1.Laporan Serealia Dan Kacang-Kacangan
-
Upload
ima-kautsar- -
Category
Documents
-
view
1.570 -
download
50
Transcript of 1.Laporan Serealia Dan Kacang-Kacangan
LAPORAN PRAKTIKUMANALISIS BAHAN MAKANAN
PERCOBAAN I
SEREALIA DAN KACANG-KACANGAN
NAMA : FATIMAH KAUTSAR
NIM : K 211 10 298
KELOMPOK : 2 (DUA)
TANGGAL PRAKTIKUM : 26 SEPTEMBER 2011
ASISTEN : NOOR MANSURYA UTAMI
LABORATORIUM TERPADU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR
2011
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
Dibandingkan dengan makanan berserat yang dewasa ini tersedia dalam
bentuk makanan suplemen dengan berbagai merek dagang, sebenarnya kacang-
kacangan juga dapat dijadikan sumber serat yang tidak kalah mutunya. Juga
dibandingkan dengan serat makanan dalam buah-buahan dan sayuran yang
dikenal dapat mencegah timbulnya kanker, mutu serat makanan dalam kacang-
kacangan juga tidak kalah. Bahkan kacang-kacangan mempunyai keistimewaan
lain, yaitu berharga murah, berprotein tinggi, kandungan lemaknya pada
umumnya baik untuk kesehatan dan mengandung berbagai mineral dalam jumlah
yang cukup banyak1.
Kerusakan pada biji serealia dan produk dari serealia selama
penyimpanan diakibatkan oleh bermacam-macam sebab. Walaupun demikian,
perubahan - perubahan itu dapat diperlambat melalui pengendalian dua faktor
yaitu faktor kadar air dan suhu, meskipun kondisi penyimpanan yang bebas
oksigen juga berguna dalam hal ini1.
Kacang-kacangan telah lama dikenal sebagai sumber protein yang saling
melengkapi dengan biji-bijian, seperti beras dan gandum. Komoditi ini juga
ternyata potensial sebagai sumber zat gizi lain selain protein, yaitu mineral,
vitamin B, karbohidrat kompleks dan serat makanan2.
Disamping diolah secara tradisional dengan direbus, dikukus, dan disayur,
sebenarnya potensi penggunaannya sangat luas untuk menghasilkan produk baru.
Misalnya sebagai bahan baku tepung campuran (flour mix) yang dapat digunakan
dalam pembuatan berbagai produk pangan, termasuk makanan bayi. Kacang-
kacangan dapat menyumbang banyak protein dan zat gizi lain bagi masyarakat di
negara maju dan negara berkembang. Karena kandungan seratnya tinggi, maka
kacang-kacangan juga dapat dijadikan sumber serat2.
Secara botani tanaman serealia termasuk di dalam divisio spermatophyta,
kelas angiospermae, subkelas monokotil, ordo graminales dan famili
gramineae. Angiospermae adalah golongan tumbuhan berbunga dengan biji
tertutup dalam bakal buah (ovary). Salah satu kelasnya adalah
monokotiledone, dari subkelas ini banyak sekali species tanaman yang
mempunyai nilai ekonomi yang yang ditanam secara meluas di dunia. Kelas
gramineae meliputi kurang lebih 500 meluas di dunia. Tanaman serealia
dimanfaatkan terutama untuk memenuhi bahan pangan yang berupa sumber
karbohidrat3.
Serealia atau padi-padian terutama beras, merupakan bagian pokok dari
susunan pangan di Indonesia. Bahan makanan ini adalah sumber karbohidrat
yang baik (70%-80%).Selain itu juga sebagai sumber protein sebab 6 samapai
12 persen dari semua serealia biasanya terdiri dari protein. Serealia juga
mengandung beberapa mineral (Fe dan Ca) dan beberapa vitamin (thiamin,
riboflavin, dan niacin) dan juga merupakan sumber serat terutama dalam
produk biji utuh4.
I.2 TUJUAN PERCOBAAN
Adapun tujuan dari percobaan serealia ini adalah:
1. Mengetahui warna dan bentuk dari serealia dan kacang-kacangan.
2. Mengetahui ukuran dari serealia dan kacang-kacangan.
3. Mengetahui berat dari serealia dan kacang-kacangan.
4. Mengetahui persen kotoran dari serealia dan kacang-kacangan.
5. Mengetahui persen kerusakan dari serealia dan kacang-kacangan.
6. Mengetahui densitas kamba dari serealia dan kacang-kacangan.
7. Mengetahui daya serap air serealia dan kacang-kacangan pada suhu
80°C.
8. Mengetahui rasio pengembangan dari serealia dan kacang-kacangan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Perubahan biokimia yang paling penting selama penyimpanan adalah
respirasi. Biji - bijian adalah organisme yang hidup oleh karena itu, biji akan
tetap bernafas sesudah dipanen. Proses ini akan mengakibatkan metabolisme
karbohidrat dan lemak akan menghasilkan karbondioksida, air dan panas. Suhu
yang lebih tinggi (sampai pada suhu hilangnya aktivitas enzim) cenderung
mempercepat pernafasan, demikian pula dengan kadar air yang tinggi mempunyai
akibat yang sama. Air dan panas yang ditimbulkan oleh pernafasan akan
memudahkan tumbuhnya mikroorganisme dan hama di samping meningkatkan
kecepatan pernafasan1.
Komponen kimia yang utama pada serealia adalah karbohidrat (terutama pati,
kira-kira 80% dari bahan kering), protein (kira-kira 15% dari bahan kering), dan
lemak (kira-kira 5% dari bahan kering) dan air. Selain itu mineral (kira-kira 2%),
vitamin1.
