4.BAB III PART I (1) fix.doc

download 4.BAB III PART I (1) fix.doc

of 7

Transcript of 4.BAB III PART I (1) fix.doc

3231

BAB IIIOPTIMALISASI PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG TELINGA TERHADAP PENCEGAHAN NOICE INDUCED HEARING LOSS (NIHL) PADA KARYAWAN DI DEPARTEMEN RIAU ANDALAN KERTASPT. RAPP PANGKALAN KERINCI

3.1Gambaran Perusahaan

PT. Riau Andalan Pulp and Paper (PT. RAPP) merupakan perusahaan pulp (bubur kertas) dan paper (kertas) swasta yang bernaung dibawah Royal Golden Eagle International Ltd. (RGEI) dan tergabung dalam Asia Pacific Recources International Holding Ltd (APRIL Group) dengan kantor pusat di Singapura serta merupakan salah satu pemegang saham utama APRIL Group yang membawahi lebih dari 80 buah anak perusahaan yang tersebar di seluruh dunia. PT. RAPP memiliki tiga unit produksi yaitu Riau Andalan Kertas (RAK), Riau Pulp dan Riau Power Energy (RPE).

PT. RAPP sebagai salah satu perusahaan yang mempunyai komitmen terhadap keselamatan dan kesehatan kerja telah menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang mengacu pada PERMENAKER nomor 05 tahun 1996 dan telah mendapatkan sertifikat Ocupational Health and Safety Analysis System (OHSAS) 18801 tahun 2006.

Keselamatan dan pengawasan selama bekerja merupakan tanggung jawab perusahaan.Pelaksanaan keselamatan dan pengawasan terhadap karyawan dikoordinasi oleh Loss, Prevention & Control Department (LP&C Dept). Salah satu program yang dijalankan pihak LP&C adalah identifikasi dan pengendalian bahaya kebisingan melalui kegiatan sistematis Hearing Conservation Program (HCP). Hearing Conservation Program (HCP) adalah program yang bertujuan untuk mencegah atau mengurangi kehilangan pendengaran tenaga kerja akibat kebisingan di tempat kerja (Noise Induced Hearing Loss; NIHL). Program tersebut terdiri beberapa komponen antara lain analisis dari sumber bising, kontrol kebisingan dan kontrol administrasi, tes audiometri karyawan secara berkala, edukasi dan motivasi pemakaian alat pelindung telinga pada pekerja, pencatatan dan pelaporan data serta evaluasi program.

Riau Andalan Kertas merupakan bisnis unit dari Riau Paper yang bergerak dalam pembuatan paper atau kertas diawali pada proses penyediaan stock pulp dan berakhir pada proses rell atau penggulungan kertas pada jumbo roll. Pada unit ini terdapat hazard yang membuat masalah pada kesehatan karyawan apabila tidak menggunakan alat pelindung diri, seperti paparan kebisingan. Berdasarkan hasil wawancara dari pihak LP&C bahwa masalah kesehatan yang sering terjadi adalah gangguan pendengaran. Berdasarkan hasil pemeriksaan level intensitas kebisingan oleh pihak LP&C, bahwa area Riau Andalan Kertas memiliki intensitas kebisingan> 85 dB.

3.2Plan

Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah metode PDCA Cycle. Kegiatan Plan dilaksanakan pada tanggal 08-13 Desember 2014 yaitu melakukan wawancara dan observasi dengan dokter klinik, dokter perusahaan dan staff LP&C. Pengambilan data sekunder diperoleh dari klinik Margie Townsite I dan LP&C yaitu data jumlah kasus NIHL tahun 2013, data pemeriksaan level intensitas kebisingantahun 2013, data survei yang dilakukan pada tanggal 09 Desember 2014 dan hasil Medical Check Up karyawan Departemen Riau Power PT.RAPP pada tahun 2013.

3.2.1. Identifikasi masalah

Proses identifikasi masalah didapatkan melalui:

1. Observasi langsung pelaksanaan kegiatan di kawasan pabrik PT. RAPP khususnya di Departemen Riau Andalan Kertas.2. Wawancara dengan staff LP&C dan pengambilan data sekunder mengenai level intensitas kebisingan disuatu departemen.3. Pengambilan data sekunder mengenai penyakit kebisingan dari hasil Medical Check Up Penentuan masalah berdasarkan faktor-faktor risiko kesehatan yang terdapat di Departemen Riau Andalan Kertas PT.RAPP seperti yang ditampilkan pada tabel 3.1 berikut:Tabel 3.1 Identifikasi Masalah Pencegahan Noise Induced Hearing Loss (NIHL) pada PT. RAPPNoAspek

yang dinilaiMasalahEvidence Based

1Pencegahan dan pengendalian gangguan pendengaran akibat kebisingan (NIHL)1. Belum optimalnya penggunaan alat pelindung telinga terhadap pencegahan NIHL di Departemen Riau Andalan Kertas PT. RAPP di Pangkalan Kerinci.

Wawancara dengan dokter perusahaan, staff LP&C BapakAziz ismail dan bapak Deni firdaus, dan observasi didapatkan:

Wawancara1. Dari hasil wawancara didapatkan, telah ada kebijakan yang mengatur tentang penggunaan alat pelindung telinga Ear Plug untuk tingkat kebisingan> 85 dB.2. Jadwal kegiatan seminar mengenai NIHL oleh dokter perusahaan dan LP&C sudah ada namun belum terlaksana secara rutin dikarenakan dokter perusahaan tersebut sudah resigned.3. Media informasi berupa Information Board mengenai kesehatan telinga telah diberikan melalui public messenger dan dapat diakses oleh officer dan engineer namun belum dipergunakan secara optimal.Hasil wawancara yang telah dilakukan pada pihak LP&C didapatkan informasi bahwa telah diberlakukan program pengadaan tiket pelanggaran bagi karyawan yang tidak memakai APD. Karyawan tersebut mendapat surat peringatan dan denda potong gaji Rp.100.000. Namun pemberian sanksi terkendala dengan rasa segan dan solidaritas pertemanan. Observasi

1. Dari observasi lapangan belum ada ditemukan pemasangan Information Board yang sesuai dengan kebijakan terbaru PT.RAPP tersebut di area kerja Riau Andalan Kertas.

2. Information board mengenai penggunaan ear protection mencantumkan kalimat area wajib alat pelindung telinga tetapi belum menjelaskan fungsi alat pelindung telinga dan bahayanya jika tidak menggunakan alat pelindung telinga.

3. Dari survey lapangan ditemukan beberapa karyawan masih tidak menggunakan alat pelindung telinga, memakai namun tidak sesuai cara penggunaan.

NoAspek

yang dinilaiMasalahEvidence Based

22. Mesin unit produksi di Departemen Riau Andalan Kertas menghasilkan bising yang melebihi ambang batas pendengaran

Data sekunder yang didapatkan dari LP&C mengenai Noise Level di Departement Riau Adalan Kertas antara lain:

Didapatkannya data tingkat kebisingan terendah diarea kerja Riau Andalan Kertas adalah 80,2 dB dan tertinggi adalah 92 dB saat kondisi mesin bekerja semua/proses produksi. Hal ini dapat disebabkan karena mesin yang diproduksi keluaran tahun 90an. Saat dilakukan kunjungan langsung ke area Riau Andalan Kertas didapatkan rata-rata kebisingan 85,5dB.

33. Program transfer/rotasi tempat kerja untuk karyawan yang sering terpapar kebisingan maupun yang sudah mengalami gangguan pendengaran masih dalam tahap analisaWawancara dengan pihak LP&C perusahaan didapatkan :

Program transfer/rotasi karyawan yang terdeteksi NIHL telah ada namun sulit diterapkan karena harus mempertimbangkan banyak faktor, salah satunya faktor keterampilan karyawan tersebut yang berbeda.

3.2.2 Penentuan Prioritas Masalah

Prioritas masalah ditentukan berdasarkan sistem seleksi yang menggunakan dua unsur yaitu kriteria (urgensi atau kepentingan, solusi, kemampuan anggota mengubah dan biaya) dan skor (nilai 1, 2 dan 3) yaitu:

1. Urgensi atau kepentingan nilai 1 tidak penting

nilai 2 penting

nilai 3 sangat penting

2. Solusi

nilai 1 tidak mudah

nilai 2 mudah

nilai 3 sanga tmudah

3. Kemampuan merubah

nilai 1 tidak mudah

nilai 2 mudah

nilai 3 sangat mudah

4. Biaya

nilai 1 tinggi

nilai 2 sedang

nilai 3 rendah

Kriteria dan skor ditetapkan berdasarkan kesepakatan kelompok. Total skor dari masing-masing kriteria merupakan penentu prioritas masalah yaitu masalah dengan total paling tinggi sebagai ranking pertama dan menjadi prioritas masalah untuk dicari penyelesaian masalahnya. Penentuan prioritas masalah dibuat kedalam tabel 3.2 penentuan prioritas masalah sebagai berikut :Tabel 3.2 Penentuan Prioritas MasalahNoMasalahKriteriaMasalahTotalRank

UrgensiSolusiKemampuan MengubahBiaya

1.Belum optimalnya penggunaan alat pelindung telinga terhadap pencegahan NIHL pada engineer Departemen Riau Andalan Kertas PT. RAPP Pangkalan Kerinci.

332236I

2Mesin Riau Paper menghasilkan bising yang melebihi ambang batas pendengaran

31113III

3Belum ada program rotasi tempat kerja untuk karyawan yang sering terpapar kebisingan maupun yang sudah mengalami gangguan NIHL32116II

Berdasarkan perhitungan total skor masing-masing kriteria untuk setiap masalah didapatkan prioritas masalah yang menduduki ranking I adalah belum optimalnya penggunaan alat pelindung telinga terhadap pencegahan NIHL pada karyawan di Departemen Riau Andalan Kertas PT. RAPP PangkalanKerinci.3.2.3Analisis Penyebab Masalah

Setelah ditetapkan prioritas masalah berdasarkan sistem seleksi di atas, dilakukan analisis penyebab masalah dari berbagai aspek yaitu man, method, material dan market yang masih diperoleh melalui observasi serta wawancara dengan karyawan di Departemen Riau Andalan Kertas PT. RAPP Pangkalan Kerinci.

Adapun analisis penyebab masalah dijelaskan pada tabel 3.3 berikut Tabel 3.3 Analisis Penyebab MasalahMasalahPenyebab MasalahEvidence Based

Belum optimalnya penggunaan alat pelindung telinga terhadap pencegahan NIHL pada engineer di Departemen Riau Andalan Kertas PT. RAPP Pangkalan Kerinci.

MetodeJadwal penyuluhan kesehatan kurang efektif.Wawancara dengan dokter perusahaan dan staff LP&C Bapak Aziz Ismail didapatkan: Jadwal kegiatan seminar atau penyuluhan mengenai kesehatan yang direncanakan tiap 1 bulan untuk tiap area yang berisiko tinggi NIHL tidak dapat diikuti semua karyawan karena harus ada karyawan yang tetap berada pada posisi masing-masing. Agenda seminar kesehatan kadang sempat ditunda mengingat jumlah karyawan yang hadir tidak sesuai.

MarketKedisplinan karyawan Departemen Riau Andalan Kertas PT. RAPP mengenai penggunaan APD masih kurang.Kurangnya pengetahuan karyawan tentang NIHL dan pencegahannya

Wawancara dengan dokter perusahaan, staff LP&C Bapak Deni, dan observasi dilapangan didapatkan :Masih ada beberapa karyawan yang tidak menggunakan alat pelindung telinga di lingkungan pabrik. Bahkan ada yang menggantikan alat pelindung telinga dengan Headset stereo.

MaterialPemanfaatan media informasi online kurang efektif dan media informasi tertulis berupa Information Board sudah ada tetapi belum dioptimalkan.

Wawancara dengan dokter perusahaan dari pihak LP&C didapatkan:

1. Akses public messenger yang sudah disediakan oleh LP&C terbatas hanya pada karyawan yang punya komputer, engineer jarang akses tetapi dapat melihat di Information Board.

2. Belum ada media informasi seperti poster yang sifatnya lebih mengancam mengenai NIHL dan bahaya kebisingan lain.

ManMasih kurang ketegasan dalam pelaporan untuk pemberian sanksi pada karyawan yang tidak menggunakan APD.Wawancara dengan Aziz Ismail(LP&C) Pemberian Sanksi terkendala dengan rasa segan dan solidaritas pertemanan.