4. bab 2 part 2
Click here to load reader
-
Upload
jadika-an-guna -
Category
Documents
-
view
12 -
download
7
description
Transcript of 4. bab 2 part 2
Sedangkan berfikir deduksi adalah proses berpikir berdasarkan
pada pengetahuan yang umum mencapai pengetahuan yang khusus.
b. Cara modern
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada
dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut “metode
penelitian ilmiah”, atau lebih populer disebut metodologi penelitian
(research methodology).
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan diantaranya
adalah : a. Umur
Semakin cukup umur tingkat pematangan dan kekuatan
seseorang akan lebih matang dalam berfikir, belajar, bekerja sehingga
pengetahuanpun akan bertambah. Dari segi kepercayaan masyarakat,
seseorang yang lebih dewasa akan lebih dipercaya.
(Nursalam & Siti Pariani, 2001 : 134).
b. Pendidikan
Tingkat pendidikan yang terlalu rendah akan sulit memahami
pesan atau informasi yang disampaikan. Semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang semakin mudah menerima informasi sehingga
banyak pula pengetahuan yang dimiliki (Effendy N, 1998 : 248).
Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga
perilaku akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap
berperan serta dalam pembangunan kesehatan.
(Nursalam & Siti Pariani, 2001 : 133).
Menurut Kuncoroningrat (1997) yang dikutip oleh Nursalam dan
Siti Pariani (2001 : 133), makin tinggi tingkat pendidikan seseorang,
makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula
pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan
menghambat perkembangan seseorang terhadap nilai-nilai yang baru
diperkenalkan.
Tingkat pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar,
pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Pendidikan dasar
merupakan tingkat pendidikan yang melandasi tingkat pendidikan
menengah, adapun bentuk pendidikan dasar adalah Sekolah Dasar
(SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau bentuk lain yang
sederajat. Pendidikan menengah adalah Sekolah Menengah Atas
(SMA) atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan tinggi merupakan
lanjutan pendidikan menengah adapun bentuk pendidikan tinggi
mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis
dan dokter yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi (Standar
Pendidikan Nasional, 2005 : 103).
c. Pengalaman
Pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau pengalaman
itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan
oleh karena pengalaman yang diperoleh dapat memecahkan
permasalahan yang dihadapi pada masa lalu.
(Notoatmodjo S, 2005 : 13).
B. Konsep Ibu Balita
Pengertian ibu menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia. (Depdikbud, 2007 : 416).
Ibu adalah seorang yang telah melahirkan anak.
Ibu adalah sebutan untuk wanita yang sudah bersuami.
Ibu adalah panggilan lazim pada wanita yang sudah bersuami atau
belum yang umurnya lebih tua.
Pengertian balita menurut Djoko Wijono (2006 : 63) merupakan salah
satu periode usia manusia setelah bayi dan sebelum anak pra sekolah. Balita
dibedakan :
1. Bayi (0-12 bulan).
2. Anak balita (13-36 bulan).
3. Anak balita (37-60 bulan).
Pengertian ibu balita adalah seorang yang telah melahirkan dan
mempunyai anak balita.
C. Konsep Higiene Makanan
1. Pengertian
Kata higiene berasal dari bahasa Yunani yang berarti perawatan dan
pemeliharaan kesehatan (Widmer P, 2007 : 44).
Higiene adalah ilmu yang berhubungan dengan masalah kesehatan dan
berbagai usaha untuk mempertahankan atau untuk memperbaiki kesehatan
(Purnawijayanti H.A, 2001 : 41).
Makanan adalah bahan selain obat yang mengandung zat-zat
gizi atau unsur ikatan kimia yang dapat diubah menjadi zat gizi
oleh tubuh yang berguna lebih bila dimaksukkan dalam tubuh (Almatsier
S, 2001 : 3).
Higiene makanan adalah menjaga kebersihan tempat kerja, peralatan
dan bahan makanan mulai dari penyiapan, pengolahan sampai dengan
penyimpanannya (Widmer P, 2006 : 45).
2. Komponen pokok dalam higiene makanan
a. Faktor fisik
Bangunan dan peralatan :
Lingkungan kerja harus memiliki pencahayaan yang baik,
ventilasi yang baik dan bersih (Motarjemi Y & Adams M, 2003 : 53).
Luas ventilasi minimal adalah 15-20% dari luas lantai (Notoatmodjo S,
2003 : 151). Ruang penyimpanan makanan harus bebas dari bau tak
sedap, asap, debu dan jauh dari tempat pembuangan sampah.
Penyimpanan makanan dalam tempat yang tetutup rapat merupakan
pertahanan yang efektif untuk menghindari tumbuhnya mikroba.
Peralatan masak harus tepat penggunaannya, dipelihara dengan
baik dan diperiksa dengan teratur untuk memastikan bahwa alat
tersebut berfungsi dengan baik (Motarjemi Y & Adams M, 2003 : 53).
b. Faktor operasional
Penanganan makanan secara higienis
Penanganan makanan secara higienis bertujuan untuk
menghindari kontaminasi terutama pada makanan matang atau siap
santap, makanan matang harus disimpan dengan baik dan terpisah dari
makanan mentah untuk menghindari kontaminasi silang.
Sebagian besar penanganan makanan secara higienis berkaitan
dengan pengaturan suhu yang tepat dalam pengolahan dan
penyimpanannya. Hal ini dilakukan untuk menghindari suhu yang
memungkinkan tumbuhnya mikroba. Makanan matang harus disimpan
diluar zona suhu berbahaya (10-600C). Makanan yang mudah rusak
biasanya harus disimpan dalam lemari es pada suhu < 100C. Makanan
yang memang untuk dimasak harus dimasak dengan benar untuk
memastikan bahwa seluruh bagian mencapai 700C. Untuk makanan
yang disajikan dalam keadaan panas harus dipanaskan kembali sampai
suhu 700C sebelum dimakan.
(Motarjemi Y & Adams M, 2003 : 55).
c. Faktor personal
Higiene personal dan pelatihan
Penjamah makanan sering sekali dapat menjadi sumber utama
kontaminasi, sehingga tangan harus dicuci dengan teratur memakai
sabun dan air bersih serta mengalir, khususnya sebelum mengolah
makanan, setelah menggunakan kamar kecil atau membersihkan tinja
balita dan setelah memegang makanan mentah, sampah makanan atau
zat kimia, serta mencuci tangan anak sebelum memberinya makan.
Higiene personal yang terlibat dalam pengolahan makanan perlu
diperhatikan untuk menjamin makanan, disamping itu untuk mencegah
terjadinya penyebaran penyakit melalui makanan sebagai salah satunya
adalah penyakit diare (Purnawijayanti H.A, 2001 : 41).