40447044 Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Depresi

27
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANJUT USIA (LANSIA) DENGAN MASALAH PSIKOSOSIAL I. LATAR BELAKANG A. LATAR BELAKANG PENULISAN Proses menua (aging) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan itu cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa secara khusus pada lansia. Masalah kesehatan jiwa lansia termasuk juga dalam masalah kesehatan yang dibahas pada pasien-pasien Geriatri dan Psikogeriatri yang merupakan bagian dari Gerontologi, yaitu ilmu yang mempelajari segala aspek dan masalah lansia, meliputi aspek fisiologis, psikologis, sosial, kultural, ekonomi dan lain-lain. Menurut Setiawan (1973), timbulnya perhatian pada orang-orang usia lanjut dikarenakan adanya sifat-sifat atau faktor-faktor khusus yang mempengaruhi kehidupan pada usia lanjut. Lansia merupakan salah satu fase kehidupan yang dialami oleh individu yang berumur panjang. Lansia tidak hanya meliputi aspek biologis, tetapi juga psikologis dan sosial. Menurut Laksamana (1983:77), perubahan yang terjadi pada lansia dapat disebut sebagai perubahan `senesens` dan perubahan 'senilitas'. Perubahan `senesens' adalah perubahan-perubahan normal dan fisiologik akibat usia lanjut. Perubalian 'senilitas' adalah perubahan-perubahan patologik permanent dan disertai dengan makin memburuknya kondisi badan pada usia lanjut. Sementara itu, perubahan yang dihadapi lansia pada amumnya adalah pada bidang 1

description

rest

Transcript of 40447044 Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Depresi

Page 1: 40447044 Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Depresi

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA LANJUT USIA (LANSIA)

DENGAN MASALAH PSIKOSOSIAL

I. LATAR BELAKANG

A. LATAR BELAKANG PENULISAN

Proses menua (aging) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi

fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan itu

cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan

jiwa secara khusus pada lansia. Masalah kesehatan jiwa lansia termasuk juga dalam

masalah kesehatan yang dibahas pada pasien-pasien Geriatri dan Psikogeriatri yang

merupakan bagian dari Gerontologi, yaitu ilmu yang mempelajari segala aspek dan

masalah lansia, meliputi aspek fisiologis, psikologis, sosial, kultural, ekonomi dan lain-

lain. Menurut Setiawan (1973), timbulnya perhatian pada orang-orang usia lanjut

dikarenakan adanya sifat-sifat atau faktor-faktor khusus yang mempengaruhi kehidupan

pada usia lanjut.

Lansia merupakan salah satu fase kehidupan yang dialami oleh individu yang

berumur panjang. Lansia tidak hanya meliputi aspek biologis, tetapi juga psikologis dan

sosial. Menurut Laksamana (1983:77), perubahan yang terjadi pada lansia dapat disebut

sebagai perubahan `senesens` dan perubahan 'senilitas'. Perubahan `senesens' adalah

perubahan-perubahan normal dan fisiologik akibat usia lanjut. Perubalian 'senilitas'

adalah perubahan-perubahan patologik permanent dan disertai dengan makin

memburuknya kondisi badan pada usia lanjut. Sementara itu, perubahan yang dihadapi

lansia pada amumnya adalah pada bidang klinik, kesehatan jiwa dan problema bidang

sosio ekonomi. Oleh karma itu lansia adalah kelompok dengan resiko tinggi terhadap

problema fisik dan mental.

Proses menua pada manusia merupakan fenomena yang tidak dapat dihindarkan.

Seinakin baik pelayanan kesehatan sebuah bangsa makin tinggi pula harapan hidup

masyarakatnya dan padan gilirannya makin tinggi pula jumlah penduduknya yang

berusia lanjut. Demikian pula di Indonesia.

Dalam pendekatan pelayanan kesehatan pada kelompok lansia sangat perlu

ditekankan pendekatan yang dapat mencakup sehat fisik, psikologis, spiritual dan sosial.

Hal tersebut karena pendekatan dari satu aspek saja tidak akan menunjang pelayanan

kesehatan pada lansia yang membutuhkan suatu pelayanan yang komprehensif.

Usia lansia bukan hanya dihadapkan pada permasalahan kesehatan jasmaniah saja,

tapi juga permasalahan gangguan mental dalam menghadapi usia senja. Lansia sebagai

tahap akhir dari siklus kehidupan manusia, sering diwarnai dengan kondisi hidup yang

1

Page 2: 40447044 Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Depresi

tidak sesuai dengan harapan. Banyak faktor yang menyebabkan seorang mengalami

gangguan mental seperti depresi.

Ada beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan jiwa lansia.

Faktor-faktor tersebut hendaklah disikapi secara bijak sehingga para lansia dapat

menikmati hari tua mereka dengan bahagia. Adapun beberapa faktor yang dihadapi para

lansia yang sangat mempengaruhi kesehatan jiwa mereka adalah sebagai berikut:

1. Penurunan kondisi fisik

2. Penurunan fungsi dan potensi seksual

3. Perubahan aspek psikososial

4. Perubahan yang berkaitan dengan pekcrjaan

5. Perubahan dalam peran sosial di masyarakat

B. TUJUAN PENULISAN

1. TUJUAN PENULISAN UMUM

Tujuan penulisan umum dari makalah ini adalah untuk mengetahui konsep dan

asuhan keperawatan pada lansia dengan masalah psikososial.

2. TUJUAN PENULISAN KHUSUS

Tujuan penulisan khusus dari makalah ini adalah:

a. Untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada lansia.

b. Untuk mengetahui masalah yang sering muncul pada lansia.

c. Untuk mengetahui penanganan masalah yang sering muncul pada lansia secara

umum.

d. Untuk mengetahui fokus pengkajian masalah yang sering muncul pada lansia.

e. Untuk mengetahui diagnosa keperawatwi yang muncul pada lansia.

f. Untuk mengetahui intervensi keperawatan dalam menangani masalah yang

sering muncul pada lansia.

II. KONSEP

A. PERUBAHAN YANG TERJADI PADA LANJUT USIA TERKAIT SISTEM

PSIKOSOSIAL

Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami penurunan

fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi,

pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan

perilaku lansia menjadi makin lambat. Sementara fungsi psikomotorik (konatif) meliputi

hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan,

koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan.

Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami perubahan

aspek psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian lansia. Beberapa

2

Page 3: 40447044 Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Depresi

perubahan tersebut dapat dibedakan berdasarkan lima tipe kepribadian lansia sebagai

berikut:

1. Tipe kepribadian konstruktif (construction personality), biasanya tipe ini tidak

banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua.

2. Tipe kepribadian mandiri (independent personality), pada tipe ini ada

kecenderungan mengalami post power sindrome, apalagi jika pada masa lansia

tidak diisi dengan kegiatan yang, dapat inernberikan otonomi pada dirinya.

3. Tipe kepribadian tergantung (dependent personality), pada tipe ini biasanya sangat

dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan keluarga selalu harmonis maka

pada masa lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup meninggal maka

pasangan yang ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi jika tidak segera bangkit

dari kedukaannya.

4. Tipe kepribadian bermusuhan (hostility personality), pada tipe ini setelah memasuki

lansia tetap merasa tidak puns dengan kchiclupannya, banyak keingimin ywig

kadang-kadang tidak diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan

kondisi ekonominya meniadi morat-marit.

5. Tipe kepribadian kritik diri (self hate personality), pada lansia tipe ini umumnya

terlihat sengsarv, karena perilakunya sendiri sulit dibantu ormig lain atau cenderung

membuat susah dirinya.

Lanjut usia secara psikososial yang dinyatakan krisis bila:

1. Ketergantungan pada orang lain (sangat memerlukan pelayanan orang lain).

2. Mengisolasi diri atau menarik diri dari kegiatan kemasyarakatan karena berbagai

sebab, diantaranya setelah menjalani masa pensiun, setelah sakit cukup berat dan

lama, setelah kematian pasangan hidup dan lain-lain.

B. MASALAH YANG SERING MUNCUL

1. Depresi

a. Pengertian

Depresi adalah suatu jenis keadaan perasaan atau emosi dengan komponen

psikologis seperti rasa sedih, susah, merasa tidak berguna, gagal, putus asa dan

penyesalan atau berbentuk penarikan diri, kegelisahan atau agitasi (Afda

Wahywlingsih dan Sukamto).

b. Penyebab depresi pada lansia:

1) Penyakit fisik

2) Penuaan

3) Kurangnya perhatian dari pihak keluarga

4) Gangguan pada otak (penyakit cerebrovaskular)

3

Page 4: 40447044 Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Depresi

5) Faktor psikologis, berupa penyimpangan perilaku oleh karena cukup

banyak lansia yang mengalami peristiwa kehidupan yang tidak

menyenangkan atau cukup berat.

6) Serotonin dan norepinephrine

7) Zat-zat kimia didalam otak (neurotransmitter) tidak seimbang.

Neurotransmitter sendiri adalah zat kimia yang membantu komunikasi

antar sel-sel otak.

c. Factor pencetus depresi pada lansia:

1) Faktor biologic, misalnya faktor genetik, perubahan struktural otak, faktor

risiko vaskular, kelemahan fisik.

2) Faktor psikologik yaitu tipe kepribadian, relasi interpersonal, peristiwa

kehidupan seperti berduka, kehilangan orang dicintai, kesulitan ekonomi

dan perubahan situasi, stres kronis dan penggunaan obat-obatan tertentu.

d. Gejala depresi pada lansia:

1) Secara umum tidak pernah merasa senang dalam hidup ini. Tantangan

yang ada, proyek, hobi, atau rekreasi tidak rnemberikan kesenangan.

2) Keluhan fisik biasanya terwujud pada perasaan fisik seperti:

a) Distorsi dalam perilaku makan. Orang yang mengalami depresi tingkat

sedang cenderung untuk makan secara berlebihan, namun berbeda

jika. kondisinya telah parah seseorang cenderung akan kehilangan

gairah makan.

b) Nyeri (nyeri otot dan nyeri kepala)

c) Merasa putus asa dan tidak berarti. Keyakinan bahwa seseorang

mempunyai hidup yang tidak berguna, tidak efektif. orang itu tidak

mempunyai rasa percaya diri. Pemikiran seperti, "saya menyia-

nyiakan hidup saya" atau “saya tidak bisa rncncapai banyak

kemajuan", seringkali terjadi.

d) Berat badan berubah drastis

e) Gangguan tidur. Tergantung pada tiap orang dan berbagai macam

faktor penentu, sebagian orang mengalami depresi sulit tidur. Tetapi

dilain pihak banyak orang mengalami depresi justru terlalu banyak

tidur.

