53673240-OMSK
-
Upload
arifullah-tuwo -
Category
Documents
-
view
29 -
download
2
Transcript of 53673240-OMSK
LAPORAN PENDAHULUAN
OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS
A. Definisi
Otitis media supuratif kronis (OMSK) adalah infeksi kronis di telinga tengah
dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah
menetap atau berulang dan biasanya diikuti oleh penurunan pendengaran dalam
beberapa tingkatan. Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah1,4,5.
Tipe klinik OMSK dibagi atas dua, yaitu tipe tubotimpanal (tipe rinogen, tipe
sekunder, OMSK tipe jinak) dan tipe atikoantral (tipe primer, tipe mastoid, OMSK
tipe ganas). OMSK tipe ganas ini dapat menimbulkan komplikasi kedalam tulang
temporal dan ke intrakranial yang dapat berakibat fatal2.
B. Epidemiologi
OMSK adalah salah satu penyebab gangguan telinga pada berbagai negara,
terutama berkembang. Insiden OMSK ini bervariasi pada setiap negara. Secara
umum, insiden OMSK dipengaruhi oleh ras dan faktor sosioekonomi. Misalnya,
OMSK lebih sering dijumpai pada orang Eskimo dan Indian Amerika, anak-anak
aborigin Australia dan orang kulit hitam di Afrika Selatan. Walaupun demikian, lebih
dari 90% beban dunia akibat OMSK ini dipikul oleh negara-negara di Asia Tenggara,
daerah Pasifik Barat, Afrika, dan beberapa daerah minoritas di Pasifik. Kehidupan
sosial ekonomi yang rendah, lingkungan kumuh dan status kesehatan serta gizi yang
jelek merupakan faktor yang menjadi dasar untuk meningkatnya prevalensi OMSK
pada negara yang sedang berkembang1,2.
Survei prevalensi di seluruh dunia, yang walaupun masih bervariasi dalam hal
definisi penyakit, metode sampling serta mutu metodologi, menunjukkan beban
dunia akibat OMSK melibatkan 65–330 juta orang dengan telinga berair, 60% di
antaranya (39–200 juta) menderita kurang pendengaran yang signifikan. Secara
umum, prevalensi OMSK di Indonesia adalah 3,8% atau diperkirakan sekitar 6,6 juta
penduduk Indonesia dan pasien OMSK merupakan 25% dari pasien-pasien yang
berobat di poliklinik THT rumah sakit di Indonesia2.
C. Etiologi
Terjadinya OMSK disebabkan oleh keadaan mukosa telinga tengah yang tidak
normal atau tidak kembali normal setelah proses peradangan akut telinga tengah,
keadaan tuba Eustachius yang tertutup dan adanya penyakit telinga pada waktu bayi.
Terjadinya OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada anak,
jarang dimulai setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari nasofaring
(adenoiditis, tonsilitis, rinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah melalui tuba
Eustachius. Proses infeksi ini sering disebabkan oleh campuran mikroorganisme
aerobik dan anaerobik yang multiresisten terhadap standar yang ada saat ini. Kuman
penyebab yang sering dijumpai pada OMSK ialah Pseudomonas aeruginosa sekitar
50%, Proteus sp. 20% dan Staphylococcus aureus 25%. Fungsi tuba Eustachius yang
abnormal merupakan faktor predisposisi yang dijumpai pada anak2,6,7.
Beberapa penyebab OMSK antara lain 6,7 :
1. Lingkungan
2. Genetik
3. Otitis media sebelumnya.
4. Infeksi
5. Infeksi saluran nafas atas
6. Autoimun
7. Alergi
8. Gangguan fungsi tuba eustachius.
Beberapa faktor-faktor yang menyebabkan perforasi membran timpani menetap pada
OMSK6,7 :
1. Infeksi yang menetap pada telinga tengah mastoid yang mengakibatkan produksi
sekret telinga purulen berlanjut.
2. Berlanjutnya obstruksi tuba eustachius yang mengurangi penutupan spontan pada
perforasi.
3. Beberapa perforasi yang besar mengalami penutupan spontan melalui mekanisme
migrasi epitel.
4. Pada pinggir perforasi dari epitel skuamous dapat mengalami pertumbuhan yang
cepat diatas sisi medial dari membran timpani. Proses ini juga mencegah
penutupan spontan dari perforasi.
Faktor-faktor yang menyebabkan penyakit infeksi telinga tengah supuratif
menjadi kronis majemuk, antara lain :
1. Gangguan fungsi tuba eustachius yang kronis atau berulang.
2. Infeksi hidung dan tenggorok yang kronis atau berulang.
3. Obstruksi anatomik tuba Eustachius parsial atau total
4. Perforasi membran timpani yang menetap.
5. Terjadinya metaplasia skumosa atau perubahan patologik menetap lainya pada
telinga tengah.
