43 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PAJAK DAN RETRIBUSI 2.1 ...

27
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PAJAK DAN RETRIBUSI 2.1. Hubungan Pusat dan Daerah Praktek hubungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah adalah sebagai implementasi dari Pasal 18, 18A, dan 18B Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Normavitisasi terhadap keempat pasal tersebut, telah melahirkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah. 55 Pasal-pasal tersebut merupakan satu kesatuan sebagai dasar asas desentralisasi. 56 Asas desentralisasi ini dikenal juga dengan istilah desentralisasi territorial atau pola pembagian kewenangan vertikal dalam negara kesatuan. 57 Pemerintah daerah mempunyai hak otonomi merupakan implementasi dari desentralisasi teritorial. Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. 58 Menurut Ateng Syarifudin, tujuan pemberian otonomi kepada daerah adalah untuk memungkinkan daerah bersangkutan mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri, untuk dapat meningkatkan daya guna dan hasil guna 55 R. Ibrahim, op.cit, h.11. 56 Bagir Manan, 1990. Hubungan antara Pusat dan Daerah Berdasarkan Asas Desentralisasi Menurut UUD 1945, Bandung, Disertasi, Universitas Padjadjaran, (selanjutnya disebut Bagir Manan I), h. 7. 57 Amrah Muslimin, 1978. Aspek-aspek Hukum Otonomi Daerah, Bandung, Penerbit Alumni, cet. I, h. 15. 58 R. Ibrahim R. op.cit, h. 17. 43

Transcript of 43 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PAJAK DAN RETRIBUSI 2.1 ...

Page 1: 43 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PAJAK DAN RETRIBUSI 2.1 ...

43

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG PAJAK DAN RETRIBUSI

2.1. Hubungan Pusat dan Daerah

Praktek hubungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah adalah sebagai

implementasi dari Pasal 18, 18A, dan 18B Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia 1945. Normavitisasi terhadap keempat pasal tersebut, telah

melahirkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

Antara Pemerintah Pusat dan Daerah.55

Pasal-pasal tersebut merupakan satu

kesatuan sebagai dasar asas desentralisasi.56

Asas desentralisasi ini dikenal juga

dengan istilah desentralisasi territorial atau pola pembagian kewenangan vertikal

dalam negara kesatuan.57

Pemerintah daerah mempunyai hak otonomi merupakan implementasi dari

desentralisasi teritorial. Desentralisasi adalah penyerahan wewenang

pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan

mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik

Indonesia.58

Menurut Ateng Syarifudin, tujuan pemberian otonomi kepada daerah

adalah untuk memungkinkan daerah bersangkutan mengatur dan mengurus rumah

tangganya sendiri, untuk dapat meningkatkan daya guna dan hasil guna

55R. Ibrahim, op.cit, h.11.

56

Bagir Manan, 1990. Hubungan antara Pusat dan Daerah Berdasarkan Asas Desentralisasi

Menurut UUD 1945, Bandung, Disertasi, Universitas Padjadjaran, (selanjutnya disebut Bagir

Manan I), h. 7.

57

Amrah Muslimin, 1978. Aspek-aspek Hukum Otonomi Daerah, Bandung, Penerbit Alumni,

cet. I, h. 15.

58

R. Ibrahim R. op.cit, h. 17.

43

Page 2: 43 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PAJAK DAN RETRIBUSI 2.1 ...

44

penyelenggaraan pemerintah dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat dan

pelaksanaan pembangunan.59

Kebijakan Otonomi Daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun

2014 merupakan kebijakan yang lahir dalam rangka menjawab dan memenuhi

tuntutan reformasi akan demokratisasi hubungan Pusat dan Daerah serta upaya

pemberdayaan Daerah. Otonomi Daerah menurut Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2014, dipahami sebagai kewenangan Daerah Otonom untuk mengatur dan

mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan

aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Hubungan pusat dengan daerah dalam hal kewenangan pemerintahan yang

diserahkan kepada daerah dalam rangka desentralisasi selanjutnya menjadi urusan

rumah tangga daerah yang bersangkutan. Pelaksanaan penyerahan kewenangan itu

harus disertai dengan penyerahan dan pengalihan pembiayaan, sarana dan

prasarana, serta sumber daya manusia sesuai dengan kewenangan yang diserahkan

tersebut.60

2.2. Hakikat Otonomi Daerah

Hakikat otonomi ialah adanya kebebasan dan kemandirian dalam mengatur

dan mengurus seluruh atau sebagian urusan kelembagaan atau pemerintahan.

Adapun hakikat otonomi daerah dikemukakan oleh Bagir Manan, yaitu hakikat

otonomi ialah: kebebasan dan kemandirian satuan pemerintahan lebih rendah

59Ateng Syarifudin, 1990. Titik Berat Otonomi pada Daerah Tingkat II, Bandung, CV.

Mandar Maju, h. 9.

60

Lembaga Administrasi Negara, 2004, Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik

Indonesia, Jakarta, Raga Meulaba.

Page 3: 43 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PAJAK DAN RETRIBUSI 2.1 ...

45

untuk mengatur dan mengurus sebagian urusan pemerintahan.61

P.J. Oud

merumuskan :

“Autonomie is dan het recht van de lagere huishouding om eigen zaken,

behoudens hoger toezicht, zelfstendig te regelen en te bestuen”.

Terjemahan bebasnya otonomi ialah hak dari suatu lingkungan rumah tangga

pemerintahan tingkatan lebih rendah untuk secara mandiri (bebas) mengatur dan

mengurus urusan-urusan mereka. Penggunaan atau pelaksanaan hak tersebut

tunduk pada pengawasan dari satuan pemerintahan tingkatan lebih atas.

