3

11
II.2. EPIDEMIOLOGI 3 Angka kejadian yang pasti sukar diperoleh karena sering tidak dilaporkan. Kematian akibat reaksi anafilaksis hebat diperkirakan terjadi 0,4 kasus per juta penduduk per tahun. Dalam bidang anastesi, kejadian reaksi anafilaksis diperkirakan terjadi 1 per 5000 sampai 1 per 25.000 kasus per tahun. Di Amerika Serikat, diperkirakan 1-2% pasien yang disuntik penisilin mengalami reaksi anafilaksis dan ± 400 – 800 diantaranya meninggal per tahun. Reaksi anafilaktoid oleh zat kontras ± 5% dari pengguna dan ± 250 – 1000 orang diantaranya meninggal pertahun. Reaksi anafilaksis oleh makanan sukar ditentukan oleh karena tidak ada data yang akurat. Diperkirakan 1/5 – 1/3 penduduk dunia pernah mengalami reaksi alergi makanan. Reaksi anafilaksis lebih sering terjadi pada mereka yang mempunyai riwayat atopi atau reaksi alergi sebelumnya. Umumnya tidak ditemukan predisposisi ras, jenis kelamin, umur atau musim. Dilaporkan reaksi anafilaksis karena susu dan telur lebih sering pada anak- anak, sedang reaksi anafilaktoid karena zat kontras lebih sering pada orang dewasa.

description

nbvghgh

Transcript of 3

Page 1: 3

II.2. EPIDEMIOLOGI 3

Angka kejadian yang pasti sukar diperoleh karena sering tidak dilaporkan.

Kematian akibat reaksi anafilaksis hebat diperkirakan terjadi 0,4 kasus per juta

penduduk per tahun.

Dalam bidang anastesi, kejadian reaksi anafilaksis diperkirakan terjadi 1

per 5000 sampai 1 per 25.000 kasus per tahun.

Di Amerika Serikat, diperkirakan 1-2% pasien yang disuntik penisilin

mengalami reaksi anafilaksis dan ± 400 – 800 diantaranya meninggal per tahun.

Reaksi anafilaktoid oleh zat kontras ± 5% dari pengguna dan ± 250 – 1000 orang

diantaranya meninggal pertahun.

Reaksi anafilaksis oleh makanan sukar ditentukan oleh karena tidak ada data

yang akurat. Diperkirakan 1/5 – 1/3 penduduk dunia pernah mengalami reaksi alergi

makanan.

Reaksi anafilaksis lebih sering terjadi pada mereka yang mempunyai

riwayat atopi atau reaksi alergi sebelumnya. Umumnya tidak ditemukan

predisposisi ras, jenis kelamin, umur atau musim. Dilaporkan reaksi anafilaksis

karena susu dan telur lebih sering pada anak-anak, sedang reaksi anafilaktoid

karena zat kontras lebih sering pada orang dewasa.

II.3. FAKTOR PREDISPOSISI DAN ETIOLOGI

Berbagai zat atau keadaan dapat menyebabkan reaksi anafilaksis/Anafilaktoid.

Ada yang berupa antigen seperti protein (serum, hormon, enzim, bisa binatang,

makanan dan sebagainya), atau polisakarida (dekstran, jadam, dan sebagainya), juga

ada yang berupa hapten, yang nanti bertindak sebagai antigen apabila berkaitan

dengan protein (antibiotik, anestesi lokal, analgetik, zat kontras, dan lain-lain).

Antigen tersebut dapat masuk ke dalam tubuh melalui oral, suntikan, sengatan,

inhalasi atau tipikal. 1,4,5

Secara umum penyebab Anafilaksis / anafilaktoid dapat dikelompokkan

sebagai berikut :

Page 2: 3

Tabel I

Zat-zat dan keadaan yang telah dilaporkan menimbulkan reaksi

anafilaksis/anafilaktoid

AP Arwin Akib, Zakiudin Munasir, Nia Kurniati. Buku ajar Alergi-imunologi anak edisi

