2012-1-00492-SP Bab3001

download 2012-1-00492-SP Bab3001

of 24

Transcript of 2012-1-00492-SP Bab3001

  • 64

    BAB 3

    METODE PENELITIAN

    3.1 Pendahuluan

    Metode penelitian dapat diartikan dengan cara dan tahapan penelitian yang

    akan dilakukan untuk meneliti suatu topik permasalahan, yang dapat memberikan

    gambaran mengenai tahap-tahap yang akan dilakukan selama penelitian berlangsung.

    Pada bab ini akan diuraikan mengenai perancangan penelitian yang digunakan

    untuk mencapai tujuan dalam penelitian ini yang didalamnya memuat proses

    perencanaan dan pelaksanaan penelitian yang sistematis, terorganisir dan dapat

    berjalan secara efektif serta tepat sasaran.yang terdiri dari pendekatan penelitian yang

    mencakup didalamnya kerangka dasar pemikiran, pertanyaan penelitian, strategi dan

    proses penelitian, dan teknik pengumpulan data.

    3.2 Pendekatan Penelitian

    Pendekatan penelitian ini merupakan studi kasus pada salah satu proyek pada

    perusahaan kontraktor oil dan gas yaitu, PT. X dengan meninjau lebih dalam tentang

    pengembangan progress measurement pada proyek XYZ. Proyek yang dikerjakan

    PT. X dikerjakan dengan pola kontrak EPC LumpSum, dimana perencanaan,

    perancangan, pengadaan dan pelaksanaan konstruksi dilakukan oleh perusahaan yang

    sama.

  • 65

    3.2.1 Kerangka Dasar Pemikiran

    Suksesnya sebuah proyek sangat tergantung dari kerja sama antara pihak-pihak

    yang terlibat dalam proyek tersebut. Secara fungsional, ada tiga pihak yang sangat

    berperan dalam suatu proyek konstruksi, yaitu: pemilik proyek, konsultan, dan

    kontraktor (Ervianto, 2005: 20).

    Meskipun memiliki tujuan utama yang sama, yakni agar pembangunan dapat

    berhasil, peran/kontribusi yang berbeda dapat berimplikasi kepada harapan

    (expectation) serta kepentingan yang dapat berseberangan pula. Pemilik proyek

    mengharapkan dapat memiliki produk konstruksi yang bermutu, tepat waktu, namun

    murah. Di sisi kontraktor sebagai yang menjual jasa, mengharapkan proyek ini dapat

    menghasilkan profit sebesar-besarnya, dapat dipercaya pelanggan (owner), dapat

    mencapai prestasi yang diinginkan, memperkuat reputasi perusahaan, dan

    sebagainya. Banyak permasalahan di dalam siklus proyek yang timbul karena

    perbedaan kepentingan tersebut. Perselisihan antara kontraktor dan owner

    berimplikasi negatif terhadap pelaksanaan proyek. Kontrak yang mengikat keduanya,

    mengharuskan kedua pihak menyelesaikan perbedaan persepsi melalui prosedur

    claim.

    Risiko atau ketidakpastian yang muncul didalam perjalanan proyek EPC

    berdampak pada kinerja waktu dan biaya proyek, dimana proyek menjadi terlambat

    diselesaikan dan biaya yang meningkat. Untuk mencegah terjadinya keterlambatan

    pada proyek XYZ maka kontraktor membuat sebuah standar dalam mengendalikkan

    setiap pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya dalam pencapaian keberhasilan

    konstruksi proyek EPC yang disebut standar progress measurement. Sehingga,

    penelitian dapat dihadapkan dalam beberapa pertanyaan yaitu Apa saja faktor-faktor

    yang berpengaruh dalam pembuatan progress measurement pada proyek XYZ? Dan

  • 66

    Bagaimana penerapan progress measurement pada kinerja tahap Engineering,

    Procurement, dan Construction?.

    Penelitian dimulai dengan merumuskan masalah dan judul penelitian yang

    didukung dengan suatu kajian pustaka. Setelah itu ditentukan konsep dan hipotesa

    penelitian yang menjadi dasar untuk memilih metode penelitian yang tepat.

    Pada tahap identifikasi, data yang didapat dari literatur digunakan sebagai

    identifikasi awal variabel penelitian. Selanjutnya faktor-faktor pengaruh hasil

    literatur divalidasi ke pakar, dengan pertanyaan apakah pakar setuju dengan variabel

    tersebut dan jika belum lengkap, pakar diminta untuk menambahkan daftar faktor-

    faktor pembuatan progress measurement.

    Penelitian yang ingin dilakukan adalah bersifat deskriptif. Penelitian deskriptif

    meliputi pengumpulan data untuk menjawab pertanyaan mengenai status terakhir

    dari subjek penelitian (Kuncoro, 2003: 172). Tipe yang paling umum dari penelitian

    deskriptif ini meliputi penilaian sikap atau pendapat terhadap individu, organisasi,

    keadaan ataupun prosedur. Desain deskriptif bertujuan untuk menguraikan tentang

    sifat-sifat atau karakteristik suatu keadaan serta mencoba untuk mencari suatu uraian

    yang menyeluruh dan teliti dari suatu keadaan, karena desain penelitian untuk

    menguraikan sifat atau karakteristik suatu fenomena tertentu, maka tidak

    memberikan kesimpulan yang terlalu jauh atas data yang ada. Hal ini disebabkan

    karena desain ini hanya bertujuan untuk mengumpulkan fakta dan menguraikannya

    secara menyeluruh dan teliti sesuai dengan persoalan yang akan dipecahkan.

