2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · 4 2 TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Potensi Sumberdaya Ikan di...

28
2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Sumberdaya Ikan di Selat Bali Kabupaten Banyuwangi berbatasan dengan dua perairan laut yakni Selat Bali dan Samudera Hindia. Selat Bali terletak di sebelah timur Kabupaten Banyuwangi dan Samudera Hindia yang terletak di sebelah selatan Kabupaten Banyuwangi. Perairan Samudera Hindia mempunyai potensi sumberdaya ikan yang cukup besar, baik berupa sumberdaya ikan permukaan (pelagis), ataupun ikan-ikan dasar (demersal). Menurut Komite Nasional Pengkajian Stok Sumber Daya Ikan Laut (KNPSSDI) perairan Banyuwangi termasuk dalam bagian wilayah pengelolaan perikanan Samudera Hindia yang meliputi perairan selatan Jawa dan Selat Bali (Wijayanti, 2000). Berdasarkan pengkajian yang dilakukan oleh Forum Koordinasi Pengelolaan Penangkapan Sumberdaya (FKPPS) Ditjen Perikanan, Perairan Selat Bali dan Samudera Hindia termasuk ke dalam Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP 9). Ciri perairan di WPP ini memiliki paparan yang sempit, salinitas yang relatif tinggi dan bersifat homogen (Azis et al, 1998). Jenis-jenis sumberdaya ikan yang ada di WPP ini termasuk Selat Bali dan Samudera Hindia sangat beragam mulai dari pelagis kecil sampai ikan hias. Kelompok pelagis kecil antara lain didominasi oleh ikan layang (Decapterus sp), selar (Caranx sp), teri (Stelophorus sp), kembung (Rastrelliger sp), dan tembang (Sardinella fimbriata) termasuk di dalamnya ikan lemuru. Kelompok ikan pelagis besar antara lain ikan cakalang (Katsuwonus pelamis), tongkol (Euthynnus sp), tenggiri (Scomberomerus sp) dan cucut (Charcharinus sp). Jenis ikan lain seperti ikan karang konsumsi, ikan hias dan biota utama yang termasuk ke dalam kelompok udang dan crustacea lain, juga terdapat di daerah penangkapan ikan Muncar namun masih diproduksi dalam jumlah yang tidak terlalu besar (Azis et al, 1998). Selat Bali memiliki luas sebesar selitar 2.500 km 2 (Wijayanti, 2000). Azis et al (1998), menyebutkan potensi ikan pelagis kecil di WPP Samudera Hindia termasuk Perairan Selat Bali adalah sebesar 429.030 ton/tahun. Untuk jenis ikan demersal, ikan hias dan benur belum dilakukan penelitian, namun demikian

Transcript of 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · 4 2 TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Potensi Sumberdaya Ikan di...

Page 1: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · 4 2 TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Potensi Sumberdaya Ikan di Selat Bali . Kabupaten Banyuwangi berbatasan dengan dua perairan laut yakni Selat

4

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Potensi Sumberdaya Ikan di Selat Bali

Kabupaten Banyuwangi berbatasan dengan dua perairan laut yakni Selat

Bali dan Samudera Hindia. Selat Bali terletak di sebelah timur Kabupaten

Banyuwangi dan Samudera Hindia yang terletak di sebelah selatan Kabupaten

Banyuwangi. Perairan Samudera Hindia mempunyai potensi sumberdaya ikan

yang cukup besar, baik berupa sumberdaya ikan permukaan (pelagis), ataupun

ikan-ikan dasar (demersal). Menurut Komite Nasional Pengkajian Stok Sumber

Daya Ikan Laut (KNPSSDI) perairan Banyuwangi termasuk dalam bagian wilayah

pengelolaan perikanan Samudera Hindia yang meliputi perairan selatan Jawa dan

Selat Bali (Wijayanti, 2000).

Berdasarkan pengkajian yang dilakukan oleh Forum Koordinasi

Pengelolaan Penangkapan Sumberdaya (FKPPS) Ditjen Perikanan, Perairan Selat

Bali dan Samudera Hindia termasuk ke dalam Wilayah Pengelolaan Perikanan

(WPP 9). Ciri perairan di WPP ini memiliki paparan yang sempit, salinitas yang

relatif tinggi dan bersifat homogen (Azis et al, 1998). Jenis-jenis sumberdaya

ikan yang ada di WPP ini termasuk Selat Bali dan Samudera Hindia sangat

beragam mulai dari pelagis kecil sampai ikan hias.

Kelompok pelagis kecil antara lain didominasi oleh ikan layang

(Decapterus sp), selar (Caranx sp), teri (Stelophorus sp), kembung (Rastrelliger

sp), dan tembang (Sardinella fimbriata) termasuk di dalamnya ikan lemuru.

Kelompok ikan pelagis besar antara lain ikan cakalang (Katsuwonus pelamis),

tongkol (Euthynnus sp), tenggiri (Scomberomerus sp) dan cucut (Charcharinus

sp). Jenis ikan lain seperti ikan karang konsumsi, ikan hias dan biota utama yang

termasuk ke dalam kelompok udang dan crustacea lain, juga terdapat di daerah

penangkapan ikan Muncar namun masih diproduksi dalam jumlah yang tidak

terlalu besar (Azis et al, 1998).

Selat Bali memiliki luas sebesar selitar 2.500 km2

(Wijayanti, 2000). Azis

et al (1998), menyebutkan potensi ikan pelagis kecil di WPP Samudera Hindia

termasuk Perairan Selat Bali adalah sebesar 429.030 ton/tahun. Untuk jenis ikan

demersal, ikan hias dan benur belum dilakukan penelitian, namun demikian

Page 2: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · 4 2 TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Potensi Sumberdaya Ikan di Selat Bali . Kabupaten Banyuwangi berbatasan dengan dua perairan laut yakni Selat

5

sebenarnya memiliki potensi yang cukup besar. Tingkat pemanfaatan sumberdaya

perikanan khususnya ikan pelagis sudah dilaksanakan secara intensif semenjak

tahun 1974 dengan introduksi alat tangkap pukat cincin (purse seine) dan alat

tangkap lain dalam jumlah yang besar (Dewi, 2004).

2.2 Biologi dan Ekologi Ikan Lemuru

2.2.1 Sistematika ikan lemuru

Pada tahun-tahun terakhir ini sebutan Sardinella longiceps jarang

digunakan sebagai nama ilmiah ikan lemuru yang tertangkap di Perairan Selat

Bali. Hasil revisi klasifikasi ikan lemuru yang dilakukan FAO (2000)

mengidentifikasikan jenis lemuru di Perairan Selat Bali sebagai Sardinella lemuru

Bleeker, 1853. FAO (2000) mengidentifikasikan jenis Sardinella lemuru ini

dalam bahasa Inggris dinamakan Bali Sardinella. Sedangkan dalan bahasa dagang

ikan lemuru dikenal dengan istilah “Indian oil sardinella”. Selanjutnya dalam

tulisan ini ikan lemuru yang dimaksud adalah Sardinella lemuru Bleeker 1853.

Saanin (1984) mengklasifikasikan ikan lemuru sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Pisces

Sub kelas : Teleostei

Ordo : Malacopterygii

Famili : Clupeidae

Sub famili : Clupeinae

Genus : Sardinella

Sub genus : Sardinella

Spesies : S. longiceps, S. lemuru, S. neglecta

Weber dan de Beafort (1965) yang diacu oleh Damarjati (2001),

menyebutkan lemuru mempunyai rumus sirip punggung D.16-18, sirip dubur

A.13-16, sirip dada P.15-16, dan sirip perut V.8-9. Tipe sisik lemuru adalah

sikloid, sisik garis rusuk L1.45 dan sisik melintang Ltr.12-13. Bentuk tubuh

memanjang, cembung dan memundar pada bagian perut. Panjang badan 4-41/2

diameter mata. Sub operkulum membentuk segi empat dengan bagian bawah

Page 3: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · 4 2 TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Potensi Sumberdaya Ikan di Selat Bali . Kabupaten Banyuwangi berbatasan dengan dua perairan laut yakni Selat

6

melengkung. Sirip punggung lebih dekat ke ekor daripada ke moncong,

permulaan sirip depan perut berada di belakang pertengahan sirip punggung.

Sumber: Randall, J.E. 1997

Gambar 1 Ikan lemuru (Sardinella lemuru Bleeker 1853).

Gigi tumbuh pada langit-langit mulut sambungan tulang rahang bawah dan

lidah. Tapis insang di bagian belakang mata berjumlah 120 lembar, lebarnya

kurang dari setengah tinggi operkulum. Sisik-sisiknya lembut dan bertumpuk

tidak teratur, jumlah sisik di depan sirip punggung 13-15. Scute atau sisik duri

terdapat di depan sirip perut 18 dan 14 lainnya di belakang sirip perut. Lemuru

berwarna biru kehijauan pada bagian punggung dan putih keperakan pada bagian

lambung, serta mempunyai sirip-sirip transparan. Panjang tubuh dapat mencapai

23 cm, tetapi pada umumnya hanya 10-15 cm (Chan, 1965 yang diacu oleh

Damarjati, 2001). Ikan–ikan lemuru oleh nelayan setempat diberi nama yang

berbeda sesuai dengan ukuran tubuhnya dan berkaitan dengan harga jualnya.

Adapun nama-nama tersebut adalah:

Tabel 1 Nama-nama ikan lemuru berdasarkan ukuran di Muncar, Banyuwangi

No. Panjang (cm) Nama Daerah

1. < 11 Sempenit Muncar

Penpen Kedongan, Bali

2. 11 – 15 Protolan Muncar dan Bali

3. 15 – 18 Lemuru Muncar dan Bali

4. > 18 Lemuru Kucing Muncar

Kucingan Bali Sumber: Merta, 1992

2.2.2 Makanan ikan lemuru

Burhanuddin dan Praseno (1982) yang diacu oleh Damarjati (2001)

mengatakan bahwa ikan lemuru adalah pemakan zooplankton dan fitoplankton.

Page 4: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · 4 2 TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Potensi Sumberdaya Ikan di Selat Bali . Kabupaten Banyuwangi berbatasan dengan dua perairan laut yakni Selat

7

Zooplankton merupakan makanan utama dengan persentase 90,52% - 90,54%,

sedangkan fitoplankton 4,46% - 9,48%. Dalam komposisi zooplankton, Copepoda

menduduki persentase tertinggi di dalam isi lambung lemuru antara 53,76% -

55,00% berikutnya adalah Decapoda 6,57% - 9,49%. Hasil penelitian di India

menunjukkan bahwa makanan S. longiceps yang predominan adalah fitoplankton,

terdiri dari Diatom, Fragillaria, Bidduldhia, Pleurosigma dan Coseinodiscus.

Terdapat korelasi antara Fragillaria oseanica dengan kelimpahan ikan lemuru di

India, adanya kelimpahan F.oseanica dalam jumlah besar di pantai akan

mengindikasikan kelimpahan lemuru juga. Ikan S. longiceps muda adalah ikan

yang bersifat herbivor, sedangkan yang dewasa bersifat karnivor dengan

memakan krustase yang planktonis seperti copepoda.

Noble (1969) yang diacu oleh Damarjati (2001) menyatakan bahwa

diatom merupakan makanan utama ikan lemuru (S. longiceps) di India selama

bulan Juli - September dan Desember – Januari sedangkan bulan lainnya adalah

copepoda. Rantai makanan ikan pelagis kecil sederhana, yaitu fitoplankton –

zooplankton – lemuru. Pada umumnya spesies ikan pelagis kecil yang

bergerombol adalah filter feeder atau particulateplankton feeder.

2.2.3 Penyebaran ikan lemuru

Lemuru tersebar di Lautan India bagian timur yaitu Phikat, Thailand, di

Pantai-pantai Selatan Jawa dan Bali, Australia di sebelah barat dan Lautan Pasifik

sebelah barat (Laut Jawa ke utara sampai dengan Filipina, Hongkong, Taiwan

sampai dengan Jepang bagian selatan) (Whitehead, 1985 yang diacu oleh

Hosniyanto, 2003). Penyebaran S. longiceps, adalah suatu spesies yang paling

dekat dengan ikan lemuru terdapat di Lautan India (hanya di bagian utara dan

barat saja, Teluk Aden, Teluk Oman, (tetapi tidak ada di Laut Merah), ke arah

timur di bagian selatan India, di pantai timur Andhra mungkin hingga ke

Andaman), sedangkan S. neglecta hanya terdapat di Lautan India sebelah barat

(pantai-pantai Kenya dan Tazmania).

Di Indonesia selain di Perairan Selat Bali dan sekitarnya, lemuru juga

terdapat di selatan Ternate, Selat Madura, Selat Sunda, dan Teluk Jakarta. Pada

waktu-waktu tertentu juga tertangkap di Laut Jawa di luar pantai Jawa Tengah

(Soerdjodinoto, 1960 yang diacu oleh Hosniyanto, 2003).

Page 5: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · 4 2 TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Potensi Sumberdaya Ikan di Selat Bali . Kabupaten Banyuwangi berbatasan dengan dua perairan laut yakni Selat

8

2.2.4 Tingkah laku ikan lemuru

Di Selat Bali ikan lemuru adalah ikan musiman karena muncul pada

musim-musim tertentu saja. Ikan lemuru beruaya secara musiman dimana pada

saat tertentu berada jauh dari jangkauan penangkapan. Keadaan ini terjadi pada

bulan Februari dan Maret. Ikan lemuru adalah ikan pelagis kecil yang hidup

secara bergerombol dalam jumlah yang begitu besar, ikan ini cenderung berada di

permukaan laut pada malam hari untuk mencari makan dan berada di kolom

perairan tertentu pada siang hari (Hosniyanto, 2003).

Soerjodinoto (1980) yang diacu oleh Hosniyanto (2003) menyatakan

bahwa ikan lemuru cenderung datang ke pantai untuk bertelur karena salinitasnya

yang rendah, ikan ini meletakkan telur-telurnya di atas perairan. Ikan-ikan lemuru

yang tertangkap di Perairan Selat Bali memijah pada bulan Juni-Juli dimana

tempatnya tidak jauh dari Pantai Selat Bali yaitu dengan adanya ikan sempenit

yang tertangkap di bagan-bagan tancap di Teluk Pangpang. Ikan lemuru di Selat

Bali ada kemungkinan memijah pada akhir musim hujan setiap tahunnya

(Whitehead, 1985 yang diacu oleh Hosniyanto, 2003).

Selama siang hari gerombolan ikan padat ditemukan dekat dengan dasar

perairan, sedang pada malam hari mereka bergerak ke lapisan dekat permukaan

membentuk gerombolan yang menyebar. Sekali–kali kadang gerombolan lemuru

ditemukan di atas permukaan selama siang hari ketika cuaca berawan dan gerimis.

Penangkapan dilakukan selama malam hari ketika ikan pindah/bergerak dekat

dengan permukaan air. Juvenil lemuru tinggal di perairan yang dangkal dan

menjadi target dari alat tangkap tradisional, seperti bagan dan gillnet (Hosniyanto,

2003).

2.3 Alat Tangkap Ikan Lemuru di PPP Muncar

2.3.1 Purse seine

Von Brandt (1984) mengelompokkan purse seine dalam kelompok

surrounding nets. Alat tangkap ini memiliki ciri tali ris atas yang lebih pendek

dari tali ris bawahnya. Berbeda dengan alat tangkap lain dalam kelompoknya

seperti ring net dan lampara yang memiliki tali ris atas lebih panjang dari tali ris

bawahnya. Purse seine atau lebih dikenal pukat cincin yang berbentuk persegi

panjang dengan dinding jaring yang sangat panjang. Alat tangkap pukat cincin

Page 6: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · 4 2 TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Potensi Sumberdaya Ikan di Selat Bali . Kabupaten Banyuwangi berbatasan dengan dua perairan laut yakni Selat

9

terdiri atas badan jaring, selvedge (jaring pada pinggir jaring), kantong (bunt), tali

ris atas (floatline), tali ris bawah (leadline), pemberat dan pelampung serta cincin-

cincin yang menggantung pada bagian bawah jaring yang tersusun pada tali kolor

(purse line).

Subani (1990) menyatakan bahwa dari hasil penelitian menunjukkan pukat

cincin termasuk yang paling produktif untuk menangkap ikan pelagis kecil. Dalam

operasi penangkapannya menggunakan alat bantu rumpon (pada siang hari)

maupun dengan lampu (pada malam hari). Pukat cincin pertama kali

diperkenalkan di Pantai Utara Jawa oleh BPPL pada tahun 1970 dalam rangka

kerja sama dengan pengusaha perikanan Batang dan berhasil baik. Kemudian

diaplikasikan di Muncar (1974) dan berkembang pesat sampai sekarang

(Sainbury, 1986 yang diacu oleh Perkasa, 2004).

Prinsip penangkapan ikan dengan pukat cincin adalah dengan melingkari

suatu gerombolan ikan dengan jaring. Setelah itu jaring pada bagian bawah

dikerucutkan, dengan demikian akan terkumpul di bagian kantong. Dengan

adanya jaring yang melingkari gerombolan ikan maka ruang lingkup gerak ikan

akan menjadi kecil, sehingga kemungkinan ikan untuk melarikan diri menjadi

lebih kecil pula dan ketika tidak memiliki ruang untuk melarikan diri, ikan

akhirnya tertangkap. Jaring yang digunakan pada pukat cincin tidak berfungsi

sebagai penjerat seperti halnya gillnet, tetapi jaring ini berfungsi untuk

menghadang ikan agar tidak melarikan diri (Ayodhyoa, 1981).

Sainsbury (1986) diacu oleh Perkasa (2004) mendeskripsikan pukat cincin

yang beroperasi di utara Jawa sebagai berikut:

1. Badan jaring terdiri tiga bagian yaitu: jaring utama dengan bahan nilon,

jaring sayap dengan bahan dari nilon dan jaring kantong;

2. Srampatan (selvedge) dipasang pada pinggir jaring yang fungsinya untuk

memperkuat jaring pada waktu dioperasikan terutama pada waktu

penarikan jaring. Bagian ini langsung dihubungkan dengan tali temali.

Srampatan (selvedge) dipasang pada bagian atas, bawah dan samping

dengan bahan dan ukuran yang sama, yakni PE 380 sebanyak 20 mata

untuk bagian atas, 25 mata untuk bagian bawah dan 20 mata untuk bagian

samping;

Page 7: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · 4 2 TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Potensi Sumberdaya Ikan di Selat Bali . Kabupaten Banyuwangi berbatasan dengan dua perairan laut yakni Selat

10

3. Tali temali, terdiri dari (a) tali pelampung, bahan PE dengan panjang 420

m; (b) tali ris atas, bahan PE dengan panjang 420 m; (c) tali ris bawah,

bahan PE dengan panjang 450 m; (d) tali kolor, bahan kuralon dengan

panjang 500 m; (e) tali pemberat, bahan PE dengan panjang 450 m; dan (f)

tali selambar, bahan PE dengan panjang bagian kanan 38 m dan kiri 15 m;

4. Pelampung, ada dua pelampung dengan bahan yang sama yakni sinthetic

rubber (SR). Pelampung bagian kanan dan kiri sebanyak 600 buah dan

pelampung bagian tengah sebanyak 400 buah. Pelampung yang dipasang

di bagian tengah lebih rapat dibanding dengan bagian pinggir;

5. Pemberat, terbuat dari timah hitam sebanyak 700 buah dipasang pada tali

pemberat;

6. Cincin, terbuat dari besi dengan diameter lubang 11,5 cm yang

digantungkan pada tali pemberat dengan seutas tali yang panjangnya 1 m

dengan jarak 3 m setiap cincin. Ke dalam cincin ini dilakukan tali kolor

(purse line).

