136634222-94747289-UV

19
http://indter.com/health-technology/spektrofotometer/ Spektrofotometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur absorbansi dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu pada suatu obyek kaca atau kuarsa yang disebut kuvet. Sebagian dari cahaya tersebut akan diserap dan sisanya akan dilewatkan. Nilai absorbansi dari cahaya yang dilewatkan akan sebanding dengan konsentrasi larutan di dalam kuvet. Sedangkan menurut Cairns (2009), spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Tiap media akan menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu tergantung pada senyawaan atau warna terbentuk. Secara garis besar spektrofotometer terdiri dari 4 bagian penting yaitu : a. Sumber Cahaya Sebagai sumber cahaya pada spektrofotometer, haruslah memiliki pancaran radiasi yang stabil dan intensitasnya tinggi. Sumber energi cahaya yang biasa untuk daerah tampak, ultraviolet dekat, dan inframerah dekat adalah sebuah lampu pijar dengan kawat rambut terbuat dari wolfram (tungsten). Lampu ini mirip dengan bola lampu pijar biasa, daerah panjang gelombang (l ) adalah 350 – 2200 nanometer (nm). b. Monokromator Monokromator adalah alat yang berfungsi untuk menguraikan cahaya polikromatis menjadi beberapa komponen panjang gelombang tertentu (monokromatis) yang bebeda (terdispersi). c. Cuvet Cuvet spektrofotometer adalah suatu alat yang digunakan sebagai tempat contoh atau cuplikan yang akan dianalisis. Cuvet biasanya terbuat dari kwars, plexigalass, kaca, plastic dengan bentuk tabung empat persegi panjang 1 x 1 cm dan tinggi 5 cm. Pada pengukuran di daerah UV dipakai cuvet kwarsa atau plexiglass, sedangkan cuvet dari kaca tidak dapat dipakai sebab kaca mengabsorbsi sinar UV. Semua macam cuvet dapat dipakai untuk pengukuran di daerah sinar tampak (visible). d. Detektor Peranan detektor penerima adalah memberikan respon terhadap cahaya pada berbagai panjang gelombang. Detektor akan mengubah cahaya menjadi sinyal listrik yang selanjutnya akan ditampilkan oleh penampil data dalam bentuk jarum penunjuk atau angka digital. Dengan mengukur transmitans larutan sampel, dimungkinkan untuk menentukan konsentrasinya dengan menggunakan hukum Lambert-Beer. Spektrofotometer akan mengukur intensitas cahaya melewati sampel (I), dan membandingkan ke intensitas cahaya sebelum melewati sampel (Io). Rasio disebut transmittance, dan biasanya dinyatakan dalam persentase (% T) sehingga bisa dihitung besar absorban (A) dengan rumus A = -log %T (Underwood 2002).

description

Spektrofotometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur absorbansi dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu pada suatu obyek kaca atau kuarsa yang disebut kuvet. Sebagian dari cahaya tersebut akan diserap dan sisanya akan dilewatkan. Nilai absorbansi dari cahaya yang dilewatkan akan sebanding dengan konsentrasi larutan di dalam kuvet.

Transcript of 136634222-94747289-UV

Page 1: 136634222-94747289-UV

http://indter.com/health-technology/spektrofotometer/

Spektrofotometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur absorbansi dengan cara

melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu pada suatu obyek kaca atau kuarsa yang

disebut kuvet. Sebagian dari cahaya tersebut akan diserap dan sisanya akan dilewatkan. Nilai

absorbansi dari cahaya yang dilewatkan akan sebanding dengan konsentrasi larutan di dalam

kuvet.

Sedangkan menurut Cairns (2009), spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau

absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Tiap media akan menyerap cahaya

pada panjang gelombang tertentu tergantung pada senyawaan atau warna terbentuk. Secara garis

besar spektrofotometer terdiri dari 4 bagian penting yaitu :

a. Sumber Cahaya

Sebagai sumber cahaya pada spektrofotometer, haruslah memiliki pancaran radiasi yang stabil

dan intensitasnya tinggi. Sumber energi cahaya yang biasa untuk daerah tampak, ultraviolet

dekat, dan inframerah dekat adalah sebuah lampu pijar dengan kawat rambut terbuat dari

wolfram (tungsten). Lampu ini mirip dengan bola lampu pijar biasa, daerah panjang gelombang (l

) adalah 350 – 2200 nanometer (nm).

b. Monokromator

Monokromator adalah alat yang berfungsi untuk menguraikan cahaya polikromatis menjadi

beberapa komponen panjang gelombang tertentu (monokromatis) yang bebeda (terdispersi).

c. Cuvet

Cuvet spektrofotometer adalah suatu alat yang digunakan sebagai tempat contoh atau cuplikan

yang akan dianalisis. Cuvet biasanya terbuat dari kwars, plexigalass, kaca, plastic dengan bentuk

tabung empat persegi panjang 1 x 1 cm dan tinggi 5 cm. Pada pengukuran di daerah UV dipakai

cuvet kwarsa atau plexiglass, sedangkan cuvet dari kaca tidak dapat dipakai sebab kaca

mengabsorbsi sinar UV. Semua macam cuvet dapat dipakai untuk pengukuran di daerah sinar

tampak (visible).

d. Detektor

Peranan detektor penerima adalah memberikan respon terhadap cahaya pada berbagai panjang

gelombang. Detektor akan mengubah cahaya menjadi sinyal listrik yang selanjutnya akan

ditampilkan oleh penampil data dalam bentuk jarum penunjuk atau angka digital.

Dengan mengukur transmitans larutan sampel, dimungkinkan untuk menentukan konsentrasinya

dengan menggunakan hukum Lambert-Beer. Spektrofotometer akan mengukur intensitas cahaya

melewati sampel (I), dan membandingkan ke intensitas cahaya sebelum melewati sampel (Io).

Rasio disebut transmittance, dan biasanya dinyatakan dalam persentase (% T) sehingga bisa

dihitung besar absorban (A) dengan rumus A = -log %T (Underwood 2002).

Page 2: 136634222-94747289-UV

Spektrofotometer dibagi menjadi dua jenis yaitu spektrofotometer single-beam dan

spektrofotometer double-beam. Perbedaan kedua jenis spektrofotometer tersebut hanya pada

pemberian cahaya, dimana pada single-beam, cahaya hanya melewati satu arah sehingga nilai

yang diperoleh hanya nilai absorbansi dari larutan yang dimasukan. Berbeda dengan single-beam,

pada spektrofotometer double-beam, nilai blanko dapat langsung diukur bersamaan dengan

larutan yang diinginkan dalam satu kali proses yang sama. Prinsipnya adalah dengan adanya

chopper yang akan membagi sinar menjadi dua, dimana salah satu melewati blanko (disebut juga

reference beam) dan yang lainnya melewati larutan (disebut juga sample beam). Dari kedua jenis

spektrofotometer tersebut, spektrofotometer double-beam memiliki keunggulan lebih dibanding

single-beam, karena nilai absorbansi larutannya telah mengalami pengurangan terhadap nilai

absorbansi blanko. Selain itu, pada single-beam, ditemukan juga beberapa kelemahan seperti

perubahan intensitas cahaya akibat fluktuasi voltase.

Metode analisa menggunakan spektrofotometer disebut spektrofotometri. Spektrofotometri

merupakan suatu metoda analisa yang didasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis

oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombamg spesifik dengan menggunakan

monokromator prisma atau kisi difraksi dengan detektor fototube. Benda bercahaya seperti

matahari atau bohlam listrik memancarkan spektrum yang lebar terdiri atas panjang gelombang.

Panjang gelombang yang dikaitkan dengan cahaya tampak itu mampu mempengaruhi selaput

pelangi mata manusia dan karenanya menimbulkan kesan subyektif akan ketampakan (vision).

