3617 3607-1-pb

18
1 PENGEMBANGAN RUTE JALUR EVAKUASI BENCANA BANJIR DI KOTA GORONTALO DENGAN MEMANFAATKAN TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG) Rahmad Hasan, Nawir Sune * , Tirtawati Abdjul** Program Studi Geografi Jurusan Fisika, Universitas Negeri Gorontalo, Gorontalo. Indonesia ABSTRAK Tujuan penelitian adalah untuk membuat rute jalur evakuasi bencana banjir di kota Gorontalo dengan memanfaatkan teknologi sistem informasi geografi. Lokasi penelitian adalah Kota Gorontalo dengan 9 (sembilan) kecamatan.Penelitian ini berbasis teknologi sistem informasi geografi dengan menggunakan software ArcGIS 9.3 dalam pengolahan data spasial yang digunakan dalam analisa pembuatan jalur evakuasi. Data spasial diantaranya adalah peta penggunaan lahan, peta kemiringan lereng dan peta zonasi banjir Kota Gorontalo. Data yang diperoleh dalam penelitian adalah rute jalur evakuasi bencana banjir dari zona rawan tinggi banjir menuju tempat evakuasi. Kata Kunci: SistemInformasi geografi, Zonasi Banjir, Rute Evakuasi Pendahuluan Kota Gorontalo merupakan salah satu kota di Indonesia yang rawan terjadi banjir. Hal ini disebabkan oleh curah hujan yang tinggi berkisar antara 106 138mm/tahun, bentuk bentang alamnya yang dominan pedataran, jenis tanahdengan permeabilitas rendah, muka air tanah dangkal berkisar antara 1 2,25meter dan tata guna lahan yang kurang baik dimana wilayah hutandijadikan areal pertambangan rakyat dan perkebunan tanaman semusim. (Arifin dan Kasim. 2012). Kota Gorontalo, berdasarkan data-data yang ada juga merupakan salah satu daerah rawan bencana. Kategori bencana yang berpotensi melanda Kota Gorontalo adalah bencana banjir, tanah longsor, dan gempa bumi. Akibat yang didapat dari bencana yang melanda ini dapat berupa kerugian jiwa atau materi. Kerugian-kerugian yang didapatkan sebagai sebuah akibat dari

Transcript of 3617 3607-1-pb

Page 1: 3617 3607-1-pb

1

PENGEMBANGAN RUTE JALUR EVAKUASI BENCANA BANJIR DI

KOTA GORONTALO DENGAN MEMANFAATKAN TEKNOLOGI

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)

Rahmad Hasan, Nawir Sune

*, Tirtawati Abdjul**

Program Studi Geografi Jurusan Fisika, Universitas Negeri Gorontalo, Gorontalo.

Indonesia

ABSTRAK

Tujuan penelitian adalah untuk membuat rute jalur evakuasi bencana banjir di kota Gorontalo

dengan memanfaatkan teknologi sistem informasi geografi. Lokasi penelitian adalah Kota

Gorontalo dengan 9 (sembilan) kecamatan.Penelitian ini berbasis teknologi sistem informasi

geografi dengan menggunakan software ArcGIS 9.3 dalam pengolahan data spasial yang

digunakan dalam analisa pembuatan jalur evakuasi. Data spasial diantaranya adalah peta

penggunaan lahan, peta kemiringan lereng dan peta zonasi banjir Kota Gorontalo. Data yang

diperoleh dalam penelitian adalah rute jalur evakuasi bencana banjir dari zona rawan tinggi

banjir menuju tempat evakuasi.

Kata Kunci: SistemInformasi geografi, Zonasi Banjir, Rute Evakuasi

Pendahuluan

Kota Gorontalo merupakan salah satu kota di Indonesia yang rawan terjadi banjir. Hal ini

disebabkan oleh curah hujan yang tinggi berkisar antara 106 – 138mm/tahun, bentuk bentang

alamnya yang dominan pedataran, jenis tanahdengan permeabilitas rendah, muka air tanah

dangkal berkisar antara 1 – 2,25meter dan tata guna lahan yang kurang baik dimana wilayah

hutandijadikan areal pertambangan rakyat dan perkebunan tanaman semusim. (Arifin dan Kasim.

2012).

Kota Gorontalo, berdasarkan data-data yang ada juga merupakan salah satu daerah rawan

bencana. Kategori bencana yang berpotensi melanda Kota Gorontalo adalah bencana banjir,

tanah longsor, dan gempa bumi. Akibat yang didapat dari bencana yang melanda ini dapat berupa

kerugian jiwa atau materi. Kerugian-kerugian yang didapatkan sebagai sebuah akibat dari

Page 2: 3617 3607-1-pb

2

bencana bisa saja disebabkan oleh kurang tanggapnya masyarakat dalam menghadapi bencana

yang datang sehingganya banyak masyarakat yang tidak tahu harus pindah atau mengungsi

kemana dan akhirnya resiko yang diambil yaitu menetap dirumah yang tergenang banjir.

Ketidaktahuan masyarakat akan tempat pengungsian ini juga diakibatkan dengan tidak adanya

rute jalur evakuasi bencana banjir.Olehnya itu perlu ada sebuah rancangan atau perencanaan

sebelumnya dalam hal meminimalisir kerugian yang dapat terjadi. Usaha minimalisir tersebut

dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, misalnya, sosialisasi daerah rawan bencana

kepada masyarakat, upaya-upaya simulasi tangap bencana bagi penduduk daerah rawan bencana,

atau dapat menggunakan perkembangan teknologi yang ada dalam merancang perencanaan

tersebut.

Upaya perencanaan yang dibuat dalam menanggulangi bencana yang kemudian disebut

dengan mitigasi, merupakan runtutan struktur pengendalian lingkungan dalam upaya mengurangi

potensi kerugian terbesar yang dapat diakibatkan oleh bencana. Mitigasi bencana dilakukan pada

sebelum, saat, dan sesudah bencana terjadi. Dalam pelaksanaannya, mitigasi dilakukan secara

struktural dan non struktural. Secara struktural yaitu dengan melakukan upaya teknis, baik secara

alami maupun buatan mengenai sarana dan prasarana mitigasi. Secara non struktural adalah

upaya non teknis yang menyangkut penyesuaian dan pengaturan tentang kegiatan manusia agar

sejalan dan sesuai dengan upaya mitigasi struktural maupun upaya lainnya.

Dewasa ini, teknologi berbasis komputer telah merambah di hampir seluruh sisi kehidupan

manusia. Berbagai disiplin ilmu telah memanfaatkan teknologi ini untuk mengembangkan teori-

teori dan aplikasinya melalui berbagai macam sistem informasi. Salah satu jenis sistem informasi

yang saat ini sangat populer, khususnya dalam survei pemetaan adalah Sistem Informasi

Geografis yang kemudian disebut SIG. SIG telah dimanfaatkan oleh berbagai instansi

Page 3: 3617 3607-1-pb

3

pemerintah maupun swasta untuk keperluan perencanaan, pemantauan, hingga evaluasi hasil-

hasil pembangunan. SIG menjadi alat yang sangat berguna bagi peneliti, pengelola, pengambil

keputusan untuk membantu memecahkan permasalahan, menentukan pilihan atau membuat

kebijakan keruangan melalui metode analisis data peta dengan memanfaatkan teknologi

komputer. Sebagai salah satu jenis sistem informasi yang populer saat ini dibidang pemetaan,

maka SIG dapat digunakan dalam pemberian informasi jalur evakuasi bencana. Sehingga

masyarakat dapat mengetahui dimana saja daerah-daerah aman untuk mengungsi disaat terjadi

bencana alam.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis tertarik dengan pengembangan rute jalur evakuasi

bencana banjir di Kota Gorontalo dengan memanfaatkan teknologi sistem informasi geografi.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk membuat rute jalur

evakuasi bencana banjir di Kota Gorontalo dengan memanfaatkan teknologi sistem informasi

geografi.

KAJIAN PUSTAKA

Bencana

Ada beberapa pengertian atau definisi tentang bencana, beberapa definisi cenderung

merefleksi karakteristik berikut ini (Carter, 1991; UU No 24, 2007) :

a. Gangguan atau kekacauan pada pola normal kehidupan. Gangguan atau kekacauan ini

biasanya hebat, terjadi tiba-tiba, tidak disangka dan wilayah cakupan cukup luas atau

menimbulkan banyak korban.

b. Dampak ke manusia seperti kehilangan jiwa, luka-luka, dan kerugian harta benda.

Page 4: 3617 3607-1-pb

4

c. Dampak ke pendukung utama struktur sosial dan ekonomi seperti kerusakan infrastruktur :

sistem jalan, sistem air bersih, listrik, komunikasi dan pelayanan utilitas penting lainnya.

d. Ancaman bencana adalah suatu kejadian atau peristiwa yang bisa menimbulkan bencana.

e. Risiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat pada suatu wilayah dan

kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya

rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan

masyarakat.

f. Rawan bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis,

klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada suatu wilayah

untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak

buruk bahaya tertentu.

