4f8f910d21e52SAINS_ARSITEKTUR_2.doc

download 4f8f910d21e52SAINS_ARSITEKTUR_2.doc

of 45

Transcript of 4f8f910d21e52SAINS_ARSITEKTUR_2.doc

  • 7/29/2019 4f8f910d21e52SAINS_ARSITEKTUR_2.doc

    1/45

    SAINS ARSITEKTUR 2

    Dosen :

    Ir. Heru subiantoro ST,MT

    Disusun Oleh :

    Akhmad misbakhul munir (0951010031)

    PROGDI TEKNIK ARSITEKTUR

    FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

    UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL

    VETERAN JAWATIMUR

  • 7/29/2019 4f8f910d21e52SAINS_ARSITEKTUR_2.doc

    2/45

    ARTIKEL 1

    Green Construction Gerakan Bangunan Ramah

    Lingkungan

    Menjaga lingkungan yang asri, bersih dan tentunya membawa

    dampak sehat untuk semua elemenmasyarakat memang sutu

    hal yang tidak mudah namun perlu dilakukan. Bebagai gerakan

    jaga bumi kita, sayangi bumi kita dan tanam 1 pohon 1 manusia

    terus mendengung dan mungkin berhasil untuk meminimalisirkerusakan bumi yang kita perbuat sendiri. Begitu banyak cara

    dan berbagai inovasi nan kreatif yang manusia lakukan, tapi itu

    semua memang butuh waktu yang konsisten dan biaya yang

    konsisten pula, mahal.

    Bukan hanya menjaga lingkungan dan merawatnya. Kemajuan

    teknologi akibat dari kemajuan cara berpikir manusia terus

    berkembang sehingga menghasilkan pemikiran yang mampu

    menjadikan suatu konsep yang menguntungkan bagi manusia

    maupun lingkungan. Dengan semakin banyaknya populasi

    manusia, kebutuhan akan berbagai macam keperluanpun

    meningkat.

    Saat ini konstruksi hijau atau Green Construction memang

    menjad terobosan penting dan sudah banyak dalam

    pengaplikasiannya. Di Indonesia pun sudah banyak bangunan

    dengan design dan materialnya yang ramah lingkungan, seperti :

    1. Perpustakaan di Universitas Indonesia

  • 7/29/2019 4f8f910d21e52SAINS_ARSITEKTUR_2.doc

    3/45

    2. Masjid Al-Irsyad Kotabaru Parahyangan Bandung, Indonesia

    3. California academy of sciences unveiled

  • 7/29/2019 4f8f910d21e52SAINS_ARSITEKTUR_2.doc

    4/45

    4. Greenpix zero energy media wall lights up beijing

    5. Amazing Green roof art school in Singapore

  • 7/29/2019 4f8f910d21e52SAINS_ARSITEKTUR_2.doc

    5/45

    Green construction ialah sebuah gerakan berkelanjutan yang

    mencita-citakan terciptanya konstruksi dari tahap perencanaan,

    pelaksanaan dan pemakaian produk konstruksi yang ramah

    lingkungan, efisien dalam pemakaian energi dan sumber daya,

    serta berbiaya rendah. Gerakan konstruksi hijau ini juga identik

    dengan sustainbilitas yang mengedepankan keseimbangan

    antara keuntungan jangka pendek terhadap resiko jangka

    panjang,dengan bentuk usaha saat ini yang tidak merusak

    kesehatan, keamanan dan kesejahteraan masa depan.

    Aplikasi dari konstruksi hijau pada tahap perencanaan terlihat

    pada beberapa desain konstruksi yang memperoleh award

    sebagai desain bangunan yang hemat energy, dimana system

    bangunan yang didesain dapat mengurangi pemakaian listrik

    untuk pencahayaan dan tata udara.Selain itu berbagai terobosan

    baru dalam dunia konstruksi juga memperkenalkan berbagai

    material struktur yang saat ini menggunakan limbah sebagai

    salah satu komponennya, seperti pemakaian flyash, silica fume

    pada beton siap pakai dan beton pra cetak. Selain itu terobosan

    sistem pelaksanaankonstruksi juga memperkenalkan material

    yang mengurangi ketergantungan dunia konstruksi pada

    pemakaian material kayu sebagai perancah.

    Pemakaian material/bahan bangunan yang banyak digunakanseperti kaca, beton, kayu, asphalt, baja dan jenis metal lainnya

    ditengarai dapat menimbulkan efek pemanasan global yang

    signifikan dan menyebabkan perubahan iklim di dunia. Ingat kan

    penggunaan kaca gelap/ kaca yag dapat memantulkan cahaya

    matahari yang biasanya digunkan pada gedung-gedung

    tinggi/bertingkat yang biasa disebut dengan kaca film ribben.

    Jelas-jelas itu sangat merugikan karena menghantarkan cahaya

  • 7/29/2019 4f8f910d21e52SAINS_ARSITEKTUR_2.doc

    6/45

    matahari kembali ke atmosfer bumi dan terjadilah penumpukan

    sehingga suhu bumi semakin panas.

    Dalam penerapan green construction tentunya banayk tantangan

    yang harus dilalui, yaitu :

    1. Modal atau Biaya

    Tak bisa dipungkiri penggunaan design hijau ini memakan biaya

    yang banyak. Untuk konsep Green Building tentunya tidak akan

    sama dengan gedung-gedung yang lainnya. Banyak faktor yang

    membuat Green Construction memakan modal yang cukup

    besar, seperti contohnya dalam peggunaan pakar atau tenaga

    ahli dalam pembuatan gedung yang berkonsep Green Building

    tentunya mengeluarkan biaya yang tidak sedikit.

    2. Pembuatan design yang startegis

    Setiap gedung atau suatu konstruksi dipastikan memiliki design

    yang berbeda-beda, tentunya dalam prinsip Green Building

    design haruslah meningkatkan efesiensi penggunaan sumber

    daya pelaksanaan dan pemakaian produk konstruksi yang

    berkonsepkan ramah lingkungan.Tentunya hal itu menjadi

    tantangan utama para ahli Green Building untuk membuat

    design yang cocok pada kondisi eksternal internal lingkungansekitarnya.

    3. Pemilihan material/bahan bangunan yang ramah lingkungan

    Mayoritas rumah saat ini dibangun dengan menggunakan bingkai

    kayu, Gedung tradisional Bahan dan bahan pilihan bagi banyak

    orang. Namun membangun rumah kayu berbingkai

    membutuhkan rencana yang sangat hati-hati dirancang dan kru

  • 7/29/2019 4f8f910d21e52SAINS_ARSITEKTUR_2.doc

    7/45

  • 7/29/2019 4f8f910d21e52SAINS_ARSITEKTUR_2.doc

    8/45

    yang sesuai dengan keseimbangan ekosistem lingkungan, jangan

    sampai pembuatan Green Building malah merusak area hijau,

    atau siklus udara dan hidrologi yang dipengaruhi oleh hilangnya

    area resapan air. Untuk di daerah Indonesia sendiri, bila kita

    ambil contoh jakarta mungkin pembangunan Green Building

    susah untuk dilaksanakan, dikarenakan tata letak kota jakarta

    yang memang sudah padat untuk bangunan-bangunan bersifat

    kepentinan komersial ataupun bangunan hunian tempat tinggal.

    6. Pembiayaan serta perawatan green building

    Tidak mudah merawat suatu gedung atau bangunan apalagi

    bangunan dengan konsep Green Building, yang harus

    mempertahankan manfaatnya untuk lingkungan sekitar.

    7. Faktor kesehatan

    Menggunakan material & produk-produk yang non-toxic akan

    meningkatkan kualitas udara dalam ruangan, dan mengurangi

    tingkat asma, alergi dan sick building syndrome. Material yang

    bebas emisi, dan tahan untuk mencegah kelembaban yang

    menghasilkan sporadan mikroba lainnya. Kualitas udara dalam

    ruangan juga harus didukung menggunakan sistem ventilasi

    yang efektif dan bahan-bahan pengontrol kelembaban yang

    memungkinkan bangunan untuk bernapas. Bahan-bahan alami

    atau natural sudah diketahui memang cukup rentan terhadap

    gangguan lingkungan itu sendiri seperti keberadaan

    mikroorganisme ,serta kelembaban udara dan suhu diluar

    maupun didalam ruangan yang harus diseimbangkan untuk

    meminimalisasi kerusakan bangunan.

  • 7/29/2019 4f8f910d21e52SAINS_ARSITEKTUR_2.doc

    9/45

    8. Membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya green

    building

    Tantangan ini juga cukup penting untuk dipecahkan, Banyak

    masyarakat Indonesia yang tentunya belum tahu akan makna

    Green Building. Mulai dari konsep,manfaatnya dalam jangka

    panjang serta aplikasinya. Penyuluhan akan Green Building

    seharusnya juga diberikan kepada masyarakat Indonesia agar

    lebih mengetahui peranan Green Building dalam dunia

    pembangunan di Indonesia. Apalgi dengan ekonomi masyarakat

    Indonesia yang minim membuat rencana ini hanya terbatas

    kepada pengembang bangunan dengan modal besar dan

    kalangan menegah ke atas.

    Green Building lebih dari sebuah konsep untuk hidup

    berkelanjutan, tetapi bisa membangun harapan untuk masa

    depan. Oleh karena itu, kesadaran masyarakat Indonesia harusditingkatkan untuk mengetahui pentingnya membuat bangunan

    dengan konsep Green Construction

    Apapun yang dilakukan manusia untuk pelestarian lingkungan

    dan perbaikan lingkungan mau sekecil apapun memang sangat

    berarti seperti membuang sampah pada tempatnya, itu pun

    masih belum tercapai sempurna. Dengan usia yang menipis

    karena perubahan iklim, kekurangan energi yang semakin

    meningkat dan masalah kesehatan, memang masuk akal untuk

    membangun gedung yang tahan lama,menghemat energi,

    mengurangi limbah dan polusi, dan meningkatkan kesehatan dan

    kesejahteraan.

    Upaya-Upaya untuk mewujudkan Green Construction

  • 7/29/2019 4f8f910d21e52SAINS_ARSITEKTUR_2.doc

    10/45

    1. Membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya Green

    Construction bagi dunia pembangunan di Indonesia.

    2. Membuat bangunan-bangunan yang berbahan dasar ramah

    lingkungan.

    3. Mengatur tata letak kota yang sesuai dengan konsep Green

    Construction yang berwawasan lingkungan.

    4. Membangun sistem bangunan yang effisien dalam

    menggunakan energi.

    5. Membangun Green Construction dengan menggunakan

    material yang dapat di perbaharui, didaur ulang, dan digunakan

    kembali serta mendukung konsep efisiensi energi.

    6. Mengolah limbah-limbah yang bermanfaat untuk dijadikan

    material bahan dasar.

    7. Membangun Green Construction yang sesuai dengan kondisi

    alam, dan iklim wilayah Indonesia.

    8. Inovasi untuk mengembangkan green building terus dilakukan

    sebagai upaya untuk menghemat energi dan mengurangi

    masalah-masalah lingkungan.