Dalam analisis secara spektrofotometri terdapat tiga daerah panjang gelombang elektromagnetik

yang digunakan, yaitu daerah UV (200 – 380 nm), daerah visible (380 – 700 nm), daerah

inframerah (700 – 3000 nm) (Khopkar 1990).

Metode ini dapat digunakan untuk mengetahui zat yang terkandung dalam makanan atau

minuman seperti micro nutrient, zat pewarna, dll tergantung panjang gelombang yang telah

disetting pada spektrofotometer. Setiap senyawa punya serapan maksimal pada panjang

gelombang tertentu. Panjang gelombang ini dinamakan panjang gelombang maksimum. Pada

panjang gelombang maksimum, hubungan antara absorbansi dan konsentrasi senyawa bisa

disetarakan. Panjang gelombang maksimum dicari lebih dahulu supaya lebih mudah mengatur

range panjang gelombang analisanya.

Analisa Parasetamol Metode Spektrofotometer UV-VIS ANALISA PARASETAMOL DENGAN SPEKTROFOTOMETER UV-VIS

A. ACARA

Analisa parasetamol dengan spektrofotometer UV-VIS

B. PRINSIP

Pengukuran kadar parasetamol pada panjang gelombang maksimum 244 nm setelah sampel

diencerkan.

C. TUJUAN

Mengetahui kadar parasetamol dalam sampel

D. DASAR TEORI

a. Spektrofotometer

Dalam analisis spektrofotometri digunakan sumber radiasi yang menjorok kedalam daerah

ulatraviolet spectrum itu. Dari spectrum itu, dipilih panjang-panjang gelombang tertentu dengan

lebar pita kurang dari 1 nm. Instrument ini sebenarnya terdiri dari dua instrument dalam satu kotak

yaitu sebah spectrometer dan sebuah fotometer.

spektrofotometer optis adalah sebuah instrument yang mempunyai system optis yang dapat

menghasilkan sebaran (dispersi) radiasi elektromagnetik yang masuk, dan dengan mana dapat

dilakukan pengukuran kuantitas radiasi yang diteruskan pada panjang gelombang terpilih dari

jangka spectral itu. Sebuah fotometer adalah peranti untuk mengukur intensitas radiasi yang

Page 3: 136634222-94747289-UV

diteruskan atau suatu fungsi intensitas ini, bila digabungkan dalam spektrofotometer, spectrometer

dan fotometer itu digunakan secara gabungan untuk menghasilkan suatu isyarat yang berpadanan

dengan selisih antar radiasi yang diteruskan oleh bahan pembanding dan radiasi yang diteruskan

oleh contoh pada panjang-panjang gelombang yang terpilih.

b. Parasetamol

Parasetamol atau asetaminofen adalah obat analgesic dan antipiretik yang populer dan digunakan

untuk melegakan sakit kepala, sengal-sengal dan sakit ringan, dan demam. Digunakan dalam

sebagian besar resep obat analgesic salesma dan flu. Ia aman dalam dosis standar, tetapi karena

mudah didapati, overdosis obat baik sengaja atau tidak sengaja sering terjadi.

Struktur molekul parasetamol

Parasetamol (Asetaminofen) merupakan salah satu obat yang paling banyak digunakan sehari-hari.

Obat ini berfungsi sebagai pereda nyeri dan penurun panas. Setelah berpuluh tahun digunakan,

parasetamol terbukti sebagai obat yang aman dan efektif. Tetapi, jika diminum dalam dosis

berlebihan (overdosis), parasetamol dapat menimbulkan kematian.

Berbeda dengan obat analgesik yang lain seperti aspirin dan ibuprofen, parasetamol tak memiliki

sifat antiradang. Jadi parasetamol tidak tergolong dalam obat jenis NSAID. Dalam dosis normal,

parasetamol tidak menyakiti permukaan dalam perut atau mengganggu gumpalan darah, ginjal atau

duktus arteriosus pada janin.

Parasetamol dapat dijumpai di dalam berbagai macam obat, baik sebagai bentuk tunggal atau

berkombinasi dengan obat lain, seperti misalnya obat flu dan batuk. Antidotum overdosis

parasetamol adalah N-asetilsistein (N-acetylcysteine, NAC). Antidotum ini efektif jika diberikan

dalam 8 jam setelah mengkonsumsi parasetamol dalam jumlah besar. NAC juga dapat mencegah

kerusakan hati jika diberikan lebih dini. Overdosis parasetamol dapat menyebabkan kerusakan hati.

Jika kerusakan sangat berat, mungkin perlu transplantasi hati agar korban bisa bertahan hidup.

E. ALAT DAN BAHAN

1. Alat

• Spektrofotometer UV-VIS

• Neraca analitik

• Spatula

• Labu ukur 10, 25, 50, 100, 250 mL

• Batang pengaduk

• corong gelas

• Beaker glass

2. Bahan

• Parasetamol murni

• Methanol

• Aquadest

F. PROSEDUR

1. Larutan parasetamol standar

a. larutan A (250 mg/L)

• menimbang 0,0625 g parasetamol murni dan masukan dalam labu ukur 250 mL

• melarutkannya dengan 10 mL methanol

• menambahkan aquadest sampai tanda batas

b. Larutan B

• memipet 50 mL larutan A dan mengencerkannya dengan aquadest sampai 250 mL dalam labu

Page 4: 136634222-94747289-UV

ukur.

2. Pembuatan larutan standar kerja

• mengambil larutan B sebanyak 5,00 ; 10,00 ; 15,00 ; 20,00 ; dan 25,00 mL dan memasukannya

masing-masing kedalam labu ukur 100 mL, lalu menambahkan aquadest pada masing-masing labu

ukur samapi tanda batas.

3. mengukur masing-masing larutan standar pada λ maksimal (200-300 nm)

4. mengukur masing-masing sampel pada λ maksimal, dan menghitung konsentrasi sampel dalam

mg.

G. DATA HASIL PENGAMATAN

1. Pengukuran larutan standar

Standar C (ppm) A (Absorbansi)

1 0,25 0,2053

2 5 0,3657

3 7,5 0,5320

4 10 0,6977

5 12,5 0,8592

persamaan linier : Y = OX2 + 0,06559X+0,09004

r = 0,9999

2. Pengukuran sampel

No Nama A (Absorbansi) C (ppm) Volume larutan (mL) Cakhir (mg) Csebenarnya (mg)

1 Adhyatnika Nugraha 0,734 10,586 100 1,0586 1

2 Bertha Julisti 0,892 13,039 250 3,2598 3

3 Fauziah 0,364 4,9313 1250 6,1641 6

4 Rahma Eka A 0,564 7,9851 125 0,9981 1

5 Yenih Kurniasih 0,679 9,7383 125 1,2172 1,25

H. PEMBAHASAN

Sampel yang dipergunakan dalam analisa kadar parasetamol dengan spektrofotometri UV-VIS adalah

parasetamol murni. Analisa parasetamol dalam sampel ini dilakukan oleh masing-masing personel

dan konsentrasi parasetamol dalam sampel telah diketahui terlebih dahulu, dan hasil dari analisa

oleh personel tersebut dibandingkan dengan konsentrasi sebenarnya.

Persiapan larutan deret standar dilakukan dengan cara pengenceran dari larutan standar dengan

konsentrasi 250 mg/L (ppm), larutan ini didapatkan dengan cara menimbang dengan teliti

parasetamol murni sebanyak 0,0625 g dan dilarutkan dengan methanol sebanyak 10 mL kemudian

ditambahkan aquadest sampai 250 mL pada labu ukur.