6. Obstruksi menetap terhadap aerasi telinga atau rongga mastoid.
7. Terdapat daerah-daerah dengan sekuester atau osteomielitis persisten di mastoid.
8. Faktor-faktor konstitusi dasar seperti alergi, kelemahan umum atau perubahan
mekanisme pertahanan tubuh.
D. Patogenesis
Patogensis OMSK belum diketahui secara lengkap, tetapi dalam hal ini
merupakan stadium kronis dari otitis media akut (OMA) dengan perforasi yang
sudah terbentuk diikuti dengan keluarnya sekret yang terus menerus. Perforasi
sekunder pada OMA dapat terjadi kronis tanpa kejadian infeksi pada telinga tengah
misal perforasi kering. Beberapa penulis menyatakan keadaan ini sebagai keadaan
inaktif dari otitis media kronis. OMA dengan perforasi membran timpani menjadi
OMSK apabila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan. Sumbatan Tuba Eustachius
merupakan faktor penyebab utama terjadinya OMA3,6.
Pada keadaan normal, muara tuba Eustachius berada dalam keadaan tertutup dan
akan membuka bila kita menelan. Tuba Eustachius ini berfungsi untuk
menyeimbangkan tekanan udara telinga tengah dengan tekanan udara luar (tekanan
udara atmosfer). Fungsi tuba yang belum sempurna, tuba yang pendek, penampang
relatif besar pada anak dan posisi tuba yang datar menjelaskan mengapa suatu infeksi
saluran nafas atas pada anak akan lebih mudah menjalar ke telinga tengah sehingga
lebih sering menimbulkan OMA daripada dewasa.
Pada anak dengan infeksi saluran nafas atas, bakteri menyebar dari nasofaring
melalui tuba Eustachius ke telinga tengah yang menyebabkan terjadinya infeksi dari
telinga tengah.
Pada saat ini terjadi respons imun di telinga tengah. Mediator peradangan pada
telinga tengah yang dihasilkan oleh sel-sel imun infiltrat, seperti netrofil, monosit,
dan leukosit serta sel lokal seperti keratinosit dan sel mastosit akibat proses infeksi
tersebut akan menambah permiabilitas pembuluh darah dan menambah pengeluaran
sekret di telinga tengah.
Selain itu, adanya peningkatan beberapa kadar sitokin kemotaktik yang dihasilkan
mukosa telinga tengah karena stimulasi bakteri menyebabkan terjadinya akumulasi
sel-sel peradangan pada telinga tengah. Mukosa telinga tengah mengalami
hiperplasia, mukosa berubah bentuk dari satu lapisan, epitel skuamosa sederhana,
menjadi pseudostratified respiratory epithelium dengan banyak lapisan sel di antara
sel tambahan tersebut. Epitel respirasi ini mempunyai sel goblet dan sel yang
bersilia, mempunyai stroma yang banyak serta pembuluh darah. Kondisi ini
menyebabkan peningkatan pengeluaran sekret. Perforasi membran timpani terjadinya
nekrosis jaringan akibat toxin nekrotik yang dikeluarkan oleh bakteri. Penyembuhan
OMA ditandai dengan hilangnya sel-sel tambahan dan kembali ke bentuk lapisan
epitel sederhana, membran timpani yang berangsur normal dan kemudian menutup
serta sekret yang tidak ada lagi. Bila perforasi menetap dan sekret tetap keluar lebih
dari 2 bulan maka keadaan ini disebut Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK)2,3.
E. Klasifikasi OMSK
OMSK dapat dibagi menjadi 2 tipe, yaitu2:
1. Tipe tubotimpanal
Tipe tubotimpanal disebut juga sebagai tipe jinak (benigna) dengan perforasi yang
letaknya sentral. Biasanya tipe ini didahului dengan gangguan fungsi tuba yang
menyebabkan kelainan di kavum timpani. Tipe ini disebut juga dengan tipe mukosa
karena proses peradangannya biasanya hanya pada mukosa telinga tengah, dan
disebut juga tipe aman karena tidak menimbulkan komplikasi yang berbahaya.
