2504-2497-1-PB

18
1 1. Mahasiswa (Penulis Utama) 2. Pembimbing I (Aggota Penulis) 3. Pembimbing II (Anggota Penulis) 1 ANALISIS PROFIT DAN TITIK IMPAS PADA KELOMPOK PETERNAK SAPI BALIDI KECAMATAN KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO OLEH Yurnaningsih Limonu 1 , Abdul Hamid Arsyad 2 , Sri Yenny Pateda 3 JURUSAN PETERNAKAN Kecamatan Kabila merupakan salah satu kawasan yang memperlihatkan usaha peternakan sapi Bali sebagai sumber pendapatan. Suatu usaha dapat dikatakan berhasil bila telah memberikan kontribusi pendapatan dan dapat memenuhi kebutuhan hidup peternak sehari-hari. Penelitian ini bertujuan untuk : Mengetahui Profit pada Kelompok Ternak Sapi Bali di Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango. Mengetahui Titik Impas pada Kelompok Ternak Sapi Bali Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango. Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan mulai dari bulan April Juni 2013. Teknik pengambilan sampel secara sensus dan metode yang digunakan adalah metode survei terdiri dari data primer dan data sekunder, dimana data primer di maksud untuk mendapatkan informasi data dari sumber utama yaitu responden petani peternak Sapi Bali melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner. Data sekunder diperoleh dari Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan, dan Ketahanan Pangan Kabupaten Bone Bolango, Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bone Bolango. Data yang dikumpulkan terdiri dari data kuantitatif yang berasal dari pengolahan data Statistik Peternakan, Kabupaten Bone Bolango dalam angka. Penelitian ini adalah analisis deskriptif, analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan karateristik responden yaitu umur, lama usaha beternak, pekerjaan utama, kepemilikan ternak, luas lahan usaha tani, biaya produksi, penerimaan usaha ternak sapi Bali, Profit usaha ternak sapi Bali, R/C Ratio usaha peternakan, analisis titik impas. Hasil penelitian diperoleh dari 38 orang responden sebagai kelompok peternak, pada masing-masing anggota kelompok yang ada di Desa Poowo, Desa Talango, dan kelurahan Oluhuta. Kuantitas produksi usahatani ternak sapi Bali pada saat titik impas pada masing-masing kelompok adalah Kelompok Ratu Wangi Redis 1 sebesar 3 ekor, Kelompok Mutiara Redis 1 sebesar 2 ekor, dan Kelompok Bangkit Redis 1 sebesar 2 ekor dan biaya produksi / penerimaan usahatani ternak sapi Bali pada saat titik impas pada masing-masing kelompok adalah Kelompok Ratu Wangi Redis 1 sebesar Rp 19.430.732 perkelompok, Kelompok Mutiara Redis 1 sebesar Rp 12.680.612 perkelompok, dan Kelompok Bangkir Redis 1 sebesar Rp 19.726.703 perkelompok. Biaya per unit (ekor) usahatani ternak sapi Bali masing-masing kelompok adalah Kelompok Ratu Wangi Redis 1 sebesar Rp 3.735.222 perekor, Kelompok Mutiara Redis 1 sebesar Rp 3.799.594 perekor, dan Kelompok Bangkir

description

2504-2497-1-PB

Transcript of 2504-2497-1-PB

Page 1: 2504-2497-1-PB

1

1. Mahasiswa (Penulis Utama)2. Pembimbing I (Aggota Penulis)3. Pembimbing II (Anggota Penulis) 1

ANALISIS PROFIT DAN TITIK IMPAS PADA KELOMPOKPETERNAK SAPI BALIDI KECAMATAN KABILA

KABUPATEN BONE BOLANGO

OLEHYurnaningsih Limonu1, Abdul Hamid Arsyad2, Sri Yenny Pateda3

JURUSAN PETERNAKAN

Kecamatan Kabila merupakan salah satu kawasan yang memperlihatkan usahapeternakan sapi Bali sebagai sumber pendapatan. Suatu usaha dapat dikatakanberhasil bila telah memberikan kontribusi pendapatan dan dapat memenuhi kebutuhanhidup peternak sehari-hari. Penelitian ini bertujuan untuk : Mengetahui Profit padaKelompok Ternak Sapi Bali di Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango.Mengetahui Titik Impas pada Kelompok Ternak Sapi Bali Kecamatan KabilaKabupaten Bone Bolango. Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan mulai daribulan April – Juni 2013. Teknik pengambilan sampel secara sensus dan metode yangdigunakan adalah metode survei terdiri dari data primer dan data sekunder, dimanadata primer di maksud untuk mendapatkan informasi data dari sumber utama yaituresponden petani peternak Sapi Bali melalui wawancara dengan menggunakankuesioner. Data sekunder diperoleh dari Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan,dan Ketahanan Pangan Kabupaten Bone Bolango, Badan Pusat Statistik (BPS)Kabupaten Bone Bolango. Data yang dikumpulkan terdiri dari data kuantitatif yangberasal dari pengolahan data Statistik Peternakan, Kabupaten Bone Bolango dalamangka. Penelitian ini adalah analisis deskriptif, analisis deskriptif digunakan untukmendeskripsikan karateristik responden yaitu umur, lama usaha beternak, pekerjaanutama, kepemilikan ternak, luas lahan usaha tani, biaya produksi, penerimaan usahaternak sapi Bali, Profit usaha ternak sapi Bali, R/C Ratio usaha peternakan, analisistitik impas. Hasil penelitian diperoleh dari 38 orang responden sebagai kelompokpeternak, pada masing-masing anggota kelompok yang ada di Desa Poowo, DesaTalango, dan kelurahan Oluhuta. Kuantitas produksi usahatani ternak sapi Bali padasaat titik impas pada masing-masing kelompok adalah Kelompok Ratu Wangi Redis1 sebesar 3 ekor, Kelompok Mutiara Redis 1 sebesar 2 ekor, dan Kelompok BangkitRedis 1 sebesar 2 ekor dan biaya produksi / penerimaan usahatani ternak sapi Balipada saat titik impas pada masing-masing kelompok adalah Kelompok Ratu WangiRedis 1 sebesar Rp 19.430.732 perkelompok, Kelompok Mutiara Redis 1 sebesar Rp12.680.612 perkelompok, dan Kelompok Bangkir Redis 1 sebesar Rp 19.726.703perkelompok. Biaya per unit (ekor) usahatani ternak sapi Bali masing-masingkelompok adalah Kelompok Ratu Wangi Redis 1 sebesar Rp 3.735.222 perekor,Kelompok Mutiara Redis 1 sebesar Rp 3.799.594 perekor, dan Kelompok Bangkir

Page 2: 2504-2497-1-PB

2

1. Mahasiswa (Penulis Utama)2. Pembimbing I (Aggota Penulis)3. Pembimbing II (Anggota Penulis) 2

Redis 1 sebesar Rp 3.789.044 perekor. Usahatani ternak sapi Bali yang ada di DesaPoowo, Desa Talango, dan Kelurahan Oluhuta Kecamatan Kabila Kabupaten BoneBolango memberikan keuntungan dengan nilai R/C Ratio diperoleh hasil masing-masing Kelompok Ratu Wangi Redis 1 sebesar 1,7, Kelompok Mutiara Redis 1sebesar 1,7 dan Kelompok Bangkit Redis 1 sebesar 1,7.Kata Kunci: Sapi Bali, Keuntungan, Titik Impas

PENDAHULUAN

Pembangunan peternakan mempunyai prospek yang lebih baik di masa depan,

pembangunan peternakan merupakan rangkaian kegiatan yang berkesinambungan

untuk mengembangkan kemampuan masyarakat petani khususnya masyarakat petani

peternak. petani memberikan perhatian khusus terhadap bidang peternakan

mengingat prospek pengembangan yang baik sehingga diharapkan dapat

meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Dalam upaya meningkatkan peranannya, sub sektor peternakan juga harus

meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang terlibat di dalamnya. Peternak

sebagai pengelola usaha peternakan rakyat dan tenaga kerja di perusahaan

peternakan., keduanya merupakan sumber daya yang terlibat langsung dalam sub

sektor peternakan. Sektor peternakan sapi potong merupakan salah satu sektor usaha

peternakan yang prospeknya cukup baik. Dalam perkembangannya usaha peternakan

sapi potong di Indonesia umumnya dilakukan dalam dua bentuk yaitu peternakan sapi

rakyat kecil dan perusahaan peternakan sapi potong. Sebagai upaya untuk

meningkatkan usaha diharapkan dapat meningkatkan usaha peternakan sapi potong

diperlukan teknologi yang tepat dan sesuai sehingga diharapkan dapat peningkatkan

penyerapan tenaga kerja dan peternak memperoleh keuntungan yang optimal.

Uraian latar belakang dapat dirumuskan beberapa hal yang menjadi masalah,

yaitu:

Page 3: 2504-2497-1-PB

3

1. Mahasiswa (Penulis Utama)2. Pembimbing I (Aggota Penulis)3. Pembimbing II (Anggota Penulis) 3

1. Bagaimana Profit pada Kelompok Ternak Sapi Bali di Kecamatan Kabila

Kabupaten Bone Bolango.

2. Bagaimana Titik Impas pada Kelompok Ternak Sapi Bali di Kecamatan Kabila

Kabupaten Bone Bolango.

METODE PENELITIAN

Lokasi penelitian yang dipilih adalah Kecamatan Kabila. Pemilihan lokasi

tersebut dilakukan secara sengaja (purposive). Penelitian dilalukan selama 2 bulan.

Penelitian ini menggunakan metode survei. Dimana data yang digunakan dalam

penelitian ini berupa data primer dan data sekunder.

Populasi pada penelitian ini adalah kelompok ternak di Kecamatan Kabila

adapun pemilihan lokasi di Kecamatan Kabila ditentukan secara sengaja (purposive

sampling) dengan pertimbangan bahwa di Kecamatan Kabila mempunyai populasi

ternak sapi yang cukup tinggi. Adapun ditiap Kecamatan itu dipilih 3 Desa yang ada

yaitu Desa poowo, Desa Talango, Kelurahan Oluhuta. Pemilihan desa sampel

ditentukan secara sengaja (purposive sampling) yakni berdasarkan pertimbangan

yakni mempunyai populasi ternak sapi yang tinggi, sedang dan rendah serta

mempunyai kelompok ternak sapi yang aktif.

Pemilihan responden sebagai sampel dilakukan secara jenuh sampling

(saturated sampling) yakni mengambil semua anggota kelompok tani diambil dari

Desa Poowo, Desa Talango, dan Kelurahan Oluhuta sehingga total responden

menjadi 38 orang.

Adapun latar belakang dari penelitian ini dapat dilihat pada gambar kerangka

pikir penelitian.

Page 4: 2504-2497-1-PB

4

1. Mahasiswa (Penulis Utama)2. Pembimbing I (Aggota Penulis)3. Pembimbing II (Anggota Penulis) 4

Gambar 1. Kerangka Pikir Analisis Profit Dan Titik Impas Pada Kelompok PeternakSapi Bali Dikecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango

Biaya Variabel

PakanUpah tenagakerjaBibitObat-obatanVaksinasiAir

Biaya tetap

LahanPajakbumi danbangunanSaranatransportasiPenyusutankandang

- Analisis Profit

- Titik Impas

Titik Impas Usaha Ternak Sapidi Kecamata Kabila

Pasar

Biaya Produksi

Usaha ternak sapi di KecamatanKabila

Page 5: 2504-2497-1-PB

5

1. Mahasiswa (Penulis Utama)2. Pembimbing I (Aggota Penulis)3. Pembimbing II (Anggota Penulis) 5

HASIL DAN PEMAHASANA. Keadaan Umum Wilayah Penelitian

Kecamatan Kabila dilihat dari letak geografisnya terletak di posisi yang sangat

strategis karena selain di lintasi oleh akses jalan yang menghubungkan Ibu Kota

Kabupaten Bone Bolango dan Kota Gorontalo, Kecamatan Kabila juga di lintasi oleh

Sungai Bone. Luas wilayah Kecamatan Kabila adalah sebesar 193,45 KM atau

13,94% dari luas wilayah Kabupaten Bone Bolango, Desa Terluas adalah Desa

Poowo.

Di Lihat dari letak geografisnya, Kecamatan Kabila ini terletak pada garis

Lintang antara 0,300 LU – 1,000 LS, 121,000 BT – 123,300 BB. Batas wilayah

Kecamatan Kabila sebagai berikut : Sebelah Utara dengan Kecamatan Tilong Kabila,

Sebelah Timur dengan Kecamatan Suwawa, Sebelah Selatan dengan Kecamatan

Botupingge, Sebelah Barat dengan Kota Gorontalo

Di lihat dari morfologi permukaan bumi, yang terluas adalah daerah

pegunungan dan dataran rendah. Kecamatan Kabila terdiri dari 12 Desa / Kelurahan,

yaitu Desa Desa Dutohe, Desa Tanggilingo, Kelurahan Padengo, Kelurahan Oluhuta,

Kelurahan Tumbihe, Kelurahan Pauwo, Desa Toto Selatan, Desa Poowo, Desa

Talango, Desa Poowo Barat, Desa Dutohe Barat, Desa Oluhuta Utara.

Kecamatan Kabila keadaan iklim selama tahun 2011, secara panas dengan suhu

udara berkisar antara 230 C. Temperatur terendah terjadi di Bulan Februari dan

tertinggi terjadi pada Bulan Mei. Kelembaban udara berkisar antara 72 – 89%.

Terendah pada Bulan Februari dan tertinggi pada Bulan Maret. Curah Hujan tertinggi

tercatat terjadi pada Bulan Desember yaitu sebanyak 23 hari. (BPS Bone Bolango,

2011)

Page 6: 2504-2497-1-PB

6

1. Mahasiswa (Penulis Utama)2. Pembimbing I (Aggota Penulis)3. Pembimbing II (Anggota Penulis) 6

Tabel 2. Jenis Penggunaan Lahan di Kecamatan Kabila Kabupaten Bone BolangoTahun 2012.

No Luas Lahan Menurut Penggunanya Jumlah (ha) Persentase (%)1 Sawah 496 44,48

2 Perkebunan 125 11,20

3 Bangunan 222 19,90

4 Empang 6 0,52

5 Pekarangan 302 27,0

Jumlah 1115 100Sumber : Data Kecamatan Kabila 2012

Kecamatan Kabila merupakan wilayah pertanian terbesar dengan berbagai

jenis bentuk pengusahaan, antara lain sawah, dan perkebunan, yang memiliki

persentase 55,68%. Hal ini yang dapat berkontribusi positif terhadap ketersediaan

pakan hijauan selain itu juga petani memanfaatkannya sebagai padang pengembalaan

sapi Bali.

Tabel 3. Jumlah penduduk menurut kelompok umur Kecamatan Kabila KabupatenBone Bolango.

Umur (Tahun) Jumlah (orang) Presentase (%)0 – 4 2.426 11.72

5 – 9 2.456 11,87

10 – 14 1.959 9,46

15 – 19 2.084 10,07

20 – 24 2.055 9,93

25 – 29 1.973 9,53

30 – 34 1.666 8,05

35 – 39 1.492 7,21

40 – 44 1.184 5,72

45 – 49 990 4,78

Page 7: 2504-2497-1-PB

7

1. Mahasiswa (Penulis Utama)2. Pembimbing I (Aggota Penulis)3. Pembimbing II (Anggota Penulis) 7

50 – 54 772 3,73

55 – 59 500 2,41

60 + 1.133 5,47

Total 20.690 100Sumber : Data Sekunder Kecamatan Kabila

Pada Tabel 3. terlihat bahwa penduduk di Kecamatan Kabila masih di katakan

produktif sebanyak 12.716 orang atau 61,4 % dari umur 15 – 19 tahun sebanyak

2.084 orang atau 10,07 %, umur 20 – 24 tahun sebanyak 2.055 orang atau 9,93%,

umur 25 – 29 tahun sebanyak 1.973 orang atau 9,53%, umur 30 – 34 tahun sebanyak

1.666 orang atau 8,05%, umur 35 – 39 tahun sebanyak 1.492 orang atau 7,21%, umur

40 – 44 tahun sebanyak 1.184 orang atau 5,72%, umur 45 – 49 tahun sebanyak 990

orang atau 4,78%, umur 50 – 54 tahun sebanyak 772 orang atau 3,73%, umur 55 – 59

tahun sebanyak 500 orang atau 2,41%, sedangkan non produktif sebanyak 7.974

orang atau 38,5% dari umur 0 – 4 tahun sebanyak 2.426 atau 11,72%, umur 5 – 9

tahun sebanyak 2.456 orang atau 11,87%, umur 10 – 14 tahun sebanyak 1.959 orang

atau 9,46%, dan umur >60 tahun sebanyak 1.133 orang atau 5,47%. Hal ini

menunjukan bahwa rata – rata penduduk yang siap melakukan usaha tani atau ternak

sapi bali yang memiliki umur produktif antara 15 – 60 tahun untuk bekerja di bidang

pertanian dan peternakan.

Tabel 4. Jumlah Penduduk Yang Bekerja Menurut Mata Pencaharian KecamatanKabila Kabupaten Bone Bolango.

No Mata Pencaharian Jumlah (orang) Persentase (%)1 Petani 789 15,54

2 Peternakan 136 2,56

3 Nelayan 22 0,41

4 Perkebunan 208 3,94

5 Kehutanan 4 0.07

Page 8: 2504-2497-1-PB

8

1. Mahasiswa (Penulis Utama)2. Pembimbing I (Aggota Penulis)3. Pembimbing II (Anggota Penulis) 8

6 Pegawai Negeri Sipil 926 17,53

7 Pedagang 590 11,18

8 Pertambangan 18 0,34

9 Tabama 2367 44,83

10 Lain – lain 217 4,11

Total 5277 100Sumber : Data Kecamatan Kabila Tahun 2013

Berdasarkan keterangan tersebut dan data Kecamatan Kabila total penggunaan

tenaga kerja dapat di lihat pada tabel di atas menunjukan pekerjaan utama penduduk

Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango yang bekerja sebagian besar bekerja di

sektor pertanian yaitu 22,52% yaitu petani sawah 15,54%, Peternakan 2,56%,

Nelayan 0,41%, perkebunan 3,94%, kehutanan 0,07% sedangkan yang non pertanian

sebanyak 73,88% diantaranya yaitu Pegawai Negeri Sipil 17,53%, Pedagang 11,18%,

pertambangan 0,34% dan tabama 44,83% dan sektor lainnya 4,11%.

Tabel 5. Tingkat Pendidikan Petani Responden

No Pendidikan Jumlah (orang) Presentase (%)1 Tamat SD 18 47,37

2 Tamat SMP 12 31,58

3 Tamat SMA 8 21,05

Total 38 100Sumber : Data Primer Diolah, 2013

Data pada tabel 5 menunjukan bahwa sebagian besar responden di Kecamatan

Kabila sudah pernah duduk di bangku sekolah dengan rincian berikut, tamat SD

sebanyak 18 orang atau 47,37%, tamat SMP sebanyak 12 orang atau 31,58%, tamat

SMA sebanyak 8 atau 21,05 %, dengan demikian dapat diartikan peternak dapat

menulis dan membaca serta menjalankan usahanya tidak mengandalkan orang lain.

B. Karakteristik Responden

Page 9: 2504-2497-1-PB

9

1. Mahasiswa (Penulis Utama)2. Pembimbing I (Aggota Penulis)3. Pembimbing II (Anggota Penulis) 9

Sumber daya manusia baik secara kuantitas maupun kualitas merupakan salah

satu faktor utama perlu diperhatikan dalam proses produksi pertanian secara

kuantitas, sumber daya manusia yang terlibat dapat berasal dari dalam keluarga

maupun dari luar keluarga / tenaga upahan, sedangkan secara kualitas sangat di

pengaruhi oleh keadaan keluarga terutama umur, tingkat pendidikan, pengalaman

beternak, pekerjaan dan jumlah kepemilikan ternak.

Tabel 6. Tingkat Umur Peternak Responden

Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Presentase (%)0 – 15 - -

16 – 69 37 97,36

>70 1 2,63

Total 38 100Sumber : Data Primer Diolah, 2013

Berdasarkan data pada tabel 5 di atas, hampir semua dari umur responden

berada di rentang umur 16 – 69 tahun yaitu sebanyak 37 orang atau 97,36% di

kategorikan produktif. Untuk umur yang non produktif hanya berjumlah 1 orang atau

2,63% dalam artian bahwa peternak sapi potong Kecamatan Kabila Kabupaten Bone

Bolango umumnya berada padsa umur produktif.

Tabel 7. Pengalaman Usaha Responden

Lama Usaha (Tahun) Jumlah (Orang) Presentase (%)1 - 5 35 92,10

6 – 10 2 5,26

>10 1 2,63

Jumlah 38 100Sumber : Data Primer yang telah diolah, 2013

Tabel 7. Menunjukan bahwa jumlah responden yang memiliki pengalaman

beternak 1 - 5 tahun 35 orang atau 92,10%, 6 - 9 tahun sebanyak 2 orang atau 5,26%,

Page 10: 2504-2497-1-PB

10

1. Mahasiswa (Penulis Utama)2. Pembimbing I (Aggota Penulis)3. Pembimbing II (Anggota Penulis) 10

dan lebi dari 10 tahun hanya 1 orang atau 2,36%. Responden pada umumnya telah

memiliki pengalaman beternak yang cukup lama.

Tabel 8. Mata Pencaharian Responden

No Mata Pencaharian Pekerjaan Utama(Orang)

Pekerjaan Sampingan(Orang)

1 Petani (Peternak) 28 -

2 Tukang Kayu/petani - 2

3 Pedagang(wiraswasta)/petani - 7

4 Menjahit/petani - 1

Total 28 10Sumber : Data Primer diolah 2013

Tabel 8 menunjukan bahwa pekerjaan utama dari responden di Kecamatan

Kabila adalah sebagai petani atau peternak sebanyak 28 orang dengan prosentasi

sebesar 100% sedangkan yang mempunyai mata pencaharian sampingan sebanyak 10

orang atau 26,31% dari total responden. Besarnya jumlah responden yang bermata

pencaharian dalam bidang pertanian merupakan satu kekuatan untuk pengembangan

peternakan di masa yang akan datang. Usaha yang di geluti responden adalah

pertanian dan peternakan.

Tabel 9. Kepemilikan Ternak Responden

Kepemilik Ternak Jumlah (orang) Presentase (%)1 – 4 37 97,36

5 – 6 1 2,63

>6 - -

Total 38 100Sumber : Data Primer 2013

Dari tabel 9 di atas yang menunjukan tingkat kepemilikan ternak berbeda –

beda 1 – 4 sebanyak 37 orang atau 97,36 %, pemilikan ternak 5 – 6 ekor sebanyak 1

Page 11: 2504-2497-1-PB

11

1. Mahasiswa (Penulis Utama)2. Pembimbing I (Aggota Penulis)3. Pembimbing II (Anggota Penulis) 11

orang atau 2,63 %. Berdasarkan hasil yang di peroleh bahwa tingkat pemilikan ternak

memiliki hubungan terhadap pendapatan peternak, hal ini di sebabkan karena dengan

banyaknya ternak sapi yang di miliki petani / peternak, keuntungan yang diperoleh

akan semakin banyak (Ihsan, 2011).

Tabel 10. Luas Lahan kepemilikan Usaha Responden

Luas Lahan (Ha) Jumlah (Orang) Presentasi (%)0 – 1 12 31,57

1 – 2 20 52,63

>2 6 15,78

Total 38 100Sumber : Data Primer diolah 2013

Dalam data responden di Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango yang

memiliki lahan kurang dari 2 Ha sebanyak 6 orang atau 15,78 %, 1 Ha sebanyak 20

orang atau 52.63 %, sedangkan kepemilikan 0.5 Ha sebanyak 12 orang atau 31.57 %.

Biaya produksi terbagi atas dua, yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak

tetap (varabel cost).

a. Biaya tetap/Investasi

Biaya tetap atau investasi yang dikeluarkan terdiri dari biaya penyusutan

kandang, instalasi listrik dan tenaga kerja.

Total investasi dari masing-masing kelompok sebagai berikut:

a.) Kelompok Ratu Wangi Redis 1 Rp 10.298.288

b.) Kelompok Mutiara Redis 1 Rp 7.613.942

c.) Kelompok Bangkit Redis 1 Rp 10.652.420

b. Biaya Variabel

Biaya variabel terdiri dari biaya pembelian bibit, pakan, inseminasi buatan

dan obat-obatan.

Page 12: 2504-2497-1-PB

12

1. Mahasiswa (Penulis Utama)2. Pembimbing I (Aggota Penulis)3. Pembimbing II (Anggota Penulis) 12

Adapun total biaya variabel dari masing-masing kelompok sebagai berikut:

a) Kelompok Ratu Wangi Redis 1 Rp 42.995.800

b) Kelompok Mutiara Redis 1 Rp 30.382.000

c) Kelompok Bangkit Redis 1 Rp 42.394.200

Bahwa besarnya biaya produksi masing-masing anggota kelompok,

kelompok ratu wangi redis 1 sebesar Rp 53.294.088, kelompok mutiara redis 1

sebesar Rp 37.995.942 dan kelompok bangkit redis 1 sebesar Rp 53.046.620 pertahun

perhitungan penyusutan kandang menggunakan metode straight line method yaitu

dengan rumus harga awal dikurangi harga akhir dibagi daya tahan (tahun).

Penerimaan (revenue) adalah penerimaan produsen dari hasil penjualan out put, total

penerimaan hasil perkalian antara out put dengan harga jual produksi (Boediono,

2002).

Penerimaan responden pada masing-masing kelompok yaitu :

a) Kelompok Ratu Wangi Redis 1 Rp 91.000.000

b) Kelompok Mutiara Redis 1 Rp 65.000.000

c) Kelompok Bangkit Redis 1 Rp 91.000.000

Besarnya penerimaan dari usaha peternakan usaha ternak sapi tergantung

jumlah produksi sapi yang diterima oleh kelompok ternak. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa harga sapi perekor yang diterima oleh petani sebesar Rp

6.500.000.

Tabel 11. Keuntungan Usaha Ternak Sapi Bali

Penerimaan (Rp) Total Biaya (Rp) Keuntungan (Rp)91.000.000

65.000.000

91.000.000

53.294.088

37.995.942

53.046.620

37.705.912

27.004.058

37.953.380

Page 13: 2504-2497-1-PB

13

1. Mahasiswa (Penulis Utama)2. Pembimbing I (Aggota Penulis)3. Pembimbing II (Anggota Penulis) 13

Sumber : Data Primer diolah 2013

Besarnya keuntungan dari usaha peternakan usaha ternak sapi tergantung

jumlah produksi sapi yang diterima oleh kelompok ternak. Hasil penelitian

menenjukkan bahwa harga sapi perekor yang diterima oleh petani sebesar Rp

6.500.000.

Analisis fungsi keuntungan digunakan untuk menentukan besarnya keuntungan

yang diperoleh pada usahatani ternak sapi Bali, dengan rumus keuntungan yaitu total

penerimaan dari masing-masing kelompok, kelompok ratu wangi redis 1 sebesar Rp

91.000.000 dikurangi dengan total biaya Rp 53.294.088 sehingga diperoleh

keuntungan Rp 37.705.912 per tahun, kelompok mutiara redis 1 sebesar Rp

65.000.000 dikurangi dengan total biaya Rp 37.995.942 diperoleh keuntungan Rp

27.004.058 dan kelompok bangkit redis 1 sebesar Rp 91.000.000 dikurangi dengan

total biaya Rp 53.046.620 diperoleh keuntungan Rp 37.953.380

Tabel 12. R/C Ratio Usaha Ternak Sapi Bali

Nama Kelompok Penerimaan (Rp) Total Biaya (Rp) R/C ratio (Rp)Ratu Wangi Redis 1 91.000.000 53.294.088 1,7

Mutiara Redis 1 65.000.000 37.995.942 1,7

Bangkit Redis 1 91.000.000 53.046.620 1,7

Total 247.000.000 144.336.650 1,7Sumber : Data primer diolah 2013

Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai R/C ratio usahatani ternak sapi Bali di

Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango kelompok Ratu Wangi Redis 1 sebesar

1,7 hal ini dapat diartikan setiap pengeluaran Rp 1.00 akan mendapatkan keuntungan

sebesar 1,7, sedangkan dari kelompok Mutiara Redis 1 yaitu 1,7 hal ini dapat

Page 14: 2504-2497-1-PB

14

1. Mahasiswa (Penulis Utama)2. Pembimbing I (Aggota Penulis)3. Pembimbing II (Anggota Penulis) 14

diartikan setiap pengeluaran Rp 1.00 akan mendapatkan keuntungan sebesar 1,7 dan

kelompok Bangkit redis 1 yaitu 1,7 hal ini dapat diartikan setiap pengeluaran Rp1.00

akan mendapatkan keuntungan sebesar 1,7.

Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai R/C ratio usahatani ternak sapi Bali di

Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango kelompok Ratu Wangi Redis 1 sebesar

1,7 hal ini dapat diartikan setiap pengeluaran Rp 1.00 akan mendapatkan keuntungan

sebesar 1,7, sedangkan dari kelompok Mutiara Redis 1 yaitu 1,7 hal ini dapat

diartikan setiap pengeluaran Rp 1.00 akan mendapatkan keuntungan sebesar 1,7 dan

kelompok Bangkit redis 1 yaitu 1,7 hal ini dapat diartikan setiap pengeluaran Rp1.00

akan mendapatkan keuntungan sebesar 1,7.

Tabel 13. Analisis Titik Impas Usaha Ternak Sapi Bali

No Nama KelompokBEP

biaya/penerimaan(Rp)

BEPProduksi (Rp)

BEP hargabiaya/unit

(Rp)1 Ratu Wangi Redis 1 19.430.732 3 3.735.222

2 Mutiara Redis 1 12.680.612 2 3.799.594

3 Bangkit Redis 1 19.726.703 2 3.789.044

Sumber : Data diolah 2013

Berdasarkan hasil penelitian yang ada di Desa Poowo, Desa Talango, dan

Kelurahan Oluhuta, Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango, rata-rata produksi

dari usahatani adalah 1 ekor. Berarti petani yang ada di Desa Poowo, Desa Talango

dan Kelurahan Olohuta Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango sudah dapat

melewati titik impas dengan produksi diatas dari masing-masing kelompok ratu

wangi redis 1 = 3 ekor, mutiara redis 1 = 2 ekor dan bangkit redis 1= 2 ekor berarti

usahatani ternak sapi bali tersebut sudah layak dikembangkan. Jadi pada saat petani

Page 15: 2504-2497-1-PB

15

1. Mahasiswa (Penulis Utama)2. Pembimbing I (Aggota Penulis)3. Pembimbing II (Anggota Penulis) 15

menghasilkan ternak dari masing-masing kelompok dengan biaya penerimaan dari

masing-masing kelompok ratu wangi redis 1 sebesar Rp 19.430.732 perkelompok,

mutiara redis 1 sebesar Rp 12.680.612 perkelompok dan bangkit redis 1 sebesar Rp

19.726.703 perkelompok akan mengalami titik impas.

Analisis biaya per unit digunakan untuk mengetahui keuntungan setiap eker

sapi dengan membandingkan harga jual dengan biaya produksi dari tiap ekor sapi.

Berdasarkan perhitungan diperoleh hasil:

BEP Harga Kelompok Ratu Wangi Redis 1 = 3.735.222 Perekor

BEP Harga Kelompok Mutiara Redis 1 = 3.799.594 Perekor

BEP Harga Kelompok Bangkit Redis 1 = 3.789.044 Perekor

Petani responden berada pada titik impas dengan harga masing-masing

kelompok Ratu Wangi Redis 1 = 3.735.222 Perekor, kelompok Mutiara Redis 1 =

3.799.594 Perekor, dan kelompok Bangkit Redis 1 = 3.789.044 Perekor. Namun

apabila petani responden ingin mengalami keuntungan, maka petani responden

tersebut harus menjual dengan harga masing-masing kelompok diatas dari kelompok

Ratu Wangi Redis 1 = 3.735.222 Perekor, kelompok Mutiara Redis 1 = 3.799.594

Perekor, dan Kelompok Bangkit Redis 1 = 3.789.044 Perekor. Tetapi apabila

harganya dibawah dari harga tersebut maka petani tersebut akan mengalami

kerugian.

Selanjutnya dari hasil penelitian yang dilakukan di Desa Poowo, Desa

Talanggo dan Kelurahan Oluhuta, Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango

diperoleh harga dari tiap ekor sapi masing-masing kelompok adalah kelompok Ratu

Wangi Redis 1 = 3.735.222 Perekor , kelompok Mutiara Redis 1 = 3.799.594

Perekor, dan kelompok Bangkit Redis 1 = 3.789.044 Perekor. Jadi petani yang da di

Desa Poowo, Desa Talango dan Kelurahan Oluhuta Kecamatan kabila Kabupaten

Page 16: 2504-2497-1-PB

16

1. Mahasiswa (Penulis Utama)2. Pembimbing I (Aggota Penulis)3. Pembimbing II (Anggota Penulis) 16

Bone Bolango tersebut sudah dapat melewati titik impas dengan harga diatas dari

masing-masing kelompok tersebut.

KESIMPULAN

Kuantitas produksi usahatani ternak sapi Bali pada saat titik impas pada

masing-masing kelompok adalah Kelompok Ratu Wangi Redis 1 sebesar 3 ekor,

Kelompok Mutiara Redis 1 sebesar 2 ekor, dan Kelompok Bangkit Redis 1 sebesar 2

ekor dan biaya produksi / penerimaan usahatani ternak sapi Bali pada saat titik impas

pada masing-masing kelompok adalah Kelompok Ratu Wangi Redis 1 sebesar Rp

19.430.732 perkelompok, Kelompok Mutiara Redis 1 sebesar Rp 12.680.612

perkelompok, dan Kelompok Bangkir Redis 1 sebesar Rp 19.726.703 perkelompok.

Biaya per unit (ekor) usahatani ternak sapi Bali masing-masing kelompok

adalah Kelompok Ratu Wangi Redis 1 sebesar Rp 3.735.222 perekor, Kelompok

Mutiara Redis 1 sebesar Rp 3.799.594 perekor, dan Kelompok Bangkir Redis 1

sebesar Rp 3.789.044 perekor.

Usahatani ternak sapi Bali yang ada di Desa Poowo, Desa Talango, dan

Kelurahan Oluhuta Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango memberikan

keuntungan dengan nilai R/C Ratio diperoleh hasil masing-masing Kelompok Ratu

Wangi Redis 1 sebesar 1,7, Kelompok Mutiara Redis 1 sebesar 1,7 dan Kelompok

Bangkit Redis 1 sebesar 1,7.

DAFTAR PUSTAKA

Armin, 2011 Pengaruh Motivasi Terhadap Pendapatan Petani KecamatanBelopa. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin Makassarhttp://repository.unhas.ac.id (2011-09-08)

Boediono, 1998. Ekonomi Mikro. Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No:1.BPFE - Yogyakarta,Yogyakarta.

Page 17: 2504-2497-1-PB

17

1. Mahasiswa (Penulis Utama)2. Pembimbing I (Aggota Penulis)3. Pembimbing II (Anggota Penulis) 17

Febrina dan Mairika Lisna, 2008. Analisis Pendapatan Sapi Potong Di KecamatanTanete Rilau, Kabupaten Baru Jurusan Sosial Ekonomi PeternakanFakultas Peternakan Universitas Hasanuddin Jurnal Agribisnis Vol. X (3)September 2011 http:www.repository.unhas.ac.id (20 Juli 2012)

.

Gunawan, Pamungkas, D. A ffandhy. L. S. 1993. Sapi Bali Potensi Produktivitas DanNilai Ekonomi. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Guntoro. 2002. Membudidayakan Sapi Bali. Kanisius. Yogjakarta

Ibrahim, M. 1998. Suti Kelayakan Bisnis. Rineka cipta. Jakarta.

Ihsan. N, 2011. Pengaruh Karakteristik Peternakan Terhadap KeputusanPembiayaan Usaha Peternakan, Skripsi Fakultas Peternakan UniversitasHasanuddin Makassar http:www.repository.unhas.ac.id (20 Juli 2012)

Kamiludin, 2009. Analisis Pendapatan Usaha Peternakan Sapi Perah DiKawasan Peternakan Sapi Perah Cibungbulang. Skripsi Sosial EkonomiPeternakan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogorhttp://repository.ipb.ac.id.

Martojo, H. 1988. Perpormans sapi bali dan persilanganya. Dalam ”Seminar EksporTernak Potong”. Jakarta.

Munawir, S. 2002. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Keempat Liberty. Yogyakarta.

Nirwana. 2003. Pengantar Mikro Ekonomi. Bayu media publishing. Malang

Prawirokusumo, S. 1990 Ilmu Usaha Tani. BPFE.Yogyakarta.

Rahmat, 2011. Analisis Pendapatan petani Padi di Kabupaten Takalar, SkripsiFakultas Pertanian Hasanuddin http:www.repository.unhas.ac.id

Page 18: 2504-2497-1-PB

18

1. Mahasiswa (Penulis Utama)2. Pembimbing I (Aggota Penulis)3. Pembimbing II (Anggota Penulis) 18

Saleh, 2011. Budidaya Ternak Sapi Potong Nutrisi http//petani.deptan.go.id

Sudono,A..1999. Ilmu Produksi Ternak Perah. Jurusan Ilmu Produksi Ternak.Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Sugeng, Y. B. 2000. Sapi potong. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sutardji 2009, Karakterisrik Demografi dan social ekonomi petani Journal BPPPertanian volume 6 no. 2 Juli 2009.

S. Munawir, 2002 Pengertian Analisis Titik Impas. Diakses pada http://anggitsetiyadi87. Blogspot.com/2002/10/06/amalisis-titik/Impas_11.html.Tanggal 20 April 2012.

Widjaja, K 1999. Analisis Pengambilan Keputusan Usaha Produksi PeternakanLembaga Pengabdian Kepada Masyarakat. Institute Pertanian Bogor. Bogor.