Dari larutan dengan konsentrasi 250 ppm ini kemudian dipipet sebanyak 50 mL dan dimasukan

kedalam labu ukur 250 mL, kemudian ditera dengan menggunakan aquadest. pengenceran 5 kali ini

diperoleh konsentrasi 50 ppm.

dari konsentrasi 50 ppm ini merupakan larutan standar yang akan dipergunakan untuk membuat

larutan deret standar untuk pengukuran dengan spektrofotometer. Dengan memipet larutan 50 ppm

sebanyak 5,00 ; 10,00; 15,00 ; 20,00 ; dan 25,00 mL dan masing-masing dimasukan kedalam labu

ukur 100 mL maka dapat diketahui konsentrasi dari masing-masing secara berurutan adalah 2,5 ; 5 ;

7,5 ; 10 ; dan 12,5 ppm, hasil ini didapatkan dari hasil perhitungan menggunakan rumus

pengenceran :

Keterangan : V1 : Volume awal

Page 5: 136634222-94747289-UV

N1 : Konsentarasi awal

V2 : Volume akhir

N2 : Konsentrasi akhir

Setelah konsentrasi dari larutan deret standar diketahui, proses selanjutnya adalah pengukuran

absorbansi dan konsentrasi dengan spektrofotometer. dari hasil pengukuran maka dapat diketahui

bahwa nilai absorbansi dari larutan deret standar tersebut adalah :

Standar C (ppm) A (Absorbansi)

1 0,25 0,2053

2 5 0,3657

3 7,5 0,5320

4 10 0,6977

5 12,5 0,8592

Dengan persamaan linier Y = OX2 + 0,06559X+0,09004 dan regresi linear 0,9999. Regresi linear

adalah ketelitian pembuatan standar yang dipergunakan untuk pengukuran dan regresi linear yang

baik adalah mendekati 1, dan hal ini membuktikan nilai 0,9999 saat pengukuran berarti sangat

baik.

Pengukuran selanjutnya adalah pengukuran sampel, sampel parasetamol yang diberikan kepada

masing-masing personel adalah parasetamol murni dengan konsentrasi yang sudah diketahui

sebelumnya akan tetapi konsentrasi tersebut tidak diketahui oleh personel.

Sampel diberikan dalam tabung reaksi dengan konsentrasi yang berbeda-beda untuk masing-masing

personel, larutan dalam tabung reaksi tersebut dipindahkan secara kuantitatif kedalam labu ukur,

untuk menghindari larutan yang terlalu encer maka labu ukur yang dipergunakan saat praktikum

adalah labu ukur dengan volume 25 mL, jika larutan tersebut diencerkan kedalam labu ukur dengan

volume yang lebih besar maka jika hasil pengukurannya terlalu rendah (encer) analisa tidak dapat

dilanjutkan karena larutan sampel hanya diberikan 1 kali.

Proses pengukuran dilakukan dengan menggunakan sinar tampak (VIS/ Visible) pada panjang

gelombang atau lamda (λ) antara 200-300nm, dan setelah pengukuran larutan deret standar

diketahui bahwa panjang gelombanag maksimumnya adalah 244 nm.

Proses pengukuran sampel oleh masing-masing personel dengan volume awal 25 mL diketahui

bahwa semuanya over range. Hal ini dikarenakan konsentrasinya terlalu pekat sehingga nilai

absorbansinya terlalu besar dan tidak sesuai dengan nilai absorbansi dari larutan deret standar yang

diukur terlebih dahulu.

Karena terlalu pekat larutan sampel kemudian diencerkan kembali, karena setiap personel memiliki

sampel dengan konsentrasi yang berbeda-beda maka volume akhir larutan sampel secara berurutan

adalah 100, 250, 1250, 125, 125 mL. setelah pengukuran kembali maka dapat diketahui nilai

absorbansi secara berurutan untuk masing-masing volume larutan adalah 0,734 ; 0,892 ; 0,364 ;

0,564 ; 0,679. Dan konsentrasi untuk masing-masing secara berurutan adalah 10,586 ; 13,039;

4,9313 ; 7,97383 ; 9,7383 ppm.

Konsentrasi yang diinginkan adalah dalam mg, maka hasil dari konsentrasi akhir tersebut

dikonversikan kedalam satuan mg, dengan menggunakan rumus :

dari hasil praktikum dan perhitungan dengan menggunakan rumus diatas, maka konsentrasi akhir

parasetamol dalam sampel secara berurutan adalah 1,0586 ; 3,2598 ; 6,1641 ; 0,9981 ; 1,2172 mg.

Hasil dari perhitungan tersebut kemudian dibandingkan dengan konsentrasi yang sebenarnya yaitu 1

; 3 ; 6 ; 1 ; 1,25.

Dari hasil analisa tersebut dan dibandingkan dengan konsentrsai sebenarnya dalam sampel, maka

Page 6: 136634222-94747289-UV

hasil dari analisa tersebut memiliki nilai akurasi yang tinggi karena nilai konsentrasinya mendekati

nilai sebenarnya.

I. KESIMPULAN

Proses pengukuran sampel parasetamol dengan menggunakan spektrofotometer adalah dengan

menggunakan daerah sinar tampak (VIS / Visible), dan dengan panjang gelombang atau lamda λ 244

nm.

Dari hasil pengukuran dengan menggunakan spektrofotometer diketahui bahwa absorbansi untuk

masing-masing deret standar adalah 2,5 ppm 0,2053 ; 5 ppm 0,3657 ; 7,5 ppm 0,5320 ; 10 ppm

0,6977 ; 12,5 ppm 0,8592. Dengan persamaan linier Y = OX2 + 0,06559X+0,09004 dan regresi linear

0,9999.

Dari hasil pengukuran sampel, diketahui bahwa pengukuran sampel yang pertama adalah over range

sehingga konsentrasinya tidak dapat diketahui, sedangkan konsentrasi akhir untuk sampel

parasetamol adalah 1,0586 ; 3,2598 ; 6,1641 ; 0,9981 ; 1,2172 mg, setelah dibandingkan dengan

konsentrasi parasetamol yang sebenarnya maka dapat diketahui bahwa hasil dari analisa tersebut

memiliki nilai akurasi yang tinggi karena nilai konsentrasinya mendekati nilai sebenarnya. J. DAFTAR PUSTAKA

• Basset, J - Denney, R.C – Jeffery, G.H – Mendham, J. BUKU AJAR VOGEL KIMIA ANALISIS

KUANTITATIF ANORGANIK. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran ECG

• Modul PJJ SPEKTROFOTOMETRI 2008

• http://www.wartamedika.com/2008/02/keracunanparasetamol.html>Keracunan Parasetamol

• http://in.wikipedia.org

http://btagallery.blogspot.com/2010/04/analisa-parasetamol-metode.html\

SPEKTROFOTOMETRI (KIMIA~XII)

Wednesday, January 25, 2012 1:34:54 PM

I.JUDUL PRAKTIKUM

Pembuatan Kurva Absorpsi paracetamol dalam NaOH 0,01 N dengan Berkas Radiasi Ganda ( Double

Beam ).

Penentuan Kadar Paracetamol Tablet dengan Cara Membandingkan Serapan Larutan Sampel

Terhadap Larutan Pembanding.

II.TUJUAN PRAKTIKUM

Mampu membuat Kurva Absorpsi paracetamol dalam NaOH 0,01 N dengan Berkas Radiasi Ganda (

Double Beam ).

Mampu melakukan Penentuan Kadar Paracetamol Tablet dengan Cara Membandingkan Serapan

Larutan Sampel Terhadap Larutan Pembanding.

III.LANDASAN TEORI

Spektrofotometri adalah sebuah metode analisis untuk mengukur konsentrasi suatu senyawa

berdasarkan kemampuan senyawa tersebut mengabsorbsi berkas sinar atau cahaya.

Spektrofotometri adalah alat yang terdiri dari spektrofotometer dan fotometer. Spektrofotometer

menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu, sementara fotometer

Page 7: 136634222-94747289-UV

adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorpsi. Istilah spektrofotometri

berhubungan dengan pengukuran energi radiasi yang diserap oleh suatu sistem sebagai fungsi

panjang gelombang dari radiasi maupun pengukuran panjang absorpsi terisolasi pada suatu panjang

gelombang tertentu (Underwood 1994).

Secara umum spektrofotometri dibedakan menjadi empat macam, yaitu :

a) Spektrofotometer ultraviolet

b) Spektrofotometer sinar tampak

c) Spektrofotometer infra merah

d) Spektrofotometer serapan atom

Spektrum elektromagnetik terdiri dari urutan gelombang dengan sifat-sifat yang berbeda. Kawasan

gelombang penting di dalam penelitian biokimia adalah ultra lembayung (UV, 180-350 nm) dan

tampak (VIS, 350-800 nm). Cahaya di dalam kawasan ini mempunyai energi yang cukup untuk

mengeluarkan elektron valensi di dalam molekul tersebut (Keenan 1992).

Penyerapan sinar UV-Vis dibatasi pada sejumlah gugus fungsional atau gugus kromofor yang

mengandung elektron valensi dengan tingkat eksutasi rendah. Tiga jenis elektron yang terlibat

adalah sigma, phi, dan elektron bebas. Kromofor-kromofor organik seperto karbonil, alkena, azo,

nitrat, dan karboksil mampu menyerap sinar ultraviolet dan sinar tampak. Panjang gelombang

maksimumnya dapat berubah sesuai dengan pelarut yang digunakan. Auksokrom adalah gugus

fungsional yang mempunyai elektron bebas nseperti hidroksil, metoksi, dan amina. Terkaitnya

gugus kromofor akan mengakibatkan pergeseran pita absorpsi menuju ke panjang gelombang yang

lebih besar dan disertai dengan peningkatan intensitas (Hart 2003).

Ketika cahaya melewati suatu larutan biomolekul, terjadi dua kemungkinan. Kemungkinan pertama

adalah cahaya ditangkap dan kemungkinan kedua adalah cahaya discattering. Bila energi dari

cahaya (foton) harus sesuai dengan perbedaan energi dasar dan energi eksitasi dari molekul

tersebut. Proses inilah yang menjadi dasar pengukuran absorbansi dalam spektrofotometer (Aisyah

2009).

Cara kerja spektrofotometer dimulai dengan dihasilkannya cahaya monokromatik dari sumber sinar.

Cahaya tersebut kemudian menuju ke kuvet (tempat sampel/sel). Banyaknya cahaya yang

diteruskan maupun yang diserap oleh larutan akan dibaca oleh detektor yang kemudian

menyampaikan ke layar pembaca (Hadi 2009)

Hasil pengukuran yang baik dari suatu parameter kuantitas kimia, dapat dilihat berdasarkan tingkat

presisi dan akurasi yang dihasilkan.Akurasi menunjukkan kedekatan nilai hasil pengukuran dengan

nilai sebenarnya. Untuk menentukan tingkat akurasi perlu diketahui nilai sebenarnya dari

parameter yang diukur dan kemudian dapat diketahui seberapa besar tingkat akurasinya. Presisi

menunjukkan tingkat reliabilitas dari data yang diperoleh. Hal ini dapat dilihat dari standar deviasi

yang diperoleh dari pengukuran, presisi yang baik akan memberikan standar deviasi yang kecil dan

bias yang rendah. Jika diinginkan hasil pengukuran yang valid, maka perlu dilakukan pengulangan,

misalnya dalam penentuan nilai konsentrasi suatu zat dalam larutan larutan dilakukan pengulangan

sebanyak n kali. Dari data tersebut dapat diperoleh ukuran harga nilai terukur adalah rata-rata dari

hasil yang diperoleh dan standar deviasi.

Tipe kesalahan dalam pengukuran analitik dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:

1. Kesalahan serius (Gross error)

Tipe kesalahan ini sangat fatal, sehingga konsekuensinya pengukuran harus diulangi. Contoh dari

kesalahan ini adalah kontaminasi reagent yang digunakan, peralatan yang memang rusak total,

sampel yang terbuang, dan lain lain. Indikasi dari kesalahan ini cukup jelas dari gambaran data yang

sangat menyimpang, data tidak dapat memberikan pola hasil yang jelas, tingkat reprodusibilitas

Page 8: 136634222-94747289-UV

yang sangat rendah dan lain lain.

2. Kesalahan acak (Random error)

Golongan kesalahan ini merupakan bentuk kesalahan yang menyebabkan hasil dari suatu perulangan

menjadi relatif berbeda satu sama lain, dimana hasil secara individual berada di sekitar harga rata-

rata. Kesalahan ini memberi efek pada tingkat akurasi dan kemampuan dapat terulang

(reprodusibilitas). Kesalahan ini bersifat wajar dan tidak dapat dihindari, hanya bisa direduksi

dengan kehati-hatian dan konsentrasi dalam bekerja.

3. Kesalahan sistematik (Systematic error)

Kesalaahn sistematik merupakan jenis kesalahan yang menyebabkan semua hasil data salah dengan

suatu kemiripan. Hal ini dapat diatasi dengan:

a. Standarisasi prosedur

b. Standarisasi bahan

c. Kalibrasi instrument

Secara umum, faktor yang menjadi sumber kesalahan dalam pengukuran sehingga menimbulkan

variasi hasil, antara lain adalah:

1. Perbedaan yang terdapat pada obyek yang diukur.

Hal ini dapat diatasi dengan :

a.Obyek yang akan dianalisis diperlakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh ukuran kualitas yang

homogen.

b.Mengggunakan tekhnik sampling dengan baik dan benar

2. Perbedaan situasi pada saat pengukuran

Perbedaan ini dapat diatasi dengan cara mengenali persamaan dan perbedaan suatu obyek yang

terdapat pada situasi yang sama. Dengan demikian sifat-sifat dari obyek dapat diprediksikan.

3. Perbedaan alat dan instrumentasi yang digunakan

Cara yang digunakan untuk mengatasinya adalah dengan menggunakan alat pengatur yang

terkontrol dan telah terkalibrasi.

4. Perbedaan penyelenggaraan/administrasi

Kendala ini diatasi dengan menyelesaikan permasalahannon-teknis dengan baik sehingga keadaan

peneliti selalu siap untuk sehingga melakukan kerja.

5. Perbedaan pembacaan hasil pengukuran

Kesalahan ini dapat diatasi dengan selalu berupaya untuk mengenali alat atau instrumentasi yang

akan digunakan terlebih dahulu.

Salah satu contoh instrumentasi analisis yang lebih kompleks adalah spektrofotometer UV-Vis. Alat

ini banyak bermanfaat untuk penentuan konsentrasi senyawa-senyawa yang dapat menyerap radiasi

pada daerah ultraviolet (200 – 400 nm) atau daerah sinar tampak (400 – 800 nm) Analisis ini dapat

digunakan yakni dengan penentuan absorbansi dari larutan sampel yang diukur.

Pengukuran absorbansi untuk tujuan analisis kuantitatif dengan metode spektrofotometri uv-visibel

harus memenuhi hokum Lambert-Beer. Hukum Lambert Beer berlaku dengan baik bila larutannya

tidak terlalu encer ataupun pekat. Kesalahan relative minimal yang diberikan /dihasilkan larutan

tersebut terjadi bila absorbansinya = 0,434 atau transmisinya 36,8%. Umumnya di dalam prosedur

analisis kuantitatif serapan larutan yang diukur sebaiknya berada pada rentang transmitan 15-75%.

Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari spektrometer dan

fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu

dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi.

Jadi spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut

Page 9: 136634222-94747289-UV

ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. Kelebihan

spektrofotometer dibandingkan fotometer adalah panjang gelombang dari sinar putih lebih dapat

terseleksi dan ini diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating ataupun celah optis. Pada

fotometer filter, sinar dengan panjang gelombang yang diinginkan diperoleh dengan berbagai filter

dari berbagai warna yang mempunyai spesifikasi melewatkan trayek panjang gelombang tertentu.

Pada fotometer filter, tidak mungkin diperoleh panjang gelombang yang benar-benar

monokromatis, melainkan suatu trayek panjang gelombang 30-40 nm. Sedangkan pada

spektrofotometer, panjang gelombang yang benar-benar terseleksi dapat diperoleh dengan bantuan

alat pengurai cahaya seperti prisma. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum

tampak yang kontinyu, monokromator, sel pengabsorpsi untuk larutan sampel atau blangko dan

suatu alat untuk mengukur perbedaan absorpsi antara sampel dan blangko ataupun pembanding.

Suatu grafik yang menghubungkan antara banyaknya sinar yang diserap dengan frekuensi (panjang

gelombang) sinar merupakan spektrum absorpsi. Transisi yang dibolehkan untuk suatu molekul

dengan struktur kimia yang berbeda adalah tidak sama sehingga spektra absorpsinya juga berbeda.

Dengan demikian, spektra dapat digunakan sebagai bahan informasi yang bermanfaat untuk analisis

kualitatif. Banyaknya sinar yang diabsorpsi pada panjang gelombang tertentu sebanding dengan

banyaknya molekul yang menyerap radiasi, sehingga spektra absorpsi juga dapat digunakan untuk

analisis kuantitatif .

Semua molekul dapat mengabsorpsi radiasi daerah UV-Vis karena mereka mengandung elektron,

baik sekutu maupun menyendiri, yang dapat dieksitasikan ke tingkat energi yang lebih tinggi

(Underwood, 2002).

Spektrofotometri merupakan salah satu metode dalam kimia analisis yang digunakan untuk

menentukan komposisi suatu sampel baik secara kuantitatif dan kualitatif yang didasarkan pada

interaksi antara materi dengan cahaya. Peralatan yang digunakan dalam spektrofotometri disebut

spektrofotometer. Cahaya yang dimaksud dapat berupa cahaya visibel, UV dan inframerah,

sedangkan materi dapat berupa atom dan molekul namun yang lebih berperan adalah elektron

valensi.

Sinar atau cahaya yang berasal dari sumber tertentu disebut juga sebagai radiasi elektromagnetik.

Radiasi elektromagnetik yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari adalah cahaya matahari.

Dalam interaksi materi dengan cahaya atau radiasi elektromagnetik, radiasi elektromagnetik

kemungkinanan dihamburkan, diabsorbsi atau dihamburkan sehingga dikenal adanya spektroskopi

hamburan, spektroskopi absorbsi ataupun spektroskopi emisi.

Pengertian spektroskopi dan spektrofotometri pada dasarnya sama yaitu di dasarkan pada interaksi

antara materi dengan radiasi elektromagnetik. Namun pengertian spektrofotometri lebih spesifik

atau pengertiannya lebih sempit karena ditunjukan pada interaksi antara materi dengan cahaya

(baik yang dilihat maupun tidak terlihat). Sedangkan pengertian spektroskopi lebih luas misalnya

cahaya maupun medan magnet termasuk gelombang elektromagnetik.

Radiasi elektromagnetik memiliki sifat ganda yang disebut sebagai sifat dualistik cahaya yaitu:

1) Sebagai gelombang

2) Sebagai partikel-partikel energi yang disebut foton.

Karena sifat tersebut maka beberapa parameter perlu diketahui misalnya panjang gelombang,

frekuensi dan energi tiap foton. Panjang gelombang (l) didefinisikan sebagai jarak antara dua

puncak.

Hubungan dari ketiga parameter di atas dirumuskan oleh Planck yang dikenal dengan persamaan

Planck. Hubungan antara panjang gelombang frekuensi dirumuskan sebagai

Page 10: 136634222-94747289-UV

c = λ . v atau λ = c/v atau v = c/λ

Persamaan Planck: hubungan antara energi tiap foton dengan frekuensi

E = h . v

E = h . c/ λ

Dimana :

E = energi tiap foton

h = tetapan Planck (6,626 x 10-34 J.s),

v = frekuensi sinar

c = kecepatan cahaya (3 x 108 m.s-1).

Dari rumus di atas dapat diketahui bahwa energi dan frekuensi suatu foton akan berbanding terbalik

dengan panjang gelombang tetapi energi yang dimiliki suatu foton akan berbanding lurus dengan

frekuensinya.

Misalnya: energi yang dihasilkan cahaya UV lebih besar dari pada energi yang dihasilkan sinar

tampak. Hal ini disebabkan UV memiliki panjang gelombang (λ) yang lebih pendek (100–400 nm)

dibanding panjang gelombang yang dimiliki sinar tampak (400–800 nm).

Berbagai satuan energi beserta faktor konversinya dapat dilihat pada tabel:

Erg Joule Kalori l.atm E.volt

1 erg = 1 10-7 2,3901×10-8 9,8687×1010 6,2418×1011

J joule = 107 1 2,3901×10-1 9,8687×10-3 6,2418×1018

1 kalori 4,1849×107 4,1840 1 4,1291×10-2 2,6116×1019

1 atm = 1,0133×109 1,0133×102 24,218 1 16,6248×1020

1 E.volt = 1,6021×10-12 1,6021x-19 3,8291×10-20 1,5611×10-20 1

Interaksi antara materi dengan cahaya disini adalah terjadi penyerapan cahaya, baik cahaya Uv, Vis

maupun Ir oleh materi sehingga spektrofotometri disebut juga sebagai spektroskopi absorbsi.

Dari 4 jenis spektrofotometri ini (UV, Vis, UV-Vis dan Ir) memiliki prinsip kerja yang sama yaitu

“adanya interaksi antara materi dengan cahaya yang memiliki panjang gelombang tertentu”.

Perbedaannya terletak pada panjang gelombang yang digunakan.

Secara sederhana Instrumen spektrofotometri yang disebut spektrofotometer terdiri dari :

sumber cahaya – monokromator – sel sampel – detektor – read out (pembaca).

Fungsi masing-masing bagian:

1.Sumber sinar polikromatis berfungsi sebagai sumber sinar polikromatis dengan berbagai macam

rentang panjang gelombang. Untuk sepktrofotometer

•UV menggunakan lampu deuterium atau disebut juga heavi hidrogen

Page 11: 136634222-94747289-UV

•VIS menggunakan lampu tungsten yang sering disebut lampu wolfram

•UV-VIS menggunan photodiode yang telah dilengkapi monokromator.

•Infra merah, lampu pada panjang gelombang IR.

2.Monokromator berfungsi sebagai penyeleksi panjang gelombang yaitu mengubah cahaya yang

berasal dari sumber sinar polikromatis menjadi cahaya monaokromatis. Jenis monokromator yang

saat ini banyak digunakan adalan gratting atau lensa prisma dan filter optik.

Jika digunakan grating maka cahaya akan dirubah menjadi spektrum cahaya. Sedangkan filter optik

berupa lensa berwarna sehingga cahaya yang diteruskan sesuai dengan warnya lensa yang dikenai

cahaya. Ada banyak lensa warna dalam satu alat yang digunakan sesuai dengan jenis pemeriksaan.

Pada gambar di atas disebut sebagai pendispersi atau penyebar cahaya. dengan adanya pendispersi

hanya satu jenis cahaya atau cahaya dengan panjang gelombang tunggal yang mengenai sel sampel.

Pada gambar di atas hanya cahaya hijau yang melewati pintu keluar. Proses dispersi atau

penyebaran cahaya seperti yang tertera pada gambar.

3.Sel sampel berfungsi sebagai tempat meletakan sampel

oUV, VIS dan UV-VIS menggunakan kuvet sebagai tempat sampel. Kuvet biasanya terbuat dari kuarsa

atau gelas, namun kuvet dari kuarsa yang terbuat dari silika memiliki kualitas yang lebih baik. Hal

ini disebabkan yang terbuat dari kaca dan plastik dapat menyerap UV sehingga penggunaannya

hanya pada spektrofotometer sinar tampak (VIS). Cuvet biasanya berbentuk persegi panjang dengan

lebar 1 cm.

oIR, untuk sampel cair dan padat (dalam bentuk pasta) biasanya dioleskan pada dua lempeng

natrium klorida. Untuk sampel dalam bentuk larutan dimasukan ke dalam sel natrium klorida. Sel

ini akan dipecahkan untuk mengambil kembali larutan yang dianalisis, jika sampel yang dimiliki

sangat sedikit dan harganya mahal.

4.Detektor berfungsi menangkap cahaya yang diteruskan dari sampel dan mengubahnya menjadi

arus listrik. Syarat-syarat sebuah detektor :

•Kepekaan yang tinggi

•Perbandingan isyarat atau signal dengan bising tinggi

•Respon konstan pada berbagai panjang gelombang.

•Waktu respon cepat dan signal minimum tanpa radiasi.

•Signal listrik yang dihasilkan harus sebanding dengan tenaga radiasi.

Macam-macam detektor :

•Detektor foto (Photo detector)

•Photocell, misalnya CdS.

•Phototube

•Hantaran foto

•Dioda foto

•Detektor panas

5.Read out merupakan suatu sistem baca yang menangkap besarnya isyarat listrik yang berasal dari

detektor.

Proses Absorbsi Cahaya pada Spektrofotometri

Ketika cahaya dengan panjang berbagai panjang gelombang (cahaya polikromatis) mengenai suatu

zat, maka cahaya dengan panjang gelombang tertentu saja yang akan diserap. Di dalam suatu

Page 12: 136634222-94747289-UV

molekul yang memegang peranan penting adalah elektron valensi dari setiap atom yang ada hingga

terbentuk suatu materi. Elektron-elektron yang dimiliki oleh suatu molekul dapat berpindah

(eksitasi), berputar (rotasi) dan bergetar (vibrasi) jika dikenai suatu energi.

Jika zat menyerap cahaya tampak dan UV maka akan terjadi perpindahan elektron dari keadaan

dasar menuju ke keadaan tereksitasi. Perpindahan elektron ini disebut transisi elektronik. Apabila

cahaya yang diserap adalah cahaya inframerah maka elektron yang ada dalam atom atau elektron

ikatan pada suatu molekul dapat hanya akan bergetar (vibrasi). Sedangkan gerakan berputar

elektron terjadi pada energi yang lebih rendah lagi misalnya pada gelombang radio.

Atas dasar inilah spektrofotometri dirancang untuk mengukur konsentrasi suatu suatu yang ada

dalam suatu sampel. Dimana zat yang ada dalam sel sampel disinari dengan cahaya yang memiliki

panjang gelombang tertentu. Ketika cahaya mengenai sampel sebagian akan diserap, sebagian akan

dihamburkan dan sebagian lagi akan diteruskan.

Pada spektrofotometri, cahaya datang atau cahaya masuk atau cahaya yang mengenai permukaan

zat dan cahaya setelah melewati zat tidak dapat diukur, yang dapat diukur adalah It/I0 atau I0/It

(perbandingan cahaya datang dengan cahaya setelah melewati materi (sampel)). Proses penyerapan

cahaya oleh suatu zat dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar Proses penyerapan cahaya oleh zat dalam sel sampel. dari gambar terlihat bahwa zat

sebelum melewati sel sampel lebih terang atau lebih banyak di banding cahaya setelah melewati

sel sampel

Cahaya yang diserap diukur sebagai absorbansi (A) sedangkan cahaya yang hamburkan diukur

sebagai transmitansi (T), dinyatakan dengan hukum lambert-beer atau Hukum Beer, berbunyi:

“Jumlah radiasi cahaya tampak (ultraviolet, inframerah dan sebagainya) yang diserap atau

ditransmisikan oleh suatu larutan merupakan suatu fungsi eksponen dari konsentrasi zat dan tebal

larutan”.

Berdasarkan hukum Lambert-Beer, rumus yang digunakan untuk menghitung banyaknya cahaya yang

hamburkan:

dan absorbansi dinyatakan dengan rumus:

dimana I0 merupakan intensitas cahaya datang dan It atau I1 adalah intensitas cahaya setelah

melewati sampel.

Rumus yang diturunkan dari Hukum Beer dapat ditulis sebagai:

A= a . b . c atau A = ε . b . c

Dimana :

A = absorbansi

b atau terkadang digunakan l = tebal larutan (tebal kuvet diperhitungkan juga umumnya 1 cm)

c = konsentrasi larutan yang diukur

ε = tetapan absorptivitas molar (jika konsentrasi larutan yang diukur dalam molar)

a = tetapan absorptivitas (jika konsentrasi larutan yang diukur dalam ppm).

Secara eksperimen hukum Lambert-beer akan terpenuhi apabila peralatan yang digunakan

memenuhi kriteria-kriteria berikut:

1.Sinar yang masuk atau sinar yang mengenai sel sampel berupa sinar dengan dengan panjang

Page 13: 136634222-94747289-UV

gelombang tunggal (monokromatis).

2.Penyerapan sinar oleh suatu molekul yang ada di dalam larutan tidak dipengaruhi oleh molekul

yang lain yang ada bersama dalam satu larutan.

3.Penyerapan terjadi di dalam volume larutan yang luas penampang (tebal kuvet) yang sama.

4.Penyerapan tidak menghasilkan pemancaran sinar pendafluor. Artinya larutan yang diukur harus

benar-benar jernih agar tidak terjadi hamburan cahaya oleh partikel-partikel koloid atau suspensi

yang ada di dalam larutan.

5.Konsentrasi analit rendah. Karena apabila konsentrasi tinggi akan menggangu kelinearan grafik

absorbansi versus konsntrasi.

Faktor-faktor yang sering menyebabkan kesalahan dalam menggunakan spektrofotometer dalam

mengukur konsentrasi suatu analit:

1.Adanya serapan oleh pelarut. Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan blangko, yaitu larutan

yang berisi selain komponen yang akan dianalisis termasuk zat pembentuk warna.

2.Serapan oleh kuvet. Kuvet yang ada biasanya dari bahan gelas atau kuarsa, namun kuvet dari

kuarsa memiliki kualitas yang lebih baik.

3.Kesalahan fotometrik normal pada pengukuran dengan absorbansi sangat rendah atau sangat

tinggi, hal ini dapat diatur dengan pengaturan konsentrasi, sesuai dengan kisaran sensitivitas dari

alat yang digunakan (melalui pengenceran atau pemekatan).

Spektrum UV, VIS, UV-VIS dan IR

Data-data yang dikeluarkan oleh UV atau VIS dapat berupa absorbansi atau transmitansi yang

langsung dibaca pada spektrofotometer. Namun untuk UV, VIS, UV-VIS dan IR data yang dikeluarkan

dapat berupa spektrum jika telah dihubungkan dengan komputer.

Spektrum yang dikeluarkan oleh UV, VIS dan UV-VIS berupa pita yang lebar sedangkan pada pita

yang dikeluarkan oleh IR berupa garis atau puncak tajam.

Pita melebar dari UV-VIS disebabkan karena energi yang dimiliki selain menyebabkan transisi

elektronik terjadi pula rotasi dan vibrasi elektron dalam molekul. Sedangkan pada IR hanya terjadi

vibrasi elektron maka spektrum yang dihasilkan berupa garis atau puncak tajam. Selain pada IR,

spektrum berupa garis dapat terjadi pula pada spektroskopi NMR karena hanya terjadi rotasi

elektron.

Spektrum yang dihasilkan dari setiap spektroskopi berbeda antara satu dengan yang lainnya. Para

kimiawan spektrum UV, VIS maupun IR dapat dibedakan dengan mudah. Spektrum yang dihasilkan

oleh UV, VIS dan UV-VIS tidak berbeda jauh namun sangat sangat berbeda bila dibanding spektrum

IR. Untuk membedakannya dapat dilihat pada gambar:

Gambar spektrum UV. Namun spektrum dari spektrofotometer VIS dan UV-VIS menyerupai spektrum

UV

Gambar spektrum IR. Pita tertinggi mengarah ke bawah sedangkan pada UV pita yang paling tinggi

mengarah ke atas hal ini disebabkan spektrofotometer IR ditulis dalam bentung bilangan

gelombang.

Instrumentasi untuk Spektrofotometri

Page 14: 136634222-94747289-UV

Spektrofotometer adalah suatu instrumen untuk mengukur transmitan / absorbans suatu sampel

sebagai fungsi panjang gelombang, pengukuran terhadap sederetan sampel pada suatu panjang

gelombang tunggal. Komponen utama dari spektrofotometer dapat dilihat pada gambar sebagai

berikut.

Diagram komponen utama spektrofotometer.

Penyebab kesalahan sistematik yang sering terjadi dalam analisis menggunakan spektrofotometer

adalah:

a)Serapan oleh pelarut

Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan blangko, yaitu larutan yang berisi matrik selain komponen

yang akan dianalisis.

b)Serapan oleh kuvet

Kuvet yang biasa digunakan adalah dari bahan gelas atau kuarsa. Dibandingkan dengan kuvet dari

bahan gelas, kuvet kuarsa memberikan kualitas yang lebih baik, namun tentu saja harganya jauh

lebih mahal. Serapan oleh kuvet ini diatasi dengan penggunaan jenis, ukuran, dan bahan kuvet yang

sama untuk tempat blangko dan sampel.

c)Kesalahan fotometrik normal pada pengukuran dengan absorbansi sangat rendah atau sangat

tinggi, hal ini dapat diatur dengan pengaturan konsentrasi, sesuai dengan kisaran sensitivitas dari

alat yang digunakan. (melalui pengenceran atau pemekatan)

Untuk mengatasi kesalahan pada pemakaian spektrofotometer UV-Vis maka perlu dilakukan

kalibrasi. Kalibrasi dalam spektrofotometer UV-Vis dilakukan dengan menggunakan blangko:

Setting nilai absorbansi = 0

Setting nilai transmitansi = 100 %

Penentuan kalibrasi dilakukan denganikuti prosedur sebagai berikut:

a.Dilakukan dengan larutan blangko (berisi pelarut murni yang digunakan dalam sampel) dengan

kuvet yang sama.

b.Setiap perubahan panjang gelombang diusahakan dilakukan proses kalibrasi.

c.Proses kalibrasi pada pengukuran dalam waktu yang lama untuk satu macam panjang gelombang,

dilakukan secara periodik selang waktu per 30 menit.

Dengan adanya proses kalibrasi pada spektrofotometer UV-Vis ini maka akan membantu pemakai

untuk memperoleh hasil yang kaurat dan presisi.

Oleh karena itu dalam praktek sangat dianjurkan untuk menyiapkan beberapa larutan dengan

konsentrasi yang berbeda biasanya disebut larutan standar, kemudian diukur absorbansinya. Hasil

pengukuran dibuat grafik kalibrasi absorbansi vs konsentrasi. Selanjutnya konsentrasi larutan yang

belum diketahui dapat ditentukan dari grafik tersebut.

Dengan menggunakan grafik kalibrasi yang diperoleh dari beberapa standar dibanding dengan

menggunakan satu standar , ketidakpastian analisa dapat dikurangi dan karenanya ketelitian akan

sangat meningkat. Perlu dicatat bahwa garis lurus pada grafik kalibrasi tidak akan diperoleh dengan

cara mem-plot transmitans vs konsentrasi. Karena absorbansi dan transmitans dihubungkan oleh

Page 15: 136634222-94747289-UV

persamaan :

A = - log T

maka tidak ada hubungan linear antara transmitans dan konsentrasi.

Oleh karena itu jika hasil pengukuran berupa transmitans, makaharus diubah ke bentuk absorbansi

agar dapat membuat kurvakalibrasi.

Pemilihan Panjang Gelombang untuk Analisa Kuantitatif

Dalam spektrometri molekular kuantitatif, pengukuran absorbansi atau transmitans dibuat

berdasarkan satu seri (rangkaian) larutan pada panjang gelombang yang telah ditetapkan. Panjang

gelombang paling yang sesuai ditentukan dengan membuat spektrum absorbsi dimana panjang

gelombang yang paling sesuai adalah yang menghasilkan absorbansi maksimum. Selanjutnya

panjang gelombang ini digunakan untuk pengukuran kuantitatif. Dengan menggunakan panjang

gelombang dari absorbansi 118 yang maksimum, maka jika terjadi penyimpangan (deviasi) kecil

panjang gelombang dari cahaya masuk hanya akan menyebabkan kesalahan yang kecil dalam

pengukuran tersebut. Jika panjang gelombang dipilih dari daerah spektrum di mana ada suatu

perubahan yang besar absorbansi dalam daerah (range) panjang gelombang yang sempit, maka jika

terjadi penyimpangan (deviasi) kecil panjang gelombang dari cahaya masuk akan menyebabkan

kesalahan yang besar dalam pengukuran absorbansi tersebut.

Pengaruh radiasi polikromatik pada hubungan hukum Beer. Pita A menunjukkan penyimpangan

(deviasi) yang kecil selama tidak terjadi perubahan besar pada ? sepanjang pita tersebut. Pita B

menunjukkan penyimpangan yang jelas karena ? mengalami perubahan yang berarti pada daerah

tersebut.

Kesalahan dalam Analisis Spektrometri Kuantitatif

Ada tiga sumber kesalahan dalam pengukuran dengan spektrofotometer :

(a) pengaturan ke absorbabsi nol (100% T)

(b) pengaturan ke absorbansi (0% T)

(c) pembacaan nilai absorbansi atau transmitans

IV.PROSEDUR PRAKTIKUM

Pembuatan Larutan NaOH 0,1 N

1.Ambil 5 ml NaOH 1 N

2.Letakkan pada labu takar 500 ml

3.Lalu adkan sampai batas yang tertera, lalu kocok-kocok hingga merata

Pembuatan Larutan Baku

1.Timbang kertas perkamen terlebih dahulu

2.Timbang dengan seksama 75 mg atau 0,075 g parasetamol baku

3.Masukan ke dalam labu terukur 100 ml

4.Tambahkan larutan NaOH 0,1 N yang telah dibakukan hingga batas 100 ml, kocok sampai larut

5.Saring dengan menggunakan kertas saring lalu letakkan pada beker glass

6.Pipet 1 ml masukan pada labu terukur lainnya 100 ml.

7.Tambahkan larutan NaOH 0,1 N yang telah dibakukan hingga batas 100 ml, kocok sampai larut

8.Beri label parasetamol baku

Pembuatan Larutan Sampel

•Timbang satu per satu tablet parasetamol sebanyak 20 tablet, lalu cari bobot rata-ratanya

Page 16: 136634222-94747289-UV

•Timbang dengan seksama parasetamol sampel yang hasil penimbangannya tersebut

•Masukan ke dalam labu terukur 100 ml

•Tambahkan larutan NaOH 0,1 N yang telah dibakukan hingga batas 100 ml, kocok sampai larut

•Saring dengan menggunakan kertas saring lalu letakkan pada beker glass

•Pipet 1 ml masukan pada labu terukur lainnya 100 ml.

