2. Akad Perbankan Syariah

21
ASPEK LEGAL BANK SYARIAH Oleh Amri Mahmud, SH., MH. Makassar, 08 April 2011 1

Transcript of 2. Akad Perbankan Syariah

Page 1: 2. Akad Perbankan Syariah

ASPEK LEGAL BANK SYARIAH

Oleh

Amri Mahmud, SH., MH.Makassar, 08 April 2011

1

Page 2: 2. Akad Perbankan Syariah

Sumber Hukum Perjanjian Kredit Bank Konvensional

KUH Perdata, KUH Dagang, UU No.1/95 jo UU 40/07 tentang PT, UU No.7/92 jo UU10/98 Tentang Perbankan UU No.23/99 jo UU 3/04 tentang Bank Indonesia, SK BI., SE BI.

Pasal-pasal dalam KUH Perdata Pasal 1388 : Kebebasan membuat suatu perjanjian. Pasal 1320 : Sahnya suatu perjanjian Pasal 1381 : Batalnya Perjanjian

Hukum yang berlaku dalam perjanjian Bank Syariah : Hukum Syariah Islam Hukum Positif

Transaksi Syariah PBI : mempunyai akad tersendiri sesuai jenis transaksi syariahnya dan tidak boleh mengandung : Gharar (spekulatif), Maisyir (perjudian), Riba (bunga), Zalim (aniaya), Risywah (sogok), Barang haram dan maksiat

2

Page 3: 2. Akad Perbankan Syariah

Dasar Hukum Perbankan Syariah- Undang undang No 7 tahun 1992- Undang Undang No 10 tahun 1998- Undang Undang No.21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah- Ketentuan BI tentang Bank Umum Syariah:

SE BI No. 32/2/UPPB tanggal 12 Mei 1999 SK Dir BI No. 32/34/KEP/DIR tanggal 12 Mei 1999 PBI 6/24/PBI/2004 tanggal 14 Oktober 2004

- Ketentuan BI tentang BPR Syariah

SE BI No 32/4/UPPB tanggal 12 Mei 1999 SK Dir BI No 32/36/KEP/DIR tanggal 12 Mei 1999 PBI 6/17/2004 tanggal 1 Juli 2004

- PBI No. 7/46/PBI/2005 tentang Akad-akad Perbankan Syariah diganti dengan

- PBI No. 9/19/PBI/2007 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana serta Pelayanan Jasa Bank Syariah

3

Page 4: 2. Akad Perbankan Syariah

Sumber Syariah Islam

Sumber Syariah Islam : Al Qur’an dan HaditsSumber Hukum lainnya : Ijtihad, Ijma, Qiyas dll

Prinsip-prinsip Mendasar Pada Bank Syariah1. Pinsip keadilan, yakni imbalan atas dasar bagi hasil dan margin keuntungan ditetapkan atas kesepakatan bersama antara bank dan nasabah, 2. Prinsip kesetaraan, yakni nasabah penyimpan dana, pengguna dana dan bank memiliki hak, kewajiban, beban terhadap resiko dan keuntungan yang berimbang,3. Prinsip ketenteraman, bahwa produk bank syariah mengikuti prinsip dan kaidah muamalah Islam (bebas riba dan menerapkan zakat harta).

Hukum AsalIbadah : Semua tidak boleh kecuali yang telah ada ketentuannyaMuamala : Semua boleh kecuali ada larangannya

4

Page 5: 2. Akad Perbankan Syariah

A. Definisi Akad Sesuai PBI adalah : Perjanjian tertulis, Memuat Ijab dan qobul Antara pihak Bank dengan pihak lain Berisi hak dan kewajiban masing-masing pihak Sesuai prinsip syariah

B. Rukun Akad terdiri dari 1. Shigat akad yaitu pernyataan untuk mengikatkan diri yang diwujudkan dari ijab dan qabul. 2. Adanya pihak-pihak yang berakad (muta'agidaam). 3. Objek akad (ma'qudfiih).

C. Judul Akad Harus Memuat :

BISMILLAHHIRAHMAANNIRRAHIM

“Hai orang-orang beriman penuhilah akad perjanjian itu (Surat Al-Maidah ayat 1) Perjanjiian Pembiayaan Murabahah

Nomor :………...

5

Page 6: 2. Akad Perbankan Syariah

Wa’ad Akad

1. Janji (promise) antara satu pihak kepada pihak lainnya (hanya mengikat satu pihak) one-way.

2. Pihak yang diberi janji tidak memikul kewajiban apapun kepada pihak pemberi janji

3. Terms & Condition-nya tidak ditetapkan secara rinci

4. Belum ada kewajiban yang ditunaikan oleh pihak manapun,

5. Bila janji tak terpenuhi maka sanksi yang diterima merupakan sanksi moral

1. Mengikat kedua belah pihak yang saling bersepakat, yakni masing-masing pihak terikat untuk melaksanakan kewajiban mereka masing-masing yang telah disepakati terlebih dahulu .

2. Terms and condition-nya sudah ditetapkan secara rinci dan spesifik.

3. Bila kewajiban tidak dapat dipenuhi, maka sanksi yang diterima sesuai dengan kesepakatan awal kontrak.

Perbedaan Antara

Wa’ad Vs Akad

6

Page 7: 2. Akad Perbankan Syariah

Not-profit transaction

Tujuan transaksi adalah tolong-menolong dan bukan keuntungan komersil

Pihak yang berbuat kebaikan tersebut boleh meminta kepada counter-part-nya untuk sekadar menutupi biaya (cover the cost) yang dikeluarkannya untuk dapat melakukan akad tabarru’ tersebut. Tapi ia tidak boleh sedikit pun mengambil laba dari akad tabarru’ itu.

Tidak dapat dirubah menjadi akad tijarah, kecuali ada persetujuan sebelumnya

Profit transaction oriented

Tujuan transaksi adalah mencari keuntungan yang bersifat komersiil

Akad Tijarah dapat dirubah menjadi akad tabarru’ dengan cara bila pihak yang tertahan haknya dengan rela melepaskan haknya, sehingga menggugurkan kewajiban pihak yang belum menunaikan kewajibannya.

Dilihat dari sifat keuntungan yang diperoleh, akad tijarah dibagi menjadi dua yaitu: natural certainty return & natural uncertainty return

Tabarru’ Tijarah

Perbedaan AntaraAkad Tabarru’ Vs Akad

Tijarah

7

Page 8: 2. Akad Perbankan Syariah

Pada hakekatnya, akad tabarru’ adalah akad melakukan kebaikan yang mengharapkan balasan dari Allah SWT semata. Itu sebabnya akad ini

tidak bertujuan untuk mencari keuntungan komersil.

Konsekuensi logisnya, bila akad tabarru’ dilakukan dengan mengambil keuntungan komersil, maka ia bukan lagi akad tabarru’. Ia akan menjadi

akad tijarah.

Bila ia ingin tetap menjadi akad tabarru’, maka ia tidak boleh mengambil manfaat (keuntungan komersil) dari akad tabarru’ tersebut. Tentu saja ia tidak berkewajiban menanggung biaya yang timbul dari pelaksanaan akad

tabarru’. Artinya, ia boleh meminta pengganti biaya yang dikeluarkan dalam melaksanakan akad tabarru’.

”Memerah susu kambing sekedar untuk biaya memelihara kambingnya”, merupakan ungkapan yang dikutip dari hadits ketika menerangkan akad

rahn yang merupakan salah satu akad tabarru’.

Akad Tabarru’

8

Page 9: 2. Akad Perbankan Syariah

Tijarah

Tabarru’XTidak boleh

boleh

Perubahan akad sesudah kesepakatan

kontrak

Akad Tabarru’ tidak boleh dirubah menjadi akad Tijarah,

Akad Tijarah boleh dirubah menjadi akad Tabarru’,

Perubahan Akad

9

Page 10: 2. Akad Perbankan Syariah

Wa’ad

Akad

Tabarru’Not for profit transaction

TijarahFor profit

transaction

QardWadiahWakalahKafalahRahn HibahWaqf

Natural Certainty Contracts

Natural Uncertainty Contracts

Murabahah Salam Istishna’ Ijarah

Musyarakah Mudharabah

Teori Pertukaran Teori Percampuran

Akad Tabarru’ & Akad Tijarah

10

Page 11: 2. Akad Perbankan Syariah

Isi Perjanjian Pembiayaan syariah

1. Definisi , termasuk istilah syariah.2. Jangka waktu pembiayaan3. Jenis pembiayaan (Murabahah, Mudharabah, Musyarakah), Jumlah Pembiayaan 4. Penggunaan fasilitas pembiayaan, Hak dan kewajiban para pihak5. Keuntungan dan pembayaran6. Barang Agunan (Al-Baqarah ayat 283)7. Biaya yang dibebankan jelas & tidak boleh menyebut %8. Pengutamaan pembayaran9. Peristiwa cedera janji.10.Hukum yang mengatur/Penyelesaian Sengketa

Macam-macam Perubahan Perjanjian PembiayaanPerubahan Syarat & Ketentuan Perubahan ObyekPerubahan Subyek

11

Page 12: 2. Akad Perbankan Syariah

12

INSTRUMENTAddendumNovasiDelegasiSubrogasi

Penyelesaian PerselisihanMelalui Basyarnas (Arbitrase Syariah)Upaya Perdamaian : Al-Qur’an Surat Al Hujarat ayat 9) “Dan jika dua golongan orang beriman bertengkar, damaikanlah mereka.”Pengadilan Agama, PN / Balai Lelang Negara

Page 13: 2. Akad Perbankan Syariah

1. Syarat Akad Penyaluran Dana Berdasarkan Mudharabaha. Bank = shahibul mal dan Nasabah = Mudharibb. Ada kesepakatan Jk waktu, pengembalian dana, pembagian keuntunganc. Bank tak mengelola dana, tapi mengawasi dan membina nasabahd. Pembiayaan tunai dan/atau barange. Bila Tunai harus dinyatakan jumlahnyaf. Bila Barang harus dinilai harga perolehan / pasarg. Pembagian keuntungan dalam bentuk nisbahh. Bank tanggung rugi kecuali nasabah curangi. Nisbah tak dapat dirubah kecuali sepakatj. Nisbah dapat berjenjang (tiering)k. Pembagian keuntungan metode bagi P/L atau Rev sharingl. Pembagian keuntungan dari usaha mudharibm. Ada modal dari nasabah berlaku sbg mitra / mengambil hasil keuntungan

sesuai modal.n. Pengembalian pembiayaan di akhir perode /angsuro. Bank dapat minta jaminan

Rukun dan Syarat Perjanjian Mudharabah : Modal, Pengelola, Nisbah keuntungan dan Akad / Ijab Qabul 13

Page 14: 2. Akad Perbankan Syariah

2. Syarat Akad Penyaluran Dana Berdasarkan

Musyarakaha. Bank dan nasabah masing2 sebagai mitra dengan

bersama menyediakan uang/barangb. Nasabah sebagai pengelola dan Bank bisa ikut

sertac. Bank dapat menunjuk nasabah sebagai pengelola

usahad. Pembiayaan dalam bentuk tunai/barange. Bentuk barang harus dinilai dengan kesepakatanf. Jangka waktu, pengembalian dana dan pembagian

keuntungan disepakati bersama

14

Page 15: 2. Akad Perbankan Syariah

3. Syarat Akad Penyaluran Dana Berdasarkan Murabahah

a. Bank menyediakan dana pembiayaan berdasarkan perjanjian jual beli

b. Jangka waktu pembayaran harga barang oleh nasabah pada Bank berdasar sepakat

c. Bank membiayai seluruh/sebagian harga belid. Bank mewakilkan pada nasabah setelah

barang dimiliki banke. Bank dpt miminta nasabah bayar uang mukaf. Bank dapat meminta angunan tambahang. Kesepakatan margin tak berubahh. Angsuran pembiayaan proposional

15

Page 16: 2. Akad Perbankan Syariah

4. Syarat Akad Penyaluran Dana Berdasarkan Salam

a.Bank beli barang dari nasabah dengan spesifikasi, kualitas, jumlah, jangka waktu, tempat dan harga yang disepakati

b.Pembayaran bank pd nasabah saat akadc.Alat bayar diketahui/sepakat jumlah & bentukd.Bank/pembeli tak boleh jual barang yang belum

diterimae.Bank dapat minta jaminanf. Bank dapat memperoleh keuntungan /kerugian

saat barang yang dibeli bank telah dijual pada pihak lain

16

Page 17: 2. Akad Perbankan Syariah

5. Syarat Akad Penyaluran Dana Berdasarkan Istishna’a. Bank menjual barang kepada nasabah dengan

spesifikasi , kualitas, jumlah , jangka waktu,tempat dan harga yang disepakati

b. Pembayaran nasabah kepada bank tidak boleh dalam bentuk pembebasan hutang nasabah kepada bank.

c. Alat bayar harus diketahui/disepakati jumlah dan bentuknya

d. Pembayaran oleh nasabah selaku pembeli kepada bank dilakukan secara bertahap atau sesuai kesepakatan

17

Page 18: 2. Akad Perbankan Syariah

6. Syarat Akad Penyaluran Dana Berdasarkan Ijarah :

Bank dapat membiayai pengadaan objek sewa berupa barang yang telah dimiliki bank atau barang yang diperoleh dari menyewa dari pihak lain utk kepentingan nasabah

Objek dan manfaat sewa dapat dinilai dan diidentifikasi, jelas pembayaran dan jangka waktu sewa

Bank menyediakan barang sewa, kualitas dan kuantitas serta ketepatan waktu sesuai kesepakatan

Bank mewakilkan kpd nasabah mencari barang

Nasabah wajib bayar sewa, memelihara barang

18

Page 19: 2. Akad Perbankan Syariah

7. Syarat Akad Penyaluran Dana Berdasarkan Ijarah Muntahiya Bittamlik

IMBT harus disepakati ketika akad ijarah ditanda tangani dan dituangkan dlm akad

Pelaksanaan IMBT hanya dapat dilakukan setelah akad Ijarah dipenuhi

Bank wajib mengalihkan kepemilikan barang sewa kepada nasabah berdasarkan hibah, pada akhir periode perjanjian sewa

Pengalihan kepemilikan barang sewa ke penyewa dituangkan dalam akad tersendiri setelah masa Ijarah selesai

Ketentuan Ijarah berlaku pula pada IMBT

19

Page 20: 2. Akad Perbankan Syariah

8. Syarat Akad Penyaluran Dana Berdasarkan Qardh :Bank dapat meminjaman Qardh utk nasabah sesuai

kesepakatanNasabah mengembalikan pinjaman Qardh pd waktu yg

disepakatiBank dapat membebani nasabah dengan biaya

administrasi Nasabah yang tak dapat mengembalikan karena tidak

mampu, bank dapat memperpanjang jangka waktu, menghapus buku atas beban kerugian bank

Bila nasabahnya mampu tapi tak mengembalikan Qardh maka dikenakan sanksi denda keterlambatan /menjual agunan

Dana Qardh untuk sosial dari modal keuntungan yang disisihkan dan infak

Dana Qardh untuk komersil dari dana pihak 3

20

Page 21: 2. Akad Perbankan Syariah

KESIMPULAN

1. Kebijaksanaan Pembiayaan sangat diperlukan untuk demi menjaga kelangsungan bank syariah sendiri

2. Sistem dan prosedur harus dipatuhi termasuk larangan bank dalam memberikan pembiayaan

3. Bentuk struktur dan isi perjanjian pembiayaan bank syariah harus di sesuaikan dgn PBI terbaru (No.7/46/PBI/2005 & No.9/19/PBI /2007)

4. Bank Syariah mempunyai bermacam produk dengan cara bagi hasil, jual beli dan jasa

5. Perjanjian Pembiayaan Bank Syariah bersumber dari hukum positif dan hukum syariah, termasuk UU No.21/2008 tentang Perbankan syariah

6. Klausula mengenai Bunga tidak ada dalam perjanjian bank syariah.

7. Penyelesaian pembiayaan bank syariah melalui Arbitrase Syariah dan Pengadilan Agama

21