15 Hubungan Dukungan Suami Dengan Kecendrungan Depresi Post Partum Pada Ibu Primipar

download 15 Hubungan Dukungan Suami Dengan Kecendrungan Depresi Post Partum Pada Ibu Primipar

of 7

Transcript of 15 Hubungan Dukungan Suami Dengan Kecendrungan Depresi Post Partum Pada Ibu Primipar

  • 8/18/2019 15 Hubungan Dukungan Suami Dengan Kecendrungan Depresi Post Partum Pada Ibu Primipar

    1/7

    HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KECENDRUNGAN DEPRESIPOST PARTUM PADAIBU PRIMIPARA

    Supporting Husband with Tendency Post Partum Depression in Mothers Primiparous

    I Dewa Made Ruspawan 1, Ni Kadek Yuni Lestari 2, I Gede Arta Wiguna 21 Poltekes Denpasar 1

    2STIKes Wira Medika PPNI Bali 2

    ABSTRAKPendahuluan: Depresi post partum merupakan keadaan depresi secara fisik maupun psikis pada ibu yang dapat terjadibeberapa hari setelah kelahiran sampai kira-kira sebulan kemudian. Depresi post partum ini dikategorikan sebagaigangguan mental ringan sehingga sering tidak dipedulikan, tidak terdiagnosa dan akhirnya tidak ditangani. Penanganandepresi post partum salah satunya berupa dukungan sosial dari suami. Dukungan suami merupakan strategi kopingpenting pada saat mengalami stress dan berfungsi sebagai strategi preventif untuk mengurangi stress. Penelitian inibertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan suami dengan kecendrungan depresi pada ibu post partum primipara.Metode: Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel sebanyak30 orang. Jenis data yang digunakan adalah data primer, pengumpulan data menggunakan purposive sampling. Hasil:Hasil penelitian menunjukkan dukungan suami yang diterima responden menunjukkan sebagian besar yaitu 21 orang(70%) mendapat dukungan tinggi dari suami. Kecendrungan depresi pada ibu post partum primipara sebagian besaryaitu 23 orang (76,7%) kecendrungan tidak mengalami depresi. Hasil Chi Square didapatkan p value = 0,000 (p < 0,05)artinya ada hubungan antara dukungan suami dengan kecendrungan mengalami depresi post partum pada ibuprimipara. Diskusi:Disarankan agar mengadakan program screning EPDS untuk mendeteksi secara dini kecendrungandepresi post partum pada ibu post partum primipara yang dapat dilakukan pada saat Ante Natal Care

    Kata kunci: dukungan suami, kecendrungan depresi post partum, primipara

    ABSTRACTIntroduction: Post partum Depression is a state of physical and psychological depression in the mother that can occur afew days after birth until about a month later. Postpartum depression is categorized as mild mental disorders so oftenneglected, undiagnosed and untreated eventually. Handling of post partum depression one form of social support fromthe husband. Husband's support is an important coping strategy in times of stress and serve as a preventive strategy toreduce stress. This research animed to determine the relationship of husband support the trend of maternal postpartumdepression in primiparous.Method: This research is a descriptive cross sectional correlational. The total sample of 30people. The data used are primary data, data collection using purposive sampling.Result: The results of the studyindicates that husbands support received by respondents showed that most of the 21 people (70%) received highsupport from the husband. The tendency of depression in mothers postpartum primiparous majority is 23 (76.7%)tendency not depressed. The results obtained Chi Square p value = 0,000 (p

  • 8/18/2019 15 Hubungan Dukungan Suami Dengan Kecendrungan Depresi Post Partum Pada Ibu Primipar

    2/7

    I Dewa Mede Ruspawan, dkk :Hubungan Dukungan Suami dengan...

    97

    beberapa hari setelah kelahiran sampai kira-kira sebulan kemudian. Depresi post partum mempunyai gejala karakteristik mudahmenangis, sedih, iritabel, emosi tidak stabil,labilitas perasaan, cenderung menyalahkan dirisendiri, gangguan tidur dan nafsu makan,gejala-gejala ini muncul setelah persalinan,bersifat sementara dan akan menghilang dalamwaktu antara 8 jam sampai 4 hari, namun jikatidak ditangani dengan baik akan berkembangmenjadi keadaan yang lebih berat (Bobak,2010).