Biji-bijian serealia terbagi menjadi 2 kelas tergantung apakah sekamnya tetap
tinggal pada biji sewaktu ditumbuk. Gandum, rye dan jagung cenderung untuk
kehilangan sekamnya selama penumbukan dan merupakan kariopsis telanjang,
sedangkan padi, oat dan barley merupakan kariopsis terbungkus1.
Kadar air biji - bijian dan produk-produknya penting karena empat hal
yaitu1:
1. Berat biji - biijian dilihat dari segi pengangkutan dan penyimpanan.
2. Harga karena biji - bijian sering dijual berdasarkan berat.
3. Akibatnya pada sifat-sifat kekambaan dan pemindahan dalam jumlah
besar.
4. Akibatnya pada sifat - sifat penyimpanan.
Perubahan-perubahan dapat terjadi pada komponen karbohidrat biji serealia
selama penyimpanan1:
1. Hidrolisa pati, karena kegiatan enzim amilase.
2. Kurangnya glukosa.
3. Terbentuknya bau asam dan bau apek dari karbohidrat karena kegiatan
mikroorganisme.
4. Reaksi kecoklatan bukan karena enzim (non-enzymic browning).
Struktur umum biji-bijian serealia terdiri dari tiga bagian besar yaitu kulit biji,
butir biji (endosperm) dan lembaga (embrio). Kulit biji padi disebut sekam,
sedangkan butir biji dan embrio dinamakan butir beras. Lapisan terluar disebut
perikarp kemudian tegmen, lapisan aleuron dan bagian yang dalam adalah
endosperm. Butiran beras pecah kulit (brown rice) disusun perikarp 1-2 %,
aleuron + testa 4-6%, embrio 2-3% dan endosperm 89-94%. Sekam mempunyai
berat 18-28% dari berat butir gabah pada tingkat kadar air 13% berat basah2.
Lema dan palea merupakan sel epidermis terluar yang berisi sel memanjang
sampai mendekati persegi dengan panjang 100 µm. Pada bagian ini terdapat
rambut dengan panjang 150-250 µm. perikarp yang merupakan lapisan biji terdiri
dari sel isodiametris yang berdinding tebal dan memanjang. Lapisan ini disusun
oleh 6 lapis sel. Perikarp terdiri dari epikarp (yang paling luar), kemudian
mesokarp dan tegmen (seed coat). Bagian terakhir ini terdiri dari dua lapis sel
yaiitu spermoderm dan periperm yang mengandung lemak2.
Serealia adalah biji-bijian yang diperoleh dari tabaman padi-padian/rumput-
rumputan (gramine), yang termasuk ke dalam serealia dan banyak ditanam di
seluruh dunia adalah gandum, beras, jagung, jewawut, jail, oat dan barley4.
Mutu protein dinilai dari perbandingan asam-asam amino yang terkandung dalam
protein tersebut. Asam-asam amino yang biasanya sangat kurang dalam bahan
makanan disebut asam amino pembatas. Dalam serealia asam amino pembatasnya
adalah lisin, sedang leguminosa (kacang-kacangan) biasanya asam amino
metionin.Kedua protein tersebut tergolong bermutu rendah, sedang protein yang
berasal dari hewani seperti daging, telur, dan susu dapat menyediakan asam-asam
amino esensial dan karenya disebut protein dengan mutu tinggi5.
Selama penyimpanan serealia terjadi perubahan protein, nitrogen total
sebagian besar tidak mengalami perubahan, akan tetapi nitrogen dari protein
sedikit menurun. Jumlah total asam amino bebas menunjukkan perubahan yang
berarti hanya tingkat kerusakan meningkat lebih lanjut akibat dari kegiatan
proteotik. Pada gandum terjadi penurunan mutu gluten selama penyimpanan yang
disebabkan karena turunnya kadar gliadin dan protein yang larut dalam air. Hal ini
menyebabkan berkurangnya mutu untuk pembuatan roti. Enzim asam glutamat
dekarboksilase dapat aktif jika kadar air tinggi dan mengubah glutamat menjadi
asam aminobutirat. Jadi meskipun terdapat kenaikan jumlah asam amino bebas
secara keseluruhan, sebenarnya asam glutamat menurun selama penyimpanan.
Aktivitas enzim dalam semua biji-bijian merupakan cirri daripada fase
perkembangan, tetapi enzim dapat juga aktif selama penyimpanan biji yang
berkadar air tinggi walau perkecambahan tidak terjadi1.
Selama penyimpanan biji serealia, ada dua macam kerusakan yang mubkin
terjadi yaitu perubahan hidrolitik dan oksidatif. Sementara biji mengandung
antioksidan yang cukup efektif, perubahan hidrolitik sebagai akibat kegiatan
enzim lipase akan dipercepat oleh suhu dan kadar air yang tinggi. Beras juga
mempunyai aktivitas enzim lipase yang tinggi. Kerusakan hidrolitik lemak juga
dipercepat oleh jamur karena aktivitas lipolitiknya yang tinggi. Kerusakan gliko
dan fosfolipid polar lebih cepat dari pada kerusakan trigliserida. Perbedaan
kecepatan kerusakan untuk lipid bebas dan terikat telah diamati selama
penyimpanan gandum, dimana lipid bebas lebih cepat rusak1.
Penyimpanan biji cenderung mengurangi kemampuan berkecambah.
Pengaruh ini meningkat karena penyimpanan dengan suhu dan kadar air yang
tinggi. Pencemaran kapang juga menambah hilangnya daya berkecambah ini.