Von Brandt (1984) mengemukakan bahwa ada dua jenis purse seine, yaitu

purse seine tipe Amerika dan tipe Jepang. Purse seine tipe Amerika berbentuk

empat persegi panjang dengan bagian pembentuk kantong terletak di bagian tepi

jaring. Purse seine tipe Jepang berbentuk empat persegi panjang dengan bagian

bawah jaring berbentuk busur lingkaran dan bagian pembentuk kantongnya

terletak di tengah jaring. Menurut Sadhori (1985) diacu oleh Perkasa (2004),

purse seine dibedakan berdasarkan empat bagian besar yaitu:

1. Berdasarkan bentuk jaring utama

a. Persegi atau segi empat

b. Trapesium atau potongan

c. Lekuk

2. Berdasarkan jumlah kapal yang digunakan pada waktu operasi

a. Tipe satu kapal (one boat system)

b. Tipe dua kapal (two boat system)

3. Berdasarkan spesies ikan yang menjadi tujuan penangkapan

a. Purse seine tuna

b. Purse seine layang

Page 8: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · 4 2 TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Potensi Sumberdaya Ikan di Selat Bali . Kabupaten Banyuwangi berbatasan dengan dua perairan laut yakni Selat

11

c. Purse seine kembung

4. Berdasarkan waktu operasi yang dilakukan

a. Purse seine siang hari

b. Purse seine malam hari

Ada beberapa tahap dalam kegiatan penangkapan ikan dengan purse seine,

yaitu (1) menemukan kawasan ikan terlebih dahulu; (2) menentukan/mendeteksi

kuantitas kawasan ikan; (3) menentukan faktor-faktor oseanografi seperti

kekuatan, kecepatan dan arah angin maupun arus, serta menentukan arah dan

kecepatan renang kawanan ikan; (4) melakukan penangkapan yaitu dengan

melingkarkan jaring dan menarik purse seine dengan cepat supaya kawanan ikan

tidak dapat melarikan diri dari arah vertikal maupun horizontal, dan (5) jaring

diangkat dan ikan dipindahkan dari bagian bunt ke palkah dengan scoop net atau

fish pump (Ayodhyoa, 1981).

Tingkah laku ikan pelagis kecil yang merupakan tujuan penangkapan

purse seine adalah suka bergerombol diantara jenis ikan itu sendiri maupun

bersama-sama dengan jenis ikan lainnya dan tertarik pada cahaya maupun benda

terapung. Jika ikan belum terkumpul pada suatu catchcable area atau jika ikan

berada di luar kemampuan tangkap jaring maka dapat diusahakan ikan datang dan

berkumpul menggunakan cahaya dan rumpon (Ayodhyoa, 1981).

Perikanan purse seine tersebar sepanjang utara Jawa (terutama Propinsi

Jawa Timur) dan Propinsi Kalimantan Selatan, dengan waktu penangkapan yang

relatif pendek. Pengoperasian purse seine dapat dilakukan pada siang hari dan

malam hari. Penangkapan yang dilakukan pada saat matahari terbit, matahari

terbenam, atau pada malam hari ternyata hasilnya akan lebih baik jika

dibandingkan pada waktu lainnya (Perkasa, 2004). Operasi penangkapan ikan

dengan purse seine di Muncar memiliki kesamaan tipe dengan operasi

penangkapan di Prigi Kabupaten Trenggalek, yaitu:

1. Tipe gerakan, operasi penangkapan yang dilaksanakan pada siang hari.

Tipe ini bersifat bergerak memburu gerombolan ikan tanpa bantuan alat

pengumpul ikan (rumpon);

2. Tipe gadangan, operasi penangkapan yang sifatnya sama dengan gerakan

yaitu memburu ikan, hanya saja operasi penangkapan dilaksanakan pada

Page 9: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · 4 2 TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Potensi Sumberdaya Ikan di Selat Bali . Kabupaten Banyuwangi berbatasan dengan dua perairan laut yakni Selat

12

waktu malam hari. Tipe gadangan dilaksanakan pada saat permukaan laut

tampak bening.

Pada tipe gerakan, nelayan biasanya berangkat dari fishing base sekitar

pukul 09.00 WIB dan kembali lagi ke fishing base sekitar pukul 17.00 WIB,

sedangkan tipe gadangan, nelayan biasanya berangkat ke fishing ground sekitar

pukul 16.00 WIB dan kembali dari fishing ground ke fishing base sekitar pukul

03.00 WIB (Perkasa, 2004).

2.3.2 Payang

Von Brandt (1984) menjelaskan bahwa payang termasuk dalam kelompok

seine net atau danish net, yaitu alat penangkap ikan yang mempunyai bagian

badan, sayap, dan tali penarik yang sangat panjang dengan atau tanpa kantong.

Alat ini dioperasikan dengan cara melingkari area seluas-luasnya dan kemudian

menarik alat ke kapal atau ke pantai. Payang merupakan salah satu dari seine net

yang dioperasikan dengan cara melingkari kawanan ikan lalu ditarik ke atas kapal

yang tidak bergerak.

Kapal payang didesain memiliki tinggi dek yang tidak terlalu tinggi untuk

mempermudah saat penarikan jaring dan pemindahan hasil tangkapan ke atas

kapal. Lambung kapal payang didesain cukup besar agar dapat menampung hasil

tangkapan dalam jumlah besar. Kapal paying tidak boleh memiliki badan yang

terlalu gemuk, hal ini akan berpengaruh terhadap kemampuan olah gerak kapal

dan kecepatannya. Diusahakan juga agar nilai panjang (L) kapal tidak terlalu

besar untuk mencegah melemahnya kekuatan memanjang kapal (Fyson, 1985

yang diacu oleh Novri, 2006).

Subani dan Barus (1989) mendeskripsikan payang sebagai berikut: besar

mata mulai dari ujung kantong sampai ujung kaki berbeda-beda, bervariasi mulai

dari 1 cm atau sampai sekitar 40 cm. Payang memiliki tali ris bawah yang lebih

pendek yang dimaksudkan agar dapat mencegah kemungkinan ikan dapat lolos ke

bawah, karena pada umumnya payang dioperasikan untuk menangkap jenis-jenis

ikan pelagis yang biasa hidup dibagian lapisan atas perairan dan mempunyai sifat

cenderung bergerak ke lapisan bawah bila terkurung jaring.

Page 10: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · 4 2 TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Potensi Sumberdaya Ikan di Selat Bali . Kabupaten Banyuwangi berbatasan dengan dua perairan laut yakni Selat

13

2.3.3 Gillnet

Martasuganda (2002) menyatakan bahwa jaring insang (gillnet) adalah

jenis alat penangkap ikan dari bahan jaring yang bentuknya persegi panjang

dimana mata jaring dari bagian jaring utamanya ukurannya sama. Jumlah mata

jaring kearah panjang atau kearah horizontal (mesh length) jauh lebih banyak

daripada jumlah mata jaring kearah vertikal atau kearah dalam (mesh depth).

Jaring insang (gillnet) pada bagian atasnya dilengkapi dengan beberapa

pelampung (floats) dan dibagian bawah dilengkapi dengan beberapa pemberat

(sinkers) sehingga dengan adanya dua gaya berlawanan memungkinkan jaring

insang dipasang di daerah penangkapan dalam keadaan tegak.

Menurut Subani dan Barus (1989) gillnet merupakan alat tangkap yang

berbentuk empat persegi panjang yang dilengkapi dengan pelampung, pemberat,

tali ris atas, tali ris bawah (kadang tanpa tali ris bawah: seperti jaring udang

barong). Bahan jaring yang umum dipakai adalah nilon dan amilan, baik itu

monofilamen maupun multifilamen. Pemakaian ketebalan benang disesuaikan

dengan jenis jaring insang, target ikan, metode operasi, daerah penangkapan dan

lainnya. Warna jaring yang umum dipakai dalam perikanan jaring insang adalah

warna bening atau biru laut. Salah satu alasannya adalah supaya ikan susah

mendeteksi keberadaan dari jaring dalam perairan. Ada pula jaring yang memakai

warna merah bata untuk menangkap udang karang atau warna lain sesuai dengan

kepercayaan nelayan yang mengoperasikannya (Martasuganda, 2002).

Von Brandt (1984) mengemukakan bahwa gillnet berdasarkan cara

pengoperasiannya terbagi menjadi lima. Pertama bottom set gillnet, yaitu jaring

yang dipasang pada dasar atau dekat dasar untuk menangkap ikan demersal.

Kedua anchored floating gillnet yaitu untuk menangkap ikan pada kolom

perairan. Ketiga free drifting gillnet yaitu menangkap ikan pada permukaan.

Keempat encercling gillnet yaitu jaring insang yang berbentuk lingkaran dan yang

kelima dragged gillnet yaitu jaring insang yang ditarik yang biasa digunakan pada

perairan tawar.

