makalah analisis

26
EKOLOGI TERESTRIAL TEKNIK ANALISIS VEGETASI DAN HEWAN oleh: Mazaya Dzati Hulwani (131810401050) Astin Indriani (131810401055) JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS JEMBER 2015 BAB I PENDAHULUAN

description

ipa

Transcript of makalah analisis

Page 1: makalah analisis

EKOLOGI TERESTRIAL

TEKNIK ANALISIS VEGETASI DAN HEWAN

oleh:

Mazaya Dzati Hulwani (131810401050)

Astin Indriani (131810401055)

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS JEMBER

2015

BAB I

PENDAHULUAN

Page 2: makalah analisis

1.1 Latar Belakang

Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh - tumbuhan, biasanya terdiri dari

beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme

kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama

individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya

sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis. Analisis

vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan atau komposisi dan bentuk

(struktur) vegetasi tumbuhan. Unsur struktur, vegetasi adalah bentuk

pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi

diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai

penting dari penvusun komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat

diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas

tumbuhan (Syafei, 1990).

Selain vegetasi, juga penting sekali untuk melakukan analisis terhadap

hewan. Jumlah populasi dari hewan juga tidak kalah banyak. Analisis hewan

adalah suatu cara yang dilakukan untuk mengetahui jenis hewan pada suatu

ekosistem. Analisis tersebut dila kukan dengan mengambil sampel (stasiun) yang

mewakili suatu wilayah yang unit samplingnya bisa dalam satuan luas atau satuan

volume tertentu. Keragaman dapat diukur dengan mengetahui kekayaan spesies

yaitu jumlah jenis spesies disuatu ekosistem, kelimpahan spesies, atau kombinasi

kekayaan spesies dan dominasi spesies (Tjitrosoepomo, 2002). Untuk itu perlu

dilakukan analisis terhadap nilai keragaman jenis, nilai kekayaan jenis, dan nilai

kemerataan jenis guna mengetahui hubungan antar hewan dan faktor lingkungan.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah:

1; Apakah pengertian dari analisis vegetasi dan analisis hewan?

2; Apa sajakah macam-macam metode analisis vegetasi dan hewan?

Page 3: makalah analisis

3; Bagaimanakah teknik sampling pada analisis vegetasi dan hewan?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini adalah:

1 Untuk mengetahui pengertian dari analisis vegetasi dan analisis hewan

2 Untuk mengetahui macam-macam metode analisis vegetasi dan hewan

3 Untuk mengetahui teknik sampling pada analisis vegetasi dan hewan

Page 4: makalah analisis

BAB II

PEMBAHASAN

2.1; Analisis Vegetasi

2.1.1 Pengertian Analisis Vegetasi

Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh - tumbuhan, biasanya terdiri dari

beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Vegetasi pada satu

tempat akan berbeda dengan vegetasi pada tempat yang lain. Hal ini karena factor

lingkungan yang berbeda (Irwanto, 2007).

Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan (komposisi) dan

bentuk (struktur) vegetasi dari tumbuh-tumbuhan. Cara ini akan menghasilkan

data yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Unsur struktur vegetasi adalah bentuk

pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi

diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai

penting dari penvusun komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat

diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas

tumbuhan. Berdasarkan tujuan pendugaan kuantitatif komunitas vegetasi

dikelompokkan ke dalam 3 kategori yaitu :

1; Pendugaan komposisi vegetasi dalam suatu areal dengan batas-batas jenis

dan membandingkan dengan areal lain atau areal yang sama namun waktu

pengamatan berbeda.

2; Menduga tentang keragaman jenis dalam suatu areal.

3; Melakukan korelasi antara perbedaan vegetasi dengan faktor lingkungan

tertentu atau beberapa faktor lingkungan (Greig-Smith, 1983).

Parameter yang digunakan dalam analisis vegetasi ada 2, yaitu parameter

kualitatif dan kuantitatif. Beberapa parameter kualitatif komunitas tumbuhan

yaitu:

1; Fisiognomi

Adalah kenampakan umum komunitas tumbuhan. Komunitas tumbuhan

yang besar dan menempati suatu habitat yang luas diklasifikasikan ke dalam

Page 5: makalah analisis

komponen komunitas sebagai dasar fisiognominya. Komponen komunitas yang

menjadi dasar fisiognomi ini ialah yang berada dalam bentuk dominan. Sebagai

contoh : komunitas hutan, padang rumput, stepa, tundra, dan sebagainya.

2; Stratifikasi

Terjadi akibat terjadinya persaingan suatu jenis tertentu akan lebih

dominan dari yang lainnya sehingga membentuk struktur vertikal disamping

akibat perbedaan umur dan jenis vegetasi yang ditentukan berdasarkan tinggi

vegetasi. Pembagian stratifikasi adalah sebagai berikut :1) Stratum A Lapisan yang terdiri dari pohon-pohon yang tinggi totalnya > 30 meter, biasanya

tajuk diskontinyu, batang tinggi dan lurus, batang bebas,daun tinggi. Jenis pohon

dari stratum ini pada waktu muda (tingkat semai sampai sapihan) perlu naungan

tetapi untuk pertumbuhan selanjutnya perlu cahaya yang cukup banyak.2) Stratum BTerdiri dari pohon-pohon yang tingginya antara 20-30 meter, tajuk pada umumnya

kontinyu, batang pohon biasanya banyak cabang. Jenis-jenis pohon ini kurang

membutuhkan naungan (tahan naungan).3) Stratum CTerdiri dari pohon-pohon yang tingginya antara 4-20 meter, tajuk kontinyu,

pohon-pohonnya kecil, rendah dan banyak cabang.4) Stratum DLapisan perdu dan semak dengan tinggi 1-4 meter.5) Stratum E (forest floor)Lapisan tumbuh-tumbuhan penutup tanah (ground cover) tingginya 0-1 meter dan

pohon-pohon mati (masuk aspek ekologi karena disitu masih ada

tumbuhan/hewan lain yang hidup, contohnya : jamur, lumut, dan kumbang.