Hilangnya daya berkecambah ini penting sekali bila biji itu akan dipakai sebagai
benih. Hal ini juga penting bila kegunaan akhir daripada biji ini adalah untuk
pembuatan bir1.
Perubahan gizi yang terjadi selama penyimpanan serealia ialah perubahan
karbohidrat. Daya cerna beras yang baru dipanen kurang dapat dicerna disbanding
beras yang telah disimpan untuk beberapa saat. Hal ini disebabkan karena
kegiatan enzim α-amilase. Mineral jarang hilang atau meningkat selama
penyimpanan kecuali fosfor. Fosfor yang terikat pada asam fitat tidak seluruhnya
mempunyai nilai gizi dan diekskresi tanpa perubahan. Akan tetapi selama
penyimpanan, kegiatan enzim fitase melepas fosfor dari asam fitat menjadi fosfat
bebas yang dapat diasimilasi dengan mudah sehingga menyebabkan perbaikan
nilai gizi. Protein mengalami banyak perubahan selama penyimpanan biji. Daya
larut dan daya cerna protein gandum, jagung dan kedelai oleh enzim pepsin dan
tripsin menurun selama penyimpanan. Dalam percobaan pemberian makan pada
tikus, ditemukan hilangnya daya cerna dan rasa enak/ palatabilitas jagung yang
disimpan; hasil yang sama juga terlihat pada barley, oats, beras, buckwheat,
kacang polong dan jewawut. Masalah biji yang dirusak oleh jamur bahkan lebih
parah lagi1.
Kacang-kacangan juga mempunyai struktur yang hampir sama dengan
serealia. Bagian-bagian dari biji yaitu perikarp, embrio dan endosperm. Pada
umumnya presentase kulit biji lebih tinggi pada kacang-kacangan daripada
serealia. Demikian pula tiap jenis berbeda persentasenya misalnya kulit kedelai 6-
8%, kacang gude 10,5-15,5% dan lebih banyak lagi untuk kulit yang lebih tebal
misalnya kara benguk. Bagian terluar dari kulit biji berupa epidermis yang
tersusun oleh sel palisade, sedangkan di bawahnya ada testa yang terdiri dari sel
parenkim. Bagian terluar endosperm adalah lapisan aleuron. Pada kacang tanah
hanya ada satu lapis sel yang berisi tetesan minyak seperti halnya pada serealia.
Pada kedelai terlihat jelas lapisan aleuron yang berbeda dibandingkan dengan
jenis kacang-kacangan yang lain2.
Kacang- kacangan termasuk family leguminosae atau disebut juga polongan
(berbunga kupu-kupu) mempunyai bentuk agak bulat, berat dan jenisnya
bervariasi. Berbagai kacang-kacangan yang telah dikenal seperti kacang kedelai,
kacang hijau, kacang merah, kacang kapri, dan lain sebagainya4.
Kacang-kacangan memberikan sekitar 135 kkal per 100 gram bagian yang
dapat dimakan. Jika kita mengkonsumsi kacang-kacangan sebanyak 100 gram (1
ons), maka jumlah itu akan mencukupi sekitar 20 % kebutuhan protein dan 20
persen kebutuhan serat per hari. Menurut ketentuan pelabelan internasional, jika
suatu bahan/produk pangan dapat menyumbangkan lebih dari 20 % dari
kebutuhan suatu zat gizi per hari, maka dapat dinyatakan sebagai bahan atau
produk pangan yang tinggi (high) akan zat gizi tersebut5.
Dengan teknologi pengolahan yang semakin maju, kacang-kacangan tidak
hanya diolah dengan cara-cara konvensional, misalnya direbus, dikukus, disangrai
atau digoreng, tetapi dapat dibuat dalam bentuk ingredient, seperti tepung,
konsentrat atau isolat protein. Jika dicampurkan dengan tepung beras atau
gandum, produk ingredien dari kacang-kacangan tersebut dapat memberikan sifat-
sifat fungsional yang dikehendaki. Protein dalam tepung kacang-kacangan dapat
memberikan sifat pengemulsi minyak yang baik, membentuk busa, membentuk
gel, menangkap atau menahan air dan mempunyai warna dan bau yang dapat
diterima. Bubur atau hancuran kacang-kacangan, susu kacang, gumpalan atau
“curd” (seperti tahu), pasta kacang-kacangan dan kecap dari kacang-kacangan
dapat digunakan sebagai campuran bagi bahan pangan yang lain. Kacang-
kacangan dapat pula diolah sebagai bahan baku pembuatan snack atau makanan
ekstrusi5.
Bagi kelompok masyarakat yang tergolong bergizi lebih dan cenderung
berpotensi tinggi untuk terkena penyakit degeneratif seperti penyakit jantung
koroner, stroke, darah tinggi, diabetes dan lain-lain, dianjurkan untuk
mengkonsumsi makanan dengan ketentuan sebagai berikut5:
1. Makan makanan yang bervariasi setiap harinya.
2. Pelihara dan pertahankan berat badan ideal.
3. Hindari terlalu banyak mengkonsumsi lemak jenuh dan kolesterol.
4. Makanlah makanan dengan kandungan karbohidrat kompleks, seperti pati dan
serat yang cukup.
5. Hindari terlalu banyak gula.
6. Hindari terlalu banyak garam.
Kehilangan vitamin dapat terjadi selama penyimpanan. Jadi gandum
menunjukkan kehilangan thiamin yang berarti, tetapi penyimpanan beras hanya
menunjukkan sedikit perubahan dalam kandungan vitamin ini. Jagung kuning
sangat unik di antara serealia karena mempunyai kegiatan vitamin A yang besar5.
BAB III
METODE PERCOBAAN
III.1 ALAT DAN BAHAN
III.1.1 Pengamatan Struktur dan Sifat Fisik
1. Warna dan Bentuk
Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini adalah
mikrometer, timbangan, gelas ukur 100 ml.
Bahan yang digunakan adalah beras, jagung, kacang tanah,
kacang kedelai dan kacang hijau.
2. Ukuran
Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini adalah
mikrometer, timbangan, gelas ukur 100 ml.
Bahan yang digunakan adalah beras, jagung, kacang tanah,
kacang kedelai dan kacang hijau.
3. Berat
Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini adalah
mikrometer, timbangan, gelas ukur 100 ml.
Bahan yang digunakan adalah beras, jagung, kacang tanah,
kacang kedelai dan kacang hijau.
III.1.2 Pengamatan Mutu
1. % Kotoran
Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini adalah
mikrometer, timbangan, gelas ukur 100 ml.
Bahan yang digunakan adalah beras, jagung, kacang tanah,
kacang kedelai dan kacang hijau.
2. % Kerusakan
Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini adalah
mikrometer, timbangan, gelas ukur 100 ml.
Bahan yang digunakan adalah beras, jagung, kacang tanah,
kacang kedelai dan kacang hijau.
3. Densitas Kamba
Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini adalah
mikrometer, timbangan, gelas ukur 100 ml.
Bahan yang digunakan adalah beras, jagung, kacang tanah,
kacang kedelai dan kacang hijau.
4. Daya Serap Air pada Suhu 80 0C
Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini adalah
mikrometer, timbangan, gelas ukur 100 ml.
Bahan yang digunakan adalah beras, jagung, kacang tanah,
kacang kedelai dan kacang hijau.
5. Rasio Pengembangan
Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini adalah
mikrometer, timbangan, gelas ukur 100 ml.
Bahan yang digunakan adalah beras, jagung, kacang tanah,
kacang kedelai dan kacang hijau.
III.2 PROSEDUR KERJA
III.2.1 Pengamatan Struktur dan Sifat Fisik
1. Warna dan Bentuk
1. Dicatat warna tiap-tiap bahan.
2. Digambar bentuknya secara utuh.
2. Ukuran
Diukur panjang, lebar dan tebal masing-masing bahan.
3. Berat
1. Ditimbang sebanyak 100 butir bahan.
2. Dinyatakan berat bahan dalam gr/100 butir.
III.2.2 Pengamatan Mutu
1. % Kotoran
1. Ditimbang 25 gr.
2. Dipisahkan kotoran atau benda asing yang terdapat pada
bahan .
3. Ditimbang dan dinyatakan dalam %.
2. % Kerusakan
1. Ditimbang 25 gr.
2. Dipisahkan bahan yang sudah rusak (patah, hancur atau
cacat).
3. Ditimbang dan dinyatakan dalam %.
3. Densitas Kamba
1. Dimasukkan bahan ke dalam gelas ukur sampai volumenya
mencapai 100 ml.
2. Diusahakan pengisiannya sampai benar-benar padat.
3. Dikeluarkan semua bahan dari gelas ukur dan ditimbang
beratnya.
4. Dinyatakan densitas kamba bahan dalam gr/ml.
4. Daya Serap Air pada Suhu 80 0C
1. Dimasukkan 20 ml air dalam gelas kimia 100 ml.
2. Diletakkan dalam penangas air 80 0C.
3. Ditimbang 2 gr beras kemudian dimasukkan ke dalam
tabung tersebut.
4. Dipanaskan selama 20 menit.
5. Ditimbang bahan setelah dimasak.
5. Rasio Pengembangan
Dihitung rasio bahan setelah di masak dengan bahan sebelum
dimasak.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 HASIL PENGAMATAN
IV.1.1 TABEL
1. Pengamatan Sifat Struktur dan Sifat Fisik
1. Warna dan Bentuk
Bahan Warna Bentuk
Beras Putih
Jagung Kekuningan
Kacang tanah Coklat
Kacang kedelai Kekuningan
Kacang hijau Hijau
2. Ukuran
Bahan UkuranSampel Rata-
RataI (cm) II (cm) III (cm)Beras Panjang 0,75 0,68 0,68 0,703
Lebar 0,256 0,255 0,256 0,256Tinggi 0,24 0,213 0,215 0,226
Jagung Panjang 11,75 11,10 10,45 0,703Lebar 10,24 10,25 9,25 0,256Tinggi 4,23 4,21 3,75 0,226
Kacang Tanah Panjang 7,10 8,97 6,76 7,61Lebar 4,45 8,33 6,3 6,36Tinggi 5,40 11,47 6,11 7,66
Kacang Kedelai Panjang 6,73 7,9 5,25 6,62Lebar 5,75 6,20 4,78 5,57Tinggi 3,68 4,26 3,93 3,95
Kacang Hijau Panjang 3,88 3,95 3,88 3,26Lebar 3,78 4,5 5,37 4,55Tinggi 3,65 5,37 5,82 4,94
3. Berat
Bahan Berat (gr) Berat dlm gr/100 butir
Beras 2,11 gr 0,0211 gr
Jagung 24,94 gr 0,2494 gr
Kacang tanah 35,80 gr 0,3580 gr
Kacang kedelai 9,05 gr 0,0905 gr
Kacang hijau 7,08 gr 0,0708 gr
2. Pengamatan Mutu
1. % Kotoran
BahanBerat Awal
(gr)
Berat Kotoran