Martasuganda (2002) mengatakan bahwa cara pengoperasian jaring insang

hanyut di perairan, yaitu jaring dibiarkan hanyut di perairan, baik itu dihanyutkan

di bagian permukaan, kolom perairan atau di dasar perairan. Jaring insang yang

Page 11: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · 4 2 TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Potensi Sumberdaya Ikan di Selat Bali . Kabupaten Banyuwangi berbatasan dengan dua perairan laut yakni Selat

14

dihanyutkan di bagian permukaan disebut dengan jaring insang hanyut permukaan

(surface drift gillnet), yang dihanyutkan di kolom perairan disebut jaring insang

hanyut kolom perairan (mid water/submerged drift gillnet) dan yang dihanyutkan

di dasar perairan disebut jaring insang hanyut dasar (bottom drift gillnet).

Pengoperasian dari jaring insang hanyut permukaan dan jaring insang hanyut

kolom perairan adalah dengan cara salah satu ujungnya dikaitkan pada kapal atau

semuanya dibiarkan hanyut terbawa arus atau terbawa angin tanpa dikaitkan pada

kapal. Jaring insang hanyut dasar hanya dioperasikan pada perairan pantai dengan

dasar perairan berlumpur, berpasir atau campuran dari keduanya.

Pemasangan (setting) jaring insang hanyut yang dioperasikan di laut lepas

umumnya dimulai pada sore hari menjelang matahari terbenam dan diangkat

(hauling) pada pagi hari menjelang matahari terbit. Jaring insang hanyut yang

dioperasikan di perairan pantai, waktu setting dan hauling berbeda untuk setiap

nelayan. Jumlah setting dan hauling dalam satu hari kadang berbeda menurut

nelayan dan jenis ikan yang dijadikan target tangkapan. Pemasangan jaring

insang hanyut yang baik adalah tegak lurus atau memotong miring terhadap arah

arus (Martasuganda, 2002).

Sparre and Venema (1999) membedakan ikan yang tertangkap oleh gillnet

dalam empat cara tertangkap, yaitu terhadang (snagged), terjerat pada tutup

insang (gilled), terjerat pada bagian badan terbesar atau bagian depan sirip

punggung (wedged) dan tertangkap secara terpuntal (entangled). Proses

tertangkapnya ikan pada jaring insang ada beberapa cara antara lain: terjerat pada

bagian tutup insang, terjepit oleh mata jaring dan terpuntal. Secara umum

tertangkapnya ikan pada jaring insang dipengaruhi oleh ukuran mata jaring.

Martasuganda (2002) menyatakan cara tertangkapnya ikan pada mata

jaring biasanya terjerat pada bagian belakang penutup insang (operculum) atau

terjerat diantara operculum dan bagian tinggi maksimum (maximum body) dari

ikan. Untuk jaring insang yang konstruksinya hanya terdiri dari satu lembar, ikan

yang memasuki mata jaring biasanya hanya ikan yang mempunyai ukuran keliling

bagian belakang penutup insang (operculum girth) lebih kecil dari keliling mata

jaring (mesh size) dan keliling tinggi maksimum (maximum body girth) ikan lebih

besar dari keliling mata jaring. Untuk jenis jaring insang yang konsturuksinya

Page 12: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · 4 2 TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Potensi Sumberdaya Ikan di Selat Bali . Kabupaten Banyuwangi berbatasan dengan dua perairan laut yakni Selat

15

terdiri dari dua lembar atau tiga lembar, ikan yang memasuki mata jaring biasanya

selain ikan yang mempunyai ukuran keliling bagian belakang penutup insang

lebih kecil dan keliling tinggi maksimum lebih besar dari mata jaring bagian

jaring dalam (inner net), juga ikan dan hewan air lainnya yang ukurannya jauh

lebih besar dari ukuran mata jaring bagian dalam, tetapi lebih kecil dari ukuran

mata jaring bagian luar (outer net).

Bentuk badan ikan dapat mempengaruhi cara tertangkapnya ikan. Bentuk

umum badan ikan yang terjerat (gilled dan wedged) adalah berbentuk gilik

(fusiform) seperti ikan selar, kembung, tembang, tongkol dan ikan cakalang,

sedangkan bentuk badan ikan berbentuk compressed dan depressed seperti ikan

layur pada umumnya tertangkap secara terpuntal. Hal lain yang juga berpengaruh

adalah tingkah laku ikan misalnya reaksi ikan pada saat menghadapi jaring

(Martasuganda, 2002).

2.3.4 Bagan

Bagan merupakan jenis alat tangkap tradisional yang banyak digunakan

oleh nelayan Indonesia. Berdasarkan cara pengoperasiannya, bagan

dikelompokkan dalam jaring angkat (lift net). Bagan juga menggunakan cahaya

lampu untuk mengumpulkan ikan, maka disebut juga light fishing (Subani dan

Barus, 1989). Bagan tergolong ke dalam alat tangkap pasif yang dioperasikan

dengan cara ditarik ke permukaan air pada posisi horizontal, selanjutnya

ditenggelamkan kembali untuk penangkapan ikan yang telah terkumpul di pusat

cahaya yang berada di atas jaring. Pengoperasian bagan menggunakan lampu

sebagai pemikat, sehingga ikan yang menjadi tujuan penangkapannya adalah ikan

yang bersifat fototaksis positif (von Brandt, 1984).

Bagan terbagi menjadi dua jenis, yaitu bagan tancap dan bagan apung.

Bagan tancap merupakan bagan yang ditancapkan ke dasar perairan sehingga

tidak dapat dipindah-pindahkan. Bagan apung dibangun di atas rakit atau perahu

agar mudah dipindahkan saat mencari lokasi penangkapan. Bahan utama bagan

umumnya berasal dari bambu. Jaring bagan berukuran 9x9 m dengan ukuran

mata 0,5-1 cm. Bahan jaring bagan terbuat dari polyethylene (PE). Jaring ini

diikatkan pada bingkai berbentuk bujur sangkar yang terbuat dari bambu atau

kayu. Pada bangunan rumah bagan dilengkapi dengan alat penggulung (roller)

Page 13: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · 4 2 TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Potensi Sumberdaya Ikan di Selat Bali . Kabupaten Banyuwangi berbatasan dengan dua perairan laut yakni Selat

16

yang berfungsi untuk menurunkan dan mengangkat jaring bagan saat

pengoperasian (Subani dan Barus, 1989).

Pengoperasian bagan hanya dilakukan pada malam hari saat bulan mati

dengan menggunakan lampu sebagai alat bantu penangkapan. Penyebabnya

adalah ikan menyebar di perairan pada saat bulan purnama, sehingga cahaya dari

bagan menjadi tidak efektif. Hasil tangkapan utama bagan adalah jenis-jenis ikan

pelagis kecil, seperti teri, cumi-cumi, lemuru, sotong, pepetek, dan kembung.

Adapun beberapa jenis ikan hasil tangkapan sampingan adalah layur dan tongkol

(Subani dan Barus, 1989).

2.4 Metode Surplus Produksi

Pemanfaatan sumberdaya ikan umumnya didasarkan pada konsep hasil

maksimum yang lestari atau Maximum Sustainable Yield (MSY), yaitu hasil

tangkapan terbesar yang dapat dihasilkan dari tahun ke tahun oleh suatu

perikanan. Konsep MSY didasarkan atas suatu model yang sangat sederhana dari

suatu populasi ikan yang dianggap sebagai unit tunggal. Konsep ini

dikembangkan dari kurva biologi yang menggambarkan yield sebagai fungsi dari

effort dengan suatu nilai maksimum yang jelas, terutama bentuk parabola dari

Schaefer yang paling sederhana (Widodo dan Suadi, 2006). Inti dari konsep ini

adalah menjaga keseimbangan biologi dari sumberdaya ikan agar dapat

dimanfaatkan secara maksimum dalam waktu yang panjang. Pendekatan konsep

ini berangkat dari dinamika suatu stok ikan yang dipengaruhi oleh empat faktor

utama yaitu recruitment, pertumbuhan, mortalitas dan hasil tangkapan.

Widodo dan Suadi (2006) menyatakan bahwa MSY memiliki beberapa

keuntungan antara lain bahwa konsep ini didasarkan pada gambaran yang

sederhana dan mudah dimengerti atas reaksi suatu stok ikan terhadap

penangkapan. Konsep MSY juga ditentukan dengan suatu ukuran fisik yang

sederhana, yakni berat atau jumlah ikan yang ditangkap, sehingga menghindarkan

perbedaan-perbedaan wilayah dalam suatu negara ataupun antar negara,

dibandingkan dengan kriteria lainnya (misalnya harga hasil tangkapan atau

penurunan biaya operasional).

Pengelolaan sumberdaya ikan dengan menggunakan pendekatan MSY

berorientasi pada sumberdaya (resources oriented) yang lebih ditunjukkan untuk

Page 14: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · 4 2 TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Potensi Sumberdaya Ikan di Selat Bali . Kabupaten Banyuwangi berbatasan dengan dua perairan laut yakni Selat

17

melestarikan sumberdaya dan memperoleh hasil tangkapan maksimum yang dapat

dihasilkan dari sumberdaya tersebut. Fauzi (2006) mengatakan pengelolaan

sumberdaya ikan dengan menggunakan pendekatan MSY mempunyai kelemahan

antara lain: (1) tidak bersifat stabil, karena perkiraan stok yang meleset sedikit

saja bisa mengarah ke pengurasan stok; (2) tidak memperhitungkan nilai

ekonomis apabila stok ikan tidak dipanen; dan (3) sulit diterapkan pada kondisi

dimana perikanan memiliki ciri ragam jenis. Suseno (2004) menyatakan bahwa

terlepas dari kelemahan yang dimiliki dari pendekatan MSY dalam pengelolaan

perikanan, tetapi kita harus percaya pendekatan itu merupakan konsep yang

bermanfaat. Ada dua alasan yang menyertainya yaitu MSY merupakan landasan

utama bagi beberapa negara dalam menetapkan tujuan pengelolaan perikanan dan

MSY merupakan batas ukuran dari hasil tangkapan.

Penentuan nilai MSY dan upaya pemanfaatan yang optimum diperlukan

sebagai informasi dasar untuk menetapkan tingkat pemanfaatan yang

diperbolehkan. Sebagai salah satu tolok ukur pengelolaan, telah ditetapkan bahwa

jumlah tangkapan ikan yang diperbolehkan (JTB) atau dikenal di dunia perikanan

dengan istilah Total Allowable Catch (TAC) untuk wilayah pengelolaan perikanan

adalah sebesar 80% dari potensi lestarinya atau Maximum Sustanable Yield

(MSY). Selain menentukan nilai MSY, ditentukan pula nilai catch per unit effort

dan upaya optimum yang dapat dilakukan di wilayah pengelolaan perikanan.

Dengan demikian maka dalam aspek pengelolaan sumberdaya perikanan prameter

MSY dan hubungan antara hasil tangkapan dan upaya penangkapan atau CPUE

sering digunakan dalam perhitungan untuk mempertimbangkan tindakan

pengelolaan atau peraturan yang akan diberlakukan (Murdiyanto, 2004).

2.5 Tingkat Pemanfaatan dan Pengupayaan Sumberdaya Ikan

Astuti (2005) menyatakan bahwa tingkat pemanfaatan atau pengusahaan

sumberdaya perikanan dibagi menjadi empat macam, yaitu:

1. Pengusahaan yang rendah, dimana hasil tangkapan hanya merupakan

sebagian kecil dari potensinya;

2. Pengusahaan yang modern (sedang), dimana hasil tangkapan sebagian

yang nyata dari potensi penambahan upaya penangkapan namun upaya

penangkapan masih memungkinkan;

Page 15: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · 4 2 TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Potensi Sumberdaya Ikan di Selat Bali . Kabupaten Banyuwangi berbatasan dengan dua perairan laut yakni Selat

18

3. Pengusahaan yang tinggi, dimana hasil tangkapan sudah mencapai sebesar

potensinya, penambahan upaya penangkapan tidak akan menambah hasil

tangkapan;

4. Pengusahaan yang berlebih (overfishing), dimana terjadi pengurangan dari

stok.

Pengusahaan sumberdaya perikanan agar dapat dimanfaatkan terus-

menerus secara maksimal dalam kurun waktu yang tidak terbatas, maka laju

kematian karena penangkapan (tingkat pemanfaatan) perlu dibatasi sampai pada

suatu tingkat tertentu. Sumberdaya ikan dalam jumlah tertentu harus disisakan

dan diberi kesempatan untuk berkembangbiak, sehingga mampu menghasilkan

anakan dalam jumlah yang cukup untuk kelestarian. Suatu tingkat pemanfaatan

yang optimal adalah tingkat pemanfaatan dimana jumlah yang tertangkap

sebanding dengan tambahan jumlah kepadatan karena perkembangbiakan dan

pertumbuhan serta penyusutan karena kematian alami (Astarini, 2002).

Tingkat penangkapan ikan yang menjadi tinggi hingga melampaui

kapasitas stok ikan yang tersedia di suatu wilayah penangkapan ikan maka akan

terjadi penangkapan ikan yang berlebihan (overfishing) yang ditandai dengan

gejala pada suatu sumberdaya ikan antara lain: (1) hasil tangkapan nelayan

semakin menurun dari waktu ke waktu; (2) daerah penangkapan (fishing ground)

semakin jauh; dan (3) ukuran ikan yang tertangkap semakin kecil (Widodo, 2002).

Tingkat penangkapan yang melebihi MSY dan menyebabkan peristiwa

lebih tangkap dapat mengakibatkan menurunnya hasil tangkapan per satuan upaya

(CPUE). Apabila tingkat pemanfaatan di suatu wilayah penangkapan berada di

bawah angka MSY maka akan terjadi apa yang disebut sebagai under utilization

atau tingkat pemanfaatan yang belum optimal, artinya walaupun tidak

membahayakan ketersediaan stok ikan akan tetapi stok ikan tersebut masih kurang

dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan makanan dari laut, dan banyak ikan

mati secara alami tanpa dimanfaatkan (Murdiyanto, 2004).

2.6 Pola Musim Penangkapan Ikan

Musim penangkapan yang mempengaruhi operasi penangkapan ikan di

Indonesia ada dua jenis yaitu musim barat yang terjadi pada bulan November-

April dan musim timur yang terjadi pada bulan Mei-Oktober. Pada musim barat

Page 16: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · 4 2 TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Potensi Sumberdaya Ikan di Selat Bali . Kabupaten Banyuwangi berbatasan dengan dua perairan laut yakni Selat

19

sering terjadi hujan dengan angin kencang disertai ombak besar sehingga banyak

nelayan yang tidak melaut. Musim timur jarang terjadi hujan dan keadaan laut

biasanya tenang. Musim timur inilah biasanya merupakan musim puncak banyak

ikan (Nontji, 1987 yang diacu oleh Novri, 2006).

Berdasarkan arah utara angin yang bertiup pada suatu daerah, maka

dikenal istilah musim barat dan musim timur. Berhubungan dengan musim

penangkapan di Indonesia dikenal adanya 4 musim yang sangat memepengaruhi

kegiatan penangkapan, yaitu musim barat, musim timur, musim peralihan awal

tahun, dan musim peralihan akhir tahun. Kedua musim peralihan tersebut lebih

dikenal sebagai musim pancaroba. Keempat musim tersebut secara teratur

berputar silih berganti sepanjang tahun akibat adanya angin muson atau angin

yang bergerak dan bertiup secara periodik di wilayah Indonesia (Nontji, 1987

yang diacu oleh Novri, 2006).

Untuk dapat melakukan operasi penangkapan dengan efisien diperlukan

adanya informasi yang tepat seperti saat musim penangkapan yang baik.

Informasi mengenai pola musim penangkapan digunakan untuk menentukan

waktu yang tepat dalam pelaksanaan operasi penangkapan.

2.7 Daerah Penangkapan Ikan

Daerah penangkapan ikan adalah suatu daerah tempat berkumpulnya

berbagai jenis ikan termasuk ikan ekonomis penting, dimana pada daerah tersebut

dapat dilaksanakan operasi penangkapan ikan dengan suatu alat tangkap tertentu

secara terus-menerus dengan memperhatikan kelestarian dan daya pulihnya.

Simbolon (2002) menyatakan daerah penangkapan ikan merupakan wilayah

perairan tempat berkumpulnya ikan dimana operasi penangkapan ikan dapat

dilakukan dengan alat tertentu secara produktif dan menguntungkan. Untuk

meningkatkan keberhasilan operasi penangkapan, maka paling sedikit daerah

penangkapan harus memenuhi persyaratan: (1) alat tangkap dapat dioperasikan

dengan mudah dan sempurna, (2) dapat dijangkau oleh kapal ikan, (3) sumberdaya

ikan banyak dan bernilai ekonomis tinggi.

Dalam rangka menertibkan usaha penangkapan ikan dan menghindari

konflik pemanfaatan daerah penangkapan, pemerintah melalui Keputusan Menteri

Page 17: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · 4 2 TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Potensi Sumberdaya Ikan di Selat Bali . Kabupaten Banyuwangi berbatasan dengan dua perairan laut yakni Selat

20

Pertanian No. 392/Kpts/IK.120/4/99 membagi jalur penangkapan menjadi 3 jalur

yaitu:

1. Jalur Penangkapan Ikan I

Jalur I meliputi perairan pantai diukur dari permukaan air laut pada surut

yang terendah pada setiap pulau sampai dengan 6 mil laut ke arah laut. Jalur I ini

terdiri atas:

(1) Perairan pantai yang diukur dari permukaan air laut pada surut terendah

sampai pada 3 mil laut. Usaha penangkapan ikan yang diperbolehkan di

perairan pantai dengan 3 mil laut meliputi: alat penangkap ikan yang

menetap, dan kapal perikanan tanpa motor dengan ukuran panjang

keseluruhan tidak lebih dari 10 meter,

(2) Perairan pantai di luar 3 mil sampai dengan 6 mil laut. Usaha penangkapan

ikan yang diperbolehkan adalah:

(i) kapal perikanan tanpa motor dan atau bermotor tempel dengan

ukuran panjang keseluruhan tidak lebih dari 10 meter. Kapal

perikanan bermotor tempel dan bermotor dengan ukuran panjang

keseluruhan maksimal 12 meter atau berukuran maksimal 56 GT,

(ii) Pukat cincin (purse seine) berukuran panjang maksimal 150 meter,

(iii) Jaring insang hanyut ukuran panjang 1000 meter.

2. Jalur Penangkapan Ikan II

Jalur II ini meliputi perairan di luar Jalur Penangkapan Ikan I sampai

dengan 12 mil laut ke arah laut. Jalur ini dilakukan untuk:

(1) kapal perikanan bermotor dengan ukuran maksimal 60 GT,

(2) kapal perikanan dengan menggunakan alat penangkapan ikan pukat cincin

berukuran panjang maksimal 600 meter dengan cara pengoperasian

menggunakan satu kapal yang bukan grup atau maksimal 1000 meter

dengan cara pengoperasian menggunakan dua kapal yang bukan grup, tuna

long line (pancing tuna) maksimal 1000 buah mata pancing, atau jaring

insang hanyut berukuran panjang maksimal 2500 meter.

3. Jalur Penangkapan Ikan III

Jalur III ini meliputi perairan di luar Jalur Penangkapan Ikan II sampai

dengan batas terluar ZEEI. Pada jalur ini diatur sebagai berikut:

Page 18: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · 4 2 TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Potensi Sumberdaya Ikan di Selat Bali . Kabupaten Banyuwangi berbatasan dengan dua perairan laut yakni Selat

21

(1) Perairan Indonesia diperbolehkan bagi kapal perikanan berbendera

Indonesia berukuran maksimal 200 GT, kecuali yang menggunakan alat

penangkap ikan purse seine pelagis besar di Teluk Tomini, Laut Maluku,

Laut Seram, Laut Banda, Laut Flores, Laut Sawu dilarang untuk semua

ukuran;

(2) Perairan ZEEI Selat Malaka diperbolehkan bagi kapal perikanan

berbendera Indonesia berukuran maksimal 200 GT kecuali yang

menggunakan alat penangkap ikan pukat ikan (fish net) minimal berukuran

60 GT;

(3) Perairan ZEEI di luar ZEEI Selat Malaka diperbolehkan bagi kapal

perikanan berbendera Indonesia dan berbendera asing berukuran maksimal

350 GT bagi semua alat penangkap ikan. Kapal perikanan berukuran di

atas 350 GT - 800 GT yang menggunakan alat penangkap ikan purse seine

hanya boleh beroperasi di luar 100 mil laut dari garis pangkal Kepulauan

Indonesia; kapal perikanan dengan alat penangkap ikan purse seine dengan

sistem grup hanya boleh beroperasi di luar 100 mil laut dari garis pangkal

Kepulauan Indonesia. Kapal perikanan berbendera asing boleh

dioperasikan pada Jalur Penangkapan Ikan III sepanjang memungkinkan

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dengan ditetapkannya wilayah pengelolaan perikanan dan jalur

penangkapan ikan, pengelolaan sumberdaya ikan dilakukan melalui pendekatan

kewilayahan. Pada setiap wilayah pengelolaan perikanan akan ditentukan

kawasan prioritas yang dapat merupakan kawasan unggulan, kawasan kritis,

kawasan tertinggal maupun kawasan perbatasan.

Ayodhyoa (1981) menyatakan daerah penangkapan ikan (fishing ground)

yang baik untuk purse seine harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

1. Perairan yang terdapat ikan hidup yang bergerombol (schooling);

2. Jenis ikan tersebut dapat dikumpulkan dengan alat pengumpul seperti

lampu atau rumpon;

3. Kedalaman perairan lebih tinggi daripada alat yang digunakan.

Dalam operasi penangkapan ikan, salah satu faktor yang menentukan

keberhasilannya adalah pengetahuan tentang daerah penangkapan ikan. Purse

Page 19: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · 4 2 TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Potensi Sumberdaya Ikan di Selat Bali . Kabupaten Banyuwangi berbatasan dengan dua perairan laut yakni Selat

22

seine merupakan alat tangkap khusus ditujukan untuk menangkap ikan-ikan yang

hidupnya membentuk schooling atau bergerombol. Sejauh ini telah diketahui

bahwa salah satu daerah penangkapan (fishing ground) yang baik terdapat pada

perbatasan atau pertemuan arus panas dan arus dingin, pada daerah terjadinya

pembalikan lapisan air (upwelling), terjadinya arus pengisian (divergensi) dan lain

sebagainya (Ayodhyoa, 1981).

Ayodhyoa (1981) mengatakan bahwa untuk operasi penangkapan yang

menggunakan rumpon, kapal penangkap dapat langsung menuju tempat rumpon

dipasang pada beberapa hari sebelumnya. Untuk operasi penangkapan yang tidak

menggunakan rumpon, biasanya alat pengumpul ikan menggunakan lampu,

pencarian fishing ground bebas dengan menuruti kebiasaan berkumpulnya ikan

dalam suatu saat tertentu. Hal ini tentu saja memerlukan pengalaman yang cukup

lama untuk mengenal daerah operasional tersebut. Cara mencari gerombolan ikan

dapat dibantu dengan memperhatikan perubahan warna air laut, lompatan ikan ke

permukaan laut, riak-riak kecil di atas permukaan laut, dan adanya buih-buih di

permukaan laut.

2.8 Pengaruh Kondisi Oseanografi terhadap Kondisi Ikan

Tingkat kesuburan perairan adalah deskripsi kualitatif yang menyatakan

konsentrasi unsur hara yang terdapat dalam suatu badan air. Selain itu tingkat

kesuburan suatu perairan adalah suatu gambaran yang mencerminkan kaya

miskinnya sistem tropik dari suatu ekosistem. Beberapa macam penggolongan

tingkat kesuburan perairan diantaranya eutrofik (kaya akan hara), mesotrofik

(moderat) dan oligotrofik (miskin akan hara). Kualitas air sering dipakai sebagai

acuan terhadap pendekatan tingkat kesuburan perairan, dan tingkat kesuburan

perairan sangat ditentukan oleh kandungan unsur hara didalamnya (Hosniyanto,

2003).

Eutrofikasi menunjukkan peningkatan rata-rata masuknya unsur hara

(nutrien) ke dalam suatu ekosistem dan masukan tersebut dapat meningkatkan

produksi primer dalam suatu sistem. Hasler (1974) yang diacu oleh Handayani

(2005) mendefinisikan eutrofikasi sebagai peningkatan unsur hara, khususnya

nitrogen dan fosfor. Eutrofikasi juga didefinisikan sebagai pengkayaan unsur hara

di perairan, baik sengaja maupun tidak disengaja. Masuknya unsur hara ke dalam

Page 20: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · 4 2 TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Potensi Sumberdaya Ikan di Selat Bali . Kabupaten Banyuwangi berbatasan dengan dua perairan laut yakni Selat

23

badan air mengakibatkan terjadinya proses eutrofikasi perairan, yang akhirnya

menurunkan kualitas air di perairan (Handayani, 2005). Ciri-ciri perairan yang

sedang mengalami proses eutrofikasi adalah: (1) konsentrasi oksigen terlarut di

zona hipolimnion menurun; (2) konsentrasi unsur hara meningkat; (3) padatan

tersuspensi terutama bahan organik meningkat; (4) dominasi diatom akan

digantikan oleh populasi ganggang biru dan atau ganggang hijau; dan (5) penetrasi

cahaya menurun (kekeruhan meningkat).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di berbagai daerah, ditemukan

bahwa unsur N dan P adalah dua unsur yang bertanggung jawab terhadap

terjadinya eutrofikasi di perairan (Handayani, 2005). Dari kedua unsur hara

tersebut yang dianggap sebagai penyebab eutrofikasi, unsur fosfor lebih sering

sebagai penyebab utamanya. Keadaan ini terjadi karena adanya fenomena

denitrifikasi pada senyawa nitrogen, menyebabkan nitrogen tidak mengalami

akumulasi di sedimen, sedangkan senyawa fosfor akan terakumulasi di sedimen.

Kadar fosfor dan nitrogen beserta beberapa parameter kualitas air lainnya dapat

dijadikan indikator untuk mengklasifikasikan kesuburan perairan (Tabel 2).

Tabel 2 Tingkat kesuburan perairan dan beberapa parameter kualitas air

Parameter Kualitas kesuburan

Oligotrofik Mesotrofik Eutrofik

Total fosfor (µg/l) < 10 10 – 20 > 20

Total nitrogen (µg/l) < 200 200 – 500 > 500

Klorofil-a (µg/l) < 4 4 – 10 > 10

Oksigen saturasi pada lapisan

hipolimnion (%) > 80 10 – 80 < 10

Kecerahan (m) > 4 2 – 4 < 2

Produksi fitoplankton (ind/l) 7 - 25 75 - 250 350 - 700 Sumber : Novotny dan Olem, 1994

Suhu merupakan salah faktor lingkungan yang paling mudah untuk diteliti

dan ditentukan. Fluktuasi air laut banyak dipengaruhi oleh iklim, suhu udara,

kekuatan arus, kecepatan angin, lintang maupun relief dasar laut. Fluktuasi harian

suhu permukaan air laut pada umumnya tidak lebih dari 0.2–0.40C. Fluktuasi

suhu dan perubahan geografis bertindak sebagai faktor penting yang merangsang

dan menentukan pengkonsentrasian serta pengelompokan ikan. Suhu juga

merupakan faktor penting untuk menentukan daerah penangkapan ikan. Setiap

perairan mempunyai suhu rata-rata untuk setiap musim tertentu. Jika suhu pada

Page 21: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · 4 2 TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Potensi Sumberdaya Ikan di Selat Bali . Kabupaten Banyuwangi berbatasan dengan dua perairan laut yakni Selat

24

suatu tempat tersebut lebih tinggi dari temperatur standar yang berlaku, atau

bahkan melebihi suhu optimum untuk melakukan penangkapan ikan, maka

kemungkinan kegagalan dalam operasi penangkapan ikan makin besar (Gunarso,

1958 yang diacu oleh Handayani, 2005).

Salinitas sangat erat hubungannya dengan adanya penyesuaian tekanan

osmotik antara sitoplasma dari sel-sel dalam tubuh ikan dengan keadaan

sekelilingnya. Salinitas juga menentukan daya apung telur-telur ikan yang bersifat

pelagis. Salinitas lingkungan juga berpengaruh terhadap distribusi telur, larva,

juvenil dan ikan dewasa, orientasi migrasi, dan keberhasilan produksi (Laevastu

dan Hayes, 1981 yang diacu oleh Damarjati, 2001).

Arus sangat mempengaruhi penyebaran ikan:

1. Arus mengalihkan telur-telur dan anak-anak ikan pelagis dari daerah

spawning ke nursery ground dan dari nursery ground ke feeding ground;

2. Migrasi ikan dewasa dapat disebabkan oleh arus, sebagai alat orientasi dan

sebagai bentuk rute alami;

3. Tingkah laku diurnal dapat disebabkan oleh arus, khususnya arus pasang

surut;

4. Arus, khususnya pada perbatasan secara langsung dapat mempengaruhi

distribusi ikan dewasa dan secara tidak langsung mempengaruhi

pengelompokan makanan, atau oleh faktor lain yaitu suhu yang

membatasinya;

5. Arus mempengaruhi alam ikan, secara tidak langsung mempengaruhi

kelimpahan ikan tertentu dan sebagai pembatas distribusi geografisnya

(Laevastu dan Hayes, 1981 yang diacu oleh Damarjati, 2001).

2.9 Kondisi Umum Daerah Penelitian

2.9.1 Kondisi umum Perairan Selat Bali

Perairan Selat Bali berbentuk seperti corong dengan lebar di bagian

sebelah utara kira-kira 2,5 km dan di bagian selatan kira-kira 5,5 km dan luas

perairan Selat Bali sekitar 2.500 km2. Selat Bali merupakan perairan yang

bentuknya seperti corong yang menghadap ke utara. Selat ini menghubungkan

Laut Bali dengan Selat Madura dan Samudera Hindia di sebelah selatan. Celah di

sebelah utara sangat sempit sekitar 1 mil yang melebar ke arah selatan dan celah

Page 22: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · 4 2 TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Potensi Sumberdaya Ikan di Selat Bali . Kabupaten Banyuwangi berbatasan dengan dua perairan laut yakni Selat

25

selat yang menghadap Samudera Hindia lebih besar sekitar 28 mil, oleh karena itu

perairan Selat Bali cenderung dipengaruhi oleh massa air Samudera Hindia

dibandingkan oleh massa air Laut Bali atau Selat Madura. Perairan ini dangkal di

sebelah utara (sekitar 50 m) dan menjadi sangat dalam di sebelah selatan

(Wijayanti, 2000).

Selat Bali mengalami dua musim laut, yaitu musim timur mulai pada bulan

April sampai Oktober, musim barat yang dimulai pada bulan November sampai

Maret. Produktivitas di Selat Bali pada musim timur lebih tinggi dari pada musim

barat karena terjadi proses kenaikan massa air (upwelling). Pada waktu terjadinya

upwelling suhu pada lapisan perairan 0-500C, sedangkan pada musim barat tidak

terjadi upwelling dan memiliki suhu di atas 270C bahkan mencapai 30,9

0C. Kadar

garam di lapisan permukaan perairan Selat Bali berkebalikan dari suhunya

(Wijayanti, 2000).

2.9.2 Kondisi umum PPP Muncar – Banyuwangi

2.9.2.1 Lokasi dan sejarah berdirinya

Kabupaten Banyuwangi terletak pada koordinat 7043’-8

046’LS dan

113053’-114

038’ BT dan dengan ketinggian antara 25-100 meter di atas

permukaan laut. Kabupaten Banyuwangi memiliki panjang garis pantai sekitar

175,8 km yang membujur sepanjang batas selatan timur Kabupaten Banyuwangi,

serta jumlah pulau ada 10 buah. Batas-batas administrasi Kabupaten Banyuwangi

sebagai berikut (BAPPEDA Kab. Banyuwangi 2007):

1. Sebelah utara : Kabupaten Bondowoso dan Situbondo

2. Sebelah timur : Selat Bali

3. Sebelah selatan : Samudera Hindia

4. Sebelah barat : Kabupaten Jember dan Bondowoso

Luas wilayah Kabupaten Banyuwangi adalah sebesar 5.782,50 km2 atau

578.250 ha yang tediri dari hutan (hutan lindung, hutan produksi, hutan

konservasi, hutan kritis) sebesar 180.937,78 ha, persawahan/sawah sebesar

66.487,00 ha, lahan kering (tegalan, kebun campuran, perkebunan rakyat,

perkebunan besar, pemukiman, tambak, tanah rusak/tandus) sebesar 230.094,78

ha, dan lain-lain sebesar 100.730,44 ha.

Page 23: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · 4 2 TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Potensi Sumberdaya Ikan di Selat Bali . Kabupaten Banyuwangi berbatasan dengan dua perairan laut yakni Selat

26

Kondisi geografis Kabupaten Banyuwangi berbatasan dengan dua perairan

luas yaitu Selat Bali dan Samudera Hindia yang sangat mendukung dalam upaya

pemanfaatan sumberdaya ikan. Kabupaten Banyuwangi didukung pula oleh luas

wilayah yang sebagian besar adalah perairan laut. Kabupaten Banyuwangi

terletak di selatan ekuator yang dikelilingi oleh Laut Jawa, Selat Bali dan

Samudera Indonesia dengan iklim tropis yang terbagi menjadi 2 musim yaitu:

a. Musim penghujan antara bulan Oktober – April;

b. Musim kemarau antara bulan April – Oktober;

Diantara kedua musim ini terdapat musim peralihan Pancaroba yaitu sekitar bulan

April/Mei dan Oktober/Nopember. Rata-rata curah hujan sebesar 7,644 mm

perbulan dengan bulan kering yaitu bulan April, September dan Oktober.

Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar terletak di desa Tambakrejo

Kecamatan Muncar Kabupaten Banyuwangi pada posisi 08.10’ – 08.50 LS atau

114.15’ BT dengan luas kurang lebih 71,5 km2. Pelabuhan perikanan ini

mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut:

1. Sebelah selatan : Kawasan perumahan nelayan

2. Sebelah timur : Selat Bali

3. Sebelah selatan : Kawasan perumahan nelayan

4. Sebelah barat : Daerah perusahaan perikanan

Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar berlokasi sekitar 36 km di selatan

Kota Banyuwangi dan 332 km dari Surabaya. Kondisi jalan dari Surabaya cukup

baik (beraspal), sepanjang 2 km sebelum masuk kawasan PPP Muncar keadaan

jalan aspal agak rusak (UPT PPP Muncar, 2008).

Menurut sejarahnya, kata “Muncar” berasal dari nama seorang tokoh yaitu

Minak Kuncar Muncar. Para leluhur berupaya untuk mempopulerkan lokasi ini

dengan memberikan nama lokasi dengan nama tokoh tersebut. Minak Kuncar

Muncar merupakan seorang tokoh pada masa Kerajaan Blambangan –

Banyuwangi yang dipimpin oleh Raja Minak Jinggo dalam naskah lagendriyan.

Penulisan-penulisan sejarah menunjukkan bahwa Muncar pada jaman Majapahit

banyak dikenal dengan nama Candi Gading yang merupakan Pelabuhan untuk

mengadakan hubungan dengan daerah diluarnya, seperti dengan pelabuhan Cupol

Page 24: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · 4 2 TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Potensi Sumberdaya Ikan di Selat Bali . Kabupaten Banyuwangi berbatasan dengan dua perairan laut yakni Selat

27

Bali yang sekarang fungsinya diganti oleh Pelabuhan Ketapang Gilimanuk (UPT

PPP Muncar, 2008).

Seorang ahli pertambakan berkebangsaan Belanda bernama WH. Schooter

dalam bukunya menulis bahwa Muncar merupakan Pelabuhan Pangkalan Ikan

sejak jaman purbakala. Dasar hukum beroperasinya PPI Muncar adalah keputusan

Kepala Dinas Perikanan Jatim Nomor 24 Tahun 1993 tentang Susunan Organisasi

dan Tata Kerja Badan Pengelola Pangkalan Pendaratan Ikan Muncar.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor:

12/MK/2004 Muncar ditingkatkan statusnya dari Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)

menjadi Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) (UPT PPP Muncar, 2008).

2.9.2.2 Fasilitas dan kondisinya

Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar mempunyai fasilitas yang cukup.

Terdapat fasilitas pokok, fungsional, dan tambahan seperti terlihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Fasilitas di PPP Muncar Tahun 2008

No. Fasilitas Luas

(m2)

Jumlah

(unit) Keterangan

A. Fasilitas Pokok

1. Tanah PPI Muncar 55.000 1 Baik

2. Tanah TPI Kalimoro 1.525 1 Baik

3. Pier/Jetty 800 - Rusak

4 Turap/Plengsengan/Revetment

Kalimati

500 - Baik

5. Penahan

gelombang/breakwater

170 Baik, Kn = 100,

Kr = 70

6. Tembok penahan tanah 800 - Baik

7. Dermaga 6.193 - Baik

8. Kolam Pelabuhan 19.751 - Baik

9. Jalan komplek 3.000 - Baik

10. Slipway 360 3 Baik

11. Jembatan penghubung desa 82 1 Baik

B. Fasilitas Fungsional

1. - Gedung: TPI Pelabuhan,

- TPI Kalimoro,

- TPI Tratas

1.450

200

200

1 - Baik

- Baik

- Tidak beraktivitas

2. Kantor PPP, aula, gedung

serbaguna

1.450 1 Perbaikan dari

pelabuhan lama

3. Gudang peralatan 300 1 Baik

4. Rumah tangki BBM 50 1 Baik

5. Rumah Genset 36 1 Baik

Page 25: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · 4 2 TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Potensi Sumberdaya Ikan di Selat Bali . Kabupaten Banyuwangi berbatasan dengan dua perairan laut yakni Selat

28

Tabel 3 (lanjutan)

No. Fasilitas Luas

(m2)

Jumlah

(unit) Keterangan

6. Rumah pompa 30 2 Baik

7. Rumah air 11,5 1 Rusak

8. Tangki BBM 50.000

liter

1 Sedang

9. Bengkel 110 1 Sedang

10. MCK 110 2 Baik

11. Pos keamanan 28 1 Baik

C. Fasilitas Tambahan

1. Kantor KUD Mino 34,5 1 Baik

2. Kantor BRI 62 1 Baik

3. Rumah nelayan 42 1 POLAIRUD

4. Rumah dinas 122 2 Baik

5. Balai kesehatan 154 1 Baik

6. Aula 104.5 1 Baik

7. Pagar keliling 710 1 Rusak

8. Gedung saprokan 120 8 Baik

9. Gedung tempat keranjang 56 10 Saprokan

10. Pabrik es 104.5 1

11. Musholla 56 1 Baik Sumber: Data sekunder PPP Muncar (2008)

2.9.2.3 Unit penangkapan ikan

Armada penangkapan ikan di PPP Muncar terdiri atas kapal motor, perahu

tanpa motor dan perahu motor tempel. Armada penangkapan didominasi oleh

perahu motor tempel. Pada tahun 2008 jumlah armada perahu motor tempel

sebesar 1.401 unit. Untuk armada perahu tanpa motor mengalami penurunan

sebesar 20,6 % dari 121 unit (tahun 2006) menjadi 96 unit (tahun 2008). Hal ini

diduga karena adanya motorisasi di PPP Muncar sehingga banyak nelayan yang

beralih untuk memiliki perahu motor tempel (UPT PPP Muncar, 2008). Alat

tangkap yang terdapat di Muncar antara lain pancing, gillnet, purse seine, sero,

prawe, pancing tonda, bagan, payang, dll. Diantara alat-alat tangkap tersebut

yang paling produktif dan paling dominan khususnya dalam menangkap ikan

dengan jumlah besar di Muncar (tongkol, lemuru, layang) adalah alat tangkap

purse seine, payang, gillnet (UPT PPP Muncar, 2008).

Purse seine mampu menangkap hasil tangkapan terbesar dari total hasil

tangkapan seluruh alat tangkap. Alat tangkap purse seine diminati nelayan meski

Page 26: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · 4 2 TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Potensi Sumberdaya Ikan di Selat Bali . Kabupaten Banyuwangi berbatasan dengan dua perairan laut yakni Selat

29

tidak sebanyak pancing dan gillnet karena nelayan berpendapat bahwa purse seine

mampu menghasilkan produksi lebih besar dibandingkan dengan alat tangkap

lain. Jenis ikan yang tertangkap merupakan jenis ikan ekonomis penting seperti

ikan layang, lemuru, kembung, tongkol, tembang, layur, cumi-cumi (Dewi, 2004).

Nelayan di Muncar dibedakan atas nelayan buruh atau pandega dan

nelayan pemilik atau juragan. Juragan adalah pemilik modal yang berupa kapal

dan perlengkapannya, sedangkan pandega adalah buruh dengan status

pekerjaannya terikat dengan juragan atau bersifat sementara. Jumlah nelayan pada

tahun 2008 sebesar 12.257 jiwa atau 9 % dari jumlah penduduk Kec. Muncar

yaitu 132.052 jiwa yang terdiri dari nelayan asli 11.341 jiwa, nelayan sambilan

533 jiwa dan nelayan andon 383 jiwa, dan masyarakatnya terutama dari segi

struktur budaya nelayan terdiri dari Suku Jawa, Madura, Osing dan Bugis (UPT

PPP Muncar, 2008).

Dewi (2004) menyatakan bahwa tenaga kerja yang dimaksud pada pukat

cincin di Muncar adalah nelayan, termasuk nahkoda, juru batu, juru mesin dan

juru lampu. Jumlah tenaga kerja tiap unit armada pukat cincin yang beroperasi di

perairan Selat Bali berkisar antara 30-40 ABK.

2.9.2.4 Daerah penangkapan ikan (DPI)

Daerah operasi alat tangkap purse seine yang dilakukan nelayan Muncar

adalah Klosot (Wringinan), Senggrong, Tj. Angguk, Karang Ente sampai ke

wilayah Grajakan di bagian selatan (Paparan Jawa-Selat Bali). Untuk daerah

penangkapan pada Paparan Bali dimulai dari Perancak, Pulukan, Seseh sampai

Uluwatu (Djamali, 2007) seperti yang terlihat pada Gambar 2. Jarak terjauh

daerah penangkapan ikan dari PPP Muncar kurang lebih sejauh 18-116 km (11-72

mil) dan jarak terdekat daerah penangkapan ikan kurang lebih sejauh 18 km (11

mil) (Muntoha, 1998).

2.9.3 Potensi Perikanan dan Kelautan PPP Muncar

Kabupaten Bayuwangi terbagi dalam 28 kecamatan 189 desa dan 28

kelurahan. Jumlah kecamatan berpantai sebanyak 11 kecamatan (40 %).

Kabupaten Banyuwangi memiliki potensi perikanan dan kelautan yang cukup

besar yang memiliki dua wilayah fishing ground yakni Selat Bali dan Samudera

Page 27: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · 4 2 TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Potensi Sumberdaya Ikan di Selat Bali . Kabupaten Banyuwangi berbatasan dengan dua perairan laut yakni Selat

30

Indonesia. Selat Bali luasnya sekitar 2.500 km2

dengan potensi sumberdaya ikan

untuk ikan pelagis 66.000 ton/tahun, sedangkan Samudera Indonesia sekitar 2000

mil2 dengan sumberdaya ikan lestari 212.500 ton per tahun (Djamali 2007).

Selat Bali memiliki potensi produksi hasil tangkapan didominasi ikan

permukaan (pelagis) terutama ikan lemuru. Tabel 4 menunjukkan jumlah dan

nilai produksi ikan laut di PPP Muncar – Banyuwangi. Tingkat pengusahaan

sumberdaya perikanan di Selat Bali sudah dilakukan secara intensif sehingga

dinyatakan padat tangkap. Pengusahaan di perairan Samudera Indonesia yakni di

ZEEI perlu dilakukan usaha rintisan karena selama ini masih sangat rendah

pemanfaatannya. Pengembangan usaha perikanan lepas pantai perlu

dikembangkan terutama diarahkan pada pengembangan unit penangkapan gillnet,

long line (pancing rawai), pole and line dan purse seine dengan menggunakan

kapal motor berukuran lebih dari 30 GT. Sebaran hasil tangkapan paling besar

ada di wilayah Kecamatan Muncar, hal ini disebabkan karena wilayah tersebut

merupakan pusat usaha penangkapan ikan laut dengan didukung jumlah

sumberdaya manusia yang besar, armada dan alat tangkap yang cukup memadai.

Jenis ikan yang paling banyak ditangkap berturut – turut adalah ikan lemuru,

layang dan tongkol (Djamali, 2007).

Tabel 4 Produksi ikan laut menurut jenisnya di PPP Muncar tahun 2008

No Jenis Ikan Produksi

(kg) Nilai (Rp)

Produksi

(%)

1 Layang (Decapterus sp) 2.879.767 15.964.704.500 8,05

2 Bawal (Fornio riger)

3 Kembung (Rastrelilinger

neglectus) 92.291 325.054.000 0,26

4 Selar (Selaroides sp)

5 Tembang (Sardinella

finchiata)

6 Udang Barong (Panulirus sp)

7 Udang lainnya (Penaerus sp) 28.974 454.609.000 0,08

8 Rebon 39.221 133.904.000 0,11

9 Teri (Stolopharus sp) 63.326 189.978.000 0,18

10 Tongkol (Euthynnus sp) 2.629.699 11.573.024.000 7,35

11 Lemuru (Sardinella lemuru) 27.833.004 69.325.617.000 77,84

12 Tuna (Thunnus sp) 336.551 2.692.408.000 0,94

13 Cakalang (Katsowanus

pelamis) 199.397 1.595.176.000 0,56

Page 28: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · 4 2 TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Potensi Sumberdaya Ikan di Selat Bali . Kabupaten Banyuwangi berbatasan dengan dua perairan laut yakni Selat

31

Tabel 4 (lanjutan)

No Jenis Ikan Produksi

(kg) Nilai (Rp)

Produksi

(%)

14 Tengiri (Scomberomerus

guttnus) 13.907 208.605.000 0,04

15 Layur (Trichiurus sp) 247.128 1.957.752.000 0,69

16 Julung-Julung (Tylosurus sp)

17 Ekor Merah (Caesio sp)

18 Kuwe/Putihan (Caranx sp) 68.118 749.289.000 0,19

19 Petek/Tetengkek (Megalupis

cordyla) 50.971 101.942.000 0,14

20 Cucut (Carchacinidae) 284.791 1.139.164.000 0,80

21 Pari (Trigonoidae) 127.861 447.513.500 0,36

22 Kakap (Lates calcarifer) 15.013 165.143.000 0,04

23 Bambangan (Lutjanus sp) 18.964 208.604.000 0,05

24 Kerapu (Epinepheelus sp) 12.599 176.388.000 0,04

25 Belanak (Mugil sp) 31.213 109.245.500 0,09

26 Manyung (Tachisurus sp) 7.249 38.245.000 0,02

27 Cumi-Cumi (Loligo sp) 113.315 2.195.666.000 0,32

28 Rajungan (Portunus sp) 37.695 825.620.000 0,11

29 Kepiting (Scylla serrata) 7.852 157.040.000 0,02

30 Kerang (Aamusium sp)

31 kerang-kerangan 239.794 497.588.000 0,67

32 Ubur-Ubur

33 Rumput Laut

34 Lain-lain 377.935 1.511.740.000 1,06

Jumlah 35.756.635 112.744.019.500 100