2. Tipe atikoantral
Beberapa nama lain digunakan untuk tipe ini OMSK tipe tulang karena penyakit
menyebabkan erosi tulang, tipe bahaya ataupun sering disebut sebagai chronic
supurative otitis media with cholesteatoma. Perforasi membran timpani yang terjadi
pada tipe ini biasanya perforasi yang marginal yang dihasilkan dari suatu kantong
retraksi dan muncul di pars plasida, merupakan perforasi yang menyebabkan tidak
ada sisa pinggir membran timpani (annulus timpanikus). Oleh sebab itu dinding
bagian tulang dari liang telinga luar, atik, antrum, dan sel-sel mastoid dapat terlibat
dalam proses inflamasi sehingga tipe ini disebut ‘penyakit atikoantral’.
Kolesteatoma pada OMSK tipe atikoantral adalah suatu kantong retraksi yang
dibatasi oleh epitel sel skuamosa yang diisi dengan debris keratin yang muncul
dalam ruang yang berpneumatisasi dari tulang temporal. Kolesteatoma mempunyai
kemampuan untuk tumbuh, mendestruksi tulang, dan menyebabkan infeksi kronik
sehingga suatu otitis media kronik dengan kolesteatoma sering dikatakan sebagai
‘penyakit yang tidak aman’ dan secara umum memerlukan penatalaksanaan bedah.
F. Gejala Klinik OMSK
Gejala Klinis yang sering ditemukan pada pasien dengan OMSK adalah sebagai
berikut :
1. Telinga Berair (Otorrhoe)
Sekret bersifat purulen atau mukoid tergantung stadium peradangan. Pada OMSK
tipe jinak, cairan yang keluar mukopus yang tidak berbau busuk yang sering kali
sebagai reaksi iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi membran timpani dan
infeksi. Keluarnya sekret biasanya hilang timbul. Pada OMSK stadium inaktif tidak
dijumpai adannya sekret telinga. Pada OMSK tipe ganas unsur mukoid dan sekret
telinga tengah berkurang atau hilang karena rusaknya lapisan mukosa secara luas.
Sekret yang bercampur darah berhubungan dengan adanya jaringan granulasi dan
polip telinga dan merupakan tanda adanya kolesteatom yang mendasarinya. Suatu
sekret yang encer berair tanpa nyeri mengarah kemungkinan tuberkulosis.
2. Gangguan Pendengaran
Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran. Beratnya
ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan
dan mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga tengah. Pada OMSK tipe maligna
biasanya didapat tuli konduktif berat.
3. Otalgia (Nyeri Telinga)
Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya drainase pus. Nyeri dapat
berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret, terpaparnya
durameter atau dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan abses otak. Nyeri
merupakan tanda berkembang komplikasi OMSK seperti Petrositis, subperiosteal
abses atau trombosis sinus lateralis.
4. Vertigo
Keluhan vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin akibat
erosi dinding labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul biasanya akibat
perubahan tekanan udara yang mendadak atau pada panderita yang sensitif keluhan
vertigo dapat terjadi hanya karena perforasi besar membran timpani yang akan
menyebabkan labirin lebih mudah terangsang oleh perbedaan suhu. Penyebaran
infeksi ke dalam labirin juga akan meyebabkan keluhan vertigo. Vertigo juga bisa
terjadi akibat komplikasi serebelum.
G. Diagnosis OMSK
Diagnosis OMSK ditegakan dengan cara2 :
1. Anamnesis
Penyakit telinga kronis ini biasanya terjadi perlahan-lahan dan penderita
seringkali datang dengan gejala-gejala penyakit yang sudah lengkap. Gejala yang
paling sering dijumpai adalah telinga berair, adanya sekret di liang telinga yang pada
tipe tubotimpanal sekretnya lebih banyak dan seperti berbenang (mukous), tidak
berbau busuk dan intermiten, sedangkan pada tipe atikoantral, sekretnya lebih
sedikit, berbau busuk, kadangkala disertai pembentukan jaringan granulasi atau
polip, maka sekret yang keluar dapat bercampur darah. Ada kalanya penderita datang
dengan keluhan kurang pendengaran atau telinga keluar darah.
2. Pemeriksaan otoskopi
Pemeriksaan otoskopi akan menunjukan adanya dan letak perforasi. Dari perforasi
dapat dinilai kondisi mukosa telinga tengah.
3. Pemeriksaan audiologi
Evaluasi audiometri, pembuatan audiogram nada murni untuk menilai hantaran
tulang dan udara, penting untuk mengevaluasi tingkat penurunan pendengaran dan
untuk menentukan gap udara dan tulang. Audiometri tutur berguna untuk menilai
‘speech reception threshold’ pada kasus dengan tujuan untuk memperbaiki
pendengaran.