f) Sulit berkonsentrasi. Kapasitas menurun untuk bisa berpikir dengan

jernih dan untuk mernecahkan masalah secara efektif. Orang yang

mengalami depresi merasa kesulitan untuk memfokuskan perhatiannya

pada sebuah masalah untuk jangka waktu tertentu. Keluhan umum

yang sering terjadi adalah, "saya tidak bisa berkonsentrasi".

g) Keluarnya keringat yang berlebihan

h) Sesak napas

4

Page 5: 40447044 Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Depresi

i) Kejang usus atau kolik

j) Muntah

k) Diare

l) Berdebar-debar

m) Gangguan dalam aktivitas normal seseorang. Seseorang yang

mengalami depresi mungkin akan mencoba melakukan lebih dari

kemampuannya dalam setiap usaha untuk mengkomunikasikan

idenya. Dilain pihak, seseorang lainnya yang mengalami depresi

mungkin akan gampang letih dan lemah.

n) Kurang energi. Orang yang mengalami depresi cenderung untuk

mengatakan atau merasa, "saya selalu merasah lelah" atau "saya

capai".

3) Secara biologik dipacu dengan perubahan neurotransmitter, penyakit

sistemik dan penyakit degeneratif.

4) Secara psikologik geplanya:

a) Kelilhuigan harga diri/ martabat

b) Kehilangan secara fisik prang dan benda yang disayangi

c) Perilaku merusak diri tidak langsung. contohnya: penyalahgunaan

alkohol/ narkoba, nikotin, dan obat-obat lainnya, makan berlebihan,

terutama kalau seseorang mempunyai masalah kesehatan seperti

misalnya menjadi gemuk, diabetes, hypoglycemia, atau diabetes, bisa

juga diidentifikasi sebagai salah satu jenis perilaku merusak diri

sendiri secara tidak langsung.

d) Mempunyai pemikiran ingin bunuh diri

5) Gejala social ditandai oleh kesulitan ekonomi seperti tak punya tempat

tinggal.

2. Demensia

Demensia adalah gangguan progresif kronik yang dicirikan dengan kerusakan berat

pada proses kognitif dan disfungsi kepribadian serta perilaku (Isaac, 2004).

a. Pengertian

Demensia ialah kemunduran fungi mental umum, terutama intelegensi,

disebabkan oleh kerusakan jaringan otak yang tidak dapat kembali lagi

(irreversible) (Maramis, 1995).

b. Jenis demensia:

1) Demensia jenis alzheimer

Patofisiologi:

a) Otopsi menunjukkan adanya plak amiloid (plak senil atau neuritik) di

jaringan otak atau adanya kekusutan neurofibriler (akumulasi simpul

filamen saran pada neuron.

5

Page 6: 40447044 Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Depresi

b) Adanya plak dan kekusutan tersebut berkaitan dengan sel saraf,

hilangnya sambungan antar neuron dan akhimya atrofi serebral.

Genetika:

Adanya gen abnormal saja tidak cukup untuk memprediksi demensia jenis

alzheimer.

a) Penyakit alzheimer familial memiliki awitan sangat dini (usia 30-40

th) dan bertanggung jawab atas 20% dari semua kasus demensia jenis

ini. Penyakit ini berkaitan denga gengen abnormal dikromosom 1, 14

dan 21

b) Adanya apolipoprotein E 4 (apo, E 4) dikromosom 19 terjadi 2 kali

lebih banyak pada penderita demensia jenis alzheimer dibanding

populasi umum.

Modal toksin:

Sebagian peneliti meyakini bahwa akumulasi alumunium pada otak akibat

pajanan alat-alat dan produk alumunium dapat menyebabkan demensia

jenis alzheimer. Bukti untuk teori ini masih sedikit.

Abnormalitas neurotransmiter atau reseptor :

Kehilangan asetil kolin (neurotransmiter kolinergik mayor) berkaitan

dengan gejala-gejala gangguan kognitif (demensia). (peningkatan kadar

asetin kolin merupakan dasar untuk terapi obat yang disetujui FDA untuk

demensia).

Tahap Perilaku AfekPerubahan

Kognitif

Ringan Sulit menyelesaikan

tugas

Penurunan aktivitas

yang mengarah pada

tujuan

Kurang

memperhatikan

penampilan pribadi

dan

aktivitas sehari-hari

Menarik diri dari

aktivitas social yang

biasa

Sering mencari benda-

benda

karena lupa

Cemas

Depresi

Frustasi

Curiga

Ketakutan

Kehilangan ingatan

tentang

peristiwa yang baru

saja terjadi (lupa akan

janji

temu dan percakapan)

Disorientasi waktu

Berkurangnya

kemampuan

konsentrasi

Sulit mengambil

keputusan

Kemampuan penilaian

buruk

6

Page 7: 40447044 Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Depresi

meletakannya;

dapat menuduh orang

lain telah mencurinya

Sedang Perilakunya tidak

pantas secara sosial

Kurang perawatan diri

(misal mandi,

toileting, berpakaian,

berdandan)

Berkeluyuran atau

mondar-mandir

Senang menimbun

barang-barang

Hiperoralitas

Mengalami

gangguan siklus tidur-

bangun

Mood labil Datar

Apatis

Agitasi

Katas tropi Paranoia

Kehilangan ingatan

tentang hal-hal yang

baru atau lama

(amnesia)

