2405-7863-1-PB

23
PENGARUH PUPUK PHONSKA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI INPARA 3 DI TANAH ALUVIAL Asmiat (1) ,Radian (2) ,Astina (2) (1) Mahasiswa Fakultas Pertanian dan (2) Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak ABSTRAK Padi ( Oryza sativa L.) merupakan tanaman yang mempunyai kandungan karbohidrat yang cukup tinggi dan berperan penting sebagai makanan pokok masyarakat Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa banyak dosis pupuk phonska untuk budidaya tanaman padi varietas Inpara 3 di tanah aluvial. Rancangan yang digunakan adalah metode ekperimen lapangan dengan pola rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 1 faktor dengan 6 taraf perlakuan.Perlakuan masing-masing diulang sebanyak 4 kali dan setiap ulangan terdiri dari 3 tanaman sampel. Adapun perlakuan sebagai berikut: p0= 0 gram pupuk phonska, p1= 0,3 gram pupuk phonska/polybag, setara dengan 75 kg/Ha, p2 = 0,6 gram pupuk phonska/polybag, setara dengan 150 kg/Ha, p3= 0,9 gram pupuk phonska/polybag,setara dengan 225 kg/Ha, p4= 1,2 gram pupuk phonska/polybag, setara dengan 300 kg/Ha, p5= 1,5 gram pupuk phonska/polybag, setara dengan 375 kg/Ha. Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan dan jumlah anakan produktif, akan tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap

description

nm

Transcript of 2405-7863-1-PB

PENGARUH PUPUK PHONSKA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI INPARA 3 DI TANAH ALUVIAL

Asmiat(1),Radian(2),Astina(2)(1) Mahasiswa Fakultas Pertanian dan (2) Staf Pengajar Fakultas PertanianUniversitas TanjungpuraPontianak

ABSTRAKPadi ( Oryza sativa L.) merupakan tanaman yang mempunyai kandungan karbohidrat yang cukup tinggi dan berperan penting sebagai makanan pokok masyarakat Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa banyak dosis pupuk phonska untuk budidaya tanaman padi varietas Inpara 3 di tanah aluvial. Rancangan yang digunakan adalah metode ekperimen lapangan dengan pola rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 1 faktor dengan 6 taraf perlakuan.Perlakuan masing-masing diulang sebanyak 4 kali dan setiap ulangan terdiri dari 3 tanaman sampel. Adapun perlakuan sebagai berikut: p0= 0 gram pupuk phonska, p1= 0,3 gram pupuk phonska/polybag, setara dengan 75 kg/Ha, p2 = 0,6 gram pupuk phonska/polybag, setara dengan 150 kg/Ha, p3= 0,9 gram pupuk phonska/polybag,setara dengan 225 kg/Ha, p4= 1,2 gram pupuk phonska/polybag, setara dengan 300 kg/Ha, p5= 1,5 gram pupuk phonska/polybag, setara dengan 375 kg/Ha. Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan dan jumlah anakan produktif, akan tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman, persentase gabah isi per malai, berat 1000 biji gabah, dan berat gabah per rumpun.

Kata kunci : pupuk phonska,pertumbuhan, hasil, padi inpara 3, tanah aluvial.

ABSTRACT

Rice (Oryza sativa L.) is a plant that has a high nutritional value and plays an important role as a staple food of the people of Indonesia. This study aims to determine how much fertilizer to rice cultivation Phonska varieties Inpara 3 in the alluvial soil. The design used is the method of field experiment with patterns completely randomized design (CRD), which consists of one factor with 6 standard treatment. Each treatment was repeated 4 times and each replication consisted of three plant samples. As for treatment as follows: p0 = 0 grams of fertilizer Phonska, p1 = 0.3 grams of fertilizer Phonska / polybag, equivalent to 75 kg / ha, p2 = 0.6 grams of fertilizer Phonska / polybag, equivalent to 150 kg / ha, p3 = 0.9 grams of fertilizer Phonska / polybag, equivalent to 225 kg / ha, p4 = 1.2 grams of fertilizer Phonska / polybag, equivalent to 300 kg / ha, p5 = 1.5 grams of fertilizer Phonska / polybag, equivalent to 375 kg / ha. The results showed that treatment significantly affect the number of tillers and number of productive tillers, but not significant effect on plant height, percentage of filled grain per panicle, weight of 1000 seeds of grain and grain weight per hill. Phonska fertilizer dose of 1.2 grams / rods, equivalent to 300 kg / ha gave the best results in rice varieties Inpara 3 in the alluvial soil.

Keywords: Fertilizers Phonska, Growth, Results, Rice Inpara 3, Alluvial Soil.

PENDAHULUAN

Secara keseluruhan produksi padi di Kalimantan Barat mengalami peningkatan, akan tetapi produktivitasnya masih rendah. Hal tersebut dapat terjadi karena beberapa hal diantaranya, unsur hara yang kurang dalam pemenuhan kebutuhan tanaman padi untuk pertumbuhan dan perkembangannya.Ketersediaan unsur hara N, P, K umumnya rendah serta tergantung bahan organik dan pemupukan. Pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman memerlukan banyak unsur hara untuk proses metabolisme dalam tubuhnya, terlebih ketika tanaman memasuki fasefase tertentu, seperti fase setelah perkecambahan dimana tanaman sangat perlu banyak unsur hara untuk melakukan pertumbuhan di fase awal sebab cadangan makanan yang ada didalam endosperm sudah digunakan untuk proses perkecambahan. Berdasarkan uraian tentang tanah aluvial maka perlunya penambahan pupuk untuk mensuplai tanaman padi untuk kebutuhannya dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya. Seberapabanyak penambahan atau pemberian pupuk phonska ini masih belumada rekomendasi yang dapat dijadikan acuan sehingga perlu diadakan penelitian untuk mengetahuai dosis pupuk phonska yang optimal untuk pertumbuhan dan hasil padi varietas inpara 3 di tanah aluvial ini.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan dalam polybag di rumah plastik yang berlokasi dilingkungan Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura dengan waktu penelitian selama 4 bulan 6 hari, yaitu dimulai tanggal 4 April 2012 sampai 7 Agustus 2012.Bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah benih padi, pasir, tanah alluvial, pupuk majemuk phonska dan urea, serta pestisida.Alatalat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, polybag ukuran 30x40 cm, hand sprayer, parang, sabit, meteran, alat tulis menulis, kamera, ayakan tanah berukuran 0,5 cm x 0,5 cm danthermometerDry and Wet.Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksprimen lapangan dengan pola Rancangan Acak Lengkap (RAL), yang terdiri dari 1 faktor dengan 6 taraf pemberian pupuk phonska dan diulangan sebanyak 4 kali, setiap ulangan terdiri dari 3 sampel tanaman. Adapun perlakuan sebagai berikut: p0= 0 gram pupuk phonska.p1= 0,3 gram pupuk phonska/polybag, setara dengan 75 kg/Ha.p2= 0,6 gram pupuk phonska/polybag, setara dengan 150 kg/Ha.p3= 0,9 gram pupuk phonska/polybag, setara dengan 225 kg/Ha. p4= 1,2 gram pupuk phonska/polybag, setara dengan 300 kg/Ha.p5= 1,5 gram pupuk phonska/polybag, setara dengan 375 kg/Ha.Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah anakan produktif, persentase gabah isi per malai, berat 1000 biji gabah, dan berat gabah per rumpun serta variabel pendukung yaitu suhu udara dan kelembaban udara relatif.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil dan Pembahasan1. Tinggi Tanaman ( cm )Tinggi tanaman diukur mulai nodus terbawah dari batang sampai ujung daun tertinggi. Pengukuran pertama dilakukan pada umur 2 minggu setelah tanam, pengukuran selanjutnya dilaksanakan setiap 1 minggu sekali sampai keluarnya malai. Data pengamatan Hasil Analisis Keragaman tinggi tanaman seperti pada tabel 1 sebagai berikut.Tabel 1. Analisis Keragaman Pengaruh Pupuk Phonska Terhadap Tinggi Tanaman Umur 2, 3, 4, 5, 6 dan7 Minggu Setelah Tanam (cm).SKDBF.HitungF,Tab5%

