47-153-1-PB

8
  Depresi Postpartum dalam Menghadapi Perubahan Peran Pada Ib u Nifas (Dewi Susilowati) 1 DEPRESI POSTPARTUM  DALAM MENGHADAP I PERUBAHAN PERAN PADA IBU NIFAS Dewi Susilowati  Dosen Poltekkes Kemenkes Su rakarta Jurusan Kebidanan PENGANTAR Proses penyesuaian menjadi ibu sangat rentan terhadap gangguan emosi terutama selama kehamilan, persalinan dan  postpa rtum. Beberapa penyesuaian dibutuhkan oleh seorang wanita dalam mengahadapi aktivitas dan peran barunya sebagai ibu pada beberapa minggu atau bulan pertama setelah melahirkan, baik dari segi fisik maupun psikis. Sebagian wanita berhasil menyesuaikan diri dengan  baik, tetapi ada sebagian lainnya yang tidak berhasil menyesuaikan diri dan mengalami gangguan-gangguan psikologis dengan berbagai gejala at au sindrom. Sistem dukungan yang kuat dan konsisten merupakan faktor utama keberhasilan melakukan penyesuaian bagi ibu. ibu membutuhkan bantuan dalam menyelesaikan tugas-tugas rumah tangganya seperti menyiapkan makanan, mencuci pakaian dan berbelanja, dan juga ibu membutuhkan dorongan,  penghargaan dan pernyataan bahwa ia adalah ibu yang baik. Bantuan atau dukungan yang paling efektif didapat dari suami. Suami merupakan social support  yang paling utama selain anggota keluarga lain juga petugas kesehatan. Bila pasangan kurang memberikan dukungan saat ibu memasuki masa  postpartum, hal ini bisa menjadi pemicu munculnya kejadian depresi  postpartum, karena ibu  postpartum merasa kurang dicintai dan dihargai. Masa nifas akan menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan pada organ reproduksi. Begitupun halnya dengan kondisi kejiwaan (psikologis) ibu, juga mengalami perubahan. Salah satu gangguan psikologi tersebut adalah depresi  postpartum yang dialami ibu pada hari ketujuh sampai 8 minggu setelah melahirkan, dan dalam kasus yang lebih parah, bisa berlanjut selama setahun (Mansur, 2009:157). Depresi  postpartum merupakan salah satu bagian integral dari permasalahan gangguan jiwa yang terjadi pada ibu yang melahirkan. DEPRESI Depresi dapat mengenai seluruh lapisan masyarakat tanpa membedakan status sosial, ekonomi, dan pendidikan. Bahkan menurut WHO, depresi adalah masalah yang serius karena merupakan urutan keempat penyakit di dunia. Sekitar 20% wanita dan 12% pria, pada suatu waktu dalam kehidupannya pernah mengalami depresi, yaitu kesedihan berkepanjangan, motivasi menurun, dan kurang tenaga untuk melakukan kegiatan sehari-hari (Keliat et al ., 2011: 20). Menurut Keliat et al. (2011: 20) depresi adalah gangguan mood , kondisi emosional berkepanjangan yang mewarnai seluruh proses mental (berpikir,  perasaan, aktivitas) seseorang ditandai dengan pikiran negatif pada diri sendiri, suasana hati menurun, kehilangan minat atau motivasi, pikiran lambat serta aktivitas menurun. Penyebab gangguan ini meliputi:

description

materi

Transcript of 47-153-1-PB

Page 1: 47-153-1-PB

7/17/2019 47-153-1-PB

http://slidepdf.com/reader/full/47-153-1-pb 1/8

 

 Depresi Postpartum dalam Menghadapi Perubahan Peran Pada Ibu Nifas

(Dewi Susilowati) 1

DEPRESI POSTPARTUM  DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN PERAN

