Pemerintah Kabupaten...
Transcript of Pemerintah Kabupaten...
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 1
BAB II GAMBARAN UMUM
KONDISI KABUPATEN MAJALENGKA
2.1. Aspek Geografi dan Demografi
2.1.1. Karakteristik Lokasi dan Wilayah
Kabupaten Majalengka merupakan salah satu kabupaten di wilayah Provinsi
Jawa Barat, memiliki luas 1.204,24 Km2 atau 3,25% dari luas wilayah daratan Provinsi
Jawa Barat (37.095,28 Km2).
Secara geografis Kabupaten Majalengka berbatasan dengan wilayah sebagai
berikut :
a. Sebelah Utara, berbatasan dengan Kabupaten Indramayu;
b. Sebelah Timur, berbatasan dengan Kabupaten Cirebon dan Kuningan,
sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Keputusan Menteri Dalam Negeri
Nomor 246 Tahun 2004 tentang Batas Wilayah Kabupaten Cirebon Provinsi Jawa
Barat, dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 2009 tentang
Batas Daerah Kabupaten Kuningan Provinsi Jawa Barat;
c. Sebelah Selatan, berbatasan dengan Kabupaten Ciamis dan Tasikmalaya;
d. Sebelah Barat, berbatasan dengan Kabupaten Sumedang, sebagaimana yang
telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2008
tentang Batas Daerah Kabupaten Sumedang Provinsi Jawa Barat.
Secara geografis Kabupaten Majalengka berada di bagian Timur Provinsi
Jawa Barat, dengan posisi astronomis : Bagian Barat antara 108° 03’-108° 19’ Bujur
Timur, bagian Timur antara 108° 12’-108° 25’ Bujur Timur, bagian Utara antara 6°
36’-6° 58’ Lintang Selatan dan bagian Selatan antara 6° 43’-7° 03’ Lintang Selatan.
Temperatur rata-rata di Kabupaten Majalengka adalah 26,7°C hingga 29,7°C.
Suhu udara maksimum terjadi pada bulan Oktober yaitu 35,4°C, sedangkan suhu
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 2
udara minimum terjadi pada bulan juni dengan suhu sebesar 22,7°C. Indonesia
merupakan negara tropis yang mempunyai 3 wilayah waktu yaitu WIB (Waktu
Indonesia Barat), WITA (Waktu Indonesia Tengah) dan WIT (Waktu Indonesia Timur),
seluruh wilayah Kabupaten Majalengka termasuk ke dalam zona WIB (Waktu
Indonesia Barat). Kelembaban di Kabupaten Majalengka sepanjang tahun 2013
berkisar antara 66% - 88%.
Secara geostrategis Kabupaten Majalengka diapit oleh 2 PKN Cirebon Raya
dan Bandung Raya dan berada di perlintasan antara Jawa Barat (Bandung) dan Jawa
Tengah (Semarang) sebagai PKN Gerbang Kertosusila. Kondisi Kabupaten
Majalengka yang strategis di dukung dengan adanya kebijakan pemerintah pusat
melalui Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia
(MP3EI) dan Bandara Internasional Jawa Barat yang akan dibangun di Kabupaten
Majalengka, diharapkan mampu mengakselerasi perwujudan koridor dan sekaligus
mengurangi beban aktivitas ekonomi di Jawa Barat Bagian Barat melalui PKW
Kadipaten guna mendukung kepada Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Cirebon dan
pengembangan Jawa Barat Bagian Timur.
Secara adminstratif, wilayah Kabupaten Majalengka terdiri dari 26
kecamatan, 13 kelurahan dan 330 desa dapat dilihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1.
Nama Kecamatan dan Jumlah Desa/Kelurahan di Kabupaten Majalengka Tahun 2013
No. Nama
Kecamatan Jumlah Desa
Jumlah Kelurahan
No. Nama Kecamatan
Jumlah Desa
Jumlah Kelurahan
1. Majalengka 5 9 14. Sindangwangi 10 -
2. Panyingkiran 9 - 15. Sukahaji 13 -
3. Kadipaten 7 - 16. Sindang 7 -
4. Dawuan 11 - 17. Cigasong 6 4
5. Kasokandel 10 - 18. Maja 18 -
6. Kertajati 14 - 19. Argapura 14 -
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 3
No. Nama Kecamatan
Jumlah Desa
Jumlah Kelurahan
No. Nama Kecamatan
Jumlah Desa
Jumlah Kelurahan
7. Jatitujuh 15 - 20. Banjaran 13 -
8. Jatiwangi 16 - 21. Talaga 17 -
9. Palasah 13 - 22. Cikijing 15 -
10. Ligung 19 - 23. Cingambul 13 -
11. Sumberjaya 15 - 24. Bantarujeg 13 -
12. Leuwimunding 14 - 25. Lemahsugih 19 -
13. Rajagaluh 13 - 26. Malausma 11 -
Jumlah Kecamatan 26
Desa 330 Kelurahan 13
Sumber : Kabupaten Majalengka Dalam Angka , tahun 2012
Topografis Kabupaten Majalengka secara umum dapat dibedakan menjadi 3
(tiga) bagian yaitu : landai atau dataran rendah (0 – 15 persen), berbukit
bergelombang (15 – 40 persen) dan perbukitan terjal (>40 persen). Sebesar 13,21
persen dari luas wilayah Kabupaten Majalengka berada pada kemiringan lahan di
atas 40 persen, 18,53 persen berada dalam kelas kemiringan lahan 15 - 40 persen,
dan 68,26 persen berada pada kelas kemiringan lahan 0 - 15 persen. Kondisi
bentang alam yang melandai ke daerah Barat Laut, menyebabkan sebagian besar
aliran sungai dan mata air mengalir ke arah Utara, sehingga pada wilayah bagian
Utara Kabupaten Majalengka terdapat banyak persawahan. Perbukitan dengan
lereng yang curam terdapat di lereng Gunung Ciremai dan daerah lereng Gunung
Cakrabuana. Kondisi topografis ini sangat berpengaruh terhadap pemanfaatan
ruang dan potensi pengembangan wilayah, juga menyebabkan dampak yang
mengakibatkan terdapatnya daerah yang rawan terhadap gerakan tanah yaitu
daerah yang mempunyai kelerengan curam.
Adapun distribusi ketiga topografi yang ada di Kabupaten Majalengka
sebagaimana disebutkan di atas, adalah sebagai berikut :
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 4
1. Dataran rendah, mempunyai kemiringan tanah antara 0-15%, meliputi semua
kecamatan yang ada di Kabupaten Majalengka. Kecamatan yang mempunyai
kemiringan 0-15% seluruh wilayahnya terdiri atas Kecamatan Cigasong,
Jatitujuh, Jatiwangi, Kadipaten, Kertajati, Ligung, dan Palasah.
2. Berbukit gelombang, kemiringan tanahnya berkisar antara 15%-40%, meliputi
Kecamatan Argapura, Banjaran, Bantarujeg, Malausma, Cikijing, Cingambul,
Dawuan, Kasokandel, Lemahsugih, Maja, Majalengka, Rajagaluh, Sindangwangi,
Sukahaji, Sindang, dan Talaga.
3. Perbukitan terjal, kemiringan tanahnya >40%, meliputi daerah sekitar Gunung
Ciremai, Kecamatan Argapura, Banjaran, Bantarujeg, Malausma, Cikijing,
Cingambul, Lemahsugih, Leuwimunding, Maja, Majalengka, Panyingkiran,
Rajagaluh, Sindangwangi, Sukahaji, Sindang, Sumberjaya, dan Talaga.
Sedangkan berdasarkan ketinggian, wilayah Kabupaten Majalengka
diklasifikasikan dalam 3 klasifikasi utama yaitu dataran rendah (0 - 100 m dpl),
dataran sedang (>100 - 500 m dpl) dan dataran tinggi (> 500 m dpl). Dataran
rendah sebesar 42,21 persen dari luas wilayah, berada di Wilayah Utara Kabupaten
Majalengka, dataran sedang sebesar 20,82 persen dari luas wilayah, umumnya
berada di Wilayah Tengah, dan dataran tinggi sebesar 36,97 persen dari luas wilayah,
mendominasi Wilayah Selatan Kabupaten Majalengka, termasuk di dalamnya
wilayah yang berada pada ketinggian di atas 2.000 m dpl yaitu terletak di sekitar
kawasan kaki Gunung Ciremai.
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 5
Gambar 2.1.
Peta Administrasi Kabupaten Majalengka
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 6
Berdasarkan sebaran dan struktur batuannya, kondisi geologis Kabupaten
Majalengka meliputi: Aluvium seluas 17.162 Ha (14,25%), Pleistocene Sedimentary
Facies seluas 13.716 Ha (13,39%), Miocene Sedimentary Facies seluas 23,48 Ha
(19,50%), Undiferentionet Vulcanic Product seluas 51.650 Ha (42,89%), Pliocene
Sedimentary Facies, seluas 3.870 Ha (3,22%), Liparite Dacite seluas 179 Ha (0,15%),
Eosene, seluas 78 Ha (0,006%), Old Quartenary Volkanik Product seluas 10.283 Ha
(8,54%). Kondisi geologi Kabupaten Majalengka juga terdapat formasi Sesar Baribis
yang berpotensi menyebabkan patahan rawan gempa, terutama untuk daerah
Selatan dan Timur.
Kondisi hidrologi Kabupaten Majalengka dibagi ke dalam dua bagian yaitu
air permukaan dan air tanah. Air permukaan, dilewati 2 (dua) sungai besar yaitu
Sungai Cimanuk dan Cilutung yang menjadi sumber air baku terutama untuk
kegiatan pertanian. Selain itu, Kabupaten Majalengka mempunyai beberapa potensi
air permukaan lainnya berupa situ/danau yaitu di wilayah Desa Cipadung, Payung,
Sangiang, dan Talagaherang. Air Tanah, berdasarkan kondisi potensi yang ada
secara umum Wilayah Utara dan Tengah Kabupaten Majalengka merupakan daerah
yang memiliki potensi Air Bawah Tanah (ABT) yang cukup baik. Untuk lebih jelasnya
gambaran kondisi hidrologi Kabupaten Majalengka dapat dilihat pada Tabel 2.2.
dan Tabel 2.3.
Tabel 2.2.
Potensi Air Permukaan di Kabupaten Majalengka
No. Nama Sungai Bendungan Areal Layanan (Ha)
Debit (Liter/detik) Maksimal Minimal
1. Cilutung Kamun 9.289 50,73 0,41
2. Cideres Tirtanegara, Cigasong
2.741 3,94 0,65
3. Cikeruh Cikeruh, Cibutul 3.354 10,68 0,99
4. Ciherang Ciherang 1.009 1,76 0,3
5. Cikadongdong Cikemangi, Cikondang
2.411 1,47 0,4
6. Ciwaringin Ciwaringin 3.387 6,36 0,44
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 7
No. Nama Sungai Bendungan Areal Layanan (Ha)
Debit (Liter/detik) Maksimal Minimal
7. Cilongkrang Ciminggiri Suplai ke Bd Ciawi 0,79 0,29
8. Ciawi Ciawi 151 1,02 0,28
9. Cimanuk Rentang 571 900 500
10. Cihikeu Citeureup 348 1.252 0,26
11. Cihieum Cihieum 556 4.512 0,25
12. Cisampora Cimingking 383 1.439 0,18 JUMLAH 24.230 8.179,75 504,45
Sumber : Materi Teknis RTRW Kabupaten Majalengka Tahun 2011 – 2031
Tabel 2.3.
Potensi Air Bawah Tanah di Kabupaten Majalengka
No. Kisaran
Indeks Rata-Rata
Kecamatan Kelas Keterangan
1. 1,64 – 2,01 Kertajati – Ligung – Dawuan dan Kasokandel – Jatiwangi
D Kurang Berpotensi
2. 2,01 – 2,31 Palasah – Leuwimunding - Panyingkiran – Majalengka – Cigasong – Sukahaji dan Sindang – Bantarujeg dan Malausma– Talaga – Cingambul
C Potensi Sedang
3. 2,31 – 2,61 Sumberjaya – Rajagaluh – Maja – Lemahsugih – Banjaran
B Berpotensi
4. 2,61 - 3,14 Kadipaten – Sindangwangi – Argapura – Jatitujuh – Cikijing
A Sangat Berpotensi
Sumber : Materi Teknis RTRW Kabupaten Majalengka Tahun 2011 – 2031
Kondisi klimatologis di Kabupaten Majalengka diantaranya curah hujan
dipengaruhi oleh keadaan iklim, geografis dan perputaran arus udara. Selama
periode tahun 2008-2012, curah hujan tahunan di Kabupaten Majalengka terendah
yaitu sebesar 1.953 mm/tahun yang terjadi pada tahun 2009 dan tertinggi sebesar
yaitu sebesar 3.459 mm/tahun pada tahun 2010, dengan rata-rata selama 5 tahun
tahun sebesar 2.723 mm/tahun. Kecepatan angin rata-rata berkisar 3 knot/jam
sampai 5 knot/jam dengan kecepatan tertinggi pada bulan Maret sebesar 28
knot/jam, hal ini menjadikan Kabupaten Majalengka dijuluki Kota Angin.
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 8
Gambar 2.2. Data Perkembangan Curah Hujan
Kabupaten Majalengka Tahun 2008 - 2012
Sumber : BMG Jatiwangi, tahun 2013
Penggunaan lahan suatu wilayah merupakan perwujudan fisik dari semua
kegiatan sosial ekonomi penduduk. Pengenalan pola penggunaan lahan ini sangat
diperlukan, baik untuk memperoleh gambaran mengenai potensi daerah maupun
untuk mengetahui pola distribusi kegiatan sosial ekonomi serta intensitas
penggunaan lahan dan berbagai kegiatan yang ada.
Tabel 2.4.
Perkembangan Penggunaan Lahan Kabupaten Majalengka Tahun 2007-2011
No. Penggunaan Lahan Tahun (Ha)
2007 2008 2009 2010 2011
Lahan Sawah
1. Irigasi Teknis 17.462 17.441 17.982 17.982 17.982
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 9
No. Penggunaan Lahan Tahun (Ha)
2007 2008 2009 2010 2011
2. Irigasi ½ Teknis 8.008 7.935 7.970 7.970 7.970
3. Irigasi Sederhana Milik PU
6.032 6.224 5.534 5.534 5.533
4. Irigasi Non PU 7.118 6.738 7.901 7.901 7.989
5. Tadah Hujan 12.412 12.660 12.512 12.512 12.422
6. Polder dan sawah lainnya
20 139 - - -
Luas Lahan Sawah 51.052 51.137 51.899 51.899 51.896
Lahan Bukan Sawah
1. Pekarangan/bangunan 12.245 12.273 12.025 12.137 12.243
2. Tegal/Kebun 23.740 23.723 27.275 26.990 26.946
3. Ladang/Huma 463 463 - - -
4. Pengembalaan/Padang Rumput
779 779 693 702 752
5. Sementara tidak diusahakan
93 46 28 28 28
6. Ditanami pohon/Hutan Rakyat
4.544 4.507 4.739 4.747 4.697
7. Hutan Negara 20.140 20.140 17.217 17.217 17.217
8. Perkebunan 214 214 370 370 370
9. Lahan lainnya 6.435 6.383 5.536 6.651 5.591
10. Rawa-rawa 164 164 99 99 99
11. Tambak - - - - -
12. Kolam/empang 555 595 543 584 585
Luas Lahan Bukan Sawah 69.372 69.287 68.525 68.525 68.528
Luas Lahan Keseluruhan 120.424 120.424 120.424 120.424 120.424 Sumber : Data Sektoral Kabupaten Majalengka, tahun 2011
Berdasarkan data sekunder, penggunaan lahan Kabupaten Majalengka
sampai dengan tahun 2011 didominasi lahan non sawah, yaitu seluas 68.528 Ha,
dengan sub sektor yang dominan pada penggunaan untuk tegal/kebun seluas
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 10
26.946 Ha, serta lahan Hutan Negara mengingat Kabupaten Majalengka termasuk
dalam kawasan TNGC seluas 17.217 Ha. Penggunaan lahan sawah seluas 51.896 Ha
merupakan penggunaan lahan terbesar kedua, walaupun demikian jika dilihat lebih
rinci dari data tersebut di atas menunjukkan dominasi sektor kerja penduduk
Kabupaten Majalengka adalah pada sektor pertanian.
2.1.2. Potensi Pengembangan Wilayah
Potensi pengembangan wilayah terkait dengan kawasan budidaya yang telah
ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 11 Tahun 2011
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Majalengka Tahun 2011 -
2031. Berdasarkan Perda dimaksud kawasan budidaya Kabupaten Majalengka terdiri
atas :
a. Kawasan peruntukkan hutan produksi;
b. Kawasan peruntukkan pertanian;
c. Kawasan peruntukkan perikanan;
d. Kawasan peruntukkan pertambangan;
e. Kawasan peruntukkan industri;
f. Kawasan peruntukkan pariwisata;
g. Kawasan peruntukkan permukiman; dan
h. Kawasan peruntukkan lainnya.
Kawasan peruntukkan hutan produksi. Kawasan peruntukkan hutan
produksi terdiri dari hutan produksi tetap dan hutan produksi terbatas seluas kurang
lebih 12.934 hektar. Kawasan peruntukkan hutan produksi tetap seluas kurang lebih
10.779 Ha, meliputi: Kecamatan Kertajati; Kecamatan Kadipaten; Kecamatan
Sindangwangi; Kecamatan Rajagaluh; dan Kecamatan Bantarujeg.
Kawasan peruntukkan hutan produksi terbatas seluas kurang lebih 2.135 Ha
hektar, meliputi: Kecamatan Sindangwangi; Kecamatan Leuwimunding; Kecamatan
Bantarujeg; Kecamatan Talaga; Kecamatan Cingambul; dan Kecamatan Lemahsugih.
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 11
Kawasan peruntukkan pertanian. Kawasan peruntukkan pertanian seluas
43.946 Ha terdiri atas :
(1) Kawasan peruntukkan pertanian tanaman pangan;
(2) kawasan peruntukkan hortikultura;
(3) kawasan peruntukkan perkebunan;dan
(4) kawasan peruntukkan peternakan.
Kawasan peruntukkan pertanian tanaman pangan terdiri atas; kawasan
peruntukkan pertanian lahan basah dan kawasan peruntukkan pertanian lahan
kering. Kawasan peruntukkan pertanian lahan basah seluas kurang lebih 38.374
hektar berupa lahan pertanian pangan berkelanjutan terdiri atas:
a. Sawah irigasi teknis meliputi: Kecamatan Kertajati; Kecamatan Jatitujuh;
Kecamatan Ligung; Kecamatan Sumberjaya; Kecamatan Palasah; Kecamatan
Jatiwangi; Kecamatan Dawuan; Kecamatan Kasokandel; Kecamatan Kadipaten;
Kecamatan Panyingkiran; Kecamatan Majalengka; Kecamatan Cigasong;
Kecamatan Maja; Kecamatan Sukahaji; Kecamatan Sindang; Kecamatan
Rajagaluh; Kecamatan Sindangwangi; Kecamatan Leuwimunding; Kecamatan
Bantarujeg; dan Kecamatan Lemahsugih.
b. Sawah irigasi setengah teknis meliputi: Kecamatan Kertajati; Kecamatan
Jatitujuh; Kecamatan Ligung; Kecamatan Sumberjaya; Kecamatan Palasah;
Kecamatan Jatiwangi; Kecamatan Dawuan; Kecamatan Kasokandel; Kecamatan
Kadipaten; Kecamatan Panyingkiran; Kecamatan Majalengka; Kecamatan
Cigasong; Kecamatan Maja; Kecamatan Sukahaji; Kecamatan Malausma;
Kecamatan Rajagaluh; Kecamatan Sindangwangi; Kecamatan Leuwimunding;
dan Kecamatan Lemahsugih; Kecamatan Cikijing; Kecamatan Talaga; Kecamatan
Banjaran; Kecamatan Argapura; Kecamatan Bantarujeg.
c. Sawah tadah hujan meliputi: Kecamatan Kertajati; Kecamatan Jatitujuh;
Kecamatan Ligung; Kecamatan Sumberjaya; Kecamatan Jatiwangi; Kecamatan
Kasokandel; Kecamatan Kadipaten; Kecamatan Panyingkiran; Kecamatan
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 12
Majalengka; Kecamatan Cigasong; Kecamatan Malausma; Kecamatan
Sindangwangi; Kecamatan Leuwimunding; dan Kecamatan Lemahsugih;
Kecamatan Cikijing; Kecamatan Talaga; Kecamatan Banjaran; Kecamatan
Argapura; Kecamatan Bantarujeg; Kecamatan Cingambul.
