3_Naskah Sintesis MDGs Nasional

download 3_Naskah Sintesis MDGs Nasional

of 18

Transcript of 3_Naskah Sintesis MDGs Nasional

1TujuanPembangunanMileniumatauyanglebihdikenaldengan(MilleniumDevelopmentGoals (MDGs), tertuang dalam Deklarasi Milenium yang disepakati oleh 189 negara anggota PBB, termasuk Indonesia,padaKTTMileniumPBBpadabulanSeptember2000.MDGsdisebutsebagaisuatu pendekatanyanginklusifdalampemenuhanhak-hakdasarmanusia,terdiridaridelapantujuan(goals) yang dijabarkan ke dalam delapan belas target dan lima puluh dua indikator terkait untuk dapat dicapai dalam jangka waktu 25 tahun antara 1990 dan 2015. Deklarasi Milenium menandai abad perjuangan yang lebih menitikberatkan pada hak ekonomi sosial dan budaya, dan mendorong menguatnya gerakan global yang ditujukan untuk penghapusan kemiskinan, menuju manusia yang bermartabat.Kehadiran MDGs dimaknai beragam, terutama oleh masyarakat sipil. Gagasan utama keterlibatanGAPRI adalah adanya kegelisahan atas realitas ekonomi-politik dan meluasnya kemiskinan-pemiskinan di negeri ini (meski secara statistik BPS menurun). Bagi GAPRI keberadaan dan capaian MDGs merupakan potret yang dapat digunakan sebagai alat ukur kinerja pemerintah, terutama dalam melawan kemiskinan-pemiskinan. DengandemikianMDGsmerupakanalatstrategisadvokasidalamkonteksperubahankebijakanyang berpihak pada kaum miskin.SebagaialatAdvokasi,GAPRImenerjemahkannyadenganmembukaruangbagisuara-suarapublik dalam menilai capaian target MDGs. Setidaknya hal tersebut telah dilakukan sejak tahun 2005. Sementara pada tahun 2007, GAPRI membuka ruang publik di 14 Provinsi dengan serangkaian aktivitas guna menjaring pandangan, penilaian dan rekomendasi terhadap pelaksanaan MDGs. Meminta pendapat publik tentang suatu capaian dari target merupakan keniscayaan. Sebab jika hanya mengandalkan angka-angka statistik danmengolahnyadibelakangmeja,tentusajaakansangatmenjauhkandengankenyataanyangada, hasil uji-uji angka atau model tentu tidak akan sama dengan perasaan manusia. Laporan Capaian MDGs pemerintah pertama kali dibuat tahun 2004. Laporan itu yang menjadi bahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono datang menghadiri KTT PBB MDGs pada 14-16 September 2005 di NewYork.LaporantersebutmenunaikritispedasdariCSOstermasukGAPRI.Kritikutamanyaterhadap laporan itu karena hanya menampilkan agregat nasional, menyederhanakan masalah, menyembunyikan disparitas,danmenafkankenyataankondisikaummiskinyangtidakbermartabat.Laporantersebut akhirnyadiperbaruiakhirtahun2005.Danpadatahun2007ini,PemerintahjugamembuatLaporan PRAkA7APrakata2CapaianMDGsIndonesia.Adabeberapakemajuan,misalnyadenganmenampilkankontekswilayah, namun laporan itu masih kurang berwarna dan belum berani mengusulkan langkah strategis bagaimana mencapai target baik dari sisi kebijakan, anggaran maupun pengelolaannya.LepasdariLaporanPemerintahtersebut,GAPRIinginmengawalisesuatuyangbaru,dimanapotret capaian MDGs pada wilayah kabupaten/kota dapat menjadi cermin dari sebuah kesimpulan atas capaian provinsi dan nasional. Bahwa, apa yang dicapai oleh provinsi maupun nasional belum tentu sesuai dengan kondisikabupaten/kota,bisalebihbaikataujustrusebaliknya.Jikadatanasionalmerupakankumpulan data provinsi, sementara data provinsi merupakan akumulasi kabupaten/kota, maka memotret capaian dan tantangan yang dihadapi oleh pemerintah kabupaten/kota menjadi sangat penting. Potret tersebut bukan hanya dari angka, tetapi juga menyangkut komitmen terutama alokasi anggaran dan bentuk pelayanan. Sebabbisajadi,angkayangbaikdisebabkanolehtingginyapartisipasiwargadenganmengorbankan kebutuhan dasar rumah tangganya.Itulah yang ingin ditampilkan GAPRI dalam Sintesis Laporan yang ditulis berdasarkan Laporan Capaian MDGs di lima kabupaten/kota. Tiga daerah penulisan Laporan ini mendasarkan pada hasil-hasil rangkaian KegiatanMDGsyangdiselenggarakanolehGAPRI,sementaraduadaerahdidasarkanpadahasilkajian kemiskinan partisipatif dan data sekunder. Sintesis Laporan ini bukan hasil dari rangkaian kegiatan MDGs yangdiselenggarakanolehGAPRIdanINFIDpada14Provinsi.HasilKegiatantersebutakanditerbitkan dalam bentuk tersendiri. Sintesis ini juga bukan bermaksud menandingi Laporan Pemerintah, atau Lembaga lain, namun lebih ditujukan untuk membuka hati dan mata bahwa konteks kabupaten/kota belum tentu tercermindalamLaporanyangselamainidibuat.Dengandemikian,capaianagregatbukanlahhalyang selesai, sebab masih banyak pekerjaan rumah yang mesti diselesaikan. Akhirnya,atasnamaGAPRI,sayamengucapkanterimakasihkepadaSugengBahagijoyangtelah menyusunSintesisini.Jugakepadateman-temanpenuliskabupaten/kota,kepadasaudara Yola,Siswan, Mul, Hery dan Yana yang telah meluangkan waktu di tengah kesibukan lembaga masing-masing. Tentu saja Sintesis ini tidak akan selesai tanpa kalian semua. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada Oxfam GB yang telah mendukung GAPRI selama 3 tahun ini, kepada Sam Jethwa (Programme Manager) dan Agung Wiyono (Project Ofcer), teman-teman yang masih bekerja dan yang telah meninggalkan Oxfam GB dalam program ini. Rasa bangga dan salut juga disampaikan kepada mitra jaringan, serta pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu-per satu. Semoga Sintesis laporan ini memberi manfaat bagi upaya pencapaian target MDGs, khususnya dalam memastikan kualitas hidup yang bermartabat, hidup sebagaimana manusia sesungguhnya.Jakarta, Desember 2007Dwi AstutiKetua Steering CommitteeGerakan Antipemiskinan Rakyat Indonesia (GAPRI)

Prakata3Daftar IsiBagian SatuPengantar[ 4 ]Bagian DuaBagaimana Kita Mengukur Capaian MDGs [ 6 ]Bagian TigaTemuan-Temuan Utama [ 9 ]A.Integrasi Sasaran dan Target MDGs di Daerah[ 9 ]B.Alokasi Anggaran [ 10 ]C.Kinerja Pendidikan dan Kesehatan[ 13]Bagian EmpatCatatan Penutup [ 17 ]Daftar Isi4BagiIndonesiayangdihunioleh37jutalebihwargamiskindanrentankemiskinan,Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs) yang akan dicapai pada tahun 2015, atau 8 tahun lagi, penting dan berguna dalam tiga hal : pertama, sebagai sebuah harapan, cita cita dan idam-idaman bahwa suatu saat di masa depan, perikehidupan, kesejahteraan dan martabat mereka akan menjadi lebih baik dan lebih bebas;Sementara bagi pemerintah dan elit politik, yang belum atau sudah memiliki komitmen mengatasi kemiskinan,MDGsmenyediakanfokusyanglebihtajamkepadamodelpembangunanIndonesiayang lebihsesuaidengankebutuhandanhak-hakwarganegara;dengankatalain,MDGsmendorongagar modelpembangunanlebihbertujuankepadaterciptanyakesejahteraanwarganegarayangmakin meningkat dan makin luas. Dan, bukan sekadar tujuan pertumbuhan ekonomi dan jumlah investasi yang masuk ke Indonesia;Kepada dua-duanya, warga negara dan elit politik, MDGs berguna dan penting untuk kedua,menciptakanmomentumbagikaumelitpolitikdanwargauntuklebihmemilikikomitmendan kemampuandalammenyediakanbarangdanjasayangmenjadihak-hakdankebutuhandasarwarga; ketiga,memberikan patokan, standar dan batas waktu yang diterima dan diakui secara internasional bagi pencapaian keadaan yang lebih baik.Pada tahun 2015, atau 8 tahun lagi sejak tahun 2007, capaian-capaian Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs)akanmenjadiagendasemuabangsadidunia,termasukIndonesia.Indonesiasebagaipeserta dalamkesepakatanMDGs,jugaakanmenilaidandinilai,seberapajauhtelahmencapaikemajuanatau kemunduran. Pertanyaan utama yang muncul kemudian adalah : 1.Apakah jumlah penduduk miskin sudah berkurang separuhnya, (target 1: proporsi pendudukyang tingkat pendapatannya di bawah $1 per hari menjadi setengahnyaantara 1990 2015); 2.ApakahangkakelaparandiIndonesiaberhasildikurangiseparuhnya(Target2:Menurunkan proporsi penduduk yang menderita kelaparan menjadi setengahnya antara tahun 1990 2015)3.Apakah semua anak Indonesia, laki laki dan perempuan, sudah bersekolah (Target 3: Memastikan pada2015semuaanak-anakdimanapun,laki-lakimaupunperempuan,dapatmenyelesaikan pendidikan dasar)agian SatuPNCAN7ARagian SatuPNCAN7ARPengantar54.Apakah ketimpangan gender di sekolah dasar dan menengah serta di semua jenjang pendidikan telah berhasil dihapus?(target 4: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar dan lanjutan pada 2005, dan di semua jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun 2015)5.Apakah angka kematian balita sudah berhasil ditekan dan dikurangi hingga dua pertiganya (Target 5: Menurunkan angka kematian balita sebesar dua pertiganya, antara 1990 dan 2015)6.Apakah angka kematian ibu sudah berhasil ditekan dan dikurangi hingga tiga perempatnya (Target 5: Menurunkan angka kematian ibu sebesar tiga perempatnya, antara 1990 dan 2015)MengapadaridantentangDaerah.Indonesiabisadilihatdarikacamatamakro,misalnyapencapaian makrodanagregatsecaranasionaldenganmemasukkanDKIJakarta,ProvinsiNADdanjugaNTT[yang situasidankondisinyaberagamdanberbeda].Darisanalaluditarikgarismedianataugarisrata-rata nasionaltentangsuatucapaianataukondisi.MakadiperolehgambaranIndonesiayangumum,makro-agregat,yangterkadangmembuatkitamelupakandisparitasyangterjadi.Gambarmakro-agregat semacam itu tentu tidak bisa menampilkan keadaan dan capaian yang lebih lokal dan spesifk. Misalnya apakah Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), di Nusa Tenggara Timur (NTT) mengalami kemajuan yang positif dalam menurunkan angka kematian ibu dan balita yang sama dengan Kotamadya Jakarta Timur di DKI Jakarta? Apakah kota Makassar, Sulsel mengalami peningkatan angka partisipasi sekolah yang sama denganKabJembrana,BaliatauKab.Sleman,DIY?Dengansingkat,data-datanasionalbergunasecara makro, tetapi bisa menutupi atau mengaburkan kesenjangan pencapaian dan tantangan antar berbagai daerah.Lebih dari itu, adalah pendapat kami bahwa keberhasilan penanggulangan kemiskinan di daerah daerah jugaakanmenciptakanpondasiyangkokohuntuknationbuilding,kerukunannasionaldansolidaritas sosialdalamnegarabangsaIndonesia,yangberbhinekatunggalika,berwarnawarnisukudanbahasa tetapi satu nasib dan sepenanggungan.Karena itu sangat perlu dan penting untuk melihat Indonesia dari keadaan dan pencapaian (serta tantangan) daerah-daerah. Karena daerah-daerah itu juga Indonesia dan sekaligus mewakili Indonesia. Angka capaian di Indonesia tentu tidak akan ada tanpa capaian di sebuah daerah. Jadi,sudahdimanaIndonesiajikaditeropongdaridaerah?Apakahdaerahdaerahjugamencatat kemajuandanperkembanganyangpositifmenujutahun2015?ApakahIndonesia,darisegicapaian capaiandaerah,sudahbergerakmenujusasarandantargetMDGs,ataukahIndonesiamasihjalandi tempat,bahkanmundur?Jikadilihatdaridaerah,makaseberapajauhIndonesiamenjelangseparuh jalan(midpoint)menujusasaranpembangunanmileniumtahun2015?Laporaniniberusahamenjawab pertanyaantersebut.KamisadarbahwalaporaninitidakberpretensimewakiliIndonesiasecaraumum dan keseluruhan, karena situasi dan kondisi daerah akan sangat beragam dan berbeda. Namun yang pasti, laporan ini dapat memberikan sebuah gambar capaian MDGs yang bisa menjadi refeksi semua pihak jika masih ingin berada di atas jalur kereta MDGs. Laporan ini disusun bersumber pada 5 laporan daerah (pada level kota dan kabupaten) yang disusun olehjaringankerjadanmitrakerjaGerakanAntipemiskinanRakyatIndonesia(GAPRI)yangterdiridari: PIAR,FIKOrnop, YPSHK,JPKP,dan YMM.Laporan-laporanitusendirisecaraumumdisusunberdasarkan datadaninformasiyangdiperolehmelaluiKajianKemiskinanPartisipatif(PPA),diskusiterfokus(FGD), maupun kajian data-data sekunder terhadap pencapaian tujuan MDGs di kota Makassar (Sulawesi Selatan), kabupaten Timor Tengah Selatan di Nusa Tenggara Timur, kabupaten Konawe dan kota Bau-Bau di Sulawesi Tenggara serta kabupaten Bangkalan di Pulau Madura, Jawa Timur. Pengantar6Kalaubolehbertamsil,pemenuhantujuan-tujuanMDGsadalahperistiwadimasadepandimana rangkaian kereta api akan datang pada tahun 2015 untuk menjemput barisan rakyat negara bangsa yang telah menyepakati komitmen tersebut sebagai penumpangnya. Adalah pasti bahwa kereta api akan datang. Persoalannya adalah apakah 37 juta warga Indonesia akan berada di stasiun untuk menaiki kereta MDGs itu? Bagaimana caranya agar mereka semua mampu pergi ke stasiun, apakah mereka cukup memilikipendapatan,apakahmerekasemuacukupsehatdanmemilikiinformasi(terdidik)?Danlebih dari itu apakah kebijakan dan institusi pemerintah dan masyarakat pedulidan menolong mereka sesama wargadan sebagai hak sosial ekonomi mereka?SasarandantargetMDGspadaintinyatidakbisadiserahkankepadakinerjapertumbuhanekonomi ataupasarbebassemata.Meskipertumbuhanekonomitinggi,belumtentusasarandantargetMDGs tercapai. Hasil dari pertumbuhan ekonomi itu apakah 6-10 persen per tahun- masih perlu diterjemahkan ke dalam berbagai tindakan dan kebijakan pemerintah. Misalnya saja dalam hal besar kecilnya pendanaan dan belanja sosial (pendidikan dan kesehatan) baik di APBN dan APBD, kemampuan kelembagaan (apakah Askeskin dan Puskemas menolong sebagian besar warga miskin), dan juga pemihakannya kepada mereka si miskin. Dengan kata lain, MDGs sebagian besar mengandalkan diri pada kebijakan publik, pada tindakan masyarakat dan pada investasi pemerintah.Sebagaicontoh,menurutpengalamanIndonesia,kemajuanIndonesiadalam30tahunterakhirsejak tahun1970andalammenurunkanangkakematianibudanbalita,akansangatbergantungpada(1) belanjasosialpemerintah(APBNdanAPBD)kepadakebijakankesehatandanpangandan(2)seberapa baiklembaga-lembagapelaksanakebijakankesehatandankeluarga,termasukkinerjadanketersediaan Posyandu dan Puskemas serta rumah sakit (3) belanja sosial pemerintah daerah pada sektor kesehatan dan pangan dan kinerja Dinas Kesehatan dan BKKBN. Itu artinya, pencapaian MDGs akan sangat bergantung pada komitmen, prioritas, jumlah dan kualitas tindakanpemerintahpusatdanpemerintahdaerahsertadantindakanmasyarakatuntukmengurangi agian DuaACAIMANA kI7A MNCUkUR CAPAIAN MDCsBagaimana Kita Mengukur Capaian MDGs7danmenghapuskanhambatan-hambatanbagiwargamiskintermasukkaumibudananakanakuntuk memperolehaksesdanjaminanpelayanankesehatan,pendidikandanpendapatan.Lebihtegaslagi, pencapaiansasarandantargetMDGshanyamungkinterwujuddanterciptajikadanhanyajikaseluruh modalpemerintahsebesarbesarnyakearahpencapaiantargetMDGs(pendanaandanpenganggaran, kelembagaan dan regulasi serta personalia). Atas dasar itu, maka untuk mengukur kemajuan MDGs, laporan ini bertolak dari tiga kriteria atau ukuran: Pertama,sejauh mana sasaran dan target serta indikator-indikator MDGs sudah diintegrasikan ke dalam dokumenperencanaanpembangunanbaikditingkatnasionalsepertiRencanaPembangunanJangka Menengah Nasional (RPJMN) maupun di tingkat daerah yakni Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Di daerah, komitmen pencapaian MDGsharusdiperiksadalamrencanapembangunandaerah(RPJMD).Bagaimanapunjuga,dokumen perencanaanpembangunaninimerupakan(a)pernyataanpolitikdansekaliguspernyataanteknokratis tentang apa dan kemana arah pembangunan: apakah hanya akan mengejar tujuan tujuan yang bersifat agregat dan produktivis seperti pertumbuhan PDB dan jumlah investasi, ataukah juga memacu kehidupan yanglayak,kesejahteraandankeadilansosialuntuksemuawarganegaranya,ataudengansingkat,niat resmipemerintahdanelitpolitik,untukmenunjukkankemauandankemampuanmeraihsasarandan target MDGs; 1Kedua, sejauh mana alokasi anggaran untuk pemenuhan target MDGs telah memadai. Asumsinya adalah semakinluasbelanjasosialdijalankandiIndonesia,makasemakintinggiprospekIndonesiamencapai tujuan dan target MDGs. Benar bahwa aspek efektivitas penggunaan anggaran juga penting. Akan tetapi, dengan menggunakan asumsi itu, atau bahwa efektivitas penggunaan anggaran kurang dari 70% persen (karena kebocoran dan salah sasaran sebesar 30%), maka alokasi anggaran yang lebih luas dan lebih banyak masihtetapdiperlukan.ContohnyaadalahAskeskin.JikadukungandanapemerintahkepadaAskeskin yang bernilai (premi) Rp 5 ribu rupiah per orang per tahun, maka tingkat pelayanan yang dapat diberikan kepada penerima Askeskin juga akan jauh lebih rendah jika nilainya (premi) misalnya Rp 9.000 per orang per tahun. Di Indonesia,alokasi untuk pendidikan telah ditetapkan sebesar 20 persen,2 kesehatan sebesar 15 persen.3 Alokasi anggaran semestinya lepas dari warna warni ideologi dan politik para pejabat publik (Presiden, Gubernur, Bupati, dan Walikota), rencana yang baik belum dapat dikatakan menjadi komitmen dan kemampuan (ability) apabila rencana itu tidak didanai dalam jumlah yang memadai dan dilaksanakan;4 Dengan singkat, alokasi anggaran dapat membedakan antara retorika dengan realita, atau antara janji-janji dengan amalan nyataKetiga,sejauh mana kinerja dan capaian atau kemajuan nyata dalam bidang kesehatan dan pendidikan, diukur dari segi segi akses, ketersediaan dan kualitas pendidikan dan kesehatan. Pencapaian sasaran dan target MDGs, hanya bisa dicapai dari keadaan yang nyata, dan dari trend yang berlangsung selama 5 tahun terakhir ini.Oleh karena itu, meski rencana yang baik dan alokasi dana yang memadai sudah disusun dan ditetapkan, pada tahap pelaksanaan dan hasilnya, akan menjadi lebih penting karena dititik inilah ujian sesungguhnya: sejauh mana semua warga merasakan dan menikmati program-program dan pelayanan hak hak dasaryang disediakan oleh lembaga-lembaga pemerintah dan sejauh mana semua warga, termasuk kaum perempuan, anak anak dan kaum miskin, ikut menikmatinya.1Lebih jauh, dokumen perencanaan pembangunan itu, merupakan dokumen resmi dan publik yang dapat dijadikan bukti sejauh mana ke-miskinan dipandang sebagai prioritas utama atau sebaliknya, bukan prioritas, dan sekaligus, jika dia dianggap sebagai isu publik priroitas, rencana untuk mengatasi masalah kemiskinan dan pencapaian MDGs. Dengan kata lain, semakin isu kemiskinan menduduki prioritas yang rendah, maka dapat diharapkan bahwaisu kemiskin dan pencapaian MDGs juga tidak akan menjadi fokus dari pemerintah. 2Sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 49 UU No 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS. dan jugaKetetapan Politik yang digunakan secara resmi olehDPRdanpemerintah.Meskipunbatasdanpengertiannyamasihmenjadibahanperdebatanantarapemerintah,DPRdanMahkamah Konstitusi. Perdebatan mencakup cakupan yang dikandung dalam 20 persen itu, apakah (a) belanja rutin dan pegawai dimasukkan dalam cakupan 20 persen itu; (b) apakah program-program pelatihan dan pendidikan PNS juga dimasukkan ke sana, dan apakah 20 persen itu hanya mencakup belanja program ? Patokan atau ketentuan dalam alokasi anggaran sektor atau bidang kesehatan dalam dokumen SPM (Standar PeIayanan MinimaI) bidang Kesehatan yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan, tahun 2002. Rencana yang bagus dalam dokumen perencanaan pembangunan (RPJMD, RKPD) belum dapat dikatakan sebagai prioritas hingga rencana itu dirinci dalam penganggaran.Birokrasi sebagai pelaksana kebijakan hanya bisa bergerak jika dan hanya jika sebuah rencana disertai pendanaan.Bagaimana Kita Mengukur Capaian MDGs8Bisa saja ada dana yang besar dan rencana yang canggih dan masuk akal. Akan tetapi, pada tahap deliveri, sering terjadi bahwa para petugas dan pelaksana (street level birocracy) tidak melaksanakan prosedur dan ketentuan dengan benar, atas dasar seribu satu sebab dan alasan. Juga mungkin saja terjadi bahwa sebuah program katakanlah BOS [bantuan operasional sekolah], banyak mengalami salah sasaran, karena salah alokasi [justru yang memperolehnya adalah mereka yang sudah mampu]. Karena itu, adalah penting dan perlu untuk bisa memetakan apa yang telah dicapai selama 2 sampai 5 tahun terakhir ini, khususnya dalam bidang pendidikan, kesehatan dan air minum/sanitasi.Bagaimana Kita Mengukur Capaian MDGs9A.Integrasi sasaran dan target MDCs di DaerahDokumen perencanaan pembangunan daerah (RPJMD) dari 5 daerah yang dipantau, hampir semua daerah sudah memasukkan atau mengintegrasikan sasaran dan target atau indikator MDGs dalam dokumen perencanaannya. Makna sudah memasukkan di sini bisa berarti dua hal (a) Istilah MDGs secara eksplisit disebut dan dijadikan patokan; atau (b) program-program dan indikatornya dapat disamakan atau disejajarkan dengan target dan sasaran MDGs. Dengan kata lain, dari segi niat dan rencana kebijakan (dalam dokumen), MDGs secara umum telah diketahui dan dipahami oleh para perencana pembagunan di daerah.DiKabupatenTimorTengahSelatan,NusaTenggaraTimur,RPJMDtahun2004-2008padabidang pendidikan, kesehatan dan air bersih telah mengarah pada pencapaian tujuan MDGsantara lain tercermin dalam berbagai tujuan dan program misalnya (a) Pendidikan;Program Pembangunan Pendidikan Dasar danPraSekolah,ProgramPembangunanPendidikanMenengah,ProgramPendidikanTinggi,Program PembangunanPendidikanLuarSekolah;(b)Kesehatan:ProgramPeningkatanFungsiSaranadan Prasarana Kesehatan, Program Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakat, Program Penyuluhan Kesehatan danPengembanganSwadayaMasyarakat,PenciptaanLingkunganPemukimanSehat,Pemberantasan Penyakit Menular, Laten, dan Penyebaran Virus HIV; (c)Air Bersih:Program pelayanan air bersih, Program Pengembangan dan pengelolaan sumber daya air,DiKotaMakassar,SulawesiSelatan,RPJMDsecaraumum,sudahspesifksudahmemasukkantarget MDGs ke dalam dokumen perencanaan ataupun kalau ada yang sama baru sebatas kebetulan, hal ini juga karena muatan MDGs merupakan sesuatu yang universal. Lebih jauh, di kota Makassar, target-target MDGs itu juga sudah dimasukkan dalam dokumen SPKDnya.Di Kab Konawe, Sulawesi Tenggara, dokumen RPJM dan dokumen rencana pembangunan lainnya juga telah menunjukkan kesejajaran atau kesesuaian arah dan tujuan dengan target-target pencapaian MDGs. agian 7iga7MUAN 7MUAN U7AMATemuan temuan Utama10Dalambidangpanganmisalnya,adabeberapaprogram(a)Meningkatkanpengetahuanmasyarakat miskin tentang diversifkasi konsumsi pangan tanpa diskriminasi gender; (b) Menjamin kecukupan pangan masyarakatmiskindankelompokrentanakibatgoncanganekonomi,sosialdanbencanaalam;Dalam bidangkesehatanmisalnyaadaprogram-programseperti(a)Meningkatkanketersediaanpelayanan kesehatan,khususnyakesehatananakyangbermutudanterjangkaubagimasyarakatmiskin:(b) Meningkatkantingkatpengetahuanmasyarakatmiskintentangkeluargaberencana;(c)Meningkatkan partisipasimasyarakatdalampengembanganpelayanankesehatanuntukperempuanpadamasyarakat miskin;(d)Meningkatkankemampuanidentifkasimasalahkesehatanperempuanmasyarakatmiskin; (e)Mengutamakan penanggulangan masalah kesehatan masyarakat miskin khususnya kematian ibu saat melahirkan; (f )Meningkatkan investasi kesehatan guna menjamin terselenggaranya pelayanan kesehatan perempuan bagi masyarakat miskin di berbagai tingkat pemerintahanJugadalambidangpendidikan,misalnya:(a)Meningkatkanpelayanananpendidikanpadajalur pendidikanSD/MI/PaketAbagimasyarakatmiskin;(b)Meningkatkankesadarandanpemahaman masyarakat miskin terhadap pentingnya ilmu pengetahuan melalui dunia pendidikan; (c)Meningkatkan partisipasipendidikandasarbagipendudukmiskinmelaluiProgramWajibBelajarPendidikanDasar 9tahunbaikmelaluijalurformalmaupunnonformal;(d)Meningkatkanpartisipasimasyarakatdalam penyelenggaraanpendidikandasar9tahun;(e)MeningkatkanmutuPendidikanSD/MI/PaketA;(f ) Meningkatkanpelayanananpendidikanpadajalurpendidikanformaldannon-formalbagimasyarakat miskin.Di Kab Bangkalan, Pemerintah kabupaten juga sudah memasukkan sasaran-sasaran penanggulangan kemiskinandantarget-targetMDGskedalamdokumenperencanaannya.Dalambidangpendidikan misalnya, beberapa sasaran dan target telah dirumuskan, antara lain, (a) meningkatnya kualitas sistem dan sarana serta prasarana pendidikan; (b)tercapainya kualitas penataan sistem pendidikan; (c)penurunan angka anak putus sekolah dan pemberantasan buta aksara; (d) Peningkatan kompetensi tenaga pendidik dan anak didik; (e)Peningkatan kualitas pendidikan non formal; (f )Meningkatnya budaya baca.Sasaranituakandicapaidengankegiatandanprogramsbb:(a)Pembangunan,rehabilitasidan pemeliharaangedung-gedungsekolah;(b)Perbaikandanpengadaansaranadanprasaranapenunjang pendidikan;(c)Pembinaanpenataandanpeningkatankualitastenagapendidikangunameningkatkan kinerjatenagapendidikyangprofesional,(d)Melakukanpembinaanterhadap750penyandangbuta aksara dan penyelenggaraan kejar paket C pada 400 orang; (e) Distribusi BOS secara merata di 758 lembaga pendidikan di 18 kecamatan; (f )Menyelenggarakan sertifkasi dan uji kompetensi tenaga pendidik,. AIokasi Anggaran Alokasi anggaran5 di APBD untuk pendidikan dan kesehatan di lima daerah yang dicakup dalam laporan ini, masih jauh dari harapan dan masih jauh dari diperlukan untuk memastikan capaian-capaian pendidikan dankesehatan.Jikakitamemakaipatokan/ukuranalokasipendidikan20%danalokasikesehatan15%, untuk pendidikan untuk mencapai sasaran di bidang kesehatan, maka alokasi anggaran itu masih sangat sangat jauh dari mencukupi. Karena rata rata belanja total kedua bidang itu kesehatan dan pendidikan -- kurang dari 10 persen dari total belanja APBD, dan alokasi anggaran lebih banyak untuk memenuhi belanja rutin yakni belanja pegawai. Inimisalnyajelasjauhberbedadengandaerah-daerah sejahteraatau budimansepertiJembrana, meskipun bukan daerah kaya (minyak maupun indutri),tetapi telah mengalokasikan dana kesehatan dan pendidikan di atas 30 persen dari APBD di luar belanja rutin personalia/pegawai.DiKabupatenTimorTengahSelatan(TTS)kebijakananggaran.terhadapsektorkesehatansepintas menunjukkan (a) mengalami kenaikan terus menerus secara nominal mapun secara proporsional. Misalnya dari tahun 2002 sebesar 7 milyar lebih (3,66%) naik tahun 2005 sebesar 17 milyar (6,32%), dan meningkat lagimenjadi29milyar(7,18%)tahun2006.Dibawahinidisajikananggaranuntukbidangkesehatan5 tahunterakhir.Akantetapi,haliniternyatatidakbenarkarenabelanjapendidikanituternyataberisi dua komponen, biaya personalia dan biaya program. Dan ternyata belanja langsung ke masyarakat atau belanja program rata-rata di bawah 10%, dengan pengeluaran terbesar untuk belanja administrasi umum yang terdiri dari biaya perjalanan dinas, makan minum dan pakaian dinas yang hampir tiga kali dibanding anggaran untuk pembangunan yang langsung pada masyarakat.Alokasi anggaran di sini dimngerti sebagai alokasi anggaran khusus untuk belanja langsung atau belanja program, dan tidak memasukkan belanja rutin seperti gaji pegawai dan biaya dinas rutin lainnya seperti makan minum dan lainnyaTemuan temuan Utama11Tabel 1. APBD TTS Sektor Kesehatan 2002 - 20067ahun7otaI APD(Rp.000)DAU(Rp.000)PAD(Rp.000)PengeIuaran untuk kesehatan7otaI %2002 208.458.127 193.260 5.537.569 7.642.690. 3,662003 246.078.968 203.030 13.601.000 15.974.200 6,492004 249.663.094 206.900.095 21.329.990 15.727.000 6,292005 271.815.405 211.747.000 32.521.770 17.184.317 6,322006 403.673.129 325.363.000 15.576.796 29.020.683 7,18Ket : Anggaran untuk kesehatan terdiri dari anggaran untuk Dinas kesehatan dan RSUD BagaimanadenganAnggaranPendidikan?Ternyata,tidakberbedadenganbidangkesehatan.Data menunjukkan alokasi untuk pendidikan tampak meningkat [35%], namun masih tergambar secara global tanpapemisahanantarabelanjaadministrasiumumdanbelanjapelayananpublik.Padakenyataannya, anggaran (APBD) dari alokasi sektor pendidikan itu, biaya ke masyarakat atau belanja program hanya 10% atau maksimal sepertiganya, dengan pengeluaran terbesar [75%-90%] untuk belanja administrasi umum yang terdiri dari biaya perjalanan dinas, makan minum dan pakaian dinas. Biaya-biaya ini memakan hampir tiga kali dibanding anggaran untuk pembangunan yang langsung pada masyarakat.Tabel 2. APBD TTS Sektor Pendidikan 2002 - 20067hn7otaI APD (Rp)DAU (Rp)PAD (Rp)PengeIuaran untuk PendidikanNominaI %2002 208.458.127.589 193.260.000.000 5.537.569.500 74.673.478.429 35,822003 246.078.968.705 203.030.000.000 13.601.000.000 83.800.000.000 34,052004 249.663.094.000 206.900.095.000 21.329.990.087 95.700.000.000 38,332005 271.815.405.000 211.747.000.000 32.521.770.712 93.969.509.118 34,572006 403.673.129.224 325.363.000.000 15.576.796.176 142.650.280.684 35,33Ket: Anggaran untuk Pendidikan terdiri dari anggaran untuk Dinas P dan K, dan Perpustakaan Daerah TTS (khususnya Tahun 2002 hanya Dinas P dan K).DikotaMakassarmisalnya,anggaranpendidikanmemangcukupbesar(33,91%)namunanggaran yang langsung bersentuhan kepada masyarakat (anggaran langsung) hanya sekitar 2,89 %. Hal ini terjadi karenaanggaranpendidikanlebihbanyakdiarahkankepadabelanjatidaklangsungyangdiantaranya lebihbanyakkepadabelanjapegawai.Untukbidangkesehatan,nominalanggaransangatkecil,hanya 5,74 % dari total APBD sedangkan belanja langsung sekitar 2,47 % dari total APBD. Data dari kota Makassar ini menimbulkan pertanyaan, seberapa cukup dana-dana itu dapat memecahkan masalah,apabilakitalihattantangandankebutuhanpembangunannya.Datapemerintahkotasendiri, menyatakanbahwatantanganatasmasalahkematianbalitadanpotensikematiankarenakuranggizi dan gizi buruk,sangat besar di kota Makassar.Di sisi lain, untuk alokasi lain,yakni belanja pada pegawai ternyata jauh lebih besar. Denganmelihatfaktafaktatersebut,sangatsulitkiranyamempercayaibahwapencapaianMDGs dalambidangpendidikandankesehatanakantercapai,Kalaupunadaprogramyangmengarahkepada pencapaiantersebutlebihcenderungkepadahal-halyangkurangmenyentuhsubstansimengingat minimnya dana peruntukan kepadanya.Secara makro, anggaran pendidikan tidak sesuai dengan amanat UUNo.20 Tahun2003tentangSistempendidikanNasionalyangmengisyaratkanbelanjapendidikandi luar gaji pegawai minimal 20% dari total APBD.DiKabupatenKonawe,Kebijakanpeningkatanmutupendidikanselamainibelummenjadiprioritas dibandingpemerataanpendidikan.Berbagaiupayapeningkatanmutupendidikanseringkalikurang berhasil karena terhalang oleh kurangnya jumlah guru yang bermutu, terbatasnya anggaran, terbatasnya saranasertaprasaranapendidikanyangtersedia.Setiaptahun,anggaranpendidikanmengalami peningkatan,tetapimasihbelumdapatmendukungupayameningkatkanmutupendidikannasional. Sebagian besar anggaran digunakan untuk membiayai belanja pegawai.Menurut data data anggaran tahun anggaran 2007, Kabupaten Konawe juga belum bergerak jauh dari statusquo.Baikdalambidangpendidikandankesehatan,kabKonawetampakmasihtertinggal.Dalam bidang Pendidikan, belanja aparatur/tidak langsung sebesar12,7 milyar lebih, danBelanja publik/langsung Temuan temuan Utama1227,1 milyardan persentase dalam APBD sebesar 7.79 persen. Dalam bidang kesehatan, belanja aparatur /tidak langsung sebesar 17,4 milyar dan belanja publik/langsung sebesar 20,2 milyar danpersentase dalam APBD sebesar 1.06 persen.Di Kota Bau Bau dan Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara, analisa atas alokasi anggaran menunjukkan bahwa alokasi anggaran pendidkan sebesar 28 % dari total APBDKota Bau-Bau tahun 2007. Namun ternyata peruntukanbelanjaTidakLangsung(belanjapegawai)20%sedangkanBelanjalangsung(Belanjayang diperuntukkan bagi belanja Publik) hanya sebesar 8%,dan Kabupaten Buton Alokasi anggaran pendidikan dari Total APBD Tahun 2007 Bidang pendidikan sebesar 34,4% dengan hitungan 6,9% diperuntukkan bagi belanja langsung (Belanja Publik) dan 27,5% untuk belanja tidak langsung (Belanja Pegawai). Dilihat dari alokasi kasar anggaran pendidikan baik kota Bau-bau (dan juga di Kabupaten Buton)telah terlihatmenempatiporsiyanglebihdari20%dari TotalanggaranAPBD.Namunyangmenjadikendala adalah,darimasingmasingperuntukankomponenbelanjalangsung(belanjauntukPublik)ternyata masih sangat minimalis. Di Kab Bangkalan, data data resmi tentang APBD tahun 2008, dan alokasinya dalam bidang pendidikan dan kesehatan juga menunjukkan porsi yang besar.Yakni pendidikan sebesar 19, 57 persen dan kesehatan sebesar49persen.Sebagaimanatampakpadadataberikut.Jikaangkaitubenardalamartifokusdan alokasi yang nyata untuk program dan belanja program, dan bukan untuk gaji pegawai saja, maka hal itu merupakan kemajuan luar biasa. Sudah barang tentu dapat dikatakan misalnya bahwa itu untuk gaji guru dan tenaga pendidikan lain, yang akan memperbaiki kesejahteraan guru dan tenaga pendidik dan yang merupakan pilar utama dalamupaya perluasan mutu dan akses pendidikan. Akantetapi,halitubisasajatidakmerupakankenyataan.Sepertijugapolabelanjadidaerahlaindi Indonesia,angkakasaritubelummenjelaskanseberapabesarbelanjalangsungkemasyarakatdalam bidang pendidikan dan kesehatan. Tabel 3 . Belanja Anggaran Per Sektor Kabupaten Bangkalan Tahun 2008No idang Anggaran Prosentase1 Diknas 37,365,532,530 19.572 Kimpraswil 14,328,498,500 7.503 Dinkes 94,355,920,000 49.424 Bappeda 2,325,000,000 1.225 Dishub 520,000,000 0.276 KLH 1,871,550,000 0.987 Dispenduknakertrans 5,210,000,000 2.738 KBKS 1,655,916,800 0.879 Kessos 1,117,900,000 0.5910 Koperasi 1,300,258,500 0.6811 Satpol PP 434,382,950 0.2312 Kesbang 2,223,000,000 1.1613 Bag Sosial 1,602,160,310 0.8414 Bag Tapem 1,450,000,000 0.7615 Bag Ekonomi 528,000,000 0.2816 DPRD 233,140,000 0.1217 PMD 5,459,700,000 2.8618 Disperta 4,188,932,500 2.1919 Perkebunan 1,737,500,000 0.9120 Kukp 1,535,500,000 0.8021 Kehutanan 936,895,000 0.4922 Pertambangan 4,617,198,500 2.4223 Pariwisata 150,000,000 0.0824 DKP 3,253,000,000 1.7025 Pasar2,005,477,145 1.0526 Disperindag 530,000,000 0.28Jumlah190,935,462,735Sumber : Kantor Bappekab Bangkalan, Diolah Temuan temuan Utama13C.kinerja kesehatan dan PendidikanDilimadaerahyangdicakupolehlaporanini,berbagaikemajuandalambidangpendidikandan kesehatannyatanyatatelahdicapai.Misalnya,diberbagaidaerahangkapartisipasisekolahmeningkat, dan angka kematian ibu dan balita terus menurun. Akan tetapi capaian itu tidak atau belum memberikan alasanyangoptimisuntukmencapaiMDGspadatahun2015,karenacapaiandankemajuanitu,masih tampak jelas masih timpang karena masih adanya kelemahan dan kekurangan yang berat. Hal itu antara lain tampak pada beberapa fakta: (a) angka partisipasi sekolah di tingkat SMP dan SMA/SMK tampak ada trend menurun, artinya karena perluasan putus sekolah sebagai akibat beban biaya sekolah (buku) yang tinggi (b) masih adanya tingkat buta huruf yang masih tinggi di beberapa daerah, sebagai akibat akses dan pelayanan pendidikan (formal dan non formal) yang tidak merata;Di Kabupaten TTS, kinerja pendidikan dapat dilihat dari Angka Partisipasi Kasar (APK) atau rasio jumlah siswa berdasarkan kelompok umur yang sedang sekolah di tingkat pendidikan tertentu terhadap jumlah penduduk kelompok umur yang berkaitan dengan jenjang pendidikan, digambarkan pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.Angka Partisipasi Kasar (APK) Tahun 2002 2005. Kab TTS Menurut Kelompok Umur keIompok Umur7 a h u n2002 2003 2004 20057 - 12 109,8 106,07 105,1 107,413 - 15 178,8 132,5 131,6 151,316 - 18 267,9 337,06 246,9 336,919 - 24 3302,6 4927,6 7029,2 3879,2Sumber: TTS Dalam AngkaTabeldiatasmenunjukkanAngkaPartisipasiKasardiKabupatenTTSuntukpendidikandasardan lanjutan yang sejalan dengan tujuan MDGs dalam mencapai pendidikan dasar dan lanjutan untuk semua masyarakat, tampak angka partisipasi kasar lebih dari 100%. Ini tentu merupakan kemajuan, akan tetapi kemajuanitutidakdiiringidengancapaianlainnyayaknimasihmasihbesarnyaangkaputussekolahdi Kabupaten TTS selama 4 tahun terakhir. Dengan jumlah terbanyak ada pada kelompok perempuan. Tabel di bawah ini menunjukkan trend tersebut. Tabel 5. Angka Putus Sekolah SD SMA Tahun 2002 - 2005Tahun Laki-laki Perempuan Jumlah2002 146.286 152.397 298.6632003 98.243 93.830 192.0732004 99.620 95.429 195.0492005 98.342 97.413 195.755Sumber: TTS Dalam AngkaHalinisejalandenganberbagaidatadaninformasimikrodankualitatifyangmenjaditemuan Participatory Poverty Assessment (PPA) yang dilakukan olehPIAR di Kabupaten TTS, di 5 desa yakni (a) Desa Naukae, Kecamatan Amanuban Barat, (b) Desa Nununamat, Kecamatan Kolbano, (d) Desa Baki, Kecamatan AmanubanTengahdan(d)DesaTetaf,KecamatanAmanubanBaratsebabutamanyatidaklaindari pelayananpemerintahbidangpendidikan,antaralain:(i) Tingginyabiayapendidikanterutamatingkat SLTPkeataskarenaadanyakebijakanbiayasekolahyangtinggi,(ii)Penyebaransekolah,tenagaguru danbukupelajarantidakmeratauntukdiaksessecarabebasolehsemuamasyarakatterutamasekolah lanjutan; (iii)hal inimakin diperparah akibat banyak kasus tenaga guru tidak mau ditempatkan di daerah kantong kemiskinan dan kasus guru-guru yang tidak disiplin dalam bekerja sesuai hari dan jam kerja yang ditentukan.DikotaMakassar,meskitargetMDGssecarasubstansibersesuaiandengansasaranpembangunan kotaMakassar,namunpadatingkatprogramdanpolitikanggaranmengalamierosi.Berbagaipersoalan pencapaian pendidikan dasar bagi setiap warga tidak direspon dengan tepat oleh pemerintah kota Makassar pada 2006. Ketidakmengertian tentang MDGs baik masyarakat maupun pemerintah serta kelemahan data selain komitmen merupakan penyebab utama hal tersebut. Dalambidangpendidikan,padasatusisi,adafaktabahwacapaianpendidiandiukurdariAPStelah signifkan akan mendekati 99,57% sebagaimana sasaran RPJMD pada 2010 untuk usia 7-12 tahun. Hal ini Temuan temuan Utama14melihat tingkat kenaikan pada tahun sebelumnya yang bisa sampai 4 % seperti pada tahun 2003 ke 2004, atau 2005 ke 2006 bagi laki-laki. Hal sama kemungkinan akan terjadi pada perempuan. Aspek gender pada perempuandanlaki-lakitelahterpenuhi.Akantetapidisisilain,adakenyataanlainyangmembuatkita belum optimis (i) pada jenjang usia 13-15 tahun, angka partisipasi sekolah justru mengalami penurunan. Halsamajugatampakpadausia16-18bagilaki-laki.Salahsatusebabutamanyaadalahbiayasekolah seperti buku dan iuran sekolah. Sehingga, sasaran RPJMD 2005-2010 untuk mencapai APS usia 13-15 tahun 96,64%danusia16-18tahun90%kemungkinansulitdicapaijikaintervensipemerintahmasihbersifat konvensional.Ditengahperkembanganitu,yangmenggembirakanadalahbahwapemerintahkotaMakassartelah melansirkebijakanbaru.SatukebijakanpemerintahkotaMakassaryangdianggapdapatmemberikan lompatan peningkatan melalui kebijakan sekolah gratis beberapa SD dan SMP di pulau dan sekolah lokasi komunitas miskin dan kumuh. Melalui SK Walikota No. 396/Kep/420/2007 ada 18 sekolah, 15 Sekolah Dasar dan 3 Sekolah Menengah Pertama, yang harus menyelenggarakan sekolah gratis. Kesemuanya terdiri atas 11 sekolah di pulau dan 7 sekolah di daratan.Program didanai anggaran sebesar Rp 2 milyar yang seyogyanya dilaksanakan tahun ajaran baru 2007, yaitu pada bulan Juli 2007. Kebijakan tersebut menggratiskan buku pelajaran, alat tulis dan insentif bagi kepala sekolah, staf, guru dan bujang sekolah. 6Dalambidangkesehatanmisalnya,meskipunfasilitaskesehatantelahtersedia,potensikematian karena kurang gizi dan gizi buruk beberapamasalah yang menjadi target MDGs masih tinggi.Pada2005, terdapat 934 (4,60%) balita penderita gizi buruk sedangkan balita kurang gizi 12.762 (20,30%). Persentase itu sedikit menurun pada tahun berikutnya, meski jumlahnya mengalami fuktuatif.Pada 2006, terdapat 1.747(3,09%)balitapenderitagiziburuksedangkanbalitakuranggizisekitar8.654(15,30%).Secara persentase mengalami penurunan namun kualitatif meningkat.Berdasarkan hasil kajian kemiskinan bersama masyarakat miskin di kota Makassar, soal pentingnya gizi bagi keluarga kurang dipahami. Selain itu karena faktor pendapatan mereka yang miskin dan tidak tentu membuat warga miskin tidak banyak memiliki pilihan-pilihan dalam menentukan makanan yang bergizi.Di kabupaten Konawe,Sebagai akibat krisis ekonomi jumlah pos pelayanan terpadu (Posyandu) terus menurun karena tingginya drop out kader (40%). Oleh sebab itu, pemberdayaan masyarakat miskin perlu dilakukan dengan menempatkan masyarakat sebagai subjek, bersifat terpadu dengan program kesehatan masyarakatmiskindandilaksanakansecaramenyeluruh.UpayapemerintahkabupatenKonawedalam menciptakan pemerataan pelayanan kesehatan dan meningkatkan akses masyarakat ke fasilitas pelayanan kesehatantampaknyamasihbelumterwujud.Fasilitaskesehatansepertipuskesmasdanrumahsakit memiliki jangkauan yang terbatas.Penyebarantenagakesehatanmasihterkonsentrasididaerahperkotaanmenyebabkanbanyak puskesmasdanpuskesmaspembantuyangkekurangantenagakesehatan.Kurangnyatenagadokter umum dan dokter spesialis serta tenaga medis lainnya menyebabkan pelayanan kesehatan di Kabupaten Konawe masih belum maksimal.Dalam bidang pendidikan, jumlah buta aksara di Sulawesi Tenggara sebanyak 68.787 jiwa. Dari 12 kab/kota, Kabupaten Konawe menjadi penyumbang buta aksara terbanyak di Sulawesi Tenggara yakni 22.472 jiwa. Di Kota Bau Bau, Kab Buton, di samping kemajuan dan pembangunan prasarana dan sarana kesehatan, lihattabel6,secaraumumdibidangKesehatan,pemerintahkotamengalamiberbagaipermasalahan-permasalahan selama tahun 2003-2006 di antara : (a) rendahnya pola hidup bersih dan sehat di masyarakat; (b)rendahnyapartisipasi/peransertamasyarakatdalammenjagadanmemeliharakesehatandiri, lingkungan dan masyarakat; (c) Kondisi lingkungan yang kurang sehat; (d) Angka Kematian bayi yang perlu diturunkan;(e)rendahnyaSDMKesehatandanbelummeratanyadistribusitenagakesehatan;(f )Masih tingginya kasus-kasus penyakit yang berpotensi KLB.Hal ini juga tampak pada pelayanan kesehatan yang masih kurangapabila dikaitkan dengan kebutuhan jumlahbidanuntukkotaBau-Bauhanyasebanyak41orangpadatahun2005sedangkanKabupaten Hanya saja, hingga sekarang program tersebut belum maksimal pada tingkat teknis. Hal ini karena dana belum turun sementara proses be-lajar telah lama berlangsung. Temuan temuan Utama15Buton data tentang seberapa banyak bidan desa belum teridentifkasi. Namun secara umum tenaga medis yangadapadadata2005sebanyak229orangtersebarpada21kecamatandan185desa/kelurahan.Perkembangan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan di Kota Bau- Bau dari tahun 2003 2006 yaitu Tabel 6. Perkembangan pelayanan kesehatan di Bau-BauUraian 2002 2003 2004 2005 2006RSU 1 2 2 2 2Puskesmas 8 9 11 12 12Pustu 17 16 14 13 13Pusling 4 4 4 9 12Puskesmas plus 0 0 0 1 3Sumber:data Dinas Puskesmas Kota Di Kab Bangkalan, masalah masalah kemiskinan yang selama ini terjadiadalah sebagai berikut: Jumlah penduduk miskin tahun 2005 adalah 35%, tahun 2006, kemiskinan bertambah 4% menjadi 39%. Jumlah penduduknyapadatahun2005sebanyak926.559jiwatersebardi18Kecamatan,terdiriatas439.571 penduduk lakilaki (47,44%) dan 486.988 penduduk perempuan (52,56%).Dari jumlah itu, tercatat jumlah penduduk miskin Kabupaten Bangkalan tahun 2005 sebesar 288.446 Jiwa atau lebih dari seperempat dari total penduduk (data PT Askes dalam Jaminan Pemeliharaan Kesehatan bagi Masyarakat Miskin-JPKMM). Jumlah Pengangguran total tahun 2005 sebesar 27.359 jiwa. Dalam bidang kesehatan, salah satu indikator pokok dalam capaian dan kinerja bidang kesehatan adalah tingkatkematianibudanbalita.Lebihkhususlagi,halinidapatkitalihatpadaprosespersalinandikab Bangkalan Tabel di bawah menunjukkan bahwa terdapat 4,2% yang persalinannya ditangani oleh dokter, kemudian persalinan yang ditangani oleh bidan atau tenaga medis sebesar 47,33% dan yang ditangani oleh tenaga dukun bayi sebesar 48,47 %. Jika dibandingkan dengan kondisi yang sama pada tahun sebelumnya menunjukkan bahwa tidak banyak perubahan yang cukup berarti bahkan terjadi penurunan. Penurunan terjadipadapertolonganpertamapadapersalinandenganbantuanbidan/tenagamedissebesar5,06 % dari tahun 2005 sebesar 52,39 % menjadi 47,33 %. Yang harus menjadi perhatian adalah peningkatan yang cukup tinggi pada proses persalinan yang dibantu oleh dukun bayi. Persalinan bantuan dukun bayi mengalami peningkatan sebesar 4,62% dari 43,71 % dalam tahun 2005 menjadi 48,47 % dalam tahun 2006. Peningkatan persalinan yang dibantu dokter terjadi peningkatan hanya 0,3%. Ini berarti bahwa dari tahun 2005 ke tahun 2007,resiko kematian bayi dan ibu melahirkan menjadi makin besar.Tabel 7, Pertolongan Pada Persalinan PenoIong PersaIinan7ahun 2005 7ahun 20061umIah Prosentase 1umIah ProsentaseDokterBidan / Tenaga MedisDukun Bayi2.70036.29830.2883,9052,3943,712.17524.50925.0994,2047,3348,47Sumber : Data diolah, BPS Kabupaten BangkalanTrendinijugadikuatkanolehpentingnyafasilitasPuskesmasdanPustudalammenjangkaukeluarga miskin,baikkarenabiayamaupunkarenakedekatandenganrumahwargaketikamerekamemerlukan berobat jalanTabel8. Fasilitas Kesehatan yang Dimanfaatkan oleh Warga, Tahun 2006No Cara erobat 1aIan Prosentase1 Rumah Sakit Pemerintah 4,592 Rumah Sakit Swasta 1,403 Praktek Dokter 28,474 Puskesmas / Puskesmas Pembantu 45,725 Poliklinik 0,006 Praktek Petugas Kesehatan 16,557 Pengobatan Tradisional 0,008 Lainnya 3,27Sumber : Susenas 2006, BPS Kabupaten Bangkalan Temuan temuan Utama16Dalambidangpendidikan,datamenunjukkanbahwapendudukdiKabupatenBangkalanuntuk kelompok umur 7 24 tahun yang masih sekolah dasar mempunyai persentase yang paling besar, yaitu untukkelompokumur7-12sebesar96,27persendankelompokumur1315sebesar56,13persen. Sedangkanuntukkelompokumurusiasekolahtingkatatas,kelompok1618sebesarsebagianbesar tidak melanjutkan atau tidak bersekolah lagi, yaitu untuk 77,88 persen dan kelompok umur 19 24 persen sebesar91,83persen.InimenunjukkanbahwasebagianbesarpendudukKabupatenBangkalanrata-ratamenyelesaikanpendidikansampaipendidikandasar9tahun.Namun,sebagianbesardarimereka tidakmelanjutkanpendidikanhinggatingkatsekolahtingkatatas(SLTA)bahkanhanyasedikityang melanjutkan ke perguruan tinggi. Diperiksa dengan indikator lain, Angka Partisipasi Sekolah juga tampak bahwa pencapaian tingkat pendidikan juga masih rendah. Hal ini tampak pada dua data dari Susenas 2006 dan data dari dinas pendidikan sebagaiberikut: Tabel 9. Persentase Penduduk Kelompok Umur 7 24 Tahun 2006Kelompok UmurBelum Pernah SekolahMasih SekolahTidak Bersekolah Lagi 7otaI7 - 12 1,25 96,27 2,48 10013 - 15 2,88 56,13 40,99 10016 18 3,17 18,95 77,88 10019 24 2,64 5,53 91,83 100Sumber : Susenas 2006, BPS Kabupaten Bangkalan Tabel 10.Angka Partisipasi Sekolah Menurut Jenjang Pendidikan Kabupaten Bangkalan Tahun 20061enjang Pendidikan APk APMSekolah DasarSekolah Lanjutan Tingkat PertamaSekolah Menengah Umum96,2756,1335,4099,7780,1943,01Sumber : Data Diolah, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bangkalan Disektorlain,datadatamikrohasilPPAmenunjukkanbahwakondisikemiskinandankerentanan masih memprihatinkan. Meski UMK (Upah Minimum Kabupaten) ditetapkan Rp. 590.000, namun di tataran implementasiupahburuhmasihbelumberjalanoptimal.Padakenyataannya,parapengusahahanya membayar antara Rp. 175.000 hingga Rp. 250.000.Pertanian dan petani masih menjadi mata pencaharian mayoritas di kabupaten Bangkalan. Sektor pertanian menyumbang kurang lebih 40% dari total PDRB kab Bangkalan. Data data hasil Pelaksanaan PPA di kecamatan Kokop menunjukkan minimnya ketersediaan air bersih yang berpengaruh pada semua sendi kehidupan. Air bersih ini menjadi persoalan karena kebanyakan warga untuk memperoleh air bersih, harus berjalan ke sumber penampungan air sejauh 1 - 2 km dan harus antri. Dan selama ini selama ini masalah air bersih ini tampak kurang menjadi fokus perhatiaan Pemkab. Temuan temuan Utama17Apayangbisadisimpulkandaridatadatadanlaporandarilimadaerahitu?Sepertidisinggungdi muka, maka KERETA API MDGS PASTI AKAN DATANG, tetapi pekerjaan rumah bagi kita semua adalah sejauh mana warga miskin sudah siap di stasiun ?? Sejauh mana dan seberapa banyak warga miskin akan ikut menikmati perjalanan kereta api itu?Pertama,laporandarilimadaerahitumenunjukkanbahwakeadaandanhasilpembangunanselama 5tahunterakhirinitampaknyamemangbelumsepertiyangdiharapkan,ataumasihjauhdariyang diharapkan.DiBangkalanmisalnyaangkakematianibudanbalitamasihtinggi.DiMakassaraksesdan mutu pendidikan dan kesehatan masih harus diperbaiki.DiTTS,aksesdanmutupendidikandankesehatanmasihrendah.Dikab.Konawe,perluasanakses pendidikandankesehatanbelumdibarengidenganmutu.Dandikelimadaerahitu,alokasianggaran sebagaibuktidariniatdanamalankebijakanpublikdalampendidikandankesehatanmasihjauhdari yang diperlukan.Inibukankesimpulanyangmengejutkandantidakanehsebenarnya.Karenabilakitabandingkan dankitacocokkandenganlaporanlain,Indonesiamemangmasukkelompoktertinggal.Laporan perkembangan pencapaian MDGs di wilayah Asia Pasifk oleh UN ESCAP, UNDP dan ADB tahun 2006 dan 2007 melaporkan bahwa nilar rapor Indonesia masih merah: Indonesia termasuk dalam kategori negara yang ketinggalan dari negara negara lain.Dalamkalimatlaporanitusendiridikatakan Thecountriesofgreatestconcernarethosethatarefalling behind,i.e.,countriesthatscorenegativelyonbothprogresdsindexandthelateststatusindex.Bangladeh, Indonesia,... [hal. 7, tanda tebal asli dari laporan].agian mpatCA7A7AN PNU7UPCatatan Penutup18IndonesiaternyatamasihmenempatikursiyangsamadenganBangladesh,Laos,PNG,Myanmardan Filipina. Sementara Malaysia, Thailand dan bahkan Vietnam termasuk yang berstatus moving ahead. 7Kedua,meski berbagai statemen resmi dan dokumen perencanaan pembangunan resmi di pusat dan daerah sudah mencantumkan MDGs (baik implisit dan eksplisit), namun hal itu tidak dilanjutkan dengan upayanyatadalamhalalokasiataurealokasianggaranuntukbelanjasosialyanglebihluasdandalam penguataninstitusi-institusikebijakansosial.Sederhananya,kebutuhanakantenagadanprasarana pendidikan dan kesehatan yang baik sudah diakui, tetapi dana-dana yang memadai, sekolah yang bermutu, guru guru yang bermutu dan buku buku sekolah belum tersedia/disediakan oleh pemerintah (gratis).Limadaerahitujugamemerlukanberbagaisaranadanprasaranakesehatanmisalnyayangbisa meminimalkan angka kematian balita dan ibu, seperti penyediaan bidan, obat dan vitamin dan sosialisasi hidupsehat.Secaraumum,makalimadaerahitumemerlukankepemimpinanyangkuatdanvisioner, memprioritaskan,menghormatidanmengayomiwargamiskinsebagaiasetbangsadimasakinidan masadepan.ContohJembranakiranyapentinguntukmenjadibahanperbandingandanpengalaman bahwa kepemimpinan bisa menelurkan inovasi birokrasi dan negara kesejahteraan, meski berangkat dari sumberdaya yang tidak melimpah. Ketiga,KementrianKesradanTKPK(TimKoordinasiPenanggulanganKemiskinan)denganarahan Presidendan Wapresperluterusmemberidukunganyangnyataagarberbagaikebijakandanprogram dilimadaerahitudandaerahlaindiIndonesiatetapkonsistendengantujuanMDGs.Satuareapenting adalah soal alokasi anggaran di APBN dan APBD. Agar kiranya lebih banyak dana diarahkan kepada sasaran dantujuanMDGs.Patokan20%untukpendidikandan15%untukKesehatan,diluarbelanjapersonalia, dapat menjadi patokan.Arealainnyayangpentingadalahpeningkatankinerjadinaspendidikan,kesehatandanpangan. Agarmerekamemilikitargetdantujuanyanglebihrinci,spesifkdanterukur.Birokrasididaerahyang terlalu gemukseringkalimenjadirintangankinerjayangbaik,karenamenyedotbanyakanggarandan sumberdaya publik. Reformasi birokrasi di daerah, seperti model Jembrana, kiranya patut dipertimbangkan, agar dinas-dinas menjadi lebih ramping, berdaya dan mampu menunaikan berbagai tugas. Terakhir,agarMenkoKesradanTKPKmenyusunLaporanTahunanMDGsuntukmemantaukinerja danperkembangandaerah,denganmembuat4peringkatdariberbagaidaerahdiIndonesia.Laporan itusekurang-kurangnyadapatdisusunberdasarkanduaukuran:(a)keadaanyangnyata(pendidikan, kesehatan,aloikasianggaran,dll);dan(b)upaya-upayayangtelahditempuhuntukmenujutargetdan pencapaian MDGs (dana-alokasi anggaran, penguatan/perombakan institusi, pemutakhiran data, dll). The Millenium Development Goals: Progress in Asia and The Pacifc 2006; Bangkok: UN ESCAP, UNDP dan ADB. Negara-negara di golongkan menjadi (i) Moving ahead, (MeIesat Maju), status paling bagus yang artinya telah mencetak banyak kemajuan dan memulai kemajuan itu pada po-sisi awal yang bagus; contoh, Malaysia, China, Iran, Thailand dan Vietnam (ii) Losing momentum, (HiIang 7enaga), artinya kurang mencetak kema-juan, meski negara itu memulai dari status yang baik; contoh Georgia, Uzbekistan; (iii) Catching up (Mengejar) yakni negara-negara yang mencetak banyak kemajuan, tetapi bertolak dari status yang lebih rendah; contoh India, Nepal, dan Afghanistan; (iv) Falling further behind, (7ertinggaI) yakni tidakmecetakkemajuanbahkannegatifdanjugamemulaidaristatusyangrendah(negatif ).ContohnyaBangladesh,Indonesia,PNG,Laodan Myanmar.Iniartinya,laporanresmiIndonesiatentangMDGsselamaini,yangoptimisdantidakrumititu,tidakcocokdenganpengakuandan penilaian ketiga lembaga tersebut. Atau, bahwa laporan resmi Indonesia perlu menjelaskan dan menjawab mengapa penilaian Indonesia sendiri berbeda dengan ketiga lembaga tersebut.aaCatatan Penutup