2 pp

15
5 1 PEMERIKSAAN LABORATORIUM PADA DIABETES MELITUS Untuk Diagnosis, Pengelolaan dan Pengendalian Penyakit Pendahuluan Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit menahun, dapat menyerang segala -pisan umur dan sosial ekonomi dan ditandai oleh kadar glukosa darah yang melebihi nilai normal. Apabila dibiarkan tanpa kendali, timbul penyulit- renyulit yang dapat mengakibatkan disfungsi dan kegagalan berbagai organ rjbuh terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah. Prevalensi penderita DM saat ini meningkat secara dramatis, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Apabila jumlah penderita DM digabungkan secara global, saat ini sedikitnya terdapat 100 juta penderita DM dan pada kurun waktu 25 tahun yang akan datang diperkirakan penderita DM akan berjumlah 200 - 250 juta. Dalam Diabetes Atlas 2000 (International Diabetes Federation), perkiraan penduduk Indonesia berusia di atas 20 tahun tercantum berjumlah 125 juta dan dengan asumsi prevalensi DM sebesar 4,6 %, diperkirakan pada tahun 2000 terdapat 5,6 juta penderita DM. Berdasarkan pola pertambahan penduduk saat ini, diperkirakan pada tahun 2020 penduduk berusia di atas 20 tahun berjumlah 178 juta dan dengan asumsi prevalensi DM sebesar 4,6 %, diperkirakan pada tahun 2020 akan didapatkan 8,2 juta penderita DM. Jumlah penderita DM yang sedemikian banyak akan menjadi beban, oleh karena itu tindakan pencegahan DM merupakan hal yang penting dan perlu dilakukan. Klasifikasi DM Klasifikasi DM berdasarkan etiologi menurut American Diabetes Association (ADA), 1999 adalah sebagai berikut. I DM Tipe 1 Destruksi sel beta oleh penyakit autoimun atau kelainan idiopatik, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut. II. DM Tipe 2 Bervariasi mulai yang terutama dominan resistensi

description

2 pp

Transcript of 2 pp

Page 1: 2 pp

51

PEMERIKSAAN LABORATORIUM PADA DIABETES MELITUS Untuk Diagnosis, Pengelolaan dan Pengendalian Penyakit PendahuluanDiabetes Melitus (DM) merupakan penyakit menahun, dapat menyerang segala -pisan umur dan sosial ekonomi dan ditandai oleh kadar glukosa darah yang melebihi nilai normal. Apabila dibiarkan tanpa kendali, timbul penyulit- renyulit yang dapat mengakibatkan disfungsi dan kegagalan berbagai organ rjbuh terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah.

Prevalensi penderita DM saat ini meningkat secara dramatis, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Apabila jumlah penderita DM digabungkan secara global, saat ini sedikitnya terdapat 100 juta penderita DM dan pada kurun waktu 25 tahun yang akan datang diperkirakan penderita DM akan berjumlah 200 - 250 juta.

Dalam Diabetes Atlas 2000 (International Diabetes Federation), perkiraan penduduk Indonesia berusia di atas 20 tahun tercantum berjumlah 125 juta dan dengan asumsi prevalensi DM sebesar 4,6 %, diperkirakan pada tahun 2000 terdapat 5,6 juta penderita DM. Berdasarkan pola pertambahan penduduk saat ini, diperkirakan pada tahun 2020 penduduk berusia di atas 20 tahun berjumlah 178 juta dan dengan asumsi prevalensi DM sebesar 4,6 %, diperkirakan pada tahun 2020 akan didapatkan 8,2 juta penderita DM. Jumlah penderita DM yang sedemikian banyak akan menjadi beban, oleh karena itu tindakan pencegahan DM merupakan hal yang penting dan perlu dilakukan.

Klasifikasi DMKlasifikasi DM berdasarkan etiologi menurut American Diabetes Association (ADA), 1999 adalah sebagai berikut.

I DM Tipe 1Destruksi sel beta oleh penyakit autoimun atau kelainan idiopatik, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut.

II. DM Tipe 2Bervariasi mulai yang terutama dominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai yang terutama defek/gangguan sekresi insulin disertai resistensi insulin

III. DM Tipe lainA. Defek genetik pada kromosom 12, 20, dan DNA mitokondria yang

menyebabkan gangguan fungsi sel beta.B. Defek genetik kerja insulin

Page 2: 2 pp

51

C. Penyakit eksokrin pankreas misalnya pankreatitis, trauma pankreatektomi, neoplasma, cystic fibrosis, hemokromatosis. pankreatopati fibrokalkulus

D. Endokrinopati, misalnya akromegali, sindroma Cushing. feokromositoma, hipertiroidisme.

E. Karena obat atau zat kimia, seperti vacor, pentamidin, asam nikotin: glukokortikoid, hormon tiroid ; tiazid, dilantin, interferon alfa

F. Infeksi, seperti Rubella kongenital, infeksi Cytomegalo virus (CMV), faktor imunologi yang jarang terjadi, antibodi antireseptor insulin

G. Sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM, misalnya sindroma Down, sindroma Tumer, sindroma Klinefelter

IV. Diabetes melitus gestasional

Pemeriksaan LaboratoriumWalaupun oleh masyarakat umum DM sering disebut sebagai penyakit kencing manis atau kencing gula, namun diagnosis DM harus ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan kadar glukosa darah dan tidak dapat ditegakkan hanya berdasarkan adanya glukosuria saja.

Pemeriksaan Kadar Glukosa DarahPemeriksaan kadar glukosa darah dapat digunakan untuk pemeriksaan penyaring, pemeriksaan diagnosis, pemantauan hasil pengobatan dan pengendalian DM.

Bahan Pemeriksaan Kadar Glukosa DarahBahan pemeriksaan yang dianjurkan untuk menentukan kadar glukosa darah adalah plasma darah vena dengan metoda pemeriksaan cara enzimatik. Pada kondisi tertentu di mana sulit mendapatkan darah vena, dapat juga dipakai darah utuh (whole blood) vena atau kapiler dengan memperhatikan angka- angka kriteria diagnosis yang berbeda sesuai dengan pembakuan oleh WHO. Pemeriksaan dengan menggunakan serum sama baiknya dengan plasma bila serum dipisahkan dari darah lengkap dalam waktu kurang dari 1 jam. Glukosa dalam serum atau plasma yang disimpan pada suhu 4°C dapat bertahan sampai 48 jam. Bila pemeriksaan dilakukan setelah 48 jam, akan diperoleh kadar glukosa yang lebih rendah secara bermakna.

Selain plasma vena, pada kondisi tertentu bila sulit mendapatkan darah vena, dapat juga dipakai darah kapiler. Hasil pemeriksaan kadar glukosa darah dengan menggunakan sampel darah vena mungkin akan berbeda dengan hasil pemeriksaan dengan menggunakan sampel darah kapiler. Hal ini disebabkan karena kadar glukosa darah kapiler lebih tinggi 7-10 % daripada kadar glukosa darah vena. Pada keadaan puasa, perbedaan kadar glukosa darah vena dan

Page 3: 2 pp

51

arteri hanya 2-3 mg/dL, dan setelah makan perbedaan ini dapat mencapai 20-30 mg/dL. Kadar glukosa darah arteri dapat dianggap tidak berbeda dengan kadar glukosa darah kapiler.

Kadar glukosa darah utuh (whole blood) dipengaruhi oleh nilai hematokrit dan jarak waktu melakukan pemeriksaan setelah pengambilan sampel darah. Kadar glukosa darah utuh dengan hematokrit yang tinggi akan lebih tinggi sedangkan kadar glukosa darah utuh dengan hematokrit yang rendah menjadi lebih rendah. Hal ini disebabkan kandungan air dalam sel darah merah sebanyak 73 % sedangkan kandungan air dalam plasma sebanyak 93 %.

Kadar glukosa darah utuh berkurang sesuai dengan berjalannya waktu karena glukosa akan digunakan untuk metabolisme sel-sel darah (eritrosit, leukosit, trombosit) dan juga kuman. Kecepatan berkurangnya kadar glukosa darah utuh pada suhu kamar adalah 7 mg/dL/jam sedangkan pada suhu 4°C sebanyak 2 mg/dL/jam. Oleh karena itu, bila pemeriksaan terpaksa ditunda dan tidak segera dilakukan maka darah utuh harus diberikan pengawet NaF sebanyak 2 mg/mL. Dengan penambahan NaF, pemeriksaan dapat ditunda sampai 48 jam. Nilai rujukan kadar glukosa darah tercantum pada Tabel-7.

Tabel-7. Nilai Rujukan Kadar Glukosa DarahBahan Pemeriksaan Kadar Glukosa Sewaktu (GDS)Kadar Glukosa Puasa (GDP)

P plasma vena <110 mg/dL <110 mg/dL

Waktu Pengambilan Sampel DarahBerdasarkan waktu pengambilan sampel darah, dikenal beberapa jenis pemeriksaan kadar

glukosa darah, yaitu kadar glukosa darah sewaktu, kadar glukosa darah puasa, kadar glukosa darah 2 (dua) jam setelah makan {postprandial) dan kadar glukosa jam ke-2 Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO)

Pada pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu, pengambilan sampel darah dilakukan tanpa perlu memperhatikan waktu terakhir makan. Pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu plasma vena dapat digunakan untuk pemeriksaan penyaring dan memastikan diagnosis, sedangkan pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu darah kapiler hanya untuk pemeriksaan penyaring saja. Pada pemeriksaan kadar glukosa darah puasa, pengambilan sampel darah dilakukan setelah penderita berpuasa paling sedikit 8 jam sebelum pemeriksaan.

Bahan pemeriksaan dapat berupa serum atau plasma vena atau darah kapiler. Pemeriksaan kadar glukosa darah puasa dari plasma vena dapat digunakan untuk pemeriksaan penyaring, memastikan diagnosis dan memantau hasil pengobatan dan pengendalian DM. Pemeriksaan kadar glukosa darah puasa

Page 4: 2 pp

51

dari darah kapiler hanya digunakan untuk pemeriksaan penyaring dan memantau hasil pengobatan dan pengendalian DM.

Pemeriksaan kadar glukosa darah 2 (dua) jam setelah makan (post prandial) sukar dilakukan standarisasi karena jenis dan jumlah makanan yang dimakan sukar disamakan. Selain itu sukar pula mengamati apakah pasien dalam tenggang waktu 2 jam untuk tidak makan atau minum lagi. Pemeriksaan kadar glukosa darah 2 jam pos t prandial masih bermanfaat untuk memantau hasil pengobatan dan pengendalian DM.

Pemeriksaan kadar glukosa darah jam ke-2 Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) merupakan pemeriksaan laboratorium yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis DM bila berdasarkan hasil pemeriksaan kadar glukosa darah puasa atau sewaktu diagnosis DM masih belum dapat dipastikan. Dengan demikian, pemeriksaan ini tidak diperlukan bagi penderita dengan gejala klinis khas DM dan kadar glukosa darah puasa dan atau sewaktu yang telah memenuhi kriteria diagnostik DM.

Cara Pelaksanaan TTGO (WHO, 1999)• Tiga hari sebelum pemeriksaan makan seperti biasa (karbohidrat cukup)• Kegiatan jasmani seperti yang biasa dilakukan• Puasa paling sedikit 8 jam, mulai malam hari sebelum pemeriksaan, minum air

putih diperbolehkan.• Diperiksa kadar glukosa darah puasa• Diberikan 75 gram glukosa (orang dewasa) atau 1,75 gram/KgBB (anak-anak),

dilarutkan dalam air 250 ml dan diminum habis dalam waktu 5 menit.• Diperiksa kadar glukosa darah 2 (dua) jam sesudah beban glukosa• Selama proses pemeriksaan pasien yang diperiksa tetap istirahat dan tidak

merokok

Untuk kemudahan, American Diabetes Association (ADA) dan Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI,2002) menganjurkan pemeriksaan kadar glukosa darah pada jam ke-2 TTGO saja. Penilaian hasil pemeriksaan kadar glukosa darah jam ke-2 TTGO tercantum pada Tabel-8 dan kurva hasil pemeriksaan TTGO penderita DM dapat dilihat pada Gambar-20.

Tabel-8. Penilaian Hasil Pemeriksaan TTGO Jam KeduaKadar Glukosa Darah (mg/dL) Penilaian

< 140 TTGO Normal140-199 Toleransi Glukosa Terganggu (TGT)>200 Diabetes Melitus

Page 5: 2 pp

51

Gambar-20. Kurva TTGO pada keadaan normal dan diabetes melitus

Selain pada penderita DM, kelainan pemeriksaan TTGO dijumpai pula pada penyakit lain, seperti hipertiroidisme, renal glukosuria. Gambaran hasil pemeriksaan TTGO pada berbagai penyakit dapat dilihat pada Gambar-21.

xxxxxxxxxxxxxxGambar-21. Kurva TTGO pada berbagai keadaan selain diabetes melitus

Page 6: 2 pp

51

Metode Pemeriksaan Glukosa DarahMetode pemeriksaan glukosa darah terbagi menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu metode

kimia dan metode enzimatik. Metode pemeriksaan yang dianjurkan adalah metode enzimatik.

a. Metode kimiaPrinsip pemeriksaan metode kimia adalah berdasarkan atas kemampuan reduksi. Dengan

metode ini , selain glukosa darah terukur pula zat-zat lain yang mempunyai kemampuan untuk mereduksi sehingga akan diperoleh hasil yang lebih tinggi daripada keadaan yang seharusnya.

b. Metode enzimatikMetode ini bersifat spesifik terhadap glukosa. Dikenal dua macam metode enzimatik

yaitu metode glucose oxidase dan metode hexokinase.

Metode glucose oxidaseMetode ini menggunakan enzim glucose oxidase.

Glucose oxidase

Glukosa + O2 * o-glukono 8 lakton + H2O2

Penambahan enzim peroxidase dan aseptor oksigen kromogenik seperti o- dianisidineperoxidase

o-dianisidine (red) + H2O2 * o-dianisidine (oks) + H2O2(tidak berwarna) (berwarna)

Dengan metode enzimatik, asam urat, asam askorbat, bilirubin dan glutathion dapat menghambat reaksi karena zat-zat ini berkompetisi dengan kromogen dan bereaksi dengan hidrogen peroksida sehingga hasil pemeriksaan menjadi lebih rendah. Metode glucose oxidase paling banyak dipakai karena mempunyai keunggulan yaitu harga reagen murah dan hasil cukup memadai.

Metode hexokinase

Metode ini merupakan metode yang dianjurkan oleh WHO. Pemeriksaan dengan metode ini menggunakan 2 (dua) enzim yang spesifik yaitu hexokinase dan Glucose-6-phosphate Dehydrogenase (G-6-PD) sehingga akan diperoleh hasil yang sangat baik. Belum ada penelitian yang melaporkan adanya reaksi dengan senyawa lain. Kekurangan dari metode ini adalah biaya yang relatif mahal.

Page 7: 2 pp

51

Manfaat Pemeriksaan LaboratoriumDalam pengelolaan DM, pemeriksaan laboratorium dapat berfungsi sebagai pemeriksaan penyaring (screening), menegakkan diagnosis, pemantauan hasil pengobatan dan pengendalian DM. Dalam usaha menegakkan diagnosis DM secara dini perlu dilakukan pemeriksaan penyaring dan berdasarkan hasil pemeriksaan penyaring yang diperoleh barulah ditentukan apakah perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan pemeriksaan diagnostik.

Pemeriksaan Penyaring DMPemeriksaan penyaring bertujuan untuk mengidentifikasi mereka yang tidak mempunyai gejala DM tetapi mempunyai risiko DM. Bila hasil pemeriksaan penyaring positif maka perlu dilakukan serangkaian uji diagnostik untuk memastikan diagnosis definitif. Pemeriksaan penyaring dilakukan pada kelompok dengan salah satu risiko DM yaitu :

a) Usia > 45 tahunb) Berat badan > 110 % BB ideal atau Indeks Massa Tubuh (IMT) 23

kg/m2

c) Hipertensi (Tekanan darah > 140/90 mmHg)d) Riwayat DM dalam garis keturunane) Riwayat abortus berulang, melahirkan bayi cacat atau BB lahir bayi > 4000

gramf) Kadar kolesterol HDL < 35 mg/dL dan atau kadar trigliserida > 250 mg/dL.

Bagi kelompok risiko tinggi dengan hasil pemeriksaan penyaring negatif, pemeriksaan penyaring perlu dilakukan setiap tahun. Bagi mereka yang berusia di atas 45 tahun tanpa faktor risiko, pemeriksaan penyaring dapat dilakukan setiap 3 (tiga) tahun.Pemeriksaan laboratorium yang dapat digunakan sebagai pemeriksaan penyaring adalah kadar glukosa darah sewaktu dan kadar glukosa darah puasa. Penilaian hasil pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai pemeriksaan penyaring DM tercantum pada Tabel-9.

Tabel-9. Penilaian Hasil Pemeriksaan Penyaring DMKadar Glukosa Darah

(Plasma vena)

Bukan DM Belum Pasti DM DM

Glukosa Darah Sewaktu <110 mg/dL 110-199 mg/dL >200 mg/dLGlukosa Darah Puasa <110 mg/dL 110-125 mg/dL >126 mg/dL

Page 8: 2 pp

51

Pemeriksaan Diagnostik DMDiagnosis klinis DM biasanya akan dipikirkan bila ada keluhan khas DM berupa poliuria,

polidipsia, polifagia dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Keluhan lain penderita adalah rasa lemah, kesemutan, gatal, mata kabur dan disfungsi ereksi pada pria, pruritus vulvae pada wanita. Pemeriksaan diagnostik dilakukan pada mereka yang menunjukkan gejala/tanda DM.

Bila terdapat keluhan khas dan pemeriksaan glukosa darah sewaktu > 200 mg/dL atau kadar glukosa darah puasa > 126 mg/dL, maka diagnosis DM dapat ditegakkan. Bila tidak ada keluhan khas, hasil pemeriksaan kadar glukosa darah yang baru satu kali saja abnormal belum cukup kuat untuk menegakkan diagnosis DM. Pada keadaan ini perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan mendapatkan sekali lagi nilai abnormal pada hari yang lain, baik kadar glukosa darah puasa > 126 mg/dL dan atau kadar glukosa darah sewaktu > 200 mg/dL.

Pada penderita tanpa keluhan khas DM, bila hasil pemeriksaan kadar glukosa darah dalam batas peralihan yaitu kadar glukosa darah puasa antara 110-125 mg/dL atau kadar glukosa darah sewaktu antara 110-199 mg/dL, harus dilakukan TTGO untuk memastikan diagnosis DM. Penilaian hasil pemeriksaan kadar glukosa darah jam ke-2 TTGO pada penderita tanpa keluhan khas DM yang hasil pemeriksaan kadar glukosa darah puasa antara 110-125 mg/dL tercantum pada Tabel-10.

Tabel-10.

Hasil Pemeriksaan TTGO Tanpa Keluhan Khas DM dan Kadar Glukosa Darah Puasa 110-125 mg/dL.

Kadar Glukosa Darah Puasa (mg/dL) Penilaian

< 140 Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT)

140-199 Toleransi Glukosa Terganggu (TGT)>200 Diabetes Melitus

Penilaian hasil pemeriksaan kadar glukosa darah jam ke-2 TTGO pada penderita tanpa keluhan khas DM yang hasil pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu antara 110-199 mg/dL tercantum pada Tabel-11.

Page 9: 2 pp

51

- Evaluasi Penyulit DM • Perencanaan Makan- Evaluasi dan Perencanaan Makan - Latihan JasmaniSesuai Kebutuhan - Berat Idaman- Belum Perlu Obat Penurun Glukosa

»Glukosa Darah Puasa

=Glukosa Darah Sewaktu

»Glukosa Darah Puasa Terganggu

=Toleransi Glukosa Terganggu

Gambar-22. Algoritma Pendekatan Diagnosis Diabetes Melitus

Tabel-11.

Hasil Pemeriksaan TTGO Tanpa Keluhan Khas DM dan Kadar Glukosa Darah Sewaktu 110-199 mg/dL.

Kadar Glukosa Darah Sewaktu Penilaian(mg/dL)

< 140 Normal140-199 Toleransi Glukosa Terganggu (TGT)

>200 Diabetes Melitus

Demeriksaan laboratorium untuk menegakkan diagnosis DM dapat dilakukan 'erdasarkan algoritma di bawah ini. (Gambar-22)

Page 10: 2 pp

51

Pemeriksaan Laboratorium Untuk Penilaian Hasil PengobatanPemeriksaan ini bertujuan untuk memantau keberhasilan pengobatan dalam rangka

mencegah terjadinya komplikasi DM. Jenis pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan untuk menilai hasil pengobatan DM adalah pemeriksaan kadar glukosa darah, kadar Al C, pemeriksaan glukosa darah mandiri, pemeriksaan glukosa urin dan pemeriksaan benda keton urin.

1. Pemeriksaan Kadar Glukosa DarahPemeriksaan kadar glukosa darah puasa atau 2 (dua) jam setelah makan perlu dilakukan

untuk menyesuaikan dosis obat yang yang diberikan pada penderita DM.

2. Pemeriksaan Kadar Hemoglobin Aic (A1C)A1C merupakan hemoglobin terglikosilasi dan dikenal juga sebagai gliko- hemoglobin

yang merupakan komponen kecil hemoglobin, bersifat stabil dan terbentuk secara perlahan melalui reaksi non-enzimatik dari hemoglobin dan glukosa. Reaksi non-enzimatik ini berlangsung terus-menerus sepanjang umur eritrosit (kira-kira 120 hari), sehingga eritrosit tua mengandung AIC lebih tinggi daripada eritrosit muda. Proses glikosilasi non-enzimatik ini dipengaruhi langsung oleh kadar glukosa darah. Karena eritrosit bersifat permeabel dilalui glukosa maka pengukuran kadar AIC mencerminkan keadaan glikemik selama masa 120 hari.

Berdasarkan waktu paruh AIC yang lamanya sekitar setengah dari masa hidup eritrosit yaitu 60 hari, maka pemeriksaan kadar AIC digunakan untuk memantau keadaan glikemik untuk kurun waktu 2-3 bulan yang lampau. Nilai normal kadar AIC adalah 5-8 % dari kadar Hb total. Pada penderita DM dengan hiperglikemia kronik, jumlah protein yang terglikosilasi (AIC) akan meningkat. Pemeriksaan AIC digunakan untuk menilai efek perubahan pengobatan 8-12 minggu sebelumnya tetapi tidak dapat dipakai untuk menilai hasil pengobatan jangka pendek. Pemeriksaan ini dianjurkan untuk dilakukan sedikitnya 2 (dua) kali dalam setahun.

3. Pemeriksaan Glukosa Darah Mandiri (PGDM)Sampel darah untuk pemeriksaan ini adalah darah kapiler dan diperlukan reagen kering.

Pada umumnya pemeriksaan ini sederhana dan mudah dilakukan. Yang perlu diingat adalah alat pemeriksaan perlu dikalibrasi dengar, baik dan pemeriksaan dilakukan sesuai dengan cara standar yang dianjurkan. Secara berkala, hasil pemeriksaan dengan cara ini perlu dibandingkan dengan hasil pemeriksaan dengan cara konvensional. PGDM dianjurkan bagi pasien yang mendapat pengobatan dengan insulin atau pemicu sekresi insulin.

Waktu pemeriksaan tergantung pada terapi. Waktu yang bermanfaat untuk pemantauan adalah pada saat sebelum makan dan waktu tidur yaitu untuk

Page 11: 2 pp

51

menilai risiko hipoglikemia, waktu 2 (dua) jam setelah makan, di antara siklus tidur dengan tujuan untuk menilai adanya hipoglikemia nokturnal yang kadang-kadang dapat terjadi tanpa gejala, dan waktu mengalami gejala seperti hypoglicemic spells atau penyakit lain.

4. Pemeriksaan Glukosa UrinPemeriksaan glukosa urin merupakan pemeriksaan yang kurang akurat karena tidak

semua peningkatan kadar glukosa darah akan disertai dengan terjadinya glukosuria. Pemeriksaan glukosa urin hanya dilakukan pada penderita yang tidak dapat atau tidak mau memeriksa kadar glukosa darah.

5. Pemeriksaan Benda KetonPemeriksaan benda keton darah maupun urin cukup penting dilakukan terutama pada

penderita DM tipe-2 terkendali buruk, misalnya kadar glukosa darah >300 mg/dL, penderita DM tipe-2 dengan penyulit akut, serta terdapat gejala Keto Asidosis Diabetik (KAD) seperti mual, muntah atau nyeri abdomen. Selain itu, pemeriksaan benda keton juga perlu dilakukan pada penderita DM tipe-2 yang sedang hamil.

Pemeriksaan benda keton urin dapat dilakukan dengan metode carik celup, metode Rothera dan metode Gerhardt. Pemeriksaan dengan metode carik celup terutama bereaksi dengan asam aseto-asetat, tidak bereaksi dengan asam betahidroksi butirat dan hanya sedikit bereaksi dengan aseton. Pemeriksaaan dengan metode Rothera dapat mendeteksi adanya asam aseto-asetat dan aseton sedangkan pemeriksaan dengan metode Gerhardt hanya dapat mendeteksi asam aseto-asetat.

Benda keton dalam darah yang penting adalah asam betahidroksi butirat. Bila kadar benda keton darah <0.6 mmol/L dianggap normal, kadar benda keton darah di atas 1 mmol/L disebut ketosis dan kadar benda keton darah di atas 3 mmol/L merupakan indikasi adanya KAD. Dengan melakukan pemeriksaan kadar glukosa darah dan benda keton secara mandiri diharapkan penyulit akut DM dapat dicegah, khususnya KAD, yang mempunyai angka kematian yang tinggi.

Pemeriksaan Laboratorium Untuk Pengendalian DMPenyebab terjadinya komplikasi pada penderita DM bukan secara langsung oleh kadar

glukosa darah yang tinggi tetapi akibat yang ditimbulkan oleh zat- zat metabolit lain yang terbentuk akibat sel tidak dapat menggunakan glukosa. Oleh karena itu DM dikatakan terkendali dengan baik bila kadar glukosa darah terkendali, di samping status gizi, tekanan darah, kadar lipid dan kadar Al C iuga terkendali baik.

Pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan untuk menilai status pengendalian DM adalah pemeriksaan kadar glukosa darah puasa, kadar

Page 12: 2 pp

51

glukosa darah 2 (dua) jam post pradial, kadar Al C, pola lipid darah yang meliputi kadar kolesterol total, kolesterol HDL, kolesterol LDL dan trigliserida. Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium tersebut di atas dapat ditetapkan status pengendalian DM sebagaimana yang tercantum pada Tabel- 12.

Tabel-12. Kriteria Pengendalian DMPemeriksaan Laboratorium Baik Sedang BurukGlukosa Darah Puasa (mg/dL) 80-109 110-125 > 126Glukosa Darah 2 jam (mg/dL) 80 - 144 145 - 179 > 180Al C (%) <6,5 6,5-8 >8Kolesterol total (mg/dL) <200 200-239 >240Kolesterol LDL (mg/dL) < 100 100-129 > 130Kolesterol HDL (mg/dL) >45Trigliserida (mg.dL) < 150 150-199 >200IMT (kg/m2) 18,5-22,9 23-25 >25Tekanan Darah (mmHg) <130/80 130-140/80-90 > 140/90

Untuk penderita berumur lebih dari 60 tahun, sasaran kadar glukosa darah lebih tinggi yaitu kadar glukosa darah puasa <150 mg/dL dan kadar glukosa darah sesudah makan <200 mg/dL. Demikian pula dengan kadar lipid, tekanan darah, dan lain-lain mengacu pada batasan kriteria pengendalian sedang. Hal ini dilakukan mengingat sifat-sifat khusus penderita usia lanjut dan juga untuk mencegah kemungkinan timbulnya efek samping dan interaksi obat.