Kawasan peruntukkan pertanian lahan kering seluas kurang lebih 626 hektar
berada di seluruh kecamatan.
Kawasan peruntukkan hortikultura seluas kurang lebih 1.465 hektar berada di
seluruh kecamatan dan tidak terdapat di Kecamatan Kadipaten;
Kawasan peruntukkan perkebunan seluas 1.881 hektar, meliputi: kawasan
peruntukkan perkebunan rakyat seluas kurang lebih 1.357 hektar berada di seluruh
kecamatan; dan kawasan peruntukkan perkebunan dengan fungsi lindung seluas
kurang lebih 524 hektar berada pada ketinggian lebih dari 500 meter di atas
permukaan laut meliputi: Kecamatan Lemahsugih; Kecamatan Rajagaluh; Kecamatan
Malausma; Kecamatan Argapura; Kecamatan Maja; dan Kecamatan Sindang.
Kawasan peruntukkan peternakan seluas kurang lebih 784 hektar meliputi:
Kecamatan Majalengka; Kecamatan Jatitujuh; Kecamatan Maja; Kecamatan Banjaran;
Kecamatan Lemahsugih; dan Kecamatan Panyingkiran.
Kawasan peruntukkan perikanan. Kawasan peruntukkan perikanan seluas 1.717
hektar, terdiri atas:
(1) Peruntukkan kawasan perikanan tangkap, berupa sungai sepanjang 536 km
meliputi Kecamatan Jatitujuh, Kecamatan Kertajati dan Kecamatan Kadipaten
dan situ dan rawa seluas 266 Ha dengan prioritas pengembangan meliputi
Kecamatan Kertajati dan Kecamatan Jatitujuh;
(2) Peruntukkan kawasan perikanan budidaya, meliputi : 1) kolam air tenang
seluas 696 hektar dan kolam air deras seluas 35 hektar dengan prioritas
pengembangan di Kecamatan Rajagaluh; Kecamatan Sindangwangi; dan
Kecamatan Jatitujuh; 2) sungai sepanjang kurang lebih 536 kilometer dengan
prioritas pengembangan meliputi: Kecamatan Jatitujuh; Kecamatan Kertajati;
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 13
dan Kecamatan Kadipaten; 3) situ dan rawa dengan luas kurang lebih 266
hektar dengan prioritas pengembangan meliputi: Kecamatan Jatitujuh;
Kecamatan Palasah; dan Kecamatan Rajagaluh dan 4) Sawah atau mina padi
seluas kurang lebih 219 hektar dengan prioritas pengembangan meliputi:
Kecamatan Majalengka; Kecamatan Maja; Kecamatan Palasah; dan Kecamatan
Sindangwangi.
(3) pengembangan pengolahan perikanan.
Kawasan peruntukkan pertambangan. Kawasan peruntukkan pertambangan
seluas kurang lebih 1.724 hektar meliputi:
1. Kawasan peruntukkan mineral dan batuan terdiri atas : 1) Logam berupa emas
meliputi: Kecamatan Bantarujeg; Kecamatan Maja; dan Kecamatan Argapura; 2)
Non Logam, terdiri atas: a) Batu gamping, meliputi: Kecamatan Dawuan; dan
Kecamatan Cigasong; b) Lempung, meliputi: Kecamatan Jatiwangi; Kecamatan
Sindangwangi; Kecamatan Jatitujuh; Kecamatan Palasah; Kecamatan Ligung;
Kecamatan Sumberjaya; Kecamatan Kertajati; Kecamatan Dawuan; Kecamatan
Majalengka; Kecamatan Cigasong; Kecamatan Sindang; Kecamatan Maja;
Kecamatan Banjaran; Kecamatan Leuwimunding; 3) Batuan, terdiri atas: a)
Batuan beku, meliputi: Kecamatan Argapura; Kecamatan Bantarujeg;
Kecamatan Cikijing; Kecamatan Talaga; Kecamatan Dawuan; Kecamatan
Sindangwangi; Kecamatan Sukahaji; Kecamatan Majalengka; b) Batu pasir,
meliputi: Kecamatan Panyingkiran; Kecamatan Kadipaten; Kecamatan Jatitujuh;
Kecamatan Dawuan; Kecamatan Majalengka; c) Pasir endapan sungai purba,
meliputi: Kecamatan Majalengka; Kecamatan Dawuan; Kecamatan
Panyingkiran; d) Pasir endapan alluvial meliputi: Kecamatan Kadipaten;
Kecamatan Jatitujuh; Kecamatan Panyingkiran; Kecamatan Ligung; e) Sirtu,
meliputi: Kecamatan Panyingkiran; Kecamatan Majalengka; Kecamatan
Kadipaten; Kecamatan Sukahaji; Kecamatan Kertajati; Kecamatan Kasokandel;
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 14
2. Kawasan peruntukkan minyak dan gas bumi, meliputi : Desa Bongas
Kecamatan Sumberjaya; Kecamatan Maja; dan Desa Kodasari di Kecamatan
Ligung; dan
3. Kawasan peruntukkan panas bumi berada di Kecamatan Cikijing.
Kawasan peruntukkan industri. Kawasan peruntukkan industri seluas
kurang lebih 1.324 hektar terdiri atas:
a. Kawasan peruntukkan industri besar, meliputi : Kecamatan Jatitujuh;
Kecamatan Kadipaten; Kecamatan Kertajati; Kecamatan Ligung; Kecamatan
Dawuan; Kecamatan Kasokandel; Kecamatan Jatiwangi; Kecamatan
Sumberjaya; Kecamatan Leuwimunding; dan Kecamatan Palasah;
b. Kawasan peruntukkan industri menengah, meliputi : 1) sebaran lokasi kawasan
peruntukkan industri menengah berada di : Kecamatan Jatitujuh; Kecamatan
Kadipaten; Kecamatan Kertajati; Kecamatan Ligung; Kecamatan Dawuan;
Kecamatan Kasokandel; Kecamatan Jatiwangi; Kecamatan Sumberjaya;
Kecamatan Leuwimunding; dan Kecamatan Palasah; 2) pengembangan klaster
Industri Kecil Menengah (IKM) berupa mebel dan konveksi; dan 3)
pengembangan agroindustri;
c. Kawasan peruntukkan industri kecil dan mikro, berada di seluruh kecamatan
pengembangan klaster industri dan kerajinan etnik meliputi: wisata industri;
dan pengembangan ekonomi berbasis kerajinan.
d. Rencana Pembangunan Kawasan Industri Terpadu berada di Kecamatan
Kertajati.
Kawasan peruntukkan pariwisata. Kawasan peruntukkan pariwisata terdiri
atas:
a. Pariwisata budaya, meliputi : Jatiwangi Festival Budaya Kreatif Tradisional
(Jatiwangi Art Factory) berada di Kecamatan Jatiwangi; Kuliner Nusantara
Kecap Majalengka berada di Kecamatan Majalengka; Petilasan Prabu
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 15
Siliwangi berada di Kecamatan Rajagaluh; Situ Sangiang berada di
Kecamatan Banjaran dan Rumah Adat Panjalin di Kecamatan Sumberjaya;
b. Pariwisata alam, meliputi : Bendung Rentang Water Festival berada di
Kecamatan Jatitujuh; Curug Muara Jaya berada di Kecamatan Argapura;
Agrowisata Gedong Gincu Panyingkiran berada di Kecamatan Panyingkiran;
dan Agrowisata Sadarehe berada di Kecamatan Rajagaluh; Eko Wisata Batu
Luhur berada di Kecamatan Sindangwangi; dan Sindangwangi Mina Wisata
berada di Kecamatan Sindangwangi; dan Paralayang Gunung Panten di
Kecamatan Majalengka.
c. Pariwisata buatan, meliputi : Majalengka Spektakuler berada Kecamatan
Majalengka; Jabar Education Park berada di Kecamatan Sindangwangi;
Jurassic Park Lemah Putih berada di Kecamatan Lemahsugih; Gagaraji
Sircuit berada di Kecamatan Jatitujuh; Galeri Bola Majalengka berada di
Kecamatan Kadipaten; dan Road race di Kecamatan Majalengka.
Kawasan peruntukkan permukiman. Kawasan peruntukkan permukiman
seluas kurang lebih 13.455 hektar terdiri atas:
a. Permukiman perkotaan seluas kurang lebih 9.480 hektar meliputi: permukiman
perkotaan PKW; permukiman perkotaan PKL; dan permukiman perkotaan PPK
termasuk pembangunan kawasan permukiman di Kertajati Aerocity;
b. Permukiman perdesaan seluas kurang lebih 3.975 hektar meliputi :
permukiman perdesaan PPL; dan permukiman desa.
Kawasan peruntukkan lainnya. Kawasan peruntukkan lainnya terdiri atas:
a. Kawasan peruntukkan perdagangan dan jasa, meliputi : pengembangan
perdagangan dan jasa pada pusat kegiatan PKW dan PKL; peningkatan sistem
informasi pasar dan penguasaan akses pasar lokal, regional, nasional dan
internasional apabila dikaitkan dengan pembangunan BIJB, Jalan Tol, dan Jalur
Kereta Api; peningkatan sistem distribusi penyediaan kebutuhan pokok
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 16
masyarakat yang efektif dan efisien; peningkatan perlindungan konsumen,
pasar tradisional dan kesadaran penggunaan produksi dalam negeri; dan
penguatan akses dan jaringan perdagangan ekspor;
b. Kawasan peruntukkan BIJB dan Kertajati Aerocity, meliputi : pengembangan
BIJB seluas kurang lebih 1.800 hektar; dan pengembangan kawasan Kertajati
Aerocity seluas kurang lebih 3.200 hektar; dan
c. Kawasan peruntukkan pertahanan dan keamanan, meliputi : Batalyon Infanteri
321 di Kecamatan Cigasong; Komando Distrik Militer (Kodim) 0617 di
Kecamatan Majalengka; Pangkalan Udara S. Sukani di Kecamatan Ligung; dan
Komando Rayon Militer (Koramil) berada di seluruh wilayah kabupaten.
Secara administrasi Kabupaten Majalengka terbagi dalam 26 kecamatan,
dengan karakteristik wilayah yang berbeda menimbulkan keberagaman; baik potensi
sumberdaya alam, sumberdaya binaan maupun kegiatan sosial ekonomi. Untuk
mengurangi kesenjangan perkembangan tiap wilayah, maka diperlukan adanya
kebijakan yang dapat memberikan fungsi dan peran yang jelas untuk setiap wilayah
sesuai dengan potensi, hambatan, dan tantangannya. Dalam RTRW Kabupaten
Majalengka Tahun 2011-2031 telah ditetapkan rencana struktur ruang yang akan
dikembangkan di Kabupaten Majalengka. Tujuannya untuk mengoptimalkan
masing-masing wilayah, sehingga tercipta pemenuhan kebutuhan antara wilayah
satu terhadap wilayah yang lainnya, dan didasarkan pada tujuan yang ingin dicapai
melalui pengembangan suatu pusat kegiatan dalam kerangka rencana
pengembangan dalam kurun waktu perencanaan 20 (dua puluh) tahun kedepan.
Sistem pusat kegiatan perkotaan dan perdesaaan di Kabupaten Majalengka
berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 11 Tahun 2011
tentang RTRW Kabupaten Majalengka Tahun 2011-2031 adalah sebagai berikut :
1. Pusat Kegiatan Perkotaan :
a. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), adalah kawasan perkotaan yang berfungsi
untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota.
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 17
Kondisi ini terjadi di Perkotaan Kadipaten yang terletak pada simpul
perlintasan utama (regional) yang menghubungkan PKN Bandung dan PKN
Cirebon, sehingga merupakan kawasan perkotaan dan atau pusat
kecamatan dengan kemampuan pelayanan dan kelengkapan fasilitas dan
utilitas paling tinggi dibandingkan dengan pusat kecamatan lainnya. Ruang
wilayah yang termasuk dalam PKW Kadipaten adalah Kecamatan Kadipaten
dan Kecamatan Dawuan.
b. Pusat Kegiatan Lokal (PKL), adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk
melayani kegiatan skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan. PKL
diharapkan dapat berfungsi sebagai pusat koleksi dan distribusi lokal di
setiap kabupaten dan atau beberapa kecamatan terdekat. Untuk itu, setiap
PKL akan dilengkapi dengan fasilitas minimum yang perlu ada untuk
mendorong berfungsinya PKL. Adapun wilayah yang mempunyai fungsi
sebagai PKL adalah Perkotaan Majalengka, Kertajati, Jatiwangi, Rajagaluh,
Cikijing dan Talaga.
c. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) adalah kawasan perkotaan yang berfungsi
untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa/kelurahan.
Adapun wilayah yang mempunyai fungsi sebagai PPK adalah Perkotaan
Kasokandel, Leuwimunding, Palasah, Jatitujuh, Ligung, Sumberjaya,
Sindangwangi, Sukahaji, Lemahsugih, Bantarujeg, Maja, Argapura dan
Banjaran.
2. Pusat Kegiatan Perdesaan :
Pusat Kegiatan Perdesaan meliputi Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) yaitu
kawasan permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa,
yang terdiri dari PPL Sindang, PPL Cingambul, dan PPL Malausma. Untuk lebih
jelas mengenai sistem pusat kegiatan perkotaan dan perdesaaan beserta
fungsinya di Kabupaten Majalengka dapat dilihat pada tabel 2.5.
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 18
Tabel 2.5.
Sistem Pusat Kegiatan Perkotaan dan Perdesaan Kabupaten Majalengka
No. Pusat Kegiatan Kecamatan Fungsi Pelayanan
A. Pusat Kegiatan Perkotaan
1. Pusat Kegiatan Wilayah
PKW Kadipaten Kadipaten, Dawuan
Sebagai simpul transportasi regional, pusat komersial, pusat pelayanan sosial, serta pendukung kegiatan industri.
2. Pusat Kegiatan Lokal
a. Perkotaan Majalengka
Majalengka, Cigasong, Panyingkiran
Sebagai pusat pemerintahan, pusat pendidikan, pelayanan sosial, komersial, industri, pengembangan perumahan, pariwisata, pertanian, perikanan dan peternakan.
b. Perkotaan Kertajati
Kertajati, Jatitujuh, Ligung
Sebagai kawasan komersial dan jasa, kawasan industri terpadu, kawasan BIJB, pengembangan kawasan perkotaan “aerocity”, dan pertanian.
c. Perkotaan Jatiwangi
Jatiwangi, Kasokandel, Sumberjaya, Palasah, Leuwimunding
Sebagai kawasan pengembangan industri, kawasan komersial, pelayanan sosial termasuk pengembangan perumahan dan pertanian.
d. Perkotaan Rajagaluh
Rajagaluh, Sukahaji, Sindang, Sindangwangi
Sebagai pusat pelayanan sosial dan umum, pengembangan kawasan perkotaan, komersial, industri, pengembangan pariwisata, terminal regional, pertanian, perikanan dan peternakan.
e. Perkotaan Cikijing Cikijing, Cingambul, Banjaran, Argapura
Sebagai pusat pelayanan sosial dan umum, pengembangan pertanian dan peternakan, komersial, pengembangan pariwisata, pengembangan kawasan perkotaan, terminal regional dan industri kecil.
f. Perkotaan Talaga Talaga, Maja, Bantarujeg, Lemahsugih, Malausma
Sebagai pusat pelayanan sosial dan umum, pengembangan pertanian, pengembangan kawasan perkotaan, komersial, industri, pengembangan pariwisata dan terminal regional.
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 19
No. Pusat Kegiatan Kecamatan Fungsi Pelayanan
3. Pusat Pelayanan Kawasan
a. Perkotaan Kasokandel
Kasokandel Sebagai kawasan pengembangan perumahan, pelayanan sosial dan jasa, industri dan kawasan perdagangan dan pertanian.
b. Perkotaan Leuwimunding
Leuwimunding Sebagai pusat pelayanan sosial dan umum, pengembangan pertanian, pengembangan kawasan perkotaan, industri dan pendukung kawasan perumahan.
c. Perkotaan Palasah
Palasah Sebagai pusat pelayanan sosial dan umum, pengembangan perkotaan, industri, pendukung kawasan perumahan dan pertanian.
c. Perkotaan Jatitujuh
Jatitujuh Sebagai kawasan pengembangan perumahan, jasa, industri, pendukung komersial dan pertanian.
e. Perkotaan Ligung Ligung Sebagai kawasan pertahanan keamanan, pengembangan industri, pelayanan sosial dan pertanian.
f. Perkotaan Sumberjaya
Sumberjaya Sebagai kawasan pengembangan industri, kawasan perdagangan, pelayanan sosial dan pertanian.
g. Perkotaan Sindangwangi
Sindangwangi Sebagai pusat pelayanan sosial dan umum, komersial, pengembangan pariwisata dan sarana pendukung pariwisata, pertanian, perikanan dan peternakan.
h. Perkotaan Sukahaji
Sukahaji Sebagai pusat pelayanan sosial dan umum, komersial, pendukung kawasan perumahan dan pengembangan pariwisata, serta pertanian, dan peternakan.
i. Perkotaan Lemahsugih
Lemahsugih Sebagai pusat pelayanan sosial dan umum, komersial, pengembangan pertanian (tanaman pangan, perkebunan dan peternakan), serta pengembangan pariwisata.
j. Perkotaan Bantarujeg
Bantarujeg Sebagai pusat pelayanan sosial dan umum, komersial, pengembangan pertanian, dan pengembangan pariwisata.
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 20
No. Pusat Kegiatan Kecamatan Fungsi Pelayanan
k. Perkotaan Maja Maja Sebagai pusat pelayanan sosial dan umum, komersial, pengembangan pertanian, perikanan, pengembangan pariwisata dan terminal regional.
l. Perkotaan Argapura
Argapura Sebagai pusat pelayanan sosial dan umum, komersial, pengembangan pertanian (tanaman pangan, perkebunan dan peternakan), dan pengembangan pariwisata.
m. Perkotaan Banjaran
Banjaran Sebagai pusat pelayanan sosial dan umum, komersial, pengembangan pertanian (tanaman pangan, perkebunan dan peternakan), dan pengembangan pariwisata.
B. Pusat Kegiatan Perdesaan
1. Pusat Pelayanan Lingkungan
a. PPL Sindang Sindang Sebagai pusat pelayanan sosial dan umum, komersial, pendukung kawasan perumahan dan pengembangan pariwisata, serta pertanian, perikanan dan peternakan.
b. PPL Malausma Malausma Sebagai pusat pelayanan sosial dan umum, komersial, pengembangan pertanian, pengembangan kawasan perbatasan.
c. PPL Cingambul Cingambul Sebagai pusat pelayanan sosial dan umum, komersial, pengembangan pertanian, pariwisata, dan industri kecil.
Sumber : RTRW Kabupaten Majalengka, tahun 2011 – 2031
Selain adanya sistem pusat kegiatan perkotaan dan perdesaaan beserta
fungsinya sebagaimana dijelaskan di atas, dalam RTRW Kabupaten Majalengka
2011-2031 juga direncanakan penetapan Kawasan Strategis, sebagai berikut :
1. Kawasan Strategis Provinsi
Kawasan Strategis Provinsi (KSP) adalah wilayah yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup
provinsi terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan atau lingkungan. Penetapan KSP
Jawa Barat dilakukan dengan mempertimbangkan aspek kepentingan, kriteria,
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 21
dan arahan penanganan di masing-masing KSP yang ditetapkan. KSP di
Kabupaten Majalengka adalah:
a. KSP Bandara Internasional Jawa Barat dan Kertajati Aerocity
Bandara Internasional Jawa Barat yang didukung dengan Kertajati Aerocity
ditetapkan di Kabupaten Majalengka diharapkan dapat memberikan
pengaruh sangat penting dalam lingkup provinsi terhadap aspek
pertahanan keamanan negara, lingkungan hidup, ekonomi, sosial dan
budaya, dan atau pendayagunaan sumber daya alam dan teknologi.
Arahan pemanfaatan ruang pada kawasan bandara meliputi upaya untuk :
1) Mengembangkan kawasan bandara dengan menganut keserasian
antara prinsip keamanan dan prinsip kesejahteraan masyarakat;
2) Mengembangkan bandara;
3) Mengintegrasikan dengan pengembangan wilayah di sekitarnya;
4) Kerjasama dengan pihak swasta;
5) Mengembangkan dan memberdayakan potensi bandara.
b. KSP Koridor Bandung-Cirebon
Kawasan Koridor Bandung-Cirebon disusun sebagai alat untuk memadukan
pengembangan wilayah Jawa Barat yang terkait dengan wilayah Kabupaten
Majalengka. Kawasan koridor Bandung-Cirebon didefinisikan sebagai
kawasan yang membentuk koridor sepanjang jalan Bandung-Cirebon.
Kawasan tersebut memiliki keterkaitan fungsional meliputi keterkaitan fisik
secara langsung, dan memiliki orientasi (ekonomi, pergerakan dan sosial
budaya) sangat kuat dari dan ke jalur jalan tersebut pada kabupaten/kota
terkait. Pengembangan kawasan diarahkan pada pertumbuhan wilayah
yang efektif, sumber daya mengalir ke seluruh wilayah secara efisien dan
menstimulasi perkembangan daerah di kawasan koridor. Arahan
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 22
pemanfaatan ruang pada kawasan pengembangan koridor Bandung-
Cirebon meliputi upaya untuk :
1) Meningkatkan fungsi dan peran strategis sebagai pusat pertumbuhan
ekonomi lokal, regional, nasional;
2) Mendorong peran kawasan-kawasan andalan sebagai penggerak
pengembangan ekonomi;
3) Mengembangkan kawasan budidaya secara berkelanjutan;
4) Menjaga kawasan yang berfungsi lindung dan kawasan kritis;
5) Membangun pusat pengembangan wilayah di kawasan kepadatan
rendah untuk menyeimbangkan distribusi penduduk dan kegiatan;
6) Meningkatkan kerjasama antara instansi pemerintah terkait dalam
rangka pembangunan koridor dan penanganan permasalahan;
7) Memfasilitasi kerjasama antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan
kabupaten/kota;
8) Mengembangkan pola-pola kerjasama pembangunan lintas batas
dengan kabupaten;
9) Mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan pada kawasan koridor
secara selektif yang didukung oleh prasarana dan sarana yang
memadai;
10) Mengembangkan kawasan agroindustri;
11) Memanfaatkan hasil pertanian sebagai bahan olahan industri yang
dikembangkan.
2. Kawasan Strategis Kabupaten
Kawasan Strategis Kabupaten adalah wilayah yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh yang sangat penting dalam lingkup
kabupaten terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan.
Pengembangan kawasan strategis di Kabupaten Majalengka diharapkan dapat
meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat, serta dapat berperan sebagai
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 23
“motor penggerak” pembangunan wilayah di sekitarnya demi keseimbangan
pembangunan antara pusat-pusat distrik dengan kawasan perdesaan.
Berdasarkan pengembangan potensi unggulan daerah, serta mendorong
terwujudnya koordinasi, sinkronisasi, keterpaduan dan kerjasama antar-sektor,
antar-pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat dalam mendukung peluang
usaha dan berinvestasi di daerah, maka direncanakan beberapa kawasan
strategis, yaitu :
a. Kawasan Potensial Tumbuh
Kawasan potensial tumbuh meliputi :
1) Sekitar jalan tembus Majalengka - Lemahsugih meliputi Kecamatan
Majalengka, Maja, Bantarujeg dan Lemahsugih;
2) Sekitar Jalan Lingkar Luar Kota Majalengka meliputi Kecamatan
Panyingkiran, Cigasong dan Majalengka.
b. Kawasan Agropolitan
Kawasan agropolitan adalah kawasan pengembangan agropolitan yang
berada Kecamatan Ligung dan Kecamatan Lemahsugih.
c. Kawasan Wisata Sindangwangi
Kawasan wisata Sindangwangi adalah kawasan wisata terintegrasi yang
berada di wilayah Kecamatan Sindangwangi.
2.1.3. Wilayah Rawan Bencana
Secara umum dilihat dari kondisi geografis, wilayah Kabupaten Majalengka
dibagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu bagian selatan terdiri dari pegunungan dan
perbukitan terjal dengan ketinggian 400 - 500 m diatas permukaan laut dan
berhawa relatif panas.
Berdasarkan posisi tersebut di atas, maka hampir seluruh wilayah Kabupaten
Majalengka mempunyai potensi bencana yang mungkin dapat terjadi setiap saat
dan sangat sukar diperkirakan kapan dan dimana persisnya bencana tersebut akan
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 24
terjadi. Kabupaten Majelengka termasuk daerah rawan terjadinya bencana seperti
halnya daerah lain di Indonesia, karena di wilayah ini selain kondisi geologisnya
menunjang terjadinya sejumlah bencana, juga banyak terdapat perbukitan dan aliran
sungai yang cukup besar.
Wilayah Selatan Kabupaten Majalengka yang kondisi geologisnya terdiri dari
pegunungan dan perbukitan sangat berpotensi terjadinya longsor, sebagaimana
hasil pemetaan Badan Vulkanologi dan Mitigasi Jawa Barat.
Sedangkan wilayah utara yang merupakan dataran rendah sangat berpotensi
terjadinya bencana banjir, dan abrasi sungai, hal ini sebagai konsekwensi adanya
beberapa aliran sungai yang cukup besar serta banyaknya sungai – sungai kecil yang
bermuara di sungai – sungai besar. Curah hujan yang cukup tinggi menjadi
penyebab utama timbulnya bencana abrasi dan banjir.
Selain hal tersebut di atas Kabupaten Majalengka mendapat julukan Kota
Angin karena sepanjang tahun hembusan angin yang cukup kencang sering terjadi.
Hal ini dapat menyebabkan terjadinya puting beliung yang melanda Kabupaten
Majalengka dan sering menimbulkan kerugian harta bencana masyarakat.
Peristiwa bencana tersebut tidak mungkin dihindari tetapi yang dapat kita
lakukan adalah memperkecil terjadinya korban jiwa, harta benda maupun
lingkungan. Banyaknya korban jiwa maupun harta benda peristiwa bencana yang
selama ini terjadi, lebih sering disebabkan kurangnya kesadaran dan pemahaman
pemerintah maupun masyarakat terhadap potensi kerentanan bencana serta upaya
mitigasinya. Mengamati fenomena – fenomena diatas, Kabupaten Majalengka yang
relatif tidak aman dari bencana, harus waspada agar dampak negatif bencana
berupa korban jiwa dan harta benda dapat diminimalisir pada kasus terjadinya
bencana.
Menurut Undang-Undang Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana disebutkan bahwa rawan bencana adalah kondisi atau karakteristik
geologis, biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik,
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 25
ekonomi, dan teknologi pada suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang
mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi
kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu. Data potensi
bencana di wilayah Kabupaten Majalengka dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel.2.6.
Data Potensi Bencana di Wilayah Kabupaten Majalengka
NO. KECAMATAN DESA BENCANA LONGSOR TEKTONIK VULKANIK
1. Argapura Cikaracak Longsor bahan rombakan Potensi terlanda hujan abu dan lontaran batu KRB I
Cibunut Longsor bahan rombakan Gunungwangi Longsor bahan rombakan Argamukti Longsor bahan rombakan Potensi aliran awan
panas, lava, lahar (KRB II dan potensi terlanda hujan abu dan lontaran batu KRB 1)
Argalingga Longsor bahan rombakan Potensi aliran awan panas, lava, lahar (KRB II dan potensi terlanda hujan abu dan lontaran batu KRB 1)
Haurseah Longsor bahan rombakan Mekarwangi Longsor bahan rombakan Potensi aliran awan
panas, lava, lahar (KRB II dan potensi terlanda hujan abu dan lontaran batu KRB 1)
Tejamulya Longsor bahan rombakan Gunungwangi Nendatan Potensi aliran awan
panas, lava, lahar (KRB II dan potensi terlanda hujan abu dan lontaran batu KRB 1)
Sukasari Kidul Longsor bahan rombakan
Sukamanah Potensi terlanda hujan abu dan lontaran batu KRB I
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 26
NO. KECAMATAN DESA BENCANA LONGSOR TEKTONIK VULKANIK
Sukadana Longsor bahan rombakan 2. Bantarujeg Sukamenak Longsor bahan rombakan 3. Banjaran Sangiang Longsor bahan rombakan Cimeong Longsor bahan rombakan
4. Cingambul Sedaraja Longsor bahan rombakan Potensi terlanda hujan abu dan lontaran batu KRB I
Cikondang Longsor bahan rombakan Nagara Kembang Longsor bahan rombakan Wangkelang Longsor bahan rombakan Cintaasih Longsor bahan rombakan Rawa Longsor bahan rombakan Sukamukti Longsor bahan rombakan
5. Cikijing Cipulus Longsor bahan rombakan 6. Lemahsugih Kalapadua Longsor bahan rombakan Sukajadi Longsor bahan rombakan Lemahputih Longsor bahan rombakan Sadawangi Longsor bahan rombakan
7. Maja Anggrawati Longsor bahan rombakan Cengal Longsor bahan rombakan Retakan
8. Majalengka Cibodas Longsor bahan rombakan Retakan Sidamukti Longsor bahan rombakan Retakan
9. Malausma Ciranca Nendatan dan Retakan Buninagara Longsor bahan rombakan Cimuncang Longsor bahan
rombakan, nendatan,retakan
Lebakwangi Nendatan dan Retakan 10. Panyingkiran Panyingkiran Retakan 11. Rajagaluh Sindangpano Longsor bahan
rombakan, Retakan
12. Sindangwangi Ujungberung Longsor bahan rombakan Bantaragung Longsor bahan rombakan Lengkong Kulon Longsoran
13. Sindang Pasirayu potensi terlanda hujan abu dan lontaran batu KRB I)
14. Talaga Gunungmanik potensi terlanda hujan abu dan lontaran batu KRB I)
Sumber : BPBD Kabupaten Majalengka, tahun 2014
Potensi bencana lainnya di wilayah Kabupaten Majalengka disebabkan oleh
adanya abrasi, adapun wilayah yang termasuk kedalam bencana tersebut dapat
dilihat pada tabel berikut :
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 27
Tabel.2.7.
Data Potensi Bencana Akibat Abrasi di Wilayah Kabupaten Majalengka
NO KECAMATAN DESA / KELURAHAN ABRASI KETERANGAN
1 2 3 4 5 1 Majalengka Kelurahan Cigasong
Kelurahan Cicurug
Kelurahan Tonjong Kelurahan Tarikolot Kelurahan Cijati Kelurahan Babakan Jawa Kelurahan Munjul Desa Cibodas Desa Kulur Kelurahan Sindangkasih
Pengikisan Tanah Pengikisan Tanah Pengikisan Tanah Pengikisan Tanah Pengikisan Tanah Pengikisan Tanah Pengikisan Tanah Pengikisan Tanah Pengikisan Tanah Pengikisan Tanah
Sungai Cideres Sungai Cideres dan Sungai Cijurey Sungai Cideres Sungai Cideres Sungai Cideres Sungai Cijurey Sungai Cijurey Sungai Cijurey Sungai Cideres Sungai Cideres
2 Panyingkiran Desa Pasirmuncang Desa Bonang
Desa Jatipamor Desa Panyingkiran Desa Bantrangsana Desa Leuwiseeng
Pengikisan Tanah Pengikisan Tanah Pengikisan Tanah Pengikisan Tanah Pengikisan Tanah Pengikisan Tanah
Sungai Cijurey Sungai Cijurey dan Sungai Cilitung Sungai Cideres Sungai Cideres Sungai Cijurey Sungai Cideres
3 Kertajati Desa Pakubeureum Desa Sukawana Desa Kertajati Desa Bantarjati Desa Palasah Desa Kertawinangun Desa Babakan Desa Pasiripis Desa Mekarjaya Desa Syahbandar Desa Sukamulya
Pengikisan Tanah Pengikisan Tanah Pengikisan Tanah Pengikisan Tanah Pengikisan Tanah Pengikisan Tanah Pengikisan Tanah Pengikisan Tanah Pengikisan Tanah Pengikisan Tanah Pengikisan Tanah
Sungai Cimanuk Sungai Cimanuk Sungai Cimanuk Sungai Cimanuk Sungai Cimanuk Sungai Cimanuk Sungai Cimanuk Sungai Cimanuk Sungai Cimanuk Sungai Cimanuk Sungai Cimanuk
4 Ligung Desa Ligung Lor Desa Ligung Desa Bantarwaru Desa Leuweunghapit Desa Sukawera Desa Wanasalam
Pengikisan Tanah Pengikisan Tanah Pengikisan Tanah Pengikisan Tanah Pengikisan Tanah Pengikisan Tanah
Sungai Cikeruh Sungai Cikeruh Sungai Cilutung Sungai Cikamangi Sungai Cikamangi Sungai Cilutung
5 Jatitujuh Desa Jatitujuh Desa Randegan Wetan Desa Randegan Kulon Desa Panongan Desa Panyidangan
Pengikisan Tanah Pengikisan Tanah Pengikisan Tanah Pengikisan Tanah Pengikisan Tanah
Sungai Cimanuk Sungai Cimanuk Sungai Cimanuk Sungai Cimanuk Sungai Cimanuk
6 Sumberjaya Desa Loji Kobong Desa Pancasuji Desa Panjalin Kidul Desa Banjaran Desa Gelokmulya
Pengikisan Tanah Pengikisan Tanah Pengikisan Tanah Pengikisan Tanah Pengikisan Tanah
Sungai Cikamangi Sungai Cikamangi, Cibugang Sungai Cikadongdong Sungai Cikadongdong Sungai Cikadongdong
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 28
NO KECAMATAN DESA / KELURAHAN ABRASI KETERANGAN
1 2 3 4 5 Desa Sumberjaya Desa Rancaputat Desa Bongas Wetan Desa Garawangi
Pengikisan Tanah Pengikisan Tanah Pengikisan Tanah Pengikisan Tanah
Sungai Cibugang Sungai Cikadongdong Sungai Cikamangi Sungai Cibungang
Sumber : BPBD Kabupaten Majalengka, tahun 2014
Untuk data banjir berdasarkan RTRW Kabupaten Majalengka Tahun 2011-
2031, daerah yang rawan terkena bencana banjir, sebarannya adalah di sepanjang
tanggul di Desa Pakubeureum (S. Cimanuk) sampai Bendung Rentang, diantaranya
melalui wilayah Kecamatan Kertajati dan Jatitujuh dikarenakan jebolnya tanggul di
sungai tersebut. Sedangkan berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD) Kabupaten Majalengka, wilayah yang rawan terkena banjir adalah
sebagai berikut :
Tabel 2.8. Kondisi Genangan/Banjir di Kabupaten Majalengka Tahun 2011
NO DESA KECAMATAN
LUAS (Ha)
TINGGI (m)
LAMA GENANGAN
(JAM)
FREKWENSI GENANGAN (Pertahun)
1 2 3 4 5 6
1. 2. 3. 4. 5. 6.
I. KECAMATAN JATITUJUH Jatitujuh Pangkalanpari Pilangsari Randegan Wetan Panyingkiran Biyawak
10 44 1 - 1 6
0,5 0,5 0,5 -
0,5 1
2 3 2 - 3 6
- - - - - -
1. 2. 3. 4.
II. KECAMATAN KERTAJATI Kertajati Bantarjati Pasiripis Pakubeureum
20 5 -
40
1 1
0,5 0,5
- - -
Setiap Musim Hujan
1.
III. CIKIJING Kasturi
2
0,5
3
Setiap Musim Hujan
1.
IV. LIGUNG Leuweung Hapit
80
1,5
36
Setiap Musim Hujan
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 29
NO DESA KECAMATAN
LUAS (Ha)
TINGGI (m)
LAMA GENANGAN
(JAM)
FREKWENSI GENANGAN (Pertahun)
1 2 3 4 5 6
2. 3. 4. 5.
Ampel Sukawera Cibogor Ligung Lor
115 25 30 -
0,5 0,5 0,5 0,5
24 5 5 5
1. 2.
V. SUMBERJAYA Lojikobong Pancaksuji
60 -
1,5 1
24 12
Setiap Musim Hujan
Sumber : BPBD Kabupaten Majalengka, tahun 2014
2.1.4. Demografi
Sumberdaya manusia atau aspek kependudukan di Kabupaten Majalengka
mencakup data jumlah dan perkembangan penduduk, kepadatan penduduk dan
sebarannya, kecenderungan konsentrasi penduduk, struktur penduduk menurut
mata pencaharian serta tingkat angkatan kerja dan orientasi pergerakan penduduk.
1. Jumlah dan Perkembangan Penduduk
Jumlah penduduk Kabupaten Majalengka pada tahun 2012 mencapai 1.176.117
jiwa dengan Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) 0,4%. Pertumbuhan jumlah
penduduk tersebut tergolong ideal jika dibandingkan dengan target capaian
pada RPJPD Kabupaten Majalengka yaitu pada tingkat LPP 0,80%. Untuk lebih
jelasnya jumlah penduduk, LPP, dan kepadatan penduduk dapat dilihat pada
tabel 2.9., sebagai berikut :
Tabel 2.9.
Jumlah Penduduk, LPP, dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Majalengka Tahun 2009-2012
No. Indikator 2008 2009 2010 2011 2012
1. Jumlah Penduduk (Jiwa) 1.160.070 1.163.533 1.166.473 1.171.478 1.176.117
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 30
No. Indikator 2008 2009 2010 2011 2012
Laki-laki (jiwa) 564.981 600.396 582.892 585.393 587.711
Perempuan (jiwa) 601.830 606.306 583.581 586.085 588.406
2. LPP (%) - 0,30 0,40 0,40 0,40
3. Kepadatan Penduduk (jiwa/km2)
963 966 969 973 977
Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, tahun 2013
2. Karateristik Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin
Kesejahteraan penduduk merupakan sasaran utama dari pembangunan.
Sasaran ini tidak mungkin tercapai bila pemerintah tidak dapat memecahkan
permasalahannya. Permasalahan tersebut diantaranya besarnya jumlah
penduduk dan tidak meratanya penyebaran penduduk. Jumlah penduduk
Kabupaten Majalengka pada tahun 2012 berdasarkan hasil estimasi penduduk
2012 adalah 1.176.117 jiwa terdiri dari 587.711 jiwa laki-laki dan 588.406 jiwa
perempuan. Dari data tersebut terlihat bahwa jumlah penduduk perempuan
hampir sama dibandingkan jumlah penduduk laki-laki dengan sex ratio 99,88.
Tabel 2.10. Jumlah Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin
di Kabupaten Majalengka Tahun 2012
No Kecamatan Jenis Kelamin Sex Ratio Laki-laki Perempuan
1 Lemahsugih 28.845 28.855 99,97 2 Bantarujeg 21.445 21.575 99,40 3 Malausma 20.215 20.985 96,33 4 Cikijing 31.129 29.213 106,56 5 Cingambul 18.177 17.920 101,43 6 Talaga 22.115 21.499 102,87 7 Banjaran 11.974 12.093 99,02 8 Argapura 16.664 17.029 97,86 9 Maja 24.549 24.364 100,76
10 Majalengka 34.398 35.272 97,52 11 Cigasong 17.520 16.957 103,32
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 31
No Kecamatan Jenis Kelamin Sex Ratio Laki-laki Perempuan
12 Sukahaji 19.949 20.021 99,64 13 Sindang 7.180 7.270 98,76 14 Rajagaluh 20.765 20.868 99,51 15 Sindangwangi 15.174 15.333 98,96 16 Leuwimunding 26.940 28.737 93,75 17 Palasah 22.360 23.551 94,94 18 Jatiwangi 41.675 41.536 100,33 19 Dawuan 22.217 22.820 97,36 20 Kasokandel 23.059 23.399 98,55 21 Panyingkiran 14.788 15.061 98,19 22 Kadipaten 20.025 21.679 101,60 23 Kertajati 21.511 20.852 103,16 24 Jatitujuh 25.705 25.313 101,55 25 Ligung 28.308 28.101 100,74 26 Sumberjaya 29.024 28.103 103,28 Kabupaten Majalengka 587.711 588.406 99,88
Sumber : Data Sektoral Kabupaten Majalengka 2012, tahun 2013
3. Kepadatan dan Distribusi Penduduk
Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010 rata-rata tingkat kepadatan
penduduk Kabupaten Majalengka mencapai 969 jiwa/km2, pada tahun 2012
tingkat kepadatan mencapai 977 jiwa/km2. Kecamatan Jatiwangi merupakan
wilayah yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi dengan jumlah kepadatan
sebesar 2.071 jiwa/km2, sedangkan kecamatan yang paling jarang penduduknya
adalah Kecamatan Kertajati yaitu 306 jiwa/km2.
4. Karakteristik Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Karakteristik penduduk Kabupaten Majalengka dilihat dari struktur penduduk
(usia 15 tahun ke atas) menurut mata pencaharian pada tahun 2012 masih
dominan bekerja pada sektor pertanian sebesar 35,71%, dengan kata lain bahwa
sektor pertanian masih menjadi sumber pendapatan utama bagi sebagian
penduduk Kabupaten Majalengka. Persentase penduduk Kabupaten Majalengka
berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 2.11.
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 32
Tabel 2.11.
Persentase Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Majalengka
Tahun 2009-2012
No. Kegiatan Sektor Usaha Tahun
2008 2009 2010 2011 2012 1. Pertanian 37,53 33,85 37,03 31,02 35,71 2. Pertambangan dan
Penggalian 0,42 0,39 0,83 1,43 0,56
3. Industri Pengolahan 13,90 14,73 15,05 14,78 16,06 4. Listrik, Gas dan Air Minum 0,24 0,31 0,17 0,24 0,14 5. Konstruksi 5,50 5,79 5,55 5,33 6,48 6. Perdagangan 26,65 25,16 23,91 27,77 23,17 7. Angkutan dan Komunikasi 5,51 6,33 4,57 4,92 3,80 8. Keuangan 1,25 0,84 0,53 0,54 0,49 9. Jasa-jasa/Lainnya 9,00 12,60 12,37 13,97 13,59
Jumlah 100 100 100 100 100 Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, tahun 2013
5. Karakteristik Penduduk Berdasarkan Agama
Kehidupan beragama yang diatur dalam UUD 1945 Pasal 29 dan Sila Pertama
Falsafah Negara, yaitu kehidupan beragama dikembangkan dan diarahkan untuk
peningkatan akhlak demi kepentingan bersama untuk membangun masyarakat adil
dan makmur. Jumlah tempat peribadatan umat Islam tahun 2012 sebanyak 7.516,
sementara untuk gereja ada 11 dan vihara sebanyak 2 buah. Jumlah penduduk
beragama Islam pada tahun 2012 sebanyak 1.243.155, Katolik sebanyak 683,
Protestan sebanyak 2.170, Hindu sebanyak 117, Budha sebanyak 145 orang, dan
pemeluk agama lainnya sebanyak 40 orang.
Tabel 2.12. Jumlah Penduduk berdasarkan Agama di Kabupaten Majalengka Tahun 2012
No Kecamatan Islam Kristen
Hindu Budha Jumlah Katolik Protestan 1 Lemahsugih 57.700 57.700 2 Bantarujeg 43.020 43.020 3 Malausma 41.200 41.200
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 33
No Kecamatan Islam Kristen Hindu Budha Jumlah Katolik Protestan 4 Cikijing 60.342 60.342 5 Cingambul 36.058 18 21 36.097 6 Talaga 43.614 43.614 7 Banjaran 24.067 24.067 8 Argapura 33.693 33.693 9 Maja 48.913 48.913
10 Majalengka 69.177 163 228 81 21 69.670 11 Cigasong 34.419 46 5 7 34.477 12 Sukahaji 39.909 61 39.970 13 Sindang 14.450 14.450 14 Rajagaluh 41.610 23 41.633 15 Sindangwangi 30.507 30.507 16 Leuwimunding 55.677 55.677 17 Palasah 45.898 2 9 2 45.911 18 Jatiwangi 82.713 257 190 51 83.211 19 Dawuan 44.688 54 293 2 45.037 20 Kasokandel 45.708 750 46.458 21 Panyingkiran 29.832 6 10 1 29.849 22 Kadipaten 43.042 183 387 30 62 43.704 23 Kertajati 42.363 46.493 24 Jatitujuh 51.018 52.783 25 Ligung 56.409 56.337 26 Sumberjaya 57.127 63.045 Kab. Majalengka 1.173.154 683 2.018 117 145 1.176.117 Sumber : Data Sektoral Kabupaten Majalengka, tahun 2012
6. Karateristik Penduduk berdasarkan Pendidikan
Salah satu faktor utama keberhasilan pembangunan disuatu daerah adalah
tersedianya sumber daya manusia yang berkualitas, maka melalui jalur
pendidikan pemerintah secara konsisten berupaya meningkatkan SDM penduduk
melalui berbagai program. Salah satu indikator yang digunakan untuk melihat
keberhasilan bidang pendidikan adalah tingkat buta huruf, artinya dengan
rendahnya tingkat buta huruf menunjukan keberhasilan program pengentasan
buta huruf dan untuk mencapai program tersebut harus didukung oleh sarana
pendidikan yang memadai, berikut jumlah penduduk di Kabupaten Majalengkan
berdasarkan tingkat pendidikan pada tahun 2012.
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 34
Tabel 2.13. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
di Kabupaten Majalengka Tahun 2012
No Pendidikan Jumlah Penduduk %1 Tidak/Belum Sekolah 240.231 19,762 Tidak Tamat SD/Sederajat 125.725 10,343 Tamat SD/Sederajat 515.248 42,394 SLTP/Sederajat 177.146 14,575 SLTA/Sederajat 122.787 10,16 Diploma I/II 6.849 0,567 Akademi/Diploma III/S. Muda 7.131 0,598 Diploma IV/Strata I 19.246 1,589 Strara II 1.082 0,09
10 Strata III 28 -Jumlah 1.215.473 100
Sumber : Profil Perkembangan Kependudukan Kabupaten Majalengka, tahun 2012
2.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat
2.2.1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi
1. Pertumbuhan PDRB
PDRB atas dasar harga konstan selama lima tahun terakhir selalu mengalami
peningkatan, yaitu dari Rp4,042 triliun pada tahun 2008 menjadi Rp4,855 triliun
pada tahun 2012, atau mengalami peningkatan rata-rata 4,66% per tahun.
Tabel 2.14. PDRB Kabupaten Majalengka
Tahun 2008-2012
Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, tahun 2013
No. Uraian Tahun
2008 2009 2010 2011 2012*
1. PDRB (miliar rupiah) 4.042 4.233 4.427 4.634 4.855
2. Laju PDRB (%) 4,57 4,73 4,59 4,67 4,76
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 35
Peningkatan PDRB tersebut menunjukkan meningkatnya secara riil kondisi
kegiatan perekonomian masyarakat di Kabupaten Majalengka. Namun
demikian, apabila dibandingkan dengan target yang tertuang dalam RPJPD
Kabupaten Majalengka tahun 2008-2025, capaian tersebut masih dibawah
angka proyeksi yang telah ditetapkan, yaitu pada akhir tahap ke 2 (tahun 2009-
2013) diproyeksikan PDRB sebesar Rp5.201 miliar dan LPE berkisar 5,34%-6,52%.
Secara sektoral, selama kurun waktu 2008-2012, seluruh sektor perekonomian
mengalami peningkatan. Ini berarti kegiatan seluruh sektor perekonomian
daerah telah tumbuh secara positif. Terdapat 4 sektor yang cukup dominan
dalam kegiatan perekonomian daerah, yaitu sekor pertanian, industri,
perdagangan, dan sektor jasa, dengan nilai PDRB atas dasar harga konstan,
masing masing sebesar Rp1,113 triliun, Rp691 miliar, Rp797 miliar dan Rp550
miliar pada tahun 2008, meningkat menjadi Rp1,274 triliun, Rp1,858 triliun,
Rp2,259 triliun dan Rp641 miliar pada tahun 2012. Sedangkan berdasarkan
harga berlaku, nilai PDRB ke 4 sektor tersebut masing-masing Rp2,695 triliun,
Rp1,302 triliun, Rp1,454 triliun, dan Rp1,290 triliun pada tahun 2008, meningkat
menjadi Rp3,893 triliun, Rp1,858 triliun, Rp2,259 triliun dan Rp1,837 triliun pada
tahun 2012.
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 36
Tabel. 2.15. Nilai Sektor Dalam PDRB Tahun 2008 s.d. 2012
Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 dan Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Majalengka
No. Sektor 2008 2009 2010 2011 2012 Hk Hb Hk Hb Hk Hb Hk Hb Hk Hb
1.
Perta
nian
1.13
3.64
8,71
2.69
5.25
5,45
1.18
4.97
3,86
2.94
7.38
8,50
1.20
5.94
5,49
3.40
5.26
3,87
1.23
3.23
4,80
3.60
9.68
7,29
1.27
4.27
8,82
3.89
3.76
7,65
2.
Perta
mba
ngan
&
peng
galia
n
166.
138,
45
318.
088,
69
169.
783,
58
298.
568,
94
173.
295,
46
322.
287,
54
181.
082,
12
353.
380,
76
188.
075,
13
373.
921,
31
3.
Indu
stri
peng
olah
an
691.
093,
64
1.30
2.86
2,74
724.
330,
61
1.44
6.17
7,64
751.
381,
24
1.58
2.94
2,66
782.
437,
81
1.71
2.65
8,00
817.
284,
31
1.85
8.31
2,20
4.
List
rik, g
as
&
air
bers
ih
27.5
40,8
6
42.3
64,9
2
28.8
10,2
7
45.4
79,7
4
31.3
26,9
0
51.0
84,3
3
33.6
89,8
7
56.4
78,2
3
36.3
32,9
4
61.8
50,8
6
5.
Bang
unan
185.
168,
46
324.
344,
11
195.
870,
26
363.
265,
40
214.
226,
78
418.
316,
05
232.
753,
75
477.
145,
18
253.
