01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada...

105
PERINGATAN !!! Bismillaahirrahmaanirraahiim Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh 1. Skripsi digital ini hanya digunakan sebagai bahan referensi 2. Cantumkanlah sumber referensi secara lengkap bila Anda mengutip dari Dokumen ini 3. Plagiarisme dalam bentuk apapun merupakan pelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. Patuhilah etika penulisan karya ilmiah Selamat membaca !!! Wassalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh UPT PERPUSTAKAAN UNISBA

Transcript of 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada...

Page 1: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

PERINGATAN !!! Bismillaahirrahmaanirraahiim

Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh

1. Skripsi digital ini hanya digunakan sebagai bahan referensi

2. Cantumkanlah sumber referensi secara lengkap bila Anda mengutip dari Dokumen ini

3. Plagiarisme dalam bentuk apapun merupakan pelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah

4. Patuhilah etika penulisan karya ilmiah

Selamat membaca !!!

Wassalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh

UPT PERPUSTAKAAN UNISBA

Page 2: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI

AKAD WADI’AH DALAM TABUNGAN AROFAH PADA

PT BANK MUAMALAT INDONESIA, Tbk.

CABANG BANDAR LAMPUNG

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah

Program Studi Keuangan Perbankan Syariah

OLEH

NOVA ANDRIANI

Nomor Pokok: 10010202043

PROGRAM STUDI KEUANGAN DAN PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

2007

Page 3: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

i

PERSETUJUAN

Disetujui Oleh:

Pembimbing II

Titin Suprihatin, Dra., MH.

Pembimbing I

Leo Khadafi, SE. Ak.

Mengetahui:

Dekan Fakultas Syariah

H. M. Zainuddin, Drs., Lc., Dipl., MH.

Ketua Program Studi Keuangan dan Perbankan Syariah

H. M. Zainuddin, Drs., Lc., Dipl., MH.

Page 4: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

ii

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dimunaqasyahkan oleh tim penguji skripsi pada hari Rabu,

tanggal 22 Agustus 2007 dan telah diterima sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana (S1) pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan

dan Perbankan Syariah Universitas Islam Bandung.

Bandung, 22 Agustus 2007 M 09 Sya’ban 1428 H

PANITIA UJIAN MUNAQASYAH

Sekretaris

H. M. Zainuddin, Drs., Lc., Dipl., MH.

Ketua

H. M. Zainuddin, Drs., Lc., Dipl., MH.

TIM PENGUJI

1. H. Tamyiez Derry, Drs., M.Ag. _____________________

2. H. Asep Ramdan H. Drs., M.Si. _____________________

3. N. Eva Fauziah, Dra., M.Ag. _____________________

Page 5: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

iii

MOTTO

Impian dan cinta akan saling memberi satu dengan yang lain, serupa dengan apa yang dilakukan matahari ketika mendekati malam dan apa yang dilakukan bulan ketika mendekati pagi.

Ku persembahkan

tuk Engkau

Kekasih Hatiku

Page 6: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

iv

ABSTRAKSI Nova Andriani, NPM 10010202043 : “Analisis Hukum Islam Terhadap Implementasi Akad Wadi’ah Dalam Tabungan Arofah Pada PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Cabang Bandar Lampung”.

Sebagai lembaga intermediasi, PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. menerima simpanan dari nasabah dan meminjamkannya lagi kepada nasabah (unit ekonomi) lain yang membutuhkan dana. Salah satu produk yang ditawarkan oleh PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. adalah tabungan khusus untuk haji yaitu Tabungan Arofah dengan Akad Wadi’ah yakni tabungan yang berbasis akad titipan murni yang harus dijaga oleh pihak bank dan dikembalikan lagi kepada nasabah sejumlah yang telah dititipkan. Akan tetapi, disamping keuntungannya yang seratus persen terjamin keamanannya dan pengembalian secara utuh, tabungan ini juga memiliki kelemahan yakni tidak adanya keuntungan laba bagi hasil/bonus atas penggunaan dana tersebut oleh bank. Sedangkan pada umumnya banyak masyarakat yang menabungkan uangnya pada lembaga keuangan seperti bank untuk memperoleh sejumlah laba atas tabungan tersebut. Selain itu penulis juga ingin meneliti apakah pengimplementasian akad wadi’ah pada PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. sudah sesuai dengan hukum Islam. Maka berdasarkan latar belakang di atas, penulis melakukan penelitian pada PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Cabang Bandar Lampung dan mengambil judul: “Analisis Hukum Islam Terhadap Implementasi Akad Wadi’ah Dalam Tabungan Arofah Pada PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Cabang Bandar Lampung”.

Metode yang digunakan dalam penyusunan penelitian ini adalah studi kasus dengan pendekatan deskriptif. Untuk skala pengukurannya, penelitian ini menggunakan skala likert yaitu menggunakan point-point yang akhirnya akan menghasilkan suatu kesimpulan yang merupakan jawaban atas penelitian ini. Penyusunan penelitian ini juga dilengkapi dengan operasionalisasi variabel yang berfungsi untuk menyusun daftar pertanyaan yang terlebih dahulu ditetapkan dimensi atau pembahasan, indikator, dan skala pengukurannya.

Berdasarkan dari hasil penelitian tersebut, penulis dapat menyimpulkan bahwa pengimplementasian akad wadi’ah dalam tabungan arofah pada PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. sudah dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan hukum Islam. Walaupun baru berjalan sekitar 4 tahun dan tidak memberikan keuntungan laba bagi hasil/bonus dalam bentuk dana, tabungan Arofah dengan akad wadi’ah ini selalu meningkat peminatnya dari tahun ketahun karena keunggulannya yang dapat memberikan kepastian mendapatkan porsi haji untuk melaksanakan ibadah haji pada tahun yang bersangkutan sehingga nasabah peserta tabungan arofah dengan akad wadi’ah tidak perlu khawatir tidak dapat melaksanakan ibadah haji secepatnya di tahun yang bersangkutan. Dan hal ini telah membuktikan bahwa PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. telah berhasil meyakinkan dan memasarkan produk tersebut kepada masyarakat.

Page 7: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

v

KATA PENGANTAR

Assalaamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah

memberikan karunia-Nya berupa ilmu pengetahuan, kesehatan, dan petunjuk

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul : ”Analisis Hukum

Islam Terhadap Implementasi Akad Wadi’ah Dalam Tabungan Arofah Pada

PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Cabang Bandar Lampung”.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih

jauh dari sempurna. Namun penulis berharap semoga skripsi ini dapat

memberikan manfaat bagi penulis pada khususnya maupun bagi pembaca pada

umumnya.

Selama proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini, penulis

mengalami berbagai peristiwa baik suka maupun duka, tetapi semua itu berhasil

dilewati karena dorongan semangat dan bantuan secara moril maupun materil dari

semua pihak

Untuk itu dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. DR. H.E. Saefullah W., SH., LLM., selaku Rektor Universitas

Islam Bandung.

2. Bapak HM. Zainuddin, Drs., Lc., Dipl., MH., selaku Dekan Fakultas Syariah

Universitas Islam Bandung sekaligus Ketua Program Studi Keuangan dan

Perbankan Syariah.

Page 8: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

vi

3. Bapak H. Asep Ramdan H. Drs., M.Si. selaku sekaligus Dosen Wali.

4. Bapak Leo Khadafi, SE., Ak., selaku Pembimbing I yang telah banyak

meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan dan pengarahan

kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Titin Suprihatin, Dra., M.H., selaku Pembimbing II yang telah banyak

memberikan kritikan, masukan dan saran kepada penulis dalam penyusunan

skripsi ini.

6. Bapak Ismail Maisaroh, Drs., MH., atas bantuannya selama ini.

7. Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Syariah dan Fakultas Ekonomi Universitas

Islam Bandung.

8. Seluruh karyawan PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Cabang Bandar

Lampung yang telah banyak membantu penulis dalam memperoleh data

dalam penyusunan skripsi ini.

9. Pak Opik, yang selalu memberikan masukan, ide-ide dan membantu penulis

dalam mencari data-data di perpustakaan. Insyaallah setiap kebaikan akan

mendapatkan balasan dari Allah SWT.

10. Papa dan Mama tercinta, yang telah memberikan doa dan kasih sayangnya

serta dorongan moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini.

11. My Soulmate, Ir. Maleakhi John, CPA., yang selalu memberikan motivasi,

perhatian, cinta dan kasih sayang yang tulus yang tak akan pernah dapat

tergantikan oleh siapapun.

12. Adik-adikku tersayang, Tika dan Bagus, yang selalu memberikan inspirasi-

inspirasi tak terduga.

Page 9: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

vii

13. Sahabat-sahabat terbaikku, Agniar, Febi, Naga, Agung, Sani, Anwar yang

selalu memberikan motivasi dan bantuannya dalam suka maupun duka dan

mudah-mudahan apa yang menjadi cita-cita kita terlaksana. Ingatlah selalu

bahwa sesudah kesulitan itu ada kemudahan.

14. Teman-teman angkatan 2002 Program Studi Keuangan dan Perbankan

Syariah atas kekompakan dan dukungannya selama ini.

15. Berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang secara

langsung maupun tidak langsung telah banyak membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

Akhiirul kalaam, penulis sekali lagi mengucapkan syukur atas nikmat yang

telah diberikan-Nya. Semoga Allah Swt. membalas segala kebaikan dan

senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua. Amin yaa

rabbal Alamin

Wassalaamu’alaikum, Wr. Wb

Bandung, September 2007

Penulis

Page 10: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

viii

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN .....................................................................................................i

PENGESAHAN ..................................................................................................... ii

MOTTO ................................................................................................................ iii

ABSTRAKSI .........................................................................................................iv

KATA PENGANTAR............................................................................................v

DAFTAR ISI....................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1

A. Latar Belakang Masalah................................................................1

B. Rumusan Masalah .........................................................................5

C. Tujuan Penelitian ..........................................................................6

D. Kegunaan Penelitian .....................................................................6

E. Kerangka Pemikiran .....................................................................7

F. Metode dan Teknik Penelitian ....................................................11

1. Metode Penelitian .................................................................11

2. Teknik Penelitian ..................................................................16

G. Sistematika Pembahasan.............................................................17

Page 11: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

ix

BAB II KONSEP WADI’AH DALAM HUKUM ISLAM ........................20

A. Pengertian Wadi’ah.....................................................................20

B. Macam atau Jenis Wadi’ah .........................................................22

C. Dasar Hukum Wadi’ah ...............................................................23

1. Al-Quran ...............................................................................24

2. Al-Hadits...............................................................................29

D. Rukun Wadi’ah ...........................................................................31

E. Syarat Wadi’ah ...........................................................................32

F. Manfaat Dan Resiko Wadi’ah.....................................................35

G. Kewajiban Bagi Mudi’ (Pemilik Titipan) ...................................36

H. Kewajiban Bagi Wadi’ (Penerima Titipan).................................37

I. Akuntansi Syariah .......................................................................39

J. Akad Wadi’ah Berakhir ..............................................................41

BAB III OBJEK DAN PELAKSANAAN TABUNGAN AROFAH

DENGAN AKAD WADI’AH PADA PT BANK MUAMALAT

INDONESIA, Tbk. CABANG BANDAR LAMPUNG................43

A. Objek Penelitian..........................................................................43

1. Sejarah PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. ........................43

2. Struktur Organisasi PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. .....47

3. Uraian Tugas Pokok Serta Kegiatan Usaha PT Bank

Muamalat Indonesia, Tbk. ....................................................48

B. Implementasi Akad Wadi’ah Dalam Tabungan Arofah Pada PT

Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Cabang Bandar Lampung.......57

Page 12: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

x

1. Ketentuan Akad Wadi’ah Dalam Tabungan Arofah.............58

2. Rukun Akad Wadi’ah Dalam Tabungan Arofah ..................60

3. Syarat Akad Wadi’ah Dalam Tabungan Arofah ...................60

4. Kewajiban Bagi Penitip (Nasabah) Dalam Tabungan Arofah .

...............................................................................................61

5. Kewajiban Bagi Penerima Titipan (Bank) Dalam Tabungan

Arofah ...................................................................................62

6. Pencatatan Tabungan Arofah Dengan Akad Wadi’ah ..........62

7. Akad Wadi’ah Berakhir ........................................................63

8. Keunggulan Tabungan Arofah Dengan Akad Wadi’ah ........65

9. Promosi Tabungan Arofah Dengan Akad Wadi’ah ..............66

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI

AKAD WADI’AH DALAM TABUNGAN AROFAH PADA PT

BANK MUAMALAT INDONESIA, Tbk. CABANG BANDAR

LAMPUNG ......................................................................................69

1. Ketentuan Objek Wadi’ah...........................................................70

2. Rukun Akad Wadi’ah .................................................................70

3. Syarat Akad Wadi’ah ..................................................................71

4. Kewajiban Bagi Pemilik Titipan (Mudi’) Dalam Akad Wadi’ah ..

.....................................................................................................72

5. Kewajiban Bagi Penerima Titipan (Wadi’) Dalam Akad Wadi’ah

.....................................................................................................74

6. Akad Wadi’ah Berakhir ..............................................................75

Page 13: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

xi

7. Pengaplikasian Dalam Produk Tabungan ...................................77

8. Batas Minimum Titipan Akad Wadi’ah......................................78

9. Biaya Pemeliharaan.....................................................................78

10. Pencatatan Akuntansi Syariah.....................................................80

11. Promosi Produk Dan Sudut Pandangnya Dalam Islam...............81

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................84

A. Kesimpulan .................................................................................84

B. Saran ...........................................................................................86

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 14: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1 Jumlah Perkembangan Tabungan Pada PT Bank Muamalat

Indonesia, Tbk. Cabang Bandar Lampung .......................................4

Tabel 2 Jumlah Perkembangan Tabungan Arofah (akad wadi’ah) Pada PT

Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Cabang Bandar Lampung.............5

Tabel 3 Operasionalisasi Variabel ................................................................12

Tabel 5 Perhitungan Skor Analisis Hukum Islam Terhadap Implementasi

Akad Wadi’ah Dlam Tabungan Arofah Pada PT Bank Muamalat

Indonesia, Tbk. Cabang Bandar Lampung ......................................82

Page 15: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 1 Kerangka Pemikiran.........................................................................10

Gambar 2 Struktur Organisasi PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Cabang

Bandar Lampung..............................................................................48

Gambar 3 Diagram Hasil Penelitian .................................................................83

Page 16: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah

Istilah bank telah menjadi istilah umum yang banyak dipakai di

masyarakat dewasa ini, salah satunya adalah bank yang biasanya kita jumpai yaitu

suatu lembaga intermediasi keuangan yang paling penting dalam sistem

perekonomian kita, yaitu suatu lembaga khusus yang menyediakan layanan

financial.

Sebagai lembaga intermediasi, bank syariah menerima simpanan dari

nasabah dan meminjamkannya lagi kepada nasabah (unit ekonomi) lain yang

membutuhkan dana. Atas simpanan nasabah tersebut bank memberi imbalan

berupa bagi hasil. Demikian pula, atas pemberian pinjaman tersebut, bank

mengenakan bagi hasil kepada para peminjam. Diakui bahwa peran bank syariah

itu telah mampu memenuhi kebutuhan manusia, dan aktivitas perbankan dapat

dipandang sebagai wahana bagi masyarakat modern untuk membawa mereka

kepada pelaksanaan kegiatan tolong-menolong dan menghindari dana-dana yang

menganggur.

Pertumbuhan setiap bank khususnya bank syariah sangat dipengaruhi oleh

perkembangan kemampuannya menghimpun dana masyarakat, baik berskala kecil

maupun besar dengan masa pengendapan yang memadai. Sebagai lembaga

keuangan, masalah bank yang paling utama adalah dana. Tanpa dana yang cukup,

bank tidak dapat berbuat apa-apa, atau dengan kata lain bank menjadi tidak

berfungsi sama sekali.

Page 17: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

2

Dana adalah uang tunai yang dimiliki atau dikuasai oleh bank dalam bentuk tunai, atau aktiva lain yang dapat segera diubah menjadi uang tunai. Uang tunai yang dimiliki atau dikuasai oleh bank tidak hanya berasal dari para pemilik itu sendiri, tetapi juga berasal dari titipan atau penyertaan dana orang lain atau pihak lain yang sewaktu-waktu atau pada suatu saat tertentu akan ditarik kembali, baik sekaligus maupun berangsur-angsur. Dan salah satu sumber dana yang dihimpun oleh suatu bank syariah yang berasal dari masyarakat disebut tabungan. (Zainul Arifin: 2006: 47).

Tabungan adalah produk penghimpun dana (funding) terbesar pada sebuah

bank, khususnya bank syariah. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, yang dimaksud dengan tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. (Roslina Pragestin: 2005: 1).

“Adapun yang dimaksud dengan tabungan syariah adalah tabungan yang

dijalankan berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Dalam hal ini, Dewan Syariah

Nasional telah mengeluarkan fatwa yang menyatakan bahwa tabungan yang

dibenarkan adalah tabungan yang berdasarkan prinsip wadi’ah dan mudharabah.”

(Adiwarman A. Karim: 2004: 297).

Tabungan wadi’ah merupakan tabungan yang dijalankan berdasarkan akad

wadi’ah, yakni titipan murni yang harus dijaga dan dikembalikan setiap saat

sesuai dengan kehendak pemiliknya. Berkaitan dengan produk tabungan wadi’ah,

bank syariah menggunakan akad wadi’ah yad dhamanah. Dalam hal ini, nasabah

bertindak sebagai penitip yang memberikan hak kepada bank syariah untuk

menggunakan dan memanfaatkan uang atau dana titipannya, sedangkan bank

syariah bertindak sebagai pihak yang dititipi dana atau uang, disertai hak untuk

menggunakan atau memanfaatkan dana atau barang tersebut. Sebagai

konsekuensinya, bank bertanggung jawab terhadap keutuhan harta titipan tersebut

serta mengembalikannya kapan saja pemiliknya menghendakinya. Di sisi lain,

Page 18: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

3

bank juga berhak sepenuhnya atas keuntungan dari hasil penggunaan atau

pemanfaatan dana atau uang tersebut.

Mengingat wadi’ah yad dhamanah ini mempunyai implikasi hukum yang

sama dengan qardh, maka nasabah penitip dan bank tidak boleh saling

menjanjikan untuk membagihasilkan keuntungan harta tersebut. Namun demikian,

bank diperkenankan memberikan bonus kepada pemilik harta titipan selama tidak

disyaratkan di muka. Dengan kata lain, pemberian bonus merupakan kebijakan

bank syariah semata bersifat sukarela.

Dilihat dari penjelasan di atas, tabungan dengan akad wadi’ah ini sama

sekali tidak menguntungkan nasabah/pemilik dana karena sistem pemberian bonus

yang tidak pasti jumlah penghitungannya.

PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. adalah salah satu bank yang

beroperasi secara syariah yang menjalankan fungsinya sebagai lembaga

intermediasi sama seperti bank syariah lainnya. Akan tetapi dalam

pelaksanaannya setiap bank tidak akan menerapkan cara-cara yang sama dengan

bank-bank saingannya. Ada beberapa cara penerapan yang berbeda pada tabungan

dengan akad wadi’ah ini. Di PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. dan seluruh

cabangnya di Indonesia yang salah satunya berada di kota Bandar Lampung

penerapan tabungan wadi’ah pada bank ini tidak menggunakan bonus yang

berupa uang tunai yang kemudian distorkan pada tabungan nasabah yang

bersangkutan. Akan tetapi, bonus digantikan dengan barang atau tanda mata.

Nasabah juga dikenakan kewajiban membayar biaya administrasi yang sudah

ditentukan besarnya diakhir penutupan rekening tabungan. Di PT Bank Muamalat

Indonesia, Tbk. tabungan dengan akad wadi’ah diterapkan ke dalam tabungan haji

Page 19: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

4

(Tabungan Arofah) sejak awal berdirinya PT Bank Muamalat Indonesia,Tbk.

Akan tetapi tabungan haji Arofah ini baru dua tahun diterapkan di PT Bank

Muamalat Indonesia, Tbk. Cabang Bandar Lampung.

Tabel 1.1 Jumlah Perkembangan Tabungan Pada PT Bank Muamalat Indonesia,

Tbk. Cabang Bandar Lampung.

Pertumbuhan No. Periode Jumlah Nasabah

Tabungan Jumlah % 1. Tahun 2002 503 - - 2. Tahun 2003 1.101 598 11.88 3. Tahun 2004 4.637 3.536 32.11 4. Tahun 2005 8.593 3.956 8.53 5. Tahun 2006 14.582 5.989 6.96

Rerata 14.87 Sumber: Data dari PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Cabang Bandar Lampung.

Tabel 1.1 memperlihatkan bahwa jumlah nasabah tabungan pada PT Bank

Muamalat Indonesia Tbk. Cabang Bandar Lampung mengalami peningkatan yang

sangat besar. Perkembangan nasabah tabungan terbesar yaitu pada periode tahun

2004 dengan jumlah pertumbuhan sebesar 32.11%, perkembangan nasabah pada

periode Tahun 2003 dengan jumlah pertumbuhan sebesar 11.88%, akan tetapi

pada periode Tahun 2005 dan 2006 perkembangan nasabah yang tinggi tidak

didukung oleh pertumbuhan yang tinggi pula yaitu hanya sebesar 8.53% dan pada

Tahun 2006 sebesar 6.96%. Jika dilihat dari pertumbuhan per-Tahun, terlihat

bahwa periode Tahun 2005 dan Tahun 2006 mengalami pertumbuhan yang tidak

bagus.

Tabel 1.2 Jumlah Perkembangan Tabungan Arofah (akad wadi’ah) Pada

PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Cabang Bandar Lampung.

Page 20: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

5

Pertumbuhan No. Periode Jumlah Nasabah

Tabungan Arofah Jumlah % 1. Tahun 2005 28 - - 2. Tahun 2006 40 12 42.85

Rerata 42.85 Sumber: Data dari PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Cabang Bandar Lampung.

Tabel 1.2 memperlihatkan bahwa jumlah nasabah tabungan Arofah (akad

wadi’ah) pada PT Bank Muamalat Indonesia mengalami perkembangan.

Walaupun tabungan arofah baik dengan akad wadi’ah maupun mudharabah baru

diperkenalkan kepada masyarakat Lampung pada tahun 2005, akan tetapi

tabungan ini cukup menarik minat masyarakat Lampung.

PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Cabang Bandar Lampung dapat

berkembang dengan pesat dalam pengumpulan dana pihak ketiganya salah

satunya yang berasal dari tabungan wadi’ah yang memang sudah menjadi salah

satu produk andalan dari PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. padahal tabungan

dengan akad wadi’ah ini tidak menguntungkan bagi pihak penabung.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai permasalahan yang akan penulis tuangkan dalam

suatu usulan penelitian yang berjudul: ANALISIS HUKUM ISLAM

TERHADAP IMPLEMENTASI AKAD WADI’AH DALAM TABUNGAN

AROFAH PADA PT BANK MUAMALAT INDONESIA, Tbk. CABANG

BANDAR LAMPUNG.

B. Rumusan Masalah

Mengacu kepada latar belakang di atas, maka masalah-masalah utama

yang akan dikemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Page 21: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

6

1. Bagaimana konsep Wadi’ah berdasarkan hukum Islam?

2. Bagaimana implementasi akad wadi’ah dalam tabungan arofah pada PT Bank

Muamalat Indonesia, Tbk. Cabang Bandar Lampung?

3. Bagaimana analisis hukum Islam terhadap implementasi akad Wadi’ah dalam

tabungan arofah pada PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Cabang Bandar

Lampung?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan utama dalam penelitian ini untuk menjawab tiga pertanyaan yang

diajukan dalam perumusan masalah, antara lain:

1. Mengetahui konsep Wadi’ah berdasarkan Hukum Islam.

2. Mengetahui implementasi akad wadi’ah dalam tabungan arofah pada PT Bank

Muamalat Indonesia, Tbk. Cabang Bandar Lampung.

3. Mengetahui bagaimana analisis hukum Islam terhadap implementasi akad

wadi’ah dalam tabungan arofah pada PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk.

Cabang Bandar Lampung.

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu:

1. Dapat berguna bagi pengembangan pengetahuan ilmiah di bidang perbankan

Islam, khususnya pada jurusan keuangan dan perbankan syariah di Universitas

Islam Bandung.

2. Dapat bermanfaat bagi PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Cabang Bandar

Lampung dimana penulis melakukan penelitian.

Page 22: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

7

3. Dapat menarik minat peneliti lainnya untuk mengembangkan lebih

komprehensif lagi tentang berbagai permasalahan yang berkenaan dengan

analisis hukum Islam terhadap implementasi akad wadi’ah dalam tabungan

arofah pada PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Cabang Bandar Lampung.

4. Bagi penulis pribadi dapat meningkatkan ilmu dan wawasan apa yang telah

dicapai selama ini.

E. Kerangka Pemikiran

Islam adalah suatu dien (way of life) yang praktis, mengajarkan segala

yang baik dan bermanfaat bagi manusia, dengan tidak mempermasalahkan soal

waktu, tempat atau tahap-tahap perkembangan dari zaman ke zaman. Islam

memandang bahwa hidup manusia di dunia ini hanyalah sebagian kecil dari

perjalanan kehidupan manusia, maka itu Islam mengajarkan umatnya untuk selalu

melakukan segala hal yang baik dan bermanfaat kapan saja dan dimana saja.

Islam juga mengajarkan cara ber-muamalat yang baik kepada umatnya,

salah satunya adalah cara simpan menyimpan harta. Walaupun bank-bank Islam

modern baru mulai didirikan pada tahun 1960-an, sebenarnya aktivitas perbankan

telah dimulai sejak zaman Rasulullah. Nabi Muhammad SAW sebelum diutus

menjadi Rasul telah dikenal sebagai Al Amien, artinya orang yang dipercaya.

Karena kejujurannya itulah Nabi Muhammad dipercaya untuk menyimpan segala

macam barang titipan (deposit) orang ramai. Dewasa ini, aktivitas keuangan dan

perbankan dapat dipandang sebagai wahana bagi masyarakat modern untuk

membawa mereka kepada dua macam praktek simpanan (deposit) yang diterapkan

pada masa awal Islam, yaitu wadi’ah yad amanah dan wadi’ah yad dhamanah

Page 23: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

8

yang mengarah kepada pelaksanaan dua ajaran Al-Quran yaitu:

a. Prinsip At Ta’awun, yaitu saling membantu dan saling bekerja sama diantara

anggota masyarakat untuk kebaikan, sebagaimana dinyatakan dalam Al-Quran

surat Al-Maa’idah ayat 2:

. . .

Artinya:

“…Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan

takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan

bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (QS

Al-Maa’idah: 2) (Departemen Agama RI: 2006: 85).

Al-Quran telah menerangkan dengan sangat jelas dan mewajibkan umat

muslim untuk saling tolong menolong atau menjalin kerjasama dengan siapapun

selagi tujuannya untuk kebijakan dan ketakwaan di jalan Allah. Allah juga

menegaskan kepada seluruh umat muslim, barang siapa yang tidak suka dan mau

tolong menolong diantara sesamanya maka Allah akan menurunkan siksaan yang

amat pedih kepadanya. Maka, di dalam segala keadaan, umat muslim harus

senantiasa tolong menolong, baik dalam hal kehidupan sehari-hari maupun dalam

hal ber-muamalah.

b. Prinsip menghindari Al Iktinaz, yaitu menahan uang (dana) dan

membiarkannya menganggur (idle) dan tidak berputar dalam transaksi yang

bermanfaat bagi masyarakat umum, sebagaimana dinyatakan di dalam Al-

Quran surat At-Taubah ayat 34:

Page 24: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

9

. . .

Artinya:

“…Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak

menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa

mereka akan mendapat) siksa yang pedih.” (QS At-Taubah: 34) (Departemen

Agama RI: 2006: 65).

Ayat di atas tidak mengecam semua manusia yang suka mengumpulkan

harta apalagi yang menabungkannya untuk masa depan demi kebaikan dirinya,

keluarganya, dan mengamalkannya di jalan Allah. Tetapi sebagian ulama

memahami bahwa menyimpan dana dalam jumlah yang berlebihan dengan alasan

untuk keluarga dan tidak memutarkannya dalam sebuah usaha untuk kepentingan

tolong menolong adalah haram. Sahabat Nabi SAW, Abu Dzar ra. berpendapat

demikian, sehingga utsman Ibnu Affan ra. mengasingkannya ke salah satu daerah

di pinggiran kota Mekkah agar pahamnya itu tidak mempengaruhi masyarakat.

Memang mayoritas ulama tidak sependapat dengan Abu Dzar ra. karena memang

benar barang siapa yang telah mengeluarkan zakat hartanya secara sempurna

maka dari segi hukum ia telah terbebas dari tuntutan, tetapi dari segi moral ia

tetap dapat dikecam bila ia tidak mengulurkan tangan kepada yang butuh.

Saat ini, sudah banyak lembaga yang menawarkan simpan pinjam, dan

yang paling menonjol adalah bank. PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Cabang

Bandar Lampung telah lama mengabdi kepada masyarakat Bandar Lampung

Page 25: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

10

untuk mengamankan dana mereka dan mengamalkannya sesuai dengan yang

diarahkan Al-Quran. Di bank ini masyarakat dapat menyimpan dana sekaligus

menolong orang lain yang membutuhkannya yang kesepakatannya diprantarai

oleh bank itu sendiri.

SKEMA KERANGKA PEMIKIRAN

Keterangan:

PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Cabang Bandar Lampung

menawarkan produk tabungan arofah kepada nasabah yang terdiri dari dua akad

tabungan yaitu mudharabah dan wadi’ah. Untuk ketentuan yang berlaku pada

akad wadi’ah yang berarti titipan murni, saat melakukan akad pembukaan

rekening tabungan nasabah dikenakan dana minimal penyetoran awal yaitu

Nasabah

Tabungan Arofah

Biaya Administrasi Bonus Tabungan Wadi’ah

Konsep Islam ><

Pelaksanaan di BMI

Sesuai/Tdk Sesuai

Mudharabah Wadi’ah

Saldo Tabungan Wadi’ah

PT BMI, Tbk Cab

B. Lampung

Page 26: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

11

sebesar Rp. 20.000.000,-. Dalam pelaksanaan tabungan, nasabah tidak akan

mendapatkan bonus dari penggunaan dana tabungan oleh bank akan tetapi bonus

tersebut digantikan dengan tanda mata yang berupa perlengkapan untuk haji.

Nasabah juga akan dikenakan biaya Rp. 600.000,- untuk biaya administrasi dan

tanda mata (bonus berupa perlengkapan untuk haji yang diwajibkan oleh

Departemen Agama) dan Rp. 50.000,- untuk zakat yang kemudian akan

disalurkan langsung ke rekening ZIS yang biaya keduanya akan dikenakan diakhir

penutupan rekening.

F. Metode dan Teknik Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menerapkan langkah-langkah penelitian

sebagai berikut:

1. Metode penelitian

Metode yang digunakan dalam penyusunan penelitian ini adalah metode

studi kasus dengan pendekatan deskriptif. Penelitian ini menggunakan metode

penelitian tersebut untuk mengetahui apakah aplikasi atau pelaksanaan tabungan

arofah dengan akad wadi’ah pada PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Cabang

Bandar Lampung sudah sesuai dengan hukum Islam.

a. Operasionalisasi Variabel

Menurut M. Nazir (2003: 126) operasionalisasi variabel adalah suatu

definisi yang diberikan kepada suatu variabel dengan cara memberikan arti atau

menspesifikasikan kegiatan atau mengukur variabel tersebut.

Sesuai dengan judul yang telah dipilih yaitu “Analisis Hukum Islam

Terhadap Implementasi Akad Wadi’ah Dalam Tabungan Arofah pada PT Bank

Page 27: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

12

Muamalat Indonesia, Tbk. Cabang Bandar Lampung”, maka dalam penelitian ini

hanya terdapat satu variabel yaitu Wadi’ah. Tetapi mempunyai dua arah yang

berbeda yaitu pertama, konsep Wadi’ah dalam Hukum Islam, dan yang kedua

yaitu implementasi tabungan arofah dengan menggunakan akad wadi’ah pada PT

Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Cabang Bandar Lampung.

Untuk menyusun daftar pertanyaan, maka perlu ditetapkan terlebih dahulu

dimensi atau pembahasan, indikator dan skala pengukuran untuk konsep wadi’ah

dalam hukum Islam, yaitu seperti pada tabel 1.3:

Tabel 1. 3 Operasionalisasi Variabel

Variabel Sub Variabel Dimensi Indikator Skala

Pengukuran Wadi’ah

Akad Wadi’ah

Ketentuan Objek Wadi’ah

Rukun Wadi’ah Syarat Wadi’ah

Pengertian Objek wadi’ah; Barang titipan; Bisa dinilai; Dibolehkan dalam Islam; Dapat dimanfaatkan untuk usaha yang lain; Spesifikasi manfaat dinyatakan dengan jelas. Sighat (ucapan); Pihak yang berakad; Objek yang dititipkan. Telah baligh dan berakal (Mazhab Syafi’i dan Hambali); Rela melakukan perjanjian penitipan; Harus jelas dan terang mengenai objek yang diperjanjikan; Objek titipan dapat digunakan sesuai peruntukannya oleh wadi’; Objek Wadi’ah dapat diserahkan langsung; Kemanfaatan objek adalah yang dibolehkan dalam

L I K E R T

L I K E R T

Page 28: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

13

Tentang Produk Promosi Produk

Kewajiban Bagi Mudi’ Kewajiban Bagi Wadi’ Akad Wadi’ah Berakhir Pengapli-kasian dalam produk tabungan Batas Minimum Titipan Biaya Pemeliharan Akuntansi Syariah Promosi Tabungan Wadi’ah pada PT BMI dan Sudut Pandang

agama. Mempersiapkan barang yang dititipkan; Menanggung biaya pemeliharaan atas barang yang dititipkannya. Jaminan terhadap barang titipan; Menjaga barang yang dititipkan tetap utuh. Penitip meninggal dunia; Adanya tindakan kesewenang-wenangan; Terjadi keadaan terdesak/darurat. Akad wadi’ah diaplikasikan pada produk tabungan Arofah (tabungan khusus haji). Rp. 20.000.000,- Rp. 600.000,- biaya adm dan tanda mata (sesuai keputusan Depag); Rp. 50.000,- (zakat); Keduanya dibayar di akhir akad wadi’ah atau saat penutupan rekening tabungan wadi’ah. Segala transaksi harus dicatat; Pencatatan sesuai aturan umum Standar Akuntansi Keuangan. Menggunakan media selebaran/leaflet; Penjelasan dari customer service kepada nasabah yang membutuhkannya; Diperbolehkan dalam Islam asalkan tidak berlebihan.

L I K E R T

L I K E R T

L I K E R T

L I K E R

Page 29: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

14

Dalam Islam

T

b. Cara Pengukuran Variabel

Untuk skala pengukurannya, penelitian ini menggunakan skala likert, yaitu

menggunakan point-point yang akhirnya akan menghasilkan suatu kesimpulan

yang merupakan jawaban atas penelitian ini yaitu apakah implementasi tabungan

arofah dengan akad wadi’ah di PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Cabang

Bandar Lampung sudah sesuai dengan hukum Islam.

c. Rancangan Analisis Data

Dalam menyusun penelitian ini, penulis hanya meneliti satu perusahaan

saja dan tidak melakukan perbandingan atau perbedaan dengan perusahaan lain.

Analisis data yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah berkaitan dengan

pelaksanaan tabungan syariah dengan akad wadi’ah di PT Bank Muamalat

Indonesia, Tbk. Cabang Bandar Lampung.

Ketentuan untuk memberi nilai adalah sebagai berikut:

“Sangat Sesuai” (SS) : Apabila indikator dalam operasional variable terpenuhi

secara sempurna.

“Sesuai” (S) : Apabila indikator dalam operasionalisasi variable

terpenuhi %50≥ .

“Kurang Sesuai” (KS) : Apabila indikator dalam operasionalisasi variabel

terpenuhi %50≤ .

“Tidak Sesuai” (TS) : Apabila indikator dalam operasionalisasi variable tidak

terpenuhi.

Page 30: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

15

Dalam rancangan analisis data, penentuan skor untuk setiap item adalah sebagai

berikut:

1) “Sangat Sesuai” (SS) dengan skor nilai 4.

2) “Sesuai” (S) dengan skor nilai 3.

3) “Kurang Sesuai” (KS) dengan skor nilai 2.

4) “Tidak Sesuai” (TS) dengan skor nilai 1.

Berdasarkan kriteria di atas, skor tertinggi 4 dan skor terendah 1.

Untuk menilai penerapan tabungan arofah dengan akad wadi’ah di PT Bank

Muamalat Indonesia, Tbk. Cabang Bandar Lampung, digunakan perhitungan

sebagai berikut:

Skor tertinggi : 4 x jumlah item

4 x 11 = 44

Skor terendah : 1 x jumlah item

1 x 11 = 11

Dengan Interval : (skor tertinggi – skor terendah): 4

(44 – 11) : 4 = 33 : 4 = 8

Interval Kriteria

38 – 46 Produk tabungan arofah dengan akad wadi’ah di PT Bank

Muamalat Indonesia, Tbk. Cabang Bandar Lampung “sangat

sesuai” dengan hukum Islam.

29 – 37 Produk tabungan arofah dengan akad wadi’ah di PT Bank

Muamalat Indonesia, Tbk. Cabang Bandar Lampung “sesuai”

dengan hukum Islam.

Page 31: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

16

20 – 28 Produk tabungan arofah dengan akad wadi’ah di PT Bank

Muamalat Indonesia, Tbk. Cabang Bandar Lampung “kurang

sesuai” dengan hukum Islam.

11 – 19 Produk tabungan arofah dengan akad wadi’ah di PT Bank

Muamalat Indonesia, Tbk. Cabang Bandar Lampung “tidak sesuai”

dengan hukum Islam.

2. Teknik Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis melakukan pengumpulan data dengan cara:

a. Penelitian Lapangan (Field Research)

Penelitian lapangan dilakukan dengan mendatangi langsung perusahaan

untuk memperoleh data primer mengenai masalah yang diteliti, yaitu melalui

observasi, wawancara, dan dokumentasi, sebagaimana digambarkan sebagai

berikut:

1). Observasi

Yaitu untuk memperoleh data dan informasi melalui pengamatan dan

pencatatan dengan terjun langsung pada obyek yang sedang diteliti. Penulis

melakukan pengamatan terhadap obyek-obyek yang berkaitan dengan

implementasi akad wadi’ah dalam tabungan arofah pada PT Bank Muamalat

Indonesia, Tbk. Cabang Bandar Lampung.

2). Wawancara (interview)

Yaitu untuk memperoleh data dan informasi dengan berkomunikasi secara

langsung kepada pihak-pihak yang terlibat pada obyek penelitian. Penulis

melakukan interview kepada karyawan PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk.

Page 32: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

17

Cabang Bandar Lampung.

3). Dokumentasi

Yaitu untuk memperoleh data dan informasi mengenai hal-hal yang berupa

formulir dan catatan-catatan mengenai tabungan arofah dengan akad Wadi’ah

yang diterapkan pada PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Cabang Bandar

Lampung.

b. Studi Kepustakaan (Literature Research)

Penelitian kepustakaan dilakukan untuk mendapatkan data sekunder yang

akan digunakan sebagai landasan perbandingan. Data sekunder ini dapat diperoleh

dengan cara:

1). Mempelajari buku-buku literatur dan bahan-bahan tertulis lainnya yang

menjadi landasan teori untuk mendukung penyusunan penelitian ini terutama

mengenai wadi’ah dalam perspektif hukum Islam.

2). Mempelajari dokumen dan literatur yang ada di perusahaan.

G. Sistematika Pembahasan

Pembahasan ini terdiri dari lima bab, dengan sistematika sebagai berikut

yaitu:

Bab I : Pendahuluan. Berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, kegunaan penelitian, kerangka pemikiran, metode dan teknik

penelitian, dan sistematika pembahasan.

Bab II : Konsep Wadi’ah dalam Hukum Islam. Mengemukakan akad wadi’ah

Page 33: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

18

menurut hukum Islam seperti pengertian wadi’ah, macam/jenis wadi’ah, dasar

hukum wadi’ah, rukun wadi’ah, syarat wadiah, manfaat dan resiko wadi’ah,

kewajiban bagi pemberi titipan, kewajiban bagi penerima titipan, akuntansi

syariah dan akad wadi’ah berakhir.

Bab III : Objek dan Implementasi Tabungan Wadi’ah pada PT Bank Muamalat

Indonesia, Tbk. Cabang Bandar Lampung. Menjelaskan objek penelitian seperti

sejarah PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. baik secara global dan khusus Cabang

Bandar Lampung, struktur organisasi dan kegiatan usaha perusahaan. Dilanjutkan

dengan membahas tentang implementasi akad wadi’ah dalam tabungan arofah

pada PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Cabang Bandar Lampung, seperti

ketentuan objek wadi’ah, rukun akad wadi’ah, syarat akad wadi’ah, kewajiban

bagi pemberi titipan atau mudi’, kewajiban bagi penerima titipan atau wadi’,

pencatatan tabungan arofah dengan akad wadi’ah, akad wadi’ah berakhir,

keunggulan produk, dan promosi produk.

Bab IV : Analisis Hukum Islam Terhadap Implementasi Akad Wadi’ah Dalam

Tabungan Arofah pada PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Cabang Bandar

Lampung. Menjelaskan tentang hasil analisis terhadap objek wadi’ah, rukun

wadi’ah, syarat wadi’ah, kewajiban bagi mudi’, kewajiban bagi wadi’, akad

wadi’ah berakhir, pengaplikasian dalam produk tabungan, batas minimum titipan

akad wadi’ah, biaya pemeliharaan, pencatatan akuntansi syariah, dan promosi

produk dan sudut pandangnya dalam Islam.

Page 34: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

19

Bab V : Penutup. Berisi kesimpulan dan saran. Pada bab ini penulis akan

membuat suatu kesimpulan yang berisi jawaban atas persoalan yang terdapat

dalam rumusan masalah disertai dengan saran.

Page 35: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

20

BAB II

KONSEP WADI’AH DALAM HUKUM ISLAM

A. Pengertian Wadi’ah

Wadi’ah menurut asal katanya berasal dari wada’a asy syai’ yang berarti

meninggalkan. Artinya sesuatu yang ditinggalkan seseorang pada orang lain untuk

dijaga dengan sebutan qadi’ah lantaran ia meninggalkannya pada orang yang

menerima titipan. (Sayyid Sabiq: 1981: 235).

Wadi’ah menurut bahasa adalah sesuatu yang diletakkan pada yang bukan pemiliknya untuk dijaga. Barang yang dititipkan disebut ida’, yang menitipkan disebut mudi’ dan yang menerima titipan disebut wadi’. Dengan demikian maka pengertian istilah wadi’ah adalah akad antara pemilik barang (mudi’) dengan penerima titipan (wadi’) untuk menjaga harta/modal (ida’) dari kerusakan atau kerugian dan untuk keamanan harta. (Zainul Arifin: 2006: 26).

Menurut prinsipnya pada perbankan syariah, wadi’ah (titipan) yaitu

simpanan yang dijamin keamanannya dan pengembaliannya (guaranteed deposit)

tetapi tanpa memperoleh imbalan atau keuntungan. Dengan kata lain wadi’ah

berarti simpanan murni tanpa imbalan (non remunerated deposit). (Zainul Arifin:

2006: 48).

Menurut istilah, para ulama dan pakar ekonomi berbeda-beda

mendefinisikan Wadi’ah, antara lain sebagai berikut:

1. Wadi’ah adalah “amanah yang sunnat diterima oleh orang yang sanggup.

Amanah tersebut biasanya berupa harta benda yang dititipkan atas dasar

kepercayaan pemilik harta kepada orang lain yang menerima titipan”. (Abdul

Fatah Idris dan Abu Ahmadi: 2000: 179).

2. Mazhab Hanafi mendefinisikan wadi’ah dengan “mengikut sertakan orang

Page 36: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

21

lain dalam memelihara harta baik dengan ungkapan yang jelas, melalui

tindakan, maupun melalui isyarat”. (Sutan Remy Sjahdeini: 2005: 75).

3. Mazhab Maliki, Syafi’i, Hambali (jumhur ulama) mendefinisikan wadi’ah

dengan “mewakilkan orang lain untuk memelihara harta tertentu dengan cara

tertentu”. (Sutan Remy Sjahdeini: 2005: 75).

4. Menurut pakar ekonomi Dumairy bahwa al-wadi’ah adalah “simpanan yang

dititipkan kepada pihak lain dengan tujuan untuk menghindari kehilangan,

kemusnahan atau kecurian”. (M. Rusli Karim: 1992: 117).

5. Menurut fuqaha amshar bahwa wadi’ah adalah “amanat yang tidak harus

diganti (manakala terjadi kerusakan padanya)”. (M.A. Abdurrahman dan A.

Haris Abdullah: 1990: Juz 3: 392).

6. Menurut Yusuf Al Qardhawi bahwa wadi’ah adalah ‘suatu barang yang

diserahkan oleh pemiliknya atau wakilnya kepada orang lain dengan tujuan

agar ia menjaganya’. (A. Munir dan Sudarsono: 2001: 236).

Pernyataan di atas sama seperti yang dikemukakan oleh Abu Hurairah

(Yusuf Al Qardhawi: 1984: 209) dan sesuai menurut fiqih (Moh. Anwar: op.cit.

193).

Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka dapat dipahami bahwa wadi’ah

adalah suatu titipan murni yang diserahkan oleh pemilik titipan kepada orang

yang dipercayai untuk menjaga titipan tersebut agar terhindar dari kehilangan,

kemusnahan, dan kecurian dengan ungkapan yang jelas, melalui tindakan maupun

dengan menggunakan isyarat.

Imam Malik berpendapat bahwa menerima barang titipan tidak wajib sama

sekali. Sebagian ulama ada yang berpendapat tentang wajibnya menerima barang

Page 37: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

22

titipan apabila orang yang akan menitipkan barang tidak menemukan orang yang

dapat dipercaya untuk menerima titipan. Ulama itupun juga berpendapat bahwa

penerima titipan barang tidak menerima upah atas pemeliharaannya. Adapun

keperluan-keperluannya seperti tempat tinggal ataupun biaya, maka itu semua

merupakan tanggungan pemiliknya. (Ibnu Rusyd: 1990: 397).

B. Macam atau Jenis Wadi’ah

Wadi’ah terbagi ke dalam dua macam praktek simpanan (deposit) yang

diterapkan pada masa awal Islam, yaitu wadi’ah yad amanah dan wadi’ah yad

dhamanah. Munculnya variasi ini adalah karena perkembangan wacana dari

pemanfaatan tipe simpanan tersebut yang di masa Rasulullah mempunyai konsep

awal yaitu sebagai suatu amanah, lalu bergeser menjadi konsep pinjaman

sebagaimana yang dicontohkan oleh Zubair bin Awwam. (Zainul Arifin: 2006:

26).

1. Wadi’ah Yad Amanah.

Wadi’ah yad amanah adalah akad titipan dimana penerima titipan adalah

penerima kepercayaan, artinya ia tidak diharuskan mengganti segala resiko

kehilangan atau kerusakan yang terjadi pada aset titipan, kecuali bila hal itu

terjadi karena akibat kelalaian atau kecerobohan yang bersangkutan atau bila

status titipan telah berubah menjadi wadi’ah yad dhamanah. (Zainul Arifin: 2006:

26).

Di bawah prinsip yad amanah ini aset titipan dari setiap pemilik harus

dipisahkan, dan aset tersebut tidak boleh dipergunakan dan penerima titipan tidak

Page 38: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

23

berhak untuk memanfaatkan aset titipan tersebut. Status penerima titipan

berdasarkan wadi’ah yad amanah akan berubah menjadi wadi’ah yad dhamanah

apabila terjadi salah satu dari dua hal ini:

a. Harta dalam titipan telah dicampur.

b. Penerima titipan menggunakan harta titipan.

2. Wadi’ah Yad Dhamanah

Wadi’ah yad dhamanah adalah akad titipan dimana penerima titipan

adalah penerima kepercayaan yang sekaligus penjamin keamanan aset yang

dititipkan. Penerima titipan bertanggung jawab penuh atas segala kehilangan atau

kerusakan yang terjadi pada aset titipan tersebut.

Dengan prinsip ini, penerima titipan menerima simpanan harta dari

pemiliknya yang memerlukan jasa penitipan dan penyimpan mempunyai

kebebasan mutlak untuk mengambilnya kembali sewaktu-waktu. Di bawah

prinsip ini harta titipan tidak harus dipisahkan dan dapat digunakan dalam

perdagangan, dan penerima titipan berhak atas pendapatan yang diperoleh dari

pemanfaatan harta titipan dalam perdagangan.

Semua keuntungan yang dihasilkan dari penggunaan harta tersebut selama

dalam status simpanan adalah menjadi hak penerima titipan. Tetapi penerima

titipan diperbolehkan memberikan bonus kepada pemilik harta atas kehendaknnya

sendiri, tanpa diikat oleh perjanjian.

C. Dasar Hukum Wadi’ah

Dasar hukum terbentuknya praktek Wadi’ah bersumber kepada Hukum

Page 39: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

24

Islam, yang dalil-dalilnya bersumber dari Al-Quran, Al Hadits dan Ijma. Dasar

hukum Wadi’ah dengan akad Wadi’ah yad amanah dan Wadi’ah yad dhamanah

sama saja, diantaranya yaitu:

1. Al-Quran

a. Al-Quran Surat An-Nisaa ayat 5:

. . .

Artinya:

“Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum

sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan

Allah sebagai pokok kehidupan ...” (QS An-Nisaa: 5) (Departemen Agama RI:

2006 115).

Ayat di atas menerangkan bahwa dilarang memberikan harta kepada para pemilik yang tidak mampu mengelola hartanya dengan baik. Seperti yang tertera dalam ayat di atas dan janganlah engkau para wali, suami atau siapa saja menyerahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya baik yatim, anak kecil, orang dewasa, pria atau wanita, harta kamu atau harta mereka yang ada dalam kekuasaan atau wewenang kamu, karena harta itu dijadikan Allah untuk kamu sebagai pokok kehidupan sehingga harus dipelihara dan tidak boleh diboroskan atau digunakan bukan pada tempatnya. (M. Quraish Shihab: 2000: Vol 2: 330-331).

Berdasarkan ayat tersebut, maka orang yang tidak mampu menjaga

hartanya sendiri harus dicarikan orang yang dapat dititipi untuk menjaga hartanya

tersebut dan tidak diperbolehkan untuk menyerahkannya sebelum terlihat tanda-

tanda kedewasaan pada mereka.

b. Al-Quran Surat An-Nisaa ayat 58:

. . .

Page 40: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

25

Artinya:

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada

yang berhak menerimanya…” (QS An-Nisaa: 58) (Departemen Agama RI: 2006:

128).

Potongan ayat menjelaskan sebagaimana terbaca dalam firman-Nya di atas sesungguhnya Allah, menyuruh kamu menunaikan amanat-amanat secara sempurna dan tepat waktu kepada pemiliknya, yakni yang berhak menerimanya, baik amanat Allah kepada kamu maupun amanat manusia betapapun banyaknya yang diserahkan kepada kamu. (M. Quraish Shihab: 2000: Vol 2: 457).

Berdasarkan ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa barang titipan harus

dikembalikan kepada pemiliknya disaat pemilik harta titipan memintanya dan

penerima titipan wajib mengembalikan amanat tersebut tepat waktu sesuai dengan

kesepakan oleh keduanya. Penerima titipan juga wajib mengembalikannya secara

jujur, artinya tidak menipu dan menyembunyikan rahasia dari pemilik titipan

tersebut.

c. Al-Quran Surat Al-Baqarah ayat 283:

. . . . . .

Artinya:

“...maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya…” (QS

Al-Baqarah: 283) (Departemen Agama RI: 2006: 71).

Potongan ayat di atas menggambarkan apabila dalam melakukan akad

wadi’ah haruslah saling mempercayai dan berbaik sangka pada masing-masing

pihak, yaitu tidak adanya penghianatan atau mengingkari hak-hak dan kewajiban-

kewajibannya. Penerima titipan juga harus dapat menunaikan amanat yang

Page 41: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

26

diberikan penitip harta kepadanya sebaik mungkin. Penerima titipan harus dapat

mempercayai dirinya sendiri bahwa ia sanggup menjaga harta titipan yang

diserahkan kepadanya tersebut, karena makruh hukumnya terhadap orang yang

dapat menjaganya tetapi ia tidak percaya pada dirinya sendiri bahwa ia dapat

menjaganya. Selain itu apabila seseorang tersebut tidak kuasa atau tidak sanggup

untuk menjaga harta titipan sebagaimana mestinya hukumnya haram, karena

seolah-olah ia membukakan pintu untuk kerusakan atau lenyapnya barang yang

dititipkan tersebut. (Al-Maraghi: 1993: Vol 2: 133).

d. Al-Quran Surat An-Nisaa ayat 2:

. . .

. . .

Artinya:

“... jangan kamu menukar yang baik dengan yang buruk dan jangan kamu

makan harta mereka bersama hartamu …” (QS An-Nisaa: 2) (Departemen

Agama RI: 2006: 71).

Potongan ayat di atas menerangkan bahwa jangan kamu dengan sengaja dan sungguh-sungguh menukar dengan mengambil harta anak yatim yang buruk yakni yang haram dan mengambil yang baik untuk harta kamu yang halal, dan jangan juga kamu makan, yakni menggunakan atau memanfaatkan secara tidak wajar harta mereka didorong oleh keinginan menggabungkannya bersama harta kamu. Sesunguhnya itu yakni semua yang dilarang di atas adalah dosa dan kebinasaan yang besar. (M. Quraish Shihab: 2000: Vol 2: 320).

Berdasarkan ayat di atas, penerima titipan dilarang menukar dengan

mengambil harta titipan untuk bersenang-senang dengan harta titipan tersebut,

Page 42: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

27

karena pada akhirnya nanti harta tersebut harus dikembalikan kepada pemiliknya

lagi. Selain itu ayat di atas juga menerangkan bahwa tidak diperbolehkan

mencampur atau menggabungkan harta titipan dengan harta pribadi, karena kelak

akan sulit untuk membedakan diantara keduanya dan sulit untuk memisahkannya

lagi.

e. Al-Quran Surat An-Nisaa ayat 6:

. . .

Artinya:

“…barang siapa (di antara pemelihara itu) mampu, maka hendaklah ia

menahan diri (dari memakan harta anak yatim itu) dan barang siapa yang miskin,

maka bolehlah ia makan harta itu menurut yang patut…” (QS An-Nisaa: 4)

(Departemen Agama RI: 2006: 71).

Potongan ayat di atas menerangkan bahwa apabila seseorang menerima

harta titipan hendaknya dia dapat menahan diri dalam memelihara amanat itu.

Artinya apabila orang yang dipercaya menerima titipan adalah orang yang

tergolong dalam golongan orang mampu atau berkecukupan sehingga ia tidak

membutuhkan suatu manfaat apapun dari harta titipan tersebut, maka ia harus

dapat menahan nafsunya agar tidak menggunakan titipan tersebut. Akan tetapi

apabila orang yang dipercayakan untuk menerima titipan tersebut adalah orang

yang tergolong dalam golongan miskin dan terpaksa harus menggunakan harta

titipan tersebut, maka hendaklah ia menggunakan harta titipan tersebut dengan

baik. (Al-Maraghi: 1993: Vol 4: 339).

Page 43: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

28

f. Al-Quran Surat An-Nisaa ayat 6:

. . .

Artinya:

“…kemudian apabila kamu menyerahkan harta kepada mereka, maka

hendaklah kamu adakan saksi-saksi (tentang penyerahan itu) bagi mereka. Dan

cukuplah Allah sebagai Pengawas (atas persaksian itu).” (QS An-Nisaa: 6)

(Departemen Agama RI: 2006: 115).

Imam Syafi’i dan Imam Malik juga mengemukakan pendapat yang serupa

yakni bahwa dengan persaksian kalian akan terbebas dari celaan. Persaksian dapat

melenyapkan prasangka buruk dan permusuhan. Akan tetapi pendapat ini sangat

cocok apabila orang yang menerima titipan tersebut menyerahkan titipan bukan

kepada orang yang memberikannya semula, maka penyerahan tersebut harus

dipersaksikan, seperti halnya bagi wali anak yatim atau ahli waris pemilik harta

titipan. (Ruhul Bayan: 1996: Juz 4: 435).

g. Al-Quran Surat Az-Zukhruf ayat 32:

Artinya:

Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu?. Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain.

Page 44: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

29

Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” (QS Az-Zukhruf: 32) (Departemen Agama RI: 1995: 798).

Ayat tersebut di atas menunjukkan bahwa Allah telah membagi-bagikan

rahmat dan rezeki kepada masing-masing. Ada yang kaya dan juga ada yang

miskin, ada yang pandai dan ada juga yang bodoh, ada yang maju dan ada juga

yang terbelakang, ada yang menjadi pekerja dan ada yang menjadi majikan. Jika

semua umat di dunia ini sama rata, maka akan terjadi perselisihan untuk saling

menyaingi satu sama lain, dan yang satu tidak akan mau membantu yang lain.

Maka kita diharuskan untuk saling tolong-menolong antara sesama, saling

membantu antara yang kuat dengan yang lemah. (M. Quraish Shihab: 2002: Vol

12: 561).

2. Al Hadits

a. Al Hadits Riwayat Tarmidzi:

عن أبي هريرة قال قال النبي صلى الله عليه وسلم أد الأمانة إلى من (Tarmidzi: 1937: Juz 3: 564) ائتمنك ولا تخن من خانك

Artinya:

“Dari Abu Hurairah: “Nabi SAW telah bersabda: bayarkanlah amanat itu

kepada orang yang mempercayai engkau, dan jangan sekali-sekali engkau

berkhianat meskipun terhadap orang yang telah berkhianat kepadamu.”

b. Al Hadits Riwayat Ibnu Majah:

Berdalilkan kepada hadits yang diriwayatkan dari Arar bin Syu’aib dari

bapaknya, dari kakeknya, bahwa Nabi SAW, barsabda:

وديعة فلا ضمان عليهمن أودع (Ibnu Majah: 1998: Jilid 2: 353)

Page 45: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

30

Artinya:

“Siapa yang dititipi, ia tidak berkewajiban menjamin.”

Hadits ini menerangkan bahwa orang yang menerima titipan tidak

berkewajiban menjamin kecuali apabila ia tidak melakukan kewajiban

sebagaimana mestinya atau melakukan jinayah terhadap barang titipan.

c. Al Hadits Riwayat Al Baihaqie:

(Al Baihaqie)

Artinya:

“Tidak ada kewajiban menjamin untuk orang yang diberi amanat.”

Di dalam masalah wadi’ah ini, Abu Bakar pernah menghukum Abu Bakar

bin Abdurrahman bin Al Harits bin Hisyam karena barang titipan milik ‘Urwah

bin Zubair yang disimpan di dalam kemasan yang dititipkan padanya kemudian

hilang, disebabkan terjadinya kerusakan pada kemasan tersebut. Kemudian

‘Urwah bin Zubai (pemilik titipan) mengatakan kepadanya: “Tidak ada kewajiban

menjamin bagi kamu, sesungguhnya engkau hanyalah orang yang diberi amanat”.

Akan tetapi Abu Bakar bin Abdurrahman bin Al Harits bin Hisyam tetap

menggantikannya titipan yang hilang tersebut sebagai bukti tanggung jawabnya.

(Kamaluddin A. Marzuki: 1997: 73).

Ibnu Al Munzir mengatakan bahwa semua orang yang ilmunya kami hafal

bersepakat bahwa apabila orang yang dititipi telah menerima titipan dan kemudian

ia menyebutkan bahwa barang tersebut hilang maka ucapan yang diterima adalah

ucapannya. (Kamaluddin A. Marzuki: 1997: 73).

Jelaslah bahwa barang yang dititipkan tidak harus untuk digantikan

Page 46: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

31

apabila terjadi kehilangan atau kerusakan (yang tidak disengaja dan bukan

dikarenakan oleh kelalaian penerima titipan). Akan tetapi penerima titipan juga

tidak dilarang apabila ia ingin mengganti barang titipan tersebut.

D. Rukun Wadi’ah

Rukun merupakan hal yang sangat penting yang harus dilaksanakan, jika

rukun tersebut tidak ada salah satu, maka akad Wadi’ah tidak akan sah. Wadi’ah

mempunyai tiga rukun yang harus dilaksanakan, yaitu:

1. Ada pihak yang berakad yaitu pihak pemilik harta dan pihak yang menerima

titipan harta.

2. Ada barang/harta yang dititipkan. Barang/harta yang dititipkan harus dalam

keadaan sah milik penitip harta.

3. Ucapan (sighat). Lafal seperti “Saya amanatkan harta ini kepadamu” dan

dijawab oleh penerima titipan ”Saya terima amanatmu atas harta ini”. Rukun

sighat ini yang terdiri dari ijab dan qabul merupakan syarat sahnya perjanjian

menitipkan harta dengan akad Wadi’ah dan tidak bisa ditiadakan. (A. Munir

dan Sudarsono: 2001: 236).

Menurut Mazhab Hanafi, hanya terdapat satu rukun Wadi’ah, yaitu:

Wadi’ah menjadi sah dengan ijab (ungkapan penitipan barang dari pemilik

barang, seperti ‘saya titipkan barang ini kepadamu’) kabul (ungkapan menerima

titipan dari orang yang menitipkan, seperti ‘saya terima titipan barang anda ini’).

Akan tetapi jumhur ulama mengatakan bahwa rukun wadi’ah ada tiga yaitu:

1. Orang yang berakad.

2. Barang titipan.

Page 47: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

32

3. Sighat (lafal) ijab dan kabul. (Sayyid Sabiq: 1981: 73).

Rukun Wadi’ah di atas sama seperti yang di kemukakan oleh Sudarsono

dalam bukunya berjudul “Dasar-Dasar Agama Islam”. (Sudarsono: 1998: 35).

E. Syarat Wadi’ah

Sahnya perjanjian wadi’ah harus terpenuhi syarat-syarat berikut, yaitu:

a. Masing-masing pihak rela melakukan akad wadi’ah.

Maksudnya, jika di dalam akad wadi’ah atau titip-menitipkan terdapat

unsur pemaksaan, maka akad wadi’ah itu tidak sah. Ketentuan itu sejalan dengan

syariat Islam, yaitu Al-Quran surat An-Nisaa ayat 29:

Artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta

sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang

berlaku dengan suka sama suka di antara kamu…” (QS An-Nisaa: 29),

(Departemen Agama RI: 1995: 122).

Dalam “Tafsir Al-Azhar” disebutkan bahwa ayat di atas menjelaskan arti

batil ialah menurut jalan yang salah, tidak menurut jalan yang sewajarnya.

Dengan jalan niaga maka beredarlah harta kamu, pindah dari satu tangan kepada

tangan orang lain dalam garis yang teratur. Dan pokok utamanya ialah ridha, suka

sama suka dalam garis yang halal. (Abdulmalik Abdulkarim Amrullah: 1983: 31).

b. Pemilik harta (mudi’) harus mempercayai orang yang diberikan kepercayaan

Page 48: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

33

untuk menjaga hartanya (wadi’). Menurut fuqaha Maliki, Allah telah

memerintahkan agar penerima titipan mengembalikan amanat dan tidak

memerintahkan agar mempersaksikannya. Oleh karenanya, pengakuan orang

yang dititipi bahwa ia telah mengembalikan titipan tersebut harus dipercayai

dan disertai dengan sumpahnya manakala orang yang menitipkan harta tidak

mempercayainya. (Ibnu Rusyd: 1990: Juz 3: 392).

Artinya:

“…Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain,

maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya dan hendaklah

ia bertakwa kepada Allah Tuhannya…” (QS Al-Baqarah: 283) (Departemen

Agama RI: 2006: 71).

c. Masih menurut fuqaha Maliki, apabila orang yang menitipkan harta

menyerahkan barang titipan itu dengan menggunakan saksi, maka seolah-olah

orang yang dititipi tersebut dipercayai untuk memeliharanya tetapi tidak

dipercayai untuk mengembalikannya. (Ibnu Rusyd: 1990: Juz 3: 392).

d. Apabila pemberi titipan telah meninggal dunia atau menitipkan harta kepada

wali anak yatim yang diperuntukkan bagi anak yatim tersebut maka saat

memberikan amanat tersebut, penerima titipan wajib mendatangkan saksi pada

saat penyerahan titipan. Imam Malik dan para pengikutnya berpendapat bahwa

apabila penerima titipan mengingkari telah menerima titipan tersebut, maka

pengakuan orang yang menerima titipan bahwa ia telah menyerahkan titipan

tidak dapat dibenarkan, kecuali apabila ada saksi yang membenarkannya.

(Ibnu Rusyd: 1990: Juz 3: 393).

Page 49: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

34

e. Penerima titipan diharuskan mengganti titipan apabila hilang atau rusak yang

diakibatkan oleh kelalaian penerima titipan. (Kamaluddin A. Marzuki: 1997:

73).

f. Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa penerima titipan boleh membawa

berpergian harta titipan dan menggunakan harta titipan tersebut jika memang

jalan yang dilaluinya aman, dengan atau tanpa sepengetahuan pemilik titipan

asalkan pemilik titipan tidak melarangnya. (Ibnu Rusyd: 1990: Juz 3: 396).

g. Penerima titipan tidak dilarang untuk menitipkan harta titipan kepada orang

lain selama orang tersebut dapat dipercayai atau keluarga penerima titipan.

(Ibnu Rusyd: 1990: Juz 3: 396).

Menurut para ulama Mazhab Hanafi, syarat orang yang berakad haruslah

berakal. Apabila anak kecil yang telah berakal diizinkan oleh walinya untuk

melakukan transaksi akad wadi’ah, maka menurut mereka, akad tersebut sah.

Mereka tidak mensyaratkan balig dalam persoalan wadi’ah. Akan tetapi, anak

kecil yang belum berakal atau orang dewasa yang kehilangan kecakapan bertindak

hukum, seperti orang gila atau idiot, menurut mereka, tidak sah melakukan akad

wadi’ah. (Abdul Azis Dahlan: 1997: Jilid 6: 1899).

Akan tetapi, menurut jumhur ulama (Abdul Azis Dahlan: 1997: Jilid 6:

1899), orang yang berakad wadi’ah disyaratkan:

1. Baligh, berakal, cerdas, karena akad wadi’ah, menurut mereka, merupakan

akad yang banyak mengandung resiko penipuan. Oleh sebab itu, anak kecil

sekalipun telah berakal, akan tetapi tidak dibenarkan melakukan akad

wadi’ah, baik sebagai orang yang menitipkan barang maupun sebagai orang

yang menerima titipan barang. Disamping itu, jumhur ulama juga

Page 50: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

35

mensyaratkan orang yang berakad harus cerdas. Sekalipun telah berakal dan

baligh, tetapi kalau tidak cerdas, hukum wadi’ah-nya tidak sah.

2. Barang titipan jelas dan bisa dipegang/dikuasai. Maksudnya, barang yang

dititipkan tersebut bisa diketahui identitasnya dan bisa dikuasai untuk

dipelihara.

F. Manfaat Dan Resiko Wadi’ah

Manfaat dari akad wadi’ah adalah ‘untuk menghindari kehilangan,

kemusnahan atau kecurian’. (M. Rusli Karim: 1992: 117). Sedangkan untuk

penerima titipan, menurut Imam Maliki, al-Laits, Abu Yusuf dan sekelompok

fuqaha lainnya, harta titipan dapat digunakan untuk usaha yang keuntungannya

halal untuk dimiliki oleh penerima titipan, sekalipun diperoleh dengan cara

mengghashab (mengambil titipan secara paksa) terhadap harta tersebut, jika dia

adalah orang yang dititipi. (M.A. Abdurrahman dan A. Haris Abdullah: 1990:

397).

Menurut M.A Abdurrahman dan A. Haris Abdullah dalam buku yang

diterjemahankannya yang berjudul “Bidayatu’ I-Mujtahid Juz 3” yang dikarang

oleh Ibnu Rusyd (1990: 396-398) disebutkan bahwa resiko yang mungkin terjadi

dalam Wadi’ah adalah sebagai berikut:

1. Jika harta titipan hilang atau rusak yang diakibatkan oleh kelalaian penerima

titipan, maka penerima titipan berkewajiban untuk menggantinya. Sedangkan

apabila harta titipan tersebut hilang atau rusak yang bukan diakibatkan oleh

kelalaian penerima titipan, maka penerima titipan tidak berkewajiban untuk

mengganti harta titipan tersebut.

Page 51: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

36

2. Harta titipan tidak boleh dititipkan kepada orang lain, kecuali apabila wakil

penerima titipan adalah keluarga yang dapat dipercaya atau orang-orang yang

berada di bawah kekuasaannya.

3. Penerima titipan harus menggembalikan harta titipan tersebut pada saat

pemilik harta titipan memintannya walaupun harta tersebut sedang

dipergunakan oleh penerima titipan.

G. Kewajiban Bagi Mudi’ (Pemilik Titipan)

Dalam melaksanakan akad wadi’ah terdapat kewajiban yang harus

dilakukan oleh masing-masing pihak. Menurut ulama fikih dalam buku

“Bidayatu’ I-Mujtahid Juz ke 3” karangan Ibnu Rusyd, kewajiban bagi pemilik

titipan antara lain yaitu:

1. Menyediakan barang yang akan dititipkan.

Penitip barang wajib menyediakan barang yang akan dititipkan yang dapat

diambil manfaatnya bagi penerima titipan, dan menyediakan barang tersebut

untuk suatu waktu tertentu atau tidak ditentukan waktunya untuk

dimanfaatkan oleh penerima barang tersebut dengan sepengetahuan dan seizin

pemilik barang.

2. Menanggung biaya pemeliharaan barang.

Jika selama periode penitipan penerima titipan memerlukan sesuatu untuk

menjaga barang titipan, maka pemilik barang boleh memberikan biaya untuk

pemeliharaan barang yang titipkan tersebut agar memperkecil resiko terjadi

hal-hal yang tidak diinginkan seperti hilangnya atau rusaknya barang yang

dititipkan tersebut.

Page 52: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

37

Sedangkan menurut Muhammad dalam bukunya berjudul “Manajemen

Pembiayaan Bank Syariah” (2005: 148) disebutkan bahwa kewajiban bagi yang

menitipkan barang yaitu:

1. Yang menitipkan barang wajib mempersiapkan barang yang dititipkan untuk

dapat digunakan secara optimal oleh penerima titipan, tentunya dengan

sepengetahuan dan seizin pemilik barang.

2. Bila terjadi kehilangan atau kerusakan pada barang tersebut, maka pemilik

barang boleh tidak mempercayakannya lagi untuk dititipkan barang lagi di lain

hari. Bila demikian keadaannya, apakah penerima titipan harus mengganti

barang yang hilang atau rusak tersebut?. Sebagian ulama berpendapat,

penerima barang tidak diharuskan menggantikan barang tersebut. Sebagian

ulama lain berpendapat penerima titipan diharuskan menggantikan barang

tersebut apabila kerusakan atau kehilangan diakibatkan oleh kelalaian

penerima titipan.

H. Kewajiban Bagi Wadi’ (Penerima Titipan)

Dalam melaksanakan akad wadi’ah terdapat kewajiban yang harus

dilakukan oleh masing-masing pihak. Menurut ulama fikih, kewajiban bagi

penerima titipan yaitu:

1. Penerima titipan harus memelihara barang tersebut dengan baik. Apabila

seseorang merusak barang tersebut dan orang yang dititipi tidak berusaha

mencegahnya, padahal ia mampu untuk melakukannya,maka ia dianggap

melakukan kesalahan, karena memelihara barang tersebut merupakan

kewajiban baginya. Maka atas kesalahan ini ia dikenakan ganti rugi.

Page 53: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

38

2. Penerima titipan tidak menitipkan lagi barang tersebut kepada orang lain yang

bukan orang dekatnya. Apabila barang itu hilang, dalam kasus seperti ini,

maka penerima titipan dikenakan ganti rugi. Misalnya, A menitipkan barang

kepada B. Kemudian B menitipkan barang itu kepada C, dan barang itu rusak

atau hilang di tangan C. Menurut ulama Mazhab Hanafi dan Mazhab Hambali,

B dikenakan ganti rugi, karena kewajiban memelihara barang tersebut terpikul

di pundaknya. Akan tetapi, jumhur ulama, termasuk Imam Abu Yusuf dan

Muhammad bin Hasan Asy-Syaibani (keduanya ahli fikih Mazhab Hanafi)

menyatakan bahwa dalam kasus seperti ini pemilik barang boleh memilih,

apakah ia akan menuntut ganti rugi kepada orang yang ia titipi barang (B),

sehingga C (orang ketiga) tidak dikenakan ganti rugi, atau ia meminta ganti

rugi kepada C, tetapi C boleh meminta ganti rugi pula kepada B. Apabila

barang itu dirusak atau digunakan secara terang-terangan oleh pihak ketiga

(C), sehingga barang tersebut rusak, maka pemilik boleh meminta ganti rugi

kepada B atau C. Jika pemilik barang meminta ganti rugi kepada C, maka C

tidak bisa meminta ganti rugi pula kepada B, karena kerusakan barang

dilakukan secara sengaja oleh C.

3. Penerima titipan berkewajiban memulangkan barang titipan apabila penitip

barang meminta barang tersebut. Apabila pemilik barang meminta kembali

barang titipannya kepada orang yang ia titipi, lalu orang yang disebut terakhir

ini mengingkarinya atau ia sembunyikan sedangkan ia mampu untuk

mengembalikannya, maka ia dikenakan ganti rugi. Syarat ini disepakati oleh

seluruh ulama fikih.

4. Penerima titipan tidak mencampurkan barang titipan dengan barang

Page 54: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

39

pribadinya, sehingga sulit untuk dipisahkan. Jumhur ulama berpendapat

apabila barang itu sulit dipisahkan, maka pemilik berhak meminta ganti rugi

tetapi, jika barang tersebut bisa dipisahkan, maka pemilik barang mengambil

barang miliknya itu. Menurut Imam Abu Yusuf dan Muhammad bin Hasan

Asy-Syaibani, dalam kasus seperti ini pemilik barang boleh memilih. Apabila

ia mau, barang itu dijual semuanya dan kemudian ia mengambil uang hasil

penjualan itu senilai barang yang ia titipkan, atau ia ambil setengah dari

hartanya yang telah tercampur dengan harta orang yang dititipi tersebut.

I. Akuntansi Syariah

Akuntansi merupakan hal yang penting dalam bisnis. Karena seluruh

pengambilan keputusan bisnis didasarkan pada informasi yang diperoleh dari

akuntansi. Sebelum kepada akuntansi syariah terlebih dahulu akan dipaparkan

mengenai pengertian akuntansi. Akuntansi adalah salah satu bentuk

pertanggungjawaban penggunaan dana sesuai aturan yang ditetapkan ajaran Allah

SWT dan Rasul-Nya. (Juhaya S. Praja: 2000: 53).

Menurut Muhammad dalam bukunya yang berjudul “Prinsip-prinsip

Akuntansi dalam Al-Quran” disebutkan bahwa Akuntansi adalah usaha pencatatan

bukti/informasi untuk pelaporan dan pengambilan kesimpulan untuk penentuan

langkah selanjutnya. (Muhammad: 2000: 47).

Dalam buku karangan Juhaya S. Praja dengan judul “Tafsir Hikmah”

disebutkan bahwa:

Akuntansi Syariah adalah perpanjangan pelaksanaan prinsip-prinsip ekonomi syariah. Tujuannya ialah untuk menimbang kesehatan dan kewajaran suatu kegiatan usaha dalam rangka mencapai kualitas mabrur. Berikut ini

Page 55: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

40

akan disebutkan beberapa prinsip-prinsip ekonomi Islam, yaitu: 1. Tijarah ‘an taradlin, yaitu melaksanakan transaksi bisnis berdasarkan

sukarela di antara masing-masing pihak. 2. Perikatan dan transaksi bisnis dilakukan secara tertulis dan transparan. 3. Amanah dalam laporan neraca. 4. Tabadul al-manafi (pertukaran manfaat) dalam kerangka al-mu’awanah

‘ala al-birr wa al-taqwa, yaitu tolong-menolong dalam kebajikan dan ketakwaan.

5. ‘Adam al-riba, ‘adam al-gharrar, ‘adam al-maisir (tidak mengandung unsur riba/free interest, tidak ada tipu daya, dan tidak mengandung unsur judi. (Juhaya S. Praja: 2000: 167).

Menurut Muhammad dalam bukunya berjudul “Prinsip-prinsip Akuntansi

dalam Al-Quran” disebutkan bahwa prinsip-prinsip umum akuntansi Islam adalah

sebagai berikut:

1. Keadilan. 2. Kebenaran. 3. Pertanggungjawaban.

Adapun prinsip-prinsip khusus akuntansi Islam (syariah) adalah sebagai

berikut: 1. Cepat pelaporannya. 2. Dibuat oleh ahlinya (akuntan). 3. Terang, jelas, tegas, dan informatif. 4. Memuat informasi yang menyeluruh. 5. Informasi ditujukan kepada semua pihak yang terlibat secara horizontal

maupun vertikal. 6. Terperinci dan teliti. 7. Tidak terjadi manipulasi. 8. Dilakukan secara kontinyu (tidak lalai). (Muhammad: 2000: 42).

Dari prinsip-prinsip tersebut, maka aplikasinya dalam kehidupan di dunia,

khususnya dalam dunia bisnis adalah bahwa apa yang dilakukan atau apa yang

diperbuat oleh seseorang harus melakukan perhitungan dan pencatatan yang teliti

serta tidak boleh terjadinya manipulasi, karena kesemuanya itu akan digunakan

sebagai bahan pertanggungjawaban. Tujuannya adalah untuk menjaga keadilan

dan kebenaran. Artinya bahwa prinsip-prinsip tersebut menekankan pada

kepentingan pertanggungjawaban agar pihak yang terlibat dalam transaksi itu

Page 56: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

41

tidak dirugikan , tidak menimbulkan konflik, dan adil.

Menurut Meidawati yang dikutip oleh Iwan Triyuwono dan Muhammad

As’udi dalam buku “Akuntansi Syariah” disebutkan bahwa konsep Islam dan

hakikat akuntansi dalam Islam memberikan andil dalam perkembangannya, hal ini

dapat dilihat bahwa:

1. Yang dicatat akuntansi adalah transaksi (muamalah). 2. Dasar pencatatan transaksi adalah bukti (evidence) seperti faktur, cek,

kuitansi, dan lain-lain. 3. Bukti yang menjadi dasar pencatatan akan diklasifikasikan secara teratur

dengan menggunakan aturan umum yang disebut Standar Akuntansi Keuangan.

4. Untuk mencapai tingkat kepercayaan yang lebih tinggi, laporan keuangan yang dihasilkan harus diperiksa oleh pihak yang independen. (Iwan Triyuwono dan Muhammad As’udi: 2001 : 26).

Dari keempat hal tersebut dapat dipahami bahwa dari proses pencatatan

sampai tersusunnya laporan keuangan dalam akuntansi harus dilakukan dengan

benar. Ini terlihat bahwa akuntansi harus menjaga output yang dihasilkan tetap

dalam sifat keadilan, kebenaran, kejujuran dan pertanggungjawaban, sebagaimana

halnya hakikat dan keinginan dalam ajaran Islam.

J. Akad Wadi’ah Berakhir

Ulama fikih menyatakan bahwa akad wadi’ah dianggap berakhir apabila

terdapat hal-hal sebagai berikut:

1. Barang titipan diambil oleh penitip barang. 2. Penitip barang menginginkan barangnya dikembalikan. 3. Tujuan yang ingin dicapai penitip barang telah tercapai. Artinya penitip

barang sudah siap untuk menerima kembali barang yang dititipkan. 4. Salah satu pihak (pemilik barang atau yang menerima barang) meninggal

dunia. 5. Penitip barang ingin menggunakan barang yang dititipkan. 6. Hilangnya barang yang titipkan akibat kelalaian atau tanpa sepengetahuan

penerima titipan.

Page 57: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

42

7. Barang yang dititipkan bukan lagi menjadi milik penitip barang atau telah dipindah tangankan pada orang lain.

8. Terjadinya penipuan oleh masing-masing pihak yang berakad. (Hal ini dikemukakan oleh ulama Mazhab Hanafi dan Syafi’i).

9. Munculnya tindakan kesewenang-wenangan dari masing-masing pihak terhadap barang titipan. (Hal ini dikemukakan oleh ulama Mazhab Syafi’i dan Hambali).

10. Kedua belah pihak bersepakat mengakhiri akad wadi’ah. (Abdul Azis Dahlan: 1997: 1915).

Page 58: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

43

BAB III

OBJEK DAN PELAKSANAAN TABUNGAN AROFAH DENGAN AKAD

WADI’AH PADA PT BANK MUAMALAT INDONESIA, Tbk.

CABANG BANDAR LAMPUNG

A. Objek Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada perusahaan jasa yang bergerak dibidang

keuangan yaitu PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Cabang Bandar Lampung

yang berlokasi di jalan Raden Intan no. 92D Bandar Lampung. Yang menjadi

objek penelitian adalah tabungan arofah dengan akad Wadi’ah. Untuk mengetahui

lebih jauh mengenai objek penelitian, berikut disajikan sejarah PT Bank

Muamalat Indonesia, Tbk., struktur organisasi dan uraian tugas pokok serta

kegiatan usaha PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk.

1. Sejarah PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk.

PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Cabang Bandar Lampung adalah

salah satu cabang dari PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. yang berkedudukan

dan berpusat di Jakarta, yang didirikan pada tanggal 1 November 1991 M atau 24

Rabiul Akhir 1412 H dan memulai kegiatan operasinya pada bulan Mei 1992.

Pendirian PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. (BMI) diprakarsai oleh Majelis

Ulama Indonesia (MUI) yang didukung oleh sekelompok pengusaha dan

cendikiawan muslim.

PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. telah mendapatkan persetujuan dari

Menteri Keuangan No. 4308/KMK.013/1992 sebagai Bank Umum, yang yang

Page 59: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

44

kemudian diubah dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan No.

131/KMK.017/1995 tentang penetapan sebagai Bank Umum yang beroperasi

secara Syariah berprinsip bagi hasil.

Modal disetor pada awal pendirian adalah sebesar Rp. 106 milyar. Pada

bulan Juni 1998 PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. melakukan penawaran umum

terbatas (right issue) dengan peningkatan modal disetor menjadi Rp. 165 milyar.

Sebagai pelopor bank syariah di Indonesia, PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk.

telah menetapkan misinya untuk mengambil sebagian besar katalisator dalam

pengembangan institusi keuangan syariah di Indonesia. PT Bank Muamalat

Indonesia, Tbk. secara aktif turut memberikan masukan dalam undang-undang

No. 10/1998, yang menerapkan prinsip-prinsip syariah sebagai salah satu sistem

perbankan Indonesia.

Misi dari PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. yaitu:

1. Menjadi model bagi intitusi keuangan dunia, dengan penekanan pada jiwa

kewirausahaan keunggulan managemen, orientasi investasi yang inovatif

dalam upaya meningkatkan nilai dari para pemegang saham (profit).

2. Memberikan laba yang wajar bagi para pemegang saham (profit).

3. Mengusahakan pertumbuhan perusahaan (corporate growth) yang optimal.

4. Memberikan kontribusi yang positif kepada masyarakat Islam (social

contribution).

5. Memelihara dan meningkatkan mutu kehidupan bekerja (quality of work

life).

Visi PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. yaitu:

Menjadikan PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. sebagai suatu bank kebanggaan

Page 60: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

45

umat, yaitu sebagai salah satu bank terbaik dikelasnya, dalam ukuran antara lain

sebagai berikut:

1. Sehat diukur dari segi hukum/peraturan Bank Indonesia maupun dari segi

syariah.

2. Profitable.

3. Sahamnya diminati masyarakat.

4. Mempunyai jaringan kerja yang luas dengan kapasitas bisnis global.

5. Sebagai tempat yang subur bagi pengembangan karir setiap karyawannya.

Kelahiran PT Bank Muamalat Indoneasia, Tbk. (BMI) di Provinsi

Lampung diawali dengan banyaknya permintaan masyarakat Lampung yang telah

sadar akan pentingnya melakukan transaksi perbankan dengan menghindari bunga

bank, karena pada saat itu belum ada satupun bank berbasis Islam yang masuk ke

provinsi Lampung. Karena melihat peluang yang sangat baik dan menguntungkan

itu, maka PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. memutuskan untuk segera

membuka cabangnya di Bandar Lampung diawali dengan membuka kantor

perwakilan pada tanggal 1 Maret 2002 sebagai kantor kas yang berlokasi di jalan

Kotaraja No. 2 Bandar Lampung. Kemudian pada tangal 11 September 2003

didirikan kantor cabang utama PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Cabang

Bandar Lampung yang merupakan cabang ke 99 yang berlokasi di jalan Raden

Intan No. 92D Tanjung Karang, Bandar Lampung. Telpon: (0721) 242123. Pada

saat itu jumlah karyawan PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Cabang Bandar

Lampung hanya berjumlah 16 orang. Peresmian kantor cabang tersebut

diresmikan oleh Direktur PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. yaitu Bapak

Arviyan Arifin. PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Cabang Bandar Lampung

Page 61: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

46

melayani transaksi tabungan, deposito, giro, dan pengajuan kredit (pembiayaan)

dengan jumlah total sebanyak 13 produk. Hingga saat ini jumlah karyawan pada

PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Cabang Bandar Lampung bertambah menjadi

22 orang. Selain itu, PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Cabang Bandar

Lampung telah membuka dua cabang pembantu yang disebut UPS (Unit

Pelayanan Syariah) di kota Bandar Lampung dan di kota Bandar Jaya, Lampung

Tengah. Untuk UPS yang beroprasi di Bandar Lampung, UPS berlokasi di gedung

besar Kantor Pos jalan Teuku Umar , Bandar Lampung. Sedangkan UPS yang

beroprasi di Bandar Jaya, Lampung Tengah, berlokasi di jalan Proklamator No.

138B Bandar Jaya Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah. Telpon: (0725)

527400.

Tujuan didirikannya PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Cabang Bandar

Lampung yaitu sebagai berikut:

1. Meningkatkan kualitas kehidupan sosial ekonomi masyarakat Indonesia,

terutama bagi masyarakat Bandar Lampung dan sekitarnya, sehingga akan

semakin berkurangnya kesenjangan sosial ekonomi sebagai akibat dari

praktik-praktik kegiatan ekonomi yang tidak Islami.

2. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan daerah

terutama dibidang ekonomi keuangan yang selama ini partisipasi masyarakat

yang memanfaatkan lembaga keuangan perbankan masih kurang sebagai

akibat dari sikap keraguan terhadap hukum bunga bank (riba).

3. Mengembangkan lembaga bank dan sistem perbankan yang sehat berdasarkan

efisiensi dan keadilan, sehingga mampu meningkatkan partisipasi masyarakat

untuk menggalakkan ekonomi rakyat, yaitu memperluas jaringan perbankan di

Page 62: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

47

daerah-daerah perdesaan.

4. Memberikan lapangan pekerjaan, sekaligus mendidik orang-orang yang

kurang mampu untuk mengembangkan usahanya, sehingga mampu

berwirausaha dan memiliki prospek bisnis yang cerah.

5. Mengembangkan usaha bersama dengan jalan memberikan kredit

(pembiayaan) investasi berupa barang modal dan bahan baku dengan sistem

bagi hasil murabahah.

2. Struktur Organisasi PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk.

Struktur organisasi PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Cabang Bandar

Lampung senantiasa mengalami perubahan dari tahun ke tahunnya disesuikan

dengan kondisi yang ada. Untuk kejelasannya struktur organisasi PT Bank

Muamalat Indonesia, Tbk. Cabang Bandar Lampung untuk tahun 2007 dapat

dilihat dalam bagan berikut:

Page 63: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

48

Gambar 3.1 Struktur Organisasi PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Cabang Bandar Lampung

Sumber: PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Cabang Bandar Lampung 2007 3. Uraian Tugas Pokok Serta Kegiatan Usaha PT Bank Muamalat

Indonesia, Tbk.

Struktur organisasi PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Cabang Bandar

Lampung terdiri dari beberapa bagian dengan tugas dan wewenang sebagai

berikut:

a. Pimpinan Cabang atau Kepala Kantor

Mempunyai tugas dan tanggungjawab untuk:

1). Menjalankan kebijakan umum perusahaan, pembinaan, pengarahan, dan

peningkatan mutu bank dan pegawai.

Kepala Kantor ( Riswan CH. Syafri )

Back Office - Rubiyanto - Agung

Lasmono

Marketing Koordinator ( Fachrudin UP. )

Operational Manager ( Riswan CH. Syafri )

Customer Service - Ardian

Angga - Nurina

Tyagita

Support Pembiayaan

- Suwasti Ana Sari

Bagian Kas/Teller - Idhamsyah - Sovia Nurul

Hayati - Deri Dorandes

Djamal

Service Assistant - Seruni

Widyawati

Data Control/Ressident Auditor - Radhiah

Operation Banking - Eddy Susanto

Account Manager - Seruni Widyawati - Uzairi Uhida - Adi Pratomo - Eddy Susanto - Muhammad Ihsan - Syaskowar Yuldiansyah - Radhiah - Laila Azizah

Page 64: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

49

2). Mempersiapkan, mengusulkan, melakukan negosiasi, merevisi RKA

dalam rangka mencapai target usaha Syariah yang telah ditetapkan.

3). Membina dan mengkoordinasikan, memfungsikan dan mengawasi unit-

unit kerja di bawahnya.

4). Melakukan pembinaan dan hubungan dengan nasabah penyimpan dan

nasabah pembiayaan Kantor Cabang Pembantu atau Unit Pelayanan

Syariah (UPS).

5). Memantau keragaan portofolio pembiayaan dan menetapkan tindak

lanjutnya agar tercapai kualitas portofolio pembiayaan yang berkembang,

sehat dan menguntungkan.

6). Melaksanakan koordinasi dengan instansi/pihak terkait atas pelaksanaan

usaha Kantor Cabang Pembantu atau Unit Pelayanan Syariah (UPS) .

7). Melakukan pembinaan secara aktif dalam meningkatkan kemampuan dan

pengetahuan pekerja di PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Cabang

Bandar Lampung.

8). Melaksanakan waskat terhadap seluruh kegiatan di PT Bank Muamalat

Indonesia, Tbk. Cabang Bandar Lampung.

b. Operasional Manager

Mempunyai tugas dan tanggungjawab untuk:

1). Melaksanakan flag operasional (mengaktifkan atau menonaktifkan user)

bagi pekerja yang akan menjalankan operasional.

2). Memeliharakerjakan register kas dalam rangka pengelolaan kas PT Bank

Muamalat Indonesia, Tbk. Cabang Bandar Lampung.

Page 65: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

50

3). Melaksanakan tambahan kas awal hari atau selama jam pelayanan kas bagi

Teller dan menerima setoran kas dari Teller.

4). Mengesahkan dalam sistem dan menandatangani bukti kas atau transaksi

tunai, kliring dan pemindahbukuan yang ada dalam batas wewenangnya.

5). Memeliharakerjakan Register dan penyimpanan Surat Berharga.

6). Mengaktifkan rekening pembiayaan dan simpanan.

7). Melakukan pengesahan transfer keluar sesuai wewenangnya.

8). Memastikan kebenaran pembuatan/penerimaan dokumen/nota yang

berkaitan dengan pelayanan dana dan jasa.

9). Menindaklanjuti keluhan-keluhan nasabah dan laporan kehilangan cek dan

bilyet Giro Wadi’ah, bilyet Deposito Mudharobah/Wadi’ah, buku

Tabungan Mudharabah/Wadi’ah, untuk meningkatkan kualitas pelayanan

kepada nasabah.

10). Membina dan menilai kinerja pekerja yang berada di bawahnya dalam

rangka menyediakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang profesional.

c. Marketing Koordinator

Marketing Koordinator mempunyai tugas dan tanggungjawab yang sama

dengan semua bagian marketing yang dipimpinnya. Akan tetapi Marketing

Koordinator lebih bertanggungjawab penuh kepada pimpinan cabang dan

pimpinan pusat dengan semua resiko keputusan yang diambil oleh team marketing

yang dipimpinnya.

Bagian Marketing

1). Account Manager

Page 66: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

51

Mempunyai tugas dan tanggungjawab untuk:

a). Memproses calon debitur yang masuk.

b). Membina debitur yang masuk agar lancar pengembalian pembiayaan serta

mengurangi resiko atas pembiayaan yang diberikan.

c). Mencari dana dari pihak ketiga.

d). Menyalurkan dana dari pihak ketiga.

e). Melakukan pemeriksaan adminstratif dan lapangan terhadap pembiayaan

yang diajukan nasabah.

f). Mempersiapkan dan melaksanakan rencana atas account yang menjadi

tanggungjawabnya.

g). Memberikan pelayanan yang sebaik mungkin dan cross selling kepada

nasabah.

h). Menyampaikan masalah–masalah yang timbul pada atasannya dalam

pelayanan debitur.

i). Melakukan pembinaan dan penagihan serta pengawasan pembiayaan yang

menjadi tanggungjawabnya.

j). Melaksanakan fungsi Funding Officer (FO) untuk meningkatkan sumber

dana PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Cabang Bandar Lampung.

k). Melaporkan situasi dan kondisi debitur yang masih lancar maupun

memburuk.

l). Melengkapi dokumen-dokumen pembiayaan yang tertunda sesuai PPND.

m). Membuat LKN atas pelaksanaan kunjungan nasabah baik dalam rangka

pelayanan proses pembiayaan maupun dalam rangka pembinaan dan

penagihan pinjaman.

Page 67: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

52

n). Melakukan pembinaan dan penagihan serta pengawasan pembiayaan

bermasalah yang menjadi tanggungjawabnya.

o). Mengadakan koordinasi dengan Administrasi Pembiayaan (ADP) PT Bank

Muamalat Indonesia, Tbk. Cabang Bandar Lampung dalam me-review

dokumen pembiayaan bermasalah.

p). Melaksanakan peng-administrasian yang terkait dengan pembiayaan NPF

untuk menjaga ketertiban dan keamanan data nasabah.

q). Melakukan perhitungan dan pemantauan atas pembentukan/pembukuan

penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP) atas portofolio

pembiayaan bermasalah yang menjadi tanggungjawabnya untuk

memenuhi ketentuan yang berlaku.

2). Service Assistent

Mempunyai tugas dan wewenang untuk:

a). Membantu kerja pimpinan cabang (surat menyurat).

b). Memonitoring nasabah pembiayaan.

d. Bagian Back Office

Bagian Back Office terdiri dari:

1). Sundries

Mempunyai tugas dan tanggungjawab untuk:

a). Melakukan pembukaan giro dan tabungan, payroll service, deposito, dan

kliring.

b). Menyimpan dan mengontrol tanda tangan dan dokumen.

c). Melakukan pembukaan jasa penerimaan pajak.

Page 68: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

53

2). Umum

Mempunyai tugas dan wewenang untuk:

a). Menatakerjakan pemeliharaan file pekerja, ketertiban absensi pekerja, dan

peng-administrasian semua bentuk hukuman jabatan secara tertib.

b). Mengkoordinasikan pembagian kerja sopir, pramubakti, satpam secara

efektif dan efisien.

c). Mengkoordinasikan kebutuhan logistik/supplies kepada pekerja.

d). Meng-administrasikan semua Aktiva Tetap PT Bank Muamalat Indonesia,

Tbk. Cabang Bandar Lampung.

e). Menyiapkan data pembayaran gaji Pejabat/Pegawai dari PT Bank

Muamalat Indonesia, Tbk. Cabang Bandar Lampung PC SIM-SDM.

f). Memeliharakerjakan Register: Aktiva Tetap, Penyusutan Aktiva Tetap,

Biaya-biaya, Inventaris Kantor yang dibeli dengan biaya eksploitasi, Kas

Porti dan lain-lain sesuai ketentuan.

g). Mengagendakan surat keluar dan surat masuk dengan tertib dan

mendistribusikannya kepada para pejabat yang berwenang.

h). Melayani tamu-tamu yang akan bertemu dengan Pimpinan Cabang.

i). Menyimpan SK, SE, BPO dan lain-lain yang merupakan arsip PT Bank

Muamalat Indonesia, Tbk. Cabang Bandar Lampung.

j). Memenuhi kebutuhan bensin, penggantian suku cadang kendaraan dinas

dan kebutuhan logistik lainnya.

e. Suport Pembiayaan

Mempunyai tugas dan wewenang untuk:

Page 69: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

54

1). Memproses calon debitur dari segi keabsahan, taksasi jaminan.

2). Mengatasi masalah debitur yang mungkin terjadi.

3). Membuat surat pengikat, membuat daftar rencana angsuran.

4). Membuat tabel rencana angsuran.

5). Menerima, meneliti dan mencatat setiap permohonan pembiayaan.

6). Menyiapkan dan mengisi Formulir Pengawasan/Koordinator ADP atas

setiap permohonan pembiayaan.

7). Mengidentifikasi dokumen pembiayaan yang harus segera dipenuhi oleh

nasabah atas Putusan Penundaan Dokumen (PPND).

8). Menyiapkan perjanjian pembiayaan di bawah tangan guna mengamankan

kepentingan Bank.

9). Membantu nasabah dalam menyiapkan tanda setoran biaya dalam rangka

realisasi pembiayaan.

10). Menyiapkan dokumen pendukung yang diperlukan untuk pembuatan

perjanjian notaris.

11). Memeriksa kelengkapan dan keabsahan dokumen pembiayaan yang akan

dicairkan.

12). Menyiapkan Instruksi Pencairan Pembiayaan (IPP).

13). Memastikan bahwa aspek yuridis yang berkaitan dengan pembiayaan telah

diselesaikan dan memberikan perlindungan yang memadai bagi PT Bank

Muamalat Indonesia, Tbk.

14). Menyiapkan dokumen pembiayaan yang telah jatuh tempo (expired) untuk

segera diperbaharui/diperpanjang.

15). Memeliharakerjakan dokumentasi pembiayaan: akad pembiayaan, agunan

Page 70: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

55

pembiayaan, asuransi pembiayaan (kerugian, asuransi jiwa yang berkaitan

dengan pembiayaan).

16). Memeliharakerjakan barkas I pembiayaan dengan tertib/aman.

17). Menyampaikan laporan-laporan pembiayaan baik kepada PT Bank

Muamalat Indonesia, Tbk pusat dan Bank Indonesia maupun pihak-pihak

lain yang memerlukannya.

18). Menyediakan informasi pembiayaan untuk kepentingan intern maupun

ekstern.

f. Bagian Kas dan Teller

Mempunyai tugas dan tanggungjawab untuk:

1). Menerima setoran/penarikan tunai, non tunai, dan memastikan kebenaran

transaksi dan keaslian uang yang disetorkan.

2). Verifikasi slip setoran, warkat, pemeriksaan bank note.

3). Manajemen ketersediaan uang kas yang dibutuhkan.

4). Melakukan tambahan kas teller.

5). Meneliti keabsahan bukti kas yang diterima guna memastikan kebenaran

dan keamanan transaksi.

6). Mengelola dan menyetorkan fisik kas kepada Operational Manager.

7). Menerima dan meneliti keabsahan tanda setoran dan warkat kliring

penyerahan dari nasabah/customer service guna memastikan kebenaran

dan keamanan transaksi.

8). Membuku transaksi Over Booking (OB), kliring dan nota kredit/nota debet

sesuai ketentuan guna memastikan kebenaran dan keamanan transaksi.

Page 71: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

56

9). Pembukaan/penutupan kas.

g. Customer Service

Mempunyai tugas dan tanggungjawab untuk:

1). Penginformasi produk (tabungan, deposito, giro, dsb) dan jasa PT. Bank

Muamalat Indonesia, Tbk. (transfer, inkaso).

2). Membantu proses pembukaan tabungan, deposito, giro, ATM, dan

pemeriksaan kelengkapan data calon nasabah.

3). Pelayanan kebutuhan nasabah (informasi saldo, complain, ganti buku

tabungan, permintaan cek/bilyet giro, blokir rekening nasabah).

4). Memberikan pelayanan terhadap nasabah mengenai produk-produk Bank,

membantu pengisian aplikasi dana maupun jasa, menerima dan meng-

inventarisir keluhan nasabah.

5). Meneliti kelengkapan persyaratan pembukaan rekening simpanan

(Tabungan, Tabungan Haji dan Deposito).

6). Menyiapkan permohonan pertanggungan asuransi nasabah simpanan

sesuai ketentuan.

7). Memeriksa kebenaran bukti pembukuan dengan dokumen sumber.

8). Menyiapkan warkat kliring keluar dan dokumen kliring penyerahan dan

membawa warkat ke/dari Lembaga Kliring.

h. Data Control/Ressident Auditor

Mempunyai tugas dan wewenang untuk:

- Memeriksa seluruh data laporan kegiatan perusahaan.

Page 72: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

57

i. Non Banking Staff

Bagian ini terdiri dari security, driver, dan office boy.

Mempunyai tugas dan wewenang untuk:

- Membantu kelancaran kegiatan operasional perusahaan.

j. Operation Banking

Mempunyai tugas dan wewenang untuk:

- Mengkoordinasikan seluruh kegiatan Customer Service, Kas/Teller, dan

Back Office.

Selain penjelasan wewenang dan tanggung jawab dari masing-masing

jabatan, PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. juga memiliki kegiatan yang selalu

dijalankan setiap harinya yaitu:

a. Menghimpun dana dari masyarakat berupa tabungan yang terbagi kepada

beberapa produk, yaitu tabungan Mudharabah (Tabungan Shar-E, Tabungan

Ummat, Tabungan Junior, Tabungan Arofah), Tabungan Arofah Wadi’ah,

deposito Mudharabah/Wadi’ah, giro Wadi’ah.

b. Menyalurkan dana kepada masyarakat berupa pinjaman kredit atau

pembiayaan yang teraplikasi dalam produk-produk pembiayaan, yaitu

Murabahah, Bai’ al-Istishna, Ijarah, Mudharabah, Musyarakah, Qardh.

c. Menyediakan jasa lainnya berupa, transfer, ATM, dan jasa lainnya.

B. Implementasi Akad Wadi’ah Dalam Tabungan Arofah Pada PT Bank

Muamalat Indonesia, Tbk. Cabang Bandar Lampung

Secara garis besar, implementasi tabungan Arofah dengan akad wadi’ah

Page 73: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

58

sudah tercantum dalam buku pedoman yang diperuntukan bagi karyawan PT Bank

Muamalat Indonesia, Tbk. Akan tetapi dalam pelaksanaannya, tidak semua yang

tercantum di buku panduan dapat dijalankan sesuai apa adanya, sehingga harus

disertai dengan wawancara langsung kepada karyawan PT Bank Muamalat

Indonesia, Tbk. agar dapat lebih jelas maksud dan tujuan dari ketentuan-ketentuan

tersebut.

1. Ketentuan Akad Wadi’ah Dalam Tabungan Arofah

a. Pembukaan rekening tabungan arofah dengan akad wadi’ah harus disertai

dengan identitas calon penabung, misalnya KTP atau SIM.

b. Manfaat menabung dengan tabungan Arofah dengan akad wadi’ah adalah

nasabah akan mendapatkan porsi/nomor kursi haji yang langsung di-booking

oleh pihak bank atas nama nasabah tersebut langsung pada saat pembukaan

rekening.

c. Porsi/nomor kursi haji adalah manfaat yang dibolehkan oleh agama atau

syariat Islam.

d. Pihak bank dalam memenuhi manfaat (porsi/nomor kursi haji) tersebut

bersifat nyata karena terdapat bukti tertulis bahwa nasabah tersebut sudah

mendapatkan porsi/nomor kursi haji yang sudah di-booking oleh pihak bank

yaitu berupa Surat Pendaftaran Pergi Haji (SPPH) dan nasabah bisa dengan

segera berangkat haji langsung pada musim haji pada tahun tersebut.

e. Manfaat yang diperoleh dari tabungan Arofah dengan akad wadi’ah ini

dinyatakan dengan jelas oleh pihak bank kepada pihak nasabah yaitu nasabah

mendapatkan porsi/nomor kursi haji yang sudah pasti akan berangkat ke tanah

suci untuk menunaikan ibadah haji karena sudah di-booking oleh pihak bank,

Page 74: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

59

sedangkan keberangkatannya ditentukan oleh Departemen Agama.

f. Pembayaran kekurangan biaya biasanya dilaksanakan dengan jangka waktu

yang sudah ditentukan dengan mendatangi PT Bank Muamalat Indonesia,

Tbk. dimana nasabah berdomisili dan membuka rekening tabungan Arofah

dengan akad wadi’ah. Dan untuk pelunasannya, nasabah tinggal menunggu

pemberitahuan dari Departemen Agama besarnya Ongkos Naik Haji (ONH)

untuk keberangkatan haji di tahun tersebut.

g. Saat nasabah peserta tabungan arofah dengan akad wadi’ah telah melunasi

semua kewajibannya pada PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. maka secara

otomatis rekening tabungan arofah dengan akad wadi’ah akan tertutup dan

nasabah penabung siap berangkat untuk menunaikan ibadah haji.

Menurut hasil wawancara didapatkan bahwa selain memberikan identitas,

nasabah juga harus benar berdomisili di provinsi dimana nasabah akan membuka

rekening tabungan arofah dengan akad wadi’ah, akan tetapi untuk awal

pembukaan bank masih memperbolehkan nasabah menggunakan identitas

provinsi lain, dengan konsekuensi nasabah bersedia tidak mendapatkan porsi haji

yang dijanjikan hingga nasabah yang bersangkutan melengkapi syarat pembukaan

rekeningnya dengan tanda pengenal domisili di provinsi tersebut.

Manfaat-manfaat yang akan diperoleh oleh pihak nasabah juga akan

diberitahu oleh pihak bank sebelumnya, karena manfaat itulah yang akan diterima

dan dirasakan oleh pihak nasabah itu sendiri, agar tidak terjadi kesalahpahaman

dan kesewenang-wenangan dari masing-masing pihak yang berakad di lain waktu.

Page 75: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

60

2. Rukun Akad Wadi’ah Dalam Tabungan Arofah

Rukun yang berlaku pada PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. yaitu:

a. Terdapat pihak yang akan melakukan kontrak untuk akad wadi’ah, yaitu pihak

nasabah (pemilik titipan) yang disebut sebagai pihak pertama dengan pihak

bank (penerima titipan) yang disebut sebagai pihak kedua.

b. Untuk memulai akad wadi’ah wajib melakukan ucapan ijab qabul antara pihak

nasabah (pemilik titipan) dengan pihak bank (penerima titipan), yang dalam

pelaksanaannya dengan pengisian formulir pembukaan rekening tabungan

arofah dengan akad wadi’ah.

c. Penyetoran dana awal sudah diberitahukan di awal sebelum kontrak terjadi

dan nasabah sudah mengetahui apa manfaat dan ketentuan dari tabungan

arofah dengan akad wadi’ah tersebut yaitu nasabah akan mendapatkan porsi

haji yang sudah di booking atas nama nasabah itu sendiri.

3. Syarat Akad Wadi’ah Dalam Tabungan Arofah

Syarat yang berlaku pada PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. yaitu:

a. Untuk melakukan akad wadi’ah PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Cabang

Bandar Lampung menetapkan bagi yang sudah mendapatkan penghasilan atau

yang sudah bekerja dan mampu untuk membayar cicilan pelunasan tabungan

tersebut. Otomatis orang yang sudah bekerja adalah orang yang berakal.

Untuk anak kecil yang di bawah umur 10 tahun tidak dapat menunaikan

ibadah haji, karena itu merupakan ketentuan dari Departemen Agama.

Sehingga bagi anak-anak yang berumur di bawah 10 tahun tidak dapat

melakukan akad wadi’ah, sekalipun ada walinya.

Page 76: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

61

b. Dalam melakukan akad wadi’ah tidak ada unsur pemaksaan diantara kedua

belah pihak.

c. Sebelum melaksanakan akad wadi’ah dalam tabungan arofah pihak nasabah

sudah mengetahui apa bonus wadi’ah yang akan diterima dan masa pelunasan

biaya haji atau jangka waktunya sudah ditentukan, begitu juga dengan

besarnya pembayaran dan biaya administrasi yang harus dibayar oleh pihak

nasabah kepada PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. di akhir penutupan

rekening tabungan arofah dengan akad wadi’ah.

d. Objek yang dijanjikan dalam pembiayaan haji ini adalah porsi/kursi haji. Porsi

haji adalah manfaat yang dapat dijadikan objek simpanan yang dihalalkan

menurut Syariat Islam yang diberikan oleh pihak pertama (Nasabah) untuk

disimpan dan dititipkan kepada pihak kedua (PT Bank Muamalat Indonesia,

Tbk.).

e. Pada PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. jika pihak nasabah sudah membayar

uang muka sebagai uang awal pembukaan tabungan arofah dengan akad

wadi’ah, maka pihak Bank akan menyerahkan objek wadi’ah yang berupa

porsi haji.

4. Kewajiban Bagi Penitip (Nasabah) Dalam Tabungan Arofah

Akad wadi’ah dalam tabungan arofah pada PT Bank Muamalat Indonesia,

Tbk. dapat dilaksanakan apabila :

a. Nasabah telah mengisi formulir pembukaan tabungan arofah dengan akad

wadi’ah yang disertai dengan surat keterangan domisili.

b. Nasabah telah menyetorkan uang muka/setoran awal pembukaan rekening

Page 77: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

62

yang telah ditentukan oleh pihak bank minimal Rp. 20.000.000,- yang akan

diberi bukti berupa slip penyetoran tabungan dari pihak bank. Dan kemudian

nasabah wajib membayar sisa kekurangan tabungan untuk berangkat haji

selanjutnya sampai lunas.

c. Akad wadi’ah ditandatangani, dan atau dilaksanakan sesuai dengan ketentuan

yang ditetapkan oleh pihak bank serta perundang-undangan yang berlaku yang

dilaksanakan sepenuhnya dengan benar.

d. Bea materai senilai Rp. 6.000,- sejumlah satu lembar yang dibubuhkan pada

surat perjanjian yang harus dibayar dimuka oleh nasabah.

5. Kewajiban Bagi Penerima Titipan (Bank) Dalam Tabungan Arofah

Akad wadi’ah dalam tabungan arofah pada PT Bank Muamalat Indonesia,

Tbk. dapat dilaksanakan apabila:

a. Bank wajib menjaga titipan (dana yang distorkan oleh nasabah) dengan baik.

b. Bank memesankan porsi haji untuk nasabah peserta tabungan arofah dengan

akad wadi’ah kepada Departemen Agama setelah terjadinya ijab kabul akad

tersebut yaitu penandatanganan formulir pembukaan tabungan lengkap dengan

persyaratannya, dan menyerahkannya disaat nasabah telah melunasi biaya

untuk keberangkatan haji.

c. Tabungan Arofah dengan Akad Wadi’ah tidak ada resiko kehilangan/kerugian

bagi nasabah karena sifatnya yang berupa titipan murni.

6. Pencatatan Tabungan Arofah Dengan Akad Wadi’ah

Karena sifatnya yang berupa titipan murni dan PT Bank Muamalat

Page 78: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

63

Indonesia, Tbk. tidak memberikan bonus/hadiah berupa dana yang distorkan pada

tabungan arofah dengan akad wadi’ah maka pencatatannya sebagai berikut:

No. Tanggal Kode Transaksi Saldo Petugas Teller

01 08/04/2004 038 Rp. 20.000.000 D Rp. 20.000.000 D -

02 17/05/2004 038 Rp. 5.000.000 D Rp. 25.000.000 D -

03 10/06/2004 038 Rp. 7.000.000 D Rp. 32.000.000 D -

Dari pencatatan di atas, tabungan arofah akad wadi’ah tidak terdapat

pengurangan biaya-biaya ataupun bonus bagi hasil selama proses penabungan

karena sifatnya yang berupa titipan murni. Sedangkan untuk biaya administrasi,

bank akan memotong jumlah titipan nasabah disaat penutupan rekening tabungan

arofah akad wadi’ah sebesar Rp. 50.000,- dan mengambil bagian yang telah

disepakati oleh pihak bank dan Departemen Agama dari jumlah Rp. 600.000,-

yang diserahkan nasabah diakhir penabungan sebagai uang pembelian

perlengkapan haji yang diwajibkan oleh Departemen Agama.

Pencatatan tabungan di PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. mengacu pada

perlakuan akuntansi al-wadi’ah dalam Pedoman Akutansi Perbankan Syariah

Indonesia (PAPSI).

7. Akad Wadi’ah Berakhir

Ketentuan yang berlaku di PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk., tabungan

arofah dengan akad wadi’ah akan berakhir apabila:

a. Nasabah peserta tabungan haji arofah dengan akad wadi’ah telah melunasi

seluruh biaya berangkat haji dan telah mendapatkan nomor porsi.

b. Apabila di tengah-tengah masa penitipan pemilik dari porsi haji tersebut

Page 79: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

64

meninggal dunia dan pembayaran biaya hajinya belum lunas, maka akad

wadi’ah pada tabungan arofah di PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. akan

berakhir, dan titipan yang telah distorkan sebelumnya oleh nasabah tersebut

akan dikembalikan kepada ahli warisnya.

Menurut wawancara dengan karyawan PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk.

akad wadi’ah dapat tetap terus berjalan apabila ahli waris yang bersangkutan

bersedia dan sanggup untuk meneruskan tabungan arofah akad wadi’ah yang

tengah berjalan.

Menurut ketentuan yang ada pada buku panduan produk PT Bank

Muamalat Indonesia, Tbk. tabungan arofah akad wadi’ah juga dapat berakhir

untuk sementara/ditangguhkan apabila dalam masa akad terjadi kejadian-kejadian

force majeur (keadaan terdesak/darurat) seperti:

1). Bencana alam, letusan/ledakan gunung berapi, gempa bumi, banjir, badai.

2). Perang dan kerusuhan yang dinyatakan oleh Pemerintah.

3). Pengambilalihan kegiatan usaha perorangan/badan usaha/badan hukum

oleh Pemerintah Republik Indonesia terhadap salah satu dari para pihak.

Apabila keadaan di atas mengakibatkan pihak dan/atau kantor

perwakilan/cabang pihak yang mengalami force majeur tersebut tidak dapat

menjalankan usahanya dan/atau melanjutkan kewajibannya menurut akad, baik

untuk seterusnya atau untuk sementara waktu maka pihak yang mengalami force

majeur tersebut akan segera memberitahukan secara tertulis dalam waktu paling

lambat 14 (empat belas) hari kepada pihak lain dengan melampirkan

pernyataan/keterangan tertulis dari Pemerintah setempat atau Pejabat yang

berwewenang untuk dipertimbangkan salah satu pihak. Keadaan tersebut tidak

Page 80: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

65

merupakan alasan bahwa akad tersebut menjadi batal, akan tetapi merupakan

keadaan yang bersifat sementara.

Menurut hasil wawancara kepada karyawan PT Bank Muamalat Indonesia,

Tbk. akad wadi’ah juga dapat ditangguhkan untuk sementara apabila:

a. Munculnya tindakan kesewenang-wenangan dari masing-masing pihak, yaitu

nasabah tidak melunasi kekurangan biaya untuk keberangkatan haji sampai

batas waktu yang telah ditentukan oleh Departemen Agama atau bank

mengingkari perjanjian dengan lalai mendaftarkan nasabah yang bersangkutan

pada musim keberangkatan haji pada tahun itu pada Departemen Agama.

Akan tetapi untuk masalah nasabah yang kesulitan untuk membayar

kekurangan ONH yang telah ditetapkan, bank telah mengantisipasinya dengan

mengadakan program yang diberi nama “Talangan Haji”, yaitu bank bersedia

memberikan talangan kepada nasabah dengan sistem pengembalian dicicil

dalam jangka waktu yang telah ditentukan oleh pihak bank. Program inipun

berakad wadi’ah jadi talangan ini bersifat pengembalian murni tanpa

dikenakan bagi hasil atau biaya-biaya apapun.

b. Nasabah yang bersangkutan/keluarganya meminta keberangkatannya

ditangguhkan dikarenakan yang bersangkutan sedang tertimpa musibah yang

mengakibatkan nasabah tersebut tidak sanggup untuk menjalankan ibadah haji

pada tahun bersangkutan misalnya yang bersangkutan masuk rumah sakit.

8. Keunggulan Tabungan Arofah Dengan Akad Wadi’ah

Keunggulan Tabungan Arofah dengan akad Wadi’ah ini adalah nasabah

penabung sudah dapat dipastikan berangkat pada musim haji tahun bersangkutan

Page 81: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

66

dan nasabah tidak perlu lagi menunggu lama untuk mendapatkan porsi haji dan

menunaikan ibadah haji karena porsi haji akan segera di-booking-kan oleh pihak

bank setelah ijab kabul (penandatanganan dan penyerahan syarat-syarat akad

wadi’ah) terlaksana. Selain itu, nasabah juga tidak perlu lagi berharap-harap

cemas dan berebutan porsi haji dengan ribuan calon haji lainnya untuk dapat

menunaikan ibadah haji di tahun yang bersangkutan.

9. Promosi Tabungan Arofah Dengan Akad Wadi’ah

Tabungan Arofah dengan akad wadi’ah pada PT Bank Muamalat

Indonesia, Tbk. memang tidak dipromosikan secara besar-besaran. Promosi hanya

dilakukan dalam perbincangan dari mulut ke mulut nasabah ataupun dengan cara

customer service yang memperkenalkan jenis tabungan ini kepada naabah yang

bertanya atau membutuhkan tabungan yang diperuntukan untuk menunaikan

ibadah haji.

Implementasi akad wadi’ah dalam tabungan Arofah secara keseluruhan

telah tercantum dalam buku panduan ketentuan yang berlaku pada PT Bank

Muamalat Indonesia, Tbk. Akan tetapi, sesuai dengan wawancara kepada

narasumber (karyawan bank) pada hari senin tanggal 25 Juni 2007, tidak menutup

kemungkinan ada beberapa hal yang dapat dipertimbangkan oleh pihak bank

untuk mempermudah nasabah dalam melaksanakan akad wadi’ah dalam tabungan

Arofah tersebut.

Seluruh narasumber yang diwawancarai sepakat menyatakan bahwa

implementasi akad wadi’ah yang dilaksanakan oleh pihak bank sudah sesuai

dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh kantor pusat PT Bank Muamalat

Page 82: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

67

Indonesia, Tbk. Akan tetapi pihak bank tetap memberikan program khusus untuk

membantu nasabah yang akan menggunakan produk tabungan Arofah dengan

akad wadi’ah tersebut. Pihak bank memang tidak memberikan kelonggaran waktu

dalam pembayaran ongkos naik haji (ONH) yang distorkan melalui produk ini,

akan tetapi karena nasabah tabungan Arofah dengan akad wadi’ah adalah nasabah

yang diprioritaskan untuk berangkat haji, maka bank akan mempertimbangkan

lagi kemungkinan adanya bantuan melalui program “Talangan Haji” dalam

melunasi ONH nasabah yang bersangkutan dengan syarat dan ketentuan yang

berlaku pada PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. yang pada saat pembayarannya

pihak nasabah tidak dikenakan biaya atau bagi hasil karena program tersebut

masih tetap menggunakan akad yang sama dengan produk tabungan haji yang

dipilih oleh nasabah tersebut.

Bank juga tidak mempermasalahkan identitas penabung yang tidak

bertempat tinggal di provinsi setempat selama identitas tersebut digunakan hanya

sebatas membuka rekening Tabungan Arofah akad wadi’ah saja. Akan tetapi,

disaat pihak bank akan mendaftarkan nasabah untuk mendapatkan porsi haji,

nasabah harus dapat menunjukkan bukti kependudukan di provinsi setempat, dan

apabila nasabah tersebut tidak dapat menunjukkannya maka pihak bank tidak akan

mendaftarkan nasabah tersebut untuk mengikuti ibadah haji melalui provinsi

tersebut.

Tabungan Arofah dengan akad wadi’ah juga dapat dipindah-tangankan

kepada ahli waris yang dicantumkan namanya oleh nasabah yang bersangkutan

dalam formulir pembukaan tabungan Arofah akad wadi’ah selama ahli waris

tersebut dapat terus melunasi ONH yang telah ditentukan. Akan tetapi, apabila

Page 83: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

68

ahli waris tersebut tidak mampu melunasinya, maka uang tersebut dapat

diserahkan kepadanya. Selain dapat dipindah tangankan, tabungan Arofah akad

wadi’ah juga boleh dibayarkan oleh seseorang untuk orang lain, misalnya

seseorang yang membiayai keluarganya agar dapat menunaikan ibadah haji

bersama-sama.

Dari segi promosi, pihak bank memang tidak mempromosikan tabungan

Arofah dengan akad wadi’ah secara besar-besaran. Banyaknya nasabah yang

tertarik pada produk ini dikarenakan sifatnya yang berupa titipan murni sehingga

aman dan bebas dari resiko kehilangan. Pihak bank juga menarik minat calon haji

dengan memberikan beragam hadiah atau souvenir, asuransi jiwa dan memberikan

langsung porsi haji kepada nasabah atau calon haji yang telah melengkapi

persyaratan tabungan arofah akad wadi’ah pada PT Bank Muamalat Indonesia,

Tbk. dan Departemen Agama.

Page 84: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

69

BAB IV

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI AKAD

WADI’AH DALAM TABUNGAN AROFAH PADA PT BANK

MUAMALAT INDONESIA, Tbk. CABANG BANDAR LAMPUNG

Sebagaimana kita pahami bahwa PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk.

merupakan suatu lembaga keuangan yang fungsi utamanya adalah menghimpun

dana masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya lagi kepada

masyarakat guna meningkatkan taraf hidup rakyat secara Islami yang bebas dari

riba. Salah satu bentuk simpanan dana tersebut adalah produk tabungan arofah

dengan akad wadi’ah yang berbentuk simpanan untuk persiapan melaksanakan

ibadah haji.

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hal-hal yang berhubungan dengan

kosep wadi’ah dalam pembahasan pada skripsi ini, baik yang bersifat observasi,

wawancara atau dokumentasi, selanjutnya pada bab ini penulis akan menganalisis

data tersebut.

Telah diuraikan pada bab II dan bab III, maka dapat dianalisi bahwa dalam

prakteknya semua kegiatan PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Cabang Bandar

Lampung yang berhubungan dengan produk tabungan arofah dengan akad

wadi’ah tidak ada penyimpangan yang berarti antara teori dan prakteknya, yakni

mengacu pada syariat Islam (Al-Quran dan Hadits). Maka dengan ini penulis

mengemukakan analisis yang terdiri dari sebelas bahasan sesuai dengan indikator-

indikator, yaitu:

Page 85: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

70

1. Ketentuan Objek Wadi’ah

Ketentuan objek Wadi’ah yang diterapkan pada PT Bank Muamalat

Indonesia, Tbk dan menurut hukum Islam sudah sesuai. Objek tersebut adalah

barang yang dapat dinilai dan dapat dimanfaatkan untuk usaha yang lainnya.

Barang yang dititipkan juga adalah barang yang diperbolehkan untuk dititipkan

menurut hukum Islam. Akan tetapi objek yang dititipkan menurut hukum Islam

bukan cuma uang saja yang boleh dititipkan mudi’ kepada wadi’. Hampir semua

jenis barang diperbolehkan untuk dititipkan kepada wadi’ untuk dijaga dan

dipelihara, bukan dititipkan untuk suatu tujuan tertentu dan tidak terdapat

ketentuan-ketentuan yang mengikat diantara keduanya, akad wadi’ah terlaksana

atas dasar saling percaya diantara pihak-pihak yang berakad. Akan tetapi dalam

pelaksanaannya pada PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. harta yang dapat

dititipkan hanyalah uang (dana) dan terikat oleh ketentuan-ketentuan yang telah

ditentukan oleh pihak bank yaitu adanya ketentuan batas waktu penitipan dan

tujuan dari penitipan tersebut.

Bila dibandingkan antara menurut hukum Islam dengan pelaksanaannya

pada PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk., beberapa ketentuan objek wadi’ah

sudah dapat terpenuhi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam ketentuannya,

objek wadi’ah pada PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. dalam tabungan arofah

akad wadi’ah dapat dikategorikan “sesuai” dengan hukum Islam. Maka untuk

objek akad wadi’ah ini nilainya adalah 3.

2. Rukun Akad Wadi’ah

Rukun adalah hal yang paling penting untuk ditaati oleh pihak yang

Page 86: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

71

berakad, karena apabila ada satu rukun saja yang terlupakan atau sengaja

ditiadakan maka akadnya tidak sah. Dalam pelaksanaan rukun tabungan arofah

akad wadi’ah pada PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. sudah dijalankan dengan

sangat baik. Terlihat dari penjelasan pada bab III bahwa tidak ada kurangnya

dalam memenuhi rukun tersebut dan sudah sesuai dengan hukum Islam yaitu

adanya pihak yang berakad, barang yang dititipkan (dana setoran awal pembukaan

tabungan arofah akad wadi’ah sebesar Rp. 20.000.000,-), dan ijab kabul (sighat)

dari pihak yang berakad (nasabah dan pihak bank). Oleh karena itu maka telah

terpenuhilah rukun yang harus dilaksanakan untuk mensahkannya akad wadi’ah

tersebut dan tidak ada satupun rukun yang sengaja ditiadakan atau ditinggalkan.

Berdasarkan fakta yang terjadi di lapangan, maka penulis mengambil

kesimpulan bahwa PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. telah melaksanakan rukun

akad wadi’ah dengan sempurna sesuai dengan hukum Islam sehingga dapat

dikategorikan “sangat sesuai” dengan nilai 4.

3. Syarat Akad Wadi’ah

Untuk dapat sahnya suatu akad wadi’ah maka harus terpenuhinya semua

syarat-syarat yang mengatur tentang akad wadi’ah tersebut. Oleh karena itu,

apabila salah satu ada syarat yang tidak terpenuhi, maka akad tersebut akan batal

atau tidak sah. Dalam hukum Islam ada tujuh syarat akad wadi’ah yang harus

dipenuhi dan ditaati.

Dalam melakukan akad wadi’ah terdapat syarat bagi kedua pihak untuk

saling rela melakukan akad dan saling mempercayai diantara keduanya. Dalam

pelaksanaan simpanan tabungan arofah akad wadi’ah pada PT Bank Muamalat

Page 87: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

72

Indonesia, Tbk., kerelaan dan saling percaya ini terlihat jelas dari masing-masing

pihak. Bank rela mem-booking-kan porsi haji dan mengurus segala persiapan

berangkat haji bagi nasabah dan nasabah percaya penuh menitipkan dananya

kepada PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk.

Berdasarkan penelitian yang didapat oleh penulis, syarat-syarat yang

berlaku dalam tabungan arofah akad wadi’ah pada PT Bank Muamalat Indonesia,

Tbk. sudah sesuai dengan syarat-syarat menurut hukum Islam. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa syarat akad wadi’ah dalam tabungan arofah pada PT Bank

Muamalat Indonesia, Tbk. Cabang Bandar Lampung dapat dikategorikan “sangat

sesuai” dengan hukum Islam. Jadi, untuk akad wadi’ah dalam tabungan arofah

pada PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. nilainya 4.

4. Kewajiban Bagi Pemilik Titipan (Mudi’) Dalam Akad Wadi’ah

Dalam hukum Islam kewajiban mudi’ bukan saja hanya memiliki dan

menyediakan barang titipan dan menyerahkannya kepada wadi’ (penerima

titipan). Tetapi masih terdapat kewajiban-kewajiban lainnya yang harus

dilaksanakan oleh mudi’ misalnya menanggung resiko kehilangan barang titipan

yang bukan diakibatkan oleh penerima titipan. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya

pada PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. resiko kehilangan tersebut tidaklah

wajib menjadi resiko yang ditanggung oleh pemilik barang titipan karena sifatnya

yang berupa titipan murni dan jaminan dari bank dan pemerintah atas semua

simpanan yang tersimpan di lembaga keuangan yang sah menurut negara.

Kewajiban lainnya menurut hukum Islam adalah mudi’ wajib menanggung

biaya pemeliharaan untuk menjaga barang titipannya dan pemeliharaan barang

Page 88: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

73

tersebut agar terhindar dari resiko kehilangan atau kerusakan. Akan tetapi dalam

prakteknya pada PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. biaya pemeliharaan tersebut

seharusnya tidak ada karena sifat dari simpanan tersebut yang bersifat titipan

murni. Lagi pula barang yang dititipkan adalah uang bukan suatu benda kasar atau

ternak yang bisa saja hilang atau rusak. Selain itu titipan tersebut juga sudah

mendapat jaminan penggantian dari negara apabila terjadi kehilangan atau

kerugian pada titipan tersebut dan bank tidak sanggup lagi untuk menggantinya,

jadi nasabah tidak sepantasnya berkewajiban untuk menanggung biaya

pemeliharaan tersebut, bahkan uang tersebut dapat dimanfaatkan oleh bank untuk

disalurkan kepada nasabah lain yang membutuhkannya.

Dalam akad wadi’ah ini kewajiban nasabah secara keseluruhan telah

terpenuhi hanya saja kewajiban tentang membayar biaya pemeliharaan dalam

hukum Islam kurang cocok diterapkan pada PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk.

karena jenis barang yang dititipkan bukanlah barang kasar atau ternak yang

mungkin saja hilang atau rusak karena hama, cuaca atau makanannya. Apalagi

sudah ada jaminan dari negara akan mengganti simpanan yang tak tergantikan

oleh bank apabila suatu saat nanti bank terlikuidasi dan tidak dapat

mengembalikan titipan tersebut sehingga tidak perlu lagi nasabah membayar

biaya pemeliharaan titipan yang berakad wadi’ah atau titipan murni. Akan tetapi

untuk pelaksanaan kewajiban mudi’ (nasabah) pada tabungan arofah akad wadi’ah

pada PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Cabang Bandar Lampung penulis tetap

mengkategorikannya ”sesuai”, dengan nilai 3 karena kewajiban nasabah sudah

lebih dari 50 persen terpenuhi pada pelaksanaan tabungan ini.

Page 89: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

74

5. Kewajiban Bagi Penerima Titipan (Wadi’) Dalam Akad Wadi’ah

Dalam hukum Islam, wadi’ berkewajiban untuk menjaga barang yang

dititipkan kepadanya dan tidak menitipkan lagi barang tersebut kepada orang yang

bukan orang terdekatnya atau orang yang dikuasai olehnya. Kewajiban yang

ditentukan itu dalam prakteknya pada PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. telah

dilaksanakan dan ditaati dengan baik. Bank sebagai pihak yang menerima titipan

nasabahnya telah menjalankan kewajibannya untuk menjaga barang (uang) yang

dipercayakan untuk dipegangnya. Bank juga hanya memberikan atau

menitipkannya kembali uang tersebut dalam bentuk produk pembiayaan kepada

orang yang dikuasai olehnya yaitu kepada nasabah peminjam dana yang

dipercayakan oleh pihak bank yang diikat oleh perjanjian-perjanjian pembiayaan

dan semua data lengkap seperti identitas nasabah penerima pembiayaan yang

mencakup, nama dan alamat jelas, pekerjaan, penghasilan dan tempatnya bekerja,

dan jaminan yang dipetaruhkannya. Selain itu, untuk lebih meyakinkan bahwa

nasabah peminjam telah memberikan identitas dan jaminan yang benar, maka

pihak bank melalui petugas marketing-nya akan men-survey kebenaran identitas

dan jaminan tersebut. Sehingga penulis dapat menyimpulkan bahwa bank telah

menjalankan kewajibannya menjaga titipan nasabah produk simpanan dengan

baik, yaitu dengan teliti dalam memilih calon nasabah penerima pembiayaan

dengan cara menyeleksinya dengan sangat ketat.

Dalam ketentuan kewajiban penerima titipan (wadi’) dalam hukum Islam,

penerima titipan dilarang untuk mencampurkan harta titipan dengan harta pribadi

karena dikhawatirkan penerima titipan akan kesulitan untuk memisahkan harta

titipan dengan harta pribadinya kelak. Akan tetapi, dalam prakteknya, PT Bank

Page 90: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

75

Muamalat Indonesia, Tbk. telah mencampurkan titipan (dana nasabah) dengan

harta milik pribadinya. Penulis menganggap pencampuran harta ini tidak perlu

dilarang atau diperbolehkan karena walaupun titipan nasabah dicampuradukkan

dengan harta pribadi milik bank, pihak bank dan nasabah tidak akan merasa

kesulitan memisahkan dan dirugikan atas bercampurnya harta-harta tersebut,

semua itu disebabkan oleh pihak bank dan nasabah yang sama-sama memiliki

catatan yang dapat dibuktikan secara nyata dan sah di mata hukum negara

Republik Indonesia.

Berdasarkan penjelasan diatas, bila dibandingkan kewajiban mudi’ (pihak

bank) dengan kewajiban mudi’ dalam hukum Islam, maka tabungan arofah akad

wadi’ah pada PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Cabang Bandar Lampung

sudah dapat terpenuhi dengan sempurna, yakni bank menjaga titipan dengan

sebaik mungkin tanpa bermaksud atau dengan sengaja ingin merugikan pihak

pemilik titipan (nasabah) walaupun titipan dicampur-adukkan dengan harta

pribadinya. Sehingga untuk kewajiban penerima titipan, penulis mengategorikan

“sesuai” dengan nilai 3.

6. Akad Wadi’ah Berakhir

Menurut hukum Islam, salah satu hal yang menyebabkan akad wadi’ah

akan berakhir selain titipan diambil dan masa penitipan diakhiri oleh pemilik harta

adalah apabila pemilik harta (mudi’) meninggal dunia. Dalam hukum Islam

apabila hal ini terjadi maka barang/harta titipan yang dititipkan kepadanya harus

dikembalikan kepada ahli waris pemilik titipan atau menyimpannya/mengelolanya

apabila ahli waris yang ditinggalkan adalah anak kecil yang belum dewasa atau

Page 91: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

76

orang yang tidak sempurna akalnya apabila orang yang dititipkan barang tersebut

telah ditunjuk pemilik harta atau keluarganya sebagai wali yang diberikan

kekuasaan sementara atas harta/barang tersebut.

Ketentuan di atas juga diterapkan pada PT Bank Muamalat Indonesia,

Tbk. Akan tetapi seiring dengan berkembangnya zaman, PT Bank Muamalat

Indonesia, Tbk. tidak secara keseluruhan mengikuti aturan di atas. Ada ketentuan

yang dipertimbangkan oleh pihak bank apabila kejadian tersebut terjadi pada

nasabahnya. PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. telah mengantisipasi keadaan

tersebut dengan menyediakan point keterangan ahli waris yang wajib diisi oleh

seluruh calon nasabahnya, yang kegunananya untuk menentukan siapa ahli waris

yang berhak menerima dana atau meneruskan tujuan penabungan dana tersebut

menurut nasabah yang bersangkutan.

Pengalihan seperti itu dapat juga kita artikan sebagai pemberian warisan

dari pemilik dana kepada ahli warisnya walaupun caranya tidak sama dengan

ketentuan pembagian harta warisan seperti yang telah ditetapkan dalam hukum

Islam. Dalam hukum Islam, apabila pewaris membagikan harta warisannya, maka

seluruh harta yang ada dikumpulkan dan kemudian dibagikan kepada para ahli

warisnya dengan bagian sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh

hukum Islam. Sedangkan dalam meneruskan akad wadi’ah dalam tabungan

arofah, ahli waris yang ditentukan untuk menggantikan atau meneruskan nasabah

pemilik titipan ditentukan langsung oleh nasabah di awal melakukan akad dan

tidak dapat digantikan oleh orang lain walaupun yang akan menggantikannya

tersebut termasuk dari salah satu ahli waris pemilik titipan. Sehingga apabila ahli

waris yang ditentukan oleh pemilik titipan tidak sanggup untuk meneruskan atau

Page 92: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

77

menggantikan pemilik titipan berangkat ke tanah suci, maka bank akan

mengembalikan titipan tersebut kepada ahli waris yang telah ditentukan oleh

pemilik titipan untuk menerima titipan tersebut.

Adapun ketentuan-ketentuan lainnya yang menjadikan berakhirnya akad

seperti terjadinya penipuan oleh masing-masing pihak yang berakad atau

munculnya tindakan kesewenang-wenangan diantara keduanya akan sangat jarang

atau bahkan tidak akan mungkin terjadi selagi nasabah benar menitipkan dananya

pada lembaga keuangan yang telah disahkan dan diakui oleh negara Republik

Indonesia. Nasabah juga tidak mungkin melakukan tindakan penipuan terhadap

bank karena produk yang dipilih adalah produk simpanan dan bukannya produk

pembiayaan yang syarat akan penipuan yang dilakukan oleh nasabahnya.

Berdasarkan dari pengamatan di atas, maka tidak semua ketentuan

berakhirnya akad wadi’ah menurut hukum Islam dapat dipakai dalam sistem

perbankan yang diterapkan pada PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Akan tetapi

karena ketentuan tersebut tidak bertentangan dengan hukum Islam maka penulis

mengategorikan “sesuai” pada ketentuan tersebut dengan nilai 3.

7. Pengaplikasian Dalam Produk Tabungan

Akad wadi’ah sangat cocok diaplikasikan ke dalam produk tabungan

karena sifatnya yang berupa akad titipan. Biarpun menurut hukum Islam hampir

semua barang dan harta dapat dititipkan sedangkan pada PT Bank Muamalat

Indonesia, Tbk. hanya memberlakukan jasa penitipan khusus untuk uang saja.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk.

telah menjalankan dan menempatkan akad wadi’ah dengan baik dan pas dengan

Page 93: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

78

ketentuannya menurut hukum Islam yakni diaplikasikan kedalam salah satu

produk simpanan berupa tabungan khusus haji (Tabungan Arofah Akad Wadi’ah).

Maka penulis mengkategorikan pengaplikasian akad wadi’ah ini sudah “sangat

sesuai” dengan hukum Islam yang semestinya, nilainya 4.

8. Batas Minimum Titipan Akad Wadi’ah

Menurut hukum Islam barang/harta yang dititipkan tidak pernah

dibicarakan atau ditetapkan jumlahnya/taksiran harganya. Sedangkan dalam

prakteknya dan semakin berkembangnya zaman, PT Bank Muamalat Indonesia,

Tbk. memberikan ketetapan batas minimum setoran pembukaan rekening untuk

produk tabungan haji ini dengan alasan agar nasabah tidak terlalu kesulitan untuk

melunasi ONH di akhir pembayaran nanti karena khusus untuk tabungan ini, bank

menetapkan jangka waktu yang pendek untuk pelunasannya agar nasabah tidak

perlu menunggu lama dan tertunda keberangkatannya untuk beribadah haji di

tahun yang bersangkutan. Sehingga, dari perbandingan yang telah ditemukan,

bahwa dalam pelaksanaannya PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. tetap

memberikan batas minimum untuk pembukaan rekening walaupun ketetapan

tersebut tidak pernah dijalankan/ditetapkan oleh orang-orang terdahulu yang telah

terlebih dahulu menggunakan akad penitipan harta ini. Maka penulis

mengkategorikan “kurang sesuai” pada point ini dan nilainya adalah 2.

9. Biaya Pemeliharaan

Menurut hukum Islam memang benar mudi’ berkewajiban memberikan

biaya pemeliharaan guna menghindari kehilangan/kerusakan pada harta

Page 94: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

79

titipannya. Akan tetapi apabila dilihat sekilas, ketentuan ini kurang cocok

diterapkan pada tabungan arofah akad wadi’ah pada PT Bank Muamalat

Indonesia, Tbk. Alasan ini ada karena penulis melihat tidak adanya kesamaan

antara barang/harta yang dititipkan menurut hukum Islam dengan titipan yang

dititipkan pada bank. Karena pada zaman dimana ketetapan tersebut dibuat, tidak

ada keterangan yang menyebutkan menitipkan harta yang berupa uang. Biaya

pemeliharaan wajib ditanggung pemilik harta karena harta yang dititipkan

memang benar berupa barang kasar (barang dalam arti yang sesungguhnya) atau

hewan ternak. Sehingga pemilik barang wajib memberikan biaya pemeliharaan

untuk menghindari kehilangan/kerusakan harta tersebut.

Dalam dunia perbankan sudah tidak asing lagi kita mendengar akan

adanya biaya administrasi, walaupun istilahnya diganti dengan istilah lainnya,

tetap saja nasabah tahu persis kemana pada akhirnya biaya itu berakhir, yakni

berakhir pada pemasukan kas untuk bank tersebut. Akan tetapi menurut hasil

pembicaraan penulis dengan karyawan PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk.

Cabang Bandar Lampung, biaya tersebut tidak sepenuhnya mengalir kepada kas

bank, akan tetapi biaya tersebut sebagian disalurkan untuk membiayai seluruh

fasilitas yang khusus diperuntukan untuk keamanan dan kemudahan nasabah

dalam bertransaksi.

Disebabkan adanya perbedaan anggapan bahwa apakah uang dapat

dikategorikan sama dengan barang pada masa ditetapkannya akad wadi’ah

tersebut sehingga penulis sepakat apabila pemerintah mengambil keputusan untuk

memusyawarahkan lagi dengan kalangan ulama akan ketentuan apakah uang juga

termasuk barang yang harus dibiayai atas pemeliharaannya karena pada dasarnya

Page 95: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

80

uang bukanlah suatu benda yang pantas untuk dipelihara fisiknya atau dipelihara

layaknya hewan ternak. Sehingga dari penjelasan di atas penulis tetap

mengkategorikan praktek pada PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. “kurang

sesuai” dengan hukum Islam yang berlaku dan nilainya adalah 2.

10. Pencatatan Akuntansi Syariah

Menurut hukum Islam dalam setiap transaksi muamalah maka harus

dicatat. Pada PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. setiap transaksi pembiayaan

atau simpanan akan dicatat sesuai dengan transaksi/informasi yang dilakukan.

Setiap transaksi dicacat dalam buku tabungan yang kemudian diserahkan untuk

disimpan oleh nasabah sebagai tanda bukti yang sah bahwa nasabah tersebut

sedang telibat pembiayaan atau penyimpanan dana pada PT Bank Muamalat

Indonesia, Tbk. Pencatatan ini mengacu pada perlakuan akuntansi dalam

Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia (PAPSI) dan Pernyataan

Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Untuk pencatatan akuntansi pada PT Bank

Muamalat Indonesia, Tbk. yang berdasarkan PSAK tersebut sudah sesuai dengan

hukum Islam yang ketetuannya adalah bukti yang menjadi dasar pencatatan harus

diklarifikasikan secara teratur dengan menggunakan aturan umum yang disebut

Standar Akuntansi Keuangan.

Pada PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk., pencatatan akuntansi untuk

tabungan arofah akad wadi’ah tersebut semua ketentuan dalam akuntansi syariah

sudah dapat terpenuhi secara sempurna. Dan dapat disimpulkan bahwa pencatatan

akuntansi untuk tabungan arofah akad wadi’ah pada PT Bank Muamalat

Indonesia, Tbk. dapat dikategorikan “sangat sesuai” dan tidak bertentangan

Page 96: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

81

dengan hukum Islam. Sehingga dalam pencatatan akuntansi syariah untuk

tabungan ini nilainya adalah 4.

11. Promosi Produk Dan Sudut Pandangnya Dalam Islam

Dalam hukum Islam, Islam melarang umatnya untuk melakukan promosi

atau pemberitaan atas barang dan hartanya secara berlebihan. Islam mengajarkan

kepada umatnya untuk ber-muamalah secara jujur dan tidak melebih-lebihkan

bentuk dan kegunaan barang tersebut. Begitu juga dengan PT Bank Muamalat

Indonesia, Tbk. Bank yang berdiri murni berdasarkan hukum Islam ini tidak

melakukan promosi secara besar-besaran baik melalui media televisi ataupun

media cetak. Melalui hasil pengamatan, penulis tidak melihat adanya indikasi

kearah ketidakmampuan PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. untuk membayar

berbagai media tersebut karena pendapatannya yang selalu meningkat setiap

tahunnya. Sehingga dalam hal ini penulis setuju dan menarik kesimpulan bahwa

PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk telah sesuai dengan hukum Islam dalam

menjalankan kegiatan mempromosikan produknya dan mengkategorikan point

terakhir ini “sangat sesuai” dan tidak bertentangan dengan hukum Islam sehingga

penulis memberikan nilai 4 untuk point terakhir ini.

Page 97: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

82

Tabel 4.

PERHITUNGAN SKOR

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI AKAD

WADI’AH DALAM TABUNGAN AROFAH PADA PT BANK

MUAMALAT INDONESIA, Tbk. CABANG BANDAR LAMPUNG

NO. PEMBAHASAN KRITERIA NILAI

1. Ketentuan Objek Wadi’ah Sesuai 3

2. Rukun Akad Wadi’ah Sangat Sesuai 4

3. Syarat Akad Wadi’ah Sangat Sesuai 4

4. Kewajiban Mudi’ Sesuai 3

5. Kewajiban Wadi’ Sesuai 3

6. Akad Wadi’ah Berakhir Sesuai 3

7. Pengaplikasian Dalam Tabungan Sangat Sesuai 4

8. Batas Minimum Titipan Kurang Sesuai 2

9. Biaya Pemeliharaan Kurang Sesuai 2

10. Pencatatan Akuntansi Sangat Sesuai 4

11. Promosi Produk Sangat Sesuai 4

Total 36

Sumber: Hasil Analisis

Berdasarkan pembahasan secara deskriptif alanalitis yang didasarkan

kepada indikator-indikator yang ada dan didukung oleh perhitungan skor analisis

tabungan arofah dengan akad wadi’ah pada PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk.

Cabang Bandar Lampung adalah sebesar 36. Prosentase skor yang diperoleh

Page 98: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

83

adalah sebesar (36: (11 X 4)) X 100% = 81.82%, yaitu menunjukan pelaksanaan

pada PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. sudah baik dengan skor 36. Hal ini dapat

diartikan bahwa akad wadi’ah dalam tabungan arofah pada PT Bank Muamalat

Indonesia, Tbk. Cabang Bandar Lampung masuk ke dalam kategori “sesuai”

dengan hukum Islam. Di bawah ini penulis menggambarkan diagram dari hasil

analisis akad wadi’ah dalam tabungan arofah pada PT Bank Muamalat Indonesia,

Tbk. dalam kesesuaiannya terhadap hukum Islam.

Diagram Hasil Penelitian

Nilai Skor

50

Batas Maksimum (46)

40

Hasil Penelitian (36)

30

Nilai Tengah (23)

20

10 Batas Minimum (11)

Page 99: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

84

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bardasarkan uraian-uraian yang telah penulis kemukakan di bab-bab

sebelumnya dan berdasarkan dari hasil penelitian dan analisa data mengenai akad

wadi’ah dalam tabungan arofah pada PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Cabang

Bandar Lampung, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Konsep Wadi’ah Dalam Hukum Islam adalah suatu akad titipan murni yang

diserahkan oleh mudi’ (pemilik harta) kepada wadi’ (penerima harta titipan)

untuk dijaga dan dipelihara untuk menghindari resiko kerusakan,

kemusnahan atau kehilangan. Ketentuan dari objek wadi’ah adalah barang

yang dapat dinilai, dapat dimanfaatkan untuk usaha lain, dan diperbolehkan

dalam Islam.

Pemilik barang berkewajiban menanggung biaya pemeliharaan atas benda

atau harta yang dititipkannya selagi biaya tersebut memang benar digunakan

untuk keperluan mengurus titipan untuk menghindari resiko terjadinya

kerusakan atau kehilangan pada titipan tersebut. Dipihak lain, pihak

penerima titipan tidak dilarang untuk memanfaatkan atau menggunakan

barang tersebut selagi dapat menjamin keamanan dan menjaga barang titipan

tersebut agar tetap utuh dan mengembalikannya sempurna sesuai seperti saat

pemilik barang menitipkan harta tersebut padanya.

Akad wadi’ah akan berakhir pada saat pemilik barang mengambil barang

yang dititipkannya dan penerima barang memulangkan barang tersebut

Page 100: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

85

kepada pemilik barang. Akan tetapi akad juga dapat berakhir apabila pemilik

harta titipan meninggal dunia dan orang yang dipercayakan untuk menerima

titipan tersebut berkewajiban untuk mengembalikan harta titipan tersebut

kepada ahli waris pemilik harta titipan. Selain itu pihak yang berakad juga

dapat mengakhiri akad wadi’ah tersebut apabila terjadinya kesewenang-

wenangan diantara pihak-pihak yang berakad.

2. Implementasi Akad Wadi’ah Dalam Tabungan Arofah Pada PT Bank

Muamalat Indonesia, Tbk. Cabang Bandar Lampung merupakan akad titipan

(tabungan) yang disepakati antara pihak bank dan pihak nasabah untuk

membiayai pembiayaan ongkos naik haji (ONH) nasabah yang

bersangkutan. Calon nasabah tabungan arofah dengan akad wadi’ah ini

berkewajiban untuk menyetorkan dana minimal sebesar Rp. 20.000.000,-

sebagai dana awal pembukaan rekening tabungan dan langsung memperoleh

porsi haji atas nama nasabah yang bersangkutan yang langsung di-booking-

kan oleh pihak bank pada Departemen Agama RI.

Dalam akad ini, nasabah tidak berkewajiban untuk membayar biaya

administrasi setiap bulannya. Akan tetapi, biaya administrasi sebagai biaya

penitipan akan dikenakan dengan menyisakan dana sejumlah Rp. 50.000,-

pada saat nasabah telah memenuhi semua kewajiban dalam pembayaran

ONH yang telah ditetapkan oleh pihak Departemen Agama RI pada tahun

yang bersangkutan dan kemudian rekening tabungan akan tertutup secara

otomatis. Selain itu, biaya administrasi juga dikenakan secara tidak langsung

atas kerjasama Departemen Agama dan pihak bank yang mewajibkan

Page 101: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

86

nasabah tabungan arofah untuk membayar biaya perlengkapan khusus haji

sebesar Rp. 600.000,- yang akan diminta pada saat nasabah yang

bersangkutan akan melunasi biaya ongkos naik haji (ONH) pada PT Bank

Muamalat Indonesia, Tbk.

3. Analisis Hukum Islam Terhadap Implementasi Akad Wadi’ah Dalam

Tabungan Arofah Pada PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Cabang Bandar

Lampung berdasarkan pada fakta dan penelitian yang penulis lakukan pada

dasarnya sudah baik. Hasil dari nilai analisis penelitian ini yaitu sebesar 36

dan prosentase skor yang diperoleh adalah sebesar 81.82% yang artinya

implementasi akad wadi’ah dalam tabungan arofah pada PT Bank Muamalat

Indonesia, Tbk. Cabang Bandar Lampung termasuk ke dalam kategori

“sesuai” dengan Hukum Islam.

B. Saran

Setelah penulis mengadakan analisis dan menentukan kesimpulan, maka

selanjutnya penulis akan memberikan saran kepada masyarakat khususnya kepada

nasabah dan pihak PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Cabang Bandar Lampung.

Untuk itu penulis memberikan saran:

1. PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. sudah memiliki banyak nasabah yang

sudah sangat mengerti akan pentingnya bertransaksi perbankan dengan

mengharamkan riba (bunga bank) sehingga PT Bank Muamalat Indonesia,

Tbk harus lebih meningkatkan lagi kualitas karyawan (SDM) yaitu dengan

memberikan lagi pembinaan dan pembelajaran mengenai hukum Islam,

Page 102: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

87

untuk menghindari adanya penyimpangan dan kesalahan dalam memenuhi

ketentuan yang telah ditetapkan dalam hukum Islam.

2. Mengingat semakin banyaknya bermunculan perbankan-perbankan syariah

pada saat ini, maka semakin bertambah juga daya saing antara perbankan-

perbankan tersebut. Oleh karena ini, diharapkan kepada PT Bank Muamalat

Indonesia, Tbk untuk lebih memperbanyak lagi variasi produk-produk yang

lebih menarik perhatian nasabah dan lebih meningkatkan lagi promosi

produk-produknya kepada masyarakat luas melalui berbagai macam bentuk

media yang tersedia.

3. Diharapkan kepada PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk untuk lebih

meningkatkan pelayanan kepada nasabah baik dari segi memperbanyak Unit

Pelayanan Syariah (UPS) maupun memperluas kantor cabang utama PT

Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Cabang Bandar Lampung yang dinilai

terlalu sempit karena keterbatasannya ruangan yang ada.

4. Diharapkan kepada PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. untuk dapat

menerima peneliti lainnya untuk mengembangkan lebih komprehensif lagi

berbagai masalah yang berkenaan dengan PT Bank Muamalat Indonesia,

Tbk.

Page 103: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

DAFTAR PUSTAKA

A. Munir dan Sudarsono, Dasar-dasar Agama Islam, Jakarta, 1998. Abdulmalik Abdulkarim Amrullah, Tafsir Al-Azhar, Pustaka Panji Mas, Jakarta,

1983. Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan, Edisi Ketiga, PT

Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004. Al-Buruswi, Ismail Haqqi, Ruhul Bayan, Juz 4, Cetakan I, CV Diponegoro,

Bandung, 1997. Departemen Agama RI, Al-Quran Dan Terjemahannya, Jakarta, 2006. Ibnu Rusyd, Bidayatu’ I-Mujtahid terj: M.A. Abdurrahman dan A. Haris

Abdullah, Juz 3, CV Asy-Syifa, Semarang, 1990. Iwan Triyuwono dan Muhammad As’udi, Akuntansi Syariah: Memformulasikan

Konsep Laba Dalam Konteks Metafora Zakat, Salemba Empat, Jakarta, 2001.

M. Nazir, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2003. Al-Maraghi, Ahmad Mushthafa, Tafsir Al-Maraghi terj: K. Anshori Umar

Sitanggal, Hery Noer Aly, dan Bahrun Abubakar, Volume 2 dan 4, Cetakan ke 2, CV Toha Putra Semarang, Semarang, 2000.

Muhamad, Manajemen Perbankan Syariah, UII Pres, Yogyakarta, 2005. __________, Prinsip-prinsip Akuntansi Dalam Al-Quran, UII Press, Yogyakarta,

2000. PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk., Panduan Produk Dan Pelayanan PT Bank

Muamalat Indonesia, Tbk., Jakarta, 2000. Al Qardhawi, Yusuf, Halal dan Haram Dalam Islam, Bairut, Libanon, 1984. Ritongga, Rahmat, dkk, Ensiklopedi Hukum Islam, PT Ichtiar Baru Van Hoeve,

Jakarta, 1997. Rosnila Pragestin, Analisis Kinerja Keuangan Pada PT Bank Muamalat

Indonesia, Tbk. Di Jakarta, Skripsi, Bandar Lampung, 2005.

Page 104: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

S. Praja, Junaya, Tafsir Hikmah Seputar Ibadah Muamalah, Jin Dan Manusia, Remaja Rosdakarya, Jakarta, 2000.

Sayyid Sabiq, Fikih Sayyid Sabiq terj: Kamaluddin A. Marzuki, Sunnah 13, PT

Al-Ma’arif, Bandung, 1997. __________, Fiqih Al-Sunnah terj: Mohammad Thalib, Al-Ma’arif, Bandung,

1981. Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Mishbāh, Volume 2 dan 12, Lentera Hati, Ciputat,

2000. Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Islam dan Kedudukannya Dalam Tata Hukum

Perbankan Indonesia, PT Pustaka Utama Grafiti, Jakarta, 2005. At-Tarmidzi, Al-Jami’ Al-Shohih, Matbaah Mustofa Al-Babi, Mesir, 1937. Yazid, Bin, Abu Abdilah Muhammad, Sunnan Ibnu Majah, Al-Qozwini, Darul

Hadits, Kairo, 1998. Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, Edisi Revisi Cetakan

Empat, Pustaka Alvabet, Jakarta, 2006.

Page 105: 01 Cover Skripsielibrary.unisba.ac.id/files/07-2128_Fulltext.pdfGelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan Perbankan Syariah OLEH ... Implementasi Akad

NAMA : NOVA ANDRIANI

NPM : 10010202043

SKRIPSI : ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP

IMPLEMENTASI AKAD WADI’AH DALAM TABUNGAN

AROFAH PADA PT. BANK MUAMALAT INDONESIA,

Tbk. CABANG BANDAR LAMPUNG

Daftar Pertanyaan Yang Diperuntukan Untuk Karyawan (Customer Service)

PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Cabang Bandar Lampung

1. Apakah pihak bank akan memberikan kelonggaran waktu kepada nasabah

penabung yang terlambat dalam melunasi biaya keberangkatan haji pada

tabungan Arofah akad Wadi’ah?

2. Apakah ada kebijakan bagi nasabah yang akan membuka rekening

tabungan Arofah akad wadi’ah dengan identitas provinsi lain?

3. Apa yang akan diperbuat pihak bank apabila pihak bank tidak dapat

menjaga titipan nasabah dengan baik?

4. Apakah pencatatan yang dilakukan oleh pihak bank sudah sesuai dengan

ketentuan yang ada?

5. Apakah tabungan Arofah akad wadi’ah dapat dipindah tangankan kepada

orang lain atau ahli waris penabung?

6. Tindakan apa yang dilakukan oleh pihak bank apabila ada nasabah

tabungan Arofah akad wadi’ah yang tidak dapat diberangkatkan pada

musim haji pada tahun itu?

7. Apakah ada kebijakan lain yang memperbolehkan seseorang

membayarkan Tabungan Arofah dengan akad wadi’ah untuk orang lain?

8. Apakah ada kebijakan-kebijakan lain yang ditambahkan untuk

mempermudah nasabah dalam melaksanakan produk tabungan ini?

9. Upaya apa yang telah dilakukan PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. untuk

menarik minat masyarakat agar mengikuti program tabungan haji ini?

10. Menurut pengamatan pihak bank, faktor apa yang menarik masyarakat

untuk mengikuti program tabungan haji ini?