133192422-TB-paru
-
Upload
angelwithout-wingz -
Category
Documents
-
view
311 -
download
0
Transcript of 133192422-TB-paru
BAB I
PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Tuberkulosis (TB) sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat di dunia terutama di negara-negara berkembang termasuk Indonesia
Penyakit ini merupakan ancaman besar bagi pembangunan sumber daya manusia
sehingga perlu mendapatkan perhatian yang lebih serius dari semua pihak
TB adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium
tuberculosis yang telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia Sebagian besar kuman
TB menyerang paru tetapi dapat juga mengenai organ tubuh yang lainnya Pada
tahun 1993 WHO (World Health Organization) mencanangkan kedaruratan global
penyakit TB karena jumlah kasus TB meningkat dan tidak terkendali 1
Hampir 10 tahun lamanya Indonesia menempati urutan ke-3 sedunia
dalam hal jumlah penderita tuberkulosis (TB) Baru pada tahun ini turun ke peringkat
ke-5 dan masuk dalam milestone atau pencapaian kinerja 1 tahun Kementrian
Kesehatan2
Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2007
menyatakan jumlah penderita TB di Indonesia sekitar 528 ribu atau berada di posisi
tiga di dunia setelah India dan China2
Laporan WHO pada tahun 2009 mencatat peringkat Indonesia menurun
ke posisi lima dengan jumlah penderita TB sebesar 429 ribu orang Lima Negara
dengan jumlah terbesar kasus insiden pada tahun 2009 adalah India China Afrika
Selatan Nigeria dan Indonesia2
Pada Global Report WHO 2010 data total seluruh kasus TB tahun 2009
sebanyak 294731 kasus dimana 169213 adalah kasus TB baru dengan BTA positif
108616 adalah kasus TB dengan BTA negatif 11215 adalah kasus TB ekstra paru
3709 adalah kasus TB kambuh dan 1978 adalah kasus pengobatan ulang di luar kasus
kambuh 2
1
Sementara itu untuk keberhasilan pengobatan pada tahun 2003 adalah
87 Sedangkan pada tahun 2004 sebesar 90 Pada tahun 2005 sampai tahun 2008
angka keberhasilan pengobatan adalah 91 2
Munculnya pandemi HIVAIDS di dunia menambah permasalahan bagi
penderita TB Koinfeksi dengan HIV akan meningkatkan risiko kejadian TB paru
secara signifikan Pada saat yang sama kekebalan ganda kuman TB terhadap obat
anti TB (multidrug resistence = MDR) semakin menjadi masalah karena tidak dapat
disembuhkan Keadaan tersebut pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya epidemi
TB paru yang sulit di tangani1
Pada tahun 2006 terdapat sekitar 92 juta kasus baru TB secara global
Diperkirakan 17 juta orang meninggal karena TB termasuk mereka yang terinfeksi
oleh HIV3
Besarnya dan luasnya permasalahan akibat TB mengharuskan kepada
semua pihak untuk dapat berkomitmen dan bekerja sama dalam melakukan
penanggulangan TB Kerugian yang diakibatkannya bukan hanya dari aspek
kesehatan semata tetapi juga dari aspek sosial ekonomi Dengan kata lain TB
merupakan ancaman terhadap cita-cita pembangunan dan dalam hal kesejahteraan
rakyat secara menyeluruh
Pada tahun 1994 pemerintah Indonesia yang bekerja sama dengan WHO
melaksanakan suatu evaluasi bersama (WHO-Indonesia Joint Evaluation) yang
menghasilkan rekomendasi tentang perlunya segera dilakukan perubahan mendasar
pada strategi penanggulangan TB paru di Indonesia yang disebut sebagai ldquoStrategi
DOTS (Directly Observed Treatment-Shortcourse)ldquo Bank Dunia menyatakan stratei
DOTS sebagai salah satu intervensi kesehatan yang paling efektif4
DOTS adalah strategi yang komrehensif untuk digunakan oleh petugas
kesehatan primer di seluruh dunia untuk mendeteksi dan menyembuhkan pasien TB
Penanggulangan TB paru dengan DOTS dapat memberikan angka kesembuhan yang
tinggi dimana WHO menargetkan angka kesembuhan minimal sebesar 81 dari
penderita TB paru dengan BTA positif yang telah terdeteksi 4
2
Prinsip DOTS adalah menentukan pelayanan pengobatan terhadap
penderita agar secara langsung dapat mengawasi keteraturan minum obat Strategi ini
diawasi oleh petugas Puskesmas dan pihak-pihak lain yang paham tentang program
DOTS Di samping itu keluarga sangat diperlukan keterlibatannya dalam
pengawasan dan perawatan penderita 4
Masih rendahnya cakupan angka kesembuhan berdampak negatif pada
kesehatan masyarakat dan keberhasilan pencapaian program Dalam hal ini masih
adanya peluang terjadinya penularan penyakit TB kepada anggota keluarga dan
masyarakat sekitar Selain itu memungkinkan terjadinya resistensi kuman TB
terhadap OAT sehingga menambah penyebarluasan penyakit TB meningkatnya
angka kesakitan dan kematian akibat TB5
Untuk mencapai kesembuhan diperlukan keteraturan atau kepatuhan
berobat Artinya apabila penderita tidak berobat dengan teratur maka hasil dari
pengobatan pun akan tidak baik
Banyak faktor yang sangat mempengaruhi keberhasilan pengobatan
seperti lamanya waktu pengobatan kepatuhan serta keteraturan penderita untuk
berobat Selain itu daya tahan tubuh dan faktor sosial ekonomi juga ikut berperan
Kepatuhan berobat penderita TB juga ditentukan oleh perhatian tenaga
kesehatan untuk memberikan penyuluhan dan penjelasan kepada masyarakat
Keteraturan pengobatan tetap menjadi tanggung jawab petugas kesehatan4
Berdasarkan uraian di atas diketahui bahwa angka kesembuhan TB
ditentukan oleh kepatuhan penderita untuk berobat adanya pelayanan kesehatan yang
baik dan adanya peran PMO terhadap tingkat kepatuhan pengobatan
3
12 Permasalahan
Diperkirakan sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh
Mycobacterium tuberculosis Pada tahun 1995 diperkirakan ada 9 juta pasien TB
baru dan 3 juta kematian akibat TB diseluruh dunia Diperkirakan 95 kasus TB dan
98 kematian akibat TB diduniaterjadi pada negara-negara berkembang Demikian
juga kematian wanita akibat TB lebih banyak dari pada kematian karena kehamilan
persalinan dan nifas
Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2007
menyatakan jumlah penderita TB di Indonesia sekitar 528 ribu atau berada di posisi
tiga di dunia setelah India dan China
Pada Global Report WHO 2010 data total seluruh kasus TB tahun 2009
sebanyak 294731 kasus dimana 169213 adalah kasus TB baru dengan BTA positif
108616 adalah kasus TB dengan BTA negatif 11215 adalah kasus TB ekstra paru
3709 adalah kasus TB kambuh dan 1978 adalah kasus pengobatan ulang di luar kasus
kambuh
Besarnya dan luasnya permasalahan akibat TB mengharuskan kepada
semua pihak untuk dapat berkomitmen dan bekerja sama dalam melakukan
penanggulangan TB Kerugian yang diakibatkannya bukan hanya dari aspek
kesehatan semata tetapi juga dari aspek sosial ekonomi Dengan kata lain TB
merupakan ancaman terhadap cita-cita pembangunan dan dalam hal kesejahteraan
rakyat secara menyeluruh
Selain itu munculnya pandemi HIVAIDS di dunia menambah
permasalahan bagi penderita TB Koinfeksi dengan HIV akan meningkatkan risiko
kejadian TB paru secara signifikan Pada saat yang sama kekebalan ganda kuman TB
terhadap obat anti TB (multidrug resistence = MDR) semakin menjadi masalah
karena tidak dapat disembuhkan Keadaan tersebut pada akhirnya akan menyebabkan
terjadinya epidemi TB paru yang sulit di tangani
4
13 Tujuan Penelitian
131 Tujuan Umum
Mengetahui hungungan antara kepatuhan minum OAT dengan
kesembuhan TB Paru di Puskesmas Grogol Petamburan
132 Tujuan Khusus
1) Diketahuinya hubungan antara kesembuhan penyakit TB dengan
tingkat kepatuan penderita TB dalam meminum OAT
2) Diketahuinya besarnya masalah perilaku pada penderita TB terhadap
tingakt kepatuhannya berobat
3) Diketahuinya distribusi menurut umur tingkat pendidikan pekerjaan
dan pengetahuan terhadap tingkat kepatuhan penderita
14 Manfaat Penelitian
141 Manfaat Bagi Peneliti
1) Memperoleh pengalaman belajar dan pengetahuan dalam melakukan
penelitian
2) Meningkatkan kemampuan dalam berkomunikasi dengan masyarakat
3) Menerapkan dan mengembangkan ilmu yang telah dipelajari pada saat
kuliah
4) Mengembangkan daya nalar minat dan kemampuan dalam bidang
penelitian
5) Melatih bekerja sama dalam sebuah tim
5
142 Manfaat Bagi Perguruan Tinggi
1) Realisasi Tridarma perguruan tinggi dalam melaksanakan fungsi atau
tugas perguruan tinggi sebagai lembaga yang menyelenggarakan
pendidikan penelitian dan pengabdian masyarakat
2) Mewujudkan kampus Universitas Kristen Krida Wacana sebagai
masyarakat ilmiah dalam peran sertanya di bidang kesehatan
3) Meningkatkan saling pengertian dan kerjasama antar mahasiswa dan
staf pengajar
143 Manfaat Bagi Masyarakat
1) Sebagai masukan berupa hasil penelitian dan saran-saran yang
diharapkan dapat menjadi umpan balik positif bagi warga di wilayah
kerja Puskesmas Jelambar untuk dapat berperan serta
2) Sebagai bahan masukan dalam melakukan penyuluhan kesehatan
untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam melakukan
program pemberantasan penyakit TB paru
3) Sebagai bahan masukan dalam melakukan penelitian selanjutnya
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
21 Penyakit Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman TB (Mycobacterium tuberculosis) Sebagian besarkuman TB menyerang paru
tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya Tuberkulosis bukanlah penyakit
keturunan tetapi dapat ditularkan dari orang ke orang lain6
Kuman penyebab tuberkulosis ini ditemukan oleh seorang ilmuwan
Jerman yang bernama Robert Koch di tahun 1882 Hasil penemuannya ini dilaporkan
olehnya kepada masyarakat ilmiah pada tanggal 24 Maret 1882 Penemuan ini
merupakan peristiwa terbesar dalam perkembangan pengobatan tuberkulosis dan
tanggal 24 Maret setiap tahunnya sampai sekarang diperingati sebagai TB Day (hari
Tuberkulosis) 6
Kuman tuberkulosis berbentuk batang berukuran sangat kecil sehingga
hanya dapat dilihat di bawah mikroskop Panjangnya sekitar satu sampai empat
micron dan lebarnya antara 03 sampai 06 mikron Basil tuberkulosis akan tumbuh
secara optimal pada suhu sekitar 370C yang sesuai dengan tubuh manusia Untuk
berkembang biak basil ini melakukan pembelahan diri Jika dilihat dari struktur
kimianya basil ini tediri dari lemak dan protein6
Kuman tuberkulosis mempunyai sifat khusus yaitu tahan asam pada
pewarnaan sehingga disebut sebagai Basil Tahan Asam (BTA) Kuman TB akan mati
pada penyinaran dengan sinar matahari langsung Dalam jaringan tubuh kuman ini
bersifat dormant artinya kuman dapat tertidur lama selama beberapa tahun lalu dapat
aktif kembali jika keadaan memungkinkan6
7
211 Klasifikasi Tuberkulosis 9
Penentuan klasifikasi penyakit tuberkulosis memerlukan suatu lsquodefinisi kasusrsquo yang
meliputi empat hal yaitu
- Lokasi atau organ tubuh yang sakit paru atau ekstra paru
- Bakteriologi (hasil pemeriksaan dahak secara mikroskopis) BTA positif atau BTA
negatif
- Tingkat keparahan penyakit ringan atau berat
- Riwayat pengobatan TB sebelumnya baru atau sudah pernah diobati
bull Manfaat dan tujuan menentukan klasifikasi adalah
- menentukan paduan pengobatan yang sesuai
- registrasi kasus secara benar
- menentukan prioritas pengobatan TB BTA(+)
- analisis kohort hasil pengobatan
bull Beberapa istilah dalam definisi kasus
- Kasus TB Pasien TB yang telah dibuktikan secara mikroskopis atau didiagnosis
oleh dokter
- Kasus TB pasti (definitif) pasien dengan biakan positif untuk Mycobacterium
tuberculosis atau tidak ada fasilitas biakan sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen
dahak SPS hasilnya BTA positif
bull Kesesuaian paduan dan dosis pengobatan dengan kategori diagnostik sangat
diperlukan untuk
- menghindari terapi yang tidak adekuat (undertreatment) sehingga mencegah
timbulnya resistensi
- menghindari pengobatan yang tidak perlu (overtreatment) sehingga meningkatkan
pemakaian sumber-daya lebih biaya efektif (cost-effective)
- mengurangi efek samping
8
Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena
bull Tuberkulosis paru Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang
jaringan (parenkim) paru tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada
hilus
bull Tuberkulosis ekstra paru Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain
paru misalnya pleura selaput otak selaput jantung (pericardium) kelenjar lymfe
tulang persendian kulit usus ginjal saluran kencing alat kelamin dan lain-lain
Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis yaitu pada TB
Paru
bull Tuberkulosis paru BTA positif
- Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif
- 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada menunjukkan
gambaran tuberkulosis
- 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif
- 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS pada
pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah
pemberian antibiotika non OAT
bull Tuberkulosis paru BTA negatif
Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif
Kriteria diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi
- Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif
- Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis
- Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT
- Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan
9
Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan penyakit
bull TB paru BTA negatif foto toraks positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan
penyakitnya yaitu bentuk berat dan ringan Bentuk berat bila gambaran foto
toraks memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas (misalnya proses ldquofar
advancedrdquo) dan atau keadaan umum pasien buruk
bull TB ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya yaitu
- TB ekstra paru ringan misalnya TB kelenjar limfe pleuritis eksudativa
unilateral tulang (kecuali tulang belakang) sendi dan kelenjar adrenal
- TB ekstra-paru berat misalnya meningitis milier perikarditis peritonitis
pleuritis eksudativa bilateral TB tulang belakang TB usus TB saluran kemih
dan alat kelamin
Catatan
bull Bila seorang pasien TB paru juga mempunyai TB ekstra paru maka untuk
kepentingan pencatatan pasien tersebut harus dicatat sebagai pasien TB paru
bull Bila seorang pasien dengan TB ekstra paru pada beberapa organ maka dicatat
sebagai TB ekstra paru pada organ yang penyakitnya paling berat
10
212 Cara Penularan
Lingkungan hidup yang sangat padat dan pemukiman di wilayah perkotaan
kemungkinan besar telah mempermudah proses penularan dan berperan sekali atas
peningkatan jumlah kasus TB Proses terjadinya infeksi oleh Mycobacterium
tuberculosis biasanya secara inhalasi sehingga TB paru merupakan manifestasi klinis
yang paling sering dibandingkan dengan organ lain Penularan penyakit ini sebagian
besar melalui inhalasi basil yang mengandung droplet nuclei khususnya yang di
dapat dari pasien TB paru dengan batuk berdarah atau berdahak yang mengandung
basil tahan asam (BTA) Pada TB kulit atau jaringan lunak penularan bias melalui
inokulasi langsung Infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium bovis dapat
disebabkan oleh susu yang kurang disterilkan dengan baik atau terkontaminasi Sudah
dibuktikan bahwa lingkungan sosial ekonomi yang baik pengobatan yang teratur dan
pengawasan minum obat yang ketat dapat berhasil mengurangi angka morbiditas dan
mortalitas di Amerika selama tahun 1950-1960 7
Daya penularan dari seseorang penderita ditentukan oleh banyaknya
kuman yang dikeluarkan dari parunya Makin tinggi derajat positif hasil dari
pemeriksaan dahak makin menular penderita tersebut Bila pemeriksaan dahak
negatif (tidak terlihat kuman) maka penderita tersebut dianggap tidak menular
Kemungkinan seseorang terinfeksi TB paru ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam
udara dan lamanya menghirup udara tersebut 8
Perlu diketahui bahwa kuman TB tidak hanya keluar ketika penderita
batuk saja tetapi juga pada saat bernyanyi bersin atau bersiul Secara umum dapat
dikatakan bahwa penularan penyakit TB banyak bergantung dari beberapa factor
seperti jumlah kuman yang ada tingkat keganasan kuman dan daya tahan tubuh orang
yang tertular 6
213 Penemuan Penderita TB
Kegiatan penemuan pasien terdiri dari penjaringan suspek diagnosis
penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien Penemuan pasien merupakan langkah
pertama dalam kegiatan program penanggulangan TB Penemuan dan penyembuhan
11
pasien TB menular secara bermakna akan dapat menurunkan kesakitan dan kematian
akibat TB penularan TB di masyarakat dan sekaligus merupakan kegiatan
pencegahan penularan TB yang paling efektif di masyarakat9
Strategi penemuan 9
Penemuan pasien TB dilakukan secara pasif dengan promosi aktif Penjaringan
tersangka pasien dilakukan di unit pelayanan kesehatan didukung dengan
penyuluhan secara aktif baik oleh petugas kesehatan maupun masyarakat untuk
meningkatkan cakupan penemuan tersangka pasien TB
Pemeriksaan terhadap kontak pasien TB terutama mereka yang BTA positif yang
menunjukkan gejala sama harus diperiksa dahaknya
Penemuan secara aktif dari rumah ke rumah dianggap tidak cost efektif
214 Risiko Penularan 9
- Risiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan dahak Pasien TB
paru dengan BTA positif memberikan kemungkinan risiko penularan lebih besar
dari pasien TB paru dengan BTA negatif
- Risiko penularan setiap tahunnya di tunjukkan dengan Annual Risk of Tuberculosis
Infection (ARTI) yaitu proporsi penduduk yang berisiko terinfeksi TB selama satu
tahun ARTI sebesar 1 berarti 10 (sepuluh) orang diantara 1000 penduduk
terinfeksi setiap tahun ARTI di Indonesia bervariasi antara 1-3
- Infeksi TB dibuktikan dengan perubahan reaksi tuberkulin negatif menjadi positif
215 Gejala Klinis TB Paru
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu
atau lebih Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah
batuk darah sesak nafas badan lemas nafsu makan menurun berat badan menurun
12
malaise berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik demam meriang lebih dari satu
bulan9
Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain
tb seperti bronkiektasis bronkitis kronis asma kanker paru dan lain-lain Mengingat
prevalensi TB di Indonesia saat ini masih tinggi maka setiap orang yang datang ke
UPK dengan gejala tersebut diatas dianggap sebagai seorang tersangka (suspek)
pasien TB dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung9
216 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Tuberkulosis
Faktor ndash faktor yang mempengaruhi terhadap terjadinya TB antara lain
1 Harus ada sumber infeksi
Sumber infeksi dapat berasal dari penderita TB dengan BTA positif Penularan
dapat terjadi melalui dropet atau melalui pengunaan alat makan secara bergantian
tanpa dicuci yang digunakan oleh penderita TB dengan BTA positif tersebut
2 Jumlah basil penyebab harus cukup
Semakin banyak jumlah basil yang terhirup maka semakin besar kemungkinan
seseorang untuk mengidap TB
3 Virulensi yang tinggi dari basil TB
Apabila angka keaktifan kuman tinggi maka semakin cepat kuman TB
berkembang biak di dalam tubuh Selain itu masa inkubasi akan semakin cepat
4 Daya tahan tubuh yang rendah
Daya tahan tubuh yang menurun memungkinkan basil berkembang biak dan
menimbulkan penyakit tuberkulosis 10
217 Tipe Penderita TB Paru
Tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya Ada beberapa
tipe pasien yaitu
bull Kasus baru
13
Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan
OAT kurang dari satu bulan (4 minggu)
bull Kasus kambuh (Relaps)
Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan
tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap didiagnosis
kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur)
bull Kasus setelah putus berobat (Default )
Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA
positif
bull Kasus setelah gagal (failure)
Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi
positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan
bull Kasus Pindahan (Transfer In)
Adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki register TB lain untuk
melanjutkan pengobatannya
bull Kasus lain
Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas Dalam kelompok ini
termasuk Kasus Kronik yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif
setelah selesai pengobatan ulangan
Catatan
TB paru BTA negatif dan TB ekstra paru dapat juga mengalami kambuh gagal
default maupun menjadi kasus kronik Meskipun sangat jarang harus dibuktikan
secara patologik bakteriologik (biakan) radiologik dan pertimbangan medis
spesialistik9
218 Pemeriksaan Diagnostik
Untuk mengetahui adanya tuberkulosis dokter biasanya berpegang pada
tiga patokan utama Pertama hasil wawancaranya tentang keluhan pasien dan hasil
pemeriksaan yang dilakukan pada pasien yang disebut dengan anamnesis Kedua
14
hasil pemeriksaan laboratorium untuk menemukan adanya BTA pada spesimen
penderita
Pemeriksaan dahak mikroskopis 9
Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis menilai
keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan
Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis dilakukan dengan
mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang
berurutan berupa Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS)
S (sewaktu)
Dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung pertama kali Pada
saat pulang suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak pagi
pada hari kedua
P (Pagi)
Dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua segera setelah bangun tidur
Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di UPK
S (sewaktu)
Dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua saat menyerahkan dahak pagi
Adapun tujuan dari pemeriksaan dahak pada program penanggulangan TB
adalah
1 Menegakkan diagnosis dan menentukan tipe klasifikasi
2 Menilai kemajuan pengobatan
3 Menentukan tingkat penularan 8
Pemeriksaan ulang dahak untuk memantau kemajuan pengobatan
dilakukan pada
1 Akhir tahap intensif
15
Dilakukan seminggu sebelum akhir pengobatan penderita baru BTA positif
dengan kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-3 pengobatan ulang
penderita BTA positif kategori 2
2 Sebulan sebelum akhir pengobatan
Dilakukan seminggu sebelum akhir bulan ke-5 pengobatan penderita baru BTA
positif dengan kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-7 pengobatan
ulang penderita BTA positif dengan kategori 2
3 Akhir pengobatan
Dilakukan seminggu sebelum akhir bulan ke-6 pada penderita BTA positif dengan
kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-8 pengobatan ulang BTA positif
dengan kategori 2 8
Pemeriksaan dahak pada sebulan sebelum akhir pengobatan dan akhir
pengobatan bertujuan untuk menilai hasil pengobatan (apakah sembuh atau gagal)
219 Prinsip Pengobatan
Penatalaksanaan TB meliputi penemuan pasien dan pengobatan yang
dikelola dengan menggunakan strategi DOTS9
Tujuan utama pengobatan pasien TB adalah menurunkan angka kematian
dan kesakitan serta mencegah penularan dengan cara menyembuhkan pasien
Penatalaksanaan penyakit TB merupakan bagian dari surveilans penyakit tidak
sekedar memastikan pasien menelan obat sampai dinyatakan sembuh tetapi juga
berkaitan dengan pengelolaan sarana bantu yang dibutuhkan petugas yang terkait
pencatatan pelaporan evaluasi kegiatan dan rencana tindak lanjutnya9
Tabel 21 Jenis sifat dan dosis OAT
Dosis yang direkomendasikan (mgkg)
16
Jenis OAT Sifat Harian 3x seminggu
Isoniazid (H) Bakterisid 5
(4-6)
10
(8-12)
Rifampicin (R) Bakterisid 10
(8-12)
10
(8-12)
Pyrazinamide (Z) Bakterisid 25
(20-30)
35
(30-40)
Streptomycin (S) Bakterisid 15
(12-18)
15
(12-18)
Etambutol (E) Bakteriostatik 15
(15-20)
30
(20-35)
Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut 9
bull OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat dalam jumlah
cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan Jangan gunakan OAT
tunggal (monoterapi) Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT ndash KDT)
lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan
bull Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat dilakukan pengawasan langsung
(DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat
(PMO)
bull Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap yaitu tahap intensif dan lanjutan
Tahap awal (intensif) 9
- Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara
langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat
17
- Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat biasanya pasien
menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu
- Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2
bulan
Tahap Lanjutan 9
- Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit namun dalam jangka
waktu yang lebih lama
- Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah
terjadinya kekambuhan
2110 Panduan Penggunaan OAT di Indonesia9
Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis di Indonesia
- Kategori 1 2(HRZE)4(HR)3
- Kategori 2 2(HRZE)S(HRZE)5(HR)3E3
Disamping kedua kategori ini disediakan paduan obat sisipan (HRZE)
- Kategori Anak 2HRZ4HR
Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket
berupa obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT) sedangkan kategori anak sementara
ini disediakan dalam bentuk OAT kombipak
Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu
tablet Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien Paduan ini dikemas dalam
satu paket untuk satu pasien
Paket Kombipak
18
Terdiri dari obat lepas yang dikemas dalam satu paket yaitu Isoniasid
Rifampisin Pirazinamid dan Etambutol Paduan OAT ini disediakan program untuk
mengatasi pasien yang mengalami efek samping OAT KDT
Paduan OAT ini disediakan dalam bentuk paket dengan tujuan untuk
memudahkan pemberian obat dan menjamin kelangsungan (kontinuitas) pengobatan
sampai selesai
Satu (1) paket untuk satu (1) pasien dalam satu (1) masa pengobatan
KDT mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB
1 Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin efektifitas
obat dan mengurangi efek samping
2 Mencegah penggunaan obat tunggal sehinga menurunkan resiko terjadinya
resistensi obat ganda dan mengurangi kesalahan penulisan resep
3 Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat menjadi
sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien
Paduan OAT dan peruntukannya
19
1 Kategori-1 (2HRZE 4H3R3)
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru
1048707 Pasien baru TB paru BTA positif
1048707 Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif
1048707 Pasien TB ekstra paru
Tabel 22 Dosis untuk paduan OAT KDT untuk Kategori 1
Berat Badan
Tahap Intensif
tiap hari selama 56 hari
RHZE (15075400275)
Tahap Lanjutan
3 kali seminggu selama 16 minggu
RH (150150)
30-37 kg 2 tablet 4 KDT 2 tablet 4 KDT38-54 kg 3 tablet 4 KDT 3 tablet 4 KDT55-70 kg 4 tablet 4 KDT 4 tablet 4 KDTge 71 kg 5 tablet 4 KDT 5 tablet 4 KDT
2 Kategori -2 (2HRZES HRZE 5H3R3E3)
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya
1048707 Pasien kambuh
1048707 Pasien gagal
1048707 Pasien dengan pengobatan setelah default (terputus)
Tabel 23 Dosis untuk paduan OAT KDT Kategori 2
Berat Badan
Tahap Intensif
tiap hari
RHZE (15075400275) + S
Tahap Lanjutan
3 kali seminggu
RH (150150) + E (275)
Selama 56 hari Selama 28 hari Selama 20 minggu
30-37 kg 2 tablet 4 KDT + 500 mg Streptomisin inj
2 tablet 4 KDT 2 tablet 4 KDT+ 2 tab Etambutol
38-54 kg 3 tablet 4 KDT +750 mg Streptomisin inj
3 tablet 4 KDT 3 tablet 4 KDT+ 3 tab Etambutol
55-70 kg 4 tablet 4 KDT +1000 mg Streptomisin inj
4 tablet 4 KDT 4 tablet 4 KDT+ 4 tab Etambutol
ge 71 kg 5 tablet 4 KDT +1000 mg Streptomisin inj
5 tablet 4 KDT 5 tablet 4 KDT+ 5 tab Etambutol
Catatan
20
Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal untuk streptomisin adalah
500mg tanpa memperhatikan berat badan
Untuk perempuan hamil lihat pengobatan TB dalam keadaan khusus
Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan menambahkan aquabidest
sebanyak 37ml sehingga menjadi 4ml (1ml = 250mg)
3 OAT Sisipan (HRZE)
Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap intensif kategori 1 yang
diberikan selama sebulan (28 hari)
Tabel 24 Dosis KDT untuk Sisipan
Berat Badan Tahap Intensif tiap hari selama 28 hari
RHZE (15075400275)
30-37 kg 2 tablet 4 KDT38-54 kg 3 tablet 4 KDT55-70 kg 4 tablet 4 KDTge 71 kg 5 tablet 4 KDT
Penggunaan OAT lapis kedua misalnya golongan aminoglikosida (misalnya
kanamisin) dan golongan kuinolon tidak dianjurkan diberikan kepada pasien baru tanpa indikasi
yang jelas karena potensi obat tersebut jauh lebih rendah daripada OAT lapis pertama Di
samping itu dapat juga meningkatkan terjadinya risiko resistensi pada OAT lapis kedua
2111 Alur Diagnostik TB 9
21Suspek TB Paru
2112 Evaluasi Pengobatan
22
Pemeriksaan dahak mikroskopis (SPS = Sewaktu ndash Pagi ndash Sewaktu)
Hasil BTA+ - -
Hasil BTA- - -
Hasil BTA+ + ++ + +
Antibiotik Non-OAT
Tidak adaPerbaikan
Adaperbaikan
Pemeriksaan dahak mikroskopis
Foto toraks dan
Pertimbangan dokter
Hasil BTA+ + ++ + -+ _ _
Hasil BTA- - -
Foto toraks dan
Pertimbangan dokter
TB Bukan TB
Evaluasi Klinis
Biasanya pasien di control dalam 1 minggu pertama selanjutnya setiap 2 minggu
selama tahap intensif dan seterusnya sekali sebulan sampai akhir pengobatan
Secara klinis hendaknya terdapat perbaikan keluhan pasien seperti batuk yang
berkurang tidak ada batuk darah nafsu makan bertambah dan ada peningkatan
berat badan
Evaluasi Bakteriologis
Pemeriksaan dahak untuk menilai keberadaan kuman Biasanya setelah 2-3
minggu perngobatan sputum BTA mulai negatif Pemeriksaan control sputum
dilakukan sekali sebulan Bagi penderita dengan BTA positif setelah tahap
intensif akan mendapatkan pengobatan ulang Bila sudah negatif sputum
diperiksa tiga kali berturut-turut dan harus dikontrol agar tidak terjadi ldquosilent
bacterial sheddingrdquo yaitu terdapat sputum BTA positif tanpa disertai keluhan-
keluhan TB yang relevan
Evaluasi Radiologis
Evaluasi radiologis juga diperlukan untuk melihat kemajuan terapi Dengan
pemeriksaan radiologis dapat dilihat keadaan TB parunya atau adanya penyakit
lain yang menyertai Evaluasi foto dada dilakukan tiap 3 bulan sekali 10
2113 Efek Samping OAT
Sebagian besar penderita TB paru dapat menyelesaikan pengobatan tanpa
efek samping Namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping Oleh karena
itu pemantauan kemungkinan terjadinya efek samping sangat penting dilakukan
selama pengobatan Pemantauan dilakukan dengan cara menjelaskan kepada
penderita tanda-tanda efek samping dan menanyakan adanya gejala efek samping
pada waktu penderita mengambil OAT 8
Efek samping ringan dari OAT seperti tidak ada nafsu makanmual sakit
perut nyeri sendi kesemutan sampai dengan rasa terbakar di kaki dan warna
kemerahan pada air seni Efek samping berat dari OAT misalnya gatal dan
kemerahan kulit tuli gangguan keseimbanagn ikterus tanpa penyebab lain
bingung dan muntah-muntah gangguan penglihatan purpura dan syok 8
22 Strategi DOTS
23
Strategi DOTS adalah strategi penanggulaan TB paru nasional yang telah
direkomendasikan oleh WHO yang dimulai pelaksanaannya di Indonesia pada tahun
19951996 Sebelum pelaksanaan strategi DOTS (1969-1994) angka kesembutah TB
paru yang dapat dicapai oleh program hanya 40-60 saja Dengan strategi DOTS
diharapkan angka kesembuhan dapat dicapai minimal 85 dari penderita TB paru
BTA positif yang di temukan 11
Prinsip DOTS adalah mendekatkan pelayanan pengobatan terhadap
penderita agar secara langsung dapat mengawasi keteraturan menelan obat dan
melakukan pelacakan bila penderita tidak datang mengambil obat sesuai dengan yang
ditetapkan
Kalau diurai dari kata-katanya pengertian DOTS dapat dimulai dengan
keharusan setiap pengelola program TB intuk member direct attention dalam usaha
menemukan penderita Dalam bahasa lain ini diterjemahkan menjadi deteksi kasus
dengan pemeriksaan mikroskopik kendati sebenarnya pengertiannya dapat diperluas
dengan keharusan untuk mendeteksi kasus secara baik dan akurat Kemudian setiap
pasien harus di- observed dalam memakan obatnya setiap obat yang di telan pasien
harus di depan seorang pengawas Selain itu tentunya pasien harus menerima
treatment yang tertata dalam system pengelolaan distribusi dan penyediaan obat
secara baik Kemudian setiap pasien harus mendapat obat yang baik artinya
pengobatan short course standart yang telah terbukti ampuh secara klinik
Akhirnya harus ada dukungan dari pemerinyah yang membuat program
penanggulangan TB mendapat prioritas yang tinggi dalam pelayanan kesehatan 11
Strategi DOTS mempunyai lima komponen
1) Komitmen politits dari para pengambil keputusan termasuk dukungan dana
2) Diagnosa TB dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopik
3) Pengobatan dengan panduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) jangka pendek
dengan pengawasan langsung oleh pengawas Menelan Obat (PMO)
4) Kesinambungan perssediaan OAT jangka pendek dengan mutu terjamin
5) Pencatatan dan pelaporan secraa baku untuk memudahkan pemantauan dan
evaluasi program penanggulangan TB
23 Konsep Perilaku
24
Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor baik faktor internal
( dari dalam diri manusia ) maupun faktor eksternal ( dari luar diri manusia ) Faktor
internal ini terdiri dari faktor fisik dan psikis Faktor eksternal terdiri dari berbagai
faktor antara lain sosial budaya masyarakat lingkungan fisik politik ekonomi
pendidikan dan sebagainnya Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi
kesehatan baik individu kelompok maupun masyarakat dikelompokkan menjadi
empat ( Blum 1974 )
Konsep Blum menjelaskan bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh
1) Lingkungan yang mencakup lingkungan fisik sosial budaya politik ekonomi
dan sebagainnya
2) Perilaku
3) Pelayanan kesehatan
4) Keturunan ( hereditas )
Perilaku merupakan factor terbesar kedua setelah factor lingkungan yang
mempengaruhi derajat kesehatan Oleh sebab itu dalam rangka membina dan
meningkatkan kesehatan masyarakat maka intervensi atau upaya yang di tujukan
kepada faktor erilaku ini sangat strategis
Menurut Green perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama yakni 12
1) Faktor predisposisi ( predisposing factor )
Faktor ini mencakup pengetahuan sikap dan masyarakat terhadap kesehatan
tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
kesehatan sistem nilai yang dinut masyarakat tingkat pendidikan tingkat sosial
ekonomi dan sebagainya
2) Faktor Pemungkin ( Enabling factor )
Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan
bagi masyarakat misalnya air bersih tempat pembuangan tinja ketersediaan
makanan yang bergizi dan sebagainnya termasuk juga fasilitas kesehatan
seperti puskesmas rumah sakit posyandu dokter atau bidan praktek swasta dan
sebagainnya
3) Faktor penguat ( reinforcing factor )
25
Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat tokoh agama
sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan Termasuk juga di
sini undang-undang peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah
daerah yang terkait dengan kesehatan
Tim kerja dari WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang
berperilaku tertentu dikarenakan 4 ( empat ) alasan pokok yaitu
1) Pemikiran dan perasaan ( Thoughts and feeling )
Yakni dalam bentuk pengetahuan kepercayaan dan sikap Pengetahuan di
peroleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain sedangkan
kepercayaan biasanya diperoleh dari orang tua kakek atau nenek Seseorang
menerima kepercayaan itu berdasarkan keyankinan dan tanpa adanya pembuktian
terlebih dahulu Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap
objek dan seringnya diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang
lain yang paling dekat
2) Karakteristik Pendukung (enabling characteristics)
Karakteristik ini mencerminkan bahwa meskipun mempunyai predisposisi untuk
menggunakan pelayanan kesehatan ia tak akan bertindak menggunakannya
kecuali bial ia mampu menggunakannya Penggunaan pelayanan kesehatan yang
ada tergantung kepada kemampuan konsumen untuk membayar
3) Karakteristik kebutuhan (need characteristics)
Faktor predisposisi dan factor yang memungkinkan untuk mencari pengobatan
dapat terwujud di dalam tindakan apabila itu dirasakan sebagai kebutuhanDengan
kata lain kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan
pelayanan kesehatan bila mana tingkat predisposisi dan enabling itu ada
Kebutuhan (need) disisni di bagi menjadi dua ketegori dirasa atau preceived
( subject assessment) dan evaluated ( clinical diagnosis )
Menurut Skinner perilaku kesehatan adalah suatu respons
seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan
26
penyakit system pelayanan kesehatan makanan dan minimum serta lingkungan
Dari batasan ini perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 ( tiga)
kelompok yakni
1) Perilaku pemeliharaan kesehatan ( health maintenance)
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga
kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit Oleh
sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3(tiga) aspek yaitu
a Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit serta
pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit
b Perilaku peningkatan kesehatan apabila seseorang dalam keadaan sehat
c Perilaku gizi Makanan dan minimum dapat meningkatkan kesehatan
seseorang bahkan dapat mendatangkan penyakit Hal ini sangat tergantung
pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut
2) Perilaku pencarian pengobatan ( health behavior )
Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat
menderita penyakit dan atau kecelakaan Tindakan atau perilaku ini dimulai dari
mengobati sendiri ( self treatment) sampai mencari pengobatan keluar negeri
3) Perilaku kesehatan lingkungan
Adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan baik lingkungan fisik
maupun social budaya dan sebagainnya sehingga lingkungan tersebut tidak
mempengaruhi kesehatannya Dengan perkataan lain bagaimana seseorang
mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri
keluarga atau mesyarakatnya 12
24 Kepatuhan Berobat
Kepatuhan berasal dari kata ldquo patuh ldquo yang berarti taat suka menuruti
disiplin Kepatuhan menurut Trostle adalah tingkat perilaku penderita dalam
mengambil suatu tindakan pengobatan misalnya dalam menentukan kebiasaan
hidup sehat dan ketetapan berobat Dalam pengobatan seseorang dikatakan tidak
27
patuh apabila orang tersebut melalaikan kewajibannya berobat sehingga dapat
mengakibatkan terhalangnya kesembuhan 13
Menurut Sacket kepatuhan pasien adalah sejauh mana perilaku pasien
sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh professional kesehatan 14
Menurut Sarafino secara umum ketidaktaatan meningkatkan risiko
berkembangnya masalah kesehatan atau memperpanjang atau memperburuk
kesakitan yang sedang di derita Perkiraan yang ada menyatakan bahwa 20 jumlah
opname di rumah sakit merupakan akibat dari ketidaktaatan pasien terhadap aturan
pengobatan Faktor yang mempengaruhi kepatuhan seseorang dalam berobat yaitu
faktor petugas faktor obat dan faktor penderita Karakteristik petugas yang
mempengaruhi kepatuhan antara lain jenis petugas tingkat pengetahuan lamanya
bekerja frekuensi penyuluhan yang dilakukan Faktor obat yang mempengaruhi
kepatuhan adalah pengobatan yang sulit dilakukan tidak menunjukkan kea rah
penyembuhan waktu yang lama adanya efek samping obat Faktor penderita yang
menyebabkan ketidakpatuhan adalah umur jenis kelamin pekerjaan anggota
keluarga saudara atau teman khusus 15
25 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan
Faktor-faktor yang mempengaruhi katidakpatuhan dapat digolongkan
menjadi empat bagian yaitu
1 Pemahaman tentang Instruksi
Tak seorang pun mematuhi instruksi jika ia salah paham tentang instruksi yang
diberikan kepadanyaLey dan Spelman (Ester 2000 ) Menemukan bahwa lebih
dari 60 yang diwawancarai setelah bertemu dengan dokter salah mengerti
tentang instruksi yang diberikan pada mereka kadang-kadang hal ini disebabkan
oleh kegagalan professional kesehatan dalam memberikan informasi yang
lengkap penggunaan istilah-istilah medis dan mbanyak memberikan instruksi
yang harus diingat oleh pasien
28
Pendekatan praktis untuk meningkatkan kepatuhan pasien ditemukan oleh
Dinicola dan Dimatteo yaitu
a) Buat instruksi tertulis yang jelas dan mudah diinterpretasikan
b) Berikan informasi tentang pengobatan sebelum menjelaskan hal-hal lain
c) Jika seseorang diberikan suatu daftar tertulis tenang hal-hal yang harus
diingat maka aka nada efek ldquokeunggulanrdquoyaitu mereka brusaha mengingat
hal-hal yang pertama kali ditulis
d) Insruksi-instruksi harus ditulis dengan bahasa umum ( Non medis ) dan hal-
hal yang perlu ditekankan 14
2 Kualitas Interaksi
Kualitas interaksi antara profrsional kesehatan dan pasien merupakan bagian yang
penting dalam menentukan derajat kepatuhan Meningkatkan interaksi
professional kesehatan dengan pasien adalah suatu hal penting untuk memberikan
umpan balik pada pasien setelah memperoleh informasi tentang diagnosis Pasien
membutuhkan penjelasan tentang kondisinya saat ini apa penyebabnya dan apa
yang dapat mereka lakukan dengan kondisi seperti itu
3 Isolasi sosial dan keluarga
Keluarga dapat menjadi factor yang sangat berpengaruh dalam menentukan
keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga menentukan tentang
program pengobatan yang dapat mereka terima Keluarga juga member dukungan
dan membuat keputusan mengenai perawatan dari anggota keluarga yang sakit
4 Keyakinan Sikap Kepribadian
Ahli psikologis telah menyelidiki tentang hubungan antar pengukuran-
pengukuran kepribadian dan kepatuhan Mereka menemukan bahwa data
kepribadian secara benar dibedakan antar orang yang putih drngan orang yang
gagal Orang-orang yang tidak patuh adalah orang-orang yang lebih mengalami
depresi anxietas sangat memperhatikan kesehatannya memiliki kekuatan ego
29
yang lebih lemah dan kehidupan sosialnya lebih memusatkan perhatian pada
dirinya sendiri Blumenthal et al mengatakan bahwa ciri-ciri kepribadian yang
disebutkan diatas itu yang menyebabkan seseorang cenderung tidak patuh ( drop
out) dari program pengobatan 14
Menurut Schwart dan Griffin Faktor yang berhubungan dengan
ketidaktaan secara sejarah riset tentang ketaan pasien didasarkan atas pandangan
tradisional mengenai pasien sebagai penerima nasihat dokter yang pasif dan patuh
Pasien yang tidak taat dipandang sebagai orang yang lalai dan masalahnya dianggap
sebagai masalah control Riset berusah untuk mengidentifikasi kelompok-kelompok
pasien yang tidak patuh berdasarkan kelas sosioekonomi pendidikan umur dan
jenis kelamin Pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan sepanjang bawah
pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif seperti penggunaan buku-buku
dan kaset oleh pasien secara mandiri Usaha-usaha ini sedikit berhasil seorang dapat
menjadi tidak taat kalau situasinya memungkinkan Teori-teori yang lebih baru
menekannkan factor situasional dan pasien sebagai peserta yang aktif dalam proses
pengobatannya Perilaku ketaatan sering diartikan sebagai usaha pasien untuk
mengendalikan perilakunya bahkan jika hal tersebut bias menimbulkan resiko
mengenai kesehatannya 15
Macam-macam faktor yang berkaitan dengan ketidaktaatan disebutkan
a Ciri-ciri kesakitan dan cirri-ciri pengobatan
Menurut Dickson dkk perilaku ketaatan lebih rendah untuk penyakit kronis
(karena tidak ada akibat buruk yang segera dirasakan atau resiko yang jelas )
saran mengenai gaya hidup umum dan kebiasaan yang lama pengobatan yang
kompleks pengobatan dengan efek samping perilaku yang tidak pantas
Menurut Sarafino tingkat ketaaatan rata-rata minum obat utnuk menyenbuhkan
kesakitan akut dengan pengobatan jangka pendek adalah sekitar 78 Untuk
kesakita kronis dengan cara pengobatan jangaka panjang tingkat tersebut menurun
sampai 54
b Komunikasi antara Pasien dan Dokter
Berbagai aspek komunikasi antara pasien dan dokter mempengaruhi tingkat
ketidaktaan misalnya informasi dengan pengawasan yang kurang
30
ketidakpuasan terhadap aspek hubungan emosional dengan dokter ketidak
puasan terhadap pengobatan yang diberikan
c Variabel-variabel sosial
Hubungan antara dukungan sosial dengan ketaatan telah dipelajari Secara umum
orang-orang yang merasa mereka menerima penghiburan perhatian dan
pertolongan yang mereka butuhkan dari seseorang atau kelompok biasanya
cenderung lebih mudah mengikuti nasihat medis daripada pasien yang kurang
mendapat dukungan sosial Jelaslah bahwa keluarga memainkan peranan yang
sangat penting dalam pengelolaan medis misalnya penggunaan pengaruh
normative pada pasien yang mungkin mengakibatkan efek yang memudahkan
atau menghambat perilaku ketaatan
d Ciri-ciri Individual
Variabel-variabel demografis juga digunakan untuk meramalkan ketidaktaatan
sebagai contoh Di Amerika Serikat kaum wanita kaum kulit putih dan orang
tua cenderung mengikuti anjuran dokter 15
Dalam proses penyembuhan penderita TB Paru dapat diberikan obat anti-
TB (OAT) yang diminum secara teratur sampai selesai dengan pengawasan
yangketat Masa pemberian obat memang cukup lama yaitu 6-8 bulan secara terus
menerus sehingga dapat mencegah penularan kepada orang lain Oleh sebab itu para
penderita TB jika ingin sembuh harus minum obat secara teratur Tanpa adanya
keteraturan minum obat penyakit sulit disembuhkan Jika tidak teratur minum obat
penyakitnya sukar diobati kuman TB dalam tubuh akan berkembang semakin banyak
dan menyerang organ tubuh lain yang akan membutuhkan waktu lebih lama untuk
dapat sembuh
26 Pengawasan Menelan Obat (PMO) 9
Salah satu komponen DOTS adalah pengobatan paduan OAT jangka
pendek dengan pengawasan langsung Untuk menjamin keteraturan pengobatan
diperlukan seorang PMO
31
a Persyaratan PMO
bull Seseorang yang dikenal dipercaya dan disetujui baik oleh petugas kesehatan
maupun pasien selain itu harus disegani dan dihormati oleh pasien
bull Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien
bull Bersedia membantu pasien dengan sukarela
bull Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan pasien
b Siapa yang bisa menjadi PMO
Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan misalnya Bidan di Desa Perawat
Pekarya Sanitarian Juru Immunisasi dan lain lain Bila tidak ada petugas
kesehatan yang memungkinkan PMO dapat berasal dari kader kesehatan guru
anggota PPTI PKK atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga
c Tugas seorang PMO
bull Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai
pengobatan
bull Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur
bull Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah
ditentukan
bull Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai gejala-
gejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke Unit Pelayanan
Kesehatan
Tugas seorang PMO bukanlah untuk mengganti kewajiban pasien mengambil
obatdari unit pelayanan kesehatan
d Informasi penting yang perlu dipahami PMO untuk disampaikan kepada pasien dan
keluarganya
bull TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur
32
bull TB bukan penyakit keturunan atau kutukan
bull Cara penularan TB gejala-gejala yang mencurigakan dan cara pencegahannya
bull Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan)
bull Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur
bull Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera meminta
pertolongan ke UPK
27 Penanggulangan TB 16
Rencana Global Penanggulangan TB
Rencana Global 2006-2015 mencakup enam elemen utama dalam strategi baru Stop
TB ndashWHO yang terdiri dari
1 Memperluas dan meningkatkan ekspansi DOTS yang berkualitas meningkatkan
penemuan kasus dan kesembuhan melalui pendekatan yangterfokus pada penderita
agar pelayanan DOTS yang berkualitas dapat menjangkau seluruh penderita
khususnya kelompok masyarakat yang miskin dan rentan
2 Menghadapi tantangan TBHIV MDR-TB dan tantangan lainnya dengan cara
meningkatkan kolaborasi TBHIV DOTS-Plus dan pendekatan lainnya
3 Berkontribusi dalam memperkuat sistem kesehatan melalui kerjasama dengan
berbagai program dan pelayanan kesehatan lainnya misalnya dalam memobilisasi
sumber daya manusia dan finansial untuk implementasi dan mengevaluasi
hasilnyaserta pertukaran informasi dalam keberhasilan pencapaian dalam program
penanggulangan TB
33
4 Melibatkan seluruh penyedia pelayanan kesehatan pemerintah lembaga swadaya
masyarakat (LSM) dan swasta dengan cara memperluas pendekatan berbasis
public-private mix (PPM) dengan menggunakan ISTC
5 Melibatkan penderita TB dan masyarakat untuk memberikan kontribusi dalam
penyediaan pelayanan yang efektif Hal ini meliputi perluasan pelayanan TB di
masyarakat menciptakan kebutuhan masyarakat akan pelayanan TB advokasi
yang spesifik komunikasi dan mobilisasi sosial serta mendukung pengembangan
piagam pasien TB dalam masyarakat dan
6 Memberdayakan dan meningkatkan penelitian operasional
28 Kerangka Konsep
Variabel Independent Variabel dependent
Karakteristik Individu
1Umur
2Jenis kelamin
3Pendidikan
4Pekerjaan
5Pengetahuan
6Efek samping OAT
7Tingkat kepatuhan
penderita dalam
pengobatan
Kesembuhan
34
Penderita TB paru
Faktor Pelayanan
kesehatan
1 Ketersediaan OAT
2 Sikap petugas kesehatan
3 LokasiJarak
4 Penyuluhan kesehatan
5 Kunjungan rumah
Faktor Peran PMO
Gambar Kerangka Konsep Penelitian
Definisi Konsep
1 Karakteristik individu adalah hal-hal yang melekat dalam diri penderita TB paru yang
mempengaruhi tingkat kapetuhan dalam melaksanakan program pengobatan dengan
strategi DOTS yang membedakan seseorang dengan yang lainnya meliputi umur jenis
kelamin pendidikan pekerjaan pengetahuan efek samping OAT tingkat kepatuhan
penderita dalam pengobatan
2 Faktor pelayanan kesehatan adalah penilaian dari penderita TB paru terhadap upaya yang
diselenggarakan oleh unit pelayanan kesehatan untuk menangani penderita TB paru
meliputi Ketersediaan OATsikap petugas kesehatan lokasijarak penyuluhan
kesehatan dan kunjungan rumah
3 Faktor Peran PMO ( Pengawasan Menelan Obat ) adalah penilaian dari penderita TB paru
terhadap hal-hal yang menjadi tugas dari seseorang pengawas menelan obat yang
mempengaruhi tingkat kepatuhan penderita TB paru dalam melaksanakan pengobatan
meliputi penyuluhan member dorongan meningkatkan dan mengawasi
35
4 Kesembuhan adalah pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan
pemeriksaan ulang dahak (follow up) menunjukkan hasil BTA negatif
29 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konsep di atas maka hipotesis penelitian ini adalah
1) Ada pengaruh karakteristik individu terhadap kesembuhan penderita TB paru
dalam pengobatan
2) Ada pengaruh pelayanan kesehatan terhadap kesembuhan penderita TB paru
dalam pengobatan
3) Ada pengaruh PMO terhadap kesembuhan penderita TB paru dalam pengobatan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
31 Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional yang
bertujuan untuk menjelaskan pengaruh karakteristik individu faktor pelayanan
kesehatan dan faktor Pengawas Menelan Obat (PMO) terhadap kesembuhan
penderita TB Paru dalam melaksanakan pengobatan di Puskesmas Grogol Petamburan
tahun 2011
32 Tempat dan Waktu Penelitian
36
Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Grogol Petamburan pada bulan
Januari sampai Februari tahun 2012
33 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang
sedang menjalankan pengobatan TB di Puskesmas Grogol
Petamburan mulai bulan OktobeR
34 Keriteria Inklusi dan Eksklusi
341 Keriteria Inklusi
342 Keriteria Eksklusi
35 Sampel
351 Besar Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang
mengikuti pengobatan dengan strategi DOTS di Puskesmas yang pada saat penelitian
sedang menjalani pengobatan dan seluruh penderita TB yang telah mendapat
pengobatan selama 6 bulan atau sedang dalam tahap lanjutan
Keterangan
n1 = Jumlah sampel minimal
37
n2 = Jumlah sampel ditambah substitusi 10 (substitusi adalah persen responden
yang mungkin drop out)
Z = Tingkat batas kepercayaan dengan = 5
Didapat Z pada kurva normal = 196
p = Proporsi variabel yang diteliti yaitu besarnya presentasi 50 )
q = 1 - p
L = Derajat kesalahan yang masih dapat diterima adalah 10
Berdasarkan rumus di atas didapatkan angka sebagai berikut
( Z )2 p q ( 196 )2 0505
n1 = ----------------- = ------------------------------ = 9604
L2 ( 01 )2
n2 = n1 + ( 10 n1 )
= 9604 + ( 10 9604)
= 9604 + 9604
= 10564 Dibulatkan 106
352 Teknik Pengambilan Sampel
36 Identifikasi Variabel
1 Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kesembuhan tb paru
2 Variabel independen adalah umur jenis kelamin pendidikan pekerjaan
pengetahuan efek samping OAT dan tingkat kepahuhan dari penderita TB
Selain itu faktor dari pelayanan kesehatan dan PMO juga ikut berperan
37 Cara Kerja
1 Membuat proposal penelitian tentang hubungan antara tingkat kepatuhan minum
OAT dengan tingkat kesembuhan penyakit TB di Puskesmas Kecamatan Grogol
Petamburan
38
2 Pengumpulan data sekunder dari Puskesmas Grogol Petamburan
3 Melakukan kunjungan ke rumah-rumah sampel di daerah RT terpilih untuk
pengumpulan data primer dengan memakai kuesioner dan wawancara responden
4 Data-data yang telah dikumpulkan akan dilakukan pengolahan berupa proses
editing verifikasi dan koding Selanjutnya dimasukkan dan diolah dengan
menggunakan program computer yaitu program SPSS
5 Terhadap data yang telah diolah kemudian dilakukan analisis sesuai dengan cara
uji statistik menggunakanhelliphellip Data diinterpretasi secara deskriptif korelatif
antar variabel ndash variabel yang telah ditentukan dan disajikan dalam bentuk
tekstular dan tabular
6 Hasil dari penelitian akan disusun dalam bentuk pelaporan penelitian yang
selanjutnya akan di presentasikan di hadapan staf pengajar program pendidikan
Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida
Wacana (FK UKRIDA) dalam forum pendidikan Ilmu Kedokteran Komunitas
Fakultas Kedokteran UKRIDA
38 Manajemen Data
381 Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder yaitu
1 Data primer diperoleh dengan wawancara langsung kepada penderita TB paru
dan petugas kesehatan program penanggulangan TB Paru yang berpedoman pada
kuisioner penelitian yang telah ditetapkan dam melakukan cross check
2 Data sekunder diperoleh dari laporan pelaksanaan program penanggulangan TB
Paru di Puskesmas kartu pengobatan TBC (formulir TB 01) dan Formulir
Permohonan Laboratorium TBC Untik Pemeriksaan Dahak (formulir TB 05)
382 Pengolahan Data
39
Aspek pengukuran
Aspek pengukuran variable bebas
Karakteristik individu
Aspek pengukuran variable karakteristik individu dapat dilihat pada tabel 31
Table 31 Aspek Pengukuran Variabel Karakteristik Individu
Karakteristik
individu
Kategori Skala Bobot nilai
Umur a 15-24 tahun
b 25-49 tahun
c gt 50 tahun
rasio
Jenis kelamin a Laki-laki
b Perempuan
Tingkat
pendidikan
a Tidak tamat SD
b SD
c SLTP
d SLTA
e Sarjana S1
Pekerjaan a Bekerja
b Tidak bekerja
Pengetahuan a Baik
b Sedang
c Bururk
Efek samping
OAT
a Ada
b Tidan ada
Faktor pelayanan kesehatan
Pengukuran faktor pelanan kesehatan meliputi ketersediaan OAT yang
diukur adalah yang diukur dengan 2 pertanyaan sikap petugas kesehatan diukur
dengan 8 pertanyaan lokasi jarak diukur dengan 3 pertanyaan penyuluhan kesehatan
diukur dengan 6 pertanyaan dan kunjungan rumah diukur dengan 2 pertanyaan
40
berdasarkan jawaban yang diberikan responden selanjutnya dikelompokkan menjadi
tiga (3) yaitu
a Baik jika faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan
penilaian yang baik karena kebutuhan yang diinginkan debagian besarnya
terpenuhi (nilai gt32)
b Sedang bila faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan
penilaian yang kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan responden hanay
sebagian saja yang terpenuhi (nilainya 17-32)
c Buruk bila faktor pelayanan pelayanan kesehatan yang diterima responden
menimbulkan penilaian yang tidak baik karena kebutuhan yang diinginka
responden sebagian besar tidak dipenuhi (nilainya lt17)
Faktor Pengawas Menelan Obat (PMO)
Faktor Pengawas Menelan Obat diukur dengan 5 pertanyaan yang
selanjutnya dibedakan atas 3 kategori yaitu
a Baik bila semua tugas yang diterima responden terlaksana dengan baik yaitu
mengawasi memberikan dorongan mengingatkan dan memberikan penyuluhan
(nilainya gt11)
b Sedang bila tugas PMO yang diterima responden sebagian saja yang terpenuhi
(nilainya 6-11)
c Buruk bila tugas PMO yang diterima responden tidak terlaksana dengan baik
(nilainya lt 6)
Aspek Pengukuran Variabel Terikan
Kepatuhan Pengobatan TB Paru
41
Aspek Pengukuran Variabel ini menggunakan skala interval yang diukur berdasarkan
tiga (3) kategori yaitu
Patuh apabila responden selalu menelan obat sesuai ketentuan petugas kesehatan
yaitu setiap hari pada tahap awal tiga kali seminggu pada tahap lanjutan dan
mengambil obat serta memeriksakan dahak sesuai jadwal dan menaati nasihat dari
petugas kesehatan ( bobot 3 )
Kurang patuh jika responden kadang-kadang menelan obat sesuai ketentuan
petugas kesehatan atau responden tidak menelan obat 2-8 minggu selama tahap
pengobatan lanjutan dan tidak memerisakan dahak sesuai jadwal yang telah
ditetapkan dan tidak selalu menaati nasihat dari petugas kesehatan (bobot 2 )
Tidak patuh jika responden tidak menelan obat sesuai ketentuan petugas
kesehatan atau responden tidak menelan obat lebih dari 8 minggu selama tahap
pengobatan lanjutan dan tidak mengambil obat serta tidak memeriksakan dahak
sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan tidak menaati nasihat petugas kesehatan
(bobot 1)
383 Penyajian Data
384 Analisis Data
385 Interpretasi Data
386 Pelaporan Data
39 Definisi Operasional
1 Umur adalah usia responden saat penelitian berdasarkan ulang tahun terakhir yang
dibedakan atas 3 (tiga) kategori berdasarkna Badan Pusat Statistik Kota Medan
42
tahun 2008 yaitu 1) orang muda 25-24 tahun 2) dewasa 24-49 tahun 3) orang
tua gt 50 tahun
2 Jenis kelamin adalah suatu karakteristik responden yang dibedakan identitasnya
dari laki-laki dan perempuan
3 Pendidikan adalah jenjang pendidikannyang berhasil ditamatkan responden yang
dibedakan atas tidak tamat SD SD SLTP SLTA Akademi Sarjana
4 Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh responden sebagai
pendapatan utama yang dibedakan atas kerja dan tidak bekerja
5 Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai penyakit
TB paru
6 Efek samping OAT adalah gejala keluhan yang diderita responden akiba menelan
OAT selama pengobatan
7 Ketersdediaan OAT adalah pandangan responden terhadap kondisi OAT
diperoleh dari puskesmas meliputi kecukupan jumlah OAT dan dan kualitasnya
8 Sikap petugas kesehatan adalah penilaian responden terhadap reaksi petugas
kesehatan kepada responden selama mereka menjalanin pengobatan
9 Lokasi jarak adalah pandangan responden tentang lama perjalanan dari tempat
tinggal responden ke Puskesmas yang diukur dengan jarak sarana transportasi
10 Penyuluhan kesehatan adalah pandangan responden tentang kegiatan yang
dilakukan oleh petugas kesehatan sehubungan dengan pengobatan TB Paru untuk
mencapai suatu keadaan dimana pederita TB Paru dapat hidup lebih sehat
11 Kunjungan rumah adalah pandangan responden tentang kegiatan yang dilakukan
petugas kesehatan selama masa pengobatan ke rumah responden
12 Faktor peran Pengawas Minum Obat (PMO) adalah pandangan responden tentang
tugas yang dilakasanakan oleh seorang PMO meliputi penyuluhan
13 Kepatuhan berobat adalah ketaan responden dalam menelan obat mengambil
obat dan melakukan pemeriksaan dahak sesuai jadwal yang telah ditentukan dan
menaati segala nasehat dari petugas kesehatan
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
1) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta
2) Perkumpulan Pemberantasan TB Indonesia 2011 TB di Indonesia Peringkat Dunia
Jakarta Diakses melalui situs httpwwwpptiinfoindexphpcomponentcontentarticle46-
arsip-ppti141-tbc-di-indonesia-peringkat-5-dunia Diakses pada tanggal 23 Januari 2012
44
3) Depkes dan WHO 2008 Lembar Fakta Tuberkulosis Jakarta
4) Dirjen P2M amp PLP 1997 Pengawasan Menelan Obat (PMO) adalah DOTS ala Indonesia
Jakarta
5) Amirudin R 2006 Faktor Keberhasilan Konversi pada Penderita TB Paru di Puskesmas
Jongaya Tahun 2006 Laporan Penelitian FKM Unhas Makasar
6) Aditama Tjandra Y 1994 Tuberkulosis Paru Masalah dan Penanggulangnya UI Press
Jakarta
7) Aru W Bambang S Idrus A dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Tuberkulosis
Paru Edisi IV FKUI Jakarta 2006 998-1004
8) Depkes RI 2002 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta
9) Depkes RI 2006 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta
10) Subijakto Hubungan Pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Berobat
Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Proposal Skripsi Jakarta 2011 Diakses pada
tanggal 20 Januari 2012
11) Aditama Tjandra Y 2002 Tuberkulosis Diagnosis Terapi dan Masalahnya Yayasan IDI
Jakarta
12) Notoatmodjo Soekidjo 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Penerbit Rineka Cipta
Jakarta
13) Simamora Jojor 2004 Faktor yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Berobat Penderita TB
Paru di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2004 Tesis Pascasarjana USU Medan
14) Ester Monica 2000 Psikologi Kesehatan Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
15) Bart Smet 1994 Psikologi Kesehatan PT Grasindo Jakarta
16) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta
45
Sementara itu untuk keberhasilan pengobatan pada tahun 2003 adalah
87 Sedangkan pada tahun 2004 sebesar 90 Pada tahun 2005 sampai tahun 2008
angka keberhasilan pengobatan adalah 91 2
Munculnya pandemi HIVAIDS di dunia menambah permasalahan bagi
penderita TB Koinfeksi dengan HIV akan meningkatkan risiko kejadian TB paru
secara signifikan Pada saat yang sama kekebalan ganda kuman TB terhadap obat
anti TB (multidrug resistence = MDR) semakin menjadi masalah karena tidak dapat
disembuhkan Keadaan tersebut pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya epidemi
TB paru yang sulit di tangani1
Pada tahun 2006 terdapat sekitar 92 juta kasus baru TB secara global
Diperkirakan 17 juta orang meninggal karena TB termasuk mereka yang terinfeksi
oleh HIV3
Besarnya dan luasnya permasalahan akibat TB mengharuskan kepada
semua pihak untuk dapat berkomitmen dan bekerja sama dalam melakukan
penanggulangan TB Kerugian yang diakibatkannya bukan hanya dari aspek
kesehatan semata tetapi juga dari aspek sosial ekonomi Dengan kata lain TB
merupakan ancaman terhadap cita-cita pembangunan dan dalam hal kesejahteraan
rakyat secara menyeluruh
Pada tahun 1994 pemerintah Indonesia yang bekerja sama dengan WHO
melaksanakan suatu evaluasi bersama (WHO-Indonesia Joint Evaluation) yang
menghasilkan rekomendasi tentang perlunya segera dilakukan perubahan mendasar
pada strategi penanggulangan TB paru di Indonesia yang disebut sebagai ldquoStrategi
DOTS (Directly Observed Treatment-Shortcourse)ldquo Bank Dunia menyatakan stratei
DOTS sebagai salah satu intervensi kesehatan yang paling efektif4
DOTS adalah strategi yang komrehensif untuk digunakan oleh petugas
kesehatan primer di seluruh dunia untuk mendeteksi dan menyembuhkan pasien TB
Penanggulangan TB paru dengan DOTS dapat memberikan angka kesembuhan yang
tinggi dimana WHO menargetkan angka kesembuhan minimal sebesar 81 dari
penderita TB paru dengan BTA positif yang telah terdeteksi 4
2
Prinsip DOTS adalah menentukan pelayanan pengobatan terhadap
penderita agar secara langsung dapat mengawasi keteraturan minum obat Strategi ini
diawasi oleh petugas Puskesmas dan pihak-pihak lain yang paham tentang program
DOTS Di samping itu keluarga sangat diperlukan keterlibatannya dalam
pengawasan dan perawatan penderita 4
Masih rendahnya cakupan angka kesembuhan berdampak negatif pada
kesehatan masyarakat dan keberhasilan pencapaian program Dalam hal ini masih
adanya peluang terjadinya penularan penyakit TB kepada anggota keluarga dan
masyarakat sekitar Selain itu memungkinkan terjadinya resistensi kuman TB
terhadap OAT sehingga menambah penyebarluasan penyakit TB meningkatnya
angka kesakitan dan kematian akibat TB5
Untuk mencapai kesembuhan diperlukan keteraturan atau kepatuhan
berobat Artinya apabila penderita tidak berobat dengan teratur maka hasil dari
pengobatan pun akan tidak baik
Banyak faktor yang sangat mempengaruhi keberhasilan pengobatan
seperti lamanya waktu pengobatan kepatuhan serta keteraturan penderita untuk
berobat Selain itu daya tahan tubuh dan faktor sosial ekonomi juga ikut berperan
Kepatuhan berobat penderita TB juga ditentukan oleh perhatian tenaga
kesehatan untuk memberikan penyuluhan dan penjelasan kepada masyarakat
Keteraturan pengobatan tetap menjadi tanggung jawab petugas kesehatan4
Berdasarkan uraian di atas diketahui bahwa angka kesembuhan TB
ditentukan oleh kepatuhan penderita untuk berobat adanya pelayanan kesehatan yang
baik dan adanya peran PMO terhadap tingkat kepatuhan pengobatan
3
12 Permasalahan
Diperkirakan sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh
Mycobacterium tuberculosis Pada tahun 1995 diperkirakan ada 9 juta pasien TB
baru dan 3 juta kematian akibat TB diseluruh dunia Diperkirakan 95 kasus TB dan
98 kematian akibat TB diduniaterjadi pada negara-negara berkembang Demikian
juga kematian wanita akibat TB lebih banyak dari pada kematian karena kehamilan
persalinan dan nifas
Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2007
menyatakan jumlah penderita TB di Indonesia sekitar 528 ribu atau berada di posisi
tiga di dunia setelah India dan China
Pada Global Report WHO 2010 data total seluruh kasus TB tahun 2009
sebanyak 294731 kasus dimana 169213 adalah kasus TB baru dengan BTA positif
108616 adalah kasus TB dengan BTA negatif 11215 adalah kasus TB ekstra paru
3709 adalah kasus TB kambuh dan 1978 adalah kasus pengobatan ulang di luar kasus
kambuh
Besarnya dan luasnya permasalahan akibat TB mengharuskan kepada
semua pihak untuk dapat berkomitmen dan bekerja sama dalam melakukan
penanggulangan TB Kerugian yang diakibatkannya bukan hanya dari aspek
kesehatan semata tetapi juga dari aspek sosial ekonomi Dengan kata lain TB
merupakan ancaman terhadap cita-cita pembangunan dan dalam hal kesejahteraan
rakyat secara menyeluruh
Selain itu munculnya pandemi HIVAIDS di dunia menambah
permasalahan bagi penderita TB Koinfeksi dengan HIV akan meningkatkan risiko
kejadian TB paru secara signifikan Pada saat yang sama kekebalan ganda kuman TB
terhadap obat anti TB (multidrug resistence = MDR) semakin menjadi masalah
karena tidak dapat disembuhkan Keadaan tersebut pada akhirnya akan menyebabkan
terjadinya epidemi TB paru yang sulit di tangani
4
13 Tujuan Penelitian
131 Tujuan Umum
Mengetahui hungungan antara kepatuhan minum OAT dengan
kesembuhan TB Paru di Puskesmas Grogol Petamburan
132 Tujuan Khusus
1) Diketahuinya hubungan antara kesembuhan penyakit TB dengan
tingkat kepatuan penderita TB dalam meminum OAT
2) Diketahuinya besarnya masalah perilaku pada penderita TB terhadap
tingakt kepatuhannya berobat
3) Diketahuinya distribusi menurut umur tingkat pendidikan pekerjaan
dan pengetahuan terhadap tingkat kepatuhan penderita
14 Manfaat Penelitian
141 Manfaat Bagi Peneliti
1) Memperoleh pengalaman belajar dan pengetahuan dalam melakukan
penelitian
2) Meningkatkan kemampuan dalam berkomunikasi dengan masyarakat
3) Menerapkan dan mengembangkan ilmu yang telah dipelajari pada saat
kuliah
4) Mengembangkan daya nalar minat dan kemampuan dalam bidang
penelitian
5) Melatih bekerja sama dalam sebuah tim
5
142 Manfaat Bagi Perguruan Tinggi
1) Realisasi Tridarma perguruan tinggi dalam melaksanakan fungsi atau
tugas perguruan tinggi sebagai lembaga yang menyelenggarakan
pendidikan penelitian dan pengabdian masyarakat
2) Mewujudkan kampus Universitas Kristen Krida Wacana sebagai
masyarakat ilmiah dalam peran sertanya di bidang kesehatan
3) Meningkatkan saling pengertian dan kerjasama antar mahasiswa dan
staf pengajar
143 Manfaat Bagi Masyarakat
1) Sebagai masukan berupa hasil penelitian dan saran-saran yang
diharapkan dapat menjadi umpan balik positif bagi warga di wilayah
kerja Puskesmas Jelambar untuk dapat berperan serta
2) Sebagai bahan masukan dalam melakukan penyuluhan kesehatan
untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam melakukan
program pemberantasan penyakit TB paru
3) Sebagai bahan masukan dalam melakukan penelitian selanjutnya
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
21 Penyakit Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman TB (Mycobacterium tuberculosis) Sebagian besarkuman TB menyerang paru
tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya Tuberkulosis bukanlah penyakit
keturunan tetapi dapat ditularkan dari orang ke orang lain6
Kuman penyebab tuberkulosis ini ditemukan oleh seorang ilmuwan
Jerman yang bernama Robert Koch di tahun 1882 Hasil penemuannya ini dilaporkan
olehnya kepada masyarakat ilmiah pada tanggal 24 Maret 1882 Penemuan ini
merupakan peristiwa terbesar dalam perkembangan pengobatan tuberkulosis dan
tanggal 24 Maret setiap tahunnya sampai sekarang diperingati sebagai TB Day (hari
Tuberkulosis) 6
Kuman tuberkulosis berbentuk batang berukuran sangat kecil sehingga
hanya dapat dilihat di bawah mikroskop Panjangnya sekitar satu sampai empat
micron dan lebarnya antara 03 sampai 06 mikron Basil tuberkulosis akan tumbuh
secara optimal pada suhu sekitar 370C yang sesuai dengan tubuh manusia Untuk
berkembang biak basil ini melakukan pembelahan diri Jika dilihat dari struktur
kimianya basil ini tediri dari lemak dan protein6
Kuman tuberkulosis mempunyai sifat khusus yaitu tahan asam pada
pewarnaan sehingga disebut sebagai Basil Tahan Asam (BTA) Kuman TB akan mati
pada penyinaran dengan sinar matahari langsung Dalam jaringan tubuh kuman ini
bersifat dormant artinya kuman dapat tertidur lama selama beberapa tahun lalu dapat
aktif kembali jika keadaan memungkinkan6
7
211 Klasifikasi Tuberkulosis 9
Penentuan klasifikasi penyakit tuberkulosis memerlukan suatu lsquodefinisi kasusrsquo yang
meliputi empat hal yaitu
- Lokasi atau organ tubuh yang sakit paru atau ekstra paru
- Bakteriologi (hasil pemeriksaan dahak secara mikroskopis) BTA positif atau BTA
negatif
- Tingkat keparahan penyakit ringan atau berat
- Riwayat pengobatan TB sebelumnya baru atau sudah pernah diobati
bull Manfaat dan tujuan menentukan klasifikasi adalah
- menentukan paduan pengobatan yang sesuai
- registrasi kasus secara benar
- menentukan prioritas pengobatan TB BTA(+)
- analisis kohort hasil pengobatan
bull Beberapa istilah dalam definisi kasus
- Kasus TB Pasien TB yang telah dibuktikan secara mikroskopis atau didiagnosis
oleh dokter
- Kasus TB pasti (definitif) pasien dengan biakan positif untuk Mycobacterium
tuberculosis atau tidak ada fasilitas biakan sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen
dahak SPS hasilnya BTA positif
bull Kesesuaian paduan dan dosis pengobatan dengan kategori diagnostik sangat
diperlukan untuk
- menghindari terapi yang tidak adekuat (undertreatment) sehingga mencegah
timbulnya resistensi
- menghindari pengobatan yang tidak perlu (overtreatment) sehingga meningkatkan
pemakaian sumber-daya lebih biaya efektif (cost-effective)
- mengurangi efek samping
8
Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena
bull Tuberkulosis paru Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang
jaringan (parenkim) paru tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada
hilus
bull Tuberkulosis ekstra paru Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain
paru misalnya pleura selaput otak selaput jantung (pericardium) kelenjar lymfe
tulang persendian kulit usus ginjal saluran kencing alat kelamin dan lain-lain
Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis yaitu pada TB
Paru
bull Tuberkulosis paru BTA positif
- Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif
- 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada menunjukkan
gambaran tuberkulosis
- 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif
- 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS pada
pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah
pemberian antibiotika non OAT
bull Tuberkulosis paru BTA negatif
Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif
Kriteria diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi
- Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif
- Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis
- Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT
- Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan
9
Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan penyakit
bull TB paru BTA negatif foto toraks positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan
penyakitnya yaitu bentuk berat dan ringan Bentuk berat bila gambaran foto
toraks memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas (misalnya proses ldquofar
advancedrdquo) dan atau keadaan umum pasien buruk
bull TB ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya yaitu
- TB ekstra paru ringan misalnya TB kelenjar limfe pleuritis eksudativa
unilateral tulang (kecuali tulang belakang) sendi dan kelenjar adrenal
- TB ekstra-paru berat misalnya meningitis milier perikarditis peritonitis
pleuritis eksudativa bilateral TB tulang belakang TB usus TB saluran kemih
dan alat kelamin
Catatan
bull Bila seorang pasien TB paru juga mempunyai TB ekstra paru maka untuk
kepentingan pencatatan pasien tersebut harus dicatat sebagai pasien TB paru
bull Bila seorang pasien dengan TB ekstra paru pada beberapa organ maka dicatat
sebagai TB ekstra paru pada organ yang penyakitnya paling berat
10
212 Cara Penularan
Lingkungan hidup yang sangat padat dan pemukiman di wilayah perkotaan
kemungkinan besar telah mempermudah proses penularan dan berperan sekali atas
peningkatan jumlah kasus TB Proses terjadinya infeksi oleh Mycobacterium
tuberculosis biasanya secara inhalasi sehingga TB paru merupakan manifestasi klinis
yang paling sering dibandingkan dengan organ lain Penularan penyakit ini sebagian
besar melalui inhalasi basil yang mengandung droplet nuclei khususnya yang di
dapat dari pasien TB paru dengan batuk berdarah atau berdahak yang mengandung
basil tahan asam (BTA) Pada TB kulit atau jaringan lunak penularan bias melalui
inokulasi langsung Infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium bovis dapat
disebabkan oleh susu yang kurang disterilkan dengan baik atau terkontaminasi Sudah
dibuktikan bahwa lingkungan sosial ekonomi yang baik pengobatan yang teratur dan
pengawasan minum obat yang ketat dapat berhasil mengurangi angka morbiditas dan
mortalitas di Amerika selama tahun 1950-1960 7
Daya penularan dari seseorang penderita ditentukan oleh banyaknya
kuman yang dikeluarkan dari parunya Makin tinggi derajat positif hasil dari
pemeriksaan dahak makin menular penderita tersebut Bila pemeriksaan dahak
negatif (tidak terlihat kuman) maka penderita tersebut dianggap tidak menular
Kemungkinan seseorang terinfeksi TB paru ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam
udara dan lamanya menghirup udara tersebut 8
Perlu diketahui bahwa kuman TB tidak hanya keluar ketika penderita
batuk saja tetapi juga pada saat bernyanyi bersin atau bersiul Secara umum dapat
dikatakan bahwa penularan penyakit TB banyak bergantung dari beberapa factor
seperti jumlah kuman yang ada tingkat keganasan kuman dan daya tahan tubuh orang
yang tertular 6
213 Penemuan Penderita TB
Kegiatan penemuan pasien terdiri dari penjaringan suspek diagnosis
penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien Penemuan pasien merupakan langkah
pertama dalam kegiatan program penanggulangan TB Penemuan dan penyembuhan
11
pasien TB menular secara bermakna akan dapat menurunkan kesakitan dan kematian
akibat TB penularan TB di masyarakat dan sekaligus merupakan kegiatan
pencegahan penularan TB yang paling efektif di masyarakat9
Strategi penemuan 9
Penemuan pasien TB dilakukan secara pasif dengan promosi aktif Penjaringan
tersangka pasien dilakukan di unit pelayanan kesehatan didukung dengan
penyuluhan secara aktif baik oleh petugas kesehatan maupun masyarakat untuk
meningkatkan cakupan penemuan tersangka pasien TB
Pemeriksaan terhadap kontak pasien TB terutama mereka yang BTA positif yang
menunjukkan gejala sama harus diperiksa dahaknya
Penemuan secara aktif dari rumah ke rumah dianggap tidak cost efektif
214 Risiko Penularan 9
- Risiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan dahak Pasien TB
paru dengan BTA positif memberikan kemungkinan risiko penularan lebih besar
dari pasien TB paru dengan BTA negatif
- Risiko penularan setiap tahunnya di tunjukkan dengan Annual Risk of Tuberculosis
Infection (ARTI) yaitu proporsi penduduk yang berisiko terinfeksi TB selama satu
tahun ARTI sebesar 1 berarti 10 (sepuluh) orang diantara 1000 penduduk
terinfeksi setiap tahun ARTI di Indonesia bervariasi antara 1-3
- Infeksi TB dibuktikan dengan perubahan reaksi tuberkulin negatif menjadi positif
215 Gejala Klinis TB Paru
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu
atau lebih Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah
batuk darah sesak nafas badan lemas nafsu makan menurun berat badan menurun
12
malaise berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik demam meriang lebih dari satu
bulan9
Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain
tb seperti bronkiektasis bronkitis kronis asma kanker paru dan lain-lain Mengingat
prevalensi TB di Indonesia saat ini masih tinggi maka setiap orang yang datang ke
UPK dengan gejala tersebut diatas dianggap sebagai seorang tersangka (suspek)
pasien TB dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung9
216 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Tuberkulosis
Faktor ndash faktor yang mempengaruhi terhadap terjadinya TB antara lain
1 Harus ada sumber infeksi
Sumber infeksi dapat berasal dari penderita TB dengan BTA positif Penularan
dapat terjadi melalui dropet atau melalui pengunaan alat makan secara bergantian
tanpa dicuci yang digunakan oleh penderita TB dengan BTA positif tersebut
2 Jumlah basil penyebab harus cukup
Semakin banyak jumlah basil yang terhirup maka semakin besar kemungkinan
seseorang untuk mengidap TB
3 Virulensi yang tinggi dari basil TB
Apabila angka keaktifan kuman tinggi maka semakin cepat kuman TB
berkembang biak di dalam tubuh Selain itu masa inkubasi akan semakin cepat
4 Daya tahan tubuh yang rendah
Daya tahan tubuh yang menurun memungkinkan basil berkembang biak dan
menimbulkan penyakit tuberkulosis 10
217 Tipe Penderita TB Paru
Tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya Ada beberapa
tipe pasien yaitu
bull Kasus baru
13
Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan
OAT kurang dari satu bulan (4 minggu)
bull Kasus kambuh (Relaps)
Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan
tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap didiagnosis
kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur)
bull Kasus setelah putus berobat (Default )
Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA
positif
bull Kasus setelah gagal (failure)
Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi
positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan
bull Kasus Pindahan (Transfer In)
Adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki register TB lain untuk
melanjutkan pengobatannya
bull Kasus lain
Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas Dalam kelompok ini
termasuk Kasus Kronik yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif
setelah selesai pengobatan ulangan
Catatan
TB paru BTA negatif dan TB ekstra paru dapat juga mengalami kambuh gagal
default maupun menjadi kasus kronik Meskipun sangat jarang harus dibuktikan
secara patologik bakteriologik (biakan) radiologik dan pertimbangan medis
spesialistik9
218 Pemeriksaan Diagnostik
Untuk mengetahui adanya tuberkulosis dokter biasanya berpegang pada
tiga patokan utama Pertama hasil wawancaranya tentang keluhan pasien dan hasil
pemeriksaan yang dilakukan pada pasien yang disebut dengan anamnesis Kedua
14
hasil pemeriksaan laboratorium untuk menemukan adanya BTA pada spesimen
penderita
Pemeriksaan dahak mikroskopis 9
Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis menilai
keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan
Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis dilakukan dengan
mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang
berurutan berupa Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS)
S (sewaktu)
Dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung pertama kali Pada
saat pulang suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak pagi
pada hari kedua
P (Pagi)
Dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua segera setelah bangun tidur
Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di UPK
S (sewaktu)
Dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua saat menyerahkan dahak pagi
Adapun tujuan dari pemeriksaan dahak pada program penanggulangan TB
adalah
1 Menegakkan diagnosis dan menentukan tipe klasifikasi
2 Menilai kemajuan pengobatan
3 Menentukan tingkat penularan 8
Pemeriksaan ulang dahak untuk memantau kemajuan pengobatan
dilakukan pada
1 Akhir tahap intensif
15
Dilakukan seminggu sebelum akhir pengobatan penderita baru BTA positif
dengan kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-3 pengobatan ulang
penderita BTA positif kategori 2
2 Sebulan sebelum akhir pengobatan
Dilakukan seminggu sebelum akhir bulan ke-5 pengobatan penderita baru BTA
positif dengan kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-7 pengobatan
ulang penderita BTA positif dengan kategori 2
3 Akhir pengobatan
Dilakukan seminggu sebelum akhir bulan ke-6 pada penderita BTA positif dengan
kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-8 pengobatan ulang BTA positif
dengan kategori 2 8
Pemeriksaan dahak pada sebulan sebelum akhir pengobatan dan akhir
pengobatan bertujuan untuk menilai hasil pengobatan (apakah sembuh atau gagal)
219 Prinsip Pengobatan
Penatalaksanaan TB meliputi penemuan pasien dan pengobatan yang
dikelola dengan menggunakan strategi DOTS9
Tujuan utama pengobatan pasien TB adalah menurunkan angka kematian
dan kesakitan serta mencegah penularan dengan cara menyembuhkan pasien
Penatalaksanaan penyakit TB merupakan bagian dari surveilans penyakit tidak
sekedar memastikan pasien menelan obat sampai dinyatakan sembuh tetapi juga
berkaitan dengan pengelolaan sarana bantu yang dibutuhkan petugas yang terkait
pencatatan pelaporan evaluasi kegiatan dan rencana tindak lanjutnya9
Tabel 21 Jenis sifat dan dosis OAT
Dosis yang direkomendasikan (mgkg)
16
Jenis OAT Sifat Harian 3x seminggu
Isoniazid (H) Bakterisid 5
(4-6)
10
(8-12)
Rifampicin (R) Bakterisid 10
(8-12)
10
(8-12)
Pyrazinamide (Z) Bakterisid 25
(20-30)
35
(30-40)
Streptomycin (S) Bakterisid 15
(12-18)
15
(12-18)
Etambutol (E) Bakteriostatik 15
(15-20)
30
(20-35)
Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut 9
bull OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat dalam jumlah
cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan Jangan gunakan OAT
tunggal (monoterapi) Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT ndash KDT)
lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan
bull Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat dilakukan pengawasan langsung
(DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat
(PMO)
bull Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap yaitu tahap intensif dan lanjutan
Tahap awal (intensif) 9
- Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara
langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat
17
- Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat biasanya pasien
menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu
- Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2
bulan
Tahap Lanjutan 9
- Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit namun dalam jangka
waktu yang lebih lama
- Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah
terjadinya kekambuhan
2110 Panduan Penggunaan OAT di Indonesia9
Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis di Indonesia
- Kategori 1 2(HRZE)4(HR)3
- Kategori 2 2(HRZE)S(HRZE)5(HR)3E3
Disamping kedua kategori ini disediakan paduan obat sisipan (HRZE)
- Kategori Anak 2HRZ4HR
Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket
berupa obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT) sedangkan kategori anak sementara
ini disediakan dalam bentuk OAT kombipak
Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu
tablet Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien Paduan ini dikemas dalam
satu paket untuk satu pasien
Paket Kombipak
18
Terdiri dari obat lepas yang dikemas dalam satu paket yaitu Isoniasid
Rifampisin Pirazinamid dan Etambutol Paduan OAT ini disediakan program untuk
mengatasi pasien yang mengalami efek samping OAT KDT
Paduan OAT ini disediakan dalam bentuk paket dengan tujuan untuk
memudahkan pemberian obat dan menjamin kelangsungan (kontinuitas) pengobatan
sampai selesai
Satu (1) paket untuk satu (1) pasien dalam satu (1) masa pengobatan
KDT mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB
1 Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin efektifitas
obat dan mengurangi efek samping
2 Mencegah penggunaan obat tunggal sehinga menurunkan resiko terjadinya
resistensi obat ganda dan mengurangi kesalahan penulisan resep
3 Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat menjadi
sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien
Paduan OAT dan peruntukannya
19
1 Kategori-1 (2HRZE 4H3R3)
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru
1048707 Pasien baru TB paru BTA positif
1048707 Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif
1048707 Pasien TB ekstra paru
Tabel 22 Dosis untuk paduan OAT KDT untuk Kategori 1
Berat Badan
Tahap Intensif
tiap hari selama 56 hari
RHZE (15075400275)
Tahap Lanjutan
3 kali seminggu selama 16 minggu
RH (150150)
30-37 kg 2 tablet 4 KDT 2 tablet 4 KDT38-54 kg 3 tablet 4 KDT 3 tablet 4 KDT55-70 kg 4 tablet 4 KDT 4 tablet 4 KDTge 71 kg 5 tablet 4 KDT 5 tablet 4 KDT
2 Kategori -2 (2HRZES HRZE 5H3R3E3)
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya
1048707 Pasien kambuh
1048707 Pasien gagal
1048707 Pasien dengan pengobatan setelah default (terputus)
Tabel 23 Dosis untuk paduan OAT KDT Kategori 2
Berat Badan
Tahap Intensif
tiap hari
RHZE (15075400275) + S
Tahap Lanjutan
3 kali seminggu
RH (150150) + E (275)
Selama 56 hari Selama 28 hari Selama 20 minggu
30-37 kg 2 tablet 4 KDT + 500 mg Streptomisin inj
2 tablet 4 KDT 2 tablet 4 KDT+ 2 tab Etambutol
38-54 kg 3 tablet 4 KDT +750 mg Streptomisin inj
3 tablet 4 KDT 3 tablet 4 KDT+ 3 tab Etambutol
55-70 kg 4 tablet 4 KDT +1000 mg Streptomisin inj
4 tablet 4 KDT 4 tablet 4 KDT+ 4 tab Etambutol
ge 71 kg 5 tablet 4 KDT +1000 mg Streptomisin inj
5 tablet 4 KDT 5 tablet 4 KDT+ 5 tab Etambutol
Catatan
20
Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal untuk streptomisin adalah
500mg tanpa memperhatikan berat badan
Untuk perempuan hamil lihat pengobatan TB dalam keadaan khusus
Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan menambahkan aquabidest
sebanyak 37ml sehingga menjadi 4ml (1ml = 250mg)
3 OAT Sisipan (HRZE)
Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap intensif kategori 1 yang
diberikan selama sebulan (28 hari)
Tabel 24 Dosis KDT untuk Sisipan
Berat Badan Tahap Intensif tiap hari selama 28 hari
RHZE (15075400275)
30-37 kg 2 tablet 4 KDT38-54 kg 3 tablet 4 KDT55-70 kg 4 tablet 4 KDTge 71 kg 5 tablet 4 KDT
Penggunaan OAT lapis kedua misalnya golongan aminoglikosida (misalnya
kanamisin) dan golongan kuinolon tidak dianjurkan diberikan kepada pasien baru tanpa indikasi
yang jelas karena potensi obat tersebut jauh lebih rendah daripada OAT lapis pertama Di
samping itu dapat juga meningkatkan terjadinya risiko resistensi pada OAT lapis kedua
2111 Alur Diagnostik TB 9
21Suspek TB Paru
2112 Evaluasi Pengobatan
22
Pemeriksaan dahak mikroskopis (SPS = Sewaktu ndash Pagi ndash Sewaktu)
Hasil BTA+ - -
Hasil BTA- - -
Hasil BTA+ + ++ + +
Antibiotik Non-OAT
Tidak adaPerbaikan
Adaperbaikan
Pemeriksaan dahak mikroskopis
Foto toraks dan
Pertimbangan dokter
Hasil BTA+ + ++ + -+ _ _
Hasil BTA- - -
Foto toraks dan
Pertimbangan dokter
TB Bukan TB
Evaluasi Klinis
Biasanya pasien di control dalam 1 minggu pertama selanjutnya setiap 2 minggu
selama tahap intensif dan seterusnya sekali sebulan sampai akhir pengobatan
Secara klinis hendaknya terdapat perbaikan keluhan pasien seperti batuk yang
berkurang tidak ada batuk darah nafsu makan bertambah dan ada peningkatan
berat badan
Evaluasi Bakteriologis
Pemeriksaan dahak untuk menilai keberadaan kuman Biasanya setelah 2-3
minggu perngobatan sputum BTA mulai negatif Pemeriksaan control sputum
dilakukan sekali sebulan Bagi penderita dengan BTA positif setelah tahap
intensif akan mendapatkan pengobatan ulang Bila sudah negatif sputum
diperiksa tiga kali berturut-turut dan harus dikontrol agar tidak terjadi ldquosilent
bacterial sheddingrdquo yaitu terdapat sputum BTA positif tanpa disertai keluhan-
keluhan TB yang relevan
Evaluasi Radiologis
Evaluasi radiologis juga diperlukan untuk melihat kemajuan terapi Dengan
pemeriksaan radiologis dapat dilihat keadaan TB parunya atau adanya penyakit
lain yang menyertai Evaluasi foto dada dilakukan tiap 3 bulan sekali 10
2113 Efek Samping OAT
Sebagian besar penderita TB paru dapat menyelesaikan pengobatan tanpa
efek samping Namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping Oleh karena
itu pemantauan kemungkinan terjadinya efek samping sangat penting dilakukan
selama pengobatan Pemantauan dilakukan dengan cara menjelaskan kepada
penderita tanda-tanda efek samping dan menanyakan adanya gejala efek samping
pada waktu penderita mengambil OAT 8
Efek samping ringan dari OAT seperti tidak ada nafsu makanmual sakit
perut nyeri sendi kesemutan sampai dengan rasa terbakar di kaki dan warna
kemerahan pada air seni Efek samping berat dari OAT misalnya gatal dan
kemerahan kulit tuli gangguan keseimbanagn ikterus tanpa penyebab lain
bingung dan muntah-muntah gangguan penglihatan purpura dan syok 8
22 Strategi DOTS
23
Strategi DOTS adalah strategi penanggulaan TB paru nasional yang telah
direkomendasikan oleh WHO yang dimulai pelaksanaannya di Indonesia pada tahun
19951996 Sebelum pelaksanaan strategi DOTS (1969-1994) angka kesembutah TB
paru yang dapat dicapai oleh program hanya 40-60 saja Dengan strategi DOTS
diharapkan angka kesembuhan dapat dicapai minimal 85 dari penderita TB paru
BTA positif yang di temukan 11
Prinsip DOTS adalah mendekatkan pelayanan pengobatan terhadap
penderita agar secara langsung dapat mengawasi keteraturan menelan obat dan
melakukan pelacakan bila penderita tidak datang mengambil obat sesuai dengan yang
ditetapkan
Kalau diurai dari kata-katanya pengertian DOTS dapat dimulai dengan
keharusan setiap pengelola program TB intuk member direct attention dalam usaha
menemukan penderita Dalam bahasa lain ini diterjemahkan menjadi deteksi kasus
dengan pemeriksaan mikroskopik kendati sebenarnya pengertiannya dapat diperluas
dengan keharusan untuk mendeteksi kasus secara baik dan akurat Kemudian setiap
pasien harus di- observed dalam memakan obatnya setiap obat yang di telan pasien
harus di depan seorang pengawas Selain itu tentunya pasien harus menerima
treatment yang tertata dalam system pengelolaan distribusi dan penyediaan obat
secara baik Kemudian setiap pasien harus mendapat obat yang baik artinya
pengobatan short course standart yang telah terbukti ampuh secara klinik
Akhirnya harus ada dukungan dari pemerinyah yang membuat program
penanggulangan TB mendapat prioritas yang tinggi dalam pelayanan kesehatan 11
Strategi DOTS mempunyai lima komponen
1) Komitmen politits dari para pengambil keputusan termasuk dukungan dana
2) Diagnosa TB dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopik
3) Pengobatan dengan panduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) jangka pendek
dengan pengawasan langsung oleh pengawas Menelan Obat (PMO)
4) Kesinambungan perssediaan OAT jangka pendek dengan mutu terjamin
5) Pencatatan dan pelaporan secraa baku untuk memudahkan pemantauan dan
evaluasi program penanggulangan TB
23 Konsep Perilaku
24
Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor baik faktor internal
( dari dalam diri manusia ) maupun faktor eksternal ( dari luar diri manusia ) Faktor
internal ini terdiri dari faktor fisik dan psikis Faktor eksternal terdiri dari berbagai
faktor antara lain sosial budaya masyarakat lingkungan fisik politik ekonomi
pendidikan dan sebagainnya Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi
kesehatan baik individu kelompok maupun masyarakat dikelompokkan menjadi
empat ( Blum 1974 )
Konsep Blum menjelaskan bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh
1) Lingkungan yang mencakup lingkungan fisik sosial budaya politik ekonomi
dan sebagainnya
2) Perilaku
3) Pelayanan kesehatan
4) Keturunan ( hereditas )
Perilaku merupakan factor terbesar kedua setelah factor lingkungan yang
mempengaruhi derajat kesehatan Oleh sebab itu dalam rangka membina dan
meningkatkan kesehatan masyarakat maka intervensi atau upaya yang di tujukan
kepada faktor erilaku ini sangat strategis
Menurut Green perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama yakni 12
1) Faktor predisposisi ( predisposing factor )
Faktor ini mencakup pengetahuan sikap dan masyarakat terhadap kesehatan
tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
kesehatan sistem nilai yang dinut masyarakat tingkat pendidikan tingkat sosial
ekonomi dan sebagainya
2) Faktor Pemungkin ( Enabling factor )
Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan
bagi masyarakat misalnya air bersih tempat pembuangan tinja ketersediaan
makanan yang bergizi dan sebagainnya termasuk juga fasilitas kesehatan
seperti puskesmas rumah sakit posyandu dokter atau bidan praktek swasta dan
sebagainnya
3) Faktor penguat ( reinforcing factor )
25
Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat tokoh agama
sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan Termasuk juga di
sini undang-undang peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah
daerah yang terkait dengan kesehatan
Tim kerja dari WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang
berperilaku tertentu dikarenakan 4 ( empat ) alasan pokok yaitu
1) Pemikiran dan perasaan ( Thoughts and feeling )
Yakni dalam bentuk pengetahuan kepercayaan dan sikap Pengetahuan di
peroleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain sedangkan
kepercayaan biasanya diperoleh dari orang tua kakek atau nenek Seseorang
menerima kepercayaan itu berdasarkan keyankinan dan tanpa adanya pembuktian
terlebih dahulu Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap
objek dan seringnya diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang
lain yang paling dekat
2) Karakteristik Pendukung (enabling characteristics)
Karakteristik ini mencerminkan bahwa meskipun mempunyai predisposisi untuk
menggunakan pelayanan kesehatan ia tak akan bertindak menggunakannya
kecuali bial ia mampu menggunakannya Penggunaan pelayanan kesehatan yang
ada tergantung kepada kemampuan konsumen untuk membayar
3) Karakteristik kebutuhan (need characteristics)
Faktor predisposisi dan factor yang memungkinkan untuk mencari pengobatan
dapat terwujud di dalam tindakan apabila itu dirasakan sebagai kebutuhanDengan
kata lain kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan
pelayanan kesehatan bila mana tingkat predisposisi dan enabling itu ada
Kebutuhan (need) disisni di bagi menjadi dua ketegori dirasa atau preceived
( subject assessment) dan evaluated ( clinical diagnosis )
Menurut Skinner perilaku kesehatan adalah suatu respons
seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan
26
penyakit system pelayanan kesehatan makanan dan minimum serta lingkungan
Dari batasan ini perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 ( tiga)
kelompok yakni
1) Perilaku pemeliharaan kesehatan ( health maintenance)
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga
kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit Oleh
sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3(tiga) aspek yaitu
a Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit serta
pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit
b Perilaku peningkatan kesehatan apabila seseorang dalam keadaan sehat
c Perilaku gizi Makanan dan minimum dapat meningkatkan kesehatan
seseorang bahkan dapat mendatangkan penyakit Hal ini sangat tergantung
pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut
2) Perilaku pencarian pengobatan ( health behavior )
Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat
menderita penyakit dan atau kecelakaan Tindakan atau perilaku ini dimulai dari
mengobati sendiri ( self treatment) sampai mencari pengobatan keluar negeri
3) Perilaku kesehatan lingkungan
Adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan baik lingkungan fisik
maupun social budaya dan sebagainnya sehingga lingkungan tersebut tidak
mempengaruhi kesehatannya Dengan perkataan lain bagaimana seseorang
mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri
keluarga atau mesyarakatnya 12
24 Kepatuhan Berobat
Kepatuhan berasal dari kata ldquo patuh ldquo yang berarti taat suka menuruti
disiplin Kepatuhan menurut Trostle adalah tingkat perilaku penderita dalam
mengambil suatu tindakan pengobatan misalnya dalam menentukan kebiasaan
hidup sehat dan ketetapan berobat Dalam pengobatan seseorang dikatakan tidak
27
patuh apabila orang tersebut melalaikan kewajibannya berobat sehingga dapat
mengakibatkan terhalangnya kesembuhan 13
Menurut Sacket kepatuhan pasien adalah sejauh mana perilaku pasien
sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh professional kesehatan 14
Menurut Sarafino secara umum ketidaktaatan meningkatkan risiko
berkembangnya masalah kesehatan atau memperpanjang atau memperburuk
kesakitan yang sedang di derita Perkiraan yang ada menyatakan bahwa 20 jumlah
opname di rumah sakit merupakan akibat dari ketidaktaatan pasien terhadap aturan
pengobatan Faktor yang mempengaruhi kepatuhan seseorang dalam berobat yaitu
faktor petugas faktor obat dan faktor penderita Karakteristik petugas yang
mempengaruhi kepatuhan antara lain jenis petugas tingkat pengetahuan lamanya
bekerja frekuensi penyuluhan yang dilakukan Faktor obat yang mempengaruhi
kepatuhan adalah pengobatan yang sulit dilakukan tidak menunjukkan kea rah
penyembuhan waktu yang lama adanya efek samping obat Faktor penderita yang
menyebabkan ketidakpatuhan adalah umur jenis kelamin pekerjaan anggota
keluarga saudara atau teman khusus 15
25 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan
Faktor-faktor yang mempengaruhi katidakpatuhan dapat digolongkan
menjadi empat bagian yaitu
1 Pemahaman tentang Instruksi
Tak seorang pun mematuhi instruksi jika ia salah paham tentang instruksi yang
diberikan kepadanyaLey dan Spelman (Ester 2000 ) Menemukan bahwa lebih
dari 60 yang diwawancarai setelah bertemu dengan dokter salah mengerti
tentang instruksi yang diberikan pada mereka kadang-kadang hal ini disebabkan
oleh kegagalan professional kesehatan dalam memberikan informasi yang
lengkap penggunaan istilah-istilah medis dan mbanyak memberikan instruksi
yang harus diingat oleh pasien
28
Pendekatan praktis untuk meningkatkan kepatuhan pasien ditemukan oleh
Dinicola dan Dimatteo yaitu
a) Buat instruksi tertulis yang jelas dan mudah diinterpretasikan
b) Berikan informasi tentang pengobatan sebelum menjelaskan hal-hal lain
c) Jika seseorang diberikan suatu daftar tertulis tenang hal-hal yang harus
diingat maka aka nada efek ldquokeunggulanrdquoyaitu mereka brusaha mengingat
hal-hal yang pertama kali ditulis
d) Insruksi-instruksi harus ditulis dengan bahasa umum ( Non medis ) dan hal-
hal yang perlu ditekankan 14
2 Kualitas Interaksi
Kualitas interaksi antara profrsional kesehatan dan pasien merupakan bagian yang
penting dalam menentukan derajat kepatuhan Meningkatkan interaksi
professional kesehatan dengan pasien adalah suatu hal penting untuk memberikan
umpan balik pada pasien setelah memperoleh informasi tentang diagnosis Pasien
membutuhkan penjelasan tentang kondisinya saat ini apa penyebabnya dan apa
yang dapat mereka lakukan dengan kondisi seperti itu
3 Isolasi sosial dan keluarga
Keluarga dapat menjadi factor yang sangat berpengaruh dalam menentukan
keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga menentukan tentang
program pengobatan yang dapat mereka terima Keluarga juga member dukungan
dan membuat keputusan mengenai perawatan dari anggota keluarga yang sakit
4 Keyakinan Sikap Kepribadian
Ahli psikologis telah menyelidiki tentang hubungan antar pengukuran-
pengukuran kepribadian dan kepatuhan Mereka menemukan bahwa data
kepribadian secara benar dibedakan antar orang yang putih drngan orang yang
gagal Orang-orang yang tidak patuh adalah orang-orang yang lebih mengalami
depresi anxietas sangat memperhatikan kesehatannya memiliki kekuatan ego
29
yang lebih lemah dan kehidupan sosialnya lebih memusatkan perhatian pada
dirinya sendiri Blumenthal et al mengatakan bahwa ciri-ciri kepribadian yang
disebutkan diatas itu yang menyebabkan seseorang cenderung tidak patuh ( drop
out) dari program pengobatan 14
Menurut Schwart dan Griffin Faktor yang berhubungan dengan
ketidaktaan secara sejarah riset tentang ketaan pasien didasarkan atas pandangan
tradisional mengenai pasien sebagai penerima nasihat dokter yang pasif dan patuh
Pasien yang tidak taat dipandang sebagai orang yang lalai dan masalahnya dianggap
sebagai masalah control Riset berusah untuk mengidentifikasi kelompok-kelompok
pasien yang tidak patuh berdasarkan kelas sosioekonomi pendidikan umur dan
jenis kelamin Pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan sepanjang bawah
pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif seperti penggunaan buku-buku
dan kaset oleh pasien secara mandiri Usaha-usaha ini sedikit berhasil seorang dapat
menjadi tidak taat kalau situasinya memungkinkan Teori-teori yang lebih baru
menekannkan factor situasional dan pasien sebagai peserta yang aktif dalam proses
pengobatannya Perilaku ketaatan sering diartikan sebagai usaha pasien untuk
mengendalikan perilakunya bahkan jika hal tersebut bias menimbulkan resiko
mengenai kesehatannya 15
Macam-macam faktor yang berkaitan dengan ketidaktaatan disebutkan
a Ciri-ciri kesakitan dan cirri-ciri pengobatan
Menurut Dickson dkk perilaku ketaatan lebih rendah untuk penyakit kronis
(karena tidak ada akibat buruk yang segera dirasakan atau resiko yang jelas )
saran mengenai gaya hidup umum dan kebiasaan yang lama pengobatan yang
kompleks pengobatan dengan efek samping perilaku yang tidak pantas
Menurut Sarafino tingkat ketaaatan rata-rata minum obat utnuk menyenbuhkan
kesakitan akut dengan pengobatan jangka pendek adalah sekitar 78 Untuk
kesakita kronis dengan cara pengobatan jangaka panjang tingkat tersebut menurun
sampai 54
b Komunikasi antara Pasien dan Dokter
Berbagai aspek komunikasi antara pasien dan dokter mempengaruhi tingkat
ketidaktaan misalnya informasi dengan pengawasan yang kurang
30
ketidakpuasan terhadap aspek hubungan emosional dengan dokter ketidak
puasan terhadap pengobatan yang diberikan
c Variabel-variabel sosial
Hubungan antara dukungan sosial dengan ketaatan telah dipelajari Secara umum
orang-orang yang merasa mereka menerima penghiburan perhatian dan
pertolongan yang mereka butuhkan dari seseorang atau kelompok biasanya
cenderung lebih mudah mengikuti nasihat medis daripada pasien yang kurang
mendapat dukungan sosial Jelaslah bahwa keluarga memainkan peranan yang
sangat penting dalam pengelolaan medis misalnya penggunaan pengaruh
normative pada pasien yang mungkin mengakibatkan efek yang memudahkan
atau menghambat perilaku ketaatan
d Ciri-ciri Individual
Variabel-variabel demografis juga digunakan untuk meramalkan ketidaktaatan
sebagai contoh Di Amerika Serikat kaum wanita kaum kulit putih dan orang
tua cenderung mengikuti anjuran dokter 15
Dalam proses penyembuhan penderita TB Paru dapat diberikan obat anti-
TB (OAT) yang diminum secara teratur sampai selesai dengan pengawasan
yangketat Masa pemberian obat memang cukup lama yaitu 6-8 bulan secara terus
menerus sehingga dapat mencegah penularan kepada orang lain Oleh sebab itu para
penderita TB jika ingin sembuh harus minum obat secara teratur Tanpa adanya
keteraturan minum obat penyakit sulit disembuhkan Jika tidak teratur minum obat
penyakitnya sukar diobati kuman TB dalam tubuh akan berkembang semakin banyak
dan menyerang organ tubuh lain yang akan membutuhkan waktu lebih lama untuk
dapat sembuh
26 Pengawasan Menelan Obat (PMO) 9
Salah satu komponen DOTS adalah pengobatan paduan OAT jangka
pendek dengan pengawasan langsung Untuk menjamin keteraturan pengobatan
diperlukan seorang PMO
31
a Persyaratan PMO
bull Seseorang yang dikenal dipercaya dan disetujui baik oleh petugas kesehatan
maupun pasien selain itu harus disegani dan dihormati oleh pasien
bull Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien
bull Bersedia membantu pasien dengan sukarela
bull Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan pasien
b Siapa yang bisa menjadi PMO
Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan misalnya Bidan di Desa Perawat
Pekarya Sanitarian Juru Immunisasi dan lain lain Bila tidak ada petugas
kesehatan yang memungkinkan PMO dapat berasal dari kader kesehatan guru
anggota PPTI PKK atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga
c Tugas seorang PMO
bull Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai
pengobatan
bull Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur
bull Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah
ditentukan
bull Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai gejala-
gejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke Unit Pelayanan
Kesehatan
Tugas seorang PMO bukanlah untuk mengganti kewajiban pasien mengambil
obatdari unit pelayanan kesehatan
d Informasi penting yang perlu dipahami PMO untuk disampaikan kepada pasien dan
keluarganya
bull TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur
32
bull TB bukan penyakit keturunan atau kutukan
bull Cara penularan TB gejala-gejala yang mencurigakan dan cara pencegahannya
bull Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan)
bull Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur
bull Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera meminta
pertolongan ke UPK
27 Penanggulangan TB 16
Rencana Global Penanggulangan TB
Rencana Global 2006-2015 mencakup enam elemen utama dalam strategi baru Stop
TB ndashWHO yang terdiri dari
1 Memperluas dan meningkatkan ekspansi DOTS yang berkualitas meningkatkan
penemuan kasus dan kesembuhan melalui pendekatan yangterfokus pada penderita
agar pelayanan DOTS yang berkualitas dapat menjangkau seluruh penderita
khususnya kelompok masyarakat yang miskin dan rentan
2 Menghadapi tantangan TBHIV MDR-TB dan tantangan lainnya dengan cara
meningkatkan kolaborasi TBHIV DOTS-Plus dan pendekatan lainnya
3 Berkontribusi dalam memperkuat sistem kesehatan melalui kerjasama dengan
berbagai program dan pelayanan kesehatan lainnya misalnya dalam memobilisasi
sumber daya manusia dan finansial untuk implementasi dan mengevaluasi
hasilnyaserta pertukaran informasi dalam keberhasilan pencapaian dalam program
penanggulangan TB
33
4 Melibatkan seluruh penyedia pelayanan kesehatan pemerintah lembaga swadaya
masyarakat (LSM) dan swasta dengan cara memperluas pendekatan berbasis
public-private mix (PPM) dengan menggunakan ISTC
5 Melibatkan penderita TB dan masyarakat untuk memberikan kontribusi dalam
penyediaan pelayanan yang efektif Hal ini meliputi perluasan pelayanan TB di
masyarakat menciptakan kebutuhan masyarakat akan pelayanan TB advokasi
yang spesifik komunikasi dan mobilisasi sosial serta mendukung pengembangan
piagam pasien TB dalam masyarakat dan
6 Memberdayakan dan meningkatkan penelitian operasional
28 Kerangka Konsep
Variabel Independent Variabel dependent
Karakteristik Individu
1Umur
2Jenis kelamin
3Pendidikan
4Pekerjaan
5Pengetahuan
6Efek samping OAT
7Tingkat kepatuhan
penderita dalam
pengobatan
Kesembuhan
34
Penderita TB paru
Faktor Pelayanan
kesehatan
1 Ketersediaan OAT
2 Sikap petugas kesehatan
3 LokasiJarak
4 Penyuluhan kesehatan
5 Kunjungan rumah
Faktor Peran PMO
Gambar Kerangka Konsep Penelitian
Definisi Konsep
1 Karakteristik individu adalah hal-hal yang melekat dalam diri penderita TB paru yang
mempengaruhi tingkat kapetuhan dalam melaksanakan program pengobatan dengan
strategi DOTS yang membedakan seseorang dengan yang lainnya meliputi umur jenis
kelamin pendidikan pekerjaan pengetahuan efek samping OAT tingkat kepatuhan
penderita dalam pengobatan
2 Faktor pelayanan kesehatan adalah penilaian dari penderita TB paru terhadap upaya yang
diselenggarakan oleh unit pelayanan kesehatan untuk menangani penderita TB paru
meliputi Ketersediaan OATsikap petugas kesehatan lokasijarak penyuluhan
kesehatan dan kunjungan rumah
3 Faktor Peran PMO ( Pengawasan Menelan Obat ) adalah penilaian dari penderita TB paru
terhadap hal-hal yang menjadi tugas dari seseorang pengawas menelan obat yang
mempengaruhi tingkat kepatuhan penderita TB paru dalam melaksanakan pengobatan
meliputi penyuluhan member dorongan meningkatkan dan mengawasi
35
4 Kesembuhan adalah pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan
pemeriksaan ulang dahak (follow up) menunjukkan hasil BTA negatif
29 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konsep di atas maka hipotesis penelitian ini adalah
1) Ada pengaruh karakteristik individu terhadap kesembuhan penderita TB paru
dalam pengobatan
2) Ada pengaruh pelayanan kesehatan terhadap kesembuhan penderita TB paru
dalam pengobatan
3) Ada pengaruh PMO terhadap kesembuhan penderita TB paru dalam pengobatan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
31 Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional yang
bertujuan untuk menjelaskan pengaruh karakteristik individu faktor pelayanan
kesehatan dan faktor Pengawas Menelan Obat (PMO) terhadap kesembuhan
penderita TB Paru dalam melaksanakan pengobatan di Puskesmas Grogol Petamburan
tahun 2011
32 Tempat dan Waktu Penelitian
36
Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Grogol Petamburan pada bulan
Januari sampai Februari tahun 2012
33 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang
sedang menjalankan pengobatan TB di Puskesmas Grogol
Petamburan mulai bulan OktobeR
34 Keriteria Inklusi dan Eksklusi
341 Keriteria Inklusi
342 Keriteria Eksklusi
35 Sampel
351 Besar Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang
mengikuti pengobatan dengan strategi DOTS di Puskesmas yang pada saat penelitian
sedang menjalani pengobatan dan seluruh penderita TB yang telah mendapat
pengobatan selama 6 bulan atau sedang dalam tahap lanjutan
Keterangan
n1 = Jumlah sampel minimal
37
n2 = Jumlah sampel ditambah substitusi 10 (substitusi adalah persen responden
yang mungkin drop out)
Z = Tingkat batas kepercayaan dengan = 5
Didapat Z pada kurva normal = 196
p = Proporsi variabel yang diteliti yaitu besarnya presentasi 50 )
q = 1 - p
L = Derajat kesalahan yang masih dapat diterima adalah 10
Berdasarkan rumus di atas didapatkan angka sebagai berikut
( Z )2 p q ( 196 )2 0505
n1 = ----------------- = ------------------------------ = 9604
L2 ( 01 )2
n2 = n1 + ( 10 n1 )
= 9604 + ( 10 9604)
= 9604 + 9604
= 10564 Dibulatkan 106
352 Teknik Pengambilan Sampel
36 Identifikasi Variabel
1 Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kesembuhan tb paru
2 Variabel independen adalah umur jenis kelamin pendidikan pekerjaan
pengetahuan efek samping OAT dan tingkat kepahuhan dari penderita TB
Selain itu faktor dari pelayanan kesehatan dan PMO juga ikut berperan
37 Cara Kerja
1 Membuat proposal penelitian tentang hubungan antara tingkat kepatuhan minum
OAT dengan tingkat kesembuhan penyakit TB di Puskesmas Kecamatan Grogol
Petamburan
38
2 Pengumpulan data sekunder dari Puskesmas Grogol Petamburan
3 Melakukan kunjungan ke rumah-rumah sampel di daerah RT terpilih untuk
pengumpulan data primer dengan memakai kuesioner dan wawancara responden
4 Data-data yang telah dikumpulkan akan dilakukan pengolahan berupa proses
editing verifikasi dan koding Selanjutnya dimasukkan dan diolah dengan
menggunakan program computer yaitu program SPSS
5 Terhadap data yang telah diolah kemudian dilakukan analisis sesuai dengan cara
uji statistik menggunakanhelliphellip Data diinterpretasi secara deskriptif korelatif
antar variabel ndash variabel yang telah ditentukan dan disajikan dalam bentuk
tekstular dan tabular
6 Hasil dari penelitian akan disusun dalam bentuk pelaporan penelitian yang
selanjutnya akan di presentasikan di hadapan staf pengajar program pendidikan
Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida
Wacana (FK UKRIDA) dalam forum pendidikan Ilmu Kedokteran Komunitas
Fakultas Kedokteran UKRIDA
38 Manajemen Data
381 Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder yaitu
1 Data primer diperoleh dengan wawancara langsung kepada penderita TB paru
dan petugas kesehatan program penanggulangan TB Paru yang berpedoman pada
kuisioner penelitian yang telah ditetapkan dam melakukan cross check
2 Data sekunder diperoleh dari laporan pelaksanaan program penanggulangan TB
Paru di Puskesmas kartu pengobatan TBC (formulir TB 01) dan Formulir
Permohonan Laboratorium TBC Untik Pemeriksaan Dahak (formulir TB 05)
382 Pengolahan Data
39
Aspek pengukuran
Aspek pengukuran variable bebas
Karakteristik individu
Aspek pengukuran variable karakteristik individu dapat dilihat pada tabel 31
Table 31 Aspek Pengukuran Variabel Karakteristik Individu
Karakteristik
individu
Kategori Skala Bobot nilai
Umur a 15-24 tahun
b 25-49 tahun
c gt 50 tahun
rasio
Jenis kelamin a Laki-laki
b Perempuan
Tingkat
pendidikan
a Tidak tamat SD
b SD
c SLTP
d SLTA
e Sarjana S1
Pekerjaan a Bekerja
b Tidak bekerja
Pengetahuan a Baik
b Sedang
c Bururk
Efek samping
OAT
a Ada
b Tidan ada
Faktor pelayanan kesehatan
Pengukuran faktor pelanan kesehatan meliputi ketersediaan OAT yang
diukur adalah yang diukur dengan 2 pertanyaan sikap petugas kesehatan diukur
dengan 8 pertanyaan lokasi jarak diukur dengan 3 pertanyaan penyuluhan kesehatan
diukur dengan 6 pertanyaan dan kunjungan rumah diukur dengan 2 pertanyaan
40
berdasarkan jawaban yang diberikan responden selanjutnya dikelompokkan menjadi
tiga (3) yaitu
a Baik jika faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan
penilaian yang baik karena kebutuhan yang diinginkan debagian besarnya
terpenuhi (nilai gt32)
b Sedang bila faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan
penilaian yang kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan responden hanay
sebagian saja yang terpenuhi (nilainya 17-32)
c Buruk bila faktor pelayanan pelayanan kesehatan yang diterima responden
menimbulkan penilaian yang tidak baik karena kebutuhan yang diinginka
responden sebagian besar tidak dipenuhi (nilainya lt17)
Faktor Pengawas Menelan Obat (PMO)
Faktor Pengawas Menelan Obat diukur dengan 5 pertanyaan yang
selanjutnya dibedakan atas 3 kategori yaitu
a Baik bila semua tugas yang diterima responden terlaksana dengan baik yaitu
mengawasi memberikan dorongan mengingatkan dan memberikan penyuluhan
(nilainya gt11)
b Sedang bila tugas PMO yang diterima responden sebagian saja yang terpenuhi
(nilainya 6-11)
c Buruk bila tugas PMO yang diterima responden tidak terlaksana dengan baik
(nilainya lt 6)
Aspek Pengukuran Variabel Terikan
Kepatuhan Pengobatan TB Paru
41
Aspek Pengukuran Variabel ini menggunakan skala interval yang diukur berdasarkan
tiga (3) kategori yaitu
Patuh apabila responden selalu menelan obat sesuai ketentuan petugas kesehatan
yaitu setiap hari pada tahap awal tiga kali seminggu pada tahap lanjutan dan
mengambil obat serta memeriksakan dahak sesuai jadwal dan menaati nasihat dari
petugas kesehatan ( bobot 3 )
Kurang patuh jika responden kadang-kadang menelan obat sesuai ketentuan
petugas kesehatan atau responden tidak menelan obat 2-8 minggu selama tahap
pengobatan lanjutan dan tidak memerisakan dahak sesuai jadwal yang telah
ditetapkan dan tidak selalu menaati nasihat dari petugas kesehatan (bobot 2 )
Tidak patuh jika responden tidak menelan obat sesuai ketentuan petugas
kesehatan atau responden tidak menelan obat lebih dari 8 minggu selama tahap
pengobatan lanjutan dan tidak mengambil obat serta tidak memeriksakan dahak
sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan tidak menaati nasihat petugas kesehatan
(bobot 1)
383 Penyajian Data
384 Analisis Data
385 Interpretasi Data
386 Pelaporan Data
39 Definisi Operasional
1 Umur adalah usia responden saat penelitian berdasarkan ulang tahun terakhir yang
dibedakan atas 3 (tiga) kategori berdasarkna Badan Pusat Statistik Kota Medan
42
tahun 2008 yaitu 1) orang muda 25-24 tahun 2) dewasa 24-49 tahun 3) orang
tua gt 50 tahun
2 Jenis kelamin adalah suatu karakteristik responden yang dibedakan identitasnya
dari laki-laki dan perempuan
3 Pendidikan adalah jenjang pendidikannyang berhasil ditamatkan responden yang
dibedakan atas tidak tamat SD SD SLTP SLTA Akademi Sarjana
4 Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh responden sebagai
pendapatan utama yang dibedakan atas kerja dan tidak bekerja
5 Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai penyakit
TB paru
6 Efek samping OAT adalah gejala keluhan yang diderita responden akiba menelan
OAT selama pengobatan
7 Ketersdediaan OAT adalah pandangan responden terhadap kondisi OAT
diperoleh dari puskesmas meliputi kecukupan jumlah OAT dan dan kualitasnya
8 Sikap petugas kesehatan adalah penilaian responden terhadap reaksi petugas
kesehatan kepada responden selama mereka menjalanin pengobatan
9 Lokasi jarak adalah pandangan responden tentang lama perjalanan dari tempat
tinggal responden ke Puskesmas yang diukur dengan jarak sarana transportasi
10 Penyuluhan kesehatan adalah pandangan responden tentang kegiatan yang
dilakukan oleh petugas kesehatan sehubungan dengan pengobatan TB Paru untuk
mencapai suatu keadaan dimana pederita TB Paru dapat hidup lebih sehat
11 Kunjungan rumah adalah pandangan responden tentang kegiatan yang dilakukan
petugas kesehatan selama masa pengobatan ke rumah responden
12 Faktor peran Pengawas Minum Obat (PMO) adalah pandangan responden tentang
tugas yang dilakasanakan oleh seorang PMO meliputi penyuluhan
13 Kepatuhan berobat adalah ketaan responden dalam menelan obat mengambil
obat dan melakukan pemeriksaan dahak sesuai jadwal yang telah ditentukan dan
menaati segala nasehat dari petugas kesehatan
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
1) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta
2) Perkumpulan Pemberantasan TB Indonesia 2011 TB di Indonesia Peringkat Dunia
Jakarta Diakses melalui situs httpwwwpptiinfoindexphpcomponentcontentarticle46-
arsip-ppti141-tbc-di-indonesia-peringkat-5-dunia Diakses pada tanggal 23 Januari 2012
44
3) Depkes dan WHO 2008 Lembar Fakta Tuberkulosis Jakarta
4) Dirjen P2M amp PLP 1997 Pengawasan Menelan Obat (PMO) adalah DOTS ala Indonesia
Jakarta
5) Amirudin R 2006 Faktor Keberhasilan Konversi pada Penderita TB Paru di Puskesmas
Jongaya Tahun 2006 Laporan Penelitian FKM Unhas Makasar
6) Aditama Tjandra Y 1994 Tuberkulosis Paru Masalah dan Penanggulangnya UI Press
Jakarta
7) Aru W Bambang S Idrus A dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Tuberkulosis
Paru Edisi IV FKUI Jakarta 2006 998-1004
8) Depkes RI 2002 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta
9) Depkes RI 2006 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta
10) Subijakto Hubungan Pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Berobat
Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Proposal Skripsi Jakarta 2011 Diakses pada
tanggal 20 Januari 2012
11) Aditama Tjandra Y 2002 Tuberkulosis Diagnosis Terapi dan Masalahnya Yayasan IDI
Jakarta
12) Notoatmodjo Soekidjo 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Penerbit Rineka Cipta
Jakarta
13) Simamora Jojor 2004 Faktor yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Berobat Penderita TB
Paru di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2004 Tesis Pascasarjana USU Medan
14) Ester Monica 2000 Psikologi Kesehatan Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
15) Bart Smet 1994 Psikologi Kesehatan PT Grasindo Jakarta
16) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta
45
Prinsip DOTS adalah menentukan pelayanan pengobatan terhadap
penderita agar secara langsung dapat mengawasi keteraturan minum obat Strategi ini
diawasi oleh petugas Puskesmas dan pihak-pihak lain yang paham tentang program
DOTS Di samping itu keluarga sangat diperlukan keterlibatannya dalam
pengawasan dan perawatan penderita 4
Masih rendahnya cakupan angka kesembuhan berdampak negatif pada
kesehatan masyarakat dan keberhasilan pencapaian program Dalam hal ini masih
adanya peluang terjadinya penularan penyakit TB kepada anggota keluarga dan
masyarakat sekitar Selain itu memungkinkan terjadinya resistensi kuman TB
terhadap OAT sehingga menambah penyebarluasan penyakit TB meningkatnya
angka kesakitan dan kematian akibat TB5
Untuk mencapai kesembuhan diperlukan keteraturan atau kepatuhan
berobat Artinya apabila penderita tidak berobat dengan teratur maka hasil dari
pengobatan pun akan tidak baik
Banyak faktor yang sangat mempengaruhi keberhasilan pengobatan
seperti lamanya waktu pengobatan kepatuhan serta keteraturan penderita untuk
berobat Selain itu daya tahan tubuh dan faktor sosial ekonomi juga ikut berperan
Kepatuhan berobat penderita TB juga ditentukan oleh perhatian tenaga
kesehatan untuk memberikan penyuluhan dan penjelasan kepada masyarakat
Keteraturan pengobatan tetap menjadi tanggung jawab petugas kesehatan4
Berdasarkan uraian di atas diketahui bahwa angka kesembuhan TB
ditentukan oleh kepatuhan penderita untuk berobat adanya pelayanan kesehatan yang
baik dan adanya peran PMO terhadap tingkat kepatuhan pengobatan
3
12 Permasalahan
Diperkirakan sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh
Mycobacterium tuberculosis Pada tahun 1995 diperkirakan ada 9 juta pasien TB
baru dan 3 juta kematian akibat TB diseluruh dunia Diperkirakan 95 kasus TB dan
98 kematian akibat TB diduniaterjadi pada negara-negara berkembang Demikian
juga kematian wanita akibat TB lebih banyak dari pada kematian karena kehamilan
persalinan dan nifas
Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2007
menyatakan jumlah penderita TB di Indonesia sekitar 528 ribu atau berada di posisi
tiga di dunia setelah India dan China
Pada Global Report WHO 2010 data total seluruh kasus TB tahun 2009
sebanyak 294731 kasus dimana 169213 adalah kasus TB baru dengan BTA positif
108616 adalah kasus TB dengan BTA negatif 11215 adalah kasus TB ekstra paru
3709 adalah kasus TB kambuh dan 1978 adalah kasus pengobatan ulang di luar kasus
kambuh
Besarnya dan luasnya permasalahan akibat TB mengharuskan kepada
semua pihak untuk dapat berkomitmen dan bekerja sama dalam melakukan
penanggulangan TB Kerugian yang diakibatkannya bukan hanya dari aspek
kesehatan semata tetapi juga dari aspek sosial ekonomi Dengan kata lain TB
merupakan ancaman terhadap cita-cita pembangunan dan dalam hal kesejahteraan
rakyat secara menyeluruh
Selain itu munculnya pandemi HIVAIDS di dunia menambah
permasalahan bagi penderita TB Koinfeksi dengan HIV akan meningkatkan risiko
kejadian TB paru secara signifikan Pada saat yang sama kekebalan ganda kuman TB
terhadap obat anti TB (multidrug resistence = MDR) semakin menjadi masalah
karena tidak dapat disembuhkan Keadaan tersebut pada akhirnya akan menyebabkan
terjadinya epidemi TB paru yang sulit di tangani
4
13 Tujuan Penelitian
131 Tujuan Umum
Mengetahui hungungan antara kepatuhan minum OAT dengan
kesembuhan TB Paru di Puskesmas Grogol Petamburan
132 Tujuan Khusus
1) Diketahuinya hubungan antara kesembuhan penyakit TB dengan
tingkat kepatuan penderita TB dalam meminum OAT
2) Diketahuinya besarnya masalah perilaku pada penderita TB terhadap
tingakt kepatuhannya berobat
3) Diketahuinya distribusi menurut umur tingkat pendidikan pekerjaan
dan pengetahuan terhadap tingkat kepatuhan penderita
14 Manfaat Penelitian
141 Manfaat Bagi Peneliti
1) Memperoleh pengalaman belajar dan pengetahuan dalam melakukan
penelitian
2) Meningkatkan kemampuan dalam berkomunikasi dengan masyarakat
3) Menerapkan dan mengembangkan ilmu yang telah dipelajari pada saat
kuliah
4) Mengembangkan daya nalar minat dan kemampuan dalam bidang
penelitian
5) Melatih bekerja sama dalam sebuah tim
5
142 Manfaat Bagi Perguruan Tinggi
1) Realisasi Tridarma perguruan tinggi dalam melaksanakan fungsi atau
tugas perguruan tinggi sebagai lembaga yang menyelenggarakan
pendidikan penelitian dan pengabdian masyarakat
2) Mewujudkan kampus Universitas Kristen Krida Wacana sebagai
masyarakat ilmiah dalam peran sertanya di bidang kesehatan
3) Meningkatkan saling pengertian dan kerjasama antar mahasiswa dan
staf pengajar
143 Manfaat Bagi Masyarakat
1) Sebagai masukan berupa hasil penelitian dan saran-saran yang
diharapkan dapat menjadi umpan balik positif bagi warga di wilayah
kerja Puskesmas Jelambar untuk dapat berperan serta
2) Sebagai bahan masukan dalam melakukan penyuluhan kesehatan
untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam melakukan
program pemberantasan penyakit TB paru
3) Sebagai bahan masukan dalam melakukan penelitian selanjutnya
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
21 Penyakit Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman TB (Mycobacterium tuberculosis) Sebagian besarkuman TB menyerang paru
tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya Tuberkulosis bukanlah penyakit
keturunan tetapi dapat ditularkan dari orang ke orang lain6
Kuman penyebab tuberkulosis ini ditemukan oleh seorang ilmuwan
Jerman yang bernama Robert Koch di tahun 1882 Hasil penemuannya ini dilaporkan
olehnya kepada masyarakat ilmiah pada tanggal 24 Maret 1882 Penemuan ini
merupakan peristiwa terbesar dalam perkembangan pengobatan tuberkulosis dan
tanggal 24 Maret setiap tahunnya sampai sekarang diperingati sebagai TB Day (hari
Tuberkulosis) 6
Kuman tuberkulosis berbentuk batang berukuran sangat kecil sehingga
hanya dapat dilihat di bawah mikroskop Panjangnya sekitar satu sampai empat
micron dan lebarnya antara 03 sampai 06 mikron Basil tuberkulosis akan tumbuh
secara optimal pada suhu sekitar 370C yang sesuai dengan tubuh manusia Untuk
berkembang biak basil ini melakukan pembelahan diri Jika dilihat dari struktur
kimianya basil ini tediri dari lemak dan protein6
Kuman tuberkulosis mempunyai sifat khusus yaitu tahan asam pada
pewarnaan sehingga disebut sebagai Basil Tahan Asam (BTA) Kuman TB akan mati
pada penyinaran dengan sinar matahari langsung Dalam jaringan tubuh kuman ini
bersifat dormant artinya kuman dapat tertidur lama selama beberapa tahun lalu dapat
aktif kembali jika keadaan memungkinkan6
7
211 Klasifikasi Tuberkulosis 9
Penentuan klasifikasi penyakit tuberkulosis memerlukan suatu lsquodefinisi kasusrsquo yang
meliputi empat hal yaitu
- Lokasi atau organ tubuh yang sakit paru atau ekstra paru
- Bakteriologi (hasil pemeriksaan dahak secara mikroskopis) BTA positif atau BTA
negatif
- Tingkat keparahan penyakit ringan atau berat
- Riwayat pengobatan TB sebelumnya baru atau sudah pernah diobati
bull Manfaat dan tujuan menentukan klasifikasi adalah
- menentukan paduan pengobatan yang sesuai
- registrasi kasus secara benar
- menentukan prioritas pengobatan TB BTA(+)
- analisis kohort hasil pengobatan
bull Beberapa istilah dalam definisi kasus
- Kasus TB Pasien TB yang telah dibuktikan secara mikroskopis atau didiagnosis
oleh dokter
- Kasus TB pasti (definitif) pasien dengan biakan positif untuk Mycobacterium
tuberculosis atau tidak ada fasilitas biakan sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen
dahak SPS hasilnya BTA positif
bull Kesesuaian paduan dan dosis pengobatan dengan kategori diagnostik sangat
diperlukan untuk
- menghindari terapi yang tidak adekuat (undertreatment) sehingga mencegah
timbulnya resistensi
- menghindari pengobatan yang tidak perlu (overtreatment) sehingga meningkatkan
pemakaian sumber-daya lebih biaya efektif (cost-effective)
- mengurangi efek samping
8
Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena
bull Tuberkulosis paru Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang
jaringan (parenkim) paru tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada
hilus
bull Tuberkulosis ekstra paru Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain
paru misalnya pleura selaput otak selaput jantung (pericardium) kelenjar lymfe
tulang persendian kulit usus ginjal saluran kencing alat kelamin dan lain-lain
Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis yaitu pada TB
Paru
bull Tuberkulosis paru BTA positif
- Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif
- 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada menunjukkan
gambaran tuberkulosis
- 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif
- 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS pada
pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah
pemberian antibiotika non OAT
bull Tuberkulosis paru BTA negatif
Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif
Kriteria diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi
- Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif
- Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis
- Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT
- Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan
9
Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan penyakit
bull TB paru BTA negatif foto toraks positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan
penyakitnya yaitu bentuk berat dan ringan Bentuk berat bila gambaran foto
toraks memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas (misalnya proses ldquofar
advancedrdquo) dan atau keadaan umum pasien buruk
bull TB ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya yaitu
- TB ekstra paru ringan misalnya TB kelenjar limfe pleuritis eksudativa
unilateral tulang (kecuali tulang belakang) sendi dan kelenjar adrenal
- TB ekstra-paru berat misalnya meningitis milier perikarditis peritonitis
pleuritis eksudativa bilateral TB tulang belakang TB usus TB saluran kemih
dan alat kelamin
Catatan
bull Bila seorang pasien TB paru juga mempunyai TB ekstra paru maka untuk
kepentingan pencatatan pasien tersebut harus dicatat sebagai pasien TB paru
bull Bila seorang pasien dengan TB ekstra paru pada beberapa organ maka dicatat
sebagai TB ekstra paru pada organ yang penyakitnya paling berat
10
212 Cara Penularan
Lingkungan hidup yang sangat padat dan pemukiman di wilayah perkotaan
kemungkinan besar telah mempermudah proses penularan dan berperan sekali atas
peningkatan jumlah kasus TB Proses terjadinya infeksi oleh Mycobacterium
tuberculosis biasanya secara inhalasi sehingga TB paru merupakan manifestasi klinis
yang paling sering dibandingkan dengan organ lain Penularan penyakit ini sebagian
besar melalui inhalasi basil yang mengandung droplet nuclei khususnya yang di
dapat dari pasien TB paru dengan batuk berdarah atau berdahak yang mengandung
basil tahan asam (BTA) Pada TB kulit atau jaringan lunak penularan bias melalui
inokulasi langsung Infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium bovis dapat
disebabkan oleh susu yang kurang disterilkan dengan baik atau terkontaminasi Sudah
dibuktikan bahwa lingkungan sosial ekonomi yang baik pengobatan yang teratur dan
pengawasan minum obat yang ketat dapat berhasil mengurangi angka morbiditas dan
mortalitas di Amerika selama tahun 1950-1960 7
Daya penularan dari seseorang penderita ditentukan oleh banyaknya
kuman yang dikeluarkan dari parunya Makin tinggi derajat positif hasil dari
pemeriksaan dahak makin menular penderita tersebut Bila pemeriksaan dahak
negatif (tidak terlihat kuman) maka penderita tersebut dianggap tidak menular
Kemungkinan seseorang terinfeksi TB paru ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam
udara dan lamanya menghirup udara tersebut 8
Perlu diketahui bahwa kuman TB tidak hanya keluar ketika penderita
batuk saja tetapi juga pada saat bernyanyi bersin atau bersiul Secara umum dapat
dikatakan bahwa penularan penyakit TB banyak bergantung dari beberapa factor
seperti jumlah kuman yang ada tingkat keganasan kuman dan daya tahan tubuh orang
yang tertular 6
213 Penemuan Penderita TB
Kegiatan penemuan pasien terdiri dari penjaringan suspek diagnosis
penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien Penemuan pasien merupakan langkah
pertama dalam kegiatan program penanggulangan TB Penemuan dan penyembuhan
11
pasien TB menular secara bermakna akan dapat menurunkan kesakitan dan kematian
akibat TB penularan TB di masyarakat dan sekaligus merupakan kegiatan
pencegahan penularan TB yang paling efektif di masyarakat9
Strategi penemuan 9
Penemuan pasien TB dilakukan secara pasif dengan promosi aktif Penjaringan
tersangka pasien dilakukan di unit pelayanan kesehatan didukung dengan
penyuluhan secara aktif baik oleh petugas kesehatan maupun masyarakat untuk
meningkatkan cakupan penemuan tersangka pasien TB
Pemeriksaan terhadap kontak pasien TB terutama mereka yang BTA positif yang
menunjukkan gejala sama harus diperiksa dahaknya
Penemuan secara aktif dari rumah ke rumah dianggap tidak cost efektif
214 Risiko Penularan 9
- Risiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan dahak Pasien TB
paru dengan BTA positif memberikan kemungkinan risiko penularan lebih besar
dari pasien TB paru dengan BTA negatif
- Risiko penularan setiap tahunnya di tunjukkan dengan Annual Risk of Tuberculosis
Infection (ARTI) yaitu proporsi penduduk yang berisiko terinfeksi TB selama satu
tahun ARTI sebesar 1 berarti 10 (sepuluh) orang diantara 1000 penduduk
terinfeksi setiap tahun ARTI di Indonesia bervariasi antara 1-3
- Infeksi TB dibuktikan dengan perubahan reaksi tuberkulin negatif menjadi positif
215 Gejala Klinis TB Paru
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu
atau lebih Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah
batuk darah sesak nafas badan lemas nafsu makan menurun berat badan menurun
12
malaise berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik demam meriang lebih dari satu
bulan9
Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain
tb seperti bronkiektasis bronkitis kronis asma kanker paru dan lain-lain Mengingat
prevalensi TB di Indonesia saat ini masih tinggi maka setiap orang yang datang ke
UPK dengan gejala tersebut diatas dianggap sebagai seorang tersangka (suspek)
pasien TB dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung9
216 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Tuberkulosis
Faktor ndash faktor yang mempengaruhi terhadap terjadinya TB antara lain
1 Harus ada sumber infeksi
Sumber infeksi dapat berasal dari penderita TB dengan BTA positif Penularan
dapat terjadi melalui dropet atau melalui pengunaan alat makan secara bergantian
tanpa dicuci yang digunakan oleh penderita TB dengan BTA positif tersebut
2 Jumlah basil penyebab harus cukup
Semakin banyak jumlah basil yang terhirup maka semakin besar kemungkinan
seseorang untuk mengidap TB
3 Virulensi yang tinggi dari basil TB
Apabila angka keaktifan kuman tinggi maka semakin cepat kuman TB
berkembang biak di dalam tubuh Selain itu masa inkubasi akan semakin cepat
4 Daya tahan tubuh yang rendah
Daya tahan tubuh yang menurun memungkinkan basil berkembang biak dan
menimbulkan penyakit tuberkulosis 10
217 Tipe Penderita TB Paru
Tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya Ada beberapa
tipe pasien yaitu
bull Kasus baru
13
Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan
OAT kurang dari satu bulan (4 minggu)
bull Kasus kambuh (Relaps)
Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan
tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap didiagnosis
kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur)
bull Kasus setelah putus berobat (Default )
Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA
positif
bull Kasus setelah gagal (failure)
Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi
positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan
bull Kasus Pindahan (Transfer In)
Adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki register TB lain untuk
melanjutkan pengobatannya
bull Kasus lain
Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas Dalam kelompok ini
termasuk Kasus Kronik yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif
setelah selesai pengobatan ulangan
Catatan
TB paru BTA negatif dan TB ekstra paru dapat juga mengalami kambuh gagal
default maupun menjadi kasus kronik Meskipun sangat jarang harus dibuktikan
secara patologik bakteriologik (biakan) radiologik dan pertimbangan medis
spesialistik9
218 Pemeriksaan Diagnostik
Untuk mengetahui adanya tuberkulosis dokter biasanya berpegang pada
tiga patokan utama Pertama hasil wawancaranya tentang keluhan pasien dan hasil
pemeriksaan yang dilakukan pada pasien yang disebut dengan anamnesis Kedua
14
hasil pemeriksaan laboratorium untuk menemukan adanya BTA pada spesimen
penderita
Pemeriksaan dahak mikroskopis 9
Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis menilai
keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan
Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis dilakukan dengan
mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang
berurutan berupa Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS)
S (sewaktu)
Dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung pertama kali Pada
saat pulang suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak pagi
pada hari kedua
P (Pagi)
Dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua segera setelah bangun tidur
Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di UPK
S (sewaktu)
Dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua saat menyerahkan dahak pagi
Adapun tujuan dari pemeriksaan dahak pada program penanggulangan TB
adalah
1 Menegakkan diagnosis dan menentukan tipe klasifikasi
2 Menilai kemajuan pengobatan
3 Menentukan tingkat penularan 8
Pemeriksaan ulang dahak untuk memantau kemajuan pengobatan
dilakukan pada
1 Akhir tahap intensif
15
Dilakukan seminggu sebelum akhir pengobatan penderita baru BTA positif
dengan kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-3 pengobatan ulang
penderita BTA positif kategori 2
2 Sebulan sebelum akhir pengobatan
Dilakukan seminggu sebelum akhir bulan ke-5 pengobatan penderita baru BTA
positif dengan kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-7 pengobatan
ulang penderita BTA positif dengan kategori 2
3 Akhir pengobatan
Dilakukan seminggu sebelum akhir bulan ke-6 pada penderita BTA positif dengan
kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-8 pengobatan ulang BTA positif
dengan kategori 2 8
Pemeriksaan dahak pada sebulan sebelum akhir pengobatan dan akhir
pengobatan bertujuan untuk menilai hasil pengobatan (apakah sembuh atau gagal)
219 Prinsip Pengobatan
Penatalaksanaan TB meliputi penemuan pasien dan pengobatan yang
dikelola dengan menggunakan strategi DOTS9
Tujuan utama pengobatan pasien TB adalah menurunkan angka kematian
dan kesakitan serta mencegah penularan dengan cara menyembuhkan pasien
Penatalaksanaan penyakit TB merupakan bagian dari surveilans penyakit tidak
sekedar memastikan pasien menelan obat sampai dinyatakan sembuh tetapi juga
berkaitan dengan pengelolaan sarana bantu yang dibutuhkan petugas yang terkait
pencatatan pelaporan evaluasi kegiatan dan rencana tindak lanjutnya9
Tabel 21 Jenis sifat dan dosis OAT
Dosis yang direkomendasikan (mgkg)
16
Jenis OAT Sifat Harian 3x seminggu
Isoniazid (H) Bakterisid 5
(4-6)
10
(8-12)
Rifampicin (R) Bakterisid 10
(8-12)
10
(8-12)
Pyrazinamide (Z) Bakterisid 25
(20-30)
35
(30-40)
Streptomycin (S) Bakterisid 15
(12-18)
15
(12-18)
Etambutol (E) Bakteriostatik 15
(15-20)
30
(20-35)
Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut 9
bull OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat dalam jumlah
cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan Jangan gunakan OAT
tunggal (monoterapi) Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT ndash KDT)
lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan
bull Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat dilakukan pengawasan langsung
(DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat
(PMO)
bull Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap yaitu tahap intensif dan lanjutan
Tahap awal (intensif) 9
- Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara
langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat
17
- Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat biasanya pasien
menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu
- Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2
bulan
Tahap Lanjutan 9
- Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit namun dalam jangka
waktu yang lebih lama
- Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah
terjadinya kekambuhan
2110 Panduan Penggunaan OAT di Indonesia9
Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis di Indonesia
- Kategori 1 2(HRZE)4(HR)3
- Kategori 2 2(HRZE)S(HRZE)5(HR)3E3
Disamping kedua kategori ini disediakan paduan obat sisipan (HRZE)
- Kategori Anak 2HRZ4HR
Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket
berupa obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT) sedangkan kategori anak sementara
ini disediakan dalam bentuk OAT kombipak
Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu
tablet Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien Paduan ini dikemas dalam
satu paket untuk satu pasien
Paket Kombipak
18
Terdiri dari obat lepas yang dikemas dalam satu paket yaitu Isoniasid
Rifampisin Pirazinamid dan Etambutol Paduan OAT ini disediakan program untuk
mengatasi pasien yang mengalami efek samping OAT KDT
Paduan OAT ini disediakan dalam bentuk paket dengan tujuan untuk
memudahkan pemberian obat dan menjamin kelangsungan (kontinuitas) pengobatan
sampai selesai
Satu (1) paket untuk satu (1) pasien dalam satu (1) masa pengobatan
KDT mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB
1 Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin efektifitas
obat dan mengurangi efek samping
2 Mencegah penggunaan obat tunggal sehinga menurunkan resiko terjadinya
resistensi obat ganda dan mengurangi kesalahan penulisan resep
3 Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat menjadi
sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien
Paduan OAT dan peruntukannya
19
1 Kategori-1 (2HRZE 4H3R3)
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru
1048707 Pasien baru TB paru BTA positif
1048707 Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif
1048707 Pasien TB ekstra paru
Tabel 22 Dosis untuk paduan OAT KDT untuk Kategori 1
Berat Badan
Tahap Intensif
tiap hari selama 56 hari
RHZE (15075400275)
Tahap Lanjutan
3 kali seminggu selama 16 minggu
RH (150150)
30-37 kg 2 tablet 4 KDT 2 tablet 4 KDT38-54 kg 3 tablet 4 KDT 3 tablet 4 KDT55-70 kg 4 tablet 4 KDT 4 tablet 4 KDTge 71 kg 5 tablet 4 KDT 5 tablet 4 KDT
2 Kategori -2 (2HRZES HRZE 5H3R3E3)
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya
1048707 Pasien kambuh
1048707 Pasien gagal
1048707 Pasien dengan pengobatan setelah default (terputus)
Tabel 23 Dosis untuk paduan OAT KDT Kategori 2
Berat Badan
Tahap Intensif
tiap hari
RHZE (15075400275) + S
Tahap Lanjutan
3 kali seminggu
RH (150150) + E (275)
Selama 56 hari Selama 28 hari Selama 20 minggu
30-37 kg 2 tablet 4 KDT + 500 mg Streptomisin inj
2 tablet 4 KDT 2 tablet 4 KDT+ 2 tab Etambutol
38-54 kg 3 tablet 4 KDT +750 mg Streptomisin inj
3 tablet 4 KDT 3 tablet 4 KDT+ 3 tab Etambutol
55-70 kg 4 tablet 4 KDT +1000 mg Streptomisin inj
4 tablet 4 KDT 4 tablet 4 KDT+ 4 tab Etambutol
ge 71 kg 5 tablet 4 KDT +1000 mg Streptomisin inj
5 tablet 4 KDT 5 tablet 4 KDT+ 5 tab Etambutol
Catatan
20
Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal untuk streptomisin adalah
500mg tanpa memperhatikan berat badan
Untuk perempuan hamil lihat pengobatan TB dalam keadaan khusus
Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan menambahkan aquabidest
sebanyak 37ml sehingga menjadi 4ml (1ml = 250mg)
3 OAT Sisipan (HRZE)
Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap intensif kategori 1 yang
diberikan selama sebulan (28 hari)
Tabel 24 Dosis KDT untuk Sisipan
Berat Badan Tahap Intensif tiap hari selama 28 hari
RHZE (15075400275)
30-37 kg 2 tablet 4 KDT38-54 kg 3 tablet 4 KDT55-70 kg 4 tablet 4 KDTge 71 kg 5 tablet 4 KDT
Penggunaan OAT lapis kedua misalnya golongan aminoglikosida (misalnya
kanamisin) dan golongan kuinolon tidak dianjurkan diberikan kepada pasien baru tanpa indikasi
yang jelas karena potensi obat tersebut jauh lebih rendah daripada OAT lapis pertama Di
samping itu dapat juga meningkatkan terjadinya risiko resistensi pada OAT lapis kedua
2111 Alur Diagnostik TB 9
21Suspek TB Paru
2112 Evaluasi Pengobatan
22
Pemeriksaan dahak mikroskopis (SPS = Sewaktu ndash Pagi ndash Sewaktu)
Hasil BTA+ - -
Hasil BTA- - -
Hasil BTA+ + ++ + +
Antibiotik Non-OAT
Tidak adaPerbaikan
Adaperbaikan
Pemeriksaan dahak mikroskopis
Foto toraks dan
Pertimbangan dokter
Hasil BTA+ + ++ + -+ _ _
Hasil BTA- - -
Foto toraks dan
Pertimbangan dokter
TB Bukan TB
Evaluasi Klinis
Biasanya pasien di control dalam 1 minggu pertama selanjutnya setiap 2 minggu
selama tahap intensif dan seterusnya sekali sebulan sampai akhir pengobatan
Secara klinis hendaknya terdapat perbaikan keluhan pasien seperti batuk yang
berkurang tidak ada batuk darah nafsu makan bertambah dan ada peningkatan
berat badan
Evaluasi Bakteriologis
Pemeriksaan dahak untuk menilai keberadaan kuman Biasanya setelah 2-3
minggu perngobatan sputum BTA mulai negatif Pemeriksaan control sputum
dilakukan sekali sebulan Bagi penderita dengan BTA positif setelah tahap
intensif akan mendapatkan pengobatan ulang Bila sudah negatif sputum
diperiksa tiga kali berturut-turut dan harus dikontrol agar tidak terjadi ldquosilent
bacterial sheddingrdquo yaitu terdapat sputum BTA positif tanpa disertai keluhan-
keluhan TB yang relevan
Evaluasi Radiologis
Evaluasi radiologis juga diperlukan untuk melihat kemajuan terapi Dengan
pemeriksaan radiologis dapat dilihat keadaan TB parunya atau adanya penyakit
lain yang menyertai Evaluasi foto dada dilakukan tiap 3 bulan sekali 10
2113 Efek Samping OAT
Sebagian besar penderita TB paru dapat menyelesaikan pengobatan tanpa
efek samping Namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping Oleh karena
itu pemantauan kemungkinan terjadinya efek samping sangat penting dilakukan
selama pengobatan Pemantauan dilakukan dengan cara menjelaskan kepada
penderita tanda-tanda efek samping dan menanyakan adanya gejala efek samping
pada waktu penderita mengambil OAT 8
Efek samping ringan dari OAT seperti tidak ada nafsu makanmual sakit
perut nyeri sendi kesemutan sampai dengan rasa terbakar di kaki dan warna
kemerahan pada air seni Efek samping berat dari OAT misalnya gatal dan
kemerahan kulit tuli gangguan keseimbanagn ikterus tanpa penyebab lain
bingung dan muntah-muntah gangguan penglihatan purpura dan syok 8
22 Strategi DOTS
23
Strategi DOTS adalah strategi penanggulaan TB paru nasional yang telah
direkomendasikan oleh WHO yang dimulai pelaksanaannya di Indonesia pada tahun
19951996 Sebelum pelaksanaan strategi DOTS (1969-1994) angka kesembutah TB
paru yang dapat dicapai oleh program hanya 40-60 saja Dengan strategi DOTS
diharapkan angka kesembuhan dapat dicapai minimal 85 dari penderita TB paru
BTA positif yang di temukan 11
Prinsip DOTS adalah mendekatkan pelayanan pengobatan terhadap
penderita agar secara langsung dapat mengawasi keteraturan menelan obat dan
melakukan pelacakan bila penderita tidak datang mengambil obat sesuai dengan yang
ditetapkan
Kalau diurai dari kata-katanya pengertian DOTS dapat dimulai dengan
keharusan setiap pengelola program TB intuk member direct attention dalam usaha
menemukan penderita Dalam bahasa lain ini diterjemahkan menjadi deteksi kasus
dengan pemeriksaan mikroskopik kendati sebenarnya pengertiannya dapat diperluas
dengan keharusan untuk mendeteksi kasus secara baik dan akurat Kemudian setiap
pasien harus di- observed dalam memakan obatnya setiap obat yang di telan pasien
harus di depan seorang pengawas Selain itu tentunya pasien harus menerima
treatment yang tertata dalam system pengelolaan distribusi dan penyediaan obat
secara baik Kemudian setiap pasien harus mendapat obat yang baik artinya
pengobatan short course standart yang telah terbukti ampuh secara klinik
Akhirnya harus ada dukungan dari pemerinyah yang membuat program
penanggulangan TB mendapat prioritas yang tinggi dalam pelayanan kesehatan 11
Strategi DOTS mempunyai lima komponen
1) Komitmen politits dari para pengambil keputusan termasuk dukungan dana
2) Diagnosa TB dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopik
3) Pengobatan dengan panduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) jangka pendek
dengan pengawasan langsung oleh pengawas Menelan Obat (PMO)
4) Kesinambungan perssediaan OAT jangka pendek dengan mutu terjamin
5) Pencatatan dan pelaporan secraa baku untuk memudahkan pemantauan dan
evaluasi program penanggulangan TB
23 Konsep Perilaku
24
Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor baik faktor internal
( dari dalam diri manusia ) maupun faktor eksternal ( dari luar diri manusia ) Faktor
internal ini terdiri dari faktor fisik dan psikis Faktor eksternal terdiri dari berbagai
faktor antara lain sosial budaya masyarakat lingkungan fisik politik ekonomi
pendidikan dan sebagainnya Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi
kesehatan baik individu kelompok maupun masyarakat dikelompokkan menjadi
empat ( Blum 1974 )
Konsep Blum menjelaskan bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh
1) Lingkungan yang mencakup lingkungan fisik sosial budaya politik ekonomi
dan sebagainnya
2) Perilaku
3) Pelayanan kesehatan
4) Keturunan ( hereditas )
Perilaku merupakan factor terbesar kedua setelah factor lingkungan yang
mempengaruhi derajat kesehatan Oleh sebab itu dalam rangka membina dan
meningkatkan kesehatan masyarakat maka intervensi atau upaya yang di tujukan
kepada faktor erilaku ini sangat strategis
Menurut Green perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama yakni 12
1) Faktor predisposisi ( predisposing factor )
Faktor ini mencakup pengetahuan sikap dan masyarakat terhadap kesehatan
tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
kesehatan sistem nilai yang dinut masyarakat tingkat pendidikan tingkat sosial
ekonomi dan sebagainya
2) Faktor Pemungkin ( Enabling factor )
Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan
bagi masyarakat misalnya air bersih tempat pembuangan tinja ketersediaan
makanan yang bergizi dan sebagainnya termasuk juga fasilitas kesehatan
seperti puskesmas rumah sakit posyandu dokter atau bidan praktek swasta dan
sebagainnya
3) Faktor penguat ( reinforcing factor )
25
Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat tokoh agama
sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan Termasuk juga di
sini undang-undang peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah
daerah yang terkait dengan kesehatan
Tim kerja dari WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang
berperilaku tertentu dikarenakan 4 ( empat ) alasan pokok yaitu
1) Pemikiran dan perasaan ( Thoughts and feeling )
Yakni dalam bentuk pengetahuan kepercayaan dan sikap Pengetahuan di
peroleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain sedangkan
kepercayaan biasanya diperoleh dari orang tua kakek atau nenek Seseorang
menerima kepercayaan itu berdasarkan keyankinan dan tanpa adanya pembuktian
terlebih dahulu Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap
objek dan seringnya diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang
lain yang paling dekat
2) Karakteristik Pendukung (enabling characteristics)
Karakteristik ini mencerminkan bahwa meskipun mempunyai predisposisi untuk
menggunakan pelayanan kesehatan ia tak akan bertindak menggunakannya
kecuali bial ia mampu menggunakannya Penggunaan pelayanan kesehatan yang
ada tergantung kepada kemampuan konsumen untuk membayar
3) Karakteristik kebutuhan (need characteristics)
Faktor predisposisi dan factor yang memungkinkan untuk mencari pengobatan
dapat terwujud di dalam tindakan apabila itu dirasakan sebagai kebutuhanDengan
kata lain kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan
pelayanan kesehatan bila mana tingkat predisposisi dan enabling itu ada
Kebutuhan (need) disisni di bagi menjadi dua ketegori dirasa atau preceived
( subject assessment) dan evaluated ( clinical diagnosis )
Menurut Skinner perilaku kesehatan adalah suatu respons
seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan
26
penyakit system pelayanan kesehatan makanan dan minimum serta lingkungan
Dari batasan ini perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 ( tiga)
kelompok yakni
1) Perilaku pemeliharaan kesehatan ( health maintenance)
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga
kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit Oleh
sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3(tiga) aspek yaitu
a Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit serta
pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit
b Perilaku peningkatan kesehatan apabila seseorang dalam keadaan sehat
c Perilaku gizi Makanan dan minimum dapat meningkatkan kesehatan
seseorang bahkan dapat mendatangkan penyakit Hal ini sangat tergantung
pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut
2) Perilaku pencarian pengobatan ( health behavior )
Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat
menderita penyakit dan atau kecelakaan Tindakan atau perilaku ini dimulai dari
mengobati sendiri ( self treatment) sampai mencari pengobatan keluar negeri
3) Perilaku kesehatan lingkungan
Adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan baik lingkungan fisik
maupun social budaya dan sebagainnya sehingga lingkungan tersebut tidak
mempengaruhi kesehatannya Dengan perkataan lain bagaimana seseorang
mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri
keluarga atau mesyarakatnya 12
24 Kepatuhan Berobat
Kepatuhan berasal dari kata ldquo patuh ldquo yang berarti taat suka menuruti
disiplin Kepatuhan menurut Trostle adalah tingkat perilaku penderita dalam
mengambil suatu tindakan pengobatan misalnya dalam menentukan kebiasaan
hidup sehat dan ketetapan berobat Dalam pengobatan seseorang dikatakan tidak
27
patuh apabila orang tersebut melalaikan kewajibannya berobat sehingga dapat
mengakibatkan terhalangnya kesembuhan 13
Menurut Sacket kepatuhan pasien adalah sejauh mana perilaku pasien
sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh professional kesehatan 14
Menurut Sarafino secara umum ketidaktaatan meningkatkan risiko
berkembangnya masalah kesehatan atau memperpanjang atau memperburuk
kesakitan yang sedang di derita Perkiraan yang ada menyatakan bahwa 20 jumlah
opname di rumah sakit merupakan akibat dari ketidaktaatan pasien terhadap aturan
pengobatan Faktor yang mempengaruhi kepatuhan seseorang dalam berobat yaitu
faktor petugas faktor obat dan faktor penderita Karakteristik petugas yang
mempengaruhi kepatuhan antara lain jenis petugas tingkat pengetahuan lamanya
bekerja frekuensi penyuluhan yang dilakukan Faktor obat yang mempengaruhi
kepatuhan adalah pengobatan yang sulit dilakukan tidak menunjukkan kea rah
penyembuhan waktu yang lama adanya efek samping obat Faktor penderita yang
menyebabkan ketidakpatuhan adalah umur jenis kelamin pekerjaan anggota
keluarga saudara atau teman khusus 15
25 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan
Faktor-faktor yang mempengaruhi katidakpatuhan dapat digolongkan
menjadi empat bagian yaitu
1 Pemahaman tentang Instruksi
Tak seorang pun mematuhi instruksi jika ia salah paham tentang instruksi yang
diberikan kepadanyaLey dan Spelman (Ester 2000 ) Menemukan bahwa lebih
dari 60 yang diwawancarai setelah bertemu dengan dokter salah mengerti
tentang instruksi yang diberikan pada mereka kadang-kadang hal ini disebabkan
oleh kegagalan professional kesehatan dalam memberikan informasi yang
lengkap penggunaan istilah-istilah medis dan mbanyak memberikan instruksi
yang harus diingat oleh pasien
28
Pendekatan praktis untuk meningkatkan kepatuhan pasien ditemukan oleh
Dinicola dan Dimatteo yaitu
a) Buat instruksi tertulis yang jelas dan mudah diinterpretasikan
b) Berikan informasi tentang pengobatan sebelum menjelaskan hal-hal lain
c) Jika seseorang diberikan suatu daftar tertulis tenang hal-hal yang harus
diingat maka aka nada efek ldquokeunggulanrdquoyaitu mereka brusaha mengingat
hal-hal yang pertama kali ditulis
d) Insruksi-instruksi harus ditulis dengan bahasa umum ( Non medis ) dan hal-
hal yang perlu ditekankan 14
2 Kualitas Interaksi
Kualitas interaksi antara profrsional kesehatan dan pasien merupakan bagian yang
penting dalam menentukan derajat kepatuhan Meningkatkan interaksi
professional kesehatan dengan pasien adalah suatu hal penting untuk memberikan
umpan balik pada pasien setelah memperoleh informasi tentang diagnosis Pasien
membutuhkan penjelasan tentang kondisinya saat ini apa penyebabnya dan apa
yang dapat mereka lakukan dengan kondisi seperti itu
3 Isolasi sosial dan keluarga
Keluarga dapat menjadi factor yang sangat berpengaruh dalam menentukan
keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga menentukan tentang
program pengobatan yang dapat mereka terima Keluarga juga member dukungan
dan membuat keputusan mengenai perawatan dari anggota keluarga yang sakit
4 Keyakinan Sikap Kepribadian
Ahli psikologis telah menyelidiki tentang hubungan antar pengukuran-
pengukuran kepribadian dan kepatuhan Mereka menemukan bahwa data
kepribadian secara benar dibedakan antar orang yang putih drngan orang yang
gagal Orang-orang yang tidak patuh adalah orang-orang yang lebih mengalami
depresi anxietas sangat memperhatikan kesehatannya memiliki kekuatan ego
29
yang lebih lemah dan kehidupan sosialnya lebih memusatkan perhatian pada
dirinya sendiri Blumenthal et al mengatakan bahwa ciri-ciri kepribadian yang
disebutkan diatas itu yang menyebabkan seseorang cenderung tidak patuh ( drop
out) dari program pengobatan 14
Menurut Schwart dan Griffin Faktor yang berhubungan dengan
ketidaktaan secara sejarah riset tentang ketaan pasien didasarkan atas pandangan
tradisional mengenai pasien sebagai penerima nasihat dokter yang pasif dan patuh
Pasien yang tidak taat dipandang sebagai orang yang lalai dan masalahnya dianggap
sebagai masalah control Riset berusah untuk mengidentifikasi kelompok-kelompok
pasien yang tidak patuh berdasarkan kelas sosioekonomi pendidikan umur dan
jenis kelamin Pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan sepanjang bawah
pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif seperti penggunaan buku-buku
dan kaset oleh pasien secara mandiri Usaha-usaha ini sedikit berhasil seorang dapat
menjadi tidak taat kalau situasinya memungkinkan Teori-teori yang lebih baru
menekannkan factor situasional dan pasien sebagai peserta yang aktif dalam proses
pengobatannya Perilaku ketaatan sering diartikan sebagai usaha pasien untuk
mengendalikan perilakunya bahkan jika hal tersebut bias menimbulkan resiko
mengenai kesehatannya 15
Macam-macam faktor yang berkaitan dengan ketidaktaatan disebutkan
a Ciri-ciri kesakitan dan cirri-ciri pengobatan
Menurut Dickson dkk perilaku ketaatan lebih rendah untuk penyakit kronis
(karena tidak ada akibat buruk yang segera dirasakan atau resiko yang jelas )
saran mengenai gaya hidup umum dan kebiasaan yang lama pengobatan yang
kompleks pengobatan dengan efek samping perilaku yang tidak pantas
Menurut Sarafino tingkat ketaaatan rata-rata minum obat utnuk menyenbuhkan
kesakitan akut dengan pengobatan jangka pendek adalah sekitar 78 Untuk
kesakita kronis dengan cara pengobatan jangaka panjang tingkat tersebut menurun
sampai 54
b Komunikasi antara Pasien dan Dokter
Berbagai aspek komunikasi antara pasien dan dokter mempengaruhi tingkat
ketidaktaan misalnya informasi dengan pengawasan yang kurang
30
ketidakpuasan terhadap aspek hubungan emosional dengan dokter ketidak
puasan terhadap pengobatan yang diberikan
c Variabel-variabel sosial
Hubungan antara dukungan sosial dengan ketaatan telah dipelajari Secara umum
orang-orang yang merasa mereka menerima penghiburan perhatian dan
pertolongan yang mereka butuhkan dari seseorang atau kelompok biasanya
cenderung lebih mudah mengikuti nasihat medis daripada pasien yang kurang
mendapat dukungan sosial Jelaslah bahwa keluarga memainkan peranan yang
sangat penting dalam pengelolaan medis misalnya penggunaan pengaruh
normative pada pasien yang mungkin mengakibatkan efek yang memudahkan
atau menghambat perilaku ketaatan
d Ciri-ciri Individual
Variabel-variabel demografis juga digunakan untuk meramalkan ketidaktaatan
sebagai contoh Di Amerika Serikat kaum wanita kaum kulit putih dan orang
tua cenderung mengikuti anjuran dokter 15
Dalam proses penyembuhan penderita TB Paru dapat diberikan obat anti-
TB (OAT) yang diminum secara teratur sampai selesai dengan pengawasan
yangketat Masa pemberian obat memang cukup lama yaitu 6-8 bulan secara terus
menerus sehingga dapat mencegah penularan kepada orang lain Oleh sebab itu para
penderita TB jika ingin sembuh harus minum obat secara teratur Tanpa adanya
keteraturan minum obat penyakit sulit disembuhkan Jika tidak teratur minum obat
penyakitnya sukar diobati kuman TB dalam tubuh akan berkembang semakin banyak
dan menyerang organ tubuh lain yang akan membutuhkan waktu lebih lama untuk
dapat sembuh
26 Pengawasan Menelan Obat (PMO) 9
Salah satu komponen DOTS adalah pengobatan paduan OAT jangka
pendek dengan pengawasan langsung Untuk menjamin keteraturan pengobatan
diperlukan seorang PMO
31
a Persyaratan PMO
bull Seseorang yang dikenal dipercaya dan disetujui baik oleh petugas kesehatan
maupun pasien selain itu harus disegani dan dihormati oleh pasien
bull Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien
bull Bersedia membantu pasien dengan sukarela
bull Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan pasien
b Siapa yang bisa menjadi PMO
Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan misalnya Bidan di Desa Perawat
Pekarya Sanitarian Juru Immunisasi dan lain lain Bila tidak ada petugas
kesehatan yang memungkinkan PMO dapat berasal dari kader kesehatan guru
anggota PPTI PKK atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga
c Tugas seorang PMO
bull Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai
pengobatan
bull Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur
bull Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah
ditentukan
bull Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai gejala-
gejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke Unit Pelayanan
Kesehatan
Tugas seorang PMO bukanlah untuk mengganti kewajiban pasien mengambil
obatdari unit pelayanan kesehatan
d Informasi penting yang perlu dipahami PMO untuk disampaikan kepada pasien dan
keluarganya
bull TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur
32
bull TB bukan penyakit keturunan atau kutukan
bull Cara penularan TB gejala-gejala yang mencurigakan dan cara pencegahannya
bull Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan)
bull Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur
bull Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera meminta
pertolongan ke UPK
27 Penanggulangan TB 16
Rencana Global Penanggulangan TB
Rencana Global 2006-2015 mencakup enam elemen utama dalam strategi baru Stop
TB ndashWHO yang terdiri dari
1 Memperluas dan meningkatkan ekspansi DOTS yang berkualitas meningkatkan
penemuan kasus dan kesembuhan melalui pendekatan yangterfokus pada penderita
agar pelayanan DOTS yang berkualitas dapat menjangkau seluruh penderita
khususnya kelompok masyarakat yang miskin dan rentan
2 Menghadapi tantangan TBHIV MDR-TB dan tantangan lainnya dengan cara
meningkatkan kolaborasi TBHIV DOTS-Plus dan pendekatan lainnya
3 Berkontribusi dalam memperkuat sistem kesehatan melalui kerjasama dengan
berbagai program dan pelayanan kesehatan lainnya misalnya dalam memobilisasi
sumber daya manusia dan finansial untuk implementasi dan mengevaluasi
hasilnyaserta pertukaran informasi dalam keberhasilan pencapaian dalam program
penanggulangan TB
33
4 Melibatkan seluruh penyedia pelayanan kesehatan pemerintah lembaga swadaya
masyarakat (LSM) dan swasta dengan cara memperluas pendekatan berbasis
public-private mix (PPM) dengan menggunakan ISTC
5 Melibatkan penderita TB dan masyarakat untuk memberikan kontribusi dalam
penyediaan pelayanan yang efektif Hal ini meliputi perluasan pelayanan TB di
masyarakat menciptakan kebutuhan masyarakat akan pelayanan TB advokasi
yang spesifik komunikasi dan mobilisasi sosial serta mendukung pengembangan
piagam pasien TB dalam masyarakat dan
6 Memberdayakan dan meningkatkan penelitian operasional
28 Kerangka Konsep
Variabel Independent Variabel dependent
Karakteristik Individu
1Umur
2Jenis kelamin
3Pendidikan
4Pekerjaan
5Pengetahuan
6Efek samping OAT
7Tingkat kepatuhan
penderita dalam
pengobatan
Kesembuhan
34
Penderita TB paru
Faktor Pelayanan
kesehatan
1 Ketersediaan OAT
2 Sikap petugas kesehatan
3 LokasiJarak
4 Penyuluhan kesehatan
5 Kunjungan rumah
Faktor Peran PMO
Gambar Kerangka Konsep Penelitian
Definisi Konsep
1 Karakteristik individu adalah hal-hal yang melekat dalam diri penderita TB paru yang
mempengaruhi tingkat kapetuhan dalam melaksanakan program pengobatan dengan
strategi DOTS yang membedakan seseorang dengan yang lainnya meliputi umur jenis
kelamin pendidikan pekerjaan pengetahuan efek samping OAT tingkat kepatuhan
penderita dalam pengobatan
2 Faktor pelayanan kesehatan adalah penilaian dari penderita TB paru terhadap upaya yang
diselenggarakan oleh unit pelayanan kesehatan untuk menangani penderita TB paru
meliputi Ketersediaan OATsikap petugas kesehatan lokasijarak penyuluhan
kesehatan dan kunjungan rumah
3 Faktor Peran PMO ( Pengawasan Menelan Obat ) adalah penilaian dari penderita TB paru
terhadap hal-hal yang menjadi tugas dari seseorang pengawas menelan obat yang
mempengaruhi tingkat kepatuhan penderita TB paru dalam melaksanakan pengobatan
meliputi penyuluhan member dorongan meningkatkan dan mengawasi
35
4 Kesembuhan adalah pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan
pemeriksaan ulang dahak (follow up) menunjukkan hasil BTA negatif
29 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konsep di atas maka hipotesis penelitian ini adalah
1) Ada pengaruh karakteristik individu terhadap kesembuhan penderita TB paru
dalam pengobatan
2) Ada pengaruh pelayanan kesehatan terhadap kesembuhan penderita TB paru
dalam pengobatan
3) Ada pengaruh PMO terhadap kesembuhan penderita TB paru dalam pengobatan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
31 Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional yang
bertujuan untuk menjelaskan pengaruh karakteristik individu faktor pelayanan
kesehatan dan faktor Pengawas Menelan Obat (PMO) terhadap kesembuhan
penderita TB Paru dalam melaksanakan pengobatan di Puskesmas Grogol Petamburan
tahun 2011
32 Tempat dan Waktu Penelitian
36
Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Grogol Petamburan pada bulan
Januari sampai Februari tahun 2012
33 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang
sedang menjalankan pengobatan TB di Puskesmas Grogol
Petamburan mulai bulan OktobeR
34 Keriteria Inklusi dan Eksklusi
341 Keriteria Inklusi
342 Keriteria Eksklusi
35 Sampel
351 Besar Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang
mengikuti pengobatan dengan strategi DOTS di Puskesmas yang pada saat penelitian
sedang menjalani pengobatan dan seluruh penderita TB yang telah mendapat
pengobatan selama 6 bulan atau sedang dalam tahap lanjutan
Keterangan
n1 = Jumlah sampel minimal
37
n2 = Jumlah sampel ditambah substitusi 10 (substitusi adalah persen responden
yang mungkin drop out)
Z = Tingkat batas kepercayaan dengan = 5
Didapat Z pada kurva normal = 196
p = Proporsi variabel yang diteliti yaitu besarnya presentasi 50 )
q = 1 - p
L = Derajat kesalahan yang masih dapat diterima adalah 10
Berdasarkan rumus di atas didapatkan angka sebagai berikut
( Z )2 p q ( 196 )2 0505
n1 = ----------------- = ------------------------------ = 9604
L2 ( 01 )2
n2 = n1 + ( 10 n1 )
= 9604 + ( 10 9604)
= 9604 + 9604
= 10564 Dibulatkan 106
352 Teknik Pengambilan Sampel
36 Identifikasi Variabel
1 Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kesembuhan tb paru
2 Variabel independen adalah umur jenis kelamin pendidikan pekerjaan
pengetahuan efek samping OAT dan tingkat kepahuhan dari penderita TB
Selain itu faktor dari pelayanan kesehatan dan PMO juga ikut berperan
37 Cara Kerja
1 Membuat proposal penelitian tentang hubungan antara tingkat kepatuhan minum
OAT dengan tingkat kesembuhan penyakit TB di Puskesmas Kecamatan Grogol
Petamburan
38
2 Pengumpulan data sekunder dari Puskesmas Grogol Petamburan
3 Melakukan kunjungan ke rumah-rumah sampel di daerah RT terpilih untuk
pengumpulan data primer dengan memakai kuesioner dan wawancara responden
