14064-12-622624627067.doc
-
Upload
irgi-blackclothes -
Category
Documents
-
view
35 -
download
0
Transcript of 14064-12-622624627067.doc
Modul 12
Rangkaian Encoder
Rangkaian Encoder yang dibahas dalam Modul-12 ini adalah rangkaian encoder di bidang
informasi data. Pada dasarnya rangkaian ini berfungsi mengubah sajian data dari format aslinya (dapat
langsung dimanfaatkan/diketahui) menjadi sajian data untuk keperluan penyaluran. Encoder berada di
sisi kirim satu sistem penyaluran data, sementara unit pasangannya yang berada di sisi terima. Satu
contoh misalnya, decimal-to-BCD encoder yang biasa terpasang pada unit peraga 7-segment. Awal
format data adalah dalam bentuk pengkodean decimal yang langsung dapat diketahui artinya, yaitu
pernyataan angka-0 sampai 9. Sedang bentuk hasil pengubahan encoder tersebut adalah kode BCD
(binary coded decimal) yang dinyatakan dalam 4 bit data biner (angka 0 ~ 9) yang tidak dapat
dimengerti langsung isyaratnya tanpa alat pembantu. Selanjutnya, encoder secara umum disebut dalam
bahasa Indonesia, enkoder.
8.1. Diagram Blok Enkoder
Sama halnya seperti DEMUX terhadap MUX, ENCODER inipun merupakan kebalikan
dari DECODER. Apabila DECODER mempunyai n input dan 2n output maka ENKODER
mempunyai 2n input dan n output. Diagram simbol umum dari ENKODER ditunjukkan pada
Gbr. 8-1.
Gbr. 8-1 Diagram blok ENKODER
Perancanaan Sistem DigitalTriyanto Pangaribowo ST
Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana
‘11 1
Fungsi ENKODER ini adalah untuk memberikan kode biner dari input sinyalnya. Sebagai
contohnya, apabila input yang ke tiga enkoder diaktifkan, maka outputnya akan memberikan
nilai biner yang mewakili desimal 3 yaitu ‘11’. Salah satu ENKODER yang umum digunakan
adalah decimal-to-BCD encoder seperti telah disinggung di atas yang sudah berbentuk satu chip IC
seri 74147.
8.2. Mendesain ENKODER dengan komponen baku
Marilah kita bahas desain sebuah ENCODER 8-to-3 yang berfungsi kebalikan dari
DECODER 3-to-8. Simbol dan tabel kebenarannya ditunjukkan pada Gbr. 8-2.
Gbr. 8-2 Simbol dan Tabel Kebenaran Enkoder 8-to-3.
Seperti dapat kita lihat pada tabel kebenarannya, output C, B, dan A selalu merupakan nilai biner
dari inputnya yang aktif. Hal ini merupakan operasi kebalikan dari DECODER yang akan
dibahas pada modul berikutnya. Kita juga dapat peroleh persamaan logika untuk C, B, dan A
langsung tanpa perlu menyederhanakannya lagi yaitu :
C = 14 + 15 + 16 + 17
B = 12 + 13 + 16 + 17
A = 11 + 13 + 15 + 17
Melihat persamaan tersebut menunjukkan bahwa, persamaan pada dasarnya dinyatakan dalam
bentuk JDP, serta output C adalah MSB bilangan biner dan output A adalah LSB bilangan biner
tersebut. Rancangan lengkap rangkaian dekoder tersebut ditunjukkan pada Gbr. 8-3.
Perancanaan Sistem DigitalTriyanto Pangaribowo ST
Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana
‘11 2
Perhatikan sekarang satu masalah yang terdapat pada desain ENKODER di atas yaitu
keadaan yang akan ditimbulkan apabila lebih dari satu input yang aktif pada waktu bersamaan
seperti misalnya, apabila input 11 dan 12 bersama-sama mempunyai nilai ‘1’, maka output CBA
= 011. Output CBA itu sebetulnya muncul bila input 13 = 1. Oleh karena itulah desain ini harus
disempurnakan sehingga masalah seperti itu tidak akan muncul walaupun semua inputnya
bernilai ‘1’ pada waktu yang bersamaan. Desain yang dimodifikasi dimaksud dikenal dengan
istilah Priority ENCODER.
Gbr. 8-3 Rangkain Enkoder 8-to-3
Priority ENCODER adalah ENCODER yang menggunakan prioritas pada semua input-
inputnya seperti misalnya input-10 berprioritas terendah daripada input-17 yang berprioritas
tertinggi. Oleh karena itu apabila ada beberapa input yang bersamaan bernilai ‘1’, maka hanya
input berprioritas lebih tinggi yang akan diproses. Sebagai contohnya, input-15 akan diproses
sendiri apabila ia bernilai ‘1’ walaupun secara bersama-sama input-11 dan 14 juga bernilai ‘1’..
Perhatikan juga pada Gbr. 8-3, bahwa input-10 sebenarnya tidak digunakan sama sekali
karena ketiga output C, B, dan A tidak dipengaruhi oleh kondisi input-10 sama sekali. Oleh
karena itu, kita tidak memerlukan input khusus untuk 10.
Tabel kebenaran (Tabel 8-1) dari Priority ENCODER 8-to-3 ini ditunjukkan pada Gbr. 8-4.
Tabel kebenaran ini diperoleh dengan langkah sebagai berikut :
1. Baris pertamanya diperoleh karena kita mengingat bahwa 17 berprioritas tertinggi
sehingga apabila 17 = 1, maka tak perduli apabila 10 sampai 16 itu bernliai ‘1’ atau ‘0’,
Perancanaan Sistem DigitalTriyanto Pangaribowo ST
Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana
‘11 3
output CBA = 111.
2. Baris kedua diperoleh karena kita mengingat bahwa apabila 16 = 1 dan 17 = 0 maka CBA
= 110, tak perduli apa nilai dari kelima input lainnya.
3. Baris-baris yang lainnya juga diperoleh dengan menggunakan logika yang sama.
Tabel 8-1 Tabel kebenaran Priority ENCODER 8-to-3
10 11 12 13 14 15 16 17 C B A
X X X X X X X 1 1 1 1
X X X X X X 1 0 1 1 0
X X X X X 1 0 0 1 0 1
X X X X 1 0 0 0 1 0 0
X X X 1 0 0 0 0 0 1 1
X X 1 0 0 0 0 0 0 1 0
X 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Tanpa perlu menyederhanakan lagi, persamaan-persamaan logika untuk masing-masing
outputnya dapat diperoleh sebagai berikut :
C = (17) + (17'.16) + (17’.16’.15) + (17’.16’.15’.14)
B = (17) + (17'.16) + (17’.16’.15’.14’.13) + (17’.16’.15’.14’.13’.12)
A = (17) + (17'.16’.15) + (17’.16’.15’.14’.13) + (17’.16’.15’.14’.13’.12’.11)
Rangkaian selengkapnya satu Encoder 8-to-3 berdasarkan persamaan logika CBA di atas
ditunjukkan pada Gbr. 8-4.
Perancanaan Sistem DigitalTriyanto Pangaribowo ST
Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana
‘11 4
Gbr. 8-4 Rangkain Priority Enkoder 8-to-3Perhatikan bahwa input-10 juga ttdak digunakan sama sekali pada rangkaian logis untuk C,
B, dan A maupun pada rangkaian digitalnya yang ditunjukkan pada Gbr. 8-4 dengan alasan yang
sama seperti pada rangkaian ENKODER Gbr. 8-3. Begitu juga halnya dengan IC seri 74147
yang merupakan ENCODER 10-to-4 tetapi hanya berinputkan sembilan buah saja karena input-
10 diabaikan. Priority ENCODER 8-to-3 ini dapat diperoleh dengan IC seri 74148 yang
skematik, rangkaian digital, dan tabel fungsinya dapat dilihat pada TTL Data Book.
8.3. Beberapa Aplikasinya
Beberapa aplikasi ENKODER yang umum adalah :
1. Priority Interrupt Selector dan
2. Keyboard Encoding.
8.3-1. Priority interrupt Selector8.3-1. Priority interrupt Selector
Sebuah sistem komputer terdiri dari beberapa bagian yaitu, CPU (Central Processing Unit)
yang merupakan otak dari sistem komputer tersebut. Selanjutnya, Memory, dan Input/Output
devices (I/O devices). CPU ini mengontrol seluruh komunikasi antara memory dan I/O devices
seperti keyboard, printer, terminal, disk drives, dan lain-lain. Dikarenakan oleh banyaknya I/O
devices yang memerlukan bantuan CPU untuk berkomunikasi dan keterbatasan CPU ini yang
hanya dapat berkomunikasi dengan I/O devices tersebut satu persatu, sebuah Priority ENCODER
diperlukan untuk mengontrol komunikssi ini sehingga semua I/O devices ini dapat dilayani satu
persatu.
