2. LANDASAN TEORI 2.1. Customer Perception
Transcript of 2. LANDASAN TEORI 2.1. Customer Perception
7 Universitas Kristen Petra
2. LANDASAN TEORI
2.1. Customer Perception
2.1.1 Pengertian Customer Perception
Customer perception menurut Kotler (2005, p. 216) adalah proses yang
digunakan oleh individu untuk memilih, mengorganisasi, dan menginterprestasi
masukan informasi guna menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti. Proses
persepsi akan diawali oleh suatu stimuli yang mengenai indera kita dan stimuli yang
menimbulkan persepsi bisa bermacam-macam bentuknya, asal merupakan sesuatu
yang langsung mengenai panca indera kita, seperti segala sesuatu yang bisa dicium,
segala sesuatu yang bisa dilihat, segala sesuatu yang bisa didengar, segala sesuatu
yang bisa diraba.
Menurut Kotler (2005, p. 197) persepsi tidak hanya tergantung pada
rangsangan dalam bentuk fisik, tetapi juga tergantung pada rangsangan yang ada
disekitarnya dan kondisi yang ada pada seseorang dan persepsi lebih penting
dibandingkan realitas dalam pemasaran, karena persepsi yang dapat mempengaruhi
konsumen dalam berperilaku, selain itu orang bisa mempunyai persepsi yang
berbeda atas objek yang sama. Persepsi seseorang pada umumnya terbentuk dari
fenomena, kebutuhan, keinginan, nilai dan pengalaman.
2.1.2. Dimensi Perception
Menurut Ramadhan (2013, 12) ada delapan dimensi persepsi seseorang
terhadap produk, yaitu:
a. Dimensi Kinerja Produk (Performance)
Kinerja merupakan karakteristik atau fungsi utama suatu produk. Hal ini
merupakan manfaat atau khasiat utama produk yang kita beli. Biasanya ini
menjadi pertimbangan pertama kita membeli produk.
b. Dimensi Keterandalan Produk (Reliability)
Keterandalan yaitu peluang suatu produk bebas dari kegagalan saat
menjalankan fungsinya.
c. Dimensi Fitur Produk (Feature)
8 Universitas Kristen Petra
Dimensi fitur merupakan karakteristik atau ciri-ciri tambahan yang
melengkapi manfaat dasar suatu produk. Fitur bersifat pilihan atau option
bagi konsumen. Kalau manfaat utama sudah standar, fitur seringkali
ditambahkan. Idealnya, fitur bisa meningkatkan kualitas produk kalau
pesaing tidak memiliki.
d. Dimensi Daya Tahan (Durability)
Daya tahan menunjukkan usia produk, yaitu jumlah pemakaian suatu
produk sebelum produk itu digantikan atau rusak. Semakin lama daya
tahannya tentu semakin awet. Produk yang awet akan dipersepsikan lebih
berkualitas dibanding produk yang cepat habis atau cepat diganti.
e. Dimensi Kesesuaian (Conformance)
Dimensi kesesuaian adalah kesesuaian kinerja produk dengan standar yang
dinyatakan suatu produk. Ini semacam janji yang harus dipenuhi oleh
produk. Produk yang memiliki kualitas dari dimensi ini berarti sesuai
dengan standarnya.
f. Dimensi Kemampuan Diperbaiki (Service Ability)
Sesuai dengan maknanya, disini kualitas produk ditentukan atas dasar
kemampuan diperbaiki: mudah, cepat, dan kompeten. Produk yang mampu
diperbaiki tentu kualitasnya lebih tinggi dibanding produk yang tidak atau
sulit diperbaiki.
g. Dimensi Keindahan Tampilan Produk (Aesthetic)
Aesthetic atau keindahan menyangkut tampilan produk yang membuat
konsumen suka. Ini seringkali dilakukan dalam bentuk desain produk atau
kemasannya. Beberapa merek memperbarui wajahnya supaya lebih cantik
dimata konsumen.
h. Dimensi Kualitas yang Dirasakan (Perceived Quality)
Dimensi terakhir adalah kualitas yang dirasakan. Ini menyangkut penilaian
konsumen terhadap citra, merek, atau iklan. Produk-produk yang bermerek
terkenal biasanya dipersepsikan lebih berkualitas dibanding merek-merek
yang tidak terkenal. Itulah sebabnya produk selalu berupaya membangun
mereknya sehingga memiliki brand equity yang tinggi. Tentu saja ini tidak
9 Universitas Kristen Petra
dapat dibangun dalam semalam karena menyangkut banyak aspek termasuk
dimensi kualitas dari kinerja, fitur, daya tahan, dan sebagainya.
2.1.3. Proses Perception
Menurut Kotler dan Keller (2008, p. 13), orang dapat memiliki persepsi
berbeda atas objek yang sama karena ada tiga proses persepsi yaitu :
a. Perhatian selektif
Pada dasarnya orang akan terlibat banyak rangsangan harian. Sebagian
besar rangsangan akan disaring, karena seseorang tidak mungkin dapat
menanggapi rangsangan-rangsangan ini. Proses ini disebut perhatian
selektif. Perhatian selektif membuat pemasar harus bekerja keras untuk
menarik perhatian konsumen. Pesan-pesan mereka akan terbuang pada
orang-orang yang berada dalam pasar produk tertentu. Bahkan orang-orang
yang berada dalam pasar mungkin tidak memperhatikan suatu pesan kecuali
jika pesan itu menonjol dibandingkan rangsangan-rangsangan lain di
sekitarnya.
b. Distorsi Selektif
Distorsi selektif adalah kecenderungan orang untuk mengubah informasi ke
dalam pengertian pribadi dan menginterprestasikan informasi dengan cara
yang akan mendukung pra-konsepsi mereka, bukannya yang menentang
pra-konsepsi tersebut. Bahkan rangsangan yang telah mendapatkan
perhatian konsumen, belum tentu berada di jalur yang diinginkan.
c. Ingatan Selektif
Orang akan melupakan banyak hal yang mereka pelajari, tapi karena adanya
ingatan selektif, orang akan cenderung mengingat hal-hal baik yang
disebutkan tentang produk pesaing.
2.1.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perception
Menurut Kotler dan Keller (2008, p. 12), faktor-faktor yang mempengaruhi
persepsi adalah sebagai berikut:
a. Kinerja, dapat dikarakteristikan sebagai berikut:
- Kemampuan produk untuk melaksanakan fungsi utama.
10 Universitas Kristen Petra
- Karakteristik produk.
- Kesesuaian dengan spesifikasi, mengenai seberapa dekat produk
dengan spesifikasi yang dijanjikan.
b. Keandalan
Merupakan konsistensi kinerja dari satu pembelian hingga ke pembelian
berikutnya, dan persen waktu yang dimiliki untuk berfungsi dengan baik.
c. Ketahanan
Kehidupan ekonomis akan suatu produk yang digunakan konsumen.
d. Pelayanan
Suatu hal yang berhubungan dengan kemampuan memberikan layanan
kepada pelanggan.
e. Hasil Akhir
Hasil yang menunjukkan pada munculnya atau dirasakannya suatu.
2.1.5 Indikator Customer Perception
Menurut Kotler (2005, p. 216) terdapat tiga indikator dalam customer
perception yang dapat mempengaruhi keputusan pembelian antara lain seperti
a. Kesadaran merek
Kesadaran merek merupakan sasaran komunikasi umum untuk semua
strategi promosi sehingga untuk menciptakan kesadaran merek, pemasar
berharap setiap kali kebutuhan kategori itu timbul, merek itulah yang akan
teringat dari memori untuk dimasukkan daftar pertimbangan alternatif
pilihan untuk mengambil keputusan
b. Persepsi kualitas
Konsumen secara langsung atau tidak langsung akan memberikan penilaian
terhadap jasa yang akan dibeli atau yang pernah dikonsumsinya
c. Persepsi nilai
Persepsi nilai merupakan pertimbangan manfaat dan pengorbanan. Persepsi
nilai berarti mengevaluasi persepsi pelanggan terhadap penilaian secara
keseluruhan. Pengertian tentang nilai pelanggan sangat luas dan berbeda-
beda tergantung dari sisi mana melihatnya
11 Universitas Kristen Petra
2.2. Perceived Value
2.2.1. Pengertian Perceived Value
Perceived value merupakan selisih antara penilaian pelanggan prospektif
atas semua manfaat dan biaya dari suatu penawaran terhadap alternatifnya (Kotler
dan Keller, 2012, p. 136). Jadi, produk dikatakan memiliki nilai yang tinggi jika
sesuai dengan kebutuhan, keinginan, dan permintaan pelanggan (Kotler dan Keller,
2012). Nilai adalah sekumpulan manfaat yang diharapkan akan diperoleh dari
pelanggan. Jumlah nilai bagi pelanggan dapat berupa nilai produk, nilai pelayanan,
nilai karyawan dan nilai citra. Kualitas harus dimulai dari kebutuhan pelanggan
yang berakhir pada persepsi pelanggan. Kebanyakan peneliti mendefinisikan
perceived value sebagai dasar customer perception dalam evaluasi membandingkan
antara manfaat yang diterima dari penyedia layanan dengan pengorbanan yang
dikeluarkan (Hallowell, 1996; Kotler & Keller, 2008; Slater & Narver, 1994;
Woodruff,1997; Zeithaml, 1988).
Apabila ekspektasi tidak dikonfirmasi memberikan kesan konsumen yang
mempunyai pengalaman kepuasan dengan sebuah produk, mereka mempunyai
ekspektasi yang lebih baik dan cenderung untuk melakukan pembelian ulang pada
produk yang sama di masa yang akan datang daripada melakukan swicth pada
produk lain (Yeh et al, 2014). Apabila seorang konsumen yang mempunyai
perceived value yang tinggi dapat melakukan pembelian ulang dimasa mendatang
yang akan memunculkan brand loyalty pada produk tersebut. Sehingga perceived
value merupakan hal yang penting dalam pemahaman perilaku konsumen, karena
customer perception tentang value berpengaruh terhadap keputusan pembelian
mereka yang pada akhirnya mampu menciptakan loyalitas merek (Parasuraman,
1997).
2.2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perceived Value
Menurut Sangadji dan Sopiah (2013, p. 329), unsur nilai yang dirasakan
konsumen terdiri dari empat unsur yaitu:
1. Kualitas Produk
Utilitas yang diperoleh dari persepsi terhadap kinerja yang diharapkan dari
produk tersebut. Kualitas produk terdiri dari enam elemen yaitu:
12 Universitas Kristen Petra
- Kinerja, merupakan elemen kualitas produk yang berkaitan langsung
dengan bagaimana suatu produk dapat menjalankan fungsinya untuk
memenuhi kebutuhan konsumen
- Reliabilitas, merupakan daya tahan produk selama dikonsumsi.
- Fitur, merupakan fungsi-fungsi sekunder yang ditambahkan pada suatu
produk.
- Keawetan, menunjukkan suatu pengukuran terhadap siklus produk, baik
secara teknis maupun waktu.
- Konsistensi, merupakan elemen yang menunjukkan seberapa jauh suatu
produk bisa memenuhi standar ata spesifikasi tertentu.
- Desain, merupakan aspek emosional untuk mempengaruhi kepuasan
konsumen sehingga desain kemasan ataupun bentuk produk akan turut
mempengaruhi persepsi kualitas produk.
2. Harga
Unsur harga memberikan pengaruh yang relatif. Ada sebagian konsumen
yang sensitif terhadap harga, akan tetapi ada juga yang tidak begitu
mempertimbangkan harga dalam pengambilan keputusan pembelian
produk.
3. Kualitas Layanan
Kualitas layanan terdiri atas wujud fisik, reliabilitas, daya tanggap,
kepastian dan empati.
4. Faktor Emosional
Dimensi emosional dibagi menjadi tiga, yaitu:
- Estetika, berkaitan dengan bentuk dan warna dari produk
- Nilai ekspresi diri, merupakan bentuk kepuasan yang terjadi karena
lingkungan sosial disekitarnya.
- Kepribadian, aspek kepribadian berkaitan dengan karakter personal
- Kemudahan konsumen cenderung merasa lebih puas jika bisa
mendapatkan produk atau pelayanan secara relatif lebih mudah,
nyaman, dan efisien.
13 Universitas Kristen Petra
2.2.3. Indikator Perceived Value
Menurut Kotler dan Keller (2012, p. 136) perceived value memiliki lima
indikator, yaitu:
1. Kelayakan produk
Kelayakan produk merupakan fitur produk atau jasa yang termasuk ke
dalam kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Strategi dalam
segi kualitas seperti penampilan, fitur, kepercayaan, keramahan, kecepatan
dalam pelayanan pemenuhan kebutuhan dan keinginan tamu yang diberikan
pegawai dapat memberikan nilai lebih terhadap persepsi pelanggan.
2. Kualitas layanan
Pelayanan (service) produk atau jasa berupa pelayanan jasa termasuk bagian
dari perangkat jasa yang memiliki suatu rancangan penyampaian jasa dan
pendukung teknis dalam kegiatan penyampaian jasa, sehingga perusahan
untuk mencapai pangsa pasarnya dapat mengkombinasikan komponen
produk dan jasa sebagai pendukung utama. Pendukung penyampaian jasa
seperti fasilitas hotel, fasilitas kamar, layanan kamar, citra hotel, meeting
room, dan restaurant.
3. Harga produk
Harga yang sesuai dari produk memiliki daya pikat tersendiri bagi
konsumen dalam menjadikannya sebagai produk yang dicari namun
manfaat yang mampu diberikan juga menjadi pembanding dengan harga
produk lainnya sehingga konsumen mampu melihat harga dengan manfaat
yang sebanding.
4. Faktor emosional
Faktor emosional dibagi menjadi tiga, yaitu:
- Estetika, berkaitan dengan bentuk dan warna dari produk
- Nilai ekspresi diri, merupakan bentuk kepuasan yang terjadi karena
lingkungan sosial disekitarnya
- Kepribadian, aspek kepribadian berkaitan dengan karakter personal
5. Kemudahan
Konsumen cenderung merasa lebih puas jika bisa mendapatkan produk atau
pelayanan secara relatif lebih mudah, nyaman, dan efisien.
14 Universitas Kristen Petra
Dari lima indikator diatas peneliti hanya menggunakan empat indikator yang
berkaitan dengan penelitian ini. Peneliti tidak menggunakan indikator harga
produk, karena harga (price) sudah dipakai sebagai variabel dalam penelitian ini.
2.3. Price
2.3.1 Pengertian Price
Price atau harga merupakan nilai yang dinyatakan dalam rupiah. Keadaan
yang lain harga didefinisikan sebagai jumlah yang dibayarkan oleh pembeli. Harga
merupakan suatu cara bagi seorang penjual untuk membedakan penawarannya dari
para pesaing. Penetapan harga dapat dipertimbangkan sebagai bagian dari fungsi
diferensiasi barang dalam pemasaran. Secara umum penjual mempunyai beberapa
tujuan dalam penetapan harga produknya. Tujuan tersebut antara lain:
a. Mendapatkan laba maksimum.
b. Mendapatkan pengembalian investasi yang ditargetkan atau pengembalian
pada penjualan bersih.
c. Mencegah atau mengurangi persaingan.
d. Mempertahankan atau memperbaiki pangsa pasar.
Harga merupakan sejumlah nilai yang ditukarkan konsumen dengan
manfaat dari memiliki atau menggunakan produk atau jasa yang nilainya ditetapkan
oleh pembeli atau penjual melalui tawar menawar, atau ditetapkan oleh penjual
untuk satu harga yang sama terhadap semua pembeli. Menurut Kotler dan
Armstrong (2012, p. 52), price atau harga merupakan jumlah uang yang dibebankan
untuk suatu produk atau layanan, yang artinya jumlah dari nilai yang ditukarkan
pelanggan untuk kepentingan memiliki atau menggunakan suatu produk atau
layanan.
2.3.2. Metode Penetapan Price
Menurut Tjiptono (2008, p. 152) metode penetapan secara garis besar
dikelompokkan menjadi empat kategori utama, yaitu metode penetapan harga
berbasis permintaan, berbasis biaya, berbasis laba, dan berbasis persaingan.
a. Metode Penetapan Berbasis Permintaan
15 Universitas Kristen Petra
Metode ini lebih menekankan faktor-faktor yang mempengaruhi selera dan
preferensi pelanggan daripada faktor-faktor seperti biaya, laba, dan
persaingan. Permintaan pelanggan sendiri didasarkan pada berbagai
pertimbangan, diantaranya yaitu:
- Kemampuan para pelanggan untuk membeli atau kemauan pelanggan
untuk membeli.
- Posisi suatu produk dalam gaya hidup pelanggan, yakni menyangkut
apakah produk tersebut merupakan simbol status atau hanya produk
- Manfaat yang diberikan produk tersebut kepada pelanggan
- Harga-harga produk substitusi
b. Metode Penetapan Harga Berbasis Biaya
Faktor penentu utama dalam metode ini adalah aspek penawaran atau biaya,
bukan aspek permintaan. Harga ditentukan berdasarkan biaya produksi dan
pemasaran yang ditambah dengan jumlah tertentu sehingga menutupi biaya-
biaya langsung, biaya overhead, dan laba.
c. Metode Penetapan Harga Berbasis Laba
Metode ini berusaha menyeimbangkan pendapatan dan biaya dalam
penetapan harganya. Upaya ini dilakukan atas dasar target volume laba
spesifik atau dinyatakan dalam bentuk persentase terhadap penjualan atau
investasi.
d. Metode Penetapan Harga Berbasis Persaingan
Selain berdasarkan pada pertimbangan biaya, permintaan, atau laba harga
juga dapat ditetapkan atas dasar persaingan.
2.3.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Price
Menurut Tjiptono (2008) faktor-faktor yang mempengaruhi price atau harga
adalah sebagai berikut:
1. Harga Jual
Merupakan harga akhir yang ditetapkan produsen akan suatu produk setelah
adanya perhitungan semua biaya produksi.
2. Kesesuaian Harga
16 Universitas Kristen Petra
Bahwa tinggi rendahnya harag ditetapkan perusahaan sesuai dengan
kualitas produk tersebut, sehingga konsumen akan mendapatkan manfaat
yang seimbang dengan jumlah uang yang dikeluarkan.
3. Perbandingan Harga
Perbandingan mengenai harga yang ditetapkan perusahaan dengan
perusahaan lain dengan produk yang sejenis atau subtitusi sehingga
konsumen akan dapat menetapkan pilihannya terhadap beberapa alternatif
produk tersebut.
2.3.4. Indikator Price
Menurut Kotler dan Amstrong (2012, p. 52) indikator yang mencirikan
price atau harga terdiri dari:
1. Keterjangkauan harga (price affordability)
Konsumen bisa menjangkau harga yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
Produk biasanya ada beberapa jenis dalam satu merek dan harganya juga
berbeda dari termurah sampai termahal. Dengan harga yang ditetapkan para
konsumen banyak yang membeli produk.
2. Kesesuai harga dengan kualitas produk (price compability with product
quality)
Harga sering dijadikan sebagai indikator kualitas bagi konsumen orang
sering memilih harga yang lebih tinggi diantara dua barang karena mereka
melihat adanya perbedaan kualitas. Apabila harga lebih tinggi orang
cenderung beranggapan bahwa kualitasnya juga lebih baik.
3. Daya saing harga (price competitiveness)
Konsumen sering membandingkan harga suatu produk dengan produk
lainnya. Dalam hal ini mahal murahnya harga suatu produk sangat
dipertimbangkan oleh konsumen pada saat akan membeli produk tersebut.
4. Kesesuaian harga dengan manfaat produk (price compability with product
benefits)
Konsumen memutuskan membeli suatu produk jika manfaat yang dirasakan
lebih besar atau sama dengan yang telah dikeluarkan untuk
mendapatkannya. Jika konsumen merasakan manfaat produk lebih kecil
17 Universitas Kristen Petra
dari uang yang dikeluarkan maka konsumen akan beranggapan bahwa
produk tersebut mahal dan konsumen akan berpikir dua kali untuk
melakukan pembelian ulang.
2.4. Promotion
2.4.1. Pengertian Promotion
Promotion atau promosi adalah segala bentuk komunikasi yang digunakan
untuk menginformasikan (to inform), membujuk (to persuade), atau mengingatkan
orang-orang tentang produk yang dihasilkan organisasi, individu maupun rumah
tangga (Kotler dan Armstrong, 2008). Promotion merupakan alat atau bentuk yang
dirancang untuk merangsang konsumen agar melakukan pembelian produk atau
jasa tertentu dengan jumlah yang lebih banyak (Kotler dan Keller, 2007, p. 266).
Sementara Sistaningrum (2002, p. 98) mengungkapkan arti promosi adalah
suatu upaya atau kegiatan perusahaan dalam mempengaruhi ”konsumen aktual”
maupun ”konsumen potensial” agar mereka mau melakukan pembelian terhadap
produk yang ditawarkan, saat ini atau dimasa yang akan datang. Konsumen aktual
adalah konsumen yang langsung membeli produk yang ditawarkan pada saat atau
sesaat setelah promosi produk tersebut dilancarkan perusahaan, dan konsumen
potensial adalah konsumen yang berminat melakukan pembelian terhadap produk
yang ditawarkan perusahaan dimasa yang akan datang.
2.4.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Promotion
Menurut Swastha (2008, p. 355), manajemen tidak dapat terlepas dari
berbagai macam faktor yang mempengaruhinya dalam menentukan kombinasi yang
terbaik dari variabel-variabel promotion. Faktor-faktor yang mempengaruhi
promotion tersebut adalah:
1. Dana yang digunakan untuk promosi
Besarnya dana yang tersedia merupakan faktor penting yang sangat
berperan pada promotion. Perusahaan yang memiliki dana lebih besar,
kegiatan promosinya akan lebih efektif dibandingkan dengan perushaan
yang hanya memiliki sumber dana terbatas.
2. Sifat pasar ada beberapa sifat pasar yang mempengaruhi promotion, yaitu:
18 Universitas Kristen Petra
- Luas pasar secara geografis
Perusahaan yang mempunyai pasar lokal sering mengadakan kegiatan
promosi yang berbeda yang memiliki pasar bertaraf nasional atau
internasional. Bagi perusahaan yang mempunyai pasar lokal mungkin
sudah cukup menggunakan personal selling saja, tetapi bagi perusahaan
yang mempunyai pasar nasional paling tidak harus menggunakan
periklanan.
- Konsentrasi pasar
Jumlah keseluruhan calon pelanggan atau pengguna jasa juga
merupakan suatu pertimbangan dalam menentukan strategi promosi.
Makin banyak calon pelanggan atau pengguna jasa makin efektiflah
penjulan dengan cara personal selling dibandingakn dengan periklanan,
karena personal selling merupakan media promosi yang tepat untuk
peusahaan dalam menjalin hubungan yang baik dengan para
konsumennya.
- Macam pembeli
Macam pelanggan atau pengguna jasa perusahaan juga sangat berperan
penting pada promotional mix, apalagi dalam hal ini membentuk good
public relation bagi perusahaan tersebut nantinya berdasarkan
pelayanan yang telah dilakukan oleh perusahaan.
3. Jenis produk
Produk yang ditawarkan juga merupakan suatu hal penting dalam hal
kegiatan periklanan, yang ditunjang dari kegiatan personal selling, promosi
penjualan serta publisitas sesuai dengan produk tersebut.
4. Tahap-tahap dalam siklus kehidupan barang strategi yang diambil untuk
mempromosikan barang yang dipengaruhi oleh setiap tahap-tahap dalam
siklus kehidupan barang.
- Tahap perkenalan
Tahap ini kegiatan personal selling harus lebih menonjol, daripada
kegiatan promosi lainnya, personal selling bertanggung jawab terhadap
pengenalan produk baru atau pada saat memasuki daerah pemasaran
yang baru.
19 Universitas Kristen Petra
- Tahap pertumbuhan
Tahap ini, personal selling mempunyai peranan yang sangat penting
hanya saja aktivitasnya sudah dapat dikurangi, sebaliknya kegiatan
promosi berupa iklan menjadi lebih dominan.
- Tahap dewasa
Dalam tahap ini, kegiatan promosi penjualan menjadi sangat penting
jika dibandingkan dengan iklan yang hanya diperlukan untuk
mengingatkan kembali.
- Tahap kemunduran
Di tahap ini, iklan dapat dipertahankan untuk meningkatkan kembali
ingatan konsumen, sementara promosi penjualan harus lebih giat lagi
dilaksanakan.
2.4.3. Indikator Promotion
Menurut Kotler dan Armstrong (2008, p. 256) untuk mengukur promosi
digunakan indikator sebagai berikut:
a. Sales promotion (promosi penjualan) yaitu insentif-insentif jangka pendek
yang dirancang untuk mendorong pembelian atau penjualan sebuah produk
atau jasa dengan lebih cepat dan lebih besar. Promosi penjualan mencakup
potongan harga, cinderamata, kupon, garansi, pajangan ditempat pembelian
dan peragaan, serta promosi bisnis dan tenaga penjualan seperti iklan
khusus, kontes dan pameran.
b. Public relation and publicity (hubungan masyarakat dan publisitas) yaitu
membangun hubungan baik dengan berbagai public perusahaan dengan
sejumlah cara supaya memperoleh publisitas yang menguntungkan,
membanguin citra perusahaan yang bagus, dan menangani atau meluruskan
rumor, cerita, serta event yang tidak menguntungkan.
c. Personal selling (penjualan secara pribadi) yaitu presentasi personal oleh
tenaga penjualan sebuah perusahaan dengan tujuan menghasilkan transaksi
penjualan dan membangun hubungan dengan pelanggan. Penjual harus
mempunyai kemampuan bernegosiasi sesuai syarat-syarat penjualan.
20 Universitas Kristen Petra
d. Direct marketing (pemasaran secara langsung) yaitu hubungan-hubungan
langsung dengan masing-masing pelanggan yang dibidik secara seksama
dengan tujuan baik untuk memperoleh tanggapan segera, maupun untuk
membina hubungan dengan pelanggan yang langgeng. Dengan demikian
maka promosi merupakan kegiatan perusahaan yang dilakukan dalam
rangka memperkenalkan produk kepada konsumen sehingga dengan
kegiatan tersebut konsumen tertarik untuk melakukan pembelian.
2.5. Buying Decision
2.5.1. Pengertian Buying Decision
Kehidupan manusia tidak lepas dari melakukan jual beli. Sebelum
melakukan pembelian, seseorang biasanya akan melakukan keputusan pembelian
terlebih dahulu terhadap suatu produk. Keputusan pembelian merupakan kegiatan
individu yang secara langsung terlibat dalam pengambilan keputusan untuk
melakukan pembelian terhadap produk yang ditawarkan oleh penjual dikarenakan
pertimbangan oleh beberapa faktor. Pengertian keputusan pembelian, menurut
Kotler & Keller (2012, p. 193) buying decision merupakan suatu keputusan yang
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang akan membuat konsumen secara aktual
mempertimbangkan segala sesuatu dan pada akhirnya konsumen membeli produk
yang paling mereka sukai. Pengambilan keputusan merupakan suatu kegiatan
individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan
barang yang ditawarkan. Keputusan pembelian merupakan tahap pengambilan
keputusan dimana konsumen benar-benar membeli (Kotler, 2001). Sedangkan
menurut Peter dan Olson (2000) keputusan pembelian adalah proses
mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku
alternatif dan memilih salah satu diantaranya. Keputusan pembelian menurut
Schiffman dan Kanuk (2000) adalah pemilihan suatu tindakan dari dua pilihan
alternatif atau lebih. Setiadi (2003), menuturkan pengambilan keputusan yang
diambil oleh konsumen dapat disebut sebagai pemecahan masalah. Dalam proses
pengambilan keputusan, konsumen memiliki sasaran atau perilaku mana yang ingin
dilakukan untuk mencapai sasaran tersebut. Dengan demikian hal ini dapat
membantu memecahkan masalahnya. Selanjutnya dijelaskan pemecahan masalah
21 Universitas Kristen Petra
merupakan suatu aliran timbal balik yang berkesinambungan diantara faktor
lingkungan, proses kognitif dan afektif serta tindakan perilaku. Pada tahap pertama
merupakan pemahaman adanya masalah. Selanjutnya terjadi evaluasi terhadap
alternatif yang ada dan tindakan yang paling sesuai dipilih. Pada tahap selanjutnya,
pembelian dinyatakan dalam tindakan yang pada akhirnya barang yang telah dipilih
atau ditunjuk akan digunakan dan konsumen akan melakukan evaluasi ulang
mengenai keputusan yang telah diambilnya.
Pranoto (2008), juga menjelaskan perilaku pengambilan keputusan oleh
konsumen untuk melakukan pembelian produk atau jasa diawali dengan adanya
kesadaran atas pemenuhan kebutuhan atau keinginan dan menyadari adanya
masalah selanjutnya, maka konsumen akan melakukan beberapa tahap yang pada
akhirnya sampai pada tahap evaluasi pasca pembelian. Menurut Assauri (2004)
Keputusan pembelian merupakan suatu proses pengambilan keputusan akan
pembelian yang mencakup penentuan apa yang akan dibeli atau tidak melakukan
pembelian dan keputusan itu diperoleh dari kegiatan-kegiatan sebelumnya. Dari
beberapa pengertian pengambilan keputusan yang telah dipaparkan diatas, maka
dapat diambil kesimpulan bahwa keputusan pembelian adalah suatu proses
pengambilan keputusan akan pembelian yang akan menentukan dibeli atau tidaknya
pembelian tersebut yang diawali dengan kesadaran atas pemenuhan atau keinginan.
2.5.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Buying Decision
Kotler (2007) menyatakan bahwa perilaku pembelian konsumen
dipengaruhi oleh faktor- faktor berikut :
a. Faktor budaya
Faktor-faktor budaya mempunyai pengaruh yang paling luas dan paling
dalam. Budaya, sub-budaya, dan kelas sosial sangat penting bagi perilaku
pembelian. Budaya merupakan penentu keinginan dan perilaku yang paling
dasar. Sub budaya mencakup kebangsaan, agama, kelompok ras, dan
wilayah geografis. Sedangkan kelas sosial adalah pembagian masyarakat
yang relatif homogen dan permanen, yang tersusun secara hirarkis dan yang
para anggotanya menganut nilai, minat, dan perilaku yang serupa. Kelas
22 Universitas Kristen Petra
sosial tidak hanya mencerminkan penghasilan, tetapi juga indikator lain
seperti pekerjaan, pendidikan, dan wilayah tempat tinggal.
b. Faktor sosial
Selain faktor budaya, perilaku konsumen dipengaruhi oleh faktor-faktor
sosial seperti kelompok acuan, keluarga, serta peran dan status sosial
masyarakat.
- Kelompok Acuan
Kelompok acuan seseorang terdiri atas semua kelompok di sekitar
individu yang mempunyai pengaruh baik langsung maupun tidak
langsung terhadap perilaku individu tersebut (Kotler, 2007). Kelompok
acuan mempengaruhi pendirian dan konsep pribadi seseorang karena
individu biasanya berhasrat untuk berperilaku sama dengan kelompok
acuan tersebut (Kotler, 2007).
- Keluarga
Keluarga sendiri biasanya menjadi sumber orientasi dalam perilaku.
Anak akan cenderung berperilaku sama dengan orang tua saat mereka
melihat perilaku orang tua mereka mendatangkan manfaat atau
keuntungan (Kotler, 2007).
- Peran dan status dalam masyarakat
Peranan adalah kegiatan yang diharapkan untuk dilakukan mengacu
pada orang-orang di sekellilingnya. Sedang status adalah pengakuan
umum masyarakat sesuai dengan peran yang dijalankan. Setiap individu
dan status yang disandangnya akan mempengaruhi perilakunya (Kotler,
2007).
c. Faktor pribadi
Keputusan pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi.
Karakteristik tersebut meliputi usia dan tahap siklus hidup, pekerjaan,
keadaan ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan konsep diri pembeli.
- Usia dan Tahap Siklus Hidup
Individu dalam membeli barang atau jasa biasanya disesuaikan dengan
perubahan usia mereka. Pola konsumsi yang terbentuk juga berbeda
antara individu-individu yang usianya berbeda (Kotler, 2007).
23 Universitas Kristen Petra
- Pekerjaan
Pekerjaan individu tentunya ikut mempengaruhi perilaku pembelian
individu. Penghasilan yang mereka peroleh dari pekerjaannya itulah
yang menjadi determinan penting dalam perilaku pembelian mereka
(Kotler, 2007).
- Gaya Hidup
Gaya hidup merupakan pola kehidupan seseorang sebagaimana
tercermin dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup akan sangat
mempengaruhi pola tindakan dan perilaku individu (Kotler, 2007).
- Kepribadian
Kepribadian adalah karakteristik psikologi yang berbeda dari seseorang
yang menyebabkan tanggapan yang relatif konsisten dan tetap terhadap
lingkungannya (Kotler, 2007).
d. Faktor psikologis
Pilihan pembelian seseorang dipengaruhi oleh empat faktor psikologi
utama. Faktor-faktor tersebut terdiri dari motivasi, persepsi, pembelajaran,
serta keyakinan dan sikap. Kebutuhan akan menjadi motif jika ia didorong
hingga mencapai tahap intensitas yang memadai. Motif adalah kebutuhan
yang memadai untuk mendorong seseorang bertindak. Persepsi adalah
proses yang digunakan oleh individu untuk memilih, mengorganisasi, dan
menginterpretasi masukan informasi guna menciptakan gambaran dunia
yang memiliki arti. Persepsi dapat sangat beragam antara individu satu
dengan yang lain yang mengalami realitas yang sama.
- Motivasi
Motivasi adalah kebutuhan yang memadai untuk mendorong seseorang
bertindak. Seseorang memiliki banyak kebutuhan pada waktu tertentu.
Beberapa kebutuhan bersifat biogenis; kebutuhan tersebut muncul dari
tekanan biologis seperti lapar, haus, tidak nyaman. Sedangkan
kebutuhan yang lain bersifat psikogenis; kebutuhan tersebut muncul dari
tekanan psikologis seperti kebutuhan akan pengakuan, penghargaan,
atau rasa keanggotaan kelompok (Kotler, 2007).
- Persepsi
24 Universitas Kristen Petra
Disamping motivasi mendasari seseorang untuk melakukan keputusan
pembelian maka akan dipengaruhi juga oleh persepsinya terhadap apa
yang diinginkan. Konsumen akan menampakkan perilakunya setelah
melakukan persepsi terhadap keputusan apa yang akan diambil dalam
membeli suatu produk (Kotler, 2009).
- Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu proses, yang selalu berkembang dan berubah
sebagai hasil dari informasi terbaru yang diterima (mungkin didapatkan
dari membaca, diskusi, observasi, berpikir) atau dari pengalaman
sesungguhnya, baik informasi terbaru yang diterima maupun pengala-
man pribadi bertindak sebagai feedback bagi individu dan menyediakan
dasar bagi perilaku masa depan dalam situasi yang sama (Schiffman dan
Kanuk, 2004).
- Keyakinan dan Sikap
Keyakinan adalah pemikiran deskriptif bahwa seseorang mempercayai
sesuatu. Beliefs dapat didasarkan pada pengetahuan asli, opini, dan iman
(Kotler dan Armstrong, 2005). Sedangkan sikap adalah evaluasi,
perasaan suka atau tidak suka, dan kecenderungan yang relatif konsisten
dari seseorang pada sebuah obyek atau ide (Kotler dan Armstrong,
2005).
Ada dua faktor yang dapat mempengaruhi maksud pengambilan dan
keputusan membeli (Engel, 1994) yaitu :
a. Sikap atau pendirian orang lain
Pendirian orang lain dapat mengurangi alternatif yang disukai seseorang.
Hal ini tergantung pada dua hal, antara lain :
- Intensitas dari pendirian negatif orang lain terhadap alternatif yang
disukai konsumen.
- Motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang lain.
b. Faktor situasi yang tidak dapat diantisipasi.
Konsumen membentuk suatu maksud pembelian atas dasar faktor-faktor
seperti pendapatan keluarga, harga yang diharapkan dan manfaat produk
yang diinginkan.
25 Universitas Kristen Petra
Menurut Engel, Blackwell dan Miniard (1995) pengambilan keputusan
pembelian dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dikelompokkan menjadi dua
bagian yaitu berasal dari lingkungan (eksternal) dan bersifat individual (internal).
a. Faktor eksternal
Beberapa faktor dari lingkungan (eksternal) yang mempengaruhi proses
pengambilan keputusan membeli (Engel et al, 1995) antara lain :
- Budaya
Aspek kebudayaan menjadi dasar nilai, keyakinan dan tindakan
konsumen dalam pengambilan keputusan membeli. Menurut Engel et al
(1995) ada beberapa variasi dalam nilai budaya yang mempengaruhi
keputusan membeli :
1. Other oriented values
Mencerminkan pandangan masyarakat tentang hubungan antara
individu dengan kelompok (keseragaman vs eksentrik)
2. Environment oriented values
Mencerminkan pandangan masyarakat pada lingkungan fisik
yang berkaitan dengan hal–hal yang bersifat ekonomis maupun
teknis
3. Self oriented values
Mencerminkan hal–hal yang obyektif dan pendekatan hidup
dimana anggota masyarakat secara individual menemukan hal–
hal yang menyenangkan.
- Kelas sosial
Kelas sosial mengacu pada pengelompokkan orang yang sama dalam
perilaku mereka didalam pasar.
- Demografi
Harrel (1986) mengemukakan bahwa perilaku konsumen lebih
menekankan pada aspek-aspek yang menetap dan mengacu pada
populasi suatu daerah yang bersifat kuantitatif seperti, usia, pendapatan,
pekerjaan, jenis kelamin, pendidikan dan kode wilayah.
Sementara itu Engel et al (1995) mengemukakan bahwa faktor
demografi yaitu status sosial ekonomi meliputi pekerjaan, pendapatan
26 Universitas Kristen Petra
dan kekayaan. Setiap produsen juga memperhitungkan aspek demografi
dalam menghasilkan suatu produk.
- Pengaruh kelompok
Kebanyakan perilaku konsumen dipengaruhi oleh kelompok (Engel et
al, 1995) khususnya dipengaruhi oleh kelompok referensi, cara berpikir
dan nilai yang dianut kelompok mempengaruhi perilaku individu.
- Keluarga
Keluarga adalah pusat pembelian yang merefleksikan kegiatan dan
pengaruh individu yang membentuk keluarga yang bersangkutan (Engel
et al, 1995)
2.5.3. Tahap-Tahap Proses Pengambilan Buying Decision
Menurut Kotler dan Armstrong (2008), tahapan dalam proses pengambilan
keputusan pembelian terdiri dari empat tahap, yaitu :
- Pengenalan masalah
Proses pembelian dimulai ketika pembeli mengenali masalah atau
kebutuhan. Kebutuhan tersebut dapat dicetuskan oleh rangsangan internal
atau eksternal. Para pemasar perlu mengidentifikasi keadaan yang memicu
kebutuhan tertentu. Dengan mengumpulkan informasi dari sejumlah
konsumen, para pemasar dapat mengidentifikasikan rangsangan yang paling
sering membangkitkan minat akan kategori yang mampu memicu minat
konsumen.
- Pencarian informasi
Konsumen yang terangsang kebutuhannya akan terdorong untuk mencari
informasi yang lebih banyak. Kita dapat membaginya kedalam dua level
rangsangan. Situasi pencarian informasi yang lebih ringan dinamakan
penguatan perhatian. Pada level itu orang hanya sekedar lebih peka terhadap
informasi produk. Pada level selanjutnya, orang itu mungkin masuk ke
pencarian informasi secara aktif : mencari bahan bacaan, menelpon teman,
dan mengunjungi toko untuk mempelajari produk tertentu.
Sumber informasi konsumen digolongkan kedalam empat kelompok :
1. Sumber pribadi: keluarga, teman, tetangga, kenalan.
27 Universitas Kristen Petra
2. Sumber komersial: iklan, wiraniaga, penyalur, kemasan, pajangan di
toko.
1. Sumber publik: media massa, organisasi penentu peringkat konsumen.
2. Sumber pengalaman: pengenalan, pengkajian, dan pemakaian produk.
- Evaluasi alternative
Terdapat beberapa proses evaluasi keputusan, dan model yang terbaru
memandang proses evaluasi konsumen sebagai proses yang berorientasi
kognitif, yaitu model tersebut menganggap konsumen membentuk penilaian
atas produk dengan sangat sadar dan rasional. Beberapa konsep dasar akan
membantu kita memahami proses evaluasi konsumen: pertama, konsumen
berusaha memenuhi kebutuhan. Kedua, konsumen memandang masing–
masing produk sebagai sekumpulan atribut dengan kemampuan yang
berbeda-beda dalam memberikan manfaat yang digunakan untuk
memuaskan kebutuhan itu. Para konsumen memiliki sikap yang berbeda-
beda dalam memandang berbagai atribut yang dianggap relevan dan
penting. Mereka akan memberikan perhatian terbesar pada atribut yang
memberikan manfaat yang dicarinya.
- Keputusan pembelian
Dalam tahap evaluasi, para konsumen membentuk preferensi atas merek-
merek yang ada di dalam kumpulan pilihan. Konsumen tersebut juga dapat
membentuk niat untuk membeli merek yang paling disukai. Terdapat dua
faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen yaitu, faktor
pertama adalah sikap orang lain.
Sejauh mana sikap orang lain mengurangi alternatif yang disukai seseorang
akan bergantung pada dua hal :
- Intensitas sikap negatif orang lain terhadap alternatif yang disukai
konsumen dan motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang lain.
Semakin gencar sikap negatif orang lain dan semakin dekat orang lain
tersebut dengan konsumen, konsumen akan semakin mengubah niat
pembeliannya.
- Faktor kedua adalah faktor sutuasi yang tidak terantisipasi yang dapat
muncul dan mengubah niat pembelian, seperti : harga yang diharapkan, dan
28 Universitas Kristen Petra
manfaat yang diharapkan. Tahap-tahap proses pengambilan keputusan
pembelian di atas menunjukkan bahwa para konsumen harus melalui
seluruh urutan tahap ketika membeli produk, namun tidak selalu begitu.
Para konsumen dapat melewati atau membalik beberapa tahap.
Gambar 2.1 Tahap-tahap Proses Pengambilan Keputusan (Kotler dan Armstrong,
2008)
Keputusan konsumen timbul karena adanya penilaian objektif atau karena
dorongan emosi. Keputusan untuk bertindak adalah hasil dari serangkaian aktivitas
dan rangsangan mental emosional. Proses untuk menganalisa, merasakan dan
memutuskan, pada dasarnya adalah sama seperti seorang individu dalam
memecahkan banyak permasalahannya. Pada dasarnya pengambilan keputusan
konsumen terhadap suatu produk berbeda-beda tergantung pada jenis keputusan
pembeliannya. Pembelian yang rumit dan mahal mungkin melibatkan banyak
peserta tetapi dalam proses pembelian tertentu. Konsumen harus melewati beberapa
tahap, yang dikenal dengan “model tingkat”.
Model ini menunjukkan bahwa konsumen harus melalui 5 (lima) tahapan –
tahapan dalam proses pembelian dalam sebuah produk. Menurut Kotler & Keller
(2009) tahap – tahap proses keputusan pembelian konsumen yaitu :
- Pengenalan Masalah (Need Recognition)
Proses pembelian dimulai ketika pembeli menyadari suatu masalah atau
kebutuhan yang dipicu oleh rangsangan internal atau eksternal. Dengan
rangsangan internal, salah satu kebutuhan maksimum dan menjadi
dorongan atau kebutuhan bisa timbul akibat rangsangan eksternal.
- Pencarian informasi (Information search)
Ternyata, konsumen sering mencari jumlah informasi yang terbatas. Survei
memperlihatkan untuk barang tahan lama, setengah dari semua konsumen
hanya melihat satu toko, dan hanya 30% yang melihat lebih dari satu merek
peralatan. Keadaan pencarian yang lebih rendah disebut perhatian tajam.
29 Universitas Kristen Petra
Pada tingkat ini seseorang hanya menjadi lebih reseptif terhadap informasi
tentang sebuah produk. Pada tingkat berikutnya, seseorang dapat memasuki
pencarian informasi aktif: mencari bahan bacaan, menelepon teman,
melakukan kegiatan online, dan mengunjungi toko untuk mempelajari
produk tersebut.
Sumber informasi terdiri dari empat kelompok, yaitu :
a. Pribadi: Keluarga, teman, tetangga, rekan
b. Komersial: Iklan, situs Web, wiraniaga, penyalur, kemasan,
tampilan
c. Publik: Media massa, organisasi pemeringkat konsumen
d. Eksperimental: Penanganan, pemeriksaan, penggunaan produk.
- Evaluasi Alternatif (Evaluation of Alternative)
Beberapa konsep yang akan membantu dalam memahami proses evaluasi.
Pertama, konsumen berusaha memuaskan sebuah kebutuhan. Kedua,
konsumen mencari manfaat tertentu dari solusi produk. Ketiga, konsumen
melihat masing-masing produk sebagai sekelompok atribut dengan berbagai
kemampuan untuk menghantarkan manfaat yang diperlukan untuk
memuaskan kebutuhan ini. Konsumen akan memberikan perhatian terbesar
pada atribut yang menghantarkan manfaat yang memenuhi kebutuhan.
Melalui pengalaman dan pembelajaran, masyarakat mendapatkan
keyakinan dan sikap. Selanjutnya, keyakinan dan sikap mempengaruhi
perilaku konsumen. Konsumen sampai pada sikap terhadap berbagai merek
melalui prosedur penilaian atribut. Konsumen mengembangkan sejumlah
keyakinan dimana masing – masing merek terdiri atas setiap atribut.
- Model ekspektansi nilai (expectancy-value model) pembentukan sikap
menduga bahwa konsumen mengevaluasi produk dan jasa dengan
menggabungkan keyakinan merek mereka positif dan negatif berdasarkan
arti pentingnya.
- Keputusan Pembelian (Purchase behavior)
Dalam melaksanakan maksud pembelian, konsumen dapat membentuk lima
sub keputusan : merek, penyalur, kuantitas, waktu dan metode pembayaran.
30 Universitas Kristen Petra
Jika konsumen membentuk evaluasi merek, dua faktor umum dapat
mengintervensi antara maksud pembelian dan keputusan pembelian.
2.5.4. Struktur Buying Decision
Keputusan pembelian atau buying decision yang diambil oleh pembeli
sebenarnya merupakan kumpulan dari sejumlah keputusan yang terorganisir.
Menurut Kotler dan Armstrong (2008) setiap keputusan pembelian mempunyai
struktur sebanyak tujuh komponen. Komponen–komponen tersebut antara lain :
- Keputusan tentang jenis produk
Konsumen dapat mengambil keputusan pembelian suatu produk atau
menggunakan uangnya untuk tujuan lain. Dalam hal ini, perusahaan harus
memusatkan perhatiannya kepada orang-orang yang berminat membeli
suatu produk serta alternative lain yang mereka pertimbangkan.
- Keputusan tentang bentuk produk
Konsumen dapat mengambil keputusan pembelian dalam suatu produk.
Keputusan tersebut menyangkut pula ukuran, mutu, corak, dan sebagainya.
Dalam hal ini, perusahaan harus melakukan riset pemasaran untu
mengetahui kesukaan konsumen tentang produk yang bersangkutan agar
dapat memaksimalkan daya tarik mereknya.
- Keputusan tentang merek
Konsumen harus mengambil keputusan tentang merek mana yang akan
dibeli. Setiap merek memiliki perbedaan-perbedaan tersendiri. Dalam hal
ini, perusahaan harus mengetahui bagaimana konsumen harus memilih
sebuah merek dalam melakukan pembeliannya, merek yang sudah dikenal
memiliki nama akan memudahkan konsumen dalam mengambil keputu-
sannya.
- Keputusan tentang penjualan
Konsumen harus megambil keputusan dimana produk tersebut akan dibeli.
Dalam hal ini produsen, pedagang besar dan pengecer harus mengetahui
bagaimana konsumen menyukai barang tersebut.
- Keputusan tentang jumlah produk
31 Universitas Kristen Petra
Konsumen dapat mengambil keputusan tentang seberapa banyak produk
yang akan dibelinya pada suatu saat. Dalam hal ini, perusahaan harus
mempersiapkan banyaknya produk sesuai dengan keinginan yang berbeda-
beda dari para pembeli
- Keputusan tentang waktu pembelian
Konsumen dapat mengambil keputusan tentang kapan ia harus melakukan
pembelian. Masalah ini menyangkut tersedianya uang untuk membeli
produk. Oleh karena itu perusahaan harus dapat mengukur waktu produksi
dan kegiatan pemasaran.
- Keputusan tentang cara pembayaran
Konsumen harus mengambil keputusan tentang metode atau cara
pembayaran produk yang akan dibeli, secara tunai atau kredit. Keputusan
tersebut akan mempengaruhi keputusan tentang tentang penjual dan jumlah
pembelinya. Dalam hal ini, perusahaan harus mengetahui keinginan
pembeli terhadap cara pembayarannya.
Menurut Kotler & Armstrong (2008) ada enam keputusan yang dilakukan
oleh pembeli, yaitu:
1. Pilihan Produk
Konsumen dapat mengambil keputusan untuk membeli suatu produk atau
menggunakan uangnya untuk tujuan lain. Dalam hal ini perusahaan harus
memutuskan perhatiannya kepada orang-orang yang berminat membeli
suatu produk alternatif yang mereka pertimbangkan.
2. Pilihan Merek
Konsumen harus memutuskan merek mana yang akan dipilih. Setiap merek
memiliki perbedaan-perbedaan tersendiri. Dalam hal ini perusahaan harus
mengetahui bagaimana konsumen memilih sebuah merek.
3. Pilihan Saluran Distribusi
Konsumen harus mengambil keputusan tentang cara mana yang akan
digunakan untuk melakukan pembelian. Setiap konsumen berbeda-beda
dalam hal menentukan cara yang mana yang paling efektif dikarenakan
32 Universitas Kristen Petra
faktor lokasi, harga yang murah, persediaan barang yang lengkap,
kenyamanan berbelanja, keluasan tempat dan sebagainya.
4. Waktu Pembelian
Keputusan konsumen dalam pemilihan waktu berbelanja atau membeli bisa
berbeda-beda, misalnya ada yang berdasarkan waktu liburan, keperluan
bisnis, mengisi waktu luang, seminar, event, dan sebagainya.
5. Jumlah Pembelian
Konsumen dapat mengambil keputusan tentang seberapa banyak produk
yang akan dipesan pada suatu saat.
6. Metode Pembayaran
Konsumen dalam membeli produk pasti harus melakukan suatu
pembayaran. Pada saat pembayaran inilah biasanya konsumen ada yang
melakukan pembayaran secara tunai maupun menggunakan kartu kredit.
Hal ini tergantung dari kesanggupan tamu dalam melakukan suatu
pembayaran.
2.5.5. Indikator Buying Decision
Menurut Kotler dan Keller (2012, p. 184) ada lima indikator keputusan
pembelian, yaitu :
a. Pilihan produk
Konsumen dapat mengambil keputusan untuk membeli sebuah produk atau
menggunakan uangnya untuk tujuan lain. Dalam hal ini perusahaan harus
memusatkan perhatiannya kepada orang-orang yang berminat membeli
sebuah produk serta alternatif yang mereka pertimbangkan.
b. Pilihan merek
Pembeli harus mengambil keputusan tentang merek mana yang akan dibeli.
Setiap merek memiliki perbedaan-perbedaan tersendiri. Dalam hal ini
perusahaan harus mengetahui bagaimana konsumen memilih sebuah merek.
c. Pilihan penyalur
Pembeli harus mengambil keputusan penyalur mana yang akan dikunjungi.
Setiap pembeli mempunyai pertimbangan yang berbeda-beda dalam hal
33 Universitas Kristen Petra
menentukan penyalur bisa dikarenakan faktor lokasi yang dekat, harga yang
murah, persediaan barang yang lengkap dan lain-lain.
d. Waktu pembelian
Keputusan konsumen dalam pemilihan waktu pembelian bisa berbeda-beda,
e. Jumlah pembelian
Konsumen dapat mengambil keputusan tentang seberapa banyak produk
yang akan dibelinya pada suatu saat. Pembelian yang dilakukan mungkin
lebih dari satu. Dalam hal ini perusahaan harus mempersiapkan banyaknya
produk sesuai dengan keinginan yang berbeda-beda dari para pembeli.
2.6. Hubungan Antar Konsep
2.6.1. Hubungan Customer Perception Terhadap Buying Decision
Menurut Arker (1998), menyatakan bahwa persepsi kualitas (perceived
quality) akan mempengaruhi buying decision dan brand loyalty secara langsung.
Persepsi kualitas harus diikuti dengan peningkatan kualitas yang nyata dari
produknya. Kesan atau kualitas yang dirasakan mencerminkan perasaan konsumen
cara menyeluruh mengenai suatu merek, sehingga menjadi sangat berperan dalam
keputusan konsumen dalam memutuskan merek yang akan dibeli. Pada penelitian
Purba (2012) pada kasus produk private label Hypermarket Carefour di kota
Semarang menyatakan bahwa perceived quality terbukti positif dan signifikan
mempengaruhi keputusan pembelian. Penelitian Andriyanto (2009), pada kasus
produk Gtman dikatakan bahwa variabel persepsi kualitas (perceived quality)
terbukti secara signifikan mempengaruhi variabel keputusan pembelian.
Pada penelitian Suprapti (2010), yang menyatakan bahwa perceived quality
mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian sepeda
motor Yahama Mio CW di Harpindo Semarang. Penelitian Fapria (2009) pada
kasus sabun mandi padat Lifebuoy di Ungaran yang menunjukkan bahwa persepsi
kualitas berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian. Hal serupa juga
terdapat dalam penelitian Yee Johnn Choy (2010), menyatakan bahwa perceived
quality berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian
Automobile.
H1 : Adanya pengaruh customer perception terhadap buying decision
34 Universitas Kristen Petra
2.6.2. Hubungan Perceived Value Terhadap Buying Decision
Perceived value merupakan penilaian yang diberikan oleh konsumen secara
keseluruhan terhadap total manfaat produk yang diterima oleh konsumen dengan
didasarkan pada apa yang mereka terima dan total biaya yang dikeluarkan
konsumen untuk membeli produk tersebut. Dalam Penelitian Yee dan San (2012)
menunjukkan bahwa perceived value yang dirasakan oleh konsumen memiliki
hubungan positif dengan keputusan pembelian, hasil penelitian juga menunjukkan
bahwa perceived value adalah faktor yang mempengaruhi konsumen akan perhatian
tentang kapan mereka ingin membeli. Hasil penelitian dari Suprapti (2010) yang
berjudul analisis pengaruh brand awareness, perceived value, organizational
association dan perceived quality terhadap keputusan pembelian konsumen
menunjukan bahwa perceived value berpengaruh signifikan terhadap Keputusan
Pembelian. Sejalan juga dengan penelitian Zeithaml (1988) yang berjudul
consumer perceptions of price, quality, and value: a means-end model and
synthesis of evidence, menunjukan perceived value berpengaruh signifikan terhadap
buying decision.
H2 : Adanya pengaruh perceived value terhadap buying decision
2.6.3. Hubungan Price Terhadap Buying Decision
Price merupakan salah satu faktor penentu konsumen dalam menentukan
suatu keputusan pembelian terhadap suatu produk maupun jasa. Konsumen akan
sangat memperhatikan harga apabila produk atau jasa yang akan dibeli tersebut
merupakan kebutuhan sehari-hari seperti makanan, minuman dan kebutuhan pokok
lainnya. Pengusaha perlu memperhatikan hal ini, karena dalam persaingan usaha,
harga yang ditawarkan oleh pesaing bisa lebih rendah dengan kualitas yang sama
atau bahkan dengan kualitas yang lebih baik. Hal ini berarti bahwa dalam penentuan
harga produk atau jasa yang dijual, baik perusahaan besar maupun usaha kecil
sekalipun harus memperhatikan konsumen dan para pesaingnya. Konsumen ketika
akan melakukan pembelian sebuah produk barang ataupun jasa, seorang konsumen
pasti akan memperhatikan harga produknya, apakah sesuai dengan kemampuan
financial atau tidak. Harga yang dibayarkan oleh konsumen pada sebuah produk
35 Universitas Kristen Petra
yang dibeli apakah sudah sebanding dengan manfaat yang akan diterima, oleh
karena itu harga dapat mempengaruhi keputusan pembelian seorang kosumen.
Harga yang dipilih akan berpengaruh langsung terhadap tingkat permintaan
dan menentukan tingkat aktivitas pembelian serta harga juga akan mampu
mendorong penjualan dan pangsa pasar (Tjiptono, 2015, p. 291). Harga merupakan
jumlah uang yang harus dibayar konsumen untuk dapat memperoleh suatu
keinginan atau kebutuhannya. Dengan adanya ketentuan harga maka konsumen
dapat mengukur kemampuannya untuk dapat memenuhi kebutuhannya. Harga
merupakan suatu hal utama yang menjadi pertimbangan konsumen dalam
menentukan keputusan pembelian. Jadi harga diduga dapat berpengaruh terhadap
keputusan konsumen.
H3 : Adanya pengaruh price terhadap buying decision
2.6.4. Hubungan Promotion Terhadap Buying Decision
Strategi pemasaran banyak berkaitan dengan komunikasi. Promosi
merupakan salah satu bentuk khusus komunikasi untuk memenuhi fungsi
pemasaran. Untuk dapat menjalankan fungsi pemasaran, maka hal yang harus
dilakukan dalam kegiatan promosi harus lebih dari sekedar memberikan informasi
kepada khalayak. Promosi harus mampu membujuk khalayak ramai agar mampu
tertarik terhadap suatu produk yang dipromosikan dan berperilaku sedemikian rupa
sesuai dengan strategi pemasaran untuk mencetak penjualan dan keuntungan.
Promosi akan membawa dan mengarahkan konsumen membeli produk-produk
yang telah dirancang oleh produsen sedemikian rupa guna memenuhi kebutuhan
konsumen dan memberikan tingkat kepuasan kepada konsumen. Singkatnya,
melalui kegiatan promosi mampu menarik perhatian konsumen agar tertarik untuk
membeli produk, serta mampu memberikan respon pembeli yang kuat,
mendramatisasi penawaran produk dan mendongkrak penjualan dalam jangka
pendek (Tjiptono, 2015, p. 393). Dengan kegiatan promosi masyarakat dapat
melakukan berbagai pertimbangan untuk melakukan keputusan pembelian suatu
barang dalam hal ini adalah bahan bakar minyak jenis Pertalite. Jadi promosi diduga
dapat berpengaruh terhadap keputusan konsumen.
H4: Adanya pengaruh promotion terhadap buying decision
36 Universitas Kristen Petra
2.6. Kerangka Penelitian
Gambar 2.2 Kerangka Penelitian
Sumber: Kotler (2005, p. 216); Kotler & Keller (2012, p. 136); Kotler & Armstrong
(2012, p. 52); Kotler & Armstrong (2008. p. 256); Kotler & Keller (2012, p. 184)
Promotion (X4)
a. Sales Promotion
b. Public Relation and
Publicity
c. Personal Selling
d. Direct Marketing
Perceived Value (X2)
a. Kelayakan produk
b. Kualitas layanan
c. Faktor emosional
d. Kemudahan
Buying Decision (Y)
a. Pilihan produk
b. Pilihan merek
c. Pilihan penyalur
d. Waktu pembelian
e. Jumlah pembelian
Price (X3)
a. Keterjangkauan harga
(price affordability)
b. Kesesuaian harga
dengan kualitas
produk (price
compability with
product quality)
c. Daya saing harga
d. Kesesuaian harga
dengan manfaat
produk
Customer Perception (X1)
a. Kesadaran Merek
b. Persepsi Kualitas
c. Persepsi Nilai
H1
H2
H3
H4