karakteristik Waktu.
Manfaat mempelajari penyebaran masalah kesehatan menurut Waktu adalah untuk
mengetahui :
1. Kecepatan Perjalanan Penyakit
Apabila suatu penyakit dalam waktu yang singkat menyebar dengan pesat,
hal ini berarti perjalanan penyakit tersebut berlangsung dengan cepat.
2. Lama Terjangkitnya Suatu Penyakit.
Lama terjangkitnya suatu penyakit dapat diketahui dari penyebaran
penyakit menurut waktu, yaitu dengan memanfaatkan keterangan tentang
waktu terjangkitnya penyakit dan keterangan tentang hilangnya penyakit
tersebut.
Faktor – faktor yang mempengaruhi penyebaran masalah kesehatan
menurut waktu antara lain :
1. Sifat Penyakit Yang Ditemukan
Hal yang berperan di sini adalah sifat bibit penyakit yang ditemukan, yang
dibedakan atas :
a) . Potogenesiti / Patogenitas
Kemampuan bibit penyakit untuk menimbulkan reaksi pada penjamu
sehingga timbul penyakit (Disease Stimulus)
27
b) . Virulensi
Ukuran keganasan penyakit atau derjat kerusakan yang ditimbulkan oleh
bibit penyakit.
c) . Antigenesiti / Antigenitas
Kemampuan bibit penyakit untuk merangsang timbulnya mekanisme
pertahanan tubuh (pembentukan Antigen) pada diri penjamu.
d) . Infektiviti / Infektifitas
Kemampuan bibit penyakit mengadakan invasi dan menyesuaikan diri,
bertempat tinggal dan berkembang biak dalam diri penjamu.
2. Keadaan Tempat Terjangkitnya Penyakit
Untuk penyakit infeksi, keadaan yang paling penting adalah menyangkut ada
tidaknya reservoir bibit penyakit Environmental Reservoir.
3. Keadaan Penduduk
Sama halnya dengan penyebaran menurut tempat, maka penyebaran masalah
kesehatan menurut waktu ini juga dipengaruhi oleh keadaan penduduk, baik
yang menyangkut ciri – ciri manusianya ataupun yang menyangkut jumlah dan
penyebaran penduduk.
4. Keadaan Pelayanan Kesehatan Yang Tersedia
Jika keadaan pelayanan kesehatan baik, maka penyebaran suatu masalah
kesehatan dapat dicegah, sehingga waktu terjangkitnya penyakit dapat
diperpendek.
28
Penyebaran masalah kesehatan menurut Waktu, dapat dibedakan menjadi 4
macam, yaitu :
1. Penyebaran Satu Saat
Beberapa keadaan khusus yang ditemukan pada penyebaran penyakit pada Satu
Saat dibedakan menjadi 2, yaitu :
a) . Point – Source Epidemic
Disebut juga Common Source Epidemic yaitu : Suatu keadaan wabah yang
ditandai oleh :
Timbulnya gejala penyakit (onset penyakit) yang cepat,
Masa inkubasi yang pendek
Episode penyakit merupakan peristiwa tunggal
Hilangnya penyakit dalam waktu yang cepat
Contoh : Peristiwa keracunan makanan.
Muncul hanya pada waktu tertentu saja
b) . Contagious Diseases Epidemic Disebut juga Propagated Epidemic, adalah :
Suatu keadaan wabah yg ditandai oleh : Masa inkubasi yang panjang,
Episode penyakit me
Waktu munculnya penyakit tidak jelas,
Hilangnya penyakit dalam waktu yang lama
Merupakan peristiwa majemuk
Timbulnya gejala penyakit (onset penyakit) yang pelan,
Contoh : Wabah penyakit menular.
29
2. Penyebaran Satu Kurun Waktu
Yaitu Perhitungan penyebaran masalah kesehatan yg dilakukan pd satu kurun
waktu tertentu atau disebut Clustering Menurut Waktu. Digunakan untuk
mencari Penyebab Penyakit.
3. Penyebaran Siklis
Disebut penyebaran secara siklis bila Frekuensi suatu masalah kesehatan naik
atau turun menurut suatu siklus tertentu, misalnya menurut kalender tertentu
(minggu, bulan, tahun); menurut keadaan cuaca tertentu (musim hujan, musim
panas); menurut peristiwa tertentu (musim panen, paceklik).
4. Penyebaran Sekular
Disebut penyebaran secara sekular apabila perubahan yang terjadi berlangsung
dalam waktu yang cukup lama, Misalnya lebih dari 10 tahun.
3.3.2 Epidemiologi Analitik
Pendekatan atau studi ini dipergunakan untuk mencari faktor-faktor
penyebab timbulnya penyakit atau mencari penyebab terjadinya variasi dari data
dan informasi-informasi yang diperoleh studi epidemiologi deskriptif.
Epidemologi Analitik adalah riset epidemiologi yang bertujuan untuk:
1. Menjelaskan faktor-faktor resiko dan kausa penyakit.
2. Memprediksikan kejadian penyakit
3. Memberikan saran strategi intervensi yang efektif untuk pengendalian
penyakit.
30
Penelitian analitik adalah bentuk penelitian epidemiologi yang paling
sering digunakan dalam mencari faktor penyebab serta hubungan sebab akibat
terjadinya penyakit maupun gangguan kesehatan lainnya.