2MST3MST4MST5MST6MST7MST

Perlakuan52,91tn3,46tn3,27tn3,25tn0,89tn0,29tn3,66

Galat18

Totol23

KK7,064,083,643,157,083,03

Sumber : Hasil Analisis Data, 2012Keterangan: Berbeda Tidak Nyata (tn)Hasil analisis keragaman pada tabel 1 di atas menunjukan bahwa perlakuan pupuk phonska berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman. Hal ini diduga karena faktor gen dari tanaman itu sendiri, sehingga dosis pupuk phonska yang diberikan tidak memberikan pengaruh terhadap tinggi tanaman. Tinggi tanaman adalah suatu sifat genetis, akan tetapi terjadinya perbedaan tinggi tanaman suatu varietas dibandingkan dengan deskripsinya juga ikut dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan kemampuan suatu varietas memanfaatkan air dan unsur hara selama pertumbuhannya. Bila syarat-syarat baik, maka tinggi tanaman padi biasanya mencapai 80-120 cm (Soerowinoto, dalam Heronimus (1997).Selain faktor gen, perbedaan yang tidak nyata pada tinggi tanaman di atas diduga akibat intensitas cahaya yang kurang bagi tanaman padi akibat naungan rumah plastik yang digunakan agak buram sehingga kondisi ini menghalangi sinar matahari masuk atau menembus ke dalam ruangan. Hal ini berakibat merangsang hormon auksin menjadi aktif bekerja. Aktifnya hormon auksin sehingga pertumbuhan apikal tanaman meningkat, akibatnya tanaman mengalami pertambahan tinggi yang pesat. Melihat tinggi tanaman yang diperoleh dalam penelitian ini varietas inpara 3 memiliki tinggi tanaman berkisar antara 119,17-122,04 cm. Oleh karena itu, baik data terendah maupun tertinggi berada pada kisaran deskripsinya yaitu 108 cm. Hal ini memperjelas bahwa tinggi tanaman terjadi akibat etiolasi, sehingga perlakuan yang diberikan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman. Kekurangan cahaya pada saat pertumbuhan berlangsung akan mengakibatkan gejala etiolasi, dimana batang kecambah akan tumbuh lebih cepat namun lemah dan daunnya berukuran lebih kecil, tipis, pucat (Anonimus, 2012).Selain itu sifat pupuk phonska yang Slow Release, yang mana pupuk ini dibungkus oleh selaput polimer sehingga pupuk phonska berbentuk butiran. Material polimer yang biasa digunakan sebagai pelapis antara lain: polisulfon, PVC, dan polistiren. Diketahui bahwa bahan tersebut mempunyai kelemahan seperti tidak mudah dihancurkan tanah atau larut oleh air. Dengan adanya bahan pembungkus tersebut, pupuk phonska susah terlarut oleh air dan membutuhkan waktu yang lama untuk larut agar dapat diserap oleh tanaman. Disamping itu unsur N yang mudah menguap ke udara dalam bentuk NH4+ dan unsur P yang tidak dapat diserap tanaman karena terjerat oleh Al dan Fe pada kondisi tanah berpH rendah dan terjerat Ca pada kondisi tanah berpH tinggi, sehingga jumlah unsur yang dilepaskan tidak mencukupi kebutuhan tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangannya yang berdampak pada pengaruh tinggi tanaman.

2. Jumlah AnakanJumlah anakan yang dihitung adalah tunas yang sudah menghasilkan daun dan batang. Pengamatan dimulai pada saat 2 minggu setelah tanam, selanjutnya pengamatan dilaksanakan setiap 1 minggu sekali sampai tanaman tidak membentuk anakan lagi atau pada saat masa primordia (keluarnya bunga). Pengamantan jumlah anakan dilakukan 6 kali yang dimulai pada 2 minggu setelah tanam sampai 7 minggu setelah tanam. Data analisis dapat dilihat pada tabel 2.Tabel 2. Analisis Keragaman Pengaruh Pupuk Phonska Terhadap Jumlah Anakan Umur 2, 3, 4, 5, 6 dan 7 Minggu Setelah Tanam.SKDBF.HitungF.tab 5%

2MST3MST4MST5MST6MST7 MST

Perlakuan58,22*7,43*10,77*119,26*11,62*9,42*3,66

Galat18

Total23

KK13,8115,668,624,0912,0512,72

Sumber : Hasil Analisis Data, 2012Keterangan: Berbeda Nyata (*)Hasil pengamatan jumlah anakan diatas menunjukan bahwa pengaruh pupuk phonska berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan padi varietas inpara 3 pada minggu ke-2, 3, 4, 5, 6 dan 7 setelah tanam. Selanjutnya untuk mengetahui perbedaan dari tiap tingkat perlakuan pemberian dosis pupuk phonska dilanjutkan dengan Uji BNJ pada taraf 5% . Data Uji BNJ pada taraf 5% dapat dilihat pada tabel 8, 9, 10, 11, 12 dan 13 berikut ini.

Tabel 8. Uji BNJ 5% Jumlah Anakan Padi Inpara 3 Umur 2 Minggu Setelah tanam (batang).PerlakuanRerataBeda

0 gram2,34

0,3 gram3,080,74

0,6 gram3,250,910,17

0,9 gram3,501,16*0,420,25

1,2 gram4,041,70*0,96*0,790,54

1,5 gram4,171,83*1,09*0,920,670,13

BNJ 5%: 0,94Tabel 9. Uji BNJ 5% Jumlah Anakan Padi Inpara 3 Umur 3 Minggu Setelah Tanam (batang).PerlakuanRerataBeda

0 gram3,92

0,3 gram4,841,55

0,6 gram5,171,88*0,33

0,9 gram5,842,55*1,000,67

1,2 gram6,583,29*1,741,410,74

1,5 gram7,173,88*2,33*2,00*1,330,59

BNJ 5%: 1,75Tabel 10. Uji BNJ 5% Jumlah Anakan Padi Inpara 3 Umur 4 Minggu Setelah Tanam (batang).PerlakuanRerataBeda

0 gram11,2

0,3 gram15,64,40*

0,6 gram17,66,40*2,00

0,9 gram17,736,53*2,130,13

1,2 gram20,939,73*5,33*3,33*3,20*

1,5 gram22,4011,2*6,80*4,80*4,67*1,47

BNJ 5%: 3,03Tabel 11. Uji BNJ 5% Jumlah Anakan Padi Inpara 3 Umur 5 Minggu Setelah Tanam (batang).PerlakuanRerataBeda

0 gram7,17

0,3 gram9,922,75*

0,6 gram11,083,91*1,16*

0,9 gram11,174,00*1,25*0,09

1,2 gram13,085,91*3,16*2,00*1,91*

1,5 gram14,257,08*4,33*3,17*3,08*1,17*

BNJ 5%: 0,91

Tabel 12. Uji BNJ 5% Jumlah Anakan Padi Inpara 3 Umur 6 Minggu Setelah Tanam (batang).PerlakuanRerataBeda

0 gram7,92

0,3 gram9,922,00

0,6 gram11,083,16*1,16

0,9 gram11,253,33*1,330,17

1,2 gram13,255,33*3,33*2,172,00

1,5 gram14,426,50*4,50*3,34*3,17*1,17

BNJ 5%: 2,72Tabel 13. Uji BNJ 5% Jumlah Anakan Padi Inpara 3 Umur 7 Minggu Setelah Tanam (batang).PerlakuanRerataBeda

0 gram8,25

0,3 gram9,921,67

0,6 gram11,172,92*1,25

0,9 gram11,333,08*1,410,16

1,2 gram13,255,00*3,33*2,081,92

1,5 gram14,426,17*4,50*3,25*3,09*1,17

BNJ 5%: 2,90 Sumber: Hasil pengamatan data, 2012Ket: Berbeda Nyata (*)Hasil Uji BNJ 5% pada tabel 8, 9, 10, 11, 12 dan 13 memperlihatkan pengaruh yang nyata terhadap pemberian pupuk phonska. Hasil Uji BNJ pada taraf 5% pada tabel 6 menunjukan bahwa perlakuan pupuk phonska 1,5 gram, 1,2 gram, 0,9 gram berbeda nyata terhadap perlakuan 0 gram, 0,3 gram dan 0,6 gram. Perlakuan 1,5 gram dan 1,2 gram berbeda nyata dengan 0,6 gram dan 0,9 gram. Hasil Uji BNJ pada taraf 5% pada tabel 7 menunjukan bahwa perlakuan pupuk phonska 1,5 gram, 1,2 gram, 0,9 gram, 0,6 gram berbeda nyata terhadap perlakuan 0 gram dan 0,3 gram. Perlakuan 1,5 gram berbeda nyata terhadap perlakuan 0,6 gram, 0,9 gram dan 1,2 gram. Perlakuan 1,5 gram berbeda nyata terhadap perlakuan 0,9 gram dan 1,2 gram. Hasil Uji BNJ pada taraf 5% pada tabel 8 menunjukan bahwa perlakuan pupuk phonska 1,5 gram, 1,2 gram, 0,9 gram, 0,6 gram, 0,3 gram berbeda nyata terhadap perlakuan 0 gram. Perlakuan 1,5 gram dan 1,2 gram berbeda nyata terhadap perlakuan 0,6 gram dan 0,9 gram. Perlakuan 1,5 gram dan 1,2 gram berbeda nyata terhadap perlakuan 0,9 gram, sedangkan 1,5 gram dan 1,2 gram tidak berbeda nyata. Hasil Uji BNJ pada taraf 5% pada tabel 9 menunjukan bahwa perlakuan pupuk phonska 1,5 gram, 1,2 gram, 0,9 gram, 0,6 gram, 0,3 gram berbeda nyata dengan perlakuan 0 gram. Perlakuan 1,5 gram dan 1,2 gram berbeda nyata dengan perlakuan 0,9 gram, sedangkan 1,5 gram dan 1,2 gram tidak berbeda nyata. Hasil Uji BNJ pada taraf 5% pada tabel 12 menunjukan bahwa perlakuan pupuk phonska 1,5 gram, 1,2 gram, 0,9 gram, 0,6 gram berbeda nyata dengan perlakuan 0,3 gram. Perlakuan pupuk phonska 1,5 gram dan 1,2 gram berbeda nyata dengan 0,6 gram dan 0,9 gram. Perlakuan pupuk phonska 1,5 gram berbeda nyata dengan 0,9 gram dan 1,2 gram. Perlakuan 1,5 gram berbeda nyata dengan perlakuan 1,2 gram. Hasil Uji BNJ pada taraf 5% pada tabel 13 menunjukan bahwa perlakuan pupuk phonska 1.5 gram, 1.2 gram, 0.9 gram, 0.6 gram berbeda nyata dengan perlakuan 0.3 gram. Perlakuan pupuk phonska 1.5 gram dan 1.2 gram berbeda nyata dengan 0.9 gram dan 0.6 gram. Perlakuan pupuk phonska 1.5 gram berbeda nyata dengan 0.9 gram dan 1.2 gram. Rerata jumlah anakan tertinggi pada pengamatan minggu ke-2, 3, 4, 5, 6 dan 7 secara berturut-turut yaitu (4.17, 7.17, 22.40, 14.25, 14.42, dan 14,42 batang), sedangkan rerata jumlah anakan terendah secara berturut-turut yaitu (2.34, 3.29, 11.20, 7.17, 7.29 dan 8.25 batang). Jumlah anakan dipengaruhi oleh kegiatan tanaman selama fase vegetatif dibawah faktor lingkungan terutama pupuk. Menurut Setyamidjaja (1986) bahwa unsur N dalam jumlah yang cukup sangat diperlukan pada saat pertumbuhan vegetatif sehingga akan merangsang pertumbuhan anakan, membuat tanaman menjadi lebih hijau. Karena banyak mengandung klorofil yang penting peranannya dalam proses fotosintesis. Anakan aktif ditandai dengan bertambahnya anakan dengan cepat sampai tercapainya anakan maksimal. Setelah anakan maksimal tercapai, sebagian anakan akan mati dan tidak menghasilkan malai (Manurung dan Ismunadji, 1998). Pembentukan anakan juga sangat dipengaruhi oleh faktor iklim melalui berbagai kegiatan fisiologis organ tanaman. Faktor iklim yang sangat berpengaruh yaitu air dan suhu. Suhu merupakan faktor lingkungan yang paling besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman padi karena suhu udara dapat mempengaruhi laju fotosintesis dan respirasi. Jika fotosintesis berjalan dengan lancar maka pembentukan anakan akan menigkat. Suhu udara untuk tanaman padi berkisar antara 2227 C. Rerata suhu udara dalam penelitian ini dari bulan Mei sampai dengan bulan Agustus 2012 berkisar antara 27,75-28,17C, sehingga masih cocok untuk pertumbuhan tanaman padi. Dikatakan Soemarjono dan Harjono (1982) bahwa suhu yang tinggi pada fase pertumbuhan vegetatif aktif akan meningkatkan jumlah anakan karena naiknya aktivitas tanaman dalam pengambilan zat makanan.Dilihat dari analisis keragaman bahwa jumlah anakan masih dibawah standar deskripsinya, hal ini diduga karena sifat pupuk phonska yang Slow Release serta unsur hara N yang mudah menguap dalam bentuk NH4+ dan usur P yang tidak mudah terjerap oleh Al dan Fe pada kondisi tanah ber pH rendah dan terjerap Ca pada kondisi tanah berpH tinggi. Kita ketahui kedua unsur tersebut sangat memegang peranan penting dalam pertumbuhan, sehingga tanaman membentuk anakan yang jauh dari harapan.

3. Jumlah Anakan ProduktifPengamatan terhadap jumlah anakan produktif dilakukan pada saat tanaman telah mengeluarkan malai secara merata atau saat panen. Data analisis keragamannya dapat dilihat pada tabel 9 sebagai berikut.Tabel 14. Analisis Keragaman Pengaruh Pupuk Phonska Terhadap Jumlah Anakan Produktif Padi Inpara 3 di Tanah Alivial.SKDBJ KKTF hitFtab 5%

Perlakuan529,405,884,74*3,66

Galat1822,351,24

Total2351,74

KK: 11,78%Sumber: Hasil pengamatan data, 2012Ket: Berbeda Nyata (*)Hasil pengamatan di atas menunjukan bahwa pengaruh pupuk phonska berpengaruh nyata terhada jumlah anakan produktif pada padi inpara 3. Selanjutnya untuk mengetahui perbedaan dari tiap tingkat perlakuan pemberian dosis pupuk phonska dilanjutkan dengan Uji BNJ pada taraf 5% pada tabel 15 berikiut ini.Tabel 15. Uji BNJ 5% Jumlah Anakan Produktif Padi Inpara 3 (batang).PerlakuanRerataBeda

0 gram7,58

0,3 gram8,921,34

0,6 gram9,171,590,25

0,9 gram9,832,25*0,910,66

1,2 gram10,082,50*1,160,910,25

1,5 gram11,173,59*2,25*2,001,341,09

BNJ 5%: 2,23Sumber: Hasil pengamatan data, 2012Ket: Berbeda Nyata (*)Berdasarkan hasil Uji BNJ pada taraf 5% pada tabel 13 menunjukan bahwa perlakuan pupuk phonska pada dosis 1.5 gram, 1.2 gram, 0.9 gram berbeda nyata dengan perlakuan 0 gram, 0.3 gram dan 0.6 gram. Perlakuan pupuk phonska 1.5 gram berbeda nyata dengan semua perlakuan. Rerata jumlah anakan produktif terbanyak dicapai pada perlakuan 1.5 gram yaitu 11,17 batang, sedangkan rerata jumlah anakan produktif yang terendah dicapai pada perlakuan 0 gram yaitu 7,58 batang.Anakan produktif yang dihasilkan dalam penelitian ini juga tergantung dari banyaknya anakan yang terbentuk. Semakin banyak jumlah anakan yang terbentuk, maka kemungkinan besar untuk terbentuknya anakan produktif juga semakin besar asalkan unsur hara yang ada di dalam tanah cukup dan dapat diserap optimal oleh tanaman. Menurut Yusuf (1998), bahwa jumlah anakan per rumpun tergantung pada faktor lingkungan dan penyerapan unsur hara yang optimal pada fase pertumbuhan. Pembentukan anakan produktif erat kaitannya dengan faktor lingkungan, karena apabila faktor lingkungan dan kondisi yang sesuai, maka pembentukan anakan produktif akan optimal. Menurur Badan Pengendali Bimas (1977), nitrogen berperan penting dalam menyusun atau menjadi bahan dasar protein dan pembentukan klorofil. Umumnya senyawa organik dalam tanaman mengandung nitrogen seperti asam nukleat, asam amino, enzim, dan bahan-bahan pengatur energi sepeti klorofil, adenosin diposfat dan adenosin triposfat. Menurut Nyakpa (1998), tanaman tidak dapat melakukan metabolisme apabila kekurangan unsur N. Hal ini diduga berpengaruh terhadap pembentukan anakan produktif. Ketersediaan hara P sangat penting peranannya dalam proses pembentukan bunga. Seperti yang dijelaskan oleh Suparyono dan Setyono (1993), bahwa unsur P banyak dijumpai pada organ biji dan buah. P yang cukup sangat dibutuhkan oleh tanaman padi pada fase generatif. Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Puntikayu Sumatra Selatan dalam Siregar (1981), menjelaskan bahwa pemupukan yang diberikan ke tanah akan diserap tanaman dan selanjutnya unsur tersebut bertugas sebagaimana fungsinya.Berdasarkan data deskripsinya, padi varietas inpara 3 memiliki anakan produktif 17 batang, sedangkan berdasarkan hasil penelitian berkisar 7,58 batang 11,17 batang, jadi meskipun pemberian beberapa taraf dosis pupuk phonska berpengaruh nyata, tetapi hasil anakan produktif belum mencapai deskripsinya. Hal ini diduga karena sifat pupuk phonska yang Slow Release atau sering juga disebut pupuk lepas terkendali akanmelepas unsur yang dikandungnya secara perlahan-lahan. Selain itu, unsur hara N yang mudah menguap ke udara dalam bentuk NH4+ dan usur P yang tidak dapat dimanfaatkan tanaman karena terjerap oleh Al dan Fe pada kondisi tanah berpH rendah dan terjerap Ca pada kondisi tanah berpH tinggi, sehingga masih belum mencukupi kebutuhan tanaman padi untuk pertumbuhannya.

4. Persentase Gabah Isi Per MalaiPengamatan persentase gabah isi per malai dilakukan setelah panen dan perontokan gabah dari tangkainya. Pengamatan ini dilakukan dengan cara menghitung gabah isi dalam satu malai dibagi dengan total gabah dalam satu malai lalu dikali dengan 100%. Hasil Analisis keragaman persentase gabah isi per malai dapat dilihat pada tabel 11 di bawah ini.

Tabel 16. Analisis Keragaman Pengaruh Pupuk Phonska Terhadap Persentase Gabah Isi Per Malai Padi Inpara 3.SKDBJKKTF hitF tab 5%

Perlakuan5151,3430,270,70tn3,66

Galat18780,2243,35

Totol23931,56

KK: 8,02%Sumber: Hasil pengamatan data, 2012Ket: Berbeda Tidak Nyata (tn)Hasil pengamatan persentase gabah isi per malai di atas menunjukan bahwa pupuk phonska berpengaruh tidak nyata. Hal tersebut dikarenakan sifat pupuk phonska yang Slow Release atau sering juga disebut pupuk lepas terkendali, yaitu pupuk yang akan melepas unsur haranya secara perlahan-lahan. Material polimer yang biasa digunakan sebagai pelapis antara lain; polisulfon, PVC, dan polistiren, karena bahan tersebut mempunyai kelemahan seperti tidak mudah dihancurkan tanah atau larut air. Dengan adanya bahan pembungkus tersebut, pupuk phonska susah terlarut oleh air dan membutuhkan waktu yang lama untuk larut agar dapat diserap oleh tanaman sehingga jumlah unsur yang dilepaskan tidak mencukupi kebutuhan tanaman yang berdampak padaproses fotosintesis yang kurang optimal untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman padi varietas inpara 3. Saat pembentukan bulir atau gabah, unsur N dan K sangat diperlukan untuk proses metabolisme serta translokasi pati pada saat pengisian bulir. Unsur hara yang kurang atau melebihi batas optimum akan mengganggu proses metabolisme tanaman yang akan berdampak pada pengisian gabah, dalam hal ini gabah bisa berisi tidak sepenuhnya bahkan hampa. Kurangnya asupan unsur hara pada penelitian ini berdampak pada persentase gabah isi per malai. Hal tersebut akan menyebabkan proses fotosintesis yang kurang optimal, karena pada proses fotosintesis memanfaatkan masukan unsur hara yang optimal agar hasil asimilat juga optimal dalam pengisian gabah. Selain itu hal ini diduga karena pada perlakuan ini juga ada pemberian pupuk N dengan dosis 0,8 gram/tanaman atau setara dengan 200 kg/Ha pada semua perlakuan sehingga perlakuan tidak memberikan pengaruh yang menonjol pada semua taraf pemberian pupuk phonska.

5. Berat 1000 Biji GabahPengamatan berat 1000 biji gabah dilakukan setelah panen yaitu dengan merontok gabah dari tangkainya, lalu dipilih sebanyak 1000 biji pada setiap perlakuan dan tiap ulangan, sehingga dalam satu perlakuan terdapat 12 sampel berat 1000 biji gabah. Setelah itu bobot 1000 butir gabah diperoleh dengan cara menimbang 1000 biji gabah yang sudah dipilih tadi. Data analisis keragaman berat 1000 biji gabah dapat dilihat pada tabel 12.Tabel 17. Analisis Keragaman Pengaruh Pupuk Phonska Terhadap Berat 1000 Biji Padi Inpara 3.SKDBJKKTF hitF tab 5%

Perlakuan528,795,762,16tn3,66

Galat1848,042,67

Totol2376,83

KK: 6,09%Sumber: Hasil pengamatan data, 2012Ket: Berpengaruh Tidak Nyata (tn)Hasil pengamatan berat 1000 biji gabah di atas juga menunjukan bahwa pupuk phonska berpengaruh tidak nyata. Hal ini diduga karena unsur hara yang terkandung dalam pupuk phonska lama baru terlepas(slow release), sehingga tanaman masih kekurangan asupan hara untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Akibat dari situasi ini menyebabkan perbedaan zat pati hasil fotosintesis yang tertimbun pada bulir padi pada tiap perlakuan. Makin tinggi berat 1000 biji gabah berarti gabah yang terbentuk semakin bernas yang juga berarti semakin banyak zat pati hasil fotosintesis yang tertimbun.Banyaknya unsur hara yang diserap oleh tanaman padi juga berpengaruh positif terhadap berat 1000 biji gabah terutama penyerapan unsur hara N, P dan K. N merupakan bagian integral dari klorofil yang sangat berpengaruh dalam proses fotosintesis. Sebagian besar hasil fotosintesis tersebut tersimpan dalam biji atau gabah. Hal ini didasarkan pendapat Dwidjoseputro (1988) yang mengatakan sebagian besar dari berat kering gabah berasal dari proses asimilat yang dihasilkan setelah pembuangaan. Selain itu, N juga diperlukan untuk membentuk protein gabah. Protein tersebut tidak mungkin disusun tanpa adanya hasil fotosintesis. Unsur P sangat penting peranannya dalam proses pembentukan bunga dan K berperan sebagai penundaan dari kerontokan.Melihat berat 1000 biji tanaman yang diperoleh dalam penelitian ini varietas inpara 3 memiliki berat 1000 biji tanaman berkisar antara 24,5727,87 gram. Oleh karena itu, baik data terendah maupun tertinggi masih berada pada kisaran deskripsinya yaitu 25,7 gram. Selain itu hal ini diduga karena pada perlakuan ini juga ada pemberian pupuk N dengan dosis 0,8 gram/tanaman atau setara dengan 200 kg/Ha pada semua perlakuan sehingga perlakuan tidak memberikan pengaruh yang menonjol pada semua taraf pemberian pupuk phonska.

6. Berat Gabah Per RumpunBerat gabah per rumpun dihitung atau diamati setelah panen. Pengamatan ini menimbang gabah dalam satu rumpun tanaman padi yang telah dirontok dari malainya dan dikeringkan anginkan. Data berat gabah per rumpun dapat dilihat pada tabel 13 di bawah ini.Tabel 18. Analisis Keragaman Pengaruh Pupuk Phonska Terhadap Berat Gabah Per Rumpun Padi Inpara 3.SKDBJKKTF.hitF.tab 5%

Perlakuan5317,6563,532,23tn3,66

Galat18512,2228,46

Total23194,58

KK: 12,12Sumber: Hasil pengamatan data, 2012Ket: Berpengaruh Tidak Nyata (tn)Hasil pengamatan berat gabah per rumpun di atas juga menunjukan bahwa pupuk phonska berpengaruh tidak nyata. Selain dipengaruhi oleh jumlah anakan produktif, persentase gabah isi per mali, serta berat 1000 bulir gabah, tinggi rendahnya produksi gabah juga dipengaruhi oleh ketahanan biji terhadap kerontokan. Pada proses pematangan padi pada penelitian ini ditemukan kerontokan gabah akibat angin kencang dan burung.Unsur K juga berperan dalam mengurangi tingkat kerontokan gabah sehingga akan memberikan pengaruh terhadap peningkatan hasil padi (Adjid dalam Yulpri 2002). Diduga unsur K belum memenuhi kebutuhan tanaman padi walaupun sudah dilakukan pemupukan. Hal ini dikarenakan sifat pupuk phonska yang slow release sehingga tidak memenuhi kebutuhan hara yang sudah ada sebelumnya di dalam tanah. Akibatnya, unsur hara yang dapat diserap tanaman tidak memenuhi kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman padi inpara 3 yang dilihatkan dengan gejala tidak berpengaruhnya atau tidak ada perlakuan yang sangat menonjol dalam penelitian ini. Selain itu hal ini diduga karena pada perlakuan ini juga ada pemberian pupuk N dengan dosis 0,8 gram/tanaman atau setara dengan 200 kg/Ha pada semua perlakuan sehingga perlakuan tidak memberikan pengaruh yang menonjol pada semua taraf pemberian pupuk phonska.

PENUTUPA. KesimpulanBerdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan penelitian dari pengaruh pupuk phonska terhadap pertumbuhan dan hasil padi varietas inpara 3 di tanah aluvial, bahwa perlakuan pupuk phonska hanya berpengaruh terhadap jumlah anakan dan jumlah anakan produktif, akan tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, persentase gabah isi per malai, berat 1000 biji gabah, berat gabah per rumpun. B. Saran1. Gunakan furadan sebelum semai dan pemindahan kelapangan agar tidak terserang hama penggerek batang.2. Jika tanaman terserang wereng coklat ataupun wereng hijau segera kendalikan dengan decis dengan dosis 5 ml/liter air bersih.3. Jika terserang jamur pada buah ataupun tanaman gunakan ridomil dengan dosis dosis 5 ml/liter air bersih.4. Perlu dilakukan penelitian ulang dilapangan dengan perlakuan yang sama.

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus, 2012, Faktor Lingkungan yang MempengaruhiTanaman, http://myrealact.blogspot.com, diakses tgl 10 November 2012 jam 8:45.Badan Pengendalian Bimas. 1977. Pedoman Bercocok Tanam Padi, Palawija, Sayur-Sayuran. Jakarta: Departemen Pertanian.Dwidjosoeputro, D., 1988, Pengantar Fisiologi Tumbuhan, Gramedia, Jakarta.Manurung, S. O. Dan Ismunadji, 1988, Morfologi dan Fisiologi Padi, Dalam Padi Buku 1, Badan Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor.Nyakpa, M. Y. 1988. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Lampung: Universitas Lampung.Setyamidjaja, D., 1988, Pupuk dan Pemupukan, Simplek, Jakarta.Siregar, H., 1981, Budidaya Tanaman Padi di Indonesia, Sastra Hudaya, Bandung.Soemarjono, B. S dan Hardjono, 1980, Bercocok Tanam Padi, CV Yasaguna, Jakarta.Yulfri, 2002, Pengaruh Kapur dan Pupuk kandang Ayam Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Padi Gogo di Tanah Podsolit Merah Kuning, Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura, Pontianak.Yusuf, S., 1998, Satu Juta Ton Gabah Kering Gilinh Salah Satu Visi Pembangunan Tanaman Pangan di Kalimantan Barat Menyonsong Tahun 2000. Makalah Tidak di Publikasikan, Panitia Reuni Ikatan Alumni Faperta UNTAN, Pontianak.