ANALISIS TINGKAT EFEKTIVITAS PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH...
Transcript of ANALISIS TINGKAT EFEKTIVITAS PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH...
Amri Siregar : Analisis Efektifitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007, 2010.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI MEDAN ` SKRIPSI
ANALISIS TINGKAT EFEKTIVITAS PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH SEBAGAI PENDAPATAN ASLI
DAERAH (PAD) SUMATERA UTARA
Diajukan oleh : AMRI SIREGAR
030501077
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Medan 2009
Amri Siregar : Analisis Efektifitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007, 2010.
ABSTRACT This study aims to see how large the contribution and efektiveness of regional taxes and levies as a local revenue (PAD) of North Sumatera and see how the influence of several factors on PAD of North Sumatera. To get results, then examined several variables that PAD, the amount of tax revenue and retribution, then realization of tax revenue and local levies, the tax revenue target and retribution, the regional gross domestic income(GDP) and domestic investment (PMDN). While the data variables used in this research is secondary data into period 1998-2007. After processing the data throught computer programs excel and eviews 4.1 the obtained result is that the level of efektivness of tax revenue from 2003 to 2007 was high at above 100%, while the contribution of tax revenue and retribution from the years 2007 continued, also note that GDP variables have a significant influence on the PAD. Where as domestic variables do not have a significant influence. Therefore the government needs to increase the contribution of local taxes and levies and GDP in order to increase revenue of North Sumatera. Key words : income, taxes, local levies, GDP and domestic investment
Amri Siregar : Analisis Efektifitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007, 2010.
ABSTRAKSI Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana besar kontribusi dan efektivitas pajak dan retribusi daerah sebagai Pendapatan Asli Daerah (PAD) Sumatera Utara, dan mengetahui bagaimana pengaruh beberapa faktor terhadap PAD Sumatera Utara. Untuk memperoleh hasilnya, maka diteliti beberapa variabel yaitu PAD, jumlah penerimaan pajak dan retribusi daerah, realisasi penerimaan pajak dan retribusi daerah, target penerimaan pajak dan retribusi daerah, Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB), dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Sedangkan data variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan kurun waktu tahun 1998 – 2007. Setelah pengolahan data melalui program komputer Microsoft Excel dan Eviews 4.1, maka diperoleh hasil yaitu bahwa tingkat efektivitas penerimaan pajak dari tahun 2003 sampai 2007 adalah tinggi yaitu berada di atas 100%. Sedangkan kontribusi penerimaan pajak dan retribusi daerah dari tahun 2003 sampai 2007 terus menunjukkan angka penurunan yang berarti. Kemudian dari hasil penelitian juga diketahui bahwa variabel PDRB memberikan pengaruh yang signifikan terhadap PAD, sedangkan variabel PMDN tidak memberikan pengaruh yang signifikan. Dengan demikian pihak pemerintah perlu meningkatkan kontribusi pajak dan retribusi daerah dan PDRB dalam rangka meningkatkan PAD Sumatera Utara. Kata kunci: pendapatan, pajak, retribusi, PDRB, dan PMDN
Amri Siregar : Analisis Efektifitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007, 2010.
KATA PENGANTAR
Kemuliaan kepada ALLAH BAPA di surga atas segala karunia dan
penyertaannya yang diberikan kepada penulis sehingga dimampukan
menyelesaikan skripsi ini. Dalam penulisan skripsi ini, penulis mencoba
menganalis pajak dan retribusi darah sebagai pendapatan asli daerah Sumatera
Utara. Semoga dengan hasil penelitian ini, banyak manfaat yang diperoleh baik
dalam menambah pengetahuan penulis, bahan referensi, maupun manfaat bagi
masyarakat pada suatu saat nanti.
Banyak kegagalan dan kesalahan yang dialami penulis dalam perkuliahan
maupun dalam penulisan skripsi ini. Akan tetapi sebagai manusia yang tidak
pernah luput dari kesalahan, penulis akan berusaha memperbaikinya dengan
adanya saran, masukan serta kritik yang membangun dari semua pembaca yang
sudi mendukung penulisan ini. Pada kesempatan yang sangat luar biasa ini,
izikanlah saya sebagai penulis dengan segala kerendahan hati ingin
menyampaikan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang telah mendukung
baik dalam bentuk moril maupun materiil, dan terutama kepada:
• Kedua orang tua saya yaitu Ayahanda M siregar(+) dan Ibunda N br
Simaremare yang telah memberikan dukungan moral serta materiil yang
tak ternilai lagi banyaknya, serta abang dan adik-adik saya yang telah
memberikan perhatian yang tulus serta doa yang tak ternilai harganya.
• Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
Amri Siregar : Analisis Efektifitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007, 2010.
• Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec selaku ketua jurusan Ekonomi
Pembangunan Universitas Sumatera Utara
• Bapak Prof. DR. Syaad Afifudin, SE, M.Ec selaku dosen pembimbing
yang telah memberikan waktu, tenaga dan pikiran dalam membimbing
penulis menyelesaikan penulisan skripsi ini.
• Bapak Drs. Rahmad Sumanjaya Hasibuan, M.Si selaku dosen penguji I
dan Bapak Paidi hidayat, SE, M.Si selaku dosen penguji II yang turut
menyumbangkan saran, pikiran kepada penulis.
• Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution selaku dosen wali penulis yang telah
memberikan bimbingan dan saran pada saat perkuliahan maupun dalam
penulisan skripsi ini.
• Seluruh staf pengajar dan karyawan di Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara yang secara langsung maupun tidak langsung memberikan
dukungan.
• The last but not the least, kawan-kawan seperjuangan waktu kuliah yang
selalu memberikan motivasi, tenaga, pikiran serta perhatian yang luar
biasa besarnya baik pada saat perkuliahan maupun pada saat penulisan
skripsi ini.
Medan, Desember 2009 Penulis,
Amri Siregar
Amri Siregar : Analisis Efektifitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007, 2010.
DAFTAR ISI
ABSTRACT ................................................................................................... i ABSTRAK ..................................................................................................... ii KATA PENGANTAR .................................................................................... iii DAFTAR ISI .................................................................................................. v DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii
BAB I : PENDAHULUAN ............................................................................ 1 1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1 1.2. Perumusan Masalah ................................................................................. 6 1.3. Hipotesis .................................................................................................. 7 1.4. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 7 1.5. Manfaat Penelitian ................................................................................... 7 BAB II : TINJAUAN TEORITIS .................................................................... 8 2.1.Pajak ......................................................................................................... 8 2.1.1. Pengertian Pajak ................................................................................. 8 2.1.2. Pembagian Pajak Menurut Golongan,Sifat,dan Pemungutannya ......... 9 2.1.3. Asas-asas Pemungutan Pajak .............................................................. 10 2.1.4. Tinjauan Pajak Dari Berbagai Aspek .................................................. 15 2.2. Fungsi Pajak............................................................................................. 20 2.3.Retribusi ................................................................................................... 20 2.4. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)............................................... 21 2.5. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ............................................... 23 2.6. Pendapatan Asli Daerah (PAD) ................................................................ 25 2.6.1. Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD) ......................................... 25 2.6.2. Jenis-jenis Pendapatan Asli Daerah (PAD) ......................................... 25 2.6.3. Jenis-jenis Retribusi Daerah ............................................................... 28 2.6.4. Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Milik Daerah Yang Dipisahkan .......................................................... 29 2.6.5. Lain-lain Pendpatan Daerah Yang Sah................................................ 31
BAB III : METODE PENELITIAN ................................................................ 32 3.1. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................ 32 3.2. Jenis Dan Sumber Data ............................................................................ 32 3.3. Tehnik Pengumpulan Data ....................................................................... 32 3.4. Pengolahan Data ...................................................................................... 33 3.5. Model Analisis ......................................................................................... 33 3.5.1. Analisis Kontribusi Dan Efektifitas ................................................... 33 3.5.2. Analisis Pengaruh Beberapa Faktor Tehadap PAD ............................ 34 3.6. Defenisi Operasional ................................................................................ 35 BAB IV :ANALISIS DAN PEMBAHASAN .................................................. 37 4.1.Gambaran Umum Provinsi Sumatera Utara ............................................... 37 4.1.1. Letak Geografis .................................................................................. 37 4.1.2. kondisi Alam dan Topografi ............................................................... 37
Amri Siregar : Analisis Efektifitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007, 2010.
4.1.3. Potensi Wilayah ................................................................................. 38 4.1.4. Gambaran Perekonomian Provinsi Sumatera Utara ............................. 39 4.1.5. Historis Provinsi Sumatera Utara ........................................................ 40 4.2. Kondisi Keuangan Provinsi Sumatera Utara ............................................. 42 4.2.1. Pajak Daerah ...................................................................................... 42 4.2.2. Retribusi Daerah................................................................................. 43 4.2.3. Laba Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) ......................................... 44 4.2.4. Lain-lain PAD yang Sah ..................................................................... 47 4.2.5. Target Pendapatan Asli Daerah ........................................................... 48 4.2.6. Dana Perimbangan ............................................................................. 48 4.2.7. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah ............................................... 50 4.2.8. Permasalahan Keuangan Daerah ......................................................... 51 4.3. Hasil dan Analisis .................................................................................... 54 4.3.1. Tingkat Efektifitas dan Kontribusi Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah (PAD) ......................................................... 54 4.3.2 Pengaruh Beberapa Faktor Terhadap PAD........................................... 57 4.3.3. Uji Statistik ........................................................................................ 59 4.3.4. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ...................................................... 62 BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 65 5.1. Kesimpulan………………………………… ............................................ 65 5.2. Saran……………………………………………....................................... 66 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Amri Siregar : Analisis Efektifitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007, 2010.
DAFTAR TABEL
No.Tabel Judul Halaman 1.1. Target dan Realisasi Pajak Daerah T.A.2003-2007 ..................... 4 1.2. Target dan Realisasi Retribusi Daerah......................................... 6 2.4. Penanaman Modal Dalam Negeri tahun 1998-2007..................... 23 2.5. Produk Domestik Regional Bruto tahun 1998-2007 .................... 24 4.1.2 Kondisi Geografis Provinsi Sumatera Utara ................................ 38 4.2.3. Target dan Realisasi Laba BUMD............................................... 44 4.2.4. Target dan Realisasi Lain-lain PAD yang Sah ............................. 47 4.2.6. Realisasi Dana Perimbangan Provinsi Sumatera Utara 2003-2007 .................................................................................. 49 4.2.7. Target dan Realisasi Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah ............................................................................................. 50 4.3.1. Efektifitas Penerimaan Pajak dan Retribusi Daerah ..................... 54 4.3.2. Kontribusi Penerimaan Pajak dan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) ................................... 56 4.3.3. Hasil Estimasi ............................................................................. 58 4.3.4. Korelasi Variabel Bebas ............................................................. 62
Amri Siregar : Analisis Efektifitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007, 2010.
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman 4.3.1.a. Diagram tingkat Efektivitas Pajak dan Retribusi Daerah Tahun 2003-2007 ..................................................................... 55 4.3.1.b Diagram Kontribusi Pajak dan Retribusi Daerah terhadap PAD tahun 2003-2007 ............................................................. 56 4.3.3.a Uji t-statistik Variabel PDRB ................................................... 59 4.3.3.b Uji t-statistik pada Variabel Penanaman Modal Dalam Negeri ...................................................................................... 60 4.3.3.c Uji f-statistik ............................................................................ 61 4.3.4. Uji Otokorelasi ........................................................................ 63
Amri Siregar : Analisis Efektifitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007, 2010.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Pembangunan ekonomi di defenisikan sebagai suatu proses yang
menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan
masyarakat meningkat dalam periode waktu yang panjang. Oleh sebab itu
pembangunan ekonomi memiliki tiga sifat penting yaitu : suatu proses yang
berarti terjadinya perubahan terus-menerus, adanya usaha untuk menaikkan
pendapatan perkapita masyarakat.
Todaro (2003) mendefenisikan pembangunan ekonomi adalah suatu proses
yang bersifat multidimensional yang melibatkan kepada perubahan besar baik
terhadap perubahan struktur ekonomi, perubahan sosial, mengurangi atau
menghapuskan kemiskinan, mengurangi ketimpangan, dan pengangguran dalam
konteks pertumbuhan ekonomi.
Dalam pembangunan, Rodinelli (1961) menyatakan bahwa kebijaksanaan
pemerintah ditujukan untuk mengubah cara berfikir, selalu memikirkan perlunya
investasi pembangunan. Dengan adanya pembangunan akan terjadi peningkatan
nilai-nilai budaya bangsa, yaitu terciptanya taraf hidup lebih baik, saling harga-
menghargai sesamanya, serta terhindar dari tindakan sewenang-wenang.
Pembangunan ekonomi di daerah Sumatera Utara yang dimaksud adalah
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat yang berdomisili di 28
kabupaten dan kota secara keseluruhan baik rakyat yang tinggal di perkotaan
maupun pedesaan. Dalam upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat, Pemerintah
Provinsi Sumatera Utara dibawah kepemimpinan gubernur senantiasa tetap teguh
Amri Siregar : Analisis Efektifitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007, 2010.
memperhatikan dan mempertahankan secara konsisten prinsip-prinsip demokrasi,
pemerataan, keadilan , keistimewaan dan kekhususan serta keragaman daerah
Sumatera Utara dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Untuk
mewujudkan tujuan nasional dimaksud,pemerintah menerbitkan undang-undang
nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah yang memberikan hak dan
kewenangan kepada Pemerintah Daerah untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan menurut asas Otonomi dan Tugas Pembantuan.
Selanjutnya, tugas-tugas pemerintah daerah yang berkaitan dengan
penyelenggaraan dekonsentrasi dan penyelenggaraan tugas pembantuan telah
diatur pula pada Peraturan Pemerintah Dekonsentrasi dan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia nomor 52 tahun 2001 yang mengatur tentang
Penyelenggaraan Tugas Pembantuan.
Salah satu usaha pejabat yang tidak kalah penting adalah memperhatikan
penggunaan atau pengelolaan pendapatan daerah secara efektif. Pendapatan
daerah antara lain Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) dan Pendapatan
Asli Daerah(PAD). Dalam penulisan skripsi ini, penulis ingin mempelajari atau
menganalisis lebih dalam mengenai pendapatan daerah terutama Pendapatan Asli
Daerah. PAD merupakan salah satu modal utama untuk mendukung proses
pembangunan di daerah sehinggga tentu hal ini sangat berkenaan dengan
kepentingan rakyat banyak. Menurut Halim(2004:67), Pendapatan Asli
Daerah(PAD) merupakan “semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber
ekonomi asli daerah”. Dengan demikian, kebijakan dalam usaha penerimaan dan
pengelolaan pendapatan daerah sangat diperlukan.
Amri Siregar : Analisis Efektifitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007, 2010.
Dengan diterbitkannya undang-undang otonomi daerah maka daerah yang
mempunyai pendapatan yang besar akan semakin mudah untuk melakukan
percepatan pembangunan disetiap sektor-sektor yang sangat vital dan nantinya
akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat banyak.
Penerimaan dari PAD adalah merupakan refleksi dari 4(empat) jenis
pungutan yakni pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah
yang dipisahkan laba BUMD dan lain-lain Pendapatan asli daerah yang sah. Akan
tetapi dalam penulisan ilmiah ini, penulis hanya akan menjabarkan dan
menganalisis keefektifan pengelolaan pajak dan retribusi daerah sebagai
pendapatan asli daerah. Efektifitas ini dianalisis dengan melihat elastisitas pajak
dan retribusi daerah terhadap realisasi belanja pembangunan daerah
SumateraUtara. Analisis tersebut dilakukan karena pendapatan daerah lebih
ditekankan pada proyek-proyek pembangunan daerah. Dengan demikian
penulisan skripsi ini secara lengkapnya ditulis dengan judul Analisis Efektifitas
Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007.
Untuk menjelaskan sedikit mengenai perkembangan pajak dan retribusi
daerah,maka pajak dan retbusi daerah dijelaskan dengan data-data berikut ini:
a. Pajak Daerah
Secara keseluruhan penerimaan Pajak Daerah dari tahun anggaran 2003
sampai dengan 2007 terus-menerus mengalami peningkatan yang signifikan,
sebagaimana ditampilkan pada tabel berikut ini:
Amri Siregar : Analisis Efektifitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007, 2010.
Tabel 1.1. Target dan Realisasi Pajak Daerah TA. 2003-2007
Tahun PAJAK DAERAH TARGET REALISASI %
2003 1. PKB 286.186.045.000,00 317.961.718.624,00 111,10
2. PKAA 250.000.000,00 39.518.185,00 15,81
3. BBN-KB 364.012.105.000,00 422.875.084.848,00 116,17
4. BBN-KAA 50.000.000,00 101.000,00 0,20
5. PBB-KB 110.000.000.000,00 106.928.327.804,06 97,21
6. ABT-APU 12.000.000.000,00 14.166.613.706,58 118,06
7. P. Hotel 11.099.480.000,00 11.117.519.748,84 100,16
8. P. Restoran 26.350.560.000,00 25.051.845.252,31 95,07
9. P. Reklame 9.500.000.000,00 9.561.949.305,50 100,65
10. P. Parkir 2.340.000.000,00 1.991.327.105,00 85,10
11. P. Hiburan 5.400.000.000,00 4.591.565.890,80 85,03
JUMLAH 827.188.190.000,00 914.285.571.470,09 110,53
2004 1. PKB 336.676.650.000,00 392.925.761.083,00 116,71
2. PKAA 45.000.000,00 49.458.216,00 109,91
3. BBN-KB 460.591.315.000,00 527.981.458.052,00 114,63
4. BBN-KAA 5.000.000,00 5.223.060,00 104,46
5. PBB-KB 134.400.000.000,00 141.726.481.630,37 105,45
6. ABT-APU 16.500.000.000,00 18.683.530.846,75 113,23
7. P. Hotel 15.000.000.000,00 15.055.625.231,70 100,37
8. P. Restoran 29.280.000.000,00 29.343.934.623,08 100,22
9. P. Reklame 13.300.000.000,00 13.303.607.381,00 100,03
10. P. Parkir 3.000.000.000,00 2.741.130.957,00 91,37
11. P. Hiburan 7.000.000.000,00 6.650.284.906,32 95,00
JUMLAH 1.015.797.965.000,00
1.148.466.495.987,22 110,53
2005 1. PKB 424.300.000.000,00 462.768.823.893,00 109,07
2. PKAA 45.000.000,00 47.173.015,00 104,83
3. BBN-KB 595.700.000.000,00 618.866.087.937,00 103,89
4. BBN-KAA 5.000.000,00 5.089.800,00 101,80
5. PBB-KB 198.000.000.000,00 199.933.368.479,21 100,98
6. ABT-APU 18.900.000.000,00 19.517.298.859,00 103,27
7. P. Hotel 16.500.000.000,00 16.506.930.084,22 100,04
Amri Siregar : Analisis Efektifitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007, 2010.
Tahun PAJAK DAERAH TARGET REALISASI %
8. P. Restoran 35.880.000.000,00 34.136.656.308,58 95,14
9. P. Reklame 23.500.000.000,00 23.503.591.871,50 100,02
10. P. Parkir 3.053.680.000,00 3.057.219.121,00 100,12
11. P. Hiburan 7.250.641.000,00 7.257.170.956,92 100,09
JUMLAH 1.323.134.321.000,00 1.385.599.410.325,43 104,72
2006 1. PKB 480.000.000.000,00 499.955.253.422,00 104,16
2. PKAA 45.000.000,00 51.218.289,00 113,82
3. BBN-KB 490.000.000.000,00 502.466.121.681,00 102,54
4. BBN-KAA 5.000.000,00 2.158.289,00 43,17
5. PBB-KB 327.000.000.000,00 342.212.142.288,36 104,65
6. ABT-APU 21.200.000.000,00 21.758.168.705,00 102,63
7. P. Hotel 17.670.000.000,00 17.684.311.834,64 100,08
8. P. Restoran 35.880.000.000,00 35.910.147.431,00 100,08
9. P. Reklame 25.000.000.000,00 16.057.723.589,50 64,23
10. P. Parkir 3.359.052.000,00 3.366.548.538,00 100,22
11. P. Hiburan 7.975.705.000,00 7.998.696.250,60 100,29
JUMLAH 1.408.134.757.000,00 1.447.462.490.318,10 104,72
2007 1. PKB 555.000.000.000,00 557.359.187.958,00 100,43
2. PKAA 45.000.000,00 46.046.449,00 102,33
3. BBN-KB 520.000.000.000,00 583.958.809.928,00 112,30
4.BBN-KAA 5.000.000,00 1.965.950,00 39,32
5. PBB-KB 362.000.000.000,00 378.195.572.192,00 104,47
6. ABT-APU 21.350.000.000,00 22.784.655.544,00 106,72
7. P. Hotel 18.553.500.000,00 19.717.665.589,08 106,27
8. P. Restoran 36.756.400.000,00 37.254.977.247,00 101,36
9. P. Reklame 8.461.730.000,00 16.070.834.506,70 189,92
10. P. Parkir 3.527.000.000,00 3.679.585.970,00 104,33
11. P. Hiburan 8.354.000.000,00 8.331.428.896,00 99,73
JUMLAH 1.534.052.630.000,00 1.627.400.730.229,78 104,72 Sumber :Biro Keuangan Provinsi Sumatera Utara
Amri Siregar : Analisis Efektifitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007, 2010.
b. Retribusi Daerah
Retribusi daerah adalah pungutan daerah atas jasa atau pemberian izin
tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah
Provinsi Sumatera Utara untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Retribusi
Daerah ini dikelola oleh Instansi teknis di lingkungan Pemerintah Provinsi
Sumatera Utara. Penerimaan tersebut secara terperinci dipaparkan pada tabel
berikut ini :
Tabel 1.2. Target dan Realisasi Retribusi Daerah
Tahun Target Realisasi % Selisih 2003 19.958.750.000,00 16.928.483.188,39 84,82 3.030.266.811,61 2004 21.195.434.000,00 23.762.354.666,04 112,11 2.566.920.666,04 2005 16.420.750.000,00 18.852.328.406,22 114,81 2.431.578.406,22 2006 10,394.010.000,00 11.714.727.648,10 112,71 1.320.717.648,01 2007 12.179.350.000,00 13.251.999.446,03 108,81 1.072.649.446,03
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sumatera Utara
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dibuat beberapa
perumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana tingkat efektifitas pajak dan retribusi daerah atau hubungan
antara realisasi penerimaan pajak dan retribusi terhadap target penerimaan
pajak dan retribusi daerah.
2. Bagaimana pengaruh variabel Pendapatan Domestik Regional Bruto
(PDRB) terhadap PAD Sumatera Utara.
3. Bagaimana pengaruh variabel Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
terhadap PAD Sumatera Utara.
Amri Siregar : Analisis Efektifitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007, 2010.
1.3. Hipotesis
1. Tingkat efektifitas pajak dan retribusi daerah Provinsi Sumatera utara
setiap tahun semakin meningkat, cateris paribus.
2. Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) memberikan pengaruh
positif terhadap PAD Sumatera Utara, cateris paribus.
3. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) memberikan pengaruh positif
terhadap PAD Sumatera Utara, cateris paribus.
1.4. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui tingkat efektifitas pajak dan retribusi daerah Provinsi
Sumatera Utara setiap tahun.
2. Untuk mengetahui pengaruh Pendapatan Domestik Regional Bruto
(PDRB) terhadap PAD Sumatera Utara.
3. Untuk mengetahui pengaruh Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
terhadap PAD Sumatera Utara.
1.5. Manfaat Penelitian
1. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang pendapatan
daerah Provinsi Sumatera Utara.
2. Sebagai bahan studi dan tambahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa
Fakultas Ekonomi terutama Departemen Ekonomi Pembangunan yang
ingin melakukan penelitian.
3. Sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan, khususnya
pihak pemerintah Daerah Tingkat I Sumatera Utara untuk kebijakan
pengelolaan pendapatan daerah.
Amri Siregar : Analisis Efektifitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007, 2010.
BAB II
URAIAN TEORITIS 2.1. Pajak 2.1.1. Pengertian Pajak
Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus
dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat
baik materil maupun spiritual. Untuk dapat merealisasikan tujuan tersebut banyak
memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan.
Salah satu usaha mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau Negara
dalam pembiayaan pembangunan yaitu menggali sumber dana yang berasal dari
dalam negeri berupa pajak. Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan yang
berguna untuk kepentingan bersama.
Apabila membahas pengertian pajak, banyak para ahli memberikan
batasan tentang pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh P. J.
A. Andiani (1991:2) yang telah diterjemahkan oleh R. Santoso Brotodiharjo
dalam buku”Pengantar ilmu hukum pajak”
“Pajak adalah iuran kepada Negara (yang dapat dipaksakan)yang terutang
oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak
mendapat prestasi kembali, yang langsung ditunjuk, dan yang gunanya adalah
untuk membiayai pengeluaran-pengeluran umum berhubung dengan tugas Negara
yang menyelenggarakan pemerintahan”.
Dalam defenisi diatas lebih memfokuskan pada fungsi budgeter dari pajak,
sedangkan pajak masih mempunyai fungsi lain yaitu fungsi mengatur.Sedangkan
menurut Rachmat Soemitro(1990) dalam bukunya ”Dasar-dasar hukum pajak dan
Amri Siregar : Analisis Efektifitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007, 2010.
pajak pendapatan” menyatakan: Pajak adalah iuran pajak kepada kas Negara
berdasarkan undang-undang (yang dapat disahkan) dengan tidak mendapat jasa
timbal balik (kontraprestasi), yang langsung dapat ditujukan dan yang digunakan
untuk membayar pengeluaran umum.
Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri
yang melekat pada pengertian pajak, adalah:
1. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan pelaksanaanya yang
sifatnya dapat dipaksakan.
2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi
individual oleh pemerintah.
3. Pajak dipungut oleh Negara baik pemerintah pusat maupun daerah.
4. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila
dari pemasukanya masih mendapat surplus, dipergunakan untuk membiayai
public investment.
5. Pajak dapat pula mempunyai tujuan selain budgeter, yaitu mengatur.
2.1.2. Pembagian Pajak Menurut Golongan, Sifat, Dan Pemungutannya
Pajak dapat dikelompokkan ke dalam berbagai kelompok:
1. Menurut golongan
• Pajak langsung adalah pajak yang pembebanannya tidak dapat
dilimpahkan pihak lain, tetapi harus menjadi beban langsung wajib
pajak yang bersangkutan. Sebagai contoh Pajak Penghasilan
• Pajak tidak langsung adalah pajak yang pembebanannya dapat
dilimpahkan ke pihak lain. Sebagai contoh pajak pertambahan nilai.
Amri Siregar : Analisis Efektifitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007, 2010.
2. Menurut sifat
Pembagian pajak menurut sifat dimaksudkan pembedaan dan pembagian
berdasarkan ciri-ciri prinsip:
• Pajak sujektif adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada
subjeknya yang selanjutnya dicari syarat objektifnya, dalam arti
memperhatikan keadaan dari wajib pajak.
• Contoh: Pajak penghasilan
• Pajak objektif adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada
objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri wajib pajak
• Contoh: pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang
mewah
3. Menurut pemungut dan pengelolanya
• Pajak pusat, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara.
Contoh: Pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai dan pajak
penjualan atas barang mewah, pajak bumi dan bangunan, dan bea
materai
• Pajak daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.
Contoh: Pajak reklame, Pajak hiburan
2.1.3. Asas-asas Pemungutan Pajak
Untuk mencapai tujuan pemungutan pajak perlu memegang teguh asas-
asas pemungutan dalam memilih alternative pemungutannya. Sehingga terdapat
Amri Siregar : Analisis Efektifitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007, 2010.
keserasiaan pemungutan pajak dengan tujuan dan asas yang masih diperlukan lagi
yaitu pemahaman atas perlakuan pajak tertentu. Asas-asas pemungutan pajak
sebagaimana dikemukakan oleh Adam Smith dalam bukunya An inquiri the
nature of cause the wealth of nations menyatakan bahwa pemungutan pajak
hendaknya didasarkan pada :
• Equaliti
Pemungutan pajak harus bersifat adil dan merata, yaitu pajak dikenakan
kepada orang pribadi yang harus sebanding dengan kemampuan
membayar pajak atau ability to pay dan sesuai dengan manfaat yang
diterima. Adil maksudnya bahwa setiap Wajib Pajak memnyumbangkan
uang untuk pengeluaran pemerintah sebanding dengan kepentingan dan
manfaat yang diminta.
• Certainty
Penetapan pajak itu tidak ditentukan sewenang-wenang. Oleh karena itu,
Wajib Pajak harus mengetahui secara jelas dan pasti besarnya pajak yang
terutang, kapan harus dibayar, serta batas waktu pembayaran.