3.3.2.1 Macam-macam Epidemiologi Analitik
Macam-macam epidemiologi analitik meliputi:
Kasus control
Cross Sectional
Kohort
1. Penelitian Kasus Kontrol
Penelitian kasus control atau disebut juga penelitian case control relative
sederhana dan murah untuk dikerjakan dan kini semakin sering diterapkan dalam
mencari sebab-sebab dari penyakit, terutama penyakit-penyakit yang jarang
ditemukan. Kasus-kasus tersebut meliputi orang-orang yang mengidap sebuah
penyakit (atau variable outcome lainnya) yang sedang diamati dan sebuah
kelompok control yang sesuai (pembanding atau kelompok acuan) dari oaring-
orang yang tidak mengidap penyakit atau variable outcome. Kemudian
dibandingkan ada tidaknya faktor yang diperkirakan sebagai penyebab penyakit
tersebut kemudian di antara kasus-kasus dan control. Data yang menyangkut lebih
dari satu titik waktu tertentu kemudian dikumpulkan. Dalam hal ini, penelitian
kasus control disebut sebagai penelitian lintas-bagian. Penelitian-penelitian kasus
control disebut sebagai penelitian-penelitian retrospektif, karena para peneliti
melihat ke belakang, yaitu dari penyakitnya kemudian mencari kemungkinan-
kemungkinan yang menjadi penyebabnya. Hal itu dapat membingungkan, karena
31
istilah-istilah retrospektif dan prospektif itu kini semakin sering digunakan untuk
menggambarkan waktu pengumpulan data dalam kaitannya dengan saat sekarang.
Dalam hal ini, sebuah penelitian kasus control dapat saja bersifat retrospektif,
yaitu bila semua data berasal dari masa-masa lalu, atau bersifat prospektif bila
pengumpulan data berlangsung secara berkesinmabungan seiring dengan
berjalannya waktu.
Sesudah penelitian kasus control dimulai dengan pemilihan kasus-kasus,
yang seyogyanya mencerminkan sebuah kasus-kasus yang berasal dari sebuah
populasi tertentu. Tugas yang paling sulit adalah dalam memilih kontrol-kontrol
untuk memperkirakan prevalensi paparan yang ada di dalam populasi yang
menjadi asal kasus-kasus penyakit tersebut. Lebih jauh, pemilihan kontrol dan
kasus itu tidak boleh dipengaruhi oleh status pemaparannya, yang seyogyanya
ditentukan dengan cara yang sama untuk keduanya. Kasus dan kontrol tidak selalu
mencakup subyek dari populasi umum; dalam kenyataan, mereka dapat dibatasi
dalam sub kelompok yang lebih khusus, misalnya orang-orang tua, laki-laki atau
para wanita.
Subyek-subyek yang berperan sebagai kontrol seyogyanya terdiri atas
orang-orang yang dipastikan akan dipilih sebagai kasus-kasus penelitian bila
mereka menderita penyakit. Idealnya, penelitian kasus kontrol itu menggunakan
kasus-kasus (insiden) baru untuk mencegah adanya kesulitan dalam menguraikan
faktor-faktor yang berhubungan dengan penyebab dan kelangsungan hidup,
meskipun banyak sekali penelitia acapkali dikerjakan dengan menggunakan data
32
prevalensi (sebagai contoh, penelitian kasus-kasus kontrol tentang kelainan-
kelainan congenital).
Satu aspek yang penting tentang penelitian kasus kontrol adalah penentuan
awal dan durasi (lama) paparan untuk kasus dan kontrol-kontrol tersebut. Pada
rancangan penelit5ian kasus kontrol, status paparan dari kasus-kasus tersebut
selalu ditentukan sesuadah penyakit tersebut berkembang (dana retrospektif) dan
selalu dengan menggunakan pertanyaan langsung terhadap orang yang terkena
penyakit, terhadap seseorang anggota keluarganya, atau terhadap seorang
temannya. Jawaban-jawaban yang b erasal dari pemberi informasi tersebut dapat
saja dipengaruhi oleh pengetahuannya tentang hipotesis yang sedang diteliti atau
pengalaman sakiytnya itu sendiri. Kadang-kadang paparan itu ditentukan dengan
menggunakan pengukuran-pengukuran biokimia (sebagai contoh adalah timah
yang berada di dalam darah atau cadmium yang berada di dalam urine) yang dapat
dipengaruhi oleh penyakit. Masalah ini dapat dicegah bila data paparan yang
akurat dapat diperoleh dari sebuah pencatatan yang sudah mapan (sebagai contoh
adalah data pencatatan kepegawaian di dalam industry tertentu) atau bila
penelitian kaasus kontrol tersebut dikerjakan secara prospektif, maka data tentang
paparannya dikumpulkan sebelum penyakit berkembang. Salah satu rancangan
penelitian untuk tipe ini adalah penelitian kasus kontrol yang dicangkokkan atau
“the nested case-control study”.
