2504-2497-1-PB
-
Upload
rudi-pawang -
Category
Documents
-
view
220 -
download
0
description
Transcript of 2504-2497-1-PB
1
1. Mahasiswa (Penulis Utama)2. Pembimbing I (Aggota Penulis)3. Pembimbing II (Anggota Penulis) 1
ANALISIS PROFIT DAN TITIK IMPAS PADA KELOMPOKPETERNAK SAPI BALIDI KECAMATAN KABILA
KABUPATEN BONE BOLANGO
OLEHYurnaningsih Limonu1, Abdul Hamid Arsyad2, Sri Yenny Pateda3
JURUSAN PETERNAKAN
Kecamatan Kabila merupakan salah satu kawasan yang memperlihatkan usahapeternakan sapi Bali sebagai sumber pendapatan. Suatu usaha dapat dikatakanberhasil bila telah memberikan kontribusi pendapatan dan dapat memenuhi kebutuhanhidup peternak sehari-hari. Penelitian ini bertujuan untuk : Mengetahui Profit padaKelompok Ternak Sapi Bali di Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango.Mengetahui Titik Impas pada Kelompok Ternak Sapi Bali Kecamatan KabilaKabupaten Bone Bolango. Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan mulai daribulan April – Juni 2013. Teknik pengambilan sampel secara sensus dan metode yangdigunakan adalah metode survei terdiri dari data primer dan data sekunder, dimanadata primer di maksud untuk mendapatkan informasi data dari sumber utama yaituresponden petani peternak Sapi Bali melalui wawancara dengan menggunakankuesioner. Data sekunder diperoleh dari Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan,dan Ketahanan Pangan Kabupaten Bone Bolango, Badan Pusat Statistik (BPS)Kabupaten Bone Bolango. Data yang dikumpulkan terdiri dari data kuantitatif yangberasal dari pengolahan data Statistik Peternakan, Kabupaten Bone Bolango dalamangka. Penelitian ini adalah analisis deskriptif, analisis deskriptif digunakan untukmendeskripsikan karateristik responden yaitu umur, lama usaha beternak, pekerjaanutama, kepemilikan ternak, luas lahan usaha tani, biaya produksi, penerimaan usahaternak sapi Bali, Profit usaha ternak sapi Bali, R/C Ratio usaha peternakan, analisistitik impas. Hasil penelitian diperoleh dari 38 orang responden sebagai kelompokpeternak, pada masing-masing anggota kelompok yang ada di Desa Poowo, DesaTalango, dan kelurahan Oluhuta. Kuantitas produksi usahatani ternak sapi Bali padasaat titik impas pada masing-masing kelompok adalah Kelompok Ratu Wangi Redis1 sebesar 3 ekor, Kelompok Mutiara Redis 1 sebesar 2 ekor, dan Kelompok BangkitRedis 1 sebesar 2 ekor dan biaya produksi / penerimaan usahatani ternak sapi Balipada saat titik impas pada masing-masing kelompok adalah Kelompok Ratu WangiRedis 1 sebesar Rp 19.430.732 perkelompok, Kelompok Mutiara Redis 1 sebesar Rp12.680.612 perkelompok, dan Kelompok Bangkir Redis 1 sebesar Rp 19.726.703perkelompok. Biaya per unit (ekor) usahatani ternak sapi Bali masing-masingkelompok adalah Kelompok Ratu Wangi Redis 1 sebesar Rp 3.735.222 perekor,Kelompok Mutiara Redis 1 sebesar Rp 3.799.594 perekor, dan Kelompok Bangkir
2
1. Mahasiswa (Penulis Utama)2. Pembimbing I (Aggota Penulis)3. Pembimbing II (Anggota Penulis) 2
Redis 1 sebesar Rp 3.789.044 perekor. Usahatani ternak sapi Bali yang ada di DesaPoowo, Desa Talango, dan Kelurahan Oluhuta Kecamatan Kabila Kabupaten BoneBolango memberikan keuntungan dengan nilai R/C Ratio diperoleh hasil masing-masing Kelompok Ratu Wangi Redis 1 sebesar 1,7, Kelompok Mutiara Redis 1sebesar 1,7 dan Kelompok Bangkit Redis 1 sebesar 1,7.Kata Kunci: Sapi Bali, Keuntungan, Titik Impas
PENDAHULUAN
Pembangunan peternakan mempunyai prospek yang lebih baik di masa depan,
pembangunan peternakan merupakan rangkaian kegiatan yang berkesinambungan
untuk mengembangkan kemampuan masyarakat petani khususnya masyarakat petani
peternak. petani memberikan perhatian khusus terhadap bidang peternakan
mengingat prospek pengembangan yang baik sehingga diharapkan dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Dalam upaya meningkatkan peranannya, sub sektor peternakan juga harus
meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang terlibat di dalamnya. Peternak
sebagai pengelola usaha peternakan rakyat dan tenaga kerja di perusahaan
peternakan., keduanya merupakan sumber daya yang terlibat langsung dalam sub
sektor peternakan. Sektor peternakan sapi potong merupakan salah satu sektor usaha
peternakan yang prospeknya cukup baik. Dalam perkembangannya usaha peternakan
sapi potong di Indonesia umumnya dilakukan dalam dua bentuk yaitu peternakan sapi
rakyat kecil dan perusahaan peternakan sapi potong. Sebagai upaya untuk
meningkatkan usaha diharapkan dapat meningkatkan usaha peternakan sapi potong
diperlukan teknologi yang tepat dan sesuai sehingga diharapkan dapat peningkatkan
penyerapan tenaga kerja dan peternak memperoleh keuntungan yang optimal.
Uraian latar belakang dapat dirumuskan beberapa hal yang menjadi masalah,
yaitu:
3
1. Mahasiswa (Penulis Utama)2. Pembimbing I (Aggota Penulis)3. Pembimbing II (Anggota Penulis) 3
1. Bagaimana Profit pada Kelompok Ternak Sapi Bali di Kecamatan Kabila
Kabupaten Bone Bolango.
2. Bagaimana Titik Impas pada Kelompok Ternak Sapi Bali di Kecamatan Kabila
Kabupaten Bone Bolango.
METODE PENELITIAN
Lokasi penelitian yang dipilih adalah Kecamatan Kabila. Pemilihan lokasi
tersebut dilakukan secara sengaja (purposive). Penelitian dilalukan selama 2 bulan.
Penelitian ini menggunakan metode survei. Dimana data yang digunakan dalam
penelitian ini berupa data primer dan data sekunder.
Populasi pada penelitian ini adalah kelompok ternak di Kecamatan Kabila
adapun pemilihan lokasi di Kecamatan Kabila ditentukan secara sengaja (purposive
sampling) dengan pertimbangan bahwa di Kecamatan Kabila mempunyai populasi
ternak sapi yang cukup tinggi. Adapun ditiap Kecamatan itu dipilih 3 Desa yang ada
yaitu Desa poowo, Desa Talango, Kelurahan Oluhuta. Pemilihan desa sampel
ditentukan secara sengaja (purposive sampling) yakni berdasarkan pertimbangan
yakni mempunyai populasi ternak sapi yang tinggi, sedang dan rendah serta
mempunyai kelompok ternak sapi yang aktif.
Pemilihan responden sebagai sampel dilakukan secara jenuh sampling
(saturated sampling) yakni mengambil semua anggota kelompok tani diambil dari
Desa Poowo, Desa Talango, dan Kelurahan Oluhuta sehingga total responden
menjadi 38 orang.
Adapun latar belakang dari penelitian ini dapat dilihat pada gambar kerangka
pikir penelitian.
4
1. Mahasiswa (Penulis Utama)2. Pembimbing I (Aggota Penulis)3. Pembimbing II (Anggota Penulis) 4
Gambar 1. Kerangka Pikir Analisis Profit Dan Titik Impas Pada Kelompok PeternakSapi Bali Dikecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango
Biaya Variabel
PakanUpah tenagakerjaBibitObat-obatanVaksinasiAir
Biaya tetap
LahanPajakbumi danbangunanSaranatransportasiPenyusutankandang
- Analisis Profit
- Titik Impas
Titik Impas Usaha Ternak Sapidi Kecamata Kabila
Pasar
Biaya Produksi
Usaha ternak sapi di KecamatanKabila
5
1. Mahasiswa (Penulis Utama)2. Pembimbing I (Aggota Penulis)3. Pembimbing II (Anggota Penulis) 5
HASIL DAN PEMAHASANA. Keadaan Umum Wilayah Penelitian
Kecamatan Kabila dilihat dari letak geografisnya terletak di posisi yang sangat
strategis karena selain di lintasi oleh akses jalan yang menghubungkan Ibu Kota
Kabupaten Bone Bolango dan Kota Gorontalo, Kecamatan Kabila juga di lintasi oleh
Sungai Bone. Luas wilayah Kecamatan Kabila adalah sebesar 193,45 KM atau
13,94% dari luas wilayah Kabupaten Bone Bolango, Desa Terluas adalah Desa
Poowo.
Di Lihat dari letak geografisnya, Kecamatan Kabila ini terletak pada garis
Lintang antara 0,300 LU – 1,000 LS, 121,000 BT – 123,300 BB. Batas wilayah
Kecamatan Kabila sebagai berikut : Sebelah Utara dengan Kecamatan Tilong Kabila,
Sebelah Timur dengan Kecamatan Suwawa, Sebelah Selatan dengan Kecamatan
Botupingge, Sebelah Barat dengan Kota Gorontalo
Di lihat dari morfologi permukaan bumi, yang terluas adalah daerah
pegunungan dan dataran rendah. Kecamatan Kabila terdiri dari 12 Desa / Kelurahan,
yaitu Desa Desa Dutohe, Desa Tanggilingo, Kelurahan Padengo, Kelurahan Oluhuta,
Kelurahan Tumbihe, Kelurahan Pauwo, Desa Toto Selatan, Desa Poowo, Desa
Talango, Desa Poowo Barat, Desa Dutohe Barat, Desa Oluhuta Utara.
Kecamatan Kabila keadaan iklim selama tahun 2011, secara panas dengan suhu
udara berkisar antara 230 C. Temperatur terendah terjadi di Bulan Februari dan
tertinggi terjadi pada Bulan Mei. Kelembaban udara berkisar antara 72 – 89%.
Terendah pada Bulan Februari dan tertinggi pada Bulan Maret. Curah Hujan tertinggi
tercatat terjadi pada Bulan Desember yaitu sebanyak 23 hari. (BPS Bone Bolango,
2011)
6
1. Mahasiswa (Penulis Utama)2. Pembimbing I (Aggota Penulis)3. Pembimbing II (Anggota Penulis) 6
Tabel 2. Jenis Penggunaan Lahan di Kecamatan Kabila Kabupaten Bone BolangoTahun 2012.
No Luas Lahan Menurut Penggunanya Jumlah (ha) Persentase (%)1 Sawah 496 44,48
2 Perkebunan 125 11,20
3 Bangunan 222 19,90
4 Empang 6 0,52
5 Pekarangan 302 27,0
Jumlah 1115 100Sumber : Data Kecamatan Kabila 2012
Kecamatan Kabila merupakan wilayah pertanian terbesar dengan berbagai
jenis bentuk pengusahaan, antara lain sawah, dan perkebunan, yang memiliki
persentase 55,68%. Hal ini yang dapat berkontribusi positif terhadap ketersediaan
pakan hijauan selain itu juga petani memanfaatkannya sebagai padang pengembalaan
sapi Bali.
Tabel 3. Jumlah penduduk menurut kelompok umur Kecamatan Kabila KabupatenBone Bolango.
Umur (Tahun) Jumlah (orang) Presentase (%)0 – 4 2.426 11.72
5 – 9 2.456 11,87
10 – 14 1.959 9,46
15 – 19 2.084 10,07
20 – 24 2.055 9,93
25 – 29 1.973 9,53
30 – 34 1.666 8,05
35 – 39 1.492 7,21
40 – 44 1.184 5,72
45 – 49 990 4,78
7
1. Mahasiswa (Penulis Utama)2. Pembimbing I (Aggota Penulis)3. Pembimbing II (Anggota Penulis) 7
50 – 54 772 3,73
55 – 59 500 2,41
60 + 1.133 5,47
Total 20.690 100Sumber : Data Sekunder Kecamatan Kabila
Pada Tabel 3. terlihat bahwa penduduk di Kecamatan Kabila masih di katakan
produktif sebanyak 12.716 orang atau 61,4 % dari umur 15 – 19 tahun sebanyak
2.084 orang atau 10,07 %, umur 20 – 24 tahun sebanyak 2.055 orang atau 9,93%,
umur 25 – 29 tahun sebanyak 1.973 orang atau 9,53%, umur 30 – 34 tahun sebanyak
1.666 orang atau 8,05%, umur 35 – 39 tahun sebanyak 1.492 orang atau 7,21%, umur
40 – 44 tahun sebanyak 1.184 orang atau 5,72%, umur 45 – 49 tahun sebanyak 990
orang atau 4,78%, umur 50 – 54 tahun sebanyak 772 orang atau 3,73%, umur 55 – 59
tahun sebanyak 500 orang atau 2,41%, sedangkan non produktif sebanyak 7.974
orang atau 38,5% dari umur 0 – 4 tahun sebanyak 2.426 atau 11,72%, umur 5 – 9
tahun sebanyak 2.456 orang atau 11,87%, umur 10 – 14 tahun sebanyak 1.959 orang
atau 9,46%, dan umur >60 tahun sebanyak 1.133 orang atau 5,47%. Hal ini
menunjukan bahwa rata – rata penduduk yang siap melakukan usaha tani atau ternak
sapi bali yang memiliki umur produktif antara 15 – 60 tahun untuk bekerja di bidang
pertanian dan peternakan.
Tabel 4. Jumlah Penduduk Yang Bekerja Menurut Mata Pencaharian KecamatanKabila Kabupaten Bone Bolango.
No Mata Pencaharian Jumlah (orang) Persentase (%)1 Petani 789 15,54
2 Peternakan 136 2,56
3 Nelayan 22 0,41
4 Perkebunan 208 3,94
5 Kehutanan 4 0.07
8
1. Mahasiswa (Penulis Utama)2. Pembimbing I (Aggota Penulis)3. Pembimbing II (Anggota Penulis) 8
6 Pegawai Negeri Sipil 926 17,53
7 Pedagang 590 11,18
8 Pertambangan 18 0,34
9 Tabama 2367 44,83
10 Lain – lain 217 4,11
Total 5277 100Sumber : Data Kecamatan Kabila Tahun 2013
Berdasarkan keterangan tersebut dan data Kecamatan Kabila total penggunaan
tenaga kerja dapat di lihat pada tabel di atas menunjukan pekerjaan utama penduduk
Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango yang bekerja sebagian besar bekerja di
sektor pertanian yaitu 22,52% yaitu petani sawah 15,54%, Peternakan 2,56%,
Nelayan 0,41%, perkebunan 3,94%, kehutanan 0,07% sedangkan yang non pertanian
sebanyak 73,88% diantaranya yaitu Pegawai Negeri Sipil 17,53%, Pedagang 11,18%,
pertambangan 0,34% dan tabama 44,83% dan sektor lainnya 4,11%.
Tabel 5. Tingkat Pendidikan Petani Responden
No Pendidikan Jumlah (orang) Presentase (%)1 Tamat SD 18 47,37
2 Tamat SMP 12 31,58
3 Tamat SMA 8 21,05
Total 38 100Sumber : Data Primer Diolah, 2013
Data pada tabel 5 menunjukan bahwa sebagian besar responden di Kecamatan
Kabila sudah pernah duduk di bangku sekolah dengan rincian berikut, tamat SD
sebanyak 18 orang atau 47,37%, tamat SMP sebanyak 12 orang atau 31,58%, tamat
SMA sebanyak 8 atau 21,05 %, dengan demikian dapat diartikan peternak dapat
menulis dan membaca serta menjalankan usahanya tidak mengandalkan orang lain.
B. Karakteristik Responden
9
1. Mahasiswa (Penulis Utama)2. Pembimbing I (Aggota Penulis)3. Pembimbing II (Anggota Penulis) 9
Sumber daya manusia baik secara kuantitas maupun kualitas merupakan salah
satu faktor utama perlu diperhatikan dalam proses produksi pertanian secara
kuantitas, sumber daya manusia yang terlibat dapat berasal dari dalam keluarga
maupun dari luar keluarga / tenaga upahan, sedangkan secara kualitas sangat di
pengaruhi oleh keadaan keluarga terutama umur, tingkat pendidikan, pengalaman
beternak, pekerjaan dan jumlah kepemilikan ternak.
Tabel 6. Tingkat Umur Peternak Responden
Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Presentase (%)0 – 15 - -
16 – 69 37 97,36
>70 1 2,63
Total 38 100Sumber : Data Primer Diolah, 2013
Berdasarkan data pada tabel 5 di atas, hampir semua dari umur responden
berada di rentang umur 16 – 69 tahun yaitu sebanyak 37 orang atau 97,36% di
kategorikan produktif. Untuk umur yang non produktif hanya berjumlah 1 orang atau
2,63% dalam artian bahwa peternak sapi potong Kecamatan Kabila Kabupaten Bone
Bolango umumnya berada padsa umur produktif.
Tabel 7. Pengalaman Usaha Responden
Lama Usaha (Tahun) Jumlah (Orang) Presentase (%)1 - 5 35 92,10
6 – 10 2 5,26
>10 1 2,63
Jumlah 38 100Sumber : Data Primer yang telah diolah, 2013
Tabel 7. Menunjukan bahwa jumlah responden yang memiliki pengalaman
beternak 1 - 5 tahun 35 orang atau 92,10%, 6 - 9 tahun sebanyak 2 orang atau 5,26%,
10
1. Mahasiswa (Penulis Utama)2. Pembimbing I (Aggota Penulis)3. Pembimbing II (Anggota Penulis) 10
dan lebi dari 10 tahun hanya 1 orang atau 2,36%. Responden pada umumnya telah
memiliki pengalaman beternak yang cukup lama.
Tabel 8. Mata Pencaharian Responden
No Mata Pencaharian Pekerjaan Utama(Orang)
Pekerjaan Sampingan(Orang)
1 Petani (Peternak) 28 -
2 Tukang Kayu/petani - 2
3 Pedagang(wiraswasta)/petani - 7
4 Menjahit/petani - 1
Total 28 10Sumber : Data Primer diolah 2013
Tabel 8 menunjukan bahwa pekerjaan utama dari responden di Kecamatan
Kabila adalah sebagai petani atau peternak sebanyak 28 orang dengan prosentasi
sebesar 100% sedangkan yang mempunyai mata pencaharian sampingan sebanyak 10
orang atau 26,31% dari total responden. Besarnya jumlah responden yang bermata
pencaharian dalam bidang pertanian merupakan satu kekuatan untuk pengembangan
peternakan di masa yang akan datang. Usaha yang di geluti responden adalah
pertanian dan peternakan.
Tabel 9. Kepemilikan Ternak Responden
Kepemilik Ternak Jumlah (orang) Presentase (%)1 – 4 37 97,36
5 – 6 1 2,63
>6 - -
Total 38 100Sumber : Data Primer 2013
Dari tabel 9 di atas yang menunjukan tingkat kepemilikan ternak berbeda –
beda 1 – 4 sebanyak 37 orang atau 97,36 %, pemilikan ternak 5 – 6 ekor sebanyak 1
11
1. Mahasiswa (Penulis Utama)2. Pembimbing I (Aggota Penulis)3. Pembimbing II (Anggota Penulis) 11
orang atau 2,63 %. Berdasarkan hasil yang di peroleh bahwa tingkat pemilikan ternak
memiliki hubungan terhadap pendapatan peternak, hal ini di sebabkan karena dengan
banyaknya ternak sapi yang di miliki petani / peternak, keuntungan yang diperoleh
akan semakin banyak (Ihsan, 2011).
Tabel 10. Luas Lahan kepemilikan Usaha Responden
Luas Lahan (Ha) Jumlah (Orang) Presentasi (%)0 – 1 12 31,57
1 – 2 20 52,63
>2 6 15,78
Total 38 100Sumber : Data Primer diolah 2013
Dalam data responden di Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango yang
memiliki lahan kurang dari 2 Ha sebanyak 6 orang atau 15,78 %, 1 Ha sebanyak 20
orang atau 52.63 %, sedangkan kepemilikan 0.5 Ha sebanyak 12 orang atau 31.57 %.
Biaya produksi terbagi atas dua, yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak
tetap (varabel cost).
a. Biaya tetap/Investasi
Biaya tetap atau investasi yang dikeluarkan terdiri dari biaya penyusutan
kandang, instalasi listrik dan tenaga kerja.
Total investasi dari masing-masing kelompok sebagai berikut:
a.) Kelompok Ratu Wangi Redis 1 Rp 10.298.288
b.) Kelompok Mutiara Redis 1 Rp 7.613.942
c.) Kelompok Bangkit Redis 1 Rp 10.652.420
b. Biaya Variabel
Biaya variabel terdiri dari biaya pembelian bibit, pakan, inseminasi buatan
dan obat-obatan.
12
1. Mahasiswa (Penulis Utama)2. Pembimbing I (Aggota Penulis)3. Pembimbing II (Anggota Penulis) 12
Adapun total biaya variabel dari masing-masing kelompok sebagai berikut:
a) Kelompok Ratu Wangi Redis 1 Rp 42.995.800
b) Kelompok Mutiara Redis 1 Rp 30.382.000
c) Kelompok Bangkit Redis 1 Rp 42.394.200
Bahwa besarnya biaya produksi masing-masing anggota kelompok,
kelompok ratu wangi redis 1 sebesar Rp 53.294.088, kelompok mutiara redis 1
sebesar Rp 37.995.942 dan kelompok bangkit redis 1 sebesar Rp 53.046.620 pertahun
perhitungan penyusutan kandang menggunakan metode straight line method yaitu
dengan rumus harga awal dikurangi harga akhir dibagi daya tahan (tahun).
Penerimaan (revenue) adalah penerimaan produsen dari hasil penjualan out put, total
penerimaan hasil perkalian antara out put dengan harga jual produksi (Boediono,
2002).
Penerimaan responden pada masing-masing kelompok yaitu :
a) Kelompok Ratu Wangi Redis 1 Rp 91.000.000
b) Kelompok Mutiara Redis 1 Rp 65.000.000
c) Kelompok Bangkit Redis 1 Rp 91.000.000
Besarnya penerimaan dari usaha peternakan usaha ternak sapi tergantung
jumlah produksi sapi yang diterima oleh kelompok ternak. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa harga sapi perekor yang diterima oleh petani sebesar Rp
6.500.000.
Tabel 11. Keuntungan Usaha Ternak Sapi Bali
Penerimaan (Rp) Total Biaya (Rp) Keuntungan (Rp)91.000.000
65.000.000
91.000.000
53.294.088
37.995.942
53.046.620
37.705.912
27.004.058
37.953.380
13
1. Mahasiswa (Penulis Utama)2. Pembimbing I (Aggota Penulis)3. Pembimbing II (Anggota Penulis) 13
Sumber : Data Primer diolah 2013
Besarnya keuntungan dari usaha peternakan usaha ternak sapi tergantung
jumlah produksi sapi yang diterima oleh kelompok ternak. Hasil penelitian
menenjukkan bahwa harga sapi perekor yang diterima oleh petani sebesar Rp
6.500.000.
Analisis fungsi keuntungan digunakan untuk menentukan besarnya keuntungan
yang diperoleh pada usahatani ternak sapi Bali, dengan rumus keuntungan yaitu total
penerimaan dari masing-masing kelompok, kelompok ratu wangi redis 1 sebesar Rp
91.000.000 dikurangi dengan total biaya Rp 53.294.088 sehingga diperoleh
keuntungan Rp 37.705.912 per tahun, kelompok mutiara redis 1 sebesar Rp
65.000.000 dikurangi dengan total biaya Rp 37.995.942 diperoleh keuntungan Rp
27.004.058 dan kelompok bangkit redis 1 sebesar Rp 91.000.000 dikurangi dengan
total biaya Rp 53.046.620 diperoleh keuntungan Rp 37.953.380
Tabel 12. R/C Ratio Usaha Ternak Sapi Bali
Nama Kelompok Penerimaan (Rp) Total Biaya (Rp) R/C ratio (Rp)Ratu Wangi Redis 1 91.000.000 53.294.088 1,7
Mutiara Redis 1 65.000.000 37.995.942 1,7
Bangkit Redis 1 91.000.000 53.046.620 1,7
Total 247.000.000 144.336.650 1,7Sumber : Data primer diolah 2013
Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai R/C ratio usahatani ternak sapi Bali di
Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango kelompok Ratu Wangi Redis 1 sebesar
1,7 hal ini dapat diartikan setiap pengeluaran Rp 1.00 akan mendapatkan keuntungan
sebesar 1,7, sedangkan dari kelompok Mutiara Redis 1 yaitu 1,7 hal ini dapat
14
1. Mahasiswa (Penulis Utama)2. Pembimbing I (Aggota Penulis)3. Pembimbing II (Anggota Penulis) 14
diartikan setiap pengeluaran Rp 1.00 akan mendapatkan keuntungan sebesar 1,7 dan
kelompok Bangkit redis 1 yaitu 1,7 hal ini dapat diartikan setiap pengeluaran Rp1.00
akan mendapatkan keuntungan sebesar 1,7.
Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai R/C ratio usahatani ternak sapi Bali di
Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango kelompok Ratu Wangi Redis 1 sebesar
1,7 hal ini dapat diartikan setiap pengeluaran Rp 1.00 akan mendapatkan keuntungan
sebesar 1,7, sedangkan dari kelompok Mutiara Redis 1 yaitu 1,7 hal ini dapat
diartikan setiap pengeluaran Rp 1.00 akan mendapatkan keuntungan sebesar 1,7 dan
kelompok Bangkit redis 1 yaitu 1,7 hal ini dapat diartikan setiap pengeluaran Rp1.00
akan mendapatkan keuntungan sebesar 1,7.
Tabel 13. Analisis Titik Impas Usaha Ternak Sapi Bali
No Nama KelompokBEP
biaya/penerimaan(Rp)
BEPProduksi (Rp)
BEP hargabiaya/unit
(Rp)1 Ratu Wangi Redis 1 19.430.732 3 3.735.222
2 Mutiara Redis 1 12.680.612 2 3.799.594
3 Bangkit Redis 1 19.726.703 2 3.789.044
Sumber : Data diolah 2013
Berdasarkan hasil penelitian yang ada di Desa Poowo, Desa Talango, dan
Kelurahan Oluhuta, Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango, rata-rata produksi
dari usahatani adalah 1 ekor. Berarti petani yang ada di Desa Poowo, Desa Talango
dan Kelurahan Olohuta Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango sudah dapat
melewati titik impas dengan produksi diatas dari masing-masing kelompok ratu
wangi redis 1 = 3 ekor, mutiara redis 1 = 2 ekor dan bangkit redis 1= 2 ekor berarti
usahatani ternak sapi bali tersebut sudah layak dikembangkan. Jadi pada saat petani
15
1. Mahasiswa (Penulis Utama)2. Pembimbing I (Aggota Penulis)3. Pembimbing II (Anggota Penulis) 15
menghasilkan ternak dari masing-masing kelompok dengan biaya penerimaan dari
masing-masing kelompok ratu wangi redis 1 sebesar Rp 19.430.732 perkelompok,
mutiara redis 1 sebesar Rp 12.680.612 perkelompok dan bangkit redis 1 sebesar Rp
19.726.703 perkelompok akan mengalami titik impas.
Analisis biaya per unit digunakan untuk mengetahui keuntungan setiap eker
sapi dengan membandingkan harga jual dengan biaya produksi dari tiap ekor sapi.
Berdasarkan perhitungan diperoleh hasil:
BEP Harga Kelompok Ratu Wangi Redis 1 = 3.735.222 Perekor
BEP Harga Kelompok Mutiara Redis 1 = 3.799.594 Perekor
BEP Harga Kelompok Bangkit Redis 1 = 3.789.044 Perekor
Petani responden berada pada titik impas dengan harga masing-masing
kelompok Ratu Wangi Redis 1 = 3.735.222 Perekor, kelompok Mutiara Redis 1 =
3.799.594 Perekor, dan kelompok Bangkit Redis 1 = 3.789.044 Perekor. Namun
apabila petani responden ingin mengalami keuntungan, maka petani responden
tersebut harus menjual dengan harga masing-masing kelompok diatas dari kelompok
Ratu Wangi Redis 1 = 3.735.222 Perekor, kelompok Mutiara Redis 1 = 3.799.594
Perekor, dan Kelompok Bangkit Redis 1 = 3.789.044 Perekor. Tetapi apabila
harganya dibawah dari harga tersebut maka petani tersebut akan mengalami
kerugian.
Selanjutnya dari hasil penelitian yang dilakukan di Desa Poowo, Desa
Talanggo dan Kelurahan Oluhuta, Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango
diperoleh harga dari tiap ekor sapi masing-masing kelompok adalah kelompok Ratu
Wangi Redis 1 = 3.735.222 Perekor , kelompok Mutiara Redis 1 = 3.799.594
Perekor, dan kelompok Bangkit Redis 1 = 3.789.044 Perekor. Jadi petani yang da di
Desa Poowo, Desa Talango dan Kelurahan Oluhuta Kecamatan kabila Kabupaten
16
1. Mahasiswa (Penulis Utama)2. Pembimbing I (Aggota Penulis)3. Pembimbing II (Anggota Penulis) 16
Bone Bolango tersebut sudah dapat melewati titik impas dengan harga diatas dari
masing-masing kelompok tersebut.
KESIMPULAN
Kuantitas produksi usahatani ternak sapi Bali pada saat titik impas pada
masing-masing kelompok adalah Kelompok Ratu Wangi Redis 1 sebesar 3 ekor,
Kelompok Mutiara Redis 1 sebesar 2 ekor, dan Kelompok Bangkit Redis 1 sebesar 2
ekor dan biaya produksi / penerimaan usahatani ternak sapi Bali pada saat titik impas
pada masing-masing kelompok adalah Kelompok Ratu Wangi Redis 1 sebesar Rp
19.430.732 perkelompok, Kelompok Mutiara Redis 1 sebesar Rp 12.680.612
perkelompok, dan Kelompok Bangkir Redis 1 sebesar Rp 19.726.703 perkelompok.
Biaya per unit (ekor) usahatani ternak sapi Bali masing-masing kelompok
adalah Kelompok Ratu Wangi Redis 1 sebesar Rp 3.735.222 perekor, Kelompok
Mutiara Redis 1 sebesar Rp 3.799.594 perekor, dan Kelompok Bangkir Redis 1
sebesar Rp 3.789.044 perekor.
Usahatani ternak sapi Bali yang ada di Desa Poowo, Desa Talango, dan
Kelurahan Oluhuta Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango memberikan
keuntungan dengan nilai R/C Ratio diperoleh hasil masing-masing Kelompok Ratu
Wangi Redis 1 sebesar 1,7, Kelompok Mutiara Redis 1 sebesar 1,7 dan Kelompok
Bangkit Redis 1 sebesar 1,7.
DAFTAR PUSTAKA
Armin, 2011 Pengaruh Motivasi Terhadap Pendapatan Petani KecamatanBelopa. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin Makassarhttp://repository.unhas.ac.id (2011-09-08)
Boediono, 1998. Ekonomi Mikro. Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No:1.BPFE - Yogyakarta,Yogyakarta.
17
1. Mahasiswa (Penulis Utama)2. Pembimbing I (Aggota Penulis)3. Pembimbing II (Anggota Penulis) 17
Febrina dan Mairika Lisna, 2008. Analisis Pendapatan Sapi Potong Di KecamatanTanete Rilau, Kabupaten Baru Jurusan Sosial Ekonomi PeternakanFakultas Peternakan Universitas Hasanuddin Jurnal Agribisnis Vol. X (3)September 2011 http:www.repository.unhas.ac.id (20 Juli 2012)
.
Gunawan, Pamungkas, D. A ffandhy. L. S. 1993. Sapi Bali Potensi Produktivitas DanNilai Ekonomi. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Guntoro. 2002. Membudidayakan Sapi Bali. Kanisius. Yogjakarta
Ibrahim, M. 1998. Suti Kelayakan Bisnis. Rineka cipta. Jakarta.
Ihsan. N, 2011. Pengaruh Karakteristik Peternakan Terhadap KeputusanPembiayaan Usaha Peternakan, Skripsi Fakultas Peternakan UniversitasHasanuddin Makassar http:www.repository.unhas.ac.id (20 Juli 2012)
Kamiludin, 2009. Analisis Pendapatan Usaha Peternakan Sapi Perah DiKawasan Peternakan Sapi Perah Cibungbulang. Skripsi Sosial EkonomiPeternakan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogorhttp://repository.ipb.ac.id.
Martojo, H. 1988. Perpormans sapi bali dan persilanganya. Dalam ”Seminar EksporTernak Potong”. Jakarta.
Munawir, S. 2002. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Keempat Liberty. Yogyakarta.
Nirwana. 2003. Pengantar Mikro Ekonomi. Bayu media publishing. Malang
Prawirokusumo, S. 1990 Ilmu Usaha Tani. BPFE.Yogyakarta.
Rahmat, 2011. Analisis Pendapatan petani Padi di Kabupaten Takalar, SkripsiFakultas Pertanian Hasanuddin http:www.repository.unhas.ac.id
18
1. Mahasiswa (Penulis Utama)2. Pembimbing I (Aggota Penulis)3. Pembimbing II (Anggota Penulis) 18
Saleh, 2011. Budidaya Ternak Sapi Potong Nutrisi http//petani.deptan.go.id
Sudono,A..1999. Ilmu Produksi Ternak Perah. Jurusan Ilmu Produksi Ternak.Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Sugeng, Y. B. 2000. Sapi potong. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sutardji 2009, Karakterisrik Demografi dan social ekonomi petani Journal BPPPertanian volume 6 no. 2 Juli 2009.
S. Munawir, 2002 Pengertian Analisis Titik Impas. Diakses pada http://anggitsetiyadi87. Blogspot.com/2002/10/06/amalisis-titik/Impas_11.html.Tanggal 20 April 2012.
Widjaja, K 1999. Analisis Pengambilan Keputusan Usaha Produksi PeternakanLembaga Pengabdian Kepada Masyarakat. Institute Pertanian Bogor. Bogor.