(gr)% Kotoran
Beras 25 0,06 0,24%
Jagung 25 0 0%
Kacang tanah 25 0,77 3,08%
Kacang kedelai 25 0,08 0,32%
Kacang hijau 25 0,04 0,16%
2. % Kerusakan
Bahan Berat Awal (gr)
Berat Kerusakan
(gr)
%
Kerusakan
Beras 25 8,13 32,52%
Jagung 25 2,08 8,32%
Kacang tanah 25 5,59 22,36%
Kacang kedelai 25 2,09 8,36%
Kacang hijau 25 1,54 6,16%
3. Densitas Kamba
Bahan Berat 100 ml (gram) Berat dalam gr/100 ml
Beras 84,91 0,8491
Jagung 78,03 0,7803
Kacang tanah 61,67 0,6167
Kacang Kedelai 54,81 0,5481
Kacang Hijau 62,56 0,6256
4. Daya Serap Air Pada Suhu 80˚C
BahanBerat awal
(gr)
Berat setelah dimasak
(gr)Daya serap
Beras 2 7,76 2,88
Jagung 2 2,60 0,3
Kacang Tanah 2 4,60 1,3
Kacang Kedelai 2 4,76 1,38
Kacang Hijau 2 3,81 0,905
5. Rasio Pengembangan
BahanPanjang awal
(mm)
Panjang setelah dimasak
(mm)
Rasio pengem-Bangan
Beras 6,86 10,23 1,49
Jagung 8,82 10,60 1,20
Kacang Tanah 11,96 14,57 1,218
Kacang Kedelai 5,88 9,14 1,55
Kacang Hijau 5,61 7,31 1,30
IV.1.2 PERHITUNGAN
1. % Kotoran
%kotoran= berat kotoran x
100% 25
% kotoran beras = x 100%
= 0,24 %
% kotoran jagung = x 100%
= 0%
% kotoran kacang tanah = x 100%
= 3,08%
% kotoran kacang kedelai = x 100%
= 0,32%
% kotoran kacang hijau = x 100%
= 0,16%
2. % Kerusakan
% Kerusakan = berat kerusakan x 100% 25
% kerusakan beras = x 100%
= 32,52%
% kerusakan jagung = x 100%
= 8,32%
% kerusakan kacang tanah = x 100%
= 22,36%
% kerusakan kacang kedelai = x 100%
= 8,36%
% kerusakan kacang hijau = x 100%
= 6,16%
3. Densitas Kamba
1. Beras
Berat gelas ukur 100 mL = 0,8491 gr (misal x)
Berat gelas + beras = 84,91 gr (misal y)
Berat beras = y – x
= 84,91 gr – 0,8491 gr
Densitas kamba beras = 84,06 gr/mL
2. Jagung
Berat gelas ukur 100 mL = 0,7803 gr (misal x)
Berat gelas + jagung = 78,03 gr (misal y)
Berat jagung = y – x
= 78,03 gr – 0,7803 gr
Densitas kamba jagung = 77,24 gr/mL
3. Kacang tanah
Berat gelas ukur 100 mL = 61,67 gr (misal x)
Berat gelas + kacang tanah = 0,6167 gr (misal y)
Berat kacang tanah = y – x
= 61,67 gr – 0,6167 gr
Densitas kamba kacang tanah = 61,05 gr/mL
4. Kacang kedelai
Berat gelas ukur 100 mL = 54,81 gr (misal x)
Berat gelas + kacang kedelai = 0,5481 gr (misal y)
Berat kacang kedelai = y – x
= 54,81 gr – 0,5481 gr
Densitas kamba kacang kedelai= 54,26 gr/mL
5. Kacang hijau
Berat gelas ukur 100 mL = 62,56 gr (misal x)
Berat gelas + kacang hijau = 0,6256 gr (misal y)
Berat kacang hijau = y – x
= 62,56 gr – 0,6256 gr
Densitas kamba kacang hijau = 61,93 gr/mL
4. Daya Serap Air Pada Suhu 80˚C
Daya serap air beras = 7,76 - 2
2
Daya serap air = berat bahan setelah dimasak – berat awal
berat awal
= 2,88 gr
Daya serap air jagung = 2,60 - 2
2
= 0,3 gr
Daya serap air kacang tanah = 4,60 - 2
2
= 1,3 gr
Daya serap air kacang kedelai = 4,76 - 2
2
= 1,38 gr
Daya serap air kacang hijau = 3,81 - 2
2
= 0,905 gr
5. Rasio Pengembangan
Rasio pengembangan beras = 10,23
8,82
= 1,49 mm
Rasio pengembangan jagung = 10,60
8,82
= 1,20 mm
Rasio pengembangan kacang tanah = 14,57
11,96
= 1,218 mm
Rasio pengembangan kacang kedelai Rasio pengembangan
kacang hijau = 7,31
5,61
Rasio pengembangan = panjang bahan setelah dimasak panjang bahan sebelum dimasak
= 1,30 mm
IV.1.3 GAMBAR HASIL
Warna dan bentuk
Mengukur Beras Mengukur Jagung
Mengukur Kacang Tanah
Mengukur Kacang Kedelai
Mengukur Kacang Hijau
Berat Beras Berat Kacang Tanah
Berat Jagung
Berat Kacang Hijau
Berat Kacang Kedelai
Rasio Pengembangan Kacang Kedelai
Daya Serap Kacang Tanah
Densitas Kamba Pada Kacang Tanah
Timbang % Kerusakan
Timbang % Kotoran
IV.2 PEMBAHASAN
1. Pengamatan Sifat Struktur dan Sifat Fisik
Pada percobaan pengamatan sifat struktur dan sifat fisik serealia dan
kacang-kacangan dilakukan tiga pengamatan, yaitu pengamatan warna
dan bentuk, ukuran, serta berat. Pada pengamatan warna dan bentuk,
diperoleh hasil bahwa beras yang diamati berwarna putih dan berbentuk
lonjong. Beras yang berwarna putih menandakan kualitas beras tersebut
bagus. Butiran-butiran biji beras tampak utuh atau tidak banyak yang
patah. Namun, beras yang warnanya agak keabu-abuan merupakan tanda
bahwa beras tersebut disimpan ditempat yang lembab atau pernah basah.