376,
89
532.
139,
10
6.
Perd
agan
gan,
ho
tel &
rest
oran
797.
726,
94
1.45
4.00
6,55
838.
517,
68
1.58
7.59
1,63
913.
194,
72
1.83
1.65
7,26
981.
378,
27
2.03
8.21
3,23
1.04
8.99
2,33
2.25
9.24
1,86
7.
Peng
angk
utan
&
kom
unik
asi
260.
476,
07
514.
932,
97
271.
937,
70
557.
571,
88
287.
521,
17
607.
717,
43
302.
629,
33
644.
646,
98
313.
412,
99
669.
960,
49
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 37
No. Sektor 2008 2009 2010 2011 2012 Hk Hb Hk Hb Hk Hb Hk Hb Hk Hb
8. Ke
uang
an,
se
wa,
& ja
sa
Peru
saha
an
229.
950,
10
354.
955,
15
240.
097,
63
386.
138,
98
252.
674,
74
419.
893,
94
266.
677,
84
450.
896,
01
281.
677,
.1
483.
355,
27
9.
Jasa
-jasa
550.
497,
06
1.29
0.89
2,24
579.
121,
25
1.36
2.24
4,59
598.
318,
62
1.51
8.25
5,93
620.
920,
61
1.65
0.96
0,46
6419
34,1
4
1.83
7.22
1,53
10.
PDRB
4.04
2.24
0,29
8.29
7.70
2,82
4.23
3.44
2,84
8.99
4.42
7,30
4.42
7.88
5,12
10.1
57.4
19,0
1
4.63
4.80
4,40
10.9
94.0
66,1
4
4.85
3.36
4,56
11.9
69.7
70,2
7
Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, tahun 2013
Struktur perekonomian daerah dapat dilihat dari konstribusi setiap sektor
usaha terhadap PDRB. Selama periode 2008-2012, sektor pertanian yang
merupakan penyumbang terbesar, sektor perdagangan terbesar kedua, sektor
indusri terbesar ketiga, dan sektor jasa terbesar ke empat. Namun kondisi ini selalu
dinamis. Selama kurun waktu 2008-2012, terjadi kecenderungan menurunnya
konstribusi sektor pertanian, yang diiringi dengan meningkatnya konstribusi sektor
perdagangan yang cukup signifikan, ini menunjukkan adanya kecenderungan
peralihan kegiatan perekonomian daerah dari sektor pertanian ke sektor
perdagangan, dapat dilihat pada tabel 2.16. sebagai berikut :
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 38
Tabel. 2.16. Perkembangan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2008 s.d. 2012
Atas Dasar Harga Berlaku (Hb) dan Harga Konstan (Hk) Kabupaten Majalengka
No. Sektor 2008 2009 2010 2011 2012
Hb Hk Hb Hk Hb Hk Hb Hk Hb Hk % % % % % % % % % %
1. Pertanian 32
,48
28,0
5
32,7
7
27,9
9
33,5
2
27,2
4
32,8
3
26,6
1
32,5
3
26,2
4
2. Pertambangan dan penggalian 3,
83
4,11
3,32
4,01
3,17
3,91
3,21
3,91
3,12
3,87
3. Industri pengolahan 15
,70
17,1
0
16,0
8
17,1
1
15,5
8
16,9
7
15,5
8
16,8
8
15,5
3
16,8
3
4. Listrik,gas dan air bersih 0,
51
0,68
0,51
0,68
0,50
0,71
0,51
0,73
0,52
0,75
5. Bangunan
3,91
4,58
4,04
4,63
4,12
4,84
4,34
5,02
4,45
5,22
6. Perdagangan, hotel, dan restoran 17
,52
19,7
3
17,6
5
19,8
1
18,0
3
20,6
2
18,5
4
21,1
7
18,8
7
21,6
0 7.
Pengangkutan dan komunikasi 6,
21
6,44
6,20
6,42
5,98
6,49
5,86
6,53
5,66
6,45
8. Keuangan, sewa, dan jasa perusahaan 4,
28
5,69
4,29
5,67
4,13
5,71
4,10
5,75
4,04
5,80
9. Jasa-jasa
15,5
6
13,6
2
15,1
5
13,6
8
14,9
5
13,5
1
15,0
2
13,4
15,3
5
13,2
2
PDRB
100,
00
100,
00
100,
00
100,
00
100,
00
100,
00
100,
00
100,
00
100,
00
100,
00
Sumber : BPS Kabupaten Majalengka
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 39
2. Laju Inflasi Tingkat Provinsi Jawa Barat
Berdasarkan publikasi dari BPS selama kurun waktu tahun 2008-2012, rata-rata
inflasi selama periode tahun tersebut sebesar 5,52% capaian terendahnya
adalah 3,09% pada tahun 2009 dan inflasi tertinggi adalah 11,11% pada tahun
2008. Terkendalinya inflasi yang mencapai angka di bawah dua digit, kecuali
tahun 2008 tidak lepas dari peran kolaborasi otoritas moneter dengan
pemerintah daerah melalui forum pengendalian inflasi daerah. Data laju inflasi
dari tahun 2008-2012 sebagai berikut:
Tabel 2.17.
Laju Inflasi Jawa Barat Tahun 2008-2012
Uraian Tahun
2008 2009 2010 2011 2012
Inflasi 11,11 3,09 6,46 3,10 3,86
Sumber : BPS Jawa Barat, tahun 2013
3. PDRB Per Kapita
Berdasarkan asumsi bahwa, pendapatan faktor produksi dan transfer yang
mengalir ke luar sama dengan pendapatan faktor produksi dan transfer yang
masuk, maka nilai pendapatan regional diasumsikan sama besar dengan nilai
PDRB. Angka pendapatan per kapita diperoleh dengan cara membagi PDRB
dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Untuk lebih jelas dapat dilihat
pada tabel 2.18. sebagai berikut :
Tabel 2.18. PDRB per Kapita Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Majalengka Tahun 2008-2012
No. Tahun PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Konstan (Rp)
1. 2008 3.484.480
2. 2009 3.638.438
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 40
No. Tahun PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Konstan (Rp)
3. 2010 3.795.960
4. 2011 3.903.266
5. 2012 4.082.914 Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, tahun 2013
Dari tabel di atas, terlihat pendapatan per kapita atas dasar harga konstan
selama periode tahun 2008-2012 selalu mengalami peningkatan, yaitu pada
tahun 2008 pendapatan per kapitanya sebesar Rp3.484.480 naik menjadi
Rp4.082.914 pada tahun 2012 atau meningkat sebesar 17,17% selama 4 tahun
atau sebesar 4,29% per tahun. Dari sisi pendapatan per kapita tersebut terlihat
bahwa tingkat pendapatan masyarakat Kabupaten Majalengka secara riil selalu
meningkat setiap tahunnya. Namun demikian, apabila dibandingkan dengan
proyeksi yang tertuang dalam RPJPD Kabupaten Majalengka tahun 2008-2025,
capaian tersebut masih dibawah angka yang telah ditetapkan, yaitu pada akhir
tahap ke 2 (tahun 2009-2013), diproyeksikan pendapatan per kapita sebesar
Rp4.172.977,00.
4. Gini ratio
Salah satu ukuran keberhasilan pembangunan adalah dengan melihat
pemerataan pendapatan masyarakat. Tingkat pemerataan pendapatan antara
lain dihitung dengan Gini Ratio. Makin besar angkanya, maka makin tidak merata
sebaran pendapatan. Data Gini ratio di Kabupaten Majalengka dapat dilihat pada
gambar 2.3.
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 41
Gambar 2.3. Perkembangan Gini Ratio
Kabupaten Majalengka Tahun 2008-2012
Tahun2008 2009 2010 2011 2012
Gini ratio 0,289 0,232 0,26 0,313 0,41
0
0,05
0,1
0,15
0,2
0,25
0,3
0,35
0,4
0,45
Gini ratio
Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, tahun 2013
Dari data terlihat bahwa selama kurun waktu 2008-2012 terjadi kecendurungan
meningkatnya angka Gini Ratio, yaitu dari 0,289 pada tahun 2008 menjadi 0,41
pada tahun 2012 artinya pendapatan masyarakat cenderung semakin tidak
merata.
5. Kemiskinan
Selama kurun waktu 2008-2012, angka kemiskinan di Kabupaten Majalengka
terus menurun yaitu 225.720 jiwa atau 18,79 % pada tahun 2008 menjadi
169.800 jiwa atau 14,44 % pada tahun 2012. Angka ini telah melampaui
target/proyeksi yang tertuang dalam RPJPD Kabupaten Majalengka Tahun 2008-
2025, yaitu pada akhir tahap ke 2 (tahun 2009-2013), diproyeksikan jumlah
penduduk miskin sebesar 16,06%. Tentunya program-pogram penanggulangan
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 42
kemiskinan masih perlu terus dilanjutkan untuk dapat mengurangi angka
kemiskinan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Tabel. 2.19. Angka Kemiskinan Kabupaten Majalengka
Tahun 2008-2012
Uraian TAHUN Rata-rata
partum-buhan 2008 2009 2010 2011 2012
Jumlah Penduduk Miskin (Jiwa) 225.720 207.154 181.061 178.600 169.800 11.184
Jumlah Penduduk (Jiwa) 1.160.070 1.163.533 1.166.473 1.171.478 1.176.117 3.209 Persentase Penduduk Miskin (%) 18,79 17,12 15,52 14,98 14,44 0,87
Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, tahun 2013
Pada tahun 2012 posisi relatif kemiskinan di Kabupaten Majalengka masih
berada di atas presentase penduduk miskin Provinsi Jawa Barat dan nasional.
Pada kontek antar wilayah, penduduk miskin yang berada di atas provinsi
diantaranya Kabupaten Cianjur, Kabupaten Garut, Kabupaten Kuningan,
Kabupaten Cirebon, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Indramayu, Kabupaten
Subang, Kabupaten Bandung Barat dan Kota Tasikmalaya. Kondisi persentase
penduduk miskin di Kabupaten Majalengka masih cukup tinggi dibandingkan
dengan persentase tingkat Provinsi Jawa Barat (9,89%) dan Nasional (11,66%).
Posisi relatif/perbandingan antar wilayah ini dapat kami gambarkan dalam
gambar sebagai berikut: