44002611-Makalah-Analisis-Semen.docx

11
Tujuan : Untuk menganalisis semen ejakulat Untuk mengetahui kemampuan fertilitas spermatozoa seorang pria Pendahuluan Analisis semen adalah pemeriksaan terhadap semen ( spermatozoa) dan bahan- bahan lain yang ada di dalamnya (dari seorang laki-laki). Apakah semennya normal atau tidak dapat membuahi sebuah sel telur oleh spermatozoa sehingga terjadi fertilisasi. Disebut azoospermia jika tidak ada spermatozoa sama sekali pada semen yang mungkin disebabkan pretestikuler, testikuler dan postestikuler. Oligozoospermia, jika parameter semen lain normal kecuali jumalah spermatozoa dibawah 40 juta/ejakulat. Astenozoospermia diindikiasikan jika mutilitasnya kurang dari 50 % yang progresi. Jika abnormalitasnya tunggal kurang dari 20% baru dianggap tidak normal. Teratozoospermia jika morfologi abnormal sperma lebih dari 50%. Keadaan ini lebih sering dijumpai sebagai abnormalitas campuran, misalnya oligoastenoteratozoospermia. Ada bermacam- macam kelainan yang dialami sebuah spermatozoa, secara umum sebuah spermatozoa terdiri dari kepala, leher dan ekor. Apabila terjadi kelainan dari salah satu bagian sperma tersebut, maka tidak terjadi pembuahan. Teori Morfologi Sperma Spermatozoa Normal Spermatozoa normal memiliki kepala berbentuk normal, reguler dengan bagian tengah (leher) utuh dan ekor tidak melingkar

Transcript of 44002611-Makalah-Analisis-Semen.docx

Page 1: 44002611-Makalah-Analisis-Semen.docx

Tujuan :

Untuk menganalisis semen ejakulat Untuk mengetahui kemampuan fertilitas spermatozoa seorang pria

Pendahuluan

Analisis semen adalah pemeriksaan terhadap semen ( spermatozoa) dan bahan- bahan lain yang ada di dalamnya (dari seorang laki-laki).

Apakah semennya normal atau tidak dapat membuahi sebuah sel telur oleh spermatozoa sehingga terjadi fertilisasi.

Disebut azoospermia jika tidak ada spermatozoa sama sekali pada semen yang mungkin disebabkan pretestikuler, testikuler dan postestikuler.

Oligozoospermia, jika parameter semen lain normal kecuali jumalah spermatozoa dibawah 40 juta/ejakulat.

Astenozoospermia diindikiasikan jika mutilitasnya kurang dari 50 % yang progresi. Jika abnormalitasnya tunggal kurang dari 20% baru dianggap tidak normal.

Teratozoospermia jika morfologi abnormal sperma lebih dari 50%. Keadaan ini lebih sering dijumpai sebagai abnormalitas campuran, misalnya oligoastenoteratozoospermia.

Ada bermacam- macam kelainan yang dialami sebuah spermatozoa, secara umum sebuah spermatozoa terdiri dari kepala, leher dan ekor. Apabila terjadi kelainan dari salah satu bagian sperma tersebut, maka tidak terjadi pembuahan.

Teori Morfologi Sperma

Spermatozoa Normal

Spermatozoa normal memiliki kepala berbentuk normal, reguler dengan bagian tengah (leher) utuh dan ekor tidak melingkar mempunyai panjang kira- kira 45 mikron. Panjang kepala 3- 5 mikron dengan lebar kepala 2- 3 mikron. Akrosom terlihat berwarna pink, kepala berwarna bayangan lebih gelap di daerah akrosom daripada bagian tengah, ekor terliah abu- abu sampai violet.

Spermatozoa Abnormal

Spermatoa disebut abnormal bilamana terdapat satu atau lebih dar bagian spermatozoa yang tidak semestinya. Jadi meskipun kepala spermatozoa oval tetapi bila bagian tengah menebal, maka spermatozoa dikatakan abnormal.

- Kepala oval besar

- Kepala oval kecil

Page 2: 44002611-Makalah-Analisis-Semen.docx

- Kepala pipih (bentuk lepto)

- Kepala berbentuk pir ‘seperti tetesan air mata’

- Kepala dua. Sperma memiliki dua kepala yang mungkin dalam berbagai bentuk dan ukuran.

- Kepala berbentuk amorfous (dalam bentuk terato)

Abnormalitas pada Leher / bagian tengah

- Bagian tengah menebal bila ukuran bagian tengah lebih besar dari 2 mikron.

- Bagian tengah patah

- Tidak mempunyai bagian tengah

Abnormalitas Ekor

- Ekor melingkar

- Ekor patah, yang meninggalkan sisanya setidak- tidaknya separuh ekor normal

- Ekor lebih dari 1

- Ekor seperti tali terpilin

Spermatozoa immatur

Spermatoazoa immatur adalah sperma yang masih mengandung sisa- sisa sitoplasma yang mempunyai ukuran separuh dari ukuran kepala yang masih terikat, baik pada kepala, bagian tengah ataupun ekor sperma.

Pemeriksaan Makroskopik

1. Likuifaksi : hilangnya koagulum di dalam semen. Likuifaksi terjadi pada semen normal 15- 20 menit post ejakulat. Saat semen tidak mengencer ini berarti ini ada gangguan pada prostat yang menghasilkan zat seminin ( pengencer).

2. Warna Semen: warna semen yang normal bervariasi dari transluscence ( mutiara) sampai putih keabu- abuan atau kekuningan. Jika agak lama, abstinensia kekuningan. Jika putih atau kuning tandanya banyak leukosit yang mungkin oleh adanya infeksi pada genitalia.

3. Ph : Ph diukur dengan kertas lakmus dan penentuan Ph dilakukan dengan membandingkannya dengan indikator Ph (Ph normal 7,2- 7,8).

4. Volume: Volume semen ejakulat dikur dengan menggunakan tabung pengukur dan diukur dalam ml.

5. Viskositas: viskositas atu kekentalan diukur apabila semen telah mengalami likuifaksi lengkap. Jika semen terlalu kental, berarti kurang enzim likuifaksi dari prostat. Kalau terlalu encer, karena zat koagulasi yang dihasilkan vesicula seminalis terlalu sedikit atau enzim pengenceran dari prostat terlalu banyak.

Page 3: 44002611-Makalah-Analisis-Semen.docx

6. Aglutinasi Spontan: terjadinya penggumpalan sperma pada saat ejakulasi. Kalau langsung encer ketika ditampung, berarti ada gannguan pada vesicila seminalis atau duktus ejakulatoris.

7. Bau semen : bau semen normal khas, tajam dan tidak busuk. Bau itu berasal dari oksidasi spermin yang dihasilkan prostat. Jika tidak ada bau khas semen, prostat tidak aktif atau ada ganggaun. Mungkin gangguan itu pada saluran atau kelenjar sendiri. Bau busuk disebabkan oleh adanya infeksi.

Pemeriksaan Mikroskopik

1. Motilitas : motilitas spermatozoa merupakan salah satu faktor yang penting dalam menentukan kesuburan pria, sebab motilitas spermatozoa erat dengan hubungannya dengan proses fertilisasi. Adanya kegagalan pada proses fertilisasi dapat disebakan oleh adanya kendala, diantaranya adalah rendahnya kualitas gerak sperma.

2. Konsentrasi spermatozoa : jumlah spermatozoa dihitung dengan menggunakan hemacitometer, yang mempunyai bilik hitung dan larutan George sebagai pengencer sekaligus berfungsi mematikan spermatozoa yang terdapat di dalam bilik hitung agar tidak terjadi pengulangan dalam perhitungan spermatozoa.

3. Morfologi spermatozoa : tujuannya adalah untuk melhat bentuk spermatozoa dan dihitung jumlah spermatozoa yang bentuknya normal dan abnormal.

4. Hipoosmotik Swelling Test (HoST) : digunakan untuk melihat kebocoran membran sel dan dihitung dalam persen.

5. Viabilitas : keadaan spemahidup atau mati. Sperma yang tidak bergerak, belum tentu mati, sehingga perlu dibedakan antara spermatozoa yang hidup atau mati. Dengan cara ini, dapat dipastika apakah spermatozoa yang tidak motil tersebut hidup atau mati.

6. Autoaglutinasi : yaitu spermatozoa yang saling melekat satu sama lain, pelekatan dapat terjadi di bagian kepala, leher dan ekor spermatozoa.

7. Kecepatan sperma : untuk mengukur kecepatan spermatozoa dipakai kaca objek hemocytometer Neubauer dan dilihat dengan mikroskop perbesaran 400 kali.

Alat dan Bahan

1. Mikroskop 2. Objek glass3. Deck glass4. Kertas lakmus5. Counter6. Neuebauer 7. Pipet mikro8. Pipet tetes9. Tabung reaksi10. Batang kaca11. Sentrifuge

Page 4: 44002611-Makalah-Analisis-Semen.docx

Bahan:

1. Semen ejakulat2. Larutan eocyn Y3. Alkohol 96%4. Larutan Giemsa5. Larutan George6. Larutan HoST7. Emersi oil8. Aquadestilata

Cara Kerja

a. Pemeriksaan makrskopik1. Likuifaksi

Semen dianalisis setelah mengalami likuifaksi, biarkan semen sekitar 20 menit atau maksimal 1 jam setelah ejakulasi.

2. Warna semen Warna semen diamati dengan mata telanjang.

3. PhSetetes sperma disebarkan secara merata diatas kertas Ph ( kisaran Ph 6,4- 8). Setelah 30 detik warna daerah yang dibasahi akan merata dan kemudian dibandingkan dengan kertas kalibrasi untuk di baca Ph-nya.Kertas Ph apapun yang dipakai, ketelitiannya harus diuji terlebih dahulu terhadap patokan yang telah diketahui sebelum dipakai secara rutin dalam analisis semen. Ph semen normal berada dalam kisar 7,2- 7,8. Jika Ph lebih besar dari 7,8 maka harus dicurigai adanya infeksi. Sebaliknya, jika Ph kurang dari 7, pada siapan azoospermia perlu dipikirkan kemungkinan disgenesis vas deferens, vesica seminalis atau epididimis

4. Volume semenVolume siapan harus diukur dengan suatu gelas ukur, atau dengan cara menyedot seluruh siapan ke dalam suatu semprit atau pipet ukur. Jika akan dilakukan assay biologi ( bioassay) atau pembiakan semen, maka harus dipakai bahan- bahan yang steril pada pengolahan siapan semen tersebut.

5. Viskositas atau konsistensiKonsistensi ditaksir dengan cara memasukkan tangkai kaca ke dalam siapan dan kemudian mengamati benang yang terbentuk pada saat batang tersebut dikeluarkan. Panjang benang tidak boleh lebih dar 2cm jika terjadi ganguan konsistensi maka benang yang terbentuk panjangnya dapat lebih dari 2cm.

6. Aglutinasi spontanMelihat secara langsung keadaan semen setelah diejakulasi, apakah terjadi penggumpalan atau tidak.

7. Bau semenDengan mengamati secara langsung.

Page 5: 44002611-Makalah-Analisis-Semen.docx

b. Pemeriksaan Mikroskopik

1. Motilitas atau pergerakan spermatozoa dihitung dalam persentase.Suatu volume semen tertentu diteteskan diatas kaca objek yang bersih dan kemudian ditutup dengan kaca tutup. Siapan kemudian diperiksa dengan pembesaran 400 kali.Lapangan pandangan diperiksa secara sistematik dan motilitas setiap sperma yang dijumpai dicatat. Biasanya diamati pada beberapa lapang pandang terhadap 100 ekor spermatozoa ( jumlah total prosentase adalah 100%). Motilitas digolongkan menjadi beberapa kriteria sbb :a. Progresif lurus : beregerak lurus kedepan lincah dan cepatb. Progresif lamabat : bergerak ke depan tetapi lambat.c. Gerak di tempat : gerakan tidak menunjukkan perpindahan tempat, biasanya

bergetar di tempat, berputar atau melompat.d. Tidak bergerak : tidak ada gerakan sama sekali atau diam ditempat. Biasanya

4- 6 lapangan pandangan yang harus diperiksa untuk mendapat 100 sperma secara berurutan yang kemudian diklasifikasi sehingga menghasilkan persentase setiap kategori motilitas.