•Tambahkan larutan NaOH 0,1 N yang telah dibakukan hingga batas 100 ml, kocok sampai larut

•Beri label parasetamol sampel

V.PERHITUNGAN BAHAN

Perhitungan untuk NaOH 0,1 N

Yang tersedia di laboratorium 1 N

Yang dicari adalah 0,1 N

V1.N1 = V2.N2

V1.N1 = 500 x 0,01

V1 = 5/1

V1 = 5 N → ad. kan dengan 500 ml aqua dest

Perhitungan Penimbangan Bahan

Untuk Larutan Baku :

Kertas perkamen I : 0,3601 g

Paracetamol : 0,0750 g +

0,4351 g

Kertas perkamen II : 0,3583 g

Untuk Larutan Sampel :

Kertas perkamen I : 0,3550 g

Paracetamol : 0,0900 g +

0,4450 g

Kertas perkamen II : 0,3522 g

Perhitungan Pembuatan Sample

Timbang satu per satu tablet dan gerus untuk mencari bobot rata-rata

Kadar etiket = 500 mg

Bobot rata-rata 20 tablet = 0,6043 g

Penimbangan sample = Bobot rata-rata x Kesetaraan

Kadar etiket

= 0,6043 g x 0,075 g

0,500

= 0,0906584 g

= 0,090 g

VI.HASIL PRAKTIKUM

maxTabel Pengukuran Transmitan ( T ) larutan sampel dan larutan pembanding pada

Zat : Paracetamol

Pelarut : NaOH 0,01 N

max : 257 nm

No Larutan Bobot Zat Absorbansi

1 Pembanding/baku 0,075 g 0,5356

Page 17: 136634222-94747289-UV

2 Sampel 0,090 g 0,6313

Cara Penetapan

Ukur serapan larutan sampel dan larutan baku dengan menggunakan spektrofotometer UV pada

panjang gelombang baku lebih kurang 257 nm dan digunakan NaOH 0,01 N sebagai blanko. Hitung

kadar zat aktif sampel dengan menggunakan rumus :

Perhitungan Kadar Zat Aktif

Kadar zat aktif sampel

= Bobot rata-rata x Absorben sampel x Faktor Pengenceran Sampel x Bobot Baku Pembanding

Bobot Sampel Absorben baku Faktor Pengenceran Baku

= 0,6043 g x 0,6313 g x 10.000 x 0,075

0,0928 g 0,5356 g 10.000

= 6,511 g x 1,179 g x 1 x 0,075 g

= 0,575 g

= 575 mg

Persentase kadar

= Kadar zat aktif sampel x 100 %

Kadar pada kemasan

= 594 mg x 100 %

500 mg

= 115 %

VII.PEMBAHASAN

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui spektrum serapan suatu zat dan menentukan kandungan

kadar obat yang terkandung dalam tablet parasetamol 500 mg dengan cara spektofotometri.

Spektrofotometri adalah sebuah metode analisis untuk mengukur konsentrasi suatu senyawa

berdasarkan kemampuan senyawa tersebut mengabsorbsi berkas sinar atau cahaya.

Spektrofotometri adalah alat yang terdiri dari spektrofotometer dan fotometer. Spektrofotometer

menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu, sementara fotometer

adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorpsi. Istilah spektrofotometri

berhubungan dengan pengukuran energi radiasi yang diserap oleh suatu sistem sebagai fungsi

panjang gelombang dari radiasi maupun pengukuran panjang absorpsi terisolasi pada suatu panjang

gelombang tertentu.

Adapun keuntungan menggunakan metoda ini, yaitu dapat digunakan untuk analisa zat dakam

jumlah kecil dan pengerjaannya cepat sederhana dan non destruktif. Secara umum

spektrofotometri dibedakan menjadi empat macam, yaitu spektrofotometer ultraviolet,

spektrofotometer sinar tampak, spektrofotometer infra merah, dan spektrofotometer serapan

atom. Namun, pada praktikum kali ini kami menggunakan spektrofotometer ultraviolet.

Pengukuran zat dengan spektofotometri selalu melibatkan analat blanko dan standar. Blanko adalah

Page 18: 136634222-94747289-UV

larutan yang mempunyai perlakuan yang sama dengan analat tetapi tidak mengandung komponen

analat. Tujuan pembuatan larutan blanko ini adalah untuk mengetahui besarnya serapan oleh zat

yang bukan analat. Larutan analat adalah larutan yang dianalisis. Larutan standar adalah larutan

yang mendapat perlakuan yang sama dengan analat dan mengandung kkomponen analat dengan

konsentrasi yang sudah diketahui.

Dan zat yang kita uji pada praktikum kali ini secara spektrofotometri adalah Parasetamol atau

asetaminofen adalah turunan a para-aminophenol memiliki khasiat sebagai analgesik, antipiretik,

dan aktivitas antiradang yang lemah. Parasetamol merupakan analgesik non-opioid sering dicoba

pertama untuk pengobatan gejala berbagai tipe sakit kepala termasuk migrain dan sakit kepala tipe

tensi.

Dari hasil percobaan ini kadar yang kami dapatkan yaitu 115 %. Sedangkan menurut Farmakope

Indonesia edisi III halaman 37, Paracetamol mengandung tidak kurang dari 98,0 % dan tidak lebih

dari 101,0 % C8H9NO2, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Maka dari itu, kadar yang

kami dapat tidak memenuhi persyaratan yang tertera pada Farmakope Indonesia edisi III.

Adapun kesalahan yang mungkin terjadi disebabkan oleh beberapa faktor di bawah, yaitu :

Pengenceran yang kurang sempurna.

Sensitifitas alat.

Kuvet yang kurang bersih.

Adanya serapan oleh pelarut. Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan blangko, yaitu larutan yang

berisi selain komponen yang akan dianalisis termasuk zat pembentuk warna.

Serapan oleh kuvet. Kuvet yang ada biasanya dari bahan gelas atau kuarsa, namun kuvet dari kuarsa

memiliki kualitas yang lebih baik.

Kesalahan fotometrik normal pada pengukuran dengan absorbansi sangat rendah atau sangat tinggi,

hal ini dapat diatur dengan pengaturan konsentrasi, sesuai dengan kisaran sensitivitas dari alat yang

digunakan (melalui pengenceran atau pemekatan).

Kuvet yang kotor atau tergores.

Sidik jari yang dapat menyerap radiasi ultra violet.

Adanya gelembung udara atau gas dalam lintasan radiasi panjang gelombang yang dihasilkan sudah

tidak cocok dengan yang tertera pada instrument.

Kurangnya ketelitian dalam mempersiapkan larutan.

Kurang ketelitian dalam pembacaan hasil penimbangan

Perbedaan situasi pada saat pengukuran

Perbedaan yang terdapat pada obyek yang diukur.

VIII.KESIMPULAN

Dari hasil percobaan ini kadar yang kami dapatkan yaitu 115 %. Sedangkan menurut Farmakope

Indonesia edisi III halaman 37, Paracetamol mengandung tidak kurang dari 98,0 % dan tidak lebih

dari 101,0 % C8H9NO2, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Maka dari itu, kadar yang

kami dapat tidak memenuhi persyaratan yang tertera pada Farmakope Indonesia edisi III.

IX.DAFTAR PUSTAKA

http://wahyoe-analisiskimia.blogspot.com/2011/03/spektrofotometer-uv-vis.html

http://www.ojimori.com/arsip/kelebihan-dan-kekurangan-metode-spektrofotometri

http://www.scribd.com/doc/43677764/Spektrofotometer-Sesuai-Dengan-Namanya-Adalah-Alat-

Page 19: 136634222-94747289-UV

Farmakope Indonesia Edisi III

Slide KK.Kimia

Stum

my.opera.com/ekawidyayuliartika/blog/.../spektrofotometri-kimia-xii