4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran ......4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum...

34
28 Universitas Kristen Petra 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Penelitian Pada penelitian kali ini, proyek yang kami teliti adalah bangunan high rise building yang terletak di Surabaya. Sesuai dengan yang direncanakan pada bab 3, responden dari penelitian kali ini adalah staff kontraktor yang ada di Surabaya. Dengan sampel responden adalah mereka yang terlibat secara langsung pada saat tahap pelaksanaan, sehingga data yang didapat diharapkan bisa menggambarkan kondisi lapangan yang sesungguhnya. Pengumpulan data ini sendiri dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner di beberapa proyek konstruksi yang meliputi 1 proyek dari PT. Nusa Raya Cipta, 1 proyek dari PT. P, 1 proyek dari PT. Sinar Waringin Adikarya, 1 proyek dari PT. Pembangunan Perumahan,1 proyek dari PT. Tatamulia Nusantara Indah dan 1 proyek dari PT. Adhi Persada Gedung dengan waktu pengumpulan data dilakukan selama dua bulan, yaitu bulan Oktober sampai November 2019. Total kuesioner yang disebarkan sebanyak 76 kuesioner dan yang berhasil dikumpulkan adalah sebanyak 50 kuesioner, dengan profil responden sebagai berikut. 4.1.1. Usia Responden Bedasarkan Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa usia responden yang terbanyak adalah usia 20-30 tahun dengan jumlah responden sebanyak 31 orang, diikuti dengan 16 orang yang berusia 31-40 tahun, serta responden yang paling sedikit terlibat dengan usia lebih dari 40 tahun dengan 3 orang. 4.1.2. Pendidikan Responden Bedasarkan Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa pendidikan responden yang terbanyak adalah setingkat S1 dengan jumlah 45 orang, diikuti dengan 5 orang yang perpendidikan SMA/SMK, sedangkan tidak ada responden yang terlibat berpendidikan setara S2/S3.

Transcript of 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran ......4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum...

Page 1: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran ......4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Penelitian Pada penelitian kali ini, proyek yang kami teliti adalah bangunan high

28 Universitas Kristen Petra

4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Penelitian

Pada penelitian kali ini, proyek yang kami teliti adalah bangunan high rise

building yang terletak di Surabaya. Sesuai dengan yang direncanakan pada bab 3,

responden dari penelitian kali ini adalah staff kontraktor yang ada di Surabaya.

Dengan sampel responden adalah mereka yang terlibat secara langsung pada saat

tahap pelaksanaan, sehingga data yang didapat diharapkan bisa menggambarkan

kondisi lapangan yang sesungguhnya. Pengumpulan data ini sendiri dilakukan

dengan cara menyebarkan kuesioner di beberapa proyek konstruksi yang meliputi

1 proyek dari PT. Nusa Raya Cipta, 1 proyek dari PT. P, 1 proyek dari PT. Sinar

Waringin Adikarya, 1 proyek dari PT. Pembangunan Perumahan,1 proyek dari PT.

Tatamulia Nusantara Indah dan 1 proyek dari PT. Adhi Persada Gedung dengan

waktu pengumpulan data dilakukan selama dua bulan, yaitu bulan Oktober sampai

November 2019. Total kuesioner yang disebarkan sebanyak 76 kuesioner dan yang

berhasil dikumpulkan adalah sebanyak 50 kuesioner, dengan profil responden

sebagai berikut.

4.1.1. Usia Responden

Bedasarkan Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa usia responden yang terbanyak

adalah usia 20-30 tahun dengan jumlah responden sebanyak 31 orang, diikuti

dengan 16 orang yang berusia 31-40 tahun, serta responden yang paling sedikit

terlibat dengan usia lebih dari 40 tahun dengan 3 orang.

4.1.2. Pendidikan Responden

Bedasarkan Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa pendidikan responden yang

terbanyak adalah setingkat S1 dengan jumlah 45 orang, diikuti dengan 5 orang yang

perpendidikan SMA/SMK, sedangkan tidak ada responden yang terlibat

berpendidikan setara S2/S3.

Page 2: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran ......4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Penelitian Pada penelitian kali ini, proyek yang kami teliti adalah bangunan high

29 Universitas Kristen Petra

Gambar 4.1. Persentase Usia Responden

Gambar 4.2. Persentase Pendidikan Responden

4.1.3. Jabatan Responden

Jabatan yang diduduki oleh para staf kontraktor 3 orang sebagai Project

Manager (%), 3 orang sebagai Site Manager, 4 orang sebagai Quality Control (%),

12 orang sebagai Quantity Surveyor (%), 5 orang sebagai Supervisor (%), 16 orang

sebagai Tim K3L (%), 7 orang sebagai Lainnya (%) yang terdiri dari Site Engineer

dan Operator Alat. Distribusi Jabatan yang ditempati staf konstruksi dapat dilihat

pada Gambar 4.3.

62%

32%

6%

Usia Responden

20-30 th

31-40 th

> 40 th

28%

72%

Pendidikan

SMA/SMK

S1

Page 3: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran ......4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Penelitian Pada penelitian kali ini, proyek yang kami teliti adalah bangunan high

30 Universitas Kristen Petra

Gambar 4.3. Persentase Pendidikan Responden

4.1.4. Pengalaman Responden

Dapat dilihat pada Gambar 4.4 bahwa dari keseluruhan 50 responden, 25

diantaranya memiliki pengalaman kurang dari 5 tahun, sedangkan 20 diantaranya

memiliki 5 sampai dengan 10 tahun pengalaman kerja, dan sisanya yaitu 5

responden memiliki lebih dari 10 tahun pengalaman kerja di bidang konstruksi.

Hal ini menunjukkan, bahwa rata-rata responden pada penelitian kali ini sudah

memiliki pengalaman di industri konstruksi.

Page 4: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran ......4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Penelitian Pada penelitian kali ini, proyek yang kami teliti adalah bangunan high

31 Universitas Kristen Petra

Gambar 4.4. Persentase Pengalaman Responden

4.2. Analisa Frekuensi Penerapan

Setelah data terkumpul maka analisa frekuensi penerapan yang dilakukan

dengan cara mencari nilai mean atau nilai rata-rata dari jawaban responden yang

telah didapatkan. Berikut pada Tabel 4.1 ditampilkan rata-rata/mean frekuensi

penerapan metode pengendalian menurut pendapat kontraktor pada jenis risiko

pekerja terkena reruntuhan sisa-sisa bangunan akibat pembongkaran pada tahapan

pekerjaan persiapan.

Tabel 4.1. Mean Frekuensi Penerapan Metode Pengendalian pada Risiko Pekerja

terkena reruntuhan sisa-sisa bangunan akibat pembongkaran Pada Tahapan

Pekerjaan Persiapan.

Tahapan

Pekerjaan dan

Risiko

Metode Pengendalian Frekuensi Hierarchy of

Control

Pekerjaan

Persiapan :

Pemasangan rambu-rambu dan

batasan area 4,26

Administrative

Control

Risiko : Pekerja

terkena

reruntuhan sisa-

sisa bangunan

akibat

pembongkaran

Pemakaian Alat Pelindung Diri

(APD) seperti helm,rompi,sepatu 4,68

Personal

Protective

Equipment

Adanya Instruksi dan Pelatihan

khusus 4,1

Administrasi

Control

Memasang excavator kabin

terbuka dengan struktur pelindung 3,02

Engineering

Control

Menggunakan Concrate barrier

untuk memisahkan pejalan kaki 3,22

Engineering

Control

50%

40%

10%

Pengalaman

<5 th

5-10 th

>10 th

Page 5: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran ......4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Penelitian Pada penelitian kali ini, proyek yang kami teliti adalah bangunan high

32 Universitas Kristen Petra

Pada Tabel 4.1, kontraktor berpendapat bahwa metode pengendalian dengan

frekuensi tertinggi pada risiko ini dengan nilai mean 4,68. Dengan nilai mean

tersebut, dapat dikatakan bahwa metode pengendalian Pemakaian Alat Pelindung

Diri (APD) seperti helm,rompi,sepatu sering dilakukan. Berikut pada Tabel 4.2

menunjukkan rata-rata/mean frekuensi penerapan metode pengendalian menurut

pendapat kontraktor pada jenis risiko pekerja terjatuh pada ketinggian pada tahapan

pekerjaan persiapan.

Tabel 4.2. Mean Frekuensi Penerapan Metode Pengendalian pada Risiko Pekerja

terjatuh pada ketinggian Pada Tahapan Pekerjaan Persiapan.

Tahapan

Pekerjaan dan

Risiko

Metode Pengendalian Frekuensi Hierarchy of

Control

Pekerjaan

Persiapan :

Pemakaian Alat Pelindung Diri

(APD) seperti helm,rompi,sepatu 4,78

Personal

Protective

Equipment

Adanya Instruksi dan Pelatihan

khusus 4,26

Administrasi

Control

Risiko : Pekerja

jatuh dari

ketinggian

Penggunaan Extended tools untuk

mengantikan penggunaan tangga 2,46

Substitution

Penggunaan Safety Net dan Air

Bags (Fall Arrest System) 4,22

Engineering

Control

Pembongkaran dilakukan sebisa

mungkin dari bawah

(pembongkaran atap)

3,32

Elimination

Pemasangan guard

rails,cover,temporary work

platforms (Fall Prevention

System)

3,86 Engineering

Control

Penggunaan Elevating Work

Platforms (EWPs) 2

Substitution

Dapat dilihat pada Tabel 4.2, Frekuensi metode pengendalian tertinggi pada

risiko ini berada pada nilai mean 4,78, maka dapat disimpulkan adalah sering

dilakukan metode pengendalian Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) seperti

helm,rompi,sepatu. Selanjutnya pada Tabel 4.3 akan ditampilkan rata-rata/mean

frekuensi penerapan metode pengendalian menurut pendapat kontraktor pada jenis

risiko pekerja tertabrak excavator pada tahapan pekerjaan tanah.

Page 6: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran ......4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Penelitian Pada penelitian kali ini, proyek yang kami teliti adalah bangunan high

33 Universitas Kristen Petra

Tabel 4.3 Mean Frekuensi Penerapan Metode Pengendalian pada Risiko Pekerja

tertabrak excavator Pada Tahapan Pekerjaan Tanah.

Tahapan

Pekerjaan dan

Risiko

Metode Pengendalian Frekuens

i

Hierarchy of

Control

Pekerjaan Tanah

:

Pemakaian Alat Pelindung Diri

(APD) seperti helm,rompi,sepatu 4,74

Personal

Protective

Equipment

Risiko : Pekerja

tertabrak

excavator

Adanya Instruksi dan Pelatihan

khusus 4,3

Administrasi

Control

Menujuk Seorang Spotter untuk

mengarahkan excavator 3,9

Administrasi

Control

Menggunakan Concrate barrier

untuk memisahkan pejalan kaki 3,38

Engineering

Control

Pada Tabel diatas, metode pengendalian dengan frekuensi tertinggi pada

risiko ini menurut kontraktor dengan mean 4,74. Dengan nilai tertinggi pada

frekuensi tersebut, maka metode pengendalian Pemakaian Alat Pelindung Diri

(APD) seperti helm,rompi,sepatu sering dilakukan. Berikut pada Tabel 4.4

dijabarkan rata-rata/mean frekuensi penerapan metode pengendalian pada jenis

risiko pekerja tertimpa material yang dibawa dump truck pada tahapan pekerjaan

tanah berdasarkan pendapat dari kontraktor.

Tabel 4.4. Mean Frekuensi Penerapan Metode Pengendalian pada Risiko Pekerja

tertimpa material yang dibawa dump truck Pada Tahapan Pekerjaan Tanah.

Tahapan

Pekerjaan dan

Risiko

Metode Pengendalian Frekuens

i

Hierarchy of

Control

Pekerjaan Tanah

:

Pemakaian Alat Pelindung Diri

(APD) seperti helm,rompi,sepatu 4,74

Personal

Protective

Equipment

Risiko : Pekerja

tertimpa material

yang dibawa

dump truck

Adanya Instruksi dan Pelatihan

khusus 4,32

Administrasi

Control

Menujuk Seorang Spotter untuk

mengarahkan dump truck 3,84

Administrasi

Control

Menggunakan Traffic Light

sebagai pengganti pengatur di

jalanan

2,82 Engineering

Control

Ditinjau pada tabel 4.4, dapat terlihat bahwa banyak dari kontraktor

berpendapat, pada metode pengendalian dengan frekuensi tertinggi pada risiko ini

Page 7: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran ......4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Penelitian Pada penelitian kali ini, proyek yang kami teliti adalah bangunan high

34 Universitas Kristen Petra

dengan nilai mean 4,74. Dengan hasil frekuensi tersebut, nampak sekali jika metode

pengendalian Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) seperti helm,rompi,sepatu

juga sering dilakukan. Selanjutnya pada Tabel 4.5 diuraikan lebih lanjut pendapat

kontraktor mengenai rata-rata/mean frekuensi penerapan metode pengendalian

pada jenis risiko tangan pekerja terkena paku pada tahapan pekerjaan pembuatan

bekisting tersebut.

Tabel 4.5. Mean Frekuensi Penerapan Metode Pengendalian pada Risiko Tangan

pekerja terkena paku Pada Tahapan Pekerjaan Pembuatan Bekisting.

Tahapan

Pekerjaan dan

Risiko

Metode Pengendalian Frekuens

i

Hierarchy of

Control

Pekerjaan

pembuatan

bekisting :

Pemakaian Alat Pelindung Diri

(APD) seperti helm,rompi,sepatu 4,74

Personal

Protective

Equipment

Risiko : Tangan

pekerja terkena

paku

Adanya Instruksi dan Pelatihan

khusus 4,16

Administrative

Control

Dalam Tabel 4.5 diatas tersebut, Frekuensi tertinggi dengan mean 4,7 dalam

metode pengendalian dengan frekuensi tertinggi pada risiko ini. Perolehan mean

tersebut dalam metode ini, maka dapat diartikan bahwa metode pengendalian

Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) seperti helm,rompi dan sepatu sering

dilakukan. Berikut pada tabel 4.6 akan dijabarkan frekuensi penerapan metode

pengendalian pada Risiko Tangan Pekerja terkena gergaji Pada Tahapan Pekerjaan

Pembuatan Bekisting.

Tabel 4.6. Mean Frekuensi Penerapan Metode Pengendalian pada Risiko Tangan

Pekerja terkena gergaji Pada Tahapan Pekerjaan Pembuatan Bekisting.

Tahapan

Pekerjaan dan

Risiko

Metode Pengendalian Frekuens

i

Hierarchy of

Control

Pekerjaan

pembuatan

bekisting :

Pemakaian Alat Pelindung Diri

(APD) seperti helm,rompi,sepatu 4,74

Personal

Protective

Equipment

Risiko:Tangan

pekerja terkena

gergaji

Adanya Instruksi dan Pelatihan

khusus 4,24

Administrative

Control

Page 8: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran ......4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Penelitian Pada penelitian kali ini, proyek yang kami teliti adalah bangunan high

35 Universitas Kristen Petra

Bisa disimpulkan dari Tabel 4.6, Sebagian besar kontraktor menjelaskan

pendapatnya bahwa metode pengendalian dengan frekuensi tertinggi pada risiko ini

dengan nilai mean 4,74, Frekuensi tertinggi dalam metode pengendalian Pemakaian

Alat Pelindung Diri (APD) seperti helm,rompi,sepatu termasuk dalam skala sering

dilakukan. Selanjutnya akan ditampilkan rata-rata/mean frekuensi penerapan

metode pengendalian menurut pendapat kontraktor pada jenis risiko pekerja

terjatuh pada ketinggian pada tahapan pekerjaan pemasangan kerangka tulangan

baja pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7. Mean Frekuensi Penerapan Metode Pengendalian pada Risiko Pekerja

terjatuh pada ketinggian Pada Tahapan Pekerjaan Pemasangan Kerangka

Tulangan Baja.

Tahapan

Pekerjaan dan

Risiko

Metode Pengendalian Frekuens

i

Hierarchy of

Control

Pekerjaan

Pemasangan

kerangka

tulangan baja

(erection

kerangka

tulangan baja) :

Pemakaian Alat Pelindung Diri

(APD) seperti helm,rompi,sepatu 4,76

Personal

Protective

Equipment

Adanya Instruksi dan Pelatihan

khusus 4,4

Administrasi

Control

Penggunaan Extended tools untuk

mengantikan penggunaan tangga 2,34 Substitution

Risiko : Pekerja

Terjatuh dari

ketinggian

Penggunaan Safety Net dan Air

Bags (Fall Arrest System) 4,04

Engineering

Control

Pemasangan guard

rails,cover,temporary work

platforms (Fall Prevention

System)

3,64 Engineering

Control

Penggunaan Elevating Work

Platforms (EWPs) 2,02 Substitution

Dapat terlihat pada Tabel 4.7, sebagian besar kontraktor menjelaskan bahwa

metode pengendalian dengan frekuensi tertinggi pada risiko ini dengan nilai mean

4,76, sehingga metode pengendalian Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) seperti

helm,rompi,sepatu sering dilakukan. Kemudian pada tabel 4.8 dijabarkan lebih

lanjut mengenai rata-rata/mean frekuensi penerapan metode pengendalian menurut

pendapat para kontraktor pada jenis risiko pekerja terjatuh saat

mendirikan/membongkar bekisting pada tahapan pekerjaan pemasangan dan

pembongkaran bekisting.

Page 9: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran ......4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Penelitian Pada penelitian kali ini, proyek yang kami teliti adalah bangunan high

36 Universitas Kristen Petra

Tabel 4.8. Mean Frekuensi Penerapan Metode Pengendalian pada Risiko Pekerja

terjatuh saat mendirikan/membongkar bekisting Pada Tahapan Pekerjaan

Pemasangan dan Pembongkaran Bekisting.

Tahapan Pekerjaan

dan Risiko Metode Pengendalian

Frekuens

i

Hierarchy of

Control

Pekerjaan Pemasangan

dan pembongkaran

bekisting :

Pemakaian Alat Pelindung

Diri (APD) seperti

helm,rompi,sepatu

4,68

Personal

Protective

Equipment

Adanya Instruksi dan

Pelatihan khusus 4,28

Administrasi

Control

Risiko : Pekerja terjatuh

saat

mendirikan/membongka

r bekisting

Penggunaan Extended tools

untuk mengantikan

penggunaan tangga

2,2 Substitution

Penggunaan Safety Net dan

Air Bags (Fall Arrest

System)

3,98 Engineering

Control

Pemasangan guard

rails,cover,temporary work

platforms (Fall Prevention

System)

3,66 Engineering

Control

Penggunaan Elevating Work

Platforms (EWPs) 2,02 Substitution

Pada tabel diatas menunjukkan bahwa metode pengendalian dengan

frekuensi tertinggi pada risiko ini dengan nilai mean 4,68, maka dapat disimpulkan

metode pengendalian Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) seperti

helm,rompi,sepatu termasuk dalam skala sering dilakukan. Selanjut pada Tabel 4.9

ditampilkan rata-rata/mean frekuensi kejadian menurut pendapat kontraktor pada

penerapan metode pengendalian menurut pendapat kontraktor pada jenis risiko

pekerja terjatuh pada ketinggian pada tahapan pekerjaan scaffolding instalation.

Page 10: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran ......4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Penelitian Pada penelitian kali ini, proyek yang kami teliti adalah bangunan high

37 Universitas Kristen Petra

Tabel 4.9. Mean Frekuensi Penerapan Metode Pengendalian pada Risiko Pekerja

terjatuh pada ketinggian Pada Tahapan Pekerjaan Scaffolding instalation.

Tahapan

Pekerjaan dan

Risiko

Metode Pengendalian Frekuens

i

Hierarchy of

Control

Scaffolding

instalation :

Pemakaian Alat Pelindung Diri

(APD) seperti helm,rompi,sepatu 4,58

Personal

Protective

Equipment

Risiko : Pekerja

terjatuh dari

ketinggian

Adanya Instruksi dan Pelatihan

khusus 4,34

Administrasi

Control

Penggunaan Extended tools untuk

mengantikan penggunaan tangga 2,48 Substitution

Penggunaan Safety Net dan Air

Bags (Fall Arrest System) 3,94

Engineering

Control

Pemasangan guard

rails,cover,temporary work

platforms (Fall Prevention

System)

3,64 Engineering

Control

Penggunaan Elevating Work

Platforms (EWPs) 1,94 Substitution

Penjelasan para kontraktor Dalam Tabel 4.9, bahwa metode pengendalian

dengan frekuensi tertinggi pada risiko ini dengan nilai mean 4,58. Pad nilai mean

terebut, penerapan metode pengendalian Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)

seperti helm,rompi,sepatu sering dilakukan. Berikut pada Tabel 4.10 ditampilkan

rata-rata/mean frekuensi penerapan metode pengendalian menurut pendapat

kontraktor pada jenis risiko pekerja terjatuh pada ketinggian pada tahapan

pekerjaan pemasangan gording dan kerangka atap.

Page 11: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran ......4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Penelitian Pada penelitian kali ini, proyek yang kami teliti adalah bangunan high

38 Universitas Kristen Petra

Tabel 4.10. Mean Frekuensi Penerapan Metode Pengendalian pada Risiko Pekerja

terjatuh pada ketinggian Pada Tahapan Pekerjaan Pemasangan Gording dan

Kerangka Atap.

Tahapan

Pekerjaan dan

Risiko

Metode Pengendalian Frekuens

i

Hierarchy of

Control

Pekerjaan

Pemasangan

Gording dan

kerangka atap :

Pemakaian Alat Pelindung Diri

(APD) seperti helm,rompi,sepatu 4,68

Personal

Protective

Equipment

Adanya Instruksi dan Pelatihan

khusus 4,44

Administrasi

Control

Risiko : Pekerja

terjatuh dari

ketinggian

Penggunaan Extended tools untuk

mengantikan penggunaan tangga 2,4 Substitution

Penggunaan Safety Net dan Air

Bags (Fall Arrest System) 3,88

Engineering

Control

Pemasangan guard

rails,cover,temporary work

platforms (Fall Prevention

System)

3,62 Engineering

Control

Penggunaan Elevating Work

Platforms (EWPs) 1,98 Substitution

kontraktor berpendapat dilihat dari Tabel 4.10, bahwa metode pengendalian

dengan frekuensi tertinggi pada risiko ini dengan nilai mean 4,68. Dengan

perolehan pada nilai mean frekuensi terebut, dapat dikatakan bahwa metode

pengendalian Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) seperti helm,rompi,sepatu

sering dilakukan. Berikutnya dalam Tabel 4.11 ditampilkan rata-rata/mean

frekuensi penerapan metode pengendalian menurut pendapat kontraktor pada jenis

risiko pekerja terjatuh pada ketinggian pada tahapan pekerjaan pengecatan.

Page 12: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran ......4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Penelitian Pada penelitian kali ini, proyek yang kami teliti adalah bangunan high

39 Universitas Kristen Petra

Tabel 4.11. Mean Frekuensi Penerapan Metode Pengendalian pada Risiko Pekerja

terjatuh pada ketinggian Pada Tahapan Pekerjaan Pengecatan.

Tahapan

Pekerjaan dan

Risiko

Metode Pengendalian Frekuens

i

Hierarchy of

Control

Pekerjaan

pengecatan :

Pemakaian Alat Pelindung Diri

(APD) seperti helm,rompi,sepatu 4,66

Personal

Protective

Equipment

Risiko : Pekerja

terjatuh dari

ketinggian

Adanya Instruksi dan Pelatihan

khusus 4,3

Administrasi

Control

Penggunaan Extended tools untuk

mengantikan penggunaan tangga 2,56 Substitution

Penggunaan Safety Net dan Air

Bags (Fall Arrest System) 3,92

Engineering

Control

Pemasangan guard

rails,cover,temporary work

platforms (Fall Prevention

System)

3,56 Engineering

Control

Penggunaan Elevating Work

Platforms (EWPs) 2,02 Substitution

Pada Tabel 4.11, kontraktor berpendapat bahwa metode pengendalian

dengan frekuensi tertinggi pada risiko ini dengan mean 4,66. Dengan nilai mean

tersebut, dapat dikatakan bahwa metode pengendalian Pemakaian Alat Pelindung

Diri (APD) seperti helm,rompi,sepatu sering dilakukan. Selanjutnya dalam tabel

4.12 ini digambarkan rata-rata/mean frekuensi penerapan metode pengendalian

menurut pendapat kontraktor pada jenis risiko gangguan pernapasan akibat

kekurangan oksigen pada tahapan pekerjaan pekerjaan pada ruangan yang terbatas

(sempit).

Page 13: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran ......4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Penelitian Pada penelitian kali ini, proyek yang kami teliti adalah bangunan high

40 Universitas Kristen Petra

Tabel 4.12. Mean Frekuensi Penerapan Metode Pengendalian pada Risiko

Gangguan pernapasan akibat kekurangan oksigen Pada Tahapan Pekerjaan

Pekerjaan pada Ruangan yang terbatas (sempit).

Tahapan

Pekerjaan dan

Risiko

Metode Pengendalian Frekuens

i

Hierarchy of

Control

Pekerjaan pada

ruangan yang

terbatas (sempit)

:

Pemberian ventalasi ekstraksi

paksa untuk ruang besar 3,42

Administrative

Control

Alat Pelindung Diri(APD)

termasuk perlengkapan oksigen 4,14

Personal

Protective

Equipment

Risiko :

Gangguan

pernapasan

akibat

kekurangan

oksigen

Pemberian batasan waktu di

dalam ruang terbatas 4,14

Administrasi

Control

Adanya Instruksi dan Pelatihan

khusus 4,3

Administrasi

Control

Pada Tabel 4.12, kontraktor berpendapat bahwa metode pengendalian

dengan frekuensi tertinggi pada risiko ini dengan mean 4,3. Dengan nilai mean

tersebut, dapat dikatakan bahwa metode pengendalian Adanya Instruksi dan

Pelatihan khusus sering dilakukan. Kemudian pada Tabel 4.13 ditampilkan rata-

rata/mean frekuensi penerapan metode pengendalian menurut pendapat kontraktor

pada jenis risiko pekerja terjatuh pada ketinggian pada tahapan pekerjaan

pengecoran.

Page 14: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran ......4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Penelitian Pada penelitian kali ini, proyek yang kami teliti adalah bangunan high

41 Universitas Kristen Petra

Tabel 4.13. Mean Frekuensi Penerapan Metode Pengendalian pada Risiko Pekerja

terjatuh pada ketinggian Pada Tahapan Pekerjaan Pengecoran.

Tahapan

Pekerjaan dan

Risiko

Metode Pengendalian Frekuens

i

Hierarchy of

Control

Pekerjaan

Pengecoran :

Pemakaian Alat Pelindung Diri

(APD) seperti helm,rompi 4,58

Personal

Protective

Equipment

Risiko : Pekerja

jatuh dari

ketinggian

Adanya Instruksi dan Pelatihan

khusus 4,42

Administrasi

Control

Penggunaan Extended tools untuk

mengantikan penggunaan tangga 2,44 Substitution

Penggunaan Safety Net dan Air

Bags (Fall Arrest System) 4

Engineering

Control

Pemasangan guard

rails,cover,temporary work

platforms (Fall Prevention

System)

3,68 Engineering

Control

Penggunaan Elevating Work

Platforms (EWPs) 2,14 Substitution

Penjelasan pada Tabel 4.13, kontraktor berpendapat bahwa bahwa metode

pengendalian dengan frekuensi tertinggi pada pekerjaan pengecoran pada risiko ini

dengan nilai mean 4.58, maka skala sering dilakukan dalam metode pengendalian

Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) seperti helm,rompi,sepatu tersebut.

Dari keseluruhan mean frekuensi penerapan pada tiap tahapan pekerjaan

tersebut metode pengendalian yang memiliki tingkat frekuensi penerapan yang

tertinggi adalah metode pengendalian Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD). Hal

itu dikarenakan Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) merupakan sesuatu hal

pertama yang wajib dilakukan ketika ingin memasuki proyek. Hal itu sama seperti

yang dikatakan oleh kepala staff safety pada proyek high rise building, ketika

seorang pekerja maupun pengunjung yang mengunjungi proyek tersebut hal utama

yang diwajibkan adalah Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD).

Selain Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD), Adanya Instruksi dan

Pelatihan Khusus juga mendapatkan frekuensi penerapan tertinggi, metode

pengendalian tersebut merupakan metode yang juga paling sering digunakan untuk

mengendalikan risiko kecelakaan kerja selain itu dapat juga untuk mengembangkan

Page 15: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran ......4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Penelitian Pada penelitian kali ini, proyek yang kami teliti adalah bangunan high

42 Universitas Kristen Petra

pengetahuan pekerja sehingga pekerjaan dapat diselesaikan lebih cepat dan efektif

menurut kepala staff safety pada proyek high rise building.

Penggunaan Elevating Work Platforms (EWPs) mendapatkan frekuensi

penerapan terendah karena di Indonesia metode pengendalian tersebut tidaklah

populer, faktor utamnya karena biayanya mahal, menurut kepala staff safety

menggunakan hal tersebut tidaklah di butuhkan karena dapat digantikan oleh alat

lain.

4.3. Analisa Kecocokan Metode Pengendalian

Sama seperti analisa frekuensi, untuk analisa kecocokan pengendalian suatu

risiko kecelakaan kerja sendiri setelah data terkumpul maka analisa dilakukan

dengan cara mencari nilai mean atau nilai rata-rata dari jawaban responden yang

telah didapatkan. Berikut pada Tabel 4.14 ditampilkan rata-rata/mean kecocokan

metode pengendalian menurut pendapat kontraktor pada jenis risiko pekerja terkena

reruntuhan sisa-sisa bangunan akibat pembongkaran pada tahapan pekerjaan

persiapan.

4.3.1. Kecocokan Metode Pengendalian pada Risiko Pekerja Terkena

Reruntuhan Sisa-sisa Bangunan Akibat Pembongkaran pada Tahapan

Pekerjaan Persiapan

Pada table 4.14 terdapat tiga metode pengendalian yang memiliki

kecocokan yang significant terhadap risiko pekerja terkena reruntuhan sisa-sisa

bangunan akibat pembongkaran pada tahapan pekerjaan persiapan yaitu, pemakaian

alat pelindung diri(APD) seperti safety helmet,rompi safety,sepatu safety

diharapkan dapat mengurangi dan mencegah risiko pada tahapan pekerjaan

tersebut. Hal tersebut dapat dilihat dari besarnya frekuesi penerapan yang

didapatkan dari pengumpulan kuesioner para kontraktor.

Metode pengendalian yang cukup efektif adalah adanya pelatihan khusus

yang diberikan kepada para pekerja. Hal ini diberikan agar para pekerja dapat

mengetahui batasan-batasan apa saja yang ada dalam tahapan pekerjaan ini. Dengan

adanya instruksi pelatihan khusus ini diharapkan agar tidak ada lagi pekerja yang

lalai pada saat melakukan pekerjaannya.

Metode pengendalian yang memiliki kecocokan lainnya adalah pemasangan

rambu-rambu dan batasan area. Metode ini sangat berguna agar para pekerja dapat

Page 16: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran ......4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Penelitian Pada penelitian kali ini, proyek yang kami teliti adalah bangunan high

43 Universitas Kristen Petra

mengetahui batasan wilayah yang sedang dilakukan pembongkaran, sehingga tidak

ada pekerja yang memasuki wilayah tersebut jika tidak berkepentingan.

Tabel 4.14. Kecocokan Metode Pengendalian pada Risiko Pekerja Terkena

Reruntuhan Sisa-sisa Bangunan Akibat Pembongkaran pada Tahapan Pekerjaan

Persiapan

Metode Pengendalian Kecocokan P-Value

Pemasangan rambu-rambu dan batasan

area 4.41 0.000

Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)

seperti helm,rompi,sepatu 4.74 0.000

Adanya Instruksi dan Pelatihan Khusus 4.48 0.000

Memasang excavator kabin terbuka

dengan struktur pelindung 3.24 0.061

Menggunakan Concrate barrier untuk

memisahkan pejalan kaki 3.22 0.030

4.3.2. Kecocokan Metode Pengendalian pada Risiko Pekerja Terkena

Reruntuhan Sisa-sisa Bangunan Akibat Pembongkaran pada

Tahapan Pekerjaan Persiapan

Pada table 4.15 terdapat empat metode pengendalian yang memiliki nilai

kecocokan yang significant terhadap risiko pekerja terjatuh dari ketinggian pada

tahapan pekerjaan persiapan yaitu, Pemakaian alat pelindung diri (APD) seperti

helm,rompi,sepatu. Hal ini dapat menjadi pusat perhatiaan karena banyaknya

petugas yang meremehkan kegunaan dari alat pelindung diri tersebut. Alat

pelindung diri yang berpengaruh dalam tahapan pekerjaan dengan risiko tersebut

adalah :

1. Safety helmet : Sebagai pelindung kepala yang dapat mencegah ataupun

mengurangi dampak ketika risiko itu terjadi.

2. Safety shoes : Sebagai pelindung kaki , untuk melindungi kaki dari

benda-benda tajam maupun kondisi lapangan licin yang dapat

menyebabkan pekerja terpeleset ketika berada dilantai atas.

Page 17: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran ......4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Penelitian Pada penelitian kali ini, proyek yang kami teliti adalah bangunan high

44 Universitas Kristen Petra

3. Rompi Safety : Sebagai pelindung badan untuk mengurangi resiko dari

jatuh itu sendiri dan menghindari sentuhan-sentuhan kepada badan yang

menyebabkan reaksi berlebih.

4. Full Body Harness : pengaman yang bisa melindungi seluruh tubuh

sehingga kemungkinan cedera akibat hentakan saat jatuh sangat kecil.

Pengecekan full body harness itu sendiri harus selalu dilakukan agar

tidak ada full body harness dengan kondisi buruk terpakai oleh pekerja.

Metode pengendalian lainnya yang efektif adalah adanya instruksi dan

pelatihan khusus. Hal ini dilakukan agar pekerja dapat fokus dan mengetahui apa

saja yang harus mereka lakukan dan apa yang harus mereka hindari dalam tahapan

pekerjaan persiapan ini agar dapat mengurangi risiko pekerja terjatuh dari

ketinggian.

Penggunaan safety net dan air bags(Fall Arrest System) merupakan metode

pengendalian yang cukup efektif dalam tahapan pekerjaan persiapan dengan risiko

pekerja terjatuh dari ketinggian. Fall arrest system ini sangat berguna untuk

mengurangi dampak ketika risiko tersebut terjadi. Dengan adanya fall arrest system

diharapkan dapat meningkatkan rasa aman para pekerja ketika mereka bekerja

dalam ketinggian.

Metode keempat adalah pemasangan guardrails,covers,temporary work

platform(Fall prevention system). Metode ini dianggap sangat penting karena

ketika metode ini ditujukan untuk mencegah agar kecelakaan jatuh itu sendiri

terjadi. Hal ini memerlukan perhatian khusus dikarenakan diantara keempat metode

dialah yang memiliki frekuensi penerapan yang paling rendah, hal ini menunjukan

bahwa Fall prevention system belum digunakan secara efektif dan masih banyak

proyek memakai fall prevention system tidak sesuai dengan ketentuan yang

dibutuhkan.

Page 18: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran ......4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Penelitian Pada penelitian kali ini, proyek yang kami teliti adalah bangunan high

45 Universitas Kristen Petra

Tabel 4.15. Kecocokan Metode Pengendalian pada Risiko Pekerja Terjatuh dari

Ketinggian pada Tahapan Pekerjaan Persiapan

Metode Pengendalian Kecocokan P-Value

Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)

seperti helm,rompi,sepatu 4.72 0.000

Adanya Instruksi dan Pelatihan Khusus 4.58 0.000

Penggunaan Extended tools untuk

mengantikan penggunaan tangga 2.9 0.000

Penggunaan Safety Net dan Air Bags (Fall

Arrest System) 4.4 0.000

Pembongkaran dilakukan sebisa mungkin

dari bawah ( Pembongkaran atap) 3.42 0.563

Pemasangan guard rails,cover,temporary

work platforms (Fall Prevention System) 3.88 0.004

Penggunaan Elevating Work Platforms

(EWPs) 3.12 0.005

4.3.3. Kecocokan Metode Pengendalian pada Risiko Pekerja Tertabrak

Excavator pada Tahapan Pekerjaan Tanah

Pada table 4.16 menunjukan teradapat tiga metode pengendalian yang

memiliki kecocokan yang significan dalam penanganan risiko pekerja tertabrak

excavator pada tahapan pekerjaan tanah. Yang pertama adalah Pemakaian alat

pelindung diri(APD) merupakan sesuatu yang harus diperhatikan dalam usaha

mengurangi risiko pekerja tertabrak excavator dalam tahapan pekerjaan tanah versi

kontraktor yang berdomisili di surabaya. Metode pengendalian tersebut

mendapatkan nilai tertinggi dibandingkan metode pengendalian yang lain. Menurut

hasil wawancara salah satu penyebab adalah pekerja yang tiba-tiba memasukin

wilayah proyek yang harusnya sudah dikosongkan sehingga para operator tidak

menyadari adanya orang. Berikut adalah alat pelindung diri yang dipercaya dapat

mengurangi atau mencegah risiko itu tejadi:

1. Safety Rompi : menggunakan rompi safety yang dapat memantulkan

cahaya. Dengan begitu operator dengan lebih mudah mendeteksi adanya

orang disekitar area excavator

2. Safety helmet : Gunakan safety helmet dengan warna berbeda. Jika

terdapat orang tidak berkepentingan didaerah excavator dapat terdeteksi

dengan lebih mudah. Sehingga orang tersebut dapat di evakuasi dari

tempat yang tidak seharusnya dia berada.

Page 19: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran ......4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Penelitian Pada penelitian kali ini, proyek yang kami teliti adalah bangunan high

46 Universitas Kristen Petra

3. Ear Plug : menggunakan ear plug untuk mengurangi suara bising dari

excavator atau suara lain, untuk meningkatkan focus dari operator

excavator itu sendiri. Pengunaan ear plug ini dapat lebih efektif

digunakan ketika operator bekerja sendirian.

Metode pengendalian yang juga efektif adalah adanya instruksi dan

pelatihan khusus. Instruksi dan pelatihan kerja sangat diperlukan untuk tahapan

pekerjaan yang memerlukan lisensi dan keahlian seperti penguna excavator.

Dengan adanya instruksi ini pun diharapkan tidak ada pekerja yang salah memasuki

wilayah yang seharusnya adalah wilayah pekerjaan excavator dan para penguna

excavator dapat lebih mengetahui lagi apa yang harus mereka kerjakan.

Metode berikutnya adalah menujuk seorang spotter untuk mengarahkan

excavator. Seorang spotter merupakan suatu sosok penting dalam tahapan

pekerjaan yang menggunakan peralatan berat, spotter ini sangat dibutuhkan oleh

supir/pengguna excavator untuk mengarahkan dan memberitahu supir ketika ada

sesuatu yang salah sehingga proses pekerjaan alat berat dapat berjalan dengan lebih

aman lagi.

Tabel 4.16. Kecocokan Metode Pengendalian pada Risiko Pekerja Tertabrak

Excavator pada Tahapan Pekerjaan Tanah

Metode Pengendalian Kecocokan P-value

Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)

seperti helm,rompi,sepatu 4.66 0.000

Adanya Instruksi dan Pelatihan khusus 4.44 0.000

Menujuk Seorang Spotter untuk

mengarahkan excavator 3.94 0.001

Menggunakan Concrate barrier untuk

memisahkan pejalan kaki 3.32 0.180

Page 20: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran ......4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Penelitian Pada penelitian kali ini, proyek yang kami teliti adalah bangunan high

47 Universitas Kristen Petra

4.3.4. Kecocokan Metode Pengendalian pada Risiko Pekerja Tertimpa

Materual yang Dibawa Dump Truck pada Tahapan Pekerjaan Tanah

Pada table 4.17 terdapat tiga metode pengendalian yang memiliki

kecocokan yang significant, yaitu pemakaian alat pelindung diri(APD) dengan nilai

mean sebesar 4.66 .Berikut adalah alat pelindung diri yang dipercaya berguna untuk

mengurangi maupun mencegah dampak dari risiko tersebut :

1. Safety Rompi : menggunakan rompi safety yang dapat memantulkan

cahaya. Dengan begitu operator dengan lebih mudah mendeteksi adanya

orang disekitar area pengegerjaan yang menggunakan dump truck.

Terkhusus pekerjaan yang dilakukan malam hari.

2. Safety helmet : Digunakan sebagai pelindung kepala pekerja dari

material yang jatuh dari dump truck. Sebagai penanda dengan warna

berbeda,agar orang-orang tidak berkewajiban tidak berada pada daerah

pengerjaan dump truck.

Metode selanjutnya adalah adanya instruksi dan pelatihan khusus. Hal ini

sangat tidak asing lagi dalam dunia konstruksi yang harus diadakan saat awal dan

akhir hari kerja. Metode ini juga memiliki frekuensi dengan mean yang besar, hal

itu menyatakan para kontraktor berpendapat metode pengendalian ini harus ada

dalam setiap proyek konstruksi dan memiliki kecocokan yang significant untuk

mengurangi dan mencegah risiko pekerja tertimpa material yang dibawa dump

truck pada tahapan pekerjaan tanah

Menunjuk seorang spotter untuk mengarahkan dump truck merupakan salah

satu metode pengendalian yang efektif dengan nilai mean sebesar 3.9. Spotter

memiliki fungsi agar pekerjaan yang mengunakan manusia untuk mengoperasikan

alat berat memiliki pembantu dalam pengoperasikaannya. Spotter dapat dengan

lebih mudah mendeteksi adanya orang yang mendekat kearea operasi dump truck

dibandingkan dengan orang yang memoperasikan alat berat itu sendiri.

Page 21: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran ......4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Penelitian Pada penelitian kali ini, proyek yang kami teliti adalah bangunan high

48 Universitas Kristen Petra

Tabel 4.17. Kecocokan Metode Pengendalian pada Risiko Pekerja Tertimpa

Materual yang Dibawa Dump Truck pada Tahapan Pekerjaan Tanah

Metode Pengendalian Kecocokan P-value

Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)

seperti helm,rompi,sepatu 4.66 0.000

Adanya Instruksi dan Pelatihan khusus 4.44 0.000

Menujuk Seorang Spotter untuk

mengarahkan dump truck 3.9 0.004

Menggunakan Traffic Light sebagai

pengganti pengatur di jalanan 3.26 0.124

4.3.5. Kecocokan Metode Pengendalian pada Risiko Tangan Pekerja

Terkena Paku pada Tahapan Pekerjaan Pembuatan Bekisting

Pada table 4.18 memiliki dua metode pengendalian yang efektif dalam

mengatasi dan mencegah risiko tangan pekerja terkena paku pada tahapan

pekerjaan pembuatan bekisiting. Metode pertama adalah pemakaian alat pelindung

diri(APD) seperti helm,rompi,sepatu. Kelalaian dalam penggunaan alat pelindung

diri(APD) menjadi sorot utama mengapa suatu risiko bisa terjadi. Dari hasil

penelitian Alat pelindung diri memiliki tingkat kecocokan yang significant dengan

nilai frekuensi penerapan yang tinggi, akan tetapi banyak sekali para pekerja yang

melalikan penggunaannya dengan alasan kenyamanan. Berikut adalah alat

pelindung diri(APD) yang diperlukan dalam tahapan pekerjaan ini :

1. Sarung tangan : hal ini digunakan untuk melindungi tangan pekerja dari

sentuhan yang tidak diinginkan. Untuk miminimalisir akibat yang dapat

terjadi ketika paku terkena tangan pekerja.

2. Jas hujan : Penggunaan jas hujan ketika hujan turun agar kondisi para

pekerja tidak drop ataupun mengalami sakit dikarenakan hujan pada

suatu proyek konstruksi.

Selanjutnya kita akan membahas metode pengendalian adanya instruksi dan

pelatihan khusus. Metode ini memili tingkat kecocokan yang significant yang tinggi

bisa dilihat dari nilai mean dari para kontraktor yang mencapai angka 4.46. Instuksi

dan pelatihan dibutuhkan dalam pekerjaan yang membutuhkan keterampilan dan

Page 22: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran ......4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Penelitian Pada penelitian kali ini, proyek yang kami teliti adalah bangunan high

49 Universitas Kristen Petra

fokus lebih seperti pada tahapan ini agar pekerja tidak melakukan sesuatu yang

seharusnya tidak dikerjakan.

Tabel 4.18. Kecocokan Metode Pengendalian pada Risiko Tangan Pekerja

Terkena Paku pada Tahapan Pekerjaan Pembuatan Bekisting

Metode Pengendalian Kecocokan P-value

Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)

seperti helm,rompi,sepatu

4.74 0.000

Adanya Instruksi dan Pelatihan khusus 4.46 0.000

4.3.6. Kecocokan Metode Pengendalian pada Risiko Tangan Pekerja

Terkena Gergaji pada Tahapan Pekerjaan Pembuatan Bekisting

Pada table 4.19 Pemakaian Alat pelindung diri(APD) seperti

helm,rompi,sepatu merupakan metode pengendalian yang memiliki kecocokan

yang significant terhadap risiko tangan pekerja terkena gergaji pada tahapan

pekerjaan pembuatan bekisting. Kurangnya perhatian terhadap pengunaan Alat

pelindung diri(APD) dalam proses pembuatan bekisting menjadi faktor utama

terjadinya risiko tangan pekerja terkena gergaji. Hal tersebut memicu pendapat para

kontraktor tentang pemerhatian terhadap penggunaan alat pelindung diri(APD)

adalah metode pengendalian yang tepat menurut penelitian mean yang dilakukan

yaitu menyentuh angka 4.72. Kontraktor berharap penggunaan alat penunjang

seperti sarung tangan dan jas hujan harus lebih diperhatikan lagi. Karena hal

tersebut dipercaya dapat meningkatkan focus para pekerja ketika pekerja

mengerjakan sesuatu yang membutuhkan focus lebih. Metode pengendalian yang

kedua adalah adanya instruksi dan pelatihan khusus yang mendapatkan mean 4.44.

Metode ini memiliki kecocokan yang significan dan nilai frekuensi penerapan yang

tinggi sehingga metode ini dianggap dapat mengurangi atau mencegah agar risiko

pada tahapan pekerjaan ini tidak terjadi.

Page 23: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran ......4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Penelitian Pada penelitian kali ini, proyek yang kami teliti adalah bangunan high

50 Universitas Kristen Petra

Tabel 4.19. Kecocokan Metode Pengendalian pada Risiko Tangan Pekerja

Terkena Gergaji pada Tahapan Pekerjaan Pembuatan Bekisting

Metode Pengendalian Kecocokan P-value

Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)

seperti helm,rompi,sepatu 4.72 0.000

Adanya Instruksi dan Pelatihan khusus 4.44 0.000

4.3.7. Kecocokan Metode Pengendalian pada Risiko Pekerja Terjatuh dari

ketinggian pada Tahapan Pekerjaan Pemasangan Kerangka Tulangan

Baja

Seperti yang ada pada Tabel 4.20 bahwa kontraktor memiliki pendapat

bahwa metode pengendalian dengan kecocokan tertinggi pada risiko pekerja

terjatuh dari ketinggian dalam tahapan pekerjaan pemasangan kerangka tulangan

baja yaitu dengan pemakaian Alat Pelindung Diri(APD) dengan nilai 4.72.

Sedangkan penggunaan extended tools untuk pengganti menggantikan tangga

berada di nilai yang paling kecil, para kontraktor menganggap pekerja maupun

kontraktor berpikir penggunaan extended hanya memperlampat pekerjaan para

pekerja saja dan mengurangi keefisienan waktu. Asumsi-asumsi seperti inilah yang

menyebabkan suatu risiko jatuh dari ketinggian dapat terjadi. Para pekerja yang

lebih mementingkan waktu dibandingkan keselamatan mereka. Pemakaian alat

pelindung diri yang diperlukan adalah :

1. Safety helmet : Sebagai pelindung kepala yang dapat mencegah ataupun

mengurangi dampak ketika risiko itu terjadi.

2. Safety shoes : Sebagai pelindung kaki , untuk melindungi kaki dari

benda-benda tajam maupun kondisi lapangan licin yang dapat

menyebabkan pekerja terpeleset ketika berada dilantai atas.

3. Rompi Safety : Sebagai pelindung badan untuk mengurangi resiko dari

jatuh itu sendiri dan menghindari sentuhan-sentuhan kepada badan yang

menyebabkan reaksi berlebih.

4. Full Body Harness : pengaman yang bisa melindungi seluruh tubuh

sehingga kemungkinan cedera akibat hentakan saat jatuh sangat kecil.

Page 24: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran ......4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Penelitian Pada penelitian kali ini, proyek yang kami teliti adalah bangunan high

51 Universitas Kristen Petra

Pengecekan full body harness itu sendiri harus selalu dilakukan agar

tidak ada full body harness dengan kondisi buruk terpakai oleh pekerja.

Metode pengendalian berikutnya yang dianggap memiliki tingkat

kecocokan yang significant adalah adanya instruksi dan pelatihan khusus

yang digunakan untuk meningkatkan komunikasi antar pekerja dan

pembelajaran yang lebih dan pengarahan kepada para pekerja untuk

mengetahui bagian nya. Diikuti dengan metode pengendalian berikut nya

yaitu penggunaan safety net dan airbags(fall arrest system) dan Pemasangan

guardrail,cover,temporary work platform(Fall prevention system) kedua hal

ini diharapkan dapat mencegah dan mengurangi dampak ketika risiko

tersebut terjadi.

Tabel 4.20. Kecocokan Metode Pengendalian pada Risiko Pekerja Terjatuh dari

ketinggian pada Tahapan Pekerjaan Pemasangan Kerangka Tulangan Baja

Metode Pengendalian Kecocokan P-value

Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)

seperti helm,rompi,sepatu 4.72 0.000

Adanya Instruksi dan Pelatihan khusus 4.5 0.000

Penggunaan Extended tools untuk

mengantikan penggunaan tangga 2.96 0.000

Penggunaan Safety Net dan Air Bags

(Fall Arrest System) 4.38 0.000

Pemasangan guard rails,cover,temporary

work platforms (Fall Prevention System) 3.8 0.041

Penggunaan Elevating Work Platforms

(EWPs) 3.06 0.003

4.3.8. Kecocokan Metode Pengendalian pada Risiko Pekerja Terjatuh saat

Mendirikan/membongkar Bekisting pada Tahapan Pekerjaan

Pemasangan dan Pembongkaran Bekisting

Setiap tahapan pekerjaan yang berhubungan dengan ketinggian selalu

memiliki risiko pekerja terjatuh dari ketinggian, hal tersebut sangat menjadi pusat

perhatian dari penelitian kali ini, karena kontraktor menganggap bahwa risiko inilah

Page 25: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran ......4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Penelitian Pada penelitian kali ini, proyek yang kami teliti adalah bangunan high

52 Universitas Kristen Petra

yang memiliki dampak terbesar dalam suatu proyek konstruksi karena ketika hal

tersebut terjadi bukan hanya luka kecil yang didapatkan para pekerja melainkan

kematian. Kontraktor berpendapat bahwa risiko ini terjadi seringkali karena

kelalaian dari pekerja sendiri dalam pemakaian alat pelindung diri(APD), para

pekerja seringkali memandang rendah penggunaan alat pelindung diri ini karena

faktor kenyamanan yang mereka peroleh ketika tidak menggunakan alat pelindung

diri tersebut. Dengan demikian hasuk rata-rata/mean menunjukan kecocokan yang

tinggi dari metode pengendalian pemakaian alat pelindung diri(APD). Hal tersebut

tentu juga mengarah pada maintance alat pelindung diri(APD) itu sendiri juga.

Ketika hal tersebut telah diperhatikan kontraktor menyakini bahwa angka

kecelakaan nihil dapat terjadi pada setiap proyek di Indonesia.

Metode pengendalian berikutnya yang dianggap memiliki tingkat

kecocokan yang significant adalah adanya instruksi dan pelatihan khusus yang

digunakan untuk meningkatkan komunikasi antar pekerja dan pembelajaran yang

lebih dan pengarahan kepada para pekerja untuk mengetahui bagian nya. Diikuti

dengan metode pengendalian berikut nya yaitu penggunaan safety net dan

airbags(fall arrest system) dan Pemasangan guardrail,cover,temporary work

platform(Fall prevention system) kedua hal ini diharapkan dapat mencegah dan

mengurangi dampak ketika risiko tersebut terjadi.

Berbeda dengan yang lain nya dua metode pengendalian yang seharusnya

harus ada dalam setiap proyek konstuksi malah memiliki nilai mean yang kecil dan

nilai frekuensi penerapan yang kecil pada setiap proyek konstruksi disurabaya.

Penggunaan kedua metode ini dianggap membutuhkan biaya mahal dan

memperlampat pekerjaan para pekerja , padahal kedua metode ini memiliki safety

yang sangat berguna untuk digunakan dalam pekerjaan yang berkaitan dengan

ketinggian.

Page 26: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran ......4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Penelitian Pada penelitian kali ini, proyek yang kami teliti adalah bangunan high

53 Universitas Kristen Petra

Tabel 4.21. Kecocokan Metode Pengendalian pada Risiko Pekerja Terjatuh saat

Mendirikan/membongkar Bekisting pada Tahapan Pekerjaan Pemasangan dan

Pembongkaran Bekisting

Metode Pengendalian Kecocokan P-value

Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)

seperti helm,rompi,sepatu 4.64 0.000

Adanya Instruksi dan Pelatihan khusus 4.48 0.000

Penggunaan Extended tools untuk

mengantikan penggunaan tangga 2.92 0.000

Penggunaan Safety Net dan Air Bags

(Fall Arrest System) 4.38 0.000

Pemasangan guard

rails,cover,temporary work platforms

(Fall Prevention System)

3.88 0.010

Penggunaan Elevating Work Platforms

(EWPs) 3.08 0.002

4.3.9. Kecocokan Metode Pengendalian pada Risiko Pekerja Terjatuh dari

Ketinggian pada Tahapan Pekerjaan Scaffolding Instalation

Selanjutnya akan masuk kedalam pembahasan risiko pekerja terjatuh dari

ketinggian dalam tahapan pekerjaan scaffolding istalation. Kepala safety suatu

proyek ternama di surabaya berpendapat penyebabnya terjadinya risiko terjatuhnya

pekerja banyak disebabkan karena pekerja yang tidak memperhatikan tentang

keselamatan seperti pengunaan safety shoes yang membuat pekerja tersebut mudah

terpeleset saat berada pada lantai atas. Beliau berpendapat bahwa pemakaian alat

pelindung diri (APD) seperti helm,sepatu,rompi, full body harness adalah sesuatu

yang penting untuk diperhatikan. Berikut adalah alat pelindung diri (APD) yang

wajib digunakan ketika melakukan tahapan pekerjaan ini:

1. Safety helmet : Sebagai pelindung kepala yang dapat mencegah

ataupun mengurangi dampak ketika risiko itu terjadi.

2. Safety shoes : Sebagai pelindung kaki , untuk melindungi kaki dari

benda-benda tajam maupun kondisi lapangan licin yang dapat

menyebabkan pekerja terpeleset ketika berada dilantai atas.

3. Rompi Safety : Sebagai pelindung badan untuk mengurangi resiko

dari jatuh itu sendiri dan menghindari sentuhan-sentuhan kepada

badan yang menyebabkan reaksi berlebih.

Page 27: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran ......4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Penelitian Pada penelitian kali ini, proyek yang kami teliti adalah bangunan high

54 Universitas Kristen Petra

4. Full Body Harness : pengaman yang bisa melindungi seluruh tubuh

sehingga kemungkinan cedera akibat hentakan saat jatuh sangat

kecil. Pengecekan full body harness itu sendiri harus selalu

dilakukan agar tidak ada full body harness dengan kondisi buruk

terpakai oleh pekerja.

Metode lain nya yang dianggap efektif dan memiliki frekuensi penerapan

yang tinggi dalam setiap ptoyek konstruksi adalah pemasangan

guardrail,cover,temporary work platform(fall prevention system) , penggunaan

safety net dan air bags(Fall arrest system) serta adanya instruksi dan pelatihan

khusus pada awal dan akhir hari kerja. Ketika keempat pengendalian risiko ini

terpenuhi dalam proyek konstruksi, kontraktor berpendapat risiko pekerjaan nihil

dapat terwujud dalam setiap proyek konstruksi high rise building di Surabaya.

Tabel 4.22. Kecocokan Metode Pengendalian pada Risiko Pekerja Terjatuh dari

Ketinggian pada Tahapan Pekerjaan Scaffolding Instalation

Metode Pengendalian Kecocokan P-value

Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)

seperti helm,rompi,sepatu 4.66 0.000

Adanya Instruksi dan Pelatihan khusus 4.48 0.000

Penggunaan Extended tools untuk

mengantikan penggunaan tangga 2.9 0.000

Penggunaan Safety Net dan Air Bags

(Fall Arrest System) 4.48 0.000

Pemasangan guard rails,cover,temporary

work platforms (Fall Prevention System) 3.86 0.010

Penggunaan Elevating Work Platforms

(EWPs) 3.04 0.001

4.3.10. Kecocokan Metode Pengendalian pada Risiko Pekerja Terjatuh dari

Ketinggian pada Tahapan Pekerjaan Pemasangan Gording dan

Kerangka Atap

Seperti yang ada pada Tabel 4.23 bahwa kontraktor memiliki pendapat

bahwa pengendalian risiko dengan kecocokan tertinggi pada risiko pekerja terjatuh

Page 28: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran ......4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Penelitian Pada penelitian kali ini, proyek yang kami teliti adalah bangunan high

55 Universitas Kristen Petra

dari ketinggian dalam tahapan pekerjaan pemasangan gording dan kerangka atap

yaitu dengan pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) seperti helm,rompi,sepatu

dengan nilai 4.68 sehingga pengendalian risiko tersebut dapat dikategorikan yang

berdampak besar bagi keselamatan pekerja maupun finansial proyek tersebut.

Pemakaian alat pelindung diri (APD) yng di perlukan adalah

sepatu,rompi,helm,fullbody harness. Diikuti dengan pemasangan

guardrail,cover,temporary work platform(fall prevention system) , penggunaan

safety net dan air bags(Fall arrest system) serta adanya instruksi dan pelatihan

khusus pada awal dan akhir hari kerja.

Penggunaan extended tools untuk menggantikan tanga memiliki kecocokan

yang rendah dan frekuensi penerapan yang rendah. Metode ini seharusnya sangat

harus diterapkan untuk meningkatkan suatu safety dalam proyek konstruksi.

kontraktor berpendapat menggunaan extended tools memiliki harga yang lebih

mahal dibandingkan menggunakan tangga, dan para pekerja lebih terbiasa

menggunakan tangga, sehingga dapat kurangnya perhatiaan dalam penggunaan

metode ini dapat menjadi salah satu penyebab risiko pekerja terjatuh dari ketinggian

masih kerap kali terjadi.

Penggunaan Elevating Work Platforms (EWPs) mendapatkan frekuensi

penerapan terendah karena di Indonesia metode pengendalian tersebut tidaklah

populer hanya dilakukan jika benar-benar terpaksa dibutuhkan, menurut kepala

staff safety menggunakan hal tersebut tidaklah di butuhkan karena dapat digantikan

oleh alat lain.

Page 29: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran ......4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Penelitian Pada penelitian kali ini, proyek yang kami teliti adalah bangunan high

56 Universitas Kristen Petra

Tabel 4.23. Kecocokan Metode Pengendalian pada Risiko Pekerja Terjatuh dari

Ketinggian pada Tahapan Pekerjaan Pemasangan Gording dan Kerangka Atap

Metode Pengendalian Kecocokan P-value

Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)

seperti helm,rompi,sepatu 4.68 0.000

Adanya Instruksi dan Pelatihan khusus 4.5 0.000

Penggunaan Extended tools untuk

mengantikan penggunaan tangga 2.86 0.000

Penggunaan Safety Net dan Air Bags

(Fall Arrest System) 4.46 0.000

Pemasangan guard rails,cover,temporary

work platforms (Fall Prevention System) 3.8 0.033

Penggunaan Elevating Work Platforms

(EWPs) 3.06 0.001

4.3.11. Kecocokan Metode Pengendalian pada Risiko Pekerja Terjatuh dari

Ketinggian pada Tahapan Pekerjaan Pengecatan

Hasil perhitungan mean pada Tabel 4.31 bahwa kontraktor memiliki

pendapat bahwa pengendalian risiko dengan kecocokan tertinggi pada risiko

pekerja terjatuh dari ketinggian dalam tahapan pekerjaan pengecatan yaitu

dengan pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) seperti

helm,rompi,sepatu,full body harness dengan nilai 4.68 . diikuti dengan

pemasangan guardrail,cover,temporary work platform(fall prevention

system) , penggunaan safety net dan air bags(Fall arrest system) serta

adanya instruksi dan pelatihan khusus. Akan tetapi metode pengendalian

yang menggunakan elevating work platforms (EWPs) mendapatkan nilai

rendah yaitu bernilai 3, hal itu berlawanan dengan buku panduan safe work

Australia yang menekankan betapa pentingnya penggunaan EWPs ini.

Kontraktor di Indonesia berpendapat harga yang dikeluarkan untuk alat ini

terbilang sangat mahal,sehingga mereka malas menggunakan alat tersebut.

Page 30: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran ......4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Penelitian Pada penelitian kali ini, proyek yang kami teliti adalah bangunan high

57 Universitas Kristen Petra

Tabel 4.24. Kecocokan Metode Pengendalian pada Risiko Pekerja Terjatuh dari

Ketinggian pada Tahapan Pekerjaan Pengecatan

Metode Pengendalian Kecocokan P-value

Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)

seperti helm,rompi,sepatu 4.68 0.000

Adanya Instruksi dan Pelatihan khusus 4.5 0.000

Penggunaan Extended tools untuk

mengantikan penggunaan tangga 2.98 0.000

Penggunaan Safety Net dan Air Bags

(Fall Arrest System) 4.34 0.000

Pemasangan guard rails,cover,temporary

work platforms (Fall Prevention System) 3.8 0.037

Penggunaan Elevating Work Platforms

(EWPs) 3 0.000

4.3.12. Kecocokan Metode Pengendalian pada Risiko Gangguan Pernapasan

Akibat Kekurangan Oksigen pada Tahapan Pekerjaan pada Ruangan

yang Terbatas (sempit)

Pada table 4.25 terdapat empat pengendalian yang memiliki kecocokan

yang significant terhadap risiko gangguan pernapasan akibat kekurangan okesigen

pada tahapan pekerjaan ruangan yang terbat(Sempit) yaitu , pemakaian alat

pelindung diri (APD) dalam bidang pekerjaan ini dianggap sangat significant dalam

upaya pengurangan maupun pencegahan dampak dari risiko gangguan pernapasan

akibat kekurangan oksigen.untuk mencegah hal tersebut terjadi alat pelindung diri

yang diperlukan dalam tahapan pekerjaan ini adalah :

1. Tabung oksigen : tabung oksigen digunakan untuk mengalirkan oksigen

agar udara dapat dihirup oleh petugas dengan baik

2. Respirator : untuk menyaring udara yang tidak baik buat tubuh para

pekerja, sebagai perlindungan pernafasan.

Metode pengendalian yang efektif lain nya adalah adanya instruksi dan

pelatihan khusus dengan nilai mean sebesar 4.38. Hal ini sangat perlu dilakukan

agar para pekerja dapat mengetahui batasan kerja mereka dan mengetahui apa saja

yang harus mereka lakukan ketika kecelakaan kerja tersebut terjadi. Dengan adanya

briefing harian diharapkan dapat meningkatkan safety proyek tersebut.

Page 31: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran ......4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Penelitian Pada penelitian kali ini, proyek yang kami teliti adalah bangunan high

58 Universitas Kristen Petra

Metode selanjutnya adalah Pemberian batasan waktu di dalam ruangan

terbatas. Manusia memiliki batasan yang perlu diperhatikan ketika berada pada

ruangan yang sempit. Bekerja pada ruangan ini sangat berbahaya karena rendahnya

kadar oksigen dalam ruangan tersebut. Oleh karena itu pemberian batasan waktu

sangat diperlukan agar pekerja mendapatkan pertukaran oksigen dengan baik. hal

ini dapat disiasati dengan pengaturan shift dengan benar. Seringkali para kontraktor

mengabaikan hal ini dan memaksa pekerja bekerja diluar jangka waktu tersebut

dengan alasan proyek yang dikejar waktu.

Pemberian ventalasi ekstraksi paksa untuk ruangan besar juga dianggap

sebagai metode pengendalian yang memiliki kecocokan yang significant, dapat

dilihat dari hasil mean 4.18 tetapi tidak diimbangi dengan frekuensi penerapan yang

telah kita bahas diatas. Kelalaian dalam pengunana metode ini bisa menjadi

penyebab kecelakaan kerja dapat terjadi. Metode ini harus mendapat lebih lagi

perhatian dari para kontraktor dan pekerja yang ada di Indonesia untuk

meningkatkan safety pada suatu proyek konstruksi.

Tabel 4.25. Kecocokan Metode Pengendalian pada Risiko Gangguan Pernapasan

Akibat Kekurangan Oksigen pada Tahapan Pekerjaan pada Ruangan yang

Terbatas (sempit)

Metode Pengendalian Kecocokan P-value

Pemberian ventalasi ekstraksi paksa

untuk ruang besar 4.18 0.000

Alat Pelindung Diri(APD) termasuk

perlengkapan oksigen 4.5 0.000

Pemberian batasan waktu di dalam ruang

terbatas 4.04 0.000

Adanya Instruksi dan Pelatihan khusus 4.38 0.000

Page 32: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran ......4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Penelitian Pada penelitian kali ini, proyek yang kami teliti adalah bangunan high

59 Universitas Kristen Petra

4.3.13. Kecocokan Metode Pengendalian pada Risiko Pekrja Terjatuh Dari

Ketinggian pada Tahapan Pekerjaan Pengecoran

Pada table 4.26 Pekerja jatuh dari ketinggian adalah sesuatu risiko pekerjaan

yang memiliki dampak sangat besar dalam suatu proyek konstruksi karena hal

tersebut menyangkut nyawa manusia. Pada tahapan ini mengatakan bahwa empat

metode yang memiliki mean tertinggi adalah :

1. Pemakaian alat pelindung diri dengan mean 4.68

Alat pelindung diri yang dibutuhkan adalah rompi,helm,sepatu,full body

harness dan alat pelindung lain yang menunjang keamanan tahapan

pekerjaan tersebut.

2. Adanya instruksi dan pelatihan khusus dengan mean 4.52

Kontraktor berharap dengan adanya instruksi dan pelatihan khusus,

pekerja dapat lebih mengetahui bahaya apa yang dapat terjadi dan

batasan-batasan yang ada dalam tahapan pekerjaan yang mereka

lakukan. Hal tersebut harus terus dilakukan pada setiap proyek

konstruksi agar ingatan pekerja tetap segar akan hal-hal yang harus

dilakukan pada tahapan pekerjaan nya.

3. Pemasangan Safety net dan Air back dengan mean 4.44.

Hal ini dipercaya sangat berguna untuk mengurangi dampak dari risiko

itu sendiri. Perlengkapan ini harus selalu ada dalam setiap lokasi yang

berhubungan dengan pekerjaan yang berisiko pekerja terjatuh dari

ketinggian.

4. Pemasangan guardrails,cover, temporary work platform (Fall

prevention system)

Pengunaan metode ini dianggap memiliki kecocokan yang significant

karena setiap proyek konstruksi sangat memerlukan system yang

digunanan untuk mencegah sesuatu terjatuh dari ketinggian.

Penggunaan fall prevention system diharapkan dapat meningkatkan

safety pada setiap proyek konstruksi di Surabaya.

Page 33: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran ......4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Penelitian Pada penelitian kali ini, proyek yang kami teliti adalah bangunan high

60 Universitas Kristen Petra

Tabel 4.26. Kecocokan Metode Pengendalian pada Risiko Pekrja Terjatuh Dari

Ketinggian pada Tahapan Pekerjaan Pengecoran

Metode Pengendalian Kecocokan P-value

Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)

seperti helm,rompi,sepatu 4.68 0.000

Adanya Instruksi dan Pelatihan khusus 4.52 0.000

Penggunaan Extended tools untuk

mengantikan penggunaan tangga 2.84 0.000

Penggunaan Safety Net dan Air Bags

(Fall Arrest System) 4.44 0.000

Pemasangan guard rails,cover,temporary

work platforms (Fall Prevention System) 3.88 0.010

Penggunaan Elevating Work Platforms

(EWPs) 3.01 0.001

Dari Keseluruhan mean kecocokan metode pengendalian dapat ditarik

kesimpulan bahwa, metode pengendalian yang memiliki tingkat kecocokan

berdasarkan nilai mean tertinggi pada setiap tahapan pekerjaan dengan risiko yang

telah dibahas adalah pemakaian Alat Pelindung Diri (APD). Setiap risiko tahapan

yang dapat terjadi sangat besar kemungkinan yang terjadi dikarenakan kelalaian

manusia itu sendiri. Hal tersebut dapat diawali dari hal yang sangat mendasar dan

merupakan syarat utama ketika ingin memasuki suatu proyek. Alat pelidung

diri(APD) digunakan sebagai langkah awal maupun terakir untuk mencegah suatu

risiko kerja itu terjadi(Safetysign,2018). Menurut hasil wawancara yang telah kami

lakukan bersama dengan kepala safety yang bekerja untuk suatu proyek di Surabaya

,beliau mengatakan kebiasaan masa lalu pekerja itu sendiri biasa tidak

menggunakan APD lengkap untuk pekerjaan yang mereka anggap remeh. Beliau

percaya bahwa suatu risiko harus dilihat dari penyebab agar bisa dicari

pengendaliannya, sehingga kelalaian penggunaan Alat pelindung diri (APD) ini

sendiri merupakan salah satu kelalaian setiap orang dalam penggunaannya.Alat

pelindung diri ini sendiri berarti dalam segitga terbawah dalam suatu hirarcy of

control yang dipercaya merupakan tingkat terendah dalam pencegahan suatu proyek

konstruksi. Akan tetapi beliau percaya hal-hal terendah itulah yang seringkali

menjadi akar dari permasalahan suatu risiko itu terjadi. Oleh karena itu dipercaya

Page 34: 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran ......4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Penelitian Pada penelitian kali ini, proyek yang kami teliti adalah bangunan high

61 Universitas Kristen Petra

agar pemerhatiaan Alat pelindung diri tidak boleh dipandang rendah lagi dan harus

diperhatikan dari segi pemakaian maupun maintancenya