    Menurut laporan WHO dalam Soep(2009) diperkirakan wanita yang melahirkandan mengalami depresi ringan berkisar 10 per1000 kelahiran hidup dan depresi post partum sedang atau berat berkisar 30 sampai 200 per1000 kelahiran hidup. Angka kejadian depresipost partum di Asia cukup tinggi dan sangatbervariasi antara 26-85% dari wanita pascapersalinan (Munawaroh, 2008). Chen (2006),melaporkan kejadian depresi post partum ringan sampai berat di Taiwan sebesar 40%.Hasil penelitian yang dilakukan Wratsangka(2009) di RS Hasan Sadikin Bandung mencatat33% ibu setelah melahirkan mengalami depresipost partum. Hasil penelitian Alfiben (2008) diRSUP Cipto Mangunkusumo mencatat 33% ibusetelah melahirkan mengalami depresi postpartum. Hasil penelitian yang dilakukan Sylvia(2006) di RSUD Serang mencatat 30% ibusetelah melahirkan mengalami depresi postpartum.

    Dukungan merupakan salah satu

    bentuk interaksi sosial yang di dalamnyaterdapat hubungan yang saling memberi danmenerima bantuan yang bersifat nyata, bantuantersebut akan menempatkan individu-individuyang terlibat dalam sistem sosial yang padaakhirnya akan dapat memberikan cinta,perhatian maupun sense of attachment baikpada keluarga sosial maupun pasangan.Dukungan suami terhadap istrinya bisa dilakukan dengan membantu istri dalamperawatan bayi misalnya ketika ibu menyusuibayinya, sang ayah tidak hanya tidur sepanjang

    malam. Ayah bisa menemani ibu dan bayi,mengangkat bayi dari tempat tidurnya,mengganti popok bayi bila perlu, memberikanbayi pada ibu saat jam menyusui, danmengembalikan bayi ke tempat tidurnya ketikabayi telah tertidur kembali. Dukungan suamisangat penting dan tidak bisa diremehkan danyang tidak kalah penting membangun suasanapositif, dimana istri merasakan hari-haripertama yang melelahkan. Oleh sebab itu

    dukungan atau sikap positif dari pasangan dankeluarga akan memberi kekuatan tersendiribagi ibu (Bobak, 2010).

    Dukungan suami merupakan faktorterbesar untuk memicu terjadinya depresi postpartum. Hal ini dikarenakan dukungan suamimerupakan strategi koping penting pada saatmengalami stress dan berfungsi sebagaistrategi preventif untuk mengurangi stress(Ingela, 2009). Penelitian yang mendukung halini adalah penelitian di UniversitasTarumanegara yang dilakukan Hidayatul padatahun 2009 mengenai persepsi perempuanprimipara tentang dukungan suami dalamusaha menanggulangi gejala depresi postpartum. Hasil penelitian menunjukkan bahwamereka yang memperoleh dukungan suamibaik secara emosional, support, penghargaanrelatif tidak menunjukkan gejala depresi postpartum, sedangkan mereka yang kurangmemperoleh dukungan suami relatif mengalamigejala depresi post partum.

    Depresi post partum dapat terjadisetiap waktu setelah ibu melahirkan, olehkarena itu kemungkinan terjadinya depresi postpartum harus diidentifikasi sejak awal agar tidakberkembang menjadi postpartum psikosis. Jikaterdeteksi kemungkinan terjadinya depresi postpartum kemudian tidak segera diatasi dandibiarkan berlangsung lama, maka akanberakibat buruk bagi ibu, bayi dan bagiperkembangan kepribadian anak. Hubunganantara ibu dan bayi serta hubungan ibu denganpasangan juga akan terganggu karena ibumengalami depresi post partum. Dampak yangpaling berat ketika depresi post partum tidakdapat ditangani adalah postpartum psikosiskarena bisa menyebabkan ibu melakukantindakan yang tidak diinginkan seperti bunuhdiri/menyiksa bayinya (Soep, 2009).

    Tujuan umum pada penelitian ini yaitumengetahui hubungan dukungan suami dengankecendrungan pada ibu post partum primiparadi Poliklinik Kebidanan Rumah Sakit UmumDaerah Bangli.

    BAHAN DAN METODE

    Penelitian ini dilaksanakan di PoliklinikKebidanan Rumah Sakit Daerah Bangli.Populasi Ibu post partum primipara yangmemeriksakan diri setelah melahirkan diPoliklinik Kebidanan Rumah Sakit. Jenispenelitiannnya adalah deskriptif korelasionalyang bertujuan untuk menggambarkanhubungan antara dua variabel atau lebih, yaitu

  • 8/18/2019 15 Hubungan Dukungan Suami Dengan Kecendrungan Depresi Post Partum Pada Ibu Primipar

    3/7

    KMB, Maternitas, Anak dan Kritis Juli Vol. 2 No. 1 2015

    98

    erat atau tidaknya hubungan, arah hubungandan berarti atau tidaknya hubungan. Besarsampel pada penelitian ini menggunakan

    jumlah sampel minimal sebanyak 30 orang.Teknik sampling merupakan cara-cara

    yang ditempuh dalam pengambilan sampel,agar memperoleh sampel yang benar-benarsesuai dengan keseluruhan subjek penelitian.Tehnik pengambilan sampel dalam penelitianadalah non probability sampling jenis purposivesampling yaitu teknik penetapan sampeldengan cara memilih sampel di antara populasisesuai dengan yang dikehendaki penelitisehingga sampel tersebut dapat mewakilikarakteristik populasi yang di kenalsebelumnya. (Nursalam, 2009).

    HASIL

    Karakteristik Subyek Penelitian

    Subyek penelitian ini adalah ibu ibupost partum primipara yang memeriksakan dirisetelah melahirkan di Poliklinik KebidananRumah Sakit Daerah Bangli. Setelah dilakukanpemilihan sampel didapatkan sampel sebanyak30 sampel yang memenuhi kriteria inklusi.Berdasarkan karakteristik subyek penelitianyang meliputi umur, pendidikan dan pekerjaandapat dilihat pada tabel berikut.

    Tabel 1. Distribusi responden berdasarkanumur

    No Umur Frekuensi Persentase1 35 tahun 3 10,0

    Total 30 100

    Berdasarkan tabel di atasmenunjukkkan karakteristik respondenberdasarkan umur sebagian besar respondenyaitu 25 orang (83,3%) berumur 20-35 tahun.

    Tabel 2. Distribusi responden berdasarkandukungan suami

    No Dukungan suami Frekuensi1 Dukungan tinggi 212 Dukungan rendah 9

    Total 30

    Berdasarkan tabel di atasmenunjukkkan sebagian besar respondenmendapat dukungan tinggi yaitu 21 orang.

    Tabel 3. Distribusi responden berdasarkankecendrungan depresi pada ibu post partum

    primipara

    No Kecendrungan Depresi f %1 Kecendrung tidak

    mengalami depresi23 76,7

    2 Kecendrunganmengalami depresi

    7 23,3

    Berdasarkan tabel di atasmenunjukkkan sebagian besar responden tidakmengalami depresi yaitu 23 orang (76,7%).

    Tabel 4. Hasil analisis hubungan dukungansuami dengan kecendrungan mengalami

    depresi post partum

    Berdasarkan uraian tabel diatasmemberikan gambaran bahwa dari 21responden yang mendapat dukungan tinggi darisuami seluruhnya (100%) kecendrungan tidakmengalami depresi post partum, sedangkandari 9 responden yang mendapat dukunganrendah dari suami sebagian besar yaitu tujuhorang (77,8%) kecendrungan mengalamidepresi post partum. Berdasarkan hasil uji ChiSquare didapatkan p value = 0,000 (p< 0,05)sehingga ada hubungan antara dukungansuami dengan kecendrungan mengalamidepresi post partum pada ibu primipara diPoliklinik Kebidanan Rumah Sakit UmumDaerah Bangli. Hasil uji juga diperoleh pula nilaiRR (resiko relatif) = 4,5 artinya responden yangmendapat dukungan rendah dari suamimempunyai peluang 4,5 kali untuk cenderungmengalami depresi post partum.

    PEMBAHASAN

    Dukungan Suami Kecendrungan DepresiPada Ibu Post Partum Primipara di PoliklinikKebidanan Rumah Sakit Umum Bangli

    Data yang didapat saat penelitian dari30 ibu post partum primipara yang diberikankuesioner dukungan suami menunjukkan

    DukunganSuami

    Kecendrungan Depresi TotalTidak Mengalami

    f % f % F %Dukungantinggi

    21 100 0 0 21 100

    Dukunganrendah

    2 22,2 7 77,8 9 100

    p 0,000RR 4,5

  • 8/18/2019 15 Hubungan Dukungan Suami Dengan Kecendrungan Depresi Post Partum Pada Ibu Primipar

    4/7

    I Dewa Mede Ruspawan, dkk :Hubungan Dukungan Suami dengan...

    99

    bahwa sebagian besar responden yaitu 21orang (70%) mendapat dukungan tinggi darisuami. Menurut Ingela (2009), dukungan suamimerupakan salah satu bentuk interaksi sosialyang didalamnya terdapat hubungan yangsaling memberi dan menerima bantuan yangbersifat nyata, bantuan tersebut akanmenempatkan individu-individu yang terlibatdalam sistem sosial yang pada akhirnya akandapat memberikan cinta, perhatian maupunsense of attachment baik pada keluarga sosialmaupun pasangan. Dukungan merupakansuatu bentuk prilaku. Dukungan suami dalamperawatan setelah persalinan maupunperawatan anak merupakan salah satu perilakukesehatan yang dilakukan oleh seorang suamikepada sang istri setelah persalinan.

    Hasil penelitian ini menunjukkansebagian besar ibu mendapat dukungan tinggidari suami sesuai dengan teori menurutLawrence Green (1980) dalam Sunaryo (2006),perilaku dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitufaktor predisposisi merupakan faktorpendukung yang mempengaruhi dukungansuami karena adanya pengetahuan yang tinggimaka suami mampu menyerap informasi baikdari media cetak dan petugas kesehatan dansikap yang baik tentang kesehatan akanmenyebabkan suami mampu memberikandukungan yang dibutuhkan istri setelahmelahirkan. Faktor pemungkin berupaketersediaan sarana dan prasarana yang dapatmenunjang terlaksananya perilaku kesehatan.Hal ini dapat berupa dana, transportasi danberkaitan dengan dukungan instrumental.Menurut Clara (2009) dukungan yang diberikansuami akan lebih maksimal jika didukung olehketersedian sarana yang diperlukan dalammemberikan dukungan kepada istri setelahmelahirkan, sebagai contoh tersedianya saranatransportasi akan memudahkan suami saatmengantar istrinya kontrol setelah melahirkan.Faktor penguat merupakan faktor sikap danperilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, sikapdan perilaku para petugas termasuk kesehatan.

    Misalnya petugas kesehatan memberikanpendidikan kesehatan kepada para suamitentang dukungan yang diberikan setelahpersalinan.

    Hasil penelitian ini menunjukkansebagian besar ibu mendapat dukungan tinggidari suami, menurut pendapat peneliti dapatdisebabkan karena suami sudah memahamicara memberikan dukungan yang dibutuhkan

    oleh istrinya setelah melahirkan karena seringmenghantar istri saat memeriksakan kehamilan.

    Suami saat menghantar istrimemeriksakan kehamilan sering mendapatkanpenyuluhan kesehatan dari dokter maupunbidan serta sudah mendapatkan informasi-informasi yang akurat tentang dukungan yangdiberikan kepada istri setelah melahirkan baikdari media cetak maupun elektronik sehinggamampu memberikan dukungan yang diperlukanoleh istri. Bantuan medis dan psikologis yangditerima suami merupakan informasi vital yangsangat dibutuhkan oleh suami, untukmeningkatkan pengetahuan suami tentangdukungan yang harus diberikan kepada istrisetelah melahirkan.

    Hasil penelitian ini juga terdapatsembilan responden (30%) kurang mendapatdukungan dari suami, menurut pendapatpeneliti hal ini dapat disebabkan karena adanyafaktor pendukung seperti pengetahuan dansikap yang kurang tentang kesehatan yangmenyebabkan suami tidak mampu memberikandukungan yang dibutuhkan istri setelahmelahirkan. Pengetahuan yang kurang baikdimiliki oleh suami dapat disebabkan kurangterpapar informasi tentang dukungan suamiterhadap istri serta kurangnya motivasi untukmencari informasi tentang dukungan yangdiperlukan istri setelah melahirkan. Hal lainyang menyebabkan kurangannya dukunganyang diberikan suami dapat dipengaruhi olehkarakteristik suami seperti umur, pendidikandan pekerjaan, akan tetapi data tentangkarakteristik suami tidak dikumpulkan dalampenelitian ini.

    Hasil penelitian yang didapat didukungoleh hasil penelitian yang dilakukan olehFatimah (2008) yang meneliti tentang hubungandukungan suami dengan kejadian depresi postpartum pada ibu primipara di Ruang BugenvileRSUD Tugurejo Semarang dimana didapatkansebanyak 66,7% subyek penelitian mendapatdukungan tinggi dari suami.

    Kejadian Kecendrungan Depresi PostPartum Primipara.Data yang didapat saat penelitian dari

    30 ibu primipara yang diberikan kuesionerEPDS untuk mengukur kejadian kecendrungandepresi post partum menunjukkan sebagianbesar responden yaitu 23 orang (76,7%)kecendrungan tidak mengalami depresi.Menurut Pillitteri, (2003) post partum blues,maternity blues atau baby blues merupakan

  • 8/18/2019 15 Hubungan Dukungan Suami Dengan Kecendrungan Depresi Post Partum Pada Ibu Primipar

    5/7

    KMB, Maternitas, Anak dan Kritis Juli Vol. 2 No. 1 2015

    100

    gangguan mood/afek ringan sementara yangterjadi pada hari pertama sampai hari ke 10setelah persalinan ditandai dengan tangisansingkat, perasaan kesepian, ditolak, cemas,bingung, gelisah, letih, pelupa dan tidak dapattidur. Bobak (2005) menyatakan depresi postpartum adalah perubahan mood pada ibu postpartum yang terjadi setiap waktu setelah ibumelahirkan tetapi seringkali terjadi pada hariketiga atau keempat post partum danmemuncak antara hari kelima dan ke-14 postpartum yang ditandai dengan tangisan singkat,perasaan kesepian atau ditolak, cemas,bingung, gelisah, letih, pelupa dan tidak dapattidur.

    Hasil penelitian ini menunjukkan tidakmengalami kecendrungan depresi dapatdisebabkan karena adanya dukungan sosialyang cukup tinggi terutama dari suami, hal inisesuai dengan teori Linda (2008)mengemukakan banyaknya kerabat yangmembantu pada saat kehamilan, persalinandan pascasalin, beban seorang ibu karenakehamilannya sedikit banyak berkurang.Dukungan suami merupakan faktor terbesaruntuk memicu terjadinya depresi post partum.Hal ini dikarenakan dukungan suamimerupakan strategi koping penting pada saatmengalami stress dan berfungsi sebagaistrategi preventif untuk mengurangi stress sertadukungan yang diberikan kepada ibu postpartum oleh keluarga dengan cara menghargai,menolong, menyayangi dan memperhatikansehingga memberikan rasa aman, tentram dankeuntungan emosional, dengan dukungan yangdiberikan tersebut dapat mengurangi stres yangdialami ibu post partum.

    Responden pada penelitian inisebagian besar tidak mengalam kecendrungandepresi didukung oleh karakteristik respondenyaitu umur dimana pada penelitian ini sebagianbesar responden yaitu 25 orang (83,3%)berumur 20-35 tahun. Umur 20-35 tahunmerupakan rentang umur reproduksi sehat. Halini sesuai dengan teori Marshall (2004), umur

    ibu saat menjalani kehamilan ataupunpersalinan sangat berpengaruh dengankejadian post partum blues dimana kesiapandan kedewasaan seorang ibu dalammenghadapi peran barunya dengan perubahanfisik dan mental yang terjadi selama kehamilan.

    Pada penelitian ini juga ditemukansebanyak 7 orang (23,3%) respondenmengalami kecendrungan depresi post partum,menurut peneliti hal ini dapat disebabkan

    karena karena pengalaman pertamanya akankelahiran seorang bayi. Seperti yang dijelaskanoleh Soep (2009), ibu yang melahirkan anakpertamanya memiliki tekanan kecemasan yangtinggi, labilitas perasaan dan ada ketakutantersendiri apabila bayi yang dilahirkan tidakselamat dan jika selamat takut tidak mampumemberikan perawatan yang baik. Pada ibuprimipara, peran baru sebagai seorang ibu,seperti mengasuh bayi, terbangun pada tengahmalam karena tangisan bayi dan kurangdukungan dari suami dapat mengakibatkan ibu

    jatuh dalam kondisi depresi post partum.Faktor yang menyebabkan responden

    mengalami kecendrungan depresi post partum bila dikaitkan dengan karakteristik respondendimana sebagian besar responden yaitu 22orang (73,3%) berpendidikan SMA, hal inisesuai dengan teori Mansur (2009)mengemukakan faktor predisposisi depresi postpartum salah satunya faktor pendidikan,perempuan yang berpendidikan tinggimenghadapi tekanan sosial dan konflik peran,antara tuntutan sebagai perempuan yangmemiliki dorongan untuk bekerja ataumelakukan aktivitasnya diluar rumah, denganperan mereka sebagai ibu rumah tangga danorang tua dari anak–anak mereka.

    Kecenderungan depresi post partum pada ibu primipara pada penelitian ini sejalandengan penelitian Swain (1996) dalam Soep(2009) 13% wanita yang melahirkan anakpertama mengalami depresi post partum padaperiode tahun pertama. Demikan juga oleh Lisa(2005) yang dalam penelitiannya melaporkankejadian depresi post partum ringan sampaiberat di Taiwan sebesar 40% dan di berbagainegara dilaporkan bahwa terdapat 50%-80%ibu yang pertama kali melahirkan mengalamidepresi post partum.

    Hasil penelitian didapatkan sebanyaktujuh orang (23,3%) kecendrungan mengalamidepresi disamping karena mendapat dukunganyang rendah dari suami setelah melahirkan,dapat juga disebabkan karena budaya. Budaya

    yang berkembang saat ini di Bali adalahperempuan Bali disamping bertangung jawabuntuk merawat anak juga memiliki tanggung

    jawab untuk mencari nafkah sehingga banyakperempuan bekerja baik disektor pemerintahandan sektor swasta. Besarnya tanggung jawabperempuan Bali dapat menimbulkan stresorbagi ibu hamil dimana mereka selamakehamilan harus bekerja juga, disamping itukarena kesibukannya mencari nafkah mereka

  • 8/18/2019 15 Hubungan Dukungan Suami Dengan Kecendrungan Depresi Post Partum Pada Ibu Primipar

    6/7

    I Dewa Mede Ruspawan, dkk :Hubungan Dukungan Suami dengan...

    101

    menganggap bahwa tanda-tanda awal daridepresi post partum merupakan hal biasasehingga dapat hilang dengan sendirinya.Hasil penelitian yang didapat didukung olehpenelitian oleh Pradana (2010) yang menelititentang perbedaan kecendrungan depresi postpartum pada ibu primipara dan ibu multipara diPraktek Bidan Swasta di Penatih danPuskesmas Pembantu Dauh Puri (BKIAPekambingan), hasil penelitian didapatkan ibuprimipara cenderung mengalami depresi postpartum yaitu sebanyak 16 orang (53,3%).

    Hubungan Antara Dukungan Suami denganKecendrungan Depresi pada Ibu PostPartum Primipara

    Berdasarkan hasil uji Chi Square didapatkan p value = 0,000 (p< 0,05) sehinggaHo ditolak, Ha diterima yang artinya adahubungan antara dukungan suami dengankecendrungan mengalami depresi post partum pada ibu primipara di Poliklinik KebidananRumah Sakit Umum Daerah Bangli. Hasil uji

    juga memperoleh nilai RR (resiko relatif) = 3,4artinya responden yang mendapat dukunganrendah dari suami mempunyai peluang 3,4 kaliuntuk cenderung mengalami depresi postpartum.