    9. Pemilihan material yang pas agar Green Building bisa

    bertahan lebih lama.

    10. Penggunaan teknologi-teknologi yang sesuai dan ramah

    lingkungan agar tidak merusak ekosistem sekitar.

  • 7/29/2019 4f8f910d21e52SAINS_ARSITEKTUR_2.doc

    11/45

    ARTIKEL 2

    PENERAPAN KONSEP SADAR ENERGI DALAM

    PERANCANGAN ARSITEKTUR YANG BERKELANJUTAN

    energi listriknya adalah untuk mesin AC (mesin pendingin ruang

    dan penerangan. Kondisi lingkungan tropis Indonesia yang kaya

    akan intensitas radiasi matahari apabila tidak ditangkal dengan

    benar dapat mengakibatkan laju peningkatan suhu udara, baik di

    dalam maupun di luar ruangan. Pada bidang yang terbayangi,

    maka panas yang masuk ke dalam ruang hanya konduksi akibat

    perbedaan suhu luar dan suhu dalam saja. Akan tetapi pada

    bidang yang terkena sinar matahari (tidak terkena bayangan),

    maka panas yang masuk ke dalam ruangan juga akibat radiasi

    balik dari panasnya dinding yang terkena sinar matahari. Panas

    yang masuk pada dinding yang tersinari ini bisa mencapai 2

    sampai 3 kali nya dibanding konduksi. Terlebih apabila ada sinar

    matahari yang langsung masuk ke dalam ruangan, panas radiasi

    matahari yang langsung masuk ke dalam ruangan ini bisa

    mencapai 15 kali dibanding panas akibat konduksi. Hal tersebut

    memberikan pemahaman bahwa bidang-bidang yang terkena

    sinar matahari akan menyumbang laju peningkatan suhu

    ruangan sangat signifikan. Perwujudan dari desain arsitektur

    yang sadar energi dan berwawasan lingkungan merupakan

    bagian dari arsitektur berkelanjutan (sustainable architecture).

    Disini arsitek mempunyai peran yang amat sangat penting dalam

    penghematan energi. Disain hemat energi diartikan sebagai

    perancangan bangunan untuk meminimalkan penggunaan energi

    tanpa membatasi fungsi bangunan maupun kenyamanan atau

    produktivitas penghuninya. Untuk mencapai tujuan itu, karya

    desain arsitektur yang sadar akan hemat energi harus mulai

  • 7/29/2019 4f8f910d21e52SAINS_ARSITEKTUR_2.doc

    12/45

    dirintis dari sekarang. Kata Kunci : Arsitektur, Sadar Energi,

    Berkelanjutan

    2. RUMAH TINGGAL DAN KEBUTUHAN ENERGI

    RUMAH TINGGAL DAN KEBUTUHAN ENERGI

    Indonesia adalah sebagai negara yang seluruh wilayahnya dikawasan equator,

    merupakan keuntungan namun juga menjadi suatu kerugian yang sangat besar.

    Sebagai keuntungan, karena sebenarnya iklim tropis membuat kekayaan alam

    semakin berlimpah, namun menjadi kerugian karena iklim tropis menjadikan

    tingginya irradiance matahari, yakni rata-rata 200-250 W/m2 selama setahun atau

    850-1100 W/m2 selama masa penyinaran. Hal ini menyebabkan suhu permukaan

    akan naik lebih tinggi dari daerah lain di dunia. Irradiance yang sangat besar ini bisa

    dimanfaatkan menjadi sebuah sumber energi yang luar biasa atau juga bisa menjadi

    kendala yang sangat besar sebab dengan tingginya suhu permukaandi kawasan

    Indonesia, akan dibutuhkan energi yang besar pula untuk menyejukan rumah.

    (Daryono, 2008) Pada kenyataannya kondisi iklim tropis di Indonesia sering dianggap

    sebagai masalah. Tidak tercapainya kenyamanan penghawaan dalam rumah tinggal,

    membuat berputus asa dalam mencari penyebabnya. Dan umumnya langsung

    dicarikan solusi atau dikatakan sebagai jalan pintas, dengan penggunaan alat

    pengkondisian udara atau air conditioner (AC). Prinsip kerja AC memang

    menurunkan suhu udara untuk penyegaran ruang. Prinsip kerja ini yang diakui dapat

    menjamin kenyamanan ruang. Namun apabila diperhatikan dengan seksama

    sebenarnya penggunaan AC adalah pemborosan energi yang berasal dari sumber daya

    yang tidak terbaharukan (non-renewable resources). Dan proses kerja AC akan

    menghasilkan zat emisi karbon CFC (klorofluorokarbon), yang akan membentuk efek

    rumah kaca dan merusak lapisan ozon. (Frick, 2006) Seluruh permukaan bangunan

    harus terlindungi dari sinar matahari secara langsung. Dinding dapat dibayangi oleh

    pepohonan. Atap perlu diberi isolator panas atau penangkal panas. Langit-langit

    umum dipergunakan untuk mencegah panas dari atap merambat langsung ke

    bawahnya (Satwiko, 2005). Desain sadar energi (energy conscious design)

    merupakan salah satu paradigma arsitektur yang menekankan pada konservasi

  • 7/29/2019 4f8f910d21e52SAINS_ARSITEKTUR_2.doc

    13/45

    lingkungan global alami khususnya pelestarian energi yang bersumber dari bahan

    bakar tidak terbarukan (non renewable energy) dan yang mendorong pemanfaatan

    energi terbarukan (renewable energy). Dalam desain sadar energi mutlak diperlukan

    pemahaman kondisi dan potensi iklim setempat untuk mempertimbangkan keputusan-

    keputusan desain yang akan berdampak pada konsumsi energi baik pada tahap

    pembangunan maupun pada tahap operasional bangunan. Pada skala lingkungan

    mikro, fenomena radiasi matahari ini mempengaruhi laju peningkatan suhu

    lingkungan. Kondisi demikian mempengaruhi aktivitas manusia di luar ruangan,

    untuk mengatasi fenomena ini ada tiga hal yang bisa dikendalikan yaitu durasi

    penyinaran matahari, intensitas matahari, dan sudut jatuh matahari (Satwiko, 2003).

    3. KONSEP HEMAT ENERGI ATAU SADAR ENERGI

    Sebaran penggunaan energi dalam rumah tinggal lebih banyak pada aspek fungsi

    penghawaan atau penyegaran udara dan aspek fungsi pencahayaan, sehingga kedua

    hal ini penting untuk menjadi fokus dalam pembahasan konsep penghematan energi

    ini. Pembahasan tentang penghematan energi ditekankan pada langkah ekologis, yaitu

    dengan menciptakan kesinambungan antara rumah tinggal dengan lingkungannya

    atau adanya interaksi dengan alam. Di samping dua hal tersebut terdapat aspek

    penting lainnya untuk rumah tinggal, adalah pemanfaatan air sebagai sumber daya

    penunjang kualitas hidup, dengan sistem reduce, reuse, recycle. Sistim Surya Pasif

    (passive solar system) merupakan suatu teknik pemanfaatan energi surya secara

    langsung dalam bangunan tanpa atau seminimal mungkin menggunakan peralatan

    mekanis, melalui perancangan elemen elemen arsitektur (lantai, dinding, atap, langit

    langit, aksesoris bangunan) untuk tujuan kenyamanan manusia (mengatur sirkulasi

    udara alamiah, pengaturan temperatur dan kelembaban, kontrol radiasi matahari,

    penggunaan insulasi termal).( Pertukaran udara alamiNaiknya suhu dalam rumah

    menyebabkan panas dan hal ini sangat terkait dengan kondisi iklim mikro skala

    rumah dan kawasan sekitarnya. Untuk menurunkan suhu sekaligus memberikan

    kenyamanan penghawaan diperlukan aliran udara yang cukup. Prinsip aliran udara

    adalah adanya perbedaan suhu dan tekanan antara dua atau lebih space, baik space

    antar ruang maupun antara ruang dalam dan ruang luar. Oleh sebab itu perlu

  • 7/29/2019 4f8f910d21e52SAINS_ARSITEKTUR_2.doc

    14/45

    diciptakan bidang-bidang bangunan yang dapat membuat perbedaan suhu dan tekanan

    udara. Beberapa aplikasi konsep penyegaran udara adalah :

    Ventilasi Atap

    Angin akan mengalir dari suhu rendah menuju suhu yang lebih tinggi. Ruang bawah

    atap merupakan bagian yang menerima radiasi terbesar, sehingga memiliki suhu yang

    panas. Sebaiknya ruang bawah atap dilengkapi lubang ventilasi, sehingga akan

    menarik udara dari dalam ruang untuk dialirkan ke luar bangunan.

    Plafon tinggi

    Melalui lubang ventilasi yang terletak di bagian atap, maka tekanan udara panas di

    dalam ruang akan tertarik dan terbuang ke luar melalui atap. Untuk mendapatkan efek

    cerobong (stack effect), maka menara angin dibuat dengan bentuk penutup

    menghadap arah datang angin, dan lebih baik lagi adanya void. Efek cerobong akan

    optimal bila rumah tinggal/bangunan memiliki plafon tinggi atau minimal dua lantai.

    Semakin tinggi plafon, maka semakin baik ventilasinya (aliran angin). Kita bisa

    belajar dari karya Eko Prawoto yang diterapkan dalam rekonstruksi pasca bencana

    Gempa di Yogyakarta. Desainnya mempunyai bentuk atap yang tinggi yang berguna

    untuk ventilasi atap

    Teras dan teritisan Teras berfungsi sebagai ruang peralihan antara ruang luar dan

    ruang dalam.Pada daerah beriklim panas, seperti di Indonesia, kehadiran teras dapat

    menciptakan iklim mikro yang memberikan kenyamanan di dalam bangunan dan

    sekitarnya. Hal ini disebabkan tekanan udara yang ada di halaman menjadi

    mengembang karena suhu yang panas, sementara itu teras merupakan daerah hisapan

    angin yang bertekanan lebih tinggi dan bersuhu lebih dingin. Perbedaan suhu dan

    tekanan menyebabkan udara mengalir, dari suhu dingin ke suhu yang lebih panas,

    atau dari tekanan tinggi ke tekanan yang lebih rendah. Udara di dalam ruang akan

    tertarik ke luar dan segera berganti. Seperti juga teras, fungsi teritisan akan

    mendinginkan suhu udara lebih dulu, sebelum masuk ke dalam ruang. Semakin lebar

    teritisan, maka suhu ruangan akan semakin dingin.

  • 7/29/2019 4f8f910d21e52SAINS_ARSITEKTUR_2.doc

    15/45

    Gambar 1.