Definisi bencana dalam buku Disaster Management – A Disaster Manager’s Handbook

(Carter 1991) adalah suatu kejadian, alam atau buatan manusia, tiba-tiba atau progesive,

yang menimbulkan dampak yang dahsyat (hebat) sehingga komunitas (masyarakat) yang

terkena atau terpengaruh harus merespon dengan tindakan-tindakan luar biasa.

Dalam UU No 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana, bencana didefinisikan

sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan

dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor

nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,

kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

Page 5: 3617 3607-1-pb

5

Selanjutnya masih menurut UU No 24 tahun 2007 bencana terdiri atas : bencana alam,

bencana nonalam, dan bencana sosial yang masing-masing didefinisikan sebagai berikut :

a. Bencana alam : bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang

disebabakan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir,

kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.

b. Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa

nonalam, antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi dan wabah

penyakit.

c. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa

yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antar kelompok atau antar

komunitas masyarakat, dan teror.

Banjir

Menurut Raharjo (2009) banjir merupakan suatu keluaran(output) dari hujan (input) yang

mengalami proses dalam sistem lahanyang berupa luapan air yang berlebih. Kejadian atau

fenomena alamberupa banjir yang terjadi ahir-akhir ini di Indonesia memberikan dampakyang

amat besar bagi korban dari segi material.

Menurut Eko,T.P. (2003) beberapa jenis banjir terdiri atas :

a. Banjir genangan

Banjir genangan didefenisikan sebagai banjir yang terjadi hanya dalam waktu 6 jam setelah

hujan lebat mulai turun. Biasanya juga dihubungkan dengan banyaknya awan kumulus yang

menggumpal di angkasa, kilat atau petir yang keras dan badai tropis atau cuaca dingin.

Umumnya terjadi akibat meluapnya air hujan yang sangat deras, khususnya bila tanah bantaran

Page 6: 3617 3607-1-pb

6

sungai tak mampu menahan banyak air.

b. Banjir luapan sungai

Banjir ini terjadi setelah proses yang cukup lama. meskipun proses itu bisa jadi lolos dari

pengamatan sehingga datangnya banjir terasa mendadak dan mengejutkan, karena hal tersebut

maka banjir ini juga biasa disebut sebagai banjir kiriman. Selain itu banjir luapan sungai

kebanyakan bersifat musiman atau tahunan dan biasanya berlangsung selama berhari - hari atau

berminggu - minggu tanpa henti.

c. Banjir pantai

Banjir ini dikaitkan dengan terjadinya badai tropis. Banjir yang membawa bencana dari

luapan air hujan sering makin parah akibat badai yang dipicu oleh angin kencang sepanjang

pantai. Akibat perpaduan dampak gelombang pasang, badai atau tsunami, sehingga banjir ini

juga biasa disebut sebagai banjir pasang surut.

Banjir dan genangan yang terjadi di suatu lokasi diakibatkan antara lain oleh sebab-sebab

berikut ini (Kodoatie dan Sugiyanto, 2002) :

a. Perubahan tata guna lahan (land-use) di daerah aliran sungai

b. Pembuangan sampah

c. Erosi dan sedimentasi

d. Kawasan kumuh di sepnang sungai/drainase

e. Perencanaan sistem pengendalian banjir tidak tepat

f. Curah hujan

g. Pengaruh fisiografi/geofisik sungai

h. Kapasitas sungai dan drainase yang tidak memadai

i. Pengaruh air pasang

Page 7: 3617 3607-1-pb

7

j. Penurunan tanah dan rob (genangan akibat pasang air laut)

k. Drainase lahan

l. Bendung dan bangunan air

m. Kerusakan bangunan pengendali banjir.

n. Pengertian Sistem Informasi Geografi

o. Adalah suatu hal yang tidak mudah untuk memberikan suatu definisi yang dapat

memuaskan berbagai kalangan, karena sistem informasi geografi, yang kemudian

disebut SIG banyak berkaitan dengan banyak disiplin ilmu, seperti teknologi informasi,

keteknikan, survei dan fotogrametri, kartografi, sosioekonomi, dan geografi yang

masing-masing memiliki sudut pandang yang berbeda (Juppenlatz dan Xiaoping Tian,

1996). Oleh karenanya, definisi yang mencakup keseluruhan aspek dan dapat diterima

semua pihak secara memuaskan sangat sulit untuk dirumuskan.Definisi yang ada hingga

kini masih menurut sudut pandang disiplin ilmunya masing-masing.

p. Pengertian SIG secara luas adalah sistem manual dan atau komputer yang digunakan

untuk mengumpulkan, menyimpan, mengelola dan menghasilkan informasi yang

mempunyai rujukan spatial atau geografis. Banyak para ahli mencoba mendefinisikan

SIG secara lebih operasional, misal Burrough (1986) mengemukakan bahwa SIG adalah

seperangkat alat (tools)yang bermanfaat untuk pengumpulan, penyimpanan,

pengambilan data yang dikehendaki, pengubahan dan penayangan data keruangan yang

berasal dari gejala nyata di permukaan bumi. Arronof (1989) dalam bahasa yang lebih

lugas mendefinikan SIG sebagai suatu “sistem” berbasis komputer yang memberikan

Page 8: 3617 3607-1-pb

8

empat kemampuan untuk menangani data bereferensi geografis, yakni pemasukan,

pengelolaan atau manajemen data (penyimpanan dan pengaktifan kembali), manipulasi

dan analisis, dan keluaran.

q. Dari berbagai definisi tersebut dapat ditarik suatu benang merah bahwa di dalam SIG

tercermin adanya: (1) pemrosesan data spasial dalam bentuk digital (numeric) yang

mendasarkan pada kerja komputer yang mempunyai persyaratan tertentu , disamping

data lainnya yang berupa data atribut; (2) dinamisasi proses pemasukan, klasifikasi,

analisis hingga keluaran (hasil); (3) menghasilkan informasi baru.

Penggunaan Sistem Informasi Geografi untuk Pemetaan Bencana

a. Penelitian dan Analisis

Untuk mengetahui daerah rawan bencana sistem informasi geografi (SIG) dapat membantu

menentukan wilayahnya. Misalkan untuk wilayah Jawa, sangat berpotensi Gempa karena

dilalui oleh lempeng samudra dan benua. Jawa juga merupakan daerah busur dalam vulkanik

atau darah yang memiliki banyak gunungapi yang aktif. Wilayah selatan Jawa berpotensi

gempa dan tsunami. Oleh karena itu dengan memanfaatkan SIG dapat mengurangi dan

bersiaga tehadap ancaman bencana tersebut.

b. Pemetaan Bencana Berbasis Sistem Informasi Geografi

Sistem informasi geografi (SIG) berdasarkan pemetaan tematik dari suatu area kemudian di

tumpangkan dengan kepadatan penduduk, struktur yang rentan, latar belakang bencana,

informasi cuaca dan lain lain akan menetukan siapakah, apakah dan yang mana lokasi yang

paling beresiko terhadap bencana. Kapabilitas SIG dalam pemetaan bencana dengan

informasi tentang daerah sekelilingnya membuka trend gerografi yang unik dan pola spasial

Page 9: 3617 3607-1-pb

9

yang mana mempunyai kejelasan visual, adalah lebih dapat dipahami dan membantu

mendukung proses pembuatan keputusan.

SIG dapat digunakan dalam penentuan wilayah yang menjadi prioritas utama untuk

penanggulangan bencana berikut penerapan standar bangunan yang sesuai, untuk

mengidentifikasi struktur untuk retrofitting, untuk menentukan besarnya jaminan

keselamatan terhadap masyarakat dan bangunan sipil, untuk mengidentifikasi sumber

bencana, pelatihan dan kemampuan yang dimiliki secara spesifik terhadap bahaya yang

dijumpai dan untuk mengidentifikasi area yang terkena banjir serta relokasi korban ke tempat

yang aman. Daerah yang paling rentan terhadap bencana menjadi prioritas utama dalam

melakukan tindakan mitigasi. Semua langkah-langkah yang diambil bertujuan untuk

menghindari bencana ketika diterapkan, langkah yang berikutnya adalah untuk bersiap-siap

menghadapi situasi jika bencana menyerang. Akibatnya bagaimana jika atau pemodelan

kapabilitas SIG telah memberi suatu gagasan yang ideal tentang segala sesuatu yang

diharapkan. SIG untuk kesiapsiagaan bencana adalah efektif sebagai sarana untuk

menentukan lokasi sebagai tempat perlindungan di luar zone bencana, mengidentifikasi rute

pengungsian alternatif yang mendasarkan pada scenario bencana yang berbeda, rute terbaik

ke rumah sakit di luar zona bencana itu, spesialisasi dan kapasitas rumah sakit dan lain lain.

Metodologi

- Digitasi Peta

Mendigitasi peta Rupa Bumi Indonesia (RBI). Proses ini dilakukan untuk mendapatkan

peta tematik yang akan menjadi data turunan untuk digunakan sebagai acuan dalam pembuatan

jalur evakuasi. Seperti jaringan jalan dan jaringan sungai dan data kemiringan lereng.

- Uji Kesesuaian Lapangan

Memverifikasi data spasial digital dengan keadaan dilapangan agar terjamin

Page 10: 3617 3607-1-pb

10

kesesuaiannya.

Tahap Analisa

Pada tahap ini terdapat beberapa tahapan pekerjaan untuk menghasilkan rute jalur evakuasi

bencana banjir. Pertama, analisa untuk menentukan tempat evakuasi di tiap kecamatan. Kedua,

analisa untuk membuat rute evakuasi menuju tempat-tempat yang telah ditentukan berdasarkan

jaringan jalan, jaringan sungai, daerah rawan banjir, kemiringan lereng serta tata guna lahan.

> Penentuan Tempat Evakuasi

Dalam proses penentuan ini digunakan beberapa data spasial sebagai indikator dalam

menganalisa tempat evakuasi yaitu peta penggunaan lahan yang berfungsi untuk melihat

kenampakan persebaran area permukiman agar dapat disesuaikan dengan pemilihan jalur. Peta

kemiringan lereng juga digunakan dalam proses analisa penentuan tempat evakuasi, dimana peta

ini digunakan untuk melihat karakteristik dari relief suatu daerah sehingga dapat dituju oleh

korban bencana banjir.

> Penentuan Tempat Evakuasi

Dengan menggunakan data spasial (peta rawan banjir, peta jaringan jalan, peta jaringan

sungai, data kemiringan lereng) untuk dijadikan dasar dalam menganalisa pembuatan rute jalur

evakuasi bencana banjir. Dalam penentuan rute ini ada beberapa faktor yang dapat digunakan

dalam mempertimbangkan pemilihan rute jalur evakuasi bencana banjir.

Faktor-faktor pertimbangan pemilihan jalur evakuasi banjir adalah sebagai berikut :

- Titik rawan yang dipilih merupakan titik terdekat dengan sungai dengan elevasi tertentu

dan wilayah pemukiman sangat padat.

- Sudut kemiringan lereng lebih dari 4%.

Page 11: 3617 3607-1-pb

11

- Jalur yang dipilih merupakan jalan nasional, jalan propinsi dan jalan by pass sehingga

akan memudahkan proses evakuasi.

- Jalur evakuasi dirancang menjauhi aliran sungai.

- Jalur evakuasi diusahakan tidak melintangi sungai atau jembatan.

- Supaya tidak terjadi penumpukan masa, dibuat jalur evakuasi paralel.

- Untuk daerah berpenduduk padat, dirancang jalur evakuasi berupa sistem blok, dimana

pergerakan masa setiap blok tidak tercampur dengan blok lainnya untuk menghindari

kemacetan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Spasial Data Turunan

Dalam proses ini, akan dianalisa data-data turunan yang telah di dapatkan pada proses

pengolahan citra. Data-data turunan yang dimaksud adalah peta penggunaan lahan, data

kemiringan lereng, peta administrasi, dan peta zonasi banjir. Data-data turunan ini kemudian di

overlay dengan menggunakan software ArcGis dan kemudian hasilnya digunakan dalam

menganalisa tempat-tempat yang memungkinkan masih bisa di gunakan sebagai tempat evakuasi

yang ada di Kota Gorontalo.

Berdasarkan fakta yang ada, hampir seluruh wilayah Kota Gorontalo termasuk dalam

wilayah rawan banjir bahkan dari 9 kecamatan yang ada di Kota Gorontalo tidak satupun

kecamatan yang benar-benar bebas dari ancaman banjir. Hal ini tentulah sangat memprihatinkan

ketika melihat kedudukan Kota Gorontalo sebagai ibu Kota Provinsi Gorontalo. Hanya daerah

bagian selatan dan barat saja yang masih termasuk dalam zona aman terhadap ancaman banjir.

Sehingganya yang dapat dilakukan pada proses ini adalah melihat tempat-tempat yang

masih mungkin digunakan untuk titik evakuasi korban bencana banjir. Titik-titik yang masih

Page 12: 3617 3607-1-pb

12

mungkin digunakan itu akan dilihat dan ditentukan pada proses analisis spasial ini dengan

menggunakan data-data turunan yang dihasilkan sebelumnya pada proses pengolahan data.

Akan tetapi mengingat fakta yang ada tentang ancaman bencana banjir di Kota Gorontalo,

maka setelah dari proses analisis spasial ini, selanjutnya akan dilakukan proses pembuatan buffer

yang bertujuan memberi batasan terhadap daerah yang menjadi rawan banjir di Kota Gorontalo.

Pembahasann buffer ini akan dibahas selanjutnya pada bagian pembuatan jalur evakuasi.

Penentuan Tempat Evakuasi Banjir

Sebelum menentukan tempat evakuasi bagi para korban banjir, terlebih dahulu dilakukan

proses analisa spasial menggunakan program ArcMap melalui overlay dan buffer. Pada proses ini

dilakukan overlay terhadap data-data turunan yang telah didapatkan sebelumnya pada proses

digitasi dan selanjutnya dilakukan proses buffer untuk membuat penyangga dengan nilai sebesar

750 meter tegak lurus dengan sungai, dalam artian cakupan wilayah buffer merupakan daerah

yang terkena dampak limpasan air sungai ketika debit air sungai naik dan selanjutnya cakupan

wilayah buffer tersebut dapat membantu dalam proses analisa penentuan dan pembuatan jalur

evakuasi banjir di Kota Gorontalo.

Selanjutnya dalam penentuan tempat evakuasi banjir dibagi berdasarkan kelas kecamatan

yang daerahnya masih memungkinkan untuk dijadikan tempat evakuasi di Kota Gorontalo. Dari

9 kecamatan yang membagi daerah administrasi Kota Gorontalo semuanya termasuk dalam

wilayah cakupan buffer yang dilakukan dengan menggunakan program ArcMap, adapun

kecamatan-kecamatan dimaksud adalah Kecamatan Kota Barat, Kecamatan Hulonthalangi,

Kecamatan Dumbo Raya, Kecamatan Kota Timur, Kecamatan Kota Selatan, Kecamatan

Dungingi, Kecamatan Kota Tengah, Kecamatan Sipatana, Kecamatan Kota Utara. Melihat fakta

ini Kota Gorontalo merupakan daerah yang secara umum sangat rawan terhadap bencana banjir

Page 13: 3617 3607-1-pb

13

dan dibutuhkan berbagai macam manipulasi bahkan simulasi dalam menanggapi resiko banjir di

daerah yang merupakan ibu kota propinsi Gorontalo ini.

Dalam hal ini, peneliti mencoba mensimulasi jalur evakuasi banjir dengan menggunakan

sistem informasi geografi yang selanjutnya disebut dengan SIG. Setelah melakukan proses

pengolahan data dengan menggunakan program ArcMap dan ArcCatalog di dalam software

ArcGis yang merupakan tool dari SIG, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis hasil atau

data-data turunan yang didapatkan dari proses pengolahan data sebelumnya. Pembagian jalur

yang berdasarkan kelas kecamatan yang ada di Kota Gorontalo bertujuan agar supaya informasi

mengenai tempat evakuasi serta jalur evakuasi dapat diketahui secara jelas.

Dalam menginformatifkan jalur evakuasi bencana banjir di Kota Gorontalo dilakukan

pemilihan titik-titik yang menjadi daerah evakuasi. Penentuan titik ini dilakukan dengan proses

analisis spasial peta penggunaan lahan, data kemiringan lereng serta proses buffering yang telah

dilakukan sebelumnya.

Peta penggunaan lahan digunakan untuk melihat kenampakan sebaran area permukiman di

Kota Gorontalo, data kemiringan lereng digunakan sebagai pembanding dalam penentuan titik

evakuasi, dan selanjutnya akan diinterpretasikan dalam analisis buffering. Setelah menggunakan

ketiga data tersebut dalam interpretasi lokasi penelitian, maka selanjutnya dirumuskan kriteria

dalam penentuan titik evakuasi bencana banjir.

Berikut kriteria yang ditentukan dalam penentuan titik evakuasi, adalah :

a. Berjarak 750 meter dan/atau lebih tegak lurus dari sungai.

b. Merupakan lahan terbuka seperti lapangan.

c. Disesuaikan dengan sebaran area pemukiman

d. Bisa berupa bangunan milik pemerintah Kota, Kecamatan dan/atau Kelurahan.

Page 14: 3617 3607-1-pb

14

Dengan menggunakan 4 kriteria pertimbangan tersebut, dan dengan melihat kenampakkan

lokasi penelitian maka berikut merupakan hasil dari pemilihan tempat evakuasi banjir di

beberapa kecamatan :

a. Kecamatan Kota Barat

Titik evakuasi yang bisa dituju adalah lapangan di depan SDN 03 Kota Barat, komplek

Benteng Otanaha (Kelurahan Dembe I). Titik evakuasi ini dipilih dikarenakan berada pada

daerah yang cukup tinggi dan pemukiman yang rendah disekitar lapangan. Lapangan ini

memiliki luas sekitar 75 x 30 m dengan fungsi sebagai lapangan sepak bola warga sekitar.

b. Kecamatan Kota Tengah

Titik evakuasi yang bisa dituju adalah lapangan di depan kantor kepolisian sektor

(POLSEK) Kota Tengah (Kelurahan Liluwo), lapangan sebelah barat markas Kompi B

(Kelurahan Liluwo). Kedua titik ini dipilih dikarenakan terdapat diluar dari jangkauan buffer

yang dilakukan dalam program ArcMap.

Selain itu lokasi ini cukup luas untuk digunakan sebagai tempat penampung pengungsi dan

juga bisa dijadikan sebagai pos evakuasi dikarenakan dikedua tempat ini masing-masing

kepolisian sektor sebagai pelindung masyarakat dan KOMPI B sebagai satuan pembantu dalam

melindungi masyarakat.

c. Kecamatan Kota Selatan

Titik evakuasi yang bisa dituju adalah kantor Badan Penangggulangan Bencana Daerah

(BPBD) Kota Gorontalo, taman Kota Gorontalo, Gelanggang Olahraga Nani Wartabone.

Sebagai kantor yang memiliki tanggung jawab dalam hal evakuasi korban bencana, maka

pemilihan kantor badan penanggulangan bencana daerah sebagai tempat evakuasi tidaklah

mengherankan, selain itu sebagai titik evakuasi kantor BPBD juga dapat dijadikan sebagai

Page 15: 3617 3607-1-pb

15

posko utama untuk evakuasi darurat korban banjir.

Sedangkan gelanggang olahraga Nani Wartabone dan taman kota dipilih sebagai tempat

evakuasi dengan alasan pemanfaatan luas area yang dimiliki oleh kedua tempat tersebut. Selain

itu kedua tempat ini tidak dikelilingi sepenuhnya oleh pemukiman warga akan tetapi hanya

dikelilingi oleh bangunan-bangunan sekolah dan perkantoran.

Setelah menentukan tempat-tempat evakuasi tersebut maka selanjutnya dilakukan

pengambilan titik koordinat tempat evakuasi. Berikut daftar koordinat yang telah diambil dengan

menggunakan Global Positioning Sistem yang selanjutnya disebut GPS.

No Titik Evakuasi Bujur Lintang

1 Kantor Badan Penanggulangan

Bencana Daerah

123°03' 29,7" 00°32' 59.0"

2 Taman Kota 123°03' 26,5" 00°33' 04,5"

3 Gelora Nani Wartabone 123° 03' 23,9" 00°33' 06,0"

4 KOMPI Bantuan Liluwo 123° 03' 02,2" 00° 33' 47,1"

5 POLSEK Kota Tengah 123° 03' 17,6" 00° 34' 00,7"

6 Benteng Otanaha 123° 00' 22,0" 00° 32' 56,9"

Selanjutnya data koordinat ini dimasukkan ke dalam peta jalur evakuasi melalui program

ArcMap. Koordinat ini dimasukkan dalam format decimal degree agar dapat terlihat titik

evakuasinya pada program ArcMap.

Pembuatan Jalur Evakuasi Bencana Banjir

Dalam proses pembuatan jalur evakuasi ini ada beberapa faktor yang menjadi

pertimbangan dalam pemilihan jalur evakuasi menuju tempat evakuasi. Adapun titik berangkat

dimulai dari daerah yang merupakan rawan tinggi banjir yang termasuk dalam cakupan wilayah

Tabel 5. Koordinat Tempat Evakuasi

Page 16: 3617 3607-1-pb

16

buffer yang telah dilakukan seblumnya pada program ArcMap. Faktor-faktor yang menjadi

pertimbangan yaitu :

a. Jalur yang dipilih merupakan jalan nasional, jalan propinsi dan jalan by pass sehingga akan

memudahkan proses evakuasi.

b. Jalur evakuasi dirancang menjauhi aliran sungai.

c. Jalur evakuasi diusahakan tidak melintangi sungai atau jembatan.

d. Supaya tidak terjadi penumpukan masa, dibuat jalur evakuasi paralel.

e. Untuk daerah berpenduduk padat, dirancang jalur evakuasi berupa sistem blok, dimana

pergerakan masa setiap blok tidak tercampur dengan blok lainnya untuk menghindari

kemacetan.

Berikut jalur evakuasi yang sudah mempertimbangkan faktor-faktor diatas ;

a. Kecamatan Kota Barat

Molosipat W - Buladu – Pilolodaa – Lekobalo – Lapangan depan SDN 03 Kota Barat

Dembe I.

Tenilo – Buliide – Pilolodaa – Lekobalo – Lapangan SDN 03 Kota Barat Dembe I.

b. Kecamatan Kota Tengah

Paguyaman – Pulubala – POLSEK Kota Tengah.

Paguyaman – Pulubala – Liluwo – Lapangan KOMPI B.

c. Kecamatan Kota Selatan

Biawu – Limba B – Limba U II – Taman Kota Gorontalo.

Biawao – Limba B – Limba U I – Kantor BPBD Kota Gorontalo.

Biawu – Limba B – Limba U II – Gelora Nani Wartabone.

Selain jalur-jalur diatas, untuk memaksimalkan pembuatan jalur, maka peneliti selanjutnya

Page 17: 3617 3607-1-pb

17

membuat jalur alternatif lintas kecamatan. Jalur-jalur alternatif antar kecamatan diantaranya :

Libuo (Kecamatan Dungingi) – Limba U II (Kecamatan Kota Selatan) – Gelora Nani

Wartabone.

Huangobotu (Kecamatan Dungingi) – Dulalowo (Kecamatan Kota Tengah) – Lapangan

KOMPI B.

Tenda – Siendeng – Donggala (Kecamatan Hulonthalangi) – Tenilo – Buliide – Pilolodaa –

Lekobalo (Kecamatan Kota Barat) – Lapangan SDN 03 Kota Barat Dembe I.

Moodu – Heledulaa (Kecamatan Kota Timur) – Limba U I – Kantor BPBD Kota Gorontalo.

Bugis – Ipilo (Kecamatan Kota Timur) – Biawao – Limba B – Limba U II (Kecamatan Kota

Selatan) – Gelora Nani Wartabone.

Ada beberapa kendala yang ditemukan peneliti dalam penentuan jalur evakuasi ini,

diantaranya adalah wilayah Kota Gorontalo sebagian besar merupakan daerah dengan

karakteristik kemiringan lereng adalah landai. Selain itu antara wilayah yang rawan banjir

dengan wilayah evakuasi dipisahkan oleh aliran sungai. Akibatnya tidak ada jalur lain selain

tetap melintasi sungai.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Yayu Indriati, dan Muh. Kasim. 2012. Laporan Penelitian Pemetaan Zonasi Banjir Kota

Gorontalo Untuk Mitigasi Bencana. Gorontalo. Universitas Negeri Gorontalo-

Lembaga Penelitian.

Dulbahri. 1997. Sistem Informasi Geografis. PUSPICS Fakultas Geografi UGM Yogyakarta-

Bakosurtanal.

Danoedoro, Projo. 1997. Pengolahan Citra Digital Teori dan Aplikasinya dalam Bidang

Penginderaan Jauh. Fakultas Geografi UGM Yogyakarta.

Page 18: 3617 3607-1-pb

18

http://en.wikipedia.org/wiki/Gorontalo _ diakses pada tanggal 19-04-2013, jam 11.30 WITA.

Kodoatie, Robert J dan Roestam Sjarif. 2010. Tata Ruang Air.Yogyakarta:Andi Offset.

Kusnadi, Rahmat. 2010. Interpretsi citra. (Online)

http://rahmatkusnadi6.blogspot.com/2010/10/interpretasi-citra.htmldiakses tanggal

19-04-2013, jam 10:57 WITA.

Mulyanto, Argo. 2008. Pengembangan Model SIG untuk Menentukan Rute Evakuasi Bencana

Banjir(studi kasus: kec. Semarang barat, kota Semarang). Semarang. Fakultas

Teknik Universitas Diponegoro.

Prahasta, Eddy. 2011. Tutorial ArcGIS Desktop untuk Bidang Geodesi & Geomatika.

Bandung:Informatika Bandung.

Santoso, Hanif dan Muhammad Taufik. 2009. Studi Alternatif Jalur Evakuasi Bencana Banjir

Dengan Menggunakan Teknologi SIG di Kabupaten Situbondo. Jurnal. Surabaya

60111. Program Studi Teknik Geomatika ITS, Kampus ITS Sukolilo.