    Hal ini menunjukan bahwa dukungansuami memberikan kontribusi terhadap kejadianpost partum blues, hal ini sesuai dengan teorimenurut Bobak (2005) yang mengatakan ibupasca melahirkan primipara belum mempunyaipengalaman melahirkan sehingga lebihmembutuhkan support daripada yang sudahmempunyai pengalaman melahirkansebelumnya untuk mencegah depresipostpartum.

    Hasil penelitian yang didapat didukungoleh teori dari Ingela (2009), dukungan sosial(suami) merupakan salah satu bentuk interaksisosial yang didalamnya terdapat hubunganyang saling memberi dan menerima bantuanyang bersifat nyata, bantuan tersebut akanmenempatkan individu-individu yang terlibat

    dalam sistem sosial yang pada akhirnya akandapat memberikan cinta, perhatian maupunsense of attachment baik pada keluarga sosialmaupun pasangan. Peran suami sangat pentingdalam usaha mengatasi atau menghindarimunculnya kondisi depresi post partum padaibu yang baru melahirkan. Hal ini dikarenakansetelah melahirkan, ibu mengalami stres akibatmasa transisi menjadi ibu baru; dan ibu yangbaru melahirkan membutuhkan bantuan untuk

    melewati masa transisinya tersebut. Salah satubantuan yang penting adalah bantuan daripasangan atau suami

    Hasil penelitian yang didapat didukungoleh hasil penelitian yang dilakukan olehFatimah (2008) yang meneliti tentang hubungandukungan suami dengan kejadian depresi postpartum pada ibu primipara di Ruang BugenvileRSUD Tugurejo Semarang. Hasil penelitianmenunjukkan adanya hubungan dukungansuami dengan kejadian depresi post partum pada ibu primipara di Ruang Bugenvile RSUDTugurejo Semarang dengan (p value = 0,033).Hasil tersebut membuktikan bahwa kejadiandepresi post partum pada Ibu primipara diRuang Bugenvile RSUD Tugurejo Semarangberhubungan dengan dukungan yang diberikanoleh suami.

    Hasil penelitian yang didapat jugadidukung oleh hasil penelitian yang dilakukanoleh Munawaroh (2011) yang meneliti tentanghubungan dukungan suami dengan kejadianpost partum blues pada ibu post sectio caesaria di bangsal Mawar 1 RSUD dr. MoewardiSurakarta. Hasil penelitian menunjukkanadanya hubungan dukungan suami dengankejadian post partum blues pada ibu post sectiocaesaria (p value = 0,001). Hasil tersebutmembuktikan bahwa kejadian post partum blues pada ibu post sectio caesaria berhubungan dengan dukungan yang diberikanoleh suami. Perbedaan penelitian ini denganpenelitian yang dilakukan oleh Munawarohadalah pada sampel penelitian dimana padapenelitian ini sampel penelitian ibu post partum primipara sedangkan penelitian sebelumnya ibupost sectio caesaria.

    Berdasarkan hasil penelitian inimenunjukkan bahwa dukungan suamimemberikan kontribusi terhadap kecendrungandepresi pada ibu post partum primipara makasuami atau pasangan dari ibu yang barumelahirkan diharapkan dapat memberikandukungan sosial dan emosional dengan lebihbaik. Dukungan ini dapat berupa peningkatan

    kualitas komunikasi dengan ibu yang barumelahirkan, memberikan afeksi dan perhatian,memberikan bantuan dalam pengasuhan sertadukungan sosial ekonomi yang lebih memadai.

    SIMPULAN DAN SARAN

    SimpulanBerdasarkan hasil penelitian di atas

    dapat dirumuskan simpulan ada hubunganantara dukungan suami dengan kecendrungan

  • 8/18/2019 15 Hubungan Dukungan Suami Dengan Kecendrungan Depresi Post Partum Pada Ibu Primipar

    7/7

    KMB, Maternitas, Anak dan Kritis Juli Vol. 2 No. 1 2015

    102

    mengalami depresi post partum pada ibuprimipara di Poliklinik Kebidanan Rumah SakitUmum Daerah Bangli dan responden yangmendapat dukungan rendah dari suamimempunyai peluang 4,5 kali untuk cenderungmengalami depresi post partum.

    SaranBerdasarkan hasil penelitian yang

    telah didapatkan, ada beberapa saran yangingin penulis kemukakan untuk dapatdipertimbangkan pelaksanaannya adalahsebagai berikut: kepada pimpinan dan petugasdi tempat penelitian, melihat hasil penelitianbahwa ada hubungan yang signifikan antaradukungan suami dengan kecendrungan depresiibu post partum primipara maka disarankanuntuk Mengadakan program screning EPDSuntuk mendeteksi secara dini kecendrungandepresi post partum pada ibu post partum primipara yang dapat dilakukan pada saat antenatal care, memberikan edukasi tentangkecendrungan depresi pada ibu post partum primipara dan lebih sering melibatkan suamidengan memberikan informasi tentangkesehatan untuk mencegah dan mengatasikejadian kecendrung depresi post partum dandapat memberikan perawatan kesehatankhususnya tentang perawatan ibu post partum.Selanjutnya dapat diupayakan peningkatandukungan suami untuk mencegah terjadinyadepresi post partum.

    Peneliti selanjutnya agarmenyederhanakan kuesioner EdinburghPostnatal Depression Scale (EPDS) ke dalambahasa yang lebih mudah dimengerti namuntidak mengurangi makna dan arti, supaya dapatdilakukan penelitian yang lebih luas danmendalam pada kajian depresi pascamelahirkan dan memperhatikan faktor-faktoryang mempengaruhi kecendrungan depresipost partum seperti; umur, paritas, pendidikan,sosial budaya, melakukan analisis tentangkarakteristik suami seperti; umur, pekerjaan,paritas, pendidikan, sosial budaya dengan

    kecendrungan depresi presi post partum.KEPUSTAKAAN

    Bobak, 2010. Keperawatan Maternitas. EdisiEmpat. Jakarta: EGC.

    Clara, 2009. Psikologi Orang Dewasa.Surabaya: Usaha Nasional.

    Depkes RI, 2008. Departemen Kesehatan RI,Pusat Promosi Kesehatan, PedomanPelaksanaan Promosi Kesehatan diDaerah. Jakarta: Depkes RI

    Ingela, 2009. Pendekatan Consultation-LiaisonPsychiatry pada PenatalaksanaanDepresi Pasca Bersalin. Jiwa-Indonesian Psychiatric Quarterly, 4,79-91.

    Lisa., 2010. Postpartum Blues, (online), (http//www.mitrakeluarga.net. diaksestanggal 28 Februari 2013)

    Linda Duff, 2010. Obstetrics and Gynecology.New York: Mc Graw – Hill Compaies.

    Marshall, 2009. Calon Ayah, (online)

    (www.warmasif.co.id/kesehatanonline.diakses tanggal 28 Februari 2013)

    Mansur, 2009. Psikologi Ibu dan Anak UntukKebidanan. Jakarta: Selemba Medika.

    Munawaroh, 2008. Hubungan Paritas DenganKemampuan Mekanisme KopingDalam Menghadapi Postpartum Blues.Skripsi tidak diterbitkan. Surakarta:Fakultas Ilmu Kesehatan UniversitasMuhammadiyah.

    Nursalam, 2009. Konsep dan PenerapanMetodelogi Penelitian IlmuKeperawatan, Pedoman Skripsi, Tesis,dan Instrumen PenelitianKeperawatan. Edisi 2, Jakarta:Salemba Medika

    Pillitteri, 2009. Maternal and Child HealtNursing. Philadelpia: LippincottWilliams and Wilkins

    Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Pendidikan.

    Bandung: CV Alfabeta

    Soep, 2009. Pengaruh Intervensi PsikoedukasiDalam Mengatasi Depresi Postpartum.Skripsi tidak diterbitkan. Medan.Sekolah Pasca Sarjana UniversitasSumatra Utara.