3; Kelimpahan

Adalah parameter kualitatif yang mencerminkan distribusi relatif spesies

organisme dalam komunitas. Menurut penaksiran kualitatif, kelimpahan dapat

dikelompokkan menjadi sangat jarang, jarang, sering, banyak atau berlimpah, dan

sangat banyak (sangat berlimpah).

4; Pola sebaran

Page 6: makalah analisis

Adalah parameter kualitatif yang menggambarkan keberadaan spesies

organisme pada ruang secara horizontal, antara lain random, seragam, dan

berkelompok.

5; Bentuk pertumbuhan

Sebagian besar kenampakan umum dan pertambahan spesies dalam

komunitas dikelompokkan ke dalam kelas bentuk pertumbuhan yang berbeda.

Misalnya pohon, perdu, semak, dan herba. Berdasarkan nilai persentase perbedaan

kelas bentuk pertumbuhan, habitat alami yang nyata dari komunitas dapat

diketahui. (Lumowa, 2012).

Sedangkan beberapa parameter kuantitatif komunitas tumbuhan yaitu:

1; Densitas (kerapatan)

Secara kualitatif dibedakan menjadi jarang, kadang-kadang, sering, dan

banyak sekali terdapat jumlah individu yang dinyatakan dalam persatuan ruang,

umunya dinyatakan sebagai jumlah individu atau populasi persatuan areal atau

volume.

2; Frekuensi

Frekuensi diperoleh berdasarkan kekerapan suatu spesies yang ditemukan

pada setiap garis yang disebar . Frekuensi merupakan ukuran dari uniformitas atau

regularitas. Terdapatnya suatu jenis frekuensi memberikan gambaran bagimana

pola penyebaran suatu jenis, apakah menyebar ke seluruh kawasan atau

kelompok. Hal ini menunjukan daya penyebaran dan adaptasinya terhadap

lingkungan. Raunkiser dalam shukla dan Chandel membagi frekuensi dalam lima

kelas berdasarkan besarnya persentase,yaitu:

Kelas A dalam frekuensi 01 –20 %

Kelas B dalam frekuensi 21-40 %

Kelas C dalm frekuensi 41-60%

Kelas D dalam frekuensi 61-80 %

Kelas E dalam frekuensi 81-100%

3; Dominansi

Dominansi dapat diartikan sebagai penguasaan dari satu jenis terhadap

jenis lain (bisa dalam hal ruang, cahaya, dan lainnya), sehingga dominansi dapat

dinyatakan dalam besaran:

Biomassa

Page 7: makalah analisis

Penutupan tajuk

Luas bidang dasar(LBD)/Basal area(BA)

Indeks nilai penting (INP)

(Irwan, 1997)

Dalam teknik analisis vegetasi, tentu tidak terlepas dari komponen

penyusun suatu vegetasi itu sendiri. Komponen tumbuhan penyusun vegetasi

secara umum terdiri dari:

1; Belukar (Shrub): Tumbuhan yang memiliki kayu yang cukup besar dan

memiliki tangkai yang terbagi menjadi banyak subtangkai.

2; Epifit (Epiphyte): Tumbuhan yang hidup dipermukaan tumbuhan lain

(biasanya pohon dan palma). Epifit mungkin hidup sebagai parasit atau

hemi-parasit.

3; Paku-pakuan (Fern): Tumbuhan tanpa bunga atau tangkai, biasanya

memiliki rhizoma seperti akar dan berkayu, dimana pada rhizoma tersebut

keluar tangkai daun.

4; Palma (Palm): Tumbuhan yang tangkainya menyerupai kayu, lurus dan

biasanya tinggi, tidak bercabang sampai daun pertama. Daun lebih panjang

dari 1 meter dan biasanya terbagi dalam banyak anak daun.

5; Pemanjat (Climber): Tumbuhan seperti kayu atau berumput yang tidak

berdiri sendiri namun merambat atau memanjat untuk penyokongnya

seperti kayu atau belukar.

6; Terna (Herb): Tumbuhan yang merambat ditanah, namun tidak menyerupai

rumput. Daunnya tidak panjang dan lurus, biasanya memiliki bunga yang

menyolok, tingginya tidak lebih dari 2 meter dan memiliki tangkai lembut

yang kadang-kadang keras.

7; Pohon (Tree): Tumbuhan yang memiliki kayu besar, tinggi dan memiliki

satu batang atau tangkai utama dengan ukuran diameter lebih dari 20 cm.

Untuk tingkat pohon dapat dibagi lagi menurut tingkat permudaannya,

yaitu:

a; Semai (Seedling): Permudaan mulai dari kecambah sampai anakan

kurang dari 1.5 m.

b; Pancang (Sapling): Permudaan dengan tinggi 1.5 m sampai anakan

berdiameter kurang dari 10 cm.