Adapun yang menjadi tujuan otonomi daerah pada asasnya meliputi segi-segi

capaian demokratisasi, pembangunan, pemerataan, daya saing, pelestarian

lingkungan, pemberdayaan, efisiensi, efektivitas, keadilan, kemakmuran/

kesejahteraan, pelayanan, persatuan, kesatuan, kerukunan nasional, dan/atau

keutuhan negara.

Di negara-negara kesatuan dengan desentralisasi atau di negara-negara

kesatuan yang melaksanakan otonomi daerah, pemerintah pusat dan pemerintahan

daerah suatu negara kesatuan dengan desentralisasi dapat mempunyai penekanan

pada segi-segi tujuan otonomi daerah tertentu yang berbeda-beda sesuai dengan

keadaan, perkembangan, dan kebutuhan. Realisasi dari pencapaian tujuan otonomi

daerah itu antara lain dipengaruhi oleh dukungan kemajuan ilmu pengetahuan,

teknologi, dan seni (ipteks) yang dihasilkan dari jumlah/kuantitas, mutu/kualitas,

relevansi, pemerataan, sarana dan prasarana, serta pendanaan pendidikan dalam

suatu negara kesatuan.

61Bagir Manan, 1993, Perjalanan Historis Pasal 18 UUD 1945 (Perumusan dan Undang-

Undang Pelaksanaannya). Karawang, Cetakan Pertama, Penerbit UNSIKA, (selanjutnya disebut

Bagir Manan II), h. 2

Page 4: 43 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PAJAK DAN RETRIBUSI 2.1 ...

46

2.3. Daerah Otonom

Daerah otonom, atau disebut Daerah, ialah bentuk dari otonomi daerah,

sedangkan otonomi daerah itu sendiri ialah wujud dari desentralisasi. Daerah

otonom (daerah) ialah bentuk pemerintahan daerah dari kesatuan masyarakat

hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan

mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut inisiatif/prakarsa sendiri dengan

memperhatikan kepentingan dan aspirasi masyarakat setempat sesuai dengan

peraturan perundang-undangan dalam wadah negara kesatuan dengan desentralisasi.

Agar suatu daerah otonom terselenggara dengan baik membutuhkan berbagai

sumber daya. Bagir Manan mengemukakan :

1. Sumber daya alam, seperti luas wilayah yang memadai untuk

mendukung berbagai kegiatan perekonomian dan kegiatan lain yang

dapat menunjang pertumbuhan daerah dan masyarakat.

2. Sumber daya manusia, baik jumlah maupun mutu yang mampu

berpartisipasi menyelenggarakan pemerintahan.

3. Sumber keuangan, untuk menunjang pelaksanaan pemerintahan dan

pembangunan.62

2.4. Pengertian Pajak dan Pajak Daerah

Pajak merupakan sumber pendapatan yang sangat penting bagi Negara yang

merupakan iuran kepada negara yang dapat dipaksakan yang terutang oleh yang

wajib membayarnya menurut peraturan Perundang-Undangan dengan tidak

mendapatkan prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya

62ibid, h. 136

Page 5: 43 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PAJAK DAN RETRIBUSI 2.1 ...

47

untuk membiayai pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara untuk

menyelenggarakan pemerintahan.63

Di Indonesia dikenal berbagai jenis pajak yang diberlakukan yang meliputi

seluruh aspek kehidupan masyarakat. Agar lebih mengerti dan memahami

mengenai pajak dan juga pajak daerah, maka terlebih dahulu akan dibahas

mengenai definisi pajak menurut pendapat beberapa sarjana.

Definisi atau pengertian pajak menurut Djajadiningrat adalah suatu kewajiban

menyerahkan sebagian daripada kekayaan kepada Negara disebabkan suatu

keadaan, kejadian dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi

bukan sebagai hukuman, menurut peraturan-peraturan yang ditetapkan pemerintah

serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa balik dari Negara secara langsung,

untuk memelihara kesejahteraan umum.64

Definisi atau pengertian pajak menurut Rochmat Soemitro adalah “Iuran

rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan)

dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat

ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.”65

Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsur-unsur:

1. Iuran dari rakyat kepada negara, yang berhak memungut pajak

hanyalah negara, iuran tersebut berupa uang (bukan barang).

2. Berdasarkan undang-undang, pajak dipungut berdasarkan atau dengan

kekuatan undang-undang serta aturan pelaksanaannya.

63R. Santoso Brotodihardjo, 1995, Pengantar Ilmu Hukum Pajak, Bandung, PT. Eresco, h. 2

64

Djoko Muljono, 2010, Hukum Pajak – Konsep, Aplikasi Dan Penuntun

Praktis,Yogyakartya, CV. Andi Offset, h. 1

65Y. Sri Pudyatmoko, 2008, Pengantar Hukum Pajak, Yogyakarta, CV. Andi Offset, h. 1

Page 6: 43 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PAJAK DAN RETRIBUSI 2.1 ...

48

3. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari negara yang secara langsung

dapat ditunjuk, dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan

adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah.

4. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni pengeluaran-

pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.66

P.J.A. Adriani memberikan definisi tentang pajak sebagai berikut:

Pajak adalah iuran pada negara (yang dapat dipaksakan) yang terhutang oleh

yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak ada prestasi

kembali yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya untuk membiayai

pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas Negara untuk

menyelenggarakan pemerintahan.67

N.J. Feldmann, dalam bukunya De overheidsmiddelen van Indonesia, Leiden,

1949, memberikan definisi mengenai pajak adalah sebagai berikut :

Belastingen zijn aan de overhead (Volgens algemene, door har

vastgestelde normen) verschuldigde afdwingbare pretties, waar

geentegenprestatie tegenover staat en uitsluitend dienen tot decking van

publieke uitgaven.

Terjemahan bebasnya Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan

terhutang kepada penguasa menurut norma-norma yang ditetapkannya secara

umum), tanpa adanya kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup

pengeluaran-pengeluaran umum.68

M.J.H Smeets, dalam bukunya De Economische Betekenis derBelastingen,

1951, mendefinisikan“pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terhutang

66 Mardiasmo MBA, 2008, Perpajakan edisi Revisi 2008. Yogyakarta, Penerbit Andi

Yogyakarta, h. 22

67

Bohari, 2002, Pengantar Hukum Pajak. Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, h. 23

68

R. Santoso Brotodihardjo,op.cit, h. 4

Page 7: 43 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PAJAK DAN RETRIBUSI 2.1 ...

49

menurut norma-norma umum dan yang dapat dipaksakan tanpa adanya

kontraprestasi yang dapat ditunjukan dalam hal individual, maksudnya adalah

untuk membiayai pengeluaran pemerintah.”69

Dari beberapa pengertian pajak tersebut di atas lebih banyak bercorak

ekonomis, yaitu adanya peralihan kekayaan dan biaya/pengeluaran negara untuk

penyelenggaraan kepentingan umum (masyarakat). Pajak sebenarnya adalah

hutang, yaitu hutang anggota masyarakat kepada masyarakat. Hutang menurut

pengertian hukum adalah perikatan (verbintenis) yang didahului dengan adanya

perjanjian, namun perikatan dalam hukum pajak tidak didasarkan atas perjanjian

tetapi atas ketentuan undang-undang.

Pajak bila dilihat dan segi hukum merupakan perikatan yang timbul karena

undang-undang yang mewajibkan seseorang yang memenuhi syarat-syarat yang

telah ditentukan oleh undang-undang (tatbestand), untuk membayar sejumlah

uang kepada negara (kas negara) yang pelaksanaannya dapat dipaksakan, tanpa

mendapatkan suatu imbalan yang secara langsung dapat ditunjuk yang digunakan

untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara (rutin dan pembangunan) dan

yang digunakan sebagai alat/sarana untuk mencapai tujuan-tujuan negara/

pemerintah di luar bidang keuangan. Tatbestand itu sendiri artinya sebagai suatu

keadaan, perbuatan maupun peristiwa yang memberikan kedudukan hukum

tertentu pada seseorang berkaitan dengan hak dan kewajiban sehingga dapat

menimbulkan hutang pajak.

69Subiyakto Indra Kusuma, 1988, Mengenal Dasar-dasar Perpajakan, Surabaya, Usaha

Nasional, h. 13.

Page 8: 43 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PAJAK DAN RETRIBUSI 2.1 ...

50

Secara normatif pengertian pajak dapat dilihat pada ketentuan Pasal 1 angka 1

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara

Perpajakan, disebutkan bahwa “Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang

terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan

undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan

digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya untuk kemakmuran

rakyat”.

Berdasarkan pengertian tersebut di atas maka dapat ditentukan mengenai

unsur-unsur pajak, adapun unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut70 :

1. Adanya masyarakat;

2. Adanya undang-undang yang mencerminkan adanya asas demokrasi,

perwakilan rakyat, musyawarah dan keadilan sosial;

3. Adanya pemungut pajak (penguasa);

4. Adanya subyek pajak (wajib pajak);

5. Adanya obyek pajak/Tatbestand (keadaan, perbuatan, peristiwa);

6. Adanya Surat Ketetapan Pajak (SKP), namun sifatnya fakultatif.

Berkaitan dengan unsur-unsur tersebut di atas dapat dikemukakan ciri-ciri

pajak yang membedakan antara pajak dengan pungutan lainnya yang dilakukan

oleh pemerintah. Adapun ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut71 :

70Rochmat Soemitro, 1992, Pengantar Singkat Hukum Pajak, Bandung PT. Eresco, Cet.

Ketiga, h. 1. 71

Santoso Brotodihardjo, op.cit. h. 7.

Page 9: 43 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PAJAK DAN RETRIBUSI 2.1 ...

51

1. Merupakan peralihan kekayaan dari orang/badan ke sektor pemerintah

(baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah);

2. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang (dapat dipaksakan) dalam

artian bahwa pemungutan pajak harus mendapat persetujuan dari

masyarakat, mempunyai dasar hukum yang jelas, serta pelaksanaannya

dapat dipaksakan bagi setiap orang yang melanggarnya;

3. Tanpa adanya imbalan langsung yang dapat ditunjuk (tidak ada

kontraprestasi individual);

4. Pajak diperuntukkan untuk membiayai pengeluaran umum/

pemerintah, bila dari pemasukannya masih terdapat surplus,

dipergunakan untuk membiayai publik investment;

5. Pajak dapat pula mempunyai fungsi di luar fungsi budgeter, yaitu

fungsi mengatur.

Pajak daerah adalah pajak yang ditetapkan serta dipungut oleh pemerintah

daerah (daerah otonom) provinsi dan kabupaten/kota berdasarkan atas

kewenangan yang dimiliki. Menurut Rochmat Soemitro, pajak daerah adalah

sebagai berikut : “Pajak lokal atau pajak daerah adalah pajak yang dipungut oleh

daerah-daerah swatantra, seperti provinsi, kotapraja, kabupaten dan

sebagainya”.72Siagian merumuskan pengertian pajak daerah adalah sebagai

berikut “Pajak daerah adalah pajak negara yang diserahkan kepada daerah dan

dinyatakan sebagai pajak daerah dengan undang-undang”.73

72Josef Riwu Kaho, 2002, Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik Indonesia

(Identifikasi beberapa faktor yang mempengaruhi penyelenggaraannya), Jakarta, PT. Raja

Grafindo Persada, Cet. VI, h. 5.

73

ibid.

Page 10: 43 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PAJAK DAN RETRIBUSI 2.1 ...

52

Pasal 1 angka 10 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 menyebutkan pajak

daerah yang selanjutnya disebut pajak adalah “Kontribusi wajib kepada Daerah

yang terutang oleh orang yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,

dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan dipergunakan untuk

keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pajak daerah adalah pajak negara

yang diserahkan kepada daerah otonom untuk dipungut berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang dipergunakan guna membiayai pengeluaran-

pengeluaran daerah, baik pengeluaran rutin maupun pengeluaran pembangunan.

Pajak Daerah adalah pajak yang pengelolaannya ditangani oleh Pemerintah

Daerah, dalam hal ini Kepala Daerah, Gubernur, Walikota, Bupati.

Berdasarkan pengertian pajak daerah tersebut di atas, maka dapat diuraikan

ciri-ciri dari pajak daerah sebagai berikut :

1. Pajak daerah berasal dari pajak negara yang diserahkan kepada daerah

sebagai pajak;

2. Penyerahan berdasarkan undang-undang;

3. Pajak daerah dipungut oleh daerah berdasarkan kekuatan undang-

undang dan/atau peraturan hukum lainnya;

4. Hasil pemungutan pajak daerah dipergunakan untuk membiayai

penyelenggaraan urusan-urusan rumah tangga daerah atau untuk

membiayai pengeluaran daerah sebagai badan hukum publik.74

Pajak Daerah dibedakan sesuai yang mengelolanya, seperti berikut ini:75

74ibid, h. 131.

Page 11: 43 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PAJAK DAN RETRIBUSI 2.1 ...

53

1. Pajak Provinsi

2. Pajak Kabupaten/Kota

2.5 Retribusi dan Retribusi Daerah

2.5.1 Pengertian Retribusi Daerah

Retribusi adalah pembayaran wajib dari penduduk kepada negara karena

adanya jasa tertentu yang diberikan oleh negara bagi penduduknya secara

perorangan. Jasa tersebut dapat dikatakan bersifat langsung, yaitu hanya yang

membayar retribusi yang menikmati balas jasa dari negara.76 Sesuai dengan

ketentuan perundang-undangan di Indonesia saat ini penarikan retribusi hanya

dapat dipungut oleh pemerintah daerah. Jadi retribusi yang dipungut adalah

retribusi daerah.

Retribusi diarahkan pada pelayanan pemerintah yang bersifat final (final

good), bukan pada pelayanan yang sifatnya intermediary service. Secara normatif,

retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian ijin

tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk

kepentingan orang pribadi atau badan.77

Dasar hukum dari pengenaan retribusi antara lain: 78

1. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1997 Tentang Pajak Daerah

Dan Retribusi Daerah

2. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah

75Djoko Muljono, op.cit., h. 10.

76

Marihot P. Siahaan, op.cit.,h. 5.

77Adrian Sutedi, 2008, Hukum Pajak Dan Retribusi Daerah, ,Bogor, Ghalia Indonesia, h. 7.

78

Djoko Muljono, op.cit., h. 11.

Page 12: 43 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PAJAK DAN RETRIBUSI 2.1 ...

54

3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah

Pengertian Retribusi sesuai Pasal 1 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 66

Tahun 2001 adalah pungutan sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin

tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah untuk

kepentingan Orang Pribadi atau Badan.

Berdasarkan Pasal 1 angka 64 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009

tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah menyebutkan “Retribusi Daerah

adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu

yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk

kepentingan orang pribadi atau badan”. Beberapa ciri yang melekat pada retribusi

daerah yang saat ini dipungut di Indonesia adalah sebagai berikut :

1. Retribusi merupakan pungutan yang dipungut berdasarkan undang-

undang dan peraturan daerah yang berkenaan;

2. Hasil penerimaan retribusi masuk ke kas pemerintah daerah;

3. Pihak yang membayar retribusi mendapatkan kontra prestasi (balas

jasa) secara langsung dari pemerintah daerah atas pembayaran yang

dilakukannya;

4. Retribusi terutang apabila ada jasa yang diselenggarakan oleh

pemerintah daerah yang dinikmati oleh orang atau badan;

Page 13: 43 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PAJAK DAN RETRIBUSI 2.1 ...

55

5. Sanksi yang dikenakan pada retribusi adalah sanksi secara ekonomis,

yaitu jika tidak membayar retribusi, tidak akan memperoleh jasa yang

diselenggarakan oleh pemerintah daerah.79

Secara normatif retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas

jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh

pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

Secara teoritis retribusi mempunyai 2 fungsi yaitu:

1. sebagai alat untuk mengatur (mengendalikan) pemanfaatan prasarana dan

jasa yang tersedia; dan

2. merupakan pembayaran atas penggunaan prasarana dan jasa.

Alasan utama Pemerintah Daerah mengenakan retribusi terhadap berbagai

jenis pelayanan yang dilakukan adalah pertimbangan ekonomi. Perlunya efisiensi

penyediaan barang dan jasa pemerintah karena terbatasnya sumber dana dan daya

yang tersedia. Ada 3 (tiga) alasan Pemerintah Daerah mengenakan retribusi

daerah yaitu:

1. Retribusi dapat memperbaiki alokasi sumber daya pemerintah secara

signifikan.

2. Retribusi dapat menjadi lebih adil dibandingkan dengan perpajakan dalam

kondisi tertentu.

3. Retribusi dapat membantu pemerintah daerah untuk melakukan

diversifikasi sumber-sumber penerimaan daerah.

79 ibid, h. 7 .