Warna beras yang agak kehijauan merupakan tanda bahwa beras itu
berasal dari padi yang belum masak benar waktu digiling. Beras yang
disimpan mengalami perubahan warna dan bau. Suhu yang tinggi dan
kondisi penyimpanan yang jelek menyebabkan perubahan warna beras
dari putih menjadi kecoklatan, merah, hijau atau kuning.
Pada hasil pengamatan ukuran, diperoleh rata-rata panjang beras
0,70 mm dan lebar beras 0,256 mm. Sifat fisik serealia yaitu panjang
beras 0,70 mm dan lebar 0,256 mm dapat dikatakan bahwa beras yang
diamati berkualitas baik dan memenuhi standar sifat fisik bahan pangan.
Adapun berat beras yang diperoleh per 100 butir beras adalah 2,11
gram/100 butir.
Pengamatan warna dan bentuk jagung diperoleh hasil pengamatan
berwarna orange kekuningan dengan bentuk bulat. Dari bentuk bijinya
jagung yang diamati termasuk jagung mutiara (flint corn) zea mays
indurata, dimana biji berukuran sedang dengan bagian atas bulat, tidak
berlekuk, warna kekuningan. Jenis jagung mutiara ini banyak disenangi
petani karena kualitasnya yang lebih baik dan pengolahannya yang
mudah.
Ukuran panjang jagung diperoleh panjang 11,7 mm dengan rata-rata
panjang 11,1 mm. Sedangkan lebarnya rata-rata 9,9 mm. Sifat fisik
serealia jenis jagung adalah panjang berkisar antara 8-17 mm dan lebar
antara 5-15 mm. Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa jagung yang
diamati berkualitas baik dan memenuhi standar fisik bahan pangan.
Adapun berat jagung yang diperoleh per 100 butirnya adalah 24,94
gram/100 butir.
Pada pengamatan struktur dan sifat fisik kacang-kacangan, diperoleh
hasil pengamatan pada kacang tanah berbentuk agak bulat lonjong dan
berwarna coklat. Bagian terluar dari kulit biji berupa epidermis yang
tersusun oleh sel palisade, sedangkan di bawahnya ada testa yang terdiri
dari sel parenkim. Bagian terluar endosperm adalah lapisan aleuron. Pada
kacang tanah hanya ada satu lapis sel yang berisi tetesan minyak seperti
halnya pada serealia. Pada pengukuran panjang dan lebar kacang tanah
diperoleh hasil pengukuran panjang rata-rata 7,61 mm dan lebar rata-rata
6,36 mm. Sedangkan berat per 100 butirnya diperoleh 35,80 gram/100
butir kacang tanah.
Pada kacang kedelai diamati bentuk fisik bulat dan berwarna krem,
ukuran kacang kedelai lebih kecil daripada kacang tanah. Pada kedelai
terlihat jelas lapisan aleuron yang berbeda dibandingkan dengan jenis
kacang-kacangan yang lain. Pada pengukuran diperoleh panjang kacang
kedelai rata-rata 6,62 mm dan lebar rata-rata 5,57 mm. Adapun berat per
100 butirnya adalah 9,05 gram/100 butir.
Sedangkan pada pengamatan struktur dan sifat fisik kacang hijau
diperoleh hasil pengamatan bentuk biji bulat dan berwarna hijau. Warna
hijau berasal dari gennya, dari 5 jenis serealia yang diamati kacang hijau
memiliki ukuran paling kecil. Pengukuran panjang rata-rata kacang hijau
adalah 3,26 mm dan pengukuran lebar rata-rata kacang hijau adalah 4,55
mm. Adapun berat per 100 butir kacang hijau adalah 7,08 gram/100
butir.
Hasil pengukuran dan berat serealia dan kacang-kacangan ini dapat
disimpulkan bahwa serealia dan kacang-kacangan ini memiliki kualitas
yang cukup baik. Kualitas bahan pangan terutama ditentukan oleh waktu
panen, proses pengeringan dan penggilingan, penyimpanan dan metode
yang diterapkan. Adapun hal-hal yang perlu dikendalikan pasca panen
adalah kadar air, suhu penyimpanan, dan kondisi bebas oksigen.
2. Pengamatan Mutu
Pada percobaan pengamatan mutu bahan pangan, dilakukan lima
pengamatan, persentase kotoran, persentase kerusakan, densitas kamba,
daya serap air pada suhu 800C, dan rasio pengembangan. Pada
pengamatan persentase kotoran, diperoleh persentase kotoran beras, yaitu
0,24%. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat cukup banyak kotoran yang
terdapat dalam beras tersebut, sehingga jika kita ingin mengkonsumsi
beras tersebut harus dicuci terlebih dahulu sampai kotoran-kotorannya
hilang sebelum dimasak. Cara pencucian juga harus diperhatikan. Beras
jangan dicuci terlalu bersih karena zat gizi yang terdapat pada permukaan
beras dapat hilang. Pencucian dapat dilakukan sebanyak 3 kali sebelum
beras dimasak. Pada 25 gram jagung diperoleh persentase kotoran
sebanyak 0%. Tidak terdapat kotoran pada jagung tersebut. Adapun
jagung yang memiliki kotoran sebelum diolah untuk dikonsumsi kotoran
pada jagung ini harus dihilangkan terlebih dahulu dapat dilakukan
dengan proses pencucian. Pada 25 gram kacang tanah diperoleh kotoran
sebanyak 0,77 gram sehingga persentase kotorannya adalah 3,08%.