    Teras dan teritisan Teras berfungsi sebagai ruang peralihan antara ruang luar dan

    ruang dalam.Pada daerah beriklim panas, seperti di Indonesia, kehadiran teras dapat

    menciptakan iklim mikro yang memberikan kenyamanan di dalam bangunan dan

    sekitarnya. Hal ini disebabkan tekanan udara yang ada di halaman menjadi

    mengembang karena suhu yang panas, sementara itu teras merupakan daerah hisapan

    angin yang bertekanan lebih tinggi dan bersuhu lebih dingin. Perbedaan suhu dan

    tekanan menyebabkan udara mengalir, dari suhu dingin ke suhu yang lebih panas,

    atau dari tekanan tinggi ke tekanan yang lebih rendah. Udara di dalam ruang akan

    tertarik ke luar dan segera berganti. Seperti juga teras, fungsi teritisan akan

    mendinginkan suhu udara lebih dulu, sebelum masuk ke dalam ruang. Semakin lebar

  • 7/29/2019 4f8f910d21e52SAINS_ARSITEKTUR_2.doc

    16/45

    teritisan, maka suhu ruanganakan semakin dingin.

    Vegetasi Lingkungan Vegetasi berfungsi sebagai climate regulator atau pengatur

    iklim (suhu, kelembaban dan laju angin), baik untuk lingkup tapak rumah tinggal

    maupun untuk skala kawasan. Penyediaan vegetasi yang sesungguhnya (terbukanyatapak untuk vegetasi) berarti juga penyediaan ruang terbuka hijau (RTH), yang berarti

    juga sebagai pengendali tata air. Ketersediaan ruang terbuka dan vegetasi akan

    menyuplai oksigen dan akan mengalirkannya ke dalam rumah, ditambah dengan

    adanya air (alternatif berbentuk kolam) yang akan menurunkan suhu udara yang

    panas. Oksigen dan suhu dingin mengalir ke dalam rumah dan akan memberikan

    kenyamanan. Vegetasi di atap rumah (greenroof) dapat menahan radiasi matahari,

    sehingga mengkondisikan ruang di bawahnya bersuhu lebih dingin. Unsur hijau yang

    diidentikkan dengan vegetasi ditunjukkan dengan menambahkan elemen-elemen

  • 7/29/2019 4f8f910d21e52SAINS_ARSITEKTUR_2.doc

    17/45

    penghijauan tidak hanya pada lansekap saja tetapi juga dalam bangunan, seperti

    pemberian roof garden, pemberian vegetasi rambat pada dinding bangunan dan lain

    sebagainya.

    Gambar 2. Rumah Ngibikan dengan teras yang dapat juga berfungsi mematahkan

    sinar matahari untuk pembayangan fasade sumber : Survey Lapangan, 2011

    Gambar 3.

  • 7/29/2019 4f8f910d21e52SAINS_ARSITEKTUR_2.doc

    18/45

    Pencahayaan alami Tujuan dari pencahayaan adalah disamping mendapatkan

    kuantitas cahaya yang cukup sehingga tugas visual mudah dilakukan, juga u ntuk

    mendapatkan lingkungan visual yang menyenangkan atau mempunyai kualitas cah

    aya yang baik. Dalam pencahayaan alami, yang sangat mempengaruhi kualitas

    pencah ayaan adalah terjadinya penyilauan. Pencahayaan alami siang hari dapat

    dikatakan baik apabila : pada siang hari antara jam 08.00 sampai dengan jam 16.00

    waktu setempat, terdapat cukup banyak cahaya yang masuk ke dalam ruangan.

    Distribusi cahaya di dalam ruangan cukup merata dan atau tidak menimbulkan

    kontras yang mengganggu. Penyilauan adalah kondisi penglihatan dimana terdapat

    ketidaknyamanan atau pengurangan dalam kemampuan melihat suatu obyek, karena

    luminansi obyek yang terlalu besar, distribusi luminansi yang tidak merata atau

    terjadinya kontras yang berlebihan.

    Ada dua jenis penyilauan : 1) penyilauan yang menyebabkan ketidakmampuan

    melihat suatu obyek (disability glare), dan 2)penyilauan yang menyebabkan

    ketidaknyamanan melihat suatu obyek tanpa perlu menimbulkan ketidakmampuan

    melihat (discomfort glare). Prinsip pencahayaan alami adalah memanfaatkan cahaya

    matahari semaksimal mungkin dan mengurangi panas matahari semaksimal mungkin.

    Pemanfaatan cahaya alami jelas akan menghemat listrik.

  • 7/29/2019 4f8f910d21e52SAINS_ARSITEKTUR_2.doc

    19/45

    Orientasi Bangunan Orientasi bangunan bertujuan untuk mendapatkan kantong

    cahaya matahari (sun pocket), yaitu kondisi di mana cahaya matahari berada pada

    intensitas radiasi paling rendah, sesuai siklus terbit dan tenggelamnya, dan matahari

    memiliki sudut jatuh cahaya yang kecil. Dengan demikian area yang tercahayai akan

    lebih besar dan cahaya matahari tidak panas. Orientasi bangunan terbaik adalah

    memiliki sudut kemiringan 20 terhadap sumbu barat-timur dengan bidang

    permukaan fasade terluas pada sumbu utara-selatan. Apabila kondisi ideal orientasi

    bangunan tidak memungkinkan, dapat dilakukan dengan memperluas bukaan untuk

    masuknya cahaya atau mengurangi pembatasan ruang, agar cahaya dapat memasuki

    ruang-ruang dalam. Bila diperlukan pembatas, maka gunakan material transparan

    Pemanfaatan material lokal Selubung bangunan yang memperoleh radiasi matahari

    terbesar adalah atap dan kemudian dinding. Agar penghematan energi dapat

    dilakukan, maka harus dihindari radiasi matahari yang optimal pada siang hari,

    karena akan meningkatkan suhu ruangan. Pemanfaatan material alami dari vegetasi

    dapat didisain menyatu dengan konstruksi selubung bangunan. Belajar dari dusun

    Ngibikan yang mencoba memanfaatkan potensi lokal dengan memanfaatkan kayu

    dari batang kelapa, bamboo

  • 7/29/2019 4f8f910d21e52SAINS_ARSITEKTUR_2.doc

    20/45

    ARTIKEL 3MULTILEVEL URBAN GREEN AREA :

    SOLUSI TERHADAP GLOBAL WARMING DAN HIGH ENERGYBUILDING

    PENDAHULUAN Seiring dengan era globalisasi, pembangunan kota diberbagai belahan bumi berkembang dengan pesat,. besarnyakebutuhan terhadap fasilitas bangunan baru dihadapkan padapermasalahan bahwa lahan yang tersedia semakin terbatas.Menghadapi kondisi ini, maka dengan teknologi yang juga terusberkembang, alternatif pemecahan masalahnya adalah denganpembangunan secara vertikal, yaitu dengan mendirikan multy-storeybuilding. Bahkan pada kota-kota besar yang benar-benar telah padat,orientasi pembangunan adalah pada bangunan pencakar langit

    (skycrapers).Hal ini bukan satu-satunya permasalahan sebagai dampak daripembangunan yang terjadi dalam konteks urban. Permasalahan seriuslainnya adalah berkurangnya rasio area terbuka hijau (urban greenarea) bila dibandingkan dengan luasan area terbangun, dimana hal inisangat mempengaruhi kondisi mikroklimatik suatu area. Berkurangnyaruang terbuka hijau ini ditengarai sebagai penyebab utama terjadinyaurban heat island, yaitu suatu fenomena dimana temperatur padasuatu daerah terus meningkat, bahkan di saat malam harii (Stahlerdalam Pramujadi, 2002). Penyebab lain dari urban heat island iniadalah kecenderungan penggunaan material bangunan dan penutup

    tanah (land cover) dengan karakteristik high thermal capacity danpenggunaan material yang memantulkan radiasi matahari seperti kacaatau material reflektif lainnya. Efek lain dari berkurangnya area hijaudisampaikan oleh Hough dalam Pramujadi (2002) yaitu bahwaberkurangnya tanaman-tanaman tersebut mempunyai kontribusi yangsangat besar pada terganggunya siklus air hujan dan erosi tanah.Dalam jangka panjang, fenomena inilah yang berkontribusi besardalam terjadinya global warming dan tentu saja pada akhirnya akanberpengaruh terhadap iklim dan keberlanjutan lingkungan.Dalam menyikapi permasalahan ini, konsep sustainable developmentmenjadi suatu dasar yang sangat penting bagi setiap pembangunanyang dilakukan. Sustainable development(menurut World Commision

    and Environment and Development, WCED, 1987) adalah ..is thedevelopment which meets the needs of present, without compromisingthe ability of future generation to meet with their own needs.Penerapan konsep sustainabilitydalam suatu kota atau yang disebutoleh Richard Rogers (dalam Hussein, 2000) sebagai sustainable city,mempunyai arti bahwa kota berperan antara lain sebagai: (1) abeautiful city, yaitu dimana seni, arsitektur dan lansekap dapat

    JURNAL REKAYASA PERENCANAAN, Vol. 4, No. 3, Juni 2008membangkitkan imajinasi dan spirit, dan (2) an ecological city,dimana dampak ekologis diminimalkan, yaitu dengan mewujudkankeseimbangan antara lansekap dan bentuk terbangun, mewujudkankeamanan bangunan dan infrastrukturnya, serta efisiensi sumber daya.

  • 7/29/2019 4f8f910d21e52SAINS_ARSITEKTUR_2.doc

    21/45

    Pernyataan diatas menjelaskan bahwa lansekap merupakan suatustrategi yang potensial dalam mewujudkan konsep disain

    berkelanjutan. Pemanfaatan lansekap untuk desain berkelanjutan tidakhanya terbatas pada disain secara horisontal di permukaan tanah. Bilamengingat kecenderungan tuntutan akibat keterbatasan lahan danefisiensi penggunaan lahan saat ini, perlu dipikirkan strategi disainlansekap yang dapat mengatasi tuntutan terebut. Yeang (1998)mencetuskan konsep vertical landscape sebagai strategi untukmenerapkan konsep sustainability, terutama untuk desain bangunantinggi. Konsep Yeang ini merupakan suatu alternatif strategi yangsangat potensial untuk dieksplorasi lebih lanjut.TINJAUAN PUSTAKAUrban Heat Island and Micro Climate ConditionIklim mikro atau disebut juga iklim lokal (microclimate) sangat

    bergantung pada cara bagaimana energi matahari digunakan untukkonveksi, evaporasi, atau pemanasan suatu objek dalam site. Selain itu

    juga dipengaruhi oleh kondisi topografii permukaan, angin, sertakonsentrasi gas-gas polutan dalam udara. Keseluruhan faktor ini padaakhirnya akan berpengaruh pada level temperatur lokal suatu area.Pada level tertentu akan terjadi suatu fenomena yang disebut urbanheat island, yaitu suatu kondisi dimana temperatur urban meningkatbahkan saat malam hari. Artinya, temperatur lokal rata-rata padadaerah itu meningkat.Kenaikan temperatur urban tersebut dapat menurunkan levelkenyamanan termal (thermal comfort) yang pada akhirnya akan

    mengganggu aktifitas manusia di dalam bangunan. Oleh karenaGambar 1. Urban Heat Island ProfileSumber: www.epa.gov/globalwarming/actions/ local/heatisland/indeks.htmlMULTILEVEL URBAN GREEN AREA: SOLUSI TERHADAP GLOBALWARMING DAN HIGH ENERGY BUILDINGMohammad Pranoto Situ thermal comfortadalah fokus utama dalam perancangan bangunan.Di daerah beriklim tropis, seperti halnya di Indonesia, thermal comfortdapat dicapai dengan menurunkan temperatur di dalam bangunanyang cenderung tinggi, terutama akibat dari radiasi dan konveksipanas yang tinggi dari lingkungan luar. Urban heatdi daerah tropis

    sangat tidak diharapkan terjadi, karena akan memberi beban lebihuntuk strategi pendinginan bangunan. Strategi pendinginan bangunandi daerah tropis dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu dengandesain bangunan yang: (a) memungkinkan masuknya angin secaramaksimal ke dalam bangunan (natural ventilation) dan (b)meminimalkan masuknya solar heat gain baik melalui radiasi ataukonveksi.Kedua strategi ini dapat diterapkan melalui upaya penataan kembaliwilayah urban dengan pendekatan baru atau dengan penataanlansekap yang terencana dengan baik. Landscaping yang dimaksudkandi sini adalah : (1) area hijau kota (urban green area), dibagi atas tipevegetasi di sekeliling bangunan, pohon-pohon di sepanjang jalan,vegetasi di areaplayground, taman lingkungan skala kecil dan taman

  • 7/29/2019 4f8f910d21e52SAINS_ARSITEKTUR_2.doc

    22/45

    public skala besar, serta (2).vegetasi pada bangunan Penggunaanvegetasi sangat potensial sebagai elemen untuk digunakan dalam

    kedua strategi di atas. - Optimalisasi Energi dalam BangunanBeberapa terminologi berkaitan dengan konsumsi energi dalambangunan menurut Herzog (1996), dapat dikategorikan sebagaiberikut: (a) embody energi (production energy), yaitu energi dalammaterial bangunan, meliputi energi yang digunakan selama prosesproduksi, perakitan, maintenance, alterasi, dan penghancuran(demolisi), (b) end-use energy(operating energy), yaitu energi yangdigunakan untuk pemeliharaan tingkat kenyamanan dan untuk sistemoperasionalnya, dan (c) induced energy, yaitu konsumsi energii yangdisebabkan dampak tak langsung dari proses kontruksi, contohnya :energi untuk transportasi material. Menurut Abel (1994), analisaterhadap end-use energyperlu dibedakan atas : (a) kebutuhan

    bangunan di satu sisi lain, serta (b) energi dalam bentuk panas danelektrikal. Berdasarkan energi utama yang tersedia dalam bangunan(panas dan elektrikal), konsumsi energi dibagi atas beberapa sebagaiberikut : - Heat/ panas : untuk menghindari heat losses dari selubungbangunan. - Heat/ panas untuk water heating.

    JURNAL REKAYASA PERENCANAAN, Vol. 4, No. 3, Juni 2008- Electrical energyuntuk penerangan dan operasional alat dan mesindalam bangunan.- Heat/ panas untuk air conditioning.- Electrical energyuntuk operasional alat dan pendingin ruang.Enno Abel (1994) membahas tentang konsep efisiensi energi pada

    bangunan berkaitan dengan end-use energydan membedakan secarasistematis atas dua konsep sebagaii berikut: (a) low-energy building,dengan tujuan utama bangunan dengan kondisi no energy or noexternal supply energy atau setidaknya no supply of purchasedenergy. Konsep ini sulit dilakukan terutama untuk bangunan dengansetiap detail yang serendah mungkin membutuhkan energi (lowest

    possible energy requirements). Tujuan ini biasanya berkaitan dengankebutuhan energi seminal mungkin dipertimbangkan dari alasanekonomis.Konsep energy-efficient building tampak lebih masuk akal untukditerapkan pada semua disain bangunan. Pencapaian level real zeroenergy building tidak akan sepenuhnya dapat terlaksana karena

    terkait dengan berbagai faktor. Pertimbangan ini dapat dijelaskandalam diagram pada Gambar 2.Konsep efisiensi pada bangunan berkaitan dengan hubungan antaralingkungan eksternal dan internal diungkapkan oleh Hawks (1996)dengan mengadopsi dua mode kontrol lingkungan, yaitu: (1) exclusivemode, bergantung sepenuhnya pada generated energy dan (2)selective mode, menggunakan ambient energy(heat and light)sebagaii sumber utama (Gambar 3).Fuel based cooling machines or heat pumpsDesiccant orAdvanced insulationAdvanced windowsHeat recovery special heat pumps

  • 7/29/2019 4f8f910d21e52SAINS_ARSITEKTUR_2.doc

    23/45

  • 7/29/2019 4f8f910d21e52SAINS_ARSITEKTUR_2.doc

    24/45

    The FocusThe purpose

    Low energy buildingTo decrease the amount of energy needed to create an indoor climatein

    To decrease the amount of energy needed by the users of the buildingTo decrease the external supplyThe FocusThe purposeLow energy buildingGambar 2. Matriks Indikasi Penerapan KonsepLow-Energy Building dan Energy-Efficient BuildingSumber: Abel, 1994MULTILEVEL URBAN GREEN AREA: SOLUSI TERHADAP GLOBAL

    WARMING DAN HIGH ENERGY BUILDINGMohammad Pranoto SMETODOLOGIKajian ini membahas tentang potensi penggunaan multilevel urbangreen area sebagai suatu alternatif strategi berkaitan dengan upayaefisiensi energi bangunan. Kajian akan ditekankan pada kemungkinanpenggunaan lansekap secara vertikal pada bangunan di daerah tropis-lembab (hot-humid climate), dengan pertimbangan bahwa iklim tropismempunyai masalah yang lebih kompleks dibandingkan dengan iklimlainnya, akibat karakteristik dimana panas akibat radiasi matahariyang tinggi dan disertai dengan kelembaban yang tinggi. HASIL DAN

    PEMBAHASAN - Desain Sadar Energi/Energy Conscious DesignKonteks energi dalam arsitektur sebenarnya telah mulai disadari sejakawal abad ke-20, yaitu pada era arsitektur pasca industri sesudahtahun 1900 (Priatman, 2002). Kesadaran ini dipacu oleh krisis energiterutama yang dialami oleh negara-negara maju yang terjadi sekitartahun 1973. Kondisi ini mendorong rekonseptualisi perancanganarsitektur dengan pertimbangan utama pada efisiensi energi. Daripemikiran-pemikiran inilah akhirnya terlahir beberapa paradigmadisain sadar energi (energy conscious design), yang diklasifikasikanoleh Priatman (2002) sebagai berikut:- Arsitektur Bioklimatik (Bioclimatic Architecture/Low-EnergyArchitecture)

    Merupakan arsitektur yang berlandaskan pada pendekatan desainpasif dan minimum energi, dengan memanfaatkan energi alami iklimsetempat untuk menciptakan kondisi kenyamanan. Dicapai melaluikonfigurasi bentuk massa bangunan, perencanaan site,EXCLUSIVE MODESELECTIVE MODE Environmental is automatically controlled and is predominantlyartificial. Environment is controlled by a combination of automatic & manualmeans and is a variable mixture of natural and artificial. Shape is compact, seeking to minimize the interaction betweeninterior and exterior environment.

    Shape is dispersed, seeking to maximize the use if ambient energy.

  • 7/29/2019 4f8f910d21e52SAINS_ARSITEKTUR_2.doc

    25/45

    Orientation is relatively unimportant. Windows are large on southerly faade, restricted to the north, solar

    controls are required to avoid summer heating. Energy is primarily form generated source, use throughout the yearin relatively quantity. Energy is a combination of ambient and generated energy. The usein variable throughout the peak at winter and free-running in summer.

    JURNAL REKAYASA PERENCANAAN, Vol. 4, No. 3, Juni 2008orientasi, desain, fasade, shading devide, instrumen penerangan alam,warna fasade, lansekap horisontal dan vertikal, ventilasi alami.- Arsitektur Hemat Energi (Energy-Efficient Architecture)Merupakan arsitektur yang berlandaskan pada pemikiran minimalisasipenggunaan energi tanpa membatasi/mengubah fungsi bangunan,kenyamanan dan produktifitas penghuninya dengan memanfaatkan

    sains dan teknologi modern. Dicapai melalui sinergi antara metodepasif dan aktif dengan materiall dan instrumen hemat energi.- Solar ArchitectureMerupakan arsitektur yang memanfaatkan energi surya, baik secaralangsung (radiasi cahaya dan termal) maupun secara tidak langsung(energi angin), dimana elemen-elemen ruang berfungsi secaraintegratif sebagai sistem surya aktif ataupun pasif. Dicapai denganinovasi teknologi selphotovoltaic.- Green ArchitectureMerupakan arsitektur yang berwawasan lingkungan dan berlandaskankepedulian tentang konservasi lingkungan global alami dengan

    penekanan pada efisiensii energi, pola berkelanjutan (sustainable) danpendekatan holistic (holistic approach).Paradigma ini bertitik tolak pada konsep desain ekologi yangmenekankan pada ketergantungan (interdependencies) danketerkaitan (interconnectedness) antara semua sistem (natural danartificial) dengan lingkungan lokal dan biosfer.-Vegetation Potensial in Energy-Efficient.Beberapa potensi vegetasi dalam menentukan kondisi mikroklimatikyaitu peran vegetasi sebagai kontrol radiasi sinar matahari, angin,kelembaban (precipitation and humidity) dan temperatur (McClenon,1979). Efektifitas vegetasi sebagai kontrol iklim bergantung padabentuk dan karakteristik vegetasi, iklim setempat dan persyaratan

    khusus site. McClenon (1976) juga menyebutkan bahwa dampakvegetasi pada iklim cukup besar. Vegetasi mampu menyerap radiasiyang mengenainya lebih dari 90%, mereduksi kecepatan angin dalamsuatu area kurang lebih 10% dibandingkan aliran pada area terbuka,atau bahkan dapat pula meningkatkan kecepatan angin sertamengarahkannya, mereduksi suhu udara pada siang hari sekitar 15 0F,dan pada kondisi tertentu dapat pula meningkatkan suhu udara dimalam hari, dimana hal ini sangat diinginkan di beberapa jenis iklim,yaitu di daerah beriklim moderat dan iklim dingin.MULTILEVEL URBAN GREEN AREA: SOLUSI TERHADAP GLOBALWARMING DAN HIGH ENERGY BUILDINGMohammad Pranoto S

  • 7/29/2019 4f8f910d21e52SAINS_ARSITEKTUR_2.doc

    26/45

    Beberapa prinsip pemilihan vegetasi berkaitan dengan efisiensi energimenurut McClenon (1979) adalah sebagai berikut:

    1. Pepohonan besar / kecil dan semak dapat digunakan untukmenyaring aliran angin yang tidak diinginkan, cemara (conifer) dapatdigunakan untuk mengarahkan angin.2. pepohonan dapat digunakan sebagai saluran angin (channel wind),untuk meningkatkan ventilasi di area tertentu.3. vegetasi dapat mereduksi akumulasi salju di permukaan tanah, atausebagai perisai radiasi sinar matahari.4. Vegetasi khususnya dengan daun khususnya jarum, dapatdigunakan untuk menangkap kabut, serta dapat meningkatkanpencapaian sinar matahari pada permukaan tanah.5. Pepohonan yang berdaun rontok dapat menyaring direct sunlightselama musim panas, sehingga mereduksi beban pendinginan (cooling

    load) bangunan. Sebaliknya pada musim dingin, menyaring sinarsehingga mereduksi beban pemanasan (heating load) pada bangunan.6. Area hijau dapat menjadi lebih dingin pada siang hari, dan biasanyasedikit melepas panas pada malam hari.Dua hal penting tentang efek lansekap berkaitan dengan radiasimatahari pada bangunan yaitu karakteristik elemen: ukuran,transmisivity, kapasitas penyimpanan panas dan lokasi orientasi.Faktor-faktor yang menjadi pertimbangan perletakan vegetasi padadesain bangunan di suatu site dalam konteks efisiensi energi, yaitu:kapan saat terjadi pembayangan dan dimana pembayangan itudiperlukan. Bila pertimbangan diatas diabaikan, maka desain yang

    dihasilkan dapat menjadi lebih besar dalam penggunaan energinya.Dampak keberadaan vegetasi di sekeliling bangunan terhadap iklim(Givoni, 1998) antara lain adalah sebagai berikut: - Mereduksi solarheat gain dengan efek pembayaran (untuk pohon dengan canopytinggi). - Sebagai insulasi (vegetasi berupa semak tinggi disampingdinding). - Mereduksi pantulan radiasi sinar matahari (vegetasi berupaground cover). - Menurunkan ambient temperature dii sekelilingkondensor AC - Mereduksi kecepatan angin di sekeliling bangunan. -Mereduksi energi matahari untuk pemanasan (pada kondisi winterdengan vegetasi di sisi selatan bangunan).

    JURNAL REKAYASA PERENCANAAN, Vol. 4, No. 3, Juni 2008-Vegetasi Sebagai Kontrol Radiasi Sinar Matahari

    Untuk menciptakan kondisi yang nyaman dalam suatu bangunan, perludilakukan pengendalian atau kontroll radiasi sinar matahari baik yangdiserap ataupun yang dipantulkan kembali ke atmosfer. Pada dasarnyaperan vegetasii dalam kontrol radiasi ini adalah pantulan dengan :- Mengendalikan efek radiasi melalui filtrasi sinar radiasi (directradiation).- Kontrol permukaan tanah (ground surface).- Kontrol re-radiasi.- Menghalangi (obstruction).- Vegetasi sebagai Kontrol AnginSebagaimana telah diketahui bahwa pencapaian manusia diperolehsalah satunya dengan kontrol terhadap aliran angin yang masuk kedalam bangunan. Berkaitan dengan hal ini, vegetasii mempunyai

  • 7/29/2019 4f8f910d21e52SAINS_ARSITEKTUR_2.doc

    27/45

    potensi sebagai modifying factoruntuk melakukan kontrol terhadapaliran angin melalui berbagai cara, antara lain :

    - Menghalangi dan menyaring aliran (obstruction and filtering).- Mengarahkan aliran angin (redirecting) atau channeling guidance.- Defleksi dan intesepsi.Berkaitan dengan fungsi vegetasi sebagai pemecah aliran angin(windbreak device), maka desain perletakan vegetasii pada site sangatpenting. Vegetasi harus ditata sesuai dengan pola kecepatan dan arahangin, juga ditentukan oleh jarak antara perletakan vegetasi tersebutterhadapGambar 4. Fungsi kontrol vegetasiSumber: Mc. Clenon, 1979Gambar 5. Fungsi kontrol anginSumber: Mc. Clenon, 1979

    MULTILEVEL URBAN GREEN AREA: SOLUSI TERHADAP GLOBALWARMING DAN HIGH ENERGY BUILDINGMohammad Pranoto Sbangunan. Tujuan dari strategi ini adalah untuk menjamin masuknyasinar matahari ke dalam bangunan. Tujuan dari strategi ini adalahuntuk meminimalkan infiltrasi udara dan terjadinya convective heatloss, namun bisa tetap menjamin masuknya sinar matahari ke dalambangunan. - Vegetasi sebagai Kontrol Kelembaban(Precipitation and Humadity) Dalam kontrol kelembaban, padadasarnya vegetasi mengendalikan dampak dari hujan (baik berupa air,es ataupun salju), mengendalikan intensitas dan lokasi embun dan

    evaporasi serta kelembaban permukaan tanah.- Vegetasi sebagai Kontrol TemperaturVegetasi juga menyebabkan terjadinya perbedaan temperatur udara,baik secara, harian (antara siang dan malam), musiman (seasonal)ataupun temperatur tahunan (annual temperature).- Urban Green Area Option Strategi multilevel urban greenarea/vertical landscape ini dikemukakan oleh Ken Yeang (1994) dalamBioclimatic Skycrapers. Dalam pembahasannya, vertical landscapeatau garden in the skymenurut Yeang meliputi:Gambar 6. Vegetasi sebagai pengontrol kelembabanSumber: Mc. Clenon, 1979Gambar 7. Karakter suhu iklim

    Sumber: Mc. Clenon, 1979JURNAL REKAYASA PERENCANAAN, Vol. 4, No. 3, Juni 2008- Vegetasi yang diletakkan di sepanjang selubung bangunan (vertical

    planting).- Vegetasi yang diletakkan pada atap bangunan (roof garden, skycourt,green roof, roof-top garden).Kedua desain lansekap ini dilakukan untuk memberi proporsi seimbangantara bangunan dengan area hijau (green area), karena tuntutanefisiensi lahan. Tujuan utama penggunaan strategi ini adalah dalamkonteks efisiensi energi, dimana dengan strategi ini diharapkan dapatmembantu mereduksi panas (terutama solar heat gain) yang masuk kedalam bangunan. Dengan direduksinya heat gain ini, diharapkan beban

  • 7/29/2019 4f8f910d21e52SAINS_ARSITEKTUR_2.doc

    28/45

    pendinginan (cooling load) pada bangunan dapat berkurang sehinggaenergi (baik heatmaupun electricity) juga dapat dikurangi.

    - Vertical PlantingFungsi penggunaan vertical planting pada selubung bangunan antaralain:- Memberi pembayangan pada bukaan pencahayaan di sepanjangselubung bangunan- Memelihara kualitas udara (fresh and clear air) di sekitar bangunan,vegetasii tersebut dapat menyerap CO, CO2 dan gas polutan lain, sertamelepas O2- Desain vertical planting yang menerus sampai pada permukaantanah dapat difungsikan untuk aliran air hujan, menjamin kelestariansiklus air hujan untuk kembali ke tanah di malam hari- Menjaga kelembaban udara di sekitar bangunan dengan precipitasi.

    - Sebagai filter bagi aliran angin yang akan masuk ke dalam bangunanmelalui pembukaan penghawaan.- Roof GardenFungsi penggunaan roof garden pada bangunan antara lain:- Mereduksi panas akibat radiasi matahari dengan penambahanelemen vegetasi, yang memberi pembayangan pada permukaan atap,

    juga secara langsung berfungsi sebagai lapisan (layer) yang dapatmereduksi solar hear gain.- Memanfaatkan area atap sebagai ruang terbuka hijau. Pada beberapadisain dimungkinkan adanya aktifitas yang dapat ditampung di roofgarden.

    - Memelihara kualitas udara (fresh and clear air) di sekitar bangunan,vegetasi tersebut dapat menyerap CO, CO2 dan gas polutan lain, sertamelepas O2 di malam hari.MULTILEVEL URBAN GREEN AREA: SOLUSI TERHADAP GLOBALWARMING DAN HIGH ENERGY BUILDINGMohammad Pranoto S- Menjaga kelembaban udara di sekitar bangunan dengan presipitasi.Menurut penelitian yang dilakukan oleh Wong (2003), penggunaanroof-top garden di daerah tropis (Singapura), terbukti dapatmenghemat konsumsii energi bangunan sekitar 0.6 14.5 % pertahun. Penelitian ini dilakukan dengan dua macam jenis vegetasi, yaitusemak dan pohon. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa

    vegetasi yang potensial untuk diaplikasikan pada roof garden adalahjenis semak. SIMPULAN Strategi desain arsitektur dalam konteksenergi merupakan aspek yang sangat penting, mengingat semuaketerbatasan (energi, lahan, sumber daya alam) yang akan dihadapipada masa yang akan datang. Paradigma konsep low- energyyangpaling potensial untuk diterapkan di Indonesia adalah paradigmaBioclimatic Architecture dan Green-Architecture, mengingat dalampenerapannya tidak memerlukan teknologi dan biaya yang besarseperti halnya Solar Architecture.Multilevel urban green area merupakan salah satu manifestasi darikonsep desain sadar energi. Pemanfaatan vegetasi sebagai elemenarsitektur yang diterapkan secara vertikal, berperan sebagai berikut:(1) Planting and landscaping tidak hanya digunakan untuk kepentingan

  • 7/29/2019 4f8f910d21e52SAINS_ARSITEKTUR_2.doc

    29/45

    ekologis dan estetis, namun juga terbukti potensial untuk pendinginanbangunan. Keberadaan vegetasi, baik di sepanjang fasade bangunan

    atau di atas bangunan tinggi juga berperan sebagai layer pereduksiradiasi dalam ruang, (2) Planting dapat diwujudkan sebagai vertikallansekap di sepanjang fasade bangunan tinggi atau sebagai suaturuang terbuka atau taman diGambar 8. Skema roof garden dan skycourtsSumber: www.ecosensual.net Yeang, 1994

    JURNAL REKAYASA PERENCANAAN, Vol. 4, No. 3, Juni 2008bawah atas bangunan tinggi, (3) Vegetasi dapat menyerap CO2, danmenghasilkan O2Penerapan strategi penataan vegetasi secara vertikal ini dapatdioptimalkan bila dikaitkan dengan analisa operating-energyselectivemode (Hawks, 1996), dimana lingkungan bangunan dikontrol dengan

    kombinasi automatic dan manual serta menggunakan perpaduannatural dan artificial, serta dengan mempertimbangkan potensilingkungan secara optimal. Sehingga tercapai sinergi antara metodepasif dan aktif dengan material dan instrumen hemat energi. , dimanahal ini sangat bermanfaat bagi bangunan dan lingkungan sekitarnya.