4 Data-data yang telah dikumpulkan akan dilakukan pengolahan berupa proses
editing verifikasi dan koding Selanjutnya dimasukkan dan diolah dengan
menggunakan program computer yaitu program SPSS
5 Terhadap data yang telah diolah kemudian dilakukan analisis sesuai dengan cara
uji statistik menggunakanhelliphellip Data diinterpretasi secara deskriptif korelatif
antar variabel ndash variabel yang telah ditentukan dan disajikan dalam bentuk
tekstular dan tabular
6 Hasil dari penelitian akan disusun dalam bentuk pelaporan penelitian yang
selanjutnya akan di presentasikan di hadapan staf pengajar program pendidikan
Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida
Wacana (FK UKRIDA) dalam forum pendidikan Ilmu Kedokteran Komunitas
Fakultas Kedokteran UKRIDA
38 Manajemen Data
381 Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder yaitu
1 Data primer diperoleh dengan wawancara langsung kepada penderita TB paru
dan petugas kesehatan program penanggulangan TB Paru yang berpedoman pada
kuisioner penelitian yang telah ditetapkan dam melakukan cross check
2 Data sekunder diperoleh dari laporan pelaksanaan program penanggulangan TB
Paru di Puskesmas kartu pengobatan TBC (formulir TB 01) dan Formulir
Permohonan Laboratorium TBC Untik Pemeriksaan Dahak (formulir TB 05)
382 Pengolahan Data
39
Aspek pengukuran
Aspek pengukuran variable bebas
Karakteristik individu
Aspek pengukuran variable karakteristik individu dapat dilihat pada tabel 31
Table 31 Aspek Pengukuran Variabel Karakteristik Individu
Karakteristik
individu
Kategori Skala Bobot nilai
Umur a 15-24 tahun
b 25-49 tahun
c gt 50 tahun
rasio
Jenis kelamin a Laki-laki
b Perempuan
Tingkat
pendidikan
a Tidak tamat SD
b SD
c SLTP
d SLTA
e Sarjana S1
Pekerjaan a Bekerja
b Tidak bekerja
Pengetahuan a Baik
b Sedang
c Bururk
Efek samping
OAT
a Ada
b Tidan ada
Faktor pelayanan kesehatan
Pengukuran faktor pelanan kesehatan meliputi ketersediaan OAT yang
diukur adalah yang diukur dengan 2 pertanyaan sikap petugas kesehatan diukur
dengan 8 pertanyaan lokasi jarak diukur dengan 3 pertanyaan penyuluhan kesehatan
diukur dengan 6 pertanyaan dan kunjungan rumah diukur dengan 2 pertanyaan
40
berdasarkan jawaban yang diberikan responden selanjutnya dikelompokkan menjadi
tiga (3) yaitu
a Baik jika faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan
penilaian yang baik karena kebutuhan yang diinginkan debagian besarnya
terpenuhi (nilai gt32)
b Sedang bila faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan
penilaian yang kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan responden hanay
sebagian saja yang terpenuhi (nilainya 17-32)
c Buruk bila faktor pelayanan pelayanan kesehatan yang diterima responden
menimbulkan penilaian yang tidak baik karena kebutuhan yang diinginka
responden sebagian besar tidak dipenuhi (nilainya lt17)
Faktor Pengawas Menelan Obat (PMO)
Faktor Pengawas Menelan Obat diukur dengan 5 pertanyaan yang
selanjutnya dibedakan atas 3 kategori yaitu
a Baik bila semua tugas yang diterima responden terlaksana dengan baik yaitu
mengawasi memberikan dorongan mengingatkan dan memberikan penyuluhan
(nilainya gt11)
b Sedang bila tugas PMO yang diterima responden sebagian saja yang terpenuhi
(nilainya 6-11)
c Buruk bila tugas PMO yang diterima responden tidak terlaksana dengan baik
(nilainya lt 6)
Aspek Pengukuran Variabel Terikan
Kepatuhan Pengobatan TB Paru
41
Aspek Pengukuran Variabel ini menggunakan skala interval yang diukur berdasarkan
tiga (3) kategori yaitu
Patuh apabila responden selalu menelan obat sesuai ketentuan petugas kesehatan
yaitu setiap hari pada tahap awal tiga kali seminggu pada tahap lanjutan dan
mengambil obat serta memeriksakan dahak sesuai jadwal dan menaati nasihat dari
petugas kesehatan ( bobot 3 )
Kurang patuh jika responden kadang-kadang menelan obat sesuai ketentuan
petugas kesehatan atau responden tidak menelan obat 2-8 minggu selama tahap
pengobatan lanjutan dan tidak memerisakan dahak sesuai jadwal yang telah
ditetapkan dan tidak selalu menaati nasihat dari petugas kesehatan (bobot 2 )
Tidak patuh jika responden tidak menelan obat sesuai ketentuan petugas
kesehatan atau responden tidak menelan obat lebih dari 8 minggu selama tahap
pengobatan lanjutan dan tidak mengambil obat serta tidak memeriksakan dahak
sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan tidak menaati nasihat petugas kesehatan
(bobot 1)
383 Penyajian Data
384 Analisis Data
385 Interpretasi Data
386 Pelaporan Data
39 Definisi Operasional
1 Umur adalah usia responden saat penelitian berdasarkan ulang tahun terakhir yang
dibedakan atas 3 (tiga) kategori berdasarkna Badan Pusat Statistik Kota Medan
42
tahun 2008 yaitu 1) orang muda 25-24 tahun 2) dewasa 24-49 tahun 3) orang
tua gt 50 tahun
2 Jenis kelamin adalah suatu karakteristik responden yang dibedakan identitasnya
dari laki-laki dan perempuan
3 Pendidikan adalah jenjang pendidikannyang berhasil ditamatkan responden yang
dibedakan atas tidak tamat SD SD SLTP SLTA Akademi Sarjana
4 Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh responden sebagai
pendapatan utama yang dibedakan atas kerja dan tidak bekerja
5 Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai penyakit
TB paru
6 Efek samping OAT adalah gejala keluhan yang diderita responden akiba menelan
OAT selama pengobatan
7 Ketersdediaan OAT adalah pandangan responden terhadap kondisi OAT
diperoleh dari puskesmas meliputi kecukupan jumlah OAT dan dan kualitasnya
8 Sikap petugas kesehatan adalah penilaian responden terhadap reaksi petugas
kesehatan kepada responden selama mereka menjalanin pengobatan
9 Lokasi jarak adalah pandangan responden tentang lama perjalanan dari tempat
tinggal responden ke Puskesmas yang diukur dengan jarak sarana transportasi
10 Penyuluhan kesehatan adalah pandangan responden tentang kegiatan yang
dilakukan oleh petugas kesehatan sehubungan dengan pengobatan TB Paru untuk
mencapai suatu keadaan dimana pederita TB Paru dapat hidup lebih sehat
11 Kunjungan rumah adalah pandangan responden tentang kegiatan yang dilakukan
petugas kesehatan selama masa pengobatan ke rumah responden
12 Faktor peran Pengawas Minum Obat (PMO) adalah pandangan responden tentang
tugas yang dilakasanakan oleh seorang PMO meliputi penyuluhan
13 Kepatuhan berobat adalah ketaan responden dalam menelan obat mengambil
obat dan melakukan pemeriksaan dahak sesuai jadwal yang telah ditentukan dan
menaati segala nasehat dari petugas kesehatan
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
1) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta
2) Perkumpulan Pemberantasan TB Indonesia 2011 TB di Indonesia Peringkat Dunia
Jakarta Diakses melalui situs httpwwwpptiinfoindexphpcomponentcontentarticle46-
arsip-ppti141-tbc-di-indonesia-peringkat-5-dunia Diakses pada tanggal 23 Januari 2012
44
3) Depkes dan WHO 2008 Lembar Fakta Tuberkulosis Jakarta
4) Dirjen P2M amp PLP 1997 Pengawasan Menelan Obat (PMO) adalah DOTS ala Indonesia
Jakarta
5) Amirudin R 2006 Faktor Keberhasilan Konversi pada Penderita TB Paru di Puskesmas
Jongaya Tahun 2006 Laporan Penelitian FKM Unhas Makasar
6) Aditama Tjandra Y 1994 Tuberkulosis Paru Masalah dan Penanggulangnya UI Press
Jakarta
7) Aru W Bambang S Idrus A dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Tuberkulosis
Paru Edisi IV FKUI Jakarta 2006 998-1004
8) Depkes RI 2002 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta
9) Depkes RI 2006 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta
10) Subijakto Hubungan Pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Berobat
Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Proposal Skripsi Jakarta 2011 Diakses pada
tanggal 20 Januari 2012
11) Aditama Tjandra Y 2002 Tuberkulosis Diagnosis Terapi dan Masalahnya Yayasan IDI
Jakarta
12) Notoatmodjo Soekidjo 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Penerbit Rineka Cipta
Jakarta
13) Simamora Jojor 2004 Faktor yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Berobat Penderita TB
Paru di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2004 Tesis Pascasarjana USU Medan
14) Ester Monica 2000 Psikologi Kesehatan Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
15) Bart Smet 1994 Psikologi Kesehatan PT Grasindo Jakarta
16) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta
45
12 Permasalahan
Diperkirakan sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh
Mycobacterium tuberculosis Pada tahun 1995 diperkirakan ada 9 juta pasien TB
baru dan 3 juta kematian akibat TB diseluruh dunia Diperkirakan 95 kasus TB dan
98 kematian akibat TB diduniaterjadi pada negara-negara berkembang Demikian
juga kematian wanita akibat TB lebih banyak dari pada kematian karena kehamilan
persalinan dan nifas
Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2007
menyatakan jumlah penderita TB di Indonesia sekitar 528 ribu atau berada di posisi
tiga di dunia setelah India dan China
Pada Global Report WHO 2010 data total seluruh kasus TB tahun 2009
sebanyak 294731 kasus dimana 169213 adalah kasus TB baru dengan BTA positif
108616 adalah kasus TB dengan BTA negatif 11215 adalah kasus TB ekstra paru
3709 adalah kasus TB kambuh dan 1978 adalah kasus pengobatan ulang di luar kasus
kambuh
Besarnya dan luasnya permasalahan akibat TB mengharuskan kepada
semua pihak untuk dapat berkomitmen dan bekerja sama dalam melakukan
penanggulangan TB Kerugian yang diakibatkannya bukan hanya dari aspek
kesehatan semata tetapi juga dari aspek sosial ekonomi Dengan kata lain TB
merupakan ancaman terhadap cita-cita pembangunan dan dalam hal kesejahteraan
rakyat secara menyeluruh
Selain itu munculnya pandemi HIVAIDS di dunia menambah
permasalahan bagi penderita TB Koinfeksi dengan HIV akan meningkatkan risiko
kejadian TB paru secara signifikan Pada saat yang sama kekebalan ganda kuman TB
terhadap obat anti TB (multidrug resistence = MDR) semakin menjadi masalah
karena tidak dapat disembuhkan Keadaan tersebut pada akhirnya akan menyebabkan
terjadinya epidemi TB paru yang sulit di tangani
4
13 Tujuan Penelitian
131 Tujuan Umum
Mengetahui hungungan antara kepatuhan minum OAT dengan
kesembuhan TB Paru di Puskesmas Grogol Petamburan
132 Tujuan Khusus
1) Diketahuinya hubungan antara kesembuhan penyakit TB dengan
tingkat kepatuan penderita TB dalam meminum OAT
2) Diketahuinya besarnya masalah perilaku pada penderita TB terhadap
tingakt kepatuhannya berobat
3) Diketahuinya distribusi menurut umur tingkat pendidikan pekerjaan
dan pengetahuan terhadap tingkat kepatuhan penderita
14 Manfaat Penelitian
141 Manfaat Bagi Peneliti
1) Memperoleh pengalaman belajar dan pengetahuan dalam melakukan
penelitian
2) Meningkatkan kemampuan dalam berkomunikasi dengan masyarakat
3) Menerapkan dan mengembangkan ilmu yang telah dipelajari pada saat
kuliah
4) Mengembangkan daya nalar minat dan kemampuan dalam bidang
penelitian
5) Melatih bekerja sama dalam sebuah tim
5
142 Manfaat Bagi Perguruan Tinggi
1) Realisasi Tridarma perguruan tinggi dalam melaksanakan fungsi atau
tugas perguruan tinggi sebagai lembaga yang menyelenggarakan
pendidikan penelitian dan pengabdian masyarakat
2) Mewujudkan kampus Universitas Kristen Krida Wacana sebagai
masyarakat ilmiah dalam peran sertanya di bidang kesehatan
3) Meningkatkan saling pengertian dan kerjasama antar mahasiswa dan
staf pengajar
143 Manfaat Bagi Masyarakat
1) Sebagai masukan berupa hasil penelitian dan saran-saran yang
diharapkan dapat menjadi umpan balik positif bagi warga di wilayah
kerja Puskesmas Jelambar untuk dapat berperan serta
2) Sebagai bahan masukan dalam melakukan penyuluhan kesehatan
untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam melakukan
program pemberantasan penyakit TB paru
3) Sebagai bahan masukan dalam melakukan penelitian selanjutnya
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
21 Penyakit Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman TB (Mycobacterium tuberculosis) Sebagian besarkuman TB menyerang paru
tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya Tuberkulosis bukanlah penyakit
keturunan tetapi dapat ditularkan dari orang ke orang lain6
Kuman penyebab tuberkulosis ini ditemukan oleh seorang ilmuwan
Jerman yang bernama Robert Koch di tahun 1882 Hasil penemuannya ini dilaporkan
olehnya kepada masyarakat ilmiah pada tanggal 24 Maret 1882 Penemuan ini
merupakan peristiwa terbesar dalam perkembangan pengobatan tuberkulosis dan
tanggal 24 Maret setiap tahunnya sampai sekarang diperingati sebagai TB Day (hari
Tuberkulosis) 6
Kuman tuberkulosis berbentuk batang berukuran sangat kecil sehingga
hanya dapat dilihat di bawah mikroskop Panjangnya sekitar satu sampai empat
micron dan lebarnya antara 03 sampai 06 mikron Basil tuberkulosis akan tumbuh
secara optimal pada suhu sekitar 370C yang sesuai dengan tubuh manusia Untuk
berkembang biak basil ini melakukan pembelahan diri Jika dilihat dari struktur
kimianya basil ini tediri dari lemak dan protein6
Kuman tuberkulosis mempunyai sifat khusus yaitu tahan asam pada
pewarnaan sehingga disebut sebagai Basil Tahan Asam (BTA) Kuman TB akan mati
pada penyinaran dengan sinar matahari langsung Dalam jaringan tubuh kuman ini
bersifat dormant artinya kuman dapat tertidur lama selama beberapa tahun lalu dapat
aktif kembali jika keadaan memungkinkan6
7
211 Klasifikasi Tuberkulosis 9
Penentuan klasifikasi penyakit tuberkulosis memerlukan suatu lsquodefinisi kasusrsquo yang
meliputi empat hal yaitu
- Lokasi atau organ tubuh yang sakit paru atau ekstra paru
- Bakteriologi (hasil pemeriksaan dahak secara mikroskopis) BTA positif atau BTA
negatif
- Tingkat keparahan penyakit ringan atau berat
- Riwayat pengobatan TB sebelumnya baru atau sudah pernah diobati
bull Manfaat dan tujuan menentukan klasifikasi adalah
- menentukan paduan pengobatan yang sesuai
- registrasi kasus secara benar
- menentukan prioritas pengobatan TB BTA(+)
- analisis kohort hasil pengobatan
bull Beberapa istilah dalam definisi kasus
- Kasus TB Pasien TB yang telah dibuktikan secara mikroskopis atau didiagnosis
oleh dokter
- Kasus TB pasti (definitif) pasien dengan biakan positif untuk Mycobacterium
tuberculosis atau tidak ada fasilitas biakan sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen
dahak SPS hasilnya BTA positif
bull Kesesuaian paduan dan dosis pengobatan dengan kategori diagnostik sangat
diperlukan untuk
- menghindari terapi yang tidak adekuat (undertreatment) sehingga mencegah
timbulnya resistensi
- menghindari pengobatan yang tidak perlu (overtreatment) sehingga meningkatkan
pemakaian sumber-daya lebih biaya efektif (cost-effective)
- mengurangi efek samping
8
Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena
bull Tuberkulosis paru Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang
jaringan (parenkim) paru tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada
hilus
bull Tuberkulosis ekstra paru Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain
paru misalnya pleura selaput otak selaput jantung (pericardium) kelenjar lymfe
tulang persendian kulit usus ginjal saluran kencing alat kelamin dan lain-lain
Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis yaitu pada TB
Paru
bull Tuberkulosis paru BTA positif
- Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif
- 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada menunjukkan
gambaran tuberkulosis
- 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif
- 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS pada
pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah
pemberian antibiotika non OAT
bull Tuberkulosis paru BTA negatif
Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif
Kriteria diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi
- Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif
- Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis
- Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT
- Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan
9
Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan penyakit
bull TB paru BTA negatif foto toraks positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan
penyakitnya yaitu bentuk berat dan ringan Bentuk berat bila gambaran foto
toraks memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas (misalnya proses ldquofar
advancedrdquo) dan atau keadaan umum pasien buruk
bull TB ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya yaitu
- TB ekstra paru ringan misalnya TB kelenjar limfe pleuritis eksudativa
unilateral tulang (kecuali tulang belakang) sendi dan kelenjar adrenal
- TB ekstra-paru berat misalnya meningitis milier perikarditis peritonitis
pleuritis eksudativa bilateral TB tulang belakang TB usus TB saluran kemih
dan alat kelamin
Catatan
bull Bila seorang pasien TB paru juga mempunyai TB ekstra paru maka untuk
kepentingan pencatatan pasien tersebut harus dicatat sebagai pasien TB paru
bull Bila seorang pasien dengan TB ekstra paru pada beberapa organ maka dicatat
sebagai TB ekstra paru pada organ yang penyakitnya paling berat
10
212 Cara Penularan
Lingkungan hidup yang sangat padat dan pemukiman di wilayah perkotaan
kemungkinan besar telah mempermudah proses penularan dan berperan sekali atas
peningkatan jumlah kasus TB Proses terjadinya infeksi oleh Mycobacterium
tuberculosis biasanya secara inhalasi sehingga TB paru merupakan manifestasi klinis
yang paling sering dibandingkan dengan organ lain Penularan penyakit ini sebagian
besar melalui inhalasi basil yang mengandung droplet nuclei khususnya yang di
dapat dari pasien TB paru dengan batuk berdarah atau berdahak yang mengandung
basil tahan asam (BTA) Pada TB kulit atau jaringan lunak penularan bias melalui
inokulasi langsung Infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium bovis dapat
disebabkan oleh susu yang kurang disterilkan dengan baik atau terkontaminasi Sudah
dibuktikan bahwa lingkungan sosial ekonomi yang baik pengobatan yang teratur dan
pengawasan minum obat yang ketat dapat berhasil mengurangi angka morbiditas dan
mortalitas di Amerika selama tahun 1950-1960 7
Daya penularan dari seseorang penderita ditentukan oleh banyaknya
kuman yang dikeluarkan dari parunya Makin tinggi derajat positif hasil dari
pemeriksaan dahak makin menular penderita tersebut Bila pemeriksaan dahak
negatif (tidak terlihat kuman) maka penderita tersebut dianggap tidak menular
Kemungkinan seseorang terinfeksi TB paru ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam
udara dan lamanya menghirup udara tersebut 8
Perlu diketahui bahwa kuman TB tidak hanya keluar ketika penderita
batuk saja tetapi juga pada saat bernyanyi bersin atau bersiul Secara umum dapat
dikatakan bahwa penularan penyakit TB banyak bergantung dari beberapa factor
seperti jumlah kuman yang ada tingkat keganasan kuman dan daya tahan tubuh orang
yang tertular 6
213 Penemuan Penderita TB
Kegiatan penemuan pasien terdiri dari penjaringan suspek diagnosis
penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien Penemuan pasien merupakan langkah
pertama dalam kegiatan program penanggulangan TB Penemuan dan penyembuhan
11
pasien TB menular secara bermakna akan dapat menurunkan kesakitan dan kematian
akibat TB penularan TB di masyarakat dan sekaligus merupakan kegiatan
pencegahan penularan TB yang paling efektif di masyarakat9
Strategi penemuan 9
Penemuan pasien TB dilakukan secara pasif dengan promosi aktif Penjaringan
tersangka pasien dilakukan di unit pelayanan kesehatan didukung dengan
penyuluhan secara aktif baik oleh petugas kesehatan maupun masyarakat untuk
meningkatkan cakupan penemuan tersangka pasien TB
Pemeriksaan terhadap kontak pasien TB terutama mereka yang BTA positif yang
menunjukkan gejala sama harus diperiksa dahaknya
Penemuan secara aktif dari rumah ke rumah dianggap tidak cost efektif
214 Risiko Penularan 9
- Risiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan dahak Pasien TB
paru dengan BTA positif memberikan kemungkinan risiko penularan lebih besar
dari pasien TB paru dengan BTA negatif
- Risiko penularan setiap tahunnya di tunjukkan dengan Annual Risk of Tuberculosis
Infection (ARTI) yaitu proporsi penduduk yang berisiko terinfeksi TB selama satu
tahun ARTI sebesar 1 berarti 10 (sepuluh) orang diantara 1000 penduduk
terinfeksi setiap tahun ARTI di Indonesia bervariasi antara 1-3
- Infeksi TB dibuktikan dengan perubahan reaksi tuberkulin negatif menjadi positif
215 Gejala Klinis TB Paru
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu
atau lebih Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah
batuk darah sesak nafas badan lemas nafsu makan menurun berat badan menurun
12
malaise berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik demam meriang lebih dari satu
bulan9
Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain
tb seperti bronkiektasis bronkitis kronis asma kanker paru dan lain-lain Mengingat
prevalensi TB di Indonesia saat ini masih tinggi maka setiap orang yang datang ke
UPK dengan gejala tersebut diatas dianggap sebagai seorang tersangka (suspek)
pasien TB dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung9
216 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Tuberkulosis
Faktor ndash faktor yang mempengaruhi terhadap terjadinya TB antara lain
1 Harus ada sumber infeksi
Sumber infeksi dapat berasal dari penderita TB dengan BTA positif Penularan
dapat terjadi melalui dropet atau melalui pengunaan alat makan secara bergantian
tanpa dicuci yang digunakan oleh penderita TB dengan BTA positif tersebut
2 Jumlah basil penyebab harus cukup
Semakin banyak jumlah basil yang terhirup maka semakin besar kemungkinan
seseorang untuk mengidap TB
3 Virulensi yang tinggi dari basil TB
Apabila angka keaktifan kuman tinggi maka semakin cepat kuman TB
berkembang biak di dalam tubuh Selain itu masa inkubasi akan semakin cepat
4 Daya tahan tubuh yang rendah
Daya tahan tubuh yang menurun memungkinkan basil berkembang biak dan
menimbulkan penyakit tuberkulosis 10
217 Tipe Penderita TB Paru
Tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya Ada beberapa
tipe pasien yaitu
bull Kasus baru
13
Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan
OAT kurang dari satu bulan (4 minggu)
bull Kasus kambuh (Relaps)
Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan
tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap didiagnosis
kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur)
bull Kasus setelah putus berobat (Default )
Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA
positif
bull Kasus setelah gagal (failure)
Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi
positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan
bull Kasus Pindahan (Transfer In)
Adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki register TB lain untuk
melanjutkan pengobatannya
bull Kasus lain
Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas Dalam kelompok ini
termasuk Kasus Kronik yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif
setelah selesai pengobatan ulangan
Catatan
TB paru BTA negatif dan TB ekstra paru dapat juga mengalami kambuh gagal
default maupun menjadi kasus kronik Meskipun sangat jarang harus dibuktikan
secara patologik bakteriologik (biakan) radiologik dan pertimbangan medis
spesialistik9
218 Pemeriksaan Diagnostik
Untuk mengetahui adanya tuberkulosis dokter biasanya berpegang pada
tiga patokan utama Pertama hasil wawancaranya tentang keluhan pasien dan hasil
pemeriksaan yang dilakukan pada pasien yang disebut dengan anamnesis Kedua
14
hasil pemeriksaan laboratorium untuk menemukan adanya BTA pada spesimen
penderita
Pemeriksaan dahak mikroskopis 9
Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis menilai
keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan
Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis dilakukan dengan
mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang
berurutan berupa Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS)
S (sewaktu)
Dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung pertama kali Pada
saat pulang suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak pagi
pada hari kedua
P (Pagi)
Dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua segera setelah bangun tidur
Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di UPK
S (sewaktu)
Dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua saat menyerahkan dahak pagi
Adapun tujuan dari pemeriksaan dahak pada program penanggulangan TB
adalah
1 Menegakkan diagnosis dan menentukan tipe klasifikasi
2 Menilai kemajuan pengobatan
3 Menentukan tingkat penularan 8
Pemeriksaan ulang dahak untuk memantau kemajuan pengobatan
dilakukan pada
1 Akhir tahap intensif
15
Dilakukan seminggu sebelum akhir pengobatan penderita baru BTA positif
dengan kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-3 pengobatan ulang
penderita BTA positif kategori 2
2 Sebulan sebelum akhir pengobatan
Dilakukan seminggu sebelum akhir bulan ke-5 pengobatan penderita baru BTA
positif dengan kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-7 pengobatan
ulang penderita BTA positif dengan kategori 2
3 Akhir pengobatan
Dilakukan seminggu sebelum akhir bulan ke-6 pada penderita BTA positif dengan
kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-8 pengobatan ulang BTA positif
dengan kategori 2 8
Pemeriksaan dahak pada sebulan sebelum akhir pengobatan dan akhir
pengobatan bertujuan untuk menilai hasil pengobatan (apakah sembuh atau gagal)
219 Prinsip Pengobatan
Penatalaksanaan TB meliputi penemuan pasien dan pengobatan yang
dikelola dengan menggunakan strategi DOTS9
Tujuan utama pengobatan pasien TB adalah menurunkan angka kematian
dan kesakitan serta mencegah penularan dengan cara menyembuhkan pasien
Penatalaksanaan penyakit TB merupakan bagian dari surveilans penyakit tidak
sekedar memastikan pasien menelan obat sampai dinyatakan sembuh tetapi juga
berkaitan dengan pengelolaan sarana bantu yang dibutuhkan petugas yang terkait
pencatatan pelaporan evaluasi kegiatan dan rencana tindak lanjutnya9
Tabel 21 Jenis sifat dan dosis OAT
Dosis yang direkomendasikan (mgkg)
16
Jenis OAT Sifat Harian 3x seminggu
Isoniazid (H) Bakterisid 5
(4-6)
10
(8-12)
Rifampicin (R) Bakterisid 10
(8-12)
10
(8-12)
Pyrazinamide (Z) Bakterisid 25
(20-30)
35
(30-40)
Streptomycin (S) Bakterisid 15
(12-18)
15
(12-18)
Etambutol (E) Bakteriostatik 15
(15-20)
30
(20-35)
Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut 9
bull OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat dalam jumlah
cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan Jangan gunakan OAT
tunggal (monoterapi) Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT ndash KDT)
lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan
bull Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat dilakukan pengawasan langsung
(DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat
(PMO)
bull Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap yaitu tahap intensif dan lanjutan
Tahap awal (intensif) 9
- Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara
langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat
17
- Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat biasanya pasien
menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu
- Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2
bulan
Tahap Lanjutan 9
- Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit namun dalam jangka
waktu yang lebih lama
- Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah
terjadinya kekambuhan
2110 Panduan Penggunaan OAT di Indonesia9
Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis di Indonesia
- Kategori 1 2(HRZE)4(HR)3
- Kategori 2 2(HRZE)S(HRZE)5(HR)3E3
Disamping kedua kategori ini disediakan paduan obat sisipan (HRZE)
- Kategori Anak 2HRZ4HR
Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket
berupa obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT) sedangkan kategori anak sementara
ini disediakan dalam bentuk OAT kombipak
Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu
tablet Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien Paduan ini dikemas dalam
satu paket untuk satu pasien
Paket Kombipak
18
Terdiri dari obat lepas yang dikemas dalam satu paket yaitu Isoniasid
Rifampisin Pirazinamid dan Etambutol Paduan OAT ini disediakan program untuk
mengatasi pasien yang mengalami efek samping OAT KDT
Paduan OAT ini disediakan dalam bentuk paket dengan tujuan untuk
memudahkan pemberian obat dan menjamin kelangsungan (kontinuitas) pengobatan
sampai selesai
Satu (1) paket untuk satu (1) pasien dalam satu (1) masa pengobatan
KDT mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB
1 Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin efektifitas
obat dan mengurangi efek samping
2 Mencegah penggunaan obat tunggal sehinga menurunkan resiko terjadinya
resistensi obat ganda dan mengurangi kesalahan penulisan resep
3 Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat menjadi
sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien
Paduan OAT dan peruntukannya
19
1 Kategori-1 (2HRZE 4H3R3)
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru
1048707 Pasien baru TB paru BTA positif
1048707 Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif
1048707 Pasien TB ekstra paru
Tabel 22 Dosis untuk paduan OAT KDT untuk Kategori 1
Berat Badan
Tahap Intensif
tiap hari selama 56 hari
RHZE (15075400275)
Tahap Lanjutan
3 kali seminggu selama 16 minggu
RH (150150)
30-37 kg 2 tablet 4 KDT 2 tablet 4 KDT38-54 kg 3 tablet 4 KDT 3 tablet 4 KDT55-70 kg 4 tablet 4 KDT 4 tablet 4 KDTge 71 kg 5 tablet 4 KDT 5 tablet 4 KDT
2 Kategori -2 (2HRZES HRZE 5H3R3E3)
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya
1048707 Pasien kambuh
1048707 Pasien gagal
1048707 Pasien dengan pengobatan setelah default (terputus)
Tabel 23 Dosis untuk paduan OAT KDT Kategori 2
Berat Badan
Tahap Intensif
tiap hari
RHZE (15075400275) + S
Tahap Lanjutan
3 kali seminggu
RH (150150) + E (275)
Selama 56 hari Selama 28 hari Selama 20 minggu
30-37 kg 2 tablet 4 KDT + 500 mg Streptomisin inj
2 tablet 4 KDT 2 tablet 4 KDT+ 2 tab Etambutol
38-54 kg 3 tablet 4 KDT +750 mg Streptomisin inj
3 tablet 4 KDT 3 tablet 4 KDT+ 3 tab Etambutol
55-70 kg 4 tablet 4 KDT +1000 mg Streptomisin inj
4 tablet 4 KDT 4 tablet 4 KDT+ 4 tab Etambutol
ge 71 kg 5 tablet 4 KDT +1000 mg Streptomisin inj
5 tablet 4 KDT 5 tablet 4 KDT+ 5 tab Etambutol
Catatan
20
Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal untuk streptomisin adalah
500mg tanpa memperhatikan berat badan
Untuk perempuan hamil lihat pengobatan TB dalam keadaan khusus
Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan menambahkan aquabidest
sebanyak 37ml sehingga menjadi 4ml (1ml = 250mg)
3 OAT Sisipan (HRZE)
Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap intensif kategori 1 yang
diberikan selama sebulan (28 hari)
Tabel 24 Dosis KDT untuk Sisipan
Berat Badan Tahap Intensif tiap hari selama 28 hari
RHZE (15075400275)
30-37 kg 2 tablet 4 KDT38-54 kg 3 tablet 4 KDT55-70 kg 4 tablet 4 KDTge 71 kg 5 tablet 4 KDT
Penggunaan OAT lapis kedua misalnya golongan aminoglikosida (misalnya
kanamisin) dan golongan kuinolon tidak dianjurkan diberikan kepada pasien baru tanpa indikasi
yang jelas karena potensi obat tersebut jauh lebih rendah daripada OAT lapis pertama Di
samping itu dapat juga meningkatkan terjadinya risiko resistensi pada OAT lapis kedua
2111 Alur Diagnostik TB 9
21Suspek TB Paru
2112 Evaluasi Pengobatan
22
Pemeriksaan dahak mikroskopis (SPS = Sewaktu ndash Pagi ndash Sewaktu)
Hasil BTA+ - -
Hasil BTA- - -
Hasil BTA+ + ++ + +
Antibiotik Non-OAT
Tidak adaPerbaikan
Adaperbaikan
Pemeriksaan dahak mikroskopis
Foto toraks dan
Pertimbangan dokter
Hasil BTA+ + ++ + -+ _ _
Hasil BTA- - -
Foto toraks dan
Pertimbangan dokter
TB Bukan TB
Evaluasi Klinis
Biasanya pasien di control dalam 1 minggu pertama selanjutnya setiap 2 minggu
selama tahap intensif dan seterusnya sekali sebulan sampai akhir pengobatan
Secara klinis hendaknya terdapat perbaikan keluhan pasien seperti batuk yang
berkurang tidak ada batuk darah nafsu makan bertambah dan ada peningkatan
berat badan
Evaluasi Bakteriologis
Pemeriksaan dahak untuk menilai keberadaan kuman Biasanya setelah 2-3
minggu perngobatan sputum BTA mulai negatif Pemeriksaan control sputum
dilakukan sekali sebulan Bagi penderita dengan BTA positif setelah tahap
intensif akan mendapatkan pengobatan ulang Bila sudah negatif sputum
diperiksa tiga kali berturut-turut dan harus dikontrol agar tidak terjadi ldquosilent
bacterial sheddingrdquo yaitu terdapat sputum BTA positif tanpa disertai keluhan-
keluhan TB yang relevan
Evaluasi Radiologis
Evaluasi radiologis juga diperlukan untuk melihat kemajuan terapi Dengan
pemeriksaan radiologis dapat dilihat keadaan TB parunya atau adanya penyakit
lain yang menyertai Evaluasi foto dada dilakukan tiap 3 bulan sekali 10
2113 Efek Samping OAT
Sebagian besar penderita TB paru dapat menyelesaikan pengobatan tanpa
efek samping Namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping Oleh karena
itu pemantauan kemungkinan terjadinya efek samping sangat penting dilakukan
selama pengobatan Pemantauan dilakukan dengan cara menjelaskan kepada
penderita tanda-tanda efek samping dan menanyakan adanya gejala efek samping
pada waktu penderita mengambil OAT 8
Efek samping ringan dari OAT seperti tidak ada nafsu makanmual sakit
perut nyeri sendi kesemutan sampai dengan rasa terbakar di kaki dan warna
kemerahan pada air seni Efek samping berat dari OAT misalnya gatal dan
kemerahan kulit tuli gangguan keseimbanagn ikterus tanpa penyebab lain
bingung dan muntah-muntah gangguan penglihatan purpura dan syok 8
22 Strategi DOTS
23
Strategi DOTS adalah strategi penanggulaan TB paru nasional yang telah
direkomendasikan oleh WHO yang dimulai pelaksanaannya di Indonesia pada tahun
19951996 Sebelum pelaksanaan strategi DOTS (1969-1994) angka kesembutah TB
paru yang dapat dicapai oleh program hanya 40-60 saja Dengan strategi DOTS
diharapkan angka kesembuhan dapat dicapai minimal 85 dari penderita TB paru
BTA positif yang di temukan 11
Prinsip DOTS adalah mendekatkan pelayanan pengobatan terhadap
penderita agar secara langsung dapat mengawasi keteraturan menelan obat dan
melakukan pelacakan bila penderita tidak datang mengambil obat sesuai dengan yang
ditetapkan
Kalau diurai dari kata-katanya pengertian DOTS dapat dimulai dengan
keharusan setiap pengelola program TB intuk member direct attention dalam usaha
menemukan penderita Dalam bahasa lain ini diterjemahkan menjadi deteksi kasus
dengan pemeriksaan mikroskopik kendati sebenarnya pengertiannya dapat diperluas
dengan keharusan untuk mendeteksi kasus secara baik dan akurat Kemudian setiap
pasien harus di- observed dalam memakan obatnya setiap obat yang di telan pasien
harus di depan seorang pengawas Selain itu tentunya pasien harus menerima
treatment yang tertata dalam system pengelolaan distribusi dan penyediaan obat
secara baik Kemudian setiap pasien harus mendapat obat yang baik artinya
pengobatan short course standart yang telah terbukti ampuh secara klinik
Akhirnya harus ada dukungan dari pemerinyah yang membuat program
penanggulangan TB mendapat prioritas yang tinggi dalam pelayanan kesehatan 11
Strategi DOTS mempunyai lima komponen
1) Komitmen politits dari para pengambil keputusan termasuk dukungan dana
2) Diagnosa TB dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopik
3) Pengobatan dengan panduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) jangka pendek
dengan pengawasan langsung oleh pengawas Menelan Obat (PMO)
4) Kesinambungan perssediaan OAT jangka pendek dengan mutu terjamin
5) Pencatatan dan pelaporan secraa baku untuk memudahkan pemantauan dan
evaluasi program penanggulangan TB
23 Konsep Perilaku
24
Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor baik faktor internal
( dari dalam diri manusia ) maupun faktor eksternal ( dari luar diri manusia ) Faktor
internal ini terdiri dari faktor fisik dan psikis Faktor eksternal terdiri dari berbagai
faktor antara lain sosial budaya masyarakat lingkungan fisik politik ekonomi
pendidikan dan sebagainnya Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi
kesehatan baik individu kelompok maupun masyarakat dikelompokkan menjadi
empat ( Blum 1974 )
Konsep Blum menjelaskan bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh
1) Lingkungan yang mencakup lingkungan fisik sosial budaya politik ekonomi
dan sebagainnya
2) Perilaku
3) Pelayanan kesehatan
4) Keturunan ( hereditas )
Perilaku merupakan factor terbesar kedua setelah factor lingkungan yang
mempengaruhi derajat kesehatan Oleh sebab itu dalam rangka membina dan
meningkatkan kesehatan masyarakat maka intervensi atau upaya yang di tujukan
kepada faktor erilaku ini sangat strategis
Menurut Green perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama yakni 12
1) Faktor predisposisi ( predisposing factor )
Faktor ini mencakup pengetahuan sikap dan masyarakat terhadap kesehatan
tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
kesehatan sistem nilai yang dinut masyarakat tingkat pendidikan tingkat sosial
ekonomi dan sebagainya
2) Faktor Pemungkin ( Enabling factor )
Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan
bagi masyarakat misalnya air bersih tempat pembuangan tinja ketersediaan
makanan yang bergizi dan sebagainnya termasuk juga fasilitas kesehatan
seperti puskesmas rumah sakit posyandu dokter atau bidan praktek swasta dan
sebagainnya
3) Faktor penguat ( reinforcing factor )
25
Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat tokoh agama
sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan Termasuk juga di
sini undang-undang peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah
daerah yang terkait dengan kesehatan
Tim kerja dari WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang
berperilaku tertentu dikarenakan 4 ( empat ) alasan pokok yaitu
1) Pemikiran dan perasaan ( Thoughts and feeling )
Yakni dalam bentuk pengetahuan kepercayaan dan sikap Pengetahuan di
peroleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain sedangkan
kepercayaan biasanya diperoleh dari orang tua kakek atau nenek Seseorang
menerima kepercayaan itu berdasarkan keyankinan dan tanpa adanya pembuktian
terlebih dahulu Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap
objek dan seringnya diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang
lain yang paling dekat
2) Karakteristik Pendukung (enabling characteristics)
Karakteristik ini mencerminkan bahwa meskipun mempunyai predisposisi untuk
menggunakan pelayanan kesehatan ia tak akan bertindak menggunakannya
kecuali bial ia mampu menggunakannya Penggunaan pelayanan kesehatan yang
ada tergantung kepada kemampuan konsumen untuk membayar
3) Karakteristik kebutuhan (need characteristics)
Faktor predisposisi dan factor yang memungkinkan untuk mencari pengobatan
dapat terwujud di dalam tindakan apabila itu dirasakan sebagai kebutuhanDengan
kata lain kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan
pelayanan kesehatan bila mana tingkat predisposisi dan enabling itu ada
Kebutuhan (need) disisni di bagi menjadi dua ketegori dirasa atau preceived
( subject assessment) dan evaluated ( clinical diagnosis )
Menurut Skinner perilaku kesehatan adalah suatu respons
seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan
26
penyakit system pelayanan kesehatan makanan dan minimum serta lingkungan
Dari batasan ini perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 ( tiga)
kelompok yakni
1) Perilaku pemeliharaan kesehatan ( health maintenance)
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga
kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit Oleh
sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3(tiga) aspek yaitu
a Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit serta
pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit
b Perilaku peningkatan kesehatan apabila seseorang dalam keadaan sehat
c Perilaku gizi Makanan dan minimum dapat meningkatkan kesehatan
seseorang bahkan dapat mendatangkan penyakit Hal ini sangat tergantung
pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut
2) Perilaku pencarian pengobatan ( health behavior )
Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat
menderita penyakit dan atau kecelakaan Tindakan atau perilaku ini dimulai dari
mengobati sendiri ( self treatment) sampai mencari pengobatan keluar negeri
3) Perilaku kesehatan lingkungan
Adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan baik lingkungan fisik
maupun social budaya dan sebagainnya sehingga lingkungan tersebut tidak
mempengaruhi kesehatannya Dengan perkataan lain bagaimana seseorang
mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri
keluarga atau mesyarakatnya 12
24 Kepatuhan Berobat
Kepatuhan berasal dari kata ldquo patuh ldquo yang berarti taat suka menuruti
disiplin Kepatuhan menurut Trostle adalah tingkat perilaku penderita dalam
mengambil suatu tindakan pengobatan misalnya dalam menentukan kebiasaan
hidup sehat dan ketetapan berobat Dalam pengobatan seseorang dikatakan tidak
27
patuh apabila orang tersebut melalaikan kewajibannya berobat sehingga dapat
mengakibatkan terhalangnya kesembuhan 13
Menurut Sacket kepatuhan pasien adalah sejauh mana perilaku pasien
sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh professional kesehatan 14
Menurut Sarafino secara umum ketidaktaatan meningkatkan risiko
berkembangnya masalah kesehatan atau memperpanjang atau memperburuk
kesakitan yang sedang di derita Perkiraan yang ada menyatakan bahwa 20 jumlah
opname di rumah sakit merupakan akibat dari ketidaktaatan pasien terhadap aturan
pengobatan Faktor yang mempengaruhi kepatuhan seseorang dalam berobat yaitu
faktor petugas faktor obat dan faktor penderita Karakteristik petugas yang
mempengaruhi kepatuhan antara lain jenis petugas tingkat pengetahuan lamanya
bekerja frekuensi penyuluhan yang dilakukan Faktor obat yang mempengaruhi
kepatuhan adalah pengobatan yang sulit dilakukan tidak menunjukkan kea rah
penyembuhan waktu yang lama adanya efek samping obat Faktor penderita yang
menyebabkan ketidakpatuhan adalah umur jenis kelamin pekerjaan anggota
keluarga saudara atau teman khusus 15
25 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan
Faktor-faktor yang mempengaruhi katidakpatuhan dapat digolongkan
menjadi empat bagian yaitu
1 Pemahaman tentang Instruksi
Tak seorang pun mematuhi instruksi jika ia salah paham tentang instruksi yang
diberikan kepadanyaLey dan Spelman (Ester 2000 ) Menemukan bahwa lebih
dari 60 yang diwawancarai setelah bertemu dengan dokter salah mengerti
tentang instruksi yang diberikan pada mereka kadang-kadang hal ini disebabkan
oleh kegagalan professional kesehatan dalam memberikan informasi yang
lengkap penggunaan istilah-istilah medis dan mbanyak memberikan instruksi
yang harus diingat oleh pasien
28
Pendekatan praktis untuk meningkatkan kepatuhan pasien ditemukan oleh
Dinicola dan Dimatteo yaitu
a) Buat instruksi tertulis yang jelas dan mudah diinterpretasikan
b) Berikan informasi tentang pengobatan sebelum menjelaskan hal-hal lain
c) Jika seseorang diberikan suatu daftar tertulis tenang hal-hal yang harus
diingat maka aka nada efek ldquokeunggulanrdquoyaitu mereka brusaha mengingat
hal-hal yang pertama kali ditulis
d) Insruksi-instruksi harus ditulis dengan bahasa umum ( Non medis ) dan hal-
hal yang perlu ditekankan 14
2 Kualitas Interaksi
Kualitas interaksi antara profrsional kesehatan dan pasien merupakan bagian yang
penting dalam menentukan derajat kepatuhan Meningkatkan interaksi
professional kesehatan dengan pasien adalah suatu hal penting untuk memberikan
umpan balik pada pasien setelah memperoleh informasi tentang diagnosis Pasien
membutuhkan penjelasan tentang kondisinya saat ini apa penyebabnya dan apa
yang dapat mereka lakukan dengan kondisi seperti itu
3 Isolasi sosial dan keluarga
Keluarga dapat menjadi factor yang sangat berpengaruh dalam menentukan
keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga menentukan tentang
program pengobatan yang dapat mereka terima Keluarga juga member dukungan
dan membuat keputusan mengenai perawatan dari anggota keluarga yang sakit
4 Keyakinan Sikap Kepribadian
Ahli psikologis telah menyelidiki tentang hubungan antar pengukuran-
pengukuran kepribadian dan kepatuhan Mereka menemukan bahwa data
kepribadian secara benar dibedakan antar orang yang putih drngan orang yang
gagal Orang-orang yang tidak patuh adalah orang-orang yang lebih mengalami
depresi anxietas sangat memperhatikan kesehatannya memiliki kekuatan ego
29
yang lebih lemah dan kehidupan sosialnya lebih memusatkan perhatian pada
dirinya sendiri Blumenthal et al mengatakan bahwa ciri-ciri kepribadian yang
disebutkan diatas itu yang menyebabkan seseorang cenderung tidak patuh ( drop
out) dari program pengobatan 14
Menurut Schwart dan Griffin Faktor yang berhubungan dengan
ketidaktaan secara sejarah riset tentang ketaan pasien didasarkan atas pandangan
tradisional mengenai pasien sebagai penerima nasihat dokter yang pasif dan patuh
Pasien yang tidak taat dipandang sebagai orang yang lalai dan masalahnya dianggap
sebagai masalah control Riset berusah untuk mengidentifikasi kelompok-kelompok
pasien yang tidak patuh berdasarkan kelas sosioekonomi pendidikan umur dan
jenis kelamin Pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan sepanjang bawah
pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif seperti penggunaan buku-buku
dan kaset oleh pasien secara mandiri Usaha-usaha ini sedikit berhasil seorang dapat
menjadi tidak taat kalau situasinya memungkinkan Teori-teori yang lebih baru
menekannkan factor situasional dan pasien sebagai peserta yang aktif dalam proses
pengobatannya Perilaku ketaatan sering diartikan sebagai usaha pasien untuk
mengendalikan perilakunya bahkan jika hal tersebut bias menimbulkan resiko
mengenai kesehatannya 15
Macam-macam faktor yang berkaitan dengan ketidaktaatan disebutkan
a Ciri-ciri kesakitan dan cirri-ciri pengobatan
Menurut Dickson dkk perilaku ketaatan lebih rendah untuk penyakit kronis
(karena tidak ada akibat buruk yang segera dirasakan atau resiko yang jelas )
saran mengenai gaya hidup umum dan kebiasaan yang lama pengobatan yang
kompleks pengobatan dengan efek samping perilaku yang tidak pantas
Menurut Sarafino tingkat ketaaatan rata-rata minum obat utnuk menyenbuhkan
kesakitan akut dengan pengobatan jangka pendek adalah sekitar 78 Untuk
kesakita kronis dengan cara pengobatan jangaka panjang tingkat tersebut menurun
sampai 54
b Komunikasi antara Pasien dan Dokter
Berbagai aspek komunikasi antara pasien dan dokter mempengaruhi tingkat
ketidaktaan misalnya informasi dengan pengawasan yang kurang
30
ketidakpuasan terhadap aspek hubungan emosional dengan dokter ketidak
puasan terhadap pengobatan yang diberikan
c Variabel-variabel sosial
Hubungan antara dukungan sosial dengan ketaatan telah dipelajari Secara umum
orang-orang yang merasa mereka menerima penghiburan perhatian dan
pertolongan yang mereka butuhkan dari seseorang atau kelompok biasanya
cenderung lebih mudah mengikuti nasihat medis daripada pasien yang kurang
mendapat dukungan sosial Jelaslah bahwa keluarga memainkan peranan yang
sangat penting dalam pengelolaan medis misalnya penggunaan pengaruh
normative pada pasien yang mungkin mengakibatkan efek yang memudahkan
atau menghambat perilaku ketaatan
d Ciri-ciri Individual
Variabel-variabel demografis juga digunakan untuk meramalkan ketidaktaatan
sebagai contoh Di Amerika Serikat kaum wanita kaum kulit putih dan orang
tua cenderung mengikuti anjuran dokter 15
Dalam proses penyembuhan penderita TB Paru dapat diberikan obat anti-
TB (OAT) yang diminum secara teratur sampai selesai dengan pengawasan
yangketat Masa pemberian obat memang cukup lama yaitu 6-8 bulan secara terus
menerus sehingga dapat mencegah penularan kepada orang lain Oleh sebab itu para
penderita TB jika ingin sembuh harus minum obat secara teratur Tanpa adanya
keteraturan minum obat penyakit sulit disembuhkan Jika tidak teratur minum obat
penyakitnya sukar diobati kuman TB dalam tubuh akan berkembang semakin banyak
dan menyerang organ tubuh lain yang akan membutuhkan waktu lebih lama untuk
dapat sembuh
26 Pengawasan Menelan Obat (PMO) 9
Salah satu komponen DOTS adalah pengobatan paduan OAT jangka
pendek dengan pengawasan langsung Untuk menjamin keteraturan pengobatan
diperlukan seorang PMO
31
a Persyaratan PMO
bull Seseorang yang dikenal dipercaya dan disetujui baik oleh petugas kesehatan
maupun pasien selain itu harus disegani dan dihormati oleh pasien
bull Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien
bull Bersedia membantu pasien dengan sukarela
bull Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan pasien
b Siapa yang bisa menjadi PMO
Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan misalnya Bidan di Desa Perawat
Pekarya Sanitarian Juru Immunisasi dan lain lain Bila tidak ada petugas
kesehatan yang memungkinkan PMO dapat berasal dari kader kesehatan guru
anggota PPTI PKK atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga
c Tugas seorang PMO
bull Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai
pengobatan
bull Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur
bull Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah
ditentukan
bull Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai gejala-
gejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke Unit Pelayanan
Kesehatan
Tugas seorang PMO bukanlah untuk mengganti kewajiban pasien mengambil
obatdari unit pelayanan kesehatan
d Informasi penting yang perlu dipahami PMO untuk disampaikan kepada pasien dan
keluarganya
bull TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur
32
bull TB bukan penyakit keturunan atau kutukan
bull Cara penularan TB gejala-gejala yang mencurigakan dan cara pencegahannya
bull Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan)
bull Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur
bull Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera meminta
pertolongan ke UPK
27 Penanggulangan TB 16
Rencana Global Penanggulangan TB
Rencana Global 2006-2015 mencakup enam elemen utama dalam strategi baru Stop
TB ndashWHO yang terdiri dari
1 Memperluas dan meningkatkan ekspansi DOTS yang berkualitas meningkatkan
penemuan kasus dan kesembuhan melalui pendekatan yangterfokus pada penderita
agar pelayanan DOTS yang berkualitas dapat menjangkau seluruh penderita
khususnya kelompok masyarakat yang miskin dan rentan
2 Menghadapi tantangan TBHIV MDR-TB dan tantangan lainnya dengan cara
meningkatkan kolaborasi TBHIV DOTS-Plus dan pendekatan lainnya
3 Berkontribusi dalam memperkuat sistem kesehatan melalui kerjasama dengan
berbagai program dan pelayanan kesehatan lainnya misalnya dalam memobilisasi
sumber daya manusia dan finansial untuk implementasi dan mengevaluasi
hasilnyaserta pertukaran informasi dalam keberhasilan pencapaian dalam program
penanggulangan TB
33
4 Melibatkan seluruh penyedia pelayanan kesehatan pemerintah lembaga swadaya
masyarakat (LSM) dan swasta dengan cara memperluas pendekatan berbasis
public-private mix (PPM) dengan menggunakan ISTC
5 Melibatkan penderita TB dan masyarakat untuk memberikan kontribusi dalam
penyediaan pelayanan yang efektif Hal ini meliputi perluasan pelayanan TB di
masyarakat menciptakan kebutuhan masyarakat akan pelayanan TB advokasi
yang spesifik komunikasi dan mobilisasi sosial serta mendukung pengembangan
piagam pasien TB dalam masyarakat dan
6 Memberdayakan dan meningkatkan penelitian operasional
28 Kerangka Konsep
Variabel Independent Variabel dependent
Karakteristik Individu
1Umur
2Jenis kelamin
3Pendidikan
4Pekerjaan
5Pengetahuan
6Efek samping OAT
7Tingkat kepatuhan
penderita dalam
pengobatan
Kesembuhan
34
Penderita TB paru
Faktor Pelayanan
kesehatan
1 Ketersediaan OAT
2 Sikap petugas kesehatan
3 LokasiJarak
4 Penyuluhan kesehatan
5 Kunjungan rumah
Faktor Peran PMO
Gambar Kerangka Konsep Penelitian
Definisi Konsep
1 Karakteristik individu adalah hal-hal yang melekat dalam diri penderita TB paru yang
mempengaruhi tingkat kapetuhan dalam melaksanakan program pengobatan dengan
strategi DOTS yang membedakan seseorang dengan yang lainnya meliputi umur jenis
kelamin pendidikan pekerjaan pengetahuan efek samping OAT tingkat kepatuhan
penderita dalam pengobatan
2 Faktor pelayanan kesehatan adalah penilaian dari penderita TB paru terhadap upaya yang
diselenggarakan oleh unit pelayanan kesehatan untuk menangani penderita TB paru
meliputi Ketersediaan OATsikap petugas kesehatan lokasijarak penyuluhan
kesehatan dan kunjungan rumah
3 Faktor Peran PMO ( Pengawasan Menelan Obat ) adalah penilaian dari penderita TB paru
terhadap hal-hal yang menjadi tugas dari seseorang pengawas menelan obat yang
mempengaruhi tingkat kepatuhan penderita TB paru dalam melaksanakan pengobatan
meliputi penyuluhan member dorongan meningkatkan dan mengawasi
35
4 Kesembuhan adalah pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan
pemeriksaan ulang dahak (follow up) menunjukkan hasil BTA negatif
29 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konsep di atas maka hipotesis penelitian ini adalah
1) Ada pengaruh karakteristik individu terhadap kesembuhan penderita TB paru
dalam pengobatan
2) Ada pengaruh pelayanan kesehatan terhadap kesembuhan penderita TB paru
dalam pengobatan
3) Ada pengaruh PMO terhadap kesembuhan penderita TB paru dalam pengobatan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
31 Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional yang
bertujuan untuk menjelaskan pengaruh karakteristik individu faktor pelayanan
kesehatan dan faktor Pengawas Menelan Obat (PMO) terhadap kesembuhan
penderita TB Paru dalam melaksanakan pengobatan di Puskesmas Grogol Petamburan
tahun 2011
32 Tempat dan Waktu Penelitian
36
Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Grogol Petamburan pada bulan
Januari sampai Februari tahun 2012
33 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang
sedang menjalankan pengobatan TB di Puskesmas Grogol
Petamburan mulai bulan OktobeR
34 Keriteria Inklusi dan Eksklusi
341 Keriteria Inklusi
342 Keriteria Eksklusi
35 Sampel
351 Besar Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang
mengikuti pengobatan dengan strategi DOTS di Puskesmas yang pada saat penelitian
sedang menjalani pengobatan dan seluruh penderita TB yang telah mendapat
pengobatan selama 6 bulan atau sedang dalam tahap lanjutan
Keterangan
n1 = Jumlah sampel minimal
37
n2 = Jumlah sampel ditambah substitusi 10 (substitusi adalah persen responden
yang mungkin drop out)
Z = Tingkat batas kepercayaan dengan = 5
Didapat Z pada kurva normal = 196
p = Proporsi variabel yang diteliti yaitu besarnya presentasi 50 )
q = 1 - p
L = Derajat kesalahan yang masih dapat diterima adalah 10
Berdasarkan rumus di atas didapatkan angka sebagai berikut
( Z )2 p q ( 196 )2 0505
n1 = ----------------- = ------------------------------ = 9604
L2 ( 01 )2
n2 = n1 + ( 10 n1 )
= 9604 + ( 10 9604)
= 9604 + 9604
= 10564 Dibulatkan 106
352 Teknik Pengambilan Sampel
36 Identifikasi Variabel
1 Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kesembuhan tb paru
2 Variabel independen adalah umur jenis kelamin pendidikan pekerjaan
pengetahuan efek samping OAT dan tingkat kepahuhan dari penderita TB
Selain itu faktor dari pelayanan kesehatan dan PMO juga ikut berperan
37 Cara Kerja
1 Membuat proposal penelitian tentang hubungan antara tingkat kepatuhan minum
OAT dengan tingkat kesembuhan penyakit TB di Puskesmas Kecamatan Grogol
Petamburan
38
2 Pengumpulan data sekunder dari Puskesmas Grogol Petamburan
3 Melakukan kunjungan ke rumah-rumah sampel di daerah RT terpilih untuk
pengumpulan data primer dengan memakai kuesioner dan wawancara responden
4 Data-data yang telah dikumpulkan akan dilakukan pengolahan berupa proses
editing verifikasi dan koding Selanjutnya dimasukkan dan diolah dengan
menggunakan program computer yaitu program SPSS
5 Terhadap data yang telah diolah kemudian dilakukan analisis sesuai dengan cara
uji statistik menggunakanhelliphellip Data diinterpretasi secara deskriptif korelatif
antar variabel ndash variabel yang telah ditentukan dan disajikan dalam bentuk
tekstular dan tabular
6 Hasil dari penelitian akan disusun dalam bentuk pelaporan penelitian yang
selanjutnya akan di presentasikan di hadapan staf pengajar program pendidikan
Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida
Wacana (FK UKRIDA) dalam forum pendidikan Ilmu Kedokteran Komunitas
Fakultas Kedokteran UKRIDA
38 Manajemen Data
381 Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder yaitu
1 Data primer diperoleh dengan wawancara langsung kepada penderita TB paru
dan petugas kesehatan program penanggulangan TB Paru yang berpedoman pada
kuisioner penelitian yang telah ditetapkan dam melakukan cross check
2 Data sekunder diperoleh dari laporan pelaksanaan program penanggulangan TB
Paru di Puskesmas kartu pengobatan TBC (formulir TB 01) dan Formulir
Permohonan Laboratorium TBC Untik Pemeriksaan Dahak (formulir TB 05)
382 Pengolahan Data
39
Aspek pengukuran
Aspek pengukuran variable bebas
Karakteristik individu
Aspek pengukuran variable karakteristik individu dapat dilihat pada tabel 31
Table 31 Aspek Pengukuran Variabel Karakteristik Individu
Karakteristik
individu
Kategori Skala Bobot nilai
Umur a 15-24 tahun
b 25-49 tahun
c gt 50 tahun
rasio
Jenis kelamin a Laki-laki
b Perempuan
Tingkat
pendidikan
a Tidak tamat SD
b SD
c SLTP
d SLTA
e Sarjana S1
Pekerjaan a Bekerja
b Tidak bekerja
Pengetahuan a Baik
b Sedang
c Bururk
Efek samping
OAT
a Ada
b Tidan ada
Faktor pelayanan kesehatan
Pengukuran faktor pelanan kesehatan meliputi ketersediaan OAT yang
diukur adalah yang diukur dengan 2 pertanyaan sikap petugas kesehatan diukur
dengan 8 pertanyaan lokasi jarak diukur dengan 3 pertanyaan penyuluhan kesehatan
diukur dengan 6 pertanyaan dan kunjungan rumah diukur dengan 2 pertanyaan
40
berdasarkan jawaban yang diberikan responden selanjutnya dikelompokkan menjadi
tiga (3) yaitu
a Baik jika faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan
penilaian yang baik karena kebutuhan yang diinginkan debagian besarnya
terpenuhi (nilai gt32)
b Sedang bila faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan
penilaian yang kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan responden hanay
sebagian saja yang terpenuhi (nilainya 17-32)
c Buruk bila faktor pelayanan pelayanan kesehatan yang diterima responden
menimbulkan penilaian yang tidak baik karena kebutuhan yang diinginka
responden sebagian besar tidak dipenuhi (nilainya lt17)
Faktor Pengawas Menelan Obat (PMO)
Faktor Pengawas Menelan Obat diukur dengan 5 pertanyaan yang
selanjutnya dibedakan atas 3 kategori yaitu
a Baik bila semua tugas yang diterima responden terlaksana dengan baik yaitu
mengawasi memberikan dorongan mengingatkan dan memberikan penyuluhan
(nilainya gt11)
b Sedang bila tugas PMO yang diterima responden sebagian saja yang terpenuhi
(nilainya 6-11)
c Buruk bila tugas PMO yang diterima responden tidak terlaksana dengan baik
(nilainya lt 6)
Aspek Pengukuran Variabel Terikan
Kepatuhan Pengobatan TB Paru
41
Aspek Pengukuran Variabel ini menggunakan skala interval yang diukur berdasarkan
tiga (3) kategori yaitu
Patuh apabila responden selalu menelan obat sesuai ketentuan petugas kesehatan
yaitu setiap hari pada tahap awal tiga kali seminggu pada tahap lanjutan dan
mengambil obat serta memeriksakan dahak sesuai jadwal dan menaati nasihat dari
petugas kesehatan ( bobot 3 )
Kurang patuh jika responden kadang-kadang menelan obat sesuai ketentuan
petugas kesehatan atau responden tidak menelan obat 2-8 minggu selama tahap
pengobatan lanjutan dan tidak memerisakan dahak sesuai jadwal yang telah
ditetapkan dan tidak selalu menaati nasihat dari petugas kesehatan (bobot 2 )
Tidak patuh jika responden tidak menelan obat sesuai ketentuan petugas
kesehatan atau responden tidak menelan obat lebih dari 8 minggu selama tahap
pengobatan lanjutan dan tidak mengambil obat serta tidak memeriksakan dahak
sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan tidak menaati nasihat petugas kesehatan
(bobot 1)
383 Penyajian Data
384 Analisis Data
385 Interpretasi Data
386 Pelaporan Data
39 Definisi Operasional
1 Umur adalah usia responden saat penelitian berdasarkan ulang tahun terakhir yang
dibedakan atas 3 (tiga) kategori berdasarkna Badan Pusat Statistik Kota Medan
42
tahun 2008 yaitu 1) orang muda 25-24 tahun 2) dewasa 24-49 tahun 3) orang
tua gt 50 tahun
2 Jenis kelamin adalah suatu karakteristik responden yang dibedakan identitasnya
dari laki-laki dan perempuan
3 Pendidikan adalah jenjang pendidikannyang berhasil ditamatkan responden yang
dibedakan atas tidak tamat SD SD SLTP SLTA Akademi Sarjana
4 Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh responden sebagai
pendapatan utama yang dibedakan atas kerja dan tidak bekerja
5 Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai penyakit
TB paru
6 Efek samping OAT adalah gejala keluhan yang diderita responden akiba menelan
OAT selama pengobatan
7 Ketersdediaan OAT adalah pandangan responden terhadap kondisi OAT
diperoleh dari puskesmas meliputi kecukupan jumlah OAT dan dan kualitasnya
8 Sikap petugas kesehatan adalah penilaian responden terhadap reaksi petugas
kesehatan kepada responden selama mereka menjalanin pengobatan
9 Lokasi jarak adalah pandangan responden tentang lama perjalanan dari tempat
tinggal responden ke Puskesmas yang diukur dengan jarak sarana transportasi
10 Penyuluhan kesehatan adalah pandangan responden tentang kegiatan yang
dilakukan oleh petugas kesehatan sehubungan dengan pengobatan TB Paru untuk
mencapai suatu keadaan dimana pederita TB Paru dapat hidup lebih sehat
11 Kunjungan rumah adalah pandangan responden tentang kegiatan yang dilakukan
petugas kesehatan selama masa pengobatan ke rumah responden
12 Faktor peran Pengawas Minum Obat (PMO) adalah pandangan responden tentang
tugas yang dilakasanakan oleh seorang PMO meliputi penyuluhan
13 Kepatuhan berobat adalah ketaan responden dalam menelan obat mengambil
obat dan melakukan pemeriksaan dahak sesuai jadwal yang telah ditentukan dan
menaati segala nasehat dari petugas kesehatan
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
1) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta
2) Perkumpulan Pemberantasan TB Indonesia 2011 TB di Indonesia Peringkat Dunia
Jakarta Diakses melalui situs httpwwwpptiinfoindexphpcomponentcontentarticle46-
arsip-ppti141-tbc-di-indonesia-peringkat-5-dunia Diakses pada tanggal 23 Januari 2012
44
3) Depkes dan WHO 2008 Lembar Fakta Tuberkulosis Jakarta
4) Dirjen P2M amp PLP 1997 Pengawasan Menelan Obat (PMO) adalah DOTS ala Indonesia
Jakarta
5) Amirudin R 2006 Faktor Keberhasilan Konversi pada Penderita TB Paru di Puskesmas
Jongaya Tahun 2006 Laporan Penelitian FKM Unhas Makasar
6) Aditama Tjandra Y 1994 Tuberkulosis Paru Masalah dan Penanggulangnya UI Press
Jakarta
7) Aru W Bambang S Idrus A dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Tuberkulosis
Paru Edisi IV FKUI Jakarta 2006 998-1004
8) Depkes RI 2002 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta
9) Depkes RI 2006 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta
10) Subijakto Hubungan Pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Berobat
Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Proposal Skripsi Jakarta 2011 Diakses pada
tanggal 20 Januari 2012
11) Aditama Tjandra Y 2002 Tuberkulosis Diagnosis Terapi dan Masalahnya Yayasan IDI
Jakarta
12) Notoatmodjo Soekidjo 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Penerbit Rineka Cipta
Jakarta
13) Simamora Jojor 2004 Faktor yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Berobat Penderita TB
Paru di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2004 Tesis Pascasarjana USU Medan
14) Ester Monica 2000 Psikologi Kesehatan Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
15) Bart Smet 1994 Psikologi Kesehatan PT Grasindo Jakarta
16) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta
45
13 Tujuan Penelitian
131 Tujuan Umum
Mengetahui hungungan antara kepatuhan minum OAT dengan
kesembuhan TB Paru di Puskesmas Grogol Petamburan
132 Tujuan Khusus
1) Diketahuinya hubungan antara kesembuhan penyakit TB dengan
tingkat kepatuan penderita TB dalam meminum OAT
2) Diketahuinya besarnya masalah perilaku pada penderita TB terhadap
tingakt kepatuhannya berobat
3) Diketahuinya distribusi menurut umur tingkat pendidikan pekerjaan
dan pengetahuan terhadap tingkat kepatuhan penderita
14 Manfaat Penelitian
141 Manfaat Bagi Peneliti
1) Memperoleh pengalaman belajar dan pengetahuan dalam melakukan
penelitian
2) Meningkatkan kemampuan dalam berkomunikasi dengan masyarakat
3) Menerapkan dan mengembangkan ilmu yang telah dipelajari pada saat
kuliah
4) Mengembangkan daya nalar minat dan kemampuan dalam bidang
penelitian
5) Melatih bekerja sama dalam sebuah tim
5
142 Manfaat Bagi Perguruan Tinggi
1) Realisasi Tridarma perguruan tinggi dalam melaksanakan fungsi atau
tugas perguruan tinggi sebagai lembaga yang menyelenggarakan
pendidikan penelitian dan pengabdian masyarakat
2) Mewujudkan kampus Universitas Kristen Krida Wacana sebagai
masyarakat ilmiah dalam peran sertanya di bidang kesehatan
3) Meningkatkan saling pengertian dan kerjasama antar mahasiswa dan
staf pengajar
143 Manfaat Bagi Masyarakat
1) Sebagai masukan berupa hasil penelitian dan saran-saran yang
diharapkan dapat menjadi umpan balik positif bagi warga di wilayah
kerja Puskesmas Jelambar untuk dapat berperan serta
2) Sebagai bahan masukan dalam melakukan penyuluhan kesehatan
untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam melakukan
program pemberantasan penyakit TB paru
3) Sebagai bahan masukan dalam melakukan penelitian selanjutnya
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
21 Penyakit Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman TB (Mycobacterium tuberculosis) Sebagian besarkuman TB menyerang paru
tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya Tuberkulosis bukanlah penyakit
keturunan tetapi dapat ditularkan dari orang ke orang lain6
Kuman penyebab tuberkulosis ini ditemukan oleh seorang ilmuwan
Jerman yang bernama Robert Koch di tahun 1882 Hasil penemuannya ini dilaporkan
olehnya kepada masyarakat ilmiah pada tanggal 24 Maret 1882 Penemuan ini
merupakan peristiwa terbesar dalam perkembangan pengobatan tuberkulosis dan
tanggal 24 Maret setiap tahunnya sampai sekarang diperingati sebagai TB Day (hari
Tuberkulosis) 6
Kuman tuberkulosis berbentuk batang berukuran sangat kecil sehingga
hanya dapat dilihat di bawah mikroskop Panjangnya sekitar satu sampai empat
micron dan lebarnya antara 03 sampai 06 mikron Basil tuberkulosis akan tumbuh
secara optimal pada suhu sekitar 370C yang sesuai dengan tubuh manusia Untuk
berkembang biak basil ini melakukan pembelahan diri Jika dilihat dari struktur
kimianya basil ini tediri dari lemak dan protein6
Kuman tuberkulosis mempunyai sifat khusus yaitu tahan asam pada
pewarnaan sehingga disebut sebagai Basil Tahan Asam (BTA) Kuman TB akan mati
pada penyinaran dengan sinar matahari langsung Dalam jaringan tubuh kuman ini
bersifat dormant artinya kuman dapat tertidur lama selama beberapa tahun lalu dapat
aktif kembali jika keadaan memungkinkan6
7
211 Klasifikasi Tuberkulosis 9
Penentuan klasifikasi penyakit tuberkulosis memerlukan suatu lsquodefinisi kasusrsquo yang
meliputi empat hal yaitu
- Lokasi atau organ tubuh yang sakit paru atau ekstra paru
- Bakteriologi (hasil pemeriksaan dahak secara mikroskopis) BTA positif atau BTA
negatif
- Tingkat keparahan penyakit ringan atau berat
- Riwayat pengobatan TB sebelumnya baru atau sudah pernah diobati
bull Manfaat dan tujuan menentukan klasifikasi adalah
- menentukan paduan pengobatan yang sesuai
- registrasi kasus secara benar
- menentukan prioritas pengobatan TB BTA(+)
- analisis kohort hasil pengobatan
bull Beberapa istilah dalam definisi kasus
- Kasus TB Pasien TB yang telah dibuktikan secara mikroskopis atau didiagnosis
oleh dokter
- Kasus TB pasti (definitif) pasien dengan biakan positif untuk Mycobacterium
tuberculosis atau tidak ada fasilitas biakan sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen
dahak SPS hasilnya BTA positif
bull Kesesuaian paduan dan dosis pengobatan dengan kategori diagnostik sangat
diperlukan untuk
- menghindari terapi yang tidak adekuat (undertreatment) sehingga mencegah
timbulnya resistensi
- menghindari pengobatan yang tidak perlu (overtreatment) sehingga meningkatkan
pemakaian sumber-daya lebih biaya efektif (cost-effective)
- mengurangi efek samping
8
Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena
bull Tuberkulosis paru Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang
jaringan (parenkim) paru tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada
hilus
bull Tuberkulosis ekstra paru Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain
paru misalnya pleura selaput otak selaput jantung (pericardium) kelenjar lymfe
tulang persendian kulit usus ginjal saluran kencing alat kelamin dan lain-lain
Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis yaitu pada TB
Paru
bull Tuberkulosis paru BTA positif
- Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif
- 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada menunjukkan
gambaran tuberkulosis
- 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif
- 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS pada
pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah
pemberian antibiotika non OAT
bull Tuberkulosis paru BTA negatif
Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif
Kriteria diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi
- Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif
- Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis
- Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT
- Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan
9
Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan penyakit
bull TB paru BTA negatif foto toraks positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan
penyakitnya yaitu bentuk berat dan ringan Bentuk berat bila gambaran foto
toraks memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas (misalnya proses ldquofar
advancedrdquo) dan atau keadaan umum pasien buruk
bull TB ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya yaitu
- TB ekstra paru ringan misalnya TB kelenjar limfe pleuritis eksudativa
unilateral tulang (kecuali tulang belakang) sendi dan kelenjar adrenal
- TB ekstra-paru berat misalnya meningitis milier perikarditis peritonitis
pleuritis eksudativa bilateral TB tulang belakang TB usus TB saluran kemih
dan alat kelamin
Catatan
bull Bila seorang pasien TB paru juga mempunyai TB ekstra paru maka untuk
kepentingan pencatatan pasien tersebut harus dicatat sebagai pasien TB paru
bull Bila seorang pasien dengan TB ekstra paru pada beberapa organ maka dicatat
sebagai TB ekstra paru pada organ yang penyakitnya paling berat
10
212 Cara Penularan
Lingkungan hidup yang sangat padat dan pemukiman di wilayah perkotaan
kemungkinan besar telah mempermudah proses penularan dan berperan sekali atas
peningkatan jumlah kasus TB Proses terjadinya infeksi oleh Mycobacterium
tuberculosis biasanya secara inhalasi sehingga TB paru merupakan manifestasi klinis
yang paling sering dibandingkan dengan organ lain Penularan penyakit ini sebagian
besar melalui inhalasi basil yang mengandung droplet nuclei khususnya yang di
dapat dari pasien TB paru dengan batuk berdarah atau berdahak yang mengandung
basil tahan asam (BTA) Pada TB kulit atau jaringan lunak penularan bias melalui
inokulasi langsung Infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium bovis dapat
disebabkan oleh susu yang kurang disterilkan dengan baik atau terkontaminasi Sudah
dibuktikan bahwa lingkungan sosial ekonomi yang baik pengobatan yang teratur dan
pengawasan minum obat yang ketat dapat berhasil mengurangi angka morbiditas dan
mortalitas di Amerika selama tahun 1950-1960 7
Daya penularan dari seseorang penderita ditentukan oleh banyaknya
kuman yang dikeluarkan dari parunya Makin tinggi derajat positif hasil dari
pemeriksaan dahak makin menular penderita tersebut Bila pemeriksaan dahak
negatif (tidak terlihat kuman) maka penderita tersebut dianggap tidak menular
Kemungkinan seseorang terinfeksi TB paru ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam
udara dan lamanya menghirup udara tersebut 8
Perlu diketahui bahwa kuman TB tidak hanya keluar ketika penderita
batuk saja tetapi juga pada saat bernyanyi bersin atau bersiul Secara umum dapat
dikatakan bahwa penularan penyakit TB banyak bergantung dari beberapa factor
seperti jumlah kuman yang ada tingkat keganasan kuman dan daya tahan tubuh orang
yang tertular 6
213 Penemuan Penderita TB
Kegiatan penemuan pasien terdiri dari penjaringan suspek diagnosis
penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien Penemuan pasien merupakan langkah
pertama dalam kegiatan program penanggulangan TB Penemuan dan penyembuhan
11
pasien TB menular secara bermakna akan dapat menurunkan kesakitan dan kematian
akibat TB penularan TB di masyarakat dan sekaligus merupakan kegiatan
pencegahan penularan TB yang paling efektif di masyarakat9
Strategi penemuan 9
Penemuan pasien TB dilakukan secara pasif dengan promosi aktif Penjaringan
tersangka pasien dilakukan di unit pelayanan kesehatan didukung dengan
penyuluhan secara aktif baik oleh petugas kesehatan maupun masyarakat untuk
meningkatkan cakupan penemuan tersangka pasien TB
Pemeriksaan terhadap kontak pasien TB terutama mereka yang BTA positif yang
menunjukkan gejala sama harus diperiksa dahaknya
Penemuan secara aktif dari rumah ke rumah dianggap tidak cost efektif
214 Risiko Penularan 9
- Risiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan dahak Pasien TB
paru dengan BTA positif memberikan kemungkinan risiko penularan lebih besar
dari pasien TB paru dengan BTA negatif
- Risiko penularan setiap tahunnya di tunjukkan dengan Annual Risk of Tuberculosis
Infection (ARTI) yaitu proporsi penduduk yang berisiko terinfeksi TB selama satu
tahun ARTI sebesar 1 berarti 10 (sepuluh) orang diantara 1000 penduduk
terinfeksi setiap tahun ARTI di Indonesia bervariasi antara 1-3
- Infeksi TB dibuktikan dengan perubahan reaksi tuberkulin negatif menjadi positif
215 Gejala Klinis TB Paru
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu
atau lebih Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah
batuk darah sesak nafas badan lemas nafsu makan menurun berat badan menurun
12
malaise berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik demam meriang lebih dari satu
bulan9
Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain
tb seperti bronkiektasis bronkitis kronis asma kanker paru dan lain-lain Mengingat
prevalensi TB di Indonesia saat ini masih tinggi maka setiap orang yang datang ke
UPK dengan gejala tersebut diatas dianggap sebagai seorang tersangka (suspek)
pasien TB dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung9
216 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Tuberkulosis
Faktor ndash faktor yang mempengaruhi terhadap terjadinya TB antara lain
1 Harus ada sumber infeksi
Sumber infeksi dapat berasal dari penderita TB dengan BTA positif Penularan
dapat terjadi melalui dropet atau melalui pengunaan alat makan secara bergantian
tanpa dicuci yang digunakan oleh penderita TB dengan BTA positif tersebut
2 Jumlah basil penyebab harus cukup
Semakin banyak jumlah basil yang terhirup maka semakin besar kemungkinan
seseorang untuk mengidap TB
3 Virulensi yang tinggi dari basil TB
Apabila angka keaktifan kuman tinggi maka semakin cepat kuman TB
berkembang biak di dalam tubuh Selain itu masa inkubasi akan semakin cepat
4 Daya tahan tubuh yang rendah
Daya tahan tubuh yang menurun memungkinkan basil berkembang biak dan
menimbulkan penyakit tuberkulosis 10
217 Tipe Penderita TB Paru
Tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya Ada beberapa
tipe pasien yaitu
bull Kasus baru
13
Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan
OAT kurang dari satu bulan (4 minggu)
bull Kasus kambuh (Relaps)
Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan
tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap didiagnosis
kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur)
bull Kasus setelah putus berobat (Default )
Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA
positif
bull Kasus setelah gagal (failure)
Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi
positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan
bull Kasus Pindahan (Transfer In)
Adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki register TB lain untuk
melanjutkan pengobatannya
bull Kasus lain
Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas Dalam kelompok ini
termasuk Kasus Kronik yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif
setelah selesai pengobatan ulangan
Catatan
TB paru BTA negatif dan TB ekstra paru dapat juga mengalami kambuh gagal
default maupun menjadi kasus kronik Meskipun sangat jarang harus dibuktikan
secara patologik bakteriologik (biakan) radiologik dan pertimbangan medis
spesialistik9
218 Pemeriksaan Diagnostik
Untuk mengetahui adanya tuberkulosis dokter biasanya berpegang pada
tiga patokan utama Pertama hasil wawancaranya tentang keluhan pasien dan hasil
pemeriksaan yang dilakukan pada pasien yang disebut dengan anamnesis Kedua
14
hasil pemeriksaan laboratorium untuk menemukan adanya BTA pada spesimen
penderita
Pemeriksaan dahak mikroskopis 9
Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis menilai
keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan
Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis dilakukan dengan
mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang
berurutan berupa Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS)
S (sewaktu)
Dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung pertama kali Pada
saat pulang suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak pagi
pada hari kedua
P (Pagi)
Dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua segera setelah bangun tidur
Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di UPK
S (sewaktu)
Dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua saat menyerahkan dahak pagi
Adapun tujuan dari pemeriksaan dahak pada program penanggulangan TB
adalah
1 Menegakkan diagnosis dan menentukan tipe klasifikasi
2 Menilai kemajuan pengobatan
3 Menentukan tingkat penularan 8
Pemeriksaan ulang dahak untuk memantau kemajuan pengobatan
dilakukan pada
1 Akhir tahap intensif
15
Dilakukan seminggu sebelum akhir pengobatan penderita baru BTA positif
dengan kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-3 pengobatan ulang
penderita BTA positif kategori 2
2 Sebulan sebelum akhir pengobatan
Dilakukan seminggu sebelum akhir bulan ke-5 pengobatan penderita baru BTA
positif dengan kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-7 pengobatan
ulang penderita BTA positif dengan kategori 2
3 Akhir pengobatan
Dilakukan seminggu sebelum akhir bulan ke-6 pada penderita BTA positif dengan
kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-8 pengobatan ulang BTA positif
dengan kategori 2 8
Pemeriksaan dahak pada sebulan sebelum akhir pengobatan dan akhir
pengobatan bertujuan untuk menilai hasil pengobatan (apakah sembuh atau gagal)
219 Prinsip Pengobatan
Penatalaksanaan TB meliputi penemuan pasien dan pengobatan yang
dikelola dengan menggunakan strategi DOTS9
Tujuan utama pengobatan pasien TB adalah menurunkan angka kematian
dan kesakitan serta mencegah penularan dengan cara menyembuhkan pasien
Penatalaksanaan penyakit TB merupakan bagian dari surveilans penyakit tidak
sekedar memastikan pasien menelan obat sampai dinyatakan sembuh tetapi juga
berkaitan dengan pengelolaan sarana bantu yang dibutuhkan petugas yang terkait
pencatatan pelaporan evaluasi kegiatan dan rencana tindak lanjutnya9
Tabel 21 Jenis sifat dan dosis OAT
Dosis yang direkomendasikan (mgkg)
16
Jenis OAT Sifat Harian 3x seminggu
Isoniazid (H) Bakterisid 5
(4-6)
10
(8-12)
Rifampicin (R) Bakterisid 10
(8-12)
10
(8-12)
Pyrazinamide (Z) Bakterisid 25
(20-30)
35
(30-40)
Streptomycin (S) Bakterisid 15
(12-18)
15
(12-18)
Etambutol (E) Bakteriostatik 15
(15-20)
30
(20-35)
Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut 9
bull OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat dalam jumlah
cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan Jangan gunakan OAT
tunggal (monoterapi) Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT ndash KDT)
lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan
bull Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat dilakukan pengawasan langsung
(DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat
(PMO)
bull Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap yaitu tahap intensif dan lanjutan
Tahap awal (intensif) 9
- Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara
langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat
17
- Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat biasanya pasien
menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu
- Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2
bulan
Tahap Lanjutan 9
- Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit namun dalam jangka
waktu yang lebih lama
- Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah
terjadinya kekambuhan
2110 Panduan Penggunaan OAT di Indonesia9
Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis di Indonesia
- Kategori 1 2(HRZE)4(HR)3
- Kategori 2 2(HRZE)S(HRZE)5(HR)3E3
Disamping kedua kategori ini disediakan paduan obat sisipan (HRZE)
- Kategori Anak 2HRZ4HR
Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket
berupa obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT) sedangkan kategori anak sementara
ini disediakan dalam bentuk OAT kombipak
Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu
tablet Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien Paduan ini dikemas dalam
satu paket untuk satu pasien
Paket Kombipak
18
Terdiri dari obat lepas yang dikemas dalam satu paket yaitu Isoniasid
Rifampisin Pirazinamid dan Etambutol Paduan OAT ini disediakan program untuk
mengatasi pasien yang mengalami efek samping OAT KDT
Paduan OAT ini disediakan dalam bentuk paket dengan tujuan untuk
memudahkan pemberian obat dan menjamin kelangsungan (kontinuitas) pengobatan
sampai selesai
Satu (1) paket untuk satu (1) pasien dalam satu (1) masa pengobatan
KDT mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB
1 Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin efektifitas
obat dan mengurangi efek samping
2 Mencegah penggunaan obat tunggal sehinga menurunkan resiko terjadinya
resistensi obat ganda dan mengurangi kesalahan penulisan resep
3 Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat menjadi
sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien
Paduan OAT dan peruntukannya
19
1 Kategori-1 (2HRZE 4H3R3)
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru
1048707 Pasien baru TB paru BTA positif
1048707 Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif
1048707 Pasien TB ekstra paru
Tabel 22 Dosis untuk paduan OAT KDT untuk Kategori 1
Berat Badan
Tahap Intensif
tiap hari selama 56 hari
RHZE (15075400275)
Tahap Lanjutan
3 kali seminggu selama 16 minggu
RH (150150)
30-37 kg 2 tablet 4 KDT 2 tablet 4 KDT38-54 kg 3 tablet 4 KDT 3 tablet 4 KDT55-70 kg 4 tablet 4 KDT 4 tablet 4 KDTge 71 kg 5 tablet 4 KDT 5 tablet 4 KDT
2 Kategori -2 (2HRZES HRZE 5H3R3E3)
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya
1048707 Pasien kambuh
1048707 Pasien gagal
1048707 Pasien dengan pengobatan setelah default (terputus)
Tabel 23 Dosis untuk paduan OAT KDT Kategori 2
Berat Badan
Tahap Intensif
tiap hari
RHZE (15075400275) + S
Tahap Lanjutan
3 kali seminggu
RH (150150) + E (275)
Selama 56 hari Selama 28 hari Selama 20 minggu
30-37 kg 2 tablet 4 KDT + 500 mg Streptomisin inj
2 tablet 4 KDT 2 tablet 4 KDT+ 2 tab Etambutol
38-54 kg 3 tablet 4 KDT +750 mg Streptomisin inj
3 tablet 4 KDT 3 tablet 4 KDT+ 3 tab Etambutol
55-70 kg 4 tablet 4 KDT +1000 mg Streptomisin inj
4 tablet 4 KDT 4 tablet 4 KDT+ 4 tab Etambutol
ge 71 kg 5 tablet 4 KDT +1000 mg Streptomisin inj
5 tablet 4 KDT 5 tablet 4 KDT+ 5 tab Etambutol
Catatan
20
Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal untuk streptomisin adalah
500mg tanpa memperhatikan berat badan
Untuk perempuan hamil lihat pengobatan TB dalam keadaan khusus
Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan menambahkan aquabidest
sebanyak 37ml sehingga menjadi 4ml (1ml = 250mg)
3 OAT Sisipan (HRZE)
Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap intensif kategori 1 yang
diberikan selama sebulan (28 hari)
Tabel 24 Dosis KDT untuk Sisipan
Berat Badan Tahap Intensif tiap hari selama 28 hari
RHZE (15075400275)
30-37 kg 2 tablet 4 KDT38-54 kg 3 tablet 4 KDT55-70 kg 4 tablet 4 KDTge 71 kg 5 tablet 4 KDT
Penggunaan OAT lapis kedua misalnya golongan aminoglikosida (misalnya
kanamisin) dan golongan kuinolon tidak dianjurkan diberikan kepada pasien baru tanpa indikasi
yang jelas karena potensi obat tersebut jauh lebih rendah daripada OAT lapis pertama Di
samping itu dapat juga meningkatkan terjadinya risiko resistensi pada OAT lapis kedua
2111 Alur Diagnostik TB 9
21Suspek TB Paru
2112 Evaluasi Pengobatan
22
Pemeriksaan dahak mikroskopis (SPS = Sewaktu ndash Pagi ndash Sewaktu)
Hasil BTA+ - -
Hasil BTA- - -
Hasil BTA+ + ++ + +
Antibiotik Non-OAT
Tidak adaPerbaikan
Adaperbaikan
Pemeriksaan dahak mikroskopis
Foto toraks dan
Pertimbangan dokter
Hasil BTA+ + ++ + -+ _ _
Hasil BTA- - -
Foto toraks dan
Pertimbangan dokter
TB Bukan TB
Evaluasi Klinis
Biasanya pasien di control dalam 1 minggu pertama selanjutnya setiap 2 minggu
selama tahap intensif dan seterusnya sekali sebulan sampai akhir pengobatan
Secara klinis hendaknya terdapat perbaikan keluhan pasien seperti batuk yang
berkurang tidak ada batuk darah nafsu makan bertambah dan ada peningkatan
berat badan
Evaluasi Bakteriologis
Pemeriksaan dahak untuk menilai keberadaan kuman Biasanya setelah 2-3
minggu perngobatan sputum BTA mulai negatif Pemeriksaan control sputum
dilakukan sekali sebulan Bagi penderita dengan BTA positif setelah tahap
intensif akan mendapatkan pengobatan ulang Bila sudah negatif sputum
diperiksa tiga kali berturut-turut dan harus dikontrol agar tidak terjadi ldquosilent
bacterial sheddingrdquo yaitu terdapat sputum BTA positif tanpa disertai keluhan-
keluhan TB yang relevan
Evaluasi Radiologis
Evaluasi radiologis juga diperlukan untuk melihat kemajuan terapi Dengan
pemeriksaan radiologis dapat dilihat keadaan TB parunya atau adanya penyakit
lain yang menyertai Evaluasi foto dada dilakukan tiap 3 bulan sekali 10
2113 Efek Samping OAT
Sebagian besar penderita TB paru dapat menyelesaikan pengobatan tanpa
efek samping Namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping Oleh karena
itu pemantauan kemungkinan terjadinya efek samping sangat penting dilakukan
selama pengobatan Pemantauan dilakukan dengan cara menjelaskan kepada
penderita tanda-tanda efek samping dan menanyakan adanya gejala efek samping
pada waktu penderita mengambil OAT 8
Efek samping ringan dari OAT seperti tidak ada nafsu makanmual sakit
perut nyeri sendi kesemutan sampai dengan rasa terbakar di kaki dan warna
kemerahan pada air seni Efek samping berat dari OAT misalnya gatal dan
kemerahan kulit tuli gangguan keseimbanagn ikterus tanpa penyebab lain
bingung dan muntah-muntah gangguan penglihatan purpura dan syok 8
22 Strategi DOTS
23
Strategi DOTS adalah strategi penanggulaan TB paru nasional yang telah
direkomendasikan oleh WHO yang dimulai pelaksanaannya di Indonesia pada tahun
19951996 Sebelum pelaksanaan strategi DOTS (1969-1994) angka kesembutah TB
paru yang dapat dicapai oleh program hanya 40-60 saja Dengan strategi DOTS
diharapkan angka kesembuhan dapat dicapai minimal 85 dari penderita TB paru
BTA positif yang di temukan 11
Prinsip DOTS adalah mendekatkan pelayanan pengobatan terhadap
penderita agar secara langsung dapat mengawasi keteraturan menelan obat dan
melakukan pelacakan bila penderita tidak datang mengambil obat sesuai dengan yang
ditetapkan
Kalau diurai dari kata-katanya pengertian DOTS dapat dimulai dengan
keharusan setiap pengelola program TB intuk member direct attention dalam usaha
menemukan penderita Dalam bahasa lain ini diterjemahkan menjadi deteksi kasus
dengan pemeriksaan mikroskopik kendati sebenarnya pengertiannya dapat diperluas
dengan keharusan untuk mendeteksi kasus secara baik dan akurat Kemudian setiap
pasien harus di- observed dalam memakan obatnya setiap obat yang di telan pasien
harus di depan seorang pengawas Selain itu tentunya pasien harus menerima
treatment yang tertata dalam system pengelolaan distribusi dan penyediaan obat
secara baik Kemudian setiap pasien harus mendapat obat yang baik artinya
pengobatan short course standart yang telah terbukti ampuh secara klinik
Akhirnya harus ada dukungan dari pemerinyah yang membuat program
penanggulangan TB mendapat prioritas yang tinggi dalam pelayanan kesehatan 11
Strategi DOTS mempunyai lima komponen
1) Komitmen politits dari para pengambil keputusan termasuk dukungan dana
2) Diagnosa TB dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopik
3) Pengobatan dengan panduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) jangka pendek
dengan pengawasan langsung oleh pengawas Menelan Obat (PMO)
4) Kesinambungan perssediaan OAT jangka pendek dengan mutu terjamin
5) Pencatatan dan pelaporan secraa baku untuk memudahkan pemantauan dan
evaluasi program penanggulangan TB
23 Konsep Perilaku
24
Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor baik faktor internal
( dari dalam diri manusia ) maupun faktor eksternal ( dari luar diri manusia ) Faktor
internal ini terdiri dari faktor fisik dan psikis Faktor eksternal terdiri dari berbagai
faktor antara lain sosial budaya masyarakat lingkungan fisik politik ekonomi
pendidikan dan sebagainnya Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi
kesehatan baik individu kelompok maupun masyarakat dikelompokkan menjadi
empat ( Blum 1974 )
Konsep Blum menjelaskan bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh
1) Lingkungan yang mencakup lingkungan fisik sosial budaya politik ekonomi
dan sebagainnya
2) Perilaku
3) Pelayanan kesehatan
4) Keturunan ( hereditas )
Perilaku merupakan factor terbesar kedua setelah factor lingkungan yang
mempengaruhi derajat kesehatan Oleh sebab itu dalam rangka membina dan
meningkatkan kesehatan masyarakat maka intervensi atau upaya yang di tujukan
kepada faktor erilaku ini sangat strategis
Menurut Green perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama yakni 12
1) Faktor predisposisi ( predisposing factor )
Faktor ini mencakup pengetahuan sikap dan masyarakat terhadap kesehatan
tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
kesehatan sistem nilai yang dinut masyarakat tingkat pendidikan tingkat sosial
ekonomi dan sebagainya
2) Faktor Pemungkin ( Enabling factor )
Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan
bagi masyarakat misalnya air bersih tempat pembuangan tinja ketersediaan
makanan yang bergizi dan sebagainnya termasuk juga fasilitas kesehatan
seperti puskesmas rumah sakit posyandu dokter atau bidan praktek swasta dan
sebagainnya
3) Faktor penguat ( reinforcing factor )
25
Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat tokoh agama
sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan Termasuk juga di
sini undang-undang peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah
daerah yang terkait dengan kesehatan
Tim kerja dari WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang
berperilaku tertentu dikarenakan 4 ( empat ) alasan pokok yaitu
1) Pemikiran dan perasaan ( Thoughts and feeling )
Yakni dalam bentuk pengetahuan kepercayaan dan sikap Pengetahuan di
peroleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain sedangkan
kepercayaan biasanya diperoleh dari orang tua kakek atau nenek Seseorang
menerima kepercayaan itu berdasarkan keyankinan dan tanpa adanya pembuktian
terlebih dahulu Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap
objek dan seringnya diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang
lain yang paling dekat
2) Karakteristik Pendukung (enabling characteristics)
Karakteristik ini mencerminkan bahwa meskipun mempunyai predisposisi untuk
menggunakan pelayanan kesehatan ia tak akan bertindak menggunakannya
kecuali bial ia mampu menggunakannya Penggunaan pelayanan kesehatan yang
ada tergantung kepada kemampuan konsumen untuk membayar
3) Karakteristik kebutuhan (need characteristics)
Faktor predisposisi dan factor yang memungkinkan untuk mencari pengobatan
dapat terwujud di dalam tindakan apabila itu dirasakan sebagai kebutuhanDengan
kata lain kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan
pelayanan kesehatan bila mana tingkat predisposisi dan enabling itu ada
Kebutuhan (need) disisni di bagi menjadi dua ketegori dirasa atau preceived
( subject assessment) dan evaluated ( clinical diagnosis )
Menurut Skinner perilaku kesehatan adalah suatu respons
seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan
26
penyakit system pelayanan kesehatan makanan dan minimum serta lingkungan
Dari batasan ini perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 ( tiga)
kelompok yakni
1) Perilaku pemeliharaan kesehatan ( health maintenance)
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga
kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit Oleh
sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3(tiga) aspek yaitu
a Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit serta
pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit
b Perilaku peningkatan kesehatan apabila seseorang dalam keadaan sehat
c Perilaku gizi Makanan dan minimum dapat meningkatkan kesehatan
seseorang bahkan dapat mendatangkan penyakit Hal ini sangat tergantung
pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut
2) Perilaku pencarian pengobatan ( health behavior )
Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat
menderita penyakit dan atau kecelakaan Tindakan atau perilaku ini dimulai dari
mengobati sendiri ( self treatment) sampai mencari pengobatan keluar negeri
3) Perilaku kesehatan lingkungan
Adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan baik lingkungan fisik
maupun social budaya dan sebagainnya sehingga lingkungan tersebut tidak
mempengaruhi kesehatannya Dengan perkataan lain bagaimana seseorang
mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri
keluarga atau mesyarakatnya 12
24 Kepatuhan Berobat
Kepatuhan berasal dari kata ldquo patuh ldquo yang berarti taat suka menuruti
disiplin Kepatuhan menurut Trostle adalah tingkat perilaku penderita dalam
mengambil suatu tindakan pengobatan misalnya dalam menentukan kebiasaan
hidup sehat dan ketetapan berobat Dalam pengobatan seseorang dikatakan tidak
27
patuh apabila orang tersebut melalaikan kewajibannya berobat sehingga dapat
mengakibatkan terhalangnya kesembuhan 13
Menurut Sacket kepatuhan pasien adalah sejauh mana perilaku pasien
sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh professional kesehatan 14
Menurut Sarafino secara umum ketidaktaatan meningkatkan risiko
berkembangnya masalah kesehatan atau memperpanjang atau memperburuk
kesakitan yang sedang di derita Perkiraan yang ada menyatakan bahwa 20 jumlah
opname di rumah sakit merupakan akibat dari ketidaktaatan pasien terhadap aturan
pengobatan Faktor yang mempengaruhi kepatuhan seseorang dalam berobat yaitu
faktor petugas faktor obat dan faktor penderita Karakteristik petugas yang
mempengaruhi kepatuhan antara lain jenis petugas tingkat pengetahuan lamanya
bekerja frekuensi penyuluhan yang dilakukan Faktor obat yang mempengaruhi
kepatuhan adalah pengobatan yang sulit dilakukan tidak menunjukkan kea rah
penyembuhan waktu yang lama adanya efek samping obat Faktor penderita yang
menyebabkan ketidakpatuhan adalah umur jenis kelamin pekerjaan anggota
keluarga saudara atau teman khusus 15
25 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan
Faktor-faktor yang mempengaruhi katidakpatuhan dapat digolongkan
menjadi empat bagian yaitu
1 Pemahaman tentang Instruksi
Tak seorang pun mematuhi instruksi jika ia salah paham tentang instruksi yang
diberikan kepadanyaLey dan Spelman (Ester 2000 ) Menemukan bahwa lebih
dari 60 yang diwawancarai setelah bertemu dengan dokter salah mengerti
tentang instruksi yang diberikan pada mereka kadang-kadang hal ini disebabkan
oleh kegagalan professional kesehatan dalam memberikan informasi yang
lengkap penggunaan istilah-istilah medis dan mbanyak memberikan instruksi
yang harus diingat oleh pasien
28
Pendekatan praktis untuk meningkatkan kepatuhan pasien ditemukan oleh
Dinicola dan Dimatteo yaitu
a) Buat instruksi tertulis yang jelas dan mudah diinterpretasikan
b) Berikan informasi tentang pengobatan sebelum menjelaskan hal-hal lain
c) Jika seseorang diberikan suatu daftar tertulis tenang hal-hal yang harus
diingat maka aka nada efek ldquokeunggulanrdquoyaitu mereka brusaha mengingat
hal-hal yang pertama kali ditulis
d) Insruksi-instruksi harus ditulis dengan bahasa umum ( Non medis ) dan hal-
hal yang perlu ditekankan 14
2 Kualitas Interaksi
Kualitas interaksi antara profrsional kesehatan dan pasien merupakan bagian yang
penting dalam menentukan derajat kepatuhan Meningkatkan interaksi
professional kesehatan dengan pasien adalah suatu hal penting untuk memberikan
umpan balik pada pasien setelah memperoleh informasi tentang diagnosis Pasien
membutuhkan penjelasan tentang kondisinya saat ini apa penyebabnya dan apa
yang dapat mereka lakukan dengan kondisi seperti itu
3 Isolasi sosial dan keluarga
Keluarga dapat menjadi factor yang sangat berpengaruh dalam menentukan
keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga menentukan tentang
program pengobatan yang dapat mereka terima Keluarga juga member dukungan
dan membuat keputusan mengenai perawatan dari anggota keluarga yang sakit
4 Keyakinan Sikap Kepribadian
Ahli psikologis telah menyelidiki tentang hubungan antar pengukuran-
pengukuran kepribadian dan kepatuhan Mereka menemukan bahwa data
kepribadian secara benar dibedakan antar orang yang putih drngan orang yang
gagal Orang-orang yang tidak patuh adalah orang-orang yang lebih mengalami
depresi anxietas sangat memperhatikan kesehatannya memiliki kekuatan ego
29
yang lebih lemah dan kehidupan sosialnya lebih memusatkan perhatian pada
dirinya sendiri Blumenthal et al mengatakan bahwa ciri-ciri kepribadian yang
disebutkan diatas itu yang menyebabkan seseorang cenderung tidak patuh ( drop
out) dari program pengobatan 14
Menurut Schwart dan Griffin Faktor yang berhubungan dengan
ketidaktaan secara sejarah riset tentang ketaan pasien didasarkan atas pandangan
tradisional mengenai pasien sebagai penerima nasihat dokter yang pasif dan patuh
Pasien yang tidak taat dipandang sebagai orang yang lalai dan masalahnya dianggap
sebagai masalah control Riset berusah untuk mengidentifikasi kelompok-kelompok
pasien yang tidak patuh berdasarkan kelas sosioekonomi pendidikan umur dan
jenis kelamin Pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan sepanjang bawah
pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif seperti penggunaan buku-buku
dan kaset oleh pasien secara mandiri Usaha-usaha ini sedikit berhasil seorang dapat
menjadi tidak taat kalau situasinya memungkinkan Teori-teori yang lebih baru
menekannkan factor situasional dan pasien sebagai peserta yang aktif dalam proses
pengobatannya Perilaku ketaatan sering diartikan sebagai usaha pasien untuk
mengendalikan perilakunya bahkan jika hal tersebut bias menimbulkan resiko
mengenai kesehatannya 15
Macam-macam faktor yang berkaitan dengan ketidaktaatan disebutkan
a Ciri-ciri kesakitan dan cirri-ciri pengobatan
Menurut Dickson dkk perilaku ketaatan lebih rendah untuk penyakit kronis
(karena tidak ada akibat buruk yang segera dirasakan atau resiko yang jelas )
saran mengenai gaya hidup umum dan kebiasaan yang lama pengobatan yang
kompleks pengobatan dengan efek samping perilaku yang tidak pantas
Menurut Sarafino tingkat ketaaatan rata-rata minum obat utnuk menyenbuhkan
kesakitan akut dengan pengobatan jangka pendek adalah sekitar 78 Untuk
kesakita kronis dengan cara pengobatan jangaka panjang tingkat tersebut menurun
sampai 54
b Komunikasi antara Pasien dan Dokter
Berbagai aspek komunikasi antara pasien dan dokter mempengaruhi tingkat
ketidaktaan misalnya informasi dengan pengawasan yang kurang
30
ketidakpuasan terhadap aspek hubungan emosional dengan dokter ketidak
puasan terhadap pengobatan yang diberikan
c Variabel-variabel sosial
Hubungan antara dukungan sosial dengan ketaatan telah dipelajari Secara umum
orang-orang yang merasa mereka menerima penghiburan perhatian dan
pertolongan yang mereka butuhkan dari seseorang atau kelompok biasanya
cenderung lebih mudah mengikuti nasihat medis daripada pasien yang kurang
mendapat dukungan sosial Jelaslah bahwa keluarga memainkan peranan yang
sangat penting dalam pengelolaan medis misalnya penggunaan pengaruh
normative pada pasien yang mungkin mengakibatkan efek yang memudahkan
atau menghambat perilaku ketaatan
d Ciri-ciri Individual
Variabel-variabel demografis juga digunakan untuk meramalkan ketidaktaatan
sebagai contoh Di Amerika Serikat kaum wanita kaum kulit putih dan orang
tua cenderung mengikuti anjuran dokter 15
Dalam proses penyembuhan penderita TB Paru dapat diberikan obat anti-
TB (OAT) yang diminum secara teratur sampai selesai dengan pengawasan
yangketat Masa pemberian obat memang cukup lama yaitu 6-8 bulan secara terus
menerus sehingga dapat mencegah penularan kepada orang lain Oleh sebab itu para
penderita TB jika ingin sembuh harus minum obat secara teratur Tanpa adanya
keteraturan minum obat penyakit sulit disembuhkan Jika tidak teratur minum obat
penyakitnya sukar diobati kuman TB dalam tubuh akan berkembang semakin banyak
dan menyerang organ tubuh lain yang akan membutuhkan waktu lebih lama untuk
dapat sembuh
26 Pengawasan Menelan Obat (PMO) 9
Salah satu komponen DOTS adalah pengobatan paduan OAT jangka
pendek dengan pengawasan langsung Untuk menjamin keteraturan pengobatan
diperlukan seorang PMO
31
a Persyaratan PMO
bull Seseorang yang dikenal dipercaya dan disetujui baik oleh petugas kesehatan
maupun pasien selain itu harus disegani dan dihormati oleh pasien
bull Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien
bull Bersedia membantu pasien dengan sukarela
bull Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan pasien
b Siapa yang bisa menjadi PMO
Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan misalnya Bidan di Desa Perawat
Pekarya Sanitarian Juru Immunisasi dan lain lain Bila tidak ada petugas
kesehatan yang memungkinkan PMO dapat berasal dari kader kesehatan guru
anggota PPTI PKK atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga
c Tugas seorang PMO
bull Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai
pengobatan
bull Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur
bull Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah
ditentukan
bull Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai gejala-
gejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke Unit Pelayanan
Kesehatan
Tugas seorang PMO bukanlah untuk mengganti kewajiban pasien mengambil
obatdari unit pelayanan kesehatan
d Informasi penting yang perlu dipahami PMO untuk disampaikan kepada pasien dan
keluarganya
bull TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur
32
bull TB bukan penyakit keturunan atau kutukan
bull Cara penularan TB gejala-gejala yang mencurigakan dan cara pencegahannya
bull Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan)
bull Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur
bull Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera meminta
pertolongan ke UPK
27 Penanggulangan TB 16
Rencana Global Penanggulangan TB
Rencana Global 2006-2015 mencakup enam elemen utama dalam strategi baru Stop
TB ndashWHO yang terdiri dari
1 Memperluas dan meningkatkan ekspansi DOTS yang berkualitas meningkatkan
penemuan kasus dan kesembuhan melalui pendekatan yangterfokus pada penderita
agar pelayanan DOTS yang berkualitas dapat menjangkau seluruh penderita
khususnya kelompok masyarakat yang miskin dan rentan
2 Menghadapi tantangan TBHIV MDR-TB dan tantangan lainnya dengan cara
meningkatkan kolaborasi TBHIV DOTS-Plus dan pendekatan lainnya
3 Berkontribusi dalam memperkuat sistem kesehatan melalui kerjasama dengan
berbagai program dan pelayanan kesehatan lainnya misalnya dalam memobilisasi
sumber daya manusia dan finansial untuk implementasi dan mengevaluasi
hasilnyaserta pertukaran informasi dalam keberhasilan pencapaian dalam program
penanggulangan TB
33
4 Melibatkan seluruh penyedia pelayanan kesehatan pemerintah lembaga swadaya
masyarakat (LSM) dan swasta dengan cara memperluas pendekatan berbasis
public-private mix (PPM) dengan menggunakan ISTC
5 Melibatkan penderita TB dan masyarakat untuk memberikan kontribusi dalam
penyediaan pelayanan yang efektif Hal ini meliputi perluasan pelayanan TB di
masyarakat menciptakan kebutuhan masyarakat akan pelayanan TB advokasi
yang spesifik komunikasi dan mobilisasi sosial serta mendukung pengembangan
piagam pasien TB dalam masyarakat dan
6 Memberdayakan dan meningkatkan penelitian operasional
28 Kerangka Konsep
Variabel Independent Variabel dependent
Karakteristik Individu
1Umur
2Jenis kelamin
3Pendidikan
4Pekerjaan
5Pengetahuan
6Efek samping OAT
7Tingkat kepatuhan
penderita dalam
pengobatan
Kesembuhan
34
Penderita TB paru
Faktor Pelayanan
kesehatan
1 Ketersediaan OAT
2 Sikap petugas kesehatan
3 LokasiJarak
4 Penyuluhan kesehatan
5 Kunjungan rumah
Faktor Peran PMO
Gambar Kerangka Konsep Penelitian
Definisi Konsep
1 Karakteristik individu adalah hal-hal yang melekat dalam diri penderita TB paru yang
mempengaruhi tingkat kapetuhan dalam melaksanakan program pengobatan dengan
strategi DOTS yang membedakan seseorang dengan yang lainnya meliputi umur jenis
kelamin pendidikan pekerjaan pengetahuan efek samping OAT tingkat kepatuhan
penderita dalam pengobatan
2 Faktor pelayanan kesehatan adalah penilaian dari penderita TB paru terhadap upaya yang
diselenggarakan oleh unit pelayanan kesehatan untuk menangani penderita TB paru
meliputi Ketersediaan OATsikap petugas kesehatan lokasijarak penyuluhan
kesehatan dan kunjungan rumah
3 Faktor Peran PMO ( Pengawasan Menelan Obat ) adalah penilaian dari penderita TB paru
terhadap hal-hal yang menjadi tugas dari seseorang pengawas menelan obat yang
mempengaruhi tingkat kepatuhan penderita TB paru dalam melaksanakan pengobatan
meliputi penyuluhan member dorongan meningkatkan dan mengawasi
35
4 Kesembuhan adalah pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan
pemeriksaan ulang dahak (follow up) menunjukkan hasil BTA negatif
29 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konsep di atas maka hipotesis penelitian ini adalah
1) Ada pengaruh karakteristik individu terhadap kesembuhan penderita TB paru
dalam pengobatan
2) Ada pengaruh pelayanan kesehatan terhadap kesembuhan penderita TB paru
dalam pengobatan
3) Ada pengaruh PMO terhadap kesembuhan penderita TB paru dalam pengobatan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
31 Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional yang
bertujuan untuk menjelaskan pengaruh karakteristik individu faktor pelayanan
kesehatan dan faktor Pengawas Menelan Obat (PMO) terhadap kesembuhan
penderita TB Paru dalam melaksanakan pengobatan di Puskesmas Grogol Petamburan
tahun 2011
32 Tempat dan Waktu Penelitian
36
Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Grogol Petamburan pada bulan
Januari sampai Februari tahun 2012
33 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang
sedang menjalankan pengobatan TB di Puskesmas Grogol
Petamburan mulai bulan OktobeR
34 Keriteria Inklusi dan Eksklusi
341 Keriteria Inklusi
342 Keriteria Eksklusi
35 Sampel
351 Besar Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang
mengikuti pengobatan dengan strategi DOTS di Puskesmas yang pada saat penelitian
sedang menjalani pengobatan dan seluruh penderita TB yang telah mendapat
pengobatan selama 6 bulan atau sedang dalam tahap lanjutan
Keterangan
n1 = Jumlah sampel minimal
37
n2 = Jumlah sampel ditambah substitusi 10 (substitusi adalah persen responden
yang mungkin drop out)
Z = Tingkat batas kepercayaan dengan = 5
Didapat Z pada kurva normal = 196
p = Proporsi variabel yang diteliti yaitu besarnya presentasi 50 )
q = 1 - p
L = Derajat kesalahan yang masih dapat diterima adalah 10
Berdasarkan rumus di atas didapatkan angka sebagai berikut
( Z )2 p q ( 196 )2 0505
n1 = ----------------- = ------------------------------ = 9604
L2 ( 01 )2
n2 = n1 + ( 10 n1 )
= 9604 + ( 10 9604)
= 9604 + 9604
= 10564 Dibulatkan 106
352 Teknik Pengambilan Sampel
36 Identifikasi Variabel
1 Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kesembuhan tb paru
2 Variabel independen adalah umur jenis kelamin pendidikan pekerjaan
pengetahuan efek samping OAT dan tingkat kepahuhan dari penderita TB
Selain itu faktor dari pelayanan kesehatan dan PMO juga ikut berperan
37 Cara Kerja
1 Membuat proposal penelitian tentang hubungan antara tingkat kepatuhan minum
OAT dengan tingkat kesembuhan penyakit TB di Puskesmas Kecamatan Grogol
Petamburan
38
2 Pengumpulan data sekunder dari Puskesmas Grogol Petamburan
3 Melakukan kunjungan ke rumah-rumah sampel di daerah RT terpilih untuk
pengumpulan data primer dengan memakai kuesioner dan wawancara responden
4 Data-data yang telah dikumpulkan akan dilakukan pengolahan berupa proses
editing verifikasi dan koding Selanjutnya dimasukkan dan diolah dengan
menggunakan program computer yaitu program SPSS
5 Terhadap data yang telah diolah kemudian dilakukan analisis sesuai dengan cara
uji statistik menggunakanhelliphellip Data diinterpretasi secara deskriptif korelatif
antar variabel ndash variabel yang telah ditentukan dan disajikan dalam bentuk
tekstular dan tabular
6 Hasil dari penelitian akan disusun dalam bentuk pelaporan penelitian yang
selanjutnya akan di presentasikan di hadapan staf pengajar program pendidikan
Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida
Wacana (FK UKRIDA) dalam forum pendidikan Ilmu Kedokteran Komunitas
Fakultas Kedokteran UKRIDA
38 Manajemen Data
381 Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder yaitu
1 Data primer diperoleh dengan wawancara langsung kepada penderita TB paru
dan petugas kesehatan program penanggulangan TB Paru yang berpedoman pada
kuisioner penelitian yang telah ditetapkan dam melakukan cross check
2 Data sekunder diperoleh dari laporan pelaksanaan program penanggulangan TB
Paru di Puskesmas kartu pengobatan TBC (formulir TB 01) dan Formulir
Permohonan Laboratorium TBC Untik Pemeriksaan Dahak (formulir TB 05)
382 Pengolahan Data
39
Aspek pengukuran
Aspek pengukuran variable bebas
Karakteristik individu
Aspek pengukuran variable karakteristik individu dapat dilihat pada tabel 31
Table 31 Aspek Pengukuran Variabel Karakteristik Individu
Karakteristik
individu
Kategori Skala Bobot nilai
Umur a 15-24 tahun
b 25-49 tahun
c gt 50 tahun
rasio
Jenis kelamin a Laki-laki
b Perempuan
Tingkat
pendidikan
a Tidak tamat SD
b SD
c SLTP
d SLTA
e Sarjana S1
Pekerjaan a Bekerja
b Tidak bekerja
Pengetahuan a Baik
b Sedang
c Bururk
Efek samping
OAT
a Ada
b Tidan ada
Faktor pelayanan kesehatan
Pengukuran faktor pelanan kesehatan meliputi ketersediaan OAT yang
diukur adalah yang diukur dengan 2 pertanyaan sikap petugas kesehatan diukur
dengan 8 pertanyaan lokasi jarak diukur dengan 3 pertanyaan penyuluhan kesehatan
diukur dengan 6 pertanyaan dan kunjungan rumah diukur dengan 2 pertanyaan
40
berdasarkan jawaban yang diberikan responden selanjutnya dikelompokkan menjadi
tiga (3) yaitu
a Baik jika faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan
penilaian yang baik karena kebutuhan yang diinginkan debagian besarnya
terpenuhi (nilai gt32)
b Sedang bila faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan
penilaian yang kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan responden hanay
sebagian saja yang terpenuhi (nilainya 17-32)
c Buruk bila faktor pelayanan pelayanan kesehatan yang diterima responden
menimbulkan penilaian yang tidak baik karena kebutuhan yang diinginka
responden sebagian besar tidak dipenuhi (nilainya lt17)
Faktor Pengawas Menelan Obat (PMO)
Faktor Pengawas Menelan Obat diukur dengan 5 pertanyaan yang
selanjutnya dibedakan atas 3 kategori yaitu
a Baik bila semua tugas yang diterima responden terlaksana dengan baik yaitu
mengawasi memberikan dorongan mengingatkan dan memberikan penyuluhan
(nilainya gt11)
b Sedang bila tugas PMO yang diterima responden sebagian saja yang terpenuhi
(nilainya 6-11)
c Buruk bila tugas PMO yang diterima responden tidak terlaksana dengan baik
(nilainya lt 6)
Aspek Pengukuran Variabel Terikan
Kepatuhan Pengobatan TB Paru
41
Aspek Pengukuran Variabel ini menggunakan skala interval yang diukur berdasarkan
tiga (3) kategori yaitu
Patuh apabila responden selalu menelan obat sesuai ketentuan petugas kesehatan
yaitu setiap hari pada tahap awal tiga kali seminggu pada tahap lanjutan dan
mengambil obat serta memeriksakan dahak sesuai jadwal dan menaati nasihat dari
petugas kesehatan ( bobot 3 )
Kurang patuh jika responden kadang-kadang menelan obat sesuai ketentuan
petugas kesehatan atau responden tidak menelan obat 2-8 minggu selama tahap
pengobatan lanjutan dan tidak memerisakan dahak sesuai jadwal yang telah
ditetapkan dan tidak selalu menaati nasihat dari petugas kesehatan (bobot 2 )
Tidak patuh jika responden tidak menelan obat sesuai ketentuan petugas
kesehatan atau responden tidak menelan obat lebih dari 8 minggu selama tahap
pengobatan lanjutan dan tidak mengambil obat serta tidak memeriksakan dahak
sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan tidak menaati nasihat petugas kesehatan
(bobot 1)
383 Penyajian Data
384 Analisis Data
385 Interpretasi Data
386 Pelaporan Data
39 Definisi Operasional
1 Umur adalah usia responden saat penelitian berdasarkan ulang tahun terakhir yang
dibedakan atas 3 (tiga) kategori berdasarkna Badan Pusat Statistik Kota Medan
42
tahun 2008 yaitu 1) orang muda 25-24 tahun 2) dewasa 24-49 tahun 3) orang
tua gt 50 tahun
2 Jenis kelamin adalah suatu karakteristik responden yang dibedakan identitasnya
dari laki-laki dan perempuan
3 Pendidikan adalah jenjang pendidikannyang berhasil ditamatkan responden yang
dibedakan atas tidak tamat SD SD SLTP SLTA Akademi Sarjana
4 Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh responden sebagai
pendapatan utama yang dibedakan atas kerja dan tidak bekerja
5 Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai penyakit
TB paru
6 Efek samping OAT adalah gejala keluhan yang diderita responden akiba menelan
OAT selama pengobatan
7 Ketersdediaan OAT adalah pandangan responden terhadap kondisi OAT
diperoleh dari puskesmas meliputi kecukupan jumlah OAT dan dan kualitasnya
8 Sikap petugas kesehatan adalah penilaian responden terhadap reaksi petugas
kesehatan kepada responden selama mereka menjalanin pengobatan
9 Lokasi jarak adalah pandangan responden tentang lama perjalanan dari tempat
tinggal responden ke Puskesmas yang diukur dengan jarak sarana transportasi
10 Penyuluhan kesehatan adalah pandangan responden tentang kegiatan yang
dilakukan oleh petugas kesehatan sehubungan dengan pengobatan TB Paru untuk
mencapai suatu keadaan dimana pederita TB Paru dapat hidup lebih sehat
11 Kunjungan rumah adalah pandangan responden tentang kegiatan yang dilakukan
petugas kesehatan selama masa pengobatan ke rumah responden
12 Faktor peran Pengawas Minum Obat (PMO) adalah pandangan responden tentang
tugas yang dilakasanakan oleh seorang PMO meliputi penyuluhan
13 Kepatuhan berobat adalah ketaan responden dalam menelan obat mengambil
obat dan melakukan pemeriksaan dahak sesuai jadwal yang telah ditentukan dan
menaati segala nasehat dari petugas kesehatan
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
1) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta
2) Perkumpulan Pemberantasan TB Indonesia 2011 TB di Indonesia Peringkat Dunia
Jakarta Diakses melalui situs httpwwwpptiinfoindexphpcomponentcontentarticle46-
arsip-ppti141-tbc-di-indonesia-peringkat-5-dunia Diakses pada tanggal 23 Januari 2012
44
3) Depkes dan WHO 2008 Lembar Fakta Tuberkulosis Jakarta
4) Dirjen P2M amp PLP 1997 Pengawasan Menelan Obat (PMO) adalah DOTS ala Indonesia
Jakarta
5) Amirudin R 2006 Faktor Keberhasilan Konversi pada Penderita TB Paru di Puskesmas
Jongaya Tahun 2006 Laporan Penelitian FKM Unhas Makasar
6) Aditama Tjandra Y 1994 Tuberkulosis Paru Masalah dan Penanggulangnya UI Press
Jakarta
7) Aru W Bambang S Idrus A dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Tuberkulosis
Paru Edisi IV FKUI Jakarta 2006 998-1004
8) Depkes RI 2002 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta
9) Depkes RI 2006 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta
10) Subijakto Hubungan Pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Berobat
Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Proposal Skripsi Jakarta 2011 Diakses pada
tanggal 20 Januari 2012
11) Aditama Tjandra Y 2002 Tuberkulosis Diagnosis Terapi dan Masalahnya Yayasan IDI
Jakarta
12) Notoatmodjo Soekidjo 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Penerbit Rineka Cipta
Jakarta
13) Simamora Jojor 2004 Faktor yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Berobat Penderita TB
Paru di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2004 Tesis Pascasarjana USU Medan
14) Ester Monica 2000 Psikologi Kesehatan Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
15) Bart Smet 1994 Psikologi Kesehatan PT Grasindo Jakarta
16) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta
45
142 Manfaat Bagi Perguruan Tinggi
1) Realisasi Tridarma perguruan tinggi dalam melaksanakan fungsi atau
tugas perguruan tinggi sebagai lembaga yang menyelenggarakan
pendidikan penelitian dan pengabdian masyarakat
2) Mewujudkan kampus Universitas Kristen Krida Wacana sebagai
masyarakat ilmiah dalam peran sertanya di bidang kesehatan
3) Meningkatkan saling pengertian dan kerjasama antar mahasiswa dan
staf pengajar
143 Manfaat Bagi Masyarakat
1) Sebagai masukan berupa hasil penelitian dan saran-saran yang
diharapkan dapat menjadi umpan balik positif bagi warga di wilayah
kerja Puskesmas Jelambar untuk dapat berperan serta
2) Sebagai bahan masukan dalam melakukan penyuluhan kesehatan
untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam melakukan
program pemberantasan penyakit TB paru
3) Sebagai bahan masukan dalam melakukan penelitian selanjutnya
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
21 Penyakit Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman TB (Mycobacterium tuberculosis) Sebagian besarkuman TB menyerang paru
tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya Tuberkulosis bukanlah penyakit
keturunan tetapi dapat ditularkan dari orang ke orang lain6
Kuman penyebab tuberkulosis ini ditemukan oleh seorang ilmuwan
Jerman yang bernama Robert Koch di tahun 1882 Hasil penemuannya ini dilaporkan
olehnya kepada masyarakat ilmiah pada tanggal 24 Maret 1882 Penemuan ini
merupakan peristiwa terbesar dalam perkembangan pengobatan tuberkulosis dan
tanggal 24 Maret setiap tahunnya sampai sekarang diperingati sebagai TB Day (hari
Tuberkulosis) 6
Kuman tuberkulosis berbentuk batang berukuran sangat kecil sehingga
hanya dapat dilihat di bawah mikroskop Panjangnya sekitar satu sampai empat
micron dan lebarnya antara 03 sampai 06 mikron Basil tuberkulosis akan tumbuh
secara optimal pada suhu sekitar 370C yang sesuai dengan tubuh manusia Untuk
berkembang biak basil ini melakukan pembelahan diri Jika dilihat dari struktur
kimianya basil ini tediri dari lemak dan protein6
Kuman tuberkulosis mempunyai sifat khusus yaitu tahan asam pada
pewarnaan sehingga disebut sebagai Basil Tahan Asam (BTA) Kuman TB akan mati
pada penyinaran dengan sinar matahari langsung Dalam jaringan tubuh kuman ini
bersifat dormant artinya kuman dapat tertidur lama selama beberapa tahun lalu dapat
aktif kembali jika keadaan memungkinkan6
7
211 Klasifikasi Tuberkulosis 9
Penentuan klasifikasi penyakit tuberkulosis memerlukan suatu lsquodefinisi kasusrsquo yang
meliputi empat hal yaitu
- Lokasi atau organ tubuh yang sakit paru atau ekstra paru
- Bakteriologi (hasil pemeriksaan dahak secara mikroskopis) BTA positif atau BTA
negatif
- Tingkat keparahan penyakit ringan atau berat
- Riwayat pengobatan TB sebelumnya baru atau sudah pernah diobati
bull Manfaat dan tujuan menentukan klasifikasi adalah
- menentukan paduan pengobatan yang sesuai
- registrasi kasus secara benar
- menentukan prioritas pengobatan TB BTA(+)
- analisis kohort hasil pengobatan
bull Beberapa istilah dalam definisi kasus
- Kasus TB Pasien TB yang telah dibuktikan secara mikroskopis atau didiagnosis
oleh dokter
- Kasus TB pasti (definitif) pasien dengan biakan positif untuk Mycobacterium
tuberculosis atau tidak ada fasilitas biakan sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen
dahak SPS hasilnya BTA positif
bull Kesesuaian paduan dan dosis pengobatan dengan kategori diagnostik sangat
diperlukan untuk
- menghindari terapi yang tidak adekuat (undertreatment) sehingga mencegah
timbulnya resistensi
- menghindari pengobatan yang tidak perlu (overtreatment) sehingga meningkatkan
pemakaian sumber-daya lebih biaya efektif (cost-effective)
- mengurangi efek samping
8
Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena
bull Tuberkulosis paru Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang
jaringan (parenkim) paru tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada
hilus
bull Tuberkulosis ekstra paru Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain
paru misalnya pleura selaput otak selaput jantung (pericardium) kelenjar lymfe
tulang persendian kulit usus ginjal saluran kencing alat kelamin dan lain-lain
Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis yaitu pada TB
Paru
bull Tuberkulosis paru BTA positif
- Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif
- 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada menunjukkan
gambaran tuberkulosis
- 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif
- 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS pada
pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah
pemberian antibiotika non OAT
bull Tuberkulosis paru BTA negatif
Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif
Kriteria diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi
- Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif
- Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis
- Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT
- Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan
9
Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan penyakit
bull TB paru BTA negatif foto toraks positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan
penyakitnya yaitu bentuk berat dan ringan Bentuk berat bila gambaran foto
toraks memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas (misalnya proses ldquofar
advancedrdquo) dan atau keadaan umum pasien buruk
bull TB ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya yaitu
- TB ekstra paru ringan misalnya TB kelenjar limfe pleuritis eksudativa
unilateral tulang (kecuali tulang belakang) sendi dan kelenjar adrenal
- TB ekstra-paru berat misalnya meningitis milier perikarditis peritonitis
pleuritis eksudativa bilateral TB tulang belakang TB usus TB saluran kemih
dan alat kelamin
Catatan
bull Bila seorang pasien TB paru juga mempunyai TB ekstra paru maka untuk
kepentingan pencatatan pasien tersebut harus dicatat sebagai pasien TB paru
bull Bila seorang pasien dengan TB ekstra paru pada beberapa organ maka dicatat
sebagai TB ekstra paru pada organ yang penyakitnya paling berat
10
212 Cara Penularan
Lingkungan hidup yang sangat padat dan pemukiman di wilayah perkotaan
kemungkinan besar telah mempermudah proses penularan dan berperan sekali atas
peningkatan jumlah kasus TB Proses terjadinya infeksi oleh Mycobacterium
tuberculosis biasanya secara inhalasi sehingga TB paru merupakan manifestasi klinis
yang paling sering dibandingkan dengan organ lain Penularan penyakit ini sebagian
besar melalui inhalasi basil yang mengandung droplet nuclei khususnya yang di
dapat dari pasien TB paru dengan batuk berdarah atau berdahak yang mengandung
basil tahan asam (BTA) Pada TB kulit atau jaringan lunak penularan bias melalui
inokulasi langsung Infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium bovis dapat
disebabkan oleh susu yang kurang disterilkan dengan baik atau terkontaminasi Sudah
dibuktikan bahwa lingkungan sosial ekonomi yang baik pengobatan yang teratur dan
pengawasan minum obat yang ketat dapat berhasil mengurangi angka morbiditas dan
mortalitas di Amerika selama tahun 1950-1960 7
Daya penularan dari seseorang penderita ditentukan oleh banyaknya
kuman yang dikeluarkan dari parunya Makin tinggi derajat positif hasil dari
pemeriksaan dahak makin menular penderita tersebut Bila pemeriksaan dahak
negatif (tidak terlihat kuman) maka penderita tersebut dianggap tidak menular
Kemungkinan seseorang terinfeksi TB paru ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam
udara dan lamanya menghirup udara tersebut 8
Perlu diketahui bahwa kuman TB tidak hanya keluar ketika penderita
batuk saja tetapi juga pada saat bernyanyi bersin atau bersiul Secara umum dapat
dikatakan bahwa penularan penyakit TB banyak bergantung dari beberapa factor
seperti jumlah kuman yang ada tingkat keganasan kuman dan daya tahan tubuh orang
yang tertular 6
213 Penemuan Penderita TB
Kegiatan penemuan pasien terdiri dari penjaringan suspek diagnosis
penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien Penemuan pasien merupakan langkah
pertama dalam kegiatan program penanggulangan TB Penemuan dan penyembuhan
11
pasien TB menular secara bermakna akan dapat menurunkan kesakitan dan kematian
akibat TB penularan TB di masyarakat dan sekaligus merupakan kegiatan
pencegahan penularan TB yang paling efektif di masyarakat9
Strategi penemuan 9
Penemuan pasien TB dilakukan secara pasif dengan promosi aktif Penjaringan
tersangka pasien dilakukan di unit pelayanan kesehatan didukung dengan
penyuluhan secara aktif baik oleh petugas kesehatan maupun masyarakat untuk
meningkatkan cakupan penemuan tersangka pasien TB
Pemeriksaan terhadap kontak pasien TB terutama mereka yang BTA positif yang
menunjukkan gejala sama harus diperiksa dahaknya
Penemuan secara aktif dari rumah ke rumah dianggap tidak cost efektif
214 Risiko Penularan 9
- Risiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan dahak Pasien TB
paru dengan BTA positif memberikan kemungkinan risiko penularan lebih besar
dari pasien TB paru dengan BTA negatif
- Risiko penularan setiap tahunnya di tunjukkan dengan Annual Risk of Tuberculosis
Infection (ARTI) yaitu proporsi penduduk yang berisiko terinfeksi TB selama satu
tahun ARTI sebesar 1 berarti 10 (sepuluh) orang diantara 1000 penduduk
terinfeksi setiap tahun ARTI di Indonesia bervariasi antara 1-3
- Infeksi TB dibuktikan dengan perubahan reaksi tuberkulin negatif menjadi positif
215 Gejala Klinis TB Paru
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu
atau lebih Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah
batuk darah sesak nafas badan lemas nafsu makan menurun berat badan menurun
12
malaise berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik demam meriang lebih dari satu
bulan9
Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain
tb seperti bronkiektasis bronkitis kronis asma kanker paru dan lain-lain Mengingat
prevalensi TB di Indonesia saat ini masih tinggi maka setiap orang yang datang ke
UPK dengan gejala tersebut diatas dianggap sebagai seorang tersangka (suspek)
pasien TB dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung9
216 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Tuberkulosis
Faktor ndash faktor yang mempengaruhi terhadap terjadinya TB antara lain
1 Harus ada sumber infeksi
Sumber infeksi dapat berasal dari penderita TB dengan BTA positif Penularan
dapat terjadi melalui dropet atau melalui pengunaan alat makan secara bergantian
tanpa dicuci yang digunakan oleh penderita TB dengan BTA positif tersebut
2 Jumlah basil penyebab harus cukup
Semakin banyak jumlah basil yang terhirup maka semakin besar kemungkinan
seseorang untuk mengidap TB
3 Virulensi yang tinggi dari basil TB
Apabila angka keaktifan kuman tinggi maka semakin cepat kuman TB
berkembang biak di dalam tubuh Selain itu masa inkubasi akan semakin cepat
4 Daya tahan tubuh yang rendah
Daya tahan tubuh yang menurun memungkinkan basil berkembang biak dan
menimbulkan penyakit tuberkulosis 10
217 Tipe Penderita TB Paru
Tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya Ada beberapa
tipe pasien yaitu
bull Kasus baru
13
Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan
OAT kurang dari satu bulan (4 minggu)
bull Kasus kambuh (Relaps)
Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan
tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap didiagnosis
kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur)
bull Kasus setelah putus berobat (Default )
Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA
positif
bull Kasus setelah gagal (failure)
Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi
positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan
bull Kasus Pindahan (Transfer In)
Adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki register TB lain untuk
melanjutkan pengobatannya
bull Kasus lain
Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas Dalam kelompok ini
termasuk Kasus Kronik yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif
setelah selesai pengobatan ulangan
Catatan
TB paru BTA negatif dan TB ekstra paru dapat juga mengalami kambuh gagal
default maupun menjadi kasus kronik Meskipun sangat jarang harus dibuktikan
secara patologik bakteriologik (biakan) radiologik dan pertimbangan medis
spesialistik9
218 Pemeriksaan Diagnostik
Untuk mengetahui adanya tuberkulosis dokter biasanya berpegang pada
tiga patokan utama Pertama hasil wawancaranya tentang keluhan pasien dan hasil
pemeriksaan yang dilakukan pada pasien yang disebut dengan anamnesis Kedua
14
hasil pemeriksaan laboratorium untuk menemukan adanya BTA pada spesimen
penderita
Pemeriksaan dahak mikroskopis 9
Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis menilai
keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan
Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis dilakukan dengan
mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang
berurutan berupa Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS)
S (sewaktu)
Dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung pertama kali Pada
saat pulang suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak pagi
pada hari kedua
P (Pagi)
Dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua segera setelah bangun tidur
Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di UPK
S (sewaktu)
Dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua saat menyerahkan dahak pagi
Adapun tujuan dari pemeriksaan dahak pada program penanggulangan TB
adalah
1 Menegakkan diagnosis dan menentukan tipe klasifikasi
2 Menilai kemajuan pengobatan
3 Menentukan tingkat penularan 8
Pemeriksaan ulang dahak untuk memantau kemajuan pengobatan
dilakukan pada
1 Akhir tahap intensif
15
Dilakukan seminggu sebelum akhir pengobatan penderita baru BTA positif
dengan kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-3 pengobatan ulang
penderita BTA positif kategori 2
2 Sebulan sebelum akhir pengobatan
Dilakukan seminggu sebelum akhir bulan ke-5 pengobatan penderita baru BTA
positif dengan kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-7 pengobatan
ulang penderita BTA positif dengan kategori 2
3 Akhir pengobatan
Dilakukan seminggu sebelum akhir bulan ke-6 pada penderita BTA positif dengan
kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-8 pengobatan ulang BTA positif
dengan kategori 2 8
Pemeriksaan dahak pada sebulan sebelum akhir pengobatan dan akhir
pengobatan bertujuan untuk menilai hasil pengobatan (apakah sembuh atau gagal)
219 Prinsip Pengobatan
Penatalaksanaan TB meliputi penemuan pasien dan pengobatan yang
dikelola dengan menggunakan strategi DOTS9
Tujuan utama pengobatan pasien TB adalah menurunkan angka kematian
dan kesakitan serta mencegah penularan dengan cara menyembuhkan pasien
Penatalaksanaan penyakit TB merupakan bagian dari surveilans penyakit tidak
sekedar memastikan pasien menelan obat sampai dinyatakan sembuh tetapi juga
berkaitan dengan pengelolaan sarana bantu yang dibutuhkan petugas yang terkait
pencatatan pelaporan evaluasi kegiatan dan rencana tindak lanjutnya9
Tabel 21 Jenis sifat dan dosis OAT
Dosis yang direkomendasikan (mgkg)
16
Jenis OAT Sifat Harian 3x seminggu
Isoniazid (H) Bakterisid 5
(4-6)
10
(8-12)
Rifampicin (R) Bakterisid 10
(8-12)
10
(8-12)
Pyrazinamide (Z) Bakterisid 25
(20-30)
35
(30-40)
Streptomycin (S) Bakterisid 15
(12-18)
15
(12-18)
Etambutol (E) Bakteriostatik 15
(15-20)
30
(20-35)
Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut 9
bull OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat dalam jumlah
cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan Jangan gunakan OAT
tunggal (monoterapi) Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT ndash KDT)
lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan
bull Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat dilakukan pengawasan langsung
(DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat
(PMO)
bull Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap yaitu tahap intensif dan lanjutan
Tahap awal (intensif) 9
- Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara
langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat
17
- Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat biasanya pasien
menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu
- Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2
bulan
Tahap Lanjutan 9
- Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit namun dalam jangka
waktu yang lebih lama
- Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah
terjadinya kekambuhan
2110 Panduan Penggunaan OAT di Indonesia9
Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis di Indonesia
- Kategori 1 2(HRZE)4(HR)3
- Kategori 2 2(HRZE)S(HRZE)5(HR)3E3
Disamping kedua kategori ini disediakan paduan obat sisipan (HRZE)
- Kategori Anak 2HRZ4HR
Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket
berupa obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT) sedangkan kategori anak sementara
ini disediakan dalam bentuk OAT kombipak
Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu
tablet Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien Paduan ini dikemas dalam
satu paket untuk satu pasien
Paket Kombipak
18
Terdiri dari obat lepas yang dikemas dalam satu paket yaitu Isoniasid
Rifampisin Pirazinamid dan Etambutol Paduan OAT ini disediakan program untuk
mengatasi pasien yang mengalami efek samping OAT KDT
Paduan OAT ini disediakan dalam bentuk paket dengan tujuan untuk
memudahkan pemberian obat dan menjamin kelangsungan (kontinuitas) pengobatan
sampai selesai
Satu (1) paket untuk satu (1) pasien dalam satu (1) masa pengobatan
KDT mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB
1 Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin efektifitas
obat dan mengurangi efek samping
2 Mencegah penggunaan obat tunggal sehinga menurunkan resiko terjadinya
resistensi obat ganda dan mengurangi kesalahan penulisan resep
3 Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat menjadi
sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien
Paduan OAT dan peruntukannya
19
1 Kategori-1 (2HRZE 4H3R3)
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru
1048707 Pasien baru TB paru BTA positif
1048707 Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif
1048707 Pasien TB ekstra paru
Tabel 22 Dosis untuk paduan OAT KDT untuk Kategori 1
Berat Badan
Tahap Intensif
tiap hari selama 56 hari
RHZE (15075400275)
Tahap Lanjutan
3 kali seminggu selama 16 minggu
RH (150150)
30-37 kg 2 tablet 4 KDT 2 tablet 4 KDT38-54 kg 3 tablet 4 KDT 3 tablet 4 KDT55-70 kg 4 tablet 4 KDT 4 tablet 4 KDTge 71 kg 5 tablet 4 KDT 5 tablet 4 KDT
2 Kategori -2 (2HRZES HRZE 5H3R3E3)
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya
1048707 Pasien kambuh
1048707 Pasien gagal
1048707 Pasien dengan pengobatan setelah default (terputus)
Tabel 23 Dosis untuk paduan OAT KDT Kategori 2
Berat Badan
Tahap Intensif
tiap hari
RHZE (15075400275) + S
Tahap Lanjutan
3 kali seminggu
RH (150150) + E (275)
Selama 56 hari Selama 28 hari Selama 20 minggu
30-37 kg 2 tablet 4 KDT + 500 mg Streptomisin inj
2 tablet 4 KDT 2 tablet 4 KDT+ 2 tab Etambutol
38-54 kg 3 tablet 4 KDT +750 mg Streptomisin inj
3 tablet 4 KDT 3 tablet 4 KDT+ 3 tab Etambutol
55-70 kg 4 tablet 4 KDT +1000 mg Streptomisin inj
4 tablet 4 KDT 4 tablet 4 KDT+ 4 tab Etambutol
ge 71 kg 5 tablet 4 KDT +1000 mg Streptomisin inj
5 tablet 4 KDT 5 tablet 4 KDT+ 5 tab Etambutol
Catatan
20
Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal untuk streptomisin adalah
500mg tanpa memperhatikan berat badan
Untuk perempuan hamil lihat pengobatan TB dalam keadaan khusus
Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan menambahkan aquabidest
sebanyak 37ml sehingga menjadi 4ml (1ml = 250mg)
3 OAT Sisipan (HRZE)
Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap intensif kategori 1 yang
diberikan selama sebulan (28 hari)
Tabel 24 Dosis KDT untuk Sisipan
Berat Badan Tahap Intensif tiap hari selama 28 hari
RHZE (15075400275)
30-37 kg 2 tablet 4 KDT38-54 kg 3 tablet 4 KDT55-70 kg 4 tablet 4 KDTge 71 kg 5 tablet 4 KDT
Penggunaan OAT lapis kedua misalnya golongan aminoglikosida (misalnya
kanamisin) dan golongan kuinolon tidak dianjurkan diberikan kepada pasien baru tanpa indikasi
yang jelas karena potensi obat tersebut jauh lebih rendah daripada OAT lapis pertama Di
samping itu dapat juga meningkatkan terjadinya risiko resistensi pada OAT lapis kedua
2111 Alur Diagnostik TB 9
21Suspek TB Paru
2112 Evaluasi Pengobatan
22
Pemeriksaan dahak mikroskopis (SPS = Sewaktu ndash Pagi ndash Sewaktu)
Hasil BTA+ - -
Hasil BTA- - -
Hasil BTA+ + ++ + +
Antibiotik Non-OAT
Tidak adaPerbaikan
Adaperbaikan
Pemeriksaan dahak mikroskopis
Foto toraks dan
Pertimbangan dokter
Hasil BTA+ + ++ + -+ _ _
Hasil BTA- - -
Foto toraks dan
Pertimbangan dokter
TB Bukan TB
Evaluasi Klinis
Biasanya pasien di control dalam 1 minggu pertama selanjutnya setiap 2 minggu
selama tahap intensif dan seterusnya sekali sebulan sampai akhir pengobatan
Secara klinis hendaknya terdapat perbaikan keluhan pasien seperti batuk yang
berkurang tidak ada batuk darah nafsu makan bertambah dan ada peningkatan
berat badan
Evaluasi Bakteriologis
Pemeriksaan dahak untuk menilai keberadaan kuman Biasanya setelah 2-3
minggu perngobatan sputum BTA mulai negatif Pemeriksaan control sputum
dilakukan sekali sebulan Bagi penderita dengan BTA positif setelah tahap
intensif akan mendapatkan pengobatan ulang Bila sudah negatif sputum
diperiksa tiga kali berturut-turut dan harus dikontrol agar tidak terjadi ldquosilent
bacterial sheddingrdquo yaitu terdapat sputum BTA positif tanpa disertai keluhan-
keluhan TB yang relevan
Evaluasi Radiologis
Evaluasi radiologis juga diperlukan untuk melihat kemajuan terapi Dengan
pemeriksaan radiologis dapat dilihat keadaan TB parunya atau adanya penyakit
lain yang menyertai Evaluasi foto dada dilakukan tiap 3 bulan sekali 10
2113 Efek Samping OAT
Sebagian besar penderita TB paru dapat menyelesaikan pengobatan tanpa
efek samping Namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping Oleh karena
itu pemantauan kemungkinan terjadinya efek samping sangat penting dilakukan
selama pengobatan Pemantauan dilakukan dengan cara menjelaskan kepada
penderita tanda-tanda efek samping dan menanyakan adanya gejala efek samping
pada waktu penderita mengambil OAT 8
Efek samping ringan dari OAT seperti tidak ada nafsu makanmual sakit
perut nyeri sendi kesemutan sampai dengan rasa terbakar di kaki dan warna
kemerahan pada air seni Efek samping berat dari OAT misalnya gatal dan
kemerahan kulit tuli gangguan keseimbanagn ikterus tanpa penyebab lain
bingung dan muntah-muntah gangguan penglihatan purpura dan syok 8
22 Strategi DOTS
23
Strategi DOTS adalah strategi penanggulaan TB paru nasional yang telah
direkomendasikan oleh WHO yang dimulai pelaksanaannya di Indonesia pada tahun
19951996 Sebelum pelaksanaan strategi DOTS (1969-1994) angka kesembutah TB
paru yang dapat dicapai oleh program hanya 40-60 saja Dengan strategi DOTS
diharapkan angka kesembuhan dapat dicapai minimal 85 dari penderita TB paru
BTA positif yang di temukan 11
Prinsip DOTS adalah mendekatkan pelayanan pengobatan terhadap
penderita agar secara langsung dapat mengawasi keteraturan menelan obat dan
melakukan pelacakan bila penderita tidak datang mengambil obat sesuai dengan yang
ditetapkan
Kalau diurai dari kata-katanya pengertian DOTS dapat dimulai dengan
keharusan setiap pengelola program TB intuk member direct attention dalam usaha
menemukan penderita Dalam bahasa lain ini diterjemahkan menjadi deteksi kasus
dengan pemeriksaan mikroskopik kendati sebenarnya pengertiannya dapat diperluas
dengan keharusan untuk mendeteksi kasus secara baik dan akurat Kemudian setiap
pasien harus di- observed dalam memakan obatnya setiap obat yang di telan pasien
harus di depan seorang pengawas Selain itu tentunya pasien harus menerima
treatment yang tertata dalam system pengelolaan distribusi dan penyediaan obat
secara baik Kemudian setiap pasien harus mendapat obat yang baik artinya
pengobatan short course standart yang telah terbukti ampuh secara klinik
Akhirnya harus ada dukungan dari pemerinyah yang membuat program
penanggulangan TB mendapat prioritas yang tinggi dalam pelayanan kesehatan 11
Strategi DOTS mempunyai lima komponen
1) Komitmen politits dari para pengambil keputusan termasuk dukungan dana
2) Diagnosa TB dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopik
3) Pengobatan dengan panduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) jangka pendek
dengan pengawasan langsung oleh pengawas Menelan Obat (PMO)
4) Kesinambungan perssediaan OAT jangka pendek dengan mutu terjamin
5) Pencatatan dan pelaporan secraa baku untuk memudahkan pemantauan dan
evaluasi program penanggulangan TB
23 Konsep Perilaku
24
Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor baik faktor internal
( dari dalam diri manusia ) maupun faktor eksternal ( dari luar diri manusia ) Faktor
internal ini terdiri dari faktor fisik dan psikis Faktor eksternal terdiri dari berbagai
faktor antara lain sosial budaya masyarakat lingkungan fisik politik ekonomi
pendidikan dan sebagainnya Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi
kesehatan baik individu kelompok maupun masyarakat dikelompokkan menjadi
empat ( Blum 1974 )
Konsep Blum menjelaskan bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh
1) Lingkungan yang mencakup lingkungan fisik sosial budaya politik ekonomi
dan sebagainnya
2) Perilaku
3) Pelayanan kesehatan
4) Keturunan ( hereditas )
Perilaku merupakan factor terbesar kedua setelah factor lingkungan yang
mempengaruhi derajat kesehatan Oleh sebab itu dalam rangka membina dan
meningkatkan kesehatan masyarakat maka intervensi atau upaya yang di tujukan
kepada faktor erilaku ini sangat strategis
Menurut Green perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama yakni 12
1) Faktor predisposisi ( predisposing factor )
Faktor ini mencakup pengetahuan sikap dan masyarakat terhadap kesehatan
tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
kesehatan sistem nilai yang dinut masyarakat tingkat pendidikan tingkat sosial
ekonomi dan sebagainya
2) Faktor Pemungkin ( Enabling factor )
Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan
bagi masyarakat misalnya air bersih tempat pembuangan tinja ketersediaan
makanan yang bergizi dan sebagainnya termasuk juga fasilitas kesehatan
seperti puskesmas rumah sakit posyandu dokter atau bidan praktek swasta dan
sebagainnya
3) Faktor penguat ( reinforcing factor )
25
Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat tokoh agama
sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan Termasuk juga di
sini undang-undang peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah
daerah yang terkait dengan kesehatan
Tim kerja dari WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang
berperilaku tertentu dikarenakan 4 ( empat ) alasan pokok yaitu
1) Pemikiran dan perasaan ( Thoughts and feeling )
Yakni dalam bentuk pengetahuan kepercayaan dan sikap Pengetahuan di
peroleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain sedangkan
kepercayaan biasanya diperoleh dari orang tua kakek atau nenek Seseorang
menerima kepercayaan itu berdasarkan keyankinan dan tanpa adanya pembuktian
terlebih dahulu Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap
objek dan seringnya diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang
lain yang paling dekat
2) Karakteristik Pendukung (enabling characteristics)
Karakteristik ini mencerminkan bahwa meskipun mempunyai predisposisi untuk
menggunakan pelayanan kesehatan ia tak akan bertindak menggunakannya
kecuali bial ia mampu menggunakannya Penggunaan pelayanan kesehatan yang
ada tergantung kepada kemampuan konsumen untuk membayar
3) Karakteristik kebutuhan (need characteristics)
Faktor predisposisi dan factor yang memungkinkan untuk mencari pengobatan
dapat terwujud di dalam tindakan apabila itu dirasakan sebagai kebutuhanDengan
kata lain kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan
pelayanan kesehatan bila mana tingkat predisposisi dan enabling itu ada
Kebutuhan (need) disisni di bagi menjadi dua ketegori dirasa atau preceived
( subject assessment) dan evaluated ( clinical diagnosis )
Menurut Skinner perilaku kesehatan adalah suatu respons
seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan
26
penyakit system pelayanan kesehatan makanan dan minimum serta lingkungan
Dari batasan ini perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 ( tiga)
kelompok yakni
1) Perilaku pemeliharaan kesehatan ( health maintenance)
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga
kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit Oleh
sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3(tiga) aspek yaitu
a Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit serta
pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit
b Perilaku peningkatan kesehatan apabila seseorang dalam keadaan sehat
c Perilaku gizi Makanan dan minimum dapat meningkatkan kesehatan
seseorang bahkan dapat mendatangkan penyakit Hal ini sangat tergantung
pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut
2) Perilaku pencarian pengobatan ( health behavior )
Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat
menderita penyakit dan atau kecelakaan Tindakan atau perilaku ini dimulai dari
mengobati sendiri ( self treatment) sampai mencari pengobatan keluar negeri
3) Perilaku kesehatan lingkungan
Adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan baik lingkungan fisik
maupun social budaya dan sebagainnya sehingga lingkungan tersebut tidak
mempengaruhi kesehatannya Dengan perkataan lain bagaimana seseorang
mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri
keluarga atau mesyarakatnya 12
24 Kepatuhan Berobat
Kepatuhan berasal dari kata ldquo patuh ldquo yang berarti taat suka menuruti
disiplin Kepatuhan menurut Trostle adalah tingkat perilaku penderita dalam
mengambil suatu tindakan pengobatan misalnya dalam menentukan kebiasaan
hidup sehat dan ketetapan berobat Dalam pengobatan seseorang dikatakan tidak
27
patuh apabila orang tersebut melalaikan kewajibannya berobat sehingga dapat
mengakibatkan terhalangnya kesembuhan 13
Menurut Sacket kepatuhan pasien adalah sejauh mana perilaku pasien
sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh professional kesehatan 14
Menurut Sarafino secara umum ketidaktaatan meningkatkan risiko
berkembangnya masalah kesehatan atau memperpanjang atau memperburuk
kesakitan yang sedang di derita Perkiraan yang ada menyatakan bahwa 20 jumlah
opname di rumah sakit merupakan akibat dari ketidaktaatan pasien terhadap aturan
pengobatan Faktor yang mempengaruhi kepatuhan seseorang dalam berobat yaitu
faktor petugas faktor obat dan faktor penderita Karakteristik petugas yang
mempengaruhi kepatuhan antara lain jenis petugas tingkat pengetahuan lamanya
bekerja frekuensi penyuluhan yang dilakukan Faktor obat yang mempengaruhi
kepatuhan adalah pengobatan yang sulit dilakukan tidak menunjukkan kea rah
penyembuhan waktu yang lama adanya efek samping obat Faktor penderita yang
menyebabkan ketidakpatuhan adalah umur jenis kelamin pekerjaan anggota
keluarga saudara atau teman khusus 15
25 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan
Faktor-faktor yang mempengaruhi katidakpatuhan dapat digolongkan
menjadi empat bagian yaitu
1 Pemahaman tentang Instruksi
Tak seorang pun mematuhi instruksi jika ia salah paham tentang instruksi yang
diberikan kepadanyaLey dan Spelman (Ester 2000 ) Menemukan bahwa lebih
dari 60 yang diwawancarai setelah bertemu dengan dokter salah mengerti
tentang instruksi yang diberikan pada mereka kadang-kadang hal ini disebabkan
oleh kegagalan professional kesehatan dalam memberikan informasi yang
lengkap penggunaan istilah-istilah medis dan mbanyak memberikan instruksi
yang harus diingat oleh pasien
28
Pendekatan praktis untuk meningkatkan kepatuhan pasien ditemukan oleh
Dinicola dan Dimatteo yaitu
a) Buat instruksi tertulis yang jelas dan mudah diinterpretasikan
b) Berikan informasi tentang pengobatan sebelum menjelaskan hal-hal lain
c) Jika seseorang diberikan suatu daftar tertulis tenang hal-hal yang harus
diingat maka aka nada efek ldquokeunggulanrdquoyaitu mereka brusaha mengingat
hal-hal yang pertama kali ditulis
d) Insruksi-instruksi harus ditulis dengan bahasa umum ( Non medis ) dan hal-
hal yang perlu ditekankan 14
2 Kualitas Interaksi
Kualitas interaksi antara profrsional kesehatan dan pasien merupakan bagian yang
penting dalam menentukan derajat kepatuhan Meningkatkan interaksi
professional kesehatan dengan pasien adalah suatu hal penting untuk memberikan
umpan balik pada pasien setelah memperoleh informasi tentang diagnosis Pasien
membutuhkan penjelasan tentang kondisinya saat ini apa penyebabnya dan apa
yang dapat mereka lakukan dengan kondisi seperti itu
3 Isolasi sosial dan keluarga
Keluarga dapat menjadi factor yang sangat berpengaruh dalam menentukan
keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga menentukan tentang
program pengobatan yang dapat mereka terima Keluarga juga member dukungan
dan membuat keputusan mengenai perawatan dari anggota keluarga yang sakit
4 Keyakinan Sikap Kepribadian
Ahli psikologis telah menyelidiki tentang hubungan antar pengukuran-
pengukuran kepribadian dan kepatuhan Mereka menemukan bahwa data
kepribadian secara benar dibedakan antar orang yang putih drngan orang yang
gagal Orang-orang yang tidak patuh adalah orang-orang yang lebih mengalami
depresi anxietas sangat memperhatikan kesehatannya memiliki kekuatan ego
29
yang lebih lemah dan kehidupan sosialnya lebih memusatkan perhatian pada
dirinya sendiri Blumenthal et al mengatakan bahwa ciri-ciri kepribadian yang
disebutkan diatas itu yang menyebabkan seseorang cenderung tidak patuh ( drop
out) dari program pengobatan 14
Menurut Schwart dan Griffin Faktor yang berhubungan dengan
ketidaktaan secara sejarah riset tentang ketaan pasien didasarkan atas pandangan
tradisional mengenai pasien sebagai penerima nasihat dokter yang pasif dan patuh
Pasien yang tidak taat dipandang sebagai orang yang lalai dan masalahnya dianggap
sebagai masalah control Riset berusah untuk mengidentifikasi kelompok-kelompok
pasien yang tidak patuh berdasarkan kelas sosioekonomi pendidikan umur dan
jenis kelamin Pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan sepanjang bawah
pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif seperti penggunaan buku-buku
dan kaset oleh pasien secara mandiri Usaha-usaha ini sedikit berhasil seorang dapat
menjadi tidak taat kalau situasinya memungkinkan Teori-teori yang lebih baru
menekannkan factor situasional dan pasien sebagai peserta yang aktif dalam proses
pengobatannya Perilaku ketaatan sering diartikan sebagai usaha pasien untuk
mengendalikan perilakunya bahkan jika hal tersebut bias menimbulkan resiko
mengenai kesehatannya 15
Macam-macam faktor yang berkaitan dengan ketidaktaatan disebutkan
a Ciri-ciri kesakitan dan cirri-ciri pengobatan
Menurut Dickson dkk perilaku ketaatan lebih rendah untuk penyakit kronis
(karena tidak ada akibat buruk yang segera dirasakan atau resiko yang jelas )
saran mengenai gaya hidup umum dan kebiasaan yang lama pengobatan yang
kompleks pengobatan dengan efek samping perilaku yang tidak pantas
Menurut Sarafino tingkat ketaaatan rata-rata minum obat utnuk menyenbuhkan
kesakitan akut dengan pengobatan jangka pendek adalah sekitar 78 Untuk
kesakita kronis dengan cara pengobatan jangaka panjang tingkat tersebut menurun
sampai 54
b Komunikasi antara Pasien dan Dokter
Berbagai aspek komunikasi antara pasien dan dokter mempengaruhi tingkat
ketidaktaan misalnya informasi dengan pengawasan yang kurang
30
ketidakpuasan terhadap aspek hubungan emosional dengan dokter ketidak
puasan terhadap pengobatan yang diberikan
c Variabel-variabel sosial
Hubungan antara dukungan sosial dengan ketaatan telah dipelajari Secara umum
orang-orang yang merasa mereka menerima penghiburan perhatian dan
pertolongan yang mereka butuhkan dari seseorang atau kelompok biasanya
cenderung lebih mudah mengikuti nasihat medis daripada pasien yang kurang
mendapat dukungan sosial Jelaslah bahwa keluarga memainkan peranan yang
sangat penting dalam pengelolaan medis misalnya penggunaan pengaruh
normative pada pasien yang mungkin mengakibatkan efek yang memudahkan
atau menghambat perilaku ketaatan
d Ciri-ciri Individual
Variabel-variabel demografis juga digunakan untuk meramalkan ketidaktaatan
sebagai contoh Di Amerika Serikat kaum wanita kaum kulit putih dan orang
tua cenderung mengikuti anjuran dokter 15
Dalam proses penyembuhan penderita TB Paru dapat diberikan obat anti-
TB (OAT) yang diminum secara teratur sampai selesai dengan pengawasan
yangketat Masa pemberian obat memang cukup lama yaitu 6-8 bulan secara terus
menerus sehingga dapat mencegah penularan kepada orang lain Oleh sebab itu para
penderita TB jika ingin sembuh harus minum obat secara teratur Tanpa adanya
keteraturan minum obat penyakit sulit disembuhkan Jika tidak teratur minum obat
penyakitnya sukar diobati kuman TB dalam tubuh akan berkembang semakin banyak
dan menyerang organ tubuh lain yang akan membutuhkan waktu lebih lama untuk
dapat sembuh
26 Pengawasan Menelan Obat (PMO) 9
Salah satu komponen DOTS adalah pengobatan paduan OAT jangka
pendek dengan pengawasan langsung Untuk menjamin keteraturan pengobatan
diperlukan seorang PMO
31
a Persyaratan PMO
bull Seseorang yang dikenal dipercaya dan disetujui baik oleh petugas kesehatan
maupun pasien selain itu harus disegani dan dihormati oleh pasien
bull Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien
bull Bersedia membantu pasien dengan sukarela
bull Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan pasien
b Siapa yang bisa menjadi PMO
Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan misalnya Bidan di Desa Perawat
Pekarya Sanitarian Juru Immunisasi dan lain lain Bila tidak ada petugas
kesehatan yang memungkinkan PMO dapat berasal dari kader kesehatan guru
anggota PPTI PKK atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga
c Tugas seorang PMO
bull Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai
pengobatan
bull Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur
bull Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah
ditentukan
bull Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai gejala-
gejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke Unit Pelayanan
Kesehatan
Tugas seorang PMO bukanlah untuk mengganti kewajiban pasien mengambil
obatdari unit pelayanan kesehatan
d Informasi penting yang perlu dipahami PMO untuk disampaikan kepada pasien dan
keluarganya
bull TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur
32
bull TB bukan penyakit keturunan atau kutukan
bull Cara penularan TB gejala-gejala yang mencurigakan dan cara pencegahannya
bull Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan)
bull Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur
bull Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera meminta
pertolongan ke UPK
27 Penanggulangan TB 16
Rencana Global Penanggulangan TB
Rencana Global 2006-2015 mencakup enam elemen utama dalam strategi baru Stop
TB ndashWHO yang terdiri dari
1 Memperluas dan meningkatkan ekspansi DOTS yang berkualitas meningkatkan
penemuan kasus dan kesembuhan melalui pendekatan yangterfokus pada penderita
agar pelayanan DOTS yang berkualitas dapat menjangkau seluruh penderita
khususnya kelompok masyarakat yang miskin dan rentan
2 Menghadapi tantangan TBHIV MDR-TB dan tantangan lainnya dengan cara
meningkatkan kolaborasi TBHIV DOTS-Plus dan pendekatan lainnya
3 Berkontribusi dalam memperkuat sistem kesehatan melalui kerjasama dengan
berbagai program dan pelayanan kesehatan lainnya misalnya dalam memobilisasi
sumber daya manusia dan finansial untuk implementasi dan mengevaluasi
hasilnyaserta pertukaran informasi dalam keberhasilan pencapaian dalam program
penanggulangan TB
33
4 Melibatkan seluruh penyedia pelayanan kesehatan pemerintah lembaga swadaya
masyarakat (LSM) dan swasta dengan cara memperluas pendekatan berbasis
public-private mix (PPM) dengan menggunakan ISTC
5 Melibatkan penderita TB dan masyarakat untuk memberikan kontribusi dalam
penyediaan pelayanan yang efektif Hal ini meliputi perluasan pelayanan TB di
masyarakat menciptakan kebutuhan masyarakat akan pelayanan TB advokasi
yang spesifik komunikasi dan mobilisasi sosial serta mendukung pengembangan
piagam pasien TB dalam masyarakat dan
6 Memberdayakan dan meningkatkan penelitian operasional
28 Kerangka Konsep
Variabel Independent Variabel dependent
Karakteristik Individu
1Umur
2Jenis kelamin
3Pendidikan
4Pekerjaan
5Pengetahuan
6Efek samping OAT
7Tingkat kepatuhan
penderita dalam
pengobatan
Kesembuhan
34
Penderita TB paru
Faktor Pelayanan
kesehatan
1 Ketersediaan OAT
2 Sikap petugas kesehatan
3 LokasiJarak
4 Penyuluhan kesehatan
5 Kunjungan rumah
Faktor Peran PMO
Gambar Kerangka Konsep Penelitian
Definisi Konsep
1 Karakteristik individu adalah hal-hal yang melekat dalam diri penderita TB paru yang
mempengaruhi tingkat kapetuhan dalam melaksanakan program pengobatan dengan
strategi DOTS yang membedakan seseorang dengan yang lainnya meliputi umur jenis
kelamin pendidikan pekerjaan pengetahuan efek samping OAT tingkat kepatuhan
penderita dalam pengobatan
2 Faktor pelayanan kesehatan adalah penilaian dari penderita TB paru terhadap upaya yang
diselenggarakan oleh unit pelayanan kesehatan untuk menangani penderita TB paru
meliputi Ketersediaan OATsikap petugas kesehatan lokasijarak penyuluhan
kesehatan dan kunjungan rumah
3 Faktor Peran PMO ( Pengawasan Menelan Obat ) adalah penilaian dari penderita TB paru
terhadap hal-hal yang menjadi tugas dari seseorang pengawas menelan obat yang
mempengaruhi tingkat kepatuhan penderita TB paru dalam melaksanakan pengobatan
meliputi penyuluhan member dorongan meningkatkan dan mengawasi
35
4 Kesembuhan adalah pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan
pemeriksaan ulang dahak (follow up) menunjukkan hasil BTA negatif
29 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konsep di atas maka hipotesis penelitian ini adalah
1) Ada pengaruh karakteristik individu terhadap kesembuhan penderita TB paru
dalam pengobatan
2) Ada pengaruh pelayanan kesehatan terhadap kesembuhan penderita TB paru
dalam pengobatan
3) Ada pengaruh PMO terhadap kesembuhan penderita TB paru dalam pengobatan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
31 Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional yang
bertujuan untuk menjelaskan pengaruh karakteristik individu faktor pelayanan
kesehatan dan faktor Pengawas Menelan Obat (PMO) terhadap kesembuhan
penderita TB Paru dalam melaksanakan pengobatan di Puskesmas Grogol Petamburan
tahun 2011
32 Tempat dan Waktu Penelitian
36
Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Grogol Petamburan pada bulan
Januari sampai Februari tahun 2012
33 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang
sedang menjalankan pengobatan TB di Puskesmas Grogol
Petamburan mulai bulan OktobeR
34 Keriteria Inklusi dan Eksklusi
341 Keriteria Inklusi
342 Keriteria Eksklusi
35 Sampel
351 Besar Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang
mengikuti pengobatan dengan strategi DOTS di Puskesmas yang pada saat penelitian
sedang menjalani pengobatan dan seluruh penderita TB yang telah mendapat
pengobatan selama 6 bulan atau sedang dalam tahap lanjutan
Keterangan
n1 = Jumlah sampel minimal
37
n2 = Jumlah sampel ditambah substitusi 10 (substitusi adalah persen responden
yang mungkin drop out)
Z = Tingkat batas kepercayaan dengan = 5
Didapat Z pada kurva normal = 196
p = Proporsi variabel yang diteliti yaitu besarnya presentasi 50 )
q = 1 - p
L = Derajat kesalahan yang masih dapat diterima adalah 10
Berdasarkan rumus di atas didapatkan angka sebagai berikut
( Z )2 p q ( 196 )2 0505
n1 = ----------------- = ------------------------------ = 9604
L2 ( 01 )2
n2 = n1 + ( 10 n1 )
= 9604 + ( 10 9604)
= 9604 + 9604
= 10564 Dibulatkan 106
352 Teknik Pengambilan Sampel
36 Identifikasi Variabel
1 Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kesembuhan tb paru
2 Variabel independen adalah umur jenis kelamin pendidikan pekerjaan
pengetahuan efek samping OAT dan tingkat kepahuhan dari penderita TB
Selain itu faktor dari pelayanan kesehatan dan PMO juga ikut berperan
37 Cara Kerja
1 Membuat proposal penelitian tentang hubungan antara tingkat kepatuhan minum
OAT dengan tingkat kesembuhan penyakit TB di Puskesmas Kecamatan Grogol
Petamburan
38
2 Pengumpulan data sekunder dari Puskesmas Grogol Petamburan
3 Melakukan kunjungan ke rumah-rumah sampel di daerah RT terpilih untuk
pengumpulan data primer dengan memakai kuesioner dan wawancara responden
4 Data-data yang telah dikumpulkan akan dilakukan pengolahan berupa proses
editing verifikasi dan koding Selanjutnya dimasukkan dan diolah dengan
menggunakan program computer yaitu program SPSS
5 Terhadap data yang telah diolah kemudian dilakukan analisis sesuai dengan cara
uji statistik menggunakanhelliphellip Data diinterpretasi secara deskriptif korelatif
antar variabel ndash variabel yang telah ditentukan dan disajikan dalam bentuk
tekstular dan tabular
6 Hasil dari penelitian akan disusun dalam bentuk pelaporan penelitian yang
selanjutnya akan di presentasikan di hadapan staf pengajar program pendidikan
Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida
Wacana (FK UKRIDA) dalam forum pendidikan Ilmu Kedokteran Komunitas
Fakultas Kedokteran UKRIDA
38 Manajemen Data
381 Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder yaitu
1 Data primer diperoleh dengan wawancara langsung kepada penderita TB paru
dan petugas kesehatan program penanggulangan TB Paru yang berpedoman pada
kuisioner penelitian yang telah ditetapkan dam melakukan cross check
2 Data sekunder diperoleh dari laporan pelaksanaan program penanggulangan TB
Paru di Puskesmas kartu pengobatan TBC (formulir TB 01) dan Formulir
Permohonan Laboratorium TBC Untik Pemeriksaan Dahak (formulir TB 05)
382 Pengolahan Data
39
Aspek pengukuran
Aspek pengukuran variable bebas
Karakteristik individu
Aspek pengukuran variable karakteristik individu dapat dilihat pada tabel 31
Table 31 Aspek Pengukuran Variabel Karakteristik Individu
Karakteristik
individu
Kategori Skala Bobot nilai
Umur a 15-24 tahun
b 25-49 tahun
c gt 50 tahun
rasio
Jenis kelamin a Laki-laki
b Perempuan
Tingkat
pendidikan
a Tidak tamat SD
b SD
c SLTP
d SLTA
e Sarjana S1
Pekerjaan a Bekerja
b Tidak bekerja
Pengetahuan a Baik
b Sedang
c Bururk
Efek samping
OAT
a Ada
b Tidan ada
Faktor pelayanan kesehatan
Pengukuran faktor pelanan kesehatan meliputi ketersediaan OAT yang
diukur adalah yang diukur dengan 2 pertanyaan sikap petugas kesehatan diukur
dengan 8 pertanyaan lokasi jarak diukur dengan 3 pertanyaan penyuluhan kesehatan
diukur dengan 6 pertanyaan dan kunjungan rumah diukur dengan 2 pertanyaan
40
berdasarkan jawaban yang diberikan responden selanjutnya dikelompokkan menjadi
tiga (3) yaitu
a Baik jika faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan
penilaian yang baik karena kebutuhan yang diinginkan debagian besarnya
terpenuhi (nilai gt32)
b Sedang bila faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan
penilaian yang kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan responden hanay
sebagian saja yang terpenuhi (nilainya 17-32)
c Buruk bila faktor pelayanan pelayanan kesehatan yang diterima responden
menimbulkan penilaian yang tidak baik karena kebutuhan yang diinginka
responden sebagian besar tidak dipenuhi (nilainya lt17)
Faktor Pengawas Menelan Obat (PMO)
Faktor Pengawas Menelan Obat diukur dengan 5 pertanyaan yang
selanjutnya dibedakan atas 3 kategori yaitu
a Baik bila semua tugas yang diterima responden terlaksana dengan baik yaitu
mengawasi memberikan dorongan mengingatkan dan memberikan penyuluhan
(nilainya gt11)
b Sedang bila tugas PMO yang diterima responden sebagian saja yang terpenuhi
(nilainya 6-11)
c Buruk bila tugas PMO yang diterima responden tidak terlaksana dengan baik
(nilainya lt 6)
Aspek Pengukuran Variabel Terikan
Kepatuhan Pengobatan TB Paru
41
Aspek Pengukuran Variabel ini menggunakan skala interval yang diukur berdasarkan
tiga (3) kategori yaitu
Patuh apabila responden selalu menelan obat sesuai ketentuan petugas kesehatan
yaitu setiap hari pada tahap awal tiga kali seminggu pada tahap lanjutan dan
mengambil obat serta memeriksakan dahak sesuai jadwal dan menaati nasihat dari
petugas kesehatan ( bobot 3 )
Kurang patuh jika responden kadang-kadang menelan obat sesuai ketentuan
petugas kesehatan atau responden tidak menelan obat 2-8 minggu selama tahap
pengobatan lanjutan dan tidak memerisakan dahak sesuai jadwal yang telah
ditetapkan dan tidak selalu menaati nasihat dari petugas kesehatan (bobot 2 )
Tidak patuh jika responden tidak menelan obat sesuai ketentuan petugas
kesehatan atau responden tidak menelan obat lebih dari 8 minggu selama tahap
pengobatan lanjutan dan tidak mengambil obat serta tidak memeriksakan dahak
sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan tidak menaati nasihat petugas kesehatan
(bobot 1)
383 Penyajian Data
384 Analisis Data
385 Interpretasi Data
386 Pelaporan Data
39 Definisi Operasional
1 Umur adalah usia responden saat penelitian berdasarkan ulang tahun terakhir yang
dibedakan atas 3 (tiga) kategori berdasarkna Badan Pusat Statistik Kota Medan
42
tahun 2008 yaitu 1) orang muda 25-24 tahun 2) dewasa 24-49 tahun 3) orang
tua gt 50 tahun
2 Jenis kelamin adalah suatu karakteristik responden yang dibedakan identitasnya
dari laki-laki dan perempuan
3 Pendidikan adalah jenjang pendidikannyang berhasil ditamatkan responden yang
dibedakan atas tidak tamat SD SD SLTP SLTA Akademi Sarjana
4 Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh responden sebagai
pendapatan utama yang dibedakan atas kerja dan tidak bekerja
5 Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai penyakit
TB paru
6 Efek samping OAT adalah gejala keluhan yang diderita responden akiba menelan
OAT selama pengobatan
7 Ketersdediaan OAT adalah pandangan responden terhadap kondisi OAT
diperoleh dari puskesmas meliputi kecukupan jumlah OAT dan dan kualitasnya
8 Sikap petugas kesehatan adalah penilaian responden terhadap reaksi petugas
kesehatan kepada responden selama mereka menjalanin pengobatan
9 Lokasi jarak adalah pandangan responden tentang lama perjalanan dari tempat
tinggal responden ke Puskesmas yang diukur dengan jarak sarana transportasi
10 Penyuluhan kesehatan adalah pandangan responden tentang kegiatan yang
dilakukan oleh petugas kesehatan sehubungan dengan pengobatan TB Paru untuk
mencapai suatu keadaan dimana pederita TB Paru dapat hidup lebih sehat
11 Kunjungan rumah adalah pandangan responden tentang kegiatan yang dilakukan
petugas kesehatan selama masa pengobatan ke rumah responden
12 Faktor peran Pengawas Minum Obat (PMO) adalah pandangan responden tentang
tugas yang dilakasanakan oleh seorang PMO meliputi penyuluhan
13 Kepatuhan berobat adalah ketaan responden dalam menelan obat mengambil
obat dan melakukan pemeriksaan dahak sesuai jadwal yang telah ditentukan dan
menaati segala nasehat dari petugas kesehatan
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
1) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta
2) Perkumpulan Pemberantasan TB Indonesia 2011 TB di Indonesia Peringkat Dunia
Jakarta Diakses melalui situs httpwwwpptiinfoindexphpcomponentcontentarticle46-
arsip-ppti141-tbc-di-indonesia-peringkat-5-dunia Diakses pada tanggal 23 Januari 2012
44
3) Depkes dan WHO 2008 Lembar Fakta Tuberkulosis Jakarta
4) Dirjen P2M amp PLP 1997 Pengawasan Menelan Obat (PMO) adalah DOTS ala Indonesia
Jakarta
5) Amirudin R 2006 Faktor Keberhasilan Konversi pada Penderita TB Paru di Puskesmas
Jongaya Tahun 2006 Laporan Penelitian FKM Unhas Makasar
6) Aditama Tjandra Y 1994 Tuberkulosis Paru Masalah dan Penanggulangnya UI Press
Jakarta
7) Aru W Bambang S Idrus A dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Tuberkulosis
Paru Edisi IV FKUI Jakarta 2006 998-1004
8) Depkes RI 2002 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta
9) Depkes RI 2006 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta
10) Subijakto Hubungan Pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Berobat
Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Proposal Skripsi Jakarta 2011 Diakses pada
tanggal 20 Januari 2012
11) Aditama Tjandra Y 2002 Tuberkulosis Diagnosis Terapi dan Masalahnya Yayasan IDI
Jakarta
12) Notoatmodjo Soekidjo 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Penerbit Rineka Cipta
Jakarta
13) Simamora Jojor 2004 Faktor yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Berobat Penderita TB
Paru di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2004 Tesis Pascasarjana USU Medan
14) Ester Monica 2000 Psikologi Kesehatan Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
15) Bart Smet 1994 Psikologi Kesehatan PT Grasindo Jakarta
16) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta
45
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
21 Penyakit Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman TB (Mycobacterium tuberculosis) Sebagian besarkuman TB menyerang paru
tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya Tuberkulosis bukanlah penyakit
keturunan tetapi dapat ditularkan dari orang ke orang lain6
Kuman penyebab tuberkulosis ini ditemukan oleh seorang ilmuwan
Jerman yang bernama Robert Koch di tahun 1882 Hasil penemuannya ini dilaporkan
olehnya kepada masyarakat ilmiah pada tanggal 24 Maret 1882 Penemuan ini
merupakan peristiwa terbesar dalam perkembangan pengobatan tuberkulosis dan
tanggal 24 Maret setiap tahunnya sampai sekarang diperingati sebagai TB Day (hari
Tuberkulosis) 6
Kuman tuberkulosis berbentuk batang berukuran sangat kecil sehingga
hanya dapat dilihat di bawah mikroskop Panjangnya sekitar satu sampai empat
micron dan lebarnya antara 03 sampai 06 mikron Basil tuberkulosis akan tumbuh
secara optimal pada suhu sekitar 370C yang sesuai dengan tubuh manusia Untuk
berkembang biak basil ini melakukan pembelahan diri Jika dilihat dari struktur
kimianya basil ini tediri dari lemak dan protein6
Kuman tuberkulosis mempunyai sifat khusus yaitu tahan asam pada
pewarnaan sehingga disebut sebagai Basil Tahan Asam (BTA) Kuman TB akan mati
pada penyinaran dengan sinar matahari langsung Dalam jaringan tubuh kuman ini
bersifat dormant artinya kuman dapat tertidur lama selama beberapa tahun lalu dapat
aktif kembali jika keadaan memungkinkan6
7
211 Klasifikasi Tuberkulosis 9
Penentuan klasifikasi penyakit tuberkulosis memerlukan suatu lsquodefinisi kasusrsquo yang
meliputi empat hal yaitu
- Lokasi atau organ tubuh yang sakit paru atau ekstra paru
- Bakteriologi (hasil pemeriksaan dahak secara mikroskopis) BTA positif atau BTA
negatif
- Tingkat keparahan penyakit ringan atau berat
- Riwayat pengobatan TB sebelumnya baru atau sudah pernah diobati
bull Manfaat dan tujuan menentukan klasifikasi adalah
- menentukan paduan pengobatan yang sesuai
- registrasi kasus secara benar
- menentukan prioritas pengobatan TB BTA(+)
- analisis kohort hasil pengobatan
bull Beberapa istilah dalam definisi kasus
- Kasus TB Pasien TB yang telah dibuktikan secara mikroskopis atau didiagnosis
oleh dokter
- Kasus TB pasti (definitif) pasien dengan biakan positif untuk Mycobacterium
tuberculosis atau tidak ada fasilitas biakan sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen
dahak SPS hasilnya BTA positif
bull Kesesuaian paduan dan dosis pengobatan dengan kategori diagnostik sangat
diperlukan untuk
- menghindari terapi yang tidak adekuat (undertreatment) sehingga mencegah
timbulnya resistensi
- menghindari pengobatan yang tidak perlu (overtreatment) sehingga meningkatkan
pemakaian sumber-daya lebih biaya efektif (cost-effective)
- mengurangi efek samping
8
Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena
bull Tuberkulosis paru Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang
jaringan (parenkim) paru tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada
hilus
bull Tuberkulosis ekstra paru Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain
paru misalnya pleura selaput otak selaput jantung (pericardium) kelenjar lymfe
tulang persendian kulit usus ginjal saluran kencing alat kelamin dan lain-lain
Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis yaitu pada TB
Paru
bull Tuberkulosis paru BTA positif
- Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif
- 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada menunjukkan
gambaran tuberkulosis
- 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif
- 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS pada
pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah
pemberian antibiotika non OAT
bull Tuberkulosis paru BTA negatif
Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif
Kriteria diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi
- Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif
- Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis
- Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT
- Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan
9
Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan penyakit
bull TB paru BTA negatif foto toraks positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan
penyakitnya yaitu bentuk berat dan ringan Bentuk berat bila gambaran foto
toraks memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas (misalnya proses ldquofar
advancedrdquo) dan atau keadaan umum pasien buruk
bull TB ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya yaitu
- TB ekstra paru ringan misalnya TB kelenjar limfe pleuritis eksudativa
unilateral tulang (kecuali tulang belakang) sendi dan kelenjar adrenal
- TB ekstra-paru berat misalnya meningitis milier perikarditis peritonitis
pleuritis eksudativa bilateral TB tulang belakang TB usus TB saluran kemih
dan alat kelamin
Catatan
bull Bila seorang pasien TB paru juga mempunyai TB ekstra paru maka untuk
kepentingan pencatatan pasien tersebut harus dicatat sebagai pasien TB paru
bull Bila seorang pasien dengan TB ekstra paru pada beberapa organ maka dicatat
sebagai TB ekstra paru pada organ yang penyakitnya paling berat
10
212 Cara Penularan
Lingkungan hidup yang sangat padat dan pemukiman di wilayah perkotaan
kemungkinan besar telah mempermudah proses penularan dan berperan sekali atas
peningkatan jumlah kasus TB Proses terjadinya infeksi oleh Mycobacterium
tuberculosis biasanya secara inhalasi sehingga TB paru merupakan manifestasi klinis
yang paling sering dibandingkan dengan organ lain Penularan penyakit ini sebagian
besar melalui inhalasi basil yang mengandung droplet nuclei khususnya yang di
dapat dari pasien TB paru dengan batuk berdarah atau berdahak yang mengandung
basil tahan asam (BTA) Pada TB kulit atau jaringan lunak penularan bias melalui
inokulasi langsung Infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium bovis dapat
disebabkan oleh susu yang kurang disterilkan dengan baik atau terkontaminasi Sudah
dibuktikan bahwa lingkungan sosial ekonomi yang baik pengobatan yang teratur dan
pengawasan minum obat yang ketat dapat berhasil mengurangi angka morbiditas dan
mortalitas di Amerika selama tahun 1950-1960 7
Daya penularan dari seseorang penderita ditentukan oleh banyaknya
kuman yang dikeluarkan dari parunya Makin tinggi derajat positif hasil dari
pemeriksaan dahak makin menular penderita tersebut Bila pemeriksaan dahak
negatif (tidak terlihat kuman) maka penderita tersebut dianggap tidak menular
Kemungkinan seseorang terinfeksi TB paru ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam
udara dan lamanya menghirup udara tersebut 8
Perlu diketahui bahwa kuman TB tidak hanya keluar ketika penderita
batuk saja tetapi juga pada saat bernyanyi bersin atau bersiul Secara umum dapat
dikatakan bahwa penularan penyakit TB banyak bergantung dari beberapa factor
seperti jumlah kuman yang ada tingkat keganasan kuman dan daya tahan tubuh orang
yang tertular 6
213 Penemuan Penderita TB
Kegiatan penemuan pasien terdiri dari penjaringan suspek diagnosis
penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien Penemuan pasien merupakan langkah
pertama dalam kegiatan program penanggulangan TB Penemuan dan penyembuhan
11
pasien TB menular secara bermakna akan dapat menurunkan kesakitan dan kematian
akibat TB penularan TB di masyarakat dan sekaligus merupakan kegiatan
pencegahan penularan TB yang paling efektif di masyarakat9
Strategi penemuan 9
Penemuan pasien TB dilakukan secara pasif dengan promosi aktif Penjaringan
tersangka pasien dilakukan di unit pelayanan kesehatan didukung dengan
penyuluhan secara aktif baik oleh petugas kesehatan maupun masyarakat untuk
meningkatkan cakupan penemuan tersangka pasien TB
Pemeriksaan terhadap kontak pasien TB terutama mereka yang BTA positif yang
menunjukkan gejala sama harus diperiksa dahaknya
Penemuan secara aktif dari rumah ke rumah dianggap tidak cost efektif
214 Risiko Penularan 9
- Risiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan dahak Pasien TB
paru dengan BTA positif memberikan kemungkinan risiko penularan lebih besar
dari pasien TB paru dengan BTA negatif
- Risiko penularan setiap tahunnya di tunjukkan dengan Annual Risk of Tuberculosis
Infection (ARTI) yaitu proporsi penduduk yang berisiko terinfeksi TB selama satu
tahun ARTI sebesar 1 berarti 10 (sepuluh) orang diantara 1000 penduduk
terinfeksi setiap tahun ARTI di Indonesia bervariasi antara 1-3
- Infeksi TB dibuktikan dengan perubahan reaksi tuberkulin negatif menjadi positif
215 Gejala Klinis TB Paru
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu
atau lebih Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah
batuk darah sesak nafas badan lemas nafsu makan menurun berat badan menurun
12
malaise berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik demam meriang lebih dari satu
bulan9
Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain
tb seperti bronkiektasis bronkitis kronis asma kanker paru dan lain-lain Mengingat
prevalensi TB di Indonesia saat ini masih tinggi maka setiap orang yang datang ke
UPK dengan gejala tersebut diatas dianggap sebagai seorang tersangka (suspek)
pasien TB dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung9
216 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Tuberkulosis
Faktor ndash faktor yang mempengaruhi terhadap terjadinya TB antara lain
1 Harus ada sumber infeksi
Sumber infeksi dapat berasal dari penderita TB dengan BTA positif Penularan
dapat terjadi melalui dropet atau melalui pengunaan alat makan secara bergantian
tanpa dicuci yang digunakan oleh penderita TB dengan BTA positif tersebut
2 Jumlah basil penyebab harus cukup
Semakin banyak jumlah basil yang terhirup maka semakin besar kemungkinan
seseorang untuk mengidap TB
3 Virulensi yang tinggi dari basil TB
Apabila angka keaktifan kuman tinggi maka semakin cepat kuman TB
berkembang biak di dalam tubuh Selain itu masa inkubasi akan semakin cepat
4 Daya tahan tubuh yang rendah
Daya tahan tubuh yang menurun memungkinkan basil berkembang biak dan
menimbulkan penyakit tuberkulosis 10
217 Tipe Penderita TB Paru
Tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya Ada beberapa
tipe pasien yaitu
bull Kasus baru
13
Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan
OAT kurang dari satu bulan (4 minggu)
bull Kasus kambuh (Relaps)
Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan
tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap didiagnosis
kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur)
bull Kasus setelah putus berobat (Default )
Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA
positif
bull Kasus setelah gagal (failure)
Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi
positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan
bull Kasus Pindahan (Transfer In)
Adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki register TB lain untuk
melanjutkan pengobatannya
bull Kasus lain
Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas Dalam kelompok ini
termasuk Kasus Kronik yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif
setelah selesai pengobatan ulangan
Catatan
TB paru BTA negatif dan TB ekstra paru dapat juga mengalami kambuh gagal
default maupun menjadi kasus kronik Meskipun sangat jarang harus dibuktikan
secara patologik bakteriologik (biakan) radiologik dan pertimbangan medis
spesialistik9
218 Pemeriksaan Diagnostik
Untuk mengetahui adanya tuberkulosis dokter biasanya berpegang pada
tiga patokan utama Pertama hasil wawancaranya tentang keluhan pasien dan hasil
pemeriksaan yang dilakukan pada pasien yang disebut dengan anamnesis Kedua
14
hasil pemeriksaan laboratorium untuk menemukan adanya BTA pada spesimen
penderita
Pemeriksaan dahak mikroskopis 9
Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis menilai
keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan
Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis dilakukan dengan
mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang
berurutan berupa Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS)
S (sewaktu)
Dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung pertama kali Pada
saat pulang suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak pagi
pada hari kedua
P (Pagi)
Dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua segera setelah bangun tidur
Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di UPK
S (sewaktu)
Dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua saat menyerahkan dahak pagi
Adapun tujuan dari pemeriksaan dahak pada program penanggulangan TB
adalah
1 Menegakkan diagnosis dan menentukan tipe klasifikasi
2 Menilai kemajuan pengobatan
3 Menentukan tingkat penularan 8
Pemeriksaan ulang dahak untuk memantau kemajuan pengobatan
dilakukan pada
1 Akhir tahap intensif
15
Dilakukan seminggu sebelum akhir pengobatan penderita baru BTA positif
dengan kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-3 pengobatan ulang
penderita BTA positif kategori 2
2 Sebulan sebelum akhir pengobatan
Dilakukan seminggu sebelum akhir bulan ke-5 pengobatan penderita baru BTA
positif dengan kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-7 pengobatan
ulang penderita BTA positif dengan kategori 2
3 Akhir pengobatan
Dilakukan seminggu sebelum akhir bulan ke-6 pada penderita BTA positif dengan
kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-8 pengobatan ulang BTA positif
dengan kategori 2 8
Pemeriksaan dahak pada sebulan sebelum akhir pengobatan dan akhir
pengobatan bertujuan untuk menilai hasil pengobatan (apakah sembuh atau gagal)
219 Prinsip Pengobatan
Penatalaksanaan TB meliputi penemuan pasien dan pengobatan yang
dikelola dengan menggunakan strategi DOTS9
Tujuan utama pengobatan pasien TB adalah menurunkan angka kematian
dan kesakitan serta mencegah penularan dengan cara menyembuhkan pasien
Penatalaksanaan penyakit TB merupakan bagian dari surveilans penyakit tidak
sekedar memastikan pasien menelan obat sampai dinyatakan sembuh tetapi juga
berkaitan dengan pengelolaan sarana bantu yang dibutuhkan petugas yang terkait
pencatatan pelaporan evaluasi kegiatan dan rencana tindak lanjutnya9
Tabel 21 Jenis sifat dan dosis OAT
Dosis yang direkomendasikan (mgkg)
16
Jenis OAT Sifat Harian 3x seminggu
Isoniazid (H) Bakterisid 5
(4-6)
10
(8-12)
Rifampicin (R) Bakterisid 10
(8-12)
10
(8-12)
Pyrazinamide (Z) Bakterisid 25
(20-30)
35
(30-40)
Streptomycin (S) Bakterisid 15
(12-18)
15
(12-18)
Etambutol (E) Bakteriostatik 15
(15-20)
30
(20-35)
Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut 9
bull OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat dalam jumlah
cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan Jangan gunakan OAT
tunggal (monoterapi) Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT ndash KDT)
lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan
bull Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat dilakukan pengawasan langsung
(DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat
(PMO)
bull Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap yaitu tahap intensif dan lanjutan
Tahap awal (intensif) 9
- Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara
langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat
17
- Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat biasanya pasien
menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu
- Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2
bulan
Tahap Lanjutan 9
- Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit namun dalam jangka
waktu yang lebih lama
- Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah
terjadinya kekambuhan
2110 Panduan Penggunaan OAT di Indonesia9
Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis di Indonesia
- Kategori 1 2(HRZE)4(HR)3
- Kategori 2 2(HRZE)S(HRZE)5(HR)3E3
Disamping kedua kategori ini disediakan paduan obat sisipan (HRZE)
- Kategori Anak 2HRZ4HR
Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket
berupa obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT) sedangkan kategori anak sementara
ini disediakan dalam bentuk OAT kombipak
Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu
tablet Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien Paduan ini dikemas dalam
satu paket untuk satu pasien
Paket Kombipak
18
Terdiri dari obat lepas yang dikemas dalam satu paket yaitu Isoniasid
Rifampisin Pirazinamid dan Etambutol Paduan OAT ini disediakan program untuk
mengatasi pasien yang mengalami efek samping OAT KDT
Paduan OAT ini disediakan dalam bentuk paket dengan tujuan untuk
memudahkan pemberian obat dan menjamin kelangsungan (kontinuitas) pengobatan
sampai selesai
Satu (1) paket untuk satu (1) pasien dalam satu (1) masa pengobatan
KDT mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB
1 Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin efektifitas
obat dan mengurangi efek samping
2 Mencegah penggunaan obat tunggal sehinga menurunkan resiko terjadinya
resistensi obat ganda dan mengurangi kesalahan penulisan resep
3 Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat menjadi
sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien
Paduan OAT dan peruntukannya
19
1 Kategori-1 (2HRZE 4H3R3)
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru
1048707 Pasien baru TB paru BTA positif
1048707 Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif
1048707 Pasien TB ekstra paru
Tabel 22 Dosis untuk paduan OAT KDT untuk Kategori 1
Berat Badan
Tahap Intensif
tiap hari selama 56 hari
RHZE (15075400275)
Tahap Lanjutan
3 kali seminggu selama 16 minggu
RH (150150)
30-37 kg 2 tablet 4 KDT 2 tablet 4 KDT38-54 kg 3 tablet 4 KDT 3 tablet 4 KDT55-70 kg 4 tablet 4 KDT 4 tablet 4 KDTge 71 kg 5 tablet 4 KDT 5 tablet 4 KDT
2 Kategori -2 (2HRZES HRZE 5H3R3E3)
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya
1048707 Pasien kambuh
1048707 Pasien gagal
1048707 Pasien dengan pengobatan setelah default (terputus)
Tabel 23 Dosis untuk paduan OAT KDT Kategori 2
Berat Badan
Tahap Intensif
tiap hari
RHZE (15075400275) + S
Tahap Lanjutan
3 kali seminggu
RH (150150) + E (275)
Selama 56 hari Selama 28 hari Selama 20 minggu
30-37 kg 2 tablet 4 KDT + 500 mg Streptomisin inj
2 tablet 4 KDT 2 tablet 4 KDT+ 2 tab Etambutol
38-54 kg 3 tablet 4 KDT +750 mg Streptomisin inj
3 tablet 4 KDT 3 tablet 4 KDT+ 3 tab Etambutol
55-70 kg 4 tablet 4 KDT +1000 mg Streptomisin inj
4 tablet 4 KDT 4 tablet 4 KDT+ 4 tab Etambutol
ge 71 kg 5 tablet 4 KDT +1000 mg Streptomisin inj
5 tablet 4 KDT 5 tablet 4 KDT+ 5 tab Etambutol
Catatan
20
Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal untuk streptomisin adalah
500mg tanpa memperhatikan berat badan
Untuk perempuan hamil lihat pengobatan TB dalam keadaan khusus
Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan menambahkan aquabidest
sebanyak 37ml sehingga menjadi 4ml (1ml = 250mg)
3 OAT Sisipan (HRZE)
Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap intensif kategori 1 yang
diberikan selama sebulan (28 hari)
Tabel 24 Dosis KDT untuk Sisipan
Berat Badan Tahap Intensif tiap hari selama 28 hari
RHZE (15075400275)
30-37 kg 2 tablet 4 KDT38-54 kg 3 tablet 4 KDT55-70 kg 4 tablet 4 KDTge 71 kg 5 tablet 4 KDT
Penggunaan OAT lapis kedua misalnya golongan aminoglikosida (misalnya
kanamisin) dan golongan kuinolon tidak dianjurkan diberikan kepada pasien baru tanpa indikasi
yang jelas karena potensi obat tersebut jauh lebih rendah daripada OAT lapis pertama Di
samping itu dapat juga meningkatkan terjadinya risiko resistensi pada OAT lapis kedua
2111 Alur Diagnostik TB 9
21Suspek TB Paru
2112 Evaluasi Pengobatan
22
Pemeriksaan dahak mikroskopis (SPS = Sewaktu ndash Pagi ndash Sewaktu)
Hasil BTA+ - -
Hasil BTA- - -
Hasil BTA+ + ++ + +
Antibiotik Non-OAT
Tidak adaPerbaikan
Adaperbaikan
Pemeriksaan dahak mikroskopis
Foto toraks dan
Pertimbangan dokter
Hasil BTA+ + ++ + -+ _ _
Hasil BTA- - -
Foto toraks dan
Pertimbangan dokter
TB Bukan TB
Evaluasi Klinis
Biasanya pasien di control dalam 1 minggu pertama selanjutnya setiap 2 minggu
selama tahap intensif dan seterusnya sekali sebulan sampai akhir pengobatan
Secara klinis hendaknya terdapat perbaikan keluhan pasien seperti batuk yang
berkurang tidak ada batuk darah nafsu makan bertambah dan ada peningkatan
berat badan
Evaluasi Bakteriologis
Pemeriksaan dahak untuk menilai keberadaan kuman Biasanya setelah 2-3
minggu perngobatan sputum BTA mulai negatif Pemeriksaan control sputum
dilakukan sekali sebulan Bagi penderita dengan BTA positif setelah tahap
intensif akan mendapatkan pengobatan ulang Bila sudah negatif sputum
diperiksa tiga kali berturut-turut dan harus dikontrol agar tidak terjadi ldquosilent
bacterial sheddingrdquo yaitu terdapat sputum BTA positif tanpa disertai keluhan-
keluhan TB yang relevan
Evaluasi Radiologis
Evaluasi radiologis juga diperlukan untuk melihat kemajuan terapi Dengan
pemeriksaan radiologis dapat dilihat keadaan TB parunya atau adanya penyakit
lain yang menyertai Evaluasi foto dada dilakukan tiap 3 bulan sekali 10
2113 Efek Samping OAT
Sebagian besar penderita TB paru dapat menyelesaikan pengobatan tanpa
efek samping Namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping Oleh karena
itu pemantauan kemungkinan terjadinya efek samping sangat penting dilakukan
selama pengobatan Pemantauan dilakukan dengan cara menjelaskan kepada
penderita tanda-tanda efek samping dan menanyakan adanya gejala efek samping
pada waktu penderita mengambil OAT 8
Efek samping ringan dari OAT seperti tidak ada nafsu makanmual sakit
perut nyeri sendi kesemutan sampai dengan rasa terbakar di kaki dan warna
kemerahan pada air seni Efek samping berat dari OAT misalnya gatal dan
kemerahan kulit tuli gangguan keseimbanagn ikterus tanpa penyebab lain
bingung dan muntah-muntah gangguan penglihatan purpura dan syok 8
22 Strategi DOTS
23
Strategi DOTS adalah strategi penanggulaan TB paru nasional yang telah
direkomendasikan oleh WHO yang dimulai pelaksanaannya di Indonesia pada tahun
19951996 Sebelum pelaksanaan strategi DOTS (1969-1994) angka kesembutah TB
paru yang dapat dicapai oleh program hanya 40-60 saja Dengan strategi DOTS
diharapkan angka kesembuhan dapat dicapai minimal 85 dari penderita TB paru
BTA positif yang di temukan 11
Prinsip DOTS adalah mendekatkan pelayanan pengobatan terhadap
penderita agar secara langsung dapat mengawasi keteraturan menelan obat dan
melakukan pelacakan bila penderita tidak datang mengambil obat sesuai dengan yang
ditetapkan
Kalau diurai dari kata-katanya pengertian DOTS dapat dimulai dengan
keharusan setiap pengelola program TB intuk member direct attention dalam usaha
menemukan penderita Dalam bahasa lain ini diterjemahkan menjadi deteksi kasus
dengan pemeriksaan mikroskopik kendati sebenarnya pengertiannya dapat diperluas
dengan keharusan untuk mendeteksi kasus secara baik dan akurat Kemudian setiap
pasien harus di- observed dalam memakan obatnya setiap obat yang di telan pasien
harus di depan seorang pengawas Selain itu tentunya pasien harus menerima
treatment yang tertata dalam system pengelolaan distribusi dan penyediaan obat
secara baik Kemudian setiap pasien harus mendapat obat yang baik artinya
pengobatan short course standart yang telah terbukti ampuh secara klinik
Akhirnya harus ada dukungan dari pemerinyah yang membuat program
penanggulangan TB mendapat prioritas yang tinggi dalam pelayanan kesehatan 11
Strategi DOTS mempunyai lima komponen
1) Komitmen politits dari para pengambil keputusan termasuk dukungan dana
2) Diagnosa TB dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopik
3) Pengobatan dengan panduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) jangka pendek
dengan pengawasan langsung oleh pengawas Menelan Obat (PMO)
4) Kesinambungan perssediaan OAT jangka pendek dengan mutu terjamin
5) Pencatatan dan pelaporan secraa baku untuk memudahkan pemantauan dan
evaluasi program penanggulangan TB
23 Konsep Perilaku
24
Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor baik faktor internal
( dari dalam diri manusia ) maupun faktor eksternal ( dari luar diri manusia ) Faktor
internal ini terdiri dari faktor fisik dan psikis Faktor eksternal terdiri dari berbagai
faktor antara lain sosial budaya masyarakat lingkungan fisik politik ekonomi
pendidikan dan sebagainnya Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi
kesehatan baik individu kelompok maupun masyarakat dikelompokkan menjadi
empat ( Blum 1974 )
Konsep Blum menjelaskan bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh
1) Lingkungan yang mencakup lingkungan fisik sosial budaya politik ekonomi
dan sebagainnya
2) Perilaku
3) Pelayanan kesehatan
4) Keturunan ( hereditas )
Perilaku merupakan factor terbesar kedua setelah factor lingkungan yang
mempengaruhi derajat kesehatan Oleh sebab itu dalam rangka membina dan
meningkatkan kesehatan masyarakat maka intervensi atau upaya yang di tujukan
kepada faktor erilaku ini sangat strategis
Menurut Green perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama yakni 12
1) Faktor predisposisi ( predisposing factor )
Faktor ini mencakup pengetahuan sikap dan masyarakat terhadap kesehatan
tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
kesehatan sistem nilai yang dinut masyarakat tingkat pendidikan tingkat sosial
ekonomi dan sebagainya
2) Faktor Pemungkin ( Enabling factor )
Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan
bagi masyarakat misalnya air bersih tempat pembuangan tinja ketersediaan
makanan yang bergizi dan sebagainnya termasuk juga fasilitas kesehatan
seperti puskesmas rumah sakit posyandu dokter atau bidan praktek swasta dan
sebagainnya
3) Faktor penguat ( reinforcing factor )
25
Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat tokoh agama
sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan Termasuk juga di
sini undang-undang peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah
daerah yang terkait dengan kesehatan
Tim kerja dari WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang
berperilaku tertentu dikarenakan 4 ( empat ) alasan pokok yaitu
1) Pemikiran dan perasaan ( Thoughts and feeling )
Yakni dalam bentuk pengetahuan kepercayaan dan sikap Pengetahuan di
peroleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain sedangkan
kepercayaan biasanya diperoleh dari orang tua kakek atau nenek Seseorang
menerima kepercayaan itu berdasarkan keyankinan dan tanpa adanya pembuktian
terlebih dahulu Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap
objek dan seringnya diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang
lain yang paling dekat
2) Karakteristik Pendukung (enabling characteristics)
Karakteristik ini mencerminkan bahwa meskipun mempunyai predisposisi untuk
menggunakan pelayanan kesehatan ia tak akan bertindak menggunakannya
kecuali bial ia mampu menggunakannya Penggunaan pelayanan kesehatan yang
ada tergantung kepada kemampuan konsumen untuk membayar
3) Karakteristik kebutuhan (need characteristics)
Faktor predisposisi dan factor yang memungkinkan untuk mencari pengobatan
dapat terwujud di dalam tindakan apabila itu dirasakan sebagai kebutuhanDengan
kata lain kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan
pelayanan kesehatan bila mana tingkat predisposisi dan enabling itu ada
Kebutuhan (need) disisni di bagi menjadi dua ketegori dirasa atau preceived
( subject assessment) dan evaluated ( clinical diagnosis )
Menurut Skinner perilaku kesehatan adalah suatu respons
seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan
26
penyakit system pelayanan kesehatan makanan dan minimum serta lingkungan
Dari batasan ini perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 ( tiga)
kelompok yakni
1) Perilaku pemeliharaan kesehatan ( health maintenance)
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga
kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit Oleh
sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3(tiga) aspek yaitu
a Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit serta
pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit
b Perilaku peningkatan kesehatan apabila seseorang dalam keadaan sehat
c Perilaku gizi Makanan dan minimum dapat meningkatkan kesehatan
seseorang bahkan dapat mendatangkan penyakit Hal ini sangat tergantung
pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut
2) Perilaku pencarian pengobatan ( health behavior )
Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat
menderita penyakit dan atau kecelakaan Tindakan atau perilaku ini dimulai dari
mengobati sendiri ( self treatment) sampai mencari pengobatan keluar negeri
3) Perilaku kesehatan lingkungan
Adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan baik lingkungan fisik
maupun social budaya dan sebagainnya sehingga lingkungan tersebut tidak
mempengaruhi kesehatannya Dengan perkataan lain bagaimana seseorang
mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri
keluarga atau mesyarakatnya 12
24 Kepatuhan Berobat
Kepatuhan berasal dari kata ldquo patuh ldquo yang berarti taat suka menuruti
disiplin Kepatuhan menurut Trostle adalah tingkat perilaku penderita dalam
mengambil suatu tindakan pengobatan misalnya dalam menentukan kebiasaan
hidup sehat dan ketetapan berobat Dalam pengobatan seseorang dikatakan tidak
27
patuh apabila orang tersebut melalaikan kewajibannya berobat sehingga dapat
mengakibatkan terhalangnya kesembuhan 13
Menurut Sacket kepatuhan pasien adalah sejauh mana perilaku pasien
sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh professional kesehatan 14
Menurut Sarafino secara umum ketidaktaatan meningkatkan risiko
berkembangnya masalah kesehatan atau memperpanjang atau memperburuk
kesakitan yang sedang di derita Perkiraan yang ada menyatakan bahwa 20 jumlah
opname di rumah sakit merupakan akibat dari ketidaktaatan pasien terhadap aturan
pengobatan Faktor yang mempengaruhi kepatuhan seseorang dalam berobat yaitu
faktor petugas faktor obat dan faktor penderita Karakteristik petugas yang
mempengaruhi kepatuhan antara lain jenis petugas tingkat pengetahuan lamanya
bekerja frekuensi penyuluhan yang dilakukan Faktor obat yang mempengaruhi
kepatuhan adalah pengobatan yang sulit dilakukan tidak menunjukkan kea rah
penyembuhan waktu yang lama adanya efek samping obat Faktor penderita yang
menyebabkan ketidakpatuhan adalah umur jenis kelamin pekerjaan anggota
keluarga saudara atau teman khusus 15
25 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan
Faktor-faktor yang mempengaruhi katidakpatuhan dapat digolongkan
menjadi empat bagian yaitu
1 Pemahaman tentang Instruksi
Tak seorang pun mematuhi instruksi jika ia salah paham tentang instruksi yang
diberikan kepadanyaLey dan Spelman (Ester 2000 ) Menemukan bahwa lebih
dari 60 yang diwawancarai setelah bertemu dengan dokter salah mengerti
tentang instruksi yang diberikan pada mereka kadang-kadang hal ini disebabkan
oleh kegagalan professional kesehatan dalam memberikan informasi yang
lengkap penggunaan istilah-istilah medis dan mbanyak memberikan instruksi
yang harus diingat oleh pasien
28
Pendekatan praktis untuk meningkatkan kepatuhan pasien ditemukan oleh
Dinicola dan Dimatteo yaitu
a) Buat instruksi tertulis yang jelas dan mudah diinterpretasikan
b) Berikan informasi tentang pengobatan sebelum menjelaskan hal-hal lain
c) Jika seseorang diberikan suatu daftar tertulis tenang hal-hal yang harus
diingat maka aka nada efek ldquokeunggulanrdquoyaitu mereka brusaha mengingat
hal-hal yang pertama kali ditulis
d) Insruksi-instruksi harus ditulis dengan bahasa umum ( Non medis ) dan hal-
hal yang perlu ditekankan 14
2 Kualitas Interaksi
Kualitas interaksi antara profrsional kesehatan dan pasien merupakan bagian yang
penting dalam menentukan derajat kepatuhan Meningkatkan interaksi
professional kesehatan dengan pasien adalah suatu hal penting untuk memberikan
umpan balik pada pasien setelah memperoleh informasi tentang diagnosis Pasien
membutuhkan penjelasan tentang kondisinya saat ini apa penyebabnya dan apa
yang dapat mereka lakukan dengan kondisi seperti itu
3 Isolasi sosial dan keluarga
Keluarga dapat menjadi factor yang sangat berpengaruh dalam menentukan
keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga menentukan tentang
program pengobatan yang dapat mereka terima Keluarga juga member dukungan
dan membuat keputusan mengenai perawatan dari anggota keluarga yang sakit
4 Keyakinan Sikap Kepribadian
Ahli psikologis telah menyelidiki tentang hubungan antar pengukuran-
pengukuran kepribadian dan kepatuhan Mereka menemukan bahwa data
kepribadian secara benar dibedakan antar orang yang putih drngan orang yang
gagal Orang-orang yang tidak patuh adalah orang-orang yang lebih mengalami
depresi anxietas sangat memperhatikan kesehatannya memiliki kekuatan ego
29
yang lebih lemah dan kehidupan sosialnya lebih memusatkan perhatian pada
dirinya sendiri Blumenthal et al mengatakan bahwa ciri-ciri kepribadian yang
disebutkan diatas itu yang menyebabkan seseorang cenderung tidak patuh ( drop
out) dari program pengobatan 14
Menurut Schwart dan Griffin Faktor yang berhubungan dengan
ketidaktaan secara sejarah riset tentang ketaan pasien didasarkan atas pandangan
tradisional mengenai pasien sebagai penerima nasihat dokter yang pasif dan patuh
Pasien yang tidak taat dipandang sebagai orang yang lalai dan masalahnya dianggap
sebagai masalah control Riset berusah untuk mengidentifikasi kelompok-kelompok
pasien yang tidak patuh berdasarkan kelas sosioekonomi pendidikan umur dan
jenis kelamin Pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan sepanjang bawah
pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif seperti penggunaan buku-buku
dan kaset oleh pasien secara mandiri Usaha-usaha ini sedikit berhasil seorang dapat
menjadi tidak taat kalau situasinya memungkinkan Teori-teori yang lebih baru
menekannkan factor situasional dan pasien sebagai peserta yang aktif dalam proses
pengobatannya Perilaku ketaatan sering diartikan sebagai usaha pasien untuk
mengendalikan perilakunya bahkan jika hal tersebut bias menimbulkan resiko
mengenai kesehatannya 15
Macam-macam faktor yang berkaitan dengan ketidaktaatan disebutkan
a Ciri-ciri kesakitan dan cirri-ciri pengobatan
Menurut Dickson dkk perilaku ketaatan lebih rendah untuk penyakit kronis
(karena tidak ada akibat buruk yang segera dirasakan atau resiko yang jelas )
saran mengenai gaya hidup umum dan kebiasaan yang lama pengobatan yang
kompleks pengobatan dengan efek samping perilaku yang tidak pantas
Menurut Sarafino tingkat ketaaatan rata-rata minum obat utnuk menyenbuhkan
kesakitan akut dengan pengobatan jangka pendek adalah sekitar 78 Untuk
kesakita kronis dengan cara pengobatan jangaka panjang tingkat tersebut menurun
sampai 54
b Komunikasi antara Pasien dan Dokter
Berbagai aspek komunikasi antara pasien dan dokter mempengaruhi tingkat
ketidaktaan misalnya informasi dengan pengawasan yang kurang
30
ketidakpuasan terhadap aspek hubungan emosional dengan dokter ketidak
puasan terhadap pengobatan yang diberikan
c Variabel-variabel sosial
Hubungan antara dukungan sosial dengan ketaatan telah dipelajari Secara umum
orang-orang yang merasa mereka menerima penghiburan perhatian dan
pertolongan yang mereka butuhkan dari seseorang atau kelompok biasanya
cenderung lebih mudah mengikuti nasihat medis daripada pasien yang kurang
mendapat dukungan sosial Jelaslah bahwa keluarga memainkan peranan yang
sangat penting dalam pengelolaan medis misalnya penggunaan pengaruh
normative pada pasien yang mungkin mengakibatkan efek yang memudahkan
atau menghambat perilaku ketaatan
d Ciri-ciri Individual
Variabel-variabel demografis juga digunakan untuk meramalkan ketidaktaatan
sebagai contoh Di Amerika Serikat kaum wanita kaum kulit putih dan orang
tua cenderung mengikuti anjuran dokter 15
Dalam proses penyembuhan penderita TB Paru dapat diberikan obat anti-
TB (OAT) yang diminum secara teratur sampai selesai dengan pengawasan
yangketat Masa pemberian obat memang cukup lama yaitu 6-8 bulan secara terus
menerus sehingga dapat mencegah penularan kepada orang lain Oleh sebab itu para
penderita TB jika ingin sembuh harus minum obat secara teratur Tanpa adanya
keteraturan minum obat penyakit sulit disembuhkan Jika tidak teratur minum obat
penyakitnya sukar diobati kuman TB dalam tubuh akan berkembang semakin banyak
dan menyerang organ tubuh lain yang akan membutuhkan waktu lebih lama untuk
dapat sembuh
26 Pengawasan Menelan Obat (PMO) 9
Salah satu komponen DOTS adalah pengobatan paduan OAT jangka
pendek dengan pengawasan langsung Untuk menjamin keteraturan pengobatan
diperlukan seorang PMO
31
a Persyaratan PMO
bull Seseorang yang dikenal dipercaya dan disetujui baik oleh petugas kesehatan
maupun pasien selain itu harus disegani dan dihormati oleh pasien
bull Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien
bull Bersedia membantu pasien dengan sukarela
bull Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan pasien
b Siapa yang bisa menjadi PMO
Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan misalnya Bidan di Desa Perawat
Pekarya Sanitarian Juru Immunisasi dan lain lain Bila tidak ada petugas
kesehatan yang memungkinkan PMO dapat berasal dari kader kesehatan guru
anggota PPTI PKK atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga
c Tugas seorang PMO
bull Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai
pengobatan
bull Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur
bull Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah
ditentukan
bull Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai gejala-
gejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke Unit Pelayanan
Kesehatan
Tugas seorang PMO bukanlah untuk mengganti kewajiban pasien mengambil
obatdari unit pelayanan kesehatan
d Informasi penting yang perlu dipahami PMO untuk disampaikan kepada pasien dan
keluarganya
bull TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur
32
bull TB bukan penyakit keturunan atau kutukan
bull Cara penularan TB gejala-gejala yang mencurigakan dan cara pencegahannya
bull Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan)
bull Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur
bull Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera meminta
pertolongan ke UPK
27 Penanggulangan TB 16
Rencana Global Penanggulangan TB
Rencana Global 2006-2015 mencakup enam elemen utama dalam strategi baru Stop
TB ndashWHO yang terdiri dari
1 Memperluas dan meningkatkan ekspansi DOTS yang berkualitas meningkatkan
penemuan kasus dan kesembuhan melalui pendekatan yangterfokus pada penderita
agar pelayanan DOTS yang berkualitas dapat menjangkau seluruh penderita
khususnya kelompok masyarakat yang miskin dan rentan
2 Menghadapi tantangan TBHIV MDR-TB dan tantangan lainnya dengan cara
meningkatkan kolaborasi TBHIV DOTS-Plus dan pendekatan lainnya
3 Berkontribusi dalam memperkuat sistem kesehatan melalui kerjasama dengan
berbagai program dan pelayanan kesehatan lainnya misalnya dalam memobilisasi
sumber daya manusia dan finansial untuk implementasi dan mengevaluasi
hasilnyaserta pertukaran informasi dalam keberhasilan pencapaian dalam program
penanggulangan TB
33
4 Melibatkan seluruh penyedia pelayanan kesehatan pemerintah lembaga swadaya
masyarakat (LSM) dan swasta dengan cara memperluas pendekatan berbasis
public-private mix (PPM) dengan menggunakan ISTC
5 Melibatkan penderita TB dan masyarakat untuk memberikan kontribusi dalam
penyediaan pelayanan yang efektif Hal ini meliputi perluasan pelayanan TB di
masyarakat menciptakan kebutuhan masyarakat akan pelayanan TB advokasi
yang spesifik komunikasi dan mobilisasi sosial serta mendukung pengembangan
piagam pasien TB dalam masyarakat dan
6 Memberdayakan dan meningkatkan penelitian operasional
28 Kerangka Konsep
Variabel Independent Variabel dependent
Karakteristik Individu
1Umur
2Jenis kelamin
3Pendidikan
4Pekerjaan
5Pengetahuan
6Efek samping OAT
7Tingkat kepatuhan
penderita dalam
pengobatan
Kesembuhan
34
Penderita TB paru
Faktor Pelayanan
kesehatan
1 Ketersediaan OAT
2 Sikap petugas kesehatan
3 LokasiJarak
4 Penyuluhan kesehatan
5 Kunjungan rumah
Faktor Peran PMO
Gambar Kerangka Konsep Penelitian
Definisi Konsep
1 Karakteristik individu adalah hal-hal yang melekat dalam diri penderita TB paru yang
mempengaruhi tingkat kapetuhan dalam melaksanakan program pengobatan dengan
strategi DOTS yang membedakan seseorang dengan yang lainnya meliputi umur jenis
kelamin pendidikan pekerjaan pengetahuan efek samping OAT tingkat kepatuhan
penderita dalam pengobatan
2 Faktor pelayanan kesehatan adalah penilaian dari penderita TB paru terhadap upaya yang
diselenggarakan oleh unit pelayanan kesehatan untuk menangani penderita TB paru
meliputi Ketersediaan OATsikap petugas kesehatan lokasijarak penyuluhan
kesehatan dan kunjungan rumah
3 Faktor Peran PMO ( Pengawasan Menelan Obat ) adalah penilaian dari penderita TB paru
terhadap hal-hal yang menjadi tugas dari seseorang pengawas menelan obat yang
mempengaruhi tingkat kepatuhan penderita TB paru dalam melaksanakan pengobatan
meliputi penyuluhan member dorongan meningkatkan dan mengawasi
35
4 Kesembuhan adalah pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan
pemeriksaan ulang dahak (follow up) menunjukkan hasil BTA negatif
29 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konsep di atas maka hipotesis penelitian ini adalah
1) Ada pengaruh karakteristik individu terhadap kesembuhan penderita TB paru
dalam pengobatan
2) Ada pengaruh pelayanan kesehatan terhadap kesembuhan penderita TB paru
dalam pengobatan
3) Ada pengaruh PMO terhadap kesembuhan penderita TB paru dalam pengobatan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
31 Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional yang
bertujuan untuk menjelaskan pengaruh karakteristik individu faktor pelayanan
kesehatan dan faktor Pengawas Menelan Obat (PMO) terhadap kesembuhan
penderita TB Paru dalam melaksanakan pengobatan di Puskesmas Grogol Petamburan
tahun 2011
32 Tempat dan Waktu Penelitian
36
Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Grogol Petamburan pada bulan
Januari sampai Februari tahun 2012
33 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang
sedang menjalankan pengobatan TB di Puskesmas Grogol
Petamburan mulai bulan OktobeR
34 Keriteria Inklusi dan Eksklusi
341 Keriteria Inklusi
342 Keriteria Eksklusi
35 Sampel
351 Besar Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang
mengikuti pengobatan dengan strategi DOTS di Puskesmas yang pada saat penelitian
sedang menjalani pengobatan dan seluruh penderita TB yang telah mendapat
pengobatan selama 6 bulan atau sedang dalam tahap lanjutan
Keterangan
n1 = Jumlah sampel minimal
37
n2 = Jumlah sampel ditambah substitusi 10 (substitusi adalah persen responden
yang mungkin drop out)
Z = Tingkat batas kepercayaan dengan = 5
Didapat Z pada kurva normal = 196
p = Proporsi variabel yang diteliti yaitu besarnya presentasi 50 )
q = 1 - p
L = Derajat kesalahan yang masih dapat diterima adalah 10
Berdasarkan rumus di atas didapatkan angka sebagai berikut
( Z )2 p q ( 196 )2 0505
n1 = ----------------- = ------------------------------ = 9604
L2 ( 01 )2
n2 = n1 + ( 10 n1 )
= 9604 + ( 10 9604)
= 9604 + 9604
= 10564 Dibulatkan 106
352 Teknik Pengambilan Sampel
36 Identifikasi Variabel
1 Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kesembuhan tb paru
2 Variabel independen adalah umur jenis kelamin pendidikan pekerjaan
pengetahuan efek samping OAT dan tingkat kepahuhan dari penderita TB
Selain itu faktor dari pelayanan kesehatan dan PMO juga ikut berperan
37 Cara Kerja
1 Membuat proposal penelitian tentang hubungan antara tingkat kepatuhan minum
OAT dengan tingkat kesembuhan penyakit TB di Puskesmas Kecamatan Grogol
Petamburan
38
2 Pengumpulan data sekunder dari Puskesmas Grogol Petamburan
3 Melakukan kunjungan ke rumah-rumah sampel di daerah RT terpilih untuk
pengumpulan data primer dengan memakai kuesioner dan wawancara responden
4 Data-data yang telah dikumpulkan akan dilakukan pengolahan berupa proses
editing verifikasi dan koding Selanjutnya dimasukkan dan diolah dengan
menggunakan program computer yaitu program SPSS
5 Terhadap data yang telah diolah kemudian dilakukan analisis sesuai dengan cara
uji statistik menggunakanhelliphellip Data diinterpretasi secara deskriptif korelatif
antar variabel ndash variabel yang telah ditentukan dan disajikan dalam bentuk
tekstular dan tabular
6 Hasil dari penelitian akan disusun dalam bentuk pelaporan penelitian yang
selanjutnya akan di presentasikan di hadapan staf pengajar program pendidikan
Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida
Wacana (FK UKRIDA) dalam forum pendidikan Ilmu Kedokteran Komunitas
Fakultas Kedokteran UKRIDA
38 Manajemen Data
381 Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder yaitu
1 Data primer diperoleh dengan wawancara langsung kepada penderita TB paru
dan petugas kesehatan program penanggulangan TB Paru yang berpedoman pada
kuisioner penelitian yang telah ditetapkan dam melakukan cross check
2 Data sekunder diperoleh dari laporan pelaksanaan program penanggulangan TB
Paru di Puskesmas kartu pengobatan TBC (formulir TB 01) dan Formulir
Permohonan Laboratorium TBC Untik Pemeriksaan Dahak (formulir TB 05)
382 Pengolahan Data
39
Aspek pengukuran
Aspek pengukuran variable bebas
Karakteristik individu
Aspek pengukuran variable karakteristik individu dapat dilihat pada tabel 31
Table 31 Aspek Pengukuran Variabel Karakteristik Individu
Karakteristik
individu
Kategori Skala Bobot nilai
Umur a 15-24 tahun
b 25-49 tahun
c gt 50 tahun
rasio
Jenis kelamin a Laki-laki
b Perempuan
Tingkat
pendidikan
a Tidak tamat SD
b SD
c SLTP
d SLTA
e Sarjana S1
Pekerjaan a Bekerja
b Tidak bekerja
Pengetahuan a Baik
b Sedang
c Bururk
Efek samping
OAT
a Ada
b Tidan ada
Faktor pelayanan kesehatan
Pengukuran faktor pelanan kesehatan meliputi ketersediaan OAT yang
diukur adalah yang diukur dengan 2 pertanyaan sikap petugas kesehatan diukur
dengan 8 pertanyaan lokasi jarak diukur dengan 3 pertanyaan penyuluhan kesehatan
diukur dengan 6 pertanyaan dan kunjungan rumah diukur dengan 2 pertanyaan
40
berdasarkan jawaban yang diberikan responden selanjutnya dikelompokkan menjadi
tiga (3) yaitu
a Baik jika faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan
penilaian yang baik karena kebutuhan yang diinginkan debagian besarnya
terpenuhi (nilai gt32)
b Sedang bila faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan
penilaian yang kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan responden hanay
sebagian saja yang terpenuhi (nilainya 17-32)
c Buruk bila faktor pelayanan pelayanan kesehatan yang diterima responden
menimbulkan penilaian yang tidak baik karena kebutuhan yang diinginka
responden sebagian besar tidak dipenuhi (nilainya lt17)
Faktor Pengawas Menelan Obat (PMO)
Faktor Pengawas Menelan Obat diukur dengan 5 pertanyaan yang
selanjutnya dibedakan atas 3 kategori yaitu
a Baik bila semua tugas yang diterima responden terlaksana dengan baik yaitu
mengawasi memberikan dorongan mengingatkan dan memberikan penyuluhan
(nilainya gt11)
b Sedang bila tugas PMO yang diterima responden sebagian saja yang terpenuhi
(nilainya 6-11)
c Buruk bila tugas PMO yang diterima responden tidak terlaksana dengan baik
(nilainya lt 6)
Aspek Pengukuran Variabel Terikan
Kepatuhan Pengobatan TB Paru
41
Aspek Pengukuran Variabel ini menggunakan skala interval yang diukur berdasarkan
tiga (3) kategori yaitu
Patuh apabila responden selalu menelan obat sesuai ketentuan petugas kesehatan
yaitu setiap hari pada tahap awal tiga kali seminggu pada tahap lanjutan dan
mengambil obat serta memeriksakan dahak sesuai jadwal dan menaati nasihat dari
petugas kesehatan ( bobot 3 )
Kurang patuh jika responden kadang-kadang menelan obat sesuai ketentuan
petugas kesehatan atau responden tidak menelan obat 2-8 minggu selama tahap
pengobatan lanjutan dan tidak memerisakan dahak sesuai jadwal yang telah
ditetapkan dan tidak selalu menaati nasihat dari petugas kesehatan (bobot 2 )
Tidak patuh jika responden tidak menelan obat sesuai ketentuan petugas
kesehatan atau responden tidak menelan obat lebih dari 8 minggu selama tahap
pengobatan lanjutan dan tidak mengambil obat serta tidak memeriksakan dahak
sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan tidak menaati nasihat petugas kesehatan
(bobot 1)
383 Penyajian Data
384 Analisis Data
385 Interpretasi Data
386 Pelaporan Data
39 Definisi Operasional
1 Umur adalah usia responden saat penelitian berdasarkan ulang tahun terakhir yang
dibedakan atas 3 (tiga) kategori berdasarkna Badan Pusat Statistik Kota Medan
42
tahun 2008 yaitu 1) orang muda 25-24 tahun 2) dewasa 24-49 tahun 3) orang
tua gt 50 tahun
2 Jenis kelamin adalah suatu karakteristik responden yang dibedakan identitasnya
dari laki-laki dan perempuan
3 Pendidikan adalah jenjang pendidikannyang berhasil ditamatkan responden yang
dibedakan atas tidak tamat SD SD SLTP SLTA Akademi Sarjana
4 Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh responden sebagai
pendapatan utama yang dibedakan atas kerja dan tidak bekerja
5 Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai penyakit
TB paru
6 Efek samping OAT adalah gejala keluhan yang diderita responden akiba menelan
OAT selama pengobatan
7 Ketersdediaan OAT adalah pandangan responden terhadap kondisi OAT
diperoleh dari puskesmas meliputi kecukupan jumlah OAT dan dan kualitasnya
8 Sikap petugas kesehatan adalah penilaian responden terhadap reaksi petugas
kesehatan kepada responden selama mereka menjalanin pengobatan
9 Lokasi jarak adalah pandangan responden tentang lama perjalanan dari tempat
tinggal responden ke Puskesmas yang diukur dengan jarak sarana transportasi
10 Penyuluhan kesehatan adalah pandangan responden tentang kegiatan yang
dilakukan oleh petugas kesehatan sehubungan dengan pengobatan TB Paru untuk
mencapai suatu keadaan dimana pederita TB Paru dapat hidup lebih sehat
11 Kunjungan rumah adalah pandangan responden tentang kegiatan yang dilakukan
petugas kesehatan selama masa pengobatan ke rumah responden
12 Faktor peran Pengawas Minum Obat (PMO) adalah pandangan responden tentang
tugas yang dilakasanakan oleh seorang PMO meliputi penyuluhan
13 Kepatuhan berobat adalah ketaan responden dalam menelan obat mengambil
obat dan melakukan pemeriksaan dahak sesuai jadwal yang telah ditentukan dan
menaati segala nasehat dari petugas kesehatan
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
1) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta
2) Perkumpulan Pemberantasan TB Indonesia 2011 TB di Indonesia Peringkat Dunia
Jakarta Diakses melalui situs httpwwwpptiinfoindexphpcomponentcontentarticle46-
arsip-ppti141-tbc-di-indonesia-peringkat-5-dunia Diakses pada tanggal 23 Januari 2012
44
3) Depkes dan WHO 2008 Lembar Fakta Tuberkulosis Jakarta
4) Dirjen P2M amp PLP 1997 Pengawasan Menelan Obat (PMO) adalah DOTS ala Indonesia
Jakarta
5) Amirudin R 2006 Faktor Keberhasilan Konversi pada Penderita TB Paru di Puskesmas
Jongaya Tahun 2006 Laporan Penelitian FKM Unhas Makasar
6) Aditama Tjandra Y 1994 Tuberkulosis Paru Masalah dan Penanggulangnya UI Press
Jakarta
7) Aru W Bambang S Idrus A dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Tuberkulosis
Paru Edisi IV FKUI Jakarta 2006 998-1004
8) Depkes RI 2002 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta
9) Depkes RI 2006 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta
10) Subijakto Hubungan Pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Berobat
Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Proposal Skripsi Jakarta 2011 Diakses pada
tanggal 20 Januari 2012
11) Aditama Tjandra Y 2002 Tuberkulosis Diagnosis Terapi dan Masalahnya Yayasan IDI
Jakarta
12) Notoatmodjo Soekidjo 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Penerbit Rineka Cipta
Jakarta
13) Simamora Jojor 2004 Faktor yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Berobat Penderita TB
Paru di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2004 Tesis Pascasarjana USU Medan
14) Ester Monica 2000 Psikologi Kesehatan Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
15) Bart Smet 1994 Psikologi Kesehatan PT Grasindo Jakarta
16) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta
45
211 Klasifikasi Tuberkulosis 9
Penentuan klasifikasi penyakit tuberkulosis memerlukan suatu lsquodefinisi kasusrsquo yang
meliputi empat hal yaitu
- Lokasi atau organ tubuh yang sakit paru atau ekstra paru
- Bakteriologi (hasil pemeriksaan dahak secara mikroskopis) BTA positif atau BTA
negatif
- Tingkat keparahan penyakit ringan atau berat
- Riwayat pengobatan TB sebelumnya baru atau sudah pernah diobati
bull Manfaat dan tujuan menentukan klasifikasi adalah
- menentukan paduan pengobatan yang sesuai
- registrasi kasus secara benar
- menentukan prioritas pengobatan TB BTA(+)
- analisis kohort hasil pengobatan
bull Beberapa istilah dalam definisi kasus
- Kasus TB Pasien TB yang telah dibuktikan secara mikroskopis atau didiagnosis
oleh dokter
- Kasus TB pasti (definitif) pasien dengan biakan positif untuk Mycobacterium
tuberculosis atau tidak ada fasilitas biakan sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen
dahak SPS hasilnya BTA positif
bull Kesesuaian paduan dan dosis pengobatan dengan kategori diagnostik sangat
diperlukan untuk
- menghindari terapi yang tidak adekuat (undertreatment) sehingga mencegah
timbulnya resistensi
- menghindari pengobatan yang tidak perlu (overtreatment) sehingga meningkatkan
pemakaian sumber-daya lebih biaya efektif (cost-effective)
- mengurangi efek samping
8
Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena
bull Tuberkulosis paru Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang
jaringan (parenkim) paru tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada
hilus
bull Tuberkulosis ekstra paru Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain
paru misalnya pleura selaput otak selaput jantung (pericardium) kelenjar lymfe
tulang persendian kulit usus ginjal saluran kencing alat kelamin dan lain-lain
Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis yaitu pada TB
Paru
bull Tuberkulosis paru BTA positif
- Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif
- 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada menunjukkan
gambaran tuberkulosis
- 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif
- 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS pada
pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah
pemberian antibiotika non OAT
bull Tuberkulosis paru BTA negatif
Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif
Kriteria diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi
- Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif
- Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis
- Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT
- Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan
9
Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan penyakit
bull TB paru BTA negatif foto toraks positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan
penyakitnya yaitu bentuk berat dan ringan Bentuk berat bila gambaran foto
toraks memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas (misalnya proses ldquofar
advancedrdquo) dan atau keadaan umum pasien buruk
bull TB ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya yaitu
- TB ekstra paru ringan misalnya TB kelenjar limfe pleuritis eksudativa
unilateral tulang (kecuali tulang belakang) sendi dan kelenjar adrenal
- TB ekstra-paru berat misalnya meningitis milier perikarditis peritonitis
pleuritis eksudativa bilateral TB tulang belakang TB usus TB saluran kemih
dan alat kelamin
Catatan
bull Bila seorang pasien TB paru juga mempunyai TB ekstra paru maka untuk
kepentingan pencatatan pasien tersebut harus dicatat sebagai pasien TB paru
bull Bila seorang pasien dengan TB ekstra paru pada beberapa organ maka dicatat
sebagai TB ekstra paru pada organ yang penyakitnya paling berat
10
212 Cara Penularan
Lingkungan hidup yang sangat padat dan pemukiman di wilayah perkotaan
kemungkinan besar telah mempermudah proses penularan dan berperan sekali atas
peningkatan jumlah kasus TB Proses terjadinya infeksi oleh Mycobacterium
tuberculosis biasanya secara inhalasi sehingga TB paru merupakan manifestasi klinis
yang paling sering dibandingkan dengan organ lain Penularan penyakit ini sebagian
besar melalui inhalasi basil yang mengandung droplet nuclei khususnya yang di
dapat dari pasien TB paru dengan batuk berdarah atau berdahak yang mengandung
basil tahan asam (BTA) Pada TB kulit atau jaringan lunak penularan bias melalui
inokulasi langsung Infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium bovis dapat
disebabkan oleh susu yang kurang disterilkan dengan baik atau terkontaminasi Sudah
dibuktikan bahwa lingkungan sosial ekonomi yang baik pengobatan yang teratur dan
pengawasan minum obat yang ketat dapat berhasil mengurangi angka morbiditas dan
mortalitas di Amerika selama tahun 1950-1960 7
Daya penularan dari seseorang penderita ditentukan oleh banyaknya
kuman yang dikeluarkan dari parunya Makin tinggi derajat positif hasil dari
pemeriksaan dahak makin menular penderita tersebut Bila pemeriksaan dahak
negatif (tidak terlihat kuman) maka penderita tersebut dianggap tidak menular
Kemungkinan seseorang terinfeksi TB paru ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam
udara dan lamanya menghirup udara tersebut 8
Perlu diketahui bahwa kuman TB tidak hanya keluar ketika penderita
batuk saja tetapi juga pada saat bernyanyi bersin atau bersiul Secara umum dapat
dikatakan bahwa penularan penyakit TB banyak bergantung dari beberapa factor
seperti jumlah kuman yang ada tingkat keganasan kuman dan daya tahan tubuh orang
yang tertular 6
213 Penemuan Penderita TB
Kegiatan penemuan pasien terdiri dari penjaringan suspek diagnosis
penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien Penemuan pasien merupakan langkah
pertama dalam kegiatan program penanggulangan TB Penemuan dan penyembuhan
11
pasien TB menular secara bermakna akan dapat menurunkan kesakitan dan kematian
akibat TB penularan TB di masyarakat dan sekaligus merupakan kegiatan
pencegahan penularan TB yang paling efektif di masyarakat9
Strategi penemuan 9
Penemuan pasien TB dilakukan secara pasif dengan promosi aktif Penjaringan
tersangka pasien dilakukan di unit pelayanan kesehatan didukung dengan
penyuluhan secara aktif baik oleh petugas kesehatan maupun masyarakat untuk
meningkatkan cakupan penemuan tersangka pasien TB
Pemeriksaan terhadap kontak pasien TB terutama mereka yang BTA positif yang
menunjukkan gejala sama harus diperiksa dahaknya
Penemuan secara aktif dari rumah ke rumah dianggap tidak cost efektif
214 Risiko Penularan 9
- Risiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan dahak Pasien TB
paru dengan BTA positif memberikan kemungkinan risiko penularan lebih besar
dari pasien TB paru dengan BTA negatif
- Risiko penularan setiap tahunnya di tunjukkan dengan Annual Risk of Tuberculosis
Infection (ARTI) yaitu proporsi penduduk yang berisiko terinfeksi TB selama satu
tahun ARTI sebesar 1 berarti 10 (sepuluh) orang diantara 1000 penduduk
terinfeksi setiap tahun ARTI di Indonesia bervariasi antara 1-3
- Infeksi TB dibuktikan dengan perubahan reaksi tuberkulin negatif menjadi positif
215 Gejala Klinis TB Paru
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu
atau lebih Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah
batuk darah sesak nafas badan lemas nafsu makan menurun berat badan menurun
12
malaise berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik demam meriang lebih dari satu
bulan9
Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain
tb seperti bronkiektasis bronkitis kronis asma kanker paru dan lain-lain Mengingat
prevalensi TB di Indonesia saat ini masih tinggi maka setiap orang yang datang ke
UPK dengan gejala tersebut diatas dianggap sebagai seorang tersangka (suspek)
pasien TB dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung9
216 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Tuberkulosis
Faktor ndash faktor yang mempengaruhi terhadap terjadinya TB antara lain
1 Harus ada sumber infeksi
Sumber infeksi dapat berasal dari penderita TB dengan BTA positif Penularan
dapat terjadi melalui dropet atau melalui pengunaan alat makan secara bergantian
tanpa dicuci yang digunakan oleh penderita TB dengan BTA positif tersebut
2 Jumlah basil penyebab harus cukup
Semakin banyak jumlah basil yang terhirup maka semakin besar kemungkinan
seseorang untuk mengidap TB
3 Virulensi yang tinggi dari basil TB
Apabila angka keaktifan kuman tinggi maka semakin cepat kuman TB
berkembang biak di dalam tubuh Selain itu masa inkubasi akan semakin cepat
4 Daya tahan tubuh yang rendah
Daya tahan tubuh yang menurun memungkinkan basil berkembang biak dan
menimbulkan penyakit tuberkulosis 10
217 Tipe Penderita TB Paru
Tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya Ada beberapa
tipe pasien yaitu
bull Kasus baru
13
Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan
OAT kurang dari satu bulan (4 minggu)
bull Kasus kambuh (Relaps)
Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan
tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap didiagnosis
kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur)
bull Kasus setelah putus berobat (Default )
Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA
positif
bull Kasus setelah gagal (failure)
Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi
positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan
bull Kasus Pindahan (Transfer In)
Adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki register TB lain untuk
melanjutkan pengobatannya
bull Kasus lain
Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas Dalam kelompok ini
termasuk Kasus Kronik yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif
setelah selesai pengobatan ulangan
Catatan
TB paru BTA negatif dan TB ekstra paru dapat juga mengalami kambuh gagal
default maupun menjadi kasus kronik Meskipun sangat jarang harus dibuktikan
secara patologik bakteriologik (biakan) radiologik dan pertimbangan medis
spesialistik9
218 Pemeriksaan Diagnostik
Untuk mengetahui adanya tuberkulosis dokter biasanya berpegang pada
tiga patokan utama Pertama hasil wawancaranya tentang keluhan pasien dan hasil
pemeriksaan yang dilakukan pada pasien yang disebut dengan anamnesis Kedua
14
hasil pemeriksaan laboratorium untuk menemukan adanya BTA pada spesimen
penderita
Pemeriksaan dahak mikroskopis 9
Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis menilai
keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan
Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis dilakukan dengan
mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang
berurutan berupa Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS)
S (sewaktu)
Dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung pertama kali Pada
saat pulang suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak pagi
pada hari kedua
P (Pagi)
Dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua segera setelah bangun tidur
Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di UPK
S (sewaktu)
Dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua saat menyerahkan dahak pagi
Adapun tujuan dari pemeriksaan dahak pada program penanggulangan TB
adalah
1 Menegakkan diagnosis dan menentukan tipe klasifikasi
2 Menilai kemajuan pengobatan
3 Menentukan tingkat penularan 8
Pemeriksaan ulang dahak untuk memantau kemajuan pengobatan
dilakukan pada
1 Akhir tahap intensif
15
Dilakukan seminggu sebelum akhir pengobatan penderita baru BTA positif
dengan kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-3 pengobatan ulang
penderita BTA positif kategori 2
2 Sebulan sebelum akhir pengobatan
Dilakukan seminggu sebelum akhir bulan ke-5 pengobatan penderita baru BTA
positif dengan kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-7 pengobatan
ulang penderita BTA positif dengan kategori 2
3 Akhir pengobatan
Dilakukan seminggu sebelum akhir bulan ke-6 pada penderita BTA positif dengan
kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-8 pengobatan ulang BTA positif
dengan kategori 2 8
Pemeriksaan dahak pada sebulan sebelum akhir pengobatan dan akhir
pengobatan bertujuan untuk menilai hasil pengobatan (apakah sembuh atau gagal)
219 Prinsip Pengobatan
Penatalaksanaan TB meliputi penemuan pasien dan pengobatan yang
dikelola dengan menggunakan strategi DOTS9
Tujuan utama pengobatan pasien TB adalah menurunkan angka kematian
dan kesakitan serta mencegah penularan dengan cara menyembuhkan pasien
Penatalaksanaan penyakit TB merupakan bagian dari surveilans penyakit tidak
sekedar memastikan pasien menelan obat sampai dinyatakan sembuh tetapi juga
berkaitan dengan pengelolaan sarana bantu yang dibutuhkan petugas yang terkait
pencatatan pelaporan evaluasi kegiatan dan rencana tindak lanjutnya9
Tabel 21 Jenis sifat dan dosis OAT
Dosis yang direkomendasikan (mgkg)
16
Jenis OAT Sifat Harian 3x seminggu
Isoniazid (H) Bakterisid 5
(4-6)
10
(8-12)
Rifampicin (R) Bakterisid 10
(8-12)
10
(8-12)
Pyrazinamide (Z) Bakterisid 25
(20-30)
35
(30-40)
Streptomycin (S) Bakterisid 15
(12-18)
15
(12-18)
Etambutol (E) Bakteriostatik 15
(15-20)
30
(20-35)
Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut 9
bull OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat dalam jumlah
cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan Jangan gunakan OAT
tunggal (monoterapi) Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT ndash KDT)
lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan
bull Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat dilakukan pengawasan langsung
(DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat
(PMO)
bull Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap yaitu tahap intensif dan lanjutan
Tahap awal (intensif) 9
- Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara
langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat
17
- Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat biasanya pasien
menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu
- Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2
bulan
Tahap Lanjutan 9
- Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit namun dalam jangka
waktu yang lebih lama
- Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah
terjadinya kekambuhan
2110 Panduan Penggunaan OAT di Indonesia9
Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis di Indonesia
- Kategori 1 2(HRZE)4(HR)3
- Kategori 2 2(HRZE)S(HRZE)5(HR)3E3
Disamping kedua kategori ini disediakan paduan obat sisipan (HRZE)
- Kategori Anak 2HRZ4HR
Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket
berupa obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT) sedangkan kategori anak sementara
ini disediakan dalam bentuk OAT kombipak
Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu
tablet Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien Paduan ini dikemas dalam
satu paket untuk satu pasien
Paket Kombipak
18
Terdiri dari obat lepas yang dikemas dalam satu paket yaitu Isoniasid
Rifampisin Pirazinamid dan Etambutol Paduan OAT ini disediakan program untuk
mengatasi pasien yang mengalami efek samping OAT KDT
Paduan OAT ini disediakan dalam bentuk paket dengan tujuan untuk
memudahkan pemberian obat dan menjamin kelangsungan (kontinuitas) pengobatan
sampai selesai
Satu (1) paket untuk satu (1) pasien dalam satu (1) masa pengobatan
KDT mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB
1 Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin efektifitas
obat dan mengurangi efek samping
2 Mencegah penggunaan obat tunggal sehinga menurunkan resiko terjadinya
resistensi obat ganda dan mengurangi kesalahan penulisan resep
3 Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat menjadi
sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien
Paduan OAT dan peruntukannya
19
1 Kategori-1 (2HRZE 4H3R3)
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru
1048707 Pasien baru TB paru BTA positif
1048707 Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif
1048707 Pasien TB ekstra paru
Tabel 22 Dosis untuk paduan OAT KDT untuk Kategori 1
Berat Badan
Tahap Intensif
tiap hari selama 56 hari
RHZE (15075400275)
Tahap Lanjutan
3 kali seminggu selama 16 minggu
RH (150150)
30-37 kg 2 tablet 4 KDT 2 tablet 4 KDT38-54 kg 3 tablet 4 KDT 3 tablet 4 KDT55-70 kg 4 tablet 4 KDT 4 tablet 4 KDTge 71 kg 5 tablet 4 KDT 5 tablet 4 KDT
2 Kategori -2 (2HRZES HRZE 5H3R3E3)
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya
1048707 Pasien kambuh
1048707 Pasien gagal
1048707 Pasien dengan pengobatan setelah default (terputus)
Tabel 23 Dosis untuk paduan OAT KDT Kategori 2
Berat Badan
Tahap Intensif
tiap hari
RHZE (15075400275) + S
Tahap Lanjutan
3 kali seminggu
RH (150150) + E (275)
Selama 56 hari Selama 28 hari Selama 20 minggu
30-37 kg 2 tablet 4 KDT + 500 mg Streptomisin inj
2 tablet 4 KDT 2 tablet 4 KDT+ 2 tab Etambutol
38-54 kg 3 tablet 4 KDT +750 mg Streptomisin inj
3 tablet 4 KDT 3 tablet 4 KDT+ 3 tab Etambutol
55-70 kg 4 tablet 4 KDT +1000 mg Streptomisin inj
4 tablet 4 KDT 4 tablet 4 KDT+ 4 tab Etambutol
ge 71 kg 5 tablet 4 KDT +1000 mg Streptomisin inj
5 tablet 4 KDT 5 tablet 4 KDT+ 5 tab Etambutol
Catatan
20
Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal untuk streptomisin adalah
500mg tanpa memperhatikan berat badan
Untuk perempuan hamil lihat pengobatan TB dalam keadaan khusus
Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan menambahkan aquabidest
sebanyak 37ml sehingga menjadi 4ml (1ml = 250mg)
3 OAT Sisipan (HRZE)
Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap intensif kategori 1 yang
diberikan selama sebulan (28 hari)
Tabel 24 Dosis KDT untuk Sisipan
Berat Badan Tahap Intensif tiap hari selama 28 hari
RHZE (15075400275)
30-37 kg 2 tablet 4 KDT38-54 kg 3 tablet 4 KDT55-70 kg 4 tablet 4 KDTge 71 kg 5 tablet 4 KDT
Penggunaan OAT lapis kedua misalnya golongan aminoglikosida (misalnya
kanamisin) dan golongan kuinolon tidak dianjurkan diberikan kepada pasien baru tanpa indikasi
yang jelas karena potensi obat tersebut jauh lebih rendah daripada OAT lapis pertama Di
samping itu dapat juga meningkatkan terjadinya risiko resistensi pada OAT lapis kedua
2111 Alur Diagnostik TB 9
21Suspek TB Paru
2112 Evaluasi Pengobatan
22
Pemeriksaan dahak mikroskopis (SPS = Sewaktu ndash Pagi ndash Sewaktu)
Hasil BTA+ - -
Hasil BTA- - -
Hasil BTA+ + ++ + +
Antibiotik Non-OAT
Tidak adaPerbaikan
Adaperbaikan
Pemeriksaan dahak mikroskopis
Foto toraks dan
Pertimbangan dokter
Hasil BTA+ + ++ + -+ _ _
Hasil BTA- - -
Foto toraks dan
Pertimbangan dokter
TB Bukan TB
Evaluasi Klinis
Biasanya pasien di control dalam 1 minggu pertama selanjutnya setiap 2 minggu
selama tahap intensif dan seterusnya sekali sebulan sampai akhir pengobatan
Secara klinis hendaknya terdapat perbaikan keluhan pasien seperti batuk yang
berkurang tidak ada batuk darah nafsu makan bertambah dan ada peningkatan
berat badan
Evaluasi Bakteriologis
Pemeriksaan dahak untuk menilai keberadaan kuman Biasanya setelah 2-3
minggu perngobatan sputum BTA mulai negatif Pemeriksaan control sputum
dilakukan sekali sebulan Bagi penderita dengan BTA positif setelah tahap
intensif akan mendapatkan pengobatan ulang Bila sudah negatif sputum
diperiksa tiga kali berturut-turut dan harus dikontrol agar tidak terjadi ldquosilent
bacterial sheddingrdquo yaitu terdapat sputum BTA positif tanpa disertai keluhan-
keluhan TB yang relevan
Evaluasi Radiologis
Evaluasi radiologis juga diperlukan untuk melihat kemajuan terapi Dengan
pemeriksaan radiologis dapat dilihat keadaan TB parunya atau adanya penyakit
lain yang menyertai Evaluasi foto dada dilakukan tiap 3 bulan sekali 10
2113 Efek Samping OAT
Sebagian besar penderita TB paru dapat menyelesaikan pengobatan tanpa
efek samping Namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping Oleh karena
itu pemantauan kemungkinan terjadinya efek samping sangat penting dilakukan
selama pengobatan Pemantauan dilakukan dengan cara menjelaskan kepada
penderita tanda-tanda efek samping dan menanyakan adanya gejala efek samping
pada waktu penderita mengambil OAT 8
Efek samping ringan dari OAT seperti tidak ada nafsu makanmual sakit
perut nyeri sendi kesemutan sampai dengan rasa terbakar di kaki dan warna
kemerahan pada air seni Efek samping berat dari OAT misalnya gatal dan
kemerahan kulit tuli gangguan keseimbanagn ikterus tanpa penyebab lain
bingung dan muntah-muntah gangguan penglihatan purpura dan syok 8
22 Strategi DOTS
23
Strategi DOTS adalah strategi penanggulaan TB paru nasional yang telah
direkomendasikan oleh WHO yang dimulai pelaksanaannya di Indonesia pada tahun
19951996 Sebelum pelaksanaan strategi DOTS (1969-1994) angka kesembutah TB
paru yang dapat dicapai oleh program hanya 40-60 saja Dengan strategi DOTS
diharapkan angka kesembuhan dapat dicapai minimal 85 dari penderita TB paru
BTA positif yang di temukan 11
Prinsip DOTS adalah mendekatkan pelayanan pengobatan terhadap
penderita agar secara langsung dapat mengawasi keteraturan menelan obat dan
melakukan pelacakan bila penderita tidak datang mengambil obat sesuai dengan yang
ditetapkan
Kalau diurai dari kata-katanya pengertian DOTS dapat dimulai dengan
keharusan setiap pengelola program TB intuk member direct attention dalam usaha
menemukan penderita Dalam bahasa lain ini diterjemahkan menjadi deteksi kasus
dengan pemeriksaan mikroskopik kendati sebenarnya pengertiannya dapat diperluas
dengan keharusan untuk mendeteksi kasus secara baik dan akurat Kemudian setiap
pasien harus di- observed dalam memakan obatnya setiap obat yang di telan pasien
harus di depan seorang pengawas Selain itu tentunya pasien harus menerima
treatment yang tertata dalam system pengelolaan distribusi dan penyediaan obat
secara baik Kemudian setiap pasien harus mendapat obat yang baik artinya
pengobatan short course standart yang telah terbukti ampuh secara klinik
Akhirnya harus ada dukungan dari pemerinyah yang membuat program
penanggulangan TB mendapat prioritas yang tinggi dalam pelayanan kesehatan 11
Strategi DOTS mempunyai lima komponen
1) Komitmen politits dari para pengambil keputusan termasuk dukungan dana
2) Diagnosa TB dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopik
3) Pengobatan dengan panduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) jangka pendek
dengan pengawasan langsung oleh pengawas Menelan Obat (PMO)
4) Kesinambungan perssediaan OAT jangka pendek dengan mutu terjamin
5) Pencatatan dan pelaporan secraa baku untuk memudahkan pemantauan dan
evaluasi program penanggulangan TB
23 Konsep Perilaku
24
Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor baik faktor internal
( dari dalam diri manusia ) maupun faktor eksternal ( dari luar diri manusia ) Faktor
internal ini terdiri dari faktor fisik dan psikis Faktor eksternal terdiri dari berbagai
faktor antara lain sosial budaya masyarakat lingkungan fisik politik ekonomi
pendidikan dan sebagainnya Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi
kesehatan baik individu kelompok maupun masyarakat dikelompokkan menjadi
empat ( Blum 1974 )
Konsep Blum menjelaskan bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh
1) Lingkungan yang mencakup lingkungan fisik sosial budaya politik ekonomi
dan sebagainnya
2) Perilaku
3) Pelayanan kesehatan
4) Keturunan ( hereditas )
Perilaku merupakan factor terbesar kedua setelah factor lingkungan yang
mempengaruhi derajat kesehatan Oleh sebab itu dalam rangka membina dan
meningkatkan kesehatan masyarakat maka intervensi atau upaya yang di tujukan
kepada faktor erilaku ini sangat strategis
Menurut Green perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama yakni 12
1) Faktor predisposisi ( predisposing factor )
Faktor ini mencakup pengetahuan sikap dan masyarakat terhadap kesehatan
tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
kesehatan sistem nilai yang dinut masyarakat tingkat pendidikan tingkat sosial
ekonomi dan sebagainya
2) Faktor Pemungkin ( Enabling factor )
Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan
bagi masyarakat misalnya air bersih tempat pembuangan tinja ketersediaan
makanan yang bergizi dan sebagainnya termasuk juga fasilitas kesehatan
seperti puskesmas rumah sakit posyandu dokter atau bidan praktek swasta dan
sebagainnya
3) Faktor penguat ( reinforcing factor )
25
Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat tokoh agama
sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan Termasuk juga di
sini undang-undang peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah
daerah yang terkait dengan kesehatan
Tim kerja dari WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang
berperilaku tertentu dikarenakan 4 ( empat ) alasan pokok yaitu
1) Pemikiran dan perasaan ( Thoughts and feeling )
Yakni dalam bentuk pengetahuan kepercayaan dan sikap Pengetahuan di
peroleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain sedangkan
kepercayaan biasanya diperoleh dari orang tua kakek atau nenek Seseorang
menerima kepercayaan itu berdasarkan keyankinan dan tanpa adanya pembuktian
terlebih dahulu Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap
objek dan seringnya diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang
lain yang paling dekat
2) Karakteristik Pendukung (enabling characteristics)
Karakteristik ini mencerminkan bahwa meskipun mempunyai predisposisi untuk
menggunakan pelayanan kesehatan ia tak akan bertindak menggunakannya
kecuali bial ia mampu menggunakannya Penggunaan pelayanan kesehatan yang
ada tergantung kepada kemampuan konsumen untuk membayar
3) Karakteristik kebutuhan (need characteristics)
Faktor predisposisi dan factor yang memungkinkan untuk mencari pengobatan
dapat terwujud di dalam tindakan apabila itu dirasakan sebagai kebutuhanDengan
kata lain kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan
pelayanan kesehatan bila mana tingkat predisposisi dan enabling itu ada
Kebutuhan (need) disisni di bagi menjadi dua ketegori dirasa atau preceived
( subject assessment) dan evaluated ( clinical diagnosis )
Menurut Skinner perilaku kesehatan adalah suatu respons
seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan
26
penyakit system pelayanan kesehatan makanan dan minimum serta lingkungan
Dari batasan ini perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 ( tiga)
kelompok yakni
1) Perilaku pemeliharaan kesehatan ( health maintenance)
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga
kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit Oleh
sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3(tiga) aspek yaitu
a Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit serta
pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit
b Perilaku peningkatan kesehatan apabila seseorang dalam keadaan sehat
c Perilaku gizi Makanan dan minimum dapat meningkatkan kesehatan
seseorang bahkan dapat mendatangkan penyakit Hal ini sangat tergantung
pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut
2) Perilaku pencarian pengobatan ( health behavior )
Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat
menderita penyakit dan atau kecelakaan Tindakan atau perilaku ini dimulai dari
mengobati sendiri ( self treatment) sampai mencari pengobatan keluar negeri
3) Perilaku kesehatan lingkungan
Adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan baik lingkungan fisik
maupun social budaya dan sebagainnya sehingga lingkungan tersebut tidak
mempengaruhi kesehatannya Dengan perkataan lain bagaimana seseorang
mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri
keluarga atau mesyarakatnya 12
24 Kepatuhan Berobat
Kepatuhan berasal dari kata ldquo patuh ldquo yang berarti taat suka menuruti
disiplin Kepatuhan menurut Trostle adalah tingkat perilaku penderita dalam
mengambil suatu tindakan pengobatan misalnya dalam menentukan kebiasaan
hidup sehat dan ketetapan berobat Dalam pengobatan seseorang dikatakan tidak
27
patuh apabila orang tersebut melalaikan kewajibannya berobat sehingga dapat
mengakibatkan terhalangnya kesembuhan 13
Menurut Sacket kepatuhan pasien adalah sejauh mana perilaku pasien
sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh professional kesehatan 14
Menurut Sarafino secara umum ketidaktaatan meningkatkan risiko
berkembangnya masalah kesehatan atau memperpanjang atau memperburuk
kesakitan yang sedang di derita Perkiraan yang ada menyatakan bahwa 20 jumlah
opname di rumah sakit merupakan akibat dari ketidaktaatan pasien terhadap aturan
pengobatan Faktor yang mempengaruhi kepatuhan seseorang dalam berobat yaitu
faktor petugas faktor obat dan faktor penderita Karakteristik petugas yang
mempengaruhi kepatuhan antara lain jenis petugas tingkat pengetahuan lamanya
bekerja frekuensi penyuluhan yang dilakukan Faktor obat yang mempengaruhi
kepatuhan adalah pengobatan yang sulit dilakukan tidak menunjukkan kea rah
penyembuhan waktu yang lama adanya efek samping obat Faktor penderita yang
menyebabkan ketidakpatuhan adalah umur jenis kelamin pekerjaan anggota
keluarga saudara atau teman khusus 15
25 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan
Faktor-faktor yang mempengaruhi katidakpatuhan dapat digolongkan
menjadi empat bagian yaitu
1 Pemahaman tentang Instruksi
Tak seorang pun mematuhi instruksi jika ia salah paham tentang instruksi yang
diberikan kepadanyaLey dan Spelman (Ester 2000 ) Menemukan bahwa lebih
dari 60 yang diwawancarai setelah bertemu dengan dokter salah mengerti
tentang instruksi yang diberikan pada mereka kadang-kadang hal ini disebabkan
oleh kegagalan professional kesehatan dalam memberikan informasi yang
lengkap penggunaan istilah-istilah medis dan mbanyak memberikan instruksi
yang harus diingat oleh pasien
28
Pendekatan praktis untuk meningkatkan kepatuhan pasien ditemukan oleh
Dinicola dan Dimatteo yaitu
a) Buat instruksi tertulis yang jelas dan mudah diinterpretasikan
b) Berikan informasi tentang pengobatan sebelum menjelaskan hal-hal lain
c) Jika seseorang diberikan suatu daftar tertulis tenang hal-hal yang harus
diingat maka aka nada efek ldquokeunggulanrdquoyaitu mereka brusaha mengingat
hal-hal yang pertama kali ditulis
d) Insruksi-instruksi harus ditulis dengan bahasa umum ( Non medis ) dan hal-
hal yang perlu ditekankan 14
2 Kualitas Interaksi
Kualitas interaksi antara profrsional kesehatan dan pasien merupakan bagian yang
penting dalam menentukan derajat kepatuhan Meningkatkan interaksi
professional kesehatan dengan pasien adalah suatu hal penting untuk memberikan
umpan balik pada pasien setelah memperoleh informasi tentang diagnosis Pasien
membutuhkan penjelasan tentang kondisinya saat ini apa penyebabnya dan apa
yang dapat mereka lakukan dengan kondisi seperti itu
3 Isolasi sosial dan keluarga
Keluarga dapat menjadi factor yang sangat berpengaruh dalam menentukan
keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga menentukan tentang
program pengobatan yang dapat mereka terima Keluarga juga member dukungan
dan membuat keputusan mengenai perawatan dari anggota keluarga yang sakit
4 Keyakinan Sikap Kepribadian
Ahli psikologis telah menyelidiki tentang hubungan antar pengukuran-
pengukuran kepribadian dan kepatuhan Mereka menemukan bahwa data
kepribadian secara benar dibedakan antar orang yang putih drngan orang yang
gagal Orang-orang yang tidak patuh adalah orang-orang yang lebih mengalami
depresi anxietas sangat memperhatikan kesehatannya memiliki kekuatan ego
29
yang lebih lemah dan kehidupan sosialnya lebih memusatkan perhatian pada
dirinya sendiri Blumenthal et al mengatakan bahwa ciri-ciri kepribadian yang
disebutkan diatas itu yang menyebabkan seseorang cenderung tidak patuh ( drop
out) dari program pengobatan 14
Menurut Schwart dan Griffin Faktor yang berhubungan dengan
ketidaktaan secara sejarah riset tentang ketaan pasien didasarkan atas pandangan
tradisional mengenai pasien sebagai penerima nasihat dokter yang pasif dan patuh
Pasien yang tidak taat dipandang sebagai orang yang lalai dan masalahnya dianggap
sebagai masalah control Riset berusah untuk mengidentifikasi kelompok-kelompok
pasien yang tidak patuh berdasarkan kelas sosioekonomi pendidikan umur dan
jenis kelamin Pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan sepanjang bawah
pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif seperti penggunaan buku-buku
dan kaset oleh pasien secara mandiri Usaha-usaha ini sedikit berhasil seorang dapat
menjadi tidak taat kalau situasinya memungkinkan Teori-teori yang lebih baru
menekannkan factor situasional dan pasien sebagai peserta yang aktif dalam proses
pengobatannya Perilaku ketaatan sering diartikan sebagai usaha pasien untuk
mengendalikan perilakunya bahkan jika hal tersebut bias menimbulkan resiko
mengenai kesehatannya 15
Macam-macam faktor yang berkaitan dengan ketidaktaatan disebutkan
a Ciri-ciri kesakitan dan cirri-ciri pengobatan
Menurut Dickson dkk perilaku ketaatan lebih rendah untuk penyakit kronis
(karena tidak ada akibat buruk yang segera dirasakan atau resiko yang jelas )
saran mengenai gaya hidup umum dan kebiasaan yang lama pengobatan yang
kompleks pengobatan dengan efek samping perilaku yang tidak pantas
Menurut Sarafino tingkat ketaaatan rata-rata minum obat utnuk menyenbuhkan
kesakitan akut dengan pengobatan jangka pendek adalah sekitar 78 Untuk
kesakita kronis dengan cara pengobatan jangaka panjang tingkat tersebut menurun
sampai 54
b Komunikasi antara Pasien dan Dokter
Berbagai aspek komunikasi antara pasien dan dokter mempengaruhi tingkat
ketidaktaan misalnya informasi dengan pengawasan yang kurang
30
ketidakpuasan terhadap aspek hubungan emosional dengan dokter ketidak
puasan terhadap pengobatan yang diberikan
c Variabel-variabel sosial
Hubungan antara dukungan sosial dengan ketaatan telah dipelajari Secara umum
orang-orang yang merasa mereka menerima penghiburan perhatian dan
pertolongan yang mereka butuhkan dari seseorang atau kelompok biasanya
cenderung lebih mudah mengikuti nasihat medis daripada pasien yang kurang
mendapat dukungan sosial Jelaslah bahwa keluarga memainkan peranan yang
sangat penting dalam pengelolaan medis misalnya penggunaan pengaruh
normative pada pasien yang mungkin mengakibatkan efek yang memudahkan
atau menghambat perilaku ketaatan
d Ciri-ciri Individual
Variabel-variabel demografis juga digunakan untuk meramalkan ketidaktaatan
sebagai contoh Di Amerika Serikat kaum wanita kaum kulit putih dan orang
tua cenderung mengikuti anjuran dokter 15
Dalam proses penyembuhan penderita TB Paru dapat diberikan obat anti-
TB (OAT) yang diminum secara teratur sampai selesai dengan pengawasan
yangketat Masa pemberian obat memang cukup lama yaitu 6-8 bulan secara terus
menerus sehingga dapat mencegah penularan kepada orang lain Oleh sebab itu para
penderita TB jika ingin sembuh harus minum obat secara teratur Tanpa adanya
keteraturan minum obat penyakit sulit disembuhkan Jika tidak teratur minum obat
penyakitnya sukar diobati kuman TB dalam tubuh akan berkembang semakin banyak
dan menyerang organ tubuh lain yang akan membutuhkan waktu lebih lama untuk
dapat sembuh
26 Pengawasan Menelan Obat (PMO) 9
Salah satu komponen DOTS adalah pengobatan paduan OAT jangka
pendek dengan pengawasan langsung Untuk menjamin keteraturan pengobatan
diperlukan seorang PMO
31
a Persyaratan PMO
bull Seseorang yang dikenal dipercaya dan disetujui baik oleh petugas kesehatan
maupun pasien selain itu harus disegani dan dihormati oleh pasien
bull Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien
bull Bersedia membantu pasien dengan sukarela
bull Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan pasien
b Siapa yang bisa menjadi PMO
Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan misalnya Bidan di Desa Perawat
Pekarya Sanitarian Juru Immunisasi dan lain lain Bila tidak ada petugas
kesehatan yang memungkinkan PMO dapat berasal dari kader kesehatan guru
anggota PPTI PKK atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga
c Tugas seorang PMO
bull Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai
pengobatan
bull Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur
bull Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah
ditentukan
bull Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai gejala-
gejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke Unit Pelayanan
Kesehatan
Tugas seorang PMO bukanlah untuk mengganti kewajiban pasien mengambil
obatdari unit pelayanan kesehatan
d Informasi penting yang perlu dipahami PMO untuk disampaikan kepada pasien dan
keluarganya
bull TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur
32
bull TB bukan penyakit keturunan atau kutukan
bull Cara penularan TB gejala-gejala yang mencurigakan dan cara pencegahannya
bull Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan)
bull Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur
bull Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera meminta
pertolongan ke UPK
27 Penanggulangan TB 16
Rencana Global Penanggulangan TB
Rencana Global 2006-2015 mencakup enam elemen utama dalam strategi baru Stop
TB ndashWHO yang terdiri dari
1 Memperluas dan meningkatkan ekspansi DOTS yang berkualitas meningkatkan
penemuan kasus dan kesembuhan melalui pendekatan yangterfokus pada penderita
agar pelayanan DOTS yang berkualitas dapat menjangkau seluruh penderita
khususnya kelompok masyarakat yang miskin dan rentan
2 Menghadapi tantangan TBHIV MDR-TB dan tantangan lainnya dengan cara
meningkatkan kolaborasi TBHIV DOTS-Plus dan pendekatan lainnya
3 Berkontribusi dalam memperkuat sistem kesehatan melalui kerjasama dengan
berbagai program dan pelayanan kesehatan lainnya misalnya dalam memobilisasi
sumber daya manusia dan finansial untuk implementasi dan mengevaluasi
hasilnyaserta pertukaran informasi dalam keberhasilan pencapaian dalam program
penanggulangan TB
33
4 Melibatkan seluruh penyedia pelayanan kesehatan pemerintah lembaga swadaya
masyarakat (LSM) dan swasta dengan cara memperluas pendekatan berbasis
public-private mix (PPM) dengan menggunakan ISTC
5 Melibatkan penderita TB dan masyarakat untuk memberikan kontribusi dalam
penyediaan pelayanan yang efektif Hal ini meliputi perluasan pelayanan TB di
masyarakat menciptakan kebutuhan masyarakat akan pelayanan TB advokasi
yang spesifik komunikasi dan mobilisasi sosial serta mendukung pengembangan
piagam pasien TB dalam masyarakat dan
6 Memberdayakan dan meningkatkan penelitian operasional
28 Kerangka Konsep
Variabel Independent Variabel dependent
Karakteristik Individu
1Umur
2Jenis kelamin
3Pendidikan
4Pekerjaan
5Pengetahuan
6Efek samping OAT
7Tingkat kepatuhan
penderita dalam
pengobatan
Kesembuhan
34
Penderita TB paru
Faktor Pelayanan
kesehatan
1 Ketersediaan OAT
2 Sikap petugas kesehatan
3 LokasiJarak
4 Penyuluhan kesehatan
5 Kunjungan rumah
Faktor Peran PMO
Gambar Kerangka Konsep Penelitian
Definisi Konsep
1 Karakteristik individu adalah hal-hal yang melekat dalam diri penderita TB paru yang
mempengaruhi tingkat kapetuhan dalam melaksanakan program pengobatan dengan
strategi DOTS yang membedakan seseorang dengan yang lainnya meliputi umur jenis
kelamin pendidikan pekerjaan pengetahuan efek samping OAT tingkat kepatuhan
penderita dalam pengobatan
2 Faktor pelayanan kesehatan adalah penilaian dari penderita TB paru terhadap upaya yang
diselenggarakan oleh unit pelayanan kesehatan untuk menangani penderita TB paru
meliputi Ketersediaan OATsikap petugas kesehatan lokasijarak penyuluhan
kesehatan dan kunjungan rumah
3 Faktor Peran PMO ( Pengawasan Menelan Obat ) adalah penilaian dari penderita TB paru
terhadap hal-hal yang menjadi tugas dari seseorang pengawas menelan obat yang
mempengaruhi tingkat kepatuhan penderita TB paru dalam melaksanakan pengobatan
meliputi penyuluhan member dorongan meningkatkan dan mengawasi
35
4 Kesembuhan adalah pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan
pemeriksaan ulang dahak (follow up) menunjukkan hasil BTA negatif
29 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konsep di atas maka hipotesis penelitian ini adalah
1) Ada pengaruh karakteristik individu terhadap kesembuhan penderita TB paru
dalam pengobatan
2) Ada pengaruh pelayanan kesehatan terhadap kesembuhan penderita TB paru
dalam pengobatan
3) Ada pengaruh PMO terhadap kesembuhan penderita TB paru dalam pengobatan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
31 Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional yang
bertujuan untuk menjelaskan pengaruh karakteristik individu faktor pelayanan
kesehatan dan faktor Pengawas Menelan Obat (PMO) terhadap kesembuhan
penderita TB Paru dalam melaksanakan pengobatan di Puskesmas Grogol Petamburan
tahun 2011
32 Tempat dan Waktu Penelitian
36
Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Grogol Petamburan pada bulan
Januari sampai Februari tahun 2012
33 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang
sedang menjalankan pengobatan TB di Puskesmas Grogol
Petamburan mulai bulan OktobeR
34 Keriteria Inklusi dan Eksklusi
341 Keriteria Inklusi
342 Keriteria Eksklusi
35 Sampel
351 Besar Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang
mengikuti pengobatan dengan strategi DOTS di Puskesmas yang pada saat penelitian
sedang menjalani pengobatan dan seluruh penderita TB yang telah mendapat
pengobatan selama 6 bulan atau sedang dalam tahap lanjutan
Keterangan
n1 = Jumlah sampel minimal
37
n2 = Jumlah sampel ditambah substitusi 10 (substitusi adalah persen responden
yang mungkin drop out)
Z = Tingkat batas kepercayaan dengan = 5
Didapat Z pada kurva normal = 196
p = Proporsi variabel yang diteliti yaitu besarnya presentasi 50 )
q = 1 - p
L = Derajat kesalahan yang masih dapat diterima adalah 10
Berdasarkan rumus di atas didapatkan angka sebagai berikut
( Z )2 p q ( 196 )2 0505
n1 = ----------------- = ------------------------------ = 9604
L2 ( 01 )2
n2 = n1 + ( 10 n1 )
= 9604 + ( 10 9604)
= 9604 + 9604
= 10564 Dibulatkan 106
352 Teknik Pengambilan Sampel
36 Identifikasi Variabel
1 Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kesembuhan tb paru
2 Variabel independen adalah umur jenis kelamin pendidikan pekerjaan
pengetahuan efek samping OAT dan tingkat kepahuhan dari penderita TB
Selain itu faktor dari pelayanan kesehatan dan PMO juga ikut berperan
37 Cara Kerja
1 Membuat proposal penelitian tentang hubungan antara tingkat kepatuhan minum
OAT dengan tingkat kesembuhan penyakit TB di Puskesmas Kecamatan Grogol
Petamburan
38
2 Pengumpulan data sekunder dari Puskesmas Grogol Petamburan
3 Melakukan kunjungan ke rumah-rumah sampel di daerah RT terpilih untuk
pengumpulan data primer dengan memakai kuesioner dan wawancara responden
4 Data-data yang telah dikumpulkan akan dilakukan pengolahan berupa proses
editing verifikasi dan koding Selanjutnya dimasukkan dan diolah dengan
menggunakan program computer yaitu program SPSS
5 Terhadap data yang telah diolah kemudian dilakukan analisis sesuai dengan cara
uji statistik menggunakanhelliphellip Data diinterpretasi secara deskriptif korelatif
antar variabel ndash variabel yang telah ditentukan dan disajikan dalam bentuk
tekstular dan tabular
6 Hasil dari penelitian akan disusun dalam bentuk pelaporan penelitian yang
selanjutnya akan di presentasikan di hadapan staf pengajar program pendidikan
Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida
Wacana (FK UKRIDA) dalam forum pendidikan Ilmu Kedokteran Komunitas
Fakultas Kedokteran UKRIDA
38 Manajemen Data
381 Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder yaitu
1 Data primer diperoleh dengan wawancara langsung kepada penderita TB paru
dan petugas kesehatan program penanggulangan TB Paru yang berpedoman pada
kuisioner penelitian yang telah ditetapkan dam melakukan cross check
2 Data sekunder diperoleh dari laporan pelaksanaan program penanggulangan TB
Paru di Puskesmas kartu pengobatan TBC (formulir TB 01) dan Formulir
Permohonan Laboratorium TBC Untik Pemeriksaan Dahak (formulir TB 05)
382 Pengolahan Data
39
Aspek pengukuran
Aspek pengukuran variable bebas
Karakteristik individu
Aspek pengukuran variable karakteristik individu dapat dilihat pada tabel 31
Table 31 Aspek Pengukuran Variabel Karakteristik Individu
Karakteristik
individu
Kategori Skala Bobot nilai
Umur a 15-24 tahun
b 25-49 tahun
c gt 50 tahun
rasio
Jenis kelamin a Laki-laki
b Perempuan
Tingkat
pendidikan
a Tidak tamat SD
b SD
c SLTP
d SLTA
e Sarjana S1
Pekerjaan a Bekerja
b Tidak bekerja
Pengetahuan a Baik
b Sedang
c Bururk
Efek samping
OAT
a Ada
b Tidan ada
Faktor pelayanan kesehatan
Pengukuran faktor pelanan kesehatan meliputi ketersediaan OAT yang
diukur adalah yang diukur dengan 2 pertanyaan sikap petugas kesehatan diukur
dengan 8 pertanyaan lokasi jarak diukur dengan 3 pertanyaan penyuluhan kesehatan
diukur dengan 6 pertanyaan dan kunjungan rumah diukur dengan 2 pertanyaan
40
berdasarkan jawaban yang diberikan responden selanjutnya dikelompokkan menjadi
tiga (3) yaitu
a Baik jika faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan
penilaian yang baik karena kebutuhan yang diinginkan debagian besarnya
terpenuhi (nilai gt32)
b Sedang bila faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan
penilaian yang kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan responden hanay
sebagian saja yang terpenuhi (nilainya 17-32)
c Buruk bila faktor pelayanan pelayanan kesehatan yang diterima responden
menimbulkan penilaian yang tidak baik karena kebutuhan yang diinginka
responden sebagian besar tidak dipenuhi (nilainya lt17)
Faktor Pengawas Menelan Obat (PMO)
Faktor Pengawas Menelan Obat diukur dengan 5 pertanyaan yang
selanjutnya dibedakan atas 3 kategori yaitu
a Baik bila semua tugas yang diterima responden terlaksana dengan baik yaitu
mengawasi memberikan dorongan mengingatkan dan memberikan penyuluhan
(nilainya gt11)
b Sedang bila tugas PMO yang diterima responden sebagian saja yang terpenuhi
(nilainya 6-11)
c Buruk bila tugas PMO yang diterima responden tidak terlaksana dengan baik
(nilainya lt 6)
Aspek Pengukuran Variabel Terikan
Kepatuhan Pengobatan TB Paru
41
Aspek Pengukuran Variabel ini menggunakan skala interval yang diukur berdasarkan
tiga (3) kategori yaitu
Patuh apabila responden selalu menelan obat sesuai ketentuan petugas kesehatan
yaitu setiap hari pada tahap awal tiga kali seminggu pada tahap lanjutan dan
mengambil obat serta memeriksakan dahak sesuai jadwal dan menaati nasihat dari
petugas kesehatan ( bobot 3 )
Kurang patuh jika responden kadang-kadang menelan obat sesuai ketentuan
petugas kesehatan atau responden tidak menelan obat 2-8 minggu selama tahap
pengobatan lanjutan dan tidak memerisakan dahak sesuai jadwal yang telah
ditetapkan dan tidak selalu menaati nasihat dari petugas kesehatan (bobot 2 )
Tidak patuh jika responden tidak menelan obat sesuai ketentuan petugas
kesehatan atau responden tidak menelan obat lebih dari 8 minggu selama tahap
pengobatan lanjutan dan tidak mengambil obat serta tidak memeriksakan dahak
sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan tidak menaati nasihat petugas kesehatan
(bobot 1)
383 Penyajian Data
384 Analisis Data
385 Interpretasi Data
386 Pelaporan Data
39 Definisi Operasional
1 Umur adalah usia responden saat penelitian berdasarkan ulang tahun terakhir yang
dibedakan atas 3 (tiga) kategori berdasarkna Badan Pusat Statistik Kota Medan
42
tahun 2008 yaitu 1) orang muda 25-24 tahun 2) dewasa 24-49 tahun 3) orang
tua gt 50 tahun
2 Jenis kelamin adalah suatu karakteristik responden yang dibedakan identitasnya
dari laki-laki dan perempuan
3 Pendidikan adalah jenjang pendidikannyang berhasil ditamatkan responden yang
dibedakan atas tidak tamat SD SD SLTP SLTA Akademi Sarjana
4 Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh responden sebagai
pendapatan utama yang dibedakan atas kerja dan tidak bekerja
5 Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai penyakit
TB paru
6 Efek samping OAT adalah gejala keluhan yang diderita responden akiba menelan
OAT selama pengobatan
7 Ketersdediaan OAT adalah pandangan responden terhadap kondisi OAT
diperoleh dari puskesmas meliputi kecukupan jumlah OAT dan dan kualitasnya
8 Sikap petugas kesehatan adalah penilaian responden terhadap reaksi petugas
kesehatan kepada responden selama mereka menjalanin pengobatan
9 Lokasi jarak adalah pandangan responden tentang lama perjalanan dari tempat
tinggal responden ke Puskesmas yang diukur dengan jarak sarana transportasi
10 Penyuluhan kesehatan adalah pandangan responden tentang kegiatan yang
dilakukan oleh petugas kesehatan sehubungan dengan pengobatan TB Paru untuk
mencapai suatu keadaan dimana pederita TB Paru dapat hidup lebih sehat
11 Kunjungan rumah adalah pandangan responden tentang kegiatan yang dilakukan
petugas kesehatan selama masa pengobatan ke rumah responden
12 Faktor peran Pengawas Minum Obat (PMO) adalah pandangan responden tentang
tugas yang dilakasanakan oleh seorang PMO meliputi penyuluhan
13 Kepatuhan berobat adalah ketaan responden dalam menelan obat mengambil
obat dan melakukan pemeriksaan dahak sesuai jadwal yang telah ditentukan dan
menaati segala nasehat dari petugas kesehatan
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
1) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta
2) Perkumpulan Pemberantasan TB Indonesia 2011 TB di Indonesia Peringkat Dunia
Jakarta Diakses melalui situs httpwwwpptiinfoindexphpcomponentcontentarticle46-
arsip-ppti141-tbc-di-indonesia-peringkat-5-dunia Diakses pada tanggal 23 Januari 2012
44
3) Depkes dan WHO 2008 Lembar Fakta Tuberkulosis Jakarta
4) Dirjen P2M amp PLP 1997 Pengawasan Menelan Obat (PMO) adalah DOTS ala Indonesia
Jakarta
5) Amirudin R 2006 Faktor Keberhasilan Konversi pada Penderita TB Paru di Puskesmas
Jongaya Tahun 2006 Laporan Penelitian FKM Unhas Makasar
6) Aditama Tjandra Y 1994 Tuberkulosis Paru Masalah dan Penanggulangnya UI Press
Jakarta
7) Aru W Bambang S Idrus A dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Tuberkulosis
Paru Edisi IV FKUI Jakarta 2006 998-1004
8) Depkes RI 2002 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta
9) Depkes RI 2006 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta
10) Subijakto Hubungan Pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Berobat
Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Proposal Skripsi Jakarta 2011 Diakses pada
tanggal 20 Januari 2012
11) Aditama Tjandra Y 2002 Tuberkulosis Diagnosis Terapi dan Masalahnya Yayasan IDI
Jakarta
12) Notoatmodjo Soekidjo 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Penerbit Rineka Cipta
Jakarta
13) Simamora Jojor 2004 Faktor yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Berobat Penderita TB
Paru di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2004 Tesis Pascasarjana USU Medan
14) Ester Monica 2000 Psikologi Kesehatan Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
15) Bart Smet 1994 Psikologi Kesehatan PT Grasindo Jakarta
16) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta
45
Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena
bull Tuberkulosis paru Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang
jaringan (parenkim) paru tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada
hilus
bull Tuberkulosis ekstra paru Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain
paru misalnya pleura selaput otak selaput jantung (pericardium) kelenjar lymfe
tulang persendian kulit usus ginjal saluran kencing alat kelamin dan lain-lain
Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis yaitu pada TB
Paru
bull Tuberkulosis paru BTA positif
- Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif
- 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada menunjukkan
gambaran tuberkulosis
- 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif
- 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS pada
pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah
pemberian antibiotika non OAT
bull Tuberkulosis paru BTA negatif
Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif
Kriteria diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi
- Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif
- Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis
- Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT
- Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan
9
Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan penyakit
bull TB paru BTA negatif foto toraks positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan
penyakitnya yaitu bentuk berat dan ringan Bentuk berat bila gambaran foto
toraks memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas (misalnya proses ldquofar
advancedrdquo) dan atau keadaan umum pasien buruk
bull TB ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya yaitu
- TB ekstra paru ringan misalnya TB kelenjar limfe pleuritis eksudativa
unilateral tulang (kecuali tulang belakang) sendi dan kelenjar adrenal
- TB ekstra-paru berat misalnya meningitis milier perikarditis peritonitis
pleuritis eksudativa bilateral TB tulang belakang TB usus TB saluran kemih
dan alat kelamin
Catatan
bull Bila seorang pasien TB paru juga mempunyai TB ekstra paru maka untuk
kepentingan pencatatan pasien tersebut harus dicatat sebagai pasien TB paru
bull Bila seorang pasien dengan TB ekstra paru pada beberapa organ maka dicatat
sebagai TB ekstra paru pada organ yang penyakitnya paling berat
10
212 Cara Penularan
Lingkungan hidup yang sangat padat dan pemukiman di wilayah perkotaan
kemungkinan besar telah mempermudah proses penularan dan berperan sekali atas
peningkatan jumlah kasus TB Proses terjadinya infeksi oleh Mycobacterium
tuberculosis biasanya secara inhalasi sehingga TB paru merupakan manifestasi klinis
yang paling sering dibandingkan dengan organ lain Penularan penyakit ini sebagian
besar melalui inhalasi basil yang mengandung droplet nuclei khususnya yang di
dapat dari pasien TB paru dengan batuk berdarah atau berdahak yang mengandung
basil tahan asam (BTA) Pada TB kulit atau jaringan lunak penularan bias melalui
inokulasi langsung Infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium bovis dapat
disebabkan oleh susu yang kurang disterilkan dengan baik atau terkontaminasi Sudah
dibuktikan bahwa lingkungan sosial ekonomi yang baik pengobatan yang teratur dan
pengawasan minum obat yang ketat dapat berhasil mengurangi angka morbiditas dan
mortalitas di Amerika selama tahun 1950-1960 7
Daya penularan dari seseorang penderita ditentukan oleh banyaknya
kuman yang dikeluarkan dari parunya Makin tinggi derajat positif hasil dari
pemeriksaan dahak makin menular penderita tersebut Bila pemeriksaan dahak
negatif (tidak terlihat kuman) maka penderita tersebut dianggap tidak menular
Kemungkinan seseorang terinfeksi TB paru ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam
udara dan lamanya menghirup udara tersebut 8
Perlu diketahui bahwa kuman TB tidak hanya keluar ketika penderita
batuk saja tetapi juga pada saat bernyanyi bersin atau bersiul Secara umum dapat
dikatakan bahwa penularan penyakit TB banyak bergantung dari beberapa factor
seperti jumlah kuman yang ada tingkat keganasan kuman dan daya tahan tubuh orang
yang tertular 6
213 Penemuan Penderita TB
Kegiatan penemuan pasien terdiri dari penjaringan suspek diagnosis
penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien Penemuan pasien merupakan langkah
pertama dalam kegiatan program penanggulangan TB Penemuan dan penyembuhan
11
pasien TB menular secara bermakna akan dapat menurunkan kesakitan dan kematian
akibat TB penularan TB di masyarakat dan sekaligus merupakan kegiatan
pencegahan penularan TB yang paling efektif di masyarakat9
Strategi penemuan 9
Penemuan pasien TB dilakukan secara pasif dengan promosi aktif Penjaringan
tersangka pasien dilakukan di unit pelayanan kesehatan didukung dengan
penyuluhan secara aktif baik oleh petugas kesehatan maupun masyarakat untuk
meningkatkan cakupan penemuan tersangka pasien TB
Pemeriksaan terhadap kontak pasien TB terutama mereka yang BTA positif yang
menunjukkan gejala sama harus diperiksa dahaknya
Penemuan secara aktif dari rumah ke rumah dianggap tidak cost efektif
214 Risiko Penularan 9
- Risiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan dahak Pasien TB
paru dengan BTA positif memberikan kemungkinan risiko penularan lebih besar
dari pasien TB paru dengan BTA negatif
- Risiko penularan setiap tahunnya di tunjukkan dengan Annual Risk of Tuberculosis
Infection (ARTI) yaitu proporsi penduduk yang berisiko terinfeksi TB selama satu
tahun ARTI sebesar 1 berarti 10 (sepuluh) orang diantara 1000 penduduk
terinfeksi setiap tahun ARTI di Indonesia bervariasi antara 1-3
- Infeksi TB dibuktikan dengan perubahan reaksi tuberkulin negatif menjadi positif
215 Gejala Klinis TB Paru
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu
atau lebih Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah
batuk darah sesak nafas badan lemas nafsu makan menurun berat badan menurun
12
malaise berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik demam meriang lebih dari satu
bulan9
Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain
tb seperti bronkiektasis bronkitis kronis asma kanker paru dan lain-lain Mengingat
prevalensi TB di Indonesia saat ini masih tinggi maka setiap orang yang datang ke
UPK dengan gejala tersebut diatas dianggap sebagai seorang tersangka (suspek)
pasien TB dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung9
216 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Tuberkulosis
Faktor ndash faktor yang mempengaruhi terhadap terjadinya TB antara lain
1 Harus ada sumber infeksi
Sumber infeksi dapat berasal dari penderita TB dengan BTA positif Penularan
dapat terjadi melalui dropet atau melalui pengunaan alat makan secara bergantian
tanpa dicuci yang digunakan oleh penderita TB dengan BTA positif tersebut
2 Jumlah basil penyebab harus cukup
Semakin banyak jumlah basil yang terhirup maka semakin besar kemungkinan
seseorang untuk mengidap TB
3 Virulensi yang tinggi dari basil TB
Apabila angka keaktifan kuman tinggi maka semakin cepat kuman TB
berkembang biak di dalam tubuh Selain itu masa inkubasi akan semakin cepat
4 Daya tahan tubuh yang rendah
Daya tahan tubuh yang menurun memungkinkan basil berkembang biak dan
menimbulkan penyakit tuberkulosis 10
217 Tipe Penderita TB Paru
Tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya Ada beberapa
tipe pasien yaitu
bull Kasus baru
13
Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan
OAT kurang dari satu bulan (4 minggu)
bull Kasus kambuh (Relaps)
Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan
tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap didiagnosis
kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur)
bull Kasus setelah putus berobat (Default )
Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA
positif
bull Kasus setelah gagal (failure)
Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi
positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan
bull Kasus Pindahan (Transfer In)
Adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki register TB lain untuk
melanjutkan pengobatannya
bull Kasus lain
Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas Dalam kelompok ini
termasuk Kasus Kronik yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif
setelah selesai pengobatan ulangan
Catatan
TB paru BTA negatif dan TB ekstra paru dapat juga mengalami kambuh gagal
default maupun menjadi kasus kronik Meskipun sangat jarang harus dibuktikan
secara patologik bakteriologik (biakan) radiologik dan pertimbangan medis
spesialistik9
218 Pemeriksaan Diagnostik
Untuk mengetahui adanya tuberkulosis dokter biasanya berpegang pada
tiga patokan utama Pertama hasil wawancaranya tentang keluhan pasien dan hasil
pemeriksaan yang dilakukan pada pasien yang disebut dengan anamnesis Kedua
14
hasil pemeriksaan laboratorium untuk menemukan adanya BTA pada spesimen
penderita
Pemeriksaan dahak mikroskopis 9
Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis menilai
keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan
Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis dilakukan dengan
mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang
berurutan berupa Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS)
S (sewaktu)
Dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung pertama kali Pada
saat pulang suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak pagi
pada hari kedua
P (Pagi)
Dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua segera setelah bangun tidur
Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di UPK
S (sewaktu)
Dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua saat menyerahkan dahak pagi
Adapun tujuan dari pemeriksaan dahak pada program penanggulangan TB
adalah
1 Menegakkan diagnosis dan menentukan tipe klasifikasi
2 Menilai kemajuan pengobatan
3 Menentukan tingkat penularan 8
Pemeriksaan ulang dahak untuk memantau kemajuan pengobatan
dilakukan pada
1 Akhir tahap intensif
15
Dilakukan seminggu sebelum akhir pengobatan penderita baru BTA positif
dengan kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-3 pengobatan ulang
penderita BTA positif kategori 2
2 Sebulan sebelum akhir pengobatan
Dilakukan seminggu sebelum akhir bulan ke-5 pengobatan penderita baru BTA
positif dengan kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-7 pengobatan
ulang penderita BTA positif dengan kategori 2
3 Akhir pengobatan
Dilakukan seminggu sebelum akhir bulan ke-6 pada penderita BTA positif dengan
kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-8 pengobatan ulang BTA positif
dengan kategori 2 8
Pemeriksaan dahak pada sebulan sebelum akhir pengobatan dan akhir
pengobatan bertujuan untuk menilai hasil pengobatan (apakah sembuh atau gagal)
219 Prinsip Pengobatan
Penatalaksanaan TB meliputi penemuan pasien dan pengobatan yang
dikelola dengan menggunakan strategi DOTS9
Tujuan utama pengobatan pasien TB adalah menurunkan angka kematian
dan kesakitan serta mencegah penularan dengan cara menyembuhkan pasien
Penatalaksanaan penyakit TB merupakan bagian dari surveilans penyakit tidak
sekedar memastikan pasien menelan obat sampai dinyatakan sembuh tetapi juga
berkaitan dengan pengelolaan sarana bantu yang dibutuhkan petugas yang terkait
pencatatan pelaporan evaluasi kegiatan dan rencana tindak lanjutnya9
Tabel 21 Jenis sifat dan dosis OAT
Dosis yang direkomendasikan (mgkg)
16
Jenis OAT Sifat Harian 3x seminggu
Isoniazid (H) Bakterisid 5
(4-6)
10
(8-12)
Rifampicin (R) Bakterisid 10
(8-12)
10
(8-12)
Pyrazinamide (Z) Bakterisid 25
(20-30)
35
(30-40)
Streptomycin (S) Bakterisid 15
(12-18)
15
(12-18)
Etambutol (E) Bakteriostatik 15
(15-20)
30
(20-35)
Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut 9
bull OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat dalam jumlah
cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan Jangan gunakan OAT
tunggal (monoterapi) Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT ndash KDT)
lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan
bull Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat dilakukan pengawasan langsung
(DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat
(PMO)
bull Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap yaitu tahap intensif dan lanjutan
Tahap awal (intensif) 9
- Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara
langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat
17
- Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat biasanya pasien
menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu
- Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2
bulan
Tahap Lanjutan 9
- Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit namun dalam jangka
waktu yang lebih lama
- Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah
terjadinya kekambuhan
2110 Panduan Penggunaan OAT di Indonesia9
Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis di Indonesia
- Kategori 1 2(HRZE)4(HR)3
- Kategori 2 2(HRZE)S(HRZE)5(HR)3E3
Disamping kedua kategori ini disediakan paduan obat sisipan (HRZE)
- Kategori Anak 2HRZ4HR
Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket
berupa obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT) sedangkan kategori anak sementara
ini disediakan dalam bentuk OAT kombipak
Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu
tablet Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien Paduan ini dikemas dalam
satu paket untuk satu pasien
Paket Kombipak
18
Terdiri dari obat lepas yang dikemas dalam satu paket yaitu Isoniasid
Rifampisin Pirazinamid dan Etambutol Paduan OAT ini disediakan program untuk
mengatasi pasien yang mengalami efek samping OAT KDT
Paduan OAT ini disediakan dalam bentuk paket dengan tujuan untuk
memudahkan pemberian obat dan menjamin kelangsungan (kontinuitas) pengobatan
sampai selesai
Satu (1) paket untuk satu (1) pasien dalam satu (1) masa pengobatan
KDT mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB
1 Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin efektifitas
obat dan mengurangi efek samping
2 Mencegah penggunaan obat tunggal sehinga menurunkan resiko terjadinya
resistensi obat ganda dan mengurangi kesalahan penulisan resep
3 Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat menjadi
sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien
Paduan OAT dan peruntukannya
19
1 Kategori-1 (2HRZE 4H3R3)
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru
1048707 Pasien baru TB paru BTA positif
1048707 Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif
1048707 Pasien TB ekstra paru
Tabel 22 Dosis untuk paduan OAT KDT untuk Kategori 1
Berat Badan
Tahap Intensif
tiap hari selama 56 hari
RHZE (15075400275)
Tahap Lanjutan
3 kali seminggu selama 16 minggu
RH (150150)
30-37 kg 2 tablet 4 KDT 2 tablet 4 KDT38-54 kg 3 tablet 4 KDT 3 tablet 4 KDT55-70 kg 4 tablet 4 KDT 4 tablet 4 KDTge 71 kg 5 tablet 4 KDT 5 tablet 4 KDT
2 Kategori -2 (2HRZES HRZE 5H3R3E3)
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya
1048707 Pasien kambuh
1048707 Pasien gagal
1048707 Pasien dengan pengobatan setelah default (terputus)
Tabel 23 Dosis untuk paduan OAT KDT Kategori 2
Berat Badan
Tahap Intensif
tiap hari
RHZE (15075400275) + S
Tahap Lanjutan
3 kali seminggu
RH (150150) + E (275)
Selama 56 hari Selama 28 hari Selama 20 minggu
30-37 kg 2 tablet 4 KDT + 500 mg Streptomisin inj
2 tablet 4 KDT 2 tablet 4 KDT+ 2 tab Etambutol
38-54 kg 3 tablet 4 KDT +750 mg Streptomisin inj
3 tablet 4 KDT 3 tablet 4 KDT+ 3 tab Etambutol
55-70 kg 4 tablet 4 KDT +1000 mg Streptomisin inj
4 tablet 4 KDT 4 tablet 4 KDT+ 4 tab Etambutol
ge 71 kg 5 tablet 4 KDT +1000 mg Streptomisin inj
5 tablet 4 KDT 5 tablet 4 KDT+ 5 tab Etambutol
Catatan
20
Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal untuk streptomisin adalah
500mg tanpa memperhatikan berat badan
Untuk perempuan hamil lihat pengobatan TB dalam keadaan khusus
Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan menambahkan aquabidest
sebanyak 37ml sehingga menjadi 4ml (1ml = 250mg)
3 OAT Sisipan (HRZE)
Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap intensif kategori 1 yang
diberikan selama sebulan (28 hari)
Tabel 24 Dosis KDT untuk Sisipan
Berat Badan Tahap Intensif tiap hari selama 28 hari
RHZE (15075400275)
30-37 kg 2 tablet 4 KDT38-54 kg 3 tablet 4 KDT55-70 kg 4 tablet 4 KDTge 71 kg 5 tablet 4 KDT
Penggunaan OAT lapis kedua misalnya golongan aminoglikosida (misalnya
kanamisin) dan golongan kuinolon tidak dianjurkan diberikan kepada pasien baru tanpa indikasi
yang jelas karena potensi obat tersebut jauh lebih rendah daripada OAT lapis pertama Di
samping itu dapat juga meningkatkan terjadinya risiko resistensi pada OAT lapis kedua
2111 Alur Diagnostik TB 9
21Suspek TB Paru
2112 Evaluasi Pengobatan
22
Pemeriksaan dahak mikroskopis (SPS = Sewaktu ndash Pagi ndash Sewaktu)
Hasil BTA+ - -
Hasil BTA- - -
Hasil BTA+ + ++ + +
Antibiotik Non-OAT
Tidak adaPerbaikan
Adaperbaikan
Pemeriksaan dahak mikroskopis
Foto toraks dan
Pertimbangan dokter
Hasil BTA+ + ++ + -+ _ _
Hasil BTA- - -
Foto toraks dan
Pertimbangan dokter
TB Bukan TB
Evaluasi Klinis
Biasanya pasien di control dalam 1 minggu pertama selanjutnya setiap 2 minggu
selama tahap intensif dan seterusnya sekali sebulan sampai akhir pengobatan
Secara klinis hendaknya terdapat perbaikan keluhan pasien seperti batuk yang
berkurang tidak ada batuk darah nafsu makan bertambah dan ada peningkatan
berat badan
Evaluasi Bakteriologis
Pemeriksaan dahak untuk menilai keberadaan kuman Biasanya setelah 2-3
minggu perngobatan sputum BTA mulai negatif Pemeriksaan control sputum
dilakukan sekali sebulan Bagi penderita dengan BTA positif setelah tahap
intensif akan mendapatkan pengobatan ulang Bila sudah negatif sputum
diperiksa tiga kali berturut-turut dan harus dikontrol agar tidak terjadi ldquosilent
bacterial sheddingrdquo yaitu terdapat sputum BTA positif tanpa disertai keluhan-
keluhan TB yang relevan
Evaluasi Radiologis
Evaluasi radiologis juga diperlukan untuk melihat kemajuan terapi Dengan
pemeriksaan radiologis dapat dilihat keadaan TB parunya atau adanya penyakit
lain yang menyertai Evaluasi foto dada dilakukan tiap 3 bulan sekali 10
2113 Efek Samping OAT
Sebagian besar penderita TB paru dapat menyelesaikan pengobatan tanpa
efek samping Namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping Oleh karena
itu pemantauan kemungkinan terjadinya efek samping sangat penting dilakukan
selama pengobatan Pemantauan dilakukan dengan cara menjelaskan kepada
penderita tanda-tanda efek samping dan menanyakan adanya gejala efek samping
pada waktu penderita mengambil OAT 8
Efek samping ringan dari OAT seperti tidak ada nafsu makanmual sakit
perut nyeri sendi kesemutan sampai dengan rasa terbakar di kaki dan warna
kemerahan pada air seni Efek samping berat dari OAT misalnya gatal dan
kemerahan kulit tuli gangguan keseimbanagn ikterus tanpa penyebab lain
bingung dan muntah-muntah gangguan penglihatan purpura dan syok 8
22 Strategi DOTS
23
Strategi DOTS adalah strategi penanggulaan TB paru nasional yang telah
direkomendasikan oleh WHO yang dimulai pelaksanaannya di Indonesia pada tahun
19951996 Sebelum pelaksanaan strategi DOTS (1969-1994) angka kesembutah TB
paru yang dapat dicapai oleh program hanya 40-60 saja Dengan strategi DOTS
diharapkan angka kesembuhan dapat dicapai minimal 85 dari penderita TB paru
BTA positif yang di temukan 11
Prinsip DOTS adalah mendekatkan pelayanan pengobatan terhadap
penderita agar secara langsung dapat mengawasi keteraturan menelan obat dan
melakukan pelacakan bila penderita tidak datang mengambil obat sesuai dengan yang
ditetapkan
Kalau diurai dari kata-katanya pengertian DOTS dapat dimulai dengan
keharusan setiap pengelola program TB intuk member direct attention dalam usaha
menemukan penderita Dalam bahasa lain ini diterjemahkan menjadi deteksi kasus
dengan pemeriksaan mikroskopik kendati sebenarnya pengertiannya dapat diperluas
dengan keharusan untuk mendeteksi kasus secara baik dan akurat Kemudian setiap
pasien harus di- observed dalam memakan obatnya setiap obat yang di telan pasien
harus di depan seorang pengawas Selain itu tentunya pasien harus menerima
treatment yang tertata dalam system pengelolaan distribusi dan penyediaan obat
secara baik Kemudian setiap pasien harus mendapat obat yang baik artinya
pengobatan short course standart yang telah terbukti ampuh secara klinik
Akhirnya harus ada dukungan dari pemerinyah yang membuat program
penanggulangan TB mendapat prioritas yang tinggi dalam pelayanan kesehatan 11
Strategi DOTS mempunyai lima komponen
1) Komitmen politits dari para pengambil keputusan termasuk dukungan dana
2) Diagnosa TB dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopik
3) Pengobatan dengan panduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) jangka pendek
dengan pengawasan langsung oleh pengawas Menelan Obat (PMO)
4) Kesinambungan perssediaan OAT jangka pendek dengan mutu terjamin
5) Pencatatan dan pelaporan secraa baku untuk memudahkan pemantauan dan
evaluasi program penanggulangan TB
23 Konsep Perilaku
24
Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor baik faktor internal
( dari dalam diri manusia ) maupun faktor eksternal ( dari luar diri manusia ) Faktor
internal ini terdiri dari faktor fisik dan psikis Faktor eksternal terdiri dari berbagai
faktor antara lain sosial budaya masyarakat lingkungan fisik politik ekonomi
pendidikan dan sebagainnya Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi
kesehatan baik individu kelompok maupun masyarakat dikelompokkan menjadi
empat ( Blum 1974 )
Konsep Blum menjelaskan bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh
1) Lingkungan yang mencakup lingkungan fisik sosial budaya politik ekonomi
dan sebagainnya
2) Perilaku
3) Pelayanan kesehatan
4) Keturunan ( hereditas )
Perilaku merupakan factor terbesar kedua setelah factor lingkungan yang
mempengaruhi derajat kesehatan Oleh sebab itu dalam rangka membina dan
meningkatkan kesehatan masyarakat maka intervensi atau upaya yang di tujukan
kepada faktor erilaku ini sangat strategis
Menurut Green perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama yakni 12
1) Faktor predisposisi ( predisposing factor )
Faktor ini mencakup pengetahuan sikap dan masyarakat terhadap kesehatan
tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
kesehatan sistem nilai yang dinut masyarakat tingkat pendidikan tingkat sosial
ekonomi dan sebagainya
2) Faktor Pemungkin ( Enabling factor )
Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan
bagi masyarakat misalnya air bersih tempat pembuangan tinja ketersediaan
makanan yang bergizi dan sebagainnya termasuk juga fasilitas kesehatan
seperti puskesmas rumah sakit posyandu dokter atau bidan praktek swasta dan
sebagainnya
3) Faktor penguat ( reinforcing factor )
25
Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat tokoh agama
sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan Termasuk juga di
sini undang-undang peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah
daerah yang terkait dengan kesehatan
Tim kerja dari WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang
berperilaku tertentu dikarenakan 4 ( empat ) alasan pokok yaitu
1) Pemikiran dan perasaan ( Thoughts and feeling )
Yakni dalam bentuk pengetahuan kepercayaan dan sikap Pengetahuan di
peroleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain sedangkan
kepercayaan biasanya diperoleh dari orang tua kakek atau nenek Seseorang
menerima kepercayaan itu berdasarkan keyankinan dan tanpa adanya pembuktian
terlebih dahulu Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap
objek dan seringnya diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang
lain yang paling dekat
2) Karakteristik Pendukung (enabling characteristics)
Karakteristik ini mencerminkan bahwa meskipun mempunyai predisposisi untuk
menggunakan pelayanan kesehatan ia tak akan bertindak menggunakannya
kecuali bial ia mampu menggunakannya Penggunaan pelayanan kesehatan yang
ada tergantung kepada kemampuan konsumen untuk membayar
3) Karakteristik kebutuhan (need characteristics)
Faktor predisposisi dan factor yang memungkinkan untuk mencari pengobatan
dapat terwujud di dalam tindakan apabila itu dirasakan sebagai kebutuhanDengan
kata lain kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan
pelayanan kesehatan bila mana tingkat predisposisi dan enabling itu ada
Kebutuhan (need) disisni di bagi menjadi dua ketegori dirasa atau preceived
( subject assessment) dan evaluated ( clinical diagnosis )
Menurut Skinner perilaku kesehatan adalah suatu respons
seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan
26
penyakit system pelayanan kesehatan makanan dan minimum serta lingkungan
Dari batasan ini perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 ( tiga)
kelompok yakni
1) Perilaku pemeliharaan kesehatan ( health maintenance)
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga
kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit Oleh
sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3(tiga) aspek yaitu
a Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit serta
pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit
b Perilaku peningkatan kesehatan apabila seseorang dalam keadaan sehat
c Perilaku gizi Makanan dan minimum dapat meningkatkan kesehatan
seseorang bahkan dapat mendatangkan penyakit Hal ini sangat tergantung
pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut
2) Perilaku pencarian pengobatan ( health behavior )
Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat
menderita penyakit dan atau kecelakaan Tindakan atau perilaku ini dimulai dari
mengobati sendiri ( self treatment) sampai mencari pengobatan keluar negeri
3) Perilaku kesehatan lingkungan
Adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan baik lingkungan fisik
maupun social budaya dan sebagainnya sehingga lingkungan tersebut tidak
mempengaruhi kesehatannya Dengan perkataan lain bagaimana seseorang
mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri
keluarga atau mesyarakatnya 12
24 Kepatuhan Berobat
Kepatuhan berasal dari kata ldquo patuh ldquo yang berarti taat suka menuruti
disiplin Kepatuhan menurut Trostle adalah tingkat perilaku penderita dalam
mengambil suatu tindakan pengobatan misalnya dalam menentukan kebiasaan
hidup sehat dan ketetapan berobat Dalam pengobatan seseorang dikatakan tidak
27
patuh apabila orang tersebut melalaikan kewajibannya berobat sehingga dapat
mengakibatkan terhalangnya kesembuhan 13
Menurut Sacket kepatuhan pasien adalah sejauh mana perilaku pasien
sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh professional kesehatan 14
Menurut Sarafino secara umum ketidaktaatan meningkatkan risiko
berkembangnya masalah kesehatan atau memperpanjang atau memperburuk
kesakitan yang sedang di derita Perkiraan yang ada menyatakan bahwa 20 jumlah
opname di rumah sakit merupakan akibat dari ketidaktaatan pasien terhadap aturan
pengobatan Faktor yang mempengaruhi kepatuhan seseorang dalam berobat yaitu
faktor petugas faktor obat dan faktor penderita Karakteristik petugas yang
mempengaruhi kepatuhan antara lain jenis petugas tingkat pengetahuan lamanya
bekerja frekuensi penyuluhan yang dilakukan Faktor obat yang mempengaruhi
kepatuhan adalah pengobatan yang sulit dilakukan tidak menunjukkan kea rah
penyembuhan waktu yang lama adanya efek samping obat Faktor penderita yang
menyebabkan ketidakpatuhan adalah umur jenis kelamin pekerjaan anggota
keluarga saudara atau teman khusus 15
25 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan
Faktor-faktor yang mempengaruhi katidakpatuhan dapat digolongkan
menjadi empat bagian yaitu
1 Pemahaman tentang Instruksi
Tak seorang pun mematuhi instruksi jika ia salah paham tentang instruksi yang
diberikan kepadanyaLey dan Spelman (Ester 2000 ) Menemukan bahwa lebih
dari 60 yang diwawancarai setelah bertemu dengan dokter salah mengerti
tentang instruksi yang diberikan pada mereka kadang-kadang hal ini disebabkan
oleh kegagalan professional kesehatan dalam memberikan informasi yang
lengkap penggunaan istilah-istilah medis dan mbanyak memberikan instruksi
yang harus diingat oleh pasien
28
Pendekatan praktis untuk meningkatkan kepatuhan pasien ditemukan oleh
Dinicola dan Dimatteo yaitu
a) Buat instruksi tertulis yang jelas dan mudah diinterpretasikan
b) Berikan informasi tentang pengobatan sebelum menjelaskan hal-hal lain
c) Jika seseorang diberikan suatu daftar tertulis tenang hal-hal yang harus
diingat maka aka nada efek ldquokeunggulanrdquoyaitu mereka brusaha mengingat
hal-hal yang pertama kali ditulis
d) Insruksi-instruksi harus ditulis dengan bahasa umum ( Non medis ) dan hal-
hal yang perlu ditekankan 14
2 Kualitas Interaksi
Kualitas interaksi antara profrsional kesehatan dan pasien merupakan bagian yang
penting dalam menentukan derajat kepatuhan Meningkatkan interaksi
professional kesehatan dengan pasien adalah suatu hal penting untuk memberikan
umpan balik pada pasien setelah memperoleh informasi tentang diagnosis Pasien
membutuhkan penjelasan tentang kondisinya saat ini apa penyebabnya dan apa
yang dapat mereka lakukan dengan kondisi seperti itu
3 Isolasi sosial dan keluarga
Keluarga dapat menjadi factor yang sangat berpengaruh dalam menentukan
keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga menentukan tentang
program pengobatan yang dapat mereka terima Keluarga juga member dukungan
dan membuat keputusan mengenai perawatan dari anggota keluarga yang sakit
4 Keyakinan Sikap Kepribadian
Ahli psikologis telah menyelidiki tentang hubungan antar pengukuran-
pengukuran kepribadian dan kepatuhan Mereka menemukan bahwa data
kepribadian secara benar dibedakan antar orang yang putih drngan orang yang
gagal Orang-orang yang tidak patuh adalah orang-orang yang lebih mengalami
depresi anxietas sangat memperhatikan kesehatannya memiliki kekuatan ego
29
yang lebih lemah dan kehidupan sosialnya lebih memusatkan perhatian pada
dirinya sendiri Blumenthal et al mengatakan bahwa ciri-ciri kepribadian yang
disebutkan diatas itu yang menyebabkan seseorang cenderung tidak patuh ( drop
out) dari program pengobatan 14
Menurut Schwart dan Griffin Faktor yang berhubungan dengan
ketidaktaan secara sejarah riset tentang ketaan pasien didasarkan atas pandangan
tradisional mengenai pasien sebagai penerima nasihat dokter yang pasif dan patuh
Pasien yang tidak taat dipandang sebagai orang yang lalai dan masalahnya dianggap
sebagai masalah control Riset berusah untuk mengidentifikasi kelompok-kelompok
pasien yang tidak patuh berdasarkan kelas sosioekonomi pendidikan umur dan
jenis kelamin Pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan sepanjang bawah
pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif seperti penggunaan buku-buku
dan kaset oleh pasien secara mandiri Usaha-usaha ini sedikit berhasil seorang dapat
menjadi tidak taat kalau situasinya memungkinkan Teori-teori yang lebih baru
menekannkan factor situasional dan pasien sebagai peserta yang aktif dalam proses
pengobatannya Perilaku ketaatan sering diartikan sebagai usaha pasien untuk
mengendalikan perilakunya bahkan jika hal tersebut bias menimbulkan resiko
mengenai kesehatannya 15
Macam-macam faktor yang berkaitan dengan ketidaktaatan disebutkan
a Ciri-ciri kesakitan dan cirri-ciri pengobatan
Menurut Dickson dkk perilaku ketaatan lebih rendah untuk penyakit kronis
(karena tidak ada akibat buruk yang segera dirasakan atau resiko yang jelas )
saran mengenai gaya hidup umum dan kebiasaan yang lama pengobatan yang
kompleks pengobatan dengan efek samping perilaku yang tidak pantas
Menurut Sarafino tingkat ketaaatan rata-rata minum obat utnuk menyenbuhkan
kesakitan akut dengan pengobatan jangka pendek adalah sekitar 78 Untuk
kesakita kronis dengan cara pengobatan jangaka panjang tingkat tersebut menurun
sampai 54
b Komunikasi antara Pasien dan Dokter
Berbagai aspek komunikasi antara pasien dan dokter mempengaruhi tingkat
ketidaktaan misalnya informasi dengan pengawasan yang kurang
30
ketidakpuasan terhadap aspek hubungan emosional dengan dokter ketidak
puasan terhadap pengobatan yang diberikan
c Variabel-variabel sosial
Hubungan antara dukungan sosial dengan ketaatan telah dipelajari Secara umum
orang-orang yang merasa mereka menerima penghiburan perhatian dan
pertolongan yang mereka butuhkan dari seseorang atau kelompok biasanya
cenderung lebih mudah mengikuti nasihat medis daripada pasien yang kurang
mendapat dukungan sosial Jelaslah bahwa keluarga memainkan peranan yang
sangat penting dalam pengelolaan medis misalnya penggunaan pengaruh
normative pada pasien yang mungkin mengakibatkan efek yang memudahkan
atau menghambat perilaku ketaatan
d Ciri-ciri Individual
Variabel-variabel demografis juga digunakan untuk meramalkan ketidaktaatan
sebagai contoh Di Amerika Serikat kaum wanita kaum kulit putih dan orang
tua cenderung mengikuti anjuran dokter 15
Dalam proses penyembuhan penderita TB Paru dapat diberikan obat anti-
TB (OAT) yang diminum secara teratur sampai selesai dengan pengawasan
yangketat Masa pemberian obat memang cukup lama yaitu 6-8 bulan secara terus
menerus sehingga dapat mencegah penularan kepada orang lain Oleh sebab itu para
penderita TB jika ingin sembuh harus minum obat secara teratur Tanpa adanya
keteraturan minum obat penyakit sulit disembuhkan Jika tidak teratur minum obat
penyakitnya sukar diobati kuman TB dalam tubuh akan berkembang semakin banyak
dan menyerang organ tubuh lain yang akan membutuhkan waktu lebih lama untuk
dapat sembuh
26 Pengawasan Menelan Obat (PMO) 9
Salah satu komponen DOTS adalah pengobatan paduan OAT jangka
pendek dengan pengawasan langsung Untuk menjamin keteraturan pengobatan
diperlukan seorang PMO
31
a Persyaratan PMO
bull Seseorang yang dikenal dipercaya dan disetujui baik oleh petugas kesehatan
maupun pasien selain itu harus disegani dan dihormati oleh pasien
bull Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien
bull Bersedia membantu pasien dengan sukarela
bull Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan pasien
b Siapa yang bisa menjadi PMO
Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan misalnya Bidan di Desa Perawat
Pekarya Sanitarian Juru Immunisasi dan lain lain Bila tidak ada petugas
kesehatan yang memungkinkan PMO dapat berasal dari kader kesehatan guru
anggota PPTI PKK atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga
c Tugas seorang PMO
bull Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai
pengobatan
bull Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur
bull Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah
ditentukan
bull Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai gejala-
gejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke Unit Pelayanan
Kesehatan
Tugas seorang PMO bukanlah untuk mengganti kewajiban pasien mengambil
obatdari unit pelayanan kesehatan
d Informasi penting yang perlu dipahami PMO untuk disampaikan kepada pasien dan
keluarganya
bull TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur
32
bull TB bukan penyakit keturunan atau kutukan
bull Cara penularan TB gejala-gejala yang mencurigakan dan cara pencegahannya
bull Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan)
bull Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur
bull Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera meminta
pertolongan ke UPK
27 Penanggulangan TB 16
Rencana Global Penanggulangan TB
Rencana Global 2006-2015 mencakup enam elemen utama dalam strategi baru Stop
TB ndashWHO yang terdiri dari
1 Memperluas dan meningkatkan ekspansi DOTS yang berkualitas meningkatkan
penemuan kasus dan kesembuhan melalui pendekatan yangterfokus pada penderita
agar pelayanan DOTS yang berkualitas dapat menjangkau seluruh penderita
khususnya kelompok masyarakat yang miskin dan rentan
2 Menghadapi tantangan TBHIV MDR-TB dan tantangan lainnya dengan cara
meningkatkan kolaborasi TBHIV DOTS-Plus dan pendekatan lainnya
3 Berkontribusi dalam memperkuat sistem kesehatan melalui kerjasama dengan
berbagai program dan pelayanan kesehatan lainnya misalnya dalam memobilisasi
sumber daya manusia dan finansial untuk implementasi dan mengevaluasi
hasilnyaserta pertukaran informasi dalam keberhasilan pencapaian dalam program
penanggulangan TB
33
4 Melibatkan seluruh penyedia pelayanan kesehatan pemerintah lembaga swadaya
masyarakat (LSM) dan swasta dengan cara memperluas pendekatan berbasis
public-private mix (PPM) dengan menggunakan ISTC
5 Melibatkan penderita TB dan masyarakat untuk memberikan kontribusi dalam
penyediaan pelayanan yang efektif Hal ini meliputi perluasan pelayanan TB di
masyarakat menciptakan kebutuhan masyarakat akan pelayanan TB advokasi
yang spesifik komunikasi dan mobilisasi sosial serta mendukung pengembangan
piagam pasien TB dalam masyarakat dan
6 Memberdayakan dan meningkatkan penelitian operasional
28 Kerangka Konsep
Variabel Independent Variabel dependent
Karakteristik Individu
1Umur
2Jenis kelamin
3Pendidikan
4Pekerjaan
5Pengetahuan
6Efek samping OAT
7Tingkat kepatuhan
penderita dalam
pengobatan
Kesembuhan
34
Penderita TB paru
Faktor Pelayanan
kesehatan
1 Ketersediaan OAT
2 Sikap petugas kesehatan
3 LokasiJarak
4 Penyuluhan kesehatan
5 Kunjungan rumah
Faktor Peran PMO
Gambar Kerangka Konsep Penelitian
Definisi Konsep
1 Karakteristik individu adalah hal-hal yang melekat dalam diri penderita TB paru yang
mempengaruhi tingkat kapetuhan dalam melaksanakan program pengobatan dengan
strategi DOTS yang membedakan seseorang dengan yang lainnya meliputi umur jenis
kelamin pendidikan pekerjaan pengetahuan efek samping OAT tingkat kepatuhan
penderita dalam pengobatan
2 Faktor pelayanan kesehatan adalah penilaian dari penderita TB paru terhadap upaya yang
diselenggarakan oleh unit pelayanan kesehatan untuk menangani penderita TB paru
meliputi Ketersediaan OATsikap petugas kesehatan lokasijarak penyuluhan
kesehatan dan kunjungan rumah
3 Faktor Peran PMO ( Pengawasan Menelan Obat ) adalah penilaian dari penderita TB paru
terhadap hal-hal yang menjadi tugas dari seseorang pengawas menelan obat yang
mempengaruhi tingkat kepatuhan penderita TB paru dalam melaksanakan pengobatan
meliputi penyuluhan member dorongan meningkatkan dan mengawasi
35
4 Kesembuhan adalah pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan
pemeriksaan ulang dahak (follow up) menunjukkan hasil BTA negatif
29 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konsep di atas maka hipotesis penelitian ini adalah
1) Ada pengaruh karakteristik individu terhadap kesembuhan penderita TB paru
dalam pengobatan
2) Ada pengaruh pelayanan kesehatan terhadap kesembuhan penderita TB paru
dalam pengobatan
3) Ada pengaruh PMO terhadap kesembuhan penderita TB paru dalam pengobatan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
31 Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional yang
bertujuan untuk menjelaskan pengaruh karakteristik individu faktor pelayanan
kesehatan dan faktor Pengawas Menelan Obat (PMO) terhadap kesembuhan
penderita TB Paru dalam melaksanakan pengobatan di Puskesmas Grogol Petamburan
tahun 2011
32 Tempat dan Waktu Penelitian
36
Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Grogol Petamburan pada bulan
Januari sampai Februari tahun 2012
33 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang
sedang menjalankan pengobatan TB di Puskesmas Grogol
Petamburan mulai bulan OktobeR
34 Keriteria Inklusi dan Eksklusi
341 Keriteria Inklusi
342 Keriteria Eksklusi
35 Sampel
351 Besar Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang
mengikuti pengobatan dengan strategi DOTS di Puskesmas yang pada saat penelitian
sedang menjalani pengobatan dan seluruh penderita TB yang telah mendapat
pengobatan selama 6 bulan atau sedang dalam tahap lanjutan
Keterangan
n1 = Jumlah sampel minimal
37
n2 = Jumlah sampel ditambah substitusi 10 (substitusi adalah persen responden
yang mungkin drop out)
Z = Tingkat batas kepercayaan dengan = 5
Didapat Z pada kurva normal = 196
p = Proporsi variabel yang diteliti yaitu besarnya presentasi 50 )
q = 1 - p
L = Derajat kesalahan yang masih dapat diterima adalah 10
Berdasarkan rumus di atas didapatkan angka sebagai berikut
( Z )2 p q ( 196 )2 0505
n1 = ----------------- = ------------------------------ = 9604
L2 ( 01 )2
n2 = n1 + ( 10 n1 )
= 9604 + ( 10 9604)
= 9604 + 9604
= 10564 Dibulatkan 106
352 Teknik Pengambilan Sampel
36 Identifikasi Variabel
1 Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kesembuhan tb paru
2 Variabel independen adalah umur jenis kelamin pendidikan pekerjaan
pengetahuan efek samping OAT dan tingkat kepahuhan dari penderita TB
Selain itu faktor dari pelayanan kesehatan dan PMO juga ikut berperan
37 Cara Kerja
1 Membuat proposal penelitian tentang hubungan antara tingkat kepatuhan minum
OAT dengan tingkat kesembuhan penyakit TB di Puskesmas Kecamatan Grogol
Petamburan
38
2 Pengumpulan data sekunder dari Puskesmas Grogol Petamburan
3 Melakukan kunjungan ke rumah-rumah sampel di daerah RT terpilih untuk
pengumpulan data primer dengan memakai kuesioner dan wawancara responden
4 Data-data yang telah dikumpulkan akan dilakukan pengolahan berupa proses
editing verifikasi dan koding Selanjutnya dimasukkan dan diolah dengan
menggunakan program computer yaitu program SPSS
5 Terhadap data yang telah diolah kemudian dilakukan analisis sesuai dengan cara
uji statistik menggunakanhelliphellip Data diinterpretasi secara deskriptif korelatif
antar variabel ndash variabel yang telah ditentukan dan disajikan dalam bentuk
tekstular dan tabular
6 Hasil dari penelitian akan disusun dalam bentuk pelaporan penelitian yang
selanjutnya akan di presentasikan di hadapan staf pengajar program pendidikan
Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida
Wacana (FK UKRIDA) dalam forum pendidikan Ilmu Kedokteran Komunitas
Fakultas Kedokteran UKRIDA
38 Manajemen Data
381 Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder yaitu
1 Data primer diperoleh dengan wawancara langsung kepada penderita TB paru
dan petugas kesehatan program penanggulangan TB Paru yang berpedoman pada
kuisioner penelitian yang telah ditetapkan dam melakukan cross check
2 Data sekunder diperoleh dari laporan pelaksanaan program penanggulangan TB
Paru di Puskesmas kartu pengobatan TBC (formulir TB 01) dan Formulir
Permohonan Laboratorium TBC Untik Pemeriksaan Dahak (formulir TB 05)
382 Pengolahan Data
39
Aspek pengukuran
Aspek pengukuran variable bebas
Karakteristik individu
Aspek pengukuran variable karakteristik individu dapat dilihat pada tabel 31
Table 31 Aspek Pengukuran Variabel Karakteristik Individu
Karakteristik
individu
Kategori Skala Bobot nilai
Umur a 15-24 tahun
b 25-49 tahun
c gt 50 tahun
rasio
Jenis kelamin a Laki-laki
b Perempuan
Tingkat
pendidikan
a Tidak tamat SD
b SD
c SLTP
d SLTA
e Sarjana S1
Pekerjaan a Bekerja
b Tidak bekerja
Pengetahuan a Baik
b Sedang
c Bururk
Efek samping
OAT
a Ada
b Tidan ada
Faktor pelayanan kesehatan
Pengukuran faktor pelanan kesehatan meliputi ketersediaan OAT yang
diukur adalah yang diukur dengan 2 pertanyaan sikap petugas kesehatan diukur
dengan 8 pertanyaan lokasi jarak diukur dengan 3 pertanyaan penyuluhan kesehatan
diukur dengan 6 pertanyaan dan kunjungan rumah diukur dengan 2 pertanyaan
40
berdasarkan jawaban yang diberikan responden selanjutnya dikelompokkan menjadi
tiga (3) yaitu
a Baik jika faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan
penilaian yang baik karena kebutuhan yang diinginkan debagian besarnya
terpenuhi (nilai gt32)
b Sedang bila faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan
penilaian yang kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan responden hanay
sebagian saja yang terpenuhi (nilainya 17-32)
c Buruk bila faktor pelayanan pelayanan kesehatan yang diterima responden
menimbulkan penilaian yang tidak baik karena kebutuhan yang diinginka
responden sebagian besar tidak dipenuhi (nilainya lt17)
Faktor Pengawas Menelan Obat (PMO)
Faktor Pengawas Menelan Obat diukur dengan 5 pertanyaan yang
selanjutnya dibedakan atas 3 kategori yaitu
a Baik bila semua tugas yang diterima responden terlaksana dengan baik yaitu
mengawasi memberikan dorongan mengingatkan dan memberikan penyuluhan
(nilainya gt11)
b Sedang bila tugas PMO yang diterima responden sebagian saja yang terpenuhi
(nilainya 6-11)
c Buruk bila tugas PMO yang diterima responden tidak terlaksana dengan baik
(nilainya lt 6)
Aspek Pengukuran Variabel Terikan
Kepatuhan Pengobatan TB Paru
41
Aspek Pengukuran Variabel ini menggunakan skala interval yang diukur berdasarkan
tiga (3) kategori yaitu
Patuh apabila responden selalu menelan obat sesuai ketentuan petugas kesehatan
yaitu setiap hari pada tahap awal tiga kali seminggu pada tahap lanjutan dan
mengambil obat serta memeriksakan dahak sesuai jadwal dan menaati nasihat dari
petugas kesehatan ( bobot 3 )
Kurang patuh jika responden kadang-kadang menelan obat sesuai ketentuan
petugas kesehatan atau responden tidak menelan obat 2-8 minggu selama tahap
pengobatan lanjutan dan tidak memerisakan dahak sesuai jadwal yang telah
ditetapkan dan tidak selalu menaati nasihat dari petugas kesehatan (bobot 2 )
Tidak patuh jika responden tidak menelan obat sesuai ketentuan petugas
kesehatan atau responden tidak menelan obat lebih dari 8 minggu selama tahap
pengobatan lanjutan dan tidak mengambil obat serta tidak memeriksakan dahak
sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan tidak menaati nasihat petugas kesehatan
(bobot 1)
383 Penyajian Data
384 Analisis Data
385 Interpretasi Data
386 Pelaporan Data
39 Definisi Operasional
1 Umur adalah usia responden saat penelitian berdasarkan ulang tahun terakhir yang
dibedakan atas 3 (tiga) kategori berdasarkna Badan Pusat Statistik Kota Medan
42
tahun 2008 yaitu 1) orang muda 25-24 tahun 2) dewasa 24-49 tahun 3) orang
tua gt 50 tahun
2 Jenis kelamin adalah suatu karakteristik responden yang dibedakan identitasnya
dari laki-laki dan perempuan
3 Pendidikan adalah jenjang pendidikannyang berhasil ditamatkan responden yang
dibedakan atas tidak tamat SD SD SLTP SLTA Akademi Sarjana
4 Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh responden sebagai
pendapatan utama yang dibedakan atas kerja dan tidak bekerja
5 Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai penyakit
TB paru
6 Efek samping OAT adalah gejala keluhan yang diderita responden akiba menelan
OAT selama pengobatan
7 Ketersdediaan OAT adalah pandangan responden terhadap kondisi OAT
diperoleh dari puskesmas meliputi kecukupan jumlah OAT dan dan kualitasnya
8 Sikap petugas kesehatan adalah penilaian responden terhadap reaksi petugas
kesehatan kepada responden selama mereka menjalanin pengobatan
9 Lokasi jarak adalah pandangan responden tentang lama perjalanan dari tempat
tinggal responden ke Puskesmas yang diukur dengan jarak sarana transportasi
10 Penyuluhan kesehatan adalah pandangan responden tentang kegiatan yang
dilakukan oleh petugas kesehatan sehubungan dengan pengobatan TB Paru untuk
mencapai suatu keadaan dimana pederita TB Paru dapat hidup lebih sehat
11 Kunjungan rumah adalah pandangan responden tentang kegiatan yang dilakukan
petugas kesehatan selama masa pengobatan ke rumah responden
12 Faktor peran Pengawas Minum Obat (PMO) adalah pandangan responden tentang
tugas yang dilakasanakan oleh seorang PMO meliputi penyuluhan
13 Kepatuhan berobat adalah ketaan responden dalam menelan obat mengambil
obat dan melakukan pemeriksaan dahak sesuai jadwal yang telah ditentukan dan
menaati segala nasehat dari petugas kesehatan
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
1) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta
2) Perkumpulan Pemberantasan TB Indonesia 2011 TB di Indonesia Peringkat Dunia
Jakarta Diakses melalui situs httpwwwpptiinfoindexphpcomponentcontentarticle46-
arsip-ppti141-tbc-di-indonesia-peringkat-5-dunia Diakses pada tanggal 23 Januari 2012
44
3) Depkes dan WHO 2008 Lembar Fakta Tuberkulosis Jakarta
4) Dirjen P2M amp PLP 1997 Pengawasan Menelan Obat (PMO) adalah DOTS ala Indonesia
Jakarta
5) Amirudin R 2006 Faktor Keberhasilan Konversi pada Penderita TB Paru di Puskesmas
Jongaya Tahun 2006 Laporan Penelitian FKM Unhas Makasar
6) Aditama Tjandra Y 1994 Tuberkulosis Paru Masalah dan Penanggulangnya UI Press
Jakarta
7) Aru W Bambang S Idrus A dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Tuberkulosis
Paru Edisi IV FKUI Jakarta 2006 998-1004
8) Depkes RI 2002 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta
9) Depkes RI 2006 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta
10) Subijakto Hubungan Pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Berobat
Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Proposal Skripsi Jakarta 2011 Diakses pada
tanggal 20 Januari 2012
11) Aditama Tjandra Y 2002 Tuberkulosis Diagnosis Terapi dan Masalahnya Yayasan IDI
Jakarta
12) Notoatmodjo Soekidjo 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Penerbit Rineka Cipta
Jakarta
13) Simamora Jojor 2004 Faktor yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Berobat Penderita TB
Paru di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2004 Tesis Pascasarjana USU Medan
14) Ester Monica 2000 Psikologi Kesehatan Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
15) Bart Smet 1994 Psikologi Kesehatan PT Grasindo Jakarta
16) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta
45
Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan penyakit
bull TB paru BTA negatif foto toraks positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan
penyakitnya yaitu bentuk berat dan ringan Bentuk berat bila gambaran foto
toraks memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas (misalnya proses ldquofar
advancedrdquo) dan atau keadaan umum pasien buruk
bull TB ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya yaitu
- TB ekstra paru ringan misalnya TB kelenjar limfe pleuritis eksudativa
unilateral tulang (kecuali tulang belakang) sendi dan kelenjar adrenal
- TB ekstra-paru berat misalnya meningitis milier perikarditis peritonitis
pleuritis eksudativa bilateral TB tulang belakang TB usus TB saluran kemih
dan alat kelamin
Catatan
bull Bila seorang pasien TB paru juga mempunyai TB ekstra paru maka untuk
kepentingan pencatatan pasien tersebut harus dicatat sebagai pasien TB paru
bull Bila seorang pasien dengan TB ekstra paru pada beberapa organ maka dicatat
sebagai TB ekstra paru pada organ yang penyakitnya paling berat
10
212 Cara Penularan
Lingkungan hidup yang sangat padat dan pemukiman di wilayah perkotaan
kemungkinan besar telah mempermudah proses penularan dan berperan sekali atas
peningkatan jumlah kasus TB Proses terjadinya infeksi oleh Mycobacterium
tuberculosis biasanya secara inhalasi sehingga TB paru merupakan manifestasi klinis
yang paling sering dibandingkan dengan organ lain Penularan penyakit ini sebagian
besar melalui inhalasi basil yang mengandung droplet nuclei khususnya yang di
dapat dari pasien TB paru dengan batuk berdarah atau berdahak yang mengandung
basil tahan asam (BTA) Pada TB kulit atau jaringan lunak penularan bias melalui
inokulasi langsung Infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium bovis dapat
disebabkan oleh susu yang kurang disterilkan dengan baik atau terkontaminasi Sudah
dibuktikan bahwa lingkungan sosial ekonomi yang baik pengobatan yang teratur dan
pengawasan minum obat yang ketat dapat berhasil mengurangi angka morbiditas dan
mortalitas di Amerika selama tahun 1950-1960 7
Daya penularan dari seseorang penderita ditentukan oleh banyaknya
kuman yang dikeluarkan dari parunya Makin tinggi derajat positif hasil dari
pemeriksaan dahak makin menular penderita tersebut Bila pemeriksaan dahak
negatif (tidak terlihat kuman) maka penderita tersebut dianggap tidak menular
Kemungkinan seseorang terinfeksi TB paru ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam
udara dan lamanya menghirup udara tersebut 8
Perlu diketahui bahwa kuman TB tidak hanya keluar ketika penderita
batuk saja tetapi juga pada saat bernyanyi bersin atau bersiul Secara umum dapat
dikatakan bahwa penularan penyakit TB banyak bergantung dari beberapa factor
seperti jumlah kuman yang ada tingkat keganasan kuman dan daya tahan tubuh orang
yang tertular 6
213 Penemuan Penderita TB
Kegiatan penemuan pasien terdiri dari penjaringan suspek diagnosis
penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien Penemuan pasien merupakan langkah
pertama dalam kegiatan program penanggulangan TB Penemuan dan penyembuhan
11
pasien TB menular secara bermakna akan dapat menurunkan kesakitan dan kematian
akibat TB penularan TB di masyarakat dan sekaligus merupakan kegiatan
pencegahan penularan TB yang paling efektif di masyarakat9
Strategi penemuan 9
Penemuan pasien TB dilakukan secara pasif dengan promosi aktif Penjaringan
tersangka pasien dilakukan di unit pelayanan kesehatan didukung dengan
penyuluhan secara aktif baik oleh petugas kesehatan maupun masyarakat untuk
meningkatkan cakupan penemuan tersangka pasien TB
Pemeriksaan terhadap kontak pasien TB terutama mereka yang BTA positif yang
menunjukkan gejala sama harus diperiksa dahaknya
Penemuan secara aktif dari rumah ke rumah dianggap tidak cost efektif
214 Risiko Penularan 9
- Risiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan dahak Pasien TB
paru dengan BTA positif memberikan kemungkinan risiko penularan lebih besar
dari pasien TB paru dengan BTA negatif
- Risiko penularan setiap tahunnya di tunjukkan dengan Annual Risk of Tuberculosis
Infection (ARTI) yaitu proporsi penduduk yang berisiko terinfeksi TB selama satu
tahun ARTI sebesar 1 berarti 10 (sepuluh) orang diantara 1000 penduduk
terinfeksi setiap tahun ARTI di Indonesia bervariasi antara 1-3
- Infeksi TB dibuktikan dengan perubahan reaksi tuberkulin negatif menjadi positif
215 Gejala Klinis TB Paru
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu
atau lebih Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah
batuk darah sesak nafas badan lemas nafsu makan menurun berat badan menurun
12
malaise berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik demam meriang lebih dari satu
bulan9
Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain
tb seperti bronkiektasis bronkitis kronis asma kanker paru dan lain-lain Mengingat
prevalensi TB di Indonesia saat ini masih tinggi maka setiap orang yang datang ke
UPK dengan gejala tersebut diatas dianggap sebagai seorang tersangka (suspek)
pasien TB dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung9
216 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Tuberkulosis
Faktor ndash faktor yang mempengaruhi terhadap terjadinya TB antara lain
1 Harus ada sumber infeksi
Sumber infeksi dapat berasal dari penderita TB dengan BTA positif Penularan
dapat terjadi melalui dropet atau melalui pengunaan alat makan secara bergantian
tanpa dicuci yang digunakan oleh penderita TB dengan BTA positif tersebut
2 Jumlah basil penyebab harus cukup
Semakin banyak jumlah basil yang terhirup maka semakin besar kemungkinan
seseorang untuk mengidap TB
3 Virulensi yang tinggi dari basil TB
Apabila angka keaktifan kuman tinggi maka semakin cepat kuman TB
berkembang biak di dalam tubuh Selain itu masa inkubasi akan semakin cepat
4 Daya tahan tubuh yang rendah
Daya tahan tubuh yang menurun memungkinkan basil berkembang biak dan
menimbulkan penyakit tuberkulosis 10
217 Tipe Penderita TB Paru
Tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya Ada beberapa
tipe pasien yaitu
bull Kasus baru
13
Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan
OAT kurang dari satu bulan (4 minggu)
bull Kasus kambuh (Relaps)
Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan
tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap didiagnosis
kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur)
bull Kasus setelah putus berobat (Default )
Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA
positif
bull Kasus setelah gagal (failure)
Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi
positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan
bull Kasus Pindahan (Transfer In)
Adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki register TB lain untuk
melanjutkan pengobatannya
bull Kasus lain
Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas Dalam kelompok ini
termasuk Kasus Kronik yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif
setelah selesai pengobatan ulangan
Catatan
TB paru BTA negatif dan TB ekstra paru dapat juga mengalami kambuh gagal
default maupun menjadi kasus kronik Meskipun sangat jarang harus dibuktikan
secara patologik bakteriologik (biakan) radiologik dan pertimbangan medis
spesialistik9
218 Pemeriksaan Diagnostik
Untuk mengetahui adanya tuberkulosis dokter biasanya berpegang pada
tiga patokan utama Pertama hasil wawancaranya tentang keluhan pasien dan hasil
pemeriksaan yang dilakukan pada pasien yang disebut dengan anamnesis Kedua
14
hasil pemeriksaan laboratorium untuk menemukan adanya BTA pada spesimen
penderita
Pemeriksaan dahak mikroskopis 9
Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis menilai
keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan
Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis dilakukan dengan
mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang
berurutan berupa Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS)
S (sewaktu)
Dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung pertama kali Pada
saat pulang suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak pagi
pada hari kedua
P (Pagi)
Dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua segera setelah bangun tidur
Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di UPK
S (sewaktu)
Dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua saat menyerahkan dahak pagi
Adapun tujuan dari pemeriksaan dahak pada program penanggulangan TB
adalah
1 Menegakkan diagnosis dan menentukan tipe klasifikasi
2 Menilai kemajuan pengobatan
3 Menentukan tingkat penularan 8
Pemeriksaan ulang dahak untuk memantau kemajuan pengobatan
dilakukan pada
1 Akhir tahap intensif
15
Dilakukan seminggu sebelum akhir pengobatan penderita baru BTA positif
dengan kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-3 pengobatan ulang
penderita BTA positif kategori 2
2 Sebulan sebelum akhir pengobatan
Dilakukan seminggu sebelum akhir bulan ke-5 pengobatan penderita baru BTA
positif dengan kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-7 pengobatan
ulang penderita BTA positif dengan kategori 2
3 Akhir pengobatan
Dilakukan seminggu sebelum akhir bulan ke-6 pada penderita BTA positif dengan
kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-8 pengobatan ulang BTA positif
dengan kategori 2 8
Pemeriksaan dahak pada sebulan sebelum akhir pengobatan dan akhir
pengobatan bertujuan untuk menilai hasil pengobatan (apakah sembuh atau gagal)
219 Prinsip Pengobatan
Penatalaksanaan TB meliputi penemuan pasien dan pengobatan yang
dikelola dengan menggunakan strategi DOTS9
Tujuan utama pengobatan pasien TB adalah menurunkan angka kematian
dan kesakitan serta mencegah penularan dengan cara menyembuhkan pasien
Penatalaksanaan penyakit TB merupakan bagian dari surveilans penyakit tidak
sekedar memastikan pasien menelan obat sampai dinyatakan sembuh tetapi juga
berkaitan dengan pengelolaan sarana bantu yang dibutuhkan petugas yang terkait
pencatatan pelaporan evaluasi kegiatan dan rencana tindak lanjutnya9
Tabel 21 Jenis sifat dan dosis OAT
Dosis yang direkomendasikan (mgkg)
16
Jenis OAT Sifat Harian 3x seminggu
Isoniazid (H) Bakterisid 5
(4-6)
10
(8-12)
Rifampicin (R) Bakterisid 10
(8-12)
10
(8-12)
Pyrazinamide (Z) Bakterisid 25
(20-30)
35
(30-40)
Streptomycin (S) Bakterisid 15
(12-18)
15
(12-18)
Etambutol (E) Bakteriostatik 15
(15-20)
30
(20-35)
Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut 9
bull OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat dalam jumlah
cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan Jangan gunakan OAT
tunggal (monoterapi) Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT ndash KDT)
lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan
bull Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat dilakukan pengawasan langsung
(DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat
(PMO)
bull Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap yaitu tahap intensif dan lanjutan
Tahap awal (intensif) 9
- Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara
langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat
17
- Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat biasanya pasien
menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu
- Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2
bulan
Tahap Lanjutan 9
- Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit namun dalam jangka
waktu yang lebih lama
- Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah
terjadinya kekambuhan
2110 Panduan Penggunaan OAT di Indonesia9
Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis di Indonesia
- Kategori 1 2(HRZE)4(HR)3
- Kategori 2 2(HRZE)S(HRZE)5(HR)3E3
Disamping kedua kategori ini disediakan paduan obat sisipan (HRZE)
- Kategori Anak 2HRZ4HR
Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket
berupa obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT) sedangkan kategori anak sementara
ini disediakan dalam bentuk OAT kombipak
Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu
tablet Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien Paduan ini dikemas dalam
satu paket untuk satu pasien
Paket Kombipak
18
Terdiri dari obat lepas yang dikemas dalam satu paket yaitu Isoniasid
Rifampisin Pirazinamid dan Etambutol Paduan OAT ini disediakan program untuk
mengatasi pasien yang mengalami efek samping OAT KDT
Paduan OAT ini disediakan dalam bentuk paket dengan tujuan untuk
memudahkan pemberian obat dan menjamin kelangsungan (kontinuitas) pengobatan
sampai selesai
Satu (1) paket untuk satu (1) pasien dalam satu (1) masa pengobatan
KDT mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB
1 Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin efektifitas
obat dan mengurangi efek samping
2 Mencegah penggunaan obat tunggal sehinga menurunkan resiko terjadinya
resistensi obat ganda dan mengurangi kesalahan penulisan resep
3 Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat menjadi
sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien
Paduan OAT dan peruntukannya
19
1 Kategori-1 (2HRZE 4H3R3)
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru
1048707 Pasien baru TB paru BTA positif
1048707 Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif
1048707 Pasien TB ekstra paru
Tabel 22 Dosis untuk paduan OAT KDT untuk Kategori 1
Berat Badan
Tahap Intensif
tiap hari selama 56 hari
RHZE (15075400275)
Tahap Lanjutan
3 kali seminggu selama 16 minggu
RH (150150)
30-37 kg 2 tablet 4 KDT 2 tablet 4 KDT38-54 kg 3 tablet 4 KDT 3 tablet 4 KDT55-70 kg 4 tablet 4 KDT 4 tablet 4 KDTge 71 kg 5 tablet 4 KDT 5 tablet 4 KDT
2 Kategori -2 (2HRZES HRZE 5H3R3E3)
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya
1048707 Pasien kambuh
1048707 Pasien gagal
1048707 Pasien dengan pengobatan setelah default (terputus)
Tabel 23 Dosis untuk paduan OAT KDT Kategori 2
Berat Badan
Tahap Intensif
tiap hari
RHZE (15075400275) + S
Tahap Lanjutan
3 kali seminggu
RH (150150) + E (275)
Selama 56 hari Selama 28 hari Selama 20 minggu
30-37 kg 2 tablet 4 KDT + 500 mg Streptomisin inj
2 tablet 4 KDT 2 tablet 4 KDT+ 2 tab Etambutol
38-54 kg 3 tablet 4 KDT +750 mg Streptomisin inj
3 tablet 4 KDT 3 tablet 4 KDT+ 3 tab Etambutol
55-70 kg 4 tablet 4 KDT +1000 mg Streptomisin inj
4 tablet 4 KDT 4 tablet 4 KDT+ 4 tab Etambutol
ge 71 kg 5 tablet 4 KDT +1000 mg Streptomisin inj
5 tablet 4 KDT 5 tablet 4 KDT+ 5 tab Etambutol
Catatan
20
Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal untuk streptomisin adalah
500mg tanpa memperhatikan berat badan
Untuk perempuan hamil lihat pengobatan TB dalam keadaan khusus
Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan menambahkan aquabidest
sebanyak 37ml sehingga menjadi 4ml (1ml = 250mg)
3 OAT Sisipan (HRZE)
Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap intensif kategori 1 yang
diberikan selama sebulan (28 hari)