kedua,Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2008. 207-223

1. Antibiotik : Penisilin dan derivatnya, sefalosporin,

tetrasiklin, eritromisin, streptomisin

2. Nonsteroid anti inflammatory

agents

: Salisilat, aminopirine

3. Narkotik analgetik : Morfin, kodein, meprobamate

4. Obat lain : Protain, klorpropamide, zat besi

parenteral, iodida, tiazid

5. Anestesi lokal : Prokain, lidokain, cocain

6. Anestesi umum : Thipental

7. Obat pelumpuh otot : Suksinil kolon, tubokurarin

8. Produk darah dan antiserum : Eritrosit, leukosit, dan platelet

transfusi, gamma globulin, rabies,

tetanus, antitoksin difteri, antibisa ular

dan laba-laba

9. Agent diagnosis : Radiokontras iodida

10. Makanan : Telur, susu, kacang, ikan, udang dan

lain-lain

11. Bisa/cairan binatang : Ular, laba-laba, serangga dan beberapa

jenis hewan air/ikan

12. Hormon : Insulin, ACTH, estrogen, progesteron,

hormon pituitari

13. Enzim dan zat biologi : Asetilsistein, enzim pankreas

14. Getah tumbuhan : Lateks, perekat, akasia

15. Bahan kosmetik / industri : Cat rambut, parfum, pelurus rambut,

pemutih kulit, cat

16. Faktor fisis : Panas, dingin, tekanan, cahaya, getaran

17. Faktor kolinergik dan kegiatan jasmani

Page 3: 3

18. Idiopatik

II .4. PATOFISIOLOGI

Berbagai manifestasi yang muncul dalam reaksi anafilaksis pada

umumnya disebabkan oleh penglepasan mediator oleh mastosit/basofil, baik

yang timbul segera (dalam beberapa menit), maupun yang timbul belakangan

(sesudah beberapa jam). Pengaktifan mastosit/basofil untuk mengeluarkan

mediatornya tidak hanya terjadi akibat alergi atau rangsangan yang dimediasi

IgE, tetapi juga dapat terjadi oleh karena rangsangan yang dimediasi oleh

komplemen, kompleks imun, atau faktor lain yang langsung membebaskan

histamin seperti panas, dingin, tekanan, latihan jasmani, dan lain-lain . 1

Dari berbagai perangsang yang dapat menyebabkan pelepasan

mediatornya, mekanismenya dapat melalui beberapa cara : 3,5

1. Reaksi yang dimediasi IgE (IgE mediated anaphylaxis)

Berbagai jenis alergen bekerja melalui cara ini, baik yang berupa makanan,

obat-obatan, enzim maupun yang berupa sengatan serangga / ular, semen

suami, getah tumbuhan dan lain-lain. Hal ini dapat terjadi pada orang yang

atopi atau tidak atopi yang terjadinya sesudah pajanan ulangan (kedua dan

seterusnya). Pada pajanan alergen, alergen ditangkap oleh APC (Antigen

Presenting Cells) seperti makrofag, sel dendritik, sel langerhans atau yang

lain. Kemudian antigen tersebut dipersembahkan bersama beberapa sitokin

(IL-1, TNF IL-8) ke sel T.Helper melalui MHC (Major Histocompatibility

Complex) kelas II, sel T helper kemudian aktif dan mengeluarkan sitokin

(IL-4 dan IL-5) yang merangsang sel B melakukan memori, proliferasi dan

peralihan menjadi sel plasma yang kemudian menghasilkan antibodi

termasuk IgE. Imunoglobulin yang spesifik kemudian akan melekat pada

permukaan mastosit, basofil, dan sel B sendiri dan beberapa sel imun yang

lain. Apabila di kemudian hari terjadi pajanan ulang dengan alergen yang

sama maka alergen itu akan ditangkap oleh IgE terutama yang melekat pada

mastosit/basofil. Ikatan alergen dengan IgE spesifiknya ini akan merangsang

mastosit/basofil mengeluarkan mediator, baik yang segera maupun yang

Page 4: 3

lambat. Mediator tersebut menyebabkan dilatasi venula, peningkatan

permeabilitas kapiler, bronkospasme, kontraksi otot polos dan dilatasi

arteriol sehingga timbul manifestasi klinis reaksi anafilaktik berupa,

urtikaria/angioedema, edema laring, asma, muntah, kram usus, dan renjatan

yang bisa menyebabkan kematian tiba-tiba. Reaksi inilah yang sebenarnya

disebut reaksi anafilaktik.

Gambar IA. Kontak Alergen dengan APC (Antigen Presenting Cells)

