4216-5918-1-PB
-
Upload
leo-rinaldi -
Category
Documents
-
view
42 -
download
0
description
Transcript of 4216-5918-1-PB
INTISARI
PERBANDINGAN PENGARUH TINGKAT KEBISINGAN
DI LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP KONSENTRASI BELAJAR SISWA
DI SMA MUHAMMADIYAH 1 DAN 7 YOGYAKARTA
Aditia Gani Ardhi1, Kusbaryanto2
Latar Belakang: Kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang sangat pesat akan menimbulkan dampak negatif maupun positif, salah satu dampak negatifnya adalah kebisingan. SMA Muhammadiyah 1 dan 7 Yogyakarta merupakan sarana pendidikan yang terletak di 2 tempat dengan tingkat kebisingan yang berbeda. Menurut Keputusan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta nomor 176 tahun 2003 nilai baku tingkat kebisingan di lingkungan sekolah yang memenuhi syarat adalah 55-60 dB. Tujuan Penelitian: untuk mengetahui apakah kebisingan mempengaruhi konsentrasi belajar siswa, serta membandingkan pengaruhnya di kedua sekolah tersebut.Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan metode crossectional, dimana variabel bebas (tingkat kebisingan) dan variabel terikat (konsentrasi belajar) dikumpulkan secara bersamaan. Pengukuran tingkat kebisingan menggunakan alat ukur Sound Level Meter, sedangkan pengukuran konsentrasi belajar siswa menggunakan kuesioner. Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji statistik Chi Square Test dengan derajat kepercayaan 95% (p=0,05).Hasil dan Kesimpulan: Hasil pengukuran tingkat kebisingan serta konsentrasi belajar siswa didapatkan data di SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta, kebisingan 62.09 dB dengan 19,4% siswa dengan konsentrasi tinggi, 58,3% siswa konsentrasi sedang dan 22,3% siswa dengan konsentrasi rendah. Pada SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta 65.88 dB dengan 18,6% siswa dengan konsentrasi tinggi, 61,4% siswa konsentrasi sedang, serta 20% siswa dengan konsentrasi rendah. Hasil analisis data antara tingkat kebisingan dengan konsentrasi belajar dengan Chi Square Test didapatkan hasil p=0,650 (p>0,05). Kesimpulan dari penelitian ini menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat kebisingan dengan konsentrasi belajar siswa. Karena sampel di tiap sekolah berbeda dalam tingkatan usia maka penulis menganalisis hasil tersebut dan didapatkan p=0,908 (p>0,05) hal ini menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara usia siswa dengan konsentrasi belajar. Pada kedua sekolah ini terdapat perbedaan metode pengajaran antara 2 sekolah, dimana SMA Muhammadiyah 1 menggunakan metode konvensional sedangkan SMA Muhammadiyah 7 menggunakan metode moving class.
Kata Kunci : Kebisingan, Pengaruh, Konsentrasi Belajar
1 Mahasiswa Kedokteran 2005 Fakultas Kedokteran UMY 2 Dosen IKM Fakultas Kedokteran UMY
A. LATAR BELAKANG MASALAH
2
Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang sangat pesat,
akan meningkatkan kualitas dan kenyamanan hidup manusia. Akan tetapi di
sisi lain terdapat pengaruh tertentu yang menyebabkan gangguan terhadap
kehidupan manusia, salah satunya adalah kebisingan (Wahyuni, 2006).
Kebisingan dapat mengakibatkan ketidaknyamanan atau stress
meningkat, sakit kepala, sulit berfikir, hilang konsentrasi, mengganggu
komunikasi verbal (speech communication), kebingungan, serta
meningkatkan emosi sehingga orang menjadi pemarah (Hadian, 2003. Arya,
2004).
Proses belajar akan lebih efektif bila tidak ada gangguan (Anwar,
2003). Belajar lebih membutuhkan kegiatan yang disadari, suatu aktivitas,
latihan-latihan dan konsentrasi dari siswa yang bersangkutan (Purwanto,
1987).
Sekolah Menengah Atas (SMA) Muhammadiyah 1 dan 7 Yogyakarta
merupakan sarana pendidikan yang terletak di daerah perkotaan yang arus lalu
lintasnya padat. Kondisi lingkungan fisik kedua sekolah ini dipengaruhi oleh
keberadaan jalan sebagai jalur lalu lintas kendaraan. Kebisingan di lingkungan
sekolah dapat mengganggu konsentrasi belajar siswa. Lokasi SMA
Muhammadiyah 7 berada di pinggir jalan raya dengan arus lalu lintas yang
padat, sedangkan SMA Muhammadiyah 1 berada di dalam pemukiman
penduduk dengan jarak kurang lebih 500 meter dari jalan raya. Adapun jam
belajar siswa di SMA Muhammadiyah 1 dan 7 Yogyakarta dimulai dari pukul
3
07.00 sampai dengan 13.30 WIB dimana jam-jam tersebut merupakan jam
padatnya arus lalu lintas sehingga dapat mengganggu proses belajar-mengajar.