Persentase kotoran pada kacang tanah ini tergolong kecil, hanya terdapat
sedikit benda asing yang mengontaminasi kacang tanah ini. Perlu
dilakukan pencucian untuk menghilangkan kotorannya sebelum kacang
tanah ini dikonsumsi atau diolah. Pada 25 gram kacang kedelai terdapat
sedikit kotoran yaitu sekitar 0,32 % dari keseluruhan berat kacang
kedelai. Sementara pada kacang hijau terdapat lebih sedikit kotoran yaitu
sekitar 0,16% dari berat kacang hijau tersebut. Hal ini dapat disebabkan
oleh beberapa hal, yaitu pada saat sebelum panen dan pasca panen hingga
pada saat penyimpanan bahan pangan ini tidak dijaga tingkat
kebersihannya dari keberadaan benda-benda asing. Sehingga jika ingin
dikonsumsi harus dilakukan pencucian sebelum dimasak hingga bahan
pangan ini benar-benar bersih dan terhindar dari kotoran.
Pada pengamatan persentase kerusakan, beras yang rusak dalam 25
gram beras adalah 8,13 gr, sehingga persentase kerusakan beras adalah
32,52%. Pada 25 gr jagung terdapat 2,08 gr yang rusak atau persentase
kerusaknnya sekitar 8,32% Pada 25 gr kacang tanah, terdapat 5,59 gr
kacang tanah yang rusak. Sehingga persentase kerusakannya adalah
22,36%. Pada 25 gr kacang kedelai, terdapat 2,09 gr kacang kedelai
yang rusak, sehingga persentase kerusakan kacang kedelai adalah 8,36%.
Sedangkan, pada kacang hijau terdapat 1,54 gr kacang hijau yang rusak
atau persentase kerusaknnya sebesar 6,16%. Berdasarkan pengamatan ini
dapat dilihat bahwa persentase kerusakan pada beras paling tinggi
dibandingkan serealia dan kacang-kacangan yang lain. Hal ini dapat
disebabkan antara lain karena perubahan suhu yang cukup tinggi dan
karena faktor penyimpanan yang kurang bagus sehingga beras tersebut
mengalami kerusakan (patah, hancur, atau cacat). Tingkat kerusakan
kedua adalah kacang tanah kemudian kacang kedelai. Kerusakan yang
terjadi juga disebabkan oleh perubahan setelah dipanen dan selama
proses penyimpanan. Kerusakan yang terjadi pada kacang kedelai
tergolong sedang sedangkan pada jagung tergolong kecil. Hal ini juga
tergantung pada jenis bahan pangan. Ada jenis bahan pangan yang
mudah rusak dan ada pula yang tidak. Tetapi pada faktor penentu utama
dari kerusakan ini adalah waktu panen, proses pengeringan,
penggilingan, dan metode penyimpanan yang diterapkan. Hal ini harus
diperhatikan agar kerusakan pada bahan pangan dapat diminimalisir.
Densitas kamba merupakan berat bahan dalam volume 100 mL.
Densitas kamba beras yang dimasukkan dalam gelas ukur 100 mL adalah
84,91 gr/mL. Densitas kamba jagung sebesar 78,03 gr/mL. Densitas
kamba kacang tanah dalam volume 100 mL adalah 61,67 gr/mL.
Densitas kacang kedelai adalah 54,81 gr/mL. Sedangkan densitas kamba
kacang hijau dalam volume 100 mL adalah 62,56 gr/mL. Beras yang
ukurannya paling kecil memiliki densitas kamba paling besar, karena
ukurannya yang kecil inilah sehingga lebih banyak butir beras yang dapat
mengisi gelas ukur 100 mL tersebut. Densitas kamba pada suatu bahan
pangan menunjukkan mutu bahan pangan tersebut. Pada jenis bahan
pangan yang sama, pangan memiliki densitas kamba yang lebih besar
memiliki mutu atau kualitas yang lebih baik.
Pada pengamatan daya serap air pada suhu 80oC, diperoleh hasil
bahwa beras yang berat awalnya 2 gr, setelah dipanaskan selama 20
menit pada suhu 80oC berubah menjadi 7,76 gr. Jadi, pertambahan
beratnya adalah 5,76 gram, sehingga daya serap airnya adalah 2,88.
Jagung yang berat awalnya 2 gr, setelah dipanaskan selama 20 menit
pada suhu 80oC berubah menjadi 2,60 gr. Jadi, pertambahan beratnya
adalah 0,60 gram, sehingga daya serap airnya adalah 0,3. Kacang tanah
dengan berat awal 2 gr, setelah dipanaskan 20 menit dengan suhu 80oC
berubah menjadi 4,60 gr. Pertambahan berat kacang tanah adalah 2,60 gr,
sehingga daya serap airnya adalah 1,3. Kacang kedelai dengan berat awal
2 gr, setelah dipanaskan selama 20 menit pada suhu 80oC adalah 4,76 gr.
Pertambahan berat kacang kedelai ini 2,76 gr, sehingga daya serap airnya
adalah 1,38. Sedangkan kacang hijau dengan berat awal 2 gr, setelah
dipanaskan selama 20 menit pada suhu 80oC adalah 3,81 gr. Pertambahan
berat kacang kedelai ini 1,81 gr, sehingga daya serap airnya adalah 0,905.
