54420588 Kebutuhan Rasa Nyaman
-
Upload
yulinda-aswan -
Category
Documents
-
view
29 -
download
10
Transcript of 54420588 Kebutuhan Rasa Nyaman
SUB TOPIK 3 :
Kebutuhan Rasa Nyaman (Bebas Nyeri)
Pengertian Nyeri
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan, bersifat sangat
subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya,
dan hanya pada orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang
dialaminya. Berikut adalah pendapart beberapa ahli rnengenai pengertian nyeri:
1. Mc. Coffery (1979), mendefinisikan nyeri sebagai suatu keadaan yang memengaruhi
seseorang yang keberadaanya diketahui hanya jika orang tersebut pernah
mengalaminya.
2. Wolf Weifsel Feurst (1974), mengatakan nyeri merupakan suatu perasaan menderita
secara fisik dan mental atau perasaan yang bisa menimbulkan ketegangan.
3. Artur C Curton (1983), mengatakan bahwa nyeri merupakan suatu mekanisme bagi
tubuh, timbul ketika jaringan sedang dirusak dan menyebabkan individu tersebut
bereaksi untuk menghilangkan rangsangan nyeri.
4. Secara umum mengartikan nyeri sebagai suatu keadaan yang tidak menyenangkan
akibat terjadinya rangsangan fisik maupun dari serabut saraf dalam tubuh ke otak dan
diikuti oleh reaksi fisik, fisiologis maupun emosional.
Fisiologi Nyeri
Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri.
Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang
berespon hanya teerhadap stimulus kuat yang secara potensial merusak. Reseptor nyeri
disebut juga nosireceptor, secara anatomis reseptor nyeri (nosireceptor) ada yang bermielin
dan ada juga yang tidak bermielin dari syaraf perifer.
Berdasarkan letaknya, nosireceptor dapat dikelompokkan dalam beberapa bagian tubuh yaitu
pada kulit (kutaneus), somatik dalam (deep somatic) dan pada daerah viseral, karena letaknya
yang berbeda- beda inilah, nyeri yang timbul juga memiliki sensasi yang berbeda.
Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan 22
Nosireceptor kutaneus berasal dari kulit dan sub kutan, nyeri yang berasal dari daerah ini
biasanya mudah untuk dialokasi dan didefinisikan. Reseptor jaringan kulit (kutaneus) terbagi
dalam dua komponen yaitu :
a. Reseptor A delta
Merupakan serabut komponen cepat (kecepatan tranmisi 6-30 m/det) yang memungkinkan
timbulnya nyeri tajam yang akan cepat hilang apabila penyebab nyeri dihilangkan.
b. Serabut C
Merupakan serabut komponen lambat (kecepatan transmisi 0,5 m/det) yang terdapat pada
daerah yang lebih dalam, nyeri biasanya bersifat tumpul dan sulit dilokalisasi.
Struktur reseptor nyeri somatic dalam meliputi reseptor nyeri yang terdapat pada daerah
yang lebih dalam, nyeri biasanya sulit dilokalisasi.
Reseptor nyeri visceral meiputi organ – organ seperti jantung, hati, usus, ginjal dsb. Nyeri
yang timbul tidak sensitif terhadap pemotongan organ, tetapi sangat sensitif terhadap
penekanan, iskemia dan inflamasi.
Klasifikasi Nyeri
Klasifikasi nyeri berdasarkan awitan
dibagi menjadi dua, yakni nyeri akut dan kronis. Nyeri akut merupakan nyeri yang
timbul secara mendadak dan cepat menghilang, tidak melebihi 6 bulan dan ditandai adanya
peningkatan tegangan otot. Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan,
biasanya berlangsung dalam waktu cukup lama, yaitu lebih dari 6 bulan. Yang termasuk
dalam katagori nyeri kronis adalah nyeri terminal, sindrom nyeri kronis, dan nyeri
psikosomatik.
Klasifikasi berdasarkan lokasi
1. Nyeri superficial/ kutaneus
Nyeri akibat stimulasi kulit. Nyeri berlangsung sebentar dan terlokalisasi. Nyeri biasanya
terasa sebagai sensasi yang tajam.
Contoh penyebab : jarum suntik, luka potong kecil
2. Viseral dalam
Nyeri akibat stimulasi organ – organ internal. Nyeri bersifat difus dan dapat menyebar ke
beberapa arah. Durasi bervariasi tetapi biasanya berlangsung lebih lama daripada nyeri
Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan 23
superficial. Nyeri dapat terasa tajam, tumpul atau unik tergantung dari organ yang terlibat.
Contoh penyebab : sensasi pukul.
3. Nyeri alih
Terjadi pada nyeri visceral karena banyak organ – organ yang tidak punya reseptor nyeri.
Jalan masuk neuron sensoris dan organ yang terkena ke dalam segmen medulla spinalis
sebagai neuron dari tempat asal nyeri dirasakan, persepsi nyeri pada daerah yang tidak
terkena. Nyeri terasa di bagian tubuh yang terpisah dari sumber nyeri dan dapat terasa
dengan berbagai karakteristik. Contoh penyebab : batu empedu yang dapat mengalihkan
nyeri ke selangkangan.
4. Radiasi
Sensasi nyeri meluas dari tempat awal cedera ke bagian tubuh yang lain. Nyeri serasa akan
menyebar ke bagian tubuh bawah atau sepanjang bagian tubuh. Nyeri dapat bersifat
intermitten atau konstan.
Klasifikasi berdasarkan organ
Nyeri organic adalah nyeri yang diakibatkan adanya kerusakan (aktual atau potensial) organ.
Nyeri neurogenik adalah
Stimulus Nyeri
Seseorang dapat Menoleransi menahan nyeri (pain tolerance), atau dapat mengenali
jumlah stimulasi nyeri sebelum merasakan nyeri (pain threshold). Terdapat beberapa jenis
stimulus nyeri, di antaranya:
1. Trauma pada jaringan tubuh,
2. Gangguan pada jaringan tubuh,
3. Tumor,
4. Iskemia pada jaringan,
5. Spasme otot,
Teori Nyeri
Terdapat beberapa teori tentang terjadinya rangsangan nyeri, diantaranya:
1. Teori Pemisahan (specificity theory).
Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan 24
Menurut teori ini rangsangan sakit masuk ke medula spinalis (spinal cord) melalui
kornu dorsalis yang bersinaps di daerah posterior. Kemudian naik ke tractus lissur dan
menyilang di garis median ke sisi lainnya dan berakhir di korteks sensoris tempat
rangsangan nyeri tersebut diteruskan.
2. Teori Pola (pattern theory). Rangsangan nyeri masuk melalui akar ganglion dorsal ke
medulla spinalis dan merangsang aktivitas sel. Hal ini mengakibatkan suatu respons
yang merangsang ke bagian yang lebih tinggi, yaitu korteks serebri serta kontraksi
menimbulkan persepsi dan otot berkontraksi sehingga menimbulkan nyeri. Persepsi
dipengaruhi olch modalitas respons dari reaksi sel.
3. Teori Pengendalian Gerbang (gate control theory). Mcnurut teori ini, nyeri
tergantung dari kerja serat saraf besar dan kecil. Keduanya berada dalam akar
ganglion dorsalis. Rangsangan pada serat besar akan meningkatkan aktivitas
substansia gelatinosa yang mengakibatkan tertutupnya pintu mekanisme sehingga
aktivitas sel T terhambat dan menyebabkan hantaran rangsangan terhambat.
Rangsangan serat besar dapat langsung merangsang ke korteks serebri. Hasil persepsi
ini akan dikembalikan ke dalam medulla spinalis melalui serat eferen dan reaksinya
memengaruhi aktifitas sel T. Rangsangan pada serat kecil akan menghambat aktivitas
substansia qelatinosa dan membuka pintu mekanisme, sehingga merangsang aktivitas
sel T yang selanjutnya akan menghantarkan rangsangan nyeri.
4. Teori Transmisi dan Inhibisi. Adanya stimulus pada nociceptor memulai transmisi
impuls-impuls saraf, sehingga transmisi impuls nyeri menjadi efektif oleh
neurotransmiter yang spesifik. Kemudian, inhibisi impuls nyeri menjadi efektif oleh
impuls-impuls pada scrabut-serabut besar yang memblok impuls-impuls pada serabut
lamban dan endogcn opiate sistem supresif. (Barbara C Long, 1989)
Faktor yang Memengaruhi Nyeri
Pengalaman nyeri pada seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya adalah:
1. Arti Nyeri
Arti nyeri bagi seserang memiliki banyak perbedaan dan hampir sebagian arti nyeri
merupakan arti yang negatif, seperrti membahayakan, merusak, dan lain-lain. Keadaan ini
dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti usia, jenis kelamin, latar belakang sosial kultural,
lingkungan; dan pengalaman.
Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan 25
2. Persepsi Nyeri
Persepsi nyeri merupakan penilaian sangat subyektif tempatnya pada korteks (pada fungsi
evaluatif kognisi). Persepsi ini dipengaruhi oleh faktor yang dapat memicu stimulasi
nociceptor.
3. Toleransi Nyeri
Toleransi ini erat hubungannya dengan adanya intensitas nyeri yang dapat memengaruhi
seseorang menahan nyeri. Faktor yang dapat memengaruhi peningkatan toleransi nyeri antara
lain alkohol, obat-obatan, hipnosis, gesekan atau garukan, pengalihan perhatian, kepercayaan
yang kuat dan scbagianya. Sedangkan faktor yang menurunkan tolcransi antara lain
kelelahan, rasa marah, bosan, cemas, nyeri yang tiidak kunjung hilang, sakit, dan lain-lain.
4. Reaksi terhadap Nyeri
Reaksi terhadap nyeri merupakan bentuk respons seseorang terhadap nyeri, seperti ketakutan,
gelisah, cemas, menangis, dan menjerit. Semua ini merupakan bentuk respons nyeri yang
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti: arti nyeri, tingkat persepsi nyeri, pengalaman
masa lalu, nilai budaya, harapan sosial, kesehatan fisik dan mental, takut, cemas, usia dan
lain-lain.
MANAJEMEN NYERI
Ada beberapa cara untuk mengatasi nyeri yang dapat dilaksanakan oleh bidan diantaranya :
1. Mengurangi faktor yang dapat menambah nyeri misalnya ketidakpercayaan,
kesalahpahaman, ketakutan, kelelahan dan kebosanan.
a. Ketidakpercayaan
Pengakuan bidan akan rasa nyeri yang diderita pasien dapat mengurangi nyeri. Hal ini
dapat dilakukan melalui pernyataan verbal, mendengarkan dengan penuh perhatian
mengenai keluhan nyeri pasien dan mengatakan kepada pasien bahwa bidan mengkaji rasa
nyeri pasien agar dapat lebih memahami tentang nyerinya.
b. Kesalahpahaman
Hal ini dilakukan dengan memberitahu pasien bahwa nyeri yang dialami sangat individual
dan hanya pasien yang tahu secara pasti tentang nyerinya.
c. Ketakutan
Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan 26
Anjurkan pasien untuk mengekspresikan bagaimana mereka menangani nyeri
d. Kelelahan
Keleahan dapat memperberat nyeri. Untuk mengatasinya, kembangkan pola aktivitas yang
dapat memberikan istirahat yang cukup.
e. Kebosanan
Untuk mengurangi nyeri dapat digunakan pengalih perhatian yang bersifat terapetik.
Beberapa teknik pengalih perhatian adalah bernapas pelan dan berirama, memijat secara
perlahan, menyanyi berirama, aktif mendengarkan musik, membayangkan hal – hal yang
menyenangkan dan sebagainya.
2. Memodifikasi stimulus nyeri dengan menggunakan teknik – teknik, seperti :
a. Teknik Latihan Pengalihan
Menonton TV, berbincang – bincang dengan orang lain,
b. Teknik Relaksasi
Menganjurkan pasien untuk menarik napas dalam dan mengisi paru – paru dengan udara,
menghembuskannya secara perlahan, melemaskan otot – otot tangan, kaki, perut dan
punggung serta mengulangi hal yang sama sambil terus berkonsentrasi hingga pasien
merasa nyaman, tenang dan rileks.
c. Stimulasi kulit
Menggosok dengan halus pada daerah nyeri, menggosok punggung, menggunakan air
hangat dan dingin, memijat dengan air mengalir.
3. Pemberian obat analgesik
Dilakukan guna menganggu atau memblok transmisi stimulus nyeri agar terjadi perubahan
persepsi dengan cara mengurangi kortikal terhadap nyeri. Jenis analgesiknya adalah
narkotika dan bukan narkotika. Jenis narkotika digunakan untuk menurunkan tekanan
darah dan menimbulkan depresi pada fungsi vital, seperti respirasi. Jenis bukan
narkotika yang paling banyak dikenal di masyarakat adalah aspirin, asetaminofen dan
bahan antiinflamasi nonsteroid. Golongan aspirin digunakan untuk memblok
rangsangan pada sentral dan perifer kemungkinan menghambat sintesis prostaglandin
yang memiliki khasiat setelah 15 menit sampai 20 menit dan memuncak 1-2 jam.
Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan 27
Aspirin juga menghambat agregasi trombosit dan antagonis lemah terhadap vitamin K,
sehingga dapat meningkatkan waktu perdarahan dan protombin bila diberikan dalam
dosis tinggi. Golongan asetaminofen sama seperti aspirin akan tetapi tidak
menimbulkan perubahan kadar protombin dan jenis nonsteroid anti inflamantory drug
(NSAID) juga dapat menghambat prostaglandin dan dosis rendah dapat berfungsi
sebagai analgesik. Kelompok obat ini meliputi ibuprofen, mefenamic acid, fenoprofen,
naprofen, zo
4. Pemberian stimulator listrik,yaitu dengan memblok atau mengubah stimulus yang kurang
dirasakan. Bentuk stimulator metode stimulator metode stimulus listrik meliputi :
Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan 28