3. BAB I

74
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Masalah gizi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat utama di Indonesia. Kekurangan gizi belum dapat diselesaikan, prevalensi masalah gizi lebih dan obesitas mulai meningkat khususnya pada kelompok sosial ekonomi menengah ke atas di perkotaan. Diperkirakan masih terdapat sekitar 1,7 juta balita terancam gizi buruk yang keberadaannya tersebar di pelosok-pelosok Indonesia. Data Susenas tahun 2005, angka prevalensi gizi kurang anak balita 28%, dan di antara angka tersebut 8,8 % menderita gizi buruk. Pada tahun 2008 angka tersebut berkurang menjadi 13,0 %. Walau prevalensi gizi kurang menurun namun anak yang stunting (pendek) masih cukup tinggi 36,8% yang berarti pernah menderita kekurangan gizi. Sedangkan Prevalensi gizi buruk 5,4 % (Depkes, 2010). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas ) 2007, secara nasional prevalensi kekurangan gizi pada anak balita adalah sebesar 18,4% terdiri dari gizi kurang 13,0 % dan gizi buruk 5,4 %. Sementara itu Riskesdas 2010, gizi kurang tidak mengalami perubahan dan gizi buruk mengalami peningkatan Field Study – puslitbang gizi Page 1

Transcript of 3. BAB I

Page 1: 3. BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

Masalah gizi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat utama di

Indonesia. Kekurangan gizi belum dapat diselesaikan, prevalensi masalah gizi lebih dan

obesitas mulai meningkat khususnya pada kelompok sosial ekonomi menengah ke atas di

perkotaan. Diperkirakan masih terdapat sekitar 1,7 juta balita terancam gizi buruk yang

keberadaannya tersebar di pelosok-pelosok Indonesia.

Data Susenas tahun 2005, angka prevalensi gizi kurang anak balita 28%, dan di

antara angka tersebut 8,8 % menderita gizi buruk. Pada tahun 2008 angka tersebut

berkurang menjadi 13,0 %. Walau prevalensi gizi kurang menurun namun anak yang

stunting (pendek) masih cukup tinggi 36,8% yang berarti pernah menderita kekurangan

gizi. Sedangkan Prevalensi gizi buruk 5,4 % (Depkes, 2010).

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas ) 2007, secara nasional prevalensi

kekurangan gizi pada anak balita adalah sebesar 18,4% terdiri dari gizi kurang 13,0 %

dan gizi buruk 5,4 %. Sementara itu Riskesdas 2010, gizi kurang tidak mengalami

perubahan dan gizi buruk mengalami peningkatan dengan prevalensi gizi kurang balita

sebesar 13% dan gizi buruk 5,9%. Untuk Provinsi Nanggro Aceh Darussalam (NAD)

sendiri prevalensi gizi buruk 7,1% dan gizi kurang 16,6%. Selanjutnya data Departemen

Kesehatan RI tahun 2010 menunjukkan penurunan dari tahun 2007 dengan prevalensi

gizi buruk 5,4% menjadi 4,9% pada tahun 2010, sementara prevalensi gizi kurang tidak

mengalami perubahan, masih 13%. Sementara untuk Provinsi Nanggro Aceh Darussalam,

prevalensi gizi kurang 24% (Depkes, 2010).

Terdapat dua faktor yang mempengaruhi terjadinya gizi buruk, yaitu : faktor

langsung dan tidak langsung. Faktor penyebab langsung yaitu faktor konsumsi pangan

dan penyakit infeksi. Timbulnya gizi buruk tidak hanya karena makanan yang kurang,

tetapi juga karena penyakit. Faktor tidak langsung adalah ketahanan pangan keluarga,

Field Study – puslitbang gizi Page 1

Page 2: 3. BAB I

pola pengasuhan, Faktor ini berkaitan dengan tingkat pendidikan, pengetahuan dan

keterampilan (Depkes RI, 2007).

Beberapa penemuan peneliti menyatakan bahwa faktor budaya sangat berperan

dalam proses terjadinya masalah gizi di berbagai masyarakat dan negara. Unsur-unsur

budaya mampu menciptakan suatu kebiasaan penduduk yang terkadang bertentangan

dengan prinsip-prinsip ilmu gizi (Suhardjo, 1989). penelitian Astuti (2002) di Pedesaan

Propinsi jawa Tengah menyebutkan faktor pendidikan Ibu dan Bapak berpengaruh

terhadap status gizi Balita. Penelitian Hidayat (2005) tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi status gizi Balita di Indonesia pada tahun 2005 juga menyebutkan

pendidikan ibu berpengaruh signifikan terhadap status gizi Balita terutama di perkotaan.

Kemudian penelitian Yusrizal (2008) di wilayah pesisir Kabupaten Bireuen Nanggroe

Aceh Darussalam menyebutkan bahwa tingkat pengetahuan orang tua berpengaruh

terhadap status gizi Balita. Penelitian Sri Murni (2007) menyatakan bahwa pola makan

anak balita pada keluarga dengan ekonomi tinggi lebih baik dibandingkan dengan

keluarga miskin (ekonomi rendah) terutama dalam hal jenis, jumlah dan frekuensi

makanan. Dari beberapa penelitian tersebut dapat dilihat faktor sosial budaya dan

ekonomi berpengaruh terhadap status gizi Balita.

Berdasarkan dari latar belakang yang sudah disebutkan diatas. Kami tertarik

untuk meneliti tentang hubungan antara keadaan social-ekonomi, budaya dan tingkat

pengetahuan orang tua terhadap keadaan status gizi anaknya di Di Pusat Teknologi

Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik Bogor.

B. Rumusan Masalah.

Kami membuat perumusan masalah ini dari tiap aspek yang dinilai, dalam kunjungan

field visit 2012.

a. Aspek Community of Research Program (CRP)

- Bagaimana konsep penatalaksanaan KEP di puslitbang gizi bogor,

meliputi : ruang medical record, ruang pemeriksaan antropometri, ruang

pemeriksaan klinis, ruang penyuluhan, serta ruang obat dan makanan?

Field Study – puslitbang gizi Page 2

Page 3: 3. BAB I

- Bagaimana cara petugas kesehatan disana dalam melakaukan anamnesa

dan mengisi status gizi dengan lengkap? (data primer KEP)

- Bagaimana perumusan masalah tentang KEP, yang meliputi dari

Apa penyebab terjdainya KEP?

Siapa yang menurut umur, jenis kelamin, soisal-ekonomi, dan ras

yang menjadi pasien KEP?

Dimana kejadian KEP yang paling banyak terjadi, desa-kota, prop-

kab-kec, pantai-pegunungan?

Kapan saja waktu yang banyak terjadi kejadian KEP?

Mengapa bisa terjadi kejadian KEP?

Berapa banyak kejadian KEP yang terjadi?

- Bagaimana cara mendapatkan data sekunder lain yang berhubungan

dengan kejadian KEP pada pasien yang datang ke pulitbang gizi bogor?

- Bagaimana cara melaporkan hasil kegiatan kunjungan field visit kepada

pembimbing?

b. Aspek Community Health Oriented Program (CHOP)

- Apa hubungannya masalah gizi dengan pejamu, agent, dan lingkungan

(the epidemiologic triad of the disease) dari data primer?

- Bagaimana cara membuat konsep dasar timbulnya penyakit gizi dari data

primer?

- Bagaimana bentuk riwayat alamiah penyakit gizi (concepts of disease

natural history) dari hasil data primer?

- Bagaimana cara pencegahan penyakit gizi (concepts level of disease

prevention) dari data primer?

- Bagaimana pelaporan hasil kegiatan pada pembimbing?

c. Aspek Bioethics Humanity Program (BHP) – (berdasrkan observasi dan hasil

laporan tertulis kelompok mahasiswa)

- Bagaimana menunjukan empati staff kesehatan puslitbang gizi dan

mahasiswa kepada pasien dan keluarganya?

Field Study – puslitbang gizi Page 3

Page 4: 3. BAB I

- Bagaimana kemampuan dari staff kesehatan puslitbang gizi dan

mahasiswa untuk mengidentifikasi, menelaah dan memahami keadaan

pasien dan keluarganya?

- Bagaimana kemampuan dari staff kesehatan puslitbang gizi dan

mahasiswa untuk mendengarkan dan menanggapi keluh kesah pasien dan

keluarganya?

- Bagaimana cara dari staff kesehatan puslitbang gizi dan mahasiswa untuk

menunjukan pemberian saran dan alternative penyelesaian masalah pada

pasien dan keluarganya, sesuai dengan standart pelayanan medik?

- Bagaimana cara dari staff kesehatan puslitbang gizi dan mahasiswa

menunjukan kemampuan untuk menghormati dan menghargai pilihan

terapi pasien dan keluarganya?

- Bagaimana cara menunjukan partisipasi aktif dan kerjasama kelompok

yang baik?

d. Aspek Clinical Skill Program (CSP)

- Bagaimana keterampilan komunikasi staff kesehatan puslitbang gizi bogor

dan mahasiswa FK UPN pada ibu dan balita?

- Bagaimana cara menunjukan rasa empati staff kesehatan puslitbang gizi

bogor dan mahasiswa FK UPN terhadap ibu dan balita?

C. Tujuan Penelitian.

Tujuan Umum :

Tujuan Khusus :

a. Aspek Community of Research Program (CRP)

- Mengetahui konsep penatalaksanaan KEP di puslitbang gizi bogor,

meliputi : ruang medical record, ruang pemeriksaan antropometri, ruang

pemeriksaan klinis, ruang penyuluhan, serta ruang obat dan makanan.