Contoh klasik tentang penelitian kasus kontrola dalah penemuan tentang
adanya hubungan antara thalidomide dan kecacatan-kecacatan anggota badan tang
tidak bisa terjadi pada anak-anak yang lahir di Republik Federasi Jerman pada
33
tahun 1959 dan 1960; penelitian itu dilakukan pada tahun 1961, dengan
membandingkan antara anak-anak yang menyandang cacat tersebut terhadap
anak-anak yang normal (Mellin dan Katzenstein, 1962). Di antara 46 orang ibu
yang mempunyai bayi dengan kelainan-kelainan yang tipikal, ternyata 41 orang di
antaranya pernah meminum thalidomide di antara bulan ke empat dan kesembilan
dari kehamilannya, sementara tidak ada satupun dari 300 ibu-ibu yang dijadikan
kontrol, dengan anak-anak yang normal itu pernah meminum obat pada masa-
masa tersebut.
Dalam penelitian kasus kontrol, hubungan antara paparan dan penyakit
diperkirakan dengan menghitung rasio odds (odds ratio atau OR), yang
merupakan rasio odds dari paparan di antara kasus-kasus terhadap odds yang
mewakili paparan di antara kontrol-kontrol. Rasio odds amat mirip dengan
besarnya rasio resiko, terutama bila penyakitnya amat jarang ditemui.
Kelebihan Studi Case-Control :
1. Tidak mahal untuk dilaksanakan.
2. Mempermudah akses ke lebih banyak subjek karena studi menggunakan data
dan identifikasi kasus yang kemudian dibandingkan dengan kontrol yang
memiliki karakteristik serupa.
3. Membutuhkan subjek yang lebih sedikit dibandingkan dengan kontrol yang
memiliki karakteristik serupa.
4. Bermanfaat dalam studi faktor etiologis pada penyakit yang tidak biasa atau
langka karena hanya sedikit kasus yang diperlukan.
5. Memungkinkan perolehan hasil yang cukup cepat karena data siap tersedia.
34
6. Bermanfaat karena lebih dari satu faktor resiko dapat diidentifikasi di saat
yang bersamaan dalam perangkat data yang sama.
7. Bermanfaat dalam studi penyakit yang disebabakan oleh obat-obatan jika
pengobatan diduga sebagai penyebab efek samping atau reaksi merugikan
yang segera dilihat.
Kelemahan Studi Case-Control :
1. Informasi yang dibutuhkan untuk studi mungkin tidak siap tersedia.
2. Informasi yang dibutuhkan untuk studi mungkin tidak dicatat dengan akurat.
3. Jika teknik wawancara yang dipakai, responden mungkin tidak ingat dengan
informasi atau fakta lama.
4. Jika dipakai teknik survei/wawancara, responden mungkin tidak ingat dengan
informasi atau fakta lama, atau pencacatan mungkin dilakukan dengan tidak
tepat.
5. Jika dipakai teknik survei/wawancara, responden mungkin memberikan
jawaban yang subjektif atau bias.
6. Pasien dan dokter mungkin tidak ingat pada peristiwa atau keadaan masa lalu
atau mungkin mengingatnya dengan cara yang berbeda.
7. Responden mungkin menambah-nambahkan kejadian untuk melengkapi
cerita atau memberikan penekanan lebih kepada peristiwa tertentu di masa
lalu.
8. Pada penyakit serius atau kasus berat beberapa penyakit, individu yang
terjangkit memiliki peluang lebih besar untuk memberikan bias yang kuat.
9. Bias dapat terjadi pada studi kontrol.
35
10. Keberadaan bias dalam kontrol dapat terjadi akibat kontrol yang diseleksi dari
rekam medis .
11. Penyajian yang kurang baik atau keliru dapat terjadi akibat proses seleksi
kasus dan kontrol tidak dilakukan dengan cermat.
12. Sifat atau perilaku pribadi dapat memperberat masalah yang berkontribusi
pada penyakit, kondisi, ketidakmampuan, atau kematian.
2. Penelitian Survei/Studi Cross-Sectional
Studi cross-sectional merupakan suatu gambaran penyakit, kesehatan,
medis, dan fenomena psikososial yang terjadi pada satu kurun waktu. Dari sudut
pandang praktis, satu kurun waktu dapat berlangsung beberapa menit sampai
maksimal dua atau tiga bulan.
Pelaksaanaan studi cross-sectional layaknya penggunaan kamera untuk
mengambil gambar tidak bergerak tentang kesehatan, mental, dan sosial,
lingkungan atau masalah atau peristiwa lain dalam populasi, yang berarti
menetapkan data pada kurun waktu tertentu. Temuan studi longitudinal lebih sulit
dilakukan karena harus mengikuti perkembangan suatu kelompok dalam populasi
selama beberapa waktu. Studi cross-sectional dapat mengumpulkan informasi
yang sama, yaitu dengan menetapkan sampel populasi yang menyerupai sampel
studi longitudinal. Peneliti mengumpulkan data dari populasi sampel sekaligus
pada waktu yang bersamaan. Studi longitudinal memberikan informasi yang lebih
baik dan data yang akurat dalam banyak hal karena studi ini, mengikuti
perkembangan waktu sesungguhnya dari suatu fenomena yang terjadi selama
beberapa waktu, dengan memperhitungkan perubahan individu yang dapat terjadi.
36
Studi cross-sectional terbatas pada data yang dikumpulkan dalam kurun waktu
tertentu.
Pengembangan hubungan studi cross-sectional. Ada tidaknya suatu
variabel dikaji melalui studi cross-sectional. Setiap individu dalam kelompok
studi atau sampel penelitian yang mewakili populasi ditunjukkan dalam studi
cross-sectional pada kurun waktu tertentu dan temuannya mewakili kurun waktu
tersebut. Hubungan antara beberapa variabel tertentu dan keberadaan faktor
kesehatan, penyakit, kondisi, atau kejadian maupun keragaman derajata kondisi
dapat diteliti dan dikaji. Hubungan, asosiasi, dan korelasi yang sama dapat dikaji
dan dianalisis dalam subkelompok atau dalam berbagai kelompok usia. Implikasi
epidemiologi dari studi cross-sectional adalah bahwa hubungan ada tidaknya suatu
penyakit atau penyebab penyakit dapat dikaji. Implikasi epdemiologi lain adalah
bahwa hubungan antara subjek terjangkit terhadap subjek tidak terjangkit, atau
variabel yang terlibat sebagai penyebab penyakit juga dapat dipelajari.
Beberapa populasi yang mungkin digunakan untuk studi epidemiologi
mungkin didasarkan pada etnik, ras, kemungkinan terkena penyakit, angka
prevalensi yang tinggi dalam populasi lebih sering terkena penyakit daripada
kelompok lain, atau alasan lain yang berhubungan.
Agar studi cross-sectional dapat berjalan dengan efektif dan valid, semua
subjek harus memiliki peluang yang sama untuk mewakili populasi yang diteliti.
Semua anggota kelompok studi populasi harus memiliki peluang yang sama untuk
terpilih dan mengisi formulir survei. Dengan melakukan pengambilan sampel
37
secara tepat dan objektif, semua anggota populasi dapat memperoleh peluang
sama untuk berpartisipasi dalam studi.
Salah satu teknik yang paling umum untuk melakukan studi cross-
sectional adalah melalui penggunaan metodologi survei. Banyak metode survei
yang digunakan untuk melakukan studi epidemiologi. Metode survei merupakan
metode penelitian yang paling banyak digunakan dalam desain penelitian yang
kompleks atau juga dapat berbentuk kuesioner sederhana satu halaman yang
terdiri daru satu variabel atau kondisi dalam populasi studi.
Kelebihan Studi Cross-Sectioanal;
1. Merupakan pengumpulan data sekali dalam satu kurun waktu tertentu
(wawancara/pemeriksaan/survei)
2. Lebih murah dan lebih praktis untuk dilaksanakan.
3. Memberikan banyak informasi dan data yang terbukti bermanfaat untuk
perencanaan pelayanan kesehatan dan program medis.
4. Memberikan gambaran sekilas tentang populasi studi, memperlihatkan
distribusi relatif dari kondisi, penyakit, dan cedera, dan ketidakmampuan
dalam kelompok dan populasi.
5. Memberikan keterkaitan antar-antribut penyakit dan kondisi dalam kelompok
atau populasi.
6. Bermanfaat untuk memprediksi penyebaran penyakit tertentu, seperti kolera,
di masa depan dalam populasi.
38
7. Memiliki satu kelebihan pokok, yaitu bahwa studi didasarkan pada sampel
populasi utama dan tidak tergantung pada individu yang mengajukan diri
untuk mendapatkan perlakuan medis.
Kelemahan Studi Cross-Sectioanal :
1. Tidak dapat memperlihatkan hubungan sebab-akibat yang kuat jika jumlah
sampel sedikit.
2. Hanya mewakili individu yang mengisi kuesioner, mengikuti survei, dan
berpatisipasi dalam studi.
3. Seperti yang dipakai dalam studi penyakit, hanya mewakili orang yang akan
disurvei dan/atau terjangkit penyakit.
4. Jika digunakan sebagai suatu prevalensi dari pengkajian penyakit, tidak
terlalu efektif jika angka kasus penyakit sangat kecil.
5. Kondisi atau penyakit kambuhan atau variasi musiman penyakit itu tidak
mewakili dengan baik dalam studi cross-sectional karena saat studi lakukan,
kondisi berada dalam keadaan tetap atau tidak aktif atau puncaknya.
6. Seperti kebanyakan studi, studi ini tidak berguna jika dipakai untuk
memprediksi kejadian kondisi atau penyakit di masa mendatang.
7. Lebih efektif pada penyakit kronis dan kondisi yang berkaitan dengan
perilaku, serta kurang efektif pada penyakit menular dengan masa inkubasi
dan durasi singkat.
8. Menunjukkan persentase tinggi suatu kondisi atau penyakit yang durasinya
panjang, sekaligus berpotensi untuk tidak memperlihatkan atau mempunyai
efek yang terbatas dari suatu penyakit dalam serangkaian kasus insidensi.
39
3. Penelitian Study Kohort
Penelitian kohor disebut juga penelitian insiden atau penelitian prospektif.
Kelebihan utama penelitian ini adalah metodenya yang memungkinkan
mengamati bagaimana suatu factor keterpaparan berlangsung hingga
memungkinkan terjadinya efek (penyakit).
Penelitian dimulai dengan memilih sampel kelompok sehat dari suatu
populasi. Merreka yang sehat ini akan diobservasi terhadap ada tidaknya
keterpaparan dalam suatu waktu tertentu. Setelah 5 tahun observasi, misalnya,
dihitunglah beberapa yang jatuh sakit dan beberapa yang masih sehat. Hasilnya
memberikan nilai perhitungan assosiasi yang disebut Relative Risk (Resiko
Relatif) yang mempunyai nilai netral sebesar 1. Arti RR adalah tidak ada
hubungan jika nilainya 1, sma halnya dengan nilai nol untuk Odds ratio dari suatu
penelitian kasus control.
Studi kohort adalah metode epidemiologi untuk mengidentifikasi suatu
populasi studi menurut usia atau dengan mengunakan cara atay sifat atau
pengelompakan individu lain demi tujuan penelitian.
Analisis kohort mengkaji morbiditas, mortalitas dan factor-faktor resiko
terkait berdasarkan usia subkelompok atau jika populaisnya lebih besar,
berdasarkan pengelompokan subjek. Periode waktu, pengujian ulang, evaluasi
ulang, dan kegiatan lanjutan dikaji saat kelompok individu menjalani waktu, usia
dan kehidupannya. Begitu studi kohort selesai, data harus dianalisis dengan
menggunakan rata-rata, rasio, dan tabel yang kemudian disusun dan
dipresentasikan. Data morbiditas dan mortalitas perlu dianalisis dan ditabulasi
40
berdasarkan kelompok usia dan kohort, saat mereka menjalani rentang waktu dan
kehidupan. Populasi studi mungkin bersifat sementara dan menjadi subjek analisis
hanya jika mereka ada dalam populasi studi.
Efek kohort, juga disebut ssebagai efek generasi, adalah perubahan dan
variasi pada status penyakit atau kesehatan suatu populasi studi ketika kelompok
studi tersebut bergerak seiring perjalanan waktu. Setiap pajanan atau pengaruh
dari efek lingkungan terhadap perubahan social yang dapat mempengaruhi hasil
studi sebagaimana factor tersebut, berarti juga dapat mempengaruhi status
kesehatan subjek sebagai suatu kohort. Karena setiap kohort menua, menjalani
fase demi fase kehidupannya, dan terpajan pada perubahan dalam hidupnya, efek
seperti itu akan terlihat pada setiap orang dalam kohort dan akan berdampak pada
hasil studi.
Insidensi kohort sebenarnya hanya penerapan konsep insidensi pada
kelompok dan subkelompok kohort serta pada populasi srudi. Karena kasus baru
penyakit muncul pada anggota sekelompok kohort dalam kuurun waktu tertentu,
status kesehatan kelompok menjadi terpengaruh di sepanjang waktu pelaksanaan
studi. Angka insidensi dapat mempengaruhi hasil studi kohort, sehingga kasus
baru harus ditabulasi dan dianalisis karena berlangsung dalam kohort tersebut.
Angka insidensi untuk subkelompok kohort dan untuk populasi studi secara
keseluruhan dapat dihitung. Hasil akhirnya adalah insidensi kohort.
Studi Kohort pada Epidemiologi Kesehatan Kerja. Menurut Mausner dkk.,
studi kohort prospektif historis adalah metode yang umum digunakan dalam
epidemiologi kesehatan kerja. Selain itu, kohort (kelompok) pekerja sering
41
digunakan dalam studi mortalitas karena laporan kematian lebih mudah diperoleh
dan lebih dapat dipercaya daripada laporan medis yang hanya menyajikan
penyakit dan kondisi terkait.
Variabel Penggangu pada Studi Kohort. Menurut Kelsey, variabel
penggangu dapat berpengaruh pada studi kohort. Dalam desain studi apapun,
setiap factor yang dapat menyebabkan perubahan atau berpengaruh terhadap hasil
harus diperhitungkan. Jika variabel penggangu tidak diperhitungkan, kesimpulan
atau informasi yang kelitu dapat diperoleh dan disajikan dalam laporan.
Pengkajian terhadap factor resiko atau derajat pemajanan dilakukan untuk
menentukan efeknya terhadap status kesehatan atau tahapan penyakit.
Kelebihan penelitian kohort:
1. Studi kohor merupakan desain yang terbaik dalam menentukan insendensi
dan perjalanan penyakit atau efek yang diteliti.
2. Dapat dipakai untuk mengetahui ada tidaknya assosiasi antara factor resiko
dan penyakit.
3. Memberikan keterangan yang lengkap mengenai factor resiko yang
dialami oleh individu dan riwayat alamiah perjalanan penyakit.
4. Dapat sangat mereduksi bias informasi. Tidak akan terjadi masalah recall
atau memori.
5. Masalah etika lebih sedikit dibandingkan dengan studi eksperimental.
6. Dapat dipakai langsung untuk mengukur incidence rate dari penyakit dan
resiko relative dari factor resiko yang sedang diteliti.
42
7. Informasi mengenai studi mudah dimengerti oleh orang yang buakn ahli
epidemiologi.
8. Karena pengamatan dilakukan secara kontinu dan longitudinal, maka studi
kohot memiliki kekuatan yang andal untuk meneliti berbagai masalah
kesehatan yang semakin meningkat.
Kekurangan Penelitian Kohort:
1. Memerlukan ukuran sampel yang besar, terutama untuk jenis penyakit
yang sedikit dijumpai di masyarakat. Hendaklah dihindari dengan memilih
kasus yang sering terjadi, atau penyakit yang tidak kompleks.
2. Memerlukan waktu follow up yang cukup lama. Untuk itu perlu dipilih
penyakit-penyakit yang mempunyai masa inkubasi singkat.
3.4 Epidemiologi Eksperimental
Studi ekperimental bukan studi epidemiologi sejati, setidaknya dari sudut
pandang tradisional, tetapi desain penelitiannya terencana dan bersifat klinis.
Dalam desain penelitian ekperimental, peneliti menentukan atau menetapkan
persyaratan studi atau ekperimen. Peneliti mengontrol atau menetapkan hubungan
(asosiasi) sebab akibat, atau mengontrol atau karakteristik atau variabel yang
kemudian diperbandingkan secara statistik. Kontrol, metode pengambilan sampel,
dan pengkajian statistik probabilitas juga dilakukan. Statistik inferensial paling
sering digunakan dalam analisis studi klinis atau studi eksperimental. Uji
komunitas (community trial) (menggunakan data nonacak) dan uji klinis (clinical
trial) (menggunakan data acak merupakan desain yang paling banyak digunakan
dalam epidemiologi.
43
3.4.1 Desain Studi
Rencana inti dalam penyelenggarakan penelitian desain eksperimental
adalah untuk menetapkan suatu kelompok percobaan atau perlakuan untuk
mengindentifikasi kelompok kedua yang tidak dikenai perlakuan atau eksperimen
dan digunakan sebagai pembanding. Kelompok yang tidak diterima perlakuan
disebut kelompok kontrol. Karakteristik kelompok kontrol harus semirip mungkin
dengan karakteristik kelompok percobaan. Jika memungkinkan, setiap individu
ditempatkan secara acak pada masing-masing kelompok, baik kelompok kontrol
pada masing-masing kelompok, baik kelompok kontrol maupun kelompok
percobaan. Selain itu, kondisi, proses, lingkungan, pajanan terhadap pengaruh
luar, dsb, pada kedua kelompok harus dijaga agar benar-benar sama. Satu-satunya
faktor yang harus dibedakan pada kedua kelompok itu adalah bahwa perlakuan
hanya diberikan pada kelompok percobaan ganda, studi buta, dan perlakuan
nonrandominisasi, dan kelompok kontrol.
Teknik pengambilan sampel yang tepat, sebagaimana dibahas, harus
digunakan dalam desain eksperimental seperti dalam setiap penelitian lainnya.
Teknik pengambilan sampel yang efektif harus diterapkan pada kedua kelompok,
kelompok kontrol dan dan kelompok percobaan. Dalam beberapa uji klinis,
pengambilan sampel tidak direncanakan sebelumnya karena sifat dimiliki
penelitian dan subjek, misalnya dalam percobaan obat-obatan atau teknik bedah
tertentu.
44
Dua konsep pokok yang digunakan dalam penelitian eksperimental
adalah ;
Variabel terikat (dependen) faktor atau kondisi yang terjadi dalam
kelompok percobaan dan kelompok kontrol. Variabel terikat tidak
menyebabkan perubahan dalam kelompok percobaan. Jika ada intervensi,
perlakuan, atau perubahan yang terjadi dalam kelompok percobaan,
kejadian itu harus diidentifikasi.
Variabel bebas adalah faktor yang menyebabkan perubahan dalam
kelompok percobaan dan tidak diberikan pada kelompok kontrol. Agen
perlakuan atau agen pengubah termasuk variabel bebas. Jika kelompok
percobaan diberikan suatu perlakuan, misalnya vaksin, obat, atau
intervensi lain dan kemudian perubahan terjadi, faktor yang
menyebabkan perubahan itu disebut variabel bebas.
Dalam penelitian eksperimental, hubungan sebab akibat dapat dengan
mudah diamati. Jika tidak ada perubahan, fenomena sebab-akibat akan tampak.
Perubahan terjadi dalam kelompok percobaan sedangkan dalam kelompok kontrol
tidak terjadi perubahan. Dengan demikian, ditarik kesimpulan bahwa perlakuan
(variabel bebas) itulah yang menyebabkan perubahan.
3.4.2 Desain Eksperimental di Bidang Epidemiologi
Penelitian eksperimental digunakan dalam penelitian empiris dasar pada
populasi yang kecil. Di bidang perawatan kesehatan medis/kesehatan, desain
ekperimental digunakan dalam pengujian obat-obatan, vaksin, prosedur perlakuan,
dan teknik perlakuan pasien, yang semuanya dilaksanakan dalam skala kecil,
45
sering kali terhadap hewan percobaan atau kelompok studi percobaan kecil.
Umumnya, tidak etis apabila ekperimen seperti itu dilakukan pada populasi besar
karena resiko dan hasilnya kemungkinan tidak baik. Dengan demikian,
sekelompok kecil relawan, terkadang terdiri dari atas penderita penyakit yang
tidak dapat disembuhkan, digunakan sebagai sampel dan mereka diberitahu
mengenai bahaya dan resiko yang akan dihadapi.
Aktivitas penelitian yang penting ini membantu memajukan
pengetahuan. Banyak penelitian eksperimental yang dilakukan terhadap seseorang
atau kelompok atau populasi besar.
Beberapa ukuran kontrol yang berguna di bidang kesehatan masyarakat
dan epidemiologi merupakan hasil langsung penelitian eksperimental biomedis.
Kebanyakan vaksin terbentuk dengan menggunakan uji eksperimental dan uji
klinis, dan dari sisi ini,desain eksperiemental sangat penting untuk bidang
epidemiologi.
Dalam penelitian ekperimental, salah satu dari hal pertama yang tampak
berbeda adalah bahwa proses penelitian, prosedur, input, dan hasil berada di
bawah pengendalian langusng peneliti. Desain eksperimental menunjukkan
kesamaan dengan desain studi propektif dan longitudinal karena studi tersebut
mengamati subjek selama beberapa waktu (biasanya dalam periode yang cukup
singkat) dan melibatkan pengkajian lanjutan. Ciri yang paling menonjol adalah
bahwa penelitia (penulis sengaja tidak menamakannya sebagai ahli epidemiologi)
memanipulasi subjek atau melakukan beberapa bentuk intervensi, perlakuan dan
perubahan. dalam studi epidemiologi observasi, tidak dilakukan manipulasi atau
46
perubahan satupun sehingga yang diamati dan dipelajari dan diamati hanyalah
peritiwa yang sudah terjadi.
(Bagan Tingkatan kelompok Penelitian Eksperimental)
3.5 Langkah-langkah Penelitian
Untuk meningkatkan kinerja dan mutu perencanaan program kesehatan,
diperlukan suatu proses perencanaan yang akan menghasilkan suatu rencana yang
menyeluruh (komprehensif dan holistik). Perencanaan kesehatan adalah kegiatan
yang perlu dilakukan di masa yang akan datang, yang jelas tujuannya. Langkah-
langkah perencanaan sebetulnya bersifat generik, yaitu sama dengan alur pikir
siklus pemecahan masalah, langkah-langkah pokok yang perlu dilakukan adalah :
47
1. Analisis situasi
2. Identifikasi masalah dan menetapkan prioritas
3. Menetapkan tujuan
4. Melakukan analisis untuk memilih alternatif kegiatan terbaik
5. Menyusun rencana operasional
3.5.1 Langkah-langkah Penelitian Deskriptif
Secara umum langkah-langkah yang harus ditempuh dalam penelitian deskriftif
ini tidak berbeda dengan metode-metode penelitian yang lain, yakni :
1. Memilih masalah yang akan diteliti
2. Merumuskan dan mengadakan pembatasan masala, kemudian berdasarkan
masalah tersebut diadakan studi pendahuluan untuk menghimpun informasi
dan teori-teori sebagai dasar menyusun kerangka konsep penelitian.
3. Membuat asumsi atau angapan-anggapan yang menjadi dasar perumusan
hipotesis penelitian.
4. Merumuskan hipotesis penelitian
5. Merumuskan dan memilih teknik pengumpulan data.
6. Menentukan kriteria atau kategori untuk mengadakan klasifikasi data.
7. Menentukan teknik dan alat pengumpul data yang akan digunakan.
8. Melaksanakan penelitian atau pengumpulan data yang akan digunakan.
9. Melakukan pengolahan dan analisis data (menguji hipotesis)
10. Menarik kesimpulan atau generalisasi.
11. Menyusun dan mempublikasikan laporan penelitian.
48
3.5.2 Langkah-langkah Penelitian Cross Sectional
Langkah-langkah Penelitian Cross Sectional yaitu:
1. Mengidentifikasi variabel penelitian yaitu variabel faktor risiko dan efek yang
akan diteliti dan faktor risiko mana yang tidak diteliti pengaruhnya terhadap
efek.
2. Menetapkan subyek penelitian dengan membuat batasan variabel.
3. Menetapkan sampel penelitian. Menentukan jenis sampling dan besar sampel.
4. Tahap pengumpilan data.
Perlu diperhatikan adalah instrumen pengukuran yang digunakan.
Bentuk instrumen pengukuran :
- Form kuesioner.
- Form observasi klinik.
- Form observasi non klinik.
5. Menganalisis hasil pengamatan/pengukuran setelah dilakukan tabulasi data.
Analisis dapat berupa uji sttistik untuk pembuktian hipotesa atau analisis
diskriptif.
3.5.3 Langkah-langkah Penelitian Kasus Kontrol
Penelitian ini dimulai dari adanya kasus (data). Data kasus dapat diperoleh dari :
1. Hasil studi Cross Sectional.
2. Observasi / pengamatan lapang / klinik.
3. Data sekunder.
4. Kasus-kasus akut / epidemi
Langkah-langkah Penelitian Kasus Kontrol
49
1. Merumuskan Hipotesa
2. Menetapkan populasi penelitian.
3. Menetapkan teknik dan besar sampel.
4. Mempelajari riwayat pemaparan dengan menggunakan kuesioner atau data
sekunder.
5. Analisis data
3.5.4 Langkah-langkah Penelitian Kohort
1. Merumuskan Hipotesa
2. Menetapkan polulasi penelitian dan sampel.
3. Tahap pengumpilan data. Dengan mengikuti perkembangan faktor risiko
sampai terjadi suatu efek.
Bentuk instrumen pengukuran :
- Form kuesioner.
- Form observasi klinik.
- Form observasi non klinik.
4. Analisis data
3.6 Konsep Sehat-Sakit Hubungannya dengan Epidemiologi
3.6.1 Sehat
Definisi “sehat” menurut WHO, 1948: Sehat adalah keadaan baik yang
lengkap secara fisik, mental dan sosial dan bukan semata-mata terbebas dari
penyakit atau kecacatan
Sehat adalah suatu keadaan yang seimbang antara bentuk tubuh dan fungsi
tubuh dengan berbagai faktor yang berusaha mempengaruhinya
(Parkins’,1938)
50
Sehat adalah suatu keadaan kesejahteraan sempurna fisik, mental dan
sosial yang tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan saja (WHO,
1974 dan UU Pokok Kesehatan No 9 tahun 1960)
Sehat adalah keadaan dan kualitas organ yang berfungsi secara wajar
dengan segala faktor keturunan dan lingkungan yang dipunyainya (WHO,
1957).
Sehat adalah keadaan dimana seseorang pada waktu diperiksa oleh ahlinya
tidak mempunyai keluhan dan tidak terdapat tanda-tanda penyakit atau
kelainan (White, 1977)
Sehat adalah suatu keadaan sejahtera badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi
(UU Kesehatan No. 23 tahun 1992)
3.6.2 Sakit dan Penyakit
Disamping definisi sehat , dikenal pula istilah penyakit, diantara pengertiannya
adalah
Penyakit adalah kegagalan mekanisme adaptasi suatu organisme untuk
bereaksi secara tepat terhadap rangsangan atau tekanan sehingga timbulah
gangguan pada fungsi atau struktur dari bagian, organ, atau sistem tubuh
(Gold Medical-Dictionary)
Keadaan yang tidak menyenangkan menimpa seseorang sehingga
menimbulkan gangguan aktivitas sehari-hari baik aktivitas jasmani,
rohani, maupun social (Parkins, 1937)
Suatu kondisi dimana tidak ada keserasian antara lingkungan dan individu
( Reverlly)
Keadaan yang ditandai dengan suatu perubahan gangguan nyata yang
normal (New Webster Dictionary )
Penyakit adalah suatu keadaan dimana proses kehidupan tidak lagi teratur
atau terganggu perjalananya
Penyakit bukan hanya merupakan kelainan yang dapat dilihat dari luar,
tetapi juga suatu gangguan keteraturan fungsi-fungsi dalam tubuh
51
3.6.3 Hubungan
Untuk dapat mengetahui seseorang mengalami keadaan sakit atau sehat
maka sangat perlu memahami definisi dari kedua istilah tersebut sedangkan dalam
epidemiologi, manusia adalah sebagai subjek dan objek. Dan memang segala
sesuatu yang menimpa manusia dibahas dalam epidemiologi. Oleh karena itu agar
dapat melakukan penelitian epidemiologi dengan baik dan benar sehingga tujuan
epidemiologi dapat tercapai serta manfaatnya benar-benar dapat dirasakan seorang
peneliti harus dapat memahami konsep sehat-sakit.
52
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang frekuensi dan distribusi
penyebaran) serta determinat masalah kesehatan pada sekelompok orang /
masyarakat serta determinannya (faktor – faktor yang mempengaruhinya).
Manfaat dari epidemiologi antara lain : a. Dapat menerangkan keadaan suatu
masalah kesehatan; b. Dapat menerangkan penyebab suatu masalah kesehatan;
c. Dapat menerangkan perkembangan alamiah suatu penyakit; d. Membantu
pekerjaan administrasi kesehatan.
Ruang lingkup dari epidemiologi meliputi a. Etiologi; b. Efikasi; c. Efektifitas;
d. Efisiensi; e. Evaluasi; f. Edukasi.
Komponen-komponen dari epidemiologi antara lain : a. Frekuensi masalah
kesehatan; b. Distribusi masalah kesehatan; c.Determinan masalah kesehatan.
Macam-macam penelitian epidemiologi antara lain : a. Epidemiologi
Deskriptif; b. Epidemiologi Observasi; c. Epidemiologi Analitik; d.
Epidemiologi Eksperimental.
Langkah-langkah pada penelitian epidemiologi terdiri atas : a. Analisis situasi;
b. Melakukan analisis untuk memilih alternatif kegiatan terbaik; c. Menyusun
rencana operasional; c. Menetapkan tujuan; d. Identifikasi masalah dan
menetapkan prioritas.
Hubungan konsep sehat-sakit dengan epidemiologi berfungsi untuk dapat
mengetahui seseorang mengalami keadaan sakit atau sehat, manusia adalah
sebagai subjek dan objek dalam ilmu epidemiologi.
53
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Azrul. 1988, Pengantar Epidemiologi. Binarupa Aksara, Jakarta.
Bustan, M.N. 1997. Pengantar Epidemiologi. Jakarta : PT. Rineka Cipta
54
Bustan, M.N. 2006. Pengantar Epidemiologi. Jakarta: PT Rineka Cipta
Setyawan, Ig. Dodiet Aditya. 2008. Epidemiologi : Prodi D III Kebidanan
Jurusan Kebidanan Poltekkes Surakarta. Surakarta
Kjellstrom, T. 1997. Dasar-dasar Epidemiologi Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press
Dewanto, H. 2004. Aspek-aspek Epidemiologi Maloklusi. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press
Timmreck, Thomas C. 2004. Epidemiologi: Suatu Pengantar, Edisi 2. Jakarta:
EGC
Website :
http://epid-infokes.blogspot.com/2007_08_05_archive.html
http://adityasetyawan.wordpress.com/2008/08/22/pengantar-epidemiologi/
http://vandir1986.blogspot.com/2008/11/pengertian-epidemiologi.html
http://arviant.web.ugm.ac.id/content/Epidemiologi%20dasar.pdf
55