PADA IBU NIFAS

Dewi Susilowati

 Dosen Poltekkes Kemenkes Surakarta Jurusan Kebidanan

PENGANTAR

Proses penyesuaian menjadi ibu sangat rentan terhadap gangguan emosi

terutama selama kehamilan, persalinan dan  postpartum. Beberapa penyesuaian

dibutuhkan oleh seorang wanita dalam mengahadapi aktivitas dan peran barunya

sebagai ibu pada beberapa minggu atau bulan pertama setelah melahirkan, baik

dari segi fisik maupun psikis. Sebagian wanita berhasil menyesuaikan diri dengan

 baik, tetapi ada sebagian lainnya yang tidak berhasil menyesuaikan diri danmengalami gangguan-gangguan psikologis dengan berbagai gejala atau sindrom.Sistem dukungan yang kuat dan konsisten merupakan faktor utama

keberhasilan melakukan penyesuaian bagi ibu. ibu membutuhkan bantuan dalammenyelesaikan tugas-tugas rumah tangganya seperti menyiapkan makanan,

mencuci pakaian dan berbelanja, dan juga ibu membutuhkan dorongan,

 penghargaan dan pernyataan bahwa ia adalah ibu yang baik. Bantuan atau

dukungan yang paling efektif didapat dari suami.

Suami merupakan social support   yang paling utama selain anggota

keluarga lain juga petugas kesehatan. Bila pasangan kurang memberikan dukungan

saat ibu memasuki masa  postpartum, hal ini bisa menjadi pemicu munculnya

kejadian depresi  postpartum, karena ibu  postpartum  merasa kurang dicintai dandihargai.

Masa nifas akan menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan pada organreproduksi. Begitupun halnya dengan kondisi kejiwaan (psikologis) ibu, juga

mengalami perubahan.

Salah satu gangguan psikologi tersebut adalah depresi  postpartum  yang

dialami ibu pada hari ketujuh sampai 8 minggu setelah melahirkan, dan dalam

kasus yang lebih parah, bisa berlanjut selama setahun (Mansur, 2009:157). Depresi

 postpartum merupakan salah satu bagian integral dari permasalahan gangguan jiwa

yang terjadi pada ibu yang melahirkan.

DEPRESIDepresi dapat mengenai seluruh lapisan masyarakat tanpa membedakan

status sosial, ekonomi, dan pendidikan. Bahkan menurut WHO, depresi adalah

masalah yang serius karena merupakan urutan keempat penyakit di dunia. Sekitar

20% wanita dan 12% pria, pada suatu waktu dalam kehidupannya pernah

mengalami depresi, yaitu kesedihan berkepanjangan, motivasi menurun, dan

kurang tenaga untuk melakukan kegiatan sehari-hari (Keliat et al., 2011: 20).

Menurut Keliat et al. (2011: 20) depresi adalah gangguan mood , kondisi

emosional berkepanjangan yang mewarnai seluruh proses mental (berpikir,

 perasaan, aktivitas) seseorang ditandai dengan pikiran negatif pada diri sendiri,suasana hati menurun, kehilangan minat atau motivasi, pikiran lambat serta

aktivitas menurun. Penyebab gangguan ini meliputi:

Page 2: 47-153-1-PB

7/17/2019 47-153-1-PB

http://slidepdf.com/reader/full/47-153-1-pb 2/8

 

 Depresi Postpartum dalam Menghadapi Perubahan Peran Pada Ibu Nifas

(Dewi Susilowati) 2

a. 

Faktor biologis.

1) Genetik. Transmisi gangguan alam perasaan diteruskan melalui garis

keturunan. Frekuensi gangguan alam perasaan meningkat pada kembarmonozigot dibanding dizigot walaupun diasuh secara terpisah.

2)  Neurotransmiter.

Penurunan katekolamin otak atau aktivitas sistem katekolamin, peningkatan

asetilkolin, dan defisit serotonin dapat menyebabkan terjadinya depresi.

3) Endokrin.Depresi berkaitan dengan gangguan hormon seperti pada hipotiroidisme dan

hipertiroidisme, terapi ekstrogen eksogen dan pascapartum.

 b.  Faktor lingkungan.

1) Kehilangan orang yang dicintai.

2) Rasa bermusuhan, kemarahan, kekecewaan yang ditujukan pada suatu objek

atau pada diri sendiri.3) Sumber koping tidak adekuat.

4) 

Individu dengan kepribadian dependen, obsesif-kompulsif, dan histeris.

5) Adanya masalah atau kesulitan hidup.

6) Belajar perilaku dari lingkungan yang tidak berdaya dan bergantung.7) Pengalaman negatif masa lalu.