Menurut keputusan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta No.176
tahun 2003 tentang baku tingkat getaran, kebisingan dan kebauan, tingkat
kebisingan yang diperbolehkan di sekolah antara 55 dB sampai 60 dB.
Berdasarkan uraian tersebut penulis ingin meneliti tingkat perbedaan
kebisingan di lingkungan SMA Muhammadiyah 1 dan 7 Yogyakarta serta
pengaruhnya terhadap konsentasi belajar.
B. METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode analisis crossectiona dengan
pengukuran tingkat kebisingan serta konsentrasi belajar secara bersamaan.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada siswa SMA Muhammadiyah 1 dan 7
Yogyakarta untuk mengetahui pengaruh tingkat kebisingan terhadap
konsentrasi belajar siswa serta membandingkan pengaruhnya diantara kedua
sekolah tersebut. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Januari 2009.
Subyek Penelitian
Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa SMA
Muhammadiyah 1 dan 7 Yogyakarta. Dalam penelitian ini jumlah sampel
yang diteliti kurang lebih 200 responden.
Pada penelitian ini, yang termasuk kriteria inkusi meliputi :
4
a. Siswa SMA Muhammadiyah 1 dan 7 Yogyakarta
b. Sampel bersedia menjadi responden.
c. Sampel dalam keadaan sehat.
Sedangkan pada kriteria eksklusi meliputi:
a. Sampel tidak bersedia menjadi responden.
b. Sampel dalam keadaan sakit saat dilakukan penelitian atau memiliki
kelainan pendengaran.
Jalannya Penelitian
a. Mencari ijin penelitian kepada Kepala Sekolah SMA Muhammadiyah 1
dan 7 Yogyakarta
b. Menentukan resonden penelitian.
c. Melakukan pengukuran tingkat kebisingan dan pembagian kuesioner
kepada responden di SMA Muhammadiyah 1 dan 7 Yogyakarta.
d. Data tingkat kebisingan yang diperoleh dari masing-masing kelas, hasilnya
dijumlahkan kemudian dirata-ratadan dikategorikan ke dalam dua
kategori, yaitu memenuhi syarat dan tidak memenuhi syarat.
e. Pengukuran tingkat konsentrasi belajar dengan cara membagikan kuesioner
kepada responden
f. Setelah kuesioner diisi oleh responden, dilakukan penilaian dan selanjutnya
dikategorikan ke dalam tiga kategori, yaitu konsentrasi tinggi, sedang dan
rendah.
5
g. Data hasil pengukuran tingkat kebisingan dan konsentrasi beajar kemudian
diolah data.
C. HASIL PENELITIAN
1. Tingkat Kebisingan
Data tingkat kebisingan SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta
Sekolah Tingkat Kebisingan
XII IPS 2 XII IPS 3 XI IPS 2SMA Muh. 7 65.4 66.85 65.4 65.88
Data tingkat kebisingan SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta
Hasil pengukuran tingkat kebisingan di dalam dan di luar kelas SMA
Muhammadiyah 1 Yogyakarta yang mempunyai hasil rata-rata tertinggi
terdapat di kelas XH yaitu sebesar 63.59 dB (A) dan yang mempunyai hasil
rata-rata terendah terdapat di kelas XE yaitu 59,84 dB (A). Hasil ini bervariasi
ada yang memenuhi syarat, akan tetapi ada pula yang tidak memenuhi
persyaratan NAB (nilai ambang kebisingan) yang diperbolehkan di
lingkungan sekolah. Sedangkan pada SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta
hasil rata-rata tertinggi terdapat di kelas XII IPS 3 yaitu sebesar 66,85 dB (A)
dan yang mempunyai hasil rata-rata terendah terdapat di kelas XI IPS 2 dan
XII IPS 2 yaitu 65,4 dB (A) dimana kedua nilai tersebut telah melebihi
persyaratan NAB yang diperbolehkan di lingkungan sekolah.
Sekolah Tingkat Kebisingan
XB XE XHSMA Muh. 1 62.84 59.84 63.59 62.09
6
2. Konsentrasi Belajar Siswa
Data tentang konsentrasi belajar siswa SMA Muhammadiyah 1 dan 7 Yogyakarta yang diperoleh dari pengisian kuesioner adalah:
Pada tabel diketahui bahwa dari 103 siswa SMA Muhammadiyah 1
Yogyakarta terdapat siswa 23 siswa (22,3 %) konsentrasi rendah dan 20 Siswa
(19,4 %) konsentrasi tinggi, sedangkan dari 70 siswa SMA Muhammadiyah 7
Yogyakarta terdapat 14 siswa(20 %) konsentrasi rendah dan 13 siswa(18,6 %)
konsentrasinya tinggi.
3. Analisa Data
Berdasarkan analisis secara analitik menggunakan uji chi square dengan taraf
signifikansi 0,05 maka didapat hasil p=0,650 atau probabilitas lebih dari 0,05.
Hal ini berarti menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat
kebisingan dengan konsentrasi belajar siswa.