- Mengetahui cara petugas kesehatan disana dalam melakaukan anamnesa

dan mengisi status gizi dengan lengkap? (data primer KEP)

- Mengetahui perumusan masalah tentang KEP, yang meliputi dari :

Field Study – puslitbang gizi Page 4

Page 5: 3. BAB I

Penyebab terjadinya KEP

Mengetahui umur, jenis kelamin, soisal-ekonomi, dan ras yang

menjadi pasien KEP

Mengetahui kejadian KEP yang paling banyak terjadi, desa-kota,

prop-kab-kec, pantai-pegunungan

Mengetahui kapan saja waktu yang banyak terjadi kejadian KEP

Mengetahui etiologi dari kejadian KEP?

Mengetahui berapa banyak kejadian KEP yang terjadi?

- Mengetahui morbidity rate terkait dengan kejadian KEP di puslitbang gizi

Bogor .

- Mengetahui mortality rate terkait dengan kejadian KEP di PTTKEK

Bogor.

b. Aspek Community Health Oriented Program (CHOP)

- Mengetahui hubungannya masalah gizi dengan pejamu, agent, dan

lingkungan (the epidemiologic triad of the disease) dari data primer.

- Mengetahui cara membuat konsep dasar timbulnya penyakit gizi dari data

primer.

- Mengetahui Bagaimana bentuk riwayat alamiah penyakit gizi (concepts of

disease natural history) dari hasil data primer.

- Mengetahui cara pencegahan penyakit gizi (concepts level of disease

prevention) dari data primer.

c. Aspek Bioethics Humanity Program (BHP)

- Mengetahui cara menunjukan empati staff kesehatan puslitbang gizi dan

mahasiswa kepada pasien dan keluarganya.

- Mengetahui kemampuan dari staff kesehatan puslitbang gizi dan

mahasiswa untuk mengidentifikasi, menelaah dan memahami keadaan

pasien dan keluarganya.

Field Study – puslitbang gizi Page 5

Page 6: 3. BAB I

- Mengetahui kemampuan dari staff kesehatan puslitbang gizi dan

mahasiswa untuk mendengarkan dan menanggapi keluh kesah pasien dan

keluarganya.

- Mengetahui kemampuan dari staff kesehatan puslitbang gizi dan

mahasiswa untuk menunjukan pemberian saran dan alternative

penyelesaian masalah pada pasien dan keluarganya, sesuai dengan standart

pelayanan medik.

- Mengetahui kemampuan peneliti untuk mengormati dan menghargai

pilihan terapi pasien dan keluarganya.

- Mengetahui kemampuan partisipasi aktif peneliti dan kemampuan

kerjasama kelompoknya.

d. Aspek Clinical Skill Program (CSP)

- Mengetahui teknik komunikasi peneliti dengan GATHER sehingga tercapai

seluruh informasi yang diinginkan.

- Mengetahui keterampilan komunikasi staff kesehatan puslitbang gizi bogor

dan mahasiswa FK UPN pada ibu dan balita.

- mengetahui cara menunjukan rasa empati staff kesehatan puslitbang gizi

bogor dan mahasiswa FK UPN terhadap ibu dan balita.

D. Manfaat Penelitian

Bagi Peneliti

Menambah wawasan dalam melakukan penelitian dan aplikasi keilmuan terhadap

masalah gizi yang ada.

Bagi Responden

Memberikan informasi mengenai Gizi Seimbang dan diharapkan dapat

mengaplikasikannya.

Bagi Pelayanan Kesehatan

penelitian ini berguna untuk memberikan informasi kesehatan, khususnya edukasi kepada

masyarkat tentang gizi seimbang.

Field Study – puslitbang gizi Page 6

Page 7: 3. BAB I

Bagi Perkembangan Ilmu Kesehatan Masyarakat

Agar masyarakat bisa lebih mengerti dan memahami tentang masalah gizi, terutama

masalah gizi seimbang terhadap balita.

Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai wahana kepustakaan bagi institusi pendidikan dan dapat menjadi bahan bacaan

serta menambah pengetahuan.

Field Study – puslitbang gizi Page 7

Page 8: 3. BAB I

BAB II

LANDASAN TEORI

Ilmu Gizi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang makanan dalam

hubungannya dengan kesehatan optimal. Di satu sisi, ilmu gizi berkaitan dengan makanan dan di

sisi lain dengan tubuh manusia. Tubuh membutuhkan zat gizi essensial tetentu. Zat gizi essensial

adalah zat gizi yang harus didatangkan dari makanan.

Zat gizi essensial :

1. Karbohidrat

2. Lemak/Lipid

3. Protein

4. Mineral

5. Vitamin

6. Air

Tiga fungsi zat gizi dalam tubuh. Yaitu :

1. Memberi energi :

Zat gizi yang dapat memberikan energi adalah karbohidrat, lemak, dan protein. Oksidasi

zat-zat ini diperlukan tubuh untuk melakukan kegiatan atau aktivitas. Dalam fungsinya

sebagai zat pemberi energy, ketiga zat ini dinamakan zat pembangun.

2. Pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh :

Protein, mineral dan air adalah bagian dari jaringan tubuh. Zat ini diperlukan untuk

membentuk sel-sel baru, memelihara dan mengganti sel-sel yang rusak. Karena itu, zat

ini dinamakan zat pembangun.

Field Study – puslitbang gizi Page 8

Page 9: 3. BAB I

3. Mengatur proses tubuh :

Protein, mineral, air, dan vitamin diperlukan untuk mengatur proses dalam tubuh.

Masing-masing zat ini memiliki fungsi untuk mengatur proses dalam tubuh. Sehingga

dinamakan zat pengatur.

Gizi Seimbang

Gizi Seimbang adalah makanan yang dikonsumsi oleh individu sehari-hari yang beraneka

ragam dan memenuhi 5 kelompok zat gizi dalam jumlah yang cukup, tidak berlebihan dan tidak

kekurangan (Dirjen BKM, 2002).

Menu seimbang : menu yang terdiri dari beranekaragam makanan dengan jumlah dan

proporsi yang sesuai, sehingga memenuhi kebutuhan gizi seseorang guna pemeliharaan dan

perbaikan sel-sel tubuh dan proses kehidupan serta pertumbuhan dan perkembangan (Almatsier,

2001)

Peranan berbagai kelompok bahan makanan tergambar dalam piramida gizi seimbang

yang berbentuk kerucut. Populer dengan istilah “TRI GUNA MAKANAN” :

Pertama, sumber zat tenaga yaitu padi-padian dan umbi-umbian serta tepung-tepungan

yang digambarkan di dasar kerucut.

Kedua, sumber zat pengatur yaitu sayuran dan buah-buah digambarkan bagian tengah

kerucut.

Ketiga, sumber zat pembangun, yaitu kacang-kacangan, makanan hewani dan hasil

olahan, digambarkan bagian atas kerucut.

Dalam menyusun gizi seimbang, ada faktor-faktor yang menentukan dapat atau tidaknya

terjadi penyusunan gizi seimbang dalam suatu daerah atau rumah tangga.

Faktor yang memengaruhi penyusunan Gizi Seimbang :

1. Ekonomi (terjangkau dengan keuangan keluarga)

2. Sosial budaya (tidak bertentangan)

3. Kondisi kesehatan

Field Study – puslitbang gizi Page 9

Page 10: 3. BAB I

4. Umur

5. Berat badan

6. Aktivitas

7. Kebiasaan makan (like or dislike)

8. Ketersediaan pangan setempat.

Pola menu seimbang memiliki pedoman yang dikembangkan sejak tahun 1950 dan yang

telah mengakar di masyarakat luas adalah Pedoman Menu 4 Sehat 5 Sempurna. Namun, pada

tahun 1995, pedoman ini telah dikembangkan menjadi Pedoman Umum Gizi Seimbang.

Peranan berbagai kelompok bahan makanan tergambar dalam piramida gizi seimbang yang

berbentuk kerucut. Populer dengan istilah “TRI GUNA MAKANAN” :

1. Sumber zat tenaga yaitu padi-padian dan umbi-umbian serta tepung-tepungan yang

digambarkan di dasar kerucut.

2. Sumber zat pengatur yaitu sayuran dan buah-buah digambarkan bagian tengah kerucut.

3. Sumber zat pembangun, yaitu kacang-kacangan, makanan hewani dan hasil olahan,

digambarkan bagian atas kerucut

Dan yang jumlahnya harus dibatasi yaitu gula dan garam.

13 Pesan Umum Gizi Seimbang :

1. Makanlah aneka ragam makanan.

2. Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi.

3. Makanlah makanan sumber karbohidrat, setengah dari kebutuhan energi.

4. Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan energi.

5. Gunakan garam beryodium.

6. Makanlah makanan sumber zat besi.

7. Berikan ASI saja pada bayi sampai umur 6 bulan dan tambahkan MP-ASI sesudahnya.

8. Biasakan makan pagi.

9. Minumlah air bersih, aman yang cukup jumlahnya.

10. Lakukan aktivitas fisik secara teratur.

11. Hindari minuman yang beralkohol.

12. Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan.

13. Bacalah label pada makanan yang dikemas.

Field Study – puslitbang gizi Page 10

Page 11: 3. BAB I

Gizi di Indonesia :

Masalah gizi adalah gangguan kesehatan seseorang atau masyarakat yang disebabkan

oleh tidak seimbangnya pemenuhan kebutuhannya akan zat gizi yang diperoleh dari makanan.

Masalah gizi yang dalam bahasa Inggris disebut malnutrition, dibagi dalam dua kelompok yaitu

masalah gizi-kurang (under nutrition) dan masalah gizi-lebih (over nutrition), baik berupa

masalah gizi-makro ataupun gizi-mikro.

Masalah gizi makro, terutama masalah kurang energi dan protein (KEP), telah

mendominasi perhatian para pakar gizi selama puluhan tahun. Pada tahun 1980-an data dari

lapangan di banyak negara menunjukkan bahwa masalah gizi utama bukan kurang protein, tetapi

lebih banyak karena kurang energi atau kombinasi kurang energi dan protein. Bayi sampai anak

berusia lima tahun, yang lazim disebut balita, dalam ilmu gizi dikelompokkan sebagai golongan

penduduk yang rawan terhadap kekurangan gizi termasuk KEP.

Masalah gizi lainnya yang cukup penting adalah masalah gizi mikro, terutama untuk

kurang vitamin A, kurang yodium, dan kurang zat besi. Meskipun berdasarkan hasil survei

nasional tahun 1992 Indonesia dinyatakan telah bebas dari xerophthalmia, masih 50 persen dari

Field Study – puslitbang gizi Page 11

Page 12: 3. BAB I

balita mempunyai serum retinol <20 mcg/100 ml, yang berarti memiliki risiko tinggi untuk

munculnya kembali kasus xeropthalmia. Sementara prevalensi gangguan akibat kurang yodium

(GAKY) pada anak usia sekolah di Indonesia adalah 30 persen pada tahun 1980 dan menurun

menjadi 9,8 persen pada tahun 1998.

Walaupun terjadi penurunan yang cukup berarti, GAKY masih dianggap masalah

kesehatan masyarakat, karena secara umum prevalensi masih di atas 5 persen dan bervariasi

antar wilayah, dimana masih dijumpai kecamatan dengan prevalensi GAKY di atas 30 persen.

Penyebab Utama Masalah Gizi

Terdapat dua faktor yang terkait langsung dengan masalah gizi khususnya gizi buruk atau

kurang, yaitu intake zat gizi yang bersumber dari makanan dan infeksi penyakit (lihat Gambar 3).

Kedua faktor yang saling mempengaruhi tersebut terkait dengan berbagai fakto penyebab tidak

langsung yaitu ketahanan dan keamanan pangan, perilaku gizi, kesehatan badan dan sanitasi

lingkungan.

Ketahanan pangan merupakan salah satu isu utama upaya peningkatan status gizi

masyarakat yang paling erat kaitannya dengan pembangunan pertanian. Situasi produksi pangan

dalam negeri serta ekspor dan impor pangan akan menentukan ketersediaan pangan yang

selanjutnya akan mempengaruhi kondisi ketahanan pangan di tingkat wilayah. Sementara

ketahanan pangan pada tingkat rumahtangga, akan ditentukan pula oleh daya daya beli

masyarakat terhadap pangan.

Seperti yang tersaji dalam Gambar 5, ketahanan pangan sebagai isu penting dalam

pembangunan pertanian menuntut kemampuan masyarakat dalam menyediakan kebutuhan

pangan yang diperlukan secara sustainable (ketersediaan pangan) dan juga menuntut kondisi

yang memudahkan masyarakat memperolehnya dengan harga yang terjangkau khususnya bagi

masyarakat lapisan bawah (sesuai daya beli masyarakat).

Menyeimbangkan antara ketersediaan pangan dan sesuai dengan daya beli masyarakat

dengan meminimalkan ketergantungan akan impor menjadi hal yang cukup sulit dilaksanakan

saat ini. Pada kenyataannya, beberapa produk pangan penting seperti beras dan gula, produksi

Field Study – puslitbang gizi Page 12

Page 13: 3. BAB I

dalam negeri dirasa masih kalah dengan produk impor karena tidak terjangkau oleh daya beli

masyarakat kita.

Kebijakan yang ada pun tidak memberi kondisi yang kondusif bagi petani sebagai

produsen, untuk dapat meningkatkan produktivitasnya maupun mengembangkan diversifikasi

pertanian guna mengembangkan keragaman pangan.

Perkembangan Konsumsi Pangan

Intake zat gizi yang berasal dari makanan yang dikonsumsi seseorang merupakan salah

satu penyebab langsung dari timbulnya masalah gizi. Rata-rata konsumsi energi penduduk

Indonesia tahun 2002 adalah sekitar 202 kkal/kap/hari yang berarti sekitar 90.4 persen dari

kecukupan yang dianjurkan. Sementara rata-rata konsumsi protein sekitar 54,4 telah melebih

kecukupan protein yang dianjurkan baru mencapai 90,4 persendari kecukupan gizi yang

dianjurkan sebesar 2200 kkal/hari.

Selain masih rendahnya tingkat konsumsi energi, data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa

pola konsumsi pangan penduduk belum memenuhi kaidah gizi baik dari segi kualitas maupun

keragamannnya, dimana masih terjadi: (1) kelebihan padi-padian; (2) sangat kekurangan pangan

hewani; dan (3) kurang umbi-umbian, sayur dan buah, kacang-kacangan, minyak dan lemak,

buah/biji berminyak serta gula. Kondisi tersebut mencerminkan tingginya ketergantungan

konsumsi pangan penduduk pada padi-padian terutama beras.

Penilaian status gizi :

Cara Penilaian status nutrisi

Pengukuran dengan cara-cara yang baku dilakukan beberapa kali secara berkala pada berat

dan tinggi badan, lingkaran lengan atas, lingkaran kepala, tebal lipatan kulit (skinfold) diperlukan

untuk penilaian pertumbuhan dan status gizi pada bayi dan anak.

1. Berat dan Tinggi Badan terhadap umur :

Field Study – puslitbang gizi Page 13

Page 14: 3. BAB I

• Pengukuran antropometri sesuai dengan cara-cara yang baku, beberapa kali secara

berkala misalnya berat badan anak diukur tanpa baju, mengukur panjang bayi

dilakukan oleh 2 orang pemeriksa pada papan pengukur (infantometer), tinggi

badan anak diatas 2 tahun dengan berdiri diukur dengan stadiometer.

• Baku yang dianjurkan adalah buku NCHS secara Internasional untuk anak usia 0-18

tahun yang dibedakan menurut jender laki-laki dan wanita.

• Cara canggih yang lebih tepat untuk menetapkan obesitas pada anak dengan

kalkulasi skor Z (atau standard deviasi) dengan mengurangi nilai berat badan

yang dibagi dengan standard deviasi populasi referens. Skor Z =atau > +2

(misalnya 2SD diatas median) dipakai sebagai indikator obesitas.

2. Lingkar kepala, lingkar lengan, lingkaran dada diukur dengan pita pengukur yang tidak

molor. Baku Nellhaus dipakai dalam menentukan lingkaran kepala (dikutip oleh

Behrman, 1968). Sedangkan lingkaran lengan menggunakan baku dari Wolanski, 1961

yang berturut-turut diperbaiki pada tahun 1969.

3. Tebal kulit di ukur dengan alat Skinfold caliper pada kulit lengan, subskapula dan daerah

pinggul., penting untuk menilai kegemukan. Memerlukan latihan karena sukar

melakukannya dan alatnyapun mahal (Harpenden Caliper).

Penggunaan dan interpretasinya yang terlebih penting.

4. Body Mass Index (BMI) adalah Quetelet’s index, yang telah dipakai secara luas,

yaitu berat badan(kg) dibagi kuadrat tinggi badan (m2). BMI mulai disosialisasikan untuk

penilaian obesitas pada anak dalam kurva persentil juga (lihat pada lampiran,CDC tahun

2004). Tingkat kelebihan berat badan harus dinyatakan dengan SD dari mean (rerata) BMI

untuk populasi umur tertentu. Mean BMI juga bervariasi seperti pada berat badan normal

pada status gizi dan frekuensi kelebihan berat pada rerata BMI dan standard deviasi yang

dihitung. Misalnya anak dengan rerata BMI +1 SD di suatu negara tidak harus sama

dengan rerata BMI +1 dinegara lain

Pengetahuan, Sikap, dan perilaku

Field Study – puslitbang gizi Page 14

Page 15: 3. BAB I

1. Pengetahuan

a. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil “Tahu” dan ini terjadi

setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu yang mana

penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia yakni indera

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba yang sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. (Notoatmodjo,

2003)

b. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003) membagi 6 tingkat pengetahuan. Ada 6

tingkat pengetahuan yang dicapai dalam domain kognitif yaitu :

- Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali

terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, ini merupakan tingkat

pengetahuan yang paling rendah. Untuk mengukur bahwa seseorang, tabu

tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,

mendefenisikan. menyatakan dan sebagainya.

- Memahami (Comprehention)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan

materi tersebut secara benar, orang yang telah paham terhadap objek atau

materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

- Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenamya, aplikasi ini

diartikan dapat sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus

metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

Field Study – puslitbang gizi Page 15

Page 16: 3. BAB I

- Analisis (Analysys)

Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu

struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

Kemampuan analisa ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja dapat

menggambarkan, membedakan, mengelompokkan dan seperti sebagainya.

Analisis merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi, memisahkan dan

sebagainya.

- Sintesa (Syntesis)

Adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau menggabungkan

bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang, baru dengan kata

lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formasi baru dari

informasi-informasi yang ada misalnya dapat menyusun, dapat

menggunakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan

terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada.

- Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian itu

berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan

kriteria yang telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan

wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin

diukur dari subjek penelitian atau responder kedalaman pengetahuan yang

ingin kita ketahui dapat kita lithat sesuai dengan tingkatan-tingkatan

diatas.

2. Sikap

a. Pengertian

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap

suatu stimulus atau objek. Dapat disimpulkan bahwa sikap dapat dilihat secara langsung,

tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang ditutup. Sikap secara

nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang

Field Study – puslitbang gizi Page 16

Page 17: 3. BAB I

dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat reaksi emosional terhadap

stimulus sosial.

Newcomb, salah seorang psikologis sosial, menyatakan bahwa sikap merupakan

kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif

tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan

predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap merupakan suatu rekasi tertutup, bukan

merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan

untuk bereaksi terhadap objek dilingkungan tertentu terhadap suatu penghayatan terhadap

objek.

b. Komponen Sikap

Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga komponen pokok yaitu :

1. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek.

2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to be have)

Ketiga komponen tersebut membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam

penentuan sikap yang utuh, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang

peranan penting.

c. Pengukuran Sikap

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara

langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap

suatu objek. (Soekidjo Notoatmodjo, 2007)

3.Pengertian Perilaku

Dalam sebuah buku yang berjudul “Perilaku Manusia” Drs. Leonard F.

Polhaupessy, Psi. menguraikan perilaku adalah sebuah gerakan yang dapat diamati dari

luar, seperti orang berjalan, naik sepeda, dan mengendarai motor atau mobil. Untuk

aktifitas ini mereka harus berbuat sesuatu, misalnya kaki yang satu harus diletakkan pada

kaki yang lain. Jelas, ini sebuah bentuk perilaku. Cerita ini dari satu segi. Jika seseorang

duduk diam dengan sebuah buku ditangannya, ia dikatakan sedang berperilaku.  Ia

Field Study – puslitbang gizi Page 17

Page 18: 3. BAB I

sedang membaca. Sekalipun pengamatan dari luar sangat minimal, sebenarnya perilaku

ada dibalik tirai tubuh, di dalam tubuh manusia.

Dalam buku lain diuraikan bahwa perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas

organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang

biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh – tumbuhan, binatang sampai dengan

manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktifitas masing – masing. Sehingga

yang dimaksud perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktifitas manusia

darimanusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan,

berbicara, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya. Dari uraian diatas

dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau

aktifitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati

pihak luar.

Skiner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan

respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena

perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian

organisme tersebut merespon, maka teori skiner disebut teori “S - O - R” atau Stimulus –

Organisme – Respon. Skiner membedakan adanya dua proses :

1. Respondent respon atau reflexsive, yakni respon yang ditimbulkan oleh rangsangan –

rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut electing stimulation karena

menimbulkan respon – respon yang relative tetap. Misalnya : makanan yang lezat

menimbulkan keinginan untuk makan, cahaya terang menyebabkan mata tertutup, dan

sebagainya. Respondent respon ini juga mencakup perilaku emosional misalnya

mendengar berita musibah menjadi sedih atau menangis, lulus ujian meluapkan

kegembiraannya dengan mengadakan pesta, dan sebagainya.

2. Operant respon atau instrumental respon, yakni respon yang timbul dan berkembang

kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang ini disebut

reinforcing stimulation atau reinforce, karena memperkuat respon. Misalnya apabila

seorang petugas kesehatan melaksanakan tugasnya dengan baik (respon terhadap uraian

tugasnya atau job skripsi) kemudian memperoleh penghargaan dari atsannya (stimulus

Field Study – puslitbang gizi Page 18

Page 19: 3. BAB I

baru), maka petugas kesehatan tersebut akan lebih baik lagi dalam melaksanakan

tugasnya. (Notoatmodjo 2003)

4. Bentuk Perilaku

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan

menjadi dua yaitu:

1. Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dakam bentuk

terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih

terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan / kesadaran, dan sikap yang terjadi

belumbisa diamati secara jelas oleh orang lain.

2. Perilaku terbuka adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk

tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap terhadap stimulus tersebut sudah jelas

dalam bentuk tindakan atau praktek (practice). (Notoatmodjo, 2007)

Diatas telah dituliskan bahwa perilaku merupakan bentuk respon dari stimulus

(rangsangan dari luar). Hal ini berarti meskipun bentuk stimulusnya sama namun bentuk

respon akan berbeda dari setiap orang. Faktor – factor yang membedakan respon terhadap

stimulus disebut determinan perilaku. Determinan perilaku dapat dibedakan menjadi dua

yaitu :

1. Faktor internal yaitu karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat given

atau bawaan misalnya : tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan

sebagainya.

2. Faktor eksternal yaitu lingkungan, baik lingkungan fisik, fisik, ekonomi, politik,

dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering menjadi factor yang dominanyang

mewarnai perilaku seseorang. (Notoatmodjo, 2007)

Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi

perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang

berurutan, yakni :

Field Study – puslitbang gizi Page 19

Page 20: 3. BAB I

1)  Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui

setimulus (objek) terlebih dahulu.

2) Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus

3)  Evaluation (menimbang – nimbang baik dan tidaknya stimulus bagi dirinya).Hal

ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

4) Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.

5) Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran,

dan sikapnya terhadap stimulus.

Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini

didasari oleh pengetanhuan, kesadaran, dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan

menjadi kebiasaan atau bersifat langgeng (long lasting). (Notoatmodjo, 2003)

Hubungan Sikap dengan Perilaku.

Pada mulanya secara sederhana diasumsikan bahwa sikap seseorang menentukan

perilakunya (Sears, dkk, 1999). Sikap juga selalu dikaitkan dengan perilaku yang berada dalam

batas kejiwaan dan kenormalan yang merupakan respon atau reaksi terhadap stimulus dari

lingkungan. Dalam hal ini sikap tidak dapat terlepas dari perilaku, artinya dimana seseorang

bersikap menolak suatu objek ia akan cenderung untuk menghindari objek tersebut atau bahkan

sebaliknya jika seseorang menerima objek tersebut cenderung individu tersebut untuk

melakukannya atau mendekati objek tersebut.

Semakin komplek situasinya dan semakin banyak faktor yang akan ikut menjadi

pertimbangan dalam bertindak maka semakin sulitlah memprediksikan perilaku dan semakin

sulit pula menafsirkannya sebagai indikator sikap seseorang. Respon perilaku tidak saja

ditentukan oleh sikap individu, tetapi oleh norma subjektif yang berada dalam inidivu

tersebut. (Saifuddin, 2003)

Field Study – puslitbang gizi Page 20

Page 21: 3. BAB I

BAB III

METODE PENELITIANDesain penelitian

Penelitian ini merupakan studi cross-sectional untuk menentukan prevalensi gizi buruk, dilanjutkan dengan studi intervensi untuk menilai peran ekonomi masyarakat terhadap status gizi.

Tempat dan waktu penelitianPenelitian akan dilakukan di PUSLITBANG Gizi Bogor pada Hari Selasa 22 Mei 2012.

Populasi penelitianPopulasi terjangkau penelitian ini adalah penderita gizi buruk pada bayi dan balita yang

berobat ke PUSLITBANG Gizi Bogor pada Hari Selasa 22 Mei 2012.

Sampel dan cara pemilihan sampelSampel diambil dari populasi dengan pemilihan secara random atau acak.

Definisi Oprasional Variabel

Variabel Definisi Oprasional Alat Ukur Hasil Ukur

Pengetahuan(Dependen 1)

Segala sesuatu yang diketahui responden

tentang gizi seimbang

Kuisioner sebanyak 10 pertanyaan dengan

pilihan ganda.Nilai awal sebanyak 100.

Untuk jawaban yang benar, dinilai 10.

Untuk jawaban yang salah, dinilai 0.

Nilai 0-30 = pengetahuan buruk

Nilai 40-70 = pengetahuan

sedangNilai 80-100 =

pengetahuan baik

Sikap(Dependen 2)

Tanggapan responden berdasarkan hasil

penalaran atau pengolahan terhadap

informasi tentang Gizi Seimbang serta

keyakinan yang ada

Kuisioner sebanyak 10 pertanyaan.

Nilai minimum 10, nilai maksimum 20.

Nilai 10-13 = sikap buruk

Nilai 14-16 = sikap cukup

Nilai 17-20 = sikap baik

Field Study – puslitbang gizi Page 21

Page 22: 3. BAB I

mengenainya.

Perilaku(Dependen 3)

Tindakan responden berdasarkan hasil

penalaran atau pengolahan terhadap

informasi tentang Gizi Seimbang

Kuisioner sebanyak 10 pertanyaan.

Nilai minimum 10, nailai mkasimum 30

Nilai 10-16 = perilaku burukNilai 17-23 =

perilaku sedangNilai 24-30 = perilaku baik

Rencana pengolahan dan analisis dataData yang telah terkumpul diolah dengan softwere yang ada dikomputer kemudian

dianalisis dengan uji chi-square, setelah itu disajikan dalam bentuk table dan diagram.

BAB IV

Field Study – puslitbang gizi Page 22

Page 23: 3. BAB I

PEMBAHASAN

A. ASPEK CHOP

Masalah gizi saat ini

Tiga faktor yang berkaitan dengan masalah gizi:

1. Host (pejamu)

2. Agent (zat gizi, penyakit)

3. Environment

1. Host

Semua faktor yang ada pada manusia yang dapat mempengaruhi timbulnya perjalanan

penyakit. Contoh :

a. Tubuh :

- Fisik (TB/BB)

- Psikis

b. Social budaya

c. Pendidikan

Field Study – puslitbang gizi Page 23

Page 24: 3. BAB I

Tingkat pendidikan yang kurang baik akan menyebabkan kurangnya pengetahuan dan

kesadaran orang tua akan pentingnya asupan gizi pada anak sehingga menyebabkan

pasien tersebut tidak mendapatkan asupan gizi yang cukup.

2. Agents

Pasokan zat gizi yang masuk ke dalam tubuh dan dapat mempengaruhi status kesehatan

pasien

a. Karbohidrat

b. Lemak

c. Protein

d. Vitamin

e. Mineral

Asupan yang kurang dari salah satu atau beberapa zat gizi di atas akan mempengaruhi

status gizi pasien. Pemberian atau komposisi makanan yang tidak tepat dapat

menyebabkan pasien kekurangan salah satu sumber zat gizi yang penting untuk tubuhnya.

3. Environment

seluruh kondisi dan pengaruh luar yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan

organisme.

a. Fisik

b. Biologic

c. Social ekonomi

Ketiga faktor diatas dapat mempengaruhi :

- Pengadaan : ekonomi yang kurang dapat membuat pengadaan bahan makanan

dengan komposisi yang tepat kurang memadai, sehingga anak tidak mendapatkan

asupan gizi yang cukup.

- Pengolahan : tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan kurangnya

pengetahuan orang tua tentang bagaimana cara mengolah makanan yang baik.

Field Study – puslitbang gizi Page 24

Page 25: 3. BAB I

- Penyajian : tingkat pendidikan dan ekonomi yang rendah juga dapat menyebabkan

berkurangnya pengetahuan orangtua bagaimana cara menyajikan makanan yang

tepat komposisi untuk anaknya.

- Penyimpanan dan kebersihan : tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan

kurangnya pengetahuan orang tua bagaimana baiknya menyimpan makanan untuk

keluarga sehinga kebersihannya tetap terjaga.

Segitiga epidemiologi pada puslitbang gizi bogor

HOST AGENT ENVIRONMEN

Nama Anak : Muhammad Lutfi

Usia : 6 bulan ( anak pertama )

Jenis Kelamin : laki-laki

Fisik

– BB :

april = 6,8 kg

mei =6 kg

Waktu pemberian makan yang

tidak tepat

Pemberian makanan yang

tidak tepat komposisi

usia ibu :

usia ayah

jumlah anak

urutan anak

pendidikan ibu

pendidikan ayah

pekerjaan ibu

pekerjaan ayah

penghasilan total

keluarga

info gizi seimbang

sumber info

Pengetahuan ibu

Sikap ibu

Perilaku ibu

Konsep dasar timbulnya penyakit gizi

Field Study – puslitbang gizi Page 25

Page 26: 3. BAB I

1. Masalah dasar

Krisis politik dan ekonomi pada pemerintahan akan menjadi masalah dasar dalam

penentuan status gizi.

2. Masalah utama

- Kemiskinan : didapatkan bahwa tingkat penghasilan orang tua yang tergolong

rendah lebih banyak daripada penghasilan cukup.

< Rp 1.118.009,- = 72,73 %

>Rp 1.118.009,- = 27, 27 %

- Pendidikan : didapatkan bahwa tingkat pendidikan responden mayoritas

berpendidikan rendah dimana dapat menjadi masalah utama penentuan status gizi

anak.

Tingkat Pendidikan Ayah Ibu

SD 46.15 % 53.85 %

SMP 15.38 % 23.08 %

SMA 38.46 % 23.08 %

Field Study – puslitbang gizi Page 26

Page 27: 3. BAB I

3. Penyebab tidak langsung

- Ketersediaan pangan tingkat rumah tangga

Pendapatan yang rendah dapat menyebabkan berkurangnya ketersediaan pangan

di rumah.

- Prilaku atau asuhan ibu dan anak

Tingkat pendidikan yang rendah dapat menyebabkan anak tidak tahu mana

makanan yang baik untuk dikonsumsi dan tidak. Orang tua juga tidak dapat

menyediakan makanan dnegan komposisi yang baik untuk dikonsumsi oelh

keluarga.

- Pelayanan kesehatan

Pendidikan yang rendah menyebabkan orang tua kurang sadar akan pentingnya

datang ke pelayanan kesehatan untuk sekedar mendapatkan penyuluhan atau

malekukan imunisasi gratis yang menjadi program dari pelayanan kesehatan

4. Penyebab langsung

- Kurangnya ketersediaan pangan di tingkat rumah tangga, kurangnya pengetahuan

ibu menyediakan makanan yang tepat komposisi dan kurangnya pengawasan

orang tua tentang makanan apa saja yang aman dan baik untuk dikonsumsi dapat

menyebabkan berkurangnya asupan gizi yang baik dan tepat untuk anak.

- Prilaku asuhan ibu yang kurang baik Karena ketidakmampuan ibu untuk

menyediakan makanan yang bersih untuk keluarga. Serta kurangnya kesadaran

orang tua kan pentinganya melakukan imunisasi dapat menyebabkan anak lebih

mudah terkena penyakit infeksi.

5. Kedua penyebab langsung yaitu kurangnya asupan gizi dan mudahnya anak terkena

infeksi saling bersinergi untuk memperburuk status gizi anak.

Riwayat alamiah penyakit gizi

Perkembangan penyakit secara alamiah, tanpa ikut campur tangan medis atau intervensi

kesehatan lainnya.

Field Study – puslitbang gizi Page 27

Page 28: 3. BAB I

Tahapan Riwayat Alamiah Penyakit

Tahap Prepatogenesis : merupakan Kondisi Host masih normal/sehat

Tahap Patogenesis :

o Tahap Inkubasi → tahap mulai masuknya Agent kedalam Host, sampai timbul

gejala sakit

o Tahap penyakit dini → tahap mulainya timbul gejala penyakit dalam keadaan

awal (ringan)

o Tahap penyakit lanjut → tahap penyakit telah berkembang pesat dan

menimbulkan kelainan patologis dan gejalanya

Field Study – puslitbang gizi Page 28

Page 29: 3. BAB I

Tahap Pasca Patogenesis:

o Tahap penyakit akhir → tahap berakhirnya perjalanan penyakit, dapat dalam

bentuk;

o Sembuh sempurna → Agent hilang, Host pulih dan sehat kembali

o Sembuh dengan cacat → Agent hilang, penyakit tidak ada → Host tidak pulih

sempurna (ada bekas gangguan/cacat)

o Karier →Agent masih ada, Host pulih → gangguan Agent masih ada (minimal)

Tingkat pencegahan penyakit gizi

Primordial Prevention (Pencegahan Tingkat Awal)

Perilaku hidup bersih dan sehat

Mengindari bahan pengawet, pewarna

Makan bergizi seimbang

Istirahat cukup

Olah raga teratur

Primary Prevention (Pencegahan Tingkat Pertama)

Pendidikan kesehatan

Field Study – puslitbang gizi Page 29

Page 30: 3. BAB I

Imunisasi

Secondary Prevention (Pencegahan Tingkat Kedua)

Diagnosis awal

Pengobatan cepat dan tepat

Kemo-profilaksis

Screening (pencarian penderita dengan gejala umum)

Tertiary Prevention

Mencegah penyakit agar tidak bertambah parah

Mencegah: kematian, kecacatan

Rehabilitasi: fisik, mental, social

Field Study – puslitbang gizi Page 30

Page 31: 3. BAB I

B. ASPEK CRP

DATA PRIMER

HUBUNGAN ANTARA USIA IBU DENGAN STATUS GIZI ANAK

kategori kuesioner

TotalGizi Buruk Gizi Kurang Gizi Baik

usia ibu 20-35 Count 10 5 3 18

Expected Count 9.4 6.0 2.6 18.0

=/> 35 Count 1 2 0 3

Expected Count 1.6 1.0 .4 3.0

Total Count 11 7 3 21

Expected Count 11.0 7.0 3.0 21.0

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 1.909a 2 .385

Likelihood Ratio 2.147 2 .342

Linear-by-Linear Association .014 1 .904

N of Valid Cases 21

Hipotesis kasus

Ho : tidak ada hubungan antara usia ibu dengan status gizi anak.

H1 : ada hubungan antara usia ibu dengan status gizi anak

Jika probabilitas > 0.05, maka Ho diterimaJika probabilitas < 0.05, maka Ho ditolak.

Field Study – puslitbang gizi Page 31

Page 32: 3. BAB I

Hasil :Assymp. Sig (2-sided) : 0.385 >0.05 maka hasilnya Ho diterima. Maka tidak ada hubungan antara usia ibu dengan status gizi anak. Responden kebanyakan berusia 20-35 tahun, ada hubungan usia tersebut terhadap mencapai status gizi anak.

HUBUNGAN ANTARA USIA AYAH DENGAN STATUS GIZI ANAK

Crosstab

kategori kuesioner

TotalGizi Buruk Gizi Kurang Gizi Baik

usia ayah 20-35 Count 8 5 3 16

Expected Count 8.4 5.3 2.3 16.0

=/>35 Count 3 2 0 5

Expected Count 2.6 1.7 .7 5.0

Total Count 11 7 3 21

Expected Count 11.0 7.0 3.0 21.0

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 1.098a 2 .578

Likelihood Ratio 1.786 2 .409

Linear-by-Linear Association .575 1 .448

N of Valid Cases 21

a. 4 cells (66.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count

is .71.

Hipotesis kasus

Ho : tidak ada hubungan antara usia ayah dengan status gizi anak.

H1 : ada hubungan antara usia ayah dengan status gizi anak

Jika probabilitas > 0.05, maka Ho diterimaJika probabilitas < 0.05, maka Ho ditolak.

Field Study – puslitbang gizi Page 32

Page 33: 3. BAB I

Hasil :

Assymp. Sig (2-sided) : 0. 578 >0.05 maka hasilnya Ho diterima. Maka tidak ada hubungan antara usia ayah dengan status gizi anak. Responden kebanyakan berusia 20-35 tahun, ada hubungan usia tersebut terhadap mencapai status gizi anak.

HUBUNGAN ANTARA JUMLAH ANAK DENGAN STATUS GIZI ANAK

Crosstab

kategori kuesioner

TotalGizi Buruk Gizi Kurang Gizi Baik

jumlah anak 1 Count 4 2 2 8

Expected Count 4.2 2.7 1.1 8.0

>1 Count 7 5 1 13

Expected Count 6.8 4.3 1.9 13.0

Total Count 11 7 3 21

Expected Count 11.0 7.0 3.0 21.0

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 1.322a 2 .516

Likelihood Ratio 1.295 2 .523

Linear-by-Linear Association .405 1 .525

N of Valid Cases 21

a. 5 cells (83.3%) have expected count less than 5. The

minimum

b. expected count is 1.14.

Hipotesis kasus

Ho : tidak ada hubungan antara jumlah anak dengan status gizi anak.

H1 : ada hubungan antara jumlah anak dengan status gizi anak

Jika probabilitas > 0.05, maka Ho diterimaJika probabilitas < 0.05, maka Ho ditolak.

Field Study – puslitbang gizi Page 33

Page 34: 3. BAB I

Hasil :

Assymp. Sig (2-sided) : 0. 516 > 0.05 maka hasilnya Ho diterima. Maka tidak ada hubungan antara jumlah anak dengan status gizi anak.

HUBUNGAN ANTARA URUTAN ANAK DENGAN STATUS GIZI ANAK

Crosstab

kategori kuesioner

TotalGizi Buruk Gizi Kurang Gizi Baik

urutan anak anak pertama Count 2 2 3 7

Expected Count 3.5 2.5 1.1 7.0

bukan anak pertama Count 8 5 0 13

Expected Count 6.5 4.6 2.0 13.0

Total Count 10 7 3 20

Expected Count 10.0 7.0 3.0 20.0

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 6.688a 2 .035

Likelihood Ratio 7.514 2 .023

Linear-by-Linear Association 4.711 1 .030

N of Valid Cases 20

a. 5 cells (83.3%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is 1.05.

Hipotesis kasus

Ho : tidak ada hubungan antara urutan anak dengan status gizi anak.

H1 : ada hubungan antara urutan anak dengan status gizi anak

Jika probabilitas > 0.05, maka Ho diterimaJika probabilitas < 0.05, maka Ho ditolak.

Field Study – puslitbang gizi Page 34

Page 35: 3. BAB I

Hasil :

Assymp. Sig (2-sided) : 0.035 < 0.05 maka hasilnya Ho ditolak. Maka ada hubungan antara urutan anak dengan status gizi anak.

HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN IBU K DENGAN STATUS GIZI ANAK

Crosstab

kategori kuesioner

TotalGizi Buruk Gizi Kurang Gizi Baik

pendidikan ibu SD Count 3 5 2 10

Expected Count 5.2 3.3 1.4 10.0

SMP Count 4 2 0 6

Expected Count 3.1 2.0 .9 6.0

SMA Count 4 0 1 5

Expected Count 2.6 1.7 .7 5.0

Total Count 11 7 3 21

Expected Count 11.0 7.0 3.0 21.0

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 5.618a 4 .230

Likelihood Ratio 8.047 4 .090

Linear-by-Linear Association 2.016 1 .156

N of Valid Cases 21

a. 8 cells (88.9%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is .71.

Hipotesis kasus

Ho : tidak ada hubungan antara pendidikan ibu dengan status gizi anak.

H1 : ada hubungan antara pendidikan ibu dengan status gizi anak

Jika probabilitas > 0.05, maka Ho diterimaJika probabilitas < 0.05, maka Ho ditolak.

Field Study – puslitbang gizi Page 35

Page 36: 3. BAB I

Hasil :

Assymp. Sig (2-sided) : 0.230>0.05 maka hasilnya Ho diterima. Maka tidak ada hubungan antara pendidikan ibu dengan status gizi anak.

HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN AYAH K DENGAN STATUS GIZI ANAK

Crosstab

kategori kuesioner

TotalGizi Buruk Gizi Kurang Gizi Baik

pendidikan ayah SD Count 3 3 2 8

Expected Count 4.2 2.7 1.1 8.0

SMP Count 4 0 0 4

Expected Count 2.1 1.3 .6 4.0

SMA Count 4 4 1 9

Expected Count 4.7 3.0 1.3 9.0

Total Count 11 7 3 21

Expected Count 11.0 7.0 3.0 21.0

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 5.164a 4 .271

Likelihood Ratio 6.597 4 .159

Linear-by-Linear Association .282 1 .595

N of Valid Cases 21

a. 9 cells (100.0%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is .57.

Hipotesis kasus

Ho : tidak ada hubungan antara pendidikan ayah dengan status gizi anak.

H1 : ada hubungan antara pendidikan ayah dengan status gizi anak

Jika probabilitas > 0.05, maka Ho diterimaJika probabilitas < 0.05, maka Ho ditolak.

Field Study – puslitbang gizi Page 36

Page 37: 3. BAB I

Hasil :

Assymp. Sig (2-sided) : 0.271>0.05 maka hasilnya Ho diterima. Maka tidak ada hubungan antara pendidikan ayah dengan status gizi anak.

HUBUNGAN ANTARA PEKERJAAN IBU DENGAN STATUS GIZI ANAK

Crosstab

kategori kuesioner

TotalGizi Buruk Gizi Kurang Gizi Baik

pekerjaan ibu Wirawasta Count 1 0 0 1

Expected Count .5 .3 .1 1.0

IRT Count 10 7 3 20

Expected Count 10.5 6.7 2.9 20.0

Total Count 11 7 3 21

Expected Count 11.0 7.0 3.0 21.0

Chi-Square Tests

Value Df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square .955a 2 .620

Likelihood Ratio 1.339 2 .512

Linear-by-Linear Association .735 1 .391

N of Valid Cases 21

a. 4 cells (66.7%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is .14.

Hipotesis kasus

Ho : tidak ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan status gizi anak.

H1 : ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan status gizi anak

Jika probabilitas > 0.05, maka Ho diterimaJika probabilitas < 0.05, maka Ho ditolak.

Hasil :

Field Study – puslitbang gizi Page 37

Page 38: 3. BAB I

Assymp. Sig (2-sided) : 0.620>0.05 maka hasilnya Ho diterima. Maka tidak ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan status gizi anak.

HUBUNGAN ANTARA PEKERJAAN AYAH K DENGAN STATUS GIZI ANAK

Crosstab

kategori kuesioner

TotalGizi Buruk Gizi Kurang Gizi Baik

pekerjaan ayah Wirawasta Count 6 4 2 12

Expected Count 5.7 4.4 1.9 12.0

Pegawai Swata Count 2 2 1 5

Expected Count 2.4 1.8 .8 5.0

Tidak Bekerja Count 1 1 0 2

Expected Count .9 .7 .3 2.0

Total Count 9 7 3 19

Expected Count 9.0 7.0 3.0 19.0

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square .603a 4 .963

Likelihood Ratio .909 4 .923

Linear-by-Linear Association .000 1 .989

N of Valid Cases 19

a. 8 cells (88.9%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is .32.

Hipotesis kasus

Ho : tidak ada hubungan antara pekerjaan ayah dengan status gizi anak.

H1 : ada hubungan antara pekerjaan ayah dengan status gizi anak

Jika probabilitas > 0.05, maka Ho diterimaJika probabilitas < 0.05, maka Ho ditolak.

Field Study – puslitbang gizi Page 38

Page 39: 3. BAB I

Hasil :

Assymp. Sig (2-sided) : 0.963>0.05 maka hasilnya Ho diterima. Maka tidak ada hubungan antara pekerjaan ayah dengan status gizi anak.

HUBUNGAN ANTARA PENGHASILAN TOTAL KELUARGA DENGAN STATUS GIZI ANAK

Crosstab

kategori kuesioner

TotalGizi Buruk Gizi Kurang Gizi Baik

penghasilan total keluarga < Rp 1.118.009,- Count 3 4 3 10

Expected Count 4.7 3.7 1.6 10.0

= Rp 1.118.009 Count 1 0 0 1

Expected Count .5 .4 .2 1.0

> Rp 1.118.009 Count 5 3 0 8

Expected Count 3.8 2.9 1.3 8.0

Total Count 9 7 3 19

Expected Count 9.0 7.0 3.0 19.0

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 4.705a 4 .319

Likelihood Ratio 6.141 4 .189

Linear-by-Linear Association 3.176 1 .075

N of Valid Cases 19

a. 9 cells (100.0%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is .16.

Hipotesis kasus

Ho : tidak ada hubungan antara penghasilan total keluarga dengan status gizi anak.

H1 : ada hubungan antara penghasilan total keluarga dengan status gizi anak

Jika probabilitas > 0.05, maka Ho diterimaJika probabilitas < 0.05, maka Ho ditolak.

Field Study – puslitbang gizi Page 39

Page 40: 3. BAB I

Hasil :

Assymp. Sig (2-sided) : 0.319>0.05 maka hasilnya Ho diterima. Maka tidak ada hubungan antara penghasilan total keluarga dengan status gizi anak.

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU DENGAN STATUS GIZI ANAK

Crosstab

kategori kuesioner

TotalGizi Buruk Gizi Kurang Gizi Baik

pengetahuan ibu Buruk Count 0 1 0 1

Expected Count .5 .3 .1 1.0

Sedang Count 3 3 2 8

Expected Count 4.2 2.7 1.1 8.0

Baik Count 8 3 1 12

Expected Count 6.3 4.0 1.7 12.0

Total Count 11 7 3 21

Expected Count 11.0 7.0 3.0 21.0

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 4.038a 4 .401

Likelihood Ratio 4.192 4 .381

Linear-by-Linear Association 1.991 1 .158

N of Valid Cases 21

a. 8 cells (88.9%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is .14.

Hipotesis kasus

Ho : tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan status gizi anak.

H1 : ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan status gizi anak

Jika probabilitas > 0.05, maka Ho diterimaJika probabilitas < 0.05, maka Ho ditolak.

Field Study – puslitbang gizi Page 40

Page 41: 3. BAB I

Hasil :

Assymp. Sig (2-sided) : 0.401>0.05 maka hasilnya Ho diterima. Maka tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu keluarga dengan status gizi anak.

Data deskriptif dari pengetahuan ibu tentang gizi seimbang.

pengetahuan ibu

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Buruk 1 4.8 4.8 4.8

Sedang 8 38.1 38.1 42.9

Baik 12 57.1 57.1 100.0

Total 21 100.0 100.0

Hasil pengolahan data deskriptif didapatkan lebih banyak ibu yang pengetahuannya baik tentang

gizi seimbang. Pie Chart dihalaman lampiran.

HUBUNGAN ANTARA SIKAP IBU DENGAN STATUS GIZI ANAK

Crosstab

kategori kuesioner

TotalGizi Buruk Gizi Kurang Gizi Baik

sikap ibu Sedang Count 3 1 1 5

Expected Count 2.6 1.7 .7 5.0

Baik Count 8 6 2 16

Expected Count 8.4 5.3 2.3 16.0

Total Count 11 7 3 21

Expected Count 11.0 7.0 3.0 21.0

Field Study – puslitbang gizi Page 41

Page 42: 3. BAB I

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square .573a 2 .751

Likelihood Ratio .601 2 .740

Linear-by-Linear Association .004 1 .947

N of Valid Cases 21

a. 4 cells (66.7%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is .71.

Hipotesis kasus

Ho : tidak ada hubungan antara sikap ibu dengan status gizi anak.

H1 : ada hubungan antara sikap ibu dengan status gizi anak

Jika probabilitas > 0.05, maka Ho diterimaJika probabilitas < 0.05, maka Ho ditolak.

Hasil :

Assymp. Sig (2-sided) : 0.751>0.05 maka hasilnya Ho diterima. Maka tidak ada hubungan antara sikap ibu keluarga dengan status gizi anak.

Data deskriptif dari sikap ibu tentang gizi seimbang.

sikap ibu

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Sedang 5 23.8 23.8 23.8

Baik 16 76.2 76.2 100.0

Total 21 100.0 100.0

Hasil pengolahan data deskriptif didapatkan lebih banyak ibu yang sikapnya baik tentang gizi

seimbang. Pie Chart dihalaman lampiran.

Field Study – puslitbang gizi Page 42

Page 43: 3. BAB I

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU IBU DENGAN STATUS GIZI ANAK

Crosstab

kategori kuesioner

TotalGizi Buruk Gizi Kurang Gizi Baik

perilaku Sedang Count 0 2 1 3

Expected Count 1.6 1.0 .4 3.0

Baik Count 11 5 2 18

Expected Count 9.4 6.0 2.6 18.0

Total Count 11 7 3 21

Expected Count 11.0 7.0 3.0 21.0

Chi-Square Tests

Value Df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 3.889a 2 .143

Likelihood Ratio 5.030 2 .081

Linear-by-Linear Association 3.261 1 .071

N of Valid Cases 21

a. 4 cells (66.7%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is .43.

Hipotesis kasus

Ho : tidak ada hubungan antara perilaku ibu dengan status gizi anak.

H1 : ada hubungan antara perilaku ibu dengan status gizi anak

Jika probabilitas > 0.05, maka Ho diterimaJika probabilitas < 0.05, maka Ho ditolak.

Hasil :

Assymp. Sig (2-sided) : 0.143>0.05 maka hasilnya Ho diterima. Maka tidak ada hubungan antara perilaku ibu keluarga dengan status gizi anak.

Field Study – puslitbang gizi Page 43

Page 44: 3. BAB I

Data deskriptif dari perilaku ibu tentang gizi seimbang.

perilaku

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Sedang 3 14.3 14.3 14.3

Baik 18 85.7 85.7 100.0

Total 21 100.0 100.0

Hasil pengolahan data deskriptif didapatkan lebih banyak ibu yang perilakunya baik tentang gizi

seimbang. Pie Chart dihalaman lampiran.

DATA SEKUNDER

Data deskriptif dari status gizi pasien pada Bulan April menurut sekor z.

Status_gizi

Frequency Percent Valid PercentCumulative

Percent

Valid gizi baik 5 10.4 10.4 10.4

gizi buruk 35 72.9 72.9 83.3

gizi kurang 8 16.7 16.7 100.0

Total 48 100.0 100.0

Pada Bulan April banyak pasien yang menderita gizi kurang. Pie Chart dihalaman lampiran.

Field Study – puslitbang gizi Page 44

Page 45: 3. BAB I

Data deskriptif dari status gizi pasien pada Bulan Mei menurut sekor z.

Status_gizi

Frequency Percent Valid PercentCumulative

Percent

Valid gizi baik 2 9.5 9.5 9.5

gizi buruk 15 71.4 71.4 81.0

gizi kurang 4 19.0 19.0 100.0

Total 21 100.0 100.0

Pada Bulan Mei banyak pasien yang menderita gizi kurang. Pie Chart dihalaman lampiran.

Field Study – puslitbang gizi Page 45

Page 46: 3. BAB I

C. ASPEK CSP

Pada aspek CSP akan dibahas keterampilan komunikasi antara mahasiswa FK

UPN pada saat melakukan kunjungan ke puslitbang gizi, dengan melakukan tanya jawab

yang terkait dengan presentasi yang disajikan oleh tim puslitbang gizi dengan aspek-

aspek kesehatan yang telah kita pelajari

Dalam kegiatan kunjungan ke puslitbang gizi, kami menggunakan bahasa verbal

dan non-verbal dalam berkomunikasi secara efektif dalam bekerjasama, baik dengan

individu, kelompok, maupun pasien yang ada di puslitbang gizi

Kami menerapkan teknik GATHER, yaitu :

- G (Greet)

Pada saat kunjungan ke puslitbang gizi di daerah bogor, kami melakukan

teknig GREET ini, yaitu dengan cara saling menyapa. Disana kami menyapa

teman, kelompok, pembimbing, karyawan, dokter puslitbang gizi, pasien

puslitbang gizi, dan berbagai pihak yang bekerja di puslitbang gizi.

- A (Ask)

Pada saat kunjungan, kami menerapkan teknik/metode ask ini, yaitu

dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan ke pihak orang tua pasien yang

sedang berobat di sana. Pertanyaan yang kami ajukan adalah pertanyaan-

pertanyaan yang berhubungan mengenai penyakit yang diderita oleh anaknya,

mulai dari keluhan utamanya, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit

dahulu, riwayat penyakit keluaga, riwayat pemberian makan, riwayat pemberian

obat, dan perubahan yang didapatkan setelah berobat di puslitbang gizi ini.

Kami juga melakukan metode ASK ini kepada karyawan puslitbang gizi.

Pertanyaan yang kami tanyakan berupa : tujuan didirikannya puslitbang, jumlah

dokter dan cara kerja dari puslitbang tersebut, bagaimana respon masyarakat

terhadap adanya puslitbang ini, jumlah pasien yang datang setiap harinya,

keuntungan dan kerugian yang didapat dari berdirinya puslitbang, kendala-

kendala apa yang mereka hadapi sejak berdirinya puslitbang.

- T (Tell)

Field Study – puslitbang gizi Page 46

Page 47: 3. BAB I

Dengan teknik TELL kami meyampaikan kepada pasien tentang masalah

gizi, yaitu membertahukan manfaat gizi seimbang, bagaimana cara mendapatkan

gizi seimbang, pentingnya mencapai gizi seimbang, dll.

- H (Help)

Dengan metode HELP ini, kami antara individu dalam satu kelompok

saling membantu sama lain dalam melakukan penelitian di puslitbang gizi. Dan

juga kami meberikan saran kepada orang tua pasien tentang bagaiman acara

mencegah atau menanggulangi penyakit-penyakit yang bisa berpengaruh terhadap

gizi anak mereka, bagaimana konsumsi makanan yang baik, sumber-sumber

makanan apa saja yang baik untuk dimakan yang dapat memenuhi kebutuhan gizi

anak mereka. Kami juga memberikan saran kepada petuga/ karyawan puslitbang

gizi untuk bisa mengembangkan puslitbang gizi ini, sebagi contoh memberikan

ide untuk membangun mini hospital untuk pasien rawat inap.

- E (Empathy)

Kami dapat mengetahui, mengerti, dan memahami kondisi para karyawan

dan pasien serta keluarga pasien mengenai aktivitas mereka sehari-hari di

puslitbang gizi.

- R (Respect)

Dengan teknik/metode ini, dalam berkomunikasi kami tidak membeda-

bedakan antara karyawan satu dengan yang lainnya sesuai jabatan, dan juga kami

tidak membeda- bedakan pasien yang satu dengan pasien lainnya berdasarkan

status sosialnya.

Kami menerapkan teknik komunikasi dengan GATHER, sehingga informasi

yang kami harapkan mengenai tujuan dan semua hal yang berhubungan dengan

puslitbang gizi Bogor dapat tercapai.

Field Study – puslitbang gizi Page 47

Page 48: 3. BAB I

D. ASPEK BHP

Pada kunjungan fieldstudy kali ini dilakukan di Pusat Penelitian dan

Pengembangan (Puslitbang) Gizi Bogor,yang mana kami berkesempatan untuk belajar

mengaplikasikan pengetahuan ilmu kedokteran yang dimiliki untuk diamalkan secara

langsung dimasyarakat,salah satunya adalah menerapkan ilmu BHP yang telah dipelajari

dibangku perkuliahan yakni bagaimana kami beretika secara professional dalam

lingkungan bermasyarakat,menjalin/membina bubungan baik antara sejawat,teman antar

kelompok,dosen maupun pengunjung/pasien yang datang ke puslitbang.

Dalam hal ini ada 6 point yang menuntun demi tercapainya penerapan aplikasi

ilmu BHP dalam masyarakat yaitu :

- Menunjukkan empati pada pasien dan keluarganya

Aplikasi bentuk nyata yang kami lakukan dalam point ini adalah ketka

kami mewawancarai pasien/keluarganya disini menerapkan ilmu komunikasi

efektif seperti halnya antara dokter dengan pasien dan juga menunjukkan sikap

empati kepada pasien/keluarganya sehingga pasien merasa dihargai dengan

adanya perhatian.

- Menunjukkan kemampuan untuk mengidentifikasi,menelaah,dan

memahami keadaan pasien dan keluarganya.

Bentuk aplikasi dari point ini adalah disaat kami akan mewawancarai

pasien/keluarganya sebelumnya kami melakukan beberapa persiapan

wawancara,,seperti memastikan bahwa alat wawancara telah ada,pertanyaan-

pertanyaan telah terstruktur kemudian kami identifikasi,telaah dan pahami

kemungkinan apakah mungkin pasien/keluarga yang akan menjadi target

responden dapat kami lakukan wawancara atau tidak sehingga pasien

/keluarganya tidak merasa terganggu kenyamanannya.

- Menunjukkan kemampuan untuk mendengarkan dan menanggapi keluhan

( keluh kesah )pasien dan keluarganya.

Field Study – puslitbang gizi Page 48

Page 49: 3. BAB I

Aplikasi pada point ini adalah disaat kami mewawancarai

pasien/keluarganya,tidak sekedar hanya memberikan pertanyaan-pertanyaan

untuk mendapat informasi pasien/keluarganya ,akan tetapi kami juga belajar

untuk mendengarkan dan menanggapi keluhan pasien/keluarganya.Sehingga

terjalinnya suatu komunikasi efektif dua arah yang saling timbal balik yang

mencerminkan interaksi hubungan dokter pasien yang baik.

- Menunjukkan kemampuan untuk memberikan saran & alternative

penyelesaian masalah (keluhan)pasien dan keluarganya,sesuai dengan

standar pelayanan medik (keilmuan yang dimiliki) untuk pasien dengan

gangguan gizi.

Pada point ini,bentuk aplikasi konkrit yang kami lihat dari tindakan dokter

dalam mengobati pasien-pasien yang ada adalah dalam memberikan pengobatan

dokter tidak langsung memutuskan agar pasiennya ingin mengikuti terapi

pengobatam/tindakan pemeriksaan yang akan dilakukan oleh dokter,akan tetapi

memberikan informasi terapi dan meminta kebersediaan pasien atas pelayanan

medik sesuai dengan standar pelayanan medik.

Dokter tidak hanya memberikan therapi saja , tetapi juga memberikan

saran dalam hal untuk memberikan edukasi masalah gangguan gizi pada pasien.

Dimana hal ini bertujuan untuk membantu penyelesaian masalah ataupun keluhan

dari pasien.

- Menunjukkan kemampuan untuk menghormati dan menghargai pilihan

terapi pasien dan keluarganya

Pada saat kami behadapan dengan keluarga dan pasien , disini kami

melakukan observasi, terhadap kondisi mulai dari keluhan yang dialami oleh

pasien, kemudian kami amati juga saat dilakukan pemeriksaan fisik disana oleh

staf yang berada di PTTKEK Bogor, sampai pada pemberian therapi oleh dokter

yang ada disana, kami mengamati bagaimana dokter memberikan pilihan therapi

pada pasien. Saat pemberian therapi oleh dokter, kami disini bertugas untuk

kembali mengingatkan pasien dan keluarga tentang terapi apa yang sudah

diberikan oleh dokter pada waktu di ruang pemeriksaan. Disini kami melihat

Field Study – puslitbang gizi Page 49

Page 50: 3. BAB I

dokter yang memberikan therapi, sangat bijaksana , dokter tersebut

mempertimbangkan berbagai aspek yang tergambar pasien dan keluarga dan

berusaha yntuk memberikan therapi yang semaksimal mungkin dan tidak

memberatkan bagi pasien maupun keluarganya.

Disini erat kaitannya dengan kaidah dasar bioetik pada point Benefiecence

dimana dokter melakukan yang terbaik dalam hal pelayanan kepada pasiennya,

kemudian Autonomy, dimana disini terlihat dalam hal pemberian therapi pada

pasien, dokter memberikan hak dalam memilih therapi yang terbaik bagi

pasiennya ( tidak memaksakan ) , point Justice pun terlihat saat dokter

memperlakukan pasien-pasiennya dengan adil tanpa memandang status sosial

pasien tersebut, walaupun kondisi pasien yang datang ke PTTKEK banyak, dokter

tetap melayani semuanya dengan ramah dan profesional sesuai dengan aturan

standar kompetensi dokter. Kemudian dari aspek Non-Maleficience , tergambar

bahwa dini dokter sangat berusaha untuk tidak memperburuk keadaan yang

dialami oleh pasien, dengan memberikan semangat, pemilihan therapi yang tidak

memberatkanm membuat perasaan pasien dan keluarga yang mendapatkan therapi

menjadi tenang dan tidak ada perasaan terbebani.

- Menunjukkan partisipasi aktif dan kemampuan kerjasama kelompok yang

baik

Persiapan :

Kami dibagi dalam 16 kelompok besar, kami bergabung dalam kelompok

A7 beranggotakan 5 orang, sebelumnya kami sudah mendapatkan sosialisasi

tentang field study yang akan kami laksanakan, dalam kunjungan nanti kami akan

mendapatkan materi tentang “Gizi Masyarakat “ termasuk didalamnya gizi

kurang dan gizi buruk, kami juga membahas tentang “ Pengukuran Antropometri”

yang mana sebelumnya materi tersebut sudah kami pelajari sebelumnya.

Kami pun senantiasa berkonsultasi dengan pembimbing kami dr.Hanna

Windyantini, untuk mempersiapkan baik materi dan skill kami untuk field study ,

untuk anggota kelompok , kami sudah membagikan masing-masing tugasnya ada

yang bertugas membagikan kuesioner pada pasien, mengisi data pasien pada

Field Study – puslitbang gizi Page 50

Page 51: 3. BAB I

lembar anamnesa, pemeriksaan fisik, serta tugas untuk membagikan souvenir

kepada pasien dan keluarga, yang mana semua hal tersebut merupakan

perwujudan rasa peduli dan empati kita terhadap pasien. Ini menunjukan bahwa

kami semua turut berperan aktif dalam partisipasi kelompok.

Pelaksanaan :

Field study ini dilaksanakan pada hari selasa tanggal 22 Mei 2012 dimana

kami semua berangkat bersama pukul 6.00 pagi , kami disini berusaha untuk

datang tepat waktu supaya tidak menunda-nunda keberangkatan yang sudah

dijadwalkan sebelumnya, kami pun tidak lupa untuk mengecheck barang-barang

berupa souvenir serta mengingat arahan-arahan materi yang sebelumnya kami

terima dari pembimbing.

Lembar Anamnesis

Tanggal kunjungan ke PTTKEK Bogor : Bogor, 22 Mei 2012-06-23

Identitas Pasien :

- Nama Orang Tua : Ibu Shinta

- Nama Anak : Muhammad Lutfi

- Usia : 6 bulan ( anak pertama )

- Alamat : Asrama Barak Putih , Kota Batu, Ciapus ( Bogor )

- BB : Pada Bulan April : 6,8 kg ; Bulan Mei : 6 kg

Anamnesa :

KU : BAB Berlendir seminggu yang lalu.

KT : Sakit Perut

RPS :

BAB Berlendir sejak seminggu yang lalu

Demam sejak 5 hari yang lalu

Nafsu makan berkurang ( hanya 2 kali pagi dan sore)

Batuk sejak 5 hari yang lalu ( batuk kering )

RPD :

Field Study – puslitbang gizi Page 51

Page 52: 3. BAB I

Dulu sudah pernah datang ke puskesmas dengan keluhan yang sama yaitu BAB berlendir.

RPK :

Dikeluarga tidak ada yang memiliki keluhan yang sama.

RPO :

Diberikan obat batuk yang dibeli di apotek (nama obat : BABYKU)

Diberi tambahan vitamin oleh pihak puskesmas untuk meningkatkan nafsu makan

anak

Diberi obat penurun panas dari puskesmas untuk menurunkan demam pasien

(paracetamol)

R.Pemberian ASI :

Ibu nya memberikan ASI tetapi karena anaknya mengalami diare, ibu mengganti dengan

susu formula LLM yang mana hal ini sudah dikonsultasikan ke dokter lalu kondisi

anak membaik

R.Imunisasi :

tinggal imunisasi campak yang belum.

Lingkungan :

Lingkungan rumah bersih

Rumah yang ditempati jauh dari tempat pembuangan sampah

Air yang digunakan sehari-hari berasal dari PAM (Perusahaan Air Minum)

Lingkungan rumah dibersihkan setiap hari

Kuku dipotong setiap 3 kali dalam seminggu

Pemeriksaan Fisik :

- BB : 6 kg

- TB : 93 cm

- head to toe : pemeriksaan antropometri anak

Diagnosis kasus pasien :

- Diare dikarenakan pemberian susu formula.

Field Study – puslitbang gizi Page 52

Page 53: 3. BAB I

BAB V

PENUTUPA. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat kami simpulkan dari penugasan kami selama Field Visit

2012, pada tanggal 22 mei , di PTTKEK Bogor, menunjukan bahwa angka kejadian gizi

buruk masih dapat kita temukan dengan mudah disekitar kita. . Oleh karena itu, kita

sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran yang nantinya akan menjadi tenaga medis harus

bisa menanggulangi dan mengurangi kejadian gizi buruk yang ada di sekitar kita. Semoga

apa yang telah kita lakukan di PTTKEK Bogor, bisa bermanfaat dan diaplikasikan oleh

Ibu kepada anaknya sehingga bisa mencukupi angka kecukupan gizi pada anak.

B. Saran

Semoga kelak kondisi gizi buruk yang terjadi bisa berkurang prevalensinya

dengan berbagai macam penyuluhan dan pemberian tatalaksana yang tepat pada setiap

pasiennya, untuk kedepannya semoga lebih banyak lagi dibentuk petugas – petugas

kesehatan mulai dari dokter, ahli gizi, perawat yang nantinya bisa membantu

menjalankan eradikasi untuk mengurangi angka kejadian gizi buruk, dan kami sebagai

mahasiswa, mudah-mudahan bisa selalu mengamalkan ilmu yang kami dapatkan selama

perkuliahan sebagai bekal bagi kami kelak menuju ke dunia kesehatan yang sebenarnya.

Field Study – puslitbang gizi Page 53