42047057 Transportasi Anak Gawat Darurat

27
TRANSPORTASI ANAK GAWAT DARURAT Dharma Mulyo Pediatri Gawat darurat Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia RS Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta Dalam tugas kita sehari-hari tentu kita pernah menghadapi keadaan dimana kita harus melakukan transportasi bayi/anak sakit kritis. Baik transportasi didalam satu rumah sakit (antara Ruang Darurat gawat/ICU dengan ruang Bedah/ruang CT-scan dll), maupun antar Rumah sakit/unit. Problematika yang timbul: 1. Berapa gawatnya sakit si anak a. Mampukah dia di transportasikan, perlukah stabilisasi ? b. Fasilitas yang diperlukannya dan yang kita punyai, c. Dimana kita berada : dijalan/di klinik pribadi/di Rumah Sakit 2. Kemana dia akan ditransportasikan/dirujuk a. RS tipe apa/unit apa yang dibutuhkannya b. Jarak dari tempat kita berada 3. Dengan apa dia akan di transportasikan a. Didorong dengan stretcher/kursi, lewat lift atau tidak b. Kendaraan umum/pribadi c. Ambulance darat/laut d. Fixed-wing e. Chopper (Rotor-wing aircraft) Semua problematika ini timbul karena tujuan yang akan/hendak dicapai yaitu : kesembuhan pasien. - Jadi untuk mencapai “kesembuhan” pasien, maka sejak pasien ditemukan/dilihat/ diperiksa, perawatan dan pengobatan harus langsung dimulai dan tetap berlangsung selama transportasi serta kemudian dilanjutkan di RS/unit penerima. - Adalah salah bila kita menunda perawatan dan pengobatan sampai pasien tiba di rumah sakit secunder atau tertier. Dengan kata lain, tujuan tim transport adalah berfungsi sebagai kepanjangan tangan PICU/NICU, memberikan kualitas penanganan dan perawatan yang sama dengan unit intensif sejak mulai dari tempat pengiriman, selama perjalanan baik di darat/laut/udara dan selanjutnya tanpa terputusnya kontinuitas, penanganan dan perawatan dilanjutkan di RS/unit penerima. - Pasien mungkin harus dirujuk ke RS pelayanan tertier, menggunakan ambulans setempat yang disertai oleh dokter/nurse unit perujuk. Cara ini akan menghemat waktu, akan tetapi ambulans setempat mungkin tidak

Transcript of 42047057 Transportasi Anak Gawat Darurat

Page 1: 42047057 Transportasi Anak Gawat Darurat

TRANSPORTASI ANAK GAWAT DARURAT

Dharma Mulyo

Pediatri Gawat darurat

Departemen Ilmu Kesehatan Anak

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

RS Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo

Jakarta

Dalam tugas kita sehari-hari tentu kita pernah menghadapi keadaan dimana kita

harus melakukan transportasi bayi/anak sakit kritis.

Baik transportasi didalam satu rumah sakit (antara Ruang Darurat gawat/ICU

dengan ruang Bedah/ruang CT-scan dll), maupun antar Rumah sakit/unit.

Problematika yang timbul:

1. Berapa gawatnya sakit si anak

a. Mampukah dia di transportasikan, perlukah stabilisasi ?

b. Fasilitas yang diperlukannya dan yang kita punyai,

c. Dimana kita berada : dijalan/di klinik pribadi/di Rumah Sakit

2. Kemana dia akan ditransportasikan/dirujuk

a. RS tipe apa/unit apa yang dibutuhkannya

b. Jarak dari tempat kita berada

3. Dengan apa dia akan di transportasikan

a. Didorong dengan stretcher/kursi, lewat lift atau tidak

b. Kendaraan umum/pribadi

c. Ambulance darat/laut

d. Fixed-wing

e. Chopper (Rotor-wing aircraft)

Semua problematika ini timbul karena tujuan yang akan/hendak dicapai yaitu :

kesembuhan pasien.

− Jadi untuk mencapai “kesembuhan” pasien, maka sejak pasien

ditemukan/dilihat/ diperiksa, perawatan dan pengobatan harus langsung

dimulai dan tetap berlangsung selama transportasi serta kemudian

dilanjutkan di RS/unit penerima.

− Adalah salah bila kita menunda perawatan dan pengobatan sampai pasien

tiba di rumah sakit secunder atau tertier. Dengan kata lain, tujuan tim

transport adalah berfungsi sebagai kepanjangan tangan PICU/NICU,

memberikan kualitas penanganan dan perawatan yang sama dengan unit

intensif sejak mulai dari tempat pengiriman, selama perjalanan baik di

darat/laut/udara dan selanjutnya tanpa terputusnya kontinuitas, penanganan

dan perawatan dilanjutkan di RS/unit penerima.

− Pasien mungkin harus dirujuk ke RS pelayanan tertier, menggunakan

ambulans setempat yang disertai oleh dokter/nurse unit perujuk. Cara ini

akan menghemat waktu, akan tetapi ambulans setempat mungkin tidak

Page 2: 42047057 Transportasi Anak Gawat Darurat

mempunyai peralatan terutama peralatan perawatan kritis, disamping

petugasnya mungkin kurang berpengalaman dalam menunjang bayi dan

anak sakit kritis dalam perjalanan.

− Kebutuhan akan transport bayi dan anak yang ahli dan terorganisir sudah

mendunia. Praktisi medis darurat gawat, unit perawatan intensif anak dan unit

perawatan intensif bayi seluruh dunia menyadari bahwa pelayanan transport

yang terstruktur yang mampu memberikan pelayanan keahlian segera,

resusitasi dini dan transfer cepat pasien sakit kritis akan menghasilkan

penurunan angka kesakitan dan kematian.

Memahami apa yang disebutkan diatas maka langkah-langkah yang harus

ditempuh dalam melakukan transportasi bayi & anak sakit kritis :

1. Komunikasi

2. Advis Stabilisasi pasien

3. Persiapan pra transport

4. Kendaraan apa yang akan digunakan

5. Stabilisasi, penilaian dan evaluasi pra transport

6. Pemantauan dan tindakan dalam transport

7. Pencatatan dan pelaporan/rekam medik

8. Tugas institusi penerima

1. Komunikasi

Komunikasi merupakan unsur esensi dalam pelaksanaan transport anak sakit

kritis. Institusi perujuk harus melakukan komunikasi sedini dan sesegera

mungkin dengan tempat yang akan menerima atau bila ada suatu Pusat

Komunikasi dimana terdapat dispatcher dan medical control physician sehingga

dapat segera diputuskan apakah permintaan transport diterima atau ditolak serta

rekomendasi apa yang dapat dikerjakan untuk manajemen pasien.

Komunikasi ini harus tersedia dan dapat dikerjakan 24 jam sehari kontinu.

