4. Budidaya Tembakau (1)

8
BUDIDAYA PEMBIBITAN TEMBAKAU DI WILAYAH JAWA TENGAH Oleh : Badrul Munir, S.TP, MP (PBT Ahli Pertama BBPPTP Surabaya) I. Pendahuluan Tanaman tembakau (Nicotianae Tabacum L) merupakan komoditi tanaman semusim perkebunan yang sangat strategis dan mempunyai dampak sosial yang luas.Peran tembakau bagi masyarakat cukup besar,Hal ini karena aktivitas produksi dan pemasarannya melibatkan sejumlah penduduk untuk mendapatkan pekerjaan dan penghasilan.Sumbangan tembakau terhadap pendapatan petani dan negara cukup besar. Usaha tani dan industri tembakau dapat menghidupi sekitar 10 juta jiwa yang meliputi 4 juta petani, 600.000 orang tenaga kerja di pabrik-pabrik rokok, 4,5 juta orang yang terlibat dalam perdagangan dan 900.000 orang terlibat dalam transportasi dan periklanan. Tembakau memberikan sumbangan pendapatan negara dalam bentuk cukai yang meningkat setiap tahunnya yaitu pada tahun 2009 sebesar Rp. 55,4 trilyun, tahun 2010 sebesar Rp. 63,3 trilyun, tahun 2011 sebesar Rp. 66,01 trilyun, tahun 2012 sebesar 80 trilyun dan target tahun 2013 ini sebesar Rp. 95 trilyun (Ditjenbun, 2013). Namun, komoditi tembakau juga merupakan komoditi yang kontroversial yaitu antara manfaat dan dampaknya terhadap kesehatan, sehingga dalam pengembangannya harus mengacu pada penyeimbangan supply dan demand, peningkatan produktivitas dan mutu serta peningkatan peran kelembagaan petani (Anonim, 2012). Jawa Tengah merupakan sentra penghasil tembakau ketiga setelah Jawa Timur dan NTB. Total luasan tanaman tembakau di Jawa Tengah mencapai 45.930 ha (Tempo, 2012). Bahkan tembakau temanggung merupakan bahan penting dalam industri rokok kretek, karena memiliki aroma dan rasa yang khas (Balittas, 2011).Dalam upaya peningkatan mutu dan produktivitas, maka penggunaan benih tembakau unggul dan bermutu sangat diperlukan.Usaha/budidaya

description

tembakau

Transcript of 4. Budidaya Tembakau (1)

Page 1: 4. Budidaya Tembakau (1)

BUDIDAYA PEMBIBITAN TEMBAKAU DI WILAYAH JAWA TENGAH

Oleh : Badrul Munir, S.TP, MP (PBT Ahli Pertama BBPPTP Surabaya)

I. Pendahuluan

Tanaman tembakau (Nicotianae Tabacum L) merupakan

komoditi tanaman semusim perkebunan yang sangat strategis dan

mempunyai dampak sosial yang luas.Peran tembakau bagi masyarakat

cukup besar,Hal ini karena aktivitas produksi dan pemasarannya

melibatkan sejumlah penduduk untuk mendapatkan pekerjaan dan

penghasilan.Sumbangan tembakau terhadap pendapatan petani dan

negara cukup besar. Usaha tani dan industri tembakau dapat

menghidupi sekitar 10 juta jiwa yang meliputi 4 juta petani, 600.000

orang tenaga kerja di pabrik-pabrik rokok, 4,5 juta orang yang terlibat

dalam perdagangan dan 900.000 orang terlibat dalam transportasi dan

periklanan. Tembakau memberikan sumbangan pendapatan negara

dalam bentuk cukai yang meningkat setiap tahunnya yaitu pada tahun

2009 sebesar Rp. 55,4 trilyun, tahun 2010 sebesar Rp. 63,3 trilyun,

tahun 2011 sebesar Rp. 66,01 trilyun, tahun 2012 sebesar 80 trilyun

dan target tahun 2013 ini sebesar Rp. 95 trilyun (Ditjenbun, 2013).

Namun, komoditi tembakau juga merupakan komoditi yang

kontroversial yaitu antara manfaat dan dampaknya terhadap kesehatan,

sehingga dalam pengembangannya harus mengacu pada

penyeimbangan supply dan demand, peningkatan produktivitas dan

mutu serta peningkatan peran kelembagaan petani (Anonim, 2012).

Jawa Tengah merupakan sentra penghasil tembakau ketiga

setelah Jawa Timur dan NTB. Total luasan tanaman tembakau di Jawa

Tengah mencapai 45.930 ha (Tempo, 2012). Bahkan tembakau

temanggung merupakan bahan penting dalam industri rokok kretek,

karena memiliki aroma dan rasa yang khas (Balittas, 2011).Dalam

upaya peningkatan mutu dan produktivitas, maka penggunaan benih

tembakau unggul dan bermutu sangat diperlukan.Usaha/budidaya

Page 2: 4. Budidaya Tembakau (1)

pembibitan tembakau yang baik dilakukan dalam rangka menyediakan

kebutuhan benih unggul dan bermutu.

II. Teknik Pembibitan

Pada prinsipnya pembibitan tembakau dapat dilakukan secara

bedengan dengan hasil bibit tembakau cabutan atau sistem polybag

dengan hasil bibit dalam polybag.

1. Pembibitan Sistem Bedengan

Kegiatan pembibitan tembakau dengan sistem bedengan

dilakukan dengan langkah – langkah sebagai berikut :

a. Persiapan benih

Langkah pertama dalam pembibitan adalah persiapan benih

yaitu dengan menggunakan benih yang bermutu dari varietas

unggul.Benih yang bermutu dan varietas unggul dapat

menentukan hasil tembakau.Varietas unggul tembakau dapat

diperoleh dari tetua-tetua yang memiliki sifat-sifat yang unggul.

Benih tembakau sangat kecil dengan indeks biji 50 - 80 mg/1

000 biji atau setiap gram mengandung 13000 butir benih, dengan

demikian untuk dapat menyebar secara merata di atas bedengan

tidak dapat disebarkan secara langsung. Benih yang digunakan

untuk pembibitan harus dipersiapkan dari areal khusus pembibitan

dan diseleksi secara tepat.Benih merupakan sarana produksi yang

menentukan hasil tembakau karena setiap benih memiliki sifat

genetik dan morfofisiologis yang mempengaruhi pertumbuhan dan

produksi tanaman. Benih haruslah memiliki kemurnian yang tinggi

tidak tercampur benih rusak, kotoran ataupun biji gulma, daya

kecambah di atas 80 % dan bebas hama dan penyakit. Dengan

demikian untuk pengadaan benih harus diseleksi dari pohon induk

ataupun proses pemuliaan yang benar serta teknologi produksi

benih yang memenuhi standar sehingga diperoleh benih unggul

dan bermutu.

Page 3: 4. Budidaya Tembakau (1)

b. Pemilihan tempat pembibitan

Tempat pembibitan harus cukup terbuka, dekat areal

pertanian, mendapat sinar matahari yang cukup terutama pada

pagi hari. Lapisan tanahnya cukup tebal, subur, daya menahan air

dan drainase baik. Di samping itu, tempat pembibitan juga dekat

dengan sumber air untuk memudahkan penyiraman, bebas dari

tanaman famili Solanaseae pada pertanaman sebelumnya dan

bebas dari gangguan hewan peliharaan, hama dan penyakit.

c. Pembuatan bedengan

Pembuatan bedengan diawali dengan pengolahan

tanah.Pengolahan tanah pesemaian bedengan dilakukan 30 - 35

hari sebelum penaburan benih.Pengolahan tanah ini harus sudah

dilakukan 70 - 80 hari sebelum tanam agar bibit siap salur pada

waktu tanam, karena umur bibit tembakau siap salur adalah 40 -

45 hari. Pengolahan tanah terdiri dari pembajakan I dan

pembajakan II dengan interval 1 sampai 2 minggu dan dengan

kedalaman bajak 30 - 40 cm. Bedengan dibentuk dengan arah

utara selatan yang berukuran lebar 1 m panjang 5 m sedangkan

tinggi 30 cm dan jarak antar bedengan 75 - 100 cm.

d. Penaburan benih

Penaburan benih dilakukan setelah bedengan semai siap

tanam. Sebelum penaburan benih dilakukan pemupukan dasar

dengan pupuk NPK dosis 0,5 - 1 kg/m2, 3 sampai 4 hari sebelum

sebar. Benih tembakau dapat disebar di bedengan dengan

perendaman atau tanpa rendaman sebelumnya. Perendaman

benih dapat dilakukan selama 48 jam sebelum sebar. Penaburan

benih dapat dilakukan dengan gembor berisi air ditambah sabun

sebagai pendispersi agar benih tidak mengumpul.Penyebaran

benih tanpa perendaman dapat dilakukan dengan mencampur

benih dengan abu atau pasir halus agar merata.

Page 4: 4. Budidaya Tembakau (1)

e. Pemeliharaan

Pemeliharaan yang dilakukan dalam pembibitan meliputi

penyiraman, pemupukan, pengaturan naungan, penjarangan

mulsa, penyiangan, penjarangan tanaman, serta pengendalian

hama dan penyakit. Penyiraman pada pembibitan harus dilakukan

secara intensif untuk memperoleh pertumbuhan bibit yang baik.

Penjarangan bibit (reseting) perlu dilakukan untuk

menghindari kelembaban yang berlebihan karena bibit terlalu

padat yang dapat menimbulkan serangan penyakit rebah

kecambah atau lanas. Disamping itu penjarangan juga diperlukan

agar bibit tidak mengalami etiolasi dan tidak terjadi persaingan

unsur hara sehingga bibit tumbuh dengan vigor seragam.Reseting

dilakukan pada umur 21 hari.

Pembibitan perlu diberi naungan untuk melindungi benih dari

cahaya matahari konstruksi atap naungan terbuat dari bambu

berbentuk setengah lingkaran memanjang sepanjang bedengan.

Naungan dapat digunakan plastik Polyetilen berukuran 5,2 m x 1,2

m x 0,5 m. Plastik Polyotilen (atap) dapat dibuka dari pukul 07.00

sampai 10.30 pada saat bibit berumur 15 - 20 hari, pukul 07.00 -

12.00 pada saat umur bibit 20 - 28 hari dan satu hari penuh

setelah umur bibit 28 hari.

Di atas benih perlu dihamparkan mulsa dari potongan jerami

berukuran ± 25 cm. Mulsa tersebut berfungsi untuk mencegah

benih berpindah pada saat penyiraman atau saat hujan,

melindungi kecambah dari matahari dan mengurangi penguapan

serta mencegah kerusakan permukaan bedengan.

Setelah bibit berumur 20-25 hari dilakukan penjarangan,

sehingga jarak antara bibit teratur antara 4 cm x 4 cm sampai 5

cm x 5 cm, sehingga tiap m2 bedengan terdapat 400 – 625

bibit.Atau dilakukan pencabutan bibit dan dipindah ke bedengan

lain dengan jarak tanam 5 cm x 5 cm (disebut ”pataran” bibit).

Bedengan pataran biasanya di dekat lahan yang akan ditanami

Page 5: 4. Budidaya Tembakau (1)

tembakau. Bibit pataran ini dapat ditanam di lahan setelah 20-25

hari.

Pengendalianhama dilakukan sesuai jenis hama dan

penyakit yang menyerang tanaman tembakau dan dilakukan

secara terpadu. Bahkan di awal pengolahan tanah juga dilakukan

teknik solarisasi tanah. Menurut Cicu (2011), solarisasi tanah

merupakan suatu metode disinfestasi tanah alternatif yang

sederhana, aman, efektif, tidak meninggalkan residu, dapat

dengan mudah diaplikasikan pada skala kecil atau skala luas, dan

dapat dikombinasikan dengan metode pengendalian yang lain

seperti aplikasi pestisida dosis rendah, aplikasi pupuk (pupuk

hijau, pupuk organik, atau pupuk buatan), dan agens hayati, serta

mempunyai efek pengendalian jangka panjang. Di samping itu,

menurutnya penggunaan metode solarisasi juga dapat mengontrol

patogen-patogen tanaman tular tanah (nematoda parasit,

cendawan, dan beberapa bakteri) dan gulma secara efektif,

memperbaiki kesuburan tanah, meningkatkan pertumbuhan

tanaman meningkatkan ketersediaan nutrisi esensial di dalam

tanah dan menstimulir pertumbuhan mikroflora tanah.

Menurut Sinambela (2000), hama yang sering menyerang

tanaman tembakau virginna di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah

adalah, belalang, ulat grayak (Spodoptera litura F), ulat pupus

(Heliothis assulta Gn) serta kutu daun (Myzus percisae Sulz). Di

samping itu juga ada penyakit puru akar, TMV (Tobacco Mozaic

Virus) dan layu bakteri.

f. Seleksi dan pencabutan.

Seleksi bibit dilakukan tiga kali yaitu pada umur 10 - 13 hari,

20 - 23 hari dan 33 hari. Bibit siap salur memiliki kriteria umur 38 -

40 hari, tinggi bibit 10 - 12 cm, diameter batang 0,8 - 1 cm, jumlah

daun 5 -6 lembar, warna daun coklat dan tanaman sehat.

Pencabutan bibit dilakukan pada pagi atau sore hari dengan

Page 6: 4. Budidaya Tembakau (1)

menyiram bedengan sebelumnya.Pencabutan dilakukan dengan

menyatukan daun yang telah sempurna.

2. Pembibitan Sistem Polybag

Kelebihan utama dari sistem pembibitan di dalam

polybagadalah :

mengurangi kerusakan akar pada saat pemindahan bibit,

mengurangi tingkat kematian bibit,

menghilangkan stagnasi dan

menyeragamkan pertumbuhan bibit.

Dengan demikian penyulaman dapat ditekan hingga tingkat nol.

Cara pembibitan dengan sistem polybag pada awalnya sama

seperti sistem bedengan, hanya setelah umur bibit 21 hari bibit

dipindahkan ke polybag.Media bibit sistem polybag terdiri dari tanah

dicampur dengan pupuk kandang dan pasir dengan perbandingan :

1. pada tanah berat 5 : 3 : 2

2. pada tanah sedang 5 : 2 : 2

3. pada tanah ringan 5 : 3 : 1

Di samping itu media dicampur dengan pupuk NPK dengan

dosis 1,5 ± 2 kg pupuk NPK setiap 1 m3 tanah. Ukuran plastik media

adalah panjang 110 cm dan diameter 110 cm. Tanah media

dimasukkan ke dalam plastik polybag.Tanah media tersebut

sebelumnya disterilisasi dengan metode solarisasi selama 14 ± 20

hari.Selanjutnya bibit yang telah berumur 3 minggu (21 HSS)

dipindahkan ke polybag dan dilakukan penyiraman seperti pada

pembibitan bedengan.

Pemeliharaan dan kriteria sealur seperti pada pembibitan

bedengan, hanya bedanya pada pembibitan polybag telah dilakukan

seleksi bibit dan pengaturan jarak tanam. Jadi semua alur sama

dengan seperti dituturkan dalam pembibitan bedengan tersebut

diatas.

Page 7: 4. Budidaya Tembakau (1)

III. Penutup

Tanaman tembakau memberikan dampak cukup luas dalam

kehidupan masyarakat khususnya jawa tengah sebagai sentra

tanaman tembakau urutan ketiga setelah Jawa Timur dan

NTB.Sehingga penyediaan benih unggul dan bermutu sangat

diperlukan dan terus dikembangkan.

Pembibitan tembakau dapat dilakukan dengan sistem bedengan

maupun polybag.Masing – masing memiliki kelebihan dan

kekurangan, tergantung kebutuhan dan tujuan pembibitan dari

masing–masing penangkar/produsen bibit.

Penanganan teknik pembibitan dilakukan secara baik dan

professional mulai dari awal pemilihan varietas, pemilihan lokasi,

pengolahan lahan/tanah, penaburan benih, pemeliharaan,

pengendalian hama, penyakit danpencabutan benih agar didapatkan

benih/bibit yang sesuai standar dan bermutu tinggi.

Daftar Pustaka

Anonim.2013.http://ditjenbun.deptan.go.id/tansim/berita-190-pertemuan-koordinasi-alokasi-dan-evaluasi-dana-bagi-hasil-cukai-hasil-tembakau-dbhcht-tahun-2013.html. Diakses pada 12 Nopember 2013.

Anonim.2012.http://www.herdinbisnis.com/2012/06/budidaya-

tembakau-draft.html#.UnnvE_s3TMw. Diakses pada 12 Nopember 2013.

Anonim.2012.http://www.tempo.co/read/news/2012/07/23/173418670/

Rencana-Konversi-Lahan-Tembakau-Ditolak. Diakses pada 12 Nopember 2013.

Cicu. 2011. Pengelolaan Penyakit Tular Tanah Melalui Solarisasi.

Superman (Suara Perlindungan Tanaman) Volume 1 Nomor 4 Tahun 2011. Mamuju

Rochman, F dan Sri Yulaikah. 2011. Varietas Unggul Tembakau

Temanggung. Balittas. Malang

Page 8: 4. Budidaya Tembakau (1)

Sinambela, R. S. M. 2000. Pengelolaan Persemaian Tanaman Tembakau Virginia di Pertanaman Tembakau Virginia Pengusaha Binaan PT. BAT Indonesia Bagian Pertembakauan Klaten Jawa Tengah.Skripsi. Institut Pertanian Bogor