Gambar IB. Respon sel yang dimediasi IgE untuk mengeluarkan alergen

Page 5: 3

2. Reaksi yang dimediasi kompleks imun atau komplemen

Reaksi ini terjadi apabila antibodi yang bebas (biasnaya IgG atau IgM tetapi juga

bisa IgE) melakukan ikatan dengan antigen yang masuk membentuk kompleks

imun. Kompleks imun ini bisa langsung merangsang mastosit/basofil

mengeluarkan mediator atau melalui pengaktifan komplemen untuk mengeluarkan

anafilaktoksin, C3a, C4a, dan C5a yang akan merangsang mastosit/basofil

mengeluarkan mediator. Reaksi ini sering terjadi pada pemberian transfusi darah,

komponen darah, plasma, serum, imunoglobulin, kriopresipitat. Reaksi yang

timbul juga dikenal sebagai aggregate anaphylaxis

CLASSIC PATHWAY ALTERNATIVE PATHWAY

IMMUNE COMPLEXES AGGREGATED IgE

PLASMIN COMPLEX POLYSACCHARIDES

TRYPSIN

c1 c1(activated)

c2 + c4 c4,2 (activated)

c3

c3a + c3b

c5a + c5 b c5

c6,7,8,9

membrane damage

Gambar 2. Reaksi yang dimediasi kompleks imun atau komplemen

3. Gangguan Metabolisme Asam Arakidonat

Aspirin dan beberapa antiinflamasi nonsteroid lainnya dapat menimbulkan reaksi

anafilaktik dalam 15 menit sampai 2 jam setelah pemasukan obat tersebut. Reaksi

ini diduga terjadi akibat gangguan metabolisme asam arakidonat. Aspirin dan

Page 6: 3

antiinflamasi non-steroid menghambat siklo-oksigenase suatu enzim yang

diperlukan untuk sintesis prostaglandin dari asam arakidonat. Akibatnya

pembentukan prostaglandin, tromboksan, dan prostasiklin menurun, tetapi

produksi jalur lipoksigenase meningkat.

ARACHIDONIC ACID

Cyclo-oxygenase Lipo-oxygenase

Prostaglandins SRS-A (LTC4, LTD4, LTE4)

PGD2 LTB4

PGE2

PGF2

Gambar. 3. Gangguan Metabolisme Asam Arakidonat

4. Rangsangan Langsung pada Mastosit/Basofil

Beberapa obat dan zat kontras secara langsung dapat merangsang mastosit

jaringan dan basofil darah perifer untuk mengeluarkan mediatornya. Hal ini

ditemukan pada pemberian opiat, antibiotik tertentu, pelemas otot, dekstran, zat

kontras, dan lain-lain. Di samping itu beberapa faktor fisis seperti panas, dingin,

tekanan dan lain-lain dapat secara langsung mempengaruhi pengeluaran mediator

mastosit/basofil.

5. Idiopatik (Idiopathic Reccurent Anaphylaxis)

Ada beberapa pasien yang mengalami reaksi anafilaktik berulang-ulang tanpa

diketahui pencetus atau penyebabnya termasuk disini anafilaksis akibat latihan,

sering terjadi sesudah makan-makanan tertentu sebelum latihan. Beberapa ibu

mengalami anafilaktik berulang yang tidak ditemukan penyebabnya (disebut

catamenial anaphylaxis), ternyata hipersensitif terhadap progesteron endogen dan

positif pada tes kulit dengan medroksiprogesteron. Sebagian di antaranya

mengalami anafilaksis bersiklus menurut fase luteal siklus haidnya. Pada

umumnya anafilaktik rekuren idiopatik tidak ditemukan penyebabnya dan

Page 7: 3

diagnosisnya didasarkan gejala klinis dan bukti peninggian kadar histamin dalam

urinnya.

Secara umum dan garis besar urutan proses dalam kejadian reaksi

anafilaktik/anafilaktoid dapat disebutkan sebagai berikut :

I. Perangsangan pada membran mastosit dan sel basofil, rangsangan dilakukan

oleh antigen IgE atau agregat imun yang lain atau langsung oleh faktor-faktor

kimiawi, fisis, atau neurogenik

II. Aktivasi enzim-enzim membran dan rangsangan kedua dari sitoplasma.

Terjadi degradasi metabolik asam arakidonat menjadi subunit-subunit aktif

dan penurunan rasio cAMP/cGMP dalam sel

III. Penglepasan mediator inflamasi

A. Yang siap langsung dilepas

- Histamin

- Serotonin

- Triptase

- NCF (Neutrophils Chmeotactic Factor)

- ECF (Eosinophils Chemotactic Factor)

B. Yang baru dibentuk dan segera dilepas :

- Leukotrin (LTB4, LTC4, LTD4)

- Tromboksan

- Prostaglandin (PGD2)

- Platelet Activating Factor (PAF)

- Kinin dan kaskade faktor hageman

IV. Respons patologis fungsional

- Peningkatan permeabilitas vaskular

- Vasodilatasi venul

- Konstriksi bronkus

- Kontraksi otot polos usus

- Dilatasi arteriol

Page 8: 3

V. Anafilaksis

- Urtikaria + angioedema

- Edema laring

- Asma

- Muntah, sakit perut, diare

- Hipotensi/renjatan