Selain trias depresi diatas, gejala depresi lainnya adalah:

a.  Konsentrasi dan perhatian kurang.

 b.  Harga diri dan kepercayaan diri berkurang.

c.  Suasana hati sedih dan rasa bersalah.

d.  Rasa bersalah dan tidak berguna.

e. 

Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis.

f. 

Kehilangan minat melakukan kegiatan yang biasa dilakukan.

g.  Ide atau percobaan bunuh diri.

h.  Gangguan pola tidur (susah tidur dan tidur berlebih).i. 

 Nafsu makan berkurang.

Sedangkan gejala fisik dari depresi menurut Pieter dan Lubis (2010: 120) antara

lain: a) sakit kepala atau pusing, b) nyeri lambung dan mual bahkan muntah-

muntah, c) nyeri dada dan sesak nafas, d) gangguan tidur (sulit tidur), e) jantung

 berdebar-debar, f) tidak nafsu makan atau makan berlebihan, g) diare, h) lesu dan

tidak bergairah, i) gerakan lambat, j) berat badan turun, k) gangguan menstruasidan tidak respons pada hubungan seks.

Menurut Maslim (2000), gejala-gejala yang dapat terlihat dari seseorang yang

mengalami depresi adalah: a) konsentrasi dan perhatian berkurang; b) harga diri

dan kepercayaan diri berkurang; c) gagasan tentang rasa bersalah dan tidak

 berguna; d) pandangan masa depan yang suram dan pesimistis; e) gagasan atau

 perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri; f) tidur terganggu; g) nafsu makan

 berkurang.

Depresi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a.  Depresi ringan, minimal harus ada dua dari tiga gejala utama depresi, ditambahsekurang-kurangnya dua gejala sampiganyang tidak boleh ada gejala berat

diantaranya, lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar

Page 3: 47-153-1-PB

7/17/2019 47-153-1-PB

http://slidepdf.com/reader/full/47-153-1-pb 3/8

 

 Depresi Postpartum dalam Menghadapi Perubahan Peran Pada Ibu Nifas

(Dewi Susilowati) 3

dua minggu, hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang

 bisa dilakukannya.

 b. 

Depresi sedang, minimal harus ada dua dari tiga gejala utama, sekurang-kurangnya empat dari gejala lainnya, seluruh episode berlangsung minimal dua

minggu, menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial,

 pekerjaan dan urusan rumah tangga, tanpa gejala somatik atau dengan gejala

somatik.

c.  Depresi berat tanpa gejala psikoti, semua gejala utama harus ada, ditambahminimal empat dari gejala lainnya dan berbagaidan beberapa diantaranya harus

 berintensitas berat, sangat tidak mungkin untuk meneruskan kegiatan sosial,

 pekerjaan, dan urusan rumah tangga kecuali pada taraf sangat terbatas.

d.  Depresi berat dengan gejala psikoti, memenuhi seluruh kriteria depresi berat

tanpa gejala psikotik, disertai waham, halusinasi atau stupor depresi.

Menurut Soam dan Wahyuni (2012: 138) intensitas depresi lebih berat dan lebihlama dari perasaan tidak bahagia dan perasaan sedih. Depresi tersebut digolongkan

menjadi depresi ringan, sedang dan berat. Orang yang mengalami depresi ringan

lebih banyak daripada depresi sedang dan berat. Depresi dipengaruhi oleh

 pengalaman kejadian-kejadian yang kita alami dan kemampuan pribadi untukmengatasi stres.

POSTPARTUMPostpartum  atau masa nifas adalah masa kembalinya organ reproduksi

seperti keadaan sebelum hamil dalam waktu 6 minggu setelah melahirkan

(Mansur, 2009: 153).

Mochtar (2000) dan Saifudin dkk. (2001) dalam Indriyani (2013: 27) jugamengatakan bahwa masa nifas adalah masa pulih kembali mulai dari persalinan

sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil, yaitu kira-kira 6-8 minggu.

Masa nifas (puerperium)  dibagi dalam 3 periode, yaitu  puerperium dini,

 puerperium intermedial, dan remote puerperium. Puerperium dini, yaitu

kepulihan, yang mana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan, yaitu

kurang lebih sampai 40 hari. Puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh

alat-alat genital yang lamanya 6-8 minggu. Sementara remote puerperium  adalah

waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil

atau waktu persalinan mempunyai komplikasi (Indriyani, 2013: 28).