Page 14: 43 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PAJAK DAN RETRIBUSI 2.1 ...

56

Pengenaan retribusi sangat erat kaitannya dengan prinsip pemulihan biaya

(cost recovery). Dengan demikian retribusi ini ditujukan untuk menutupi biaya

operasi, pemeliharaan, depresiasi, dan pembayaran hutang. Adapun tarif retribusi

umumnya bersifat proporsional, dimana tarif yang sama diberlakukan untuk

seluruh konsumen, terlepas dari besarnya konsumsi masing-masing konsumen.80

Jika retribusi dipungut secara tepat, akan memberikan beberapa keuntungan,

antara lain:

1. Retribusi memberikan kepada konsumen suatu insentif untuk mendapatkan

pelayanan pemerintah yang tepat. Karena keterbatasan dana, retribusi

dapat menentukan pelayanan yang dibutuhkan masyarakat dan pemerintah

akan memberikan perhatian yang lebih besar terhadap pelayanan yang

diinginkan oleh masyarakat.

2. Jika tidak terdapat subsidi yang berarti dari penerimaan umum pemerintah,

retribusi dalam banyak hal dapat memperbaiki alokasi sumber-sumber

swasta.

3. Retribusi biasanya mendukung penggunaan kapasitas yang ada secara

efisien dan dengan demikian dapat mengurangi kebutuhan akan perluasan

pelayanan.

4. Penerimaan yang direncanakan dari retribusi dapat menjadi elemen

penting dalam memutuskan apakah perlu mengadakan proyek baru

berkaitan dengan penyediaan pelayanan.81

80Adrian Sutedi, op.cit.,h. 7 .

81

Departemen Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan,

2007, Pedoman Nasional Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah, Jakarta, Direktorat Jenderal

Perimbangan Keuangan Departemen Keuangan, h. 45 .

Page 15: 43 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PAJAK DAN RETRIBUSI 2.1 ...

57

2.5.2 Objek dan Golongan Daerah

Jasa adalah kegiatan Pemerintah Daerah berupa usaha dan pelayanan yang

menyebabkan barang, fasilitas, atau kemanfaatan lainnya yang dapat dinikmati

oleh Orang Pribadi atau Badan. Berdasarkan kelompok jasa yang menjadi objek

retribusi daerah dapat dilakukan penggolongan retribusi daerah. Penggolongan

jenis retribusi dimaksudkan guna menetapkan kebijakan umum tentang prinsip

dan sasaran dalam penetapan tarif retribusi daerah. Undang-Undang Nomor 28

Tahun 2009 objek retribusi diatur dalam Pasal 108 ayat (1), yang terdiri atas Jasa

Umum, Jasa Usaha, dan Perizinan Tertentu. Hal ini membuat objek retribusi

terdiri dari tiga kelompok jasa sebagaimana disebut di bawah ini :

a. Jasa umum, yaitu jasa yang disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah

untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh

orang pribadi atau badan. Jasa umum antara lain meliputi pelayanan kesehatan

dan pelayanan persampahan. Jasa yang tidak termasuk jasa umum adalah jasa

urusan umum pemerintahan.

b. Jasa usaha, yaitu jasa yang disediakan oleh pemerintah daerah, dengan

menganut prinsip-prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula

disediakan oleh sektor swasta. Jasa usaha antara lain meliputi penyewaan aset

yang dimiliki/dikuasai oleh pemerintah daerah, penyediaan tempat

penginapan, usaha bengkel kendaraan, tempat pencucian mobil dan penjualan

bibit.

c. Perizinan tertentu, yaitu kegiatan tertentu pemerintah daerah dalam rangka

pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk

Page 16: 43 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PAJAK DAN RETRIBUSI 2.1 ...

58

pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan,

pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana,

atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga

kelestarian lingkungan. Mengingat bahwa fungsi perizinan dimaksudkan

untuk mengadakan pembinaan, pengaturan, pengendalian, dan pengawasan,

pada dasarnya pemberian izin oleh pemerintah daerah tidak harus dipungut

retribusi. Akan tetapi dalam melaksanakan fungsi tersebut pemerintah daerah

mungkin masih mengalami kekurangan biaya yang tidak selalu dapat,

dicukupi dari sumber-sumber penerimaan daerah yang telah ditentukan

sehingga perizinan tertentu masih dipungut retribusi.82

Dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 150, disebutkan bahwa

jenis-jenis Retribusi Jasa Umum, Retribusi Jasa Usaha dan Retribusi Perizinan

Tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan

Pemerintah berdasarkan kriteria sebagai berikut :

a. Retribusi Jasa Umum

1. Retribusi Jasa Umum bersifat bukan pajak dan bersifat bukan Retribusi

Jasa Usaha atau Retribusi Perizinan Tertentu.

2. Jasa yang bersangkutan merupakan kewenangan daerah dalam rangka

pelaksanaan desentralisasi.

3. Jasa tersebut memberi manfaat khusus bagi orang pribadi atau badan yang

diharuskan membayar retribusi, disamping untuk melayani kepentingan

dan kemanfaatan umum.

82ibid, h. 435.

Page 17: 43 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PAJAK DAN RETRIBUSI 2.1 ...

59

4. Jasa tersebut layak untuk dikenakan retribusi.

5. Retribusi tidak bertentangan dengan kebijakan nasional mengenai

penyelenggaraannya.

6. Retribusi dapat dipungut secara efektif dan efisien serta merupakan salah

satu sumber pendapatan daerah yang potensial.