Perancanaan Sistem DigitalTriyanto Pangaribowo ST
Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana
‘11 5
Gbr. 8-5 Rangkain Priority Interupt Selector
Di dalam desain-desain komputer yang modern, sebuah sinyal yang disebut Interrupt
digunakan oleh masing-masing device untuk memberitahukan CPU bahwa ia mau
berkomunikasi dengannya. Kemudian sebuah priority ENCODER digunakan untuk
memberitahukan kepada CPU siapa pengirirn sinyal interrupt itu. Misalkan bila terdapat delapan
device yang digunakan oleh suatu sistem komputer, maka sebuah Priority ENCODER 8-to-3
akan diperlukan. Desainnya ditunjukkan pada Gbr. 8-5.
8.3-2. Keyboard encoding8.3-2. Keyboard encoding
Seperti kita ketahui, kalkulator merupakan alat penghitung yang populer di masyarakat
hingga masa kini. Sebuah kalkulator yang sederhana hanya berfungsi untuk menambah,
mengurang, mengali, dan membagl. Kalkulator ini biasanya mempunyai keyboard yang berisi
tombol-tombol untuk angka 0 sampai 9 dan tombol-tombol fungsi seperti x, –, +, C; dan lain-
lain. Bagaimanakah sistem digital yang tentunya terdapat di dalam kalkulator tersebut dapat
membedakan tombol yang mana yang ditekan sehingga sistem itu dapat menentukan operasi apa
yang harus dilakukan. Untuk itulah sebuah ENKODER diperlukan untuk menghubungkan
keyboard ini ke sistem digltalnya. Aplikasi ini dilukiskan pada Gbr. 8-6.
Gbr. 8-6 Rancangan keyboard encoding kalkulator
Perancanaan Sistem DigitalTriyanto Pangaribowo ST
Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana
‘11 6
Soal 8-1. Pengertian enkoder. Apakah yang dimaksud enkoder tersebut? Sebutlah
pernyataan berikut ini sebagai enkoder atau bukan enkoder :
a) BCD-to-7 segment
b) BCD-to-decimal
c) Decimal-to-biner
d) Biner-to-decimal
Soal 8-2 Coba rancanglah rangkaian enkoder desimal-to-BCD dengan menggunakan
gerbang dasar (tidak menggunakan notasi campuran) serta bekerja dengan logika positif.
Mulailah dengan mengidentifikasi tabel kebenarannya.
Jawaban :
Rancangan dibuat dengan tipe priority encoder, sehingga mempunyai tabel kebenaran
seperti ditunjukkan pada Tabel 8-2 berikut.
Tabel 8-2 Tabel kebenaran Priority ENCODER decimal-to-BCD
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 D C B A
X X X X X X X X X 1 1 0 0 1
X X X X X X X X 1 0 1 0 0 0
X X X X X X X 1 0 0 0 1 1 1
X X X X X X 1 0 0 0 0 1 1 0
X X X X X 1 0 0 0 0 0 1 0 1
X X X X 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0
X X X 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
X X 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
X 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
Tanpa perlu menyederhanakan lagi, persamaan-persamaan logika untuk masing-masing
outputnya dapat diperoleh sebagai berikut :
D = (9) + (9’.8)
C = (9’.8’.7) + (9’.8’.7’.6) + (9’.8’.7’.6’.5) + (9’.8’.7’.6’.5’.4)
B = (9’.8’.7) + (9’.8’.7’.6) + (9’.8’.7’.6’.5’.4’.3) + (9’.8’.7’.6’.5’.4’.3’.2)
A = (9) + (9’.8’.7) + (9’.8’.7’.6’.5) + (9’.8’.7’.6’.5’.4’.3) + (9’.8’.7’.6’.5’.4’.3’.2’.1)
Perancanaan Sistem DigitalTriyanto Pangaribowo ST
Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana
‘11 7
Rangkaian selengkapnya ditunjukkan pada Gbr. 8-7.
Soal 8-3. Buatlah rangkaian logika keyboard encoding Gbr. 8-6 dengan menerapkan
priority encoder ? (untuk tugas ke-2)
Gbr. 8-7 Rancangan rangkaian priority encoder 10-to-BCD
Perancanaan Sistem DigitalTriyanto Pangaribowo ST
Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana
‘11 8