Saleha (2009: 64) menyatakan bahwa hal-hal yang harus dapat dipenuhiselama masa nifas  adalah sebagai berikut: 1) fisik yaitu seperti istirahat, makan

makanan bergizi, sering menghirup udara segar, dan lingkungan yang bersih; 2)

 psikologi yaitu stres setelah persalinan dapat segera distabilkan dengan dukungandari keluarga yang menunjukkan rasa simpati, mengakui, dan menghargai ibu; 3)

sosial yaitu menemani ibu bila terlihat kesepian, ikut menyayangi anaknya,menanggapi dan memperhatikan kebahagiaan ibu, serta menghibur bila ibu terlihat

sedih; 4) psikososial.

PERUBAHAN PERAN PADA IBU POSTPARTUMBeberapa penyesuaian dibutuhkan oleh wanita untuk melakukan aktivitas

dan peran barunya sebagai ibu pada minggu-minggu atau bulan-bulan pertama

Page 4: 47-153-1-PB

7/17/2019 47-153-1-PB

http://slidepdf.com/reader/full/47-153-1-pb 4/8

 

 Depresi Postpartum dalam Menghadapi Perubahan Peran Pada Ibu Nifas

(Dewi Susilowati) 4

setelah melahirkan, baik dari segi fisik maupun segi psikologis. Sebagian wanita

 berhasil menyesuaikan diri dengan baik, tetapi sebagian lainnya tidak berhasil

menyesuaikan diri bahkan mengalami gangguan-gangguan psikologis (Janiwartydan Pieter, 2013: 155-156) yaitu sebagai berikut:

a.  Periode Taking In

1) 

Berlangsung 1-2 hari setelah melahirkan.

2)  Ibu pasif terhadap lingkungan. Oleh karena itu, perlu menjaga komunikasi

yang baik. Ibu menjadi sangat bergantung pada orang lain. Perhatiannyatertuju pada kekhawatiran akan perubahan tubuhnya. Ibu mungkin akan

 bercerita tentang pengalamannya ketika melahirkan secara berulang-ulang.

Diperlukan lingkungan yang kondusif agar ibu dapat tidur dengan tenang

untuk memulihkan keadaan tubuhnya seperti sedia kala. Nafsu makan

 bertambah sehingga dibutuhkan peningkatan nutrisi, kurangnya nafsu

makan menandakan ketidaknormalan proses pemulihan. b.  Periode Taking Hold  

1) 

Berlangsung 3-10 hari setelah melahirkan.

2)  Pada fase ini ibu merasa khawatir atas ketidakmampuannya dalam merawat

 bayi. Ibu menjadi sangat sensitif, sehingga mudah tersinggung. Oleh karenaitu, ibu membutuhkan sekali dukungan dari orang-orang terdekat. Saat ini

merupakan saat yang baik bagi ibu untuk menerima berbagai penyuluhan

dalam merawat diri dan bayinya. Dengan begitu ibu dapat menumbuhkan

rasa percaya dirinya. Pada periode ini ibu berkonsentrasi pada pengontrolan

fungsi tubuhnya, misalnya buang air kecil atau buang air besar, mulai

 belajar untuk mengubah posisi seperti duduk atau jalan, serta belajar

tentang perawatan bagi diri dan bayinya.

c. 

Periode Letting Go 

1)  Berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Secara umum fase ini terjadi

ketika ibu kembali ke rumah.2)

 

Ibu menerima tanggung jawab sebagai ibu dan mulai menyesuaikan diri

dengan ketergantungan bayinya. Keinginan untuk merawat bayi meningkat.

Ada kalanya, ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan dengan

 bayinya.

Proses penyesuaian menjadi ibu, sangat rentan terhadap gangguan emosi

terutama selama kehamilan, persalinan dan  postpartum. Sistem dukungan yang

kuat dan konsisten merupakan faktor utama keberhasilan melakukan penyesuaian bagi ibu. Dukungan yang paling efektif didapat dari suami. Pada periode

 postpartum  awal, ibu membutuhkan bantuan dalam menyelesaikan tugas-tugas

rumah tangganya seperti menyiapkan makanan, mencuci pakaian dan berbelanja,dan juga ibu membutuhkan dorongan, penghargaan dan pernyataan bahwa ia

adalah ibu yang baik (Murray et.al, 2001).