• Convenience
Kapan wajib pajak itu harus membayar pajak sebaiknya sesuai dengan
saat-saat yang tidak menyulitkan wajib pajak sebagai contoh saat wajib
pajak memperoleh penghasilan. Sistem pemungutan ini disebut Pay as you
earn.
Amri Siregar : Analisis Efektifitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007, 2010.
• Economy
Secara ekonomi bahwa biaya pemungutan dan biaya pemenuhan
kewajiban pajak bagi wajib pajak diharapkan seminim mungkin, demikian
pula beban yang dipikul wajib pajak.
Asas keadilan dalam prinsip perundang-undangan perpajakan maupun
dalam hal pelaksanaannya harus dipegang teguh, walaupun keadilan itu sangat
relative.
Menurut Richard A. Musgrave dan Peggy B. Musgrave dalam buku public
finance in theory and practice terdapat dua macam asas keadilan pemungutan
pajak, yaitu :
1. Benefit Principle
Dalam system perpajakan yang adil,setiap wajib pajak harus membayar
pajak sejalan dengan manfaat yang dinikmatinya dari pemerintah.
Pendekatan ini disebut Revenue and Expenditure Approach
2. Ability Principle
Dalam pendekatan ini menyarankan agar pajak dibebankan kepada wajib
pajak atas dasar kemampuan membayar.
Asas pemungutan lainnya juga dikemukakan oleh Jhon F. Due dalam buku
Government Finance ,An Economic Analisys yaitu The Natural Principle yang
bermakna bahwa pajak itu harus netral artinya tidak mempengaruhi pilihan
masyarakat untuk mengkonsumsi atau memproduksi barang. Terlihat bahwa asas
ini bertujuan untuk menjaga agar pemungutan pajak tidak mengganggu kemajuan
ekonomi.
Amri Siregar : Analisis Efektifitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007, 2010.
Asas pemungutan pajak dapat pula dibagi dalam:
1. Asas Menurut Falsafah Hukum
Hukum pajak harus berdasarkan pada keadilan. Selanjutnya keadilan ini
sebagai asas pemungutan pajak.untuk menyatakan keadilan kepada hak
Negara untuk memungut pajak, muncul beberapa teori dasar, yaitu:
• Teori asuransi
Dalam perjanjian asuransi diperlukan pembayaran premi. Premi
tersebut dimaksudkan sebagai pembayaran atas usaha melindungi
orang dari segala kepentingannya, misalnya keselamatan atau
keamanan harta bendanya. Teori asuransi ini menyamakan
pembayaran premi dengan pembayaran pajak. Walaupun
kenyataanya menyatakan premi tersebut tidaklah tepat.
• Teori Kepentingan
Pada teori kepentingan ini memperhatikan beban pajak yang harus
dipungut dari masyarakat.pembebanan ini harus didasarkan pada
kepentingan setiap orang pada tugas pemerintah termasuk
perlindungan jiwa dan hartanya. Oleh karena itu, pengeluaran
Negara untuk melindungi dibebankan pada masyarakat.
• Teori Gaya Pikul
Teori ini mengandung maksud bahwa dasar keadilan pemungutan
pajak terletak dalam jasa-jasa yang diberikan oleh Negara kepada
masyarakat berupa perlindungan jiwa dan harta bendanya. Oleh
karena itu, untuk kepentingan perlindungan maka masyarakat akan
membayar pajak menurut gaya pikul seseorang.
Amri Siregar : Analisis Efektifitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007, 2010.
• Teori Bakti
Teori bakti ini disebut juga teori kewajiban pajak mutlak. Teori ini
berdasarkan pada Negara mempunyai hak mutlak untuk
memungut pajak. Di lain pihak, masyarakat menyadari bahwa
pembayaran pajak sebagai suatu kewajiban untuk membuktikan
tanda baktinya terhadap Negara. Dengan demikian dasar hukum
pajak terletak pada hubungan masyarakat dengan Negara.
• Teori Asas Daya Beli
Dalam teori ini mendasarkan bahwa penyelenggaraan kepentingan
masyarakat yang dianggap sebagai dasar keadilan pemungutan
pajak yang buka kepentingan individu atau Negara, sehingga lebih
menitikberatkan pada fungsi mengatur.
2. Asas Yuridis
Untuk menyatakan suatu keadilan. Hukum pajak harus memberikan
jaminan hukum kepada Negara atau warganya. Oleh karena
itu,pemungutan pajak harus didasarkanpada undang-undang. Landasan
hukum pemungutan pajak di Indonesia adalah pasal 23A Amandemen
Undang-undang dasar 1945
3. Asas Ekonomi
Seperti pada uraian sebelumnya,pajak mempunyai fungsi regular dan
fungsi budgeter. Asas ekonomi ini lebih menekankan pada pemikiran
bahwa Negara menghendaki agar kehidupan ekonomi masyarakat agar
terus meningkat. Untuk itu, pemungutan pajak harus diupayakan tidak
menghambat kelancaran ekonomi sehingga ekonomi tidak terganggu.
Amri Siregar : Analisis Efektifitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007, 2010.
4. Asas Pemungutan Pajak Lainnya
Terdapat tiga asas yang digunakan untuk memungut pajak dalam pajak
penghasilan,yaitu:
• Asas tempat tinggal
Negara-negara mempunyai hak untuk memungut atas penghasilan
wajib pajak berdasarkan tempat tinggal wajib pajak. Wajib pajak
yang bertempat tinggal di Indonesia dikenai pajak atas penghasilan
yang diterima atau diperoleh, yang berasal dari Indonesia atau
berasal dari luar negeri (Pasal 4 Undang-undang Pajak
Penghasilan)
• Asas kebangsaan
Pengenaan pajak dihubungkan dengan suatu Negara. Asas ini
diberlakukan kepada setiap orang asing yang bertempat tinggal di
Indonesia untuk membayar pajak.
• Asas Sumber
Negara mempunyai hak untuk memungut pajak atas penghasilan
yang bersumber pada suatu Negara yang memungut pajak. Dengan
demikian Wajib pajak menerima atau memperoleh penhasilan dari
Indonesia dikenakan pajak di Indonesia tanpa memperhatikan
tempat tinggal wajib pajak.
2.1.4. Tinjauan Pajak Dari Berbagai Aspek
Masalah perpajakan tidaklah sesederhana hanya sekedar menyerahkan
sebagian penghasilan atau kekayaan seseorang kepada Negara, tetapi coraknya
Amri Siregar : Analisis Efektifitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007, 2010.
terlihat bermacam-macam tergantung kepada pendekatannya. Dalam hal ini pajak
dapat didekati atau ditinjau dari berbagi aspek.
Aspek Ekonomi
Dari sudut pandang ekonomi, pajak merupakan penerimaan negara yang
digunakan untuk mengarahkan kehidupan masyarakat menuju kesejahteraan.
Pajak sebagai motor penggerak kehidupan ekonomi masyarakat.
Meskipun kehidupan ekonomi sebagian besar dijalankan dengan
mengandalkan mekanisme pasar bebas, mekanisme tadi tidak akan berjalan
apabila tidak ada pemerintah. Untuk menjalankan roda pemerintahan yang mampu
menggerakkan secara efektif mekanisme pasar bebas pemerintah memerlukan
pajak dari masyarakat.
Pelayanan yang diberikan pemerintah merupakan kepentingan
umum(public utilities) untuk kepuasan bersama, sehingga pajak yang mengalir
dari masyarakat akhirnya kembali lagi untuk masyarakat. Hal ini erat kaitanya
dengan kebijakan ekonomi yang mengarah kepada dukungan kenaikan
pendapatan masyarakat melalui distribusi pendapatan.
Prasarana ekonomi tersebut erat kaitanya dengan pertumbuhan
ekonomi.tanpa pertumbuhan ekonomi, negara tidak dapat meningkatkan
kesejahteran warganya. Demikian pula, tanpa jarak serta tanpa kesadaran
masyarakat membayar pajak, pemerintah tidak dapat meningkatkan prasarana
ekonominya. Untuk itu diperlukan usaha mengerahkan dana-dana investasi yang
bersumber pada tabungan masyarakat, tabungan pemerintah serta penerimaan
devisa yang berasal dari eksport dan jasa. Pengerahan dana-dana investasi tersebut
Amri Siregar : Analisis Efektifitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007, 2010.
harus ditingkatkan dengan cepat, sehingga bantuan luar negeri semakin berkurang.
Aspek Hukum
Pajak merupakan masalah keungan negara. Dasar yang digunakan
pemerintah untuk mengatur masalah keuangan negara yaitu Pasal 23A
Amandemen UUD 1945 (Pajak dan pungutan lainyang bersifat memaksa untuk
keperkuan negara diatur dengan undang-undang). Meskipun UUD 1945 (sebelum
amandemen) sudah berlaku sejak negara merdeka (diganti antara tahun1950
sampai 1959, kemudian diperlakukan kembali dengan dekrit presiden 1959)
Undang-undang pajak masih menggunakan produk undang-undang zaman
kolonial belanda sampai pembaharuan perpajakan selesai tahun 1983. Undang-
undang kolonial yang pada saat itu adalah Aturan Bea Meterai 1932, Ordonansi
Pajak Perseroan 1925, Ordonansi Pajak kekayaan 1932, dan Ordonansi pajak
pendapatan 1944.
Dalam rangka reformasi perpajakan nasional, pemerintah bersama-sama
dengan DPR berhasil melahirkan undang-undang perpajakan yang baru, yaitu
Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan umum dan tata cara
Perpajakan, Undang-undang Nomor 7 tahun 1983 tentang pajak penghasilan,
Undang-undang Nomor 8 tahun 1983 tentang Pajak pertambahan nilai dan pajak
penjualan atas barang mewah, Undang-undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang
pajak bumi dan bangunan, Undang-undang Nomor 13 tentang Bea Materai. Di
dalam undang-undang di atas terdapat pula aspek hukum dengan mencantumkan
sanksi-sanksi hukum apabila wajib pajak lalai atau dengan sengaja tidak
menunaikan kewajiban membayar pajak.
Amri Siregar : Analisis Efektifitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007, 2010.
Selanjutnya dilakukan pembaharuan kembali pada tahun 1994 dan pada
tahun 1997 terdapat pula undang-undang baru yang dilahirkan. Pada tahun 1997
telah melahirkan yaitu Undang-undang Nomor 17 tahun 1997 tentang badan
penyelesaian sengketa pajak, undang-undang Nomor 18 tahun 1997 tentang pajak
daerah dan retribusi daerah, undang-undang no 19 tahun 1997 tentang Penagihan
Pajak dengan Surat Paksa, dan undang-undang Nomor 20 tahun 1997 bea
perolehan Hak atas tanah dan bangunan. Dalam era reformasi ini telah dilakukan
pula pembaharuan terhadap undang-undang perpajakan meliputi: Undang-undang
nomor 16 tahun 2000 tentang Ketentuan umum dan tata cara perpajakan, Undang-
undang nomor 17 tahun 2000 tentang Pajak penghasilan, Undang-undang nomor
18 tahun 2000 tentang Pajak Pertambahan nilai dan pajak pajak penjualan atas
barang mewah, Undang-undang 19 tahun 2000 tentang penagihan pajak dengan
surat paksa dan undang-undang nomor 20 tahu 2000 tentang Bea perolehan hak
atas tanah dan bangunan, dan Undang-undang nomor 34 tahun 2000 tentang pajak
daerah dan retribusi .
Keseluruhan ketentuan peraturan perundang-undangan diharapkan
pemerintah dapat menegakkan law enforcement di bidang perpajakan.
Aspek Keuangan
Pendekatan dari aspek keuangan ini tercakup dalm aspek ekonomi hanya
lebih menitikberatkan pada aspek keuangan. Pajak dipandang bagian uang sangat
penting dalam penerimaan negara. Jika dilihat dari penerimaan negara, kondisi
keuangan negara tidak lagi semata-mata dari penerimaan negara berupa minyak
dan gas bumi, tetapi lebih berupaya untuk menjadikan pajak sebagai primadona
penerimaan negara. Oleh karena itu, struktur penerimaan negara sudah bergeser
Amri Siregar : Analisis Efektifitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007, 2010.
dalam beberapa dasawarsa terakhir ini. Salah satu sumber dana untuk
pembiayaan pembangunan yaitu tabungan pemerintah yang merupakan selisih
antara penerimaan dalam negeri dan pengeluaran rutin.
Alat ukur yang digunakan sebagai sebagai indikator efektif dan produktif
pemungutan pajak yaitu fungsinya pengumpulan penerimaan negara berupa pajak.
Kecenderungan umum dengan semakin maju suatu sistem pajak suatu negara,
akan semakin tinggi tax ratio.
Tax ratio yatu perbadingan antara penerimaan pajak dan jumlah produk
domestik bruto (PDB) di Indonesia.
Aspek Sosiologi
Pada aspek sosiologi ini bahwa pajak ditinjau dari segi masyarakat yaitu
yang menyangkut akibat atau dampak terhadap masyarakat atas pungutan dan
hasil apakah yang dapat disampaikan kepada masyarakat.
Jelas bahwa pajak sebagai sumber penerimaan negara untuk membiayai
pengeluaran rutin dan juga digunakan untuk membiayai pembangunan. Berarti,
dengan pembangunan ini dibiayai masyarakat. Oleh karena itu, upaya untuk
meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak sangatlah penting, karena dana
yang dihimpun berasal dari rakyat (private saving) masyarakat atau berasal dari
pemerintah (public saving )
Dengan demikian, terlihat bahwa dari pajak sasaran yang disetujui adalah
memberikan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat secara merata dengan
melakukan pembangunan di berbagai sektor.
Amri Siregar : Analisis Efektifitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007, 2010.
2.2. Fungsi Pajak
Sebagaimana telah diketahui ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak
dari berbagai defenisi, terlihat adanya dua fungsi pajak, yaitu:
• Fungsi Penerimaan (Budgeteir)
Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi
pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Sebagai contoh yaitu
dimasukkannya pajak dalam APBD sebagai penerimaan dalam negeri.
• Fungsi Mengatur( Reguler)
Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan
di bidang sosial dan ekonomi. Sebagai contoh: yaitu dikenakanya pajak
yang lebih tinggi terhadap minuman keras, dapat ditekan. Demikian pula
dengan barang mewah.
2.3. Retribusi
Jenis pungutan seperti retribusi mempunyai pengertian lain dibanding
dengan pajak. Retribusi pada umumnya mempunyai hubungan langsung dengan
kembalinya prestasi, karena pembayaran tersebut ditunjukkan semata-mata untuk
mendapatkan suatu prestasi dari pemerintah, misalnya pembayaran uang kuliah,
karcis masuk terminal, kartu langganan.
Pungututan retribusi di Indonnesia didasarkan pada Undang-undang
Nomor 34 Tahun 2000 tentang pajak daerah dan retribusi daerah. Dalam pasal 1
angka 26 Undang-undang dimaksud menyebutkan bahwa retribusi daerah, yang
selanjutnya disebut retribusi, adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas
Amri Siregar : Analisis Efektifitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007, 2010.
jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh
pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.
Untuk tata cara pemungutannya, retribusi tidak dapat di borongkan dan
retribusi dipungut dengan menggunakan Surat Ketetapan Retribusi Daerah atau
dokumen yang dipersamakan. Pelaksanaan penagihannya dapat dipaksakan.
Dalam hal wajib Retribusi tertentu kepada mereka tidak membayar tepat pada
waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi administrasi, berupa bunga
sebesar 2%(dua persen) setiap bulan dari retribusi yang terutang yang tidak atau
kurang dibayar dan ditagih dengan Surat Tagihan Retribusi Daerah(STRD)
2.4. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
Sebagaimana telah kita ketahui bahwa aspek atau faktor-faktor yang
mendukung terjadinya pembangunan perekonomian itu ada beberapa bagian,
penanaman modal dalam negeri juga mempunyai peranan yang besar dalam
pembangunan perekonomian, semakin besar investasi yang ditanamkan akan
berdampak semakin besar pula terhadap pembangunan perekonomian.
Kondisi perkembangan investasi di Indonesia sejak terjadinya krisis
moneter telah mengalami stagnasi dan kelesuan bahkan cenderung menjadi tidak
kondusif sehingga berpengaruh terhadap perkembangan laju pertumbuhan
ekonomi nasional. Salah satu indikator yang dapat dilihat adalah turunnya jumlah
proyek dan investasi PMDN yang telah disetujui dan realisasinya.
Dengan menyampingkan permasalahan nasional, ada beberapa hal yang
perlu dibenahi untuk mendorong investasi di Provinsi Sumatera Utara :
Amri Siregar : Analisis Efektifitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007, 2010.
1. Menyangkut pada ketersediaan energi listrik, keterbatasan energi listrik
sangat mengurangi minat investor melakukan investasi, baik baru
maupun perluasan karena investor yang lama harus mengurangi
pemakaian mesin-mesin karena keterbatasan energi listrik. Jadi jika
Provinsi Sumatera Utara mau mendorong investasi, maka permasalahan
energi listrik perlu dibenahi.
2. Menyangkut pada aktivitas peyelundupan yang marak di Provinsi
Sumatera Utara, dengan maraknya penyelundupan menyangkut maka
hasrat berinvestasi menjadi turun apalagi jika barang yang dihasilkan
tidak mampu bersaing dengan barang buatan luar negeri.untuk
mengatasi masalah ini diperlukan adanya koordinasi serta itikad yang
tulus dari kita semua. Namun harus disponsori oleh pemerintah daerah
Provinsi Sumatera Utara.
3. Menyangkut pada kondisi jalan dan jembatan yang tidak mulus dan
tidak merata di Provinsi Sumatera Utara. Potensi ekonomi yang dimiliki
oleh daerah Provinsi Sumatera Utara tidak terjangkau oleh jalan dan
jembatan secara ekonomis sehingga potensi itu tidak dapat diolah.Oleh
sebab itu investasi hanya terjadi di daerah yang sudah dapat dijangkau
oleh jalan dan jembatan saja.
Dengan demikian adanya perhatian yang serius untuk membenahi faktor-
faktor yang diatas akan menambah volume investasi yang akan ditanamkan di
Provinsi Sumatera Utara, sehingga pembangunan perekonomian yang
direncanakan dapat terlaksana. Semakin tinggi tingkat perkembangan
perekonomian maka kesejahteraan masyarakat juga akan semakin tinggi.
Amri Siregar : Analisis Efektifitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007, 2010.
Adapun besarnya jumlah PMDN yang ditanamkan didaerah Provinsi
Sumatera Utara antara tahun 1998-2007 ditampilkan dalam tabel berikut ini:
Tabel 2.4 Penanaman Modal Dalam Negeri tahun 1998-2007
Tahun PMDN (Juta Rupiah) 1998 102.716.3 1999 119.777.8 2000 519.744.7 2001 339.603.4 2002 504.556.6 2003 417.053.6 2004 26.807.5 2005 131.753.3 2006 34.653.0 2007 429.462.7
Sumber :Biro Pusat Satistik
2.5. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita adalah merupakan
gambaran rata-rata pendapatan yang diterima oleh setiap penduduk sebagai hasil
dari proses produksi. PDRB per kapita diperoleh dengan cara membagi total nilai
PDRB dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Nilai PDRB per kapita dapat
menggambarkan tinggkat kesejahteraan penduduk suatu wilayah walaupun
sebenarnya nilai PDRB per kapita ini belum tentu dinikmati oleh masyarakat di
daerah tersebut.
Mulai tumbuhnya perekonomian Indonesia berdampak pada perekonomian
Provinsi Sumatera Utara. Salah satu indikator membaiknya ekonomi Provinsi
Sumatera Utara adalah meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi Provinsi
Sumatera Utara pada tahun 2004 tumbuh sebesar 5,74%. Laju pertumbuhan
tersebut lebih tinggi dari tahun 2003 yang sebesar 4,81%.
Amri Siregar : Analisis Efektifitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007, 2010.
Pertumbuhan ekonomi dicapai oleh sektor pengangkutan sebesar 13,49%.
Pertumbuhan yang cukup tinggi dicapai oleh sector konstruksi sebesar 7,65%.
Sementara itu, sektor pertanian yang mentumbang sekitar 24,47%. Perekonomian
di Provinsi Sumatera Utara mampu tumbuh sebesar 3,75%. Pertumbuhan tersebut
lebih tinggi dari pada yang dicapai pada tahun sebelumnya yang hanya sebesar
2,51%.
Meningkatnya PDRB ini berdampak pada naiknya kesejahteraan penduduk
yang dapat dilihat secaa tidak langsung dari besarnya PDRB perkapita. Hal ini
tidak terlepas dari peranan sektor perbankan sebagai sektor yang sangat
berpengaruh selama krisis ekonomi tetapi sekarang menunjukkan perbaikan dan
ini tercermin dari peningkatnya dana yang dihimpun juga kredit yang disalurkan
pada sektor perbankan memberi peluang dan harapan pada sektor riil untuk
mengembangkan usahanya pada akhirnya meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Jumlah Produk Regional Domestik Bruto yang dihasilkan diperoleh daerah
Provinsi Sumatera Utara antara tahun 1998-2007 ditampilkan dalam tabel berikut
ini :
Tabel 2.5. Produk Domestik Regional Bruto tahun 1998-2007
TAHUN PDRB (juta Rupiah)
1998 22.332.689,00 1999 22.898.424,00 2000 24.016.650,00 2001 24.911.050,00 2002 25.925.360,00 2003 27.071.250,00 2004 28.680.852,00 2005 34.006.074,00 2006 50.705.973,00 2007 59.228.075,00
Sumber: Biro Pusat Statistik
Amri Siregar : Analisis Efektifitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007, 2010.
2.6. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
2.6.1. Pengertian Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan asli daerah adalah salah dari sumber pendapatan daerah. Yang
dimaksud Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari
sumber-sumber pendapatan di dalam wilayahnya sendiri. Pendapatan Asli Daerah
tersebut dipungut berdasarkan peraturan daerah yang sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.
Menurut Halim (2004:67), Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah “semua
penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah”. Menurut
Kadjatmiko (2002 :77)”, Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah penerimaan yang
diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang beralaku”.
Menurut Halim dan Nasir (2006:44), Pendapatan Asli Daerah adalah
“pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah
sesuai dengan peraturan perundang-undangan”.
2.6.2. Jenis-Jenis Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Klasifikasi PAD yang terbaru berdasakan Permendagri 13/2006 adalah
terdiri dari: pajak daerah retibusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
Menurut Halim (2004:67) Pendapatan asli Daerah dipisahkan menjadi
empat pendapatan, yaitu : pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik
daerah dan hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan, lain-lain
Amri Siregar : Analisis Efektifitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007, 2010.
PAD yang sah. Klasifikasi PAD yang dinyatakan oleh oleh halim adalah sesuai
dengan klasifikasi Kepmendagri 29/2002.
Sumber-sumber dari pendapatan asli daerah akan dijelaskan lebih lanjut
sebagai berikut:
1. Pajak Daerah
Menurut Marihot. P. Siahaan (2005:7) pajak daerah adalah
pungutan dari masyarakat oleh Negara (pemerintah) berdasarkan uang-
uang yang bersifat dapat dipaksakan dan terutang oleh yang wajib
membayarnya dengan tidak mendapat prestasi kembali
(kontraprestasi/balas jasa) secara langsung, yang hasilnya untuk
membiayai pengeluaran Negara dalam penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan.
Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 pajak
daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh daerah kepada orang
pribadi atau kelompok tanpa imbalan lansung yang seimbang, yang dapat
dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah
dan pembangunan daerah.
Dengan demikian, pajak daerah merupakan pajak yang ditetapkan
oleh pemerintah daerah dengan peraturan daerah (Perda), yang wewenang
pemungutannya dilaksanakan oleh pemerintah daerah dan hasilnya
digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah daerah dalam
melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di
daerah. Karena pemerintah daerah di Indonesia terbagi menjadi dua, yaitu
Amri Siregar : Analisis Efektifitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007, 2010.
pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota, pajak daerah di
Indonesia dewasa ini juga dibagi menjadi dua, yaitu pajak provinsi dan
pajak kabupaten/kota.
Jenis-jenis Pajak Daerah Kabupaten Atau Kota
Menurut Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 Tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah Jenis Pendapatan Pajak Kabupaten/kota
tersusun dari :
• Pajak Hotel,
• Pajak Restoran,
• Pajak Hiburan,
• Pajak Reklame,
• Pajak penerangan jalan,
• Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C,
• Pajak Parkir.
Dari pengertian pajak daerah tersebut diatas maka dapat diartikan
bahwa pemungutan pajak daerah merupakan wewenang daerah yang diatur
dalam undang-undang tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah dan
Hasilnya digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah itu sendiri.
2. Retribusi Daerah
Menurut Yani (2002:55) ”Retribusi Daerah adalah pungutan daerah
sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus
disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah untuk kepentingan pribadi
atau badan”.
Amri Siregar : Analisis Efektifitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007, 2010.
2.6.3. Jenis-Jenis Retribusi Daerah
Menurut Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 Tentang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah jenis pendapatan retribusi untuk kabupaten /kota meliputi
objek pendapatan berikut:
• Retribusi Pelayanan Kesehatan,
• Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan,
• Retribusi Penggantian Biaya Cetak KTP,
• Retribusi Penggantian Biaya Cetak Akta Catatan sipil,
• Retribusi Pelayanan Pemakaman,
• Retribusi Pengabuan Mayat,
• Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum,
• Retribusi Pelayanan Pasar,
• Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor,
• Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran,
• Retribusi Penggantian Biayan Cetak Peta,
• REtribusi Pengujian Kapal Perikanan,
• Reetribusi Pemakaian Kekayaan Daerah,
• Retribusi Jasa Usaha Pasar Grosir atau Pertokoan,
• Retribusi Jasa Usaha Tempat Pelelangan,
• Retribusi Jasa Usaha Terminal,
• Retribusi jasa Usaha Khusus Parkir,
• Retribusi Jasa Usaha Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa,
• Retribusi jasa Usaha Penyedotan Kakus,
• Retribusi Jasa Usaha Rumah Potong Hewan,
Amri Siregar : Analisis Efektifitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007, 2010.
• Retribusi Jasa Usaha Pelayanan Pelabuhan KApal,
• Retribusi Jasa Usaha Tempat Rekreasi dan Olahraga,
• Retribusi Jasa Usaha Penyeberangan di atas Air,
• Retribusi Jasa Usaha Pengolahan Limbah Cair,
• Retribusi Jasa Usaha Penjualan Produksi Usaha Daerah,
• Retribusi Izin Mendirikan Bangunan,
• Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol,
• Retribusi Izin Gangguan,
• Reetribusi Izin Trayek.
2.6.4. Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Milik
Daerah Yang Dipisahkan.
Menurut Halim (2004:68),”Hasil perusahaan milik daerah dan hasil
pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan merupakan penerimaan
daerah yang berasal dari hasil perusahaan milik daerah dan pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan”.
Menurut Halim (2004:68), jenis pendapatan ini meliputi objek pendapatan
berikut:
• Bagian laba perusahaan milik daerah
• Bagian laba lembaga keuangan bank
• Bagian laba keuangan nonbank
• Bagian laba atas penyertaan modal/investasi.
Sumber penerimaan PAD yang lainnya yang menduduki peran penting
setelah pajak dan retribusi daerah adalah bagian Pemerintah Daerah atas laba
Amri Siregar : Analisis Efektifitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007, 2010.
Badan Usaha Milik Daerah(BUMD). Menurut Undang-Undang Nomor 34 Tahun
2000 Hasil perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pegelolaan Kekayaan Milik
Daerah yang Dipisahkan atau Bagian Laba BUMD merupakan penerimaan daerah
yang berasal dari hasil perusahaan milik daerah dan pengelolaan kekayaan daerah
yang dipisahkan.
BUMD merupakan badan usaha yang didirikan seluruhnya atau sebagian
dengan modal daerah. Tujuan didirikannya BUMD adalah dalam rangka
menciptakan lapangan kerja atau mendorong pembangunan ekonomi daerah.
Selain itu, BUMD juga merupakan cara yang lebih efisien dalam melayani
masyarakat, dan merupakan salah satu sumber penerimaan daerah. Bagian laba
BUMD tersebutt digunakan untuk membiayai pembangunan daerah dan anggaran
belanja daerah, setelah dikurangi dengan penyusutan, dan pengurangan lain yang
wajar dalam BUMD.
BUMD sebenarnya juga merupakan salah satu potensi sumber keuangan
bagi daerah yang perlu terus ditingkatkan guna mendukung pelaksaan otonomi
daerah. Besarnya kontribusi laba BUMD dalam Pendapatan Asli Daerah dapat
menjadi indikator kuat dan lemahnya BUMD dalam suatu daerah.
Jenis pendapatan ini meliputi Objek Pendapatan berikut:
• Bagian Laba Perusahaan Milk Daerah,
• Bagian Laba Lembaga Keuangan Bank,
• Bagian Laba Lembaga Keuangan NonBank,
• Bagian laba atas Penyertaan Modal/Investasi.
Amri Siregar : Analisis Efektifitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007, 2010.
2.6.5. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
Menurut Halim (2004:69)”Pendapatan ini merupakan penerimaan daerah
yang berasal dari lain-lain milik pemerintah daerah”.
Menurut Halim(2004:69) jenis pendapatan ini meliputi objek pendapatan
berikut;1) hasil penjualan asset daerah yang tidak dipisahkan, 2) penerimaan jasa
giro, 3) penerimaan bunga deposit, 4) denda keterlambatan pelaksanaan
pekerjaan, 5) penerimaan ganti rugi atas kerugian/kehilangan kekayaan daerah”.
Menurut Peraturan Pemerintah No.33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan
Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah, Lain-Lain Pad yang sah meliputi:
• Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan,
• Jasa giro,
• Pendapatan bunga,
• Keuntungan selisih nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing,
dan
• Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari
penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah.
Amri Siregar : Analisis Efektifitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007, 2010.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian merupakan langkah dan prosedur yang akan dilakukan
dalam pengumpulam data ataupun informasi empiris guna memecahkan
permasalahan dan menguji hipotesis penelitian.
3.1. Ruang Lingkup Penelitian
Yang menjadi ruang lingkup penelitian adalah menganalisis bagaimana
kontribusi dan efektifitas pajak dan retribusi daerah sebagai Pendapatan Asli
Daerah Sumatera Utara dengan menganalisis kontribusi dan efektivitasnya setiap
tahun. Kemudian meneliti pengaruh beberapa faktor yang mempengaruhi PAD
Sumatera Utara yang antara lain PDRB dan PMDN.
3.2. Jenis Dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan adalah data sekunder (time series) dengan
kurun waktu tahunan yang diperoleh dari Biro Pusat Statistik (BPS) Sumatera
Utara dan lembaga-lembaga terkait, serta berbagai buku yang berhubungan
dengan pendapatan daerah.
3.3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dipergunakan adalah dengan melakukan
pencatatan langsung berupa data time series dari tahun 1998 sampai 2007 (sampel
Amri Siregar : Analisis Efektifitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007, 2010.
data 10 tahun) untuk analisis faktor-faktor yang mempengaruhi PAD. dan data
tahun 2003 – 2007 untuk analisis efektivitas dan kontribusi.
3.4. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan manual dengan aplikasi Microsoft
excel dan program komputer eviews 4.1.
3.5. Model Analisis
3.5.1. Analisis Kontribusi dan Efektivitas.
Analisis data yang digunakan dalam menganalisis kontribusi dan
efektivitas pajak dan retribusi daerah adalah sebagai berikut:
a. Analisis Kontribusi
Yaitu suatu analisis yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar
kontribusi yang dapat disumbangkan dari penerimaan pajak dan retribusi daerah
terhadap Pendapatan Asli Daerah Provinsi Sumatera Utara, maka dibandingkan
antara realisasi penerimaan pajak dan retribusi daerah terhadap PAD. Rumus yang
digunakan untuk menghitung kontribusi adalah sebagai berikut:
Pn = %100×n
n
QYQX
Keterangan :
Pn = Kontribusi penerimaan pajak dan retribusi daerah terhadap
Pendapatan asli Daerah (Rupiah)
QY = Jumlah penerimaan Pendapatan Asli Daerah (Rupiah)
QX = Jumlah penerimaan pajak dan retribusi daerah (Rupiah)
n = Tahun (periode tertentu)
Amri Siregar : Analisis Efektifitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007, 2010.
Dengan analisis ini kita akan mendapatkan seberapa besar kontribusi pajak
dan retribusi daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah Provinsi Sumatera Utara.
Dengan membandingkan hasil analisis tersebut dari tahun ke tahun selama 5
tahun, kita akan mendapatkan hasil analisis yang berfluktuasi dari kontribusi
tersebut dan akan diketahui kontribusi yang terbesar dan yang terkecil dari tahun
ke tahun. Sehingga dapat diketahui seberapa besar peran pajak dan retribusi
daerah dalam menyumbang terhadap Pendapatan Asli Daerah Provinsi Sumatera
Utara.
b. Analisis Efetivitas
Yaitu merupakan hubungan antara realisasi penerimaan pajak dan retribusi
daerah terhadap target penerimaan pajak dan retribusi daerah yang memungkinkan
apakah besarnya pajak dan retribusi daerah sesuai dengan target yang ada.
Besarnya efektivitas pajak dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Efektifitas = %100arg
Re xett
alisasi
Apabila hasil perhitungan efektivitas pajak dan retribusi daerah
menghasilkan angka atau persentase mendekati 100%, maka pajak dan retribusi
daerah semakin efektif dan untuk melihat efektivitasnya adalah dengan
membandingkan efektivitas pada tahun bersangkutan dengan efektivitas tahun
sebelumnya.
3.5.2. Analisis Pengaruh Beberapa Faktor Terhadap PAD
Beberapa faktor yang mempengaruhi PAD yang antara lain Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
digambarkan pengaruhnya dengan fungsi matematika sebagai berikut:
Amri Siregar : Analisis Efektifitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007, 2010.
Y = f (X1, X2) …………………………………..(1.1)
Fungsi ini kemudian dispesifikasikan ke dalam model ekonometrik
sebagai berikut:
Y = α + β1X1 + β2X2 + μ …………………..(1.2)
Dimana:
Y = PAD
X1 = PDRB
X2 = PMDN
α = Konstanta
β1… β3 = Koefisien regressi
μ = Term of Error (kesalahan pengganggu)
3.6. Defenisi Operasional
• Pajak adalah iuran kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang
oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan,dengan tidak
mendapat prestasi kembali
• Retribusi daerah adalah jumlah pungutan resmi yang diperoleh untuk jasa
atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan
oleh Pemerintah Daerah Propinsi Sumatera Utara untuk kepentingan orang
pribadi atau badan (Rupiah).
• Realisasi penerimaan pajak dan retribusi daerah adalah jumlah pajak dan
retribusi daerah yang telah diterima setiap tahun (Rupiah).
Amri Siregar : Analisis Efektifitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007, 2010.
• Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah barang dan
jasa yang dihasilkan dalam kurun waktu satu tahun (juta rupiah).
• Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) adalah jumlah modal yang
digunakan untuk memproduksi barang dan jasa yang berasal dari dalam
negeri (juta rupiah).
Amri Siregar : Analisis Efektifitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007, 2010.
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1.Gambaran Umum Provinsi Sumatera Utara 4.1.1. Letak Geografis Provinsi Sumatera Utara berada di bagian Barat Indonesia, terletak pada
garis 1-4 LU dan 98-100 BT dengan luas 71.680 Km atau terbesar ketujuh
wilayah Republik Indonesia. Letak provinsi ini sangat strategis karena berada
pada jalur perdagangan internasional dan berdekatan dengan Malaysia dan
Singapura seta diapit oleh tiga provinsi dengan batas-batas sebagai berikut:
• Sebelah Utara berbatasan dengan provinsi Daerah Istimewa Aceh
• Sebelah Selatan berbatasan dengan Sumatera Barat dan Riau
• Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia
• Sebelah Timur berbatasan dengan Selat malaka
4.1.2. Kondisi Alam dan Topografi
Provinsi Sumatera Utara terletak dengan garis khatulistiwa dan
mempunyai iklim tropis yang dipengaruhi oleh angin passat dan angin musson.
Kelembapan udara rata-rata 78%-91% pertahun. Curah hujan kurang lebih 1800-
4000 mm pertahun. Ketinggian dataran Provinsi Sumatera Utara sangat bervariasi
sebagian dataranya hanya beberapa meter dari permukaan laut, beriklim cukup
panas yang suhunya bisa mencapai 35 C, sedangkan sebagian daerahnya lagi
berbukit dengan kemiringan landai, beriklim sedang dan berada pada ketinggian
yang suhu minimalnya bias mencapai 14 C
Amri Siregar : Analisis Efektifitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007, 2010.
Tabel 4.1.2 Kondisi Geografis Provinsi Sumatera Utara
Wilayah Kabupaten/kota
Letak di atas Permukaan laut
Medan 0-14m Binjai 28m Tebing Tinggi 26-34m Pematang Siantar 400m Tanjung Balai 0-4m Sibolga 0-100m Deli Serdang 0-1500m Langkat 0-1200m Simalungun 200-1500m Karo 140-1400m Dairi 400-1700m Asahan 0-1500m Labuhan Batu 0-1300m Tapanuli Utara 300-800m Tapanuli Selatan 0-1915m Tapanuli tengah 0-1166m Nias 0-800m
Sumber : Data BPS dan diolah kembali dari beberapa penerbitan
4.1.3 Potensi Wilayah
Wilayah Provinsi Sumatera Utara memiliki potensi lahan yang cukup luas
untuk dikembangkan menjadi areal pertanian untuk menunjang pertumbuhan
industri. Laut, danau dan sungai merupakan potensi energik untuk pengembangan
industri perdangangan dan lain-lain. Dalam wilayah Provinsi Sumatera Utara
terkandung bahan galian seperti: kapur, belerang, pasir kuarsa, kuolin, diamtome,
emas, batu bara, minyak dan gas bumi.
Kegiatan perekonomian terpenting di Provinsi Sumatera Utara adalah pada
sektor pertanian yang manghasilkan bahan pangan dan budidaya ekspor dari
perkebunan, tanaman pangan, peternakan, perikanan, dan kehutanan. Sedangkan
industri yang berkembang di Provinsi Sumatera Utara adalah industri yang
Amri Siregar : Analisis Efektifitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007, 2010.
memproduksi barang-barang kebutuhan dalam negeri dan ekspor meliputi logam
dasar dan industri kecil.
Potensi strategis wilayah Provinsi Sumatera Utara dalam jalur
perdangangan internasional ditunjang oleh adanya pelabuhan laut dan bandara
yaitu bandara Polonia, Pinangsori, Binaka, Aek Godang dan pelabuhan seperti
pelabuhan Belawan, Sibolga, Gunung Sitoli, Tanjung Balai, Teluk Nibung Kuala
Tanjung dan Labuhan Bilik.
Disamping fasilitas ini, sektor jasa berkaitan dengan fasilitas perbankan
dan jasa-jasa perdagangan lainya serta komunikasi seperti: perhubungan darat,
telepon, teleks, faximile, dan giro telah cukup berkembang dan mampu mencapai
sebagian besar kecamatan yang tersebar di wilayah Provinsi Umatera Utara.
Selain itu di Provinsi Sumatera Utara juga terdapat lembaga-lembaga pendidikan
atau penelitian seperti :perguruan tinggi termasuk Politeknik, Balai Penelitian dan
Balai pelatihan kerja yang mampu membentuk tenaga pembangunan yang terdidik
dan terampil serta hasil penelitian bagi pembangunan daerah.
4.1.4. Gambaran Perekonomian Provinsi Sumatera Utara
Laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi adalah dambaan semua daerah,
karena pertumbuhan ekonomi mencerminkan tingkat keberhasilan pemerintah
dalam menjalankan tugasnya dan juga umumnya digunakan sebagai indikator
kesejahteraan rakyat. Dalam hal pencapaian pertumbuhan ekonomi, Sumatera
Utara yang mempunyai wilayah yang sangat strategis, di bidang ekonomi selalu di
sibukkan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi tinggi.
Amri Siregar : Analisis Efektifitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007, 2010.
Pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara pada tahun 2004 sebesar 3,17%
pada tahun 2006 sebesar 6,18%, pertumbuhan ekonomi tertinggi terjadi pada
tahun 1998, dimana pada tahun tersebut , pertumbuhan ekonomi naik menjadi
13,80% dan kenaikan ini adalah tertinggi sejak tahun 1987 sampi 2006.
Produk Domestik Regional Bruto per kapita adalah gambaran rata-rata
pendapatan yang diterima oleh setiap penduduk sebagai hasil dari proses produksi.
Nilai PDRB perkapita dapat menggambarkan tinggkat kesejahteraan penduduk
suatu daerah, walaupun sebenarnya nilai PDRB perkapita ini belum tentu
dinikmati oleh masyarakat di daerah tersebut.
4.1.5. Historis Provinsi Sumatera Utara
Pada tahun 1863, Jacob Nienhuys seorang Belanda pengusaha perkebunan
di Jawa mengunjungi pesisir timur laut Sumatera dan mendapatkan tanah untuk
perkebunan si Labuhan Deli yang merupakan tanah konsesi dari Sultan Deli
Mahmud Perkasa Alam,dan selanjutnya Martubung, Sunggal, Sungai Beras dan
Kelmpang.Keadaan ini membuka peluang kepada para peminat orang Eropah
menanam modalnya di Deli. Setahun kemudian, hasil panen tembakau yang
pertama sekali dikapalkan ke Rotterdam, hasilnya memuaskan kemudian
tembakau Deli menjadi masyur. Inilah awal eksploitasi besar-besaran perusahaan
perkebunan Eropah di pesisir timur laut Sumatera, khususnya daerah Deli dan
sekitarnya. Pada kurun waktu itu mulai dipekerjakan buruh perkebunan yang
didatangkan dari Swatow (China), Singapura, Malaka serta orang Kelling (India)
yang didatangkan dari Penang.
Amri Siregar : Analisis Efektifitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007, 2010.
Tanah Deli Sumatera Timur adalah merupakan wilayah yang sangat subur
untuk melakukan kegiatan pertanian dan perkebunan. Sepuluh tahun kemidian
1872 jumlah perusahaan perkebunan tembakau yang beroperasi di Deli mencapai
13 perusahaan yang tersebar di Langkat dan Deli Serdang. Jumlah orang Eropah
yang bekerja sebanyak 75 orang dan jumlah buruh sebanyak 4000 orang.
Badan Warisan Provinsi Sumatera Utara (Seminar Arsitektur,1995)
dataran yang luas daerah Deli telah diusahakan dengan penanaman tembakau,
kopi, teh, karet, dan kelapa sawit. Lalu kualitas tembakau Deli sebagai pembalut
cerutu amat terkenal pada masa sekitar 1875 sampai 1900 pembangunan dan
perluasan perkebunan berlangsung dengan sangat cepat dan mengagumkan.
Perusahaan Belanda, Deli Maatschappij (Mij) yang kemudian menjadi
perusahaan yang begitu besar dan kuat di daerah Deli. Momentum penting terjadi
pada tahun 1869, Deli Mij membangun pusat administrasinya di sekitar Sungai
Deli dan Babura yang waktu itu dikenal dengan nama Medan Putri.
Pada tahun 1879, asisten Residen deli dan para pamong praja Belanda
pindah dari Labuhan Deli ke Medan dengan menempati rumah-rumah yang
dipinjamkan Deli Mij. Selanjutnya pada tahun 1891, Sultan Deli Maknum
Alrasyid Perkasa Alamsyah pindah ke istana Maimun (dibangun sekitar
tahun1888), Medan. Dengan demikian setelah itu peran Labuhan Deli semakin
berkurang dan sebaliknya peran Medan sebagai pusat daerah Deli semakin kuat.
Di sisi lain, Belawan dipandang sebagai daerah yang lebih baik sebagai pelabuhan
Tahun 1884 di sebelah selatan Esplanade dibangun sebuah hotel kecil di
lokasi Bapindo sekarang. Pada tahun1883, Deli Mij mendirikan jawatan kereta api
bernama Deli Poorweg Maatschappij dan tahun 1885 jalur kereta api Medan
Amri Siregar : Analisis Efektifitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007, 2010.
Labuhan Deli diresmikan. Sementara stasiun kereta api ditempatkan di sebelah
timur Eslanade, dan yang asli sudah dibongkar.
4.2. Kondisi Keuangan Daerah Provinsi Sumatera Utara
Penerimaan dari PAD adalah merupakan refleksi dari 4 (empat) jenis
pungutan yakni pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah
yang dipisahkan / laba BUMD dan lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah.
4.2.1. Pajak Daerah
Secara keseluruhan penerimaan Pajak Daerah dari tahun anggaran 2003
sampai dengan tahun anggaran 2007 terus menerus mengalami peningkatan yang
signifikan, realisasi penerimaan Pajak Daerah dapat melampaui target sebesar
(114,04%). Dari target yang ditetapkan sebesar Rp. 754.498.150.000, di
realisasikan sebesar Rp. 861.971.364.167,64. Dari 6 (enam) jenis pungutan,
terdapat 3 (tiga) jenis yang mengalami over target. Penerimaan terbesar masih
diperoleh dari BBN-KB disusul PKB dan ABT/APU dan seterusnya. Pada tahun
anggaran 2004 Pajak Daerah terus mengalami peningkatan baik dari segi target
maupun realisasi. Dari target sebesar Rp. 948.217.965.000 diperoleh penerimaan
sebesar Rp. 1.081.371.912.888.12 (114.04%). Dari 6 (enam) jenis pungutan
semuanya melampaui target yang ditetapkan. Seperti Tahun sebelumnya,
penerimaan terbesar masih diperoleh dari BBN-KB disusul PKB dan PBB-KB
pada tahun anggaran 2005 Pajak Daerah mengalami peningkatan baik dari segi
target maupun realisasi. Target dinaikkan sebesar Rp. 155.578.087.111.88 dari
realisasi tahun anggaran. 2004. Dengan target sebesar Rp. 1.236.950.000.000.-
Amri Siregar : Analisis Efektifitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007, 2010.
direalisasikan sebesar Rp.1.301.137.841.983.21 (105,19%) atau mengalami over
target sebesar Rp. 64.187.841.983.21 (+5,19%).
Seperti Tahun sebelumnya, dari 6 (enam) jenis pungutan, semuanya masih
tetap melampaui target yang ditetapkan. Penerimaan terbesar masih diperoleh dari
BBN-KB disusul PKB dan PBB-KB. Pada tahun anggaran 2006, Pajak Daerah
mengalami peningkatan maksimal baik dari segi target maupun realisasi. Target
Pajak Daerah dinaikkan sebesar Rp. 17.112.158.016.79 dari realisasi Tahun
Anggaran 2005. Dengan target yang ditetapkan sebesar Rp. 1.318.250.000.000.-
direalisasikan sebesar Rp. 1.366.445.063.185.36.- (103,66%) atau over target
sebesar Rp 48.195.063.185.36 (+3.66%). Pada Tahun Anggaran 2007 target
kembali ditingkatkan sebesar Rp.52.804.936.814.64 dari realisasi tahun anggaran
2006 menjadi Rp. 1.458.400.000.000 dengan realisasi penerimaan di atas target
yang ditetapkan sebesar (+05,76).
4.2.2. Retribusi Daerah
Retribusi Daerah adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa
atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh
Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara untuk kepentingan orang pribadi atau
badan. Retribusi Daerah ini dikelola oleh Instansi teknis dilingkungan Pemerintah
Provinsi Sumatera Utara.
Pada tahun anggaran 2003 realisasi penerimaan Retribusi daerah tidak
mencapai target. Penerimaan hanya mencapai (84,82 %). Pada tahun anggaran
2004, meskipun target dinaikkan, penerimaan retribusi menunjukkan hasil yang
positif dan bahkan melampaui target sebesar(+12,11 %). Pada tahun ini
Amri Siregar : Analisis Efektifitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007, 2010.
penerimaan terbesar diperoleh dari penyelenggaraan angkutan barang disusul
pengujian kendaraan bermotor dan penjualan produksi usaha daerah. Pada tahun
anggaran 2005 target penerimaan Retribusi Daerah turun drastis namun masih
mampu melampaui target sebesar (+14,81 %). Pada tahun 2006 target penerimaan
Retribusi Daerah mengalami penurunan lagi namun masih mampu meraih target
yang ditetapkan bahkan over target sebesar (+12,71 %). Terakhir pada 2007 target
dinaikkan dan hasilnya cukup positif karena dapat melampaui target yang
ditetapkan.
4.2.3. Laba Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) adalah Badan Usaha yang dibentuk
oleh Daerah dalam hal ini Pemerintah Provinsi Sumatera Utara untuk menopang
keuangan Daerah. Laba Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Provinsi adalah
penerimaan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara yang diperoleh dari hasil (laba)
pengelolaan BUMD. Realisasi penerimaan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara
dari Laba Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) adalah sebagai berikut :
Tabel.4.2.3
Target dan realisasi laba BUMD
Tahun Sumber Target Realisasi %
2003 1. PDAM TIRTANADI 2.750.000.000,00 2.750.000.000,00 100,00
2. PERKEBUNAN 2.530.000.000,00 2.530.000.000,00 100,00
3. PD PERHOTELAN 225.750.000,00 225.750.000,00 100,00
4. PD AIJ 200.000.000,00 200.000.000,00 100,00
5. PT KIM 175.000.000,00 175.000.000,00 100,00
6. PT BANK SUMUT - - -
Amri Siregar : Analisis Efektifitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007, 2010.
Jumlah 5.880.750.000,00 5.880.750.000,00 100,00
Tahun Sumber Target Realisasi %
2004 1. PDAM TIRTANADI 3.000.000.000,00 3.000.000.000,00 100,00
2. PERKEBUNAN 3.376.893.000,00 3.376.893.000,00 100,00
3. PD PERHOTELAN 300.000.000,00 300.000.000,00 100,00
4. PD AIJ 200.000.000,00 200.000.000,00 100,00
5. PT KIM 180.000.000,00 180.000.000,00 100,00
6. PT BANK SUMUT - - -
Jumlah 7.056.893.000,00 7.056.893.000,00 100,00
2005 1. PDAM TIRTANADI 3.300.000.000,00 3.300.000.000,00 100,00
2. PERKEBUNAN 4.323.503.000,00 4.323.503.000,00 100,00
3. PD PERHOTELAN 500.000.000,00 500.000.000,00 100,00
4. PD AIJ 200.000.000,00 200.000.000,00 100,00
5. PT KIM 200.000.000,00 200.000.000,00 100,00
6. PT BANK SUMUT - - -
Jumlah 8.523.503.000,00 8.523.503.000,00 100,00
2006 1.PDAM TIRTANADI 3.700.000.000,00 3.700.000.000,00 100,00
2. PERKEBUNAN 4.755.854.000,00 4.755.854.000,00 100,00
3. PD PERHOTELAN 500.000.000,00 500.000.000,00 100,00
4. PD AIJ 200.000.000,00 200.000.000,00 100,00
5. PT KIM 220.000.000,00 368.863.955,00 167,67
6.PT BANK SUMUT 80.766.483.000,00 80.766.482.421,00 100,00
Jumlah 90.142.337.000,00 90.291.200.376,00 100,17
2007 1. PDAM TIRTANADI 4.100.000.000,00 4.100.000.000,00 100,00
2. PERKEBUNAN 5.754.582.900,00 5.754.582.900,00 100,00
3. PD PERHOTELAN 550.000.000,00 525.000.000,00 95,45
4. PD AIJ 100.000.000,00 50.000.000,00 50,00
Amri Siregar : Analisis Efektifitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007, 2010.
5. PT KIM 275.140.784,00 275.140.784,00 100,00
6. PT BANK SUMUT 63.433.826.825,00 63.433.826.824,78 100,00
Tahun Sumber Target Realisasi %
Jumlah 74.213.550.509,00 74.138.550.508,78 99,90
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sumatera Utara
Pada tahun anggaran 2003 penerimaan yang diperoleh sesuai dengan target
kecuali PT. Bank Sumut yang belum memberikan kontribusinya apapun.
Penerimaan terbesar di peroleh dari PDAM Tirtanadi disusul PD. Perkebunan.
Pada tahun anggaran 2004 target meningkat sebesar Rp. 1.176.143.000 menjadi
Rp.7.056.893.000 dengan realisasi penerimaan sama dengan target yang
ditetapkan, kecuali PT. Bank Sumut yang masih belum memberikan kontribusi.
Pada Tahun Anggaran 2005 penerimaan terbesar diperoleh dari PD. Perkebunan
disusul PDAM Tirtanadi. Selanjutnya pada tahun anggaran 2005 target kembali
meningkat sebesar Rp. 1.466.610.000 menjadi Rp. 8.523.503.000. dengan
realisasi penerimaan sama dengan target yang ditetapkan namun kontribusi dari
PT. Bank Sumut sebagai Lembaga Keuangan Provinsi Sumut masih belum
memberikan kontribusinya. Pada tahun anggaran 2005 ini penerimaan terbesar
diperoleh dari PD. Perkebunan disusul PDAM Tirtanadi. Pada tahun anggaran
2006 target mengalami kenaikan sebesar Rp. 81.618.834.000 dari realisasi tahun
anggaran 2005. Hal ini dilatarbelakangi oleh potensi PT. Bank Sumut yang
diharapkan dapat memberikan kontribusinya setelah beberapa Tahun nihil. Dari
target yang ditetapkan sebesar Rp. 90.142.337.000 realisasi penerimaan sebesar
Rp.90.291.200.376.00 (100.17%). Penerimaan ini over target sebesar Rp.
148.863.376.- (+0,17%). Pada Tahun ini kontribusi dari PT. Bank Sumut adalah
sesuai dengan target yang ditetapkan, dimana realisasi tersebut merupakan laba 2
Amri Siregar : Analisis Efektifitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007, 2010.
(dua) Tahun buku 2004 dan 2005. Pada TA. 2007 kontribusi dari BUMD terutama
PT. Bank Sumut sudah mulai normal karena telah mampu memenuhi target
Tahunan yang ditetapkan.
4.2.4. Lain-lain PAD yang Sah
Lain-lain PAD yang Sah adalah penerimaan Pemerintah Provinsi
Sumatera Utara di luar Pajak Daerah dan Retribusi Daerah seperti jasa giro, hasil
penjualan aset daerah. Realisasi penerimaan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara
dari Lain-lain PAD yang Sah adalah sebagai berikut :
Tabel.4.2.4 Target dan Realisasi Lain-lain PAD yang Sah
Tahun Sumber Dana Target Realisasi %
2003 Lain-Lain PAD Yang Sah 19,278,672,000.00 23,482,163,711.71 121.80
2004 Lain-Lain PAD Yang Sah 28,224,909,000.00 30,943,866,822.78 109.63
2005 Lain-Lain PAD Yang Sah 24,358,228,000.00 33,304,360,678.34 136.73
2006 Lain-Lain PAD Yang Sah 32,980,874,000.00 34,157,224,532.05 103.57
2007 Lain-Lain PAD Yang Sah 49,222,881,095.00 76,558,383,817.18 155.53
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sumatera Utara
Dari tabel di atas dijelaskan bahwa secara keseluruhan penerimaan dari
Lain-lain PAD yang sah sangat positif sebab realisasi penerimaan terus menerus
mengalami peningkatan. Dalam pengelolaannya, Lain-lain PAD yang Sah dibagi
dalam dua kelompok penerimaan yakni Hasil Penjualan Aset Daerah yang Tidak
Dipisahkan dan Penerimaan lain-lain PAD yang Sah. Pada tahun anggaran 2003
penerimaan lain-lain melampaui target sebesar (+121.80%), tahun anggaran 2004
mencapai (+109.63%), %), tahun anggaran 2005 mencapai (+136,73%), tahun
Amri Siregar : Analisis Efektifitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007, 2010.
anggaran 2006 mencapai (+103.57%) dan pada tahun anggaran 2007 mencapai
(+155,53%).
4.2.5. Target Pendapatan Asli Daerah
Rencana Penerimaan (Target) PAD, disusun dengan menggunakan
beberapa variabel, lain antara lain :
1) Kondisi potensi atau data objek pungutan dan asumsi
perkembangannya pada tahun berjalan.
2) Tingkat realisasi penerimaan pada tahun berjalan dan Tahun
Anggaran sebelumnya.
3) Estimasi perkembangan dan kondisi dilapangan.
4) Faktor-faktor pendukung seperti : tarif, penagihan tunggakan,
kegiatan pemungutan dilapangan.
5) Karakter masing-masing jenis pungutan terutama PAD tidak sama.
6) Penerimaan yang bersumber dari bagi hasil pajak/bagi hasil bukan
pajak sangat erat kaitannya dengan kebijakan Pemerintah Pusat.
7) Kajian potensi dan pendataan objek pungutan untuk dijadikan bahan
referensi dan evaluasi sehingga target yang ditetapkan lebih rasional.
4.2.6. Dana Perimbangan
Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari APBN yang
dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah. Dana
Perimbangan ini terdiri atas 3 (tiga) jenis sumber dana yakni Dana Bagi Hasil,
DAU dan DAK yang sesungguhnya pengalokasiannya tidak dapat dipisahkan satu
dengan yang lain karena masing-masing jenis Dana Perimbangan tersebut saling
Amri Siregar : Analisis Efektifitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007, 2010.
mengisi dan melengkapi. Pencantuman Dana Perimbangan dalam APBN
dimaksud untuk memberi kepastianpandanaan bagi daerah. Adapun kontribusi
dari Dana Perimbangan yang diterima Provinsi Sumatera Utara dituangkan dalam
tabel berikut :
Tabel 4.2.6 Realisasi Dana Perimbangan Provinsi Sumatera Utara 2003-2007
(dalam ribuan rupiah)
Target Dan Realisasi Dana Perimbangan
Tahun Sumber Dana Target Realisasi %
1 2 3 4 5
2003 Bagi Hasil Pajak 121.137.212.000,00 160.560.863.863,00 132,54
Bagi Hasil Bukan Pajak 11.113.283.000,00 10.136.723.644,74 91,21
DAU 301.750.000.000,00 301.750.000.000,00 100,00
DAK 4.800.000.000,00 4.816.867.000,00 100,35
Jumlah 438.800.495.000,00 477.264.454.507,74 108,77
2004 Bagi Hasil Pajak 145.139.411.000,00 186.674.985.644,47 128,62
Bagi Hasil Bukan Pajak 7.954.040.000,00 6.559.477.508,34 82,47
DAU 319.740.000.000,00 319.741.000.000,00 100,00
DAK
Jumlah 472.833.451.000,00 512.975.463.152,81 108,49
2005 Bagi Hasil Pajak 186.500.000.000,00 202.359.849.056,00 108,50
Bagi Hasil Bukan Pajak 6.827.040.000,00 2.286.447.778,00 33,49
DAU 313.745.000.000,00 313.745.000.000,00 100,00
DAK 14.998.000.000,00 14.998.000.000,00 100,00
Jumlah 522.070.040.000,00 533.389.296.834,00 102,17
2006 Bagi Hasil Pajak 210.000.000.000,00 240.832.726.918,40 114,68
Bagi Hasil Bukan Pajak 1.690.000.000,00 2.291.984.820,00 135,62
DAU 537.718.000.000,00 537.718.000.000,00 100,00
Amri Siregar : Analisis Efektifitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007, 2010.
DAK
Jumlah 749.408.000.000,00 780.842.711.738,40 104,19
Target Dan Realisasi Dana Perimbangan
Tahun Sumber Dana Target Realisasi %
1 2 3 4 5
2007 Bagi Hasil Pajak 266.263.784.000,00 291.470.533.405,00 109,47
Bagi Hasil Bukan Pajak 2.053.210.000,00 4.253.765.414,00 207,18
DAU 657.357.000.000,00 657.357.000.000,00 100,00
DAK
Jumlah 925.673.994.000,00 953.081.298.819,00 102,96
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sumatera Utara
4.2.7. Lain – lain Pendapatan Daerah yang Sah
Lain – lain Pendapatan Daerah yang Sah bertujuan memberi peluang
kepada Daerah untuk memperoleh pendapatan selain pendapatan PAD dan Dana
Perimbangan dan Pinjaman Daerah. Lain – lain Pendapatan Daerah diperoleh dari
hibah dan dana darurat. Selama kurun waktu 2003 sampai dengan 2007,
penerimaannya ditampilkan pada tabel 4.2.7 berikut :
Tabel 4.2.7 Target dan Realisasi Lain – Lain Pendapatan Daerah Yang Sah
Tahun Sumber Dana Target Realisasi %
2003
Iuran Jasa Air (Annual Fee) 8.917.493.000,00 7.726.684.416,00 86,65
Penerimaan dari TNGL 10.000.000,00 485.400,00 4,85
Bantuan Pemerintah Pusat 19.898.152.000,00 20.089.612.000,00 100,96
Jumlah 28.825.645.000,00 27.816.781.816,00 96,50
2004 Iuran Jasa Air (Annual Fee) 8.917.493.000,00 7.994.976.240,00 89,65
Penerimaan dari TNGL 10.000.000,00 - -
Amri Siregar : Analisis Efektifitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007, 2010.
Bantuan Pemerintah Pusat - - -
Jumlah 8.917.493.000,00 7.994.976.240,00 89,55
Tahun Sumber Dana Target Realisasi %
2005 Annual Fee 8.917.493.000,00 11.164.665.991,49 125,20
Jumlah 8.917.493.000,00 11.164.665.991,49 125,20
2006 Sumbangan Pihak Ketiga (SP-
3)
3.631.992.000,00 2.998.242.500,00 82,55
Annual Fee 8.917.493.000,00 14.014.478.332,90 135,57
Jumlah 12.549.485.000,00 17.012.720.832,90 135,57
2007 Sumbangan Pihak Ketiga (SP-
3)
3.403.710.000,00 3.717.819.797,00 109,23
Annual Fee 14.014.478.000,00 19.145.276.322,00 136,61
Dana Penyesuaian dan
Otonomi Khusus
20.000.000.000,00 18.000.000.000,00 90,00
Jumlah 37.418.188.000,00 40.863.096.119,00 109,21
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sumatera Utara
Dari tabel diatas pada tahun anggaran 2003 penerimaan hanya (+96,50 %)
atau minus (3,50 %), pada tahun anggaran 2004 pencapaiannya hanya (89,55%)
atau minus (-10,45 %) yang diperoleh dari jasa akhir tahunan PT. Inalum.
4.2.8. Permasalahan Keuangan Daerah
Permasalahan prinsip yang dimiliki oleh seluruh daerah otonom pada
umumnya adalah terbatasnya dana yang dimiliki. Khusus Provinsi Sumatera
Utara, upaya peningkatan pendapatan daerah dipengaruhi oleh beberapa hal
sebagai berikut;
1) Terbatasnya Kewenangan Pemerintah Provinsi
Amri Siregar : Analisis Efektifitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007, 2010.
Terbatasnya kewenangan yang diberikan oleh Pemerintah Pusat dalam
mengelola sumber-sumber pendapatan daerah sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang R.I. Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas UU R.I. Nomor 18
Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Jo. PP R.I Nomor 65
Tahun 2001 tentang Pajak Daerah Jo. PP R.I Nomor 66 Tahun 2001 tentang
Retribusi Daerah.
2) Masalah Luasnya Wilayah Pengelolaan Pajak Daerah
Luasnya wilayah pengelolaan Pajak Daerah, topografi yang berbukitan
dan areal daratan yang kurang lebih 70% dimanfaatkan untuk areal perkebunan
(sawit, karet, kopi, dan sebagainya) menyulitkan kinerja para fiskus (petugas
pajak).Luasnya wilayah daratan yang pemanfaatnya untuk sektor perkebunan,
pada hakekatnya merupakan “potential lose” bagi Pemerintah Provinsi Sumatera
Utara karena kontribusinya dari sektor ini tidak masuk dalam Kas Umum Daerah
Provinsi Sumatera Utara dikarenakan tidak adanya kewenangan Provinsi
Sumatera Utara dalam pengelolaannya.
Dilain pihak, keberadaan perkebunan ini pada satu sisi akan menyulitkan
Provinsi Sumatera Utara untuk melakukan pengembangan wilayah pembangunan
sebagai konsekuensi dari perubahan sosial masyarakat (social change society)
3) Kebijakan pemberian keringanan PKB/BBN-KB
Kebijakan pemberian keringanan PKB/BBN-KB bagi Angkutan Umum
sebagaimana dimaksudkan dalam Kepmendagri No. 2 Tahun 2006 tentang
Penghitungan Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor telah mengakibatkan menurunnya penerimaan PKB/BBN-
Amri Siregar : Analisis Efektifitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007, 2010.
KB sebesar Rp. 40M. Terhadap hal ini maka upaya yang ditempuh adalah
memperketat pengalihan Nomor Polisi Plat Hitam menjadi Plat Kuning.
4) Keterbatasan Kapasitas Samsat Medan
Jumlah berkas kendaraan bermotor yang diproses di Samsat Medan Utara,
rata-rata perhari adalah 3.000 berkas, sehingga cenderung telah melebihi
kapasitas. Terhadap hal ini maka upaya yang ditempuh adalah pengalihan
pemrosesan berkas kendaraan bermotor sekaligus mendekatkan pelayanan kepada
masyarakat yang selama ini di Medan Utara, dialihkan ke Samsat Medan Selatan.
Hal ini meliputi kendaraan yang berdomisili di Kecamatan Medan Selayang,
Tuntungan, Pancur Batu, Deli Tua, Kutalimbaru dan Sibolangit.
5) Solusi atas Permasalahan Keuangan Daerah
Pemerintah Provinsi bekerjasama dengan Pansus (Ad Hoc) DPR RI telah
menyelenggarakan Seminar Penjaringan Aspirasi terhadap Rancangan Undang-
Undang (RUU) tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Diharapakan
Undang-Undang baru tersebut memberikan kewenangan yang lebih positif dari
yang ada sekarang ini.
Kebijakan antisipatif yang dilakukan terkait dengan luasnya wilayah
pengelolaan pajak adalah dengan menerapkan beberapa kebijakan atau upaya
yang ditempuh adalah pengalihan pemrosesan berkas kendaraan bermotor
sekaligus mendekatkan pelayanan kepada masyarakat yang selama ini di Medan
Utara, dialihkan ke Samsat Medan Selatan. Layanannya meliputi kendaraan yang
berdomisili di Kecamatan Medan Selayang, Tuntungan, Pancur Batu, Deli Tua,
Kutalimbaru dan Sibolangit. Kebijakan lainnya adalah”Pemekaran Samsat” untuk
Amri Siregar : Analisis Efektifitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007, 2010.
mendekatkan pelayanan kepada wajib pajak, dan menjalin kerjasama dengan
pihak Kepolisian Daerah yang tergabung dalam Tim Pembina Samsat dengan
menyediakan mobil ”Samsat Keliling” sebanyak 5 (lima) unit.
4.3. HASIL DAN ANALISIS
4.3.1. Tingkat Efektivitas dan Kontribusi Pajak dan Retribusi Daerah
Sebagai Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Efektivitas ini merupakan hubungan antara realisasi penerimaan pajak dan
retribusi daerah terhadap target penerimaan pajak dan retribusi daerah yang
memungkinkan apakah besarnya pajak dan retribusi daerah sesuai dengan target
yang ada. Besarnya tingkat efektivitas dapat dihitung dengan rumus berikut:
100arg
Re xett
alisasisEfektivita =
Apabila hasil perhitungan efektivitas pajak dan retribusi daerah
menghasilkan angka atau persentase mendekati 100%, maka pajak dan retribusi
daerah semakin efektif. Dan untuk melihat efektivitasnya dengan membandingkan
efektivitas tahun bersangkutan dengan efektivitas tahun sebelumnya.
Dari hasil perhitungan, telah diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4.3.1. Efektifitas Penerimaan Pajak Dan Retribusi Daerah
Tahun EFEKTIFITAS PENERIMAAN PAJAK DAN RETBUSI DAERAH
100%
argRe x
etTalisasi (%)
2003 110,53 2004 110,53 2005 104,72 2006 104,72 2007 104,72
Sumber:Hasil Pengolahan Data
Amri Siregar : Analisis Efektifitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007, 2010.
Untuk melihat tingkat efektivitasnya lebih jelas, data tersebut di atas dapat
disajikan dengan diagram batang di bawah ini:
101102103104105106107108109110111
Efek
tivita
s (%
)
2003 2004 2005 2006 2007Tahun
EFEKTIVITAS
Gambar 4.3.1.a : Diagram Tingkat Efektivitas Pajak dan Retribusi Daerah
Tahun 2003 – 2007
Sedangkan analisis yang digunakan adalah mengetahui seberapa besar
kontribusi yang dapat disumbangkan dari penerimaan pajak dan retribusi daerah
terhadap pendapatan asli daerah Sumatera Utara. Dengan demikian dibandingkan
antara realisasi penerimaan pajak dan retribusi daerah terhadap pendapatan asli
daerah. Kontribusi tersebut dihitung dengan rumus sebagai berikut:
%100xQYQXPn
n
n=
Keterangan:
Pn = Kontribusi penerimaan pajak dan retribusi daerah terhadap PAD (rupiah)
QY = Jumlah penerimaan Pendapatan Asli Daerah/PAD (rupiah)
QX = Jumlah penerimaan pajak dan retribusi daerah (rupiah)
n = Tahun (periode tertentu)
Amri Siregar : Analisis Efektifitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007, 2010.
Dari hasil perhitungan kontribusi dalam kurun waktu 5 tahun (2003 –
2007), diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel.4.3.2 Kontribusi Penerimaan Pajak Dan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan
Asli Daerah (PAD)
Tahun
Kontribusi Penerimaan Pajak Dan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)
( %100Re& xPAD
tribusiPajak) (%)
2003 103,50 2004 102,55 2005 102,29 2006 56,57 2007 54,08
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Setiap kontribusi penerimaan pajak dan retribusi daerah tersebut terhadap
pendapatan asli daerah tiap tahun dapat digambarkan dengan diagram batang
berikut ini:
0
20
40
60
80
100
120
Kon
trib
usi (
%)
2003 2004 2005 2006 2007Tahun
KONTRIBUSI
Gambar 4.3.1.b : Digram Kontribusi Pajak dan Retribusi Daerah Terhadap PAD
Tahun 2003 – 2007
Amri Siregar : Analisis Efektifitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007, 2010.
4.3.2. Pengaruh beberapa faktor terhadap PAD
Beberapa faktor yang mempengaruhi PAD yang antara lain Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
digambarkan pengaruhnya dengan fungsi matematika sebagai berikut:
Y = f (X1, X2) …………………………………..(1.1)
Fungsi ini kemudian dispesifikasikan ke dalam model ekonometrik
sebagai berikut:
Y = α + β1X1 + β2X2 + μ …………………..(1.2.)
Untuk menyesuaikan ukuran variabel, maka model ini ditransformasikan
ke dalam bentuk logaritma natural dengan menggunakan time lag satu tahun
sebelumnya. Modelnya adalah sebagai berikut:
Lagln Y = α + β1LaglnX1 + β2laglnX2 + μ
Dimana:
Y = PAD
X1 = PDRB
X2 = PMDN
α = Konstanta
β1… β3 = Koefisien regressi
μ = Term of Error (kesalahan pengganggu)
Dari hasil pengolahan data dengan menggunakan program Eviews 4.1,
maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Amri Siregar : Analisis Efektifitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007, 2010.
Tabel 4.3.3 Hasil Estimasi
DEPENDENT VARIABLE : PAD
Variabel Kefisien Std. error t-stat Prob (constant) 44.7324 13.6012 3.2888 0.0166 PDRB 3.4136 0.7901 4.3204 0.0050 PMDN 0.5463 0.2052 1.2260 0.0828 R – Square : 0.76 F-stat : 9.34 Adj. R2 : 0.68 t-tabel : 2.365 D-W : 1.51 F-tabel : 4.74
Sumber: Lampiran
Berdasarkan tabel di atas, hasil model estimasi adalah sebagai berikut:
LagnY = 44.7324 + 3.4136 laglnX1 + 0.5463 laglnX2
Std. error 13.6012 0.7901 0.2052
t-stat 3.2888 4.3204 1.2260
F-stat : 9.34 Durbin-Watson stat : 1.51
• PDRB (X1)
PDRB mempunyai pengaruh positif terhadap PAD di Sumatera Utara.
Koefisien sebesar 3.4136 menjelaskan bahwa setiap ada peningkatan PDRB (X1)
sebesar 1% akan menambah Pendapatan Asli Sumatera Utara sebesar 3.4136%,
ceteris paribus
• PMDN (X2)
Penanaman Modal Dalam Negeri mempunyai pengaruh yang positif
terhadap Pendapatan Asli Sumatera Utara. Koefisien sebesar 0.5464 menjelaskan
bahwa setiap ada peningkatan Penanaman Modal Dalam Negeri(X2) sebesar 1%,
akan menambah Pendapatan Asli Daerah Sumatera Utara sebesar 0.5464, ceteris
paribus.
Amri Siregar : Analisis Efektifitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007, 2010.
4.3.3. Uji Statistik
Berdasarkan uji statistik dapat diketahui signifikansi pengaruh variabel
PDRB dan PMDN secara parsial dan bersama-sama terhadap PAD dengan
menggunakan uji “t” dan uji “F” statistik.
a. Uji “t”
1. Variabel X1 (Produk Domestik Regional Bruto)
Hipotesis : H0 : b1 = 0
Ha : b1 ≠ 0
Kriteria : H0 diterima apabila t-hitung < t-tabel
Ha diterima apabila t-hitung > t-tabel
t* = ( )1
1
bSeb
t* = 4.320
t-tabel = 2.365 α = 5 %
f (t)
Ha diterima Ha diterima
Ho diterima
-2.365 0 2.365 4.320
Gambar 4.3.3.a Uji t-statistik variabel PDRB
Berdasarkan hasil perhitungan diatas, menunjukkan bahwa t-hitung lebih
besar dari t-tabel (4.320 > 2.365). Dengan demikian diterima Hipotesis alternative
(Ha), artinya variable X1 (Produk Domestik Regional Bruto) mempunyai pengaruh
Amri Siregar : Analisis Efektifitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007, 2010.
signifikan terhadap Variabel Y(Pendapatan Asli Sumatera Utara) dengan tingkat
kepercayaan 95%.
2. Variabel X2 (Penanaman Modal Dalam Negeri)
Hipotesis : H0 : b1 = 0
Ha : b1 ≠ 0
Kriteria : H0 diterima apabila t-hitung < t-tabel
Ha diterima apabila t-hitung > t-tabel
t* = ( )1
1
bSeb
t* = 1.226
t-tabel = 2.365 α = 5 %
f(t)
Ha diterima Ha diterima
Ho diterima
-2.365 0 1.226 2.365
Gambar 4.3.3b Uji t-statistik pada variabel Penanaman Modal Dalam Negeri
Berdasarkan hasil perhitungan diatas, menunjukkan bahwa t-hitung lebih
kecil dari t-tabel (1.226 < 2.365). Dengan demikian diterima Hipotesis nol (Ho),
artinya variable X2 (Penanaman Modal Dalam Negeri) tidak mempunyai pengaruh
signifikan terhadap Variabel Y(Pendapatan Asli Daerah Sumatera Utara) dengan
tingkat kepercayaan 95%.
Amri Siregar : Analisis Efektifitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007, 2010.
b. Uji F-statistik
Untuk mengetahui apakah variabel bebas (independent variable)
berpengaruh nyata atau tidak secara bersama-sama terhadap variabel terikat
(dependent variable) dapat ditentukan melalui uji F berikut ini:
Hipotesis : Ho : b1 = b2 = 0
Ha : b1 ≠ b2 ≠ 0
Kriteria : Ho diterima apabila F-hitung < F-tabel
: Ha diterima apabila F-hitung > F-tabel
F* = ( ) knRkR
−−−
/11/
2
2
F* = 9.34
F-tabel = 4.74 α = 5 %
Ha diterima
Ho diterima
4.74 9.34 Gambar 4.3.3c Uji F-statistik
Berdasarkan hasil perhitungan di atas dapat ditentukan bahwa F-hitung
lebih besar dari F-tabel (9.34 > 4.74). Artinya bahwa variable X1 (Produk
Domestik Regional Bruto), X2 (Penanaman Modal Dalam Negeri) secara bersama-
sama berpengaruh nyata terhadap variable Y (Pendapatan Asli Daerah Sumatera
Utara) pada tingkat kepercayaan 95%.
Amri Siregar : Analisis Efektifitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007, 2010.
c. Koefisien Determinasi (R2)
Dari hasil pengolahan data diperoleh koefisien determinasi (R2) sebesar
0.76. Artinya bahwa variabel bebas yaitu Produk Domestik Regional Bruto (X1)
dan Penanaman Modal Dalam Negeri (X2) secara bersama-sama menjelaskan
pengaruh terhadap variabel Pendapatan Asli Daerah Sumatera Utara (Y) sebesar
76%. Sedangkan sisanya sebesar 24% dijelaskan oleh variabel-varibel lain yang
tidak dimasukkan dalam model estimasi.
4.3.4. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik
a. Uji Multicollinearity
Untuk mengetahui apakah model estimasi terhindar dari masalah
multicollinearity, maka dilakukan dengan teknik korelasi yaitu dengan menguji
korelasi dari masing-masing variabel bebas. Tehnik ini mempunyai kriteria
apabila nilai korelasi di antara variabel bebas diatas 0.8, maka korelasi tersebut
tergolong tinggi atau terdapat masalah multicollinearity dan sebaliknya.
Berdasarkan hasil pengolahan data maka korelasi masing-masing variabel bebas
diperoleh sebagai berikut:
Tabel 4.3.4 Korelasi Variabel Bebas
VARIABEL TERIKAT: PENDAPATAN ASLI DAERAH
Variabel PDRB PMDN PDRB 1 0.72 PMDN 0.72 1
Sumber:Lampiran
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa korelasi antara Produk
Domestik Regional Bruto (X1) dengan Penanaman Modal Dalam Negeri (X2)
Amri Siregar : Analisis Efektifitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007, 2010.
adalah sebesar 0.72. Dengan demikian dalam model estimasi tersebut tidak
terdapat masalah multicollinearity atau hubungan yang kuat di antara variabel
bebas tersebut.
b. Uji Otokorelasi
Berdasarkan hasil pengolahan data, diperolah D-W hitung sebesar 1.51.
Sedangkan nilai dL = 0.697 ; 4-dL = 3.303, dan dU = 1.641 ; 4-dU = 2.359
Hipotesis : Ho : D-W = 0
Ha : D-W ≠ 0
Kriteia : Ho diterima apabila D-W hitung lebih besar dari dU dan lebih
kecil dari 4-dU (dU < D-W < 4-dU)
Ha diterima apabila D-W hitung < dL atau D-W > 4-dL
Jika : dL ≤ D-W ≤ dU
4-dU ≤ D-W ≤ 4-dL tidak dapat disimpulkan
(inconclusive)
f (d)
inconclusive
Ha Ho Ha
1.51
0 0.697 1.641 2 2.359 3.303 4
Gambar 4.3.4. Uji Otokorelasi
Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa D-W hitung sebesar 1.51
berada diantara dL dan dU (dL ≤ D-W ≤ dU) yaitu 0.697 < 1.51 < 1.641. Dengan
Amri Siregar : Analisis Efektifitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007, 2010.
demikian dalam model estimasi tidak dapat disimpulkan ada tidaknya serial
korelasi pada tingkat kepercayaan 95%.
Amri Siregar : Analisis Efektifitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007, 2010.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
• Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa penerimaan pajak dan
retribusi daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah dari tahun 2003
sampai 2007 adalah efektif.
• Berdasarkan penelitian diketahui bahwa kontribusi pajak dan retribusi
daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah dari tahun ke tahun yaitu
tahun 2003 sampai 2007 mengalami penurunan. Hal tersebut jelas
terlihat dimana kontribusi di tahun 2007 hanya mencapai 51,28%
sementara pada tahun 2003 masih bisa mencapai 97,68%.
• Dari hasil penelitian mengenai faktor yang mempengaruhi PAD
diketahui bahwa variabel Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
memberikan pengaruh yang positif terhadap PAD.
• Berdasarkan penelitian diketahui juga bahwa Penanaman Modal
Dalam Negeri (PMDN) memberikan pengaruh yang positif terhadap
PAD.
Amri Siregar : Analisis Efektifitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007, 2010.
5.2. Saran
Dari hasil penelitian, ada beberapa saran yang akan penulis ajukan. Yang
antara lain adalah sebagai berikut:
• Sampai tahun 2007 diketahui bahwa tingkat efektivitas pajak dan retribusi
daerah sebagai pendapatan asli daerah masih tergolong tinggi. Akan tetapi
sangat perlu perhatian dari pemerintah untuk selalu berkomitmen pada
target-target yang akan dicapai.
• Adalah sangat perlu dipertimbangkan oleh pejabat pemerintahan bahwa
kontribusi pajak dan retribusi daerah yang semakin menurun dari tahun ke
tahun dapat berdampak buruk bagi pembangunan yang akan direncanakan.
Hal ini jelas akan membuat PAD Sumatera Utara menurun.
• Yang merupakan cara untuk terus meningkatkan pendapatan asli daerah
khususnya daerah Sumatera Utara adalah dengan meningkatkan PDRB
dari semua sektor. Hal itu akan memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap PAD Sumatera Utara.
• Pemerintah perlu mempererat kerjasama dengan para pengusaha swasta
untuk meningkatkan Penanaman Modal Dalam Negeri. Peningkatan
tersebut dengan sendirinya akan semakin menambah PAD.
Amri Siregar : Analisis Efektifitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007, 2010.
DAFTAR PUSTAKA Ambardi, Urbanus M & Socia Prihawantoro, 2002. Pengembangan Wilayah dan
Otonomi Daerah, Jakarta:BPPT. Arikunto, Suharsini, 1998. Prosedur Penelitian: Suatu PendekatanPraktek,
Jakarta: PT RINEKA CIPTA. Arikuto, Suharsini, 2005. Manajemen Penelitian, Jakarta: PT RINEKA CIPTA. Arsyad, Lincolin, 2005. Pengantar Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah,
BPFE –Yogyakarta. Biro Pusat Statistik, 2008. Pendapatan Regional(PDRB) provinsi Sumatera Utara
Menurut Kabupaten/Kota 1998-2007, Medan. Elmi, Bachrul, 2002. Keuangan Pemerintah Daerah Otonom di Indonesia,
Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia(UI-Press). Gujarati, Damodar N.2006. Dasar-dasar Ekonometrika. Jakarta, Penerbit
Erlangga. Kumorotomo, Wahyudi, Erman Agus Purwanto, 2005. Anggaran Berbasis
Kinerja Konsep dan Aplikasinya, Yogyakarta: Magister Administrasi public UGM.
Nazir, Moh, 1999, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Cetakan keempat,
Jakarta. Sirojuzilam. 2005. Beberapa Aspek Pembangunan Regional. Bandung: ISEI
Bandung. Sirojuzilam, 2008. Disparitas Ekonomi dan Perencanaan Regional, Bandung:
ISEI Bandung. Sukirno, Sadono, 2006. Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah, dan Dasar
Kebijakan, Jakarta: Kencana Predana Media Group. Supranto, j, 2004. Ekonometri, Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia. Tarigan, Robinson, 2006. Ekonomi Regional:Teori dan Aplikasi, Jakarta: PT
Bumi Aksara. Widjaya, HAW. 2004. Otonomi Daerah dan Daerah Otonom. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Amri Siregar : Analisis Efektifitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007, 2010.
LAMPIRAN I
Dependent Variable: LAGLNPAD Method: Least Squares Date: 11/19/09 Time: 16:41 Sample(adjusted): 1999 2007 Included observations: 9 after adjusting endpoints
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 44.73241 13.60123 3.288850 0.0166
LAGLNPDRB 3.413661 0.790108 4.320496 0.0050 LAGLNPMDN 0.546395 0.205220 1.226074 0.0828
R-squared 0.756830 Mean dependent var 13.23878 Adjusted R-squared 0.675773 S.D. dependent var 1.004567 S.E. of regression 0.572010 Akaike info criterion 1.981881 Sum squared resid 1.963172 Schwarz criterion 2.047622 Log likelihood -5.918464 F-statistic 9.337025 Durbin-Watson stat 1.507622 Prob(F-statistic) 0.014379
Amri Siregar : Analisis Efektifitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007, 2010.
LAMPIRAN II
TAHUN PMDN PDRB PAD 1998 102.716,34 22.332.689,00 122.888,67 1999 119.777,75 22.898.424,00 187.597,43 2000 519.744,66 24.016.650,00 255.078,47 2001 339.603,38 24.911.050,00 423.075,22 2002 504.556,61 25.925.360,00 614.459,28 2003 417.053,58 27.071.250,00 899.752,29 2004 26.807,50 28.680.852,00 1.143.128,73 2005 131.753,30 34.006.074,00 1.372.982,70 2006 346.530 50.705.973,00 2.579.598,93 2007 429.462,73 59.228.075,00 3.033.830,72
Amri Siregar : Analisis Efektifitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah 1998-2007, 2010.
LAMPIRAN III
TAHUN Pendapatan Asli Daerah (juta rupiah)
Realisasi Penerimaan Pajak dan Retribusi Daerah (juta rupiah)
Target Penerimaan Pajak dan Retribusi Daerah (juta rupiah)
2003 899.752,3 878.899,85 774.456,90 2004 1.143.129,0 1.105.134,27 969.413,40 2005 1.372.983,0 1.319.990,20 1.253.370,75 2006 2.579.599,0 1.378.159,79 1.328.644,01 2007 3.033.831,0 1.555.598,24 1.470.579,35