Gambar 1. Form permintaan tempat/transport/konsultasi/bantuan lainnya

PERMINTAAN TEMPAT/TRANSPORT/KONSULTASI/BANTUAN LAINNYA

Nama : Tgl.lahir / Usia Berat badan

Tgl. Pukul Diagnosis pengirim

RS/Bagian/Alamat

Telepon

Pemohon Nama: Diagnosis Tim ICU

Jabatan Konsultan Ya/Tidak

Lainnya: Ya/Tidak

Page 3: 42047057 Transportasi Anak Gawat Darurat

Riwayat Penyakit

Nadi/sifat SpO2 ETT/dlm Oral/nas Kesadaran

Tek.Drh. Frek.nafas GCS Diuresis

Perfusi Usahany

a

ETTdi CXR Restriksi

Suhu Oksigen Ya/Tidak Respirator NG-tube

Akral hangat Ya/Tidak Cara PIP/frek Perut

Flow O2 FiO2

Humidifikasi

Hasil penunjang Obat Cairan

Tujuan komunikasi : Tempat ? Konsultasi Transportasi/Lainnya

Pertimbangkan:

Pesanan : ya / tidak Penyakit akut/kronik Isolasi ya / tidak Monitor siap / tidak

Sisakan 1 pro bangsal Indikasi medik/social Prognosis baik/buruk Pumps siap / tidak

Pindahkan bisa / tidak Menular ya/tidak Respirator siap/tidak Tenaga cukup / tidak

Urutan prioritas : Bangsal > UGD> Luar; Progno baik > buruk; Indikasi

Medik>Sos; Penyakit akut> kronik

Diskusi dan lainnya

Penerima : Dokter Jaga: Konsultan:

RS/NICU/PICU penerima telepon juga harus siap 24 jam dan mampu melakukan

triage, secara cepat dan tepat memberikan advis untuk stabilisasi sesuai

kebutuhan pasien.

Untuk mencegah terjadi transport kedua (kasus bayi premature

hiperbilirubinemia di Jakarta), merupakan tanggung jawab tim transport untuk

memastikan dulu sebelum berangkat adanya tempat dan peralatan serta

Page 4: 42047057 Transportasi Anak Gawat Darurat

kebutuhan lainnya di unit yang akan menerima, termasuk kemungkinan tempat

isolasi dan hadirnya spesialis dan subspesialis yang dibutuhkan.

Untuk memfasilitasi agar transisi perawatan pasien berlangsung lancar, unit

penerima harus pula tahu perkiraan waktu pasien akan tiba, dengan demikian

kesiapan tim penerima (dokter, nurse dan personil lain terkait, kesiapan

peralatan yang dibutuhkan untuk kasus tersebut) dapat dipastikan siap pada saat

pasien tiba untuk segera melakukan perawatan sesuai kebutuhannya. Informasi

lengkap juga diperlukan untuk menentukan peralatan dan obat yang dibutuhkan

dalam perjalanan, berapa oksigen yang dibutuhkan dan berapa batere yang

diperlukan. Cuaca dan kepadatan lalu-lintas juga harus menjadi perhatian dan

ikut diperhitungkan.

Kecepatan tersedianya tim dan kendaraannya adakalanya sangat amat penting.

Sekali tim sudah ditetapkan maka komunikasi antara tim, medical control

physician dan institusi perujuk harus berjalan erat dan harmonis.

Pengumpulan data dan dokumentasi data

Untuk mencapai transport yang baik, aman dan berhasil, termasuk didalamnya

peralatan, obat, staff, dan cara yang baik, maka tim transport/penerima harus

mencari dan mendapatkan informasi yang cukup mengenai pasien saat telepon

pertama kali.

Data yang diperlukan : riwayat singkat, tanda vital saat itu, berat badan dan usia,

pemeriksaan fisik yang penting, hasil laboratorium yang mendukung/ penting,dan

semua terapi yang sudah diberikan.

Untuk itu ada form standar yang dapat diisi pada saat telepon pertama. Form ini

akan dapat memberikan informasi yang cukup untuk seluruh tim dalam

mempersiapkan transport, peralatan yang dibutuhkan, dapat menentukan cara

transport dan komposisi tim yang dibutuhkan. Form ini juga akan dapat

memenuhi kebutuhan informasi RS penerima.

2. Advis Stabilisasi Pasien

Advis stabilisasi dari RS penerima atau tim atau pusat komunikasi difokuskan

kepada pemeliharaan/maintenance

1. Jalan nafas

2. Ventilasi/pernafasan

3. Sirkulasi

Ini berhubungan dengan kebutuhan umum pasien selama transport yaitu :

1. Jalan nafas terbuka baik dan stabil

2. Ventilasi adekuat terjamin, baik spontan atau dengan bantuan

3. Tersedia akses vaskular yang baik dan terjamin

Bila terdapat keraguan akan ketiga hal diatas, dianjurkan untuk membuat

tindakan untuk memperbaikinya misalnya, jalan nafas yang meragukan , lakukan

intubasi.

Page 5: 42047057 Transportasi Anak Gawat Darurat

Dengan komunikasi dan updating keadaan pasien yang baik, maka persiapan

dan stabilisasi dapat dikerjakan sebelum tim tiba/sebelum berangkat, paling tidak

pemeliharaan jalan nafas dasar, ventilasi & akses vaskuler, dengan demikian

akan memperpendek waktu transport untuk sampai di RS penerima.

Harus pula menjadi perhatian bahwa adakalanya tindakan yang dibutuhkan

hanya dapat dikerjakan di RS penerima, jadi waktu transport yang lebih pendek

tentu berdampak baik untuk keseluruhan kontinuitas perawatan dan penanganan

pasien menuju kepada kesembuhan.

Intervensi lainnya seperti pemberian obat (antibiotika, anti kejang dan sedasi)

dan atau pemasangan sonde lambung dan kateter urin dapat pula dikerjakan.

Jadi semua prosedur dan persiapan yang dibutuhkan dan dapat dikerjakan

sebelum diberangkatkan/tim tiba, harus direkomendasikan, dengan demikian

maka waktu tinggal tim di RS pengirim, dan atau waktu untuk pergi/kembali ke

RS penerima tidak lebih lama dari rencana, sehingga waktu transport

keseluruhan akan makin pendek.

Prinsip ini sudah harus disampaikan kepada RS perujuk sejak dari telepon

pertama.

3. Persiapan pra transport

3.A. Sumber Daya Manusia

Komposisi tim

Tim dapat:

1. Tim dari RS penerima

2. Tim dari RS perujuk

3. Ambulans mandiri

Tim dapat terdiri atas:

1. Dokter

2. Nurse

3. Respiratory therapist

4. Dan atau hanya paramedis

Keputusan tim yang dibutuhkan bergantung kepada :

1. Kondisi pasien

2. Protokol tim

3. Pengalaman tim untuk kondisi kasus yang dihadapi. Misalnya harus

mampu melakukan penilaian, diagnosis dan bertindak.

4. Peralatan yang dipunyai, misal punya isolette bila membawa bayi.

Semua personel harus dilatih secara formal dalam bidang transport medis dan

juga mengerti akan perubahan-perubahan fisiologi yang terjadi pada ketinggian.

Syarat Anggota tim :

1. Kemampuan dan keterampilan dalam diagnosis dan klinis

2. Kemampuan interpersonal

Page 6: 42047057 Transportasi Anak Gawat Darurat

3. Kondisi fisik umum baik

4. Respons yang favorable terhadap situasi stress

5. Kemampuan untuk menahan lelah

6. Tahan terhadap mabuk kendaraan

7. Physical dexterity

8. Antusias

9. Komitmen

Tanggung jawab pimpinan tim:

1. Stabilisasi dan perawatan selama transport

2. Koordinasi, superfisi, dan berpartisipasi dalam penanganan penderita

3. Menggalang komunikasi dengan petugas medik perujuk maupun

penerima dan juga dengan konsultan medik

3.B. Peralatan, Obat dan Sediaan lainnya :

Tim harus membawa semua peralatan yang mungkin dibutuhkan, begitu pula

supplies/persediaan dan obat.