    Perencanaan sangat dibutuhkan agar uraiannya dapat menghasilkan cakupan

    menyeluruh mengenai persoalan dan informasi yang diteliti. Data deskriptif pada

    umumnya dikumpulkan melalui daftar pertanyaan dalam survei, wawancara, ataupun

    observasi.

  • 67

    Gambar 3.1 Kerangka Berpikir dan Konsep Dasar Alur Penelitian

    Analisa & Kesimpulan

    Permasalahan

    Pengaturan pengendalian progres kinerja proyek EPC pada proyek XYZ

    Rumusan Masalah

    Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi dalam pembuatan progress measurement pada proyek XYZ?

    Bagaimana penerapan standar progress measurement terhadap tahap EPC proyek XYZ?

    Literatur

    Manajemen proyek EPC. Proyek EPC Progress Measurement

    Metode Analisa

    Validasi dan Brainstorming Pakar

    Metode Delphi Analisa Deskriptif Metode AHP

    Observasi

    Pengumpulan Data Proyek untuk Analisa

    Survei Kuesioner

    Pengolahan Data

  • 68

    3.2.2 Pertanyaan Penelitian

    Mempersiapkan pedoman tertulis untuk wawancara atau daftar pertanyaan agar

    mendapatkan informasi dari responden. Dalam pemilihan instrumen penelitian, perlu

    mempertimbangkan 2 hal yakni, jenis pertanyaan yang akan digunakan dan fokus

    terhadap peristiwa yang sedang berjalan atau baru diselesaikan.

    Pertanyaan penelitian yang mendasari penulisan tesis ini adalah sebagai

    berikut:

    1. Faktor-faktor apa saja (What) yang berpengaruh dalam pembuatan standar

    pengukuran progres (Progress Measurement) pada proyek XYZ?

    2. Bagaimana (How) penerapan standar Progress Measurement terhadap

    pengendalian progres pekerjaan pada proyek XYZ pada tahap engineering,

    procurement, dan construction?

    3.2.3 Strategi dan Proses Penelitian

    3.2.3.1 Strategi Penelitian

    Terkait dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui faktor-faktor apa

    saja yang dalam pembuatan progress measurement dan bagaimana penerapannya

    pada proyek XYZ. maka desain penelitian yang dipakai adalah penelitian deskriptif.

    Desain deskriptif bertujuan untuk menguraikan tentang sifat-sifat atau karakteristik

    suatu keadaan serta mencoba untuk mencari suatu uraian yang menyeluruh dan teliti

    dari suatu keadaan. Karena desain penelitian untuk menguraikan sifat atau

    karakteristik suatu fenomena tertentu, maka tidak memberikan kesimpulan yang

    terlalu jauh atas data yang ada. Hal ini disebabkan karena desain ini hanya bertujuan

    untuk mengumpulkam fakta dan menguraikannya secara menyeluruh dan teliti sesuai

    dengan persoalan yang akan dipecahkan. Perencanaan sangat dibutuhkan agar

  • 69

    uraiannya dapat menghasilkan cakupan menyeluruh mengenai persoalan dan

    informasi yang diteliti (Husein, 2000: 34-35).

    Strategi penelitian digunakan sebagai sarana untuk melaksanakan penelitian.

    Berdasarkan pertanyaan penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka perlu

    dipilih strategi penelitian yang tepat untuk menjawab pertanyaan penelitian tersebut.

    Ada beberapa jenis strategi penelitian, yaitu: eksperimen, survey, analisis, historis

    dan studi kasus. Masing-masing pemilihan strategi tersebut adalah tergantung dari

    tiga kondisi yaitu tipe pertanyaan penelitian yang diajukan, luas kontrol yang

    dimiliki peneliti atas peristiwa yang akan diteliti, dan fokusnya terhadap peristiwa

    yang sedang berjalan/baru diselesaikan (Yin, 1994: 5). Tabel 3.1 menyajikan ketiga

    kondisi tersebut dan bagaimana saran strategi penelitiannya.

    Tabel 3.1 Strategi Penelitian

    Strategi Bentuk Pertanyaan Penelitian Kendali terhadap

    peristiwa yang diteliti

    Fokus terhadap peristiwa yang

    sedang berjalan/baru diselesaikan

    Eksperimen Bagaimana, mengapa Ya Ya

    Survey Siapa, apa, dimana, berapa banyak Tidak Ya

    Analisis Siapa, apa, dimana, berapa banyak Tidak Tidak

    Historis Bagaimana, mengapa Tidak Tidak Studi Kasus Bagaimana, mengapa Tidak Ya

    Tipe pertanyaan apa dalam penelitian ini adalah ingin mengidentifikasi faktor-

    faktor yang berpengaruh dalam pembuatan progress measurement pada proyek EPC

    dan dalam pelaksanaannya menggunakan metode survey. Sedangkan pertanyaan

    bagaimana dalam bagaimana mengelola informasi sehingga progress measurement

    dapat diterapkan dalam pelaksanaan konstruksi adalah bersifat exploratoris dan lebih

    mengarah pada studi kasus, bukan historis ataupun eksperimen. Hal ini disebabkan,

    untuk keperluan pengolahan data dan analisis selain diperlukan data primer dan data

  • 70

    sekunder, juga diperlukan adanya observasi dan wawancara terhadap tim proyek

    yang terlibat langsung dalam penanganan proyek. Studi eksploratoris tersebut

    diperlukan untuk pengembangan selanjutnya dalam menjawab pertanyaan

    bagaimana. Berdasarkan tabel 3.1 dan penjelasan mengenai tipe pertanyaan yang

    mendasari penelitian ini yaitu apa dan bagaimana, maka strategi penelitian yang tepat

    untuk penelitian ini adalah survey dan studi kasus.

