5 Matematika Dasar Rev 3
description
Transcript of 5 Matematika Dasar Rev 3
TUGAS MANDIRI
MATEMATIKA DASAR
Meringkas
Nama : Astuanna SigalinggingNPM : 130910195Kode Kelas : 131-MN004-M8Mata Kuliah : Matematika DasarDosen :
FAKULTAS EKONOMIUNIVERSITAS PUTRA BATAM
2013
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME, bahwasanya
makalah yang berjudul “Meringkas Matematika Dasar” telah selesai
sebagaimana mestinya, guna memenuhi salah satu tugas mandiri mata kuliah
Matematika, Semeter I Jurusan Manajemen Bisnis di lingkungan Universitas
Putra Batam (UPB).
Dalam penyusunan makalah ini tentu penulis mendapatkan kesulitan-
kesulitan. Namun berkat bantuan dari berbagai pihak baik moril maupun materil,
sehingga kesulitan-kesulitan tersebut dapat teratasi.
Maka dari itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai
pihak yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil kepada
penulis.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, sehingga
demi kesempurnaannya penulis menerima kritik dan saran yang sifatnya
membangun. Namun besar harapan penulis agar makalah ini dapat bermanfaat
khususnya bagi penulis dan bagi pembaca pada umumnya.
Batam, Desember 2013
Astuanna Sigalingging
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 1
C. Tujuan................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Fungsi Real........................................................................................... 3
B. Turunan dan Penggunaan...................................................................... 4
C. Integral dan Penggunaan....................................................................... 5
D. Fungsi transeden................................................................................... 6
E. Teknik Pengintegralan.......................................................................... 12
F. Barisan dan Deret.................................................................................. 14
G. Persamaan Diferensial Biasa.................................................................
H. Kalkulus Fungsi Vektor........................................................................
I. Fungsi Peubah banyak..........................................................................
J. Integral Rangkap...................................................................................
K. Kalkulus Integral Vektor.......................................................................
BAB III KESIMPULAN
A. Kesimpulan........................................................................................... 20
B. Saran..................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 21
iii
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Matematika adalah salah satu ilmu dasar, yang semakin dirasakan
interkasinya dalam bidang-bidang ilmu lainnya seperti ekonomi dan
teknologi.Peran matematika dalam interaksi ini terletak pada struktur ilmudan
peralatan yang digunakan.Ilmu matematika sekarang ini masih banyak
digunakan dalam berbagai bidang seperti bidang industry, asuransi, ekonomi,
pertanian, dan dibanyak bidang social maupun teknik.Mengingat peranan
matematika yang semakin besar dalam tahun-tahun mendatang, tentunya
banyak sarjana matematikayang sangat dibutuhkan yang sangat terapil, andal,
kompeten dan berwawasan luas, baik didalam displin ilmunya sendiri
maupun dalam displin ilmu lainnya yang saling menunjang.
Kata metematika berasal dari “mathema” dalam bahasa yunani yang
diartikan sebagai, “sain, ilmu pengetahuan atau belajar.”Displin utama dalam
matematika didasarkan pada kebutuhan perhitungan dalam perdanganngan,
pengukuran tanah, dan memprediksi peristiwa dalam astronomi.Ketiga
kebutuhan inisecara umum berkaitan dengan ketiga pembagian umum bidang
matematika yaitu studi tentang struktur, ruang dan perubahan.Pelajaran
tentang strukturyang sangat umum dimulai dalambilangan natural dan
bilangan bulat, serta operasi aritmatikanya, yang semuanya dijabarkan dalam
aljabar dasar.Sifat bilangan bulat yang lebih mendalam dipelajarai dalam teori
bilangan.Ilmu tentang ruang berawal dari geometri.Dan pengertian dari
perubahan pada kuantitas yang dapat dihitung adalah suatu hal yang biasa
dalam ilmu alam dan kalkulus.
Dalam perdaganagan sangat erat berkaitan dengan matematika karena
dalam perdangan pasti akanada perhitungan, dimana perhitungan
tersebutbagian dari matematika. Secara tidak sadar ternayta semua orang
menggunakan matematika dalam kehidupan sehari-hari, seperti jika ada orang
yang sedang membangun rumah maka pasti orang tersebut akan
1
mengukurdalam menyelesaiakan pekerjaan itu.oleh karenaitu, matematika
sangat bermanfaat sekali dalam kehidupan sehari-hari
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, rumusan masalah makalah
ini adalah :
1. Apa saja materi yang perlu dikuasai mahasiswa dalam matematika dasar?
2. Bagaimana konsep-konsep dasar dari matematika dasar?
C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui :
1. Materi yang perlu dikuasai mahasiswa dalam matematika dasar
2. Konsep-konsep dasar dalam matematika dasar
2
BAB IIPEMBAHASAN
A. Fungsi Real
1. Sistem Bilangan Real
Bilangan real memainkan persnan yang sangat penting dalam kalkulus.
Oleh karena itu, pertama kali akan diberikan beberapa fakta dan
terminologi dari bilangan real. Sifat-sifat yang dimiliki bilangan real
adalah sifat trikotomi, yaitu bilangan ral a dan b, maka hanya akan
berlaku salah satyu dari tiga sifat berikut ini :
a. a = b atau
b. a < b atau
c. a > b
Definisi : Sistem bilangan R adalah suatu sistem aljabar yang
terhadap operasi jumlahan (+) & operasi perkalian (o) mempunyai sifat-
sifat sebagai berikut:
1. (R, +) Grup komutatif, yaitu:
2. (R-{0}, o) Grup Komutatif, yaitu
3
3. (R, +) distributive
Selanjutnya anggota R disebut bilangan Real / bilangan nyata.
B. Turunan dan Penggunaan
1. Maksimum dan Minimum
Definisi 4.1.1. (nilai maksimum dan minimum)
Misalkan S daerah asal f dan S memuat titik c, kita katakan bahwa :
1. f (c) adalah nilai maksimum f pada S jika f (c) > f (x), untuk setiap x S.
2. f (c) adalah nilai minimum f pada S jika f (c) < f (x), untuk setiap x S.
4
3. f (c) adalah nilai ekstrim f pada S jika f (c) adalah nilai maksimum atau
nilai minimum.
4. Tidak semua fungsi mempunyai nilai maksimum atau minimum, fungsi
yang tidak mempunyai nilai maksimum atau minimum dapat mempunyai
maksimum atau minimum dengan membatasi daerah asalnya.
1. Teorema 4.1. (eksistensi ekstrim)
Jika f kontinu pada interval tertutup [a, b] maka f mempunyai maksimum
dan minimum.Biasanya fungsi yang ingin kita maksimum dan
minimumkan akan mempunyai suatu interval I sebagai daerah aslnya.
Beberapa dari interval ini mempunyai titik ujung. Jika sebuah titik dimana
f ’(c) = 0, maka c disebut titik stasioner. Jika c adalah titik dalam dari I
dimana f ’(c) tidak ada, maka c disebut titik singular. Sebarang titik dalam
daerah asal f yang termasuk salah satu dari ketiga titik yang dikemukakan
diatas disebut tittik kritis dari f.
Definisi 4.1.2. (titik kritis)
Misalkan fungsi f kontinu pada interval terbuka I yang memuat c, titik (c, f
(c)) dinamakan titik kritis dari f jika f ’(c) = 0 atau f ’(c) tidak ada.
Catatan : titik kritis tidak selalu merupakan tittik ekstrim.
Teorema 4.1.2. (titik kritis terhadap nilai ekstrim)
Misalkan f punya tururnan pada interval I yang memuat titik c . Jika f (c)
adalah nilai ekstrim maka c haruslah suatu titik kritis yaitu c berupa salah
satu dari :
1. Titik ujung dari I
2. Titik stasioner dari f atau titik c dimana f ’(c) = 0.
3. Titik singular dari f atau titik c dimana f ’(c) tidak ada.
2. Uji Turunan Pertama.
Definisi 4.2. (kemonotonan)
5
Misalkan f terdefinisi pada interval I (terbuka, tertutup, atau tak satupun),
kita katakan bahwa :
1. f naik pada I jika untuk setiap pasangan bilangan x1 dan x2 dalam I
dimana x1< x2, maka f (x1) < f (x2).
2. f turun pada I jika untuk setiap pasangan bilangan x1 dan x2 dalam I
dimana x1< x2, maka f (x1) > f (x2).
3. f monoton pada I jika ia naik atau turun pada I.
Teorema 4.2. (uji turunan pertama untuk kemonotonan)
Misalkan f kontinu pada I dan punya turunan pada setiap titik dalam dari I,
1. Jika f ’(x) > 0 untuk setiap x I, maka f naik pada I.
2. Jika f ’(x) < 0 untuk setiap x I, maka f turun pada I.
3. Uji Turunan Kedua
Definisi 4.3.1.
Misalkan f (x) punya turunan pada interval terbuka, I = (a, b), jika f ’(x)
naik pada I maka f dan grafiknya cekung keatas disana, dan jika f ’(x)
turun pada I maka f dan grafiknya cekung kebawah pada I.
Teorema 4.3. (uji turunan kedua untuk kecekungan)
Misalkan f terdiferensialkan dua kali (punya turunan kedua) pada interval
terbuka I = (a, b), oleh karenanya :
1. Jika f ’’(x) > 0 untuk semua x I, maka grafik f (x) cekung ke atas
pada I
2. Jika f ’’(x) < 0 untuk semua x I, maka grafik f (x) cekung ke bawah
pada I
Definisi 4.3.2. (titik belok / titik balik)
Andaikan fungsi f (x) kontinu di titik c, kita sebut (c, f(c)) suatu titik balik
dari grafik fungsi f (x) jika f (x) cekung keatas pada suatu sisi dan cekung
ke bawah pada sisi lainnya dari titik c.
6
)(xfy )(yfx
ax bx
dy
cy
Y
X
X
Y
RR
Dalam pencarian titik-titik balik, kita mulai dengan mengenali titik-titik x
dimana f ’’(x) = 0 dan dimana f ’’(x) tidak ada, kemudian kita periksa
apakah ianya benar-benar merupakan titik balik.
C. Integral dan Penggunaan
1. Luas Suatu Luasan
Luasan didefinisikan sebagai suatu daerah dalam bidang XOY
dengan persamaan y=f ( x ) atau x=g( y ) atau y=f ( x ) , x=g( y )yang
berbatasan dengan sumbu-sumbu koordinat atau garis yang sejajar sumbu
koordinat.Luasan dalam bidang dapat dikelompokkan menjadi luasan
positip dan luasan negatip.Luasan positip adalah luasan dengan
persamaan y=f ( x ) dan sumbu-sumbu koordinat yang terletak di atas
sumbu X atau luasan dengan persamaan x=g( y ) dan sumbu-sumbu
koordinat yang terletak disebelah kanan sumbu Y . Berikut ini gambar
luasan positip yang dimaksud.
7
Y
R
)(xfy
Xax bx
Gambar 4.1
Luasan negatif adalah luasan dengan persamaan y=f ( x ) dan
sumbu-sumbu koordinat yang terletak di bawah sumbu X atau luasan
dengan persamaan x=g( y ) dan sumbu-sumbu koordinat yang terletak
disebelah kiri sumbu Y . Berikut ini gambar luasan negatif tersebut.
Luasan positip dan negative sebagaimana telah dijelaskan di atas,
pembatasn juga dapat terjadi bukan hanya satu kurva tetapi dapat juga
berupa dua kurva sekaligus, misalnya y2=f (x )dan y2=g( x ) .
Pembahasan dalam buku ini diawali dengan menentukan luas luasan
menggunakan integral untuk daerah yang dibatasi oleh satu kuva.
a. Daerah antara Kurva dan Sumbu Koordinat.
Perhatikan gambar luasan dibawah ini
Gambar 4.3
8
R sebagaimana terlihat pada gambar 4.3 adalah luasan yang dibatasi
oleh kurva-kurva y=f ( x ) , x=a , x=b. Dengan menggunakan integral
tertentu luas luasan R dinyatakan dengan
A( R )=∫a
b
f ( x )dx
Jika luasan terletak di bawah sumbu X maka integral tertentu di atas
bernilai negatif, karena luas daerah tidak mungkin bilangan negatif maka
nilai integral tersebut dimutlakkan. Sehingga luas luasan daerah negatif
dinyatakan dalam bentuk
A( R )=∫a
b
−f ( x ) dx=|∫a
b
f ( x )dx|
Untuk menghitung luas luasan dengan integral tertentu dapat diikuti
langkah-langkah sebagai berikut :
a) Gambar luasan yang akan ditentukan luasnya sehingga tampak jelas
batas-batasnya dan mudah dilihat.
b) Buatlah garis-garis yang sejajar sumbu X atau sumbu Y , selanjutnya
bagilah luasan dalah bidang yang disebut partisi dan berikan nomor
pada masing-masing partisi yang terbentuk.
c) Hampiri luas masing-masing partisi tertentu tersebut dengan
menggunakan luas persegi panjang
d) Jumlahkan luas masing-masing partisi pada luasan yang telah dibentuk.
e) Dengan menggunakan limit dari jumlah luas partisi diatas dengan lebar
masing-masing partisi menuju 0, maka diperoleh integral tertentu yang
menrupakan luas luasan.
b. Daerah antara dua kurva
Daerah antara dua kurva adalah luasan yang pembatsanya adalah y=f ( x )
dan y=g (x ) denganf ( x )≥g( x )pada selang [ a , b ] . Sepertihalnya luasan
9
X
Y
ax bx
)(xgy
)(xfy
)()( xgxf
x
yang dibatasi oleh satu kurva, luasan yang dibatasi dua kurva dapat
berupa luasan positip dan luasan negatip. Dengan demikian aturan
menentukan luas luasan dengan integral pada luasan yang dibatasi satu
kurva juga berlaku untuk luasan yang dibatasi oleh dua kurva.
Perhatikan gambar 4.9 berikut ini.
Gambar 4.9
ΔA≈ ( f ( x )−g( x )) Δx
Sehingga luas luasan dinyatakan dengan:
A( R )=∫a
b
( f ( x )−g ( x ))dx
Rumus di atas berlaku untuk luasan di atas sumbu x, jika luasannya
disebelah kanan sumbu y, maka luas luasan yang dibatasi oleh dua kurva
dinyatakan dengan
A( R )=∫c
d
( f ( y )−g( y ))dy
10
X
Y
ba
)(xfy
1. Volume Benda Putar
1. Pemutaran mengelilingi sumbu X
Misal R adalah luasan yang dibatasi oleh y=f ( x ) , x=a , x=b
Selanjutnya R diputar mengelilingi sumbu x. Lintasan kurva karena
mengelilingi sumbu X membentuk bangun berupa benda padat (pejal).
Dengan menggunakan integral tertentu volume benda padat tersebut dapat
didekati dengan menggunakan rumus: V=π∫
a
b
y2dx.
Gambar 4.10
Jika R dibatasi oleh dua kurva yaitu y1=f (x ), y2=g( x ) , x=a , x=b .
Dengan y1≥ y2 Selanjutnya R diputar mengelilingi sumbu x, maka
terbentuk benda pejal yang volumenya dapat didekati dengan
menggunakan integral tertentu, yaitu:
V=π∫a
b
( y12− y2
2 ) dx
11
Gambar 4.12
c. Pemutaran mengelilingi sumbu Y
Misal R adalah luasan yang dibatasi oleh x=g( x ) , y=c , y=d
Selanjutnya R diputar mengelilingi sumbu x. Lintasan kurva akan
membentuk bangun berupa benda pejal. Benda tersebut volumenya dapat
didekati dengan menggunakan integral tertentu yaitu: V=π∫
c
d
x2dy.
Jika R dibatasi oleh dua kurva yaitu
x1= f ( x ) , x2=g( x ), y=c , y=d . Denganx1≥x2 Selanjutnya R diputar
mengelilingi sumbu y, maka terbentuk benda pejal yang volumenya dapat
didekati dengan menggunakan integral tertentu, yaitu:
V=π∫c
d
(x12−x2
2) dy
Benda putar yang sederhana dapat kita ambil contoh adalah tabung
dengan besar volume adalah hasilkali luas alas (luas lingkaran) dan tinggi
tabung.Volume dari benda putar secara umum dapat dihitung dari hasilkali
antara luas alas dan tinggi. Bila luas alas dinyatakan dengan A(x) dan
tinggi benda putar adalah panjang selang [ a,b ] maka volume benda putar
dapat dihitung menggunakan integral tentu sebagai berikut :
12
V=∫a
b
A ( x )dx
Untuk mendapatkan volume benda putar yang terjadi karena suatu daerah
diputar terhadap suatu sumbu, dilakukan dengan menggunakan dua buah
metode yaitu metode cakram dan kulit tabung.
Metode Cakram
Misal daerah dibatasi oleh diputar dengan
sumbu putar sumbu x. Volume benda pejal/padat yang terjadi dapat
dihitung dengan memandang bahwa volume benda padat tersebut
merupakan jumlah tak berhingga cakram yang berpusat di titik-titik pada
selang [ a , b ] .
Misal pusat cakram (x0 ,0 )dan jari-jari r=f (x0 ) . Maka luas cakram
dinyatakan :
A (x0 )=πf 2 (x0 )Oleh karena itu, volume benda putar :
V=∫a
b
π ( f ( x ))2 dx
Sedang bila grafik fungsi dinyatakan dengan
x=g( y ) , x=0 , y=c dan y=d
diputar mengelilingi sumbu Y maka volume benda putar :
V=∫c
d
π ( g( y ))2 dy
13
Bila daerah yang dibatasi oleh y=f ( x )≥0 , y=g ( x )≥0 , f ( x )≥g (x )
untuk
setiapx∈ [ a , b ] , x=a dan x=bdiputar dengan sumbu putar sumbu X
maka
volume:
V=∫a
b
π ( f 2( x )−g2( x )) dx
Bila daerah yang dibatasi oleh x= f ( y )≥0 , x=g ( y )≥0 , f ( y )≥g ( y )
untuk setiap y∈ [ c , d ] , y=c dan y=d diputar dengan sumbu putar sumbu
Y maka volume :
V=∫c
d
π ( f 2( y )−g2 ( y )) dy
Metode Kulit Tabung
Metode kulit tabung sebagai alternatif lain dalam perhitungan volume
benda putar yang mungkin lebih mudah diterapkan bila kita bandingkan
dengan metode cakram. Benda putar yang terjadi dapat dipandang sebagai
tabung dengan jari-jari kulit luar dan dalamnya berbeda, maka volume
yang akan dihitung adalah volume dari kulit tabung. Untuk lebih
memperjelas kita lihat uraian berikut.
Pandang tabung dengan jari-jari kulit dalam dan kulit luar berturut-turut
r1 dan r2 , tinggi tabung h. Maka volume kulit tabung adalah :
ΔV =(πr2−πr1)h=2π rh Δr
dengan :r2−r1
2=r (rata−rata, jari− jari ) , r2−r1=Δr
Bila daerah yang dibatasi oleh y=f ( x ) , y=0 , x=a , x=b diputar
mengelilingi
14
sumbu Y maka kita dapat memandang bahwa jari-jari r=x dan Δr=Δx
dan tinggi
tabungh=f (x )Oleh karena itu volume benda putar yang terjadi adalah
V=∫a
b
2 π xf (x ) dx
Misal daerah dibatasi oleh kur
y=f ( x ) , y=g ( x ) , f ( x )≥g ( x ) , x∈ [ a ,b ] , x=a dan x=b diputar
mengelilingi sumbu Y. Maka volume benda putar
V=∫a
b
2 πx ( f ( x )−g ( x )) dx
Bila daerah dibatasi oleh grafik yang dinyatakan dengan
x= f ( y ) , x=0 , y=c , y=d diputar mengelilingi sumbu X, maka volume
=
V=∫c
d
2 πy ( f ( y )) dy
Sedang untuk daerah yang dibatasi oleh
x= f ( y ) , x=g ( y ) , f ( y )≥g( y ) , y∈ [ c , d ] , dan y=c dan y=d diputar
mengelilingi sumbu X. Maka volume benda putar yang didapat dinyatakan
dengan
V=∫c
d
2 πy ( f ( y )−g( y )) dx
D. Fungsi transeden
1. Logaritma
Sifat satu kesatu yang mengakibatkan fungsi f ( x )=ax untuk a>0 dan
a≠1mempunyai invers, yang dinamakan fungsi logaritma dengan
bilangan dasar a, dan ditulis
15
y=f −1 (x )=a log x
berdasarkan sifat invers y=f −1 (x )⇔ x=f ( y )diperoleh definisi
logaritma berikut.
y=a log x⇔ x=a y , a>0 , a≠1
Sesuai dengan daerah asal dan daerah eksponen, untuk y=a log x berlaku
kondisi a>0dan y≠R . Karena grafik fungsi dan inversnya simetri
terhadap garis y = x, maka grafik fungsi logaritma diperoleh dengan
mencerminkan kurva f (x) = ax terhadap garis y = x.
2. Logaritma Natural
Logaritma natural adalah logaritma yang berbasis e, dimana e adalah
2.718281828459... (dan seterusnya). Logaritma natural terdefinisikan
untuk semua bilangan real positif x dan dapat juga didefinisikan untuk
bilangan kompleks yang bukan 0. Aturan pangkat, tidak dapat memberikan
fungsi yang antiturunannya adalah 1/x. Tetapi, dengan menggunakan
Teorema Dasar Kalkulus kitadapat mendefinisikan fungsi melalui integral
yang turunannya adalah 1/x.Fungsi ini kita sebut logaritma natural dari x,
ditulis ln x. Dapat dibuktikan, tapi tidak diberikan pada kuliah ini, bahwa
fungsi ini sama dengan fungsi logaritma berbasis e yang telah kita kenal di
SMA. Fungsi logaritma natural didefinisikan sebagai :
ln x=∫1
x1t
dt , x>0
ln x=e log x
16
Notasi
Ahli matematika biasanya menggunakan "ln(x)" atau "log(x)" untuk
menotasikan loge(x), atau logaritma natural dari x, dan menggunakan
"log10(x)" untuk menotasikan logaritma berbasis 10 dari x.
Insinyur, ahli biologi, dan orang dalam bidang-bidang lain, hanya
menggunakan "ln(x)" atau kadang-kadang (untuk supaya lebih jelas)
"loge(x)" untuk menotasikan logaritma natural dari x, dan "log(x)"
digunakan untuk logaritma berbasis 10, log10(x) atau, dalam konteks
teknik komputer, log2(x).
Kebanyakan bahasa komputer, termasuk C, C++, Fortran, dan BASIC,
"log" atau "LOG" berarti logaritma natural.
Pada kalkulator, tombol ln berarti logaritma natural, sedangkan tombol
log adalah untuk logaritma berbasis 10.
a. Sifat-sifat logaritma natural
Pada contoh sebelumnya telah kita lihat bahwa turunan dari ln5x sama
dengan turunan dari lnx yaitu 1/x. Fakta ini berguna untuk membuktikan
teorema berikut.
Teorema
Jika a dan b>0dan r bilangan rasional, maka
ln 1=0
ln ab=ln a+ln b
17
ln
ab= ln a− ln b
ln ar=r ln a
2. Ln sebagai invers fungsi eksponensial natural
Fungsi ln adalah invers dari fungsi eksponensial:
e ln ( x )=x untuk semua x yang positif dan
ln ( ex )=x untuk semua x yang real.
Logaritma dapat didefinisikan untuk basis lainnya, asal positif, tidak hanya
e, dan biasanya berguna untuk memecahkan persamaan yang variabel
tidak diketahuinya merupakan pangkat dari variabel lain.
3. Mengapa disebut "natural"
Sekilas, tampaknya yang lebih "natural" tentunya adalah logaritma yang
berbasis 10, karena basis angka yang digunakan umumnya juga 10.
Namun, ada dua alasan mengapa ln(x) disebut logaritma natural: pertama,
persamaan-persamaan yang variable tak diketahuinya merupakan pangkat
dari e jauh lebih sering dijumpai dibanding yang merupakan pangkat dari
10 (karena sifat-sifat "natural" dari fungsi eksponensial yang dapat
menggambarkan growth/pertumbuhan dan decay/penurunan), dan kedua,
karena logaritma natural dapat didefinisikan dengan mudah menggunakan
integral yang dasar atau Deret Taylor (lihat penjelasan di bawah), dan
logaritma berbasis lainnya tidak dapat didefinisikan seperti ini.
Sebagai contoh, lihat turunan dibawah ini:
ddx
logb ( x )= 1x⋅ln b
Jika basis b adalah e maka turunan yang didapat adalah 1/x dan jika x=1,
kemiringan kurva adalah 1.
18
4. Eksponen
a. Fungsi Eksponensial Natural
Fungsi eksponensial natural, y=exp(x), adalah inverse dari logaritma
natural.x=exp(y) ⇔ y=ln x. Bilangan basis fungsi ini, ditulis e=exp(1)
sehingga ln e=1. Ekspansi desimal bilangan iniadalah e≈2,71828182845…
Dengan demikian,
∫1
e1t
dt=1
Dari definisi langsung diperoleh bahwa
1. exp(ln x)=x, bila x>0.
2. ln(exp(x)) =x.
Perlu dicatat, bahwa e adalah bilangan transenden (dibuktikan oleh
Euler), yaitu tidak ada polinom p(x) sehingga p(e)=0. Kita dapat
mengkonfirmasikan (saat ini untuk bilangan rasional r), bahwa y=exp(x)
adalah sebuah fungsi eksponesial. er=exp(ln er)= exp(rln e)= exp(r)
Sejauh ini kita telah mendefinisikan bilangan pangkat dengan pangkat
rasional. Untuk x irrasional, kita kembali pada definisi fungsi eksponesial,
yaitu
e x=exp ( x )
Jadi, untuk selanjutnya.
1. eln x=x , untuk x>0.
2. ln ( ex )=x , untuk tiap x.
b. Turunan dari exp(x)
Misalkan y=ex. Karena ln x dan exp(x) saling inverse, maka x=ln y.
Apabila kedua sisi didiferensialkan, dengan menggunakan Aturan Rantai,
diperoleh bahwa 1=(1/y)Dxy atau Dxy =y .
Teorema
19
ddx
[ex ]=e x
Sebagai akibat kita peroleh
Teorema
∫ ex dx=e x+C
c. Fungsi Logaritma dan Eksponesial Umum
Kita telah berhasil mendefinisikan exuntuk tiap bilangan real x,
termasuk eπ
. Namun bagaimana dengan πe
? Kita akan memanfaatkan
hubungan x=exp(ln x).
Definisi
Jika a>0dan adalah sebarang bilangan real, maka
ax=ex ln a
Dengan demikian, kita peroleh bahwa
ln ( ax )=ln ( ex ln a)=x ln a
Catatan: definisi di atas memungkin kita untuk memperluas aturan
ln ( ar )=ln ( er ln a)=r ln a yang sebelumnya hanya berlakuuntuk r rasional.
d. Sifat-sifat ax
Sifat-sifat Fungsi Eksponen Diberikan a>0 , b>0 , dan x , y
sebarang bilangan real.
1. ax a y=ax+ y
2. ( ax )y=axy
3. ( a
b )x
=ax
bx
4.
ax
a y=ax− y
20
5. (ab )x=ax bx
Teorema fungsi eksponensial
D x ax=ax ln a
∫ ax dx= 1
ln ax+C , a≠0
e. Fungsi log a x
Pada bagian ini kita akan membangun fungsi logaritma berbasis
bilangan positif a≠1, logax. Fungsi ini didefinisikan sebagai inverse dari
fungsi eksponensial ax
.
Definisi
Misalkana>0 , a≠1 , maka y=loga x⇔ x=a y
Catatan: ln=loga x Hubungannya dengan logaritma biasadapat diperoleh
secara berikut.Misalkan y=loga x sehinggax=a y .
ln x=ln ay= y⋅ln a sehinggalog a x=ln a
ln x
E. Teknik Pengintegralan
1. Teknik Subtitusi
a. Subtitusi Dalam Integral Tak Tentu
Teorema :
21
Misal g fungsi yang terdiferensialkan dan F suatu anti turunan dari f,
jika u = g(x) maka∫ f(g(x))g’(x) dx = ∫ f(u) du = F(u) + c = F(g(x)) +
c
Contoh :
Hitunglah∫sin √x
√xdx
.
Jawab : Misalkan u = √ x = x1/2 sehingga du =
12
x−1/2
dx maka
∫sin √x√x
dx = 2
∫sin √x ( 12
x−1/2)dx= 2∫sin udu = 2cosu + c = 2cos
√ x + c
b. Subtitusi Dalam Integral Tentu.
Teorema :
Misal g mempunyai turunan kontinu pada [a,b] dan f kontinu pada
daerah nilai g, maka
∫a
b
f ( g( x ))g '( x )dx= ∫g(a )
g(b )
f (u)du
Contoh :
Hitung ∫0
1x+1
( x2+2 x+6 )dx
Jawab :
Misal u = x2+2x+6 sehingga du = 2x+2 dx = 2(x+1)dx perhatikan u = 6
jika x = 0 dan u = jika x = 1, jadi
∫0
1x+1
( x2+2 x+6 )dx
=
12∫0
12( x+1)
( x2+2 x+6 )dx
=
12∫6
9duu
=12
[ ln u ]69=1
2( ln 9−ln 6 )
=
12
ln( 32 )
22
1. Pengintegralan Bentuk-Bentuk Trigonometri
a. ∫ sin n x dx, ∫ cos n x dx
Jika n bilangan bulat positif ganjil, maka keluarkan faktor sin x atau
cos x dan kemudian gunakan kesamaan sin 2 x + cos 2 x = 1.
Jika n bilangan bulat positif genap, maka gunakan rumus setengah
sudut
sin2 x =
1−cos2 x2 , cos 2 x =
1+cos2 x2
b. ∫ sin m x cos n x dx
Jika m atau n bilangan bulat positif ganjil dan eksponen lain sembarang,
maka keluarkan faktor sin x atau cos x yang berpangkat ganjil tersebut
kemudian gunakan kesamaan sin 2 x + cos 2 x = 1. Jika m dan n bilangan
bulat positif genap, maka gunakan rumus setengah sudut.
c. ∫ tgn x dx, ∫ cotg n x dx.
Keluarkan faktor tg 2 x = sec 2 x – 1 dalam kasus tg atau faktor cotg 2 x =
cosec 2 x – 1 dalam kasus cotg.
d. ∫ tg m x sec n x dx, ∫ cotg m x cosec n x dx
Jika n genap dan m sembarang, maka keluarkan faktor sec 2 x atau
cosec 2 x.
Jika m ganjil dan n sembarang, keluarkan faktor tg x.sec x.
e. ∫ sin mx cos nx dx, ∫ sin mx sin nx dx, ∫ cos mx cos nx dx.
Gunakan kesamaan :
sin mx cos nx = ½[sin (m+n)x + sin (m – n)x]
sin mx sin nx = -½[cos (m+n)x - cos (m – n)x]
cos mx cos nx = ½[cos (m+n)x + cos (m – n)x]
23
3. Pengintegralan Parsial
Pengintegralan parsial (sebagian) dapat dilakukan jika
pengintegralan dengan teknik subtitusi tidak memberikan hasil, dan
dengan catatan bagian sisa pengintegralan lebih sederhana dari integral
mula-mula.
∫udv=uv−∫vdu
Contoh :
1. ∫ xe x dx
Misalkan u = x, dv = ex dx maka du = dx , v = ex
∫ xe x dx = xex−∫ex dx = xex –ex + c
4. Integral Fungsi Akar (Subtitusi yang Merasionalkan).
a. Fungsi Integral yang memuat bentuk n√ax+b
Penyelesaian dengan menggunakan subtitusi : u = n√ax+b
Contoh : Hitung ∫ x 3√x−4 dx
Jawab : Misalkan u = ∫ x 3√x−4 dx maka u
3 = x – 4 dan 3u
2du =
dx
Shg ∫ x 3√x−4 dx=
∫(u3+4 )u . 3 u2 du=37( x−4 )
37+(x−4 )
43+c
b. Integral yang memuat bentuk √a2−x2 ,√a2+x2 ,√ x2−a2
Gunakan berturut-turut subtitusi : x = a sin t, x = a tg t dan x = a sec t.
Contoh :
1. Tentukan ∫ √4−x2
x2dx
Jawab :
24
Jawab :
Misalkan x = 2 sin t maka dx = 2 cos t dt dan √4−x2= 2 cos t , shg
∫ √4−x2
x2dx
= ∫ 2cos t
4 sin2 t(2cos t )dt=∫ctg 2 tdt
= - ctg t – t + c
=
√4−x2
x−sin−1 ( x
2 )+c
5. Integral Fungsi Rasional
Fungsi Rasional merupakan fungsi hasil bagi dua fungsi Polinom yang
ditulis :
F ( x )=P( x )Q( x ) , P(x) dan Q(x) fungsi –fungsi Polinom dengan Q(x) ≠ 0
Fungsi Rasional dibedakan atas :
a. Fungsi Rasional Sejati yaitu fungsi rasional dimana derajat fungsi
polinom pada pembilang lebih kecil dari pada derajat fungsi polinom
pada penyebut.
b. Fungsi Rasional Tak Sejati yaitu fungsi rasional dimana derajat fungsi
polinom pada pembilang lebih besar dari atau sama dengan derajat fungsi
polinom pada penyebut.
Fungsi Rasional Tak Sejati dapat ditulis sebagai penjumlahan
fungsi polinom dengan Fungsi Rasional Sejati dengan jalan membagi
fungsi pembilang dengan fungsi penyebut.
Permasalahan mengintegralkan fungsi rasional terletak pada bagaimana
mengintegralkan fungsi rasional sejati. Suatu fakta, bahwa fungsi
rasional sejati dapat ditulis sebagai jumlah dari fungsi rasional sejati yang
lebih sederhana
Contoh :
25
5 x−1
x2−1= 2
x−1+ 3
x+1
a. Penjabaran Fungsi Rasional atas Faktor Linear yang Berbeda
Contoh :
Tentukan ∫ 5 x+3
x3−2x2−3 xdx
Jawab :
5 x+3
x3−2 x2−3 x= 5 x+3
x( x+1 )(x−3)= A
x+ B
x+1+ C
x−3
maka 5x + 3 = A(x+1)(x-3) + Bx(x-3) + Cx(x+1)
dengan menyamakan koefisien pada kedua polinom diruas kiri dan ruas
kanan maka diperoleh : A = -1 , B =
−12 , dan C =
32 sehingga
∫ 5 x+3
x3−2x2−3 xdx
= ∫−dx
x+∫
−12
x+1dx+∫
32
x−3dx
= - ln |x|−1
2ln|x+1|+3
2ln|x−3|+c
b. Penjabaran Fungsi Rasional atas Faktor Linear yang Berulang
Contoh :
Tentukan ∫ x
( x−3 )2dx
Jawab :
26
x
( x−3 )2= A
x−3+ B
(x−3)2 maka x = A(x-3) + B
dengan menyamakan koefisien pada kedua polinom diruas kiri dan
ruas kanan
diperoleh : A = 1 dan B = 3 sehingga
∫ x
( x−3 )2dx=∫ 1
x−3dx+∫ 3
( x−3 )2dx=ln|x−3|− 3
x−3+c
Yang perlu diperhatikan untuk tiap faktor (ax+b )k dalam penyebut,
maka ada sebanyak k suku penjabarannya, yaitu :
A1
ax+b+
A2
(ax+b )2+.. .+
Ak
(ax+b )k
c. Penjabaran Fungsi Rasional atas Faktor Kuadrat yang Berbeda
Contoh :
F. Barisan dan Deret
1. Barisan Aritmatika
Perhatikan barisan berikut.
1. 1,3,5,7,…
2. 2,6,10,40,30,…
3. 60,50,40,30,…
Barisan ini adalah contoh dari barisan aritmatika U1 , U2 , U3 , …..Un
ialah barisan aritmatika,jika:
U2 - U1 = U3 -U2 =…….= Un - Un−1= konstan
Konstan ini disebut beda dan dinyatakan dengan b.
Untuk 1, 3, 5, 7 bedanya ialah 3 – 1 = 4 – 3 =7 – 5 =….=
27
Untuk 60, 50, 40, 20,….bedanya ialah 50 - 60 = 40 – 50 = 30 – 40 = -
10
a. Rumus suku ke n.
Jika suku pertama n1→ dinamakan a, kita mendapatkan:
U2 - U1 = b U2 = U1 - b = a + b
U2 - U3 = b U3 = U2 - b = (a + b) + b = a + 2b
U 4 - U3 = b U 4 = U3 + b = (a + 2b) + b = a + 3b
dan seterusnya.
Ini memberikan barisan Aritmatika baku.
A, a + b, a + 2b, a + 3b, … , a + (n – 1) b
Rumus suku ke n adalah un = a + (n – 1) b.
Contoh 1
Carilah suku ke 40 dari barisan aritmatika 1, 6, 11, 16, …
Penyelesaian:
A = 1, b = 6 – 1, n = 40
un = a + (n – 1) b
u40 = 1 (40 – 1) 5 = 196.
Contoh 3
Carilah rumus suku ke n dari barisan:
2, 4, 6, 8, ………..
Penyelesaian:
Suku pertama (a) 2 dan beda (b) = 4 – 2 = 2
28
Suku ke n: Un = a + ( n – 1 ) b
Un = 2 + ( n – 1 ) 2
Un = 2 + 2n - 2
Un = 2n
b. Rata-rata dari suatu barisan Aritmatika ( Mean Aritmatika ).
Kadang-kadang kita harus mencari mean aritmatika dua buah
bilangan, P dan Q. Ini berarti kita harus menyisipkan sebuah
bilangan A diantara P dan Q, sedemikian rupa sehingga p + A + Q
membentuk sebuah deret aritmetika A – P = b dan Q – A = b.
Jadi A – P = Q - A
2A = P + Q
A =
P+Q2
Ternyata mean aritmetik dua bilangan tidal lain dari pada nilai
tengahnya.
Contoh 2
Sisipkan tiga buah mean aritmetik diantara dua buah bilangan 8
dan 18.
Jawab:
8 + A + B + C + 18
U1 = 8 dan U5 = a + 4b = 18
a = 8
} 4b = 10
b = 2.5
a + 4b = 18
A = a + b =8 + 2.5 = 10.5
B = a + 2b = 8 + 2(,.5) = 13
29
C = a + 3b = 8 + 3(2,5) = 15,5
Jadi mean aritmetik yang dicari adalah 10,5 ; 13 dan 15,5.
2. Deret Aritmetik
Deret aritmetik disebut juga deret hitung. Jumlah n suku pertama deret
aritmetik ditulis Sn Jadi S5 artinya suku pertama dan seterusnya. Kita
dapat mencari rumus untuk jumlah dari deret aritmrtika baku:
A + (a + b) + (a + 2b) + … + [a + (n – 1)b]
Dengan cara:
Misalkan suku terakhir Un , maka suku sebelumnya ialah Un - b,
sebelumnya lagi Un - 2b dan seterusnya.
Jadi Sn = a + (a + b) + (a + 2b) +…+ (Un + 2b) + (Un -b) + Un
Sn = Un + (Un - b) +( Un + 2b) +…+ (a + 2b) + (a + b) + a
2 Sn = (a + Un ) + (a + Un ) + (a + Un ) + … + (a + Un ) + (a +Un )
+ (a + Un )
2 Sn = n (a + Un )
Sn =
12 [a+Un ] , yaitu n x (rata-rata dari suku pertama dan terakhir)
Atau Sn =
12 n{a + (a + (n – 1) b]},karena Un = a +(n + 1)b
=
12 n [2a+(n−1 ) b ]
Contoh 1
Carilah jumlah 50 suku yang pertama dari deret aritmetika
2 + 3 + 4 + …
Jawab:
a = 2 , b = 3 – 2 = 1 dan n = 50
30
Sn =
12 .50 (2.2 + (50- 1). 1)
= 25(4 + 49)
= 25(53)
=1325
Contoh 2
Carilah jumlah semua bilangan asli antara 1 dan 100 yang habis dibagi 2.
Jawab:
Penyelesaian: a = 2, b = 2 dan Un = 98
Kita harus mencari dulu n.
Un = a + (n – 1) b
98 = 2 + (n – 1) 2
98 = 2 + 2n – 2
2n = 98
n = 49
Sn =
12 [a+Un ]
=
12 .49 (2 + 98)
= 2450
G. Persamaan Diferensial Biasa
1. Persamaan diferensial parsial
Persamaan diferensial parsial(PDP) adalah persamaan yang di dalamnya
terdapat suku-suku diferensial parsial, yang dalam matematika diartikan
sebagai suatu hubungan yang mengaitkan suatu fungsi yang tidak
diketahui, yang merupakan fungsi dari beberapa variabel bebas, dengan
turunan-turunannya melalui variabel-variabel yang dimaksud. PDP
31
digunakan untuk melakukan formulasi dan menyelesaikan permasalahan
yang melibatkan fungsi-fungsi yang tidak diketahui, yang merupakan
dibentuk oleh beberapa variabel, seperti penjalaran suara dan panas,
elektrostatika, elektrodinamika, aliran fluida, elastisitas, atau lebih umum
segala macam proses yang terdistribusi dalam ruang, atau terdistribusi
dalam ruang dan waktu. Kadang beberapa permasalahan fisis yang amat
berbeda memiliki formulasi matematika yang mirip satu sama.
Bentuk paling sederhana dari persamaan diferensial adalah
di mana u suatu fungsi tak diketahui dari x dan y. Hubungan ini
mengisyaratkan bahwa nilai-nilai u(x,y) adalah tidak bergantung dari x.
Oleh karena itu solusi umum dari persamaan ini adalah
di mana f adalah suatu fungsi sembarang dari variabel y. Analogi dari
persamaan diferensial biasa untuk persamaan ini adalah
yang memiliki solusi
di mana c bernilai konstan (tidak bergantung dari nilai x). Kedua contoh di
atas menggambarkan bahwa solusi umum dari persamaan diferensial biasa
melibatkan suatu kostanta sembarang, akan tetapi solusi dari persamaan
diferensial parsial melibatkan suatu fungsi sembarang. Sebuah solusi dari
persamaan diferensial parsial secara umum tidak unik; kondisi tambahan
harus disertakan lebih lanjut pada syarat batas dari daerah di mana solusi
didefinisikan. Sebagai gambaran dalam contoh sederhana di atas, fungsi
dapat ditentukan jika dispesifikasikan pada sebuah garis .
3. Persamaan diferensial biasa
32
Persamaan diferensial biasa adalah persamaan diferensial di mana fungsi
yang tidak diketahui (variabel terikat) adalah fungsi dari variabel bebas
tunggal.Dalam bentuk paling sederhana fungsi yang tidak diketahui ini
adalah fungsi riil atau fungsi kompleks, namun secara umum bisa juga
berupa fungsi vektor maupun matriks.Lebih jauh lagi, persamaan
diferensial biasa digolongkan berdasarkan orde tertinggi dari turunan
terhadap variabel terikat yang muncul dalam persamaan tersebut.
Contoh sederhana adalah hukum gerak kedua Newton, yang menghasilkan
persamaan diferensial
untuk gerakan partikel dengan massa konstan m. Pada umumnya, gayaF
tergantung kepada posisi partikel x(t) pada waktu t, dan demikian fungsi
yang tidak diketahui x(t) muncul pada kedua ruas persamaan diferensial,
seperti yang diindikasikan dalam notasi F(x(t)).
Persamaan diferensial biasa dibedakan dengan persamaan diferensial
parsial, yang melibatkan turunan parsial dari beberapa variabel.
Persamaan diferensial biasa muncul dalam berbagai keadaan, termasuk
geometri, mekanika, astronomi dan pemodelan populasi. Banyak
matematikawan ternama telah mempelajari persamaan diferensial dan
memberi sumbangan terhadap bidang studi ini, termasuk Isaac Newton,
Gottfried Leibniz, keluarga Bernoulli, Riccati, Clairaut, d'Alembert dan
Euler.
Dalam kasus persamaan tersebut linier, persamaan diferensial biasa dapat
dipecahkan dengan metode analitik.Malangnya, kebanyakan persamaan
diferensial nonlinier, dan kecuali sebagian kecil, tidak dapat dipecahkan
secara eksak.Pemecahan hampiran dapat dicapai menggunakan komputer.
Proses pencarian turunan disebut pendiferensialan (differentiation).
Teorema dasar kalkulus menyatakan bahwa pendiferensialan adalah proses
keterbalikan dari pengintegralan.Turunan mempunyai aplikasi dalam
semua bidang kuantitatif. Di fisika, turunan dari perpindahan benda
33
terhadap waktu adalah kecepatan benda, dan turunan dari kecepatan
terhadap waktu adalah percepatan.Hukum gerak kedua Newton
menyatakan bahwa turunan dari momentum suatu benda sama dengan
gaya yang diberikan kepada benda.Laju reaksi dari reaksi kimia juga
merupakan turunan. Dalam riset operasi, turunan menentukan cara paling
efisien dalam memindahkan bahan dan mendesain pabrik. Dengan
menerapkan teori permainan, turunan dapat memberikan strategi yang
paling baik untuk perusahaan yang sedang bersaing.
Turunan sering digunakan untuk mencari titik ekstremum dari sebuah
fungsi.Persamaan-persamaan yang melibatkan turunan disebut persamaan
diferensial dan sangat penting dalam mendeskripsikan fenomena
alam.Turunan dan perampatannya (generalization) sering muncul dalam
berbagai bidang matematika, seperti analisis kompleks, analisis
fungsional, geometri diferensial, dan bahkan aljabar abstrak.
H. Kalkulus Fungsi Vektor
1. Definisi Fungsi Vektor
Fungsi vektor adalah fungsi yang daerah asalnya berupa himpunan
bilangan real dan daerah hasilnya berupa himpunan vektor.
Jika f(t), g(t), dan h(t) adalah komponen dari vektor r(t), maka f,g dan h
adalah fungsi bernilai bernilai real yang disebut fungsi komponen dari r dan
dapat ditulis
r (t) = (f(t), g(t),h(t)) = f(t)i, g(t)j,h(t)k
Contoh :
Tentukan Df (daerah asal),
1. r (t) = √ t−2i + (t - 3 )-1j
Jawab :
Misalkan f1 (t) = √ t−2i dan f2 (t) = 1
(t−3)
Diperoleh Df1 = [2,∞ ) dan Df 2 = R -{ 3}
Sehingga
34
F(a)
F(t)
F(b) []
a≤ t ≤ b
Df = { t∈ R │t ∈ Df2 ∩ Df 2 }
{t∈R │ t ∈ [2,∞ ) ∩ R -{ 3}}
t∈ [2,∞ ) -{ 3}} = [2, 3) U (3, ∞ ]
2. Grafik Fungsi Bernilai Vektor
Misalkan
f⃗ (t) = f1 (t)i + f2 (t)j
Df = [a,b]
Jika t berubah sepanjang [a,b] ujung-ujung f (t),menjelajah lengkungan
(kurva) C dengan arah tertentu
f(a) disebut titik pangkal lengkungan C
f(b) disebut titik ujung lengkungan C
Jika f (a) = f (b)_ kurva C disebut kurva tertutup
35
C
C
2
4
Grafik fungsi bernilai vektor berupa lengkungan/kurva di R2(3) dengan arah
tertentu1
Cara menggambar grafik fungsi vektor
1) Tentukan persamaan parameter dari lengkungan C
2) Kemudian eliminasi parameter t dan gambarkan(Gambar kartesius
kurva)
3) Tentukan arahnya
Contoh :
Gambarkan grafik fungsi dibawah ini:
1. F(t) = (t - 4)i +√ t j ; 0 ≤ t ≤ 4
Persamaan parameter :
x = t – 4 t = x+4
y = √ t
y = √ x+4
x = y2 – 4 (parabola)
arahnya
f (0) = -4i = (-4, 0)
f (4) = 2j = (0, 2)
3. Turunan dan Integral dari Fungsi Vektor
a. Turunan
Turunan r’ dari suatu fungsi vektor r didefinisikan dengan cara
yangsama seperti untuk fungsi bernilai real:
drdt
= r’(t) = limh→ 0
r (t+h )−r (t)h
1
36
Jika limit ini ada. Jika titik P dan Q mempunyai vektor posisi r(t)
dan r(t + h), maka PQ→
menyatakan vector r(t + h) – r(t), yang dengan
demikian dapat dipandang sebagai suatu vektor talibusur. Jika h > 0,
kelipatan skalar (1/h) (r(t +h) – r(t)) mempunyai arah sama seperti r(t +
h) – r(t). Pada saat h → 0, tampak bahwa vektor ini mendekati suatu
vektor yang terletak pada garis singgungnya. Oleh karena itu, vektor
r’(t) disebut vektor singgung terhadap kurva yang didefinisikan oleh r
di titik P, asalkan r’(t) ada dan r’(t) ≠ 0. Garis singgung terhadap C di P
didefinisikan sebagai garis melalui P yang sejajar terhadap vektor
singgung r’(t). Vektor singgung satuan adalah
T(t) = r ' (t )|r ' (t )|
Teorema:
Jika r(t) = (f(t), g(t), h(t)) = f(t)i + g(t)j + h(t)k, dengan f, g, dan
h adalah fungsi yang terdiferensiasi, maka r’(t) = (f’(t), g’(t), h’(t)) =
f’(t)i + g’(t)j + h’(t)k
Bukti:
r’(t) = lim∆t →0
1∆ t
[r(t + ∆ t ) – r(t)]
= lim∆t →0
1∆ t
[(f(t + ∆ t ), g(t + ∆ t ), h(t + ∆ t )) – (f(t), g(t), h(t))]
= lim∆t →0
¿¿,g (t +∆ t )−g (t)
∆ t,h (t +∆ t )−h(t)
∆ t)
= (lim∆t → 0
f (t+∆ t)– f (t)
∆ t,
lim∆t → 0
g(t +∆ t) – g (t)
∆ t,
lim∆t → 0
h( t+∆t )– h(t )
∆ t)
= (f’(t), g’(t), h’(t))
Contoh :
a. Carilah turunan dari r(t) = (1 + t3)i + te-tj + sin 2t k
b.Carilah vektor singgung satuan pada titik dimana t = 0
Jawab:
37
a. Menurut teorema 2, kita dapat mendiferensialkan masing-masing
komponen dari r :
r’(t) = 3t2i + (1 - t)e-tj + 2 cos 2t k
b. Karena r(0) = i dan r’(0) = j + 2k, vektor singgung satuan di titik
(1, 0, 0) adalah
T(0) = r ' (0)|r ' (0)| =
j+2k
√1+4 =
1
√5 j +
2
√5 k
b. Aturan Diferensiasi
Teorema:
Andaikan u dan v adalah fungsi vektor yang terdiferensialkan, c
adalah suatu skalar, dan f adalah fungsi bernilai real. Maka:
1.ddt
[u(t) + v(t)] = u’(t) + v’(t)
2.ddt
[cu(t)] = cu’(t)
3.ddt
[f(t)u(t)] = f’(t)u(t) + f(t)u’(t)
4.ddt
[u(t) . v(t)] = u’(t) . v(t) + u(t) . v’(t)
5.ddt [u(t) v(t)] = u’(t) v(t) + u(t) v’(t)
6.ddt
[u(f(t))] = f’(t)u’(f(t))
Bukti:
u(t) = (f1(t), f2(t), f3(t))
v(t) = (g1(t), g2(t), g3(t))
maka
u(t) . v(t) = f1(t) g1(t) + f2(t) g2(t) + f3(t) g3(t) = ∑i=1
3
f i (t ) gi(t)
sehingga dengan menggunakan aturan hasil kali yang biasa diperoleh
38
ddt
[u(t) . v(t)] = ddt∑i=1
3
f i (t ) gi(t) = ∑i=1
3ddt
[fi(t) gi(t)]
= ∑i=1
3
¿¿(t) gi(t) + fi(t) g’i(t)]
= ∑i=1
3
f 'i(t) gi(t) + ∑i=1
3
f i(t) g’i(t)
= u’(t) . v(t) + u(t) . v’(t)
c. Integral
Integral tentu dari suatu fungsi vektor kontinu r(t) dapat
didefinisikan dengan cara yang sama seperti untuk fungsi bernilai real,
kecuali bahwa integralnya berupa vektor. Tetapi kita dapat menyatakan
integral dari r dalam bentuk integral fungsi-fungsi komponennya f, g
dan h, sehingga:
∫a
b
r ( t ) dt = ( ∫a
b
f ( t ) dt ) i +(∫a
b
g ( t ) dt ) j + ( ∫a
b
h ( t ) dt ) k
Teorema dasar kalkulus ke fungsi vektor kontinu:
∫a
b
r (t)dt = R(t)¿ba
= R(b) – R(a)
Untuk R adalah antiturunan dari r, yakni R’(t) = r(t)
Contoh
Jika r(t) = 2 cos t i + sin t j + 2t k, maka
∫r ( t ) dt=¿¿ ( ∫2cos t dt) i + ( ∫sin t dt) j + ( ∫2 t dt) k
¿ 2 sin t i – cos t j + t2k + C
Dengan C adalah konstanta pengintegralan vektor,
2. Fungsi Dua Peubah
Definisi: Fungsi dua peubah adalah aturan yang
mengaitkan setiap pasangan terurut (x,y) dengan tepat
satu z =f(x,y)
Notasi : f : A → R ( A C R2)
(x,y) →z = f(x,y)
39
Z=f(x,y)
Df
z
y
x
contoh
1 f(x,y) = x2 + 4 y2
2.f(x,y) =13√36−9 x2−4 y2
3. f(x,y) = √(2 y−x2)x2+( y−2)2
Daerah asal (Df) dan Daerah nilai (Rf)
Df = {(x, y) ∈ R2 | f (x, y) ∈ R}
Rf = {f (x, y) (x, y) ∈ Df}
Tentukan dan gambarkan Df dari :
1. f(x,y) = x2 + 4 y2
2. f(x,y) = 13√36−9 x2−4 y2
3. Grafik Fungsi Dua Peubah
(Grafiknya berupa permukaan di ruang)
Karena setiap pasangan terurut (x,y) dipasangkan dengan tepat satu z = f
(x,y), maka setiap garis yang sejajar sumbuh z akan memotong grafik tepat
di satu titik.
40
z
y
x
z
y
x
3
3
2
2
z
y
x
z
2
Contoh:
Gambarkan grafik,
1. f (x,y) = 2x2 + 3y2
z = 2x2 + 3y2
z = x2
12
+ y2
13
2. f (x,y) = 3 – x2 – y2
z – 3 = – x2 – y2
3. f (x,y) = 13√36−9 x2−4 y2
9z2 = 36−9 x2−4 y2
9x2 + 4y2 + 9z2 = 36
x2
4+ y2
9+ z2
4=1
4. f (x,y) = √16−x2− y2
z2 = 16−x2− y2 ≥ 0
x2+ y2+z2=42
41
I. Fungsi Peubah banyak
1. Domain dan range
Cari turunan parsial pertama dari dan dari persamaan
, dan
1) Mencari
Persamaan 1)
….(1)
Persamaan 2)
.... (2)
42
dikali
dikali
Maka,
2) Mencari
Persamaan 1)
….(1)
Persamaan 2)
…(2)
43
dikali
dikali
Maka,
Jadi, , dan
J. Integral Rangkap
1. Integral Ganda
Integral untuk fungsi satu variable, kita membentuk suatu partisi dari
interval [a,b] menjadi interval-interval yang panjangnya Δxk , k = 1, 2, 3,
4, ….n.
44
∫a
b
f ( x )dx= limn→∞
∑k=1
n
f ( xk) Δxk
Dengan cara yang sama, Kita definisikan integral untuk fungsi dua
variable.
Misalkan fungsi z = f(x,y) didefinisikan pada suatu daerah tertutup
R di bidang xoy. Kemudian daerah ini dibagi atas n buah sub
daerah yang masing-masing luasnya A1 , A2 , A3 …… An
Dalam setiap sub daerah, pilih suatu titik Pk(xk, yk
dan bentuklah jumlah :
∑k=1
n
f ( xk , yk ) Δk A=f ( x1 , y1 ) Δ1 A+ f ( x2 , y2 )Δ2 A+. .. . .. .+ f ( xn , yn ) Δn A
Jika jumlah sub daerah makin besar (n→~), maka integral rangkap
(lipat dua) dari fungsi f(x,y) atas daerah R didefinisikan :
∬R
f (x , y )dA=limn→∞
∑k=1
n
f ( xk , yk ) Δk A
Untuk menghitung integral lipat dua dapat digunakan integral
berulang
yang ditulis dalam bentuk :
∬R
f (x , y )dA=∬R
f ( x , y )dxdy
=∫a
b { ∫y=f 1( y )
y=f2( y)
f ( x , y )dx}dy
45
dimana integral yang ada dalam kurung harus dihitung terlebih
dahulu dengan menganggap variable y konstanta, kemudian
hasilnya diintegral kembali terhadap y.
∬R
f (x , y )dA=∬R
f ( x , y )dydx
=∫a
b { ∫y=f 1( y )
y=f2( y)
f ( x , y )dy}dx
dimana integral yang ada dalam kurung harus dihitung terlebih
dahulu dengan menganggap variable x konstanta, kemudian
hasilnya diintegral kembali terhadap x.
Jika integral lipat dua diatas ada, maka (a) dan (b) secara umum
akan memberikan hasil yang sama.
2. Integral Lipat Dua Dengan Batas Persegi Panjang
Bentuk umum :
∬R
f (x , y )dA=∬ f ( x , y )dxdy
dimana : R = { (x,y) ; a ≤ x ≤ b,c ≤ y ≤ d }
a,b,c dan d adalah konstanta
Contoh :
1 .∫0
1
∫1
2
dxdy
46
2 .∫2
4
∫1
2
(x2+ y2 )dxdy
3 .∫2
4
∫1
2
( xy+3 y2)dydx
4 .∫2
4
∫0
π2
(sin θ+r cos 2θ )dθ dr
3. Integral Lipat Dua Dengan Batas Bukan Persegi Panjang
a .∬R
f ( x , y )dA= ∫x=a
b
∫y=f 1( x )
f 2 ( x)
f ( x , y )dy dx
dimana :
R = { (x,y) ; f1(x) ≤ y ≤ f2(x) ,a ≤ x ≤ b }
b .∬R
f ( x , y )dA= ∫y=c
d
∫x=f 1( y )
f 2 ( y )
f ( x , y )dx dy
dimana :
R = { (x,y) ; f1(y) ≤ x ≤ f2(y) ,c ≤ y ≤ d }
Contoh :
47
1 .∫0
1
∫x2
x
xy 2dydx
2 .∫1
2
∫y
3 y
( x+ y )dxdy
3 .∫0
2
∫2 x2
x2+ x
xdydx
4 .∫π
π2
∫cos 2θ
sin 2θ
2drd θ
4. Aplikasi Integral Lipat Dua
Aplikasi integral lipat dua yang bentuk umumnya :
∬R
f (x , y )dA
dapat dijelaskan sbb :
LUAS
Luas bidang dapat dipandang sebagai integral lipat dua jika f(x,y) =
1 , sehingga integral lipat dua menjadi :
A=∬R
dA atau A =∬R
dxdy= ∬R
dydx
48
Dalam koordinat polar :
A=∬R
dA = ∫θ1=α
θ2=β
∫ρ1
υ2
ρ d ρ d θ
contoh :
Hitung luas daerah yang dibatasi oleh x + y = 2 dan 2y = x + y
Jawab :
A=∬R
dA=∫0
2
∫2y-4
2-y
dxdy=∫0
2
x ∫2y-4
2-y
dt
=∫0
2
(2− y−2 y−4 )dy=∫0
2
(6−3 y )dy
=(6y-32
y2 )∫0
2
=(12−6 )=6
K. Kalkulus Integral Vektor
1. Medan vektor
2. Integral vektor
BAB III KESIMPULAN
L. Kesimpulan
M. Saran
DAFTAR PUSTAKA
49