2. Konsentrasi spermaSiapan yang telah diencerkan harus diaduk dengan baik dan kem udian 1 tetes di letakkan diatas hemocytometer Neubauer serta ditutup dengan kaca tutup (deck glass).Tata cara pencacahan sperma di dalam kamar hemocytometer ialah sebagai berikut : segi empat utama dari kisi- kisi hemocytometer Neubauer yang terdiri atas 25 segi empat besar yang masing- masing terdiri atas 16 segi empat kecil. Jika siapan mengandung kurang dari 10 sperma setiap segi empat, maka seluruh kisi- kisi, yaitu seluruh 25 segiempat harus dicacah. Jika siapan mengandung 10 – 40 sperma setiap segiempat, maka harus dicacah 10 segiempat. Jika siapan mengandung 40 sperma tiapa segi empat, maka lima segi empat dicacah. Sperma yang terletak dia ats garis pemisah 2 segiempat dicacah jika terletak pada sisi atas yang sedang di amati. Untuk menentukan jumlah sperma dalam semen dalam juta/ ml, bagikan jumlah sperma yang ditemukan dengan faktor konversi yang terera dalam tabel di bawah ini.Sebagai contoh jika siapan telah diencerkan 1+9 dan tercacah 2 sperma dalam 25 segi empat, maka jumlah sperma dalam siapan adalah 0,2 juta/ ml.

Pengenceran( semen+ pengencer)

Jumlah segiempat besar yang dicacah25

1+9 101+19 51+ 49 2

Page 6: 44002611-Makalah-Analisis-Semen.docx

3. Morfologi spermatozoaa. Pewarnaan : dapat menggunakan pewarnaan Giemsa, hematoksiln dan

papanicolou.Tahap- tahap perwaranaan sebagai berikut: 1. Teteskan semen pada objek glass dan dibuat apusan

setipis mungkin dan dibiarkan kering di udara.2. Fiksasi dengan alkohol 96 % selama 15 menit.3. Teteskan Giemsa dan biarkan selama 20 menit.4. Cuci dengan aquades mengalir dan biarkan kering.5. Periksa di bawah mikroskop dengan emersi oil.

b. Menentukan presentase morfologi spermatozoa: dengan membedakan bentuk spermatozoa normal dan abnormal dan dihitung prosentasenya.

4. Hipoosmotik Swelling Test ( HoST)Pada uji HOST digunakkan larutan HOST sebagai berikut:

1. 100 mikroliter semen dicampur dalam 1 ml larutan HOST diamkan selama 1 jam.

2. Lalu ambil setetes dan teteskan pada objek glass lalu diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 400 kali.

3. Hitung 100 spermatozoa , spermatozoa ekornya tidak lurus berarti tidak ada kebocoran membran, sedangkan spermatozoa yang ekornya lurus berarti ada kebocoran.

5. ViabilitasUntuk mengetahui viabilitas sperma adalah sebagai berikut:

a. Teteskan semen pada objek glass lalau tambahkan 1 tetes larutan eocyn Y 0,5 %, diaduk rata dan diamati dengan perbesaran 400 kali.

Page 7: 44002611-Makalah-Analisis-Semen.docx

HASIL ANALISIS SEMEN

Nama : Mr. APekerjaan : pegawai UPNStatus : belum menikahSemen dikeluarkan : pukul 13. 00Semen tiba di Lab. : pukul 13.00

Hasil Pemeriksaan

Plasma SemenWaktu Likuifaksi : 15 menitWarna semen : putih mutiaraPh : 8 Volume : 2,5Viscositas : normal ( encer setelah 15 menit diluar)Aglutinasi spontan : negatifBau semen : khas

SpermatozoaKonsentrasi sperma : 106 juta/ literJumlah sperma total : 265 juta /mlMotilitas( setelah 1 jam) Progresif lurus : 52Progresif lambat : 18Gerak ditempat : 22Tidak bergerak : 8Autoaglutinasi sperma : negatifMorfologi sperma normal : 70 %Uji HOST : 66 %Kecepatan sperma : 2,515 menitViabilitas : mati 27

Lain- lainSel leukosit : negatifSel Eritrosit : negatifSel Epitel : 1 / LPBUji Fruktosa : -

Pemeriksaan KhususHormon : -Imunologi : -Sitogenetik : -Histologi : -

Kesimpulan :1. Jumlah sperma : Normozoospermia/ Oligozoospermia/ Azoospermia2. Pergerakan sperma : Normozoospermia/ Astenozoospermia/ Nekrozoospermia

Page 8: 44002611-Makalah-Analisis-Semen.docx

3. Morfologi sperma : Normozoospermia/ Teratozoospermia