Tabel 24 Dosis KDT untuk Sisipan
Berat Badan Tahap Intensif tiap hari selama 28 hari
RHZE (15075400275)
30-37 kg 2 tablet 4 KDT38-54 kg 3 tablet 4 KDT55-70 kg 4 tablet 4 KDTge 71 kg 5 tablet 4 KDT
Penggunaan OAT lapis kedua misalnya golongan aminoglikosida (misalnya
kanamisin) dan golongan kuinolon tidak dianjurkan diberikan kepada pasien baru tanpa indikasi
yang jelas karena potensi obat tersebut jauh lebih rendah daripada OAT lapis pertama Di
samping itu dapat juga meningkatkan terjadinya risiko resistensi pada OAT lapis kedua
2111 Alur Diagnostik TB 9
21Suspek TB Paru
2112 Evaluasi Pengobatan
22
Pemeriksaan dahak mikroskopis (SPS = Sewaktu ndash Pagi ndash Sewaktu)
Hasil BTA+ - -
Hasil BTA- - -
Hasil BTA+ + ++ + +
Antibiotik Non-OAT
Tidak adaPerbaikan
Adaperbaikan
Pemeriksaan dahak mikroskopis
Foto toraks dan
Pertimbangan dokter
Hasil BTA+ + ++ + -+ _ _
Hasil BTA- - -
Foto toraks dan
Pertimbangan dokter
TB Bukan TB
Evaluasi Klinis
Biasanya pasien di control dalam 1 minggu pertama selanjutnya setiap 2 minggu
selama tahap intensif dan seterusnya sekali sebulan sampai akhir pengobatan
Secara klinis hendaknya terdapat perbaikan keluhan pasien seperti batuk yang
berkurang tidak ada batuk darah nafsu makan bertambah dan ada peningkatan
berat badan
Evaluasi Bakteriologis
Pemeriksaan dahak untuk menilai keberadaan kuman Biasanya setelah 2-3
minggu perngobatan sputum BTA mulai negatif Pemeriksaan control sputum
dilakukan sekali sebulan Bagi penderita dengan BTA positif setelah tahap
intensif akan mendapatkan pengobatan ulang Bila sudah negatif sputum
diperiksa tiga kali berturut-turut dan harus dikontrol agar tidak terjadi ldquosilent
bacterial sheddingrdquo yaitu terdapat sputum BTA positif tanpa disertai keluhan-
keluhan TB yang relevan
Evaluasi Radiologis
Evaluasi radiologis juga diperlukan untuk melihat kemajuan terapi Dengan
pemeriksaan radiologis dapat dilihat keadaan TB parunya atau adanya penyakit
lain yang menyertai Evaluasi foto dada dilakukan tiap 3 bulan sekali 10
2113 Efek Samping OAT
Sebagian besar penderita TB paru dapat menyelesaikan pengobatan tanpa
efek samping Namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping Oleh karena
itu pemantauan kemungkinan terjadinya efek samping sangat penting dilakukan
selama pengobatan Pemantauan dilakukan dengan cara menjelaskan kepada
penderita tanda-tanda efek samping dan menanyakan adanya gejala efek samping
pada waktu penderita mengambil OAT 8
Efek samping ringan dari OAT seperti tidak ada nafsu makanmual sakit
perut nyeri sendi kesemutan sampai dengan rasa terbakar di kaki dan warna
kemerahan pada air seni Efek samping berat dari OAT misalnya gatal dan
kemerahan kulit tuli gangguan keseimbanagn ikterus tanpa penyebab lain
bingung dan muntah-muntah gangguan penglihatan purpura dan syok 8
22 Strategi DOTS
23
Strategi DOTS adalah strategi penanggulaan TB paru nasional yang telah
direkomendasikan oleh WHO yang dimulai pelaksanaannya di Indonesia pada tahun
19951996 Sebelum pelaksanaan strategi DOTS (1969-1994) angka kesembutah TB
paru yang dapat dicapai oleh program hanya 40-60 saja Dengan strategi DOTS
diharapkan angka kesembuhan dapat dicapai minimal 85 dari penderita TB paru
BTA positif yang di temukan 11
Prinsip DOTS adalah mendekatkan pelayanan pengobatan terhadap
penderita agar secara langsung dapat mengawasi keteraturan menelan obat dan
melakukan pelacakan bila penderita tidak datang mengambil obat sesuai dengan yang
ditetapkan
Kalau diurai dari kata-katanya pengertian DOTS dapat dimulai dengan
keharusan setiap pengelola program TB intuk member direct attention dalam usaha
menemukan penderita Dalam bahasa lain ini diterjemahkan menjadi deteksi kasus
dengan pemeriksaan mikroskopik kendati sebenarnya pengertiannya dapat diperluas
dengan keharusan untuk mendeteksi kasus secara baik dan akurat Kemudian setiap
pasien harus di- observed dalam memakan obatnya setiap obat yang di telan pasien
harus di depan seorang pengawas Selain itu tentunya pasien harus menerima
treatment yang tertata dalam system pengelolaan distribusi dan penyediaan obat
secara baik Kemudian setiap pasien harus mendapat obat yang baik artinya
pengobatan short course standart yang telah terbukti ampuh secara klinik
Akhirnya harus ada dukungan dari pemerinyah yang membuat program
penanggulangan TB mendapat prioritas yang tinggi dalam pelayanan kesehatan 11
Strategi DOTS mempunyai lima komponen
1) Komitmen politits dari para pengambil keputusan termasuk dukungan dana
2) Diagnosa TB dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopik
3) Pengobatan dengan panduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) jangka pendek
dengan pengawasan langsung oleh pengawas Menelan Obat (PMO)
4) Kesinambungan perssediaan OAT jangka pendek dengan mutu terjamin
5) Pencatatan dan pelaporan secraa baku untuk memudahkan pemantauan dan
evaluasi program penanggulangan TB
23 Konsep Perilaku
24
Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor baik faktor internal
( dari dalam diri manusia ) maupun faktor eksternal ( dari luar diri manusia ) Faktor
internal ini terdiri dari faktor fisik dan psikis Faktor eksternal terdiri dari berbagai
faktor antara lain sosial budaya masyarakat lingkungan fisik politik ekonomi
pendidikan dan sebagainnya Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi
kesehatan baik individu kelompok maupun masyarakat dikelompokkan menjadi
empat ( Blum 1974 )
Konsep Blum menjelaskan bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh
1) Lingkungan yang mencakup lingkungan fisik sosial budaya politik ekonomi
dan sebagainnya
2) Perilaku
3) Pelayanan kesehatan
4) Keturunan ( hereditas )
Perilaku merupakan factor terbesar kedua setelah factor lingkungan yang
mempengaruhi derajat kesehatan Oleh sebab itu dalam rangka membina dan
meningkatkan kesehatan masyarakat maka intervensi atau upaya yang di tujukan
kepada faktor erilaku ini sangat strategis
Menurut Green perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama yakni 12
1) Faktor predisposisi ( predisposing factor )
Faktor ini mencakup pengetahuan sikap dan masyarakat terhadap kesehatan
tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
kesehatan sistem nilai yang dinut masyarakat tingkat pendidikan tingkat sosial
ekonomi dan sebagainya
2) Faktor Pemungkin ( Enabling factor )
Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan
bagi masyarakat misalnya air bersih tempat pembuangan tinja ketersediaan
makanan yang bergizi dan sebagainnya termasuk juga fasilitas kesehatan
seperti puskesmas rumah sakit posyandu dokter atau bidan praktek swasta dan
sebagainnya
3) Faktor penguat ( reinforcing factor )
25
Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat tokoh agama
sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan Termasuk juga di
sini undang-undang peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah
daerah yang terkait dengan kesehatan
Tim kerja dari WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang
berperilaku tertentu dikarenakan 4 ( empat ) alasan pokok yaitu
1) Pemikiran dan perasaan ( Thoughts and feeling )
Yakni dalam bentuk pengetahuan kepercayaan dan sikap Pengetahuan di
peroleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain sedangkan
kepercayaan biasanya diperoleh dari orang tua kakek atau nenek Seseorang
menerima kepercayaan itu berdasarkan keyankinan dan tanpa adanya pembuktian
terlebih dahulu Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap
objek dan seringnya diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang
lain yang paling dekat
2) Karakteristik Pendukung (enabling characteristics)
Karakteristik ini mencerminkan bahwa meskipun mempunyai predisposisi untuk
menggunakan pelayanan kesehatan ia tak akan bertindak menggunakannya
kecuali bial ia mampu menggunakannya Penggunaan pelayanan kesehatan yang
ada tergantung kepada kemampuan konsumen untuk membayar
3) Karakteristik kebutuhan (need characteristics)
Faktor predisposisi dan factor yang memungkinkan untuk mencari pengobatan
dapat terwujud di dalam tindakan apabila itu dirasakan sebagai kebutuhanDengan
kata lain kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan
pelayanan kesehatan bila mana tingkat predisposisi dan enabling itu ada
Kebutuhan (need) disisni di bagi menjadi dua ketegori dirasa atau preceived
( subject assessment) dan evaluated ( clinical diagnosis )
Menurut Skinner perilaku kesehatan adalah suatu respons
seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan
26
penyakit system pelayanan kesehatan makanan dan minimum serta lingkungan
Dari batasan ini perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 ( tiga)
kelompok yakni
1) Perilaku pemeliharaan kesehatan ( health maintenance)
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga
kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit Oleh
sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3(tiga) aspek yaitu
a Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit serta
pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit
b Perilaku peningkatan kesehatan apabila seseorang dalam keadaan sehat
c Perilaku gizi Makanan dan minimum dapat meningkatkan kesehatan
seseorang bahkan dapat mendatangkan penyakit Hal ini sangat tergantung
pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut
2) Perilaku pencarian pengobatan ( health behavior )
Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat
menderita penyakit dan atau kecelakaan Tindakan atau perilaku ini dimulai dari
mengobati sendiri ( self treatment) sampai mencari pengobatan keluar negeri
3) Perilaku kesehatan lingkungan
Adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan baik lingkungan fisik
maupun social budaya dan sebagainnya sehingga lingkungan tersebut tidak
mempengaruhi kesehatannya Dengan perkataan lain bagaimana seseorang
mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri
keluarga atau mesyarakatnya 12
24 Kepatuhan Berobat
Kepatuhan berasal dari kata ldquo patuh ldquo yang berarti taat suka menuruti
disiplin Kepatuhan menurut Trostle adalah tingkat perilaku penderita dalam
mengambil suatu tindakan pengobatan misalnya dalam menentukan kebiasaan
hidup sehat dan ketetapan berobat Dalam pengobatan seseorang dikatakan tidak
27
patuh apabila orang tersebut melalaikan kewajibannya berobat sehingga dapat
mengakibatkan terhalangnya kesembuhan 13
Menurut Sacket kepatuhan pasien adalah sejauh mana perilaku pasien
sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh professional kesehatan 14
Menurut Sarafino secara umum ketidaktaatan meningkatkan risiko
berkembangnya masalah kesehatan atau memperpanjang atau memperburuk
kesakitan yang sedang di derita Perkiraan yang ada menyatakan bahwa 20 jumlah
opname di rumah sakit merupakan akibat dari ketidaktaatan pasien terhadap aturan
pengobatan Faktor yang mempengaruhi kepatuhan seseorang dalam berobat yaitu
faktor petugas faktor obat dan faktor penderita Karakteristik petugas yang
mempengaruhi kepatuhan antara lain jenis petugas tingkat pengetahuan lamanya
bekerja frekuensi penyuluhan yang dilakukan Faktor obat yang mempengaruhi
kepatuhan adalah pengobatan yang sulit dilakukan tidak menunjukkan kea rah
penyembuhan waktu yang lama adanya efek samping obat Faktor penderita yang
menyebabkan ketidakpatuhan adalah umur jenis kelamin pekerjaan anggota
keluarga saudara atau teman khusus 15
25 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan
Faktor-faktor yang mempengaruhi katidakpatuhan dapat digolongkan
menjadi empat bagian yaitu
1 Pemahaman tentang Instruksi
Tak seorang pun mematuhi instruksi jika ia salah paham tentang instruksi yang
diberikan kepadanyaLey dan Spelman (Ester 2000 ) Menemukan bahwa lebih
dari 60 yang diwawancarai setelah bertemu dengan dokter salah mengerti
tentang instruksi yang diberikan pada mereka kadang-kadang hal ini disebabkan
oleh kegagalan professional kesehatan dalam memberikan informasi yang
lengkap penggunaan istilah-istilah medis dan mbanyak memberikan instruksi
yang harus diingat oleh pasien
28
Pendekatan praktis untuk meningkatkan kepatuhan pasien ditemukan oleh
Dinicola dan Dimatteo yaitu
a) Buat instruksi tertulis yang jelas dan mudah diinterpretasikan
b) Berikan informasi tentang pengobatan sebelum menjelaskan hal-hal lain
c) Jika seseorang diberikan suatu daftar tertulis tenang hal-hal yang harus
diingat maka aka nada efek ldquokeunggulanrdquoyaitu mereka brusaha mengingat
hal-hal yang pertama kali ditulis
d) Insruksi-instruksi harus ditulis dengan bahasa umum ( Non medis ) dan hal-
hal yang perlu ditekankan 14
2 Kualitas Interaksi
Kualitas interaksi antara profrsional kesehatan dan pasien merupakan bagian yang
penting dalam menentukan derajat kepatuhan Meningkatkan interaksi
professional kesehatan dengan pasien adalah suatu hal penting untuk memberikan
umpan balik pada pasien setelah memperoleh informasi tentang diagnosis Pasien
membutuhkan penjelasan tentang kondisinya saat ini apa penyebabnya dan apa
yang dapat mereka lakukan dengan kondisi seperti itu
3 Isolasi sosial dan keluarga
Keluarga dapat menjadi factor yang sangat berpengaruh dalam menentukan
keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga menentukan tentang
program pengobatan yang dapat mereka terima Keluarga juga member dukungan
dan membuat keputusan mengenai perawatan dari anggota keluarga yang sakit
4 Keyakinan Sikap Kepribadian
Ahli psikologis telah menyelidiki tentang hubungan antar pengukuran-
pengukuran kepribadian dan kepatuhan Mereka menemukan bahwa data
kepribadian secara benar dibedakan antar orang yang putih drngan orang yang
gagal Orang-orang yang tidak patuh adalah orang-orang yang lebih mengalami
depresi anxietas sangat memperhatikan kesehatannya memiliki kekuatan ego
29
yang lebih lemah dan kehidupan sosialnya lebih memusatkan perhatian pada
dirinya sendiri Blumenthal et al mengatakan bahwa ciri-ciri kepribadian yang
disebutkan diatas itu yang menyebabkan seseorang cenderung tidak patuh ( drop
out) dari program pengobatan 14
Menurut Schwart dan Griffin Faktor yang berhubungan dengan
ketidaktaan secara sejarah riset tentang ketaan pasien didasarkan atas pandangan
tradisional mengenai pasien sebagai penerima nasihat dokter yang pasif dan patuh
Pasien yang tidak taat dipandang sebagai orang yang lalai dan masalahnya dianggap
sebagai masalah control Riset berusah untuk mengidentifikasi kelompok-kelompok
pasien yang tidak patuh berdasarkan kelas sosioekonomi pendidikan umur dan
jenis kelamin Pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan sepanjang bawah
pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif seperti penggunaan buku-buku
dan kaset oleh pasien secara mandiri Usaha-usaha ini sedikit berhasil seorang dapat
menjadi tidak taat kalau situasinya memungkinkan Teori-teori yang lebih baru
menekannkan factor situasional dan pasien sebagai peserta yang aktif dalam proses
pengobatannya Perilaku ketaatan sering diartikan sebagai usaha pasien untuk
mengendalikan perilakunya bahkan jika hal tersebut bias menimbulkan resiko
mengenai kesehatannya 15
Macam-macam faktor yang berkaitan dengan ketidaktaatan disebutkan
a Ciri-ciri kesakitan dan cirri-ciri pengobatan
Menurut Dickson dkk perilaku ketaatan lebih rendah untuk penyakit kronis
(karena tidak ada akibat buruk yang segera dirasakan atau resiko yang jelas )
saran mengenai gaya hidup umum dan kebiasaan yang lama pengobatan yang
kompleks pengobatan dengan efek samping perilaku yang tidak pantas
Menurut Sarafino tingkat ketaaatan rata-rata minum obat utnuk menyenbuhkan
kesakitan akut dengan pengobatan jangka pendek adalah sekitar 78 Untuk
kesakita kronis dengan cara pengobatan jangaka panjang tingkat tersebut menurun
sampai 54
b Komunikasi antara Pasien dan Dokter
Berbagai aspek komunikasi antara pasien dan dokter mempengaruhi tingkat
ketidaktaan misalnya informasi dengan pengawasan yang kurang
30
ketidakpuasan terhadap aspek hubungan emosional dengan dokter ketidak
puasan terhadap pengobatan yang diberikan
c Variabel-variabel sosial
Hubungan antara dukungan sosial dengan ketaatan telah dipelajari Secara umum
orang-orang yang merasa mereka menerima penghiburan perhatian dan
pertolongan yang mereka butuhkan dari seseorang atau kelompok biasanya
cenderung lebih mudah mengikuti nasihat medis daripada pasien yang kurang
mendapat dukungan sosial Jelaslah bahwa keluarga memainkan peranan yang
sangat penting dalam pengelolaan medis misalnya penggunaan pengaruh
normative pada pasien yang mungkin mengakibatkan efek yang memudahkan
atau menghambat perilaku ketaatan
d Ciri-ciri Individual
Variabel-variabel demografis juga digunakan untuk meramalkan ketidaktaatan
sebagai contoh Di Amerika Serikat kaum wanita kaum kulit putih dan orang
tua cenderung mengikuti anjuran dokter 15
Dalam proses penyembuhan penderita TB Paru dapat diberikan obat anti-
TB (OAT) yang diminum secara teratur sampai selesai dengan pengawasan
yangketat Masa pemberian obat memang cukup lama yaitu 6-8 bulan secara terus
menerus sehingga dapat mencegah penularan kepada orang lain Oleh sebab itu para
penderita TB jika ingin sembuh harus minum obat secara teratur Tanpa adanya
keteraturan minum obat penyakit sulit disembuhkan Jika tidak teratur minum obat
penyakitnya sukar diobati kuman TB dalam tubuh akan berkembang semakin banyak
dan menyerang organ tubuh lain yang akan membutuhkan waktu lebih lama untuk
dapat sembuh
26 Pengawasan Menelan Obat (PMO) 9
Salah satu komponen DOTS adalah pengobatan paduan OAT jangka
pendek dengan pengawasan langsung Untuk menjamin keteraturan pengobatan
diperlukan seorang PMO
31
a Persyaratan PMO
bull Seseorang yang dikenal dipercaya dan disetujui baik oleh petugas kesehatan
maupun pasien selain itu harus disegani dan dihormati oleh pasien
bull Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien
bull Bersedia membantu pasien dengan sukarela
bull Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan pasien
b Siapa yang bisa menjadi PMO
Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan misalnya Bidan di Desa Perawat
Pekarya Sanitarian Juru Immunisasi dan lain lain Bila tidak ada petugas
kesehatan yang memungkinkan PMO dapat berasal dari kader kesehatan guru
anggota PPTI PKK atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga
c Tugas seorang PMO
bull Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai
pengobatan
bull Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur
bull Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah
ditentukan
bull Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai gejala-
gejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke Unit Pelayanan
Kesehatan
Tugas seorang PMO bukanlah untuk mengganti kewajiban pasien mengambil
obatdari unit pelayanan kesehatan
d Informasi penting yang perlu dipahami PMO untuk disampaikan kepada pasien dan
keluarganya
bull TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur
32
bull TB bukan penyakit keturunan atau kutukan
bull Cara penularan TB gejala-gejala yang mencurigakan dan cara pencegahannya
bull Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan)
bull Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur
bull Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera meminta
pertolongan ke UPK
27 Penanggulangan TB 16
Rencana Global Penanggulangan TB
Rencana Global 2006-2015 mencakup enam elemen utama dalam strategi baru Stop
TB ndashWHO yang terdiri dari
1 Memperluas dan meningkatkan ekspansi DOTS yang berkualitas meningkatkan
penemuan kasus dan kesembuhan melalui pendekatan yangterfokus pada penderita
agar pelayanan DOTS yang berkualitas dapat menjangkau seluruh penderita
khususnya kelompok masyarakat yang miskin dan rentan
2 Menghadapi tantangan TBHIV MDR-TB dan tantangan lainnya dengan cara
meningkatkan kolaborasi TBHIV DOTS-Plus dan pendekatan lainnya
3 Berkontribusi dalam memperkuat sistem kesehatan melalui kerjasama dengan
berbagai program dan pelayanan kesehatan lainnya misalnya dalam memobilisasi
sumber daya manusia dan finansial untuk implementasi dan mengevaluasi
hasilnyaserta pertukaran informasi dalam keberhasilan pencapaian dalam program
penanggulangan TB
33
4 Melibatkan seluruh penyedia pelayanan kesehatan pemerintah lembaga swadaya
masyarakat (LSM) dan swasta dengan cara memperluas pendekatan berbasis
public-private mix (PPM) dengan menggunakan ISTC
5 Melibatkan penderita TB dan masyarakat untuk memberikan kontribusi dalam
penyediaan pelayanan yang efektif Hal ini meliputi perluasan pelayanan TB di
masyarakat menciptakan kebutuhan masyarakat akan pelayanan TB advokasi
yang spesifik komunikasi dan mobilisasi sosial serta mendukung pengembangan
piagam pasien TB dalam masyarakat dan
6 Memberdayakan dan meningkatkan penelitian operasional
28 Kerangka Konsep
Variabel Independent Variabel dependent
Karakteristik Individu
1Umur
2Jenis kelamin
3Pendidikan
4Pekerjaan
5Pengetahuan
6Efek samping OAT
7Tingkat kepatuhan
penderita dalam
pengobatan
Kesembuhan
34
Penderita TB paru
Faktor Pelayanan
kesehatan
1 Ketersediaan OAT
2 Sikap petugas kesehatan
3 LokasiJarak
4 Penyuluhan kesehatan
5 Kunjungan rumah
Faktor Peran PMO
Gambar Kerangka Konsep Penelitian
Definisi Konsep
1 Karakteristik individu adalah hal-hal yang melekat dalam diri penderita TB paru yang
mempengaruhi tingkat kapetuhan dalam melaksanakan program pengobatan dengan
strategi DOTS yang membedakan seseorang dengan yang lainnya meliputi umur jenis
kelamin pendidikan pekerjaan pengetahuan efek samping OAT tingkat kepatuhan
penderita dalam pengobatan
2 Faktor pelayanan kesehatan adalah penilaian dari penderita TB paru terhadap upaya yang
diselenggarakan oleh unit pelayanan kesehatan untuk menangani penderita TB paru
meliputi Ketersediaan OATsikap petugas kesehatan lokasijarak penyuluhan
kesehatan dan kunjungan rumah
3 Faktor Peran PMO ( Pengawasan Menelan Obat ) adalah penilaian dari penderita TB paru
terhadap hal-hal yang menjadi tugas dari seseorang pengawas menelan obat yang
mempengaruhi tingkat kepatuhan penderita TB paru dalam melaksanakan pengobatan
meliputi penyuluhan member dorongan meningkatkan dan mengawasi
35
4 Kesembuhan adalah pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan
pemeriksaan ulang dahak (follow up) menunjukkan hasil BTA negatif
29 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konsep di atas maka hipotesis penelitian ini adalah
1) Ada pengaruh karakteristik individu terhadap kesembuhan penderita TB paru
dalam pengobatan
2) Ada pengaruh pelayanan kesehatan terhadap kesembuhan penderita TB paru
dalam pengobatan
3) Ada pengaruh PMO terhadap kesembuhan penderita TB paru dalam pengobatan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
31 Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional yang
bertujuan untuk menjelaskan pengaruh karakteristik individu faktor pelayanan
kesehatan dan faktor Pengawas Menelan Obat (PMO) terhadap kesembuhan
penderita TB Paru dalam melaksanakan pengobatan di Puskesmas Grogol Petamburan
tahun 2011
32 Tempat dan Waktu Penelitian
36
Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Grogol Petamburan pada bulan
Januari sampai Februari tahun 2012
33 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang
sedang menjalankan pengobatan TB di Puskesmas Grogol
Petamburan mulai bulan OktobeR
34 Keriteria Inklusi dan Eksklusi
341 Keriteria Inklusi
342 Keriteria Eksklusi
35 Sampel
351 Besar Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang
mengikuti pengobatan dengan strategi DOTS di Puskesmas yang pada saat penelitian
sedang menjalani pengobatan dan seluruh penderita TB yang telah mendapat
pengobatan selama 6 bulan atau sedang dalam tahap lanjutan
Keterangan
n1 = Jumlah sampel minimal
37
n2 = Jumlah sampel ditambah substitusi 10 (substitusi adalah persen responden
yang mungkin drop out)
Z = Tingkat batas kepercayaan dengan = 5
Didapat Z pada kurva normal = 196
p = Proporsi variabel yang diteliti yaitu besarnya presentasi 50 )
q = 1 - p
L = Derajat kesalahan yang masih dapat diterima adalah 10
Berdasarkan rumus di atas didapatkan angka sebagai berikut
( Z )2 p q ( 196 )2 0505
n1 = ----------------- = ------------------------------ = 9604
L2 ( 01 )2
n2 = n1 + ( 10 n1 )
= 9604 + ( 10 9604)
= 9604 + 9604
= 10564 Dibulatkan 106
352 Teknik Pengambilan Sampel
36 Identifikasi Variabel
1 Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kesembuhan tb paru
2 Variabel independen adalah umur jenis kelamin pendidikan pekerjaan
pengetahuan efek samping OAT dan tingkat kepahuhan dari penderita TB
Selain itu faktor dari pelayanan kesehatan dan PMO juga ikut berperan
37 Cara Kerja
1 Membuat proposal penelitian tentang hubungan antara tingkat kepatuhan minum
OAT dengan tingkat kesembuhan penyakit TB di Puskesmas Kecamatan Grogol
Petamburan
38
2 Pengumpulan data sekunder dari Puskesmas Grogol Petamburan
3 Melakukan kunjungan ke rumah-rumah sampel di daerah RT terpilih untuk
pengumpulan data primer dengan memakai kuesioner dan wawancara responden
4 Data-data yang telah dikumpulkan akan dilakukan pengolahan berupa proses
editing verifikasi dan koding Selanjutnya dimasukkan dan diolah dengan
menggunakan program computer yaitu program SPSS
5 Terhadap data yang telah diolah kemudian dilakukan analisis sesuai dengan cara
uji statistik menggunakanhelliphellip Data diinterpretasi secara deskriptif korelatif
antar variabel ndash variabel yang telah ditentukan dan disajikan dalam bentuk
tekstular dan tabular
6 Hasil dari penelitian akan disusun dalam bentuk pelaporan penelitian yang
selanjutnya akan di presentasikan di hadapan staf pengajar program pendidikan
Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida
Wacana (FK UKRIDA) dalam forum pendidikan Ilmu Kedokteran Komunitas
Fakultas Kedokteran UKRIDA
38 Manajemen Data
381 Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder yaitu
1 Data primer diperoleh dengan wawancara langsung kepada penderita TB paru
dan petugas kesehatan program penanggulangan TB Paru yang berpedoman pada
kuisioner penelitian yang telah ditetapkan dam melakukan cross check
2 Data sekunder diperoleh dari laporan pelaksanaan program penanggulangan TB
Paru di Puskesmas kartu pengobatan TBC (formulir TB 01) dan Formulir
Permohonan Laboratorium TBC Untik Pemeriksaan Dahak (formulir TB 05)
382 Pengolahan Data
39
Aspek pengukuran
Aspek pengukuran variable bebas
Karakteristik individu
Aspek pengukuran variable karakteristik individu dapat dilihat pada tabel 31
Table 31 Aspek Pengukuran Variabel Karakteristik Individu
Karakteristik
individu
Kategori Skala Bobot nilai
Umur a 15-24 tahun
b 25-49 tahun
c gt 50 tahun
rasio
Jenis kelamin a Laki-laki
b Perempuan
Tingkat
pendidikan
a Tidak tamat SD
b SD
c SLTP
d SLTA
e Sarjana S1
Pekerjaan a Bekerja
b Tidak bekerja
Pengetahuan a Baik
b Sedang
c Bururk
Efek samping
OAT
a Ada
b Tidan ada
Faktor pelayanan kesehatan
Pengukuran faktor pelanan kesehatan meliputi ketersediaan OAT yang
diukur adalah yang diukur dengan 2 pertanyaan sikap petugas kesehatan diukur
dengan 8 pertanyaan lokasi jarak diukur dengan 3 pertanyaan penyuluhan kesehatan
diukur dengan 6 pertanyaan dan kunjungan rumah diukur dengan 2 pertanyaan
40
berdasarkan jawaban yang diberikan responden selanjutnya dikelompokkan menjadi
tiga (3) yaitu
a Baik jika faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan
penilaian yang baik karena kebutuhan yang diinginkan debagian besarnya
terpenuhi (nilai gt32)
b Sedang bila faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan
penilaian yang kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan responden hanay
sebagian saja yang terpenuhi (nilainya 17-32)
c Buruk bila faktor pelayanan pelayanan kesehatan yang diterima responden
menimbulkan penilaian yang tidak baik karena kebutuhan yang diinginka
responden sebagian besar tidak dipenuhi (nilainya lt17)
Faktor Pengawas Menelan Obat (PMO)
Faktor Pengawas Menelan Obat diukur dengan 5 pertanyaan yang
selanjutnya dibedakan atas 3 kategori yaitu
a Baik bila semua tugas yang diterima responden terlaksana dengan baik yaitu
mengawasi memberikan dorongan mengingatkan dan memberikan penyuluhan
(nilainya gt11)
b Sedang bila tugas PMO yang diterima responden sebagian saja yang terpenuhi
(nilainya 6-11)
c Buruk bila tugas PMO yang diterima responden tidak terlaksana dengan baik
(nilainya lt 6)
Aspek Pengukuran Variabel Terikan
Kepatuhan Pengobatan TB Paru
41
Aspek Pengukuran Variabel ini menggunakan skala interval yang diukur berdasarkan
tiga (3) kategori yaitu
Patuh apabila responden selalu menelan obat sesuai ketentuan petugas kesehatan
yaitu setiap hari pada tahap awal tiga kali seminggu pada tahap lanjutan dan
mengambil obat serta memeriksakan dahak sesuai jadwal dan menaati nasihat dari
petugas kesehatan ( bobot 3 )
Kurang patuh jika responden kadang-kadang menelan obat sesuai ketentuan
petugas kesehatan atau responden tidak menelan obat 2-8 minggu selama tahap
pengobatan lanjutan dan tidak memerisakan dahak sesuai jadwal yang telah
ditetapkan dan tidak selalu menaati nasihat dari petugas kesehatan (bobot 2 )
Tidak patuh jika responden tidak menelan obat sesuai ketentuan petugas
kesehatan atau responden tidak menelan obat lebih dari 8 minggu selama tahap
pengobatan lanjutan dan tidak mengambil obat serta tidak memeriksakan dahak
sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan tidak menaati nasihat petugas kesehatan
(bobot 1)
383 Penyajian Data
384 Analisis Data
385 Interpretasi Data
386 Pelaporan Data
39 Definisi Operasional
1 Umur adalah usia responden saat penelitian berdasarkan ulang tahun terakhir yang
dibedakan atas 3 (tiga) kategori berdasarkna Badan Pusat Statistik Kota Medan
42
tahun 2008 yaitu 1) orang muda 25-24 tahun 2) dewasa 24-49 tahun 3) orang
tua gt 50 tahun
2 Jenis kelamin adalah suatu karakteristik responden yang dibedakan identitasnya
dari laki-laki dan perempuan
3 Pendidikan adalah jenjang pendidikannyang berhasil ditamatkan responden yang
dibedakan atas tidak tamat SD SD SLTP SLTA Akademi Sarjana
4 Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh responden sebagai
pendapatan utama yang dibedakan atas kerja dan tidak bekerja
5 Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai penyakit
TB paru
6 Efek samping OAT adalah gejala keluhan yang diderita responden akiba menelan
OAT selama pengobatan
7 Ketersdediaan OAT adalah pandangan responden terhadap kondisi OAT
diperoleh dari puskesmas meliputi kecukupan jumlah OAT dan dan kualitasnya
8 Sikap petugas kesehatan adalah penilaian responden terhadap reaksi petugas
kesehatan kepada responden selama mereka menjalanin pengobatan
9 Lokasi jarak adalah pandangan responden tentang lama perjalanan dari tempat
tinggal responden ke Puskesmas yang diukur dengan jarak sarana transportasi
10 Penyuluhan kesehatan adalah pandangan responden tentang kegiatan yang
dilakukan oleh petugas kesehatan sehubungan dengan pengobatan TB Paru untuk
mencapai suatu keadaan dimana pederita TB Paru dapat hidup lebih sehat
11 Kunjungan rumah adalah pandangan responden tentang kegiatan yang dilakukan
petugas kesehatan selama masa pengobatan ke rumah responden
12 Faktor peran Pengawas Minum Obat (PMO) adalah pandangan responden tentang
tugas yang dilakasanakan oleh seorang PMO meliputi penyuluhan
13 Kepatuhan berobat adalah ketaan responden dalam menelan obat mengambil
obat dan melakukan pemeriksaan dahak sesuai jadwal yang telah ditentukan dan
menaati segala nasehat dari petugas kesehatan
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
1) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta
2) Perkumpulan Pemberantasan TB Indonesia 2011 TB di Indonesia Peringkat Dunia
Jakarta Diakses melalui situs httpwwwpptiinfoindexphpcomponentcontentarticle46-
arsip-ppti141-tbc-di-indonesia-peringkat-5-dunia Diakses pada tanggal 23 Januari 2012
44
3) Depkes dan WHO 2008 Lembar Fakta Tuberkulosis Jakarta
4) Dirjen P2M amp PLP 1997 Pengawasan Menelan Obat (PMO) adalah DOTS ala Indonesia
Jakarta
5) Amirudin R 2006 Faktor Keberhasilan Konversi pada Penderita TB Paru di Puskesmas
Jongaya Tahun 2006 Laporan Penelitian FKM Unhas Makasar
6) Aditama Tjandra Y 1994 Tuberkulosis Paru Masalah dan Penanggulangnya UI Press
Jakarta
7) Aru W Bambang S Idrus A dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Tuberkulosis
Paru Edisi IV FKUI Jakarta 2006 998-1004
8) Depkes RI 2002 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta
9) Depkes RI 2006 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta
10) Subijakto Hubungan Pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Berobat
Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Proposal Skripsi Jakarta 2011 Diakses pada
tanggal 20 Januari 2012
11) Aditama Tjandra Y 2002 Tuberkulosis Diagnosis Terapi dan Masalahnya Yayasan IDI
Jakarta
12) Notoatmodjo Soekidjo 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Penerbit Rineka Cipta
Jakarta
13) Simamora Jojor 2004 Faktor yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Berobat Penderita TB
Paru di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2004 Tesis Pascasarjana USU Medan
14) Ester Monica 2000 Psikologi Kesehatan Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
15) Bart Smet 1994 Psikologi Kesehatan PT Grasindo Jakarta
16) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta
45
212 Cara Penularan
Lingkungan hidup yang sangat padat dan pemukiman di wilayah perkotaan
kemungkinan besar telah mempermudah proses penularan dan berperan sekali atas
peningkatan jumlah kasus TB Proses terjadinya infeksi oleh Mycobacterium
tuberculosis biasanya secara inhalasi sehingga TB paru merupakan manifestasi klinis
yang paling sering dibandingkan dengan organ lain Penularan penyakit ini sebagian
besar melalui inhalasi basil yang mengandung droplet nuclei khususnya yang di
dapat dari pasien TB paru dengan batuk berdarah atau berdahak yang mengandung
basil tahan asam (BTA) Pada TB kulit atau jaringan lunak penularan bias melalui
inokulasi langsung Infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium bovis dapat
disebabkan oleh susu yang kurang disterilkan dengan baik atau terkontaminasi Sudah
dibuktikan bahwa lingkungan sosial ekonomi yang baik pengobatan yang teratur dan
pengawasan minum obat yang ketat dapat berhasil mengurangi angka morbiditas dan
mortalitas di Amerika selama tahun 1950-1960 7
Daya penularan dari seseorang penderita ditentukan oleh banyaknya
kuman yang dikeluarkan dari parunya Makin tinggi derajat positif hasil dari
pemeriksaan dahak makin menular penderita tersebut Bila pemeriksaan dahak
negatif (tidak terlihat kuman) maka penderita tersebut dianggap tidak menular
Kemungkinan seseorang terinfeksi TB paru ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam
udara dan lamanya menghirup udara tersebut 8
Perlu diketahui bahwa kuman TB tidak hanya keluar ketika penderita
batuk saja tetapi juga pada saat bernyanyi bersin atau bersiul Secara umum dapat
dikatakan bahwa penularan penyakit TB banyak bergantung dari beberapa factor
seperti jumlah kuman yang ada tingkat keganasan kuman dan daya tahan tubuh orang
yang tertular 6
213 Penemuan Penderita TB
Kegiatan penemuan pasien terdiri dari penjaringan suspek diagnosis
penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien Penemuan pasien merupakan langkah
pertama dalam kegiatan program penanggulangan TB Penemuan dan penyembuhan
11
pasien TB menular secara bermakna akan dapat menurunkan kesakitan dan kematian
akibat TB penularan TB di masyarakat dan sekaligus merupakan kegiatan
pencegahan penularan TB yang paling efektif di masyarakat9
Strategi penemuan 9
Penemuan pasien TB dilakukan secara pasif dengan promosi aktif Penjaringan
tersangka pasien dilakukan di unit pelayanan kesehatan didukung dengan
penyuluhan secara aktif baik oleh petugas kesehatan maupun masyarakat untuk
meningkatkan cakupan penemuan tersangka pasien TB
Pemeriksaan terhadap kontak pasien TB terutama mereka yang BTA positif yang
menunjukkan gejala sama harus diperiksa dahaknya
Penemuan secara aktif dari rumah ke rumah dianggap tidak cost efektif
214 Risiko Penularan 9
- Risiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan dahak Pasien TB
paru dengan BTA positif memberikan kemungkinan risiko penularan lebih besar
dari pasien TB paru dengan BTA negatif
- Risiko penularan setiap tahunnya di tunjukkan dengan Annual Risk of Tuberculosis
Infection (ARTI) yaitu proporsi penduduk yang berisiko terinfeksi TB selama satu
tahun ARTI sebesar 1 berarti 10 (sepuluh) orang diantara 1000 penduduk
terinfeksi setiap tahun ARTI di Indonesia bervariasi antara 1-3
- Infeksi TB dibuktikan dengan perubahan reaksi tuberkulin negatif menjadi positif
215 Gejala Klinis TB Paru
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu
atau lebih Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah
batuk darah sesak nafas badan lemas nafsu makan menurun berat badan menurun
12
malaise berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik demam meriang lebih dari satu
bulan9
Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain
tb seperti bronkiektasis bronkitis kronis asma kanker paru dan lain-lain Mengingat
prevalensi TB di Indonesia saat ini masih tinggi maka setiap orang yang datang ke
UPK dengan gejala tersebut diatas dianggap sebagai seorang tersangka (suspek)
pasien TB dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung9
216 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Tuberkulosis
Faktor ndash faktor yang mempengaruhi terhadap terjadinya TB antara lain
1 Harus ada sumber infeksi
Sumber infeksi dapat berasal dari penderita TB dengan BTA positif Penularan
dapat terjadi melalui dropet atau melalui pengunaan alat makan secara bergantian
tanpa dicuci yang digunakan oleh penderita TB dengan BTA positif tersebut
2 Jumlah basil penyebab harus cukup
Semakin banyak jumlah basil yang terhirup maka semakin besar kemungkinan
seseorang untuk mengidap TB
3 Virulensi yang tinggi dari basil TB
Apabila angka keaktifan kuman tinggi maka semakin cepat kuman TB
berkembang biak di dalam tubuh Selain itu masa inkubasi akan semakin cepat
4 Daya tahan tubuh yang rendah
Daya tahan tubuh yang menurun memungkinkan basil berkembang biak dan
menimbulkan penyakit tuberkulosis 10
217 Tipe Penderita TB Paru
Tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya Ada beberapa
tipe pasien yaitu
bull Kasus baru
13
Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan
OAT kurang dari satu bulan (4 minggu)
bull Kasus kambuh (Relaps)
Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan
tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap didiagnosis
kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur)
bull Kasus setelah putus berobat (Default )
Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA
positif
bull Kasus setelah gagal (failure)
Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi
positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan
bull Kasus Pindahan (Transfer In)
Adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki register TB lain untuk
melanjutkan pengobatannya
bull Kasus lain
Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas Dalam kelompok ini
termasuk Kasus Kronik yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif
setelah selesai pengobatan ulangan
Catatan
TB paru BTA negatif dan TB ekstra paru dapat juga mengalami kambuh gagal
default maupun menjadi kasus kronik Meskipun sangat jarang harus dibuktikan
secara patologik bakteriologik (biakan) radiologik dan pertimbangan medis
spesialistik9
218 Pemeriksaan Diagnostik
Untuk mengetahui adanya tuberkulosis dokter biasanya berpegang pada
tiga patokan utama Pertama hasil wawancaranya tentang keluhan pasien dan hasil
pemeriksaan yang dilakukan pada pasien yang disebut dengan anamnesis Kedua
14
hasil pemeriksaan laboratorium untuk menemukan adanya BTA pada spesimen
penderita
Pemeriksaan dahak mikroskopis 9
Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis menilai
keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan
Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis dilakukan dengan
mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang
berurutan berupa Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS)
S (sewaktu)
Dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung pertama kali Pada
saat pulang suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak pagi
pada hari kedua
P (Pagi)
Dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua segera setelah bangun tidur
Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di UPK
S (sewaktu)
Dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua saat menyerahkan dahak pagi
Adapun tujuan dari pemeriksaan dahak pada program penanggulangan TB
adalah
1 Menegakkan diagnosis dan menentukan tipe klasifikasi
2 Menilai kemajuan pengobatan
3 Menentukan tingkat penularan 8
Pemeriksaan ulang dahak untuk memantau kemajuan pengobatan
dilakukan pada
1 Akhir tahap intensif
15
Dilakukan seminggu sebelum akhir pengobatan penderita baru BTA positif
dengan kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-3 pengobatan ulang
penderita BTA positif kategori 2
2 Sebulan sebelum akhir pengobatan
Dilakukan seminggu sebelum akhir bulan ke-5 pengobatan penderita baru BTA
positif dengan kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-7 pengobatan
ulang penderita BTA positif dengan kategori 2
3 Akhir pengobatan
Dilakukan seminggu sebelum akhir bulan ke-6 pada penderita BTA positif dengan
kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-8 pengobatan ulang BTA positif
dengan kategori 2 8
Pemeriksaan dahak pada sebulan sebelum akhir pengobatan dan akhir
pengobatan bertujuan untuk menilai hasil pengobatan (apakah sembuh atau gagal)
219 Prinsip Pengobatan
Penatalaksanaan TB meliputi penemuan pasien dan pengobatan yang
dikelola dengan menggunakan strategi DOTS9
Tujuan utama pengobatan pasien TB adalah menurunkan angka kematian
dan kesakitan serta mencegah penularan dengan cara menyembuhkan pasien
Penatalaksanaan penyakit TB merupakan bagian dari surveilans penyakit tidak
sekedar memastikan pasien menelan obat sampai dinyatakan sembuh tetapi juga
berkaitan dengan pengelolaan sarana bantu yang dibutuhkan petugas yang terkait
pencatatan pelaporan evaluasi kegiatan dan rencana tindak lanjutnya9
Tabel 21 Jenis sifat dan dosis OAT
Dosis yang direkomendasikan (mgkg)
16
Jenis OAT Sifat Harian 3x seminggu
Isoniazid (H) Bakterisid 5
(4-6)
10
(8-12)
Rifampicin (R) Bakterisid 10
(8-12)
10
(8-12)
Pyrazinamide (Z) Bakterisid 25
(20-30)
35
(30-40)
Streptomycin (S) Bakterisid 15
(12-18)
15
(12-18)
Etambutol (E) Bakteriostatik 15
(15-20)
30
(20-35)
Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut 9
bull OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat dalam jumlah
cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan Jangan gunakan OAT
tunggal (monoterapi) Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT ndash KDT)
lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan
bull Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat dilakukan pengawasan langsung
(DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat
(PMO)
bull Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap yaitu tahap intensif dan lanjutan
Tahap awal (intensif) 9
- Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara
langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat
17
- Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat biasanya pasien
menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu
- Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2
bulan
Tahap Lanjutan 9
- Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit namun dalam jangka
waktu yang lebih lama
- Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah
terjadinya kekambuhan
2110 Panduan Penggunaan OAT di Indonesia9
Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis di Indonesia
- Kategori 1 2(HRZE)4(HR)3
- Kategori 2 2(HRZE)S(HRZE)5(HR)3E3
Disamping kedua kategori ini disediakan paduan obat sisipan (HRZE)
- Kategori Anak 2HRZ4HR
Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket
berupa obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT) sedangkan kategori anak sementara
ini disediakan dalam bentuk OAT kombipak
Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu
tablet Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien Paduan ini dikemas dalam
satu paket untuk satu pasien
Paket Kombipak
18
Terdiri dari obat lepas yang dikemas dalam satu paket yaitu Isoniasid
Rifampisin Pirazinamid dan Etambutol Paduan OAT ini disediakan program untuk
mengatasi pasien yang mengalami efek samping OAT KDT
Paduan OAT ini disediakan dalam bentuk paket dengan tujuan untuk
memudahkan pemberian obat dan menjamin kelangsungan (kontinuitas) pengobatan
sampai selesai
Satu (1) paket untuk satu (1) pasien dalam satu (1) masa pengobatan
KDT mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB
1 Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin efektifitas
obat dan mengurangi efek samping
2 Mencegah penggunaan obat tunggal sehinga menurunkan resiko terjadinya
resistensi obat ganda dan mengurangi kesalahan penulisan resep
3 Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat menjadi
sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien
Paduan OAT dan peruntukannya
19
1 Kategori-1 (2HRZE 4H3R3)
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru
1048707 Pasien baru TB paru BTA positif
1048707 Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif
1048707 Pasien TB ekstra paru
Tabel 22 Dosis untuk paduan OAT KDT untuk Kategori 1
Berat Badan
Tahap Intensif
tiap hari selama 56 hari
RHZE (15075400275)
Tahap Lanjutan
3 kali seminggu selama 16 minggu
RH (150150)
30-37 kg 2 tablet 4 KDT 2 tablet 4 KDT38-54 kg 3 tablet 4 KDT 3 tablet 4 KDT55-70 kg 4 tablet 4 KDT 4 tablet 4 KDTge 71 kg 5 tablet 4 KDT 5 tablet 4 KDT
2 Kategori -2 (2HRZES HRZE 5H3R3E3)
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya
1048707 Pasien kambuh
1048707 Pasien gagal
1048707 Pasien dengan pengobatan setelah default (terputus)
Tabel 23 Dosis untuk paduan OAT KDT Kategori 2
Berat Badan
Tahap Intensif
tiap hari
RHZE (15075400275) + S
Tahap Lanjutan
3 kali seminggu
RH (150150) + E (275)
Selama 56 hari Selama 28 hari Selama 20 minggu
30-37 kg 2 tablet 4 KDT + 500 mg Streptomisin inj
2 tablet 4 KDT 2 tablet 4 KDT+ 2 tab Etambutol
38-54 kg 3 tablet 4 KDT +750 mg Streptomisin inj
3 tablet 4 KDT 3 tablet 4 KDT+ 3 tab Etambutol
55-70 kg 4 tablet 4 KDT +1000 mg Streptomisin inj
4 tablet 4 KDT 4 tablet 4 KDT+ 4 tab Etambutol
ge 71 kg 5 tablet 4 KDT +1000 mg Streptomisin inj
5 tablet 4 KDT 5 tablet 4 KDT+ 5 tab Etambutol
Catatan
20
Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal untuk streptomisin adalah
500mg tanpa memperhatikan berat badan
Untuk perempuan hamil lihat pengobatan TB dalam keadaan khusus
Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan menambahkan aquabidest
sebanyak 37ml sehingga menjadi 4ml (1ml = 250mg)
3 OAT Sisipan (HRZE)
Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap intensif kategori 1 yang
diberikan selama sebulan (28 hari)
Tabel 24 Dosis KDT untuk Sisipan
Berat Badan Tahap Intensif tiap hari selama 28 hari
RHZE (15075400275)
30-37 kg 2 tablet 4 KDT38-54 kg 3 tablet 4 KDT55-70 kg 4 tablet 4 KDTge 71 kg 5 tablet 4 KDT
Penggunaan OAT lapis kedua misalnya golongan aminoglikosida (misalnya
kanamisin) dan golongan kuinolon tidak dianjurkan diberikan kepada pasien baru tanpa indikasi
yang jelas karena potensi obat tersebut jauh lebih rendah daripada OAT lapis pertama Di
samping itu dapat juga meningkatkan terjadinya risiko resistensi pada OAT lapis kedua
2111 Alur Diagnostik TB 9
21Suspek TB Paru
2112 Evaluasi Pengobatan
22
Pemeriksaan dahak mikroskopis (SPS = Sewaktu ndash Pagi ndash Sewaktu)
Hasil BTA+ - -
Hasil BTA- - -
Hasil BTA+ + ++ + +
Antibiotik Non-OAT
Tidak adaPerbaikan
Adaperbaikan
Pemeriksaan dahak mikroskopis
Foto toraks dan
Pertimbangan dokter
Hasil BTA+ + ++ + -+ _ _
Hasil BTA- - -
Foto toraks dan
Pertimbangan dokter
TB Bukan TB
Evaluasi Klinis
Biasanya pasien di control dalam 1 minggu pertama selanjutnya setiap 2 minggu
selama tahap intensif dan seterusnya sekali sebulan sampai akhir pengobatan
Secara klinis hendaknya terdapat perbaikan keluhan pasien seperti batuk yang
berkurang tidak ada batuk darah nafsu makan bertambah dan ada peningkatan
berat badan
Evaluasi Bakteriologis
Pemeriksaan dahak untuk menilai keberadaan kuman Biasanya setelah 2-3
minggu perngobatan sputum BTA mulai negatif Pemeriksaan control sputum
dilakukan sekali sebulan Bagi penderita dengan BTA positif setelah tahap
intensif akan mendapatkan pengobatan ulang Bila sudah negatif sputum
diperiksa tiga kali berturut-turut dan harus dikontrol agar tidak terjadi ldquosilent
bacterial sheddingrdquo yaitu terdapat sputum BTA positif tanpa disertai keluhan-
keluhan TB yang relevan
Evaluasi Radiologis
Evaluasi radiologis juga diperlukan untuk melihat kemajuan terapi Dengan
pemeriksaan radiologis dapat dilihat keadaan TB parunya atau adanya penyakit
lain yang menyertai Evaluasi foto dada dilakukan tiap 3 bulan sekali 10
2113 Efek Samping OAT
Sebagian besar penderita TB paru dapat menyelesaikan pengobatan tanpa
efek samping Namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping Oleh karena
itu pemantauan kemungkinan terjadinya efek samping sangat penting dilakukan
selama pengobatan Pemantauan dilakukan dengan cara menjelaskan kepada
penderita tanda-tanda efek samping dan menanyakan adanya gejala efek samping
pada waktu penderita mengambil OAT 8
Efek samping ringan dari OAT seperti tidak ada nafsu makanmual sakit
perut nyeri sendi kesemutan sampai dengan rasa terbakar di kaki dan warna
kemerahan pada air seni Efek samping berat dari OAT misalnya gatal dan
kemerahan kulit tuli gangguan keseimbanagn ikterus tanpa penyebab lain
bingung dan muntah-muntah gangguan penglihatan purpura dan syok 8
22 Strategi DOTS
23
Strategi DOTS adalah strategi penanggulaan TB paru nasional yang telah
direkomendasikan oleh WHO yang dimulai pelaksanaannya di Indonesia pada tahun
19951996 Sebelum pelaksanaan strategi DOTS (1969-1994) angka kesembutah TB
paru yang dapat dicapai oleh program hanya 40-60 saja Dengan strategi DOTS
diharapkan angka kesembuhan dapat dicapai minimal 85 dari penderita TB paru
BTA positif yang di temukan 11
Prinsip DOTS adalah mendekatkan pelayanan pengobatan terhadap
penderita agar secara langsung dapat mengawasi keteraturan menelan obat dan
melakukan pelacakan bila penderita tidak datang mengambil obat sesuai dengan yang
ditetapkan
Kalau diurai dari kata-katanya pengertian DOTS dapat dimulai dengan
keharusan setiap pengelola program TB intuk member direct attention dalam usaha
menemukan penderita Dalam bahasa lain ini diterjemahkan menjadi deteksi kasus
dengan pemeriksaan mikroskopik kendati sebenarnya pengertiannya dapat diperluas
dengan keharusan untuk mendeteksi kasus secara baik dan akurat Kemudian setiap
pasien harus di- observed dalam memakan obatnya setiap obat yang di telan pasien
harus di depan seorang pengawas Selain itu tentunya pasien harus menerima
treatment yang tertata dalam system pengelolaan distribusi dan penyediaan obat
secara baik Kemudian setiap pasien harus mendapat obat yang baik artinya
pengobatan short course standart yang telah terbukti ampuh secara klinik
Akhirnya harus ada dukungan dari pemerinyah yang membuat program
penanggulangan TB mendapat prioritas yang tinggi dalam pelayanan kesehatan 11
Strategi DOTS mempunyai lima komponen
1) Komitmen politits dari para pengambil keputusan termasuk dukungan dana
2) Diagnosa TB dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopik
3) Pengobatan dengan panduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) jangka pendek
dengan pengawasan langsung oleh pengawas Menelan Obat (PMO)
4) Kesinambungan perssediaan OAT jangka pendek dengan mutu terjamin
5) Pencatatan dan pelaporan secraa baku untuk memudahkan pemantauan dan
evaluasi program penanggulangan TB
23 Konsep Perilaku
24
Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor baik faktor internal
( dari dalam diri manusia ) maupun faktor eksternal ( dari luar diri manusia ) Faktor
internal ini terdiri dari faktor fisik dan psikis Faktor eksternal terdiri dari berbagai
faktor antara lain sosial budaya masyarakat lingkungan fisik politik ekonomi
pendidikan dan sebagainnya Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi
kesehatan baik individu kelompok maupun masyarakat dikelompokkan menjadi
empat ( Blum 1974 )
Konsep Blum menjelaskan bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh
1) Lingkungan yang mencakup lingkungan fisik sosial budaya politik ekonomi
dan sebagainnya
2) Perilaku
3) Pelayanan kesehatan
4) Keturunan ( hereditas )
Perilaku merupakan factor terbesar kedua setelah factor lingkungan yang
mempengaruhi derajat kesehatan Oleh sebab itu dalam rangka membina dan
meningkatkan kesehatan masyarakat maka intervensi atau upaya yang di tujukan
kepada faktor erilaku ini sangat strategis
Menurut Green perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama yakni 12
1) Faktor predisposisi ( predisposing factor )
Faktor ini mencakup pengetahuan sikap dan masyarakat terhadap kesehatan
tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
kesehatan sistem nilai yang dinut masyarakat tingkat pendidikan tingkat sosial
ekonomi dan sebagainya
2) Faktor Pemungkin ( Enabling factor )
Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan
bagi masyarakat misalnya air bersih tempat pembuangan tinja ketersediaan
makanan yang bergizi dan sebagainnya termasuk juga fasilitas kesehatan
seperti puskesmas rumah sakit posyandu dokter atau bidan praktek swasta dan
sebagainnya
3) Faktor penguat ( reinforcing factor )
25
Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat tokoh agama
sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan Termasuk juga di
sini undang-undang peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah
daerah yang terkait dengan kesehatan
Tim kerja dari WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang
berperilaku tertentu dikarenakan 4 ( empat ) alasan pokok yaitu
1) Pemikiran dan perasaan ( Thoughts and feeling )
Yakni dalam bentuk pengetahuan kepercayaan dan sikap Pengetahuan di
peroleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain sedangkan
kepercayaan biasanya diperoleh dari orang tua kakek atau nenek Seseorang
menerima kepercayaan itu berdasarkan keyankinan dan tanpa adanya pembuktian
terlebih dahulu Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap
objek dan seringnya diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang
lain yang paling dekat
2) Karakteristik Pendukung (enabling characteristics)
Karakteristik ini mencerminkan bahwa meskipun mempunyai predisposisi untuk
menggunakan pelayanan kesehatan ia tak akan bertindak menggunakannya
kecuali bial ia mampu menggunakannya Penggunaan pelayanan kesehatan yang
ada tergantung kepada kemampuan konsumen untuk membayar
3) Karakteristik kebutuhan (need characteristics)
Faktor predisposisi dan factor yang memungkinkan untuk mencari pengobatan
dapat terwujud di dalam tindakan apabila itu dirasakan sebagai kebutuhanDengan
kata lain kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan
pelayanan kesehatan bila mana tingkat predisposisi dan enabling itu ada
Kebutuhan (need) disisni di bagi menjadi dua ketegori dirasa atau preceived
( subject assessment) dan evaluated ( clinical diagnosis )
Menurut Skinner perilaku kesehatan adalah suatu respons
seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan
26
penyakit system pelayanan kesehatan makanan dan minimum serta lingkungan
Dari batasan ini perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 ( tiga)
kelompok yakni
1) Perilaku pemeliharaan kesehatan ( health maintenance)
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga
kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit Oleh
sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3(tiga) aspek yaitu
a Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit serta
pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit
b Perilaku peningkatan kesehatan apabila seseorang dalam keadaan sehat
c Perilaku gizi Makanan dan minimum dapat meningkatkan kesehatan
seseorang bahkan dapat mendatangkan penyakit Hal ini sangat tergantung
pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut
2) Perilaku pencarian pengobatan ( health behavior )
Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat
menderita penyakit dan atau kecelakaan Tindakan atau perilaku ini dimulai dari
mengobati sendiri ( self treatment) sampai mencari pengobatan keluar negeri
3) Perilaku kesehatan lingkungan
Adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan baik lingkungan fisik
maupun social budaya dan sebagainnya sehingga lingkungan tersebut tidak
mempengaruhi kesehatannya Dengan perkataan lain bagaimana seseorang
mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri
keluarga atau mesyarakatnya 12
24 Kepatuhan Berobat
Kepatuhan berasal dari kata ldquo patuh ldquo yang berarti taat suka menuruti
disiplin Kepatuhan menurut Trostle adalah tingkat perilaku penderita dalam
mengambil suatu tindakan pengobatan misalnya dalam menentukan kebiasaan
hidup sehat dan ketetapan berobat Dalam pengobatan seseorang dikatakan tidak
27
patuh apabila orang tersebut melalaikan kewajibannya berobat sehingga dapat
mengakibatkan terhalangnya kesembuhan 13
Menurut Sacket kepatuhan pasien adalah sejauh mana perilaku pasien
sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh professional kesehatan 14
Menurut Sarafino secara umum ketidaktaatan meningkatkan risiko
berkembangnya masalah kesehatan atau memperpanjang atau memperburuk
kesakitan yang sedang di derita Perkiraan yang ada menyatakan bahwa 20 jumlah
opname di rumah sakit merupakan akibat dari ketidaktaatan pasien terhadap aturan
pengobatan Faktor yang mempengaruhi kepatuhan seseorang dalam berobat yaitu
faktor petugas faktor obat dan faktor penderita Karakteristik petugas yang
mempengaruhi kepatuhan antara lain jenis petugas tingkat pengetahuan lamanya
bekerja frekuensi penyuluhan yang dilakukan Faktor obat yang mempengaruhi
kepatuhan adalah pengobatan yang sulit dilakukan tidak menunjukkan kea rah
penyembuhan waktu yang lama adanya efek samping obat Faktor penderita yang
menyebabkan ketidakpatuhan adalah umur jenis kelamin pekerjaan anggota
keluarga saudara atau teman khusus 15
25 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan
Faktor-faktor yang mempengaruhi katidakpatuhan dapat digolongkan
menjadi empat bagian yaitu
1 Pemahaman tentang Instruksi
Tak seorang pun mematuhi instruksi jika ia salah paham tentang instruksi yang
diberikan kepadanyaLey dan Spelman (Ester 2000 ) Menemukan bahwa lebih
dari 60 yang diwawancarai setelah bertemu dengan dokter salah mengerti
tentang instruksi yang diberikan pada mereka kadang-kadang hal ini disebabkan
oleh kegagalan professional kesehatan dalam memberikan informasi yang
lengkap penggunaan istilah-istilah medis dan mbanyak memberikan instruksi
yang harus diingat oleh pasien
28
Pendekatan praktis untuk meningkatkan kepatuhan pasien ditemukan oleh
Dinicola dan Dimatteo yaitu
a) Buat instruksi tertulis yang jelas dan mudah diinterpretasikan
b) Berikan informasi tentang pengobatan sebelum menjelaskan hal-hal lain
c) Jika seseorang diberikan suatu daftar tertulis tenang hal-hal yang harus
diingat maka aka nada efek ldquokeunggulanrdquoyaitu mereka brusaha mengingat
hal-hal yang pertama kali ditulis
d) Insruksi-instruksi harus ditulis dengan bahasa umum ( Non medis ) dan hal-
hal yang perlu ditekankan 14
2 Kualitas Interaksi
Kualitas interaksi antara profrsional kesehatan dan pasien merupakan bagian yang
penting dalam menentukan derajat kepatuhan Meningkatkan interaksi
professional kesehatan dengan pasien adalah suatu hal penting untuk memberikan
umpan balik pada pasien setelah memperoleh informasi tentang diagnosis Pasien
membutuhkan penjelasan tentang kondisinya saat ini apa penyebabnya dan apa
yang dapat mereka lakukan dengan kondisi seperti itu
3 Isolasi sosial dan keluarga
Keluarga dapat menjadi factor yang sangat berpengaruh dalam menentukan
keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga menentukan tentang
program pengobatan yang dapat mereka terima Keluarga juga member dukungan
dan membuat keputusan mengenai perawatan dari anggota keluarga yang sakit
4 Keyakinan Sikap Kepribadian
Ahli psikologis telah menyelidiki tentang hubungan antar pengukuran-
pengukuran kepribadian dan kepatuhan Mereka menemukan bahwa data
kepribadian secara benar dibedakan antar orang yang putih drngan orang yang
gagal Orang-orang yang tidak patuh adalah orang-orang yang lebih mengalami
depresi anxietas sangat memperhatikan kesehatannya memiliki kekuatan ego
29
yang lebih lemah dan kehidupan sosialnya lebih memusatkan perhatian pada
dirinya sendiri Blumenthal et al mengatakan bahwa ciri-ciri kepribadian yang
disebutkan diatas itu yang menyebabkan seseorang cenderung tidak patuh ( drop
out) dari program pengobatan 14
Menurut Schwart dan Griffin Faktor yang berhubungan dengan
ketidaktaan secara sejarah riset tentang ketaan pasien didasarkan atas pandangan
tradisional mengenai pasien sebagai penerima nasihat dokter yang pasif dan patuh
Pasien yang tidak taat dipandang sebagai orang yang lalai dan masalahnya dianggap
sebagai masalah control Riset berusah untuk mengidentifikasi kelompok-kelompok
pasien yang tidak patuh berdasarkan kelas sosioekonomi pendidikan umur dan
jenis kelamin Pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan sepanjang bawah
pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif seperti penggunaan buku-buku
dan kaset oleh pasien secara mandiri Usaha-usaha ini sedikit berhasil seorang dapat
menjadi tidak taat kalau situasinya memungkinkan Teori-teori yang lebih baru
menekannkan factor situasional dan pasien sebagai peserta yang aktif dalam proses
pengobatannya Perilaku ketaatan sering diartikan sebagai usaha pasien untuk
mengendalikan perilakunya bahkan jika hal tersebut bias menimbulkan resiko
mengenai kesehatannya 15
Macam-macam faktor yang berkaitan dengan ketidaktaatan disebutkan
a Ciri-ciri kesakitan dan cirri-ciri pengobatan
Menurut Dickson dkk perilaku ketaatan lebih rendah untuk penyakit kronis
(karena tidak ada akibat buruk yang segera dirasakan atau resiko yang jelas )
saran mengenai gaya hidup umum dan kebiasaan yang lama pengobatan yang
kompleks pengobatan dengan efek samping perilaku yang tidak pantas
Menurut Sarafino tingkat ketaaatan rata-rata minum obat utnuk menyenbuhkan
kesakitan akut dengan pengobatan jangka pendek adalah sekitar 78 Untuk
kesakita kronis dengan cara pengobatan jangaka panjang tingkat tersebut menurun
sampai 54
b Komunikasi antara Pasien dan Dokter
Berbagai aspek komunikasi antara pasien dan dokter mempengaruhi tingkat
ketidaktaan misalnya informasi dengan pengawasan yang kurang
30
ketidakpuasan terhadap aspek hubungan emosional dengan dokter ketidak
puasan terhadap pengobatan yang diberikan
c Variabel-variabel sosial
Hubungan antara dukungan sosial dengan ketaatan telah dipelajari Secara umum
orang-orang yang merasa mereka menerima penghiburan perhatian dan
pertolongan yang mereka butuhkan dari seseorang atau kelompok biasanya
cenderung lebih mudah mengikuti nasihat medis daripada pasien yang kurang
mendapat dukungan sosial Jelaslah bahwa keluarga memainkan peranan yang
sangat penting dalam pengelolaan medis misalnya penggunaan pengaruh
normative pada pasien yang mungkin mengakibatkan efek yang memudahkan
atau menghambat perilaku ketaatan
d Ciri-ciri Individual
Variabel-variabel demografis juga digunakan untuk meramalkan ketidaktaatan
sebagai contoh Di Amerika Serikat kaum wanita kaum kulit putih dan orang
tua cenderung mengikuti anjuran dokter 15
Dalam proses penyembuhan penderita TB Paru dapat diberikan obat anti-
TB (OAT) yang diminum secara teratur sampai selesai dengan pengawasan
yangketat Masa pemberian obat memang cukup lama yaitu 6-8 bulan secara terus
menerus sehingga dapat mencegah penularan kepada orang lain Oleh sebab itu para
penderita TB jika ingin sembuh harus minum obat secara teratur Tanpa adanya
keteraturan minum obat penyakit sulit disembuhkan Jika tidak teratur minum obat
penyakitnya sukar diobati kuman TB dalam tubuh akan berkembang semakin banyak
dan menyerang organ tubuh lain yang akan membutuhkan waktu lebih lama untuk
dapat sembuh
26 Pengawasan Menelan Obat (PMO) 9
Salah satu komponen DOTS adalah pengobatan paduan OAT jangka
pendek dengan pengawasan langsung Untuk menjamin keteraturan pengobatan
diperlukan seorang PMO
31
a Persyaratan PMO
bull Seseorang yang dikenal dipercaya dan disetujui baik oleh petugas kesehatan
maupun pasien selain itu harus disegani dan dihormati oleh pasien
bull Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien
bull Bersedia membantu pasien dengan sukarela
bull Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan pasien
b Siapa yang bisa menjadi PMO
Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan misalnya Bidan di Desa Perawat
Pekarya Sanitarian Juru Immunisasi dan lain lain Bila tidak ada petugas
kesehatan yang memungkinkan PMO dapat berasal dari kader kesehatan guru
anggota PPTI PKK atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga
c Tugas seorang PMO
bull Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai
pengobatan
bull Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur
bull Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah
ditentukan
bull Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai gejala-
gejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke Unit Pelayanan
Kesehatan
Tugas seorang PMO bukanlah untuk mengganti kewajiban pasien mengambil
obatdari unit pelayanan kesehatan
d Informasi penting yang perlu dipahami PMO untuk disampaikan kepada pasien dan
keluarganya
bull TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur
32
bull TB bukan penyakit keturunan atau kutukan
bull Cara penularan TB gejala-gejala yang mencurigakan dan cara pencegahannya
bull Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan)
bull Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur
bull Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera meminta
pertolongan ke UPK
27 Penanggulangan TB 16
Rencana Global Penanggulangan TB
Rencana Global 2006-2015 mencakup enam elemen utama dalam strategi baru Stop
TB ndashWHO yang terdiri dari
1 Memperluas dan meningkatkan ekspansi DOTS yang berkualitas meningkatkan
penemuan kasus dan kesembuhan melalui pendekatan yangterfokus pada penderita
agar pelayanan DOTS yang berkualitas dapat menjangkau seluruh penderita
khususnya kelompok masyarakat yang miskin dan rentan
2 Menghadapi tantangan TBHIV MDR-TB dan tantangan lainnya dengan cara
meningkatkan kolaborasi TBHIV DOTS-Plus dan pendekatan lainnya
3 Berkontribusi dalam memperkuat sistem kesehatan melalui kerjasama dengan
berbagai program dan pelayanan kesehatan lainnya misalnya dalam memobilisasi
sumber daya manusia dan finansial untuk implementasi dan mengevaluasi
hasilnyaserta pertukaran informasi dalam keberhasilan pencapaian dalam program
penanggulangan TB
33
4 Melibatkan seluruh penyedia pelayanan kesehatan pemerintah lembaga swadaya
masyarakat (LSM) dan swasta dengan cara memperluas pendekatan berbasis
public-private mix (PPM) dengan menggunakan ISTC
5 Melibatkan penderita TB dan masyarakat untuk memberikan kontribusi dalam
penyediaan pelayanan yang efektif Hal ini meliputi perluasan pelayanan TB di
masyarakat menciptakan kebutuhan masyarakat akan pelayanan TB advokasi
yang spesifik komunikasi dan mobilisasi sosial serta mendukung pengembangan
piagam pasien TB dalam masyarakat dan
6 Memberdayakan dan meningkatkan penelitian operasional
28 Kerangka Konsep
Variabel Independent Variabel dependent
Karakteristik Individu
1Umur
2Jenis kelamin
3Pendidikan
4Pekerjaan
5Pengetahuan
6Efek samping OAT
7Tingkat kepatuhan
penderita dalam
pengobatan
Kesembuhan
34
Penderita TB paru
Faktor Pelayanan
kesehatan
1 Ketersediaan OAT
2 Sikap petugas kesehatan
3 LokasiJarak
4 Penyuluhan kesehatan
5 Kunjungan rumah
Faktor Peran PMO
Gambar Kerangka Konsep Penelitian
Definisi Konsep
1 Karakteristik individu adalah hal-hal yang melekat dalam diri penderita TB paru yang
mempengaruhi tingkat kapetuhan dalam melaksanakan program pengobatan dengan
strategi DOTS yang membedakan seseorang dengan yang lainnya meliputi umur jenis
kelamin pendidikan pekerjaan pengetahuan efek samping OAT tingkat kepatuhan
penderita dalam pengobatan
2 Faktor pelayanan kesehatan adalah penilaian dari penderita TB paru terhadap upaya yang
diselenggarakan oleh unit pelayanan kesehatan untuk menangani penderita TB paru
meliputi Ketersediaan OATsikap petugas kesehatan lokasijarak penyuluhan
kesehatan dan kunjungan rumah
3 Faktor Peran PMO ( Pengawasan Menelan Obat ) adalah penilaian dari penderita TB paru
terhadap hal-hal yang menjadi tugas dari seseorang pengawas menelan obat yang
mempengaruhi tingkat kepatuhan penderita TB paru dalam melaksanakan pengobatan
meliputi penyuluhan member dorongan meningkatkan dan mengawasi
35
4 Kesembuhan adalah pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan
pemeriksaan ulang dahak (follow up) menunjukkan hasil BTA negatif
29 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konsep di atas maka hipotesis penelitian ini adalah
1) Ada pengaruh karakteristik individu terhadap kesembuhan penderita TB paru
dalam pengobatan
2) Ada pengaruh pelayanan kesehatan terhadap kesembuhan penderita TB paru
dalam pengobatan
3) Ada pengaruh PMO terhadap kesembuhan penderita TB paru dalam pengobatan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
31 Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional yang
bertujuan untuk menjelaskan pengaruh karakteristik individu faktor pelayanan
kesehatan dan faktor Pengawas Menelan Obat (PMO) terhadap kesembuhan
penderita TB Paru dalam melaksanakan pengobatan di Puskesmas Grogol Petamburan
tahun 2011
32 Tempat dan Waktu Penelitian
36
Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Grogol Petamburan pada bulan
Januari sampai Februari tahun 2012
33 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang
sedang menjalankan pengobatan TB di Puskesmas Grogol
Petamburan mulai bulan OktobeR
34 Keriteria Inklusi dan Eksklusi
341 Keriteria Inklusi
342 Keriteria Eksklusi
35 Sampel
351 Besar Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang
mengikuti pengobatan dengan strategi DOTS di Puskesmas yang pada saat penelitian
sedang menjalani pengobatan dan seluruh penderita TB yang telah mendapat
pengobatan selama 6 bulan atau sedang dalam tahap lanjutan
Keterangan
n1 = Jumlah sampel minimal
37
n2 = Jumlah sampel ditambah substitusi 10 (substitusi adalah persen responden
yang mungkin drop out)
Z = Tingkat batas kepercayaan dengan = 5
Didapat Z pada kurva normal = 196
p = Proporsi variabel yang diteliti yaitu besarnya presentasi 50 )
q = 1 - p
L = Derajat kesalahan yang masih dapat diterima adalah 10
Berdasarkan rumus di atas didapatkan angka sebagai berikut
( Z )2 p q ( 196 )2 0505
n1 = ----------------- = ------------------------------ = 9604
L2 ( 01 )2
n2 = n1 + ( 10 n1 )
= 9604 + ( 10 9604)
= 9604 + 9604
= 10564 Dibulatkan 106
352 Teknik Pengambilan Sampel
36 Identifikasi Variabel
1 Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kesembuhan tb paru
2 Variabel independen adalah umur jenis kelamin pendidikan pekerjaan
pengetahuan efek samping OAT dan tingkat kepahuhan dari penderita TB
Selain itu faktor dari pelayanan kesehatan dan PMO juga ikut berperan
37 Cara Kerja
1 Membuat proposal penelitian tentang hubungan antara tingkat kepatuhan minum
OAT dengan tingkat kesembuhan penyakit TB di Puskesmas Kecamatan Grogol
Petamburan
38
2 Pengumpulan data sekunder dari Puskesmas Grogol Petamburan
3 Melakukan kunjungan ke rumah-rumah sampel di daerah RT terpilih untuk
pengumpulan data primer dengan memakai kuesioner dan wawancara responden
4 Data-data yang telah dikumpulkan akan dilakukan pengolahan berupa proses
editing verifikasi dan koding Selanjutnya dimasukkan dan diolah dengan
menggunakan program computer yaitu program SPSS
5 Terhadap data yang telah diolah kemudian dilakukan analisis sesuai dengan cara
uji statistik menggunakanhelliphellip Data diinterpretasi secara deskriptif korelatif
antar variabel ndash variabel yang telah ditentukan dan disajikan dalam bentuk
tekstular dan tabular
6 Hasil dari penelitian akan disusun dalam bentuk pelaporan penelitian yang
selanjutnya akan di presentasikan di hadapan staf pengajar program pendidikan
Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida
Wacana (FK UKRIDA) dalam forum pendidikan Ilmu Kedokteran Komunitas
Fakultas Kedokteran UKRIDA
38 Manajemen Data
381 Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder yaitu
1 Data primer diperoleh dengan wawancara langsung kepada penderita TB paru
dan petugas kesehatan program penanggulangan TB Paru yang berpedoman pada
kuisioner penelitian yang telah ditetapkan dam melakukan cross check
2 Data sekunder diperoleh dari laporan pelaksanaan program penanggulangan TB
Paru di Puskesmas kartu pengobatan TBC (formulir TB 01) dan Formulir
Permohonan Laboratorium TBC Untik Pemeriksaan Dahak (formulir TB 05)
382 Pengolahan Data
39
Aspek pengukuran
Aspek pengukuran variable bebas
Karakteristik individu
Aspek pengukuran variable karakteristik individu dapat dilihat pada tabel 31
Table 31 Aspek Pengukuran Variabel Karakteristik Individu
Karakteristik
individu
Kategori Skala Bobot nilai
Umur a 15-24 tahun
b 25-49 tahun
c gt 50 tahun
rasio
Jenis kelamin a Laki-laki
b Perempuan
Tingkat
pendidikan
a Tidak tamat SD
b SD
c SLTP
d SLTA
e Sarjana S1
Pekerjaan a Bekerja
b Tidak bekerja
Pengetahuan a Baik
b Sedang
c Bururk
Efek samping
OAT
a Ada
b Tidan ada
Faktor pelayanan kesehatan
Pengukuran faktor pelanan kesehatan meliputi ketersediaan OAT yang
diukur adalah yang diukur dengan 2 pertanyaan sikap petugas kesehatan diukur
dengan 8 pertanyaan lokasi jarak diukur dengan 3 pertanyaan penyuluhan kesehatan
diukur dengan 6 pertanyaan dan kunjungan rumah diukur dengan 2 pertanyaan
40
berdasarkan jawaban yang diberikan responden selanjutnya dikelompokkan menjadi
tiga (3) yaitu
a Baik jika faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan
penilaian yang baik karena kebutuhan yang diinginkan debagian besarnya
terpenuhi (nilai gt32)
b Sedang bila faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan
penilaian yang kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan responden hanay
sebagian saja yang terpenuhi (nilainya 17-32)
c Buruk bila faktor pelayanan pelayanan kesehatan yang diterima responden
menimbulkan penilaian yang tidak baik karena kebutuhan yang diinginka
responden sebagian besar tidak dipenuhi (nilainya lt17)
Faktor Pengawas Menelan Obat (PMO)
Faktor Pengawas Menelan Obat diukur dengan 5 pertanyaan yang
selanjutnya dibedakan atas 3 kategori yaitu
a Baik bila semua tugas yang diterima responden terlaksana dengan baik yaitu
mengawasi memberikan dorongan mengingatkan dan memberikan penyuluhan
(nilainya gt11)
b Sedang bila tugas PMO yang diterima responden sebagian saja yang terpenuhi
(nilainya 6-11)
c Buruk bila tugas PMO yang diterima responden tidak terlaksana dengan baik
(nilainya lt 6)
Aspek Pengukuran Variabel Terikan
Kepatuhan Pengobatan TB Paru
41
Aspek Pengukuran Variabel ini menggunakan skala interval yang diukur berdasarkan
tiga (3) kategori yaitu
Patuh apabila responden selalu menelan obat sesuai ketentuan petugas kesehatan
yaitu setiap hari pada tahap awal tiga kali seminggu pada tahap lanjutan dan
mengambil obat serta memeriksakan dahak sesuai jadwal dan menaati nasihat dari
petugas kesehatan ( bobot 3 )
Kurang patuh jika responden kadang-kadang menelan obat sesuai ketentuan
petugas kesehatan atau responden tidak menelan obat 2-8 minggu selama tahap
pengobatan lanjutan dan tidak memerisakan dahak sesuai jadwal yang telah
ditetapkan dan tidak selalu menaati nasihat dari petugas kesehatan (bobot 2 )
Tidak patuh jika responden tidak menelan obat sesuai ketentuan petugas
kesehatan atau responden tidak menelan obat lebih dari 8 minggu selama tahap
pengobatan lanjutan dan tidak mengambil obat serta tidak memeriksakan dahak
sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan tidak menaati nasihat petugas kesehatan
(bobot 1)
383 Penyajian Data
384 Analisis Data
385 Interpretasi Data
386 Pelaporan Data
39 Definisi Operasional
1 Umur adalah usia responden saat penelitian berdasarkan ulang tahun terakhir yang
dibedakan atas 3 (tiga) kategori berdasarkna Badan Pusat Statistik Kota Medan
42
tahun 2008 yaitu 1) orang muda 25-24 tahun 2) dewasa 24-49 tahun 3) orang
tua gt 50 tahun
2 Jenis kelamin adalah suatu karakteristik responden yang dibedakan identitasnya
dari laki-laki dan perempuan
3 Pendidikan adalah jenjang pendidikannyang berhasil ditamatkan responden yang
dibedakan atas tidak tamat SD SD SLTP SLTA Akademi Sarjana
4 Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh responden sebagai
pendapatan utama yang dibedakan atas kerja dan tidak bekerja
5 Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai penyakit
TB paru
6 Efek samping OAT adalah gejala keluhan yang diderita responden akiba menelan
OAT selama pengobatan
7 Ketersdediaan OAT adalah pandangan responden terhadap kondisi OAT
diperoleh dari puskesmas meliputi kecukupan jumlah OAT dan dan kualitasnya
8 Sikap petugas kesehatan adalah penilaian responden terhadap reaksi petugas
kesehatan kepada responden selama mereka menjalanin pengobatan
9 Lokasi jarak adalah pandangan responden tentang lama perjalanan dari tempat
tinggal responden ke Puskesmas yang diukur dengan jarak sarana transportasi
10 Penyuluhan kesehatan adalah pandangan responden tentang kegiatan yang
dilakukan oleh petugas kesehatan sehubungan dengan pengobatan TB Paru untuk
mencapai suatu keadaan dimana pederita TB Paru dapat hidup lebih sehat
11 Kunjungan rumah adalah pandangan responden tentang kegiatan yang dilakukan
petugas kesehatan selama masa pengobatan ke rumah responden
12 Faktor peran Pengawas Minum Obat (PMO) adalah pandangan responden tentang
tugas yang dilakasanakan oleh seorang PMO meliputi penyuluhan
13 Kepatuhan berobat adalah ketaan responden dalam menelan obat mengambil
obat dan melakukan pemeriksaan dahak sesuai jadwal yang telah ditentukan dan
menaati segala nasehat dari petugas kesehatan
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
1) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta
2) Perkumpulan Pemberantasan TB Indonesia 2011 TB di Indonesia Peringkat Dunia
Jakarta Diakses melalui situs httpwwwpptiinfoindexphpcomponentcontentarticle46-
arsip-ppti141-tbc-di-indonesia-peringkat-5-dunia Diakses pada tanggal 23 Januari 2012
44
3) Depkes dan WHO 2008 Lembar Fakta Tuberkulosis Jakarta
4) Dirjen P2M amp PLP 1997 Pengawasan Menelan Obat (PMO) adalah DOTS ala Indonesia
Jakarta
5) Amirudin R 2006 Faktor Keberhasilan Konversi pada Penderita TB Paru di Puskesmas
Jongaya Tahun 2006 Laporan Penelitian FKM Unhas Makasar
6) Aditama Tjandra Y 1994 Tuberkulosis Paru Masalah dan Penanggulangnya UI Press
Jakarta
7) Aru W Bambang S Idrus A dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Tuberkulosis
Paru Edisi IV FKUI Jakarta 2006 998-1004
8) Depkes RI 2002 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta
9) Depkes RI 2006 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta
10) Subijakto Hubungan Pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Berobat
Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Proposal Skripsi Jakarta 2011 Diakses pada
tanggal 20 Januari 2012
11) Aditama Tjandra Y 2002 Tuberkulosis Diagnosis Terapi dan Masalahnya Yayasan IDI
Jakarta
12) Notoatmodjo Soekidjo 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Penerbit Rineka Cipta
Jakarta
13) Simamora Jojor 2004 Faktor yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Berobat Penderita TB
Paru di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2004 Tesis Pascasarjana USU Medan
14) Ester Monica 2000 Psikologi Kesehatan Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
15) Bart Smet 1994 Psikologi Kesehatan PT Grasindo Jakarta
16) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta
45
pasien TB menular secara bermakna akan dapat menurunkan kesakitan dan kematian
akibat TB penularan TB di masyarakat dan sekaligus merupakan kegiatan
pencegahan penularan TB yang paling efektif di masyarakat9
Strategi penemuan 9
Penemuan pasien TB dilakukan secara pasif dengan promosi aktif Penjaringan
tersangka pasien dilakukan di unit pelayanan kesehatan didukung dengan
penyuluhan secara aktif baik oleh petugas kesehatan maupun masyarakat untuk
meningkatkan cakupan penemuan tersangka pasien TB
Pemeriksaan terhadap kontak pasien TB terutama mereka yang BTA positif yang
menunjukkan gejala sama harus diperiksa dahaknya
Penemuan secara aktif dari rumah ke rumah dianggap tidak cost efektif
214 Risiko Penularan 9
- Risiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan dahak Pasien TB
paru dengan BTA positif memberikan kemungkinan risiko penularan lebih besar
dari pasien TB paru dengan BTA negatif
- Risiko penularan setiap tahunnya di tunjukkan dengan Annual Risk of Tuberculosis
Infection (ARTI) yaitu proporsi penduduk yang berisiko terinfeksi TB selama satu
tahun ARTI sebesar 1 berarti 10 (sepuluh) orang diantara 1000 penduduk
terinfeksi setiap tahun ARTI di Indonesia bervariasi antara 1-3
- Infeksi TB dibuktikan dengan perubahan reaksi tuberkulin negatif menjadi positif
215 Gejala Klinis TB Paru
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu
atau lebih Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah
batuk darah sesak nafas badan lemas nafsu makan menurun berat badan menurun
12
malaise berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik demam meriang lebih dari satu
bulan9
Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain
tb seperti bronkiektasis bronkitis kronis asma kanker paru dan lain-lain Mengingat
prevalensi TB di Indonesia saat ini masih tinggi maka setiap orang yang datang ke
UPK dengan gejala tersebut diatas dianggap sebagai seorang tersangka (suspek)
pasien TB dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung9
216 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Tuberkulosis
Faktor ndash faktor yang mempengaruhi terhadap terjadinya TB antara lain
1 Harus ada sumber infeksi
Sumber infeksi dapat berasal dari penderita TB dengan BTA positif Penularan
dapat terjadi melalui dropet atau melalui pengunaan alat makan secara bergantian
tanpa dicuci yang digunakan oleh penderita TB dengan BTA positif tersebut
2 Jumlah basil penyebab harus cukup
Semakin banyak jumlah basil yang terhirup maka semakin besar kemungkinan
seseorang untuk mengidap TB
3 Virulensi yang tinggi dari basil TB
Apabila angka keaktifan kuman tinggi maka semakin cepat kuman TB
berkembang biak di dalam tubuh Selain itu masa inkubasi akan semakin cepat
4 Daya tahan tubuh yang rendah
Daya tahan tubuh yang menurun memungkinkan basil berkembang biak dan
menimbulkan penyakit tuberkulosis 10
217 Tipe Penderita TB Paru
Tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya Ada beberapa
tipe pasien yaitu
bull Kasus baru
13
Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan
OAT kurang dari satu bulan (4 minggu)
bull Kasus kambuh (Relaps)
Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan
tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap didiagnosis
kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur)
bull Kasus setelah putus berobat (Default )
Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA
positif
bull Kasus setelah gagal (failure)
Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi
positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan
bull Kasus Pindahan (Transfer In)
Adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki register TB lain untuk
melanjutkan pengobatannya
bull Kasus lain
Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas Dalam kelompok ini
termasuk Kasus Kronik yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif
setelah selesai pengobatan ulangan
Catatan
TB paru BTA negatif dan TB ekstra paru dapat juga mengalami kambuh gagal
default maupun menjadi kasus kronik Meskipun sangat jarang harus dibuktikan
secara patologik bakteriologik (biakan) radiologik dan pertimbangan medis
spesialistik9
218 Pemeriksaan Diagnostik
Untuk mengetahui adanya tuberkulosis dokter biasanya berpegang pada
tiga patokan utama Pertama hasil wawancaranya tentang keluhan pasien dan hasil
pemeriksaan yang dilakukan pada pasien yang disebut dengan anamnesis Kedua
14
hasil pemeriksaan laboratorium untuk menemukan adanya BTA pada spesimen
penderita
Pemeriksaan dahak mikroskopis 9
Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis menilai
keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan
Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis dilakukan dengan
mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang
berurutan berupa Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS)
S (sewaktu)
Dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung pertama kali Pada
saat pulang suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak pagi
pada hari kedua
P (Pagi)
Dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua segera setelah bangun tidur
Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di UPK
S (sewaktu)
Dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua saat menyerahkan dahak pagi
Adapun tujuan dari pemeriksaan dahak pada program penanggulangan TB
adalah
1 Menegakkan diagnosis dan menentukan tipe klasifikasi
2 Menilai kemajuan pengobatan
3 Menentukan tingkat penularan 8
Pemeriksaan ulang dahak untuk memantau kemajuan pengobatan
dilakukan pada
1 Akhir tahap intensif
15
Dilakukan seminggu sebelum akhir pengobatan penderita baru BTA positif
dengan kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-3 pengobatan ulang
penderita BTA positif kategori 2
2 Sebulan sebelum akhir pengobatan
Dilakukan seminggu sebelum akhir bulan ke-5 pengobatan penderita baru BTA
positif dengan kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-7 pengobatan
ulang penderita BTA positif dengan kategori 2
3 Akhir pengobatan
Dilakukan seminggu sebelum akhir bulan ke-6 pada penderita BTA positif dengan
kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-8 pengobatan ulang BTA positif
dengan kategori 2 8
Pemeriksaan dahak pada sebulan sebelum akhir pengobatan dan akhir
pengobatan bertujuan untuk menilai hasil pengobatan (apakah sembuh atau gagal)
219 Prinsip Pengobatan
Penatalaksanaan TB meliputi penemuan pasien dan pengobatan yang
dikelola dengan menggunakan strategi DOTS9
Tujuan utama pengobatan pasien TB adalah menurunkan angka kematian
dan kesakitan serta mencegah penularan dengan cara menyembuhkan pasien
Penatalaksanaan penyakit TB merupakan bagian dari surveilans penyakit tidak
sekedar memastikan pasien menelan obat sampai dinyatakan sembuh tetapi juga
berkaitan dengan pengelolaan sarana bantu yang dibutuhkan petugas yang terkait
pencatatan pelaporan evaluasi kegiatan dan rencana tindak lanjutnya9
Tabel 21 Jenis sifat dan dosis OAT
Dosis yang direkomendasikan (mgkg)
16
Jenis OAT Sifat Harian 3x seminggu
Isoniazid (H) Bakterisid 5
(4-6)
10
(8-12)
Rifampicin (R) Bakterisid 10
(8-12)
10
(8-12)
Pyrazinamide (Z) Bakterisid 25
(20-30)
35
(30-40)
Streptomycin (S) Bakterisid 15
(12-18)
15
(12-18)
Etambutol (E) Bakteriostatik 15
(15-20)
30
(20-35)
Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut 9
bull OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat dalam jumlah
cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan Jangan gunakan OAT
tunggal (monoterapi) Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT ndash KDT)
lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan
bull Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat dilakukan pengawasan langsung
(DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat
(PMO)
bull Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap yaitu tahap intensif dan lanjutan
Tahap awal (intensif) 9
- Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara
langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat
17
- Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat biasanya pasien
menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu
- Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2
bulan
Tahap Lanjutan 9
- Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit namun dalam jangka
waktu yang lebih lama
- Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah
terjadinya kekambuhan
2110 Panduan Penggunaan OAT di Indonesia9
Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis di Indonesia
- Kategori 1 2(HRZE)4(HR)3
- Kategori 2 2(HRZE)S(HRZE)5(HR)3E3
Disamping kedua kategori ini disediakan paduan obat sisipan (HRZE)
- Kategori Anak 2HRZ4HR
Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket
berupa obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT) sedangkan kategori anak sementara
ini disediakan dalam bentuk OAT kombipak
Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu
tablet Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien Paduan ini dikemas dalam
satu paket untuk satu pasien
Paket Kombipak
18
Terdiri dari obat lepas yang dikemas dalam satu paket yaitu Isoniasid
Rifampisin Pirazinamid dan Etambutol Paduan OAT ini disediakan program untuk
mengatasi pasien yang mengalami efek samping OAT KDT
Paduan OAT ini disediakan dalam bentuk paket dengan tujuan untuk
memudahkan pemberian obat dan menjamin kelangsungan (kontinuitas) pengobatan
sampai selesai
Satu (1) paket untuk satu (1) pasien dalam satu (1) masa pengobatan
KDT mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB
1 Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin efektifitas
obat dan mengurangi efek samping
2 Mencegah penggunaan obat tunggal sehinga menurunkan resiko terjadinya
resistensi obat ganda dan mengurangi kesalahan penulisan resep
3 Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat menjadi
sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien
Paduan OAT dan peruntukannya
19
1 Kategori-1 (2HRZE 4H3R3)
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru
1048707 Pasien baru TB paru BTA positif
1048707 Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif
1048707 Pasien TB ekstra paru
Tabel 22 Dosis untuk paduan OAT KDT untuk Kategori 1
Berat Badan
Tahap Intensif
tiap hari selama 56 hari
RHZE (15075400275)
Tahap Lanjutan
3 kali seminggu selama 16 minggu
RH (150150)
30-37 kg 2 tablet 4 KDT 2 tablet 4 KDT38-54 kg 3 tablet 4 KDT 3 tablet 4 KDT55-70 kg 4 tablet 4 KDT 4 tablet 4 KDTge 71 kg 5 tablet 4 KDT 5 tablet 4 KDT
2 Kategori -2 (2HRZES HRZE 5H3R3E3)
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya
1048707 Pasien kambuh
1048707 Pasien gagal
1048707 Pasien dengan pengobatan setelah default (terputus)
Tabel 23 Dosis untuk paduan OAT KDT Kategori 2
Berat Badan
Tahap Intensif
tiap hari
RHZE (15075400275) + S
Tahap Lanjutan
3 kali seminggu
RH (150150) + E (275)
Selama 56 hari Selama 28 hari Selama 20 minggu
30-37 kg 2 tablet 4 KDT + 500 mg Streptomisin inj
2 tablet 4 KDT 2 tablet 4 KDT+ 2 tab Etambutol
38-54 kg 3 tablet 4 KDT +750 mg Streptomisin inj
3 tablet 4 KDT 3 tablet 4 KDT+ 3 tab Etambutol
55-70 kg 4 tablet 4 KDT +1000 mg Streptomisin inj
4 tablet 4 KDT 4 tablet 4 KDT+ 4 tab Etambutol
ge 71 kg 5 tablet 4 KDT +1000 mg Streptomisin inj
5 tablet 4 KDT 5 tablet 4 KDT+ 5 tab Etambutol
Catatan
20
Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal untuk streptomisin adalah
500mg tanpa memperhatikan berat badan
Untuk perempuan hamil lihat pengobatan TB dalam keadaan khusus
Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan menambahkan aquabidest
sebanyak 37ml sehingga menjadi 4ml (1ml = 250mg)
3 OAT Sisipan (HRZE)
Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap intensif kategori 1 yang
diberikan selama sebulan (28 hari)
Tabel 24 Dosis KDT untuk Sisipan
Berat Badan Tahap Intensif tiap hari selama 28 hari
RHZE (15075400275)
30-37 kg 2 tablet 4 KDT38-54 kg 3 tablet 4 KDT55-70 kg 4 tablet 4 KDTge 71 kg 5 tablet 4 KDT
Penggunaan OAT lapis kedua misalnya golongan aminoglikosida (misalnya
kanamisin) dan golongan kuinolon tidak dianjurkan diberikan kepada pasien baru tanpa indikasi
yang jelas karena potensi obat tersebut jauh lebih rendah daripada OAT lapis pertama Di
samping itu dapat juga meningkatkan terjadinya risiko resistensi pada OAT lapis kedua
2111 Alur Diagnostik TB 9
21Suspek TB Paru
2112 Evaluasi Pengobatan
22
Pemeriksaan dahak mikroskopis (SPS = Sewaktu ndash Pagi ndash Sewaktu)
Hasil BTA+ - -
Hasil BTA- - -
Hasil BTA+ + ++ + +
Antibiotik Non-OAT
Tidak adaPerbaikan
Adaperbaikan
Pemeriksaan dahak mikroskopis
Foto toraks dan
Pertimbangan dokter
Hasil BTA+ + ++ + -+ _ _
Hasil BTA- - -
Foto toraks dan
Pertimbangan dokter
TB Bukan TB
Evaluasi Klinis
Biasanya pasien di control dalam 1 minggu pertama selanjutnya setiap 2 minggu
selama tahap intensif dan seterusnya sekali sebulan sampai akhir pengobatan
Secara klinis hendaknya terdapat perbaikan keluhan pasien seperti batuk yang
berkurang tidak ada batuk darah nafsu makan bertambah dan ada peningkatan
berat badan
Evaluasi Bakteriologis
Pemeriksaan dahak untuk menilai keberadaan kuman Biasanya setelah 2-3
minggu perngobatan sputum BTA mulai negatif Pemeriksaan control sputum
dilakukan sekali sebulan Bagi penderita dengan BTA positif setelah tahap
intensif akan mendapatkan pengobatan ulang Bila sudah negatif sputum
diperiksa tiga kali berturut-turut dan harus dikontrol agar tidak terjadi ldquosilent
bacterial sheddingrdquo yaitu terdapat sputum BTA positif tanpa disertai keluhan-
keluhan TB yang relevan
Evaluasi Radiologis
Evaluasi radiologis juga diperlukan untuk melihat kemajuan terapi Dengan
pemeriksaan radiologis dapat dilihat keadaan TB parunya atau adanya penyakit
lain yang menyertai Evaluasi foto dada dilakukan tiap 3 bulan sekali 10
2113 Efek Samping OAT
Sebagian besar penderita TB paru dapat menyelesaikan pengobatan tanpa
efek samping Namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping Oleh karena
itu pemantauan kemungkinan terjadinya efek samping sangat penting dilakukan
selama pengobatan Pemantauan dilakukan dengan cara menjelaskan kepada
penderita tanda-tanda efek samping dan menanyakan adanya gejala efek samping
pada waktu penderita mengambil OAT 8
Efek samping ringan dari OAT seperti tidak ada nafsu makanmual sakit
perut nyeri sendi kesemutan sampai dengan rasa terbakar di kaki dan warna
kemerahan pada air seni Efek samping berat dari OAT misalnya gatal dan
kemerahan kulit tuli gangguan keseimbanagn ikterus tanpa penyebab lain
bingung dan muntah-muntah gangguan penglihatan purpura dan syok 8
22 Strategi DOTS
23
Strategi DOTS adalah strategi penanggulaan TB paru nasional yang telah
direkomendasikan oleh WHO yang dimulai pelaksanaannya di Indonesia pada tahun
19951996 Sebelum pelaksanaan strategi DOTS (1969-1994) angka kesembutah TB
paru yang dapat dicapai oleh program hanya 40-60 saja Dengan strategi DOTS
diharapkan angka kesembuhan dapat dicapai minimal 85 dari penderita TB paru
BTA positif yang di temukan 11
Prinsip DOTS adalah mendekatkan pelayanan pengobatan terhadap
penderita agar secara langsung dapat mengawasi keteraturan menelan obat dan
melakukan pelacakan bila penderita tidak datang mengambil obat sesuai dengan yang
ditetapkan
Kalau diurai dari kata-katanya pengertian DOTS dapat dimulai dengan
keharusan setiap pengelola program TB intuk member direct attention dalam usaha
menemukan penderita Dalam bahasa lain ini diterjemahkan menjadi deteksi kasus
dengan pemeriksaan mikroskopik kendati sebenarnya pengertiannya dapat diperluas
dengan keharusan untuk mendeteksi kasus secara baik dan akurat Kemudian setiap
pasien harus di- observed dalam memakan obatnya setiap obat yang di telan pasien
harus di depan seorang pengawas Selain itu tentunya pasien harus menerima
treatment yang tertata dalam system pengelolaan distribusi dan penyediaan obat
secara baik Kemudian setiap pasien harus mendapat obat yang baik artinya
pengobatan short course standart yang telah terbukti ampuh secara klinik
Akhirnya harus ada dukungan dari pemerinyah yang membuat program
penanggulangan TB mendapat prioritas yang tinggi dalam pelayanan kesehatan 11
Strategi DOTS mempunyai lima komponen
1) Komitmen politits dari para pengambil keputusan termasuk dukungan dana
2) Diagnosa TB dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopik
3) Pengobatan dengan panduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) jangka pendek
dengan pengawasan langsung oleh pengawas Menelan Obat (PMO)
4) Kesinambungan perssediaan OAT jangka pendek dengan mutu terjamin
5) Pencatatan dan pelaporan secraa baku untuk memudahkan pemantauan dan
evaluasi program penanggulangan TB
23 Konsep Perilaku
24
Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor baik faktor internal
( dari dalam diri manusia ) maupun faktor eksternal ( dari luar diri manusia ) Faktor
internal ini terdiri dari faktor fisik dan psikis Faktor eksternal terdiri dari berbagai
faktor antara lain sosial budaya masyarakat lingkungan fisik politik ekonomi
pendidikan dan sebagainnya Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi
kesehatan baik individu kelompok maupun masyarakat dikelompokkan menjadi
empat ( Blum 1974 )
Konsep Blum menjelaskan bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh
1) Lingkungan yang mencakup lingkungan fisik sosial budaya politik ekonomi
dan sebagainnya
2) Perilaku
3) Pelayanan kesehatan
4) Keturunan ( hereditas )
Perilaku merupakan factor terbesar kedua setelah factor lingkungan yang
mempengaruhi derajat kesehatan Oleh sebab itu dalam rangka membina dan
meningkatkan kesehatan masyarakat maka intervensi atau upaya yang di tujukan
kepada faktor erilaku ini sangat strategis
Menurut Green perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama yakni 12
1) Faktor predisposisi ( predisposing factor )
Faktor ini mencakup pengetahuan sikap dan masyarakat terhadap kesehatan
tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
kesehatan sistem nilai yang dinut masyarakat tingkat pendidikan tingkat sosial
ekonomi dan sebagainya
2) Faktor Pemungkin ( Enabling factor )
Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan
bagi masyarakat misalnya air bersih tempat pembuangan tinja ketersediaan
makanan yang bergizi dan sebagainnya termasuk juga fasilitas kesehatan
seperti puskesmas rumah sakit posyandu dokter atau bidan praktek swasta dan
sebagainnya
3) Faktor penguat ( reinforcing factor )
25
Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat tokoh agama
sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan Termasuk juga di
sini undang-undang peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah
daerah yang terkait dengan kesehatan
Tim kerja dari WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang
berperilaku tertentu dikarenakan 4 ( empat ) alasan pokok yaitu
1) Pemikiran dan perasaan ( Thoughts and feeling )
Yakni dalam bentuk pengetahuan kepercayaan dan sikap Pengetahuan di
peroleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain sedangkan
kepercayaan biasanya diperoleh dari orang tua kakek atau nenek Seseorang
menerima kepercayaan itu berdasarkan keyankinan dan tanpa adanya pembuktian
terlebih dahulu Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap
objek dan seringnya diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang
lain yang paling dekat
2) Karakteristik Pendukung (enabling characteristics)
Karakteristik ini mencerminkan bahwa meskipun mempunyai predisposisi untuk
menggunakan pelayanan kesehatan ia tak akan bertindak menggunakannya
kecuali bial ia mampu menggunakannya Penggunaan pelayanan kesehatan yang
ada tergantung kepada kemampuan konsumen untuk membayar
3) Karakteristik kebutuhan (need characteristics)
Faktor predisposisi dan factor yang memungkinkan untuk mencari pengobatan
dapat terwujud di dalam tindakan apabila itu dirasakan sebagai kebutuhanDengan
kata lain kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan
pelayanan kesehatan bila mana tingkat predisposisi dan enabling itu ada
Kebutuhan (need) disisni di bagi menjadi dua ketegori dirasa atau preceived
( subject assessment) dan evaluated ( clinical diagnosis )
Menurut Skinner perilaku kesehatan adalah suatu respons
seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan
26
penyakit system pelayanan kesehatan makanan dan minimum serta lingkungan
Dari batasan ini perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 ( tiga)
kelompok yakni
1) Perilaku pemeliharaan kesehatan ( health maintenance)
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga
kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit Oleh
sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3(tiga) aspek yaitu
a Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit serta
pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit
b Perilaku peningkatan kesehatan apabila seseorang dalam keadaan sehat
c Perilaku gizi Makanan dan minimum dapat meningkatkan kesehatan
seseorang bahkan dapat mendatangkan penyakit Hal ini sangat tergantung
pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut
2) Perilaku pencarian pengobatan ( health behavior )
Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat
menderita penyakit dan atau kecelakaan Tindakan atau perilaku ini dimulai dari
mengobati sendiri ( self treatment) sampai mencari pengobatan keluar negeri
3) Perilaku kesehatan lingkungan
Adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan baik lingkungan fisik
maupun social budaya dan sebagainnya sehingga lingkungan tersebut tidak
mempengaruhi kesehatannya Dengan perkataan lain bagaimana seseorang
mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri
keluarga atau mesyarakatnya 12
24 Kepatuhan Berobat
Kepatuhan berasal dari kata ldquo patuh ldquo yang berarti taat suka menuruti
disiplin Kepatuhan menurut Trostle adalah tingkat perilaku penderita dalam
mengambil suatu tindakan pengobatan misalnya dalam menentukan kebiasaan
hidup sehat dan ketetapan berobat Dalam pengobatan seseorang dikatakan tidak
27
patuh apabila orang tersebut melalaikan kewajibannya berobat sehingga dapat
mengakibatkan terhalangnya kesembuhan 13
Menurut Sacket kepatuhan pasien adalah sejauh mana perilaku pasien
sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh professional kesehatan 14
Menurut Sarafino secara umum ketidaktaatan meningkatkan risiko
berkembangnya masalah kesehatan atau memperpanjang atau memperburuk
kesakitan yang sedang di derita Perkiraan yang ada menyatakan bahwa 20 jumlah
opname di rumah sakit merupakan akibat dari ketidaktaatan pasien terhadap aturan
pengobatan Faktor yang mempengaruhi kepatuhan seseorang dalam berobat yaitu
faktor petugas faktor obat dan faktor penderita Karakteristik petugas yang
mempengaruhi kepatuhan antara lain jenis petugas tingkat pengetahuan lamanya
bekerja frekuensi penyuluhan yang dilakukan Faktor obat yang mempengaruhi
kepatuhan adalah pengobatan yang sulit dilakukan tidak menunjukkan kea rah
penyembuhan waktu yang lama adanya efek samping obat Faktor penderita yang
menyebabkan ketidakpatuhan adalah umur jenis kelamin pekerjaan anggota
keluarga saudara atau teman khusus 15
25 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan
Faktor-faktor yang mempengaruhi katidakpatuhan dapat digolongkan
menjadi empat bagian yaitu
1 Pemahaman tentang Instruksi
Tak seorang pun mematuhi instruksi jika ia salah paham tentang instruksi yang
diberikan kepadanyaLey dan Spelman (Ester 2000 ) Menemukan bahwa lebih
dari 60 yang diwawancarai setelah bertemu dengan dokter salah mengerti
tentang instruksi yang diberikan pada mereka kadang-kadang hal ini disebabkan
oleh kegagalan professional kesehatan dalam memberikan informasi yang
lengkap penggunaan istilah-istilah medis dan mbanyak memberikan instruksi
yang harus diingat oleh pasien
28
Pendekatan praktis untuk meningkatkan kepatuhan pasien ditemukan oleh
Dinicola dan Dimatteo yaitu
a) Buat instruksi tertulis yang jelas dan mudah diinterpretasikan
b) Berikan informasi tentang pengobatan sebelum menjelaskan hal-hal lain
c) Jika seseorang diberikan suatu daftar tertulis tenang hal-hal yang harus
diingat maka aka nada efek ldquokeunggulanrdquoyaitu mereka brusaha mengingat
hal-hal yang pertama kali ditulis
d) Insruksi-instruksi harus ditulis dengan bahasa umum ( Non medis ) dan hal-
hal yang perlu ditekankan 14
2 Kualitas Interaksi
Kualitas interaksi antara profrsional kesehatan dan pasien merupakan bagian yang
penting dalam menentukan derajat kepatuhan Meningkatkan interaksi
professional kesehatan dengan pasien adalah suatu hal penting untuk memberikan
umpan balik pada pasien setelah memperoleh informasi tentang diagnosis Pasien
membutuhkan penjelasan tentang kondisinya saat ini apa penyebabnya dan apa
yang dapat mereka lakukan dengan kondisi seperti itu
3 Isolasi sosial dan keluarga
Keluarga dapat menjadi factor yang sangat berpengaruh dalam menentukan
keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga menentukan tentang
program pengobatan yang dapat mereka terima Keluarga juga member dukungan
dan membuat keputusan mengenai perawatan dari anggota keluarga yang sakit
4 Keyakinan Sikap Kepribadian
Ahli psikologis telah menyelidiki tentang hubungan antar pengukuran-
pengukuran kepribadian dan kepatuhan Mereka menemukan bahwa data
kepribadian secara benar dibedakan antar orang yang putih drngan orang yang
gagal Orang-orang yang tidak patuh adalah orang-orang yang lebih mengalami
depresi anxietas sangat memperhatikan kesehatannya memiliki kekuatan ego
29
yang lebih lemah dan kehidupan sosialnya lebih memusatkan perhatian pada
dirinya sendiri Blumenthal et al mengatakan bahwa ciri-ciri kepribadian yang
disebutkan diatas itu yang menyebabkan seseorang cenderung tidak patuh ( drop
out) dari program pengobatan 14
Menurut Schwart dan Griffin Faktor yang berhubungan dengan
ketidaktaan secara sejarah riset tentang ketaan pasien didasarkan atas pandangan
tradisional mengenai pasien sebagai penerima nasihat dokter yang pasif dan patuh
Pasien yang tidak taat dipandang sebagai orang yang lalai dan masalahnya dianggap
sebagai masalah control Riset berusah untuk mengidentifikasi kelompok-kelompok
pasien yang tidak patuh berdasarkan kelas sosioekonomi pendidikan umur dan
jenis kelamin Pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan sepanjang bawah
pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif seperti penggunaan buku-buku
dan kaset oleh pasien secara mandiri Usaha-usaha ini sedikit berhasil seorang dapat
menjadi tidak taat kalau situasinya memungkinkan Teori-teori yang lebih baru
menekannkan factor situasional dan pasien sebagai peserta yang aktif dalam proses
pengobatannya Perilaku ketaatan sering diartikan sebagai usaha pasien untuk
mengendalikan perilakunya bahkan jika hal tersebut bias menimbulkan resiko
mengenai kesehatannya 15
Macam-macam faktor yang berkaitan dengan ketidaktaatan disebutkan
a Ciri-ciri kesakitan dan cirri-ciri pengobatan
Menurut Dickson dkk perilaku ketaatan lebih rendah untuk penyakit kronis
(karena tidak ada akibat buruk yang segera dirasakan atau resiko yang jelas )
saran mengenai gaya hidup umum dan kebiasaan yang lama pengobatan yang
kompleks pengobatan dengan efek samping perilaku yang tidak pantas
Menurut Sarafino tingkat ketaaatan rata-rata minum obat utnuk menyenbuhkan
kesakitan akut dengan pengobatan jangka pendek adalah sekitar 78 Untuk
kesakita kronis dengan cara pengobatan jangaka panjang tingkat tersebut menurun
sampai 54
b Komunikasi antara Pasien dan Dokter
Berbagai aspek komunikasi antara pasien dan dokter mempengaruhi tingkat
ketidaktaan misalnya informasi dengan pengawasan yang kurang
30
ketidakpuasan terhadap aspek hubungan emosional dengan dokter ketidak
puasan terhadap pengobatan yang diberikan
c Variabel-variabel sosial
Hubungan antara dukungan sosial dengan ketaatan telah dipelajari Secara umum
orang-orang yang merasa mereka menerima penghiburan perhatian dan
pertolongan yang mereka butuhkan dari seseorang atau kelompok biasanya
cenderung lebih mudah mengikuti nasihat medis daripada pasien yang kurang
mendapat dukungan sosial Jelaslah bahwa keluarga memainkan peranan yang
sangat penting dalam pengelolaan medis misalnya penggunaan pengaruh
normative pada pasien yang mungkin mengakibatkan efek yang memudahkan
atau menghambat perilaku ketaatan
d Ciri-ciri Individual
Variabel-variabel demografis juga digunakan untuk meramalkan ketidaktaatan
sebagai contoh Di Amerika Serikat kaum wanita kaum kulit putih dan orang
tua cenderung mengikuti anjuran dokter 15
Dalam proses penyembuhan penderita TB Paru dapat diberikan obat anti-
TB (OAT) yang diminum secara teratur sampai selesai dengan pengawasan
yangketat Masa pemberian obat memang cukup lama yaitu 6-8 bulan secara terus
menerus sehingga dapat mencegah penularan kepada orang lain Oleh sebab itu para
penderita TB jika ingin sembuh harus minum obat secara teratur Tanpa adanya
keteraturan minum obat penyakit sulit disembuhkan Jika tidak teratur minum obat
penyakitnya sukar diobati kuman TB dalam tubuh akan berkembang semakin banyak
dan menyerang organ tubuh lain yang akan membutuhkan waktu lebih lama untuk
dapat sembuh
26 Pengawasan Menelan Obat (PMO) 9
Salah satu komponen DOTS adalah pengobatan paduan OAT jangka
pendek dengan pengawasan langsung Untuk menjamin keteraturan pengobatan
diperlukan seorang PMO
31
a Persyaratan PMO
bull Seseorang yang dikenal dipercaya dan disetujui baik oleh petugas kesehatan
maupun pasien selain itu harus disegani dan dihormati oleh pasien
bull Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien
bull Bersedia membantu pasien dengan sukarela
bull Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan pasien
b Siapa yang bisa menjadi PMO
Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan misalnya Bidan di Desa Perawat
Pekarya Sanitarian Juru Immunisasi dan lain lain Bila tidak ada petugas
kesehatan yang memungkinkan PMO dapat berasal dari kader kesehatan guru
anggota PPTI PKK atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga
c Tugas seorang PMO
bull Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai
pengobatan
bull Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur
bull Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah
ditentukan
bull Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai gejala-
gejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke Unit Pelayanan
Kesehatan
Tugas seorang PMO bukanlah untuk mengganti kewajiban pasien mengambil
obatdari unit pelayanan kesehatan
d Informasi penting yang perlu dipahami PMO untuk disampaikan kepada pasien dan
keluarganya
bull TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur
32
bull TB bukan penyakit keturunan atau kutukan
bull Cara penularan TB gejala-gejala yang mencurigakan dan cara pencegahannya
bull Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan)
bull Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur
bull Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera meminta
pertolongan ke UPK
27 Penanggulangan TB 16
Rencana Global Penanggulangan TB
Rencana Global 2006-2015 mencakup enam elemen utama dalam strategi baru Stop
TB ndashWHO yang terdiri dari
1 Memperluas dan meningkatkan ekspansi DOTS yang berkualitas meningkatkan
penemuan kasus dan kesembuhan melalui pendekatan yangterfokus pada penderita
agar pelayanan DOTS yang berkualitas dapat menjangkau seluruh penderita
khususnya kelompok masyarakat yang miskin dan rentan
2 Menghadapi tantangan TBHIV MDR-TB dan tantangan lainnya dengan cara
meningkatkan kolaborasi TBHIV DOTS-Plus dan pendekatan lainnya
3 Berkontribusi dalam memperkuat sistem kesehatan melalui kerjasama dengan
berbagai program dan pelayanan kesehatan lainnya misalnya dalam memobilisasi
sumber daya manusia dan finansial untuk implementasi dan mengevaluasi
hasilnyaserta pertukaran informasi dalam keberhasilan pencapaian dalam program
penanggulangan TB
33
4 Melibatkan seluruh penyedia pelayanan kesehatan pemerintah lembaga swadaya
masyarakat (LSM) dan swasta dengan cara memperluas pendekatan berbasis
public-private mix (PPM) dengan menggunakan ISTC
5 Melibatkan penderita TB dan masyarakat untuk memberikan kontribusi dalam
penyediaan pelayanan yang efektif Hal ini meliputi perluasan pelayanan TB di
masyarakat menciptakan kebutuhan masyarakat akan pelayanan TB advokasi
yang spesifik komunikasi dan mobilisasi sosial serta mendukung pengembangan
piagam pasien TB dalam masyarakat dan
6 Memberdayakan dan meningkatkan penelitian operasional
28 Kerangka Konsep
Variabel Independent Variabel dependent
Karakteristik Individu
1Umur
2Jenis kelamin
3Pendidikan
4Pekerjaan
5Pengetahuan
6Efek samping OAT
7Tingkat kepatuhan
penderita dalam
pengobatan
Kesembuhan
34
Penderita TB paru
Faktor Pelayanan
kesehatan
1 Ketersediaan OAT
2 Sikap petugas kesehatan
3 LokasiJarak
4 Penyuluhan kesehatan
5 Kunjungan rumah
Faktor Peran PMO
Gambar Kerangka Konsep Penelitian
Definisi Konsep
1 Karakteristik individu adalah hal-hal yang melekat dalam diri penderita TB paru yang
mempengaruhi tingkat kapetuhan dalam melaksanakan program pengobatan dengan
strategi DOTS yang membedakan seseorang dengan yang lainnya meliputi umur jenis
kelamin pendidikan pekerjaan pengetahuan efek samping OAT tingkat kepatuhan
penderita dalam pengobatan
2 Faktor pelayanan kesehatan adalah penilaian dari penderita TB paru terhadap upaya yang
diselenggarakan oleh unit pelayanan kesehatan untuk menangani penderita TB paru
meliputi Ketersediaan OATsikap petugas kesehatan lokasijarak penyuluhan
kesehatan dan kunjungan rumah
3 Faktor Peran PMO ( Pengawasan Menelan Obat ) adalah penilaian dari penderita TB paru
terhadap hal-hal yang menjadi tugas dari seseorang pengawas menelan obat yang
mempengaruhi tingkat kepatuhan penderita TB paru dalam melaksanakan pengobatan
meliputi penyuluhan member dorongan meningkatkan dan mengawasi
35
4 Kesembuhan adalah pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan
pemeriksaan ulang dahak (follow up) menunjukkan hasil BTA negatif
29 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konsep di atas maka hipotesis penelitian ini adalah
1) Ada pengaruh karakteristik individu terhadap kesembuhan penderita TB paru
dalam pengobatan
2) Ada pengaruh pelayanan kesehatan terhadap kesembuhan penderita TB paru
dalam pengobatan
3) Ada pengaruh PMO terhadap kesembuhan penderita TB paru dalam pengobatan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
31 Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional yang
bertujuan untuk menjelaskan pengaruh karakteristik individu faktor pelayanan
kesehatan dan faktor Pengawas Menelan Obat (PMO) terhadap kesembuhan
penderita TB Paru dalam melaksanakan pengobatan di Puskesmas Grogol Petamburan
tahun 2011
32 Tempat dan Waktu Penelitian
36
Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Grogol Petamburan pada bulan
Januari sampai Februari tahun 2012
33 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang
sedang menjalankan pengobatan TB di Puskesmas Grogol
Petamburan mulai bulan OktobeR
34 Keriteria Inklusi dan Eksklusi
341 Keriteria Inklusi
342 Keriteria Eksklusi
35 Sampel
351 Besar Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang
mengikuti pengobatan dengan strategi DOTS di Puskesmas yang pada saat penelitian
sedang menjalani pengobatan dan seluruh penderita TB yang telah mendapat
pengobatan selama 6 bulan atau sedang dalam tahap lanjutan
Keterangan
n1 = Jumlah sampel minimal
37
n2 = Jumlah sampel ditambah substitusi 10 (substitusi adalah persen responden
yang mungkin drop out)
Z = Tingkat batas kepercayaan dengan = 5
Didapat Z pada kurva normal = 196
p = Proporsi variabel yang diteliti yaitu besarnya presentasi 50 )
q = 1 - p
L = Derajat kesalahan yang masih dapat diterima adalah 10
Berdasarkan rumus di atas didapatkan angka sebagai berikut
( Z )2 p q ( 196 )2 0505
n1 = ----------------- = ------------------------------ = 9604
L2 ( 01 )2
n2 = n1 + ( 10 n1 )
= 9604 + ( 10 9604)
= 9604 + 9604
= 10564 Dibulatkan 106
352 Teknik Pengambilan Sampel
36 Identifikasi Variabel
1 Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kesembuhan tb paru
2 Variabel independen adalah umur jenis kelamin pendidikan pekerjaan
pengetahuan efek samping OAT dan tingkat kepahuhan dari penderita TB
Selain itu faktor dari pelayanan kesehatan dan PMO juga ikut berperan
37 Cara Kerja
1 Membuat proposal penelitian tentang hubungan antara tingkat kepatuhan minum
OAT dengan tingkat kesembuhan penyakit TB di Puskesmas Kecamatan Grogol
Petamburan
38
2 Pengumpulan data sekunder dari Puskesmas Grogol Petamburan
3 Melakukan kunjungan ke rumah-rumah sampel di daerah RT terpilih untuk
pengumpulan data primer dengan memakai kuesioner dan wawancara responden
4 Data-data yang telah dikumpulkan akan dilakukan pengolahan berupa proses
editing verifikasi dan koding Selanjutnya dimasukkan dan diolah dengan
menggunakan program computer yaitu program SPSS
5 Terhadap data yang telah diolah kemudian dilakukan analisis sesuai dengan cara
uji statistik menggunakanhelliphellip Data diinterpretasi secara deskriptif korelatif
antar variabel ndash variabel yang telah ditentukan dan disajikan dalam bentuk
tekstular dan tabular
6 Hasil dari penelitian akan disusun dalam bentuk pelaporan penelitian yang
selanjutnya akan di presentasikan di hadapan staf pengajar program pendidikan
Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida
Wacana (FK UKRIDA) dalam forum pendidikan Ilmu Kedokteran Komunitas
Fakultas Kedokteran UKRIDA
38 Manajemen Data
381 Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder yaitu
1 Data primer diperoleh dengan wawancara langsung kepada penderita TB paru
dan petugas kesehatan program penanggulangan TB Paru yang berpedoman pada
kuisioner penelitian yang telah ditetapkan dam melakukan cross check
2 Data sekunder diperoleh dari laporan pelaksanaan program penanggulangan TB
Paru di Puskesmas kartu pengobatan TBC (formulir TB 01) dan Formulir
Permohonan Laboratorium TBC Untik Pemeriksaan Dahak (formulir TB 05)
382 Pengolahan Data
39
Aspek pengukuran
Aspek pengukuran variable bebas
Karakteristik individu
Aspek pengukuran variable karakteristik individu dapat dilihat pada tabel 31
Table 31 Aspek Pengukuran Variabel Karakteristik Individu
Karakteristik
individu
Kategori Skala Bobot nilai
Umur a 15-24 tahun
b 25-49 tahun
c gt 50 tahun
rasio
Jenis kelamin a Laki-laki
b Perempuan
Tingkat
pendidikan
a Tidak tamat SD
b SD
c SLTP
d SLTA
e Sarjana S1
Pekerjaan a Bekerja
b Tidak bekerja
Pengetahuan a Baik
b Sedang
c Bururk
Efek samping
OAT
a Ada
b Tidan ada
Faktor pelayanan kesehatan
Pengukuran faktor pelanan kesehatan meliputi ketersediaan OAT yang
diukur adalah yang diukur dengan 2 pertanyaan sikap petugas kesehatan diukur
dengan 8 pertanyaan lokasi jarak diukur dengan 3 pertanyaan penyuluhan kesehatan
diukur dengan 6 pertanyaan dan kunjungan rumah diukur dengan 2 pertanyaan
40
berdasarkan jawaban yang diberikan responden selanjutnya dikelompokkan menjadi
tiga (3) yaitu
a Baik jika faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan
penilaian yang baik karena kebutuhan yang diinginkan debagian besarnya
terpenuhi (nilai gt32)
b Sedang bila faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan
penilaian yang kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan responden hanay
sebagian saja yang terpenuhi (nilainya 17-32)
c Buruk bila faktor pelayanan pelayanan kesehatan yang diterima responden
menimbulkan penilaian yang tidak baik karena kebutuhan yang diinginka
responden sebagian besar tidak dipenuhi (nilainya lt17)
Faktor Pengawas Menelan Obat (PMO)
Faktor Pengawas Menelan Obat diukur dengan 5 pertanyaan yang
selanjutnya dibedakan atas 3 kategori yaitu
a Baik bila semua tugas yang diterima responden terlaksana dengan baik yaitu
mengawasi memberikan dorongan mengingatkan dan memberikan penyuluhan
(nilainya gt11)
b Sedang bila tugas PMO yang diterima responden sebagian saja yang terpenuhi
(nilainya 6-11)
c Buruk bila tugas PMO yang diterima responden tidak terlaksana dengan baik
(nilainya lt 6)
Aspek Pengukuran Variabel Terikan
Kepatuhan Pengobatan TB Paru
41
Aspek Pengukuran Variabel ini menggunakan skala interval yang diukur berdasarkan
tiga (3) kategori yaitu
Patuh apabila responden selalu menelan obat sesuai ketentuan petugas kesehatan
yaitu setiap hari pada tahap awal tiga kali seminggu pada tahap lanjutan dan
mengambil obat serta memeriksakan dahak sesuai jadwal dan menaati nasihat dari
petugas kesehatan ( bobot 3 )
Kurang patuh jika responden kadang-kadang menelan obat sesuai ketentuan
petugas kesehatan atau responden tidak menelan obat 2-8 minggu selama tahap
pengobatan lanjutan dan tidak memerisakan dahak sesuai jadwal yang telah
ditetapkan dan tidak selalu menaati nasihat dari petugas kesehatan (bobot 2 )
Tidak patuh jika responden tidak menelan obat sesuai ketentuan petugas
kesehatan atau responden tidak menelan obat lebih dari 8 minggu selama tahap
pengobatan lanjutan dan tidak mengambil obat serta tidak memeriksakan dahak
sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan tidak menaati nasihat petugas kesehatan
(bobot 1)
383 Penyajian Data
384 Analisis Data
385 Interpretasi Data
386 Pelaporan Data
39 Definisi Operasional
1 Umur adalah usia responden saat penelitian berdasarkan ulang tahun terakhir yang
dibedakan atas 3 (tiga) kategori berdasarkna Badan Pusat Statistik Kota Medan
42
tahun 2008 yaitu 1) orang muda 25-24 tahun 2) dewasa 24-49 tahun 3) orang
tua gt 50 tahun
2 Jenis kelamin adalah suatu karakteristik responden yang dibedakan identitasnya
dari laki-laki dan perempuan
3 Pendidikan adalah jenjang pendidikannyang berhasil ditamatkan responden yang
dibedakan atas tidak tamat SD SD SLTP SLTA Akademi Sarjana
4 Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh responden sebagai
pendapatan utama yang dibedakan atas kerja dan tidak bekerja
5 Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai penyakit
TB paru
6 Efek samping OAT adalah gejala keluhan yang diderita responden akiba menelan
OAT selama pengobatan
7 Ketersdediaan OAT adalah pandangan responden terhadap kondisi OAT
diperoleh dari puskesmas meliputi kecukupan jumlah OAT dan dan kualitasnya
8 Sikap petugas kesehatan adalah penilaian responden terhadap reaksi petugas
kesehatan kepada responden selama mereka menjalanin pengobatan
9 Lokasi jarak adalah pandangan responden tentang lama perjalanan dari tempat
tinggal responden ke Puskesmas yang diukur dengan jarak sarana transportasi
10 Penyuluhan kesehatan adalah pandangan responden tentang kegiatan yang
dilakukan oleh petugas kesehatan sehubungan dengan pengobatan TB Paru untuk
mencapai suatu keadaan dimana pederita TB Paru dapat hidup lebih sehat
11 Kunjungan rumah adalah pandangan responden tentang kegiatan yang dilakukan
petugas kesehatan selama masa pengobatan ke rumah responden
12 Faktor peran Pengawas Minum Obat (PMO) adalah pandangan responden tentang
tugas yang dilakasanakan oleh seorang PMO meliputi penyuluhan
13 Kepatuhan berobat adalah ketaan responden dalam menelan obat mengambil
obat dan melakukan pemeriksaan dahak sesuai jadwal yang telah ditentukan dan
menaati segala nasehat dari petugas kesehatan
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
1) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta
2) Perkumpulan Pemberantasan TB Indonesia 2011 TB di Indonesia Peringkat Dunia
Jakarta Diakses melalui situs httpwwwpptiinfoindexphpcomponentcontentarticle46-
arsip-ppti141-tbc-di-indonesia-peringkat-5-dunia Diakses pada tanggal 23 Januari 2012
44
3) Depkes dan WHO 2008 Lembar Fakta Tuberkulosis Jakarta
4) Dirjen P2M amp PLP 1997 Pengawasan Menelan Obat (PMO) adalah DOTS ala Indonesia
Jakarta
5) Amirudin R 2006 Faktor Keberhasilan Konversi pada Penderita TB Paru di Puskesmas
Jongaya Tahun 2006 Laporan Penelitian FKM Unhas Makasar
6) Aditama Tjandra Y 1994 Tuberkulosis Paru Masalah dan Penanggulangnya UI Press
Jakarta
7) Aru W Bambang S Idrus A dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Tuberkulosis
Paru Edisi IV FKUI Jakarta 2006 998-1004
8) Depkes RI 2002 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta
9) Depkes RI 2006 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta
10) Subijakto Hubungan Pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Berobat
Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Proposal Skripsi Jakarta 2011 Diakses pada
tanggal 20 Januari 2012
11) Aditama Tjandra Y 2002 Tuberkulosis Diagnosis Terapi dan Masalahnya Yayasan IDI
Jakarta
12) Notoatmodjo Soekidjo 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Penerbit Rineka Cipta
Jakarta
13) Simamora Jojor 2004 Faktor yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Berobat Penderita TB
Paru di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2004 Tesis Pascasarjana USU Medan
14) Ester Monica 2000 Psikologi Kesehatan Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
15) Bart Smet 1994 Psikologi Kesehatan PT Grasindo Jakarta
16) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta
45
malaise berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik demam meriang lebih dari satu
bulan9
Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain
tb seperti bronkiektasis bronkitis kronis asma kanker paru dan lain-lain Mengingat
prevalensi TB di Indonesia saat ini masih tinggi maka setiap orang yang datang ke
UPK dengan gejala tersebut diatas dianggap sebagai seorang tersangka (suspek)
pasien TB dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung9
216 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Tuberkulosis
Faktor ndash faktor yang mempengaruhi terhadap terjadinya TB antara lain
1 Harus ada sumber infeksi
Sumber infeksi dapat berasal dari penderita TB dengan BTA positif Penularan
dapat terjadi melalui dropet atau melalui pengunaan alat makan secara bergantian
tanpa dicuci yang digunakan oleh penderita TB dengan BTA positif tersebut
2 Jumlah basil penyebab harus cukup
Semakin banyak jumlah basil yang terhirup maka semakin besar kemungkinan
seseorang untuk mengidap TB
3 Virulensi yang tinggi dari basil TB
Apabila angka keaktifan kuman tinggi maka semakin cepat kuman TB
berkembang biak di dalam tubuh Selain itu masa inkubasi akan semakin cepat
4 Daya tahan tubuh yang rendah
Daya tahan tubuh yang menurun memungkinkan basil berkembang biak dan
menimbulkan penyakit tuberkulosis 10
217 Tipe Penderita TB Paru
Tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya Ada beberapa
tipe pasien yaitu
bull Kasus baru
13
Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan
OAT kurang dari satu bulan (4 minggu)
bull Kasus kambuh (Relaps)
Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan
tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap didiagnosis
kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur)
bull Kasus setelah putus berobat (Default )
Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA
positif
bull Kasus setelah gagal (failure)
Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi
positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan
bull Kasus Pindahan (Transfer In)
Adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki register TB lain untuk
melanjutkan pengobatannya
bull Kasus lain
Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas Dalam kelompok ini
termasuk Kasus Kronik yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif
setelah selesai pengobatan ulangan
Catatan
TB paru BTA negatif dan TB ekstra paru dapat juga mengalami kambuh gagal
default maupun menjadi kasus kronik Meskipun sangat jarang harus dibuktikan
secara patologik bakteriologik (biakan) radiologik dan pertimbangan medis
spesialistik9
218 Pemeriksaan Diagnostik
Untuk mengetahui adanya tuberkulosis dokter biasanya berpegang pada
tiga patokan utama Pertama hasil wawancaranya tentang keluhan pasien dan hasil
pemeriksaan yang dilakukan pada pasien yang disebut dengan anamnesis Kedua
14
hasil pemeriksaan laboratorium untuk menemukan adanya BTA pada spesimen
penderita
Pemeriksaan dahak mikroskopis 9
Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis menilai
keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan
Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis dilakukan dengan
mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang
berurutan berupa Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS)
S (sewaktu)
Dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung pertama kali Pada
saat pulang suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak pagi
pada hari kedua
P (Pagi)
Dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua segera setelah bangun tidur
Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di UPK
S (sewaktu)
Dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua saat menyerahkan dahak pagi
Adapun tujuan dari pemeriksaan dahak pada program penanggulangan TB
adalah
1 Menegakkan diagnosis dan menentukan tipe klasifikasi
2 Menilai kemajuan pengobatan
3 Menentukan tingkat penularan 8
Pemeriksaan ulang dahak untuk memantau kemajuan pengobatan
dilakukan pada
1 Akhir tahap intensif
15
Dilakukan seminggu sebelum akhir pengobatan penderita baru BTA positif
dengan kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-3 pengobatan ulang
penderita BTA positif kategori 2
2 Sebulan sebelum akhir pengobatan
Dilakukan seminggu sebelum akhir bulan ke-5 pengobatan penderita baru BTA
positif dengan kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-7 pengobatan
ulang penderita BTA positif dengan kategori 2
3 Akhir pengobatan
Dilakukan seminggu sebelum akhir bulan ke-6 pada penderita BTA positif dengan
kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-8 pengobatan ulang BTA positif
dengan kategori 2 8
Pemeriksaan dahak pada sebulan sebelum akhir pengobatan dan akhir
pengobatan bertujuan untuk menilai hasil pengobatan (apakah sembuh atau gagal)
219 Prinsip Pengobatan
Penatalaksanaan TB meliputi penemuan pasien dan pengobatan yang
dikelola dengan menggunakan strategi DOTS9
Tujuan utama pengobatan pasien TB adalah menurunkan angka kematian
dan kesakitan serta mencegah penularan dengan cara menyembuhkan pasien
Penatalaksanaan penyakit TB merupakan bagian dari surveilans penyakit tidak
sekedar memastikan pasien menelan obat sampai dinyatakan sembuh tetapi juga
berkaitan dengan pengelolaan sarana bantu yang dibutuhkan petugas yang terkait
pencatatan pelaporan evaluasi kegiatan dan rencana tindak lanjutnya9
Tabel 21 Jenis sifat dan dosis OAT
Dosis yang direkomendasikan (mgkg)
16
Jenis OAT Sifat Harian 3x seminggu
Isoniazid (H) Bakterisid 5
(4-6)
10
(8-12)
Rifampicin (R) Bakterisid 10
(8-12)
10
(8-12)
Pyrazinamide (Z) Bakterisid 25
(20-30)
35
(30-40)
Streptomycin (S) Bakterisid 15
(12-18)
15
(12-18)
Etambutol (E) Bakteriostatik 15
(15-20)
30
(20-35)
Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut 9
bull OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat dalam jumlah
cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan Jangan gunakan OAT
tunggal (monoterapi) Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT ndash KDT)
lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan
bull Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat dilakukan pengawasan langsung
(DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat
(PMO)
bull Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap yaitu tahap intensif dan lanjutan
Tahap awal (intensif) 9
- Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara
langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat
17
- Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat biasanya pasien
menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu
- Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2
bulan
Tahap Lanjutan 9
- Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit namun dalam jangka
waktu yang lebih lama
- Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah
terjadinya kekambuhan
2110 Panduan Penggunaan OAT di Indonesia9
Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis di Indonesia
- Kategori 1 2(HRZE)4(HR)3
- Kategori 2 2(HRZE)S(HRZE)5(HR)3E3
Disamping kedua kategori ini disediakan paduan obat sisipan (HRZE)
- Kategori Anak 2HRZ4HR
Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket
berupa obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT) sedangkan kategori anak sementara
ini disediakan dalam bentuk OAT kombipak
Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu
tablet Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien Paduan ini dikemas dalam
satu paket untuk satu pasien
Paket Kombipak
18
Terdiri dari obat lepas yang dikemas dalam satu paket yaitu Isoniasid
Rifampisin Pirazinamid dan Etambutol Paduan OAT ini disediakan program untuk
mengatasi pasien yang mengalami efek samping OAT KDT
Paduan OAT ini disediakan dalam bentuk paket dengan tujuan untuk
memudahkan pemberian obat dan menjamin kelangsungan (kontinuitas) pengobatan
sampai selesai
Satu (1) paket untuk satu (1) pasien dalam satu (1) masa pengobatan
KDT mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB
1 Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin efektifitas
obat dan mengurangi efek samping
2 Mencegah penggunaan obat tunggal sehinga menurunkan resiko terjadinya
resistensi obat ganda dan mengurangi kesalahan penulisan resep
3 Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat menjadi
sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien
Paduan OAT dan peruntukannya
19
1 Kategori-1 (2HRZE 4H3R3)
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru
1048707 Pasien baru TB paru BTA positif
1048707 Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif
1048707 Pasien TB ekstra paru
Tabel 22 Dosis untuk paduan OAT KDT untuk Kategori 1
Berat Badan
Tahap Intensif
tiap hari selama 56 hari
RHZE (15075400275)
Tahap Lanjutan
3 kali seminggu selama 16 minggu
RH (150150)
30-37 kg 2 tablet 4 KDT 2 tablet 4 KDT38-54 kg 3 tablet 4 KDT 3 tablet 4 KDT55-70 kg 4 tablet 4 KDT 4 tablet 4 KDTge 71 kg 5 tablet 4 KDT 5 tablet 4 KDT
2 Kategori -2 (2HRZES HRZE 5H3R3E3)
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya
1048707 Pasien kambuh
1048707 Pasien gagal
1048707 Pasien dengan pengobatan setelah default (terputus)
Tabel 23 Dosis untuk paduan OAT KDT Kategori 2
Berat Badan
Tahap Intensif
tiap hari
RHZE (15075400275) + S
Tahap Lanjutan
3 kali seminggu
RH (150150) + E (275)
Selama 56 hari Selama 28 hari Selama 20 minggu
30-37 kg 2 tablet 4 KDT + 500 mg Streptomisin inj
2 tablet 4 KDT 2 tablet 4 KDT+ 2 tab Etambutol
38-54 kg 3 tablet 4 KDT +750 mg Streptomisin inj
3 tablet 4 KDT 3 tablet 4 KDT+ 3 tab Etambutol
55-70 kg 4 tablet 4 KDT +1000 mg Streptomisin inj
4 tablet 4 KDT 4 tablet 4 KDT+ 4 tab Etambutol
ge 71 kg 5 tablet 4 KDT +1000 mg Streptomisin inj
5 tablet 4 KDT 5 tablet 4 KDT+ 5 tab Etambutol
Catatan
20
Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal untuk streptomisin adalah
500mg tanpa memperhatikan berat badan
Untuk perempuan hamil lihat pengobatan TB dalam keadaan khusus
Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan menambahkan aquabidest
sebanyak 37ml sehingga menjadi 4ml (1ml = 250mg)
3 OAT Sisipan (HRZE)
Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap intensif kategori 1 yang
diberikan selama sebulan (28 hari)
Tabel 24 Dosis KDT untuk Sisipan
Berat Badan Tahap Intensif tiap hari selama 28 hari
RHZE (15075400275)
30-37 kg 2 tablet 4 KDT38-54 kg 3 tablet 4 KDT55-70 kg 4 tablet 4 KDTge 71 kg 5 tablet 4 KDT
Penggunaan OAT lapis kedua misalnya golongan aminoglikosida (misalnya
kanamisin) dan golongan kuinolon tidak dianjurkan diberikan kepada pasien baru tanpa indikasi
yang jelas karena potensi obat tersebut jauh lebih rendah daripada OAT lapis pertama Di
samping itu dapat juga meningkatkan terjadinya risiko resistensi pada OAT lapis kedua
2111 Alur Diagnostik TB 9
21Suspek TB Paru
2112 Evaluasi Pengobatan
22
Pemeriksaan dahak mikroskopis (SPS = Sewaktu ndash Pagi ndash Sewaktu)
Hasil BTA+ - -
Hasil BTA- - -
Hasil BTA+ + ++ + +
Antibiotik Non-OAT
Tidak adaPerbaikan
Adaperbaikan
Pemeriksaan dahak mikroskopis
Foto toraks dan
Pertimbangan dokter
Hasil BTA+ + ++ + -+ _ _
Hasil BTA- - -
Foto toraks dan
Pertimbangan dokter
TB Bukan TB
Evaluasi Klinis
Biasanya pasien di control dalam 1 minggu pertama selanjutnya setiap 2 minggu
selama tahap intensif dan seterusnya sekali sebulan sampai akhir pengobatan
Secara klinis hendaknya terdapat perbaikan keluhan pasien seperti batuk yang
berkurang tidak ada batuk darah nafsu makan bertambah dan ada peningkatan
berat badan
Evaluasi Bakteriologis
Pemeriksaan dahak untuk menilai keberadaan kuman Biasanya setelah 2-3
minggu perngobatan sputum BTA mulai negatif Pemeriksaan control sputum
dilakukan sekali sebulan Bagi penderita dengan BTA positif setelah tahap
intensif akan mendapatkan pengobatan ulang Bila sudah negatif sputum
diperiksa tiga kali berturut-turut dan harus dikontrol agar tidak terjadi ldquosilent
bacterial sheddingrdquo yaitu terdapat sputum BTA positif tanpa disertai keluhan-
keluhan TB yang relevan
Evaluasi Radiologis
Evaluasi radiologis juga diperlukan untuk melihat kemajuan terapi Dengan
pemeriksaan radiologis dapat dilihat keadaan TB parunya atau adanya penyakit
lain yang menyertai Evaluasi foto dada dilakukan tiap 3 bulan sekali 10
2113 Efek Samping OAT
Sebagian besar penderita TB paru dapat menyelesaikan pengobatan tanpa
efek samping Namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping Oleh karena
itu pemantauan kemungkinan terjadinya efek samping sangat penting dilakukan
selama pengobatan Pemantauan dilakukan dengan cara menjelaskan kepada
penderita tanda-tanda efek samping dan menanyakan adanya gejala efek samping
pada waktu penderita mengambil OAT 8
Efek samping ringan dari OAT seperti tidak ada nafsu makanmual sakit
perut nyeri sendi kesemutan sampai dengan rasa terbakar di kaki dan warna
kemerahan pada air seni Efek samping berat dari OAT misalnya gatal dan
kemerahan kulit tuli gangguan keseimbanagn ikterus tanpa penyebab lain
bingung dan muntah-muntah gangguan penglihatan purpura dan syok 8
22 Strategi DOTS
23
Strategi DOTS adalah strategi penanggulaan TB paru nasional yang telah
direkomendasikan oleh WHO yang dimulai pelaksanaannya di Indonesia pada tahun
19951996 Sebelum pelaksanaan strategi DOTS (1969-1994) angka kesembutah TB
paru yang dapat dicapai oleh program hanya 40-60 saja Dengan strategi DOTS
diharapkan angka kesembuhan dapat dicapai minimal 85 dari penderita TB paru
BTA positif yang di temukan 11
Prinsip DOTS adalah mendekatkan pelayanan pengobatan terhadap
penderita agar secara langsung dapat mengawasi keteraturan menelan obat dan
melakukan pelacakan bila penderita tidak datang mengambil obat sesuai dengan yang
ditetapkan
Kalau diurai dari kata-katanya pengertian DOTS dapat dimulai dengan
keharusan setiap pengelola program TB intuk member direct attention dalam usaha
menemukan penderita Dalam bahasa lain ini diterjemahkan menjadi deteksi kasus
dengan pemeriksaan mikroskopik kendati sebenarnya pengertiannya dapat diperluas
dengan keharusan untuk mendeteksi kasus secara baik dan akurat Kemudian setiap
pasien harus di- observed dalam memakan obatnya setiap obat yang di telan pasien
harus di depan seorang pengawas Selain itu tentunya pasien harus menerima
treatment yang tertata dalam system pengelolaan distribusi dan penyediaan obat
secara baik Kemudian setiap pasien harus mendapat obat yang baik artinya
pengobatan short course standart yang telah terbukti ampuh secara klinik
Akhirnya harus ada dukungan dari pemerinyah yang membuat program
penanggulangan TB mendapat prioritas yang tinggi dalam pelayanan kesehatan 11
Strategi DOTS mempunyai lima komponen
1) Komitmen politits dari para pengambil keputusan termasuk dukungan dana
2) Diagnosa TB dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopik
3) Pengobatan dengan panduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) jangka pendek
dengan pengawasan langsung oleh pengawas Menelan Obat (PMO)
4) Kesinambungan perssediaan OAT jangka pendek dengan mutu terjamin
5) Pencatatan dan pelaporan secraa baku untuk memudahkan pemantauan dan
evaluasi program penanggulangan TB
23 Konsep Perilaku
24
Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor baik faktor internal
( dari dalam diri manusia ) maupun faktor eksternal ( dari luar diri manusia ) Faktor
internal ini terdiri dari faktor fisik dan psikis Faktor eksternal terdiri dari berbagai
faktor antara lain sosial budaya masyarakat lingkungan fisik politik ekonomi
pendidikan dan sebagainnya Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi
kesehatan baik individu kelompok maupun masyarakat dikelompokkan menjadi
empat ( Blum 1974 )
Konsep Blum menjelaskan bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh
1) Lingkungan yang mencakup lingkungan fisik sosial budaya politik ekonomi
dan sebagainnya
2) Perilaku
3) Pelayanan kesehatan
4) Keturunan ( hereditas )
Perilaku merupakan factor terbesar kedua setelah factor lingkungan yang
mempengaruhi derajat kesehatan Oleh sebab itu dalam rangka membina dan
meningkatkan kesehatan masyarakat maka intervensi atau upaya yang di tujukan
kepada faktor erilaku ini sangat strategis
Menurut Green perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama yakni 12
1) Faktor predisposisi ( predisposing factor )
Faktor ini mencakup pengetahuan sikap dan masyarakat terhadap kesehatan
tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
kesehatan sistem nilai yang dinut masyarakat tingkat pendidikan tingkat sosial
ekonomi dan sebagainya
2) Faktor Pemungkin ( Enabling factor )
Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan
bagi masyarakat misalnya air bersih tempat pembuangan tinja ketersediaan
makanan yang bergizi dan sebagainnya termasuk juga fasilitas kesehatan
seperti puskesmas rumah sakit posyandu dokter atau bidan praktek swasta dan
sebagainnya
3) Faktor penguat ( reinforcing factor )
25
Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat tokoh agama
sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan Termasuk juga di
sini undang-undang peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah
daerah yang terkait dengan kesehatan
Tim kerja dari WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang
berperilaku tertentu dikarenakan 4 ( empat ) alasan pokok yaitu
1) Pemikiran dan perasaan ( Thoughts and feeling )
Yakni dalam bentuk pengetahuan kepercayaan dan sikap Pengetahuan di
peroleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain sedangkan
kepercayaan biasanya diperoleh dari orang tua kakek atau nenek Seseorang
menerima kepercayaan itu berdasarkan keyankinan dan tanpa adanya pembuktian
terlebih dahulu Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap
objek dan seringnya diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang
lain yang paling dekat
2) Karakteristik Pendukung (enabling characteristics)
Karakteristik ini mencerminkan bahwa meskipun mempunyai predisposisi untuk
menggunakan pelayanan kesehatan ia tak akan bertindak menggunakannya
kecuali bial ia mampu menggunakannya Penggunaan pelayanan kesehatan yang
ada tergantung kepada kemampuan konsumen untuk membayar
3) Karakteristik kebutuhan (need characteristics)
Faktor predisposisi dan factor yang memungkinkan untuk mencari pengobatan
dapat terwujud di dalam tindakan apabila itu dirasakan sebagai kebutuhanDengan
kata lain kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan
pelayanan kesehatan bila mana tingkat predisposisi dan enabling itu ada
Kebutuhan (need) disisni di bagi menjadi dua ketegori dirasa atau preceived
( subject assessment) dan evaluated ( clinical diagnosis )
Menurut Skinner perilaku kesehatan adalah suatu respons
seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan
26
penyakit system pelayanan kesehatan makanan dan minimum serta lingkungan
Dari batasan ini perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 ( tiga)
kelompok yakni
1) Perilaku pemeliharaan kesehatan ( health maintenance)
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga
kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit Oleh
sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3(tiga) aspek yaitu
a Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit serta
pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit
b Perilaku peningkatan kesehatan apabila seseorang dalam keadaan sehat
c Perilaku gizi Makanan dan minimum dapat meningkatkan kesehatan
seseorang bahkan dapat mendatangkan penyakit Hal ini sangat tergantung
pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut
2) Perilaku pencarian pengobatan ( health behavior )
Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat
menderita penyakit dan atau kecelakaan Tindakan atau perilaku ini dimulai dari
mengobati sendiri ( self treatment) sampai mencari pengobatan keluar negeri
3) Perilaku kesehatan lingkungan
Adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan baik lingkungan fisik
maupun social budaya dan sebagainnya sehingga lingkungan tersebut tidak
mempengaruhi kesehatannya Dengan perkataan lain bagaimana seseorang
mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri
keluarga atau mesyarakatnya 12
24 Kepatuhan Berobat
Kepatuhan berasal dari kata ldquo patuh ldquo yang berarti taat suka menuruti
disiplin Kepatuhan menurut Trostle adalah tingkat perilaku penderita dalam
mengambil suatu tindakan pengobatan misalnya dalam menentukan kebiasaan
hidup sehat dan ketetapan berobat Dalam pengobatan seseorang dikatakan tidak
27
patuh apabila orang tersebut melalaikan kewajibannya berobat sehingga dapat
mengakibatkan terhalangnya kesembuhan 13
Menurut Sacket kepatuhan pasien adalah sejauh mana perilaku pasien
sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh professional kesehatan 14
Menurut Sarafino secara umum ketidaktaatan meningkatkan risiko
berkembangnya masalah kesehatan atau memperpanjang atau memperburuk
kesakitan yang sedang di derita Perkiraan yang ada menyatakan bahwa 20 jumlah
opname di rumah sakit merupakan akibat dari ketidaktaatan pasien terhadap aturan
pengobatan Faktor yang mempengaruhi kepatuhan seseorang dalam berobat yaitu
faktor petugas faktor obat dan faktor penderita Karakteristik petugas yang
mempengaruhi kepatuhan antara lain jenis petugas tingkat pengetahuan lamanya
bekerja frekuensi penyuluhan yang dilakukan Faktor obat yang mempengaruhi
kepatuhan adalah pengobatan yang sulit dilakukan tidak menunjukkan kea rah
penyembuhan waktu yang lama adanya efek samping obat Faktor penderita yang
menyebabkan ketidakpatuhan adalah umur jenis kelamin pekerjaan anggota
keluarga saudara atau teman khusus 15
25 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan
Faktor-faktor yang mempengaruhi katidakpatuhan dapat digolongkan
menjadi empat bagian yaitu
1 Pemahaman tentang Instruksi
Tak seorang pun mematuhi instruksi jika ia salah paham tentang instruksi yang
diberikan kepadanyaLey dan Spelman (Ester 2000 ) Menemukan bahwa lebih
dari 60 yang diwawancarai setelah bertemu dengan dokter salah mengerti
tentang instruksi yang diberikan pada mereka kadang-kadang hal ini disebabkan
oleh kegagalan professional kesehatan dalam memberikan informasi yang
lengkap penggunaan istilah-istilah medis dan mbanyak memberikan instruksi
yang harus diingat oleh pasien
28
Pendekatan praktis untuk meningkatkan kepatuhan pasien ditemukan oleh
Dinicola dan Dimatteo yaitu
a) Buat instruksi tertulis yang jelas dan mudah diinterpretasikan
b) Berikan informasi tentang pengobatan sebelum menjelaskan hal-hal lain
c) Jika seseorang diberikan suatu daftar tertulis tenang hal-hal yang harus
diingat maka aka nada efek ldquokeunggulanrdquoyaitu mereka brusaha mengingat
hal-hal yang pertama kali ditulis
d) Insruksi-instruksi harus ditulis dengan bahasa umum ( Non medis ) dan hal-
hal yang perlu ditekankan 14
2 Kualitas Interaksi
Kualitas interaksi antara profrsional kesehatan dan pasien merupakan bagian yang
penting dalam menentukan derajat kepatuhan Meningkatkan interaksi
professional kesehatan dengan pasien adalah suatu hal penting untuk memberikan
umpan balik pada pasien setelah memperoleh informasi tentang diagnosis Pasien
membutuhkan penjelasan tentang kondisinya saat ini apa penyebabnya dan apa
yang dapat mereka lakukan dengan kondisi seperti itu
3 Isolasi sosial dan keluarga
Keluarga dapat menjadi factor yang sangat berpengaruh dalam menentukan
keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga menentukan tentang
program pengobatan yang dapat mereka terima Keluarga juga member dukungan
dan membuat keputusan mengenai perawatan dari anggota keluarga yang sakit
4 Keyakinan Sikap Kepribadian
Ahli psikologis telah menyelidiki tentang hubungan antar pengukuran-
pengukuran kepribadian dan kepatuhan Mereka menemukan bahwa data
kepribadian secara benar dibedakan antar orang yang putih drngan orang yang
gagal Orang-orang yang tidak patuh adalah orang-orang yang lebih mengalami
depresi anxietas sangat memperhatikan kesehatannya memiliki kekuatan ego
29
yang lebih lemah dan kehidupan sosialnya lebih memusatkan perhatian pada
dirinya sendiri Blumenthal et al mengatakan bahwa ciri-ciri kepribadian yang
disebutkan diatas itu yang menyebabkan seseorang cenderung tidak patuh ( drop
out) dari program pengobatan 14
Menurut Schwart dan Griffin Faktor yang berhubungan dengan
ketidaktaan secara sejarah riset tentang ketaan pasien didasarkan atas pandangan
tradisional mengenai pasien sebagai penerima nasihat dokter yang pasif dan patuh
Pasien yang tidak taat dipandang sebagai orang yang lalai dan masalahnya dianggap
sebagai masalah control Riset berusah untuk mengidentifikasi kelompok-kelompok
pasien yang tidak patuh berdasarkan kelas sosioekonomi pendidikan umur dan
jenis kelamin Pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan sepanjang bawah
pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif seperti penggunaan buku-buku
dan kaset oleh pasien secara mandiri Usaha-usaha ini sedikit berhasil seorang dapat
menjadi tidak taat kalau situasinya memungkinkan Teori-teori yang lebih baru
menekannkan factor situasional dan pasien sebagai peserta yang aktif dalam proses
pengobatannya Perilaku ketaatan sering diartikan sebagai usaha pasien untuk
mengendalikan perilakunya bahkan jika hal tersebut bias menimbulkan resiko
mengenai kesehatannya 15
Macam-macam faktor yang berkaitan dengan ketidaktaatan disebutkan
a Ciri-ciri kesakitan dan cirri-ciri pengobatan
Menurut Dickson dkk perilaku ketaatan lebih rendah untuk penyakit kronis
(karena tidak ada akibat buruk yang segera dirasakan atau resiko yang jelas )
saran mengenai gaya hidup umum dan kebiasaan yang lama pengobatan yang
kompleks pengobatan dengan efek samping perilaku yang tidak pantas
Menurut Sarafino tingkat ketaaatan rata-rata minum obat utnuk menyenbuhkan
kesakitan akut dengan pengobatan jangka pendek adalah sekitar 78 Untuk
kesakita kronis dengan cara pengobatan jangaka panjang tingkat tersebut menurun
sampai 54
b Komunikasi antara Pasien dan Dokter
Berbagai aspek komunikasi antara pasien dan dokter mempengaruhi tingkat
ketidaktaan misalnya informasi dengan pengawasan yang kurang
30
ketidakpuasan terhadap aspek hubungan emosional dengan dokter ketidak
puasan terhadap pengobatan yang diberikan
c Variabel-variabel sosial
Hubungan antara dukungan sosial dengan ketaatan telah dipelajari Secara umum
orang-orang yang merasa mereka menerima penghiburan perhatian dan
pertolongan yang mereka butuhkan dari seseorang atau kelompok biasanya
cenderung lebih mudah mengikuti nasihat medis daripada pasien yang kurang
mendapat dukungan sosial Jelaslah bahwa keluarga memainkan peranan yang
sangat penting dalam pengelolaan medis misalnya penggunaan pengaruh
normative pada pasien yang mungkin mengakibatkan efek yang memudahkan
atau menghambat perilaku ketaatan
d Ciri-ciri Individual
Variabel-variabel demografis juga digunakan untuk meramalkan ketidaktaatan
sebagai contoh Di Amerika Serikat kaum wanita kaum kulit putih dan orang
tua cenderung mengikuti anjuran dokter 15
Dalam proses penyembuhan penderita TB Paru dapat diberikan obat anti-
TB (OAT) yang diminum secara teratur sampai selesai dengan pengawasan
yangketat Masa pemberian obat memang cukup lama yaitu 6-8 bulan secara terus
menerus sehingga dapat mencegah penularan kepada orang lain Oleh sebab itu para
penderita TB jika ingin sembuh harus minum obat secara teratur Tanpa adanya
keteraturan minum obat penyakit sulit disembuhkan Jika tidak teratur minum obat
penyakitnya sukar diobati kuman TB dalam tubuh akan berkembang semakin banyak
dan menyerang organ tubuh lain yang akan membutuhkan waktu lebih lama untuk
dapat sembuh
26 Pengawasan Menelan Obat (PMO) 9
Salah satu komponen DOTS adalah pengobatan paduan OAT jangka
pendek dengan pengawasan langsung Untuk menjamin keteraturan pengobatan
diperlukan seorang PMO
31
a Persyaratan PMO
bull Seseorang yang dikenal dipercaya dan disetujui baik oleh petugas kesehatan
maupun pasien selain itu harus disegani dan dihormati oleh pasien
bull Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien
bull Bersedia membantu pasien dengan sukarela
bull Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan pasien
b Siapa yang bisa menjadi PMO
Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan misalnya Bidan di Desa Perawat
Pekarya Sanitarian Juru Immunisasi dan lain lain Bila tidak ada petugas
kesehatan yang memungkinkan PMO dapat berasal dari kader kesehatan guru
anggota PPTI PKK atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga
c Tugas seorang PMO
bull Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai
pengobatan
bull Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur
bull Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah
ditentukan
bull Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai gejala-
gejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke Unit Pelayanan
Kesehatan
Tugas seorang PMO bukanlah untuk mengganti kewajiban pasien mengambil
obatdari unit pelayanan kesehatan
d Informasi penting yang perlu dipahami PMO untuk disampaikan kepada pasien dan
keluarganya
bull TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur
32
bull TB bukan penyakit keturunan atau kutukan
bull Cara penularan TB gejala-gejala yang mencurigakan dan cara pencegahannya
bull Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan)
bull Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur
bull Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera meminta
pertolongan ke UPK
27 Penanggulangan TB 16
Rencana Global Penanggulangan TB
Rencana Global 2006-2015 mencakup enam elemen utama dalam strategi baru Stop
TB ndashWHO yang terdiri dari
1 Memperluas dan meningkatkan ekspansi DOTS yang berkualitas meningkatkan
penemuan kasus dan kesembuhan melalui pendekatan yangterfokus pada penderita
agar pelayanan DOTS yang berkualitas dapat menjangkau seluruh penderita
khususnya kelompok masyarakat yang miskin dan rentan
2 Menghadapi tantangan TBHIV MDR-TB dan tantangan lainnya dengan cara
meningkatkan kolaborasi TBHIV DOTS-Plus dan pendekatan lainnya
3 Berkontribusi dalam memperkuat sistem kesehatan melalui kerjasama dengan
berbagai program dan pelayanan kesehatan lainnya misalnya dalam memobilisasi
sumber daya manusia dan finansial untuk implementasi dan mengevaluasi
hasilnyaserta pertukaran informasi dalam keberhasilan pencapaian dalam program
penanggulangan TB
33
4 Melibatkan seluruh penyedia pelayanan kesehatan pemerintah lembaga swadaya
masyarakat (LSM) dan swasta dengan cara memperluas pendekatan berbasis
public-private mix (PPM) dengan menggunakan ISTC
5 Melibatkan penderita TB dan masyarakat untuk memberikan kontribusi dalam
penyediaan pelayanan yang efektif Hal ini meliputi perluasan pelayanan TB di
masyarakat menciptakan kebutuhan masyarakat akan pelayanan TB advokasi
yang spesifik komunikasi dan mobilisasi sosial serta mendukung pengembangan
piagam pasien TB dalam masyarakat dan
6 Memberdayakan dan meningkatkan penelitian operasional
28 Kerangka Konsep
Variabel Independent Variabel dependent
Karakteristik Individu
1Umur
2Jenis kelamin
3Pendidikan
4Pekerjaan
5Pengetahuan
6Efek samping OAT
7Tingkat kepatuhan
penderita dalam
pengobatan
Kesembuhan
34
Penderita TB paru
Faktor Pelayanan
kesehatan
1 Ketersediaan OAT
2 Sikap petugas kesehatan
3 LokasiJarak
4 Penyuluhan kesehatan
5 Kunjungan rumah
Faktor Peran PMO
Gambar Kerangka Konsep Penelitian
Definisi Konsep
1 Karakteristik individu adalah hal-hal yang melekat dalam diri penderita TB paru yang
mempengaruhi tingkat kapetuhan dalam melaksanakan program pengobatan dengan
strategi DOTS yang membedakan seseorang dengan yang lainnya meliputi umur jenis
kelamin pendidikan pekerjaan pengetahuan efek samping OAT tingkat kepatuhan
penderita dalam pengobatan
2 Faktor pelayanan kesehatan adalah penilaian dari penderita TB paru terhadap upaya yang
diselenggarakan oleh unit pelayanan kesehatan untuk menangani penderita TB paru
meliputi Ketersediaan OATsikap petugas kesehatan lokasijarak penyuluhan
kesehatan dan kunjungan rumah
3 Faktor Peran PMO ( Pengawasan Menelan Obat ) adalah penilaian dari penderita TB paru
terhadap hal-hal yang menjadi tugas dari seseorang pengawas menelan obat yang
mempengaruhi tingkat kepatuhan penderita TB paru dalam melaksanakan pengobatan
meliputi penyuluhan member dorongan meningkatkan dan mengawasi
35
4 Kesembuhan adalah pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan
pemeriksaan ulang dahak (follow up) menunjukkan hasil BTA negatif
29 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konsep di atas maka hipotesis penelitian ini adalah
1) Ada pengaruh karakteristik individu terhadap kesembuhan penderita TB paru
dalam pengobatan
2) Ada pengaruh pelayanan kesehatan terhadap kesembuhan penderita TB paru
dalam pengobatan
3) Ada pengaruh PMO terhadap kesembuhan penderita TB paru dalam pengobatan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
31 Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional yang
bertujuan untuk menjelaskan pengaruh karakteristik individu faktor pelayanan
kesehatan dan faktor Pengawas Menelan Obat (PMO) terhadap kesembuhan
penderita TB Paru dalam melaksanakan pengobatan di Puskesmas Grogol Petamburan
tahun 2011
32 Tempat dan Waktu Penelitian
36
Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Grogol Petamburan pada bulan
Januari sampai Februari tahun 2012
33 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang
sedang menjalankan pengobatan TB di Puskesmas Grogol
Petamburan mulai bulan OktobeR
34 Keriteria Inklusi dan Eksklusi
341 Keriteria Inklusi
342 Keriteria Eksklusi
35 Sampel
351 Besar Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang
mengikuti pengobatan dengan strategi DOTS di Puskesmas yang pada saat penelitian
sedang menjalani pengobatan dan seluruh penderita TB yang telah mendapat
pengobatan selama 6 bulan atau sedang dalam tahap lanjutan
Keterangan
n1 = Jumlah sampel minimal
37
n2 = Jumlah sampel ditambah substitusi 10 (substitusi adalah persen responden
yang mungkin drop out)
Z = Tingkat batas kepercayaan dengan = 5
Didapat Z pada kurva normal = 196
p = Proporsi variabel yang diteliti yaitu besarnya presentasi 50 )
q = 1 - p
L = Derajat kesalahan yang masih dapat diterima adalah 10
Berdasarkan rumus di atas didapatkan angka sebagai berikut
( Z )2 p q ( 196 )2 0505
n1 = ----------------- = ------------------------------ = 9604
L2 ( 01 )2
n2 = n1 + ( 10 n1 )
= 9604 + ( 10 9604)
= 9604 + 9604
= 10564 Dibulatkan 106
352 Teknik Pengambilan Sampel
36 Identifikasi Variabel
1 Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kesembuhan tb paru
2 Variabel independen adalah umur jenis kelamin pendidikan pekerjaan
pengetahuan efek samping OAT dan tingkat kepahuhan dari penderita TB
Selain itu faktor dari pelayanan kesehatan dan PMO juga ikut berperan
37 Cara Kerja
1 Membuat proposal penelitian tentang hubungan antara tingkat kepatuhan minum
OAT dengan tingkat kesembuhan penyakit TB di Puskesmas Kecamatan Grogol
Petamburan
38
2 Pengumpulan data sekunder dari Puskesmas Grogol Petamburan
3 Melakukan kunjungan ke rumah-rumah sampel di daerah RT terpilih untuk
pengumpulan data primer dengan memakai kuesioner dan wawancara responden
4 Data-data yang telah dikumpulkan akan dilakukan pengolahan berupa proses
editing verifikasi dan koding Selanjutnya dimasukkan dan diolah dengan
menggunakan program computer yaitu program SPSS
5 Terhadap data yang telah diolah kemudian dilakukan analisis sesuai dengan cara
uji statistik menggunakanhelliphellip Data diinterpretasi secara deskriptif korelatif
antar variabel ndash variabel yang telah ditentukan dan disajikan dalam bentuk
tekstular dan tabular
6 Hasil dari penelitian akan disusun dalam bentuk pelaporan penelitian yang
selanjutnya akan di presentasikan di hadapan staf pengajar program pendidikan
Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida
Wacana (FK UKRIDA) dalam forum pendidikan Ilmu Kedokteran Komunitas
Fakultas Kedokteran UKRIDA
38 Manajemen Data
381 Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder yaitu
1 Data primer diperoleh dengan wawancara langsung kepada penderita TB paru
dan petugas kesehatan program penanggulangan TB Paru yang berpedoman pada
kuisioner penelitian yang telah ditetapkan dam melakukan cross check
2 Data sekunder diperoleh dari laporan pelaksanaan program penanggulangan TB
Paru di Puskesmas kartu pengobatan TBC (formulir TB 01) dan Formulir
Permohonan Laboratorium TBC Untik Pemeriksaan Dahak (formulir TB 05)
382 Pengolahan Data
39
Aspek pengukuran
Aspek pengukuran variable bebas
Karakteristik individu
Aspek pengukuran variable karakteristik individu dapat dilihat pada tabel 31
Table 31 Aspek Pengukuran Variabel Karakteristik Individu
Karakteristik
individu
Kategori Skala Bobot nilai
Umur a 15-24 tahun
b 25-49 tahun
c gt 50 tahun
rasio
Jenis kelamin a Laki-laki
b Perempuan
Tingkat
pendidikan
a Tidak tamat SD
b SD
c SLTP
d SLTA
e Sarjana S1
Pekerjaan a Bekerja
b Tidak bekerja
Pengetahuan a Baik
b Sedang
c Bururk
Efek samping
OAT
a Ada
b Tidan ada
Faktor pelayanan kesehatan
Pengukuran faktor pelanan kesehatan meliputi ketersediaan OAT yang
diukur adalah yang diukur dengan 2 pertanyaan sikap petugas kesehatan diukur
dengan 8 pertanyaan lokasi jarak diukur dengan 3 pertanyaan penyuluhan kesehatan
diukur dengan 6 pertanyaan dan kunjungan rumah diukur dengan 2 pertanyaan
40
berdasarkan jawaban yang diberikan responden selanjutnya dikelompokkan menjadi
tiga (3) yaitu
a Baik jika faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan
penilaian yang baik karena kebutuhan yang diinginkan debagian besarnya
terpenuhi (nilai gt32)
b Sedang bila faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan
penilaian yang kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan responden hanay
sebagian saja yang terpenuhi (nilainya 17-32)
c Buruk bila faktor pelayanan pelayanan kesehatan yang diterima responden
menimbulkan penilaian yang tidak baik karena kebutuhan yang diinginka
responden sebagian besar tidak dipenuhi (nilainya lt17)
Faktor Pengawas Menelan Obat (PMO)
Faktor Pengawas Menelan Obat diukur dengan 5 pertanyaan yang
selanjutnya dibedakan atas 3 kategori yaitu
a Baik bila semua tugas yang diterima responden terlaksana dengan baik yaitu
mengawasi memberikan dorongan mengingatkan dan memberikan penyuluhan
(nilainya gt11)
b Sedang bila tugas PMO yang diterima responden sebagian saja yang terpenuhi
(nilainya 6-11)
c Buruk bila tugas PMO yang diterima responden tidak terlaksana dengan baik
(nilainya lt 6)
Aspek Pengukuran Variabel Terikan
Kepatuhan Pengobatan TB Paru
41
Aspek Pengukuran Variabel ini menggunakan skala interval yang diukur berdasarkan
tiga (3) kategori yaitu
Patuh apabila responden selalu menelan obat sesuai ketentuan petugas kesehatan
yaitu setiap hari pada tahap awal tiga kali seminggu pada tahap lanjutan dan
mengambil obat serta memeriksakan dahak sesuai jadwal dan menaati nasihat dari
petugas kesehatan ( bobot 3 )
Kurang patuh jika responden kadang-kadang menelan obat sesuai ketentuan
petugas kesehatan atau responden tidak menelan obat 2-8 minggu selama tahap
pengobatan lanjutan dan tidak memerisakan dahak sesuai jadwal yang telah
ditetapkan dan tidak selalu menaati nasihat dari petugas kesehatan (bobot 2 )
Tidak patuh jika responden tidak menelan obat sesuai ketentuan petugas
kesehatan atau responden tidak menelan obat lebih dari 8 minggu selama tahap
pengobatan lanjutan dan tidak mengambil obat serta tidak memeriksakan dahak
sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan tidak menaati nasihat petugas kesehatan
(bobot 1)
383 Penyajian Data
384 Analisis Data
385 Interpretasi Data
386 Pelaporan Data
39 Definisi Operasional
1 Umur adalah usia responden saat penelitian berdasarkan ulang tahun terakhir yang
dibedakan atas 3 (tiga) kategori berdasarkna Badan Pusat Statistik Kota Medan
42
tahun 2008 yaitu 1) orang muda 25-24 tahun 2) dewasa 24-49 tahun 3) orang
tua gt 50 tahun
2 Jenis kelamin adalah suatu karakteristik responden yang dibedakan identitasnya
dari laki-laki dan perempuan
3 Pendidikan adalah jenjang pendidikannyang berhasil ditamatkan responden yang
dibedakan atas tidak tamat SD SD SLTP SLTA Akademi Sarjana
4 Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh responden sebagai
pendapatan utama yang dibedakan atas kerja dan tidak bekerja
5 Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai penyakit
TB paru
6 Efek samping OAT adalah gejala keluhan yang diderita responden akiba menelan
OAT selama pengobatan
7 Ketersdediaan OAT adalah pandangan responden terhadap kondisi OAT
diperoleh dari puskesmas meliputi kecukupan jumlah OAT dan dan kualitasnya
8 Sikap petugas kesehatan adalah penilaian responden terhadap reaksi petugas
kesehatan kepada responden selama mereka menjalanin pengobatan
9 Lokasi jarak adalah pandangan responden tentang lama perjalanan dari tempat
tinggal responden ke Puskesmas yang diukur dengan jarak sarana transportasi
10 Penyuluhan kesehatan adalah pandangan responden tentang kegiatan yang
dilakukan oleh petugas kesehatan sehubungan dengan pengobatan TB Paru untuk
mencapai suatu keadaan dimana pederita TB Paru dapat hidup lebih sehat
11 Kunjungan rumah adalah pandangan responden tentang kegiatan yang dilakukan
petugas kesehatan selama masa pengobatan ke rumah responden
12 Faktor peran Pengawas Minum Obat (PMO) adalah pandangan responden tentang
tugas yang dilakasanakan oleh seorang PMO meliputi penyuluhan
13 Kepatuhan berobat adalah ketaan responden dalam menelan obat mengambil
obat dan melakukan pemeriksaan dahak sesuai jadwal yang telah ditentukan dan
menaati segala nasehat dari petugas kesehatan
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
1) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta
2) Perkumpulan Pemberantasan TB Indonesia 2011 TB di Indonesia Peringkat Dunia
Jakarta Diakses melalui situs httpwwwpptiinfoindexphpcomponentcontentarticle46-
arsip-ppti141-tbc-di-indonesia-peringkat-5-dunia Diakses pada tanggal 23 Januari 2012
44
3) Depkes dan WHO 2008 Lembar Fakta Tuberkulosis Jakarta
4) Dirjen P2M amp PLP 1997 Pengawasan Menelan Obat (PMO) adalah DOTS ala Indonesia
Jakarta
5) Amirudin R 2006 Faktor Keberhasilan Konversi pada Penderita TB Paru di Puskesmas
Jongaya Tahun 2006 Laporan Penelitian FKM Unhas Makasar
6) Aditama Tjandra Y 1994 Tuberkulosis Paru Masalah dan Penanggulangnya UI Press
Jakarta
7) Aru W Bambang S Idrus A dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Tuberkulosis
Paru Edisi IV FKUI Jakarta 2006 998-1004
8) Depkes RI 2002 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta
9) Depkes RI 2006 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta
10) Subijakto Hubungan Pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Berobat
Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Proposal Skripsi Jakarta 2011 Diakses pada
tanggal 20 Januari 2012
11) Aditama Tjandra Y 2002 Tuberkulosis Diagnosis Terapi dan Masalahnya Yayasan IDI
Jakarta
12) Notoatmodjo Soekidjo 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Penerbit Rineka Cipta
Jakarta
13) Simamora Jojor 2004 Faktor yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Berobat Penderita TB
Paru di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2004 Tesis Pascasarjana USU Medan
14) Ester Monica 2000 Psikologi Kesehatan Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
15) Bart Smet 1994 Psikologi Kesehatan PT Grasindo Jakarta
16) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta
45
Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan
OAT kurang dari satu bulan (4 minggu)
bull Kasus kambuh (Relaps)
Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan
tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap didiagnosis
kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur)
bull Kasus setelah putus berobat (Default )
Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA
positif
bull Kasus setelah gagal (failure)
Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi
positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan
bull Kasus Pindahan (Transfer In)
Adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki register TB lain untuk
melanjutkan pengobatannya
bull Kasus lain
Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas Dalam kelompok ini
termasuk Kasus Kronik yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif
setelah selesai pengobatan ulangan
Catatan
TB paru BTA negatif dan TB ekstra paru dapat juga mengalami kambuh gagal
default maupun menjadi kasus kronik Meskipun sangat jarang harus dibuktikan
secara patologik bakteriologik (biakan) radiologik dan pertimbangan medis
spesialistik9
218 Pemeriksaan Diagnostik
Untuk mengetahui adanya tuberkulosis dokter biasanya berpegang pada
tiga patokan utama Pertama hasil wawancaranya tentang keluhan pasien dan hasil
pemeriksaan yang dilakukan pada pasien yang disebut dengan anamnesis Kedua
14
hasil pemeriksaan laboratorium untuk menemukan adanya BTA pada spesimen
penderita
Pemeriksaan dahak mikroskopis 9
Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis menilai
keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan
Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis dilakukan dengan
mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang
berurutan berupa Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS)
S (sewaktu)
Dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung pertama kali Pada
saat pulang suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak pagi
pada hari kedua
P (Pagi)
Dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua segera setelah bangun tidur
Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di UPK
S (sewaktu)
Dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua saat menyerahkan dahak pagi
Adapun tujuan dari pemeriksaan dahak pada program penanggulangan TB
adalah
1 Menegakkan diagnosis dan menentukan tipe klasifikasi
2 Menilai kemajuan pengobatan
3 Menentukan tingkat penularan 8
Pemeriksaan ulang dahak untuk memantau kemajuan pengobatan
dilakukan pada
1 Akhir tahap intensif
15
Dilakukan seminggu sebelum akhir pengobatan penderita baru BTA positif
dengan kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-3 pengobatan ulang
penderita BTA positif kategori 2
2 Sebulan sebelum akhir pengobatan
Dilakukan seminggu sebelum akhir bulan ke-5 pengobatan penderita baru BTA
positif dengan kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-7 pengobatan
ulang penderita BTA positif dengan kategori 2
3 Akhir pengobatan
Dilakukan seminggu sebelum akhir bulan ke-6 pada penderita BTA positif dengan
kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-8 pengobatan ulang BTA positif
dengan kategori 2 8
Pemeriksaan dahak pada sebulan sebelum akhir pengobatan dan akhir
pengobatan bertujuan untuk menilai hasil pengobatan (apakah sembuh atau gagal)
219 Prinsip Pengobatan
Penatalaksanaan TB meliputi penemuan pasien dan pengobatan yang
dikelola dengan menggunakan strategi DOTS9
Tujuan utama pengobatan pasien TB adalah menurunkan angka kematian
dan kesakitan serta mencegah penularan dengan cara menyembuhkan pasien
Penatalaksanaan penyakit TB merupakan bagian dari surveilans penyakit tidak
sekedar memastikan pasien menelan obat sampai dinyatakan sembuh tetapi juga
berkaitan dengan pengelolaan sarana bantu yang dibutuhkan petugas yang terkait
pencatatan pelaporan evaluasi kegiatan dan rencana tindak lanjutnya9
Tabel 21 Jenis sifat dan dosis OAT
Dosis yang direkomendasikan (mgkg)
16
Jenis OAT Sifat Harian 3x seminggu
Isoniazid (H) Bakterisid 5
(4-6)
10
(8-12)
Rifampicin (R) Bakterisid 10
(8-12)
10
(8-12)
Pyrazinamide (Z) Bakterisid 25
(20-30)
35
(30-40)
Streptomycin (S) Bakterisid 15
(12-18)
15
(12-18)
Etambutol (E) Bakteriostatik 15
(15-20)
30
(20-35)
Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut 9
bull OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat dalam jumlah
cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan Jangan gunakan OAT
tunggal (monoterapi) Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT ndash KDT)
lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan
bull Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat dilakukan pengawasan langsung
(DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat
(PMO)
bull Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap yaitu tahap intensif dan lanjutan
Tahap awal (intensif) 9
- Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara
langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat
17
- Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat biasanya pasien
menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu
- Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2
bulan
Tahap Lanjutan 9
- Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit namun dalam jangka
waktu yang lebih lama
- Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah
terjadinya kekambuhan
2110 Panduan Penggunaan OAT di Indonesia9
Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis di Indonesia
- Kategori 1 2(HRZE)4(HR)3
- Kategori 2 2(HRZE)S(HRZE)5(HR)3E3
Disamping kedua kategori ini disediakan paduan obat sisipan (HRZE)
- Kategori Anak 2HRZ4HR
Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket
berupa obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT) sedangkan kategori anak sementara
ini disediakan dalam bentuk OAT kombipak
Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu
tablet Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien Paduan ini dikemas dalam
satu paket untuk satu pasien
Paket Kombipak
18
Terdiri dari obat lepas yang dikemas dalam satu paket yaitu Isoniasid
Rifampisin Pirazinamid dan Etambutol Paduan OAT ini disediakan program untuk
mengatasi pasien yang mengalami efek samping OAT KDT
Paduan OAT ini disediakan dalam bentuk paket dengan tujuan untuk
memudahkan pemberian obat dan menjamin kelangsungan (kontinuitas) pengobatan
sampai selesai
Satu (1) paket untuk satu (1) pasien dalam satu (1) masa pengobatan
KDT mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB
1 Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin efektifitas
obat dan mengurangi efek samping
2 Mencegah penggunaan obat tunggal sehinga menurunkan resiko terjadinya
resistensi obat ganda dan mengurangi kesalahan penulisan resep
3 Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat menjadi
sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien
Paduan OAT dan peruntukannya
19
1 Kategori-1 (2HRZE 4H3R3)
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru
1048707 Pasien baru TB paru BTA positif
1048707 Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif
1048707 Pasien TB ekstra paru
Tabel 22 Dosis untuk paduan OAT KDT untuk Kategori 1
Berat Badan
Tahap Intensif
tiap hari selama 56 hari
RHZE (15075400275)
Tahap Lanjutan
3 kali seminggu selama 16 minggu
RH (150150)
30-37 kg 2 tablet 4 KDT 2 tablet 4 KDT38-54 kg 3 tablet 4 KDT 3 tablet 4 KDT55-70 kg 4 tablet 4 KDT 4 tablet 4 KDTge 71 kg 5 tablet 4 KDT 5 tablet 4 KDT
2 Kategori -2 (2HRZES HRZE 5H3R3E3)
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya
1048707 Pasien kambuh
1048707 Pasien gagal
1048707 Pasien dengan pengobatan setelah default (terputus)
Tabel 23 Dosis untuk paduan OAT KDT Kategori 2
Berat Badan
Tahap Intensif
tiap hari
RHZE (15075400275) + S
Tahap Lanjutan
3 kali seminggu
RH (150150) + E (275)
Selama 56 hari Selama 28 hari Selama 20 minggu
30-37 kg 2 tablet 4 KDT + 500 mg Streptomisin inj
2 tablet 4 KDT 2 tablet 4 KDT+ 2 tab Etambutol
38-54 kg 3 tablet 4 KDT +750 mg Streptomisin inj
3 tablet 4 KDT 3 tablet 4 KDT+ 3 tab Etambutol
55-70 kg 4 tablet 4 KDT +1000 mg Streptomisin inj
4 tablet 4 KDT 4 tablet 4 KDT+ 4 tab Etambutol
ge 71 kg 5 tablet 4 KDT +1000 mg Streptomisin inj
5 tablet 4 KDT 5 tablet 4 KDT+ 5 tab Etambutol
Catatan
20
Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal untuk streptomisin adalah
500mg tanpa memperhatikan berat badan
Untuk perempuan hamil lihat pengobatan TB dalam keadaan khusus
Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan menambahkan aquabidest
sebanyak 37ml sehingga menjadi 4ml (1ml = 250mg)
3 OAT Sisipan (HRZE)
Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap intensif kategori 1 yang
diberikan selama sebulan (28 hari)
Tabel 24 Dosis KDT untuk Sisipan
Berat Badan Tahap Intensif tiap hari selama 28 hari
RHZE (15075400275)
30-37 kg 2 tablet 4 KDT38-54 kg 3 tablet 4 KDT55-70 kg 4 tablet 4 KDTge 71 kg 5 tablet 4 KDT
Penggunaan OAT lapis kedua misalnya golongan aminoglikosida (misalnya
kanamisin) dan golongan kuinolon tidak dianjurkan diberikan kepada pasien baru tanpa indikasi
yang jelas karena potensi obat tersebut jauh lebih rendah daripada OAT lapis pertama Di
samping itu dapat juga meningkatkan terjadinya risiko resistensi pada OAT lapis kedua
2111 Alur Diagnostik TB 9
21Suspek TB Paru
2112 Evaluasi Pengobatan
22
Pemeriksaan dahak mikroskopis (SPS = Sewaktu ndash Pagi ndash Sewaktu)
Hasil BTA+ - -
Hasil BTA- - -
Hasil BTA+ + ++ + +
Antibiotik Non-OAT
Tidak adaPerbaikan
Adaperbaikan
Pemeriksaan dahak mikroskopis
Foto toraks dan
Pertimbangan dokter
Hasil BTA+ + ++ + -+ _ _
Hasil BTA- - -
Foto toraks dan
Pertimbangan dokter
TB Bukan TB
Evaluasi Klinis
Biasanya pasien di control dalam 1 minggu pertama selanjutnya setiap 2 minggu
selama tahap intensif dan seterusnya sekali sebulan sampai akhir pengobatan
Secara klinis hendaknya terdapat perbaikan keluhan pasien seperti batuk yang
berkurang tidak ada batuk darah nafsu makan bertambah dan ada peningkatan
berat badan
Evaluasi Bakteriologis
Pemeriksaan dahak untuk menilai keberadaan kuman Biasanya setelah 2-3
minggu perngobatan sputum BTA mulai negatif Pemeriksaan control sputum
dilakukan sekali sebulan Bagi penderita dengan BTA positif setelah tahap
intensif akan mendapatkan pengobatan ulang Bila sudah negatif sputum
diperiksa tiga kali berturut-turut dan harus dikontrol agar tidak terjadi ldquosilent
bacterial sheddingrdquo yaitu terdapat sputum BTA positif tanpa disertai keluhan-
keluhan TB yang relevan
Evaluasi Radiologis
Evaluasi radiologis juga diperlukan untuk melihat kemajuan terapi Dengan
pemeriksaan radiologis dapat dilihat keadaan TB parunya atau adanya penyakit
lain yang menyertai Evaluasi foto dada dilakukan tiap 3 bulan sekali 10
2113 Efek Samping OAT
Sebagian besar penderita TB paru dapat menyelesaikan pengobatan tanpa
efek samping Namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping Oleh karena
itu pemantauan kemungkinan terjadinya efek samping sangat penting dilakukan
selama pengobatan Pemantauan dilakukan dengan cara menjelaskan kepada
penderita tanda-tanda efek samping dan menanyakan adanya gejala efek samping
pada waktu penderita mengambil OAT 8
Efek samping ringan dari OAT seperti tidak ada nafsu makanmual sakit
perut nyeri sendi kesemutan sampai dengan rasa terbakar di kaki dan warna
kemerahan pada air seni Efek samping berat dari OAT misalnya gatal dan
kemerahan kulit tuli gangguan keseimbanagn ikterus tanpa penyebab lain
bingung dan muntah-muntah gangguan penglihatan purpura dan syok 8
22 Strategi DOTS
23
Strategi DOTS adalah strategi penanggulaan TB paru nasional yang telah
direkomendasikan oleh WHO yang dimulai pelaksanaannya di Indonesia pada tahun
19951996 Sebelum pelaksanaan strategi DOTS (1969-1994) angka kesembutah TB
paru yang dapat dicapai oleh program hanya 40-60 saja Dengan strategi DOTS
diharapkan angka kesembuhan dapat dicapai minimal 85 dari penderita TB paru
BTA positif yang di temukan 11
Prinsip DOTS adalah mendekatkan pelayanan pengobatan terhadap
penderita agar secara langsung dapat mengawasi keteraturan menelan obat dan
melakukan pelacakan bila penderita tidak datang mengambil obat sesuai dengan yang
ditetapkan
Kalau diurai dari kata-katanya pengertian DOTS dapat dimulai dengan
keharusan setiap pengelola program TB intuk member direct attention dalam usaha
menemukan penderita Dalam bahasa lain ini diterjemahkan menjadi deteksi kasus
dengan pemeriksaan mikroskopik kendati sebenarnya pengertiannya dapat diperluas
dengan keharusan untuk mendeteksi kasus secara baik dan akurat Kemudian setiap
pasien harus di- observed dalam memakan obatnya setiap obat yang di telan pasien
harus di depan seorang pengawas Selain itu tentunya pasien harus menerima
treatment yang tertata dalam system pengelolaan distribusi dan penyediaan obat
secara baik Kemudian setiap pasien harus mendapat obat yang baik artinya
pengobatan short course standart yang telah terbukti ampuh secara klinik
Akhirnya harus ada dukungan dari pemerinyah yang membuat program
penanggulangan TB mendapat prioritas yang tinggi dalam pelayanan kesehatan 11
Strategi DOTS mempunyai lima komponen
1) Komitmen politits dari para pengambil keputusan termasuk dukungan dana
2) Diagnosa TB dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopik
3) Pengobatan dengan panduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) jangka pendek
dengan pengawasan langsung oleh pengawas Menelan Obat (PMO)
4) Kesinambungan perssediaan OAT jangka pendek dengan mutu terjamin
5) Pencatatan dan pelaporan secraa baku untuk memudahkan pemantauan dan
evaluasi program penanggulangan TB
23 Konsep Perilaku
24
Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor baik faktor internal
( dari dalam diri manusia ) maupun faktor eksternal ( dari luar diri manusia ) Faktor
internal ini terdiri dari faktor fisik dan psikis Faktor eksternal terdiri dari berbagai
faktor antara lain sosial budaya masyarakat lingkungan fisik politik ekonomi
pendidikan dan sebagainnya Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi
kesehatan baik individu kelompok maupun masyarakat dikelompokkan menjadi
empat ( Blum 1974 )
Konsep Blum menjelaskan bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh
1) Lingkungan yang mencakup lingkungan fisik sosial budaya politik ekonomi
dan sebagainnya
2) Perilaku
3) Pelayanan kesehatan
4) Keturunan ( hereditas )
Perilaku merupakan factor terbesar kedua setelah factor lingkungan yang
mempengaruhi derajat kesehatan Oleh sebab itu dalam rangka membina dan
meningkatkan kesehatan masyarakat maka intervensi atau upaya yang di tujukan
kepada faktor erilaku ini sangat strategis
Menurut Green perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama yakni 12
1) Faktor predisposisi ( predisposing factor )
Faktor ini mencakup pengetahuan sikap dan masyarakat terhadap kesehatan
tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
kesehatan sistem nilai yang dinut masyarakat tingkat pendidikan tingkat sosial
ekonomi dan sebagainya
2) Faktor Pemungkin ( Enabling factor )
Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan
bagi masyarakat misalnya air bersih tempat pembuangan tinja ketersediaan
makanan yang bergizi dan sebagainnya termasuk juga fasilitas kesehatan
seperti puskesmas rumah sakit posyandu dokter atau bidan praktek swasta dan
sebagainnya
3) Faktor penguat ( reinforcing factor )
25
Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat tokoh agama
sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan Termasuk juga di
sini undang-undang peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah
daerah yang terkait dengan kesehatan
Tim kerja dari WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang
berperilaku tertentu dikarenakan 4 ( empat ) alasan pokok yaitu
1) Pemikiran dan perasaan ( Thoughts and feeling )
Yakni dalam bentuk pengetahuan kepercayaan dan sikap Pengetahuan di
peroleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain sedangkan
kepercayaan biasanya diperoleh dari orang tua kakek atau nenek Seseorang
menerima kepercayaan itu berdasarkan keyankinan dan tanpa adanya pembuktian
terlebih dahulu Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap
objek dan seringnya diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang
lain yang paling dekat
2) Karakteristik Pendukung (enabling characteristics)
Karakteristik ini mencerminkan bahwa meskipun mempunyai predisposisi untuk
menggunakan pelayanan kesehatan ia tak akan bertindak menggunakannya
kecuali bial ia mampu menggunakannya Penggunaan pelayanan kesehatan yang
ada tergantung kepada kemampuan konsumen untuk membayar
3) Karakteristik kebutuhan (need characteristics)
Faktor predisposisi dan factor yang memungkinkan untuk mencari pengobatan
dapat terwujud di dalam tindakan apabila itu dirasakan sebagai kebutuhanDengan
kata lain kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan
pelayanan kesehatan bila mana tingkat predisposisi dan enabling itu ada
Kebutuhan (need) disisni di bagi menjadi dua ketegori dirasa atau preceived
( subject assessment) dan evaluated ( clinical diagnosis )
Menurut Skinner perilaku kesehatan adalah suatu respons
seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan
26
penyakit system pelayanan kesehatan makanan dan minimum serta lingkungan
Dari batasan ini perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 ( tiga)
kelompok yakni
1) Perilaku pemeliharaan kesehatan ( health maintenance)
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga
kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit Oleh
sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3(tiga) aspek yaitu
a Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit serta
pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit
b Perilaku peningkatan kesehatan apabila seseorang dalam keadaan sehat
c Perilaku gizi Makanan dan minimum dapat meningkatkan kesehatan
seseorang bahkan dapat mendatangkan penyakit Hal ini sangat tergantung
pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut
2) Perilaku pencarian pengobatan ( health behavior )
Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat
menderita penyakit dan atau kecelakaan Tindakan atau perilaku ini dimulai dari
mengobati sendiri ( self treatment) sampai mencari pengobatan keluar negeri
3) Perilaku kesehatan lingkungan
Adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan baik lingkungan fisik
maupun social budaya dan sebagainnya sehingga lingkungan tersebut tidak
mempengaruhi kesehatannya Dengan perkataan lain bagaimana seseorang
mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri
keluarga atau mesyarakatnya 12
24 Kepatuhan Berobat
Kepatuhan berasal dari kata ldquo patuh ldquo yang berarti taat suka menuruti
disiplin Kepatuhan menurut Trostle adalah tingkat perilaku penderita dalam
mengambil suatu tindakan pengobatan misalnya dalam menentukan kebiasaan
hidup sehat dan ketetapan berobat Dalam pengobatan seseorang dikatakan tidak
27
patuh apabila orang tersebut melalaikan kewajibannya berobat sehingga dapat
mengakibatkan terhalangnya kesembuhan 13
Menurut Sacket kepatuhan pasien adalah sejauh mana perilaku pasien
sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh professional kesehatan 14
Menurut Sarafino secara umum ketidaktaatan meningkatkan risiko
berkembangnya masalah kesehatan atau memperpanjang atau memperburuk
kesakitan yang sedang di derita Perkiraan yang ada menyatakan bahwa 20 jumlah
opname di rumah sakit merupakan akibat dari ketidaktaatan pasien terhadap aturan
pengobatan Faktor yang mempengaruhi kepatuhan seseorang dalam berobat yaitu
faktor petugas faktor obat dan faktor penderita Karakteristik petugas yang
mempengaruhi kepatuhan antara lain jenis petugas tingkat pengetahuan lamanya
bekerja frekuensi penyuluhan yang dilakukan Faktor obat yang mempengaruhi
kepatuhan adalah pengobatan yang sulit dilakukan tidak menunjukkan kea rah
penyembuhan waktu yang lama adanya efek samping obat Faktor penderita yang
menyebabkan ketidakpatuhan adalah umur jenis kelamin pekerjaan anggota
keluarga saudara atau teman khusus 15
25 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan
Faktor-faktor yang mempengaruhi katidakpatuhan dapat digolongkan
menjadi empat bagian yaitu
1 Pemahaman tentang Instruksi
Tak seorang pun mematuhi instruksi jika ia salah paham tentang instruksi yang
diberikan kepadanyaLey dan Spelman (Ester 2000 ) Menemukan bahwa lebih
dari 60 yang diwawancarai setelah bertemu dengan dokter salah mengerti
tentang instruksi yang diberikan pada mereka kadang-kadang hal ini disebabkan
oleh kegagalan professional kesehatan dalam memberikan informasi yang
lengkap penggunaan istilah-istilah medis dan mbanyak memberikan instruksi
yang harus diingat oleh pasien
28
Pendekatan praktis untuk meningkatkan kepatuhan pasien ditemukan oleh
Dinicola dan Dimatteo yaitu
a) Buat instruksi tertulis yang jelas dan mudah diinterpretasikan
b) Berikan informasi tentang pengobatan sebelum menjelaskan hal-hal lain
c) Jika seseorang diberikan suatu daftar tertulis tenang hal-hal yang harus
diingat maka aka nada efek ldquokeunggulanrdquoyaitu mereka brusaha mengingat
hal-hal yang pertama kali ditulis
d) Insruksi-instruksi harus ditulis dengan bahasa umum ( Non medis ) dan hal-
hal yang perlu ditekankan 14
2 Kualitas Interaksi
Kualitas interaksi antara profrsional kesehatan dan pasien merupakan bagian yang
penting dalam menentukan derajat kepatuhan Meningkatkan interaksi
professional kesehatan dengan pasien adalah suatu hal penting untuk memberikan
umpan balik pada pasien setelah memperoleh informasi tentang diagnosis Pasien
membutuhkan penjelasan tentang kondisinya saat ini apa penyebabnya dan apa
yang dapat mereka lakukan dengan kondisi seperti itu
3 Isolasi sosial dan keluarga
Keluarga dapat menjadi factor yang sangat berpengaruh dalam menentukan
keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga menentukan tentang
program pengobatan yang dapat mereka terima Keluarga juga member dukungan
dan membuat keputusan mengenai perawatan dari anggota keluarga yang sakit
4 Keyakinan Sikap Kepribadian
Ahli psikologis telah menyelidiki tentang hubungan antar pengukuran-
pengukuran kepribadian dan kepatuhan Mereka menemukan bahwa data
kepribadian secara benar dibedakan antar orang yang putih drngan orang yang
gagal Orang-orang yang tidak patuh adalah orang-orang yang lebih mengalami
depresi anxietas sangat memperhatikan kesehatannya memiliki kekuatan ego
29
yang lebih lemah dan kehidupan sosialnya lebih memusatkan perhatian pada
dirinya sendiri Blumenthal et al mengatakan bahwa ciri-ciri kepribadian yang
disebutkan diatas itu yang menyebabkan seseorang cenderung tidak patuh ( drop
out) dari program pengobatan 14
Menurut Schwart dan Griffin Faktor yang berhubungan dengan
ketidaktaan secara sejarah riset tentang ketaan pasien didasarkan atas pandangan
tradisional mengenai pasien sebagai penerima nasihat dokter yang pasif dan patuh
Pasien yang tidak taat dipandang sebagai orang yang lalai dan masalahnya dianggap
sebagai masalah control Riset berusah untuk mengidentifikasi kelompok-kelompok
pasien yang tidak patuh berdasarkan kelas sosioekonomi pendidikan umur dan
jenis kelamin Pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan sepanjang bawah
pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif seperti penggunaan buku-buku
dan kaset oleh pasien secara mandiri Usaha-usaha ini sedikit berhasil seorang dapat
menjadi tidak taat kalau situasinya memungkinkan Teori-teori yang lebih baru
menekannkan factor situasional dan pasien sebagai peserta yang aktif dalam proses
pengobatannya Perilaku ketaatan sering diartikan sebagai usaha pasien untuk
mengendalikan perilakunya bahkan jika hal tersebut bias menimbulkan resiko
mengenai kesehatannya 15
Macam-macam faktor yang berkaitan dengan ketidaktaatan disebutkan
a Ciri-ciri kesakitan dan cirri-ciri pengobatan
Menurut Dickson dkk perilaku ketaatan lebih rendah untuk penyakit kronis
(karena tidak ada akibat buruk yang segera dirasakan atau resiko yang jelas )
saran mengenai gaya hidup umum dan kebiasaan yang lama pengobatan yang
kompleks pengobatan dengan efek samping perilaku yang tidak pantas
Menurut Sarafino tingkat ketaaatan rata-rata minum obat utnuk menyenbuhkan
kesakitan akut dengan pengobatan jangka pendek adalah sekitar 78 Untuk
kesakita kronis dengan cara pengobatan jangaka panjang tingkat tersebut menurun
sampai 54
b Komunikasi antara Pasien dan Dokter
Berbagai aspek komunikasi antara pasien dan dokter mempengaruhi tingkat
ketidaktaan misalnya informasi dengan pengawasan yang kurang
30
ketidakpuasan terhadap aspek hubungan emosional dengan dokter ketidak
puasan terhadap pengobatan yang diberikan
c Variabel-variabel sosial
Hubungan antara dukungan sosial dengan ketaatan telah dipelajari Secara umum
orang-orang yang merasa mereka menerima penghiburan perhatian dan
pertolongan yang mereka butuhkan dari seseorang atau kelompok biasanya
cenderung lebih mudah mengikuti nasihat medis daripada pasien yang kurang
mendapat dukungan sosial Jelaslah bahwa keluarga memainkan peranan yang
sangat penting dalam pengelolaan medis misalnya penggunaan pengaruh
normative pada pasien yang mungkin mengakibatkan efek yang memudahkan
atau menghambat perilaku ketaatan
d Ciri-ciri Individual
Variabel-variabel demografis juga digunakan untuk meramalkan ketidaktaatan
sebagai contoh Di Amerika Serikat kaum wanita kaum kulit putih dan orang
tua cenderung mengikuti anjuran dokter 15
Dalam proses penyembuhan penderita TB Paru dapat diberikan obat anti-
TB (OAT) yang diminum secara teratur sampai selesai dengan pengawasan
yangketat Masa pemberian obat memang cukup lama yaitu 6-8 bulan secara terus
menerus sehingga dapat mencegah penularan kepada orang lain Oleh sebab itu para
penderita TB jika ingin sembuh harus minum obat secara teratur Tanpa adanya
keteraturan minum obat penyakit sulit disembuhkan Jika tidak teratur minum obat
penyakitnya sukar diobati kuman TB dalam tubuh akan berkembang semakin banyak
dan menyerang organ tubuh lain yang akan membutuhkan waktu lebih lama untuk
dapat sembuh
26 Pengawasan Menelan Obat (PMO) 9
Salah satu komponen DOTS adalah pengobatan paduan OAT jangka
pendek dengan pengawasan langsung Untuk menjamin keteraturan pengobatan
diperlukan seorang PMO
31
a Persyaratan PMO
bull Seseorang yang dikenal dipercaya dan disetujui baik oleh petugas kesehatan
maupun pasien selain itu harus disegani dan dihormati oleh pasien
bull Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien
bull Bersedia membantu pasien dengan sukarela
bull Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan pasien
b Siapa yang bisa menjadi PMO
Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan misalnya Bidan di Desa Perawat
Pekarya Sanitarian Juru Immunisasi dan lain lain Bila tidak ada petugas
kesehatan yang memungkinkan PMO dapat berasal dari kader kesehatan guru
anggota PPTI PKK atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga
c Tugas seorang PMO
bull Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai
pengobatan
bull Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur
bull Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah
ditentukan
bull Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai gejala-
gejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke Unit Pelayanan
Kesehatan
Tugas seorang PMO bukanlah untuk mengganti kewajiban pasien mengambil
obatdari unit pelayanan kesehatan
d Informasi penting yang perlu dipahami PMO untuk disampaikan kepada pasien dan
keluarganya
bull TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur
32
bull TB bukan penyakit keturunan atau kutukan
bull Cara penularan TB gejala-gejala yang mencurigakan dan cara pencegahannya
bull Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan)
bull Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur
bull Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera meminta
pertolongan ke UPK
27 Penanggulangan TB 16
Rencana Global Penanggulangan TB
Rencana Global 2006-2015 mencakup enam elemen utama dalam strategi baru Stop
TB ndashWHO yang terdiri dari
1 Memperluas dan meningkatkan ekspansi DOTS yang berkualitas meningkatkan
penemuan kasus dan kesembuhan melalui pendekatan yangterfokus pada penderita
agar pelayanan DOTS yang berkualitas dapat menjangkau seluruh penderita
khususnya kelompok masyarakat yang miskin dan rentan
2 Menghadapi tantangan TBHIV MDR-TB dan tantangan lainnya dengan cara
meningkatkan kolaborasi TBHIV DOTS-Plus dan pendekatan lainnya
3 Berkontribusi dalam memperkuat sistem kesehatan melalui kerjasama dengan
berbagai program dan pelayanan kesehatan lainnya misalnya dalam memobilisasi
sumber daya manusia dan finansial untuk implementasi dan mengevaluasi
hasilnyaserta pertukaran informasi dalam keberhasilan pencapaian dalam program
penanggulangan TB
33
4 Melibatkan seluruh penyedia pelayanan kesehatan pemerintah lembaga swadaya
masyarakat (LSM) dan swasta dengan cara memperluas pendekatan berbasis
public-private mix (PPM) dengan menggunakan ISTC
5 Melibatkan penderita TB dan masyarakat untuk memberikan kontribusi dalam
penyediaan pelayanan yang efektif Hal ini meliputi perluasan pelayanan TB di
masyarakat menciptakan kebutuhan masyarakat akan pelayanan TB advokasi
yang spesifik komunikasi dan mobilisasi sosial serta mendukung pengembangan
piagam pasien TB dalam masyarakat dan
6 Memberdayakan dan meningkatkan penelitian operasional
28 Kerangka Konsep
Variabel Independent Variabel dependent
Karakteristik Individu
1Umur
2Jenis kelamin
3Pendidikan
4Pekerjaan
5Pengetahuan
6Efek samping OAT
7Tingkat kepatuhan
penderita dalam
pengobatan
Kesembuhan
34
Penderita TB paru
Faktor Pelayanan
kesehatan
1 Ketersediaan OAT
2 Sikap petugas kesehatan
3 LokasiJarak
4 Penyuluhan kesehatan
5 Kunjungan rumah
Faktor Peran PMO
Gambar Kerangka Konsep Penelitian
Definisi Konsep
1 Karakteristik individu adalah hal-hal yang melekat dalam diri penderita TB paru yang
mempengaruhi tingkat kapetuhan dalam melaksanakan program pengobatan dengan
strategi DOTS yang membedakan seseorang dengan yang lainnya meliputi umur jenis
kelamin pendidikan pekerjaan pengetahuan efek samping OAT tingkat kepatuhan
penderita dalam pengobatan
2 Faktor pelayanan kesehatan adalah penilaian dari penderita TB paru terhadap upaya yang
diselenggarakan oleh unit pelayanan kesehatan untuk menangani penderita TB paru
meliputi Ketersediaan OATsikap petugas kesehatan lokasijarak penyuluhan
kesehatan dan kunjungan rumah
3 Faktor Peran PMO ( Pengawasan Menelan Obat ) adalah penilaian dari penderita TB paru
terhadap hal-hal yang menjadi tugas dari seseorang pengawas menelan obat yang
mempengaruhi tingkat kepatuhan penderita TB paru dalam melaksanakan pengobatan
meliputi penyuluhan member dorongan meningkatkan dan mengawasi
35
4 Kesembuhan adalah pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan
pemeriksaan ulang dahak (follow up) menunjukkan hasil BTA negatif
29 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konsep di atas maka hipotesis penelitian ini adalah
1) Ada pengaruh karakteristik individu terhadap kesembuhan penderita TB paru
dalam pengobatan
2) Ada pengaruh pelayanan kesehatan terhadap kesembuhan penderita TB paru
dalam pengobatan
3) Ada pengaruh PMO terhadap kesembuhan penderita TB paru dalam pengobatan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
31 Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional yang
bertujuan untuk menjelaskan pengaruh karakteristik individu faktor pelayanan
kesehatan dan faktor Pengawas Menelan Obat (PMO) terhadap kesembuhan
penderita TB Paru dalam melaksanakan pengobatan di Puskesmas Grogol Petamburan
tahun 2011
32 Tempat dan Waktu Penelitian
36
Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Grogol Petamburan pada bulan
Januari sampai Februari tahun 2012
33 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang
sedang menjalankan pengobatan TB di Puskesmas Grogol
Petamburan mulai bulan OktobeR
34 Keriteria Inklusi dan Eksklusi
341 Keriteria Inklusi
342 Keriteria Eksklusi
35 Sampel
351 Besar Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang
mengikuti pengobatan dengan strategi DOTS di Puskesmas yang pada saat penelitian
sedang menjalani pengobatan dan seluruh penderita TB yang telah mendapat
pengobatan selama 6 bulan atau sedang dalam tahap lanjutan
Keterangan
n1 = Jumlah sampel minimal
37
n2 = Jumlah sampel ditambah substitusi 10 (substitusi adalah persen responden
yang mungkin drop out)
Z = Tingkat batas kepercayaan dengan = 5
Didapat Z pada kurva normal = 196
p = Proporsi variabel yang diteliti yaitu besarnya presentasi 50 )
q = 1 - p
L = Derajat kesalahan yang masih dapat diterima adalah 10
Berdasarkan rumus di atas didapatkan angka sebagai berikut
( Z )2 p q ( 196 )2 0505
n1 = ----------------- = ------------------------------ = 9604
L2 ( 01 )2
n2 = n1 + ( 10 n1 )
= 9604 + ( 10 9604)
= 9604 + 9604
= 10564 Dibulatkan 106
352 Teknik Pengambilan Sampel
36 Identifikasi Variabel
1 Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kesembuhan tb paru
2 Variabel independen adalah umur jenis kelamin pendidikan pekerjaan
pengetahuan efek samping OAT dan tingkat kepahuhan dari penderita TB
Selain itu faktor dari pelayanan kesehatan dan PMO juga ikut berperan
37 Cara Kerja
1 Membuat proposal penelitian tentang hubungan antara tingkat kepatuhan minum
OAT dengan tingkat kesembuhan penyakit TB di Puskesmas Kecamatan Grogol
Petamburan
38
2 Pengumpulan data sekunder dari Puskesmas Grogol Petamburan
3 Melakukan kunjungan ke rumah-rumah sampel di daerah RT terpilih untuk
pengumpulan data primer dengan memakai kuesioner dan wawancara responden
4 Data-data yang telah dikumpulkan akan dilakukan pengolahan berupa proses
editing verifikasi dan koding Selanjutnya dimasukkan dan diolah dengan
menggunakan program computer yaitu program SPSS
5 Terhadap data yang telah diolah kemudian dilakukan analisis sesuai dengan cara
uji statistik menggunakanhelliphellip Data diinterpretasi secara deskriptif korelatif
antar variabel ndash variabel yang telah ditentukan dan disajikan dalam bentuk
tekstular dan tabular
6 Hasil dari penelitian akan disusun dalam bentuk pelaporan penelitian yang
selanjutnya akan di presentasikan di hadapan staf pengajar program pendidikan
Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida
Wacana (FK UKRIDA) dalam forum pendidikan Ilmu Kedokteran Komunitas
Fakultas Kedokteran UKRIDA
38 Manajemen Data
381 Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder yaitu
1 Data primer diperoleh dengan wawancara langsung kepada penderita TB paru
dan petugas kesehatan program penanggulangan TB Paru yang berpedoman pada
kuisioner penelitian yang telah ditetapkan dam melakukan cross check
2 Data sekunder diperoleh dari laporan pelaksanaan program penanggulangan TB
Paru di Puskesmas kartu pengobatan TBC (formulir TB 01) dan Formulir
Permohonan Laboratorium TBC Untik Pemeriksaan Dahak (formulir TB 05)
382 Pengolahan Data
39
Aspek pengukuran
Aspek pengukuran variable bebas
Karakteristik individu
Aspek pengukuran variable karakteristik individu dapat dilihat pada tabel 31
Table 31 Aspek Pengukuran Variabel Karakteristik Individu
Karakteristik
individu
Kategori Skala Bobot nilai
Umur a 15-24 tahun
b 25-49 tahun
c gt 50 tahun
rasio
Jenis kelamin a Laki-laki
b Perempuan
Tingkat
pendidikan
a Tidak tamat SD
b SD
c SLTP
d SLTA
e Sarjana S1
Pekerjaan a Bekerja
b Tidak bekerja
Pengetahuan a Baik
b Sedang
c Bururk
Efek samping
OAT
a Ada
b Tidan ada
Faktor pelayanan kesehatan
Pengukuran faktor pelanan kesehatan meliputi ketersediaan OAT yang
diukur adalah yang diukur dengan 2 pertanyaan sikap petugas kesehatan diukur
dengan 8 pertanyaan lokasi jarak diukur dengan 3 pertanyaan penyuluhan kesehatan
diukur dengan 6 pertanyaan dan kunjungan rumah diukur dengan 2 pertanyaan
40
berdasarkan jawaban yang diberikan responden selanjutnya dikelompokkan menjadi
tiga (3) yaitu
a Baik jika faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan
penilaian yang baik karena kebutuhan yang diinginkan debagian besarnya
terpenuhi (nilai gt32)
b Sedang bila faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan
penilaian yang kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan responden hanay
sebagian saja yang terpenuhi (nilainya 17-32)
c Buruk bila faktor pelayanan pelayanan kesehatan yang diterima responden
menimbulkan penilaian yang tidak baik karena kebutuhan yang diinginka
responden sebagian besar tidak dipenuhi (nilainya lt17)
Faktor Pengawas Menelan Obat (PMO)
Faktor Pengawas Menelan Obat diukur dengan 5 pertanyaan yang
selanjutnya dibedakan atas 3 kategori yaitu
a Baik bila semua tugas yang diterima responden terlaksana dengan baik yaitu
mengawasi memberikan dorongan mengingatkan dan memberikan penyuluhan
(nilainya gt11)
b Sedang bila tugas PMO yang diterima responden sebagian saja yang terpenuhi
(nilainya 6-11)
c Buruk bila tugas PMO yang diterima responden tidak terlaksana dengan baik
(nilainya lt 6)
Aspek Pengukuran Variabel Terikan
Kepatuhan Pengobatan TB Paru
41
Aspek Pengukuran Variabel ini menggunakan skala interval yang diukur berdasarkan
tiga (3) kategori yaitu
Patuh apabila responden selalu menelan obat sesuai ketentuan petugas kesehatan
yaitu setiap hari pada tahap awal tiga kali seminggu pada tahap lanjutan dan
mengambil obat serta memeriksakan dahak sesuai jadwal dan menaati nasihat dari
petugas kesehatan ( bobot 3 )
Kurang patuh jika responden kadang-kadang menelan obat sesuai ketentuan
petugas kesehatan atau responden tidak menelan obat 2-8 minggu selama tahap
pengobatan lanjutan dan tidak memerisakan dahak sesuai jadwal yang telah
ditetapkan dan tidak selalu menaati nasihat dari petugas kesehatan (bobot 2 )
Tidak patuh jika responden tidak menelan obat sesuai ketentuan petugas
kesehatan atau responden tidak menelan obat lebih dari 8 minggu selama tahap
pengobatan lanjutan dan tidak mengambil obat serta tidak memeriksakan dahak
sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan tidak menaati nasihat petugas kesehatan
(bobot 1)
383 Penyajian Data
384 Analisis Data
385 Interpretasi Data
386 Pelaporan Data
39 Definisi Operasional
1 Umur adalah usia responden saat penelitian berdasarkan ulang tahun terakhir yang
dibedakan atas 3 (tiga) kategori berdasarkna Badan Pusat Statistik Kota Medan
42
tahun 2008 yaitu 1) orang muda 25-24 tahun 2) dewasa 24-49 tahun 3) orang
tua gt 50 tahun
2 Jenis kelamin adalah suatu karakteristik responden yang dibedakan identitasnya
dari laki-laki dan perempuan
3 Pendidikan adalah jenjang pendidikannyang berhasil ditamatkan responden yang
dibedakan atas tidak tamat SD SD SLTP SLTA Akademi Sarjana
4 Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh responden sebagai
pendapatan utama yang dibedakan atas kerja dan tidak bekerja
5 Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai penyakit
TB paru
6 Efek samping OAT adalah gejala keluhan yang diderita responden akiba menelan
OAT selama pengobatan
7 Ketersdediaan OAT adalah pandangan responden terhadap kondisi OAT
diperoleh dari puskesmas meliputi kecukupan jumlah OAT dan dan kualitasnya
8 Sikap petugas kesehatan adalah penilaian responden terhadap reaksi petugas
kesehatan kepada responden selama mereka menjalanin pengobatan
9 Lokasi jarak adalah pandangan responden tentang lama perjalanan dari tempat
tinggal responden ke Puskesmas yang diukur dengan jarak sarana transportasi
10 Penyuluhan kesehatan adalah pandangan responden tentang kegiatan yang
dilakukan oleh petugas kesehatan sehubungan dengan pengobatan TB Paru untuk
mencapai suatu keadaan dimana pederita TB Paru dapat hidup lebih sehat
11 Kunjungan rumah adalah pandangan responden tentang kegiatan yang dilakukan
petugas kesehatan selama masa pengobatan ke rumah responden
12 Faktor peran Pengawas Minum Obat (PMO) adalah pandangan responden tentang
tugas yang dilakasanakan oleh seorang PMO meliputi penyuluhan
13 Kepatuhan berobat adalah ketaan responden dalam menelan obat mengambil
obat dan melakukan pemeriksaan dahak sesuai jadwal yang telah ditentukan dan
menaati segala nasehat dari petugas kesehatan
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
1) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta
2) Perkumpulan Pemberantasan TB Indonesia 2011 TB di Indonesia Peringkat Dunia
Jakarta Diakses melalui situs httpwwwpptiinfoindexphpcomponentcontentarticle46-
arsip-ppti141-tbc-di-indonesia-peringkat-5-dunia Diakses pada tanggal 23 Januari 2012
44
3) Depkes dan WHO 2008 Lembar Fakta Tuberkulosis Jakarta
4) Dirjen P2M amp PLP 1997 Pengawasan Menelan Obat (PMO) adalah DOTS ala Indonesia
Jakarta
5) Amirudin R 2006 Faktor Keberhasilan Konversi pada Penderita TB Paru di Puskesmas
Jongaya Tahun 2006 Laporan Penelitian FKM Unhas Makasar
6) Aditama Tjandra Y 1994 Tuberkulosis Paru Masalah dan Penanggulangnya UI Press
Jakarta
7) Aru W Bambang S Idrus A dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Tuberkulosis
Paru Edisi IV FKUI Jakarta 2006 998-1004
8) Depkes RI 2002 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta
9) Depkes RI 2006 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta
10) Subijakto Hubungan Pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Berobat
Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Proposal Skripsi Jakarta 2011 Diakses pada
tanggal 20 Januari 2012
11) Aditama Tjandra Y 2002 Tuberkulosis Diagnosis Terapi dan Masalahnya Yayasan IDI
Jakarta
12) Notoatmodjo Soekidjo 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Penerbit Rineka Cipta
Jakarta
13) Simamora Jojor 2004 Faktor yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Berobat Penderita TB
Paru di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2004 Tesis Pascasarjana USU Medan
14) Ester Monica 2000 Psikologi Kesehatan Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
15) Bart Smet 1994 Psikologi Kesehatan PT Grasindo Jakarta
16) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta
45
hasil pemeriksaan laboratorium untuk menemukan adanya BTA pada spesimen
penderita
Pemeriksaan dahak mikroskopis 9
Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis menilai
keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan
Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis dilakukan dengan
mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang
berurutan berupa Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS)
S (sewaktu)
Dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung pertama kali Pada
saat pulang suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak pagi
pada hari kedua
P (Pagi)
Dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua segera setelah bangun tidur
Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di UPK
S (sewaktu)
Dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua saat menyerahkan dahak pagi
Adapun tujuan dari pemeriksaan dahak pada program penanggulangan TB
adalah
1 Menegakkan diagnosis dan menentukan tipe klasifikasi
2 Menilai kemajuan pengobatan
3 Menentukan tingkat penularan 8
Pemeriksaan ulang dahak untuk memantau kemajuan pengobatan
dilakukan pada
1 Akhir tahap intensif
15
Dilakukan seminggu sebelum akhir pengobatan penderita baru BTA positif
dengan kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-3 pengobatan ulang
penderita BTA positif kategori 2
2 Sebulan sebelum akhir pengobatan
Dilakukan seminggu sebelum akhir bulan ke-5 pengobatan penderita baru BTA
positif dengan kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-7 pengobatan
ulang penderita BTA positif dengan kategori 2
3 Akhir pengobatan
Dilakukan seminggu sebelum akhir bulan ke-6 pada penderita BTA positif dengan
kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-8 pengobatan ulang BTA positif
dengan kategori 2 8
Pemeriksaan dahak pada sebulan sebelum akhir pengobatan dan akhir
pengobatan bertujuan untuk menilai hasil pengobatan (apakah sembuh atau gagal)
219 Prinsip Pengobatan
Penatalaksanaan TB meliputi penemuan pasien dan pengobatan yang
dikelola dengan menggunakan strategi DOTS9
Tujuan utama pengobatan pasien TB adalah menurunkan angka kematian
dan kesakitan serta mencegah penularan dengan cara menyembuhkan pasien
Penatalaksanaan penyakit TB merupakan bagian dari surveilans penyakit tidak
sekedar memastikan pasien menelan obat sampai dinyatakan sembuh tetapi juga
berkaitan dengan pengelolaan sarana bantu yang dibutuhkan petugas yang terkait
pencatatan pelaporan evaluasi kegiatan dan rencana tindak lanjutnya9
Tabel 21 Jenis sifat dan dosis OAT
Dosis yang direkomendasikan (mgkg)
16
Jenis OAT Sifat Harian 3x seminggu
Isoniazid (H) Bakterisid 5
(4-6)
10
(8-12)
Rifampicin (R) Bakterisid 10
(8-12)
10
(8-12)
Pyrazinamide (Z) Bakterisid 25
(20-30)
35
(30-40)
Streptomycin (S) Bakterisid 15
(12-18)
15
(12-18)
Etambutol (E) Bakteriostatik 15
(15-20)
30
(20-35)
Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut 9
bull OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat dalam jumlah
cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan Jangan gunakan OAT
tunggal (monoterapi) Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT ndash KDT)
lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan
bull Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat dilakukan pengawasan langsung
(DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat
(PMO)
bull Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap yaitu tahap intensif dan lanjutan
Tahap awal (intensif) 9
- Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara
langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat
17
- Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat biasanya pasien
menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu
- Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2
bulan
Tahap Lanjutan 9
- Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit namun dalam jangka
waktu yang lebih lama
- Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah
terjadinya kekambuhan
2110 Panduan Penggunaan OAT di Indonesia9
Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis di Indonesia
- Kategori 1 2(HRZE)4(HR)3
- Kategori 2 2(HRZE)S(HRZE)5(HR)3E3
Disamping kedua kategori ini disediakan paduan obat sisipan (HRZE)
- Kategori Anak 2HRZ4HR
Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket
berupa obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT) sedangkan kategori anak sementara
ini disediakan dalam bentuk OAT kombipak
Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu
tablet Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien Paduan ini dikemas dalam
satu paket untuk satu pasien
Paket Kombipak
18
Terdiri dari obat lepas yang dikemas dalam satu paket yaitu Isoniasid
Rifampisin Pirazinamid dan Etambutol Paduan OAT ini disediakan program untuk
mengatasi pasien yang mengalami efek samping OAT KDT
Paduan OAT ini disediakan dalam bentuk paket dengan tujuan untuk
memudahkan pemberian obat dan menjamin kelangsungan (kontinuitas) pengobatan
sampai selesai
Satu (1) paket untuk satu (1) pasien dalam satu (1) masa pengobatan
KDT mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB
1 Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin efektifitas
obat dan mengurangi efek samping
2 Mencegah penggunaan obat tunggal sehinga menurunkan resiko terjadinya
resistensi obat ganda dan mengurangi kesalahan penulisan resep
3 Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat menjadi
sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien
Paduan OAT dan peruntukannya
19
1 Kategori-1 (2HRZE 4H3R3)
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru
1048707 Pasien baru TB paru BTA positif
1048707 Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif
1048707 Pasien TB ekstra paru
Tabel 22 Dosis untuk paduan OAT KDT untuk Kategori 1
Berat Badan
Tahap Intensif
tiap hari selama 56 hari
RHZE (15075400275)
Tahap Lanjutan
3 kali seminggu selama 16 minggu
RH (150150)
30-37 kg 2 tablet 4 KDT 2 tablet 4 KDT38-54 kg 3 tablet 4 KDT 3 tablet 4 KDT55-70 kg 4 tablet 4 KDT 4 tablet 4 KDTge 71 kg 5 tablet 4 KDT 5 tablet 4 KDT
2 Kategori -2 (2HRZES HRZE 5H3R3E3)
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya
1048707 Pasien kambuh
1048707 Pasien gagal
1048707 Pasien dengan pengobatan setelah default (terputus)
Tabel 23 Dosis untuk paduan OAT KDT Kategori 2
Berat Badan
Tahap Intensif
tiap hari
RHZE (15075400275) + S
Tahap Lanjutan
3 kali seminggu
RH (150150) + E (275)
Selama 56 hari Selama 28 hari Selama 20 minggu
30-37 kg 2 tablet 4 KDT + 500 mg Streptomisin inj
2 tablet 4 KDT 2 tablet 4 KDT+ 2 tab Etambutol
38-54 kg 3 tablet 4 KDT +750 mg Streptomisin inj
3 tablet 4 KDT 3 tablet 4 KDT+ 3 tab Etambutol
55-70 kg 4 tablet 4 KDT +1000 mg Streptomisin inj
4 tablet 4 KDT 4 tablet 4 KDT+ 4 tab Etambutol
ge 71 kg 5 tablet 4 KDT +1000 mg Streptomisin inj
5 tablet 4 KDT 5 tablet 4 KDT+ 5 tab Etambutol
Catatan
20
Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal untuk streptomisin adalah
500mg tanpa memperhatikan berat badan
Untuk perempuan hamil lihat pengobatan TB dalam keadaan khusus
Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan menambahkan aquabidest
sebanyak 37ml sehingga menjadi 4ml (1ml = 250mg)
3 OAT Sisipan (HRZE)
Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap intensif kategori 1 yang
diberikan selama sebulan (28 hari)
Tabel 24 Dosis KDT untuk Sisipan
Berat Badan Tahap Intensif tiap hari selama 28 hari
RHZE (15075400275)
30-37 kg 2 tablet 4 KDT38-54 kg 3 tablet 4 KDT55-70 kg 4 tablet 4 KDTge 71 kg 5 tablet 4 KDT
Penggunaan OAT lapis kedua misalnya golongan aminoglikosida (misalnya
kanamisin) dan golongan kuinolon tidak dianjurkan diberikan kepada pasien baru tanpa indikasi
yang jelas karena potensi obat tersebut jauh lebih rendah daripada OAT lapis pertama Di
samping itu dapat juga meningkatkan terjadinya risiko resistensi pada OAT lapis kedua
2111 Alur Diagnostik TB 9
21Suspek TB Paru
2112 Evaluasi Pengobatan
22
Pemeriksaan dahak mikroskopis (SPS = Sewaktu ndash Pagi ndash Sewaktu)
Hasil BTA+ - -
Hasil BTA- - -
Hasil BTA+ + ++ + +
Antibiotik Non-OAT
Tidak adaPerbaikan
Adaperbaikan
Pemeriksaan dahak mikroskopis
Foto toraks dan
Pertimbangan dokter
Hasil BTA+ + ++ + -+ _ _
Hasil BTA- - -
Foto toraks dan
Pertimbangan dokter
TB Bukan TB
Evaluasi Klinis
Biasanya pasien di control dalam 1 minggu pertama selanjutnya setiap 2 minggu
selama tahap intensif dan seterusnya sekali sebulan sampai akhir pengobatan
Secara klinis hendaknya terdapat perbaikan keluhan pasien seperti batuk yang
berkurang tidak ada batuk darah nafsu makan bertambah dan ada peningkatan
berat badan
Evaluasi Bakteriologis
Pemeriksaan dahak untuk menilai keberadaan kuman Biasanya setelah 2-3
minggu perngobatan sputum BTA mulai negatif Pemeriksaan control sputum
dilakukan sekali sebulan Bagi penderita dengan BTA positif setelah tahap
intensif akan mendapatkan pengobatan ulang Bila sudah negatif sputum
diperiksa tiga kali berturut-turut dan harus dikontrol agar tidak terjadi ldquosilent
bacterial sheddingrdquo yaitu terdapat sputum BTA positif tanpa disertai keluhan-
keluhan TB yang relevan
Evaluasi Radiologis
Evaluasi radiologis juga diperlukan untuk melihat kemajuan terapi Dengan
pemeriksaan radiologis dapat dilihat keadaan TB parunya atau adanya penyakit
lain yang menyertai Evaluasi foto dada dilakukan tiap 3 bulan sekali 10
2113 Efek Samping OAT
Sebagian besar penderita TB paru dapat menyelesaikan pengobatan tanpa
efek samping Namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping Oleh karena
itu pemantauan kemungkinan terjadinya efek samping sangat penting dilakukan
selama pengobatan Pemantauan dilakukan dengan cara menjelaskan kepada
penderita tanda-tanda efek samping dan menanyakan adanya gejala efek samping
pada waktu penderita mengambil OAT 8
Efek samping ringan dari OAT seperti tidak ada nafsu makanmual sakit
perut nyeri sendi kesemutan sampai dengan rasa terbakar di kaki dan warna
kemerahan pada air seni Efek samping berat dari OAT misalnya gatal dan
kemerahan kulit tuli gangguan keseimbanagn ikterus tanpa penyebab lain
bingung dan muntah-muntah gangguan penglihatan purpura dan syok 8
22 Strategi DOTS
23
Strategi DOTS adalah strategi penanggulaan TB paru nasional yang telah
direkomendasikan oleh WHO yang dimulai pelaksanaannya di Indonesia pada tahun
19951996 Sebelum pelaksanaan strategi DOTS (1969-1994) angka kesembutah TB
paru yang dapat dicapai oleh program hanya 40-60 saja Dengan strategi DOTS
diharapkan angka kesembuhan dapat dicapai minimal 85 dari penderita TB paru
BTA positif yang di temukan 11
Prinsip DOTS adalah mendekatkan pelayanan pengobatan terhadap
penderita agar secara langsung dapat mengawasi keteraturan menelan obat dan
melakukan pelacakan bila penderita tidak datang mengambil obat sesuai dengan yang
ditetapkan
Kalau diurai dari kata-katanya pengertian DOTS dapat dimulai dengan
keharusan setiap pengelola program TB intuk member direct attention dalam usaha
menemukan penderita Dalam bahasa lain ini diterjemahkan menjadi deteksi kasus
dengan pemeriksaan mikroskopik kendati sebenarnya pengertiannya dapat diperluas
dengan keharusan untuk mendeteksi kasus secara baik dan akurat Kemudian setiap
pasien harus di- observed dalam memakan obatnya setiap obat yang di telan pasien
harus di depan seorang pengawas Selain itu tentunya pasien harus menerima
treatment yang tertata dalam system pengelolaan distribusi dan penyediaan obat
secara baik Kemudian setiap pasien harus mendapat obat yang baik artinya
pengobatan short course standart yang telah terbukti ampuh secara klinik
Akhirnya harus ada dukungan dari pemerinyah yang membuat program
penanggulangan TB mendapat prioritas yang tinggi dalam pelayanan kesehatan 11
Strategi DOTS mempunyai lima komponen
1) Komitmen politits dari para pengambil keputusan termasuk dukungan dana
2) Diagnosa TB dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopik
3) Pengobatan dengan panduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) jangka pendek
dengan pengawasan langsung oleh pengawas Menelan Obat (PMO)
4) Kesinambungan perssediaan OAT jangka pendek dengan mutu terjamin
5) Pencatatan dan pelaporan secraa baku untuk memudahkan pemantauan dan
evaluasi program penanggulangan TB
23 Konsep Perilaku
24
Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor baik faktor internal
( dari dalam diri manusia ) maupun faktor eksternal ( dari luar diri manusia ) Faktor
internal ini terdiri dari faktor fisik dan psikis Faktor eksternal terdiri dari berbagai
faktor antara lain sosial budaya masyarakat lingkungan fisik politik ekonomi
pendidikan dan sebagainnya Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi
kesehatan baik individu kelompok maupun masyarakat dikelompokkan menjadi
empat ( Blum 1974 )
Konsep Blum menjelaskan bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh
1) Lingkungan yang mencakup lingkungan fisik sosial budaya politik ekonomi
dan sebagainnya
2) Perilaku
3) Pelayanan kesehatan
4) Keturunan ( hereditas )
Perilaku merupakan factor terbesar kedua setelah factor lingkungan yang
mempengaruhi derajat kesehatan Oleh sebab itu dalam rangka membina dan
meningkatkan kesehatan masyarakat maka intervensi atau upaya yang di tujukan
kepada faktor erilaku ini sangat strategis
Menurut Green perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama yakni 12
1) Faktor predisposisi ( predisposing factor )
Faktor ini mencakup pengetahuan sikap dan masyarakat terhadap kesehatan
tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
kesehatan sistem nilai yang dinut masyarakat tingkat pendidikan tingkat sosial
ekonomi dan sebagainya
2) Faktor Pemungkin ( Enabling factor )
Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan
bagi masyarakat misalnya air bersih tempat pembuangan tinja ketersediaan
makanan yang bergizi dan sebagainnya termasuk juga fasilitas kesehatan
seperti puskesmas rumah sakit posyandu dokter atau bidan praktek swasta dan
sebagainnya
3) Faktor penguat ( reinforcing factor )
25
Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat tokoh agama
sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan Termasuk juga di
sini undang-undang peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah
daerah yang terkait dengan kesehatan
Tim kerja dari WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang
berperilaku tertentu dikarenakan 4 ( empat ) alasan pokok yaitu
1) Pemikiran dan perasaan ( Thoughts and feeling )
Yakni dalam bentuk pengetahuan kepercayaan dan sikap Pengetahuan di
peroleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain sedangkan
kepercayaan biasanya diperoleh dari orang tua kakek atau nenek Seseorang
menerima kepercayaan itu berdasarkan keyankinan dan tanpa adanya pembuktian
terlebih dahulu Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap
objek dan seringnya diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang
lain yang paling dekat
2) Karakteristik Pendukung (enabling characteristics)
Karakteristik ini mencerminkan bahwa meskipun mempunyai predisposisi untuk
menggunakan pelayanan kesehatan ia tak akan bertindak menggunakannya
kecuali bial ia mampu menggunakannya Penggunaan pelayanan kesehatan yang
ada tergantung kepada kemampuan konsumen untuk membayar
3) Karakteristik kebutuhan (need characteristics)
Faktor predisposisi dan factor yang memungkinkan untuk mencari pengobatan
dapat terwujud di dalam tindakan apabila itu dirasakan sebagai kebutuhanDengan
kata lain kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan
pelayanan kesehatan bila mana tingkat predisposisi dan enabling itu ada
Kebutuhan (need) disisni di bagi menjadi dua ketegori dirasa atau preceived
( subject assessment) dan evaluated ( clinical diagnosis )
Menurut Skinner perilaku kesehatan adalah suatu respons
seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan
26
penyakit system pelayanan kesehatan makanan dan minimum serta lingkungan
Dari batasan ini perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 ( tiga)
kelompok yakni
1) Perilaku pemeliharaan kesehatan ( health maintenance)
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga
kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit Oleh
sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3(tiga) aspek yaitu
a Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit serta
pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit
b Perilaku peningkatan kesehatan apabila seseorang dalam keadaan sehat
c Perilaku gizi Makanan dan minimum dapat meningkatkan kesehatan
seseorang bahkan dapat mendatangkan penyakit Hal ini sangat tergantung
pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut
2) Perilaku pencarian pengobatan ( health behavior )
Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat
menderita penyakit dan atau kecelakaan Tindakan atau perilaku ini dimulai dari
mengobati sendiri ( self treatment) sampai mencari pengobatan keluar negeri
3) Perilaku kesehatan lingkungan
Adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan baik lingkungan fisik
maupun social budaya dan sebagainnya sehingga lingkungan tersebut tidak
mempengaruhi kesehatannya Dengan perkataan lain bagaimana seseorang
mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri
keluarga atau mesyarakatnya 12
24 Kepatuhan Berobat
Kepatuhan berasal dari kata ldquo patuh ldquo yang berarti taat suka menuruti
disiplin Kepatuhan menurut Trostle adalah tingkat perilaku penderita dalam
mengambil suatu tindakan pengobatan misalnya dalam menentukan kebiasaan
hidup sehat dan ketetapan berobat Dalam pengobatan seseorang dikatakan tidak
27
patuh apabila orang tersebut melalaikan kewajibannya berobat sehingga dapat
mengakibatkan terhalangnya kesembuhan 13
Menurut Sacket kepatuhan pasien adalah sejauh mana perilaku pasien
sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh professional kesehatan 14
Menurut Sarafino secara umum ketidaktaatan meningkatkan risiko
berkembangnya masalah kesehatan atau memperpanjang atau memperburuk
kesakitan yang sedang di derita Perkiraan yang ada menyatakan bahwa 20 jumlah
opname di rumah sakit merupakan akibat dari ketidaktaatan pasien terhadap aturan
pengobatan Faktor yang mempengaruhi kepatuhan seseorang dalam berobat yaitu
faktor petugas faktor obat dan faktor penderita Karakteristik petugas yang
mempengaruhi kepatuhan antara lain jenis petugas tingkat pengetahuan lamanya
bekerja frekuensi penyuluhan yang dilakukan Faktor obat yang mempengaruhi
kepatuhan adalah pengobatan yang sulit dilakukan tidak menunjukkan kea rah
penyembuhan waktu yang lama adanya efek samping obat Faktor penderita yang
menyebabkan ketidakpatuhan adalah umur jenis kelamin pekerjaan anggota
keluarga saudara atau teman khusus 15
25 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan
Faktor-faktor yang mempengaruhi katidakpatuhan dapat digolongkan
menjadi empat bagian yaitu
1 Pemahaman tentang Instruksi
Tak seorang pun mematuhi instruksi jika ia salah paham tentang instruksi yang
diberikan kepadanyaLey dan Spelman (Ester 2000 ) Menemukan bahwa lebih
dari 60 yang diwawancarai setelah bertemu dengan dokter salah mengerti
tentang instruksi yang diberikan pada mereka kadang-kadang hal ini disebabkan
oleh kegagalan professional kesehatan dalam memberikan informasi yang
lengkap penggunaan istilah-istilah medis dan mbanyak memberikan instruksi
yang harus diingat oleh pasien
28
Pendekatan praktis untuk meningkatkan kepatuhan pasien ditemukan oleh
Dinicola dan Dimatteo yaitu
a) Buat instruksi tertulis yang jelas dan mudah diinterpretasikan
b) Berikan informasi tentang pengobatan sebelum menjelaskan hal-hal lain
c) Jika seseorang diberikan suatu daftar tertulis tenang hal-hal yang harus
diingat maka aka nada efek ldquokeunggulanrdquoyaitu mereka brusaha mengingat
hal-hal yang pertama kali ditulis
d) Insruksi-instruksi harus ditulis dengan bahasa umum ( Non medis ) dan hal-
hal yang perlu ditekankan 14
2 Kualitas Interaksi
Kualitas interaksi antara profrsional kesehatan dan pasien merupakan bagian yang
penting dalam menentukan derajat kepatuhan Meningkatkan interaksi
professional kesehatan dengan pasien adalah suatu hal penting untuk memberikan
umpan balik pada pasien setelah memperoleh informasi tentang diagnosis Pasien
membutuhkan penjelasan tentang kondisinya saat ini apa penyebabnya dan apa
yang dapat mereka lakukan dengan kondisi seperti itu
3 Isolasi sosial dan keluarga
Keluarga dapat menjadi factor yang sangat berpengaruh dalam menentukan
keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga menentukan tentang
program pengobatan yang dapat mereka terima Keluarga juga member dukungan
dan membuat keputusan mengenai perawatan dari anggota keluarga yang sakit
4 Keyakinan Sikap Kepribadian
Ahli psikologis telah menyelidiki tentang hubungan antar pengukuran-
pengukuran kepribadian dan kepatuhan Mereka menemukan bahwa data
kepribadian secara benar dibedakan antar orang yang putih drngan orang yang
gagal Orang-orang yang tidak patuh adalah orang-orang yang lebih mengalami
depresi anxietas sangat memperhatikan kesehatannya memiliki kekuatan ego
29
yang lebih lemah dan kehidupan sosialnya lebih memusatkan perhatian pada
dirinya sendiri Blumenthal et al mengatakan bahwa ciri-ciri kepribadian yang
disebutkan diatas itu yang menyebabkan seseorang cenderung tidak patuh ( drop
out) dari program pengobatan 14
Menurut Schwart dan Griffin Faktor yang berhubungan dengan
ketidaktaan secara sejarah riset tentang ketaan pasien didasarkan atas pandangan
tradisional mengenai pasien sebagai penerima nasihat dokter yang pasif dan patuh
Pasien yang tidak taat dipandang sebagai orang yang lalai dan masalahnya dianggap
sebagai masalah control Riset berusah untuk mengidentifikasi kelompok-kelompok
pasien yang tidak patuh berdasarkan kelas sosioekonomi pendidikan umur dan
jenis kelamin Pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan sepanjang bawah
pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif seperti penggunaan buku-buku
dan kaset oleh pasien secara mandiri Usaha-usaha ini sedikit berhasil seorang dapat
menjadi tidak taat kalau situasinya memungkinkan Teori-teori yang lebih baru
menekannkan factor situasional dan pasien sebagai peserta yang aktif dalam proses
pengobatannya Perilaku ketaatan sering diartikan sebagai usaha pasien untuk
mengendalikan perilakunya bahkan jika hal tersebut bias menimbulkan resiko
mengenai kesehatannya 15
Macam-macam faktor yang berkaitan dengan ketidaktaatan disebutkan
a Ciri-ciri kesakitan dan cirri-ciri pengobatan
Menurut Dickson dkk perilaku ketaatan lebih rendah untuk penyakit kronis
(karena tidak ada akibat buruk yang segera dirasakan atau resiko yang jelas )
saran mengenai gaya hidup umum dan kebiasaan yang lama pengobatan yang
kompleks pengobatan dengan efek samping perilaku yang tidak pantas
Menurut Sarafino tingkat ketaaatan rata-rata minum obat utnuk menyenbuhkan
kesakitan akut dengan pengobatan jangka pendek adalah sekitar 78 Untuk
kesakita kronis dengan cara pengobatan jangaka panjang tingkat tersebut menurun
sampai 54
b Komunikasi antara Pasien dan Dokter
Berbagai aspek komunikasi antara pasien dan dokter mempengaruhi tingkat
ketidaktaan misalnya informasi dengan pengawasan yang kurang
30
ketidakpuasan terhadap aspek hubungan emosional dengan dokter ketidak
puasan terhadap pengobatan yang diberikan
c Variabel-variabel sosial
Hubungan antara dukungan sosial dengan ketaatan telah dipelajari Secara umum
orang-orang yang merasa mereka menerima penghiburan perhatian dan
pertolongan yang mereka butuhkan dari seseorang atau kelompok biasanya
cenderung lebih mudah mengikuti nasihat medis daripada pasien yang kurang
mendapat dukungan sosial Jelaslah bahwa keluarga memainkan peranan yang
sangat penting dalam pengelolaan medis misalnya penggunaan pengaruh
normative pada pasien yang mungkin mengakibatkan efek yang memudahkan
atau menghambat perilaku ketaatan
d Ciri-ciri Individual
Variabel-variabel demografis juga digunakan untuk meramalkan ketidaktaatan
sebagai contoh Di Amerika Serikat kaum wanita kaum kulit putih dan orang
tua cenderung mengikuti anjuran dokter 15
Dalam proses penyembuhan penderita TB Paru dapat diberikan obat anti-
TB (OAT) yang diminum secara teratur sampai selesai dengan pengawasan
yangketat Masa pemberian obat memang cukup lama yaitu 6-8 bulan secara terus
menerus sehingga dapat mencegah penularan kepada orang lain Oleh sebab itu para
penderita TB jika ingin sembuh harus minum obat secara teratur Tanpa adanya
keteraturan minum obat penyakit sulit disembuhkan Jika tidak teratur minum obat
penyakitnya sukar diobati kuman TB dalam tubuh akan berkembang semakin banyak
dan menyerang organ tubuh lain yang akan membutuhkan waktu lebih lama untuk
dapat sembuh
26 Pengawasan Menelan Obat (PMO) 9
Salah satu komponen DOTS adalah pengobatan paduan OAT jangka
pendek dengan pengawasan langsung Untuk menjamin keteraturan pengobatan
diperlukan seorang PMO
31
a Persyaratan PMO
bull Seseorang yang dikenal dipercaya dan disetujui baik oleh petugas kesehatan
maupun pasien selain itu harus disegani dan dihormati oleh pasien
bull Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien
bull Bersedia membantu pasien dengan sukarela
bull Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan pasien
b Siapa yang bisa menjadi PMO
Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan misalnya Bidan di Desa Perawat
Pekarya Sanitarian Juru Immunisasi dan lain lain Bila tidak ada petugas
kesehatan yang memungkinkan PMO dapat berasal dari kader kesehatan guru
anggota PPTI PKK atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga
c Tugas seorang PMO
bull Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai
pengobatan
bull Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur
bull Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah
ditentukan
bull Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai gejala-
gejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke Unit Pelayanan
Kesehatan
Tugas seorang PMO bukanlah untuk mengganti kewajiban pasien mengambil
obatdari unit pelayanan kesehatan
d Informasi penting yang perlu dipahami PMO untuk disampaikan kepada pasien dan
keluarganya
bull TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur
32
bull TB bukan penyakit keturunan atau kutukan
bull Cara penularan TB gejala-gejala yang mencurigakan dan cara pencegahannya
bull Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan)
bull Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur
bull Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera meminta
pertolongan ke UPK
27 Penanggulangan TB 16
Rencana Global Penanggulangan TB
Rencana Global 2006-2015 mencakup enam elemen utama dalam strategi baru Stop
TB ndashWHO yang terdiri dari
1 Memperluas dan meningkatkan ekspansi DOTS yang berkualitas meningkatkan
penemuan kasus dan kesembuhan melalui pendekatan yangterfokus pada penderita
agar pelayanan DOTS yang berkualitas dapat menjangkau seluruh penderita
khususnya kelompok masyarakat yang miskin dan rentan
2 Menghadapi tantangan TBHIV MDR-TB dan tantangan lainnya dengan cara
meningkatkan kolaborasi TBHIV DOTS-Plus dan pendekatan lainnya
3 Berkontribusi dalam memperkuat sistem kesehatan melalui kerjasama dengan
berbagai program dan pelayanan kesehatan lainnya misalnya dalam memobilisasi
sumber daya manusia dan finansial untuk implementasi dan mengevaluasi
hasilnyaserta pertukaran informasi dalam keberhasilan pencapaian dalam program
penanggulangan TB
33
4 Melibatkan seluruh penyedia pelayanan kesehatan pemerintah lembaga swadaya
masyarakat (LSM) dan swasta dengan cara memperluas pendekatan berbasis
public-private mix (PPM) dengan menggunakan ISTC
5 Melibatkan penderita TB dan masyarakat untuk memberikan kontribusi dalam
penyediaan pelayanan yang efektif Hal ini meliputi perluasan pelayanan TB di
masyarakat menciptakan kebutuhan masyarakat akan pelayanan TB advokasi
yang spesifik komunikasi dan mobilisasi sosial serta mendukung pengembangan
piagam pasien TB dalam masyarakat dan
6 Memberdayakan dan meningkatkan penelitian operasional
28 Kerangka Konsep
Variabel Independent Variabel dependent
Karakteristik Individu
1Umur
2Jenis kelamin
3Pendidikan
4Pekerjaan
5Pengetahuan
6Efek samping OAT
7Tingkat kepatuhan
penderita dalam
pengobatan
Kesembuhan
34
Penderita TB paru
Faktor Pelayanan
kesehatan
1 Ketersediaan OAT
2 Sikap petugas kesehatan
3 LokasiJarak
4 Penyuluhan kesehatan
5 Kunjungan rumah
Faktor Peran PMO
Gambar Kerangka Konsep Penelitian
Definisi Konsep
1 Karakteristik individu adalah hal-hal yang melekat dalam diri penderita TB paru yang
mempengaruhi tingkat kapetuhan dalam melaksanakan program pengobatan dengan
strategi DOTS yang membedakan seseorang dengan yang lainnya meliputi umur jenis
kelamin pendidikan pekerjaan pengetahuan efek samping OAT tingkat kepatuhan
penderita dalam pengobatan
2 Faktor pelayanan kesehatan adalah penilaian dari penderita TB paru terhadap upaya yang
diselenggarakan oleh unit pelayanan kesehatan untuk menangani penderita TB paru
meliputi Ketersediaan OATsikap petugas kesehatan lokasijarak penyuluhan
kesehatan dan kunjungan rumah
3 Faktor Peran PMO ( Pengawasan Menelan Obat ) adalah penilaian dari penderita TB paru
terhadap hal-hal yang menjadi tugas dari seseorang pengawas menelan obat yang
mempengaruhi tingkat kepatuhan penderita TB paru dalam melaksanakan pengobatan
meliputi penyuluhan member dorongan meningkatkan dan mengawasi
35
4 Kesembuhan adalah pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan
pemeriksaan ulang dahak (follow up) menunjukkan hasil BTA negatif
29 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konsep di atas maka hipotesis penelitian ini adalah
1) Ada pengaruh karakteristik individu terhadap kesembuhan penderita TB paru
dalam pengobatan
2) Ada pengaruh pelayanan kesehatan terhadap kesembuhan penderita TB paru
dalam pengobatan
3) Ada pengaruh PMO terhadap kesembuhan penderita TB paru dalam pengobatan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
31 Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional yang
bertujuan untuk menjelaskan pengaruh karakteristik individu faktor pelayanan
kesehatan dan faktor Pengawas Menelan Obat (PMO) terhadap kesembuhan
penderita TB Paru dalam melaksanakan pengobatan di Puskesmas Grogol Petamburan
tahun 2011
32 Tempat dan Waktu Penelitian
36
Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Grogol Petamburan pada bulan
Januari sampai Februari tahun 2012
33 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang
sedang menjalankan pengobatan TB di Puskesmas Grogol
Petamburan mulai bulan OktobeR
34 Keriteria Inklusi dan Eksklusi
341 Keriteria Inklusi
342 Keriteria Eksklusi
35 Sampel
351 Besar Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang
mengikuti pengobatan dengan strategi DOTS di Puskesmas yang pada saat penelitian
sedang menjalani pengobatan dan seluruh penderita TB yang telah mendapat
pengobatan selama 6 bulan atau sedang dalam tahap lanjutan
Keterangan
n1 = Jumlah sampel minimal
37
n2 = Jumlah sampel ditambah substitusi 10 (substitusi adalah persen responden
yang mungkin drop out)
Z = Tingkat batas kepercayaan dengan = 5
Didapat Z pada kurva normal = 196
p = Proporsi variabel yang diteliti yaitu besarnya presentasi 50 )
q = 1 - p
L = Derajat kesalahan yang masih dapat diterima adalah 10
Berdasarkan rumus di atas didapatkan angka sebagai berikut
( Z )2 p q ( 196 )2 0505
n1 = ----------------- = ------------------------------ = 9604
L2 ( 01 )2
n2 = n1 + ( 10 n1 )
= 9604 + ( 10 9604)
= 9604 + 9604
= 10564 Dibulatkan 106
352 Teknik Pengambilan Sampel
36 Identifikasi Variabel
1 Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kesembuhan tb paru
2 Variabel independen adalah umur jenis kelamin pendidikan pekerjaan
pengetahuan efek samping OAT dan tingkat kepahuhan dari penderita TB
Selain itu faktor dari pelayanan kesehatan dan PMO juga ikut berperan
37 Cara Kerja
1 Membuat proposal penelitian tentang hubungan antara tingkat kepatuhan minum
OAT dengan tingkat kesembuhan penyakit TB di Puskesmas Kecamatan Grogol
Petamburan
38
2 Pengumpulan data sekunder dari Puskesmas Grogol Petamburan
3 Melakukan kunjungan ke rumah-rumah sampel di daerah RT terpilih untuk
pengumpulan data primer dengan memakai kuesioner dan wawancara responden
4 Data-data yang telah dikumpulkan akan dilakukan pengolahan berupa proses
editing verifikasi dan koding Selanjutnya dimasukkan dan diolah dengan
menggunakan program computer yaitu program SPSS
5 Terhadap data yang telah diolah kemudian dilakukan analisis sesuai dengan cara
uji statistik menggunakanhelliphellip Data diinterpretasi secara deskriptif korelatif
antar variabel ndash variabel yang telah ditentukan dan disajikan dalam bentuk
tekstular dan tabular
6 Hasil dari penelitian akan disusun dalam bentuk pelaporan penelitian yang
selanjutnya akan di presentasikan di hadapan staf pengajar program pendidikan
Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida
Wacana (FK UKRIDA) dalam forum pendidikan Ilmu Kedokteran Komunitas
Fakultas Kedokteran UKRIDA
38 Manajemen Data
381 Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder yaitu
1 Data primer diperoleh dengan wawancara langsung kepada penderita TB paru
dan petugas kesehatan program penanggulangan TB Paru yang berpedoman pada
kuisioner penelitian yang telah ditetapkan dam melakukan cross check
2 Data sekunder diperoleh dari laporan pelaksanaan program penanggulangan TB
Paru di Puskesmas kartu pengobatan TBC (formulir TB 01) dan Formulir
Permohonan Laboratorium TBC Untik Pemeriksaan Dahak (formulir TB 05)
382 Pengolahan Data
39
Aspek pengukuran
Aspek pengukuran variable bebas
Karakteristik individu
Aspek pengukuran variable karakteristik individu dapat dilihat pada tabel 31
Table 31 Aspek Pengukuran Variabel Karakteristik Individu
Karakteristik
individu
Kategori Skala Bobot nilai
Umur a 15-24 tahun
b 25-49 tahun
c gt 50 tahun
rasio
Jenis kelamin a Laki-laki
b Perempuan
Tingkat
pendidikan
a Tidak tamat SD
b SD
c SLTP
d SLTA
e Sarjana S1
Pekerjaan a Bekerja
b Tidak bekerja
Pengetahuan a Baik
b Sedang
c Bururk
Efek samping
OAT
a Ada
b Tidan ada
Faktor pelayanan kesehatan
Pengukuran faktor pelanan kesehatan meliputi ketersediaan OAT yang
diukur adalah yang diukur dengan 2 pertanyaan sikap petugas kesehatan diukur
dengan 8 pertanyaan lokasi jarak diukur dengan 3 pertanyaan penyuluhan kesehatan
diukur dengan 6 pertanyaan dan kunjungan rumah diukur dengan 2 pertanyaan
40
berdasarkan jawaban yang diberikan responden selanjutnya dikelompokkan menjadi
tiga (3) yaitu
a Baik jika faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan
penilaian yang baik karena kebutuhan yang diinginkan debagian besarnya
terpenuhi (nilai gt32)
b Sedang bila faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan
penilaian yang kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan responden hanay
sebagian saja yang terpenuhi (nilainya 17-32)
c Buruk bila faktor pelayanan pelayanan kesehatan yang diterima responden
menimbulkan penilaian yang tidak baik karena kebutuhan yang diinginka
responden sebagian besar tidak dipenuhi (nilainya lt17)
Faktor Pengawas Menelan Obat (PMO)
Faktor Pengawas Menelan Obat diukur dengan 5 pertanyaan yang
selanjutnya dibedakan atas 3 kategori yaitu
a Baik bila semua tugas yang diterima responden terlaksana dengan baik yaitu
mengawasi memberikan dorongan mengingatkan dan memberikan penyuluhan
(nilainya gt11)
b Sedang bila tugas PMO yang diterima responden sebagian saja yang terpenuhi
(nilainya 6-11)
c Buruk bila tugas PMO yang diterima responden tidak terlaksana dengan baik
(nilainya lt 6)
Aspek Pengukuran Variabel Terikan
Kepatuhan Pengobatan TB Paru
41
Aspek Pengukuran Variabel ini menggunakan skala interval yang diukur berdasarkan
tiga (3) kategori yaitu
Patuh apabila responden selalu menelan obat sesuai ketentuan petugas kesehatan
yaitu setiap hari pada tahap awal tiga kali seminggu pada tahap lanjutan dan
mengambil obat serta memeriksakan dahak sesuai jadwal dan menaati nasihat dari
petugas kesehatan ( bobot 3 )
Kurang patuh jika responden kadang-kadang menelan obat sesuai ketentuan
petugas kesehatan atau responden tidak menelan obat 2-8 minggu selama tahap
pengobatan lanjutan dan tidak memerisakan dahak sesuai jadwal yang telah
ditetapkan dan tidak selalu menaati nasihat dari petugas kesehatan (bobot 2 )
Tidak patuh jika responden tidak menelan obat sesuai ketentuan petugas
kesehatan atau responden tidak menelan obat lebih dari 8 minggu selama tahap
pengobatan lanjutan dan tidak mengambil obat serta tidak memeriksakan dahak
sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan tidak menaati nasihat petugas kesehatan
(bobot 1)
383 Penyajian Data
384 Analisis Data
385 Interpretasi Data
386 Pelaporan Data
39 Definisi Operasional
1 Umur adalah usia responden saat penelitian berdasarkan ulang tahun terakhir yang
dibedakan atas 3 (tiga) kategori berdasarkna Badan Pusat Statistik Kota Medan
42
tahun 2008 yaitu 1) orang muda 25-24 tahun 2) dewasa 24-49 tahun 3) orang
tua gt 50 tahun
2 Jenis kelamin adalah suatu karakteristik responden yang dibedakan identitasnya
dari laki-laki dan perempuan
3 Pendidikan adalah jenjang pendidikannyang berhasil ditamatkan responden yang
dibedakan atas tidak tamat SD SD SLTP SLTA Akademi Sarjana
4 Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh responden sebagai
pendapatan utama yang dibedakan atas kerja dan tidak bekerja
5 Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai penyakit
TB paru
6 Efek samping OAT adalah gejala keluhan yang diderita responden akiba menelan
OAT selama pengobatan
7 Ketersdediaan OAT adalah pandangan responden terhadap kondisi OAT
diperoleh dari puskesmas meliputi kecukupan jumlah OAT dan dan kualitasnya
8 Sikap petugas kesehatan adalah penilaian responden terhadap reaksi petugas
kesehatan kepada responden selama mereka menjalanin pengobatan
9 Lokasi jarak adalah pandangan responden tentang lama perjalanan dari tempat
tinggal responden ke Puskesmas yang diukur dengan jarak sarana transportasi
10 Penyuluhan kesehatan adalah pandangan responden tentang kegiatan yang
dilakukan oleh petugas kesehatan sehubungan dengan pengobatan TB Paru untuk
mencapai suatu keadaan dimana pederita TB Paru dapat hidup lebih sehat
11 Kunjungan rumah adalah pandangan responden tentang kegiatan yang dilakukan
petugas kesehatan selama masa pengobatan ke rumah responden
12 Faktor peran Pengawas Minum Obat (PMO) adalah pandangan responden tentang
tugas yang dilakasanakan oleh seorang PMO meliputi penyuluhan
13 Kepatuhan berobat adalah ketaan responden dalam menelan obat mengambil
obat dan melakukan pemeriksaan dahak sesuai jadwal yang telah ditentukan dan
menaati segala nasehat dari petugas kesehatan
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
1) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta
2) Perkumpulan Pemberantasan TB Indonesia 2011 TB di Indonesia Peringkat Dunia
Jakarta Diakses melalui situs httpwwwpptiinfoindexphpcomponentcontentarticle46-
arsip-ppti141-tbc-di-indonesia-peringkat-5-dunia Diakses pada tanggal 23 Januari 2012
44
3) Depkes dan WHO 2008 Lembar Fakta Tuberkulosis Jakarta
4) Dirjen P2M amp PLP 1997 Pengawasan Menelan Obat (PMO) adalah DOTS ala Indonesia
Jakarta
5) Amirudin R 2006 Faktor Keberhasilan Konversi pada Penderita TB Paru di Puskesmas
Jongaya Tahun 2006 Laporan Penelitian FKM Unhas Makasar
6) Aditama Tjandra Y 1994 Tuberkulosis Paru Masalah dan Penanggulangnya UI Press
Jakarta
7) Aru W Bambang S Idrus A dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Tuberkulosis
Paru Edisi IV FKUI Jakarta 2006 998-1004
8) Depkes RI 2002 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta
9) Depkes RI 2006 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta
10) Subijakto Hubungan Pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Berobat
Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Proposal Skripsi Jakarta 2011 Diakses pada
tanggal 20 Januari 2012
11) Aditama Tjandra Y 2002 Tuberkulosis Diagnosis Terapi dan Masalahnya Yayasan IDI
Jakarta
12) Notoatmodjo Soekidjo 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Penerbit Rineka Cipta
Jakarta
13) Simamora Jojor 2004 Faktor yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Berobat Penderita TB
Paru di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2004 Tesis Pascasarjana USU Medan
14) Ester Monica 2000 Psikologi Kesehatan Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
15) Bart Smet 1994 Psikologi Kesehatan PT Grasindo Jakarta
16) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta
45
Dilakukan seminggu sebelum akhir pengobatan penderita baru BTA positif
dengan kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-3 pengobatan ulang
penderita BTA positif kategori 2
2 Sebulan sebelum akhir pengobatan
Dilakukan seminggu sebelum akhir bulan ke-5 pengobatan penderita baru BTA
positif dengan kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-7 pengobatan
ulang penderita BTA positif dengan kategori 2
3 Akhir pengobatan
Dilakukan seminggu sebelum akhir bulan ke-6 pada penderita BTA positif dengan
kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-8 pengobatan ulang BTA positif
dengan kategori 2 8
Pemeriksaan dahak pada sebulan sebelum akhir pengobatan dan akhir
pengobatan bertujuan untuk menilai hasil pengobatan (apakah sembuh atau gagal)
219 Prinsip Pengobatan
Penatalaksanaan TB meliputi penemuan pasien dan pengobatan yang
dikelola dengan menggunakan strategi DOTS9
Tujuan utama pengobatan pasien TB adalah menurunkan angka kematian
dan kesakitan serta mencegah penularan dengan cara menyembuhkan pasien
Penatalaksanaan penyakit TB merupakan bagian dari surveilans penyakit tidak
sekedar memastikan pasien menelan obat sampai dinyatakan sembuh tetapi juga
berkaitan dengan pengelolaan sarana bantu yang dibutuhkan petugas yang terkait
pencatatan pelaporan evaluasi kegiatan dan rencana tindak lanjutnya9
Tabel 21 Jenis sifat dan dosis OAT
Dosis yang direkomendasikan (mgkg)
16
Jenis OAT Sifat Harian 3x seminggu
Isoniazid (H) Bakterisid 5
(4-6)
10
(8-12)
Rifampicin (R) Bakterisid 10
(8-12)
10
(8-12)
Pyrazinamide (Z) Bakterisid 25
(20-30)
35
(30-40)
Streptomycin (S) Bakterisid 15
(12-18)
15
(12-18)
Etambutol (E) Bakteriostatik 15
(15-20)
30
(20-35)
Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut 9
bull OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat dalam jumlah
cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan Jangan gunakan OAT
tunggal (monoterapi) Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT ndash KDT)
lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan
bull Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat dilakukan pengawasan langsung
(DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat
(PMO)
bull Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap yaitu tahap intensif dan lanjutan
Tahap awal (intensif) 9
- Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara
langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat
17
- Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat biasanya pasien
menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu
- Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2
bulan
Tahap Lanjutan 9
- Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit namun dalam jangka
waktu yang lebih lama
- Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah
terjadinya kekambuhan
2110 Panduan Penggunaan OAT di Indonesia9
Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis di Indonesia
- Kategori 1 2(HRZE)4(HR)3
- Kategori 2 2(HRZE)S(HRZE)5(HR)3E3
Disamping kedua kategori ini disediakan paduan obat sisipan (HRZE)
- Kategori Anak 2HRZ4HR
Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket
berupa obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT) sedangkan kategori anak sementara
ini disediakan dalam bentuk OAT kombipak
Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu
tablet Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien Paduan ini dikemas dalam
satu paket untuk satu pasien
Paket Kombipak
18
Terdiri dari obat lepas yang dikemas dalam satu paket yaitu Isoniasid
Rifampisin Pirazinamid dan Etambutol Paduan OAT ini disediakan program untuk
mengatasi pasien yang mengalami efek samping OAT KDT
Paduan OAT ini disediakan dalam bentuk paket dengan tujuan untuk
memudahkan pemberian obat dan menjamin kelangsungan (kontinuitas) pengobatan
sampai selesai
Satu (1) paket untuk satu (1) pasien dalam satu (1) masa pengobatan
KDT mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB
1 Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin efektifitas
obat dan mengurangi efek samping
2 Mencegah penggunaan obat tunggal sehinga menurunkan resiko terjadinya
resistensi obat ganda dan mengurangi kesalahan penulisan resep
3 Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat menjadi
sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien
Paduan OAT dan peruntukannya
19
1 Kategori-1 (2HRZE 4H3R3)
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru
1048707 Pasien baru TB paru BTA positif
1048707 Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif
1048707 Pasien TB ekstra paru
Tabel 22 Dosis untuk paduan OAT KDT untuk Kategori 1
Berat Badan
Tahap Intensif
tiap hari selama 56 hari
RHZE (15075400275)
Tahap Lanjutan
3 kali seminggu selama 16 minggu
RH (150150)
30-37 kg 2 tablet 4 KDT 2 tablet 4 KDT38-54 kg 3 tablet 4 KDT 3 tablet 4 KDT55-70 kg 4 tablet 4 KDT 4 tablet 4 KDTge 71 kg 5 tablet 4 KDT 5 tablet 4 KDT
2 Kategori -2 (2HRZES HRZE 5H3R3E3)
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya
1048707 Pasien kambuh
1048707 Pasien gagal
1048707 Pasien dengan pengobatan setelah default (terputus)
Tabel 23 Dosis untuk paduan OAT KDT Kategori 2
Berat Badan
Tahap Intensif
tiap hari
RHZE (15075400275) + S
Tahap Lanjutan
3 kali seminggu
RH (150150) + E (275)
Selama 56 hari Selama 28 hari Selama 20 minggu
30-37 kg 2 tablet 4 KDT + 500 mg Streptomisin inj
2 tablet 4 KDT 2 tablet 4 KDT+ 2 tab Etambutol
38-54 kg 3 tablet 4 KDT +750 mg Streptomisin inj
3 tablet 4 KDT 3 tablet 4 KDT+ 3 tab Etambutol
55-70 kg 4 tablet 4 KDT +1000 mg Streptomisin inj
4 tablet 4 KDT 4 tablet 4 KDT+ 4 tab Etambutol
ge 71 kg 5 tablet 4 KDT +1000 mg Streptomisin inj
5 tablet 4 KDT 5 tablet 4 KDT+ 5 tab Etambutol
Catatan
20
Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal untuk streptomisin adalah
500mg tanpa memperhatikan berat badan
Untuk perempuan hamil lihat pengobatan TB dalam keadaan khusus
Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan menambahkan aquabidest
sebanyak 37ml sehingga menjadi 4ml (1ml = 250mg)
3 OAT Sisipan (HRZE)
Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap intensif kategori 1 yang
diberikan selama sebulan (28 hari)
Tabel 24 Dosis KDT untuk Sisipan
Berat Badan Tahap Intensif tiap hari selama 28 hari
RHZE (15075400275)
30-37 kg 2 tablet 4 KDT38-54 kg 3 tablet 4 KDT55-70 kg 4 tablet 4 KDTge 71 kg 5 tablet 4 KDT
Penggunaan OAT lapis kedua misalnya golongan aminoglikosida (misalnya
kanamisin) dan golongan kuinolon tidak dianjurkan diberikan kepada pasien baru tanpa indikasi
yang jelas karena potensi obat tersebut jauh lebih rendah daripada OAT lapis pertama Di
samping itu dapat juga meningkatkan terjadinya risiko resistensi pada OAT lapis kedua
2111 Alur Diagnostik TB 9
21Suspek TB Paru
2112 Evaluasi Pengobatan
22
Pemeriksaan dahak mikroskopis (SPS = Sewaktu ndash Pagi ndash Sewaktu)
Hasil BTA+ - -
Hasil BTA- - -
Hasil BTA+ + ++ + +
Antibiotik Non-OAT
Tidak adaPerbaikan
Adaperbaikan
Pemeriksaan dahak mikroskopis
Foto toraks dan
Pertimbangan dokter
Hasil BTA+ + ++ + -+ _ _
Hasil BTA- - -
Foto toraks dan
Pertimbangan dokter
TB Bukan TB
Evaluasi Klinis
Biasanya pasien di control dalam 1 minggu pertama selanjutnya setiap 2 minggu
selama tahap intensif dan seterusnya sekali sebulan sampai akhir pengobatan
Secara klinis hendaknya terdapat perbaikan keluhan pasien seperti batuk yang
berkurang tidak ada batuk darah nafsu makan bertambah dan ada peningkatan
berat badan
Evaluasi Bakteriologis
Pemeriksaan dahak untuk menilai keberadaan kuman Biasanya setelah 2-3
minggu perngobatan sputum BTA mulai negatif Pemeriksaan control sputum
dilakukan sekali sebulan Bagi penderita dengan BTA positif setelah tahap
intensif akan mendapatkan pengobatan ulang Bila sudah negatif sputum
diperiksa tiga kali berturut-turut dan harus dikontrol agar tidak terjadi ldquosilent
bacterial sheddingrdquo yaitu terdapat sputum BTA positif tanpa disertai keluhan-
keluhan TB yang relevan
Evaluasi Radiologis
Evaluasi radiologis juga diperlukan untuk melihat kemajuan terapi Dengan
pemeriksaan radiologis dapat dilihat keadaan TB parunya atau adanya penyakit
lain yang menyertai Evaluasi foto dada dilakukan tiap 3 bulan sekali 10
2113 Efek Samping OAT
Sebagian besar penderita TB paru dapat menyelesaikan pengobatan tanpa
efek samping Namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping Oleh karena
itu pemantauan kemungkinan terjadinya efek samping sangat penting dilakukan
selama pengobatan Pemantauan dilakukan dengan cara menjelaskan kepada
penderita tanda-tanda efek samping dan menanyakan adanya gejala efek samping
pada waktu penderita mengambil OAT 8
Efek samping ringan dari OAT seperti tidak ada nafsu makanmual sakit
perut nyeri sendi kesemutan sampai dengan rasa terbakar di kaki dan warna
kemerahan pada air seni Efek samping berat dari OAT misalnya gatal dan
kemerahan kulit tuli gangguan keseimbanagn ikterus tanpa penyebab lain
bingung dan muntah-muntah gangguan penglihatan purpura dan syok 8
22 Strategi DOTS
23
Strategi DOTS adalah strategi penanggulaan TB paru nasional yang telah
direkomendasikan oleh WHO yang dimulai pelaksanaannya di Indonesia pada tahun
19951996 Sebelum pelaksanaan strategi DOTS (1969-1994) angka kesembutah TB
paru yang dapat dicapai oleh program hanya 40-60 saja Dengan strategi DOTS
diharapkan angka kesembuhan dapat dicapai minimal 85 dari penderita TB paru
BTA positif yang di temukan 11
Prinsip DOTS adalah mendekatkan pelayanan pengobatan terhadap
penderita agar secara langsung dapat mengawasi keteraturan menelan obat dan
melakukan pelacakan bila penderita tidak datang mengambil obat sesuai dengan yang
ditetapkan
Kalau diurai dari kata-katanya pengertian DOTS dapat dimulai dengan
keharusan setiap pengelola program TB intuk member direct attention dalam usaha
menemukan penderita Dalam bahasa lain ini diterjemahkan menjadi deteksi kasus
dengan pemeriksaan mikroskopik kendati sebenarnya pengertiannya dapat diperluas
dengan keharusan untuk mendeteksi kasus secara baik dan akurat Kemudian setiap
pasien harus di- observed dalam memakan obatnya setiap obat yang di telan pasien
harus di depan seorang pengawas Selain itu tentunya pasien harus menerima
treatment yang tertata dalam system pengelolaan distribusi dan penyediaan obat
secara baik Kemudian setiap pasien harus mendapat obat yang baik artinya
pengobatan short course standart yang telah terbukti ampuh secara klinik
Akhirnya harus ada dukungan dari pemerinyah yang membuat program
penanggulangan TB mendapat prioritas yang tinggi dalam pelayanan kesehatan 11
Strategi DOTS mempunyai lima komponen
1) Komitmen politits dari para pengambil keputusan termasuk dukungan dana
2) Diagnosa TB dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopik
3) Pengobatan dengan panduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) jangka pendek
dengan pengawasan langsung oleh pengawas Menelan Obat (PMO)
4) Kesinambungan perssediaan OAT jangka pendek dengan mutu terjamin
5) Pencatatan dan pelaporan secraa baku untuk memudahkan pemantauan dan
evaluasi program penanggulangan TB
23 Konsep Perilaku
24
Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor baik faktor internal
( dari dalam diri manusia ) maupun faktor eksternal ( dari luar diri manusia ) Faktor
internal ini terdiri dari faktor fisik dan psikis Faktor eksternal terdiri dari berbagai
faktor antara lain sosial budaya masyarakat lingkungan fisik politik ekonomi
pendidikan dan sebagainnya Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi
kesehatan baik individu kelompok maupun masyarakat dikelompokkan menjadi
empat ( Blum 1974 )
Konsep Blum menjelaskan bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh
1) Lingkungan yang mencakup lingkungan fisik sosial budaya politik ekonomi
dan sebagainnya
2) Perilaku
3) Pelayanan kesehatan
4) Keturunan ( hereditas )
Perilaku merupakan factor terbesar kedua setelah factor lingkungan yang
mempengaruhi derajat kesehatan Oleh sebab itu dalam rangka membina dan
meningkatkan kesehatan masyarakat maka intervensi atau upaya yang di tujukan
kepada faktor erilaku ini sangat strategis
Menurut Green perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama yakni 12
1) Faktor predisposisi ( predisposing factor )
Faktor ini mencakup pengetahuan sikap dan masyarakat terhadap kesehatan
tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
kesehatan sistem nilai yang dinut masyarakat tingkat pendidikan tingkat sosial
ekonomi dan sebagainya
2) Faktor Pemungkin ( Enabling factor )
Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan
bagi masyarakat misalnya air bersih tempat pembuangan tinja ketersediaan
makanan yang bergizi dan sebagainnya termasuk juga fasilitas kesehatan
seperti puskesmas rumah sakit posyandu dokter atau bidan praktek swasta dan
sebagainnya
3) Faktor penguat ( reinforcing factor )
25
Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat tokoh agama
sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan Termasuk juga di
sini undang-undang peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah
daerah yang terkait dengan kesehatan
Tim kerja dari WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang
berperilaku tertentu dikarenakan 4 ( empat ) alasan pokok yaitu
1) Pemikiran dan perasaan ( Thoughts and feeling )
Yakni dalam bentuk pengetahuan kepercayaan dan sikap Pengetahuan di
peroleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain sedangkan
kepercayaan biasanya diperoleh dari orang tua kakek atau nenek Seseorang
menerima kepercayaan itu berdasarkan keyankinan dan tanpa adanya pembuktian
terlebih dahulu Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap
objek dan seringnya diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang
lain yang paling dekat
2) Karakteristik Pendukung (enabling characteristics)
Karakteristik ini mencerminkan bahwa meskipun mempunyai predisposisi untuk
menggunakan pelayanan kesehatan ia tak akan bertindak menggunakannya
kecuali bial ia mampu menggunakannya Penggunaan pelayanan kesehatan yang
ada tergantung kepada kemampuan konsumen untuk membayar
3) Karakteristik kebutuhan (need characteristics)
Faktor predisposisi dan factor yang memungkinkan untuk mencari pengobatan
dapat terwujud di dalam tindakan apabila itu dirasakan sebagai kebutuhanDengan
kata lain kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan
pelayanan kesehatan bila mana tingkat predisposisi dan enabling itu ada
Kebutuhan (need) disisni di bagi menjadi dua ketegori dirasa atau preceived
( subject assessment) dan evaluated ( clinical diagnosis )
Menurut Skinner perilaku kesehatan adalah suatu respons
seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan
26
penyakit system pelayanan kesehatan makanan dan minimum serta lingkungan
Dari batasan ini perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 ( tiga)
kelompok yakni
1) Perilaku pemeliharaan kesehatan ( health maintenance)
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga
kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit Oleh
sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3(tiga) aspek yaitu
a Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit serta
pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit
b Perilaku peningkatan kesehatan apabila seseorang dalam keadaan sehat
c Perilaku gizi Makanan dan minimum dapat meningkatkan kesehatan
seseorang bahkan dapat mendatangkan penyakit Hal ini sangat tergantung
pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut
2) Perilaku pencarian pengobatan ( health behavior )
Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat
menderita penyakit dan atau kecelakaan Tindakan atau perilaku ini dimulai dari
mengobati sendiri ( self treatment) sampai mencari pengobatan keluar negeri
3) Perilaku kesehatan lingkungan
Adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan baik lingkungan fisik
maupun social budaya dan sebagainnya sehingga lingkungan tersebut tidak
mempengaruhi kesehatannya Dengan perkataan lain bagaimana seseorang
mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri
keluarga atau mesyarakatnya 12
24 Kepatuhan Berobat
Kepatuhan berasal dari kata ldquo patuh ldquo yang berarti taat suka menuruti
disiplin Kepatuhan menurut Trostle adalah tingkat perilaku penderita dalam
mengambil suatu tindakan pengobatan misalnya dalam menentukan kebiasaan
hidup sehat dan ketetapan berobat Dalam pengobatan seseorang dikatakan tidak
27
patuh apabila orang tersebut melalaikan kewajibannya berobat sehingga dapat
mengakibatkan terhalangnya kesembuhan 13
Menurut Sacket kepatuhan pasien adalah sejauh mana perilaku pasien
sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh professional kesehatan 14
Menurut Sarafino secara umum ketidaktaatan meningkatkan risiko
berkembangnya masalah kesehatan atau memperpanjang atau memperburuk
kesakitan yang sedang di derita Perkiraan yang ada menyatakan bahwa 20 jumlah
opname di rumah sakit merupakan akibat dari ketidaktaatan pasien terhadap aturan
pengobatan Faktor yang mempengaruhi kepatuhan seseorang dalam berobat yaitu
faktor petugas faktor obat dan faktor penderita Karakteristik petugas yang
mempengaruhi kepatuhan antara lain jenis petugas tingkat pengetahuan lamanya
bekerja frekuensi penyuluhan yang dilakukan Faktor obat yang mempengaruhi
kepatuhan adalah pengobatan yang sulit dilakukan tidak menunjukkan kea rah
penyembuhan waktu yang lama adanya efek samping obat Faktor penderita yang
menyebabkan ketidakpatuhan adalah umur jenis kelamin pekerjaan anggota
keluarga saudara atau teman khusus 15
25 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan
Faktor-faktor yang mempengaruhi katidakpatuhan dapat digolongkan
menjadi empat bagian yaitu
1 Pemahaman tentang Instruksi
Tak seorang pun mematuhi instruksi jika ia salah paham tentang instruksi yang
diberikan kepadanyaLey dan Spelman (Ester 2000 ) Menemukan bahwa lebih
dari 60 yang diwawancarai setelah bertemu dengan dokter salah mengerti
tentang instruksi yang diberikan pada mereka kadang-kadang hal ini disebabkan
oleh kegagalan professional kesehatan dalam memberikan informasi yang
lengkap penggunaan istilah-istilah medis dan mbanyak memberikan instruksi
yang harus diingat oleh pasien
28
Pendekatan praktis untuk meningkatkan kepatuhan pasien ditemukan oleh
Dinicola dan Dimatteo yaitu
a) Buat instruksi tertulis yang jelas dan mudah diinterpretasikan
b) Berikan informasi tentang pengobatan sebelum menjelaskan hal-hal lain
c) Jika seseorang diberikan suatu daftar tertulis tenang hal-hal yang harus
diingat maka aka nada efek ldquokeunggulanrdquoyaitu mereka brusaha mengingat
hal-hal yang pertama kali ditulis
d) Insruksi-instruksi harus ditulis dengan bahasa umum ( Non medis ) dan hal-
hal yang perlu ditekankan 14
2 Kualitas Interaksi
Kualitas interaksi antara profrsional kesehatan dan pasien merupakan bagian yang
penting dalam menentukan derajat kepatuhan Meningkatkan interaksi
professional kesehatan dengan pasien adalah suatu hal penting untuk memberikan
umpan balik pada pasien setelah memperoleh informasi tentang diagnosis Pasien
membutuhkan penjelasan tentang kondisinya saat ini apa penyebabnya dan apa
yang dapat mereka lakukan dengan kondisi seperti itu
3 Isolasi sosial dan keluarga
Keluarga dapat menjadi factor yang sangat berpengaruh dalam menentukan
keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga menentukan tentang
program pengobatan yang dapat mereka terima Keluarga juga member dukungan
dan membuat keputusan mengenai perawatan dari anggota keluarga yang sakit
4 Keyakinan Sikap Kepribadian
Ahli psikologis telah menyelidiki tentang hubungan antar pengukuran-
pengukuran kepribadian dan kepatuhan Mereka menemukan bahwa data
kepribadian secara benar dibedakan antar orang yang putih drngan orang yang
gagal Orang-orang yang tidak patuh adalah orang-orang yang lebih mengalami
depresi anxietas sangat memperhatikan kesehatannya memiliki kekuatan ego
29
yang lebih lemah dan kehidupan sosialnya lebih memusatkan perhatian pada
dirinya sendiri Blumenthal et al mengatakan bahwa ciri-ciri kepribadian yang
disebutkan diatas itu yang menyebabkan seseorang cenderung tidak patuh ( drop
out) dari program pengobatan 14
Menurut Schwart dan Griffin Faktor yang berhubungan dengan
ketidaktaan secara sejarah riset tentang ketaan pasien didasarkan atas pandangan
tradisional mengenai pasien sebagai penerima nasihat dokter yang pasif dan patuh
Pasien yang tidak taat dipandang sebagai orang yang lalai dan masalahnya dianggap
sebagai masalah control Riset berusah untuk mengidentifikasi kelompok-kelompok
pasien yang tidak patuh berdasarkan kelas sosioekonomi pendidikan umur dan
jenis kelamin Pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan sepanjang bawah
pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif seperti penggunaan buku-buku
dan kaset oleh pasien secara mandiri Usaha-usaha ini sedikit berhasil seorang dapat
menjadi tidak taat kalau situasinya memungkinkan Teori-teori yang lebih baru
menekannkan factor situasional dan pasien sebagai peserta yang aktif dalam proses
pengobatannya Perilaku ketaatan sering diartikan sebagai usaha pasien untuk
mengendalikan perilakunya bahkan jika hal tersebut bias menimbulkan resiko
mengenai kesehatannya 15
Macam-macam faktor yang berkaitan dengan ketidaktaatan disebutkan
a Ciri-ciri kesakitan dan cirri-ciri pengobatan
Menurut Dickson dkk perilaku ketaatan lebih rendah untuk penyakit kronis
(karena tidak ada akibat buruk yang segera dirasakan atau resiko yang jelas )
saran mengenai gaya hidup umum dan kebiasaan yang lama pengobatan yang
kompleks pengobatan dengan efek samping perilaku yang tidak pantas
Menurut Sarafino tingkat ketaaatan rata-rata minum obat utnuk menyenbuhkan
kesakitan akut dengan pengobatan jangka pendek adalah sekitar 78 Untuk
kesakita kronis dengan cara pengobatan jangaka panjang tingkat tersebut menurun
sampai 54
b Komunikasi antara Pasien dan Dokter
Berbagai aspek komunikasi antara pasien dan dokter mempengaruhi tingkat
ketidaktaan misalnya informasi dengan pengawasan yang kurang
30
ketidakpuasan terhadap aspek hubungan emosional dengan dokter ketidak
puasan terhadap pengobatan yang diberikan
c Variabel-variabel sosial
Hubungan antara dukungan sosial dengan ketaatan telah dipelajari Secara umum
orang-orang yang merasa mereka menerima penghiburan perhatian dan
pertolongan yang mereka butuhkan dari seseorang atau kelompok biasanya
cenderung lebih mudah mengikuti nasihat medis daripada pasien yang kurang
mendapat dukungan sosial Jelaslah bahwa keluarga memainkan peranan yang
sangat penting dalam pengelolaan medis misalnya penggunaan pengaruh
normative pada pasien yang mungkin mengakibatkan efek yang memudahkan
atau menghambat perilaku ketaatan
d Ciri-ciri Individual
Variabel-variabel demografis juga digunakan untuk meramalkan ketidaktaatan
sebagai contoh Di Amerika Serikat kaum wanita kaum kulit putih dan orang
tua cenderung mengikuti anjuran dokter 15
Dalam proses penyembuhan penderita TB Paru dapat diberikan obat anti-
TB (OAT) yang diminum secara teratur sampai selesai dengan pengawasan
yangketat Masa pemberian obat memang cukup lama yaitu 6-8 bulan secara terus
menerus sehingga dapat mencegah penularan kepada orang lain Oleh sebab itu para
penderita TB jika ingin sembuh harus minum obat secara teratur Tanpa adanya
keteraturan minum obat penyakit sulit disembuhkan Jika tidak teratur minum obat
penyakitnya sukar diobati kuman TB dalam tubuh akan berkembang semakin banyak
dan menyerang organ tubuh lain yang akan membutuhkan waktu lebih lama untuk
dapat sembuh
26 Pengawasan Menelan Obat (PMO) 9
Salah satu komponen DOTS adalah pengobatan paduan OAT jangka
pendek dengan pengawasan langsung Untuk menjamin keteraturan pengobatan
diperlukan seorang PMO
31
a Persyaratan PMO
bull Seseorang yang dikenal dipercaya dan disetujui baik oleh petugas kesehatan
maupun pasien selain itu harus disegani dan dihormati oleh pasien
bull Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien
bull Bersedia membantu pasien dengan sukarela
bull Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan pasien
b Siapa yang bisa menjadi PMO
Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan misalnya Bidan di Desa Perawat
Pekarya Sanitarian Juru Immunisasi dan lain lain Bila tidak ada petugas
kesehatan yang memungkinkan PMO dapat berasal dari kader kesehatan guru
anggota PPTI PKK atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga
c Tugas seorang PMO
bull Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai
pengobatan
bull Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur
bull Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah
ditentukan
bull Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai gejala-
gejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke Unit Pelayanan
Kesehatan
Tugas seorang PMO bukanlah untuk mengganti kewajiban pasien mengambil
obatdari unit pelayanan kesehatan
d Informasi penting yang perlu dipahami PMO untuk disampaikan kepada pasien dan
keluarganya
bull TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur
32
bull TB bukan penyakit keturunan atau kutukan
bull Cara penularan TB gejala-gejala yang mencurigakan dan cara pencegahannya
bull Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan)
bull Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur
bull Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera meminta
pertolongan ke UPK
27 Penanggulangan TB 16
Rencana Global Penanggulangan TB
Rencana Global 2006-2015 mencakup enam elemen utama dalam strategi baru Stop
TB ndashWHO yang terdiri dari
1 Memperluas dan meningkatkan ekspansi DOTS yang berkualitas meningkatkan
penemuan kasus dan kesembuhan melalui pendekatan yangterfokus pada penderita
agar pelayanan DOTS yang berkualitas dapat menjangkau seluruh penderita
khususnya kelompok masyarakat yang miskin dan rentan
2 Menghadapi tantangan TBHIV MDR-TB dan tantangan lainnya dengan cara
meningkatkan kolaborasi TBHIV DOTS-Plus dan pendekatan lainnya
3 Berkontribusi dalam memperkuat sistem kesehatan melalui kerjasama dengan
berbagai program dan pelayanan kesehatan lainnya misalnya dalam memobilisasi
sumber daya manusia dan finansial untuk implementasi dan mengevaluasi
hasilnyaserta pertukaran informasi dalam keberhasilan pencapaian dalam program
penanggulangan TB
33
4 Melibatkan seluruh penyedia pelayanan kesehatan pemerintah lembaga swadaya
masyarakat (LSM) dan swasta dengan cara memperluas pendekatan berbasis
public-private mix (PPM) dengan menggunakan ISTC
5 Melibatkan penderita TB dan masyarakat untuk memberikan kontribusi dalam
penyediaan pelayanan yang efektif Hal ini meliputi perluasan pelayanan TB di
masyarakat menciptakan kebutuhan masyarakat akan pelayanan TB advokasi
yang spesifik komunikasi dan mobilisasi sosial serta mendukung pengembangan
piagam pasien TB dalam masyarakat dan
6 Memberdayakan dan meningkatkan penelitian operasional
28 Kerangka Konsep
Variabel Independent Variabel dependent
Karakteristik Individu
1Umur
2Jenis kelamin
3Pendidikan
4Pekerjaan
5Pengetahuan
6Efek samping OAT
7Tingkat kepatuhan
penderita dalam
pengobatan
Kesembuhan
34
Penderita TB paru
Faktor Pelayanan
kesehatan
1 Ketersediaan OAT
2 Sikap petugas kesehatan
3 LokasiJarak
4 Penyuluhan kesehatan
5 Kunjungan rumah
Faktor Peran PMO
Gambar Kerangka Konsep Penelitian
Definisi Konsep
1 Karakteristik individu adalah hal-hal yang melekat dalam diri penderita TB paru yang
mempengaruhi tingkat kapetuhan dalam melaksanakan program pengobatan dengan
strategi DOTS yang membedakan seseorang dengan yang lainnya meliputi umur jenis
kelamin pendidikan pekerjaan pengetahuan efek samping OAT tingkat kepatuhan
penderita dalam pengobatan
2 Faktor pelayanan kesehatan adalah penilaian dari penderita TB paru terhadap upaya yang
diselenggarakan oleh unit pelayanan kesehatan untuk menangani penderita TB paru
meliputi Ketersediaan OATsikap petugas kesehatan lokasijarak penyuluhan
kesehatan dan kunjungan rumah
3 Faktor Peran PMO ( Pengawasan Menelan Obat ) adalah penilaian dari penderita TB paru
terhadap hal-hal yang menjadi tugas dari seseorang pengawas menelan obat yang
mempengaruhi tingkat kepatuhan penderita TB paru dalam melaksanakan pengobatan
meliputi penyuluhan member dorongan meningkatkan dan mengawasi
35
4 Kesembuhan adalah pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan
pemeriksaan ulang dahak (follow up) menunjukkan hasil BTA negatif
29 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konsep di atas maka hipotesis penelitian ini adalah
1) Ada pengaruh karakteristik individu terhadap kesembuhan penderita TB paru
dalam pengobatan
2) Ada pengaruh pelayanan kesehatan terhadap kesembuhan penderita TB paru
dalam pengobatan
3) Ada pengaruh PMO terhadap kesembuhan penderita TB paru dalam pengobatan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
31 Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional yang
bertujuan untuk menjelaskan pengaruh karakteristik individu faktor pelayanan
kesehatan dan faktor Pengawas Menelan Obat (PMO) terhadap kesembuhan
penderita TB Paru dalam melaksanakan pengobatan di Puskesmas Grogol Petamburan
tahun 2011
32 Tempat dan Waktu Penelitian
36
Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Grogol Petamburan pada bulan
Januari sampai Februari tahun 2012
33 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang
sedang menjalankan pengobatan TB di Puskesmas Grogol
Petamburan mulai bulan OktobeR
34 Keriteria Inklusi dan Eksklusi
341 Keriteria Inklusi
342 Keriteria Eksklusi
35 Sampel
351 Besar Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang
mengikuti pengobatan dengan strategi DOTS di Puskesmas yang pada saat penelitian
sedang menjalani pengobatan dan seluruh penderita TB yang telah mendapat
pengobatan selama 6 bulan atau sedang dalam tahap lanjutan
Keterangan
n1 = Jumlah sampel minimal
37
n2 = Jumlah sampel ditambah substitusi 10 (substitusi adalah persen responden
yang mungkin drop out)
Z = Tingkat batas kepercayaan dengan = 5
Didapat Z pada kurva normal = 196
p = Proporsi variabel yang diteliti yaitu besarnya presentasi 50 )
q = 1 - p
L = Derajat kesalahan yang masih dapat diterima adalah 10
Berdasarkan rumus di atas didapatkan angka sebagai berikut
( Z )2 p q ( 196 )2 0505
n1 = ----------------- = ------------------------------ = 9604
L2 ( 01 )2
n2 = n1 + ( 10 n1 )
= 9604 + ( 10 9604)
= 9604 + 9604
= 10564 Dibulatkan 106
352 Teknik Pengambilan Sampel
36 Identifikasi Variabel
1 Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kesembuhan tb paru
2 Variabel independen adalah umur jenis kelamin pendidikan pekerjaan
pengetahuan efek samping OAT dan tingkat kepahuhan dari penderita TB
Selain itu faktor dari pelayanan kesehatan dan PMO juga ikut berperan
37 Cara Kerja
1 Membuat proposal penelitian tentang hubungan antara tingkat kepatuhan minum
OAT dengan tingkat kesembuhan penyakit TB di Puskesmas Kecamatan Grogol
Petamburan
38
2 Pengumpulan data sekunder dari Puskesmas Grogol Petamburan
3 Melakukan kunjungan ke rumah-rumah sampel di daerah RT terpilih untuk
pengumpulan data primer dengan memakai kuesioner dan wawancara responden
4 Data-data yang telah dikumpulkan akan dilakukan pengolahan berupa proses
editing verifikasi dan koding Selanjutnya dimasukkan dan diolah dengan
menggunakan program computer yaitu program SPSS
5 Terhadap data yang telah diolah kemudian dilakukan analisis sesuai dengan cara
uji statistik menggunakanhelliphellip Data diinterpretasi secara deskriptif korelatif
antar variabel ndash variabel yang telah ditentukan dan disajikan dalam bentuk
tekstular dan tabular
6 Hasil dari penelitian akan disusun dalam bentuk pelaporan penelitian yang
selanjutnya akan di presentasikan di hadapan staf pengajar program pendidikan
Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida
Wacana (FK UKRIDA) dalam forum pendidikan Ilmu Kedokteran Komunitas
Fakultas Kedokteran UKRIDA
38 Manajemen Data
381 Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder yaitu
1 Data primer diperoleh dengan wawancara langsung kepada penderita TB paru
dan petugas kesehatan program penanggulangan TB Paru yang berpedoman pada
kuisioner penelitian yang telah ditetapkan dam melakukan cross check
2 Data sekunder diperoleh dari laporan pelaksanaan program penanggulangan TB
Paru di Puskesmas kartu pengobatan TBC (formulir TB 01) dan Formulir
Permohonan Laboratorium TBC Untik Pemeriksaan Dahak (formulir TB 05)
382 Pengolahan Data
39
Aspek pengukuran
Aspek pengukuran variable bebas
Karakteristik individu
Aspek pengukuran variable karakteristik individu dapat dilihat pada tabel 31
Table 31 Aspek Pengukuran Variabel Karakteristik Individu
Karakteristik
individu
Kategori Skala Bobot nilai
Umur a 15-24 tahun
b 25-49 tahun
c gt 50 tahun
rasio
Jenis kelamin a Laki-laki
b Perempuan
Tingkat
pendidikan
a Tidak tamat SD
b SD
c SLTP
d SLTA
e Sarjana S1
Pekerjaan a Bekerja
b Tidak bekerja
Pengetahuan a Baik
b Sedang
c Bururk
Efek samping
OAT
a Ada
b Tidan ada
Faktor pelayanan kesehatan
Pengukuran faktor pelanan kesehatan meliputi ketersediaan OAT yang
diukur adalah yang diukur dengan 2 pertanyaan sikap petugas kesehatan diukur
dengan 8 pertanyaan lokasi jarak diukur dengan 3 pertanyaan penyuluhan kesehatan
diukur dengan 6 pertanyaan dan kunjungan rumah diukur dengan 2 pertanyaan
40
berdasarkan jawaban yang diberikan responden selanjutnya dikelompokkan menjadi
tiga (3) yaitu
a Baik jika faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan
penilaian yang baik karena kebutuhan yang diinginkan debagian besarnya
terpenuhi (nilai gt32)
b Sedang bila faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan
penilaian yang kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan responden hanay
sebagian saja yang terpenuhi (nilainya 17-32)
c Buruk bila faktor pelayanan pelayanan kesehatan yang diterima responden
menimbulkan penilaian yang tidak baik karena kebutuhan yang diinginka
responden sebagian besar tidak dipenuhi (nilainya lt17)
Faktor Pengawas Menelan Obat (PMO)
Faktor Pengawas Menelan Obat diukur dengan 5 pertanyaan yang
selanjutnya dibedakan atas 3 kategori yaitu
a Baik bila semua tugas yang diterima responden terlaksana dengan baik yaitu
mengawasi memberikan dorongan mengingatkan dan memberikan penyuluhan
(nilainya gt11)
b Sedang bila tugas PMO yang diterima responden sebagian saja yang terpenuhi
(nilainya 6-11)
c Buruk bila tugas PMO yang diterima responden tidak terlaksana dengan baik
(nilainya lt 6)
Aspek Pengukuran Variabel Terikan
Kepatuhan Pengobatan TB Paru
41
Aspek Pengukuran Variabel ini menggunakan skala interval yang diukur berdasarkan
tiga (3) kategori yaitu
Patuh apabila responden selalu menelan obat sesuai ketentuan petugas kesehatan
yaitu setiap hari pada tahap awal tiga kali seminggu pada tahap lanjutan dan
mengambil obat serta memeriksakan dahak sesuai jadwal dan menaati nasihat dari
petugas kesehatan ( bobot 3 )
Kurang patuh jika responden kadang-kadang menelan obat sesuai ketentuan
petugas kesehatan atau responden tidak menelan obat 2-8 minggu selama tahap
pengobatan lanjutan dan tidak memerisakan dahak sesuai jadwal yang telah
ditetapkan dan tidak selalu menaati nasihat dari petugas kesehatan (bobot 2 )
Tidak patuh jika responden tidak menelan obat sesuai ketentuan petugas
kesehatan atau responden tidak menelan obat lebih dari 8 minggu selama tahap
pengobatan lanjutan dan tidak mengambil obat serta tidak memeriksakan dahak
sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan tidak menaati nasihat petugas kesehatan
(bobot 1)
383 Penyajian Data
384 Analisis Data
385 Interpretasi Data
386 Pelaporan Data
39 Definisi Operasional
1 Umur adalah usia responden saat penelitian berdasarkan ulang tahun terakhir yang
dibedakan atas 3 (tiga) kategori berdasarkna Badan Pusat Statistik Kota Medan
42
tahun 2008 yaitu 1) orang muda 25-24 tahun 2) dewasa 24-49 tahun 3) orang
tua gt 50 tahun
2 Jenis kelamin adalah suatu karakteristik responden yang dibedakan identitasnya
dari laki-laki dan perempuan
3 Pendidikan adalah jenjang pendidikannyang berhasil ditamatkan responden yang
dibedakan atas tidak tamat SD SD SLTP SLTA Akademi Sarjana
4 Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh responden sebagai
pendapatan utama yang dibedakan atas kerja dan tidak bekerja
5 Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai penyakit
TB paru
6 Efek samping OAT adalah gejala keluhan yang diderita responden akiba menelan
OAT selama pengobatan
7 Ketersdediaan OAT adalah pandangan responden terhadap kondisi OAT
diperoleh dari puskesmas meliputi kecukupan jumlah OAT dan dan kualitasnya
8 Sikap petugas kesehatan adalah penilaian responden terhadap reaksi petugas
kesehatan kepada responden selama mereka menjalanin pengobatan
9 Lokasi jarak adalah pandangan responden tentang lama perjalanan dari tempat
tinggal responden ke Puskesmas yang diukur dengan jarak sarana transportasi
10 Penyuluhan kesehatan adalah pandangan responden tentang kegiatan yang
dilakukan oleh petugas kesehatan sehubungan dengan pengobatan TB Paru untuk
mencapai suatu keadaan dimana pederita TB Paru dapat hidup lebih sehat
11 Kunjungan rumah adalah pandangan responden tentang kegiatan yang dilakukan
petugas kesehatan selama masa pengobatan ke rumah responden
12 Faktor peran Pengawas Minum Obat (PMO) adalah pandangan responden tentang
tugas yang dilakasanakan oleh seorang PMO meliputi penyuluhan
13 Kepatuhan berobat adalah ketaan responden dalam menelan obat mengambil
obat dan melakukan pemeriksaan dahak sesuai jadwal yang telah ditentukan dan
menaati segala nasehat dari petugas kesehatan
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
1) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta
2) Perkumpulan Pemberantasan TB Indonesia 2011 TB di Indonesia Peringkat Dunia
Jakarta Diakses melalui situs httpwwwpptiinfoindexphpcomponentcontentarticle46-
arsip-ppti141-tbc-di-indonesia-peringkat-5-dunia Diakses pada tanggal 23 Januari 2012
44
3) Depkes dan WHO 2008 Lembar Fakta Tuberkulosis Jakarta
4) Dirjen P2M amp PLP 1997 Pengawasan Menelan Obat (PMO) adalah DOTS ala Indonesia
Jakarta
5) Amirudin R 2006 Faktor Keberhasilan Konversi pada Penderita TB Paru di Puskesmas
Jongaya Tahun 2006 Laporan Penelitian FKM Unhas Makasar
6) Aditama Tjandra Y 1994 Tuberkulosis Paru Masalah dan Penanggulangnya UI Press
Jakarta
7) Aru W Bambang S Idrus A dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Tuberkulosis
Paru Edisi IV FKUI Jakarta 2006 998-1004
8) Depkes RI 2002 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta
9) Depkes RI 2006 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta
10) Subijakto Hubungan Pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Berobat
Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Proposal Skripsi Jakarta 2011 Diakses pada
tanggal 20 Januari 2012
11) Aditama Tjandra Y 2002 Tuberkulosis Diagnosis Terapi dan Masalahnya Yayasan IDI
Jakarta
12) Notoatmodjo Soekidjo 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Penerbit Rineka Cipta
Jakarta
13) Simamora Jojor 2004 Faktor yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Berobat Penderita TB
Paru di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2004 Tesis Pascasarjana USU Medan
14) Ester Monica 2000 Psikologi Kesehatan Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
15) Bart Smet 1994 Psikologi Kesehatan PT Grasindo Jakarta
16) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta
45
Jenis OAT Sifat Harian 3x seminggu
Isoniazid (H) Bakterisid 5
(4-6)
10
(8-12)
Rifampicin (R) Bakterisid 10
(8-12)
10
(8-12)
Pyrazinamide (Z) Bakterisid 25
(20-30)
35
(30-40)
Streptomycin (S) Bakterisid 15
(12-18)
15
(12-18)
Etambutol (E) Bakteriostatik 15
(15-20)
30
(20-35)
Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut 9
bull OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat dalam jumlah
cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan Jangan gunakan OAT
tunggal (monoterapi) Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT ndash KDT)
lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan
bull Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat dilakukan pengawasan langsung
(DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat
(PMO)
bull Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap yaitu tahap intensif dan lanjutan
Tahap awal (intensif) 9
- Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara
langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat
17
- Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat biasanya pasien
menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu
- Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2
bulan
Tahap Lanjutan 9
- Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit namun dalam jangka
waktu yang lebih lama
- Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah
terjadinya kekambuhan
2110 Panduan Penggunaan OAT di Indonesia9
Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis di Indonesia
- Kategori 1 2(HRZE)4(HR)3
- Kategori 2 2(HRZE)S(HRZE)5(HR)3E3
Disamping kedua kategori ini disediakan paduan obat sisipan (HRZE)
- Kategori Anak 2HRZ4HR
Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket
berupa obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT) sedangkan kategori anak sementara
ini disediakan dalam bentuk OAT kombipak
Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu
tablet Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien Paduan ini dikemas dalam
satu paket untuk satu pasien
Paket Kombipak
18
Terdiri dari obat lepas yang dikemas dalam satu paket yaitu Isoniasid
Rifampisin Pirazinamid dan Etambutol Paduan OAT ini disediakan program untuk
mengatasi pasien yang mengalami efek samping OAT KDT
Paduan OAT ini disediakan dalam bentuk paket dengan tujuan untuk
memudahkan pemberian obat dan menjamin kelangsungan (kontinuitas) pengobatan
sampai selesai
Satu (1) paket untuk satu (1) pasien dalam satu (1) masa pengobatan
KDT mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB
1 Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin efektifitas
obat dan mengurangi efek samping
2 Mencegah penggunaan obat tunggal sehinga menurunkan resiko terjadinya
resistensi obat ganda dan mengurangi kesalahan penulisan resep
3 Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat menjadi
sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien
Paduan OAT dan peruntukannya
19
1 Kategori-1 (2HRZE 4H3R3)
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru
1048707 Pasien baru TB paru BTA positif
1048707 Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif
1048707 Pasien TB ekstra paru
Tabel 22 Dosis untuk paduan OAT KDT untuk Kategori 1
Berat Badan
Tahap Intensif
tiap hari selama 56 hari
RHZE (15075400275)
Tahap Lanjutan
3 kali seminggu selama 16 minggu
RH (150150)
30-37 kg 2 tablet 4 KDT 2 tablet 4 KDT38-54 kg 3 tablet 4 KDT 3 tablet 4 KDT55-70 kg 4 tablet 4 KDT 4 tablet 4 KDTge 71 kg 5 tablet 4 KDT 5 tablet 4 KDT
2 Kategori -2 (2HRZES HRZE 5H3R3E3)
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya
1048707 Pasien kambuh
1048707 Pasien gagal
1048707 Pasien dengan pengobatan setelah default (terputus)
Tabel 23 Dosis untuk paduan OAT KDT Kategori 2
Berat Badan
Tahap Intensif
tiap hari
RHZE (15075400275) + S
Tahap Lanjutan
3 kali seminggu
RH (150150) + E (275)
Selama 56 hari Selama 28 hari Selama 20 minggu
30-37 kg 2 tablet 4 KDT + 500 mg Streptomisin inj
2 tablet 4 KDT 2 tablet 4 KDT+ 2 tab Etambutol
38-54 kg 3 tablet 4 KDT +750 mg Streptomisin inj
3 tablet 4 KDT 3 tablet 4 KDT+ 3 tab Etambutol
55-70 kg 4 tablet 4 KDT +1000 mg Streptomisin inj
4 tablet 4 KDT 4 tablet 4 KDT+ 4 tab Etambutol
ge 71 kg 5 tablet 4 KDT +1000 mg Streptomisin inj
5 tablet 4 KDT 5 tablet 4 KDT+ 5 tab Etambutol
Catatan
20
Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal untuk streptomisin adalah
500mg tanpa memperhatikan berat badan
Untuk perempuan hamil lihat pengobatan TB dalam keadaan khusus
Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan menambahkan aquabidest
sebanyak 37ml sehingga menjadi 4ml (1ml = 250mg)
3 OAT Sisipan (HRZE)
Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap intensif kategori 1 yang
diberikan selama sebulan (28 hari)
Tabel 24 Dosis KDT untuk Sisipan
Berat Badan Tahap Intensif tiap hari selama 28 hari
RHZE (15075400275)
30-37 kg 2 tablet 4 KDT38-54 kg 3 tablet 4 KDT55-70 kg 4 tablet 4 KDTge 71 kg 5 tablet 4 KDT
Penggunaan OAT lapis kedua misalnya golongan aminoglikosida (misalnya
kanamisin) dan golongan kuinolon tidak dianjurkan diberikan kepada pasien baru tanpa indikasi
yang jelas karena potensi obat tersebut jauh lebih rendah daripada OAT lapis pertama Di
samping itu dapat juga meningkatkan terjadinya risiko resistensi pada OAT lapis kedua
2111 Alur Diagnostik TB 9
21Suspek TB Paru
2112 Evaluasi Pengobatan
22
Pemeriksaan dahak mikroskopis (SPS = Sewaktu ndash Pagi ndash Sewaktu)
Hasil BTA+ - -
Hasil BTA- - -
Hasil BTA+ + ++ + +
Antibiotik Non-OAT
Tidak adaPerbaikan
Adaperbaikan
Pemeriksaan dahak mikroskopis
Foto toraks dan
Pertimbangan dokter
Hasil BTA+ + ++ + -+ _ _
Hasil BTA- - -
Foto toraks dan
Pertimbangan dokter
TB Bukan TB
Evaluasi Klinis
Biasanya pasien di control dalam 1 minggu pertama selanjutnya setiap 2 minggu
selama tahap intensif dan seterusnya sekali sebulan sampai akhir pengobatan
Secara klinis hendaknya terdapat perbaikan keluhan pasien seperti batuk yang
berkurang tidak ada batuk darah nafsu makan bertambah dan ada peningkatan
berat badan
Evaluasi Bakteriologis
Pemeriksaan dahak untuk menilai keberadaan kuman Biasanya setelah 2-3
minggu perngobatan sputum BTA mulai negatif Pemeriksaan control sputum
dilakukan sekali sebulan Bagi penderita dengan BTA positif setelah tahap
intensif akan mendapatkan pengobatan ulang Bila sudah negatif sputum
diperiksa tiga kali berturut-turut dan harus dikontrol agar tidak terjadi ldquosilent
bacterial sheddingrdquo yaitu terdapat sputum BTA positif tanpa disertai keluhan-
keluhan TB yang relevan
Evaluasi Radiologis
Evaluasi radiologis juga diperlukan untuk melihat kemajuan terapi Dengan
pemeriksaan radiologis dapat dilihat keadaan TB parunya atau adanya penyakit
lain yang menyertai Evaluasi foto dada dilakukan tiap 3 bulan sekali 10
2113 Efek Samping OAT
Sebagian besar penderita TB paru dapat menyelesaikan pengobatan tanpa
efek samping Namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping Oleh karena
itu pemantauan kemungkinan terjadinya efek samping sangat penting dilakukan
selama pengobatan Pemantauan dilakukan dengan cara menjelaskan kepada
penderita tanda-tanda efek samping dan menanyakan adanya gejala efek samping
pada waktu penderita mengambil OAT 8
Efek samping ringan dari OAT seperti tidak ada nafsu makanmual sakit
perut nyeri sendi kesemutan sampai dengan rasa terbakar di kaki dan warna
kemerahan pada air seni Efek samping berat dari OAT misalnya gatal dan
kemerahan kulit tuli gangguan keseimbanagn ikterus tanpa penyebab lain
bingung dan muntah-muntah gangguan penglihatan purpura dan syok 8
22 Strategi DOTS
23
Strategi DOTS adalah strategi penanggulaan TB paru nasional yang telah
direkomendasikan oleh WHO yang dimulai pelaksanaannya di Indonesia pada tahun
19951996 Sebelum pelaksanaan strategi DOTS (1969-1994) angka kesembutah TB
paru yang dapat dicapai oleh program hanya 40-60 saja Dengan strategi DOTS
diharapkan angka kesembuhan dapat dicapai minimal 85 dari penderita TB paru
BTA positif yang di temukan 11
Prinsip DOTS adalah mendekatkan pelayanan pengobatan terhadap
penderita agar secara langsung dapat mengawasi keteraturan menelan obat dan
melakukan pelacakan bila penderita tidak datang mengambil obat sesuai dengan yang
ditetapkan
Kalau diurai dari kata-katanya pengertian DOTS dapat dimulai dengan
keharusan setiap pengelola program TB intuk member direct attention dalam usaha
menemukan penderita Dalam bahasa lain ini diterjemahkan menjadi deteksi kasus
dengan pemeriksaan mikroskopik kendati sebenarnya pengertiannya dapat diperluas
dengan keharusan untuk mendeteksi kasus secara baik dan akurat Kemudian setiap
pasien harus di- observed dalam memakan obatnya setiap obat yang di telan pasien
harus di depan seorang pengawas Selain itu tentunya pasien harus menerima
treatment yang tertata dalam system pengelolaan distribusi dan penyediaan obat
secara baik Kemudian setiap pasien harus mendapat obat yang baik artinya
pengobatan short course standart yang telah terbukti ampuh secara klinik
Akhirnya harus ada dukungan dari pemerinyah yang membuat program
penanggulangan TB mendapat prioritas yang tinggi dalam pelayanan kesehatan 11
Strategi DOTS mempunyai lima komponen
1) Komitmen politits dari para pengambil keputusan termasuk dukungan dana
2) Diagnosa TB dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopik
3) Pengobatan dengan panduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) jangka pendek
dengan pengawasan langsung oleh pengawas Menelan Obat (PMO)
4) Kesinambungan perssediaan OAT jangka pendek dengan mutu terjamin
5) Pencatatan dan pelaporan secraa baku untuk memudahkan pemantauan dan
evaluasi program penanggulangan TB
23 Konsep Perilaku
24
Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor baik faktor internal
( dari dalam diri manusia ) maupun faktor eksternal ( dari luar diri manusia ) Faktor
internal ini terdiri dari faktor fisik dan psikis Faktor eksternal terdiri dari berbagai
faktor antara lain sosial budaya masyarakat lingkungan fisik politik ekonomi
pendidikan dan sebagainnya Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi
kesehatan baik individu kelompok maupun masyarakat dikelompokkan menjadi
empat ( Blum 1974 )
Konsep Blum menjelaskan bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh
1) Lingkungan yang mencakup lingkungan fisik sosial budaya politik ekonomi
dan sebagainnya
2) Perilaku
3) Pelayanan kesehatan
4) Keturunan ( hereditas )
Perilaku merupakan factor terbesar kedua setelah factor lingkungan yang
mempengaruhi derajat kesehatan Oleh sebab itu dalam rangka membina dan
meningkatkan kesehatan masyarakat maka intervensi atau upaya yang di tujukan
kepada faktor erilaku ini sangat strategis
Menurut Green perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama yakni 12
1) Faktor predisposisi ( predisposing factor )
Faktor ini mencakup pengetahuan sikap dan masyarakat terhadap kesehatan
tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
kesehatan sistem nilai yang dinut masyarakat tingkat pendidikan tingkat sosial
ekonomi dan sebagainya
2) Faktor Pemungkin ( Enabling factor )
Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan
bagi masyarakat misalnya air bersih tempat pembuangan tinja ketersediaan
makanan yang bergizi dan sebagainnya termasuk juga fasilitas kesehatan
seperti puskesmas rumah sakit posyandu dokter atau bidan praktek swasta dan
sebagainnya
3) Faktor penguat ( reinforcing factor )
25
Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat tokoh agama
sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan Termasuk juga di
sini undang-undang peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah
daerah yang terkait dengan kesehatan
Tim kerja dari WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang
berperilaku tertentu dikarenakan 4 ( empat ) alasan pokok yaitu
1) Pemikiran dan perasaan ( Thoughts and feeling )
Yakni dalam bentuk pengetahuan kepercayaan dan sikap Pengetahuan di
peroleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain sedangkan
kepercayaan biasanya diperoleh dari orang tua kakek atau nenek Seseorang
menerima kepercayaan itu berdasarkan keyankinan dan tanpa adanya pembuktian
terlebih dahulu Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap
objek dan seringnya diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang
lain yang paling dekat
2) Karakteristik Pendukung (enabling characteristics)
Karakteristik ini mencerminkan bahwa meskipun mempunyai predisposisi untuk
menggunakan pelayanan kesehatan ia tak akan bertindak menggunakannya
kecuali bial ia mampu menggunakannya Penggunaan pelayanan kesehatan yang
ada tergantung kepada kemampuan konsumen untuk membayar
3) Karakteristik kebutuhan (need characteristics)
Faktor predisposisi dan factor yang memungkinkan untuk mencari pengobatan
dapat terwujud di dalam tindakan apabila itu dirasakan sebagai kebutuhanDengan
kata lain kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan
pelayanan kesehatan bila mana tingkat predisposisi dan enabling itu ada
Kebutuhan (need) disisni di bagi menjadi dua ketegori dirasa atau preceived
( subject assessment) dan evaluated ( clinical diagnosis )
Menurut Skinner perilaku kesehatan adalah suatu respons
seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan
26
penyakit system pelayanan kesehatan makanan dan minimum serta lingkungan
Dari batasan ini perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 ( tiga)
kelompok yakni
1) Perilaku pemeliharaan kesehatan ( health maintenance)
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga
kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit Oleh
sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3(tiga) aspek yaitu
a Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit serta
pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit
b Perilaku peningkatan kesehatan apabila seseorang dalam keadaan sehat
c Perilaku gizi Makanan dan minimum dapat meningkatkan kesehatan
seseorang bahkan dapat mendatangkan penyakit Hal ini sangat tergantung
pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut
2) Perilaku pencarian pengobatan ( health behavior )
Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat
menderita penyakit dan atau kecelakaan Tindakan atau perilaku ini dimulai dari
mengobati sendiri ( self treatment) sampai mencari pengobatan keluar negeri
3) Perilaku kesehatan lingkungan
Adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan baik lingkungan fisik
maupun social budaya dan sebagainnya sehingga lingkungan tersebut tidak
mempengaruhi kesehatannya Dengan perkataan lain bagaimana seseorang
mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri
keluarga atau mesyarakatnya 12
24 Kepatuhan Berobat
Kepatuhan berasal dari kata ldquo patuh ldquo yang berarti taat suka menuruti
disiplin Kepatuhan menurut Trostle adalah tingkat perilaku penderita dalam
mengambil suatu tindakan pengobatan misalnya dalam menentukan kebiasaan
hidup sehat dan ketetapan berobat Dalam pengobatan seseorang dikatakan tidak
27
patuh apabila orang tersebut melalaikan kewajibannya berobat sehingga dapat
mengakibatkan terhalangnya kesembuhan 13
Menurut Sacket kepatuhan pasien adalah sejauh mana perilaku pasien
sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh professional kesehatan 14
Menurut Sarafino secara umum ketidaktaatan meningkatkan risiko
berkembangnya masalah kesehatan atau memperpanjang atau memperburuk
kesakitan yang sedang di derita Perkiraan yang ada menyatakan bahwa 20 jumlah
opname di rumah sakit merupakan akibat dari ketidaktaatan pasien terhadap aturan
pengobatan Faktor yang mempengaruhi kepatuhan seseorang dalam berobat yaitu
faktor petugas faktor obat dan faktor penderita Karakteristik petugas yang
mempengaruhi kepatuhan antara lain jenis petugas tingkat pengetahuan lamanya
bekerja frekuensi penyuluhan yang dilakukan Faktor obat yang mempengaruhi
kepatuhan adalah pengobatan yang sulit dilakukan tidak menunjukkan kea rah
penyembuhan waktu yang lama adanya efek samping obat Faktor penderita yang
menyebabkan ketidakpatuhan adalah umur jenis kelamin pekerjaan anggota
keluarga saudara atau teman khusus 15
25 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan
Faktor-faktor yang mempengaruhi katidakpatuhan dapat digolongkan
menjadi empat bagian yaitu
1 Pemahaman tentang Instruksi
Tak seorang pun mematuhi instruksi jika ia salah paham tentang instruksi yang
diberikan kepadanyaLey dan Spelman (Ester 2000 ) Menemukan bahwa lebih
dari 60 yang diwawancarai setelah bertemu dengan dokter salah mengerti
tentang instruksi yang diberikan pada mereka kadang-kadang hal ini disebabkan
oleh kegagalan professional kesehatan dalam memberikan informasi yang
lengkap penggunaan istilah-istilah medis dan mbanyak memberikan instruksi
yang harus diingat oleh pasien
28
Pendekatan praktis untuk meningkatkan kepatuhan pasien ditemukan oleh
Dinicola dan Dimatteo yaitu
a) Buat instruksi tertulis yang jelas dan mudah diinterpretasikan
b) Berikan informasi tentang pengobatan sebelum menjelaskan hal-hal lain
c) Jika seseorang diberikan suatu daftar tertulis tenang hal-hal yang harus
diingat maka aka nada efek ldquokeunggulanrdquoyaitu mereka brusaha mengingat
hal-hal yang pertama kali ditulis
d) Insruksi-instruksi harus ditulis dengan bahasa umum ( Non medis ) dan hal-
hal yang perlu ditekankan 14
2 Kualitas Interaksi
Kualitas interaksi antara profrsional kesehatan dan pasien merupakan bagian yang
penting dalam menentukan derajat kepatuhan Meningkatkan interaksi
professional kesehatan dengan pasien adalah suatu hal penting untuk memberikan
umpan balik pada pasien setelah memperoleh informasi tentang diagnosis Pasien
membutuhkan penjelasan tentang kondisinya saat ini apa penyebabnya dan apa
yang dapat mereka lakukan dengan kondisi seperti itu
3 Isolasi sosial dan keluarga
Keluarga dapat menjadi factor yang sangat berpengaruh dalam menentukan
keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga menentukan tentang
program pengobatan yang dapat mereka terima Keluarga juga member dukungan
dan membuat keputusan mengenai perawatan dari anggota keluarga yang sakit
4 Keyakinan Sikap Kepribadian
Ahli psikologis telah menyelidiki tentang hubungan antar pengukuran-
pengukuran kepribadian dan kepatuhan Mereka menemukan bahwa data
kepribadian secara benar dibedakan antar orang yang putih drngan orang yang
gagal Orang-orang yang tidak patuh adalah orang-orang yang lebih mengalami
depresi anxietas sangat memperhatikan kesehatannya memiliki kekuatan ego
29
yang lebih lemah dan kehidupan sosialnya lebih memusatkan perhatian pada
dirinya sendiri Blumenthal et al mengatakan bahwa ciri-ciri kepribadian yang
disebutkan diatas itu yang menyebabkan seseorang cenderung tidak patuh ( drop
out) dari program pengobatan 14
Menurut Schwart dan Griffin Faktor yang berhubungan dengan
ketidaktaan secara sejarah riset tentang ketaan pasien didasarkan atas pandangan
tradisional mengenai pasien sebagai penerima nasihat dokter yang pasif dan patuh
Pasien yang tidak taat dipandang sebagai orang yang lalai dan masalahnya dianggap
sebagai masalah control Riset berusah untuk mengidentifikasi kelompok-kelompok
pasien yang tidak patuh berdasarkan kelas sosioekonomi pendidikan umur dan
jenis kelamin Pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan sepanjang bawah
pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif seperti penggunaan buku-buku
dan kaset oleh pasien secara mandiri Usaha-usaha ini sedikit berhasil seorang dapat
menjadi tidak taat kalau situasinya memungkinkan Teori-teori yang lebih baru
menekannkan factor situasional dan pasien sebagai peserta yang aktif dalam proses
pengobatannya Perilaku ketaatan sering diartikan sebagai usaha pasien untuk
mengendalikan perilakunya bahkan jika hal tersebut bias menimbulkan resiko
mengenai kesehatannya 15
Macam-macam faktor yang berkaitan dengan ketidaktaatan disebutkan
a Ciri-ciri kesakitan dan cirri-ciri pengobatan
Menurut Dickson dkk perilaku ketaatan lebih rendah untuk penyakit kronis
(karena tidak ada akibat buruk yang segera dirasakan atau resiko yang jelas )
saran mengenai gaya hidup umum dan kebiasaan yang lama pengobatan yang
kompleks pengobatan dengan efek samping perilaku yang tidak pantas
Menurut Sarafino tingkat ketaaatan rata-rata minum obat utnuk menyenbuhkan
kesakitan akut dengan pengobatan jangka pendek adalah sekitar 78 Untuk
kesakita kronis dengan cara pengobatan jangaka panjang tingkat tersebut menurun
sampai 54
b Komunikasi antara Pasien dan Dokter
Berbagai aspek komunikasi antara pasien dan dokter mempengaruhi tingkat
ketidaktaan misalnya informasi dengan pengawasan yang kurang
30
ketidakpuasan terhadap aspek hubungan emosional dengan dokter ketidak
puasan terhadap pengobatan yang diberikan
c Variabel-variabel sosial
Hubungan antara dukungan sosial dengan ketaatan telah dipelajari Secara umum
orang-orang yang merasa mereka menerima penghiburan perhatian dan
pertolongan yang mereka butuhkan dari seseorang atau kelompok biasanya
cenderung lebih mudah mengikuti nasihat medis daripada pasien yang kurang
mendapat dukungan sosial Jelaslah bahwa keluarga memainkan peranan yang
sangat penting dalam pengelolaan medis misalnya penggunaan pengaruh
normative pada pasien yang mungkin mengakibatkan efek yang memudahkan
atau menghambat perilaku ketaatan
d Ciri-ciri Individual
Variabel-variabel demografis juga digunakan untuk meramalkan ketidaktaatan
sebagai contoh Di Amerika Serikat kaum wanita kaum kulit putih dan orang
tua cenderung mengikuti anjuran dokter 15
Dalam proses penyembuhan penderita TB Paru dapat diberikan obat anti-
TB (OAT) yang diminum secara teratur sampai selesai dengan pengawasan
yangketat Masa pemberian obat memang cukup lama yaitu 6-8 bulan secara terus
menerus sehingga dapat mencegah penularan kepada orang lain Oleh sebab itu para
penderita TB jika ingin sembuh harus minum obat secara teratur Tanpa adanya
keteraturan minum obat penyakit sulit disembuhkan Jika tidak teratur minum obat
penyakitnya sukar diobati kuman TB dalam tubuh akan berkembang semakin banyak
dan menyerang organ tubuh lain yang akan membutuhkan waktu lebih lama untuk
dapat sembuh
26 Pengawasan Menelan Obat (PMO) 9
Salah satu komponen DOTS adalah pengobatan paduan OAT jangka
pendek dengan pengawasan langsung Untuk menjamin keteraturan pengobatan
diperlukan seorang PMO
31
a Persyaratan PMO
bull Seseorang yang dikenal dipercaya dan disetujui baik oleh petugas kesehatan
maupun pasien selain itu harus disegani dan dihormati oleh pasien
bull Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien
bull Bersedia membantu pasien dengan sukarela
bull Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan pasien
b Siapa yang bisa menjadi PMO
Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan misalnya Bidan di Desa Perawat
Pekarya Sanitarian Juru Immunisasi dan lain lain Bila tidak ada petugas
kesehatan yang memungkinkan PMO dapat berasal dari kader kesehatan guru
anggota PPTI PKK atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga
c Tugas seorang PMO
bull Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai
pengobatan
bull Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur
bull Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah
ditentukan
bull Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai gejala-
gejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke Unit Pelayanan
Kesehatan
Tugas seorang PMO bukanlah untuk mengganti kewajiban pasien mengambil
obatdari unit pelayanan kesehatan
d Informasi penting yang perlu dipahami PMO untuk disampaikan kepada pasien dan
keluarganya
bull TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur
32
bull TB bukan penyakit keturunan atau kutukan
bull Cara penularan TB gejala-gejala yang mencurigakan dan cara pencegahannya
bull Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan)
bull Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur
bull Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera meminta
pertolongan ke UPK
27 Penanggulangan TB 16
Rencana Global Penanggulangan TB
Rencana Global 2006-2015 mencakup enam elemen utama dalam strategi baru Stop
TB ndashWHO yang terdiri dari
1 Memperluas dan meningkatkan ekspansi DOTS yang berkualitas meningkatkan
penemuan kasus dan kesembuhan melalui pendekatan yangterfokus pada penderita
agar pelayanan DOTS yang berkualitas dapat menjangkau seluruh penderita
khususnya kelompok masyarakat yang miskin dan rentan
2 Menghadapi tantangan TBHIV MDR-TB dan tantangan lainnya dengan cara
meningkatkan kolaborasi TBHIV DOTS-Plus dan pendekatan lainnya
3 Berkontribusi dalam memperkuat sistem kesehatan melalui kerjasama dengan
berbagai program dan pelayanan kesehatan lainnya misalnya dalam memobilisasi
sumber daya manusia dan finansial untuk implementasi dan mengevaluasi
hasilnyaserta pertukaran informasi dalam keberhasilan pencapaian dalam program
penanggulangan TB
33
4 Melibatkan seluruh penyedia pelayanan kesehatan pemerintah lembaga swadaya
masyarakat (LSM) dan swasta dengan cara memperluas pendekatan berbasis
public-private mix (PPM) dengan menggunakan ISTC
5 Melibatkan penderita TB dan masyarakat untuk memberikan kontribusi dalam
penyediaan pelayanan yang efektif Hal ini meliputi perluasan pelayanan TB di
masyarakat menciptakan kebutuhan masyarakat akan pelayanan TB advokasi
yang spesifik komunikasi dan mobilisasi sosial serta mendukung pengembangan
piagam pasien TB dalam masyarakat dan
6 Memberdayakan dan meningkatkan penelitian operasional
28 Kerangka Konsep
Variabel Independent Variabel dependent
Karakteristik Individu
1Umur
2Jenis kelamin
3Pendidikan
4Pekerjaan
5Pengetahuan
6Efek samping OAT
7Tingkat kepatuhan
penderita dalam
pengobatan
Kesembuhan
34
Penderita TB paru
Faktor Pelayanan
kesehatan
1 Ketersediaan OAT
2 Sikap petugas kesehatan
3 LokasiJarak
4 Penyuluhan kesehatan
5 Kunjungan rumah
Faktor Peran PMO
Gambar Kerangka Konsep Penelitian
Definisi Konsep
1 Karakteristik individu adalah hal-hal yang melekat dalam diri penderita TB paru yang
mempengaruhi tingkat kapetuhan dalam melaksanakan program pengobatan dengan
strategi DOTS yang membedakan seseorang dengan yang lainnya meliputi umur jenis
kelamin pendidikan pekerjaan pengetahuan efek samping OAT tingkat kepatuhan
penderita dalam pengobatan
2 Faktor pelayanan kesehatan adalah penilaian dari penderita TB paru terhadap upaya yang
diselenggarakan oleh unit pelayanan kesehatan untuk menangani penderita TB paru
meliputi Ketersediaan OATsikap petugas kesehatan lokasijarak penyuluhan
kesehatan dan kunjungan rumah
3 Faktor Peran PMO ( Pengawasan Menelan Obat ) adalah penilaian dari penderita TB paru
terhadap hal-hal yang menjadi tugas dari seseorang pengawas menelan obat yang
mempengaruhi tingkat kepatuhan penderita TB paru dalam melaksanakan pengobatan
meliputi penyuluhan member dorongan meningkatkan dan mengawasi
35
4 Kesembuhan adalah pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan
pemeriksaan ulang dahak (follow up) menunjukkan hasil BTA negatif
29 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konsep di atas maka hipotesis penelitian ini adalah
1) Ada pengaruh karakteristik individu terhadap kesembuhan penderita TB paru
dalam pengobatan
2) Ada pengaruh pelayanan kesehatan terhadap kesembuhan penderita TB paru
dalam pengobatan
3) Ada pengaruh PMO terhadap kesembuhan penderita TB paru dalam pengobatan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
31 Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional yang
bertujuan untuk menjelaskan pengaruh karakteristik individu faktor pelayanan
kesehatan dan faktor Pengawas Menelan Obat (PMO) terhadap kesembuhan
penderita TB Paru dalam melaksanakan pengobatan di Puskesmas Grogol Petamburan
tahun 2011
32 Tempat dan Waktu Penelitian
36
Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Grogol Petamburan pada bulan
Januari sampai Februari tahun 2012
33 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang
sedang menjalankan pengobatan TB di Puskesmas Grogol
Petamburan mulai bulan OktobeR
34 Keriteria Inklusi dan Eksklusi
341 Keriteria Inklusi
342 Keriteria Eksklusi
35 Sampel
351 Besar Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang
mengikuti pengobatan dengan strategi DOTS di Puskesmas yang pada saat penelitian
sedang menjalani pengobatan dan seluruh penderita TB yang telah mendapat
pengobatan selama 6 bulan atau sedang dalam tahap lanjutan
Keterangan
n1 = Jumlah sampel minimal
37
n2 = Jumlah sampel ditambah substitusi 10 (substitusi adalah persen responden
yang mungkin drop out)
Z = Tingkat batas kepercayaan dengan = 5
Didapat Z pada kurva normal = 196
p = Proporsi variabel yang diteliti yaitu besarnya presentasi 50 )
q = 1 - p
L = Derajat kesalahan yang masih dapat diterima adalah 10
Berdasarkan rumus di atas didapatkan angka sebagai berikut
( Z )2 p q ( 196 )2 0505
n1 = ----------------- = ------------------------------ = 9604
L2 ( 01 )2
n2 = n1 + ( 10 n1 )
= 9604 + ( 10 9604)
= 9604 + 9604
= 10564 Dibulatkan 106
352 Teknik Pengambilan Sampel
36 Identifikasi Variabel
1 Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kesembuhan tb paru
2 Variabel independen adalah umur jenis kelamin pendidikan pekerjaan
pengetahuan efek samping OAT dan tingkat kepahuhan dari penderita TB
Selain itu faktor dari pelayanan kesehatan dan PMO juga ikut berperan
37 Cara Kerja
1 Membuat proposal penelitian tentang hubungan antara tingkat kepatuhan minum
OAT dengan tingkat kesembuhan penyakit TB di Puskesmas Kecamatan Grogol
Petamburan
38
2 Pengumpulan data sekunder dari Puskesmas Grogol Petamburan
3 Melakukan kunjungan ke rumah-rumah sampel di daerah RT terpilih untuk
pengumpulan data primer dengan memakai kuesioner dan wawancara responden
4 Data-data yang telah dikumpulkan akan dilakukan pengolahan berupa proses
editing verifikasi dan koding Selanjutnya dimasukkan dan diolah dengan
menggunakan program computer yaitu program SPSS
5 Terhadap data yang telah diolah kemudian dilakukan analisis sesuai dengan cara
uji statistik menggunakanhelliphellip Data diinterpretasi secara deskriptif korelatif
antar variabel ndash variabel yang telah ditentukan dan disajikan dalam bentuk
tekstular dan tabular
6 Hasil dari penelitian akan disusun dalam bentuk pelaporan penelitian yang
selanjutnya akan di presentasikan di hadapan staf pengajar program pendidikan
Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida
Wacana (FK UKRIDA) dalam forum pendidikan Ilmu Kedokteran Komunitas
Fakultas Kedokteran UKRIDA
38 Manajemen Data
381 Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder yaitu
1 Data primer diperoleh dengan wawancara langsung kepada penderita TB paru
dan petugas kesehatan program penanggulangan TB Paru yang berpedoman pada
kuisioner penelitian yang telah ditetapkan dam melakukan cross check
2 Data sekunder diperoleh dari laporan pelaksanaan program penanggulangan TB
Paru di Puskesmas kartu pengobatan TBC (formulir TB 01) dan Formulir
Permohonan Laboratorium TBC Untik Pemeriksaan Dahak (formulir TB 05)
382 Pengolahan Data
39
Aspek pengukuran
Aspek pengukuran variable bebas
Karakteristik individu
Aspek pengukuran variable karakteristik individu dapat dilihat pada tabel 31
Table 31 Aspek Pengukuran Variabel Karakteristik Individu
Karakteristik
individu
Kategori Skala Bobot nilai
Umur a 15-24 tahun
b 25-49 tahun
c gt 50 tahun
rasio
Jenis kelamin a Laki-laki
b Perempuan
Tingkat
pendidikan
a Tidak tamat SD
b SD
c SLTP
d SLTA
e Sarjana S1
Pekerjaan a Bekerja
b Tidak bekerja
Pengetahuan a Baik
b Sedang
c Bururk
Efek samping
OAT
a Ada
b Tidan ada
Faktor pelayanan kesehatan
Pengukuran faktor pelanan kesehatan meliputi ketersediaan OAT yang
diukur adalah yang diukur dengan 2 pertanyaan sikap petugas kesehatan diukur
dengan 8 pertanyaan lokasi jarak diukur dengan 3 pertanyaan penyuluhan kesehatan
diukur dengan 6 pertanyaan dan kunjungan rumah diukur dengan 2 pertanyaan
40
berdasarkan jawaban yang diberikan responden selanjutnya dikelompokkan menjadi
tiga (3) yaitu
a Baik jika faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan
penilaian yang baik karena kebutuhan yang diinginkan debagian besarnya
terpenuhi (nilai gt32)
b Sedang bila faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan
penilaian yang kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan responden hanay
sebagian saja yang terpenuhi (nilainya 17-32)
c Buruk bila faktor pelayanan pelayanan kesehatan yang diterima responden
menimbulkan penilaian yang tidak baik karena kebutuhan yang diinginka
responden sebagian besar tidak dipenuhi (nilainya lt17)
Faktor Pengawas Menelan Obat (PMO)
Faktor Pengawas Menelan Obat diukur dengan 5 pertanyaan yang
selanjutnya dibedakan atas 3 kategori yaitu
a Baik bila semua tugas yang diterima responden terlaksana dengan baik yaitu
mengawasi memberikan dorongan mengingatkan dan memberikan penyuluhan
(nilainya gt11)
b Sedang bila tugas PMO yang diterima responden sebagian saja yang terpenuhi
(nilainya 6-11)
c Buruk bila tugas PMO yang diterima responden tidak terlaksana dengan baik
(nilainya lt 6)
Aspek Pengukuran Variabel Terikan
Kepatuhan Pengobatan TB Paru
41
Aspek Pengukuran Variabel ini menggunakan skala interval yang diukur berdasarkan
tiga (3) kategori yaitu
Patuh apabila responden selalu menelan obat sesuai ketentuan petugas kesehatan
yaitu setiap hari pada tahap awal tiga kali seminggu pada tahap lanjutan dan
mengambil obat serta memeriksakan dahak sesuai jadwal dan menaati nasihat dari
petugas kesehatan ( bobot 3 )
Kurang patuh jika responden kadang-kadang menelan obat sesuai ketentuan
petugas kesehatan atau responden tidak menelan obat 2-8 minggu selama tahap
pengobatan lanjutan dan tidak memerisakan dahak sesuai jadwal yang telah
ditetapkan dan tidak selalu menaati nasihat dari petugas kesehatan (bobot 2 )
Tidak patuh jika responden tidak menelan obat sesuai ketentuan petugas
kesehatan atau responden tidak menelan obat lebih dari 8 minggu selama tahap
pengobatan lanjutan dan tidak mengambil obat serta tidak memeriksakan dahak
sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan tidak menaati nasihat petugas kesehatan
(bobot 1)
383 Penyajian Data
384 Analisis Data
385 Interpretasi Data
386 Pelaporan Data
39 Definisi Operasional
1 Umur adalah usia responden saat penelitian berdasarkan ulang tahun terakhir yang
dibedakan atas 3 (tiga) kategori berdasarkna Badan Pusat Statistik Kota Medan
42
tahun 2008 yaitu 1) orang muda 25-24 tahun 2) dewasa 24-49 tahun 3) orang
tua gt 50 tahun
2 Jenis kelamin adalah suatu karakteristik responden yang dibedakan identitasnya
dari laki-laki dan perempuan
3 Pendidikan adalah jenjang pendidikannyang berhasil ditamatkan responden yang
dibedakan atas tidak tamat SD SD SLTP SLTA Akademi Sarjana
4 Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh responden sebagai
pendapatan utama yang dibedakan atas kerja dan tidak bekerja
5 Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai penyakit
TB paru
6 Efek samping OAT adalah gejala keluhan yang diderita responden akiba menelan
OAT selama pengobatan
7 Ketersdediaan OAT adalah pandangan responden terhadap kondisi OAT
diperoleh dari puskesmas meliputi kecukupan jumlah OAT dan dan kualitasnya
8 Sikap petugas kesehatan adalah penilaian responden terhadap reaksi petugas
kesehatan kepada responden selama mereka menjalanin pengobatan
9 Lokasi jarak adalah pandangan responden tentang lama perjalanan dari tempat
tinggal responden ke Puskesmas yang diukur dengan jarak sarana transportasi
10 Penyuluhan kesehatan adalah pandangan responden tentang kegiatan yang
dilakukan oleh petugas kesehatan sehubungan dengan pengobatan TB Paru untuk
mencapai suatu keadaan dimana pederita TB Paru dapat hidup lebih sehat
11 Kunjungan rumah adalah pandangan responden tentang kegiatan yang dilakukan
petugas kesehatan selama masa pengobatan ke rumah responden
12 Faktor peran Pengawas Minum Obat (PMO) adalah pandangan responden tentang
tugas yang dilakasanakan oleh seorang PMO meliputi penyuluhan
13 Kepatuhan berobat adalah ketaan responden dalam menelan obat mengambil
obat dan melakukan pemeriksaan dahak sesuai jadwal yang telah ditentukan dan
menaati segala nasehat dari petugas kesehatan
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
1) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta
2) Perkumpulan Pemberantasan TB Indonesia 2011 TB di Indonesia Peringkat Dunia
Jakarta Diakses melalui situs httpwwwpptiinfoindexphpcomponentcontentarticle46-
arsip-ppti141-tbc-di-indonesia-peringkat-5-dunia Diakses pada tanggal 23 Januari 2012
44
3) Depkes dan WHO 2008 Lembar Fakta Tuberkulosis Jakarta
4) Dirjen P2M amp PLP 1997 Pengawasan Menelan Obat (PMO) adalah DOTS ala Indonesia
Jakarta
5) Amirudin R 2006 Faktor Keberhasilan Konversi pada Penderita TB Paru di Puskesmas
Jongaya Tahun 2006 Laporan Penelitian FKM Unhas Makasar
6) Aditama Tjandra Y 1994 Tuberkulosis Paru Masalah dan Penanggulangnya UI Press
Jakarta
7) Aru W Bambang S Idrus A dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Tuberkulosis
Paru Edisi IV FKUI Jakarta 2006 998-1004
8) Depkes RI 2002 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta
9) Depkes RI 2006 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta
10) Subijakto Hubungan Pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Berobat
Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Proposal Skripsi Jakarta 2011 Diakses pada
tanggal 20 Januari 2012
11) Aditama Tjandra Y 2002 Tuberkulosis Diagnosis Terapi dan Masalahnya Yayasan IDI
Jakarta
12) Notoatmodjo Soekidjo 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Penerbit Rineka Cipta
Jakarta
13) Simamora Jojor 2004 Faktor yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Berobat Penderita TB
Paru di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2004 Tesis Pascasarjana USU Medan
14) Ester Monica 2000 Psikologi Kesehatan Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
15) Bart Smet 1994 Psikologi Kesehatan PT Grasindo Jakarta
16) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta
45
- Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat biasanya pasien
menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu
- Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2
bulan
Tahap Lanjutan 9
- Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit namun dalam jangka
waktu yang lebih lama
- Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah
terjadinya kekambuhan
2110 Panduan Penggunaan OAT di Indonesia9
Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis di Indonesia
- Kategori 1 2(HRZE)4(HR)3
- Kategori 2 2(HRZE)S(HRZE)5(HR)3E3
Disamping kedua kategori ini disediakan paduan obat sisipan (HRZE)
- Kategori Anak 2HRZ4HR
Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket
berupa obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT) sedangkan kategori anak sementara
ini disediakan dalam bentuk OAT kombipak
Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu
tablet Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien Paduan ini dikemas dalam
satu paket untuk satu pasien
Paket Kombipak
18
Terdiri dari obat lepas yang dikemas dalam satu paket yaitu Isoniasid
Rifampisin Pirazinamid dan Etambutol Paduan OAT ini disediakan program untuk
mengatasi pasien yang mengalami efek samping OAT KDT
Paduan OAT ini disediakan dalam bentuk paket dengan tujuan untuk
memudahkan pemberian obat dan menjamin kelangsungan (kontinuitas) pengobatan
sampai selesai
Satu (1) paket untuk satu (1) pasien dalam satu (1) masa pengobatan
KDT mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB
1 Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin efektifitas
obat dan mengurangi efek samping
2 Mencegah penggunaan obat tunggal sehinga menurunkan resiko terjadinya
resistensi obat ganda dan mengurangi kesalahan penulisan resep
3 Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat menjadi
sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien
Paduan OAT dan peruntukannya
19
1 Kategori-1 (2HRZE 4H3R3)
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru
1048707 Pasien baru TB paru BTA positif
1048707 Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif
1048707 Pasien TB ekstra paru
Tabel 22 Dosis untuk paduan OAT KDT untuk Kategori 1
Berat Badan
Tahap Intensif
tiap hari selama 56 hari
RHZE (15075400275)
Tahap Lanjutan
3 kali seminggu selama 16 minggu
RH (150150)
30-37 kg 2 tablet 4 KDT 2 tablet 4 KDT38-54 kg 3 tablet 4 KDT 3 tablet 4 KDT55-70 kg 4 tablet 4 KDT 4 tablet 4 KDTge 71 kg 5 tablet 4 KDT 5 tablet 4 KDT
2 Kategori -2 (2HRZES HRZE 5H3R3E3)
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya
1048707 Pasien kambuh
1048707 Pasien gagal
1048707 Pasien dengan pengobatan setelah default (terputus)
Tabel 23 Dosis untuk paduan OAT KDT Kategori 2
Berat Badan
Tahap Intensif
tiap hari
RHZE (15075400275) + S
Tahap Lanjutan
3 kali seminggu
RH (150150) + E (275)
Selama 56 hari Selama 28 hari Selama 20 minggu
30-37 kg 2 tablet 4 KDT + 500 mg Streptomisin inj
2 tablet 4 KDT 2 tablet 4 KDT+ 2 tab Etambutol
38-54 kg 3 tablet 4 KDT +750 mg Streptomisin inj
3 tablet 4 KDT 3 tablet 4 KDT+ 3 tab Etambutol
55-70 kg 4 tablet 4 KDT +1000 mg Streptomisin inj
4 tablet 4 KDT 4 tablet 4 KDT+ 4 tab Etambutol
ge 71 kg 5 tablet 4 KDT +1000 mg Streptomisin inj
5 tablet 4 KDT 5 tablet 4 KDT+ 5 tab Etambutol
Catatan
20
Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal untuk streptomisin adalah
500mg tanpa memperhatikan berat badan
Untuk perempuan hamil lihat pengobatan TB dalam keadaan khusus
Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan menambahkan aquabidest
sebanyak 37ml sehingga menjadi 4ml (1ml = 250mg)
3 OAT Sisipan (HRZE)
Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap intensif kategori 1 yang
diberikan selama sebulan (28 hari)
Tabel 24 Dosis KDT untuk Sisipan
Berat Badan Tahap Intensif tiap hari selama 28 hari
RHZE (15075400275)
30-37 kg 2 tablet 4 KDT38-54 kg 3 tablet 4 KDT55-70 kg 4 tablet 4 KDTge 71 kg 5 tablet 4 KDT
Penggunaan OAT lapis kedua misalnya golongan aminoglikosida (misalnya
kanamisin) dan golongan kuinolon tidak dianjurkan diberikan kepada pasien baru tanpa indikasi
yang jelas karena potensi obat tersebut jauh lebih rendah daripada OAT lapis pertama Di
samping itu dapat juga meningkatkan terjadinya risiko resistensi pada OAT lapis kedua
2111 Alur Diagnostik TB 9
21Suspek TB Paru
2112 Evaluasi Pengobatan
22
Pemeriksaan dahak mikroskopis (SPS = Sewaktu ndash Pagi ndash Sewaktu)
Hasil BTA+ - -
Hasil BTA- - -
Hasil BTA+ + ++ + +
Antibiotik Non-OAT
Tidak adaPerbaikan
Adaperbaikan
Pemeriksaan dahak mikroskopis
Foto toraks dan
Pertimbangan dokter
Hasil BTA+ + ++ + -+ _ _
Hasil BTA- - -
Foto toraks dan
Pertimbangan dokter
TB Bukan TB
Evaluasi Klinis
Biasanya pasien di control dalam 1 minggu pertama selanjutnya setiap 2 minggu
selama tahap intensif dan seterusnya sekali sebulan sampai akhir pengobatan
Secara klinis hendaknya terdapat perbaikan keluhan pasien seperti batuk yang
berkurang tidak ada batuk darah nafsu makan bertambah dan ada peningkatan
berat badan
Evaluasi Bakteriologis
Pemeriksaan dahak untuk menilai keberadaan kuman Biasanya setelah 2-3
minggu perngobatan sputum BTA mulai negatif Pemeriksaan control sputum
dilakukan sekali sebulan Bagi penderita dengan BTA positif setelah tahap
intensif akan mendapatkan pengobatan ulang Bila sudah negatif sputum
diperiksa tiga kali berturut-turut dan harus dikontrol agar tidak terjadi ldquosilent
bacterial sheddingrdquo yaitu terdapat sputum BTA positif tanpa disertai keluhan-
keluhan TB yang relevan
Evaluasi Radiologis
Evaluasi radiologis juga diperlukan untuk melihat kemajuan terapi Dengan
pemeriksaan radiologis dapat dilihat keadaan TB parunya atau adanya penyakit
lain yang menyertai Evaluasi foto dada dilakukan tiap 3 bulan sekali 10
2113 Efek Samping OAT
Sebagian besar penderita TB paru dapat menyelesaikan pengobatan tanpa
efek samping Namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping Oleh karena
itu pemantauan kemungkinan terjadinya efek samping sangat penting dilakukan
selama pengobatan Pemantauan dilakukan dengan cara menjelaskan kepada
penderita tanda-tanda efek samping dan menanyakan adanya gejala efek samping
pada waktu penderita mengambil OAT 8
Efek samping ringan dari OAT seperti tidak ada nafsu makanmual sakit
perut nyeri sendi kesemutan sampai dengan rasa terbakar di kaki dan warna
kemerahan pada air seni Efek samping berat dari OAT misalnya gatal dan
kemerahan kulit tuli gangguan keseimbanagn ikterus tanpa penyebab lain
bingung dan muntah-muntah gangguan penglihatan purpura dan syok 8
22 Strategi DOTS
23
Strategi DOTS adalah strategi penanggulaan TB paru nasional yang telah
direkomendasikan oleh WHO yang dimulai pelaksanaannya di Indonesia pada tahun
19951996 Sebelum pelaksanaan strategi DOTS (1969-1994) angka kesembutah TB
paru yang dapat dicapai oleh program hanya 40-60 saja Dengan strategi DOTS
diharapkan angka kesembuhan dapat dicapai minimal 85 dari penderita TB paru
BTA positif yang di temukan 11
Prinsip DOTS adalah mendekatkan pelayanan pengobatan terhadap
penderita agar secara langsung dapat mengawasi keteraturan menelan obat dan
melakukan pelacakan bila penderita tidak datang mengambil obat sesuai dengan yang
ditetapkan
Kalau diurai dari kata-katanya pengertian DOTS dapat dimulai dengan
keharusan setiap pengelola program TB intuk member direct attention dalam usaha
menemukan penderita Dalam bahasa lain ini diterjemahkan menjadi deteksi kasus
dengan pemeriksaan mikroskopik kendati sebenarnya pengertiannya dapat diperluas
dengan keharusan untuk mendeteksi kasus secara baik dan akurat Kemudian setiap
pasien harus di- observed dalam memakan obatnya setiap obat yang di telan pasien
harus di depan seorang pengawas Selain itu tentunya pasien harus menerima
treatment yang tertata dalam system pengelolaan distribusi dan penyediaan obat
secara baik Kemudian setiap pasien harus mendapat obat yang baik artinya
pengobatan short course standart yang telah terbukti ampuh secara klinik
Akhirnya harus ada dukungan dari pemerinyah yang membuat program
penanggulangan TB mendapat prioritas yang tinggi dalam pelayanan kesehatan 11
Strategi DOTS mempunyai lima komponen
1) Komitmen politits dari para pengambil keputusan termasuk dukungan dana
2) Diagnosa TB dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopik
3) Pengobatan dengan panduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) jangka pendek
dengan pengawasan langsung oleh pengawas Menelan Obat (PMO)
4) Kesinambungan perssediaan OAT jangka pendek dengan mutu terjamin
5) Pencatatan dan pelaporan secraa baku untuk memudahkan pemantauan dan
evaluasi program penanggulangan TB
23 Konsep Perilaku
24
Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor baik faktor internal
( dari dalam diri manusia ) maupun faktor eksternal ( dari luar diri manusia ) Faktor
internal ini terdiri dari faktor fisik dan psikis Faktor eksternal terdiri dari berbagai
faktor antara lain sosial budaya masyarakat lingkungan fisik politik ekonomi
pendidikan dan sebagainnya Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi
kesehatan baik individu kelompok maupun masyarakat dikelompokkan menjadi
empat ( Blum 1974 )
Konsep Blum menjelaskan bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh
1) Lingkungan yang mencakup lingkungan fisik sosial budaya politik ekonomi
dan sebagainnya
2) Perilaku
3) Pelayanan kesehatan
4) Keturunan ( hereditas )
Perilaku merupakan factor terbesar kedua setelah factor lingkungan yang
mempengaruhi derajat kesehatan Oleh sebab itu dalam rangka membina dan
meningkatkan kesehatan masyarakat maka intervensi atau upaya yang di tujukan
kepada faktor erilaku ini sangat strategis
Menurut Green perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama yakni 12
1) Faktor predisposisi ( predisposing factor )
Faktor ini mencakup pengetahuan sikap dan masyarakat terhadap kesehatan
tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
kesehatan sistem nilai yang dinut masyarakat tingkat pendidikan tingkat sosial
ekonomi dan sebagainya
2) Faktor Pemungkin ( Enabling factor )
Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan
bagi masyarakat misalnya air bersih tempat pembuangan tinja ketersediaan
makanan yang bergizi dan sebagainnya termasuk juga fasilitas kesehatan
seperti puskesmas rumah sakit posyandu dokter atau bidan praktek swasta dan
sebagainnya
3) Faktor penguat ( reinforcing factor )
25
Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat tokoh agama
sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan Termasuk juga di
sini undang-undang peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah
daerah yang terkait dengan kesehatan
Tim kerja dari WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang
berperilaku tertentu dikarenakan 4 ( empat ) alasan pokok yaitu
1) Pemikiran dan perasaan ( Thoughts and feeling )
Yakni dalam bentuk pengetahuan kepercayaan dan sikap Pengetahuan di
peroleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain sedangkan
kepercayaan biasanya diperoleh dari orang tua kakek atau nenek Seseorang
menerima kepercayaan itu berdasarkan keyankinan dan tanpa adanya pembuktian
terlebih dahulu Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap
objek dan seringnya diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang
lain yang paling dekat
2) Karakteristik Pendukung (enabling characteristics)
Karakteristik ini mencerminkan bahwa meskipun mempunyai predisposisi untuk
menggunakan pelayanan kesehatan ia tak akan bertindak menggunakannya
kecuali bial ia mampu menggunakannya Penggunaan pelayanan kesehatan yang
ada tergantung kepada kemampuan konsumen untuk membayar
3) Karakteristik kebutuhan (need characteristics)
Faktor predisposisi dan factor yang memungkinkan untuk mencari pengobatan
dapat terwujud di dalam tindakan apabila itu dirasakan sebagai kebutuhanDengan
kata lain kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan
pelayanan kesehatan bila mana tingkat predisposisi dan enabling itu ada
Kebutuhan (need) disisni di bagi menjadi dua ketegori dirasa atau preceived
( subject assessment) dan evaluated ( clinical diagnosis )
Menurut Skinner perilaku kesehatan adalah suatu respons
seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan
26
penyakit system pelayanan kesehatan makanan dan minimum serta lingkungan
Dari batasan ini perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 ( tiga)
kelompok yakni
1) Perilaku pemeliharaan kesehatan ( health maintenance)
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga
kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit Oleh
sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3(tiga) aspek yaitu
a Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit serta
pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit
b Perilaku peningkatan kesehatan apabila seseorang dalam keadaan sehat
c Perilaku gizi Makanan dan minimum dapat meningkatkan kesehatan
seseorang bahkan dapat mendatangkan penyakit Hal ini sangat tergantung
pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut
2) Perilaku pencarian pengobatan ( health behavior )
Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat
menderita penyakit dan atau kecelakaan Tindakan atau perilaku ini dimulai dari
mengobati sendiri ( self treatment) sampai mencari pengobatan keluar negeri
3) Perilaku kesehatan lingkungan
Adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan baik lingkungan fisik
maupun social budaya dan sebagainnya sehingga lingkungan tersebut tidak
mempengaruhi kesehatannya Dengan perkataan lain bagaimana seseorang
mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri
keluarga atau mesyarakatnya 12
24 Kepatuhan Berobat
Kepatuhan berasal dari kata ldquo patuh ldquo yang berarti taat suka menuruti
disiplin Kepatuhan menurut Trostle adalah tingkat perilaku penderita dalam
mengambil suatu tindakan pengobatan misalnya dalam menentukan kebiasaan
hidup sehat dan ketetapan berobat Dalam pengobatan seseorang dikatakan tidak
27
patuh apabila orang tersebut melalaikan kewajibannya berobat sehingga dapat
mengakibatkan terhalangnya kesembuhan 13
Menurut Sacket kepatuhan pasien adalah sejauh mana perilaku pasien
sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh professional kesehatan 14
Menurut Sarafino secara umum ketidaktaatan meningkatkan risiko
berkembangnya masalah kesehatan atau memperpanjang atau memperburuk
kesakitan yang sedang di derita Perkiraan yang ada menyatakan bahwa 20 jumlah
opname di rumah sakit merupakan akibat dari ketidaktaatan pasien terhadap aturan
pengobatan Faktor yang mempengaruhi kepatuhan seseorang dalam berobat yaitu
faktor petugas faktor obat dan faktor penderita Karakteristik petugas yang
mempengaruhi kepatuhan antara lain jenis petugas tingkat pengetahuan lamanya
bekerja frekuensi penyuluhan yang dilakukan Faktor obat yang mempengaruhi
kepatuhan adalah pengobatan yang sulit dilakukan tidak menunjukkan kea rah
penyembuhan waktu yang lama adanya efek samping obat Faktor penderita yang
menyebabkan ketidakpatuhan adalah umur jenis kelamin pekerjaan anggota
keluarga saudara atau teman khusus 15
25 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan
Faktor-faktor yang mempengaruhi katidakpatuhan dapat digolongkan
menjadi empat bagian yaitu
1 Pemahaman tentang Instruksi
Tak seorang pun mematuhi instruksi jika ia salah paham tentang instruksi yang
diberikan kepadanyaLey dan Spelman (Ester 2000 ) Menemukan bahwa lebih
dari 60 yang diwawancarai setelah bertemu dengan dokter salah mengerti
tentang instruksi yang diberikan pada mereka kadang-kadang hal ini disebabkan
oleh kegagalan professional kesehatan dalam memberikan informasi yang
lengkap penggunaan istilah-istilah medis dan mbanyak memberikan instruksi
yang harus diingat oleh pasien
28
Pendekatan praktis untuk meningkatkan kepatuhan pasien ditemukan oleh
Dinicola dan Dimatteo yaitu
a) Buat instruksi tertulis yang jelas dan mudah diinterpretasikan
b) Berikan informasi tentang pengobatan sebelum menjelaskan hal-hal lain
c) Jika seseorang diberikan suatu daftar tertulis tenang hal-hal yang harus
diingat maka aka nada efek ldquokeunggulanrdquoyaitu mereka brusaha mengingat
hal-hal yang pertama kali ditulis
d) Insruksi-instruksi harus ditulis dengan bahasa umum ( Non medis ) dan hal-
hal yang perlu ditekankan 14
2 Kualitas Interaksi
Kualitas interaksi antara profrsional kesehatan dan pasien merupakan bagian yang
penting dalam menentukan derajat kepatuhan Meningkatkan interaksi
professional kesehatan dengan pasien adalah suatu hal penting untuk memberikan
umpan balik pada pasien setelah memperoleh informasi tentang diagnosis Pasien
membutuhkan penjelasan tentang kondisinya saat ini apa penyebabnya dan apa
yang dapat mereka lakukan dengan kondisi seperti itu
3 Isolasi sosial dan keluarga
Keluarga dapat menjadi factor yang sangat berpengaruh dalam menentukan
keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga menentukan tentang
program pengobatan yang dapat mereka terima Keluarga juga member dukungan
dan membuat keputusan mengenai perawatan dari anggota keluarga yang sakit
4 Keyakinan Sikap Kepribadian
Ahli psikologis telah menyelidiki tentang hubungan antar pengukuran-
pengukuran kepribadian dan kepatuhan Mereka menemukan bahwa data
kepribadian secara benar dibedakan antar orang yang putih drngan orang yang
gagal Orang-orang yang tidak patuh adalah orang-orang yang lebih mengalami
depresi anxietas sangat memperhatikan kesehatannya memiliki kekuatan ego
29
yang lebih lemah dan kehidupan sosialnya lebih memusatkan perhatian pada
dirinya sendiri Blumenthal et al mengatakan bahwa ciri-ciri kepribadian yang
disebutkan diatas itu yang menyebabkan seseorang cenderung tidak patuh ( drop
out) dari program pengobatan 14
Menurut Schwart dan Griffin Faktor yang berhubungan dengan
ketidaktaan secara sejarah riset tentang ketaan pasien didasarkan atas pandangan
tradisional mengenai pasien sebagai penerima nasihat dokter yang pasif dan patuh
Pasien yang tidak taat dipandang sebagai orang yang lalai dan masalahnya dianggap
sebagai masalah control Riset berusah untuk mengidentifikasi kelompok-kelompok
pasien yang tidak patuh berdasarkan kelas sosioekonomi pendidikan umur dan
jenis kelamin Pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan sepanjang bawah
pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif seperti penggunaan buku-buku
dan kaset oleh pasien secara mandiri Usaha-usaha ini sedikit berhasil seorang dapat
menjadi tidak taat kalau situasinya memungkinkan Teori-teori yang lebih baru
menekannkan factor situasional dan pasien sebagai peserta yang aktif dalam proses
pengobatannya Perilaku ketaatan sering diartikan sebagai usaha pasien untuk
mengendalikan perilakunya bahkan jika hal tersebut bias menimbulkan resiko
mengenai kesehatannya 15
Macam-macam faktor yang berkaitan dengan ketidaktaatan disebutkan
a Ciri-ciri kesakitan dan cirri-ciri pengobatan
Menurut Dickson dkk perilaku ketaatan lebih rendah untuk penyakit kronis
(karena tidak ada akibat buruk yang segera dirasakan atau resiko yang jelas )
saran mengenai gaya hidup umum dan kebiasaan yang lama pengobatan yang
kompleks pengobatan dengan efek samping perilaku yang tidak pantas
Menurut Sarafino tingkat ketaaatan rata-rata minum obat utnuk menyenbuhkan
kesakitan akut dengan pengobatan jangka pendek adalah sekitar 78 Untuk
kesakita kronis dengan cara pengobatan jangaka panjang tingkat tersebut menurun
sampai 54
b Komunikasi antara Pasien dan Dokter
Berbagai aspek komunikasi antara pasien dan dokter mempengaruhi tingkat
ketidaktaan misalnya informasi dengan pengawasan yang kurang
30
ketidakpuasan terhadap aspek hubungan emosional dengan dokter ketidak
puasan terhadap pengobatan yang diberikan
c Variabel-variabel sosial
Hubungan antara dukungan sosial dengan ketaatan telah dipelajari Secara umum
orang-orang yang merasa mereka menerima penghiburan perhatian dan
pertolongan yang mereka butuhkan dari seseorang atau kelompok biasanya
cenderung lebih mudah mengikuti nasihat medis daripada pasien yang kurang
mendapat dukungan sosial Jelaslah bahwa keluarga memainkan peranan yang
sangat penting dalam pengelolaan medis misalnya penggunaan pengaruh
normative pada pasien yang mungkin mengakibatkan efek yang memudahkan
atau menghambat perilaku ketaatan
d Ciri-ciri Individual
Variabel-variabel demografis juga digunakan untuk meramalkan ketidaktaatan
sebagai contoh Di Amerika Serikat kaum wanita kaum kulit putih dan orang
tua cenderung mengikuti anjuran dokter 15
Dalam proses penyembuhan penderita TB Paru dapat diberikan obat anti-
TB (OAT) yang diminum secara teratur sampai selesai dengan pengawasan
yangketat Masa pemberian obat memang cukup lama yaitu 6-8 bulan secara terus
menerus sehingga dapat mencegah penularan kepada orang lain Oleh sebab itu para
penderita TB jika ingin sembuh harus minum obat secara teratur Tanpa adanya
keteraturan minum obat penyakit sulit disembuhkan Jika tidak teratur minum obat
penyakitnya sukar diobati kuman TB dalam tubuh akan berkembang semakin banyak
dan menyerang organ tubuh lain yang akan membutuhkan waktu lebih lama untuk
dapat sembuh
26 Pengawasan Menelan Obat (PMO) 9
Salah satu komponen DOTS adalah pengobatan paduan OAT jangka
pendek dengan pengawasan langsung Untuk menjamin keteraturan pengobatan
diperlukan seorang PMO
31
a Persyaratan PMO
bull Seseorang yang dikenal dipercaya dan disetujui baik oleh petugas kesehatan
maupun pasien selain itu harus disegani dan dihormati oleh pasien
bull Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien
bull Bersedia membantu pasien dengan sukarela
bull Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan pasien
b Siapa yang bisa menjadi PMO
Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan misalnya Bidan di Desa Perawat
Pekarya Sanitarian Juru Immunisasi dan lain lain Bila tidak ada petugas
kesehatan yang memungkinkan PMO dapat berasal dari kader kesehatan guru
anggota PPTI PKK atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga
c Tugas seorang PMO
bull Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai
pengobatan
bull Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur
bull Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah
ditentukan
bull Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai gejala-
gejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke Unit Pelayanan
Kesehatan
Tugas seorang PMO bukanlah untuk mengganti kewajiban pasien mengambil
obatdari unit pelayanan kesehatan
d Informasi penting yang perlu dipahami PMO untuk disampaikan kepada pasien dan
keluarganya
bull TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur
32
bull TB bukan penyakit keturunan atau kutukan
bull Cara penularan TB gejala-gejala yang mencurigakan dan cara pencegahannya
bull Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan)
bull Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur
bull Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera meminta
pertolongan ke UPK
27 Penanggulangan TB 16
Rencana Global Penanggulangan TB
Rencana Global 2006-2015 mencakup enam elemen utama dalam strategi baru Stop
TB ndashWHO yang terdiri dari
1 Memperluas dan meningkatkan ekspansi DOTS yang berkualitas meningkatkan
penemuan kasus dan kesembuhan melalui pendekatan yangterfokus pada penderita
agar pelayanan DOTS yang berkualitas dapat menjangkau seluruh penderita
khususnya kelompok masyarakat yang miskin dan rentan
2 Menghadapi tantangan TBHIV MDR-TB dan tantangan lainnya dengan cara
meningkatkan kolaborasi TBHIV DOTS-Plus dan pendekatan lainnya
3 Berkontribusi dalam memperkuat sistem kesehatan melalui kerjasama dengan
berbagai program dan pelayanan kesehatan lainnya misalnya dalam memobilisasi
sumber daya manusia dan finansial untuk implementasi dan mengevaluasi
hasilnyaserta pertukaran informasi dalam keberhasilan pencapaian dalam program
penanggulangan TB
33
4 Melibatkan seluruh penyedia pelayanan kesehatan pemerintah lembaga swadaya
masyarakat (LSM) dan swasta dengan cara memperluas pendekatan berbasis
public-private mix (PPM) dengan menggunakan ISTC
5 Melibatkan penderita TB dan masyarakat untuk memberikan kontribusi dalam
penyediaan pelayanan yang efektif Hal ini meliputi perluasan pelayanan TB di
masyarakat menciptakan kebutuhan masyarakat akan pelayanan TB advokasi
yang spesifik komunikasi dan mobilisasi sosial serta mendukung pengembangan
piagam pasien TB dalam masyarakat dan
6 Memberdayakan dan meningkatkan penelitian operasional
28 Kerangka Konsep
Variabel Independent Variabel dependent
Karakteristik Individu
1Umur
2Jenis kelamin
3Pendidikan
4Pekerjaan
5Pengetahuan
6Efek samping OAT
7Tingkat kepatuhan
penderita dalam
pengobatan
Kesembuhan
34
Penderita TB paru
Faktor Pelayanan
kesehatan
1 Ketersediaan OAT
2 Sikap petugas kesehatan
3 LokasiJarak
4 Penyuluhan kesehatan
5 Kunjungan rumah
Faktor Peran PMO
Gambar Kerangka Konsep Penelitian
Definisi Konsep
1 Karakteristik individu adalah hal-hal yang melekat dalam diri penderita TB paru yang
mempengaruhi tingkat kapetuhan dalam melaksanakan program pengobatan dengan
strategi DOTS yang membedakan seseorang dengan yang lainnya meliputi umur jenis
kelamin pendidikan pekerjaan pengetahuan efek samping OAT tingkat kepatuhan
penderita dalam pengobatan
2 Faktor pelayanan kesehatan adalah penilaian dari penderita TB paru terhadap upaya yang
diselenggarakan oleh unit pelayanan kesehatan untuk menangani penderita TB paru
meliputi Ketersediaan OATsikap petugas kesehatan lokasijarak penyuluhan
kesehatan dan kunjungan rumah
3 Faktor Peran PMO ( Pengawasan Menelan Obat ) adalah penilaian dari penderita TB paru
terhadap hal-hal yang menjadi tugas dari seseorang pengawas menelan obat yang
mempengaruhi tingkat kepatuhan penderita TB paru dalam melaksanakan pengobatan
meliputi penyuluhan member dorongan meningkatkan dan mengawasi
35
4 Kesembuhan adalah pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan
pemeriksaan ulang dahak (follow up) menunjukkan hasil BTA negatif
29 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konsep di atas maka hipotesis penelitian ini adalah
1) Ada pengaruh karakteristik individu terhadap kesembuhan penderita TB paru
dalam pengobatan
2) Ada pengaruh pelayanan kesehatan terhadap kesembuhan penderita TB paru
dalam pengobatan
3) Ada pengaruh PMO terhadap kesembuhan penderita TB paru dalam pengobatan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
31 Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional yang
bertujuan untuk menjelaskan pengaruh karakteristik individu faktor pelayanan
kesehatan dan faktor Pengawas Menelan Obat (PMO) terhadap kesembuhan
penderita TB Paru dalam melaksanakan pengobatan di Puskesmas Grogol Petamburan
tahun 2011
32 Tempat dan Waktu Penelitian
36
Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Grogol Petamburan pada bulan
Januari sampai Februari tahun 2012
33 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang
sedang menjalankan pengobatan TB di Puskesmas Grogol
Petamburan mulai bulan OktobeR
34 Keriteria Inklusi dan Eksklusi
341 Keriteria Inklusi
342 Keriteria Eksklusi
35 Sampel
351 Besar Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang
mengikuti pengobatan dengan strategi DOTS di Puskesmas yang pada saat penelitian
sedang menjalani pengobatan dan seluruh penderita TB yang telah mendapat
pengobatan selama 6 bulan atau sedang dalam tahap lanjutan
Keterangan
n1 = Jumlah sampel minimal
37
n2 = Jumlah sampel ditambah substitusi 10 (substitusi adalah persen responden
yang mungkin drop out)
Z = Tingkat batas kepercayaan dengan = 5
Didapat Z pada kurva normal = 196
p = Proporsi variabel yang diteliti yaitu besarnya presentasi 50 )
q = 1 - p
L = Derajat kesalahan yang masih dapat diterima adalah 10
Berdasarkan rumus di atas didapatkan angka sebagai berikut
( Z )2 p q ( 196 )2 0505
n1 = ----------------- = ------------------------------ = 9604
L2 ( 01 )2
n2 = n1 + ( 10 n1 )
= 9604 + ( 10 9604)
= 9604 + 9604
= 10564 Dibulatkan 106
352 Teknik Pengambilan Sampel
36 Identifikasi Variabel
1 Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kesembuhan tb paru
2 Variabel independen adalah umur jenis kelamin pendidikan pekerjaan
pengetahuan efek samping OAT dan tingkat kepahuhan dari penderita TB
Selain itu faktor dari pelayanan kesehatan dan PMO juga ikut berperan
37 Cara Kerja
1 Membuat proposal penelitian tentang hubungan antara tingkat kepatuhan minum
OAT dengan tingkat kesembuhan penyakit TB di Puskesmas Kecamatan Grogol
Petamburan
38
2 Pengumpulan data sekunder dari Puskesmas Grogol Petamburan
3 Melakukan kunjungan ke rumah-rumah sampel di daerah RT terpilih untuk
pengumpulan data primer dengan memakai kuesioner dan wawancara responden
4 Data-data yang telah dikumpulkan akan dilakukan pengolahan berupa proses
editing verifikasi dan koding Selanjutnya dimasukkan dan diolah dengan
menggunakan program computer yaitu program SPSS
5 Terhadap data yang telah diolah kemudian dilakukan analisis sesuai dengan cara
uji statistik menggunakanhelliphellip Data diinterpretasi secara deskriptif korelatif
antar variabel ndash variabel yang telah ditentukan dan disajikan dalam bentuk
tekstular dan tabular
6 Hasil dari penelitian akan disusun dalam bentuk pelaporan penelitian yang
selanjutnya akan di presentasikan di hadapan staf pengajar program pendidikan
Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida
Wacana (FK UKRIDA) dalam forum pendidikan Ilmu Kedokteran Komunitas
Fakultas Kedokteran UKRIDA
38 Manajemen Data
381 Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder yaitu
1 Data primer diperoleh dengan wawancara langsung kepada penderita TB paru
dan petugas kesehatan program penanggulangan TB Paru yang berpedoman pada
kuisioner penelitian yang telah ditetapkan dam melakukan cross check
2 Data sekunder diperoleh dari laporan pelaksanaan program penanggulangan TB
Paru di Puskesmas kartu pengobatan TBC (formulir TB 01) dan Formulir
Permohonan Laboratorium TBC Untik Pemeriksaan Dahak (formulir TB 05)
382 Pengolahan Data
39
Aspek pengukuran
Aspek pengukuran variable bebas
Karakteristik individu
Aspek pengukuran variable karakteristik individu dapat dilihat pada tabel 31
Table 31 Aspek Pengukuran Variabel Karakteristik Individu
Karakteristik
individu
Kategori Skala Bobot nilai
Umur a 15-24 tahun
b 25-49 tahun
c gt 50 tahun
rasio
Jenis kelamin a Laki-laki
b Perempuan
Tingkat
pendidikan
a Tidak tamat SD
b SD
c SLTP
d SLTA
e Sarjana S1
Pekerjaan a Bekerja
b Tidak bekerja
Pengetahuan a Baik
b Sedang
c Bururk
Efek samping
OAT
a Ada
b Tidan ada
Faktor pelayanan kesehatan
Pengukuran faktor pelanan kesehatan meliputi ketersediaan OAT yang
diukur adalah yang diukur dengan 2 pertanyaan sikap petugas kesehatan diukur
dengan 8 pertanyaan lokasi jarak diukur dengan 3 pertanyaan penyuluhan kesehatan
diukur dengan 6 pertanyaan dan kunjungan rumah diukur dengan 2 pertanyaan
40
berdasarkan jawaban yang diberikan responden selanjutnya dikelompokkan menjadi
tiga (3) yaitu
a Baik jika faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan
penilaian yang baik karena kebutuhan yang diinginkan debagian besarnya
terpenuhi (nilai gt32)
b Sedang bila faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan
penilaian yang kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan responden hanay
sebagian saja yang terpenuhi (nilainya 17-32)
c Buruk bila faktor pelayanan pelayanan kesehatan yang diterima responden
menimbulkan penilaian yang tidak baik karena kebutuhan yang diinginka
responden sebagian besar tidak dipenuhi (nilainya lt17)
Faktor Pengawas Menelan Obat (PMO)
Faktor Pengawas Menelan Obat diukur dengan 5 pertanyaan yang
selanjutnya dibedakan atas 3 kategori yaitu
a Baik bila semua tugas yang diterima responden terlaksana dengan baik yaitu
mengawasi memberikan dorongan mengingatkan dan memberikan penyuluhan
(nilainya gt11)
b Sedang bila tugas PMO yang diterima responden sebagian saja yang terpenuhi
(nilainya 6-11)
c Buruk bila tugas PMO yang diterima responden tidak terlaksana dengan baik
(nilainya lt 6)
Aspek Pengukuran Variabel Terikan
Kepatuhan Pengobatan TB Paru
41
Aspek Pengukuran Variabel ini menggunakan skala interval yang diukur berdasarkan
tiga (3) kategori yaitu
Patuh apabila responden selalu menelan obat sesuai ketentuan petugas kesehatan
yaitu setiap hari pada tahap awal tiga kali seminggu pada tahap lanjutan dan
mengambil obat serta memeriksakan dahak sesuai jadwal dan menaati nasihat dari
petugas kesehatan ( bobot 3 )
Kurang patuh jika responden kadang-kadang menelan obat sesuai ketentuan
petugas kesehatan atau responden tidak menelan obat 2-8 minggu selama tahap
pengobatan lanjutan dan tidak memerisakan dahak sesuai jadwal yang telah
ditetapkan dan tidak selalu menaati nasihat dari petugas kesehatan (bobot 2 )
Tidak patuh jika responden tidak menelan obat sesuai ketentuan petugas
kesehatan atau responden tidak menelan obat lebih dari 8 minggu selama tahap
pengobatan lanjutan dan tidak mengambil obat serta tidak memeriksakan dahak
sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan tidak menaati nasihat petugas kesehatan
(bobot 1)
383 Penyajian Data
384 Analisis Data
385 Interpretasi Data
386 Pelaporan Data
39 Definisi Operasional
1 Umur adalah usia responden saat penelitian berdasarkan ulang tahun terakhir yang
dibedakan atas 3 (tiga) kategori berdasarkna Badan Pusat Statistik Kota Medan
42
tahun 2008 yaitu 1) orang muda 25-24 tahun 2) dewasa 24-49 tahun 3) orang
tua gt 50 tahun
2 Jenis kelamin adalah suatu karakteristik responden yang dibedakan identitasnya
dari laki-laki dan perempuan
3 Pendidikan adalah jenjang pendidikannyang berhasil ditamatkan responden yang
dibedakan atas tidak tamat SD SD SLTP SLTA Akademi Sarjana
4 Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh responden sebagai
pendapatan utama yang dibedakan atas kerja dan tidak bekerja
5 Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai penyakit
TB paru
6 Efek samping OAT adalah gejala keluhan yang diderita responden akiba menelan
OAT selama pengobatan
7 Ketersdediaan OAT adalah pandangan responden terhadap kondisi OAT
diperoleh dari puskesmas meliputi kecukupan jumlah OAT dan dan kualitasnya
8 Sikap petugas kesehatan adalah penilaian responden terhadap reaksi petugas
kesehatan kepada responden selama mereka menjalanin pengobatan
9 Lokasi jarak adalah pandangan responden tentang lama perjalanan dari tempat
tinggal responden ke Puskesmas yang diukur dengan jarak sarana transportasi
10 Penyuluhan kesehatan adalah pandangan responden tentang kegiatan yang
dilakukan oleh petugas kesehatan sehubungan dengan pengobatan TB Paru untuk
mencapai suatu keadaan dimana pederita TB Paru dapat hidup lebih sehat
11 Kunjungan rumah adalah pandangan responden tentang kegiatan yang dilakukan
petugas kesehatan selama masa pengobatan ke rumah responden
12 Faktor peran Pengawas Minum Obat (PMO) adalah pandangan responden tentang
tugas yang dilakasanakan oleh seorang PMO meliputi penyuluhan
13 Kepatuhan berobat adalah ketaan responden dalam menelan obat mengambil
obat dan melakukan pemeriksaan dahak sesuai jadwal yang telah ditentukan dan
menaati segala nasehat dari petugas kesehatan
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
1) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta
2) Perkumpulan Pemberantasan TB Indonesia 2011 TB di Indonesia Peringkat Dunia
Jakarta Diakses melalui situs httpwwwpptiinfoindexphpcomponentcontentarticle46-
arsip-ppti141-tbc-di-indonesia-peringkat-5-dunia Diakses pada tanggal 23 Januari 2012
44
3) Depkes dan WHO 2008 Lembar Fakta Tuberkulosis Jakarta
4) Dirjen P2M amp PLP 1997 Pengawasan Menelan Obat (PMO) adalah DOTS ala Indonesia
Jakarta
5) Amirudin R 2006 Faktor Keberhasilan Konversi pada Penderita TB Paru di Puskesmas
Jongaya Tahun 2006 Laporan Penelitian FKM Unhas Makasar
6) Aditama Tjandra Y 1994 Tuberkulosis Paru Masalah dan Penanggulangnya UI Press
Jakarta
7) Aru W Bambang S Idrus A dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Tuberkulosis
Paru Edisi IV FKUI Jakarta 2006 998-1004
8) Depkes RI 2002 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta
9) Depkes RI 2006 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta
10) Subijakto Hubungan Pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Berobat
Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Proposal Skripsi Jakarta 2011 Diakses pada
tanggal 20 Januari 2012
11) Aditama Tjandra Y 2002 Tuberkulosis Diagnosis Terapi dan Masalahnya Yayasan IDI
Jakarta
12) Notoatmodjo Soekidjo 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Penerbit Rineka Cipta
Jakarta
13) Simamora Jojor 2004 Faktor yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Berobat Penderita TB
Paru di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2004 Tesis Pascasarjana USU Medan
14) Ester Monica 2000 Psikologi Kesehatan Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
15) Bart Smet 1994 Psikologi Kesehatan PT Grasindo Jakarta
16) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta
45
Terdiri dari obat lepas yang dikemas dalam satu paket yaitu Isoniasid
Rifampisin Pirazinamid dan Etambutol Paduan OAT ini disediakan program untuk
mengatasi pasien yang mengalami efek samping OAT KDT
Paduan OAT ini disediakan dalam bentuk paket dengan tujuan untuk
memudahkan pemberian obat dan menjamin kelangsungan (kontinuitas) pengobatan
sampai selesai
Satu (1) paket untuk satu (1) pasien dalam satu (1) masa pengobatan
KDT mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB
1 Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin efektifitas
obat dan mengurangi efek samping
2 Mencegah penggunaan obat tunggal sehinga menurunkan resiko terjadinya
resistensi obat ganda dan mengurangi kesalahan penulisan resep
3 Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat menjadi
sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien
Paduan OAT dan peruntukannya
19
1 Kategori-1 (2HRZE 4H3R3)
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru
1048707 Pasien baru TB paru BTA positif
1048707 Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif
1048707 Pasien TB ekstra paru
Tabel 22 Dosis untuk paduan OAT KDT untuk Kategori 1
Berat Badan
Tahap Intensif
tiap hari selama 56 hari
RHZE (15075400275)
Tahap Lanjutan
3 kali seminggu selama 16 minggu
RH (150150)
30-37 kg 2 tablet 4 KDT 2 tablet 4 KDT38-54 kg 3 tablet 4 KDT 3 tablet 4 KDT55-70 kg 4 tablet 4 KDT 4 tablet 4 KDTge 71 kg 5 tablet 4 KDT 5 tablet 4 KDT
2 Kategori -2 (2HRZES HRZE 5H3R3E3)
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya
1048707 Pasien kambuh
1048707 Pasien gagal
1048707 Pasien dengan pengobatan setelah default (terputus)
Tabel 23 Dosis untuk paduan OAT KDT Kategori 2
Berat Badan
Tahap Intensif
tiap hari
RHZE (15075400275) + S
Tahap Lanjutan
3 kali seminggu
RH (150150) + E (275)
Selama 56 hari Selama 28 hari Selama 20 minggu
30-37 kg 2 tablet 4 KDT + 500 mg Streptomisin inj
2 tablet 4 KDT 2 tablet 4 KDT+ 2 tab Etambutol
38-54 kg 3 tablet 4 KDT +750 mg Streptomisin inj
3 tablet 4 KDT 3 tablet 4 KDT+ 3 tab Etambutol
55-70 kg 4 tablet 4 KDT +1000 mg Streptomisin inj
4 tablet 4 KDT 4 tablet 4 KDT+ 4 tab Etambutol
ge 71 kg 5 tablet 4 KDT +1000 mg Streptomisin inj
5 tablet 4 KDT 5 tablet 4 KDT+ 5 tab Etambutol
Catatan
20
Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal untuk streptomisin adalah
500mg tanpa memperhatikan berat badan
Untuk perempuan hamil lihat pengobatan TB dalam keadaan khusus
Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan menambahkan aquabidest
sebanyak 37ml sehingga menjadi 4ml (1ml = 250mg)
3 OAT Sisipan (HRZE)
Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap intensif kategori 1 yang
diberikan selama sebulan (28 hari)
Tabel 24 Dosis KDT untuk Sisipan
Berat Badan Tahap Intensif tiap hari selama 28 hari
RHZE (15075400275)
30-37 kg 2 tablet 4 KDT38-54 kg 3 tablet 4 KDT55-70 kg 4 tablet 4 KDTge 71 kg 5 tablet 4 KDT
Penggunaan OAT lapis kedua misalnya golongan aminoglikosida (misalnya
kanamisin) dan golongan kuinolon tidak dianjurkan diberikan kepada pasien baru tanpa indikasi
yang jelas karena potensi obat tersebut jauh lebih rendah daripada OAT lapis pertama Di
samping itu dapat juga meningkatkan terjadinya risiko resistensi pada OAT lapis kedua
2111 Alur Diagnostik TB 9
21Suspek TB Paru
2112 Evaluasi Pengobatan
22
Pemeriksaan dahak mikroskopis (SPS = Sewaktu ndash Pagi ndash Sewaktu)
Hasil BTA+ - -
Hasil BTA- - -
Hasil BTA+ + ++ + +
Antibiotik Non-OAT
Tidak adaPerbaikan
Adaperbaikan
Pemeriksaan dahak mikroskopis
Foto toraks dan
Pertimbangan dokter
Hasil BTA+ + ++ + -+ _ _
Hasil BTA- - -
Foto toraks dan
Pertimbangan dokter
TB Bukan TB
Evaluasi Klinis
Biasanya pasien di control dalam 1 minggu pertama selanjutnya setiap 2 minggu
selama tahap intensif dan seterusnya sekali sebulan sampai akhir pengobatan
Secara klinis hendaknya terdapat perbaikan keluhan pasien seperti batuk yang
berkurang tidak ada batuk darah nafsu makan bertambah dan ada peningkatan
berat badan
Evaluasi Bakteriologis
Pemeriksaan dahak untuk menilai keberadaan kuman Biasanya setelah 2-3
minggu perngobatan sputum BTA mulai negatif Pemeriksaan control sputum
dilakukan sekali sebulan Bagi penderita dengan BTA positif setelah tahap
intensif akan mendapatkan pengobatan ulang Bila sudah negatif sputum
diperiksa tiga kali berturut-turut dan harus dikontrol agar tidak terjadi ldquosilent
bacterial sheddingrdquo yaitu terdapat sputum BTA positif tanpa disertai keluhan-
keluhan TB yang relevan
Evaluasi Radiologis
Evaluasi radiologis juga diperlukan untuk melihat kemajuan terapi Dengan
pemeriksaan radiologis dapat dilihat keadaan TB parunya atau adanya penyakit
lain yang menyertai Evaluasi foto dada dilakukan tiap 3 bulan sekali 10
2113 Efek Samping OAT
Sebagian besar penderita TB paru dapat menyelesaikan pengobatan tanpa
efek samping Namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping Oleh karena
itu pemantauan kemungkinan terjadinya efek samping sangat penting dilakukan
selama pengobatan Pemantauan dilakukan dengan cara menjelaskan kepada
penderita tanda-tanda efek samping dan menanyakan adanya gejala efek samping
pada waktu penderita mengambil OAT 8
Efek samping ringan dari OAT seperti tidak ada nafsu makanmual sakit
perut nyeri sendi kesemutan sampai dengan rasa terbakar di kaki dan warna
kemerahan pada air seni Efek samping berat dari OAT misalnya gatal dan
kemerahan kulit tuli gangguan keseimbanagn ikterus tanpa penyebab lain
bingung dan muntah-muntah gangguan penglihatan purpura dan syok 8
22 Strategi DOTS
23
Strategi DOTS adalah strategi penanggulaan TB paru nasional yang telah
direkomendasikan oleh WHO yang dimulai pelaksanaannya di Indonesia pada tahun
19951996 Sebelum pelaksanaan strategi DOTS (1969-1994) angka kesembutah TB
paru yang dapat dicapai oleh program hanya 40-60 saja Dengan strategi DOTS
diharapkan angka kesembuhan dapat dicapai minimal 85 dari penderita TB paru
BTA positif yang di temukan 11
Prinsip DOTS adalah mendekatkan pelayanan pengobatan terhadap
penderita agar secara langsung dapat mengawasi keteraturan menelan obat dan
melakukan pelacakan bila penderita tidak datang mengambil obat sesuai dengan yang
ditetapkan
Kalau diurai dari kata-katanya pengertian DOTS dapat dimulai dengan
keharusan setiap pengelola program TB intuk member direct attention dalam usaha
menemukan penderita Dalam bahasa lain ini diterjemahkan menjadi deteksi kasus
dengan pemeriksaan mikroskopik kendati sebenarnya pengertiannya dapat diperluas
dengan keharusan untuk mendeteksi kasus secara baik dan akurat Kemudian setiap
pasien harus di- observed dalam memakan obatnya setiap obat yang di telan pasien
harus di depan seorang pengawas Selain itu tentunya pasien harus menerima
treatment yang tertata dalam system pengelolaan distribusi dan penyediaan obat
secara baik Kemudian setiap pasien harus mendapat obat yang baik artinya
pengobatan short course standart yang telah terbukti ampuh secara klinik
Akhirnya harus ada dukungan dari pemerinyah yang membuat program
penanggulangan TB mendapat prioritas yang tinggi dalam pelayanan kesehatan 11
Strategi DOTS mempunyai lima komponen
1) Komitmen politits dari para pengambil keputusan termasuk dukungan dana
2) Diagnosa TB dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopik
3) Pengobatan dengan panduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) jangka pendek
dengan pengawasan langsung oleh pengawas Menelan Obat (PMO)
4) Kesinambungan perssediaan OAT jangka pendek dengan mutu terjamin
5) Pencatatan dan pelaporan secraa baku untuk memudahkan pemantauan dan
evaluasi program penanggulangan TB
23 Konsep Perilaku
24
Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor baik faktor internal
( dari dalam diri manusia ) maupun faktor eksternal ( dari luar diri manusia ) Faktor
internal ini terdiri dari faktor fisik dan psikis Faktor eksternal terdiri dari berbagai
faktor antara lain sosial budaya masyarakat lingkungan fisik politik ekonomi
pendidikan dan sebagainnya Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi
kesehatan baik individu kelompok maupun masyarakat dikelompokkan menjadi
empat ( Blum 1974 )
Konsep Blum menjelaskan bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh
1) Lingkungan yang mencakup lingkungan fisik sosial budaya politik ekonomi
dan sebagainnya
2) Perilaku
3) Pelayanan kesehatan
4) Keturunan ( hereditas )
Perilaku merupakan factor terbesar kedua setelah factor lingkungan yang
mempengaruhi derajat kesehatan Oleh sebab itu dalam rangka membina dan
meningkatkan kesehatan masyarakat maka intervensi atau upaya yang di tujukan
kepada faktor erilaku ini sangat strategis
Menurut Green perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama yakni 12
1) Faktor predisposisi ( predisposing factor )
Faktor ini mencakup pengetahuan sikap dan masyarakat terhadap kesehatan
tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
kesehatan sistem nilai yang dinut masyarakat tingkat pendidikan tingkat sosial
ekonomi dan sebagainya
2) Faktor Pemungkin ( Enabling factor )
Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan
bagi masyarakat misalnya air bersih tempat pembuangan tinja ketersediaan
makanan yang bergizi dan sebagainnya termasuk juga fasilitas kesehatan
seperti puskesmas rumah sakit posyandu dokter atau bidan praktek swasta dan
sebagainnya
3) Faktor penguat ( reinforcing factor )
25
Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat tokoh agama
sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan Termasuk juga di
sini undang-undang peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah
daerah yang terkait dengan kesehatan
Tim kerja dari WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang
berperilaku tertentu dikarenakan 4 ( empat ) alasan pokok yaitu
1) Pemikiran dan perasaan ( Thoughts and feeling )
Yakni dalam bentuk pengetahuan kepercayaan dan sikap Pengetahuan di
peroleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain sedangkan
kepercayaan biasanya diperoleh dari orang tua kakek atau nenek Seseorang
menerima kepercayaan itu berdasarkan keyankinan dan tanpa adanya pembuktian
terlebih dahulu Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap
objek dan seringnya diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang
lain yang paling dekat
2) Karakteristik Pendukung (enabling characteristics)
Karakteristik ini mencerminkan bahwa meskipun mempunyai predisposisi untuk
menggunakan pelayanan kesehatan ia tak akan bertindak menggunakannya
kecuali bial ia mampu menggunakannya Penggunaan pelayanan kesehatan yang
ada tergantung kepada kemampuan konsumen untuk membayar
3) Karakteristik kebutuhan (need characteristics)
Faktor predisposisi dan factor yang memungkinkan untuk mencari pengobatan
dapat terwujud di dalam tindakan apabila itu dirasakan sebagai kebutuhanDengan
kata lain kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan
pelayanan kesehatan bila mana tingkat predisposisi dan enabling itu ada
Kebutuhan (need) disisni di bagi menjadi dua ketegori dirasa atau preceived
( subject assessment) dan evaluated ( clinical diagnosis )
Menurut Skinner perilaku kesehatan adalah suatu respons
seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan
26
penyakit system pelayanan kesehatan makanan dan minimum serta lingkungan
Dari batasan ini perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 ( tiga)
kelompok yakni
1) Perilaku pemeliharaan kesehatan ( health maintenance)
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga
kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit Oleh
sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3(tiga) aspek yaitu
a Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit serta
pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit
b Perilaku peningkatan kesehatan apabila seseorang dalam keadaan sehat
c Perilaku gizi Makanan dan minimum dapat meningkatkan kesehatan
seseorang bahkan dapat mendatangkan penyakit Hal ini sangat tergantung
pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut
2) Perilaku pencarian pengobatan ( health behavior )
Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat
menderita penyakit dan atau kecelakaan Tindakan atau perilaku ini dimulai dari
mengobati sendiri ( self treatment) sampai mencari pengobatan keluar negeri
3) Perilaku kesehatan lingkungan
Adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan baik lingkungan fisik
maupun social budaya dan sebagainnya sehingga lingkungan tersebut tidak
mempengaruhi kesehatannya Dengan perkataan lain bagaimana seseorang
mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri
keluarga atau mesyarakatnya 12
24 Kepatuhan Berobat
Kepatuhan berasal dari kata ldquo patuh ldquo yang berarti taat suka menuruti
disiplin Kepatuhan menurut Trostle adalah tingkat perilaku penderita dalam
mengambil suatu tindakan pengobatan misalnya dalam menentukan kebiasaan
hidup sehat dan ketetapan berobat Dalam pengobatan seseorang dikatakan tidak
27
patuh apabila orang tersebut melalaikan kewajibannya berobat sehingga dapat
mengakibatkan terhalangnya kesembuhan 13
Menurut Sacket kepatuhan pasien adalah sejauh mana perilaku pasien
sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh professional kesehatan 14
Menurut Sarafino secara umum ketidaktaatan meningkatkan risiko
berkembangnya masalah kesehatan atau memperpanjang atau memperburuk
kesakitan yang sedang di derita Perkiraan yang ada menyatakan bahwa 20 jumlah
opname di rumah sakit merupakan akibat dari ketidaktaatan pasien terhadap aturan
pengobatan Faktor yang mempengaruhi kepatuhan seseorang dalam berobat yaitu
faktor petugas faktor obat dan faktor penderita Karakteristik petugas yang
mempengaruhi kepatuhan antara lain jenis petugas tingkat pengetahuan lamanya
bekerja frekuensi penyuluhan yang dilakukan Faktor obat yang mempengaruhi
kepatuhan adalah pengobatan yang sulit dilakukan tidak menunjukkan kea rah
penyembuhan waktu yang lama adanya efek samping obat Faktor penderita yang
menyebabkan ketidakpatuhan adalah umur jenis kelamin pekerjaan anggota
keluarga saudara atau teman khusus 15
25 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan
Faktor-faktor yang mempengaruhi katidakpatuhan dapat digolongkan
menjadi empat bagian yaitu
1 Pemahaman tentang Instruksi
Tak seorang pun mematuhi instruksi jika ia salah paham tentang instruksi yang
diberikan kepadanyaLey dan Spelman (Ester 2000 ) Menemukan bahwa lebih
dari 60 yang diwawancarai setelah bertemu dengan dokter salah mengerti
tentang instruksi yang diberikan pada mereka kadang-kadang hal ini disebabkan
oleh kegagalan professional kesehatan dalam memberikan informasi yang
lengkap penggunaan istilah-istilah medis dan mbanyak memberikan instruksi
yang harus diingat oleh pasien
28
Pendekatan praktis untuk meningkatkan kepatuhan pasien ditemukan oleh
Dinicola dan Dimatteo yaitu
a) Buat instruksi tertulis yang jelas dan mudah diinterpretasikan
b) Berikan informasi tentang pengobatan sebelum menjelaskan hal-hal lain
c) Jika seseorang diberikan suatu daftar tertulis tenang hal-hal yang harus
diingat maka aka nada efek ldquokeunggulanrdquoyaitu mereka brusaha mengingat
hal-hal yang pertama kali ditulis
d) Insruksi-instruksi harus ditulis dengan bahasa umum ( Non medis ) dan hal-
hal yang perlu ditekankan 14
2 Kualitas Interaksi
Kualitas interaksi antara profrsional kesehatan dan pasien merupakan bagian yang
penting dalam menentukan derajat kepatuhan Meningkatkan interaksi
professional kesehatan dengan pasien adalah suatu hal penting untuk memberikan
umpan balik pada pasien setelah memperoleh informasi tentang diagnosis Pasien
membutuhkan penjelasan tentang kondisinya saat ini apa penyebabnya dan apa
yang dapat mereka lakukan dengan kondisi seperti itu
3 Isolasi sosial dan keluarga
Keluarga dapat menjadi factor yang sangat berpengaruh dalam menentukan
keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga menentukan tentang
program pengobatan yang dapat mereka terima Keluarga juga member dukungan
dan membuat keputusan mengenai perawatan dari anggota keluarga yang sakit
4 Keyakinan Sikap Kepribadian
Ahli psikologis telah menyelidiki tentang hubungan antar pengukuran-
pengukuran kepribadian dan kepatuhan Mereka menemukan bahwa data
kepribadian secara benar dibedakan antar orang yang putih drngan orang yang
gagal Orang-orang yang tidak patuh adalah orang-orang yang lebih mengalami
depresi anxietas sangat memperhatikan kesehatannya memiliki kekuatan ego
29
yang lebih lemah dan kehidupan sosialnya lebih memusatkan perhatian pada
dirinya sendiri Blumenthal et al mengatakan bahwa ciri-ciri kepribadian yang
disebutkan diatas itu yang menyebabkan seseorang cenderung tidak patuh ( drop
out) dari program pengobatan 14
Menurut Schwart dan Griffin Faktor yang berhubungan dengan
ketidaktaan secara sejarah riset tentang ketaan pasien didasarkan atas pandangan
tradisional mengenai pasien sebagai penerima nasihat dokter yang pasif dan patuh
Pasien yang tidak taat dipandang sebagai orang yang lalai dan masalahnya dianggap
sebagai masalah control Riset berusah untuk mengidentifikasi kelompok-kelompok
pasien yang tidak patuh berdasarkan kelas sosioekonomi pendidikan umur dan
jenis kelamin Pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan sepanjang bawah
pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif seperti penggunaan buku-buku
dan kaset oleh pasien secara mandiri Usaha-usaha ini sedikit berhasil seorang dapat
menjadi tidak taat kalau situasinya memungkinkan Teori-teori yang lebih baru
menekannkan factor situasional dan pasien sebagai peserta yang aktif dalam proses
pengobatannya Perilaku ketaatan sering diartikan sebagai usaha pasien untuk
mengendalikan perilakunya bahkan jika hal tersebut bias menimbulkan resiko
mengenai kesehatannya 15
Macam-macam faktor yang berkaitan dengan ketidaktaatan disebutkan
a Ciri-ciri kesakitan dan cirri-ciri pengobatan
Menurut Dickson dkk perilaku ketaatan lebih rendah untuk penyakit kronis
(karena tidak ada akibat buruk yang segera dirasakan atau resiko yang jelas )
saran mengenai gaya hidup umum dan kebiasaan yang lama pengobatan yang
kompleks pengobatan dengan efek samping perilaku yang tidak pantas
Menurut Sarafino tingkat ketaaatan rata-rata minum obat utnuk menyenbuhkan
kesakitan akut dengan pengobatan jangka pendek adalah sekitar 78 Untuk
kesakita kronis dengan cara pengobatan jangaka panjang tingkat tersebut menurun
sampai 54
b Komunikasi antara Pasien dan Dokter
Berbagai aspek komunikasi antara pasien dan dokter mempengaruhi tingkat
ketidaktaan misalnya informasi dengan pengawasan yang kurang
30
ketidakpuasan terhadap aspek hubungan emosional dengan dokter ketidak
puasan terhadap pengobatan yang diberikan
c Variabel-variabel sosial
Hubungan antara dukungan sosial dengan ketaatan telah dipelajari Secara umum
orang-orang yang merasa mereka menerima penghiburan perhatian dan
pertolongan yang mereka butuhkan dari seseorang atau kelompok biasanya
cenderung lebih mudah mengikuti nasihat medis daripada pasien yang kurang
mendapat dukungan sosial Jelaslah bahwa keluarga memainkan peranan yang
sangat penting dalam pengelolaan medis misalnya penggunaan pengaruh
normative pada pasien yang mungkin mengakibatkan efek yang memudahkan
atau menghambat perilaku ketaatan
d Ciri-ciri Individual
Variabel-variabel demografis juga digunakan untuk meramalkan ketidaktaatan
sebagai contoh Di Amerika Serikat kaum wanita kaum kulit putih dan orang
tua cenderung mengikuti anjuran dokter 15
Dalam proses penyembuhan penderita TB Paru dapat diberikan obat anti-
TB (OAT) yang diminum secara teratur sampai selesai dengan pengawasan
yangketat Masa pemberian obat memang cukup lama yaitu 6-8 bulan secara terus
menerus sehingga dapat mencegah penularan kepada orang lain Oleh sebab itu para
penderita TB jika ingin sembuh harus minum obat secara teratur Tanpa adanya
keteraturan minum obat penyakit sulit disembuhkan Jika tidak teratur minum obat
penyakitnya sukar diobati kuman TB dalam tubuh akan berkembang semakin banyak
dan menyerang organ tubuh lain yang akan membutuhkan waktu lebih lama untuk
dapat sembuh
26 Pengawasan Menelan Obat (PMO) 9
Salah satu komponen DOTS adalah pengobatan paduan OAT jangka
pendek dengan pengawasan langsung Untuk menjamin keteraturan pengobatan
diperlukan seorang PMO
31
a Persyaratan PMO
bull Seseorang yang dikenal dipercaya dan disetujui baik oleh petugas kesehatan
maupun pasien selain itu harus disegani dan dihormati oleh pasien
bull Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien
bull Bersedia membantu pasien dengan sukarela
bull Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan pasien
b Siapa yang bisa menjadi PMO
Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan misalnya Bidan di Desa Perawat
Pekarya Sanitarian Juru Immunisasi dan lain lain Bila tidak ada petugas
kesehatan yang memungkinkan PMO dapat berasal dari kader kesehatan guru
anggota PPTI PKK atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga
c Tugas seorang PMO
bull Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai
pengobatan
bull Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur
bull Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah
ditentukan
bull Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai gejala-
gejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke Unit Pelayanan
Kesehatan
Tugas seorang PMO bukanlah untuk mengganti kewajiban pasien mengambil
obatdari unit pelayanan kesehatan
d Informasi penting yang perlu dipahami PMO untuk disampaikan kepada pasien dan
keluarganya
bull TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur
32
bull TB bukan penyakit keturunan atau kutukan
bull Cara penularan TB gejala-gejala yang mencurigakan dan cara pencegahannya
bull Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan)
bull Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur
bull Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera meminta
pertolongan ke UPK
27 Penanggulangan TB 16
Rencana Global Penanggulangan TB
Rencana Global 2006-2015 mencakup enam elemen utama dalam strategi baru Stop
TB ndashWHO yang terdiri dari
1 Memperluas dan meningkatkan ekspansi DOTS yang berkualitas meningkatkan
penemuan kasus dan kesembuhan melalui pendekatan yangterfokus pada penderita
agar pelayanan DOTS yang berkualitas dapat menjangkau seluruh penderita
khususnya kelompok masyarakat yang miskin dan rentan
2 Menghadapi tantangan TBHIV MDR-TB dan tantangan lainnya dengan cara
meningkatkan kolaborasi TBHIV DOTS-Plus dan pendekatan lainnya
3 Berkontribusi dalam memperkuat sistem kesehatan melalui kerjasama dengan
berbagai program dan pelayanan kesehatan lainnya misalnya dalam memobilisasi
sumber daya manusia dan finansial untuk implementasi dan mengevaluasi
hasilnyaserta pertukaran informasi dalam keberhasilan pencapaian dalam program
penanggulangan TB
33
4 Melibatkan seluruh penyedia pelayanan kesehatan pemerintah lembaga swadaya
masyarakat (LSM) dan swasta dengan cara memperluas pendekatan berbasis
public-private mix (PPM) dengan menggunakan ISTC
5 Melibatkan penderita TB dan masyarakat untuk memberikan kontribusi dalam
penyediaan pelayanan yang efektif Hal ini meliputi perluasan pelayanan TB di
masyarakat menciptakan kebutuhan masyarakat akan pelayanan TB advokasi
yang spesifik komunikasi dan mobilisasi sosial serta mendukung pengembangan
piagam pasien TB dalam masyarakat dan
6 Memberdayakan dan meningkatkan penelitian operasional
28 Kerangka Konsep
Variabel Independent Variabel dependent
Karakteristik Individu
1Umur
2Jenis kelamin
3Pendidikan
4Pekerjaan
5Pengetahuan
6Efek samping OAT
7Tingkat kepatuhan
penderita dalam
pengobatan
Kesembuhan
34
Penderita TB paru
Faktor Pelayanan
kesehatan
1 Ketersediaan OAT
2 Sikap petugas kesehatan
3 LokasiJarak
4 Penyuluhan kesehatan
5 Kunjungan rumah
Faktor Peran PMO
Gambar Kerangka Konsep Penelitian
Definisi Konsep
1 Karakteristik individu adalah hal-hal yang melekat dalam diri penderita TB paru yang
mempengaruhi tingkat kapetuhan dalam melaksanakan program pengobatan dengan
strategi DOTS yang membedakan seseorang dengan yang lainnya meliputi umur jenis
kelamin pendidikan pekerjaan pengetahuan efek samping OAT tingkat kepatuhan
penderita dalam pengobatan
2 Faktor pelayanan kesehatan adalah penilaian dari penderita TB paru terhadap upaya yang
diselenggarakan oleh unit pelayanan kesehatan untuk menangani penderita TB paru
meliputi Ketersediaan OATsikap petugas kesehatan lokasijarak penyuluhan
kesehatan dan kunjungan rumah
3 Faktor Peran PMO ( Pengawasan Menelan Obat ) adalah penilaian dari penderita TB paru
terhadap hal-hal yang menjadi tugas dari seseorang pengawas menelan obat yang
mempengaruhi tingkat kepatuhan penderita TB paru dalam melaksanakan pengobatan
meliputi penyuluhan member dorongan meningkatkan dan mengawasi
35
4 Kesembuhan adalah pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan
pemeriksaan ulang dahak (follow up) menunjukkan hasil BTA negatif
29 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konsep di atas maka hipotesis penelitian ini adalah
1) Ada pengaruh karakteristik individu terhadap kesembuhan penderita TB paru
dalam pengobatan
2) Ada pengaruh pelayanan kesehatan terhadap kesembuhan penderita TB paru
dalam pengobatan
3) Ada pengaruh PMO terhadap kesembuhan penderita TB paru dalam pengobatan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
31 Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional yang
bertujuan untuk menjelaskan pengaruh karakteristik individu faktor pelayanan
kesehatan dan faktor Pengawas Menelan Obat (PMO) terhadap kesembuhan
penderita TB Paru dalam melaksanakan pengobatan di Puskesmas Grogol Petamburan
tahun 2011
32 Tempat dan Waktu Penelitian
36
Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Grogol Petamburan pada bulan
Januari sampai Februari tahun 2012
33 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang
sedang menjalankan pengobatan TB di Puskesmas Grogol
Petamburan mulai bulan OktobeR
34 Keriteria Inklusi dan Eksklusi
341 Keriteria Inklusi
342 Keriteria Eksklusi
35 Sampel
351 Besar Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang
mengikuti pengobatan dengan strategi DOTS di Puskesmas yang pada saat penelitian
sedang menjalani pengobatan dan seluruh penderita TB yang telah mendapat
pengobatan selama 6 bulan atau sedang dalam tahap lanjutan
Keterangan
n1 = Jumlah sampel minimal
37
n2 = Jumlah sampel ditambah substitusi 10 (substitusi adalah persen responden
yang mungkin drop out)
Z = Tingkat batas kepercayaan dengan = 5
Didapat Z pada kurva normal = 196
p = Proporsi variabel yang diteliti yaitu besarnya presentasi 50 )
q = 1 - p
L = Derajat kesalahan yang masih dapat diterima adalah 10
Berdasarkan rumus di atas didapatkan angka sebagai berikut
( Z )2 p q ( 196 )2 0505
n1 = ----------------- = ------------------------------ = 9604
L2 ( 01 )2
n2 = n1 + ( 10 n1 )
= 9604 + ( 10 9604)
= 9604 + 9604
= 10564 Dibulatkan 106
352 Teknik Pengambilan Sampel
36 Identifikasi Variabel
1 Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kesembuhan tb paru
2 Variabel independen adalah umur jenis kelamin pendidikan pekerjaan
pengetahuan efek samping OAT dan tingkat kepahuhan dari penderita TB
Selain itu faktor dari pelayanan kesehatan dan PMO juga ikut berperan
37 Cara Kerja
1 Membuat proposal penelitian tentang hubungan antara tingkat kepatuhan minum
OAT dengan tingkat kesembuhan penyakit TB di Puskesmas Kecamatan Grogol
Petamburan
38
2 Pengumpulan data sekunder dari Puskesmas Grogol Petamburan
3 Melakukan kunjungan ke rumah-rumah sampel di daerah RT terpilih untuk
pengumpulan data primer dengan memakai kuesioner dan wawancara responden
4 Data-data yang telah dikumpulkan akan dilakukan pengolahan berupa proses
editing verifikasi dan koding Selanjutnya dimasukkan dan diolah dengan
menggunakan program computer yaitu program SPSS
5 Terhadap data yang telah diolah kemudian dilakukan analisis sesuai dengan cara
uji statistik menggunakanhelliphellip Data diinterpretasi secara deskriptif korelatif
antar variabel ndash variabel yang telah ditentukan dan disajikan dalam bentuk
tekstular dan tabular
6 Hasil dari penelitian akan disusun dalam bentuk pelaporan penelitian yang
selanjutnya akan di presentasikan di hadapan staf pengajar program pendidikan
Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida
Wacana (FK UKRIDA) dalam forum pendidikan Ilmu Kedokteran Komunitas
Fakultas Kedokteran UKRIDA
38 Manajemen Data
381 Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder yaitu
1 Data primer diperoleh dengan wawancara langsung kepada penderita TB paru
dan petugas kesehatan program penanggulangan TB Paru yang berpedoman pada
kuisioner penelitian yang telah ditetapkan dam melakukan cross check
2 Data sekunder diperoleh dari laporan pelaksanaan program penanggulangan TB
Paru di Puskesmas kartu pengobatan TBC (formulir TB 01) dan Formulir
Permohonan Laboratorium TBC Untik Pemeriksaan Dahak (formulir TB 05)
382 Pengolahan Data
39
Aspek pengukuran
Aspek pengukuran variable bebas
Karakteristik individu
Aspek pengukuran variable karakteristik individu dapat dilihat pada tabel 31
Table 31 Aspek Pengukuran Variabel Karakteristik Individu
Karakteristik
individu
Kategori Skala Bobot nilai
Umur a 15-24 tahun
b 25-49 tahun
c gt 50 tahun
rasio
Jenis kelamin a Laki-laki
b Perempuan
Tingkat
pendidikan
a Tidak tamat SD
b SD
c SLTP
d SLTA
e Sarjana S1
Pekerjaan a Bekerja
b Tidak bekerja
Pengetahuan a Baik
b Sedang
c Bururk
Efek samping
OAT
a Ada
b Tidan ada
Faktor pelayanan kesehatan
Pengukuran faktor pelanan kesehatan meliputi ketersediaan OAT yang
diukur adalah yang diukur dengan 2 pertanyaan sikap petugas kesehatan diukur
dengan 8 pertanyaan lokasi jarak diukur dengan 3 pertanyaan penyuluhan kesehatan
diukur dengan 6 pertanyaan dan kunjungan rumah diukur dengan 2 pertanyaan
40
berdasarkan jawaban yang diberikan responden selanjutnya dikelompokkan menjadi
tiga (3) yaitu
a Baik jika faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan
penilaian yang baik karena kebutuhan yang diinginkan debagian besarnya
terpenuhi (nilai gt32)
b Sedang bila faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan
penilaian yang kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan responden hanay
sebagian saja yang terpenuhi (nilainya 17-32)
c Buruk bila faktor pelayanan pelayanan kesehatan yang diterima responden
menimbulkan penilaian yang tidak baik karena kebutuhan yang diinginka
responden sebagian besar tidak dipenuhi (nilainya lt17)
Faktor Pengawas Menelan Obat (PMO)
Faktor Pengawas Menelan Obat diukur dengan 5 pertanyaan yang
selanjutnya dibedakan atas 3 kategori yaitu
a Baik bila semua tugas yang diterima responden terlaksana dengan baik yaitu
mengawasi memberikan dorongan mengingatkan dan memberikan penyuluhan
(nilainya gt11)
b Sedang bila tugas PMO yang diterima responden sebagian saja yang terpenuhi
(nilainya 6-11)
c Buruk bila tugas PMO yang diterima responden tidak terlaksana dengan baik
(nilainya lt 6)
Aspek Pengukuran Variabel Terikan
Kepatuhan Pengobatan TB Paru
41
Aspek Pengukuran Variabel ini menggunakan skala interval yang diukur berdasarkan
tiga (3) kategori yaitu
Patuh apabila responden selalu menelan obat sesuai ketentuan petugas kesehatan
yaitu setiap hari pada tahap awal tiga kali seminggu pada tahap lanjutan dan
mengambil obat serta memeriksakan dahak sesuai jadwal dan menaati nasihat dari
petugas kesehatan ( bobot 3 )
Kurang patuh jika responden kadang-kadang menelan obat sesuai ketentuan
petugas kesehatan atau responden tidak menelan obat 2-8 minggu selama tahap
pengobatan lanjutan dan tidak memerisakan dahak sesuai jadwal yang telah
ditetapkan dan tidak selalu menaati nasihat dari petugas kesehatan (bobot 2 )
Tidak patuh jika responden tidak menelan obat sesuai ketentuan petugas
kesehatan atau responden tidak menelan obat lebih dari 8 minggu selama tahap
pengobatan lanjutan dan tidak mengambil obat serta tidak memeriksakan dahak
sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan tidak menaati nasihat petugas kesehatan
(bobot 1)
383 Penyajian Data
384 Analisis Data
385 Interpretasi Data
386 Pelaporan Data
39 Definisi Operasional
1 Umur adalah usia responden saat penelitian berdasarkan ulang tahun terakhir yang
dibedakan atas 3 (tiga) kategori berdasarkna Badan Pusat Statistik Kota Medan
42
tahun 2008 yaitu 1) orang muda 25-24 tahun 2) dewasa 24-49 tahun 3) orang
tua gt 50 tahun
2 Jenis kelamin adalah suatu karakteristik responden yang dibedakan identitasnya
dari laki-laki dan perempuan
3 Pendidikan adalah jenjang pendidikannyang berhasil ditamatkan responden yang
dibedakan atas tidak tamat SD SD SLTP SLTA Akademi Sarjana
4 Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh responden sebagai
pendapatan utama yang dibedakan atas kerja dan tidak bekerja
5 Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai penyakit
TB paru
6 Efek samping OAT adalah gejala keluhan yang diderita responden akiba menelan
OAT selama pengobatan
7 Ketersdediaan OAT adalah pandangan responden terhadap kondisi OAT
diperoleh dari puskesmas meliputi kecukupan jumlah OAT dan dan kualitasnya
8 Sikap petugas kesehatan adalah penilaian responden terhadap reaksi petugas
kesehatan kepada responden selama mereka menjalanin pengobatan
9 Lokasi jarak adalah pandangan responden tentang lama perjalanan dari tempat
tinggal responden ke Puskesmas yang diukur dengan jarak sarana transportasi
10 Penyuluhan kesehatan adalah pandangan responden tentang kegiatan yang
dilakukan oleh petugas kesehatan sehubungan dengan pengobatan TB Paru untuk
mencapai suatu keadaan dimana pederita TB Paru dapat hidup lebih sehat
11 Kunjungan rumah adalah pandangan responden tentang kegiatan yang dilakukan
petugas kesehatan selama masa pengobatan ke rumah responden
12 Faktor peran Pengawas Minum Obat (PMO) adalah pandangan responden tentang
tugas yang dilakasanakan oleh seorang PMO meliputi penyuluhan
13 Kepatuhan berobat adalah ketaan responden dalam menelan obat mengambil
obat dan melakukan pemeriksaan dahak sesuai jadwal yang telah ditentukan dan
menaati segala nasehat dari petugas kesehatan
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
1) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta
2) Perkumpulan Pemberantasan TB Indonesia 2011 TB di Indonesia Peringkat Dunia
Jakarta Diakses melalui situs httpwwwpptiinfoindexphpcomponentcontentarticle46-
arsip-ppti141-tbc-di-indonesia-peringkat-5-dunia Diakses pada tanggal 23 Januari 2012
44
3) Depkes dan WHO 2008 Lembar Fakta Tuberkulosis Jakarta
4) Dirjen P2M amp PLP 1997 Pengawasan Menelan Obat (PMO) adalah DOTS ala Indonesia
Jakarta
5) Amirudin R 2006 Faktor Keberhasilan Konversi pada Penderita TB Paru di Puskesmas
Jongaya Tahun 2006 Laporan Penelitian FKM Unhas Makasar
6) Aditama Tjandra Y 1994 Tuberkulosis Paru Masalah dan Penanggulangnya UI Press
Jakarta
7) Aru W Bambang S Idrus A dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Tuberkulosis
Paru Edisi IV FKUI Jakarta 2006 998-1004
8) Depkes RI 2002 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta
9) Depkes RI 2006 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta
10) Subijakto Hubungan Pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Berobat
Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Proposal Skripsi Jakarta 2011 Diakses pada
tanggal 20 Januari 2012
11) Aditama Tjandra Y 2002 Tuberkulosis Diagnosis Terapi dan Masalahnya Yayasan IDI
Jakarta
12) Notoatmodjo Soekidjo 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Penerbit Rineka Cipta
Jakarta
13) Simamora Jojor 2004 Faktor yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Berobat Penderita TB
Paru di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2004 Tesis Pascasarjana USU Medan
14) Ester Monica 2000 Psikologi Kesehatan Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
15) Bart Smet 1994 Psikologi Kesehatan PT Grasindo Jakarta
16) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta
45
1 Kategori-1 (2HRZE 4H3R3)
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru
1048707 Pasien baru TB paru BTA positif
1048707 Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif
1048707 Pasien TB ekstra paru
Tabel 22 Dosis untuk paduan OAT KDT untuk Kategori 1
Berat Badan
Tahap Intensif
tiap hari selama 56 hari
RHZE (15075400275)
Tahap Lanjutan
3 kali seminggu selama 16 minggu
RH (150150)
30-37 kg 2 tablet 4 KDT 2 tablet 4 KDT38-54 kg 3 tablet 4 KDT 3 tablet 4 KDT55-70 kg 4 tablet 4 KDT 4 tablet 4 KDTge 71 kg 5 tablet 4 KDT 5 tablet 4 KDT
2 Kategori -2 (2HRZES HRZE 5H3R3E3)
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya
1048707 Pasien kambuh
1048707 Pasien gagal
1048707 Pasien dengan pengobatan setelah default (terputus)
Tabel 23 Dosis untuk paduan OAT KDT Kategori 2
Berat Badan
Tahap Intensif
tiap hari
RHZE (15075400275) + S
Tahap Lanjutan
3 kali seminggu
RH (150150) + E (275)
Selama 56 hari Selama 28 hari Selama 20 minggu
30-37 kg 2 tablet 4 KDT + 500 mg Streptomisin inj
2 tablet 4 KDT 2 tablet 4 KDT+ 2 tab Etambutol
38-54 kg 3 tablet 4 KDT +750 mg Streptomisin inj
3 tablet 4 KDT 3 tablet 4 KDT+ 3 tab Etambutol
55-70 kg 4 tablet 4 KDT +1000 mg Streptomisin inj
4 tablet 4 KDT 4 tablet 4 KDT+ 4 tab Etambutol
ge 71 kg 5 tablet 4 KDT +1000 mg Streptomisin inj
5 tablet 4 KDT 5 tablet 4 KDT+ 5 tab Etambutol
Catatan
20
Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal untuk streptomisin adalah
500mg tanpa memperhatikan berat badan
Untuk perempuan hamil lihat pengobatan TB dalam keadaan khusus
Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan menambahkan aquabidest
sebanyak 37ml sehingga menjadi 4ml (1ml = 250mg)
3 OAT Sisipan (HRZE)
Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap intensif kategori 1 yang
diberikan selama sebulan (28 hari)
Tabel 24 Dosis KDT untuk Sisipan
Berat Badan Tahap Intensif tiap hari selama 28 hari
RHZE (15075400275)
30-37 kg 2 tablet 4 KDT38-54 kg 3 tablet 4 KDT55-70 kg 4 tablet 4 KDTge 71 kg 5 tablet 4 KDT
Penggunaan OAT lapis kedua misalnya golongan aminoglikosida (misalnya
kanamisin) dan golongan kuinolon tidak dianjurkan diberikan kepada pasien baru tanpa indikasi
yang jelas karena potensi obat tersebut jauh lebih rendah daripada OAT lapis pertama Di
samping itu dapat juga meningkatkan terjadinya risiko resistensi pada OAT lapis kedua
2111 Alur Diagnostik TB 9
21Suspek TB Paru
2112 Evaluasi Pengobatan
22
Pemeriksaan dahak mikroskopis (SPS = Sewaktu ndash Pagi ndash Sewaktu)
Hasil BTA+ - -
Hasil BTA- - -
Hasil BTA+ + ++ + +
Antibiotik Non-OAT
Tidak adaPerbaikan
Adaperbaikan
Pemeriksaan dahak mikroskopis
Foto toraks dan
Pertimbangan dokter
Hasil BTA+ + ++ + -+ _ _
Hasil BTA- - -
Foto toraks dan
Pertimbangan dokter
TB Bukan TB
Evaluasi Klinis
Biasanya pasien di control dalam 1 minggu pertama selanjutnya setiap 2 minggu
selama tahap intensif dan seterusnya sekali sebulan sampai akhir pengobatan
Secara klinis hendaknya terdapat perbaikan keluhan pasien seperti batuk yang
berkurang tidak ada batuk darah nafsu makan bertambah dan ada peningkatan
berat badan
Evaluasi Bakteriologis
Pemeriksaan dahak untuk menilai keberadaan kuman Biasanya setelah 2-3
minggu perngobatan sputum BTA mulai negatif Pemeriksaan control sputum
dilakukan sekali sebulan Bagi penderita dengan BTA positif setelah tahap
intensif akan mendapatkan pengobatan ulang Bila sudah negatif sputum
diperiksa tiga kali berturut-turut dan harus dikontrol agar tidak terjadi ldquosilent
bacterial sheddingrdquo yaitu terdapat sputum BTA positif tanpa disertai keluhan-
keluhan TB yang relevan
Evaluasi Radiologis
Evaluasi radiologis juga diperlukan untuk melihat kemajuan terapi Dengan
pemeriksaan radiologis dapat dilihat keadaan TB parunya atau adanya penyakit
lain yang menyertai Evaluasi foto dada dilakukan tiap 3 bulan sekali 10
2113 Efek Samping OAT
Sebagian besar penderita TB paru dapat menyelesaikan pengobatan tanpa
efek samping Namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping Oleh karena
itu pemantauan kemungkinan terjadinya efek samping sangat penting dilakukan
selama pengobatan Pemantauan dilakukan dengan cara menjelaskan kepada
penderita tanda-tanda efek samping dan menanyakan adanya gejala efek samping
pada waktu penderita mengambil OAT 8
Efek samping ringan dari OAT seperti tidak ada nafsu makanmual sakit
perut nyeri sendi kesemutan sampai dengan rasa terbakar di kaki dan warna
kemerahan pada air seni Efek samping berat dari OAT misalnya gatal dan
kemerahan kulit tuli gangguan keseimbanagn ikterus tanpa penyebab lain
bingung dan muntah-muntah gangguan penglihatan purpura dan syok 8
22 Strategi DOTS
23
Strategi DOTS adalah strategi penanggulaan TB paru nasional yang telah
direkomendasikan oleh WHO yang dimulai pelaksanaannya di Indonesia pada tahun
19951996 Sebelum pelaksanaan strategi DOTS (1969-1994) angka kesembutah TB
paru yang dapat dicapai oleh program hanya 40-60 saja Dengan strategi DOTS
diharapkan angka kesembuhan dapat dicapai minimal 85 dari penderita TB paru
BTA positif yang di temukan 11
Prinsip DOTS adalah mendekatkan pelayanan pengobatan terhadap
penderita agar secara langsung dapat mengawasi keteraturan menelan obat dan
melakukan pelacakan bila penderita tidak datang mengambil obat sesuai dengan yang
ditetapkan
Kalau diurai dari kata-katanya pengertian DOTS dapat dimulai dengan
keharusan setiap pengelola program TB intuk member direct attention dalam usaha
menemukan penderita Dalam bahasa lain ini diterjemahkan menjadi deteksi kasus
dengan pemeriksaan mikroskopik kendati sebenarnya pengertiannya dapat diperluas
dengan keharusan untuk mendeteksi kasus secara baik dan akurat Kemudian setiap
pasien harus di- observed dalam memakan obatnya setiap obat yang di telan pasien
harus di depan seorang pengawas Selain itu tentunya pasien harus menerima
treatment yang tertata dalam system pengelolaan distribusi dan penyediaan obat
secara baik Kemudian setiap pasien harus mendapat obat yang baik artinya
pengobatan short course standart yang telah terbukti ampuh secara klinik
Akhirnya harus ada dukungan dari pemerinyah yang membuat program
penanggulangan TB mendapat prioritas yang tinggi dalam pelayanan kesehatan 11
Strategi DOTS mempunyai lima komponen
1) Komitmen politits dari para pengambil keputusan termasuk dukungan dana
2) Diagnosa TB dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopik
3) Pengobatan dengan panduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) jangka pendek
dengan pengawasan langsung oleh pengawas Menelan Obat (PMO)
4) Kesinambungan perssediaan OAT jangka pendek dengan mutu terjamin
5) Pencatatan dan pelaporan secraa baku untuk memudahkan pemantauan dan
evaluasi program penanggulangan TB
23 Konsep Perilaku
24
Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor baik faktor internal
( dari dalam diri manusia ) maupun faktor eksternal ( dari luar diri manusia ) Faktor
internal ini terdiri dari faktor fisik dan psikis Faktor eksternal terdiri dari berbagai
faktor antara lain sosial budaya masyarakat lingkungan fisik politik ekonomi
pendidikan dan sebagainnya Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi
kesehatan baik individu kelompok maupun masyarakat dikelompokkan menjadi
empat ( Blum 1974 )
Konsep Blum menjelaskan bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh
1) Lingkungan yang mencakup lingkungan fisik sosial budaya politik ekonomi
dan sebagainnya
2) Perilaku
3) Pelayanan kesehatan
4) Keturunan ( hereditas )
Perilaku merupakan factor terbesar kedua setelah factor lingkungan yang
mempengaruhi derajat kesehatan Oleh sebab itu dalam rangka membina dan
meningkatkan kesehatan masyarakat maka intervensi atau upaya yang di tujukan
kepada faktor erilaku ini sangat strategis
Menurut Green perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama yakni 12
1) Faktor predisposisi ( predisposing factor )
Faktor ini mencakup pengetahuan sikap dan masyarakat terhadap kesehatan
tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
kesehatan sistem nilai yang dinut masyarakat tingkat pendidikan tingkat sosial
ekonomi dan sebagainya
2) Faktor Pemungkin ( Enabling factor )
Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan
bagi masyarakat misalnya air bersih tempat pembuangan tinja ketersediaan
makanan yang bergizi dan sebagainnya termasuk juga fasilitas kesehatan
seperti puskesmas rumah sakit posyandu dokter atau bidan praktek swasta dan
sebagainnya
3) Faktor penguat ( reinforcing factor )
25
Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat tokoh agama
sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan Termasuk juga di
sini undang-undang peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah
daerah yang terkait dengan kesehatan
Tim kerja dari WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang
berperilaku tertentu dikarenakan 4 ( empat ) alasan pokok yaitu
1) Pemikiran dan perasaan ( Thoughts and feeling )
Yakni dalam bentuk pengetahuan kepercayaan dan sikap Pengetahuan di
peroleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain sedangkan
kepercayaan biasanya diperoleh dari orang tua kakek atau nenek Seseorang
menerima kepercayaan itu berdasarkan keyankinan dan tanpa adanya pembuktian
terlebih dahulu Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap
objek dan seringnya diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang
lain yang paling dekat
2) Karakteristik Pendukung (enabling characteristics)
Karakteristik ini mencerminkan bahwa meskipun mempunyai predisposisi untuk
menggunakan pelayanan kesehatan ia tak akan bertindak menggunakannya
kecuali bial ia mampu menggunakannya Penggunaan pelayanan kesehatan yang
ada tergantung kepada kemampuan konsumen untuk membayar
3) Karakteristik kebutuhan (need characteristics)
Faktor predisposisi dan factor yang memungkinkan untuk mencari pengobatan
dapat terwujud di dalam tindakan apabila itu dirasakan sebagai kebutuhanDengan
kata lain kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan
pelayanan kesehatan bila mana tingkat predisposisi dan enabling itu ada
Kebutuhan (need) disisni di bagi menjadi dua ketegori dirasa atau preceived
( subject assessment) dan evaluated ( clinical diagnosis )
Menurut Skinner perilaku kesehatan adalah suatu respons
seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan
26
penyakit system pelayanan kesehatan makanan dan minimum serta lingkungan
Dari batasan ini perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 ( tiga)
kelompok yakni
1) Perilaku pemeliharaan kesehatan ( health maintenance)
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga
kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit Oleh
sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3(tiga) aspek yaitu
a Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit serta
pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit
b Perilaku peningkatan kesehatan apabila seseorang dalam keadaan sehat
c Perilaku gizi Makanan dan minimum dapat meningkatkan kesehatan
seseorang bahkan dapat mendatangkan penyakit Hal ini sangat tergantung
pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut
2) Perilaku pencarian pengobatan ( health behavior )
Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat
menderita penyakit dan atau kecelakaan Tindakan atau perilaku ini dimulai dari
mengobati sendiri ( self treatment) sampai mencari pengobatan keluar negeri
3) Perilaku kesehatan lingkungan
Adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan baik lingkungan fisik
maupun social budaya dan sebagainnya sehingga lingkungan tersebut tidak
mempengaruhi kesehatannya Dengan perkataan lain bagaimana seseorang
mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri
keluarga atau mesyarakatnya 12
24 Kepatuhan Berobat
Kepatuhan berasal dari kata ldquo patuh ldquo yang berarti taat suka menuruti
disiplin Kepatuhan menurut Trostle adalah tingkat perilaku penderita dalam
mengambil suatu tindakan pengobatan misalnya dalam menentukan kebiasaan
hidup sehat dan ketetapan berobat Dalam pengobatan seseorang dikatakan tidak
27
patuh apabila orang tersebut melalaikan kewajibannya berobat sehingga dapat
mengakibatkan terhalangnya kesembuhan 13
Menurut Sacket kepatuhan pasien adalah sejauh mana perilaku pasien
sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh professional kesehatan 14
Menurut Sarafino secara umum ketidaktaatan meningkatkan risiko
berkembangnya masalah kesehatan atau memperpanjang atau memperburuk
kesakitan yang sedang di derita Perkiraan yang ada menyatakan bahwa 20 jumlah
opname di rumah sakit merupakan akibat dari ketidaktaatan pasien terhadap aturan
pengobatan Faktor yang mempengaruhi kepatuhan seseorang dalam berobat yaitu
faktor petugas faktor obat dan faktor penderita Karakteristik petugas yang
mempengaruhi kepatuhan antara lain jenis petugas tingkat pengetahuan lamanya
bekerja frekuensi penyuluhan yang dilakukan Faktor obat yang mempengaruhi
kepatuhan adalah pengobatan yang sulit dilakukan tidak menunjukkan kea rah
penyembuhan waktu yang lama adanya efek samping obat Faktor penderita yang
menyebabkan ketidakpatuhan adalah umur jenis kelamin pekerjaan anggota
keluarga saudara atau teman khusus 15
25 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan
Faktor-faktor yang mempengaruhi katidakpatuhan dapat digolongkan
menjadi empat bagian yaitu
1 Pemahaman tentang Instruksi
Tak seorang pun mematuhi instruksi jika ia salah paham tentang instruksi yang
diberikan kepadanyaLey dan Spelman (Ester 2000 ) Menemukan bahwa lebih
dari 60 yang diwawancarai setelah bertemu dengan dokter salah mengerti
tentang instruksi yang diberikan pada mereka kadang-kadang hal ini disebabkan
oleh kegagalan professional kesehatan dalam memberikan informasi yang
lengkap penggunaan istilah-istilah medis dan mbanyak memberikan instruksi
yang harus diingat oleh pasien
28
Pendekatan praktis untuk meningkatkan kepatuhan pasien ditemukan oleh
Dinicola dan Dimatteo yaitu
a) Buat instruksi tertulis yang jelas dan mudah diinterpretasikan
b) Berikan informasi tentang pengobatan sebelum menjelaskan hal-hal lain
c) Jika seseorang diberikan suatu daftar tertulis tenang hal-hal yang harus
diingat maka aka nada efek ldquokeunggulanrdquoyaitu mereka brusaha mengingat
hal-hal yang pertama kali ditulis
d) Insruksi-instruksi harus ditulis dengan bahasa umum ( Non medis ) dan hal-
hal yang perlu ditekankan 14
2 Kualitas Interaksi
Kualitas interaksi antara profrsional kesehatan dan pasien merupakan bagian yang
penting dalam menentukan derajat kepatuhan Meningkatkan interaksi
professional kesehatan dengan pasien adalah suatu hal penting untuk memberikan
umpan balik pada pasien setelah memperoleh informasi tentang diagnosis Pasien
membutuhkan penjelasan tentang kondisinya saat ini apa penyebabnya dan apa
yang dapat mereka lakukan dengan kondisi seperti itu
3 Isolasi sosial dan keluarga
Keluarga dapat menjadi factor yang sangat berpengaruh dalam menentukan
keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga menentukan tentang
program pengobatan yang dapat mereka terima Keluarga juga member dukungan
dan membuat keputusan mengenai perawatan dari anggota keluarga yang sakit
4 Keyakinan Sikap Kepribadian
Ahli psikologis telah menyelidiki tentang hubungan antar pengukuran-
pengukuran kepribadian dan kepatuhan Mereka menemukan bahwa data
kepribadian secara benar dibedakan antar orang yang putih drngan orang yang
gagal Orang-orang yang tidak patuh adalah orang-orang yang lebih mengalami
depresi anxietas sangat memperhatikan kesehatannya memiliki kekuatan ego
29
yang lebih lemah dan kehidupan sosialnya lebih memusatkan perhatian pada
dirinya sendiri Blumenthal et al mengatakan bahwa ciri-ciri kepribadian yang
disebutkan diatas itu yang menyebabkan seseorang cenderung tidak patuh ( drop
out) dari program pengobatan 14
Menurut Schwart dan Griffin Faktor yang berhubungan dengan
ketidaktaan secara sejarah riset tentang ketaan pasien didasarkan atas pandangan
tradisional mengenai pasien sebagai penerima nasihat dokter yang pasif dan patuh
Pasien yang tidak taat dipandang sebagai orang yang lalai dan masalahnya dianggap
sebagai masalah control Riset berusah untuk mengidentifikasi kelompok-kelompok
pasien yang tidak patuh berdasarkan kelas sosioekonomi pendidikan umur dan
jenis kelamin Pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan sepanjang bawah
pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif seperti penggunaan buku-buku
dan kaset oleh pasien secara mandiri Usaha-usaha ini sedikit berhasil seorang dapat
menjadi tidak taat kalau situasinya memungkinkan Teori-teori yang lebih baru
menekannkan factor situasional dan pasien sebagai peserta yang aktif dalam proses
pengobatannya Perilaku ketaatan sering diartikan sebagai usaha pasien untuk
mengendalikan perilakunya bahkan jika hal tersebut bias menimbulkan resiko
mengenai kesehatannya 15
Macam-macam faktor yang berkaitan dengan ketidaktaatan disebutkan
a Ciri-ciri kesakitan dan cirri-ciri pengobatan
Menurut Dickson dkk perilaku ketaatan lebih rendah untuk penyakit kronis
(karena tidak ada akibat buruk yang segera dirasakan atau resiko yang jelas )
saran mengenai gaya hidup umum dan kebiasaan yang lama pengobatan yang
kompleks pengobatan dengan efek samping perilaku yang tidak pantas
Menurut Sarafino tingkat ketaaatan rata-rata minum obat utnuk menyenbuhkan
kesakitan akut dengan pengobatan jangka pendek adalah sekitar 78 Untuk
kesakita kronis dengan cara pengobatan jangaka panjang tingkat tersebut menurun
sampai 54
b Komunikasi antara Pasien dan Dokter
Berbagai aspek komunikasi antara pasien dan dokter mempengaruhi tingkat
ketidaktaan misalnya informasi dengan pengawasan yang kurang
30
ketidakpuasan terhadap aspek hubungan emosional dengan dokter ketidak
puasan terhadap pengobatan yang diberikan
c Variabel-variabel sosial
Hubungan antara dukungan sosial dengan ketaatan telah dipelajari Secara umum
orang-orang yang merasa mereka menerima penghiburan perhatian dan
pertolongan yang mereka butuhkan dari seseorang atau kelompok biasanya
cenderung lebih mudah mengikuti nasihat medis daripada pasien yang kurang
mendapat dukungan sosial Jelaslah bahwa keluarga memainkan peranan yang
sangat penting dalam pengelolaan medis misalnya penggunaan pengaruh
normative pada pasien yang mungkin mengakibatkan efek yang memudahkan
atau menghambat perilaku ketaatan
d Ciri-ciri Individual
Variabel-variabel demografis juga digunakan untuk meramalkan ketidaktaatan
sebagai contoh Di Amerika Serikat kaum wanita kaum kulit putih dan orang
tua cenderung mengikuti anjuran dokter 15
Dalam proses penyembuhan penderita TB Paru dapat diberikan obat anti-
TB (OAT) yang diminum secara teratur sampai selesai dengan pengawasan
yangketat Masa pemberian obat memang cukup lama yaitu 6-8 bulan secara terus
menerus sehingga dapat mencegah penularan kepada orang lain Oleh sebab itu para
penderita TB jika ingin sembuh harus minum obat secara teratur Tanpa adanya
keteraturan minum obat penyakit sulit disembuhkan Jika tidak teratur minum obat
penyakitnya sukar diobati kuman TB dalam tubuh akan berkembang semakin banyak
dan menyerang organ tubuh lain yang akan membutuhkan waktu lebih lama untuk
dapat sembuh
26 Pengawasan Menelan Obat (PMO) 9
Salah satu komponen DOTS adalah pengobatan paduan OAT jangka
pendek dengan pengawasan langsung Untuk menjamin keteraturan pengobatan
diperlukan seorang PMO
31
a Persyaratan PMO
bull Seseorang yang dikenal dipercaya dan disetujui baik oleh petugas kesehatan
maupun pasien selain itu harus disegani dan dihormati oleh pasien
bull Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien
bull Bersedia membantu pasien dengan sukarela
bull Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan pasien
b Siapa yang bisa menjadi PMO
Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan misalnya Bidan di Desa Perawat
Pekarya Sanitarian Juru Immunisasi dan lain lain Bila tidak ada petugas
kesehatan yang memungkinkan PMO dapat berasal dari kader kesehatan guru
anggota PPTI PKK atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga
c Tugas seorang PMO
bull Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai
pengobatan
bull Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur
bull Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah
ditentukan
bull Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai gejala-
gejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke Unit Pelayanan
Kesehatan
Tugas seorang PMO bukanlah untuk mengganti kewajiban pasien mengambil
obatdari unit pelayanan kesehatan
d Informasi penting yang perlu dipahami PMO untuk disampaikan kepada pasien dan
keluarganya
bull TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur
32
bull TB bukan penyakit keturunan atau kutukan
bull Cara penularan TB gejala-gejala yang mencurigakan dan cara pencegahannya
bull Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan)
bull Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur
bull Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera meminta
pertolongan ke UPK
27 Penanggulangan TB 16
Rencana Global Penanggulangan TB
Rencana Global 2006-2015 mencakup enam elemen utama dalam strategi baru Stop
TB ndashWHO yang terdiri dari
1 Memperluas dan meningkatkan ekspansi DOTS yang berkualitas meningkatkan
penemuan kasus dan kesembuhan melalui pendekatan yangterfokus pada penderita
agar pelayanan DOTS yang berkualitas dapat menjangkau seluruh penderita
khususnya kelompok masyarakat yang miskin dan rentan
2 Menghadapi tantangan TBHIV MDR-TB dan tantangan lainnya dengan cara
meningkatkan kolaborasi TBHIV DOTS-Plus dan pendekatan lainnya
3 Berkontribusi dalam memperkuat sistem kesehatan melalui kerjasama dengan
berbagai program dan pelayanan kesehatan lainnya misalnya dalam memobilisasi
sumber daya manusia dan finansial untuk implementasi dan mengevaluasi
hasilnyaserta pertukaran informasi dalam keberhasilan pencapaian dalam program
penanggulangan TB
33
4 Melibatkan seluruh penyedia pelayanan kesehatan pemerintah lembaga swadaya
masyarakat (LSM) dan swasta dengan cara memperluas pendekatan berbasis
public-private mix (PPM) dengan menggunakan ISTC
5 Melibatkan penderita TB dan masyarakat untuk memberikan kontribusi dalam
penyediaan pelayanan yang efektif Hal ini meliputi perluasan pelayanan TB di
masyarakat menciptakan kebutuhan masyarakat akan pelayanan TB advokasi
yang spesifik komunikasi dan mobilisasi sosial serta mendukung pengembangan
piagam pasien TB dalam masyarakat dan
6 Memberdayakan dan meningkatkan penelitian operasional
28 Kerangka Konsep
Variabel Independent Variabel dependent
Karakteristik Individu
1Umur
2Jenis kelamin
3Pendidikan
4Pekerjaan
5Pengetahuan
6Efek samping OAT
7Tingkat kepatuhan
penderita dalam
pengobatan
Kesembuhan
34
Penderita TB paru
Faktor Pelayanan
kesehatan
1 Ketersediaan OAT
2 Sikap petugas kesehatan
3 LokasiJarak
4 Penyuluhan kesehatan
5 Kunjungan rumah
Faktor Peran PMO
Gambar Kerangka Konsep Penelitian
Definisi Konsep
1 Karakteristik individu adalah hal-hal yang melekat dalam diri penderita TB paru yang
mempengaruhi tingkat kapetuhan dalam melaksanakan program pengobatan dengan
strategi DOTS yang membedakan seseorang dengan yang lainnya meliputi umur jenis
kelamin pendidikan pekerjaan pengetahuan efek samping OAT tingkat kepatuhan
penderita dalam pengobatan
2 Faktor pelayanan kesehatan adalah penilaian dari penderita TB paru terhadap upaya yang
diselenggarakan oleh unit pelayanan kesehatan untuk menangani penderita TB paru
meliputi Ketersediaan OATsikap petugas kesehatan lokasijarak penyuluhan
kesehatan dan kunjungan rumah
3 Faktor Peran PMO ( Pengawasan Menelan Obat ) adalah penilaian dari penderita TB paru
terhadap hal-hal yang menjadi tugas dari seseorang pengawas menelan obat yang
mempengaruhi tingkat kepatuhan penderita TB paru dalam melaksanakan pengobatan
meliputi penyuluhan member dorongan meningkatkan dan mengawasi
35
4 Kesembuhan adalah pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan
pemeriksaan ulang dahak (follow up) menunjukkan hasil BTA negatif
29 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konsep di atas maka hipotesis penelitian ini adalah
1) Ada pengaruh karakteristik individu terhadap kesembuhan penderita TB paru
dalam pengobatan
2) Ada pengaruh pelayanan kesehatan terhadap kesembuhan penderita TB paru
dalam pengobatan
3) Ada pengaruh PMO terhadap kesembuhan penderita TB paru dalam pengobatan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
31 Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional yang
bertujuan untuk menjelaskan pengaruh karakteristik individu faktor pelayanan
kesehatan dan faktor Pengawas Menelan Obat (PMO) terhadap kesembuhan
penderita TB Paru dalam melaksanakan pengobatan di Puskesmas Grogol Petamburan
tahun 2011
32 Tempat dan Waktu Penelitian
36
Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Grogol Petamburan pada bulan
Januari sampai Februari tahun 2012
33 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang
sedang menjalankan pengobatan TB di Puskesmas Grogol
Petamburan mulai bulan OktobeR
34 Keriteria Inklusi dan Eksklusi
341 Keriteria Inklusi
342 Keriteria Eksklusi
35 Sampel
351 Besar Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang
mengikuti pengobatan dengan strategi DOTS di Puskesmas yang pada saat penelitian
sedang menjalani pengobatan dan seluruh penderita TB yang telah mendapat
pengobatan selama 6 bulan atau sedang dalam tahap lanjutan
Keterangan
n1 = Jumlah sampel minimal
37
n2 = Jumlah sampel ditambah substitusi 10 (substitusi adalah persen responden
yang mungkin drop out)
Z = Tingkat batas kepercayaan dengan = 5
Didapat Z pada kurva normal = 196
p = Proporsi variabel yang diteliti yaitu besarnya presentasi 50 )
q = 1 - p
L = Derajat kesalahan yang masih dapat diterima adalah 10
Berdasarkan rumus di atas didapatkan angka sebagai berikut
( Z )2 p q ( 196 )2 0505
n1 = ----------------- = ------------------------------ = 9604
L2 ( 01 )2
n2 = n1 + ( 10 n1 )
= 9604 + ( 10 9604)
= 9604 + 9604
= 10564 Dibulatkan 106
352 Teknik Pengambilan Sampel
36 Identifikasi Variabel
1 Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kesembuhan tb paru
2 Variabel independen adalah umur jenis kelamin pendidikan pekerjaan
pengetahuan efek samping OAT dan tingkat kepahuhan dari penderita TB
Selain itu faktor dari pelayanan kesehatan dan PMO juga ikut berperan
37 Cara Kerja
1 Membuat proposal penelitian tentang hubungan antara tingkat kepatuhan minum
OAT dengan tingkat kesembuhan penyakit TB di Puskesmas Kecamatan Grogol
Petamburan
38
2 Pengumpulan data sekunder dari Puskesmas Grogol Petamburan
3 Melakukan kunjungan ke rumah-rumah sampel di daerah RT terpilih untuk
pengumpulan data primer dengan memakai kuesioner dan wawancara responden
4 Data-data yang telah dikumpulkan akan dilakukan pengolahan berupa proses
editing verifikasi dan koding Selanjutnya dimasukkan dan diolah dengan
menggunakan program computer yaitu program SPSS
5 Terhadap data yang telah diolah kemudian dilakukan analisis sesuai dengan cara
uji statistik menggunakanhelliphellip Data diinterpretasi secara deskriptif korelatif
antar variabel ndash variabel yang telah ditentukan dan disajikan dalam bentuk
tekstular dan tabular
6 Hasil dari penelitian akan disusun dalam bentuk pelaporan penelitian yang
selanjutnya akan di presentasikan di hadapan staf pengajar program pendidikan
Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida
Wacana (FK UKRIDA) dalam forum pendidikan Ilmu Kedokteran Komunitas
Fakultas Kedokteran UKRIDA
38 Manajemen Data
381 Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder yaitu
1 Data primer diperoleh dengan wawancara langsung kepada penderita TB paru
dan petugas kesehatan program penanggulangan TB Paru yang berpedoman pada
kuisioner penelitian yang telah ditetapkan dam melakukan cross check
2 Data sekunder diperoleh dari laporan pelaksanaan program penanggulangan TB
Paru di Puskesmas kartu pengobatan TBC (formulir TB 01) dan Formulir
Permohonan Laboratorium TBC Untik Pemeriksaan Dahak (formulir TB 05)
382 Pengolahan Data
39
Aspek pengukuran
Aspek pengukuran variable bebas
Karakteristik individu
Aspek pengukuran variable karakteristik individu dapat dilihat pada tabel 31
Table 31 Aspek Pengukuran Variabel Karakteristik Individu
Karakteristik
individu
Kategori Skala Bobot nilai
Umur a 15-24 tahun
b 25-49 tahun
c gt 50 tahun
rasio
Jenis kelamin a Laki-laki
b Perempuan
Tingkat
pendidikan
a Tidak tamat SD
b SD
c SLTP
d SLTA
e Sarjana S1
Pekerjaan a Bekerja
b Tidak bekerja
Pengetahuan a Baik
b Sedang
c Bururk
Efek samping
OAT
a Ada
b Tidan ada
Faktor pelayanan kesehatan
Pengukuran faktor pelanan kesehatan meliputi ketersediaan OAT yang
diukur adalah yang diukur dengan 2 pertanyaan sikap petugas kesehatan diukur
dengan 8 pertanyaan lokasi jarak diukur dengan 3 pertanyaan penyuluhan kesehatan
diukur dengan 6 pertanyaan dan kunjungan rumah diukur dengan 2 pertanyaan
40
berdasarkan jawaban yang diberikan responden selanjutnya dikelompokkan menjadi
tiga (3) yaitu
a Baik jika faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan
penilaian yang baik karena kebutuhan yang diinginkan debagian besarnya
terpenuhi (nilai gt32)
b Sedang bila faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan
penilaian yang kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan responden hanay
sebagian saja yang terpenuhi (nilainya 17-32)
c Buruk bila faktor pelayanan pelayanan kesehatan yang diterima responden
menimbulkan penilaian yang tidak baik karena kebutuhan yang diinginka
responden sebagian besar tidak dipenuhi (nilainya lt17)
Faktor Pengawas Menelan Obat (PMO)
Faktor Pengawas Menelan Obat diukur dengan 5 pertanyaan yang
selanjutnya dibedakan atas 3 kategori yaitu
a Baik bila semua tugas yang diterima responden terlaksana dengan baik yaitu
mengawasi memberikan dorongan mengingatkan dan memberikan penyuluhan
(nilainya gt11)
b Sedang bila tugas PMO yang diterima responden sebagian saja yang terpenuhi
(nilainya 6-11)
c Buruk bila tugas PMO yang diterima responden tidak terlaksana dengan baik
(nilainya lt 6)
Aspek Pengukuran Variabel Terikan
Kepatuhan Pengobatan TB Paru
41
Aspek Pengukuran Variabel ini menggunakan skala interval yang diukur berdasarkan
tiga (3) kategori yaitu
Patuh apabila responden selalu menelan obat sesuai ketentuan petugas kesehatan
yaitu setiap hari pada tahap awal tiga kali seminggu pada tahap lanjutan dan
mengambil obat serta memeriksakan dahak sesuai jadwal dan menaati nasihat dari
petugas kesehatan ( bobot 3 )
Kurang patuh jika responden kadang-kadang menelan obat sesuai ketentuan
petugas kesehatan atau responden tidak menelan obat 2-8 minggu selama tahap
pengobatan lanjutan dan tidak memerisakan dahak sesuai jadwal yang telah
ditetapkan dan tidak selalu menaati nasihat dari petugas kesehatan (bobot 2 )
Tidak patuh jika responden tidak menelan obat sesuai ketentuan petugas
kesehatan atau responden tidak menelan obat lebih dari 8 minggu selama tahap
pengobatan lanjutan dan tidak mengambil obat serta tidak memeriksakan dahak
sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan tidak menaati nasihat petugas kesehatan
(bobot 1)
383 Penyajian Data
384 Analisis Data
385 Interpretasi Data
386 Pelaporan Data
39 Definisi Operasional
1 Umur adalah usia responden saat penelitian berdasarkan ulang tahun terakhir yang
dibedakan atas 3 (tiga) kategori berdasarkna Badan Pusat Statistik Kota Medan
42
tahun 2008 yaitu 1) orang muda 25-24 tahun 2) dewasa 24-49 tahun 3) orang
tua gt 50 tahun
2 Jenis kelamin adalah suatu karakteristik responden yang dibedakan identitasnya
dari laki-laki dan perempuan
3 Pendidikan adalah jenjang pendidikannyang berhasil ditamatkan responden yang
dibedakan atas tidak tamat SD SD SLTP SLTA Akademi Sarjana
4 Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh responden sebagai
pendapatan utama yang dibedakan atas kerja dan tidak bekerja
5 Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai penyakit
TB paru
6 Efek samping OAT adalah gejala keluhan yang diderita responden akiba menelan
OAT selama pengobatan
7 Ketersdediaan OAT adalah pandangan responden terhadap kondisi OAT
diperoleh dari puskesmas meliputi kecukupan jumlah OAT dan dan kualitasnya
8 Sikap petugas kesehatan adalah penilaian responden terhadap reaksi petugas
kesehatan kepada responden selama mereka menjalanin pengobatan
9 Lokasi jarak adalah pandangan responden tentang lama perjalanan dari tempat
tinggal responden ke Puskesmas yang diukur dengan jarak sarana transportasi
10 Penyuluhan kesehatan adalah pandangan responden tentang kegiatan yang
dilakukan oleh petugas kesehatan sehubungan dengan pengobatan TB Paru untuk
mencapai suatu keadaan dimana pederita TB Paru dapat hidup lebih sehat
11 Kunjungan rumah adalah pandangan responden tentang kegiatan yang dilakukan
petugas kesehatan selama masa pengobatan ke rumah responden
12 Faktor peran Pengawas Minum Obat (PMO) adalah pandangan responden tentang
tugas yang dilakasanakan oleh seorang PMO meliputi penyuluhan
13 Kepatuhan berobat adalah ketaan responden dalam menelan obat mengambil
obat dan melakukan pemeriksaan dahak sesuai jadwal yang telah ditentukan dan
menaati segala nasehat dari petugas kesehatan
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
1) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta
2) Perkumpulan Pemberantasan TB Indonesia 2011 TB di Indonesia Peringkat Dunia
Jakarta Diakses melalui situs httpwwwpptiinfoindexphpcomponentcontentarticle46-
arsip-ppti141-tbc-di-indonesia-peringkat-5-dunia Diakses pada tanggal 23 Januari 2012
44
3) Depkes dan WHO 2008 Lembar Fakta Tuberkulosis Jakarta
4) Dirjen P2M amp PLP 1997 Pengawasan Menelan Obat (PMO) adalah DOTS ala Indonesia
Jakarta
5) Amirudin R 2006 Faktor Keberhasilan Konversi pada Penderita TB Paru di Puskesmas
Jongaya Tahun 2006 Laporan Penelitian FKM Unhas Makasar
6) Aditama Tjandra Y 1994 Tuberkulosis Paru Masalah dan Penanggulangnya UI Press
Jakarta
7) Aru W Bambang S Idrus A dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Tuberkulosis
Paru Edisi IV FKUI Jakarta 2006 998-1004
8) Depkes RI 2002 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta
9) Depkes RI 2006 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta
10) Subijakto Hubungan Pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Berobat
Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Proposal Skripsi Jakarta 2011 Diakses pada
tanggal 20 Januari 2012
11) Aditama Tjandra Y 2002 Tuberkulosis Diagnosis Terapi dan Masalahnya Yayasan IDI
Jakarta
12) Notoatmodjo Soekidjo 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Penerbit Rineka Cipta
Jakarta
13) Simamora Jojor 2004 Faktor yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Berobat Penderita TB
Paru di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2004 Tesis Pascasarjana USU Medan
14) Ester Monica 2000 Psikologi Kesehatan Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
15) Bart Smet 1994 Psikologi Kesehatan PT Grasindo Jakarta
16) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta
45
Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal untuk streptomisin adalah
500mg tanpa memperhatikan berat badan
Untuk perempuan hamil lihat pengobatan TB dalam keadaan khusus
Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan menambahkan aquabidest
sebanyak 37ml sehingga menjadi 4ml (1ml = 250mg)
3 OAT Sisipan (HRZE)
Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap intensif kategori 1 yang
diberikan selama sebulan (28 hari)
Tabel 24 Dosis KDT untuk Sisipan
Berat Badan Tahap Intensif tiap hari selama 28 hari
RHZE (15075400275)
30-37 kg 2 tablet 4 KDT38-54 kg 3 tablet 4 KDT55-70 kg 4 tablet 4 KDTge 71 kg 5 tablet 4 KDT
Penggunaan OAT lapis kedua misalnya golongan aminoglikosida (misalnya
kanamisin) dan golongan kuinolon tidak dianjurkan diberikan kepada pasien baru tanpa indikasi
yang jelas karena potensi obat tersebut jauh lebih rendah daripada OAT lapis pertama Di
samping itu dapat juga meningkatkan terjadinya risiko resistensi pada OAT lapis kedua
2111 Alur Diagnostik TB 9
21Suspek TB Paru
2112 Evaluasi Pengobatan
22
Pemeriksaan dahak mikroskopis (SPS = Sewaktu ndash Pagi ndash Sewaktu)
Hasil BTA+ - -
Hasil BTA- - -
Hasil BTA+ + ++ + +
Antibiotik Non-OAT
Tidak adaPerbaikan
Adaperbaikan
Pemeriksaan dahak mikroskopis
Foto toraks dan
Pertimbangan dokter
Hasil BTA+ + ++ + -+ _ _
Hasil BTA- - -
Foto toraks dan
Pertimbangan dokter
TB Bukan TB
Evaluasi Klinis
Biasanya pasien di control dalam 1 minggu pertama selanjutnya setiap 2 minggu
selama tahap intensif dan seterusnya sekali sebulan sampai akhir pengobatan
Secara klinis hendaknya terdapat perbaikan keluhan pasien seperti batuk yang
berkurang tidak ada batuk darah nafsu makan bertambah dan ada peningkatan
berat badan
Evaluasi Bakteriologis
Pemeriksaan dahak untuk menilai keberadaan kuman Biasanya setelah 2-3
minggu perngobatan sputum BTA mulai negatif Pemeriksaan control sputum
dilakukan sekali sebulan Bagi penderita dengan BTA positif setelah tahap
intensif akan mendapatkan pengobatan ulang Bila sudah negatif sputum
diperiksa tiga kali berturut-turut dan harus dikontrol agar tidak terjadi ldquosilent
bacterial sheddingrdquo yaitu terdapat sputum BTA positif tanpa disertai keluhan-
keluhan TB yang relevan
Evaluasi Radiologis
Evaluasi radiologis juga diperlukan untuk melihat kemajuan terapi Dengan
pemeriksaan radiologis dapat dilihat keadaan TB parunya atau adanya penyakit
lain yang menyertai Evaluasi foto dada dilakukan tiap 3 bulan sekali 10
2113 Efek Samping OAT
Sebagian besar penderita TB paru dapat menyelesaikan pengobatan tanpa
efek samping Namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping Oleh karena
itu pemantauan kemungkinan terjadinya efek samping sangat penting dilakukan
selama pengobatan Pemantauan dilakukan dengan cara menjelaskan kepada
penderita tanda-tanda efek samping dan menanyakan adanya gejala efek samping
pada waktu penderita mengambil OAT 8
Efek samping ringan dari OAT seperti tidak ada nafsu makanmual sakit
perut nyeri sendi kesemutan sampai dengan rasa terbakar di kaki dan warna
kemerahan pada air seni Efek samping berat dari OAT misalnya gatal dan
kemerahan kulit tuli gangguan keseimbanagn ikterus tanpa penyebab lain
bingung dan muntah-muntah gangguan penglihatan purpura dan syok 8
22 Strategi DOTS
23
Strategi DOTS adalah strategi penanggulaan TB paru nasional yang telah
direkomendasikan oleh WHO yang dimulai pelaksanaannya di Indonesia pada tahun
19951996 Sebelum pelaksanaan strategi DOTS (1969-1994) angka kesembutah TB
paru yang dapat dicapai oleh program hanya 40-60 saja Dengan strategi DOTS
diharapkan angka kesembuhan dapat dicapai minimal 85 dari penderita TB paru
BTA positif yang di temukan 11
Prinsip DOTS adalah mendekatkan pelayanan pengobatan terhadap
penderita agar secara langsung dapat mengawasi keteraturan menelan obat dan
melakukan pelacakan bila penderita tidak datang mengambil obat sesuai dengan yang
ditetapkan
Kalau diurai dari kata-katanya pengertian DOTS dapat dimulai dengan
keharusan setiap pengelola program TB intuk member direct attention dalam usaha
menemukan penderita Dalam bahasa lain ini diterjemahkan menjadi deteksi kasus
dengan pemeriksaan mikroskopik kendati sebenarnya pengertiannya dapat diperluas
dengan keharusan untuk mendeteksi kasus secara baik dan akurat Kemudian setiap
pasien harus di- observed dalam memakan obatnya setiap obat yang di telan pasien
harus di depan seorang pengawas Selain itu tentunya pasien harus menerima
treatment yang tertata dalam system pengelolaan distribusi dan penyediaan obat
secara baik Kemudian setiap pasien harus mendapat obat yang baik artinya
pengobatan short course standart yang telah terbukti ampuh secara klinik
Akhirnya harus ada dukungan dari pemerinyah yang membuat program
penanggulangan TB mendapat prioritas yang tinggi dalam pelayanan kesehatan 11
Strategi DOTS mempunyai lima komponen
1) Komitmen politits dari para pengambil keputusan termasuk dukungan dana
2) Diagnosa TB dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopik
3) Pengobatan dengan panduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) jangka pendek
dengan pengawasan langsung oleh pengawas Menelan Obat (PMO)
4) Kesinambungan perssediaan OAT jangka pendek dengan mutu terjamin
5) Pencatatan dan pelaporan secraa baku untuk memudahkan pemantauan dan
evaluasi program penanggulangan TB
23 Konsep Perilaku
24
Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor baik faktor internal
( dari dalam diri manusia ) maupun faktor eksternal ( dari luar diri manusia ) Faktor
internal ini terdiri dari faktor fisik dan psikis Faktor eksternal terdiri dari berbagai
faktor antara lain sosial budaya masyarakat lingkungan fisik politik ekonomi
pendidikan dan sebagainnya Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi
kesehatan baik individu kelompok maupun masyarakat dikelompokkan menjadi
empat ( Blum 1974 )
Konsep Blum menjelaskan bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh
1) Lingkungan yang mencakup lingkungan fisik sosial budaya politik ekonomi
dan sebagainnya
2) Perilaku
3) Pelayanan kesehatan
4) Keturunan ( hereditas )
Perilaku merupakan factor terbesar kedua setelah factor lingkungan yang
mempengaruhi derajat kesehatan Oleh sebab itu dalam rangka membina dan
meningkatkan kesehatan masyarakat maka intervensi atau upaya yang di tujukan
kepada faktor erilaku ini sangat strategis
Menurut Green perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama yakni 12
1) Faktor predisposisi ( predisposing factor )
Faktor ini mencakup pengetahuan sikap dan masyarakat terhadap kesehatan
tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
kesehatan sistem nilai yang dinut masyarakat tingkat pendidikan tingkat sosial
ekonomi dan sebagainya
2) Faktor Pemungkin ( Enabling factor )
Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan
bagi masyarakat misalnya air bersih tempat pembuangan tinja ketersediaan
makanan yang bergizi dan sebagainnya termasuk juga fasilitas kesehatan
seperti puskesmas rumah sakit posyandu dokter atau bidan praktek swasta dan
sebagainnya
3) Faktor penguat ( reinforcing factor )
25
Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat tokoh agama
sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan Termasuk juga di
sini undang-undang peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah
daerah yang terkait dengan kesehatan
Tim kerja dari WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang
berperilaku tertentu dikarenakan 4 ( empat ) alasan pokok yaitu
1) Pemikiran dan perasaan ( Thoughts and feeling )
Yakni dalam bentuk pengetahuan kepercayaan dan sikap Pengetahuan di
peroleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain sedangkan
kepercayaan biasanya diperoleh dari orang tua kakek atau nenek Seseorang
menerima kepercayaan itu berdasarkan keyankinan dan tanpa adanya pembuktian
terlebih dahulu Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap
objek dan seringnya diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang
lain yang paling dekat
2) Karakteristik Pendukung (enabling characteristics)
Karakteristik ini mencerminkan bahwa meskipun mempunyai predisposisi untuk
menggunakan pelayanan kesehatan ia tak akan bertindak menggunakannya
kecuali bial ia mampu menggunakannya Penggunaan pelayanan kesehatan yang
ada tergantung kepada kemampuan konsumen untuk membayar
3) Karakteristik kebutuhan (need characteristics)
Faktor predisposisi dan factor yang memungkinkan untuk mencari pengobatan
dapat terwujud di dalam tindakan apabila itu dirasakan sebagai kebutuhanDengan
kata lain kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan
pelayanan kesehatan bila mana tingkat predisposisi dan enabling itu ada
Kebutuhan (need) disisni di bagi menjadi dua ketegori dirasa atau preceived
( subject assessment) dan evaluated ( clinical diagnosis )
Menurut Skinner perilaku kesehatan adalah suatu respons
seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan
26
penyakit system pelayanan kesehatan makanan dan minimum serta lingkungan
Dari batasan ini perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 ( tiga)
kelompok yakni
1) Perilaku pemeliharaan kesehatan ( health maintenance)
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga
kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit Oleh
sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3(tiga) aspek yaitu
a Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit serta
pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit
b Perilaku peningkatan kesehatan apabila seseorang dalam keadaan sehat
c Perilaku gizi Makanan dan minimum dapat meningkatkan kesehatan
seseorang bahkan dapat mendatangkan penyakit Hal ini sangat tergantung
pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut
2) Perilaku pencarian pengobatan ( health behavior )
Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat
menderita penyakit dan atau kecelakaan Tindakan atau perilaku ini dimulai dari
mengobati sendiri ( self treatment) sampai mencari pengobatan keluar negeri
3) Perilaku kesehatan lingkungan
Adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan baik lingkungan fisik
maupun social budaya dan sebagainnya sehingga lingkungan tersebut tidak
mempengaruhi kesehatannya Dengan perkataan lain bagaimana seseorang
mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri
keluarga atau mesyarakatnya 12
24 Kepatuhan Berobat
Kepatuhan berasal dari kata ldquo patuh ldquo yang berarti taat suka menuruti
disiplin Kepatuhan menurut Trostle adalah tingkat perilaku penderita dalam
mengambil suatu tindakan pengobatan misalnya dalam menentukan kebiasaan
hidup sehat dan ketetapan berobat Dalam pengobatan seseorang dikatakan tidak
27
patuh apabila orang tersebut melalaikan kewajibannya berobat sehingga dapat
mengakibatkan terhalangnya kesembuhan 13
Menurut Sacket kepatuhan pasien adalah sejauh mana perilaku pasien
sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh professional kesehatan 14
Menurut Sarafino secara umum ketidaktaatan meningkatkan risiko
berkembangnya masalah kesehatan atau memperpanjang atau memperburuk
kesakitan yang sedang di derita Perkiraan yang ada menyatakan bahwa 20 jumlah
opname di rumah sakit merupakan akibat dari ketidaktaatan pasien terhadap aturan
pengobatan Faktor yang mempengaruhi kepatuhan seseorang dalam berobat yaitu
faktor petugas faktor obat dan faktor penderita Karakteristik petugas yang
mempengaruhi kepatuhan antara lain jenis petugas tingkat pengetahuan lamanya
bekerja frekuensi penyuluhan yang dilakukan Faktor obat yang mempengaruhi
kepatuhan adalah pengobatan yang sulit dilakukan tidak menunjukkan kea rah
penyembuhan waktu yang lama adanya efek samping obat Faktor penderita yang
menyebabkan ketidakpatuhan adalah umur jenis kelamin pekerjaan anggota
keluarga saudara atau teman khusus 15
25 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan
Faktor-faktor yang mempengaruhi katidakpatuhan dapat digolongkan
menjadi empat bagian yaitu
1 Pemahaman tentang Instruksi
Tak seorang pun mematuhi instruksi jika ia salah paham tentang instruksi yang
diberikan kepadanyaLey dan Spelman (Ester 2000 ) Menemukan bahwa lebih
dari 60 yang diwawancarai setelah bertemu dengan dokter salah mengerti
tentang instruksi yang diberikan pada mereka kadang-kadang hal ini disebabkan
oleh kegagalan professional kesehatan dalam memberikan informasi yang
lengkap penggunaan istilah-istilah medis dan mbanyak memberikan instruksi
yang harus diingat oleh pasien
28
Pendekatan praktis untuk meningkatkan kepatuhan pasien ditemukan oleh
Dinicola dan Dimatteo yaitu
a) Buat instruksi tertulis yang jelas dan mudah diinterpretasikan
b) Berikan informasi tentang pengobatan sebelum menjelaskan hal-hal lain
c) Jika seseorang diberikan suatu daftar tertulis tenang hal-hal yang harus
diingat maka aka nada efek ldquokeunggulanrdquoyaitu mereka brusaha mengingat
hal-hal yang pertama kali ditulis
d) Insruksi-instruksi harus ditulis dengan bahasa umum ( Non medis ) dan hal-
hal yang perlu ditekankan 14
2 Kualitas Interaksi
Kualitas interaksi antara profrsional kesehatan dan pasien merupakan bagian yang
penting dalam menentukan derajat kepatuhan Meningkatkan interaksi
professional kesehatan dengan pasien adalah suatu hal penting untuk memberikan
umpan balik pada pasien setelah memperoleh informasi tentang diagnosis Pasien
membutuhkan penjelasan tentang kondisinya saat ini apa penyebabnya dan apa
yang dapat mereka lakukan dengan kondisi seperti itu
3 Isolasi sosial dan keluarga
Keluarga dapat menjadi factor yang sangat berpengaruh dalam menentukan
keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga menentukan tentang
program pengobatan yang dapat mereka terima Keluarga juga member dukungan
dan membuat keputusan mengenai perawatan dari anggota keluarga yang sakit
4 Keyakinan Sikap Kepribadian
Ahli psikologis telah menyelidiki tentang hubungan antar pengukuran-
pengukuran kepribadian dan kepatuhan Mereka menemukan bahwa data
kepribadian secara benar dibedakan antar orang yang putih drngan orang yang
gagal Orang-orang yang tidak patuh adalah orang-orang yang lebih mengalami
depresi anxietas sangat memperhatikan kesehatannya memiliki kekuatan ego
29
yang lebih lemah dan kehidupan sosialnya lebih memusatkan perhatian pada
dirinya sendiri Blumenthal et al mengatakan bahwa ciri-ciri kepribadian yang
disebutkan diatas itu yang menyebabkan seseorang cenderung tidak patuh ( drop
out) dari program pengobatan 14
Menurut Schwart dan Griffin Faktor yang berhubungan dengan
ketidaktaan secara sejarah riset tentang ketaan pasien didasarkan atas pandangan
tradisional mengenai pasien sebagai penerima nasihat dokter yang pasif dan patuh
Pasien yang tidak taat dipandang sebagai orang yang lalai dan masalahnya dianggap
sebagai masalah control Riset berusah untuk mengidentifikasi kelompok-kelompok
pasien yang tidak patuh berdasarkan kelas sosioekonomi pendidikan umur dan
jenis kelamin Pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan sepanjang bawah
pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif seperti penggunaan buku-buku
dan kaset oleh pasien secara mandiri Usaha-usaha ini sedikit berhasil seorang dapat
menjadi tidak taat kalau situasinya memungkinkan Teori-teori yang lebih baru
menekannkan factor situasional dan pasien sebagai peserta yang aktif dalam proses
pengobatannya Perilaku ketaatan sering diartikan sebagai usaha pasien untuk
mengendalikan perilakunya bahkan jika hal tersebut bias menimbulkan resiko
mengenai kesehatannya 15
Macam-macam faktor yang berkaitan dengan ketidaktaatan disebutkan
a Ciri-ciri kesakitan dan cirri-ciri pengobatan
Menurut Dickson dkk perilaku ketaatan lebih rendah untuk penyakit kronis
(karena tidak ada akibat buruk yang segera dirasakan atau resiko yang jelas )
saran mengenai gaya hidup umum dan kebiasaan yang lama pengobatan yang
kompleks pengobatan dengan efek samping perilaku yang tidak pantas
Menurut Sarafino tingkat ketaaatan rata-rata minum obat utnuk menyenbuhkan
kesakitan akut dengan pengobatan jangka pendek adalah sekitar 78 Untuk
kesakita kronis dengan cara pengobatan jangaka panjang tingkat tersebut menurun
sampai 54
b Komunikasi antara Pasien dan Dokter
Berbagai aspek komunikasi antara pasien dan dokter mempengaruhi tingkat
ketidaktaan misalnya informasi dengan pengawasan yang kurang
30
ketidakpuasan terhadap aspek hubungan emosional dengan dokter ketidak
puasan terhadap pengobatan yang diberikan
c Variabel-variabel sosial
Hubungan antara dukungan sosial dengan ketaatan telah dipelajari Secara umum
orang-orang yang merasa mereka menerima penghiburan perhatian dan
pertolongan yang mereka butuhkan dari seseorang atau kelompok biasanya
cenderung lebih mudah mengikuti nasihat medis daripada pasien yang kurang
mendapat dukungan sosial Jelaslah bahwa keluarga memainkan peranan yang
sangat penting dalam pengelolaan medis misalnya penggunaan pengaruh
normative pada pasien yang mungkin mengakibatkan efek yang memudahkan
atau menghambat perilaku ketaatan
d Ciri-ciri Individual
Variabel-variabel demografis juga digunakan untuk meramalkan ketidaktaatan
sebagai contoh Di Amerika Serikat kaum wanita kaum kulit putih dan orang
tua cenderung mengikuti anjuran dokter 15
Dalam proses penyembuhan penderita TB Paru dapat diberikan obat anti-
TB (OAT) yang diminum secara teratur sampai selesai dengan pengawasan
yangketat Masa pemberian obat memang cukup lama yaitu 6-8 bulan secara terus
menerus sehingga dapat mencegah penularan kepada orang lain Oleh sebab itu para
penderita TB jika ingin sembuh harus minum obat secara teratur Tanpa adanya
keteraturan minum obat penyakit sulit disembuhkan Jika tidak teratur minum obat
penyakitnya sukar diobati kuman TB dalam tubuh akan berkembang semakin banyak
dan menyerang organ tubuh lain yang akan membutuhkan waktu lebih lama untuk
dapat sembuh
26 Pengawasan Menelan Obat (PMO) 9
Salah satu komponen DOTS adalah pengobatan paduan OAT jangka
pendek dengan pengawasan langsung Untuk menjamin keteraturan pengobatan
diperlukan seorang PMO
31
a Persyaratan PMO
bull Seseorang yang dikenal dipercaya dan disetujui baik oleh petugas kesehatan
maupun pasien selain itu harus disegani dan dihormati oleh pasien
bull Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien
bull Bersedia membantu pasien dengan sukarela
bull Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan pasien
b Siapa yang bisa menjadi PMO
Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan misalnya Bidan di Desa Perawat
Pekarya Sanitarian Juru Immunisasi dan lain lain Bila tidak ada petugas
kesehatan yang memungkinkan PMO dapat berasal dari kader kesehatan guru
anggota PPTI PKK atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga
c Tugas seorang PMO
bull Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai
pengobatan
bull Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur
bull Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah
ditentukan
bull Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai gejala-
gejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke Unit Pelayanan
Kesehatan
Tugas seorang PMO bukanlah untuk mengganti kewajiban pasien mengambil
obatdari unit pelayanan kesehatan
d Informasi penting yang perlu dipahami PMO untuk disampaikan kepada pasien dan
keluarganya
bull TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur
32
bull TB bukan penyakit keturunan atau kutukan
bull Cara penularan TB gejala-gejala yang mencurigakan dan cara pencegahannya
bull Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan)
bull Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur
bull Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera meminta
pertolongan ke UPK
27 Penanggulangan TB 16
Rencana Global Penanggulangan TB
Rencana Global 2006-2015 mencakup enam elemen utama dalam strategi baru Stop
TB ndashWHO yang terdiri dari
1 Memperluas dan meningkatkan ekspansi DOTS yang berkualitas meningkatkan
penemuan kasus dan kesembuhan melalui pendekatan yangterfokus pada penderita
agar pelayanan DOTS yang berkualitas dapat menjangkau seluruh penderita
khususnya kelompok masyarakat yang miskin dan rentan
2 Menghadapi tantangan TBHIV MDR-TB dan tantangan lainnya dengan cara
meningkatkan kolaborasi TBHIV DOTS-Plus dan pendekatan lainnya
3 Berkontribusi dalam memperkuat sistem kesehatan melalui kerjasama dengan
berbagai program dan pelayanan kesehatan lainnya misalnya dalam memobilisasi
sumber daya manusia dan finansial untuk implementasi dan mengevaluasi
hasilnyaserta pertukaran informasi dalam keberhasilan pencapaian dalam program
penanggulangan TB
33
4 Melibatkan seluruh penyedia pelayanan kesehatan pemerintah lembaga swadaya
masyarakat (LSM) dan swasta dengan cara memperluas pendekatan berbasis
public-private mix (PPM) dengan menggunakan ISTC
5 Melibatkan penderita TB dan masyarakat untuk memberikan kontribusi dalam
penyediaan pelayanan yang efektif Hal ini meliputi perluasan pelayanan TB di
masyarakat menciptakan kebutuhan masyarakat akan pelayanan TB advokasi
yang spesifik komunikasi dan mobilisasi sosial serta mendukung pengembangan
piagam pasien TB dalam masyarakat dan
6 Memberdayakan dan meningkatkan penelitian operasional
28 Kerangka Konsep
Variabel Independent Variabel dependent
Karakteristik Individu
1Umur
2Jenis kelamin
3Pendidikan
4Pekerjaan
5Pengetahuan
6Efek samping OAT
7Tingkat kepatuhan
penderita dalam
pengobatan
Kesembuhan
34
Penderita TB paru
Faktor Pelayanan
kesehatan
1 Ketersediaan OAT
2 Sikap petugas kesehatan
3 LokasiJarak
4 Penyuluhan kesehatan
5 Kunjungan rumah
Faktor Peran PMO
Gambar Kerangka Konsep Penelitian
Definisi Konsep
1 Karakteristik individu adalah hal-hal yang melekat dalam diri penderita TB paru yang
mempengaruhi tingkat kapetuhan dalam melaksanakan program pengobatan dengan
strategi DOTS yang membedakan seseorang dengan yang lainnya meliputi umur jenis
kelamin pendidikan pekerjaan pengetahuan efek samping OAT tingkat kepatuhan
penderita dalam pengobatan
2 Faktor pelayanan kesehatan adalah penilaian dari penderita TB paru terhadap upaya yang
diselenggarakan oleh unit pelayanan kesehatan untuk menangani penderita TB paru
meliputi Ketersediaan OATsikap petugas kesehatan lokasijarak penyuluhan
kesehatan dan kunjungan rumah
3 Faktor Peran PMO ( Pengawasan Menelan Obat ) adalah penilaian dari penderita TB paru
terhadap hal-hal yang menjadi tugas dari seseorang pengawas menelan obat yang
mempengaruhi tingkat kepatuhan penderita TB paru dalam melaksanakan pengobatan
meliputi penyuluhan member dorongan meningkatkan dan mengawasi
35
4 Kesembuhan adalah pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan
pemeriksaan ulang dahak (follow up) menunjukkan hasil BTA negatif
29 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konsep di atas maka hipotesis penelitian ini adalah
1) Ada pengaruh karakteristik individu terhadap kesembuhan penderita TB paru
dalam pengobatan
2) Ada pengaruh pelayanan kesehatan terhadap kesembuhan penderita TB paru
dalam pengobatan
3) Ada pengaruh PMO terhadap kesembuhan penderita TB paru dalam pengobatan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
31 Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional yang
bertujuan untuk menjelaskan pengaruh karakteristik individu faktor pelayanan
kesehatan dan faktor Pengawas Menelan Obat (PMO) terhadap kesembuhan
penderita TB Paru dalam melaksanakan pengobatan di Puskesmas Grogol Petamburan
tahun 2011
32 Tempat dan Waktu Penelitian
36
Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Grogol Petamburan pada bulan
Januari sampai Februari tahun 2012
33 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang
sedang menjalankan pengobatan TB di Puskesmas Grogol
Petamburan mulai bulan OktobeR
34 Keriteria Inklusi dan Eksklusi
341 Keriteria Inklusi
342 Keriteria Eksklusi
35 Sampel
351 Besar Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang
mengikuti pengobatan dengan strategi DOTS di Puskesmas yang pada saat penelitian
sedang menjalani pengobatan dan seluruh penderita TB yang telah mendapat
pengobatan selama 6 bulan atau sedang dalam tahap lanjutan
Keterangan
n1 = Jumlah sampel minimal
37
n2 = Jumlah sampel ditambah substitusi 10 (substitusi adalah persen responden
yang mungkin drop out)
Z = Tingkat batas kepercayaan dengan = 5
Didapat Z pada kurva normal = 196
p = Proporsi variabel yang diteliti yaitu besarnya presentasi 50 )
q = 1 - p
L = Derajat kesalahan yang masih dapat diterima adalah 10
Berdasarkan rumus di atas didapatkan angka sebagai berikut
( Z )2 p q ( 196 )2 0505
n1 = ----------------- = ------------------------------ = 9604
L2 ( 01 )2
n2 = n1 + ( 10 n1 )
= 9604 + ( 10 9604)
= 9604 + 9604
= 10564 Dibulatkan 106
352 Teknik Pengambilan Sampel
36 Identifikasi Variabel
1 Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kesembuhan tb paru
2 Variabel independen adalah umur jenis kelamin pendidikan pekerjaan
pengetahuan efek samping OAT dan tingkat kepahuhan dari penderita TB
Selain itu faktor dari pelayanan kesehatan dan PMO juga ikut berperan
37 Cara Kerja
1 Membuat proposal penelitian tentang hubungan antara tingkat kepatuhan minum
OAT dengan tingkat kesembuhan penyakit TB di Puskesmas Kecamatan Grogol
Petamburan
38
2 Pengumpulan data sekunder dari Puskesmas Grogol Petamburan
3 Melakukan kunjungan ke rumah-rumah sampel di daerah RT terpilih untuk
pengumpulan data primer dengan memakai kuesioner dan wawancara responden
4 Data-data yang telah dikumpulkan akan dilakukan pengolahan berupa proses
editing verifikasi dan koding Selanjutnya dimasukkan dan diolah dengan
menggunakan program computer yaitu program SPSS
5 Terhadap data yang telah diolah kemudian dilakukan analisis sesuai dengan cara
uji statistik menggunakanhelliphellip Data diinterpretasi secara deskriptif korelatif
antar variabel ndash variabel yang telah ditentukan dan disajikan dalam bentuk
tekstular dan tabular
6 Hasil dari penelitian akan disusun dalam bentuk pelaporan penelitian yang
selanjutnya akan di presentasikan di hadapan staf pengajar program pendidikan
Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida
Wacana (FK UKRIDA) dalam forum pendidikan Ilmu Kedokteran Komunitas
Fakultas Kedokteran UKRIDA
38 Manajemen Data
381 Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder yaitu
1 Data primer diperoleh dengan wawancara langsung kepada penderita TB paru
dan petugas kesehatan program penanggulangan TB Paru yang berpedoman pada
kuisioner penelitian yang telah ditetapkan dam melakukan cross check
2 Data sekunder diperoleh dari laporan pelaksanaan program penanggulangan TB
Paru di Puskesmas kartu pengobatan TBC (formulir TB 01) dan Formulir
Permohonan Laboratorium TBC Untik Pemeriksaan Dahak (formulir TB 05)
382 Pengolahan Data
39
Aspek pengukuran
Aspek pengukuran variable bebas
Karakteristik individu
Aspek pengukuran variable karakteristik individu dapat dilihat pada tabel 31
Table 31 Aspek Pengukuran Variabel Karakteristik Individu
Karakteristik
individu
Kategori Skala Bobot nilai
Umur a 15-24 tahun
b 25-49 tahun
c gt 50 tahun
rasio
Jenis kelamin a Laki-laki
b Perempuan
Tingkat
pendidikan
a Tidak tamat SD
b SD
c SLTP
d SLTA
e Sarjana S1
Pekerjaan a Bekerja
b Tidak bekerja
Pengetahuan a Baik
b Sedang
c Bururk
Efek samping
OAT
a Ada
b Tidan ada
Faktor pelayanan kesehatan
Pengukuran faktor pelanan kesehatan meliputi ketersediaan OAT yang
diukur adalah yang diukur dengan 2 pertanyaan sikap petugas kesehatan diukur
dengan 8 pertanyaan lokasi jarak diukur dengan 3 pertanyaan penyuluhan kesehatan
diukur dengan 6 pertanyaan dan kunjungan rumah diukur dengan 2 pertanyaan
40
berdasarkan jawaban yang diberikan responden selanjutnya dikelompokkan menjadi
tiga (3) yaitu
a Baik jika faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan
penilaian yang baik karena kebutuhan yang diinginkan debagian besarnya
terpenuhi (nilai gt32)
b Sedang bila faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan
penilaian yang kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan responden hanay
sebagian saja yang terpenuhi (nilainya 17-32)
c Buruk bila faktor pelayanan pelayanan kesehatan yang diterima responden
menimbulkan penilaian yang tidak baik karena kebutuhan yang diinginka
responden sebagian besar tidak dipenuhi (nilainya lt17)
Faktor Pengawas Menelan Obat (PMO)
Faktor Pengawas Menelan Obat diukur dengan 5 pertanyaan yang
selanjutnya dibedakan atas 3 kategori yaitu
a Baik bila semua tugas yang diterima responden terlaksana dengan baik yaitu
mengawasi memberikan dorongan mengingatkan dan memberikan penyuluhan
(nilainya gt11)
b Sedang bila tugas PMO yang diterima responden sebagian saja yang terpenuhi
(nilainya 6-11)
c Buruk bila tugas PMO yang diterima responden tidak terlaksana dengan baik
(nilainya lt 6)
Aspek Pengukuran Variabel Terikan
Kepatuhan Pengobatan TB Paru
41
Aspek Pengukuran Variabel ini menggunakan skala interval yang diukur berdasarkan
tiga (3) kategori yaitu
Patuh apabila responden selalu menelan obat sesuai ketentuan petugas kesehatan
yaitu setiap hari pada tahap awal tiga kali seminggu pada tahap lanjutan dan
mengambil obat serta memeriksakan dahak sesuai jadwal dan menaati nasihat dari
petugas kesehatan ( bobot 3 )
Kurang patuh jika responden kadang-kadang menelan obat sesuai ketentuan
petugas kesehatan atau responden tidak menelan obat 2-8 minggu selama tahap
pengobatan lanjutan dan tidak memerisakan dahak sesuai jadwal yang telah
ditetapkan dan tidak selalu menaati nasihat dari petugas kesehatan (bobot 2 )
Tidak patuh jika responden tidak menelan obat sesuai ketentuan petugas
kesehatan atau responden tidak menelan obat lebih dari 8 minggu selama tahap
pengobatan lanjutan dan tidak mengambil obat serta tidak memeriksakan dahak
sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan tidak menaati nasihat petugas kesehatan
(bobot 1)
383 Penyajian Data
384 Analisis Data
385 Interpretasi Data
386 Pelaporan Data
39 Definisi Operasional
1 Umur adalah usia responden saat penelitian berdasarkan ulang tahun terakhir yang
dibedakan atas 3 (tiga) kategori berdasarkna Badan Pusat Statistik Kota Medan
42
tahun 2008 yaitu 1) orang muda 25-24 tahun 2) dewasa 24-49 tahun 3) orang
tua gt 50 tahun
2 Jenis kelamin adalah suatu karakteristik responden yang dibedakan identitasnya
dari laki-laki dan perempuan
3 Pendidikan adalah jenjang pendidikannyang berhasil ditamatkan responden yang
dibedakan atas tidak tamat SD SD SLTP SLTA Akademi Sarjana
4 Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh responden sebagai
pendapatan utama yang dibedakan atas kerja dan tidak bekerja
5 Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai penyakit
TB paru
6 Efek samping OAT adalah gejala keluhan yang diderita responden akiba menelan
OAT selama pengobatan
7 Ketersdediaan OAT adalah pandangan responden terhadap kondisi OAT
diperoleh dari puskesmas meliputi kecukupan jumlah OAT dan dan kualitasnya
8 Sikap petugas kesehatan adalah penilaian responden terhadap reaksi petugas
kesehatan kepada responden selama mereka menjalanin pengobatan
9 Lokasi jarak adalah pandangan responden tentang lama perjalanan dari tempat
tinggal responden ke Puskesmas yang diukur dengan jarak sarana transportasi
10 Penyuluhan kesehatan adalah pandangan responden tentang kegiatan yang
dilakukan oleh petugas kesehatan sehubungan dengan pengobatan TB Paru untuk
mencapai suatu keadaan dimana pederita TB Paru dapat hidup lebih sehat
11 Kunjungan rumah adalah pandangan responden tentang kegiatan yang dilakukan
petugas kesehatan selama masa pengobatan ke rumah responden
12 Faktor peran Pengawas Minum Obat (PMO) adalah pandangan responden tentang
tugas yang dilakasanakan oleh seorang PMO meliputi penyuluhan
13 Kepatuhan berobat adalah ketaan responden dalam menelan obat mengambil
obat dan melakukan pemeriksaan dahak sesuai jadwal yang telah ditentukan dan
menaati segala nasehat dari petugas kesehatan
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
1) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta
2) Perkumpulan Pemberantasan TB Indonesia 2011 TB di Indonesia Peringkat Dunia
Jakarta Diakses melalui situs httpwwwpptiinfoindexphpcomponentcontentarticle46-
arsip-ppti141-tbc-di-indonesia-peringkat-5-dunia Diakses pada tanggal 23 Januari 2012
44
3) Depkes dan WHO 2008 Lembar Fakta Tuberkulosis Jakarta
4) Dirjen P2M amp PLP 1997 Pengawasan Menelan Obat (PMO) adalah DOTS ala Indonesia
Jakarta
5) Amirudin R 2006 Faktor Keberhasilan Konversi pada Penderita TB Paru di Puskesmas
Jongaya Tahun 2006 Laporan Penelitian FKM Unhas Makasar
6) Aditama Tjandra Y 1994 Tuberkulosis Paru Masalah dan Penanggulangnya UI Press
Jakarta
7) Aru W Bambang S Idrus A dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Tuberkulosis
Paru Edisi IV FKUI Jakarta 2006 998-1004
8) Depkes RI 2002 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta
9) Depkes RI 2006 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta
10) Subijakto Hubungan Pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Berobat
Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Proposal Skripsi Jakarta 2011 Diakses pada
tanggal 20 Januari 2012
11) Aditama Tjandra Y 2002 Tuberkulosis Diagnosis Terapi dan Masalahnya Yayasan IDI
Jakarta
12) Notoatmodjo Soekidjo 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Penerbit Rineka Cipta
Jakarta
13) Simamora Jojor 2004 Faktor yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Berobat Penderita TB
Paru di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2004 Tesis Pascasarjana USU Medan
14) Ester Monica 2000 Psikologi Kesehatan Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
15) Bart Smet 1994 Psikologi Kesehatan PT Grasindo Jakarta
16) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta
45
2112 Evaluasi Pengobatan
22
Pemeriksaan dahak mikroskopis (SPS = Sewaktu ndash Pagi ndash Sewaktu)
Hasil BTA+ - -
Hasil BTA- - -
Hasil BTA+ + ++ + +
Antibiotik Non-OAT
Tidak adaPerbaikan
Adaperbaikan
Pemeriksaan dahak mikroskopis
Foto toraks dan
Pertimbangan dokter
Hasil BTA+ + ++ + -+ _ _
Hasil BTA- - -
Foto toraks dan
Pertimbangan dokter
TB Bukan TB
Evaluasi Klinis
Biasanya pasien di control dalam 1 minggu pertama selanjutnya setiap 2 minggu
selama tahap intensif dan seterusnya sekali sebulan sampai akhir pengobatan
Secara klinis hendaknya terdapat perbaikan keluhan pasien seperti batuk yang
berkurang tidak ada batuk darah nafsu makan bertambah dan ada peningkatan
berat badan
Evaluasi Bakteriologis
Pemeriksaan dahak untuk menilai keberadaan kuman Biasanya setelah 2-3
minggu perngobatan sputum BTA mulai negatif Pemeriksaan control sputum
dilakukan sekali sebulan Bagi penderita dengan BTA positif setelah tahap
intensif akan mendapatkan pengobatan ulang Bila sudah negatif sputum
diperiksa tiga kali berturut-turut dan harus dikontrol agar tidak terjadi ldquosilent
bacterial sheddingrdquo yaitu terdapat sputum BTA positif tanpa disertai keluhan-
keluhan TB yang relevan
Evaluasi Radiologis
Evaluasi radiologis juga diperlukan untuk melihat kemajuan terapi Dengan
pemeriksaan radiologis dapat dilihat keadaan TB parunya atau adanya penyakit
lain yang menyertai Evaluasi foto dada dilakukan tiap 3 bulan sekali 10
2113 Efek Samping OAT
Sebagian besar penderita TB paru dapat menyelesaikan pengobatan tanpa
efek samping Namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping Oleh karena
itu pemantauan kemungkinan terjadinya efek samping sangat penting dilakukan
selama pengobatan Pemantauan dilakukan dengan cara menjelaskan kepada
penderita tanda-tanda efek samping dan menanyakan adanya gejala efek samping
pada waktu penderita mengambil OAT 8
Efek samping ringan dari OAT seperti tidak ada nafsu makanmual sakit
perut nyeri sendi kesemutan sampai dengan rasa terbakar di kaki dan warna
kemerahan pada air seni Efek samping berat dari OAT misalnya gatal dan
kemerahan kulit tuli gangguan keseimbanagn ikterus tanpa penyebab lain
bingung dan muntah-muntah gangguan penglihatan purpura dan syok 8
22 Strategi DOTS
23
Strategi DOTS adalah strategi penanggulaan TB paru nasional yang telah
direkomendasikan oleh WHO yang dimulai pelaksanaannya di Indonesia pada tahun
19951996 Sebelum pelaksanaan strategi DOTS (1969-1994) angka kesembutah TB
paru yang dapat dicapai oleh program hanya 40-60 saja Dengan strategi DOTS
diharapkan angka kesembuhan dapat dicapai minimal 85 dari penderita TB paru
BTA positif yang di temukan 11
Prinsip DOTS adalah mendekatkan pelayanan pengobatan terhadap
penderita agar secara langsung dapat mengawasi keteraturan menelan obat dan
melakukan pelacakan bila penderita tidak datang mengambil obat sesuai dengan yang
ditetapkan
Kalau diurai dari kata-katanya pengertian DOTS dapat dimulai dengan
keharusan setiap pengelola program TB intuk member direct attention dalam usaha
menemukan penderita Dalam bahasa lain ini diterjemahkan menjadi deteksi kasus
dengan pemeriksaan mikroskopik kendati sebenarnya pengertiannya dapat diperluas
dengan keharusan untuk mendeteksi kasus secara baik dan akurat Kemudian setiap
pasien harus di- observed dalam memakan obatnya setiap obat yang di telan pasien
harus di depan seorang pengawas Selain itu tentunya pasien harus menerima
treatment yang tertata dalam system pengelolaan distribusi dan penyediaan obat
secara baik Kemudian setiap pasien harus mendapat obat yang baik artinya
pengobatan short course standart yang telah terbukti ampuh secara klinik
Akhirnya harus ada dukungan dari pemerinyah yang membuat program
penanggulangan TB mendapat prioritas yang tinggi dalam pelayanan kesehatan 11
Strategi DOTS mempunyai lima komponen
1) Komitmen politits dari para pengambil keputusan termasuk dukungan dana
2) Diagnosa TB dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopik
3) Pengobatan dengan panduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) jangka pendek
dengan pengawasan langsung oleh pengawas Menelan Obat (PMO)
4) Kesinambungan perssediaan OAT jangka pendek dengan mutu terjamin
5) Pencatatan dan pelaporan secraa baku untuk memudahkan pemantauan dan
evaluasi program penanggulangan TB
23 Konsep Perilaku
24
Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor baik faktor internal
( dari dalam diri manusia ) maupun faktor eksternal ( dari luar diri manusia ) Faktor
internal ini terdiri dari faktor fisik dan psikis Faktor eksternal terdiri dari berbagai
faktor antara lain sosial budaya masyarakat lingkungan fisik politik ekonomi
pendidikan dan sebagainnya Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi
kesehatan baik individu kelompok maupun masyarakat dikelompokkan menjadi
empat ( Blum 1974 )
Konsep Blum menjelaskan bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh
1) Lingkungan yang mencakup lingkungan fisik sosial budaya politik ekonomi
dan sebagainnya
2) Perilaku
3) Pelayanan kesehatan
4) Keturunan ( hereditas )
Perilaku merupakan factor terbesar kedua setelah factor lingkungan yang
mempengaruhi derajat kesehatan Oleh sebab itu dalam rangka membina dan
meningkatkan kesehatan masyarakat maka intervensi atau upaya yang di tujukan
kepada faktor erilaku ini sangat strategis
Menurut Green perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama yakni 12
1) Faktor predisposisi ( predisposing factor )
Faktor ini mencakup pengetahuan sikap dan masyarakat terhadap kesehatan
tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
kesehatan sistem nilai yang dinut masyarakat tingkat pendidikan tingkat sosial
ekonomi dan sebagainya
2) Faktor Pemungkin ( Enabling factor )
Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan
bagi masyarakat misalnya air bersih tempat pembuangan tinja ketersediaan
makanan yang bergizi dan sebagainnya termasuk juga fasilitas kesehatan
seperti puskesmas rumah sakit posyandu dokter atau bidan praktek swasta dan
sebagainnya
3) Faktor penguat ( reinforcing factor )
25
Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat tokoh agama
sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan Termasuk juga di
sini undang-undang peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah
daerah yang terkait dengan kesehatan
Tim kerja dari WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang
berperilaku tertentu dikarenakan 4 ( empat ) alasan pokok yaitu
1) Pemikiran dan perasaan ( Thoughts and feeling )
Yakni dalam bentuk pengetahuan kepercayaan dan sikap Pengetahuan di
peroleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain sedangkan
kepercayaan biasanya diperoleh dari orang tua kakek atau nenek Seseorang
menerima kepercayaan itu berdasarkan keyankinan dan tanpa adanya pembuktian
terlebih dahulu Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap
objek dan seringnya diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang
lain yang paling dekat
2) Karakteristik Pendukung (enabling characteristics)
Karakteristik ini mencerminkan bahwa meskipun mempunyai predisposisi untuk
menggunakan pelayanan kesehatan ia tak akan bertindak menggunakannya
kecuali bial ia mampu menggunakannya Penggunaan pelayanan kesehatan yang
ada tergantung kepada kemampuan konsumen untuk membayar
3) Karakteristik kebutuhan (need characteristics)
Faktor predisposisi dan factor yang memungkinkan untuk mencari pengobatan
dapat terwujud di dalam tindakan apabila itu dirasakan sebagai kebutuhanDengan
kata lain kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan
pelayanan kesehatan bila mana tingkat predisposisi dan enabling itu ada
Kebutuhan (need) disisni di bagi menjadi dua ketegori dirasa atau preceived
( subject assessment) dan evaluated ( clinical diagnosis )
Menurut Skinner perilaku kesehatan adalah suatu respons
seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan
26
penyakit system pelayanan kesehatan makanan dan minimum serta lingkungan
Dari batasan ini perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 ( tiga)
kelompok yakni
1) Perilaku pemeliharaan kesehatan ( health maintenance)
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga
kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit Oleh
sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3(tiga) aspek yaitu
a Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit serta
pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit
b Perilaku peningkatan kesehatan apabila seseorang dalam keadaan sehat
c Perilaku gizi Makanan dan minimum dapat meningkatkan kesehatan
seseorang bahkan dapat mendatangkan penyakit Hal ini sangat tergantung
pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut
2) Perilaku pencarian pengobatan ( health behavior )
Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat
menderita penyakit dan atau kecelakaan Tindakan atau perilaku ini dimulai dari
mengobati sendiri ( self treatment) sampai mencari pengobatan keluar negeri
3) Perilaku kesehatan lingkungan
Adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan baik lingkungan fisik
maupun social budaya dan sebagainnya sehingga lingkungan tersebut tidak
mempengaruhi kesehatannya Dengan perkataan lain bagaimana seseorang
mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri
keluarga atau mesyarakatnya 12
24 Kepatuhan Berobat
Kepatuhan berasal dari kata ldquo patuh ldquo yang berarti taat suka menuruti
disiplin Kepatuhan menurut Trostle adalah tingkat perilaku penderita dalam
mengambil suatu tindakan pengobatan misalnya dalam menentukan kebiasaan
hidup sehat dan ketetapan berobat Dalam pengobatan seseorang dikatakan tidak
27
patuh apabila orang tersebut melalaikan kewajibannya berobat sehingga dapat
mengakibatkan terhalangnya kesembuhan 13
Menurut Sacket kepatuhan pasien adalah sejauh mana perilaku pasien
sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh professional kesehatan 14
Menurut Sarafino secara umum ketidaktaatan meningkatkan risiko
berkembangnya masalah kesehatan atau memperpanjang atau memperburuk
kesakitan yang sedang di derita Perkiraan yang ada menyatakan bahwa 20 jumlah
opname di rumah sakit merupakan akibat dari ketidaktaatan pasien terhadap aturan
pengobatan Faktor yang mempengaruhi kepatuhan seseorang dalam berobat yaitu
faktor petugas faktor obat dan faktor penderita Karakteristik petugas yang
mempengaruhi kepatuhan antara lain jenis petugas tingkat pengetahuan lamanya
bekerja frekuensi penyuluhan yang dilakukan Faktor obat yang mempengaruhi
kepatuhan adalah pengobatan yang sulit dilakukan tidak menunjukkan kea rah
penyembuhan waktu yang lama adanya efek samping obat Faktor penderita yang
menyebabkan ketidakpatuhan adalah umur jenis kelamin pekerjaan anggota
keluarga saudara atau teman khusus 15
25 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan
Faktor-faktor yang mempengaruhi katidakpatuhan dapat digolongkan
menjadi empat bagian yaitu
1 Pemahaman tentang Instruksi
Tak seorang pun mematuhi instruksi jika ia salah paham tentang instruksi yang
diberikan kepadanyaLey dan Spelman (Ester 2000 ) Menemukan bahwa lebih
dari 60 yang diwawancarai setelah bertemu dengan dokter salah mengerti
tentang instruksi yang diberikan pada mereka kadang-kadang hal ini disebabkan
oleh kegagalan professional kesehatan dalam memberikan informasi yang
lengkap penggunaan istilah-istilah medis dan mbanyak memberikan instruksi
yang harus diingat oleh pasien
28
Pendekatan praktis untuk meningkatkan kepatuhan pasien ditemukan oleh
Dinicola dan Dimatteo yaitu
a) Buat instruksi tertulis yang jelas dan mudah diinterpretasikan
b) Berikan informasi tentang pengobatan sebelum menjelaskan hal-hal lain
c) Jika seseorang diberikan suatu daftar tertulis tenang hal-hal yang harus
diingat maka aka nada efek ldquokeunggulanrdquoyaitu mereka brusaha mengingat
hal-hal yang pertama kali ditulis
d) Insruksi-instruksi harus ditulis dengan bahasa umum ( Non medis ) dan hal-
hal yang perlu ditekankan 14
2 Kualitas Interaksi
Kualitas interaksi antara profrsional kesehatan dan pasien merupakan bagian yang
penting dalam menentukan derajat kepatuhan Meningkatkan interaksi
professional kesehatan dengan pasien adalah suatu hal penting untuk memberikan
umpan balik pada pasien setelah memperoleh informasi tentang diagnosis Pasien
membutuhkan penjelasan tentang kondisinya saat ini apa penyebabnya dan apa
yang dapat mereka lakukan dengan kondisi seperti itu
3 Isolasi sosial dan keluarga
Keluarga dapat menjadi factor yang sangat berpengaruh dalam menentukan
keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga menentukan tentang
program pengobatan yang dapat mereka terima Keluarga juga member dukungan
dan membuat keputusan mengenai perawatan dari anggota keluarga yang sakit
4 Keyakinan Sikap Kepribadian
Ahli psikologis telah menyelidiki tentang hubungan antar pengukuran-
pengukuran kepribadian dan kepatuhan Mereka menemukan bahwa data
kepribadian secara benar dibedakan antar orang yang putih drngan orang yang
gagal Orang-orang yang tidak patuh adalah orang-orang yang lebih mengalami
depresi anxietas sangat memperhatikan kesehatannya memiliki kekuatan ego
29
yang lebih lemah dan kehidupan sosialnya lebih memusatkan perhatian pada
dirinya sendiri Blumenthal et al mengatakan bahwa ciri-ciri kepribadian yang
disebutkan diatas itu yang menyebabkan seseorang cenderung tidak patuh ( drop
out) dari program pengobatan 14
Menurut Schwart dan Griffin Faktor yang berhubungan dengan
ketidaktaan secara sejarah riset tentang ketaan pasien didasarkan atas pandangan
tradisional mengenai pasien sebagai penerima nasihat dokter yang pasif dan patuh
Pasien yang tidak taat dipandang sebagai orang yang lalai dan masalahnya dianggap
sebagai masalah control Riset berusah untuk mengidentifikasi kelompok-kelompok
pasien yang tidak patuh berdasarkan kelas sosioekonomi pendidikan umur dan
jenis kelamin Pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan sepanjang bawah
pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif seperti penggunaan buku-buku
dan kaset oleh pasien secara mandiri Usaha-usaha ini sedikit berhasil seorang dapat
menjadi tidak taat kalau situasinya memungkinkan Teori-teori yang lebih baru
menekannkan factor situasional dan pasien sebagai peserta yang aktif dalam proses
pengobatannya Perilaku ketaatan sering diartikan sebagai usaha pasien untuk
mengendalikan perilakunya bahkan jika hal tersebut bias menimbulkan resiko
mengenai kesehatannya 15
Macam-macam faktor yang berkaitan dengan ketidaktaatan disebutkan
a Ciri-ciri kesakitan dan cirri-ciri pengobatan
Menurut Dickson dkk perilaku ketaatan lebih rendah untuk penyakit kronis
(karena tidak ada akibat buruk yang segera dirasakan atau resiko yang jelas )
saran mengenai gaya hidup umum dan kebiasaan yang lama pengobatan yang
kompleks pengobatan dengan efek samping perilaku yang tidak pantas
Menurut Sarafino tingkat ketaaatan rata-rata minum obat utnuk menyenbuhkan
kesakitan akut dengan pengobatan jangka pendek adalah sekitar 78 Untuk
kesakita kronis dengan cara pengobatan jangaka panjang tingkat tersebut menurun
sampai 54
b Komunikasi antara Pasien dan Dokter
Berbagai aspek komunikasi antara pasien dan dokter mempengaruhi tingkat
ketidaktaan misalnya informasi dengan pengawasan yang kurang
30
ketidakpuasan terhadap aspek hubungan emosional dengan dokter ketidak
puasan terhadap pengobatan yang diberikan
c Variabel-variabel sosial
Hubungan antara dukungan sosial dengan ketaatan telah dipelajari Secara umum
orang-orang yang merasa mereka menerima penghiburan perhatian dan
pertolongan yang mereka butuhkan dari seseorang atau kelompok biasanya
cenderung lebih mudah mengikuti nasihat medis daripada pasien yang kurang
mendapat dukungan sosial Jelaslah bahwa keluarga memainkan peranan yang
sangat penting dalam pengelolaan medis misalnya penggunaan pengaruh
normative pada pasien yang mungkin mengakibatkan efek yang memudahkan
atau menghambat perilaku ketaatan
d Ciri-ciri Individual
Variabel-variabel demografis juga digunakan untuk meramalkan ketidaktaatan
sebagai contoh Di Amerika Serikat kaum wanita kaum kulit putih dan orang
tua cenderung mengikuti anjuran dokter 15
Dalam proses penyembuhan penderita TB Paru dapat diberikan obat anti-
TB (OAT) yang diminum secara teratur sampai selesai dengan pengawasan
yangketat Masa pemberian obat memang cukup lama yaitu 6-8 bulan secara terus
menerus sehingga dapat mencegah penularan kepada orang lain Oleh sebab itu para
penderita TB jika ingin sembuh harus minum obat secara teratur Tanpa adanya
keteraturan minum obat penyakit sulit disembuhkan Jika tidak teratur minum obat
penyakitnya sukar diobati kuman TB dalam tubuh akan berkembang semakin banyak
dan menyerang organ tubuh lain yang akan membutuhkan waktu lebih lama untuk
dapat sembuh
26 Pengawasan Menelan Obat (PMO) 9
Salah satu komponen DOTS adalah pengobatan paduan OAT jangka
pendek dengan pengawasan langsung Untuk menjamin keteraturan pengobatan
diperlukan seorang PMO
31
a Persyaratan PMO
bull Seseorang yang dikenal dipercaya dan disetujui baik oleh petugas kesehatan
maupun pasien selain itu harus disegani dan dihormati oleh pasien
bull Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien
bull Bersedia membantu pasien dengan sukarela
bull Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan pasien
b Siapa yang bisa menjadi PMO
Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan misalnya Bidan di Desa Perawat
Pekarya Sanitarian Juru Immunisasi dan lain lain Bila tidak ada petugas
kesehatan yang memungkinkan PMO dapat berasal dari kader kesehatan guru
anggota PPTI PKK atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga
c Tugas seorang PMO
bull Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai
pengobatan
bull Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur
bull Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah
ditentukan
bull Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai gejala-
gejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke Unit Pelayanan
Kesehatan
Tugas seorang PMO bukanlah untuk mengganti kewajiban pasien mengambil
obatdari unit pelayanan kesehatan
d Informasi penting yang perlu dipahami PMO untuk disampaikan kepada pasien dan
keluarganya
bull TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur
32
bull TB bukan penyakit keturunan atau kutukan
bull Cara penularan TB gejala-gejala yang mencurigakan dan cara pencegahannya
bull Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan)
bull Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur
bull Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera meminta
pertolongan ke UPK
27 Penanggulangan TB 16
Rencana Global Penanggulangan TB
Rencana Global 2006-2015 mencakup enam elemen utama dalam strategi baru Stop
TB ndashWHO yang terdiri dari
1 Memperluas dan meningkatkan ekspansi DOTS yang berkualitas meningkatkan
penemuan kasus dan kesembuhan melalui pendekatan yangterfokus pada penderita
agar pelayanan DOTS yang berkualitas dapat menjangkau seluruh penderita
khususnya kelompok masyarakat yang miskin dan rentan
2 Menghadapi tantangan TBHIV MDR-TB dan tantangan lainnya dengan cara
meningkatkan kolaborasi TBHIV DOTS-Plus dan pendekatan lainnya
3 Berkontribusi dalam memperkuat sistem kesehatan melalui kerjasama dengan
berbagai program dan pelayanan kesehatan lainnya misalnya dalam memobilisasi
sumber daya manusia dan finansial untuk implementasi dan mengevaluasi
hasilnyaserta pertukaran informasi dalam keberhasilan pencapaian dalam program
penanggulangan TB
33
4 Melibatkan seluruh penyedia pelayanan kesehatan pemerintah lembaga swadaya
masyarakat (LSM) dan swasta dengan cara memperluas pendekatan berbasis
public-private mix (PPM) dengan menggunakan ISTC
5 Melibatkan penderita TB dan masyarakat untuk memberikan kontribusi dalam
penyediaan pelayanan yang efektif Hal ini meliputi perluasan pelayanan TB di
masyarakat menciptakan kebutuhan masyarakat akan pelayanan TB advokasi
yang spesifik komunikasi dan mobilisasi sosial serta mendukung pengembangan
piagam pasien TB dalam masyarakat dan
6 Memberdayakan dan meningkatkan penelitian operasional
28 Kerangka Konsep
Variabel Independent Variabel dependent
Karakteristik Individu
1Umur
2Jenis kelamin
3Pendidikan
4Pekerjaan
5Pengetahuan
6Efek samping OAT
7Tingkat kepatuhan
penderita dalam
pengobatan
Kesembuhan
34
Penderita TB paru
Faktor Pelayanan
kesehatan
1 Ketersediaan OAT
2 Sikap petugas kesehatan
3 LokasiJarak
4 Penyuluhan kesehatan
5 Kunjungan rumah
Faktor Peran PMO
Gambar Kerangka Konsep Penelitian
Definisi Konsep
1 Karakteristik individu adalah hal-hal yang melekat dalam diri penderita TB paru yang
mempengaruhi tingkat kapetuhan dalam melaksanakan program pengobatan dengan
strategi DOTS yang membedakan seseorang dengan yang lainnya meliputi umur jenis
kelamin pendidikan pekerjaan pengetahuan efek samping OAT tingkat kepatuhan
penderita dalam pengobatan
2 Faktor pelayanan kesehatan adalah penilaian dari penderita TB paru terhadap upaya yang
diselenggarakan oleh unit pelayanan kesehatan untuk menangani penderita TB paru
meliputi Ketersediaan OATsikap petugas kesehatan lokasijarak penyuluhan
kesehatan dan kunjungan rumah
3 Faktor Peran PMO ( Pengawasan Menelan Obat ) adalah penilaian dari penderita TB paru
terhadap hal-hal yang menjadi tugas dari seseorang pengawas menelan obat yang
mempengaruhi tingkat kepatuhan penderita TB paru dalam melaksanakan pengobatan
meliputi penyuluhan member dorongan meningkatkan dan mengawasi
35
4 Kesembuhan adalah pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan
pemeriksaan ulang dahak (follow up) menunjukkan hasil BTA negatif
29 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konsep di atas maka hipotesis penelitian ini adalah
1) Ada pengaruh karakteristik individu terhadap kesembuhan penderita TB paru
dalam pengobatan
2) Ada pengaruh pelayanan kesehatan terhadap kesembuhan penderita TB paru
dalam pengobatan
3) Ada pengaruh PMO terhadap kesembuhan penderita TB paru dalam pengobatan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
31 Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional yang
bertujuan untuk menjelaskan pengaruh karakteristik individu faktor pelayanan
kesehatan dan faktor Pengawas Menelan Obat (PMO) terhadap kesembuhan
penderita TB Paru dalam melaksanakan pengobatan di Puskesmas Grogol Petamburan
tahun 2011
32 Tempat dan Waktu Penelitian
36
Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Grogol Petamburan pada bulan
Januari sampai Februari tahun 2012
33 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang
sedang menjalankan pengobatan TB di Puskesmas Grogol
Petamburan mulai bulan OktobeR
34 Keriteria Inklusi dan Eksklusi
341 Keriteria Inklusi
342 Keriteria Eksklusi
35 Sampel
351 Besar Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang
mengikuti pengobatan dengan strategi DOTS di Puskesmas yang pada saat penelitian
sedang menjalani pengobatan dan seluruh penderita TB yang telah mendapat
pengobatan selama 6 bulan atau sedang dalam tahap lanjutan
Keterangan
n1 = Jumlah sampel minimal
37
n2 = Jumlah sampel ditambah substitusi 10 (substitusi adalah persen responden
yang mungkin drop out)
Z = Tingkat batas kepercayaan dengan = 5
Didapat Z pada kurva normal = 196
p = Proporsi variabel yang diteliti yaitu besarnya presentasi 50 )
q = 1 - p
L = Derajat kesalahan yang masih dapat diterima adalah 10
Berdasarkan rumus di atas didapatkan angka sebagai berikut
( Z )2 p q ( 196 )2 0505
n1 = ----------------- = ------------------------------ = 9604
L2 ( 01 )2
n2 = n1 + ( 10 n1 )
= 9604 + ( 10 9604)
= 9604 + 9604
= 10564 Dibulatkan 106
352 Teknik Pengambilan Sampel
36 Identifikasi Variabel
1 Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kesembuhan tb paru
2 Variabel independen adalah umur jenis kelamin pendidikan pekerjaan
pengetahuan efek samping OAT dan tingkat kepahuhan dari penderita TB
Selain itu faktor dari pelayanan kesehatan dan PMO juga ikut berperan
37 Cara Kerja
1 Membuat proposal penelitian tentang hubungan antara tingkat kepatuhan minum
OAT dengan tingkat kesembuhan penyakit TB di Puskesmas Kecamatan Grogol
Petamburan
38
2 Pengumpulan data sekunder dari Puskesmas Grogol Petamburan
3 Melakukan kunjungan ke rumah-rumah sampel di daerah RT terpilih untuk
pengumpulan data primer dengan memakai kuesioner dan wawancara responden
4 Data-data yang telah dikumpulkan akan dilakukan pengolahan berupa proses
editing verifikasi dan koding Selanjutnya dimasukkan dan diolah dengan
menggunakan program computer yaitu program SPSS
5 Terhadap data yang telah diolah kemudian dilakukan analisis sesuai dengan cara
uji statistik menggunakanhelliphellip Data diinterpretasi secara deskriptif korelatif
antar variabel ndash variabel yang telah ditentukan dan disajikan dalam bentuk
tekstular dan tabular
6 Hasil dari penelitian akan disusun dalam bentuk pelaporan penelitian yang
selanjutnya akan di presentasikan di hadapan staf pengajar program pendidikan
Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida
Wacana (FK UKRIDA) dalam forum pendidikan Ilmu Kedokteran Komunitas
Fakultas Kedokteran UKRIDA
38 Manajemen Data
381 Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder yaitu
1 Data primer diperoleh dengan wawancara langsung kepada penderita TB paru
dan petugas kesehatan program penanggulangan TB Paru yang berpedoman pada
kuisioner penelitian yang telah ditetapkan dam melakukan cross check
2 Data sekunder diperoleh dari laporan pelaksanaan program penanggulangan TB
Paru di Puskesmas kartu pengobatan TBC (formulir TB 01) dan Formulir
Permohonan Laboratorium TBC Untik Pemeriksaan Dahak (formulir TB 05)
382 Pengolahan Data
39
Aspek pengukuran
Aspek pengukuran variable bebas
Karakteristik individu
Aspek pengukuran variable karakteristik individu dapat dilihat pada tabel 31
Table 31 Aspek Pengukuran Variabel Karakteristik Individu
Karakteristik
individu
Kategori Skala Bobot nilai
Umur a 15-24 tahun
b 25-49 tahun
c gt 50 tahun
rasio
Jenis kelamin a Laki-laki
b Perempuan
Tingkat
pendidikan
a Tidak tamat SD
b SD
c SLTP
d SLTA
e Sarjana S1
Pekerjaan a Bekerja
b Tidak bekerja
Pengetahuan a Baik
b Sedang
c Bururk
Efek samping
OAT
a Ada
b Tidan ada
Faktor pelayanan kesehatan
Pengukuran faktor pelanan kesehatan meliputi ketersediaan OAT yang
diukur adalah yang diukur dengan 2 pertanyaan sikap petugas kesehatan diukur
dengan 8 pertanyaan lokasi jarak diukur dengan 3 pertanyaan penyuluhan kesehatan
diukur dengan 6 pertanyaan dan kunjungan rumah diukur dengan 2 pertanyaan
40
berdasarkan jawaban yang diberikan responden selanjutnya dikelompokkan menjadi
tiga (3) yaitu
a Baik jika faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan
penilaian yang baik karena kebutuhan yang diinginkan debagian besarnya
terpenuhi (nilai gt32)
b Sedang bila faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan
penilaian yang kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan responden hanay
sebagian saja yang terpenuhi (nilainya 17-32)
c Buruk bila faktor pelayanan pelayanan kesehatan yang diterima responden
menimbulkan penilaian yang tidak baik karena kebutuhan yang diinginka
responden sebagian besar tidak dipenuhi (nilainya lt17)
Faktor Pengawas Menelan Obat (PMO)
Faktor Pengawas Menelan Obat diukur dengan 5 pertanyaan yang
selanjutnya dibedakan atas 3 kategori yaitu
a Baik bila semua tugas yang diterima responden terlaksana dengan baik yaitu
mengawasi memberikan dorongan mengingatkan dan memberikan penyuluhan
(nilainya gt11)
b Sedang bila tugas PMO yang diterima responden sebagian saja yang terpenuhi
(nilainya 6-11)
c Buruk bila tugas PMO yang diterima responden tidak terlaksana dengan baik
(nilainya lt 6)
Aspek Pengukuran Variabel Terikan
Kepatuhan Pengobatan TB Paru
41
Aspek Pengukuran Variabel ini menggunakan skala interval yang diukur berdasarkan
tiga (3) kategori yaitu
Patuh apabila responden selalu menelan obat sesuai ketentuan petugas kesehatan
yaitu setiap hari pada tahap awal tiga kali seminggu pada tahap lanjutan dan
mengambil obat serta memeriksakan dahak sesuai jadwal dan menaati nasihat dari
petugas kesehatan ( bobot 3 )
Kurang patuh jika responden kadang-kadang menelan obat sesuai ketentuan
petugas kesehatan atau responden tidak menelan obat 2-8 minggu selama tahap
pengobatan lanjutan dan tidak memerisakan dahak sesuai jadwal yang telah
ditetapkan dan tidak selalu menaati nasihat dari petugas kesehatan (bobot 2 )
Tidak patuh jika responden tidak menelan obat sesuai ketentuan petugas
kesehatan atau responden tidak menelan obat lebih dari 8 minggu selama tahap
pengobatan lanjutan dan tidak mengambil obat serta tidak memeriksakan dahak
sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan tidak menaati nasihat petugas kesehatan
(bobot 1)
383 Penyajian Data
384 Analisis Data
385 Interpretasi Data
386 Pelaporan Data
39 Definisi Operasional
1 Umur adalah usia responden saat penelitian berdasarkan ulang tahun terakhir yang
dibedakan atas 3 (tiga) kategori berdasarkna Badan Pusat Statistik Kota Medan
42
tahun 2008 yaitu 1) orang muda 25-24 tahun 2) dewasa 24-49 tahun 3) orang
tua gt 50 tahun
2 Jenis kelamin adalah suatu karakteristik responden yang dibedakan identitasnya
dari laki-laki dan perempuan
3 Pendidikan adalah jenjang pendidikannyang berhasil ditamatkan responden yang
dibedakan atas tidak tamat SD SD SLTP SLTA Akademi Sarjana
4 Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh responden sebagai
pendapatan utama yang dibedakan atas kerja dan tidak bekerja
5 Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai penyakit
TB paru
6 Efek samping OAT adalah gejala keluhan yang diderita responden akiba menelan
OAT selama pengobatan
7 Ketersdediaan OAT adalah pandangan responden terhadap kondisi OAT
diperoleh dari puskesmas meliputi kecukupan jumlah OAT dan dan kualitasnya
8 Sikap petugas kesehatan adalah penilaian responden terhadap reaksi petugas
kesehatan kepada responden selama mereka menjalanin pengobatan
9 Lokasi jarak adalah pandangan responden tentang lama perjalanan dari tempat
tinggal responden ke Puskesmas yang diukur dengan jarak sarana transportasi
10 Penyuluhan kesehatan adalah pandangan responden tentang kegiatan yang
dilakukan oleh petugas kesehatan sehubungan dengan pengobatan TB Paru untuk
mencapai suatu keadaan dimana pederita TB Paru dapat hidup lebih sehat
11 Kunjungan rumah adalah pandangan responden tentang kegiatan yang dilakukan
petugas kesehatan selama masa pengobatan ke rumah responden
12 Faktor peran Pengawas Minum Obat (PMO) adalah pandangan responden tentang
tugas yang dilakasanakan oleh seorang PMO meliputi penyuluhan
13 Kepatuhan berobat adalah ketaan responden dalam menelan obat mengambil
obat dan melakukan pemeriksaan dahak sesuai jadwal yang telah ditentukan dan
menaati segala nasehat dari petugas kesehatan
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
1) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta
2) Perkumpulan Pemberantasan TB Indonesia 2011 TB di Indonesia Peringkat Dunia
Jakarta Diakses melalui situs httpwwwpptiinfoindexphpcomponentcontentarticle46-
arsip-ppti141-tbc-di-indonesia-peringkat-5-dunia Diakses pada tanggal 23 Januari 2012
44
3) Depkes dan WHO 2008 Lembar Fakta Tuberkulosis Jakarta
4) Dirjen P2M amp PLP 1997 Pengawasan Menelan Obat (PMO) adalah DOTS ala Indonesia
Jakarta
5) Amirudin R 2006 Faktor Keberhasilan Konversi pada Penderita TB Paru di Puskesmas
Jongaya Tahun 2006 Laporan Penelitian FKM Unhas Makasar
6) Aditama Tjandra Y 1994 Tuberkulosis Paru Masalah dan Penanggulangnya UI Press
Jakarta
7) Aru W Bambang S Idrus A dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Tuberkulosis
Paru Edisi IV FKUI Jakarta 2006 998-1004
8) Depkes RI 2002 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta
9) Depkes RI 2006 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta
10) Subijakto Hubungan Pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Berobat
Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Proposal Skripsi Jakarta 2011 Diakses pada
tanggal 20 Januari 2012
11) Aditama Tjandra Y 2002 Tuberkulosis Diagnosis Terapi dan Masalahnya Yayasan IDI
Jakarta
12) Notoatmodjo Soekidjo 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Penerbit Rineka Cipta
Jakarta
13) Simamora Jojor 2004 Faktor yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Berobat Penderita TB
Paru di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2004 Tesis Pascasarjana USU Medan
14) Ester Monica 2000 Psikologi Kesehatan Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
15) Bart Smet 1994 Psikologi Kesehatan PT Grasindo Jakarta
16) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta
45
Evaluasi Klinis
Biasanya pasien di control dalam 1 minggu pertama selanjutnya setiap 2 minggu
selama tahap intensif dan seterusnya sekali sebulan sampai akhir pengobatan
Secara klinis hendaknya terdapat perbaikan keluhan pasien seperti batuk yang
berkurang tidak ada batuk darah nafsu makan bertambah dan ada peningkatan
berat badan
Evaluasi Bakteriologis
Pemeriksaan dahak untuk menilai keberadaan kuman Biasanya setelah 2-3
minggu perngobatan sputum BTA mulai negatif Pemeriksaan control sputum
dilakukan sekali sebulan Bagi penderita dengan BTA positif setelah tahap
intensif akan mendapatkan pengobatan ulang Bila sudah negatif sputum
diperiksa tiga kali berturut-turut dan harus dikontrol agar tidak terjadi ldquosilent
bacterial sheddingrdquo yaitu terdapat sputum BTA positif tanpa disertai keluhan-
keluhan TB yang relevan
Evaluasi Radiologis
Evaluasi radiologis juga diperlukan untuk melihat kemajuan terapi Dengan
pemeriksaan radiologis dapat dilihat keadaan TB parunya atau adanya penyakit
lain yang menyertai Evaluasi foto dada dilakukan tiap 3 bulan sekali 10
2113 Efek Samping OAT
Sebagian besar penderita TB paru dapat menyelesaikan pengobatan tanpa
efek samping Namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping Oleh karena
itu pemantauan kemungkinan terjadinya efek samping sangat penting dilakukan
selama pengobatan Pemantauan dilakukan dengan cara menjelaskan kepada
penderita tanda-tanda efek samping dan menanyakan adanya gejala efek samping
pada waktu penderita mengambil OAT 8
Efek samping ringan dari OAT seperti tidak ada nafsu makanmual sakit
perut nyeri sendi kesemutan sampai dengan rasa terbakar di kaki dan warna
kemerahan pada air seni Efek samping berat dari OAT misalnya gatal dan
kemerahan kulit tuli gangguan keseimbanagn ikterus tanpa penyebab lain
bingung dan muntah-muntah gangguan penglihatan purpura dan syok 8
22 Strategi DOTS
23
Strategi DOTS adalah strategi penanggulaan TB paru nasional yang telah
direkomendasikan oleh WHO yang dimulai pelaksanaannya di Indonesia pada tahun
19951996 Sebelum pelaksanaan strategi DOTS (1969-1994) angka kesembutah TB
paru yang dapat dicapai oleh program hanya 40-60 saja Dengan strategi DOTS
diharapkan angka kesembuhan dapat dicapai minimal 85 dari penderita TB paru
BTA positif yang di temukan 11
Prinsip DOTS adalah mendekatkan pelayanan pengobatan terhadap
penderita agar secara langsung dapat mengawasi keteraturan menelan obat dan
melakukan pelacakan bila penderita tidak datang mengambil obat sesuai dengan yang
ditetapkan
Kalau diurai dari kata-katanya pengertian DOTS dapat dimulai dengan
keharusan setiap pengelola program TB intuk member direct attention dalam usaha
menemukan penderita Dalam bahasa lain ini diterjemahkan menjadi deteksi kasus
dengan pemeriksaan mikroskopik kendati sebenarnya pengertiannya dapat diperluas
dengan keharusan untuk mendeteksi kasus secara baik dan akurat Kemudian setiap
pasien harus di- observed dalam memakan obatnya setiap obat yang di telan pasien
harus di depan seorang pengawas Selain itu tentunya pasien harus menerima
treatment yang tertata dalam system pengelolaan distribusi dan penyediaan obat
secara baik Kemudian setiap pasien harus mendapat obat yang baik artinya
pengobatan short course standart yang telah terbukti ampuh secara klinik
Akhirnya harus ada dukungan dari pemerinyah yang membuat program
penanggulangan TB mendapat prioritas yang tinggi dalam pelayanan kesehatan 11
Strategi DOTS mempunyai lima komponen
1) Komitmen politits dari para pengambil keputusan termasuk dukungan dana
2) Diagnosa TB dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopik
3) Pengobatan dengan panduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) jangka pendek
dengan pengawasan langsung oleh pengawas Menelan Obat (PMO)
4) Kesinambungan perssediaan OAT jangka pendek dengan mutu terjamin
5) Pencatatan dan pelaporan secraa baku untuk memudahkan pemantauan dan
evaluasi program penanggulangan TB
23 Konsep Perilaku
24
Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor baik faktor internal
( dari dalam diri manusia ) maupun faktor eksternal ( dari luar diri manusia ) Faktor
internal ini terdiri dari faktor fisik dan psikis Faktor eksternal terdiri dari berbagai
faktor antara lain sosial budaya masyarakat lingkungan fisik politik ekonomi
pendidikan dan sebagainnya Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi
kesehatan baik individu kelompok maupun masyarakat dikelompokkan menjadi
empat ( Blum 1974 )
Konsep Blum menjelaskan bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh
1) Lingkungan yang mencakup lingkungan fisik sosial budaya politik ekonomi
dan sebagainnya
2) Perilaku
3) Pelayanan kesehatan
4) Keturunan ( hereditas )
Perilaku merupakan factor terbesar kedua setelah factor lingkungan yang