Tabel 1. Kebutuhan ALKES untuk Transport

Respirasi Akses Vaskuler Lain-lain

Bag-valve-mask system with Ox

reservoir

IV catheters all sizes Thoracostomy set

Mask all sizes Central venous catheters Thoracostomy tubes all sizes

Ox tubing Intraosseous needles Closed chest drainage system

Oral & nasophar airways (all sizes) IV tubing and connectors Lumbar puncture set

Laryngoscope & blade all sizes Needles/butterflies all sizes Nasogastric tubes

Stylets adult & pediatrics Three-way stopcocks Salem sump tubes

ETT all sizes Alcohol/betadine wipes Razors

Tracheostomy tube all sizes Arm boards Chemstrips

End Tidal CO2 monitor Syringes all sizes Lancets

Macgill forceps IV solutions Tongue blades

10-ml syringes Sterile / non-sterile gloves all

sizes

Cervical collars all sizes

Water-soluble lubricant Sterile gown* Backboard Restraints

Page 7: 42047057 Transportasi Anak Gawat Darurat

Adhesive tape Caps and masks* Tape

Benzoin Umbilical catheters Dressing , Bandages

Heimlich valve Umbilical vessel introducer set Splints

Cricothyrotomy kit Umbilical tape Blood pressure cuffs all sizes

Nasal canula all sizes Suture set ECG electrodes multiple sizes

Simple oxygen masks all sizes Tourniquet Defibrilator paddle gel

Nonrebreather masks all sizes Tape measure Stethoscope

Tracheostomy collars Cutdown set Scissors/clamps/forceps

PEEP valve Razors Extra batteries

Manometer Tape / Tagaderm Extra bulbs

Tonsil suction Band-aids

Suction catheters all sizes Vaseline gauze

DeLee suction with mucus trap 4x4” sponges

2X2” sponges

Bulb syringe Rubber bands

Humidification units Safety pins

Nebulizers Syringe pump Blood tubes

Urinary catheters all sizes

Ventilator Oxylog/ Event Monitor Propaq Urine bags

Oksigen 3 kali kebutuhan Batere 2-3x kebutuhan Pacifier

Stocking caps

Penlight/flashlight

Saran wrap

AAP Task Force on Interhospital Transport merekomendasikan guidelines

berikut untuk peralatan transport

1. Tersedianya peralatan untuk life support in the transport setting

2. Semua peralatan harus ringan & mampu dibawa oleh dua orang, portable

dan self-contained/mandiri dengan kemampuan batere 2 kali perkiraan

waktu transport

Page 8: 42047057 Transportasi Anak Gawat Darurat

3. Cukup kuat dan tahan terhadap perubahan altitude, suhu & acute

decompression, vibrations (4-G decelerative forces) dan mampu dipakai

berulang-ulang.

4. Mudah dibersihkan dan dipelihara

5. Berkemampuan AC/DC

6. Tidak mempunyai electromagnetic field interference

7. Cukup ramping dan dapat difiksasi dalam ambulans darat/laut/udara

8. Disamping gurney juga harus punya isolette untuk bayi < 5kg

9. Sebaiknya monitor, ventilator, tabung oksigen dan pompa infus dapat

dilekatkan pada gurney/isolette sehingga tangan petugas bebas

10. Monitor kardiorespirasi sebaiknya mempunyai kemampuan non-invasive

dan invasive.

11. Cardioverter/defibrillator sebaiknya tersedia

12. Pengukur/pemantau tek darah sebaiknya digital invasive. Jadi arteri line

sebaiknya tersedia.

13. Ventilator sebaiknya menggunakan tenaga listrik, sebab kebutuhan akan

udara dan oksigen lebih rendah. Bila kendaraan tidak dilengkapi dengan

sumber tenaga listrik yang sesuai maka ventilator yang bekerja dengan

tekanan harus tersedia sebagai alternative.

14. Bila tim untuk melakukan transport bayi dan anak, maka dibutuhkan

ventilator yang mampu untuk keduanya.

15. Ventilator harus mempunyai mode PEEP dan CPAP, serta alarm audio dan

visual yang memadai untuk pressure, volume dan flow

16. Ada yang mempunyai O2 blender, tapi umumnya sumber oksigen saja

sudah cukup

17. Monitor harus mempunyai kemampuan memantau temperature tubuh,

harus ada probe tempt. Ada yang melengkapi dengan monitor O2 dan CO2

transkutan

18. Infusion or syringe pumps multi channel, volumenya kecil, dan bisa infuse

multiple.

19. Sebaiknya sediaan dan obat terorganisir dalam kantong2 yang berbeda

sesuai ukuran pasien dan gunanya, misal : jalan nafas, akses vaskuler,

medikasi dll.

20. Protokol dan tabel2 harus tersedia sehingga dapat dengan cepat

menentukan alat sesuai usia yang dibutuhkan, obat yang tepat dan dosis

yang tepat.

21. Tersedia daftar isi kotak dan ada segelnya, sehingga dapat diyakini bahwa

selama segel ada, peralatan yang tersedia itu lengkap dan siap pakai.

Tabel 2. Obat untuk Transportasi

Emergency Drugs Neurological Medication Analgesia/Muscle Relax

Atropine Diazepam+ Diazepam +

Calcium Chloride Lorazepam * Fentanyl +

Page 9: 42047057 Transportasi Anak Gawat Darurat

Dextrose Mannitol Lorazepam *

Epinephrine Phenobarbital Midazolam +

Lidocaine Phenytoin Morphine Sulfat +

Naloxone Pancuronium

Sodium Bicarbonate Respiratory Medications Propofol

Albuterol Vecuronium

Cardiovascular Medications Aminophylline

Adenosine Atropine Antibiotics

Amiodarone Epinephrine Ampicillin

Diazoxide Isoproterenol Azithromycin

Digoxin Solumedrol Cefazolin

Dobutamine Terbutaline Cefepime

Dopamine Ceftriaxone

Epinephrine Intubation Medications Gentamycin / Tobramycin

Hydralazine Atropine Nafcillin/Oxacillin

Isoproterenol Etomidate Vancomycin

Milrinone Ketamine

Nitroproside Lidocaine Miscellaneous

Norepinephrine Pancuronium* Albumin (5%)

Procainamide Rocuronium Dexamethasone

Propanolol Succinylcholine* Diphenhydramine

Prostaglandin E1* Thiopental + Furosemide

Tolazoline Vecuronium Glucagon

Heparin,

Hydrocortisone

Insulin*

Page 10: 42047057 Transportasi Anak Gawat Darurat

Kayexalate

Potassium Chloride

Racemic epinephrine

Vit K

4. Kendaraan apa yang akan digunakan

Informasi detail pasien yang diterima dari RS perujuk sangat penting, sebab

diagnosis dan kondisi pasien merupakan determinan utama dalam menentukan

alat angkut ini.

Macam kendaraan :

1. Ambulans darat

2. Ambulans air

3. Rotor wing aircraft

4. Fixed wing aircraft

Faktor2 yang harus dipertimbangkan dalam memilih alat angkut:

1. Severity and stability of injury or illness (diagnosis & kondisi). Ini

determinan terpenting.

2. Kepentingan untuk mendapatkan perawatan tingkat lanjutan (golden

periode)

3. Waktu yang dibutuhkan untuk transport

4. Kendaraan yang tersedia

5. Kapasitas personel yang tersedia

6. Kondisi cuaca dan lalu lintas

7. Geografi dan demografi (kepadatan penduduk)

8. Keamanan

9. Biaya

Tingkat perawatannya di RS perujuk dapat pula menentukan kepentingannya

untuk dirujuk. Misal RS perujuk mempunyai kemampuan untuk diagnosis dan

terapi maka transport yang bukannya tanpa risiko tidaklah mempunyai tingkat

prioritas yang tinggi lagi.

Akan tetapi anak dengan hematom epidural atau anak trauma yang masih

berada di Tempat Kejadian Perkara, tentunya membutuhkan transport segera ke

senter tertier secepatnya dengan rotor-wing aircraft.

Page 11: 42047057 Transportasi Anak Gawat Darurat

Tidak kalah pentingnya dalam menentukan kendaraan yang akan digunakan

adalah keselamatan dan keamanan tim transport. Pilot/pengemudi harus

menentukan apakah aman dengan mempertimbangkan cuaca dan geografi.

Tabel 3. Keuntungan & kekurangan kendaraan

Ambulans darat Fixed-wing aircraft Rotor-wing aircraft

Keuntungan

Tersedia Untuk jarak lebih jauh lebih cepat

( 150-200 mil)

Waktu transport cepat, ½ - 1/3

waktu yg dibutuhkan ambulans

Hampir segala cuaca Dapat terbang menghindar atau

diatas cuaca yang dingin/ tidak

baik

Dapat mencapai daerah yang

sukar dicapai oleh yang lain

Butuh 2 buah Kabin bertekanan

Kabin cukup luas Kabin cukup luas untuk

membawa tambahan penumpang

dan peralatan

Jumlah penumpang longgar

Easily diverted

Relatif murah untuk memiliki,

sewa dan pemeliharaan

Kerugian

Waktu transport relatif lebih

lama, butuh cadangan batere dan

alat lebih banyak

Butuh landasan Butuh Helipad. Bila tak ada maka

butuh transport antara dengan

ambulans, ini tentu meningkatkan

risiko ekstubasi dan lepasnya

Page 12: 42047057 Transportasi Anak Gawat Darurat

lines and tubes.

Mobilitas dibatasi kondisi jalan

dan lalu lintas. Bila suspensi roda

belakang buruk akan terbanting-

banting. Tentu tidak nyaman bagi

pasien fraktur. Juga mudah terjadi

ekstubasi, lepasnya akses vena

dan sonde

Butuh multiple patient transfers Ruang kabin kecil

Mungkin kekurangan sumber

power / suction / gas

Biaya tinggi Kemampuan angkat beban

terbatas

Butuh multiple patients transfers

Bahan bakar & jarak tempuh

terbatas

Dibatasi oleh cuaca

Diganggu berisik dan getaran,

dapat mengganggu monitoring

Kabin tanpa tekanan

Safety concerns

Biaya tinggi

Masalah mengganggu

Mabuk Mabuk

Butuh beberapa kali maneuver

pasien untuk masuk dan keluar

pesawat

Cuaca ganggu penglihatan pilot

Karena cabin tanpa tekanan,

maka pada Ketinggian >

8000feet, hipoksia dan hiperbarik

Mabuk kendaraan adalah masalah umum pada ambulans darat yang dapat

timbul dan dapat diatasi dengan:

1. Premedikasi sebelum berangkat

2. Kabin dipertahankan cool

3. Fiksasi pandangan pada barang yang tidak bergerak

5. Stabilisasi, penilaian dan evaluasi pra-transport

Page 13: 42047057 Transportasi Anak Gawat Darurat

Penelitian menunjukkan bahwa masalah utama tersering pada transport pediatric

adalah berhubungan dengan system respirasi dan saraf. Problematika ini

seringkali disampaikan secara umum saja, menggunakan terminologi umum

saja, tidak spesifik/detil, atau detilnya memang belum ada/belum sempat dicari

sebelum transport, mungkin karena belum cukup waktu untuk membuat

diagnosis yang lebih tepat dan detil.

Diagnosis kejang merupakan penyebab terbanyak pada hampir semua transport.

Penyebab kejang bermacam macam, dan sebab yang benar seringkali belum

jelas pada saat telepon awal atau bahkan saat tim datang.

Maka tim transport harus mulai mengevaluasi penyebab-penyebab kejang

segera setelah pasien mulai diterima dan harus pula mampu untuk memberikan

terapi sesuai kebutuhan/diagnosis, serta mempersiapkan apa yang mungkin

dibutuhkan selama dalam perjalanan.

5. A. Penilaian dan stabilisasi oleh tim transport.

Hal pertama yang harus dilakukan pada saat tim mencapai institusi pengirim :

1. Penilaian cepat pasien, fokus awal pada jalan napas, respirasi dan

sirkulasi

2. Mengumpulkan semua info, lab, X-ray , semuanya yang sementara telah

dikerjakan oleh institusi pengirim

3. Melakukan evaluasi dan penilaian akan semuanya, serta membuat

kesimpulan serta sikap selanjutnya.

Untuk pra transport, pengobatan/tindakan utama adalah mengatasi masalah

yang mengancam kehidupan (life-threatening problems). Misalnya bila pasien

tampak distress respirasi berat maka pengukuran tekanan darah bukan prioritas,

dapat ditunda 15 – 20 menit. Prioritasnya adalah manajemen jalan nafas dan

ventilasi. Diagnostic-specific evaluations tidak dikerjakan sampai tiba di

NICU/PICU.

Tujuan transport adalah mempersiapkan dan melakukan transport yang aman

dan sesuai waktu dengan rencana.

Karena kendaraan yang akan membawa bisa berisik, pontang panting/bumpy

and cramped, maka prosedur stabilisasi antisipasi harus dikerjakan di institusi

pengirim sebelum berangkat. Pada kenyataannya banyak pasien yang tidak

benar–benar stabil sebelum transport dimulai, tapi tujuannya adalah

membuatnya sestabil mungkin. Tim transport haruslah sebagai kepanjangan

tangan NICU/PICU , dengan memberikan kualitas penanganan seperti di

NICU/PICU sejak tim menerima pasien. Jadi disamping mengatasi problematika

yang mengancam kehidupan, tim harus memastikan bahwa semua pipa dan

selang infus kokoh tidak mudah lepas sebelum membawa pasien masuk

kedalam kendaraan.

5. A.1.Jalan napas

Pastikan respirasi tidak terganggu selama perjalanan:

1. Pasien dengan kesadaran menurun mungkin cukup denganposisi ‘jaw

thrust atau head tilt-chin”. Pada bayi dan balita posisi ini dapat dicapai

Page 14: 42047057 Transportasi Anak Gawat Darurat

dengan menaruh gulungan kain dibawah bahu. Sekret dibersihkan/diisap.

Bila perlu gunakan tube oropharyngeal atau nasopharyngeal.

2. Anak yang sadar tapi distress respirasi harus dibiarkan untuk mencari posisi

yang nyaman untuknya. Misalnya dipangku oleh pengasuhnya.

3. Pasien yang distress respirasi berat atau gagal napas, pasien yang tidak

responsive lagi dan hilang kemampuannya untuk menjaga jalan napasnya,

serta pasien dengan tekanan tinggi intra kranial yang tinggi sebaiknya

diintubasi elektif

Pastikan suara napas dan gerak mengembangnya paru memadai baik napas

spontan, atau napas dengan bantuan, kalau perlu mintakan Chest X-ray untuk

melihat paru dan posisi ETT serta analisis gas darah (AGD).

Penentuan intubasi tidak mempunyai kriteria yang pasti, banyak hal harus

dipertimbangkan:

1. Kondisi pasien termasuk kesadaran, jalan nafas dan kemampuan

respirasinya

2. Kendaraan yang akan digunakan

3. Jarak tempuh dan lamanya dijalan

4. Kemungkinan-kemungkinan yang mungkin akan terjadi selama perjalanan

Bila diintubasi, :

1. Pastikan posisinya baik dengan Chest x-ray

2. Pastikan keadaan baik dengan kilinis dan AGD

3. Pastikan ETT terfiksasi dengan kokoh, kalau perlu lakukan fiksasi ulang

dengan cara sendiri yang dirasakan paling aman untuk transportasi

5. A.2. Pernapasan

Penilaian pernafasan :

1. Frekuensi

2. Suara napas : kualitas dan kuantitas

3. Penggunaan otot napas tambahan (Work Of Breathing)

4. Warna kulit

5. Tingkat kesadaran

Bila diperlukan berikan O2 100%, dan lakukan nebulisasi kontinu bila diperlukan.

5. A.3. Sirkulasi

Penilaian sirkulasi termasuk

1. Denyut jantung

2. Perfusi kulit (capillary Refill, kualitas nadi sentral dan perifer, warna, suhu

kulit)

3. Tekanan darah

4. Output urin

5. Status hidrasi (turgor kulit dan selaput lendir)

6. Tingkat kesadaran

Page 15: 42047057 Transportasi Anak Gawat Darurat

Untuk transport paling tidak harus ada 1 buah akses vena yang baik dan aman,

bisa:

1. Akses vena perifer

2. Akses vena sentral

3. Akses intraosseous

Idealnya ada 2 buah akses, tapi tidak selalu dibutuhkan.

Sinus takikardia dapat akibat

1. Sakit

2. Demam

3. Takut

4. Menangis

5. Distres respirasi

6. Renjatan

Jadi penilaian jangan hanya pada satu parameter, tapi lakukan secara

menyeluruh seluruh tubuh.

Yang harus dikerjakan sebelum berangkat adalah :

1. Bolus awal dari resusitasi cairan pada hipovolemik syok

2. Inotropik bila dibutuhkan harus dimulai sebelum berangkat

Dalam perjalanan yang dapat/harus mampu diatasi :

1. Disritmia

2. Defibrilasi

3. Obat : epinefrin, lidokain, atropin dan adenosin

5. A. 4. Status neurologik

Evaluasi tingkat kesadaran adalah evaluasi yang kontinu terus menerus,

dilakukan secara simultan dengan stabilisasi jalan napas, respirasi dan sirkulasi.

Periksa pupil pada anak yang tingkat kesadarannya menurun. Pada anak yang

nampak masih aktif harus dikros ceck dengan pengasuhnya mengenai tingkah

laku sehari-hari, adakah perbedaan pada saat ini yang menunjukkan adanya

penurunan kesadaran.

Dapat menggunakan AVPU secara cepat

1. Alert

2. Respons to verbal stimuli

3. Respons only to painful stimuli

4. Unresponsive

Pasien dengan kemungkinan peningkatan tekanan intrakranial diterapi dengan

tujuan tidak timbul secondary injury:

1. Head elevate 30 derajat, posisi midline, posisi ditengah

2. Ventilasi mekanik dilakukan

Page 16: 42047057 Transportasi Anak Gawat Darurat

3. Manitol

5. A. 5. Kontrol Suhu Tubuh

Ini merupakan hal penting pada transport atau penanganan bayi dan anak.

Anak relatif mempunyai luas permukaan tubuh terhadap masa tubuh yang lebih

tinggi.

Maka pemantauan suhu tubuh sebelum dan selama transport aman penting.

Rectalprobe dapat digunakan pada bayi dan toddlers serta anak dengan

penurunan kesadaran.

Isolett tentu lebih menyenangkan sebab memproteksi suhu dan tidak

memerlukan selimut, sehingga mudah dipantau dari balik kaca.

Suhu tinggi atau rendah keduanya akan menyebabkan peningkatan kebutuhan

metabolisme.

5. A. 6. Riwayat

Sebelum meninggalkan institusi pengirim, pastikan segala sesuatu yang akan

dibutuhkan sudah tersedia, termasuk riwayat, yang bisa ditanyakan kepada

orang tua atau pengasuh yang masih ada.

Hal2 yang penting :

1. Riwayat penyakit/kejadian

2. Riwayat tingkah laku dan kebiasaan (ditanyakan kepada pengasuh)

3. Flow sheet rinci mengenai tindakan, nama dan jumlah obat serta waktu

diberikan secara tepat, dilampiri hasil lab dan x-rays

4. Riwayat penyakit terdahulu dan obat apa yang dulu diterima

5. Riwayat imunisasi dan alergi

6. Riwayat kontak dengan penyakit menular

5. A. 7. Penilaian Head-to-toe

Sekali lagi sebelum berangkat periksa head-to-toe, mungkin masih ada hal-hal

lain yang sebelumnya tidak nampak

5. A. 8. Hal-hal lain

1. Sebaiknya semua pasien dengan kembung dan on ventilator dipasang

NGT. NGT ini ujungnya disambungkan pada kantong plastik penampung

atau pada syring besar sehingga dapat diisap

2. Urin kateter sebaiknya juga dipasang, walaupun tidak semua

membutuhkannya. Mereka yang baru syok atau pasca arrest tentu amat

perlu untuk memantau output urinnya.

3. Cairan harus disesuaikan, hati – hati hipoglikemia atau hiperglikemi

(kenyang).

4. Oral intake harus benar2 dipertimbangkan, kecuali benar-benar

dibutuhkan.

5. Pada yang diintubasi, perlu penenang (midazolam, morfin, fentanyl)

5. A. 9. Orang tua

Page 17: 42047057 Transportasi Anak Gawat Darurat

Sebaiknya orang tua ada pada saat tim datang untuk menjemput pasien, agar

tim dapat melengkapi data yang dibutuhkan dari keluarga dan inform consent

yang harus di tanda tangani keluarga.

Bila orang tua dan keluarga masih belum mengerti , tim harus menjelaskan apa

yang terjadi pada anaknya dan bagaimana kemungkinan kedepannya (diagnosis

dan prognosisnya) serta apa saja yang kemungkianan dapat terjadi dan kira2

bagaimana mengatasinya. Bila orang tua tidak ada tentu akan menghambat.

Aturan umum menyatakan bahwa orang tua tidak ikut dalam transportasi.

Walaupun demikian fleksibilitas mungkin dapat diberikan atas pertimbangan :

1. Cara transport

2. Jarak tempuh

3. Jumlah dan komposisi tim

4. Status pasien

5. Tingkah laku orang tua

Kebanyakan toddlers dan anak sekolah yang sadar lebih baik disertai dengan

pengasuhnya. Tentu lebih baik menyertakan pengasuhnya dari pada sepanjang

perjalanan pasien terus menangis atau rewel. Pasien yang makin tidak responsif,

makin tidak memerlukan pengasuhnya.

Orang tua dan pengasuh harus dinilai kemampuannya untuk tetap menurut dan

tenang selama transport. Sebab menangani kegawatan dalam transport sudah

sangat menyita pikiran tenaga dan konsentrasi, jangan ditambah lagi dengan

orang tua/pengasuh yang ikut panik dan stress.

5. A.10. Keamanan

Walaupun semua stretchers mempunyai sabuk pengamam untuk memfiksasi

pasien, tapi untuk anak ini masih kurang cocok, sebab disainnya dibuat untuk

dewasa, maka sebaiknya disilang saja.

Sebenarnya kursi umum beserta sabuknya untuk mobil adalah yang teraman

untuk bayi dan anak.

6. Pemantauan dan tindakan dalam transport

Penilaian secara terus menerus/kontinyu harus dilakukan pada kurun waktu

tertentu selama perjalanan.

Tanda vital harus dicatat dan semua intervensi juga harus dirinci, termasuk jam

dan siapa yang mengerjakannya. Untuk itu terdapat form khusus untuk

mendokumentasikannya.(Gambar2)

7. Pencatatan dan pelaporan/rekam medik

Laporan/rekam medik yang lengkap adalah bagian dari semua program transport

sesuai dengan ketentuan akreditasi dan iso.

Data yang harus ada termasuk

1. Nama, usia, kelamin

2. Institusi pengirim

3. Informasi mengenai cara transport dan anggota timnya

4. Data klinis meliputi diagnosis, berat sakit, prosedur yang dikerjakan,

5. Data keuangan : pembayaran dan reimbursement

Page 18: 42047057 Transportasi Anak Gawat Darurat

Idealnya semua komunikasi haruslah direkam di pita magnetik. Bila ini belum

/tidak memungkinkan, maka mencatat didalam buku harian kejadian secara amat

rinci harus dikerjakan dan disimpan dengan baik.

Semua usulan medik harus tercatat dalam catatan medik. Semua usul ini

haruslah di review/ditelaah secara rutin oleh direktur medik untuk kepentingan

perbaikan kualitas dan sebagai bahan pelatihan.

Semua data ini berguna untuk evaluasi, perbaikan dan perencanaan kemasa

depan.

Gambar 2. FORM PEMANTAUAN :

FORMULIR CATATAN KEJADIAN SELAMA TRANSPORTASI

Nama : Usia: BB.:

Page 19: 42047057 Transportasi Anak Gawat Darurat

Diagnosis dan problematika: Hasil penunjang: Terapi :

Indikasi transport : Obat-obat penting :

Dobutamin :

Dopamin:

Vecuronium :

Dormicum :

PEMANTAUAN :

Berangkat Pukul : Jenis transport :

Jam Klinis Monitor Tindakan Lainnya

Tiba Pukul : Lama perjalanan :

Catatan / Kesimpulan dalam perjalanan :

Dokter : Perawat :

8. Tugas institusi penerima

Institusi penerima harus secara berkala melaporkan keadaan pasien kepada

perujuk. Ini akan memfasilitasi pengiriman kembali pasien pada saat pasien tidak

lagi memerlukan perawatan di institusi penerima. Dengan komunikasi dan feed

back yang kontinyu ini akan terjadi sharing dan edukasi serta updating

pelayanan bayi dan anak sakit kritis.

Page 20: 42047057 Transportasi Anak Gawat Darurat

Sistem transport seharusnya mendorong atau memfasilitasi kembalinya pasien

ke unit/RS perujuk sesegera pasien tidak membutuhkan lagi perawatan tersier.

Dengan demikian fase penyembuhan dapat terjadi dilingkungan keluarga. Cara

ini juga akan membuat penggunaan tempat tidur di senter tersier menjadi efisien

dan akan terjadi/terbentuk kerjasama antar institusi yang makin meningkat dan

makin erat.

Fisiologi Aviation dalam transport bayi & anak

Transport melalui udara lebih cepat dan mengurangi morbiditas dan mortalitas.

Walaupun demikian, tidak lepas dari komplikasi : kegagalan peralatan,

kecelakaan akibat cuaca, hal ini yang telah umum diketahui.

Beberapa masalah di bawah ini telah diketahui dapat mempengaruhi pilot,

personel penerbangan, dan semua yang sebenarnya sehat :

1. Hipoksia

2. Kegaduhan

3. Getaran

4. Dingin

5. Humiditas rendah

6. Hiperventilasi

7. Gangguan penglihatan

8. Keadaan yang berhubungan dengan gas atau tekanan

Pasien sakit akut/kronik mungkin dapat terganggu dalam beradaptasi terhadap

stress penerbangan.

Seorang yang sehat akan mampu beradaptasi pada ketinggian 10000-12000

kaki diatas permukaan laut dengan hanya kenaikan ringan denyut jantung dan

frekuensi napas, sedangkan pasien dengan penyakit paru atau penyakit lainnya,

wajar bila mempunyai kemampuan yang lebih rendah untuk beradaptasi.

Hukum Gas

Untuk memahami efek penerbangan, kita harus memahami hukum gas.

Terutama yang penting adalah hukum Boyle dan Hukum Dalton.

Hukum Boyle menyatakan : pada suhu tertentu, volume gas akan berbanding

terbalik dengan tekanan :

P1V1 = P2 V2

dimana P1V1 adalah tekanan dan volume awal, P2V2 adalah tekanan dan

volume akhir. Menurunnya tekanan akibat perubahan ketinggian, akan

menyebabkan naiknya volume.

Sebaliknya pada saat turun maka tekanan meningkat dan volume menurun.

Akibat perubahan ini umumnya tidak parah , walaupun kematian juga ada

dilaporkan.

Tabel 4. Hukum Boyle

Altitude Tek. Barometer Atmosphere Volume

Page 21: 42047057 Transportasi Anak Gawat Darurat

(feet) (mmHg) relative

18000 380 0.50 2.0

12000 483 0.64 1.6

8000 565 0.77 1.33

5000 632 0.83 1.2

Permukaan laut 760 1.0 1.0

Dikutip dari Aviation Physiology in Pediatric Transport hal.44

Hukum Dalton (hukum tekanan parsial) : tekanan total campuran gas adalah

jumlah dari tekanan parsial masing2 gas didalam campuran:

PT = P1 + P2 + P3

Sebagai contoh : tekanan udara = 1 = nitrogen (0.78) + OKSIGEN (0,21) + gas

lainnya (0.1)

Gambar 3. Hukum Dalton

Dikutip dari Avian Physiology in Pediatric Transport hal. 45.

Prosentase oksigen tetap 21% dari total volume udara, tidak dipengaruhi oleh

ketinggian, baik meninggi atau menurun prosentasi oksigen tetap 21%. Pada

ketinggian, udara makin tipis, molekul oksigen makin jarang. Tekanan barometer

(BP) akan berubah dengan perubahan ketinggian dan menentukan jumlah

oksigen yang tersedia untuk bernapas. Kita dapat memprediksi PO2

bila

mengetahui tekanan barometer. Tekanan parsial oksigen (PO2) juga dapat

dihitung dengan rumus :

PO2 = 0.21 x BP ,

. .

. . . .

. . . . .

Page 22: 42047057 Transportasi Anak Gawat Darurat

0.21 menunjukkan konsentrasi oksigen dalam udara, sedangkan BP

menunjukkan tekanan barometer pada ketinggian tertentu.

Misal pada permukaan laut, PO2

= 0.21 x 760mmHg = 159,6 , sedangkan pada

ketinggian 12000 kaki, PO2

= 0.21 x 483mmHg = 101.43

Tabel 5. Pengaruh ketinggian dan penurunan tekanan barometer terhadap

ketersediaan oksigen.

Ketinggian (1000 kaki)

0 10 20 30

Tekanan Barometer 760 523 349 225

PO2 160 110 73 47

Tekanan uap H2O 47 47 47 47

“Dry BP” 713 476 302 178

PaCO2 40 40 40 40

PaO2 , FiO2 0.21 100 50 13 0

FiO2 0.5 307 194 107 45

FiO2 1.0 663 436 262 138

Dikutip dari Avian Physiology in Pediatric Transport hal. 45.

Pengaruh tekanan dan volume terhadap pasien dan peralatan

Kedua hukum gas tadi penting untuk diingat saat mempersiapkan pasien untuk

transport udara dan selama berada didalam pesawat diudara.

Harus dipertimbangkan bahwa udara/gas yang terperangkap didalam ruang yang

mungkin akan mengganggu pasien bilamana volume membesar saat ketinggian

bertambah.

Ruang udara yang biasa ada pada tubuh manusia :

1. Ruang tengah telinga

2. Sinus

3. Perut

4. Kadang kala di gigi

Kenaikan yang cepat dengan penurunan tekanan barometer yang juga terjadi

dengan cepat, tanpa mampu untuk mengalirkan volume udara yang meningkat,

akan menimbulkan rasa sakit dan mengganggu.

Gejala dan tanda adanya udara yang terperangkap yang volumenya meningkat ,

seringkali dapat diatasi dengan cara – cara sederhana :

1. Menelan

2. Menguap

3. Maneuver valsava untuk udara di telinga tengah

4. Membangunkan pasien saat landing supaya terjadi keseimbangan udara

di tuba Eustachii

5. Memberikan dekongestan sebelum terbang untuk mengatasi kongesti

sinus

6. Sendawa atau flatus bila perut kembung

Umumnya masalah ini akan hilang bila perhatian dialihkan kepada hal lain yang

lebih penting. Akan tetapi pada pasien tentu sukar untuk mengalihkan

perhatiannya dan karenanya bahkan akan menimbulkan peningkatan

kecemasan dan stress, disertai hiperventilasi dan perubahan fisiologi terkait

lainnya. Pasien yang sakit berat dan yang sakit kritis mungkin mempunyai

Page 23: 42047057 Transportasi Anak Gawat Darurat

ruang–ruang dimana udara terperangkap yang akan memuai dengan

bertambahnya ketinggian sehingga akan menyebabkan masalah yang lebih

serius. Blebs emfisema, bullae mungkin dapat meledak dengan pemuaian

volume dan menimbulkan pneumothorax. Pneumothorax kecil yang pada tingkat

permukaan laut tidak menyebabkan gangguan apapun, bisa menjadi tension dan

menimbulkan problem serius pada saat mencapai ketinggian 8000 kaki. Pasien

dengan pneumocephalus akibat fraktur kepala terbuka, mungkin akan

mengalami masalah bila rongga yang berisi udara ini membesar karena

udaranya memuai. Ekspansi dari udara yang terperangkap di dalam otak dapat

mengarah kepada peningkatan tekanan intrakranial akibat dari massa yang

membesar tadi. Udara yang terperangkap di dalam luka tusuk intraocular

mungkin akan memuai dan menyebabkan penekanan terhadap bagian dalam

mata / bagian tengah mata sehingga menyebabkan vitreous extrusion. Pasien

dengan obstruksi usus atau peningkatan udara intra-intestinal, akan muntah;

peningkatan ukuran usus akan menuju kepada iskemi lokal, nekrosis atau

perforasi; atau mungkin akan menekan difragma sehingga menurunkan

kapasitas vital efektif jaringan paru (terjadi peningkatan udara intra-intestinal atau

intra-abdominal).

Penurunan kapasitas vital disertai penurunan ketersediaan oksigen akan

menyebabkan memburuknya oksigenasi jaringan dan timbulnya tanda dan gejala

hipoksemia. (lihat tabel 6)

Gas yang terperangkap di dalam gastrointestinal dapat sakit sekali disertai

penurunan tekanan darah, sinkope dan syok sekunder terhadap penekanan

vaskuler. Sonde lambung dan rektum perlu dipertimbangkan untuk digunakan

pada pasien ini.

Luka terbuka mungkin ada udara yang terperangkap di dalam jaringan

lunak, tetapi umumnya tidak menimbulkan masalah kecuali bila ekspansi

terhambat oleh gips atau splint sirkumferensial. Pertimbangkan untuk membelah

gips sebelum terbang.

Volume dan tekanan udara yang ada didalam “pneumatic devices like

MAST trousers”, cuff tekanan darah, air splint dan botol cairan intravena akan

dipengaruhi oleh perubahan tekanan yang terjadi saat naik dan turun. Jadi

diperlukan pemantauan ketat dan kontinu untuk mencegah efek tourniquet. Pada

botol infus akan berbahaya bila presisi pemberian cairan atau obat diperlukan.

Karenanya dianjurkan menggunakan soft plastic bags atau syringe pumps.

Udara didalam cuff pengukur tekanan darah, dalam balon ETT dan foley

catheters juga bisa menimbulkan masalah dalam ‘take off dan landing’. Iskemia

mukosa trakea dapat terjadi akibat tekanan balon pada penerbangan yang

panjang. Jadi secara kontinyu tekanan cuff ETT harus diukur dan disesuaikan

atau dengan menggunakan air atau NaCl sebagai pengganti udara.

Yang harus menjadi perhatian adalah melakukan transport pasien

tenggelam. Sedikit saja kenaikan dalam altitude, akan menimbulkan perubahan

besar dalam volume udara yang terperangkap atau gas spesifik (Nitrogen). Rasa

sakit karena adanya gas nitrogen dibawah kulit atau di dalam sendi-sendi. Ini

terutama berbahaya bilamana adanya emboli udara dalam sistem

kardiovaskuler, paru atau susunan saraf pusat.

Page 24: 42047057 Transportasi Anak Gawat Darurat

Tanda dan gejala emboli Nitrogen di paru : napas pendek, dada sesak, rasa

dicekik, sesak napas, batuk paroxysmal, sianosis dan sekuel lainnya dari

hipoksia

Pasien yang diduga mengalami peningkatan tekanan barometer di dalam

air adalah yang berpotensi untuk mengalami pressure–related sequele saat

transport udara. Secara faktual, penyelam yang baru menyelam kemudian

terbang sampai ke tinggian 8000 kaki, akan mengalami tekanan barometer yang

sama dengan seorang yang bukan penyelam terbang pada tekanan barometer di

ketinggian 40000 kaki dan dalam pesawat tanpa tekanan kabin. Pengobatan

seorang yang sakit akibat menyelam akan memburuk oleh ketinggian, haruslah

diberikan oksigen 100%, segera mendarat dan pertimbangkan untuk terapi

hiperbarik.

Tabel 6. Tanda dan gejala hipoksemia

Sakit kepala Tingling or warm sensation,

sweating

Tampak memburuk

Lemah Perubahan tingkah laku Inkoordinasi otot

Takipnea Agitasi Numbness

Takikardia Confusion Reduced, blurry vision

Lapar udara Irritability Sianosis

Dullness /drowsiness Feeling of well-being

(euphoria)

Sinkope

Listlessness Impairment of judgement Tidak sadar

Light-headedness or dizzy Faulty memory Kejang

Dikutip dari Avian Physiology in Pediatric Transport hal. 46.

Oksigenasi dan ventilasi

Hipoksia adalah masalah utama stress transport udara. PO2

atmosfer akan

menurun secara linier dengan penurunan tekanan barometer (lihat tabel 5).

Akibatnya, terjadi penurunan ketersediaan oksigen untuk pertukaran gas di paru.

Tekanan oksigen di alveoli (PaO2) dapat dihitung menggunakan persamaan gas

alveolar. Hukum Dalton menunjukkan bahwa total tekanan adalah sama dengan

jumlah dari semua komponen gas; karenanya harus memperhitungkan tekanan

uap air, 47 torr pada suhu tubuh, sejak udara di paru selalu tersaturasi secara

lengkap dengan uap air.

Ini dapat dinyatakan dengan persamaan gas alveolar :

PaO2 = (BP – PH2O) x FiO2 – (PCO2 x 1/R)

BP : tekanan barometer ; R : respiratory quotient, yaitu berkisar 0.8.

Untuk orang normal bernafas udara kamar, persamaan dapat disederhanakan :

PaO2 = (BP-47) x 0.21- (50)

Efek peningkatan altitude terhadap PaO2

dapat dilihat pada tabel 7., bila altitude

meningkat, barometer menurun maka PaO2

menurun sehingga pemberian

tambahan oksigen akan dapat meningkatkan pertukaran gas bahkan pada

barometer yang amat rendah sekalipun. Jadi meningkatkan tekanan barometer

Page 25: 42047057 Transportasi Anak Gawat Darurat

dan memberikan tambahan oksigen adalah cara efektif untuk mengobati

hipoksemia akibat perubahan tekanan barometer yang berhubungan dengan

transport udara.

Untuk kebanyakan pasien (kecuali bayi prematur baru lahir) pemberian oksigen

100% melalui nasal prongs, face mask atau intubasi dianjurkan. Untuk pasien

dengan kesulitan difusi oksigen, bahkan oksigen 100% mungkin masih belum

cukup untuk oksigenasi adekuat. Contohnya, pasien dengan penyakit paru dan

menerima 100% O2

dengan PaO2

75 ditingkat permukaan laut bukanlah calon

yang baik untuk transport udara. Pada peningkatan ketinggian, ketersediaan

oksigen akan menurun, seterusnya akan terjadi penurunan PaO2

dan

penyampaian oksigen (DO2).

Kita dapat menggunakan persamaan dibawah ini untuk mengestimasi prosentasi

oksigen yang diperlukan pada ketinggian tertentu.

FiO2 x BP1/BP2 = FiO2 yang diperlukan

FiO2

: kebutuhan oksigen saat ini; BP1 : tekanan barometer pada ketinggian saat

ini; BP2 : tekanan barometer pada ketinggian yang akan ditempuh.

Misalkan pada permukaan laut dibutuhkan 50% Oksigen, pada ketinggian 5000

kaki, FiO2

yang diperlukan :

0.50 x 760/632 = 60% FiO2

Selanjutnya bila kita ingin menentukan ketinggian mana yang masih cukup baik

pada seorang penderita, kita gunakan persamaan

(FiO2 x BP1/ final FiO2 = BP2)

Misal pasien pada permukaan laut butuh FiO2

83, maka ketinggian yang masih

aman baginya adalah : 0.83 x 760 /1.0 = 632, ini berarti 5000 kaki saja.

Persamaan gas alveolar juga menunjukkan bahwa PaO2

akan meningkat

bilamana reduksi PaCO2

dikerjakan. Hiperventilasi adalah suatu kompensasi

alamiah bila terjadi hipoksemia pada ketinggian diatas 5000 kaki.

Usaha tubuh mengatasi hipoksia dimaksimalkan terutama dengan peningkatan

tidal volume dan peningkatan frekuensi napas (respiration rate) pada ketinggian

22000 kaki. Akan tetapi hiperventilasi yang tak terkontrol bisa berbahaya.

Tanda dan gejala hiperventilasi dapat disalah artikan sebagai hipoksia. Mulainya

hiperventilasi biasanya gradual, dan adakalanya disertai spasme otot atau tetani.

Hiperventilasi dapat akibat rasa takut akan kondisi sakitnya serta karena

transport itu sendiri. Pemberian oksigen tambahan dapat membantu

membedakan hipoksia atau hiperventilasi. Bila hipoksia, tanda hipoksia akan

hilang dengan 4-5 napas dengan O2

100%, sedangkan simptom hiperventilasi

akan menetap walau diberikan O2

100%. Bila hiperventilasi berlanjut, usaha

untuk menurunkan frekuensi napas adalah dengan mengajak pasien bicara atau

mengalihkan perhatiannya akan hal-hal lain.

Page 26: 42047057 Transportasi Anak Gawat Darurat

Tabel 7. Ventilasi(PCO2) & PAO2 pada FiO2 berbeda dan tekanan

barometer yang berbeda-beda

Tek. Barometer PCO2 PAO2(FiO2=0.21) PAO2(FiO2=1.0)

760 40 100 673

760 20 125 693

760 60 75 653

523 40 50 483

523 20 75 503

523 60 25 463

Dikutip dari Aviation Physiology in Pediatric Transport hal 49.

Kesimpulan

Keberhasilan transportasi bergantung pada organisasi yang baik, sehingga tim

transport akan dapat berfungsi sebagai kepanjangan dari NICU/PICU untuk

menurunkan morbiditas dan mortalitas bayi dan anak.

Harus diingat bahwa keterampilan dan pengetahuan yang spesial serta peralatan

khusus dibutuhkan untuk transportasi bayi dan anak.

Penilaian dan stabilisasi selama transport amatlah penting, sepenting hal2

emergensi lainnya.

Karena rumah sakit manapun lebih baik daripada ambulans/chopper/fixed –wing,

maka falsafah “swoop and Scoop” tidak cocok untuk pasien pediatrik kritis,

tujuannya adalah untuk mendapatkan transport yang aman dan singkat sehingga

penanganan yang definitif dapat segera dilanjutkan di Rumah Sakit penerima.

Khususnya bagi pasien yang harus dibawa melalui transportasi udara, pasien

nyata akan menghadapi bermacam penyakit dan gangguan fisiologi. Karena itu

persiapan dan antisipasi terhadap akibat transportasi udara pada setiap pasien

akan menjadikan transportasi yang aman.

Kepustakaan :

1. Steven Pon, Daniel AN. : The organization of a Pediatric Critical Care

Transport Program. In The Pediatric Clin of North Am. Vol 40-2 April 1993 :

pp.: 241-261

2. Powers KS.: Organization of a Pediatric-Neonatal Transport Program, in

Jaimovich DG and Vidyasagar D. Handbook of Pediatric and Neonatal

Transport Medicine 2nd ed. Hanley & Belfus,INC. Philadelphia 2002. pp. :

1-14.

3. Hawkins HS. : Transport Management Considerations, in Jaimovich DG and

Vidyasagar D. Handbook of Pediatric and Neonatal Transport Medicine 2nd

ed. Hanley & Belfus,INC. Philadelphia 2002. pp.: 15 -26.

4. Woodward,GA and Vernon, DD : Aviation Physiology in Pediatric Transport,

in Jaimovich DG and Vidyasagar D. Handbook of Pediatric and Neonatal

Transport Medicine 2nd ed. Hanley & Belfus,INC. Philadelphia

2002.pp.43-54.

5. McCloskey K, Hackel A., Notterman D., Orr R., Whitfield J., Dudgeon D.:

Guidelines for Air and Ground Transport of Neonatal and Pediatrics Patients.

American Academy of Pediatrics 1993.

6. Guidelines for Pediatric Interfacility Transport Programs

Page 27: 42047057 Transportasi Anak Gawat Darurat

7. AAP, Committee on Pediatric Emergency Medicine : Access to Pediatric

Emergency Medical Care. Pediatrics vol. 105 – 3 March 2000. pp. 647-649.