136634222-94747289-UV
-
Upload
nur-aini-iktikhafsari -
Category
Documents
-
view
94 -
download
1
description
Transcript of 136634222-94747289-UV
http://indter.com/health-technology/spektrofotometer/
Spektrofotometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur absorbansi dengan cara
melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu pada suatu obyek kaca atau kuarsa yang
disebut kuvet. Sebagian dari cahaya tersebut akan diserap dan sisanya akan dilewatkan. Nilai
absorbansi dari cahaya yang dilewatkan akan sebanding dengan konsentrasi larutan di dalam
kuvet.
Sedangkan menurut Cairns (2009), spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau
absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Tiap media akan menyerap cahaya
pada panjang gelombang tertentu tergantung pada senyawaan atau warna terbentuk. Secara garis
besar spektrofotometer terdiri dari 4 bagian penting yaitu :
a. Sumber Cahaya
Sebagai sumber cahaya pada spektrofotometer, haruslah memiliki pancaran radiasi yang stabil
dan intensitasnya tinggi. Sumber energi cahaya yang biasa untuk daerah tampak, ultraviolet
dekat, dan inframerah dekat adalah sebuah lampu pijar dengan kawat rambut terbuat dari
wolfram (tungsten). Lampu ini mirip dengan bola lampu pijar biasa, daerah panjang gelombang (l
) adalah 350 – 2200 nanometer (nm).
b. Monokromator
Monokromator adalah alat yang berfungsi untuk menguraikan cahaya polikromatis menjadi
beberapa komponen panjang gelombang tertentu (monokromatis) yang bebeda (terdispersi).
c. Cuvet
Cuvet spektrofotometer adalah suatu alat yang digunakan sebagai tempat contoh atau cuplikan
yang akan dianalisis. Cuvet biasanya terbuat dari kwars, plexigalass, kaca, plastic dengan bentuk
tabung empat persegi panjang 1 x 1 cm dan tinggi 5 cm. Pada pengukuran di daerah UV dipakai
cuvet kwarsa atau plexiglass, sedangkan cuvet dari kaca tidak dapat dipakai sebab kaca
mengabsorbsi sinar UV. Semua macam cuvet dapat dipakai untuk pengukuran di daerah sinar
tampak (visible).
d. Detektor
Peranan detektor penerima adalah memberikan respon terhadap cahaya pada berbagai panjang
gelombang. Detektor akan mengubah cahaya menjadi sinyal listrik yang selanjutnya akan
ditampilkan oleh penampil data dalam bentuk jarum penunjuk atau angka digital.
Dengan mengukur transmitans larutan sampel, dimungkinkan untuk menentukan konsentrasinya
dengan menggunakan hukum Lambert-Beer. Spektrofotometer akan mengukur intensitas cahaya
melewati sampel (I), dan membandingkan ke intensitas cahaya sebelum melewati sampel (Io).
Rasio disebut transmittance, dan biasanya dinyatakan dalam persentase (% T) sehingga bisa
dihitung besar absorban (A) dengan rumus A = -log %T (Underwood 2002).
Spektrofotometer dibagi menjadi dua jenis yaitu spektrofotometer single-beam dan
spektrofotometer double-beam. Perbedaan kedua jenis spektrofotometer tersebut hanya pada
pemberian cahaya, dimana pada single-beam, cahaya hanya melewati satu arah sehingga nilai
yang diperoleh hanya nilai absorbansi dari larutan yang dimasukan. Berbeda dengan single-beam,
pada spektrofotometer double-beam, nilai blanko dapat langsung diukur bersamaan dengan
larutan yang diinginkan dalam satu kali proses yang sama. Prinsipnya adalah dengan adanya
chopper yang akan membagi sinar menjadi dua, dimana salah satu melewati blanko (disebut juga
reference beam) dan yang lainnya melewati larutan (disebut juga sample beam). Dari kedua jenis
spektrofotometer tersebut, spektrofotometer double-beam memiliki keunggulan lebih dibanding
single-beam, karena nilai absorbansi larutannya telah mengalami pengurangan terhadap nilai
absorbansi blanko. Selain itu, pada single-beam, ditemukan juga beberapa kelemahan seperti
perubahan intensitas cahaya akibat fluktuasi voltase.
Metode analisa menggunakan spektrofotometer disebut spektrofotometri. Spektrofotometri
merupakan suatu metoda analisa yang didasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis
oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombamg spesifik dengan menggunakan
monokromator prisma atau kisi difraksi dengan detektor fototube. Benda bercahaya seperti
matahari atau bohlam listrik memancarkan spektrum yang lebar terdiri atas panjang gelombang.
Panjang gelombang yang dikaitkan dengan cahaya tampak itu mampu mempengaruhi selaput
pelangi mata manusia dan karenanya menimbulkan kesan subyektif akan ketampakan (vision).
Dalam analisis secara spektrofotometri terdapat tiga daerah panjang gelombang elektromagnetik
yang digunakan, yaitu daerah UV (200 – 380 nm), daerah visible (380 – 700 nm), daerah
inframerah (700 – 3000 nm) (Khopkar 1990).
Metode ini dapat digunakan untuk mengetahui zat yang terkandung dalam makanan atau
minuman seperti micro nutrient, zat pewarna, dll tergantung panjang gelombang yang telah
disetting pada spektrofotometer. Setiap senyawa punya serapan maksimal pada panjang
gelombang tertentu. Panjang gelombang ini dinamakan panjang gelombang maksimum. Pada
panjang gelombang maksimum, hubungan antara absorbansi dan konsentrasi senyawa bisa
disetarakan. Panjang gelombang maksimum dicari lebih dahulu supaya lebih mudah mengatur
range panjang gelombang analisanya.
Analisa Parasetamol Metode Spektrofotometer UV-VIS ANALISA PARASETAMOL DENGAN SPEKTROFOTOMETER UV-VIS
A. ACARA
Analisa parasetamol dengan spektrofotometer UV-VIS
B. PRINSIP
Pengukuran kadar parasetamol pada panjang gelombang maksimum 244 nm setelah sampel
diencerkan.
C. TUJUAN
Mengetahui kadar parasetamol dalam sampel
D. DASAR TEORI
a. Spektrofotometer
Dalam analisis spektrofotometri digunakan sumber radiasi yang menjorok kedalam daerah
ulatraviolet spectrum itu. Dari spectrum itu, dipilih panjang-panjang gelombang tertentu dengan
lebar pita kurang dari 1 nm. Instrument ini sebenarnya terdiri dari dua instrument dalam satu kotak
yaitu sebah spectrometer dan sebuah fotometer.
spektrofotometer optis adalah sebuah instrument yang mempunyai system optis yang dapat
menghasilkan sebaran (dispersi) radiasi elektromagnetik yang masuk, dan dengan mana dapat
dilakukan pengukuran kuantitas radiasi yang diteruskan pada panjang gelombang terpilih dari
jangka spectral itu. Sebuah fotometer adalah peranti untuk mengukur intensitas radiasi yang
diteruskan atau suatu fungsi intensitas ini, bila digabungkan dalam spektrofotometer, spectrometer
dan fotometer itu digunakan secara gabungan untuk menghasilkan suatu isyarat yang berpadanan
dengan selisih antar radiasi yang diteruskan oleh bahan pembanding dan radiasi yang diteruskan
oleh contoh pada panjang-panjang gelombang yang terpilih.
b. Parasetamol
Parasetamol atau asetaminofen adalah obat analgesic dan antipiretik yang populer dan digunakan
untuk melegakan sakit kepala, sengal-sengal dan sakit ringan, dan demam. Digunakan dalam
sebagian besar resep obat analgesic salesma dan flu. Ia aman dalam dosis standar, tetapi karena
mudah didapati, overdosis obat baik sengaja atau tidak sengaja sering terjadi.
Struktur molekul parasetamol
Parasetamol (Asetaminofen) merupakan salah satu obat yang paling banyak digunakan sehari-hari.
Obat ini berfungsi sebagai pereda nyeri dan penurun panas. Setelah berpuluh tahun digunakan,
parasetamol terbukti sebagai obat yang aman dan efektif. Tetapi, jika diminum dalam dosis
berlebihan (overdosis), parasetamol dapat menimbulkan kematian.
Berbeda dengan obat analgesik yang lain seperti aspirin dan ibuprofen, parasetamol tak memiliki
sifat antiradang. Jadi parasetamol tidak tergolong dalam obat jenis NSAID. Dalam dosis normal,
parasetamol tidak menyakiti permukaan dalam perut atau mengganggu gumpalan darah, ginjal atau
duktus arteriosus pada janin.
Parasetamol dapat dijumpai di dalam berbagai macam obat, baik sebagai bentuk tunggal atau
berkombinasi dengan obat lain, seperti misalnya obat flu dan batuk. Antidotum overdosis
parasetamol adalah N-asetilsistein (N-acetylcysteine, NAC). Antidotum ini efektif jika diberikan
dalam 8 jam setelah mengkonsumsi parasetamol dalam jumlah besar. NAC juga dapat mencegah
kerusakan hati jika diberikan lebih dini. Overdosis parasetamol dapat menyebabkan kerusakan hati.
Jika kerusakan sangat berat, mungkin perlu transplantasi hati agar korban bisa bertahan hidup.
E. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
• Spektrofotometer UV-VIS
• Neraca analitik
• Spatula
• Labu ukur 10, 25, 50, 100, 250 mL
• Batang pengaduk
• corong gelas
• Beaker glass
2. Bahan
• Parasetamol murni
• Methanol
• Aquadest
F. PROSEDUR
1. Larutan parasetamol standar
a. larutan A (250 mg/L)
• menimbang 0,0625 g parasetamol murni dan masukan dalam labu ukur 250 mL
• melarutkannya dengan 10 mL methanol
• menambahkan aquadest sampai tanda batas
b. Larutan B
• memipet 50 mL larutan A dan mengencerkannya dengan aquadest sampai 250 mL dalam labu
ukur.
2. Pembuatan larutan standar kerja
• mengambil larutan B sebanyak 5,00 ; 10,00 ; 15,00 ; 20,00 ; dan 25,00 mL dan memasukannya
masing-masing kedalam labu ukur 100 mL, lalu menambahkan aquadest pada masing-masing labu
ukur samapi tanda batas.
3. mengukur masing-masing larutan standar pada λ maksimal (200-300 nm)
4. mengukur masing-masing sampel pada λ maksimal, dan menghitung konsentrasi sampel dalam
mg.
G. DATA HASIL PENGAMATAN
1. Pengukuran larutan standar
Standar C (ppm) A (Absorbansi)
1 0,25 0,2053
2 5 0,3657
3 7,5 0,5320
4 10 0,6977
5 12,5 0,8592
persamaan linier : Y = OX2 + 0,06559X+0,09004
r = 0,9999
2. Pengukuran sampel
No Nama A (Absorbansi) C (ppm) Volume larutan (mL) Cakhir (mg) Csebenarnya (mg)
1 Adhyatnika Nugraha 0,734 10,586 100 1,0586 1
2 Bertha Julisti 0,892 13,039 250 3,2598 3
3 Fauziah 0,364 4,9313 1250 6,1641 6
4 Rahma Eka A 0,564 7,9851 125 0,9981 1
5 Yenih Kurniasih 0,679 9,7383 125 1,2172 1,25
H. PEMBAHASAN
Sampel yang dipergunakan dalam analisa kadar parasetamol dengan spektrofotometri UV-VIS adalah
parasetamol murni. Analisa parasetamol dalam sampel ini dilakukan oleh masing-masing personel
dan konsentrasi parasetamol dalam sampel telah diketahui terlebih dahulu, dan hasil dari analisa
oleh personel tersebut dibandingkan dengan konsentrasi sebenarnya.
Persiapan larutan deret standar dilakukan dengan cara pengenceran dari larutan standar dengan
konsentrasi 250 mg/L (ppm), larutan ini didapatkan dengan cara menimbang dengan teliti
parasetamol murni sebanyak 0,0625 g dan dilarutkan dengan methanol sebanyak 10 mL kemudian
ditambahkan aquadest sampai 250 mL pada labu ukur.
Dari larutan dengan konsentrasi 250 ppm ini kemudian dipipet sebanyak 50 mL dan dimasukan
kedalam labu ukur 250 mL, kemudian ditera dengan menggunakan aquadest. pengenceran 5 kali ini
diperoleh konsentrasi 50 ppm.
dari konsentrasi 50 ppm ini merupakan larutan standar yang akan dipergunakan untuk membuat
larutan deret standar untuk pengukuran dengan spektrofotometer. Dengan memipet larutan 50 ppm
sebanyak 5,00 ; 10,00; 15,00 ; 20,00 ; dan 25,00 mL dan masing-masing dimasukan kedalam labu
ukur 100 mL maka dapat diketahui konsentrasi dari masing-masing secara berurutan adalah 2,5 ; 5 ;
7,5 ; 10 ; dan 12,5 ppm, hasil ini didapatkan dari hasil perhitungan menggunakan rumus
pengenceran :
Keterangan : V1 : Volume awal
N1 : Konsentarasi awal
V2 : Volume akhir
N2 : Konsentrasi akhir
Setelah konsentrasi dari larutan deret standar diketahui, proses selanjutnya adalah pengukuran
absorbansi dan konsentrasi dengan spektrofotometer. dari hasil pengukuran maka dapat diketahui
bahwa nilai absorbansi dari larutan deret standar tersebut adalah :
Standar C (ppm) A (Absorbansi)
1 0,25 0,2053
2 5 0,3657
3 7,5 0,5320
4 10 0,6977
5 12,5 0,8592
Dengan persamaan linier Y = OX2 + 0,06559X+0,09004 dan regresi linear 0,9999. Regresi linear
adalah ketelitian pembuatan standar yang dipergunakan untuk pengukuran dan regresi linear yang
baik adalah mendekati 1, dan hal ini membuktikan nilai 0,9999 saat pengukuran berarti sangat
baik.
Pengukuran selanjutnya adalah pengukuran sampel, sampel parasetamol yang diberikan kepada
masing-masing personel adalah parasetamol murni dengan konsentrasi yang sudah diketahui
sebelumnya akan tetapi konsentrasi tersebut tidak diketahui oleh personel.
Sampel diberikan dalam tabung reaksi dengan konsentrasi yang berbeda-beda untuk masing-masing
personel, larutan dalam tabung reaksi tersebut dipindahkan secara kuantitatif kedalam labu ukur,
untuk menghindari larutan yang terlalu encer maka labu ukur yang dipergunakan saat praktikum
adalah labu ukur dengan volume 25 mL, jika larutan tersebut diencerkan kedalam labu ukur dengan
volume yang lebih besar maka jika hasil pengukurannya terlalu rendah (encer) analisa tidak dapat
dilanjutkan karena larutan sampel hanya diberikan 1 kali.
Proses pengukuran dilakukan dengan menggunakan sinar tampak (VIS/ Visible) pada panjang
gelombang atau lamda (λ) antara 200-300nm, dan setelah pengukuran larutan deret standar
diketahui bahwa panjang gelombanag maksimumnya adalah 244 nm.
Proses pengukuran sampel oleh masing-masing personel dengan volume awal 25 mL diketahui
bahwa semuanya over range. Hal ini dikarenakan konsentrasinya terlalu pekat sehingga nilai
absorbansinya terlalu besar dan tidak sesuai dengan nilai absorbansi dari larutan deret standar yang
diukur terlebih dahulu.
Karena terlalu pekat larutan sampel kemudian diencerkan kembali, karena setiap personel memiliki
sampel dengan konsentrasi yang berbeda-beda maka volume akhir larutan sampel secara berurutan
adalah 100, 250, 1250, 125, 125 mL. setelah pengukuran kembali maka dapat diketahui nilai
absorbansi secara berurutan untuk masing-masing volume larutan adalah 0,734 ; 0,892 ; 0,364 ;
0,564 ; 0,679. Dan konsentrasi untuk masing-masing secara berurutan adalah 10,586 ; 13,039;
4,9313 ; 7,97383 ; 9,7383 ppm.
Konsentrasi yang diinginkan adalah dalam mg, maka hasil dari konsentrasi akhir tersebut
dikonversikan kedalam satuan mg, dengan menggunakan rumus :
dari hasil praktikum dan perhitungan dengan menggunakan rumus diatas, maka konsentrasi akhir
parasetamol dalam sampel secara berurutan adalah 1,0586 ; 3,2598 ; 6,1641 ; 0,9981 ; 1,2172 mg.
Hasil dari perhitungan tersebut kemudian dibandingkan dengan konsentrasi yang sebenarnya yaitu 1
; 3 ; 6 ; 1 ; 1,25.
Dari hasil analisa tersebut dan dibandingkan dengan konsentrsai sebenarnya dalam sampel, maka
hasil dari analisa tersebut memiliki nilai akurasi yang tinggi karena nilai konsentrasinya mendekati
nilai sebenarnya.
I. KESIMPULAN
Proses pengukuran sampel parasetamol dengan menggunakan spektrofotometer adalah dengan
menggunakan daerah sinar tampak (VIS / Visible), dan dengan panjang gelombang atau lamda λ 244
nm.
Dari hasil pengukuran dengan menggunakan spektrofotometer diketahui bahwa absorbansi untuk
masing-masing deret standar adalah 2,5 ppm 0,2053 ; 5 ppm 0,3657 ; 7,5 ppm 0,5320 ; 10 ppm
0,6977 ; 12,5 ppm 0,8592. Dengan persamaan linier Y = OX2 + 0,06559X+0,09004 dan regresi linear
0,9999.
Dari hasil pengukuran sampel, diketahui bahwa pengukuran sampel yang pertama adalah over range
sehingga konsentrasinya tidak dapat diketahui, sedangkan konsentrasi akhir untuk sampel
parasetamol adalah 1,0586 ; 3,2598 ; 6,1641 ; 0,9981 ; 1,2172 mg, setelah dibandingkan dengan
konsentrasi parasetamol yang sebenarnya maka dapat diketahui bahwa hasil dari analisa tersebut
memiliki nilai akurasi yang tinggi karena nilai konsentrasinya mendekati nilai sebenarnya. J. DAFTAR PUSTAKA
• Basset, J - Denney, R.C – Jeffery, G.H – Mendham, J. BUKU AJAR VOGEL KIMIA ANALISIS
KUANTITATIF ANORGANIK. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran ECG
• Modul PJJ SPEKTROFOTOMETRI 2008
• http://www.wartamedika.com/2008/02/keracunanparasetamol.html>Keracunan Parasetamol
• http://in.wikipedia.org
http://btagallery.blogspot.com/2010/04/analisa-parasetamol-metode.html\
SPEKTROFOTOMETRI (KIMIA~XII)
Wednesday, January 25, 2012 1:34:54 PM
I.JUDUL PRAKTIKUM
Pembuatan Kurva Absorpsi paracetamol dalam NaOH 0,01 N dengan Berkas Radiasi Ganda ( Double
Beam ).
Penentuan Kadar Paracetamol Tablet dengan Cara Membandingkan Serapan Larutan Sampel
Terhadap Larutan Pembanding.
II.TUJUAN PRAKTIKUM
Mampu membuat Kurva Absorpsi paracetamol dalam NaOH 0,01 N dengan Berkas Radiasi Ganda (
Double Beam ).
Mampu melakukan Penentuan Kadar Paracetamol Tablet dengan Cara Membandingkan Serapan
Larutan Sampel Terhadap Larutan Pembanding.
III.LANDASAN TEORI
Spektrofotometri adalah sebuah metode analisis untuk mengukur konsentrasi suatu senyawa
berdasarkan kemampuan senyawa tersebut mengabsorbsi berkas sinar atau cahaya.
Spektrofotometri adalah alat yang terdiri dari spektrofotometer dan fotometer. Spektrofotometer
menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu, sementara fotometer
adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorpsi. Istilah spektrofotometri
berhubungan dengan pengukuran energi radiasi yang diserap oleh suatu sistem sebagai fungsi
panjang gelombang dari radiasi maupun pengukuran panjang absorpsi terisolasi pada suatu panjang
gelombang tertentu (Underwood 1994).
Secara umum spektrofotometri dibedakan menjadi empat macam, yaitu :
a) Spektrofotometer ultraviolet
b) Spektrofotometer sinar tampak
c) Spektrofotometer infra merah
d) Spektrofotometer serapan atom
Spektrum elektromagnetik terdiri dari urutan gelombang dengan sifat-sifat yang berbeda. Kawasan
gelombang penting di dalam penelitian biokimia adalah ultra lembayung (UV, 180-350 nm) dan
tampak (VIS, 350-800 nm). Cahaya di dalam kawasan ini mempunyai energi yang cukup untuk
mengeluarkan elektron valensi di dalam molekul tersebut (Keenan 1992).
Penyerapan sinar UV-Vis dibatasi pada sejumlah gugus fungsional atau gugus kromofor yang
mengandung elektron valensi dengan tingkat eksutasi rendah. Tiga jenis elektron yang terlibat
adalah sigma, phi, dan elektron bebas. Kromofor-kromofor organik seperto karbonil, alkena, azo,
nitrat, dan karboksil mampu menyerap sinar ultraviolet dan sinar tampak. Panjang gelombang
maksimumnya dapat berubah sesuai dengan pelarut yang digunakan. Auksokrom adalah gugus
fungsional yang mempunyai elektron bebas nseperti hidroksil, metoksi, dan amina. Terkaitnya
gugus kromofor akan mengakibatkan pergeseran pita absorpsi menuju ke panjang gelombang yang
lebih besar dan disertai dengan peningkatan intensitas (Hart 2003).
Ketika cahaya melewati suatu larutan biomolekul, terjadi dua kemungkinan. Kemungkinan pertama
adalah cahaya ditangkap dan kemungkinan kedua adalah cahaya discattering. Bila energi dari
cahaya (foton) harus sesuai dengan perbedaan energi dasar dan energi eksitasi dari molekul
tersebut. Proses inilah yang menjadi dasar pengukuran absorbansi dalam spektrofotometer (Aisyah
2009).
Cara kerja spektrofotometer dimulai dengan dihasilkannya cahaya monokromatik dari sumber sinar.
Cahaya tersebut kemudian menuju ke kuvet (tempat sampel/sel). Banyaknya cahaya yang
diteruskan maupun yang diserap oleh larutan akan dibaca oleh detektor yang kemudian
menyampaikan ke layar pembaca (Hadi 2009)
Hasil pengukuran yang baik dari suatu parameter kuantitas kimia, dapat dilihat berdasarkan tingkat
presisi dan akurasi yang dihasilkan.Akurasi menunjukkan kedekatan nilai hasil pengukuran dengan
nilai sebenarnya. Untuk menentukan tingkat akurasi perlu diketahui nilai sebenarnya dari
parameter yang diukur dan kemudian dapat diketahui seberapa besar tingkat akurasinya. Presisi
menunjukkan tingkat reliabilitas dari data yang diperoleh. Hal ini dapat dilihat dari standar deviasi
yang diperoleh dari pengukuran, presisi yang baik akan memberikan standar deviasi yang kecil dan
bias yang rendah. Jika diinginkan hasil pengukuran yang valid, maka perlu dilakukan pengulangan,
misalnya dalam penentuan nilai konsentrasi suatu zat dalam larutan larutan dilakukan pengulangan
sebanyak n kali. Dari data tersebut dapat diperoleh ukuran harga nilai terukur adalah rata-rata dari
hasil yang diperoleh dan standar deviasi.
Tipe kesalahan dalam pengukuran analitik dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. Kesalahan serius (Gross error)
Tipe kesalahan ini sangat fatal, sehingga konsekuensinya pengukuran harus diulangi. Contoh dari
kesalahan ini adalah kontaminasi reagent yang digunakan, peralatan yang memang rusak total,
sampel yang terbuang, dan lain lain. Indikasi dari kesalahan ini cukup jelas dari gambaran data yang
sangat menyimpang, data tidak dapat memberikan pola hasil yang jelas, tingkat reprodusibilitas
yang sangat rendah dan lain lain.
2. Kesalahan acak (Random error)
Golongan kesalahan ini merupakan bentuk kesalahan yang menyebabkan hasil dari suatu perulangan
menjadi relatif berbeda satu sama lain, dimana hasil secara individual berada di sekitar harga rata-
rata. Kesalahan ini memberi efek pada tingkat akurasi dan kemampuan dapat terulang
(reprodusibilitas). Kesalahan ini bersifat wajar dan tidak dapat dihindari, hanya bisa direduksi
dengan kehati-hatian dan konsentrasi dalam bekerja.
3. Kesalahan sistematik (Systematic error)
Kesalaahn sistematik merupakan jenis kesalahan yang menyebabkan semua hasil data salah dengan
suatu kemiripan. Hal ini dapat diatasi dengan:
a. Standarisasi prosedur
b. Standarisasi bahan
c. Kalibrasi instrument
Secara umum, faktor yang menjadi sumber kesalahan dalam pengukuran sehingga menimbulkan
variasi hasil, antara lain adalah:
1. Perbedaan yang terdapat pada obyek yang diukur.
Hal ini dapat diatasi dengan :
a.Obyek yang akan dianalisis diperlakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh ukuran kualitas yang
homogen.
b.Mengggunakan tekhnik sampling dengan baik dan benar
2. Perbedaan situasi pada saat pengukuran
Perbedaan ini dapat diatasi dengan cara mengenali persamaan dan perbedaan suatu obyek yang
terdapat pada situasi yang sama. Dengan demikian sifat-sifat dari obyek dapat diprediksikan.
3. Perbedaan alat dan instrumentasi yang digunakan
Cara yang digunakan untuk mengatasinya adalah dengan menggunakan alat pengatur yang
terkontrol dan telah terkalibrasi.
4. Perbedaan penyelenggaraan/administrasi
Kendala ini diatasi dengan menyelesaikan permasalahannon-teknis dengan baik sehingga keadaan
peneliti selalu siap untuk sehingga melakukan kerja.
5. Perbedaan pembacaan hasil pengukuran
Kesalahan ini dapat diatasi dengan selalu berupaya untuk mengenali alat atau instrumentasi yang
akan digunakan terlebih dahulu.
Salah satu contoh instrumentasi analisis yang lebih kompleks adalah spektrofotometer UV-Vis. Alat
ini banyak bermanfaat untuk penentuan konsentrasi senyawa-senyawa yang dapat menyerap radiasi
pada daerah ultraviolet (200 – 400 nm) atau daerah sinar tampak (400 – 800 nm) Analisis ini dapat
digunakan yakni dengan penentuan absorbansi dari larutan sampel yang diukur.
Pengukuran absorbansi untuk tujuan analisis kuantitatif dengan metode spektrofotometri uv-visibel
harus memenuhi hokum Lambert-Beer. Hukum Lambert Beer berlaku dengan baik bila larutannya
tidak terlalu encer ataupun pekat. Kesalahan relative minimal yang diberikan /dihasilkan larutan
tersebut terjadi bila absorbansinya = 0,434 atau transmisinya 36,8%. Umumnya di dalam prosedur
analisis kuantitatif serapan larutan yang diukur sebaiknya berada pada rentang transmitan 15-75%.
Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari spektrometer dan
fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu
dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi.
Jadi spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut
ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. Kelebihan
spektrofotometer dibandingkan fotometer adalah panjang gelombang dari sinar putih lebih dapat
terseleksi dan ini diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating ataupun celah optis. Pada
fotometer filter, sinar dengan panjang gelombang yang diinginkan diperoleh dengan berbagai filter
dari berbagai warna yang mempunyai spesifikasi melewatkan trayek panjang gelombang tertentu.
Pada fotometer filter, tidak mungkin diperoleh panjang gelombang yang benar-benar
monokromatis, melainkan suatu trayek panjang gelombang 30-40 nm. Sedangkan pada
spektrofotometer, panjang gelombang yang benar-benar terseleksi dapat diperoleh dengan bantuan
alat pengurai cahaya seperti prisma. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum
tampak yang kontinyu, monokromator, sel pengabsorpsi untuk larutan sampel atau blangko dan
suatu alat untuk mengukur perbedaan absorpsi antara sampel dan blangko ataupun pembanding.
Suatu grafik yang menghubungkan antara banyaknya sinar yang diserap dengan frekuensi (panjang
gelombang) sinar merupakan spektrum absorpsi. Transisi yang dibolehkan untuk suatu molekul
dengan struktur kimia yang berbeda adalah tidak sama sehingga spektra absorpsinya juga berbeda.
Dengan demikian, spektra dapat digunakan sebagai bahan informasi yang bermanfaat untuk analisis
kualitatif. Banyaknya sinar yang diabsorpsi pada panjang gelombang tertentu sebanding dengan
banyaknya molekul yang menyerap radiasi, sehingga spektra absorpsi juga dapat digunakan untuk
analisis kuantitatif .
Semua molekul dapat mengabsorpsi radiasi daerah UV-Vis karena mereka mengandung elektron,
baik sekutu maupun menyendiri, yang dapat dieksitasikan ke tingkat energi yang lebih tinggi
(Underwood, 2002).
Spektrofotometri merupakan salah satu metode dalam kimia analisis yang digunakan untuk
menentukan komposisi suatu sampel baik secara kuantitatif dan kualitatif yang didasarkan pada
interaksi antara materi dengan cahaya. Peralatan yang digunakan dalam spektrofotometri disebut
spektrofotometer. Cahaya yang dimaksud dapat berupa cahaya visibel, UV dan inframerah,
sedangkan materi dapat berupa atom dan molekul namun yang lebih berperan adalah elektron
valensi.
Sinar atau cahaya yang berasal dari sumber tertentu disebut juga sebagai radiasi elektromagnetik.
Radiasi elektromagnetik yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari adalah cahaya matahari.
Dalam interaksi materi dengan cahaya atau radiasi elektromagnetik, radiasi elektromagnetik
kemungkinanan dihamburkan, diabsorbsi atau dihamburkan sehingga dikenal adanya spektroskopi
hamburan, spektroskopi absorbsi ataupun spektroskopi emisi.
Pengertian spektroskopi dan spektrofotometri pada dasarnya sama yaitu di dasarkan pada interaksi
antara materi dengan radiasi elektromagnetik. Namun pengertian spektrofotometri lebih spesifik
atau pengertiannya lebih sempit karena ditunjukan pada interaksi antara materi dengan cahaya
(baik yang dilihat maupun tidak terlihat). Sedangkan pengertian spektroskopi lebih luas misalnya
cahaya maupun medan magnet termasuk gelombang elektromagnetik.
Radiasi elektromagnetik memiliki sifat ganda yang disebut sebagai sifat dualistik cahaya yaitu:
1) Sebagai gelombang
2) Sebagai partikel-partikel energi yang disebut foton.
Karena sifat tersebut maka beberapa parameter perlu diketahui misalnya panjang gelombang,
frekuensi dan energi tiap foton. Panjang gelombang (l) didefinisikan sebagai jarak antara dua
puncak.
Hubungan dari ketiga parameter di atas dirumuskan oleh Planck yang dikenal dengan persamaan
Planck. Hubungan antara panjang gelombang frekuensi dirumuskan sebagai
c = λ . v atau λ = c/v atau v = c/λ
Persamaan Planck: hubungan antara energi tiap foton dengan frekuensi
E = h . v
E = h . c/ λ
Dimana :
E = energi tiap foton
h = tetapan Planck (6,626 x 10-34 J.s),
v = frekuensi sinar
c = kecepatan cahaya (3 x 108 m.s-1).
Dari rumus di atas dapat diketahui bahwa energi dan frekuensi suatu foton akan berbanding terbalik
dengan panjang gelombang tetapi energi yang dimiliki suatu foton akan berbanding lurus dengan
frekuensinya.
Misalnya: energi yang dihasilkan cahaya UV lebih besar dari pada energi yang dihasilkan sinar
tampak. Hal ini disebabkan UV memiliki panjang gelombang (λ) yang lebih pendek (100–400 nm)
dibanding panjang gelombang yang dimiliki sinar tampak (400–800 nm).
Berbagai satuan energi beserta faktor konversinya dapat dilihat pada tabel:
Erg Joule Kalori l.atm E.volt
1 erg = 1 10-7 2,3901×10-8 9,8687×1010 6,2418×1011
J joule = 107 1 2,3901×10-1 9,8687×10-3 6,2418×1018
1 kalori 4,1849×107 4,1840 1 4,1291×10-2 2,6116×1019
1 atm = 1,0133×109 1,0133×102 24,218 1 16,6248×1020
1 E.volt = 1,6021×10-12 1,6021x-19 3,8291×10-20 1,5611×10-20 1
Interaksi antara materi dengan cahaya disini adalah terjadi penyerapan cahaya, baik cahaya Uv, Vis
maupun Ir oleh materi sehingga spektrofotometri disebut juga sebagai spektroskopi absorbsi.
Dari 4 jenis spektrofotometri ini (UV, Vis, UV-Vis dan Ir) memiliki prinsip kerja yang sama yaitu
“adanya interaksi antara materi dengan cahaya yang memiliki panjang gelombang tertentu”.
Perbedaannya terletak pada panjang gelombang yang digunakan.
Secara sederhana Instrumen spektrofotometri yang disebut spektrofotometer terdiri dari :
sumber cahaya – monokromator – sel sampel – detektor – read out (pembaca).
Fungsi masing-masing bagian:
1.Sumber sinar polikromatis berfungsi sebagai sumber sinar polikromatis dengan berbagai macam
rentang panjang gelombang. Untuk sepktrofotometer
•UV menggunakan lampu deuterium atau disebut juga heavi hidrogen
•VIS menggunakan lampu tungsten yang sering disebut lampu wolfram
•UV-VIS menggunan photodiode yang telah dilengkapi monokromator.
•Infra merah, lampu pada panjang gelombang IR.
2.Monokromator berfungsi sebagai penyeleksi panjang gelombang yaitu mengubah cahaya yang
berasal dari sumber sinar polikromatis menjadi cahaya monaokromatis. Jenis monokromator yang
saat ini banyak digunakan adalan gratting atau lensa prisma dan filter optik.
Jika digunakan grating maka cahaya akan dirubah menjadi spektrum cahaya. Sedangkan filter optik
berupa lensa berwarna sehingga cahaya yang diteruskan sesuai dengan warnya lensa yang dikenai
cahaya. Ada banyak lensa warna dalam satu alat yang digunakan sesuai dengan jenis pemeriksaan.
Pada gambar di atas disebut sebagai pendispersi atau penyebar cahaya. dengan adanya pendispersi
hanya satu jenis cahaya atau cahaya dengan panjang gelombang tunggal yang mengenai sel sampel.
Pada gambar di atas hanya cahaya hijau yang melewati pintu keluar. Proses dispersi atau
penyebaran cahaya seperti yang tertera pada gambar.
3.Sel sampel berfungsi sebagai tempat meletakan sampel
oUV, VIS dan UV-VIS menggunakan kuvet sebagai tempat sampel. Kuvet biasanya terbuat dari kuarsa
atau gelas, namun kuvet dari kuarsa yang terbuat dari silika memiliki kualitas yang lebih baik. Hal
ini disebabkan yang terbuat dari kaca dan plastik dapat menyerap UV sehingga penggunaannya
hanya pada spektrofotometer sinar tampak (VIS). Cuvet biasanya berbentuk persegi panjang dengan
lebar 1 cm.
oIR, untuk sampel cair dan padat (dalam bentuk pasta) biasanya dioleskan pada dua lempeng
natrium klorida. Untuk sampel dalam bentuk larutan dimasukan ke dalam sel natrium klorida. Sel
ini akan dipecahkan untuk mengambil kembali larutan yang dianalisis, jika sampel yang dimiliki
sangat sedikit dan harganya mahal.
4.Detektor berfungsi menangkap cahaya yang diteruskan dari sampel dan mengubahnya menjadi
arus listrik. Syarat-syarat sebuah detektor :
•Kepekaan yang tinggi
•Perbandingan isyarat atau signal dengan bising tinggi
•Respon konstan pada berbagai panjang gelombang.
•Waktu respon cepat dan signal minimum tanpa radiasi.
•Signal listrik yang dihasilkan harus sebanding dengan tenaga radiasi.
Macam-macam detektor :
•Detektor foto (Photo detector)
•Photocell, misalnya CdS.
•Phototube
•Hantaran foto
•Dioda foto
•Detektor panas
5.Read out merupakan suatu sistem baca yang menangkap besarnya isyarat listrik yang berasal dari
detektor.
Proses Absorbsi Cahaya pada Spektrofotometri
Ketika cahaya dengan panjang berbagai panjang gelombang (cahaya polikromatis) mengenai suatu
zat, maka cahaya dengan panjang gelombang tertentu saja yang akan diserap. Di dalam suatu
molekul yang memegang peranan penting adalah elektron valensi dari setiap atom yang ada hingga
terbentuk suatu materi. Elektron-elektron yang dimiliki oleh suatu molekul dapat berpindah
(eksitasi), berputar (rotasi) dan bergetar (vibrasi) jika dikenai suatu energi.
Jika zat menyerap cahaya tampak dan UV maka akan terjadi perpindahan elektron dari keadaan
dasar menuju ke keadaan tereksitasi. Perpindahan elektron ini disebut transisi elektronik. Apabila
cahaya yang diserap adalah cahaya inframerah maka elektron yang ada dalam atom atau elektron
ikatan pada suatu molekul dapat hanya akan bergetar (vibrasi). Sedangkan gerakan berputar
elektron terjadi pada energi yang lebih rendah lagi misalnya pada gelombang radio.
Atas dasar inilah spektrofotometri dirancang untuk mengukur konsentrasi suatu suatu yang ada
dalam suatu sampel. Dimana zat yang ada dalam sel sampel disinari dengan cahaya yang memiliki
panjang gelombang tertentu. Ketika cahaya mengenai sampel sebagian akan diserap, sebagian akan
dihamburkan dan sebagian lagi akan diteruskan.
Pada spektrofotometri, cahaya datang atau cahaya masuk atau cahaya yang mengenai permukaan
zat dan cahaya setelah melewati zat tidak dapat diukur, yang dapat diukur adalah It/I0 atau I0/It
(perbandingan cahaya datang dengan cahaya setelah melewati materi (sampel)). Proses penyerapan
cahaya oleh suatu zat dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar Proses penyerapan cahaya oleh zat dalam sel sampel. dari gambar terlihat bahwa zat
sebelum melewati sel sampel lebih terang atau lebih banyak di banding cahaya setelah melewati
sel sampel
Cahaya yang diserap diukur sebagai absorbansi (A) sedangkan cahaya yang hamburkan diukur
sebagai transmitansi (T), dinyatakan dengan hukum lambert-beer atau Hukum Beer, berbunyi:
“Jumlah radiasi cahaya tampak (ultraviolet, inframerah dan sebagainya) yang diserap atau
ditransmisikan oleh suatu larutan merupakan suatu fungsi eksponen dari konsentrasi zat dan tebal
larutan”.
Berdasarkan hukum Lambert-Beer, rumus yang digunakan untuk menghitung banyaknya cahaya yang
hamburkan:
dan absorbansi dinyatakan dengan rumus:
dimana I0 merupakan intensitas cahaya datang dan It atau I1 adalah intensitas cahaya setelah
melewati sampel.
Rumus yang diturunkan dari Hukum Beer dapat ditulis sebagai:
A= a . b . c atau A = ε . b . c
Dimana :
A = absorbansi
b atau terkadang digunakan l = tebal larutan (tebal kuvet diperhitungkan juga umumnya 1 cm)
c = konsentrasi larutan yang diukur
ε = tetapan absorptivitas molar (jika konsentrasi larutan yang diukur dalam molar)
a = tetapan absorptivitas (jika konsentrasi larutan yang diukur dalam ppm).
Secara eksperimen hukum Lambert-beer akan terpenuhi apabila peralatan yang digunakan
memenuhi kriteria-kriteria berikut:
1.Sinar yang masuk atau sinar yang mengenai sel sampel berupa sinar dengan dengan panjang
gelombang tunggal (monokromatis).
2.Penyerapan sinar oleh suatu molekul yang ada di dalam larutan tidak dipengaruhi oleh molekul
yang lain yang ada bersama dalam satu larutan.
3.Penyerapan terjadi di dalam volume larutan yang luas penampang (tebal kuvet) yang sama.
4.Penyerapan tidak menghasilkan pemancaran sinar pendafluor. Artinya larutan yang diukur harus
benar-benar jernih agar tidak terjadi hamburan cahaya oleh partikel-partikel koloid atau suspensi
yang ada di dalam larutan.
5.Konsentrasi analit rendah. Karena apabila konsentrasi tinggi akan menggangu kelinearan grafik
absorbansi versus konsntrasi.
Faktor-faktor yang sering menyebabkan kesalahan dalam menggunakan spektrofotometer dalam
mengukur konsentrasi suatu analit:
1.Adanya serapan oleh pelarut. Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan blangko, yaitu larutan
yang berisi selain komponen yang akan dianalisis termasuk zat pembentuk warna.
2.Serapan oleh kuvet. Kuvet yang ada biasanya dari bahan gelas atau kuarsa, namun kuvet dari
kuarsa memiliki kualitas yang lebih baik.
3.Kesalahan fotometrik normal pada pengukuran dengan absorbansi sangat rendah atau sangat
tinggi, hal ini dapat diatur dengan pengaturan konsentrasi, sesuai dengan kisaran sensitivitas dari
alat yang digunakan (melalui pengenceran atau pemekatan).
Spektrum UV, VIS, UV-VIS dan IR
Data-data yang dikeluarkan oleh UV atau VIS dapat berupa absorbansi atau transmitansi yang
langsung dibaca pada spektrofotometer. Namun untuk UV, VIS, UV-VIS dan IR data yang dikeluarkan
dapat berupa spektrum jika telah dihubungkan dengan komputer.
Spektrum yang dikeluarkan oleh UV, VIS dan UV-VIS berupa pita yang lebar sedangkan pada pita
yang dikeluarkan oleh IR berupa garis atau puncak tajam.
Pita melebar dari UV-VIS disebabkan karena energi yang dimiliki selain menyebabkan transisi
elektronik terjadi pula rotasi dan vibrasi elektron dalam molekul. Sedangkan pada IR hanya terjadi
vibrasi elektron maka spektrum yang dihasilkan berupa garis atau puncak tajam. Selain pada IR,
spektrum berupa garis dapat terjadi pula pada spektroskopi NMR karena hanya terjadi rotasi
elektron.
Spektrum yang dihasilkan dari setiap spektroskopi berbeda antara satu dengan yang lainnya. Para
kimiawan spektrum UV, VIS maupun IR dapat dibedakan dengan mudah. Spektrum yang dihasilkan
oleh UV, VIS dan UV-VIS tidak berbeda jauh namun sangat sangat berbeda bila dibanding spektrum
IR. Untuk membedakannya dapat dilihat pada gambar:
Gambar spektrum UV. Namun spektrum dari spektrofotometer VIS dan UV-VIS menyerupai spektrum
UV
Gambar spektrum IR. Pita tertinggi mengarah ke bawah sedangkan pada UV pita yang paling tinggi
mengarah ke atas hal ini disebabkan spektrofotometer IR ditulis dalam bentung bilangan
gelombang.
Instrumentasi untuk Spektrofotometri
Spektrofotometer adalah suatu instrumen untuk mengukur transmitan / absorbans suatu sampel
sebagai fungsi panjang gelombang, pengukuran terhadap sederetan sampel pada suatu panjang
gelombang tunggal. Komponen utama dari spektrofotometer dapat dilihat pada gambar sebagai
berikut.
Diagram komponen utama spektrofotometer.
Penyebab kesalahan sistematik yang sering terjadi dalam analisis menggunakan spektrofotometer
adalah:
a)Serapan oleh pelarut
Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan blangko, yaitu larutan yang berisi matrik selain komponen
yang akan dianalisis.
b)Serapan oleh kuvet
Kuvet yang biasa digunakan adalah dari bahan gelas atau kuarsa. Dibandingkan dengan kuvet dari
bahan gelas, kuvet kuarsa memberikan kualitas yang lebih baik, namun tentu saja harganya jauh
lebih mahal. Serapan oleh kuvet ini diatasi dengan penggunaan jenis, ukuran, dan bahan kuvet yang
sama untuk tempat blangko dan sampel.
c)Kesalahan fotometrik normal pada pengukuran dengan absorbansi sangat rendah atau sangat
tinggi, hal ini dapat diatur dengan pengaturan konsentrasi, sesuai dengan kisaran sensitivitas dari
alat yang digunakan. (melalui pengenceran atau pemekatan)
Untuk mengatasi kesalahan pada pemakaian spektrofotometer UV-Vis maka perlu dilakukan
kalibrasi. Kalibrasi dalam spektrofotometer UV-Vis dilakukan dengan menggunakan blangko:
Setting nilai absorbansi = 0
Setting nilai transmitansi = 100 %
Penentuan kalibrasi dilakukan denganikuti prosedur sebagai berikut:
a.Dilakukan dengan larutan blangko (berisi pelarut murni yang digunakan dalam sampel) dengan
kuvet yang sama.
b.Setiap perubahan panjang gelombang diusahakan dilakukan proses kalibrasi.
c.Proses kalibrasi pada pengukuran dalam waktu yang lama untuk satu macam panjang gelombang,
dilakukan secara periodik selang waktu per 30 menit.
Dengan adanya proses kalibrasi pada spektrofotometer UV-Vis ini maka akan membantu pemakai
untuk memperoleh hasil yang kaurat dan presisi.
Oleh karena itu dalam praktek sangat dianjurkan untuk menyiapkan beberapa larutan dengan
konsentrasi yang berbeda biasanya disebut larutan standar, kemudian diukur absorbansinya. Hasil
pengukuran dibuat grafik kalibrasi absorbansi vs konsentrasi. Selanjutnya konsentrasi larutan yang
belum diketahui dapat ditentukan dari grafik tersebut.
Dengan menggunakan grafik kalibrasi yang diperoleh dari beberapa standar dibanding dengan
menggunakan satu standar , ketidakpastian analisa dapat dikurangi dan karenanya ketelitian akan
sangat meningkat. Perlu dicatat bahwa garis lurus pada grafik kalibrasi tidak akan diperoleh dengan
cara mem-plot transmitans vs konsentrasi. Karena absorbansi dan transmitans dihubungkan oleh
persamaan :
A = - log T
maka tidak ada hubungan linear antara transmitans dan konsentrasi.
Oleh karena itu jika hasil pengukuran berupa transmitans, makaharus diubah ke bentuk absorbansi
agar dapat membuat kurvakalibrasi.
Pemilihan Panjang Gelombang untuk Analisa Kuantitatif
Dalam spektrometri molekular kuantitatif, pengukuran absorbansi atau transmitans dibuat
berdasarkan satu seri (rangkaian) larutan pada panjang gelombang yang telah ditetapkan. Panjang
gelombang paling yang sesuai ditentukan dengan membuat spektrum absorbsi dimana panjang
gelombang yang paling sesuai adalah yang menghasilkan absorbansi maksimum. Selanjutnya
panjang gelombang ini digunakan untuk pengukuran kuantitatif. Dengan menggunakan panjang
gelombang dari absorbansi 118 yang maksimum, maka jika terjadi penyimpangan (deviasi) kecil
panjang gelombang dari cahaya masuk hanya akan menyebabkan kesalahan yang kecil dalam
pengukuran tersebut. Jika panjang gelombang dipilih dari daerah spektrum di mana ada suatu
perubahan yang besar absorbansi dalam daerah (range) panjang gelombang yang sempit, maka jika
terjadi penyimpangan (deviasi) kecil panjang gelombang dari cahaya masuk akan menyebabkan
kesalahan yang besar dalam pengukuran absorbansi tersebut.
Pengaruh radiasi polikromatik pada hubungan hukum Beer. Pita A menunjukkan penyimpangan
(deviasi) yang kecil selama tidak terjadi perubahan besar pada ? sepanjang pita tersebut. Pita B
menunjukkan penyimpangan yang jelas karena ? mengalami perubahan yang berarti pada daerah
tersebut.
Kesalahan dalam Analisis Spektrometri Kuantitatif
Ada tiga sumber kesalahan dalam pengukuran dengan spektrofotometer :
(a) pengaturan ke absorbabsi nol (100% T)
(b) pengaturan ke absorbansi (0% T)
(c) pembacaan nilai absorbansi atau transmitans
IV.PROSEDUR PRAKTIKUM
Pembuatan Larutan NaOH 0,1 N
1.Ambil 5 ml NaOH 1 N
2.Letakkan pada labu takar 500 ml
3.Lalu adkan sampai batas yang tertera, lalu kocok-kocok hingga merata
Pembuatan Larutan Baku
1.Timbang kertas perkamen terlebih dahulu
2.Timbang dengan seksama 75 mg atau 0,075 g parasetamol baku
3.Masukan ke dalam labu terukur 100 ml
4.Tambahkan larutan NaOH 0,1 N yang telah dibakukan hingga batas 100 ml, kocok sampai larut
5.Saring dengan menggunakan kertas saring lalu letakkan pada beker glass
6.Pipet 1 ml masukan pada labu terukur lainnya 100 ml.
7.Tambahkan larutan NaOH 0,1 N yang telah dibakukan hingga batas 100 ml, kocok sampai larut
8.Beri label parasetamol baku
Pembuatan Larutan Sampel
•Timbang satu per satu tablet parasetamol sebanyak 20 tablet, lalu cari bobot rata-ratanya
•Timbang dengan seksama parasetamol sampel yang hasil penimbangannya tersebut
•Masukan ke dalam labu terukur 100 ml
•Tambahkan larutan NaOH 0,1 N yang telah dibakukan hingga batas 100 ml, kocok sampai larut
•Saring dengan menggunakan kertas saring lalu letakkan pada beker glass
•Pipet 1 ml masukan pada labu terukur lainnya 100 ml.