Page 8: makalah analisis

c; Tiang (Poles): Pohon muda berdiameter 10 cm sampai kurang dari 20

cm.

(Irwanto, 2007)

2.1.2 Metode Analisis Vegetasi

Analisis vegetasi membutuhkan suatu metode yang tepat. Hal ini untuk

mempermudah dalam mendeskripsikan suatu vegetasi sesuai dengan tujuannya.

Terdapat berbagai metode yang bisa digunakan seiring dengan bertambah

majunya teknologi. Tetapi meskipun demikian, tetap harus memperhitungkan

kendala yang ada. Macam-macam metode analisis vegetasi yaitu:

a; Metode Destruktif (Pengukuran yang bersifat merusak)

Metode ini umumnya dilakukan untuk bentuk vegetasi yang sederhana

dengan ukuran luas pencuplikan antara satu meter persegi sampai lima meter

persegi. Penimbangan bisa didasarkan pada berat segar materi hidup atau berat

keringnya. Metode ini sangat membantu dalam menentukan kualitas suatu padang

rumput dengan usaha pencairan lahan penggembalaan dan sekaligus menentukan

kapasitas tampungnya. Pendekatan yang terbaik untuk metode ini adalah secara

floristika, yaitu didasarkan pada pengetahuan taksonomi tumbuhan.

b; Metode non-destruktif

Metode ini dapat dilakukan dengan dua cara pendekatan, yaitu

berdasarkan penelaahan organisme hidup/tumbuhan (tidak didasarkan pada

taksonominya), dan pendekatan lainnya adalah didasarkan pada penelaahan

organisme tumbuhan secara taksonomi atau pendekatan floristika.

c; Metode non-floristika

Metode non-floristika telah dikembangkan oleh banyak pakar vegetasi,

seperti Du Rietz (1931), Raunkiaer (1934), dan Dansereau (1951), yang kemudian

diekspresikan oleh Eiten (1968) dan Unesco (1973) yang membagi dunia

tumbuhan berdasarkan berbagai hal, yaitu bentuk hidup, ukuran, fungsi daun,

bentuk dan ukuran daun, tekstur daun, dan penutupan. Untuk setiap

karakteristiknya dibagi-bagi lagi dalam sifat yang kebih rinci, yang

pengungkapannya dinyatakan dalam bentuk simbol huruf dan gambar.

Page 9: makalah analisis

d; Metode floristik

Metode ini didasarkan pada penelaahan organisme tumbuhan secara

taksonomi. Metode ini dapat menentukan kekayaan floristika atau

keanekaragaman dari berbagai bentuk vegetasi. Penelaahan dilakukan terhadap

semua populasi spesies pembentuk masyarakat tumbuhan tersebut, sehingga

pemahaman dari setiap jenis tumbuhan secara taksonomi adalah sangat

dibutuhkan (Lumowo, 2012).

2.1.3 Teknik Sampling Analisis Vegetasi

Terdapat 2 cara dalam teknik sampling, yaitu cara petak/kuadrat (Quadrat

Sampling Techniques ) dan cara tanpa petak (Plotless).

1; Cara Petak/Kuadrat (Quadrat Sampling Techniques)

Teknik sampling kuadrat ini merupakan suatu teknik survey vegetasi yang

sering digunakan dalam semua tipe komunitas tumbuhan. Plot yang dibuat dalam

teknik sampling ini bisa berupa petak tunggal atau beberapa petak. Petak tunggal

mungkin akan memberikan informasi yang baik bila komunitas vegetasi yang

diteliti bersifat homogen. Adapun plot yang dibuat dapat diletakkan secara

random atau beraturan.

Bentuk plot yang dibuat tergantung pada bentuk morfologis vegetasi dan

efisiensi sampling pola penyebarannya. Misalnya, untuk vegetasi rendah, plot

berbentuk lingkaran lebih menguntungkan karena pembuatan petaknya dapat

dilakukan secara mudah dengan mengaitkan seutas tali pada titik pusat petak.

Selain itu, plot berbentuk lingkaran akan memberikan kesalahan sampling yang

lebih kecil daripada bentuk petak lainnya, karena perbandingan panjang tepi

dengan luasnya lebih kecil. Tetapi dari segi pola distribusi vegetasi, petak

berbentuk lingkaran ini kurang efisien dibanding bentuk segiempat. Sehubungan

dengan efisiensi sampling banyak studi yang dilakukan menunjukkan bahwa

petak bentuk segiempat memberikan data komposisi vegetasi yang lebih akurat

dibanding petak berbentuk bujur sangkar yang berukuran sama, terutama bila

sumbu panjang dari petak tersebut sejajar dengan arah perobahan keadaan

lingkungan/habitat. Untuk memudahkan perisalahan vegetasi dan pengukuran

parametemya, plot biasanya dibagi-bagi ke dalam kuadrat-kuadrat berukuran lebih

kecil. Ukuran kuadrat-kuadrat tersebut disesuaikan dengan bentuk morfologis

Page 10: makalah analisis

jenis dan lapisan distribusi vegetasi secara vertikal (stratifikasi). Dalam hal ini

Oosting (1956) menyarankan penggunaan kuadrat, yaitu:

a. Ukuran 10 x 10 m untuk lapisan pohon

b. 4 x 4 m untuk lapisan vegetasi berkayu tingkat bawah (undergrowth) sampai

tinggi 3 m

c. 1 x 1 m untuk vegetasi bawah/lapisan herba.

Tetapi umummya para peneliti di bidang ekologi hutan membedakan

potion ke dalam beberapa tingkat pertumbuhan, yaitu:

a. semai (permudaan tingkat kecambah sampai setinggi < 1,5 m)

b. pancang (permudaan dengan > 1,5 m sampai pohon muda yang berdiameter <

10 cm)

c. tiang (pohon muda berdiameter 10 s/d 20 cm)

d. pohon dewasa (diameter > 20 cm).

Untuk memudahkan pelaksanaannya ukuran kuadrat disesuaikan dengan

tingkat perttunbuhan tersebut, yaitu umumnya 20 x 20 m (pohon dewasa), 10 x 10

m (tiang), 5 x 5 m (pancang), dan 1x1 m atau 2 x 2 m (semai dan tumbuhan

bawah).

1.1; Petak tunggal

Menurut cara ini digunakan satu petak (kuadrat) berupa tegakkan hutan

sebagai unit sampel. Besar unit sampel tidak boleh terlalu kecil sehingga tidak

dapat menggambarkan keadaan hutan yang dipelajari. Ukuran minimum dari

petak tunggal tergantung dari kerapatan vegetasi dan banyaknya jenis-jenis pohon.

Semakin jarang pepohonan yang ada atau semakin banyak jenis-jenis tumbuhan,

semakin besar ukuran kuadrat sebagai petak tunggal yang digunakan. Ukuran

minimum ditetapkan dengan menggunakan kurva lengkung spesies. Luas

minimum ditetapkan dengan dasar penambahan luas kuadrat yang tidak

menyebabkan kenaikan jumlah jenis lebih besar dari 10% atau 5%. Dengan

menggunakan kurva lengkung jenis untuk kebanyakan hutan hujan tropika

menurut Richard pada umumnya diperlukan petak tunggal seluas 1,5 Ha,

sebaliknya menurut vestal rata-rata luas petak tunggal yang diperlukan untuk

hutan hujan tropika adalah 3 Ha. Untuk itu unit sampel berbentuk persegi panjang

akan lebuh efektif dari pada kuadrat berbentuk bujur sangkar (Michael, 1995).

Gambar 2.1 Cara petak tunggal

Page 11: makalah analisis

1.2; Petak ganda

Menurut cara ini pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan

banyak kuadrat yang diletakkan tersebar merata dengan secara sistematis.

Penentuan besar atau luas unit sampel juga harus ditentukan kurva lengkung jenis.

Di Indonesia biasanya digunaka kuadrat berukuran 0,1 Ha untuk pohon, 0,01

untuk anakan pohon sampling dan semak atau 0,001 Ha untuk tumbuh-tumbuhan

bawah dan semai (seedling) (Michael, 1995).

Gambar 2.2 Cara petak ganda

1.3; Transek/Jalur

Metode ini paling efektif untuk mempelajari perubahan keadaan vegetasi

menurut kondisi tanah, topografi dan elevasi. Jalur - jalur contoh ini harus dibuat

memotong garis-garis topografi, misal tegak lurus garis pantai, memotong sungai,

dan menaik atau menurun lereng gunung. Perhitungan besarnya nilai kuantitatif

parameter vegetasi sama dengan metode petak tunggal (Michael, 1995).

Gambar 2.3 Cara jalur/transek

1.4; Garis berpetak

Metode ini dapat dianggap sebagai modifikasi metode petak ganda atau

metode jalur, yakni dengan cara melompati satu atau lebih petak-petak dalam jalur

sehingga sepanjang garis rintis terdapat petak-petak pada jarak tertentu yang sama

(Michael, 1995).

Gambar 2.4 Cara garis berpetak

Page 12: makalah analisis

2; Cara Tanpa Petak (Plotless)

2.1; Metode kuadran

Metode kuadran adalah salah satu metode yang tidak menggunakan petak

contoh (plotless) metode ini sangat baik untuk menduga komunitas yang

berbentuk pohon dan tiang, contohnya vegetasi hutan. Apabila diameter tersebut

lebih besar atau sama dengan 20 cm maka disebut pohon, dan jika diameter

tersebut antara 10-20 cm maka disebut pole (tihang), dan jika tinggi pohon 2,5 m

sampai diameter 10 cm disebut saling atau belta (pancang) dan mulai anakan

sampai pohon setinggi 2,5 meter disebut seedling (anakan/semai) (Syafei, 1990).

Metode kuadran atau point-centered quartered method dapat diterapkan

untuk mengungkap struktur kuantitatif hutan berdasarkan jenis penyusunun dan

indeks nilai pentingnya. Perbedaan dengan metode ini tidak menggunakan

kuadrat. Metode ini dikategorikan sebagai metode tanpa plot atau antar titik

pengamaatan metode jarak. Secara garis besar pengolahan data sama dengan

metode kuadrat. Hasil metode ini sangat ditentukan oleh ketelitian penaksiran

kerapatan semua jenis. Selain itu asumsi bahwa pola spasial semua individu acak

perlu dipegang untuk mendapatkan hasil yang valid. Berikut langkah-langkah

kerja jika akan melakukan analisis vegetasi metode kuadran:

Menyebarkan 5 kuadrat ukuran 1 m2 secara acak di suatu vegetasi tertentu.

Melakukan analisis vegetasi berdasarkan variabel-variabel kerapatan,

kerimbunan, dan frekuensi.

Melakukan perhitungan untuk mencari harga relatif dari setiap variabel

untuk setiap tumbuhan.

Melanjutkan perhitungan untuk mencari harga nilai penting dari setiap

jenis tumbuhan.

Menyusun harga nilai penting yang sudah diperoleh pada suatu tabel

dengan ketentuan bahwa tumbuhan yang nilai pentingnya tertinggi

diletakkan pada tempat teratas.

Memberi nama vegetasi yang telah digunakan berdasarkan 2 jenis / spesies

yang memiliki nilai penting terbesar.

Page 13: makalah analisis

Gambar 2.5 Metode kuadran

2.2; Metode berpasangan acak

Berikut ini adalah langkah-langkah kerja jika menggunakan metode

berpasangan acak:

Meletakan titik-titik contoh secara acak atau beraturan (pada jarak tertentu

sepanjang garis rintisan)

Pemilihan satu individu (tumbuhan) pohon yang terdekat dengan titik

contoh. Kemudian tarik suatu garis khayalan yang melalui titik contoh dan

individu pohon yang terpilih dan satu garis khayalan lagi yang tegak lurus

terhadap garis khayalan pertama tadi. Tahap selanjutnya pilih satu individu

tumbuhan yang terdekat dengan individu tumbuhan pertama, tetapi

letaknya berada di sektor lain (di luar sektor 180° tempat pohon pertama

berada yang dibatasi oleh garis khayalan pertama).

Pengukuran jarak antar pohon (individu tumbuhan) pertama dan kedua.

Selain itu parameter-parameter vegetasi yang diinginkan dapat diukur pada

kedua individu tumbuhan tersebut.

Gambar 2.6 Metode berpasangan acak

2.3; Metode point intercept

Metode point intercept (intersepsi titik) merupakan suatu metode analisis

vegetasi dengan menggunakan cuplikan berupa titik. Pada metode ini tumbuhan

yang dapat dianalisis hanya satu tumbuhan yang benar-benar terletak pada titik-

titik yang disebar atau yang diproyeksikan mengenai titik-titik tersebut. Dalam

menggunakan metode ini variabel-variabel yang digunakan adalah kerapatan,

dominansi, dan frekuensi (Soerianegara, 1988). Berikut langkah-langkah kerja

jika akan melakukan analisis vegetasi metode intersepsi titik:

Membuat 10 titik yang masing-masing titik berjarak 10 cm pada seutas tali

rafia.

Menancapkan kawat atau lidi pada setiap titik dan menebar tali rafia

tersebut secara acak atau sistematis.

Melakukan analisis vegetasi berdasarkan variabel-variabel kerapatan,

kerimbunan, dan frekuensi pada setiap tumbuhan yang mengenai setiap

kawat atau lidi tersebut.

Page 14: makalah analisis

Melakukan 10 kali pengamatan, sehingga akan diperoleh 10 seri titik.

Melakukan perhitungan untuk mencari harga relatif dari setiap variabel

untuk setiap tumbuhan.

Melanjutkan perhitungan untuk mencari harga nilai penting dari setiap

jenis tumbuhan.

Menyusun harga nilai penting yang sudah diperoleh pada suatu tabel

dengan ketentuan bahwa tumbuhan yang nilai pentingnya tertinggi

diletakkan pada tempat teratas.

Memberi nama vegetasi yang telah digunakan berdasarkan 2 jenis / spesies

yang memiliki nilai penting terbesar.

Gambar 2.7 Metode point intercept

2.4; Metode line intercept

Metode line intercept (garis intercept) biasa digunakan oleh ahli ekologi

untuk mempelajari komunitas padang rumput. Dalam cara ini terlebih dahulu

ditentukan dua titik sebagai pusat garis transek. Panjang garis transek dapat 10 m,

25 m, 50 m, 100 m. Tebal garis transek biasanya 1 cm. Pada garis transek itu

kemudian dibuat segmen-segmen yang panjangnya bisa 1 m, 5 m, 10 m.

Pengamatan terhadap tumbuhan dilakukan pada segmen-segmen tersebut.

Selanjutnya mencatat, menghitung dan mengukur panjang penutupan semua

spesies tumbuhan pada segmen-segmen tersebut. Cara mengukur panjang

penutupan adalah memproyeksikan tegak lurus bagian basal atau aerial coverage

yang terpotong garis transek ketanah (Soerianegara, 1988).

Gambar 2.8 Metode line intercept

2.5; Metode bitterlich

Di dalam metode ini pengukuran dilakukan dengan Tongkat Bitterlich

(tongkat sepanjang 66 cm yang ujungnya dipasangi alat seng berbentuk bujur

sangkar berukuran 2 x 2 cm). Dengan mengangkat tongkat setinggi mata, plat

seng diarahkan ke pohon-pohon yang ada disekelilingnya.

Pohon yang tampak berdiameter lebih besar dan sama dengan plat seng didaftar

namanya dan diukur. Sedangkan pohon yang tampak berdiamater lebih kecil dan

sisi plat seng tidak masuk hitungan (Kusmana, 1997).

Page 15: makalah analisis

Gambar 2.9 Metode bitterlich

2.1.4 Rumus Perhitungan Kerapatan, Frekuensi, Dominansi, dan INP

a; Densitas (kerapatan=K) adalah jumlah individu per satuan luas atau per

unit volume. Densitas spesies ke-i dapat dihitung dengan cara:

K-i = jumlah individu satuan jenis (i)

Luas seluruh plot

K Relatif (KR)-i = K suatu jenis x 100%

K total seluruh jenis

b; Frekuensi spesies tumbuhan adalah jumlah plot tempat ditemukannya

suatu spesies dari sejumlah plot yang dibuat. Frekuensi merupakan

besarnya intensitas ditemukannya spesies dalam pengamatan keberadaan

organisme pada komunitas atau ekosistem. Untuk analisis komunitas

tumbuhan, frekuensi spesies (F), frekuensi spesies ke-i (F-i), dan frekuensi

relatif spesies ke-i (FR-i) dapat dihitung dengan rumus berikut:

F-i = jumlah satuan petak yang diduduki oleh jenis (i)

Jumlah seluruh plot

FR-i = frekuensi jenis(i) x 100%

Jumlah frekuensi seluruh jenis

c; Dominansi menyatakan suatu jenis tumbuhan utama yang mempengaruhi

dan melaksanakan kontrol terhadap komunitas dengan cara banyaknya

jumlah jenis, besarnya ukuran maupun pertumbuhannya yang dominan.

Berikut rumusnya:

D-i = jumlah kerimbunan individu suatu jenis (i)

luas area sampel

DR-i = dominansi jenis (i) x 100%

Jumlah dominansi seluruh jenis

Page 16: makalah analisis

d; Indeks Nilai Penting (INP) atau important value index merupakan indeks

kepentingan yang menggambarkan pentingnya peranan suatu vegetasi

dalam ekosistemnya. Apabila nilai INP suatu jenis vegetasi bernilai tinggi,

maka jenis itu sangat mempengaruhi kestabilan ekosistem tersebut.

Indeks nilai penting (INP) dapat digunakan untuk menentukan dominansi

jenis tumbuhan terhadap jenis tumbuhan lainnya, karena dalam suatu

komunitas yang bersifat heterogen data parameter sendiri-sendiri dari nilai

frekuensi, kerapatan, dan dominansinya tidak dapat menggambarkan

secara menyeluruh, maka untuk menentukan nilai pentingnya yang

mempunyai kaitan dengan struktur komunitasnya dapat diketahui dari INP

nya. Yaitu suatu indeks yang dihitung berdasarkan jumlah seluruh nilai

kerapatan relatif (KR), frekuensi relatif (FR), dan dominansi relatif (DR) :

INP = KR+FR+DR

Untuk mengetahui INP pada tingkat tumbuhan bawah (under

stories), semai (seedling), dan pancang (sapling) dihitung dari nilai

kerapatan relatif (KR) dan frekuensi relatif (FR):

INP = KR+FR

e; Indeks Keanekaragaman (Index of Diversity) merupakan ciri tingkatan

komunitas berdasarkan organisasi biologinya. Keanekaragaman spesies

dapat digunakan untuk menyatakan struktur komunitas. Keanekaragaman

spesies yang tinggi menunjukkan bahwa suatu komunitas memiliki

kompleksitas tinggi karena interaksi spesies yang terjadi dalam komunitas

tersebut sangat tinggi.

Suatu komunitas tersebut dinyatakan memiliki keanekaragaman spesies

yang tinggi jika komunitas tersebut disusun oleh banyak spesies.

Sebaliknya, suatu komunitas dinyatakan rendah apabila komunitas tersebut

disusun oleh spesies yang sedikit dan hanya ada spesies yang dominan.

Untuk memprakirakan keanekaragaman spesies ada ineks keanekaragaman

yang dapat digunakan dalam analisis komunitas tumbuhan adalah Indeks

Shanon atau Shanon Index of General Diversity (H’) (Odum, 1993).

Page 17: makalah analisis

Rumus untuk Indeks Keanekaragaman Shanon-Wiener atau Shanon Index

Of General Diversity (H’):

H’ = - ∑ { ¿N

log ( ¿N )}

Keterangan:

H’ = indeks Shanon= indeks keanekaragaman Shanon

ni = jumlah individu dari suatu jenis I

N = jumlah total individu seluruh jenis.

2.2; Analisis hewan

2.2.1 Pengertian Analisis Hewan

Analisis hubungan antar spesies dalam suatu ekosistem adalah salah satu

kajian yang sering dilakukan dalam bidang biologi. Analisis tersebut dilakukan

dengan mengambil sampel (stasiun) yang mewakili suatu wilayah yang unit

samplingnya bisa dalam satuan luas atau satuan volume tertentu. Analisis yang

umum digunakan untuk mengkaji hal seperti ini biasa disebut sebagai analisis

klaster (ada juga menyebutnya klasifikasi) dan ordinasi. Tujuan dari analisis

klaster adalah untuk mendapatkan gambaran secara umum bagaimana sampel

mengelompok (secara alamiah) dalam sebuah wilayah. Pengelompokan ini terjadi

karena sampel tersebut memiliki kemiripan yang sama dibandingkan dengan

sampel dari kelompok yang lain, sedangkan ordinasi adalah sebuah peta dari

sampel yang digambarkan dalam dua atau tiga dimensi, yang penempatan sampel

bukanlah untuk menunjukkan lokasi geografis dari sampel tersebut, melainkan

mencerminkan kemiripan komunitas secara biologi. Jarak antar sampel dalam

ordinasi dicoba untuk sesuai dengan ketidakmiripan dalam struktur komunitas,

dengan perkataan lain titik-titik yang berdekatan mencerminkan komunitas yang

sama, atau sampel yang jauh terpisah memiliki sedikit spesies yang sama

(Soedibjo, 2008).

2.2.2 Metode Analisis Hewan

Page 18: makalah analisis

Adapun metode yang dapat digunakan dalam mengukur kepadatan

populasi suatu daerah atau wilayah adalah sebagai berikut :

1; Metode Sensus

Salah satu metode yang paling akurat untuk mengetahui kepadatan

populasi di suatu wilayah adalah dengan melakukan sensus. Tetapi kendala dari

diadakannya sensus adalah lokasi penelitian. Misalnya jika penghitungan sensus

dengan lokasinya berada di hutan terbuka dengan hewan liar seperti ular yang

akan dihitung kerapatan populasinya. Pergerakan hewan yang akan dihitung juga

mempengaruhi keakuratan sensus (Soegianto, 1994).

2; Metode tangkap dan tangkap lagi

Metode capture-recapture, merupakan metode yang sudah populer

digunakan untuk menduga ukuran populasi dari suatu spesies hewan yang

bergerak cepat, seperti ikan, burung atau mamalia kecil. Metode ini dikenal juga

sebagai metode Lincoln-Peterson berdasarkan nama penemunya. Metode ini

dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.

Daerah yang akan dijadikan sampel ditentukan luasnya

Dilakukan penangkapan hewan dan diteliti. Setiap hewan yang ditangkap

diberi tanda

Penangkapan dilakukan sampai tidak lagi menemukan hewan yang tidak

bertanda

Selang beberapa waktu dilakukan penangkapan hewan. Penangkapan ini

diharapkan mengenai individu yang bertanda dan belum bertanda

Setelah penangkapan selesai, jumlah individu yang bertanda dan tak bertanda

di jumlah

Berdasarkan populasi yang ada pada daerah yang diteliti menggunakan metode ini

dapat dihitung dengan rumus:

Populasi total = BC

x A

Keterangan : A = Jumlah individu yang diberi tanda pada penangkapan pertama

Page 19: makalah analisis

B = Jumlah individu (bertanda dan tidak bertanda) yang tertangkap

pada penangkapan kedua (A + C)

C = Jumlah individu bertanda yang tertangkapa pada penangkapan

kedua

(Susanto, 2000).

3; Metode Sampling

Pengukuran populasi dengan cara menghitung seluruh individu yang ada

pada daerah pengamatan jarang dilakukan karena cara itu hampir tidak mungkin

untuk dilakukan, terutama jika daerah yang di amati sangat luas. Cara yang biasa

dilakukan adalah menghitung individu hewan dalam daerah sampel dalam bentuk

petak-petak. Masalah yang perlu diperhatikan dalam penggunaan metode

sampling adalah jumlah, ukuran, bentuk, dan penyebaran petak-petak sampel

(Kendeigh, 1961). Macam-macam metode sampling dibagi menjadi dua yaitu

Probability sampling dan Nonprobability sampling.

a; Probability Sampling

Pada pengambilan sampel secara random, setiap unit populasi, mempunyai

kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel. Faktor pemilihan atau

penunjukan sampel yang mana akan diambil, yang semata-mata atas

pertimbangan peneliti, disini dihindarkan. Bila tidak, akan terjadi bias. Dengan

cara random, bias pemilihan dapat diperkecil, sekecil mungkin. Ini merupakan

salah satu usaha untuk mendapatkan sampel yang representatif. Keuntungan

pengambilan sampel dengan probability sampling adalah sebagai berikut:

Derajat kepercayaan terhadap sampel dapat ditentukan.

Beda penaksiran parameter populasi dengan statistik sampel, dapat

diperkirakan.

Besar sampel yang akan diambil dapat dihitung secara statistik. Ada 5 cara

pengambilan sampel yang termasuk secara random, yaitu Simple Random

Sampling, Systematic Random Sampling, Stratified Random Sampling,

Cluster Sampling, dan Multi Stage Sampling.

(Rozaini, 2003).

b; Nonprobability Sampling

Page 20: makalah analisis

Pemilihan sampel dengan cara ini tidak menghiraukan prinsip-prinsip

probability. Pemilihan sampel tidak secara random. Hasil yang diharapkan hanya

merupakan gambaran kasar tentana suatu keadaan. Cara ini dipergunakan bila

biaya sangat sedikit , hasilnya diminta segera, tidak memerlukan ketepatan yang

tinggi, karena hasil yang didapatkan hanya sekedar gambaran umum saja.

Terdapat beberapa cara yang dapat digunakan, yaitu:

Porposive Sampling

Quota Sampling

Accidental Sampling

Saturation Sampling

Snowball Sampling

Direct Searching

Water Traps

Flight Interception Traps

Light Traps

Ekstraksi Kimia

Pitfall Traps

Metode statistik Mark/Recapture

Schnabel Estimator

Metode Plot (Berpetak)

Metode Transek

(Rozaini, 2003).

4; Pengukuran Nisbi

Beberapa populasi hewan sulit diteliti dengan metode sampling maupun

sensus. Menurut Soetjipta, (1992) dalam Susanto, (2000), ukuran hewan-hewan

tersebut biasanya ditentukan dengan ukuran nisbi. Penentuan ukuran populasi

dilakukan dengan perkiraan berdasarkan jumlah hewan yang ditangkap, dilihat,

didengar suaranya, dilihat telapaknya atau berdasarkan tanda-tanda lain. Hasil

yang didapat bukan berupa data akurat, melainkan hanya berupa petunjuk tentang

perkiraan kelimpahan. Dengan kata lain, pengukuran populasi dengan metode ini

tidak memberikan hasil yang akurat.

Page 21: makalah analisis

Nilai keragaman yang umum digunakan adalah indeks keragaman spesies

Shannon-Wiener yaitu untuk menghitung keragaman berdasarkan hitungan

gabungan antara jumlah dan kelimpahan spesies. Indeks keanekaragaman dari

Shannon dan Wiener (1963) dalam Odum (1994) dengan rumus :

H' = - (pi ln pi )

Keterangan : H' = Indeks keanekaragaman jenis

Pi = Probabilitas penting untuk tiap species

Pi = ni/N

ni = Jumlah individu dari masing-masing species

N = Jumlah seluruh individu

(Sune, 2012).

Analisis data tentang variabel keanekaragaman hayati dan keberadaan

flora dan atau fauna langka atau endemik, dengan cara menghitung kerapatan (K),

frekuensi (F), Indeks Nilai Penting (INP), dan untuk mengetahui besarnya potensi

mangrove berdasarkan kriteria nilai penting (NP), yaitu dengan menjumlahkan

antara kerapatan relatif (KR), frekwensi relatif (FR) dan dominansi relatif (DR).

Adapun rumus perhitungannya sebagai berikut :

Page 22: makalah analisis

I a. Kerapatan = Jumlah individu suatu jenis

II Luas areal contoh

III

IV Kerapatan Realtif (KR) = Kerapatan suatu jenis x 100

%

V Kerapatan semua jenis

VI

VII b. Frekwensi = Jumlah plot yang ditempati

suatu jenis

VIII Jumlah plot pengamatan

IX

X Frekwensi Relatif (FR) = Frekwensi suatu jenis x 100

%

XI Frekwensi semua jenis

XII c. Dominansi = Jumlah basal area suatu jenis

XIII Luas areal contoh

XIV

XV

XVI Dominansi Relatif (DR)= Dominansi suatu jenis

x 100 %

XVII Dominansi semua jenis

Page 23: makalah analisis

XVIII

XIX d. Nilai Penting (NP) = KR + FR + DR

(Sune, 2012).

Page 24: makalah analisis

BAB III

KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah:

a; Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan (komposisi) dan

bentuk (struktur) vegetasi dari tumbuh-tumbuhan yang menghasilkan data

bersifat kualitatif dan kuantitatif. Sedangkan analisis hewan adalah suatu cara

yang dilakukan untuk mengetahui jenis hewan pada suatu ekosistem. Analisis

tersebut dilakukan dengan mengambil sampel (stasiun) yang mewakili suatu

wilayah yang unit samplingnya bisa dalam satuan luas atau satuan volume

tertentu.

b; Metode yang digunakan untuk analisis vegetasi adalah metode destruktif, non

destruktif, floristic, dan non floristic. Sedangkan analisis hewan adalah

metode sensus, tangkap dan tangkap lagi (capture re-capture), sampling, dan

nisbi.

c; Teknik sampling yang digunakan untuk analisis vegetasi adalah cara

petak/kuadrat (Quadrat Sampling Techniques) dan cara tanpa petak (Plotless).

Sedangkan pada analisis hewan adalah probability sampling dan

nonprobability sampling.

Page 25: makalah analisis

DAFTAR PUSTAKA

Greig-Smith, P. 1983. Quantitative Plant Ecology, Studies in Ecology. Volume 9.

Oxford: Blackwell Scientific Publications.

Irwan, D.Z. 1997. Prinsip – Prinsip Ekologi. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Irwanto. 2007. Analisis Vegetasi Untuk Pengelolaan Kawasan Hutan Lindung

Pulau Marsegu, Kabupaten Seram Bagian Barat, Provinsi Maluku.

Tesis. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Kendeigh, C.S.1961. Animal Ecology. Englewood Cliffs: Prentice Hall Inc.

Kusmana, C. 1997. Metode Survey Vegetasi. Bogor: IPB Press.

Lumowa, S. 2012. Diktat Ekologi Tumbuhan. Samarinda: Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Mulawarman.

Michael, P. 1995. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium.

Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Rozaini N. 2003. Teknik Sampling. Sumatera Utara: Universitas Sumatera Utara Press.

Soedibjo, B. 2008. Analisis Komponen Utama dalam Kajian Ekologi. Oseana volume XXXIII No 2 tahun 2008: 43-53. www.oseanografi.lipi.go.id.

Soegianto, A. 1994. Ekologi Kuantitatif. Surabaya: Penerbit Usaha Nasional.

Soerianegara, I. dan Indrawan, A. 1988. Ekologi Hutan Indonesia. Bogor:

Institut Pertanian Bogor.

Sune, Nawir N. 2012. Pemodelan Spasial Ekologis Zona Inti Taman Nasional. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Press.

Susanto, P. 2000. Pengantar Ekologi Hewan. Jakarta: Depdiknas.

Syafei, 1990. Dinamika Populasi: Kajian Ekologi Kuantitatif. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Tjitrosoepomo, G. 2002. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

Page 26: makalah analisis