244.Kab.Kutai Timur

download 244.Kab.Kutai Timur

of 104

Transcript of 244.Kab.Kutai Timur

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIAJalan A. Yani Km. 32,5 Telp. (0511) 784295 Fax. (0511) 784296 Banjarbaru Kalimantan Selatan

LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN Kepada: Para Pengguna Laporan Perhitungan APBD Pemerintah Kabupaten Kutai Timur TA 2004 Berdasarkan ketentuan Pasal 23E Perubahan Ketiga Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal 2 Undang-undang No. 5 Tahun 1973, dan Pasal 31 UU No. 17 tahun 2003, Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPKRI) telah memeriksa Laporan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Kutai Timur Tahun Anggaran 2004 yang telah disusun oleh Pemerintah Kabupaten Kutai Timur. Laporan Perhitungan APBD tersebut adalah tanggung jawab Pemerintah Kabupaten Kutai Timur. Tanggung jawab BPK-RI terletak pada pernyataan pendapat atas Laporan Perhitungan APBD Tahun Anggaran 2004 berdasarkan Pemeriksaan BPK-RI. Pemeriksaan atas Laporan Perhitungan APBD tersebut dilakukan dengan berpedoman pada Standar Audit Pemerintahan (SAP) yang ditetapkan oleh BPK-RI. Standar tersebut mengharuskan BPK-RI untuk merencanakan, mengumpulkan bukti yang cukup dan melaksanakan pemeriksaan agar memperoleh keyakinan yang memadai sebagai dasar untuk memberikan pendapat. Pemeriksaan atas Laporan Perhitungan APBD Tahun Anggaran 2004 bertujuan untuk memberikan keyakinan apakah Laporan Perhitungan APBD Tahun Anggaran 2004 telah disajikan secara wajar sesuai dengan Prinsip Akuntansi yang ditetapkan di dalam Peraturan Perundangan yang berlaku. Pemeriksaan atas Laporan Perhitungan APBD Kabupaten Kutai Timur Tahun Anggaran 2004 meliputi pengujian atas Laporan Realisasi Anggaran Tahun Anggaran 2004 (Laporan Perhitungan APBD TA 2004).

Berdasarkan pemeriksaan tersebut, disampaikan catatan pemeriksaan yang mempengaruhi kewajaran Laporan Perhitungan APBD Pemerintah Kabupaten Kutai Timur TA 2004, yaitu :1.

Realisasi Penerimaan Retribusi Pelayanan Kesehatan Senilai Rp105.578.204,00 Tidak Termasuk Penerimaan Jasa Pelayanan Kesehatan Dari Rumah Sakit Umum Daerah Sangatta Senilai Rp730.361.089,00

2.

Realisasi Pendapatan Asli Daerah Daerah senilai Sebesar Rp 638.165.288,97

Rp 25.601.898.789,68

Termasuk Penerimaan Pemerintah Pusat Yang Terlanjur Disetorkan Ke Kas Daerah

3.

Bagian

Laba

Usaha

Daerah

Yang

Berasal

Dari

KPC

Sebesar

Rp11.700.000.000,00 Belum Dapat Diakui Sebagai Deviden Pemerintah Kabupaten Kutai Timur Karena Belum Direalisasikannya Kepemilikan Sahamnya4.

Realisasi Rekening 2.01.05.2.1.06.01.1 Uang Perangsang Atas Penerimaan Pendapatan Daerah Senilai Rp3.200.000.000,00 Diantaranya Senilai Rp2.750.000.000,00 Tidak Sesuai Ketentuan

5.

Realisasi Rekening 2.01.05.2.1.06.02.1 Biaya Pemungutan PBB Senilai Rp3.100.000.000,00 Rp841.306.713,00 Pada Bukan Dinas Pendapatan BP PBB Daerah Dan Termasuk Diantaranya Senilai Senilai Penerimaan

Rp769.820.000,00 Direalisasikan Untuk Belanja Modal6.

Realisasi Belanja Rekening 2.01.05.2.1.04.00 Biaya Operasional Dinas Pendapatan Daerah Tahun Anggaran 2004 Senilai Rp2.050.000.000,00 Diantaranya Senilai Rp875.000.000,00 Tidak Dilengkapi Bukti Yang Sah

7.

Realisasi Pembiayaan Pengeluaran Pembayaran Pokok Pinjaman Yang Jatuh Tempo Sebesar Rp91.513.340.458,53 Diantaranya Termasuk Pembayaran Bunga Pinjaman Sebesar Rp36.513.340.458,53

8.

Realisasi Belanja Daerah Pemerintah Kabupaten Kutai Timur TA 2004 Sebesar Rp311.194.308.420,29 Tidak Termasuk Di Dalamnya Belanja Luncuran Kegiatan TA 2003 Sebesar Rp102.133.884.394,00 Yang Disajikan Dalam Kelompok Pembiayaan Pengeluaran Daerah

9.

Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Lalu Dalam Rancangan Perhitungan APBD TA 2004 Dalam Kelompok Pembiayaan Jenis Penerimaan Daerah sebesar Rp32.214.470.194,35 Tidak Menggambarkan Sisa Lebih Yang Sebenarnya

10.

Sisa Lebih Perhitungan APBD Tahun Berjalan Yang Dinyatakan dalam Perhitungan APBD TA 2004 Sebesar Rp113.317.558.914,21 Tidak Mencerminkan Sisa Kas Yang Sebenarnya Berdasarkan Pemeriksaan terhadap Laporan Perhitungan APBD Kabupaten Kutai

Timur Tahun Anggaran 2004, BPK-RI berpendapat bahwa Laporan Perhitungan APBD Kabupaten Kutai Timur Tahun Anggaran 2004, tidak disajikan secara wajar untuk semua hal yang material sesuai dengan Prinsip Akuntansi yang ditetapkan di dalam berbagai peraturan perundangan yang berlaku. Di dalam hasil pemeriksaan atas Laporan Perhitungan APBD Kabupaten Kutai Timur Tahun Anggaran 2004, BPK-RI menyampaikan beberapa hal yang perlu mendapat perhatian Pemerintah Daerah dan DPRD Kabupaten Kutai Timur dalam upaya penyempurnaan Laporan Keuangan Daerah sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban Keuangan Daerah.

Banjarbaru, 23 Juni 2005 BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Perwakilan VI Banjarmasin Ketua Tim

Karina Megawati, SE, Ak No. Register: D-27.053

BAB I GAMBARAN UMUM PEMERIKSAAN A. 1. 2. 3. 4. 5. 6. DASAR HUKUM PEMERIKSAAN Pasal 23E Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar Tahun 1945; Pasal 2 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1973 tentang Badan Pemeriksa Keuangan; Pasal 31 ayat (2) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; Pasal 56 ayat (3) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara; Pasal 25 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah; Pasal 43 Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah. B. TUJUAN PEMERIKSAAN Untuk memberikan keyakinan apakah Laporan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah Kabupaten Kutai Timur sebagai pertanggungjawaban atas realisasi APBD Tahun Anggaran 2004 telah disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang ditetapkan dalam berbagai peraturan perundangan mengenai Pengelolaan Keuangan Daerah. C. LINGKUP PEMERIKSAAN Untuk mencapai tujuan audit tersebut, maka pemeriksaan atas Laporan Perhitungan APBD Pemerintah Kabupaten Kutai Timur Tahun Anggaran 2004, meliputi: 1. 2. Rancangan Perhitungan APBD Tahun Anggaran 2004; Perhitungan Kas dan Pencocokan antara Sisa Perhitungan Anggaran dan Sisa Kas (naskah C.II) Tahun Anggaran 2004.

D.

CAKUPAN PEMERIKSAAN Pemeriksaan atas Laporan Perhitungan APBD Pemerintah Kabupaten Kutai Timur Tahun Anggaran 2004 meliputi pengujian substantif atas transaksi yang dibukukan dan disajikan dalam perhitungan APBD, Perhitungan Kas dan pencocokan antara sisa perhitungan APBD dan sisa kas berupa naskah C II dan penyusunan Daftar Hasil Pengadaan Barang dan Pemeliharaan Barang yang meliputi semua transaksi yang material dalam satu tahun anggaran yang diperiksa dan pengujian terinci atas saldo-saldo akun yang material dalam laporan tersebut. Cakupan pemeriksaan atau Audit Coverage Ratio (ACR) yang merupakan perbandingan antara jumlah realisasi anggaran/saldo akun yang diaudit dan jumlah realisasi anggaran/saldo akun (sebelum koreksi) Tahun Anggaran 2004 dapat dilihat sebagai berikut:Tabel 1 Cakupan Audit atas Laporan Perhitungan APBD Pemerintah Kabupaten Kutai Timur TA 2004No A 1. 2. 3. Uraian Pendapatan Pendapatan Asli Daerah Dana Perimbangan Lain-Lain Pendapatan Yang Sah Jumlah Pendapatan Belanja Belanja Aparatur Belanja Pelayanan Publik Belanja Bagi Hasil dan Bant Jumlah Belanja Surplus/(Defisit) Pembiayaan Peneriman Daerah Pengeluaran Daerah Surplus/(Defisit) Anggaran 21.058.500.000,00 539.572.000.000,00 560.630.500.000,00 271.042.205.632,00 115.655.263.318,00 15.381.100.000,00 402.078.568.950,00 158.551.931.050,00 51.206.694.374,00 209.758.625.424,00 (158.551.931.050,00) Realisasi 25.601.898.789,68 563.368.278.710,50 588.970.177.500,18 250.333.502.943,29 45.479.705.477,00 15.381.100.000,00 311.194.308.420,29 277.775.869.079,89 % 121,58 104,41 105,05 92,36 39,32 100,00 77,40 175,20 Nilai Yang Diaudit 25.601.898.789,68 563.368.278.710,50 588.970.177.500,18 250.333.502.943,29 45.479.705.477,00 15.381.100.000,00 311.194.308.420,29 277.775.869.079,89 % 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

B 1. 2. 3

C 1. 2.

32.214.470.194,35 62,91 309.990.339.274,24 147,78 (277.775.869.079,89) 175,20

32.214.470.194,35 100,00 309.990.339.274,24 100,00 (277.775.869.079,89) 100,00

E.

STANDAR PEMERIKSAAN Pemeriksaan atas Laporan Perhitungan APBD Pemerintah Kabupaten Kutai Timur Tahun Anggaran 2004 dilakukan dengan berpedoman pada Standar Audit Pemerintahan (SAP) yang diterbitkan oleh BPK-RI Tahun 1995, Panduan Manajemen Pemeriksaan (PMP), dan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang diterbitkan oleh IAI.

F.

BATASAN DAN KENDALA PEMERIKSAAN Dalam rangka pelaksanaan salah satu tugas konstitusionalnya yaitu pemeriksaan atas Laporan Perhitungan APBD, BPK-RI masih menghadapi kendala bahwa Pemerintah Daerah dalam menyusun Laporan Perhitungan APBD telah menggunakan anggaran kinerja, namun belum secara maksimal karena masih menggunakan metode pembukuan yang berbasis kas (cash basis) dan sistem pembukuan tunggal (single entry).

LAPORAN KEUANGAN YANG DIPERIKSA BPK-RIRINGKASAN PERHITUNGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI TIMUR TAHUN ANGGARAN 2004 (YANG DIPERIKSA BPK-RI)URAIAN 1 I. I.1 I.1.1 I.1.2 I.1.3 I.1.4 I.2 I.2.1 I.2.2 I.2.3 I.2.4 I.2.5 PENDAPATAN Pendapatan Asli Daerah Pajak Daerah Retribusi Daerah Laba Usaha Daerah Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah Dana Perimbangan Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus Bagi Hasil Pajak Propinsi Bantuan Keuangan Jumlah Pendapatan II. II.1 II.1.1 II.1.1.1 II.1.1.2 II.1.1.3 II.1.1.4 BELANJA BELANJA APARATUR Belanja Administrasi Umum Belanja Pegawai/ Personalia Belanja Barang dan Jasa Belanja Perjalanan Dinas Belanja Pemeliharaan Rp 271.042.205.632,00 Rp 183.239.599.500,00 Rp Rp Rp Rp 83.469.527.088,00 12.151.962.842,00 11.081.420.950,00 76.536.688.620,00 Rp 250.333.502.943,29 Rp 177.635.815.191,50 Rp Rp Rp Rp 80.827.374.479,00 11.353.764.447,00 10.500.561.540,00 74.954.114.725,50 92,36 96,94 96,83 93,43 94,76 97,93 Rp Rp Rp Rp Rp 21.058.500.000,00 1.462.500.000,00 1.696.000.000,00 13.900.000.000,00 4.000.000.000,00 Rp Rp Rp Rp Rp 25.601.898.789,68 1.267.855.227,00 1.754.041.160,00 11.825.296.993,69 10.754.705.408,99 121,58 86,69 103,42 85,07 268,87 104,41 111,11 100,00 160,72 105,66 105,05 2 ANGGARAN 3 REALISASI 4 % 5

Rp 539.572.000.000,00 Rp 353.725.000.000,00 Rp 106.400.000.000,00 Rp Rp Rp 25.447.000.000,00 12.500.000.000,00 41.500.000.000,00

Rp 563.368.278.710,50 Rp 393.024.801.864,50 Rp 106.402.999.996,00 Rp Rp Rp 20.090.476.850,00 43.850.000.000,00

Rp 560.630.500.000,00

Rp 588.970.177.500,18

1 II.1.2 II.1.2.1 II.1.2.2 II.1.2.3 II.1.2.4 II.1.3 II.2 II.2.1 II.2.1.1 II.2.1.2 II.2.1.3 II.2.1.4 II.2.2 II.2.2.1 II.2.2.2 II.2.2.3 II.2.2.4 II.2.3 II.3

2 Belanja Operasional Pemeliharaan Belanja Pegawai/ Personalia Belanja Barang dan Jasa Belanja Perjalanan Dinas Belanja Pemeliharaan Belanja Modal BELANJA PUBLIK Belanja Administrasi Umum Belanja Pegawai/ Personalia Belanja Barang dan Jasa Belanja Perjalanan Dinas Belanja Pemeliharaan Belanja Operasional Pemeliharaan Belanja Pegawai/ Personalia Belanja Barang dan Jasa Belanja Perjalanan Dinas Belanja Pemeliharaan Belanja Modal Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan Jumlah Belanja SURPLUS/(DEFISIT) Rp Rp Rp Rp Rp Rp

3 18.892.883.090,00 1.844.855.350,00 14.853.594.540,00 1.906.823.200,00 287.610.000,00 68.909.723.042,00 Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp

4 12.797.370.699,00 1.342.430.820,00 9.630.227.879,00 1.581.095.700,00 243.616.300,00 59.900.317.052,79 45.479.705.477,00 6.300.428.200,00 1.160.959.000,00 2.759.150.200,00 2.155.319.000,00 225.000.000,00 13.884.550.462,00 2.530.170.587,00 5.838.772.020,00 3.013.355.000,00 2.502.252.855,00 25.294.726.815,00 15.381.100.000,00

5 67,74 72,77 64,83 82,92 84,70 86,93 39,32 78,25 67,14 80,13 81,22 100,00 66,85 34,04 85,28 75,76 99,63 29,13 100,00 77,40 175,20

Rp 115.655.266.119,69 Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp 8.051.286.500,00 1.729.260.500,00 3.443.393.000,00 2.653.633.000,00 225.000.000,00 20.769.376.290,00 7.433.768.000,00 6.846.684.565,00 3.977.452.000,00 2.511.471.725,00 86.834.600.528,00 15.381.100.000,00

Rp 402.078.568.950,00 Rp 158.551.931.050,00

Rp 311.194.308.420,29 Rp 277.775.869.079,89

III. III.1 III.1.1 III.1.2 III.1.3 III.1.4

PEMBIAYAAN Penerimaan Daerah Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Lalu Transfer dari Dana Cadangan Penerimaan Pinjaman dan Obligasi Penjualan aset Daerah Yang Dipisahkan Jumlah Penerimaan Daerah Rp Rp Rp Rp Rp 51.206.694.374,00 51.206.694.374,00 Rp Rp Rp Rp Rp 32.214.470.194,35 32.214.470.194,35 62,91 62,91

III.2 III.2.1 III.2.2 III.2.3 III.2.4 III.2.5

Pengeluaran Daerah Transfer ke Dana Cadangan Penyertaan Modal Pembayaran Bunga Tempo Pinjaman Yg Jatuh Rp 92.021.625.450,00 Rp 91.513.340.458,53 99,45 91,12 4.338,66 147,78 175,20 Rp 112.287.296.032,00 Rp 2.611.809.798,50 Rp 102.321.545.758,00 Rp 113.317.558.914,21 Rp 309.990.339.274,24 Rp (277.775.869.079,89) Rp Rp 2.837.894.143,50 Rp Rp 2.837.894.143,50 100,00

Pembayaran Utang Luncuran Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Berjalan Jumlah Pengeluaran Daerah SURPLUS/ (DEFISIT)

Rp 209.758.625.424,00 Rp (158.551.931.050,00)

PERHITUNGAN KAS (YANG DIPERIKSA BPK-RI) URAIAN Sisa Kas pada tanggal 31 Desember 2003 (Tahun Anggaran Yang Lalu) Ditambah: Penerimaan dari 2 Januari s.d 31 Desember 2004 Tahun Perhitungan a. Mengenai Tahun Dinas Perhitungan Dikurangi Pengembalian (berdasarkan SPMU) b. Penyetoran kembali sisa UUDP Tahun Anggaran yang lalu Dikurangi: Pengeluaran dari 2 Januari s.d 31 Desember 2004 Tahun Perhitungan - Dikurangi pengembalian pengeluaran/ Kontra Pos Sisa Kas pada Tanggal 31 Desember 2004 (Tahun Dinas Perhitungan) Rincian sisa Kas Daerah tersebut adalah sebagai berikut: - Sisa Kas per 31 Desember 2003 - Belanja TA 2004 yang tidak dianggarkan - Belanja TA 2003 yang belum dicatat dalam PA Rp JUMLAH 29.264.118.710,35

Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp

548.289.157.781,68 577.553.276.492,03 2.950.351.484,00 580.503.627.976,03 507.867.088.780,32 (1.608.733.226,00) 506.258.355.554,32 74.245.272.421,71

Rp Rp Rp Rp

36.811.459.293,84 23.941.633.947,87 13.492.179.180,00 74.245.272.421,71

PENCOCOKAN ANTARA SISA PERHITUNGAN DAN SISA KAS (YANG DIPERIKSA BPK-RI) SISA PERHITUNGAN ANGGARAN Sisa Perhitungan APBD Tahun Lalu sepanjang tidak termasuk a. dalam perhitungan ini b. Sisa Perhitungan APBD Tahun Anggaran 2004

Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp

113.317.558.914,21 113.317.558.914,21 36.811.459.293,84 39.072.286.492,50 23.941.633.947,87 13.492.179.180,00 113.317.558.914,21

Sisa Kas per 31 Desember 2003 Ditambah karena: a. Sisa UUDP TA 2004 yang belum diselesaikan b. Belanja TA 2004 yang tidak dianggarkan c. Belanja TA 2003 yang belum dicatat dalam PA

BAB II LAPORAN PEMERIKSAAN A. PENELAAHAN ATAS SISTEM DAN PELAKSANAAN SISTEM PEMBUKUAN DAN PENYUSUNAN LAPORAN PERHITUNGAN APBD PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI TIMUR Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Pemerintah Kabupaten Kutai Timur Tahun Anggaran 2004 ditetapkan dengan Peraturan Daerah Nomor 01 Tahun 2004 tanggal 2 April 2004 dan Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Pemerintah Kabupaten Kutai Timur Tahun Anggaran 2004 ditetapkan dengan Peraturan Daerah Nomor 18 tahun 2004 tanggal 17 Desember 2004. Pada TA. 2004 Pemerintah Kabupaten Kutai Timur telah menyusun Peraturan Daerah Nomor 02 Tahun 2004 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah. Penyusunan Peraturan Daerah yang terkait dengan pengelolaan keuangan daerah tersebut merupakan pelaksanaan dari Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah pasal 14 ayat (1), (2) dan (3). Pembukuan dan Penyusunan Perhitungan APBD Pemerintah Kabupaten Kutai Timur TA. 2004 secara umum telah mengacu pada Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 tentang Pedoman Pengelolaan, Pengurusan dan Pertanggungjawaban Pengelolaan APBD, namun masih diselenggarakan berdasarkan sistem pembukuan tunggal (single entry) dengan dasar kas (cash basis). Berdasarkan pasal 31 ayat (2) UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Pemerintah Kabupaten Kutai Timur berkewajiban menyusun Laporan Keuangan Daerah, yang terdiri dari Neraca, Laporan Realisasi Anggaran (Perhitungan APBD), Laporan Aliran Kas dan Catatan Atas Laporan Keuangan Daerah. Saat ini, Bagian Keuangan Sekretariat Daerah Kabupaten Kutai Timur telah menyusun Laporan Keuangan Daerah, namun untuk Neraca tidak dapat diaudit karena Nilai Aktiva Tetapnya belum dilakukan penilaian yang harus dilaksanakan oleh Lembaga Independen yang bersertifikat di bidang pekerjaan penilaian barang, sesuai peraturan perundangan. Hasil penelaahan lebih lanjut atas sistem pembukuan dan penyusunan Perhitungan APBD serta pelaksanaannya yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Kutai

Timur ternyata belum sepenuhnya mengikuti ketentuan-ketentuan yang berlaku, sehingga masih terdapat kelemahan-kelemahan sebagai berikut : 1. Lingkungan Pengendalian Lingkungan Pengendalian menentukan corak entitas, mempengaruhi kepekaan atas pengendalian dan merupakan dasar bagi komponen pengendalian yang lain. Lingkungan pengendalian berpengaruh pada praktik-praktik manajemen apakah telah dilaksanakan secara memadai, antara lain: a. Integritas dan Nilai Etika Aspek ini dinilai dengan mengamati sejauh mana integritas dan nilai etika dari segenap Pejabat Pengelola Keuangan di lingkungan Pemerintah Kabupaten Kutai Timur dalam memahami dan menjalankan Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi) masing-masing khususnya dalam pengelolaan keuangan daerah. Tugas Bagian Keuangan tersebut dilakukan dalam bentuk pengawasan pemeriksaan terhadap permintaan pembayaran, surat pertanggungjawaban Pemegang Kas, dan lain-lain kegiatan yang menyangkut keuangan daerah. Berdasarkan pemeriksaan diketahui bahwa terdapat beberapa Satuan Kerja yang belum menyerahkan Pertanggungjawabannya (SPJ) diatas tanggal 10 Januari 2005. Hal ini disebabkan Pemegang Kas sebagai penerima SPM belum sepenuhnya mentaati Kepmendagri No. 29 Tahun 2002 Pasal 57 Ayat (2) yang menyatakan SPJ berikut lampirannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Kepala Daerah paling lambat tanggal sepuluh bulan berikutnya. b. Komitmen untuk Kompetensi Komitmen untuk kompetensi dari para pegawai dan pejabat pemerintah daerah belum memadai, karena ketidak pahaman akan aturan yang berlaku terutama yang berkaitan dengan penyusunan perhitungan APBD dan UU Keuangan Negara. Terkait dengan penggunaan konsultan untuk penyusunan Perhitungan APBD TA 2003 tanpa adanya transfer pengetahuan kepada para pegawai di bagian keuangan sehingga atas perhitungan yang telah disusun bagian keuangan tidak dapat menjelaskan rincian/ detail dari penyusunan perhitungan APBD TA 2003 ini. Pemerintah Kabupaten Kutai Timur belum menyediakan

anggaran untuk Biaya Pengembangan SDM bagi pegawai dan pejabat daerah yang potensial untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi dan meningkatkan keahliannya dalam melaksanakan tugasnya dengan lebih baik dan mengarah pada kebutuhan akan pegawai yang memahami Sistem Akuntansi Keuangan Daerah, sehingga kebutuhan organisasi akan pegawai yang berkompeten di bidang akuntansi keuangan daerah belum dapat terpenuhi. c. Filosofi dan Gaya Operasi Manajemen Aspek ini tidak dilaksanakan secara optimal karena masih ada kecenderungan kebijakan yang terpengaruh oleh adanya intervensi pihak luar, seperti pada penyusunan pos-pos anggaran secara definitif dalam Perhitungan APBD, namun dalam pelaksanaannya masih ditemukan adanya penggunaan anggaran belanja yang tidak sesuai dengan peruntukannya sehingga mengakibatkan terjadinya kesalahan pembebanan dan realisasi anggaran belum menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Selain itu masih terdapat beberapa pengeluaran yang tidak dapat terbayarkan di tahun lalu dibebankan ke tahun berikutnya karena kesulitan likuiditas, sehingga tutup tahun anggaran 2003 dilakukan pada tanggal 20 Januari 2004, yang ditetapkan melalui Surat Sekretaris Daerah No. 09/900/KEU/XII/2003 tanggal 14 Januari 2004. d. Struktur Organisasi Struktur dan Susunan Organisasi pada jajaran Pemerintah Kabupaten Kutai Timur ditetapkan melalui Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Timur No. 04 Tahun 2001 Tanggal 30 Maret 2001 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah Kabupaten Kutai Timur. Dilihat dari susunan organisasi dan cakupan tugas serta wewenang bagian yang ada di dalamnya telah menunjukkan adanya pembagian tugas yang memadai. Hal tersebut tidak terkecuali Struktur Organisasi dan Tata Kerja dalam pelaksanaan pembukuan dan pelaporan keuangan daerah yang dilaksanakan terutama oleh Bagian Keuangan.

e. Pendelegasian Kewenangan dan Tanggung jawab Aspek ini belum dijalankan secara optimal dimana berdasarkan pengamatan atas pengelolaan keuangan daerah yang dilaksanakan oleh Bagian Keuangan, Dinas Pendapatan dan BPD sebagai Pemegang Kas Daerah, masih terdapat beberapa kelemahan sebagai berikut: 1) Bagian Keuangan Pengelolaan Keuangan Daerah di Bagian Keuangan dibagi menjadi beberapa sub bagian yaitu sub bagian anggaran, sub bagian perbendaharaan, sub bagian verifikasi, dan sub bagian pembukuan. Namun berdasarkan pemeriksaan diketahui bahwa pelaksanaan fungsi masing-masing unit kerja belum berjalan secara optimal sehingga pengelolaan keuangan daerah terganggu, dengan uraian sebagai berikut: a) Sub Bagian Anggaran Berdasarkan pengamatan diketahui adanya kelemahan dalam pelaksanaan fungsi sub bagian anggaran yaitu adanya panjar dan pinjaman kepada bendaharawan pada unit kerja di lingkungan Sekretariat Daerah yang terjadi karena tidak dibukanya pos-pos pengeluaran untuk menampungnya, seperti Pos Pengeluaran Tidak Tersangka b) Sub Bagian Perbendaharaan Beberapa kelemahannya diantaranya: Dalam menerbitkan SPMU bagian perbendaharaan tidak melakukan pengecekan atas bulan sebelumnya apakah sudah diverifikasi atau belum, sehingga penerbitan SPMU tetap dilakukan meskipun SPJ bulan sebelumya belum diselesaikan Terdapat beberapa SPMU yang diterbitkan oleh Sub Bagian Perbendaharaan dan ditandatangani oleh Kepala Bagian Keuangan, diterima oleh kepala sub bagian perbendaharaan dan bendaharawan rutin. c) Sub Bagian Verifikasi Pemeriksaan atas pelaksanaan tugas pada sub bag verifikasi masih menunjukkan adanya kelemahan yaitu adanya pengeluaran untuk Tahun

Anggaran 2003 yang di SPJ kan lewat batas waktu yang ditentukan bahkan belum di SPJ kan sampai dengan Tahun Anggaran 2004. d) Sub Bagian Pembukuan Sub Bagian Pembukuan dalam menyusun Perhitungan APBD tidak menggunakan Sistem Akuntansi (Program Penyusunan Perhitungan) tapi masih secara manual (dalam format Ms. Excel) sehingga terdapat kesalahankesalahan dalam pembuatan laporannya, bahkan output Ringkasan Perhitungan APBD tidak dapat ditelusuri ke rincian transaksi yang ada pada bagian penjelasan penerimaan dan pengeluaran per Satuan Kerja. Bagian pembukuan kurang melakukan koordinasi dengan sumber data seperti Bagian verifikasi dan Dispenda sehingga terdapat perbedaan-perbedaan dalam pencatatannya. 2) Pemegang Kas Daerah (PKD) Pemegang Kas Daerah Kabupaten Kutai Timur dilaksanakan oleh BPD Kaltim Cabang Sangatta. Kas Daerah mempunyai 4 rekening, yaitu rekening Kas Daerah, rekening Gaji, rekening Dana Alokasi Khusus 2002 dan rekening Dana Alokasi Khusus 2003. Pemegang Kas Daerah membuat 2 (dua) B.IX yaitu untuk B.IX Umum dan B.IX Gaji. Hal ini tidak sesuai dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 1999 tentang Pelaksanaan Tugas Pemegang Kas Daerah Dalam Pengurusan Keuangan Daerah.pada Pasal 6 ayat (1), Pemegang Kas Daerah mengerjakan 1 (satu) Buku Kas Umum (B.IX) dan Buku Bantu (B.IX.a). Selain itu PKD belum melakukan rekonsiliasi secara berkala antara rekening koran dengan BIX, seperti yang diatur dalam Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 1999 dan Pasal 6 ayat (4), Pemegang Kas Daerah setiap bulan melakukan rekonsiliasi data antara saldo Buku Kas (B.IX) dengan Saldo rekening Kas Daerah pada Bank yang ditunjuk sehingga apabila posisi kas di rekening koran dan BIX berbeda dapat segera diketahui penyebab terjadinya perbedaan tersebut. 3) Dinas Pendapatan

Kurangnya koordinasi Dispenda sebagai pusat penerimaan daerah dengan Bagian Keuangan sehingga terdapat perbedaan-perbedaan dalam pengakuan jenis penerimaan terutama untuk penerimaan yang diterima melalui transfer atau pemindahbukuan dari rekening pusat seperti dari KPKN. f. Kebijakan dan praktik sumber daya manusia Dalam aspek ini, yang menjadi dasar pertimbangan adalah penempatan pegawai yang sesuai dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman yang dimilikinya yang berpengaruh pada kemampuan tiap pegawai dalam melaksanakan tugasnya. Penempatan pegawai pada lingkungan Pemerintah Kabupaten Kutai Timur belum sepenuhnya memperhatikan aspek latar belakang pendidikan dan pengalaman yang dimiliki pegawai, karena masih ada kecenderungan kebijakan dalam penempatan pegawai yang dipengaruhi oleh adanya urutan senioritas dan intervensi dari atasan. Selain itu, pada Bagian Keuangan terdapat beberapa pengawai yang mempunyai beban kerja yang tinggi namun kurang diberikan penghargaan atas pekerjaan yang telah dilakukan. Hal ini terlihat dengan adanya Pegawai Tidak Tetap di Bagian Keuangan yang memiliki andil yang cukup besar dalam penyusunan Perhitungan APBD. g. Fungsi Pengawasan Fungsi pengawasan oleh Badan Pengawas Kabupaten Kutai Timur sebagai pengawas intern yang secara rutin melakukan pengawasan atas pelaksanaan kegiatan yang dilakukan dinas/satuan kerja di lingkungan Pemerintah Kabupaten Kutai Timur belum optimal karena pemeriksaan yang dilaksanakan atas pengeluaran-pengeluaran yang tidak sesuai dengan anggaran tidak dapat dideteksi secara dini dan diberi peringatan sebelumnya. Hal ini semestinya bisa dicegah atau minimal tidak berulang sampai akhir tahun anggaran bila pengawasan yang dilakukan dapat mendeteksi kesalahan tersebut. Badan Pengawas Daerah Kabupaten Kutai Timur tidak melakukan pengawasan atas pengembalian uang Kas Daerah yang digelapkan oleh Sdr. Az bersama oknum BPD sehingga pada saat dikonfirmasi, pihak Bawasda tidak dapat menunjukkan berapa jumlah pengembalian sampai dengan saat ini.

2. Penilaian Risiko Penilaian/ penaksiran resiko Pemerintah Kabupaten Kutai Timur belum optimal. Hal ini tercermin dari kurangnya antisipasi terhadap transaksi yang memerlukan prosedur akuntansi yang baru, pemantauan terhadap pelaksanaan sistem pembukuan dan penyusunan Laporan Keuangan yang kurang mengikuti perubahan peraturan baru di bidang pengelolaan keuangan daerah. 3. Aktivitas Pengendalian Aktivitas Pengendalian yang perlu mendapat perhatian untuk lebih ditingkatkan antara lain : a. Kebijakan dan Prosedur Kerja Kebijakan dan Prosedur Kerja bagi tiap-tiap Dinas dan Satuan Kerja telah dibuat dengan Peraturan Daerah, namun dalam pelaksanaannya masih ada kelemahankelemahan yang lebih mengarah karena gaya kepemimpinan manajemen yang masih ada intervensi dari pihak lain. b. Pengendalian Fisik Bagian Umum dan Perlengkapan bertanggung jawab dalam hal pengendalian fisik atas hasil pelaksanaan kegiatan belanja barang dan belanja pemeliharaan dengan membuat Daftar Hasil Pengadaan Barang dan Daftar Hasil Pemeliharaan Barang pada akhir tahun anggaran yang menjadi Lampiran dari Laporan Perhitungan APBD. Daftar-daftar tersebut merupakan resume hasil pengadaan barang dan pemeliharaan barang dalam satu tahun anggaran oleh seluruh satuan kerja di lingkungan Pemerintah Kabupaten Kutai Timur, namun dalam penyusunan laporan tersebut belum sesuai dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 152 Tahun 2004 tentang Pengelolaan Barang Daerah. Hal ini disebabkan belum semua Satuan Kerja melaporkan Daftar Hasil Pengadaan Barang dan Daftar Hasil Pemeliharaan Barang kepada Bagian Umum dan Perlengkapan. c. Pengolahan Informasi Informasi terutama mengenai pengelolaan keuangan daerah belum disajikan secara memadai antara lain tidak dibuatnya Laporan Realisasi Anggaran per

Triwulan, tidak didukungnya Penyusunan Perhitungan APBD dengan sistem yang memadai, menyebabkan terjadinya Laporan Perhitungan APBD yang tidak dapat ditelusuri ke rincian transaksinya. Laporan Perhitungan APBD telah dibuat sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam peraturan perundangan yang berlaku, namun demikian masih perlu ditingkatkan lagi di masa yang akan datang. 4. Informasi dan Komunikasi Informasi dan Komunikasi terkait dengan sistem yang memungkinkan pegawai dan pejabat pemerintah daerah mendapatkan dan menggunakan informasi untuk melaksanakan dan mengendalikan kegiatan khususnya dalam pengelolaan keuangan daerah belum secara optimal dilakukan, dengan masih terjadi perbedaan pencatatan yang disebabkan kurangnya komunikasi dan koordinasi antara pihak-pihak yang berkepentingan. Seperti yang terjadi pada pencatatan realisasi pendapatan daerah yang dilakukan oleh Bagian Keuangan dan Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda). 5. Pemantauan Pelaksanaan pemantauan atau pengawasan kegiatan pengelolaan keuangan daerah telah dilaksanakan secara berjenjang oleh atasan langsung masing-masing dan dilakukan oleh Badan Pengawas Kabupaten sebagai pengawas intern di lingkungan Pemerintah Kabupaten Kutai Timur. Atas kelemahan pengendalian intern tersebut, BPK-RI menyarankan agar Pemerintah Kabupaten Kutai Timur melakukan review atas sistem pembukuan dan penyusunan Laporan Keuangannya.

B.

KOREKSI PEMBUKUAN DAN KECERMATAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN KABUPATEN KUTAI TIMUR TAHUN ANGGARAN 2004 Dari hasil pemeriksaan atas Rancangan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2004 Pemerintah Kabupaten Kutai Timur, BPK-RI melakukan 46 (empat puluh enam) koreksi pada Perhitungan APBD TA 2004 yang disusun oleh Bagian Keuangan Sekretariat Daerah Kutai Timur. Ringkasan dari koreksi tersebut adalah pada Pos Pendapatan terdapat koreksi tambah sebesar Rp36.043.427.018,13 dan koreksi kurang sebesar Rp36.817.387.878,13, Pos Belanja terdapat koreksi tambah sebesar Rp46.516.769.002,50 dan koreksi kurang sebesar Rp603.728.250,00, Pada Pos Pembiayaan Penerimaan Daerah terdapat koreksi tambah sebesar Rp13.492.179.180,00 dan pada Pos Pembiayaan Pengeluaran Daerah terdapat koreksi kurang sebesar Rp33.194.857.333,37. Rancangan Perhitungan APBD Kabupaten Kutai Timur Tahun Anggaran 2004 memuat jumlah anggaran, realisasi dan selisih realisasi dan anggaran Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan. Jumlah anggaran adalah jumlah anggaran yang ditetapkan dalam Perda APBD sebagaimana telah diubah melalui Perda No.18 Tahun 2004 Tanggal 17 Desember 2004 tentang Penetapan Perubahan APBD Kabupaten Kutai Timur Tahun Anggaran 2004. Jumlah realisasi adalah merupakan hasil pembukuan anggaran berdasarkan bahan-bahan pembukuan anggaran, sedangkan selisih realisasi dan anggaran adalah selisih dari Realisasi dikurangi Anggaran. Koreksi yang dilakukan BPK-RI didasarkan atas kebenaran formal dari bukti akuntansi. Koreksi-koreksi tersebut adalah sebagai berikut :

PENDAPATAN 1. Rek No. 1 Realisasi menurut LRA senilai Koreksi tambah senilai Koreksi kurang senilai Jumlah setelah koreksi senilai Selisih realisasi dan anggaran Menurut LRA senilai Koreksi tambah senilai Koreksi kurang senilai

Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp

588.970.177.500,18 36.043.427.018,13 (36.817.387.878,13) 588.196.216.640,18 28.339.677.500,18 36.043.427.018,13 (36.817.387.878,13)

Jumlah setelah koreksi senilai

Rp

27.565.716.640,18

a. Rek No. 1 01 05 1 PENDAPATAN ASLI DAERAH Realisasi menurut LRA senilai Rp 25.601.898.789,68 Koreksi tambah senilai Rp 59.755.614,,00 Koreksi kurang senilai Rp (9.860.455.846,13) Jumlah setelah koreksi senilai Rp 15.801.198.557,55 Selisih realisasi dan anggaran menurut LRA senilai Rp 4.543.398.789,68 Koreksi tambah senilai Rp 59.755.614,00 Koreksi kurang senilai Rp (9.860.455.846,13) Jumlah setelah koreksi senilai Rp (5.257.301.442,45) 1) Rek No. 1 01 05 1 1 Realisasi menurut LRA senilai Koreksi tambah senilai Jumlah setelah koreksi senilai Selisih realisasi dan anggaran Menurut LRA senilai Koreksi tambah senilai Jumlah setelah koreksi senilai PAJAK DAERAH Rp 1.267.855.227,00 Rp 23.410.032,00 Rp 1.291.265.259,00 Rp Rp Rp (194.644.773,00) 23.410.032,00 (171.234.741,00)

a) Rek No. 1 01 05 1 101 Pajak Hotel Realisasi menurut LRA senilai Rp 65.653.519,00 Koreksi tambah senilai Rp 6.500.000,00 Jumlah setelah koreksi senilai Rp 72.153.519,00 Selisih realisasi dan anggaran menurut LRA senilai Rp (34.346.481,00) Koreksi tambah senilai Rp 6.500.000,00 Jumlah setelah koreksi senilai Rp (27.846.481,00) Penjelasan koreksi: Koreksi tambah senilai Rp6.500.000,00 karena Bagian Keuangan salah membukukan penerimaan pajak hotel pada rekening penerimaan Retribusi Ijin Gangguan b) Rek No. 1 01 05 1 1 02 Realisasi menurut LRA senilai Koreksi tambah senilai Pajak Restoran Rp Rp

320.838.650,00 100.000,00

Jumlah setelah koreksi senilai Rp 320.938.650,00 Selisih realisasi dan anggaran menurut LRA senilai Rp (179.161.350,00) Koreksi tambah senilai Rp 100.000,00 Jumlah setelah koreksi senilai Rp (179.061.350,00) Penjelasan koreksi: Koreksi tambah senilai Rp100.000,00 karena Bagian Keuangan salah membukukan penerimaan pajak restoran pada rekening penerimaan Retribusi Ijin Gangguan c) Rek No. 1 01 05 1 1 04 Pajak Reklame Realisasi menurut LRA senilai Rp 44.368.700,00 Koreksi tambah senilai Rp 1.093.750,00 Jumlah setelah koreksi senilai Rp 45.462.450,00 Selisih realisasi dan anggaran menurut LRA senilai Rp (15.631.300,00) Koreksi tambah senilai Rp 1.093.750,00 Jumlah setelah koreksi senilai Rp (14.537.550,00) Penjelasan koreksi: Koreksi tambah senilai Rp1.093.750,00 karena Bagian Keuangan salah membukukan penerimaan pajak reklame pada rekening penerimaan Retribusi Ijin Gangguan d) Rek No. 1 01 05 1 1 06 Pajak Pengambilan Bhn Galian Gol C Realisasi menurut LRA senilai Rp 197.622.366,00 Koreksi tambah senilai Rp 15.716.282,00 Jumlah setelah koreksi senilai Rp 213.338.648,00 Selisih realisasi dan anggaran menurut LRA senilai Rp (102.377.634,00) Koreksi tambah senilai Rp 15.716.282,00 Jumlah setelah koreksi senilai Rp (86.661.352,00) Penjelasan koreksi: Koreksi tambah senilai Rp15.716.282,00 karena Bagian Keuangan salah membukukan penerimaan pajak pengambilan bahan galian golongan C pada rekening penerimaan lain-lain 2) Rek No. 1 01 05 1 2 Realisasi menurut LRA senilai Koreksi tambah senilai RETRIBUSI DAERAH Rp 1.754.041.160,00 Rp 36.345.582,00

Koreksi kurang senilai Jumlah setelah koreksi senilai Selisih realisasi dan anggaran Menurut LRA senilai Koreksi tambah senilai Koreksi kurang senilai Jumlah setelah koreksi senilai

Rp Rp Rp Rp Rp Rp

(43.952.932,00) 1.746.433.810,00 58.041.160,00 36.345.582,00 (43.952.932,00) 50.433.810,00

a) Rek No. 1 01 05 1 201 Retribusi Pelayanan Kesehatan Realisasi menurut LRA senilai Rp 105.578.204,00 Koreksi tambah senilai Rp 0,00 Koreksi kurang senilai Rp (36.259.182,00) Jumlah setelah koreksi senilai Rp 69.319.022,00 Selisih realisasi dan anggaran menurut LRA senilai Rp 10.578.204,00 Koreksi tambah senilai Rp 0,00 Koreksi kurang senilai Rp (36.259.182,00) Jumlah setelah koreksi senilai Rp (25.680.978,00) Penjelasan koreksi: Koreksi tambah senilai Rp0,00 karena penerimaan RSUD Sangatta senilai Rp730.361.089,00 tidak disetorkan ke Kas Daerah melainkan digunakan secara langsung dan tidak dilaporkan sebagai penerimaan pendapatan asli daerah (Lihat Catatan Pemeriksaan No.1) dan koreksi kurang senilai Rp36.259.182,00 karena Bagian Keuangan membukukan penerimaan Retribusi Ijin Gangguan senilai Rp5.425.600,00, Retribusi IMB senilai Rp26.884.082,00 dan penerimaan Retribusi Pengganti Biaya Cetak KTP/Akte senilai Rp3.949.500,00 pada Rekening Retribusi Pelayanan Kesehatan. b) Rek No. 1 01 05 1 2 08 Realisasi menurut LRA senilai Koreksi tambah senilai Koreksi kurang senilai Jumlah setelah koreksi senilai Selisih realisasi dan anggaran menurut LRA senilai Koreksi tambah senilai Retribusi Ijin Gangguan Rp 189.289.350,00 Rp 5.512.000,00 Rp (7.693.750,00) Rp 187.107.600,00

Rp Rp

89.289.350,00 5.512.000,00

Koreksi kurang senilai Rp (7.693.750,00) Jumlah setelah koreksi senilai Rp 87.107.600,00 Penjelasan koreksi: Koreksi tambah senilai Rp5.512.000,00 karena Bagian Keuangan membukukan penerimaan Retribusi Ijin Gangguan pada rekening Retribusi Pelayanan Kesehatan senilai Rp5.425.600,00 dan Rekening penerimaan lain-lain senilai Rp86.400,00. Koreksi kurang senilai Rp7.693.750,00 karena penerimaan Pajak Hotel senilai Rp6.500.000,00, Pajak Restoran senilai Rp100.000,00 danPajak Reklame senilai Rp1.093.750,00 dibukukan pada Rekening Retribusi Ijin Gangguan. c) Rek No. 1 01 05 1 2 01 Retribusi IMB Realisasi menurut LRA senilai Rp 572.426.606,00 Koreksi tambah senilai Rp 26.884.082,00 Jumlah setelah koreksi senilai Rp 599.310.688,00 Selisih realisasi dan anggaran menurut LRA senilai Rp (27.573.394,00) Koreksi tambah senilai Rp 26.884.082,00 Jumlah setelah koreksi senilai Rp (689.312,00) Penjelasan koreksi: Koreksi tambah senilai Rp26.884.082,00 karena Bagian Keuangan membukukan penerimaan retribusi IMB pada rekening Retribusi Pelayanan Kesehatan d) Rek No. 1 01 05 1 2 01 Retribusi Pengg. By Cetak KTP/Akte Realisasi menurut LRA senilai Rp 71.247.500,00 Koreksi tambah senilai Rp 3.949.500,00 Jumlah setelah koreksi senilai Rp 75.197.000,00 Selisih realisasi dan anggaran menurut LRA senilai Rp (3.752.500,00) Koreksi tambah senilai Rp 3.949.500,00 Jumlah setelah koreksi senilai Rp 197.000,00 Penjelasan koreksi: Koreksi tambah senilai Rp3.949.500,00 karena Bagian Keuangan membukukan penerimaan retribusi Penggantian Biaya Cetak KTP/Akte pada rekening Retribusi Pelayanan Kesehatan

3) Rek No. 1 01 05 1 3 01 Bagian Laba Usaha Daerah Realisasi menurut LRA senilai Rp 11.825.296.993,69 Koreksi kurang senilai Rp (9.000.000.000,00) Jumlah setelah koreksi senilai Rp 2.825.296.993,69 Selisih realisasi dan anggaran Menurut LRA senilai Rp (2.074.703.006,31) Koreksi kurang senilai Rp (9.000.000.000,00) Jumlah setelah koreksi senilai Rp (11.074.703.006,31) a) Rek No. 1 01 05 1 3 01 02 Deviden yg berasal dari KPC Realisasi menurut LRA senilai Rp 9.000.000.000,00 Koreksi kurang senilai Rp (9.000.000.000,00) Jumlah setelah koreksi senilai Rp Selisih realisasi dan anggaran menurut LRA senilai Rp (30.000.000.000,00) Koreksi kurang senilai Rp (9.000.000.000,00) Jumlah setelah koreksi senilai Rp (39.000.000.000,00) Penjelasan Koreksi: Koreksi kurang senilai Rp9.000.000.000,00 karena penerimaan tersebut adalah bantuan keuangan dari pihak ketiga/KPC (Lihat Catatan Pemeriksaan No. 3). 4) Rek No. 1 01 05 1 4 Lain-lain PAD Yang Sah Realisasi menurut LRA senilai Rp Koreksi kurang senilai Rp Jumlah setelah koreksi senilai Rp Selisih realisasi dan anggaran Menurut LRA senilai Rp Koreksi kurang senilai Rp Jumlah setelah koreksi senilai Rp a) Rek No. 1 01 05 1 4 Realisasi menurut LRA senilai Koreksi kurang senilai Jumlah setelah koreksi senilai Selisih realisasi dan anggaran menurut LRA senilai Koreksi kurang senilai 01 02

10.754.705.408,99 (816.537.815,00) 9.938.167.519,99 6.754.705.408,99 (816.537.815,00) 5.938.167.593,99

Penerimaan Lain-lain Rp 10.152.886.038,65 Rp (816.537.815,00) Rp 9.336.348.223,65 Rp Rp 8.652.886.038,65 (816.537.815,00)

Jumlah setelah koreksi senilai Rp 7.836.348.223,65 Penjelasan koreksi: Koreksi kurang senilai Rp816.502.914,13 karena Bagian Keuangan membukukan penerimaan Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C senilai Rp15.716.282,00, Retribusi Ijin Gangguan senilai Rp86.400,00, penerimaan PBB senilai Rp26.739.372,13, penerimaan DPKK dari Dinas Tenaga Kerja senilai Rp638.165.288,97 (koreksi nol) yang merupakan penerimaan Pemerintah Pusat (lihat Catatan Pemeriksaan No.2). Selain itu dalam Penerimaan Lain-Lain terdapat Contra Pos yang seharusnya mengurangi belanja sebesar Rp773.995.760,87. b. Rek No. 1 01 05 2 DANA PERIMBANGAN Realisasi menurut LRA senilai Rp Koreksi tambah senilai Rp Koreksi kurang senilai Rp Jumlah setelah koreksi senilai Rp Selisih realisasi dan anggaran menurut LRA senilai Rp Koreksi tambah senilai Rp Koreksi kurang senilai Rp Jumlah setelah koreksi senilai Rp

519.518.278.710,50 26.983.671.404,13 (26.956.932.032,00) 519.545.018.082,63 21.446.278.710,50 26.983.671.404,13 (26.956.932.032,00) 21.473.018.082,63

1) Rek No. 1 01 05 2 1 01 BAGI HSL PAJAK/BUKAN PAJAK Realisasi menurut LRA senilai Rp 393.024.801.864,50 Koreksi tambah senilai Rp 26.983.671.404,13 Koreksi kurang senilai Rp (26.956.932.032,00) Jumlah setelah koreksi senilai Rp 393.051.541.236,63 Selisih realisasi dan anggaran Menurut LRA senilai Rp 39.299.801.864,50 Koreksi tambah senilai Rp 26.983.671.404,13 Koreksi kurang senilai Rp (26.956.932.032,00) Jumlah setelah koreksi senilai Rp 39.326.541.236,63 a) Rek No. 1 01 05 2 1 Realisasi menurut LRA senilai Koreksi tambah senilai Koreksi kurang senilai Jumlah setelah koreksi senilai 01 Rp Rp Rp Rp BAGI HASIL PAJAK 80.664.752.935,00 380.663.657,13 (353.924.285,00) 80.691.492.307,13

Selisih realisasi dan anggaran Menurut LRA senilai Koreksi tambah senilai Koreksi kurang senilai Jumlah setelah koreksi senilai (1) Rek No. 1 01 05 2 1 01 Realisasi menurut LRA senilai Koreksi tambah senilai Jumlah setelah koreksi senilai Selisih realisasi dan anggaran menurut LRA senilai Koreksi tambah senilai Jumlah setelah koreksi senilai Penjelasan Koreksi:

Rp RP Rp Rp

13.264.752.935,00 380.663.657,13 (353.924.285,00) 13.291.492.307,13

01 PBB Rp 67.454.911.189,00 Rp 380.663.657,13 Rp 67.835.574.846,13 Rp Rp Rp 8.354.911.189,00 380.663.657,13 8.735.574.846,13

Koreksi tambah senilai Rp380.663.657,13 karena Bagian Keuangan membukukan penerimaan PBB pada Rekening penerimaan Lain-lain senilai Rp26.739.372,13 dan rekening penerimaan BPHTB senilai Rp353.924.285,00 (2) Rek No. 1 01 05 2 1 01 02 BPHTB Realisasi menurut LRA senilai Rp 1.721.446.657,00 Koreksi kurang senilai Rp (353.924.285,00) Jumlah setelah koreksi senilai Rp 1.367.522.372,00 Selisih realisasi dan anggaran menurut LRA senilai Rp 921.446.657,00 Koreksi kurang senilai Rp (353.924.285,00) Jumlah setelah koreksi senilai Rp 567.522.372,00 Penjelasan Koreksi: Koreksi kurang senilai Rp353.924.285,00 karena Bagian Keuangan membukukan penerimaan PBB pada rekening penerimaan BPHTB 02 BAGI HASIL BKN PAJAK/SDA Rp 312.360.048.929,50 Rp 26.603.007.747,00 Rp (26.603.007.747,00) Rp 312.360.048.929,50

b) Rek No. 1 01 05 2 1 Realisasi menurut LRA senilai Koreksi tambah senilai Koreksi kurang senilai Jumlah setelah koreksi senilai

Selisih realisasi dan anggaran menurut LRA senilai Koreksi tambah senilai Koreksi kurang senilai Jumlah setelah koreksi senilai (1)

Rp RP Rp Rp

26.035.048.929,50 26.603.007.747,00 (26.603.007.747,00) 26.035.048.929,50

Rek No. 1 01 05 2 02 02 Pungutan Sumber Daya Hutan Realisasi menurut LRA senilai Rp 16.194.608.132,00 Koreksi kurang senilai Rp (264.834.932,00) Jumlah setelah koreksi senilai Rp 15.929.773.200,00 Selisih realisasi dan anggaran menurut LRA senilai Rp 8.194.608.132,00 Koreksi kurang senilai Rp (264.834.932,00) Jumlah setelah koreksi senilai Rp 7.929.773.200,00 Penjelasan koreksi: Koreksi kurang senilai Rp264.834.932,00 karena Bagian Keuangan membukukan penerimaan Pungutan Hasil Perikanan pada Rekening Penerimaan Pungutan Sumber Daya Hutan.

(2)

Rek No. 1 01 05 2 02 04 Royalti Realisasi menurut LRA senilai Rp Koreksi tambah senilai Rp Jumlah setelah koreksi senilai Rp Selisih realisasi dan anggaran menurut LRA senilai Rp Koreksi tambah senilai Rp Jumlah setelah koreksi senilai Rp Penjelasan koreksi:

77.601.486.778,50 26.338.172.815,00 103.939.659.593,50 (14.398.513.221,50) 26.338.172.815,00 11.939.659.593,50

Koreksi tambah senilai Rp26.338.172.815,00 karena Bagian Keuangan membukukan penerimaan Royalti pada Rekening Penerimaan Gas Alam (3) Rek No. 1 01 05 2 02 05 Pungutan Hasil Perikanan Realisasi menurut LRA senilai Rp 264.195.390,00 Koreksi tambah senilai Rp 264.834.932,00 Jumlah setelah koreksi senilai Rp 529.030.322,00 Selisih realisasi dan anggaran

menurut LRA senilai Koreksi tambah senilai Jumlah setelah koreksi senilai Penjelasan koreksi:

Rp Rp Rp

(60.804.610,00) 264.834.932,00 204.030.322,00

Koreksi tambah senilai Rp264.834.932,00 karena Bagian Keuangan membukukan penerimaan Pungutan Hasil Perikanan pada rekening Penerimaan Pungutan Sumber Daya Hutan. (4) Rek No. 1 01 05 2 02 07 Gas Alam Realisasi menurut LRA senilai Rp Koreksi kurang senilai Rp Jumlah setelah koreksi senilai Rp Selisih realisasi dan anggaran menurut LRA senilai Rp Koreksi kurang senilai Rp Jumlah setelah koreksi senilai Rp Penjelasan koreksi:

170.970.849.174,00 (26.338.172.815,00) 144.632.676.359,00 30.970.849.174,00 (26.338.172.815,00) 4.632.676.359,00

Koreksi kurang senilai Rp26.338.172.815,00 karena Bagian Keuangan membukukan penerimaan Royalti pada Rekening Penerimaan Gas Alam c. Rek No. 1 01 05 2 4 02 Realisasi menurut LRA senilai Koreksi tambah senilai Jumlah setelah koreksi senilai Selisih realisasi dan anggaran menurut LRA senilai Koreksi tambah senilai Jumlah setelah koreksi senilai BANTUAN KEUANGAN Rp 43.850.000.000,00 Rp 9.000.000.000,00 Rp 52.850.000.000,00 Rp Rp Rp 2.350.000.000,00 9.000.000.000,00 11.350.000.000,00

1) Rek No. 1 01 05 2 4 01 01 Pihak Ketiga/KPC Realisasi menurut LRA senilai Rp Koreksi tambah senilai Rp Jumlah setelah koreksi senilai Rp Selisih realisasi dan anggaran Menurut LRA senilai Rp Koreksi tambah senilai Rp Jumlah setelah koreksi senilai Rp

22.700.000.000,00 9.000.000.000,00 31.700.000.000,00 2.700.000.000,00 9.000.000.000,00 11.700.000.000,00

Penjelasan koreksi: Koreksi tambah senilai Rp9.000.000.000,00 karena penerimaan tersebut merupakan bantuan keuangan dari pihak ketiga/KPC (Lihat Catatan Pemeriksaan No.3). 2. Rek No. 2 BELANJA Realisasi menurut LRA senilai Koreksi tambah senilai Koreksi kurang senilai Jumlah setelah koreksi senilai Selisih realisasi dan anggaran Menurut LRA senilai Koreksi tambah senilai Koreksi kurang senilai Jumlah setelah koreksi senilai

Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp

311.194.308.420,29 46.516.769.002,50 (603.728.250,00) 357.107.349.172,79 (90.884.260.529,71) 46.516.769.002,50 (603.728.250,00) (44.971.219.777,21)

a. Rek No. 2 01 BELANJA APARATUR Realisasi menurut LRA senilai Rp Koreksi tambah senilai Rp Jumlah setelah koreksi senilai Rp Selisih realisasi dan anggaran menurut LRA senilai Rp Koreksi tambah senilai Rp Jumlah setelah koreksi senilai Rp

250.333.502.943,29 4.209.546.461,50 254.543.049.404,79 (20.708.702.688,71) 4.209.546.461,50 (16.499.156.227,21)

1) Rek No. 2 01 01 Belanja Administrasi Umum Realisasi menurut LRA senilai Rp 177.635.815.191,50 Koreksi tambah senilai Rp 325.702.499,50 Jumlah setelah koreksi senilai Rp 177.961.517.691,00 Selisih realisasi dan anggaran Menurut LRA senilai Rp (5.603.784.308,50) Koreksi tambah senilai Rp 325.702.499,50 Jumlah setelah koreksi senilai Rp 5.278.081.809,00 Penjelasan Koreksi : Koreksi tambah senilai Rp325.702.499,50 karena Bagian Keuangan belum membukukan SPJ para Pemegang Kas pada Unit-unit Organisasi/ Satuan Kerja.

2) Rek No. 2 01 02 Realisasi menurut LRA senilai Koreksi tambah senilai Jumlah setelah koreksi senilai Selisih realisasi dan anggaran Menurut LRA senilai Koreksi tambah senilai Jumlah setelah koreksi senilai

Belanja Operasional Pemeliharaan Rp 12.797.370.699,00 Rp 756.724.962,00 Rp 13.554.095.661,00

Rp Rp Rp

(6.095.512.391,00) 756.724.962,00 (5.338.787.429,00)

Penjelasan Koreksi : Koreksi tambah sebesar Rp756.724.962,00 karena Bagian Keuangan belum membukukan SPJ para Pemegang Kas pada Unit-unit Organisasi/ Satuan Kerja.

3) Rek No. 2 01 03 Belanja Modal Realisasi menurut LRA senilai Rp 59.900.317.052,79 Koreksi tambah senilai Rp 3.127.119.000,00 Jumlah setelah koreksi senilai Rp 63.027.436.052,79 Selisih realisasi dan anggaran Menurut LRA senilai Rp (9.009.405.989,21) Koreksi tambah senilai Rp 3.127.119.000,00 Jumlah setelah koreksi senilai Rp (5.882.286.989,21) Penjelasan Koreksi : Koreksi tambah sebesar Rp3.127.119.000,00 karena Bagian Keuangan belum membukukan SPJ para Pemegang Kas pada Unit-unit Organisasi/ Satuan Kerja.

a. Rek No. 2 02 BELANJA PUBLIK Realisasi menurut LRA senilai Koreksi tambah senilai Koreksi kurang senilai Jumlah setelah koreksi senilai Selisih realisasi dan anggaran menurut LRA senilai Koreksi tambah senilai

Rp Rp Rp Rp Rp Rp

45.479.705.477,00 42.307.222.541,00 (603.728.250,00) 87.183.199.768,00 (70.175.560.642,69) 42.307.222.541,00

Koreksi kurang senilai Jumlah setelah koreksi senilai 1) Rek No. 2 02 01 Realisasi menurut LRA senilai Koreksi kurang senilai Jumlah setelah koreksi senilai Selisih realisasi dan anggaran Menurut LRA senilai Koreksi kurang senilai Jumlah setelah koreksi senilai Penjelasan Koreksi :

Rp Rp

(603.728.250) (28.472.066.351,69)

Belanja Administrasi Umum Rp 6.300.428.200,00 Rp (603.728.250,00) Rp 5.696.699.950,00 Rp Rp Rp (1.750.858.300,00) (603.728.250,00) (2.354.586.550,00)

Koreksi kurang sebesar Rp603.728.250,00 karena Bagian Keuangan lebih membukukan SPJ Belanja para Pemegang Kas pada Unit-unit Organisasi/ Satuan Kerja. 2) Rek No. 2 02 02 Realisasi menurut LRA senilai Koreksi tambah senilai Jumlah setelah koreksi senilai Selisih realisasi dan anggaran Menurut LRA senilai Koreksi tambah senilai Jumlah setelah koreksi senilai Penjelasan Koreksi : Belanja Operasional Pemeliharaan Rp 13.884.550.462,00 Rp 2.563.977.555,00 Rp 16.448.528.017,00 Rp Rp Rp (6.884.825.828,00) 2.563.977.555,00 (4.320.848.273,00)

Koreksi tambah sebesar Rp2.563.977.555,00 karena Bagian Keuangan belum membukukan SPJ para Pemegang Kas pada Unit-unit Organisasi/ Satuan Kerja. 3) Rek No. 2 02 03 Realisasi menurut LRA senilai Koreksi tambah senilai Jumlah setelah koreksi senilai Selisih realisasi dan anggaran Menurut LRA senilai Koreksi tambah senilai Jumlah setelah koreksi senilai Belanja Modal Rp Rp Rp Rp Rp Rp

25.294.726.815,00 39.743.244.986,00 65.037.971.801,00 (61.539.876.514,69) 39.743.244.986,00 (21.796.631.528,69)

Penjelasan Koreksi : Koreksi tambah sebesar Rp39.743.244,986,00 karena Bagian Keuangan belum membukukan SPJ para Pemegang Kas pada Unit-unit Organisasi/ Satuan Kerja. Koreksi Yang Tidak Mempengaruhi Perhitungan (Koreksi Nol)2.01.01 Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Realisasi menurut LRA Koreksi Kurang Jumlah setelah koreksi Selisih Realisasi dan Anggaran Koreksi Kurang Jumlah setelah koreksi

Rp Rp Rp Rp Rp Rp

9.157.405.588,00 0,00 9.157.405.588,00 (2.038.699.150,00) 0,00 (2.038.699.150,00)

Penjelasan Koreksi : Terhadap belanja pada Pos DPRD tersebut tidak dapat dilakukan koreksi kurang karena tidak tersedia mata anggaran belanja untuk rekening terkait.(Lihat Catatan Pemeriksa No. 4),2.01 Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Realisasi menurut LRA Rp 16.024.448.760,00 Koreksi Tambah Rp 0,00 Jumlah setelah koreksi Rp 16.024.448.760,00 Selisih Realisasi dan Anggaran Koreksi Tambah Jumlah setelah koreksi Rp Rp Rp (1.575.511.502,00) 0,00 (1.575.511.502,00)

Penjelasan Koreksi : Terhadap belanja pada Pos Pos Sekretariat DPRD tidak dapat dilakukan koreksi tambah sebesar Rp4.563.348.100,00 karena tidak tersedia mata anggaran belanja untuk rekening terkait (Lihat Catatan Pemeriksa no. 5).3.02.04 Pembayaran Utang Luncuran Realisasi menurut LRA Koreksi Kurang Jumlah setelah koreksi Rp Rp Rp 102.133.884.394,00 0,00 102.133.884.394,00

Selisih Realisasi dan Anggaran Koreksi Kurang Jumlah setelah koreksi

Rp Rp Rp

(9.965.750.274,00) 0,00 (9.965.750.274,00)

Penjelasan Koreksi : Terdapat koreksi kurang sebesar Rp102.133.884.394,00 terhadap Belanja karena adanya pembiayaan pengeluaran jenis pembayaran belanja luncuran yang seharusnya menambah Belanja tapi tidak dapat dilakukan karena tidak dibukanya rekening atas belanja luncuran dalam batang tubuh APBD (Lihat Catatan Pemeriksa No 15).

3. Rek No. 3

PEMBIAYAAN

a. Rek No. 3 01 PENERIMAAN DAERAH Realisasi menurut LRA senilai Rp Koreksi tambah senilai Rp Jumlah setelah koreksi senilai Rp Selisih realisasi dan anggaran menurut LRA senilai Rp Koreksi tambah senilai Rp Jumlah setelah koreksi senilai Rp 1) Rek No. 3 01 01 Realisasi menurut LRA senilai Koreksi tambah senilai Jumlah setelah koreksi senilai Selisih realisasi dan anggaran Menurut LRA senilai Koreksi tambah senilai Jumlah setelah koreksi senilai Penjelasan Koreksi :

32.214.470.194,35 13.492.179.180,00 45.706.649.374,35 (18.992.224.179,65) 13.492.179.180,00 (5.500.044.999,65)

Sisa Lebih Perhitungan Tahun Lalu Rp 32.214.470.194,35 Rp 13.492.179.180,00 Rp 45.706.649.374,35 Rp Rp Rp (18.992.224.179,65) 13.492.179.180,00 (5.500.044.999,65)

Koreksi tambah senilai Rp13.492.179.180 merupakan belanja tahun 2003 yang tidak masuk perhitungan tahun 2003 dan tidak dianggarkan pada tahun 2004 (Lihat Catatan Pemeriksaan No. 16).

a. Rek No. 3 01 PENGELUARAN DAERAH Realisasi menurut LRA senilai Rp 309.990.339.274,24 Koreksi kurang senilai Rp (33.194.857.333,37)

Jumlah setelah koreksi senilai Selisih realisasi dan anggaran menurut LRA senilai Koreksi kurang senilai Jumlah setelah koreksi senilai

Rp Rp Rp Rp

276.795.481.940,87 100.231.713.850,24 (33.194.857.333,37) 67.036.856.516,87

1) Rek No. 3 02 04 Realisasi menurut LRA senilai Koreksi kurang senilai Jumlah setelah koreksi senilai Selisih realisasi dan anggaran Menurut LRA senilai Koreksi kurang senilai Jumlah setelah koreksi senilai Penjelasan Koreksi :

Pembayaran Utang Luncuran Rp 102.321.545.758,00 Rp (187.661.364,00) Rp 102.133.884.394,00 Rp Rp Rp (9.965.750.274,00) (187.661.364,00) (10.153.411.638,00)

Koreksi ini merupakan sisa UUDP yang baru dibayarkan di TA 2005 sehingga realisasi pembayaran utang luncuran adalah sebesar Rp102.133.884.394,00. (Lihat Catatan Pemeriksaan No. 15). 2) Rek No. 3 02 05 Sisa Lebih Perhitungan Th Berjalan Rp Rp Rp Rp Rp Rp 113.317.558.914,21 (33.007.195.969,37) 80.310.362.944,84 110.705.749.115,71 (33.007.195.969,37) 77.698.553.146,34

Realisasi menurut LRA senilai Koreksi kurang senilai Jumlah setelah koreksi senilai Selisih realisasi dan anggaran Menurut LRA senilai Koreksi kurang senilai Jumlah setelah koreksi senilai Penjelasan koreksi:

Koreksi kurang senilai Rp33.194.857.333,37 karena adanya sisa UUDP dari SPM Proyek luncuran sebesar Rp187.661.364,00 dan koreksi SILPA tahun berjalan sebesar Rp33.007.195.969,37 (Lihat catatan pemeriksaan no. 18).

C.

CATATAN PEMERIKSAAN Hasil Pemeriksaan atas Laporan Perhitungan APBD (sebelum disampaikan ke DPRD) Tahun Anggaran 2004 yang disajikan oleh Pemerintah Kabupaten Kutai Timur, dapat diungkapkan sebanyak 19 (sembilan belas) Catatan Pemeriksaan yang perlu mendapat perhatian Pemerintah Daerah dan DPRD untuk meningkatkan kualitas Laporan Perhitungan APBD.

1. Realisasi Penerimaan Retribusi Pelayanan Kesehatan Senilai Rp105.578.204,00 Tidak Termasuk Penerimaan Jasa Pelayanan Kesehatan Dari Rumah Sakit Umum Daerah Sangatta Senilai Rp730.361.089,00 Berdasarkan Rancangan Perhitungan APBD Pemerintah Kabupaten Kutai Timur Tahun Anggaran 2004, realisasi Pendapatan Asli Daerah adalah sebesar Rp25.601.898.789,68 atau 121,58% dari anggaran yaitu sebesar Rp21.058.500.000,00. Dari realisasi senilai Rp25.601.898.789,68 tersebut diantaranya bersumber dari Penerimaan Retribusi Pelayanan Kesehatan sebesar Rp105.578.204,00 atau 111,13% dari anggaran sebesar Rp95.000.000,00. Pengujian terhadap Laporan Penerimaan yang dibuat oleh Bagian Keuangan menunjukkan bahwa realisasi Penerimaan Retribusi Pelayanan Kesehatan sebesar Rp105.578.204,00 tersebut tidak termasuk Penerimaan Jasa Pelayanan Kesehatan dari Rumah Sakit Umum Sangatta. Penerimaan tersebut hanya berasal dari penerimaan dari satuan kerja Puskesmas maupun Dinas Kesehatan. Berdasarkan konfirmasi yang dilakukan dengan Rumah Sakit Umum Sangatta dapat diketahui bahwa Penerimaan selama Tahun Anggaran 2004 adalah sebesar Rp730.361.089,00 dan digunakan secara langsung sebesar Rp715.053.279,00,sehingga jumlah saldo kas yang masih ada yaitu sebesar Rp15.307.810,00, dengan perincian sebagai berikut:Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Penerimaan 18.481.959,00 23.329.952,00 15.629.895,00 22.660.218,00 94.775.638,00 55.919.190,00 55.078.190,00 104.551.959,00 54.079.536,00 142.034.738,00 Pengeluaran Rp 17.165.200,00 Rp 19.484.737,00 Rp 19.014.850,00 Rp 21.805.587,00 Rp 80.166.888,00 Rp 63.457.630,00 Rp 58.356.700,00 Rp 90.368.490,00 Rp 74.630.019,00 Rp 128.242.630,00 Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Saldo 1.316.759,00 3.845.215,00 (3.384.955,00) 854.631,00 14.608.750,00 (7.538.440,00) (3.278.510,00) 14.183.469,00 (20.550.483,00) 13.792.108,00

Nopember Desember Jumlah

Rp Rp Rp

33.406.598,00 110.413.216,00 730.361.089,00

Rp Rp Rp

27.735.150,00 114.625.398,00 715.053.279,00

Rp Rp Rp

5.671.448,00 (4.212.182,00) 15.307.810,00

Penentuan tarif untuk masing-masing jasa pelayanan kesehatan berdasarkan Surat Keputusan Bupati Kutai Timur Nomor 174/02.188/45/HK/V/2004 tanggal 21 Mei 2004. Aturan, tarif pelayanan kesehatan, arah dan kebijakan maupun Perda yang mengatur tentang pengelolaan Rumah Sakit Umum Sangatta sampai saat ini masih belum ada. Keadaan tersebut tidak sesuai dengana.

Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara pasal 16 ayat (3) yang menyatakan bahwa penerimaan kementerian negara/lembaga/satuan kerja perangkat daerah tidak boleh digunakan langsung untuk membiayai pengeluaran.

b.

Kepmendagri No. 29 Tahun 2002 tentang Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah pasal 4 yang menyatakan bahwa semua pendapatan, belanja dan pembiayaan dianggarkan secara bruto datam APBD.

c.

Peraturan Pemerintah No. 105 Tahun 2000 tanggal 10 November 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah pasal 11 yang menyatakan bahwa semua transaksi keuangan daerah baik penerimaan daerah maupun pengeluaran daerah dilaksanakan melalui Kas Derah. Hal tersebut mengakibatkan realisasi penerimaan pelayanan kesehatan dalam

Rancangan Perhitungan APBD tahun Anggaran 2004 tidak menggambarkan nilai yang sebenarnya, yaitu kurang saji sebesar Rp 730.361.089,00. Kondisi tersebut terjadi karena: a. Kurangnya koordinasi antara Dispenda, Bagian Keuangan dan Rumah Sakit Umum Daerah Sangatta b. Pihak Rumah Sakit Umum Daerah Sangatta tidak mempedomani ketentuan yang berlaku Atas temuan ini Bagian Keuangan Kabupaten Kutai Timur selanjutnya akan berkoordinasi lebih lanjut dengan Dispenda dan Pihak RSU Sangatta untuk segera melaporkan dan mempertanggungjawabkan penggunaan penerimaan pada Tahun 2004, dan tahun 2005. Penerimaan ini harus disetorkan ke Kasda sebagai penerimaan asli

daerah. Selain itu juga akan berkoordinasi lebih lanjut mengenai perangkat hukum yang menjadi dasar pungutan ini melalui PERDA. BPK-RI menyarankan kepada Bupati Kutai Timur agar menginstruksikan secara tertulis kepada Kepala Bagian Keuangan dan Kepala Dipenda : a. Menginstruksikan kepada Kepala Rumah Sakit Umum Daerah Sangatta untuk menyampaikan laporan realisasi penerimaannya secara keseluruhan kepada Dinas Pendapatan Daerah dan pertanggungjawaban penggunaan langsung setiap bulan kepada Bagian Keuangan. b. Di masa mendatang penerimaan retribusi Pelayanan Kesehatan dianggarkan secara bruto dan membuka rekening pengeluaran atas penggunaan langsung pada Rumah Sakit. 2. Realisasi Pendapatan Asli Daerah senilai Rp 25.601.898.789,68 Termasuk Penerimaan Pemerintah Pusat Yang Terlanjur Disetorkan Ke Kas Daerah Sebesar Rp 638.165.288,97 Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Tim Pemeriksa pada Auditorat Utama Keuangan Negara BPK-RI yang dilaksanakan tanggal 10 Agustus s.d 8 September 2004 atas Pengelolaan Dana Kompensasi Penggunaan Tenaga Kerja Asing Tahun Anggaran 2003 dan 2004 pada Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Kutai Timur, antara lain dikemukakan bahwa Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Kutai Timur telah menerbitkan Ijin Kerja Tenaga Asing (IKTA) dan telah memungut Dana Pengembangan Keahlian dan Keterampilan (DPKK) senilai Rp849.427.380,00. Hasil pungutan tersebut disimpan di Rekening Bendaharawan DPKK yang ditunjuk berdasarkan Surat Kepala Dinas Tenaga Kerja No. 562/1.166-PLK/Disnaker/IX/2003 tanggal 26 September 2003 pada BPD Cabang Sangatta dengan rekening No. 10.00.04.00217 dan tidak disetorkan ke Kas Negara Hasil pengujian atas B.IX, Rekening Koran dan Surat Tanda Setoran (STS) Tahun Anggaran 2004, diketahui bahwa DPKK tersebut ternyata disetorkan ke rekening Kas Daerah Pemerintah Kabupaten Kutai Timur dan dibukukan sebagai Pendapatan Asli Daerah jenis penerimaan lain-lain berupa penerimaan Sisa UUDP Dinas Tenaga Kerja dengan STS tanggal 4 Februari 2004 senilai Rp540.041.944,52 dan STS tanggal 21 Desember 2004 senilai Rp98.123.344,45 berupa penerimaan DPKK Dinas Tenaga Kerja.

Dari uraian di atas, diketahui bahwa realisasi Pendapatan Asli Daerah Tahun Anggaran 2004 sebesar Rp25.601.898.789,68 termasuk di dalamnya penerimaan Pemerintah Pusat sebesar Rp638.165.288,97 (Rp540.041.944,52+ Rp98.123.344,45) atau 2,49% dari realisasi Pendapatan Asli Daerah. Sampai dengan saat pemeriksaan tanggal 25 Mei 2005 penerimaan tersebut belum disetorkan ke Kas Negara. Berdasarkan penjelasan dari Dinas Pendapatan Daerah dan Bagian Keuangan diketahui bahwa dana untuk menyetorkan kembali DPKK ke Kas Negara tersebut belum dianggarkan dalam APBD Tahun Anggaran 2005 dan akan dianggarkan pada perubahan APBD Tahun Anggaran 2005 akan dianggarkan dalam Belanja Tidak Tersangka. Hal tersebut tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimuat dalam a. Peraturan Pemerintah No. 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah, Pasal 4 yang menyatakan bahwa Pengelolaan Keuangan Daerah dilakukan secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan yang berlaku, efisien, transparan dan bertanggung jawab dengan memperhatikan asas keadilan dan kepatutan. b. Kepmendagri No. 29 Tahun 2002 Pasal 7 ayat (2) butir b menetapkan bahwa Pengeluaran lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka penyelenggaraan keuangan Pemerintahan Daerah pada belanja tidak tersangka antara lain yaitu pengembalian atas kelebihan penerimaan yang terjadi dalam tahun anggaran yang telah ditutup dengan didukung bukti-bukti yang sah. Hal tersebut mengakibatkan realisasi penerimaan Pendapatan Asli Daerah lebih saji sebesar Rp638.165.288,97. Hal tersebut terjadi karena kebijakan pemungutan DPKK bertentangan dengan peraturan perundangan yang lebih tinggi dan kecenderungan melakukan penggunaan langsung yang tidak sesuai ketentuan. Terhadap temuan ini Pemda Kutai Timur menyatakan bahwa dasar pemungutan ini adalah Peraturan Daerah Kutai Timur Nomor 17 dan 18 Tahun 2002, yang setelah diteliti lebih lanjut bertentangan dengan UU No. 20 tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak dan untuk tahun anggaran 2005 ini telah diantisipasi dengan

menganggarkan pengembaliannya dalam revisi anggaran APBD 2005 sebesar Rp638.165.288,97 pada Pos Pengeluaran Tidak Tersangka atau melalui persetujuan DPRD Kutai Timur untuk menggunakan dana anggaran pada pos lain sambil menunggu proses revisi APBD Kutai Timur Tahun 2005. BPK-RI menyarankan kepada Bupati Kutai Timur agar memerintahkan kepada: a. Kepala Dispenda, Kepala Bagian Keuangan dan BPD Kutai Timur agar meningkatkan koordinasi khususnya dalam hal terjadi adanya kesalahan posting dana sehingga dapat segera diketahui dan diselesaikan b. Kepala Bagian Keuangan untuk segera menganggarkan dan menyetorkan dana Pemerintah Pusat yang terlanjur diakui sebagai PAD sebesar Rp638.165.288,97 ke Kas Negara. c. Kepala Dinas Tenaga Kerja mempertanggungjawabkan penerimaan DPKK yang digunakan langsung. 3. Bagian Laba Usaha Daerah Yang Berasal Dari KPC Sebesar Rp11.700.000.000,00 Belum Dapat Diakui Sebagai Deviden Pemerintah Kabupaten Kutai Timur Karena Belum Direalisasikannya Kepemilikan Sahamnya Rancangan Perhitungan APBD Pemerintah Kabupaten Kutai Timur TA 2004 menyatakan terdapat Bagian Laba Usaha Daerah sebesar Rp9.000.000.000,00 yang merupakan deviden yang berasal dari KPC. Pada kenyataannya, realisasi atas pembelian saham ini belum dilaksanakan. Berdasarkan Perjanjian Jual Beli Saham tanggal 13 Oktober 2003 antara Sangatta Holdings Limited dan Kalimantan Coal Limited selaku penjual dan Pemerintah Kabupaten Kutai Timur selaku pembeli. Harga jual yang disepakati untuk pembelian 55.800 lembar saham adalah sebesar US$104.237.987,57. Jual Beli Saham ini berkenaan dengan program divestasi saham PT Kaltim Prima Coal. Dengan adanya jual beli saham ini, komposisi saham menjadi sebagai berikut:No 1. 2. 3. Pemegang Saham Sangatta Holdings Limited Kalimantan Coal Limited Pemerintah Kabupaten Kutai Timur Jumlah Semula Jumlah Saham 150.000 150.000 300.000 % 50 50 100 Menjadi Jumlah Saham 122.100 122.100 55.800 300.000 % 40,7 40,7 18,6 100

Pembelian 18,6% saham ini telah mendapatkan persetujuan dari DPRD Kutai Timur melalui Keputusan Rapat Pleno DPRD Kabupaten Kutai Timur Nomor. 12 tahun 2003 tanggal 30 Oktober 2003. Pemerintah Kabupaten Kutai Timur selaku pemilik 18,6% saham PT Kaltim Prima Coal melalui Perjanjian Pengalihan Saham tanggal 10 Juni 2004, mengalihkan seluruh haknya atas 18,6% kepada PT Kutai Timur Energi yang merupakan BUMD yang keseluruhan sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Kutai Timur. Pemerintah Kabupaten Kutai Timur sedianya akan membayar 18,6% saham tersebut melalui pinjaman luar negeri, namun berdasarkan Keputusan Mentri Keuangan Nomor 579/KMK.07/2003 tanggal 31 Desember 2003 tentang Penundaan Pelaksanaan Pinjaman Daerah, Pemerintah Daerah tidak diperbolehkan melakukan pinjaman jangka panjang yang bersumber dari dalam negeri maupun luar negeri sampai dengan tanggal 31 Desember 2004, sehingga Pemerintah Kabupaten Kutai Timur tidak dapat merealisasikan pembelian saham PT Kaltim Prima Coal. Atas hal ini, Pemerintah Kabupaten Kutai Timur selaku pemilik hak opsi atas pembelian 18,6% saham PT Kaltim Prima Coal, menjual 13,6% saham atas PT KPC kepada PT Bumi Resources, Tbk senilai US$104.237.987,57. Dengan demikian Pemkab Kutim masih memiliki 5% saham PT Kaltim Prima Coal. Atas dasar ini, Pemerintah Kabupaten Kutai Timur menuntut bagian laba yang seharusnya telah dimiliki sebesar Rp12.000.000.000,00. PT KPC menyetujui untuk memberikan deviden kepada Pemerintah Kabupaten Kutai Timur sebesar Rp11.700.000.000,00 meskipun saham tersebut belum sah menjadi milik Pemerintah Kabupaten Kutai Timur. Pemberian deviden sebesar Rp11.700.000.000,00 ini terbagi menjadi 2 tahap. Tahap pertama, Bupati Kutai Timur meminta pada PT KPC untuk memberikan panjar atas deviden yang nantinya akan diterima sebesar Rp2.700.000.000,00 yang cair pada tanggal 15 Januari 2004 dan kemudian digunakan untuk membayar bunga pinjaman kepada BPD Kaltim karena pada saat itu saldo kas daerah Pemda Kutai Timur tidak mencukupi untuk pembayaran bunga pinjaman BPD Kaltim senilai Rp3.708.151.591,97. Atas hal ini, bagian keuangan Setkab Kutim mencatat dalam B.IX sebagai penerimaan dari bantuan pihak ketiga/KPC.

Tahap kedua, pada tanggal 31 Desember 2004 terjadi penerimaan sebesar Rp9.000.000.000,00 yang dicatat dalam B.IX sebagai deviden dari KPC. BPK-RI melakukan koreksi kurang atas Penerimaan Bagian Laba Usaha Daerah Deviden dari KPC sebesar Rp9.000.000.000,00 dan melakukan koreksi tambah atas Penerimaan dari Bantuan Pihak Ketiga/KPC sebesar Rp9.000.000.000,00. Hal ini tidak sesuai dengan : a. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 579/KMK.07/2003 tanggal 31 Desember 2003 tentang Penundaan Pelaksanaan Pinjaman Daerah, Pemerintah Daerah tidak diperbolehkan melakukan pinjaman jangka panjang yang bersumber dari dalam negri maupun luar negri sampai dengan tanggal 31 Desember 2004. b. Keputusan Menteri Dalam Negri No. 29 tahun 2002 tentang Pedoman Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah Serta Tata Cara Penyusunan APBD, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan APBD, Pasal 49 ayat (5), setiap pengeluaran kas harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah mengenai hak yang diperoleh oleh pihak yang menagih. Hal tersebut mengakibatkan dividen dari KPC sebesar Rp900.000.000,00 belum dapat diakui sebagai bagian Laba Usaha Daerah. Hal ini terjadi karena Dispenda Kabupaten Kutai Timur kurang berkoordinasi dengan Bagian Keuangan Setkab Kutai Timur sehingga atas penerimaan ini belum bisa dicatat sebagai deviden, karena belum adanya pembelian dan bukti yang sah atas kepemilikan saham tersebut. Atas hal ini, Bagian Keuangan menyatakan bahwa dalam penyusunan APBD Tahun Anggaran 2004, informasi mengenai Kepemilikan Saham KPC ini masih sedikit sekali diterima oleh Panitia Anggaran dan Dispenda. Sehingga Alokasi ini dibuat dalam pos PAD Objek Penerimaan Bagian Laba Usaha Daerah. Pada Tahun Anggaran 2005 dan seterusnya, akan diperbaiki sebagaimana disarankan oleh BPK dan sesuai dengan Kepmendagri No 29/2002 pada Pos Pendapatan Lainnya yang sah objek Penerimaan pada Penerimaan Bantuan Pihak Ketiga/KPC dengan mempersiapkan perangkat hukumnya melalui Perda. BPK-RI menyarankan kepada Bupati Kutai Timur untuk menginstruksikan kepada Dipenda, Bagian Keuangan dan Bagian Hukum agar meningkatkan koordinasi

khususnya dalam pencatatan penerimaan sehingga adanya kesalahan posting dana dapat segera diketahui dan diselesaikan. 4. Realisasi Belanja Pos DPRD Sebesar Rp9.157.405.588,00 Diantaranya Sebesar Rp7.644.848.100,00 Tidak Sesuai Ketentuan a. Belanja Sebesar Rp4.563.348.100,00 Pembebanannya Tidak Sesuai Ketentuan dan Diantaranya Sebesar Rp3.480.432.350,00 Tidak Dapat Diyakini Kebenarannya Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah Kabupaten Kutai Timur Tahun Anggaran 2004 ditetapkan dengan Peraturan Daerah No 1 Tahun 2004 tanggal 2 April 2004 dan perubahannya yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah No. 18 tahun 2004 tanggal 17 Desember 2004. Berdasarkan dokumen APBD tersebut diketahui bahwa dalam penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) TA 2004 untuk Pos DPRD, Pemerintah Kabupaten Kutai Timur mengacu pada PP No. 110 Tahun 2000 tentang Kedudukan Keuangan DPRD yang telah dinyatakan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat sejak 1 April 2003 oleh Mahkamah Agung melalui Judicial Review. Berdasarkan Surat Edaran Mendagri No.161/3211/SJ tanggal 29 Desember 2003 tentang Pedoman Kedudukan Keuangan DPRD dan sambil menunggu ditetapkannya Peraturan Pemerintah tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota DPRD maka Pemerintah Kabupaten Kutai Timur dalam menganggarkan belanja pos DPRD Tahun Anggaran 2004 seharusnya mengacu pada ketentuan yang berlaku tersebut. Berdasarkan Rancangan Perhitungan APBD TA 2004 pada Pos DPRD diketahui bagian belanja Pelayanan Publik dianggarkan sebesar Rp11.296.104.738,00 dan direalisasikan sebesar Rp9.157.405.588,00 atau 81,07% dengan rincian sebagai berikut:Kode Rekening 2.01.01.1.1.01.01.2 2.01.01.1.1.01.02.2 2.01.01.1.1.01.03.2 2.01.01.1.1.01.04.2 2.01.01.1.1.01.05.2 Uang Paket Tunjangan Jabatan Tunjangan Komisi Tunjangan Khusus/PPh 21 Uraian Uang Representasi Anggaran (Rp) 492.270.000,00 70.363.500,00 593.034.000,00 64.168.250,00 182.975.363,00 Realisasi (Rp) 491.850.000,00 70.300.500,00 582.624.000,00 63.757.250,00 182.778.263,00

2.01.01.1.1.01.06.2 2.01.01.1.1.01.07.2 2.01.01.1.1.01.09.2 2.01.01.1.1.01.10.2 2.01.01.1.1.01.11.2 2.01.01.1.1.01.12.2 2.01.01.1.1.01.13.2 2.01.01.1.1.01.14.2 2.01.01.1.1.01.15.2 2.01.01.1.1.01.16.2 2.01.01.1.3.01.01.2 2.01.01.1.3.01.02.2 2.01.01.1.4.05.02.2 2.01.01.1.4.05.03.2 2.01.01.1.4.01.09.2

Tunjangan Panitia Tunjangan Kesejahteraan Uang Pemeliharaan Kesehatan Jaminan Purna Tugas Tunjangan Keluarga Tunjangan Beras Tunjangan Perbaikan Penghasilan Tunjangan Pembantu RT DPRD Tunjangan Listrik,PDAM&Gas Tunjangan Penyusunan Perda Perjalanan Dinas Dalam Daerah Perjalanan Dinas Luar Daerah Biaya Operasional Reses Anggota Dewan Biaya Penunjang Operasional JUMLAH

660.353.375,00 1.629.600.000,00 300.000.000,00 1.875.000.000,00 61.508.000,00 72.000.000,00 384.000.000,00 22.500.000,00 22.500.000,00 300.000.000,00 25.625.000,00 609.375.000,00 3.415.832.250,00 200.000.000,00 315.000.000,00 11.296.104.738,00

121.247.475,00 1.009.599.850,00 300.000.000,00 1.875.000.000,00 46.066.000,00 72.000.000,00 384.000.000,00 22.500.000,00 22.500.000,00 300.000.000,00 20.100.000,00 607.250.000,00 2.470.832.250,00 200.000.000,00 315.000.000,00 9.157.405.588,00

Dari tabel

rincian belanja tersebut diatas dapat diketahui bahwa Belanja

Tunjangan Kesejahteraan/Kesehatan, Belanja Perjalanan Dinas, Tunjangan Keluarga, Tunjangan Beras, Biaya Operasional, dan Biaya Penunjang Operasional yang seharusnya dianggarkan dan direalisasikan pada Pos Sekretariat DPRD ternyata dianggarkan dan direalisasikan pada Pos DPRD dengan rincian sebagai berikut:Kode Rekening 2.01.01.1.1.01.07.2 2.01.01.1.3.01.01.2 2.01.01.1.3.01.02.2 2.01.01.1.1.01.11.2 2.01.01.1.1.01.12.2 2.01.01.1.1.01.15.2 2.01.01.1.4.05.02.2 2.01.01.1.4.01.09.2 Uraian Tunjangan Kesejahteraan/Kesehatan Perjalanan Dinas Dalam Daerah Perjalanan Dinas Luar Daerah Tunjangan Keluarga Tunjangan Beras Tunjangan Listrik,PDAM&Gas Biaya Operasional Biaya Penunjang Operasional JUMLAH Anggaran(Rp) 1.629.600.000,00 25.625.000,00 609.375.000,00 61.508.000,00 72.000.000,00 22.500.000,00 3.415.832.250,00 315.000.000,00 6.151.440.250,00 Realisasi (Rp) 1.009.599.850,00 20.100.000,00 607.250.000,00 46.066.000,00 72.000.000,00 22.500.000,00 2.470.832.250,00 315.000.000,00 4.563.348.100,00

Hasil pengujian lebih lanjut terhadap rekening 2.01.01.1.1.01.07.2 Tunjangan Kesejahteraan/ Kesehatan dan rekening 2.01.01.1.4.05.02.2 Biaya operasional diketahui sebagai berikut:

1) Tunjangan Kesejahteraan/KesehatanNo. 1 2 3 4 5 Uraian Bantuan Biaya Transportasi Bantuan Komunikasi Tunjangan Kehormatan Bantuan Sewa Rumah Biaya Pengobatan JUMLAH Jumlah (Rp) 150.000.000,00 97.500.000,00 90.000.000,00 630.000.000,00 42.099.850,00 1.009.599.850,00

Lebih lanjut diketahui bahwa pertanggungjawaban atas penggunaan dana Bantuan Biaya Transportasi,Bantuan Biaya Komunikasi, dan Bantuan Sewa Rumah tersebut ternyata hanya didukung dengan bukti kuitansi tanda terima uang (bukti intern) yang sulit diyakini relevansinya. Untuk tunjangan kehormatan tidak didukung dengan bukti surat keputusan yang menyatakan bahwa telah dibentuk Badan/Dewan Kehormatan DPRD sebagai alat kelengkapan DPRD. 2) Biaya operasionalNo. 1 2 3 4 Uraian Biaya Penyaringan Aspirasi Masyarakat Mobilitas DPRD Operasional/Taktis Administrasi Pemegang Kas JUMLAH Jumlah (Rp) 775.000.000,00 312.500.000,00 1.375.000.000,00 8.332.250,00 2.470.832.250,00

Dari pemeriksaan lebih lanjut terhadap bukti-bukti pendukung diketahui bahwa pertanggungjawaban atas penggunaan belanja Biaya Penyaringan Aspirasi Masyarakat, Mobilitas DPRD, Operasional/Taktis tersebut ternyata hanya didukung dengan bukti kwitansi tanda terima uang (bukti intern). Berdasarkan hasil pemeriksaan di atas diketahui bahwa belanja sebesar Rp4.563.348.100,00 pembebanannya tidak sesuai ketentuan dan diantaranya sebesar Rp3.480.432.350,00 (Rp1.009.599.850,00 + Rp2.470.832.500,00) tidak didukung dengan bukti yang memadai. b. Belanja Pegawai/ Personalia dan Belanja Rp3.081.500.000,00 Tidak Sesuai Dengan Ketentuan Pemeliharaan Sebesar

Sehubungan dengan PP No. 110 Tahun 2000 tentang Kedudukan Keuangan DPRD telah dinyatakan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat sejak 1 April 2003 oleh Mahkamah Agung melalui Judicial Review, serta ketentuan Pasal 101 Ayat (3) Undang-undang Nomor 22 Tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, bahwa kedudukan protokoler dan keuangan Pimpinan dan Anggota DPRD diatur dengan Peraturan Pemerintah dan mempertimbangkan mendesaknya waktu penyusunan APBD Tahun Anggaran 2004, maka sambil menunggu ditetapkannya Peraturan Pemerintah tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota DPRD dimaksud, Pemerintah Pusat melalui Menteri Dalam Negeri mengeluarkan Pedoman tentang Kedudukan Keuangan Pimpinan Dan Anggota DPRD sebagaimana dimuat dalam Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia No 161/3211/SJ Tanggal 29 Desember 2003 yang disampaikan kepada Ketua DPRD dan Kepala Daerah di Seluruh Indonesia. Pemerintah Kabupaten Kutai Timur dalam menganggarkan belanja pos DPRD Tahun Anggaran 2004 seharusnya mengacu pada ketentuan yang berlaku tersebut. Hasil pemeriksaan terhadap penjabaran dan pertanggungjawaban Pos DPRD diketahui bahwa realisasi belanja sebesar Rp9.157.405.588,00 diantaranya terdapat pengeluaran sebesar Rp3.081.500.000,00 atau 33,65% untuk membiayai beberapa tunjangan/penghasilan anggota DPRD yang tidak sesuai dengan ketentuan, Rincian pengeluaran tersebut adalah sebagai berikut:Kode Rekening 2.01.01.1.1.01.09.2 2.01.01.1.1.01.10.2 2.01.01.1.1.01.13.2 2.01.01.1.1.01.14.2 2.01.01.1.1.01.16.2 2.01.01.1.4.05.03.2 Uraian Uang Pemeliharaan Kesehatan Jaminan Purna Tugas Tunjangan Perbaikan Penghasilan Tunjangan Pembantu RT DPRD Tunjangan Penyusunan Perda Reses Anggota Dewan JUMLAH Anggaran(Rp) 300.000.000,00 1.875.000.000,00 384.000.000,00 22.500.000,00 300.000.000,00 200.000.000,00 3.081.500.000,00 Realisasi (Rp) 300.000.000,00 1.875.000.000,00 384.000.000,00 22.500.000,00 300.000.000,00 200.000.000,00 3.081.500.000,00

dan

semestinya tidak dilakukan karena tidak sesuai dengan azas keadilan dan kepatutan.

Keadaan tersebut di atas tidak sesuai dengan:

a. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No. 161/3211/SJ tentang Pedoman Kedudukan Keuangan Pimpinan dan Anggota DPRD tanggal 29 Desember 2003. 1) Huruf (A) mengenai Penghasilan Pimpinan dan Anggota DPRD terdiri dari Uang Representasi, Tunjangan Keluarga, Uang Paket, Tunjangan Jabatan, Tunjangan Alat Kelengkapan Dewan, dan Tunjangan Khusus.

2) Huruf (B) Tentang Tunjangan Kesejahteraan a) Angka (1) dinyatakan bahwa Pimpinan dan Anggota DPRD beserta keluarganya yaitu suami atau istri pertama beserta 2 (dua) orang anak diberikan tunjangan kesehatan dan pengobatan berupa pembayaran asuransi kesehatan kepada lembaga asuransi yang ditetapkan oleh Kepala Daerah. b) Angka (2) Pimpinan DPRD disediakan masing-masing rumah jabatan beserta perlengkapanya dan satu unit kendaraan dinas serta kepada anggota DPRD dapat disediakan rumah dinas beserta perlengkapannya. c) Angka (7) Bagi Pemerintah Daerah yang belum memiliki rumah jabatan Pimpinan dan anggota DPRD kepada yang bersangkutan dapat diberikan tunjangan perumahan berupa uang sewa rumah yang besarnya disesuaikan dengan standar harga yang berlaku didaerah setempat yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah. 3) Huruf (E) mengenai Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan a) Angka (3) Susunan Kode Rekening Obyek dan Rincian Obyek Belanja Penghasilan Pimpinan dan Anggota DPRD dianggarkan dalam Pos DPRD. b) Angka (4) Susunan Kode Rekening Obyek dan Rincian Obyek Belanja Penghasilan Pimpinan dan Anggota DPRD Sekretatiat DPRD adalah sebagai berikut: a. Uang Duka, Belanja Pemeliharaan Kesehatan dan Pengobatan serta Belanja Penunjang Operasional Pimpinan DPRD dianggarkan dalam Kelompok Belanja Administrasi Umum pada Jenis Belanja Pegawai/Personalia. b. Belanja Pakaian Dinas, Tunjangan Perumahan Pimpinan dan atau Anggota DPRD, dianggarkan dalam Kelompok Belanja Administrasi Umum pada Jenis Belanja Barang dan Jasa. c. Belanja Pemeliharaan rumah jabatan Pimpinan dan rumah dinas Anggota DPRD beserta perlengkapannya dan kendaraan dinas Pimpinan DPRD dianggarkan dalam Kelompok Belanja Operasi dan Pemeliharaan pada Jenis Belanja Pemeliharaan. yang dianggarkan dalam Pos

d. Belanja Perjalanan Dinas Pimpinan dan Anggota DPRD untuk pelaksanaan program dan kegiatan sesuai Rencana Kerja yang ditetapkan, dianggarkan dalam Kelompok Belanja Operasi dan Pemeliharaan pada Jenis Belanja Perjalanan Dinas. e. Pembangunan/Pengadaan rumah jabatan Pimpinan dan rumah dinas Anggota DPRD beserta perlengkapannya serta kendaraan dinas Pimpinan DPRD dianggarkan dalam Kelompok Belanja Modal. f. Belanja kegiatan Sekretariat DPRD dalam rangka mendukung kelancaran tugas, fungsi dan kewenangan DPRD berupa belanja pegawai/personalia, belanja barang dan jasa, belanja perjalanan dinas, belanja pemeliharaan baik untuk kebutuhan Belanja Administrasi Umum maupun Belanja Operasi dan Pemeliharaan, serta untuk Belanja Modal dianggarkan pada Pos Sekretariat DPRD. g. Belanja untuk mendukung program dan kegiatan DPRD berdasarkan Rencana Kerja yang ditetapkan oleh Pimpinan DPRD yang dijabarkan ke dalam belanja pegawai/personalia, belanja barang dan jasa, belanja perjalanan dinas dan belanja pemeliharaan, dianggarkan pada Pos Sekretariat DPRD. b. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No.163.1/711/OTDA tanggal 24 Mei 2004 tentang Tunjangan Purna Bhakti Pimpinan dan Anggota DPRD. Angka (1) Agar pemberian Tunjangan Purna Bhakti bagi Anggota DPRD Provinsi, Kabupaten/Kota memiliki landasan hukum, maka keinginan Anggota DPRD tersebut telah ditampung dalam Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota DPRD Provinsi, Kabupaten/Kota yang saat ini sedang dalam proses penyelesaian. Angka (2) Sementara itu dengan memperhatikan aspirasi masyarakat yang menghendaki agar penggunaan dana yang dianggarkan dalam APBD lebih diutamakan untuk membiayai program dan kegiatan yang langsung dapat dinikmati masyarakat, maka sambil menunggu ditetapkanya Peraturan Pemerintah dimaksud pada angka (1), penyediaan Belanja DPRD dalam APBD supaya berpedoman pada

Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No.161/3211/SJ tentang Pedoman Kedudukan Keuangan Pimpinan dan Anggota DPRD tanggal 29 Desember 2003. c. PP 105 Tahun 2000 tentang pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan daerah pasal(4) dinyatakan bahwa pengelolaan keuangan daerah dilakukan secara tertib,taat pada Ketentuan yang berlaku, efisien, efektif, transparan dan bertanggung jawab dengan memperhatikan azas keadilan dan kepatutan. d. Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 29 Tahun 2002 tentang Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah serta Tatacara Penyusunan APBD, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan APBD: 1) Pasal 55 ayat (2) yang menyatakan bahwa Pengguna Anggaran dilarang melakukan pengeluaran-pengeluaran atas beban belanja daerah untuk tujuan lain dari pada yang ditetapkan. 2) Pasal 57 ayat (1) yang menyatakan bahwa pengguna anggaran wajib mempertanggungjawabkan uang yang digunakan dengan cara membuat SPJ yang dilampiri dengan bukti-bukti yang sah; ayat (2) yang menyatakan bahwa SPJ berikut lampirannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Kepala Daerah paling lambat tanggal sepuluh bulan berikutnya. Hal tersebut mengakibatkan: a. Realisasi belanja pada pos DPRD lebih saji sebesar Rp4.563.348.100,00 yang seharusnya dianggarkan dan direalisasikan pada Pos Sekretariat DPRD, dan diantaranya adalah realisasi Belanja Tunjangan Kesejahteraan/Kesehatan dan Belanja Operasional sebesar Rp3.480.432.350,00 (Rp1.009.599.850,00+ Rp2.470.832.250,00) tidak dapat diyakini kebenarannya. b. Ketidakhematan keuangan daerah sebesar Rp3.081.500.000,00. Hal ini terjadi karena Panitia Anggaran dan Kuasa Pengguna Anggaran (dhi. Pimpinan dan Anggota DPRD) dalam proses penganggaran pos DPRD dan pelaksanaannya untuk Tahun Anggaran 2004 tidak mempedomani Surat Edaran Mendagri No.161/3211/SJ tentang Pedoman Kedudukan Keuangan Pimpinan dan Anggota DPRD tanggal 29 Desember 2003.

Atas temuan ini DPRD menyatakan bahwa: a. Panitia Anggaran dalam menyusun DASK 2004 belum mengetahui adanya SE. 161/3211/SJ dan hal ini baru diketahui pada bulan Juni 2004 setelah adanya pemeriksaan dari pihak Bawasprop Kaltim. Sampai saat ini Badan Kehormatan belum dibentuk dilingkungan DPRD Kabupaten Kutai Timur sehingga belum bisa memberikan bukti administrasi lain berupa Surat Keputusan Badan Kehormatan dan Pemegang Kas merealisasikan sesuai DASK 2004 dengan membayarkan tunjangan kepada semua anggota DPRD yang telah ditetapkan sesuai dengan Perda Kabupaten Kutai Timur. b. Pemegang Kas sejak bulan Januari 2004 telah mengelola keuangan berdasarkan DASK tahun Anggaran 2004. c. Untuk tahun anggaran 2005 dan selanjutnya akan mempedomani ketentuan dan peraturan yang berlaku (PP. 24, PP 105, dan Kepmendagri No. 29 tahun 2002). BPK-RI menyarankan kepada Bupati Kutai Timur agar menginstruksikan secara tertulis kepada: 1. Sekretaris DPRD Kutai Timur agar mengadministrasikan bukti-bukti pendukung dan melengkapi pertanggungjawaban atas pengeluaran sebesar Rp3.480.432.350,00. 2. Panitia Anggaran legislatif dan eksekutif agar dalam proses penganggaran di masa yang akan datang mempedomani ketentuan yang berlaku.

5. Realisasi Belanja Pos Sekretariat DPRD Sebesar Rp16.024.448.760,00 Diantarannya Sebesar Rp3.138.125.000,00 Tidak Sesuai Dengan Ketentuan a. Belanja Kegiatan DPRD (rekening 2.01.04.1.1.03.18.1) Rp2.451.875.000,00 Tidak Sesuai Dengan Ketentuan Sebesar

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Kutai Timur yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah No. 1 Tahun 2004 tanggal 2 April 2004 dan perubahannya yang telah ditetapkan menganggarkan belanja pada Pos Sekretariat DPRD sebesar Rp17.599.960.262,00 dan telah direalisasikan sebesar Rp16.024.448.760,00. Penganggaran tersebut diantaranya dialokasikan untuk Belanja Kegiatan DPRD sebesar Rp2.522.000.000,00 dengan realisasi selama tahun 2004 sebesar Rp2.451.875.000,00 atau 97,22%.

Hasil

pemeriksaan

lebih

lanjut

terhadap

pengeluaran-pengeluaran

yang

dibebankan pada pos belanja kegiatan DPRD tersebut dapat diketahui bahwa peruntukan pos ini adalah sebagai berikut:No. 1 2 3 4 5 Uraian Biaya Penyusunan Raperda bagi Anggota DPRD Biaya Uang Reses Anggota DPRD Biaya Bantuan Transportasi Anggota DPRD Honor Sidang Anggota DPRD Belanja Bantuan sosial lainya Jumlah Jumlah 450.000.000,00 100.000.000,00 992.000.000,00 830.600.000,00 79.275.000,00 2.451.875.000,00

Lebih lanjut pemeriksaan dilakukan pada bukti pendukung belanja kegiatan tersebut diketahui bahwa biaya penyusunan raperda diberikan kepada anggota DPRD setiap bulannya sebesar Rp2.000.000,00 sejumlah Rp450.000.000,00 atau (Rp2.000.000,00 X 25 orang X 9 bulan) dimulai dari bulan April sampai dengan Desember seperti halnya penghasilan Anggota DPRD. Biaya Transportasi anggota DPRD diberikan setiap bulan mulai bulan Januari sampai bulan Desember dengan rinciannya adalah sebagai berikut:Uraian Ketua Wakil Ketua Anggota Januari-Agustus Rp5.000.000,00 X 1 orang X 8 bulan Rp3.000.000,00 X 3 orang X 8 bulan Rp2.000.000,00 X 21 orang X 8 bulan Jumlah 1 September-Desember Ketua Wakil Ketua Anggota Rp10.000.000,00 X 1 orang X 4 bulan Rp8.000.000,00 X 2 orang X 4bulan Rp5.000.000,00 X 22 orang X 4 bulan Jumlah 2 Jumlah 1dan 2 = Rp 40.000.000,00 = Rp 64.000.000,00 = Rp440.000.000,00 Rp544.000.000,00 Rp992.000.000,00 Jumlah = Rp 40.000.000,00 = Rp 72.000.000,00 = Rp336.000.000,00 Rp448.000.000,00

Honor sidang yang diberikan setiap kali sidang adalah tidak relevan karena sudah merupakan tupoksi DPRD dan untuk melaksanakan tupoksi tersebut telah diberikan anggaran belanja penghasilan anggota DPRD. Dalam hal peruntukkan belanja kegiatan DPRD yang digunakan untuk mendanai bantuan-bantuan kepada pihak ketiga juga sudah tidak relevan dengan peruntukan belanja kegiatan karena hal tersebut akan membuka peluang penggunaan keuangan daerah sebagai alat untuk kepentingan kelompok dan atau golongan.

b. Biaya Mobilitas DPRD (Rekening 2.01.04.1.2.06.12.1) Dan Tunjangan Pembantu Rumah Tangga (Rekening 2.01.04.1.4.05.04.1) sebesar Rp242.500.000,00 Tidak Sesuai Ketentuan Dalam Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Kutai Timur yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah No. 18 Tahun 2004 tanggal 17 Desember 2004 diketahui anggaran belanja pada Pos Sekretariat DPRD sebesar Rp17.599.960.262,00 dan telah direalisasikan sebesar Rp16.024.448.760,00 atau 91,05% dari anggaran. Realisasi tersebut diantaranya dialokasikan untuk belanja-belanja sebagai berikut:No. 1 2 Kode Rekening 2.01.04.1.2.06.12.1 2.01.04.1.4.05.04.1 Uraian Biaya Mobilitas Anggota DPRD Tunjangan Pembantu rumah tangga Jumlah Jumlah Rp 175.000.000,00 Rp 67.500.000,00 Rp 242.500.000,00

Hasil

pemeriksaan

lebih

lanjut

terhadap

pengeluaran-pengeluaran

yang

dibebankan pada pos belanja biaya mobilitas anggota DPRD diketahui bahwa belanja tersebut diberikan dalam bentuk uang tunai melalui SPMU-511/RS/2004 dan tercatat dalam BKU No.62 sebesar Rp175.000.000,00 (Rp7.000.000,00 X 25 orang) untuk triwulan IV( Oktober sampai dengan Desember). Sedangkan untuk biaya Tunjangan Pembantu Rumah Tangga diberikan sebesar Rp67.500.00,00(Rp300.000,00 X 25 orang X 9 bulan) dimulai pada bulan April sampai dengan Desember. Belanja-belanja tersebut bersifat sebagai penambah penghasilan. c. Belanja Pemeliharaan Rumah Tangga (rekening 2.01.04.1.4.05.01.1) Sebesar Rp235.250.000,00 Tidak Sesuai Dengan Ketentuan Dalam Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Kutai Timur yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah No. 18 TA 2004 tanggal 17 Desember 2004 menganggarkan belanja pada Pos Sekretariat DPRD sebesar Rp17.599.960.262,00 dan telah direalisasikan sebesar Rp16.024.448.760,00 atau 91,05% dari anggaran. Penganggaran tersebut diantaranya dialokasikan untuk Belanja Pemeliharaan Rumah Tangga sebesar Rp236.250.000,00 dengan realisasi selama tahun 2004 sebesar Rp235.250.000,00 atau 99,6%. Hasil pemeriksaan terhadap pertanggungjawaban atas pengeluaran belanj