Sekolah Konsentrasi Belajar
Tinggi Sedang Rendah
SMA 1 20 (19,4 %) 60 (58,3 %) 23 (22,3 %) 103 (100 %)
SMA 7 13 (18,6 %) 43 (61,4 %) 14 (20 %) 70 (100 %)
7
PEMBAHASAN
Berdasarkan uji beda dengan menggunakan Chi Square Test maka didapat
hasil P=0,650 atau probabilitas lebih dari 0,05, Ho diterima dan Ha ditolak, hal ini
berarti mengungkapkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat kebisingan dengan
konsentrasi belajar siswa.
Berdasarkan analisis secara analitik menggunakan uji chi square test dengan
taraf signifikansi 0,05 maka didapat hasil P=0,710 atau probabilitas lebih dari 0,05.
Hal ini lebih menguatkan analisis data sebelumnya yang menyatakan tidak ada
hubungan antara tingkat kebisingan dengan konsentrasi belajar siswa, dengan
membandingkan kelas yang memenuhi syarat NAB dengan yang tidak memenuhi
syarat NAB di SMA 1. Karena tidak ada hubungan antara tingkat kebisingan dengan
konsentrasi belajar siswa, maka dalam penelitian ini tidak perlu dibandingkan
pengaruh tingkat kebisingan di lingkungan sekolah pada SMA Muhammadiyah 1
dan 7 Yogyakarta dengan konsentrasi belajar siswa.
Hasil penelitian yang menyebutkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat
kebisingan dengan konsentrasi belajar siswa ini sangat berbeda dengan 2 penelitian
sebelumnya, Kurniati (2005) maupun Wahyuni (2006) yang menyatakan ada
hubungan antara tingkat kebisingan dengan konsentrasi belajar siswa. Hal ini
menimbulkan pertanyaan yang menarik dalam diri peneliti. Kemudian dilakukan
checking kembali, dan disadari bahwa pada saat penelitian terjadi bias penelitian
karena kondisi di lapangan (saat penelitian) tidak seperti harapan saat akan
dilaksanakan, salah satunya adalah kondisi sampel yang tidak homogen, diantaranya
adalah sampel penelitian yang berbeda tingkat umur serta perbedaan metode
8
pengajaran dari kedua sekolah. Pada SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta
menggunakan metode moving class dalam metode pengajaran, sedangkan SMA
Muhammadiyah 1 Yogyakarta menggunakan metode konvensional.
KESIMPULAN
Dari hasil analisa data setelah dilakukan penelitian dengan mengukur
tingkat kebisingan di lingkungan sekolah dan penilaian konsentrasi belajar
siswa di SMA Muhammadiyah 1 dan 7 Yogyakarta, serta pembahasan pada
bab sebelumnya, maka dapat diambil suatu kesimpulan sebagai berikut :
1. Rata-rata tingkat kebisingan lingkungan sekolah SMA Muhammadiyah 1
Yogyakarta sebesar 62,09 dB sedangkan SMA Muhammadiyah 7
Yogyakarta 65,88 dB sementara nilai baku tingkat kebisingan untuk
lingkungan sekolah menurut Keputusan Gubernur Daerah Istimewa
Yogyakarta Nomor 176 tahun 2003 adalah 55 – 60 dB.
2. Siswa SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta yang mempunyai konsentrasi
belajar tinggi ada 20 siswa (19,4 %) sedangkan siswa SMA
Muhammadiyah 7 Yogyakarta yang mempunyai konsentrasi tinggi ada 13
siswa (18,6 %).
3. Setelah dilakukan uji Chi Square Test dengan P=0,650 atau probabilitas
lebih besar daripada 0,05 menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang
bermakna antara tingkat kebisingan dengan konsentrasi belajar siswa di
SMA Muhammadiyah 1 dan 7 Yogyakarta
SARAN
9
1. Bagi Kepala Sekolah SMA Muhammadiyah 1 dan 7 Yogyakarta
Pihak sekolah bisa melakukan penelitian ataupun usaha tersendiri sebagai
bagian peningkatan mutu sekolah karena melihat adanya perbedaan
tingkat konsentrasi di kedua sekolah.
2. Bagi Pemerintah
Adanya penetapan standar metode pengajaran yang paling tepat serta
paling efektif sebagai usaha peningkatan mutu pendidikan di Indonesia
sebagai persiapan untuk menghadapi era globalisasi, dimana dituntut
memiliki sumber daya manusia yang berkualitas sesuai tuntutan zaman.
3. Bagi Peneliti Lain
Diharapkan adanya homogenitas sampel dalam penelitian sehingga
didapatkan hasil penelitian dengan validitas tinggi sehingga dapat
dijadikan sebagai bahan pertimbangan kepada pihak-pihak yang terkait.
x
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2003). Baku Tingkat Getaran, Kebisingan, dan Kebauan Di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta : Bapeldalda Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kurniati, (2005). Hubungan Tingkat Kebisingan Pesawat dengan Konsentrasi Belajar Siswa di SLTP Negeri 1 dan 3 Berbah. Yogyakarta : JKL. Poltekes.
Wahyuni, (2006). Perbedaan Tingkat Kebisingan di Lingkungan Sekolah SLTP Negeri 1 dan 2 Kalasan dengan Konsentrasi Belajar Siswa. Yogyakarta : JKL. Poltekes.
x