4. Pemeriksaan radiologi
Radiologi konvensional, foto polos radiologi, posisi Schüller berguna untuk
menilai kasus kolesteatoma, sedangkan pemeriksaan CT scan dapat lebih efektif
menunjukkan anatomi tulang temporal dan kolesteatoma.
H. Penatalaksanaan
Terapi OMSK tidak jarang memerlukan waktu lama, serta harus berulang-ulang.
Sekret yang keluar tidak cepat kering atau selalu kambuh lagi. Keadaan ini antara
lain disebabkan oleh satu atau beberapa keadaan, yaitu (1) Adanya perforasi
membran timpani yang permanen, sehingga telinga tengah berhubungan dengan
dunia luar, (2) infeksi di faring, nasofaring, hidung dan sinus paranasal (3) sudah
terbentuk jaringan patologik yang ireversibel dalam rongga matoid, dan (4) gizi dan
higiena yang kurang3.
A. Terapi OMSK tipe aman
Prinsip terapi OMSK tipe aman ialah dengan konservatif atau dengan
medikamentosa. Bila sekret yang keluar terus menerus, maka diberikan obat pencuci
telinga, berupa larutan H2O2 3% selama 3-5 hari. Setelah sekret berkurang, maka
terapi dilanjutkan dengan memberikan obat tetes telinga yang mengandung
antibiotika dan kortikosteroid. Antibiotika topikal yang dapat dipakai pada OMSK
adalah Polimiksin B atau Polimiksin E, Neomisin, dan Kloramfenikol. Secara oral
diberikan antibiotika golongan ampisilin atau eritromisin (bila pasien alergi terhadap
penisilin), sebelum hasil tes resistensi diterima. Pada infeksi yang dicurigai karena
penyebabnya telah resisten terhadap ampisilin dapat diberikan ampisilin asam
klavulanat.
Bila sekret telah kering, tetapi perforasi masih ada setelah diobservasi selam 2
bulan, maka idealnya dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti. Operasi ini
bertujuan untuk menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki membran
timpani yang perforasi, mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan pendengaran
yang lebih berat, serta memperbaiki pendengaran.
Bila terdapat sumber infeksi yang menyebabkan sekret tetap ada, atau terjadinya
infeksi berulang, maka sumber infeksi itu harus diobati terlebih dahulu, mungkin
juga perlu melakukan pembedahan, misalnya adenoidektomi dan tonsilektomi.
B. Terapi OMSK tipe bahaya
Prinsip terapi OMSK tipe bahaya adalah pembedahan, yaitu mastoidektomi. Jadi,
bila terdapat OMSK tipe bahaya, maka terapi yang tepat ialah dengan melakukan
mastoidektomi dengan atau tanpa timpanoplasti. Terapi konservatif dengan
medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelebul dilakukan
pembedahan. Bila terdapat abses subperiosteal retroaurikuler, maka insisi abses
sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum mastoidektomi. Terdapat beberapa jenis
pembedahan atau teknik operasi pada OMSK dengan komplikasi mastoiditis yaitu
(1) mastoidektomi sederhana, (2) mastoidektomi radikal, (3) mastoidektomi radikal
dengan modifikasi, (4) miringoplasti, (5) timpanoplasti, dan (6) pendekatan ganda
timpanoplasti.
I. Komplikasi
Otitis media supuratif, baik yang akut maupun kronis, mempunyai potensi untuk
menjadi serius karena komplikasinya yang dapat mengancam kesehatan dan dapat
menyebabkan kematian. Bentuk patologik ini tergantung kelainan yang
menyebabkan otore. Biasanya komplikasi didapatkan pada pasien OMSK tipe
bahaya, tetapi OMSK tipe aman pun dapat menyebabkan suatu komplikasi, bila
terinfeksi kuman yang purulen. Klasifikasi otitis media menurut adams dkk (1989)
adalah sebagai berikut3 :
1. Komplikasi di telinga tengah :
Perforasi membran timpani persisten
Erosi tulang pendengaran
Paralisis nervus facialis
2. Komplikasi di telinga dalam :
Fistula Labirin
Labirinitis supuratif
Tuli saraf (sensorineural)
3. Komplikasi ekstradural :
Abses ekstradural
Thrombosis sinus lateralis
Petrositis
4. Komplikasi ke susunan saraf pusat :
Meningitis
Abses otak
Hidrosefalus otitis
PEMBAHASAN
Diagnosis otitis media supuratis kronis (OMSK) ditegakkan dari hasil anamnesis
serta pemeriksaan fisik dimana pasien mengeluh keluarnya cairan sedikit kental dari
telinga kiri sejak 4 hari yang lalu. Pasien mengatakan pendengaran berkurang pada
kedua telinga. Pasien juga mengeluhkan batuk tidak berdahak. Dari pemeriksaan
fisik, pada telinga kiri didapatkan sekret berwarna jernih kekuningan, sedikit kental
dan tidak berbau yang keluar terus menerus, setelah sekret dibersihkan tampak
perforasi pada membran timpani telinga kiri. Dari pemeriksaan fisik, pada telinga
kanan tidak didapatkan adanya sekret namun terdapat perforasi pada membran
timpani telinga kanan. Pasien mengatakan pernah keluar cairan pada telinga kiri dan
kanan pada waktu SD, sejak saat itu pendengaran berkurang pada kedua telinga
terutama telinga kanan. Keterbatasan data menyebabkan tidak dapat diketahui
perjalanan penyakit pasien hingga saat ini, apakah perforasi sudah mengalami
resolusi atau menjadi persisten dan menyebabkan penyakit menjadi kronis.