mempengaruhi derajat kesehatan Oleh sebab itu dalam rangka membina dan
meningkatkan kesehatan masyarakat maka intervensi atau upaya yang di tujukan
kepada faktor erilaku ini sangat strategis
Menurut Green perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama yakni 12
1) Faktor predisposisi ( predisposing factor )
Faktor ini mencakup pengetahuan sikap dan masyarakat terhadap kesehatan
tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
kesehatan sistem nilai yang dinut masyarakat tingkat pendidikan tingkat sosial
ekonomi dan sebagainya
2) Faktor Pemungkin ( Enabling factor )
Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan
bagi masyarakat misalnya air bersih tempat pembuangan tinja ketersediaan
makanan yang bergizi dan sebagainnya termasuk juga fasilitas kesehatan
seperti puskesmas rumah sakit posyandu dokter atau bidan praktek swasta dan
sebagainnya
3) Faktor penguat ( reinforcing factor )
25
Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat tokoh agama
sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan Termasuk juga di
sini undang-undang peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah
daerah yang terkait dengan kesehatan
Tim kerja dari WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang
berperilaku tertentu dikarenakan 4 ( empat ) alasan pokok yaitu
1) Pemikiran dan perasaan ( Thoughts and feeling )
Yakni dalam bentuk pengetahuan kepercayaan dan sikap Pengetahuan di
peroleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain sedangkan
kepercayaan biasanya diperoleh dari orang tua kakek atau nenek Seseorang
menerima kepercayaan itu berdasarkan keyankinan dan tanpa adanya pembuktian
terlebih dahulu Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap
objek dan seringnya diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang
lain yang paling dekat
2) Karakteristik Pendukung (enabling characteristics)
Karakteristik ini mencerminkan bahwa meskipun mempunyai predisposisi untuk
menggunakan pelayanan kesehatan ia tak akan bertindak menggunakannya
kecuali bial ia mampu menggunakannya Penggunaan pelayanan kesehatan yang
ada tergantung kepada kemampuan konsumen untuk membayar
3) Karakteristik kebutuhan (need characteristics)
Faktor predisposisi dan factor yang memungkinkan untuk mencari pengobatan
dapat terwujud di dalam tindakan apabila itu dirasakan sebagai kebutuhanDengan
kata lain kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan
pelayanan kesehatan bila mana tingkat predisposisi dan enabling itu ada
Kebutuhan (need) disisni di bagi menjadi dua ketegori dirasa atau preceived
( subject assessment) dan evaluated ( clinical diagnosis )
Menurut Skinner perilaku kesehatan adalah suatu respons
seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan
26
penyakit system pelayanan kesehatan makanan dan minimum serta lingkungan
Dari batasan ini perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 ( tiga)
kelompok yakni
1) Perilaku pemeliharaan kesehatan ( health maintenance)
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga
kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit Oleh
sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3(tiga) aspek yaitu
a Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit serta
pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit
b Perilaku peningkatan kesehatan apabila seseorang dalam keadaan sehat
c Perilaku gizi Makanan dan minimum dapat meningkatkan kesehatan
seseorang bahkan dapat mendatangkan penyakit Hal ini sangat tergantung
pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut
2) Perilaku pencarian pengobatan ( health behavior )
Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat
menderita penyakit dan atau kecelakaan Tindakan atau perilaku ini dimulai dari
mengobati sendiri ( self treatment) sampai mencari pengobatan keluar negeri
3) Perilaku kesehatan lingkungan
Adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan baik lingkungan fisik
maupun social budaya dan sebagainnya sehingga lingkungan tersebut tidak
mempengaruhi kesehatannya Dengan perkataan lain bagaimana seseorang
mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri
keluarga atau mesyarakatnya 12
24 Kepatuhan Berobat
Kepatuhan berasal dari kata ldquo patuh ldquo yang berarti taat suka menuruti
disiplin Kepatuhan menurut Trostle adalah tingkat perilaku penderita dalam
mengambil suatu tindakan pengobatan misalnya dalam menentukan kebiasaan
hidup sehat dan ketetapan berobat Dalam pengobatan seseorang dikatakan tidak
27
patuh apabila orang tersebut melalaikan kewajibannya berobat sehingga dapat
mengakibatkan terhalangnya kesembuhan 13
Menurut Sacket kepatuhan pasien adalah sejauh mana perilaku pasien
sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh professional kesehatan 14
Menurut Sarafino secara umum ketidaktaatan meningkatkan risiko
berkembangnya masalah kesehatan atau memperpanjang atau memperburuk
kesakitan yang sedang di derita Perkiraan yang ada menyatakan bahwa 20 jumlah
opname di rumah sakit merupakan akibat dari ketidaktaatan pasien terhadap aturan
pengobatan Faktor yang mempengaruhi kepatuhan seseorang dalam berobat yaitu
faktor petugas faktor obat dan faktor penderita Karakteristik petugas yang
mempengaruhi kepatuhan antara lain jenis petugas tingkat pengetahuan lamanya
bekerja frekuensi penyuluhan yang dilakukan Faktor obat yang mempengaruhi
kepatuhan adalah pengobatan yang sulit dilakukan tidak menunjukkan kea rah
penyembuhan waktu yang lama adanya efek samping obat Faktor penderita yang
menyebabkan ketidakpatuhan adalah umur jenis kelamin pekerjaan anggota
keluarga saudara atau teman khusus 15
25 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan
Faktor-faktor yang mempengaruhi katidakpatuhan dapat digolongkan
menjadi empat bagian yaitu
1 Pemahaman tentang Instruksi
Tak seorang pun mematuhi instruksi jika ia salah paham tentang instruksi yang
diberikan kepadanyaLey dan Spelman (Ester 2000 ) Menemukan bahwa lebih
dari 60 yang diwawancarai setelah bertemu dengan dokter salah mengerti
tentang instruksi yang diberikan pada mereka kadang-kadang hal ini disebabkan
oleh kegagalan professional kesehatan dalam memberikan informasi yang
lengkap penggunaan istilah-istilah medis dan mbanyak memberikan instruksi
yang harus diingat oleh pasien
28
Pendekatan praktis untuk meningkatkan kepatuhan pasien ditemukan oleh
Dinicola dan Dimatteo yaitu
a) Buat instruksi tertulis yang jelas dan mudah diinterpretasikan
b) Berikan informasi tentang pengobatan sebelum menjelaskan hal-hal lain
c) Jika seseorang diberikan suatu daftar tertulis tenang hal-hal yang harus
diingat maka aka nada efek ldquokeunggulanrdquoyaitu mereka brusaha mengingat
hal-hal yang pertama kali ditulis
d) Insruksi-instruksi harus ditulis dengan bahasa umum ( Non medis ) dan hal-
hal yang perlu ditekankan 14
2 Kualitas Interaksi
Kualitas interaksi antara profrsional kesehatan dan pasien merupakan bagian yang
penting dalam menentukan derajat kepatuhan Meningkatkan interaksi
professional kesehatan dengan pasien adalah suatu hal penting untuk memberikan
umpan balik pada pasien setelah memperoleh informasi tentang diagnosis Pasien
membutuhkan penjelasan tentang kondisinya saat ini apa penyebabnya dan apa
yang dapat mereka lakukan dengan kondisi seperti itu
3 Isolasi sosial dan keluarga
Keluarga dapat menjadi factor yang sangat berpengaruh dalam menentukan
keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga menentukan tentang
program pengobatan yang dapat mereka terima Keluarga juga member dukungan
dan membuat keputusan mengenai perawatan dari anggota keluarga yang sakit
4 Keyakinan Sikap Kepribadian
Ahli psikologis telah menyelidiki tentang hubungan antar pengukuran-
pengukuran kepribadian dan kepatuhan Mereka menemukan bahwa data
kepribadian secara benar dibedakan antar orang yang putih drngan orang yang
gagal Orang-orang yang tidak patuh adalah orang-orang yang lebih mengalami
depresi anxietas sangat memperhatikan kesehatannya memiliki kekuatan ego
29
yang lebih lemah dan kehidupan sosialnya lebih memusatkan perhatian pada
dirinya sendiri Blumenthal et al mengatakan bahwa ciri-ciri kepribadian yang
disebutkan diatas itu yang menyebabkan seseorang cenderung tidak patuh ( drop
out) dari program pengobatan 14
Menurut Schwart dan Griffin Faktor yang berhubungan dengan
ketidaktaan secara sejarah riset tentang ketaan pasien didasarkan atas pandangan
tradisional mengenai pasien sebagai penerima nasihat dokter yang pasif dan patuh
Pasien yang tidak taat dipandang sebagai orang yang lalai dan masalahnya dianggap
sebagai masalah control Riset berusah untuk mengidentifikasi kelompok-kelompok
pasien yang tidak patuh berdasarkan kelas sosioekonomi pendidikan umur dan
jenis kelamin Pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan sepanjang bawah
pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif seperti penggunaan buku-buku
dan kaset oleh pasien secara mandiri Usaha-usaha ini sedikit berhasil seorang dapat
menjadi tidak taat kalau situasinya memungkinkan Teori-teori yang lebih baru
menekannkan factor situasional dan pasien sebagai peserta yang aktif dalam proses
pengobatannya Perilaku ketaatan sering diartikan sebagai usaha pasien untuk
mengendalikan perilakunya bahkan jika hal tersebut bias menimbulkan resiko
mengenai kesehatannya 15
Macam-macam faktor yang berkaitan dengan ketidaktaatan disebutkan
a Ciri-ciri kesakitan dan cirri-ciri pengobatan
Menurut Dickson dkk perilaku ketaatan lebih rendah untuk penyakit kronis
(karena tidak ada akibat buruk yang segera dirasakan atau resiko yang jelas )
saran mengenai gaya hidup umum dan kebiasaan yang lama pengobatan yang
kompleks pengobatan dengan efek samping perilaku yang tidak pantas
Menurut Sarafino tingkat ketaaatan rata-rata minum obat utnuk menyenbuhkan
kesakitan akut dengan pengobatan jangka pendek adalah sekitar 78 Untuk
kesakita kronis dengan cara pengobatan jangaka panjang tingkat tersebut menurun
sampai 54
b Komunikasi antara Pasien dan Dokter
Berbagai aspek komunikasi antara pasien dan dokter mempengaruhi tingkat
ketidaktaan misalnya informasi dengan pengawasan yang kurang
30
ketidakpuasan terhadap aspek hubungan emosional dengan dokter ketidak
puasan terhadap pengobatan yang diberikan
c Variabel-variabel sosial
Hubungan antara dukungan sosial dengan ketaatan telah dipelajari Secara umum
orang-orang yang merasa mereka menerima penghiburan perhatian dan
pertolongan yang mereka butuhkan dari seseorang atau kelompok biasanya
cenderung lebih mudah mengikuti nasihat medis daripada pasien yang kurang
mendapat dukungan sosial Jelaslah bahwa keluarga memainkan peranan yang
sangat penting dalam pengelolaan medis misalnya penggunaan pengaruh
normative pada pasien yang mungkin mengakibatkan efek yang memudahkan
atau menghambat perilaku ketaatan
d Ciri-ciri Individual
Variabel-variabel demografis juga digunakan untuk meramalkan ketidaktaatan
sebagai contoh Di Amerika Serikat kaum wanita kaum kulit putih dan orang
tua cenderung mengikuti anjuran dokter 15
Dalam proses penyembuhan penderita TB Paru dapat diberikan obat anti-
TB (OAT) yang diminum secara teratur sampai selesai dengan pengawasan
yangketat Masa pemberian obat memang cukup lama yaitu 6-8 bulan secara terus
menerus sehingga dapat mencegah penularan kepada orang lain Oleh sebab itu para
penderita TB jika ingin sembuh harus minum obat secara teratur Tanpa adanya
keteraturan minum obat penyakit sulit disembuhkan Jika tidak teratur minum obat
penyakitnya sukar diobati kuman TB dalam tubuh akan berkembang semakin banyak
dan menyerang organ tubuh lain yang akan membutuhkan waktu lebih lama untuk
dapat sembuh
26 Pengawasan Menelan Obat (PMO) 9
Salah satu komponen DOTS adalah pengobatan paduan OAT jangka
pendek dengan pengawasan langsung Untuk menjamin keteraturan pengobatan
diperlukan seorang PMO
31
a Persyaratan PMO
bull Seseorang yang dikenal dipercaya dan disetujui baik oleh petugas kesehatan
maupun pasien selain itu harus disegani dan dihormati oleh pasien
bull Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien
bull Bersedia membantu pasien dengan sukarela
bull Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan pasien
b Siapa yang bisa menjadi PMO
Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan misalnya Bidan di Desa Perawat
Pekarya Sanitarian Juru Immunisasi dan lain lain Bila tidak ada petugas
kesehatan yang memungkinkan PMO dapat berasal dari kader kesehatan guru
anggota PPTI PKK atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga
c Tugas seorang PMO
bull Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai
pengobatan
bull Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur
bull Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah
ditentukan
bull Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai gejala-
gejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke Unit Pelayanan
Kesehatan
Tugas seorang PMO bukanlah untuk mengganti kewajiban pasien mengambil
obatdari unit pelayanan kesehatan
d Informasi penting yang perlu dipahami PMO untuk disampaikan kepada pasien dan
keluarganya
bull TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur
32
bull TB bukan penyakit keturunan atau kutukan
bull Cara penularan TB gejala-gejala yang mencurigakan dan cara pencegahannya
bull Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan)
bull Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur
bull Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera meminta
pertolongan ke UPK
27 Penanggulangan TB 16
Rencana Global Penanggulangan TB
Rencana Global 2006-2015 mencakup enam elemen utama dalam strategi baru Stop
TB ndashWHO yang terdiri dari
1 Memperluas dan meningkatkan ekspansi DOTS yang berkualitas meningkatkan
penemuan kasus dan kesembuhan melalui pendekatan yangterfokus pada penderita
agar pelayanan DOTS yang berkualitas dapat menjangkau seluruh penderita
khususnya kelompok masyarakat yang miskin dan rentan
2 Menghadapi tantangan TBHIV MDR-TB dan tantangan lainnya dengan cara
meningkatkan kolaborasi TBHIV DOTS-Plus dan pendekatan lainnya
3 Berkontribusi dalam memperkuat sistem kesehatan melalui kerjasama dengan
berbagai program dan pelayanan kesehatan lainnya misalnya dalam memobilisasi
sumber daya manusia dan finansial untuk implementasi dan mengevaluasi
hasilnyaserta pertukaran informasi dalam keberhasilan pencapaian dalam program
penanggulangan TB
33
4 Melibatkan seluruh penyedia pelayanan kesehatan pemerintah lembaga swadaya
masyarakat (LSM) dan swasta dengan cara memperluas pendekatan berbasis
public-private mix (PPM) dengan menggunakan ISTC
5 Melibatkan penderita TB dan masyarakat untuk memberikan kontribusi dalam
penyediaan pelayanan yang efektif Hal ini meliputi perluasan pelayanan TB di
masyarakat menciptakan kebutuhan masyarakat akan pelayanan TB advokasi
yang spesifik komunikasi dan mobilisasi sosial serta mendukung pengembangan
piagam pasien TB dalam masyarakat dan
6 Memberdayakan dan meningkatkan penelitian operasional
28 Kerangka Konsep
Variabel Independent Variabel dependent
Karakteristik Individu
1Umur
2Jenis kelamin
3Pendidikan
4Pekerjaan
5Pengetahuan
6Efek samping OAT
7Tingkat kepatuhan
penderita dalam
pengobatan
Kesembuhan
34
Penderita TB paru
Faktor Pelayanan
kesehatan
1 Ketersediaan OAT
2 Sikap petugas kesehatan
3 LokasiJarak
4 Penyuluhan kesehatan
5 Kunjungan rumah
Faktor Peran PMO
Gambar Kerangka Konsep Penelitian
Definisi Konsep
1 Karakteristik individu adalah hal-hal yang melekat dalam diri penderita TB paru yang
mempengaruhi tingkat kapetuhan dalam melaksanakan program pengobatan dengan
strategi DOTS yang membedakan seseorang dengan yang lainnya meliputi umur jenis
kelamin pendidikan pekerjaan pengetahuan efek samping OAT tingkat kepatuhan
penderita dalam pengobatan
2 Faktor pelayanan kesehatan adalah penilaian dari penderita TB paru terhadap upaya yang
diselenggarakan oleh unit pelayanan kesehatan untuk menangani penderita TB paru
meliputi Ketersediaan OATsikap petugas kesehatan lokasijarak penyuluhan
kesehatan dan kunjungan rumah
3 Faktor Peran PMO ( Pengawasan Menelan Obat ) adalah penilaian dari penderita TB paru
terhadap hal-hal yang menjadi tugas dari seseorang pengawas menelan obat yang
mempengaruhi tingkat kepatuhan penderita TB paru dalam melaksanakan pengobatan
meliputi penyuluhan member dorongan meningkatkan dan mengawasi
35
4 Kesembuhan adalah pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan
pemeriksaan ulang dahak (follow up) menunjukkan hasil BTA negatif
29 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konsep di atas maka hipotesis penelitian ini adalah
1) Ada pengaruh karakteristik individu terhadap kesembuhan penderita TB paru
dalam pengobatan
2) Ada pengaruh pelayanan kesehatan terhadap kesembuhan penderita TB paru
dalam pengobatan
3) Ada pengaruh PMO terhadap kesembuhan penderita TB paru dalam pengobatan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
31 Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional yang
bertujuan untuk menjelaskan pengaruh karakteristik individu faktor pelayanan
kesehatan dan faktor Pengawas Menelan Obat (PMO) terhadap kesembuhan
penderita TB Paru dalam melaksanakan pengobatan di Puskesmas Grogol Petamburan
tahun 2011
32 Tempat dan Waktu Penelitian
36
Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Grogol Petamburan pada bulan
Januari sampai Februari tahun 2012
33 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang
sedang menjalankan pengobatan TB di Puskesmas Grogol
Petamburan mulai bulan OktobeR
34 Keriteria Inklusi dan Eksklusi
341 Keriteria Inklusi
342 Keriteria Eksklusi
35 Sampel
351 Besar Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang
mengikuti pengobatan dengan strategi DOTS di Puskesmas yang pada saat penelitian
sedang menjalani pengobatan dan seluruh penderita TB yang telah mendapat
pengobatan selama 6 bulan atau sedang dalam tahap lanjutan
Keterangan
n1 = Jumlah sampel minimal
37
n2 = Jumlah sampel ditambah substitusi 10 (substitusi adalah persen responden
yang mungkin drop out)
Z = Tingkat batas kepercayaan dengan = 5
Didapat Z pada kurva normal = 196
p = Proporsi variabel yang diteliti yaitu besarnya presentasi 50 )
q = 1 - p
L = Derajat kesalahan yang masih dapat diterima adalah 10
Berdasarkan rumus di atas didapatkan angka sebagai berikut
( Z )2 p q ( 196 )2 0505
n1 = ----------------- = ------------------------------ = 9604
L2 ( 01 )2
n2 = n1 + ( 10 n1 )
= 9604 + ( 10 9604)
= 9604 + 9604
= 10564 Dibulatkan 106
352 Teknik Pengambilan Sampel
36 Identifikasi Variabel
1 Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kesembuhan tb paru
2 Variabel independen adalah umur jenis kelamin pendidikan pekerjaan
pengetahuan efek samping OAT dan tingkat kepahuhan dari penderita TB
Selain itu faktor dari pelayanan kesehatan dan PMO juga ikut berperan
37 Cara Kerja
1 Membuat proposal penelitian tentang hubungan antara tingkat kepatuhan minum
OAT dengan tingkat kesembuhan penyakit TB di Puskesmas Kecamatan Grogol
Petamburan
38
2 Pengumpulan data sekunder dari Puskesmas Grogol Petamburan
3 Melakukan kunjungan ke rumah-rumah sampel di daerah RT terpilih untuk
pengumpulan data primer dengan memakai kuesioner dan wawancara responden
4 Data-data yang telah dikumpulkan akan dilakukan pengolahan berupa proses
editing verifikasi dan koding Selanjutnya dimasukkan dan diolah dengan
menggunakan program computer yaitu program SPSS
5 Terhadap data yang telah diolah kemudian dilakukan analisis sesuai dengan cara
uji statistik menggunakanhelliphellip Data diinterpretasi secara deskriptif korelatif
antar variabel ndash variabel yang telah ditentukan dan disajikan dalam bentuk
tekstular dan tabular
6 Hasil dari penelitian akan disusun dalam bentuk pelaporan penelitian yang
selanjutnya akan di presentasikan di hadapan staf pengajar program pendidikan
Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida
Wacana (FK UKRIDA) dalam forum pendidikan Ilmu Kedokteran Komunitas
Fakultas Kedokteran UKRIDA
38 Manajemen Data
381 Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder yaitu
1 Data primer diperoleh dengan wawancara langsung kepada penderita TB paru
dan petugas kesehatan program penanggulangan TB Paru yang berpedoman pada
kuisioner penelitian yang telah ditetapkan dam melakukan cross check
2 Data sekunder diperoleh dari laporan pelaksanaan program penanggulangan TB
Paru di Puskesmas kartu pengobatan TBC (formulir TB 01) dan Formulir
Permohonan Laboratorium TBC Untik Pemeriksaan Dahak (formulir TB 05)
382 Pengolahan Data
39
Aspek pengukuran
Aspek pengukuran variable bebas
Karakteristik individu
Aspek pengukuran variable karakteristik individu dapat dilihat pada tabel 31
Table 31 Aspek Pengukuran Variabel Karakteristik Individu
Karakteristik
individu
Kategori Skala Bobot nilai
Umur a 15-24 tahun
b 25-49 tahun
c gt 50 tahun
rasio
Jenis kelamin a Laki-laki
b Perempuan
Tingkat
pendidikan
a Tidak tamat SD
b SD
c SLTP
d SLTA
e Sarjana S1
Pekerjaan a Bekerja
b Tidak bekerja
Pengetahuan a Baik
b Sedang
c Bururk
Efek samping
OAT
a Ada
b Tidan ada
Faktor pelayanan kesehatan
Pengukuran faktor pelanan kesehatan meliputi ketersediaan OAT yang
diukur adalah yang diukur dengan 2 pertanyaan sikap petugas kesehatan diukur
dengan 8 pertanyaan lokasi jarak diukur dengan 3 pertanyaan penyuluhan kesehatan
diukur dengan 6 pertanyaan dan kunjungan rumah diukur dengan 2 pertanyaan
40
berdasarkan jawaban yang diberikan responden selanjutnya dikelompokkan menjadi
tiga (3) yaitu
a Baik jika faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan
penilaian yang baik karena kebutuhan yang diinginkan debagian besarnya
terpenuhi (nilai gt32)
b Sedang bila faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan
penilaian yang kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan responden hanay
sebagian saja yang terpenuhi (nilainya 17-32)
c Buruk bila faktor pelayanan pelayanan kesehatan yang diterima responden
menimbulkan penilaian yang tidak baik karena kebutuhan yang diinginka
responden sebagian besar tidak dipenuhi (nilainya lt17)
Faktor Pengawas Menelan Obat (PMO)
Faktor Pengawas Menelan Obat diukur dengan 5 pertanyaan yang
selanjutnya dibedakan atas 3 kategori yaitu
a Baik bila semua tugas yang diterima responden terlaksana dengan baik yaitu
mengawasi memberikan dorongan mengingatkan dan memberikan penyuluhan
(nilainya gt11)
b Sedang bila tugas PMO yang diterima responden sebagian saja yang terpenuhi
(nilainya 6-11)
c Buruk bila tugas PMO yang diterima responden tidak terlaksana dengan baik
(nilainya lt 6)
Aspek Pengukuran Variabel Terikan
Kepatuhan Pengobatan TB Paru
41
Aspek Pengukuran Variabel ini menggunakan skala interval yang diukur berdasarkan
tiga (3) kategori yaitu
Patuh apabila responden selalu menelan obat sesuai ketentuan petugas kesehatan
yaitu setiap hari pada tahap awal tiga kali seminggu pada tahap lanjutan dan
mengambil obat serta memeriksakan dahak sesuai jadwal dan menaati nasihat dari
petugas kesehatan ( bobot 3 )
Kurang patuh jika responden kadang-kadang menelan obat sesuai ketentuan
petugas kesehatan atau responden tidak menelan obat 2-8 minggu selama tahap
pengobatan lanjutan dan tidak memerisakan dahak sesuai jadwal yang telah
ditetapkan dan tidak selalu menaati nasihat dari petugas kesehatan (bobot 2 )
Tidak patuh jika responden tidak menelan obat sesuai ketentuan petugas
kesehatan atau responden tidak menelan obat lebih dari 8 minggu selama tahap
pengobatan lanjutan dan tidak mengambil obat serta tidak memeriksakan dahak
sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan tidak menaati nasihat petugas kesehatan
(bobot 1)
383 Penyajian Data
384 Analisis Data
385 Interpretasi Data
386 Pelaporan Data
39 Definisi Operasional
1 Umur adalah usia responden saat penelitian berdasarkan ulang tahun terakhir yang
dibedakan atas 3 (tiga) kategori berdasarkna Badan Pusat Statistik Kota Medan
42
tahun 2008 yaitu 1) orang muda 25-24 tahun 2) dewasa 24-49 tahun 3) orang
tua gt 50 tahun
2 Jenis kelamin adalah suatu karakteristik responden yang dibedakan identitasnya
dari laki-laki dan perempuan
3 Pendidikan adalah jenjang pendidikannyang berhasil ditamatkan responden yang
dibedakan atas tidak tamat SD SD SLTP SLTA Akademi Sarjana
4 Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh responden sebagai
pendapatan utama yang dibedakan atas kerja dan tidak bekerja
5 Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai penyakit
TB paru
6 Efek samping OAT adalah gejala keluhan yang diderita responden akiba menelan
OAT selama pengobatan
7 Ketersdediaan OAT adalah pandangan responden terhadap kondisi OAT
diperoleh dari puskesmas meliputi kecukupan jumlah OAT dan dan kualitasnya
8 Sikap petugas kesehatan adalah penilaian responden terhadap reaksi petugas
kesehatan kepada responden selama mereka menjalanin pengobatan
9 Lokasi jarak adalah pandangan responden tentang lama perjalanan dari tempat
tinggal responden ke Puskesmas yang diukur dengan jarak sarana transportasi
10 Penyuluhan kesehatan adalah pandangan responden tentang kegiatan yang
dilakukan oleh petugas kesehatan sehubungan dengan pengobatan TB Paru untuk
mencapai suatu keadaan dimana pederita TB Paru dapat hidup lebih sehat
11 Kunjungan rumah adalah pandangan responden tentang kegiatan yang dilakukan
petugas kesehatan selama masa pengobatan ke rumah responden
12 Faktor peran Pengawas Minum Obat (PMO) adalah pandangan responden tentang
tugas yang dilakasanakan oleh seorang PMO meliputi penyuluhan
13 Kepatuhan berobat adalah ketaan responden dalam menelan obat mengambil
obat dan melakukan pemeriksaan dahak sesuai jadwal yang telah ditentukan dan
menaati segala nasehat dari petugas kesehatan
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
1) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta
2) Perkumpulan Pemberantasan TB Indonesia 2011 TB di Indonesia Peringkat Dunia
Jakarta Diakses melalui situs httpwwwpptiinfoindexphpcomponentcontentarticle46-
arsip-ppti141-tbc-di-indonesia-peringkat-5-dunia Diakses pada tanggal 23 Januari 2012
44
3) Depkes dan WHO 2008 Lembar Fakta Tuberkulosis Jakarta
4) Dirjen P2M amp PLP 1997 Pengawasan Menelan Obat (PMO) adalah DOTS ala Indonesia
Jakarta
5) Amirudin R 2006 Faktor Keberhasilan Konversi pada Penderita TB Paru di Puskesmas
Jongaya Tahun 2006 Laporan Penelitian FKM Unhas Makasar
6) Aditama Tjandra Y 1994 Tuberkulosis Paru Masalah dan Penanggulangnya UI Press
Jakarta
7) Aru W Bambang S Idrus A dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Tuberkulosis
Paru Edisi IV FKUI Jakarta 2006 998-1004
8) Depkes RI 2002 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta
9) Depkes RI 2006 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta
10) Subijakto Hubungan Pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Berobat
Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Proposal Skripsi Jakarta 2011 Diakses pada
tanggal 20 Januari 2012
11) Aditama Tjandra Y 2002 Tuberkulosis Diagnosis Terapi dan Masalahnya Yayasan IDI
Jakarta
12) Notoatmodjo Soekidjo 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Penerbit Rineka Cipta
Jakarta
13) Simamora Jojor 2004 Faktor yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Berobat Penderita TB
Paru di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2004 Tesis Pascasarjana USU Medan
14) Ester Monica 2000 Psikologi Kesehatan Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
15) Bart Smet 1994 Psikologi Kesehatan PT Grasindo Jakarta
16) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta
45
Strategi DOTS adalah strategi penanggulaan TB paru nasional yang telah
direkomendasikan oleh WHO yang dimulai pelaksanaannya di Indonesia pada tahun
19951996 Sebelum pelaksanaan strategi DOTS (1969-1994) angka kesembutah TB
paru yang dapat dicapai oleh program hanya 40-60 saja Dengan strategi DOTS
diharapkan angka kesembuhan dapat dicapai minimal 85 dari penderita TB paru
BTA positif yang di temukan 11
Prinsip DOTS adalah mendekatkan pelayanan pengobatan terhadap
penderita agar secara langsung dapat mengawasi keteraturan menelan obat dan
melakukan pelacakan bila penderita tidak datang mengambil obat sesuai dengan yang
ditetapkan
Kalau diurai dari kata-katanya pengertian DOTS dapat dimulai dengan
keharusan setiap pengelola program TB intuk member direct attention dalam usaha
menemukan penderita Dalam bahasa lain ini diterjemahkan menjadi deteksi kasus
dengan pemeriksaan mikroskopik kendati sebenarnya pengertiannya dapat diperluas
dengan keharusan untuk mendeteksi kasus secara baik dan akurat Kemudian setiap
pasien harus di- observed dalam memakan obatnya setiap obat yang di telan pasien
harus di depan seorang pengawas Selain itu tentunya pasien harus menerima
treatment yang tertata dalam system pengelolaan distribusi dan penyediaan obat
secara baik Kemudian setiap pasien harus mendapat obat yang baik artinya
pengobatan short course standart yang telah terbukti ampuh secara klinik
Akhirnya harus ada dukungan dari pemerinyah yang membuat program
penanggulangan TB mendapat prioritas yang tinggi dalam pelayanan kesehatan 11
Strategi DOTS mempunyai lima komponen
1) Komitmen politits dari para pengambil keputusan termasuk dukungan dana
2) Diagnosa TB dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopik
3) Pengobatan dengan panduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) jangka pendek
dengan pengawasan langsung oleh pengawas Menelan Obat (PMO)
4) Kesinambungan perssediaan OAT jangka pendek dengan mutu terjamin
5) Pencatatan dan pelaporan secraa baku untuk memudahkan pemantauan dan
evaluasi program penanggulangan TB
23 Konsep Perilaku
24
Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor baik faktor internal
( dari dalam diri manusia ) maupun faktor eksternal ( dari luar diri manusia ) Faktor
internal ini terdiri dari faktor fisik dan psikis Faktor eksternal terdiri dari berbagai
faktor antara lain sosial budaya masyarakat lingkungan fisik politik ekonomi
pendidikan dan sebagainnya Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi
kesehatan baik individu kelompok maupun masyarakat dikelompokkan menjadi
empat ( Blum 1974 )
Konsep Blum menjelaskan bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh
1) Lingkungan yang mencakup lingkungan fisik sosial budaya politik ekonomi
dan sebagainnya
2) Perilaku
3) Pelayanan kesehatan
4) Keturunan ( hereditas )
Perilaku merupakan factor terbesar kedua setelah factor lingkungan yang
mempengaruhi derajat kesehatan Oleh sebab itu dalam rangka membina dan
meningkatkan kesehatan masyarakat maka intervensi atau upaya yang di tujukan
kepada faktor erilaku ini sangat strategis
Menurut Green perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama yakni 12
1) Faktor predisposisi ( predisposing factor )
Faktor ini mencakup pengetahuan sikap dan masyarakat terhadap kesehatan
tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
kesehatan sistem nilai yang dinut masyarakat tingkat pendidikan tingkat sosial
ekonomi dan sebagainya
2) Faktor Pemungkin ( Enabling factor )
Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan
bagi masyarakat misalnya air bersih tempat pembuangan tinja ketersediaan
makanan yang bergizi dan sebagainnya termasuk juga fasilitas kesehatan
seperti puskesmas rumah sakit posyandu dokter atau bidan praktek swasta dan
sebagainnya
3) Faktor penguat ( reinforcing factor )
25
Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat tokoh agama
sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan Termasuk juga di
sini undang-undang peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah
daerah yang terkait dengan kesehatan
Tim kerja dari WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang
berperilaku tertentu dikarenakan 4 ( empat ) alasan pokok yaitu
1) Pemikiran dan perasaan ( Thoughts and feeling )
Yakni dalam bentuk pengetahuan kepercayaan dan sikap Pengetahuan di
peroleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain sedangkan
kepercayaan biasanya diperoleh dari orang tua kakek atau nenek Seseorang
menerima kepercayaan itu berdasarkan keyankinan dan tanpa adanya pembuktian
terlebih dahulu Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap
objek dan seringnya diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang
lain yang paling dekat
2) Karakteristik Pendukung (enabling characteristics)
Karakteristik ini mencerminkan bahwa meskipun mempunyai predisposisi untuk
menggunakan pelayanan kesehatan ia tak akan bertindak menggunakannya
kecuali bial ia mampu menggunakannya Penggunaan pelayanan kesehatan yang
ada tergantung kepada kemampuan konsumen untuk membayar
3) Karakteristik kebutuhan (need characteristics)
Faktor predisposisi dan factor yang memungkinkan untuk mencari pengobatan
dapat terwujud di dalam tindakan apabila itu dirasakan sebagai kebutuhanDengan
kata lain kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan
pelayanan kesehatan bila mana tingkat predisposisi dan enabling itu ada
Kebutuhan (need) disisni di bagi menjadi dua ketegori dirasa atau preceived
( subject assessment) dan evaluated ( clinical diagnosis )
Menurut Skinner perilaku kesehatan adalah suatu respons
seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan
26
penyakit system pelayanan kesehatan makanan dan minimum serta lingkungan
Dari batasan ini perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 ( tiga)
kelompok yakni
1) Perilaku pemeliharaan kesehatan ( health maintenance)
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga
kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit Oleh
sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3(tiga) aspek yaitu
a Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit serta
pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit
b Perilaku peningkatan kesehatan apabila seseorang dalam keadaan sehat
c Perilaku gizi Makanan dan minimum dapat meningkatkan kesehatan
seseorang bahkan dapat mendatangkan penyakit Hal ini sangat tergantung
pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut
2) Perilaku pencarian pengobatan ( health behavior )
Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat
menderita penyakit dan atau kecelakaan Tindakan atau perilaku ini dimulai dari
mengobati sendiri ( self treatment) sampai mencari pengobatan keluar negeri
3) Perilaku kesehatan lingkungan
Adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan baik lingkungan fisik
maupun social budaya dan sebagainnya sehingga lingkungan tersebut tidak
mempengaruhi kesehatannya Dengan perkataan lain bagaimana seseorang
mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri
keluarga atau mesyarakatnya 12
24 Kepatuhan Berobat
Kepatuhan berasal dari kata ldquo patuh ldquo yang berarti taat suka menuruti
disiplin Kepatuhan menurut Trostle adalah tingkat perilaku penderita dalam
mengambil suatu tindakan pengobatan misalnya dalam menentukan kebiasaan
hidup sehat dan ketetapan berobat Dalam pengobatan seseorang dikatakan tidak
27
patuh apabila orang tersebut melalaikan kewajibannya berobat sehingga dapat
mengakibatkan terhalangnya kesembuhan 13
Menurut Sacket kepatuhan pasien adalah sejauh mana perilaku pasien
sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh professional kesehatan 14
Menurut Sarafino secara umum ketidaktaatan meningkatkan risiko
berkembangnya masalah kesehatan atau memperpanjang atau memperburuk
kesakitan yang sedang di derita Perkiraan yang ada menyatakan bahwa 20 jumlah
opname di rumah sakit merupakan akibat dari ketidaktaatan pasien terhadap aturan
pengobatan Faktor yang mempengaruhi kepatuhan seseorang dalam berobat yaitu
faktor petugas faktor obat dan faktor penderita Karakteristik petugas yang
mempengaruhi kepatuhan antara lain jenis petugas tingkat pengetahuan lamanya
bekerja frekuensi penyuluhan yang dilakukan Faktor obat yang mempengaruhi
kepatuhan adalah pengobatan yang sulit dilakukan tidak menunjukkan kea rah
penyembuhan waktu yang lama adanya efek samping obat Faktor penderita yang
menyebabkan ketidakpatuhan adalah umur jenis kelamin pekerjaan anggota
keluarga saudara atau teman khusus 15
25 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan
Faktor-faktor yang mempengaruhi katidakpatuhan dapat digolongkan
menjadi empat bagian yaitu
1 Pemahaman tentang Instruksi
Tak seorang pun mematuhi instruksi jika ia salah paham tentang instruksi yang
diberikan kepadanyaLey dan Spelman (Ester 2000 ) Menemukan bahwa lebih
dari 60 yang diwawancarai setelah bertemu dengan dokter salah mengerti
tentang instruksi yang diberikan pada mereka kadang-kadang hal ini disebabkan
oleh kegagalan professional kesehatan dalam memberikan informasi yang
lengkap penggunaan istilah-istilah medis dan mbanyak memberikan instruksi
yang harus diingat oleh pasien
28
Pendekatan praktis untuk meningkatkan kepatuhan pasien ditemukan oleh
Dinicola dan Dimatteo yaitu
a) Buat instruksi tertulis yang jelas dan mudah diinterpretasikan
b) Berikan informasi tentang pengobatan sebelum menjelaskan hal-hal lain
c) Jika seseorang diberikan suatu daftar tertulis tenang hal-hal yang harus
diingat maka aka nada efek ldquokeunggulanrdquoyaitu mereka brusaha mengingat
hal-hal yang pertama kali ditulis
d) Insruksi-instruksi harus ditulis dengan bahasa umum ( Non medis ) dan hal-
hal yang perlu ditekankan 14
2 Kualitas Interaksi
Kualitas interaksi antara profrsional kesehatan dan pasien merupakan bagian yang
penting dalam menentukan derajat kepatuhan Meningkatkan interaksi
professional kesehatan dengan pasien adalah suatu hal penting untuk memberikan
umpan balik pada pasien setelah memperoleh informasi tentang diagnosis Pasien
membutuhkan penjelasan tentang kondisinya saat ini apa penyebabnya dan apa
yang dapat mereka lakukan dengan kondisi seperti itu
3 Isolasi sosial dan keluarga
Keluarga dapat menjadi factor yang sangat berpengaruh dalam menentukan
keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga menentukan tentang
program pengobatan yang dapat mereka terima Keluarga juga member dukungan
dan membuat keputusan mengenai perawatan dari anggota keluarga yang sakit
4 Keyakinan Sikap Kepribadian
Ahli psikologis telah menyelidiki tentang hubungan antar pengukuran-
pengukuran kepribadian dan kepatuhan Mereka menemukan bahwa data
kepribadian secara benar dibedakan antar orang yang putih drngan orang yang
gagal Orang-orang yang tidak patuh adalah orang-orang yang lebih mengalami
depresi anxietas sangat memperhatikan kesehatannya memiliki kekuatan ego
29
yang lebih lemah dan kehidupan sosialnya lebih memusatkan perhatian pada
dirinya sendiri Blumenthal et al mengatakan bahwa ciri-ciri kepribadian yang
disebutkan diatas itu yang menyebabkan seseorang cenderung tidak patuh ( drop
out) dari program pengobatan 14
Menurut Schwart dan Griffin Faktor yang berhubungan dengan
ketidaktaan secara sejarah riset tentang ketaan pasien didasarkan atas pandangan
tradisional mengenai pasien sebagai penerima nasihat dokter yang pasif dan patuh
Pasien yang tidak taat dipandang sebagai orang yang lalai dan masalahnya dianggap
sebagai masalah control Riset berusah untuk mengidentifikasi kelompok-kelompok
pasien yang tidak patuh berdasarkan kelas sosioekonomi pendidikan umur dan
jenis kelamin Pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan sepanjang bawah
pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif seperti penggunaan buku-buku
dan kaset oleh pasien secara mandiri Usaha-usaha ini sedikit berhasil seorang dapat
menjadi tidak taat kalau situasinya memungkinkan Teori-teori yang lebih baru
menekannkan factor situasional dan pasien sebagai peserta yang aktif dalam proses
pengobatannya Perilaku ketaatan sering diartikan sebagai usaha pasien untuk
mengendalikan perilakunya bahkan jika hal tersebut bias menimbulkan resiko
mengenai kesehatannya 15
Macam-macam faktor yang berkaitan dengan ketidaktaatan disebutkan
a Ciri-ciri kesakitan dan cirri-ciri pengobatan
Menurut Dickson dkk perilaku ketaatan lebih rendah untuk penyakit kronis
(karena tidak ada akibat buruk yang segera dirasakan atau resiko yang jelas )
saran mengenai gaya hidup umum dan kebiasaan yang lama pengobatan yang
kompleks pengobatan dengan efek samping perilaku yang tidak pantas
Menurut Sarafino tingkat ketaaatan rata-rata minum obat utnuk menyenbuhkan
kesakitan akut dengan pengobatan jangka pendek adalah sekitar 78 Untuk
kesakita kronis dengan cara pengobatan jangaka panjang tingkat tersebut menurun
sampai 54
b Komunikasi antara Pasien dan Dokter
Berbagai aspek komunikasi antara pasien dan dokter mempengaruhi tingkat
ketidaktaan misalnya informasi dengan pengawasan yang kurang
30
ketidakpuasan terhadap aspek hubungan emosional dengan dokter ketidak
puasan terhadap pengobatan yang diberikan
c Variabel-variabel sosial
Hubungan antara dukungan sosial dengan ketaatan telah dipelajari Secara umum
orang-orang yang merasa mereka menerima penghiburan perhatian dan
pertolongan yang mereka butuhkan dari seseorang atau kelompok biasanya
cenderung lebih mudah mengikuti nasihat medis daripada pasien yang kurang
mendapat dukungan sosial Jelaslah bahwa keluarga memainkan peranan yang
sangat penting dalam pengelolaan medis misalnya penggunaan pengaruh
normative pada pasien yang mungkin mengakibatkan efek yang memudahkan
atau menghambat perilaku ketaatan
d Ciri-ciri Individual
Variabel-variabel demografis juga digunakan untuk meramalkan ketidaktaatan
sebagai contoh Di Amerika Serikat kaum wanita kaum kulit putih dan orang
tua cenderung mengikuti anjuran dokter 15
Dalam proses penyembuhan penderita TB Paru dapat diberikan obat anti-
TB (OAT) yang diminum secara teratur sampai selesai dengan pengawasan
yangketat Masa pemberian obat memang cukup lama yaitu 6-8 bulan secara terus
menerus sehingga dapat mencegah penularan kepada orang lain Oleh sebab itu para
penderita TB jika ingin sembuh harus minum obat secara teratur Tanpa adanya
keteraturan minum obat penyakit sulit disembuhkan Jika tidak teratur minum obat
penyakitnya sukar diobati kuman TB dalam tubuh akan berkembang semakin banyak
dan menyerang organ tubuh lain yang akan membutuhkan waktu lebih lama untuk
dapat sembuh
26 Pengawasan Menelan Obat (PMO) 9
Salah satu komponen DOTS adalah pengobatan paduan OAT jangka
pendek dengan pengawasan langsung Untuk menjamin keteraturan pengobatan
diperlukan seorang PMO
31
a Persyaratan PMO
bull Seseorang yang dikenal dipercaya dan disetujui baik oleh petugas kesehatan
maupun pasien selain itu harus disegani dan dihormati oleh pasien
bull Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien
bull Bersedia membantu pasien dengan sukarela
bull Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan pasien
b Siapa yang bisa menjadi PMO
Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan misalnya Bidan di Desa Perawat
Pekarya Sanitarian Juru Immunisasi dan lain lain Bila tidak ada petugas
kesehatan yang memungkinkan PMO dapat berasal dari kader kesehatan guru
anggota PPTI PKK atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga
c Tugas seorang PMO
bull Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai
pengobatan
bull Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur
bull Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah
ditentukan
bull Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai gejala-
gejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke Unit Pelayanan
Kesehatan
Tugas seorang PMO bukanlah untuk mengganti kewajiban pasien mengambil
obatdari unit pelayanan kesehatan
d Informasi penting yang perlu dipahami PMO untuk disampaikan kepada pasien dan
keluarganya
bull TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur
32
bull TB bukan penyakit keturunan atau kutukan
bull Cara penularan TB gejala-gejala yang mencurigakan dan cara pencegahannya
bull Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan)
bull Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur
bull Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera meminta
pertolongan ke UPK
27 Penanggulangan TB 16
Rencana Global Penanggulangan TB
Rencana Global 2006-2015 mencakup enam elemen utama dalam strategi baru Stop
TB ndashWHO yang terdiri dari
1 Memperluas dan meningkatkan ekspansi DOTS yang berkualitas meningkatkan
penemuan kasus dan kesembuhan melalui pendekatan yangterfokus pada penderita
agar pelayanan DOTS yang berkualitas dapat menjangkau seluruh penderita
khususnya kelompok masyarakat yang miskin dan rentan
2 Menghadapi tantangan TBHIV MDR-TB dan tantangan lainnya dengan cara
meningkatkan kolaborasi TBHIV DOTS-Plus dan pendekatan lainnya
3 Berkontribusi dalam memperkuat sistem kesehatan melalui kerjasama dengan
berbagai program dan pelayanan kesehatan lainnya misalnya dalam memobilisasi
sumber daya manusia dan finansial untuk implementasi dan mengevaluasi
hasilnyaserta pertukaran informasi dalam keberhasilan pencapaian dalam program
penanggulangan TB
33
4 Melibatkan seluruh penyedia pelayanan kesehatan pemerintah lembaga swadaya
masyarakat (LSM) dan swasta dengan cara memperluas pendekatan berbasis
public-private mix (PPM) dengan menggunakan ISTC
5 Melibatkan penderita TB dan masyarakat untuk memberikan kontribusi dalam
penyediaan pelayanan yang efektif Hal ini meliputi perluasan pelayanan TB di
masyarakat menciptakan kebutuhan masyarakat akan pelayanan TB advokasi
yang spesifik komunikasi dan mobilisasi sosial serta mendukung pengembangan
piagam pasien TB dalam masyarakat dan
6 Memberdayakan dan meningkatkan penelitian operasional
28 Kerangka Konsep
Variabel Independent Variabel dependent
Karakteristik Individu
1Umur
2Jenis kelamin
3Pendidikan
4Pekerjaan
5Pengetahuan
6Efek samping OAT
7Tingkat kepatuhan
penderita dalam
pengobatan
Kesembuhan
34
Penderita TB paru
Faktor Pelayanan
kesehatan
1 Ketersediaan OAT
2 Sikap petugas kesehatan
3 LokasiJarak
4 Penyuluhan kesehatan
5 Kunjungan rumah
Faktor Peran PMO
Gambar Kerangka Konsep Penelitian
Definisi Konsep
1 Karakteristik individu adalah hal-hal yang melekat dalam diri penderita TB paru yang
mempengaruhi tingkat kapetuhan dalam melaksanakan program pengobatan dengan
strategi DOTS yang membedakan seseorang dengan yang lainnya meliputi umur jenis
kelamin pendidikan pekerjaan pengetahuan efek samping OAT tingkat kepatuhan
penderita dalam pengobatan
2 Faktor pelayanan kesehatan adalah penilaian dari penderita TB paru terhadap upaya yang
diselenggarakan oleh unit pelayanan kesehatan untuk menangani penderita TB paru
meliputi Ketersediaan OATsikap petugas kesehatan lokasijarak penyuluhan
kesehatan dan kunjungan rumah
3 Faktor Peran PMO ( Pengawasan Menelan Obat ) adalah penilaian dari penderita TB paru
terhadap hal-hal yang menjadi tugas dari seseorang pengawas menelan obat yang
mempengaruhi tingkat kepatuhan penderita TB paru dalam melaksanakan pengobatan
meliputi penyuluhan member dorongan meningkatkan dan mengawasi
35
4 Kesembuhan adalah pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan
pemeriksaan ulang dahak (follow up) menunjukkan hasil BTA negatif
29 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konsep di atas maka hipotesis penelitian ini adalah
1) Ada pengaruh karakteristik individu terhadap kesembuhan penderita TB paru
dalam pengobatan
2) Ada pengaruh pelayanan kesehatan terhadap kesembuhan penderita TB paru
dalam pengobatan
3) Ada pengaruh PMO terhadap kesembuhan penderita TB paru dalam pengobatan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
31 Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional yang
bertujuan untuk menjelaskan pengaruh karakteristik individu faktor pelayanan
kesehatan dan faktor Pengawas Menelan Obat (PMO) terhadap kesembuhan
penderita TB Paru dalam melaksanakan pengobatan di Puskesmas Grogol Petamburan
tahun 2011
32 Tempat dan Waktu Penelitian
36
Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Grogol Petamburan pada bulan
Januari sampai Februari tahun 2012
33 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang
sedang menjalankan pengobatan TB di Puskesmas Grogol
Petamburan mulai bulan OktobeR
34 Keriteria Inklusi dan Eksklusi
341 Keriteria Inklusi
342 Keriteria Eksklusi
35 Sampel
351 Besar Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang
mengikuti pengobatan dengan strategi DOTS di Puskesmas yang pada saat penelitian
sedang menjalani pengobatan dan seluruh penderita TB yang telah mendapat
pengobatan selama 6 bulan atau sedang dalam tahap lanjutan
Keterangan
n1 = Jumlah sampel minimal
37
n2 = Jumlah sampel ditambah substitusi 10 (substitusi adalah persen responden
yang mungkin drop out)
Z = Tingkat batas kepercayaan dengan = 5
Didapat Z pada kurva normal = 196
p = Proporsi variabel yang diteliti yaitu besarnya presentasi 50 )
q = 1 - p
L = Derajat kesalahan yang masih dapat diterima adalah 10
Berdasarkan rumus di atas didapatkan angka sebagai berikut
( Z )2 p q ( 196 )2 0505
n1 = ----------------- = ------------------------------ = 9604
L2 ( 01 )2
n2 = n1 + ( 10 n1 )
= 9604 + ( 10 9604)
= 9604 + 9604
= 10564 Dibulatkan 106
352 Teknik Pengambilan Sampel
36 Identifikasi Variabel
1 Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kesembuhan tb paru
2 Variabel independen adalah umur jenis kelamin pendidikan pekerjaan
pengetahuan efek samping OAT dan tingkat kepahuhan dari penderita TB
Selain itu faktor dari pelayanan kesehatan dan PMO juga ikut berperan
37 Cara Kerja
1 Membuat proposal penelitian tentang hubungan antara tingkat kepatuhan minum
OAT dengan tingkat kesembuhan penyakit TB di Puskesmas Kecamatan Grogol
Petamburan
38
2 Pengumpulan data sekunder dari Puskesmas Grogol Petamburan
3 Melakukan kunjungan ke rumah-rumah sampel di daerah RT terpilih untuk
pengumpulan data primer dengan memakai kuesioner dan wawancara responden
4 Data-data yang telah dikumpulkan akan dilakukan pengolahan berupa proses
editing verifikasi dan koding Selanjutnya dimasukkan dan diolah dengan
menggunakan program computer yaitu program SPSS
5 Terhadap data yang telah diolah kemudian dilakukan analisis sesuai dengan cara
uji statistik menggunakanhelliphellip Data diinterpretasi secara deskriptif korelatif
antar variabel ndash variabel yang telah ditentukan dan disajikan dalam bentuk
tekstular dan tabular
6 Hasil dari penelitian akan disusun dalam bentuk pelaporan penelitian yang
selanjutnya akan di presentasikan di hadapan staf pengajar program pendidikan
Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida
Wacana (FK UKRIDA) dalam forum pendidikan Ilmu Kedokteran Komunitas
Fakultas Kedokteran UKRIDA
38 Manajemen Data
381 Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder yaitu
1 Data primer diperoleh dengan wawancara langsung kepada penderita TB paru
dan petugas kesehatan program penanggulangan TB Paru yang berpedoman pada
kuisioner penelitian yang telah ditetapkan dam melakukan cross check
2 Data sekunder diperoleh dari laporan pelaksanaan program penanggulangan TB
Paru di Puskesmas kartu pengobatan TBC (formulir TB 01) dan Formulir
Permohonan Laboratorium TBC Untik Pemeriksaan Dahak (formulir TB 05)
382 Pengolahan Data
39
Aspek pengukuran
Aspek pengukuran variable bebas
Karakteristik individu
Aspek pengukuran variable karakteristik individu dapat dilihat pada tabel 31
Table 31 Aspek Pengukuran Variabel Karakteristik Individu
Karakteristik
individu
Kategori Skala Bobot nilai
Umur a 15-24 tahun
b 25-49 tahun
c gt 50 tahun
rasio
Jenis kelamin a Laki-laki
b Perempuan
Tingkat
pendidikan
a Tidak tamat SD
b SD
c SLTP
d SLTA
e Sarjana S1
Pekerjaan a Bekerja
b Tidak bekerja
Pengetahuan a Baik
b Sedang
c Bururk
Efek samping
OAT
a Ada
b Tidan ada
Faktor pelayanan kesehatan
Pengukuran faktor pelanan kesehatan meliputi ketersediaan OAT yang
diukur adalah yang diukur dengan 2 pertanyaan sikap petugas kesehatan diukur
dengan 8 pertanyaan lokasi jarak diukur dengan 3 pertanyaan penyuluhan kesehatan
diukur dengan 6 pertanyaan dan kunjungan rumah diukur dengan 2 pertanyaan
40
berdasarkan jawaban yang diberikan responden selanjutnya dikelompokkan menjadi
tiga (3) yaitu
a Baik jika faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan
penilaian yang baik karena kebutuhan yang diinginkan debagian besarnya
terpenuhi (nilai gt32)
b Sedang bila faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan
penilaian yang kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan responden hanay
sebagian saja yang terpenuhi (nilainya 17-32)
c Buruk bila faktor pelayanan pelayanan kesehatan yang diterima responden
menimbulkan penilaian yang tidak baik karena kebutuhan yang diinginka
responden sebagian besar tidak dipenuhi (nilainya lt17)
Faktor Pengawas Menelan Obat (PMO)
Faktor Pengawas Menelan Obat diukur dengan 5 pertanyaan yang
selanjutnya dibedakan atas 3 kategori yaitu
a Baik bila semua tugas yang diterima responden terlaksana dengan baik yaitu
mengawasi memberikan dorongan mengingatkan dan memberikan penyuluhan
(nilainya gt11)
b Sedang bila tugas PMO yang diterima responden sebagian saja yang terpenuhi
(nilainya 6-11)
c Buruk bila tugas PMO yang diterima responden tidak terlaksana dengan baik
(nilainya lt 6)
Aspek Pengukuran Variabel Terikan
Kepatuhan Pengobatan TB Paru
41
Aspek Pengukuran Variabel ini menggunakan skala interval yang diukur berdasarkan
tiga (3) kategori yaitu
Patuh apabila responden selalu menelan obat sesuai ketentuan petugas kesehatan
yaitu setiap hari pada tahap awal tiga kali seminggu pada tahap lanjutan dan
mengambil obat serta memeriksakan dahak sesuai jadwal dan menaati nasihat dari
petugas kesehatan ( bobot 3 )
Kurang patuh jika responden kadang-kadang menelan obat sesuai ketentuan
petugas kesehatan atau responden tidak menelan obat 2-8 minggu selama tahap
pengobatan lanjutan dan tidak memerisakan dahak sesuai jadwal yang telah
ditetapkan dan tidak selalu menaati nasihat dari petugas kesehatan (bobot 2 )
Tidak patuh jika responden tidak menelan obat sesuai ketentuan petugas
kesehatan atau responden tidak menelan obat lebih dari 8 minggu selama tahap
pengobatan lanjutan dan tidak mengambil obat serta tidak memeriksakan dahak
sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan tidak menaati nasihat petugas kesehatan
(bobot 1)
383 Penyajian Data
384 Analisis Data
385 Interpretasi Data
386 Pelaporan Data
39 Definisi Operasional
1 Umur adalah usia responden saat penelitian berdasarkan ulang tahun terakhir yang
dibedakan atas 3 (tiga) kategori berdasarkna Badan Pusat Statistik Kota Medan
42
tahun 2008 yaitu 1) orang muda 25-24 tahun 2) dewasa 24-49 tahun 3) orang
tua gt 50 tahun
2 Jenis kelamin adalah suatu karakteristik responden yang dibedakan identitasnya
dari laki-laki dan perempuan
3 Pendidikan adalah jenjang pendidikannyang berhasil ditamatkan responden yang
dibedakan atas tidak tamat SD SD SLTP SLTA Akademi Sarjana
4 Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh responden sebagai
pendapatan utama yang dibedakan atas kerja dan tidak bekerja
5 Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai penyakit
TB paru
6 Efek samping OAT adalah gejala keluhan yang diderita responden akiba menelan
OAT selama pengobatan
7 Ketersdediaan OAT adalah pandangan responden terhadap kondisi OAT
diperoleh dari puskesmas meliputi kecukupan jumlah OAT dan dan kualitasnya
8 Sikap petugas kesehatan adalah penilaian responden terhadap reaksi petugas
kesehatan kepada responden selama mereka menjalanin pengobatan
9 Lokasi jarak adalah pandangan responden tentang lama perjalanan dari tempat
tinggal responden ke Puskesmas yang diukur dengan jarak sarana transportasi
10 Penyuluhan kesehatan adalah pandangan responden tentang kegiatan yang
dilakukan oleh petugas kesehatan sehubungan dengan pengobatan TB Paru untuk
mencapai suatu keadaan dimana pederita TB Paru dapat hidup lebih sehat
11 Kunjungan rumah adalah pandangan responden tentang kegiatan yang dilakukan
petugas kesehatan selama masa pengobatan ke rumah responden
12 Faktor peran Pengawas Minum Obat (PMO) adalah pandangan responden tentang
tugas yang dilakasanakan oleh seorang PMO meliputi penyuluhan
13 Kepatuhan berobat adalah ketaan responden dalam menelan obat mengambil
obat dan melakukan pemeriksaan dahak sesuai jadwal yang telah ditentukan dan
menaati segala nasehat dari petugas kesehatan
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
1) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta
2) Perkumpulan Pemberantasan TB Indonesia 2011 TB di Indonesia Peringkat Dunia
Jakarta Diakses melalui situs httpwwwpptiinfoindexphpcomponentcontentarticle46-
arsip-ppti141-tbc-di-indonesia-peringkat-5-dunia Diakses pada tanggal 23 Januari 2012
44
3) Depkes dan WHO 2008 Lembar Fakta Tuberkulosis Jakarta
4) Dirjen P2M amp PLP 1997 Pengawasan Menelan Obat (PMO) adalah DOTS ala Indonesia
Jakarta
5) Amirudin R 2006 Faktor Keberhasilan Konversi pada Penderita TB Paru di Puskesmas
Jongaya Tahun 2006 Laporan Penelitian FKM Unhas Makasar
6) Aditama Tjandra Y 1994 Tuberkulosis Paru Masalah dan Penanggulangnya UI Press
Jakarta
7) Aru W Bambang S Idrus A dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Tuberkulosis
Paru Edisi IV FKUI Jakarta 2006 998-1004
8) Depkes RI 2002 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta
9) Depkes RI 2006 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta
10) Subijakto Hubungan Pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Berobat
Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Proposal Skripsi Jakarta 2011 Diakses pada
tanggal 20 Januari 2012
11) Aditama Tjandra Y 2002 Tuberkulosis Diagnosis Terapi dan Masalahnya Yayasan IDI
Jakarta
12) Notoatmodjo Soekidjo 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Penerbit Rineka Cipta
Jakarta
13) Simamora Jojor 2004 Faktor yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Berobat Penderita TB
Paru di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2004 Tesis Pascasarjana USU Medan
14) Ester Monica 2000 Psikologi Kesehatan Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
15) Bart Smet 1994 Psikologi Kesehatan PT Grasindo Jakarta
16) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta
45
Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor baik faktor internal
( dari dalam diri manusia ) maupun faktor eksternal ( dari luar diri manusia ) Faktor
internal ini terdiri dari faktor fisik dan psikis Faktor eksternal terdiri dari berbagai
faktor antara lain sosial budaya masyarakat lingkungan fisik politik ekonomi
pendidikan dan sebagainnya Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi
kesehatan baik individu kelompok maupun masyarakat dikelompokkan menjadi
empat ( Blum 1974 )
Konsep Blum menjelaskan bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh
1) Lingkungan yang mencakup lingkungan fisik sosial budaya politik ekonomi
dan sebagainnya
2) Perilaku
3) Pelayanan kesehatan
4) Keturunan ( hereditas )
Perilaku merupakan factor terbesar kedua setelah factor lingkungan yang
mempengaruhi derajat kesehatan Oleh sebab itu dalam rangka membina dan
meningkatkan kesehatan masyarakat maka intervensi atau upaya yang di tujukan
kepada faktor erilaku ini sangat strategis
Menurut Green perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama yakni 12
1) Faktor predisposisi ( predisposing factor )
Faktor ini mencakup pengetahuan sikap dan masyarakat terhadap kesehatan
tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
kesehatan sistem nilai yang dinut masyarakat tingkat pendidikan tingkat sosial
ekonomi dan sebagainya
2) Faktor Pemungkin ( Enabling factor )
Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan
bagi masyarakat misalnya air bersih tempat pembuangan tinja ketersediaan
makanan yang bergizi dan sebagainnya termasuk juga fasilitas kesehatan
seperti puskesmas rumah sakit posyandu dokter atau bidan praktek swasta dan
sebagainnya
3) Faktor penguat ( reinforcing factor )
25
Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat tokoh agama
sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan Termasuk juga di
sini undang-undang peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah
daerah yang terkait dengan kesehatan
Tim kerja dari WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang
berperilaku tertentu dikarenakan 4 ( empat ) alasan pokok yaitu
1) Pemikiran dan perasaan ( Thoughts and feeling )
Yakni dalam bentuk pengetahuan kepercayaan dan sikap Pengetahuan di
peroleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain sedangkan
kepercayaan biasanya diperoleh dari orang tua kakek atau nenek Seseorang
menerima kepercayaan itu berdasarkan keyankinan dan tanpa adanya pembuktian
terlebih dahulu Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap
objek dan seringnya diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang
lain yang paling dekat
2) Karakteristik Pendukung (enabling characteristics)
Karakteristik ini mencerminkan bahwa meskipun mempunyai predisposisi untuk
menggunakan pelayanan kesehatan ia tak akan bertindak menggunakannya
kecuali bial ia mampu menggunakannya Penggunaan pelayanan kesehatan yang
ada tergantung kepada kemampuan konsumen untuk membayar
3) Karakteristik kebutuhan (need characteristics)
Faktor predisposisi dan factor yang memungkinkan untuk mencari pengobatan
dapat terwujud di dalam tindakan apabila itu dirasakan sebagai kebutuhanDengan
kata lain kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan
pelayanan kesehatan bila mana tingkat predisposisi dan enabling itu ada
Kebutuhan (need) disisni di bagi menjadi dua ketegori dirasa atau preceived
( subject assessment) dan evaluated ( clinical diagnosis )
Menurut Skinner perilaku kesehatan adalah suatu respons
seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan
26
penyakit system pelayanan kesehatan makanan dan minimum serta lingkungan
Dari batasan ini perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 ( tiga)
kelompok yakni
1) Perilaku pemeliharaan kesehatan ( health maintenance)
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga
kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit Oleh
sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3(tiga) aspek yaitu
a Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit serta
pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit
b Perilaku peningkatan kesehatan apabila seseorang dalam keadaan sehat
c Perilaku gizi Makanan dan minimum dapat meningkatkan kesehatan
seseorang bahkan dapat mendatangkan penyakit Hal ini sangat tergantung
pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut
2) Perilaku pencarian pengobatan ( health behavior )
Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat
menderita penyakit dan atau kecelakaan Tindakan atau perilaku ini dimulai dari
mengobati sendiri ( self treatment) sampai mencari pengobatan keluar negeri
3) Perilaku kesehatan lingkungan
Adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan baik lingkungan fisik
maupun social budaya dan sebagainnya sehingga lingkungan tersebut tidak
mempengaruhi kesehatannya Dengan perkataan lain bagaimana seseorang
mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri
keluarga atau mesyarakatnya 12
24 Kepatuhan Berobat
Kepatuhan berasal dari kata ldquo patuh ldquo yang berarti taat suka menuruti
disiplin Kepatuhan menurut Trostle adalah tingkat perilaku penderita dalam
mengambil suatu tindakan pengobatan misalnya dalam menentukan kebiasaan
hidup sehat dan ketetapan berobat Dalam pengobatan seseorang dikatakan tidak
27
patuh apabila orang tersebut melalaikan kewajibannya berobat sehingga dapat
mengakibatkan terhalangnya kesembuhan 13
Menurut Sacket kepatuhan pasien adalah sejauh mana perilaku pasien
sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh professional kesehatan 14
Menurut Sarafino secara umum ketidaktaatan meningkatkan risiko
berkembangnya masalah kesehatan atau memperpanjang atau memperburuk
kesakitan yang sedang di derita Perkiraan yang ada menyatakan bahwa 20 jumlah
opname di rumah sakit merupakan akibat dari ketidaktaatan pasien terhadap aturan
pengobatan Faktor yang mempengaruhi kepatuhan seseorang dalam berobat yaitu
faktor petugas faktor obat dan faktor penderita Karakteristik petugas yang
mempengaruhi kepatuhan antara lain jenis petugas tingkat pengetahuan lamanya
bekerja frekuensi penyuluhan yang dilakukan Faktor obat yang mempengaruhi
kepatuhan adalah pengobatan yang sulit dilakukan tidak menunjukkan kea rah
penyembuhan waktu yang lama adanya efek samping obat Faktor penderita yang
menyebabkan ketidakpatuhan adalah umur jenis kelamin pekerjaan anggota
keluarga saudara atau teman khusus 15
25 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan
Faktor-faktor yang mempengaruhi katidakpatuhan dapat digolongkan
menjadi empat bagian yaitu
1 Pemahaman tentang Instruksi
Tak seorang pun mematuhi instruksi jika ia salah paham tentang instruksi yang
diberikan kepadanyaLey dan Spelman (Ester 2000 ) Menemukan bahwa lebih
dari 60 yang diwawancarai setelah bertemu dengan dokter salah mengerti
tentang instruksi yang diberikan pada mereka kadang-kadang hal ini disebabkan
oleh kegagalan professional kesehatan dalam memberikan informasi yang
lengkap penggunaan istilah-istilah medis dan mbanyak memberikan instruksi
yang harus diingat oleh pasien
28
Pendekatan praktis untuk meningkatkan kepatuhan pasien ditemukan oleh
Dinicola dan Dimatteo yaitu
a) Buat instruksi tertulis yang jelas dan mudah diinterpretasikan
b) Berikan informasi tentang pengobatan sebelum menjelaskan hal-hal lain
c) Jika seseorang diberikan suatu daftar tertulis tenang hal-hal yang harus
diingat maka aka nada efek ldquokeunggulanrdquoyaitu mereka brusaha mengingat
hal-hal yang pertama kali ditulis
d) Insruksi-instruksi harus ditulis dengan bahasa umum ( Non medis ) dan hal-
hal yang perlu ditekankan 14
2 Kualitas Interaksi
Kualitas interaksi antara profrsional kesehatan dan pasien merupakan bagian yang
penting dalam menentukan derajat kepatuhan Meningkatkan interaksi
professional kesehatan dengan pasien adalah suatu hal penting untuk memberikan
umpan balik pada pasien setelah memperoleh informasi tentang diagnosis Pasien
membutuhkan penjelasan tentang kondisinya saat ini apa penyebabnya dan apa
yang dapat mereka lakukan dengan kondisi seperti itu
3 Isolasi sosial dan keluarga
Keluarga dapat menjadi factor yang sangat berpengaruh dalam menentukan
keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga menentukan tentang
program pengobatan yang dapat mereka terima Keluarga juga member dukungan
dan membuat keputusan mengenai perawatan dari anggota keluarga yang sakit
4 Keyakinan Sikap Kepribadian
Ahli psikologis telah menyelidiki tentang hubungan antar pengukuran-
pengukuran kepribadian dan kepatuhan Mereka menemukan bahwa data
kepribadian secara benar dibedakan antar orang yang putih drngan orang yang
gagal Orang-orang yang tidak patuh adalah orang-orang yang lebih mengalami
depresi anxietas sangat memperhatikan kesehatannya memiliki kekuatan ego
29
yang lebih lemah dan kehidupan sosialnya lebih memusatkan perhatian pada
dirinya sendiri Blumenthal et al mengatakan bahwa ciri-ciri kepribadian yang
disebutkan diatas itu yang menyebabkan seseorang cenderung tidak patuh ( drop
out) dari program pengobatan 14
Menurut Schwart dan Griffin Faktor yang berhubungan dengan
ketidaktaan secara sejarah riset tentang ketaan pasien didasarkan atas pandangan
tradisional mengenai pasien sebagai penerima nasihat dokter yang pasif dan patuh
Pasien yang tidak taat dipandang sebagai orang yang lalai dan masalahnya dianggap
sebagai masalah control Riset berusah untuk mengidentifikasi kelompok-kelompok
pasien yang tidak patuh berdasarkan kelas sosioekonomi pendidikan umur dan
jenis kelamin Pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan sepanjang bawah
pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif seperti penggunaan buku-buku
dan kaset oleh pasien secara mandiri Usaha-usaha ini sedikit berhasil seorang dapat
menjadi tidak taat kalau situasinya memungkinkan Teori-teori yang lebih baru
menekannkan factor situasional dan pasien sebagai peserta yang aktif dalam proses
pengobatannya Perilaku ketaatan sering diartikan sebagai usaha pasien untuk
mengendalikan perilakunya bahkan jika hal tersebut bias menimbulkan resiko
mengenai kesehatannya 15
Macam-macam faktor yang berkaitan dengan ketidaktaatan disebutkan
a Ciri-ciri kesakitan dan cirri-ciri pengobatan
Menurut Dickson dkk perilaku ketaatan lebih rendah untuk penyakit kronis
(karena tidak ada akibat buruk yang segera dirasakan atau resiko yang jelas )
saran mengenai gaya hidup umum dan kebiasaan yang lama pengobatan yang
kompleks pengobatan dengan efek samping perilaku yang tidak pantas
Menurut Sarafino tingkat ketaaatan rata-rata minum obat utnuk menyenbuhkan
kesakitan akut dengan pengobatan jangka pendek adalah sekitar 78 Untuk
kesakita kronis dengan cara pengobatan jangaka panjang tingkat tersebut menurun
sampai 54
b Komunikasi antara Pasien dan Dokter
Berbagai aspek komunikasi antara pasien dan dokter mempengaruhi tingkat
ketidaktaan misalnya informasi dengan pengawasan yang kurang
30
ketidakpuasan terhadap aspek hubungan emosional dengan dokter ketidak
puasan terhadap pengobatan yang diberikan
c Variabel-variabel sosial
Hubungan antara dukungan sosial dengan ketaatan telah dipelajari Secara umum
orang-orang yang merasa mereka menerima penghiburan perhatian dan
pertolongan yang mereka butuhkan dari seseorang atau kelompok biasanya
cenderung lebih mudah mengikuti nasihat medis daripada pasien yang kurang
mendapat dukungan sosial Jelaslah bahwa keluarga memainkan peranan yang
sangat penting dalam pengelolaan medis misalnya penggunaan pengaruh
normative pada pasien yang mungkin mengakibatkan efek yang memudahkan
atau menghambat perilaku ketaatan
d Ciri-ciri Individual
Variabel-variabel demografis juga digunakan untuk meramalkan ketidaktaatan
sebagai contoh Di Amerika Serikat kaum wanita kaum kulit putih dan orang
tua cenderung mengikuti anjuran dokter 15
Dalam proses penyembuhan penderita TB Paru dapat diberikan obat anti-
TB (OAT) yang diminum secara teratur sampai selesai dengan pengawasan
yangketat Masa pemberian obat memang cukup lama yaitu 6-8 bulan secara terus
menerus sehingga dapat mencegah penularan kepada orang lain Oleh sebab itu para
penderita TB jika ingin sembuh harus minum obat secara teratur Tanpa adanya
keteraturan minum obat penyakit sulit disembuhkan Jika tidak teratur minum obat
penyakitnya sukar diobati kuman TB dalam tubuh akan berkembang semakin banyak
dan menyerang organ tubuh lain yang akan membutuhkan waktu lebih lama untuk
dapat sembuh
26 Pengawasan Menelan Obat (PMO) 9
Salah satu komponen DOTS adalah pengobatan paduan OAT jangka
pendek dengan pengawasan langsung Untuk menjamin keteraturan pengobatan
diperlukan seorang PMO
31
a Persyaratan PMO
bull Seseorang yang dikenal dipercaya dan disetujui baik oleh petugas kesehatan
maupun pasien selain itu harus disegani dan dihormati oleh pasien
bull Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien
bull Bersedia membantu pasien dengan sukarela
bull Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan pasien
b Siapa yang bisa menjadi PMO
Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan misalnya Bidan di Desa Perawat
Pekarya Sanitarian Juru Immunisasi dan lain lain Bila tidak ada petugas
kesehatan yang memungkinkan PMO dapat berasal dari kader kesehatan guru
anggota PPTI PKK atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga
c Tugas seorang PMO
bull Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai
pengobatan
bull Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur
bull Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah
ditentukan
bull Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai gejala-
gejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke Unit Pelayanan
Kesehatan
Tugas seorang PMO bukanlah untuk mengganti kewajiban pasien mengambil
obatdari unit pelayanan kesehatan
d Informasi penting yang perlu dipahami PMO untuk disampaikan kepada pasien dan
keluarganya
bull TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur
32
bull TB bukan penyakit keturunan atau kutukan
bull Cara penularan TB gejala-gejala yang mencurigakan dan cara pencegahannya
bull Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan)
bull Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur
bull Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera meminta
pertolongan ke UPK
27 Penanggulangan TB 16
Rencana Global Penanggulangan TB
Rencana Global 2006-2015 mencakup enam elemen utama dalam strategi baru Stop
TB ndashWHO yang terdiri dari
1 Memperluas dan meningkatkan ekspansi DOTS yang berkualitas meningkatkan
penemuan kasus dan kesembuhan melalui pendekatan yangterfokus pada penderita
agar pelayanan DOTS yang berkualitas dapat menjangkau seluruh penderita
khususnya kelompok masyarakat yang miskin dan rentan
2 Menghadapi tantangan TBHIV MDR-TB dan tantangan lainnya dengan cara
meningkatkan kolaborasi TBHIV DOTS-Plus dan pendekatan lainnya
3 Berkontribusi dalam memperkuat sistem kesehatan melalui kerjasama dengan
berbagai program dan pelayanan kesehatan lainnya misalnya dalam memobilisasi
sumber daya manusia dan finansial untuk implementasi dan mengevaluasi
hasilnyaserta pertukaran informasi dalam keberhasilan pencapaian dalam program
penanggulangan TB
33
4 Melibatkan seluruh penyedia pelayanan kesehatan pemerintah lembaga swadaya
masyarakat (LSM) dan swasta dengan cara memperluas pendekatan berbasis
public-private mix (PPM) dengan menggunakan ISTC
5 Melibatkan penderita TB dan masyarakat untuk memberikan kontribusi dalam
penyediaan pelayanan yang efektif Hal ini meliputi perluasan pelayanan TB di
masyarakat menciptakan kebutuhan masyarakat akan pelayanan TB advokasi
yang spesifik komunikasi dan mobilisasi sosial serta mendukung pengembangan
piagam pasien TB dalam masyarakat dan
6 Memberdayakan dan meningkatkan penelitian operasional
28 Kerangka Konsep
Variabel Independent Variabel dependent
Karakteristik Individu
1Umur
2Jenis kelamin
3Pendidikan
4Pekerjaan
5Pengetahuan
6Efek samping OAT
7Tingkat kepatuhan
penderita dalam
pengobatan
Kesembuhan
34
Penderita TB paru
Faktor Pelayanan
kesehatan
1 Ketersediaan OAT
2 Sikap petugas kesehatan
3 LokasiJarak
4 Penyuluhan kesehatan
5 Kunjungan rumah
Faktor Peran PMO
Gambar Kerangka Konsep Penelitian
Definisi Konsep
1 Karakteristik individu adalah hal-hal yang melekat dalam diri penderita TB paru yang
mempengaruhi tingkat kapetuhan dalam melaksanakan program pengobatan dengan
strategi DOTS yang membedakan seseorang dengan yang lainnya meliputi umur jenis
kelamin pendidikan pekerjaan pengetahuan efek samping OAT tingkat kepatuhan
penderita dalam pengobatan
2 Faktor pelayanan kesehatan adalah penilaian dari penderita TB paru terhadap upaya yang
diselenggarakan oleh unit pelayanan kesehatan untuk menangani penderita TB paru
meliputi Ketersediaan OATsikap petugas kesehatan lokasijarak penyuluhan
kesehatan dan kunjungan rumah
3 Faktor Peran PMO ( Pengawasan Menelan Obat ) adalah penilaian dari penderita TB paru
terhadap hal-hal yang menjadi tugas dari seseorang pengawas menelan obat yang
mempengaruhi tingkat kepatuhan penderita TB paru dalam melaksanakan pengobatan
meliputi penyuluhan member dorongan meningkatkan dan mengawasi
35
4 Kesembuhan adalah pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan
pemeriksaan ulang dahak (follow up) menunjukkan hasil BTA negatif
29 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konsep di atas maka hipotesis penelitian ini adalah
1) Ada pengaruh karakteristik individu terhadap kesembuhan penderita TB paru
dalam pengobatan
2) Ada pengaruh pelayanan kesehatan terhadap kesembuhan penderita TB paru
dalam pengobatan
3) Ada pengaruh PMO terhadap kesembuhan penderita TB paru dalam pengobatan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
31 Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional yang
bertujuan untuk menjelaskan pengaruh karakteristik individu faktor pelayanan
kesehatan dan faktor Pengawas Menelan Obat (PMO) terhadap kesembuhan
penderita TB Paru dalam melaksanakan pengobatan di Puskesmas Grogol Petamburan
tahun 2011
32 Tempat dan Waktu Penelitian
36
Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Grogol Petamburan pada bulan
Januari sampai Februari tahun 2012
33 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang
sedang menjalankan pengobatan TB di Puskesmas Grogol
Petamburan mulai bulan OktobeR
34 Keriteria Inklusi dan Eksklusi
341 Keriteria Inklusi
342 Keriteria Eksklusi
35 Sampel
351 Besar Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang
mengikuti pengobatan dengan strategi DOTS di Puskesmas yang pada saat penelitian
sedang menjalani pengobatan dan seluruh penderita TB yang telah mendapat
pengobatan selama 6 bulan atau sedang dalam tahap lanjutan
Keterangan
n1 = Jumlah sampel minimal
37
n2 = Jumlah sampel ditambah substitusi 10 (substitusi adalah persen responden
yang mungkin drop out)
Z = Tingkat batas kepercayaan dengan = 5
Didapat Z pada kurva normal = 196
p = Proporsi variabel yang diteliti yaitu besarnya presentasi 50 )
q = 1 - p
L = Derajat kesalahan yang masih dapat diterima adalah 10
Berdasarkan rumus di atas didapatkan angka sebagai berikut
( Z )2 p q ( 196 )2 0505
n1 = ----------------- = ------------------------------ = 9604
L2 ( 01 )2
n2 = n1 + ( 10 n1 )
= 9604 + ( 10 9604)
= 9604 + 9604
= 10564 Dibulatkan 106
352 Teknik Pengambilan Sampel
36 Identifikasi Variabel
1 Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kesembuhan tb paru
2 Variabel independen adalah umur jenis kelamin pendidikan pekerjaan
pengetahuan efek samping OAT dan tingkat kepahuhan dari penderita TB
Selain itu faktor dari pelayanan kesehatan dan PMO juga ikut berperan
37 Cara Kerja
1 Membuat proposal penelitian tentang hubungan antara tingkat kepatuhan minum
OAT dengan tingkat kesembuhan penyakit TB di Puskesmas Kecamatan Grogol
Petamburan
38
2 Pengumpulan data sekunder dari Puskesmas Grogol Petamburan
3 Melakukan kunjungan ke rumah-rumah sampel di daerah RT terpilih untuk
pengumpulan data primer dengan memakai kuesioner dan wawancara responden
4 Data-data yang telah dikumpulkan akan dilakukan pengolahan berupa proses
editing verifikasi dan koding Selanjutnya dimasukkan dan diolah dengan
menggunakan program computer yaitu program SPSS
5 Terhadap data yang telah diolah kemudian dilakukan analisis sesuai dengan cara
uji statistik menggunakanhelliphellip Data diinterpretasi secara deskriptif korelatif
antar variabel ndash variabel yang telah ditentukan dan disajikan dalam bentuk
tekstular dan tabular
6 Hasil dari penelitian akan disusun dalam bentuk pelaporan penelitian yang
selanjutnya akan di presentasikan di hadapan staf pengajar program pendidikan
Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida
Wacana (FK UKRIDA) dalam forum pendidikan Ilmu Kedokteran Komunitas
Fakultas Kedokteran UKRIDA
38 Manajemen Data
381 Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder yaitu
1 Data primer diperoleh dengan wawancara langsung kepada penderita TB paru
dan petugas kesehatan program penanggulangan TB Paru yang berpedoman pada
kuisioner penelitian yang telah ditetapkan dam melakukan cross check
2 Data sekunder diperoleh dari laporan pelaksanaan program penanggulangan TB
Paru di Puskesmas kartu pengobatan TBC (formulir TB 01) dan Formulir
Permohonan Laboratorium TBC Untik Pemeriksaan Dahak (formulir TB 05)
382 Pengolahan Data
39
Aspek pengukuran
Aspek pengukuran variable bebas
Karakteristik individu
Aspek pengukuran variable karakteristik individu dapat dilihat pada tabel 31
Table 31 Aspek Pengukuran Variabel Karakteristik Individu
Karakteristik
individu
Kategori Skala Bobot nilai
Umur a 15-24 tahun
b 25-49 tahun
c gt 50 tahun
rasio
Jenis kelamin a Laki-laki
b Perempuan
Tingkat
pendidikan
a Tidak tamat SD
b SD
c SLTP
d SLTA
e Sarjana S1
Pekerjaan a Bekerja
b Tidak bekerja
Pengetahuan a Baik
b Sedang
c Bururk
Efek samping
OAT
a Ada
b Tidan ada
Faktor pelayanan kesehatan
Pengukuran faktor pelanan kesehatan meliputi ketersediaan OAT yang
diukur adalah yang diukur dengan 2 pertanyaan sikap petugas kesehatan diukur
dengan 8 pertanyaan lokasi jarak diukur dengan 3 pertanyaan penyuluhan kesehatan
diukur dengan 6 pertanyaan dan kunjungan rumah diukur dengan 2 pertanyaan
40
berdasarkan jawaban yang diberikan responden selanjutnya dikelompokkan menjadi
tiga (3) yaitu
a Baik jika faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan
penilaian yang baik karena kebutuhan yang diinginkan debagian besarnya
terpenuhi (nilai gt32)
b Sedang bila faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan
penilaian yang kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan responden hanay
sebagian saja yang terpenuhi (nilainya 17-32)
c Buruk bila faktor pelayanan pelayanan kesehatan yang diterima responden
menimbulkan penilaian yang tidak baik karena kebutuhan yang diinginka
responden sebagian besar tidak dipenuhi (nilainya lt17)
Faktor Pengawas Menelan Obat (PMO)
Faktor Pengawas Menelan Obat diukur dengan 5 pertanyaan yang
selanjutnya dibedakan atas 3 kategori yaitu
a Baik bila semua tugas yang diterima responden terlaksana dengan baik yaitu
mengawasi memberikan dorongan mengingatkan dan memberikan penyuluhan
(nilainya gt11)
b Sedang bila tugas PMO yang diterima responden sebagian saja yang terpenuhi
(nilainya 6-11)
c Buruk bila tugas PMO yang diterima responden tidak terlaksana dengan baik
(nilainya lt 6)
Aspek Pengukuran Variabel Terikan
Kepatuhan Pengobatan TB Paru
41
Aspek Pengukuran Variabel ini menggunakan skala interval yang diukur berdasarkan
tiga (3) kategori yaitu
Patuh apabila responden selalu menelan obat sesuai ketentuan petugas kesehatan
yaitu setiap hari pada tahap awal tiga kali seminggu pada tahap lanjutan dan
mengambil obat serta memeriksakan dahak sesuai jadwal dan menaati nasihat dari
petugas kesehatan ( bobot 3 )
Kurang patuh jika responden kadang-kadang menelan obat sesuai ketentuan
petugas kesehatan atau responden tidak menelan obat 2-8 minggu selama tahap
pengobatan lanjutan dan tidak memerisakan dahak sesuai jadwal yang telah
ditetapkan dan tidak selalu menaati nasihat dari petugas kesehatan (bobot 2 )
Tidak patuh jika responden tidak menelan obat sesuai ketentuan petugas
kesehatan atau responden tidak menelan obat lebih dari 8 minggu selama tahap
pengobatan lanjutan dan tidak mengambil obat serta tidak memeriksakan dahak
sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan tidak menaati nasihat petugas kesehatan
(bobot 1)
383 Penyajian Data
384 Analisis Data
385 Interpretasi Data
386 Pelaporan Data
39 Definisi Operasional
1 Umur adalah usia responden saat penelitian berdasarkan ulang tahun terakhir yang
dibedakan atas 3 (tiga) kategori berdasarkna Badan Pusat Statistik Kota Medan
42
tahun 2008 yaitu 1) orang muda 25-24 tahun 2) dewasa 24-49 tahun 3) orang
tua gt 50 tahun
2 Jenis kelamin adalah suatu karakteristik responden yang dibedakan identitasnya
dari laki-laki dan perempuan
3 Pendidikan adalah jenjang pendidikannyang berhasil ditamatkan responden yang
dibedakan atas tidak tamat SD SD SLTP SLTA Akademi Sarjana
4 Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh responden sebagai
pendapatan utama yang dibedakan atas kerja dan tidak bekerja
5 Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai penyakit
TB paru
6 Efek samping OAT adalah gejala keluhan yang diderita responden akiba menelan
OAT selama pengobatan
7 Ketersdediaan OAT adalah pandangan responden terhadap kondisi OAT
diperoleh dari puskesmas meliputi kecukupan jumlah OAT dan dan kualitasnya
8 Sikap petugas kesehatan adalah penilaian responden terhadap reaksi petugas
kesehatan kepada responden selama mereka menjalanin pengobatan
9 Lokasi jarak adalah pandangan responden tentang lama perjalanan dari tempat
tinggal responden ke Puskesmas yang diukur dengan jarak sarana transportasi
10 Penyuluhan kesehatan adalah pandangan responden tentang kegiatan yang
dilakukan oleh petugas kesehatan sehubungan dengan pengobatan TB Paru untuk
mencapai suatu keadaan dimana pederita TB Paru dapat hidup lebih sehat
11 Kunjungan rumah adalah pandangan responden tentang kegiatan yang dilakukan
petugas kesehatan selama masa pengobatan ke rumah responden
12 Faktor peran Pengawas Minum Obat (PMO) adalah pandangan responden tentang
tugas yang dilakasanakan oleh seorang PMO meliputi penyuluhan
13 Kepatuhan berobat adalah ketaan responden dalam menelan obat mengambil
obat dan melakukan pemeriksaan dahak sesuai jadwal yang telah ditentukan dan
menaati segala nasehat dari petugas kesehatan
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
1) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta
2) Perkumpulan Pemberantasan TB Indonesia 2011 TB di Indonesia Peringkat Dunia
Jakarta Diakses melalui situs httpwwwpptiinfoindexphpcomponentcontentarticle46-
arsip-ppti141-tbc-di-indonesia-peringkat-5-dunia Diakses pada tanggal 23 Januari 2012
44
3) Depkes dan WHO 2008 Lembar Fakta Tuberkulosis Jakarta
4) Dirjen P2M amp PLP 1997 Pengawasan Menelan Obat (PMO) adalah DOTS ala Indonesia
Jakarta
5) Amirudin R 2006 Faktor Keberhasilan Konversi pada Penderita TB Paru di Puskesmas
Jongaya Tahun 2006 Laporan Penelitian FKM Unhas Makasar
6) Aditama Tjandra Y 1994 Tuberkulosis Paru Masalah dan Penanggulangnya UI Press
Jakarta
7) Aru W Bambang S Idrus A dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Tuberkulosis
Paru Edisi IV FKUI Jakarta 2006 998-1004
8) Depkes RI 2002 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta
9) Depkes RI 2006 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta
10) Subijakto Hubungan Pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Berobat
Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Proposal Skripsi Jakarta 2011 Diakses pada
tanggal 20 Januari 2012
11) Aditama Tjandra Y 2002 Tuberkulosis Diagnosis Terapi dan Masalahnya Yayasan IDI
Jakarta
12) Notoatmodjo Soekidjo 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Penerbit Rineka Cipta
Jakarta
13) Simamora Jojor 2004 Faktor yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Berobat Penderita TB
Paru di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2004 Tesis Pascasarjana USU Medan
14) Ester Monica 2000 Psikologi Kesehatan Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
15) Bart Smet 1994 Psikologi Kesehatan PT Grasindo Jakarta
16) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta
45
Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat tokoh agama
sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan Termasuk juga di
sini undang-undang peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah
daerah yang terkait dengan kesehatan
Tim kerja dari WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang
berperilaku tertentu dikarenakan 4 ( empat ) alasan pokok yaitu
1) Pemikiran dan perasaan ( Thoughts and feeling )
Yakni dalam bentuk pengetahuan kepercayaan dan sikap Pengetahuan di
peroleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain sedangkan
kepercayaan biasanya diperoleh dari orang tua kakek atau nenek Seseorang
menerima kepercayaan itu berdasarkan keyankinan dan tanpa adanya pembuktian
terlebih dahulu Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap
objek dan seringnya diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang
lain yang paling dekat
2) Karakteristik Pendukung (enabling characteristics)
Karakteristik ini mencerminkan bahwa meskipun mempunyai predisposisi untuk
menggunakan pelayanan kesehatan ia tak akan bertindak menggunakannya
kecuali bial ia mampu menggunakannya Penggunaan pelayanan kesehatan yang
ada tergantung kepada kemampuan konsumen untuk membayar
3) Karakteristik kebutuhan (need characteristics)
Faktor predisposisi dan factor yang memungkinkan untuk mencari pengobatan
dapat terwujud di dalam tindakan apabila itu dirasakan sebagai kebutuhanDengan
kata lain kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan
pelayanan kesehatan bila mana tingkat predisposisi dan enabling itu ada
Kebutuhan (need) disisni di bagi menjadi dua ketegori dirasa atau preceived
( subject assessment) dan evaluated ( clinical diagnosis )
Menurut Skinner perilaku kesehatan adalah suatu respons
seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan
26
penyakit system pelayanan kesehatan makanan dan minimum serta lingkungan
Dari batasan ini perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 ( tiga)
kelompok yakni
1) Perilaku pemeliharaan kesehatan ( health maintenance)
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga
kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit Oleh
sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3(tiga) aspek yaitu
a Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit serta
pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit
b Perilaku peningkatan kesehatan apabila seseorang dalam keadaan sehat
c Perilaku gizi Makanan dan minimum dapat meningkatkan kesehatan
seseorang bahkan dapat mendatangkan penyakit Hal ini sangat tergantung
pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut
2) Perilaku pencarian pengobatan ( health behavior )
Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat
menderita penyakit dan atau kecelakaan Tindakan atau perilaku ini dimulai dari
mengobati sendiri ( self treatment) sampai mencari pengobatan keluar negeri
3) Perilaku kesehatan lingkungan
Adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan baik lingkungan fisik
maupun social budaya dan sebagainnya sehingga lingkungan tersebut tidak
mempengaruhi kesehatannya Dengan perkataan lain bagaimana seseorang
mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri
keluarga atau mesyarakatnya 12
24 Kepatuhan Berobat
Kepatuhan berasal dari kata ldquo patuh ldquo yang berarti taat suka menuruti
disiplin Kepatuhan menurut Trostle adalah tingkat perilaku penderita dalam
mengambil suatu tindakan pengobatan misalnya dalam menentukan kebiasaan
hidup sehat dan ketetapan berobat Dalam pengobatan seseorang dikatakan tidak
27
patuh apabila orang tersebut melalaikan kewajibannya berobat sehingga dapat
mengakibatkan terhalangnya kesembuhan 13
Menurut Sacket kepatuhan pasien adalah sejauh mana perilaku pasien
sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh professional kesehatan 14
Menurut Sarafino secara umum ketidaktaatan meningkatkan risiko
berkembangnya masalah kesehatan atau memperpanjang atau memperburuk
kesakitan yang sedang di derita Perkiraan yang ada menyatakan bahwa 20 jumlah
opname di rumah sakit merupakan akibat dari ketidaktaatan pasien terhadap aturan
pengobatan Faktor yang mempengaruhi kepatuhan seseorang dalam berobat yaitu
faktor petugas faktor obat dan faktor penderita Karakteristik petugas yang
mempengaruhi kepatuhan antara lain jenis petugas tingkat pengetahuan lamanya
bekerja frekuensi penyuluhan yang dilakukan Faktor obat yang mempengaruhi
kepatuhan adalah pengobatan yang sulit dilakukan tidak menunjukkan kea rah
penyembuhan waktu yang lama adanya efek samping obat Faktor penderita yang
menyebabkan ketidakpatuhan adalah umur jenis kelamin pekerjaan anggota
keluarga saudara atau teman khusus 15
25 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan
Faktor-faktor yang mempengaruhi katidakpatuhan dapat digolongkan
menjadi empat bagian yaitu
1 Pemahaman tentang Instruksi
Tak seorang pun mematuhi instruksi jika ia salah paham tentang instruksi yang
diberikan kepadanyaLey dan Spelman (Ester 2000 ) Menemukan bahwa lebih
dari 60 yang diwawancarai setelah bertemu dengan dokter salah mengerti
tentang instruksi yang diberikan pada mereka kadang-kadang hal ini disebabkan
oleh kegagalan professional kesehatan dalam memberikan informasi yang
lengkap penggunaan istilah-istilah medis dan mbanyak memberikan instruksi
yang harus diingat oleh pasien
28
Pendekatan praktis untuk meningkatkan kepatuhan pasien ditemukan oleh
Dinicola dan Dimatteo yaitu
a) Buat instruksi tertulis yang jelas dan mudah diinterpretasikan
b) Berikan informasi tentang pengobatan sebelum menjelaskan hal-hal lain
c) Jika seseorang diberikan suatu daftar tertulis tenang hal-hal yang harus
diingat maka aka nada efek ldquokeunggulanrdquoyaitu mereka brusaha mengingat
hal-hal yang pertama kali ditulis
d) Insruksi-instruksi harus ditulis dengan bahasa umum ( Non medis ) dan hal-
hal yang perlu ditekankan 14
2 Kualitas Interaksi
Kualitas interaksi antara profrsional kesehatan dan pasien merupakan bagian yang
penting dalam menentukan derajat kepatuhan Meningkatkan interaksi
professional kesehatan dengan pasien adalah suatu hal penting untuk memberikan
umpan balik pada pasien setelah memperoleh informasi tentang diagnosis Pasien
membutuhkan penjelasan tentang kondisinya saat ini apa penyebabnya dan apa
yang dapat mereka lakukan dengan kondisi seperti itu
3 Isolasi sosial dan keluarga
Keluarga dapat menjadi factor yang sangat berpengaruh dalam menentukan
keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga menentukan tentang
program pengobatan yang dapat mereka terima Keluarga juga member dukungan
dan membuat keputusan mengenai perawatan dari anggota keluarga yang sakit
4 Keyakinan Sikap Kepribadian
Ahli psikologis telah menyelidiki tentang hubungan antar pengukuran-
pengukuran kepribadian dan kepatuhan Mereka menemukan bahwa data
kepribadian secara benar dibedakan antar orang yang putih drngan orang yang
gagal Orang-orang yang tidak patuh adalah orang-orang yang lebih mengalami
depresi anxietas sangat memperhatikan kesehatannya memiliki kekuatan ego
29
yang lebih lemah dan kehidupan sosialnya lebih memusatkan perhatian pada
dirinya sendiri Blumenthal et al mengatakan bahwa ciri-ciri kepribadian yang
disebutkan diatas itu yang menyebabkan seseorang cenderung tidak patuh ( drop
out) dari program pengobatan 14
Menurut Schwart dan Griffin Faktor yang berhubungan dengan
ketidaktaan secara sejarah riset tentang ketaan pasien didasarkan atas pandangan
tradisional mengenai pasien sebagai penerima nasihat dokter yang pasif dan patuh
Pasien yang tidak taat dipandang sebagai orang yang lalai dan masalahnya dianggap
sebagai masalah control Riset berusah untuk mengidentifikasi kelompok-kelompok
pasien yang tidak patuh berdasarkan kelas sosioekonomi pendidikan umur dan
jenis kelamin Pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan sepanjang bawah
pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif seperti penggunaan buku-buku
dan kaset oleh pasien secara mandiri Usaha-usaha ini sedikit berhasil seorang dapat
menjadi tidak taat kalau situasinya memungkinkan Teori-teori yang lebih baru
menekannkan factor situasional dan pasien sebagai peserta yang aktif dalam proses
pengobatannya Perilaku ketaatan sering diartikan sebagai usaha pasien untuk
mengendalikan perilakunya bahkan jika hal tersebut bias menimbulkan resiko
mengenai kesehatannya 15
Macam-macam faktor yang berkaitan dengan ketidaktaatan disebutkan
a Ciri-ciri kesakitan dan cirri-ciri pengobatan
Menurut Dickson dkk perilaku ketaatan lebih rendah untuk penyakit kronis
(karena tidak ada akibat buruk yang segera dirasakan atau resiko yang jelas )
saran mengenai gaya hidup umum dan kebiasaan yang lama pengobatan yang
kompleks pengobatan dengan efek samping perilaku yang tidak pantas
Menurut Sarafino tingkat ketaaatan rata-rata minum obat utnuk menyenbuhkan
kesakitan akut dengan pengobatan jangka pendek adalah sekitar 78 Untuk
kesakita kronis dengan cara pengobatan jangaka panjang tingkat tersebut menurun
sampai 54
b Komunikasi antara Pasien dan Dokter
Berbagai aspek komunikasi antara pasien dan dokter mempengaruhi tingkat
ketidaktaan misalnya informasi dengan pengawasan yang kurang
30
ketidakpuasan terhadap aspek hubungan emosional dengan dokter ketidak
puasan terhadap pengobatan yang diberikan
c Variabel-variabel sosial
Hubungan antara dukungan sosial dengan ketaatan telah dipelajari Secara umum
orang-orang yang merasa mereka menerima penghiburan perhatian dan
pertolongan yang mereka butuhkan dari seseorang atau kelompok biasanya
cenderung lebih mudah mengikuti nasihat medis daripada pasien yang kurang
mendapat dukungan sosial Jelaslah bahwa keluarga memainkan peranan yang
sangat penting dalam pengelolaan medis misalnya penggunaan pengaruh
normative pada pasien yang mungkin mengakibatkan efek yang memudahkan
atau menghambat perilaku ketaatan
d Ciri-ciri Individual
Variabel-variabel demografis juga digunakan untuk meramalkan ketidaktaatan
sebagai contoh Di Amerika Serikat kaum wanita kaum kulit putih dan orang
tua cenderung mengikuti anjuran dokter 15
Dalam proses penyembuhan penderita TB Paru dapat diberikan obat anti-
TB (OAT) yang diminum secara teratur sampai selesai dengan pengawasan
yangketat Masa pemberian obat memang cukup lama yaitu 6-8 bulan secara terus
menerus sehingga dapat mencegah penularan kepada orang lain Oleh sebab itu para
penderita TB jika ingin sembuh harus minum obat secara teratur Tanpa adanya
keteraturan minum obat penyakit sulit disembuhkan Jika tidak teratur minum obat
penyakitnya sukar diobati kuman TB dalam tubuh akan berkembang semakin banyak
dan menyerang organ tubuh lain yang akan membutuhkan waktu lebih lama untuk
dapat sembuh
26 Pengawasan Menelan Obat (PMO) 9
Salah satu komponen DOTS adalah pengobatan paduan OAT jangka
pendek dengan pengawasan langsung Untuk menjamin keteraturan pengobatan
diperlukan seorang PMO
31
a Persyaratan PMO
bull Seseorang yang dikenal dipercaya dan disetujui baik oleh petugas kesehatan
maupun pasien selain itu harus disegani dan dihormati oleh pasien
bull Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien
bull Bersedia membantu pasien dengan sukarela
bull Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan pasien
b Siapa yang bisa menjadi PMO
Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan misalnya Bidan di Desa Perawat
Pekarya Sanitarian Juru Immunisasi dan lain lain Bila tidak ada petugas
kesehatan yang memungkinkan PMO dapat berasal dari kader kesehatan guru
anggota PPTI PKK atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga
c Tugas seorang PMO
bull Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai
pengobatan
bull Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur
bull Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah
ditentukan
bull Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai gejala-
gejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke Unit Pelayanan
Kesehatan
Tugas seorang PMO bukanlah untuk mengganti kewajiban pasien mengambil
obatdari unit pelayanan kesehatan
d Informasi penting yang perlu dipahami PMO untuk disampaikan kepada pasien dan
keluarganya
bull TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur
32
bull TB bukan penyakit keturunan atau kutukan
bull Cara penularan TB gejala-gejala yang mencurigakan dan cara pencegahannya
bull Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan)
bull Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur
bull Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera meminta
pertolongan ke UPK
27 Penanggulangan TB 16
Rencana Global Penanggulangan TB
Rencana Global 2006-2015 mencakup enam elemen utama dalam strategi baru Stop
TB ndashWHO yang terdiri dari
1 Memperluas dan meningkatkan ekspansi DOTS yang berkualitas meningkatkan
penemuan kasus dan kesembuhan melalui pendekatan yangterfokus pada penderita
agar pelayanan DOTS yang berkualitas dapat menjangkau seluruh penderita
khususnya kelompok masyarakat yang miskin dan rentan
2 Menghadapi tantangan TBHIV MDR-TB dan tantangan lainnya dengan cara
meningkatkan kolaborasi TBHIV DOTS-Plus dan pendekatan lainnya
3 Berkontribusi dalam memperkuat sistem kesehatan melalui kerjasama dengan
berbagai program dan pelayanan kesehatan lainnya misalnya dalam memobilisasi
sumber daya manusia dan finansial untuk implementasi dan mengevaluasi
hasilnyaserta pertukaran informasi dalam keberhasilan pencapaian dalam program
penanggulangan TB
33
4 Melibatkan seluruh penyedia pelayanan kesehatan pemerintah lembaga swadaya
masyarakat (LSM) dan swasta dengan cara memperluas pendekatan berbasis
public-private mix (PPM) dengan menggunakan ISTC
5 Melibatkan penderita TB dan masyarakat untuk memberikan kontribusi dalam
penyediaan pelayanan yang efektif Hal ini meliputi perluasan pelayanan TB di
masyarakat menciptakan kebutuhan masyarakat akan pelayanan TB advokasi
yang spesifik komunikasi dan mobilisasi sosial serta mendukung pengembangan
piagam pasien TB dalam masyarakat dan
6 Memberdayakan dan meningkatkan penelitian operasional
28 Kerangka Konsep
Variabel Independent Variabel dependent
Karakteristik Individu
1Umur
2Jenis kelamin
3Pendidikan
4Pekerjaan
5Pengetahuan
6Efek samping OAT
7Tingkat kepatuhan
penderita dalam
pengobatan
Kesembuhan
34
Penderita TB paru
Faktor Pelayanan
kesehatan
1 Ketersediaan OAT
2 Sikap petugas kesehatan
3 LokasiJarak
4 Penyuluhan kesehatan
5 Kunjungan rumah
Faktor Peran PMO
Gambar Kerangka Konsep Penelitian
Definisi Konsep
1 Karakteristik individu adalah hal-hal yang melekat dalam diri penderita TB paru yang
mempengaruhi tingkat kapetuhan dalam melaksanakan program pengobatan dengan
strategi DOTS yang membedakan seseorang dengan yang lainnya meliputi umur jenis
kelamin pendidikan pekerjaan pengetahuan efek samping OAT tingkat kepatuhan
penderita dalam pengobatan
2 Faktor pelayanan kesehatan adalah penilaian dari penderita TB paru terhadap upaya yang
diselenggarakan oleh unit pelayanan kesehatan untuk menangani penderita TB paru
meliputi Ketersediaan OATsikap petugas kesehatan lokasijarak penyuluhan
kesehatan dan kunjungan rumah
3 Faktor Peran PMO ( Pengawasan Menelan Obat ) adalah penilaian dari penderita TB paru
terhadap hal-hal yang menjadi tugas dari seseorang pengawas menelan obat yang
mempengaruhi tingkat kepatuhan penderita TB paru dalam melaksanakan pengobatan
meliputi penyuluhan member dorongan meningkatkan dan mengawasi
35
4 Kesembuhan adalah pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan
pemeriksaan ulang dahak (follow up) menunjukkan hasil BTA negatif
29 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konsep di atas maka hipotesis penelitian ini adalah
1) Ada pengaruh karakteristik individu terhadap kesembuhan penderita TB paru
dalam pengobatan
2) Ada pengaruh pelayanan kesehatan terhadap kesembuhan penderita TB paru
dalam pengobatan
3) Ada pengaruh PMO terhadap kesembuhan penderita TB paru dalam pengobatan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
31 Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional yang
bertujuan untuk menjelaskan pengaruh karakteristik individu faktor pelayanan
kesehatan dan faktor Pengawas Menelan Obat (PMO) terhadap kesembuhan
penderita TB Paru dalam melaksanakan pengobatan di Puskesmas Grogol Petamburan
tahun 2011
32 Tempat dan Waktu Penelitian
36
Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Grogol Petamburan pada bulan
Januari sampai Februari tahun 2012
33 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang
sedang menjalankan pengobatan TB di Puskesmas Grogol
Petamburan mulai bulan OktobeR
34 Keriteria Inklusi dan Eksklusi
341 Keriteria Inklusi
342 Keriteria Eksklusi
35 Sampel
351 Besar Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang
mengikuti pengobatan dengan strategi DOTS di Puskesmas yang pada saat penelitian
sedang menjalani pengobatan dan seluruh penderita TB yang telah mendapat
pengobatan selama 6 bulan atau sedang dalam tahap lanjutan
Keterangan
n1 = Jumlah sampel minimal
37
n2 = Jumlah sampel ditambah substitusi 10 (substitusi adalah persen responden
yang mungkin drop out)
Z = Tingkat batas kepercayaan dengan = 5
Didapat Z pada kurva normal = 196
p = Proporsi variabel yang diteliti yaitu besarnya presentasi 50 )
q = 1 - p
L = Derajat kesalahan yang masih dapat diterima adalah 10
Berdasarkan rumus di atas didapatkan angka sebagai berikut
( Z )2 p q ( 196 )2 0505
n1 = ----------------- = ------------------------------ = 9604
L2 ( 01 )2
n2 = n1 + ( 10 n1 )
= 9604 + ( 10 9604)
= 9604 + 9604
= 10564 Dibulatkan 106
352 Teknik Pengambilan Sampel
36 Identifikasi Variabel
1 Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kesembuhan tb paru
2 Variabel independen adalah umur jenis kelamin pendidikan pekerjaan
pengetahuan efek samping OAT dan tingkat kepahuhan dari penderita TB
Selain itu faktor dari pelayanan kesehatan dan PMO juga ikut berperan
37 Cara Kerja
1 Membuat proposal penelitian tentang hubungan antara tingkat kepatuhan minum
OAT dengan tingkat kesembuhan penyakit TB di Puskesmas Kecamatan Grogol
Petamburan
38
2 Pengumpulan data sekunder dari Puskesmas Grogol Petamburan
3 Melakukan kunjungan ke rumah-rumah sampel di daerah RT terpilih untuk
pengumpulan data primer dengan memakai kuesioner dan wawancara responden
4 Data-data yang telah dikumpulkan akan dilakukan pengolahan berupa proses
editing verifikasi dan koding Selanjutnya dimasukkan dan diolah dengan
menggunakan program computer yaitu program SPSS
5 Terhadap data yang telah diolah kemudian dilakukan analisis sesuai dengan cara
uji statistik menggunakanhelliphellip Data diinterpretasi secara deskriptif korelatif
antar variabel ndash variabel yang telah ditentukan dan disajikan dalam bentuk
tekstular dan tabular
6 Hasil dari penelitian akan disusun dalam bentuk pelaporan penelitian yang
selanjutnya akan di presentasikan di hadapan staf pengajar program pendidikan
Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida
Wacana (FK UKRIDA) dalam forum pendidikan Ilmu Kedokteran Komunitas
Fakultas Kedokteran UKRIDA
38 Manajemen Data
381 Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder yaitu
1 Data primer diperoleh dengan wawancara langsung kepada penderita TB paru
dan petugas kesehatan program penanggulangan TB Paru yang berpedoman pada
kuisioner penelitian yang telah ditetapkan dam melakukan cross check
2 Data sekunder diperoleh dari laporan pelaksanaan program penanggulangan TB
Paru di Puskesmas kartu pengobatan TBC (formulir TB 01) dan Formulir
Permohonan Laboratorium TBC Untik Pemeriksaan Dahak (formulir TB 05)
382 Pengolahan Data
39
Aspek pengukuran
Aspek pengukuran variable bebas
Karakteristik individu
Aspek pengukuran variable karakteristik individu dapat dilihat pada tabel 31
Table 31 Aspek Pengukuran Variabel Karakteristik Individu
Karakteristik
individu
Kategori Skala Bobot nilai
Umur a 15-24 tahun
b 25-49 tahun
c gt 50 tahun
rasio
Jenis kelamin a Laki-laki
b Perempuan
Tingkat
pendidikan
a Tidak tamat SD
b SD
c SLTP
d SLTA
e Sarjana S1
Pekerjaan a Bekerja
b Tidak bekerja
Pengetahuan a Baik
b Sedang
c Bururk
Efek samping
OAT
a Ada
b Tidan ada
Faktor pelayanan kesehatan
Pengukuran faktor pelanan kesehatan meliputi ketersediaan OAT yang
diukur adalah yang diukur dengan 2 pertanyaan sikap petugas kesehatan diukur
dengan 8 pertanyaan lokasi jarak diukur dengan 3 pertanyaan penyuluhan kesehatan
diukur dengan 6 pertanyaan dan kunjungan rumah diukur dengan 2 pertanyaan
40
berdasarkan jawaban yang diberikan responden selanjutnya dikelompokkan menjadi
tiga (3) yaitu
a Baik jika faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan
penilaian yang baik karena kebutuhan yang diinginkan debagian besarnya
terpenuhi (nilai gt32)
b Sedang bila faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan
penilaian yang kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan responden hanay
sebagian saja yang terpenuhi (nilainya 17-32)
c Buruk bila faktor pelayanan pelayanan kesehatan yang diterima responden
menimbulkan penilaian yang tidak baik karena kebutuhan yang diinginka
responden sebagian besar tidak dipenuhi (nilainya lt17)
Faktor Pengawas Menelan Obat (PMO)
Faktor Pengawas Menelan Obat diukur dengan 5 pertanyaan yang
selanjutnya dibedakan atas 3 kategori yaitu
a Baik bila semua tugas yang diterima responden terlaksana dengan baik yaitu
mengawasi memberikan dorongan mengingatkan dan memberikan penyuluhan
(nilainya gt11)
b Sedang bila tugas PMO yang diterima responden sebagian saja yang terpenuhi
(nilainya 6-11)
c Buruk bila tugas PMO yang diterima responden tidak terlaksana dengan baik
(nilainya lt 6)
Aspek Pengukuran Variabel Terikan
Kepatuhan Pengobatan TB Paru
41
Aspek Pengukuran Variabel ini menggunakan skala interval yang diukur berdasarkan
tiga (3) kategori yaitu
Patuh apabila responden selalu menelan obat sesuai ketentuan petugas kesehatan
yaitu setiap hari pada tahap awal tiga kali seminggu pada tahap lanjutan dan
mengambil obat serta memeriksakan dahak sesuai jadwal dan menaati nasihat dari
petugas kesehatan ( bobot 3 )
Kurang patuh jika responden kadang-kadang menelan obat sesuai ketentuan
petugas kesehatan atau responden tidak menelan obat 2-8 minggu selama tahap
pengobatan lanjutan dan tidak memerisakan dahak sesuai jadwal yang telah
ditetapkan dan tidak selalu menaati nasihat dari petugas kesehatan (bobot 2 )
Tidak patuh jika responden tidak menelan obat sesuai ketentuan petugas
kesehatan atau responden tidak menelan obat lebih dari 8 minggu selama tahap
pengobatan lanjutan dan tidak mengambil obat serta tidak memeriksakan dahak
sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan tidak menaati nasihat petugas kesehatan
(bobot 1)
383 Penyajian Data
384 Analisis Data
385 Interpretasi Data
386 Pelaporan Data
39 Definisi Operasional
1 Umur adalah usia responden saat penelitian berdasarkan ulang tahun terakhir yang
dibedakan atas 3 (tiga) kategori berdasarkna Badan Pusat Statistik Kota Medan
42
tahun 2008 yaitu 1) orang muda 25-24 tahun 2) dewasa 24-49 tahun 3) orang
tua gt 50 tahun
2 Jenis kelamin adalah suatu karakteristik responden yang dibedakan identitasnya
dari laki-laki dan perempuan
3 Pendidikan adalah jenjang pendidikannyang berhasil ditamatkan responden yang
dibedakan atas tidak tamat SD SD SLTP SLTA Akademi Sarjana
4 Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh responden sebagai
pendapatan utama yang dibedakan atas kerja dan tidak bekerja
5 Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai penyakit
TB paru
6 Efek samping OAT adalah gejala keluhan yang diderita responden akiba menelan
OAT selama pengobatan
7 Ketersdediaan OAT adalah pandangan responden terhadap kondisi OAT
diperoleh dari puskesmas meliputi kecukupan jumlah OAT dan dan kualitasnya
8 Sikap petugas kesehatan adalah penilaian responden terhadap reaksi petugas
kesehatan kepada responden selama mereka menjalanin pengobatan
9 Lokasi jarak adalah pandangan responden tentang lama perjalanan dari tempat
tinggal responden ke Puskesmas yang diukur dengan jarak sarana transportasi
10 Penyuluhan kesehatan adalah pandangan responden tentang kegiatan yang
dilakukan oleh petugas kesehatan sehubungan dengan pengobatan TB Paru untuk
mencapai suatu keadaan dimana pederita TB Paru dapat hidup lebih sehat
11 Kunjungan rumah adalah pandangan responden tentang kegiatan yang dilakukan
petugas kesehatan selama masa pengobatan ke rumah responden
12 Faktor peran Pengawas Minum Obat (PMO) adalah pandangan responden tentang
tugas yang dilakasanakan oleh seorang PMO meliputi penyuluhan
13 Kepatuhan berobat adalah ketaan responden dalam menelan obat mengambil
obat dan melakukan pemeriksaan dahak sesuai jadwal yang telah ditentukan dan
menaati segala nasehat dari petugas kesehatan
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
1) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta
2) Perkumpulan Pemberantasan TB Indonesia 2011 TB di Indonesia Peringkat Dunia
Jakarta Diakses melalui situs httpwwwpptiinfoindexphpcomponentcontentarticle46-
arsip-ppti141-tbc-di-indonesia-peringkat-5-dunia Diakses pada tanggal 23 Januari 2012
44
3) Depkes dan WHO 2008 Lembar Fakta Tuberkulosis Jakarta
4) Dirjen P2M amp PLP 1997 Pengawasan Menelan Obat (PMO) adalah DOTS ala Indonesia
Jakarta
5) Amirudin R 2006 Faktor Keberhasilan Konversi pada Penderita TB Paru di Puskesmas
Jongaya Tahun 2006 Laporan Penelitian FKM Unhas Makasar
6) Aditama Tjandra Y 1994 Tuberkulosis Paru Masalah dan Penanggulangnya UI Press
Jakarta
7) Aru W Bambang S Idrus A dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Tuberkulosis
Paru Edisi IV FKUI Jakarta 2006 998-1004
8) Depkes RI 2002 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta
9) Depkes RI 2006 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta
10) Subijakto Hubungan Pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Berobat
Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Proposal Skripsi Jakarta 2011 Diakses pada
tanggal 20 Januari 2012
11) Aditama Tjandra Y 2002 Tuberkulosis Diagnosis Terapi dan Masalahnya Yayasan IDI
Jakarta
12) Notoatmodjo Soekidjo 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Penerbit Rineka Cipta
Jakarta
13) Simamora Jojor 2004 Faktor yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Berobat Penderita TB
Paru di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2004 Tesis Pascasarjana USU Medan
14) Ester Monica 2000 Psikologi Kesehatan Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
15) Bart Smet 1994 Psikologi Kesehatan PT Grasindo Jakarta
16) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta
45
penyakit system pelayanan kesehatan makanan dan minimum serta lingkungan
Dari batasan ini perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 ( tiga)
kelompok yakni
1) Perilaku pemeliharaan kesehatan ( health maintenance)
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga
kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit Oleh
sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3(tiga) aspek yaitu
a Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit serta
pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit
b Perilaku peningkatan kesehatan apabila seseorang dalam keadaan sehat
c Perilaku gizi Makanan dan minimum dapat meningkatkan kesehatan
seseorang bahkan dapat mendatangkan penyakit Hal ini sangat tergantung
pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut
2) Perilaku pencarian pengobatan ( health behavior )
Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat
menderita penyakit dan atau kecelakaan Tindakan atau perilaku ini dimulai dari
mengobati sendiri ( self treatment) sampai mencari pengobatan keluar negeri
3) Perilaku kesehatan lingkungan
Adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan baik lingkungan fisik
maupun social budaya dan sebagainnya sehingga lingkungan tersebut tidak
mempengaruhi kesehatannya Dengan perkataan lain bagaimana seseorang
mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri
keluarga atau mesyarakatnya 12
24 Kepatuhan Berobat
Kepatuhan berasal dari kata ldquo patuh ldquo yang berarti taat suka menuruti
disiplin Kepatuhan menurut Trostle adalah tingkat perilaku penderita dalam
mengambil suatu tindakan pengobatan misalnya dalam menentukan kebiasaan
hidup sehat dan ketetapan berobat Dalam pengobatan seseorang dikatakan tidak
27
patuh apabila orang tersebut melalaikan kewajibannya berobat sehingga dapat
mengakibatkan terhalangnya kesembuhan 13
Menurut Sacket kepatuhan pasien adalah sejauh mana perilaku pasien
sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh professional kesehatan 14
Menurut Sarafino secara umum ketidaktaatan meningkatkan risiko
berkembangnya masalah kesehatan atau memperpanjang atau memperburuk
kesakitan yang sedang di derita Perkiraan yang ada menyatakan bahwa 20 jumlah
opname di rumah sakit merupakan akibat dari ketidaktaatan pasien terhadap aturan
pengobatan Faktor yang mempengaruhi kepatuhan seseorang dalam berobat yaitu
faktor petugas faktor obat dan faktor penderita Karakteristik petugas yang
mempengaruhi kepatuhan antara lain jenis petugas tingkat pengetahuan lamanya
bekerja frekuensi penyuluhan yang dilakukan Faktor obat yang mempengaruhi
kepatuhan adalah pengobatan yang sulit dilakukan tidak menunjukkan kea rah
penyembuhan waktu yang lama adanya efek samping obat Faktor penderita yang
menyebabkan ketidakpatuhan adalah umur jenis kelamin pekerjaan anggota
keluarga saudara atau teman khusus 15
25 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan
Faktor-faktor yang mempengaruhi katidakpatuhan dapat digolongkan
menjadi empat bagian yaitu
1 Pemahaman tentang Instruksi
Tak seorang pun mematuhi instruksi jika ia salah paham tentang instruksi yang
diberikan kepadanyaLey dan Spelman (Ester 2000 ) Menemukan bahwa lebih
dari 60 yang diwawancarai setelah bertemu dengan dokter salah mengerti
tentang instruksi yang diberikan pada mereka kadang-kadang hal ini disebabkan
oleh kegagalan professional kesehatan dalam memberikan informasi yang
lengkap penggunaan istilah-istilah medis dan mbanyak memberikan instruksi
yang harus diingat oleh pasien
28
Pendekatan praktis untuk meningkatkan kepatuhan pasien ditemukan oleh
Dinicola dan Dimatteo yaitu
a) Buat instruksi tertulis yang jelas dan mudah diinterpretasikan
b) Berikan informasi tentang pengobatan sebelum menjelaskan hal-hal lain
c) Jika seseorang diberikan suatu daftar tertulis tenang hal-hal yang harus
diingat maka aka nada efek ldquokeunggulanrdquoyaitu mereka brusaha mengingat
hal-hal yang pertama kali ditulis
d) Insruksi-instruksi harus ditulis dengan bahasa umum ( Non medis ) dan hal-
hal yang perlu ditekankan 14
2 Kualitas Interaksi
Kualitas interaksi antara profrsional kesehatan dan pasien merupakan bagian yang
penting dalam menentukan derajat kepatuhan Meningkatkan interaksi
professional kesehatan dengan pasien adalah suatu hal penting untuk memberikan
umpan balik pada pasien setelah memperoleh informasi tentang diagnosis Pasien
membutuhkan penjelasan tentang kondisinya saat ini apa penyebabnya dan apa
yang dapat mereka lakukan dengan kondisi seperti itu
3 Isolasi sosial dan keluarga
Keluarga dapat menjadi factor yang sangat berpengaruh dalam menentukan
keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga menentukan tentang
program pengobatan yang dapat mereka terima Keluarga juga member dukungan
dan membuat keputusan mengenai perawatan dari anggota keluarga yang sakit
4 Keyakinan Sikap Kepribadian
Ahli psikologis telah menyelidiki tentang hubungan antar pengukuran-
pengukuran kepribadian dan kepatuhan Mereka menemukan bahwa data
kepribadian secara benar dibedakan antar orang yang putih drngan orang yang
gagal Orang-orang yang tidak patuh adalah orang-orang yang lebih mengalami
depresi anxietas sangat memperhatikan kesehatannya memiliki kekuatan ego
29
yang lebih lemah dan kehidupan sosialnya lebih memusatkan perhatian pada
dirinya sendiri Blumenthal et al mengatakan bahwa ciri-ciri kepribadian yang
disebutkan diatas itu yang menyebabkan seseorang cenderung tidak patuh ( drop
out) dari program pengobatan 14
Menurut Schwart dan Griffin Faktor yang berhubungan dengan
ketidaktaan secara sejarah riset tentang ketaan pasien didasarkan atas pandangan
tradisional mengenai pasien sebagai penerima nasihat dokter yang pasif dan patuh
Pasien yang tidak taat dipandang sebagai orang yang lalai dan masalahnya dianggap
sebagai masalah control Riset berusah untuk mengidentifikasi kelompok-kelompok
pasien yang tidak patuh berdasarkan kelas sosioekonomi pendidikan umur dan
jenis kelamin Pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan sepanjang bawah
pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif seperti penggunaan buku-buku
dan kaset oleh pasien secara mandiri Usaha-usaha ini sedikit berhasil seorang dapat
menjadi tidak taat kalau situasinya memungkinkan Teori-teori yang lebih baru
menekannkan factor situasional dan pasien sebagai peserta yang aktif dalam proses
pengobatannya Perilaku ketaatan sering diartikan sebagai usaha pasien untuk
mengendalikan perilakunya bahkan jika hal tersebut bias menimbulkan resiko
mengenai kesehatannya 15
Macam-macam faktor yang berkaitan dengan ketidaktaatan disebutkan
a Ciri-ciri kesakitan dan cirri-ciri pengobatan
Menurut Dickson dkk perilaku ketaatan lebih rendah untuk penyakit kronis
(karena tidak ada akibat buruk yang segera dirasakan atau resiko yang jelas )
saran mengenai gaya hidup umum dan kebiasaan yang lama pengobatan yang
kompleks pengobatan dengan efek samping perilaku yang tidak pantas
Menurut Sarafino tingkat ketaaatan rata-rata minum obat utnuk menyenbuhkan
kesakitan akut dengan pengobatan jangka pendek adalah sekitar 78 Untuk
kesakita kronis dengan cara pengobatan jangaka panjang tingkat tersebut menurun
sampai 54
b Komunikasi antara Pasien dan Dokter
Berbagai aspek komunikasi antara pasien dan dokter mempengaruhi tingkat
ketidaktaan misalnya informasi dengan pengawasan yang kurang
30
ketidakpuasan terhadap aspek hubungan emosional dengan dokter ketidak
puasan terhadap pengobatan yang diberikan
c Variabel-variabel sosial
Hubungan antara dukungan sosial dengan ketaatan telah dipelajari Secara umum
orang-orang yang merasa mereka menerima penghiburan perhatian dan
pertolongan yang mereka butuhkan dari seseorang atau kelompok biasanya
cenderung lebih mudah mengikuti nasihat medis daripada pasien yang kurang
mendapat dukungan sosial Jelaslah bahwa keluarga memainkan peranan yang
sangat penting dalam pengelolaan medis misalnya penggunaan pengaruh
normative pada pasien yang mungkin mengakibatkan efek yang memudahkan
atau menghambat perilaku ketaatan
d Ciri-ciri Individual
Variabel-variabel demografis juga digunakan untuk meramalkan ketidaktaatan
sebagai contoh Di Amerika Serikat kaum wanita kaum kulit putih dan orang
tua cenderung mengikuti anjuran dokter 15
Dalam proses penyembuhan penderita TB Paru dapat diberikan obat anti-
TB (OAT) yang diminum secara teratur sampai selesai dengan pengawasan
yangketat Masa pemberian obat memang cukup lama yaitu 6-8 bulan secara terus
menerus sehingga dapat mencegah penularan kepada orang lain Oleh sebab itu para
penderita TB jika ingin sembuh harus minum obat secara teratur Tanpa adanya
keteraturan minum obat penyakit sulit disembuhkan Jika tidak teratur minum obat
penyakitnya sukar diobati kuman TB dalam tubuh akan berkembang semakin banyak
dan menyerang organ tubuh lain yang akan membutuhkan waktu lebih lama untuk
dapat sembuh
26 Pengawasan Menelan Obat (PMO) 9
Salah satu komponen DOTS adalah pengobatan paduan OAT jangka
pendek dengan pengawasan langsung Untuk menjamin keteraturan pengobatan
diperlukan seorang PMO
31
a Persyaratan PMO
bull Seseorang yang dikenal dipercaya dan disetujui baik oleh petugas kesehatan
maupun pasien selain itu harus disegani dan dihormati oleh pasien
bull Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien
bull Bersedia membantu pasien dengan sukarela
bull Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan pasien
b Siapa yang bisa menjadi PMO
Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan misalnya Bidan di Desa Perawat
Pekarya Sanitarian Juru Immunisasi dan lain lain Bila tidak ada petugas
kesehatan yang memungkinkan PMO dapat berasal dari kader kesehatan guru
anggota PPTI PKK atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga
c Tugas seorang PMO
bull Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai
pengobatan
bull Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur
bull Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah
ditentukan
bull Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai gejala-
gejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke Unit Pelayanan
Kesehatan
Tugas seorang PMO bukanlah untuk mengganti kewajiban pasien mengambil
obatdari unit pelayanan kesehatan
d Informasi penting yang perlu dipahami PMO untuk disampaikan kepada pasien dan
keluarganya
bull TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur
32
bull TB bukan penyakit keturunan atau kutukan
bull Cara penularan TB gejala-gejala yang mencurigakan dan cara pencegahannya
bull Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan)
bull Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur
bull Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera meminta
pertolongan ke UPK
27 Penanggulangan TB 16
Rencana Global Penanggulangan TB
Rencana Global 2006-2015 mencakup enam elemen utama dalam strategi baru Stop
TB ndashWHO yang terdiri dari
1 Memperluas dan meningkatkan ekspansi DOTS yang berkualitas meningkatkan
penemuan kasus dan kesembuhan melalui pendekatan yangterfokus pada penderita
agar pelayanan DOTS yang berkualitas dapat menjangkau seluruh penderita
khususnya kelompok masyarakat yang miskin dan rentan
2 Menghadapi tantangan TBHIV MDR-TB dan tantangan lainnya dengan cara
meningkatkan kolaborasi TBHIV DOTS-Plus dan pendekatan lainnya
3 Berkontribusi dalam memperkuat sistem kesehatan melalui kerjasama dengan
berbagai program dan pelayanan kesehatan lainnya misalnya dalam memobilisasi
sumber daya manusia dan finansial untuk implementasi dan mengevaluasi
hasilnyaserta pertukaran informasi dalam keberhasilan pencapaian dalam program
penanggulangan TB
33
4 Melibatkan seluruh penyedia pelayanan kesehatan pemerintah lembaga swadaya
masyarakat (LSM) dan swasta dengan cara memperluas pendekatan berbasis
public-private mix (PPM) dengan menggunakan ISTC
5 Melibatkan penderita TB dan masyarakat untuk memberikan kontribusi dalam
penyediaan pelayanan yang efektif Hal ini meliputi perluasan pelayanan TB di
masyarakat menciptakan kebutuhan masyarakat akan pelayanan TB advokasi
yang spesifik komunikasi dan mobilisasi sosial serta mendukung pengembangan
piagam pasien TB dalam masyarakat dan
6 Memberdayakan dan meningkatkan penelitian operasional
28 Kerangka Konsep
Variabel Independent Variabel dependent
Karakteristik Individu
1Umur
2Jenis kelamin
3Pendidikan
4Pekerjaan
5Pengetahuan
6Efek samping OAT
7Tingkat kepatuhan
penderita dalam
pengobatan
Kesembuhan
34
Penderita TB paru
Faktor Pelayanan
kesehatan
1 Ketersediaan OAT
2 Sikap petugas kesehatan
3 LokasiJarak
4 Penyuluhan kesehatan
5 Kunjungan rumah
Faktor Peran PMO
Gambar Kerangka Konsep Penelitian
Definisi Konsep
1 Karakteristik individu adalah hal-hal yang melekat dalam diri penderita TB paru yang
mempengaruhi tingkat kapetuhan dalam melaksanakan program pengobatan dengan
strategi DOTS yang membedakan seseorang dengan yang lainnya meliputi umur jenis
kelamin pendidikan pekerjaan pengetahuan efek samping OAT tingkat kepatuhan
penderita dalam pengobatan
2 Faktor pelayanan kesehatan adalah penilaian dari penderita TB paru terhadap upaya yang
diselenggarakan oleh unit pelayanan kesehatan untuk menangani penderita TB paru
meliputi Ketersediaan OATsikap petugas kesehatan lokasijarak penyuluhan
kesehatan dan kunjungan rumah
3 Faktor Peran PMO ( Pengawasan Menelan Obat ) adalah penilaian dari penderita TB paru
terhadap hal-hal yang menjadi tugas dari seseorang pengawas menelan obat yang
mempengaruhi tingkat kepatuhan penderita TB paru dalam melaksanakan pengobatan
meliputi penyuluhan member dorongan meningkatkan dan mengawasi
35
4 Kesembuhan adalah pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan
pemeriksaan ulang dahak (follow up) menunjukkan hasil BTA negatif
29 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konsep di atas maka hipotesis penelitian ini adalah
1) Ada pengaruh karakteristik individu terhadap kesembuhan penderita TB paru
dalam pengobatan
2) Ada pengaruh pelayanan kesehatan terhadap kesembuhan penderita TB paru
dalam pengobatan
3) Ada pengaruh PMO terhadap kesembuhan penderita TB paru dalam pengobatan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
31 Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional yang
bertujuan untuk menjelaskan pengaruh karakteristik individu faktor pelayanan
kesehatan dan faktor Pengawas Menelan Obat (PMO) terhadap kesembuhan
penderita TB Paru dalam melaksanakan pengobatan di Puskesmas Grogol Petamburan
tahun 2011
32 Tempat dan Waktu Penelitian
36
Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Grogol Petamburan pada bulan
Januari sampai Februari tahun 2012
33 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang
sedang menjalankan pengobatan TB di Puskesmas Grogol
Petamburan mulai bulan OktobeR
34 Keriteria Inklusi dan Eksklusi
341 Keriteria Inklusi
342 Keriteria Eksklusi
35 Sampel
351 Besar Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang
mengikuti pengobatan dengan strategi DOTS di Puskesmas yang pada saat penelitian
sedang menjalani pengobatan dan seluruh penderita TB yang telah mendapat
pengobatan selama 6 bulan atau sedang dalam tahap lanjutan
Keterangan
n1 = Jumlah sampel minimal
37
n2 = Jumlah sampel ditambah substitusi 10 (substitusi adalah persen responden
yang mungkin drop out)
Z = Tingkat batas kepercayaan dengan = 5
Didapat Z pada kurva normal = 196
p = Proporsi variabel yang diteliti yaitu besarnya presentasi 50 )
q = 1 - p
L = Derajat kesalahan yang masih dapat diterima adalah 10
Berdasarkan rumus di atas didapatkan angka sebagai berikut
( Z )2 p q ( 196 )2 0505
n1 = ----------------- = ------------------------------ = 9604
L2 ( 01 )2
n2 = n1 + ( 10 n1 )
= 9604 + ( 10 9604)
= 9604 + 9604
= 10564 Dibulatkan 106
352 Teknik Pengambilan Sampel
36 Identifikasi Variabel
1 Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kesembuhan tb paru
2 Variabel independen adalah umur jenis kelamin pendidikan pekerjaan
pengetahuan efek samping OAT dan tingkat kepahuhan dari penderita TB
Selain itu faktor dari pelayanan kesehatan dan PMO juga ikut berperan
37 Cara Kerja
1 Membuat proposal penelitian tentang hubungan antara tingkat kepatuhan minum
OAT dengan tingkat kesembuhan penyakit TB di Puskesmas Kecamatan Grogol
Petamburan
38
2 Pengumpulan data sekunder dari Puskesmas Grogol Petamburan
3 Melakukan kunjungan ke rumah-rumah sampel di daerah RT terpilih untuk
pengumpulan data primer dengan memakai kuesioner dan wawancara responden
4 Data-data yang telah dikumpulkan akan dilakukan pengolahan berupa proses
editing verifikasi dan koding Selanjutnya dimasukkan dan diolah dengan
menggunakan program computer yaitu program SPSS
5 Terhadap data yang telah diolah kemudian dilakukan analisis sesuai dengan cara
uji statistik menggunakanhelliphellip Data diinterpretasi secara deskriptif korelatif
antar variabel ndash variabel yang telah ditentukan dan disajikan dalam bentuk
tekstular dan tabular
6 Hasil dari penelitian akan disusun dalam bentuk pelaporan penelitian yang
selanjutnya akan di presentasikan di hadapan staf pengajar program pendidikan
Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida
Wacana (FK UKRIDA) dalam forum pendidikan Ilmu Kedokteran Komunitas
Fakultas Kedokteran UKRIDA
38 Manajemen Data
381 Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder yaitu
1 Data primer diperoleh dengan wawancara langsung kepada penderita TB paru
dan petugas kesehatan program penanggulangan TB Paru yang berpedoman pada
kuisioner penelitian yang telah ditetapkan dam melakukan cross check
2 Data sekunder diperoleh dari laporan pelaksanaan program penanggulangan TB
Paru di Puskesmas kartu pengobatan TBC (formulir TB 01) dan Formulir
Permohonan Laboratorium TBC Untik Pemeriksaan Dahak (formulir TB 05)
382 Pengolahan Data
39
Aspek pengukuran
Aspek pengukuran variable bebas
Karakteristik individu
Aspek pengukuran variable karakteristik individu dapat dilihat pada tabel 31
Table 31 Aspek Pengukuran Variabel Karakteristik Individu
Karakteristik
individu
Kategori Skala Bobot nilai
Umur a 15-24 tahun
b 25-49 tahun
c gt 50 tahun
rasio
Jenis kelamin a Laki-laki
b Perempuan
Tingkat
pendidikan
a Tidak tamat SD
b SD
c SLTP
d SLTA
e Sarjana S1
Pekerjaan a Bekerja
b Tidak bekerja
Pengetahuan a Baik
b Sedang
c Bururk
Efek samping
OAT
a Ada
b Tidan ada
Faktor pelayanan kesehatan
Pengukuran faktor pelanan kesehatan meliputi ketersediaan OAT yang
diukur adalah yang diukur dengan 2 pertanyaan sikap petugas kesehatan diukur
dengan 8 pertanyaan lokasi jarak diukur dengan 3 pertanyaan penyuluhan kesehatan
diukur dengan 6 pertanyaan dan kunjungan rumah diukur dengan 2 pertanyaan
40
berdasarkan jawaban yang diberikan responden selanjutnya dikelompokkan menjadi
tiga (3) yaitu
a Baik jika faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan
penilaian yang baik karena kebutuhan yang diinginkan debagian besarnya
terpenuhi (nilai gt32)
b Sedang bila faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan
penilaian yang kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan responden hanay
sebagian saja yang terpenuhi (nilainya 17-32)
c Buruk bila faktor pelayanan pelayanan kesehatan yang diterima responden
menimbulkan penilaian yang tidak baik karena kebutuhan yang diinginka
responden sebagian besar tidak dipenuhi (nilainya lt17)
Faktor Pengawas Menelan Obat (PMO)
Faktor Pengawas Menelan Obat diukur dengan 5 pertanyaan yang
selanjutnya dibedakan atas 3 kategori yaitu
a Baik bila semua tugas yang diterima responden terlaksana dengan baik yaitu
mengawasi memberikan dorongan mengingatkan dan memberikan penyuluhan
(nilainya gt11)
b Sedang bila tugas PMO yang diterima responden sebagian saja yang terpenuhi
(nilainya 6-11)
c Buruk bila tugas PMO yang diterima responden tidak terlaksana dengan baik
(nilainya lt 6)
Aspek Pengukuran Variabel Terikan
Kepatuhan Pengobatan TB Paru
41
Aspek Pengukuran Variabel ini menggunakan skala interval yang diukur berdasarkan
tiga (3) kategori yaitu
Patuh apabila responden selalu menelan obat sesuai ketentuan petugas kesehatan
yaitu setiap hari pada tahap awal tiga kali seminggu pada tahap lanjutan dan
mengambil obat serta memeriksakan dahak sesuai jadwal dan menaati nasihat dari
petugas kesehatan ( bobot 3 )
Kurang patuh jika responden kadang-kadang menelan obat sesuai ketentuan
petugas kesehatan atau responden tidak menelan obat 2-8 minggu selama tahap
pengobatan lanjutan dan tidak memerisakan dahak sesuai jadwal yang telah
ditetapkan dan tidak selalu menaati nasihat dari petugas kesehatan (bobot 2 )
Tidak patuh jika responden tidak menelan obat sesuai ketentuan petugas
kesehatan atau responden tidak menelan obat lebih dari 8 minggu selama tahap
pengobatan lanjutan dan tidak mengambil obat serta tidak memeriksakan dahak
sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan tidak menaati nasihat petugas kesehatan
(bobot 1)
383 Penyajian Data
384 Analisis Data
385 Interpretasi Data
386 Pelaporan Data
39 Definisi Operasional
1 Umur adalah usia responden saat penelitian berdasarkan ulang tahun terakhir yang
dibedakan atas 3 (tiga) kategori berdasarkna Badan Pusat Statistik Kota Medan
42
tahun 2008 yaitu 1) orang muda 25-24 tahun 2) dewasa 24-49 tahun 3) orang
tua gt 50 tahun
2 Jenis kelamin adalah suatu karakteristik responden yang dibedakan identitasnya
dari laki-laki dan perempuan
3 Pendidikan adalah jenjang pendidikannyang berhasil ditamatkan responden yang
dibedakan atas tidak tamat SD SD SLTP SLTA Akademi Sarjana
4 Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh responden sebagai
pendapatan utama yang dibedakan atas kerja dan tidak bekerja
5 Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai penyakit
TB paru
6 Efek samping OAT adalah gejala keluhan yang diderita responden akiba menelan
OAT selama pengobatan
7 Ketersdediaan OAT adalah pandangan responden terhadap kondisi OAT
diperoleh dari puskesmas meliputi kecukupan jumlah OAT dan dan kualitasnya
8 Sikap petugas kesehatan adalah penilaian responden terhadap reaksi petugas
kesehatan kepada responden selama mereka menjalanin pengobatan
9 Lokasi jarak adalah pandangan responden tentang lama perjalanan dari tempat
tinggal responden ke Puskesmas yang diukur dengan jarak sarana transportasi
10 Penyuluhan kesehatan adalah pandangan responden tentang kegiatan yang
dilakukan oleh petugas kesehatan sehubungan dengan pengobatan TB Paru untuk
mencapai suatu keadaan dimana pederita TB Paru dapat hidup lebih sehat
11 Kunjungan rumah adalah pandangan responden tentang kegiatan yang dilakukan
petugas kesehatan selama masa pengobatan ke rumah responden
12 Faktor peran Pengawas Minum Obat (PMO) adalah pandangan responden tentang
tugas yang dilakasanakan oleh seorang PMO meliputi penyuluhan
13 Kepatuhan berobat adalah ketaan responden dalam menelan obat mengambil
obat dan melakukan pemeriksaan dahak sesuai jadwal yang telah ditentukan dan
menaati segala nasehat dari petugas kesehatan
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
1) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta
2) Perkumpulan Pemberantasan TB Indonesia 2011 TB di Indonesia Peringkat Dunia
Jakarta Diakses melalui situs httpwwwpptiinfoindexphpcomponentcontentarticle46-
arsip-ppti141-tbc-di-indonesia-peringkat-5-dunia Diakses pada tanggal 23 Januari 2012
44
3) Depkes dan WHO 2008 Lembar Fakta Tuberkulosis Jakarta
4) Dirjen P2M amp PLP 1997 Pengawasan Menelan Obat (PMO) adalah DOTS ala Indonesia
Jakarta
5) Amirudin R 2006 Faktor Keberhasilan Konversi pada Penderita TB Paru di Puskesmas
Jongaya Tahun 2006 Laporan Penelitian FKM Unhas Makasar
6) Aditama Tjandra Y 1994 Tuberkulosis Paru Masalah dan Penanggulangnya UI Press
Jakarta
7) Aru W Bambang S Idrus A dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Tuberkulosis
Paru Edisi IV FKUI Jakarta 2006 998-1004
8) Depkes RI 2002 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta
9) Depkes RI 2006 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta
10) Subijakto Hubungan Pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Berobat
Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Proposal Skripsi Jakarta 2011 Diakses pada
tanggal 20 Januari 2012
11) Aditama Tjandra Y 2002 Tuberkulosis Diagnosis Terapi dan Masalahnya Yayasan IDI
Jakarta
12) Notoatmodjo Soekidjo 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Penerbit Rineka Cipta
Jakarta
13) Simamora Jojor 2004 Faktor yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Berobat Penderita TB
Paru di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2004 Tesis Pascasarjana USU Medan
14) Ester Monica 2000 Psikologi Kesehatan Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
15) Bart Smet 1994 Psikologi Kesehatan PT Grasindo Jakarta
16) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta
45
patuh apabila orang tersebut melalaikan kewajibannya berobat sehingga dapat
mengakibatkan terhalangnya kesembuhan 13
Menurut Sacket kepatuhan pasien adalah sejauh mana perilaku pasien
sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh professional kesehatan 14
Menurut Sarafino secara umum ketidaktaatan meningkatkan risiko
berkembangnya masalah kesehatan atau memperpanjang atau memperburuk
kesakitan yang sedang di derita Perkiraan yang ada menyatakan bahwa 20 jumlah
opname di rumah sakit merupakan akibat dari ketidaktaatan pasien terhadap aturan
pengobatan Faktor yang mempengaruhi kepatuhan seseorang dalam berobat yaitu
faktor petugas faktor obat dan faktor penderita Karakteristik petugas yang
mempengaruhi kepatuhan antara lain jenis petugas tingkat pengetahuan lamanya
bekerja frekuensi penyuluhan yang dilakukan Faktor obat yang mempengaruhi
kepatuhan adalah pengobatan yang sulit dilakukan tidak menunjukkan kea rah
penyembuhan waktu yang lama adanya efek samping obat Faktor penderita yang
menyebabkan ketidakpatuhan adalah umur jenis kelamin pekerjaan anggota
keluarga saudara atau teman khusus 15
25 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan
Faktor-faktor yang mempengaruhi katidakpatuhan dapat digolongkan
menjadi empat bagian yaitu
1 Pemahaman tentang Instruksi
Tak seorang pun mematuhi instruksi jika ia salah paham tentang instruksi yang
diberikan kepadanyaLey dan Spelman (Ester 2000 ) Menemukan bahwa lebih
dari 60 yang diwawancarai setelah bertemu dengan dokter salah mengerti
tentang instruksi yang diberikan pada mereka kadang-kadang hal ini disebabkan
oleh kegagalan professional kesehatan dalam memberikan informasi yang
lengkap penggunaan istilah-istilah medis dan mbanyak memberikan instruksi
yang harus diingat oleh pasien
28
Pendekatan praktis untuk meningkatkan kepatuhan pasien ditemukan oleh
Dinicola dan Dimatteo yaitu
a) Buat instruksi tertulis yang jelas dan mudah diinterpretasikan
b) Berikan informasi tentang pengobatan sebelum menjelaskan hal-hal lain
c) Jika seseorang diberikan suatu daftar tertulis tenang hal-hal yang harus
diingat maka aka nada efek ldquokeunggulanrdquoyaitu mereka brusaha mengingat
hal-hal yang pertama kali ditulis
d) Insruksi-instruksi harus ditulis dengan bahasa umum ( Non medis ) dan hal-
hal yang perlu ditekankan 14
2 Kualitas Interaksi
Kualitas interaksi antara profrsional kesehatan dan pasien merupakan bagian yang
penting dalam menentukan derajat kepatuhan Meningkatkan interaksi
professional kesehatan dengan pasien adalah suatu hal penting untuk memberikan
umpan balik pada pasien setelah memperoleh informasi tentang diagnosis Pasien
membutuhkan penjelasan tentang kondisinya saat ini apa penyebabnya dan apa
yang dapat mereka lakukan dengan kondisi seperti itu
3 Isolasi sosial dan keluarga
Keluarga dapat menjadi factor yang sangat berpengaruh dalam menentukan
keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga menentukan tentang
program pengobatan yang dapat mereka terima Keluarga juga member dukungan
dan membuat keputusan mengenai perawatan dari anggota keluarga yang sakit
4 Keyakinan Sikap Kepribadian
Ahli psikologis telah menyelidiki tentang hubungan antar pengukuran-
pengukuran kepribadian dan kepatuhan Mereka menemukan bahwa data
kepribadian secara benar dibedakan antar orang yang putih drngan orang yang
gagal Orang-orang yang tidak patuh adalah orang-orang yang lebih mengalami
depresi anxietas sangat memperhatikan kesehatannya memiliki kekuatan ego
29
yang lebih lemah dan kehidupan sosialnya lebih memusatkan perhatian pada
dirinya sendiri Blumenthal et al mengatakan bahwa ciri-ciri kepribadian yang
disebutkan diatas itu yang menyebabkan seseorang cenderung tidak patuh ( drop
out) dari program pengobatan 14
Menurut Schwart dan Griffin Faktor yang berhubungan dengan
ketidaktaan secara sejarah riset tentang ketaan pasien didasarkan atas pandangan
tradisional mengenai pasien sebagai penerima nasihat dokter yang pasif dan patuh
Pasien yang tidak taat dipandang sebagai orang yang lalai dan masalahnya dianggap
sebagai masalah control Riset berusah untuk mengidentifikasi kelompok-kelompok
pasien yang tidak patuh berdasarkan kelas sosioekonomi pendidikan umur dan
jenis kelamin Pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan sepanjang bawah
pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif seperti penggunaan buku-buku
dan kaset oleh pasien secara mandiri Usaha-usaha ini sedikit berhasil seorang dapat
menjadi tidak taat kalau situasinya memungkinkan Teori-teori yang lebih baru
menekannkan factor situasional dan pasien sebagai peserta yang aktif dalam proses
pengobatannya Perilaku ketaatan sering diartikan sebagai usaha pasien untuk
mengendalikan perilakunya bahkan jika hal tersebut bias menimbulkan resiko
mengenai kesehatannya 15
Macam-macam faktor yang berkaitan dengan ketidaktaatan disebutkan
a Ciri-ciri kesakitan dan cirri-ciri pengobatan
Menurut Dickson dkk perilaku ketaatan lebih rendah untuk penyakit kronis
(karena tidak ada akibat buruk yang segera dirasakan atau resiko yang jelas )
saran mengenai gaya hidup umum dan kebiasaan yang lama pengobatan yang
kompleks pengobatan dengan efek samping perilaku yang tidak pantas
Menurut Sarafino tingkat ketaaatan rata-rata minum obat utnuk menyenbuhkan
kesakitan akut dengan pengobatan jangka pendek adalah sekitar 78 Untuk
kesakita kronis dengan cara pengobatan jangaka panjang tingkat tersebut menurun
sampai 54
b Komunikasi antara Pasien dan Dokter
Berbagai aspek komunikasi antara pasien dan dokter mempengaruhi tingkat
ketidaktaan misalnya informasi dengan pengawasan yang kurang
30
ketidakpuasan terhadap aspek hubungan emosional dengan dokter ketidak
puasan terhadap pengobatan yang diberikan
c Variabel-variabel sosial
Hubungan antara dukungan sosial dengan ketaatan telah dipelajari Secara umum
orang-orang yang merasa mereka menerima penghiburan perhatian dan
pertolongan yang mereka butuhkan dari seseorang atau kelompok biasanya
cenderung lebih mudah mengikuti nasihat medis daripada pasien yang kurang
mendapat dukungan sosial Jelaslah bahwa keluarga memainkan peranan yang
sangat penting dalam pengelolaan medis misalnya penggunaan pengaruh
normative pada pasien yang mungkin mengakibatkan efek yang memudahkan
atau menghambat perilaku ketaatan
d Ciri-ciri Individual
Variabel-variabel demografis juga digunakan untuk meramalkan ketidaktaatan
sebagai contoh Di Amerika Serikat kaum wanita kaum kulit putih dan orang
tua cenderung mengikuti anjuran dokter 15
Dalam proses penyembuhan penderita TB Paru dapat diberikan obat anti-
TB (OAT) yang diminum secara teratur sampai selesai dengan pengawasan
yangketat Masa pemberian obat memang cukup lama yaitu 6-8 bulan secara terus
menerus sehingga dapat mencegah penularan kepada orang lain Oleh sebab itu para
penderita TB jika ingin sembuh harus minum obat secara teratur Tanpa adanya
keteraturan minum obat penyakit sulit disembuhkan Jika tidak teratur minum obat
penyakitnya sukar diobati kuman TB dalam tubuh akan berkembang semakin banyak
dan menyerang organ tubuh lain yang akan membutuhkan waktu lebih lama untuk
dapat sembuh
26 Pengawasan Menelan Obat (PMO) 9
Salah satu komponen DOTS adalah pengobatan paduan OAT jangka
pendek dengan pengawasan langsung Untuk menjamin keteraturan pengobatan
diperlukan seorang PMO
31
a Persyaratan PMO
bull Seseorang yang dikenal dipercaya dan disetujui baik oleh petugas kesehatan
maupun pasien selain itu harus disegani dan dihormati oleh pasien
bull Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien
bull Bersedia membantu pasien dengan sukarela
bull Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan pasien
b Siapa yang bisa menjadi PMO
Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan misalnya Bidan di Desa Perawat
Pekarya Sanitarian Juru Immunisasi dan lain lain Bila tidak ada petugas
kesehatan yang memungkinkan PMO dapat berasal dari kader kesehatan guru
anggota PPTI PKK atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga
c Tugas seorang PMO
bull Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai
pengobatan
bull Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur
bull Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah
ditentukan
bull Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai gejala-
gejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke Unit Pelayanan
Kesehatan
Tugas seorang PMO bukanlah untuk mengganti kewajiban pasien mengambil
obatdari unit pelayanan kesehatan
d Informasi penting yang perlu dipahami PMO untuk disampaikan kepada pasien dan
keluarganya
bull TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur
32
bull TB bukan penyakit keturunan atau kutukan
bull Cara penularan TB gejala-gejala yang mencurigakan dan cara pencegahannya
bull Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan)
bull Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur
bull Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera meminta
pertolongan ke UPK
27 Penanggulangan TB 16
Rencana Global Penanggulangan TB
Rencana Global 2006-2015 mencakup enam elemen utama dalam strategi baru Stop
TB ndashWHO yang terdiri dari
1 Memperluas dan meningkatkan ekspansi DOTS yang berkualitas meningkatkan
penemuan kasus dan kesembuhan melalui pendekatan yangterfokus pada penderita
agar pelayanan DOTS yang berkualitas dapat menjangkau seluruh penderita
khususnya kelompok masyarakat yang miskin dan rentan
2 Menghadapi tantangan TBHIV MDR-TB dan tantangan lainnya dengan cara
meningkatkan kolaborasi TBHIV DOTS-Plus dan pendekatan lainnya
3 Berkontribusi dalam memperkuat sistem kesehatan melalui kerjasama dengan
berbagai program dan pelayanan kesehatan lainnya misalnya dalam memobilisasi
sumber daya manusia dan finansial untuk implementasi dan mengevaluasi
hasilnyaserta pertukaran informasi dalam keberhasilan pencapaian dalam program
penanggulangan TB
33
4 Melibatkan seluruh penyedia pelayanan kesehatan pemerintah lembaga swadaya
masyarakat (LSM) dan swasta dengan cara memperluas pendekatan berbasis
public-private mix (PPM) dengan menggunakan ISTC
5 Melibatkan penderita TB dan masyarakat untuk memberikan kontribusi dalam
penyediaan pelayanan yang efektif Hal ini meliputi perluasan pelayanan TB di
masyarakat menciptakan kebutuhan masyarakat akan pelayanan TB advokasi
yang spesifik komunikasi dan mobilisasi sosial serta mendukung pengembangan
piagam pasien TB dalam masyarakat dan
6 Memberdayakan dan meningkatkan penelitian operasional
28 Kerangka Konsep
Variabel Independent Variabel dependent
Karakteristik Individu
1Umur
2Jenis kelamin
3Pendidikan
4Pekerjaan
5Pengetahuan
6Efek samping OAT
7Tingkat kepatuhan
penderita dalam
pengobatan
Kesembuhan
34
Penderita TB paru
Faktor Pelayanan
kesehatan
1 Ketersediaan OAT
2 Sikap petugas kesehatan
3 LokasiJarak
4 Penyuluhan kesehatan
5 Kunjungan rumah
Faktor Peran PMO
Gambar Kerangka Konsep Penelitian
Definisi Konsep
1 Karakteristik individu adalah hal-hal yang melekat dalam diri penderita TB paru yang
mempengaruhi tingkat kapetuhan dalam melaksanakan program pengobatan dengan
strategi DOTS yang membedakan seseorang dengan yang lainnya meliputi umur jenis
kelamin pendidikan pekerjaan pengetahuan efek samping OAT tingkat kepatuhan
penderita dalam pengobatan
2 Faktor pelayanan kesehatan adalah penilaian dari penderita TB paru terhadap upaya yang
diselenggarakan oleh unit pelayanan kesehatan untuk menangani penderita TB paru
meliputi Ketersediaan OATsikap petugas kesehatan lokasijarak penyuluhan
kesehatan dan kunjungan rumah
3 Faktor Peran PMO ( Pengawasan Menelan Obat ) adalah penilaian dari penderita TB paru
terhadap hal-hal yang menjadi tugas dari seseorang pengawas menelan obat yang
mempengaruhi tingkat kepatuhan penderita TB paru dalam melaksanakan pengobatan
meliputi penyuluhan member dorongan meningkatkan dan mengawasi
35
4 Kesembuhan adalah pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan
pemeriksaan ulang dahak (follow up) menunjukkan hasil BTA negatif
29 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konsep di atas maka hipotesis penelitian ini adalah
1) Ada pengaruh karakteristik individu terhadap kesembuhan penderita TB paru
dalam pengobatan
2) Ada pengaruh pelayanan kesehatan terhadap kesembuhan penderita TB paru
dalam pengobatan
3) Ada pengaruh PMO terhadap kesembuhan penderita TB paru dalam pengobatan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
31 Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional yang
bertujuan untuk menjelaskan pengaruh karakteristik individu faktor pelayanan
kesehatan dan faktor Pengawas Menelan Obat (PMO) terhadap kesembuhan
penderita TB Paru dalam melaksanakan pengobatan di Puskesmas Grogol Petamburan
tahun 2011
32 Tempat dan Waktu Penelitian
36
Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Grogol Petamburan pada bulan
Januari sampai Februari tahun 2012
33 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang
sedang menjalankan pengobatan TB di Puskesmas Grogol
Petamburan mulai bulan OktobeR
34 Keriteria Inklusi dan Eksklusi
341 Keriteria Inklusi
342 Keriteria Eksklusi
35 Sampel
351 Besar Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang
mengikuti pengobatan dengan strategi DOTS di Puskesmas yang pada saat penelitian
sedang menjalani pengobatan dan seluruh penderita TB yang telah mendapat
pengobatan selama 6 bulan atau sedang dalam tahap lanjutan
Keterangan
n1 = Jumlah sampel minimal
37
n2 = Jumlah sampel ditambah substitusi 10 (substitusi adalah persen responden
yang mungkin drop out)
Z = Tingkat batas kepercayaan dengan = 5
Didapat Z pada kurva normal = 196
p = Proporsi variabel yang diteliti yaitu besarnya presentasi 50 )
q = 1 - p
L = Derajat kesalahan yang masih dapat diterima adalah 10
Berdasarkan rumus di atas didapatkan angka sebagai berikut
( Z )2 p q ( 196 )2 0505
n1 = ----------------- = ------------------------------ = 9604
L2 ( 01 )2
n2 = n1 + ( 10 n1 )
= 9604 + ( 10 9604)
= 9604 + 9604
= 10564 Dibulatkan 106
352 Teknik Pengambilan Sampel
36 Identifikasi Variabel
1 Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kesembuhan tb paru
2 Variabel independen adalah umur jenis kelamin pendidikan pekerjaan
pengetahuan efek samping OAT dan tingkat kepahuhan dari penderita TB
Selain itu faktor dari pelayanan kesehatan dan PMO juga ikut berperan
37 Cara Kerja
1 Membuat proposal penelitian tentang hubungan antara tingkat kepatuhan minum
OAT dengan tingkat kesembuhan penyakit TB di Puskesmas Kecamatan Grogol
Petamburan
38
2 Pengumpulan data sekunder dari Puskesmas Grogol Petamburan
3 Melakukan kunjungan ke rumah-rumah sampel di daerah RT terpilih untuk
pengumpulan data primer dengan memakai kuesioner dan wawancara responden
4 Data-data yang telah dikumpulkan akan dilakukan pengolahan berupa proses
editing verifikasi dan koding Selanjutnya dimasukkan dan diolah dengan
menggunakan program computer yaitu program SPSS
5 Terhadap data yang telah diolah kemudian dilakukan analisis sesuai dengan cara
uji statistik menggunakanhelliphellip Data diinterpretasi secara deskriptif korelatif
antar variabel ndash variabel yang telah ditentukan dan disajikan dalam bentuk
tekstular dan tabular
6 Hasil dari penelitian akan disusun dalam bentuk pelaporan penelitian yang
selanjutnya akan di presentasikan di hadapan staf pengajar program pendidikan
Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida
Wacana (FK UKRIDA) dalam forum pendidikan Ilmu Kedokteran Komunitas
Fakultas Kedokteran UKRIDA
38 Manajemen Data
381 Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder yaitu
1 Data primer diperoleh dengan wawancara langsung kepada penderita TB paru
dan petugas kesehatan program penanggulangan TB Paru yang berpedoman pada
kuisioner penelitian yang telah ditetapkan dam melakukan cross check
2 Data sekunder diperoleh dari laporan pelaksanaan program penanggulangan TB
Paru di Puskesmas kartu pengobatan TBC (formulir TB 01) dan Formulir
Permohonan Laboratorium TBC Untik Pemeriksaan Dahak (formulir TB 05)
382 Pengolahan Data
39
Aspek pengukuran
Aspek pengukuran variable bebas
Karakteristik individu
Aspek pengukuran variable karakteristik individu dapat dilihat pada tabel 31
Table 31 Aspek Pengukuran Variabel Karakteristik Individu
Karakteristik
individu
Kategori Skala Bobot nilai
Umur a 15-24 tahun
b 25-49 tahun
c gt 50 tahun
rasio
Jenis kelamin a Laki-laki
b Perempuan
Tingkat
pendidikan
a Tidak tamat SD
b SD
c SLTP
d SLTA
e Sarjana S1
Pekerjaan a Bekerja
b Tidak bekerja
Pengetahuan a Baik
b Sedang
c Bururk
Efek samping
OAT
a Ada
b Tidan ada
Faktor pelayanan kesehatan
Pengukuran faktor pelanan kesehatan meliputi ketersediaan OAT yang
diukur adalah yang diukur dengan 2 pertanyaan sikap petugas kesehatan diukur
dengan 8 pertanyaan lokasi jarak diukur dengan 3 pertanyaan penyuluhan kesehatan
diukur dengan 6 pertanyaan dan kunjungan rumah diukur dengan 2 pertanyaan
40
berdasarkan jawaban yang diberikan responden selanjutnya dikelompokkan menjadi
tiga (3) yaitu
a Baik jika faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan
penilaian yang baik karena kebutuhan yang diinginkan debagian besarnya
terpenuhi (nilai gt32)
b Sedang bila faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan
penilaian yang kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan responden hanay
sebagian saja yang terpenuhi (nilainya 17-32)
c Buruk bila faktor pelayanan pelayanan kesehatan yang diterima responden
menimbulkan penilaian yang tidak baik karena kebutuhan yang diinginka
responden sebagian besar tidak dipenuhi (nilainya lt17)
Faktor Pengawas Menelan Obat (PMO)
Faktor Pengawas Menelan Obat diukur dengan 5 pertanyaan yang
selanjutnya dibedakan atas 3 kategori yaitu
a Baik bila semua tugas yang diterima responden terlaksana dengan baik yaitu
mengawasi memberikan dorongan mengingatkan dan memberikan penyuluhan
(nilainya gt11)
b Sedang bila tugas PMO yang diterima responden sebagian saja yang terpenuhi
(nilainya 6-11)
c Buruk bila tugas PMO yang diterima responden tidak terlaksana dengan baik
(nilainya lt 6)
Aspek Pengukuran Variabel Terikan
Kepatuhan Pengobatan TB Paru
41
Aspek Pengukuran Variabel ini menggunakan skala interval yang diukur berdasarkan
tiga (3) kategori yaitu
Patuh apabila responden selalu menelan obat sesuai ketentuan petugas kesehatan
yaitu setiap hari pada tahap awal tiga kali seminggu pada tahap lanjutan dan
mengambil obat serta memeriksakan dahak sesuai jadwal dan menaati nasihat dari
petugas kesehatan ( bobot 3 )
Kurang patuh jika responden kadang-kadang menelan obat sesuai ketentuan
petugas kesehatan atau responden tidak menelan obat 2-8 minggu selama tahap
pengobatan lanjutan dan tidak memerisakan dahak sesuai jadwal yang telah
ditetapkan dan tidak selalu menaati nasihat dari petugas kesehatan (bobot 2 )
Tidak patuh jika responden tidak menelan obat sesuai ketentuan petugas
kesehatan atau responden tidak menelan obat lebih dari 8 minggu selama tahap
pengobatan lanjutan dan tidak mengambil obat serta tidak memeriksakan dahak
sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan tidak menaati nasihat petugas kesehatan
(bobot 1)
383 Penyajian Data
384 Analisis Data
385 Interpretasi Data
386 Pelaporan Data
39 Definisi Operasional
1 Umur adalah usia responden saat penelitian berdasarkan ulang tahun terakhir yang
dibedakan atas 3 (tiga) kategori berdasarkna Badan Pusat Statistik Kota Medan
42
tahun 2008 yaitu 1) orang muda 25-24 tahun 2) dewasa 24-49 tahun 3) orang
tua gt 50 tahun
2 Jenis kelamin adalah suatu karakteristik responden yang dibedakan identitasnya
dari laki-laki dan perempuan
3 Pendidikan adalah jenjang pendidikannyang berhasil ditamatkan responden yang
dibedakan atas tidak tamat SD SD SLTP SLTA Akademi Sarjana
4 Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh responden sebagai
pendapatan utama yang dibedakan atas kerja dan tidak bekerja
5 Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai penyakit
TB paru
6 Efek samping OAT adalah gejala keluhan yang diderita responden akiba menelan
OAT selama pengobatan
7 Ketersdediaan OAT adalah pandangan responden terhadap kondisi OAT
diperoleh dari puskesmas meliputi kecukupan jumlah OAT dan dan kualitasnya
8 Sikap petugas kesehatan adalah penilaian responden terhadap reaksi petugas
kesehatan kepada responden selama mereka menjalanin pengobatan
9 Lokasi jarak adalah pandangan responden tentang lama perjalanan dari tempat
tinggal responden ke Puskesmas yang diukur dengan jarak sarana transportasi
10 Penyuluhan kesehatan adalah pandangan responden tentang kegiatan yang
dilakukan oleh petugas kesehatan sehubungan dengan pengobatan TB Paru untuk
mencapai suatu keadaan dimana pederita TB Paru dapat hidup lebih sehat
11 Kunjungan rumah adalah pandangan responden tentang kegiatan yang dilakukan
petugas kesehatan selama masa pengobatan ke rumah responden
12 Faktor peran Pengawas Minum Obat (PMO) adalah pandangan responden tentang
tugas yang dilakasanakan oleh seorang PMO meliputi penyuluhan
13 Kepatuhan berobat adalah ketaan responden dalam menelan obat mengambil
obat dan melakukan pemeriksaan dahak sesuai jadwal yang telah ditentukan dan
menaati segala nasehat dari petugas kesehatan
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
1) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta
2) Perkumpulan Pemberantasan TB Indonesia 2011 TB di Indonesia Peringkat Dunia
Jakarta Diakses melalui situs httpwwwpptiinfoindexphpcomponentcontentarticle46-
arsip-ppti141-tbc-di-indonesia-peringkat-5-dunia Diakses pada tanggal 23 Januari 2012
44
3) Depkes dan WHO 2008 Lembar Fakta Tuberkulosis Jakarta
4) Dirjen P2M amp PLP 1997 Pengawasan Menelan Obat (PMO) adalah DOTS ala Indonesia
Jakarta
5) Amirudin R 2006 Faktor Keberhasilan Konversi pada Penderita TB Paru di Puskesmas
Jongaya Tahun 2006 Laporan Penelitian FKM Unhas Makasar
6) Aditama Tjandra Y 1994 Tuberkulosis Paru Masalah dan Penanggulangnya UI Press
Jakarta
7) Aru W Bambang S Idrus A dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Tuberkulosis
Paru Edisi IV FKUI Jakarta 2006 998-1004
8) Depkes RI 2002 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta
9) Depkes RI 2006 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta
10) Subijakto Hubungan Pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Berobat
Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Proposal Skripsi Jakarta 2011 Diakses pada
tanggal 20 Januari 2012
11) Aditama Tjandra Y 2002 Tuberkulosis Diagnosis Terapi dan Masalahnya Yayasan IDI
Jakarta
12) Notoatmodjo Soekidjo 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Penerbit Rineka Cipta
Jakarta
13) Simamora Jojor 2004 Faktor yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Berobat Penderita TB
Paru di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2004 Tesis Pascasarjana USU Medan
14) Ester Monica 2000 Psikologi Kesehatan Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
15) Bart Smet 1994 Psikologi Kesehatan PT Grasindo Jakarta
16) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta
45
Pendekatan praktis untuk meningkatkan kepatuhan pasien ditemukan oleh
Dinicola dan Dimatteo yaitu
a) Buat instruksi tertulis yang jelas dan mudah diinterpretasikan
b) Berikan informasi tentang pengobatan sebelum menjelaskan hal-hal lain
c) Jika seseorang diberikan suatu daftar tertulis tenang hal-hal yang harus
diingat maka aka nada efek ldquokeunggulanrdquoyaitu mereka brusaha mengingat
hal-hal yang pertama kali ditulis
d) Insruksi-instruksi harus ditulis dengan bahasa umum ( Non medis ) dan hal-
hal yang perlu ditekankan 14
2 Kualitas Interaksi
Kualitas interaksi antara profrsional kesehatan dan pasien merupakan bagian yang
penting dalam menentukan derajat kepatuhan Meningkatkan interaksi
professional kesehatan dengan pasien adalah suatu hal penting untuk memberikan
umpan balik pada pasien setelah memperoleh informasi tentang diagnosis Pasien
membutuhkan penjelasan tentang kondisinya saat ini apa penyebabnya dan apa
yang dapat mereka lakukan dengan kondisi seperti itu
3 Isolasi sosial dan keluarga
Keluarga dapat menjadi factor yang sangat berpengaruh dalam menentukan
keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga menentukan tentang
program pengobatan yang dapat mereka terima Keluarga juga member dukungan
dan membuat keputusan mengenai perawatan dari anggota keluarga yang sakit
4 Keyakinan Sikap Kepribadian
Ahli psikologis telah menyelidiki tentang hubungan antar pengukuran-
pengukuran kepribadian dan kepatuhan Mereka menemukan bahwa data
kepribadian secara benar dibedakan antar orang yang putih drngan orang yang
gagal Orang-orang yang tidak patuh adalah orang-orang yang lebih mengalami
depresi anxietas sangat memperhatikan kesehatannya memiliki kekuatan ego
29
yang lebih lemah dan kehidupan sosialnya lebih memusatkan perhatian pada
dirinya sendiri Blumenthal et al mengatakan bahwa ciri-ciri kepribadian yang
disebutkan diatas itu yang menyebabkan seseorang cenderung tidak patuh ( drop
out) dari program pengobatan 14
Menurut Schwart dan Griffin Faktor yang berhubungan dengan
ketidaktaan secara sejarah riset tentang ketaan pasien didasarkan atas pandangan
tradisional mengenai pasien sebagai penerima nasihat dokter yang pasif dan patuh
Pasien yang tidak taat dipandang sebagai orang yang lalai dan masalahnya dianggap
sebagai masalah control Riset berusah untuk mengidentifikasi kelompok-kelompok
pasien yang tidak patuh berdasarkan kelas sosioekonomi pendidikan umur dan
jenis kelamin Pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan sepanjang bawah
pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif seperti penggunaan buku-buku
dan kaset oleh pasien secara mandiri Usaha-usaha ini sedikit berhasil seorang dapat
menjadi tidak taat kalau situasinya memungkinkan Teori-teori yang lebih baru
menekannkan factor situasional dan pasien sebagai peserta yang aktif dalam proses
pengobatannya Perilaku ketaatan sering diartikan sebagai usaha pasien untuk
mengendalikan perilakunya bahkan jika hal tersebut bias menimbulkan resiko
mengenai kesehatannya 15
Macam-macam faktor yang berkaitan dengan ketidaktaatan disebutkan
a Ciri-ciri kesakitan dan cirri-ciri pengobatan
Menurut Dickson dkk perilaku ketaatan lebih rendah untuk penyakit kronis
(karena tidak ada akibat buruk yang segera dirasakan atau resiko yang jelas )
saran mengenai gaya hidup umum dan kebiasaan yang lama pengobatan yang
kompleks pengobatan dengan efek samping perilaku yang tidak pantas
Menurut Sarafino tingkat ketaaatan rata-rata minum obat utnuk menyenbuhkan
kesakitan akut dengan pengobatan jangka pendek adalah sekitar 78 Untuk
kesakita kronis dengan cara pengobatan jangaka panjang tingkat tersebut menurun
sampai 54
b Komunikasi antara Pasien dan Dokter
Berbagai aspek komunikasi antara pasien dan dokter mempengaruhi tingkat
ketidaktaan misalnya informasi dengan pengawasan yang kurang
30
ketidakpuasan terhadap aspek hubungan emosional dengan dokter ketidak
puasan terhadap pengobatan yang diberikan
c Variabel-variabel sosial
Hubungan antara dukungan sosial dengan ketaatan telah dipelajari Secara umum
orang-orang yang merasa mereka menerima penghiburan perhatian dan
pertolongan yang mereka butuhkan dari seseorang atau kelompok biasanya
cenderung lebih mudah mengikuti nasihat medis daripada pasien yang kurang
mendapat dukungan sosial Jelaslah bahwa keluarga memainkan peranan yang
sangat penting dalam pengelolaan medis misalnya penggunaan pengaruh
normative pada pasien yang mungkin mengakibatkan efek yang memudahkan
atau menghambat perilaku ketaatan
d Ciri-ciri Individual
Variabel-variabel demografis juga digunakan untuk meramalkan ketidaktaatan
sebagai contoh Di Amerika Serikat kaum wanita kaum kulit putih dan orang
tua cenderung mengikuti anjuran dokter 15
Dalam proses penyembuhan penderita TB Paru dapat diberikan obat anti-
TB (OAT) yang diminum secara teratur sampai selesai dengan pengawasan
yangketat Masa pemberian obat memang cukup lama yaitu 6-8 bulan secara terus
menerus sehingga dapat mencegah penularan kepada orang lain Oleh sebab itu para
penderita TB jika ingin sembuh harus minum obat secara teratur Tanpa adanya
keteraturan minum obat penyakit sulit disembuhkan Jika tidak teratur minum obat
penyakitnya sukar diobati kuman TB dalam tubuh akan berkembang semakin banyak
dan menyerang organ tubuh lain yang akan membutuhkan waktu lebih lama untuk
dapat sembuh
26 Pengawasan Menelan Obat (PMO) 9
Salah satu komponen DOTS adalah pengobatan paduan OAT jangka
pendek dengan pengawasan langsung Untuk menjamin keteraturan pengobatan
diperlukan seorang PMO
31
a Persyaratan PMO
bull Seseorang yang dikenal dipercaya dan disetujui baik oleh petugas kesehatan
maupun pasien selain itu harus disegani dan dihormati oleh pasien
bull Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien
bull Bersedia membantu pasien dengan sukarela
bull Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan pasien
b Siapa yang bisa menjadi PMO
Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan misalnya Bidan di Desa Perawat
Pekarya Sanitarian Juru Immunisasi dan lain lain Bila tidak ada petugas
kesehatan yang memungkinkan PMO dapat berasal dari kader kesehatan guru
anggota PPTI PKK atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga
c Tugas seorang PMO
bull Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai
pengobatan
bull Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur
bull Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah
ditentukan
bull Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai gejala-
gejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke Unit Pelayanan
Kesehatan
Tugas seorang PMO bukanlah untuk mengganti kewajiban pasien mengambil
obatdari unit pelayanan kesehatan
d Informasi penting yang perlu dipahami PMO untuk disampaikan kepada pasien dan
keluarganya
bull TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur
32
bull TB bukan penyakit keturunan atau kutukan
bull Cara penularan TB gejala-gejala yang mencurigakan dan cara pencegahannya
bull Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan)
bull Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur
bull Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera meminta
pertolongan ke UPK
27 Penanggulangan TB 16
Rencana Global Penanggulangan TB
Rencana Global 2006-2015 mencakup enam elemen utama dalam strategi baru Stop
TB ndashWHO yang terdiri dari
1 Memperluas dan meningkatkan ekspansi DOTS yang berkualitas meningkatkan
penemuan kasus dan kesembuhan melalui pendekatan yangterfokus pada penderita
agar pelayanan DOTS yang berkualitas dapat menjangkau seluruh penderita
khususnya kelompok masyarakat yang miskin dan rentan
2 Menghadapi tantangan TBHIV MDR-TB dan tantangan lainnya dengan cara
meningkatkan kolaborasi TBHIV DOTS-Plus dan pendekatan lainnya
3 Berkontribusi dalam memperkuat sistem kesehatan melalui kerjasama dengan
berbagai program dan pelayanan kesehatan lainnya misalnya dalam memobilisasi
sumber daya manusia dan finansial untuk implementasi dan mengevaluasi
hasilnyaserta pertukaran informasi dalam keberhasilan pencapaian dalam program
penanggulangan TB
33
4 Melibatkan seluruh penyedia pelayanan kesehatan pemerintah lembaga swadaya
masyarakat (LSM) dan swasta dengan cara memperluas pendekatan berbasis
public-private mix (PPM) dengan menggunakan ISTC
5 Melibatkan penderita TB dan masyarakat untuk memberikan kontribusi dalam
penyediaan pelayanan yang efektif Hal ini meliputi perluasan pelayanan TB di
masyarakat menciptakan kebutuhan masyarakat akan pelayanan TB advokasi
yang spesifik komunikasi dan mobilisasi sosial serta mendukung pengembangan
piagam pasien TB dalam masyarakat dan
6 Memberdayakan dan meningkatkan penelitian operasional
28 Kerangka Konsep
Variabel Independent Variabel dependent
Karakteristik Individu
1Umur
2Jenis kelamin
3Pendidikan
4Pekerjaan
5Pengetahuan
6Efek samping OAT
7Tingkat kepatuhan
penderita dalam
pengobatan
Kesembuhan
34
Penderita TB paru
Faktor Pelayanan
kesehatan
1 Ketersediaan OAT
2 Sikap petugas kesehatan
3 LokasiJarak
4 Penyuluhan kesehatan
5 Kunjungan rumah
Faktor Peran PMO
Gambar Kerangka Konsep Penelitian
Definisi Konsep
1 Karakteristik individu adalah hal-hal yang melekat dalam diri penderita TB paru yang
mempengaruhi tingkat kapetuhan dalam melaksanakan program pengobatan dengan
strategi DOTS yang membedakan seseorang dengan yang lainnya meliputi umur jenis
kelamin pendidikan pekerjaan pengetahuan efek samping OAT tingkat kepatuhan
penderita dalam pengobatan
2 Faktor pelayanan kesehatan adalah penilaian dari penderita TB paru terhadap upaya yang
diselenggarakan oleh unit pelayanan kesehatan untuk menangani penderita TB paru
meliputi Ketersediaan OATsikap petugas kesehatan lokasijarak penyuluhan
kesehatan dan kunjungan rumah
3 Faktor Peran PMO ( Pengawasan Menelan Obat ) adalah penilaian dari penderita TB paru
terhadap hal-hal yang menjadi tugas dari seseorang pengawas menelan obat yang
mempengaruhi tingkat kepatuhan penderita TB paru dalam melaksanakan pengobatan
meliputi penyuluhan member dorongan meningkatkan dan mengawasi
35
4 Kesembuhan adalah pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan
pemeriksaan ulang dahak (follow up) menunjukkan hasil BTA negatif
29 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konsep di atas maka hipotesis penelitian ini adalah
1) Ada pengaruh karakteristik individu terhadap kesembuhan penderita TB paru
dalam pengobatan
2) Ada pengaruh pelayanan kesehatan terhadap kesembuhan penderita TB paru
dalam pengobatan
3) Ada pengaruh PMO terhadap kesembuhan penderita TB paru dalam pengobatan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
31 Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional yang
bertujuan untuk menjelaskan pengaruh karakteristik individu faktor pelayanan
kesehatan dan faktor Pengawas Menelan Obat (PMO) terhadap kesembuhan
penderita TB Paru dalam melaksanakan pengobatan di Puskesmas Grogol Petamburan
tahun 2011
32 Tempat dan Waktu Penelitian
36
Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Grogol Petamburan pada bulan
Januari sampai Februari tahun 2012
33 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang
sedang menjalankan pengobatan TB di Puskesmas Grogol
Petamburan mulai bulan OktobeR
34 Keriteria Inklusi dan Eksklusi
341 Keriteria Inklusi
342 Keriteria Eksklusi
35 Sampel
351 Besar Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang
mengikuti pengobatan dengan strategi DOTS di Puskesmas yang pada saat penelitian
sedang menjalani pengobatan dan seluruh penderita TB yang telah mendapat
pengobatan selama 6 bulan atau sedang dalam tahap lanjutan
Keterangan
n1 = Jumlah sampel minimal
37
n2 = Jumlah sampel ditambah substitusi 10 (substitusi adalah persen responden
yang mungkin drop out)
Z = Tingkat batas kepercayaan dengan = 5
Didapat Z pada kurva normal = 196
p = Proporsi variabel yang diteliti yaitu besarnya presentasi 50 )
q = 1 - p
L = Derajat kesalahan yang masih dapat diterima adalah 10
Berdasarkan rumus di atas didapatkan angka sebagai berikut
( Z )2 p q ( 196 )2 0505
n1 = ----------------- = ------------------------------ = 9604
L2 ( 01 )2
n2 = n1 + ( 10 n1 )
= 9604 + ( 10 9604)
= 9604 + 9604
= 10564 Dibulatkan 106
352 Teknik Pengambilan Sampel
36 Identifikasi Variabel
1 Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kesembuhan tb paru
2 Variabel independen adalah umur jenis kelamin pendidikan pekerjaan
pengetahuan efek samping OAT dan tingkat kepahuhan dari penderita TB
Selain itu faktor dari pelayanan kesehatan dan PMO juga ikut berperan
37 Cara Kerja
1 Membuat proposal penelitian tentang hubungan antara tingkat kepatuhan minum
OAT dengan tingkat kesembuhan penyakit TB di Puskesmas Kecamatan Grogol
Petamburan
38
2 Pengumpulan data sekunder dari Puskesmas Grogol Petamburan
3 Melakukan kunjungan ke rumah-rumah sampel di daerah RT terpilih untuk
pengumpulan data primer dengan memakai kuesioner dan wawancara responden
4 Data-data yang telah dikumpulkan akan dilakukan pengolahan berupa proses
editing verifikasi dan koding Selanjutnya dimasukkan dan diolah dengan
menggunakan program computer yaitu program SPSS
5 Terhadap data yang telah diolah kemudian dilakukan analisis sesuai dengan cara
uji statistik menggunakanhelliphellip Data diinterpretasi secara deskriptif korelatif
antar variabel ndash variabel yang telah ditentukan dan disajikan dalam bentuk
tekstular dan tabular
6 Hasil dari penelitian akan disusun dalam bentuk pelaporan penelitian yang
selanjutnya akan di presentasikan di hadapan staf pengajar program pendidikan
Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida
Wacana (FK UKRIDA) dalam forum pendidikan Ilmu Kedokteran Komunitas
Fakultas Kedokteran UKRIDA
38 Manajemen Data
381 Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder yaitu
1 Data primer diperoleh dengan wawancara langsung kepada penderita TB paru
dan petugas kesehatan program penanggulangan TB Paru yang berpedoman pada
kuisioner penelitian yang telah ditetapkan dam melakukan cross check
2 Data sekunder diperoleh dari laporan pelaksanaan program penanggulangan TB
Paru di Puskesmas kartu pengobatan TBC (formulir TB 01) dan Formulir
Permohonan Laboratorium TBC Untik Pemeriksaan Dahak (formulir TB 05)
382 Pengolahan Data
39
Aspek pengukuran
Aspek pengukuran variable bebas
Karakteristik individu
Aspek pengukuran variable karakteristik individu dapat dilihat pada tabel 31
Table 31 Aspek Pengukuran Variabel Karakteristik Individu
Karakteristik
individu
Kategori Skala Bobot nilai
Umur a 15-24 tahun
b 25-49 tahun
c gt 50 tahun
rasio
Jenis kelamin a Laki-laki
b Perempuan
Tingkat
pendidikan
a Tidak tamat SD
b SD
c SLTP
d SLTA
e Sarjana S1
Pekerjaan a Bekerja
b Tidak bekerja
Pengetahuan a Baik
b Sedang
c Bururk
Efek samping
OAT
a Ada
b Tidan ada
Faktor pelayanan kesehatan
Pengukuran faktor pelanan kesehatan meliputi ketersediaan OAT yang
diukur adalah yang diukur dengan 2 pertanyaan sikap petugas kesehatan diukur
dengan 8 pertanyaan lokasi jarak diukur dengan 3 pertanyaan penyuluhan kesehatan
diukur dengan 6 pertanyaan dan kunjungan rumah diukur dengan 2 pertanyaan
40
berdasarkan jawaban yang diberikan responden selanjutnya dikelompokkan menjadi
tiga (3) yaitu
a Baik jika faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan
penilaian yang baik karena kebutuhan yang diinginkan debagian besarnya
terpenuhi (nilai gt32)
b Sedang bila faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan
penilaian yang kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan responden hanay
sebagian saja yang terpenuhi (nilainya 17-32)
c Buruk bila faktor pelayanan pelayanan kesehatan yang diterima responden
menimbulkan penilaian yang tidak baik karena kebutuhan yang diinginka
responden sebagian besar tidak dipenuhi (nilainya lt17)
Faktor Pengawas Menelan Obat (PMO)
Faktor Pengawas Menelan Obat diukur dengan 5 pertanyaan yang
selanjutnya dibedakan atas 3 kategori yaitu
a Baik bila semua tugas yang diterima responden terlaksana dengan baik yaitu
mengawasi memberikan dorongan mengingatkan dan memberikan penyuluhan
(nilainya gt11)
b Sedang bila tugas PMO yang diterima responden sebagian saja yang terpenuhi
(nilainya 6-11)
c Buruk bila tugas PMO yang diterima responden tidak terlaksana dengan baik
(nilainya lt 6)
Aspek Pengukuran Variabel Terikan
Kepatuhan Pengobatan TB Paru
41
Aspek Pengukuran Variabel ini menggunakan skala interval yang diukur berdasarkan
tiga (3) kategori yaitu
Patuh apabila responden selalu menelan obat sesuai ketentuan petugas kesehatan
yaitu setiap hari pada tahap awal tiga kali seminggu pada tahap lanjutan dan
mengambil obat serta memeriksakan dahak sesuai jadwal dan menaati nasihat dari
petugas kesehatan ( bobot 3 )
Kurang patuh jika responden kadang-kadang menelan obat sesuai ketentuan
petugas kesehatan atau responden tidak menelan obat 2-8 minggu selama tahap
pengobatan lanjutan dan tidak memerisakan dahak sesuai jadwal yang telah
ditetapkan dan tidak selalu menaati nasihat dari petugas kesehatan (bobot 2 )
Tidak patuh jika responden tidak menelan obat sesuai ketentuan petugas
kesehatan atau responden tidak menelan obat lebih dari 8 minggu selama tahap
pengobatan lanjutan dan tidak mengambil obat serta tidak memeriksakan dahak
sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan tidak menaati nasihat petugas kesehatan
(bobot 1)
383 Penyajian Data
384 Analisis Data
385 Interpretasi Data
386 Pelaporan Data
39 Definisi Operasional
1 Umur adalah usia responden saat penelitian berdasarkan ulang tahun terakhir yang
dibedakan atas 3 (tiga) kategori berdasarkna Badan Pusat Statistik Kota Medan
42
tahun 2008 yaitu 1) orang muda 25-24 tahun 2) dewasa 24-49 tahun 3) orang
tua gt 50 tahun
2 Jenis kelamin adalah suatu karakteristik responden yang dibedakan identitasnya
dari laki-laki dan perempuan
3 Pendidikan adalah jenjang pendidikannyang berhasil ditamatkan responden yang
dibedakan atas tidak tamat SD SD SLTP SLTA Akademi Sarjana
4 Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh responden sebagai
pendapatan utama yang dibedakan atas kerja dan tidak bekerja
5 Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai penyakit
TB paru
6 Efek samping OAT adalah gejala keluhan yang diderita responden akiba menelan
OAT selama pengobatan
7 Ketersdediaan OAT adalah pandangan responden terhadap kondisi OAT
diperoleh dari puskesmas meliputi kecukupan jumlah OAT dan dan kualitasnya
8 Sikap petugas kesehatan adalah penilaian responden terhadap reaksi petugas
kesehatan kepada responden selama mereka menjalanin pengobatan
9 Lokasi jarak adalah pandangan responden tentang lama perjalanan dari tempat
tinggal responden ke Puskesmas yang diukur dengan jarak sarana transportasi
10 Penyuluhan kesehatan adalah pandangan responden tentang kegiatan yang
dilakukan oleh petugas kesehatan sehubungan dengan pengobatan TB Paru untuk
mencapai suatu keadaan dimana pederita TB Paru dapat hidup lebih sehat
11 Kunjungan rumah adalah pandangan responden tentang kegiatan yang dilakukan
petugas kesehatan selama masa pengobatan ke rumah responden
12 Faktor peran Pengawas Minum Obat (PMO) adalah pandangan responden tentang
tugas yang dilakasanakan oleh seorang PMO meliputi penyuluhan
13 Kepatuhan berobat adalah ketaan responden dalam menelan obat mengambil
obat dan melakukan pemeriksaan dahak sesuai jadwal yang telah ditentukan dan
menaati segala nasehat dari petugas kesehatan
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
1) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta
2) Perkumpulan Pemberantasan TB Indonesia 2011 TB di Indonesia Peringkat Dunia
Jakarta Diakses melalui situs httpwwwpptiinfoindexphpcomponentcontentarticle46-
arsip-ppti141-tbc-di-indonesia-peringkat-5-dunia Diakses pada tanggal 23 Januari 2012
44
3) Depkes dan WHO 2008 Lembar Fakta Tuberkulosis Jakarta
4) Dirjen P2M amp PLP 1997 Pengawasan Menelan Obat (PMO) adalah DOTS ala Indonesia
Jakarta
5) Amirudin R 2006 Faktor Keberhasilan Konversi pada Penderita TB Paru di Puskesmas
Jongaya Tahun 2006 Laporan Penelitian FKM Unhas Makasar
6) Aditama Tjandra Y 1994 Tuberkulosis Paru Masalah dan Penanggulangnya UI Press
Jakarta
7) Aru W Bambang S Idrus A dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Tuberkulosis
Paru Edisi IV FKUI Jakarta 2006 998-1004
8) Depkes RI 2002 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta
9) Depkes RI 2006 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta
10) Subijakto Hubungan Pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Berobat
Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Proposal Skripsi Jakarta 2011 Diakses pada
tanggal 20 Januari 2012
11) Aditama Tjandra Y 2002 Tuberkulosis Diagnosis Terapi dan Masalahnya Yayasan IDI
Jakarta
12) Notoatmodjo Soekidjo 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Penerbit Rineka Cipta
Jakarta
13) Simamora Jojor 2004 Faktor yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Berobat Penderita TB
Paru di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2004 Tesis Pascasarjana USU Medan
14) Ester Monica 2000 Psikologi Kesehatan Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
15) Bart Smet 1994 Psikologi Kesehatan PT Grasindo Jakarta
16) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta
45
yang lebih lemah dan kehidupan sosialnya lebih memusatkan perhatian pada
dirinya sendiri Blumenthal et al mengatakan bahwa ciri-ciri kepribadian yang
disebutkan diatas itu yang menyebabkan seseorang cenderung tidak patuh ( drop
out) dari program pengobatan 14
Menurut Schwart dan Griffin Faktor yang berhubungan dengan
ketidaktaan secara sejarah riset tentang ketaan pasien didasarkan atas pandangan
tradisional mengenai pasien sebagai penerima nasihat dokter yang pasif dan patuh
Pasien yang tidak taat dipandang sebagai orang yang lalai dan masalahnya dianggap
sebagai masalah control Riset berusah untuk mengidentifikasi kelompok-kelompok
pasien yang tidak patuh berdasarkan kelas sosioekonomi pendidikan umur dan
jenis kelamin Pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan sepanjang bawah
pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif seperti penggunaan buku-buku
dan kaset oleh pasien secara mandiri Usaha-usaha ini sedikit berhasil seorang dapat
menjadi tidak taat kalau situasinya memungkinkan Teori-teori yang lebih baru
menekannkan factor situasional dan pasien sebagai peserta yang aktif dalam proses
pengobatannya Perilaku ketaatan sering diartikan sebagai usaha pasien untuk
mengendalikan perilakunya bahkan jika hal tersebut bias menimbulkan resiko
mengenai kesehatannya 15
Macam-macam faktor yang berkaitan dengan ketidaktaatan disebutkan
a Ciri-ciri kesakitan dan cirri-ciri pengobatan
Menurut Dickson dkk perilaku ketaatan lebih rendah untuk penyakit kronis
(karena tidak ada akibat buruk yang segera dirasakan atau resiko yang jelas )
saran mengenai gaya hidup umum dan kebiasaan yang lama pengobatan yang
kompleks pengobatan dengan efek samping perilaku yang tidak pantas
Menurut Sarafino tingkat ketaaatan rata-rata minum obat utnuk menyenbuhkan
kesakitan akut dengan pengobatan jangka pendek adalah sekitar 78 Untuk
kesakita kronis dengan cara pengobatan jangaka panjang tingkat tersebut menurun
sampai 54
b Komunikasi antara Pasien dan Dokter
Berbagai aspek komunikasi antara pasien dan dokter mempengaruhi tingkat
ketidaktaan misalnya informasi dengan pengawasan yang kurang
30
ketidakpuasan terhadap aspek hubungan emosional dengan dokter ketidak
puasan terhadap pengobatan yang diberikan
c Variabel-variabel sosial
Hubungan antara dukungan sosial dengan ketaatan telah dipelajari Secara umum
orang-orang yang merasa mereka menerima penghiburan perhatian dan
pertolongan yang mereka butuhkan dari seseorang atau kelompok biasanya
cenderung lebih mudah mengikuti nasihat medis daripada pasien yang kurang
mendapat dukungan sosial Jelaslah bahwa keluarga memainkan peranan yang
sangat penting dalam pengelolaan medis misalnya penggunaan pengaruh
normative pada pasien yang mungkin mengakibatkan efek yang memudahkan
atau menghambat perilaku ketaatan
d Ciri-ciri Individual
Variabel-variabel demografis juga digunakan untuk meramalkan ketidaktaatan
sebagai contoh Di Amerika Serikat kaum wanita kaum kulit putih dan orang
tua cenderung mengikuti anjuran dokter 15
Dalam proses penyembuhan penderita TB Paru dapat diberikan obat anti-
TB (OAT) yang diminum secara teratur sampai selesai dengan pengawasan
yangketat Masa pemberian obat memang cukup lama yaitu 6-8 bulan secara terus
menerus sehingga dapat mencegah penularan kepada orang lain Oleh sebab itu para
penderita TB jika ingin sembuh harus minum obat secara teratur Tanpa adanya
keteraturan minum obat penyakit sulit disembuhkan Jika tidak teratur minum obat
penyakitnya sukar diobati kuman TB dalam tubuh akan berkembang semakin banyak
dan menyerang organ tubuh lain yang akan membutuhkan waktu lebih lama untuk
dapat sembuh
26 Pengawasan Menelan Obat (PMO) 9
Salah satu komponen DOTS adalah pengobatan paduan OAT jangka
pendek dengan pengawasan langsung Untuk menjamin keteraturan pengobatan
diperlukan seorang PMO
31
a Persyaratan PMO
bull Seseorang yang dikenal dipercaya dan disetujui baik oleh petugas kesehatan
maupun pasien selain itu harus disegani dan dihormati oleh pasien
bull Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien
bull Bersedia membantu pasien dengan sukarela
bull Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan pasien
b Siapa yang bisa menjadi PMO
Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan misalnya Bidan di Desa Perawat
Pekarya Sanitarian Juru Immunisasi dan lain lain Bila tidak ada petugas
kesehatan yang memungkinkan PMO dapat berasal dari kader kesehatan guru
anggota PPTI PKK atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga
c Tugas seorang PMO
bull Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai
pengobatan
bull Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur
bull Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah
ditentukan
bull Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai gejala-
gejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke Unit Pelayanan
Kesehatan
Tugas seorang PMO bukanlah untuk mengganti kewajiban pasien mengambil
obatdari unit pelayanan kesehatan
d Informasi penting yang perlu dipahami PMO untuk disampaikan kepada pasien dan
keluarganya
bull TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur
32
bull TB bukan penyakit keturunan atau kutukan
bull Cara penularan TB gejala-gejala yang mencurigakan dan cara pencegahannya
bull Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan)
bull Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur
bull Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera meminta
pertolongan ke UPK
27 Penanggulangan TB 16
Rencana Global Penanggulangan TB
Rencana Global 2006-2015 mencakup enam elemen utama dalam strategi baru Stop
TB ndashWHO yang terdiri dari
1 Memperluas dan meningkatkan ekspansi DOTS yang berkualitas meningkatkan
penemuan kasus dan kesembuhan melalui pendekatan yangterfokus pada penderita
agar pelayanan DOTS yang berkualitas dapat menjangkau seluruh penderita
khususnya kelompok masyarakat yang miskin dan rentan
2 Menghadapi tantangan TBHIV MDR-TB dan tantangan lainnya dengan cara
meningkatkan kolaborasi TBHIV DOTS-Plus dan pendekatan lainnya
3 Berkontribusi dalam memperkuat sistem kesehatan melalui kerjasama dengan
berbagai program dan pelayanan kesehatan lainnya misalnya dalam memobilisasi
sumber daya manusia dan finansial untuk implementasi dan mengevaluasi
hasilnyaserta pertukaran informasi dalam keberhasilan pencapaian dalam program
penanggulangan TB
33
4 Melibatkan seluruh penyedia pelayanan kesehatan pemerintah lembaga swadaya
masyarakat (LSM) dan swasta dengan cara memperluas pendekatan berbasis
public-private mix (PPM) dengan menggunakan ISTC
5 Melibatkan penderita TB dan masyarakat untuk memberikan kontribusi dalam
penyediaan pelayanan yang efektif Hal ini meliputi perluasan pelayanan TB di
masyarakat menciptakan kebutuhan masyarakat akan pelayanan TB advokasi
yang spesifik komunikasi dan mobilisasi sosial serta mendukung pengembangan
piagam pasien TB dalam masyarakat dan
6 Memberdayakan dan meningkatkan penelitian operasional
28 Kerangka Konsep
Variabel Independent Variabel dependent
Karakteristik Individu
1Umur
2Jenis kelamin
3Pendidikan
4Pekerjaan
5Pengetahuan
6Efek samping OAT
7Tingkat kepatuhan
penderita dalam
pengobatan
Kesembuhan
34
Penderita TB paru
Faktor Pelayanan
kesehatan
1 Ketersediaan OAT
2 Sikap petugas kesehatan
3 LokasiJarak
4 Penyuluhan kesehatan
5 Kunjungan rumah
Faktor Peran PMO
Gambar Kerangka Konsep Penelitian
Definisi Konsep
1 Karakteristik individu adalah hal-hal yang melekat dalam diri penderita TB paru yang
mempengaruhi tingkat kapetuhan dalam melaksanakan program pengobatan dengan
strategi DOTS yang membedakan seseorang dengan yang lainnya meliputi umur jenis
kelamin pendidikan pekerjaan pengetahuan efek samping OAT tingkat kepatuhan
penderita dalam pengobatan
2 Faktor pelayanan kesehatan adalah penilaian dari penderita TB paru terhadap upaya yang
diselenggarakan oleh unit pelayanan kesehatan untuk menangani penderita TB paru
meliputi Ketersediaan OATsikap petugas kesehatan lokasijarak penyuluhan
kesehatan dan kunjungan rumah
3 Faktor Peran PMO ( Pengawasan Menelan Obat ) adalah penilaian dari penderita TB paru
terhadap hal-hal yang menjadi tugas dari seseorang pengawas menelan obat yang
mempengaruhi tingkat kepatuhan penderita TB paru dalam melaksanakan pengobatan
meliputi penyuluhan member dorongan meningkatkan dan mengawasi
35
4 Kesembuhan adalah pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan
pemeriksaan ulang dahak (follow up) menunjukkan hasil BTA negatif
29 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konsep di atas maka hipotesis penelitian ini adalah
1) Ada pengaruh karakteristik individu terhadap kesembuhan penderita TB paru
dalam pengobatan
2) Ada pengaruh pelayanan kesehatan terhadap kesembuhan penderita TB paru
dalam pengobatan
3) Ada pengaruh PMO terhadap kesembuhan penderita TB paru dalam pengobatan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
31 Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional yang
bertujuan untuk menjelaskan pengaruh karakteristik individu faktor pelayanan
kesehatan dan faktor Pengawas Menelan Obat (PMO) terhadap kesembuhan
penderita TB Paru dalam melaksanakan pengobatan di Puskesmas Grogol Petamburan
tahun 2011
32 Tempat dan Waktu Penelitian
36
Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Grogol Petamburan pada bulan
Januari sampai Februari tahun 2012
33 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang
sedang menjalankan pengobatan TB di Puskesmas Grogol
Petamburan mulai bulan OktobeR
34 Keriteria Inklusi dan Eksklusi
341 Keriteria Inklusi
342 Keriteria Eksklusi
35 Sampel
351 Besar Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang
mengikuti pengobatan dengan strategi DOTS di Puskesmas yang pada saat penelitian
sedang menjalani pengobatan dan seluruh penderita TB yang telah mendapat
pengobatan selama 6 bulan atau sedang dalam tahap lanjutan
Keterangan
n1 = Jumlah sampel minimal
37
n2 = Jumlah sampel ditambah substitusi 10 (substitusi adalah persen responden
yang mungkin drop out)
Z = Tingkat batas kepercayaan dengan = 5
Didapat Z pada kurva normal = 196
p = Proporsi variabel yang diteliti yaitu besarnya presentasi 50 )
q = 1 - p
L = Derajat kesalahan yang masih dapat diterima adalah 10
Berdasarkan rumus di atas didapatkan angka sebagai berikut
( Z )2 p q ( 196 )2 0505
n1 = ----------------- = ------------------------------ = 9604
L2 ( 01 )2
n2 = n1 + ( 10 n1 )
= 9604 + ( 10 9604)
= 9604 + 9604
= 10564 Dibulatkan 106
352 Teknik Pengambilan Sampel
36 Identifikasi Variabel
1 Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kesembuhan tb paru
2 Variabel independen adalah umur jenis kelamin pendidikan pekerjaan
pengetahuan efek samping OAT dan tingkat kepahuhan dari penderita TB
Selain itu faktor dari pelayanan kesehatan dan PMO juga ikut berperan
37 Cara Kerja
1 Membuat proposal penelitian tentang hubungan antara tingkat kepatuhan minum
OAT dengan tingkat kesembuhan penyakit TB di Puskesmas Kecamatan Grogol
Petamburan
38
2 Pengumpulan data sekunder dari Puskesmas Grogol Petamburan
3 Melakukan kunjungan ke rumah-rumah sampel di daerah RT terpilih untuk
pengumpulan data primer dengan memakai kuesioner dan wawancara responden
4 Data-data yang telah dikumpulkan akan dilakukan pengolahan berupa proses
editing verifikasi dan koding Selanjutnya dimasukkan dan diolah dengan
menggunakan program computer yaitu program SPSS
5 Terhadap data yang telah diolah kemudian dilakukan analisis sesuai dengan cara
uji statistik menggunakanhelliphellip Data diinterpretasi secara deskriptif korelatif
antar variabel ndash variabel yang telah ditentukan dan disajikan dalam bentuk
tekstular dan tabular
6 Hasil dari penelitian akan disusun dalam bentuk pelaporan penelitian yang
selanjutnya akan di presentasikan di hadapan staf pengajar program pendidikan
Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida
Wacana (FK UKRIDA) dalam forum pendidikan Ilmu Kedokteran Komunitas
Fakultas Kedokteran UKRIDA
38 Manajemen Data
381 Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder yaitu
1 Data primer diperoleh dengan wawancara langsung kepada penderita TB paru
dan petugas kesehatan program penanggulangan TB Paru yang berpedoman pada
kuisioner penelitian yang telah ditetapkan dam melakukan cross check
2 Data sekunder diperoleh dari laporan pelaksanaan program penanggulangan TB
Paru di Puskesmas kartu pengobatan TBC (formulir TB 01) dan Formulir
Permohonan Laboratorium TBC Untik Pemeriksaan Dahak (formulir TB 05)
382 Pengolahan Data
39
Aspek pengukuran
Aspek pengukuran variable bebas
Karakteristik individu
Aspek pengukuran variable karakteristik individu dapat dilihat pada tabel 31
Table 31 Aspek Pengukuran Variabel Karakteristik Individu
Karakteristik
individu
Kategori Skala Bobot nilai
Umur a 15-24 tahun
b 25-49 tahun
c gt 50 tahun
rasio
Jenis kelamin a Laki-laki
b Perempuan
Tingkat
pendidikan
a Tidak tamat SD
b SD
c SLTP
d SLTA
e Sarjana S1
Pekerjaan a Bekerja
b Tidak bekerja
Pengetahuan a Baik
b Sedang
c Bururk
Efek samping
OAT
a Ada
b Tidan ada
Faktor pelayanan kesehatan
Pengukuran faktor pelanan kesehatan meliputi ketersediaan OAT yang
diukur adalah yang diukur dengan 2 pertanyaan sikap petugas kesehatan diukur
dengan 8 pertanyaan lokasi jarak diukur dengan 3 pertanyaan penyuluhan kesehatan
diukur dengan 6 pertanyaan dan kunjungan rumah diukur dengan 2 pertanyaan
40
berdasarkan jawaban yang diberikan responden selanjutnya dikelompokkan menjadi
tiga (3) yaitu
a Baik jika faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan
penilaian yang baik karena kebutuhan yang diinginkan debagian besarnya
terpenuhi (nilai gt32)
b Sedang bila faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan
penilaian yang kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan responden hanay
sebagian saja yang terpenuhi (nilainya 17-32)
c Buruk bila faktor pelayanan pelayanan kesehatan yang diterima responden
menimbulkan penilaian yang tidak baik karena kebutuhan yang diinginka
responden sebagian besar tidak dipenuhi (nilainya lt17)
Faktor Pengawas Menelan Obat (PMO)
Faktor Pengawas Menelan Obat diukur dengan 5 pertanyaan yang
selanjutnya dibedakan atas 3 kategori yaitu
a Baik bila semua tugas yang diterima responden terlaksana dengan baik yaitu
mengawasi memberikan dorongan mengingatkan dan memberikan penyuluhan
(nilainya gt11)
b Sedang bila tugas PMO yang diterima responden sebagian saja yang terpenuhi
(nilainya 6-11)
c Buruk bila tugas PMO yang diterima responden tidak terlaksana dengan baik
(nilainya lt 6)
Aspek Pengukuran Variabel Terikan
Kepatuhan Pengobatan TB Paru
41
Aspek Pengukuran Variabel ini menggunakan skala interval yang diukur berdasarkan
tiga (3) kategori yaitu
Patuh apabila responden selalu menelan obat sesuai ketentuan petugas kesehatan
yaitu setiap hari pada tahap awal tiga kali seminggu pada tahap lanjutan dan
mengambil obat serta memeriksakan dahak sesuai jadwal dan menaati nasihat dari
petugas kesehatan ( bobot 3 )
Kurang patuh jika responden kadang-kadang menelan obat sesuai ketentuan
petugas kesehatan atau responden tidak menelan obat 2-8 minggu selama tahap
pengobatan lanjutan dan tidak memerisakan dahak sesuai jadwal yang telah
ditetapkan dan tidak selalu menaati nasihat dari petugas kesehatan (bobot 2 )
Tidak patuh jika responden tidak menelan obat sesuai ketentuan petugas
kesehatan atau responden tidak menelan obat lebih dari 8 minggu selama tahap
pengobatan lanjutan dan tidak mengambil obat serta tidak memeriksakan dahak
sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan tidak menaati nasihat petugas kesehatan
(bobot 1)
383 Penyajian Data
384 Analisis Data
385 Interpretasi Data
386 Pelaporan Data
39 Definisi Operasional
1 Umur adalah usia responden saat penelitian berdasarkan ulang tahun terakhir yang
dibedakan atas 3 (tiga) kategori berdasarkna Badan Pusat Statistik Kota Medan
42
tahun 2008 yaitu 1) orang muda 25-24 tahun 2) dewasa 24-49 tahun 3) orang
tua gt 50 tahun
2 Jenis kelamin adalah suatu karakteristik responden yang dibedakan identitasnya
dari laki-laki dan perempuan
3 Pendidikan adalah jenjang pendidikannyang berhasil ditamatkan responden yang
dibedakan atas tidak tamat SD SD SLTP SLTA Akademi Sarjana
4 Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh responden sebagai
pendapatan utama yang dibedakan atas kerja dan tidak bekerja
5 Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai penyakit
TB paru
6 Efek samping OAT adalah gejala keluhan yang diderita responden akiba menelan
OAT selama pengobatan
7 Ketersdediaan OAT adalah pandangan responden terhadap kondisi OAT
diperoleh dari puskesmas meliputi kecukupan jumlah OAT dan dan kualitasnya
8 Sikap petugas kesehatan adalah penilaian responden terhadap reaksi petugas
kesehatan kepada responden selama mereka menjalanin pengobatan
9 Lokasi jarak adalah pandangan responden tentang lama perjalanan dari tempat
tinggal responden ke Puskesmas yang diukur dengan jarak sarana transportasi
10 Penyuluhan kesehatan adalah pandangan responden tentang kegiatan yang
dilakukan oleh petugas kesehatan sehubungan dengan pengobatan TB Paru untuk
mencapai suatu keadaan dimana pederita TB Paru dapat hidup lebih sehat
11 Kunjungan rumah adalah pandangan responden tentang kegiatan yang dilakukan
petugas kesehatan selama masa pengobatan ke rumah responden
12 Faktor peran Pengawas Minum Obat (PMO) adalah pandangan responden tentang
tugas yang dilakasanakan oleh seorang PMO meliputi penyuluhan
13 Kepatuhan berobat adalah ketaan responden dalam menelan obat mengambil
obat dan melakukan pemeriksaan dahak sesuai jadwal yang telah ditentukan dan
menaati segala nasehat dari petugas kesehatan
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
1) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta
2) Perkumpulan Pemberantasan TB Indonesia 2011 TB di Indonesia Peringkat Dunia
Jakarta Diakses melalui situs httpwwwpptiinfoindexphpcomponentcontentarticle46-
arsip-ppti141-tbc-di-indonesia-peringkat-5-dunia Diakses pada tanggal 23 Januari 2012
44
3) Depkes dan WHO 2008 Lembar Fakta Tuberkulosis Jakarta
4) Dirjen P2M amp PLP 1997 Pengawasan Menelan Obat (PMO) adalah DOTS ala Indonesia
Jakarta
5) Amirudin R 2006 Faktor Keberhasilan Konversi pada Penderita TB Paru di Puskesmas
Jongaya Tahun 2006 Laporan Penelitian FKM Unhas Makasar
6) Aditama Tjandra Y 1994 Tuberkulosis Paru Masalah dan Penanggulangnya UI Press
Jakarta
7) Aru W Bambang S Idrus A dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Tuberkulosis
Paru Edisi IV FKUI Jakarta 2006 998-1004
8) Depkes RI 2002 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta
9) Depkes RI 2006 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta
10) Subijakto Hubungan Pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Berobat
Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Proposal Skripsi Jakarta 2011 Diakses pada
tanggal 20 Januari 2012
11) Aditama Tjandra Y 2002 Tuberkulosis Diagnosis Terapi dan Masalahnya Yayasan IDI
Jakarta
12) Notoatmodjo Soekidjo 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Penerbit Rineka Cipta
Jakarta
13) Simamora Jojor 2004 Faktor yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Berobat Penderita TB
Paru di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2004 Tesis Pascasarjana USU Medan
14) Ester Monica 2000 Psikologi Kesehatan Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
15) Bart Smet 1994 Psikologi Kesehatan PT Grasindo Jakarta
16) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta
45
ketidakpuasan terhadap aspek hubungan emosional dengan dokter ketidak
puasan terhadap pengobatan yang diberikan
c Variabel-variabel sosial
Hubungan antara dukungan sosial dengan ketaatan telah dipelajari Secara umum
orang-orang yang merasa mereka menerima penghiburan perhatian dan
pertolongan yang mereka butuhkan dari seseorang atau kelompok biasanya
cenderung lebih mudah mengikuti nasihat medis daripada pasien yang kurang
mendapat dukungan sosial Jelaslah bahwa keluarga memainkan peranan yang
sangat penting dalam pengelolaan medis misalnya penggunaan pengaruh
normative pada pasien yang mungkin mengakibatkan efek yang memudahkan
atau menghambat perilaku ketaatan
d Ciri-ciri Individual
Variabel-variabel demografis juga digunakan untuk meramalkan ketidaktaatan
sebagai contoh Di Amerika Serikat kaum wanita kaum kulit putih dan orang
tua cenderung mengikuti anjuran dokter 15
Dalam proses penyembuhan penderita TB Paru dapat diberikan obat anti-
TB (OAT) yang diminum secara teratur sampai selesai dengan pengawasan
yangketat Masa pemberian obat memang cukup lama yaitu 6-8 bulan secara terus
menerus sehingga dapat mencegah penularan kepada orang lain Oleh sebab itu para
penderita TB jika ingin sembuh harus minum obat secara teratur Tanpa adanya
keteraturan minum obat penyakit sulit disembuhkan Jika tidak teratur minum obat
penyakitnya sukar diobati kuman TB dalam tubuh akan berkembang semakin banyak
dan menyerang organ tubuh lain yang akan membutuhkan waktu lebih lama untuk
dapat sembuh
26 Pengawasan Menelan Obat (PMO) 9
Salah satu komponen DOTS adalah pengobatan paduan OAT jangka
pendek dengan pengawasan langsung Untuk menjamin keteraturan pengobatan
diperlukan seorang PMO
31
a Persyaratan PMO
bull Seseorang yang dikenal dipercaya dan disetujui baik oleh petugas kesehatan
maupun pasien selain itu harus disegani dan dihormati oleh pasien
bull Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien
bull Bersedia membantu pasien dengan sukarela
bull Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan pasien
b Siapa yang bisa menjadi PMO
Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan misalnya Bidan di Desa Perawat
Pekarya Sanitarian Juru Immunisasi dan lain lain Bila tidak ada petugas
kesehatan yang memungkinkan PMO dapat berasal dari kader kesehatan guru
anggota PPTI PKK atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga
c Tugas seorang PMO
bull Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai
pengobatan
bull Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur
bull Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah
ditentukan
bull Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai gejala-
gejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke Unit Pelayanan
Kesehatan
Tugas seorang PMO bukanlah untuk mengganti kewajiban pasien mengambil
obatdari unit pelayanan kesehatan
d Informasi penting yang perlu dipahami PMO untuk disampaikan kepada pasien dan
keluarganya
bull TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur
32
bull TB bukan penyakit keturunan atau kutukan
bull Cara penularan TB gejala-gejala yang mencurigakan dan cara pencegahannya
bull Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan)
bull Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur
bull Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera meminta
pertolongan ke UPK
27 Penanggulangan TB 16
Rencana Global Penanggulangan TB
Rencana Global 2006-2015 mencakup enam elemen utama dalam strategi baru Stop
TB ndashWHO yang terdiri dari
1 Memperluas dan meningkatkan ekspansi DOTS yang berkualitas meningkatkan
penemuan kasus dan kesembuhan melalui pendekatan yangterfokus pada penderita
agar pelayanan DOTS yang berkualitas dapat menjangkau seluruh penderita
khususnya kelompok masyarakat yang miskin dan rentan
2 Menghadapi tantangan TBHIV MDR-TB dan tantangan lainnya dengan cara
meningkatkan kolaborasi TBHIV DOTS-Plus dan pendekatan lainnya
3 Berkontribusi dalam memperkuat sistem kesehatan melalui kerjasama dengan
berbagai program dan pelayanan kesehatan lainnya misalnya dalam memobilisasi
sumber daya manusia dan finansial untuk implementasi dan mengevaluasi
hasilnyaserta pertukaran informasi dalam keberhasilan pencapaian dalam program
penanggulangan TB
33
4 Melibatkan seluruh penyedia pelayanan kesehatan pemerintah lembaga swadaya
masyarakat (LSM) dan swasta dengan cara memperluas pendekatan berbasis
public-private mix (PPM) dengan menggunakan ISTC
5 Melibatkan penderita TB dan masyarakat untuk memberikan kontribusi dalam
penyediaan pelayanan yang efektif Hal ini meliputi perluasan pelayanan TB di
masyarakat menciptakan kebutuhan masyarakat akan pelayanan TB advokasi
yang spesifik komunikasi dan mobilisasi sosial serta mendukung pengembangan
piagam pasien TB dalam masyarakat dan
6 Memberdayakan dan meningkatkan penelitian operasional
28 Kerangka Konsep
Variabel Independent Variabel dependent
Karakteristik Individu
1Umur
2Jenis kelamin
3Pendidikan
4Pekerjaan
5Pengetahuan
6Efek samping OAT
7Tingkat kepatuhan
penderita dalam
pengobatan
Kesembuhan
34
Penderita TB paru
Faktor Pelayanan
kesehatan
1 Ketersediaan OAT
2 Sikap petugas kesehatan
3 LokasiJarak
4 Penyuluhan kesehatan
5 Kunjungan rumah
Faktor Peran PMO
Gambar Kerangka Konsep Penelitian
Definisi Konsep
1 Karakteristik individu adalah hal-hal yang melekat dalam diri penderita TB paru yang
mempengaruhi tingkat kapetuhan dalam melaksanakan program pengobatan dengan
strategi DOTS yang membedakan seseorang dengan yang lainnya meliputi umur jenis
kelamin pendidikan pekerjaan pengetahuan efek samping OAT tingkat kepatuhan
penderita dalam pengobatan
2 Faktor pelayanan kesehatan adalah penilaian dari penderita TB paru terhadap upaya yang
diselenggarakan oleh unit pelayanan kesehatan untuk menangani penderita TB paru
meliputi Ketersediaan OATsikap petugas kesehatan lokasijarak penyuluhan
kesehatan dan kunjungan rumah
3 Faktor Peran PMO ( Pengawasan Menelan Obat ) adalah penilaian dari penderita TB paru
terhadap hal-hal yang menjadi tugas dari seseorang pengawas menelan obat yang
mempengaruhi tingkat kepatuhan penderita TB paru dalam melaksanakan pengobatan
meliputi penyuluhan member dorongan meningkatkan dan mengawasi
35
4 Kesembuhan adalah pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan
pemeriksaan ulang dahak (follow up) menunjukkan hasil BTA negatif
29 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konsep di atas maka hipotesis penelitian ini adalah
1) Ada pengaruh karakteristik individu terhadap kesembuhan penderita TB paru
dalam pengobatan
2) Ada pengaruh pelayanan kesehatan terhadap kesembuhan penderita TB paru
dalam pengobatan
3) Ada pengaruh PMO terhadap kesembuhan penderita TB paru dalam pengobatan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
31 Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional yang
bertujuan untuk menjelaskan pengaruh karakteristik individu faktor pelayanan
kesehatan dan faktor Pengawas Menelan Obat (PMO) terhadap kesembuhan
penderita TB Paru dalam melaksanakan pengobatan di Puskesmas Grogol Petamburan
tahun 2011
32 Tempat dan Waktu Penelitian
36
Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Grogol Petamburan pada bulan
Januari sampai Februari tahun 2012
33 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang
sedang menjalankan pengobatan TB di Puskesmas Grogol
Petamburan mulai bulan OktobeR
34 Keriteria Inklusi dan Eksklusi
341 Keriteria Inklusi
342 Keriteria Eksklusi
35 Sampel
351 Besar Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang
mengikuti pengobatan dengan strategi DOTS di Puskesmas yang pada saat penelitian
sedang menjalani pengobatan dan seluruh penderita TB yang telah mendapat
pengobatan selama 6 bulan atau sedang dalam tahap lanjutan
Keterangan
n1 = Jumlah sampel minimal
37
n2 = Jumlah sampel ditambah substitusi 10 (substitusi adalah persen responden
yang mungkin drop out)
Z = Tingkat batas kepercayaan dengan = 5
Didapat Z pada kurva normal = 196
p = Proporsi variabel yang diteliti yaitu besarnya presentasi 50 )
q = 1 - p
L = Derajat kesalahan yang masih dapat diterima adalah 10
Berdasarkan rumus di atas didapatkan angka sebagai berikut
( Z )2 p q ( 196 )2 0505
n1 = ----------------- = ------------------------------ = 9604
L2 ( 01 )2
n2 = n1 + ( 10 n1 )
= 9604 + ( 10 9604)
= 9604 + 9604
= 10564 Dibulatkan 106
352 Teknik Pengambilan Sampel
36 Identifikasi Variabel
1 Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kesembuhan tb paru
2 Variabel independen adalah umur jenis kelamin pendidikan pekerjaan
pengetahuan efek samping OAT dan tingkat kepahuhan dari penderita TB
Selain itu faktor dari pelayanan kesehatan dan PMO juga ikut berperan
37 Cara Kerja
1 Membuat proposal penelitian tentang hubungan antara tingkat kepatuhan minum
OAT dengan tingkat kesembuhan penyakit TB di Puskesmas Kecamatan Grogol
Petamburan
38
2 Pengumpulan data sekunder dari Puskesmas Grogol Petamburan
3 Melakukan kunjungan ke rumah-rumah sampel di daerah RT terpilih untuk
pengumpulan data primer dengan memakai kuesioner dan wawancara responden
4 Data-data yang telah dikumpulkan akan dilakukan pengolahan berupa proses
editing verifikasi dan koding Selanjutnya dimasukkan dan diolah dengan
menggunakan program computer yaitu program SPSS
5 Terhadap data yang telah diolah kemudian dilakukan analisis sesuai dengan cara
uji statistik menggunakanhelliphellip Data diinterpretasi secara deskriptif korelatif
antar variabel ndash variabel yang telah ditentukan dan disajikan dalam bentuk
tekstular dan tabular
6 Hasil dari penelitian akan disusun dalam bentuk pelaporan penelitian yang
selanjutnya akan di presentasikan di hadapan staf pengajar program pendidikan
Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida
Wacana (FK UKRIDA) dalam forum pendidikan Ilmu Kedokteran Komunitas
Fakultas Kedokteran UKRIDA
38 Manajemen Data
381 Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder yaitu
1 Data primer diperoleh dengan wawancara langsung kepada penderita TB paru
dan petugas kesehatan program penanggulangan TB Paru yang berpedoman pada
kuisioner penelitian yang telah ditetapkan dam melakukan cross check
2 Data sekunder diperoleh dari laporan pelaksanaan program penanggulangan TB
Paru di Puskesmas kartu pengobatan TBC (formulir TB 01) dan Formulir
Permohonan Laboratorium TBC Untik Pemeriksaan Dahak (formulir TB 05)
382 Pengolahan Data
39
Aspek pengukuran
Aspek pengukuran variable bebas
Karakteristik individu
Aspek pengukuran variable karakteristik individu dapat dilihat pada tabel 31
Table 31 Aspek Pengukuran Variabel Karakteristik Individu
Karakteristik
individu
Kategori Skala Bobot nilai
Umur a 15-24 tahun
b 25-49 tahun
c gt 50 tahun
rasio
Jenis kelamin a Laki-laki
b Perempuan
Tingkat
pendidikan
a Tidak tamat SD
b SD
c SLTP
d SLTA
e Sarjana S1
Pekerjaan a Bekerja
b Tidak bekerja
Pengetahuan a Baik
b Sedang
c Bururk
Efek samping
OAT
a Ada
b Tidan ada
Faktor pelayanan kesehatan
Pengukuran faktor pelanan kesehatan meliputi ketersediaan OAT yang
diukur adalah yang diukur dengan 2 pertanyaan sikap petugas kesehatan diukur
dengan 8 pertanyaan lokasi jarak diukur dengan 3 pertanyaan penyuluhan kesehatan
diukur dengan 6 pertanyaan dan kunjungan rumah diukur dengan 2 pertanyaan
40
berdasarkan jawaban yang diberikan responden selanjutnya dikelompokkan menjadi
tiga (3) yaitu
a Baik jika faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan
penilaian yang baik karena kebutuhan yang diinginkan debagian besarnya
terpenuhi (nilai gt32)
b Sedang bila faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan
penilaian yang kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan responden hanay
sebagian saja yang terpenuhi (nilainya 17-32)
c Buruk bila faktor pelayanan pelayanan kesehatan yang diterima responden
menimbulkan penilaian yang tidak baik karena kebutuhan yang diinginka
responden sebagian besar tidak dipenuhi (nilainya lt17)
Faktor Pengawas Menelan Obat (PMO)
Faktor Pengawas Menelan Obat diukur dengan 5 pertanyaan yang
selanjutnya dibedakan atas 3 kategori yaitu
a Baik bila semua tugas yang diterima responden terlaksana dengan baik yaitu
mengawasi memberikan dorongan mengingatkan dan memberikan penyuluhan
(nilainya gt11)
b Sedang bila tugas PMO yang diterima responden sebagian saja yang terpenuhi
(nilainya 6-11)
c Buruk bila tugas PMO yang diterima responden tidak terlaksana dengan baik
(nilainya lt 6)
Aspek Pengukuran Variabel Terikan
Kepatuhan Pengobatan TB Paru
41
Aspek Pengukuran Variabel ini menggunakan skala interval yang diukur berdasarkan
tiga (3) kategori yaitu
Patuh apabila responden selalu menelan obat sesuai ketentuan petugas kesehatan
yaitu setiap hari pada tahap awal tiga kali seminggu pada tahap lanjutan dan
mengambil obat serta memeriksakan dahak sesuai jadwal dan menaati nasihat dari
petugas kesehatan ( bobot 3 )
Kurang patuh jika responden kadang-kadang menelan obat sesuai ketentuan
petugas kesehatan atau responden tidak menelan obat 2-8 minggu selama tahap
pengobatan lanjutan dan tidak memerisakan dahak sesuai jadwal yang telah
ditetapkan dan tidak selalu menaati nasihat dari petugas kesehatan (bobot 2 )
Tidak patuh jika responden tidak menelan obat sesuai ketentuan petugas
kesehatan atau responden tidak menelan obat lebih dari 8 minggu selama tahap
pengobatan lanjutan dan tidak mengambil obat serta tidak memeriksakan dahak
sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan tidak menaati nasihat petugas kesehatan
(bobot 1)
383 Penyajian Data
384 Analisis Data
385 Interpretasi Data
386 Pelaporan Data
39 Definisi Operasional
1 Umur adalah usia responden saat penelitian berdasarkan ulang tahun terakhir yang
dibedakan atas 3 (tiga) kategori berdasarkna Badan Pusat Statistik Kota Medan
42
tahun 2008 yaitu 1) orang muda 25-24 tahun 2) dewasa 24-49 tahun 3) orang
tua gt 50 tahun
2 Jenis kelamin adalah suatu karakteristik responden yang dibedakan identitasnya
dari laki-laki dan perempuan
3 Pendidikan adalah jenjang pendidikannyang berhasil ditamatkan responden yang
dibedakan atas tidak tamat SD SD SLTP SLTA Akademi Sarjana
4 Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh responden sebagai
pendapatan utama yang dibedakan atas kerja dan tidak bekerja
5 Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai penyakit
TB paru
6 Efek samping OAT adalah gejala keluhan yang diderita responden akiba menelan
OAT selama pengobatan
7 Ketersdediaan OAT adalah pandangan responden terhadap kondisi OAT
diperoleh dari puskesmas meliputi kecukupan jumlah OAT dan dan kualitasnya
8 Sikap petugas kesehatan adalah penilaian responden terhadap reaksi petugas
kesehatan kepada responden selama mereka menjalanin pengobatan
9 Lokasi jarak adalah pandangan responden tentang lama perjalanan dari tempat
tinggal responden ke Puskesmas yang diukur dengan jarak sarana transportasi
10 Penyuluhan kesehatan adalah pandangan responden tentang kegiatan yang
dilakukan oleh petugas kesehatan sehubungan dengan pengobatan TB Paru untuk
mencapai suatu keadaan dimana pederita TB Paru dapat hidup lebih sehat
11 Kunjungan rumah adalah pandangan responden tentang kegiatan yang dilakukan
petugas kesehatan selama masa pengobatan ke rumah responden
12 Faktor peran Pengawas Minum Obat (PMO) adalah pandangan responden tentang
tugas yang dilakasanakan oleh seorang PMO meliputi penyuluhan
13 Kepatuhan berobat adalah ketaan responden dalam menelan obat mengambil
obat dan melakukan pemeriksaan dahak sesuai jadwal yang telah ditentukan dan
menaati segala nasehat dari petugas kesehatan
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
1) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta
2) Perkumpulan Pemberantasan TB Indonesia 2011 TB di Indonesia Peringkat Dunia
Jakarta Diakses melalui situs httpwwwpptiinfoindexphpcomponentcontentarticle46-
arsip-ppti141-tbc-di-indonesia-peringkat-5-dunia Diakses pada tanggal 23 Januari 2012
44
3) Depkes dan WHO 2008 Lembar Fakta Tuberkulosis Jakarta
4) Dirjen P2M amp PLP 1997 Pengawasan Menelan Obat (PMO) adalah DOTS ala Indonesia
Jakarta
5) Amirudin R 2006 Faktor Keberhasilan Konversi pada Penderita TB Paru di Puskesmas
Jongaya Tahun 2006 Laporan Penelitian FKM Unhas Makasar
6) Aditama Tjandra Y 1994 Tuberkulosis Paru Masalah dan Penanggulangnya UI Press
Jakarta
7) Aru W Bambang S Idrus A dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Tuberkulosis
Paru Edisi IV FKUI Jakarta 2006 998-1004
8) Depkes RI 2002 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta
9) Depkes RI 2006 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta
10) Subijakto Hubungan Pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Berobat
Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Proposal Skripsi Jakarta 2011 Diakses pada
tanggal 20 Januari 2012
11) Aditama Tjandra Y 2002 Tuberkulosis Diagnosis Terapi dan Masalahnya Yayasan IDI
Jakarta
12) Notoatmodjo Soekidjo 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Penerbit Rineka Cipta
Jakarta
13) Simamora Jojor 2004 Faktor yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Berobat Penderita TB
Paru di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2004 Tesis Pascasarjana USU Medan
14) Ester Monica 2000 Psikologi Kesehatan Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
15) Bart Smet 1994 Psikologi Kesehatan PT Grasindo Jakarta
16) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta
45
a Persyaratan PMO
bull Seseorang yang dikenal dipercaya dan disetujui baik oleh petugas kesehatan
maupun pasien selain itu harus disegani dan dihormati oleh pasien
bull Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien
bull Bersedia membantu pasien dengan sukarela
bull Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan pasien
b Siapa yang bisa menjadi PMO
Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan misalnya Bidan di Desa Perawat
Pekarya Sanitarian Juru Immunisasi dan lain lain Bila tidak ada petugas
kesehatan yang memungkinkan PMO dapat berasal dari kader kesehatan guru
anggota PPTI PKK atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga
c Tugas seorang PMO
bull Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai
pengobatan
bull Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur
bull Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah
ditentukan
bull Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai gejala-
gejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke Unit Pelayanan
Kesehatan
Tugas seorang PMO bukanlah untuk mengganti kewajiban pasien mengambil
obatdari unit pelayanan kesehatan
d Informasi penting yang perlu dipahami PMO untuk disampaikan kepada pasien dan
keluarganya
bull TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur
32
bull TB bukan penyakit keturunan atau kutukan
bull Cara penularan TB gejala-gejala yang mencurigakan dan cara pencegahannya
bull Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan)
bull Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur
bull Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera meminta
pertolongan ke UPK
27 Penanggulangan TB 16
Rencana Global Penanggulangan TB
Rencana Global 2006-2015 mencakup enam elemen utama dalam strategi baru Stop
TB ndashWHO yang terdiri dari
1 Memperluas dan meningkatkan ekspansi DOTS yang berkualitas meningkatkan
penemuan kasus dan kesembuhan melalui pendekatan yangterfokus pada penderita
agar pelayanan DOTS yang berkualitas dapat menjangkau seluruh penderita
khususnya kelompok masyarakat yang miskin dan rentan
2 Menghadapi tantangan TBHIV MDR-TB dan tantangan lainnya dengan cara
meningkatkan kolaborasi TBHIV DOTS-Plus dan pendekatan lainnya
3 Berkontribusi dalam memperkuat sistem kesehatan melalui kerjasama dengan
berbagai program dan pelayanan kesehatan lainnya misalnya dalam memobilisasi
sumber daya manusia dan finansial untuk implementasi dan mengevaluasi
hasilnyaserta pertukaran informasi dalam keberhasilan pencapaian dalam program
penanggulangan TB
33
4 Melibatkan seluruh penyedia pelayanan kesehatan pemerintah lembaga swadaya
masyarakat (LSM) dan swasta dengan cara memperluas pendekatan berbasis
public-private mix (PPM) dengan menggunakan ISTC
5 Melibatkan penderita TB dan masyarakat untuk memberikan kontribusi dalam
penyediaan pelayanan yang efektif Hal ini meliputi perluasan pelayanan TB di
masyarakat menciptakan kebutuhan masyarakat akan pelayanan TB advokasi
yang spesifik komunikasi dan mobilisasi sosial serta mendukung pengembangan
piagam pasien TB dalam masyarakat dan
6 Memberdayakan dan meningkatkan penelitian operasional
28 Kerangka Konsep
Variabel Independent Variabel dependent
Karakteristik Individu
1Umur
2Jenis kelamin
3Pendidikan
4Pekerjaan
5Pengetahuan
6Efek samping OAT
7Tingkat kepatuhan
penderita dalam
pengobatan
Kesembuhan
34
Penderita TB paru
Faktor Pelayanan
kesehatan
1 Ketersediaan OAT
2 Sikap petugas kesehatan
3 LokasiJarak
4 Penyuluhan kesehatan
5 Kunjungan rumah
Faktor Peran PMO
Gambar Kerangka Konsep Penelitian
Definisi Konsep
1 Karakteristik individu adalah hal-hal yang melekat dalam diri penderita TB paru yang
mempengaruhi tingkat kapetuhan dalam melaksanakan program pengobatan dengan
strategi DOTS yang membedakan seseorang dengan yang lainnya meliputi umur jenis
kelamin pendidikan pekerjaan pengetahuan efek samping OAT tingkat kepatuhan
penderita dalam pengobatan
2 Faktor pelayanan kesehatan adalah penilaian dari penderita TB paru terhadap upaya yang
diselenggarakan oleh unit pelayanan kesehatan untuk menangani penderita TB paru
meliputi Ketersediaan OATsikap petugas kesehatan lokasijarak penyuluhan
kesehatan dan kunjungan rumah
3 Faktor Peran PMO ( Pengawasan Menelan Obat ) adalah penilaian dari penderita TB paru
terhadap hal-hal yang menjadi tugas dari seseorang pengawas menelan obat yang
mempengaruhi tingkat kepatuhan penderita TB paru dalam melaksanakan pengobatan
meliputi penyuluhan member dorongan meningkatkan dan mengawasi
35
4 Kesembuhan adalah pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan
pemeriksaan ulang dahak (follow up) menunjukkan hasil BTA negatif
29 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konsep di atas maka hipotesis penelitian ini adalah
1) Ada pengaruh karakteristik individu terhadap kesembuhan penderita TB paru
dalam pengobatan
2) Ada pengaruh pelayanan kesehatan terhadap kesembuhan penderita TB paru
dalam pengobatan
3) Ada pengaruh PMO terhadap kesembuhan penderita TB paru dalam pengobatan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
31 Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional yang
bertujuan untuk menjelaskan pengaruh karakteristik individu faktor pelayanan
kesehatan dan faktor Pengawas Menelan Obat (PMO) terhadap kesembuhan
penderita TB Paru dalam melaksanakan pengobatan di Puskesmas Grogol Petamburan
tahun 2011
32 Tempat dan Waktu Penelitian
36
Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Grogol Petamburan pada bulan
Januari sampai Februari tahun 2012
33 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang
sedang menjalankan pengobatan TB di Puskesmas Grogol
Petamburan mulai bulan OktobeR
34 Keriteria Inklusi dan Eksklusi
341 Keriteria Inklusi
342 Keriteria Eksklusi
35 Sampel
351 Besar Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang
mengikuti pengobatan dengan strategi DOTS di Puskesmas yang pada saat penelitian
sedang menjalani pengobatan dan seluruh penderita TB yang telah mendapat
pengobatan selama 6 bulan atau sedang dalam tahap lanjutan
Keterangan
n1 = Jumlah sampel minimal
37
n2 = Jumlah sampel ditambah substitusi 10 (substitusi adalah persen responden
yang mungkin drop out)
Z = Tingkat batas kepercayaan dengan = 5
Didapat Z pada kurva normal = 196
p = Proporsi variabel yang diteliti yaitu besarnya presentasi 50 )
q = 1 - p
L = Derajat kesalahan yang masih dapat diterima adalah 10
Berdasarkan rumus di atas didapatkan angka sebagai berikut
( Z )2 p q ( 196 )2 0505
n1 = ----------------- = ------------------------------ = 9604
L2 ( 01 )2
n2 = n1 + ( 10 n1 )
= 9604 + ( 10 9604)
= 9604 + 9604
= 10564 Dibulatkan 106
352 Teknik Pengambilan Sampel
36 Identifikasi Variabel
1 Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kesembuhan tb paru
2 Variabel independen adalah umur jenis kelamin pendidikan pekerjaan
pengetahuan efek samping OAT dan tingkat kepahuhan dari penderita TB
Selain itu faktor dari pelayanan kesehatan dan PMO juga ikut berperan
37 Cara Kerja
1 Membuat proposal penelitian tentang hubungan antara tingkat kepatuhan minum
OAT dengan tingkat kesembuhan penyakit TB di Puskesmas Kecamatan Grogol
Petamburan
38
2 Pengumpulan data sekunder dari Puskesmas Grogol Petamburan
3 Melakukan kunjungan ke rumah-rumah sampel di daerah RT terpilih untuk
pengumpulan data primer dengan memakai kuesioner dan wawancara responden
4 Data-data yang telah dikumpulkan akan dilakukan pengolahan berupa proses
editing verifikasi dan koding Selanjutnya dimasukkan dan diolah dengan
menggunakan program computer yaitu program SPSS
5 Terhadap data yang telah diolah kemudian dilakukan analisis sesuai dengan cara
uji statistik menggunakanhelliphellip Data diinterpretasi secara deskriptif korelatif
antar variabel ndash variabel yang telah ditentukan dan disajikan dalam bentuk
tekstular dan tabular
6 Hasil dari penelitian akan disusun dalam bentuk pelaporan penelitian yang
selanjutnya akan di presentasikan di hadapan staf pengajar program pendidikan
Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida
Wacana (FK UKRIDA) dalam forum pendidikan Ilmu Kedokteran Komunitas
Fakultas Kedokteran UKRIDA
38 Manajemen Data
381 Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder yaitu
1 Data primer diperoleh dengan wawancara langsung kepada penderita TB paru
dan petugas kesehatan program penanggulangan TB Paru yang berpedoman pada
kuisioner penelitian yang telah ditetapkan dam melakukan cross check
2 Data sekunder diperoleh dari laporan pelaksanaan program penanggulangan TB
Paru di Puskesmas kartu pengobatan TBC (formulir TB 01) dan Formulir
Permohonan Laboratorium TBC Untik Pemeriksaan Dahak (formulir TB 05)
382 Pengolahan Data
39
Aspek pengukuran
Aspek pengukuran variable bebas
Karakteristik individu
Aspek pengukuran variable karakteristik individu dapat dilihat pada tabel 31
Table 31 Aspek Pengukuran Variabel Karakteristik Individu
Karakteristik
individu
Kategori Skala Bobot nilai
Umur a 15-24 tahun
b 25-49 tahun
c gt 50 tahun
rasio
Jenis kelamin a Laki-laki
b Perempuan
Tingkat
pendidikan
a Tidak tamat SD
b SD
c SLTP
d SLTA
e Sarjana S1
Pekerjaan a Bekerja
b Tidak bekerja
Pengetahuan a Baik
b Sedang
c Bururk
Efek samping
OAT
a Ada
b Tidan ada
Faktor pelayanan kesehatan
Pengukuran faktor pelanan kesehatan meliputi ketersediaan OAT yang
diukur adalah yang diukur dengan 2 pertanyaan sikap petugas kesehatan diukur
dengan 8 pertanyaan lokasi jarak diukur dengan 3 pertanyaan penyuluhan kesehatan
diukur dengan 6 pertanyaan dan kunjungan rumah diukur dengan 2 pertanyaan
40
berdasarkan jawaban yang diberikan responden selanjutnya dikelompokkan menjadi
tiga (3) yaitu
a Baik jika faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan
penilaian yang baik karena kebutuhan yang diinginkan debagian besarnya
terpenuhi (nilai gt32)
b Sedang bila faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan
penilaian yang kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan responden hanay
sebagian saja yang terpenuhi (nilainya 17-32)
c Buruk bila faktor pelayanan pelayanan kesehatan yang diterima responden
menimbulkan penilaian yang tidak baik karena kebutuhan yang diinginka
responden sebagian besar tidak dipenuhi (nilainya lt17)
Faktor Pengawas Menelan Obat (PMO)
Faktor Pengawas Menelan Obat diukur dengan 5 pertanyaan yang
selanjutnya dibedakan atas 3 kategori yaitu
a Baik bila semua tugas yang diterima responden terlaksana dengan baik yaitu
mengawasi memberikan dorongan mengingatkan dan memberikan penyuluhan
(nilainya gt11)
b Sedang bila tugas PMO yang diterima responden sebagian saja yang terpenuhi
(nilainya 6-11)
c Buruk bila tugas PMO yang diterima responden tidak terlaksana dengan baik
(nilainya lt 6)
Aspek Pengukuran Variabel Terikan
Kepatuhan Pengobatan TB Paru
41
Aspek Pengukuran Variabel ini menggunakan skala interval yang diukur berdasarkan
tiga (3) kategori yaitu
Patuh apabila responden selalu menelan obat sesuai ketentuan petugas kesehatan
yaitu setiap hari pada tahap awal tiga kali seminggu pada tahap lanjutan dan
mengambil obat serta memeriksakan dahak sesuai jadwal dan menaati nasihat dari
petugas kesehatan ( bobot 3 )
Kurang patuh jika responden kadang-kadang menelan obat sesuai ketentuan
petugas kesehatan atau responden tidak menelan obat 2-8 minggu selama tahap
pengobatan lanjutan dan tidak memerisakan dahak sesuai jadwal yang telah
ditetapkan dan tidak selalu menaati nasihat dari petugas kesehatan (bobot 2 )
Tidak patuh jika responden tidak menelan obat sesuai ketentuan petugas
kesehatan atau responden tidak menelan obat lebih dari 8 minggu selama tahap
pengobatan lanjutan dan tidak mengambil obat serta tidak memeriksakan dahak
sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan tidak menaati nasihat petugas kesehatan
(bobot 1)
383 Penyajian Data
384 Analisis Data
385 Interpretasi Data
386 Pelaporan Data
39 Definisi Operasional
1 Umur adalah usia responden saat penelitian berdasarkan ulang tahun terakhir yang
dibedakan atas 3 (tiga) kategori berdasarkna Badan Pusat Statistik Kota Medan
42
tahun 2008 yaitu 1) orang muda 25-24 tahun 2) dewasa 24-49 tahun 3) orang
tua gt 50 tahun
2 Jenis kelamin adalah suatu karakteristik responden yang dibedakan identitasnya
dari laki-laki dan perempuan
3 Pendidikan adalah jenjang pendidikannyang berhasil ditamatkan responden yang
dibedakan atas tidak tamat SD SD SLTP SLTA Akademi Sarjana
4 Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh responden sebagai
pendapatan utama yang dibedakan atas kerja dan tidak bekerja
5 Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai penyakit
TB paru
6 Efek samping OAT adalah gejala keluhan yang diderita responden akiba menelan
OAT selama pengobatan
7 Ketersdediaan OAT adalah pandangan responden terhadap kondisi OAT
diperoleh dari puskesmas meliputi kecukupan jumlah OAT dan dan kualitasnya
8 Sikap petugas kesehatan adalah penilaian responden terhadap reaksi petugas
kesehatan kepada responden selama mereka menjalanin pengobatan
9 Lokasi jarak adalah pandangan responden tentang lama perjalanan dari tempat
tinggal responden ke Puskesmas yang diukur dengan jarak sarana transportasi
10 Penyuluhan kesehatan adalah pandangan responden tentang kegiatan yang
dilakukan oleh petugas kesehatan sehubungan dengan pengobatan TB Paru untuk
mencapai suatu keadaan dimana pederita TB Paru dapat hidup lebih sehat
11 Kunjungan rumah adalah pandangan responden tentang kegiatan yang dilakukan
petugas kesehatan selama masa pengobatan ke rumah responden
12 Faktor peran Pengawas Minum Obat (PMO) adalah pandangan responden tentang
tugas yang dilakasanakan oleh seorang PMO meliputi penyuluhan
13 Kepatuhan berobat adalah ketaan responden dalam menelan obat mengambil
obat dan melakukan pemeriksaan dahak sesuai jadwal yang telah ditentukan dan
menaati segala nasehat dari petugas kesehatan
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
1) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta
2) Perkumpulan Pemberantasan TB Indonesia 2011 TB di Indonesia Peringkat Dunia
Jakarta Diakses melalui situs httpwwwpptiinfoindexphpcomponentcontentarticle46-
arsip-ppti141-tbc-di-indonesia-peringkat-5-dunia Diakses pada tanggal 23 Januari 2012
44
3) Depkes dan WHO 2008 Lembar Fakta Tuberkulosis Jakarta
4) Dirjen P2M amp PLP 1997 Pengawasan Menelan Obat (PMO) adalah DOTS ala Indonesia
Jakarta
5) Amirudin R 2006 Faktor Keberhasilan Konversi pada Penderita TB Paru di Puskesmas
Jongaya Tahun 2006 Laporan Penelitian FKM Unhas Makasar
6) Aditama Tjandra Y 1994 Tuberkulosis Paru Masalah dan Penanggulangnya UI Press
Jakarta
7) Aru W Bambang S Idrus A dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Tuberkulosis
Paru Edisi IV FKUI Jakarta 2006 998-1004
8) Depkes RI 2002 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta
9) Depkes RI 2006 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta
10) Subijakto Hubungan Pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Berobat
Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Proposal Skripsi Jakarta 2011 Diakses pada
tanggal 20 Januari 2012
11) Aditama Tjandra Y 2002 Tuberkulosis Diagnosis Terapi dan Masalahnya Yayasan IDI
Jakarta
12) Notoatmodjo Soekidjo 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Penerbit Rineka Cipta
Jakarta
13) Simamora Jojor 2004 Faktor yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Berobat Penderita TB
Paru di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2004 Tesis Pascasarjana USU Medan
14) Ester Monica 2000 Psikologi Kesehatan Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
15) Bart Smet 1994 Psikologi Kesehatan PT Grasindo Jakarta
16) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta
45
bull TB bukan penyakit keturunan atau kutukan
bull Cara penularan TB gejala-gejala yang mencurigakan dan cara pencegahannya
bull Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan)
bull Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur
bull Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera meminta
pertolongan ke UPK
27 Penanggulangan TB 16
Rencana Global Penanggulangan TB
Rencana Global 2006-2015 mencakup enam elemen utama dalam strategi baru Stop
TB ndashWHO yang terdiri dari
1 Memperluas dan meningkatkan ekspansi DOTS yang berkualitas meningkatkan
penemuan kasus dan kesembuhan melalui pendekatan yangterfokus pada penderita
agar pelayanan DOTS yang berkualitas dapat menjangkau seluruh penderita
khususnya kelompok masyarakat yang miskin dan rentan
2 Menghadapi tantangan TBHIV MDR-TB dan tantangan lainnya dengan cara
meningkatkan kolaborasi TBHIV DOTS-Plus dan pendekatan lainnya
3 Berkontribusi dalam memperkuat sistem kesehatan melalui kerjasama dengan
berbagai program dan pelayanan kesehatan lainnya misalnya dalam memobilisasi
sumber daya manusia dan finansial untuk implementasi dan mengevaluasi
hasilnyaserta pertukaran informasi dalam keberhasilan pencapaian dalam program
penanggulangan TB
33
4 Melibatkan seluruh penyedia pelayanan kesehatan pemerintah lembaga swadaya
masyarakat (LSM) dan swasta dengan cara memperluas pendekatan berbasis
public-private mix (PPM) dengan menggunakan ISTC
5 Melibatkan penderita TB dan masyarakat untuk memberikan kontribusi dalam
penyediaan pelayanan yang efektif Hal ini meliputi perluasan pelayanan TB di
masyarakat menciptakan kebutuhan masyarakat akan pelayanan TB advokasi
yang spesifik komunikasi dan mobilisasi sosial serta mendukung pengembangan
piagam pasien TB dalam masyarakat dan
6 Memberdayakan dan meningkatkan penelitian operasional
28 Kerangka Konsep
Variabel Independent Variabel dependent
Karakteristik Individu
1Umur
2Jenis kelamin
3Pendidikan
4Pekerjaan
5Pengetahuan
6Efek samping OAT
7Tingkat kepatuhan
penderita dalam
pengobatan
Kesembuhan
34
Penderita TB paru
Faktor Pelayanan
kesehatan
1 Ketersediaan OAT
2 Sikap petugas kesehatan
3 LokasiJarak
4 Penyuluhan kesehatan
5 Kunjungan rumah
Faktor Peran PMO
Gambar Kerangka Konsep Penelitian
Definisi Konsep
1 Karakteristik individu adalah hal-hal yang melekat dalam diri penderita TB paru yang
mempengaruhi tingkat kapetuhan dalam melaksanakan program pengobatan dengan
strategi DOTS yang membedakan seseorang dengan yang lainnya meliputi umur jenis
kelamin pendidikan pekerjaan pengetahuan efek samping OAT tingkat kepatuhan
penderita dalam pengobatan
2 Faktor pelayanan kesehatan adalah penilaian dari penderita TB paru terhadap upaya yang
diselenggarakan oleh unit pelayanan kesehatan untuk menangani penderita TB paru
meliputi Ketersediaan OATsikap petugas kesehatan lokasijarak penyuluhan
kesehatan dan kunjungan rumah
3 Faktor Peran PMO ( Pengawasan Menelan Obat ) adalah penilaian dari penderita TB paru
terhadap hal-hal yang menjadi tugas dari seseorang pengawas menelan obat yang
mempengaruhi tingkat kepatuhan penderita TB paru dalam melaksanakan pengobatan
meliputi penyuluhan member dorongan meningkatkan dan mengawasi
35
4 Kesembuhan adalah pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan
pemeriksaan ulang dahak (follow up) menunjukkan hasil BTA negatif
29 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konsep di atas maka hipotesis penelitian ini adalah
1) Ada pengaruh karakteristik individu terhadap kesembuhan penderita TB paru
dalam pengobatan
2) Ada pengaruh pelayanan kesehatan terhadap kesembuhan penderita TB paru
dalam pengobatan
3) Ada pengaruh PMO terhadap kesembuhan penderita TB paru dalam pengobatan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
31 Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional yang
bertujuan untuk menjelaskan pengaruh karakteristik individu faktor pelayanan
kesehatan dan faktor Pengawas Menelan Obat (PMO) terhadap kesembuhan
penderita TB Paru dalam melaksanakan pengobatan di Puskesmas Grogol Petamburan
tahun 2011
32 Tempat dan Waktu Penelitian
36
Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Grogol Petamburan pada bulan
Januari sampai Februari tahun 2012
33 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang
sedang menjalankan pengobatan TB di Puskesmas Grogol
Petamburan mulai bulan OktobeR
34 Keriteria Inklusi dan Eksklusi
341 Keriteria Inklusi
342 Keriteria Eksklusi
35 Sampel
351 Besar Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang
mengikuti pengobatan dengan strategi DOTS di Puskesmas yang pada saat penelitian
sedang menjalani pengobatan dan seluruh penderita TB yang telah mendapat
pengobatan selama 6 bulan atau sedang dalam tahap lanjutan
Keterangan
n1 = Jumlah sampel minimal
37
n2 = Jumlah sampel ditambah substitusi 10 (substitusi adalah persen responden
yang mungkin drop out)
Z = Tingkat batas kepercayaan dengan = 5
Didapat Z pada kurva normal = 196
p = Proporsi variabel yang diteliti yaitu besarnya presentasi 50 )
q = 1 - p
L = Derajat kesalahan yang masih dapat diterima adalah 10
Berdasarkan rumus di atas didapatkan angka sebagai berikut
( Z )2 p q ( 196 )2 0505
n1 = ----------------- = ------------------------------ = 9604
L2 ( 01 )2
n2 = n1 + ( 10 n1 )
= 9604 + ( 10 9604)
= 9604 + 9604
= 10564 Dibulatkan 106
352 Teknik Pengambilan Sampel
36 Identifikasi Variabel
1 Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kesembuhan tb paru
2 Variabel independen adalah umur jenis kelamin pendidikan pekerjaan
pengetahuan efek samping OAT dan tingkat kepahuhan dari penderita TB
Selain itu faktor dari pelayanan kesehatan dan PMO juga ikut berperan
37 Cara Kerja
1 Membuat proposal penelitian tentang hubungan antara tingkat kepatuhan minum
OAT dengan tingkat kesembuhan penyakit TB di Puskesmas Kecamatan Grogol
Petamburan
38
2 Pengumpulan data sekunder dari Puskesmas Grogol Petamburan
3 Melakukan kunjungan ke rumah-rumah sampel di daerah RT terpilih untuk
pengumpulan data primer dengan memakai kuesioner dan wawancara responden
4 Data-data yang telah dikumpulkan akan dilakukan pengolahan berupa proses
editing verifikasi dan koding Selanjutnya dimasukkan dan diolah dengan
menggunakan program computer yaitu program SPSS
5 Terhadap data yang telah diolah kemudian dilakukan analisis sesuai dengan cara
uji statistik menggunakanhelliphellip Data diinterpretasi secara deskriptif korelatif
antar variabel ndash variabel yang telah ditentukan dan disajikan dalam bentuk
tekstular dan tabular
6 Hasil dari penelitian akan disusun dalam bentuk pelaporan penelitian yang
selanjutnya akan di presentasikan di hadapan staf pengajar program pendidikan
Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida
Wacana (FK UKRIDA) dalam forum pendidikan Ilmu Kedokteran Komunitas
Fakultas Kedokteran UKRIDA
38 Manajemen Data
381 Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder yaitu
1 Data primer diperoleh dengan wawancara langsung kepada penderita TB paru
dan petugas kesehatan program penanggulangan TB Paru yang berpedoman pada
kuisioner penelitian yang telah ditetapkan dam melakukan cross check
2 Data sekunder diperoleh dari laporan pelaksanaan program penanggulangan TB
Paru di Puskesmas kartu pengobatan TBC (formulir TB 01) dan Formulir
Permohonan Laboratorium TBC Untik Pemeriksaan Dahak (formulir TB 05)
382 Pengolahan Data
39
Aspek pengukuran
Aspek pengukuran variable bebas
Karakteristik individu
Aspek pengukuran variable karakteristik individu dapat dilihat pada tabel 31
Table 31 Aspek Pengukuran Variabel Karakteristik Individu
Karakteristik
individu
Kategori Skala Bobot nilai
Umur a 15-24 tahun
b 25-49 tahun
c gt 50 tahun
rasio
Jenis kelamin a Laki-laki
b Perempuan
Tingkat
pendidikan
a Tidak tamat SD
b SD
c SLTP
d SLTA
e Sarjana S1
Pekerjaan a Bekerja
b Tidak bekerja
Pengetahuan a Baik
b Sedang
c Bururk
Efek samping
OAT
a Ada
b Tidan ada
Faktor pelayanan kesehatan
Pengukuran faktor pelanan kesehatan meliputi ketersediaan OAT yang
diukur adalah yang diukur dengan 2 pertanyaan sikap petugas kesehatan diukur
dengan 8 pertanyaan lokasi jarak diukur dengan 3 pertanyaan penyuluhan kesehatan
diukur dengan 6 pertanyaan dan kunjungan rumah diukur dengan 2 pertanyaan
40
berdasarkan jawaban yang diberikan responden selanjutnya dikelompokkan menjadi
tiga (3) yaitu
a Baik jika faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan
penilaian yang baik karena kebutuhan yang diinginkan debagian besarnya
terpenuhi (nilai gt32)
b Sedang bila faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan
penilaian yang kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan responden hanay
sebagian saja yang terpenuhi (nilainya 17-32)
c Buruk bila faktor pelayanan pelayanan kesehatan yang diterima responden
menimbulkan penilaian yang tidak baik karena kebutuhan yang diinginka
responden sebagian besar tidak dipenuhi (nilainya lt17)
Faktor Pengawas Menelan Obat (PMO)
Faktor Pengawas Menelan Obat diukur dengan 5 pertanyaan yang
selanjutnya dibedakan atas 3 kategori yaitu
a Baik bila semua tugas yang diterima responden terlaksana dengan baik yaitu
mengawasi memberikan dorongan mengingatkan dan memberikan penyuluhan
(nilainya gt11)
b Sedang bila tugas PMO yang diterima responden sebagian saja yang terpenuhi
(nilainya 6-11)
c Buruk bila tugas PMO yang diterima responden tidak terlaksana dengan baik
(nilainya lt 6)
Aspek Pengukuran Variabel Terikan
Kepatuhan Pengobatan TB Paru
41
Aspek Pengukuran Variabel ini menggunakan skala interval yang diukur berdasarkan
tiga (3) kategori yaitu
Patuh apabila responden selalu menelan obat sesuai ketentuan petugas kesehatan
yaitu setiap hari pada tahap awal tiga kali seminggu pada tahap lanjutan dan
mengambil obat serta memeriksakan dahak sesuai jadwal dan menaati nasihat dari
petugas kesehatan ( bobot 3 )
Kurang patuh jika responden kadang-kadang menelan obat sesuai ketentuan
petugas kesehatan atau responden tidak menelan obat 2-8 minggu selama tahap
pengobatan lanjutan dan tidak memerisakan dahak sesuai jadwal yang telah
ditetapkan dan tidak selalu menaati nasihat dari petugas kesehatan (bobot 2 )
Tidak patuh jika responden tidak menelan obat sesuai ketentuan petugas
kesehatan atau responden tidak menelan obat lebih dari 8 minggu selama tahap
pengobatan lanjutan dan tidak mengambil obat serta tidak memeriksakan dahak
sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan tidak menaati nasihat petugas kesehatan
(bobot 1)
383 Penyajian Data
384 Analisis Data
385 Interpretasi Data
386 Pelaporan Data
39 Definisi Operasional
1 Umur adalah usia responden saat penelitian berdasarkan ulang tahun terakhir yang
dibedakan atas 3 (tiga) kategori berdasarkna Badan Pusat Statistik Kota Medan
42
tahun 2008 yaitu 1) orang muda 25-24 tahun 2) dewasa 24-49 tahun 3) orang
tua gt 50 tahun
2 Jenis kelamin adalah suatu karakteristik responden yang dibedakan identitasnya
dari laki-laki dan perempuan
3 Pendidikan adalah jenjang pendidikannyang berhasil ditamatkan responden yang
dibedakan atas tidak tamat SD SD SLTP SLTA Akademi Sarjana
4 Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh responden sebagai
pendapatan utama yang dibedakan atas kerja dan tidak bekerja
5 Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai penyakit
TB paru
6 Efek samping OAT adalah gejala keluhan yang diderita responden akiba menelan
OAT selama pengobatan
7 Ketersdediaan OAT adalah pandangan responden terhadap kondisi OAT
diperoleh dari puskesmas meliputi kecukupan jumlah OAT dan dan kualitasnya
8 Sikap petugas kesehatan adalah penilaian responden terhadap reaksi petugas
kesehatan kepada responden selama mereka menjalanin pengobatan
9 Lokasi jarak adalah pandangan responden tentang lama perjalanan dari tempat
tinggal responden ke Puskesmas yang diukur dengan jarak sarana transportasi
10 Penyuluhan kesehatan adalah pandangan responden tentang kegiatan yang
dilakukan oleh petugas kesehatan sehubungan dengan pengobatan TB Paru untuk
mencapai suatu keadaan dimana pederita TB Paru dapat hidup lebih sehat
11 Kunjungan rumah adalah pandangan responden tentang kegiatan yang dilakukan
petugas kesehatan selama masa pengobatan ke rumah responden
12 Faktor peran Pengawas Minum Obat (PMO) adalah pandangan responden tentang
tugas yang dilakasanakan oleh seorang PMO meliputi penyuluhan
13 Kepatuhan berobat adalah ketaan responden dalam menelan obat mengambil
obat dan melakukan pemeriksaan dahak sesuai jadwal yang telah ditentukan dan
menaati segala nasehat dari petugas kesehatan
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
1) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta
2) Perkumpulan Pemberantasan TB Indonesia 2011 TB di Indonesia Peringkat Dunia
Jakarta Diakses melalui situs httpwwwpptiinfoindexphpcomponentcontentarticle46-
arsip-ppti141-tbc-di-indonesia-peringkat-5-dunia Diakses pada tanggal 23 Januari 2012
44
3) Depkes dan WHO 2008 Lembar Fakta Tuberkulosis Jakarta
4) Dirjen P2M amp PLP 1997 Pengawasan Menelan Obat (PMO) adalah DOTS ala Indonesia
Jakarta
5) Amirudin R 2006 Faktor Keberhasilan Konversi pada Penderita TB Paru di Puskesmas
Jongaya Tahun 2006 Laporan Penelitian FKM Unhas Makasar
6) Aditama Tjandra Y 1994 Tuberkulosis Paru Masalah dan Penanggulangnya UI Press
Jakarta
7) Aru W Bambang S Idrus A dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Tuberkulosis
Paru Edisi IV FKUI Jakarta 2006 998-1004
8) Depkes RI 2002 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta
9) Depkes RI 2006 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta
10) Subijakto Hubungan Pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Berobat
Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Proposal Skripsi Jakarta 2011 Diakses pada
tanggal 20 Januari 2012
11) Aditama Tjandra Y 2002 Tuberkulosis Diagnosis Terapi dan Masalahnya Yayasan IDI
Jakarta
12) Notoatmodjo Soekidjo 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Penerbit Rineka Cipta
Jakarta
13) Simamora Jojor 2004 Faktor yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Berobat Penderita TB
Paru di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2004 Tesis Pascasarjana USU Medan
14) Ester Monica 2000 Psikologi Kesehatan Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
15) Bart Smet 1994 Psikologi Kesehatan PT Grasindo Jakarta
16) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta
45
4 Melibatkan seluruh penyedia pelayanan kesehatan pemerintah lembaga swadaya
masyarakat (LSM) dan swasta dengan cara memperluas pendekatan berbasis
public-private mix (PPM) dengan menggunakan ISTC
5 Melibatkan penderita TB dan masyarakat untuk memberikan kontribusi dalam
penyediaan pelayanan yang efektif Hal ini meliputi perluasan pelayanan TB di
masyarakat menciptakan kebutuhan masyarakat akan pelayanan TB advokasi
yang spesifik komunikasi dan mobilisasi sosial serta mendukung pengembangan
piagam pasien TB dalam masyarakat dan
6 Memberdayakan dan meningkatkan penelitian operasional
28 Kerangka Konsep
Variabel Independent Variabel dependent
Karakteristik Individu
1Umur
2Jenis kelamin
3Pendidikan
4Pekerjaan
5Pengetahuan
6Efek samping OAT
7Tingkat kepatuhan
penderita dalam
pengobatan
Kesembuhan
34
Penderita TB paru
Faktor Pelayanan
kesehatan
1 Ketersediaan OAT
2 Sikap petugas kesehatan
3 LokasiJarak
4 Penyuluhan kesehatan
5 Kunjungan rumah
Faktor Peran PMO
Gambar Kerangka Konsep Penelitian
Definisi Konsep
1 Karakteristik individu adalah hal-hal yang melekat dalam diri penderita TB paru yang
mempengaruhi tingkat kapetuhan dalam melaksanakan program pengobatan dengan
strategi DOTS yang membedakan seseorang dengan yang lainnya meliputi umur jenis
kelamin pendidikan pekerjaan pengetahuan efek samping OAT tingkat kepatuhan
penderita dalam pengobatan
2 Faktor pelayanan kesehatan adalah penilaian dari penderita TB paru terhadap upaya yang
diselenggarakan oleh unit pelayanan kesehatan untuk menangani penderita TB paru
meliputi Ketersediaan OATsikap petugas kesehatan lokasijarak penyuluhan
kesehatan dan kunjungan rumah
3 Faktor Peran PMO ( Pengawasan Menelan Obat ) adalah penilaian dari penderita TB paru
terhadap hal-hal yang menjadi tugas dari seseorang pengawas menelan obat yang
mempengaruhi tingkat kepatuhan penderita TB paru dalam melaksanakan pengobatan
meliputi penyuluhan member dorongan meningkatkan dan mengawasi
35
4 Kesembuhan adalah pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan
pemeriksaan ulang dahak (follow up) menunjukkan hasil BTA negatif
29 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konsep di atas maka hipotesis penelitian ini adalah
1) Ada pengaruh karakteristik individu terhadap kesembuhan penderita TB paru
dalam pengobatan
2) Ada pengaruh pelayanan kesehatan terhadap kesembuhan penderita TB paru
dalam pengobatan
3) Ada pengaruh PMO terhadap kesembuhan penderita TB paru dalam pengobatan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
31 Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional yang
bertujuan untuk menjelaskan pengaruh karakteristik individu faktor pelayanan
kesehatan dan faktor Pengawas Menelan Obat (PMO) terhadap kesembuhan
penderita TB Paru dalam melaksanakan pengobatan di Puskesmas Grogol Petamburan
tahun 2011
32 Tempat dan Waktu Penelitian
36
Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Grogol Petamburan pada bulan
Januari sampai Februari tahun 2012
33 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang
sedang menjalankan pengobatan TB di Puskesmas Grogol
Petamburan mulai bulan OktobeR
34 Keriteria Inklusi dan Eksklusi
341 Keriteria Inklusi
342 Keriteria Eksklusi
35 Sampel
351 Besar Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang
mengikuti pengobatan dengan strategi DOTS di Puskesmas yang pada saat penelitian
sedang menjalani pengobatan dan seluruh penderita TB yang telah mendapat
pengobatan selama 6 bulan atau sedang dalam tahap lanjutan
Keterangan
n1 = Jumlah sampel minimal
37
n2 = Jumlah sampel ditambah substitusi 10 (substitusi adalah persen responden
yang mungkin drop out)
Z = Tingkat batas kepercayaan dengan = 5
Didapat Z pada kurva normal = 196
p = Proporsi variabel yang diteliti yaitu besarnya presentasi 50 )
q = 1 - p
L = Derajat kesalahan yang masih dapat diterima adalah 10
Berdasarkan rumus di atas didapatkan angka sebagai berikut
( Z )2 p q ( 196 )2 0505
n1 = ----------------- = ------------------------------ = 9604
L2 ( 01 )2
n2 = n1 + ( 10 n1 )
= 9604 + ( 10 9604)
= 9604 + 9604
= 10564 Dibulatkan 106
352 Teknik Pengambilan Sampel
36 Identifikasi Variabel
1 Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kesembuhan tb paru
2 Variabel independen adalah umur jenis kelamin pendidikan pekerjaan
pengetahuan efek samping OAT dan tingkat kepahuhan dari penderita TB
Selain itu faktor dari pelayanan kesehatan dan PMO juga ikut berperan
37 Cara Kerja
1 Membuat proposal penelitian tentang hubungan antara tingkat kepatuhan minum
OAT dengan tingkat kesembuhan penyakit TB di Puskesmas Kecamatan Grogol
Petamburan
38
2 Pengumpulan data sekunder dari Puskesmas Grogol Petamburan
3 Melakukan kunjungan ke rumah-rumah sampel di daerah RT terpilih untuk
pengumpulan data primer dengan memakai kuesioner dan wawancara responden
4 Data-data yang telah dikumpulkan akan dilakukan pengolahan berupa proses
editing verifikasi dan koding Selanjutnya dimasukkan dan diolah dengan
menggunakan program computer yaitu program SPSS
5 Terhadap data yang telah diolah kemudian dilakukan analisis sesuai dengan cara
uji statistik menggunakanhelliphellip Data diinterpretasi secara deskriptif korelatif
antar variabel ndash variabel yang telah ditentukan dan disajikan dalam bentuk
tekstular dan tabular
6 Hasil dari penelitian akan disusun dalam bentuk pelaporan penelitian yang
selanjutnya akan di presentasikan di hadapan staf pengajar program pendidikan
Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida
Wacana (FK UKRIDA) dalam forum pendidikan Ilmu Kedokteran Komunitas
Fakultas Kedokteran UKRIDA
38 Manajemen Data
381 Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder yaitu
1 Data primer diperoleh dengan wawancara langsung kepada penderita TB paru
dan petugas kesehatan program penanggulangan TB Paru yang berpedoman pada
kuisioner penelitian yang telah ditetapkan dam melakukan cross check
2 Data sekunder diperoleh dari laporan pelaksanaan program penanggulangan TB
Paru di Puskesmas kartu pengobatan TBC (formulir TB 01) dan Formulir
Permohonan Laboratorium TBC Untik Pemeriksaan Dahak (formulir TB 05)
382 Pengolahan Data
39
Aspek pengukuran
Aspek pengukuran variable bebas
Karakteristik individu
Aspek pengukuran variable karakteristik individu dapat dilihat pada tabel 31
Table 31 Aspek Pengukuran Variabel Karakteristik Individu
Karakteristik
individu
Kategori Skala Bobot nilai
Umur a 15-24 tahun
b 25-49 tahun
c gt 50 tahun
rasio
Jenis kelamin a Laki-laki
b Perempuan
Tingkat
pendidikan
a Tidak tamat SD
b SD
c SLTP
d SLTA
e Sarjana S1
Pekerjaan a Bekerja
b Tidak bekerja
Pengetahuan a Baik
b Sedang
c Bururk
Efek samping
OAT
a Ada
b Tidan ada
Faktor pelayanan kesehatan
Pengukuran faktor pelanan kesehatan meliputi ketersediaan OAT yang
diukur adalah yang diukur dengan 2 pertanyaan sikap petugas kesehatan diukur
dengan 8 pertanyaan lokasi jarak diukur dengan 3 pertanyaan penyuluhan kesehatan
diukur dengan 6 pertanyaan dan kunjungan rumah diukur dengan 2 pertanyaan
40
berdasarkan jawaban yang diberikan responden selanjutnya dikelompokkan menjadi
tiga (3) yaitu
a Baik jika faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan
penilaian yang baik karena kebutuhan yang diinginkan debagian besarnya
terpenuhi (nilai gt32)
b Sedang bila faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan
penilaian yang kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan responden hanay
sebagian saja yang terpenuhi (nilainya 17-32)
c Buruk bila faktor pelayanan pelayanan kesehatan yang diterima responden
menimbulkan penilaian yang tidak baik karena kebutuhan yang diinginka
responden sebagian besar tidak dipenuhi (nilainya lt17)
Faktor Pengawas Menelan Obat (PMO)
Faktor Pengawas Menelan Obat diukur dengan 5 pertanyaan yang
selanjutnya dibedakan atas 3 kategori yaitu
a Baik bila semua tugas yang diterima responden terlaksana dengan baik yaitu
mengawasi memberikan dorongan mengingatkan dan memberikan penyuluhan
(nilainya gt11)
b Sedang bila tugas PMO yang diterima responden sebagian saja yang terpenuhi
(nilainya 6-11)
c Buruk bila tugas PMO yang diterima responden tidak terlaksana dengan baik
(nilainya lt 6)
Aspek Pengukuran Variabel Terikan
Kepatuhan Pengobatan TB Paru
41
Aspek Pengukuran Variabel ini menggunakan skala interval yang diukur berdasarkan
tiga (3) kategori yaitu
Patuh apabila responden selalu menelan obat sesuai ketentuan petugas kesehatan
yaitu setiap hari pada tahap awal tiga kali seminggu pada tahap lanjutan dan
mengambil obat serta memeriksakan dahak sesuai jadwal dan menaati nasihat dari
petugas kesehatan ( bobot 3 )
Kurang patuh jika responden kadang-kadang menelan obat sesuai ketentuan
petugas kesehatan atau responden tidak menelan obat 2-8 minggu selama tahap
pengobatan lanjutan dan tidak memerisakan dahak sesuai jadwal yang telah
ditetapkan dan tidak selalu menaati nasihat dari petugas kesehatan (bobot 2 )
Tidak patuh jika responden tidak menelan obat sesuai ketentuan petugas
kesehatan atau responden tidak menelan obat lebih dari 8 minggu selama tahap
pengobatan lanjutan dan tidak mengambil obat serta tidak memeriksakan dahak
sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan tidak menaati nasihat petugas kesehatan
(bobot 1)
383 Penyajian Data
384 Analisis Data
385 Interpretasi Data
386 Pelaporan Data
39 Definisi Operasional
1 Umur adalah usia responden saat penelitian berdasarkan ulang tahun terakhir yang
dibedakan atas 3 (tiga) kategori berdasarkna Badan Pusat Statistik Kota Medan
42
tahun 2008 yaitu 1) orang muda 25-24 tahun 2) dewasa 24-49 tahun 3) orang
tua gt 50 tahun
2 Jenis kelamin adalah suatu karakteristik responden yang dibedakan identitasnya
dari laki-laki dan perempuan
3 Pendidikan adalah jenjang pendidikannyang berhasil ditamatkan responden yang
dibedakan atas tidak tamat SD SD SLTP SLTA Akademi Sarjana
4 Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh responden sebagai
pendapatan utama yang dibedakan atas kerja dan tidak bekerja
5 Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai penyakit
TB paru
6 Efek samping OAT adalah gejala keluhan yang diderita responden akiba menelan
OAT selama pengobatan
7 Ketersdediaan OAT adalah pandangan responden terhadap kondisi OAT
diperoleh dari puskesmas meliputi kecukupan jumlah OAT dan dan kualitasnya
8 Sikap petugas kesehatan adalah penilaian responden terhadap reaksi petugas
kesehatan kepada responden selama mereka menjalanin pengobatan
9 Lokasi jarak adalah pandangan responden tentang lama perjalanan dari tempat
tinggal responden ke Puskesmas yang diukur dengan jarak sarana transportasi
10 Penyuluhan kesehatan adalah pandangan responden tentang kegiatan yang
dilakukan oleh petugas kesehatan sehubungan dengan pengobatan TB Paru untuk
mencapai suatu keadaan dimana pederita TB Paru dapat hidup lebih sehat
11 Kunjungan rumah adalah pandangan responden tentang kegiatan yang dilakukan
petugas kesehatan selama masa pengobatan ke rumah responden
12 Faktor peran Pengawas Minum Obat (PMO) adalah pandangan responden tentang
tugas yang dilakasanakan oleh seorang PMO meliputi penyuluhan
13 Kepatuhan berobat adalah ketaan responden dalam menelan obat mengambil
obat dan melakukan pemeriksaan dahak sesuai jadwal yang telah ditentukan dan
menaati segala nasehat dari petugas kesehatan
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
1) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta
2) Perkumpulan Pemberantasan TB Indonesia 2011 TB di Indonesia Peringkat Dunia
Jakarta Diakses melalui situs httpwwwpptiinfoindexphpcomponentcontentarticle46-
arsip-ppti141-tbc-di-indonesia-peringkat-5-dunia Diakses pada tanggal 23 Januari 2012
44
3) Depkes dan WHO 2008 Lembar Fakta Tuberkulosis Jakarta
4) Dirjen P2M amp PLP 1997 Pengawasan Menelan Obat (PMO) adalah DOTS ala Indonesia
Jakarta
5) Amirudin R 2006 Faktor Keberhasilan Konversi pada Penderita TB Paru di Puskesmas
Jongaya Tahun 2006 Laporan Penelitian FKM Unhas Makasar
6) Aditama Tjandra Y 1994 Tuberkulosis Paru Masalah dan Penanggulangnya UI Press
Jakarta
7) Aru W Bambang S Idrus A dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Tuberkulosis
Paru Edisi IV FKUI Jakarta 2006 998-1004
8) Depkes RI 2002 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta
9) Depkes RI 2006 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta
10) Subijakto Hubungan Pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Berobat
Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Proposal Skripsi Jakarta 2011 Diakses pada
tanggal 20 Januari 2012
11) Aditama Tjandra Y 2002 Tuberkulosis Diagnosis Terapi dan Masalahnya Yayasan IDI
Jakarta
12) Notoatmodjo Soekidjo 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Penerbit Rineka Cipta
Jakarta
13) Simamora Jojor 2004 Faktor yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Berobat Penderita TB
Paru di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2004 Tesis Pascasarjana USU Medan
14) Ester Monica 2000 Psikologi Kesehatan Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
15) Bart Smet 1994 Psikologi Kesehatan PT Grasindo Jakarta
16) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta
45
Penderita TB paru
Faktor Pelayanan
kesehatan
1 Ketersediaan OAT
2 Sikap petugas kesehatan
3 LokasiJarak
4 Penyuluhan kesehatan
5 Kunjungan rumah
Faktor Peran PMO
Gambar Kerangka Konsep Penelitian
Definisi Konsep
1 Karakteristik individu adalah hal-hal yang melekat dalam diri penderita TB paru yang
mempengaruhi tingkat kapetuhan dalam melaksanakan program pengobatan dengan
strategi DOTS yang membedakan seseorang dengan yang lainnya meliputi umur jenis
kelamin pendidikan pekerjaan pengetahuan efek samping OAT tingkat kepatuhan
penderita dalam pengobatan
2 Faktor pelayanan kesehatan adalah penilaian dari penderita TB paru terhadap upaya yang
diselenggarakan oleh unit pelayanan kesehatan untuk menangani penderita TB paru
meliputi Ketersediaan OATsikap petugas kesehatan lokasijarak penyuluhan
kesehatan dan kunjungan rumah
3 Faktor Peran PMO ( Pengawasan Menelan Obat ) adalah penilaian dari penderita TB paru
terhadap hal-hal yang menjadi tugas dari seseorang pengawas menelan obat yang
mempengaruhi tingkat kepatuhan penderita TB paru dalam melaksanakan pengobatan
meliputi penyuluhan member dorongan meningkatkan dan mengawasi
35
4 Kesembuhan adalah pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan
pemeriksaan ulang dahak (follow up) menunjukkan hasil BTA negatif
29 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konsep di atas maka hipotesis penelitian ini adalah
1) Ada pengaruh karakteristik individu terhadap kesembuhan penderita TB paru
dalam pengobatan
2) Ada pengaruh pelayanan kesehatan terhadap kesembuhan penderita TB paru
dalam pengobatan
3) Ada pengaruh PMO terhadap kesembuhan penderita TB paru dalam pengobatan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
31 Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional yang
bertujuan untuk menjelaskan pengaruh karakteristik individu faktor pelayanan
kesehatan dan faktor Pengawas Menelan Obat (PMO) terhadap kesembuhan
penderita TB Paru dalam melaksanakan pengobatan di Puskesmas Grogol Petamburan
tahun 2011
32 Tempat dan Waktu Penelitian
36
Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Grogol Petamburan pada bulan
Januari sampai Februari tahun 2012
33 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang
sedang menjalankan pengobatan TB di Puskesmas Grogol
Petamburan mulai bulan OktobeR
34 Keriteria Inklusi dan Eksklusi
341 Keriteria Inklusi
342 Keriteria Eksklusi
35 Sampel
351 Besar Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang
mengikuti pengobatan dengan strategi DOTS di Puskesmas yang pada saat penelitian
sedang menjalani pengobatan dan seluruh penderita TB yang telah mendapat
pengobatan selama 6 bulan atau sedang dalam tahap lanjutan
Keterangan
n1 = Jumlah sampel minimal
37
n2 = Jumlah sampel ditambah substitusi 10 (substitusi adalah persen responden
yang mungkin drop out)
Z = Tingkat batas kepercayaan dengan = 5
Didapat Z pada kurva normal = 196
p = Proporsi variabel yang diteliti yaitu besarnya presentasi 50 )
q = 1 - p
L = Derajat kesalahan yang masih dapat diterima adalah 10
Berdasarkan rumus di atas didapatkan angka sebagai berikut
( Z )2 p q ( 196 )2 0505
n1 = ----------------- = ------------------------------ = 9604
L2 ( 01 )2
n2 = n1 + ( 10 n1 )
= 9604 + ( 10 9604)
= 9604 + 9604
= 10564 Dibulatkan 106
352 Teknik Pengambilan Sampel
36 Identifikasi Variabel
1 Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kesembuhan tb paru
2 Variabel independen adalah umur jenis kelamin pendidikan pekerjaan
pengetahuan efek samping OAT dan tingkat kepahuhan dari penderita TB
Selain itu faktor dari pelayanan kesehatan dan PMO juga ikut berperan
37 Cara Kerja
1 Membuat proposal penelitian tentang hubungan antara tingkat kepatuhan minum
OAT dengan tingkat kesembuhan penyakit TB di Puskesmas Kecamatan Grogol
Petamburan
38
2 Pengumpulan data sekunder dari Puskesmas Grogol Petamburan
3 Melakukan kunjungan ke rumah-rumah sampel di daerah RT terpilih untuk
pengumpulan data primer dengan memakai kuesioner dan wawancara responden
4 Data-data yang telah dikumpulkan akan dilakukan pengolahan berupa proses
editing verifikasi dan koding Selanjutnya dimasukkan dan diolah dengan
menggunakan program computer yaitu program SPSS
5 Terhadap data yang telah diolah kemudian dilakukan analisis sesuai dengan cara
uji statistik menggunakanhelliphellip Data diinterpretasi secara deskriptif korelatif
antar variabel ndash variabel yang telah ditentukan dan disajikan dalam bentuk
tekstular dan tabular
6 Hasil dari penelitian akan disusun dalam bentuk pelaporan penelitian yang
selanjutnya akan di presentasikan di hadapan staf pengajar program pendidikan
Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida
Wacana (FK UKRIDA) dalam forum pendidikan Ilmu Kedokteran Komunitas
Fakultas Kedokteran UKRIDA
38 Manajemen Data
381 Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder yaitu
1 Data primer diperoleh dengan wawancara langsung kepada penderita TB paru
dan petugas kesehatan program penanggulangan TB Paru yang berpedoman pada
kuisioner penelitian yang telah ditetapkan dam melakukan cross check
2 Data sekunder diperoleh dari laporan pelaksanaan program penanggulangan TB
Paru di Puskesmas kartu pengobatan TBC (formulir TB 01) dan Formulir
Permohonan Laboratorium TBC Untik Pemeriksaan Dahak (formulir TB 05)
382 Pengolahan Data
39
Aspek pengukuran
Aspek pengukuran variable bebas
Karakteristik individu
Aspek pengukuran variable karakteristik individu dapat dilihat pada tabel 31
Table 31 Aspek Pengukuran Variabel Karakteristik Individu
Karakteristik
individu
Kategori Skala Bobot nilai
Umur a 15-24 tahun
b 25-49 tahun
c gt 50 tahun
rasio
Jenis kelamin a Laki-laki
b Perempuan
Tingkat
pendidikan
a Tidak tamat SD
b SD
c SLTP
d SLTA
e Sarjana S1
Pekerjaan a Bekerja
b Tidak bekerja
Pengetahuan a Baik
b Sedang
c Bururk
Efek samping
OAT
a Ada
b Tidan ada
Faktor pelayanan kesehatan
Pengukuran faktor pelanan kesehatan meliputi ketersediaan OAT yang
diukur adalah yang diukur dengan 2 pertanyaan sikap petugas kesehatan diukur
dengan 8 pertanyaan lokasi jarak diukur dengan 3 pertanyaan penyuluhan kesehatan
diukur dengan 6 pertanyaan dan kunjungan rumah diukur dengan 2 pertanyaan
40
berdasarkan jawaban yang diberikan responden selanjutnya dikelompokkan menjadi
tiga (3) yaitu
a Baik jika faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan
penilaian yang baik karena kebutuhan yang diinginkan debagian besarnya
terpenuhi (nilai gt32)
b Sedang bila faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan
penilaian yang kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan responden hanay
sebagian saja yang terpenuhi (nilainya 17-32)
c Buruk bila faktor pelayanan pelayanan kesehatan yang diterima responden
menimbulkan penilaian yang tidak baik karena kebutuhan yang diinginka
responden sebagian besar tidak dipenuhi (nilainya lt17)
Faktor Pengawas Menelan Obat (PMO)
Faktor Pengawas Menelan Obat diukur dengan 5 pertanyaan yang
selanjutnya dibedakan atas 3 kategori yaitu
a Baik bila semua tugas yang diterima responden terlaksana dengan baik yaitu
mengawasi memberikan dorongan mengingatkan dan memberikan penyuluhan
(nilainya gt11)
b Sedang bila tugas PMO yang diterima responden sebagian saja yang terpenuhi
(nilainya 6-11)
c Buruk bila tugas PMO yang diterima responden tidak terlaksana dengan baik
(nilainya lt 6)
Aspek Pengukuran Variabel Terikan
Kepatuhan Pengobatan TB Paru
41
Aspek Pengukuran Variabel ini menggunakan skala interval yang diukur berdasarkan
tiga (3) kategori yaitu
Patuh apabila responden selalu menelan obat sesuai ketentuan petugas kesehatan
yaitu setiap hari pada tahap awal tiga kali seminggu pada tahap lanjutan dan
mengambil obat serta memeriksakan dahak sesuai jadwal dan menaati nasihat dari
petugas kesehatan ( bobot 3 )
Kurang patuh jika responden kadang-kadang menelan obat sesuai ketentuan
petugas kesehatan atau responden tidak menelan obat 2-8 minggu selama tahap
pengobatan lanjutan dan tidak memerisakan dahak sesuai jadwal yang telah
ditetapkan dan tidak selalu menaati nasihat dari petugas kesehatan (bobot 2 )
Tidak patuh jika responden tidak menelan obat sesuai ketentuan petugas
kesehatan atau responden tidak menelan obat lebih dari 8 minggu selama tahap
pengobatan lanjutan dan tidak mengambil obat serta tidak memeriksakan dahak
sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan tidak menaati nasihat petugas kesehatan
(bobot 1)
383 Penyajian Data
384 Analisis Data
385 Interpretasi Data
386 Pelaporan Data
39 Definisi Operasional
1 Umur adalah usia responden saat penelitian berdasarkan ulang tahun terakhir yang
dibedakan atas 3 (tiga) kategori berdasarkna Badan Pusat Statistik Kota Medan
42
tahun 2008 yaitu 1) orang muda 25-24 tahun 2) dewasa 24-49 tahun 3) orang
tua gt 50 tahun
2 Jenis kelamin adalah suatu karakteristik responden yang dibedakan identitasnya
dari laki-laki dan perempuan
3 Pendidikan adalah jenjang pendidikannyang berhasil ditamatkan responden yang
dibedakan atas tidak tamat SD SD SLTP SLTA Akademi Sarjana
4 Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh responden sebagai
pendapatan utama yang dibedakan atas kerja dan tidak bekerja
5 Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai penyakit
TB paru
6 Efek samping OAT adalah gejala keluhan yang diderita responden akiba menelan
OAT selama pengobatan
7 Ketersdediaan OAT adalah pandangan responden terhadap kondisi OAT
diperoleh dari puskesmas meliputi kecukupan jumlah OAT dan dan kualitasnya
8 Sikap petugas kesehatan adalah penilaian responden terhadap reaksi petugas
kesehatan kepada responden selama mereka menjalanin pengobatan
9 Lokasi jarak adalah pandangan responden tentang lama perjalanan dari tempat
tinggal responden ke Puskesmas yang diukur dengan jarak sarana transportasi
10 Penyuluhan kesehatan adalah pandangan responden tentang kegiatan yang
dilakukan oleh petugas kesehatan sehubungan dengan pengobatan TB Paru untuk
mencapai suatu keadaan dimana pederita TB Paru dapat hidup lebih sehat
11 Kunjungan rumah adalah pandangan responden tentang kegiatan yang dilakukan
petugas kesehatan selama masa pengobatan ke rumah responden
12 Faktor peran Pengawas Minum Obat (PMO) adalah pandangan responden tentang
tugas yang dilakasanakan oleh seorang PMO meliputi penyuluhan
13 Kepatuhan berobat adalah ketaan responden dalam menelan obat mengambil
obat dan melakukan pemeriksaan dahak sesuai jadwal yang telah ditentukan dan
menaati segala nasehat dari petugas kesehatan
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
1) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta
2) Perkumpulan Pemberantasan TB Indonesia 2011 TB di Indonesia Peringkat Dunia
Jakarta Diakses melalui situs httpwwwpptiinfoindexphpcomponentcontentarticle46-
arsip-ppti141-tbc-di-indonesia-peringkat-5-dunia Diakses pada tanggal 23 Januari 2012
44
3) Depkes dan WHO 2008 Lembar Fakta Tuberkulosis Jakarta
4) Dirjen P2M amp PLP 1997 Pengawasan Menelan Obat (PMO) adalah DOTS ala Indonesia
Jakarta
5) Amirudin R 2006 Faktor Keberhasilan Konversi pada Penderita TB Paru di Puskesmas
Jongaya Tahun 2006 Laporan Penelitian FKM Unhas Makasar
6) Aditama Tjandra Y 1994 Tuberkulosis Paru Masalah dan Penanggulangnya UI Press
Jakarta
7) Aru W Bambang S Idrus A dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Tuberkulosis
Paru Edisi IV FKUI Jakarta 2006 998-1004
8) Depkes RI 2002 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta
9) Depkes RI 2006 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta
10) Subijakto Hubungan Pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Berobat
Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Proposal Skripsi Jakarta 2011 Diakses pada
tanggal 20 Januari 2012
11) Aditama Tjandra Y 2002 Tuberkulosis Diagnosis Terapi dan Masalahnya Yayasan IDI
Jakarta
12) Notoatmodjo Soekidjo 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Penerbit Rineka Cipta
Jakarta
13) Simamora Jojor 2004 Faktor yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Berobat Penderita TB
Paru di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2004 Tesis Pascasarjana USU Medan
14) Ester Monica 2000 Psikologi Kesehatan Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
15) Bart Smet 1994 Psikologi Kesehatan PT Grasindo Jakarta
16) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta
45
4 Kesembuhan adalah pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan
pemeriksaan ulang dahak (follow up) menunjukkan hasil BTA negatif
29 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konsep di atas maka hipotesis penelitian ini adalah
1) Ada pengaruh karakteristik individu terhadap kesembuhan penderita TB paru
dalam pengobatan
2) Ada pengaruh pelayanan kesehatan terhadap kesembuhan penderita TB paru
dalam pengobatan
3) Ada pengaruh PMO terhadap kesembuhan penderita TB paru dalam pengobatan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
31 Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional yang
bertujuan untuk menjelaskan pengaruh karakteristik individu faktor pelayanan
kesehatan dan faktor Pengawas Menelan Obat (PMO) terhadap kesembuhan
penderita TB Paru dalam melaksanakan pengobatan di Puskesmas Grogol Petamburan
tahun 2011
32 Tempat dan Waktu Penelitian
36
Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Grogol Petamburan pada bulan
Januari sampai Februari tahun 2012
33 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang
sedang menjalankan pengobatan TB di Puskesmas Grogol
Petamburan mulai bulan OktobeR
34 Keriteria Inklusi dan Eksklusi
341 Keriteria Inklusi
342 Keriteria Eksklusi
35 Sampel
351 Besar Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang
mengikuti pengobatan dengan strategi DOTS di Puskesmas yang pada saat penelitian
sedang menjalani pengobatan dan seluruh penderita TB yang telah mendapat
pengobatan selama 6 bulan atau sedang dalam tahap lanjutan
Keterangan
n1 = Jumlah sampel minimal
37
n2 = Jumlah sampel ditambah substitusi 10 (substitusi adalah persen responden
yang mungkin drop out)
Z = Tingkat batas kepercayaan dengan = 5
Didapat Z pada kurva normal = 196
p = Proporsi variabel yang diteliti yaitu besarnya presentasi 50 )
q = 1 - p
L = Derajat kesalahan yang masih dapat diterima adalah 10
Berdasarkan rumus di atas didapatkan angka sebagai berikut
( Z )2 p q ( 196 )2 0505
n1 = ----------------- = ------------------------------ = 9604
L2 ( 01 )2
n2 = n1 + ( 10 n1 )
= 9604 + ( 10 9604)
= 9604 + 9604
= 10564 Dibulatkan 106
352 Teknik Pengambilan Sampel
36 Identifikasi Variabel
1 Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kesembuhan tb paru
2 Variabel independen adalah umur jenis kelamin pendidikan pekerjaan
pengetahuan efek samping OAT dan tingkat kepahuhan dari penderita TB
Selain itu faktor dari pelayanan kesehatan dan PMO juga ikut berperan
37 Cara Kerja
1 Membuat proposal penelitian tentang hubungan antara tingkat kepatuhan minum
OAT dengan tingkat kesembuhan penyakit TB di Puskesmas Kecamatan Grogol
Petamburan
38
2 Pengumpulan data sekunder dari Puskesmas Grogol Petamburan
3 Melakukan kunjungan ke rumah-rumah sampel di daerah RT terpilih untuk
pengumpulan data primer dengan memakai kuesioner dan wawancara responden
4 Data-data yang telah dikumpulkan akan dilakukan pengolahan berupa proses
editing verifikasi dan koding Selanjutnya dimasukkan dan diolah dengan
menggunakan program computer yaitu program SPSS
5 Terhadap data yang telah diolah kemudian dilakukan analisis sesuai dengan cara
uji statistik menggunakanhelliphellip Data diinterpretasi secara deskriptif korelatif
antar variabel ndash variabel yang telah ditentukan dan disajikan dalam bentuk
tekstular dan tabular
6 Hasil dari penelitian akan disusun dalam bentuk pelaporan penelitian yang
selanjutnya akan di presentasikan di hadapan staf pengajar program pendidikan
Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida
Wacana (FK UKRIDA) dalam forum pendidikan Ilmu Kedokteran Komunitas
Fakultas Kedokteran UKRIDA
38 Manajemen Data
381 Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder yaitu
1 Data primer diperoleh dengan wawancara langsung kepada penderita TB paru
dan petugas kesehatan program penanggulangan TB Paru yang berpedoman pada
kuisioner penelitian yang telah ditetapkan dam melakukan cross check
2 Data sekunder diperoleh dari laporan pelaksanaan program penanggulangan TB
Paru di Puskesmas kartu pengobatan TBC (formulir TB 01) dan Formulir
Permohonan Laboratorium TBC Untik Pemeriksaan Dahak (formulir TB 05)
382 Pengolahan Data
39
Aspek pengukuran
Aspek pengukuran variable bebas
Karakteristik individu
Aspek pengukuran variable karakteristik individu dapat dilihat pada tabel 31
Table 31 Aspek Pengukuran Variabel Karakteristik Individu
Karakteristik
individu
Kategori Skala Bobot nilai
Umur a 15-24 tahun
b 25-49 tahun
c gt 50 tahun
rasio
Jenis kelamin a Laki-laki
b Perempuan
Tingkat
pendidikan
a Tidak tamat SD
b SD
c SLTP
d SLTA
e Sarjana S1
Pekerjaan a Bekerja
b Tidak bekerja
Pengetahuan a Baik
b Sedang
c Bururk
Efek samping
OAT
a Ada
b Tidan ada
Faktor pelayanan kesehatan
Pengukuran faktor pelanan kesehatan meliputi ketersediaan OAT yang
diukur adalah yang diukur dengan 2 pertanyaan sikap petugas kesehatan diukur
dengan 8 pertanyaan lokasi jarak diukur dengan 3 pertanyaan penyuluhan kesehatan
diukur dengan 6 pertanyaan dan kunjungan rumah diukur dengan 2 pertanyaan
40
berdasarkan jawaban yang diberikan responden selanjutnya dikelompokkan menjadi
tiga (3) yaitu
a Baik jika faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan
penilaian yang baik karena kebutuhan yang diinginkan debagian besarnya
terpenuhi (nilai gt32)
b Sedang bila faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan
penilaian yang kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan responden hanay
sebagian saja yang terpenuhi (nilainya 17-32)
c Buruk bila faktor pelayanan pelayanan kesehatan yang diterima responden
menimbulkan penilaian yang tidak baik karena kebutuhan yang diinginka
responden sebagian besar tidak dipenuhi (nilainya lt17)
Faktor Pengawas Menelan Obat (PMO)
Faktor Pengawas Menelan Obat diukur dengan 5 pertanyaan yang
selanjutnya dibedakan atas 3 kategori yaitu
a Baik bila semua tugas yang diterima responden terlaksana dengan baik yaitu
mengawasi memberikan dorongan mengingatkan dan memberikan penyuluhan
(nilainya gt11)
b Sedang bila tugas PMO yang diterima responden sebagian saja yang terpenuhi
(nilainya 6-11)
c Buruk bila tugas PMO yang diterima responden tidak terlaksana dengan baik
(nilainya lt 6)
Aspek Pengukuran Variabel Terikan
Kepatuhan Pengobatan TB Paru
41
Aspek Pengukuran Variabel ini menggunakan skala interval yang diukur berdasarkan
tiga (3) kategori yaitu
Patuh apabila responden selalu menelan obat sesuai ketentuan petugas kesehatan
yaitu setiap hari pada tahap awal tiga kali seminggu pada tahap lanjutan dan
mengambil obat serta memeriksakan dahak sesuai jadwal dan menaati nasihat dari
petugas kesehatan ( bobot 3 )
Kurang patuh jika responden kadang-kadang menelan obat sesuai ketentuan
petugas kesehatan atau responden tidak menelan obat 2-8 minggu selama tahap
pengobatan lanjutan dan tidak memerisakan dahak sesuai jadwal yang telah
ditetapkan dan tidak selalu menaati nasihat dari petugas kesehatan (bobot 2 )
Tidak patuh jika responden tidak menelan obat sesuai ketentuan petugas
kesehatan atau responden tidak menelan obat lebih dari 8 minggu selama tahap
pengobatan lanjutan dan tidak mengambil obat serta tidak memeriksakan dahak
sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan tidak menaati nasihat petugas kesehatan
(bobot 1)
383 Penyajian Data
384 Analisis Data
385 Interpretasi Data
386 Pelaporan Data
39 Definisi Operasional
1 Umur adalah usia responden saat penelitian berdasarkan ulang tahun terakhir yang
dibedakan atas 3 (tiga) kategori berdasarkna Badan Pusat Statistik Kota Medan
42
tahun 2008 yaitu 1) orang muda 25-24 tahun 2) dewasa 24-49 tahun 3) orang
tua gt 50 tahun
2 Jenis kelamin adalah suatu karakteristik responden yang dibedakan identitasnya
dari laki-laki dan perempuan
3 Pendidikan adalah jenjang pendidikannyang berhasil ditamatkan responden yang
dibedakan atas tidak tamat SD SD SLTP SLTA Akademi Sarjana
4 Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh responden sebagai
pendapatan utama yang dibedakan atas kerja dan tidak bekerja
5 Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai penyakit
TB paru
6 Efek samping OAT adalah gejala keluhan yang diderita responden akiba menelan
OAT selama pengobatan
7 Ketersdediaan OAT adalah pandangan responden terhadap kondisi OAT
diperoleh dari puskesmas meliputi kecukupan jumlah OAT dan dan kualitasnya
8 Sikap petugas kesehatan adalah penilaian responden terhadap reaksi petugas
kesehatan kepada responden selama mereka menjalanin pengobatan
9 Lokasi jarak adalah pandangan responden tentang lama perjalanan dari tempat
tinggal responden ke Puskesmas yang diukur dengan jarak sarana transportasi
10 Penyuluhan kesehatan adalah pandangan responden tentang kegiatan yang
dilakukan oleh petugas kesehatan sehubungan dengan pengobatan TB Paru untuk
mencapai suatu keadaan dimana pederita TB Paru dapat hidup lebih sehat
11 Kunjungan rumah adalah pandangan responden tentang kegiatan yang dilakukan
petugas kesehatan selama masa pengobatan ke rumah responden
12 Faktor peran Pengawas Minum Obat (PMO) adalah pandangan responden tentang
tugas yang dilakasanakan oleh seorang PMO meliputi penyuluhan
13 Kepatuhan berobat adalah ketaan responden dalam menelan obat mengambil
obat dan melakukan pemeriksaan dahak sesuai jadwal yang telah ditentukan dan
menaati segala nasehat dari petugas kesehatan
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
1) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta
2) Perkumpulan Pemberantasan TB Indonesia 2011 TB di Indonesia Peringkat Dunia
Jakarta Diakses melalui situs httpwwwpptiinfoindexphpcomponentcontentarticle46-
arsip-ppti141-tbc-di-indonesia-peringkat-5-dunia Diakses pada tanggal 23 Januari 2012
44
3) Depkes dan WHO 2008 Lembar Fakta Tuberkulosis Jakarta
4) Dirjen P2M amp PLP 1997 Pengawasan Menelan Obat (PMO) adalah DOTS ala Indonesia
Jakarta
5) Amirudin R 2006 Faktor Keberhasilan Konversi pada Penderita TB Paru di Puskesmas
Jongaya Tahun 2006 Laporan Penelitian FKM Unhas Makasar
6) Aditama Tjandra Y 1994 Tuberkulosis Paru Masalah dan Penanggulangnya UI Press
Jakarta
7) Aru W Bambang S Idrus A dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Tuberkulosis
Paru Edisi IV FKUI Jakarta 2006 998-1004
8) Depkes RI 2002 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta
9) Depkes RI 2006 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta
10) Subijakto Hubungan Pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Berobat
Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Proposal Skripsi Jakarta 2011 Diakses pada
tanggal 20 Januari 2012
11) Aditama Tjandra Y 2002 Tuberkulosis Diagnosis Terapi dan Masalahnya Yayasan IDI
Jakarta
12) Notoatmodjo Soekidjo 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Penerbit Rineka Cipta
Jakarta
13) Simamora Jojor 2004 Faktor yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Berobat Penderita TB
Paru di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2004 Tesis Pascasarjana USU Medan
14) Ester Monica 2000 Psikologi Kesehatan Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
15) Bart Smet 1994 Psikologi Kesehatan PT Grasindo Jakarta
16) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta
45
Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Grogol Petamburan pada bulan
Januari sampai Februari tahun 2012
33 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang
sedang menjalankan pengobatan TB di Puskesmas Grogol
Petamburan mulai bulan OktobeR
34 Keriteria Inklusi dan Eksklusi
341 Keriteria Inklusi
342 Keriteria Eksklusi
35 Sampel
351 Besar Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang
mengikuti pengobatan dengan strategi DOTS di Puskesmas yang pada saat penelitian
sedang menjalani pengobatan dan seluruh penderita TB yang telah mendapat
pengobatan selama 6 bulan atau sedang dalam tahap lanjutan
Keterangan
n1 = Jumlah sampel minimal
37
n2 = Jumlah sampel ditambah substitusi 10 (substitusi adalah persen responden
yang mungkin drop out)
Z = Tingkat batas kepercayaan dengan = 5
Didapat Z pada kurva normal = 196
p = Proporsi variabel yang diteliti yaitu besarnya presentasi 50 )
q = 1 - p
L = Derajat kesalahan yang masih dapat diterima adalah 10
Berdasarkan rumus di atas didapatkan angka sebagai berikut
( Z )2 p q ( 196 )2 0505
n1 = ----------------- = ------------------------------ = 9604
L2 ( 01 )2
n2 = n1 + ( 10 n1 )
= 9604 + ( 10 9604)
= 9604 + 9604
= 10564 Dibulatkan 106
352 Teknik Pengambilan Sampel
36 Identifikasi Variabel
1 Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kesembuhan tb paru
2 Variabel independen adalah umur jenis kelamin pendidikan pekerjaan
pengetahuan efek samping OAT dan tingkat kepahuhan dari penderita TB
Selain itu faktor dari pelayanan kesehatan dan PMO juga ikut berperan
37 Cara Kerja
1 Membuat proposal penelitian tentang hubungan antara tingkat kepatuhan minum
OAT dengan tingkat kesembuhan penyakit TB di Puskesmas Kecamatan Grogol
Petamburan
38
2 Pengumpulan data sekunder dari Puskesmas Grogol Petamburan
3 Melakukan kunjungan ke rumah-rumah sampel di daerah RT terpilih untuk
pengumpulan data primer dengan memakai kuesioner dan wawancara responden
4 Data-data yang telah dikumpulkan akan dilakukan pengolahan berupa proses
editing verifikasi dan koding Selanjutnya dimasukkan dan diolah dengan
menggunakan program computer yaitu program SPSS
5 Terhadap data yang telah diolah kemudian dilakukan analisis sesuai dengan cara
uji statistik menggunakanhelliphellip Data diinterpretasi secara deskriptif korelatif
antar variabel ndash variabel yang telah ditentukan dan disajikan dalam bentuk
tekstular dan tabular
6 Hasil dari penelitian akan disusun dalam bentuk pelaporan penelitian yang
selanjutnya akan di presentasikan di hadapan staf pengajar program pendidikan
Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida
Wacana (FK UKRIDA) dalam forum pendidikan Ilmu Kedokteran Komunitas
Fakultas Kedokteran UKRIDA
38 Manajemen Data
381 Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder yaitu
1 Data primer diperoleh dengan wawancara langsung kepada penderita TB paru
dan petugas kesehatan program penanggulangan TB Paru yang berpedoman pada
kuisioner penelitian yang telah ditetapkan dam melakukan cross check
2 Data sekunder diperoleh dari laporan pelaksanaan program penanggulangan TB
Paru di Puskesmas kartu pengobatan TBC (formulir TB 01) dan Formulir
Permohonan Laboratorium TBC Untik Pemeriksaan Dahak (formulir TB 05)
382 Pengolahan Data
39
Aspek pengukuran
Aspek pengukuran variable bebas
Karakteristik individu
Aspek pengukuran variable karakteristik individu dapat dilihat pada tabel 31
Table 31 Aspek Pengukuran Variabel Karakteristik Individu
Karakteristik
individu
Kategori Skala Bobot nilai
Umur a 15-24 tahun
b 25-49 tahun
c gt 50 tahun
rasio
Jenis kelamin a Laki-laki
b Perempuan
Tingkat
pendidikan
a Tidak tamat SD
b SD
c SLTP
d SLTA
e Sarjana S1
Pekerjaan a Bekerja
b Tidak bekerja
Pengetahuan a Baik
b Sedang
c Bururk
Efek samping
OAT
a Ada
b Tidan ada
Faktor pelayanan kesehatan
Pengukuran faktor pelanan kesehatan meliputi ketersediaan OAT yang
diukur adalah yang diukur dengan 2 pertanyaan sikap petugas kesehatan diukur
dengan 8 pertanyaan lokasi jarak diukur dengan 3 pertanyaan penyuluhan kesehatan
diukur dengan 6 pertanyaan dan kunjungan rumah diukur dengan 2 pertanyaan
40
berdasarkan jawaban yang diberikan responden selanjutnya dikelompokkan menjadi
tiga (3) yaitu
a Baik jika faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan
penilaian yang baik karena kebutuhan yang diinginkan debagian besarnya
terpenuhi (nilai gt32)
b Sedang bila faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan
penilaian yang kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan responden hanay
sebagian saja yang terpenuhi (nilainya 17-32)
c Buruk bila faktor pelayanan pelayanan kesehatan yang diterima responden
menimbulkan penilaian yang tidak baik karena kebutuhan yang diinginka
responden sebagian besar tidak dipenuhi (nilainya lt17)
Faktor Pengawas Menelan Obat (PMO)
Faktor Pengawas Menelan Obat diukur dengan 5 pertanyaan yang
selanjutnya dibedakan atas 3 kategori yaitu
a Baik bila semua tugas yang diterima responden terlaksana dengan baik yaitu
mengawasi memberikan dorongan mengingatkan dan memberikan penyuluhan
(nilainya gt11)
b Sedang bila tugas PMO yang diterima responden sebagian saja yang terpenuhi
(nilainya 6-11)
c Buruk bila tugas PMO yang diterima responden tidak terlaksana dengan baik
(nilainya lt 6)
Aspek Pengukuran Variabel Terikan
Kepatuhan Pengobatan TB Paru
41
Aspek Pengukuran Variabel ini menggunakan skala interval yang diukur berdasarkan
tiga (3) kategori yaitu
Patuh apabila responden selalu menelan obat sesuai ketentuan petugas kesehatan
yaitu setiap hari pada tahap awal tiga kali seminggu pada tahap lanjutan dan
mengambil obat serta memeriksakan dahak sesuai jadwal dan menaati nasihat dari
petugas kesehatan ( bobot 3 )
Kurang patuh jika responden kadang-kadang menelan obat sesuai ketentuan
petugas kesehatan atau responden tidak menelan obat 2-8 minggu selama tahap
pengobatan lanjutan dan tidak memerisakan dahak sesuai jadwal yang telah
ditetapkan dan tidak selalu menaati nasihat dari petugas kesehatan (bobot 2 )
Tidak patuh jika responden tidak menelan obat sesuai ketentuan petugas
kesehatan atau responden tidak menelan obat lebih dari 8 minggu selama tahap
pengobatan lanjutan dan tidak mengambil obat serta tidak memeriksakan dahak
sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan tidak menaati nasihat petugas kesehatan
(bobot 1)
383 Penyajian Data
384 Analisis Data
385 Interpretasi Data
386 Pelaporan Data
39 Definisi Operasional
1 Umur adalah usia responden saat penelitian berdasarkan ulang tahun terakhir yang
dibedakan atas 3 (tiga) kategori berdasarkna Badan Pusat Statistik Kota Medan
42
tahun 2008 yaitu 1) orang muda 25-24 tahun 2) dewasa 24-49 tahun 3) orang
tua gt 50 tahun
2 Jenis kelamin adalah suatu karakteristik responden yang dibedakan identitasnya
dari laki-laki dan perempuan
3 Pendidikan adalah jenjang pendidikannyang berhasil ditamatkan responden yang
dibedakan atas tidak tamat SD SD SLTP SLTA Akademi Sarjana
4 Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh responden sebagai
pendapatan utama yang dibedakan atas kerja dan tidak bekerja
5 Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai penyakit
TB paru
6 Efek samping OAT adalah gejala keluhan yang diderita responden akiba menelan
OAT selama pengobatan
7 Ketersdediaan OAT adalah pandangan responden terhadap kondisi OAT
diperoleh dari puskesmas meliputi kecukupan jumlah OAT dan dan kualitasnya
8 Sikap petugas kesehatan adalah penilaian responden terhadap reaksi petugas
kesehatan kepada responden selama mereka menjalanin pengobatan
9 Lokasi jarak adalah pandangan responden tentang lama perjalanan dari tempat
tinggal responden ke Puskesmas yang diukur dengan jarak sarana transportasi
10 Penyuluhan kesehatan adalah pandangan responden tentang kegiatan yang
dilakukan oleh petugas kesehatan sehubungan dengan pengobatan TB Paru untuk
mencapai suatu keadaan dimana pederita TB Paru dapat hidup lebih sehat
11 Kunjungan rumah adalah pandangan responden tentang kegiatan yang dilakukan
petugas kesehatan selama masa pengobatan ke rumah responden
12 Faktor peran Pengawas Minum Obat (PMO) adalah pandangan responden tentang
tugas yang dilakasanakan oleh seorang PMO meliputi penyuluhan
13 Kepatuhan berobat adalah ketaan responden dalam menelan obat mengambil
obat dan melakukan pemeriksaan dahak sesuai jadwal yang telah ditentukan dan
menaati segala nasehat dari petugas kesehatan
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
1) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta
2) Perkumpulan Pemberantasan TB Indonesia 2011 TB di Indonesia Peringkat Dunia
Jakarta Diakses melalui situs httpwwwpptiinfoindexphpcomponentcontentarticle46-
arsip-ppti141-tbc-di-indonesia-peringkat-5-dunia Diakses pada tanggal 23 Januari 2012
44
3) Depkes dan WHO 2008 Lembar Fakta Tuberkulosis Jakarta
4) Dirjen P2M amp PLP 1997 Pengawasan Menelan Obat (PMO) adalah DOTS ala Indonesia
Jakarta
5) Amirudin R 2006 Faktor Keberhasilan Konversi pada Penderita TB Paru di Puskesmas
Jongaya Tahun 2006 Laporan Penelitian FKM Unhas Makasar
6) Aditama Tjandra Y 1994 Tuberkulosis Paru Masalah dan Penanggulangnya UI Press
Jakarta
7) Aru W Bambang S Idrus A dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Tuberkulosis
Paru Edisi IV FKUI Jakarta 2006 998-1004
8) Depkes RI 2002 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta
9) Depkes RI 2006 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta
10) Subijakto Hubungan Pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Berobat
Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Proposal Skripsi Jakarta 2011 Diakses pada
tanggal 20 Januari 2012
11) Aditama Tjandra Y 2002 Tuberkulosis Diagnosis Terapi dan Masalahnya Yayasan IDI
Jakarta
12) Notoatmodjo Soekidjo 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Penerbit Rineka Cipta
Jakarta
13) Simamora Jojor 2004 Faktor yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Berobat Penderita TB
Paru di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2004 Tesis Pascasarjana USU Medan
14) Ester Monica 2000 Psikologi Kesehatan Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
15) Bart Smet 1994 Psikologi Kesehatan PT Grasindo Jakarta
16) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta
45
n2 = Jumlah sampel ditambah substitusi 10 (substitusi adalah persen responden
yang mungkin drop out)
Z = Tingkat batas kepercayaan dengan = 5
Didapat Z pada kurva normal = 196
p = Proporsi variabel yang diteliti yaitu besarnya presentasi 50 )
q = 1 - p
L = Derajat kesalahan yang masih dapat diterima adalah 10
Berdasarkan rumus di atas didapatkan angka sebagai berikut
( Z )2 p q ( 196 )2 0505
n1 = ----------------- = ------------------------------ = 9604
L2 ( 01 )2
n2 = n1 + ( 10 n1 )
= 9604 + ( 10 9604)
= 9604 + 9604
= 10564 Dibulatkan 106
352 Teknik Pengambilan Sampel
36 Identifikasi Variabel
1 Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kesembuhan tb paru
2 Variabel independen adalah umur jenis kelamin pendidikan pekerjaan
pengetahuan efek samping OAT dan tingkat kepahuhan dari penderita TB
Selain itu faktor dari pelayanan kesehatan dan PMO juga ikut berperan
37 Cara Kerja
1 Membuat proposal penelitian tentang hubungan antara tingkat kepatuhan minum
OAT dengan tingkat kesembuhan penyakit TB di Puskesmas Kecamatan Grogol
Petamburan
38
2 Pengumpulan data sekunder dari Puskesmas Grogol Petamburan
3 Melakukan kunjungan ke rumah-rumah sampel di daerah RT terpilih untuk
pengumpulan data primer dengan memakai kuesioner dan wawancara responden
4 Data-data yang telah dikumpulkan akan dilakukan pengolahan berupa proses
editing verifikasi dan koding Selanjutnya dimasukkan dan diolah dengan
menggunakan program computer yaitu program SPSS
5 Terhadap data yang telah diolah kemudian dilakukan analisis sesuai dengan cara
uji statistik menggunakanhelliphellip Data diinterpretasi secara deskriptif korelatif
antar variabel ndash variabel yang telah ditentukan dan disajikan dalam bentuk
tekstular dan tabular
6 Hasil dari penelitian akan disusun dalam bentuk pelaporan penelitian yang
selanjutnya akan di presentasikan di hadapan staf pengajar program pendidikan
Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida
Wacana (FK UKRIDA) dalam forum pendidikan Ilmu Kedokteran Komunitas
Fakultas Kedokteran UKRIDA
38 Manajemen Data
381 Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder yaitu
1 Data primer diperoleh dengan wawancara langsung kepada penderita TB paru
dan petugas kesehatan program penanggulangan TB Paru yang berpedoman pada
kuisioner penelitian yang telah ditetapkan dam melakukan cross check
2 Data sekunder diperoleh dari laporan pelaksanaan program penanggulangan TB
Paru di Puskesmas kartu pengobatan TBC (formulir TB 01) dan Formulir
Permohonan Laboratorium TBC Untik Pemeriksaan Dahak (formulir TB 05)
382 Pengolahan Data
39
Aspek pengukuran
Aspek pengukuran variable bebas
Karakteristik individu
Aspek pengukuran variable karakteristik individu dapat dilihat pada tabel 31
Table 31 Aspek Pengukuran Variabel Karakteristik Individu
Karakteristik
individu
Kategori Skala Bobot nilai
Umur a 15-24 tahun
b 25-49 tahun
c gt 50 tahun
rasio
Jenis kelamin a Laki-laki
b Perempuan
Tingkat
pendidikan
a Tidak tamat SD
b SD
c SLTP
d SLTA
e Sarjana S1
Pekerjaan a Bekerja
b Tidak bekerja
Pengetahuan a Baik
b Sedang
c Bururk
Efek samping
OAT
a Ada
b Tidan ada
Faktor pelayanan kesehatan
Pengukuran faktor pelanan kesehatan meliputi ketersediaan OAT yang
diukur adalah yang diukur dengan 2 pertanyaan sikap petugas kesehatan diukur
dengan 8 pertanyaan lokasi jarak diukur dengan 3 pertanyaan penyuluhan kesehatan
diukur dengan 6 pertanyaan dan kunjungan rumah diukur dengan 2 pertanyaan
40
berdasarkan jawaban yang diberikan responden selanjutnya dikelompokkan menjadi
tiga (3) yaitu
a Baik jika faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan
penilaian yang baik karena kebutuhan yang diinginkan debagian besarnya
terpenuhi (nilai gt32)
b Sedang bila faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan
penilaian yang kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan responden hanay
sebagian saja yang terpenuhi (nilainya 17-32)
c Buruk bila faktor pelayanan pelayanan kesehatan yang diterima responden
menimbulkan penilaian yang tidak baik karena kebutuhan yang diinginka
responden sebagian besar tidak dipenuhi (nilainya lt17)
Faktor Pengawas Menelan Obat (PMO)
Faktor Pengawas Menelan Obat diukur dengan 5 pertanyaan yang
selanjutnya dibedakan atas 3 kategori yaitu
a Baik bila semua tugas yang diterima responden terlaksana dengan baik yaitu
mengawasi memberikan dorongan mengingatkan dan memberikan penyuluhan
(nilainya gt11)
b Sedang bila tugas PMO yang diterima responden sebagian saja yang terpenuhi
(nilainya 6-11)
c Buruk bila tugas PMO yang diterima responden tidak terlaksana dengan baik
(nilainya lt 6)
Aspek Pengukuran Variabel Terikan
Kepatuhan Pengobatan TB Paru
41
Aspek Pengukuran Variabel ini menggunakan skala interval yang diukur berdasarkan
tiga (3) kategori yaitu
Patuh apabila responden selalu menelan obat sesuai ketentuan petugas kesehatan
yaitu setiap hari pada tahap awal tiga kali seminggu pada tahap lanjutan dan
mengambil obat serta memeriksakan dahak sesuai jadwal dan menaati nasihat dari
petugas kesehatan ( bobot 3 )
Kurang patuh jika responden kadang-kadang menelan obat sesuai ketentuan
petugas kesehatan atau responden tidak menelan obat 2-8 minggu selama tahap
pengobatan lanjutan dan tidak memerisakan dahak sesuai jadwal yang telah
ditetapkan dan tidak selalu menaati nasihat dari petugas kesehatan (bobot 2 )
Tidak patuh jika responden tidak menelan obat sesuai ketentuan petugas
kesehatan atau responden tidak menelan obat lebih dari 8 minggu selama tahap
pengobatan lanjutan dan tidak mengambil obat serta tidak memeriksakan dahak
sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan tidak menaati nasihat petugas kesehatan
(bobot 1)
383 Penyajian Data
384 Analisis Data
385 Interpretasi Data
386 Pelaporan Data
39 Definisi Operasional
1 Umur adalah usia responden saat penelitian berdasarkan ulang tahun terakhir yang
dibedakan atas 3 (tiga) kategori berdasarkna Badan Pusat Statistik Kota Medan
42
tahun 2008 yaitu 1) orang muda 25-24 tahun 2) dewasa 24-49 tahun 3) orang
tua gt 50 tahun
2 Jenis kelamin adalah suatu karakteristik responden yang dibedakan identitasnya
dari laki-laki dan perempuan
3 Pendidikan adalah jenjang pendidikannyang berhasil ditamatkan responden yang
dibedakan atas tidak tamat SD SD SLTP SLTA Akademi Sarjana
4 Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh responden sebagai
pendapatan utama yang dibedakan atas kerja dan tidak bekerja
5 Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai penyakit
TB paru
6 Efek samping OAT adalah gejala keluhan yang diderita responden akiba menelan
OAT selama pengobatan
7 Ketersdediaan OAT adalah pandangan responden terhadap kondisi OAT
diperoleh dari puskesmas meliputi kecukupan jumlah OAT dan dan kualitasnya
8 Sikap petugas kesehatan adalah penilaian responden terhadap reaksi petugas
kesehatan kepada responden selama mereka menjalanin pengobatan
9 Lokasi jarak adalah pandangan responden tentang lama perjalanan dari tempat
tinggal responden ke Puskesmas yang diukur dengan jarak sarana transportasi
10 Penyuluhan kesehatan adalah pandangan responden tentang kegiatan yang
dilakukan oleh petugas kesehatan sehubungan dengan pengobatan TB Paru untuk
mencapai suatu keadaan dimana pederita TB Paru dapat hidup lebih sehat
11 Kunjungan rumah adalah pandangan responden tentang kegiatan yang dilakukan
petugas kesehatan selama masa pengobatan ke rumah responden
12 Faktor peran Pengawas Minum Obat (PMO) adalah pandangan responden tentang
tugas yang dilakasanakan oleh seorang PMO meliputi penyuluhan
13 Kepatuhan berobat adalah ketaan responden dalam menelan obat mengambil
obat dan melakukan pemeriksaan dahak sesuai jadwal yang telah ditentukan dan
menaati segala nasehat dari petugas kesehatan
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
1) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta
2) Perkumpulan Pemberantasan TB Indonesia 2011 TB di Indonesia Peringkat Dunia
Jakarta Diakses melalui situs httpwwwpptiinfoindexphpcomponentcontentarticle46-
arsip-ppti141-tbc-di-indonesia-peringkat-5-dunia Diakses pada tanggal 23 Januari 2012
44
3) Depkes dan WHO 2008 Lembar Fakta Tuberkulosis Jakarta
4) Dirjen P2M amp PLP 1997 Pengawasan Menelan Obat (PMO) adalah DOTS ala Indonesia
Jakarta
5) Amirudin R 2006 Faktor Keberhasilan Konversi pada Penderita TB Paru di Puskesmas
Jongaya Tahun 2006 Laporan Penelitian FKM Unhas Makasar
6) Aditama Tjandra Y 1994 Tuberkulosis Paru Masalah dan Penanggulangnya UI Press
Jakarta
7) Aru W Bambang S Idrus A dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Tuberkulosis
Paru Edisi IV FKUI Jakarta 2006 998-1004
8) Depkes RI 2002 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta
9) Depkes RI 2006 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta
10) Subijakto Hubungan Pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Berobat
Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Proposal Skripsi Jakarta 2011 Diakses pada
tanggal 20 Januari 2012
11) Aditama Tjandra Y 2002 Tuberkulosis Diagnosis Terapi dan Masalahnya Yayasan IDI
Jakarta
12) Notoatmodjo Soekidjo 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Penerbit Rineka Cipta
Jakarta
13) Simamora Jojor 2004 Faktor yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Berobat Penderita TB
Paru di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2004 Tesis Pascasarjana USU Medan
14) Ester Monica 2000 Psikologi Kesehatan Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
15) Bart Smet 1994 Psikologi Kesehatan PT Grasindo Jakarta
16) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta
45
2 Pengumpulan data sekunder dari Puskesmas Grogol Petamburan
3 Melakukan kunjungan ke rumah-rumah sampel di daerah RT terpilih untuk
pengumpulan data primer dengan memakai kuesioner dan wawancara responden
4 Data-data yang telah dikumpulkan akan dilakukan pengolahan berupa proses
editing verifikasi dan koding Selanjutnya dimasukkan dan diolah dengan
menggunakan program computer yaitu program SPSS
5 Terhadap data yang telah diolah kemudian dilakukan analisis sesuai dengan cara
uji statistik menggunakanhelliphellip Data diinterpretasi secara deskriptif korelatif
antar variabel ndash variabel yang telah ditentukan dan disajikan dalam bentuk
tekstular dan tabular
6 Hasil dari penelitian akan disusun dalam bentuk pelaporan penelitian yang
selanjutnya akan di presentasikan di hadapan staf pengajar program pendidikan
Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida
Wacana (FK UKRIDA) dalam forum pendidikan Ilmu Kedokteran Komunitas
Fakultas Kedokteran UKRIDA
38 Manajemen Data
381 Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder yaitu
1 Data primer diperoleh dengan wawancara langsung kepada penderita TB paru
dan petugas kesehatan program penanggulangan TB Paru yang berpedoman pada
kuisioner penelitian yang telah ditetapkan dam melakukan cross check
2 Data sekunder diperoleh dari laporan pelaksanaan program penanggulangan TB
Paru di Puskesmas kartu pengobatan TBC (formulir TB 01) dan Formulir
Permohonan Laboratorium TBC Untik Pemeriksaan Dahak (formulir TB 05)
382 Pengolahan Data
39
Aspek pengukuran
Aspek pengukuran variable bebas
Karakteristik individu
Aspek pengukuran variable karakteristik individu dapat dilihat pada tabel 31
Table 31 Aspek Pengukuran Variabel Karakteristik Individu
Karakteristik
individu
Kategori Skala Bobot nilai
Umur a 15-24 tahun
b 25-49 tahun
c gt 50 tahun
rasio
Jenis kelamin a Laki-laki
b Perempuan
Tingkat
pendidikan
a Tidak tamat SD
b SD
c SLTP
d SLTA
e Sarjana S1
Pekerjaan a Bekerja
b Tidak bekerja
Pengetahuan a Baik
b Sedang
c Bururk
Efek samping
OAT
a Ada
b Tidan ada
Faktor pelayanan kesehatan
Pengukuran faktor pelanan kesehatan meliputi ketersediaan OAT yang
diukur adalah yang diukur dengan 2 pertanyaan sikap petugas kesehatan diukur
dengan 8 pertanyaan lokasi jarak diukur dengan 3 pertanyaan penyuluhan kesehatan
diukur dengan 6 pertanyaan dan kunjungan rumah diukur dengan 2 pertanyaan
40
berdasarkan jawaban yang diberikan responden selanjutnya dikelompokkan menjadi
tiga (3) yaitu
a Baik jika faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan
penilaian yang baik karena kebutuhan yang diinginkan debagian besarnya
terpenuhi (nilai gt32)
b Sedang bila faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan
penilaian yang kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan responden hanay
sebagian saja yang terpenuhi (nilainya 17-32)
c Buruk bila faktor pelayanan pelayanan kesehatan yang diterima responden
menimbulkan penilaian yang tidak baik karena kebutuhan yang diinginka
responden sebagian besar tidak dipenuhi (nilainya lt17)
Faktor Pengawas Menelan Obat (PMO)
Faktor Pengawas Menelan Obat diukur dengan 5 pertanyaan yang
selanjutnya dibedakan atas 3 kategori yaitu
a Baik bila semua tugas yang diterima responden terlaksana dengan baik yaitu
mengawasi memberikan dorongan mengingatkan dan memberikan penyuluhan
(nilainya gt11)
b Sedang bila tugas PMO yang diterima responden sebagian saja yang terpenuhi
(nilainya 6-11)
c Buruk bila tugas PMO yang diterima responden tidak terlaksana dengan baik
(nilainya lt 6)
Aspek Pengukuran Variabel Terikan
Kepatuhan Pengobatan TB Paru
41
Aspek Pengukuran Variabel ini menggunakan skala interval yang diukur berdasarkan
tiga (3) kategori yaitu
Patuh apabila responden selalu menelan obat sesuai ketentuan petugas kesehatan
yaitu setiap hari pada tahap awal tiga kali seminggu pada tahap lanjutan dan
mengambil obat serta memeriksakan dahak sesuai jadwal dan menaati nasihat dari
petugas kesehatan ( bobot 3 )
Kurang patuh jika responden kadang-kadang menelan obat sesuai ketentuan
petugas kesehatan atau responden tidak menelan obat 2-8 minggu selama tahap
pengobatan lanjutan dan tidak memerisakan dahak sesuai jadwal yang telah
ditetapkan dan tidak selalu menaati nasihat dari petugas kesehatan (bobot 2 )
Tidak patuh jika responden tidak menelan obat sesuai ketentuan petugas
kesehatan atau responden tidak menelan obat lebih dari 8 minggu selama tahap
pengobatan lanjutan dan tidak mengambil obat serta tidak memeriksakan dahak
sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan tidak menaati nasihat petugas kesehatan
(bobot 1)
383 Penyajian Data
384 Analisis Data
385 Interpretasi Data
386 Pelaporan Data
39 Definisi Operasional
1 Umur adalah usia responden saat penelitian berdasarkan ulang tahun terakhir yang
dibedakan atas 3 (tiga) kategori berdasarkna Badan Pusat Statistik Kota Medan
42
tahun 2008 yaitu 1) orang muda 25-24 tahun 2) dewasa 24-49 tahun 3) orang
tua gt 50 tahun
2 Jenis kelamin adalah suatu karakteristik responden yang dibedakan identitasnya
dari laki-laki dan perempuan
3 Pendidikan adalah jenjang pendidikannyang berhasil ditamatkan responden yang
dibedakan atas tidak tamat SD SD SLTP SLTA Akademi Sarjana
4 Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh responden sebagai
pendapatan utama yang dibedakan atas kerja dan tidak bekerja
5 Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai penyakit
TB paru
6 Efek samping OAT adalah gejala keluhan yang diderita responden akiba menelan
OAT selama pengobatan
7 Ketersdediaan OAT adalah pandangan responden terhadap kondisi OAT
diperoleh dari puskesmas meliputi kecukupan jumlah OAT dan dan kualitasnya
8 Sikap petugas kesehatan adalah penilaian responden terhadap reaksi petugas
kesehatan kepada responden selama mereka menjalanin pengobatan
9 Lokasi jarak adalah pandangan responden tentang lama perjalanan dari tempat
tinggal responden ke Puskesmas yang diukur dengan jarak sarana transportasi
10 Penyuluhan kesehatan adalah pandangan responden tentang kegiatan yang
dilakukan oleh petugas kesehatan sehubungan dengan pengobatan TB Paru untuk
mencapai suatu keadaan dimana pederita TB Paru dapat hidup lebih sehat
11 Kunjungan rumah adalah pandangan responden tentang kegiatan yang dilakukan
petugas kesehatan selama masa pengobatan ke rumah responden
12 Faktor peran Pengawas Minum Obat (PMO) adalah pandangan responden tentang
tugas yang dilakasanakan oleh seorang PMO meliputi penyuluhan
13 Kepatuhan berobat adalah ketaan responden dalam menelan obat mengambil
obat dan melakukan pemeriksaan dahak sesuai jadwal yang telah ditentukan dan
menaati segala nasehat dari petugas kesehatan
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
1) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta
2) Perkumpulan Pemberantasan TB Indonesia 2011 TB di Indonesia Peringkat Dunia
Jakarta Diakses melalui situs httpwwwpptiinfoindexphpcomponentcontentarticle46-
arsip-ppti141-tbc-di-indonesia-peringkat-5-dunia Diakses pada tanggal 23 Januari 2012
44
3) Depkes dan WHO 2008 Lembar Fakta Tuberkulosis Jakarta
4) Dirjen P2M amp PLP 1997 Pengawasan Menelan Obat (PMO) adalah DOTS ala Indonesia
Jakarta
5) Amirudin R 2006 Faktor Keberhasilan Konversi pada Penderita TB Paru di Puskesmas
Jongaya Tahun 2006 Laporan Penelitian FKM Unhas Makasar
6) Aditama Tjandra Y 1994 Tuberkulosis Paru Masalah dan Penanggulangnya UI Press
Jakarta
7) Aru W Bambang S Idrus A dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Tuberkulosis
Paru Edisi IV FKUI Jakarta 2006 998-1004
8) Depkes RI 2002 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta
9) Depkes RI 2006 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta
10) Subijakto Hubungan Pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Berobat
Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Proposal Skripsi Jakarta 2011 Diakses pada
tanggal 20 Januari 2012
11) Aditama Tjandra Y 2002 Tuberkulosis Diagnosis Terapi dan Masalahnya Yayasan IDI
Jakarta
12) Notoatmodjo Soekidjo 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Penerbit Rineka Cipta
Jakarta
13) Simamora Jojor 2004 Faktor yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Berobat Penderita TB
Paru di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2004 Tesis Pascasarjana USU Medan
14) Ester Monica 2000 Psikologi Kesehatan Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
15) Bart Smet 1994 Psikologi Kesehatan PT Grasindo Jakarta
16) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta
45
Aspek pengukuran
Aspek pengukuran variable bebas
Karakteristik individu
Aspek pengukuran variable karakteristik individu dapat dilihat pada tabel 31
Table 31 Aspek Pengukuran Variabel Karakteristik Individu
Karakteristik
individu
Kategori Skala Bobot nilai
Umur a 15-24 tahun
b 25-49 tahun
c gt 50 tahun
rasio
Jenis kelamin a Laki-laki
b Perempuan
Tingkat
pendidikan
a Tidak tamat SD
b SD
c SLTP
d SLTA
e Sarjana S1
Pekerjaan a Bekerja
b Tidak bekerja
Pengetahuan a Baik
b Sedang
c Bururk
Efek samping
OAT
a Ada
b Tidan ada
Faktor pelayanan kesehatan
Pengukuran faktor pelanan kesehatan meliputi ketersediaan OAT yang
diukur adalah yang diukur dengan 2 pertanyaan sikap petugas kesehatan diukur
dengan 8 pertanyaan lokasi jarak diukur dengan 3 pertanyaan penyuluhan kesehatan
diukur dengan 6 pertanyaan dan kunjungan rumah diukur dengan 2 pertanyaan
40
berdasarkan jawaban yang diberikan responden selanjutnya dikelompokkan menjadi
tiga (3) yaitu
a Baik jika faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan
penilaian yang baik karena kebutuhan yang diinginkan debagian besarnya
terpenuhi (nilai gt32)
b Sedang bila faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan
penilaian yang kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan responden hanay
sebagian saja yang terpenuhi (nilainya 17-32)
c Buruk bila faktor pelayanan pelayanan kesehatan yang diterima responden
menimbulkan penilaian yang tidak baik karena kebutuhan yang diinginka
responden sebagian besar tidak dipenuhi (nilainya lt17)
Faktor Pengawas Menelan Obat (PMO)
Faktor Pengawas Menelan Obat diukur dengan 5 pertanyaan yang
selanjutnya dibedakan atas 3 kategori yaitu
a Baik bila semua tugas yang diterima responden terlaksana dengan baik yaitu
mengawasi memberikan dorongan mengingatkan dan memberikan penyuluhan
(nilainya gt11)
b Sedang bila tugas PMO yang diterima responden sebagian saja yang terpenuhi
(nilainya 6-11)
c Buruk bila tugas PMO yang diterima responden tidak terlaksana dengan baik
(nilainya lt 6)
Aspek Pengukuran Variabel Terikan
Kepatuhan Pengobatan TB Paru
41
Aspek Pengukuran Variabel ini menggunakan skala interval yang diukur berdasarkan
tiga (3) kategori yaitu
Patuh apabila responden selalu menelan obat sesuai ketentuan petugas kesehatan
yaitu setiap hari pada tahap awal tiga kali seminggu pada tahap lanjutan dan
mengambil obat serta memeriksakan dahak sesuai jadwal dan menaati nasihat dari
petugas kesehatan ( bobot 3 )
Kurang patuh jika responden kadang-kadang menelan obat sesuai ketentuan
petugas kesehatan atau responden tidak menelan obat 2-8 minggu selama tahap
pengobatan lanjutan dan tidak memerisakan dahak sesuai jadwal yang telah
ditetapkan dan tidak selalu menaati nasihat dari petugas kesehatan (bobot 2 )
Tidak patuh jika responden tidak menelan obat sesuai ketentuan petugas
kesehatan atau responden tidak menelan obat lebih dari 8 minggu selama tahap
pengobatan lanjutan dan tidak mengambil obat serta tidak memeriksakan dahak
sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan tidak menaati nasihat petugas kesehatan
(bobot 1)
383 Penyajian Data
384 Analisis Data
385 Interpretasi Data
386 Pelaporan Data
39 Definisi Operasional
1 Umur adalah usia responden saat penelitian berdasarkan ulang tahun terakhir yang
dibedakan atas 3 (tiga) kategori berdasarkna Badan Pusat Statistik Kota Medan
42
tahun 2008 yaitu 1) orang muda 25-24 tahun 2) dewasa 24-49 tahun 3) orang
tua gt 50 tahun
2 Jenis kelamin adalah suatu karakteristik responden yang dibedakan identitasnya
dari laki-laki dan perempuan
3 Pendidikan adalah jenjang pendidikannyang berhasil ditamatkan responden yang
dibedakan atas tidak tamat SD SD SLTP SLTA Akademi Sarjana
4 Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh responden sebagai
pendapatan utama yang dibedakan atas kerja dan tidak bekerja
5 Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai penyakit
TB paru
6 Efek samping OAT adalah gejala keluhan yang diderita responden akiba menelan
OAT selama pengobatan
7 Ketersdediaan OAT adalah pandangan responden terhadap kondisi OAT
diperoleh dari puskesmas meliputi kecukupan jumlah OAT dan dan kualitasnya
8 Sikap petugas kesehatan adalah penilaian responden terhadap reaksi petugas
kesehatan kepada responden selama mereka menjalanin pengobatan
9 Lokasi jarak adalah pandangan responden tentang lama perjalanan dari tempat
tinggal responden ke Puskesmas yang diukur dengan jarak sarana transportasi
10 Penyuluhan kesehatan adalah pandangan responden tentang kegiatan yang
dilakukan oleh petugas kesehatan sehubungan dengan pengobatan TB Paru untuk
mencapai suatu keadaan dimana pederita TB Paru dapat hidup lebih sehat
11 Kunjungan rumah adalah pandangan responden tentang kegiatan yang dilakukan
petugas kesehatan selama masa pengobatan ke rumah responden
12 Faktor peran Pengawas Minum Obat (PMO) adalah pandangan responden tentang
tugas yang dilakasanakan oleh seorang PMO meliputi penyuluhan
13 Kepatuhan berobat adalah ketaan responden dalam menelan obat mengambil
obat dan melakukan pemeriksaan dahak sesuai jadwal yang telah ditentukan dan
menaati segala nasehat dari petugas kesehatan
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
1) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta
2) Perkumpulan Pemberantasan TB Indonesia 2011 TB di Indonesia Peringkat Dunia
Jakarta Diakses melalui situs httpwwwpptiinfoindexphpcomponentcontentarticle46-
arsip-ppti141-tbc-di-indonesia-peringkat-5-dunia Diakses pada tanggal 23 Januari 2012
44
3) Depkes dan WHO 2008 Lembar Fakta Tuberkulosis Jakarta
4) Dirjen P2M amp PLP 1997 Pengawasan Menelan Obat (PMO) adalah DOTS ala Indonesia
Jakarta
5) Amirudin R 2006 Faktor Keberhasilan Konversi pada Penderita TB Paru di Puskesmas
Jongaya Tahun 2006 Laporan Penelitian FKM Unhas Makasar
6) Aditama Tjandra Y 1994 Tuberkulosis Paru Masalah dan Penanggulangnya UI Press
Jakarta
7) Aru W Bambang S Idrus A dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Tuberkulosis
Paru Edisi IV FKUI Jakarta 2006 998-1004
8) Depkes RI 2002 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta
9) Depkes RI 2006 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta
10) Subijakto Hubungan Pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Berobat
Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Proposal Skripsi Jakarta 2011 Diakses pada
tanggal 20 Januari 2012
11) Aditama Tjandra Y 2002 Tuberkulosis Diagnosis Terapi dan Masalahnya Yayasan IDI
Jakarta
12) Notoatmodjo Soekidjo 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Penerbit Rineka Cipta
Jakarta
13) Simamora Jojor 2004 Faktor yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Berobat Penderita TB
Paru di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2004 Tesis Pascasarjana USU Medan
14) Ester Monica 2000 Psikologi Kesehatan Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
15) Bart Smet 1994 Psikologi Kesehatan PT Grasindo Jakarta
16) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta
45
berdasarkan jawaban yang diberikan responden selanjutnya dikelompokkan menjadi
tiga (3) yaitu
a Baik jika faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan
penilaian yang baik karena kebutuhan yang diinginkan debagian besarnya
terpenuhi (nilai gt32)
b Sedang bila faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan
penilaian yang kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan responden hanay
sebagian saja yang terpenuhi (nilainya 17-32)
c Buruk bila faktor pelayanan pelayanan kesehatan yang diterima responden
menimbulkan penilaian yang tidak baik karena kebutuhan yang diinginka
responden sebagian besar tidak dipenuhi (nilainya lt17)
Faktor Pengawas Menelan Obat (PMO)
Faktor Pengawas Menelan Obat diukur dengan 5 pertanyaan yang
selanjutnya dibedakan atas 3 kategori yaitu
a Baik bila semua tugas yang diterima responden terlaksana dengan baik yaitu
mengawasi memberikan dorongan mengingatkan dan memberikan penyuluhan
(nilainya gt11)
b Sedang bila tugas PMO yang diterima responden sebagian saja yang terpenuhi
(nilainya 6-11)
c Buruk bila tugas PMO yang diterima responden tidak terlaksana dengan baik
(nilainya lt 6)
Aspek Pengukuran Variabel Terikan
Kepatuhan Pengobatan TB Paru
41
Aspek Pengukuran Variabel ini menggunakan skala interval yang diukur berdasarkan
tiga (3) kategori yaitu
Patuh apabila responden selalu menelan obat sesuai ketentuan petugas kesehatan
yaitu setiap hari pada tahap awal tiga kali seminggu pada tahap lanjutan dan
mengambil obat serta memeriksakan dahak sesuai jadwal dan menaati nasihat dari
petugas kesehatan ( bobot 3 )
Kurang patuh jika responden kadang-kadang menelan obat sesuai ketentuan
petugas kesehatan atau responden tidak menelan obat 2-8 minggu selama tahap
pengobatan lanjutan dan tidak memerisakan dahak sesuai jadwal yang telah
ditetapkan dan tidak selalu menaati nasihat dari petugas kesehatan (bobot 2 )
Tidak patuh jika responden tidak menelan obat sesuai ketentuan petugas
kesehatan atau responden tidak menelan obat lebih dari 8 minggu selama tahap
pengobatan lanjutan dan tidak mengambil obat serta tidak memeriksakan dahak
sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan tidak menaati nasihat petugas kesehatan
(bobot 1)
383 Penyajian Data
384 Analisis Data
385 Interpretasi Data
386 Pelaporan Data
39 Definisi Operasional
1 Umur adalah usia responden saat penelitian berdasarkan ulang tahun terakhir yang
dibedakan atas 3 (tiga) kategori berdasarkna Badan Pusat Statistik Kota Medan
42
tahun 2008 yaitu 1) orang muda 25-24 tahun 2) dewasa 24-49 tahun 3) orang
tua gt 50 tahun
2 Jenis kelamin adalah suatu karakteristik responden yang dibedakan identitasnya
dari laki-laki dan perempuan
3 Pendidikan adalah jenjang pendidikannyang berhasil ditamatkan responden yang
dibedakan atas tidak tamat SD SD SLTP SLTA Akademi Sarjana
4 Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh responden sebagai
pendapatan utama yang dibedakan atas kerja dan tidak bekerja
5 Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai penyakit
TB paru
6 Efek samping OAT adalah gejala keluhan yang diderita responden akiba menelan
OAT selama pengobatan
7 Ketersdediaan OAT adalah pandangan responden terhadap kondisi OAT
diperoleh dari puskesmas meliputi kecukupan jumlah OAT dan dan kualitasnya
8 Sikap petugas kesehatan adalah penilaian responden terhadap reaksi petugas
kesehatan kepada responden selama mereka menjalanin pengobatan
9 Lokasi jarak adalah pandangan responden tentang lama perjalanan dari tempat
tinggal responden ke Puskesmas yang diukur dengan jarak sarana transportasi
10 Penyuluhan kesehatan adalah pandangan responden tentang kegiatan yang
dilakukan oleh petugas kesehatan sehubungan dengan pengobatan TB Paru untuk
mencapai suatu keadaan dimana pederita TB Paru dapat hidup lebih sehat
11 Kunjungan rumah adalah pandangan responden tentang kegiatan yang dilakukan
petugas kesehatan selama masa pengobatan ke rumah responden
12 Faktor peran Pengawas Minum Obat (PMO) adalah pandangan responden tentang
tugas yang dilakasanakan oleh seorang PMO meliputi penyuluhan
13 Kepatuhan berobat adalah ketaan responden dalam menelan obat mengambil
obat dan melakukan pemeriksaan dahak sesuai jadwal yang telah ditentukan dan
menaati segala nasehat dari petugas kesehatan
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
1) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta
2) Perkumpulan Pemberantasan TB Indonesia 2011 TB di Indonesia Peringkat Dunia
Jakarta Diakses melalui situs httpwwwpptiinfoindexphpcomponentcontentarticle46-
arsip-ppti141-tbc-di-indonesia-peringkat-5-dunia Diakses pada tanggal 23 Januari 2012
44
3) Depkes dan WHO 2008 Lembar Fakta Tuberkulosis Jakarta
4) Dirjen P2M amp PLP 1997 Pengawasan Menelan Obat (PMO) adalah DOTS ala Indonesia
Jakarta
5) Amirudin R 2006 Faktor Keberhasilan Konversi pada Penderita TB Paru di Puskesmas
Jongaya Tahun 2006 Laporan Penelitian FKM Unhas Makasar
6) Aditama Tjandra Y 1994 Tuberkulosis Paru Masalah dan Penanggulangnya UI Press
Jakarta
7) Aru W Bambang S Idrus A dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Tuberkulosis
Paru Edisi IV FKUI Jakarta 2006 998-1004
8) Depkes RI 2002 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta
9) Depkes RI 2006 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta
10) Subijakto Hubungan Pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Berobat
Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Proposal Skripsi Jakarta 2011 Diakses pada
tanggal 20 Januari 2012
11) Aditama Tjandra Y 2002 Tuberkulosis Diagnosis Terapi dan Masalahnya Yayasan IDI
Jakarta
12) Notoatmodjo Soekidjo 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Penerbit Rineka Cipta
Jakarta
13) Simamora Jojor 2004 Faktor yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Berobat Penderita TB
Paru di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2004 Tesis Pascasarjana USU Medan
14) Ester Monica 2000 Psikologi Kesehatan Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
15) Bart Smet 1994 Psikologi Kesehatan PT Grasindo Jakarta
16) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta
45
Aspek Pengukuran Variabel ini menggunakan skala interval yang diukur berdasarkan
tiga (3) kategori yaitu
Patuh apabila responden selalu menelan obat sesuai ketentuan petugas kesehatan
yaitu setiap hari pada tahap awal tiga kali seminggu pada tahap lanjutan dan
mengambil obat serta memeriksakan dahak sesuai jadwal dan menaati nasihat dari
petugas kesehatan ( bobot 3 )
Kurang patuh jika responden kadang-kadang menelan obat sesuai ketentuan
petugas kesehatan atau responden tidak menelan obat 2-8 minggu selama tahap
pengobatan lanjutan dan tidak memerisakan dahak sesuai jadwal yang telah
ditetapkan dan tidak selalu menaati nasihat dari petugas kesehatan (bobot 2 )
Tidak patuh jika responden tidak menelan obat sesuai ketentuan petugas
kesehatan atau responden tidak menelan obat lebih dari 8 minggu selama tahap
pengobatan lanjutan dan tidak mengambil obat serta tidak memeriksakan dahak
sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan tidak menaati nasihat petugas kesehatan
(bobot 1)
383 Penyajian Data
384 Analisis Data
385 Interpretasi Data
386 Pelaporan Data
39 Definisi Operasional
1 Umur adalah usia responden saat penelitian berdasarkan ulang tahun terakhir yang
dibedakan atas 3 (tiga) kategori berdasarkna Badan Pusat Statistik Kota Medan
42
tahun 2008 yaitu 1) orang muda 25-24 tahun 2) dewasa 24-49 tahun 3) orang
tua gt 50 tahun
2 Jenis kelamin adalah suatu karakteristik responden yang dibedakan identitasnya
dari laki-laki dan perempuan
3 Pendidikan adalah jenjang pendidikannyang berhasil ditamatkan responden yang
dibedakan atas tidak tamat SD SD SLTP SLTA Akademi Sarjana
4 Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh responden sebagai
pendapatan utama yang dibedakan atas kerja dan tidak bekerja
5 Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai penyakit
TB paru
6 Efek samping OAT adalah gejala keluhan yang diderita responden akiba menelan
OAT selama pengobatan
7 Ketersdediaan OAT adalah pandangan responden terhadap kondisi OAT
diperoleh dari puskesmas meliputi kecukupan jumlah OAT dan dan kualitasnya
8 Sikap petugas kesehatan adalah penilaian responden terhadap reaksi petugas
kesehatan kepada responden selama mereka menjalanin pengobatan
9 Lokasi jarak adalah pandangan responden tentang lama perjalanan dari tempat
tinggal responden ke Puskesmas yang diukur dengan jarak sarana transportasi
10 Penyuluhan kesehatan adalah pandangan responden tentang kegiatan yang
dilakukan oleh petugas kesehatan sehubungan dengan pengobatan TB Paru untuk
mencapai suatu keadaan dimana pederita TB Paru dapat hidup lebih sehat
11 Kunjungan rumah adalah pandangan responden tentang kegiatan yang dilakukan
petugas kesehatan selama masa pengobatan ke rumah responden
12 Faktor peran Pengawas Minum Obat (PMO) adalah pandangan responden tentang
tugas yang dilakasanakan oleh seorang PMO meliputi penyuluhan
13 Kepatuhan berobat adalah ketaan responden dalam menelan obat mengambil
obat dan melakukan pemeriksaan dahak sesuai jadwal yang telah ditentukan dan
menaati segala nasehat dari petugas kesehatan
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
1) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta
2) Perkumpulan Pemberantasan TB Indonesia 2011 TB di Indonesia Peringkat Dunia
Jakarta Diakses melalui situs httpwwwpptiinfoindexphpcomponentcontentarticle46-
arsip-ppti141-tbc-di-indonesia-peringkat-5-dunia Diakses pada tanggal 23 Januari 2012
44
3) Depkes dan WHO 2008 Lembar Fakta Tuberkulosis Jakarta
4) Dirjen P2M amp PLP 1997 Pengawasan Menelan Obat (PMO) adalah DOTS ala Indonesia
Jakarta
5) Amirudin R 2006 Faktor Keberhasilan Konversi pada Penderita TB Paru di Puskesmas
Jongaya Tahun 2006 Laporan Penelitian FKM Unhas Makasar
6) Aditama Tjandra Y 1994 Tuberkulosis Paru Masalah dan Penanggulangnya UI Press
Jakarta
7) Aru W Bambang S Idrus A dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Tuberkulosis
Paru Edisi IV FKUI Jakarta 2006 998-1004
8) Depkes RI 2002 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta
9) Depkes RI 2006 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta
10) Subijakto Hubungan Pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Berobat
Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Proposal Skripsi Jakarta 2011 Diakses pada
tanggal 20 Januari 2012
11) Aditama Tjandra Y 2002 Tuberkulosis Diagnosis Terapi dan Masalahnya Yayasan IDI
Jakarta
12) Notoatmodjo Soekidjo 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Penerbit Rineka Cipta
Jakarta
13) Simamora Jojor 2004 Faktor yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Berobat Penderita TB
Paru di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2004 Tesis Pascasarjana USU Medan
14) Ester Monica 2000 Psikologi Kesehatan Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
15) Bart Smet 1994 Psikologi Kesehatan PT Grasindo Jakarta
16) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta
45
tahun 2008 yaitu 1) orang muda 25-24 tahun 2) dewasa 24-49 tahun 3) orang
tua gt 50 tahun
2 Jenis kelamin adalah suatu karakteristik responden yang dibedakan identitasnya
dari laki-laki dan perempuan
3 Pendidikan adalah jenjang pendidikannyang berhasil ditamatkan responden yang
dibedakan atas tidak tamat SD SD SLTP SLTA Akademi Sarjana
4 Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh responden sebagai
pendapatan utama yang dibedakan atas kerja dan tidak bekerja
5 Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai penyakit
TB paru
6 Efek samping OAT adalah gejala keluhan yang diderita responden akiba menelan
OAT selama pengobatan
7 Ketersdediaan OAT adalah pandangan responden terhadap kondisi OAT
diperoleh dari puskesmas meliputi kecukupan jumlah OAT dan dan kualitasnya
8 Sikap petugas kesehatan adalah penilaian responden terhadap reaksi petugas
kesehatan kepada responden selama mereka menjalanin pengobatan
9 Lokasi jarak adalah pandangan responden tentang lama perjalanan dari tempat
tinggal responden ke Puskesmas yang diukur dengan jarak sarana transportasi
10 Penyuluhan kesehatan adalah pandangan responden tentang kegiatan yang
dilakukan oleh petugas kesehatan sehubungan dengan pengobatan TB Paru untuk
mencapai suatu keadaan dimana pederita TB Paru dapat hidup lebih sehat
11 Kunjungan rumah adalah pandangan responden tentang kegiatan yang dilakukan
petugas kesehatan selama masa pengobatan ke rumah responden
12 Faktor peran Pengawas Minum Obat (PMO) adalah pandangan responden tentang
tugas yang dilakasanakan oleh seorang PMO meliputi penyuluhan
13 Kepatuhan berobat adalah ketaan responden dalam menelan obat mengambil
obat dan melakukan pemeriksaan dahak sesuai jadwal yang telah ditentukan dan
menaati segala nasehat dari petugas kesehatan
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
1) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta
2) Perkumpulan Pemberantasan TB Indonesia 2011 TB di Indonesia Peringkat Dunia
Jakarta Diakses melalui situs httpwwwpptiinfoindexphpcomponentcontentarticle46-
arsip-ppti141-tbc-di-indonesia-peringkat-5-dunia Diakses pada tanggal 23 Januari 2012
44
3) Depkes dan WHO 2008 Lembar Fakta Tuberkulosis Jakarta
4) Dirjen P2M amp PLP 1997 Pengawasan Menelan Obat (PMO) adalah DOTS ala Indonesia
Jakarta
5) Amirudin R 2006 Faktor Keberhasilan Konversi pada Penderita TB Paru di Puskesmas
Jongaya Tahun 2006 Laporan Penelitian FKM Unhas Makasar
6) Aditama Tjandra Y 1994 Tuberkulosis Paru Masalah dan Penanggulangnya UI Press
Jakarta
7) Aru W Bambang S Idrus A dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Tuberkulosis
Paru Edisi IV FKUI Jakarta 2006 998-1004
8) Depkes RI 2002 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta
9) Depkes RI 2006 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta
10) Subijakto Hubungan Pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Berobat
Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Proposal Skripsi Jakarta 2011 Diakses pada
tanggal 20 Januari 2012
11) Aditama Tjandra Y 2002 Tuberkulosis Diagnosis Terapi dan Masalahnya Yayasan IDI
Jakarta
12) Notoatmodjo Soekidjo 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Penerbit Rineka Cipta
Jakarta
13) Simamora Jojor 2004 Faktor yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Berobat Penderita TB
Paru di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2004 Tesis Pascasarjana USU Medan
14) Ester Monica 2000 Psikologi Kesehatan Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
15) Bart Smet 1994 Psikologi Kesehatan PT Grasindo Jakarta
16) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta
45
BAB IV
HASIL PENELITIAN
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
1) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta
2) Perkumpulan Pemberantasan TB Indonesia 2011 TB di Indonesia Peringkat Dunia
Jakarta Diakses melalui situs httpwwwpptiinfoindexphpcomponentcontentarticle46-
arsip-ppti141-tbc-di-indonesia-peringkat-5-dunia Diakses pada tanggal 23 Januari 2012
44
3) Depkes dan WHO 2008 Lembar Fakta Tuberkulosis Jakarta
4) Dirjen P2M amp PLP 1997 Pengawasan Menelan Obat (PMO) adalah DOTS ala Indonesia
Jakarta
5) Amirudin R 2006 Faktor Keberhasilan Konversi pada Penderita TB Paru di Puskesmas
Jongaya Tahun 2006 Laporan Penelitian FKM Unhas Makasar
6) Aditama Tjandra Y 1994 Tuberkulosis Paru Masalah dan Penanggulangnya UI Press
Jakarta
7) Aru W Bambang S Idrus A dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Tuberkulosis
Paru Edisi IV FKUI Jakarta 2006 998-1004
8) Depkes RI 2002 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta
9) Depkes RI 2006 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta
10) Subijakto Hubungan Pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Berobat
Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Proposal Skripsi Jakarta 2011 Diakses pada
tanggal 20 Januari 2012
11) Aditama Tjandra Y 2002 Tuberkulosis Diagnosis Terapi dan Masalahnya Yayasan IDI
Jakarta
12) Notoatmodjo Soekidjo 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Penerbit Rineka Cipta
Jakarta
13) Simamora Jojor 2004 Faktor yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Berobat Penderita TB
Paru di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2004 Tesis Pascasarjana USU Medan
14) Ester Monica 2000 Psikologi Kesehatan Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
15) Bart Smet 1994 Psikologi Kesehatan PT Grasindo Jakarta
16) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta
45
3) Depkes dan WHO 2008 Lembar Fakta Tuberkulosis Jakarta
4) Dirjen P2M amp PLP 1997 Pengawasan Menelan Obat (PMO) adalah DOTS ala Indonesia
Jakarta
5) Amirudin R 2006 Faktor Keberhasilan Konversi pada Penderita TB Paru di Puskesmas
Jongaya Tahun 2006 Laporan Penelitian FKM Unhas Makasar
6) Aditama Tjandra Y 1994 Tuberkulosis Paru Masalah dan Penanggulangnya UI Press
Jakarta
7) Aru W Bambang S Idrus A dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Tuberkulosis
Paru Edisi IV FKUI Jakarta 2006 998-1004
8) Depkes RI 2002 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta
9) Depkes RI 2006 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta
10) Subijakto Hubungan Pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Berobat
Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Proposal Skripsi Jakarta 2011 Diakses pada
tanggal 20 Januari 2012
11) Aditama Tjandra Y 2002 Tuberkulosis Diagnosis Terapi dan Masalahnya Yayasan IDI
Jakarta
12) Notoatmodjo Soekidjo 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Penerbit Rineka Cipta
Jakarta
13) Simamora Jojor 2004 Faktor yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Berobat Penderita TB
Paru di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2004 Tesis Pascasarjana USU Medan
14) Ester Monica 2000 Psikologi Kesehatan Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
15) Bart Smet 1994 Psikologi Kesehatan PT Grasindo Jakarta
16) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta
45