Konfabulasi

Disprientasi waktu,

tempat dan orang

Sedikit agnosia,

apraksia dan afasia

Berat Penurunan

kemampuan ambulasi

dan aktivitas motorik

lainnya

Penurunan

kemampuan menelan

Sama sekali tidak bisa

mengurus diri

(misalnya

membutuhkan

perawatan yang

konstan)

Tidak mengenali

lagi keberadaan

pemberi asuhan

Datar, apatis Reaksi

Katastropik

occasional dapat

berlanjut

Semua perubahan

kognitif berlanjut

sejalan dengan

meningkatnya

amnesia, agnosia,

aprasia dan afasia

2) Demensia vaskular (multi-infark) ditandai dengan gejala-gejala demensia

pada tahun pertama terjadinya gejala neurologik fokal. Klien diketahui

mengalami faktor resiko penyakit vaskuler (misalnya hipertensi, fibrilasi

atrium, diabetes).

7

Page 8: 40447044 Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Depresi

3) Jenis demensia yang lain berkaitan dengan kondisi medis umum, seperti

penyakit parkinson, penyakit pick, koreahuntingtown dan penyakit

Creutzfeldt-jakob. Demensia yang disebabkan kondisi-kondisi tersebut

dicatat sesuai penyakitnya yang spesifik.

c. Gejala demensia:

1) Afasia: kehilangan kemampuan berbahasa; kemampuan berbicara

memburuk dan klien sulit "menemukan" kata-kata.

2) Apraksia: rusaknya kemampuan melakukan aktivitas motorik sekalipun

fungsi sensoriknya tidak mengalami kerusakan.

3) Agnosia: kegagalan mengenali atau mengidentifikasi objek atau benda

urnurn walaupun fungsi sensoriknya tidak mengalami kerusakan.

4) Konfabulasi: mengisi celah-celah ingatannya dengan fantasi yang diyakini

oleh individu yang terkena.

5) Sundown sindrom: memburuknya disorientasi di malam hari.

6) Reaksi katastrofik: respon takut atau panik dengan potensi kuat inenyakiti

diri sendiri atau orang lain.

7) Perseveration phenomenon: perilaku berulang, meliputi mengulangi kata-

kata orang lain.

8) Hiperoralitas: kebutuhan untuk mencicipi dan mengunyah benda-benda

yang cukup kecil untuk dimasukkan ke mulut.

9) Kehilangan memori: awalnya hanya kehilangan memori tentang hal-hal

yang baru terjadi, dan akhirnya gangguan ingatan masa lalu.

10) Disorientasi waktu, tempat dan orang.

11) Berkurangnya kemampuan berkonsentrasi atau mempelajari materi baru.

12) Sulit mengambil keputusan

13) Penilaian buruk: individu ini mungkin tidak mempunyai kewaspadaan

lingkungan tentang keamanan dan keselamatan.

d. Epidemiologi demensia:

Dimensia jenis a1zheimer menyebabkan 50%-75% kasus demensia yang

didiagnosis. Demensia jenis ini merupakan penyebab, kematian tertinggi

keempat pada individu berusia lebih dari 65 tahun. Insidensinya sebagai

berikut:

1) 65-75 tahun 5%-8%

2) 75-85 tahun 15%-20%

3) 85 tahun atau lebih 25%-55%

e. Etiologi demensia:

Faktor-faktor yang berkaitan dengan demensia adalah:

1) Kondisi akut yang tidak diobati atau tidak dapat disembuhkan. Bila kondisi

akut yang menyebabkan delirium tidak atau tidak dapat diobati, terdapat

8

Page 9: 40447044 Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Depresi

kemungkinan bahwa kondisi ini akan menjadi kronik dan karenanya dapat

dianggap sebagai demensia.

2) Penyakit vaskuler, seperti hipertensi, arteriosklerosis, dan aterosklerosis

dapat menyebabkan stroke.

3) Penyakit parkinson: demensia menyerang 40% dari pasien-pasien ini.

4) Gangguan genetika: koreahuntington atau penyakit pick.

5) Penyakit prior (protein yang terdapat dalam proses infeksi penyakit

Creutzfeldt-jakob).

6) lnfeksi Human Imunodefisiensi Virus (HIV) dapat menyerang Sistem saraf

pusat (SSP), menyebabkan ensefalopati HIV atau kompleks demensia

AIDS.

7) Gangguan struktur jaringan otak, seperti tekanan normal, hidrocephalus

dan cidera akibat trauma kepala.

C. PENANGANAN SECARA UMUM

1. Diagnosis:

Diagnosis medis gangguan kognitif ditetapkan dengan melakukan skrining yang

cermat untuk mengesampingkan penyebab lain gejala-gejala tersebut. Skrining-

skrining tersebut meliputi:

a. Pemeriksaan status kesehatan jiwa dan pemeriksaan neuropsikologik.

b. pemeriksaan darah komprehensif, meliputi HDL, (Hitung Darah Lengkap),

kimia darah, vitamin B12, dan kadar folat, tiroid dan tes fungsi hati serta ginjal.

c. Studi pencitraan otak, meliputi Computed Tomography (CT), Positron

Emission Tomography (PET) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI).

d. Gangguan depresi pada klien lansia dapat dimanifestasikan dengan gejala-

gejala yang serupa dengan gejala gangguan kognitif'. Oleh karena itu,

gangguan depresi harus dikesampingkan.