Dukungan anggota keluarga lainnya juga ikut mempengaruhi kesejahteraan

ibu. Kehadiran orang tua sebagai model peran sebagai ibu sangat mendukung

kesiapan psikologis ibu untuk menjalankan peran sebagai ibu, dan demikian juga

anggota keluarga lainnya termasuk saudara, anak yang sudah dewasa dan pekerja

di rumah tangga, juga membantu ibu sebagai tempat mengekspresikan perasaan

Page 5: 47-153-1-PB

7/17/2019 47-153-1-PB

http://slidepdf.com/reader/full/47-153-1-pb 5/8

 

 Depresi Postpartum dalam Menghadapi Perubahan Peran Pada Ibu Nifas

(Dewi Susilowati) 5

atau tempat meminta bantuan dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga selama

 periode postpartum awal (Bick et.al, 2003).

DEPRESI POSPARTUMMenurut Janiwarty dan Pieter (2013: 275) depresi postpartum adalah perasaan

sedih yang dibawa ibu sejak masa hamil yang berkaitan dengan sikap ibu yang

sulit menerima kehadiran bayinya. Perubahan ini merupakan respons alamiah

sebagai akibat kelelahan pasca persalinan.Depresi  postpartum  hampir sama dengan baby blues syndrome, perbedaan

keduanya terletak pada frekuensi, intensitas, serta durasi berlangsungnya gejala-

gejala yang timbul.

Pada  postpartum depression, ibu akan merasakan berbagai gejala yang ada

 pada baby blues syndrome, tetapi dengan intensitas yang lebih sering, lebih hebat,

serta lebih lama (Mansur, 2009: 157).Postpartum blues (baby blues)  adalah gangguan suasana hati yang

 berlangsung selama 3-6 hari pascamelahirkan, dimana perasaan ini berkaitan

dengan bayinya. Apabila keadaan tersebut berlangsung sampai 2 minggu dan tidak

mampu menyesuaikan dengan tuntutan tugas maka akan lebih serius menjadi postpartum depression.

Wanita dengan depresi  postpartum  tidak mudah diidentifikasi, dapat

menunjukkan tanda dan gejala yang bervariasi. Gejala awal terjadinya tidak mudah

untuk ditentukan, biasanya penderita sudah menampakkan tanda sebelum

memasuki masa postpartum.

Tanda dan gejalanya seperti mudah menangis, putus asa, tidak bergairah

dalam kehidupannya, selalu ada dalam keadaan sedih, adanya keinginan untuk

 bunuh diri, cemas, dan adanya kekhawatiran yang berlebihan (irrational thingking) 

dengan kesehatan dirinya dan bayinya.

Depresi postpartum merupakan gangguan perasaan yang dialami ibu setelahmelahirkan dimana yang bersangkutan merasakan kesedihan, kehilangan energi,

susah berkonsentrasi, gundah gulana, dan perasaan bersalah dan tak berharga.

Depresi  postpartum  dapat terjadi kapanpun dalam jangka satu tahun setelah

melahirkan.

Aspek-aspek yang dapat menimbulkan depresi  postpartum  yaitu adanya

 perubahan mood   yang terjadi hampir tiap hari, adanya gangguan tidur seperti

insomnia dan hipersomnia, kurangnya nafsu makan, merasa lelah dan kehilanganenergi, adanya perasaan tidak berharga atau rasa bersalah yang dapat menyebabkan

 pikiran-pikiran untuk mencoba bunuh diri atau membunuh bayinya sendiri, dan

kehilangan konsentrasi serta kemampuan untuk mengambil keputusan.Menurut Pillitteri dan Regina (2001), faktor-faktor yang menyebabkan

terjadinya depresi  postpartum  yaitu: 1) kelelahan setelah melahirkan yang

menyebabkan berubahnya pola tidur dan kurangnya istirahat menyebabkan ibu

yang baru melahirkan belum kembali ke kondisi normal; 2) kegalauan dan

kebingungan dengan kelahiran bayi yang baru, dan perasaan tidak percaya diri

untuk dapat merawat bayinya yang baru sementara masih merasa bertanggung

 jawab dengan semua pekerjaan yang ada; 3) perasaan stres dari perubahan dalam

 pekerjaan maupun rutinitas dalam rumah tangga; 4) perasaan kehilangan akan

Page 6: 47-153-1-PB

7/17/2019 47-153-1-PB

http://slidepdf.com/reader/full/47-153-1-pb 6/8

 

 Depresi Postpartum dalam Menghadapi Perubahan Peran Pada Ibu Nifas

(Dewi Susilowati) 6

identitas diri, akan kemampuan diri, akan figur tubuh sebelum kehamilan dan

 perasaan akan menjadi kurang menarik; 5) kurangnya waktu untuk diri sendiri

sebagaimana yang dilakukan sebelum dan selama kehamilan dan harus tinggal didalam rumah dalam jangka waktu yang lama.

Menurut Paykel (2001), yang mengutip pendapat Regina faktor penyebab

depresi postpartum adalah: a) riwayat keluarga yang memiliki penyakit kejiwaan;

 b) kurangnya dukungan dari suami dan keluarga; c) perasaan khawatir yang

 berlebihan pada kesehatan janin; d) ada masalah pada kehamilan atau kelahiran bayi sebelumnya; e) sedang menghadapi masalah keuangan; f) hamil usia muda.

Menurut Comerford (2008: 73) penyebab depresi tersebut diantaranya

adalah: a) perasaan ragu mengenai kehamilan; b) stress sebelumnya c) kurangnya

sistem pendukung; d) Kelahiran cesarea  yang tidak direncanakan; e) masalah

menyusui, f) perubahan kadar hormon g) kelahiran bayi yang terlalu dini dapat

menyebabkan ibu merasa tidak siap; h) masalah tidak terpecahkan dan tidak bisamenjadi “ibu sempurna”; i) kekecewaan pada jenis kelamin bayi atau karakteristik

lainnya.

Determinan Depresi PostpartumMenurut Indriyani (2013: 112-117) saat memasuki masa nifas, seorang ibu bisa

 beresiko mengalami permasalahan adaptasi psikologis sehingga terjadi depresi

 postpartum. Masing-masing individu tentunya tidaklah sama dalam hal faktor

 pendukung kejadian depresi  postpartum. Namun, secara umum faktor yang

mendukung kejadian depresi postpartum adalah seperti di bawah ini.

a.  Biologis

Ibu yang memasuki masa nifas  akan beradaptasi salah satunya terhadap

fungsi endokrin. Perubahan hormon antara lain seperti hormon progesteron,

estrogen, dan prolaktin bisa memicu kondisi ketidakstabilan emosional

seseorang. b.

 

Pendidikan

Secara umum latar belakang pendidikan seseorang erat kaitannya dengan

 pengetahuan yang dimiliki. Pendidikan juga diduga berkontribusi terhadap

 peristiwa depresi  postpartum. Ibu nifas  yang memiliki pendidikan rendah

kemungkinannya belum memiliki kemampuan pengetahuan yang memadai

dalam penyesuaian persepsi dalam menghadapi masa-masa sulit dan hal baru

dalam perjalanan hidupnya.c. 

Usia

Usia seseorang identik dengan pengalaman dan maturitas dalam

menjalani suatu kehidupan. Usia dalam hal ini adalah kondisi usia ibu saatmemasuki masa  postpartum. Dalam kesehatan reproduksi usia yang

dikatakan aman untuk bereproduksi adalah sekitar 20-35 tahun, karena usia

ini dianggap matur dalam hal fungsi reproduksi maupun adaptasi psikologis

ibu.

Maka, dapat dikatakan bahwa ibu nifas yang mengalami masa adaptasi

 pada usia di bawah 20 tahun diduga dapat mengalami kendala dalam

 penyesuaian baik fisik dan mental. Sementara ibu dengan usia di atas 35

Page 7: 47-153-1-PB

7/17/2019 47-153-1-PB

http://slidepdf.com/reader/full/47-153-1-pb 7/8

 

 Depresi Postpartum dalam Menghadapi Perubahan Peran Pada Ibu Nifas

(Dewi Susilowati) 7

tahun menjadi lebih beresiko dalam kondisi kehamilan, persalinan, dan juga

masa nifasnya.

d. 

PengalamanMenurut Barbara (2004) faktor-faktor yang mempengaruhi pengalaman

 postpartum adalah: a) sifat persalinan dan kelahiran serta tujuan kelahiran; b)

 persiapan persalinan, kelahiran, dan peran menjadi orang tua; c) transisi

menjadi orang tua yang mendadak; d) pengalaman keluarga secrara

individual atau bersama terhadap kelahiran dan membesarkan anak; e)harapan peran anggota keluarga; f) kepekaan dan efektivitas asuhan; g)

faktor-faktor resiko pada komplikasi pascapartum.

e.  Perkawinan

Status perkawinan disharmoni memiliki kriteria antara lain komunikasi yang

tidak efektif, adaptasi dalam keluarga bermasalah, perasaan tidak nyaman

dan aman dalam keluarga.f.  Dukungan sosial

Hasil penelitian menunjukkan bahwa suami merupakan social support  yang

 paling utama selain anggota keluarga lain juga petugas kesehatan. Bila

 pasangan kurang memberikan dukungan saat ibu memasuki masa postpartum, hal ini bisa menjadi pemicu munculnya kejadian depresi

 postpartum. karena merasa kurang dicintai dan dihargai.

g.  Peristiwa saat menjalani persalinan

h.  Emotional relationship

i.  Komunikasi dan kedekatan

 j.  Struktur keluarga

k. 

Antropologi

l. 

Demografi

Status demografi ibu  postpartum  merupakan karakteristik yang berkaitan

dengan tempat tinggal, jumlah anak (paritas), pendidikan, suku, agama danlain sebagainya. Paritas (jumlah anak) bisa dibagi menjadi  primipara yaitu

seorang wanita yang melahirkan bayi hidup untuk pertama kali, multipara 

atau  pleuripara  yaitu wanita yang pernah melahirkan bayi viabel beberapa

kali (sampai 5 kali), grandemultipara adalah wanita yang pernah melahirkan

 bayi 6 kali atau lebih, hidup ataupun mati (Sofian, 2011: 69).

m. Stressor  psikososial

n. 

LingkunganLingkungan merupakan faktor yang juga menentukan individu untuk

terpapar stressor . Lingkungan, baik internal maupun eksternal merupakan

stimulus bagi ibu postpartum dalam proses penyesuaian diri.

KEPUSTAKAAN

Comerford, KC. 2008.  Maternal-Neonatal Facts Made Incredibly Quick! 2nd  Ed .

Lippincott Williams & Wilkins. USA. Terjemahan L. Dwijayanthi. 2011.

 Buku Saku Maternal-Neonatal Edisi 2. EGC. Jakarta

Indriyani, D. 2013. Aplikasi Konsep & Teori Keperawatan Maternitas Postpartum

dengan Kematian Janin. Ar-Ruzz Media. Jogjakarta.

Page 8: 47-153-1-PB

7/17/2019 47-153-1-PB

http://slidepdf.com/reader/full/47-153-1-pb 8/8

 

 Depresi Postpartum dalam Menghadapi Perubahan Peran Pada Ibu Nifas

(Dewi Susilowati) 8

Janiwarty, B. dan H. Z. Pieter. 2013. Pendidikan Psikologi untuk Bidan-Suatu

Teori dan Terapannya. Rapha Publishing. Yogyakarta.

Keliat, BA, A. P. Wiyono dan H. Susanti. 2011.  Manajemen Kasus Gangguan

 Jiwa: CMHN (Intermediate Course). EGC. Jakarta.

Mansur, H. 2009. Psikologi Ibu dan Anak untuk Kebidanan. Salemba Medika.Jakarta.

 Neil, N. 2000. Psikologi Kesehatan: Pengantar untuk Perawat & Profesional

Kesehatan Lain. EGC. Jakarta.

Pieter, HZ. dan N. L. Lubis. 2010. Pengantar Psikologi dalam Keperawatan.

Prenada Media Group. Jakarta.

Saleha, S. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Salemba Medika. Jakarta.

Sister School Program. 2004.  Modul Asuhan Keperawatan Postpartum. DinasKesehatan Provinsi Jawa Tengah. Semarang.

Soam, Z. dan S. Wahyuni. 2012. Psikologi Keperawatan.Rajawali Pers. Jakarta.

Sofian, A. 2011. Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi, Obstetri

Patologi, Ed. 3, Jilid I . EGC. Jakarta.