    BEDZED: BANGUNAN TANPA ENERGI FOSILOleh Tri Harso Karyono

    Go straight forward for about ten minutes; look to the left hand side,you will see some funny buildings over there. Thats BedZED!. Itulahjawaban seorang ladydi kafe tepi London Road, kawasan Bedington,

    Wallington, London Selatan, ketika saya tanya tentang lokasi BedZED.Warga sekitar BedZed menengarainya sebagai funny buildings.Beddington Zero (fossil) Energy Developmentyang popular dengansebutan BedZED, merupakan sebuah kawasan perumahan dan kantoryang dirancang bebas menggunakan energi fosil. Tri Harso Karyono,2010BedZED: Arsitektur hunian, kantor dan komunitas umum wargadi kawasan Bedington, London

  • 7/29/2019 4f8f910d21e52SAINS_ARSITEKTUR_2.doc

    30/45

    September 2008 Cathleen McGuigan menulis artikel di majalahNewsweek dengan judul sensasional The Bad News About Green

    Architecture. Namun ternyata isinya tidak seheboh judulnya. Diahanya ingin mengatakan sebagian bangunan yang dirancang dengankonsep Hijau terlihat ugly (janggal). BedZED yang dirancang dengankonsep green masih beruntung disebut funnyoleh sang ladypenjagakafe, bukannya ugly.Berbagai macam penghargaan diraih BedZED sejak dibangun tahun

    2000 dan dihuni Maret 2002, di antaranya: Sustainable Design Awards,

    Housing Design Awards, World Habitat Awards, New Homes Awards,

    Energy Globe Award, Innovative Building Services Awards, UK Solar

    Awards, London Lifestyle Award, dan lainnya. Salah satu penghargaan

    yang penting adalah Housing Design Award for sustainability dari

    Royal Institute of British Architects (RIBA). Gerakan merancang dan

    membangun bangunan yang minim menimbulkan dampak negatif

    terhadap alam, lingkungan dan manusia muncul sangat kuat di negara-

    negara maju. Kekhawatiran terhadap pemanasan global serta

    perubahan iklim global yang tidak terkendali dan mengancam

    kehidupan manusia merupakan stimuli bagi para arsitek untuk turut

    membantu memecahkannya. BedZED merupakan satu di antara ribuanproyek yan dibangun dengan konsep green yang diharapkan mampu

    mengurangi dampak negatif pembangunan fisik terhadap lingkungan

    dan bumi tempat manusia berpijak.

  • 7/29/2019 4f8f910d21e52SAINS_ARSITEKTUR_2.doc

    31/45

  • 7/29/2019 4f8f910d21e52SAINS_ARSITEKTUR_2.doc

    32/45

  • 7/29/2019 4f8f910d21e52SAINS_ARSITEKTUR_2.doc

    33/45

    konsumsi energi transportasi

    Dengan fasilitas yang ada, warga mengolah air kotor sertamemanfaatkan air hujan untuk keperluan sehari-hari disesuaikandengan kebutuhan serta syarat kesehatan, sehingga konsumsi air dikawasan ini sangat rendah dibanding konsumsi rata-rata warga Inggris.Dari parameter ekologi, jejak ekologi (ecological footprint) BedZEDhanya mencapai 3,20 gha (globe hectares) jauh di bawah angka rata-rata jejak ekologi di Inggris yang mencapai 5,45 gha. Rendahnya angka

    jejak ekologi mengindikasikan turunnya angka eksploitasi sumber dayaalam. Hal ini tercapai melalui rancangan arsitektur pasif hemat energi,penggunaan sumber energi terbarukan, minimalisasi penggunaankendaraan pribadi, dan perilaku warga yang hemat energi sertakonsumsi makanan organik.Transportasi Hemat EnergiPenggunaan kendaraan bermotor sangat dibatasi dengan membatasi

    jumlah tempat parkir. Warga dituntut berjalan kaki, menggunakansepeda atau transportasi umum untuk bepergian. Kawasan perumahanini dilengkapi dengan fasilitas mobil listrik bersama, di mana setiapwarga dapat menggunakannya.Fasilitas charger listrik mobil dengan sumber energi photovoltaicsebesar 109 kW-peaktersedia di

    Arsitektur Hijau: Arsitektur bangunan BedZED dirancang secara

    pasif: mengoptimalkan panas dan cahaya matahari, aliran udara alami,

  • 7/29/2019 4f8f910d21e52SAINS_ARSITEKTUR_2.doc

    34/45

    pengurangan panas saat Musim Panas,serta secara aktif dengan

    memanfaatkanphotovoltaic dan sumber energi biomassa. lahan parkir,

    mampu mengisi kebutuhan energi 40 mobil listrik. Meskipun demikian,

    di luar kepentingan khusus, warga lebih memilih berjalan kaki,

    menggunakan sepeda, atau bis kota ketika bepergian. Perjalanan

    dengan kendaraan bermotor yang dilakukan warga diukur berdasar

    jarak tempuh turun 65% dibanding angka rata-rata di Inggris.

    Perilaku WargaLaporan penelitian dari berbagai sumber memperlihatkan setelahbeberapa tahun ditempati terjadinya peningkatan interaksi sosial diantara warga BedZED. Dari 70 orang responden, 84% menyatakanlingkungan sosial di BedZED lebih baik dari tempat tingal merekasebelumnya, hanya satu orang yang menyatakan sebaliknya. Setiapwarga secara rata-rata mengenal 20 nama tetangganya dan seorangresponden bahkan mampu mengenali 150 nama tetangganya, suatuukuran yang tinggi di negara dengan kultur individualisme yang kuat.

    Sekitar 86% warga mengkonsumsi makanan organik dan 39%memenuhi sebagian kebutuhan makanannya sendiri dari hasiltanaman yang ditanam di halaman atau di roof-garden. Penurunanpenggunaan air hingga 58% atau hanya 72 liter/orang/hari (secaraumum di Indonesia minimum 200 liter/orang/hari), sekitar 60% sampahberhasil didaur ulang. Demikian pula terjadi penurunan jejak ekologi(ecological footprint) rata-rata 11% setiap tahunnya,Relevansi BedZED di IndonesiaDengan konsep rancangan pasif dan aplikasi teknologi sederhana, unithunian BedZED mampu mencapai tingkat kenyamanan termal yangbaik, pencahayaan alami yang optimal, udara ruang yang segar sertakonsumsi energi yang sangat rendah. Kehidupan manusia yang rendahemisi karbon tercapai di kawasan ini sebagai akibat dari penggunaan

  • 7/29/2019 4f8f910d21e52SAINS_ARSITEKTUR_2.doc

    35/45

    sumber energi non-fosil. Hingga saat ini BedZED dinilai sebagai satucontoh paling lengkap dari sebuah desain hunian yang sustainable di

    Inggris.Pembangunan perumahan di Indonesia yang pesat dewasa ini

    barangkali perlu mempertimbangkan konsep arsitektur bangunan

    semacam BedZED, meskipun masih diperlukan penyesuaian terhadap

    iklim tropis lembab. Pembangunan perumahan di Indonesia perlu

    memenuhi persyaratan kesehatan penghuni, perlu tingkat

    kenyamanan fisik terkait dengan kenyamanan ruang, kenyamanan

    termal, pencahayaan dan kenyamanan suara. Dalam rangka

    pencapaian syarat sehat dan nyaman, bangunan perumahan harushemat dalam pengurasan sumber daya alam, hemat energi,mengoptimalkan penggunaan sumber energi terbarukan, hemat airbersih, menggunakan material dengan kandungan energi rendah (lowembodied energy), material terbarukan, material pakai ulang atau daur ulang.Tidak kalah pentingnya, pembangunan perumahan di Indonesia harus minim

    mengakibatkan dampak negatif terhadap alam, lingkungan dan manusia, minim

    menghasilkan limbah. Bagaimana kualitas hidup manusia ditingkatkan tanpa

    harus menguras sumber daya alam dan tanpa harus menimbulkan

    permasalahan lingkungan. Konsepsi arsitektur bangunan BedZED mencoba

    menjawab semua itu. Dan kita dapat belajar dari semua ini.

    PENERAPAN KONSEP BANGUNAN RAMAH LINGKUNGAN MELALUIKONSTRUKSI GREEN PANEL SEBAGAI ALTERNATIF PENINGKATANKENYAMANAN DALAM RUANGIMPLEMENTATION OF GREEN BUILDING CONCEPT BY GREEN PANELCONSTRUCTION AS AN ALTERNATIVE IMPROVEMENT OF ROOMAMENITYWarmer air condition as the impact of global warming had effect tohuman building scale, i.e. the increasing ofroom temperature (T) and relative humidity (RtI). It causes anuncomfortable situation inside one building withoutusing mechanical controlling temperature equipment, such as airconditioner (AC). Therefore, there is an alternativeto improve indoor amenity by using green panel construction whichappropriate with green building concept. Theterminology of green panel ill this research was designated a panelmade by an iron material, which has a functionas secondary skin (second layer) that protect room inside from directsolar radiation, and also as an attempt forgreen building, or as a media for liana-plant growing. This research wasconducted in Department of Landscape

  • 7/29/2019 4f8f910d21e52SAINS_ARSITEKTUR_2.doc

    36/45

    Architecture (DLA) Class Room and its corridor (Wing 13, Level VI). As acomparison location was General

    Laboratory which is managed by Department of Agronomy andHorticulture (DAH) located in the same wing andlevel, and DAH's seminar room in the same level, but in another wing.

    The effect of micro climate (T and RH) inDLA's Class Room were showed from the value of TemperatureHumidity lndex (THI) around 25.7 to 30.6, withaverage 28.1 which is categorized as uncomfortable zone. The THI ofDLA's Class Room were about 25.7-27.1 (inthe morning), 25.8-29.3 (in the afternoon) and 25.8-30.6 (in theevening). Amenity level (THI value) of DLA's ClassRoom after green panel constructions were changed to 25.4 until 30.2with average 27.7 which is still in

    uncomfortable category. However, THI value in the morning was incomfortable category. If green panel coverage'sreach 100h, the average THI value will decrease to comfortablecategory (THI 21.0-27.0). The result of SBE testshows that the SBE value has positive correlation with green panelconstruction. Four photos with the highest SBE'svalue were the photo after green panel constructed. This mean theconstruction of green panel could increaselandscape beautification.Keywords: green panel, micro climate, room amenity, scenic beautyestimation (SBE), temperature humidity index

    (THI)ABSTRAKKondisi udara yang semakin panas akibat globalwarming dirasakanmanusia sampai pada skalabangunan, yaitu dengan bertambahpanasnya suhu ruang. Hal tersebut menimbulkan perasaan kurangnyaman ketika berada di dalam ruangan tanpa bantuanalat pendingin ruang mekanis, seperti air conditioner (AC). Salah satualternatif peningkatan kenyamanandalam ruang (indoor) adalahdengan green panel yangsangat sesuai dengan konsep bangunan ramahlingkungan. lstilahgreen panel dalam penelitian iniadalah panel yang terbuat darimaterial besi, berfungsi

    sebagai secondary skin (lapis dinding kedua) yangmeiindungi ruangandi dalamnya dari terik mataharilangsung, serta sebagai upayapenghijauan bangunanatau menjadi media rambatan bagi tanaman.Penelitianini berlokasi di ruang Studio Atas - Departemen' Departemen Ar~stektur Lanskap Fakultas Pertanlan - lnst~tutPertanlan Bogor, JI Merant~ Kampus IPB Darmaga 16680 Bogor Penullskorespondensl Tel /Fax (+6225 1) 84224 15 Arsitektur Lanskap (ARL)dan selasarnya (Wing 13, Level VI). Sebagai lokasi pembanding adalahLaboratorium Umum yang dikelola oleh DepartemenAgronomi dan Hortikultura (AGH) pada wing dan level yang sama, sertaruang Seminar AGH dan selasarnya yang terletak pada level yangsama, namun wing yang

  • 7/29/2019 4f8f910d21e52SAINS_ARSITEKTUR_2.doc

    37/45

    berbeda (Wing 14, Level VI). Pengaruh iklim mikro pada SA dapatdilihat dari nilai Temperature Humidity menunjukkan bahwa sebaran

    nilai SBE cenderungmemberi korelasi yang positif terhadap pemasangangreen panel.Empat foto dengan nilai SBE tertinggi merupakan foto sesudahpemasangan green panel. Halini menunjukkan bahwa pemasangan green panel dapat meningkatkankualitas keindahan Ianskap.PENDAHULUANDua isu utania yang menjadi perhatian masyarakat dunia saat iniadalah isu pemanasan global (global . Dampak global warming bahkandirasakan lnanusia sampai pada ruang lingkup terkecil, yaitu padaskala bangunan. Penghuni bangunan (manusia) merasakanmeningkatnya suhu dalam ruangan (indoor) karena masuknya panas

    sinar matahari yangsemakin terik. Hal tersebut menimbulkan perasaan kurang nyamanketika berada di dalam ruangan tanpa bantuan alat pendinginmekanis, seperti air conditioner (AC). Ketergantungan lnasyarakatterhadap AC tentu berlawanan dengan upaya hemat energi untukmenanggulangi isu global lainnya, yaitu krisis energi.Upayamenciptakan lingkungan berkelanjutan untuk nlengatasi krisis energidan dampak kekurangnyamananruang akibat global warming dapat dilakukan mulai dari skala terkecil,yaitu skala bangunan. Dalam bidang arsitektur, muncul istilah greenarchitectzrre untuk mendefinisikandesain arsitektur yang ramah

    lingkungan dan berkelanjutan. Arsitektur ramah lingkungan (greenditerjemahkan melalui desain pasif dan aktif. Rancangan pasif adalahkonsep desain yang memanfaatkanenergi niatahari dan kondisi iklimsecara pasif.Upaya menyilang sirkulasi udara dan memasukkan sinar mataharitidak langsung adalah sebagian dari penerapan rancangan pasif.Adapun rancangan aktif, sudah me-~nikirkan lebih jauh tentang bagaimana nlengkonversi e~iergimatahari menjadi energi dalam bentuk lain. Beberapa contoh penerapankonsep green architec/u~.edi antaranya adalah sky greening yaitu upaya penghijauan pada atapdan dinding bangunan (Lim 2007). Penghijauan pada atap bangunan

    dikenal luas dengan istilah roofgarden. Adapun upaya penghijauanpada dinding bangunan dapatdilakukan melalui pemasangan green panel, yaitu bidang dinding"kedua" (berupa panel) yang ditanami berbagai tanaman. Fungsi greenpanel selain sebagai upayapenghijauan bangunan (menambah ruang terbuka hijau), jugaberfungsi sebagai secondary skin (lapis dinding kedua) yangmelindungi ruangan di dalamnya dari terik matahar langsung.Penelitian ini mengambil lokasi pada Studio Atas yangdikelola oleh Departemen Arsitektur Lanskap IPB,selanjutnya disebut dengan istilah Studio Atas. Ruangan ini terletakpada Gedung Fakultas Pertanian, Level V1, Wing Pada penelitian ini,Studio Atas menjadi contoh kasus

  • 7/29/2019 4f8f910d21e52SAINS_ARSITEKTUR_2.doc

    38/45

  • 7/29/2019 4f8f910d21e52SAINS_ARSITEKTUR_2.doc

    39/45

    Tahap 11: Pengukuran lklim Mikro (Suhu danKelembaban Relati0

    Terdapat dua tahap pengukuran iklim mikro. Pengukuran iklim mikrotahap I dilakukan untuk mengetahui kondisi iklim mikro pada lokasipenelitiansebelum dipasang g~.een panel. Adapun pengukuran iklim lnikro tahapI1 dilakukan setelah konstruksi green panel dipasang di selasar Wing I3depan Studio Atas. Pengukuran iklim mikro memakai alat therrnohigrometer digital yangmenunjukkan nilai suhu ("C) dan kelenibaban relatif RH (%).Pengukuran iklim mikro Tahap I maupun Tahap I1 dilakukan dalam tigaperiode waktu yang mewakili pagi(pukul 08.00), siang (pukul 12.00) dan sore (pukul 16.00).Pcnga~iibilan data suhu dan

    Data Suhudan Kelembaban RelatifData suhu dan kelembaban relatif selanjutnyaditabulasi dan dibuat grafik untuk mengetahui: (I) rata-ratasuhu dan RH harian sebelum pemasangan green panel; (2)rata-rata suhu dan RH harian sesudah pemasangan greenpanel; (3) perbandingan nilai rata-rata suhu dan RHsebelum dan sesudah peniasangan green panel; serta (4)perbandingan nilai rata-rata suhu dan RH ruang Studio Atasdan selasarnya dengan ruang seminar AGH dan selasamya.Untuk mengetahui kenyamanan therrnal digunakan

    metode Temperature Hzrtliidity Index (THI). Indeks THImerupakan nilai yang menunjukkan tingkat kenyamanan disuatu area secara kuantitatif. Suatu area dikatakan nyaman

    jika niemiliki nilai THI antara 21-27 (Nieuwolt, 1975 diacuMargaretha, 2007). Rumus yang digunakan untukmenentukan THI adalah:I RHxTI

    THI = Tempe/.atut-e Humidity IndexT = Suhu udara rata-rata (" C)RH = Kelembaban Udara Relatif (%)Tahap IV: Metode Scenic Beauty Estimation (SBE)Nilai keindahan suatu lanskap dari sebuah foto

    dilakukan dengan metode Scenic Beauty Estimation (SBE)yang menilai perbedaan dalam perceived scenic beautydengan membandingkan distribusi rating seorang pengamatuntuk satu area lanskap dengan yang lainnya. Metode inidapat diselesaikan secara grafik dengan memplotkan sebuahRelative Operating Cha~uteristic (ROC), sebuah grafikbivariat dari kumulatif peluang rating (1-10) untukperbandingan lanskap yang terpilih dengan kumulatifpeluang rating (1-lo), berturut-turut, untuk setiap lanskaplainnya (Daniel dan Boster, 1976). Dalam penelitian ini,metode SBE digunakan untuk menilai keindahan greenpanel dengan rnenguji 30 buah foto pada 34 respondenmahasiswa arsitektur lanskap.

  • 7/29/2019 4f8f910d21e52SAINS_ARSITEKTUR_2.doc

    40/45

    HASIL DAN PEMBAIIASANDesain dan Konstruksi Green Panel

    Green panel didesain terdiri dari dua bagian, yaitukonstruksi green panel dan tanaman pembentuknya.Konstruksi rangka utama menggunakan besi bulat O 10 mmdan rangka pengisi memakai besi O 8 mm. Sebagai alas pottanaman digunakan plat besi. Green panel dikonstruksikanpada bukaan di antara 2 kolom selasar yang berada di depanruang Studio Atas, dengan julnlah 4 bukaan. Bukaanterbentang di antara dua kolotn utama bangunan. Bagianbawah bukaan adalah pagar tembok setinggi 1,15 meter danGambar 1. Lima Titik Pengambilan Data Suhu dan Kelembaban Relatif(RH).Gambar 2. Ukuran Bukaan Antara Dua Kolom Sebagai Tempat

    Pemasangan Green Panelbagian atas adalah balok (ring balk). Bukaan yangterbentuk mempunyai ukuran 1,90~3,86m(G ambar 2).Desain green paneldibuat dalam satuan unit kecil,yang disebut dengan istilah modul. Terdapat dua modul,yaitu Modul Green Panel1 (ukuran 1,00x1,90 m) danModul Green Panel2 (ukuran 0,75 x 1,90 m). Sesuai konsepgreen panel, yaitu menyaring atau mer~gurangi panasmatahari yang masuk ke dalam ruang, mak;a tidak seluruhbukaan ditutup agar pencahayaan dan penghawaan alamimasih bisa masuk. Selanjutnya dikembangkan dua tipe

    green panel, yaitu Green PanelTipe A yang menutupsebagian bukaan dan Green PanelTipe B yang menutuphampir seluruh bukaan (Gambar 3).Green paneldikonstruksikan di selasar depan StudioAtas menggunakan pola A-B-B-A. Pola tersebut dibentukoleh 12 modul (Modul Green Panel1 dan 2) yangdipasang dengan dua kombinasi utama (Green PanelTipeA dan Tipe B) sehingga membentuk empat panel besardengan pola A-B-B-A tersebut. Pola pemasangan green Pengukuraniklim mikro Tahap I dilakukan pada 2paneltersebut mempertimbangkan konsep sirkulasi udara SeplO Okt2008. Suhu rata-rata pada lima titik pengudan

    persentase penutupan sehingga masih memungkinkan kuranmenunjukkan nilai lebih tinggi dibandingkan denganpencahayaan dan penghawaan alami. rata-rata suhu harian kawasanDarmaga bulan Sep-OktDenahGreen Panel ADenahGreen Panel BGambar 3. Green Panel Tipe A dan B

    Tanaman merambat pada green panelhams mampuhidup dalam kondisi sinar matahari penuh (jiull sun).

    Tanaman yang dipilih adalah Mandevilla sp, karenamempunyai karakter membutuhkan sinar matahari penuh

  • 7/29/2019 4f8f910d21e52SAINS_ARSITEKTUR_2.doc

    41/45

    untuk tumbuh. Karakter tersebut cocok diterapkan padagreen panel, sesuai fungsinya membentuk lapis dinding

    kedua sekaligus sebagai naungan untuk menyaring panasmatahari. Selain itu, tanaman ini mempunyai bunga denganpilihan wama yang beragam. Pada penelitian ini, yangdipilih adalah Mandevilla sp berbunga kuning. Semakinbanyak terkena sinar matahari, wama yang muncul makincerah (http://tabloidgallery.wordpress. com).Pengukuran Iklim Mikro (Suhu dan KelembabanRelatif)Menurut Brown, Gillespie (1995), iklim mikro adalahkondisi iklim pada suatu ruang yang sangat terbatas, yangdipengaruhi oleh radiasi matahari, suhu udara, kelembabanudara dan curah hujan. Unsur-unsur iklim mikro

    mempunyai peran penting dalam menentukan kenyamanansuatu wilayah atau kawasan karena secara langsungmempengaruhi aktivitas manusia di dalarnnya. Suhu udaradan kelembaban relatif (RH) berpengaruh terhadapkenyamanan termal yang dinyatakan dalam TemperatureHumidity Index(THI).2008. Berdasarkan rata-rata suhu udara harian, perubahansuhu indoormaupun outdoormenunjukkan kecenderunganmeningkat sejak pagi hari (pukul 08.00 WIB), kemudiansiang hari (pukul 12.00 WIB) dan masih meningkat sampaisore hari (pukul 16.00 WIB).