2. Depresi

Depresi yang merupakan masalah mental paling banyak ditemui pada lansia

membutuhkan penatalaksanaan holistik dan seimbang pada aspek fisik, mental dan

sosial. Di samping itu, depresi pada lansia harus diwaspadai dan dideteksi sedini

mungkin karena dapat mempengaruhi perjalanan penyakit fisik dan kualitas hidup

pasien.

Deteksi dini perlu dilakukan untuk mewaspadai depresi, terutama pada lansia

dengan penyakit degeneratif, lansia yang menjalani perawatan lama di rumah sakit,

lansia dengan keluhan somatik kronis, lansia dengan imobilisasi berkepanjangan

serta lansia dengan isolasi sosial.

Penanganan depresi lebih dini akan lebih baik serta menghasilkan gejala perbaikan

yang lebih cepat. Depresi yang lambat ditangani akan menjadi lebih parch, menetap

9

Page 10: 40447044 Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Depresi

serta meminbulkan resiko kekambuhan. Depresi yang dapat ditangani dengan baik

juga dapat menghilangkan kcitigiiian pasien untuk melukai dirinya sendiri termasuk

upaya bunuh diri.

Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam terapi depresi pada lansia

a. Perubahan faal oleh proses menua

b. Status medik atau komorbiditas penyakit fisik

c. Status tLiiigsioiial

d. Interaksi antar obat

e. Efektivitas dan efek camping obat

f. Dukungan social

Penatalaksanaan depresi pada lansia:

a. Terapi biologik:

1) Pemberian obat antidepresan

Terdapat beberapa pilihan obat anti depresi yaitu jenis Selective Serotonin

Reuptake Inhibitors (SSRIs): Prozac (fluoxetine); Zoloft (setraine), Cipram

(citalopram) dan Paxil (paroxetine). Jenis NASSA: Remeron

(mirtazapine). Jenis Tricylic antidepresan: Tofranil (imipramine) dan

Norpramin (desipramine). Reversible Inhibitor Mono Amine Oxidase

(RIMA) Inhibitors: Aurorix. Stablon. (Tianeptine).

2) Terapi kejang listrik (ECT), shock theraphy

Penggunaan Electroconvulsive Therapy (ECT) dengan cara shock therapy

untuk pasien yang tidak memberi respon positif terhadap, obat

antidepresan dan psikoterapi. ECT bekerja untuk menyeimbangkan unsur

kimia pada otak, dirasa. cukup aman dan efektif serta dapat diulang 3 kali

seminggu sampai pasien menunjukan perbaikan. Efek samping ECT

adalah kehilangan kesadaran sementara.pada pasien namun cukup efektif

untuk mengurangi resiko bunuh diri pada pasien tertentu.

3) Terapi sulih hormon

4) Transcranial Magnetic Stimulation (TMS)

b. Terapi psikososial (psikoterapi) bertujuan mengatasi masalah psikoedukatif,

yaitu mengatasi kepribadian maladaptif, distorsi pola berpikir, mekanisme

koping yang tidak efektif, hambatan relasi interpersonal. Terapi ini juga

dilakukan untuk mengatasi masalah sosiokultural, seperti keterbatasan

dukungan dari keluarga, kendala terkait faktor kultural, perubahan peran sosial.

Psikoterapi yang dapat ditempuh dengan sesi pembicaraan dengan psikiater dan

psikolog dapat membantu pasien melihat bahwa perasaan yang dialaminya juga

dapat terjadi pada orang lain namun karena menderita depresi ia mengalami

kondisi yang berlebihan atas perasaannya sendiri.

10

Page 11: 40447044 Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Depresi

Seluruh instrunien yang terdapat pada diri perawat merupakan alat praktek

yang memiliki efek terapi apabila digunakan secara tepat.

1) Mata dengan pandangan yang penuh perhatian, mimik muka dan ekspresi

wajah simpati, sikap yang tepat merupakan alat perawat untuk membantu

klien untuk mengembalikan rasa percaya diri serta perasaan diperhatikan

dan dihargai sebagai manusia yang bermartabat. Penerimaan yang tulus

dari perawat tanpa ada sentimen apapun berdasarkan latar belakang

merupakan kepuasan tersendiri yang akan diterima oleh klien jika

mendapatkan pelayanan dari perawat.

2) Dengan telinga perawat bisa mendengarkan segala keluh kesah pada klien

yang mengalami depresi. Sebagaimana diuraikan sebelumnya bahwa

depresi timbul akibat adanya dorongan negatif dari super-ego yang

diresepsi dan lambat laun akan tertimbun dialam bawah sadar. Sehingga

depresi adalah sebentuk penderitaan emosional. Kekecewaan ataupun

ketidakpuasan secara emosional yang direpresi tidak secara otomatis akan

hilang, melainkan sewaktu-waktu akan muncul (return of the repressed).

Oleh karena itu sebagai toksin (racun) penyebab depresi yang ada pada diri

lansia perlu digali dan dikeluarkan, salah satu medianya dengan

percakapan. Psikoterapi malah sering didefenisikan dengan penyembuhan

melalui percakapan. Menurut para ahli psikoterapi percakapan efektif

untuk menyembuhkan kepribadian yang terluka, jika dirancang dan

didesain secara tepat, kontinyu, dilaksanakan dengan perhatian yang tulus,

dimulai dengan hubungan baik, serta mampu menumbuhkan harapan klien.