Kemungkinan terjadi perforasi persiten dari membran timpani sehingga pendengaran
pasien berkurang. Terdapat beberapa faktor pada pasien yang dapat menyebabkan
OMA menjadi OMSK yaitu terapi yang terlambat diberikan, terapi yang tidak
adekuat, virulensi kuman tinggi, daya tahan tubuh pasien rendah (gizi kurang) atau
hygiene buruk.
Pada pemeriksaan hidung tenggorokan yang dilakukan tidak didapatkan adanya
suatu kelainan.
Pada pasien perlu dilakukan pemeriksaan penunjang berupa kultur dan uji
resistensi kuman dari sekret telinga, pemeriksaan Radiologi berupa radiologi
konvensional/posisi schuller, pemeriksaan pendengaran dengan tes penala atau
audiometric, pemeriksaan darah lengkap (DL), BT, CT dan GDS untuk persiapan
timpanoplasti.
Pada pasien direncanakan terapi dengan memberikan obat pencuci telinga,
berupa larutan H2O2 3% selama 3-5 hari. Setelah sekret berkurang, maka terapi
dilanjutkan dengan memberikan obat tetes telinga yang mengandung yaitu diberikan
Ofloxacin 0.3% dengan aturan pakai 2 kali sehari 3-6 tetes pada telinga kiri. Rencana
dilakukanya timpanoplasti untuk telinga kanan. Rencana dilakukannya timpanoplasti
untuk telinga kiri apabila perforasi membran timpani menetap. Selain pengobatan
dengan medikamentosa perlu juga untuk memberikan edukasi kepada pasien berupa
anjuran untuk makan, minum dan istirahat yang cukup, menjaga hygiene daerah
telinga, tidak mengorek telinga terlalu dalam, menjaga agar air tidak masuk ke
telinga sewaktu mandi dan dilarang berenang, segera berobat bila menderita ISPA,
kontrol jika obat habis dan bila sebelum obat habis timbul keluhan lain segera
kontrol kembali, memberikan penjelasan kepada pasien mengenai rencana untuk
melakukan operasi rekonstruksi yaitu timpanoplasti pada telinga kanan, dan juga
pada telinga kiri apabila perforasi membran timpani menetap setelah pengobatan.
DAFTAR PUSTAKA
1. World Health Organization. 1996. Prevention of Hearing Impairment from
Chronic Otitis Media. Available from : http://www. who.int / (Accessed at April,
12th 2011)
2. Askaroellah, Aboet. 2007. Radang Telinga Tengah Menahun. Available from :
http://www.usu.ac.id/ (Accessed at April, 12th 2011)
3. Zainul, A., Djaafar, Z.A., Helmi dan Restuti, R.D. Kelainan Telinga Tengah.
Dalam Soepardi, Efiaty Arsyad, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga,
Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher Edisi Ke-enam. Jakarta: FKUI
4. Snow, J.B. and Ballenger, J.J. 2003. Ballenger Otorhinolaryngology Head and
Neck Surgery sixteenth edition. United States: BC Decker Inc
5. Luran, R. dan Wajdi, F. 2001. Pemakaian Antibiotika Topikal pada Otitis Media
Supuratif Kronis Jinak Aktif. Cermin Dunia Kedokteran No.132
6. Djaafar, Z.A. Kelainan telinga tengah. Dalam: Soepardi Efiaty Arsyad, dkk.
2001. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala leher Edisi
kelima. Jakarta: FKUI
7. Helmi. Komplikasi otitis media supuratif kronis dan mastoiditis. Dalam:
Soepardi Efiaty Arsyad, dkk. 2001. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung
tenggorok kepala leher Edisi kelima. Jakarta: FKUI