7. Pemungutan Retribusi memungkinkan penyediaan jasa tersebut dengan

tingkat dan/ atau kualitas pelayanan yang lebih baik.

b. Retribusi Jasa Usaha :

1. Retribusi Jasa Usaha bersifat bukan pajak dan bersifat bukan Retribusi

Jasa Umum atau Retribusi Perizinan Tertentu

2. Jasa yang bersangkutan adalah jasa yang bersifat komersial yang

seyogianya disediakan oleh sektor swasta tetapi belum atau terdapatnya

harta yang dimiliki / dikuasai Daerah yang bisa dimanfaatkan secara penuh

oleh Pemerintah Daerah

3. Retribusi Perizinan Tertentu :

1. perizinan tersebut termasuk kewenangan pemerintahan yang

diserahkan kepada Daerah dalam rangka asas desentralisasi;

2. perizinan tersebut benar-benar diperlukan guna melindungi

kepentingan umum;

3. biaya yang menjadi beban Daerah dalam penyelenggaraan izin tersebut

dan biaya untuk menanggulangi dampak negatif dari pemberian izin

tersebut cukup besar sehingga layak dibiayai dari Retribusi perizinan.

Ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Page 18: 43 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PAJAK DAN RETRIBUSI 2.1 ...

60

Berdasarkan Pasal 152, Pasal 153, dan Pasal 154 Undang-Undang Nomor 28

Tahun 2009 menyebutkan bahwa prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif

retribusi ditentukan sebagai berikut :

a. Untuk Retribusi Jasa Umum, berdasarkan kebijakan daerah dengan

mempertimbangkan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan, kemampuan

masyarakat, aspek keadilan dan efektivitas pengendalian atas pelayanan

tersebut;

b. Untuk Retribusi Jasa Usaha, berdasarkan pada tujuan untuk memperoleh

keuntungan yang layak;

c. Untuk Retribusi Perizinan Tertentu, berdasarkan pada tujuan untuk menutup

sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan pemberian izin yang

bersangkutan.

2.5.3. Jenis Retribusi Jasa Umum

Jenis-jenis retribusi jasa umum diatur dalam Pasal 110 ayat (1) Undang-

Undang Nomor 28 Tahun 2009 sebagai berikut :

a. Retribusi Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan di Puskesmas, balai

pengobatan, dan Rumah Sakit Umum Daerah.Retribusi Pelayanan Kesehatan

ini tidak termasuk pelayanan pendaftaran.

b. Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan

Pelayanan persampahan/kebersihan meliputi pengambilan, pengangkutan, dan

pembuangan serta penyediaan lokasi pembuangan/pemusnahan sampah rumah

Page 19: 43 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PAJAK DAN RETRIBUSI 2.1 ...

61

tangga, industri dan perdagangan, tidak termasuk pelayanan kebersihan jalan

umum dan taman.

c. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan

Sipil

Akta Catatan Sipil meliputi Akta Kelahiran, Akta Perkawinan, Akta

Perceraian, Akta Pengesahan dan Pengakuan Anak, Akta Ganti Nama bagi

Warga Negara Asing, dan Akta Kematian.

d. Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat

Palayanan pemakaman dan pengabuan mayat meliputi pelayanan penguburan/

pemakaman termasuk penggalian dan pengurukan, pembakaran/pengabuan

mayat, dan sewa tempat pemakaman atau pembakaran /pengabuan mayat yang

dimiliki atau dikelola pemerintah daerah.

e. Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum

Pelayanan parkir di tepi jalan umum penyediaan pelayanan parkir di tepi jalan

umum yang ditentukan pemerintah daerah. Karena jalan menyangkut

kepentingan umum, penetapan jalan umum sebagai tempat parkir mengacu

kepada ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

f. Retribusi Pelayanan Pasar

Pelayanan pasar adalah fasilitas pasar tradisional/sederhana berupa pelataran

dan los yang dikelola oleh pemerintah daerah dan khusus disediakan untuk

pedagang, tidak termasuk yang dikelola oleh BUMN, BUMD dan pihak

swasta.

g. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor

Page 20: 43 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PAJAK DAN RETRIBUSI 2.1 ...

62

Pelayanan pengujian kendaraan bermotor adalah pelayanan pengujian

kendaraan bermotor sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku, yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah.

h. Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kendaraan

Pelayanan pemeriksaan alat pemadam kendaraan adalah pelayanan

pemeriksaan dan atau perizinan oleh pemerintah daerah terhadap alat-alat

pemadam kendaraan yang dimiliki dan atau dipergunakan oleh masyarakat.

i. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta

Peta adalah peta yang dibuat oleh pemerintah daerah, seperti peta dasar (peta

garis) peta foto, peta digital, peta tematik, dan peta teknis (peta struktur).

j. Retribusi Penyediaan dan/ atau Penyedotan Kakus

Pelayanan penyedotan kakus adalah pelayanan penyedotan kakus/jamban yang

dilakukan oleh pemerintah daerah, tidak termasuk yang dikelola BUMD dan

pihak swasta.

k. Retribusi Pengolahan Limbah Cair

Pelayanan pengolahan limbah cair adalah pelayanan pengolahan limbah cair

rumah tangga, perkantoran dan industri yang dikelola dan atau dimiliki oleh

pemerintah daerah, tidak termasuk yang dikelola oleh BUMD dan pihak

swasta.

l. Retribusi Pelayanan Tera / Tera Ulang

m. Retribusi Pelayanan Pendidikan, dan

n. Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi

Page 21: 43 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PAJAK DAN RETRIBUSI 2.1 ...

63

Subjek retribusi jasa umum adalah Orang Pribadi atau badan yang

menggunakan/menikmati pelayanan jasa umum yang bersangkutan.