Dalam percakapan tentu perlu ada yang mendengarkan. percakapan antara

perawat dengan klien bukanlah sekedar pemberian nasehat (advice giving)

dimana perawat memiliki otoritas yang dominan untuk menceramahi klien,

dan klien harus menurut.

Dalam tehnik percakapan ini perawat lebih banyak menjadi pendengar

yang efektif. Saat klien telah mampu mengungkapkan perasaannya maka

berilah kesempatan yang seluas-seluasnya, dengan aman, dan nyaman

untuk bercerita. Dengan bercerita dan perawat mendengar dengan penuh

minat, maka klien telah mulai bekerja mengeluarkan segala kecemasan,

serta perasaan-perasaan yang menekan jiwanya. jika dilakukan secara

terencana dan. kontinyu, maka kernungkinan besar toksin (racun) depresi

pada klien akan terangkat seluruhnya sampai bersih.

Tugas perawat adalah mernbantu klien memahami realitas apa yang

sesungguhnya dialami, sehingga klien bisa keluar dari kondisi yang

membuatnya depresi. perawat dalam proses pertolongan agar sangat

berhati-hati jangan sampai timbul proses pemberian nasehat yang justru

11

Page 12: 40447044 Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Depresi

menimbulkan kesan menghakimi, sebab penghakiman adalah cairan cuka

yang disiranikan pada luka emosional klien. Sikap yang terkesan

menasehati ataupun dengan sengaja menasehati merupakan bakteri/ racun

baru yang akan memperbesar tumor depresi klien. Nasehat yang terlalu

dini/ dominan serta tidak pada tempatnya tidak akan berdampak pada

penyembuhan, sebab sebelum klien butuh nasehat sebagai salah satu

ramuan obat, maka klien perlu mengeluarkan segala bentuk tekanan

emosionalnya. Bercerita, berkeluh kesah, mendesah, mengadu, curhat,

ataupun menangis bahkan berontak adalah merupakan cara alamiah untuk

mengernbalikan keseimbangan dan kestabilan emosional klien serta akan

melepaskan energi-energi negatif yang menggantung dan menyesakkan

jiwanya. Karenanya perawat yang memainkan peran sebagai konselor/

terapis jangan buru-buru mengeluarkan kata-kata seperti: "oma mesti sabar

menghadapi kenyataan ini" atau "oma, jangan menangis tidak baik" atau

"tidak baik berkeluh kesah" dan sebagainya. Kata-kata seperti itu hanya

akan menyumbat upaya klien mengobati dirinya. Jika klien berkeluh

kesah, menangis, mengadu, curhat, maka berilah kesempatan, karena klien

pada saat sedang melepaskan toksin/ racun dalam jiwanya, yang

diharapkan adalah dukungan dan perhatian dari konselor. Jika klien

meminta saran dan tanggapan, maka berikanlah saran dan tanggapan

dengan selogis dan serealistis mungkin, jawaban tidak harus kepastian, tapi

usahakan klien diajak berpikir untuk, menemukan solusi yang paling tepat.

Klien perlu dirangsang untuk berpikir secara positif dan realisitis dalam

menghadapi situasi sulit. Menasehati ataupun mendikte bukanlah cara

yang bijak sekalipun nasehat itu cocok untuk dilakukan oleh klien, sebab

akan membuat klien malas berpikir dan tidak pernah belajar untuk

memecahkan masalahnya sendiri. Klien perlu juga diberdayakan, sebab

klien memiliki potensi yang cukup untuk menolong dirinya, perawat perlu

mengingatkan dan memunculkan kembali potensi-potensi tersebut,

kuatkan klien dan kembalikan kepercayaan dirinya untuk melawan depresi.

c. Perubahan gaya hidup

Aktivitas fisik terutama olah-raga. Pasien dibiasakan berjalan kaki setup pagi

atau sore sehingga energi dapat ditingkatkan serta mengurangi stress karena

kadar norepinefrin meningkat. Selain itu, pasien juga dapat diperkenalkan pada

kebiasaan meditasi serta yoga untuk menenangkan pikirannya: Setidaknya ada

dua alasan penting mengapa olah raga perlu untuk penderita depresi.

1) Pertama, olah raga meningkatkan kesadaran sistem syaraf sentral. Denyut

nadi meningkat dan membangkitkan semua sistem. Hal ini berlawanan

dengan penurunan kesadaran syaraf sentral akibat adanya depresi.

12

Page 13: 40447044 Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Depresi

2) Kedua, olah raga bisa memacu sistem syaraf sentral. Endorphin adalah

molekul organik yang seperti halnya norepinephrine dan serotonin,

berfungsi sebagai kurir kimiawi. Kadang endorphin dianggap, sebagai

candu (opium) alami yang berfungsi untuk meningkatkan proses biologic

untuk mengatasi depresi. Karenanya perawat diharapkan bisa

mengidentifikasi olah-raga yang disenangi oleh klien yang terindikasi

depresi dan mendesainnya menjadi sebuah program yang kontinyu dan

rutin. Perawat dapat bekerjasama dan berkonsultasi dengan tenaga medis

mengenai berbagai bentuk gerak yang efektif yang bisa menstimulus detak

jantung.

d. Diet sehat untuk mengurangi asupan gizi yang menambah kadar stress juga

perlu dilakukan. Memperhatikan jenis makanan yang akan disajikan kepada

lanjut usia yang mengalami depresi. Depresi berhubungan dengan tingkat

kesadaran yang rendah. Kesadaran mengacu pada proses psikologis yang

meliputi hal-hal seperti misalnya kemampuan untuk memusatkan perhatian

seseorang dan kemampuan untuk bekerja secara efektif. Makanan berat secara

otomatis akan memicu tindakan bagian syaraf parasimpatik yakni cabang dari

sistem syaraf otonom yang menurunkan kesadaran. Darah dialirkan ke proses

pencernaan untuk membantu seseorang mencerna makanan yang dimakan.

Sewaktu darah meninggalkan otak dan tangan serta kaki, tubuh akan merasa

lemas dan mengantuk, karena itu makanan berat cenderung memicu depresi.

Karena itu dianjurkan untuk makan makanan ringan, ketika lapar diantara jam-

jam makan, akan tetapi sebaiknya menghindari makanan yang mengandung

kadar gala yang tinggi. Sementara kudapan yang rendah kalori dan berprotein

tinggi akan membuat seseorang tetap segar, memuaskan rasa lapar, dan tidak

mengganggu kesadaran optimal seseorang.

3. Demensia

Pengobatan diarahkan pada tujuan jangka panjang yaitu mempertahankan kualitas

hidup penderita gangguan degeneratif dan progresif ini.

a. Pendekatan tim multidisipliner meliputi upaya kolaboratif dari profesional

keperawatan, kedokteran, nutrisi, psikiatri, psikologi, pekerjaam sosial,

farmasi, dan rehabilitasi (misalnya ahli terapi okupasi, fisik, dan aktivitas).

b. Fokus keluarga. Statistik menunjukan bahwa 7 dari 10 orang dengan dernensia

jenis alzheimer tinggal di rumah dan 75% diantara mereka diurus oleh keluarga

dan teman-teman. Jadi, fokus keluarga pada pengobatan dan penatalaksanaan

merupakan hal yang sangat penting.

c. Penatalaksanaan berfokus komunitas

1) Kunjungan rumah dilakukan oleh perawat komunitas.

13

Page 14: 40447044 Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Depresi

2) Adult day care service memberikan layanan aktivitas terapetik, layanan

rehabilitas, rekreasi, dan respite service bagi pemberi asuhan keluarga.

3) Fasilitas perawatan residensial (perawatan pribadi) memberikan bantuan

bagi klien.

4) Skilled nursing facilities. 50% dari klien rumah perawatan adalah

penderita demensia jenis alzheimer.

5) Alzheimer asosiation menyediakan kelompok pendukung, penyuluhan

masyarakat dan keluarga, pengumpulan dana dan aktivitas melobi untuk

penelitian dan tindakan legislatif.

d. Intervensi farmakologik

1) Tujuan intervensi farmakologik adalah memperlambat laju penurunan

kondisi klien dengan obat yang meningkatkan kadar asetilkolin dan

membantu mempertahankan fungsi neuronal serta menatalaksanakan

perilaku dan gejala yang menimbulkan stress.

2) Terapi eksperimen.

3) Gangguan amnestik.

Pengobatannya sama dengan delirium bila gangguan amnestik tersebut

merupakan masalah yang akut dan sama dengan demensia bila

gangguannya bersifat kronis.

III. ASUHAN KEPERAWATAN

A. FOKUS PENGKAJIAN

1. Riwayat

Kaji ulang riwayat klien dan pemeriksaan fislk untuk adanya tanda dan gejala

karakteristik yang berkaitan dengan gangguan tertentu yang didiagnosis.

2. Kaji adanya demensia. Dengan alat-alat yang sudah distandardisasi, meliputi

a. Mini Mental Status Exam (MMSE)

b. Short portable mental status quetionnaire

3. Singkirkan kemungkinan adanya depresi dengan scrining yang tepat, seperti

geriatric depresion scale.

4. Ajukan pertanyaan-pertanyaan pengkajian keperawatan

5. Wawancarai klien, pemberi asuhan atau keluarga. Lakukan observasi langsung

terhadap :

a. Perilaku. Bagaimana kemampuan klien mengurus diri sendiri dan melakukan

aktivitas hidup sehari-hari? Apakah klien menunjukkan perilaku yang tidak

dapat diterima secara sosial? Apakah klien sering mengluyur dan

mondar¬mandir? Apakah ia menunjukkan sundown sindrom atau perseveration

phenomena?

14

Page 15: 40447044 Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Depresi

b. Afek. Apakah kilen menunjukkan ansietas? Labilitas emosi? Depresi atau

apatis? lritabilitas? Curiga? Tidak berdaya? Frustasi?

c. Respon kognitif. Bagaimana tingakat orientasi klien? Apakah klien mengalami

kehilangan ingatan tentang hal¬hal yang baru saja atau yang sudah lama

terjadi? Sulit mengatasi masalah, mengorganisasikan atau mengabstrakan?

Kurang mampu membuat penilaian? Terbukti mengalami afasia, agnosia, atau,

apraksia?

6. Luangkan waktu bersama pemberi asuhan atau keluarga

a. Identifikasi pemberian asuhan primer dan tentukan berapa lama ia sudah

menjadi pemberi asuhan dikeluarga tersebut. (demensia jenis alzheimer tahap

akhir dapat sangat menyulitkan karena sumber daya keluarga mungkin sudah

habis).

b. ldentifikasi sistem pendukung yang ada bagi pemberi asuhan dan anggota

keluarga yang lain.

c. Identifikasi pengetahuan dasar tentang perawatan klien dan sumber daya

komunitas (catat hal-hal yang perlu diajarkan).

d. Identifikasi sistem pendukung spiritual bagi keluarga.

e. Identilikasi kekhawatiran tertentu tentang klien dan kekhawatiran pemberi

asuhan tentang dirinya sendiri.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN TERKAIT

1. DEPRESI

a. Mobilitas fisik, hambatan b.d gangguan konsep diri, depresi, ansietas berat.

b. Gangguan pola tidur b.d ansietas

c. Membahayakan diri, resiko b.d perasaan tidak berharga dan putus asa.

2. DEMENSIA

a. Gangguan proses pikir berhubungan dengan kehilangan memori, degenerasi

neuron ireversible .

b. Risiko cedera berhubungan dengan penurunan fungsi fisiologis daan kognitif.

c. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan persepsi, transmisi

dan atau integrasi sensori ( defisit neurologist)

d. Kurang perawatan diri : hygiene nutrisi, dan atau toileting berhubungan dengan

ketergantungan fisiologis dan atau psikologis.

e. Potensial terhadap ketidakefektifan koping keluarga berhubungan dengan

pengaruh penyimpangan jangka panjang dari proses penyakit

C. INTERVENSI KEPERAWATAN TERKAIT

1. DEPRESI

15

Page 16: 40447044 Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Depresi

a. Mobilitas fisik, hambatan b.d gangguan konsep diri, depresi, ansietas berat.

Intervensi

1) Bicara secara langsung dengan klien; hargai individu dan ruang pribadinya

jika tepat

2) Beri kesempatan terstruktur bagi klien untuk membuat pilihan perawatan

3) Susun sasaran aktivitas progresif dengan klien

4) Bersama keluarga memilih kemampuan yang bisa dilakukan pasien saat ini

b. Gangguan pola tidur b.d ansietas

Intervensi

1) Identifikasi gangguan dan variasi tidur yang dialami dari pola yang

biasanya

2) Anjurkan latihan relaksasi, seperti musik lembut sebelum tidur

3) Kurangi asupan kafein pada sore dan malam hari

4) Anjurkan keluarga untuk menciptakan lingkungan yang tenang untuk

memfasilitasi agar pasien dapat tidur.

c. Membahayakan diri, resiko b.d perasaan tidak berharga dan putus asa.

Intervensi

1) Identifikasi derajat resiko / potensi untuk bunuh diri

2) Lakukan tindakan pencegahan bunuh diri

3) Mendiskusikan dengan keluarga koping positif yang pernah dimiliki klien

dalam menyelesaikan masalah

2. DIMENSIA

a. Gangguan proses pikir berhubungan dengan kehilangan memori, degenerasi

neuron ireversible

1) Kaji derajat gangguan derajat kognitif, orientasi orang, tempat dan waktu

2) Pertahankan lingkungan yang menyenangkan dan tenang

b. Risiko cedera berhubungan dengan penurunan fungsi fisiologis dan kognitif

1) Pertahankan tindakan kewaspadaan

2) Hadir dekat pasien selama prosedur atau pengobatan dilakukan

c. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan persepsi, transmisi

dan atau integrasi sensori ( defisit neurologis )

1) Kaji derajat sensori/ gangguan persepsi

2) Mempertahankan hubungan orientasi realita dan lingkungan

d. Kurang perawatan diri : hygiene nutrisi, dan atau toileting berhubungan dengan

ketergantungan fisiologis dan atau psikologis

1) Identifikasi kesulitan dalam berpakaian/ perawatan diri

2) Identifikasi kebutuhan akan kebersihan diri dan berikan bantuan sesuai

kebutuhan

16

Page 17: 40447044 Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Depresi

e. Potensial terhadap ketidakefektifan koping keluarga berhubungan dengan

pengaruh penyimpngan jangka panjang dari proses penyakit

1) Berikan dukungan emosional

2) Rujuk keluarga ke kelompok pendukung

D. EVALUASI

1. DEPRESI

Klien mampu:

a. Berpartisipasi dalam menentukan perawatan diri

b. Melakukan kegiatan positif dalam menyelesaikan masalah

c. Klien mampu mengungkapkan penyebab gangguan tidur

d. Klien mampu menetapkan cara yang tepat untuk memenuhi kebutuhan tidur

e. Mampu mengungkapkan ide bunuh diri

f. Mengenali cara - cara untuk mencegah bunuh diri

g. Mendemonstrasikan cara menyelesaikan masalah yang konstruktif

2. DEMENSIA

Berikan informasi yang berkaitan dengan demensia jenis Alzheimer (demensia

secara umum)

a. Apa itu demensia jenis Alzheimer?

b. Masalah-masalah ingatan yang berkaitan dengan penyakit?

c. Koping

DAFTAR PUSTAKA

- www.scibd.com/askep-klien-dengan-depresi.html

17

Page 18: 40447044 Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Depresi

- www.scibd.com/askep-klien-dengan-demensia.html

- http://deasbatamisland.blogspot.com/2007/11/askep-lansia-dengan-gangguan.html

- Carpenito, L. “ Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis”, Edisi ke-6,

EGC, Jakarta, 2000

- Nugroho, Wahjudi. “Keperawatan Gerontik”, Edisi ke-2, EGC, Jakarta 2000

- Watson, Roger. “Perawatan Lansia”, Edisi ke-3, EGC, Jakarta 2003

18