    Rata-rata suhu harian pada pengukuran Tahap I diStudio Atas adalah 29,7"C; Laboratorium Umum AGHadalah 30,9"C; Ruang Seminar AGH adalah 31,1C;Selasar Wing 13 adalah 30,3"C dan selasar Mng 14 adalah30,5"C. Dengan kata lain, Studio Atas mempunyai rata-ratasuhu harian paling rendah dibandingkan empat titik lainnya.Hasil pengukuran kelembaban relatif berbanding terbalikdengan suhu udara. Ruang Studio Atas (RH 65,5%)mempunyai kelembaban lebih tinggi dibandingkan empattitik lainnya. Lab. Umum AGH 60,1%; ruang SeminarAGH 59,2%; selasar Wing 13 adalah 63,1% dan selasarWing 14 adalah 62,1%.

    Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh daripemasangan (konstruksi) green panelterhadap kenyamananruang Studio Atas, dilakukan pengukuran suhu dankelembaban relative sebelum dan sesudah pemasangangreen panel. Sebagai catatan pada saat pengukuran Tahap11, perambatan tanaman atau penutupan green panelbelummencapai 100% seperti yang diharapkan. Penutupan barumencapai sekitar 50% saja. Selain itu, pengukuran Tahap I1dilakukan pada bulan November, sehingga kondisi lebihbasah karena musim penghujan (kondisi iklim berbedadengan pengukuran pada Tahap 1). Penutupan green panelyang hanya mencapai 50% cukup niemberikan pengaruhPAGl Sl ANG

  • 7/29/2019 4f8f910d21e52SAINS_ARSITEKTUR_2.doc

    42/45

    35m0 7SORE

    LI,C. .1 2 3 1 2 3 1 2 3Perbandingan Suhu di Studio Atas ARLPerbandingan Suhu di Selasar Studio Atas+=Suhu sebelurn Pemasangan Green Panel; M=Suhu sesudahPernasangan Green PanelPAGl80,On 75,O70,OSlANG SORE45,O

    1 2 3 1 2 3 1 2Perbandingan Kelernbaban di Studio Atas ARL45,O1 2 3 1 2 3 1 2 3Perbandingan Kelernbaban di Selasar Studio Atas+=RH sebelurn Pemasangan Green Panel; M=RH sesudahPernasangan Green PanelGambar 4 Grafik Perbandingan Suhu dan Kelembaban Udara padaBangunan Sebelum dan sesudahPemasangan Green Panel ( 1 = nilai minimum; 2 = nilai rata-rata; 3 =nilai maksimum)

    PAG l35,OSlANG SORE733,O,a 31.0w 2 29,O3 * 27,O25.01 2 3 1 2 3 1 2 3Perbandingan Suhu di Studio Atas ARL dengan Ruang SeminarAGH

    2 29.0* 27,O25,O1 2 3 1 2 3 1 2 3Perbandingan Suhu di Selasar Wing 13 dengan Wing 14+=Suhu di Studio Atas ARL I Wing 13 ; m=Suhu di Ruang Seminar AGHI Wing 14PAGl SlANG SORE80,O- 75,O5 70,O5 65,O13

  • 7/29/2019 4f8f910d21e52SAINS_ARSITEKTUR_2.doc

    43/45

    2 60,OE

    A! 55,O2 50,O45,O1 2 3 1 2 3 1 2Perbandingan Kelembaban di Studio Atas ARL dengan RuangSeminar AGH- 7505 70,OC 2 65,O2 60,O*2E 45'5~550 ,,,OOO 1 2 3 1 2 3 1 2 3Perbandingan Kelembaban di Selasar Wing 13 dengan Wing 14

    +=RH di Studio Atas ARL I Wing 13 ; m=RH di Ruang Seminar AGH IWing 14Gambar 5 Grafik Perbandingan Suhu dan Kelembaban Udara padaBangunan Lain denganOrientasi yang Sama (I = nilai minimum; 2 = nilai rata-rata; 3 = nilairnaksirnurn)perubahan suhu dibandingkan sebelum dipasang greenpariel.Hasil perbandingan iklim lnikro (suhu dan RH)sebelum dan sesudah pemasangan green panelmemperlihatkanadanya penurunan nilai suhu yang signifikan

    sesudah pemasangan green panel, yaitu sekitar 0,4-3,0C.Hasil uji statistik untuk mengetahui tingkat signifikansi dariperbedaan nilai minimum, rata-rata dan maksimum suhuharian sebelum dan sesudah pemasangan green panelmenunjukkan perbedaan nyata pada selang kepercayaan 1 %(6=0,0 1 ) (Gambar 4).Nilai kelembaban (RH) sesudah pemasangan greenpanelmenujukkan peningkatan dan fluktuasi yang relatiflebih stabil. Fluktuasi yang tinggi sebelum pemasangangreen paneldari minimum ke maksimum mengalamiperubahan menjadi relatif lebih stabil setelah pemasangan.Kondisi itu memudahkan teknik modifikasi iklim mikro

    untuk mencapai nilai THI yang mendekati kategori nyaman(THI 2 1-27).Perbandingan nilai rata-rata suhu dan RH ruang StudioAtas dan selasarnya dengan ruang seminar AGH danselasarnya (untuk mengetahui pengaruh orientasi wing yangberbeda pada level sama) memperlihatkan bahwa suhuruangan di Studio Atas lebih rendah dibandingkan denganruang Seminar AGH (Gambar 5). Begitu juga dengan nilaikelembaban Studio Atas dan selasarnya yang relatif lebihstabil dibandingkan dengan ruang Seminar AGH danselasarnya. Pada ruang Studio Atas yang memiliki greenpanel, sirkulasi udara yang membawa uap air basahterperangkap sesaat sebelum mengalir ke luar, kondisi ini

  • 7/29/2019 4f8f910d21e52SAINS_ARSITEKTUR_2.doc

    44/45

    niembuat nilai suhu dan kelembaban udara menjadicenderung lebih stabil. Walaupun demikian, suhu pagi hari

    dari kedua lokasi niempunyai nilai THI dalam kategorinyaman. Hasil ini merekoniendasikan kedua ruangantersebut sebaiknya digunakan pada pagi hari untukmemberikan kenyamanan dalam kegiatan perkuliahan danseminar bagi mahasiswaPenilaian Scenic Beauty Estimation (SBE)Responden dalam pengujian SBE ini adalah 34mahasiswa mayor Arsitektur Lanskap semester tujuh.Prosentase responden berjenis kelamin perempuan adalah52,996 dan laki-laki sebesar 47,1%. Sebagian respondenberasal dari wilayah Jawa Barat, sehingga behaviourdansetting persepsi mereka untuk keindahan adalah image yang

    bernuansa vegetasi alami.Nilai SBE hasil interpretasi dari 34 responden~ncmberihatr~e ntang nilai antara -24.0 hingga 57,6. NilaiSBE terendah adalah hasil dari nilai terendah dikuranginilai SBE yang mendekati nilai nol, sehingga nilai SBEterendah memiliki nilai di bawah nol. Sebaran nilai SBEKESIMPULANlstilah green paneldalam penelitian ini adalah panelyang terbuat dari material besi, berfungsi sebagai secondaryskin (lapis dinding kedua) untuk melindungi ruangan didalamnya dari terik matahari langsung, serta sebagai upaya

    penghijauan bangunan dengan menjadi media ranibatantanaman merambat. Desain green paneldibuat dalamsatuan unit kecil, yang disebut modul. Terdapat dua modul,yaitu Modul Green Panel1 (ukuran 1,OOxI ,90 m) danModul Green Panel2 (ukuran 0,75x1,90 m).Green paneldikonstruksikan di selasar depan StudioAtas menggunakan pola A-B-B-A. Pola tersebut dibentukoleh 12 modul (Modul Green Panel1 dan 2) yang dipasangdengan dua kombinasi utama (Green PanelTipe A dan

    Tipe B) sehingga membentuk empat panel besar denganpola A-B-B-A tersebut. Pola pemasangan green paneltersebut mempertimbangkan konsep sirkulasi udara dan

    prosentase penutupan sehingga masih memungkinkanpencahayaan dan penghawaan alamiSuhu iklim mikro, sebelum dan sesudah konstruksigreen panelmenunjukkan penurunan nilai suhu sesudahkonstruksi green panelyaitu 0,4-3,0C. Rata-rata danmaksimum suhu harian sebelum dan sesudah pemasangangreen panelmenunjukkan perbedaan nyata pada selangkepercayaan 1 % (6=0,0 1 ). Nilai kelembaban (RH)menunjukkan fluktuasi yang tinggi sebelum pemasangangreen paneldari minimum ke maksimum berubah menjadirelatif stabil setelah pemasangan.Nilai Temperature Humidity Index(THI) menunjukkantingkat kenyamanan Studio Atas sesudah

  • 7/29/2019 4f8f910d21e52SAINS_ARSITEKTUR_2.doc

    45/45

    pemasangan green panelmengalami perubahan mencapaikisaran 25,4 hingga 30,2 dengan rata-rata 27,7. Nilai

    tersebut masih termasuk dalam kategori tidak nyaman.Namun, nilai THI pada pagi hari tergolong dalam kategorinyaman. Bila penutupan green paneltelah mencapai loo%,maka diharapkan nilai rata-rata THI akan menurun hinggamencapai kategori nyaman (THI 21-27). Sebagai catatanpengukuran Tahap I1 (sesudah pemasangan green panel)perambatan tanaman atau penutupan green panelbelummencapai 100% seperti yang diharapkan, penutupan barumencapai sekitar 50% saja.Sebaran nilai SBE yang merepresentasikan pemasangangreen panelcenderung memberi korelasi positifpada nilai SBE responden. Empat foto dengan nilai SBE

    tertinggi merupakan foto sesudah pemasangan green panel.Hal tersebut menunjukkan bahwa pemasangan green paneldapat meningkatkan keindahan lanskap.UCAPAN 1ERIMA KASIHnierepresentasikan bahwa pemasangan green panelPeneilitian inidapat terlaksana berkat dukungan daricenderung memberikan korelasi positif pads nilai SBE LPPM IPB &lamprogram Penelitian Strategis Berdasarkanresponden. Payung Penelitian IPB. Ucapan terimakasih juga kamisampaikan kepada Ketua Departemen Arsitektur Lanskapdan Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura atas ijin

    penggunaan ruang untuk proses penelitian, serta seluruhstaf pengajar, pegawai, dan mahasiswa DepartemenArsitektur Lanskap IPB atas bantuan dan kerjasa~nanyaselama penelitian berlangsung.