2.5.4. Jenis Retribusi Jasa Usaha

Jenis-jenis retribusi jasa usaha diatur dalam Pasal 127 Undang-Undang

Nomor 28 Tahun 2009 sebagai berikut :

a. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah

Pelayanan pemakaian kekayaan daerah, antara lain pemakaian tanah dan

bangunan, pemakaian ruangan untuk pesta, pemakaian kendaraan/alat-alat

berat/alat-alat besar milik daerah. Tidak termasuk dalam pengertian pelayanan

pemakaian kekayaan daerah adalah penggunaan tanah yang tidak mengubah

fungsi dari tanah tersebut, seperti pemancangan tiang listrik/telepon, maupun

penanaman pembentangan kabel listrik/telepon di pinggir jalan umum.

b. Retribusi Pasar Grosir dan atau Pertokoan

Pasar grosir dan atau pertokoan adalah pasar grosir berbagai jenis barang dan

fasilitas pasar/pertokoan yang dikontrakkan, yang disediakan/diselenggarakan

oleh pemerintah daerah, tidak termasuk yang disediakan oleh BUMD dan

pihak swasta.

c. Retribusi tempat pelelangan

Tempat pelelangan adalah tempat yang secara khusus disediakan oleh

pemerintah daerah untuk melakukan pelelangan ikan, ternak, hasil bumi, dan

hasil hutan termasuk jasa fasilitas lainnya yang disediakan di tempat

pelelangan. Termasuk dalam pengertian tempat pelelangan adalah tempat yang

Page 22: 43 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PAJAK DAN RETRIBUSI 2.1 ...

64

dikontrak oleh pemerintah daerah dari pihak lain untuk dijadikan sebagai

tempat pelelangan.

d. Retribusi Terminal

Pelayanan terminal adalah pelayanan penyediaan tempat parkir untuk

kendaraan penumpang dan bus umum, tempat kegiatan usaha, dan fasilitas

lainnya di lingkungan terminal, yang dimiliki dan atau dikelola oleh

pemerintah daerah. Dengan ketentuan ini, pelayanan peron tidak dipungut

retribusi.

e. Retribusi Tempat Khusus Parkir

Pelayanan tempat khusus parkir adalah pelayanan penyediaan tempat parkir

yang khusus disediakan, dimiliki, dan atau dikelola oleh pemerintah daerah,

tidak termasuk yang disediakan dan dikelola oleh BUMD dan pihak swasta.

f. Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa

Pelayanan tempat penginapan/pesanggrahan/villa milik daerah adalah

pelayanan penyediaan tempat penginapan/pesanggrahan/villa yang dimiliki

dan atau yang dikelola oleh pemerintah daerah, tidak termasuk yang dikelola

oleh BUMD dan pihak swasta.

g. Retribusi Rumah Potong Hewan

Pelayanan rumah potong hewan adalah penyediaan fasilitas rumah

pemotongan hewan ternak termasuk pelayanan pemeriksaan kesehatan hewan

sebelum dan sesudah dipotong, yang dimiliki dan atau dikelola oleh

pemerintah daerah.

h. Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan

Page 23: 43 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PAJAK DAN RETRIBUSI 2.1 ...

65

Pelayanan kepelabuhan adalah pelayanan pada pelabuhan kapal perikanan dan

atau bukan kapal perikanan, termasuk fasilitas lainnya di lingkungan

pelabuhan kapal yang dimiliki dan atau dikelola oleh pemerintah daerah, tidak

termasuk yang dikelola oleh BUMN, BUMD, dan pihak swasta.

i. Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga

Pelayanan tempat rekreasi dan olah raga adalah tempat rekreasi, pariwisata,

dan olah raga yang dimiliki dan atau dikelola oleh pemerintah daerah.

j. Retribusi Penyeberangan di Air

Pelayanan penyeberangan di air adalah pelayanan penyeberangan orang atau

badan dengan menggunakan kendaraan di air yang dimiliki dan atau dikelola

oleh pemerintah daerah, tidak termasuk yang dikelola oleh BUMD dan pihak

swasta.

k. Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah

Penjualan produksi usaha daerah adalah penjualan hasil produksi usaha

pemerintah daerah antara lain bibit/benih tanaman, bibit ternak, dan bibit ikan,

tidak termasuk penjualan produksi usaha BUMN, BUMD dan pihak swasta.

Subjek retribusi jasa usaha adalah Orang Pribadi atau badan yang

menggunakan/menikmati pelayanan jasa usaha yang bersangkutan.

2.5.5. Jenis Retribusi Jasa Tertentu

Jenis-jenis retribusi perizinan tertentu diatur dalam Pasal 141 Undang-

Undang Nomor 28 Tahun 2009, adalah sebagai berikut :

a. Retribusi Izin Mendirikan Bangunan

Page 24: 43 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PAJAK DAN RETRIBUSI 2.1 ...

66

Izin mendirikan bangunan adalah pemberian izin untuk mendirikan satu

bangunan. Temasuk dalam pemberian izin ini adalah kegiatan peninjauan

desain dan pemantauan pelaksanaan pembangunannya, agar tetap sesuai

dengan rencana teknis bangunan dan rencana tata ruang yang berlaku, dengan

tetap memerhatikan Koefisien Dasar Bangunan (KDB), Koefisien Luas

Bangunan (KLB), Koefisien Ketinggian Bangunan (KKB), dan pengawasan

penggunaan bangunan yang meliputi pemeriksaan dalam rangka memenuhi

syarat-syarat keselamatan bagi yang menempati bangunan tersebut.

b. Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol

Izin tempat penjualan minuman beralkohol adalah pemberian izin untuk

melakukan penjualan minuman beralkohol di suatu tempat tertentu.

c. Retribusi Izin Gangguan

Izin gangguan adalah pemberian izin tempat usaha/kegiatan kepada orang

pribadi atau badan di lokasi tertentu yang dapat menimbulkan bahaya,

kerugian dan gangguan, tidak termasuk tempat usaha/kegiatan yang telah

ditentukan oleh pemerintah daerah.

d. Retribusi Izin Trayek.

Izin trayek adalah pemberian izin kepada orang pribadi atau badan untuk

menyediakan pelayanan angkutan penumpang umum pada suatu atau beberapa

trayek tertentu. Pemberian izin oleh pemerintah daerah dilaksanakan sesuai

dengan kewenangan masing-masing daerah.

e. Retribusi Izin Usaha Perikanan.

Page 25: 43 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PAJAK DAN RETRIBUSI 2.1 ...

67

Selain jenis-jenis retribusi daerah yang ditetapkan dalam Undang-Undang

Nomor 28 Tahun 2009, yaitu retribusi jasa umum, jasa usaha, dan perizinan

tertentu, kepada daerah diberikan kewenangan untuk menetapkan jenis retribusi

daerah lainnya yang dipandang sesuai untuk daerahnya. Undang-Undang Nomor

28 Tahun 2009 Pasal 150 menentukan bahwa “Jenis Retribusi selain yang

ditetapkan dalam Pasal 110 ayat (1), Pasal 127 dan Pasal 141 sepanjang

memenuhi kriteria ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah”. Ketentuan ini

dimaksudkan untuk memberikan keleluasaan kepada daerah dalam mengantisipasi

situasi dan kondisi serta perkembangan perekonomian daerah pada masa

mendatang yang mengakibatkan meningkatnya kebutuhan masyarakat atas

pelayanan pemerintah daerah, tetapi tetap memperhatikan kesederhanaan jenis

retribusi daerah dan aspirasi masyarakat serta memenuhi kriteria yang telah

ditetapkan. Retribusi lainnya antara lain penerimaan negara bukan retribusi yang

telah diserahkan kepada daerah.

Subjek retribusi perizinan tertentu adalah Orang Pribadi atau badan yang

memperoleh izin tertentu dari Pemerintah Daerah.

2.6. Perbedaan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Dalam praktik di masyarakat, pungutan daerah sering disamakan antara pajak

daerah dan retribusi daerah. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa keduanya

merupakan pembayaran kepada pemerintah. Pandangan ini tidak sepenuhnya

benar karena pada dasarnya terdapat perbedaan yang besar antara pajak dan

retribusi daerah yang dipungut di Indonesia.

Page 26: 43 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PAJAK DAN RETRIBUSI 2.1 ...

68

Secara tradisional untuk membedakan apakah suatu pelayanan cocok dibiayai

dengan pajak atau retribusi adalah dengan membedakan apakah jenis layanan

tersebut merupakan public goods atau private goods. Public goods adalah layanan

yang konsumsinya tidak mempengaruhi kesempatan konsumsi orang lain (non-

rivalry) dan sulit atau mahal untuk menghindarkan orang lain yang tidak bersedia

membayar untuk mengkonsumsinya (non-excludable) atau sulit untuk

menghindarkan orang lain mendapatkan manfaat dari layanan tersebut (free-

rider). Dengan kata lain, layanan tersebut disediakan secara kolektif dan tidak

diskriminatif. Sebaliknya private goods adalah layanan yang konsumsinya

mempengaruhi kesempatan konsumsi orang lain atau hanya memberikan manfaat

bagi orang tertentu. Secara teoritis, layanan yang bersifat public goods dibiayai

dari pajak, dan layanan yang bersifat private goods dibiayai dari retribusi.83

Pungutan yang diberlakukan oleh pemerintah merupakan penarikan sumber

daya ekonomi (secara umum dalam bentuk uang) oleh pemerintah kepada

masyarakat guna membiayai pengeluaran yang dilakukan pemerintah untuk

melaksanakan tugas pemerintahan atau melayani kepentingan masyarakat.

Penarikan pungutan yang dilakukan oleh pemerintah kepada masyarakatnya,

harus memenuhi syarat yaitu harus ditetapkan dengan undang-undang atau

peraturan lainnya, dapat dipaksakan, mempunyai kepastian hukum, dan adanya

jaminan kejujuran dan integritas si pemungut (petugas yang ditunjuk oleh

pemerintah) serta jaminan bahwa pungutan tersebut akan dikembalikan lagi

83Departemen Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan,

op.cit. h. 44.

Page 27: 43 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PAJAK DAN RETRIBUSI 2.1 ...

69

kepada masyarakat. Dengan adanya jaminan tersebut pungutan dapat dilaksanakan

kepada masyarakat.84

Berdasarkan pengertian dan ciri-ciri dari pajak daerah dan retribusi daerah

yang telah diuraikan pada subbab di atas maka antara pajak daerah dan retribusi

daerah memiliki perbedaan yang prinsipil, walapun keduanya sama-sama

merupakan pungutan dari masyarakat oleh negara (pemerintah), yaitu sebagai

berikut :

a. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontra prestasi

individu oleh pemerintah (tidak ada imbalan langsung yang diperoleh si

pembayar pajak). Dengan kata lain, tidak ada hubungan langsung antara

jumlah pembayaran pajak dengan kontra prestasi secara individu sedangkan

Pihak pembayar retribusi mendapatkan kontra prestasi (balas jasa) secara

langsung dari pemerintah daerah atas pembayaran yang dilakukannya.

b. Sanksi yang dikenakan pada retribusi adalah sanksi secara ekonomis, yaitu

jika tidak membayar retribusi tidak akan memperoleh jasa yang

diselenggarakan oleh pemerintah daerah, sedangkan pada pajak memiliki sifat

dapat dipaksakan, artinya wajib pajak yang tidak memenuhi kewajiban

pembayaran pajak, dapat dikenakan sanksi, baik sanksi pidana maupun denda

sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

84 Marihot P. Siahaan, op.cit. h. 5.