    3.2.3.2 Proses Penelitian

    Studi kasus, seperti halnya strategi-strategi penelitian lainnya, merupakan

    suatu cara penelitian terhadap masalah empiris dengan mengikuti rangkaian prosedur

    yang telah dispesifikasikan sebelumnya. Tahapan pertama dalam rangkaian prosedur

    tersebut adalah desain penelitian yang merupakan logika keterkaitan antara data yang

    harus dikumpulkan dengan pertanyaan awal dan terutama dengan jawaban mengenai

    pertanyaan tersebut (Yin, 1994). Metode penelitian studi kasus dilakukan dalam tiga

    tahap, yaitu:

    1. Melakukan kuesioner dan wawancara kepada lima pakar Proyek EPC, untuk

    melakukan klarifikasi atas identifikasi faktor-faktor pengaruh progress

    measurement yang sudah disiapkan dan diharapkan para pakar melakukan

    koreksi terhadap variabel tersebut dan memberikan tambahan (brainstorming).

    Analisa dilakukan dengan menggunakan teknik Delphi untuk dicapainya

    konsesus kesepakatan antar Pakar.

    Adapun Personel-personel yang ditunjuk pada tahap ini harus memenuhi kriteria

    kriteria sebagai berikut:

    Telah bekerja pada perusahaan di bidang EPC selama kurang lebih sama

    dengan 15 (lima belas) tahun.

  • 71

    Pernah terlibat di proyek-proyek yang dikerjakan perusahaannya masing-

    masing minimal 3 proyek yang berbeda.

    Memiliki pendidikan dan pengetahuan yang menunjang, dengan minimal

    pendidikan tingkat S1.

    2. Melakukan kuesioner kedua kepada personel inti proyek-proyek yang

    mengerjakan proyek EPC, para responden yang mengisi kuesioner diharapkan

    sebanyak 20 orang yang akan diminta pendapatnya tentang progress

    measurement yang sudah dirumuskan pada tahap I. Metode analisa yang

    digunakan adalah dengan metode AHP .

    Personel-personel yang ditunjuk pada tahap ini harus memenuhi kriteria-kriteria

    sebagai berikut:

    Telah menjadi karyawan perusahaan kontraktor bidang EPC selama

    minimal 10 tahun.

    Pernah terlibat di proyek-proyek EPC yang dikerjakan minimal di tiga

    proyek.

    Memiliki pendidikan dan pengetahuan yang menunjang, dengan minimal

    pendidikan tingkat S1.

    3. Melakukan kuesioner / wawancara untuk validasi kepada Project Manager dan

    Project Control pada proyek XYZ yang sedang berjalan untuk mengetahui

    faktor-faktor progress measurement yang telah disepakati dilakukan dan cukup

    berpengaruh sebagai pembuatan progress measurement awal sebelum eksekusi

    proyek.

  • 72

    Gambar 3.2 Proses Penelitian

    3.2.4 Variabel Penelitian

    Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu

    penelitian. Variabel yang dimaksud dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang

    berpengaruh dalam pembuatan progress measurement. Penentuan variabel,

    berdasarkan studi literatur yang penulis lakukan sebelumnya.

    LITERATUR REVIEW

    METODE PENELITIAN

    - Kerangka Berpikir

    - Hipotesa

    - Pemilihan Metode

    - Proses Penelitian

    KLARIFIKASI VARIABEL

    -Variabel awal

    - Expert 5 responden

    PAKAR (Wawancara)

    KUISIONER 1

    - Variabel yang relevan

    - Tambahan Variabel

    ANALISIS 1 Delphi

    KUISIONER 2

    - Variabel yang paling berpengaruh

    - Expert 10 orang

    ANALISIS 2 AHP

    VALIDASI

    Wawancara Project Control proyek yang sedang berjalan.

    KESIMPULAN DAN SARAN

    Identifikasi Masalah

    Penetapan Tujuan dan

    Maksud Penelitian

  • 73

    Tabel 3.2 Variabel Faktor-faktor yang mempengaruhi pembuatan Progress

    Measurement pada proyek XYZ

    No Faktor Variabel Referensi

    1. Tahap Inisiasi X1 Mendifinisikan proyek yang dikembangkan dengan mengetahui kompleksitas proyek yang akan dibangun. Oki, S.

    X2 Melakukkan studi kelayakan pada proyek, seperti perkiraan biaya dan waktu pada proyek. Oki, S.

    X3

    Membuat Project Charter dimana pendefinisian visi, objektif, jangkuan dan penyampaian untuk proyek dengan membuat struktur organisasi peran dan tanggung jawab, dan meringkas rencana aktifitas, sumberdaya dan pendanaan yang dibutuhkan untuk memulai proyek. Oki, S.

    X4 Menentukan tim proyek dan menunjuk sumberdaya manusia ke setiap peran berdasarkan keahliannya. Oki, S.

    X5 Mempersiapkan kantor proyek sementara. Oki, S.

    X6 Melakukan peninjauan tahap yang dilakukan untuk memastikan bahwa proyek telah mencapai pernyataan objektif sesuai yang direncanakan. Oki, S.

    2. Tahap Engineering X7 Memperjelas dan meerumuskan permasalahan dalam studi kelayakan pada tahap konseptual Engineering. Soeharto

    X8 Identifikasi potensi kebutuhan dan mengkaji aspek-aspek dari mulai teknik, ekonomi, waktu, hokum, ingkungan serta sumberdaya yang dibutuhkan. Soeharto

    X9

    Menganalisa segala sifat atau fungsi pokok dari produk atau instalasi hasil proyek, termasuk menentukan proses yang akan mengatur masukkan material dan energy yang akan dikonversikan menjadi produk yang terdapat pada tahap-tahap dasar perencanaan. Soeharto

    X10 Membuat dasar-dasar perencanaan desain. Harold, K.

    X11 Mengumpulkan data teknis yang diperlukan untuk desain. Harold, K.

    X12 Membuat spesifikasi material dan peralatan yang akan digunakan. Harold, K.

    X13 Merancang gambar-gambar dan perekayasaan berbagai disiplin seperti sipil, struktur, mekanikal, pipping, elektrikal serta instrumentasi. Harold, K.

    X14 Membuat spesifikasi dan kriteria peralatan. Misalnya, reaktor utama, turbin penggerak, generator listrik, dll. Harold, K.

    X15 Mengevaluasi dan meenyetujui usulan desain dan gambar yang diajukan oleh perusahaan manufaktur. Harold, K.

    X16 Membuat model bagi instalasi yang hendak dibangun dengan skala yang ditentukan. Harold, K.

  • 74

    No Faktor Variabel Referensi

    X17 Mengajukan keperluan material untuk kegiatan pembelian. Harold, K.

    3. Tahap Pengadaan X18

    Menganalisa apa saja kegiatan subkontraktor seperti: pemaketan pekerjaan proses pemilihan sampai penunjukkan, perencanaan pekerjaan, koordinasi, dan pengendalian pekerjaan subkontraktor. Soeharto, I.

    X19

    Memverifikasi aktifitas proses pembelian, yaitu: menetapkan kebutuhan, menentukan lokasi dan memilih supplier/ vendor, melakukan kesepakatan harga, dan menjamin pengiriman barang. Soeharto, I.

    X20

    Menganalisis waktu yang digunakan oleh vendor pada masa fabrikasi material dan peralatan hingga ekspedisi. Penerapan kepada vendor/penyedia jasa untuk menyerahkan barang atau jasa lebih cepat dari waktu normal. Soeharto, I.

    X21

    Menganalisis waktu sampainya barang/jasa tersebut dari tempat pembuatan/ manufacturing untuk melengkapi data kinerja vendor pada proses konstruksi. Soeharto, I.

    4. Tahap Konstruksi X22

    Mengidentifikasi keperluan pekerjaan fisik meliputi, keperluan perkantorn sementara, persiapan lokasi, lahan, mendirikan fasilitas untuk tempat fabrikasi, memasang perpipaan, dll. Hosen

    X23

    Mengidentifikasi macam-macam pekerjaan non fisik, seperti merencanakan kegiatan operasional konstruksi, mengendalikan kegiatan konstruksi, mengendalikan tenaga kerja, melakukan inspeksi, dan pekerjaan administrasi. Hosen

    X24 Menganalisa berbagai disiplin pekerjaan konstruksi menjadi suatu sistem. Hosen

    3.2.5 Instrumen Penelitian

    Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengukuran

    ordinal, ukuran ordinal ini digunakan untuk mengukur tingkat persepsi responden

    terhadap faktor-faktor progress measurement dan penerapannya.

    Penilaian terhadap hubungan progress measurement dengan variabel dapat

    dilihat pada tabel 3.3 berikut:

  • 75

    Tabel 3.3 Skala Output Pengaruh dalam Progress Measurement

    Skala Penilaian Keterangan 1 Tidak Berpengaruh Jarang berpengaruh dalam pengendalian proyek

    2 Sedikit Berpengaruh Kadang berpengaruh dalam pengendalian proyek

    3 Berpengaruh Bisa berpengaruh dalam pengendalian proyek

    4 Cukup Banyak Berpengaruh Sering berpengaruh dalam pengendalian proyek

    5 Sangat Banyak Berpengaruh Selalu berpengaruh dalam pengendalian proyek

    3.3 Teknik Pengumpulan Data

    Dalam proses perencanaan, diperlukan analisis yang teliti. Semakin rumit

    permasalahan yang dihadapi maka semakin kompleks pula analisis yang akan

    dilakukan. Untuk dapat melakukan analisis yang baik, diperlukan data/informasi,

    teori konsep dasar dan alat bantu yang memadai, sehingga kebutuhan akan data

    sangat mutlak diperlukan. Terdapat dua jenis data yang digunakan dalam penelitian

    ini, yaitu:

    a. Data Sekunder, didapat dari hasil studi literatur seperti buku, referensi, jurnal

    dan penelitian lain yang terkait dengan penelitian ini yang bertujuan untuk

    identifikasi awal variabel penelitian.

    b. Data Primer, yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara atau kueisioner.

    Wawancara dilakukan langsung kepada para ahli/pakar untuk mengklarifikasi

    variabel awal, diharapkan pakar juga memberikan tambahan dan mengkoreksi

    strategi yang kurang tepat, pakar adalah lima orang dengan minimum

    pengalaman sepuluh tahun pada proyek EPC.

    c. Responden yang digunakan adalah dua puluh orang. Kuisioner tahap kedua

    dilakukan.

  • 76

    3.4 Metode Analisa

    Analisa data yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan

    metode Delphi. Metode Delphi digunakan untuk mencari pandangan atau persepsi

    para pakar untuk mendapatkan konsensus mengenai faktor apa saja yang

    mempengaruhi dalam pembuatan progress measurement sebelum eksekusi proyek.

    Analisa berikutnya adalah dengan menggunakan metode Analytic Hierarchy

    Process (AHP) untuk mengetahui bobot atau nilai faktor pembuatan progress

    measurement yang berpengaruh pada pengendalian proyek.

    3.4.1 Metode Delphi

    Terdapat banyak ragam metode/teknik yang dapat dipakai untuk penelitian

    opini perorangan, salah satunya yang populer dan formal adalah: metode penelitian

    survei (survey research). Selain itu, penjaringan persepsi perorangan yang informal

    dapat dilakukan dengan teknik wawancara.

    Untuk mengumpulkan opini kelompok, secara formal, dapat dipakai metode

    Delphi. Metode ini dilakukan terhadap kelompok pakar, untuk mengembangkan

    konsensus atau tidak adanya konsensus dengan menghindari pengaruh opini antar

    pakar (Stephen dan William, 1981: 114-115). Teknik informal untuk menggali opini

    kelompok dapat dilakukan antara lain dengan curah gagas (brainstorming) (Alex F.,

    1963: 156). Cara ini dilakukan dengan cara :

    a. Memfokuskan pada satu masalah yang jelas

    b. Menerima semua ide tanpa disangkal tanpa melihat layak atau tidak.

    c. Kategorikan ide-ide tersebut

    Metode Delphi didesain untuk melakukan diskusi dan tidak tergantung kepada

    seseorang. Keadaan tanpa nama diperlukan supaya tidak seorangpun tahu siapa yang

  • 77

    berpartisipasi. Alasan diberikan opini yang ekstrem agar dikumpulkan oleh yang

    melakukan riset untuk memberikan mereka kesempatan yang sama dan kemudian

    dikembalikan ke grup secara keseluruhan untuk dianalisa lebih lanjut. Aspek ini

    dalam keadaan tanpa nama dan umpan balik merepresentasikan dua bagian yang

    tidak bisa terpisahkan dari Metode Delphi.

    Kunci sukses studi menggunakan teknik Delphi adalah pemilihan peserta yang

    ikut berpartisipasi. Karena penggunaan Delphi tergantung kepada pengetahuan dan

    kerjasama dari responden yang mana nilai dari ide-ide yang disampaikan adalah hal

    yang sangat penting. Dalam statistik berdasarkan studi seperti pengumpulan opini

    public peserta yang ikut berpartisipasi diasumsikan merepresentasikan populasi yang

    luas, dalam metode Delphi tidak diperlukan karena yang dipentingkan adalah

    pengetahuan dari orangnya, karena itu masalah utama adalah orang yang ikut

    berpartisipasi.

    Adapun langkah kerja teknik Delphi adalah:

    1. Kuesioner yang telah disiapkan diserahkan kepada para ahli (pakar) di

    bidangnya masing-masing. Akan lebih baik jika mereka tidak saling

    mengenal agar tidak ada peluang untuk saling bekerja sama dalam

    pengerjaan kuesioner. Pada penyebaran kuesioner ke pakar (tahap 1) ini

    diberikan kesempatan bagi pakar untuk menambahkan variabel,

    memperbaiki variabel maupun memberi masukan lain terkait format

    kuesioner.

    2. Buat ringkasan kuesioner putaran pertama yang telah disebarkan tadi.

    Kemudian perbaikan dan pengembangan dari kuesioner tahap pertama

    diwawancarakan kembali kepada responden pertama yang telah menjawab

    kuesioner pada tahapan pertama. Hal ini dilakukan untuk mencek jawaban

  • 78

    putaran pertama yang mereka kirimkan dan mendapatkan kesepakatan

    pakar tentang variabel-variabel yang akan disebar kepada 20 responden

    pada kuesioner kedua. Variabel kuesioner pertama (konsensus pakar) sama

    dengan kuesioner kedua pada Tabel 3.4 namun telah mendapatkan

    penambahan jumlah variabel dari pakar jika ada.

    3. Membuat ringkasan dari kuesioner tahap pertama. Ringkasan ini berupa

    pengolahan data menggunakan metode statistik deskriptif untuk mencari

    nilai Mean, Median, Modus dan Standar Deviasi dari data yang diperoleh

    untuk kemudian dilakukan reduksi variabel yang memiliki nilai diatas

    Rata-rata. Hasil pengolahan data sekaligus memperlihatkan konsensus

    yang terbentuk antar pakar dan siap untuk disajikan kedalam bentuk

    kuesioner baru yang ditujukan kepada 20 responden pada proyek EPC.

    Setelah mendapatkan konsensus pakar, variabel yang disepakati siap untuk

    dipindahkan kedalam bentuk format kuesioner baru yang akan disebar kepada 20

    responden yang terkait.

    3.4.2 Metode Analytic Hierarchy Process (AHP)

    Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) dikembangkan oleh Thomas L.

    Saaty dan merupakan salah satu metode yang dapat digunakan dalam pengambilan

    keputusan dengan memperhatikan faktor-faktor persepsi, preferensi, pengalaman dan

    intuisi. AHP menggabungkan penilaianpenilaian dan nilai-nilai pribadi ke dalam

    satu cara yang logis.

    Analytic Hierarchy Process (AHP) digunakan dalam menyederhanakan

    masalah yang kompleks dan tidak terstruktur, strategi dan dinamik menjadi bagian-

    bagian, serta menjadikan variabel dalam suatu tingkatan hirarki. Masalah yang

  • 79

    kompleks terdiri dari lebih dari satu (multikriteria) masalah, struktur masalah yang

    belum jelas, ketidakpastian pendapat dari pengambil keputusan, serta ketidak

    akuratan data yang tersedia.

    Metode ini adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan dengan efektif

    atas persoalan dengan menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan

    keputusan dengan memecahkan persoalan tersebut kedalam bagian-bagian, menata

    bagian atau variabel ini dalam suatu susunan hirarki, memberi nilai numerik dengan

    pertimbangan subjektif tentang pentingnya tiap variabel dan mensintesis berbagai

    pertimbangan untuk menetapkan variabel mana yang memiliki prioritas paling tinggi

    dan bertindak untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut. Metode ini juga

    menggabungkan kekuatan dari perasaan dan logika pada berbagai persoalan, lalu

    mensintesis berbagai pertimbangan yang beragam menjadi hasil yang cocok dengan

    perkiraan kita secara intuitif sebagaimana yang dipresentasikan pada pertimbangan

    yang telah dibuat.

    Analytic Hierarchy Process (AHP) mempunyai landasan aksiomatik yang

    terdiri dari :

    1. Resiprocal Comparison, yang mengandung arti bahwa matriks perbandingan

    berpasangan yang terbentuk harus bersifat berkebalikan. Misalnya, jika A adalah

    f kali lebih penting dari pada B maka B adalah 1/f kali lebih penting dari A.

    2. Homogenity, yaitu mengandung arti kesamaan dalam melakukan perbandingan.

    Misalnya, tidak dimungkinkan membandingkan jeruk dengan bola tenis dalam

    hal rasa, akan tetapi lebih relevan jika membandingkan dalam hal berat.

    3. Dependence, yang berarti setiap level mempunyai kaitan (complete hierarchy)

    walaupun mungkin saja terjadi hubungan yang tidak sempurna (incomplete

    hierarchy).

  • 80

    4. Expectation, yang berarti menonjolkon penilaian yang bersifat ekspektasi dan

    preferensi dan pengambilan keputusan. Penilaian dapat merupakan data

    kuantitatif maupun yang bersifat kualitatif

    Tahapan-tahapan pengambilan keputusan dalam metode AHP pada dasarnya

    adalah sebagai berikut :

    1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan

    2. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan

    kriteria-kriteria dan alternaif-alternatif pilihan yang ingin di rangking.

    3. Membentuk matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi

    relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan atau kriteria

    yang setingkat diatasnya. Perbandingan dilakukan berdasarkan pilihan atau

    judgement dari pembuat keputusan dengan menilai tingkat tingkat kepentingan

    suatu elemen dibandingkan elemen lainnya

    4. Menormalkan data yaitu dengan membagi nilai dari setiap elemen di dalam

    matriks yang berpasangan dengan nilai total dari setiap kolom.

    5. Menghitung nilai eigen vector dan menguji konsistensinya, jika tidak konsisten

    maka pengambilan data (preferensi) perlu diulangi. Nilai eigen vector yang

    dimaksud adalah nilai eigen vector maksimum yang diperoleh dengan

    menggunakan mathlab maupun dengan manual.

    6. Menghitung eigen vector dari setiap matriks perbandingan berpasangan. Nilai

    eigen vector merupakan bobot setiap elemen. Langkah ini untuk mensintesis

    pilihan dalam penentuan prioritas elemen-elemen pada tingkat hirarki terendah

    sampai pencapaian tujuan.

    7. Menguji konsistensi hirarki. Jika tidak memenuhi dengan CR < 0, 100 maka

    penilaian harus diulang kembali.

  • 81

    3.4.2.1 Prinsip Dasar Analytic Hierarchy Process (AHP)

    Dalam menyelesaikan persoalan dengan metode AHP ada beberapa prinsip

    dasar yang harus dipahami antara lain.

    1. Decomposition

    Decomposition adalah memecahkan atau membagi problem yang utuh menjadi

    unsur-unsurnya ke bentuk hirarki proses pengambilan keputusan, dimana setiap

    unsur atau elemen saling berhubungan. Struktur hirarki keputusan tersebut dapat

    dikategorikan sebagai complete dan incomplete. Suatu hirarki keputusan disebut

    complete jika semua elemen pada suatu tingkat memiliki hubungan terhadap

    semua elemen yang ada pada tingkat berikutnya, sementara hirarki keputusan

    incomplete kebalikan dari hirarki yang complete. Bentuk struktur dekomposisi

    yakni

    Tingkat pertama : Tujuan keputusan (Goal)

    Tingkata kedua : Kriteria-kriteria

    Tingkat ketiga : Alternatif-alternatif

    Gambar 3.3 Struktur Hirarki AHP

    Hirarki masalah disusun digunakan untuk membantu proses pengambilan

    keputusan dalam sebuah sistem dengan memperhatikan seluruh elemen keputusan

    yang terlibat.

    GOAL

    Hirarki 1 Hirarki 2 Hirarki 3 Hirarki 4

    Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3

  • 82

    2. Comparative Judgement

    Comparative Judgement adalah penilaian yang dilakukan berdasarkan

    kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya

    dengan tingkatan di atasnya.

    Comparative Judgement merupakan inti dari penggunaan AHP karena akan

    berpengaruh terhadap urutan prioritas dari elemen-elemennya. Hasil dari

    penilaian tersebut akan diperlihatkan dalam bentuk matriks pairwise

    comparisons yaitu matriks perbandingan berpasangan yang memuat tingkat

    preferensi beberapa alternatif untuk tiap kriteria. Skala preferensi yang

    digunakan yaitu skala 1 yang menunjukkkan tingkat yang paling rendah (equal

    importance) sampai dengan skala 9 yang menunjukkan tingkatan yang paling

    tinggi (extreme importance).

    3. Synthesis of Priority

    Synthesis of Priority dilakukan dengan menggunakan eigen vector method untuk

    mendapatkan bobot relatif bagi unsur-unsur pengambilan keputusan.

    4. Logical Consistency

    Logical Consistency dilakukan dengan mengagresikan seluruh eigen vektor

    yang diperoleh dari berbagai tingkatan hirarki dan selanjutnya diperoleh suatu

    vektor komposit tertimbang yang menghasilkan urutan pengambilan keputusan.

    3.4.2.2 Penyusunan Prioritas

    Setiap elemen yang terdapat dalam hirarki harus diketahui bobot relatifnya

    satu sama lain. Tujuannya adalah untuk mengetahui tingkat kepentingan pihak-pihak

    yang berkepentingan dalam permasalahan terhadap kriteria dan struktur hirarki atau

    sistem secara keseluruhan.

  • 83

    Langkah awal dalam menentukan prioritas kriteria adalah dengan menyusun

    perbandingan berpasangan, yaitu membandingkan dalam bentuk berpasangan seluruh

    kriteria untuk setiap sub sistem hirarki. Perbandingan tersebut kemudian

    ditransformasikan dalam bentuk matriks perbandingan berpasangan untuk analisis

    numerik. Misalkan terdapat sub sistem hirarki dengan kriteria C dan sejumlah n

    alternatif dibawahnya, Ai sampai An. Perbandingan antar alternatif untuk sub sistem

    hirarki itu dapat dibuat dalam bentuk matriks n x n, seperti pada tabel dibawah ini.

    Tabel 3.4 Matriks Perbandingan Berpasangan

    C A1 A2 An A1 a11 a12 A1n A2 a21 a22 A2n

    Am am1 am2 Amn

    Nilai a11, a22, amn adalah nilai perbandingan elemen baris Al terhadap kolom

    Al yang menyatakan hubungan :

    a. Seberapa jauh tingkat kepentingan baris A terhadap kriteria C dibandingkan

    dengan kolom Al.

    b. Seberapa jauh dominasi baris Ai terhadap kolom A1 atau

    c. Seberapa banyak sifat kriteria C terdapat pada baris A1 dibandingkan dengan

    kolom A1.

    Nilai numerik yang dikenakan untuk seluruh perbandingan diperoleh dari skala

    perbandingan 1 sampai 9 yang telah ditetapkan oleh Saaty, seperti pada Tabel 3.7 di

    bawah ini.

  • 84

    Tabel 3.5 Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan

    Tingkat Kepentingan Keterangan Penjelasan

    1 Kedua elemen sama penting Dua elemen mempunyai pengaruh yang sama besar terhadap tujuan

    3 Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lainnya

    Pengalaman dan penilaian sedikit menyokong satu elemen dibandingka elemen lainnya

    5 Elemen yang satu lebih penting daripada elemen yang lainnya

    Pengalaman dan penilaian sangat kuat menyokong satu elemen dibandingkan elemen lainnya

    7 Satu elemen jelas lebih penting daripada elemen yang lainnya

    Satu elemen sangat kuat disokong, dan dominannya telah terlihat dalam praktek

    9 Satu elemen muthlak lebih penting daripada elemen yang lainnya

    Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap yang lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan

    2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan yang berdekatan Nilai ini diberikan bila ada 2 kompromi di antara 2 pilihan

    Kebalikan Jika elemen I memiliki salah satu angka diatas, ketika dibandingkan elemen j, maka j memiliki kebalikannya ketika dibanding elemen i

    Seorang pengambil keputusan akan memberikan penilaian, mempersepsikan

    ataupun memperkirakan kemungkinan sesuatu hal/peristiwa yang dihadapi. Penilaian

    tersebut akan dibentuk ke dalam matriks berpasangan pada setiap level hirarki.

    Tabel 3.6 Contoh matriks perbandingan berpasangan (Pairwise Comparison Matrix)

    D E F G D 1 3 7 9 E 1/3 1 1/4 1/8 F 1/7 4 1 5 G 1/9 8 1/5 1

    Baris 1 kolom2 : Jika D dibandingkan dengan E, maka D sedikit lebih

    penting/cukup penting daripada E yaitu sebesar 3. Angka 3 bukan berarti bahwa D

    tiga kali lebih besar dari E, tetapi D moderat importance dibandingkan dengan E,

    sedangkan nilai pada baris ke2 kolom1 diisi dengan kebalikan dari 3 yaitu 1/3.

    Baris 1 kolom 3 : Jika D dibandingkan dengan F, maka D sangat penting

    daripada F yaitu sebesar 7. Angka 7 bukan berarti bahwa D tujuh kali lebih besar dari

  • 85

    F, tetapi D very strong importance daripada F dengan nilai judgement sebesar 7.

    Sedangkan nilai pada baris 3 kolom 1 diisi dengan kebalikan dari 7 yaitu 1/7

    Baris 1 kolom 4 : Jika D dibandingkan dengan G, maka D mutlak lebih penting

    daripada G dengan nilai 9. Angka 9 bukan berarti D sembilan kali lebih besar dari G,

    tetapi D extreme importance daripada G dengan nilai judgement sebesar 9.

    Sedangkan nilai pada baris 4 kolom 1 diisi dengan kebalikan dari 9 yaitu 1/9.

    3.4.2.3 Eigen Value dan Eigen Vector

    Apabila decision maker sudah memasukkan persepsinya atau penilaian untuk

    setiap perbandingan antara kriteria-kriteria yang berada dalam satu level (tingkatan)

    atau yang dapat diperbandingkan, maka untuk mengetahui kriteria mana yang paling

    disukai atau paling penting, disusun sebuah matriks perbandingan di setiap level

    (tingkatan). Untuk melengkapi pembahasan tentang eigen value dan eigen vector

    maka akan diberikan definisi-definisi mengenai matriks dan vector.

    a. Matriks

    Matriks merupakan sekumpulan himpunan objek (bilangan riil atau kompleks,

    variabel-variabel) yang terdiri dari baris dan kolom dan di susun persegi

    panjang. Matriks biasanya terdiri dari m baris dan n kolom maka matriks

    tersebut berukuran (ordo) m x n. Matriks dikatakan bujur sangkar (square

    matrix) jika m = n. Dan scalar-skalarnya berada di baris ke-i dan kolom ke-j

    yang disebut (ij) matriks entri.

    b. Vektor dari n dimensi

    Suatu vektor dengan n dimensi merupakan suatu susunan elemen-elemen yang

    teratur berupa angka-angka sebanyak n buah, yang disusun baik menurut baris,

    dan kiri ke kanan (disebut vektor baris atau row vector dengan ordo 1 x n )

  • 86

    maupun menurut kolom , dan atas ke bawah (disebut vektor kolom atau coloumn

    vector dengan ordo n x 1).

    c. Prioritas, Eigen Value dan Eigen Vector

    Untuk menentukan nilai dari masing masing pada matrik m x n maka. Nilai total

    matriks dalam masing-masing kolom di bandingkan dengan nilai matriks dan di

    jumlahkan untuk tiap baris. Total nilai baris dati matrik hasil perhitungan

    tersebut di jumlahkan.

    Untuk mementukan nilai prioritas adalah dengan membandingkan nilai total

    baris dalam matrik tersebut dengan nilai total dari kolom hasil perhitungan

    tersebut. Nilai Weight Sum Vector di dapatkan dari total jumlah dari perkalian

    nilai prioritas dalam matrik berpasangan dibandingkan dengan nilai prioritas

    tersebut (Consistency Vector). Kemudian hitung nilai Eigen ( max ) yang

    merupakan dari rata-rata Consistency Vector.

    3.4.2.4 Uji Konsistensi Indeks Ratio

    Hal yang membedakan AHP dengan model-model pengambilan keputusan

    yang lainnya adalah tidak adanya syarat konsistensi mutlak. Model AHP yang

    memakai persepsi decision maker sebagai inputnya maka ketidakkonsistenan

    mungkin terjadi karena manusia memiliki keterbatasan dalam menyatakan

    persepsinya secara konsisten terutama kalau harus mambandingkan banyak kriteria.

    Berdasarkan kondisi ini maka decision maker dapat menyatakan persepsinya dengan

    bebas tanpa harus berfikir apakah persepsinya tersebut akan konsisten nantinya atau

    tidak.

    Penentuan konsistensi dari matriks itu sendiri didasarkan atas eigen value

    maksimum. Yang di peroleh dengan rumus sebagai berikut :

  • 87

    1)max(

    =

    n

    nCI

    CI = Rasio penyimpangan (deviasi) konsistensi (consistency indeks)

    max = rata-rata Consistency Vector.

    n = Banyaknya Kelas

    Jika nilai CI sama dengan nol, maka matriks pair wise comparison tersebut

    konsisten. Batas ketidak konsistenan (inconsistency) yang telah ditetapkan oleh

    Thomas L. Saaty ditentukan dengan menggunakan Rasio Konsistensi (CR), yaitu

    perbandingan indeks konsistensi dengan nilai random indeks (RI).

    Rasio Konsistensi dapat dirumuskan sebagai berikut :

    RICICR =

    CR = Rasio konsistensi

    RI = Indeks Random

    Nilai random indeks bisa di dapatkan dari tabel berikut ini:

    Tabel 3.7 Niai Random Index (RI) N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

    RI 0,00 0,00 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,48

    Jika matriks perbandingan berpasangan (pair-wise comparison) dengan nilai

    CR lebih kecil dari 0,100 (10%), maka ketidak konsistenan pendapat pengambil

    keputusan masih dapat diterima dan jika tidak maka penilaian perlu diulang.