34 buletin rabithah-slide

4
1 Kajian Islam. 021 34 Pembicaraan tentang ikhlas adalah pembicaraan yang tak kenal henti, arti- nya selagi kita masih hidup dan menyadari posisi kita sebagai hamba Allah, maka keikhlasan senantiasa masih terus di tuntut dan dibutuhkan. Allah Subhannahu wa Ta’ala telah memberitahukan, bahwa manusia itu tidak diperintah, kecuali hanya untuk beribadah kepada Allah dengan penuh keikhlasan dalam menjalankan ajaran agama. Kita semua, bahkan para salaf mengakui, bahwa merealisasikan ikhlas dan mem- baikkan niat adalah perkara yang sangat sulit. Ini dikarenakan hati kita memiliki sifat suka berubah dan berbolak-balik, sesuai dengan namanya “qalb”, sehingga bisa jadi seseorang pada mulanya telah berniat secara ikhlas, namun di tengah jalan niatnya ternodai atau bahkan berubah. Demikian pula sebaliknya ada yang tadinya salah dalam niat, namun akhirnya menyadari dan tahu akan kekeliruannya, lalu memperbaiki niat tersebut. Maka mengetahui berbagai persoalan yang berkaitan dengan keikhlasan amat perlu bagi kita, sebagai salah satu upaya menjaga hati, agar senantiasa lurus tertuju kepada Allah. Tidak goyah oleh segala gangguan dan godaan, baik was-was syetan maupun segala yang dicenderungi oleh hawa nafsu. Beratnya Meraih Kesempurnaan Ikhlas Keikhlasan yang sempurna amatlah sulit digambarkan, kecuali oleh orang yang te- lah menyerahkan cintanya secara utuh kepada Allah dan mengutamakan akhirat. Apalagi mengingat, bahwa manusia memiliki sifat banyak lupa dan mempunyai ke- cenderungan yang besar terhadap kehidupan duniawi, bahkan banyak pula yang terpedaya olehnya. Biasanya keikhlasan akan sulit untuk menembus hati orang yang telah terpesona dan tergantung dengan kehidupan dunia, kecuali atas taufik dari Allah. Jangan jauh-jauh, kita tengok dalam hati kita masing-masing dalam hal yang ringan saja, seperti makan atau tidur misalnya, kita mela-kukan itu biasanya karena memang kita menginginkannya. Jarang terbetik di dalam pikiran kita ketika me- lakukan itu adalah agar badan kita kuat dan sehat, sehingga dapat melakukan ibadah kepada Allah dengan baik. Demikian pula dalam melakukan berbagai amal yang lain, kita sering merasakan adanya berbagai bisikan dan gangguan yang menggerogoti kemurnian niat ikhlas kita kepada Allah. Maka selayaknya masing-masing kita bersikap waspada, memben- tengi diri, memusatkan niat dan tujuan pada keikhlasan yang Permasalahan Seputar Ikhlas Permasalahan Seputar Ikhlas Permasalahan Seputar Ikhlas Permasalahan Seputar Ikhlas 28 Jumadil Akhir 1431 / 11 juni 2010

description

 

Transcript of 34 buletin rabithah-slide

Page 1: 34 buletin rabithah-slide

1

Kajian

Islam.

021 34

Pembicaraan tentang ikhlas adalah pembicaraan yang tak kenal henti, arti-

nya selagi kita masih hidup dan menyadari posisi kita sebagai hamba Allah, maka

keikhlasan senantiasa masih terus di tuntut dan dibutuhkan. Allah Subhannahu wa

Ta’ala telah memberitahukan, bahwa manusia itu tidak diperintah, kecuali hanya

untuk beribadah kepada Allah dengan penuh keikhlasan dalam menjalankan ajaran

agama.

Kita semua, bahkan para salaf mengakui, bahwa merealisasikan ikhlas dan mem-

baikkan niat adalah perkara yang sangat sulit. Ini dikarenakan hati kita memiliki

sifat suka berubah dan berbolak-balik, sesuai dengan namanya “qalb”, sehingga

bisa jadi seseorang pada mulanya telah berniat secara ikhlas, namun di tengah

jalan niatnya ternodai atau bahkan berubah. Demikian pula sebaliknya ada yang

tadinya salah dalam niat, namun akhirnya menyadari dan tahu akan kekeliruannya,

lalu memperbaiki niat tersebut.

Maka mengetahui berbagai persoalan yang berkaitan dengan keikhlasan amat perlu

bagi kita, sebagai salah satu upaya menjaga hati, agar senantiasa lurus tertuju

kepada Allah. Tidak goyah oleh segala gangguan dan godaan, baik was-was syetan

maupun segala yang dicenderungi oleh hawa nafsu.

Beratnya Meraih Kesempurnaan Ikhlas

Keikhlasan yang sempurna amatlah sulit digambarkan, kecuali oleh orang yang te-

lah menyerahkan cintanya secara utuh kepada Allah dan mengutamakan akhirat.

Apalagi mengingat, bahwa manusia memiliki sifat banyak lupa dan mempunyai ke-

cenderungan yang besar terhadap kehidupan duniawi, bahkan banyak pula yang

terpedaya olehnya.

Biasanya keikhlasan akan sulit untuk menembus hati orang yang telah terpesona

dan tergantung dengan kehidupan dunia, kecuali atas taufik dari Allah. Jangan

jauh-jauh, kita tengok dalam hati kita masing-masing dalam hal yang ringan

saja, seperti makan atau tidur misalnya, kita mela-kukan itu biasanya karena

memang kita menginginkannya. Jarang terbetik di dalam pikiran kita ketika me-

lakukan itu adalah agar badan kita kuat dan sehat, sehingga dapat melakukan

ibadah kepada Allah dengan baik. Demikian pula dalam melakukan berbagai

amal yang lain, kita sering merasakan adanya berbagai bisikan dan

gangguan yang menggerogoti kemurnian niat ikhlas kita kepada Allah.

Maka selayaknya masing-masing kita bersikap waspada, memben-

tengi diri, memusatkan niat dan tujuan pada keikhlasan yang

Permasalahan Seputar IkhlasPermasalahan Seputar IkhlasPermasalahan Seputar IkhlasPermasalahan Seputar Ikhlas

28 Ju

madil Akhir 1431 / 11 juni 2010

Page 2: 34 buletin rabithah-slide

2

021 yang sempurna, jangan hiraukan was-was syetan, sebab was-was dan bisikan

syetan akan menghancurkan dan melemahkan kita. Dan ketika amal-amal shaleh

yang kita kerjakan terkena polusi, maka janganlah merasa lemah, sebab kotoran-

kotoran tersebut dapat dihilangakan, sehingga amal tersebut menjadi benar-benar

jernih dan tidak hilang pahalanya.

Bila Keikhlasan Tercemari

Sering muncul problem dalam masalah ikhlas ini, yakni bagaimana seseorang bersi-

kap, apabila keikhlasan suatu amal yang dia kerjakan tercemari. Sebab tak jarang

orang yang menghadapi masalah ini lantas surut dari berbuat kebaikan, khawatir

terkena riya’.

Abu Thalib al-Makki berkata, “Seseorang tidak boleh meninggalkan amal shalih

karena takut terkena penyakit pada amal tersebut, karena memang itulah yang

dikehendakai oleh musuhnya (syetan). Tetapi dia harus kembali kepada niatnya

semula, niat yang benar. Jika amal tersebut tersusupi oleh penyakit, maka hen-

daknya ia segera mencari obatnya, berusaha menghilangkannya dan tetap pada

niat yang benar dan tujuan yang baik. Tidak boleh meninggalkan suatu amalan

karena manusia, atau karena malu terhadap mereka. Sebab beramal karena manu-

sia adalah syirik, dan meninggalkannya karena mereka adalah riya’. Meninggalkan

amal karena khawatir akan masuknya penyakit (riya’) di dalam hati adalah kebodo-

han, dan meninggalkannya ketika amal tersebut sedang dilakukan (karena keikhla-

sannya terganggu) adalah suatu kelemahan. Siapa saja yang beramal karena Allah

dan meninggalkannya juga karena Allah, maka tidak ada masalah baginya selagi

masih berada dalam koridor ini, tentunya setelah ia dapat mebuang jauh jauh

segala niat buruk. “

Dapatkah Niat yang Rusak Diperbaiki?

Sebagian orang ada yang menyangka, bahwa apabila amal kebaikan dimulai dengan

niat yang salah (rusak), maka amal tersebut harus ditinggalkan dan tidak perlu di-

lanjutkan. Ini adalah persangkaan yang salah, yang benar niat itu dapat diperbaiki

dan dibangun di atas amal perbuatan tersebut, tanpa harus meninggalkannya. Se-

bagian salaf ada yang pernah mencari ilmu tanpa niat yang sempurna dan benar,

kemudian mereka menyadari dan akhirnya kembali kepada Allah serta memperbaiki

niat mereka, memulai niat menuntut ilmu dengan niat yang benar.

Imam adz-Dzahabi mengatakan, “Para salaf mencari ilmu karena Allah, sehingga

mereka menjadi mulia dan menjadi imam yang diteladani. Sebagian dari mereka

ada juga yang mencari ilmu mula-mula bukan semata karena Allah, setelah

mereka mendapatkan ilmu itu mereka introspeksi diri, maka ilmu mereka telah

mengantarkan mereka kepada keikhlasan di tengah jalan. Ini sebagaimana juga

yang dikatakan Mujahid dan selainnya, “Kami mencari ilmu, dan di dalam men-

carinya kami tidak memiliki niat yang besar, kemudian Allah megkaruniakan niat

kepada kami.”

Keikhlasan Yang Ternodai

Seseorang yang telah berusaha beramal secara ikhlas, namun tern-

yata masih ada limbah atau noda yang mengotorinya, seperti (…) 28 Ju

madil Akhir 1431 / 11 juni 2010

Page 3: 34 buletin rabithah-slide

3

Penggunaan antibioticPenggunaan antibioticPenggunaan antibioticPenggunaan antibiotic

...yg tidak teratur dan tidak sesuai dosis dapat menyebabkan mikroba serta parasit penye-bab pnyakit resisten (kebal-red). Resistensi ini,dikarenakan obat tidak mencapai kadar MIC

(Minimum inhibitory consentration).Ketika satu kuman telah resisten dg satu obat,maka memper-sulit terapi dan menghambat proses pnyembuhan. So,kalo minum antibiotic hati2!! Pastikan 1.Ada indikasi 2.Diminum teratur 3.Harus habis

————————————————————————————————————————————————————————————————

(…) kealpaan atau syahwat, maka pahala amalnya tidak hilang secara keseluruhan.

Ini merupakan keutamaan dari Allah untuk hamba-hamba Nya. Sehingga kaum

muslimin tidak terjatuh ke dalam keputusasaan dan kesempitan hidup. Kotoran-

kotoran yang semacam ini seringkali manusia merasa sangat kesulitan untuk ter-

lepas darinya, kecuali sebagian kecil saja. Namun demikian bukan berarti, bahwa

noda tersebut tidak berpengaruh terhadap amal, ia tetap membuat pahala suatu

amal menjadi berkurang kesempurnaannya, namun tidak sampai kepada tingkat

menghapuskannya sama sekali.

Oleh karena itu seorang hamba setelah berusaha semaksimal mungkin, hendaknya

senantiasa khawatir antara ditolak dan diterima amal perbuatannya, takut kalau

amal ibadahnya terdapat penyakit yang bahayanya lebih besar daripada pahalanya.

Demikianlah hendaknya orang yang memiliki bashirah (pandangan jeli) dalam bersi-

kap, agar jangan sampai merasa ujub dan bangga dengan amalnya, dan bahkan

terus meningkatkan kualitasnya.

Memperlihatkan Amal Kebaikan

Pada dasarnya amal kabaikan yang (shalih) haruslah disembunyikan dan tidak perlu

ditampakkan kepada orang lain, kecuali yang memang harus ditampakkan seperti

shalat berjama’ah dan haji.

Namun dalam keadaan tertentu memperlihatkan amal shalih dapat dibenarkan asal-

kan memenuhi syarat, yaitu:

Pertama, bebas dari riya’ (bukan untuk pamer)

Kedua, terdapat faedah diniyah dari menampakkannya.

Misalnya untuk memberikan contoh kebaikan, menguatkan orang yang lemah,

atau untuk menenangkan dan memberikan kabar gembira. Seperti yang pernah

dikatakan Abu Sufyan bin Harits, salah seorang paman Nabi kepada keluarganya

ketika menjelang wafat, “Janganlah kalian menangisi aku, karena sejak masuk

Islam aku tidak pernah melakukan dosa.”

Tanda-Tanda KeIkhlasan

Keikhlasan memiliki tanda-tanda atau indikasi yang bisa dikenali, di

antaranya adalah: Tidak mencari popularitas, mengakui kekurangan

diri sendiri, tidak gila pujian, banyak diam, tidak bakhil didalam me-

muji orang yang berhak mendapatkannya, meluruskan amal karena

Allah, mengharapkan ridha Allah, bukan manusia, menjadikan

28 Ju

madil Akhir 1431 / 11 juni 2010

Pojok S

ehat

Oleh:

dr. Rika Maryam

Page 4: 34 buletin rabithah-slide

4

Salam Redaksi Buletin Rabithoh

Saran & Kritik kirirm ke: [email protected] www.imuska.org / radio.imuska.org

keridhaan dan kemarahannya karena Allah bukan karena nafsunya, bersabar mena-

paki jalan panjang yang sangat berat ketika pertolongan belum tiba, bergembira

dengan keberhasilan saudaranya atau minimalnya tidak marah dengan sebab itu,

senantiasa membersihkan hatinya dari sifat ujub, tidak menganggap suci dirinya,

merahasiakan ketaatan, kecuali untuk kemaslahatan yang jelas dan masih banyak

lagi tanda-tanda lain yang tidak bisa disebutkan disini.

KiatKiatKiatKiat----Kiat Menuju IkhlasKiat Menuju IkhlasKiat Menuju IkhlasKiat Menuju Ikhlas 1. Berdo’a

Yakni memohon pertolongan kepada Allah serta berlindung kepada Nya dari segala

gangguan yang dapat mengotori keikhlasan. Dialah Yang Maha memberikan per-

tolongan dan Dzat tempat berlindung dari segala sesuatu.

2. Ilmu

Yaitu dengan mengetahui pentingnya keikhlasan, mengetahui strategi dan perang-

kap syetan serta bagaimana kerjanya di dalam jiwa. Juga mengetahui, bahwa

keikhlasan merupakan perintah atau urusan yang sangat ditekankan, baik di dalam

al-Qur’an muapun as-Sunnah.

3. Mujahadah

Yaitu berjuang atau berusaha dengan sungguh-sungguh untuk meraih keikhlasan

tersebut, karena orang yang berjuang dengan sungguh-sungguh akan diberi jalan

kemudahan oleh Allah, sebagaimana firman Nya,

“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar

akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah

benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. 29:69)

4. Berteman dengan Para Mukhlishin

Sebab berteman dengan orang yang mukhlish akan menularkan sifat cinta keikhla-

san, sehingga mendorong kita beramal berlandaskan keikhlasan tersebut. Serta

dengan cara ini kita dapat melihat, bagaimana mereka berjuang dan bersungguh-

sungguh untuk merealisasikan ikhlas di dalam beramal, ini sangatlah penting dan

memberikan manfaat yang besar.

5. Meneladani Kehidupan Para Salaf dan Shalihin

Ini merupakan faktor yang sangat penting untuk diperhatikan, karena dengan

membaca perikehidupan mereka, petuah-petuah dan mujahadah mereka akan

sangat membantu kita dalam meraih keikhlasan -setelah taufik dari Allah- ten-

tunya.

Semoga Allah memasukkan kita ke dalam hamba-hambanya yang mukhlish,

amin ya Rabbal ‘alamin.

Sumber: “Al Ibadah al Qalbiyah wa Atsaruha fi Hayatil Mu’minin”, edisi Indonesia

“Manajemen Hati” Dr. Muhammad bin Hasan Asy Syarif, Pustaka Darul Haq Jakarta(hal 56-

61) dengan sedikit penambahan dan penyesuaian bahasa. - Hadiawarman

28 Ju

madil Akhir 1431 / 11 juni 2010