•Tambahkan larutan NaOH 0,1 N yang telah dibakukan hingga batas 100 ml, kocok sampai larut
•Beri label parasetamol sampel
V.PERHITUNGAN BAHAN
Perhitungan untuk NaOH 0,1 N
Yang tersedia di laboratorium 1 N
Yang dicari adalah 0,1 N
V1.N1 = V2.N2
V1.N1 = 500 x 0,01
V1 = 5/1
V1 = 5 N → ad. kan dengan 500 ml aqua dest
Perhitungan Penimbangan Bahan
Untuk Larutan Baku :
Kertas perkamen I : 0,3601 g
Paracetamol : 0,0750 g +
0,4351 g
Kertas perkamen II : 0,3583 g
Untuk Larutan Sampel :
Kertas perkamen I : 0,3550 g
Paracetamol : 0,0900 g +
0,4450 g
Kertas perkamen II : 0,3522 g
Perhitungan Pembuatan Sample
Timbang satu per satu tablet dan gerus untuk mencari bobot rata-rata
Kadar etiket = 500 mg
Bobot rata-rata 20 tablet = 0,6043 g
Penimbangan sample = Bobot rata-rata x Kesetaraan
Kadar etiket
= 0,6043 g x 0,075 g
0,500
= 0,0906584 g
= 0,090 g
VI.HASIL PRAKTIKUM
maxTabel Pengukuran Transmitan ( T ) larutan sampel dan larutan pembanding pada
Zat : Paracetamol
Pelarut : NaOH 0,01 N
max : 257 nm
No Larutan Bobot Zat Absorbansi
1 Pembanding/baku 0,075 g 0,5356
2 Sampel 0,090 g 0,6313
Cara Penetapan
Ukur serapan larutan sampel dan larutan baku dengan menggunakan spektrofotometer UV pada
panjang gelombang baku lebih kurang 257 nm dan digunakan NaOH 0,01 N sebagai blanko. Hitung
kadar zat aktif sampel dengan menggunakan rumus :
Perhitungan Kadar Zat Aktif
Kadar zat aktif sampel
= Bobot rata-rata x Absorben sampel x Faktor Pengenceran Sampel x Bobot Baku Pembanding
Bobot Sampel Absorben baku Faktor Pengenceran Baku
= 0,6043 g x 0,6313 g x 10.000 x 0,075
0,0928 g 0,5356 g 10.000
= 6,511 g x 1,179 g x 1 x 0,075 g
= 0,575 g
= 575 mg
Persentase kadar
= Kadar zat aktif sampel x 100 %
Kadar pada kemasan
= 594 mg x 100 %
500 mg
= 115 %
VII.PEMBAHASAN
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui spektrum serapan suatu zat dan menentukan kandungan
kadar obat yang terkandung dalam tablet parasetamol 500 mg dengan cara spektofotometri.
Spektrofotometri adalah sebuah metode analisis untuk mengukur konsentrasi suatu senyawa
berdasarkan kemampuan senyawa tersebut mengabsorbsi berkas sinar atau cahaya.
Spektrofotometri adalah alat yang terdiri dari spektrofotometer dan fotometer. Spektrofotometer
menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu, sementara fotometer
adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorpsi. Istilah spektrofotometri
berhubungan dengan pengukuran energi radiasi yang diserap oleh suatu sistem sebagai fungsi
panjang gelombang dari radiasi maupun pengukuran panjang absorpsi terisolasi pada suatu panjang
gelombang tertentu.
Adapun keuntungan menggunakan metoda ini, yaitu dapat digunakan untuk analisa zat dakam
jumlah kecil dan pengerjaannya cepat sederhana dan non destruktif. Secara umum
spektrofotometri dibedakan menjadi empat macam, yaitu spektrofotometer ultraviolet,
spektrofotometer sinar tampak, spektrofotometer infra merah, dan spektrofotometer serapan
atom. Namun, pada praktikum kali ini kami menggunakan spektrofotometer ultraviolet.
Pengukuran zat dengan spektofotometri selalu melibatkan analat blanko dan standar. Blanko adalah
larutan yang mempunyai perlakuan yang sama dengan analat tetapi tidak mengandung komponen
analat. Tujuan pembuatan larutan blanko ini adalah untuk mengetahui besarnya serapan oleh zat
yang bukan analat. Larutan analat adalah larutan yang dianalisis. Larutan standar adalah larutan
yang mendapat perlakuan yang sama dengan analat dan mengandung kkomponen analat dengan
konsentrasi yang sudah diketahui.
Dan zat yang kita uji pada praktikum kali ini secara spektrofotometri adalah Parasetamol atau
asetaminofen adalah turunan a para-aminophenol memiliki khasiat sebagai analgesik, antipiretik,
dan aktivitas antiradang yang lemah. Parasetamol merupakan analgesik non-opioid sering dicoba
pertama untuk pengobatan gejala berbagai tipe sakit kepala termasuk migrain dan sakit kepala tipe
tensi.
Dari hasil percobaan ini kadar yang kami dapatkan yaitu 115 %. Sedangkan menurut Farmakope
Indonesia edisi III halaman 37, Paracetamol mengandung tidak kurang dari 98,0 % dan tidak lebih
dari 101,0 % C8H9NO2, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Maka dari itu, kadar yang
kami dapat tidak memenuhi persyaratan yang tertera pada Farmakope Indonesia edisi III.
Adapun kesalahan yang mungkin terjadi disebabkan oleh beberapa faktor di bawah, yaitu :
Pengenceran yang kurang sempurna.
Sensitifitas alat.
Kuvet yang kurang bersih.
Adanya serapan oleh pelarut. Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan blangko, yaitu larutan yang
berisi selain komponen yang akan dianalisis termasuk zat pembentuk warna.
Serapan oleh kuvet. Kuvet yang ada biasanya dari bahan gelas atau kuarsa, namun kuvet dari kuarsa
memiliki kualitas yang lebih baik.
Kesalahan fotometrik normal pada pengukuran dengan absorbansi sangat rendah atau sangat tinggi,
hal ini dapat diatur dengan pengaturan konsentrasi, sesuai dengan kisaran sensitivitas dari alat yang
digunakan (melalui pengenceran atau pemekatan).
Kuvet yang kotor atau tergores.
Sidik jari yang dapat menyerap radiasi ultra violet.
Adanya gelembung udara atau gas dalam lintasan radiasi panjang gelombang yang dihasilkan sudah
tidak cocok dengan yang tertera pada instrument.
Kurangnya ketelitian dalam mempersiapkan larutan.
Kurang ketelitian dalam pembacaan hasil penimbangan
Perbedaan situasi pada saat pengukuran
Perbedaan yang terdapat pada obyek yang diukur.
VIII.KESIMPULAN
Dari hasil percobaan ini kadar yang kami dapatkan yaitu 115 %. Sedangkan menurut Farmakope
Indonesia edisi III halaman 37, Paracetamol mengandung tidak kurang dari 98,0 % dan tidak lebih
dari 101,0 % C8H9NO2, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Maka dari itu, kadar yang
kami dapat tidak memenuhi persyaratan yang tertera pada Farmakope Indonesia edisi III.
IX.DAFTAR PUSTAKA
http://wahyoe-analisiskimia.blogspot.com/2011/03/spektrofotometer-uv-vis.html
http://www.ojimori.com/arsip/kelebihan-dan-kekurangan-metode-spektrofotometri
http://www.scribd.com/doc/43677764/Spektrofotometer-Sesuai-Dengan-Namanya-Adalah-Alat-
Farmakope Indonesia Edisi III
Slide KK.Kimia
Stum
my.opera.com/ekawidyayuliartika/blog/.../spektrofotometri-kimia-xii