Berdasarkan perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa daya serap
air yang terbesar terdapat pada beras. Pada perlakuan yang sama beras
dapat menyerap air yang lebih banyak dibandingkan dengan jagung,
kacang tanah, dan kacang kedelai.
Pada pengamatan rasio pengembangan, diperoleh hasil bahwa beras
yang panjang awalnya 6,86 mm, setelah dipanaskan dan menyerap air
berubah menjadi 10,23 mm, sehingga rasio pengembangannya yaitu 1,49.
Jagung yang panjang awalnya 8,82 mm, setelah dipanaskan memiliki
panjang 10,60 mm, artinya rasio pengembangan pada jagung sebesar
1,20. Kacang tanah yang panjang awalnya 11,96 mm setelah dimasak
berubah menjadi 14,57 mm, sehingga rasio pengembangannya adalah
1,218. Kacang kedelai yang panjang awalnya 5,88 mm, setelah dimasak
berubah menjadi 9,14 mm, sehingga rasio pengembangannya adalah
1,55. Kacang hijau yang panjang awalnya 5,61 mm, setelah dimasak
berubah menjadi 7,31 mm, sehingga rasio pengembangannya adalah
1,30.
Berdasarkan hasil pengamatan, dapat disimpulkan bahwa kedelai
mengalami pertambahan panjang yang cukup besar bila dibandingkan
dengan pertambahan panjang beras, kacang tanah, kacang hijau dan
jagung. Hal ini disebabkan oleh daya serap air, karena daya serap air
kedelai lebih tinggi dibanding daya serap bahan pangan lainnya yang
dipercobakan, namun seharusnya yang memiliki rasio pengembangan
tertinggi ialah beras. Rasio pengembangan kedelai dan beras hanya
berselisih 0,06, kemungkinan terjadi kesalahan dalam pengamatan
praktikan karena kurang memperhatikan ketelitian dalam mengukur
panjang bahan.
Daya serap air berbanding lurus dengan rasio pengembangan. Bahan
pangan yang memiliki daya serap air yang tinggi memiliki mutu yang
rendah. Daya serap yang tinggi berarti kandungan airnya juga tinggi.
Bahan pangan yang memiliki kandungan air yang tinggi merupakan
tempat yang bagus bagi pertumbuhan dan perkembangan mikroba atau
mikroorganisme.Beberapa mikroorganisme menghasilkan koloni-koloni
yang berwarna atau mempunyai pigmen (zat warna) yang memberi warna
pada bahan pangan yang tercemar, misalnya saja Serratia marcecens-
merah, Pseudomonas flurescens – hijau, dan Aspergillus niger-hitam.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Pada pengamatan warna dan bentuk serealia, beras berwarna putih,
jagung berwarna kekuningan, kacang hijau berwarna hijau, kacang
kedelai berwarna kekuningan dan kacang tanah berwarna coklat. Hasil ini
menunjukkan bahwa pangan tersebut memiliki mutu yang baik .
2. Serealia jagung memiliki panjang, lebar dan tebal yang sangat besar
dibanding beras. Pada kacang-kacangan, kacang tanah memiliki panjang,
tebal dan lebar yang paling besar dan kacang hijau memiliki bentuk yang
kecil.
3. Untuk golongan serealia jagung lebih berat daripada beras dan kacang
tanah lebih berat dari kacang kedelai serta kacang hijau yang paling
ringan.
4. Semakin tinggi % kotoran yang terdapat dalam bahan pangan maka
mutunya semakin jelek.
5. Persentase kerusakan pada beras paling tinggi dibandingkan serealia dan
kacang-kacangan yang lain. Kerusakan yang terjadi juga disebabkan oleh
perubahan setelah dipanen dan selama proses penyimpanan.
6. Densitas kamba pada suatu bahan pangan menunjukkan mutu bahan
pangan tersebut. Pada jenis bahan pangan yang sama, pangan memiliki
densitas kamba yang lebih besar memiliki mutu atau kualitas yang lebih
baik.
7. Bahan pangan yang memiliki daya serap air yang tinggi memiliki mutu
yang rendah. Daya serap yang tinggi berarti kandungan airnya juga
tinggi.
8. Rasio perkembangan berbanding lurus dengan daya serap. Semakin tinggi
daya serapnya maka rasio perkembangannya juga semakin tinggi.
V.2 Saran
Adapun saran untuk praktikum pada hari ini adalah:
1. Praktikum sebaiknya dimulai sesuai dengan jam yang telah disepakati
bersama.
2. Alat dan bahan yang digunakan saat praktikum sebaiknya telah
disiapkan dan diatur dengan baik sehingga akan lebih memudahkan
dalam pengerjaan praktikumnya.
3. Asisten diharapkan lebih sabar lagi dalam membimbing praktikannya
baik pada saat praktikum dilakukan ataupun dalam proses penyusunan
laporan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Buckle K. A., dkk. 1987. Ilmu Pangan. Jakarta: Universitas Indonesia.
2. Muchtadi, Tien R., dkk. 2010. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Bogor:
Alfabeta.
3. Nurmala, Tati. 1989. Serealia Sumber Karbohidrat Utama. Jakarta:
Rineka Cipta.
4. Sirajuddin, Saifuddin dkk. 2011. Pedoman Praktikum Analisis Bahan
Makanan. Makassar: Laboratorium Terpadu Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Hasanuddin.
5. Winarno, F.G. 1984. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia.