33412640 Tinjauan Pustaka Kandung Empedu
-
Upload
yuliana-atmayudha -
Category
Documents
-
view
49 -
download
0
description
Transcript of 33412640 Tinjauan Pustaka Kandung Empedu
KARSINOMA KANDUNG EMPEDU
1. Definisi
Karsinoma kandung empedu adalah keganasan yang paling sering terjadi
pada sistem bilier; namun angka kejadiannya hanya 2% dari total semua
keganasan. Karsinoma kandung empedu meiliki karakteristik untuk tumbuh secara
progresif dan memiliki angka harapan hidup 5-tahun yang buruk. (kurang dari 10
persen dari kebanyakan serial kasus)1. Hanya seperempat dari kasus yang bisa
diresksi untuk disembuhkan. Terdapat keterkaitan yang cukup jelas antara besar
dan jumlah batu 2. Tapi tidak ada hubungan kausalitas yang bermakna
2. Epidemiologi
kanker saluran empedu biasanya mengacu pada tumor ganas di saluran saluran
kiri dan kanan hepar, hepar dan saluran empedu dan bagian lainnya. Bagian yang
sakit mereka dapat dibagi menjadi kanker saluran empedu intrahepatik dan
ekstrahepatik kanker saluran empedu. kanker saluran empedu kecenderungan
terjadi pada usia 50-70 tahun, laki-laki lebih banyak dibanding perempuan, Pria
terhadap rasio wanita sekitar 3:1.
3. Etiologi
Etiologi kanker saluran empedu masih belum jelas, kebanyakan orang
berpikir bahwa rangsangan kronis batu empedu, peradangan kronis dari perubahan
saluran empedu dapat menjadi salah satu faktor yang menyebabkan kanker empedu
. Insiden kanker saluran empedu dengan penyakit empedu kistik saluran, seperti
tingkat kista kanker bawaan choledochal dapat setinggi 17,5%, dan 7% dari tingkat
kanker kista saluran empedu intrahepatik. Selain itu, pasien dengan primary
sclerosing cholangitis, jauh lebih tinggi daripada rata-rata orang terjadinya
kesempatan kanker saluran empedu. Beberapa data juga menunjukkan bahwa
intrahepatik kanker saluran empedu juga dapat dikaitkan dengan virus hepatitis.
4. Faktor Risiko
Karsinoma kandung empedu lebih umum terjadi pada wanita dibandingkan
pria. Dengan peningkatan risiko sebesar tiga kali lipat pada wanita dibandingkan
pada pria3,4. Insidennya meningkat seiring usia dan sering terdapat pada dekade
ketujuh.
Telah diketahui bahwa inflamasi yang kronik pada kandung empedu
merupakan predisposisi menjadi kanker, namun masih belum jelas mengenai
patogenesis terbentuknya karsinoma kandung empedu. Lebih dari 90% pasien
dengan karsinoma kandung empedu juga menderita batu kandung empedu, yang
bertolak belakang pada 13% kasus keganasan bilier5. Dan risiko meningkat jika
batu kandung empedu besar dan bergejala1,6.
Infeksi bakteri pada empedu dapat ditemukan pada 80% paasien dengan
kanker kandung empedu. Inflamasi kronik terkait dengan tifoid juga meningkatkan
risiko terjadinya kanker kandung empedu7-9. Kandung empedu yang terkalsifikasi
pada dinding kandung empedu, kandung empedu porselin, merupakan kondisi
premalignansi.
Diduga ada keterkaitan antara polip kandung empedu dengan keganasan.
Namun, polip pada kandung empedu kebanyakan adalah polip kolesterol, bukan
polip adenomatosa. Karakteristik poli yang bertransformasi menjadi ganas
biasanya, tunggal, besarnya lebih dari 10 mm dan terjadi pada pasien diatas usia 50
tahun.
Ada etnis tertentu yang berisiko tinggi untuk menjadi kanker kandung
empedu, Indian Amerika darerah Barat Daya dan ada juga area dengan tingkat
insiden yang tinggi termasuk Polandia, Republik ceko, Cili dan India barat laut.
Karsinoma kandung empedu juga terkait dengan indeks massa tubuh yang
tinggi9. Intake total energy yang tinggi, diare kronik10 dan anomaly saluran bilier-
pankreas 11. Dan ada juga keterkaitan dengan inflammatory bowel disease dan
poltposis coli. Namun kejadianya sangat jarang.
5. Patofisiologi
Tumor kandung empedu disebabkan oleh karena sumbatan dari kandung empedu dengan stasis bilier dan menyebabkan penurunan fungsi hati. Sumbatan pada bilier menyebabkan disfungsi hepatoseluler, malnutrisi yang progresif, koagulopathi, pruritus, disfungsi ginjal dan kolangitis.
Inflamasi yang sangat lama dengan perkembangan dari peradangan yang kronis adalah poss akhir dari proses pembentukan tumor pada kandung empedu.Organisme parasit yang memacu perubahan DNA dan mutasi memacu produksi karsinogen dan radikal bebas dan stimulasi dari proliferasi sel pada epitel kandung empedu, yang menyebabkan kanker.
Bakteri dapat memacu adanya zat endogen, derivate karsinogen garam empedu, seperti lithocholate, juga merupakan implkasi dari patogenesis. Hal ini didukung oleh penelitian epidemiologi pada penderita typoid.Sel kolangiokarsinoma terdiri dari reseptor somatostatin RNA, dan garis sel memiliki reseptor yang spesifik. Pertumbuhan sel dihambat oleh analog somatostatin.
6. Gambaran klinis
Pasien biasanya berusia lanjut, wanita dengan kulit putih, dan mengeluh
nyeri perut kanan atas, mual, muntah, penurunan berat badan dan kuning.
Terkadang secra tidak terduga, kanker ditemukan pada specimen yang telah
menjalani prosedur kolesistektomi. Lesi kecil ini sulit untuk dikenali pada saat
operasi dilakukan.
a) Gejala saluran pencernaan : sebagian besar pasien akan mengalami pencernaan buruk, tidak suka makanan yang berminyak, bersendawa, dll.
b) Kanan atas perut terasa sakit : kanan atas perut terasa tidak nyaman, disertai rasa sakit yang berkelanjutan, kadangkala sakit terasa lebih keras, dan rasa sakitnya mengarah ke bahu sebelah kanan.
c) Benjol di bagian kanan atas perut.d) Penyakit kuning dan kulit terasa gatal : seringkali terjadi pada penyakit tahap
lanjut, kulit ditemui kekuning-kuningan, sebagian besar disertai kulit gatal yang susah sembuh dan lebih parah ketika malam hari.
e) Demam dan kurus : sekitar 25% pasien akan mengalami demam, pasien tahap lanjut biasanya juga berbadan kurus, bahkan menunjukkan kondisi yang buruk.
Ketika gejala di atas dialami, harus pergi ke rumah sakit untuk periksa tepat waktu, sedini mungkin mengeliminasi kemungkinan terkenanya kanker kandung empedu, bagi golongan yang rawan terserang penyakit ini harus periksa secara berkala, semakin awal penyakit ditemukan, semakin awal menjalankan terapi bisa memperpanjang umur hidup pasien secara efektif.
7. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, didapatkan massa yang keras sampai lunak di
daerah kendung empedu. Serum, urin dan feses menunjukkan tanda-tanda jaundice
akibat kompresi duktus bilier. Gambaran ultrasonografi menunjukkan adanya
massa pada kantung kandung empedu. Cukup sulit untukdibedakan jika teradapat
akut atau kronik kolesistitis. CT juga menunjukkan gambaran massa pada area
kandung empedu. Ultrasound dan CT mampu mendeteksi kanker kandung empedu
60-70 persen dari total kasus 13. Seandainya sudah terdeteksi melalui CT atau
ultrasound maka kemungkinan untuk dilakukan reseksi secara total menurun.
Ultrasound yang dilakukan via endoskopi mampu menggambarkan kedalaman
invasi secara histologi. Dan berguna untuk staging14. ERCP menunjukkan
kompresi eksternal pada duktus bilier pada pasien dengan jaundice. Angiografi
menunjukkan terjadinya pergeseran pembuluh darah hepatic dan porta hepatic
akibat massa. Dan hanya 50 persen pasien yang mampu terdiagnosis secara
preoperatif15
8. Pemeriksaan Penunjang
8.1Radiologi
Ultrasonografi, computed tomography (CT), magnetic resonance imaging
(MRI), kolangiogarafi dan angiografi mungkin membantu dalam menevaluasi
pasien dengan kanker kandung empedu. Sensitivitas ultrasound dalam mendeteksi
kanker kandung empedu bervariasi mulai dari 70 sampai 100 persen. CT biasanya
menunjukkan massa pada kadung empedu atau penyebaran pada organ sekitarnya.
Spiral CT bisa juga menunjukkan penyebaran pada liver begitu pula struktur
pembuluh darah disekitarnya. Dengan tehnik MRI terbaru, kanker kandung
empedu bisa dibedakan dari obstuksi bilier ataupun liver dan peningkatan tekanan
vena porta bisa terlihat. Kolangiografi juga bisa membantu dalam mendiagnosis
pasien dengan jaundice pada pasien karsinoma kandung empedu. Kolangiografi
yang tipikal adalah biasanya didapatkan striktur yang panjang pada common
hepatic duct. Angiografi dapat mengidentifikasi peningkatan vena pora atau arteri
hepatika tapi dengan CT spiral dan tehnik MRI terbaru hal tersebut bisa
diidentifikasi
9. Patologi dan Staging
Sembilan puluh persen pasien dengan kanker kandung empedu adalah
adenokarsinoma. Enam persen dari kanker kandung empedu terdapat gambaran
papiler secara histologis; tumor ini secara umum didiagnosis terlokalisir hanya
pada kandung empedu dan memiliki survival rate yang lebih baik. Ketika
didiagnosis, 25 persen kanker terlokalisir pada dinding kandung empedu, 35 persen
terkait dengan metastasis pada kelenjar getah bening regional atau meluas pada
organ sekitar dan 40 persen sudah bermetastasis jauh
10.Penatalaksanaan
a. Kolesistektomi Profilaksis
Kolesistektomi profilaksis terhadap pasien dengan kolelitiasis asimptomatik
dan tanpa adanya faktor risiko tidak direkomendasikan16. Kandung empedu
porselin merupakan indikasi untuk dilakukan kolesistektomi walaupun masih
asimtomatik. Sebab didapatkan lebih dari 25% pasien dengan kandung empedu
porselin terkait dengan kanker kandung empedu.
b. Terapi adjuvant
Beberapa peneliti sempat melaporkan respon kanker kandung empedu
terhadap radioterapi. Namun tidak didapatkan data kontrol17. Untuk penggunaan
kemoterapi, karsinoma kandung empedu tampaknya tergolong kemoresaisten.
Namun, beberapa penelitian sempat melaporkan penggunaan kombinasi
kemoterapi untuk kolangiokarsinoma. Dan hasilnya cukup efektif18.
c. Pembedahan
Fong et al19 di Memorial Sloan-Kettering Cancer Center, menemukan 102
dari 410 pasien dengan kanker kandung empedu yang memiliki potensi untuk
dilakukan reseksi. Angka mortalitas yang didapatkan adalah 3,9% dan angka
harapan hidup rata-rata selama 26 bulan dengan angka harapan hidup 5-tahun
sebesar 38%. Angka harapan hidup rata-rata untuk yang tidak dilakukan reseksi
adalah 5,4 bulan. Ternyata tidak didapatkan perbedaan bermakna antara mortalitas,
komplikasi, dan harapan hidup jangka panjang antar pasien yang direseksi tidak
menyeluruh dengan pasien yang menjalani prosedur definitif.
Pada serial kasus, 72 pasien yang menjalani reseksi radikal untuk kanker
kandung empedu stadium IV, didapatkan 14 meninggal post-operatif. Dan angka
harapan hidup 3-tahun sebesar 15%20. Invasi lokal tetap menjadi faktor penentu
yang cukup dominan terhadap angka harapan hidup, walaupun setelah dilakukan
eksisi radikal.
11.Prognosis
Secara umum prognosis pasien ini cukup buruk saat terdiagnosis. Metastasis
jauh biasanya sudah terjadi pada 50 persen kasus 21. Kebanyakan yang bertahan
lama hidup adalah mereka yang ditemukan secara tidak sengaja pada saat
dilakukan tindakan kolesistektomi untuk mengangkat batu kandung empedu
(carcinoma in situ)
Harapan hidup rata-rata setelah terdiagnosis selama 3 bulan, dan hanya 14
% yang hidup setelah 1 tahun.15 Pasien dengan adenokarsinoma berdiferensiasi
baik atau dengan tipe papiler memiliki harapan hidup yang jauh lebih baik
dibandingkan tipe tubular ataupun tipe yang tidak berdiferensiasi.22 Tindakan
radikal reseksi berupa hepatektomi parsial atau lifadenektomi justru tidak
menunjukkan hasil yang memuaskan tetapi sebagian menunjukkan peningkatan
angka harapan hidup.21,23
12.Komplikasi
a. Kanker Liver
Seperti bagian tubuh lainnya, sel-sel hati dapat mengalami perubahan dan menjadi kanker. Sel-sel hati yang bersifat kanker membentuk kanker hati (hepatoselular karsinoma, HCC). Sel-sel kanker yang berasal dari bagian tubuh lainnya dan menyebar ke hati, misalnya kanker usus besar yang sudah menyebar, pada dasarnya tidak dianggap sebagai kanker hati melainkan dikenal sebagai tumor hati sekunder atau kanker metastasis ke hati.
b. Kanker Pankreas
Kanker kelenjar di pankreas adalah kanker jarang. Mereka disebut dengan berbagai nama, tergantung pada jenis tertentu dari sel kanker atau oleh hormon
yang dihasilkan oleh kanker. Nama meliputi tumor karsinoid, karsinoma sel islet, insulinoma, glucagonoma, dan sebagainya.
c. Kanker Gaster
Karsinoma gaster merupakan bentuk neoplasma gastrointestinal yang paling sering terjadi dan menyebabkan sekitar 2,4 % kematian akibat kanker. (Price & Wilson, 1995)
DAFTAR PUSTAKA
1. Pearce Evelin C. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk paramedis. Jakarta: PT
Gremedia Pustaka Utama
2. Drs. Irianto Kus. 2004. Struktur dan fungsi tubuh manusia. Jakarta : Yrama
Widia
3. Drs.H. Syaifudin.AMK. 2006. Anatomi Fisiologi untuk mahasiswa
keperawatan. Jakarta:EGC
4. Pearce, C, Evelyn, 1999, Anatomi dan Fisiologis untuk Paramedis, Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama
5. Price, S.A & Wilson, L.M, 2005, patofisiologi : Clinical Concepts of Desiase
Process, Edisi 6, Vol 2, Alih bahasa, Braham U.Pendit, Penerbit Buku
Kedokteran, EGC, Jakarta
6. Sudoyo, Aru W, Alwin, Simadibrata, dkk, 2006, Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam, Penerbit Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta