133192422-TB-paru

67
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia, terutama di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Penyakit ini merupakan ancaman besar bagi pembangunan sumber daya manusia sehingga perlu mendapatkan perhatian yang lebih serius dari semua pihak. TB adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis yang telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia. Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh yang lainnya. Pada tahun 1993, WHO (World Health Organization) mencanangkan kedaruratan global penyakit TB karena jumlah kasus TB meningkat dan tidak terkendali. 1 Hampir 10 tahun lamanya Indonesia menempati urutan ke-3 sedunia dalam hal jumlah penderita tuberkulosis (TB). Baru pada tahun ini turun ke peringkat ke-5 dan masuk dalam milestone atau pencapaian kinerja 1 tahun Kementrian Kesehatan. 2 Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2007 menyatakan jumlah penderita TB di Indonesia 1

Transcript of 133192422-TB-paru

Page 1: 133192422-TB-paru

BAB I

PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Tuberkulosis (TB) sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan

masyarakat di dunia terutama di negara-negara berkembang termasuk Indonesia

Penyakit ini merupakan ancaman besar bagi pembangunan sumber daya manusia

sehingga perlu mendapatkan perhatian yang lebih serius dari semua pihak

TB adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium

tuberculosis yang telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia Sebagian besar kuman

TB menyerang paru tetapi dapat juga mengenai organ tubuh yang lainnya Pada

tahun 1993 WHO (World Health Organization) mencanangkan kedaruratan global

penyakit TB karena jumlah kasus TB meningkat dan tidak terkendali 1

Hampir 10 tahun lamanya Indonesia menempati urutan ke-3 sedunia

dalam hal jumlah penderita tuberkulosis (TB) Baru pada tahun ini turun ke peringkat

ke-5 dan masuk dalam milestone atau pencapaian kinerja 1 tahun Kementrian

Kesehatan2

Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2007

menyatakan jumlah penderita TB di Indonesia sekitar 528 ribu atau berada di posisi

tiga di dunia setelah India dan China2

Laporan WHO pada tahun 2009 mencatat peringkat Indonesia menurun

ke posisi lima dengan jumlah penderita TB sebesar 429 ribu orang Lima Negara

dengan jumlah terbesar kasus insiden pada tahun 2009 adalah India China Afrika

Selatan Nigeria dan Indonesia2

Pada Global Report WHO 2010 data total seluruh kasus TB tahun 2009

sebanyak 294731 kasus dimana 169213 adalah kasus TB baru dengan BTA positif

108616 adalah kasus TB dengan BTA negatif 11215 adalah kasus TB ekstra paru

3709 adalah kasus TB kambuh dan 1978 adalah kasus pengobatan ulang di luar kasus

kambuh 2

1

Sementara itu untuk keberhasilan pengobatan pada tahun 2003 adalah

87 Sedangkan pada tahun 2004 sebesar 90 Pada tahun 2005 sampai tahun 2008

angka keberhasilan pengobatan adalah 91 2

Munculnya pandemi HIVAIDS di dunia menambah permasalahan bagi

penderita TB Koinfeksi dengan HIV akan meningkatkan risiko kejadian TB paru

secara signifikan Pada saat yang sama kekebalan ganda kuman TB terhadap obat

anti TB (multidrug resistence = MDR) semakin menjadi masalah karena tidak dapat

disembuhkan Keadaan tersebut pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya epidemi

TB paru yang sulit di tangani1

Pada tahun 2006 terdapat sekitar 92 juta kasus baru TB secara global

Diperkirakan 17 juta orang meninggal karena TB termasuk mereka yang terinfeksi

oleh HIV3

Besarnya dan luasnya permasalahan akibat TB mengharuskan kepada

semua pihak untuk dapat berkomitmen dan bekerja sama dalam melakukan

penanggulangan TB Kerugian yang diakibatkannya bukan hanya dari aspek

kesehatan semata tetapi juga dari aspek sosial ekonomi Dengan kata lain TB

merupakan ancaman terhadap cita-cita pembangunan dan dalam hal kesejahteraan

rakyat secara menyeluruh

Pada tahun 1994 pemerintah Indonesia yang bekerja sama dengan WHO

melaksanakan suatu evaluasi bersama (WHO-Indonesia Joint Evaluation) yang

menghasilkan rekomendasi tentang perlunya segera dilakukan perubahan mendasar

pada strategi penanggulangan TB paru di Indonesia yang disebut sebagai ldquoStrategi

DOTS (Directly Observed Treatment-Shortcourse)ldquo Bank Dunia menyatakan stratei

DOTS sebagai salah satu intervensi kesehatan yang paling efektif4

DOTS adalah strategi yang komrehensif untuk digunakan oleh petugas

kesehatan primer di seluruh dunia untuk mendeteksi dan menyembuhkan pasien TB

Penanggulangan TB paru dengan DOTS dapat memberikan angka kesembuhan yang

tinggi dimana WHO menargetkan angka kesembuhan minimal sebesar 81 dari

penderita TB paru dengan BTA positif yang telah terdeteksi 4

2

Prinsip DOTS adalah menentukan pelayanan pengobatan terhadap

penderita agar secara langsung dapat mengawasi keteraturan minum obat Strategi ini

diawasi oleh petugas Puskesmas dan pihak-pihak lain yang paham tentang program

DOTS Di samping itu keluarga sangat diperlukan keterlibatannya dalam

pengawasan dan perawatan penderita 4

Masih rendahnya cakupan angka kesembuhan berdampak negatif pada

kesehatan masyarakat dan keberhasilan pencapaian program Dalam hal ini masih

adanya peluang terjadinya penularan penyakit TB kepada anggota keluarga dan

masyarakat sekitar Selain itu memungkinkan terjadinya resistensi kuman TB

terhadap OAT sehingga menambah penyebarluasan penyakit TB meningkatnya

angka kesakitan dan kematian akibat TB5

Untuk mencapai kesembuhan diperlukan keteraturan atau kepatuhan

berobat Artinya apabila penderita tidak berobat dengan teratur maka hasil dari

pengobatan pun akan tidak baik

Banyak faktor yang sangat mempengaruhi keberhasilan pengobatan

seperti lamanya waktu pengobatan kepatuhan serta keteraturan penderita untuk

berobat Selain itu daya tahan tubuh dan faktor sosial ekonomi juga ikut berperan

Kepatuhan berobat penderita TB juga ditentukan oleh perhatian tenaga

kesehatan untuk memberikan penyuluhan dan penjelasan kepada masyarakat

Keteraturan pengobatan tetap menjadi tanggung jawab petugas kesehatan4

Berdasarkan uraian di atas diketahui bahwa angka kesembuhan TB

ditentukan oleh kepatuhan penderita untuk berobat adanya pelayanan kesehatan yang

baik dan adanya peran PMO terhadap tingkat kepatuhan pengobatan

3

12 Permasalahan

Diperkirakan sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh

Mycobacterium tuberculosis Pada tahun 1995 diperkirakan ada 9 juta pasien TB

baru dan 3 juta kematian akibat TB diseluruh dunia Diperkirakan 95 kasus TB dan

98 kematian akibat TB diduniaterjadi pada negara-negara berkembang Demikian

juga kematian wanita akibat TB lebih banyak dari pada kematian karena kehamilan

persalinan dan nifas

Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2007

menyatakan jumlah penderita TB di Indonesia sekitar 528 ribu atau berada di posisi

tiga di dunia setelah India dan China

Pada Global Report WHO 2010 data total seluruh kasus TB tahun 2009

sebanyak 294731 kasus dimana 169213 adalah kasus TB baru dengan BTA positif

108616 adalah kasus TB dengan BTA negatif 11215 adalah kasus TB ekstra paru

3709 adalah kasus TB kambuh dan 1978 adalah kasus pengobatan ulang di luar kasus

kambuh

Besarnya dan luasnya permasalahan akibat TB mengharuskan kepada

semua pihak untuk dapat berkomitmen dan bekerja sama dalam melakukan

penanggulangan TB Kerugian yang diakibatkannya bukan hanya dari aspek

kesehatan semata tetapi juga dari aspek sosial ekonomi Dengan kata lain TB

merupakan ancaman terhadap cita-cita pembangunan dan dalam hal kesejahteraan

rakyat secara menyeluruh

Selain itu munculnya pandemi HIVAIDS di dunia menambah

permasalahan bagi penderita TB Koinfeksi dengan HIV akan meningkatkan risiko

kejadian TB paru secara signifikan Pada saat yang sama kekebalan ganda kuman TB

terhadap obat anti TB (multidrug resistence = MDR) semakin menjadi masalah

karena tidak dapat disembuhkan Keadaan tersebut pada akhirnya akan menyebabkan

terjadinya epidemi TB paru yang sulit di tangani

4

13 Tujuan Penelitian

131 Tujuan Umum

Mengetahui hungungan antara kepatuhan minum OAT dengan

kesembuhan TB Paru di Puskesmas Grogol Petamburan

132 Tujuan Khusus

1) Diketahuinya hubungan antara kesembuhan penyakit TB dengan

tingkat kepatuan penderita TB dalam meminum OAT

2) Diketahuinya besarnya masalah perilaku pada penderita TB terhadap

tingakt kepatuhannya berobat

3) Diketahuinya distribusi menurut umur tingkat pendidikan pekerjaan

dan pengetahuan terhadap tingkat kepatuhan penderita

14 Manfaat Penelitian

141 Manfaat Bagi Peneliti

1) Memperoleh pengalaman belajar dan pengetahuan dalam melakukan

penelitian

2) Meningkatkan kemampuan dalam berkomunikasi dengan masyarakat

3) Menerapkan dan mengembangkan ilmu yang telah dipelajari pada saat

kuliah

4) Mengembangkan daya nalar minat dan kemampuan dalam bidang

penelitian

5) Melatih bekerja sama dalam sebuah tim

5

142 Manfaat Bagi Perguruan Tinggi

1) Realisasi Tridarma perguruan tinggi dalam melaksanakan fungsi atau

tugas perguruan tinggi sebagai lembaga yang menyelenggarakan

pendidikan penelitian dan pengabdian masyarakat

2) Mewujudkan kampus Universitas Kristen Krida Wacana sebagai

masyarakat ilmiah dalam peran sertanya di bidang kesehatan

3) Meningkatkan saling pengertian dan kerjasama antar mahasiswa dan

staf pengajar

143 Manfaat Bagi Masyarakat

1) Sebagai masukan berupa hasil penelitian dan saran-saran yang

diharapkan dapat menjadi umpan balik positif bagi warga di wilayah

kerja Puskesmas Jelambar untuk dapat berperan serta

2) Sebagai bahan masukan dalam melakukan penyuluhan kesehatan

untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam melakukan

program pemberantasan penyakit TB paru

3) Sebagai bahan masukan dalam melakukan penelitian selanjutnya

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

21 Penyakit Tuberkulosis Paru

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh

kuman TB (Mycobacterium tuberculosis) Sebagian besarkuman TB menyerang paru

tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya Tuberkulosis bukanlah penyakit

keturunan tetapi dapat ditularkan dari orang ke orang lain6

Kuman penyebab tuberkulosis ini ditemukan oleh seorang ilmuwan

Jerman yang bernama Robert Koch di tahun 1882 Hasil penemuannya ini dilaporkan

olehnya kepada masyarakat ilmiah pada tanggal 24 Maret 1882 Penemuan ini

merupakan peristiwa terbesar dalam perkembangan pengobatan tuberkulosis dan

tanggal 24 Maret setiap tahunnya sampai sekarang diperingati sebagai TB Day (hari

Tuberkulosis) 6

Kuman tuberkulosis berbentuk batang berukuran sangat kecil sehingga

hanya dapat dilihat di bawah mikroskop Panjangnya sekitar satu sampai empat

micron dan lebarnya antara 03 sampai 06 mikron Basil tuberkulosis akan tumbuh

secara optimal pada suhu sekitar 370C yang sesuai dengan tubuh manusia Untuk

berkembang biak basil ini melakukan pembelahan diri Jika dilihat dari struktur

kimianya basil ini tediri dari lemak dan protein6

Kuman tuberkulosis mempunyai sifat khusus yaitu tahan asam pada

pewarnaan sehingga disebut sebagai Basil Tahan Asam (BTA) Kuman TB akan mati

pada penyinaran dengan sinar matahari langsung Dalam jaringan tubuh kuman ini

bersifat dormant artinya kuman dapat tertidur lama selama beberapa tahun lalu dapat

aktif kembali jika keadaan memungkinkan6

7

211 Klasifikasi Tuberkulosis 9

Penentuan klasifikasi penyakit tuberkulosis memerlukan suatu lsquodefinisi kasusrsquo yang

meliputi empat hal yaitu

- Lokasi atau organ tubuh yang sakit paru atau ekstra paru

- Bakteriologi (hasil pemeriksaan dahak secara mikroskopis) BTA positif atau BTA

negatif

- Tingkat keparahan penyakit ringan atau berat

- Riwayat pengobatan TB sebelumnya baru atau sudah pernah diobati

bull Manfaat dan tujuan menentukan klasifikasi adalah

- menentukan paduan pengobatan yang sesuai

- registrasi kasus secara benar

- menentukan prioritas pengobatan TB BTA(+)

- analisis kohort hasil pengobatan

bull Beberapa istilah dalam definisi kasus

- Kasus TB Pasien TB yang telah dibuktikan secara mikroskopis atau didiagnosis

oleh dokter

- Kasus TB pasti (definitif) pasien dengan biakan positif untuk Mycobacterium

tuberculosis atau tidak ada fasilitas biakan sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen

dahak SPS hasilnya BTA positif

bull Kesesuaian paduan dan dosis pengobatan dengan kategori diagnostik sangat

diperlukan untuk

- menghindari terapi yang tidak adekuat (undertreatment) sehingga mencegah

timbulnya resistensi

- menghindari pengobatan yang tidak perlu (overtreatment) sehingga meningkatkan

pemakaian sumber-daya lebih biaya efektif (cost-effective)

- mengurangi efek samping

8

Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena

bull Tuberkulosis paru Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang

jaringan (parenkim) paru tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada

hilus

bull Tuberkulosis ekstra paru Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain

paru misalnya pleura selaput otak selaput jantung (pericardium) kelenjar lymfe

tulang persendian kulit usus ginjal saluran kencing alat kelamin dan lain-lain

Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis yaitu pada TB

Paru

bull Tuberkulosis paru BTA positif

- Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif

- 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada menunjukkan

gambaran tuberkulosis

- 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif

- 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS pada

pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah

pemberian antibiotika non OAT

bull Tuberkulosis paru BTA negatif

Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif

Kriteria diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi

- Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif

- Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis

- Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT

- Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan

9

Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan penyakit

bull TB paru BTA negatif foto toraks positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan

penyakitnya yaitu bentuk berat dan ringan Bentuk berat bila gambaran foto

toraks memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas (misalnya proses ldquofar

advancedrdquo) dan atau keadaan umum pasien buruk

bull TB ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya yaitu

- TB ekstra paru ringan misalnya TB kelenjar limfe pleuritis eksudativa

unilateral tulang (kecuali tulang belakang) sendi dan kelenjar adrenal

- TB ekstra-paru berat misalnya meningitis milier perikarditis peritonitis

pleuritis eksudativa bilateral TB tulang belakang TB usus TB saluran kemih

dan alat kelamin

Catatan

bull Bila seorang pasien TB paru juga mempunyai TB ekstra paru maka untuk

kepentingan pencatatan pasien tersebut harus dicatat sebagai pasien TB paru

bull Bila seorang pasien dengan TB ekstra paru pada beberapa organ maka dicatat

sebagai TB ekstra paru pada organ yang penyakitnya paling berat

10

212 Cara Penularan

Lingkungan hidup yang sangat padat dan pemukiman di wilayah perkotaan

kemungkinan besar telah mempermudah proses penularan dan berperan sekali atas

peningkatan jumlah kasus TB Proses terjadinya infeksi oleh Mycobacterium

tuberculosis biasanya secara inhalasi sehingga TB paru merupakan manifestasi klinis

yang paling sering dibandingkan dengan organ lain Penularan penyakit ini sebagian

besar melalui inhalasi basil yang mengandung droplet nuclei khususnya yang di

dapat dari pasien TB paru dengan batuk berdarah atau berdahak yang mengandung

basil tahan asam (BTA) Pada TB kulit atau jaringan lunak penularan bias melalui

inokulasi langsung Infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium bovis dapat

disebabkan oleh susu yang kurang disterilkan dengan baik atau terkontaminasi Sudah

dibuktikan bahwa lingkungan sosial ekonomi yang baik pengobatan yang teratur dan

pengawasan minum obat yang ketat dapat berhasil mengurangi angka morbiditas dan

mortalitas di Amerika selama tahun 1950-1960 7

Daya penularan dari seseorang penderita ditentukan oleh banyaknya

kuman yang dikeluarkan dari parunya Makin tinggi derajat positif hasil dari

pemeriksaan dahak makin menular penderita tersebut Bila pemeriksaan dahak

negatif (tidak terlihat kuman) maka penderita tersebut dianggap tidak menular

Kemungkinan seseorang terinfeksi TB paru ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam

udara dan lamanya menghirup udara tersebut 8

Perlu diketahui bahwa kuman TB tidak hanya keluar ketika penderita

batuk saja tetapi juga pada saat bernyanyi bersin atau bersiul Secara umum dapat

dikatakan bahwa penularan penyakit TB banyak bergantung dari beberapa factor

seperti jumlah kuman yang ada tingkat keganasan kuman dan daya tahan tubuh orang

yang tertular 6

213 Penemuan Penderita TB

Kegiatan penemuan pasien terdiri dari penjaringan suspek diagnosis

penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien Penemuan pasien merupakan langkah

pertama dalam kegiatan program penanggulangan TB Penemuan dan penyembuhan

11

pasien TB menular secara bermakna akan dapat menurunkan kesakitan dan kematian

akibat TB penularan TB di masyarakat dan sekaligus merupakan kegiatan

pencegahan penularan TB yang paling efektif di masyarakat9

Strategi penemuan 9

Penemuan pasien TB dilakukan secara pasif dengan promosi aktif Penjaringan

tersangka pasien dilakukan di unit pelayanan kesehatan didukung dengan

penyuluhan secara aktif baik oleh petugas kesehatan maupun masyarakat untuk

meningkatkan cakupan penemuan tersangka pasien TB

Pemeriksaan terhadap kontak pasien TB terutama mereka yang BTA positif yang

menunjukkan gejala sama harus diperiksa dahaknya

Penemuan secara aktif dari rumah ke rumah dianggap tidak cost efektif

214 Risiko Penularan 9

- Risiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan dahak Pasien TB

paru dengan BTA positif memberikan kemungkinan risiko penularan lebih besar

dari pasien TB paru dengan BTA negatif

- Risiko penularan setiap tahunnya di tunjukkan dengan Annual Risk of Tuberculosis

Infection (ARTI) yaitu proporsi penduduk yang berisiko terinfeksi TB selama satu

tahun ARTI sebesar 1 berarti 10 (sepuluh) orang diantara 1000 penduduk

terinfeksi setiap tahun ARTI di Indonesia bervariasi antara 1-3

- Infeksi TB dibuktikan dengan perubahan reaksi tuberkulin negatif menjadi positif

215 Gejala Klinis TB Paru

Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu

atau lebih Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah

batuk darah sesak nafas badan lemas nafsu makan menurun berat badan menurun

12

malaise berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik demam meriang lebih dari satu

bulan9

Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain

tb seperti bronkiektasis bronkitis kronis asma kanker paru dan lain-lain Mengingat

prevalensi TB di Indonesia saat ini masih tinggi maka setiap orang yang datang ke

UPK dengan gejala tersebut diatas dianggap sebagai seorang tersangka (suspek)

pasien TB dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung9

216 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Tuberkulosis

Faktor ndash faktor yang mempengaruhi terhadap terjadinya TB antara lain

1 Harus ada sumber infeksi

Sumber infeksi dapat berasal dari penderita TB dengan BTA positif Penularan

dapat terjadi melalui dropet atau melalui pengunaan alat makan secara bergantian

tanpa dicuci yang digunakan oleh penderita TB dengan BTA positif tersebut

2 Jumlah basil penyebab harus cukup

Semakin banyak jumlah basil yang terhirup maka semakin besar kemungkinan

seseorang untuk mengidap TB

3 Virulensi yang tinggi dari basil TB

Apabila angka keaktifan kuman tinggi maka semakin cepat kuman TB

berkembang biak di dalam tubuh Selain itu masa inkubasi akan semakin cepat

4 Daya tahan tubuh yang rendah

Daya tahan tubuh yang menurun memungkinkan basil berkembang biak dan

menimbulkan penyakit tuberkulosis 10

217 Tipe Penderita TB Paru

Tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya Ada beberapa

tipe pasien yaitu

bull Kasus baru

13

Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan

OAT kurang dari satu bulan (4 minggu)

bull Kasus kambuh (Relaps)

Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan

tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap didiagnosis

kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur)

bull Kasus setelah putus berobat (Default )

Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA

positif

bull Kasus setelah gagal (failure)

Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi

positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan

bull Kasus Pindahan (Transfer In)

Adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki register TB lain untuk

melanjutkan pengobatannya

bull Kasus lain

Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas Dalam kelompok ini

termasuk Kasus Kronik yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif

setelah selesai pengobatan ulangan

Catatan

TB paru BTA negatif dan TB ekstra paru dapat juga mengalami kambuh gagal

default maupun menjadi kasus kronik Meskipun sangat jarang harus dibuktikan

secara patologik bakteriologik (biakan) radiologik dan pertimbangan medis

spesialistik9

218 Pemeriksaan Diagnostik

Untuk mengetahui adanya tuberkulosis dokter biasanya berpegang pada

tiga patokan utama Pertama hasil wawancaranya tentang keluhan pasien dan hasil

pemeriksaan yang dilakukan pada pasien yang disebut dengan anamnesis Kedua

14

hasil pemeriksaan laboratorium untuk menemukan adanya BTA pada spesimen

penderita

Pemeriksaan dahak mikroskopis 9

Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis menilai

keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan

Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis dilakukan dengan

mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang

berurutan berupa Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS)

S (sewaktu)

Dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung pertama kali Pada

saat pulang suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak pagi

pada hari kedua

P (Pagi)

Dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua segera setelah bangun tidur

Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di UPK

S (sewaktu)

Dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua saat menyerahkan dahak pagi

Adapun tujuan dari pemeriksaan dahak pada program penanggulangan TB

adalah

1 Menegakkan diagnosis dan menentukan tipe klasifikasi

2 Menilai kemajuan pengobatan

3 Menentukan tingkat penularan 8

Pemeriksaan ulang dahak untuk memantau kemajuan pengobatan

dilakukan pada

1 Akhir tahap intensif

15

Dilakukan seminggu sebelum akhir pengobatan penderita baru BTA positif

dengan kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-3 pengobatan ulang

penderita BTA positif kategori 2

2 Sebulan sebelum akhir pengobatan

Dilakukan seminggu sebelum akhir bulan ke-5 pengobatan penderita baru BTA

positif dengan kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-7 pengobatan

ulang penderita BTA positif dengan kategori 2

3 Akhir pengobatan

Dilakukan seminggu sebelum akhir bulan ke-6 pada penderita BTA positif dengan

kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-8 pengobatan ulang BTA positif

dengan kategori 2 8

Pemeriksaan dahak pada sebulan sebelum akhir pengobatan dan akhir

pengobatan bertujuan untuk menilai hasil pengobatan (apakah sembuh atau gagal)

219 Prinsip Pengobatan

Penatalaksanaan TB meliputi penemuan pasien dan pengobatan yang

dikelola dengan menggunakan strategi DOTS9

Tujuan utama pengobatan pasien TB adalah menurunkan angka kematian

dan kesakitan serta mencegah penularan dengan cara menyembuhkan pasien

Penatalaksanaan penyakit TB merupakan bagian dari surveilans penyakit tidak

sekedar memastikan pasien menelan obat sampai dinyatakan sembuh tetapi juga

berkaitan dengan pengelolaan sarana bantu yang dibutuhkan petugas yang terkait

pencatatan pelaporan evaluasi kegiatan dan rencana tindak lanjutnya9

Tabel 21 Jenis sifat dan dosis OAT

Dosis yang direkomendasikan (mgkg)

16

Jenis OAT Sifat Harian 3x seminggu

Isoniazid (H) Bakterisid 5

(4-6)

10

(8-12)

Rifampicin (R) Bakterisid 10

(8-12)

10

(8-12)

Pyrazinamide (Z) Bakterisid 25

(20-30)

35

(30-40)

Streptomycin (S) Bakterisid 15

(12-18)

15

(12-18)

Etambutol (E) Bakteriostatik 15

(15-20)

30

(20-35)

Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut 9

bull OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat dalam jumlah

cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan Jangan gunakan OAT

tunggal (monoterapi) Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT ndash KDT)

lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan

bull Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat dilakukan pengawasan langsung

(DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat

(PMO)

bull Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap yaitu tahap intensif dan lanjutan

Tahap awal (intensif) 9

- Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara

langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat

17

- Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat biasanya pasien

menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu

- Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2

bulan

Tahap Lanjutan 9

- Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit namun dalam jangka

waktu yang lebih lama

- Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah

terjadinya kekambuhan

2110 Panduan Penggunaan OAT di Indonesia9

Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan

Tuberkulosis di Indonesia

- Kategori 1 2(HRZE)4(HR)3

- Kategori 2 2(HRZE)S(HRZE)5(HR)3E3

Disamping kedua kategori ini disediakan paduan obat sisipan (HRZE)

- Kategori Anak 2HRZ4HR

Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket

berupa obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT) sedangkan kategori anak sementara

ini disediakan dalam bentuk OAT kombipak

Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu

tablet Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien Paduan ini dikemas dalam

satu paket untuk satu pasien

Paket Kombipak

18

Terdiri dari obat lepas yang dikemas dalam satu paket yaitu Isoniasid

Rifampisin Pirazinamid dan Etambutol Paduan OAT ini disediakan program untuk

mengatasi pasien yang mengalami efek samping OAT KDT

Paduan OAT ini disediakan dalam bentuk paket dengan tujuan untuk

memudahkan pemberian obat dan menjamin kelangsungan (kontinuitas) pengobatan

sampai selesai

Satu (1) paket untuk satu (1) pasien dalam satu (1) masa pengobatan

KDT mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB

1 Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin efektifitas

obat dan mengurangi efek samping

2 Mencegah penggunaan obat tunggal sehinga menurunkan resiko terjadinya

resistensi obat ganda dan mengurangi kesalahan penulisan resep

3 Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat menjadi

sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien

Paduan OAT dan peruntukannya

19

1 Kategori-1 (2HRZE 4H3R3)

Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru

1048707 Pasien baru TB paru BTA positif

1048707 Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif

1048707 Pasien TB ekstra paru

Tabel 22 Dosis untuk paduan OAT KDT untuk Kategori 1

Berat Badan

Tahap Intensif

tiap hari selama 56 hari

RHZE (15075400275)

Tahap Lanjutan

3 kali seminggu selama 16 minggu

RH (150150)

30-37 kg 2 tablet 4 KDT 2 tablet 4 KDT38-54 kg 3 tablet 4 KDT 3 tablet 4 KDT55-70 kg 4 tablet 4 KDT 4 tablet 4 KDTge 71 kg 5 tablet 4 KDT 5 tablet 4 KDT

2 Kategori -2 (2HRZES HRZE 5H3R3E3)

Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya

1048707 Pasien kambuh

1048707 Pasien gagal

1048707 Pasien dengan pengobatan setelah default (terputus)

Tabel 23 Dosis untuk paduan OAT KDT Kategori 2

Berat Badan

Tahap Intensif

tiap hari

RHZE (15075400275) + S

Tahap Lanjutan

3 kali seminggu

RH (150150) + E (275)

Selama 56 hari Selama 28 hari Selama 20 minggu

30-37 kg 2 tablet 4 KDT + 500 mg Streptomisin inj

2 tablet 4 KDT 2 tablet 4 KDT+ 2 tab Etambutol

38-54 kg 3 tablet 4 KDT +750 mg Streptomisin inj

3 tablet 4 KDT 3 tablet 4 KDT+ 3 tab Etambutol

55-70 kg 4 tablet 4 KDT +1000 mg Streptomisin inj

4 tablet 4 KDT 4 tablet 4 KDT+ 4 tab Etambutol

ge 71 kg 5 tablet 4 KDT +1000 mg Streptomisin inj

5 tablet 4 KDT 5 tablet 4 KDT+ 5 tab Etambutol

Catatan

20

Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal untuk streptomisin adalah

500mg tanpa memperhatikan berat badan

Untuk perempuan hamil lihat pengobatan TB dalam keadaan khusus

Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan menambahkan aquabidest

sebanyak 37ml sehingga menjadi 4ml (1ml = 250mg)

3 OAT Sisipan (HRZE)

Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap intensif kategori 1 yang

diberikan selama sebulan (28 hari)

Tabel 24 Dosis KDT untuk Sisipan

Berat Badan Tahap Intensif tiap hari selama 28 hari

RHZE (15075400275)

30-37 kg 2 tablet 4 KDT38-54 kg 3 tablet 4 KDT55-70 kg 4 tablet 4 KDTge 71 kg 5 tablet 4 KDT

Penggunaan OAT lapis kedua misalnya golongan aminoglikosida (misalnya

kanamisin) dan golongan kuinolon tidak dianjurkan diberikan kepada pasien baru tanpa indikasi

yang jelas karena potensi obat tersebut jauh lebih rendah daripada OAT lapis pertama Di

samping itu dapat juga meningkatkan terjadinya risiko resistensi pada OAT lapis kedua

2111 Alur Diagnostik TB 9

21Suspek TB Paru

2112 Evaluasi Pengobatan

22

Pemeriksaan dahak mikroskopis (SPS = Sewaktu ndash Pagi ndash Sewaktu)

Hasil BTA+ - -

Hasil BTA- - -

Hasil BTA+ + ++ + +

Antibiotik Non-OAT

Tidak adaPerbaikan

Adaperbaikan

Pemeriksaan dahak mikroskopis

Foto toraks dan

Pertimbangan dokter

Hasil BTA+ + ++ + -+ _ _

Hasil BTA- - -

Foto toraks dan

Pertimbangan dokter

TB Bukan TB

Evaluasi Klinis

Biasanya pasien di control dalam 1 minggu pertama selanjutnya setiap 2 minggu

selama tahap intensif dan seterusnya sekali sebulan sampai akhir pengobatan

Secara klinis hendaknya terdapat perbaikan keluhan pasien seperti batuk yang

berkurang tidak ada batuk darah nafsu makan bertambah dan ada peningkatan

berat badan

Evaluasi Bakteriologis

Pemeriksaan dahak untuk menilai keberadaan kuman Biasanya setelah 2-3

minggu perngobatan sputum BTA mulai negatif Pemeriksaan control sputum

dilakukan sekali sebulan Bagi penderita dengan BTA positif setelah tahap

intensif akan mendapatkan pengobatan ulang Bila sudah negatif sputum

diperiksa tiga kali berturut-turut dan harus dikontrol agar tidak terjadi ldquosilent

bacterial sheddingrdquo yaitu terdapat sputum BTA positif tanpa disertai keluhan-

keluhan TB yang relevan

Evaluasi Radiologis

Evaluasi radiologis juga diperlukan untuk melihat kemajuan terapi Dengan

pemeriksaan radiologis dapat dilihat keadaan TB parunya atau adanya penyakit

lain yang menyertai Evaluasi foto dada dilakukan tiap 3 bulan sekali 10

2113 Efek Samping OAT

Sebagian besar penderita TB paru dapat menyelesaikan pengobatan tanpa

efek samping Namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping Oleh karena

itu pemantauan kemungkinan terjadinya efek samping sangat penting dilakukan

selama pengobatan Pemantauan dilakukan dengan cara menjelaskan kepada

penderita tanda-tanda efek samping dan menanyakan adanya gejala efek samping

pada waktu penderita mengambil OAT 8

Efek samping ringan dari OAT seperti tidak ada nafsu makanmual sakit

perut nyeri sendi kesemutan sampai dengan rasa terbakar di kaki dan warna

kemerahan pada air seni Efek samping berat dari OAT misalnya gatal dan

kemerahan kulit tuli gangguan keseimbanagn ikterus tanpa penyebab lain

bingung dan muntah-muntah gangguan penglihatan purpura dan syok 8

22 Strategi DOTS

23

Strategi DOTS adalah strategi penanggulaan TB paru nasional yang telah

direkomendasikan oleh WHO yang dimulai pelaksanaannya di Indonesia pada tahun

19951996 Sebelum pelaksanaan strategi DOTS (1969-1994) angka kesembutah TB

paru yang dapat dicapai oleh program hanya 40-60 saja Dengan strategi DOTS

diharapkan angka kesembuhan dapat dicapai minimal 85 dari penderita TB paru

BTA positif yang di temukan 11

Prinsip DOTS adalah mendekatkan pelayanan pengobatan terhadap

penderita agar secara langsung dapat mengawasi keteraturan menelan obat dan

melakukan pelacakan bila penderita tidak datang mengambil obat sesuai dengan yang

ditetapkan

Kalau diurai dari kata-katanya pengertian DOTS dapat dimulai dengan

keharusan setiap pengelola program TB intuk member direct attention dalam usaha

menemukan penderita Dalam bahasa lain ini diterjemahkan menjadi deteksi kasus

dengan pemeriksaan mikroskopik kendati sebenarnya pengertiannya dapat diperluas

dengan keharusan untuk mendeteksi kasus secara baik dan akurat Kemudian setiap

pasien harus di- observed dalam memakan obatnya setiap obat yang di telan pasien

harus di depan seorang pengawas Selain itu tentunya pasien harus menerima

treatment yang tertata dalam system pengelolaan distribusi dan penyediaan obat

secara baik Kemudian setiap pasien harus mendapat obat yang baik artinya

pengobatan short course standart yang telah terbukti ampuh secara klinik

Akhirnya harus ada dukungan dari pemerinyah yang membuat program

penanggulangan TB mendapat prioritas yang tinggi dalam pelayanan kesehatan 11

Strategi DOTS mempunyai lima komponen

1) Komitmen politits dari para pengambil keputusan termasuk dukungan dana

2) Diagnosa TB dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopik

3) Pengobatan dengan panduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) jangka pendek

dengan pengawasan langsung oleh pengawas Menelan Obat (PMO)

4) Kesinambungan perssediaan OAT jangka pendek dengan mutu terjamin

5) Pencatatan dan pelaporan secraa baku untuk memudahkan pemantauan dan

evaluasi program penanggulangan TB

23 Konsep Perilaku

24

Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor baik faktor internal

( dari dalam diri manusia ) maupun faktor eksternal ( dari luar diri manusia ) Faktor

internal ini terdiri dari faktor fisik dan psikis Faktor eksternal terdiri dari berbagai

faktor antara lain sosial budaya masyarakat lingkungan fisik politik ekonomi

pendidikan dan sebagainnya Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi

kesehatan baik individu kelompok maupun masyarakat dikelompokkan menjadi

empat ( Blum 1974 )

Konsep Blum menjelaskan bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh

1) Lingkungan yang mencakup lingkungan fisik sosial budaya politik ekonomi

dan sebagainnya

2) Perilaku

3) Pelayanan kesehatan

4) Keturunan ( hereditas )

Perilaku merupakan factor terbesar kedua setelah factor lingkungan yang

mempengaruhi derajat kesehatan Oleh sebab itu dalam rangka membina dan

meningkatkan kesehatan masyarakat maka intervensi atau upaya yang di tujukan

kepada faktor erilaku ini sangat strategis

Menurut Green perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama yakni 12

1) Faktor predisposisi ( predisposing factor )

Faktor ini mencakup pengetahuan sikap dan masyarakat terhadap kesehatan

tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan

kesehatan sistem nilai yang dinut masyarakat tingkat pendidikan tingkat sosial

ekonomi dan sebagainya

2) Faktor Pemungkin ( Enabling factor )

Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan

bagi masyarakat misalnya air bersih tempat pembuangan tinja ketersediaan

makanan yang bergizi dan sebagainnya termasuk juga fasilitas kesehatan

seperti puskesmas rumah sakit posyandu dokter atau bidan praktek swasta dan

sebagainnya

3) Faktor penguat ( reinforcing factor )

25

Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat tokoh agama

sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan Termasuk juga di

sini undang-undang peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah

daerah yang terkait dengan kesehatan

Tim kerja dari WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang

berperilaku tertentu dikarenakan 4 ( empat ) alasan pokok yaitu

1) Pemikiran dan perasaan ( Thoughts and feeling )

Yakni dalam bentuk pengetahuan kepercayaan dan sikap Pengetahuan di

peroleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain sedangkan

kepercayaan biasanya diperoleh dari orang tua kakek atau nenek Seseorang

menerima kepercayaan itu berdasarkan keyankinan dan tanpa adanya pembuktian

terlebih dahulu Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap

objek dan seringnya diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang

lain yang paling dekat

2) Karakteristik Pendukung (enabling characteristics)

Karakteristik ini mencerminkan bahwa meskipun mempunyai predisposisi untuk

menggunakan pelayanan kesehatan ia tak akan bertindak menggunakannya

kecuali bial ia mampu menggunakannya Penggunaan pelayanan kesehatan yang

ada tergantung kepada kemampuan konsumen untuk membayar

3) Karakteristik kebutuhan (need characteristics)

Faktor predisposisi dan factor yang memungkinkan untuk mencari pengobatan

dapat terwujud di dalam tindakan apabila itu dirasakan sebagai kebutuhanDengan

kata lain kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan

pelayanan kesehatan bila mana tingkat predisposisi dan enabling itu ada

Kebutuhan (need) disisni di bagi menjadi dua ketegori dirasa atau preceived

( subject assessment) dan evaluated ( clinical diagnosis )

Menurut Skinner perilaku kesehatan adalah suatu respons

seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan

26

penyakit system pelayanan kesehatan makanan dan minimum serta lingkungan

Dari batasan ini perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 ( tiga)

kelompok yakni

1) Perilaku pemeliharaan kesehatan ( health maintenance)

Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga

kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit Oleh

sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3(tiga) aspek yaitu

a Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit serta

pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit

b Perilaku peningkatan kesehatan apabila seseorang dalam keadaan sehat

c Perilaku gizi Makanan dan minimum dapat meningkatkan kesehatan

seseorang bahkan dapat mendatangkan penyakit Hal ini sangat tergantung

pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut

2) Perilaku pencarian pengobatan ( health behavior )

Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat

menderita penyakit dan atau kecelakaan Tindakan atau perilaku ini dimulai dari

mengobati sendiri ( self treatment) sampai mencari pengobatan keluar negeri

3) Perilaku kesehatan lingkungan

Adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan baik lingkungan fisik

maupun social budaya dan sebagainnya sehingga lingkungan tersebut tidak

mempengaruhi kesehatannya Dengan perkataan lain bagaimana seseorang

mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri

keluarga atau mesyarakatnya 12

24 Kepatuhan Berobat

Kepatuhan berasal dari kata ldquo patuh ldquo yang berarti taat suka menuruti

disiplin Kepatuhan menurut Trostle adalah tingkat perilaku penderita dalam

mengambil suatu tindakan pengobatan misalnya dalam menentukan kebiasaan

hidup sehat dan ketetapan berobat Dalam pengobatan seseorang dikatakan tidak

27

patuh apabila orang tersebut melalaikan kewajibannya berobat sehingga dapat

mengakibatkan terhalangnya kesembuhan 13

Menurut Sacket kepatuhan pasien adalah sejauh mana perilaku pasien

sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh professional kesehatan 14

Menurut Sarafino secara umum ketidaktaatan meningkatkan risiko

berkembangnya masalah kesehatan atau memperpanjang atau memperburuk

kesakitan yang sedang di derita Perkiraan yang ada menyatakan bahwa 20 jumlah

opname di rumah sakit merupakan akibat dari ketidaktaatan pasien terhadap aturan

pengobatan Faktor yang mempengaruhi kepatuhan seseorang dalam berobat yaitu

faktor petugas faktor obat dan faktor penderita Karakteristik petugas yang

mempengaruhi kepatuhan antara lain jenis petugas tingkat pengetahuan lamanya

bekerja frekuensi penyuluhan yang dilakukan Faktor obat yang mempengaruhi

kepatuhan adalah pengobatan yang sulit dilakukan tidak menunjukkan kea rah

penyembuhan waktu yang lama adanya efek samping obat Faktor penderita yang

menyebabkan ketidakpatuhan adalah umur jenis kelamin pekerjaan anggota

keluarga saudara atau teman khusus 15

25 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan

Faktor-faktor yang mempengaruhi katidakpatuhan dapat digolongkan

menjadi empat bagian yaitu

1 Pemahaman tentang Instruksi

Tak seorang pun mematuhi instruksi jika ia salah paham tentang instruksi yang

diberikan kepadanyaLey dan Spelman (Ester 2000 ) Menemukan bahwa lebih

dari 60 yang diwawancarai setelah bertemu dengan dokter salah mengerti

tentang instruksi yang diberikan pada mereka kadang-kadang hal ini disebabkan

oleh kegagalan professional kesehatan dalam memberikan informasi yang

lengkap penggunaan istilah-istilah medis dan mbanyak memberikan instruksi

yang harus diingat oleh pasien

28

Pendekatan praktis untuk meningkatkan kepatuhan pasien ditemukan oleh

Dinicola dan Dimatteo yaitu

a) Buat instruksi tertulis yang jelas dan mudah diinterpretasikan

b) Berikan informasi tentang pengobatan sebelum menjelaskan hal-hal lain

c) Jika seseorang diberikan suatu daftar tertulis tenang hal-hal yang harus

diingat maka aka nada efek ldquokeunggulanrdquoyaitu mereka brusaha mengingat

hal-hal yang pertama kali ditulis

d) Insruksi-instruksi harus ditulis dengan bahasa umum ( Non medis ) dan hal-

hal yang perlu ditekankan 14

2 Kualitas Interaksi

Kualitas interaksi antara profrsional kesehatan dan pasien merupakan bagian yang

penting dalam menentukan derajat kepatuhan Meningkatkan interaksi

professional kesehatan dengan pasien adalah suatu hal penting untuk memberikan

umpan balik pada pasien setelah memperoleh informasi tentang diagnosis Pasien

membutuhkan penjelasan tentang kondisinya saat ini apa penyebabnya dan apa

yang dapat mereka lakukan dengan kondisi seperti itu

3 Isolasi sosial dan keluarga

Keluarga dapat menjadi factor yang sangat berpengaruh dalam menentukan

keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga menentukan tentang

program pengobatan yang dapat mereka terima Keluarga juga member dukungan

dan membuat keputusan mengenai perawatan dari anggota keluarga yang sakit

4 Keyakinan Sikap Kepribadian

Ahli psikologis telah menyelidiki tentang hubungan antar pengukuran-

pengukuran kepribadian dan kepatuhan Mereka menemukan bahwa data

kepribadian secara benar dibedakan antar orang yang putih drngan orang yang

gagal Orang-orang yang tidak patuh adalah orang-orang yang lebih mengalami

depresi anxietas sangat memperhatikan kesehatannya memiliki kekuatan ego

29

yang lebih lemah dan kehidupan sosialnya lebih memusatkan perhatian pada

dirinya sendiri Blumenthal et al mengatakan bahwa ciri-ciri kepribadian yang

disebutkan diatas itu yang menyebabkan seseorang cenderung tidak patuh ( drop

out) dari program pengobatan 14

Menurut Schwart dan Griffin Faktor yang berhubungan dengan

ketidaktaan secara sejarah riset tentang ketaan pasien didasarkan atas pandangan

tradisional mengenai pasien sebagai penerima nasihat dokter yang pasif dan patuh

Pasien yang tidak taat dipandang sebagai orang yang lalai dan masalahnya dianggap

sebagai masalah control Riset berusah untuk mengidentifikasi kelompok-kelompok

pasien yang tidak patuh berdasarkan kelas sosioekonomi pendidikan umur dan

jenis kelamin Pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan sepanjang bawah

pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif seperti penggunaan buku-buku

dan kaset oleh pasien secara mandiri Usaha-usaha ini sedikit berhasil seorang dapat

menjadi tidak taat kalau situasinya memungkinkan Teori-teori yang lebih baru

menekannkan factor situasional dan pasien sebagai peserta yang aktif dalam proses

pengobatannya Perilaku ketaatan sering diartikan sebagai usaha pasien untuk

mengendalikan perilakunya bahkan jika hal tersebut bias menimbulkan resiko

mengenai kesehatannya 15

Macam-macam faktor yang berkaitan dengan ketidaktaatan disebutkan

a Ciri-ciri kesakitan dan cirri-ciri pengobatan

Menurut Dickson dkk perilaku ketaatan lebih rendah untuk penyakit kronis

(karena tidak ada akibat buruk yang segera dirasakan atau resiko yang jelas )

saran mengenai gaya hidup umum dan kebiasaan yang lama pengobatan yang

kompleks pengobatan dengan efek samping perilaku yang tidak pantas

Menurut Sarafino tingkat ketaaatan rata-rata minum obat utnuk menyenbuhkan

kesakitan akut dengan pengobatan jangka pendek adalah sekitar 78 Untuk

kesakita kronis dengan cara pengobatan jangaka panjang tingkat tersebut menurun

sampai 54

b Komunikasi antara Pasien dan Dokter

Berbagai aspek komunikasi antara pasien dan dokter mempengaruhi tingkat

ketidaktaan misalnya informasi dengan pengawasan yang kurang

30

ketidakpuasan terhadap aspek hubungan emosional dengan dokter ketidak

puasan terhadap pengobatan yang diberikan

c Variabel-variabel sosial

Hubungan antara dukungan sosial dengan ketaatan telah dipelajari Secara umum

orang-orang yang merasa mereka menerima penghiburan perhatian dan

pertolongan yang mereka butuhkan dari seseorang atau kelompok biasanya

cenderung lebih mudah mengikuti nasihat medis daripada pasien yang kurang

mendapat dukungan sosial Jelaslah bahwa keluarga memainkan peranan yang

sangat penting dalam pengelolaan medis misalnya penggunaan pengaruh

normative pada pasien yang mungkin mengakibatkan efek yang memudahkan

atau menghambat perilaku ketaatan

d Ciri-ciri Individual

Variabel-variabel demografis juga digunakan untuk meramalkan ketidaktaatan

sebagai contoh Di Amerika Serikat kaum wanita kaum kulit putih dan orang

tua cenderung mengikuti anjuran dokter 15

Dalam proses penyembuhan penderita TB Paru dapat diberikan obat anti-

TB (OAT) yang diminum secara teratur sampai selesai dengan pengawasan

yangketat Masa pemberian obat memang cukup lama yaitu 6-8 bulan secara terus

menerus sehingga dapat mencegah penularan kepada orang lain Oleh sebab itu para

penderita TB jika ingin sembuh harus minum obat secara teratur Tanpa adanya

keteraturan minum obat penyakit sulit disembuhkan Jika tidak teratur minum obat

penyakitnya sukar diobati kuman TB dalam tubuh akan berkembang semakin banyak

dan menyerang organ tubuh lain yang akan membutuhkan waktu lebih lama untuk

dapat sembuh

26 Pengawasan Menelan Obat (PMO) 9

Salah satu komponen DOTS adalah pengobatan paduan OAT jangka

pendek dengan pengawasan langsung Untuk menjamin keteraturan pengobatan

diperlukan seorang PMO

31

a Persyaratan PMO

bull Seseorang yang dikenal dipercaya dan disetujui baik oleh petugas kesehatan

maupun pasien selain itu harus disegani dan dihormati oleh pasien

bull Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien

bull Bersedia membantu pasien dengan sukarela

bull Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan pasien

b Siapa yang bisa menjadi PMO

Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan misalnya Bidan di Desa Perawat

Pekarya Sanitarian Juru Immunisasi dan lain lain Bila tidak ada petugas

kesehatan yang memungkinkan PMO dapat berasal dari kader kesehatan guru

anggota PPTI PKK atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga

c Tugas seorang PMO

bull Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai

pengobatan

bull Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur

bull Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah

ditentukan

bull Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai gejala-

gejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke Unit Pelayanan

Kesehatan

Tugas seorang PMO bukanlah untuk mengganti kewajiban pasien mengambil

obatdari unit pelayanan kesehatan

d Informasi penting yang perlu dipahami PMO untuk disampaikan kepada pasien dan

keluarganya

bull TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur

32

bull TB bukan penyakit keturunan atau kutukan

bull Cara penularan TB gejala-gejala yang mencurigakan dan cara pencegahannya

bull Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan)

bull Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur

bull Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera meminta

pertolongan ke UPK

27 Penanggulangan TB 16

Rencana Global Penanggulangan TB

Rencana Global 2006-2015 mencakup enam elemen utama dalam strategi baru Stop

TB ndashWHO yang terdiri dari

1 Memperluas dan meningkatkan ekspansi DOTS yang berkualitas meningkatkan

penemuan kasus dan kesembuhan melalui pendekatan yangterfokus pada penderita

agar pelayanan DOTS yang berkualitas dapat menjangkau seluruh penderita

khususnya kelompok masyarakat yang miskin dan rentan

2 Menghadapi tantangan TBHIV MDR-TB dan tantangan lainnya dengan cara

meningkatkan kolaborasi TBHIV DOTS-Plus dan pendekatan lainnya

3 Berkontribusi dalam memperkuat sistem kesehatan melalui kerjasama dengan

berbagai program dan pelayanan kesehatan lainnya misalnya dalam memobilisasi

sumber daya manusia dan finansial untuk implementasi dan mengevaluasi

hasilnyaserta pertukaran informasi dalam keberhasilan pencapaian dalam program

penanggulangan TB

33

4 Melibatkan seluruh penyedia pelayanan kesehatan pemerintah lembaga swadaya

masyarakat (LSM) dan swasta dengan cara memperluas pendekatan berbasis

public-private mix (PPM) dengan menggunakan ISTC

5 Melibatkan penderita TB dan masyarakat untuk memberikan kontribusi dalam

penyediaan pelayanan yang efektif Hal ini meliputi perluasan pelayanan TB di

masyarakat menciptakan kebutuhan masyarakat akan pelayanan TB advokasi

yang spesifik komunikasi dan mobilisasi sosial serta mendukung pengembangan

piagam pasien TB dalam masyarakat dan

6 Memberdayakan dan meningkatkan penelitian operasional

28 Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel dependent

Karakteristik Individu

1Umur

2Jenis kelamin

3Pendidikan

4Pekerjaan

5Pengetahuan

6Efek samping OAT

7Tingkat kepatuhan

penderita dalam

pengobatan

Kesembuhan

34

Penderita TB paru

Faktor Pelayanan

kesehatan

1 Ketersediaan OAT

2 Sikap petugas kesehatan

3 LokasiJarak

4 Penyuluhan kesehatan

5 Kunjungan rumah

Faktor Peran PMO

Gambar Kerangka Konsep Penelitian

Definisi Konsep

1 Karakteristik individu adalah hal-hal yang melekat dalam diri penderita TB paru yang

mempengaruhi tingkat kapetuhan dalam melaksanakan program pengobatan dengan

strategi DOTS yang membedakan seseorang dengan yang lainnya meliputi umur jenis

kelamin pendidikan pekerjaan pengetahuan efek samping OAT tingkat kepatuhan

penderita dalam pengobatan

2 Faktor pelayanan kesehatan adalah penilaian dari penderita TB paru terhadap upaya yang

diselenggarakan oleh unit pelayanan kesehatan untuk menangani penderita TB paru

meliputi Ketersediaan OATsikap petugas kesehatan lokasijarak penyuluhan

kesehatan dan kunjungan rumah

3 Faktor Peran PMO ( Pengawasan Menelan Obat ) adalah penilaian dari penderita TB paru

terhadap hal-hal yang menjadi tugas dari seseorang pengawas menelan obat yang

mempengaruhi tingkat kepatuhan penderita TB paru dalam melaksanakan pengobatan

meliputi penyuluhan member dorongan meningkatkan dan mengawasi

35

4 Kesembuhan adalah pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan

pemeriksaan ulang dahak (follow up) menunjukkan hasil BTA negatif

29 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep di atas maka hipotesis penelitian ini adalah

1) Ada pengaruh karakteristik individu terhadap kesembuhan penderita TB paru

dalam pengobatan

2) Ada pengaruh pelayanan kesehatan terhadap kesembuhan penderita TB paru

dalam pengobatan

3) Ada pengaruh PMO terhadap kesembuhan penderita TB paru dalam pengobatan

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

31 Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional yang

bertujuan untuk menjelaskan pengaruh karakteristik individu faktor pelayanan

kesehatan dan faktor Pengawas Menelan Obat (PMO) terhadap kesembuhan

penderita TB Paru dalam melaksanakan pengobatan di Puskesmas Grogol Petamburan

tahun 2011

32 Tempat dan Waktu Penelitian

36

Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Grogol Petamburan pada bulan

Januari sampai Februari tahun 2012

33 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang

sedang menjalankan pengobatan TB di Puskesmas Grogol

Petamburan mulai bulan OktobeR

34 Keriteria Inklusi dan Eksklusi

341 Keriteria Inklusi

342 Keriteria Eksklusi

35 Sampel

351 Besar Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang

mengikuti pengobatan dengan strategi DOTS di Puskesmas yang pada saat penelitian

sedang menjalani pengobatan dan seluruh penderita TB yang telah mendapat

pengobatan selama 6 bulan atau sedang dalam tahap lanjutan

Keterangan

n1 = Jumlah sampel minimal

37

n2 = Jumlah sampel ditambah substitusi 10 (substitusi adalah persen responden

yang mungkin drop out)

Z = Tingkat batas kepercayaan dengan = 5

Didapat Z pada kurva normal = 196

p = Proporsi variabel yang diteliti yaitu besarnya presentasi 50 )

q = 1 - p

L = Derajat kesalahan yang masih dapat diterima adalah 10

Berdasarkan rumus di atas didapatkan angka sebagai berikut

( Z )2 p q ( 196 )2 0505

n1 = ----------------- = ------------------------------ = 9604

L2 ( 01 )2

n2 = n1 + ( 10 n1 )

= 9604 + ( 10 9604)

= 9604 + 9604

= 10564 Dibulatkan 106

352 Teknik Pengambilan Sampel

36 Identifikasi Variabel

1 Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kesembuhan tb paru

2 Variabel independen adalah umur jenis kelamin pendidikan pekerjaan

pengetahuan efek samping OAT dan tingkat kepahuhan dari penderita TB

Selain itu faktor dari pelayanan kesehatan dan PMO juga ikut berperan

37 Cara Kerja

1 Membuat proposal penelitian tentang hubungan antara tingkat kepatuhan minum

OAT dengan tingkat kesembuhan penyakit TB di Puskesmas Kecamatan Grogol

Petamburan

38

2 Pengumpulan data sekunder dari Puskesmas Grogol Petamburan

3 Melakukan kunjungan ke rumah-rumah sampel di daerah RT terpilih untuk

pengumpulan data primer dengan memakai kuesioner dan wawancara responden

4 Data-data yang telah dikumpulkan akan dilakukan pengolahan berupa proses

editing verifikasi dan koding Selanjutnya dimasukkan dan diolah dengan

menggunakan program computer yaitu program SPSS

5 Terhadap data yang telah diolah kemudian dilakukan analisis sesuai dengan cara

uji statistik menggunakanhelliphellip Data diinterpretasi secara deskriptif korelatif

antar variabel ndash variabel yang telah ditentukan dan disajikan dalam bentuk

tekstular dan tabular

6 Hasil dari penelitian akan disusun dalam bentuk pelaporan penelitian yang

selanjutnya akan di presentasikan di hadapan staf pengajar program pendidikan

Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida

Wacana (FK UKRIDA) dalam forum pendidikan Ilmu Kedokteran Komunitas

Fakultas Kedokteran UKRIDA

38 Manajemen Data

381 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder yaitu

1 Data primer diperoleh dengan wawancara langsung kepada penderita TB paru

dan petugas kesehatan program penanggulangan TB Paru yang berpedoman pada

kuisioner penelitian yang telah ditetapkan dam melakukan cross check

2 Data sekunder diperoleh dari laporan pelaksanaan program penanggulangan TB

Paru di Puskesmas kartu pengobatan TBC (formulir TB 01) dan Formulir

Permohonan Laboratorium TBC Untik Pemeriksaan Dahak (formulir TB 05)

382 Pengolahan Data

39

Aspek pengukuran

Aspek pengukuran variable bebas

Karakteristik individu

Aspek pengukuran variable karakteristik individu dapat dilihat pada tabel 31

Table 31 Aspek Pengukuran Variabel Karakteristik Individu

Karakteristik

individu

Kategori Skala Bobot nilai

Umur a 15-24 tahun

b 25-49 tahun

c gt 50 tahun

rasio

Jenis kelamin a Laki-laki

b Perempuan

Tingkat

pendidikan

a Tidak tamat SD

b SD

c SLTP

d SLTA

e Sarjana S1

Pekerjaan a Bekerja

b Tidak bekerja

Pengetahuan a Baik

b Sedang

c Bururk

Efek samping

OAT

a Ada

b Tidan ada

Faktor pelayanan kesehatan

Pengukuran faktor pelanan kesehatan meliputi ketersediaan OAT yang

diukur adalah yang diukur dengan 2 pertanyaan sikap petugas kesehatan diukur

dengan 8 pertanyaan lokasi jarak diukur dengan 3 pertanyaan penyuluhan kesehatan

diukur dengan 6 pertanyaan dan kunjungan rumah diukur dengan 2 pertanyaan

40

berdasarkan jawaban yang diberikan responden selanjutnya dikelompokkan menjadi

tiga (3) yaitu

a Baik jika faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan

penilaian yang baik karena kebutuhan yang diinginkan debagian besarnya

terpenuhi (nilai gt32)

b Sedang bila faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan

penilaian yang kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan responden hanay

sebagian saja yang terpenuhi (nilainya 17-32)

c Buruk bila faktor pelayanan pelayanan kesehatan yang diterima responden

menimbulkan penilaian yang tidak baik karena kebutuhan yang diinginka

responden sebagian besar tidak dipenuhi (nilainya lt17)

Faktor Pengawas Menelan Obat (PMO)

Faktor Pengawas Menelan Obat diukur dengan 5 pertanyaan yang

selanjutnya dibedakan atas 3 kategori yaitu

a Baik bila semua tugas yang diterima responden terlaksana dengan baik yaitu

mengawasi memberikan dorongan mengingatkan dan memberikan penyuluhan

(nilainya gt11)

b Sedang bila tugas PMO yang diterima responden sebagian saja yang terpenuhi

(nilainya 6-11)

c Buruk bila tugas PMO yang diterima responden tidak terlaksana dengan baik

(nilainya lt 6)

Aspek Pengukuran Variabel Terikan

Kepatuhan Pengobatan TB Paru

41

Aspek Pengukuran Variabel ini menggunakan skala interval yang diukur berdasarkan

tiga (3) kategori yaitu

Patuh apabila responden selalu menelan obat sesuai ketentuan petugas kesehatan

yaitu setiap hari pada tahap awal tiga kali seminggu pada tahap lanjutan dan

mengambil obat serta memeriksakan dahak sesuai jadwal dan menaati nasihat dari

petugas kesehatan ( bobot 3 )

Kurang patuh jika responden kadang-kadang menelan obat sesuai ketentuan

petugas kesehatan atau responden tidak menelan obat 2-8 minggu selama tahap

pengobatan lanjutan dan tidak memerisakan dahak sesuai jadwal yang telah

ditetapkan dan tidak selalu menaati nasihat dari petugas kesehatan (bobot 2 )

Tidak patuh jika responden tidak menelan obat sesuai ketentuan petugas

kesehatan atau responden tidak menelan obat lebih dari 8 minggu selama tahap

pengobatan lanjutan dan tidak mengambil obat serta tidak memeriksakan dahak

sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan tidak menaati nasihat petugas kesehatan

(bobot 1)

383 Penyajian Data

384 Analisis Data

385 Interpretasi Data

386 Pelaporan Data

39 Definisi Operasional

1 Umur adalah usia responden saat penelitian berdasarkan ulang tahun terakhir yang

dibedakan atas 3 (tiga) kategori berdasarkna Badan Pusat Statistik Kota Medan

42

tahun 2008 yaitu 1) orang muda 25-24 tahun 2) dewasa 24-49 tahun 3) orang

tua gt 50 tahun

2 Jenis kelamin adalah suatu karakteristik responden yang dibedakan identitasnya

dari laki-laki dan perempuan

3 Pendidikan adalah jenjang pendidikannyang berhasil ditamatkan responden yang

dibedakan atas tidak tamat SD SD SLTP SLTA Akademi Sarjana

4 Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh responden sebagai

pendapatan utama yang dibedakan atas kerja dan tidak bekerja

5 Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai penyakit

TB paru

6 Efek samping OAT adalah gejala keluhan yang diderita responden akiba menelan

OAT selama pengobatan

7 Ketersdediaan OAT adalah pandangan responden terhadap kondisi OAT

diperoleh dari puskesmas meliputi kecukupan jumlah OAT dan dan kualitasnya

8 Sikap petugas kesehatan adalah penilaian responden terhadap reaksi petugas

kesehatan kepada responden selama mereka menjalanin pengobatan

9 Lokasi jarak adalah pandangan responden tentang lama perjalanan dari tempat

tinggal responden ke Puskesmas yang diukur dengan jarak sarana transportasi

10 Penyuluhan kesehatan adalah pandangan responden tentang kegiatan yang

dilakukan oleh petugas kesehatan sehubungan dengan pengobatan TB Paru untuk

mencapai suatu keadaan dimana pederita TB Paru dapat hidup lebih sehat

11 Kunjungan rumah adalah pandangan responden tentang kegiatan yang dilakukan

petugas kesehatan selama masa pengobatan ke rumah responden

12 Faktor peran Pengawas Minum Obat (PMO) adalah pandangan responden tentang

tugas yang dilakasanakan oleh seorang PMO meliputi penyuluhan

13 Kepatuhan berobat adalah ketaan responden dalam menelan obat mengambil

obat dan melakukan pemeriksaan dahak sesuai jadwal yang telah ditentukan dan

menaati segala nasehat dari petugas kesehatan

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

1) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta

2) Perkumpulan Pemberantasan TB Indonesia 2011 TB di Indonesia Peringkat Dunia

Jakarta Diakses melalui situs httpwwwpptiinfoindexphpcomponentcontentarticle46-

arsip-ppti141-tbc-di-indonesia-peringkat-5-dunia Diakses pada tanggal 23 Januari 2012

44

3) Depkes dan WHO 2008 Lembar Fakta Tuberkulosis Jakarta

4) Dirjen P2M amp PLP 1997 Pengawasan Menelan Obat (PMO) adalah DOTS ala Indonesia

Jakarta

5) Amirudin R 2006 Faktor Keberhasilan Konversi pada Penderita TB Paru di Puskesmas

Jongaya Tahun 2006 Laporan Penelitian FKM Unhas Makasar

6) Aditama Tjandra Y 1994 Tuberkulosis Paru Masalah dan Penanggulangnya UI Press

Jakarta

7) Aru W Bambang S Idrus A dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Tuberkulosis

Paru Edisi IV FKUI Jakarta 2006 998-1004

8) Depkes RI 2002 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta

9) Depkes RI 2006 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta

10) Subijakto Hubungan Pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Berobat

Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Proposal Skripsi Jakarta 2011 Diakses pada

tanggal 20 Januari 2012

11) Aditama Tjandra Y 2002 Tuberkulosis Diagnosis Terapi dan Masalahnya Yayasan IDI

Jakarta

12) Notoatmodjo Soekidjo 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Penerbit Rineka Cipta

Jakarta

13) Simamora Jojor 2004 Faktor yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Berobat Penderita TB

Paru di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2004 Tesis Pascasarjana USU Medan

14) Ester Monica 2000 Psikologi Kesehatan Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

15) Bart Smet 1994 Psikologi Kesehatan PT Grasindo Jakarta

16) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta

45

Page 2: 133192422-TB-paru

Sementara itu untuk keberhasilan pengobatan pada tahun 2003 adalah

87 Sedangkan pada tahun 2004 sebesar 90 Pada tahun 2005 sampai tahun 2008

angka keberhasilan pengobatan adalah 91 2

Munculnya pandemi HIVAIDS di dunia menambah permasalahan bagi

penderita TB Koinfeksi dengan HIV akan meningkatkan risiko kejadian TB paru

secara signifikan Pada saat yang sama kekebalan ganda kuman TB terhadap obat

anti TB (multidrug resistence = MDR) semakin menjadi masalah karena tidak dapat

disembuhkan Keadaan tersebut pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya epidemi

TB paru yang sulit di tangani1

Pada tahun 2006 terdapat sekitar 92 juta kasus baru TB secara global

Diperkirakan 17 juta orang meninggal karena TB termasuk mereka yang terinfeksi

oleh HIV3

Besarnya dan luasnya permasalahan akibat TB mengharuskan kepada

semua pihak untuk dapat berkomitmen dan bekerja sama dalam melakukan

penanggulangan TB Kerugian yang diakibatkannya bukan hanya dari aspek

kesehatan semata tetapi juga dari aspek sosial ekonomi Dengan kata lain TB

merupakan ancaman terhadap cita-cita pembangunan dan dalam hal kesejahteraan

rakyat secara menyeluruh

Pada tahun 1994 pemerintah Indonesia yang bekerja sama dengan WHO

melaksanakan suatu evaluasi bersama (WHO-Indonesia Joint Evaluation) yang

menghasilkan rekomendasi tentang perlunya segera dilakukan perubahan mendasar

pada strategi penanggulangan TB paru di Indonesia yang disebut sebagai ldquoStrategi

DOTS (Directly Observed Treatment-Shortcourse)ldquo Bank Dunia menyatakan stratei

DOTS sebagai salah satu intervensi kesehatan yang paling efektif4

DOTS adalah strategi yang komrehensif untuk digunakan oleh petugas

kesehatan primer di seluruh dunia untuk mendeteksi dan menyembuhkan pasien TB

Penanggulangan TB paru dengan DOTS dapat memberikan angka kesembuhan yang

tinggi dimana WHO menargetkan angka kesembuhan minimal sebesar 81 dari

penderita TB paru dengan BTA positif yang telah terdeteksi 4

2

Prinsip DOTS adalah menentukan pelayanan pengobatan terhadap

penderita agar secara langsung dapat mengawasi keteraturan minum obat Strategi ini

diawasi oleh petugas Puskesmas dan pihak-pihak lain yang paham tentang program

DOTS Di samping itu keluarga sangat diperlukan keterlibatannya dalam

pengawasan dan perawatan penderita 4

Masih rendahnya cakupan angka kesembuhan berdampak negatif pada

kesehatan masyarakat dan keberhasilan pencapaian program Dalam hal ini masih

adanya peluang terjadinya penularan penyakit TB kepada anggota keluarga dan

masyarakat sekitar Selain itu memungkinkan terjadinya resistensi kuman TB

terhadap OAT sehingga menambah penyebarluasan penyakit TB meningkatnya

angka kesakitan dan kematian akibat TB5

Untuk mencapai kesembuhan diperlukan keteraturan atau kepatuhan

berobat Artinya apabila penderita tidak berobat dengan teratur maka hasil dari

pengobatan pun akan tidak baik

Banyak faktor yang sangat mempengaruhi keberhasilan pengobatan

seperti lamanya waktu pengobatan kepatuhan serta keteraturan penderita untuk

berobat Selain itu daya tahan tubuh dan faktor sosial ekonomi juga ikut berperan

Kepatuhan berobat penderita TB juga ditentukan oleh perhatian tenaga

kesehatan untuk memberikan penyuluhan dan penjelasan kepada masyarakat

Keteraturan pengobatan tetap menjadi tanggung jawab petugas kesehatan4

Berdasarkan uraian di atas diketahui bahwa angka kesembuhan TB

ditentukan oleh kepatuhan penderita untuk berobat adanya pelayanan kesehatan yang

baik dan adanya peran PMO terhadap tingkat kepatuhan pengobatan

3

12 Permasalahan

Diperkirakan sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh

Mycobacterium tuberculosis Pada tahun 1995 diperkirakan ada 9 juta pasien TB

baru dan 3 juta kematian akibat TB diseluruh dunia Diperkirakan 95 kasus TB dan

98 kematian akibat TB diduniaterjadi pada negara-negara berkembang Demikian

juga kematian wanita akibat TB lebih banyak dari pada kematian karena kehamilan

persalinan dan nifas

Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2007

menyatakan jumlah penderita TB di Indonesia sekitar 528 ribu atau berada di posisi

tiga di dunia setelah India dan China

Pada Global Report WHO 2010 data total seluruh kasus TB tahun 2009

sebanyak 294731 kasus dimana 169213 adalah kasus TB baru dengan BTA positif

108616 adalah kasus TB dengan BTA negatif 11215 adalah kasus TB ekstra paru

3709 adalah kasus TB kambuh dan 1978 adalah kasus pengobatan ulang di luar kasus

kambuh

Besarnya dan luasnya permasalahan akibat TB mengharuskan kepada

semua pihak untuk dapat berkomitmen dan bekerja sama dalam melakukan

penanggulangan TB Kerugian yang diakibatkannya bukan hanya dari aspek

kesehatan semata tetapi juga dari aspek sosial ekonomi Dengan kata lain TB

merupakan ancaman terhadap cita-cita pembangunan dan dalam hal kesejahteraan

rakyat secara menyeluruh

Selain itu munculnya pandemi HIVAIDS di dunia menambah

permasalahan bagi penderita TB Koinfeksi dengan HIV akan meningkatkan risiko

kejadian TB paru secara signifikan Pada saat yang sama kekebalan ganda kuman TB

terhadap obat anti TB (multidrug resistence = MDR) semakin menjadi masalah

karena tidak dapat disembuhkan Keadaan tersebut pada akhirnya akan menyebabkan

terjadinya epidemi TB paru yang sulit di tangani

4

13 Tujuan Penelitian

131 Tujuan Umum

Mengetahui hungungan antara kepatuhan minum OAT dengan

kesembuhan TB Paru di Puskesmas Grogol Petamburan

132 Tujuan Khusus

1) Diketahuinya hubungan antara kesembuhan penyakit TB dengan

tingkat kepatuan penderita TB dalam meminum OAT

2) Diketahuinya besarnya masalah perilaku pada penderita TB terhadap

tingakt kepatuhannya berobat

3) Diketahuinya distribusi menurut umur tingkat pendidikan pekerjaan

dan pengetahuan terhadap tingkat kepatuhan penderita

14 Manfaat Penelitian

141 Manfaat Bagi Peneliti

1) Memperoleh pengalaman belajar dan pengetahuan dalam melakukan

penelitian

2) Meningkatkan kemampuan dalam berkomunikasi dengan masyarakat

3) Menerapkan dan mengembangkan ilmu yang telah dipelajari pada saat

kuliah

4) Mengembangkan daya nalar minat dan kemampuan dalam bidang

penelitian

5) Melatih bekerja sama dalam sebuah tim

5

142 Manfaat Bagi Perguruan Tinggi

1) Realisasi Tridarma perguruan tinggi dalam melaksanakan fungsi atau

tugas perguruan tinggi sebagai lembaga yang menyelenggarakan

pendidikan penelitian dan pengabdian masyarakat

2) Mewujudkan kampus Universitas Kristen Krida Wacana sebagai

masyarakat ilmiah dalam peran sertanya di bidang kesehatan

3) Meningkatkan saling pengertian dan kerjasama antar mahasiswa dan

staf pengajar

143 Manfaat Bagi Masyarakat

1) Sebagai masukan berupa hasil penelitian dan saran-saran yang

diharapkan dapat menjadi umpan balik positif bagi warga di wilayah

kerja Puskesmas Jelambar untuk dapat berperan serta

2) Sebagai bahan masukan dalam melakukan penyuluhan kesehatan

untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam melakukan

program pemberantasan penyakit TB paru

3) Sebagai bahan masukan dalam melakukan penelitian selanjutnya

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

21 Penyakit Tuberkulosis Paru

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh

kuman TB (Mycobacterium tuberculosis) Sebagian besarkuman TB menyerang paru

tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya Tuberkulosis bukanlah penyakit

keturunan tetapi dapat ditularkan dari orang ke orang lain6

Kuman penyebab tuberkulosis ini ditemukan oleh seorang ilmuwan

Jerman yang bernama Robert Koch di tahun 1882 Hasil penemuannya ini dilaporkan

olehnya kepada masyarakat ilmiah pada tanggal 24 Maret 1882 Penemuan ini

merupakan peristiwa terbesar dalam perkembangan pengobatan tuberkulosis dan

tanggal 24 Maret setiap tahunnya sampai sekarang diperingati sebagai TB Day (hari

Tuberkulosis) 6

Kuman tuberkulosis berbentuk batang berukuran sangat kecil sehingga

hanya dapat dilihat di bawah mikroskop Panjangnya sekitar satu sampai empat

micron dan lebarnya antara 03 sampai 06 mikron Basil tuberkulosis akan tumbuh

secara optimal pada suhu sekitar 370C yang sesuai dengan tubuh manusia Untuk

berkembang biak basil ini melakukan pembelahan diri Jika dilihat dari struktur

kimianya basil ini tediri dari lemak dan protein6

Kuman tuberkulosis mempunyai sifat khusus yaitu tahan asam pada

pewarnaan sehingga disebut sebagai Basil Tahan Asam (BTA) Kuman TB akan mati

pada penyinaran dengan sinar matahari langsung Dalam jaringan tubuh kuman ini

bersifat dormant artinya kuman dapat tertidur lama selama beberapa tahun lalu dapat

aktif kembali jika keadaan memungkinkan6

7

211 Klasifikasi Tuberkulosis 9

Penentuan klasifikasi penyakit tuberkulosis memerlukan suatu lsquodefinisi kasusrsquo yang

meliputi empat hal yaitu

- Lokasi atau organ tubuh yang sakit paru atau ekstra paru

- Bakteriologi (hasil pemeriksaan dahak secara mikroskopis) BTA positif atau BTA

negatif

- Tingkat keparahan penyakit ringan atau berat

- Riwayat pengobatan TB sebelumnya baru atau sudah pernah diobati

bull Manfaat dan tujuan menentukan klasifikasi adalah

- menentukan paduan pengobatan yang sesuai

- registrasi kasus secara benar

- menentukan prioritas pengobatan TB BTA(+)

- analisis kohort hasil pengobatan

bull Beberapa istilah dalam definisi kasus

- Kasus TB Pasien TB yang telah dibuktikan secara mikroskopis atau didiagnosis

oleh dokter

- Kasus TB pasti (definitif) pasien dengan biakan positif untuk Mycobacterium

tuberculosis atau tidak ada fasilitas biakan sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen

dahak SPS hasilnya BTA positif

bull Kesesuaian paduan dan dosis pengobatan dengan kategori diagnostik sangat

diperlukan untuk

- menghindari terapi yang tidak adekuat (undertreatment) sehingga mencegah

timbulnya resistensi

- menghindari pengobatan yang tidak perlu (overtreatment) sehingga meningkatkan

pemakaian sumber-daya lebih biaya efektif (cost-effective)

- mengurangi efek samping

8

Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena

bull Tuberkulosis paru Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang

jaringan (parenkim) paru tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada

hilus

bull Tuberkulosis ekstra paru Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain

paru misalnya pleura selaput otak selaput jantung (pericardium) kelenjar lymfe

tulang persendian kulit usus ginjal saluran kencing alat kelamin dan lain-lain

Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis yaitu pada TB

Paru

bull Tuberkulosis paru BTA positif

- Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif

- 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada menunjukkan

gambaran tuberkulosis

- 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif

- 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS pada

pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah

pemberian antibiotika non OAT

bull Tuberkulosis paru BTA negatif

Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif

Kriteria diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi

- Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif

- Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis

- Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT

- Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan

9

Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan penyakit

bull TB paru BTA negatif foto toraks positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan

penyakitnya yaitu bentuk berat dan ringan Bentuk berat bila gambaran foto

toraks memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas (misalnya proses ldquofar

advancedrdquo) dan atau keadaan umum pasien buruk

bull TB ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya yaitu

- TB ekstra paru ringan misalnya TB kelenjar limfe pleuritis eksudativa

unilateral tulang (kecuali tulang belakang) sendi dan kelenjar adrenal

- TB ekstra-paru berat misalnya meningitis milier perikarditis peritonitis

pleuritis eksudativa bilateral TB tulang belakang TB usus TB saluran kemih

dan alat kelamin

Catatan

bull Bila seorang pasien TB paru juga mempunyai TB ekstra paru maka untuk

kepentingan pencatatan pasien tersebut harus dicatat sebagai pasien TB paru

bull Bila seorang pasien dengan TB ekstra paru pada beberapa organ maka dicatat

sebagai TB ekstra paru pada organ yang penyakitnya paling berat

10

212 Cara Penularan

Lingkungan hidup yang sangat padat dan pemukiman di wilayah perkotaan

kemungkinan besar telah mempermudah proses penularan dan berperan sekali atas

peningkatan jumlah kasus TB Proses terjadinya infeksi oleh Mycobacterium

tuberculosis biasanya secara inhalasi sehingga TB paru merupakan manifestasi klinis

yang paling sering dibandingkan dengan organ lain Penularan penyakit ini sebagian

besar melalui inhalasi basil yang mengandung droplet nuclei khususnya yang di

dapat dari pasien TB paru dengan batuk berdarah atau berdahak yang mengandung

basil tahan asam (BTA) Pada TB kulit atau jaringan lunak penularan bias melalui

inokulasi langsung Infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium bovis dapat

disebabkan oleh susu yang kurang disterilkan dengan baik atau terkontaminasi Sudah

dibuktikan bahwa lingkungan sosial ekonomi yang baik pengobatan yang teratur dan

pengawasan minum obat yang ketat dapat berhasil mengurangi angka morbiditas dan

mortalitas di Amerika selama tahun 1950-1960 7

Daya penularan dari seseorang penderita ditentukan oleh banyaknya

kuman yang dikeluarkan dari parunya Makin tinggi derajat positif hasil dari

pemeriksaan dahak makin menular penderita tersebut Bila pemeriksaan dahak

negatif (tidak terlihat kuman) maka penderita tersebut dianggap tidak menular

Kemungkinan seseorang terinfeksi TB paru ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam

udara dan lamanya menghirup udara tersebut 8

Perlu diketahui bahwa kuman TB tidak hanya keluar ketika penderita

batuk saja tetapi juga pada saat bernyanyi bersin atau bersiul Secara umum dapat

dikatakan bahwa penularan penyakit TB banyak bergantung dari beberapa factor

seperti jumlah kuman yang ada tingkat keganasan kuman dan daya tahan tubuh orang

yang tertular 6

213 Penemuan Penderita TB

Kegiatan penemuan pasien terdiri dari penjaringan suspek diagnosis

penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien Penemuan pasien merupakan langkah

pertama dalam kegiatan program penanggulangan TB Penemuan dan penyembuhan

11

pasien TB menular secara bermakna akan dapat menurunkan kesakitan dan kematian

akibat TB penularan TB di masyarakat dan sekaligus merupakan kegiatan

pencegahan penularan TB yang paling efektif di masyarakat9

Strategi penemuan 9

Penemuan pasien TB dilakukan secara pasif dengan promosi aktif Penjaringan

tersangka pasien dilakukan di unit pelayanan kesehatan didukung dengan

penyuluhan secara aktif baik oleh petugas kesehatan maupun masyarakat untuk

meningkatkan cakupan penemuan tersangka pasien TB

Pemeriksaan terhadap kontak pasien TB terutama mereka yang BTA positif yang

menunjukkan gejala sama harus diperiksa dahaknya

Penemuan secara aktif dari rumah ke rumah dianggap tidak cost efektif

214 Risiko Penularan 9

- Risiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan dahak Pasien TB

paru dengan BTA positif memberikan kemungkinan risiko penularan lebih besar

dari pasien TB paru dengan BTA negatif

- Risiko penularan setiap tahunnya di tunjukkan dengan Annual Risk of Tuberculosis

Infection (ARTI) yaitu proporsi penduduk yang berisiko terinfeksi TB selama satu

tahun ARTI sebesar 1 berarti 10 (sepuluh) orang diantara 1000 penduduk

terinfeksi setiap tahun ARTI di Indonesia bervariasi antara 1-3

- Infeksi TB dibuktikan dengan perubahan reaksi tuberkulin negatif menjadi positif

215 Gejala Klinis TB Paru

Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu

atau lebih Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah

batuk darah sesak nafas badan lemas nafsu makan menurun berat badan menurun

12

malaise berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik demam meriang lebih dari satu

bulan9

Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain

tb seperti bronkiektasis bronkitis kronis asma kanker paru dan lain-lain Mengingat

prevalensi TB di Indonesia saat ini masih tinggi maka setiap orang yang datang ke

UPK dengan gejala tersebut diatas dianggap sebagai seorang tersangka (suspek)

pasien TB dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung9

216 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Tuberkulosis

Faktor ndash faktor yang mempengaruhi terhadap terjadinya TB antara lain

1 Harus ada sumber infeksi

Sumber infeksi dapat berasal dari penderita TB dengan BTA positif Penularan

dapat terjadi melalui dropet atau melalui pengunaan alat makan secara bergantian

tanpa dicuci yang digunakan oleh penderita TB dengan BTA positif tersebut

2 Jumlah basil penyebab harus cukup

Semakin banyak jumlah basil yang terhirup maka semakin besar kemungkinan

seseorang untuk mengidap TB

3 Virulensi yang tinggi dari basil TB

Apabila angka keaktifan kuman tinggi maka semakin cepat kuman TB

berkembang biak di dalam tubuh Selain itu masa inkubasi akan semakin cepat

4 Daya tahan tubuh yang rendah

Daya tahan tubuh yang menurun memungkinkan basil berkembang biak dan

menimbulkan penyakit tuberkulosis 10

217 Tipe Penderita TB Paru

Tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya Ada beberapa

tipe pasien yaitu

bull Kasus baru

13

Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan

OAT kurang dari satu bulan (4 minggu)

bull Kasus kambuh (Relaps)

Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan

tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap didiagnosis

kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur)

bull Kasus setelah putus berobat (Default )

Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA

positif

bull Kasus setelah gagal (failure)

Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi

positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan

bull Kasus Pindahan (Transfer In)

Adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki register TB lain untuk

melanjutkan pengobatannya

bull Kasus lain

Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas Dalam kelompok ini

termasuk Kasus Kronik yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif

setelah selesai pengobatan ulangan

Catatan

TB paru BTA negatif dan TB ekstra paru dapat juga mengalami kambuh gagal

default maupun menjadi kasus kronik Meskipun sangat jarang harus dibuktikan

secara patologik bakteriologik (biakan) radiologik dan pertimbangan medis

spesialistik9

218 Pemeriksaan Diagnostik

Untuk mengetahui adanya tuberkulosis dokter biasanya berpegang pada

tiga patokan utama Pertama hasil wawancaranya tentang keluhan pasien dan hasil

pemeriksaan yang dilakukan pada pasien yang disebut dengan anamnesis Kedua

14

hasil pemeriksaan laboratorium untuk menemukan adanya BTA pada spesimen

penderita

Pemeriksaan dahak mikroskopis 9

Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis menilai

keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan

Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis dilakukan dengan

mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang

berurutan berupa Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS)

S (sewaktu)

Dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung pertama kali Pada

saat pulang suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak pagi

pada hari kedua

P (Pagi)

Dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua segera setelah bangun tidur

Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di UPK

S (sewaktu)

Dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua saat menyerahkan dahak pagi

Adapun tujuan dari pemeriksaan dahak pada program penanggulangan TB

adalah

1 Menegakkan diagnosis dan menentukan tipe klasifikasi

2 Menilai kemajuan pengobatan

3 Menentukan tingkat penularan 8

Pemeriksaan ulang dahak untuk memantau kemajuan pengobatan

dilakukan pada

1 Akhir tahap intensif

15

Dilakukan seminggu sebelum akhir pengobatan penderita baru BTA positif

dengan kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-3 pengobatan ulang

penderita BTA positif kategori 2

2 Sebulan sebelum akhir pengobatan

Dilakukan seminggu sebelum akhir bulan ke-5 pengobatan penderita baru BTA

positif dengan kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-7 pengobatan

ulang penderita BTA positif dengan kategori 2

3 Akhir pengobatan

Dilakukan seminggu sebelum akhir bulan ke-6 pada penderita BTA positif dengan

kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-8 pengobatan ulang BTA positif

dengan kategori 2 8

Pemeriksaan dahak pada sebulan sebelum akhir pengobatan dan akhir

pengobatan bertujuan untuk menilai hasil pengobatan (apakah sembuh atau gagal)

219 Prinsip Pengobatan

Penatalaksanaan TB meliputi penemuan pasien dan pengobatan yang

dikelola dengan menggunakan strategi DOTS9

Tujuan utama pengobatan pasien TB adalah menurunkan angka kematian

dan kesakitan serta mencegah penularan dengan cara menyembuhkan pasien

Penatalaksanaan penyakit TB merupakan bagian dari surveilans penyakit tidak

sekedar memastikan pasien menelan obat sampai dinyatakan sembuh tetapi juga

berkaitan dengan pengelolaan sarana bantu yang dibutuhkan petugas yang terkait

pencatatan pelaporan evaluasi kegiatan dan rencana tindak lanjutnya9

Tabel 21 Jenis sifat dan dosis OAT

Dosis yang direkomendasikan (mgkg)

16

Jenis OAT Sifat Harian 3x seminggu

Isoniazid (H) Bakterisid 5

(4-6)

10

(8-12)

Rifampicin (R) Bakterisid 10

(8-12)

10

(8-12)

Pyrazinamide (Z) Bakterisid 25

(20-30)

35

(30-40)

Streptomycin (S) Bakterisid 15

(12-18)

15

(12-18)

Etambutol (E) Bakteriostatik 15

(15-20)

30

(20-35)

Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut 9

bull OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat dalam jumlah

cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan Jangan gunakan OAT

tunggal (monoterapi) Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT ndash KDT)

lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan

bull Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat dilakukan pengawasan langsung

(DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat

(PMO)

bull Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap yaitu tahap intensif dan lanjutan

Tahap awal (intensif) 9

- Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara

langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat

17

- Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat biasanya pasien

menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu

- Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2

bulan

Tahap Lanjutan 9

- Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit namun dalam jangka

waktu yang lebih lama

- Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah

terjadinya kekambuhan

2110 Panduan Penggunaan OAT di Indonesia9

Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan

Tuberkulosis di Indonesia

- Kategori 1 2(HRZE)4(HR)3

- Kategori 2 2(HRZE)S(HRZE)5(HR)3E3

Disamping kedua kategori ini disediakan paduan obat sisipan (HRZE)

- Kategori Anak 2HRZ4HR

Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket

berupa obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT) sedangkan kategori anak sementara

ini disediakan dalam bentuk OAT kombipak

Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu

tablet Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien Paduan ini dikemas dalam

satu paket untuk satu pasien

Paket Kombipak

18

Terdiri dari obat lepas yang dikemas dalam satu paket yaitu Isoniasid

Rifampisin Pirazinamid dan Etambutol Paduan OAT ini disediakan program untuk

mengatasi pasien yang mengalami efek samping OAT KDT

Paduan OAT ini disediakan dalam bentuk paket dengan tujuan untuk

memudahkan pemberian obat dan menjamin kelangsungan (kontinuitas) pengobatan

sampai selesai

Satu (1) paket untuk satu (1) pasien dalam satu (1) masa pengobatan

KDT mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB

1 Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin efektifitas

obat dan mengurangi efek samping

2 Mencegah penggunaan obat tunggal sehinga menurunkan resiko terjadinya

resistensi obat ganda dan mengurangi kesalahan penulisan resep

3 Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat menjadi

sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien

Paduan OAT dan peruntukannya

19

1 Kategori-1 (2HRZE 4H3R3)

Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru

1048707 Pasien baru TB paru BTA positif

1048707 Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif

1048707 Pasien TB ekstra paru

Tabel 22 Dosis untuk paduan OAT KDT untuk Kategori 1

Berat Badan

Tahap Intensif

tiap hari selama 56 hari

RHZE (15075400275)

Tahap Lanjutan

3 kali seminggu selama 16 minggu

RH (150150)

30-37 kg 2 tablet 4 KDT 2 tablet 4 KDT38-54 kg 3 tablet 4 KDT 3 tablet 4 KDT55-70 kg 4 tablet 4 KDT 4 tablet 4 KDTge 71 kg 5 tablet 4 KDT 5 tablet 4 KDT

2 Kategori -2 (2HRZES HRZE 5H3R3E3)

Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya

1048707 Pasien kambuh

1048707 Pasien gagal

1048707 Pasien dengan pengobatan setelah default (terputus)

Tabel 23 Dosis untuk paduan OAT KDT Kategori 2

Berat Badan

Tahap Intensif

tiap hari

RHZE (15075400275) + S

Tahap Lanjutan

3 kali seminggu

RH (150150) + E (275)

Selama 56 hari Selama 28 hari Selama 20 minggu

30-37 kg 2 tablet 4 KDT + 500 mg Streptomisin inj

2 tablet 4 KDT 2 tablet 4 KDT+ 2 tab Etambutol

38-54 kg 3 tablet 4 KDT +750 mg Streptomisin inj

3 tablet 4 KDT 3 tablet 4 KDT+ 3 tab Etambutol

55-70 kg 4 tablet 4 KDT +1000 mg Streptomisin inj

4 tablet 4 KDT 4 tablet 4 KDT+ 4 tab Etambutol

ge 71 kg 5 tablet 4 KDT +1000 mg Streptomisin inj

5 tablet 4 KDT 5 tablet 4 KDT+ 5 tab Etambutol

Catatan

20

Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal untuk streptomisin adalah

500mg tanpa memperhatikan berat badan

Untuk perempuan hamil lihat pengobatan TB dalam keadaan khusus

Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan menambahkan aquabidest

sebanyak 37ml sehingga menjadi 4ml (1ml = 250mg)

3 OAT Sisipan (HRZE)

Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap intensif kategori 1 yang

diberikan selama sebulan (28 hari)

Tabel 24 Dosis KDT untuk Sisipan

Berat Badan Tahap Intensif tiap hari selama 28 hari

RHZE (15075400275)

30-37 kg 2 tablet 4 KDT38-54 kg 3 tablet 4 KDT55-70 kg 4 tablet 4 KDTge 71 kg 5 tablet 4 KDT

Penggunaan OAT lapis kedua misalnya golongan aminoglikosida (misalnya

kanamisin) dan golongan kuinolon tidak dianjurkan diberikan kepada pasien baru tanpa indikasi

yang jelas karena potensi obat tersebut jauh lebih rendah daripada OAT lapis pertama Di

samping itu dapat juga meningkatkan terjadinya risiko resistensi pada OAT lapis kedua

2111 Alur Diagnostik TB 9

21Suspek TB Paru

2112 Evaluasi Pengobatan

22

Pemeriksaan dahak mikroskopis (SPS = Sewaktu ndash Pagi ndash Sewaktu)

Hasil BTA+ - -

Hasil BTA- - -

Hasil BTA+ + ++ + +

Antibiotik Non-OAT

Tidak adaPerbaikan

Adaperbaikan

Pemeriksaan dahak mikroskopis

Foto toraks dan

Pertimbangan dokter

Hasil BTA+ + ++ + -+ _ _

Hasil BTA- - -

Foto toraks dan

Pertimbangan dokter

TB Bukan TB

Evaluasi Klinis

Biasanya pasien di control dalam 1 minggu pertama selanjutnya setiap 2 minggu

selama tahap intensif dan seterusnya sekali sebulan sampai akhir pengobatan

Secara klinis hendaknya terdapat perbaikan keluhan pasien seperti batuk yang

berkurang tidak ada batuk darah nafsu makan bertambah dan ada peningkatan

berat badan

Evaluasi Bakteriologis

Pemeriksaan dahak untuk menilai keberadaan kuman Biasanya setelah 2-3

minggu perngobatan sputum BTA mulai negatif Pemeriksaan control sputum

dilakukan sekali sebulan Bagi penderita dengan BTA positif setelah tahap

intensif akan mendapatkan pengobatan ulang Bila sudah negatif sputum

diperiksa tiga kali berturut-turut dan harus dikontrol agar tidak terjadi ldquosilent

bacterial sheddingrdquo yaitu terdapat sputum BTA positif tanpa disertai keluhan-

keluhan TB yang relevan

Evaluasi Radiologis

Evaluasi radiologis juga diperlukan untuk melihat kemajuan terapi Dengan

pemeriksaan radiologis dapat dilihat keadaan TB parunya atau adanya penyakit

lain yang menyertai Evaluasi foto dada dilakukan tiap 3 bulan sekali 10

2113 Efek Samping OAT

Sebagian besar penderita TB paru dapat menyelesaikan pengobatan tanpa

efek samping Namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping Oleh karena

itu pemantauan kemungkinan terjadinya efek samping sangat penting dilakukan

selama pengobatan Pemantauan dilakukan dengan cara menjelaskan kepada

penderita tanda-tanda efek samping dan menanyakan adanya gejala efek samping

pada waktu penderita mengambil OAT 8

Efek samping ringan dari OAT seperti tidak ada nafsu makanmual sakit

perut nyeri sendi kesemutan sampai dengan rasa terbakar di kaki dan warna

kemerahan pada air seni Efek samping berat dari OAT misalnya gatal dan

kemerahan kulit tuli gangguan keseimbanagn ikterus tanpa penyebab lain

bingung dan muntah-muntah gangguan penglihatan purpura dan syok 8

22 Strategi DOTS

23

Strategi DOTS adalah strategi penanggulaan TB paru nasional yang telah

direkomendasikan oleh WHO yang dimulai pelaksanaannya di Indonesia pada tahun

19951996 Sebelum pelaksanaan strategi DOTS (1969-1994) angka kesembutah TB

paru yang dapat dicapai oleh program hanya 40-60 saja Dengan strategi DOTS

diharapkan angka kesembuhan dapat dicapai minimal 85 dari penderita TB paru

BTA positif yang di temukan 11

Prinsip DOTS adalah mendekatkan pelayanan pengobatan terhadap

penderita agar secara langsung dapat mengawasi keteraturan menelan obat dan

melakukan pelacakan bila penderita tidak datang mengambil obat sesuai dengan yang

ditetapkan

Kalau diurai dari kata-katanya pengertian DOTS dapat dimulai dengan

keharusan setiap pengelola program TB intuk member direct attention dalam usaha

menemukan penderita Dalam bahasa lain ini diterjemahkan menjadi deteksi kasus

dengan pemeriksaan mikroskopik kendati sebenarnya pengertiannya dapat diperluas

dengan keharusan untuk mendeteksi kasus secara baik dan akurat Kemudian setiap

pasien harus di- observed dalam memakan obatnya setiap obat yang di telan pasien

harus di depan seorang pengawas Selain itu tentunya pasien harus menerima

treatment yang tertata dalam system pengelolaan distribusi dan penyediaan obat

secara baik Kemudian setiap pasien harus mendapat obat yang baik artinya

pengobatan short course standart yang telah terbukti ampuh secara klinik

Akhirnya harus ada dukungan dari pemerinyah yang membuat program

penanggulangan TB mendapat prioritas yang tinggi dalam pelayanan kesehatan 11

Strategi DOTS mempunyai lima komponen

1) Komitmen politits dari para pengambil keputusan termasuk dukungan dana

2) Diagnosa TB dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopik

3) Pengobatan dengan panduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) jangka pendek

dengan pengawasan langsung oleh pengawas Menelan Obat (PMO)

4) Kesinambungan perssediaan OAT jangka pendek dengan mutu terjamin

5) Pencatatan dan pelaporan secraa baku untuk memudahkan pemantauan dan

evaluasi program penanggulangan TB

23 Konsep Perilaku

24

Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor baik faktor internal

( dari dalam diri manusia ) maupun faktor eksternal ( dari luar diri manusia ) Faktor

internal ini terdiri dari faktor fisik dan psikis Faktor eksternal terdiri dari berbagai

faktor antara lain sosial budaya masyarakat lingkungan fisik politik ekonomi

pendidikan dan sebagainnya Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi

kesehatan baik individu kelompok maupun masyarakat dikelompokkan menjadi

empat ( Blum 1974 )

Konsep Blum menjelaskan bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh

1) Lingkungan yang mencakup lingkungan fisik sosial budaya politik ekonomi

dan sebagainnya

2) Perilaku

3) Pelayanan kesehatan

4) Keturunan ( hereditas )

Perilaku merupakan factor terbesar kedua setelah factor lingkungan yang

mempengaruhi derajat kesehatan Oleh sebab itu dalam rangka membina dan

meningkatkan kesehatan masyarakat maka intervensi atau upaya yang di tujukan

kepada faktor erilaku ini sangat strategis

Menurut Green perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama yakni 12

1) Faktor predisposisi ( predisposing factor )

Faktor ini mencakup pengetahuan sikap dan masyarakat terhadap kesehatan

tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan

kesehatan sistem nilai yang dinut masyarakat tingkat pendidikan tingkat sosial

ekonomi dan sebagainya

2) Faktor Pemungkin ( Enabling factor )

Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan

bagi masyarakat misalnya air bersih tempat pembuangan tinja ketersediaan

makanan yang bergizi dan sebagainnya termasuk juga fasilitas kesehatan

seperti puskesmas rumah sakit posyandu dokter atau bidan praktek swasta dan

sebagainnya

3) Faktor penguat ( reinforcing factor )

25

Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat tokoh agama

sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan Termasuk juga di

sini undang-undang peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah

daerah yang terkait dengan kesehatan

Tim kerja dari WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang

berperilaku tertentu dikarenakan 4 ( empat ) alasan pokok yaitu

1) Pemikiran dan perasaan ( Thoughts and feeling )

Yakni dalam bentuk pengetahuan kepercayaan dan sikap Pengetahuan di

peroleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain sedangkan

kepercayaan biasanya diperoleh dari orang tua kakek atau nenek Seseorang

menerima kepercayaan itu berdasarkan keyankinan dan tanpa adanya pembuktian

terlebih dahulu Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap

objek dan seringnya diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang

lain yang paling dekat

2) Karakteristik Pendukung (enabling characteristics)

Karakteristik ini mencerminkan bahwa meskipun mempunyai predisposisi untuk

menggunakan pelayanan kesehatan ia tak akan bertindak menggunakannya

kecuali bial ia mampu menggunakannya Penggunaan pelayanan kesehatan yang

ada tergantung kepada kemampuan konsumen untuk membayar

3) Karakteristik kebutuhan (need characteristics)

Faktor predisposisi dan factor yang memungkinkan untuk mencari pengobatan

dapat terwujud di dalam tindakan apabila itu dirasakan sebagai kebutuhanDengan

kata lain kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan

pelayanan kesehatan bila mana tingkat predisposisi dan enabling itu ada

Kebutuhan (need) disisni di bagi menjadi dua ketegori dirasa atau preceived

( subject assessment) dan evaluated ( clinical diagnosis )

Menurut Skinner perilaku kesehatan adalah suatu respons

seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan

26

penyakit system pelayanan kesehatan makanan dan minimum serta lingkungan

Dari batasan ini perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 ( tiga)

kelompok yakni

1) Perilaku pemeliharaan kesehatan ( health maintenance)

Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga

kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit Oleh

sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3(tiga) aspek yaitu

a Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit serta

pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit

b Perilaku peningkatan kesehatan apabila seseorang dalam keadaan sehat

c Perilaku gizi Makanan dan minimum dapat meningkatkan kesehatan

seseorang bahkan dapat mendatangkan penyakit Hal ini sangat tergantung

pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut

2) Perilaku pencarian pengobatan ( health behavior )

Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat

menderita penyakit dan atau kecelakaan Tindakan atau perilaku ini dimulai dari

mengobati sendiri ( self treatment) sampai mencari pengobatan keluar negeri

3) Perilaku kesehatan lingkungan

Adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan baik lingkungan fisik

maupun social budaya dan sebagainnya sehingga lingkungan tersebut tidak

mempengaruhi kesehatannya Dengan perkataan lain bagaimana seseorang

mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri

keluarga atau mesyarakatnya 12

24 Kepatuhan Berobat

Kepatuhan berasal dari kata ldquo patuh ldquo yang berarti taat suka menuruti

disiplin Kepatuhan menurut Trostle adalah tingkat perilaku penderita dalam

mengambil suatu tindakan pengobatan misalnya dalam menentukan kebiasaan

hidup sehat dan ketetapan berobat Dalam pengobatan seseorang dikatakan tidak

27

patuh apabila orang tersebut melalaikan kewajibannya berobat sehingga dapat

mengakibatkan terhalangnya kesembuhan 13

Menurut Sacket kepatuhan pasien adalah sejauh mana perilaku pasien

sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh professional kesehatan 14

Menurut Sarafino secara umum ketidaktaatan meningkatkan risiko

berkembangnya masalah kesehatan atau memperpanjang atau memperburuk

kesakitan yang sedang di derita Perkiraan yang ada menyatakan bahwa 20 jumlah

opname di rumah sakit merupakan akibat dari ketidaktaatan pasien terhadap aturan

pengobatan Faktor yang mempengaruhi kepatuhan seseorang dalam berobat yaitu

faktor petugas faktor obat dan faktor penderita Karakteristik petugas yang

mempengaruhi kepatuhan antara lain jenis petugas tingkat pengetahuan lamanya

bekerja frekuensi penyuluhan yang dilakukan Faktor obat yang mempengaruhi

kepatuhan adalah pengobatan yang sulit dilakukan tidak menunjukkan kea rah

penyembuhan waktu yang lama adanya efek samping obat Faktor penderita yang

menyebabkan ketidakpatuhan adalah umur jenis kelamin pekerjaan anggota

keluarga saudara atau teman khusus 15

25 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan

Faktor-faktor yang mempengaruhi katidakpatuhan dapat digolongkan

menjadi empat bagian yaitu

1 Pemahaman tentang Instruksi

Tak seorang pun mematuhi instruksi jika ia salah paham tentang instruksi yang

diberikan kepadanyaLey dan Spelman (Ester 2000 ) Menemukan bahwa lebih

dari 60 yang diwawancarai setelah bertemu dengan dokter salah mengerti

tentang instruksi yang diberikan pada mereka kadang-kadang hal ini disebabkan

oleh kegagalan professional kesehatan dalam memberikan informasi yang

lengkap penggunaan istilah-istilah medis dan mbanyak memberikan instruksi

yang harus diingat oleh pasien

28

Pendekatan praktis untuk meningkatkan kepatuhan pasien ditemukan oleh

Dinicola dan Dimatteo yaitu

a) Buat instruksi tertulis yang jelas dan mudah diinterpretasikan

b) Berikan informasi tentang pengobatan sebelum menjelaskan hal-hal lain

c) Jika seseorang diberikan suatu daftar tertulis tenang hal-hal yang harus

diingat maka aka nada efek ldquokeunggulanrdquoyaitu mereka brusaha mengingat

hal-hal yang pertama kali ditulis

d) Insruksi-instruksi harus ditulis dengan bahasa umum ( Non medis ) dan hal-

hal yang perlu ditekankan 14

2 Kualitas Interaksi

Kualitas interaksi antara profrsional kesehatan dan pasien merupakan bagian yang

penting dalam menentukan derajat kepatuhan Meningkatkan interaksi

professional kesehatan dengan pasien adalah suatu hal penting untuk memberikan

umpan balik pada pasien setelah memperoleh informasi tentang diagnosis Pasien

membutuhkan penjelasan tentang kondisinya saat ini apa penyebabnya dan apa

yang dapat mereka lakukan dengan kondisi seperti itu

3 Isolasi sosial dan keluarga

Keluarga dapat menjadi factor yang sangat berpengaruh dalam menentukan

keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga menentukan tentang

program pengobatan yang dapat mereka terima Keluarga juga member dukungan

dan membuat keputusan mengenai perawatan dari anggota keluarga yang sakit

4 Keyakinan Sikap Kepribadian

Ahli psikologis telah menyelidiki tentang hubungan antar pengukuran-

pengukuran kepribadian dan kepatuhan Mereka menemukan bahwa data

kepribadian secara benar dibedakan antar orang yang putih drngan orang yang

gagal Orang-orang yang tidak patuh adalah orang-orang yang lebih mengalami

depresi anxietas sangat memperhatikan kesehatannya memiliki kekuatan ego

29

yang lebih lemah dan kehidupan sosialnya lebih memusatkan perhatian pada

dirinya sendiri Blumenthal et al mengatakan bahwa ciri-ciri kepribadian yang

disebutkan diatas itu yang menyebabkan seseorang cenderung tidak patuh ( drop

out) dari program pengobatan 14

Menurut Schwart dan Griffin Faktor yang berhubungan dengan

ketidaktaan secara sejarah riset tentang ketaan pasien didasarkan atas pandangan

tradisional mengenai pasien sebagai penerima nasihat dokter yang pasif dan patuh

Pasien yang tidak taat dipandang sebagai orang yang lalai dan masalahnya dianggap

sebagai masalah control Riset berusah untuk mengidentifikasi kelompok-kelompok

pasien yang tidak patuh berdasarkan kelas sosioekonomi pendidikan umur dan

jenis kelamin Pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan sepanjang bawah

pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif seperti penggunaan buku-buku

dan kaset oleh pasien secara mandiri Usaha-usaha ini sedikit berhasil seorang dapat

menjadi tidak taat kalau situasinya memungkinkan Teori-teori yang lebih baru

menekannkan factor situasional dan pasien sebagai peserta yang aktif dalam proses

pengobatannya Perilaku ketaatan sering diartikan sebagai usaha pasien untuk

mengendalikan perilakunya bahkan jika hal tersebut bias menimbulkan resiko

mengenai kesehatannya 15

Macam-macam faktor yang berkaitan dengan ketidaktaatan disebutkan

a Ciri-ciri kesakitan dan cirri-ciri pengobatan

Menurut Dickson dkk perilaku ketaatan lebih rendah untuk penyakit kronis

(karena tidak ada akibat buruk yang segera dirasakan atau resiko yang jelas )

saran mengenai gaya hidup umum dan kebiasaan yang lama pengobatan yang

kompleks pengobatan dengan efek samping perilaku yang tidak pantas

Menurut Sarafino tingkat ketaaatan rata-rata minum obat utnuk menyenbuhkan

kesakitan akut dengan pengobatan jangka pendek adalah sekitar 78 Untuk

kesakita kronis dengan cara pengobatan jangaka panjang tingkat tersebut menurun

sampai 54

b Komunikasi antara Pasien dan Dokter

Berbagai aspek komunikasi antara pasien dan dokter mempengaruhi tingkat

ketidaktaan misalnya informasi dengan pengawasan yang kurang

30

ketidakpuasan terhadap aspek hubungan emosional dengan dokter ketidak

puasan terhadap pengobatan yang diberikan

c Variabel-variabel sosial

Hubungan antara dukungan sosial dengan ketaatan telah dipelajari Secara umum

orang-orang yang merasa mereka menerima penghiburan perhatian dan

pertolongan yang mereka butuhkan dari seseorang atau kelompok biasanya

cenderung lebih mudah mengikuti nasihat medis daripada pasien yang kurang

mendapat dukungan sosial Jelaslah bahwa keluarga memainkan peranan yang

sangat penting dalam pengelolaan medis misalnya penggunaan pengaruh

normative pada pasien yang mungkin mengakibatkan efek yang memudahkan

atau menghambat perilaku ketaatan

d Ciri-ciri Individual

Variabel-variabel demografis juga digunakan untuk meramalkan ketidaktaatan

sebagai contoh Di Amerika Serikat kaum wanita kaum kulit putih dan orang

tua cenderung mengikuti anjuran dokter 15

Dalam proses penyembuhan penderita TB Paru dapat diberikan obat anti-

TB (OAT) yang diminum secara teratur sampai selesai dengan pengawasan

yangketat Masa pemberian obat memang cukup lama yaitu 6-8 bulan secara terus

menerus sehingga dapat mencegah penularan kepada orang lain Oleh sebab itu para

penderita TB jika ingin sembuh harus minum obat secara teratur Tanpa adanya

keteraturan minum obat penyakit sulit disembuhkan Jika tidak teratur minum obat

penyakitnya sukar diobati kuman TB dalam tubuh akan berkembang semakin banyak

dan menyerang organ tubuh lain yang akan membutuhkan waktu lebih lama untuk

dapat sembuh

26 Pengawasan Menelan Obat (PMO) 9

Salah satu komponen DOTS adalah pengobatan paduan OAT jangka

pendek dengan pengawasan langsung Untuk menjamin keteraturan pengobatan

diperlukan seorang PMO

31

a Persyaratan PMO

bull Seseorang yang dikenal dipercaya dan disetujui baik oleh petugas kesehatan

maupun pasien selain itu harus disegani dan dihormati oleh pasien

bull Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien

bull Bersedia membantu pasien dengan sukarela

bull Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan pasien

b Siapa yang bisa menjadi PMO

Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan misalnya Bidan di Desa Perawat

Pekarya Sanitarian Juru Immunisasi dan lain lain Bila tidak ada petugas

kesehatan yang memungkinkan PMO dapat berasal dari kader kesehatan guru

anggota PPTI PKK atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga

c Tugas seorang PMO

bull Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai

pengobatan

bull Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur

bull Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah

ditentukan

bull Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai gejala-

gejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke Unit Pelayanan

Kesehatan

Tugas seorang PMO bukanlah untuk mengganti kewajiban pasien mengambil

obatdari unit pelayanan kesehatan

d Informasi penting yang perlu dipahami PMO untuk disampaikan kepada pasien dan

keluarganya

bull TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur

32

bull TB bukan penyakit keturunan atau kutukan

bull Cara penularan TB gejala-gejala yang mencurigakan dan cara pencegahannya

bull Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan)

bull Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur

bull Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera meminta

pertolongan ke UPK

27 Penanggulangan TB 16

Rencana Global Penanggulangan TB

Rencana Global 2006-2015 mencakup enam elemen utama dalam strategi baru Stop

TB ndashWHO yang terdiri dari

1 Memperluas dan meningkatkan ekspansi DOTS yang berkualitas meningkatkan

penemuan kasus dan kesembuhan melalui pendekatan yangterfokus pada penderita

agar pelayanan DOTS yang berkualitas dapat menjangkau seluruh penderita

khususnya kelompok masyarakat yang miskin dan rentan

2 Menghadapi tantangan TBHIV MDR-TB dan tantangan lainnya dengan cara

meningkatkan kolaborasi TBHIV DOTS-Plus dan pendekatan lainnya

3 Berkontribusi dalam memperkuat sistem kesehatan melalui kerjasama dengan

berbagai program dan pelayanan kesehatan lainnya misalnya dalam memobilisasi

sumber daya manusia dan finansial untuk implementasi dan mengevaluasi

hasilnyaserta pertukaran informasi dalam keberhasilan pencapaian dalam program

penanggulangan TB

33

4 Melibatkan seluruh penyedia pelayanan kesehatan pemerintah lembaga swadaya

masyarakat (LSM) dan swasta dengan cara memperluas pendekatan berbasis

public-private mix (PPM) dengan menggunakan ISTC

5 Melibatkan penderita TB dan masyarakat untuk memberikan kontribusi dalam

penyediaan pelayanan yang efektif Hal ini meliputi perluasan pelayanan TB di

masyarakat menciptakan kebutuhan masyarakat akan pelayanan TB advokasi

yang spesifik komunikasi dan mobilisasi sosial serta mendukung pengembangan

piagam pasien TB dalam masyarakat dan

6 Memberdayakan dan meningkatkan penelitian operasional

28 Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel dependent

Karakteristik Individu

1Umur

2Jenis kelamin

3Pendidikan

4Pekerjaan

5Pengetahuan

6Efek samping OAT

7Tingkat kepatuhan

penderita dalam

pengobatan

Kesembuhan

34

Penderita TB paru

Faktor Pelayanan

kesehatan

1 Ketersediaan OAT

2 Sikap petugas kesehatan

3 LokasiJarak

4 Penyuluhan kesehatan

5 Kunjungan rumah

Faktor Peran PMO

Gambar Kerangka Konsep Penelitian

Definisi Konsep

1 Karakteristik individu adalah hal-hal yang melekat dalam diri penderita TB paru yang

mempengaruhi tingkat kapetuhan dalam melaksanakan program pengobatan dengan

strategi DOTS yang membedakan seseorang dengan yang lainnya meliputi umur jenis

kelamin pendidikan pekerjaan pengetahuan efek samping OAT tingkat kepatuhan

penderita dalam pengobatan

2 Faktor pelayanan kesehatan adalah penilaian dari penderita TB paru terhadap upaya yang

diselenggarakan oleh unit pelayanan kesehatan untuk menangani penderita TB paru

meliputi Ketersediaan OATsikap petugas kesehatan lokasijarak penyuluhan

kesehatan dan kunjungan rumah

3 Faktor Peran PMO ( Pengawasan Menelan Obat ) adalah penilaian dari penderita TB paru

terhadap hal-hal yang menjadi tugas dari seseorang pengawas menelan obat yang

mempengaruhi tingkat kepatuhan penderita TB paru dalam melaksanakan pengobatan

meliputi penyuluhan member dorongan meningkatkan dan mengawasi

35

4 Kesembuhan adalah pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan

pemeriksaan ulang dahak (follow up) menunjukkan hasil BTA negatif

29 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep di atas maka hipotesis penelitian ini adalah

1) Ada pengaruh karakteristik individu terhadap kesembuhan penderita TB paru

dalam pengobatan

2) Ada pengaruh pelayanan kesehatan terhadap kesembuhan penderita TB paru

dalam pengobatan

3) Ada pengaruh PMO terhadap kesembuhan penderita TB paru dalam pengobatan

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

31 Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional yang

bertujuan untuk menjelaskan pengaruh karakteristik individu faktor pelayanan

kesehatan dan faktor Pengawas Menelan Obat (PMO) terhadap kesembuhan

penderita TB Paru dalam melaksanakan pengobatan di Puskesmas Grogol Petamburan

tahun 2011

32 Tempat dan Waktu Penelitian

36

Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Grogol Petamburan pada bulan

Januari sampai Februari tahun 2012

33 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang

sedang menjalankan pengobatan TB di Puskesmas Grogol

Petamburan mulai bulan OktobeR

34 Keriteria Inklusi dan Eksklusi

341 Keriteria Inklusi

342 Keriteria Eksklusi

35 Sampel

351 Besar Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang

mengikuti pengobatan dengan strategi DOTS di Puskesmas yang pada saat penelitian

sedang menjalani pengobatan dan seluruh penderita TB yang telah mendapat

pengobatan selama 6 bulan atau sedang dalam tahap lanjutan

Keterangan

n1 = Jumlah sampel minimal

37

n2 = Jumlah sampel ditambah substitusi 10 (substitusi adalah persen responden

yang mungkin drop out)

Z = Tingkat batas kepercayaan dengan = 5

Didapat Z pada kurva normal = 196

p = Proporsi variabel yang diteliti yaitu besarnya presentasi 50 )

q = 1 - p

L = Derajat kesalahan yang masih dapat diterima adalah 10

Berdasarkan rumus di atas didapatkan angka sebagai berikut

( Z )2 p q ( 196 )2 0505

n1 = ----------------- = ------------------------------ = 9604

L2 ( 01 )2

n2 = n1 + ( 10 n1 )

= 9604 + ( 10 9604)

= 9604 + 9604

= 10564 Dibulatkan 106

352 Teknik Pengambilan Sampel

36 Identifikasi Variabel

1 Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kesembuhan tb paru

2 Variabel independen adalah umur jenis kelamin pendidikan pekerjaan

pengetahuan efek samping OAT dan tingkat kepahuhan dari penderita TB

Selain itu faktor dari pelayanan kesehatan dan PMO juga ikut berperan

37 Cara Kerja

1 Membuat proposal penelitian tentang hubungan antara tingkat kepatuhan minum

OAT dengan tingkat kesembuhan penyakit TB di Puskesmas Kecamatan Grogol

Petamburan

38

2 Pengumpulan data sekunder dari Puskesmas Grogol Petamburan

3 Melakukan kunjungan ke rumah-rumah sampel di daerah RT terpilih untuk

pengumpulan data primer dengan memakai kuesioner dan wawancara responden

4 Data-data yang telah dikumpulkan akan dilakukan pengolahan berupa proses

editing verifikasi dan koding Selanjutnya dimasukkan dan diolah dengan

menggunakan program computer yaitu program SPSS

5 Terhadap data yang telah diolah kemudian dilakukan analisis sesuai dengan cara

uji statistik menggunakanhelliphellip Data diinterpretasi secara deskriptif korelatif

antar variabel ndash variabel yang telah ditentukan dan disajikan dalam bentuk

tekstular dan tabular

6 Hasil dari penelitian akan disusun dalam bentuk pelaporan penelitian yang

selanjutnya akan di presentasikan di hadapan staf pengajar program pendidikan

Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida

Wacana (FK UKRIDA) dalam forum pendidikan Ilmu Kedokteran Komunitas

Fakultas Kedokteran UKRIDA

38 Manajemen Data

381 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder yaitu

1 Data primer diperoleh dengan wawancara langsung kepada penderita TB paru

dan petugas kesehatan program penanggulangan TB Paru yang berpedoman pada

kuisioner penelitian yang telah ditetapkan dam melakukan cross check

2 Data sekunder diperoleh dari laporan pelaksanaan program penanggulangan TB

Paru di Puskesmas kartu pengobatan TBC (formulir TB 01) dan Formulir

Permohonan Laboratorium TBC Untik Pemeriksaan Dahak (formulir TB 05)

382 Pengolahan Data

39

Aspek pengukuran

Aspek pengukuran variable bebas

Karakteristik individu

Aspek pengukuran variable karakteristik individu dapat dilihat pada tabel 31

Table 31 Aspek Pengukuran Variabel Karakteristik Individu

Karakteristik

individu

Kategori Skala Bobot nilai

Umur a 15-24 tahun

b 25-49 tahun

c gt 50 tahun

rasio

Jenis kelamin a Laki-laki

b Perempuan

Tingkat

pendidikan

a Tidak tamat SD

b SD

c SLTP

d SLTA

e Sarjana S1

Pekerjaan a Bekerja

b Tidak bekerja

Pengetahuan a Baik

b Sedang

c Bururk

Efek samping

OAT

a Ada

b Tidan ada

Faktor pelayanan kesehatan

Pengukuran faktor pelanan kesehatan meliputi ketersediaan OAT yang

diukur adalah yang diukur dengan 2 pertanyaan sikap petugas kesehatan diukur

dengan 8 pertanyaan lokasi jarak diukur dengan 3 pertanyaan penyuluhan kesehatan

diukur dengan 6 pertanyaan dan kunjungan rumah diukur dengan 2 pertanyaan

40

berdasarkan jawaban yang diberikan responden selanjutnya dikelompokkan menjadi

tiga (3) yaitu

a Baik jika faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan

penilaian yang baik karena kebutuhan yang diinginkan debagian besarnya

terpenuhi (nilai gt32)

b Sedang bila faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan

penilaian yang kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan responden hanay

sebagian saja yang terpenuhi (nilainya 17-32)

c Buruk bila faktor pelayanan pelayanan kesehatan yang diterima responden

menimbulkan penilaian yang tidak baik karena kebutuhan yang diinginka

responden sebagian besar tidak dipenuhi (nilainya lt17)

Faktor Pengawas Menelan Obat (PMO)

Faktor Pengawas Menelan Obat diukur dengan 5 pertanyaan yang

selanjutnya dibedakan atas 3 kategori yaitu

a Baik bila semua tugas yang diterima responden terlaksana dengan baik yaitu

mengawasi memberikan dorongan mengingatkan dan memberikan penyuluhan

(nilainya gt11)

b Sedang bila tugas PMO yang diterima responden sebagian saja yang terpenuhi

(nilainya 6-11)

c Buruk bila tugas PMO yang diterima responden tidak terlaksana dengan baik

(nilainya lt 6)

Aspek Pengukuran Variabel Terikan

Kepatuhan Pengobatan TB Paru

41

Aspek Pengukuran Variabel ini menggunakan skala interval yang diukur berdasarkan

tiga (3) kategori yaitu

Patuh apabila responden selalu menelan obat sesuai ketentuan petugas kesehatan

yaitu setiap hari pada tahap awal tiga kali seminggu pada tahap lanjutan dan

mengambil obat serta memeriksakan dahak sesuai jadwal dan menaati nasihat dari

petugas kesehatan ( bobot 3 )

Kurang patuh jika responden kadang-kadang menelan obat sesuai ketentuan

petugas kesehatan atau responden tidak menelan obat 2-8 minggu selama tahap

pengobatan lanjutan dan tidak memerisakan dahak sesuai jadwal yang telah

ditetapkan dan tidak selalu menaati nasihat dari petugas kesehatan (bobot 2 )

Tidak patuh jika responden tidak menelan obat sesuai ketentuan petugas

kesehatan atau responden tidak menelan obat lebih dari 8 minggu selama tahap

pengobatan lanjutan dan tidak mengambil obat serta tidak memeriksakan dahak

sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan tidak menaati nasihat petugas kesehatan

(bobot 1)

383 Penyajian Data

384 Analisis Data

385 Interpretasi Data

386 Pelaporan Data

39 Definisi Operasional

1 Umur adalah usia responden saat penelitian berdasarkan ulang tahun terakhir yang

dibedakan atas 3 (tiga) kategori berdasarkna Badan Pusat Statistik Kota Medan

42

tahun 2008 yaitu 1) orang muda 25-24 tahun 2) dewasa 24-49 tahun 3) orang

tua gt 50 tahun

2 Jenis kelamin adalah suatu karakteristik responden yang dibedakan identitasnya

dari laki-laki dan perempuan

3 Pendidikan adalah jenjang pendidikannyang berhasil ditamatkan responden yang

dibedakan atas tidak tamat SD SD SLTP SLTA Akademi Sarjana

4 Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh responden sebagai

pendapatan utama yang dibedakan atas kerja dan tidak bekerja

5 Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai penyakit

TB paru

6 Efek samping OAT adalah gejala keluhan yang diderita responden akiba menelan

OAT selama pengobatan

7 Ketersdediaan OAT adalah pandangan responden terhadap kondisi OAT

diperoleh dari puskesmas meliputi kecukupan jumlah OAT dan dan kualitasnya

8 Sikap petugas kesehatan adalah penilaian responden terhadap reaksi petugas

kesehatan kepada responden selama mereka menjalanin pengobatan

9 Lokasi jarak adalah pandangan responden tentang lama perjalanan dari tempat

tinggal responden ke Puskesmas yang diukur dengan jarak sarana transportasi

10 Penyuluhan kesehatan adalah pandangan responden tentang kegiatan yang

dilakukan oleh petugas kesehatan sehubungan dengan pengobatan TB Paru untuk

mencapai suatu keadaan dimana pederita TB Paru dapat hidup lebih sehat

11 Kunjungan rumah adalah pandangan responden tentang kegiatan yang dilakukan

petugas kesehatan selama masa pengobatan ke rumah responden

12 Faktor peran Pengawas Minum Obat (PMO) adalah pandangan responden tentang

tugas yang dilakasanakan oleh seorang PMO meliputi penyuluhan

13 Kepatuhan berobat adalah ketaan responden dalam menelan obat mengambil

obat dan melakukan pemeriksaan dahak sesuai jadwal yang telah ditentukan dan

menaati segala nasehat dari petugas kesehatan

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

1) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta

2) Perkumpulan Pemberantasan TB Indonesia 2011 TB di Indonesia Peringkat Dunia

Jakarta Diakses melalui situs httpwwwpptiinfoindexphpcomponentcontentarticle46-

arsip-ppti141-tbc-di-indonesia-peringkat-5-dunia Diakses pada tanggal 23 Januari 2012

44

3) Depkes dan WHO 2008 Lembar Fakta Tuberkulosis Jakarta

4) Dirjen P2M amp PLP 1997 Pengawasan Menelan Obat (PMO) adalah DOTS ala Indonesia

Jakarta

5) Amirudin R 2006 Faktor Keberhasilan Konversi pada Penderita TB Paru di Puskesmas

Jongaya Tahun 2006 Laporan Penelitian FKM Unhas Makasar

6) Aditama Tjandra Y 1994 Tuberkulosis Paru Masalah dan Penanggulangnya UI Press

Jakarta

7) Aru W Bambang S Idrus A dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Tuberkulosis

Paru Edisi IV FKUI Jakarta 2006 998-1004

8) Depkes RI 2002 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta

9) Depkes RI 2006 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta

10) Subijakto Hubungan Pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Berobat

Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Proposal Skripsi Jakarta 2011 Diakses pada

tanggal 20 Januari 2012

11) Aditama Tjandra Y 2002 Tuberkulosis Diagnosis Terapi dan Masalahnya Yayasan IDI

Jakarta

12) Notoatmodjo Soekidjo 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Penerbit Rineka Cipta

Jakarta

13) Simamora Jojor 2004 Faktor yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Berobat Penderita TB

Paru di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2004 Tesis Pascasarjana USU Medan

14) Ester Monica 2000 Psikologi Kesehatan Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

15) Bart Smet 1994 Psikologi Kesehatan PT Grasindo Jakarta

16) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta

45

Page 3: 133192422-TB-paru

Prinsip DOTS adalah menentukan pelayanan pengobatan terhadap

penderita agar secara langsung dapat mengawasi keteraturan minum obat Strategi ini

diawasi oleh petugas Puskesmas dan pihak-pihak lain yang paham tentang program

DOTS Di samping itu keluarga sangat diperlukan keterlibatannya dalam

pengawasan dan perawatan penderita 4

Masih rendahnya cakupan angka kesembuhan berdampak negatif pada

kesehatan masyarakat dan keberhasilan pencapaian program Dalam hal ini masih

adanya peluang terjadinya penularan penyakit TB kepada anggota keluarga dan

masyarakat sekitar Selain itu memungkinkan terjadinya resistensi kuman TB

terhadap OAT sehingga menambah penyebarluasan penyakit TB meningkatnya

angka kesakitan dan kematian akibat TB5

Untuk mencapai kesembuhan diperlukan keteraturan atau kepatuhan

berobat Artinya apabila penderita tidak berobat dengan teratur maka hasil dari

pengobatan pun akan tidak baik

Banyak faktor yang sangat mempengaruhi keberhasilan pengobatan

seperti lamanya waktu pengobatan kepatuhan serta keteraturan penderita untuk

berobat Selain itu daya tahan tubuh dan faktor sosial ekonomi juga ikut berperan

Kepatuhan berobat penderita TB juga ditentukan oleh perhatian tenaga

kesehatan untuk memberikan penyuluhan dan penjelasan kepada masyarakat

Keteraturan pengobatan tetap menjadi tanggung jawab petugas kesehatan4

Berdasarkan uraian di atas diketahui bahwa angka kesembuhan TB

ditentukan oleh kepatuhan penderita untuk berobat adanya pelayanan kesehatan yang

baik dan adanya peran PMO terhadap tingkat kepatuhan pengobatan

3

12 Permasalahan

Diperkirakan sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh

Mycobacterium tuberculosis Pada tahun 1995 diperkirakan ada 9 juta pasien TB

baru dan 3 juta kematian akibat TB diseluruh dunia Diperkirakan 95 kasus TB dan

98 kematian akibat TB diduniaterjadi pada negara-negara berkembang Demikian

juga kematian wanita akibat TB lebih banyak dari pada kematian karena kehamilan

persalinan dan nifas

Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2007

menyatakan jumlah penderita TB di Indonesia sekitar 528 ribu atau berada di posisi

tiga di dunia setelah India dan China

Pada Global Report WHO 2010 data total seluruh kasus TB tahun 2009

sebanyak 294731 kasus dimana 169213 adalah kasus TB baru dengan BTA positif

108616 adalah kasus TB dengan BTA negatif 11215 adalah kasus TB ekstra paru

3709 adalah kasus TB kambuh dan 1978 adalah kasus pengobatan ulang di luar kasus

kambuh

Besarnya dan luasnya permasalahan akibat TB mengharuskan kepada

semua pihak untuk dapat berkomitmen dan bekerja sama dalam melakukan

penanggulangan TB Kerugian yang diakibatkannya bukan hanya dari aspek

kesehatan semata tetapi juga dari aspek sosial ekonomi Dengan kata lain TB

merupakan ancaman terhadap cita-cita pembangunan dan dalam hal kesejahteraan

rakyat secara menyeluruh

Selain itu munculnya pandemi HIVAIDS di dunia menambah

permasalahan bagi penderita TB Koinfeksi dengan HIV akan meningkatkan risiko

kejadian TB paru secara signifikan Pada saat yang sama kekebalan ganda kuman TB

terhadap obat anti TB (multidrug resistence = MDR) semakin menjadi masalah

karena tidak dapat disembuhkan Keadaan tersebut pada akhirnya akan menyebabkan

terjadinya epidemi TB paru yang sulit di tangani

4

13 Tujuan Penelitian

131 Tujuan Umum

Mengetahui hungungan antara kepatuhan minum OAT dengan

kesembuhan TB Paru di Puskesmas Grogol Petamburan

132 Tujuan Khusus

1) Diketahuinya hubungan antara kesembuhan penyakit TB dengan

tingkat kepatuan penderita TB dalam meminum OAT

2) Diketahuinya besarnya masalah perilaku pada penderita TB terhadap

tingakt kepatuhannya berobat

3) Diketahuinya distribusi menurut umur tingkat pendidikan pekerjaan

dan pengetahuan terhadap tingkat kepatuhan penderita

14 Manfaat Penelitian

141 Manfaat Bagi Peneliti

1) Memperoleh pengalaman belajar dan pengetahuan dalam melakukan

penelitian

2) Meningkatkan kemampuan dalam berkomunikasi dengan masyarakat

3) Menerapkan dan mengembangkan ilmu yang telah dipelajari pada saat

kuliah

4) Mengembangkan daya nalar minat dan kemampuan dalam bidang

penelitian

5) Melatih bekerja sama dalam sebuah tim

5

142 Manfaat Bagi Perguruan Tinggi

1) Realisasi Tridarma perguruan tinggi dalam melaksanakan fungsi atau

tugas perguruan tinggi sebagai lembaga yang menyelenggarakan

pendidikan penelitian dan pengabdian masyarakat

2) Mewujudkan kampus Universitas Kristen Krida Wacana sebagai

masyarakat ilmiah dalam peran sertanya di bidang kesehatan

3) Meningkatkan saling pengertian dan kerjasama antar mahasiswa dan

staf pengajar

143 Manfaat Bagi Masyarakat

1) Sebagai masukan berupa hasil penelitian dan saran-saran yang

diharapkan dapat menjadi umpan balik positif bagi warga di wilayah

kerja Puskesmas Jelambar untuk dapat berperan serta

2) Sebagai bahan masukan dalam melakukan penyuluhan kesehatan

untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam melakukan

program pemberantasan penyakit TB paru

3) Sebagai bahan masukan dalam melakukan penelitian selanjutnya

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

21 Penyakit Tuberkulosis Paru

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh

kuman TB (Mycobacterium tuberculosis) Sebagian besarkuman TB menyerang paru

tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya Tuberkulosis bukanlah penyakit

keturunan tetapi dapat ditularkan dari orang ke orang lain6

Kuman penyebab tuberkulosis ini ditemukan oleh seorang ilmuwan

Jerman yang bernama Robert Koch di tahun 1882 Hasil penemuannya ini dilaporkan

olehnya kepada masyarakat ilmiah pada tanggal 24 Maret 1882 Penemuan ini

merupakan peristiwa terbesar dalam perkembangan pengobatan tuberkulosis dan

tanggal 24 Maret setiap tahunnya sampai sekarang diperingati sebagai TB Day (hari

Tuberkulosis) 6

Kuman tuberkulosis berbentuk batang berukuran sangat kecil sehingga

hanya dapat dilihat di bawah mikroskop Panjangnya sekitar satu sampai empat

micron dan lebarnya antara 03 sampai 06 mikron Basil tuberkulosis akan tumbuh

secara optimal pada suhu sekitar 370C yang sesuai dengan tubuh manusia Untuk

berkembang biak basil ini melakukan pembelahan diri Jika dilihat dari struktur

kimianya basil ini tediri dari lemak dan protein6

Kuman tuberkulosis mempunyai sifat khusus yaitu tahan asam pada

pewarnaan sehingga disebut sebagai Basil Tahan Asam (BTA) Kuman TB akan mati

pada penyinaran dengan sinar matahari langsung Dalam jaringan tubuh kuman ini

bersifat dormant artinya kuman dapat tertidur lama selama beberapa tahun lalu dapat

aktif kembali jika keadaan memungkinkan6

7

211 Klasifikasi Tuberkulosis 9

Penentuan klasifikasi penyakit tuberkulosis memerlukan suatu lsquodefinisi kasusrsquo yang

meliputi empat hal yaitu

- Lokasi atau organ tubuh yang sakit paru atau ekstra paru

- Bakteriologi (hasil pemeriksaan dahak secara mikroskopis) BTA positif atau BTA

negatif

- Tingkat keparahan penyakit ringan atau berat

- Riwayat pengobatan TB sebelumnya baru atau sudah pernah diobati

bull Manfaat dan tujuan menentukan klasifikasi adalah

- menentukan paduan pengobatan yang sesuai

- registrasi kasus secara benar

- menentukan prioritas pengobatan TB BTA(+)

- analisis kohort hasil pengobatan

bull Beberapa istilah dalam definisi kasus

- Kasus TB Pasien TB yang telah dibuktikan secara mikroskopis atau didiagnosis

oleh dokter

- Kasus TB pasti (definitif) pasien dengan biakan positif untuk Mycobacterium

tuberculosis atau tidak ada fasilitas biakan sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen

dahak SPS hasilnya BTA positif

bull Kesesuaian paduan dan dosis pengobatan dengan kategori diagnostik sangat

diperlukan untuk

- menghindari terapi yang tidak adekuat (undertreatment) sehingga mencegah

timbulnya resistensi

- menghindari pengobatan yang tidak perlu (overtreatment) sehingga meningkatkan

pemakaian sumber-daya lebih biaya efektif (cost-effective)

- mengurangi efek samping

8

Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena

bull Tuberkulosis paru Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang

jaringan (parenkim) paru tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada

hilus

bull Tuberkulosis ekstra paru Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain

paru misalnya pleura selaput otak selaput jantung (pericardium) kelenjar lymfe

tulang persendian kulit usus ginjal saluran kencing alat kelamin dan lain-lain

Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis yaitu pada TB

Paru

bull Tuberkulosis paru BTA positif

- Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif

- 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada menunjukkan

gambaran tuberkulosis

- 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif

- 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS pada

pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah

pemberian antibiotika non OAT

bull Tuberkulosis paru BTA negatif

Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif

Kriteria diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi

- Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif

- Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis

- Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT

- Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan

9

Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan penyakit

bull TB paru BTA negatif foto toraks positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan

penyakitnya yaitu bentuk berat dan ringan Bentuk berat bila gambaran foto

toraks memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas (misalnya proses ldquofar

advancedrdquo) dan atau keadaan umum pasien buruk

bull TB ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya yaitu

- TB ekstra paru ringan misalnya TB kelenjar limfe pleuritis eksudativa

unilateral tulang (kecuali tulang belakang) sendi dan kelenjar adrenal

- TB ekstra-paru berat misalnya meningitis milier perikarditis peritonitis

pleuritis eksudativa bilateral TB tulang belakang TB usus TB saluran kemih

dan alat kelamin

Catatan

bull Bila seorang pasien TB paru juga mempunyai TB ekstra paru maka untuk

kepentingan pencatatan pasien tersebut harus dicatat sebagai pasien TB paru

bull Bila seorang pasien dengan TB ekstra paru pada beberapa organ maka dicatat

sebagai TB ekstra paru pada organ yang penyakitnya paling berat

10

212 Cara Penularan

Lingkungan hidup yang sangat padat dan pemukiman di wilayah perkotaan

kemungkinan besar telah mempermudah proses penularan dan berperan sekali atas

peningkatan jumlah kasus TB Proses terjadinya infeksi oleh Mycobacterium

tuberculosis biasanya secara inhalasi sehingga TB paru merupakan manifestasi klinis

yang paling sering dibandingkan dengan organ lain Penularan penyakit ini sebagian

besar melalui inhalasi basil yang mengandung droplet nuclei khususnya yang di

dapat dari pasien TB paru dengan batuk berdarah atau berdahak yang mengandung

basil tahan asam (BTA) Pada TB kulit atau jaringan lunak penularan bias melalui

inokulasi langsung Infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium bovis dapat

disebabkan oleh susu yang kurang disterilkan dengan baik atau terkontaminasi Sudah

dibuktikan bahwa lingkungan sosial ekonomi yang baik pengobatan yang teratur dan

pengawasan minum obat yang ketat dapat berhasil mengurangi angka morbiditas dan

mortalitas di Amerika selama tahun 1950-1960 7

Daya penularan dari seseorang penderita ditentukan oleh banyaknya

kuman yang dikeluarkan dari parunya Makin tinggi derajat positif hasil dari

pemeriksaan dahak makin menular penderita tersebut Bila pemeriksaan dahak

negatif (tidak terlihat kuman) maka penderita tersebut dianggap tidak menular

Kemungkinan seseorang terinfeksi TB paru ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam

udara dan lamanya menghirup udara tersebut 8

Perlu diketahui bahwa kuman TB tidak hanya keluar ketika penderita

batuk saja tetapi juga pada saat bernyanyi bersin atau bersiul Secara umum dapat

dikatakan bahwa penularan penyakit TB banyak bergantung dari beberapa factor

seperti jumlah kuman yang ada tingkat keganasan kuman dan daya tahan tubuh orang

yang tertular 6

213 Penemuan Penderita TB

Kegiatan penemuan pasien terdiri dari penjaringan suspek diagnosis

penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien Penemuan pasien merupakan langkah

pertama dalam kegiatan program penanggulangan TB Penemuan dan penyembuhan

11

pasien TB menular secara bermakna akan dapat menurunkan kesakitan dan kematian

akibat TB penularan TB di masyarakat dan sekaligus merupakan kegiatan

pencegahan penularan TB yang paling efektif di masyarakat9

Strategi penemuan 9

Penemuan pasien TB dilakukan secara pasif dengan promosi aktif Penjaringan

tersangka pasien dilakukan di unit pelayanan kesehatan didukung dengan

penyuluhan secara aktif baik oleh petugas kesehatan maupun masyarakat untuk

meningkatkan cakupan penemuan tersangka pasien TB

Pemeriksaan terhadap kontak pasien TB terutama mereka yang BTA positif yang

menunjukkan gejala sama harus diperiksa dahaknya

Penemuan secara aktif dari rumah ke rumah dianggap tidak cost efektif

214 Risiko Penularan 9

- Risiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan dahak Pasien TB

paru dengan BTA positif memberikan kemungkinan risiko penularan lebih besar

dari pasien TB paru dengan BTA negatif

- Risiko penularan setiap tahunnya di tunjukkan dengan Annual Risk of Tuberculosis

Infection (ARTI) yaitu proporsi penduduk yang berisiko terinfeksi TB selama satu

tahun ARTI sebesar 1 berarti 10 (sepuluh) orang diantara 1000 penduduk

terinfeksi setiap tahun ARTI di Indonesia bervariasi antara 1-3

- Infeksi TB dibuktikan dengan perubahan reaksi tuberkulin negatif menjadi positif

215 Gejala Klinis TB Paru

Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu

atau lebih Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah

batuk darah sesak nafas badan lemas nafsu makan menurun berat badan menurun

12

malaise berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik demam meriang lebih dari satu

bulan9

Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain

tb seperti bronkiektasis bronkitis kronis asma kanker paru dan lain-lain Mengingat

prevalensi TB di Indonesia saat ini masih tinggi maka setiap orang yang datang ke

UPK dengan gejala tersebut diatas dianggap sebagai seorang tersangka (suspek)

pasien TB dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung9

216 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Tuberkulosis

Faktor ndash faktor yang mempengaruhi terhadap terjadinya TB antara lain

1 Harus ada sumber infeksi

Sumber infeksi dapat berasal dari penderita TB dengan BTA positif Penularan

dapat terjadi melalui dropet atau melalui pengunaan alat makan secara bergantian

tanpa dicuci yang digunakan oleh penderita TB dengan BTA positif tersebut

2 Jumlah basil penyebab harus cukup

Semakin banyak jumlah basil yang terhirup maka semakin besar kemungkinan

seseorang untuk mengidap TB

3 Virulensi yang tinggi dari basil TB

Apabila angka keaktifan kuman tinggi maka semakin cepat kuman TB

berkembang biak di dalam tubuh Selain itu masa inkubasi akan semakin cepat

4 Daya tahan tubuh yang rendah

Daya tahan tubuh yang menurun memungkinkan basil berkembang biak dan

menimbulkan penyakit tuberkulosis 10

217 Tipe Penderita TB Paru

Tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya Ada beberapa

tipe pasien yaitu

bull Kasus baru

13

Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan

OAT kurang dari satu bulan (4 minggu)

bull Kasus kambuh (Relaps)

Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan

tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap didiagnosis

kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur)

bull Kasus setelah putus berobat (Default )

Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA

positif

bull Kasus setelah gagal (failure)

Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi

positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan

bull Kasus Pindahan (Transfer In)

Adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki register TB lain untuk

melanjutkan pengobatannya

bull Kasus lain

Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas Dalam kelompok ini

termasuk Kasus Kronik yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif

setelah selesai pengobatan ulangan

Catatan

TB paru BTA negatif dan TB ekstra paru dapat juga mengalami kambuh gagal

default maupun menjadi kasus kronik Meskipun sangat jarang harus dibuktikan

secara patologik bakteriologik (biakan) radiologik dan pertimbangan medis

spesialistik9

218 Pemeriksaan Diagnostik

Untuk mengetahui adanya tuberkulosis dokter biasanya berpegang pada

tiga patokan utama Pertama hasil wawancaranya tentang keluhan pasien dan hasil

pemeriksaan yang dilakukan pada pasien yang disebut dengan anamnesis Kedua

14

hasil pemeriksaan laboratorium untuk menemukan adanya BTA pada spesimen

penderita

Pemeriksaan dahak mikroskopis 9

Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis menilai

keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan

Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis dilakukan dengan

mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang

berurutan berupa Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS)

S (sewaktu)

Dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung pertama kali Pada

saat pulang suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak pagi

pada hari kedua

P (Pagi)

Dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua segera setelah bangun tidur

Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di UPK

S (sewaktu)

Dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua saat menyerahkan dahak pagi

Adapun tujuan dari pemeriksaan dahak pada program penanggulangan TB

adalah

1 Menegakkan diagnosis dan menentukan tipe klasifikasi

2 Menilai kemajuan pengobatan

3 Menentukan tingkat penularan 8

Pemeriksaan ulang dahak untuk memantau kemajuan pengobatan

dilakukan pada

1 Akhir tahap intensif

15

Dilakukan seminggu sebelum akhir pengobatan penderita baru BTA positif

dengan kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-3 pengobatan ulang

penderita BTA positif kategori 2

2 Sebulan sebelum akhir pengobatan

Dilakukan seminggu sebelum akhir bulan ke-5 pengobatan penderita baru BTA

positif dengan kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-7 pengobatan

ulang penderita BTA positif dengan kategori 2

3 Akhir pengobatan

Dilakukan seminggu sebelum akhir bulan ke-6 pada penderita BTA positif dengan

kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-8 pengobatan ulang BTA positif

dengan kategori 2 8

Pemeriksaan dahak pada sebulan sebelum akhir pengobatan dan akhir

pengobatan bertujuan untuk menilai hasil pengobatan (apakah sembuh atau gagal)

219 Prinsip Pengobatan

Penatalaksanaan TB meliputi penemuan pasien dan pengobatan yang

dikelola dengan menggunakan strategi DOTS9

Tujuan utama pengobatan pasien TB adalah menurunkan angka kematian

dan kesakitan serta mencegah penularan dengan cara menyembuhkan pasien

Penatalaksanaan penyakit TB merupakan bagian dari surveilans penyakit tidak

sekedar memastikan pasien menelan obat sampai dinyatakan sembuh tetapi juga

berkaitan dengan pengelolaan sarana bantu yang dibutuhkan petugas yang terkait

pencatatan pelaporan evaluasi kegiatan dan rencana tindak lanjutnya9

Tabel 21 Jenis sifat dan dosis OAT

Dosis yang direkomendasikan (mgkg)

16

Jenis OAT Sifat Harian 3x seminggu

Isoniazid (H) Bakterisid 5

(4-6)

10

(8-12)

Rifampicin (R) Bakterisid 10

(8-12)

10

(8-12)

Pyrazinamide (Z) Bakterisid 25

(20-30)

35

(30-40)

Streptomycin (S) Bakterisid 15

(12-18)

15

(12-18)

Etambutol (E) Bakteriostatik 15

(15-20)

30

(20-35)

Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut 9

bull OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat dalam jumlah

cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan Jangan gunakan OAT

tunggal (monoterapi) Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT ndash KDT)

lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan

bull Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat dilakukan pengawasan langsung

(DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat

(PMO)

bull Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap yaitu tahap intensif dan lanjutan

Tahap awal (intensif) 9

- Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara

langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat

17

- Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat biasanya pasien

menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu

- Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2

bulan

Tahap Lanjutan 9

- Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit namun dalam jangka

waktu yang lebih lama

- Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah

terjadinya kekambuhan

2110 Panduan Penggunaan OAT di Indonesia9

Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan

Tuberkulosis di Indonesia

- Kategori 1 2(HRZE)4(HR)3

- Kategori 2 2(HRZE)S(HRZE)5(HR)3E3

Disamping kedua kategori ini disediakan paduan obat sisipan (HRZE)

- Kategori Anak 2HRZ4HR

Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket

berupa obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT) sedangkan kategori anak sementara

ini disediakan dalam bentuk OAT kombipak

Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu

tablet Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien Paduan ini dikemas dalam

satu paket untuk satu pasien

Paket Kombipak

18

Terdiri dari obat lepas yang dikemas dalam satu paket yaitu Isoniasid

Rifampisin Pirazinamid dan Etambutol Paduan OAT ini disediakan program untuk

mengatasi pasien yang mengalami efek samping OAT KDT

Paduan OAT ini disediakan dalam bentuk paket dengan tujuan untuk

memudahkan pemberian obat dan menjamin kelangsungan (kontinuitas) pengobatan

sampai selesai

Satu (1) paket untuk satu (1) pasien dalam satu (1) masa pengobatan

KDT mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB

1 Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin efektifitas

obat dan mengurangi efek samping

2 Mencegah penggunaan obat tunggal sehinga menurunkan resiko terjadinya

resistensi obat ganda dan mengurangi kesalahan penulisan resep

3 Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat menjadi

sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien

Paduan OAT dan peruntukannya

19

1 Kategori-1 (2HRZE 4H3R3)

Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru

1048707 Pasien baru TB paru BTA positif

1048707 Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif

1048707 Pasien TB ekstra paru

Tabel 22 Dosis untuk paduan OAT KDT untuk Kategori 1

Berat Badan

Tahap Intensif

tiap hari selama 56 hari

RHZE (15075400275)

Tahap Lanjutan

3 kali seminggu selama 16 minggu

RH (150150)

30-37 kg 2 tablet 4 KDT 2 tablet 4 KDT38-54 kg 3 tablet 4 KDT 3 tablet 4 KDT55-70 kg 4 tablet 4 KDT 4 tablet 4 KDTge 71 kg 5 tablet 4 KDT 5 tablet 4 KDT

2 Kategori -2 (2HRZES HRZE 5H3R3E3)

Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya

1048707 Pasien kambuh

1048707 Pasien gagal

1048707 Pasien dengan pengobatan setelah default (terputus)

Tabel 23 Dosis untuk paduan OAT KDT Kategori 2

Berat Badan

Tahap Intensif

tiap hari

RHZE (15075400275) + S

Tahap Lanjutan

3 kali seminggu

RH (150150) + E (275)

Selama 56 hari Selama 28 hari Selama 20 minggu

30-37 kg 2 tablet 4 KDT + 500 mg Streptomisin inj

2 tablet 4 KDT 2 tablet 4 KDT+ 2 tab Etambutol

38-54 kg 3 tablet 4 KDT +750 mg Streptomisin inj

3 tablet 4 KDT 3 tablet 4 KDT+ 3 tab Etambutol

55-70 kg 4 tablet 4 KDT +1000 mg Streptomisin inj

4 tablet 4 KDT 4 tablet 4 KDT+ 4 tab Etambutol

ge 71 kg 5 tablet 4 KDT +1000 mg Streptomisin inj

5 tablet 4 KDT 5 tablet 4 KDT+ 5 tab Etambutol

Catatan

20

Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal untuk streptomisin adalah

500mg tanpa memperhatikan berat badan

Untuk perempuan hamil lihat pengobatan TB dalam keadaan khusus

Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan menambahkan aquabidest

sebanyak 37ml sehingga menjadi 4ml (1ml = 250mg)

3 OAT Sisipan (HRZE)

Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap intensif kategori 1 yang

diberikan selama sebulan (28 hari)

Tabel 24 Dosis KDT untuk Sisipan

Berat Badan Tahap Intensif tiap hari selama 28 hari

RHZE (15075400275)

30-37 kg 2 tablet 4 KDT38-54 kg 3 tablet 4 KDT55-70 kg 4 tablet 4 KDTge 71 kg 5 tablet 4 KDT

Penggunaan OAT lapis kedua misalnya golongan aminoglikosida (misalnya

kanamisin) dan golongan kuinolon tidak dianjurkan diberikan kepada pasien baru tanpa indikasi

yang jelas karena potensi obat tersebut jauh lebih rendah daripada OAT lapis pertama Di

samping itu dapat juga meningkatkan terjadinya risiko resistensi pada OAT lapis kedua

2111 Alur Diagnostik TB 9

21Suspek TB Paru

2112 Evaluasi Pengobatan

22

Pemeriksaan dahak mikroskopis (SPS = Sewaktu ndash Pagi ndash Sewaktu)

Hasil BTA+ - -

Hasil BTA- - -

Hasil BTA+ + ++ + +

Antibiotik Non-OAT

Tidak adaPerbaikan

Adaperbaikan

Pemeriksaan dahak mikroskopis

Foto toraks dan

Pertimbangan dokter

Hasil BTA+ + ++ + -+ _ _

Hasil BTA- - -

Foto toraks dan

Pertimbangan dokter

TB Bukan TB

Evaluasi Klinis

Biasanya pasien di control dalam 1 minggu pertama selanjutnya setiap 2 minggu

selama tahap intensif dan seterusnya sekali sebulan sampai akhir pengobatan

Secara klinis hendaknya terdapat perbaikan keluhan pasien seperti batuk yang

berkurang tidak ada batuk darah nafsu makan bertambah dan ada peningkatan

berat badan

Evaluasi Bakteriologis

Pemeriksaan dahak untuk menilai keberadaan kuman Biasanya setelah 2-3

minggu perngobatan sputum BTA mulai negatif Pemeriksaan control sputum

dilakukan sekali sebulan Bagi penderita dengan BTA positif setelah tahap

intensif akan mendapatkan pengobatan ulang Bila sudah negatif sputum

diperiksa tiga kali berturut-turut dan harus dikontrol agar tidak terjadi ldquosilent

bacterial sheddingrdquo yaitu terdapat sputum BTA positif tanpa disertai keluhan-

keluhan TB yang relevan

Evaluasi Radiologis

Evaluasi radiologis juga diperlukan untuk melihat kemajuan terapi Dengan

pemeriksaan radiologis dapat dilihat keadaan TB parunya atau adanya penyakit

lain yang menyertai Evaluasi foto dada dilakukan tiap 3 bulan sekali 10

2113 Efek Samping OAT

Sebagian besar penderita TB paru dapat menyelesaikan pengobatan tanpa

efek samping Namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping Oleh karena

itu pemantauan kemungkinan terjadinya efek samping sangat penting dilakukan

selama pengobatan Pemantauan dilakukan dengan cara menjelaskan kepada

penderita tanda-tanda efek samping dan menanyakan adanya gejala efek samping

pada waktu penderita mengambil OAT 8

Efek samping ringan dari OAT seperti tidak ada nafsu makanmual sakit

perut nyeri sendi kesemutan sampai dengan rasa terbakar di kaki dan warna

kemerahan pada air seni Efek samping berat dari OAT misalnya gatal dan

kemerahan kulit tuli gangguan keseimbanagn ikterus tanpa penyebab lain

bingung dan muntah-muntah gangguan penglihatan purpura dan syok 8

22 Strategi DOTS

23

Strategi DOTS adalah strategi penanggulaan TB paru nasional yang telah

direkomendasikan oleh WHO yang dimulai pelaksanaannya di Indonesia pada tahun

19951996 Sebelum pelaksanaan strategi DOTS (1969-1994) angka kesembutah TB

paru yang dapat dicapai oleh program hanya 40-60 saja Dengan strategi DOTS

diharapkan angka kesembuhan dapat dicapai minimal 85 dari penderita TB paru

BTA positif yang di temukan 11

Prinsip DOTS adalah mendekatkan pelayanan pengobatan terhadap

penderita agar secara langsung dapat mengawasi keteraturan menelan obat dan

melakukan pelacakan bila penderita tidak datang mengambil obat sesuai dengan yang

ditetapkan

Kalau diurai dari kata-katanya pengertian DOTS dapat dimulai dengan

keharusan setiap pengelola program TB intuk member direct attention dalam usaha

menemukan penderita Dalam bahasa lain ini diterjemahkan menjadi deteksi kasus

dengan pemeriksaan mikroskopik kendati sebenarnya pengertiannya dapat diperluas

dengan keharusan untuk mendeteksi kasus secara baik dan akurat Kemudian setiap

pasien harus di- observed dalam memakan obatnya setiap obat yang di telan pasien

harus di depan seorang pengawas Selain itu tentunya pasien harus menerima

treatment yang tertata dalam system pengelolaan distribusi dan penyediaan obat

secara baik Kemudian setiap pasien harus mendapat obat yang baik artinya

pengobatan short course standart yang telah terbukti ampuh secara klinik

Akhirnya harus ada dukungan dari pemerinyah yang membuat program

penanggulangan TB mendapat prioritas yang tinggi dalam pelayanan kesehatan 11

Strategi DOTS mempunyai lima komponen

1) Komitmen politits dari para pengambil keputusan termasuk dukungan dana

2) Diagnosa TB dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopik

3) Pengobatan dengan panduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) jangka pendek

dengan pengawasan langsung oleh pengawas Menelan Obat (PMO)

4) Kesinambungan perssediaan OAT jangka pendek dengan mutu terjamin

5) Pencatatan dan pelaporan secraa baku untuk memudahkan pemantauan dan

evaluasi program penanggulangan TB

23 Konsep Perilaku

24

Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor baik faktor internal

( dari dalam diri manusia ) maupun faktor eksternal ( dari luar diri manusia ) Faktor

internal ini terdiri dari faktor fisik dan psikis Faktor eksternal terdiri dari berbagai

faktor antara lain sosial budaya masyarakat lingkungan fisik politik ekonomi

pendidikan dan sebagainnya Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi

kesehatan baik individu kelompok maupun masyarakat dikelompokkan menjadi

empat ( Blum 1974 )

Konsep Blum menjelaskan bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh

1) Lingkungan yang mencakup lingkungan fisik sosial budaya politik ekonomi

dan sebagainnya

2) Perilaku

3) Pelayanan kesehatan

4) Keturunan ( hereditas )

Perilaku merupakan factor terbesar kedua setelah factor lingkungan yang

mempengaruhi derajat kesehatan Oleh sebab itu dalam rangka membina dan

meningkatkan kesehatan masyarakat maka intervensi atau upaya yang di tujukan

kepada faktor erilaku ini sangat strategis

Menurut Green perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama yakni 12

1) Faktor predisposisi ( predisposing factor )

Faktor ini mencakup pengetahuan sikap dan masyarakat terhadap kesehatan

tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan

kesehatan sistem nilai yang dinut masyarakat tingkat pendidikan tingkat sosial

ekonomi dan sebagainya

2) Faktor Pemungkin ( Enabling factor )

Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan

bagi masyarakat misalnya air bersih tempat pembuangan tinja ketersediaan

makanan yang bergizi dan sebagainnya termasuk juga fasilitas kesehatan

seperti puskesmas rumah sakit posyandu dokter atau bidan praktek swasta dan

sebagainnya

3) Faktor penguat ( reinforcing factor )

25

Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat tokoh agama

sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan Termasuk juga di

sini undang-undang peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah

daerah yang terkait dengan kesehatan

Tim kerja dari WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang

berperilaku tertentu dikarenakan 4 ( empat ) alasan pokok yaitu

1) Pemikiran dan perasaan ( Thoughts and feeling )

Yakni dalam bentuk pengetahuan kepercayaan dan sikap Pengetahuan di

peroleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain sedangkan

kepercayaan biasanya diperoleh dari orang tua kakek atau nenek Seseorang

menerima kepercayaan itu berdasarkan keyankinan dan tanpa adanya pembuktian

terlebih dahulu Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap

objek dan seringnya diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang

lain yang paling dekat

2) Karakteristik Pendukung (enabling characteristics)

Karakteristik ini mencerminkan bahwa meskipun mempunyai predisposisi untuk

menggunakan pelayanan kesehatan ia tak akan bertindak menggunakannya

kecuali bial ia mampu menggunakannya Penggunaan pelayanan kesehatan yang

ada tergantung kepada kemampuan konsumen untuk membayar

3) Karakteristik kebutuhan (need characteristics)

Faktor predisposisi dan factor yang memungkinkan untuk mencari pengobatan

dapat terwujud di dalam tindakan apabila itu dirasakan sebagai kebutuhanDengan

kata lain kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan

pelayanan kesehatan bila mana tingkat predisposisi dan enabling itu ada

Kebutuhan (need) disisni di bagi menjadi dua ketegori dirasa atau preceived

( subject assessment) dan evaluated ( clinical diagnosis )

Menurut Skinner perilaku kesehatan adalah suatu respons

seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan

26

penyakit system pelayanan kesehatan makanan dan minimum serta lingkungan

Dari batasan ini perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 ( tiga)

kelompok yakni

1) Perilaku pemeliharaan kesehatan ( health maintenance)

Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga

kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit Oleh

sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3(tiga) aspek yaitu

a Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit serta

pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit

b Perilaku peningkatan kesehatan apabila seseorang dalam keadaan sehat

c Perilaku gizi Makanan dan minimum dapat meningkatkan kesehatan

seseorang bahkan dapat mendatangkan penyakit Hal ini sangat tergantung

pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut

2) Perilaku pencarian pengobatan ( health behavior )

Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat

menderita penyakit dan atau kecelakaan Tindakan atau perilaku ini dimulai dari

mengobati sendiri ( self treatment) sampai mencari pengobatan keluar negeri

3) Perilaku kesehatan lingkungan

Adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan baik lingkungan fisik

maupun social budaya dan sebagainnya sehingga lingkungan tersebut tidak

mempengaruhi kesehatannya Dengan perkataan lain bagaimana seseorang

mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri

keluarga atau mesyarakatnya 12

24 Kepatuhan Berobat

Kepatuhan berasal dari kata ldquo patuh ldquo yang berarti taat suka menuruti

disiplin Kepatuhan menurut Trostle adalah tingkat perilaku penderita dalam

mengambil suatu tindakan pengobatan misalnya dalam menentukan kebiasaan

hidup sehat dan ketetapan berobat Dalam pengobatan seseorang dikatakan tidak

27

patuh apabila orang tersebut melalaikan kewajibannya berobat sehingga dapat

mengakibatkan terhalangnya kesembuhan 13

Menurut Sacket kepatuhan pasien adalah sejauh mana perilaku pasien

sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh professional kesehatan 14

Menurut Sarafino secara umum ketidaktaatan meningkatkan risiko

berkembangnya masalah kesehatan atau memperpanjang atau memperburuk

kesakitan yang sedang di derita Perkiraan yang ada menyatakan bahwa 20 jumlah

opname di rumah sakit merupakan akibat dari ketidaktaatan pasien terhadap aturan

pengobatan Faktor yang mempengaruhi kepatuhan seseorang dalam berobat yaitu

faktor petugas faktor obat dan faktor penderita Karakteristik petugas yang

mempengaruhi kepatuhan antara lain jenis petugas tingkat pengetahuan lamanya

bekerja frekuensi penyuluhan yang dilakukan Faktor obat yang mempengaruhi

kepatuhan adalah pengobatan yang sulit dilakukan tidak menunjukkan kea rah

penyembuhan waktu yang lama adanya efek samping obat Faktor penderita yang

menyebabkan ketidakpatuhan adalah umur jenis kelamin pekerjaan anggota

keluarga saudara atau teman khusus 15

25 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan

Faktor-faktor yang mempengaruhi katidakpatuhan dapat digolongkan

menjadi empat bagian yaitu

1 Pemahaman tentang Instruksi

Tak seorang pun mematuhi instruksi jika ia salah paham tentang instruksi yang

diberikan kepadanyaLey dan Spelman (Ester 2000 ) Menemukan bahwa lebih

dari 60 yang diwawancarai setelah bertemu dengan dokter salah mengerti

tentang instruksi yang diberikan pada mereka kadang-kadang hal ini disebabkan

oleh kegagalan professional kesehatan dalam memberikan informasi yang

lengkap penggunaan istilah-istilah medis dan mbanyak memberikan instruksi

yang harus diingat oleh pasien

28

Pendekatan praktis untuk meningkatkan kepatuhan pasien ditemukan oleh

Dinicola dan Dimatteo yaitu

a) Buat instruksi tertulis yang jelas dan mudah diinterpretasikan

b) Berikan informasi tentang pengobatan sebelum menjelaskan hal-hal lain

c) Jika seseorang diberikan suatu daftar tertulis tenang hal-hal yang harus

diingat maka aka nada efek ldquokeunggulanrdquoyaitu mereka brusaha mengingat

hal-hal yang pertama kali ditulis

d) Insruksi-instruksi harus ditulis dengan bahasa umum ( Non medis ) dan hal-

hal yang perlu ditekankan 14

2 Kualitas Interaksi

Kualitas interaksi antara profrsional kesehatan dan pasien merupakan bagian yang

penting dalam menentukan derajat kepatuhan Meningkatkan interaksi

professional kesehatan dengan pasien adalah suatu hal penting untuk memberikan

umpan balik pada pasien setelah memperoleh informasi tentang diagnosis Pasien

membutuhkan penjelasan tentang kondisinya saat ini apa penyebabnya dan apa

yang dapat mereka lakukan dengan kondisi seperti itu

3 Isolasi sosial dan keluarga

Keluarga dapat menjadi factor yang sangat berpengaruh dalam menentukan

keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga menentukan tentang

program pengobatan yang dapat mereka terima Keluarga juga member dukungan

dan membuat keputusan mengenai perawatan dari anggota keluarga yang sakit

4 Keyakinan Sikap Kepribadian

Ahli psikologis telah menyelidiki tentang hubungan antar pengukuran-

pengukuran kepribadian dan kepatuhan Mereka menemukan bahwa data

kepribadian secara benar dibedakan antar orang yang putih drngan orang yang

gagal Orang-orang yang tidak patuh adalah orang-orang yang lebih mengalami

depresi anxietas sangat memperhatikan kesehatannya memiliki kekuatan ego

29

yang lebih lemah dan kehidupan sosialnya lebih memusatkan perhatian pada

dirinya sendiri Blumenthal et al mengatakan bahwa ciri-ciri kepribadian yang

disebutkan diatas itu yang menyebabkan seseorang cenderung tidak patuh ( drop

out) dari program pengobatan 14

Menurut Schwart dan Griffin Faktor yang berhubungan dengan

ketidaktaan secara sejarah riset tentang ketaan pasien didasarkan atas pandangan

tradisional mengenai pasien sebagai penerima nasihat dokter yang pasif dan patuh

Pasien yang tidak taat dipandang sebagai orang yang lalai dan masalahnya dianggap

sebagai masalah control Riset berusah untuk mengidentifikasi kelompok-kelompok

pasien yang tidak patuh berdasarkan kelas sosioekonomi pendidikan umur dan

jenis kelamin Pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan sepanjang bawah

pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif seperti penggunaan buku-buku

dan kaset oleh pasien secara mandiri Usaha-usaha ini sedikit berhasil seorang dapat

menjadi tidak taat kalau situasinya memungkinkan Teori-teori yang lebih baru

menekannkan factor situasional dan pasien sebagai peserta yang aktif dalam proses

pengobatannya Perilaku ketaatan sering diartikan sebagai usaha pasien untuk

mengendalikan perilakunya bahkan jika hal tersebut bias menimbulkan resiko

mengenai kesehatannya 15

Macam-macam faktor yang berkaitan dengan ketidaktaatan disebutkan

a Ciri-ciri kesakitan dan cirri-ciri pengobatan

Menurut Dickson dkk perilaku ketaatan lebih rendah untuk penyakit kronis

(karena tidak ada akibat buruk yang segera dirasakan atau resiko yang jelas )

saran mengenai gaya hidup umum dan kebiasaan yang lama pengobatan yang

kompleks pengobatan dengan efek samping perilaku yang tidak pantas

Menurut Sarafino tingkat ketaaatan rata-rata minum obat utnuk menyenbuhkan

kesakitan akut dengan pengobatan jangka pendek adalah sekitar 78 Untuk

kesakita kronis dengan cara pengobatan jangaka panjang tingkat tersebut menurun

sampai 54

b Komunikasi antara Pasien dan Dokter

Berbagai aspek komunikasi antara pasien dan dokter mempengaruhi tingkat

ketidaktaan misalnya informasi dengan pengawasan yang kurang

30

ketidakpuasan terhadap aspek hubungan emosional dengan dokter ketidak

puasan terhadap pengobatan yang diberikan

c Variabel-variabel sosial

Hubungan antara dukungan sosial dengan ketaatan telah dipelajari Secara umum

orang-orang yang merasa mereka menerima penghiburan perhatian dan

pertolongan yang mereka butuhkan dari seseorang atau kelompok biasanya

cenderung lebih mudah mengikuti nasihat medis daripada pasien yang kurang

mendapat dukungan sosial Jelaslah bahwa keluarga memainkan peranan yang

sangat penting dalam pengelolaan medis misalnya penggunaan pengaruh

normative pada pasien yang mungkin mengakibatkan efek yang memudahkan

atau menghambat perilaku ketaatan

d Ciri-ciri Individual

Variabel-variabel demografis juga digunakan untuk meramalkan ketidaktaatan

sebagai contoh Di Amerika Serikat kaum wanita kaum kulit putih dan orang

tua cenderung mengikuti anjuran dokter 15

Dalam proses penyembuhan penderita TB Paru dapat diberikan obat anti-

TB (OAT) yang diminum secara teratur sampai selesai dengan pengawasan

yangketat Masa pemberian obat memang cukup lama yaitu 6-8 bulan secara terus

menerus sehingga dapat mencegah penularan kepada orang lain Oleh sebab itu para

penderita TB jika ingin sembuh harus minum obat secara teratur Tanpa adanya

keteraturan minum obat penyakit sulit disembuhkan Jika tidak teratur minum obat

penyakitnya sukar diobati kuman TB dalam tubuh akan berkembang semakin banyak

dan menyerang organ tubuh lain yang akan membutuhkan waktu lebih lama untuk

dapat sembuh

26 Pengawasan Menelan Obat (PMO) 9

Salah satu komponen DOTS adalah pengobatan paduan OAT jangka

pendek dengan pengawasan langsung Untuk menjamin keteraturan pengobatan

diperlukan seorang PMO

31

a Persyaratan PMO

bull Seseorang yang dikenal dipercaya dan disetujui baik oleh petugas kesehatan

maupun pasien selain itu harus disegani dan dihormati oleh pasien

bull Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien

bull Bersedia membantu pasien dengan sukarela

bull Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan pasien

b Siapa yang bisa menjadi PMO

Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan misalnya Bidan di Desa Perawat

Pekarya Sanitarian Juru Immunisasi dan lain lain Bila tidak ada petugas

kesehatan yang memungkinkan PMO dapat berasal dari kader kesehatan guru

anggota PPTI PKK atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga

c Tugas seorang PMO

bull Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai

pengobatan

bull Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur

bull Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah

ditentukan

bull Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai gejala-

gejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke Unit Pelayanan

Kesehatan

Tugas seorang PMO bukanlah untuk mengganti kewajiban pasien mengambil

obatdari unit pelayanan kesehatan

d Informasi penting yang perlu dipahami PMO untuk disampaikan kepada pasien dan

keluarganya

bull TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur

32

bull TB bukan penyakit keturunan atau kutukan

bull Cara penularan TB gejala-gejala yang mencurigakan dan cara pencegahannya

bull Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan)

bull Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur

bull Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera meminta

pertolongan ke UPK

27 Penanggulangan TB 16

Rencana Global Penanggulangan TB

Rencana Global 2006-2015 mencakup enam elemen utama dalam strategi baru Stop

TB ndashWHO yang terdiri dari

1 Memperluas dan meningkatkan ekspansi DOTS yang berkualitas meningkatkan

penemuan kasus dan kesembuhan melalui pendekatan yangterfokus pada penderita

agar pelayanan DOTS yang berkualitas dapat menjangkau seluruh penderita

khususnya kelompok masyarakat yang miskin dan rentan

2 Menghadapi tantangan TBHIV MDR-TB dan tantangan lainnya dengan cara

meningkatkan kolaborasi TBHIV DOTS-Plus dan pendekatan lainnya

3 Berkontribusi dalam memperkuat sistem kesehatan melalui kerjasama dengan

berbagai program dan pelayanan kesehatan lainnya misalnya dalam memobilisasi

sumber daya manusia dan finansial untuk implementasi dan mengevaluasi

hasilnyaserta pertukaran informasi dalam keberhasilan pencapaian dalam program

penanggulangan TB

33

4 Melibatkan seluruh penyedia pelayanan kesehatan pemerintah lembaga swadaya

masyarakat (LSM) dan swasta dengan cara memperluas pendekatan berbasis

public-private mix (PPM) dengan menggunakan ISTC

5 Melibatkan penderita TB dan masyarakat untuk memberikan kontribusi dalam

penyediaan pelayanan yang efektif Hal ini meliputi perluasan pelayanan TB di

masyarakat menciptakan kebutuhan masyarakat akan pelayanan TB advokasi

yang spesifik komunikasi dan mobilisasi sosial serta mendukung pengembangan

piagam pasien TB dalam masyarakat dan

6 Memberdayakan dan meningkatkan penelitian operasional

28 Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel dependent

Karakteristik Individu

1Umur

2Jenis kelamin

3Pendidikan

4Pekerjaan

5Pengetahuan

6Efek samping OAT

7Tingkat kepatuhan

penderita dalam

pengobatan

Kesembuhan

34

Penderita TB paru

Faktor Pelayanan

kesehatan

1 Ketersediaan OAT

2 Sikap petugas kesehatan

3 LokasiJarak

4 Penyuluhan kesehatan

5 Kunjungan rumah

Faktor Peran PMO

Gambar Kerangka Konsep Penelitian

Definisi Konsep

1 Karakteristik individu adalah hal-hal yang melekat dalam diri penderita TB paru yang

mempengaruhi tingkat kapetuhan dalam melaksanakan program pengobatan dengan

strategi DOTS yang membedakan seseorang dengan yang lainnya meliputi umur jenis

kelamin pendidikan pekerjaan pengetahuan efek samping OAT tingkat kepatuhan

penderita dalam pengobatan

2 Faktor pelayanan kesehatan adalah penilaian dari penderita TB paru terhadap upaya yang

diselenggarakan oleh unit pelayanan kesehatan untuk menangani penderita TB paru

meliputi Ketersediaan OATsikap petugas kesehatan lokasijarak penyuluhan

kesehatan dan kunjungan rumah

3 Faktor Peran PMO ( Pengawasan Menelan Obat ) adalah penilaian dari penderita TB paru

terhadap hal-hal yang menjadi tugas dari seseorang pengawas menelan obat yang

mempengaruhi tingkat kepatuhan penderita TB paru dalam melaksanakan pengobatan

meliputi penyuluhan member dorongan meningkatkan dan mengawasi

35

4 Kesembuhan adalah pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan

pemeriksaan ulang dahak (follow up) menunjukkan hasil BTA negatif

29 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep di atas maka hipotesis penelitian ini adalah

1) Ada pengaruh karakteristik individu terhadap kesembuhan penderita TB paru

dalam pengobatan

2) Ada pengaruh pelayanan kesehatan terhadap kesembuhan penderita TB paru

dalam pengobatan

3) Ada pengaruh PMO terhadap kesembuhan penderita TB paru dalam pengobatan

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

31 Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional yang

bertujuan untuk menjelaskan pengaruh karakteristik individu faktor pelayanan

kesehatan dan faktor Pengawas Menelan Obat (PMO) terhadap kesembuhan

penderita TB Paru dalam melaksanakan pengobatan di Puskesmas Grogol Petamburan

tahun 2011

32 Tempat dan Waktu Penelitian

36

Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Grogol Petamburan pada bulan

Januari sampai Februari tahun 2012

33 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang

sedang menjalankan pengobatan TB di Puskesmas Grogol

Petamburan mulai bulan OktobeR

34 Keriteria Inklusi dan Eksklusi

341 Keriteria Inklusi

342 Keriteria Eksklusi

35 Sampel

351 Besar Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang

mengikuti pengobatan dengan strategi DOTS di Puskesmas yang pada saat penelitian

sedang menjalani pengobatan dan seluruh penderita TB yang telah mendapat

pengobatan selama 6 bulan atau sedang dalam tahap lanjutan

Keterangan

n1 = Jumlah sampel minimal

37

n2 = Jumlah sampel ditambah substitusi 10 (substitusi adalah persen responden

yang mungkin drop out)

Z = Tingkat batas kepercayaan dengan = 5

Didapat Z pada kurva normal = 196

p = Proporsi variabel yang diteliti yaitu besarnya presentasi 50 )

q = 1 - p

L = Derajat kesalahan yang masih dapat diterima adalah 10

Berdasarkan rumus di atas didapatkan angka sebagai berikut

( Z )2 p q ( 196 )2 0505

n1 = ----------------- = ------------------------------ = 9604

L2 ( 01 )2

n2 = n1 + ( 10 n1 )

= 9604 + ( 10 9604)

= 9604 + 9604

= 10564 Dibulatkan 106

352 Teknik Pengambilan Sampel

36 Identifikasi Variabel

1 Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kesembuhan tb paru

2 Variabel independen adalah umur jenis kelamin pendidikan pekerjaan

pengetahuan efek samping OAT dan tingkat kepahuhan dari penderita TB

Selain itu faktor dari pelayanan kesehatan dan PMO juga ikut berperan

37 Cara Kerja

1 Membuat proposal penelitian tentang hubungan antara tingkat kepatuhan minum

OAT dengan tingkat kesembuhan penyakit TB di Puskesmas Kecamatan Grogol

Petamburan

38

2 Pengumpulan data sekunder dari Puskesmas Grogol Petamburan

3 Melakukan kunjungan ke rumah-rumah sampel di daerah RT terpilih untuk

pengumpulan data primer dengan memakai kuesioner dan wawancara responden

4 Data-data yang telah dikumpulkan akan dilakukan pengolahan berupa proses

editing verifikasi dan koding Selanjutnya dimasukkan dan diolah dengan

menggunakan program computer yaitu program SPSS

5 Terhadap data yang telah diolah kemudian dilakukan analisis sesuai dengan cara

uji statistik menggunakanhelliphellip Data diinterpretasi secara deskriptif korelatif

antar variabel ndash variabel yang telah ditentukan dan disajikan dalam bentuk

tekstular dan tabular

6 Hasil dari penelitian akan disusun dalam bentuk pelaporan penelitian yang

selanjutnya akan di presentasikan di hadapan staf pengajar program pendidikan

Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida

Wacana (FK UKRIDA) dalam forum pendidikan Ilmu Kedokteran Komunitas

Fakultas Kedokteran UKRIDA

38 Manajemen Data

381 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder yaitu

1 Data primer diperoleh dengan wawancara langsung kepada penderita TB paru

dan petugas kesehatan program penanggulangan TB Paru yang berpedoman pada

kuisioner penelitian yang telah ditetapkan dam melakukan cross check

2 Data sekunder diperoleh dari laporan pelaksanaan program penanggulangan TB

Paru di Puskesmas kartu pengobatan TBC (formulir TB 01) dan Formulir

Permohonan Laboratorium TBC Untik Pemeriksaan Dahak (formulir TB 05)

382 Pengolahan Data

39

Aspek pengukuran

Aspek pengukuran variable bebas

Karakteristik individu

Aspek pengukuran variable karakteristik individu dapat dilihat pada tabel 31

Table 31 Aspek Pengukuran Variabel Karakteristik Individu

Karakteristik

individu

Kategori Skala Bobot nilai

Umur a 15-24 tahun

b 25-49 tahun

c gt 50 tahun

rasio

Jenis kelamin a Laki-laki

b Perempuan

Tingkat

pendidikan

a Tidak tamat SD

b SD

c SLTP

d SLTA

e Sarjana S1

Pekerjaan a Bekerja

b Tidak bekerja

Pengetahuan a Baik

b Sedang

c Bururk

Efek samping

OAT

a Ada

b Tidan ada

Faktor pelayanan kesehatan

Pengukuran faktor pelanan kesehatan meliputi ketersediaan OAT yang

diukur adalah yang diukur dengan 2 pertanyaan sikap petugas kesehatan diukur

dengan 8 pertanyaan lokasi jarak diukur dengan 3 pertanyaan penyuluhan kesehatan

diukur dengan 6 pertanyaan dan kunjungan rumah diukur dengan 2 pertanyaan

40

berdasarkan jawaban yang diberikan responden selanjutnya dikelompokkan menjadi

tiga (3) yaitu

a Baik jika faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan

penilaian yang baik karena kebutuhan yang diinginkan debagian besarnya

terpenuhi (nilai gt32)

b Sedang bila faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan

penilaian yang kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan responden hanay

sebagian saja yang terpenuhi (nilainya 17-32)

c Buruk bila faktor pelayanan pelayanan kesehatan yang diterima responden

menimbulkan penilaian yang tidak baik karena kebutuhan yang diinginka

responden sebagian besar tidak dipenuhi (nilainya lt17)

Faktor Pengawas Menelan Obat (PMO)

Faktor Pengawas Menelan Obat diukur dengan 5 pertanyaan yang

selanjutnya dibedakan atas 3 kategori yaitu

a Baik bila semua tugas yang diterima responden terlaksana dengan baik yaitu

mengawasi memberikan dorongan mengingatkan dan memberikan penyuluhan

(nilainya gt11)

b Sedang bila tugas PMO yang diterima responden sebagian saja yang terpenuhi

(nilainya 6-11)

c Buruk bila tugas PMO yang diterima responden tidak terlaksana dengan baik

(nilainya lt 6)

Aspek Pengukuran Variabel Terikan

Kepatuhan Pengobatan TB Paru

41

Aspek Pengukuran Variabel ini menggunakan skala interval yang diukur berdasarkan

tiga (3) kategori yaitu

Patuh apabila responden selalu menelan obat sesuai ketentuan petugas kesehatan

yaitu setiap hari pada tahap awal tiga kali seminggu pada tahap lanjutan dan

mengambil obat serta memeriksakan dahak sesuai jadwal dan menaati nasihat dari

petugas kesehatan ( bobot 3 )

Kurang patuh jika responden kadang-kadang menelan obat sesuai ketentuan

petugas kesehatan atau responden tidak menelan obat 2-8 minggu selama tahap

pengobatan lanjutan dan tidak memerisakan dahak sesuai jadwal yang telah

ditetapkan dan tidak selalu menaati nasihat dari petugas kesehatan (bobot 2 )

Tidak patuh jika responden tidak menelan obat sesuai ketentuan petugas

kesehatan atau responden tidak menelan obat lebih dari 8 minggu selama tahap

pengobatan lanjutan dan tidak mengambil obat serta tidak memeriksakan dahak

sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan tidak menaati nasihat petugas kesehatan

(bobot 1)

383 Penyajian Data

384 Analisis Data

385 Interpretasi Data

386 Pelaporan Data

39 Definisi Operasional

1 Umur adalah usia responden saat penelitian berdasarkan ulang tahun terakhir yang

dibedakan atas 3 (tiga) kategori berdasarkna Badan Pusat Statistik Kota Medan

42

tahun 2008 yaitu 1) orang muda 25-24 tahun 2) dewasa 24-49 tahun 3) orang

tua gt 50 tahun

2 Jenis kelamin adalah suatu karakteristik responden yang dibedakan identitasnya

dari laki-laki dan perempuan

3 Pendidikan adalah jenjang pendidikannyang berhasil ditamatkan responden yang

dibedakan atas tidak tamat SD SD SLTP SLTA Akademi Sarjana

4 Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh responden sebagai

pendapatan utama yang dibedakan atas kerja dan tidak bekerja

5 Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai penyakit

TB paru

6 Efek samping OAT adalah gejala keluhan yang diderita responden akiba menelan

OAT selama pengobatan

7 Ketersdediaan OAT adalah pandangan responden terhadap kondisi OAT

diperoleh dari puskesmas meliputi kecukupan jumlah OAT dan dan kualitasnya

8 Sikap petugas kesehatan adalah penilaian responden terhadap reaksi petugas

kesehatan kepada responden selama mereka menjalanin pengobatan

9 Lokasi jarak adalah pandangan responden tentang lama perjalanan dari tempat

tinggal responden ke Puskesmas yang diukur dengan jarak sarana transportasi

10 Penyuluhan kesehatan adalah pandangan responden tentang kegiatan yang

dilakukan oleh petugas kesehatan sehubungan dengan pengobatan TB Paru untuk

mencapai suatu keadaan dimana pederita TB Paru dapat hidup lebih sehat

11 Kunjungan rumah adalah pandangan responden tentang kegiatan yang dilakukan

petugas kesehatan selama masa pengobatan ke rumah responden

12 Faktor peran Pengawas Minum Obat (PMO) adalah pandangan responden tentang

tugas yang dilakasanakan oleh seorang PMO meliputi penyuluhan

13 Kepatuhan berobat adalah ketaan responden dalam menelan obat mengambil

obat dan melakukan pemeriksaan dahak sesuai jadwal yang telah ditentukan dan

menaati segala nasehat dari petugas kesehatan

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

1) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta

2) Perkumpulan Pemberantasan TB Indonesia 2011 TB di Indonesia Peringkat Dunia

Jakarta Diakses melalui situs httpwwwpptiinfoindexphpcomponentcontentarticle46-

arsip-ppti141-tbc-di-indonesia-peringkat-5-dunia Diakses pada tanggal 23 Januari 2012

44

3) Depkes dan WHO 2008 Lembar Fakta Tuberkulosis Jakarta

4) Dirjen P2M amp PLP 1997 Pengawasan Menelan Obat (PMO) adalah DOTS ala Indonesia

Jakarta

5) Amirudin R 2006 Faktor Keberhasilan Konversi pada Penderita TB Paru di Puskesmas

Jongaya Tahun 2006 Laporan Penelitian FKM Unhas Makasar

6) Aditama Tjandra Y 1994 Tuberkulosis Paru Masalah dan Penanggulangnya UI Press

Jakarta

7) Aru W Bambang S Idrus A dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Tuberkulosis

Paru Edisi IV FKUI Jakarta 2006 998-1004

8) Depkes RI 2002 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta

9) Depkes RI 2006 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta

10) Subijakto Hubungan Pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Berobat

Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Proposal Skripsi Jakarta 2011 Diakses pada

tanggal 20 Januari 2012

11) Aditama Tjandra Y 2002 Tuberkulosis Diagnosis Terapi dan Masalahnya Yayasan IDI

Jakarta

12) Notoatmodjo Soekidjo 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Penerbit Rineka Cipta

Jakarta

13) Simamora Jojor 2004 Faktor yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Berobat Penderita TB

Paru di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2004 Tesis Pascasarjana USU Medan

14) Ester Monica 2000 Psikologi Kesehatan Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

15) Bart Smet 1994 Psikologi Kesehatan PT Grasindo Jakarta

16) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta

45

Page 4: 133192422-TB-paru

12 Permasalahan

Diperkirakan sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh

Mycobacterium tuberculosis Pada tahun 1995 diperkirakan ada 9 juta pasien TB

baru dan 3 juta kematian akibat TB diseluruh dunia Diperkirakan 95 kasus TB dan

98 kematian akibat TB diduniaterjadi pada negara-negara berkembang Demikian

juga kematian wanita akibat TB lebih banyak dari pada kematian karena kehamilan

persalinan dan nifas

Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2007

menyatakan jumlah penderita TB di Indonesia sekitar 528 ribu atau berada di posisi

tiga di dunia setelah India dan China

Pada Global Report WHO 2010 data total seluruh kasus TB tahun 2009

sebanyak 294731 kasus dimana 169213 adalah kasus TB baru dengan BTA positif

108616 adalah kasus TB dengan BTA negatif 11215 adalah kasus TB ekstra paru

3709 adalah kasus TB kambuh dan 1978 adalah kasus pengobatan ulang di luar kasus

kambuh

Besarnya dan luasnya permasalahan akibat TB mengharuskan kepada

semua pihak untuk dapat berkomitmen dan bekerja sama dalam melakukan

penanggulangan TB Kerugian yang diakibatkannya bukan hanya dari aspek

kesehatan semata tetapi juga dari aspek sosial ekonomi Dengan kata lain TB

merupakan ancaman terhadap cita-cita pembangunan dan dalam hal kesejahteraan

rakyat secara menyeluruh

Selain itu munculnya pandemi HIVAIDS di dunia menambah

permasalahan bagi penderita TB Koinfeksi dengan HIV akan meningkatkan risiko

kejadian TB paru secara signifikan Pada saat yang sama kekebalan ganda kuman TB

terhadap obat anti TB (multidrug resistence = MDR) semakin menjadi masalah

karena tidak dapat disembuhkan Keadaan tersebut pada akhirnya akan menyebabkan

terjadinya epidemi TB paru yang sulit di tangani

4

13 Tujuan Penelitian

131 Tujuan Umum

Mengetahui hungungan antara kepatuhan minum OAT dengan

kesembuhan TB Paru di Puskesmas Grogol Petamburan

132 Tujuan Khusus

1) Diketahuinya hubungan antara kesembuhan penyakit TB dengan

tingkat kepatuan penderita TB dalam meminum OAT

2) Diketahuinya besarnya masalah perilaku pada penderita TB terhadap

tingakt kepatuhannya berobat

3) Diketahuinya distribusi menurut umur tingkat pendidikan pekerjaan

dan pengetahuan terhadap tingkat kepatuhan penderita

14 Manfaat Penelitian

141 Manfaat Bagi Peneliti

1) Memperoleh pengalaman belajar dan pengetahuan dalam melakukan

penelitian

2) Meningkatkan kemampuan dalam berkomunikasi dengan masyarakat

3) Menerapkan dan mengembangkan ilmu yang telah dipelajari pada saat

kuliah

4) Mengembangkan daya nalar minat dan kemampuan dalam bidang

penelitian

5) Melatih bekerja sama dalam sebuah tim

5

142 Manfaat Bagi Perguruan Tinggi

1) Realisasi Tridarma perguruan tinggi dalam melaksanakan fungsi atau

tugas perguruan tinggi sebagai lembaga yang menyelenggarakan

pendidikan penelitian dan pengabdian masyarakat

2) Mewujudkan kampus Universitas Kristen Krida Wacana sebagai

masyarakat ilmiah dalam peran sertanya di bidang kesehatan

3) Meningkatkan saling pengertian dan kerjasama antar mahasiswa dan

staf pengajar

143 Manfaat Bagi Masyarakat

1) Sebagai masukan berupa hasil penelitian dan saran-saran yang

diharapkan dapat menjadi umpan balik positif bagi warga di wilayah

kerja Puskesmas Jelambar untuk dapat berperan serta

2) Sebagai bahan masukan dalam melakukan penyuluhan kesehatan

untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam melakukan

program pemberantasan penyakit TB paru

3) Sebagai bahan masukan dalam melakukan penelitian selanjutnya

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

21 Penyakit Tuberkulosis Paru

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh

kuman TB (Mycobacterium tuberculosis) Sebagian besarkuman TB menyerang paru

tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya Tuberkulosis bukanlah penyakit

keturunan tetapi dapat ditularkan dari orang ke orang lain6

Kuman penyebab tuberkulosis ini ditemukan oleh seorang ilmuwan

Jerman yang bernama Robert Koch di tahun 1882 Hasil penemuannya ini dilaporkan

olehnya kepada masyarakat ilmiah pada tanggal 24 Maret 1882 Penemuan ini

merupakan peristiwa terbesar dalam perkembangan pengobatan tuberkulosis dan

tanggal 24 Maret setiap tahunnya sampai sekarang diperingati sebagai TB Day (hari

Tuberkulosis) 6

Kuman tuberkulosis berbentuk batang berukuran sangat kecil sehingga

hanya dapat dilihat di bawah mikroskop Panjangnya sekitar satu sampai empat

micron dan lebarnya antara 03 sampai 06 mikron Basil tuberkulosis akan tumbuh

secara optimal pada suhu sekitar 370C yang sesuai dengan tubuh manusia Untuk

berkembang biak basil ini melakukan pembelahan diri Jika dilihat dari struktur

kimianya basil ini tediri dari lemak dan protein6

Kuman tuberkulosis mempunyai sifat khusus yaitu tahan asam pada

pewarnaan sehingga disebut sebagai Basil Tahan Asam (BTA) Kuman TB akan mati

pada penyinaran dengan sinar matahari langsung Dalam jaringan tubuh kuman ini

bersifat dormant artinya kuman dapat tertidur lama selama beberapa tahun lalu dapat

aktif kembali jika keadaan memungkinkan6

7

211 Klasifikasi Tuberkulosis 9

Penentuan klasifikasi penyakit tuberkulosis memerlukan suatu lsquodefinisi kasusrsquo yang

meliputi empat hal yaitu

- Lokasi atau organ tubuh yang sakit paru atau ekstra paru

- Bakteriologi (hasil pemeriksaan dahak secara mikroskopis) BTA positif atau BTA

negatif

- Tingkat keparahan penyakit ringan atau berat

- Riwayat pengobatan TB sebelumnya baru atau sudah pernah diobati

bull Manfaat dan tujuan menentukan klasifikasi adalah

- menentukan paduan pengobatan yang sesuai

- registrasi kasus secara benar

- menentukan prioritas pengobatan TB BTA(+)

- analisis kohort hasil pengobatan

bull Beberapa istilah dalam definisi kasus

- Kasus TB Pasien TB yang telah dibuktikan secara mikroskopis atau didiagnosis

oleh dokter

- Kasus TB pasti (definitif) pasien dengan biakan positif untuk Mycobacterium

tuberculosis atau tidak ada fasilitas biakan sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen

dahak SPS hasilnya BTA positif

bull Kesesuaian paduan dan dosis pengobatan dengan kategori diagnostik sangat

diperlukan untuk

- menghindari terapi yang tidak adekuat (undertreatment) sehingga mencegah

timbulnya resistensi

- menghindari pengobatan yang tidak perlu (overtreatment) sehingga meningkatkan

pemakaian sumber-daya lebih biaya efektif (cost-effective)

- mengurangi efek samping

8

Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena

bull Tuberkulosis paru Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang

jaringan (parenkim) paru tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada

hilus

bull Tuberkulosis ekstra paru Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain

paru misalnya pleura selaput otak selaput jantung (pericardium) kelenjar lymfe

tulang persendian kulit usus ginjal saluran kencing alat kelamin dan lain-lain

Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis yaitu pada TB

Paru

bull Tuberkulosis paru BTA positif

- Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif

- 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada menunjukkan

gambaran tuberkulosis

- 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif

- 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS pada

pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah

pemberian antibiotika non OAT

bull Tuberkulosis paru BTA negatif

Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif

Kriteria diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi

- Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif

- Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis

- Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT

- Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan

9

Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan penyakit

bull TB paru BTA negatif foto toraks positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan

penyakitnya yaitu bentuk berat dan ringan Bentuk berat bila gambaran foto

toraks memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas (misalnya proses ldquofar

advancedrdquo) dan atau keadaan umum pasien buruk

bull TB ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya yaitu

- TB ekstra paru ringan misalnya TB kelenjar limfe pleuritis eksudativa

unilateral tulang (kecuali tulang belakang) sendi dan kelenjar adrenal

- TB ekstra-paru berat misalnya meningitis milier perikarditis peritonitis

pleuritis eksudativa bilateral TB tulang belakang TB usus TB saluran kemih

dan alat kelamin

Catatan

bull Bila seorang pasien TB paru juga mempunyai TB ekstra paru maka untuk

kepentingan pencatatan pasien tersebut harus dicatat sebagai pasien TB paru

bull Bila seorang pasien dengan TB ekstra paru pada beberapa organ maka dicatat

sebagai TB ekstra paru pada organ yang penyakitnya paling berat

10

212 Cara Penularan

Lingkungan hidup yang sangat padat dan pemukiman di wilayah perkotaan

kemungkinan besar telah mempermudah proses penularan dan berperan sekali atas

peningkatan jumlah kasus TB Proses terjadinya infeksi oleh Mycobacterium

tuberculosis biasanya secara inhalasi sehingga TB paru merupakan manifestasi klinis

yang paling sering dibandingkan dengan organ lain Penularan penyakit ini sebagian

besar melalui inhalasi basil yang mengandung droplet nuclei khususnya yang di

dapat dari pasien TB paru dengan batuk berdarah atau berdahak yang mengandung

basil tahan asam (BTA) Pada TB kulit atau jaringan lunak penularan bias melalui

inokulasi langsung Infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium bovis dapat

disebabkan oleh susu yang kurang disterilkan dengan baik atau terkontaminasi Sudah

dibuktikan bahwa lingkungan sosial ekonomi yang baik pengobatan yang teratur dan

pengawasan minum obat yang ketat dapat berhasil mengurangi angka morbiditas dan

mortalitas di Amerika selama tahun 1950-1960 7

Daya penularan dari seseorang penderita ditentukan oleh banyaknya

kuman yang dikeluarkan dari parunya Makin tinggi derajat positif hasil dari

pemeriksaan dahak makin menular penderita tersebut Bila pemeriksaan dahak

negatif (tidak terlihat kuman) maka penderita tersebut dianggap tidak menular

Kemungkinan seseorang terinfeksi TB paru ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam

udara dan lamanya menghirup udara tersebut 8

Perlu diketahui bahwa kuman TB tidak hanya keluar ketika penderita

batuk saja tetapi juga pada saat bernyanyi bersin atau bersiul Secara umum dapat

dikatakan bahwa penularan penyakit TB banyak bergantung dari beberapa factor

seperti jumlah kuman yang ada tingkat keganasan kuman dan daya tahan tubuh orang

yang tertular 6

213 Penemuan Penderita TB

Kegiatan penemuan pasien terdiri dari penjaringan suspek diagnosis

penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien Penemuan pasien merupakan langkah

pertama dalam kegiatan program penanggulangan TB Penemuan dan penyembuhan

11

pasien TB menular secara bermakna akan dapat menurunkan kesakitan dan kematian

akibat TB penularan TB di masyarakat dan sekaligus merupakan kegiatan

pencegahan penularan TB yang paling efektif di masyarakat9

Strategi penemuan 9

Penemuan pasien TB dilakukan secara pasif dengan promosi aktif Penjaringan

tersangka pasien dilakukan di unit pelayanan kesehatan didukung dengan

penyuluhan secara aktif baik oleh petugas kesehatan maupun masyarakat untuk

meningkatkan cakupan penemuan tersangka pasien TB

Pemeriksaan terhadap kontak pasien TB terutama mereka yang BTA positif yang

menunjukkan gejala sama harus diperiksa dahaknya

Penemuan secara aktif dari rumah ke rumah dianggap tidak cost efektif

214 Risiko Penularan 9

- Risiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan dahak Pasien TB

paru dengan BTA positif memberikan kemungkinan risiko penularan lebih besar

dari pasien TB paru dengan BTA negatif

- Risiko penularan setiap tahunnya di tunjukkan dengan Annual Risk of Tuberculosis

Infection (ARTI) yaitu proporsi penduduk yang berisiko terinfeksi TB selama satu

tahun ARTI sebesar 1 berarti 10 (sepuluh) orang diantara 1000 penduduk

terinfeksi setiap tahun ARTI di Indonesia bervariasi antara 1-3

- Infeksi TB dibuktikan dengan perubahan reaksi tuberkulin negatif menjadi positif

215 Gejala Klinis TB Paru

Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu

atau lebih Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah

batuk darah sesak nafas badan lemas nafsu makan menurun berat badan menurun

12

malaise berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik demam meriang lebih dari satu

bulan9

Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain

tb seperti bronkiektasis bronkitis kronis asma kanker paru dan lain-lain Mengingat

prevalensi TB di Indonesia saat ini masih tinggi maka setiap orang yang datang ke

UPK dengan gejala tersebut diatas dianggap sebagai seorang tersangka (suspek)

pasien TB dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung9

216 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Tuberkulosis

Faktor ndash faktor yang mempengaruhi terhadap terjadinya TB antara lain

1 Harus ada sumber infeksi

Sumber infeksi dapat berasal dari penderita TB dengan BTA positif Penularan

dapat terjadi melalui dropet atau melalui pengunaan alat makan secara bergantian

tanpa dicuci yang digunakan oleh penderita TB dengan BTA positif tersebut

2 Jumlah basil penyebab harus cukup

Semakin banyak jumlah basil yang terhirup maka semakin besar kemungkinan

seseorang untuk mengidap TB

3 Virulensi yang tinggi dari basil TB

Apabila angka keaktifan kuman tinggi maka semakin cepat kuman TB

berkembang biak di dalam tubuh Selain itu masa inkubasi akan semakin cepat

4 Daya tahan tubuh yang rendah

Daya tahan tubuh yang menurun memungkinkan basil berkembang biak dan

menimbulkan penyakit tuberkulosis 10

217 Tipe Penderita TB Paru

Tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya Ada beberapa

tipe pasien yaitu

bull Kasus baru

13

Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan

OAT kurang dari satu bulan (4 minggu)

bull Kasus kambuh (Relaps)

Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan

tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap didiagnosis

kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur)

bull Kasus setelah putus berobat (Default )

Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA

positif

bull Kasus setelah gagal (failure)

Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi

positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan

bull Kasus Pindahan (Transfer In)

Adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki register TB lain untuk

melanjutkan pengobatannya

bull Kasus lain

Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas Dalam kelompok ini

termasuk Kasus Kronik yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif

setelah selesai pengobatan ulangan

Catatan

TB paru BTA negatif dan TB ekstra paru dapat juga mengalami kambuh gagal

default maupun menjadi kasus kronik Meskipun sangat jarang harus dibuktikan

secara patologik bakteriologik (biakan) radiologik dan pertimbangan medis

spesialistik9

218 Pemeriksaan Diagnostik

Untuk mengetahui adanya tuberkulosis dokter biasanya berpegang pada

tiga patokan utama Pertama hasil wawancaranya tentang keluhan pasien dan hasil

pemeriksaan yang dilakukan pada pasien yang disebut dengan anamnesis Kedua

14

hasil pemeriksaan laboratorium untuk menemukan adanya BTA pada spesimen

penderita

Pemeriksaan dahak mikroskopis 9

Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis menilai

keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan

Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis dilakukan dengan

mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang

berurutan berupa Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS)

S (sewaktu)

Dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung pertama kali Pada

saat pulang suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak pagi

pada hari kedua

P (Pagi)

Dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua segera setelah bangun tidur

Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di UPK

S (sewaktu)

Dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua saat menyerahkan dahak pagi

Adapun tujuan dari pemeriksaan dahak pada program penanggulangan TB

adalah

1 Menegakkan diagnosis dan menentukan tipe klasifikasi

2 Menilai kemajuan pengobatan

3 Menentukan tingkat penularan 8

Pemeriksaan ulang dahak untuk memantau kemajuan pengobatan

dilakukan pada

1 Akhir tahap intensif

15

Dilakukan seminggu sebelum akhir pengobatan penderita baru BTA positif

dengan kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-3 pengobatan ulang

penderita BTA positif kategori 2

2 Sebulan sebelum akhir pengobatan

Dilakukan seminggu sebelum akhir bulan ke-5 pengobatan penderita baru BTA

positif dengan kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-7 pengobatan

ulang penderita BTA positif dengan kategori 2

3 Akhir pengobatan

Dilakukan seminggu sebelum akhir bulan ke-6 pada penderita BTA positif dengan

kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-8 pengobatan ulang BTA positif

dengan kategori 2 8

Pemeriksaan dahak pada sebulan sebelum akhir pengobatan dan akhir

pengobatan bertujuan untuk menilai hasil pengobatan (apakah sembuh atau gagal)

219 Prinsip Pengobatan

Penatalaksanaan TB meliputi penemuan pasien dan pengobatan yang

dikelola dengan menggunakan strategi DOTS9

Tujuan utama pengobatan pasien TB adalah menurunkan angka kematian

dan kesakitan serta mencegah penularan dengan cara menyembuhkan pasien

Penatalaksanaan penyakit TB merupakan bagian dari surveilans penyakit tidak

sekedar memastikan pasien menelan obat sampai dinyatakan sembuh tetapi juga

berkaitan dengan pengelolaan sarana bantu yang dibutuhkan petugas yang terkait

pencatatan pelaporan evaluasi kegiatan dan rencana tindak lanjutnya9

Tabel 21 Jenis sifat dan dosis OAT

Dosis yang direkomendasikan (mgkg)

16

Jenis OAT Sifat Harian 3x seminggu

Isoniazid (H) Bakterisid 5

(4-6)

10

(8-12)

Rifampicin (R) Bakterisid 10

(8-12)

10

(8-12)

Pyrazinamide (Z) Bakterisid 25

(20-30)

35

(30-40)

Streptomycin (S) Bakterisid 15

(12-18)

15

(12-18)

Etambutol (E) Bakteriostatik 15

(15-20)

30

(20-35)

Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut 9

bull OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat dalam jumlah

cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan Jangan gunakan OAT

tunggal (monoterapi) Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT ndash KDT)

lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan

bull Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat dilakukan pengawasan langsung

(DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat

(PMO)

bull Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap yaitu tahap intensif dan lanjutan

Tahap awal (intensif) 9

- Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara

langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat

17

- Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat biasanya pasien

menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu

- Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2

bulan

Tahap Lanjutan 9

- Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit namun dalam jangka

waktu yang lebih lama

- Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah

terjadinya kekambuhan

2110 Panduan Penggunaan OAT di Indonesia9

Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan

Tuberkulosis di Indonesia

- Kategori 1 2(HRZE)4(HR)3

- Kategori 2 2(HRZE)S(HRZE)5(HR)3E3

Disamping kedua kategori ini disediakan paduan obat sisipan (HRZE)

- Kategori Anak 2HRZ4HR

Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket

berupa obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT) sedangkan kategori anak sementara

ini disediakan dalam bentuk OAT kombipak

Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu

tablet Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien Paduan ini dikemas dalam

satu paket untuk satu pasien

Paket Kombipak

18

Terdiri dari obat lepas yang dikemas dalam satu paket yaitu Isoniasid

Rifampisin Pirazinamid dan Etambutol Paduan OAT ini disediakan program untuk

mengatasi pasien yang mengalami efek samping OAT KDT

Paduan OAT ini disediakan dalam bentuk paket dengan tujuan untuk

memudahkan pemberian obat dan menjamin kelangsungan (kontinuitas) pengobatan

sampai selesai

Satu (1) paket untuk satu (1) pasien dalam satu (1) masa pengobatan

KDT mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB

1 Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin efektifitas

obat dan mengurangi efek samping

2 Mencegah penggunaan obat tunggal sehinga menurunkan resiko terjadinya

resistensi obat ganda dan mengurangi kesalahan penulisan resep

3 Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat menjadi

sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien

Paduan OAT dan peruntukannya

19

1 Kategori-1 (2HRZE 4H3R3)

Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru

1048707 Pasien baru TB paru BTA positif

1048707 Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif

1048707 Pasien TB ekstra paru

Tabel 22 Dosis untuk paduan OAT KDT untuk Kategori 1

Berat Badan

Tahap Intensif

tiap hari selama 56 hari

RHZE (15075400275)

Tahap Lanjutan

3 kali seminggu selama 16 minggu

RH (150150)

30-37 kg 2 tablet 4 KDT 2 tablet 4 KDT38-54 kg 3 tablet 4 KDT 3 tablet 4 KDT55-70 kg 4 tablet 4 KDT 4 tablet 4 KDTge 71 kg 5 tablet 4 KDT 5 tablet 4 KDT

2 Kategori -2 (2HRZES HRZE 5H3R3E3)

Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya

1048707 Pasien kambuh

1048707 Pasien gagal

1048707 Pasien dengan pengobatan setelah default (terputus)

Tabel 23 Dosis untuk paduan OAT KDT Kategori 2

Berat Badan

Tahap Intensif

tiap hari

RHZE (15075400275) + S

Tahap Lanjutan

3 kali seminggu

RH (150150) + E (275)

Selama 56 hari Selama 28 hari Selama 20 minggu

30-37 kg 2 tablet 4 KDT + 500 mg Streptomisin inj

2 tablet 4 KDT 2 tablet 4 KDT+ 2 tab Etambutol

38-54 kg 3 tablet 4 KDT +750 mg Streptomisin inj

3 tablet 4 KDT 3 tablet 4 KDT+ 3 tab Etambutol

55-70 kg 4 tablet 4 KDT +1000 mg Streptomisin inj

4 tablet 4 KDT 4 tablet 4 KDT+ 4 tab Etambutol

ge 71 kg 5 tablet 4 KDT +1000 mg Streptomisin inj

5 tablet 4 KDT 5 tablet 4 KDT+ 5 tab Etambutol

Catatan

20

Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal untuk streptomisin adalah

500mg tanpa memperhatikan berat badan

Untuk perempuan hamil lihat pengobatan TB dalam keadaan khusus

Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan menambahkan aquabidest

sebanyak 37ml sehingga menjadi 4ml (1ml = 250mg)

3 OAT Sisipan (HRZE)

Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap intensif kategori 1 yang

diberikan selama sebulan (28 hari)

Tabel 24 Dosis KDT untuk Sisipan

Berat Badan Tahap Intensif tiap hari selama 28 hari

RHZE (15075400275)

30-37 kg 2 tablet 4 KDT38-54 kg 3 tablet 4 KDT55-70 kg 4 tablet 4 KDTge 71 kg 5 tablet 4 KDT

Penggunaan OAT lapis kedua misalnya golongan aminoglikosida (misalnya

kanamisin) dan golongan kuinolon tidak dianjurkan diberikan kepada pasien baru tanpa indikasi

yang jelas karena potensi obat tersebut jauh lebih rendah daripada OAT lapis pertama Di

samping itu dapat juga meningkatkan terjadinya risiko resistensi pada OAT lapis kedua

2111 Alur Diagnostik TB 9

21Suspek TB Paru

2112 Evaluasi Pengobatan

22

Pemeriksaan dahak mikroskopis (SPS = Sewaktu ndash Pagi ndash Sewaktu)

Hasil BTA+ - -

Hasil BTA- - -

Hasil BTA+ + ++ + +

Antibiotik Non-OAT

Tidak adaPerbaikan

Adaperbaikan

Pemeriksaan dahak mikroskopis

Foto toraks dan

Pertimbangan dokter

Hasil BTA+ + ++ + -+ _ _

Hasil BTA- - -

Foto toraks dan

Pertimbangan dokter

TB Bukan TB

Evaluasi Klinis

Biasanya pasien di control dalam 1 minggu pertama selanjutnya setiap 2 minggu

selama tahap intensif dan seterusnya sekali sebulan sampai akhir pengobatan

Secara klinis hendaknya terdapat perbaikan keluhan pasien seperti batuk yang

berkurang tidak ada batuk darah nafsu makan bertambah dan ada peningkatan

berat badan

Evaluasi Bakteriologis

Pemeriksaan dahak untuk menilai keberadaan kuman Biasanya setelah 2-3

minggu perngobatan sputum BTA mulai negatif Pemeriksaan control sputum

dilakukan sekali sebulan Bagi penderita dengan BTA positif setelah tahap

intensif akan mendapatkan pengobatan ulang Bila sudah negatif sputum

diperiksa tiga kali berturut-turut dan harus dikontrol agar tidak terjadi ldquosilent

bacterial sheddingrdquo yaitu terdapat sputum BTA positif tanpa disertai keluhan-

keluhan TB yang relevan

Evaluasi Radiologis

Evaluasi radiologis juga diperlukan untuk melihat kemajuan terapi Dengan

pemeriksaan radiologis dapat dilihat keadaan TB parunya atau adanya penyakit

lain yang menyertai Evaluasi foto dada dilakukan tiap 3 bulan sekali 10

2113 Efek Samping OAT

Sebagian besar penderita TB paru dapat menyelesaikan pengobatan tanpa

efek samping Namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping Oleh karena

itu pemantauan kemungkinan terjadinya efek samping sangat penting dilakukan

selama pengobatan Pemantauan dilakukan dengan cara menjelaskan kepada

penderita tanda-tanda efek samping dan menanyakan adanya gejala efek samping

pada waktu penderita mengambil OAT 8

Efek samping ringan dari OAT seperti tidak ada nafsu makanmual sakit

perut nyeri sendi kesemutan sampai dengan rasa terbakar di kaki dan warna

kemerahan pada air seni Efek samping berat dari OAT misalnya gatal dan

kemerahan kulit tuli gangguan keseimbanagn ikterus tanpa penyebab lain

bingung dan muntah-muntah gangguan penglihatan purpura dan syok 8

22 Strategi DOTS

23

Strategi DOTS adalah strategi penanggulaan TB paru nasional yang telah

direkomendasikan oleh WHO yang dimulai pelaksanaannya di Indonesia pada tahun

19951996 Sebelum pelaksanaan strategi DOTS (1969-1994) angka kesembutah TB

paru yang dapat dicapai oleh program hanya 40-60 saja Dengan strategi DOTS

diharapkan angka kesembuhan dapat dicapai minimal 85 dari penderita TB paru

BTA positif yang di temukan 11

Prinsip DOTS adalah mendekatkan pelayanan pengobatan terhadap

penderita agar secara langsung dapat mengawasi keteraturan menelan obat dan

melakukan pelacakan bila penderita tidak datang mengambil obat sesuai dengan yang

ditetapkan

Kalau diurai dari kata-katanya pengertian DOTS dapat dimulai dengan

keharusan setiap pengelola program TB intuk member direct attention dalam usaha

menemukan penderita Dalam bahasa lain ini diterjemahkan menjadi deteksi kasus

dengan pemeriksaan mikroskopik kendati sebenarnya pengertiannya dapat diperluas

dengan keharusan untuk mendeteksi kasus secara baik dan akurat Kemudian setiap

pasien harus di- observed dalam memakan obatnya setiap obat yang di telan pasien

harus di depan seorang pengawas Selain itu tentunya pasien harus menerima

treatment yang tertata dalam system pengelolaan distribusi dan penyediaan obat

secara baik Kemudian setiap pasien harus mendapat obat yang baik artinya

pengobatan short course standart yang telah terbukti ampuh secara klinik

Akhirnya harus ada dukungan dari pemerinyah yang membuat program

penanggulangan TB mendapat prioritas yang tinggi dalam pelayanan kesehatan 11

Strategi DOTS mempunyai lima komponen

1) Komitmen politits dari para pengambil keputusan termasuk dukungan dana

2) Diagnosa TB dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopik

3) Pengobatan dengan panduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) jangka pendek

dengan pengawasan langsung oleh pengawas Menelan Obat (PMO)

4) Kesinambungan perssediaan OAT jangka pendek dengan mutu terjamin

5) Pencatatan dan pelaporan secraa baku untuk memudahkan pemantauan dan

evaluasi program penanggulangan TB

23 Konsep Perilaku

24

Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor baik faktor internal

( dari dalam diri manusia ) maupun faktor eksternal ( dari luar diri manusia ) Faktor

internal ini terdiri dari faktor fisik dan psikis Faktor eksternal terdiri dari berbagai

faktor antara lain sosial budaya masyarakat lingkungan fisik politik ekonomi

pendidikan dan sebagainnya Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi

kesehatan baik individu kelompok maupun masyarakat dikelompokkan menjadi

empat ( Blum 1974 )

Konsep Blum menjelaskan bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh

1) Lingkungan yang mencakup lingkungan fisik sosial budaya politik ekonomi

dan sebagainnya

2) Perilaku

3) Pelayanan kesehatan

4) Keturunan ( hereditas )

Perilaku merupakan factor terbesar kedua setelah factor lingkungan yang

mempengaruhi derajat kesehatan Oleh sebab itu dalam rangka membina dan

meningkatkan kesehatan masyarakat maka intervensi atau upaya yang di tujukan

kepada faktor erilaku ini sangat strategis

Menurut Green perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama yakni 12

1) Faktor predisposisi ( predisposing factor )

Faktor ini mencakup pengetahuan sikap dan masyarakat terhadap kesehatan

tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan

kesehatan sistem nilai yang dinut masyarakat tingkat pendidikan tingkat sosial

ekonomi dan sebagainya

2) Faktor Pemungkin ( Enabling factor )

Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan

bagi masyarakat misalnya air bersih tempat pembuangan tinja ketersediaan

makanan yang bergizi dan sebagainnya termasuk juga fasilitas kesehatan

seperti puskesmas rumah sakit posyandu dokter atau bidan praktek swasta dan

sebagainnya

3) Faktor penguat ( reinforcing factor )

25

Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat tokoh agama

sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan Termasuk juga di

sini undang-undang peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah

daerah yang terkait dengan kesehatan

Tim kerja dari WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang

berperilaku tertentu dikarenakan 4 ( empat ) alasan pokok yaitu

1) Pemikiran dan perasaan ( Thoughts and feeling )

Yakni dalam bentuk pengetahuan kepercayaan dan sikap Pengetahuan di

peroleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain sedangkan

kepercayaan biasanya diperoleh dari orang tua kakek atau nenek Seseorang

menerima kepercayaan itu berdasarkan keyankinan dan tanpa adanya pembuktian

terlebih dahulu Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap

objek dan seringnya diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang

lain yang paling dekat

2) Karakteristik Pendukung (enabling characteristics)

Karakteristik ini mencerminkan bahwa meskipun mempunyai predisposisi untuk

menggunakan pelayanan kesehatan ia tak akan bertindak menggunakannya

kecuali bial ia mampu menggunakannya Penggunaan pelayanan kesehatan yang

ada tergantung kepada kemampuan konsumen untuk membayar

3) Karakteristik kebutuhan (need characteristics)

Faktor predisposisi dan factor yang memungkinkan untuk mencari pengobatan

dapat terwujud di dalam tindakan apabila itu dirasakan sebagai kebutuhanDengan

kata lain kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan

pelayanan kesehatan bila mana tingkat predisposisi dan enabling itu ada

Kebutuhan (need) disisni di bagi menjadi dua ketegori dirasa atau preceived

( subject assessment) dan evaluated ( clinical diagnosis )

Menurut Skinner perilaku kesehatan adalah suatu respons

seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan

26

penyakit system pelayanan kesehatan makanan dan minimum serta lingkungan

Dari batasan ini perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 ( tiga)

kelompok yakni

1) Perilaku pemeliharaan kesehatan ( health maintenance)

Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga

kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit Oleh

sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3(tiga) aspek yaitu

a Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit serta

pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit

b Perilaku peningkatan kesehatan apabila seseorang dalam keadaan sehat

c Perilaku gizi Makanan dan minimum dapat meningkatkan kesehatan

seseorang bahkan dapat mendatangkan penyakit Hal ini sangat tergantung

pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut

2) Perilaku pencarian pengobatan ( health behavior )

Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat

menderita penyakit dan atau kecelakaan Tindakan atau perilaku ini dimulai dari

mengobati sendiri ( self treatment) sampai mencari pengobatan keluar negeri

3) Perilaku kesehatan lingkungan

Adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan baik lingkungan fisik

maupun social budaya dan sebagainnya sehingga lingkungan tersebut tidak

mempengaruhi kesehatannya Dengan perkataan lain bagaimana seseorang

mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri

keluarga atau mesyarakatnya 12

24 Kepatuhan Berobat

Kepatuhan berasal dari kata ldquo patuh ldquo yang berarti taat suka menuruti

disiplin Kepatuhan menurut Trostle adalah tingkat perilaku penderita dalam

mengambil suatu tindakan pengobatan misalnya dalam menentukan kebiasaan

hidup sehat dan ketetapan berobat Dalam pengobatan seseorang dikatakan tidak

27

patuh apabila orang tersebut melalaikan kewajibannya berobat sehingga dapat

mengakibatkan terhalangnya kesembuhan 13

Menurut Sacket kepatuhan pasien adalah sejauh mana perilaku pasien

sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh professional kesehatan 14

Menurut Sarafino secara umum ketidaktaatan meningkatkan risiko

berkembangnya masalah kesehatan atau memperpanjang atau memperburuk

kesakitan yang sedang di derita Perkiraan yang ada menyatakan bahwa 20 jumlah

opname di rumah sakit merupakan akibat dari ketidaktaatan pasien terhadap aturan

pengobatan Faktor yang mempengaruhi kepatuhan seseorang dalam berobat yaitu

faktor petugas faktor obat dan faktor penderita Karakteristik petugas yang

mempengaruhi kepatuhan antara lain jenis petugas tingkat pengetahuan lamanya

bekerja frekuensi penyuluhan yang dilakukan Faktor obat yang mempengaruhi

kepatuhan adalah pengobatan yang sulit dilakukan tidak menunjukkan kea rah

penyembuhan waktu yang lama adanya efek samping obat Faktor penderita yang

menyebabkan ketidakpatuhan adalah umur jenis kelamin pekerjaan anggota

keluarga saudara atau teman khusus 15

25 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan

Faktor-faktor yang mempengaruhi katidakpatuhan dapat digolongkan

menjadi empat bagian yaitu

1 Pemahaman tentang Instruksi

Tak seorang pun mematuhi instruksi jika ia salah paham tentang instruksi yang

diberikan kepadanyaLey dan Spelman (Ester 2000 ) Menemukan bahwa lebih

dari 60 yang diwawancarai setelah bertemu dengan dokter salah mengerti

tentang instruksi yang diberikan pada mereka kadang-kadang hal ini disebabkan

oleh kegagalan professional kesehatan dalam memberikan informasi yang

lengkap penggunaan istilah-istilah medis dan mbanyak memberikan instruksi

yang harus diingat oleh pasien

28

Pendekatan praktis untuk meningkatkan kepatuhan pasien ditemukan oleh

Dinicola dan Dimatteo yaitu

a) Buat instruksi tertulis yang jelas dan mudah diinterpretasikan

b) Berikan informasi tentang pengobatan sebelum menjelaskan hal-hal lain

c) Jika seseorang diberikan suatu daftar tertulis tenang hal-hal yang harus

diingat maka aka nada efek ldquokeunggulanrdquoyaitu mereka brusaha mengingat

hal-hal yang pertama kali ditulis

d) Insruksi-instruksi harus ditulis dengan bahasa umum ( Non medis ) dan hal-

hal yang perlu ditekankan 14

2 Kualitas Interaksi

Kualitas interaksi antara profrsional kesehatan dan pasien merupakan bagian yang

penting dalam menentukan derajat kepatuhan Meningkatkan interaksi

professional kesehatan dengan pasien adalah suatu hal penting untuk memberikan

umpan balik pada pasien setelah memperoleh informasi tentang diagnosis Pasien

membutuhkan penjelasan tentang kondisinya saat ini apa penyebabnya dan apa

yang dapat mereka lakukan dengan kondisi seperti itu

3 Isolasi sosial dan keluarga

Keluarga dapat menjadi factor yang sangat berpengaruh dalam menentukan

keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga menentukan tentang

program pengobatan yang dapat mereka terima Keluarga juga member dukungan

dan membuat keputusan mengenai perawatan dari anggota keluarga yang sakit

4 Keyakinan Sikap Kepribadian

Ahli psikologis telah menyelidiki tentang hubungan antar pengukuran-

pengukuran kepribadian dan kepatuhan Mereka menemukan bahwa data

kepribadian secara benar dibedakan antar orang yang putih drngan orang yang

gagal Orang-orang yang tidak patuh adalah orang-orang yang lebih mengalami

depresi anxietas sangat memperhatikan kesehatannya memiliki kekuatan ego

29

yang lebih lemah dan kehidupan sosialnya lebih memusatkan perhatian pada

dirinya sendiri Blumenthal et al mengatakan bahwa ciri-ciri kepribadian yang

disebutkan diatas itu yang menyebabkan seseorang cenderung tidak patuh ( drop

out) dari program pengobatan 14

Menurut Schwart dan Griffin Faktor yang berhubungan dengan

ketidaktaan secara sejarah riset tentang ketaan pasien didasarkan atas pandangan

tradisional mengenai pasien sebagai penerima nasihat dokter yang pasif dan patuh

Pasien yang tidak taat dipandang sebagai orang yang lalai dan masalahnya dianggap

sebagai masalah control Riset berusah untuk mengidentifikasi kelompok-kelompok

pasien yang tidak patuh berdasarkan kelas sosioekonomi pendidikan umur dan

jenis kelamin Pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan sepanjang bawah

pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif seperti penggunaan buku-buku

dan kaset oleh pasien secara mandiri Usaha-usaha ini sedikit berhasil seorang dapat

menjadi tidak taat kalau situasinya memungkinkan Teori-teori yang lebih baru

menekannkan factor situasional dan pasien sebagai peserta yang aktif dalam proses

pengobatannya Perilaku ketaatan sering diartikan sebagai usaha pasien untuk

mengendalikan perilakunya bahkan jika hal tersebut bias menimbulkan resiko

mengenai kesehatannya 15

Macam-macam faktor yang berkaitan dengan ketidaktaatan disebutkan

a Ciri-ciri kesakitan dan cirri-ciri pengobatan

Menurut Dickson dkk perilaku ketaatan lebih rendah untuk penyakit kronis

(karena tidak ada akibat buruk yang segera dirasakan atau resiko yang jelas )

saran mengenai gaya hidup umum dan kebiasaan yang lama pengobatan yang

kompleks pengobatan dengan efek samping perilaku yang tidak pantas

Menurut Sarafino tingkat ketaaatan rata-rata minum obat utnuk menyenbuhkan

kesakitan akut dengan pengobatan jangka pendek adalah sekitar 78 Untuk

kesakita kronis dengan cara pengobatan jangaka panjang tingkat tersebut menurun

sampai 54

b Komunikasi antara Pasien dan Dokter

Berbagai aspek komunikasi antara pasien dan dokter mempengaruhi tingkat

ketidaktaan misalnya informasi dengan pengawasan yang kurang

30

ketidakpuasan terhadap aspek hubungan emosional dengan dokter ketidak

puasan terhadap pengobatan yang diberikan

c Variabel-variabel sosial

Hubungan antara dukungan sosial dengan ketaatan telah dipelajari Secara umum

orang-orang yang merasa mereka menerima penghiburan perhatian dan

pertolongan yang mereka butuhkan dari seseorang atau kelompok biasanya

cenderung lebih mudah mengikuti nasihat medis daripada pasien yang kurang

mendapat dukungan sosial Jelaslah bahwa keluarga memainkan peranan yang

sangat penting dalam pengelolaan medis misalnya penggunaan pengaruh

normative pada pasien yang mungkin mengakibatkan efek yang memudahkan

atau menghambat perilaku ketaatan

d Ciri-ciri Individual

Variabel-variabel demografis juga digunakan untuk meramalkan ketidaktaatan

sebagai contoh Di Amerika Serikat kaum wanita kaum kulit putih dan orang

tua cenderung mengikuti anjuran dokter 15

Dalam proses penyembuhan penderita TB Paru dapat diberikan obat anti-

TB (OAT) yang diminum secara teratur sampai selesai dengan pengawasan

yangketat Masa pemberian obat memang cukup lama yaitu 6-8 bulan secara terus

menerus sehingga dapat mencegah penularan kepada orang lain Oleh sebab itu para

penderita TB jika ingin sembuh harus minum obat secara teratur Tanpa adanya

keteraturan minum obat penyakit sulit disembuhkan Jika tidak teratur minum obat

penyakitnya sukar diobati kuman TB dalam tubuh akan berkembang semakin banyak

dan menyerang organ tubuh lain yang akan membutuhkan waktu lebih lama untuk

dapat sembuh

26 Pengawasan Menelan Obat (PMO) 9

Salah satu komponen DOTS adalah pengobatan paduan OAT jangka

pendek dengan pengawasan langsung Untuk menjamin keteraturan pengobatan

diperlukan seorang PMO

31

a Persyaratan PMO

bull Seseorang yang dikenal dipercaya dan disetujui baik oleh petugas kesehatan

maupun pasien selain itu harus disegani dan dihormati oleh pasien

bull Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien

bull Bersedia membantu pasien dengan sukarela

bull Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan pasien

b Siapa yang bisa menjadi PMO

Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan misalnya Bidan di Desa Perawat

Pekarya Sanitarian Juru Immunisasi dan lain lain Bila tidak ada petugas

kesehatan yang memungkinkan PMO dapat berasal dari kader kesehatan guru

anggota PPTI PKK atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga

c Tugas seorang PMO

bull Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai

pengobatan

bull Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur

bull Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah

ditentukan

bull Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai gejala-

gejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke Unit Pelayanan

Kesehatan

Tugas seorang PMO bukanlah untuk mengganti kewajiban pasien mengambil

obatdari unit pelayanan kesehatan

d Informasi penting yang perlu dipahami PMO untuk disampaikan kepada pasien dan

keluarganya

bull TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur

32

bull TB bukan penyakit keturunan atau kutukan

bull Cara penularan TB gejala-gejala yang mencurigakan dan cara pencegahannya

bull Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan)

bull Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur

bull Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera meminta

pertolongan ke UPK

27 Penanggulangan TB 16

Rencana Global Penanggulangan TB

Rencana Global 2006-2015 mencakup enam elemen utama dalam strategi baru Stop

TB ndashWHO yang terdiri dari

1 Memperluas dan meningkatkan ekspansi DOTS yang berkualitas meningkatkan

penemuan kasus dan kesembuhan melalui pendekatan yangterfokus pada penderita

agar pelayanan DOTS yang berkualitas dapat menjangkau seluruh penderita

khususnya kelompok masyarakat yang miskin dan rentan

2 Menghadapi tantangan TBHIV MDR-TB dan tantangan lainnya dengan cara

meningkatkan kolaborasi TBHIV DOTS-Plus dan pendekatan lainnya

3 Berkontribusi dalam memperkuat sistem kesehatan melalui kerjasama dengan

berbagai program dan pelayanan kesehatan lainnya misalnya dalam memobilisasi

sumber daya manusia dan finansial untuk implementasi dan mengevaluasi

hasilnyaserta pertukaran informasi dalam keberhasilan pencapaian dalam program

penanggulangan TB

33

4 Melibatkan seluruh penyedia pelayanan kesehatan pemerintah lembaga swadaya

masyarakat (LSM) dan swasta dengan cara memperluas pendekatan berbasis

public-private mix (PPM) dengan menggunakan ISTC

5 Melibatkan penderita TB dan masyarakat untuk memberikan kontribusi dalam

penyediaan pelayanan yang efektif Hal ini meliputi perluasan pelayanan TB di

masyarakat menciptakan kebutuhan masyarakat akan pelayanan TB advokasi

yang spesifik komunikasi dan mobilisasi sosial serta mendukung pengembangan

piagam pasien TB dalam masyarakat dan

6 Memberdayakan dan meningkatkan penelitian operasional

28 Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel dependent

Karakteristik Individu

1Umur

2Jenis kelamin

3Pendidikan

4Pekerjaan

5Pengetahuan

6Efek samping OAT

7Tingkat kepatuhan

penderita dalam

pengobatan

Kesembuhan

34

Penderita TB paru

Faktor Pelayanan

kesehatan

1 Ketersediaan OAT

2 Sikap petugas kesehatan

3 LokasiJarak

4 Penyuluhan kesehatan

5 Kunjungan rumah

Faktor Peran PMO

Gambar Kerangka Konsep Penelitian

Definisi Konsep

1 Karakteristik individu adalah hal-hal yang melekat dalam diri penderita TB paru yang

mempengaruhi tingkat kapetuhan dalam melaksanakan program pengobatan dengan

strategi DOTS yang membedakan seseorang dengan yang lainnya meliputi umur jenis

kelamin pendidikan pekerjaan pengetahuan efek samping OAT tingkat kepatuhan

penderita dalam pengobatan

2 Faktor pelayanan kesehatan adalah penilaian dari penderita TB paru terhadap upaya yang

diselenggarakan oleh unit pelayanan kesehatan untuk menangani penderita TB paru

meliputi Ketersediaan OATsikap petugas kesehatan lokasijarak penyuluhan

kesehatan dan kunjungan rumah

3 Faktor Peran PMO ( Pengawasan Menelan Obat ) adalah penilaian dari penderita TB paru

terhadap hal-hal yang menjadi tugas dari seseorang pengawas menelan obat yang

mempengaruhi tingkat kepatuhan penderita TB paru dalam melaksanakan pengobatan

meliputi penyuluhan member dorongan meningkatkan dan mengawasi

35

4 Kesembuhan adalah pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan

pemeriksaan ulang dahak (follow up) menunjukkan hasil BTA negatif

29 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep di atas maka hipotesis penelitian ini adalah

1) Ada pengaruh karakteristik individu terhadap kesembuhan penderita TB paru

dalam pengobatan

2) Ada pengaruh pelayanan kesehatan terhadap kesembuhan penderita TB paru

dalam pengobatan

3) Ada pengaruh PMO terhadap kesembuhan penderita TB paru dalam pengobatan

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

31 Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional yang

bertujuan untuk menjelaskan pengaruh karakteristik individu faktor pelayanan

kesehatan dan faktor Pengawas Menelan Obat (PMO) terhadap kesembuhan

penderita TB Paru dalam melaksanakan pengobatan di Puskesmas Grogol Petamburan

tahun 2011

32 Tempat dan Waktu Penelitian

36

Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Grogol Petamburan pada bulan

Januari sampai Februari tahun 2012

33 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang

sedang menjalankan pengobatan TB di Puskesmas Grogol

Petamburan mulai bulan OktobeR

34 Keriteria Inklusi dan Eksklusi

341 Keriteria Inklusi

342 Keriteria Eksklusi

35 Sampel

351 Besar Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang

mengikuti pengobatan dengan strategi DOTS di Puskesmas yang pada saat penelitian

sedang menjalani pengobatan dan seluruh penderita TB yang telah mendapat

pengobatan selama 6 bulan atau sedang dalam tahap lanjutan

Keterangan

n1 = Jumlah sampel minimal

37

n2 = Jumlah sampel ditambah substitusi 10 (substitusi adalah persen responden

yang mungkin drop out)

Z = Tingkat batas kepercayaan dengan = 5

Didapat Z pada kurva normal = 196

p = Proporsi variabel yang diteliti yaitu besarnya presentasi 50 )

q = 1 - p

L = Derajat kesalahan yang masih dapat diterima adalah 10

Berdasarkan rumus di atas didapatkan angka sebagai berikut

( Z )2 p q ( 196 )2 0505

n1 = ----------------- = ------------------------------ = 9604

L2 ( 01 )2

n2 = n1 + ( 10 n1 )

= 9604 + ( 10 9604)

= 9604 + 9604

= 10564 Dibulatkan 106

352 Teknik Pengambilan Sampel

36 Identifikasi Variabel

1 Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kesembuhan tb paru

2 Variabel independen adalah umur jenis kelamin pendidikan pekerjaan

pengetahuan efek samping OAT dan tingkat kepahuhan dari penderita TB

Selain itu faktor dari pelayanan kesehatan dan PMO juga ikut berperan

37 Cara Kerja

1 Membuat proposal penelitian tentang hubungan antara tingkat kepatuhan minum

OAT dengan tingkat kesembuhan penyakit TB di Puskesmas Kecamatan Grogol

Petamburan

38

2 Pengumpulan data sekunder dari Puskesmas Grogol Petamburan

3 Melakukan kunjungan ke rumah-rumah sampel di daerah RT terpilih untuk

pengumpulan data primer dengan memakai kuesioner dan wawancara responden

4 Data-data yang telah dikumpulkan akan dilakukan pengolahan berupa proses

editing verifikasi dan koding Selanjutnya dimasukkan dan diolah dengan

menggunakan program computer yaitu program SPSS

5 Terhadap data yang telah diolah kemudian dilakukan analisis sesuai dengan cara

uji statistik menggunakanhelliphellip Data diinterpretasi secara deskriptif korelatif

antar variabel ndash variabel yang telah ditentukan dan disajikan dalam bentuk

tekstular dan tabular

6 Hasil dari penelitian akan disusun dalam bentuk pelaporan penelitian yang

selanjutnya akan di presentasikan di hadapan staf pengajar program pendidikan

Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida

Wacana (FK UKRIDA) dalam forum pendidikan Ilmu Kedokteran Komunitas

Fakultas Kedokteran UKRIDA

38 Manajemen Data

381 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder yaitu

1 Data primer diperoleh dengan wawancara langsung kepada penderita TB paru

dan petugas kesehatan program penanggulangan TB Paru yang berpedoman pada

kuisioner penelitian yang telah ditetapkan dam melakukan cross check

2 Data sekunder diperoleh dari laporan pelaksanaan program penanggulangan TB

Paru di Puskesmas kartu pengobatan TBC (formulir TB 01) dan Formulir

Permohonan Laboratorium TBC Untik Pemeriksaan Dahak (formulir TB 05)

382 Pengolahan Data

39

Aspek pengukuran

Aspek pengukuran variable bebas

Karakteristik individu

Aspek pengukuran variable karakteristik individu dapat dilihat pada tabel 31

Table 31 Aspek Pengukuran Variabel Karakteristik Individu

Karakteristik

individu

Kategori Skala Bobot nilai

Umur a 15-24 tahun

b 25-49 tahun

c gt 50 tahun

rasio

Jenis kelamin a Laki-laki

b Perempuan

Tingkat

pendidikan

a Tidak tamat SD

b SD

c SLTP

d SLTA

e Sarjana S1

Pekerjaan a Bekerja

b Tidak bekerja

Pengetahuan a Baik

b Sedang

c Bururk

Efek samping

OAT

a Ada

b Tidan ada

Faktor pelayanan kesehatan

Pengukuran faktor pelanan kesehatan meliputi ketersediaan OAT yang

diukur adalah yang diukur dengan 2 pertanyaan sikap petugas kesehatan diukur

dengan 8 pertanyaan lokasi jarak diukur dengan 3 pertanyaan penyuluhan kesehatan

diukur dengan 6 pertanyaan dan kunjungan rumah diukur dengan 2 pertanyaan

40

berdasarkan jawaban yang diberikan responden selanjutnya dikelompokkan menjadi

tiga (3) yaitu

a Baik jika faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan

penilaian yang baik karena kebutuhan yang diinginkan debagian besarnya

terpenuhi (nilai gt32)

b Sedang bila faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan

penilaian yang kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan responden hanay

sebagian saja yang terpenuhi (nilainya 17-32)

c Buruk bila faktor pelayanan pelayanan kesehatan yang diterima responden

menimbulkan penilaian yang tidak baik karena kebutuhan yang diinginka

responden sebagian besar tidak dipenuhi (nilainya lt17)

Faktor Pengawas Menelan Obat (PMO)

Faktor Pengawas Menelan Obat diukur dengan 5 pertanyaan yang

selanjutnya dibedakan atas 3 kategori yaitu

a Baik bila semua tugas yang diterima responden terlaksana dengan baik yaitu

mengawasi memberikan dorongan mengingatkan dan memberikan penyuluhan

(nilainya gt11)

b Sedang bila tugas PMO yang diterima responden sebagian saja yang terpenuhi

(nilainya 6-11)

c Buruk bila tugas PMO yang diterima responden tidak terlaksana dengan baik

(nilainya lt 6)

Aspek Pengukuran Variabel Terikan

Kepatuhan Pengobatan TB Paru

41

Aspek Pengukuran Variabel ini menggunakan skala interval yang diukur berdasarkan

tiga (3) kategori yaitu

Patuh apabila responden selalu menelan obat sesuai ketentuan petugas kesehatan

yaitu setiap hari pada tahap awal tiga kali seminggu pada tahap lanjutan dan

mengambil obat serta memeriksakan dahak sesuai jadwal dan menaati nasihat dari

petugas kesehatan ( bobot 3 )

Kurang patuh jika responden kadang-kadang menelan obat sesuai ketentuan

petugas kesehatan atau responden tidak menelan obat 2-8 minggu selama tahap

pengobatan lanjutan dan tidak memerisakan dahak sesuai jadwal yang telah

ditetapkan dan tidak selalu menaati nasihat dari petugas kesehatan (bobot 2 )

Tidak patuh jika responden tidak menelan obat sesuai ketentuan petugas

kesehatan atau responden tidak menelan obat lebih dari 8 minggu selama tahap

pengobatan lanjutan dan tidak mengambil obat serta tidak memeriksakan dahak

sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan tidak menaati nasihat petugas kesehatan

(bobot 1)

383 Penyajian Data

384 Analisis Data

385 Interpretasi Data

386 Pelaporan Data

39 Definisi Operasional

1 Umur adalah usia responden saat penelitian berdasarkan ulang tahun terakhir yang

dibedakan atas 3 (tiga) kategori berdasarkna Badan Pusat Statistik Kota Medan

42

tahun 2008 yaitu 1) orang muda 25-24 tahun 2) dewasa 24-49 tahun 3) orang

tua gt 50 tahun

2 Jenis kelamin adalah suatu karakteristik responden yang dibedakan identitasnya

dari laki-laki dan perempuan

3 Pendidikan adalah jenjang pendidikannyang berhasil ditamatkan responden yang

dibedakan atas tidak tamat SD SD SLTP SLTA Akademi Sarjana

4 Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh responden sebagai

pendapatan utama yang dibedakan atas kerja dan tidak bekerja

5 Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai penyakit

TB paru

6 Efek samping OAT adalah gejala keluhan yang diderita responden akiba menelan

OAT selama pengobatan

7 Ketersdediaan OAT adalah pandangan responden terhadap kondisi OAT

diperoleh dari puskesmas meliputi kecukupan jumlah OAT dan dan kualitasnya

8 Sikap petugas kesehatan adalah penilaian responden terhadap reaksi petugas

kesehatan kepada responden selama mereka menjalanin pengobatan

9 Lokasi jarak adalah pandangan responden tentang lama perjalanan dari tempat

tinggal responden ke Puskesmas yang diukur dengan jarak sarana transportasi

10 Penyuluhan kesehatan adalah pandangan responden tentang kegiatan yang

dilakukan oleh petugas kesehatan sehubungan dengan pengobatan TB Paru untuk

mencapai suatu keadaan dimana pederita TB Paru dapat hidup lebih sehat

11 Kunjungan rumah adalah pandangan responden tentang kegiatan yang dilakukan

petugas kesehatan selama masa pengobatan ke rumah responden

12 Faktor peran Pengawas Minum Obat (PMO) adalah pandangan responden tentang

tugas yang dilakasanakan oleh seorang PMO meliputi penyuluhan

13 Kepatuhan berobat adalah ketaan responden dalam menelan obat mengambil

obat dan melakukan pemeriksaan dahak sesuai jadwal yang telah ditentukan dan

menaati segala nasehat dari petugas kesehatan

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

1) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta

2) Perkumpulan Pemberantasan TB Indonesia 2011 TB di Indonesia Peringkat Dunia

Jakarta Diakses melalui situs httpwwwpptiinfoindexphpcomponentcontentarticle46-

arsip-ppti141-tbc-di-indonesia-peringkat-5-dunia Diakses pada tanggal 23 Januari 2012

44

3) Depkes dan WHO 2008 Lembar Fakta Tuberkulosis Jakarta

4) Dirjen P2M amp PLP 1997 Pengawasan Menelan Obat (PMO) adalah DOTS ala Indonesia

Jakarta

5) Amirudin R 2006 Faktor Keberhasilan Konversi pada Penderita TB Paru di Puskesmas

Jongaya Tahun 2006 Laporan Penelitian FKM Unhas Makasar

6) Aditama Tjandra Y 1994 Tuberkulosis Paru Masalah dan Penanggulangnya UI Press

Jakarta

7) Aru W Bambang S Idrus A dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Tuberkulosis

Paru Edisi IV FKUI Jakarta 2006 998-1004

8) Depkes RI 2002 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta

9) Depkes RI 2006 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta

10) Subijakto Hubungan Pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Berobat

Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Proposal Skripsi Jakarta 2011 Diakses pada

tanggal 20 Januari 2012

11) Aditama Tjandra Y 2002 Tuberkulosis Diagnosis Terapi dan Masalahnya Yayasan IDI

Jakarta

12) Notoatmodjo Soekidjo 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Penerbit Rineka Cipta

Jakarta

13) Simamora Jojor 2004 Faktor yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Berobat Penderita TB

Paru di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2004 Tesis Pascasarjana USU Medan

14) Ester Monica 2000 Psikologi Kesehatan Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

15) Bart Smet 1994 Psikologi Kesehatan PT Grasindo Jakarta

16) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta

45

Page 5: 133192422-TB-paru

13 Tujuan Penelitian

131 Tujuan Umum

Mengetahui hungungan antara kepatuhan minum OAT dengan

kesembuhan TB Paru di Puskesmas Grogol Petamburan

132 Tujuan Khusus

1) Diketahuinya hubungan antara kesembuhan penyakit TB dengan

tingkat kepatuan penderita TB dalam meminum OAT

2) Diketahuinya besarnya masalah perilaku pada penderita TB terhadap

tingakt kepatuhannya berobat

3) Diketahuinya distribusi menurut umur tingkat pendidikan pekerjaan

dan pengetahuan terhadap tingkat kepatuhan penderita

14 Manfaat Penelitian

141 Manfaat Bagi Peneliti

1) Memperoleh pengalaman belajar dan pengetahuan dalam melakukan

penelitian

2) Meningkatkan kemampuan dalam berkomunikasi dengan masyarakat

3) Menerapkan dan mengembangkan ilmu yang telah dipelajari pada saat

kuliah

4) Mengembangkan daya nalar minat dan kemampuan dalam bidang

penelitian

5) Melatih bekerja sama dalam sebuah tim

5

142 Manfaat Bagi Perguruan Tinggi

1) Realisasi Tridarma perguruan tinggi dalam melaksanakan fungsi atau

tugas perguruan tinggi sebagai lembaga yang menyelenggarakan

pendidikan penelitian dan pengabdian masyarakat

2) Mewujudkan kampus Universitas Kristen Krida Wacana sebagai

masyarakat ilmiah dalam peran sertanya di bidang kesehatan

3) Meningkatkan saling pengertian dan kerjasama antar mahasiswa dan

staf pengajar

143 Manfaat Bagi Masyarakat

1) Sebagai masukan berupa hasil penelitian dan saran-saran yang

diharapkan dapat menjadi umpan balik positif bagi warga di wilayah

kerja Puskesmas Jelambar untuk dapat berperan serta

2) Sebagai bahan masukan dalam melakukan penyuluhan kesehatan

untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam melakukan

program pemberantasan penyakit TB paru

3) Sebagai bahan masukan dalam melakukan penelitian selanjutnya

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

21 Penyakit Tuberkulosis Paru

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh

kuman TB (Mycobacterium tuberculosis) Sebagian besarkuman TB menyerang paru

tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya Tuberkulosis bukanlah penyakit

keturunan tetapi dapat ditularkan dari orang ke orang lain6

Kuman penyebab tuberkulosis ini ditemukan oleh seorang ilmuwan

Jerman yang bernama Robert Koch di tahun 1882 Hasil penemuannya ini dilaporkan

olehnya kepada masyarakat ilmiah pada tanggal 24 Maret 1882 Penemuan ini

merupakan peristiwa terbesar dalam perkembangan pengobatan tuberkulosis dan

tanggal 24 Maret setiap tahunnya sampai sekarang diperingati sebagai TB Day (hari

Tuberkulosis) 6

Kuman tuberkulosis berbentuk batang berukuran sangat kecil sehingga

hanya dapat dilihat di bawah mikroskop Panjangnya sekitar satu sampai empat

micron dan lebarnya antara 03 sampai 06 mikron Basil tuberkulosis akan tumbuh

secara optimal pada suhu sekitar 370C yang sesuai dengan tubuh manusia Untuk

berkembang biak basil ini melakukan pembelahan diri Jika dilihat dari struktur

kimianya basil ini tediri dari lemak dan protein6

Kuman tuberkulosis mempunyai sifat khusus yaitu tahan asam pada

pewarnaan sehingga disebut sebagai Basil Tahan Asam (BTA) Kuman TB akan mati

pada penyinaran dengan sinar matahari langsung Dalam jaringan tubuh kuman ini

bersifat dormant artinya kuman dapat tertidur lama selama beberapa tahun lalu dapat

aktif kembali jika keadaan memungkinkan6

7

211 Klasifikasi Tuberkulosis 9

Penentuan klasifikasi penyakit tuberkulosis memerlukan suatu lsquodefinisi kasusrsquo yang

meliputi empat hal yaitu

- Lokasi atau organ tubuh yang sakit paru atau ekstra paru

- Bakteriologi (hasil pemeriksaan dahak secara mikroskopis) BTA positif atau BTA

negatif

- Tingkat keparahan penyakit ringan atau berat

- Riwayat pengobatan TB sebelumnya baru atau sudah pernah diobati

bull Manfaat dan tujuan menentukan klasifikasi adalah

- menentukan paduan pengobatan yang sesuai

- registrasi kasus secara benar

- menentukan prioritas pengobatan TB BTA(+)

- analisis kohort hasil pengobatan

bull Beberapa istilah dalam definisi kasus

- Kasus TB Pasien TB yang telah dibuktikan secara mikroskopis atau didiagnosis

oleh dokter

- Kasus TB pasti (definitif) pasien dengan biakan positif untuk Mycobacterium

tuberculosis atau tidak ada fasilitas biakan sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen

dahak SPS hasilnya BTA positif

bull Kesesuaian paduan dan dosis pengobatan dengan kategori diagnostik sangat

diperlukan untuk

- menghindari terapi yang tidak adekuat (undertreatment) sehingga mencegah

timbulnya resistensi

- menghindari pengobatan yang tidak perlu (overtreatment) sehingga meningkatkan

pemakaian sumber-daya lebih biaya efektif (cost-effective)

- mengurangi efek samping

8

Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena

bull Tuberkulosis paru Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang

jaringan (parenkim) paru tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada

hilus

bull Tuberkulosis ekstra paru Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain

paru misalnya pleura selaput otak selaput jantung (pericardium) kelenjar lymfe

tulang persendian kulit usus ginjal saluran kencing alat kelamin dan lain-lain

Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis yaitu pada TB

Paru

bull Tuberkulosis paru BTA positif

- Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif

- 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada menunjukkan

gambaran tuberkulosis

- 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif

- 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS pada

pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah

pemberian antibiotika non OAT

bull Tuberkulosis paru BTA negatif

Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif

Kriteria diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi

- Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif

- Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis

- Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT

- Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan

9

Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan penyakit

bull TB paru BTA negatif foto toraks positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan

penyakitnya yaitu bentuk berat dan ringan Bentuk berat bila gambaran foto

toraks memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas (misalnya proses ldquofar

advancedrdquo) dan atau keadaan umum pasien buruk

bull TB ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya yaitu

- TB ekstra paru ringan misalnya TB kelenjar limfe pleuritis eksudativa

unilateral tulang (kecuali tulang belakang) sendi dan kelenjar adrenal

- TB ekstra-paru berat misalnya meningitis milier perikarditis peritonitis

pleuritis eksudativa bilateral TB tulang belakang TB usus TB saluran kemih

dan alat kelamin

Catatan

bull Bila seorang pasien TB paru juga mempunyai TB ekstra paru maka untuk

kepentingan pencatatan pasien tersebut harus dicatat sebagai pasien TB paru

bull Bila seorang pasien dengan TB ekstra paru pada beberapa organ maka dicatat

sebagai TB ekstra paru pada organ yang penyakitnya paling berat

10

212 Cara Penularan

Lingkungan hidup yang sangat padat dan pemukiman di wilayah perkotaan

kemungkinan besar telah mempermudah proses penularan dan berperan sekali atas

peningkatan jumlah kasus TB Proses terjadinya infeksi oleh Mycobacterium

tuberculosis biasanya secara inhalasi sehingga TB paru merupakan manifestasi klinis

yang paling sering dibandingkan dengan organ lain Penularan penyakit ini sebagian

besar melalui inhalasi basil yang mengandung droplet nuclei khususnya yang di

dapat dari pasien TB paru dengan batuk berdarah atau berdahak yang mengandung

basil tahan asam (BTA) Pada TB kulit atau jaringan lunak penularan bias melalui

inokulasi langsung Infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium bovis dapat

disebabkan oleh susu yang kurang disterilkan dengan baik atau terkontaminasi Sudah

dibuktikan bahwa lingkungan sosial ekonomi yang baik pengobatan yang teratur dan

pengawasan minum obat yang ketat dapat berhasil mengurangi angka morbiditas dan

mortalitas di Amerika selama tahun 1950-1960 7

Daya penularan dari seseorang penderita ditentukan oleh banyaknya

kuman yang dikeluarkan dari parunya Makin tinggi derajat positif hasil dari

pemeriksaan dahak makin menular penderita tersebut Bila pemeriksaan dahak

negatif (tidak terlihat kuman) maka penderita tersebut dianggap tidak menular

Kemungkinan seseorang terinfeksi TB paru ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam

udara dan lamanya menghirup udara tersebut 8

Perlu diketahui bahwa kuman TB tidak hanya keluar ketika penderita

batuk saja tetapi juga pada saat bernyanyi bersin atau bersiul Secara umum dapat

dikatakan bahwa penularan penyakit TB banyak bergantung dari beberapa factor

seperti jumlah kuman yang ada tingkat keganasan kuman dan daya tahan tubuh orang

yang tertular 6

213 Penemuan Penderita TB

Kegiatan penemuan pasien terdiri dari penjaringan suspek diagnosis

penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien Penemuan pasien merupakan langkah

pertama dalam kegiatan program penanggulangan TB Penemuan dan penyembuhan

11

pasien TB menular secara bermakna akan dapat menurunkan kesakitan dan kematian

akibat TB penularan TB di masyarakat dan sekaligus merupakan kegiatan

pencegahan penularan TB yang paling efektif di masyarakat9

Strategi penemuan 9

Penemuan pasien TB dilakukan secara pasif dengan promosi aktif Penjaringan

tersangka pasien dilakukan di unit pelayanan kesehatan didukung dengan

penyuluhan secara aktif baik oleh petugas kesehatan maupun masyarakat untuk

meningkatkan cakupan penemuan tersangka pasien TB

Pemeriksaan terhadap kontak pasien TB terutama mereka yang BTA positif yang

menunjukkan gejala sama harus diperiksa dahaknya

Penemuan secara aktif dari rumah ke rumah dianggap tidak cost efektif

214 Risiko Penularan 9

- Risiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan dahak Pasien TB

paru dengan BTA positif memberikan kemungkinan risiko penularan lebih besar

dari pasien TB paru dengan BTA negatif

- Risiko penularan setiap tahunnya di tunjukkan dengan Annual Risk of Tuberculosis

Infection (ARTI) yaitu proporsi penduduk yang berisiko terinfeksi TB selama satu

tahun ARTI sebesar 1 berarti 10 (sepuluh) orang diantara 1000 penduduk

terinfeksi setiap tahun ARTI di Indonesia bervariasi antara 1-3

- Infeksi TB dibuktikan dengan perubahan reaksi tuberkulin negatif menjadi positif

215 Gejala Klinis TB Paru

Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu

atau lebih Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah

batuk darah sesak nafas badan lemas nafsu makan menurun berat badan menurun

12

malaise berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik demam meriang lebih dari satu

bulan9

Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain

tb seperti bronkiektasis bronkitis kronis asma kanker paru dan lain-lain Mengingat

prevalensi TB di Indonesia saat ini masih tinggi maka setiap orang yang datang ke

UPK dengan gejala tersebut diatas dianggap sebagai seorang tersangka (suspek)

pasien TB dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung9

216 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Tuberkulosis

Faktor ndash faktor yang mempengaruhi terhadap terjadinya TB antara lain

1 Harus ada sumber infeksi

Sumber infeksi dapat berasal dari penderita TB dengan BTA positif Penularan

dapat terjadi melalui dropet atau melalui pengunaan alat makan secara bergantian

tanpa dicuci yang digunakan oleh penderita TB dengan BTA positif tersebut

2 Jumlah basil penyebab harus cukup

Semakin banyak jumlah basil yang terhirup maka semakin besar kemungkinan

seseorang untuk mengidap TB

3 Virulensi yang tinggi dari basil TB

Apabila angka keaktifan kuman tinggi maka semakin cepat kuman TB

berkembang biak di dalam tubuh Selain itu masa inkubasi akan semakin cepat

4 Daya tahan tubuh yang rendah

Daya tahan tubuh yang menurun memungkinkan basil berkembang biak dan

menimbulkan penyakit tuberkulosis 10

217 Tipe Penderita TB Paru

Tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya Ada beberapa

tipe pasien yaitu

bull Kasus baru

13

Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan

OAT kurang dari satu bulan (4 minggu)

bull Kasus kambuh (Relaps)

Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan

tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap didiagnosis

kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur)

bull Kasus setelah putus berobat (Default )

Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA

positif

bull Kasus setelah gagal (failure)

Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi

positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan

bull Kasus Pindahan (Transfer In)

Adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki register TB lain untuk

melanjutkan pengobatannya

bull Kasus lain

Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas Dalam kelompok ini

termasuk Kasus Kronik yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif

setelah selesai pengobatan ulangan

Catatan

TB paru BTA negatif dan TB ekstra paru dapat juga mengalami kambuh gagal

default maupun menjadi kasus kronik Meskipun sangat jarang harus dibuktikan

secara patologik bakteriologik (biakan) radiologik dan pertimbangan medis

spesialistik9

218 Pemeriksaan Diagnostik

Untuk mengetahui adanya tuberkulosis dokter biasanya berpegang pada

tiga patokan utama Pertama hasil wawancaranya tentang keluhan pasien dan hasil

pemeriksaan yang dilakukan pada pasien yang disebut dengan anamnesis Kedua

14

hasil pemeriksaan laboratorium untuk menemukan adanya BTA pada spesimen

penderita

Pemeriksaan dahak mikroskopis 9

Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis menilai

keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan

Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis dilakukan dengan

mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang

berurutan berupa Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS)

S (sewaktu)

Dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung pertama kali Pada

saat pulang suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak pagi

pada hari kedua

P (Pagi)

Dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua segera setelah bangun tidur

Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di UPK

S (sewaktu)

Dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua saat menyerahkan dahak pagi

Adapun tujuan dari pemeriksaan dahak pada program penanggulangan TB

adalah

1 Menegakkan diagnosis dan menentukan tipe klasifikasi

2 Menilai kemajuan pengobatan

3 Menentukan tingkat penularan 8

Pemeriksaan ulang dahak untuk memantau kemajuan pengobatan

dilakukan pada

1 Akhir tahap intensif

15

Dilakukan seminggu sebelum akhir pengobatan penderita baru BTA positif

dengan kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-3 pengobatan ulang

penderita BTA positif kategori 2

2 Sebulan sebelum akhir pengobatan

Dilakukan seminggu sebelum akhir bulan ke-5 pengobatan penderita baru BTA

positif dengan kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-7 pengobatan

ulang penderita BTA positif dengan kategori 2

3 Akhir pengobatan

Dilakukan seminggu sebelum akhir bulan ke-6 pada penderita BTA positif dengan

kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-8 pengobatan ulang BTA positif

dengan kategori 2 8

Pemeriksaan dahak pada sebulan sebelum akhir pengobatan dan akhir

pengobatan bertujuan untuk menilai hasil pengobatan (apakah sembuh atau gagal)

219 Prinsip Pengobatan

Penatalaksanaan TB meliputi penemuan pasien dan pengobatan yang

dikelola dengan menggunakan strategi DOTS9

Tujuan utama pengobatan pasien TB adalah menurunkan angka kematian

dan kesakitan serta mencegah penularan dengan cara menyembuhkan pasien

Penatalaksanaan penyakit TB merupakan bagian dari surveilans penyakit tidak

sekedar memastikan pasien menelan obat sampai dinyatakan sembuh tetapi juga

berkaitan dengan pengelolaan sarana bantu yang dibutuhkan petugas yang terkait

pencatatan pelaporan evaluasi kegiatan dan rencana tindak lanjutnya9

Tabel 21 Jenis sifat dan dosis OAT

Dosis yang direkomendasikan (mgkg)

16

Jenis OAT Sifat Harian 3x seminggu

Isoniazid (H) Bakterisid 5

(4-6)

10

(8-12)

Rifampicin (R) Bakterisid 10

(8-12)

10

(8-12)

Pyrazinamide (Z) Bakterisid 25

(20-30)

35

(30-40)

Streptomycin (S) Bakterisid 15

(12-18)

15

(12-18)

Etambutol (E) Bakteriostatik 15

(15-20)

30

(20-35)

Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut 9

bull OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat dalam jumlah

cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan Jangan gunakan OAT

tunggal (monoterapi) Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT ndash KDT)

lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan

bull Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat dilakukan pengawasan langsung

(DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat

(PMO)

bull Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap yaitu tahap intensif dan lanjutan

Tahap awal (intensif) 9

- Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara

langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat

17

- Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat biasanya pasien

menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu

- Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2

bulan

Tahap Lanjutan 9

- Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit namun dalam jangka

waktu yang lebih lama

- Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah

terjadinya kekambuhan

2110 Panduan Penggunaan OAT di Indonesia9

Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan

Tuberkulosis di Indonesia

- Kategori 1 2(HRZE)4(HR)3

- Kategori 2 2(HRZE)S(HRZE)5(HR)3E3

Disamping kedua kategori ini disediakan paduan obat sisipan (HRZE)

- Kategori Anak 2HRZ4HR

Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket

berupa obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT) sedangkan kategori anak sementara

ini disediakan dalam bentuk OAT kombipak

Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu

tablet Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien Paduan ini dikemas dalam

satu paket untuk satu pasien

Paket Kombipak

18

Terdiri dari obat lepas yang dikemas dalam satu paket yaitu Isoniasid

Rifampisin Pirazinamid dan Etambutol Paduan OAT ini disediakan program untuk

mengatasi pasien yang mengalami efek samping OAT KDT

Paduan OAT ini disediakan dalam bentuk paket dengan tujuan untuk

memudahkan pemberian obat dan menjamin kelangsungan (kontinuitas) pengobatan

sampai selesai

Satu (1) paket untuk satu (1) pasien dalam satu (1) masa pengobatan

KDT mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB

1 Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin efektifitas

obat dan mengurangi efek samping

2 Mencegah penggunaan obat tunggal sehinga menurunkan resiko terjadinya

resistensi obat ganda dan mengurangi kesalahan penulisan resep

3 Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat menjadi

sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien

Paduan OAT dan peruntukannya

19

1 Kategori-1 (2HRZE 4H3R3)

Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru

1048707 Pasien baru TB paru BTA positif

1048707 Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif

1048707 Pasien TB ekstra paru

Tabel 22 Dosis untuk paduan OAT KDT untuk Kategori 1

Berat Badan

Tahap Intensif

tiap hari selama 56 hari

RHZE (15075400275)

Tahap Lanjutan

3 kali seminggu selama 16 minggu

RH (150150)

30-37 kg 2 tablet 4 KDT 2 tablet 4 KDT38-54 kg 3 tablet 4 KDT 3 tablet 4 KDT55-70 kg 4 tablet 4 KDT 4 tablet 4 KDTge 71 kg 5 tablet 4 KDT 5 tablet 4 KDT

2 Kategori -2 (2HRZES HRZE 5H3R3E3)

Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya

1048707 Pasien kambuh

1048707 Pasien gagal

1048707 Pasien dengan pengobatan setelah default (terputus)

Tabel 23 Dosis untuk paduan OAT KDT Kategori 2

Berat Badan

Tahap Intensif

tiap hari

RHZE (15075400275) + S

Tahap Lanjutan

3 kali seminggu

RH (150150) + E (275)

Selama 56 hari Selama 28 hari Selama 20 minggu

30-37 kg 2 tablet 4 KDT + 500 mg Streptomisin inj

2 tablet 4 KDT 2 tablet 4 KDT+ 2 tab Etambutol

38-54 kg 3 tablet 4 KDT +750 mg Streptomisin inj

3 tablet 4 KDT 3 tablet 4 KDT+ 3 tab Etambutol

55-70 kg 4 tablet 4 KDT +1000 mg Streptomisin inj

4 tablet 4 KDT 4 tablet 4 KDT+ 4 tab Etambutol

ge 71 kg 5 tablet 4 KDT +1000 mg Streptomisin inj

5 tablet 4 KDT 5 tablet 4 KDT+ 5 tab Etambutol

Catatan

20

Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal untuk streptomisin adalah

500mg tanpa memperhatikan berat badan

Untuk perempuan hamil lihat pengobatan TB dalam keadaan khusus

Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan menambahkan aquabidest

sebanyak 37ml sehingga menjadi 4ml (1ml = 250mg)

3 OAT Sisipan (HRZE)

Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap intensif kategori 1 yang

diberikan selama sebulan (28 hari)

Tabel 24 Dosis KDT untuk Sisipan

Berat Badan Tahap Intensif tiap hari selama 28 hari

RHZE (15075400275)

30-37 kg 2 tablet 4 KDT38-54 kg 3 tablet 4 KDT55-70 kg 4 tablet 4 KDTge 71 kg 5 tablet 4 KDT

Penggunaan OAT lapis kedua misalnya golongan aminoglikosida (misalnya

kanamisin) dan golongan kuinolon tidak dianjurkan diberikan kepada pasien baru tanpa indikasi

yang jelas karena potensi obat tersebut jauh lebih rendah daripada OAT lapis pertama Di

samping itu dapat juga meningkatkan terjadinya risiko resistensi pada OAT lapis kedua

2111 Alur Diagnostik TB 9

21Suspek TB Paru

2112 Evaluasi Pengobatan

22

Pemeriksaan dahak mikroskopis (SPS = Sewaktu ndash Pagi ndash Sewaktu)

Hasil BTA+ - -

Hasil BTA- - -

Hasil BTA+ + ++ + +

Antibiotik Non-OAT

Tidak adaPerbaikan

Adaperbaikan

Pemeriksaan dahak mikroskopis

Foto toraks dan

Pertimbangan dokter

Hasil BTA+ + ++ + -+ _ _

Hasil BTA- - -

Foto toraks dan

Pertimbangan dokter

TB Bukan TB

Evaluasi Klinis

Biasanya pasien di control dalam 1 minggu pertama selanjutnya setiap 2 minggu

selama tahap intensif dan seterusnya sekali sebulan sampai akhir pengobatan

Secara klinis hendaknya terdapat perbaikan keluhan pasien seperti batuk yang

berkurang tidak ada batuk darah nafsu makan bertambah dan ada peningkatan

berat badan

Evaluasi Bakteriologis

Pemeriksaan dahak untuk menilai keberadaan kuman Biasanya setelah 2-3

minggu perngobatan sputum BTA mulai negatif Pemeriksaan control sputum

dilakukan sekali sebulan Bagi penderita dengan BTA positif setelah tahap

intensif akan mendapatkan pengobatan ulang Bila sudah negatif sputum

diperiksa tiga kali berturut-turut dan harus dikontrol agar tidak terjadi ldquosilent

bacterial sheddingrdquo yaitu terdapat sputum BTA positif tanpa disertai keluhan-

keluhan TB yang relevan

Evaluasi Radiologis

Evaluasi radiologis juga diperlukan untuk melihat kemajuan terapi Dengan

pemeriksaan radiologis dapat dilihat keadaan TB parunya atau adanya penyakit

lain yang menyertai Evaluasi foto dada dilakukan tiap 3 bulan sekali 10

2113 Efek Samping OAT

Sebagian besar penderita TB paru dapat menyelesaikan pengobatan tanpa

efek samping Namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping Oleh karena

itu pemantauan kemungkinan terjadinya efek samping sangat penting dilakukan

selama pengobatan Pemantauan dilakukan dengan cara menjelaskan kepada

penderita tanda-tanda efek samping dan menanyakan adanya gejala efek samping

pada waktu penderita mengambil OAT 8

Efek samping ringan dari OAT seperti tidak ada nafsu makanmual sakit

perut nyeri sendi kesemutan sampai dengan rasa terbakar di kaki dan warna

kemerahan pada air seni Efek samping berat dari OAT misalnya gatal dan

kemerahan kulit tuli gangguan keseimbanagn ikterus tanpa penyebab lain

bingung dan muntah-muntah gangguan penglihatan purpura dan syok 8

22 Strategi DOTS

23

Strategi DOTS adalah strategi penanggulaan TB paru nasional yang telah

direkomendasikan oleh WHO yang dimulai pelaksanaannya di Indonesia pada tahun

19951996 Sebelum pelaksanaan strategi DOTS (1969-1994) angka kesembutah TB

paru yang dapat dicapai oleh program hanya 40-60 saja Dengan strategi DOTS

diharapkan angka kesembuhan dapat dicapai minimal 85 dari penderita TB paru

BTA positif yang di temukan 11

Prinsip DOTS adalah mendekatkan pelayanan pengobatan terhadap

penderita agar secara langsung dapat mengawasi keteraturan menelan obat dan

melakukan pelacakan bila penderita tidak datang mengambil obat sesuai dengan yang

ditetapkan

Kalau diurai dari kata-katanya pengertian DOTS dapat dimulai dengan

keharusan setiap pengelola program TB intuk member direct attention dalam usaha

menemukan penderita Dalam bahasa lain ini diterjemahkan menjadi deteksi kasus

dengan pemeriksaan mikroskopik kendati sebenarnya pengertiannya dapat diperluas

dengan keharusan untuk mendeteksi kasus secara baik dan akurat Kemudian setiap

pasien harus di- observed dalam memakan obatnya setiap obat yang di telan pasien

harus di depan seorang pengawas Selain itu tentunya pasien harus menerima

treatment yang tertata dalam system pengelolaan distribusi dan penyediaan obat

secara baik Kemudian setiap pasien harus mendapat obat yang baik artinya

pengobatan short course standart yang telah terbukti ampuh secara klinik

Akhirnya harus ada dukungan dari pemerinyah yang membuat program

penanggulangan TB mendapat prioritas yang tinggi dalam pelayanan kesehatan 11

Strategi DOTS mempunyai lima komponen

1) Komitmen politits dari para pengambil keputusan termasuk dukungan dana

2) Diagnosa TB dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopik

3) Pengobatan dengan panduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) jangka pendek

dengan pengawasan langsung oleh pengawas Menelan Obat (PMO)

4) Kesinambungan perssediaan OAT jangka pendek dengan mutu terjamin

5) Pencatatan dan pelaporan secraa baku untuk memudahkan pemantauan dan

evaluasi program penanggulangan TB

23 Konsep Perilaku

24

Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor baik faktor internal

( dari dalam diri manusia ) maupun faktor eksternal ( dari luar diri manusia ) Faktor

internal ini terdiri dari faktor fisik dan psikis Faktor eksternal terdiri dari berbagai

faktor antara lain sosial budaya masyarakat lingkungan fisik politik ekonomi

pendidikan dan sebagainnya Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi

kesehatan baik individu kelompok maupun masyarakat dikelompokkan menjadi

empat ( Blum 1974 )

Konsep Blum menjelaskan bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh

1) Lingkungan yang mencakup lingkungan fisik sosial budaya politik ekonomi

dan sebagainnya

2) Perilaku

3) Pelayanan kesehatan

4) Keturunan ( hereditas )

Perilaku merupakan factor terbesar kedua setelah factor lingkungan yang

mempengaruhi derajat kesehatan Oleh sebab itu dalam rangka membina dan

meningkatkan kesehatan masyarakat maka intervensi atau upaya yang di tujukan

kepada faktor erilaku ini sangat strategis

Menurut Green perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama yakni 12

1) Faktor predisposisi ( predisposing factor )

Faktor ini mencakup pengetahuan sikap dan masyarakat terhadap kesehatan

tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan

kesehatan sistem nilai yang dinut masyarakat tingkat pendidikan tingkat sosial

ekonomi dan sebagainya

2) Faktor Pemungkin ( Enabling factor )

Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan

bagi masyarakat misalnya air bersih tempat pembuangan tinja ketersediaan

makanan yang bergizi dan sebagainnya termasuk juga fasilitas kesehatan

seperti puskesmas rumah sakit posyandu dokter atau bidan praktek swasta dan

sebagainnya

3) Faktor penguat ( reinforcing factor )

25

Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat tokoh agama

sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan Termasuk juga di

sini undang-undang peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah

daerah yang terkait dengan kesehatan

Tim kerja dari WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang

berperilaku tertentu dikarenakan 4 ( empat ) alasan pokok yaitu

1) Pemikiran dan perasaan ( Thoughts and feeling )

Yakni dalam bentuk pengetahuan kepercayaan dan sikap Pengetahuan di

peroleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain sedangkan

kepercayaan biasanya diperoleh dari orang tua kakek atau nenek Seseorang

menerima kepercayaan itu berdasarkan keyankinan dan tanpa adanya pembuktian

terlebih dahulu Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap

objek dan seringnya diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang

lain yang paling dekat

2) Karakteristik Pendukung (enabling characteristics)

Karakteristik ini mencerminkan bahwa meskipun mempunyai predisposisi untuk

menggunakan pelayanan kesehatan ia tak akan bertindak menggunakannya

kecuali bial ia mampu menggunakannya Penggunaan pelayanan kesehatan yang

ada tergantung kepada kemampuan konsumen untuk membayar

3) Karakteristik kebutuhan (need characteristics)

Faktor predisposisi dan factor yang memungkinkan untuk mencari pengobatan

dapat terwujud di dalam tindakan apabila itu dirasakan sebagai kebutuhanDengan

kata lain kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan

pelayanan kesehatan bila mana tingkat predisposisi dan enabling itu ada

Kebutuhan (need) disisni di bagi menjadi dua ketegori dirasa atau preceived

( subject assessment) dan evaluated ( clinical diagnosis )

Menurut Skinner perilaku kesehatan adalah suatu respons

seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan

26

penyakit system pelayanan kesehatan makanan dan minimum serta lingkungan

Dari batasan ini perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 ( tiga)

kelompok yakni

1) Perilaku pemeliharaan kesehatan ( health maintenance)

Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga

kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit Oleh

sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3(tiga) aspek yaitu

a Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit serta

pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit

b Perilaku peningkatan kesehatan apabila seseorang dalam keadaan sehat

c Perilaku gizi Makanan dan minimum dapat meningkatkan kesehatan

seseorang bahkan dapat mendatangkan penyakit Hal ini sangat tergantung

pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut

2) Perilaku pencarian pengobatan ( health behavior )

Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat

menderita penyakit dan atau kecelakaan Tindakan atau perilaku ini dimulai dari

mengobati sendiri ( self treatment) sampai mencari pengobatan keluar negeri

3) Perilaku kesehatan lingkungan

Adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan baik lingkungan fisik

maupun social budaya dan sebagainnya sehingga lingkungan tersebut tidak

mempengaruhi kesehatannya Dengan perkataan lain bagaimana seseorang

mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri

keluarga atau mesyarakatnya 12

24 Kepatuhan Berobat

Kepatuhan berasal dari kata ldquo patuh ldquo yang berarti taat suka menuruti

disiplin Kepatuhan menurut Trostle adalah tingkat perilaku penderita dalam

mengambil suatu tindakan pengobatan misalnya dalam menentukan kebiasaan

hidup sehat dan ketetapan berobat Dalam pengobatan seseorang dikatakan tidak

27

patuh apabila orang tersebut melalaikan kewajibannya berobat sehingga dapat

mengakibatkan terhalangnya kesembuhan 13

Menurut Sacket kepatuhan pasien adalah sejauh mana perilaku pasien

sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh professional kesehatan 14

Menurut Sarafino secara umum ketidaktaatan meningkatkan risiko

berkembangnya masalah kesehatan atau memperpanjang atau memperburuk

kesakitan yang sedang di derita Perkiraan yang ada menyatakan bahwa 20 jumlah

opname di rumah sakit merupakan akibat dari ketidaktaatan pasien terhadap aturan

pengobatan Faktor yang mempengaruhi kepatuhan seseorang dalam berobat yaitu

faktor petugas faktor obat dan faktor penderita Karakteristik petugas yang

mempengaruhi kepatuhan antara lain jenis petugas tingkat pengetahuan lamanya

bekerja frekuensi penyuluhan yang dilakukan Faktor obat yang mempengaruhi

kepatuhan adalah pengobatan yang sulit dilakukan tidak menunjukkan kea rah

penyembuhan waktu yang lama adanya efek samping obat Faktor penderita yang

menyebabkan ketidakpatuhan adalah umur jenis kelamin pekerjaan anggota

keluarga saudara atau teman khusus 15

25 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan

Faktor-faktor yang mempengaruhi katidakpatuhan dapat digolongkan

menjadi empat bagian yaitu

1 Pemahaman tentang Instruksi

Tak seorang pun mematuhi instruksi jika ia salah paham tentang instruksi yang

diberikan kepadanyaLey dan Spelman (Ester 2000 ) Menemukan bahwa lebih

dari 60 yang diwawancarai setelah bertemu dengan dokter salah mengerti

tentang instruksi yang diberikan pada mereka kadang-kadang hal ini disebabkan

oleh kegagalan professional kesehatan dalam memberikan informasi yang

lengkap penggunaan istilah-istilah medis dan mbanyak memberikan instruksi

yang harus diingat oleh pasien

28

Pendekatan praktis untuk meningkatkan kepatuhan pasien ditemukan oleh

Dinicola dan Dimatteo yaitu

a) Buat instruksi tertulis yang jelas dan mudah diinterpretasikan

b) Berikan informasi tentang pengobatan sebelum menjelaskan hal-hal lain

c) Jika seseorang diberikan suatu daftar tertulis tenang hal-hal yang harus

diingat maka aka nada efek ldquokeunggulanrdquoyaitu mereka brusaha mengingat

hal-hal yang pertama kali ditulis

d) Insruksi-instruksi harus ditulis dengan bahasa umum ( Non medis ) dan hal-

hal yang perlu ditekankan 14

2 Kualitas Interaksi

Kualitas interaksi antara profrsional kesehatan dan pasien merupakan bagian yang

penting dalam menentukan derajat kepatuhan Meningkatkan interaksi

professional kesehatan dengan pasien adalah suatu hal penting untuk memberikan

umpan balik pada pasien setelah memperoleh informasi tentang diagnosis Pasien

membutuhkan penjelasan tentang kondisinya saat ini apa penyebabnya dan apa

yang dapat mereka lakukan dengan kondisi seperti itu

3 Isolasi sosial dan keluarga

Keluarga dapat menjadi factor yang sangat berpengaruh dalam menentukan

keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga menentukan tentang

program pengobatan yang dapat mereka terima Keluarga juga member dukungan

dan membuat keputusan mengenai perawatan dari anggota keluarga yang sakit

4 Keyakinan Sikap Kepribadian

Ahli psikologis telah menyelidiki tentang hubungan antar pengukuran-

pengukuran kepribadian dan kepatuhan Mereka menemukan bahwa data

kepribadian secara benar dibedakan antar orang yang putih drngan orang yang

gagal Orang-orang yang tidak patuh adalah orang-orang yang lebih mengalami

depresi anxietas sangat memperhatikan kesehatannya memiliki kekuatan ego

29

yang lebih lemah dan kehidupan sosialnya lebih memusatkan perhatian pada

dirinya sendiri Blumenthal et al mengatakan bahwa ciri-ciri kepribadian yang

disebutkan diatas itu yang menyebabkan seseorang cenderung tidak patuh ( drop

out) dari program pengobatan 14

Menurut Schwart dan Griffin Faktor yang berhubungan dengan

ketidaktaan secara sejarah riset tentang ketaan pasien didasarkan atas pandangan

tradisional mengenai pasien sebagai penerima nasihat dokter yang pasif dan patuh

Pasien yang tidak taat dipandang sebagai orang yang lalai dan masalahnya dianggap

sebagai masalah control Riset berusah untuk mengidentifikasi kelompok-kelompok

pasien yang tidak patuh berdasarkan kelas sosioekonomi pendidikan umur dan

jenis kelamin Pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan sepanjang bawah

pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif seperti penggunaan buku-buku

dan kaset oleh pasien secara mandiri Usaha-usaha ini sedikit berhasil seorang dapat

menjadi tidak taat kalau situasinya memungkinkan Teori-teori yang lebih baru

menekannkan factor situasional dan pasien sebagai peserta yang aktif dalam proses

pengobatannya Perilaku ketaatan sering diartikan sebagai usaha pasien untuk

mengendalikan perilakunya bahkan jika hal tersebut bias menimbulkan resiko

mengenai kesehatannya 15

Macam-macam faktor yang berkaitan dengan ketidaktaatan disebutkan

a Ciri-ciri kesakitan dan cirri-ciri pengobatan

Menurut Dickson dkk perilaku ketaatan lebih rendah untuk penyakit kronis

(karena tidak ada akibat buruk yang segera dirasakan atau resiko yang jelas )

saran mengenai gaya hidup umum dan kebiasaan yang lama pengobatan yang

kompleks pengobatan dengan efek samping perilaku yang tidak pantas

Menurut Sarafino tingkat ketaaatan rata-rata minum obat utnuk menyenbuhkan

kesakitan akut dengan pengobatan jangka pendek adalah sekitar 78 Untuk

kesakita kronis dengan cara pengobatan jangaka panjang tingkat tersebut menurun

sampai 54

b Komunikasi antara Pasien dan Dokter

Berbagai aspek komunikasi antara pasien dan dokter mempengaruhi tingkat

ketidaktaan misalnya informasi dengan pengawasan yang kurang

30

ketidakpuasan terhadap aspek hubungan emosional dengan dokter ketidak

puasan terhadap pengobatan yang diberikan

c Variabel-variabel sosial

Hubungan antara dukungan sosial dengan ketaatan telah dipelajari Secara umum

orang-orang yang merasa mereka menerima penghiburan perhatian dan

pertolongan yang mereka butuhkan dari seseorang atau kelompok biasanya

cenderung lebih mudah mengikuti nasihat medis daripada pasien yang kurang

mendapat dukungan sosial Jelaslah bahwa keluarga memainkan peranan yang

sangat penting dalam pengelolaan medis misalnya penggunaan pengaruh

normative pada pasien yang mungkin mengakibatkan efek yang memudahkan

atau menghambat perilaku ketaatan

d Ciri-ciri Individual

Variabel-variabel demografis juga digunakan untuk meramalkan ketidaktaatan

sebagai contoh Di Amerika Serikat kaum wanita kaum kulit putih dan orang

tua cenderung mengikuti anjuran dokter 15

Dalam proses penyembuhan penderita TB Paru dapat diberikan obat anti-

TB (OAT) yang diminum secara teratur sampai selesai dengan pengawasan

yangketat Masa pemberian obat memang cukup lama yaitu 6-8 bulan secara terus

menerus sehingga dapat mencegah penularan kepada orang lain Oleh sebab itu para

penderita TB jika ingin sembuh harus minum obat secara teratur Tanpa adanya

keteraturan minum obat penyakit sulit disembuhkan Jika tidak teratur minum obat

penyakitnya sukar diobati kuman TB dalam tubuh akan berkembang semakin banyak

dan menyerang organ tubuh lain yang akan membutuhkan waktu lebih lama untuk

dapat sembuh

26 Pengawasan Menelan Obat (PMO) 9

Salah satu komponen DOTS adalah pengobatan paduan OAT jangka

pendek dengan pengawasan langsung Untuk menjamin keteraturan pengobatan

diperlukan seorang PMO

31

a Persyaratan PMO

bull Seseorang yang dikenal dipercaya dan disetujui baik oleh petugas kesehatan

maupun pasien selain itu harus disegani dan dihormati oleh pasien

bull Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien

bull Bersedia membantu pasien dengan sukarela

bull Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan pasien

b Siapa yang bisa menjadi PMO

Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan misalnya Bidan di Desa Perawat

Pekarya Sanitarian Juru Immunisasi dan lain lain Bila tidak ada petugas

kesehatan yang memungkinkan PMO dapat berasal dari kader kesehatan guru

anggota PPTI PKK atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga

c Tugas seorang PMO

bull Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai

pengobatan

bull Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur

bull Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah

ditentukan

bull Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai gejala-

gejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke Unit Pelayanan

Kesehatan

Tugas seorang PMO bukanlah untuk mengganti kewajiban pasien mengambil

obatdari unit pelayanan kesehatan

d Informasi penting yang perlu dipahami PMO untuk disampaikan kepada pasien dan

keluarganya

bull TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur

32

bull TB bukan penyakit keturunan atau kutukan

bull Cara penularan TB gejala-gejala yang mencurigakan dan cara pencegahannya

bull Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan)

bull Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur

bull Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera meminta

pertolongan ke UPK

27 Penanggulangan TB 16

Rencana Global Penanggulangan TB

Rencana Global 2006-2015 mencakup enam elemen utama dalam strategi baru Stop

TB ndashWHO yang terdiri dari

1 Memperluas dan meningkatkan ekspansi DOTS yang berkualitas meningkatkan

penemuan kasus dan kesembuhan melalui pendekatan yangterfokus pada penderita

agar pelayanan DOTS yang berkualitas dapat menjangkau seluruh penderita

khususnya kelompok masyarakat yang miskin dan rentan

2 Menghadapi tantangan TBHIV MDR-TB dan tantangan lainnya dengan cara

meningkatkan kolaborasi TBHIV DOTS-Plus dan pendekatan lainnya

3 Berkontribusi dalam memperkuat sistem kesehatan melalui kerjasama dengan

berbagai program dan pelayanan kesehatan lainnya misalnya dalam memobilisasi

sumber daya manusia dan finansial untuk implementasi dan mengevaluasi

hasilnyaserta pertukaran informasi dalam keberhasilan pencapaian dalam program

penanggulangan TB

33

4 Melibatkan seluruh penyedia pelayanan kesehatan pemerintah lembaga swadaya

masyarakat (LSM) dan swasta dengan cara memperluas pendekatan berbasis

public-private mix (PPM) dengan menggunakan ISTC

5 Melibatkan penderita TB dan masyarakat untuk memberikan kontribusi dalam

penyediaan pelayanan yang efektif Hal ini meliputi perluasan pelayanan TB di

masyarakat menciptakan kebutuhan masyarakat akan pelayanan TB advokasi

yang spesifik komunikasi dan mobilisasi sosial serta mendukung pengembangan

piagam pasien TB dalam masyarakat dan

6 Memberdayakan dan meningkatkan penelitian operasional

28 Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel dependent

Karakteristik Individu

1Umur

2Jenis kelamin

3Pendidikan

4Pekerjaan

5Pengetahuan

6Efek samping OAT

7Tingkat kepatuhan

penderita dalam

pengobatan

Kesembuhan

34

Penderita TB paru

Faktor Pelayanan

kesehatan

1 Ketersediaan OAT

2 Sikap petugas kesehatan

3 LokasiJarak

4 Penyuluhan kesehatan

5 Kunjungan rumah

Faktor Peran PMO

Gambar Kerangka Konsep Penelitian

Definisi Konsep

1 Karakteristik individu adalah hal-hal yang melekat dalam diri penderita TB paru yang

mempengaruhi tingkat kapetuhan dalam melaksanakan program pengobatan dengan

strategi DOTS yang membedakan seseorang dengan yang lainnya meliputi umur jenis

kelamin pendidikan pekerjaan pengetahuan efek samping OAT tingkat kepatuhan

penderita dalam pengobatan

2 Faktor pelayanan kesehatan adalah penilaian dari penderita TB paru terhadap upaya yang

diselenggarakan oleh unit pelayanan kesehatan untuk menangani penderita TB paru

meliputi Ketersediaan OATsikap petugas kesehatan lokasijarak penyuluhan

kesehatan dan kunjungan rumah

3 Faktor Peran PMO ( Pengawasan Menelan Obat ) adalah penilaian dari penderita TB paru

terhadap hal-hal yang menjadi tugas dari seseorang pengawas menelan obat yang

mempengaruhi tingkat kepatuhan penderita TB paru dalam melaksanakan pengobatan

meliputi penyuluhan member dorongan meningkatkan dan mengawasi

35

4 Kesembuhan adalah pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan

pemeriksaan ulang dahak (follow up) menunjukkan hasil BTA negatif

29 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep di atas maka hipotesis penelitian ini adalah

1) Ada pengaruh karakteristik individu terhadap kesembuhan penderita TB paru

dalam pengobatan

2) Ada pengaruh pelayanan kesehatan terhadap kesembuhan penderita TB paru

dalam pengobatan

3) Ada pengaruh PMO terhadap kesembuhan penderita TB paru dalam pengobatan

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

31 Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional yang

bertujuan untuk menjelaskan pengaruh karakteristik individu faktor pelayanan

kesehatan dan faktor Pengawas Menelan Obat (PMO) terhadap kesembuhan

penderita TB Paru dalam melaksanakan pengobatan di Puskesmas Grogol Petamburan

tahun 2011

32 Tempat dan Waktu Penelitian

36

Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Grogol Petamburan pada bulan

Januari sampai Februari tahun 2012

33 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang

sedang menjalankan pengobatan TB di Puskesmas Grogol

Petamburan mulai bulan OktobeR

34 Keriteria Inklusi dan Eksklusi

341 Keriteria Inklusi

342 Keriteria Eksklusi

35 Sampel

351 Besar Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang

mengikuti pengobatan dengan strategi DOTS di Puskesmas yang pada saat penelitian

sedang menjalani pengobatan dan seluruh penderita TB yang telah mendapat

pengobatan selama 6 bulan atau sedang dalam tahap lanjutan

Keterangan

n1 = Jumlah sampel minimal

37

n2 = Jumlah sampel ditambah substitusi 10 (substitusi adalah persen responden

yang mungkin drop out)

Z = Tingkat batas kepercayaan dengan = 5

Didapat Z pada kurva normal = 196

p = Proporsi variabel yang diteliti yaitu besarnya presentasi 50 )

q = 1 - p

L = Derajat kesalahan yang masih dapat diterima adalah 10

Berdasarkan rumus di atas didapatkan angka sebagai berikut

( Z )2 p q ( 196 )2 0505

n1 = ----------------- = ------------------------------ = 9604

L2 ( 01 )2

n2 = n1 + ( 10 n1 )

= 9604 + ( 10 9604)

= 9604 + 9604

= 10564 Dibulatkan 106

352 Teknik Pengambilan Sampel

36 Identifikasi Variabel

1 Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kesembuhan tb paru

2 Variabel independen adalah umur jenis kelamin pendidikan pekerjaan

pengetahuan efek samping OAT dan tingkat kepahuhan dari penderita TB

Selain itu faktor dari pelayanan kesehatan dan PMO juga ikut berperan

37 Cara Kerja

1 Membuat proposal penelitian tentang hubungan antara tingkat kepatuhan minum

OAT dengan tingkat kesembuhan penyakit TB di Puskesmas Kecamatan Grogol

Petamburan

38

2 Pengumpulan data sekunder dari Puskesmas Grogol Petamburan

3 Melakukan kunjungan ke rumah-rumah sampel di daerah RT terpilih untuk

pengumpulan data primer dengan memakai kuesioner dan wawancara responden

4 Data-data yang telah dikumpulkan akan dilakukan pengolahan berupa proses

editing verifikasi dan koding Selanjutnya dimasukkan dan diolah dengan

menggunakan program computer yaitu program SPSS

5 Terhadap data yang telah diolah kemudian dilakukan analisis sesuai dengan cara

uji statistik menggunakanhelliphellip Data diinterpretasi secara deskriptif korelatif

antar variabel ndash variabel yang telah ditentukan dan disajikan dalam bentuk

tekstular dan tabular

6 Hasil dari penelitian akan disusun dalam bentuk pelaporan penelitian yang

selanjutnya akan di presentasikan di hadapan staf pengajar program pendidikan

Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida

Wacana (FK UKRIDA) dalam forum pendidikan Ilmu Kedokteran Komunitas

Fakultas Kedokteran UKRIDA

38 Manajemen Data

381 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder yaitu

1 Data primer diperoleh dengan wawancara langsung kepada penderita TB paru

dan petugas kesehatan program penanggulangan TB Paru yang berpedoman pada

kuisioner penelitian yang telah ditetapkan dam melakukan cross check

2 Data sekunder diperoleh dari laporan pelaksanaan program penanggulangan TB

Paru di Puskesmas kartu pengobatan TBC (formulir TB 01) dan Formulir

Permohonan Laboratorium TBC Untik Pemeriksaan Dahak (formulir TB 05)

382 Pengolahan Data

39

Aspek pengukuran

Aspek pengukuran variable bebas

Karakteristik individu

Aspek pengukuran variable karakteristik individu dapat dilihat pada tabel 31

Table 31 Aspek Pengukuran Variabel Karakteristik Individu

Karakteristik

individu

Kategori Skala Bobot nilai

Umur a 15-24 tahun

b 25-49 tahun

c gt 50 tahun

rasio

Jenis kelamin a Laki-laki

b Perempuan

Tingkat

pendidikan

a Tidak tamat SD

b SD

c SLTP

d SLTA

e Sarjana S1

Pekerjaan a Bekerja

b Tidak bekerja

Pengetahuan a Baik

b Sedang

c Bururk

Efek samping

OAT

a Ada

b Tidan ada

Faktor pelayanan kesehatan

Pengukuran faktor pelanan kesehatan meliputi ketersediaan OAT yang

diukur adalah yang diukur dengan 2 pertanyaan sikap petugas kesehatan diukur

dengan 8 pertanyaan lokasi jarak diukur dengan 3 pertanyaan penyuluhan kesehatan

diukur dengan 6 pertanyaan dan kunjungan rumah diukur dengan 2 pertanyaan

40

berdasarkan jawaban yang diberikan responden selanjutnya dikelompokkan menjadi

tiga (3) yaitu

a Baik jika faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan

penilaian yang baik karena kebutuhan yang diinginkan debagian besarnya

terpenuhi (nilai gt32)

b Sedang bila faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan

penilaian yang kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan responden hanay

sebagian saja yang terpenuhi (nilainya 17-32)

c Buruk bila faktor pelayanan pelayanan kesehatan yang diterima responden

menimbulkan penilaian yang tidak baik karena kebutuhan yang diinginka

responden sebagian besar tidak dipenuhi (nilainya lt17)

Faktor Pengawas Menelan Obat (PMO)

Faktor Pengawas Menelan Obat diukur dengan 5 pertanyaan yang

selanjutnya dibedakan atas 3 kategori yaitu

a Baik bila semua tugas yang diterima responden terlaksana dengan baik yaitu

mengawasi memberikan dorongan mengingatkan dan memberikan penyuluhan

(nilainya gt11)

b Sedang bila tugas PMO yang diterima responden sebagian saja yang terpenuhi

(nilainya 6-11)

c Buruk bila tugas PMO yang diterima responden tidak terlaksana dengan baik

(nilainya lt 6)

Aspek Pengukuran Variabel Terikan

Kepatuhan Pengobatan TB Paru

41

Aspek Pengukuran Variabel ini menggunakan skala interval yang diukur berdasarkan

tiga (3) kategori yaitu

Patuh apabila responden selalu menelan obat sesuai ketentuan petugas kesehatan

yaitu setiap hari pada tahap awal tiga kali seminggu pada tahap lanjutan dan

mengambil obat serta memeriksakan dahak sesuai jadwal dan menaati nasihat dari

petugas kesehatan ( bobot 3 )

Kurang patuh jika responden kadang-kadang menelan obat sesuai ketentuan

petugas kesehatan atau responden tidak menelan obat 2-8 minggu selama tahap

pengobatan lanjutan dan tidak memerisakan dahak sesuai jadwal yang telah

ditetapkan dan tidak selalu menaati nasihat dari petugas kesehatan (bobot 2 )

Tidak patuh jika responden tidak menelan obat sesuai ketentuan petugas

kesehatan atau responden tidak menelan obat lebih dari 8 minggu selama tahap

pengobatan lanjutan dan tidak mengambil obat serta tidak memeriksakan dahak

sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan tidak menaati nasihat petugas kesehatan

(bobot 1)

383 Penyajian Data

384 Analisis Data

385 Interpretasi Data

386 Pelaporan Data

39 Definisi Operasional

1 Umur adalah usia responden saat penelitian berdasarkan ulang tahun terakhir yang

dibedakan atas 3 (tiga) kategori berdasarkna Badan Pusat Statistik Kota Medan

42

tahun 2008 yaitu 1) orang muda 25-24 tahun 2) dewasa 24-49 tahun 3) orang

tua gt 50 tahun

2 Jenis kelamin adalah suatu karakteristik responden yang dibedakan identitasnya

dari laki-laki dan perempuan

3 Pendidikan adalah jenjang pendidikannyang berhasil ditamatkan responden yang

dibedakan atas tidak tamat SD SD SLTP SLTA Akademi Sarjana

4 Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh responden sebagai

pendapatan utama yang dibedakan atas kerja dan tidak bekerja

5 Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai penyakit

TB paru

6 Efek samping OAT adalah gejala keluhan yang diderita responden akiba menelan

OAT selama pengobatan

7 Ketersdediaan OAT adalah pandangan responden terhadap kondisi OAT

diperoleh dari puskesmas meliputi kecukupan jumlah OAT dan dan kualitasnya

8 Sikap petugas kesehatan adalah penilaian responden terhadap reaksi petugas

kesehatan kepada responden selama mereka menjalanin pengobatan

9 Lokasi jarak adalah pandangan responden tentang lama perjalanan dari tempat

tinggal responden ke Puskesmas yang diukur dengan jarak sarana transportasi

10 Penyuluhan kesehatan adalah pandangan responden tentang kegiatan yang

dilakukan oleh petugas kesehatan sehubungan dengan pengobatan TB Paru untuk

mencapai suatu keadaan dimana pederita TB Paru dapat hidup lebih sehat

11 Kunjungan rumah adalah pandangan responden tentang kegiatan yang dilakukan

petugas kesehatan selama masa pengobatan ke rumah responden

12 Faktor peran Pengawas Minum Obat (PMO) adalah pandangan responden tentang

tugas yang dilakasanakan oleh seorang PMO meliputi penyuluhan

13 Kepatuhan berobat adalah ketaan responden dalam menelan obat mengambil

obat dan melakukan pemeriksaan dahak sesuai jadwal yang telah ditentukan dan

menaati segala nasehat dari petugas kesehatan

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

1) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta

2) Perkumpulan Pemberantasan TB Indonesia 2011 TB di Indonesia Peringkat Dunia

Jakarta Diakses melalui situs httpwwwpptiinfoindexphpcomponentcontentarticle46-

arsip-ppti141-tbc-di-indonesia-peringkat-5-dunia Diakses pada tanggal 23 Januari 2012

44

3) Depkes dan WHO 2008 Lembar Fakta Tuberkulosis Jakarta

4) Dirjen P2M amp PLP 1997 Pengawasan Menelan Obat (PMO) adalah DOTS ala Indonesia

Jakarta

5) Amirudin R 2006 Faktor Keberhasilan Konversi pada Penderita TB Paru di Puskesmas

Jongaya Tahun 2006 Laporan Penelitian FKM Unhas Makasar

6) Aditama Tjandra Y 1994 Tuberkulosis Paru Masalah dan Penanggulangnya UI Press

Jakarta

7) Aru W Bambang S Idrus A dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Tuberkulosis

Paru Edisi IV FKUI Jakarta 2006 998-1004

8) Depkes RI 2002 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta

9) Depkes RI 2006 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta

10) Subijakto Hubungan Pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Berobat

Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Proposal Skripsi Jakarta 2011 Diakses pada

tanggal 20 Januari 2012

11) Aditama Tjandra Y 2002 Tuberkulosis Diagnosis Terapi dan Masalahnya Yayasan IDI

Jakarta

12) Notoatmodjo Soekidjo 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Penerbit Rineka Cipta

Jakarta

13) Simamora Jojor 2004 Faktor yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Berobat Penderita TB

Paru di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2004 Tesis Pascasarjana USU Medan

14) Ester Monica 2000 Psikologi Kesehatan Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

15) Bart Smet 1994 Psikologi Kesehatan PT Grasindo Jakarta

16) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta

45

Page 6: 133192422-TB-paru

142 Manfaat Bagi Perguruan Tinggi

1) Realisasi Tridarma perguruan tinggi dalam melaksanakan fungsi atau

tugas perguruan tinggi sebagai lembaga yang menyelenggarakan

pendidikan penelitian dan pengabdian masyarakat

2) Mewujudkan kampus Universitas Kristen Krida Wacana sebagai

masyarakat ilmiah dalam peran sertanya di bidang kesehatan

3) Meningkatkan saling pengertian dan kerjasama antar mahasiswa dan

staf pengajar

143 Manfaat Bagi Masyarakat

1) Sebagai masukan berupa hasil penelitian dan saran-saran yang

diharapkan dapat menjadi umpan balik positif bagi warga di wilayah

kerja Puskesmas Jelambar untuk dapat berperan serta

2) Sebagai bahan masukan dalam melakukan penyuluhan kesehatan

untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam melakukan

program pemberantasan penyakit TB paru

3) Sebagai bahan masukan dalam melakukan penelitian selanjutnya

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

21 Penyakit Tuberkulosis Paru

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh

kuman TB (Mycobacterium tuberculosis) Sebagian besarkuman TB menyerang paru

tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya Tuberkulosis bukanlah penyakit

keturunan tetapi dapat ditularkan dari orang ke orang lain6

Kuman penyebab tuberkulosis ini ditemukan oleh seorang ilmuwan

Jerman yang bernama Robert Koch di tahun 1882 Hasil penemuannya ini dilaporkan

olehnya kepada masyarakat ilmiah pada tanggal 24 Maret 1882 Penemuan ini

merupakan peristiwa terbesar dalam perkembangan pengobatan tuberkulosis dan

tanggal 24 Maret setiap tahunnya sampai sekarang diperingati sebagai TB Day (hari

Tuberkulosis) 6

Kuman tuberkulosis berbentuk batang berukuran sangat kecil sehingga

hanya dapat dilihat di bawah mikroskop Panjangnya sekitar satu sampai empat

micron dan lebarnya antara 03 sampai 06 mikron Basil tuberkulosis akan tumbuh

secara optimal pada suhu sekitar 370C yang sesuai dengan tubuh manusia Untuk

berkembang biak basil ini melakukan pembelahan diri Jika dilihat dari struktur

kimianya basil ini tediri dari lemak dan protein6

Kuman tuberkulosis mempunyai sifat khusus yaitu tahan asam pada

pewarnaan sehingga disebut sebagai Basil Tahan Asam (BTA) Kuman TB akan mati

pada penyinaran dengan sinar matahari langsung Dalam jaringan tubuh kuman ini

bersifat dormant artinya kuman dapat tertidur lama selama beberapa tahun lalu dapat

aktif kembali jika keadaan memungkinkan6

7

211 Klasifikasi Tuberkulosis 9

Penentuan klasifikasi penyakit tuberkulosis memerlukan suatu lsquodefinisi kasusrsquo yang

meliputi empat hal yaitu

- Lokasi atau organ tubuh yang sakit paru atau ekstra paru

- Bakteriologi (hasil pemeriksaan dahak secara mikroskopis) BTA positif atau BTA

negatif

- Tingkat keparahan penyakit ringan atau berat

- Riwayat pengobatan TB sebelumnya baru atau sudah pernah diobati

bull Manfaat dan tujuan menentukan klasifikasi adalah

- menentukan paduan pengobatan yang sesuai

- registrasi kasus secara benar

- menentukan prioritas pengobatan TB BTA(+)

- analisis kohort hasil pengobatan

bull Beberapa istilah dalam definisi kasus

- Kasus TB Pasien TB yang telah dibuktikan secara mikroskopis atau didiagnosis

oleh dokter

- Kasus TB pasti (definitif) pasien dengan biakan positif untuk Mycobacterium

tuberculosis atau tidak ada fasilitas biakan sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen

dahak SPS hasilnya BTA positif

bull Kesesuaian paduan dan dosis pengobatan dengan kategori diagnostik sangat

diperlukan untuk

- menghindari terapi yang tidak adekuat (undertreatment) sehingga mencegah

timbulnya resistensi

- menghindari pengobatan yang tidak perlu (overtreatment) sehingga meningkatkan

pemakaian sumber-daya lebih biaya efektif (cost-effective)

- mengurangi efek samping

8

Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena

bull Tuberkulosis paru Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang

jaringan (parenkim) paru tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada

hilus

bull Tuberkulosis ekstra paru Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain

paru misalnya pleura selaput otak selaput jantung (pericardium) kelenjar lymfe

tulang persendian kulit usus ginjal saluran kencing alat kelamin dan lain-lain

Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis yaitu pada TB

Paru

bull Tuberkulosis paru BTA positif

- Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif

- 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada menunjukkan

gambaran tuberkulosis

- 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif

- 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS pada

pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah

pemberian antibiotika non OAT

bull Tuberkulosis paru BTA negatif

Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif

Kriteria diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi

- Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif

- Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis

- Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT

- Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan

9

Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan penyakit

bull TB paru BTA negatif foto toraks positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan

penyakitnya yaitu bentuk berat dan ringan Bentuk berat bila gambaran foto

toraks memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas (misalnya proses ldquofar

advancedrdquo) dan atau keadaan umum pasien buruk

bull TB ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya yaitu

- TB ekstra paru ringan misalnya TB kelenjar limfe pleuritis eksudativa

unilateral tulang (kecuali tulang belakang) sendi dan kelenjar adrenal

- TB ekstra-paru berat misalnya meningitis milier perikarditis peritonitis

pleuritis eksudativa bilateral TB tulang belakang TB usus TB saluran kemih

dan alat kelamin

Catatan

bull Bila seorang pasien TB paru juga mempunyai TB ekstra paru maka untuk

kepentingan pencatatan pasien tersebut harus dicatat sebagai pasien TB paru

bull Bila seorang pasien dengan TB ekstra paru pada beberapa organ maka dicatat

sebagai TB ekstra paru pada organ yang penyakitnya paling berat

10

212 Cara Penularan

Lingkungan hidup yang sangat padat dan pemukiman di wilayah perkotaan

kemungkinan besar telah mempermudah proses penularan dan berperan sekali atas

peningkatan jumlah kasus TB Proses terjadinya infeksi oleh Mycobacterium

tuberculosis biasanya secara inhalasi sehingga TB paru merupakan manifestasi klinis

yang paling sering dibandingkan dengan organ lain Penularan penyakit ini sebagian

besar melalui inhalasi basil yang mengandung droplet nuclei khususnya yang di

dapat dari pasien TB paru dengan batuk berdarah atau berdahak yang mengandung

basil tahan asam (BTA) Pada TB kulit atau jaringan lunak penularan bias melalui

inokulasi langsung Infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium bovis dapat

disebabkan oleh susu yang kurang disterilkan dengan baik atau terkontaminasi Sudah

dibuktikan bahwa lingkungan sosial ekonomi yang baik pengobatan yang teratur dan

pengawasan minum obat yang ketat dapat berhasil mengurangi angka morbiditas dan

mortalitas di Amerika selama tahun 1950-1960 7

Daya penularan dari seseorang penderita ditentukan oleh banyaknya

kuman yang dikeluarkan dari parunya Makin tinggi derajat positif hasil dari

pemeriksaan dahak makin menular penderita tersebut Bila pemeriksaan dahak

negatif (tidak terlihat kuman) maka penderita tersebut dianggap tidak menular

Kemungkinan seseorang terinfeksi TB paru ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam

udara dan lamanya menghirup udara tersebut 8

Perlu diketahui bahwa kuman TB tidak hanya keluar ketika penderita

batuk saja tetapi juga pada saat bernyanyi bersin atau bersiul Secara umum dapat

dikatakan bahwa penularan penyakit TB banyak bergantung dari beberapa factor

seperti jumlah kuman yang ada tingkat keganasan kuman dan daya tahan tubuh orang

yang tertular 6

213 Penemuan Penderita TB

Kegiatan penemuan pasien terdiri dari penjaringan suspek diagnosis

penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien Penemuan pasien merupakan langkah

pertama dalam kegiatan program penanggulangan TB Penemuan dan penyembuhan

11

pasien TB menular secara bermakna akan dapat menurunkan kesakitan dan kematian

akibat TB penularan TB di masyarakat dan sekaligus merupakan kegiatan

pencegahan penularan TB yang paling efektif di masyarakat9

Strategi penemuan 9

Penemuan pasien TB dilakukan secara pasif dengan promosi aktif Penjaringan

tersangka pasien dilakukan di unit pelayanan kesehatan didukung dengan

penyuluhan secara aktif baik oleh petugas kesehatan maupun masyarakat untuk

meningkatkan cakupan penemuan tersangka pasien TB

Pemeriksaan terhadap kontak pasien TB terutama mereka yang BTA positif yang

menunjukkan gejala sama harus diperiksa dahaknya

Penemuan secara aktif dari rumah ke rumah dianggap tidak cost efektif

214 Risiko Penularan 9

- Risiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan dahak Pasien TB

paru dengan BTA positif memberikan kemungkinan risiko penularan lebih besar

dari pasien TB paru dengan BTA negatif

- Risiko penularan setiap tahunnya di tunjukkan dengan Annual Risk of Tuberculosis

Infection (ARTI) yaitu proporsi penduduk yang berisiko terinfeksi TB selama satu

tahun ARTI sebesar 1 berarti 10 (sepuluh) orang diantara 1000 penduduk

terinfeksi setiap tahun ARTI di Indonesia bervariasi antara 1-3

- Infeksi TB dibuktikan dengan perubahan reaksi tuberkulin negatif menjadi positif

215 Gejala Klinis TB Paru

Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu

atau lebih Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah

batuk darah sesak nafas badan lemas nafsu makan menurun berat badan menurun

12

malaise berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik demam meriang lebih dari satu

bulan9

Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain

tb seperti bronkiektasis bronkitis kronis asma kanker paru dan lain-lain Mengingat

prevalensi TB di Indonesia saat ini masih tinggi maka setiap orang yang datang ke

UPK dengan gejala tersebut diatas dianggap sebagai seorang tersangka (suspek)

pasien TB dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung9

216 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Tuberkulosis

Faktor ndash faktor yang mempengaruhi terhadap terjadinya TB antara lain

1 Harus ada sumber infeksi

Sumber infeksi dapat berasal dari penderita TB dengan BTA positif Penularan

dapat terjadi melalui dropet atau melalui pengunaan alat makan secara bergantian

tanpa dicuci yang digunakan oleh penderita TB dengan BTA positif tersebut

2 Jumlah basil penyebab harus cukup

Semakin banyak jumlah basil yang terhirup maka semakin besar kemungkinan

seseorang untuk mengidap TB

3 Virulensi yang tinggi dari basil TB

Apabila angka keaktifan kuman tinggi maka semakin cepat kuman TB

berkembang biak di dalam tubuh Selain itu masa inkubasi akan semakin cepat

4 Daya tahan tubuh yang rendah

Daya tahan tubuh yang menurun memungkinkan basil berkembang biak dan

menimbulkan penyakit tuberkulosis 10

217 Tipe Penderita TB Paru

Tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya Ada beberapa

tipe pasien yaitu

bull Kasus baru

13

Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan

OAT kurang dari satu bulan (4 minggu)

bull Kasus kambuh (Relaps)

Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan

tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap didiagnosis

kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur)

bull Kasus setelah putus berobat (Default )

Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA

positif

bull Kasus setelah gagal (failure)

Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi

positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan

bull Kasus Pindahan (Transfer In)

Adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki register TB lain untuk

melanjutkan pengobatannya

bull Kasus lain

Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas Dalam kelompok ini

termasuk Kasus Kronik yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif

setelah selesai pengobatan ulangan

Catatan

TB paru BTA negatif dan TB ekstra paru dapat juga mengalami kambuh gagal

default maupun menjadi kasus kronik Meskipun sangat jarang harus dibuktikan

secara patologik bakteriologik (biakan) radiologik dan pertimbangan medis

spesialistik9

218 Pemeriksaan Diagnostik

Untuk mengetahui adanya tuberkulosis dokter biasanya berpegang pada

tiga patokan utama Pertama hasil wawancaranya tentang keluhan pasien dan hasil

pemeriksaan yang dilakukan pada pasien yang disebut dengan anamnesis Kedua

14

hasil pemeriksaan laboratorium untuk menemukan adanya BTA pada spesimen

penderita

Pemeriksaan dahak mikroskopis 9

Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis menilai

keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan

Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis dilakukan dengan

mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang

berurutan berupa Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS)

S (sewaktu)

Dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung pertama kali Pada

saat pulang suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak pagi

pada hari kedua

P (Pagi)

Dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua segera setelah bangun tidur

Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di UPK

S (sewaktu)

Dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua saat menyerahkan dahak pagi

Adapun tujuan dari pemeriksaan dahak pada program penanggulangan TB

adalah

1 Menegakkan diagnosis dan menentukan tipe klasifikasi

2 Menilai kemajuan pengobatan

3 Menentukan tingkat penularan 8

Pemeriksaan ulang dahak untuk memantau kemajuan pengobatan

dilakukan pada

1 Akhir tahap intensif

15

Dilakukan seminggu sebelum akhir pengobatan penderita baru BTA positif

dengan kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-3 pengobatan ulang

penderita BTA positif kategori 2

2 Sebulan sebelum akhir pengobatan

Dilakukan seminggu sebelum akhir bulan ke-5 pengobatan penderita baru BTA

positif dengan kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-7 pengobatan

ulang penderita BTA positif dengan kategori 2

3 Akhir pengobatan

Dilakukan seminggu sebelum akhir bulan ke-6 pada penderita BTA positif dengan

kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-8 pengobatan ulang BTA positif

dengan kategori 2 8

Pemeriksaan dahak pada sebulan sebelum akhir pengobatan dan akhir

pengobatan bertujuan untuk menilai hasil pengobatan (apakah sembuh atau gagal)

219 Prinsip Pengobatan

Penatalaksanaan TB meliputi penemuan pasien dan pengobatan yang

dikelola dengan menggunakan strategi DOTS9

Tujuan utama pengobatan pasien TB adalah menurunkan angka kematian

dan kesakitan serta mencegah penularan dengan cara menyembuhkan pasien

Penatalaksanaan penyakit TB merupakan bagian dari surveilans penyakit tidak

sekedar memastikan pasien menelan obat sampai dinyatakan sembuh tetapi juga

berkaitan dengan pengelolaan sarana bantu yang dibutuhkan petugas yang terkait

pencatatan pelaporan evaluasi kegiatan dan rencana tindak lanjutnya9

Tabel 21 Jenis sifat dan dosis OAT

Dosis yang direkomendasikan (mgkg)

16

Jenis OAT Sifat Harian 3x seminggu

Isoniazid (H) Bakterisid 5

(4-6)

10

(8-12)

Rifampicin (R) Bakterisid 10

(8-12)

10

(8-12)

Pyrazinamide (Z) Bakterisid 25

(20-30)

35

(30-40)

Streptomycin (S) Bakterisid 15

(12-18)

15

(12-18)

Etambutol (E) Bakteriostatik 15

(15-20)

30

(20-35)

Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut 9

bull OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat dalam jumlah

cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan Jangan gunakan OAT

tunggal (monoterapi) Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT ndash KDT)

lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan

bull Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat dilakukan pengawasan langsung

(DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat

(PMO)

bull Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap yaitu tahap intensif dan lanjutan

Tahap awal (intensif) 9

- Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara

langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat

17

- Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat biasanya pasien

menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu

- Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2

bulan

Tahap Lanjutan 9

- Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit namun dalam jangka

waktu yang lebih lama

- Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah

terjadinya kekambuhan

2110 Panduan Penggunaan OAT di Indonesia9

Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan

Tuberkulosis di Indonesia

- Kategori 1 2(HRZE)4(HR)3

- Kategori 2 2(HRZE)S(HRZE)5(HR)3E3

Disamping kedua kategori ini disediakan paduan obat sisipan (HRZE)

- Kategori Anak 2HRZ4HR

Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket

berupa obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT) sedangkan kategori anak sementara

ini disediakan dalam bentuk OAT kombipak

Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu

tablet Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien Paduan ini dikemas dalam

satu paket untuk satu pasien

Paket Kombipak

18

Terdiri dari obat lepas yang dikemas dalam satu paket yaitu Isoniasid

Rifampisin Pirazinamid dan Etambutol Paduan OAT ini disediakan program untuk

mengatasi pasien yang mengalami efek samping OAT KDT

Paduan OAT ini disediakan dalam bentuk paket dengan tujuan untuk

memudahkan pemberian obat dan menjamin kelangsungan (kontinuitas) pengobatan

sampai selesai

Satu (1) paket untuk satu (1) pasien dalam satu (1) masa pengobatan

KDT mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB

1 Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin efektifitas

obat dan mengurangi efek samping

2 Mencegah penggunaan obat tunggal sehinga menurunkan resiko terjadinya

resistensi obat ganda dan mengurangi kesalahan penulisan resep

3 Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat menjadi

sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien

Paduan OAT dan peruntukannya

19

1 Kategori-1 (2HRZE 4H3R3)

Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru

1048707 Pasien baru TB paru BTA positif

1048707 Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif

1048707 Pasien TB ekstra paru

Tabel 22 Dosis untuk paduan OAT KDT untuk Kategori 1

Berat Badan

Tahap Intensif

tiap hari selama 56 hari

RHZE (15075400275)

Tahap Lanjutan

3 kali seminggu selama 16 minggu

RH (150150)

30-37 kg 2 tablet 4 KDT 2 tablet 4 KDT38-54 kg 3 tablet 4 KDT 3 tablet 4 KDT55-70 kg 4 tablet 4 KDT 4 tablet 4 KDTge 71 kg 5 tablet 4 KDT 5 tablet 4 KDT

2 Kategori -2 (2HRZES HRZE 5H3R3E3)

Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya

1048707 Pasien kambuh

1048707 Pasien gagal

1048707 Pasien dengan pengobatan setelah default (terputus)

Tabel 23 Dosis untuk paduan OAT KDT Kategori 2

Berat Badan

Tahap Intensif

tiap hari

RHZE (15075400275) + S

Tahap Lanjutan

3 kali seminggu

RH (150150) + E (275)

Selama 56 hari Selama 28 hari Selama 20 minggu

30-37 kg 2 tablet 4 KDT + 500 mg Streptomisin inj

2 tablet 4 KDT 2 tablet 4 KDT+ 2 tab Etambutol

38-54 kg 3 tablet 4 KDT +750 mg Streptomisin inj

3 tablet 4 KDT 3 tablet 4 KDT+ 3 tab Etambutol

55-70 kg 4 tablet 4 KDT +1000 mg Streptomisin inj

4 tablet 4 KDT 4 tablet 4 KDT+ 4 tab Etambutol

ge 71 kg 5 tablet 4 KDT +1000 mg Streptomisin inj

5 tablet 4 KDT 5 tablet 4 KDT+ 5 tab Etambutol

Catatan

20

Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal untuk streptomisin adalah

500mg tanpa memperhatikan berat badan

Untuk perempuan hamil lihat pengobatan TB dalam keadaan khusus

Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan menambahkan aquabidest

sebanyak 37ml sehingga menjadi 4ml (1ml = 250mg)

3 OAT Sisipan (HRZE)

Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap intensif kategori 1 yang

diberikan selama sebulan (28 hari)

Tabel 24 Dosis KDT untuk Sisipan

Berat Badan Tahap Intensif tiap hari selama 28 hari

RHZE (15075400275)

30-37 kg 2 tablet 4 KDT38-54 kg 3 tablet 4 KDT55-70 kg 4 tablet 4 KDTge 71 kg 5 tablet 4 KDT

Penggunaan OAT lapis kedua misalnya golongan aminoglikosida (misalnya

kanamisin) dan golongan kuinolon tidak dianjurkan diberikan kepada pasien baru tanpa indikasi

yang jelas karena potensi obat tersebut jauh lebih rendah daripada OAT lapis pertama Di

samping itu dapat juga meningkatkan terjadinya risiko resistensi pada OAT lapis kedua

2111 Alur Diagnostik TB 9

21Suspek TB Paru

2112 Evaluasi Pengobatan

22

Pemeriksaan dahak mikroskopis (SPS = Sewaktu ndash Pagi ndash Sewaktu)

Hasil BTA+ - -

Hasil BTA- - -

Hasil BTA+ + ++ + +

Antibiotik Non-OAT

Tidak adaPerbaikan

Adaperbaikan

Pemeriksaan dahak mikroskopis

Foto toraks dan

Pertimbangan dokter

Hasil BTA+ + ++ + -+ _ _

Hasil BTA- - -

Foto toraks dan

Pertimbangan dokter

TB Bukan TB

Evaluasi Klinis

Biasanya pasien di control dalam 1 minggu pertama selanjutnya setiap 2 minggu

selama tahap intensif dan seterusnya sekali sebulan sampai akhir pengobatan

Secara klinis hendaknya terdapat perbaikan keluhan pasien seperti batuk yang

berkurang tidak ada batuk darah nafsu makan bertambah dan ada peningkatan

berat badan

Evaluasi Bakteriologis

Pemeriksaan dahak untuk menilai keberadaan kuman Biasanya setelah 2-3

minggu perngobatan sputum BTA mulai negatif Pemeriksaan control sputum

dilakukan sekali sebulan Bagi penderita dengan BTA positif setelah tahap

intensif akan mendapatkan pengobatan ulang Bila sudah negatif sputum

diperiksa tiga kali berturut-turut dan harus dikontrol agar tidak terjadi ldquosilent

bacterial sheddingrdquo yaitu terdapat sputum BTA positif tanpa disertai keluhan-

keluhan TB yang relevan

Evaluasi Radiologis

Evaluasi radiologis juga diperlukan untuk melihat kemajuan terapi Dengan

pemeriksaan radiologis dapat dilihat keadaan TB parunya atau adanya penyakit

lain yang menyertai Evaluasi foto dada dilakukan tiap 3 bulan sekali 10

2113 Efek Samping OAT

Sebagian besar penderita TB paru dapat menyelesaikan pengobatan tanpa

efek samping Namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping Oleh karena

itu pemantauan kemungkinan terjadinya efek samping sangat penting dilakukan

selama pengobatan Pemantauan dilakukan dengan cara menjelaskan kepada

penderita tanda-tanda efek samping dan menanyakan adanya gejala efek samping

pada waktu penderita mengambil OAT 8

Efek samping ringan dari OAT seperti tidak ada nafsu makanmual sakit

perut nyeri sendi kesemutan sampai dengan rasa terbakar di kaki dan warna

kemerahan pada air seni Efek samping berat dari OAT misalnya gatal dan

kemerahan kulit tuli gangguan keseimbanagn ikterus tanpa penyebab lain

bingung dan muntah-muntah gangguan penglihatan purpura dan syok 8

22 Strategi DOTS

23

Strategi DOTS adalah strategi penanggulaan TB paru nasional yang telah

direkomendasikan oleh WHO yang dimulai pelaksanaannya di Indonesia pada tahun

19951996 Sebelum pelaksanaan strategi DOTS (1969-1994) angka kesembutah TB

paru yang dapat dicapai oleh program hanya 40-60 saja Dengan strategi DOTS

diharapkan angka kesembuhan dapat dicapai minimal 85 dari penderita TB paru

BTA positif yang di temukan 11

Prinsip DOTS adalah mendekatkan pelayanan pengobatan terhadap

penderita agar secara langsung dapat mengawasi keteraturan menelan obat dan

melakukan pelacakan bila penderita tidak datang mengambil obat sesuai dengan yang

ditetapkan

Kalau diurai dari kata-katanya pengertian DOTS dapat dimulai dengan

keharusan setiap pengelola program TB intuk member direct attention dalam usaha

menemukan penderita Dalam bahasa lain ini diterjemahkan menjadi deteksi kasus

dengan pemeriksaan mikroskopik kendati sebenarnya pengertiannya dapat diperluas

dengan keharusan untuk mendeteksi kasus secara baik dan akurat Kemudian setiap

pasien harus di- observed dalam memakan obatnya setiap obat yang di telan pasien

harus di depan seorang pengawas Selain itu tentunya pasien harus menerima

treatment yang tertata dalam system pengelolaan distribusi dan penyediaan obat

secara baik Kemudian setiap pasien harus mendapat obat yang baik artinya

pengobatan short course standart yang telah terbukti ampuh secara klinik

Akhirnya harus ada dukungan dari pemerinyah yang membuat program

penanggulangan TB mendapat prioritas yang tinggi dalam pelayanan kesehatan 11

Strategi DOTS mempunyai lima komponen

1) Komitmen politits dari para pengambil keputusan termasuk dukungan dana

2) Diagnosa TB dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopik

3) Pengobatan dengan panduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) jangka pendek

dengan pengawasan langsung oleh pengawas Menelan Obat (PMO)

4) Kesinambungan perssediaan OAT jangka pendek dengan mutu terjamin

5) Pencatatan dan pelaporan secraa baku untuk memudahkan pemantauan dan

evaluasi program penanggulangan TB

23 Konsep Perilaku

24

Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor baik faktor internal

( dari dalam diri manusia ) maupun faktor eksternal ( dari luar diri manusia ) Faktor

internal ini terdiri dari faktor fisik dan psikis Faktor eksternal terdiri dari berbagai

faktor antara lain sosial budaya masyarakat lingkungan fisik politik ekonomi

pendidikan dan sebagainnya Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi

kesehatan baik individu kelompok maupun masyarakat dikelompokkan menjadi

empat ( Blum 1974 )

Konsep Blum menjelaskan bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh

1) Lingkungan yang mencakup lingkungan fisik sosial budaya politik ekonomi

dan sebagainnya

2) Perilaku

3) Pelayanan kesehatan

4) Keturunan ( hereditas )

Perilaku merupakan factor terbesar kedua setelah factor lingkungan yang

mempengaruhi derajat kesehatan Oleh sebab itu dalam rangka membina dan

meningkatkan kesehatan masyarakat maka intervensi atau upaya yang di tujukan

kepada faktor erilaku ini sangat strategis

Menurut Green perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama yakni 12

1) Faktor predisposisi ( predisposing factor )

Faktor ini mencakup pengetahuan sikap dan masyarakat terhadap kesehatan

tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan

kesehatan sistem nilai yang dinut masyarakat tingkat pendidikan tingkat sosial

ekonomi dan sebagainya

2) Faktor Pemungkin ( Enabling factor )

Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan

bagi masyarakat misalnya air bersih tempat pembuangan tinja ketersediaan

makanan yang bergizi dan sebagainnya termasuk juga fasilitas kesehatan

seperti puskesmas rumah sakit posyandu dokter atau bidan praktek swasta dan

sebagainnya

3) Faktor penguat ( reinforcing factor )

25

Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat tokoh agama

sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan Termasuk juga di

sini undang-undang peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah

daerah yang terkait dengan kesehatan

Tim kerja dari WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang

berperilaku tertentu dikarenakan 4 ( empat ) alasan pokok yaitu

1) Pemikiran dan perasaan ( Thoughts and feeling )

Yakni dalam bentuk pengetahuan kepercayaan dan sikap Pengetahuan di

peroleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain sedangkan

kepercayaan biasanya diperoleh dari orang tua kakek atau nenek Seseorang

menerima kepercayaan itu berdasarkan keyankinan dan tanpa adanya pembuktian

terlebih dahulu Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap

objek dan seringnya diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang

lain yang paling dekat

2) Karakteristik Pendukung (enabling characteristics)

Karakteristik ini mencerminkan bahwa meskipun mempunyai predisposisi untuk

menggunakan pelayanan kesehatan ia tak akan bertindak menggunakannya

kecuali bial ia mampu menggunakannya Penggunaan pelayanan kesehatan yang

ada tergantung kepada kemampuan konsumen untuk membayar

3) Karakteristik kebutuhan (need characteristics)

Faktor predisposisi dan factor yang memungkinkan untuk mencari pengobatan

dapat terwujud di dalam tindakan apabila itu dirasakan sebagai kebutuhanDengan

kata lain kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan

pelayanan kesehatan bila mana tingkat predisposisi dan enabling itu ada

Kebutuhan (need) disisni di bagi menjadi dua ketegori dirasa atau preceived

( subject assessment) dan evaluated ( clinical diagnosis )

Menurut Skinner perilaku kesehatan adalah suatu respons

seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan

26

penyakit system pelayanan kesehatan makanan dan minimum serta lingkungan

Dari batasan ini perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 ( tiga)

kelompok yakni

1) Perilaku pemeliharaan kesehatan ( health maintenance)

Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga

kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit Oleh

sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3(tiga) aspek yaitu

a Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit serta

pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit

b Perilaku peningkatan kesehatan apabila seseorang dalam keadaan sehat

c Perilaku gizi Makanan dan minimum dapat meningkatkan kesehatan

seseorang bahkan dapat mendatangkan penyakit Hal ini sangat tergantung

pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut

2) Perilaku pencarian pengobatan ( health behavior )

Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat

menderita penyakit dan atau kecelakaan Tindakan atau perilaku ini dimulai dari

mengobati sendiri ( self treatment) sampai mencari pengobatan keluar negeri

3) Perilaku kesehatan lingkungan

Adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan baik lingkungan fisik

maupun social budaya dan sebagainnya sehingga lingkungan tersebut tidak

mempengaruhi kesehatannya Dengan perkataan lain bagaimana seseorang

mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri

keluarga atau mesyarakatnya 12

24 Kepatuhan Berobat

Kepatuhan berasal dari kata ldquo patuh ldquo yang berarti taat suka menuruti

disiplin Kepatuhan menurut Trostle adalah tingkat perilaku penderita dalam

mengambil suatu tindakan pengobatan misalnya dalam menentukan kebiasaan

hidup sehat dan ketetapan berobat Dalam pengobatan seseorang dikatakan tidak

27

patuh apabila orang tersebut melalaikan kewajibannya berobat sehingga dapat

mengakibatkan terhalangnya kesembuhan 13

Menurut Sacket kepatuhan pasien adalah sejauh mana perilaku pasien

sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh professional kesehatan 14

Menurut Sarafino secara umum ketidaktaatan meningkatkan risiko

berkembangnya masalah kesehatan atau memperpanjang atau memperburuk

kesakitan yang sedang di derita Perkiraan yang ada menyatakan bahwa 20 jumlah

opname di rumah sakit merupakan akibat dari ketidaktaatan pasien terhadap aturan

pengobatan Faktor yang mempengaruhi kepatuhan seseorang dalam berobat yaitu

faktor petugas faktor obat dan faktor penderita Karakteristik petugas yang

mempengaruhi kepatuhan antara lain jenis petugas tingkat pengetahuan lamanya

bekerja frekuensi penyuluhan yang dilakukan Faktor obat yang mempengaruhi

kepatuhan adalah pengobatan yang sulit dilakukan tidak menunjukkan kea rah

penyembuhan waktu yang lama adanya efek samping obat Faktor penderita yang

menyebabkan ketidakpatuhan adalah umur jenis kelamin pekerjaan anggota

keluarga saudara atau teman khusus 15

25 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan

Faktor-faktor yang mempengaruhi katidakpatuhan dapat digolongkan

menjadi empat bagian yaitu

1 Pemahaman tentang Instruksi

Tak seorang pun mematuhi instruksi jika ia salah paham tentang instruksi yang

diberikan kepadanyaLey dan Spelman (Ester 2000 ) Menemukan bahwa lebih

dari 60 yang diwawancarai setelah bertemu dengan dokter salah mengerti

tentang instruksi yang diberikan pada mereka kadang-kadang hal ini disebabkan

oleh kegagalan professional kesehatan dalam memberikan informasi yang

lengkap penggunaan istilah-istilah medis dan mbanyak memberikan instruksi

yang harus diingat oleh pasien

28

Pendekatan praktis untuk meningkatkan kepatuhan pasien ditemukan oleh

Dinicola dan Dimatteo yaitu

a) Buat instruksi tertulis yang jelas dan mudah diinterpretasikan

b) Berikan informasi tentang pengobatan sebelum menjelaskan hal-hal lain

c) Jika seseorang diberikan suatu daftar tertulis tenang hal-hal yang harus

diingat maka aka nada efek ldquokeunggulanrdquoyaitu mereka brusaha mengingat

hal-hal yang pertama kali ditulis

d) Insruksi-instruksi harus ditulis dengan bahasa umum ( Non medis ) dan hal-

hal yang perlu ditekankan 14

2 Kualitas Interaksi

Kualitas interaksi antara profrsional kesehatan dan pasien merupakan bagian yang

penting dalam menentukan derajat kepatuhan Meningkatkan interaksi

professional kesehatan dengan pasien adalah suatu hal penting untuk memberikan

umpan balik pada pasien setelah memperoleh informasi tentang diagnosis Pasien

membutuhkan penjelasan tentang kondisinya saat ini apa penyebabnya dan apa

yang dapat mereka lakukan dengan kondisi seperti itu

3 Isolasi sosial dan keluarga

Keluarga dapat menjadi factor yang sangat berpengaruh dalam menentukan

keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga menentukan tentang

program pengobatan yang dapat mereka terima Keluarga juga member dukungan

dan membuat keputusan mengenai perawatan dari anggota keluarga yang sakit

4 Keyakinan Sikap Kepribadian

Ahli psikologis telah menyelidiki tentang hubungan antar pengukuran-

pengukuran kepribadian dan kepatuhan Mereka menemukan bahwa data

kepribadian secara benar dibedakan antar orang yang putih drngan orang yang

gagal Orang-orang yang tidak patuh adalah orang-orang yang lebih mengalami

depresi anxietas sangat memperhatikan kesehatannya memiliki kekuatan ego

29

yang lebih lemah dan kehidupan sosialnya lebih memusatkan perhatian pada

dirinya sendiri Blumenthal et al mengatakan bahwa ciri-ciri kepribadian yang

disebutkan diatas itu yang menyebabkan seseorang cenderung tidak patuh ( drop

out) dari program pengobatan 14

Menurut Schwart dan Griffin Faktor yang berhubungan dengan

ketidaktaan secara sejarah riset tentang ketaan pasien didasarkan atas pandangan

tradisional mengenai pasien sebagai penerima nasihat dokter yang pasif dan patuh

Pasien yang tidak taat dipandang sebagai orang yang lalai dan masalahnya dianggap

sebagai masalah control Riset berusah untuk mengidentifikasi kelompok-kelompok

pasien yang tidak patuh berdasarkan kelas sosioekonomi pendidikan umur dan

jenis kelamin Pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan sepanjang bawah

pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif seperti penggunaan buku-buku

dan kaset oleh pasien secara mandiri Usaha-usaha ini sedikit berhasil seorang dapat

menjadi tidak taat kalau situasinya memungkinkan Teori-teori yang lebih baru

menekannkan factor situasional dan pasien sebagai peserta yang aktif dalam proses

pengobatannya Perilaku ketaatan sering diartikan sebagai usaha pasien untuk

mengendalikan perilakunya bahkan jika hal tersebut bias menimbulkan resiko

mengenai kesehatannya 15

Macam-macam faktor yang berkaitan dengan ketidaktaatan disebutkan

a Ciri-ciri kesakitan dan cirri-ciri pengobatan

Menurut Dickson dkk perilaku ketaatan lebih rendah untuk penyakit kronis

(karena tidak ada akibat buruk yang segera dirasakan atau resiko yang jelas )

saran mengenai gaya hidup umum dan kebiasaan yang lama pengobatan yang

kompleks pengobatan dengan efek samping perilaku yang tidak pantas

Menurut Sarafino tingkat ketaaatan rata-rata minum obat utnuk menyenbuhkan

kesakitan akut dengan pengobatan jangka pendek adalah sekitar 78 Untuk

kesakita kronis dengan cara pengobatan jangaka panjang tingkat tersebut menurun

sampai 54

b Komunikasi antara Pasien dan Dokter

Berbagai aspek komunikasi antara pasien dan dokter mempengaruhi tingkat

ketidaktaan misalnya informasi dengan pengawasan yang kurang

30

ketidakpuasan terhadap aspek hubungan emosional dengan dokter ketidak

puasan terhadap pengobatan yang diberikan

c Variabel-variabel sosial

Hubungan antara dukungan sosial dengan ketaatan telah dipelajari Secara umum

orang-orang yang merasa mereka menerima penghiburan perhatian dan

pertolongan yang mereka butuhkan dari seseorang atau kelompok biasanya

cenderung lebih mudah mengikuti nasihat medis daripada pasien yang kurang

mendapat dukungan sosial Jelaslah bahwa keluarga memainkan peranan yang

sangat penting dalam pengelolaan medis misalnya penggunaan pengaruh

normative pada pasien yang mungkin mengakibatkan efek yang memudahkan

atau menghambat perilaku ketaatan

d Ciri-ciri Individual

Variabel-variabel demografis juga digunakan untuk meramalkan ketidaktaatan

sebagai contoh Di Amerika Serikat kaum wanita kaum kulit putih dan orang

tua cenderung mengikuti anjuran dokter 15

Dalam proses penyembuhan penderita TB Paru dapat diberikan obat anti-

TB (OAT) yang diminum secara teratur sampai selesai dengan pengawasan

yangketat Masa pemberian obat memang cukup lama yaitu 6-8 bulan secara terus

menerus sehingga dapat mencegah penularan kepada orang lain Oleh sebab itu para

penderita TB jika ingin sembuh harus minum obat secara teratur Tanpa adanya

keteraturan minum obat penyakit sulit disembuhkan Jika tidak teratur minum obat

penyakitnya sukar diobati kuman TB dalam tubuh akan berkembang semakin banyak

dan menyerang organ tubuh lain yang akan membutuhkan waktu lebih lama untuk

dapat sembuh

26 Pengawasan Menelan Obat (PMO) 9

Salah satu komponen DOTS adalah pengobatan paduan OAT jangka

pendek dengan pengawasan langsung Untuk menjamin keteraturan pengobatan

diperlukan seorang PMO

31

a Persyaratan PMO

bull Seseorang yang dikenal dipercaya dan disetujui baik oleh petugas kesehatan

maupun pasien selain itu harus disegani dan dihormati oleh pasien

bull Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien

bull Bersedia membantu pasien dengan sukarela

bull Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan pasien

b Siapa yang bisa menjadi PMO

Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan misalnya Bidan di Desa Perawat

Pekarya Sanitarian Juru Immunisasi dan lain lain Bila tidak ada petugas

kesehatan yang memungkinkan PMO dapat berasal dari kader kesehatan guru

anggota PPTI PKK atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga

c Tugas seorang PMO

bull Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai

pengobatan

bull Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur

bull Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah

ditentukan

bull Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai gejala-

gejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke Unit Pelayanan

Kesehatan

Tugas seorang PMO bukanlah untuk mengganti kewajiban pasien mengambil

obatdari unit pelayanan kesehatan

d Informasi penting yang perlu dipahami PMO untuk disampaikan kepada pasien dan

keluarganya

bull TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur

32

bull TB bukan penyakit keturunan atau kutukan

bull Cara penularan TB gejala-gejala yang mencurigakan dan cara pencegahannya

bull Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan)

bull Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur

bull Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera meminta

pertolongan ke UPK

27 Penanggulangan TB 16

Rencana Global Penanggulangan TB

Rencana Global 2006-2015 mencakup enam elemen utama dalam strategi baru Stop

TB ndashWHO yang terdiri dari

1 Memperluas dan meningkatkan ekspansi DOTS yang berkualitas meningkatkan

penemuan kasus dan kesembuhan melalui pendekatan yangterfokus pada penderita

agar pelayanan DOTS yang berkualitas dapat menjangkau seluruh penderita

khususnya kelompok masyarakat yang miskin dan rentan

2 Menghadapi tantangan TBHIV MDR-TB dan tantangan lainnya dengan cara

meningkatkan kolaborasi TBHIV DOTS-Plus dan pendekatan lainnya

3 Berkontribusi dalam memperkuat sistem kesehatan melalui kerjasama dengan

berbagai program dan pelayanan kesehatan lainnya misalnya dalam memobilisasi

sumber daya manusia dan finansial untuk implementasi dan mengevaluasi

hasilnyaserta pertukaran informasi dalam keberhasilan pencapaian dalam program

penanggulangan TB

33

4 Melibatkan seluruh penyedia pelayanan kesehatan pemerintah lembaga swadaya

masyarakat (LSM) dan swasta dengan cara memperluas pendekatan berbasis

public-private mix (PPM) dengan menggunakan ISTC

5 Melibatkan penderita TB dan masyarakat untuk memberikan kontribusi dalam

penyediaan pelayanan yang efektif Hal ini meliputi perluasan pelayanan TB di

masyarakat menciptakan kebutuhan masyarakat akan pelayanan TB advokasi

yang spesifik komunikasi dan mobilisasi sosial serta mendukung pengembangan

piagam pasien TB dalam masyarakat dan

6 Memberdayakan dan meningkatkan penelitian operasional

28 Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel dependent

Karakteristik Individu

1Umur

2Jenis kelamin

3Pendidikan

4Pekerjaan

5Pengetahuan

6Efek samping OAT

7Tingkat kepatuhan

penderita dalam

pengobatan

Kesembuhan

34

Penderita TB paru

Faktor Pelayanan

kesehatan

1 Ketersediaan OAT

2 Sikap petugas kesehatan

3 LokasiJarak

4 Penyuluhan kesehatan

5 Kunjungan rumah

Faktor Peran PMO

Gambar Kerangka Konsep Penelitian

Definisi Konsep

1 Karakteristik individu adalah hal-hal yang melekat dalam diri penderita TB paru yang

mempengaruhi tingkat kapetuhan dalam melaksanakan program pengobatan dengan

strategi DOTS yang membedakan seseorang dengan yang lainnya meliputi umur jenis

kelamin pendidikan pekerjaan pengetahuan efek samping OAT tingkat kepatuhan

penderita dalam pengobatan

2 Faktor pelayanan kesehatan adalah penilaian dari penderita TB paru terhadap upaya yang

diselenggarakan oleh unit pelayanan kesehatan untuk menangani penderita TB paru

meliputi Ketersediaan OATsikap petugas kesehatan lokasijarak penyuluhan

kesehatan dan kunjungan rumah

3 Faktor Peran PMO ( Pengawasan Menelan Obat ) adalah penilaian dari penderita TB paru

terhadap hal-hal yang menjadi tugas dari seseorang pengawas menelan obat yang

mempengaruhi tingkat kepatuhan penderita TB paru dalam melaksanakan pengobatan

meliputi penyuluhan member dorongan meningkatkan dan mengawasi

35

4 Kesembuhan adalah pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan

pemeriksaan ulang dahak (follow up) menunjukkan hasil BTA negatif

29 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep di atas maka hipotesis penelitian ini adalah

1) Ada pengaruh karakteristik individu terhadap kesembuhan penderita TB paru

dalam pengobatan

2) Ada pengaruh pelayanan kesehatan terhadap kesembuhan penderita TB paru

dalam pengobatan

3) Ada pengaruh PMO terhadap kesembuhan penderita TB paru dalam pengobatan

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

31 Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional yang

bertujuan untuk menjelaskan pengaruh karakteristik individu faktor pelayanan

kesehatan dan faktor Pengawas Menelan Obat (PMO) terhadap kesembuhan

penderita TB Paru dalam melaksanakan pengobatan di Puskesmas Grogol Petamburan

tahun 2011

32 Tempat dan Waktu Penelitian

36

Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Grogol Petamburan pada bulan

Januari sampai Februari tahun 2012

33 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang

sedang menjalankan pengobatan TB di Puskesmas Grogol

Petamburan mulai bulan OktobeR

34 Keriteria Inklusi dan Eksklusi

341 Keriteria Inklusi

342 Keriteria Eksklusi

35 Sampel

351 Besar Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang

mengikuti pengobatan dengan strategi DOTS di Puskesmas yang pada saat penelitian

sedang menjalani pengobatan dan seluruh penderita TB yang telah mendapat

pengobatan selama 6 bulan atau sedang dalam tahap lanjutan

Keterangan

n1 = Jumlah sampel minimal

37

n2 = Jumlah sampel ditambah substitusi 10 (substitusi adalah persen responden

yang mungkin drop out)

Z = Tingkat batas kepercayaan dengan = 5

Didapat Z pada kurva normal = 196

p = Proporsi variabel yang diteliti yaitu besarnya presentasi 50 )

q = 1 - p

L = Derajat kesalahan yang masih dapat diterima adalah 10

Berdasarkan rumus di atas didapatkan angka sebagai berikut

( Z )2 p q ( 196 )2 0505

n1 = ----------------- = ------------------------------ = 9604

L2 ( 01 )2

n2 = n1 + ( 10 n1 )

= 9604 + ( 10 9604)

= 9604 + 9604

= 10564 Dibulatkan 106

352 Teknik Pengambilan Sampel

36 Identifikasi Variabel

1 Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kesembuhan tb paru

2 Variabel independen adalah umur jenis kelamin pendidikan pekerjaan

pengetahuan efek samping OAT dan tingkat kepahuhan dari penderita TB

Selain itu faktor dari pelayanan kesehatan dan PMO juga ikut berperan

37 Cara Kerja

1 Membuat proposal penelitian tentang hubungan antara tingkat kepatuhan minum

OAT dengan tingkat kesembuhan penyakit TB di Puskesmas Kecamatan Grogol

Petamburan

38

2 Pengumpulan data sekunder dari Puskesmas Grogol Petamburan

3 Melakukan kunjungan ke rumah-rumah sampel di daerah RT terpilih untuk

pengumpulan data primer dengan memakai kuesioner dan wawancara responden

4 Data-data yang telah dikumpulkan akan dilakukan pengolahan berupa proses

editing verifikasi dan koding Selanjutnya dimasukkan dan diolah dengan

menggunakan program computer yaitu program SPSS

5 Terhadap data yang telah diolah kemudian dilakukan analisis sesuai dengan cara

uji statistik menggunakanhelliphellip Data diinterpretasi secara deskriptif korelatif

antar variabel ndash variabel yang telah ditentukan dan disajikan dalam bentuk

tekstular dan tabular

6 Hasil dari penelitian akan disusun dalam bentuk pelaporan penelitian yang

selanjutnya akan di presentasikan di hadapan staf pengajar program pendidikan

Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida

Wacana (FK UKRIDA) dalam forum pendidikan Ilmu Kedokteran Komunitas

Fakultas Kedokteran UKRIDA

38 Manajemen Data

381 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder yaitu

1 Data primer diperoleh dengan wawancara langsung kepada penderita TB paru

dan petugas kesehatan program penanggulangan TB Paru yang berpedoman pada

kuisioner penelitian yang telah ditetapkan dam melakukan cross check

2 Data sekunder diperoleh dari laporan pelaksanaan program penanggulangan TB

Paru di Puskesmas kartu pengobatan TBC (formulir TB 01) dan Formulir

Permohonan Laboratorium TBC Untik Pemeriksaan Dahak (formulir TB 05)

382 Pengolahan Data

39

Aspek pengukuran

Aspek pengukuran variable bebas

Karakteristik individu

Aspek pengukuran variable karakteristik individu dapat dilihat pada tabel 31

Table 31 Aspek Pengukuran Variabel Karakteristik Individu

Karakteristik

individu

Kategori Skala Bobot nilai

Umur a 15-24 tahun

b 25-49 tahun

c gt 50 tahun

rasio

Jenis kelamin a Laki-laki

b Perempuan

Tingkat

pendidikan

a Tidak tamat SD

b SD

c SLTP

d SLTA

e Sarjana S1

Pekerjaan a Bekerja

b Tidak bekerja

Pengetahuan a Baik

b Sedang

c Bururk

Efek samping

OAT

a Ada

b Tidan ada

Faktor pelayanan kesehatan

Pengukuran faktor pelanan kesehatan meliputi ketersediaan OAT yang

diukur adalah yang diukur dengan 2 pertanyaan sikap petugas kesehatan diukur

dengan 8 pertanyaan lokasi jarak diukur dengan 3 pertanyaan penyuluhan kesehatan

diukur dengan 6 pertanyaan dan kunjungan rumah diukur dengan 2 pertanyaan

40

berdasarkan jawaban yang diberikan responden selanjutnya dikelompokkan menjadi

tiga (3) yaitu

a Baik jika faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan

penilaian yang baik karena kebutuhan yang diinginkan debagian besarnya

terpenuhi (nilai gt32)

b Sedang bila faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan

penilaian yang kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan responden hanay

sebagian saja yang terpenuhi (nilainya 17-32)

c Buruk bila faktor pelayanan pelayanan kesehatan yang diterima responden

menimbulkan penilaian yang tidak baik karena kebutuhan yang diinginka

responden sebagian besar tidak dipenuhi (nilainya lt17)

Faktor Pengawas Menelan Obat (PMO)

Faktor Pengawas Menelan Obat diukur dengan 5 pertanyaan yang

selanjutnya dibedakan atas 3 kategori yaitu

a Baik bila semua tugas yang diterima responden terlaksana dengan baik yaitu

mengawasi memberikan dorongan mengingatkan dan memberikan penyuluhan

(nilainya gt11)

b Sedang bila tugas PMO yang diterima responden sebagian saja yang terpenuhi

(nilainya 6-11)

c Buruk bila tugas PMO yang diterima responden tidak terlaksana dengan baik

(nilainya lt 6)

Aspek Pengukuran Variabel Terikan

Kepatuhan Pengobatan TB Paru

41

Aspek Pengukuran Variabel ini menggunakan skala interval yang diukur berdasarkan

tiga (3) kategori yaitu

Patuh apabila responden selalu menelan obat sesuai ketentuan petugas kesehatan

yaitu setiap hari pada tahap awal tiga kali seminggu pada tahap lanjutan dan

mengambil obat serta memeriksakan dahak sesuai jadwal dan menaati nasihat dari

petugas kesehatan ( bobot 3 )

Kurang patuh jika responden kadang-kadang menelan obat sesuai ketentuan

petugas kesehatan atau responden tidak menelan obat 2-8 minggu selama tahap

pengobatan lanjutan dan tidak memerisakan dahak sesuai jadwal yang telah

ditetapkan dan tidak selalu menaati nasihat dari petugas kesehatan (bobot 2 )

Tidak patuh jika responden tidak menelan obat sesuai ketentuan petugas

kesehatan atau responden tidak menelan obat lebih dari 8 minggu selama tahap

pengobatan lanjutan dan tidak mengambil obat serta tidak memeriksakan dahak

sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan tidak menaati nasihat petugas kesehatan

(bobot 1)

383 Penyajian Data

384 Analisis Data

385 Interpretasi Data

386 Pelaporan Data

39 Definisi Operasional

1 Umur adalah usia responden saat penelitian berdasarkan ulang tahun terakhir yang

dibedakan atas 3 (tiga) kategori berdasarkna Badan Pusat Statistik Kota Medan

42

tahun 2008 yaitu 1) orang muda 25-24 tahun 2) dewasa 24-49 tahun 3) orang

tua gt 50 tahun

2 Jenis kelamin adalah suatu karakteristik responden yang dibedakan identitasnya

dari laki-laki dan perempuan

3 Pendidikan adalah jenjang pendidikannyang berhasil ditamatkan responden yang

dibedakan atas tidak tamat SD SD SLTP SLTA Akademi Sarjana

4 Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh responden sebagai

pendapatan utama yang dibedakan atas kerja dan tidak bekerja

5 Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai penyakit

TB paru

6 Efek samping OAT adalah gejala keluhan yang diderita responden akiba menelan

OAT selama pengobatan

7 Ketersdediaan OAT adalah pandangan responden terhadap kondisi OAT

diperoleh dari puskesmas meliputi kecukupan jumlah OAT dan dan kualitasnya

8 Sikap petugas kesehatan adalah penilaian responden terhadap reaksi petugas

kesehatan kepada responden selama mereka menjalanin pengobatan

9 Lokasi jarak adalah pandangan responden tentang lama perjalanan dari tempat

tinggal responden ke Puskesmas yang diukur dengan jarak sarana transportasi

10 Penyuluhan kesehatan adalah pandangan responden tentang kegiatan yang

dilakukan oleh petugas kesehatan sehubungan dengan pengobatan TB Paru untuk

mencapai suatu keadaan dimana pederita TB Paru dapat hidup lebih sehat

11 Kunjungan rumah adalah pandangan responden tentang kegiatan yang dilakukan

petugas kesehatan selama masa pengobatan ke rumah responden

12 Faktor peran Pengawas Minum Obat (PMO) adalah pandangan responden tentang

tugas yang dilakasanakan oleh seorang PMO meliputi penyuluhan

13 Kepatuhan berobat adalah ketaan responden dalam menelan obat mengambil

obat dan melakukan pemeriksaan dahak sesuai jadwal yang telah ditentukan dan

menaati segala nasehat dari petugas kesehatan

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

1) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta

2) Perkumpulan Pemberantasan TB Indonesia 2011 TB di Indonesia Peringkat Dunia

Jakarta Diakses melalui situs httpwwwpptiinfoindexphpcomponentcontentarticle46-

arsip-ppti141-tbc-di-indonesia-peringkat-5-dunia Diakses pada tanggal 23 Januari 2012

44

3) Depkes dan WHO 2008 Lembar Fakta Tuberkulosis Jakarta

4) Dirjen P2M amp PLP 1997 Pengawasan Menelan Obat (PMO) adalah DOTS ala Indonesia

Jakarta

5) Amirudin R 2006 Faktor Keberhasilan Konversi pada Penderita TB Paru di Puskesmas

Jongaya Tahun 2006 Laporan Penelitian FKM Unhas Makasar

6) Aditama Tjandra Y 1994 Tuberkulosis Paru Masalah dan Penanggulangnya UI Press

Jakarta

7) Aru W Bambang S Idrus A dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Tuberkulosis

Paru Edisi IV FKUI Jakarta 2006 998-1004

8) Depkes RI 2002 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta

9) Depkes RI 2006 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta

10) Subijakto Hubungan Pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Berobat

Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Proposal Skripsi Jakarta 2011 Diakses pada

tanggal 20 Januari 2012

11) Aditama Tjandra Y 2002 Tuberkulosis Diagnosis Terapi dan Masalahnya Yayasan IDI

Jakarta

12) Notoatmodjo Soekidjo 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Penerbit Rineka Cipta

Jakarta

13) Simamora Jojor 2004 Faktor yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Berobat Penderita TB

Paru di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2004 Tesis Pascasarjana USU Medan

14) Ester Monica 2000 Psikologi Kesehatan Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

15) Bart Smet 1994 Psikologi Kesehatan PT Grasindo Jakarta

16) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta

45

Page 7: 133192422-TB-paru

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

21 Penyakit Tuberkulosis Paru

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh

kuman TB (Mycobacterium tuberculosis) Sebagian besarkuman TB menyerang paru

tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya Tuberkulosis bukanlah penyakit

keturunan tetapi dapat ditularkan dari orang ke orang lain6

Kuman penyebab tuberkulosis ini ditemukan oleh seorang ilmuwan

Jerman yang bernama Robert Koch di tahun 1882 Hasil penemuannya ini dilaporkan

olehnya kepada masyarakat ilmiah pada tanggal 24 Maret 1882 Penemuan ini

merupakan peristiwa terbesar dalam perkembangan pengobatan tuberkulosis dan

tanggal 24 Maret setiap tahunnya sampai sekarang diperingati sebagai TB Day (hari

Tuberkulosis) 6

Kuman tuberkulosis berbentuk batang berukuran sangat kecil sehingga

hanya dapat dilihat di bawah mikroskop Panjangnya sekitar satu sampai empat

micron dan lebarnya antara 03 sampai 06 mikron Basil tuberkulosis akan tumbuh

secara optimal pada suhu sekitar 370C yang sesuai dengan tubuh manusia Untuk

berkembang biak basil ini melakukan pembelahan diri Jika dilihat dari struktur

kimianya basil ini tediri dari lemak dan protein6

Kuman tuberkulosis mempunyai sifat khusus yaitu tahan asam pada

pewarnaan sehingga disebut sebagai Basil Tahan Asam (BTA) Kuman TB akan mati

pada penyinaran dengan sinar matahari langsung Dalam jaringan tubuh kuman ini

bersifat dormant artinya kuman dapat tertidur lama selama beberapa tahun lalu dapat

aktif kembali jika keadaan memungkinkan6

7

211 Klasifikasi Tuberkulosis 9

Penentuan klasifikasi penyakit tuberkulosis memerlukan suatu lsquodefinisi kasusrsquo yang

meliputi empat hal yaitu

- Lokasi atau organ tubuh yang sakit paru atau ekstra paru

- Bakteriologi (hasil pemeriksaan dahak secara mikroskopis) BTA positif atau BTA

negatif

- Tingkat keparahan penyakit ringan atau berat

- Riwayat pengobatan TB sebelumnya baru atau sudah pernah diobati

bull Manfaat dan tujuan menentukan klasifikasi adalah

- menentukan paduan pengobatan yang sesuai

- registrasi kasus secara benar

- menentukan prioritas pengobatan TB BTA(+)

- analisis kohort hasil pengobatan

bull Beberapa istilah dalam definisi kasus

- Kasus TB Pasien TB yang telah dibuktikan secara mikroskopis atau didiagnosis

oleh dokter

- Kasus TB pasti (definitif) pasien dengan biakan positif untuk Mycobacterium

tuberculosis atau tidak ada fasilitas biakan sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen

dahak SPS hasilnya BTA positif

bull Kesesuaian paduan dan dosis pengobatan dengan kategori diagnostik sangat

diperlukan untuk

- menghindari terapi yang tidak adekuat (undertreatment) sehingga mencegah

timbulnya resistensi

- menghindari pengobatan yang tidak perlu (overtreatment) sehingga meningkatkan

pemakaian sumber-daya lebih biaya efektif (cost-effective)

- mengurangi efek samping

8

Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena

bull Tuberkulosis paru Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang

jaringan (parenkim) paru tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada

hilus

bull Tuberkulosis ekstra paru Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain

paru misalnya pleura selaput otak selaput jantung (pericardium) kelenjar lymfe

tulang persendian kulit usus ginjal saluran kencing alat kelamin dan lain-lain

Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis yaitu pada TB

Paru

bull Tuberkulosis paru BTA positif

- Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif

- 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada menunjukkan

gambaran tuberkulosis

- 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif

- 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS pada

pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah

pemberian antibiotika non OAT

bull Tuberkulosis paru BTA negatif

Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif

Kriteria diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi

- Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif

- Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis

- Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT

- Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan

9

Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan penyakit

bull TB paru BTA negatif foto toraks positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan

penyakitnya yaitu bentuk berat dan ringan Bentuk berat bila gambaran foto

toraks memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas (misalnya proses ldquofar

advancedrdquo) dan atau keadaan umum pasien buruk

bull TB ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya yaitu

- TB ekstra paru ringan misalnya TB kelenjar limfe pleuritis eksudativa

unilateral tulang (kecuali tulang belakang) sendi dan kelenjar adrenal

- TB ekstra-paru berat misalnya meningitis milier perikarditis peritonitis

pleuritis eksudativa bilateral TB tulang belakang TB usus TB saluran kemih

dan alat kelamin

Catatan

bull Bila seorang pasien TB paru juga mempunyai TB ekstra paru maka untuk

kepentingan pencatatan pasien tersebut harus dicatat sebagai pasien TB paru

bull Bila seorang pasien dengan TB ekstra paru pada beberapa organ maka dicatat

sebagai TB ekstra paru pada organ yang penyakitnya paling berat

10

212 Cara Penularan

Lingkungan hidup yang sangat padat dan pemukiman di wilayah perkotaan

kemungkinan besar telah mempermudah proses penularan dan berperan sekali atas

peningkatan jumlah kasus TB Proses terjadinya infeksi oleh Mycobacterium

tuberculosis biasanya secara inhalasi sehingga TB paru merupakan manifestasi klinis

yang paling sering dibandingkan dengan organ lain Penularan penyakit ini sebagian

besar melalui inhalasi basil yang mengandung droplet nuclei khususnya yang di

dapat dari pasien TB paru dengan batuk berdarah atau berdahak yang mengandung

basil tahan asam (BTA) Pada TB kulit atau jaringan lunak penularan bias melalui

inokulasi langsung Infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium bovis dapat

disebabkan oleh susu yang kurang disterilkan dengan baik atau terkontaminasi Sudah

dibuktikan bahwa lingkungan sosial ekonomi yang baik pengobatan yang teratur dan

pengawasan minum obat yang ketat dapat berhasil mengurangi angka morbiditas dan

mortalitas di Amerika selama tahun 1950-1960 7

Daya penularan dari seseorang penderita ditentukan oleh banyaknya

kuman yang dikeluarkan dari parunya Makin tinggi derajat positif hasil dari

pemeriksaan dahak makin menular penderita tersebut Bila pemeriksaan dahak

negatif (tidak terlihat kuman) maka penderita tersebut dianggap tidak menular

Kemungkinan seseorang terinfeksi TB paru ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam

udara dan lamanya menghirup udara tersebut 8

Perlu diketahui bahwa kuman TB tidak hanya keluar ketika penderita

batuk saja tetapi juga pada saat bernyanyi bersin atau bersiul Secara umum dapat

dikatakan bahwa penularan penyakit TB banyak bergantung dari beberapa factor

seperti jumlah kuman yang ada tingkat keganasan kuman dan daya tahan tubuh orang

yang tertular 6

213 Penemuan Penderita TB

Kegiatan penemuan pasien terdiri dari penjaringan suspek diagnosis

penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien Penemuan pasien merupakan langkah

pertama dalam kegiatan program penanggulangan TB Penemuan dan penyembuhan

11

pasien TB menular secara bermakna akan dapat menurunkan kesakitan dan kematian

akibat TB penularan TB di masyarakat dan sekaligus merupakan kegiatan

pencegahan penularan TB yang paling efektif di masyarakat9

Strategi penemuan 9

Penemuan pasien TB dilakukan secara pasif dengan promosi aktif Penjaringan

tersangka pasien dilakukan di unit pelayanan kesehatan didukung dengan

penyuluhan secara aktif baik oleh petugas kesehatan maupun masyarakat untuk

meningkatkan cakupan penemuan tersangka pasien TB

Pemeriksaan terhadap kontak pasien TB terutama mereka yang BTA positif yang

menunjukkan gejala sama harus diperiksa dahaknya

Penemuan secara aktif dari rumah ke rumah dianggap tidak cost efektif

214 Risiko Penularan 9

- Risiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan dahak Pasien TB

paru dengan BTA positif memberikan kemungkinan risiko penularan lebih besar

dari pasien TB paru dengan BTA negatif

- Risiko penularan setiap tahunnya di tunjukkan dengan Annual Risk of Tuberculosis

Infection (ARTI) yaitu proporsi penduduk yang berisiko terinfeksi TB selama satu

tahun ARTI sebesar 1 berarti 10 (sepuluh) orang diantara 1000 penduduk

terinfeksi setiap tahun ARTI di Indonesia bervariasi antara 1-3

- Infeksi TB dibuktikan dengan perubahan reaksi tuberkulin negatif menjadi positif

215 Gejala Klinis TB Paru

Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu

atau lebih Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah

batuk darah sesak nafas badan lemas nafsu makan menurun berat badan menurun

12

malaise berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik demam meriang lebih dari satu

bulan9

Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain

tb seperti bronkiektasis bronkitis kronis asma kanker paru dan lain-lain Mengingat

prevalensi TB di Indonesia saat ini masih tinggi maka setiap orang yang datang ke

UPK dengan gejala tersebut diatas dianggap sebagai seorang tersangka (suspek)

pasien TB dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung9

216 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Tuberkulosis

Faktor ndash faktor yang mempengaruhi terhadap terjadinya TB antara lain

1 Harus ada sumber infeksi

Sumber infeksi dapat berasal dari penderita TB dengan BTA positif Penularan

dapat terjadi melalui dropet atau melalui pengunaan alat makan secara bergantian

tanpa dicuci yang digunakan oleh penderita TB dengan BTA positif tersebut

2 Jumlah basil penyebab harus cukup

Semakin banyak jumlah basil yang terhirup maka semakin besar kemungkinan

seseorang untuk mengidap TB

3 Virulensi yang tinggi dari basil TB

Apabila angka keaktifan kuman tinggi maka semakin cepat kuman TB

berkembang biak di dalam tubuh Selain itu masa inkubasi akan semakin cepat

4 Daya tahan tubuh yang rendah

Daya tahan tubuh yang menurun memungkinkan basil berkembang biak dan

menimbulkan penyakit tuberkulosis 10

217 Tipe Penderita TB Paru

Tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya Ada beberapa

tipe pasien yaitu

bull Kasus baru

13

Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan

OAT kurang dari satu bulan (4 minggu)

bull Kasus kambuh (Relaps)

Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan

tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap didiagnosis

kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur)

bull Kasus setelah putus berobat (Default )

Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA

positif

bull Kasus setelah gagal (failure)

Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi

positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan

bull Kasus Pindahan (Transfer In)

Adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki register TB lain untuk

melanjutkan pengobatannya

bull Kasus lain

Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas Dalam kelompok ini

termasuk Kasus Kronik yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif

setelah selesai pengobatan ulangan

Catatan

TB paru BTA negatif dan TB ekstra paru dapat juga mengalami kambuh gagal

default maupun menjadi kasus kronik Meskipun sangat jarang harus dibuktikan

secara patologik bakteriologik (biakan) radiologik dan pertimbangan medis

spesialistik9

218 Pemeriksaan Diagnostik

Untuk mengetahui adanya tuberkulosis dokter biasanya berpegang pada

tiga patokan utama Pertama hasil wawancaranya tentang keluhan pasien dan hasil

pemeriksaan yang dilakukan pada pasien yang disebut dengan anamnesis Kedua

14

hasil pemeriksaan laboratorium untuk menemukan adanya BTA pada spesimen

penderita

Pemeriksaan dahak mikroskopis 9

Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis menilai

keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan

Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis dilakukan dengan

mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang

berurutan berupa Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS)

S (sewaktu)

Dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung pertama kali Pada

saat pulang suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak pagi

pada hari kedua

P (Pagi)

Dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua segera setelah bangun tidur

Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di UPK

S (sewaktu)

Dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua saat menyerahkan dahak pagi

Adapun tujuan dari pemeriksaan dahak pada program penanggulangan TB

adalah

1 Menegakkan diagnosis dan menentukan tipe klasifikasi

2 Menilai kemajuan pengobatan

3 Menentukan tingkat penularan 8

Pemeriksaan ulang dahak untuk memantau kemajuan pengobatan

dilakukan pada

1 Akhir tahap intensif

15

Dilakukan seminggu sebelum akhir pengobatan penderita baru BTA positif

dengan kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-3 pengobatan ulang

penderita BTA positif kategori 2

2 Sebulan sebelum akhir pengobatan

Dilakukan seminggu sebelum akhir bulan ke-5 pengobatan penderita baru BTA

positif dengan kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-7 pengobatan

ulang penderita BTA positif dengan kategori 2

3 Akhir pengobatan

Dilakukan seminggu sebelum akhir bulan ke-6 pada penderita BTA positif dengan

kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-8 pengobatan ulang BTA positif

dengan kategori 2 8

Pemeriksaan dahak pada sebulan sebelum akhir pengobatan dan akhir

pengobatan bertujuan untuk menilai hasil pengobatan (apakah sembuh atau gagal)

219 Prinsip Pengobatan

Penatalaksanaan TB meliputi penemuan pasien dan pengobatan yang

dikelola dengan menggunakan strategi DOTS9

Tujuan utama pengobatan pasien TB adalah menurunkan angka kematian

dan kesakitan serta mencegah penularan dengan cara menyembuhkan pasien

Penatalaksanaan penyakit TB merupakan bagian dari surveilans penyakit tidak

sekedar memastikan pasien menelan obat sampai dinyatakan sembuh tetapi juga

berkaitan dengan pengelolaan sarana bantu yang dibutuhkan petugas yang terkait

pencatatan pelaporan evaluasi kegiatan dan rencana tindak lanjutnya9

Tabel 21 Jenis sifat dan dosis OAT

Dosis yang direkomendasikan (mgkg)

16

Jenis OAT Sifat Harian 3x seminggu

Isoniazid (H) Bakterisid 5

(4-6)

10

(8-12)

Rifampicin (R) Bakterisid 10

(8-12)

10

(8-12)

Pyrazinamide (Z) Bakterisid 25

(20-30)

35

(30-40)

Streptomycin (S) Bakterisid 15

(12-18)

15

(12-18)

Etambutol (E) Bakteriostatik 15

(15-20)

30

(20-35)

Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut 9

bull OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat dalam jumlah

cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan Jangan gunakan OAT

tunggal (monoterapi) Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT ndash KDT)

lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan

bull Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat dilakukan pengawasan langsung

(DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat

(PMO)

bull Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap yaitu tahap intensif dan lanjutan

Tahap awal (intensif) 9

- Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara

langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat

17

- Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat biasanya pasien

menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu

- Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2

bulan

Tahap Lanjutan 9

- Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit namun dalam jangka

waktu yang lebih lama

- Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah

terjadinya kekambuhan

2110 Panduan Penggunaan OAT di Indonesia9

Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan

Tuberkulosis di Indonesia

- Kategori 1 2(HRZE)4(HR)3

- Kategori 2 2(HRZE)S(HRZE)5(HR)3E3

Disamping kedua kategori ini disediakan paduan obat sisipan (HRZE)

- Kategori Anak 2HRZ4HR

Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket

berupa obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT) sedangkan kategori anak sementara

ini disediakan dalam bentuk OAT kombipak

Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu

tablet Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien Paduan ini dikemas dalam

satu paket untuk satu pasien

Paket Kombipak

18

Terdiri dari obat lepas yang dikemas dalam satu paket yaitu Isoniasid

Rifampisin Pirazinamid dan Etambutol Paduan OAT ini disediakan program untuk

mengatasi pasien yang mengalami efek samping OAT KDT

Paduan OAT ini disediakan dalam bentuk paket dengan tujuan untuk

memudahkan pemberian obat dan menjamin kelangsungan (kontinuitas) pengobatan

sampai selesai

Satu (1) paket untuk satu (1) pasien dalam satu (1) masa pengobatan

KDT mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB

1 Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin efektifitas

obat dan mengurangi efek samping

2 Mencegah penggunaan obat tunggal sehinga menurunkan resiko terjadinya

resistensi obat ganda dan mengurangi kesalahan penulisan resep

3 Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat menjadi

sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien

Paduan OAT dan peruntukannya

19

1 Kategori-1 (2HRZE 4H3R3)

Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru

1048707 Pasien baru TB paru BTA positif

1048707 Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif

1048707 Pasien TB ekstra paru

Tabel 22 Dosis untuk paduan OAT KDT untuk Kategori 1

Berat Badan

Tahap Intensif

tiap hari selama 56 hari

RHZE (15075400275)

Tahap Lanjutan

3 kali seminggu selama 16 minggu

RH (150150)

30-37 kg 2 tablet 4 KDT 2 tablet 4 KDT38-54 kg 3 tablet 4 KDT 3 tablet 4 KDT55-70 kg 4 tablet 4 KDT 4 tablet 4 KDTge 71 kg 5 tablet 4 KDT 5 tablet 4 KDT

2 Kategori -2 (2HRZES HRZE 5H3R3E3)

Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya

1048707 Pasien kambuh

1048707 Pasien gagal

1048707 Pasien dengan pengobatan setelah default (terputus)

Tabel 23 Dosis untuk paduan OAT KDT Kategori 2

Berat Badan

Tahap Intensif

tiap hari

RHZE (15075400275) + S

Tahap Lanjutan

3 kali seminggu

RH (150150) + E (275)

Selama 56 hari Selama 28 hari Selama 20 minggu

30-37 kg 2 tablet 4 KDT + 500 mg Streptomisin inj

2 tablet 4 KDT 2 tablet 4 KDT+ 2 tab Etambutol

38-54 kg 3 tablet 4 KDT +750 mg Streptomisin inj

3 tablet 4 KDT 3 tablet 4 KDT+ 3 tab Etambutol

55-70 kg 4 tablet 4 KDT +1000 mg Streptomisin inj

4 tablet 4 KDT 4 tablet 4 KDT+ 4 tab Etambutol

ge 71 kg 5 tablet 4 KDT +1000 mg Streptomisin inj

5 tablet 4 KDT 5 tablet 4 KDT+ 5 tab Etambutol

Catatan

20

Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal untuk streptomisin adalah

500mg tanpa memperhatikan berat badan

Untuk perempuan hamil lihat pengobatan TB dalam keadaan khusus

Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan menambahkan aquabidest

sebanyak 37ml sehingga menjadi 4ml (1ml = 250mg)

3 OAT Sisipan (HRZE)

Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap intensif kategori 1 yang

diberikan selama sebulan (28 hari)

Tabel 24 Dosis KDT untuk Sisipan

Berat Badan Tahap Intensif tiap hari selama 28 hari

RHZE (15075400275)

30-37 kg 2 tablet 4 KDT38-54 kg 3 tablet 4 KDT55-70 kg 4 tablet 4 KDTge 71 kg 5 tablet 4 KDT

Penggunaan OAT lapis kedua misalnya golongan aminoglikosida (misalnya

kanamisin) dan golongan kuinolon tidak dianjurkan diberikan kepada pasien baru tanpa indikasi

yang jelas karena potensi obat tersebut jauh lebih rendah daripada OAT lapis pertama Di

samping itu dapat juga meningkatkan terjadinya risiko resistensi pada OAT lapis kedua

2111 Alur Diagnostik TB 9

21Suspek TB Paru

2112 Evaluasi Pengobatan

22

Pemeriksaan dahak mikroskopis (SPS = Sewaktu ndash Pagi ndash Sewaktu)

Hasil BTA+ - -

Hasil BTA- - -

Hasil BTA+ + ++ + +

Antibiotik Non-OAT

Tidak adaPerbaikan

Adaperbaikan

Pemeriksaan dahak mikroskopis

Foto toraks dan

Pertimbangan dokter

Hasil BTA+ + ++ + -+ _ _

Hasil BTA- - -

Foto toraks dan

Pertimbangan dokter

TB Bukan TB

Evaluasi Klinis

Biasanya pasien di control dalam 1 minggu pertama selanjutnya setiap 2 minggu

selama tahap intensif dan seterusnya sekali sebulan sampai akhir pengobatan

Secara klinis hendaknya terdapat perbaikan keluhan pasien seperti batuk yang

berkurang tidak ada batuk darah nafsu makan bertambah dan ada peningkatan

berat badan

Evaluasi Bakteriologis

Pemeriksaan dahak untuk menilai keberadaan kuman Biasanya setelah 2-3

minggu perngobatan sputum BTA mulai negatif Pemeriksaan control sputum

dilakukan sekali sebulan Bagi penderita dengan BTA positif setelah tahap

intensif akan mendapatkan pengobatan ulang Bila sudah negatif sputum

diperiksa tiga kali berturut-turut dan harus dikontrol agar tidak terjadi ldquosilent

bacterial sheddingrdquo yaitu terdapat sputum BTA positif tanpa disertai keluhan-

keluhan TB yang relevan

Evaluasi Radiologis

Evaluasi radiologis juga diperlukan untuk melihat kemajuan terapi Dengan

pemeriksaan radiologis dapat dilihat keadaan TB parunya atau adanya penyakit

lain yang menyertai Evaluasi foto dada dilakukan tiap 3 bulan sekali 10

2113 Efek Samping OAT

Sebagian besar penderita TB paru dapat menyelesaikan pengobatan tanpa

efek samping Namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping Oleh karena

itu pemantauan kemungkinan terjadinya efek samping sangat penting dilakukan

selama pengobatan Pemantauan dilakukan dengan cara menjelaskan kepada

penderita tanda-tanda efek samping dan menanyakan adanya gejala efek samping

pada waktu penderita mengambil OAT 8

Efek samping ringan dari OAT seperti tidak ada nafsu makanmual sakit

perut nyeri sendi kesemutan sampai dengan rasa terbakar di kaki dan warna

kemerahan pada air seni Efek samping berat dari OAT misalnya gatal dan

kemerahan kulit tuli gangguan keseimbanagn ikterus tanpa penyebab lain

bingung dan muntah-muntah gangguan penglihatan purpura dan syok 8

22 Strategi DOTS

23

Strategi DOTS adalah strategi penanggulaan TB paru nasional yang telah

direkomendasikan oleh WHO yang dimulai pelaksanaannya di Indonesia pada tahun

19951996 Sebelum pelaksanaan strategi DOTS (1969-1994) angka kesembutah TB

paru yang dapat dicapai oleh program hanya 40-60 saja Dengan strategi DOTS

diharapkan angka kesembuhan dapat dicapai minimal 85 dari penderita TB paru

BTA positif yang di temukan 11

Prinsip DOTS adalah mendekatkan pelayanan pengobatan terhadap

penderita agar secara langsung dapat mengawasi keteraturan menelan obat dan

melakukan pelacakan bila penderita tidak datang mengambil obat sesuai dengan yang

ditetapkan

Kalau diurai dari kata-katanya pengertian DOTS dapat dimulai dengan

keharusan setiap pengelola program TB intuk member direct attention dalam usaha

menemukan penderita Dalam bahasa lain ini diterjemahkan menjadi deteksi kasus

dengan pemeriksaan mikroskopik kendati sebenarnya pengertiannya dapat diperluas

dengan keharusan untuk mendeteksi kasus secara baik dan akurat Kemudian setiap

pasien harus di- observed dalam memakan obatnya setiap obat yang di telan pasien

harus di depan seorang pengawas Selain itu tentunya pasien harus menerima

treatment yang tertata dalam system pengelolaan distribusi dan penyediaan obat

secara baik Kemudian setiap pasien harus mendapat obat yang baik artinya

pengobatan short course standart yang telah terbukti ampuh secara klinik

Akhirnya harus ada dukungan dari pemerinyah yang membuat program

penanggulangan TB mendapat prioritas yang tinggi dalam pelayanan kesehatan 11

Strategi DOTS mempunyai lima komponen

1) Komitmen politits dari para pengambil keputusan termasuk dukungan dana

2) Diagnosa TB dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopik

3) Pengobatan dengan panduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) jangka pendek

dengan pengawasan langsung oleh pengawas Menelan Obat (PMO)

4) Kesinambungan perssediaan OAT jangka pendek dengan mutu terjamin

5) Pencatatan dan pelaporan secraa baku untuk memudahkan pemantauan dan

evaluasi program penanggulangan TB

23 Konsep Perilaku

24

Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor baik faktor internal

( dari dalam diri manusia ) maupun faktor eksternal ( dari luar diri manusia ) Faktor

internal ini terdiri dari faktor fisik dan psikis Faktor eksternal terdiri dari berbagai

faktor antara lain sosial budaya masyarakat lingkungan fisik politik ekonomi

pendidikan dan sebagainnya Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi

kesehatan baik individu kelompok maupun masyarakat dikelompokkan menjadi

empat ( Blum 1974 )

Konsep Blum menjelaskan bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh

1) Lingkungan yang mencakup lingkungan fisik sosial budaya politik ekonomi

dan sebagainnya

2) Perilaku

3) Pelayanan kesehatan

4) Keturunan ( hereditas )

Perilaku merupakan factor terbesar kedua setelah factor lingkungan yang

mempengaruhi derajat kesehatan Oleh sebab itu dalam rangka membina dan

meningkatkan kesehatan masyarakat maka intervensi atau upaya yang di tujukan

kepada faktor erilaku ini sangat strategis

Menurut Green perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama yakni 12

1) Faktor predisposisi ( predisposing factor )

Faktor ini mencakup pengetahuan sikap dan masyarakat terhadap kesehatan

tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan

kesehatan sistem nilai yang dinut masyarakat tingkat pendidikan tingkat sosial

ekonomi dan sebagainya

2) Faktor Pemungkin ( Enabling factor )

Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan

bagi masyarakat misalnya air bersih tempat pembuangan tinja ketersediaan

makanan yang bergizi dan sebagainnya termasuk juga fasilitas kesehatan

seperti puskesmas rumah sakit posyandu dokter atau bidan praktek swasta dan

sebagainnya

3) Faktor penguat ( reinforcing factor )

25

Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat tokoh agama

sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan Termasuk juga di

sini undang-undang peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah

daerah yang terkait dengan kesehatan

Tim kerja dari WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang

berperilaku tertentu dikarenakan 4 ( empat ) alasan pokok yaitu

1) Pemikiran dan perasaan ( Thoughts and feeling )

Yakni dalam bentuk pengetahuan kepercayaan dan sikap Pengetahuan di

peroleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain sedangkan

kepercayaan biasanya diperoleh dari orang tua kakek atau nenek Seseorang

menerima kepercayaan itu berdasarkan keyankinan dan tanpa adanya pembuktian

terlebih dahulu Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap

objek dan seringnya diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang

lain yang paling dekat

2) Karakteristik Pendukung (enabling characteristics)

Karakteristik ini mencerminkan bahwa meskipun mempunyai predisposisi untuk

menggunakan pelayanan kesehatan ia tak akan bertindak menggunakannya

kecuali bial ia mampu menggunakannya Penggunaan pelayanan kesehatan yang

ada tergantung kepada kemampuan konsumen untuk membayar

3) Karakteristik kebutuhan (need characteristics)

Faktor predisposisi dan factor yang memungkinkan untuk mencari pengobatan

dapat terwujud di dalam tindakan apabila itu dirasakan sebagai kebutuhanDengan

kata lain kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan

pelayanan kesehatan bila mana tingkat predisposisi dan enabling itu ada

Kebutuhan (need) disisni di bagi menjadi dua ketegori dirasa atau preceived

( subject assessment) dan evaluated ( clinical diagnosis )

Menurut Skinner perilaku kesehatan adalah suatu respons

seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan

26

penyakit system pelayanan kesehatan makanan dan minimum serta lingkungan

Dari batasan ini perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 ( tiga)

kelompok yakni

1) Perilaku pemeliharaan kesehatan ( health maintenance)

Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga

kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit Oleh

sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3(tiga) aspek yaitu

a Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit serta

pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit

b Perilaku peningkatan kesehatan apabila seseorang dalam keadaan sehat

c Perilaku gizi Makanan dan minimum dapat meningkatkan kesehatan

seseorang bahkan dapat mendatangkan penyakit Hal ini sangat tergantung

pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut

2) Perilaku pencarian pengobatan ( health behavior )

Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat

menderita penyakit dan atau kecelakaan Tindakan atau perilaku ini dimulai dari

mengobati sendiri ( self treatment) sampai mencari pengobatan keluar negeri

3) Perilaku kesehatan lingkungan

Adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan baik lingkungan fisik

maupun social budaya dan sebagainnya sehingga lingkungan tersebut tidak

mempengaruhi kesehatannya Dengan perkataan lain bagaimana seseorang

mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri

keluarga atau mesyarakatnya 12

24 Kepatuhan Berobat

Kepatuhan berasal dari kata ldquo patuh ldquo yang berarti taat suka menuruti

disiplin Kepatuhan menurut Trostle adalah tingkat perilaku penderita dalam

mengambil suatu tindakan pengobatan misalnya dalam menentukan kebiasaan

hidup sehat dan ketetapan berobat Dalam pengobatan seseorang dikatakan tidak

27

patuh apabila orang tersebut melalaikan kewajibannya berobat sehingga dapat

mengakibatkan terhalangnya kesembuhan 13

Menurut Sacket kepatuhan pasien adalah sejauh mana perilaku pasien

sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh professional kesehatan 14

Menurut Sarafino secara umum ketidaktaatan meningkatkan risiko

berkembangnya masalah kesehatan atau memperpanjang atau memperburuk

kesakitan yang sedang di derita Perkiraan yang ada menyatakan bahwa 20 jumlah

opname di rumah sakit merupakan akibat dari ketidaktaatan pasien terhadap aturan

pengobatan Faktor yang mempengaruhi kepatuhan seseorang dalam berobat yaitu

faktor petugas faktor obat dan faktor penderita Karakteristik petugas yang

mempengaruhi kepatuhan antara lain jenis petugas tingkat pengetahuan lamanya

bekerja frekuensi penyuluhan yang dilakukan Faktor obat yang mempengaruhi

kepatuhan adalah pengobatan yang sulit dilakukan tidak menunjukkan kea rah

penyembuhan waktu yang lama adanya efek samping obat Faktor penderita yang

menyebabkan ketidakpatuhan adalah umur jenis kelamin pekerjaan anggota

keluarga saudara atau teman khusus 15

25 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan

Faktor-faktor yang mempengaruhi katidakpatuhan dapat digolongkan

menjadi empat bagian yaitu

1 Pemahaman tentang Instruksi

Tak seorang pun mematuhi instruksi jika ia salah paham tentang instruksi yang

diberikan kepadanyaLey dan Spelman (Ester 2000 ) Menemukan bahwa lebih

dari 60 yang diwawancarai setelah bertemu dengan dokter salah mengerti

tentang instruksi yang diberikan pada mereka kadang-kadang hal ini disebabkan

oleh kegagalan professional kesehatan dalam memberikan informasi yang

lengkap penggunaan istilah-istilah medis dan mbanyak memberikan instruksi

yang harus diingat oleh pasien

28

Pendekatan praktis untuk meningkatkan kepatuhan pasien ditemukan oleh

Dinicola dan Dimatteo yaitu

a) Buat instruksi tertulis yang jelas dan mudah diinterpretasikan

b) Berikan informasi tentang pengobatan sebelum menjelaskan hal-hal lain

c) Jika seseorang diberikan suatu daftar tertulis tenang hal-hal yang harus

diingat maka aka nada efek ldquokeunggulanrdquoyaitu mereka brusaha mengingat

hal-hal yang pertama kali ditulis

d) Insruksi-instruksi harus ditulis dengan bahasa umum ( Non medis ) dan hal-

hal yang perlu ditekankan 14

2 Kualitas Interaksi

Kualitas interaksi antara profrsional kesehatan dan pasien merupakan bagian yang

penting dalam menentukan derajat kepatuhan Meningkatkan interaksi

professional kesehatan dengan pasien adalah suatu hal penting untuk memberikan

umpan balik pada pasien setelah memperoleh informasi tentang diagnosis Pasien

membutuhkan penjelasan tentang kondisinya saat ini apa penyebabnya dan apa

yang dapat mereka lakukan dengan kondisi seperti itu

3 Isolasi sosial dan keluarga

Keluarga dapat menjadi factor yang sangat berpengaruh dalam menentukan

keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga menentukan tentang

program pengobatan yang dapat mereka terima Keluarga juga member dukungan

dan membuat keputusan mengenai perawatan dari anggota keluarga yang sakit

4 Keyakinan Sikap Kepribadian

Ahli psikologis telah menyelidiki tentang hubungan antar pengukuran-

pengukuran kepribadian dan kepatuhan Mereka menemukan bahwa data

kepribadian secara benar dibedakan antar orang yang putih drngan orang yang

gagal Orang-orang yang tidak patuh adalah orang-orang yang lebih mengalami

depresi anxietas sangat memperhatikan kesehatannya memiliki kekuatan ego

29

yang lebih lemah dan kehidupan sosialnya lebih memusatkan perhatian pada

dirinya sendiri Blumenthal et al mengatakan bahwa ciri-ciri kepribadian yang

disebutkan diatas itu yang menyebabkan seseorang cenderung tidak patuh ( drop

out) dari program pengobatan 14

Menurut Schwart dan Griffin Faktor yang berhubungan dengan

ketidaktaan secara sejarah riset tentang ketaan pasien didasarkan atas pandangan

tradisional mengenai pasien sebagai penerima nasihat dokter yang pasif dan patuh

Pasien yang tidak taat dipandang sebagai orang yang lalai dan masalahnya dianggap

sebagai masalah control Riset berusah untuk mengidentifikasi kelompok-kelompok

pasien yang tidak patuh berdasarkan kelas sosioekonomi pendidikan umur dan

jenis kelamin Pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan sepanjang bawah

pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif seperti penggunaan buku-buku

dan kaset oleh pasien secara mandiri Usaha-usaha ini sedikit berhasil seorang dapat

menjadi tidak taat kalau situasinya memungkinkan Teori-teori yang lebih baru

menekannkan factor situasional dan pasien sebagai peserta yang aktif dalam proses

pengobatannya Perilaku ketaatan sering diartikan sebagai usaha pasien untuk

mengendalikan perilakunya bahkan jika hal tersebut bias menimbulkan resiko

mengenai kesehatannya 15

Macam-macam faktor yang berkaitan dengan ketidaktaatan disebutkan

a Ciri-ciri kesakitan dan cirri-ciri pengobatan

Menurut Dickson dkk perilaku ketaatan lebih rendah untuk penyakit kronis

(karena tidak ada akibat buruk yang segera dirasakan atau resiko yang jelas )

saran mengenai gaya hidup umum dan kebiasaan yang lama pengobatan yang

kompleks pengobatan dengan efek samping perilaku yang tidak pantas

Menurut Sarafino tingkat ketaaatan rata-rata minum obat utnuk menyenbuhkan

kesakitan akut dengan pengobatan jangka pendek adalah sekitar 78 Untuk

kesakita kronis dengan cara pengobatan jangaka panjang tingkat tersebut menurun

sampai 54

b Komunikasi antara Pasien dan Dokter

Berbagai aspek komunikasi antara pasien dan dokter mempengaruhi tingkat

ketidaktaan misalnya informasi dengan pengawasan yang kurang

30

ketidakpuasan terhadap aspek hubungan emosional dengan dokter ketidak

puasan terhadap pengobatan yang diberikan

c Variabel-variabel sosial

Hubungan antara dukungan sosial dengan ketaatan telah dipelajari Secara umum

orang-orang yang merasa mereka menerima penghiburan perhatian dan

pertolongan yang mereka butuhkan dari seseorang atau kelompok biasanya

cenderung lebih mudah mengikuti nasihat medis daripada pasien yang kurang

mendapat dukungan sosial Jelaslah bahwa keluarga memainkan peranan yang

sangat penting dalam pengelolaan medis misalnya penggunaan pengaruh

normative pada pasien yang mungkin mengakibatkan efek yang memudahkan

atau menghambat perilaku ketaatan

d Ciri-ciri Individual

Variabel-variabel demografis juga digunakan untuk meramalkan ketidaktaatan

sebagai contoh Di Amerika Serikat kaum wanita kaum kulit putih dan orang

tua cenderung mengikuti anjuran dokter 15

Dalam proses penyembuhan penderita TB Paru dapat diberikan obat anti-

TB (OAT) yang diminum secara teratur sampai selesai dengan pengawasan

yangketat Masa pemberian obat memang cukup lama yaitu 6-8 bulan secara terus

menerus sehingga dapat mencegah penularan kepada orang lain Oleh sebab itu para

penderita TB jika ingin sembuh harus minum obat secara teratur Tanpa adanya

keteraturan minum obat penyakit sulit disembuhkan Jika tidak teratur minum obat

penyakitnya sukar diobati kuman TB dalam tubuh akan berkembang semakin banyak

dan menyerang organ tubuh lain yang akan membutuhkan waktu lebih lama untuk

dapat sembuh

26 Pengawasan Menelan Obat (PMO) 9

Salah satu komponen DOTS adalah pengobatan paduan OAT jangka

pendek dengan pengawasan langsung Untuk menjamin keteraturan pengobatan

diperlukan seorang PMO

31

a Persyaratan PMO

bull Seseorang yang dikenal dipercaya dan disetujui baik oleh petugas kesehatan

maupun pasien selain itu harus disegani dan dihormati oleh pasien

bull Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien

bull Bersedia membantu pasien dengan sukarela

bull Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan pasien

b Siapa yang bisa menjadi PMO

Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan misalnya Bidan di Desa Perawat

Pekarya Sanitarian Juru Immunisasi dan lain lain Bila tidak ada petugas

kesehatan yang memungkinkan PMO dapat berasal dari kader kesehatan guru

anggota PPTI PKK atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga

c Tugas seorang PMO

bull Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai

pengobatan

bull Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur

bull Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah

ditentukan

bull Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai gejala-

gejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke Unit Pelayanan

Kesehatan

Tugas seorang PMO bukanlah untuk mengganti kewajiban pasien mengambil

obatdari unit pelayanan kesehatan

d Informasi penting yang perlu dipahami PMO untuk disampaikan kepada pasien dan

keluarganya

bull TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur

32

bull TB bukan penyakit keturunan atau kutukan

bull Cara penularan TB gejala-gejala yang mencurigakan dan cara pencegahannya

bull Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan)

bull Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur

bull Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera meminta

pertolongan ke UPK

27 Penanggulangan TB 16

Rencana Global Penanggulangan TB

Rencana Global 2006-2015 mencakup enam elemen utama dalam strategi baru Stop

TB ndashWHO yang terdiri dari

1 Memperluas dan meningkatkan ekspansi DOTS yang berkualitas meningkatkan

penemuan kasus dan kesembuhan melalui pendekatan yangterfokus pada penderita

agar pelayanan DOTS yang berkualitas dapat menjangkau seluruh penderita

khususnya kelompok masyarakat yang miskin dan rentan

2 Menghadapi tantangan TBHIV MDR-TB dan tantangan lainnya dengan cara

meningkatkan kolaborasi TBHIV DOTS-Plus dan pendekatan lainnya

3 Berkontribusi dalam memperkuat sistem kesehatan melalui kerjasama dengan

berbagai program dan pelayanan kesehatan lainnya misalnya dalam memobilisasi

sumber daya manusia dan finansial untuk implementasi dan mengevaluasi

hasilnyaserta pertukaran informasi dalam keberhasilan pencapaian dalam program

penanggulangan TB

33

4 Melibatkan seluruh penyedia pelayanan kesehatan pemerintah lembaga swadaya

masyarakat (LSM) dan swasta dengan cara memperluas pendekatan berbasis

public-private mix (PPM) dengan menggunakan ISTC

5 Melibatkan penderita TB dan masyarakat untuk memberikan kontribusi dalam

penyediaan pelayanan yang efektif Hal ini meliputi perluasan pelayanan TB di

masyarakat menciptakan kebutuhan masyarakat akan pelayanan TB advokasi

yang spesifik komunikasi dan mobilisasi sosial serta mendukung pengembangan

piagam pasien TB dalam masyarakat dan

6 Memberdayakan dan meningkatkan penelitian operasional

28 Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel dependent

Karakteristik Individu

1Umur

2Jenis kelamin

3Pendidikan

4Pekerjaan

5Pengetahuan

6Efek samping OAT

7Tingkat kepatuhan

penderita dalam

pengobatan

Kesembuhan

34

Penderita TB paru

Faktor Pelayanan

kesehatan

1 Ketersediaan OAT

2 Sikap petugas kesehatan

3 LokasiJarak

4 Penyuluhan kesehatan

5 Kunjungan rumah

Faktor Peran PMO

Gambar Kerangka Konsep Penelitian

Definisi Konsep

1 Karakteristik individu adalah hal-hal yang melekat dalam diri penderita TB paru yang

mempengaruhi tingkat kapetuhan dalam melaksanakan program pengobatan dengan

strategi DOTS yang membedakan seseorang dengan yang lainnya meliputi umur jenis

kelamin pendidikan pekerjaan pengetahuan efek samping OAT tingkat kepatuhan

penderita dalam pengobatan

2 Faktor pelayanan kesehatan adalah penilaian dari penderita TB paru terhadap upaya yang

diselenggarakan oleh unit pelayanan kesehatan untuk menangani penderita TB paru

meliputi Ketersediaan OATsikap petugas kesehatan lokasijarak penyuluhan

kesehatan dan kunjungan rumah

3 Faktor Peran PMO ( Pengawasan Menelan Obat ) adalah penilaian dari penderita TB paru

terhadap hal-hal yang menjadi tugas dari seseorang pengawas menelan obat yang

mempengaruhi tingkat kepatuhan penderita TB paru dalam melaksanakan pengobatan

meliputi penyuluhan member dorongan meningkatkan dan mengawasi

35

4 Kesembuhan adalah pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan

pemeriksaan ulang dahak (follow up) menunjukkan hasil BTA negatif

29 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep di atas maka hipotesis penelitian ini adalah

1) Ada pengaruh karakteristik individu terhadap kesembuhan penderita TB paru

dalam pengobatan

2) Ada pengaruh pelayanan kesehatan terhadap kesembuhan penderita TB paru

dalam pengobatan

3) Ada pengaruh PMO terhadap kesembuhan penderita TB paru dalam pengobatan

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

31 Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional yang

bertujuan untuk menjelaskan pengaruh karakteristik individu faktor pelayanan

kesehatan dan faktor Pengawas Menelan Obat (PMO) terhadap kesembuhan

penderita TB Paru dalam melaksanakan pengobatan di Puskesmas Grogol Petamburan

tahun 2011

32 Tempat dan Waktu Penelitian

36

Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Grogol Petamburan pada bulan

Januari sampai Februari tahun 2012

33 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang

sedang menjalankan pengobatan TB di Puskesmas Grogol

Petamburan mulai bulan OktobeR

34 Keriteria Inklusi dan Eksklusi

341 Keriteria Inklusi

342 Keriteria Eksklusi

35 Sampel

351 Besar Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang

mengikuti pengobatan dengan strategi DOTS di Puskesmas yang pada saat penelitian

sedang menjalani pengobatan dan seluruh penderita TB yang telah mendapat

pengobatan selama 6 bulan atau sedang dalam tahap lanjutan

Keterangan

n1 = Jumlah sampel minimal

37

n2 = Jumlah sampel ditambah substitusi 10 (substitusi adalah persen responden

yang mungkin drop out)

Z = Tingkat batas kepercayaan dengan = 5

Didapat Z pada kurva normal = 196

p = Proporsi variabel yang diteliti yaitu besarnya presentasi 50 )

q = 1 - p

L = Derajat kesalahan yang masih dapat diterima adalah 10

Berdasarkan rumus di atas didapatkan angka sebagai berikut

( Z )2 p q ( 196 )2 0505

n1 = ----------------- = ------------------------------ = 9604

L2 ( 01 )2

n2 = n1 + ( 10 n1 )

= 9604 + ( 10 9604)

= 9604 + 9604

= 10564 Dibulatkan 106

352 Teknik Pengambilan Sampel

36 Identifikasi Variabel

1 Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kesembuhan tb paru

2 Variabel independen adalah umur jenis kelamin pendidikan pekerjaan

pengetahuan efek samping OAT dan tingkat kepahuhan dari penderita TB

Selain itu faktor dari pelayanan kesehatan dan PMO juga ikut berperan

37 Cara Kerja

1 Membuat proposal penelitian tentang hubungan antara tingkat kepatuhan minum

OAT dengan tingkat kesembuhan penyakit TB di Puskesmas Kecamatan Grogol

Petamburan

38

2 Pengumpulan data sekunder dari Puskesmas Grogol Petamburan

3 Melakukan kunjungan ke rumah-rumah sampel di daerah RT terpilih untuk

pengumpulan data primer dengan memakai kuesioner dan wawancara responden

4 Data-data yang telah dikumpulkan akan dilakukan pengolahan berupa proses

editing verifikasi dan koding Selanjutnya dimasukkan dan diolah dengan

menggunakan program computer yaitu program SPSS

5 Terhadap data yang telah diolah kemudian dilakukan analisis sesuai dengan cara

uji statistik menggunakanhelliphellip Data diinterpretasi secara deskriptif korelatif

antar variabel ndash variabel yang telah ditentukan dan disajikan dalam bentuk

tekstular dan tabular

6 Hasil dari penelitian akan disusun dalam bentuk pelaporan penelitian yang

selanjutnya akan di presentasikan di hadapan staf pengajar program pendidikan

Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida

Wacana (FK UKRIDA) dalam forum pendidikan Ilmu Kedokteran Komunitas

Fakultas Kedokteran UKRIDA

38 Manajemen Data

381 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder yaitu

1 Data primer diperoleh dengan wawancara langsung kepada penderita TB paru

dan petugas kesehatan program penanggulangan TB Paru yang berpedoman pada

kuisioner penelitian yang telah ditetapkan dam melakukan cross check

2 Data sekunder diperoleh dari laporan pelaksanaan program penanggulangan TB

Paru di Puskesmas kartu pengobatan TBC (formulir TB 01) dan Formulir

Permohonan Laboratorium TBC Untik Pemeriksaan Dahak (formulir TB 05)

382 Pengolahan Data

39

Aspek pengukuran

Aspek pengukuran variable bebas

Karakteristik individu

Aspek pengukuran variable karakteristik individu dapat dilihat pada tabel 31

Table 31 Aspek Pengukuran Variabel Karakteristik Individu

Karakteristik

individu

Kategori Skala Bobot nilai

Umur a 15-24 tahun

b 25-49 tahun

c gt 50 tahun

rasio

Jenis kelamin a Laki-laki

b Perempuan

Tingkat

pendidikan

a Tidak tamat SD

b SD

c SLTP

d SLTA

e Sarjana S1

Pekerjaan a Bekerja

b Tidak bekerja

Pengetahuan a Baik

b Sedang

c Bururk

Efek samping

OAT

a Ada

b Tidan ada

Faktor pelayanan kesehatan

Pengukuran faktor pelanan kesehatan meliputi ketersediaan OAT yang

diukur adalah yang diukur dengan 2 pertanyaan sikap petugas kesehatan diukur

dengan 8 pertanyaan lokasi jarak diukur dengan 3 pertanyaan penyuluhan kesehatan

diukur dengan 6 pertanyaan dan kunjungan rumah diukur dengan 2 pertanyaan

40

berdasarkan jawaban yang diberikan responden selanjutnya dikelompokkan menjadi

tiga (3) yaitu

a Baik jika faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan

penilaian yang baik karena kebutuhan yang diinginkan debagian besarnya

terpenuhi (nilai gt32)

b Sedang bila faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan

penilaian yang kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan responden hanay

sebagian saja yang terpenuhi (nilainya 17-32)

c Buruk bila faktor pelayanan pelayanan kesehatan yang diterima responden

menimbulkan penilaian yang tidak baik karena kebutuhan yang diinginka

responden sebagian besar tidak dipenuhi (nilainya lt17)

Faktor Pengawas Menelan Obat (PMO)

Faktor Pengawas Menelan Obat diukur dengan 5 pertanyaan yang

selanjutnya dibedakan atas 3 kategori yaitu

a Baik bila semua tugas yang diterima responden terlaksana dengan baik yaitu

mengawasi memberikan dorongan mengingatkan dan memberikan penyuluhan

(nilainya gt11)

b Sedang bila tugas PMO yang diterima responden sebagian saja yang terpenuhi

(nilainya 6-11)

c Buruk bila tugas PMO yang diterima responden tidak terlaksana dengan baik

(nilainya lt 6)

Aspek Pengukuran Variabel Terikan

Kepatuhan Pengobatan TB Paru

41

Aspek Pengukuran Variabel ini menggunakan skala interval yang diukur berdasarkan

tiga (3) kategori yaitu

Patuh apabila responden selalu menelan obat sesuai ketentuan petugas kesehatan

yaitu setiap hari pada tahap awal tiga kali seminggu pada tahap lanjutan dan

mengambil obat serta memeriksakan dahak sesuai jadwal dan menaati nasihat dari

petugas kesehatan ( bobot 3 )

Kurang patuh jika responden kadang-kadang menelan obat sesuai ketentuan

petugas kesehatan atau responden tidak menelan obat 2-8 minggu selama tahap

pengobatan lanjutan dan tidak memerisakan dahak sesuai jadwal yang telah

ditetapkan dan tidak selalu menaati nasihat dari petugas kesehatan (bobot 2 )

Tidak patuh jika responden tidak menelan obat sesuai ketentuan petugas

kesehatan atau responden tidak menelan obat lebih dari 8 minggu selama tahap

pengobatan lanjutan dan tidak mengambil obat serta tidak memeriksakan dahak

sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan tidak menaati nasihat petugas kesehatan

(bobot 1)

383 Penyajian Data

384 Analisis Data

385 Interpretasi Data

386 Pelaporan Data

39 Definisi Operasional

1 Umur adalah usia responden saat penelitian berdasarkan ulang tahun terakhir yang

dibedakan atas 3 (tiga) kategori berdasarkna Badan Pusat Statistik Kota Medan

42

tahun 2008 yaitu 1) orang muda 25-24 tahun 2) dewasa 24-49 tahun 3) orang

tua gt 50 tahun

2 Jenis kelamin adalah suatu karakteristik responden yang dibedakan identitasnya

dari laki-laki dan perempuan

3 Pendidikan adalah jenjang pendidikannyang berhasil ditamatkan responden yang

dibedakan atas tidak tamat SD SD SLTP SLTA Akademi Sarjana

4 Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh responden sebagai

pendapatan utama yang dibedakan atas kerja dan tidak bekerja

5 Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai penyakit

TB paru

6 Efek samping OAT adalah gejala keluhan yang diderita responden akiba menelan

OAT selama pengobatan

7 Ketersdediaan OAT adalah pandangan responden terhadap kondisi OAT

diperoleh dari puskesmas meliputi kecukupan jumlah OAT dan dan kualitasnya

8 Sikap petugas kesehatan adalah penilaian responden terhadap reaksi petugas

kesehatan kepada responden selama mereka menjalanin pengobatan

9 Lokasi jarak adalah pandangan responden tentang lama perjalanan dari tempat

tinggal responden ke Puskesmas yang diukur dengan jarak sarana transportasi

10 Penyuluhan kesehatan adalah pandangan responden tentang kegiatan yang

dilakukan oleh petugas kesehatan sehubungan dengan pengobatan TB Paru untuk

mencapai suatu keadaan dimana pederita TB Paru dapat hidup lebih sehat

11 Kunjungan rumah adalah pandangan responden tentang kegiatan yang dilakukan

petugas kesehatan selama masa pengobatan ke rumah responden

12 Faktor peran Pengawas Minum Obat (PMO) adalah pandangan responden tentang

tugas yang dilakasanakan oleh seorang PMO meliputi penyuluhan

13 Kepatuhan berobat adalah ketaan responden dalam menelan obat mengambil

obat dan melakukan pemeriksaan dahak sesuai jadwal yang telah ditentukan dan

menaati segala nasehat dari petugas kesehatan

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

1) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta

2) Perkumpulan Pemberantasan TB Indonesia 2011 TB di Indonesia Peringkat Dunia

Jakarta Diakses melalui situs httpwwwpptiinfoindexphpcomponentcontentarticle46-

arsip-ppti141-tbc-di-indonesia-peringkat-5-dunia Diakses pada tanggal 23 Januari 2012

44

3) Depkes dan WHO 2008 Lembar Fakta Tuberkulosis Jakarta

4) Dirjen P2M amp PLP 1997 Pengawasan Menelan Obat (PMO) adalah DOTS ala Indonesia

Jakarta

5) Amirudin R 2006 Faktor Keberhasilan Konversi pada Penderita TB Paru di Puskesmas

Jongaya Tahun 2006 Laporan Penelitian FKM Unhas Makasar

6) Aditama Tjandra Y 1994 Tuberkulosis Paru Masalah dan Penanggulangnya UI Press

Jakarta

7) Aru W Bambang S Idrus A dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Tuberkulosis

Paru Edisi IV FKUI Jakarta 2006 998-1004

8) Depkes RI 2002 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta

9) Depkes RI 2006 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta

10) Subijakto Hubungan Pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Berobat

Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Proposal Skripsi Jakarta 2011 Diakses pada

tanggal 20 Januari 2012

11) Aditama Tjandra Y 2002 Tuberkulosis Diagnosis Terapi dan Masalahnya Yayasan IDI

Jakarta

12) Notoatmodjo Soekidjo 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Penerbit Rineka Cipta

Jakarta

13) Simamora Jojor 2004 Faktor yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Berobat Penderita TB

Paru di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2004 Tesis Pascasarjana USU Medan

14) Ester Monica 2000 Psikologi Kesehatan Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

15) Bart Smet 1994 Psikologi Kesehatan PT Grasindo Jakarta

16) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta

45

Page 8: 133192422-TB-paru

211 Klasifikasi Tuberkulosis 9

Penentuan klasifikasi penyakit tuberkulosis memerlukan suatu lsquodefinisi kasusrsquo yang

meliputi empat hal yaitu

- Lokasi atau organ tubuh yang sakit paru atau ekstra paru

- Bakteriologi (hasil pemeriksaan dahak secara mikroskopis) BTA positif atau BTA

negatif

- Tingkat keparahan penyakit ringan atau berat

- Riwayat pengobatan TB sebelumnya baru atau sudah pernah diobati

bull Manfaat dan tujuan menentukan klasifikasi adalah

- menentukan paduan pengobatan yang sesuai

- registrasi kasus secara benar

- menentukan prioritas pengobatan TB BTA(+)

- analisis kohort hasil pengobatan

bull Beberapa istilah dalam definisi kasus

- Kasus TB Pasien TB yang telah dibuktikan secara mikroskopis atau didiagnosis

oleh dokter

- Kasus TB pasti (definitif) pasien dengan biakan positif untuk Mycobacterium

tuberculosis atau tidak ada fasilitas biakan sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen

dahak SPS hasilnya BTA positif

bull Kesesuaian paduan dan dosis pengobatan dengan kategori diagnostik sangat

diperlukan untuk

- menghindari terapi yang tidak adekuat (undertreatment) sehingga mencegah

timbulnya resistensi

- menghindari pengobatan yang tidak perlu (overtreatment) sehingga meningkatkan

pemakaian sumber-daya lebih biaya efektif (cost-effective)

- mengurangi efek samping

8

Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena

bull Tuberkulosis paru Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang

jaringan (parenkim) paru tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada

hilus

bull Tuberkulosis ekstra paru Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain

paru misalnya pleura selaput otak selaput jantung (pericardium) kelenjar lymfe

tulang persendian kulit usus ginjal saluran kencing alat kelamin dan lain-lain

Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis yaitu pada TB

Paru

bull Tuberkulosis paru BTA positif

- Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif

- 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada menunjukkan

gambaran tuberkulosis

- 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif

- 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS pada

pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah

pemberian antibiotika non OAT

bull Tuberkulosis paru BTA negatif

Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif

Kriteria diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi

- Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif

- Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis

- Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT

- Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan

9

Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan penyakit

bull TB paru BTA negatif foto toraks positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan

penyakitnya yaitu bentuk berat dan ringan Bentuk berat bila gambaran foto

toraks memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas (misalnya proses ldquofar

advancedrdquo) dan atau keadaan umum pasien buruk

bull TB ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya yaitu

- TB ekstra paru ringan misalnya TB kelenjar limfe pleuritis eksudativa

unilateral tulang (kecuali tulang belakang) sendi dan kelenjar adrenal

- TB ekstra-paru berat misalnya meningitis milier perikarditis peritonitis

pleuritis eksudativa bilateral TB tulang belakang TB usus TB saluran kemih

dan alat kelamin

Catatan

bull Bila seorang pasien TB paru juga mempunyai TB ekstra paru maka untuk

kepentingan pencatatan pasien tersebut harus dicatat sebagai pasien TB paru

bull Bila seorang pasien dengan TB ekstra paru pada beberapa organ maka dicatat

sebagai TB ekstra paru pada organ yang penyakitnya paling berat

10

212 Cara Penularan

Lingkungan hidup yang sangat padat dan pemukiman di wilayah perkotaan

kemungkinan besar telah mempermudah proses penularan dan berperan sekali atas

peningkatan jumlah kasus TB Proses terjadinya infeksi oleh Mycobacterium

tuberculosis biasanya secara inhalasi sehingga TB paru merupakan manifestasi klinis

yang paling sering dibandingkan dengan organ lain Penularan penyakit ini sebagian

besar melalui inhalasi basil yang mengandung droplet nuclei khususnya yang di

dapat dari pasien TB paru dengan batuk berdarah atau berdahak yang mengandung

basil tahan asam (BTA) Pada TB kulit atau jaringan lunak penularan bias melalui

inokulasi langsung Infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium bovis dapat

disebabkan oleh susu yang kurang disterilkan dengan baik atau terkontaminasi Sudah

dibuktikan bahwa lingkungan sosial ekonomi yang baik pengobatan yang teratur dan

pengawasan minum obat yang ketat dapat berhasil mengurangi angka morbiditas dan

mortalitas di Amerika selama tahun 1950-1960 7

Daya penularan dari seseorang penderita ditentukan oleh banyaknya

kuman yang dikeluarkan dari parunya Makin tinggi derajat positif hasil dari

pemeriksaan dahak makin menular penderita tersebut Bila pemeriksaan dahak

negatif (tidak terlihat kuman) maka penderita tersebut dianggap tidak menular

Kemungkinan seseorang terinfeksi TB paru ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam

udara dan lamanya menghirup udara tersebut 8

Perlu diketahui bahwa kuman TB tidak hanya keluar ketika penderita

batuk saja tetapi juga pada saat bernyanyi bersin atau bersiul Secara umum dapat

dikatakan bahwa penularan penyakit TB banyak bergantung dari beberapa factor

seperti jumlah kuman yang ada tingkat keganasan kuman dan daya tahan tubuh orang

yang tertular 6

213 Penemuan Penderita TB

Kegiatan penemuan pasien terdiri dari penjaringan suspek diagnosis

penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien Penemuan pasien merupakan langkah

pertama dalam kegiatan program penanggulangan TB Penemuan dan penyembuhan

11

pasien TB menular secara bermakna akan dapat menurunkan kesakitan dan kematian

akibat TB penularan TB di masyarakat dan sekaligus merupakan kegiatan

pencegahan penularan TB yang paling efektif di masyarakat9

Strategi penemuan 9

Penemuan pasien TB dilakukan secara pasif dengan promosi aktif Penjaringan

tersangka pasien dilakukan di unit pelayanan kesehatan didukung dengan

penyuluhan secara aktif baik oleh petugas kesehatan maupun masyarakat untuk

meningkatkan cakupan penemuan tersangka pasien TB

Pemeriksaan terhadap kontak pasien TB terutama mereka yang BTA positif yang

menunjukkan gejala sama harus diperiksa dahaknya

Penemuan secara aktif dari rumah ke rumah dianggap tidak cost efektif

214 Risiko Penularan 9

- Risiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan dahak Pasien TB

paru dengan BTA positif memberikan kemungkinan risiko penularan lebih besar

dari pasien TB paru dengan BTA negatif

- Risiko penularan setiap tahunnya di tunjukkan dengan Annual Risk of Tuberculosis

Infection (ARTI) yaitu proporsi penduduk yang berisiko terinfeksi TB selama satu

tahun ARTI sebesar 1 berarti 10 (sepuluh) orang diantara 1000 penduduk

terinfeksi setiap tahun ARTI di Indonesia bervariasi antara 1-3

- Infeksi TB dibuktikan dengan perubahan reaksi tuberkulin negatif menjadi positif

215 Gejala Klinis TB Paru

Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu

atau lebih Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah

batuk darah sesak nafas badan lemas nafsu makan menurun berat badan menurun

12

malaise berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik demam meriang lebih dari satu

bulan9

Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain

tb seperti bronkiektasis bronkitis kronis asma kanker paru dan lain-lain Mengingat

prevalensi TB di Indonesia saat ini masih tinggi maka setiap orang yang datang ke

UPK dengan gejala tersebut diatas dianggap sebagai seorang tersangka (suspek)

pasien TB dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung9

216 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Tuberkulosis

Faktor ndash faktor yang mempengaruhi terhadap terjadinya TB antara lain

1 Harus ada sumber infeksi

Sumber infeksi dapat berasal dari penderita TB dengan BTA positif Penularan

dapat terjadi melalui dropet atau melalui pengunaan alat makan secara bergantian

tanpa dicuci yang digunakan oleh penderita TB dengan BTA positif tersebut

2 Jumlah basil penyebab harus cukup

Semakin banyak jumlah basil yang terhirup maka semakin besar kemungkinan

seseorang untuk mengidap TB

3 Virulensi yang tinggi dari basil TB

Apabila angka keaktifan kuman tinggi maka semakin cepat kuman TB

berkembang biak di dalam tubuh Selain itu masa inkubasi akan semakin cepat

4 Daya tahan tubuh yang rendah

Daya tahan tubuh yang menurun memungkinkan basil berkembang biak dan

menimbulkan penyakit tuberkulosis 10

217 Tipe Penderita TB Paru

Tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya Ada beberapa

tipe pasien yaitu

bull Kasus baru

13

Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan

OAT kurang dari satu bulan (4 minggu)

bull Kasus kambuh (Relaps)

Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan

tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap didiagnosis

kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur)

bull Kasus setelah putus berobat (Default )

Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA

positif

bull Kasus setelah gagal (failure)

Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi

positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan

bull Kasus Pindahan (Transfer In)

Adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki register TB lain untuk

melanjutkan pengobatannya

bull Kasus lain

Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas Dalam kelompok ini

termasuk Kasus Kronik yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif

setelah selesai pengobatan ulangan

Catatan

TB paru BTA negatif dan TB ekstra paru dapat juga mengalami kambuh gagal

default maupun menjadi kasus kronik Meskipun sangat jarang harus dibuktikan

secara patologik bakteriologik (biakan) radiologik dan pertimbangan medis

spesialistik9

218 Pemeriksaan Diagnostik

Untuk mengetahui adanya tuberkulosis dokter biasanya berpegang pada

tiga patokan utama Pertama hasil wawancaranya tentang keluhan pasien dan hasil

pemeriksaan yang dilakukan pada pasien yang disebut dengan anamnesis Kedua

14

hasil pemeriksaan laboratorium untuk menemukan adanya BTA pada spesimen

penderita

Pemeriksaan dahak mikroskopis 9

Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis menilai

keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan

Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis dilakukan dengan

mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang

berurutan berupa Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS)

S (sewaktu)

Dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung pertama kali Pada

saat pulang suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak pagi

pada hari kedua

P (Pagi)

Dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua segera setelah bangun tidur

Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di UPK

S (sewaktu)

Dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua saat menyerahkan dahak pagi

Adapun tujuan dari pemeriksaan dahak pada program penanggulangan TB

adalah

1 Menegakkan diagnosis dan menentukan tipe klasifikasi

2 Menilai kemajuan pengobatan

3 Menentukan tingkat penularan 8

Pemeriksaan ulang dahak untuk memantau kemajuan pengobatan

dilakukan pada

1 Akhir tahap intensif

15

Dilakukan seminggu sebelum akhir pengobatan penderita baru BTA positif

dengan kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-3 pengobatan ulang

penderita BTA positif kategori 2

2 Sebulan sebelum akhir pengobatan

Dilakukan seminggu sebelum akhir bulan ke-5 pengobatan penderita baru BTA

positif dengan kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-7 pengobatan

ulang penderita BTA positif dengan kategori 2

3 Akhir pengobatan

Dilakukan seminggu sebelum akhir bulan ke-6 pada penderita BTA positif dengan

kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-8 pengobatan ulang BTA positif

dengan kategori 2 8

Pemeriksaan dahak pada sebulan sebelum akhir pengobatan dan akhir

pengobatan bertujuan untuk menilai hasil pengobatan (apakah sembuh atau gagal)

219 Prinsip Pengobatan

Penatalaksanaan TB meliputi penemuan pasien dan pengobatan yang

dikelola dengan menggunakan strategi DOTS9

Tujuan utama pengobatan pasien TB adalah menurunkan angka kematian

dan kesakitan serta mencegah penularan dengan cara menyembuhkan pasien

Penatalaksanaan penyakit TB merupakan bagian dari surveilans penyakit tidak

sekedar memastikan pasien menelan obat sampai dinyatakan sembuh tetapi juga

berkaitan dengan pengelolaan sarana bantu yang dibutuhkan petugas yang terkait

pencatatan pelaporan evaluasi kegiatan dan rencana tindak lanjutnya9

Tabel 21 Jenis sifat dan dosis OAT

Dosis yang direkomendasikan (mgkg)

16

Jenis OAT Sifat Harian 3x seminggu

Isoniazid (H) Bakterisid 5

(4-6)

10

(8-12)

Rifampicin (R) Bakterisid 10

(8-12)

10

(8-12)

Pyrazinamide (Z) Bakterisid 25

(20-30)

35

(30-40)

Streptomycin (S) Bakterisid 15

(12-18)

15

(12-18)

Etambutol (E) Bakteriostatik 15

(15-20)

30

(20-35)

Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut 9

bull OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat dalam jumlah

cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan Jangan gunakan OAT

tunggal (monoterapi) Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT ndash KDT)

lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan

bull Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat dilakukan pengawasan langsung

(DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat

(PMO)

bull Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap yaitu tahap intensif dan lanjutan

Tahap awal (intensif) 9

- Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara

langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat

17

- Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat biasanya pasien

menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu

- Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2

bulan

Tahap Lanjutan 9

- Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit namun dalam jangka

waktu yang lebih lama

- Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah

terjadinya kekambuhan

2110 Panduan Penggunaan OAT di Indonesia9

Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan

Tuberkulosis di Indonesia

- Kategori 1 2(HRZE)4(HR)3

- Kategori 2 2(HRZE)S(HRZE)5(HR)3E3

Disamping kedua kategori ini disediakan paduan obat sisipan (HRZE)

- Kategori Anak 2HRZ4HR

Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket

berupa obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT) sedangkan kategori anak sementara

ini disediakan dalam bentuk OAT kombipak

Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu

tablet Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien Paduan ini dikemas dalam

satu paket untuk satu pasien

Paket Kombipak

18

Terdiri dari obat lepas yang dikemas dalam satu paket yaitu Isoniasid

Rifampisin Pirazinamid dan Etambutol Paduan OAT ini disediakan program untuk

mengatasi pasien yang mengalami efek samping OAT KDT

Paduan OAT ini disediakan dalam bentuk paket dengan tujuan untuk

memudahkan pemberian obat dan menjamin kelangsungan (kontinuitas) pengobatan

sampai selesai

Satu (1) paket untuk satu (1) pasien dalam satu (1) masa pengobatan

KDT mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB

1 Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin efektifitas

obat dan mengurangi efek samping

2 Mencegah penggunaan obat tunggal sehinga menurunkan resiko terjadinya

resistensi obat ganda dan mengurangi kesalahan penulisan resep

3 Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat menjadi

sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien

Paduan OAT dan peruntukannya

19

1 Kategori-1 (2HRZE 4H3R3)

Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru

1048707 Pasien baru TB paru BTA positif

1048707 Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif

1048707 Pasien TB ekstra paru

Tabel 22 Dosis untuk paduan OAT KDT untuk Kategori 1

Berat Badan

Tahap Intensif

tiap hari selama 56 hari

RHZE (15075400275)

Tahap Lanjutan

3 kali seminggu selama 16 minggu

RH (150150)

30-37 kg 2 tablet 4 KDT 2 tablet 4 KDT38-54 kg 3 tablet 4 KDT 3 tablet 4 KDT55-70 kg 4 tablet 4 KDT 4 tablet 4 KDTge 71 kg 5 tablet 4 KDT 5 tablet 4 KDT

2 Kategori -2 (2HRZES HRZE 5H3R3E3)

Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya

1048707 Pasien kambuh

1048707 Pasien gagal

1048707 Pasien dengan pengobatan setelah default (terputus)

Tabel 23 Dosis untuk paduan OAT KDT Kategori 2

Berat Badan

Tahap Intensif

tiap hari

RHZE (15075400275) + S

Tahap Lanjutan

3 kali seminggu

RH (150150) + E (275)

Selama 56 hari Selama 28 hari Selama 20 minggu

30-37 kg 2 tablet 4 KDT + 500 mg Streptomisin inj

2 tablet 4 KDT 2 tablet 4 KDT+ 2 tab Etambutol

38-54 kg 3 tablet 4 KDT +750 mg Streptomisin inj

3 tablet 4 KDT 3 tablet 4 KDT+ 3 tab Etambutol

55-70 kg 4 tablet 4 KDT +1000 mg Streptomisin inj

4 tablet 4 KDT 4 tablet 4 KDT+ 4 tab Etambutol

ge 71 kg 5 tablet 4 KDT +1000 mg Streptomisin inj

5 tablet 4 KDT 5 tablet 4 KDT+ 5 tab Etambutol

Catatan

20

Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal untuk streptomisin adalah

500mg tanpa memperhatikan berat badan

Untuk perempuan hamil lihat pengobatan TB dalam keadaan khusus

Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan menambahkan aquabidest

sebanyak 37ml sehingga menjadi 4ml (1ml = 250mg)

3 OAT Sisipan (HRZE)

Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap intensif kategori 1 yang

diberikan selama sebulan (28 hari)

Tabel 24 Dosis KDT untuk Sisipan

Berat Badan Tahap Intensif tiap hari selama 28 hari

RHZE (15075400275)

30-37 kg 2 tablet 4 KDT38-54 kg 3 tablet 4 KDT55-70 kg 4 tablet 4 KDTge 71 kg 5 tablet 4 KDT

Penggunaan OAT lapis kedua misalnya golongan aminoglikosida (misalnya

kanamisin) dan golongan kuinolon tidak dianjurkan diberikan kepada pasien baru tanpa indikasi

yang jelas karena potensi obat tersebut jauh lebih rendah daripada OAT lapis pertama Di

samping itu dapat juga meningkatkan terjadinya risiko resistensi pada OAT lapis kedua

2111 Alur Diagnostik TB 9

21Suspek TB Paru

2112 Evaluasi Pengobatan

22

Pemeriksaan dahak mikroskopis (SPS = Sewaktu ndash Pagi ndash Sewaktu)

Hasil BTA+ - -

Hasil BTA- - -

Hasil BTA+ + ++ + +

Antibiotik Non-OAT

Tidak adaPerbaikan

Adaperbaikan

Pemeriksaan dahak mikroskopis

Foto toraks dan

Pertimbangan dokter

Hasil BTA+ + ++ + -+ _ _

Hasil BTA- - -

Foto toraks dan

Pertimbangan dokter

TB Bukan TB

Evaluasi Klinis

Biasanya pasien di control dalam 1 minggu pertama selanjutnya setiap 2 minggu

selama tahap intensif dan seterusnya sekali sebulan sampai akhir pengobatan

Secara klinis hendaknya terdapat perbaikan keluhan pasien seperti batuk yang

berkurang tidak ada batuk darah nafsu makan bertambah dan ada peningkatan

berat badan

Evaluasi Bakteriologis

Pemeriksaan dahak untuk menilai keberadaan kuman Biasanya setelah 2-3

minggu perngobatan sputum BTA mulai negatif Pemeriksaan control sputum

dilakukan sekali sebulan Bagi penderita dengan BTA positif setelah tahap

intensif akan mendapatkan pengobatan ulang Bila sudah negatif sputum

diperiksa tiga kali berturut-turut dan harus dikontrol agar tidak terjadi ldquosilent

bacterial sheddingrdquo yaitu terdapat sputum BTA positif tanpa disertai keluhan-

keluhan TB yang relevan

Evaluasi Radiologis

Evaluasi radiologis juga diperlukan untuk melihat kemajuan terapi Dengan

pemeriksaan radiologis dapat dilihat keadaan TB parunya atau adanya penyakit

lain yang menyertai Evaluasi foto dada dilakukan tiap 3 bulan sekali 10

2113 Efek Samping OAT

Sebagian besar penderita TB paru dapat menyelesaikan pengobatan tanpa

efek samping Namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping Oleh karena

itu pemantauan kemungkinan terjadinya efek samping sangat penting dilakukan

selama pengobatan Pemantauan dilakukan dengan cara menjelaskan kepada

penderita tanda-tanda efek samping dan menanyakan adanya gejala efek samping

pada waktu penderita mengambil OAT 8

Efek samping ringan dari OAT seperti tidak ada nafsu makanmual sakit

perut nyeri sendi kesemutan sampai dengan rasa terbakar di kaki dan warna

kemerahan pada air seni Efek samping berat dari OAT misalnya gatal dan

kemerahan kulit tuli gangguan keseimbanagn ikterus tanpa penyebab lain

bingung dan muntah-muntah gangguan penglihatan purpura dan syok 8

22 Strategi DOTS

23

Strategi DOTS adalah strategi penanggulaan TB paru nasional yang telah

direkomendasikan oleh WHO yang dimulai pelaksanaannya di Indonesia pada tahun

19951996 Sebelum pelaksanaan strategi DOTS (1969-1994) angka kesembutah TB

paru yang dapat dicapai oleh program hanya 40-60 saja Dengan strategi DOTS

diharapkan angka kesembuhan dapat dicapai minimal 85 dari penderita TB paru

BTA positif yang di temukan 11

Prinsip DOTS adalah mendekatkan pelayanan pengobatan terhadap

penderita agar secara langsung dapat mengawasi keteraturan menelan obat dan

melakukan pelacakan bila penderita tidak datang mengambil obat sesuai dengan yang

ditetapkan

Kalau diurai dari kata-katanya pengertian DOTS dapat dimulai dengan

keharusan setiap pengelola program TB intuk member direct attention dalam usaha

menemukan penderita Dalam bahasa lain ini diterjemahkan menjadi deteksi kasus

dengan pemeriksaan mikroskopik kendati sebenarnya pengertiannya dapat diperluas

dengan keharusan untuk mendeteksi kasus secara baik dan akurat Kemudian setiap

pasien harus di- observed dalam memakan obatnya setiap obat yang di telan pasien

harus di depan seorang pengawas Selain itu tentunya pasien harus menerima

treatment yang tertata dalam system pengelolaan distribusi dan penyediaan obat

secara baik Kemudian setiap pasien harus mendapat obat yang baik artinya

pengobatan short course standart yang telah terbukti ampuh secara klinik

Akhirnya harus ada dukungan dari pemerinyah yang membuat program

penanggulangan TB mendapat prioritas yang tinggi dalam pelayanan kesehatan 11

Strategi DOTS mempunyai lima komponen

1) Komitmen politits dari para pengambil keputusan termasuk dukungan dana

2) Diagnosa TB dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopik

3) Pengobatan dengan panduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) jangka pendek

dengan pengawasan langsung oleh pengawas Menelan Obat (PMO)

4) Kesinambungan perssediaan OAT jangka pendek dengan mutu terjamin

5) Pencatatan dan pelaporan secraa baku untuk memudahkan pemantauan dan

evaluasi program penanggulangan TB

23 Konsep Perilaku

24

Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor baik faktor internal

( dari dalam diri manusia ) maupun faktor eksternal ( dari luar diri manusia ) Faktor

internal ini terdiri dari faktor fisik dan psikis Faktor eksternal terdiri dari berbagai

faktor antara lain sosial budaya masyarakat lingkungan fisik politik ekonomi

pendidikan dan sebagainnya Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi

kesehatan baik individu kelompok maupun masyarakat dikelompokkan menjadi

empat ( Blum 1974 )

Konsep Blum menjelaskan bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh

1) Lingkungan yang mencakup lingkungan fisik sosial budaya politik ekonomi

dan sebagainnya

2) Perilaku

3) Pelayanan kesehatan

4) Keturunan ( hereditas )

Perilaku merupakan factor terbesar kedua setelah factor lingkungan yang

mempengaruhi derajat kesehatan Oleh sebab itu dalam rangka membina dan

meningkatkan kesehatan masyarakat maka intervensi atau upaya yang di tujukan

kepada faktor erilaku ini sangat strategis

Menurut Green perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama yakni 12

1) Faktor predisposisi ( predisposing factor )

Faktor ini mencakup pengetahuan sikap dan masyarakat terhadap kesehatan

tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan

kesehatan sistem nilai yang dinut masyarakat tingkat pendidikan tingkat sosial

ekonomi dan sebagainya

2) Faktor Pemungkin ( Enabling factor )

Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan

bagi masyarakat misalnya air bersih tempat pembuangan tinja ketersediaan

makanan yang bergizi dan sebagainnya termasuk juga fasilitas kesehatan

seperti puskesmas rumah sakit posyandu dokter atau bidan praktek swasta dan

sebagainnya

3) Faktor penguat ( reinforcing factor )

25

Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat tokoh agama

sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan Termasuk juga di

sini undang-undang peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah

daerah yang terkait dengan kesehatan

Tim kerja dari WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang

berperilaku tertentu dikarenakan 4 ( empat ) alasan pokok yaitu

1) Pemikiran dan perasaan ( Thoughts and feeling )

Yakni dalam bentuk pengetahuan kepercayaan dan sikap Pengetahuan di

peroleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain sedangkan

kepercayaan biasanya diperoleh dari orang tua kakek atau nenek Seseorang

menerima kepercayaan itu berdasarkan keyankinan dan tanpa adanya pembuktian

terlebih dahulu Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap

objek dan seringnya diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang

lain yang paling dekat

2) Karakteristik Pendukung (enabling characteristics)

Karakteristik ini mencerminkan bahwa meskipun mempunyai predisposisi untuk

menggunakan pelayanan kesehatan ia tak akan bertindak menggunakannya

kecuali bial ia mampu menggunakannya Penggunaan pelayanan kesehatan yang

ada tergantung kepada kemampuan konsumen untuk membayar

3) Karakteristik kebutuhan (need characteristics)

Faktor predisposisi dan factor yang memungkinkan untuk mencari pengobatan

dapat terwujud di dalam tindakan apabila itu dirasakan sebagai kebutuhanDengan

kata lain kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan

pelayanan kesehatan bila mana tingkat predisposisi dan enabling itu ada

Kebutuhan (need) disisni di bagi menjadi dua ketegori dirasa atau preceived

( subject assessment) dan evaluated ( clinical diagnosis )

Menurut Skinner perilaku kesehatan adalah suatu respons

seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan

26

penyakit system pelayanan kesehatan makanan dan minimum serta lingkungan

Dari batasan ini perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 ( tiga)

kelompok yakni

1) Perilaku pemeliharaan kesehatan ( health maintenance)

Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga

kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit Oleh

sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3(tiga) aspek yaitu

a Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit serta

pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit

b Perilaku peningkatan kesehatan apabila seseorang dalam keadaan sehat

c Perilaku gizi Makanan dan minimum dapat meningkatkan kesehatan

seseorang bahkan dapat mendatangkan penyakit Hal ini sangat tergantung

pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut

2) Perilaku pencarian pengobatan ( health behavior )

Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat

menderita penyakit dan atau kecelakaan Tindakan atau perilaku ini dimulai dari

mengobati sendiri ( self treatment) sampai mencari pengobatan keluar negeri

3) Perilaku kesehatan lingkungan

Adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan baik lingkungan fisik

maupun social budaya dan sebagainnya sehingga lingkungan tersebut tidak

mempengaruhi kesehatannya Dengan perkataan lain bagaimana seseorang

mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri

keluarga atau mesyarakatnya 12

24 Kepatuhan Berobat

Kepatuhan berasal dari kata ldquo patuh ldquo yang berarti taat suka menuruti

disiplin Kepatuhan menurut Trostle adalah tingkat perilaku penderita dalam

mengambil suatu tindakan pengobatan misalnya dalam menentukan kebiasaan

hidup sehat dan ketetapan berobat Dalam pengobatan seseorang dikatakan tidak

27

patuh apabila orang tersebut melalaikan kewajibannya berobat sehingga dapat

mengakibatkan terhalangnya kesembuhan 13

Menurut Sacket kepatuhan pasien adalah sejauh mana perilaku pasien

sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh professional kesehatan 14

Menurut Sarafino secara umum ketidaktaatan meningkatkan risiko

berkembangnya masalah kesehatan atau memperpanjang atau memperburuk

kesakitan yang sedang di derita Perkiraan yang ada menyatakan bahwa 20 jumlah

opname di rumah sakit merupakan akibat dari ketidaktaatan pasien terhadap aturan

pengobatan Faktor yang mempengaruhi kepatuhan seseorang dalam berobat yaitu

faktor petugas faktor obat dan faktor penderita Karakteristik petugas yang

mempengaruhi kepatuhan antara lain jenis petugas tingkat pengetahuan lamanya

bekerja frekuensi penyuluhan yang dilakukan Faktor obat yang mempengaruhi

kepatuhan adalah pengobatan yang sulit dilakukan tidak menunjukkan kea rah

penyembuhan waktu yang lama adanya efek samping obat Faktor penderita yang

menyebabkan ketidakpatuhan adalah umur jenis kelamin pekerjaan anggota

keluarga saudara atau teman khusus 15

25 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan

Faktor-faktor yang mempengaruhi katidakpatuhan dapat digolongkan

menjadi empat bagian yaitu

1 Pemahaman tentang Instruksi

Tak seorang pun mematuhi instruksi jika ia salah paham tentang instruksi yang

diberikan kepadanyaLey dan Spelman (Ester 2000 ) Menemukan bahwa lebih

dari 60 yang diwawancarai setelah bertemu dengan dokter salah mengerti

tentang instruksi yang diberikan pada mereka kadang-kadang hal ini disebabkan

oleh kegagalan professional kesehatan dalam memberikan informasi yang

lengkap penggunaan istilah-istilah medis dan mbanyak memberikan instruksi

yang harus diingat oleh pasien

28

Pendekatan praktis untuk meningkatkan kepatuhan pasien ditemukan oleh

Dinicola dan Dimatteo yaitu

a) Buat instruksi tertulis yang jelas dan mudah diinterpretasikan

b) Berikan informasi tentang pengobatan sebelum menjelaskan hal-hal lain

c) Jika seseorang diberikan suatu daftar tertulis tenang hal-hal yang harus

diingat maka aka nada efek ldquokeunggulanrdquoyaitu mereka brusaha mengingat

hal-hal yang pertama kali ditulis

d) Insruksi-instruksi harus ditulis dengan bahasa umum ( Non medis ) dan hal-

hal yang perlu ditekankan 14

2 Kualitas Interaksi

Kualitas interaksi antara profrsional kesehatan dan pasien merupakan bagian yang

penting dalam menentukan derajat kepatuhan Meningkatkan interaksi

professional kesehatan dengan pasien adalah suatu hal penting untuk memberikan

umpan balik pada pasien setelah memperoleh informasi tentang diagnosis Pasien

membutuhkan penjelasan tentang kondisinya saat ini apa penyebabnya dan apa

yang dapat mereka lakukan dengan kondisi seperti itu

3 Isolasi sosial dan keluarga

Keluarga dapat menjadi factor yang sangat berpengaruh dalam menentukan

keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga menentukan tentang

program pengobatan yang dapat mereka terima Keluarga juga member dukungan

dan membuat keputusan mengenai perawatan dari anggota keluarga yang sakit

4 Keyakinan Sikap Kepribadian

Ahli psikologis telah menyelidiki tentang hubungan antar pengukuran-

pengukuran kepribadian dan kepatuhan Mereka menemukan bahwa data

kepribadian secara benar dibedakan antar orang yang putih drngan orang yang

gagal Orang-orang yang tidak patuh adalah orang-orang yang lebih mengalami

depresi anxietas sangat memperhatikan kesehatannya memiliki kekuatan ego

29

yang lebih lemah dan kehidupan sosialnya lebih memusatkan perhatian pada

dirinya sendiri Blumenthal et al mengatakan bahwa ciri-ciri kepribadian yang

disebutkan diatas itu yang menyebabkan seseorang cenderung tidak patuh ( drop

out) dari program pengobatan 14

Menurut Schwart dan Griffin Faktor yang berhubungan dengan

ketidaktaan secara sejarah riset tentang ketaan pasien didasarkan atas pandangan

tradisional mengenai pasien sebagai penerima nasihat dokter yang pasif dan patuh

Pasien yang tidak taat dipandang sebagai orang yang lalai dan masalahnya dianggap

sebagai masalah control Riset berusah untuk mengidentifikasi kelompok-kelompok

pasien yang tidak patuh berdasarkan kelas sosioekonomi pendidikan umur dan

jenis kelamin Pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan sepanjang bawah

pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif seperti penggunaan buku-buku

dan kaset oleh pasien secara mandiri Usaha-usaha ini sedikit berhasil seorang dapat

menjadi tidak taat kalau situasinya memungkinkan Teori-teori yang lebih baru

menekannkan factor situasional dan pasien sebagai peserta yang aktif dalam proses

pengobatannya Perilaku ketaatan sering diartikan sebagai usaha pasien untuk

mengendalikan perilakunya bahkan jika hal tersebut bias menimbulkan resiko

mengenai kesehatannya 15

Macam-macam faktor yang berkaitan dengan ketidaktaatan disebutkan

a Ciri-ciri kesakitan dan cirri-ciri pengobatan

Menurut Dickson dkk perilaku ketaatan lebih rendah untuk penyakit kronis

(karena tidak ada akibat buruk yang segera dirasakan atau resiko yang jelas )

saran mengenai gaya hidup umum dan kebiasaan yang lama pengobatan yang

kompleks pengobatan dengan efek samping perilaku yang tidak pantas

Menurut Sarafino tingkat ketaaatan rata-rata minum obat utnuk menyenbuhkan

kesakitan akut dengan pengobatan jangka pendek adalah sekitar 78 Untuk

kesakita kronis dengan cara pengobatan jangaka panjang tingkat tersebut menurun

sampai 54

b Komunikasi antara Pasien dan Dokter

Berbagai aspek komunikasi antara pasien dan dokter mempengaruhi tingkat

ketidaktaan misalnya informasi dengan pengawasan yang kurang

30

ketidakpuasan terhadap aspek hubungan emosional dengan dokter ketidak

puasan terhadap pengobatan yang diberikan

c Variabel-variabel sosial

Hubungan antara dukungan sosial dengan ketaatan telah dipelajari Secara umum

orang-orang yang merasa mereka menerima penghiburan perhatian dan

pertolongan yang mereka butuhkan dari seseorang atau kelompok biasanya

cenderung lebih mudah mengikuti nasihat medis daripada pasien yang kurang

mendapat dukungan sosial Jelaslah bahwa keluarga memainkan peranan yang

sangat penting dalam pengelolaan medis misalnya penggunaan pengaruh

normative pada pasien yang mungkin mengakibatkan efek yang memudahkan

atau menghambat perilaku ketaatan

d Ciri-ciri Individual

Variabel-variabel demografis juga digunakan untuk meramalkan ketidaktaatan

sebagai contoh Di Amerika Serikat kaum wanita kaum kulit putih dan orang

tua cenderung mengikuti anjuran dokter 15

Dalam proses penyembuhan penderita TB Paru dapat diberikan obat anti-

TB (OAT) yang diminum secara teratur sampai selesai dengan pengawasan

yangketat Masa pemberian obat memang cukup lama yaitu 6-8 bulan secara terus

menerus sehingga dapat mencegah penularan kepada orang lain Oleh sebab itu para

penderita TB jika ingin sembuh harus minum obat secara teratur Tanpa adanya

keteraturan minum obat penyakit sulit disembuhkan Jika tidak teratur minum obat

penyakitnya sukar diobati kuman TB dalam tubuh akan berkembang semakin banyak

dan menyerang organ tubuh lain yang akan membutuhkan waktu lebih lama untuk

dapat sembuh

26 Pengawasan Menelan Obat (PMO) 9

Salah satu komponen DOTS adalah pengobatan paduan OAT jangka

pendek dengan pengawasan langsung Untuk menjamin keteraturan pengobatan

diperlukan seorang PMO

31

a Persyaratan PMO

bull Seseorang yang dikenal dipercaya dan disetujui baik oleh petugas kesehatan

maupun pasien selain itu harus disegani dan dihormati oleh pasien

bull Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien

bull Bersedia membantu pasien dengan sukarela

bull Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan pasien

b Siapa yang bisa menjadi PMO

Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan misalnya Bidan di Desa Perawat

Pekarya Sanitarian Juru Immunisasi dan lain lain Bila tidak ada petugas

kesehatan yang memungkinkan PMO dapat berasal dari kader kesehatan guru

anggota PPTI PKK atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga

c Tugas seorang PMO

bull Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai

pengobatan

bull Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur

bull Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah

ditentukan

bull Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai gejala-

gejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke Unit Pelayanan

Kesehatan

Tugas seorang PMO bukanlah untuk mengganti kewajiban pasien mengambil

obatdari unit pelayanan kesehatan

d Informasi penting yang perlu dipahami PMO untuk disampaikan kepada pasien dan

keluarganya

bull TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur

32

bull TB bukan penyakit keturunan atau kutukan

bull Cara penularan TB gejala-gejala yang mencurigakan dan cara pencegahannya

bull Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan)

bull Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur

bull Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera meminta

pertolongan ke UPK

27 Penanggulangan TB 16

Rencana Global Penanggulangan TB

Rencana Global 2006-2015 mencakup enam elemen utama dalam strategi baru Stop

TB ndashWHO yang terdiri dari

1 Memperluas dan meningkatkan ekspansi DOTS yang berkualitas meningkatkan

penemuan kasus dan kesembuhan melalui pendekatan yangterfokus pada penderita

agar pelayanan DOTS yang berkualitas dapat menjangkau seluruh penderita

khususnya kelompok masyarakat yang miskin dan rentan

2 Menghadapi tantangan TBHIV MDR-TB dan tantangan lainnya dengan cara

meningkatkan kolaborasi TBHIV DOTS-Plus dan pendekatan lainnya

3 Berkontribusi dalam memperkuat sistem kesehatan melalui kerjasama dengan

berbagai program dan pelayanan kesehatan lainnya misalnya dalam memobilisasi

sumber daya manusia dan finansial untuk implementasi dan mengevaluasi

hasilnyaserta pertukaran informasi dalam keberhasilan pencapaian dalam program

penanggulangan TB

33

4 Melibatkan seluruh penyedia pelayanan kesehatan pemerintah lembaga swadaya

masyarakat (LSM) dan swasta dengan cara memperluas pendekatan berbasis

public-private mix (PPM) dengan menggunakan ISTC

5 Melibatkan penderita TB dan masyarakat untuk memberikan kontribusi dalam

penyediaan pelayanan yang efektif Hal ini meliputi perluasan pelayanan TB di

masyarakat menciptakan kebutuhan masyarakat akan pelayanan TB advokasi

yang spesifik komunikasi dan mobilisasi sosial serta mendukung pengembangan

piagam pasien TB dalam masyarakat dan

6 Memberdayakan dan meningkatkan penelitian operasional

28 Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel dependent

Karakteristik Individu

1Umur

2Jenis kelamin

3Pendidikan

4Pekerjaan

5Pengetahuan

6Efek samping OAT

7Tingkat kepatuhan

penderita dalam

pengobatan

Kesembuhan

34

Penderita TB paru

Faktor Pelayanan

kesehatan

1 Ketersediaan OAT

2 Sikap petugas kesehatan

3 LokasiJarak

4 Penyuluhan kesehatan

5 Kunjungan rumah

Faktor Peran PMO

Gambar Kerangka Konsep Penelitian

Definisi Konsep

1 Karakteristik individu adalah hal-hal yang melekat dalam diri penderita TB paru yang

mempengaruhi tingkat kapetuhan dalam melaksanakan program pengobatan dengan

strategi DOTS yang membedakan seseorang dengan yang lainnya meliputi umur jenis

kelamin pendidikan pekerjaan pengetahuan efek samping OAT tingkat kepatuhan

penderita dalam pengobatan

2 Faktor pelayanan kesehatan adalah penilaian dari penderita TB paru terhadap upaya yang

diselenggarakan oleh unit pelayanan kesehatan untuk menangani penderita TB paru

meliputi Ketersediaan OATsikap petugas kesehatan lokasijarak penyuluhan

kesehatan dan kunjungan rumah

3 Faktor Peran PMO ( Pengawasan Menelan Obat ) adalah penilaian dari penderita TB paru

terhadap hal-hal yang menjadi tugas dari seseorang pengawas menelan obat yang

mempengaruhi tingkat kepatuhan penderita TB paru dalam melaksanakan pengobatan

meliputi penyuluhan member dorongan meningkatkan dan mengawasi

35

4 Kesembuhan adalah pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan

pemeriksaan ulang dahak (follow up) menunjukkan hasil BTA negatif

29 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep di atas maka hipotesis penelitian ini adalah

1) Ada pengaruh karakteristik individu terhadap kesembuhan penderita TB paru

dalam pengobatan

2) Ada pengaruh pelayanan kesehatan terhadap kesembuhan penderita TB paru

dalam pengobatan

3) Ada pengaruh PMO terhadap kesembuhan penderita TB paru dalam pengobatan

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

31 Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional yang

bertujuan untuk menjelaskan pengaruh karakteristik individu faktor pelayanan

kesehatan dan faktor Pengawas Menelan Obat (PMO) terhadap kesembuhan

penderita TB Paru dalam melaksanakan pengobatan di Puskesmas Grogol Petamburan

tahun 2011

32 Tempat dan Waktu Penelitian

36

Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Grogol Petamburan pada bulan

Januari sampai Februari tahun 2012

33 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang

sedang menjalankan pengobatan TB di Puskesmas Grogol

Petamburan mulai bulan OktobeR

34 Keriteria Inklusi dan Eksklusi

341 Keriteria Inklusi

342 Keriteria Eksklusi

35 Sampel

351 Besar Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang

mengikuti pengobatan dengan strategi DOTS di Puskesmas yang pada saat penelitian

sedang menjalani pengobatan dan seluruh penderita TB yang telah mendapat

pengobatan selama 6 bulan atau sedang dalam tahap lanjutan

Keterangan

n1 = Jumlah sampel minimal

37

n2 = Jumlah sampel ditambah substitusi 10 (substitusi adalah persen responden

yang mungkin drop out)

Z = Tingkat batas kepercayaan dengan = 5

Didapat Z pada kurva normal = 196

p = Proporsi variabel yang diteliti yaitu besarnya presentasi 50 )

q = 1 - p

L = Derajat kesalahan yang masih dapat diterima adalah 10

Berdasarkan rumus di atas didapatkan angka sebagai berikut

( Z )2 p q ( 196 )2 0505

n1 = ----------------- = ------------------------------ = 9604

L2 ( 01 )2

n2 = n1 + ( 10 n1 )

= 9604 + ( 10 9604)

= 9604 + 9604

= 10564 Dibulatkan 106

352 Teknik Pengambilan Sampel

36 Identifikasi Variabel

1 Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kesembuhan tb paru

2 Variabel independen adalah umur jenis kelamin pendidikan pekerjaan

pengetahuan efek samping OAT dan tingkat kepahuhan dari penderita TB

Selain itu faktor dari pelayanan kesehatan dan PMO juga ikut berperan

37 Cara Kerja

1 Membuat proposal penelitian tentang hubungan antara tingkat kepatuhan minum

OAT dengan tingkat kesembuhan penyakit TB di Puskesmas Kecamatan Grogol

Petamburan

38

2 Pengumpulan data sekunder dari Puskesmas Grogol Petamburan

3 Melakukan kunjungan ke rumah-rumah sampel di daerah RT terpilih untuk

pengumpulan data primer dengan memakai kuesioner dan wawancara responden

4 Data-data yang telah dikumpulkan akan dilakukan pengolahan berupa proses

editing verifikasi dan koding Selanjutnya dimasukkan dan diolah dengan

menggunakan program computer yaitu program SPSS

5 Terhadap data yang telah diolah kemudian dilakukan analisis sesuai dengan cara

uji statistik menggunakanhelliphellip Data diinterpretasi secara deskriptif korelatif

antar variabel ndash variabel yang telah ditentukan dan disajikan dalam bentuk

tekstular dan tabular

6 Hasil dari penelitian akan disusun dalam bentuk pelaporan penelitian yang

selanjutnya akan di presentasikan di hadapan staf pengajar program pendidikan

Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida

Wacana (FK UKRIDA) dalam forum pendidikan Ilmu Kedokteran Komunitas

Fakultas Kedokteran UKRIDA

38 Manajemen Data

381 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder yaitu

1 Data primer diperoleh dengan wawancara langsung kepada penderita TB paru

dan petugas kesehatan program penanggulangan TB Paru yang berpedoman pada

kuisioner penelitian yang telah ditetapkan dam melakukan cross check

2 Data sekunder diperoleh dari laporan pelaksanaan program penanggulangan TB

Paru di Puskesmas kartu pengobatan TBC (formulir TB 01) dan Formulir

Permohonan Laboratorium TBC Untik Pemeriksaan Dahak (formulir TB 05)

382 Pengolahan Data

39

Aspek pengukuran

Aspek pengukuran variable bebas

Karakteristik individu

Aspek pengukuran variable karakteristik individu dapat dilihat pada tabel 31

Table 31 Aspek Pengukuran Variabel Karakteristik Individu

Karakteristik

individu

Kategori Skala Bobot nilai

Umur a 15-24 tahun

b 25-49 tahun

c gt 50 tahun

rasio

Jenis kelamin a Laki-laki

b Perempuan

Tingkat

pendidikan

a Tidak tamat SD

b SD

c SLTP

d SLTA

e Sarjana S1

Pekerjaan a Bekerja

b Tidak bekerja

Pengetahuan a Baik

b Sedang

c Bururk

Efek samping

OAT

a Ada

b Tidan ada

Faktor pelayanan kesehatan

Pengukuran faktor pelanan kesehatan meliputi ketersediaan OAT yang

diukur adalah yang diukur dengan 2 pertanyaan sikap petugas kesehatan diukur

dengan 8 pertanyaan lokasi jarak diukur dengan 3 pertanyaan penyuluhan kesehatan

diukur dengan 6 pertanyaan dan kunjungan rumah diukur dengan 2 pertanyaan

40

berdasarkan jawaban yang diberikan responden selanjutnya dikelompokkan menjadi

tiga (3) yaitu

a Baik jika faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan

penilaian yang baik karena kebutuhan yang diinginkan debagian besarnya

terpenuhi (nilai gt32)

b Sedang bila faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan

penilaian yang kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan responden hanay

sebagian saja yang terpenuhi (nilainya 17-32)

c Buruk bila faktor pelayanan pelayanan kesehatan yang diterima responden

menimbulkan penilaian yang tidak baik karena kebutuhan yang diinginka

responden sebagian besar tidak dipenuhi (nilainya lt17)

Faktor Pengawas Menelan Obat (PMO)

Faktor Pengawas Menelan Obat diukur dengan 5 pertanyaan yang

selanjutnya dibedakan atas 3 kategori yaitu

a Baik bila semua tugas yang diterima responden terlaksana dengan baik yaitu

mengawasi memberikan dorongan mengingatkan dan memberikan penyuluhan

(nilainya gt11)

b Sedang bila tugas PMO yang diterima responden sebagian saja yang terpenuhi

(nilainya 6-11)

c Buruk bila tugas PMO yang diterima responden tidak terlaksana dengan baik

(nilainya lt 6)

Aspek Pengukuran Variabel Terikan

Kepatuhan Pengobatan TB Paru

41

Aspek Pengukuran Variabel ini menggunakan skala interval yang diukur berdasarkan

tiga (3) kategori yaitu

Patuh apabila responden selalu menelan obat sesuai ketentuan petugas kesehatan

yaitu setiap hari pada tahap awal tiga kali seminggu pada tahap lanjutan dan

mengambil obat serta memeriksakan dahak sesuai jadwal dan menaati nasihat dari

petugas kesehatan ( bobot 3 )

Kurang patuh jika responden kadang-kadang menelan obat sesuai ketentuan

petugas kesehatan atau responden tidak menelan obat 2-8 minggu selama tahap

pengobatan lanjutan dan tidak memerisakan dahak sesuai jadwal yang telah

ditetapkan dan tidak selalu menaati nasihat dari petugas kesehatan (bobot 2 )

Tidak patuh jika responden tidak menelan obat sesuai ketentuan petugas

kesehatan atau responden tidak menelan obat lebih dari 8 minggu selama tahap

pengobatan lanjutan dan tidak mengambil obat serta tidak memeriksakan dahak

sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan tidak menaati nasihat petugas kesehatan

(bobot 1)

383 Penyajian Data

384 Analisis Data

385 Interpretasi Data

386 Pelaporan Data

39 Definisi Operasional

1 Umur adalah usia responden saat penelitian berdasarkan ulang tahun terakhir yang

dibedakan atas 3 (tiga) kategori berdasarkna Badan Pusat Statistik Kota Medan

42

tahun 2008 yaitu 1) orang muda 25-24 tahun 2) dewasa 24-49 tahun 3) orang

tua gt 50 tahun

2 Jenis kelamin adalah suatu karakteristik responden yang dibedakan identitasnya

dari laki-laki dan perempuan

3 Pendidikan adalah jenjang pendidikannyang berhasil ditamatkan responden yang

dibedakan atas tidak tamat SD SD SLTP SLTA Akademi Sarjana

4 Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh responden sebagai

pendapatan utama yang dibedakan atas kerja dan tidak bekerja

5 Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai penyakit

TB paru

6 Efek samping OAT adalah gejala keluhan yang diderita responden akiba menelan

OAT selama pengobatan

7 Ketersdediaan OAT adalah pandangan responden terhadap kondisi OAT

diperoleh dari puskesmas meliputi kecukupan jumlah OAT dan dan kualitasnya

8 Sikap petugas kesehatan adalah penilaian responden terhadap reaksi petugas

kesehatan kepada responden selama mereka menjalanin pengobatan

9 Lokasi jarak adalah pandangan responden tentang lama perjalanan dari tempat

tinggal responden ke Puskesmas yang diukur dengan jarak sarana transportasi

10 Penyuluhan kesehatan adalah pandangan responden tentang kegiatan yang

dilakukan oleh petugas kesehatan sehubungan dengan pengobatan TB Paru untuk

mencapai suatu keadaan dimana pederita TB Paru dapat hidup lebih sehat

11 Kunjungan rumah adalah pandangan responden tentang kegiatan yang dilakukan

petugas kesehatan selama masa pengobatan ke rumah responden

12 Faktor peran Pengawas Minum Obat (PMO) adalah pandangan responden tentang

tugas yang dilakasanakan oleh seorang PMO meliputi penyuluhan

13 Kepatuhan berobat adalah ketaan responden dalam menelan obat mengambil

obat dan melakukan pemeriksaan dahak sesuai jadwal yang telah ditentukan dan

menaati segala nasehat dari petugas kesehatan

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

1) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta

2) Perkumpulan Pemberantasan TB Indonesia 2011 TB di Indonesia Peringkat Dunia

Jakarta Diakses melalui situs httpwwwpptiinfoindexphpcomponentcontentarticle46-

arsip-ppti141-tbc-di-indonesia-peringkat-5-dunia Diakses pada tanggal 23 Januari 2012

44

3) Depkes dan WHO 2008 Lembar Fakta Tuberkulosis Jakarta

4) Dirjen P2M amp PLP 1997 Pengawasan Menelan Obat (PMO) adalah DOTS ala Indonesia

Jakarta

5) Amirudin R 2006 Faktor Keberhasilan Konversi pada Penderita TB Paru di Puskesmas

Jongaya Tahun 2006 Laporan Penelitian FKM Unhas Makasar

6) Aditama Tjandra Y 1994 Tuberkulosis Paru Masalah dan Penanggulangnya UI Press

Jakarta

7) Aru W Bambang S Idrus A dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Tuberkulosis

Paru Edisi IV FKUI Jakarta 2006 998-1004

8) Depkes RI 2002 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta

9) Depkes RI 2006 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta

10) Subijakto Hubungan Pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Berobat

Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Proposal Skripsi Jakarta 2011 Diakses pada

tanggal 20 Januari 2012

11) Aditama Tjandra Y 2002 Tuberkulosis Diagnosis Terapi dan Masalahnya Yayasan IDI

Jakarta

12) Notoatmodjo Soekidjo 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Penerbit Rineka Cipta

Jakarta

13) Simamora Jojor 2004 Faktor yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Berobat Penderita TB

Paru di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2004 Tesis Pascasarjana USU Medan

14) Ester Monica 2000 Psikologi Kesehatan Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

15) Bart Smet 1994 Psikologi Kesehatan PT Grasindo Jakarta

16) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta

45

Page 9: 133192422-TB-paru

Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena

bull Tuberkulosis paru Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang

jaringan (parenkim) paru tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada

hilus

bull Tuberkulosis ekstra paru Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain

paru misalnya pleura selaput otak selaput jantung (pericardium) kelenjar lymfe

tulang persendian kulit usus ginjal saluran kencing alat kelamin dan lain-lain

Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis yaitu pada TB

Paru

bull Tuberkulosis paru BTA positif

- Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif

- 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada menunjukkan

gambaran tuberkulosis

- 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif

- 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS pada

pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah

pemberian antibiotika non OAT

bull Tuberkulosis paru BTA negatif

Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif

Kriteria diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi

- Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif

- Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis

- Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT

- Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan

9

Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan penyakit

bull TB paru BTA negatif foto toraks positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan

penyakitnya yaitu bentuk berat dan ringan Bentuk berat bila gambaran foto

toraks memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas (misalnya proses ldquofar

advancedrdquo) dan atau keadaan umum pasien buruk

bull TB ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya yaitu

- TB ekstra paru ringan misalnya TB kelenjar limfe pleuritis eksudativa

unilateral tulang (kecuali tulang belakang) sendi dan kelenjar adrenal

- TB ekstra-paru berat misalnya meningitis milier perikarditis peritonitis

pleuritis eksudativa bilateral TB tulang belakang TB usus TB saluran kemih

dan alat kelamin

Catatan

bull Bila seorang pasien TB paru juga mempunyai TB ekstra paru maka untuk

kepentingan pencatatan pasien tersebut harus dicatat sebagai pasien TB paru

bull Bila seorang pasien dengan TB ekstra paru pada beberapa organ maka dicatat

sebagai TB ekstra paru pada organ yang penyakitnya paling berat

10

212 Cara Penularan

Lingkungan hidup yang sangat padat dan pemukiman di wilayah perkotaan

kemungkinan besar telah mempermudah proses penularan dan berperan sekali atas

peningkatan jumlah kasus TB Proses terjadinya infeksi oleh Mycobacterium

tuberculosis biasanya secara inhalasi sehingga TB paru merupakan manifestasi klinis

yang paling sering dibandingkan dengan organ lain Penularan penyakit ini sebagian

besar melalui inhalasi basil yang mengandung droplet nuclei khususnya yang di

dapat dari pasien TB paru dengan batuk berdarah atau berdahak yang mengandung

basil tahan asam (BTA) Pada TB kulit atau jaringan lunak penularan bias melalui

inokulasi langsung Infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium bovis dapat

disebabkan oleh susu yang kurang disterilkan dengan baik atau terkontaminasi Sudah

dibuktikan bahwa lingkungan sosial ekonomi yang baik pengobatan yang teratur dan

pengawasan minum obat yang ketat dapat berhasil mengurangi angka morbiditas dan

mortalitas di Amerika selama tahun 1950-1960 7

Daya penularan dari seseorang penderita ditentukan oleh banyaknya

kuman yang dikeluarkan dari parunya Makin tinggi derajat positif hasil dari

pemeriksaan dahak makin menular penderita tersebut Bila pemeriksaan dahak

negatif (tidak terlihat kuman) maka penderita tersebut dianggap tidak menular

Kemungkinan seseorang terinfeksi TB paru ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam

udara dan lamanya menghirup udara tersebut 8

Perlu diketahui bahwa kuman TB tidak hanya keluar ketika penderita

batuk saja tetapi juga pada saat bernyanyi bersin atau bersiul Secara umum dapat

dikatakan bahwa penularan penyakit TB banyak bergantung dari beberapa factor

seperti jumlah kuman yang ada tingkat keganasan kuman dan daya tahan tubuh orang

yang tertular 6

213 Penemuan Penderita TB

Kegiatan penemuan pasien terdiri dari penjaringan suspek diagnosis

penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien Penemuan pasien merupakan langkah

pertama dalam kegiatan program penanggulangan TB Penemuan dan penyembuhan

11

pasien TB menular secara bermakna akan dapat menurunkan kesakitan dan kematian

akibat TB penularan TB di masyarakat dan sekaligus merupakan kegiatan

pencegahan penularan TB yang paling efektif di masyarakat9

Strategi penemuan 9

Penemuan pasien TB dilakukan secara pasif dengan promosi aktif Penjaringan

tersangka pasien dilakukan di unit pelayanan kesehatan didukung dengan

penyuluhan secara aktif baik oleh petugas kesehatan maupun masyarakat untuk

meningkatkan cakupan penemuan tersangka pasien TB

Pemeriksaan terhadap kontak pasien TB terutama mereka yang BTA positif yang

menunjukkan gejala sama harus diperiksa dahaknya

Penemuan secara aktif dari rumah ke rumah dianggap tidak cost efektif

214 Risiko Penularan 9

- Risiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan dahak Pasien TB

paru dengan BTA positif memberikan kemungkinan risiko penularan lebih besar

dari pasien TB paru dengan BTA negatif

- Risiko penularan setiap tahunnya di tunjukkan dengan Annual Risk of Tuberculosis

Infection (ARTI) yaitu proporsi penduduk yang berisiko terinfeksi TB selama satu

tahun ARTI sebesar 1 berarti 10 (sepuluh) orang diantara 1000 penduduk

terinfeksi setiap tahun ARTI di Indonesia bervariasi antara 1-3

- Infeksi TB dibuktikan dengan perubahan reaksi tuberkulin negatif menjadi positif

215 Gejala Klinis TB Paru

Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu

atau lebih Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah

batuk darah sesak nafas badan lemas nafsu makan menurun berat badan menurun

12

malaise berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik demam meriang lebih dari satu

bulan9

Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain

tb seperti bronkiektasis bronkitis kronis asma kanker paru dan lain-lain Mengingat

prevalensi TB di Indonesia saat ini masih tinggi maka setiap orang yang datang ke

UPK dengan gejala tersebut diatas dianggap sebagai seorang tersangka (suspek)

pasien TB dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung9

216 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Tuberkulosis

Faktor ndash faktor yang mempengaruhi terhadap terjadinya TB antara lain

1 Harus ada sumber infeksi

Sumber infeksi dapat berasal dari penderita TB dengan BTA positif Penularan

dapat terjadi melalui dropet atau melalui pengunaan alat makan secara bergantian

tanpa dicuci yang digunakan oleh penderita TB dengan BTA positif tersebut

2 Jumlah basil penyebab harus cukup

Semakin banyak jumlah basil yang terhirup maka semakin besar kemungkinan

seseorang untuk mengidap TB

3 Virulensi yang tinggi dari basil TB

Apabila angka keaktifan kuman tinggi maka semakin cepat kuman TB

berkembang biak di dalam tubuh Selain itu masa inkubasi akan semakin cepat

4 Daya tahan tubuh yang rendah

Daya tahan tubuh yang menurun memungkinkan basil berkembang biak dan

menimbulkan penyakit tuberkulosis 10

217 Tipe Penderita TB Paru

Tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya Ada beberapa

tipe pasien yaitu

bull Kasus baru

13

Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan

OAT kurang dari satu bulan (4 minggu)

bull Kasus kambuh (Relaps)

Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan

tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap didiagnosis

kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur)

bull Kasus setelah putus berobat (Default )

Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA

positif

bull Kasus setelah gagal (failure)

Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi

positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan

bull Kasus Pindahan (Transfer In)

Adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki register TB lain untuk

melanjutkan pengobatannya

bull Kasus lain

Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas Dalam kelompok ini

termasuk Kasus Kronik yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif

setelah selesai pengobatan ulangan

Catatan

TB paru BTA negatif dan TB ekstra paru dapat juga mengalami kambuh gagal

default maupun menjadi kasus kronik Meskipun sangat jarang harus dibuktikan

secara patologik bakteriologik (biakan) radiologik dan pertimbangan medis

spesialistik9

218 Pemeriksaan Diagnostik

Untuk mengetahui adanya tuberkulosis dokter biasanya berpegang pada

tiga patokan utama Pertama hasil wawancaranya tentang keluhan pasien dan hasil

pemeriksaan yang dilakukan pada pasien yang disebut dengan anamnesis Kedua

14

hasil pemeriksaan laboratorium untuk menemukan adanya BTA pada spesimen

penderita

Pemeriksaan dahak mikroskopis 9

Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis menilai

keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan

Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis dilakukan dengan

mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang

berurutan berupa Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS)

S (sewaktu)

Dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung pertama kali Pada

saat pulang suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak pagi

pada hari kedua

P (Pagi)

Dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua segera setelah bangun tidur

Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di UPK

S (sewaktu)

Dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua saat menyerahkan dahak pagi

Adapun tujuan dari pemeriksaan dahak pada program penanggulangan TB

adalah

1 Menegakkan diagnosis dan menentukan tipe klasifikasi

2 Menilai kemajuan pengobatan

3 Menentukan tingkat penularan 8

Pemeriksaan ulang dahak untuk memantau kemajuan pengobatan

dilakukan pada

1 Akhir tahap intensif

15

Dilakukan seminggu sebelum akhir pengobatan penderita baru BTA positif

dengan kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-3 pengobatan ulang

penderita BTA positif kategori 2

2 Sebulan sebelum akhir pengobatan

Dilakukan seminggu sebelum akhir bulan ke-5 pengobatan penderita baru BTA

positif dengan kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-7 pengobatan

ulang penderita BTA positif dengan kategori 2

3 Akhir pengobatan

Dilakukan seminggu sebelum akhir bulan ke-6 pada penderita BTA positif dengan

kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-8 pengobatan ulang BTA positif

dengan kategori 2 8

Pemeriksaan dahak pada sebulan sebelum akhir pengobatan dan akhir

pengobatan bertujuan untuk menilai hasil pengobatan (apakah sembuh atau gagal)

219 Prinsip Pengobatan

Penatalaksanaan TB meliputi penemuan pasien dan pengobatan yang

dikelola dengan menggunakan strategi DOTS9

Tujuan utama pengobatan pasien TB adalah menurunkan angka kematian

dan kesakitan serta mencegah penularan dengan cara menyembuhkan pasien

Penatalaksanaan penyakit TB merupakan bagian dari surveilans penyakit tidak

sekedar memastikan pasien menelan obat sampai dinyatakan sembuh tetapi juga

berkaitan dengan pengelolaan sarana bantu yang dibutuhkan petugas yang terkait

pencatatan pelaporan evaluasi kegiatan dan rencana tindak lanjutnya9

Tabel 21 Jenis sifat dan dosis OAT

Dosis yang direkomendasikan (mgkg)

16

Jenis OAT Sifat Harian 3x seminggu

Isoniazid (H) Bakterisid 5

(4-6)

10

(8-12)

Rifampicin (R) Bakterisid 10

(8-12)

10

(8-12)

Pyrazinamide (Z) Bakterisid 25

(20-30)

35

(30-40)

Streptomycin (S) Bakterisid 15

(12-18)

15

(12-18)

Etambutol (E) Bakteriostatik 15

(15-20)

30

(20-35)

Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut 9

bull OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat dalam jumlah

cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan Jangan gunakan OAT

tunggal (monoterapi) Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT ndash KDT)

lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan

bull Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat dilakukan pengawasan langsung

(DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat

(PMO)

bull Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap yaitu tahap intensif dan lanjutan

Tahap awal (intensif) 9

- Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara

langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat

17

- Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat biasanya pasien

menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu

- Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2

bulan

Tahap Lanjutan 9

- Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit namun dalam jangka

waktu yang lebih lama

- Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah

terjadinya kekambuhan

2110 Panduan Penggunaan OAT di Indonesia9

Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan

Tuberkulosis di Indonesia

- Kategori 1 2(HRZE)4(HR)3

- Kategori 2 2(HRZE)S(HRZE)5(HR)3E3

Disamping kedua kategori ini disediakan paduan obat sisipan (HRZE)

- Kategori Anak 2HRZ4HR

Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket

berupa obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT) sedangkan kategori anak sementara

ini disediakan dalam bentuk OAT kombipak

Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu

tablet Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien Paduan ini dikemas dalam

satu paket untuk satu pasien

Paket Kombipak

18

Terdiri dari obat lepas yang dikemas dalam satu paket yaitu Isoniasid

Rifampisin Pirazinamid dan Etambutol Paduan OAT ini disediakan program untuk

mengatasi pasien yang mengalami efek samping OAT KDT

Paduan OAT ini disediakan dalam bentuk paket dengan tujuan untuk

memudahkan pemberian obat dan menjamin kelangsungan (kontinuitas) pengobatan

sampai selesai

Satu (1) paket untuk satu (1) pasien dalam satu (1) masa pengobatan

KDT mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB

1 Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin efektifitas

obat dan mengurangi efek samping

2 Mencegah penggunaan obat tunggal sehinga menurunkan resiko terjadinya

resistensi obat ganda dan mengurangi kesalahan penulisan resep

3 Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat menjadi

sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien

Paduan OAT dan peruntukannya

19

1 Kategori-1 (2HRZE 4H3R3)

Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru

1048707 Pasien baru TB paru BTA positif

1048707 Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif

1048707 Pasien TB ekstra paru

Tabel 22 Dosis untuk paduan OAT KDT untuk Kategori 1

Berat Badan

Tahap Intensif

tiap hari selama 56 hari

RHZE (15075400275)

Tahap Lanjutan

3 kali seminggu selama 16 minggu

RH (150150)

30-37 kg 2 tablet 4 KDT 2 tablet 4 KDT38-54 kg 3 tablet 4 KDT 3 tablet 4 KDT55-70 kg 4 tablet 4 KDT 4 tablet 4 KDTge 71 kg 5 tablet 4 KDT 5 tablet 4 KDT

2 Kategori -2 (2HRZES HRZE 5H3R3E3)

Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya

1048707 Pasien kambuh

1048707 Pasien gagal

1048707 Pasien dengan pengobatan setelah default (terputus)

Tabel 23 Dosis untuk paduan OAT KDT Kategori 2

Berat Badan

Tahap Intensif

tiap hari

RHZE (15075400275) + S

Tahap Lanjutan

3 kali seminggu

RH (150150) + E (275)

Selama 56 hari Selama 28 hari Selama 20 minggu

30-37 kg 2 tablet 4 KDT + 500 mg Streptomisin inj

2 tablet 4 KDT 2 tablet 4 KDT+ 2 tab Etambutol

38-54 kg 3 tablet 4 KDT +750 mg Streptomisin inj

3 tablet 4 KDT 3 tablet 4 KDT+ 3 tab Etambutol

55-70 kg 4 tablet 4 KDT +1000 mg Streptomisin inj

4 tablet 4 KDT 4 tablet 4 KDT+ 4 tab Etambutol

ge 71 kg 5 tablet 4 KDT +1000 mg Streptomisin inj

5 tablet 4 KDT 5 tablet 4 KDT+ 5 tab Etambutol

Catatan

20

Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal untuk streptomisin adalah

500mg tanpa memperhatikan berat badan

Untuk perempuan hamil lihat pengobatan TB dalam keadaan khusus

Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan menambahkan aquabidest

sebanyak 37ml sehingga menjadi 4ml (1ml = 250mg)

3 OAT Sisipan (HRZE)

Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap intensif kategori 1 yang

diberikan selama sebulan (28 hari)

Tabel 24 Dosis KDT untuk Sisipan

Berat Badan Tahap Intensif tiap hari selama 28 hari

RHZE (15075400275)

30-37 kg 2 tablet 4 KDT38-54 kg 3 tablet 4 KDT55-70 kg 4 tablet 4 KDTge 71 kg 5 tablet 4 KDT

Penggunaan OAT lapis kedua misalnya golongan aminoglikosida (misalnya

kanamisin) dan golongan kuinolon tidak dianjurkan diberikan kepada pasien baru tanpa indikasi

yang jelas karena potensi obat tersebut jauh lebih rendah daripada OAT lapis pertama Di

samping itu dapat juga meningkatkan terjadinya risiko resistensi pada OAT lapis kedua

2111 Alur Diagnostik TB 9

21Suspek TB Paru

2112 Evaluasi Pengobatan

22

Pemeriksaan dahak mikroskopis (SPS = Sewaktu ndash Pagi ndash Sewaktu)

Hasil BTA+ - -

Hasil BTA- - -

Hasil BTA+ + ++ + +

Antibiotik Non-OAT

Tidak adaPerbaikan

Adaperbaikan

Pemeriksaan dahak mikroskopis

Foto toraks dan

Pertimbangan dokter

Hasil BTA+ + ++ + -+ _ _

Hasil BTA- - -

Foto toraks dan

Pertimbangan dokter

TB Bukan TB

Evaluasi Klinis

Biasanya pasien di control dalam 1 minggu pertama selanjutnya setiap 2 minggu

selama tahap intensif dan seterusnya sekali sebulan sampai akhir pengobatan

Secara klinis hendaknya terdapat perbaikan keluhan pasien seperti batuk yang

berkurang tidak ada batuk darah nafsu makan bertambah dan ada peningkatan

berat badan

Evaluasi Bakteriologis

Pemeriksaan dahak untuk menilai keberadaan kuman Biasanya setelah 2-3

minggu perngobatan sputum BTA mulai negatif Pemeriksaan control sputum

dilakukan sekali sebulan Bagi penderita dengan BTA positif setelah tahap

intensif akan mendapatkan pengobatan ulang Bila sudah negatif sputum

diperiksa tiga kali berturut-turut dan harus dikontrol agar tidak terjadi ldquosilent

bacterial sheddingrdquo yaitu terdapat sputum BTA positif tanpa disertai keluhan-

keluhan TB yang relevan

Evaluasi Radiologis

Evaluasi radiologis juga diperlukan untuk melihat kemajuan terapi Dengan

pemeriksaan radiologis dapat dilihat keadaan TB parunya atau adanya penyakit

lain yang menyertai Evaluasi foto dada dilakukan tiap 3 bulan sekali 10

2113 Efek Samping OAT

Sebagian besar penderita TB paru dapat menyelesaikan pengobatan tanpa

efek samping Namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping Oleh karena

itu pemantauan kemungkinan terjadinya efek samping sangat penting dilakukan

selama pengobatan Pemantauan dilakukan dengan cara menjelaskan kepada

penderita tanda-tanda efek samping dan menanyakan adanya gejala efek samping

pada waktu penderita mengambil OAT 8

Efek samping ringan dari OAT seperti tidak ada nafsu makanmual sakit

perut nyeri sendi kesemutan sampai dengan rasa terbakar di kaki dan warna

kemerahan pada air seni Efek samping berat dari OAT misalnya gatal dan

kemerahan kulit tuli gangguan keseimbanagn ikterus tanpa penyebab lain

bingung dan muntah-muntah gangguan penglihatan purpura dan syok 8

22 Strategi DOTS

23

Strategi DOTS adalah strategi penanggulaan TB paru nasional yang telah

direkomendasikan oleh WHO yang dimulai pelaksanaannya di Indonesia pada tahun

19951996 Sebelum pelaksanaan strategi DOTS (1969-1994) angka kesembutah TB

paru yang dapat dicapai oleh program hanya 40-60 saja Dengan strategi DOTS

diharapkan angka kesembuhan dapat dicapai minimal 85 dari penderita TB paru

BTA positif yang di temukan 11

Prinsip DOTS adalah mendekatkan pelayanan pengobatan terhadap

penderita agar secara langsung dapat mengawasi keteraturan menelan obat dan

melakukan pelacakan bila penderita tidak datang mengambil obat sesuai dengan yang

ditetapkan

Kalau diurai dari kata-katanya pengertian DOTS dapat dimulai dengan

keharusan setiap pengelola program TB intuk member direct attention dalam usaha

menemukan penderita Dalam bahasa lain ini diterjemahkan menjadi deteksi kasus

dengan pemeriksaan mikroskopik kendati sebenarnya pengertiannya dapat diperluas

dengan keharusan untuk mendeteksi kasus secara baik dan akurat Kemudian setiap

pasien harus di- observed dalam memakan obatnya setiap obat yang di telan pasien

harus di depan seorang pengawas Selain itu tentunya pasien harus menerima

treatment yang tertata dalam system pengelolaan distribusi dan penyediaan obat

secara baik Kemudian setiap pasien harus mendapat obat yang baik artinya

pengobatan short course standart yang telah terbukti ampuh secara klinik

Akhirnya harus ada dukungan dari pemerinyah yang membuat program

penanggulangan TB mendapat prioritas yang tinggi dalam pelayanan kesehatan 11

Strategi DOTS mempunyai lima komponen

1) Komitmen politits dari para pengambil keputusan termasuk dukungan dana

2) Diagnosa TB dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopik

3) Pengobatan dengan panduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) jangka pendek

dengan pengawasan langsung oleh pengawas Menelan Obat (PMO)

4) Kesinambungan perssediaan OAT jangka pendek dengan mutu terjamin

5) Pencatatan dan pelaporan secraa baku untuk memudahkan pemantauan dan

evaluasi program penanggulangan TB

23 Konsep Perilaku

24

Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor baik faktor internal

( dari dalam diri manusia ) maupun faktor eksternal ( dari luar diri manusia ) Faktor

internal ini terdiri dari faktor fisik dan psikis Faktor eksternal terdiri dari berbagai

faktor antara lain sosial budaya masyarakat lingkungan fisik politik ekonomi

pendidikan dan sebagainnya Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi

kesehatan baik individu kelompok maupun masyarakat dikelompokkan menjadi

empat ( Blum 1974 )

Konsep Blum menjelaskan bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh

1) Lingkungan yang mencakup lingkungan fisik sosial budaya politik ekonomi

dan sebagainnya

2) Perilaku

3) Pelayanan kesehatan

4) Keturunan ( hereditas )

Perilaku merupakan factor terbesar kedua setelah factor lingkungan yang

mempengaruhi derajat kesehatan Oleh sebab itu dalam rangka membina dan

meningkatkan kesehatan masyarakat maka intervensi atau upaya yang di tujukan

kepada faktor erilaku ini sangat strategis

Menurut Green perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama yakni 12

1) Faktor predisposisi ( predisposing factor )

Faktor ini mencakup pengetahuan sikap dan masyarakat terhadap kesehatan

tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan

kesehatan sistem nilai yang dinut masyarakat tingkat pendidikan tingkat sosial

ekonomi dan sebagainya

2) Faktor Pemungkin ( Enabling factor )

Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan

bagi masyarakat misalnya air bersih tempat pembuangan tinja ketersediaan

makanan yang bergizi dan sebagainnya termasuk juga fasilitas kesehatan

seperti puskesmas rumah sakit posyandu dokter atau bidan praktek swasta dan

sebagainnya

3) Faktor penguat ( reinforcing factor )

25

Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat tokoh agama

sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan Termasuk juga di

sini undang-undang peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah

daerah yang terkait dengan kesehatan

Tim kerja dari WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang

berperilaku tertentu dikarenakan 4 ( empat ) alasan pokok yaitu

1) Pemikiran dan perasaan ( Thoughts and feeling )

Yakni dalam bentuk pengetahuan kepercayaan dan sikap Pengetahuan di

peroleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain sedangkan

kepercayaan biasanya diperoleh dari orang tua kakek atau nenek Seseorang

menerima kepercayaan itu berdasarkan keyankinan dan tanpa adanya pembuktian

terlebih dahulu Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap

objek dan seringnya diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang

lain yang paling dekat

2) Karakteristik Pendukung (enabling characteristics)

Karakteristik ini mencerminkan bahwa meskipun mempunyai predisposisi untuk

menggunakan pelayanan kesehatan ia tak akan bertindak menggunakannya

kecuali bial ia mampu menggunakannya Penggunaan pelayanan kesehatan yang

ada tergantung kepada kemampuan konsumen untuk membayar

3) Karakteristik kebutuhan (need characteristics)

Faktor predisposisi dan factor yang memungkinkan untuk mencari pengobatan

dapat terwujud di dalam tindakan apabila itu dirasakan sebagai kebutuhanDengan

kata lain kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan

pelayanan kesehatan bila mana tingkat predisposisi dan enabling itu ada

Kebutuhan (need) disisni di bagi menjadi dua ketegori dirasa atau preceived

( subject assessment) dan evaluated ( clinical diagnosis )

Menurut Skinner perilaku kesehatan adalah suatu respons

seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan

26

penyakit system pelayanan kesehatan makanan dan minimum serta lingkungan

Dari batasan ini perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 ( tiga)

kelompok yakni

1) Perilaku pemeliharaan kesehatan ( health maintenance)

Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga

kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit Oleh

sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3(tiga) aspek yaitu

a Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit serta

pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit

b Perilaku peningkatan kesehatan apabila seseorang dalam keadaan sehat

c Perilaku gizi Makanan dan minimum dapat meningkatkan kesehatan

seseorang bahkan dapat mendatangkan penyakit Hal ini sangat tergantung

pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut

2) Perilaku pencarian pengobatan ( health behavior )

Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat

menderita penyakit dan atau kecelakaan Tindakan atau perilaku ini dimulai dari

mengobati sendiri ( self treatment) sampai mencari pengobatan keluar negeri

3) Perilaku kesehatan lingkungan

Adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan baik lingkungan fisik

maupun social budaya dan sebagainnya sehingga lingkungan tersebut tidak

mempengaruhi kesehatannya Dengan perkataan lain bagaimana seseorang

mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri

keluarga atau mesyarakatnya 12

24 Kepatuhan Berobat

Kepatuhan berasal dari kata ldquo patuh ldquo yang berarti taat suka menuruti

disiplin Kepatuhan menurut Trostle adalah tingkat perilaku penderita dalam

mengambil suatu tindakan pengobatan misalnya dalam menentukan kebiasaan

hidup sehat dan ketetapan berobat Dalam pengobatan seseorang dikatakan tidak

27

patuh apabila orang tersebut melalaikan kewajibannya berobat sehingga dapat

mengakibatkan terhalangnya kesembuhan 13

Menurut Sacket kepatuhan pasien adalah sejauh mana perilaku pasien

sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh professional kesehatan 14

Menurut Sarafino secara umum ketidaktaatan meningkatkan risiko

berkembangnya masalah kesehatan atau memperpanjang atau memperburuk

kesakitan yang sedang di derita Perkiraan yang ada menyatakan bahwa 20 jumlah

opname di rumah sakit merupakan akibat dari ketidaktaatan pasien terhadap aturan

pengobatan Faktor yang mempengaruhi kepatuhan seseorang dalam berobat yaitu

faktor petugas faktor obat dan faktor penderita Karakteristik petugas yang

mempengaruhi kepatuhan antara lain jenis petugas tingkat pengetahuan lamanya

bekerja frekuensi penyuluhan yang dilakukan Faktor obat yang mempengaruhi

kepatuhan adalah pengobatan yang sulit dilakukan tidak menunjukkan kea rah

penyembuhan waktu yang lama adanya efek samping obat Faktor penderita yang

menyebabkan ketidakpatuhan adalah umur jenis kelamin pekerjaan anggota

keluarga saudara atau teman khusus 15

25 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan

Faktor-faktor yang mempengaruhi katidakpatuhan dapat digolongkan

menjadi empat bagian yaitu

1 Pemahaman tentang Instruksi

Tak seorang pun mematuhi instruksi jika ia salah paham tentang instruksi yang

diberikan kepadanyaLey dan Spelman (Ester 2000 ) Menemukan bahwa lebih

dari 60 yang diwawancarai setelah bertemu dengan dokter salah mengerti

tentang instruksi yang diberikan pada mereka kadang-kadang hal ini disebabkan

oleh kegagalan professional kesehatan dalam memberikan informasi yang

lengkap penggunaan istilah-istilah medis dan mbanyak memberikan instruksi

yang harus diingat oleh pasien

28

Pendekatan praktis untuk meningkatkan kepatuhan pasien ditemukan oleh

Dinicola dan Dimatteo yaitu

a) Buat instruksi tertulis yang jelas dan mudah diinterpretasikan

b) Berikan informasi tentang pengobatan sebelum menjelaskan hal-hal lain

c) Jika seseorang diberikan suatu daftar tertulis tenang hal-hal yang harus

diingat maka aka nada efek ldquokeunggulanrdquoyaitu mereka brusaha mengingat

hal-hal yang pertama kali ditulis

d) Insruksi-instruksi harus ditulis dengan bahasa umum ( Non medis ) dan hal-

hal yang perlu ditekankan 14

2 Kualitas Interaksi

Kualitas interaksi antara profrsional kesehatan dan pasien merupakan bagian yang

penting dalam menentukan derajat kepatuhan Meningkatkan interaksi

professional kesehatan dengan pasien adalah suatu hal penting untuk memberikan

umpan balik pada pasien setelah memperoleh informasi tentang diagnosis Pasien

membutuhkan penjelasan tentang kondisinya saat ini apa penyebabnya dan apa

yang dapat mereka lakukan dengan kondisi seperti itu

3 Isolasi sosial dan keluarga

Keluarga dapat menjadi factor yang sangat berpengaruh dalam menentukan

keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga menentukan tentang

program pengobatan yang dapat mereka terima Keluarga juga member dukungan

dan membuat keputusan mengenai perawatan dari anggota keluarga yang sakit

4 Keyakinan Sikap Kepribadian

Ahli psikologis telah menyelidiki tentang hubungan antar pengukuran-

pengukuran kepribadian dan kepatuhan Mereka menemukan bahwa data

kepribadian secara benar dibedakan antar orang yang putih drngan orang yang

gagal Orang-orang yang tidak patuh adalah orang-orang yang lebih mengalami

depresi anxietas sangat memperhatikan kesehatannya memiliki kekuatan ego

29

yang lebih lemah dan kehidupan sosialnya lebih memusatkan perhatian pada

dirinya sendiri Blumenthal et al mengatakan bahwa ciri-ciri kepribadian yang

disebutkan diatas itu yang menyebabkan seseorang cenderung tidak patuh ( drop

out) dari program pengobatan 14

Menurut Schwart dan Griffin Faktor yang berhubungan dengan

ketidaktaan secara sejarah riset tentang ketaan pasien didasarkan atas pandangan

tradisional mengenai pasien sebagai penerima nasihat dokter yang pasif dan patuh

Pasien yang tidak taat dipandang sebagai orang yang lalai dan masalahnya dianggap

sebagai masalah control Riset berusah untuk mengidentifikasi kelompok-kelompok

pasien yang tidak patuh berdasarkan kelas sosioekonomi pendidikan umur dan

jenis kelamin Pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan sepanjang bawah

pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif seperti penggunaan buku-buku

dan kaset oleh pasien secara mandiri Usaha-usaha ini sedikit berhasil seorang dapat

menjadi tidak taat kalau situasinya memungkinkan Teori-teori yang lebih baru

menekannkan factor situasional dan pasien sebagai peserta yang aktif dalam proses

pengobatannya Perilaku ketaatan sering diartikan sebagai usaha pasien untuk

mengendalikan perilakunya bahkan jika hal tersebut bias menimbulkan resiko

mengenai kesehatannya 15

Macam-macam faktor yang berkaitan dengan ketidaktaatan disebutkan

a Ciri-ciri kesakitan dan cirri-ciri pengobatan

Menurut Dickson dkk perilaku ketaatan lebih rendah untuk penyakit kronis

(karena tidak ada akibat buruk yang segera dirasakan atau resiko yang jelas )

saran mengenai gaya hidup umum dan kebiasaan yang lama pengobatan yang

kompleks pengobatan dengan efek samping perilaku yang tidak pantas

Menurut Sarafino tingkat ketaaatan rata-rata minum obat utnuk menyenbuhkan

kesakitan akut dengan pengobatan jangka pendek adalah sekitar 78 Untuk

kesakita kronis dengan cara pengobatan jangaka panjang tingkat tersebut menurun

sampai 54

b Komunikasi antara Pasien dan Dokter

Berbagai aspek komunikasi antara pasien dan dokter mempengaruhi tingkat

ketidaktaan misalnya informasi dengan pengawasan yang kurang

30

ketidakpuasan terhadap aspek hubungan emosional dengan dokter ketidak

puasan terhadap pengobatan yang diberikan

c Variabel-variabel sosial

Hubungan antara dukungan sosial dengan ketaatan telah dipelajari Secara umum

orang-orang yang merasa mereka menerima penghiburan perhatian dan

pertolongan yang mereka butuhkan dari seseorang atau kelompok biasanya

cenderung lebih mudah mengikuti nasihat medis daripada pasien yang kurang

mendapat dukungan sosial Jelaslah bahwa keluarga memainkan peranan yang

sangat penting dalam pengelolaan medis misalnya penggunaan pengaruh

normative pada pasien yang mungkin mengakibatkan efek yang memudahkan

atau menghambat perilaku ketaatan

d Ciri-ciri Individual

Variabel-variabel demografis juga digunakan untuk meramalkan ketidaktaatan

sebagai contoh Di Amerika Serikat kaum wanita kaum kulit putih dan orang

tua cenderung mengikuti anjuran dokter 15

Dalam proses penyembuhan penderita TB Paru dapat diberikan obat anti-

TB (OAT) yang diminum secara teratur sampai selesai dengan pengawasan

yangketat Masa pemberian obat memang cukup lama yaitu 6-8 bulan secara terus

menerus sehingga dapat mencegah penularan kepada orang lain Oleh sebab itu para

penderita TB jika ingin sembuh harus minum obat secara teratur Tanpa adanya

keteraturan minum obat penyakit sulit disembuhkan Jika tidak teratur minum obat

penyakitnya sukar diobati kuman TB dalam tubuh akan berkembang semakin banyak

dan menyerang organ tubuh lain yang akan membutuhkan waktu lebih lama untuk

dapat sembuh

26 Pengawasan Menelan Obat (PMO) 9

Salah satu komponen DOTS adalah pengobatan paduan OAT jangka

pendek dengan pengawasan langsung Untuk menjamin keteraturan pengobatan

diperlukan seorang PMO

31

a Persyaratan PMO

bull Seseorang yang dikenal dipercaya dan disetujui baik oleh petugas kesehatan

maupun pasien selain itu harus disegani dan dihormati oleh pasien

bull Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien

bull Bersedia membantu pasien dengan sukarela

bull Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan pasien

b Siapa yang bisa menjadi PMO

Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan misalnya Bidan di Desa Perawat

Pekarya Sanitarian Juru Immunisasi dan lain lain Bila tidak ada petugas

kesehatan yang memungkinkan PMO dapat berasal dari kader kesehatan guru

anggota PPTI PKK atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga

c Tugas seorang PMO

bull Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai

pengobatan

bull Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur

bull Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah

ditentukan

bull Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai gejala-

gejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke Unit Pelayanan

Kesehatan

Tugas seorang PMO bukanlah untuk mengganti kewajiban pasien mengambil

obatdari unit pelayanan kesehatan

d Informasi penting yang perlu dipahami PMO untuk disampaikan kepada pasien dan

keluarganya

bull TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur

32

bull TB bukan penyakit keturunan atau kutukan

bull Cara penularan TB gejala-gejala yang mencurigakan dan cara pencegahannya

bull Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan)

bull Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur

bull Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera meminta

pertolongan ke UPK

27 Penanggulangan TB 16

Rencana Global Penanggulangan TB

Rencana Global 2006-2015 mencakup enam elemen utama dalam strategi baru Stop

TB ndashWHO yang terdiri dari

1 Memperluas dan meningkatkan ekspansi DOTS yang berkualitas meningkatkan

penemuan kasus dan kesembuhan melalui pendekatan yangterfokus pada penderita

agar pelayanan DOTS yang berkualitas dapat menjangkau seluruh penderita

khususnya kelompok masyarakat yang miskin dan rentan

2 Menghadapi tantangan TBHIV MDR-TB dan tantangan lainnya dengan cara

meningkatkan kolaborasi TBHIV DOTS-Plus dan pendekatan lainnya

3 Berkontribusi dalam memperkuat sistem kesehatan melalui kerjasama dengan

berbagai program dan pelayanan kesehatan lainnya misalnya dalam memobilisasi

sumber daya manusia dan finansial untuk implementasi dan mengevaluasi

hasilnyaserta pertukaran informasi dalam keberhasilan pencapaian dalam program

penanggulangan TB

33

4 Melibatkan seluruh penyedia pelayanan kesehatan pemerintah lembaga swadaya

masyarakat (LSM) dan swasta dengan cara memperluas pendekatan berbasis

public-private mix (PPM) dengan menggunakan ISTC

5 Melibatkan penderita TB dan masyarakat untuk memberikan kontribusi dalam

penyediaan pelayanan yang efektif Hal ini meliputi perluasan pelayanan TB di

masyarakat menciptakan kebutuhan masyarakat akan pelayanan TB advokasi

yang spesifik komunikasi dan mobilisasi sosial serta mendukung pengembangan

piagam pasien TB dalam masyarakat dan

6 Memberdayakan dan meningkatkan penelitian operasional

28 Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel dependent

Karakteristik Individu

1Umur

2Jenis kelamin

3Pendidikan

4Pekerjaan

5Pengetahuan

6Efek samping OAT

7Tingkat kepatuhan

penderita dalam

pengobatan

Kesembuhan

34

Penderita TB paru

Faktor Pelayanan

kesehatan

1 Ketersediaan OAT

2 Sikap petugas kesehatan

3 LokasiJarak

4 Penyuluhan kesehatan

5 Kunjungan rumah

Faktor Peran PMO

Gambar Kerangka Konsep Penelitian

Definisi Konsep

1 Karakteristik individu adalah hal-hal yang melekat dalam diri penderita TB paru yang

mempengaruhi tingkat kapetuhan dalam melaksanakan program pengobatan dengan

strategi DOTS yang membedakan seseorang dengan yang lainnya meliputi umur jenis

kelamin pendidikan pekerjaan pengetahuan efek samping OAT tingkat kepatuhan

penderita dalam pengobatan

2 Faktor pelayanan kesehatan adalah penilaian dari penderita TB paru terhadap upaya yang

diselenggarakan oleh unit pelayanan kesehatan untuk menangani penderita TB paru

meliputi Ketersediaan OATsikap petugas kesehatan lokasijarak penyuluhan

kesehatan dan kunjungan rumah

3 Faktor Peran PMO ( Pengawasan Menelan Obat ) adalah penilaian dari penderita TB paru

terhadap hal-hal yang menjadi tugas dari seseorang pengawas menelan obat yang

mempengaruhi tingkat kepatuhan penderita TB paru dalam melaksanakan pengobatan

meliputi penyuluhan member dorongan meningkatkan dan mengawasi

35

4 Kesembuhan adalah pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan

pemeriksaan ulang dahak (follow up) menunjukkan hasil BTA negatif

29 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep di atas maka hipotesis penelitian ini adalah

1) Ada pengaruh karakteristik individu terhadap kesembuhan penderita TB paru

dalam pengobatan

2) Ada pengaruh pelayanan kesehatan terhadap kesembuhan penderita TB paru

dalam pengobatan

3) Ada pengaruh PMO terhadap kesembuhan penderita TB paru dalam pengobatan

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

31 Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional yang

bertujuan untuk menjelaskan pengaruh karakteristik individu faktor pelayanan

kesehatan dan faktor Pengawas Menelan Obat (PMO) terhadap kesembuhan

penderita TB Paru dalam melaksanakan pengobatan di Puskesmas Grogol Petamburan

tahun 2011

32 Tempat dan Waktu Penelitian

36

Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Grogol Petamburan pada bulan

Januari sampai Februari tahun 2012

33 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang

sedang menjalankan pengobatan TB di Puskesmas Grogol

Petamburan mulai bulan OktobeR

34 Keriteria Inklusi dan Eksklusi

341 Keriteria Inklusi

342 Keriteria Eksklusi

35 Sampel

351 Besar Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang

mengikuti pengobatan dengan strategi DOTS di Puskesmas yang pada saat penelitian

sedang menjalani pengobatan dan seluruh penderita TB yang telah mendapat

pengobatan selama 6 bulan atau sedang dalam tahap lanjutan

Keterangan

n1 = Jumlah sampel minimal

37

n2 = Jumlah sampel ditambah substitusi 10 (substitusi adalah persen responden

yang mungkin drop out)

Z = Tingkat batas kepercayaan dengan = 5

Didapat Z pada kurva normal = 196

p = Proporsi variabel yang diteliti yaitu besarnya presentasi 50 )

q = 1 - p

L = Derajat kesalahan yang masih dapat diterima adalah 10

Berdasarkan rumus di atas didapatkan angka sebagai berikut

( Z )2 p q ( 196 )2 0505

n1 = ----------------- = ------------------------------ = 9604

L2 ( 01 )2

n2 = n1 + ( 10 n1 )

= 9604 + ( 10 9604)

= 9604 + 9604

= 10564 Dibulatkan 106

352 Teknik Pengambilan Sampel

36 Identifikasi Variabel

1 Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kesembuhan tb paru

2 Variabel independen adalah umur jenis kelamin pendidikan pekerjaan

pengetahuan efek samping OAT dan tingkat kepahuhan dari penderita TB

Selain itu faktor dari pelayanan kesehatan dan PMO juga ikut berperan

37 Cara Kerja

1 Membuat proposal penelitian tentang hubungan antara tingkat kepatuhan minum

OAT dengan tingkat kesembuhan penyakit TB di Puskesmas Kecamatan Grogol

Petamburan

38

2 Pengumpulan data sekunder dari Puskesmas Grogol Petamburan

3 Melakukan kunjungan ke rumah-rumah sampel di daerah RT terpilih untuk

pengumpulan data primer dengan memakai kuesioner dan wawancara responden

4 Data-data yang telah dikumpulkan akan dilakukan pengolahan berupa proses

editing verifikasi dan koding Selanjutnya dimasukkan dan diolah dengan

menggunakan program computer yaitu program SPSS

5 Terhadap data yang telah diolah kemudian dilakukan analisis sesuai dengan cara

uji statistik menggunakanhelliphellip Data diinterpretasi secara deskriptif korelatif

antar variabel ndash variabel yang telah ditentukan dan disajikan dalam bentuk

tekstular dan tabular

6 Hasil dari penelitian akan disusun dalam bentuk pelaporan penelitian yang

selanjutnya akan di presentasikan di hadapan staf pengajar program pendidikan

Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida

Wacana (FK UKRIDA) dalam forum pendidikan Ilmu Kedokteran Komunitas

Fakultas Kedokteran UKRIDA

38 Manajemen Data

381 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder yaitu

1 Data primer diperoleh dengan wawancara langsung kepada penderita TB paru

dan petugas kesehatan program penanggulangan TB Paru yang berpedoman pada

kuisioner penelitian yang telah ditetapkan dam melakukan cross check

2 Data sekunder diperoleh dari laporan pelaksanaan program penanggulangan TB

Paru di Puskesmas kartu pengobatan TBC (formulir TB 01) dan Formulir

Permohonan Laboratorium TBC Untik Pemeriksaan Dahak (formulir TB 05)

382 Pengolahan Data

39

Aspek pengukuran

Aspek pengukuran variable bebas

Karakteristik individu

Aspek pengukuran variable karakteristik individu dapat dilihat pada tabel 31

Table 31 Aspek Pengukuran Variabel Karakteristik Individu

Karakteristik

individu

Kategori Skala Bobot nilai

Umur a 15-24 tahun

b 25-49 tahun

c gt 50 tahun

rasio

Jenis kelamin a Laki-laki

b Perempuan

Tingkat

pendidikan

a Tidak tamat SD

b SD

c SLTP

d SLTA

e Sarjana S1

Pekerjaan a Bekerja

b Tidak bekerja

Pengetahuan a Baik

b Sedang

c Bururk

Efek samping

OAT

a Ada

b Tidan ada

Faktor pelayanan kesehatan

Pengukuran faktor pelanan kesehatan meliputi ketersediaan OAT yang

diukur adalah yang diukur dengan 2 pertanyaan sikap petugas kesehatan diukur

dengan 8 pertanyaan lokasi jarak diukur dengan 3 pertanyaan penyuluhan kesehatan

diukur dengan 6 pertanyaan dan kunjungan rumah diukur dengan 2 pertanyaan

40

berdasarkan jawaban yang diberikan responden selanjutnya dikelompokkan menjadi

tiga (3) yaitu

a Baik jika faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan

penilaian yang baik karena kebutuhan yang diinginkan debagian besarnya

terpenuhi (nilai gt32)

b Sedang bila faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan

penilaian yang kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan responden hanay

sebagian saja yang terpenuhi (nilainya 17-32)

c Buruk bila faktor pelayanan pelayanan kesehatan yang diterima responden

menimbulkan penilaian yang tidak baik karena kebutuhan yang diinginka

responden sebagian besar tidak dipenuhi (nilainya lt17)

Faktor Pengawas Menelan Obat (PMO)

Faktor Pengawas Menelan Obat diukur dengan 5 pertanyaan yang

selanjutnya dibedakan atas 3 kategori yaitu

a Baik bila semua tugas yang diterima responden terlaksana dengan baik yaitu

mengawasi memberikan dorongan mengingatkan dan memberikan penyuluhan

(nilainya gt11)

b Sedang bila tugas PMO yang diterima responden sebagian saja yang terpenuhi

(nilainya 6-11)

c Buruk bila tugas PMO yang diterima responden tidak terlaksana dengan baik

(nilainya lt 6)

Aspek Pengukuran Variabel Terikan

Kepatuhan Pengobatan TB Paru

41

Aspek Pengukuran Variabel ini menggunakan skala interval yang diukur berdasarkan

tiga (3) kategori yaitu

Patuh apabila responden selalu menelan obat sesuai ketentuan petugas kesehatan

yaitu setiap hari pada tahap awal tiga kali seminggu pada tahap lanjutan dan

mengambil obat serta memeriksakan dahak sesuai jadwal dan menaati nasihat dari

petugas kesehatan ( bobot 3 )

Kurang patuh jika responden kadang-kadang menelan obat sesuai ketentuan

petugas kesehatan atau responden tidak menelan obat 2-8 minggu selama tahap

pengobatan lanjutan dan tidak memerisakan dahak sesuai jadwal yang telah

ditetapkan dan tidak selalu menaati nasihat dari petugas kesehatan (bobot 2 )

Tidak patuh jika responden tidak menelan obat sesuai ketentuan petugas

kesehatan atau responden tidak menelan obat lebih dari 8 minggu selama tahap

pengobatan lanjutan dan tidak mengambil obat serta tidak memeriksakan dahak

sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan tidak menaati nasihat petugas kesehatan

(bobot 1)

383 Penyajian Data

384 Analisis Data

385 Interpretasi Data

386 Pelaporan Data

39 Definisi Operasional

1 Umur adalah usia responden saat penelitian berdasarkan ulang tahun terakhir yang

dibedakan atas 3 (tiga) kategori berdasarkna Badan Pusat Statistik Kota Medan

42

tahun 2008 yaitu 1) orang muda 25-24 tahun 2) dewasa 24-49 tahun 3) orang

tua gt 50 tahun

2 Jenis kelamin adalah suatu karakteristik responden yang dibedakan identitasnya

dari laki-laki dan perempuan

3 Pendidikan adalah jenjang pendidikannyang berhasil ditamatkan responden yang

dibedakan atas tidak tamat SD SD SLTP SLTA Akademi Sarjana

4 Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh responden sebagai

pendapatan utama yang dibedakan atas kerja dan tidak bekerja

5 Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai penyakit

TB paru

6 Efek samping OAT adalah gejala keluhan yang diderita responden akiba menelan

OAT selama pengobatan

7 Ketersdediaan OAT adalah pandangan responden terhadap kondisi OAT

diperoleh dari puskesmas meliputi kecukupan jumlah OAT dan dan kualitasnya

8 Sikap petugas kesehatan adalah penilaian responden terhadap reaksi petugas

kesehatan kepada responden selama mereka menjalanin pengobatan

9 Lokasi jarak adalah pandangan responden tentang lama perjalanan dari tempat

tinggal responden ke Puskesmas yang diukur dengan jarak sarana transportasi

10 Penyuluhan kesehatan adalah pandangan responden tentang kegiatan yang

dilakukan oleh petugas kesehatan sehubungan dengan pengobatan TB Paru untuk

mencapai suatu keadaan dimana pederita TB Paru dapat hidup lebih sehat

11 Kunjungan rumah adalah pandangan responden tentang kegiatan yang dilakukan

petugas kesehatan selama masa pengobatan ke rumah responden

12 Faktor peran Pengawas Minum Obat (PMO) adalah pandangan responden tentang

tugas yang dilakasanakan oleh seorang PMO meliputi penyuluhan

13 Kepatuhan berobat adalah ketaan responden dalam menelan obat mengambil

obat dan melakukan pemeriksaan dahak sesuai jadwal yang telah ditentukan dan

menaati segala nasehat dari petugas kesehatan

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

1) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta

2) Perkumpulan Pemberantasan TB Indonesia 2011 TB di Indonesia Peringkat Dunia

Jakarta Diakses melalui situs httpwwwpptiinfoindexphpcomponentcontentarticle46-

arsip-ppti141-tbc-di-indonesia-peringkat-5-dunia Diakses pada tanggal 23 Januari 2012

44

3) Depkes dan WHO 2008 Lembar Fakta Tuberkulosis Jakarta

4) Dirjen P2M amp PLP 1997 Pengawasan Menelan Obat (PMO) adalah DOTS ala Indonesia

Jakarta

5) Amirudin R 2006 Faktor Keberhasilan Konversi pada Penderita TB Paru di Puskesmas

Jongaya Tahun 2006 Laporan Penelitian FKM Unhas Makasar

6) Aditama Tjandra Y 1994 Tuberkulosis Paru Masalah dan Penanggulangnya UI Press

Jakarta

7) Aru W Bambang S Idrus A dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Tuberkulosis

Paru Edisi IV FKUI Jakarta 2006 998-1004

8) Depkes RI 2002 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta

9) Depkes RI 2006 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta

10) Subijakto Hubungan Pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Berobat

Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Proposal Skripsi Jakarta 2011 Diakses pada

tanggal 20 Januari 2012

11) Aditama Tjandra Y 2002 Tuberkulosis Diagnosis Terapi dan Masalahnya Yayasan IDI

Jakarta

12) Notoatmodjo Soekidjo 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Penerbit Rineka Cipta

Jakarta

13) Simamora Jojor 2004 Faktor yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Berobat Penderita TB

Paru di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2004 Tesis Pascasarjana USU Medan

14) Ester Monica 2000 Psikologi Kesehatan Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

15) Bart Smet 1994 Psikologi Kesehatan PT Grasindo Jakarta

16) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta

45

Page 10: 133192422-TB-paru

Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan penyakit

bull TB paru BTA negatif foto toraks positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan

penyakitnya yaitu bentuk berat dan ringan Bentuk berat bila gambaran foto

toraks memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas (misalnya proses ldquofar

advancedrdquo) dan atau keadaan umum pasien buruk

bull TB ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya yaitu

- TB ekstra paru ringan misalnya TB kelenjar limfe pleuritis eksudativa

unilateral tulang (kecuali tulang belakang) sendi dan kelenjar adrenal

- TB ekstra-paru berat misalnya meningitis milier perikarditis peritonitis

pleuritis eksudativa bilateral TB tulang belakang TB usus TB saluran kemih

dan alat kelamin

Catatan

bull Bila seorang pasien TB paru juga mempunyai TB ekstra paru maka untuk

kepentingan pencatatan pasien tersebut harus dicatat sebagai pasien TB paru

bull Bila seorang pasien dengan TB ekstra paru pada beberapa organ maka dicatat

sebagai TB ekstra paru pada organ yang penyakitnya paling berat

10

212 Cara Penularan

Lingkungan hidup yang sangat padat dan pemukiman di wilayah perkotaan

kemungkinan besar telah mempermudah proses penularan dan berperan sekali atas

peningkatan jumlah kasus TB Proses terjadinya infeksi oleh Mycobacterium

tuberculosis biasanya secara inhalasi sehingga TB paru merupakan manifestasi klinis

yang paling sering dibandingkan dengan organ lain Penularan penyakit ini sebagian

besar melalui inhalasi basil yang mengandung droplet nuclei khususnya yang di

dapat dari pasien TB paru dengan batuk berdarah atau berdahak yang mengandung

basil tahan asam (BTA) Pada TB kulit atau jaringan lunak penularan bias melalui

inokulasi langsung Infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium bovis dapat

disebabkan oleh susu yang kurang disterilkan dengan baik atau terkontaminasi Sudah

dibuktikan bahwa lingkungan sosial ekonomi yang baik pengobatan yang teratur dan

pengawasan minum obat yang ketat dapat berhasil mengurangi angka morbiditas dan

mortalitas di Amerika selama tahun 1950-1960 7

Daya penularan dari seseorang penderita ditentukan oleh banyaknya

kuman yang dikeluarkan dari parunya Makin tinggi derajat positif hasil dari

pemeriksaan dahak makin menular penderita tersebut Bila pemeriksaan dahak

negatif (tidak terlihat kuman) maka penderita tersebut dianggap tidak menular

Kemungkinan seseorang terinfeksi TB paru ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam

udara dan lamanya menghirup udara tersebut 8

Perlu diketahui bahwa kuman TB tidak hanya keluar ketika penderita

batuk saja tetapi juga pada saat bernyanyi bersin atau bersiul Secara umum dapat

dikatakan bahwa penularan penyakit TB banyak bergantung dari beberapa factor

seperti jumlah kuman yang ada tingkat keganasan kuman dan daya tahan tubuh orang

yang tertular 6

213 Penemuan Penderita TB

Kegiatan penemuan pasien terdiri dari penjaringan suspek diagnosis

penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien Penemuan pasien merupakan langkah

pertama dalam kegiatan program penanggulangan TB Penemuan dan penyembuhan

11

pasien TB menular secara bermakna akan dapat menurunkan kesakitan dan kematian

akibat TB penularan TB di masyarakat dan sekaligus merupakan kegiatan

pencegahan penularan TB yang paling efektif di masyarakat9

Strategi penemuan 9

Penemuan pasien TB dilakukan secara pasif dengan promosi aktif Penjaringan

tersangka pasien dilakukan di unit pelayanan kesehatan didukung dengan

penyuluhan secara aktif baik oleh petugas kesehatan maupun masyarakat untuk

meningkatkan cakupan penemuan tersangka pasien TB

Pemeriksaan terhadap kontak pasien TB terutama mereka yang BTA positif yang

menunjukkan gejala sama harus diperiksa dahaknya

Penemuan secara aktif dari rumah ke rumah dianggap tidak cost efektif

214 Risiko Penularan 9

- Risiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan dahak Pasien TB

paru dengan BTA positif memberikan kemungkinan risiko penularan lebih besar

dari pasien TB paru dengan BTA negatif

- Risiko penularan setiap tahunnya di tunjukkan dengan Annual Risk of Tuberculosis

Infection (ARTI) yaitu proporsi penduduk yang berisiko terinfeksi TB selama satu

tahun ARTI sebesar 1 berarti 10 (sepuluh) orang diantara 1000 penduduk

terinfeksi setiap tahun ARTI di Indonesia bervariasi antara 1-3

- Infeksi TB dibuktikan dengan perubahan reaksi tuberkulin negatif menjadi positif

215 Gejala Klinis TB Paru

Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu

atau lebih Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah

batuk darah sesak nafas badan lemas nafsu makan menurun berat badan menurun

12

malaise berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik demam meriang lebih dari satu

bulan9

Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain

tb seperti bronkiektasis bronkitis kronis asma kanker paru dan lain-lain Mengingat

prevalensi TB di Indonesia saat ini masih tinggi maka setiap orang yang datang ke

UPK dengan gejala tersebut diatas dianggap sebagai seorang tersangka (suspek)

pasien TB dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung9

216 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Tuberkulosis

Faktor ndash faktor yang mempengaruhi terhadap terjadinya TB antara lain

1 Harus ada sumber infeksi

Sumber infeksi dapat berasal dari penderita TB dengan BTA positif Penularan

dapat terjadi melalui dropet atau melalui pengunaan alat makan secara bergantian

tanpa dicuci yang digunakan oleh penderita TB dengan BTA positif tersebut

2 Jumlah basil penyebab harus cukup

Semakin banyak jumlah basil yang terhirup maka semakin besar kemungkinan

seseorang untuk mengidap TB

3 Virulensi yang tinggi dari basil TB

Apabila angka keaktifan kuman tinggi maka semakin cepat kuman TB

berkembang biak di dalam tubuh Selain itu masa inkubasi akan semakin cepat

4 Daya tahan tubuh yang rendah

Daya tahan tubuh yang menurun memungkinkan basil berkembang biak dan

menimbulkan penyakit tuberkulosis 10

217 Tipe Penderita TB Paru

Tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya Ada beberapa

tipe pasien yaitu

bull Kasus baru

13

Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan

OAT kurang dari satu bulan (4 minggu)

bull Kasus kambuh (Relaps)

Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan

tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap didiagnosis

kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur)

bull Kasus setelah putus berobat (Default )

Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA

positif

bull Kasus setelah gagal (failure)

Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi

positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan

bull Kasus Pindahan (Transfer In)

Adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki register TB lain untuk

melanjutkan pengobatannya

bull Kasus lain

Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas Dalam kelompok ini

termasuk Kasus Kronik yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif

setelah selesai pengobatan ulangan

Catatan

TB paru BTA negatif dan TB ekstra paru dapat juga mengalami kambuh gagal

default maupun menjadi kasus kronik Meskipun sangat jarang harus dibuktikan

secara patologik bakteriologik (biakan) radiologik dan pertimbangan medis

spesialistik9

218 Pemeriksaan Diagnostik

Untuk mengetahui adanya tuberkulosis dokter biasanya berpegang pada

tiga patokan utama Pertama hasil wawancaranya tentang keluhan pasien dan hasil

pemeriksaan yang dilakukan pada pasien yang disebut dengan anamnesis Kedua

14

hasil pemeriksaan laboratorium untuk menemukan adanya BTA pada spesimen

penderita

Pemeriksaan dahak mikroskopis 9

Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis menilai

keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan

Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis dilakukan dengan

mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang

berurutan berupa Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS)

S (sewaktu)

Dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung pertama kali Pada

saat pulang suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak pagi

pada hari kedua

P (Pagi)

Dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua segera setelah bangun tidur

Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di UPK

S (sewaktu)

Dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua saat menyerahkan dahak pagi

Adapun tujuan dari pemeriksaan dahak pada program penanggulangan TB

adalah

1 Menegakkan diagnosis dan menentukan tipe klasifikasi

2 Menilai kemajuan pengobatan

3 Menentukan tingkat penularan 8

Pemeriksaan ulang dahak untuk memantau kemajuan pengobatan

dilakukan pada

1 Akhir tahap intensif

15

Dilakukan seminggu sebelum akhir pengobatan penderita baru BTA positif

dengan kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-3 pengobatan ulang

penderita BTA positif kategori 2

2 Sebulan sebelum akhir pengobatan

Dilakukan seminggu sebelum akhir bulan ke-5 pengobatan penderita baru BTA

positif dengan kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-7 pengobatan

ulang penderita BTA positif dengan kategori 2

3 Akhir pengobatan

Dilakukan seminggu sebelum akhir bulan ke-6 pada penderita BTA positif dengan

kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-8 pengobatan ulang BTA positif

dengan kategori 2 8

Pemeriksaan dahak pada sebulan sebelum akhir pengobatan dan akhir

pengobatan bertujuan untuk menilai hasil pengobatan (apakah sembuh atau gagal)

219 Prinsip Pengobatan

Penatalaksanaan TB meliputi penemuan pasien dan pengobatan yang

dikelola dengan menggunakan strategi DOTS9

Tujuan utama pengobatan pasien TB adalah menurunkan angka kematian

dan kesakitan serta mencegah penularan dengan cara menyembuhkan pasien

Penatalaksanaan penyakit TB merupakan bagian dari surveilans penyakit tidak

sekedar memastikan pasien menelan obat sampai dinyatakan sembuh tetapi juga

berkaitan dengan pengelolaan sarana bantu yang dibutuhkan petugas yang terkait

pencatatan pelaporan evaluasi kegiatan dan rencana tindak lanjutnya9

Tabel 21 Jenis sifat dan dosis OAT

Dosis yang direkomendasikan (mgkg)

16

Jenis OAT Sifat Harian 3x seminggu

Isoniazid (H) Bakterisid 5

(4-6)

10

(8-12)

Rifampicin (R) Bakterisid 10

(8-12)

10

(8-12)

Pyrazinamide (Z) Bakterisid 25

(20-30)

35

(30-40)

Streptomycin (S) Bakterisid 15

(12-18)

15

(12-18)

Etambutol (E) Bakteriostatik 15

(15-20)

30

(20-35)

Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut 9

bull OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat dalam jumlah

cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan Jangan gunakan OAT

tunggal (monoterapi) Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT ndash KDT)

lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan

bull Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat dilakukan pengawasan langsung

(DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat

(PMO)

bull Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap yaitu tahap intensif dan lanjutan

Tahap awal (intensif) 9

- Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara

langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat

17

- Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat biasanya pasien

menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu

- Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2

bulan

Tahap Lanjutan 9

- Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit namun dalam jangka

waktu yang lebih lama

- Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah

terjadinya kekambuhan

2110 Panduan Penggunaan OAT di Indonesia9

Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan

Tuberkulosis di Indonesia

- Kategori 1 2(HRZE)4(HR)3

- Kategori 2 2(HRZE)S(HRZE)5(HR)3E3

Disamping kedua kategori ini disediakan paduan obat sisipan (HRZE)

- Kategori Anak 2HRZ4HR

Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket

berupa obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT) sedangkan kategori anak sementara

ini disediakan dalam bentuk OAT kombipak

Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu

tablet Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien Paduan ini dikemas dalam

satu paket untuk satu pasien

Paket Kombipak

18

Terdiri dari obat lepas yang dikemas dalam satu paket yaitu Isoniasid

Rifampisin Pirazinamid dan Etambutol Paduan OAT ini disediakan program untuk

mengatasi pasien yang mengalami efek samping OAT KDT

Paduan OAT ini disediakan dalam bentuk paket dengan tujuan untuk

memudahkan pemberian obat dan menjamin kelangsungan (kontinuitas) pengobatan

sampai selesai

Satu (1) paket untuk satu (1) pasien dalam satu (1) masa pengobatan

KDT mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB

1 Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin efektifitas

obat dan mengurangi efek samping

2 Mencegah penggunaan obat tunggal sehinga menurunkan resiko terjadinya

resistensi obat ganda dan mengurangi kesalahan penulisan resep

3 Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat menjadi

sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien

Paduan OAT dan peruntukannya

19

1 Kategori-1 (2HRZE 4H3R3)

Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru

1048707 Pasien baru TB paru BTA positif

1048707 Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif

1048707 Pasien TB ekstra paru

Tabel 22 Dosis untuk paduan OAT KDT untuk Kategori 1

Berat Badan

Tahap Intensif

tiap hari selama 56 hari

RHZE (15075400275)

Tahap Lanjutan

3 kali seminggu selama 16 minggu

RH (150150)

30-37 kg 2 tablet 4 KDT 2 tablet 4 KDT38-54 kg 3 tablet 4 KDT 3 tablet 4 KDT55-70 kg 4 tablet 4 KDT 4 tablet 4 KDTge 71 kg 5 tablet 4 KDT 5 tablet 4 KDT

2 Kategori -2 (2HRZES HRZE 5H3R3E3)

Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya

1048707 Pasien kambuh

1048707 Pasien gagal

1048707 Pasien dengan pengobatan setelah default (terputus)

Tabel 23 Dosis untuk paduan OAT KDT Kategori 2

Berat Badan

Tahap Intensif

tiap hari

RHZE (15075400275) + S

Tahap Lanjutan

3 kali seminggu

RH (150150) + E (275)

Selama 56 hari Selama 28 hari Selama 20 minggu

30-37 kg 2 tablet 4 KDT + 500 mg Streptomisin inj

2 tablet 4 KDT 2 tablet 4 KDT+ 2 tab Etambutol

38-54 kg 3 tablet 4 KDT +750 mg Streptomisin inj

3 tablet 4 KDT 3 tablet 4 KDT+ 3 tab Etambutol

55-70 kg 4 tablet 4 KDT +1000 mg Streptomisin inj

4 tablet 4 KDT 4 tablet 4 KDT+ 4 tab Etambutol

ge 71 kg 5 tablet 4 KDT +1000 mg Streptomisin inj

5 tablet 4 KDT 5 tablet 4 KDT+ 5 tab Etambutol

Catatan

20

Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal untuk streptomisin adalah

500mg tanpa memperhatikan berat badan

Untuk perempuan hamil lihat pengobatan TB dalam keadaan khusus

Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan menambahkan aquabidest

sebanyak 37ml sehingga menjadi 4ml (1ml = 250mg)

3 OAT Sisipan (HRZE)

Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap intensif kategori 1 yang

diberikan selama sebulan (28 hari)

Tabel 24 Dosis KDT untuk Sisipan

Berat Badan Tahap Intensif tiap hari selama 28 hari

RHZE (15075400275)

30-37 kg 2 tablet 4 KDT38-54 kg 3 tablet 4 KDT55-70 kg 4 tablet 4 KDTge 71 kg 5 tablet 4 KDT

Penggunaan OAT lapis kedua misalnya golongan aminoglikosida (misalnya

kanamisin) dan golongan kuinolon tidak dianjurkan diberikan kepada pasien baru tanpa indikasi

yang jelas karena potensi obat tersebut jauh lebih rendah daripada OAT lapis pertama Di

samping itu dapat juga meningkatkan terjadinya risiko resistensi pada OAT lapis kedua

2111 Alur Diagnostik TB 9

21Suspek TB Paru

2112 Evaluasi Pengobatan

22

Pemeriksaan dahak mikroskopis (SPS = Sewaktu ndash Pagi ndash Sewaktu)

Hasil BTA+ - -

Hasil BTA- - -

Hasil BTA+ + ++ + +

Antibiotik Non-OAT

Tidak adaPerbaikan

Adaperbaikan

Pemeriksaan dahak mikroskopis

Foto toraks dan

Pertimbangan dokter

Hasil BTA+ + ++ + -+ _ _

Hasil BTA- - -

Foto toraks dan

Pertimbangan dokter

TB Bukan TB

Evaluasi Klinis

Biasanya pasien di control dalam 1 minggu pertama selanjutnya setiap 2 minggu

selama tahap intensif dan seterusnya sekali sebulan sampai akhir pengobatan

Secara klinis hendaknya terdapat perbaikan keluhan pasien seperti batuk yang

berkurang tidak ada batuk darah nafsu makan bertambah dan ada peningkatan

berat badan

Evaluasi Bakteriologis

Pemeriksaan dahak untuk menilai keberadaan kuman Biasanya setelah 2-3

minggu perngobatan sputum BTA mulai negatif Pemeriksaan control sputum

dilakukan sekali sebulan Bagi penderita dengan BTA positif setelah tahap

intensif akan mendapatkan pengobatan ulang Bila sudah negatif sputum

diperiksa tiga kali berturut-turut dan harus dikontrol agar tidak terjadi ldquosilent

bacterial sheddingrdquo yaitu terdapat sputum BTA positif tanpa disertai keluhan-

keluhan TB yang relevan

Evaluasi Radiologis

Evaluasi radiologis juga diperlukan untuk melihat kemajuan terapi Dengan

pemeriksaan radiologis dapat dilihat keadaan TB parunya atau adanya penyakit

lain yang menyertai Evaluasi foto dada dilakukan tiap 3 bulan sekali 10

2113 Efek Samping OAT

Sebagian besar penderita TB paru dapat menyelesaikan pengobatan tanpa

efek samping Namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping Oleh karena

itu pemantauan kemungkinan terjadinya efek samping sangat penting dilakukan

selama pengobatan Pemantauan dilakukan dengan cara menjelaskan kepada

penderita tanda-tanda efek samping dan menanyakan adanya gejala efek samping

pada waktu penderita mengambil OAT 8

Efek samping ringan dari OAT seperti tidak ada nafsu makanmual sakit

perut nyeri sendi kesemutan sampai dengan rasa terbakar di kaki dan warna

kemerahan pada air seni Efek samping berat dari OAT misalnya gatal dan

kemerahan kulit tuli gangguan keseimbanagn ikterus tanpa penyebab lain

bingung dan muntah-muntah gangguan penglihatan purpura dan syok 8

22 Strategi DOTS

23

Strategi DOTS adalah strategi penanggulaan TB paru nasional yang telah

direkomendasikan oleh WHO yang dimulai pelaksanaannya di Indonesia pada tahun

19951996 Sebelum pelaksanaan strategi DOTS (1969-1994) angka kesembutah TB

paru yang dapat dicapai oleh program hanya 40-60 saja Dengan strategi DOTS

diharapkan angka kesembuhan dapat dicapai minimal 85 dari penderita TB paru

BTA positif yang di temukan 11

Prinsip DOTS adalah mendekatkan pelayanan pengobatan terhadap

penderita agar secara langsung dapat mengawasi keteraturan menelan obat dan

melakukan pelacakan bila penderita tidak datang mengambil obat sesuai dengan yang

ditetapkan

Kalau diurai dari kata-katanya pengertian DOTS dapat dimulai dengan

keharusan setiap pengelola program TB intuk member direct attention dalam usaha

menemukan penderita Dalam bahasa lain ini diterjemahkan menjadi deteksi kasus

dengan pemeriksaan mikroskopik kendati sebenarnya pengertiannya dapat diperluas

dengan keharusan untuk mendeteksi kasus secara baik dan akurat Kemudian setiap

pasien harus di- observed dalam memakan obatnya setiap obat yang di telan pasien

harus di depan seorang pengawas Selain itu tentunya pasien harus menerima

treatment yang tertata dalam system pengelolaan distribusi dan penyediaan obat

secara baik Kemudian setiap pasien harus mendapat obat yang baik artinya

pengobatan short course standart yang telah terbukti ampuh secara klinik

Akhirnya harus ada dukungan dari pemerinyah yang membuat program

penanggulangan TB mendapat prioritas yang tinggi dalam pelayanan kesehatan 11

Strategi DOTS mempunyai lima komponen

1) Komitmen politits dari para pengambil keputusan termasuk dukungan dana

2) Diagnosa TB dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopik

3) Pengobatan dengan panduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) jangka pendek

dengan pengawasan langsung oleh pengawas Menelan Obat (PMO)

4) Kesinambungan perssediaan OAT jangka pendek dengan mutu terjamin

5) Pencatatan dan pelaporan secraa baku untuk memudahkan pemantauan dan

evaluasi program penanggulangan TB

23 Konsep Perilaku

24

Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor baik faktor internal

( dari dalam diri manusia ) maupun faktor eksternal ( dari luar diri manusia ) Faktor

internal ini terdiri dari faktor fisik dan psikis Faktor eksternal terdiri dari berbagai

faktor antara lain sosial budaya masyarakat lingkungan fisik politik ekonomi

pendidikan dan sebagainnya Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi

kesehatan baik individu kelompok maupun masyarakat dikelompokkan menjadi

empat ( Blum 1974 )

Konsep Blum menjelaskan bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh

1) Lingkungan yang mencakup lingkungan fisik sosial budaya politik ekonomi

dan sebagainnya

2) Perilaku

3) Pelayanan kesehatan

4) Keturunan ( hereditas )

Perilaku merupakan factor terbesar kedua setelah factor lingkungan yang

mempengaruhi derajat kesehatan Oleh sebab itu dalam rangka membina dan

meningkatkan kesehatan masyarakat maka intervensi atau upaya yang di tujukan

kepada faktor erilaku ini sangat strategis

Menurut Green perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama yakni 12

1) Faktor predisposisi ( predisposing factor )

Faktor ini mencakup pengetahuan sikap dan masyarakat terhadap kesehatan

tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan

kesehatan sistem nilai yang dinut masyarakat tingkat pendidikan tingkat sosial

ekonomi dan sebagainya

2) Faktor Pemungkin ( Enabling factor )

Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan

bagi masyarakat misalnya air bersih tempat pembuangan tinja ketersediaan

makanan yang bergizi dan sebagainnya termasuk juga fasilitas kesehatan

seperti puskesmas rumah sakit posyandu dokter atau bidan praktek swasta dan

sebagainnya

3) Faktor penguat ( reinforcing factor )

25

Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat tokoh agama

sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan Termasuk juga di

sini undang-undang peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah

daerah yang terkait dengan kesehatan

Tim kerja dari WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang

berperilaku tertentu dikarenakan 4 ( empat ) alasan pokok yaitu

1) Pemikiran dan perasaan ( Thoughts and feeling )

Yakni dalam bentuk pengetahuan kepercayaan dan sikap Pengetahuan di

peroleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain sedangkan

kepercayaan biasanya diperoleh dari orang tua kakek atau nenek Seseorang

menerima kepercayaan itu berdasarkan keyankinan dan tanpa adanya pembuktian

terlebih dahulu Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap

objek dan seringnya diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang

lain yang paling dekat

2) Karakteristik Pendukung (enabling characteristics)

Karakteristik ini mencerminkan bahwa meskipun mempunyai predisposisi untuk

menggunakan pelayanan kesehatan ia tak akan bertindak menggunakannya

kecuali bial ia mampu menggunakannya Penggunaan pelayanan kesehatan yang

ada tergantung kepada kemampuan konsumen untuk membayar

3) Karakteristik kebutuhan (need characteristics)

Faktor predisposisi dan factor yang memungkinkan untuk mencari pengobatan

dapat terwujud di dalam tindakan apabila itu dirasakan sebagai kebutuhanDengan

kata lain kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan

pelayanan kesehatan bila mana tingkat predisposisi dan enabling itu ada

Kebutuhan (need) disisni di bagi menjadi dua ketegori dirasa atau preceived

( subject assessment) dan evaluated ( clinical diagnosis )

Menurut Skinner perilaku kesehatan adalah suatu respons

seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan

26

penyakit system pelayanan kesehatan makanan dan minimum serta lingkungan

Dari batasan ini perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 ( tiga)

kelompok yakni

1) Perilaku pemeliharaan kesehatan ( health maintenance)

Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga

kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit Oleh

sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3(tiga) aspek yaitu

a Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit serta

pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit

b Perilaku peningkatan kesehatan apabila seseorang dalam keadaan sehat

c Perilaku gizi Makanan dan minimum dapat meningkatkan kesehatan

seseorang bahkan dapat mendatangkan penyakit Hal ini sangat tergantung

pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut

2) Perilaku pencarian pengobatan ( health behavior )

Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat

menderita penyakit dan atau kecelakaan Tindakan atau perilaku ini dimulai dari

mengobati sendiri ( self treatment) sampai mencari pengobatan keluar negeri

3) Perilaku kesehatan lingkungan

Adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan baik lingkungan fisik

maupun social budaya dan sebagainnya sehingga lingkungan tersebut tidak

mempengaruhi kesehatannya Dengan perkataan lain bagaimana seseorang

mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri

keluarga atau mesyarakatnya 12

24 Kepatuhan Berobat

Kepatuhan berasal dari kata ldquo patuh ldquo yang berarti taat suka menuruti

disiplin Kepatuhan menurut Trostle adalah tingkat perilaku penderita dalam

mengambil suatu tindakan pengobatan misalnya dalam menentukan kebiasaan

hidup sehat dan ketetapan berobat Dalam pengobatan seseorang dikatakan tidak

27

patuh apabila orang tersebut melalaikan kewajibannya berobat sehingga dapat

mengakibatkan terhalangnya kesembuhan 13

Menurut Sacket kepatuhan pasien adalah sejauh mana perilaku pasien

sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh professional kesehatan 14

Menurut Sarafino secara umum ketidaktaatan meningkatkan risiko

berkembangnya masalah kesehatan atau memperpanjang atau memperburuk

kesakitan yang sedang di derita Perkiraan yang ada menyatakan bahwa 20 jumlah

opname di rumah sakit merupakan akibat dari ketidaktaatan pasien terhadap aturan

pengobatan Faktor yang mempengaruhi kepatuhan seseorang dalam berobat yaitu

faktor petugas faktor obat dan faktor penderita Karakteristik petugas yang

mempengaruhi kepatuhan antara lain jenis petugas tingkat pengetahuan lamanya

bekerja frekuensi penyuluhan yang dilakukan Faktor obat yang mempengaruhi

kepatuhan adalah pengobatan yang sulit dilakukan tidak menunjukkan kea rah

penyembuhan waktu yang lama adanya efek samping obat Faktor penderita yang

menyebabkan ketidakpatuhan adalah umur jenis kelamin pekerjaan anggota

keluarga saudara atau teman khusus 15

25 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan

Faktor-faktor yang mempengaruhi katidakpatuhan dapat digolongkan

menjadi empat bagian yaitu

1 Pemahaman tentang Instruksi

Tak seorang pun mematuhi instruksi jika ia salah paham tentang instruksi yang

diberikan kepadanyaLey dan Spelman (Ester 2000 ) Menemukan bahwa lebih

dari 60 yang diwawancarai setelah bertemu dengan dokter salah mengerti

tentang instruksi yang diberikan pada mereka kadang-kadang hal ini disebabkan

oleh kegagalan professional kesehatan dalam memberikan informasi yang

lengkap penggunaan istilah-istilah medis dan mbanyak memberikan instruksi

yang harus diingat oleh pasien

28

Pendekatan praktis untuk meningkatkan kepatuhan pasien ditemukan oleh

Dinicola dan Dimatteo yaitu

a) Buat instruksi tertulis yang jelas dan mudah diinterpretasikan

b) Berikan informasi tentang pengobatan sebelum menjelaskan hal-hal lain

c) Jika seseorang diberikan suatu daftar tertulis tenang hal-hal yang harus

diingat maka aka nada efek ldquokeunggulanrdquoyaitu mereka brusaha mengingat

hal-hal yang pertama kali ditulis

d) Insruksi-instruksi harus ditulis dengan bahasa umum ( Non medis ) dan hal-

hal yang perlu ditekankan 14

2 Kualitas Interaksi

Kualitas interaksi antara profrsional kesehatan dan pasien merupakan bagian yang

penting dalam menentukan derajat kepatuhan Meningkatkan interaksi

professional kesehatan dengan pasien adalah suatu hal penting untuk memberikan

umpan balik pada pasien setelah memperoleh informasi tentang diagnosis Pasien

membutuhkan penjelasan tentang kondisinya saat ini apa penyebabnya dan apa

yang dapat mereka lakukan dengan kondisi seperti itu

3 Isolasi sosial dan keluarga

Keluarga dapat menjadi factor yang sangat berpengaruh dalam menentukan

keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga menentukan tentang

program pengobatan yang dapat mereka terima Keluarga juga member dukungan

dan membuat keputusan mengenai perawatan dari anggota keluarga yang sakit

4 Keyakinan Sikap Kepribadian

Ahli psikologis telah menyelidiki tentang hubungan antar pengukuran-

pengukuran kepribadian dan kepatuhan Mereka menemukan bahwa data

kepribadian secara benar dibedakan antar orang yang putih drngan orang yang

gagal Orang-orang yang tidak patuh adalah orang-orang yang lebih mengalami

depresi anxietas sangat memperhatikan kesehatannya memiliki kekuatan ego

29

yang lebih lemah dan kehidupan sosialnya lebih memusatkan perhatian pada

dirinya sendiri Blumenthal et al mengatakan bahwa ciri-ciri kepribadian yang

disebutkan diatas itu yang menyebabkan seseorang cenderung tidak patuh ( drop

out) dari program pengobatan 14

Menurut Schwart dan Griffin Faktor yang berhubungan dengan

ketidaktaan secara sejarah riset tentang ketaan pasien didasarkan atas pandangan

tradisional mengenai pasien sebagai penerima nasihat dokter yang pasif dan patuh

Pasien yang tidak taat dipandang sebagai orang yang lalai dan masalahnya dianggap

sebagai masalah control Riset berusah untuk mengidentifikasi kelompok-kelompok

pasien yang tidak patuh berdasarkan kelas sosioekonomi pendidikan umur dan

jenis kelamin Pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan sepanjang bawah

pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif seperti penggunaan buku-buku

dan kaset oleh pasien secara mandiri Usaha-usaha ini sedikit berhasil seorang dapat

menjadi tidak taat kalau situasinya memungkinkan Teori-teori yang lebih baru

menekannkan factor situasional dan pasien sebagai peserta yang aktif dalam proses

pengobatannya Perilaku ketaatan sering diartikan sebagai usaha pasien untuk

mengendalikan perilakunya bahkan jika hal tersebut bias menimbulkan resiko

mengenai kesehatannya 15

Macam-macam faktor yang berkaitan dengan ketidaktaatan disebutkan

a Ciri-ciri kesakitan dan cirri-ciri pengobatan

Menurut Dickson dkk perilaku ketaatan lebih rendah untuk penyakit kronis

(karena tidak ada akibat buruk yang segera dirasakan atau resiko yang jelas )

saran mengenai gaya hidup umum dan kebiasaan yang lama pengobatan yang

kompleks pengobatan dengan efek samping perilaku yang tidak pantas

Menurut Sarafino tingkat ketaaatan rata-rata minum obat utnuk menyenbuhkan

kesakitan akut dengan pengobatan jangka pendek adalah sekitar 78 Untuk

kesakita kronis dengan cara pengobatan jangaka panjang tingkat tersebut menurun

sampai 54

b Komunikasi antara Pasien dan Dokter

Berbagai aspek komunikasi antara pasien dan dokter mempengaruhi tingkat

ketidaktaan misalnya informasi dengan pengawasan yang kurang

30

ketidakpuasan terhadap aspek hubungan emosional dengan dokter ketidak

puasan terhadap pengobatan yang diberikan

c Variabel-variabel sosial

Hubungan antara dukungan sosial dengan ketaatan telah dipelajari Secara umum

orang-orang yang merasa mereka menerima penghiburan perhatian dan

pertolongan yang mereka butuhkan dari seseorang atau kelompok biasanya

cenderung lebih mudah mengikuti nasihat medis daripada pasien yang kurang

mendapat dukungan sosial Jelaslah bahwa keluarga memainkan peranan yang

sangat penting dalam pengelolaan medis misalnya penggunaan pengaruh

normative pada pasien yang mungkin mengakibatkan efek yang memudahkan

atau menghambat perilaku ketaatan

d Ciri-ciri Individual

Variabel-variabel demografis juga digunakan untuk meramalkan ketidaktaatan

sebagai contoh Di Amerika Serikat kaum wanita kaum kulit putih dan orang

tua cenderung mengikuti anjuran dokter 15

Dalam proses penyembuhan penderita TB Paru dapat diberikan obat anti-

TB (OAT) yang diminum secara teratur sampai selesai dengan pengawasan

yangketat Masa pemberian obat memang cukup lama yaitu 6-8 bulan secara terus

menerus sehingga dapat mencegah penularan kepada orang lain Oleh sebab itu para

penderita TB jika ingin sembuh harus minum obat secara teratur Tanpa adanya

keteraturan minum obat penyakit sulit disembuhkan Jika tidak teratur minum obat

penyakitnya sukar diobati kuman TB dalam tubuh akan berkembang semakin banyak

dan menyerang organ tubuh lain yang akan membutuhkan waktu lebih lama untuk

dapat sembuh

26 Pengawasan Menelan Obat (PMO) 9

Salah satu komponen DOTS adalah pengobatan paduan OAT jangka

pendek dengan pengawasan langsung Untuk menjamin keteraturan pengobatan

diperlukan seorang PMO

31

a Persyaratan PMO

bull Seseorang yang dikenal dipercaya dan disetujui baik oleh petugas kesehatan

maupun pasien selain itu harus disegani dan dihormati oleh pasien

bull Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien

bull Bersedia membantu pasien dengan sukarela

bull Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan pasien

b Siapa yang bisa menjadi PMO

Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan misalnya Bidan di Desa Perawat

Pekarya Sanitarian Juru Immunisasi dan lain lain Bila tidak ada petugas

kesehatan yang memungkinkan PMO dapat berasal dari kader kesehatan guru

anggota PPTI PKK atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga

c Tugas seorang PMO

bull Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai

pengobatan

bull Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur

bull Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah

ditentukan

bull Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai gejala-

gejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke Unit Pelayanan

Kesehatan

Tugas seorang PMO bukanlah untuk mengganti kewajiban pasien mengambil

obatdari unit pelayanan kesehatan

d Informasi penting yang perlu dipahami PMO untuk disampaikan kepada pasien dan

keluarganya

bull TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur

32

bull TB bukan penyakit keturunan atau kutukan

bull Cara penularan TB gejala-gejala yang mencurigakan dan cara pencegahannya

bull Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan)

bull Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur

bull Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera meminta

pertolongan ke UPK

27 Penanggulangan TB 16

Rencana Global Penanggulangan TB

Rencana Global 2006-2015 mencakup enam elemen utama dalam strategi baru Stop

TB ndashWHO yang terdiri dari

1 Memperluas dan meningkatkan ekspansi DOTS yang berkualitas meningkatkan

penemuan kasus dan kesembuhan melalui pendekatan yangterfokus pada penderita

agar pelayanan DOTS yang berkualitas dapat menjangkau seluruh penderita

khususnya kelompok masyarakat yang miskin dan rentan

2 Menghadapi tantangan TBHIV MDR-TB dan tantangan lainnya dengan cara

meningkatkan kolaborasi TBHIV DOTS-Plus dan pendekatan lainnya

3 Berkontribusi dalam memperkuat sistem kesehatan melalui kerjasama dengan

berbagai program dan pelayanan kesehatan lainnya misalnya dalam memobilisasi

sumber daya manusia dan finansial untuk implementasi dan mengevaluasi

hasilnyaserta pertukaran informasi dalam keberhasilan pencapaian dalam program

penanggulangan TB

33

4 Melibatkan seluruh penyedia pelayanan kesehatan pemerintah lembaga swadaya

masyarakat (LSM) dan swasta dengan cara memperluas pendekatan berbasis

public-private mix (PPM) dengan menggunakan ISTC

5 Melibatkan penderita TB dan masyarakat untuk memberikan kontribusi dalam

penyediaan pelayanan yang efektif Hal ini meliputi perluasan pelayanan TB di

masyarakat menciptakan kebutuhan masyarakat akan pelayanan TB advokasi

yang spesifik komunikasi dan mobilisasi sosial serta mendukung pengembangan

piagam pasien TB dalam masyarakat dan

6 Memberdayakan dan meningkatkan penelitian operasional

28 Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel dependent

Karakteristik Individu

1Umur

2Jenis kelamin

3Pendidikan

4Pekerjaan

5Pengetahuan

6Efek samping OAT

7Tingkat kepatuhan

penderita dalam

pengobatan

Kesembuhan

34

Penderita TB paru

Faktor Pelayanan

kesehatan

1 Ketersediaan OAT

2 Sikap petugas kesehatan

3 LokasiJarak

4 Penyuluhan kesehatan

5 Kunjungan rumah

Faktor Peran PMO

Gambar Kerangka Konsep Penelitian

Definisi Konsep

1 Karakteristik individu adalah hal-hal yang melekat dalam diri penderita TB paru yang

mempengaruhi tingkat kapetuhan dalam melaksanakan program pengobatan dengan

strategi DOTS yang membedakan seseorang dengan yang lainnya meliputi umur jenis

kelamin pendidikan pekerjaan pengetahuan efek samping OAT tingkat kepatuhan

penderita dalam pengobatan

2 Faktor pelayanan kesehatan adalah penilaian dari penderita TB paru terhadap upaya yang

diselenggarakan oleh unit pelayanan kesehatan untuk menangani penderita TB paru

meliputi Ketersediaan OATsikap petugas kesehatan lokasijarak penyuluhan

kesehatan dan kunjungan rumah

3 Faktor Peran PMO ( Pengawasan Menelan Obat ) adalah penilaian dari penderita TB paru

terhadap hal-hal yang menjadi tugas dari seseorang pengawas menelan obat yang

mempengaruhi tingkat kepatuhan penderita TB paru dalam melaksanakan pengobatan

meliputi penyuluhan member dorongan meningkatkan dan mengawasi

35

4 Kesembuhan adalah pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan

pemeriksaan ulang dahak (follow up) menunjukkan hasil BTA negatif

29 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep di atas maka hipotesis penelitian ini adalah

1) Ada pengaruh karakteristik individu terhadap kesembuhan penderita TB paru

dalam pengobatan

2) Ada pengaruh pelayanan kesehatan terhadap kesembuhan penderita TB paru

dalam pengobatan

3) Ada pengaruh PMO terhadap kesembuhan penderita TB paru dalam pengobatan

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

31 Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional yang

bertujuan untuk menjelaskan pengaruh karakteristik individu faktor pelayanan

kesehatan dan faktor Pengawas Menelan Obat (PMO) terhadap kesembuhan

penderita TB Paru dalam melaksanakan pengobatan di Puskesmas Grogol Petamburan

tahun 2011

32 Tempat dan Waktu Penelitian

36

Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Grogol Petamburan pada bulan

Januari sampai Februari tahun 2012

33 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang

sedang menjalankan pengobatan TB di Puskesmas Grogol

Petamburan mulai bulan OktobeR

34 Keriteria Inklusi dan Eksklusi

341 Keriteria Inklusi

342 Keriteria Eksklusi

35 Sampel

351 Besar Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang

mengikuti pengobatan dengan strategi DOTS di Puskesmas yang pada saat penelitian

sedang menjalani pengobatan dan seluruh penderita TB yang telah mendapat

pengobatan selama 6 bulan atau sedang dalam tahap lanjutan

Keterangan

n1 = Jumlah sampel minimal

37

n2 = Jumlah sampel ditambah substitusi 10 (substitusi adalah persen responden

yang mungkin drop out)

Z = Tingkat batas kepercayaan dengan = 5

Didapat Z pada kurva normal = 196

p = Proporsi variabel yang diteliti yaitu besarnya presentasi 50 )

q = 1 - p

L = Derajat kesalahan yang masih dapat diterima adalah 10

Berdasarkan rumus di atas didapatkan angka sebagai berikut

( Z )2 p q ( 196 )2 0505

n1 = ----------------- = ------------------------------ = 9604

L2 ( 01 )2

n2 = n1 + ( 10 n1 )

= 9604 + ( 10 9604)

= 9604 + 9604

= 10564 Dibulatkan 106

352 Teknik Pengambilan Sampel

36 Identifikasi Variabel

1 Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kesembuhan tb paru

2 Variabel independen adalah umur jenis kelamin pendidikan pekerjaan

pengetahuan efek samping OAT dan tingkat kepahuhan dari penderita TB

Selain itu faktor dari pelayanan kesehatan dan PMO juga ikut berperan

37 Cara Kerja

1 Membuat proposal penelitian tentang hubungan antara tingkat kepatuhan minum

OAT dengan tingkat kesembuhan penyakit TB di Puskesmas Kecamatan Grogol

Petamburan

38

2 Pengumpulan data sekunder dari Puskesmas Grogol Petamburan

3 Melakukan kunjungan ke rumah-rumah sampel di daerah RT terpilih untuk

pengumpulan data primer dengan memakai kuesioner dan wawancara responden

4 Data-data yang telah dikumpulkan akan dilakukan pengolahan berupa proses

editing verifikasi dan koding Selanjutnya dimasukkan dan diolah dengan

menggunakan program computer yaitu program SPSS

5 Terhadap data yang telah diolah kemudian dilakukan analisis sesuai dengan cara

uji statistik menggunakanhelliphellip Data diinterpretasi secara deskriptif korelatif

antar variabel ndash variabel yang telah ditentukan dan disajikan dalam bentuk

tekstular dan tabular

6 Hasil dari penelitian akan disusun dalam bentuk pelaporan penelitian yang

selanjutnya akan di presentasikan di hadapan staf pengajar program pendidikan

Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida

Wacana (FK UKRIDA) dalam forum pendidikan Ilmu Kedokteran Komunitas

Fakultas Kedokteran UKRIDA

38 Manajemen Data

381 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder yaitu

1 Data primer diperoleh dengan wawancara langsung kepada penderita TB paru

dan petugas kesehatan program penanggulangan TB Paru yang berpedoman pada

kuisioner penelitian yang telah ditetapkan dam melakukan cross check

2 Data sekunder diperoleh dari laporan pelaksanaan program penanggulangan TB

Paru di Puskesmas kartu pengobatan TBC (formulir TB 01) dan Formulir

Permohonan Laboratorium TBC Untik Pemeriksaan Dahak (formulir TB 05)

382 Pengolahan Data

39

Aspek pengukuran

Aspek pengukuran variable bebas

Karakteristik individu

Aspek pengukuran variable karakteristik individu dapat dilihat pada tabel 31

Table 31 Aspek Pengukuran Variabel Karakteristik Individu

Karakteristik

individu

Kategori Skala Bobot nilai

Umur a 15-24 tahun

b 25-49 tahun

c gt 50 tahun

rasio

Jenis kelamin a Laki-laki

b Perempuan

Tingkat

pendidikan

a Tidak tamat SD

b SD

c SLTP

d SLTA

e Sarjana S1

Pekerjaan a Bekerja

b Tidak bekerja

Pengetahuan a Baik

b Sedang

c Bururk

Efek samping

OAT

a Ada

b Tidan ada

Faktor pelayanan kesehatan

Pengukuran faktor pelanan kesehatan meliputi ketersediaan OAT yang

diukur adalah yang diukur dengan 2 pertanyaan sikap petugas kesehatan diukur

dengan 8 pertanyaan lokasi jarak diukur dengan 3 pertanyaan penyuluhan kesehatan

diukur dengan 6 pertanyaan dan kunjungan rumah diukur dengan 2 pertanyaan

40

berdasarkan jawaban yang diberikan responden selanjutnya dikelompokkan menjadi

tiga (3) yaitu

a Baik jika faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan

penilaian yang baik karena kebutuhan yang diinginkan debagian besarnya

terpenuhi (nilai gt32)

b Sedang bila faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan

penilaian yang kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan responden hanay

sebagian saja yang terpenuhi (nilainya 17-32)

c Buruk bila faktor pelayanan pelayanan kesehatan yang diterima responden

menimbulkan penilaian yang tidak baik karena kebutuhan yang diinginka

responden sebagian besar tidak dipenuhi (nilainya lt17)

Faktor Pengawas Menelan Obat (PMO)

Faktor Pengawas Menelan Obat diukur dengan 5 pertanyaan yang

selanjutnya dibedakan atas 3 kategori yaitu

a Baik bila semua tugas yang diterima responden terlaksana dengan baik yaitu

mengawasi memberikan dorongan mengingatkan dan memberikan penyuluhan

(nilainya gt11)

b Sedang bila tugas PMO yang diterima responden sebagian saja yang terpenuhi

(nilainya 6-11)

c Buruk bila tugas PMO yang diterima responden tidak terlaksana dengan baik

(nilainya lt 6)

Aspek Pengukuran Variabel Terikan

Kepatuhan Pengobatan TB Paru

41

Aspek Pengukuran Variabel ini menggunakan skala interval yang diukur berdasarkan

tiga (3) kategori yaitu

Patuh apabila responden selalu menelan obat sesuai ketentuan petugas kesehatan

yaitu setiap hari pada tahap awal tiga kali seminggu pada tahap lanjutan dan

mengambil obat serta memeriksakan dahak sesuai jadwal dan menaati nasihat dari

petugas kesehatan ( bobot 3 )

Kurang patuh jika responden kadang-kadang menelan obat sesuai ketentuan

petugas kesehatan atau responden tidak menelan obat 2-8 minggu selama tahap

pengobatan lanjutan dan tidak memerisakan dahak sesuai jadwal yang telah

ditetapkan dan tidak selalu menaati nasihat dari petugas kesehatan (bobot 2 )

Tidak patuh jika responden tidak menelan obat sesuai ketentuan petugas

kesehatan atau responden tidak menelan obat lebih dari 8 minggu selama tahap

pengobatan lanjutan dan tidak mengambil obat serta tidak memeriksakan dahak

sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan tidak menaati nasihat petugas kesehatan

(bobot 1)

383 Penyajian Data

384 Analisis Data

385 Interpretasi Data

386 Pelaporan Data

39 Definisi Operasional

1 Umur adalah usia responden saat penelitian berdasarkan ulang tahun terakhir yang

dibedakan atas 3 (tiga) kategori berdasarkna Badan Pusat Statistik Kota Medan

42

tahun 2008 yaitu 1) orang muda 25-24 tahun 2) dewasa 24-49 tahun 3) orang

tua gt 50 tahun

2 Jenis kelamin adalah suatu karakteristik responden yang dibedakan identitasnya

dari laki-laki dan perempuan

3 Pendidikan adalah jenjang pendidikannyang berhasil ditamatkan responden yang

dibedakan atas tidak tamat SD SD SLTP SLTA Akademi Sarjana

4 Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh responden sebagai

pendapatan utama yang dibedakan atas kerja dan tidak bekerja

5 Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai penyakit

TB paru

6 Efek samping OAT adalah gejala keluhan yang diderita responden akiba menelan

OAT selama pengobatan

7 Ketersdediaan OAT adalah pandangan responden terhadap kondisi OAT

diperoleh dari puskesmas meliputi kecukupan jumlah OAT dan dan kualitasnya

8 Sikap petugas kesehatan adalah penilaian responden terhadap reaksi petugas

kesehatan kepada responden selama mereka menjalanin pengobatan

9 Lokasi jarak adalah pandangan responden tentang lama perjalanan dari tempat

tinggal responden ke Puskesmas yang diukur dengan jarak sarana transportasi

10 Penyuluhan kesehatan adalah pandangan responden tentang kegiatan yang

dilakukan oleh petugas kesehatan sehubungan dengan pengobatan TB Paru untuk

mencapai suatu keadaan dimana pederita TB Paru dapat hidup lebih sehat

11 Kunjungan rumah adalah pandangan responden tentang kegiatan yang dilakukan

petugas kesehatan selama masa pengobatan ke rumah responden

12 Faktor peran Pengawas Minum Obat (PMO) adalah pandangan responden tentang

tugas yang dilakasanakan oleh seorang PMO meliputi penyuluhan

13 Kepatuhan berobat adalah ketaan responden dalam menelan obat mengambil

obat dan melakukan pemeriksaan dahak sesuai jadwal yang telah ditentukan dan

menaati segala nasehat dari petugas kesehatan

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

1) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta

2) Perkumpulan Pemberantasan TB Indonesia 2011 TB di Indonesia Peringkat Dunia

Jakarta Diakses melalui situs httpwwwpptiinfoindexphpcomponentcontentarticle46-

arsip-ppti141-tbc-di-indonesia-peringkat-5-dunia Diakses pada tanggal 23 Januari 2012

44

3) Depkes dan WHO 2008 Lembar Fakta Tuberkulosis Jakarta

4) Dirjen P2M amp PLP 1997 Pengawasan Menelan Obat (PMO) adalah DOTS ala Indonesia

Jakarta

5) Amirudin R 2006 Faktor Keberhasilan Konversi pada Penderita TB Paru di Puskesmas

Jongaya Tahun 2006 Laporan Penelitian FKM Unhas Makasar

6) Aditama Tjandra Y 1994 Tuberkulosis Paru Masalah dan Penanggulangnya UI Press

Jakarta

7) Aru W Bambang S Idrus A dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Tuberkulosis

Paru Edisi IV FKUI Jakarta 2006 998-1004

8) Depkes RI 2002 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta

9) Depkes RI 2006 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta

10) Subijakto Hubungan Pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Berobat

Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Proposal Skripsi Jakarta 2011 Diakses pada

tanggal 20 Januari 2012

11) Aditama Tjandra Y 2002 Tuberkulosis Diagnosis Terapi dan Masalahnya Yayasan IDI

Jakarta

12) Notoatmodjo Soekidjo 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Penerbit Rineka Cipta

Jakarta

13) Simamora Jojor 2004 Faktor yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Berobat Penderita TB

Paru di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2004 Tesis Pascasarjana USU Medan

14) Ester Monica 2000 Psikologi Kesehatan Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

15) Bart Smet 1994 Psikologi Kesehatan PT Grasindo Jakarta

16) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta

45

Page 11: 133192422-TB-paru

212 Cara Penularan

Lingkungan hidup yang sangat padat dan pemukiman di wilayah perkotaan

kemungkinan besar telah mempermudah proses penularan dan berperan sekali atas

peningkatan jumlah kasus TB Proses terjadinya infeksi oleh Mycobacterium

tuberculosis biasanya secara inhalasi sehingga TB paru merupakan manifestasi klinis

yang paling sering dibandingkan dengan organ lain Penularan penyakit ini sebagian

besar melalui inhalasi basil yang mengandung droplet nuclei khususnya yang di

dapat dari pasien TB paru dengan batuk berdarah atau berdahak yang mengandung

basil tahan asam (BTA) Pada TB kulit atau jaringan lunak penularan bias melalui

inokulasi langsung Infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium bovis dapat

disebabkan oleh susu yang kurang disterilkan dengan baik atau terkontaminasi Sudah

dibuktikan bahwa lingkungan sosial ekonomi yang baik pengobatan yang teratur dan

pengawasan minum obat yang ketat dapat berhasil mengurangi angka morbiditas dan

mortalitas di Amerika selama tahun 1950-1960 7

Daya penularan dari seseorang penderita ditentukan oleh banyaknya

kuman yang dikeluarkan dari parunya Makin tinggi derajat positif hasil dari

pemeriksaan dahak makin menular penderita tersebut Bila pemeriksaan dahak

negatif (tidak terlihat kuman) maka penderita tersebut dianggap tidak menular

Kemungkinan seseorang terinfeksi TB paru ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam

udara dan lamanya menghirup udara tersebut 8

Perlu diketahui bahwa kuman TB tidak hanya keluar ketika penderita

batuk saja tetapi juga pada saat bernyanyi bersin atau bersiul Secara umum dapat

dikatakan bahwa penularan penyakit TB banyak bergantung dari beberapa factor

seperti jumlah kuman yang ada tingkat keganasan kuman dan daya tahan tubuh orang

yang tertular 6

213 Penemuan Penderita TB

Kegiatan penemuan pasien terdiri dari penjaringan suspek diagnosis

penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien Penemuan pasien merupakan langkah

pertama dalam kegiatan program penanggulangan TB Penemuan dan penyembuhan

11

pasien TB menular secara bermakna akan dapat menurunkan kesakitan dan kematian

akibat TB penularan TB di masyarakat dan sekaligus merupakan kegiatan

pencegahan penularan TB yang paling efektif di masyarakat9

Strategi penemuan 9

Penemuan pasien TB dilakukan secara pasif dengan promosi aktif Penjaringan

tersangka pasien dilakukan di unit pelayanan kesehatan didukung dengan

penyuluhan secara aktif baik oleh petugas kesehatan maupun masyarakat untuk

meningkatkan cakupan penemuan tersangka pasien TB

Pemeriksaan terhadap kontak pasien TB terutama mereka yang BTA positif yang

menunjukkan gejala sama harus diperiksa dahaknya

Penemuan secara aktif dari rumah ke rumah dianggap tidak cost efektif

214 Risiko Penularan 9

- Risiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan dahak Pasien TB

paru dengan BTA positif memberikan kemungkinan risiko penularan lebih besar

dari pasien TB paru dengan BTA negatif

- Risiko penularan setiap tahunnya di tunjukkan dengan Annual Risk of Tuberculosis

Infection (ARTI) yaitu proporsi penduduk yang berisiko terinfeksi TB selama satu

tahun ARTI sebesar 1 berarti 10 (sepuluh) orang diantara 1000 penduduk

terinfeksi setiap tahun ARTI di Indonesia bervariasi antara 1-3

- Infeksi TB dibuktikan dengan perubahan reaksi tuberkulin negatif menjadi positif

215 Gejala Klinis TB Paru

Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu

atau lebih Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah

batuk darah sesak nafas badan lemas nafsu makan menurun berat badan menurun

12

malaise berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik demam meriang lebih dari satu

bulan9

Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain

tb seperti bronkiektasis bronkitis kronis asma kanker paru dan lain-lain Mengingat

prevalensi TB di Indonesia saat ini masih tinggi maka setiap orang yang datang ke

UPK dengan gejala tersebut diatas dianggap sebagai seorang tersangka (suspek)

pasien TB dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung9

216 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Tuberkulosis

Faktor ndash faktor yang mempengaruhi terhadap terjadinya TB antara lain

1 Harus ada sumber infeksi

Sumber infeksi dapat berasal dari penderita TB dengan BTA positif Penularan

dapat terjadi melalui dropet atau melalui pengunaan alat makan secara bergantian

tanpa dicuci yang digunakan oleh penderita TB dengan BTA positif tersebut

2 Jumlah basil penyebab harus cukup

Semakin banyak jumlah basil yang terhirup maka semakin besar kemungkinan

seseorang untuk mengidap TB

3 Virulensi yang tinggi dari basil TB

Apabila angka keaktifan kuman tinggi maka semakin cepat kuman TB

berkembang biak di dalam tubuh Selain itu masa inkubasi akan semakin cepat

4 Daya tahan tubuh yang rendah

Daya tahan tubuh yang menurun memungkinkan basil berkembang biak dan

menimbulkan penyakit tuberkulosis 10

217 Tipe Penderita TB Paru

Tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya Ada beberapa

tipe pasien yaitu

bull Kasus baru

13

Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan

OAT kurang dari satu bulan (4 minggu)

bull Kasus kambuh (Relaps)

Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan

tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap didiagnosis

kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur)

bull Kasus setelah putus berobat (Default )

Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA

positif

bull Kasus setelah gagal (failure)

Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi

positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan

bull Kasus Pindahan (Transfer In)

Adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki register TB lain untuk

melanjutkan pengobatannya

bull Kasus lain

Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas Dalam kelompok ini

termasuk Kasus Kronik yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif

setelah selesai pengobatan ulangan

Catatan

TB paru BTA negatif dan TB ekstra paru dapat juga mengalami kambuh gagal

default maupun menjadi kasus kronik Meskipun sangat jarang harus dibuktikan

secara patologik bakteriologik (biakan) radiologik dan pertimbangan medis

spesialistik9

218 Pemeriksaan Diagnostik

Untuk mengetahui adanya tuberkulosis dokter biasanya berpegang pada

tiga patokan utama Pertama hasil wawancaranya tentang keluhan pasien dan hasil

pemeriksaan yang dilakukan pada pasien yang disebut dengan anamnesis Kedua

14

hasil pemeriksaan laboratorium untuk menemukan adanya BTA pada spesimen

penderita

Pemeriksaan dahak mikroskopis 9

Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis menilai

keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan

Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis dilakukan dengan

mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang

berurutan berupa Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS)

S (sewaktu)

Dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung pertama kali Pada

saat pulang suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak pagi

pada hari kedua

P (Pagi)

Dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua segera setelah bangun tidur

Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di UPK

S (sewaktu)

Dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua saat menyerahkan dahak pagi

Adapun tujuan dari pemeriksaan dahak pada program penanggulangan TB

adalah

1 Menegakkan diagnosis dan menentukan tipe klasifikasi

2 Menilai kemajuan pengobatan

3 Menentukan tingkat penularan 8

Pemeriksaan ulang dahak untuk memantau kemajuan pengobatan

dilakukan pada

1 Akhir tahap intensif

15

Dilakukan seminggu sebelum akhir pengobatan penderita baru BTA positif

dengan kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-3 pengobatan ulang

penderita BTA positif kategori 2

2 Sebulan sebelum akhir pengobatan

Dilakukan seminggu sebelum akhir bulan ke-5 pengobatan penderita baru BTA

positif dengan kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-7 pengobatan

ulang penderita BTA positif dengan kategori 2

3 Akhir pengobatan

Dilakukan seminggu sebelum akhir bulan ke-6 pada penderita BTA positif dengan

kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-8 pengobatan ulang BTA positif

dengan kategori 2 8

Pemeriksaan dahak pada sebulan sebelum akhir pengobatan dan akhir

pengobatan bertujuan untuk menilai hasil pengobatan (apakah sembuh atau gagal)

219 Prinsip Pengobatan

Penatalaksanaan TB meliputi penemuan pasien dan pengobatan yang

dikelola dengan menggunakan strategi DOTS9

Tujuan utama pengobatan pasien TB adalah menurunkan angka kematian

dan kesakitan serta mencegah penularan dengan cara menyembuhkan pasien

Penatalaksanaan penyakit TB merupakan bagian dari surveilans penyakit tidak

sekedar memastikan pasien menelan obat sampai dinyatakan sembuh tetapi juga

berkaitan dengan pengelolaan sarana bantu yang dibutuhkan petugas yang terkait

pencatatan pelaporan evaluasi kegiatan dan rencana tindak lanjutnya9

Tabel 21 Jenis sifat dan dosis OAT

Dosis yang direkomendasikan (mgkg)

16

Jenis OAT Sifat Harian 3x seminggu

Isoniazid (H) Bakterisid 5

(4-6)

10

(8-12)

Rifampicin (R) Bakterisid 10

(8-12)

10

(8-12)

Pyrazinamide (Z) Bakterisid 25

(20-30)

35

(30-40)

Streptomycin (S) Bakterisid 15

(12-18)

15

(12-18)

Etambutol (E) Bakteriostatik 15

(15-20)

30

(20-35)

Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut 9

bull OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat dalam jumlah

cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan Jangan gunakan OAT

tunggal (monoterapi) Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT ndash KDT)

lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan

bull Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat dilakukan pengawasan langsung

(DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat

(PMO)

bull Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap yaitu tahap intensif dan lanjutan

Tahap awal (intensif) 9

- Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara

langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat

17

- Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat biasanya pasien

menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu

- Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2

bulan

Tahap Lanjutan 9

- Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit namun dalam jangka

waktu yang lebih lama

- Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah

terjadinya kekambuhan

2110 Panduan Penggunaan OAT di Indonesia9

Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan

Tuberkulosis di Indonesia

- Kategori 1 2(HRZE)4(HR)3

- Kategori 2 2(HRZE)S(HRZE)5(HR)3E3

Disamping kedua kategori ini disediakan paduan obat sisipan (HRZE)

- Kategori Anak 2HRZ4HR

Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket

berupa obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT) sedangkan kategori anak sementara

ini disediakan dalam bentuk OAT kombipak

Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu

tablet Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien Paduan ini dikemas dalam

satu paket untuk satu pasien

Paket Kombipak

18

Terdiri dari obat lepas yang dikemas dalam satu paket yaitu Isoniasid

Rifampisin Pirazinamid dan Etambutol Paduan OAT ini disediakan program untuk

mengatasi pasien yang mengalami efek samping OAT KDT

Paduan OAT ini disediakan dalam bentuk paket dengan tujuan untuk

memudahkan pemberian obat dan menjamin kelangsungan (kontinuitas) pengobatan

sampai selesai

Satu (1) paket untuk satu (1) pasien dalam satu (1) masa pengobatan

KDT mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB

1 Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin efektifitas

obat dan mengurangi efek samping

2 Mencegah penggunaan obat tunggal sehinga menurunkan resiko terjadinya

resistensi obat ganda dan mengurangi kesalahan penulisan resep

3 Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat menjadi

sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien

Paduan OAT dan peruntukannya

19

1 Kategori-1 (2HRZE 4H3R3)

Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru

1048707 Pasien baru TB paru BTA positif

1048707 Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif

1048707 Pasien TB ekstra paru

Tabel 22 Dosis untuk paduan OAT KDT untuk Kategori 1

Berat Badan

Tahap Intensif

tiap hari selama 56 hari

RHZE (15075400275)

Tahap Lanjutan

3 kali seminggu selama 16 minggu

RH (150150)

30-37 kg 2 tablet 4 KDT 2 tablet 4 KDT38-54 kg 3 tablet 4 KDT 3 tablet 4 KDT55-70 kg 4 tablet 4 KDT 4 tablet 4 KDTge 71 kg 5 tablet 4 KDT 5 tablet 4 KDT

2 Kategori -2 (2HRZES HRZE 5H3R3E3)

Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya

1048707 Pasien kambuh

1048707 Pasien gagal

1048707 Pasien dengan pengobatan setelah default (terputus)

Tabel 23 Dosis untuk paduan OAT KDT Kategori 2

Berat Badan

Tahap Intensif

tiap hari

RHZE (15075400275) + S

Tahap Lanjutan

3 kali seminggu

RH (150150) + E (275)

Selama 56 hari Selama 28 hari Selama 20 minggu

30-37 kg 2 tablet 4 KDT + 500 mg Streptomisin inj

2 tablet 4 KDT 2 tablet 4 KDT+ 2 tab Etambutol

38-54 kg 3 tablet 4 KDT +750 mg Streptomisin inj

3 tablet 4 KDT 3 tablet 4 KDT+ 3 tab Etambutol

55-70 kg 4 tablet 4 KDT +1000 mg Streptomisin inj

4 tablet 4 KDT 4 tablet 4 KDT+ 4 tab Etambutol

ge 71 kg 5 tablet 4 KDT +1000 mg Streptomisin inj

5 tablet 4 KDT 5 tablet 4 KDT+ 5 tab Etambutol

Catatan

20

Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal untuk streptomisin adalah

500mg tanpa memperhatikan berat badan

Untuk perempuan hamil lihat pengobatan TB dalam keadaan khusus

Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan menambahkan aquabidest

sebanyak 37ml sehingga menjadi 4ml (1ml = 250mg)

3 OAT Sisipan (HRZE)

Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap intensif kategori 1 yang

diberikan selama sebulan (28 hari)

Tabel 24 Dosis KDT untuk Sisipan

Berat Badan Tahap Intensif tiap hari selama 28 hari

RHZE (15075400275)

30-37 kg 2 tablet 4 KDT38-54 kg 3 tablet 4 KDT55-70 kg 4 tablet 4 KDTge 71 kg 5 tablet 4 KDT

Penggunaan OAT lapis kedua misalnya golongan aminoglikosida (misalnya

kanamisin) dan golongan kuinolon tidak dianjurkan diberikan kepada pasien baru tanpa indikasi

yang jelas karena potensi obat tersebut jauh lebih rendah daripada OAT lapis pertama Di

samping itu dapat juga meningkatkan terjadinya risiko resistensi pada OAT lapis kedua

2111 Alur Diagnostik TB 9

21Suspek TB Paru

2112 Evaluasi Pengobatan

22

Pemeriksaan dahak mikroskopis (SPS = Sewaktu ndash Pagi ndash Sewaktu)

Hasil BTA+ - -

Hasil BTA- - -

Hasil BTA+ + ++ + +

Antibiotik Non-OAT

Tidak adaPerbaikan

Adaperbaikan

Pemeriksaan dahak mikroskopis

Foto toraks dan

Pertimbangan dokter

Hasil BTA+ + ++ + -+ _ _

Hasil BTA- - -

Foto toraks dan

Pertimbangan dokter

TB Bukan TB

Evaluasi Klinis

Biasanya pasien di control dalam 1 minggu pertama selanjutnya setiap 2 minggu

selama tahap intensif dan seterusnya sekali sebulan sampai akhir pengobatan

Secara klinis hendaknya terdapat perbaikan keluhan pasien seperti batuk yang

berkurang tidak ada batuk darah nafsu makan bertambah dan ada peningkatan

berat badan

Evaluasi Bakteriologis

Pemeriksaan dahak untuk menilai keberadaan kuman Biasanya setelah 2-3

minggu perngobatan sputum BTA mulai negatif Pemeriksaan control sputum

dilakukan sekali sebulan Bagi penderita dengan BTA positif setelah tahap

intensif akan mendapatkan pengobatan ulang Bila sudah negatif sputum

diperiksa tiga kali berturut-turut dan harus dikontrol agar tidak terjadi ldquosilent

bacterial sheddingrdquo yaitu terdapat sputum BTA positif tanpa disertai keluhan-

keluhan TB yang relevan

Evaluasi Radiologis

Evaluasi radiologis juga diperlukan untuk melihat kemajuan terapi Dengan

pemeriksaan radiologis dapat dilihat keadaan TB parunya atau adanya penyakit

lain yang menyertai Evaluasi foto dada dilakukan tiap 3 bulan sekali 10

2113 Efek Samping OAT

Sebagian besar penderita TB paru dapat menyelesaikan pengobatan tanpa

efek samping Namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping Oleh karena

itu pemantauan kemungkinan terjadinya efek samping sangat penting dilakukan

selama pengobatan Pemantauan dilakukan dengan cara menjelaskan kepada

penderita tanda-tanda efek samping dan menanyakan adanya gejala efek samping

pada waktu penderita mengambil OAT 8

Efek samping ringan dari OAT seperti tidak ada nafsu makanmual sakit

perut nyeri sendi kesemutan sampai dengan rasa terbakar di kaki dan warna

kemerahan pada air seni Efek samping berat dari OAT misalnya gatal dan

kemerahan kulit tuli gangguan keseimbanagn ikterus tanpa penyebab lain

bingung dan muntah-muntah gangguan penglihatan purpura dan syok 8

22 Strategi DOTS

23

Strategi DOTS adalah strategi penanggulaan TB paru nasional yang telah

direkomendasikan oleh WHO yang dimulai pelaksanaannya di Indonesia pada tahun

19951996 Sebelum pelaksanaan strategi DOTS (1969-1994) angka kesembutah TB

paru yang dapat dicapai oleh program hanya 40-60 saja Dengan strategi DOTS

diharapkan angka kesembuhan dapat dicapai minimal 85 dari penderita TB paru

BTA positif yang di temukan 11

Prinsip DOTS adalah mendekatkan pelayanan pengobatan terhadap

penderita agar secara langsung dapat mengawasi keteraturan menelan obat dan

melakukan pelacakan bila penderita tidak datang mengambil obat sesuai dengan yang

ditetapkan

Kalau diurai dari kata-katanya pengertian DOTS dapat dimulai dengan

keharusan setiap pengelola program TB intuk member direct attention dalam usaha

menemukan penderita Dalam bahasa lain ini diterjemahkan menjadi deteksi kasus

dengan pemeriksaan mikroskopik kendati sebenarnya pengertiannya dapat diperluas

dengan keharusan untuk mendeteksi kasus secara baik dan akurat Kemudian setiap

pasien harus di- observed dalam memakan obatnya setiap obat yang di telan pasien

harus di depan seorang pengawas Selain itu tentunya pasien harus menerima

treatment yang tertata dalam system pengelolaan distribusi dan penyediaan obat

secara baik Kemudian setiap pasien harus mendapat obat yang baik artinya

pengobatan short course standart yang telah terbukti ampuh secara klinik

Akhirnya harus ada dukungan dari pemerinyah yang membuat program

penanggulangan TB mendapat prioritas yang tinggi dalam pelayanan kesehatan 11

Strategi DOTS mempunyai lima komponen

1) Komitmen politits dari para pengambil keputusan termasuk dukungan dana

2) Diagnosa TB dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopik

3) Pengobatan dengan panduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) jangka pendek

dengan pengawasan langsung oleh pengawas Menelan Obat (PMO)

4) Kesinambungan perssediaan OAT jangka pendek dengan mutu terjamin

5) Pencatatan dan pelaporan secraa baku untuk memudahkan pemantauan dan

evaluasi program penanggulangan TB

23 Konsep Perilaku

24

Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor baik faktor internal

( dari dalam diri manusia ) maupun faktor eksternal ( dari luar diri manusia ) Faktor

internal ini terdiri dari faktor fisik dan psikis Faktor eksternal terdiri dari berbagai

faktor antara lain sosial budaya masyarakat lingkungan fisik politik ekonomi

pendidikan dan sebagainnya Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi

kesehatan baik individu kelompok maupun masyarakat dikelompokkan menjadi

empat ( Blum 1974 )

Konsep Blum menjelaskan bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh

1) Lingkungan yang mencakup lingkungan fisik sosial budaya politik ekonomi

dan sebagainnya

2) Perilaku

3) Pelayanan kesehatan

4) Keturunan ( hereditas )

Perilaku merupakan factor terbesar kedua setelah factor lingkungan yang

mempengaruhi derajat kesehatan Oleh sebab itu dalam rangka membina dan

meningkatkan kesehatan masyarakat maka intervensi atau upaya yang di tujukan

kepada faktor erilaku ini sangat strategis

Menurut Green perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama yakni 12

1) Faktor predisposisi ( predisposing factor )

Faktor ini mencakup pengetahuan sikap dan masyarakat terhadap kesehatan

tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan

kesehatan sistem nilai yang dinut masyarakat tingkat pendidikan tingkat sosial

ekonomi dan sebagainya

2) Faktor Pemungkin ( Enabling factor )

Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan

bagi masyarakat misalnya air bersih tempat pembuangan tinja ketersediaan

makanan yang bergizi dan sebagainnya termasuk juga fasilitas kesehatan

seperti puskesmas rumah sakit posyandu dokter atau bidan praktek swasta dan

sebagainnya

3) Faktor penguat ( reinforcing factor )

25

Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat tokoh agama

sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan Termasuk juga di

sini undang-undang peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah

daerah yang terkait dengan kesehatan

Tim kerja dari WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang

berperilaku tertentu dikarenakan 4 ( empat ) alasan pokok yaitu

1) Pemikiran dan perasaan ( Thoughts and feeling )

Yakni dalam bentuk pengetahuan kepercayaan dan sikap Pengetahuan di

peroleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain sedangkan

kepercayaan biasanya diperoleh dari orang tua kakek atau nenek Seseorang

menerima kepercayaan itu berdasarkan keyankinan dan tanpa adanya pembuktian

terlebih dahulu Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap

objek dan seringnya diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang

lain yang paling dekat

2) Karakteristik Pendukung (enabling characteristics)

Karakteristik ini mencerminkan bahwa meskipun mempunyai predisposisi untuk

menggunakan pelayanan kesehatan ia tak akan bertindak menggunakannya

kecuali bial ia mampu menggunakannya Penggunaan pelayanan kesehatan yang

ada tergantung kepada kemampuan konsumen untuk membayar

3) Karakteristik kebutuhan (need characteristics)

Faktor predisposisi dan factor yang memungkinkan untuk mencari pengobatan

dapat terwujud di dalam tindakan apabila itu dirasakan sebagai kebutuhanDengan

kata lain kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan

pelayanan kesehatan bila mana tingkat predisposisi dan enabling itu ada

Kebutuhan (need) disisni di bagi menjadi dua ketegori dirasa atau preceived

( subject assessment) dan evaluated ( clinical diagnosis )

Menurut Skinner perilaku kesehatan adalah suatu respons

seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan

26

penyakit system pelayanan kesehatan makanan dan minimum serta lingkungan

Dari batasan ini perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 ( tiga)

kelompok yakni

1) Perilaku pemeliharaan kesehatan ( health maintenance)

Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga

kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit Oleh

sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3(tiga) aspek yaitu

a Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit serta

pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit

b Perilaku peningkatan kesehatan apabila seseorang dalam keadaan sehat

c Perilaku gizi Makanan dan minimum dapat meningkatkan kesehatan

seseorang bahkan dapat mendatangkan penyakit Hal ini sangat tergantung

pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut

2) Perilaku pencarian pengobatan ( health behavior )

Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat

menderita penyakit dan atau kecelakaan Tindakan atau perilaku ini dimulai dari

mengobati sendiri ( self treatment) sampai mencari pengobatan keluar negeri

3) Perilaku kesehatan lingkungan

Adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan baik lingkungan fisik

maupun social budaya dan sebagainnya sehingga lingkungan tersebut tidak

mempengaruhi kesehatannya Dengan perkataan lain bagaimana seseorang

mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri

keluarga atau mesyarakatnya 12

24 Kepatuhan Berobat

Kepatuhan berasal dari kata ldquo patuh ldquo yang berarti taat suka menuruti

disiplin Kepatuhan menurut Trostle adalah tingkat perilaku penderita dalam

mengambil suatu tindakan pengobatan misalnya dalam menentukan kebiasaan

hidup sehat dan ketetapan berobat Dalam pengobatan seseorang dikatakan tidak

27

patuh apabila orang tersebut melalaikan kewajibannya berobat sehingga dapat

mengakibatkan terhalangnya kesembuhan 13

Menurut Sacket kepatuhan pasien adalah sejauh mana perilaku pasien

sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh professional kesehatan 14

Menurut Sarafino secara umum ketidaktaatan meningkatkan risiko

berkembangnya masalah kesehatan atau memperpanjang atau memperburuk

kesakitan yang sedang di derita Perkiraan yang ada menyatakan bahwa 20 jumlah

opname di rumah sakit merupakan akibat dari ketidaktaatan pasien terhadap aturan

pengobatan Faktor yang mempengaruhi kepatuhan seseorang dalam berobat yaitu

faktor petugas faktor obat dan faktor penderita Karakteristik petugas yang

mempengaruhi kepatuhan antara lain jenis petugas tingkat pengetahuan lamanya

bekerja frekuensi penyuluhan yang dilakukan Faktor obat yang mempengaruhi

kepatuhan adalah pengobatan yang sulit dilakukan tidak menunjukkan kea rah

penyembuhan waktu yang lama adanya efek samping obat Faktor penderita yang

menyebabkan ketidakpatuhan adalah umur jenis kelamin pekerjaan anggota

keluarga saudara atau teman khusus 15

25 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan

Faktor-faktor yang mempengaruhi katidakpatuhan dapat digolongkan

menjadi empat bagian yaitu

1 Pemahaman tentang Instruksi

Tak seorang pun mematuhi instruksi jika ia salah paham tentang instruksi yang

diberikan kepadanyaLey dan Spelman (Ester 2000 ) Menemukan bahwa lebih

dari 60 yang diwawancarai setelah bertemu dengan dokter salah mengerti

tentang instruksi yang diberikan pada mereka kadang-kadang hal ini disebabkan

oleh kegagalan professional kesehatan dalam memberikan informasi yang

lengkap penggunaan istilah-istilah medis dan mbanyak memberikan instruksi

yang harus diingat oleh pasien

28

Pendekatan praktis untuk meningkatkan kepatuhan pasien ditemukan oleh

Dinicola dan Dimatteo yaitu

a) Buat instruksi tertulis yang jelas dan mudah diinterpretasikan

b) Berikan informasi tentang pengobatan sebelum menjelaskan hal-hal lain

c) Jika seseorang diberikan suatu daftar tertulis tenang hal-hal yang harus

diingat maka aka nada efek ldquokeunggulanrdquoyaitu mereka brusaha mengingat

hal-hal yang pertama kali ditulis

d) Insruksi-instruksi harus ditulis dengan bahasa umum ( Non medis ) dan hal-

hal yang perlu ditekankan 14

2 Kualitas Interaksi

Kualitas interaksi antara profrsional kesehatan dan pasien merupakan bagian yang

penting dalam menentukan derajat kepatuhan Meningkatkan interaksi

professional kesehatan dengan pasien adalah suatu hal penting untuk memberikan

umpan balik pada pasien setelah memperoleh informasi tentang diagnosis Pasien

membutuhkan penjelasan tentang kondisinya saat ini apa penyebabnya dan apa

yang dapat mereka lakukan dengan kondisi seperti itu

3 Isolasi sosial dan keluarga

Keluarga dapat menjadi factor yang sangat berpengaruh dalam menentukan

keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga menentukan tentang

program pengobatan yang dapat mereka terima Keluarga juga member dukungan

dan membuat keputusan mengenai perawatan dari anggota keluarga yang sakit

4 Keyakinan Sikap Kepribadian

Ahli psikologis telah menyelidiki tentang hubungan antar pengukuran-

pengukuran kepribadian dan kepatuhan Mereka menemukan bahwa data

kepribadian secara benar dibedakan antar orang yang putih drngan orang yang

gagal Orang-orang yang tidak patuh adalah orang-orang yang lebih mengalami

depresi anxietas sangat memperhatikan kesehatannya memiliki kekuatan ego

29

yang lebih lemah dan kehidupan sosialnya lebih memusatkan perhatian pada

dirinya sendiri Blumenthal et al mengatakan bahwa ciri-ciri kepribadian yang

disebutkan diatas itu yang menyebabkan seseorang cenderung tidak patuh ( drop

out) dari program pengobatan 14

Menurut Schwart dan Griffin Faktor yang berhubungan dengan

ketidaktaan secara sejarah riset tentang ketaan pasien didasarkan atas pandangan

tradisional mengenai pasien sebagai penerima nasihat dokter yang pasif dan patuh

Pasien yang tidak taat dipandang sebagai orang yang lalai dan masalahnya dianggap

sebagai masalah control Riset berusah untuk mengidentifikasi kelompok-kelompok

pasien yang tidak patuh berdasarkan kelas sosioekonomi pendidikan umur dan

jenis kelamin Pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan sepanjang bawah

pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif seperti penggunaan buku-buku

dan kaset oleh pasien secara mandiri Usaha-usaha ini sedikit berhasil seorang dapat

menjadi tidak taat kalau situasinya memungkinkan Teori-teori yang lebih baru

menekannkan factor situasional dan pasien sebagai peserta yang aktif dalam proses

pengobatannya Perilaku ketaatan sering diartikan sebagai usaha pasien untuk

mengendalikan perilakunya bahkan jika hal tersebut bias menimbulkan resiko

mengenai kesehatannya 15

Macam-macam faktor yang berkaitan dengan ketidaktaatan disebutkan

a Ciri-ciri kesakitan dan cirri-ciri pengobatan

Menurut Dickson dkk perilaku ketaatan lebih rendah untuk penyakit kronis

(karena tidak ada akibat buruk yang segera dirasakan atau resiko yang jelas )

saran mengenai gaya hidup umum dan kebiasaan yang lama pengobatan yang

kompleks pengobatan dengan efek samping perilaku yang tidak pantas

Menurut Sarafino tingkat ketaaatan rata-rata minum obat utnuk menyenbuhkan

kesakitan akut dengan pengobatan jangka pendek adalah sekitar 78 Untuk

kesakita kronis dengan cara pengobatan jangaka panjang tingkat tersebut menurun

sampai 54

b Komunikasi antara Pasien dan Dokter

Berbagai aspek komunikasi antara pasien dan dokter mempengaruhi tingkat

ketidaktaan misalnya informasi dengan pengawasan yang kurang

30

ketidakpuasan terhadap aspek hubungan emosional dengan dokter ketidak

puasan terhadap pengobatan yang diberikan

c Variabel-variabel sosial

Hubungan antara dukungan sosial dengan ketaatan telah dipelajari Secara umum

orang-orang yang merasa mereka menerima penghiburan perhatian dan

pertolongan yang mereka butuhkan dari seseorang atau kelompok biasanya

cenderung lebih mudah mengikuti nasihat medis daripada pasien yang kurang

mendapat dukungan sosial Jelaslah bahwa keluarga memainkan peranan yang

sangat penting dalam pengelolaan medis misalnya penggunaan pengaruh

normative pada pasien yang mungkin mengakibatkan efek yang memudahkan

atau menghambat perilaku ketaatan

d Ciri-ciri Individual

Variabel-variabel demografis juga digunakan untuk meramalkan ketidaktaatan

sebagai contoh Di Amerika Serikat kaum wanita kaum kulit putih dan orang

tua cenderung mengikuti anjuran dokter 15

Dalam proses penyembuhan penderita TB Paru dapat diberikan obat anti-

TB (OAT) yang diminum secara teratur sampai selesai dengan pengawasan

yangketat Masa pemberian obat memang cukup lama yaitu 6-8 bulan secara terus

menerus sehingga dapat mencegah penularan kepada orang lain Oleh sebab itu para

penderita TB jika ingin sembuh harus minum obat secara teratur Tanpa adanya

keteraturan minum obat penyakit sulit disembuhkan Jika tidak teratur minum obat

penyakitnya sukar diobati kuman TB dalam tubuh akan berkembang semakin banyak

dan menyerang organ tubuh lain yang akan membutuhkan waktu lebih lama untuk

dapat sembuh

26 Pengawasan Menelan Obat (PMO) 9

Salah satu komponen DOTS adalah pengobatan paduan OAT jangka

pendek dengan pengawasan langsung Untuk menjamin keteraturan pengobatan

diperlukan seorang PMO

31

a Persyaratan PMO

bull Seseorang yang dikenal dipercaya dan disetujui baik oleh petugas kesehatan

maupun pasien selain itu harus disegani dan dihormati oleh pasien

bull Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien

bull Bersedia membantu pasien dengan sukarela

bull Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan pasien

b Siapa yang bisa menjadi PMO

Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan misalnya Bidan di Desa Perawat

Pekarya Sanitarian Juru Immunisasi dan lain lain Bila tidak ada petugas

kesehatan yang memungkinkan PMO dapat berasal dari kader kesehatan guru

anggota PPTI PKK atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga

c Tugas seorang PMO

bull Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai

pengobatan

bull Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur

bull Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah

ditentukan

bull Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai gejala-

gejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke Unit Pelayanan

Kesehatan

Tugas seorang PMO bukanlah untuk mengganti kewajiban pasien mengambil

obatdari unit pelayanan kesehatan

d Informasi penting yang perlu dipahami PMO untuk disampaikan kepada pasien dan

keluarganya

bull TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur

32

bull TB bukan penyakit keturunan atau kutukan

bull Cara penularan TB gejala-gejala yang mencurigakan dan cara pencegahannya

bull Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan)

bull Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur

bull Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera meminta

pertolongan ke UPK

27 Penanggulangan TB 16

Rencana Global Penanggulangan TB

Rencana Global 2006-2015 mencakup enam elemen utama dalam strategi baru Stop

TB ndashWHO yang terdiri dari

1 Memperluas dan meningkatkan ekspansi DOTS yang berkualitas meningkatkan

penemuan kasus dan kesembuhan melalui pendekatan yangterfokus pada penderita

agar pelayanan DOTS yang berkualitas dapat menjangkau seluruh penderita

khususnya kelompok masyarakat yang miskin dan rentan

2 Menghadapi tantangan TBHIV MDR-TB dan tantangan lainnya dengan cara

meningkatkan kolaborasi TBHIV DOTS-Plus dan pendekatan lainnya

3 Berkontribusi dalam memperkuat sistem kesehatan melalui kerjasama dengan

berbagai program dan pelayanan kesehatan lainnya misalnya dalam memobilisasi

sumber daya manusia dan finansial untuk implementasi dan mengevaluasi

hasilnyaserta pertukaran informasi dalam keberhasilan pencapaian dalam program

penanggulangan TB

33

4 Melibatkan seluruh penyedia pelayanan kesehatan pemerintah lembaga swadaya

masyarakat (LSM) dan swasta dengan cara memperluas pendekatan berbasis

public-private mix (PPM) dengan menggunakan ISTC

5 Melibatkan penderita TB dan masyarakat untuk memberikan kontribusi dalam

penyediaan pelayanan yang efektif Hal ini meliputi perluasan pelayanan TB di

masyarakat menciptakan kebutuhan masyarakat akan pelayanan TB advokasi

yang spesifik komunikasi dan mobilisasi sosial serta mendukung pengembangan

piagam pasien TB dalam masyarakat dan

6 Memberdayakan dan meningkatkan penelitian operasional

28 Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel dependent

Karakteristik Individu

1Umur

2Jenis kelamin

3Pendidikan

4Pekerjaan

5Pengetahuan

6Efek samping OAT

7Tingkat kepatuhan

penderita dalam

pengobatan

Kesembuhan

34

Penderita TB paru

Faktor Pelayanan

kesehatan

1 Ketersediaan OAT

2 Sikap petugas kesehatan

3 LokasiJarak

4 Penyuluhan kesehatan

5 Kunjungan rumah

Faktor Peran PMO

Gambar Kerangka Konsep Penelitian

Definisi Konsep

1 Karakteristik individu adalah hal-hal yang melekat dalam diri penderita TB paru yang

mempengaruhi tingkat kapetuhan dalam melaksanakan program pengobatan dengan

strategi DOTS yang membedakan seseorang dengan yang lainnya meliputi umur jenis

kelamin pendidikan pekerjaan pengetahuan efek samping OAT tingkat kepatuhan

penderita dalam pengobatan

2 Faktor pelayanan kesehatan adalah penilaian dari penderita TB paru terhadap upaya yang

diselenggarakan oleh unit pelayanan kesehatan untuk menangani penderita TB paru

meliputi Ketersediaan OATsikap petugas kesehatan lokasijarak penyuluhan

kesehatan dan kunjungan rumah

3 Faktor Peran PMO ( Pengawasan Menelan Obat ) adalah penilaian dari penderita TB paru

terhadap hal-hal yang menjadi tugas dari seseorang pengawas menelan obat yang

mempengaruhi tingkat kepatuhan penderita TB paru dalam melaksanakan pengobatan

meliputi penyuluhan member dorongan meningkatkan dan mengawasi

35

4 Kesembuhan adalah pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan

pemeriksaan ulang dahak (follow up) menunjukkan hasil BTA negatif

29 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep di atas maka hipotesis penelitian ini adalah

1) Ada pengaruh karakteristik individu terhadap kesembuhan penderita TB paru

dalam pengobatan

2) Ada pengaruh pelayanan kesehatan terhadap kesembuhan penderita TB paru

dalam pengobatan

3) Ada pengaruh PMO terhadap kesembuhan penderita TB paru dalam pengobatan

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

31 Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional yang

bertujuan untuk menjelaskan pengaruh karakteristik individu faktor pelayanan

kesehatan dan faktor Pengawas Menelan Obat (PMO) terhadap kesembuhan

penderita TB Paru dalam melaksanakan pengobatan di Puskesmas Grogol Petamburan

tahun 2011

32 Tempat dan Waktu Penelitian

36

Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Grogol Petamburan pada bulan

Januari sampai Februari tahun 2012

33 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang

sedang menjalankan pengobatan TB di Puskesmas Grogol

Petamburan mulai bulan OktobeR

34 Keriteria Inklusi dan Eksklusi

341 Keriteria Inklusi

342 Keriteria Eksklusi

35 Sampel

351 Besar Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang

mengikuti pengobatan dengan strategi DOTS di Puskesmas yang pada saat penelitian

sedang menjalani pengobatan dan seluruh penderita TB yang telah mendapat

pengobatan selama 6 bulan atau sedang dalam tahap lanjutan

Keterangan

n1 = Jumlah sampel minimal

37

n2 = Jumlah sampel ditambah substitusi 10 (substitusi adalah persen responden

yang mungkin drop out)

Z = Tingkat batas kepercayaan dengan = 5

Didapat Z pada kurva normal = 196

p = Proporsi variabel yang diteliti yaitu besarnya presentasi 50 )

q = 1 - p

L = Derajat kesalahan yang masih dapat diterima adalah 10

Berdasarkan rumus di atas didapatkan angka sebagai berikut

( Z )2 p q ( 196 )2 0505

n1 = ----------------- = ------------------------------ = 9604

L2 ( 01 )2

n2 = n1 + ( 10 n1 )

= 9604 + ( 10 9604)

= 9604 + 9604

= 10564 Dibulatkan 106

352 Teknik Pengambilan Sampel

36 Identifikasi Variabel

1 Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kesembuhan tb paru

2 Variabel independen adalah umur jenis kelamin pendidikan pekerjaan

pengetahuan efek samping OAT dan tingkat kepahuhan dari penderita TB

Selain itu faktor dari pelayanan kesehatan dan PMO juga ikut berperan

37 Cara Kerja

1 Membuat proposal penelitian tentang hubungan antara tingkat kepatuhan minum

OAT dengan tingkat kesembuhan penyakit TB di Puskesmas Kecamatan Grogol

Petamburan

38

2 Pengumpulan data sekunder dari Puskesmas Grogol Petamburan

3 Melakukan kunjungan ke rumah-rumah sampel di daerah RT terpilih untuk

pengumpulan data primer dengan memakai kuesioner dan wawancara responden

4 Data-data yang telah dikumpulkan akan dilakukan pengolahan berupa proses

editing verifikasi dan koding Selanjutnya dimasukkan dan diolah dengan

menggunakan program computer yaitu program SPSS

5 Terhadap data yang telah diolah kemudian dilakukan analisis sesuai dengan cara

uji statistik menggunakanhelliphellip Data diinterpretasi secara deskriptif korelatif

antar variabel ndash variabel yang telah ditentukan dan disajikan dalam bentuk

tekstular dan tabular

6 Hasil dari penelitian akan disusun dalam bentuk pelaporan penelitian yang

selanjutnya akan di presentasikan di hadapan staf pengajar program pendidikan

Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida

Wacana (FK UKRIDA) dalam forum pendidikan Ilmu Kedokteran Komunitas

Fakultas Kedokteran UKRIDA

38 Manajemen Data

381 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder yaitu

1 Data primer diperoleh dengan wawancara langsung kepada penderita TB paru

dan petugas kesehatan program penanggulangan TB Paru yang berpedoman pada

kuisioner penelitian yang telah ditetapkan dam melakukan cross check

2 Data sekunder diperoleh dari laporan pelaksanaan program penanggulangan TB

Paru di Puskesmas kartu pengobatan TBC (formulir TB 01) dan Formulir

Permohonan Laboratorium TBC Untik Pemeriksaan Dahak (formulir TB 05)

382 Pengolahan Data

39

Aspek pengukuran

Aspek pengukuran variable bebas

Karakteristik individu

Aspek pengukuran variable karakteristik individu dapat dilihat pada tabel 31

Table 31 Aspek Pengukuran Variabel Karakteristik Individu

Karakteristik

individu

Kategori Skala Bobot nilai

Umur a 15-24 tahun

b 25-49 tahun

c gt 50 tahun

rasio

Jenis kelamin a Laki-laki

b Perempuan

Tingkat

pendidikan

a Tidak tamat SD

b SD

c SLTP

d SLTA

e Sarjana S1

Pekerjaan a Bekerja

b Tidak bekerja

Pengetahuan a Baik

b Sedang

c Bururk

Efek samping

OAT

a Ada

b Tidan ada

Faktor pelayanan kesehatan

Pengukuran faktor pelanan kesehatan meliputi ketersediaan OAT yang

diukur adalah yang diukur dengan 2 pertanyaan sikap petugas kesehatan diukur

dengan 8 pertanyaan lokasi jarak diukur dengan 3 pertanyaan penyuluhan kesehatan

diukur dengan 6 pertanyaan dan kunjungan rumah diukur dengan 2 pertanyaan

40

berdasarkan jawaban yang diberikan responden selanjutnya dikelompokkan menjadi

tiga (3) yaitu

a Baik jika faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan

penilaian yang baik karena kebutuhan yang diinginkan debagian besarnya

terpenuhi (nilai gt32)

b Sedang bila faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan

penilaian yang kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan responden hanay

sebagian saja yang terpenuhi (nilainya 17-32)

c Buruk bila faktor pelayanan pelayanan kesehatan yang diterima responden

menimbulkan penilaian yang tidak baik karena kebutuhan yang diinginka

responden sebagian besar tidak dipenuhi (nilainya lt17)

Faktor Pengawas Menelan Obat (PMO)

Faktor Pengawas Menelan Obat diukur dengan 5 pertanyaan yang

selanjutnya dibedakan atas 3 kategori yaitu

a Baik bila semua tugas yang diterima responden terlaksana dengan baik yaitu

mengawasi memberikan dorongan mengingatkan dan memberikan penyuluhan

(nilainya gt11)

b Sedang bila tugas PMO yang diterima responden sebagian saja yang terpenuhi

(nilainya 6-11)

c Buruk bila tugas PMO yang diterima responden tidak terlaksana dengan baik

(nilainya lt 6)

Aspek Pengukuran Variabel Terikan

Kepatuhan Pengobatan TB Paru

41

Aspek Pengukuran Variabel ini menggunakan skala interval yang diukur berdasarkan

tiga (3) kategori yaitu

Patuh apabila responden selalu menelan obat sesuai ketentuan petugas kesehatan

yaitu setiap hari pada tahap awal tiga kali seminggu pada tahap lanjutan dan

mengambil obat serta memeriksakan dahak sesuai jadwal dan menaati nasihat dari

petugas kesehatan ( bobot 3 )

Kurang patuh jika responden kadang-kadang menelan obat sesuai ketentuan

petugas kesehatan atau responden tidak menelan obat 2-8 minggu selama tahap

pengobatan lanjutan dan tidak memerisakan dahak sesuai jadwal yang telah

ditetapkan dan tidak selalu menaati nasihat dari petugas kesehatan (bobot 2 )

Tidak patuh jika responden tidak menelan obat sesuai ketentuan petugas

kesehatan atau responden tidak menelan obat lebih dari 8 minggu selama tahap

pengobatan lanjutan dan tidak mengambil obat serta tidak memeriksakan dahak

sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan tidak menaati nasihat petugas kesehatan

(bobot 1)

383 Penyajian Data

384 Analisis Data

385 Interpretasi Data

386 Pelaporan Data

39 Definisi Operasional

1 Umur adalah usia responden saat penelitian berdasarkan ulang tahun terakhir yang

dibedakan atas 3 (tiga) kategori berdasarkna Badan Pusat Statistik Kota Medan

42

tahun 2008 yaitu 1) orang muda 25-24 tahun 2) dewasa 24-49 tahun 3) orang

tua gt 50 tahun

2 Jenis kelamin adalah suatu karakteristik responden yang dibedakan identitasnya

dari laki-laki dan perempuan

3 Pendidikan adalah jenjang pendidikannyang berhasil ditamatkan responden yang

dibedakan atas tidak tamat SD SD SLTP SLTA Akademi Sarjana

4 Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh responden sebagai

pendapatan utama yang dibedakan atas kerja dan tidak bekerja

5 Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai penyakit

TB paru

6 Efek samping OAT adalah gejala keluhan yang diderita responden akiba menelan

OAT selama pengobatan

7 Ketersdediaan OAT adalah pandangan responden terhadap kondisi OAT

diperoleh dari puskesmas meliputi kecukupan jumlah OAT dan dan kualitasnya

8 Sikap petugas kesehatan adalah penilaian responden terhadap reaksi petugas

kesehatan kepada responden selama mereka menjalanin pengobatan

9 Lokasi jarak adalah pandangan responden tentang lama perjalanan dari tempat

tinggal responden ke Puskesmas yang diukur dengan jarak sarana transportasi

10 Penyuluhan kesehatan adalah pandangan responden tentang kegiatan yang

dilakukan oleh petugas kesehatan sehubungan dengan pengobatan TB Paru untuk

mencapai suatu keadaan dimana pederita TB Paru dapat hidup lebih sehat

11 Kunjungan rumah adalah pandangan responden tentang kegiatan yang dilakukan

petugas kesehatan selama masa pengobatan ke rumah responden

12 Faktor peran Pengawas Minum Obat (PMO) adalah pandangan responden tentang

tugas yang dilakasanakan oleh seorang PMO meliputi penyuluhan

13 Kepatuhan berobat adalah ketaan responden dalam menelan obat mengambil

obat dan melakukan pemeriksaan dahak sesuai jadwal yang telah ditentukan dan

menaati segala nasehat dari petugas kesehatan

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

1) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta

2) Perkumpulan Pemberantasan TB Indonesia 2011 TB di Indonesia Peringkat Dunia

Jakarta Diakses melalui situs httpwwwpptiinfoindexphpcomponentcontentarticle46-

arsip-ppti141-tbc-di-indonesia-peringkat-5-dunia Diakses pada tanggal 23 Januari 2012

44

3) Depkes dan WHO 2008 Lembar Fakta Tuberkulosis Jakarta

4) Dirjen P2M amp PLP 1997 Pengawasan Menelan Obat (PMO) adalah DOTS ala Indonesia

Jakarta

5) Amirudin R 2006 Faktor Keberhasilan Konversi pada Penderita TB Paru di Puskesmas

Jongaya Tahun 2006 Laporan Penelitian FKM Unhas Makasar

6) Aditama Tjandra Y 1994 Tuberkulosis Paru Masalah dan Penanggulangnya UI Press

Jakarta

7) Aru W Bambang S Idrus A dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Tuberkulosis

Paru Edisi IV FKUI Jakarta 2006 998-1004

8) Depkes RI 2002 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta

9) Depkes RI 2006 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta

10) Subijakto Hubungan Pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Berobat

Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Proposal Skripsi Jakarta 2011 Diakses pada

tanggal 20 Januari 2012

11) Aditama Tjandra Y 2002 Tuberkulosis Diagnosis Terapi dan Masalahnya Yayasan IDI

Jakarta

12) Notoatmodjo Soekidjo 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Penerbit Rineka Cipta

Jakarta

13) Simamora Jojor 2004 Faktor yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Berobat Penderita TB

Paru di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2004 Tesis Pascasarjana USU Medan

14) Ester Monica 2000 Psikologi Kesehatan Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

15) Bart Smet 1994 Psikologi Kesehatan PT Grasindo Jakarta

16) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta

45

Page 12: 133192422-TB-paru

pasien TB menular secara bermakna akan dapat menurunkan kesakitan dan kematian

akibat TB penularan TB di masyarakat dan sekaligus merupakan kegiatan

pencegahan penularan TB yang paling efektif di masyarakat9

Strategi penemuan 9

Penemuan pasien TB dilakukan secara pasif dengan promosi aktif Penjaringan

tersangka pasien dilakukan di unit pelayanan kesehatan didukung dengan

penyuluhan secara aktif baik oleh petugas kesehatan maupun masyarakat untuk

meningkatkan cakupan penemuan tersangka pasien TB

Pemeriksaan terhadap kontak pasien TB terutama mereka yang BTA positif yang

menunjukkan gejala sama harus diperiksa dahaknya

Penemuan secara aktif dari rumah ke rumah dianggap tidak cost efektif

214 Risiko Penularan 9

- Risiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan dahak Pasien TB

paru dengan BTA positif memberikan kemungkinan risiko penularan lebih besar

dari pasien TB paru dengan BTA negatif

- Risiko penularan setiap tahunnya di tunjukkan dengan Annual Risk of Tuberculosis

Infection (ARTI) yaitu proporsi penduduk yang berisiko terinfeksi TB selama satu

tahun ARTI sebesar 1 berarti 10 (sepuluh) orang diantara 1000 penduduk

terinfeksi setiap tahun ARTI di Indonesia bervariasi antara 1-3

- Infeksi TB dibuktikan dengan perubahan reaksi tuberkulin negatif menjadi positif

215 Gejala Klinis TB Paru

Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu

atau lebih Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah

batuk darah sesak nafas badan lemas nafsu makan menurun berat badan menurun

12

malaise berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik demam meriang lebih dari satu

bulan9

Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain

tb seperti bronkiektasis bronkitis kronis asma kanker paru dan lain-lain Mengingat

prevalensi TB di Indonesia saat ini masih tinggi maka setiap orang yang datang ke

UPK dengan gejala tersebut diatas dianggap sebagai seorang tersangka (suspek)

pasien TB dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung9

216 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Tuberkulosis

Faktor ndash faktor yang mempengaruhi terhadap terjadinya TB antara lain

1 Harus ada sumber infeksi

Sumber infeksi dapat berasal dari penderita TB dengan BTA positif Penularan

dapat terjadi melalui dropet atau melalui pengunaan alat makan secara bergantian

tanpa dicuci yang digunakan oleh penderita TB dengan BTA positif tersebut

2 Jumlah basil penyebab harus cukup

Semakin banyak jumlah basil yang terhirup maka semakin besar kemungkinan

seseorang untuk mengidap TB

3 Virulensi yang tinggi dari basil TB

Apabila angka keaktifan kuman tinggi maka semakin cepat kuman TB

berkembang biak di dalam tubuh Selain itu masa inkubasi akan semakin cepat

4 Daya tahan tubuh yang rendah

Daya tahan tubuh yang menurun memungkinkan basil berkembang biak dan

menimbulkan penyakit tuberkulosis 10

217 Tipe Penderita TB Paru

Tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya Ada beberapa

tipe pasien yaitu

bull Kasus baru

13

Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan

OAT kurang dari satu bulan (4 minggu)

bull Kasus kambuh (Relaps)

Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan

tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap didiagnosis

kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur)

bull Kasus setelah putus berobat (Default )

Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA

positif

bull Kasus setelah gagal (failure)

Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi

positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan

bull Kasus Pindahan (Transfer In)

Adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki register TB lain untuk

melanjutkan pengobatannya

bull Kasus lain

Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas Dalam kelompok ini

termasuk Kasus Kronik yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif

setelah selesai pengobatan ulangan

Catatan

TB paru BTA negatif dan TB ekstra paru dapat juga mengalami kambuh gagal

default maupun menjadi kasus kronik Meskipun sangat jarang harus dibuktikan

secara patologik bakteriologik (biakan) radiologik dan pertimbangan medis

spesialistik9

218 Pemeriksaan Diagnostik

Untuk mengetahui adanya tuberkulosis dokter biasanya berpegang pada

tiga patokan utama Pertama hasil wawancaranya tentang keluhan pasien dan hasil

pemeriksaan yang dilakukan pada pasien yang disebut dengan anamnesis Kedua

14

hasil pemeriksaan laboratorium untuk menemukan adanya BTA pada spesimen

penderita

Pemeriksaan dahak mikroskopis 9

Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis menilai

keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan

Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis dilakukan dengan

mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang

berurutan berupa Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS)

S (sewaktu)

Dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung pertama kali Pada

saat pulang suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak pagi

pada hari kedua

P (Pagi)

Dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua segera setelah bangun tidur

Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di UPK

S (sewaktu)

Dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua saat menyerahkan dahak pagi

Adapun tujuan dari pemeriksaan dahak pada program penanggulangan TB

adalah

1 Menegakkan diagnosis dan menentukan tipe klasifikasi

2 Menilai kemajuan pengobatan

3 Menentukan tingkat penularan 8

Pemeriksaan ulang dahak untuk memantau kemajuan pengobatan

dilakukan pada

1 Akhir tahap intensif

15

Dilakukan seminggu sebelum akhir pengobatan penderita baru BTA positif

dengan kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-3 pengobatan ulang

penderita BTA positif kategori 2

2 Sebulan sebelum akhir pengobatan

Dilakukan seminggu sebelum akhir bulan ke-5 pengobatan penderita baru BTA

positif dengan kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-7 pengobatan

ulang penderita BTA positif dengan kategori 2

3 Akhir pengobatan

Dilakukan seminggu sebelum akhir bulan ke-6 pada penderita BTA positif dengan

kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-8 pengobatan ulang BTA positif

dengan kategori 2 8

Pemeriksaan dahak pada sebulan sebelum akhir pengobatan dan akhir

pengobatan bertujuan untuk menilai hasil pengobatan (apakah sembuh atau gagal)

219 Prinsip Pengobatan

Penatalaksanaan TB meliputi penemuan pasien dan pengobatan yang

dikelola dengan menggunakan strategi DOTS9

Tujuan utama pengobatan pasien TB adalah menurunkan angka kematian

dan kesakitan serta mencegah penularan dengan cara menyembuhkan pasien

Penatalaksanaan penyakit TB merupakan bagian dari surveilans penyakit tidak

sekedar memastikan pasien menelan obat sampai dinyatakan sembuh tetapi juga

berkaitan dengan pengelolaan sarana bantu yang dibutuhkan petugas yang terkait

pencatatan pelaporan evaluasi kegiatan dan rencana tindak lanjutnya9

Tabel 21 Jenis sifat dan dosis OAT

Dosis yang direkomendasikan (mgkg)

16

Jenis OAT Sifat Harian 3x seminggu

Isoniazid (H) Bakterisid 5

(4-6)

10

(8-12)

Rifampicin (R) Bakterisid 10

(8-12)

10

(8-12)

Pyrazinamide (Z) Bakterisid 25

(20-30)

35

(30-40)

Streptomycin (S) Bakterisid 15

(12-18)

15

(12-18)

Etambutol (E) Bakteriostatik 15

(15-20)

30

(20-35)

Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut 9

bull OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat dalam jumlah

cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan Jangan gunakan OAT

tunggal (monoterapi) Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT ndash KDT)

lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan

bull Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat dilakukan pengawasan langsung

(DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat

(PMO)

bull Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap yaitu tahap intensif dan lanjutan

Tahap awal (intensif) 9

- Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara

langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat

17

- Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat biasanya pasien

menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu

- Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2

bulan

Tahap Lanjutan 9

- Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit namun dalam jangka

waktu yang lebih lama

- Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah

terjadinya kekambuhan

2110 Panduan Penggunaan OAT di Indonesia9

Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan

Tuberkulosis di Indonesia

- Kategori 1 2(HRZE)4(HR)3

- Kategori 2 2(HRZE)S(HRZE)5(HR)3E3

Disamping kedua kategori ini disediakan paduan obat sisipan (HRZE)

- Kategori Anak 2HRZ4HR

Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket

berupa obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT) sedangkan kategori anak sementara

ini disediakan dalam bentuk OAT kombipak

Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu

tablet Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien Paduan ini dikemas dalam

satu paket untuk satu pasien

Paket Kombipak

18

Terdiri dari obat lepas yang dikemas dalam satu paket yaitu Isoniasid

Rifampisin Pirazinamid dan Etambutol Paduan OAT ini disediakan program untuk

mengatasi pasien yang mengalami efek samping OAT KDT

Paduan OAT ini disediakan dalam bentuk paket dengan tujuan untuk

memudahkan pemberian obat dan menjamin kelangsungan (kontinuitas) pengobatan

sampai selesai

Satu (1) paket untuk satu (1) pasien dalam satu (1) masa pengobatan

KDT mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB

1 Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin efektifitas

obat dan mengurangi efek samping

2 Mencegah penggunaan obat tunggal sehinga menurunkan resiko terjadinya

resistensi obat ganda dan mengurangi kesalahan penulisan resep

3 Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat menjadi

sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien

Paduan OAT dan peruntukannya

19

1 Kategori-1 (2HRZE 4H3R3)

Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru

1048707 Pasien baru TB paru BTA positif

1048707 Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif

1048707 Pasien TB ekstra paru

Tabel 22 Dosis untuk paduan OAT KDT untuk Kategori 1

Berat Badan

Tahap Intensif

tiap hari selama 56 hari

RHZE (15075400275)

Tahap Lanjutan

3 kali seminggu selama 16 minggu

RH (150150)

30-37 kg 2 tablet 4 KDT 2 tablet 4 KDT38-54 kg 3 tablet 4 KDT 3 tablet 4 KDT55-70 kg 4 tablet 4 KDT 4 tablet 4 KDTge 71 kg 5 tablet 4 KDT 5 tablet 4 KDT

2 Kategori -2 (2HRZES HRZE 5H3R3E3)

Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya

1048707 Pasien kambuh

1048707 Pasien gagal

1048707 Pasien dengan pengobatan setelah default (terputus)

Tabel 23 Dosis untuk paduan OAT KDT Kategori 2

Berat Badan

Tahap Intensif

tiap hari

RHZE (15075400275) + S

Tahap Lanjutan

3 kali seminggu

RH (150150) + E (275)

Selama 56 hari Selama 28 hari Selama 20 minggu

30-37 kg 2 tablet 4 KDT + 500 mg Streptomisin inj

2 tablet 4 KDT 2 tablet 4 KDT+ 2 tab Etambutol

38-54 kg 3 tablet 4 KDT +750 mg Streptomisin inj

3 tablet 4 KDT 3 tablet 4 KDT+ 3 tab Etambutol

55-70 kg 4 tablet 4 KDT +1000 mg Streptomisin inj

4 tablet 4 KDT 4 tablet 4 KDT+ 4 tab Etambutol

ge 71 kg 5 tablet 4 KDT +1000 mg Streptomisin inj

5 tablet 4 KDT 5 tablet 4 KDT+ 5 tab Etambutol

Catatan

20

Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal untuk streptomisin adalah

500mg tanpa memperhatikan berat badan

Untuk perempuan hamil lihat pengobatan TB dalam keadaan khusus

Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan menambahkan aquabidest

sebanyak 37ml sehingga menjadi 4ml (1ml = 250mg)

3 OAT Sisipan (HRZE)

Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap intensif kategori 1 yang

diberikan selama sebulan (28 hari)

Tabel 24 Dosis KDT untuk Sisipan

Berat Badan Tahap Intensif tiap hari selama 28 hari

RHZE (15075400275)

30-37 kg 2 tablet 4 KDT38-54 kg 3 tablet 4 KDT55-70 kg 4 tablet 4 KDTge 71 kg 5 tablet 4 KDT

Penggunaan OAT lapis kedua misalnya golongan aminoglikosida (misalnya

kanamisin) dan golongan kuinolon tidak dianjurkan diberikan kepada pasien baru tanpa indikasi

yang jelas karena potensi obat tersebut jauh lebih rendah daripada OAT lapis pertama Di

samping itu dapat juga meningkatkan terjadinya risiko resistensi pada OAT lapis kedua

2111 Alur Diagnostik TB 9

21Suspek TB Paru

2112 Evaluasi Pengobatan

22

Pemeriksaan dahak mikroskopis (SPS = Sewaktu ndash Pagi ndash Sewaktu)

Hasil BTA+ - -

Hasil BTA- - -

Hasil BTA+ + ++ + +

Antibiotik Non-OAT

Tidak adaPerbaikan

Adaperbaikan

Pemeriksaan dahak mikroskopis

Foto toraks dan

Pertimbangan dokter

Hasil BTA+ + ++ + -+ _ _

Hasil BTA- - -

Foto toraks dan

Pertimbangan dokter

TB Bukan TB

Evaluasi Klinis

Biasanya pasien di control dalam 1 minggu pertama selanjutnya setiap 2 minggu

selama tahap intensif dan seterusnya sekali sebulan sampai akhir pengobatan

Secara klinis hendaknya terdapat perbaikan keluhan pasien seperti batuk yang

berkurang tidak ada batuk darah nafsu makan bertambah dan ada peningkatan

berat badan

Evaluasi Bakteriologis

Pemeriksaan dahak untuk menilai keberadaan kuman Biasanya setelah 2-3

minggu perngobatan sputum BTA mulai negatif Pemeriksaan control sputum

dilakukan sekali sebulan Bagi penderita dengan BTA positif setelah tahap

intensif akan mendapatkan pengobatan ulang Bila sudah negatif sputum

diperiksa tiga kali berturut-turut dan harus dikontrol agar tidak terjadi ldquosilent

bacterial sheddingrdquo yaitu terdapat sputum BTA positif tanpa disertai keluhan-

keluhan TB yang relevan

Evaluasi Radiologis

Evaluasi radiologis juga diperlukan untuk melihat kemajuan terapi Dengan

pemeriksaan radiologis dapat dilihat keadaan TB parunya atau adanya penyakit

lain yang menyertai Evaluasi foto dada dilakukan tiap 3 bulan sekali 10

2113 Efek Samping OAT

Sebagian besar penderita TB paru dapat menyelesaikan pengobatan tanpa

efek samping Namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping Oleh karena

itu pemantauan kemungkinan terjadinya efek samping sangat penting dilakukan

selama pengobatan Pemantauan dilakukan dengan cara menjelaskan kepada

penderita tanda-tanda efek samping dan menanyakan adanya gejala efek samping

pada waktu penderita mengambil OAT 8

Efek samping ringan dari OAT seperti tidak ada nafsu makanmual sakit

perut nyeri sendi kesemutan sampai dengan rasa terbakar di kaki dan warna

kemerahan pada air seni Efek samping berat dari OAT misalnya gatal dan

kemerahan kulit tuli gangguan keseimbanagn ikterus tanpa penyebab lain

bingung dan muntah-muntah gangguan penglihatan purpura dan syok 8

22 Strategi DOTS

23

Strategi DOTS adalah strategi penanggulaan TB paru nasional yang telah

direkomendasikan oleh WHO yang dimulai pelaksanaannya di Indonesia pada tahun

19951996 Sebelum pelaksanaan strategi DOTS (1969-1994) angka kesembutah TB

paru yang dapat dicapai oleh program hanya 40-60 saja Dengan strategi DOTS

diharapkan angka kesembuhan dapat dicapai minimal 85 dari penderita TB paru

BTA positif yang di temukan 11

Prinsip DOTS adalah mendekatkan pelayanan pengobatan terhadap

penderita agar secara langsung dapat mengawasi keteraturan menelan obat dan

melakukan pelacakan bila penderita tidak datang mengambil obat sesuai dengan yang

ditetapkan

Kalau diurai dari kata-katanya pengertian DOTS dapat dimulai dengan

keharusan setiap pengelola program TB intuk member direct attention dalam usaha

menemukan penderita Dalam bahasa lain ini diterjemahkan menjadi deteksi kasus

dengan pemeriksaan mikroskopik kendati sebenarnya pengertiannya dapat diperluas

dengan keharusan untuk mendeteksi kasus secara baik dan akurat Kemudian setiap

pasien harus di- observed dalam memakan obatnya setiap obat yang di telan pasien

harus di depan seorang pengawas Selain itu tentunya pasien harus menerima

treatment yang tertata dalam system pengelolaan distribusi dan penyediaan obat

secara baik Kemudian setiap pasien harus mendapat obat yang baik artinya

pengobatan short course standart yang telah terbukti ampuh secara klinik

Akhirnya harus ada dukungan dari pemerinyah yang membuat program

penanggulangan TB mendapat prioritas yang tinggi dalam pelayanan kesehatan 11

Strategi DOTS mempunyai lima komponen

1) Komitmen politits dari para pengambil keputusan termasuk dukungan dana

2) Diagnosa TB dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopik

3) Pengobatan dengan panduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) jangka pendek

dengan pengawasan langsung oleh pengawas Menelan Obat (PMO)

4) Kesinambungan perssediaan OAT jangka pendek dengan mutu terjamin

5) Pencatatan dan pelaporan secraa baku untuk memudahkan pemantauan dan

evaluasi program penanggulangan TB

23 Konsep Perilaku

24

Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor baik faktor internal

( dari dalam diri manusia ) maupun faktor eksternal ( dari luar diri manusia ) Faktor

internal ini terdiri dari faktor fisik dan psikis Faktor eksternal terdiri dari berbagai

faktor antara lain sosial budaya masyarakat lingkungan fisik politik ekonomi

pendidikan dan sebagainnya Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi

kesehatan baik individu kelompok maupun masyarakat dikelompokkan menjadi

empat ( Blum 1974 )

Konsep Blum menjelaskan bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh

1) Lingkungan yang mencakup lingkungan fisik sosial budaya politik ekonomi

dan sebagainnya

2) Perilaku

3) Pelayanan kesehatan

4) Keturunan ( hereditas )

Perilaku merupakan factor terbesar kedua setelah factor lingkungan yang

mempengaruhi derajat kesehatan Oleh sebab itu dalam rangka membina dan

meningkatkan kesehatan masyarakat maka intervensi atau upaya yang di tujukan

kepada faktor erilaku ini sangat strategis

Menurut Green perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama yakni 12

1) Faktor predisposisi ( predisposing factor )

Faktor ini mencakup pengetahuan sikap dan masyarakat terhadap kesehatan

tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan

kesehatan sistem nilai yang dinut masyarakat tingkat pendidikan tingkat sosial

ekonomi dan sebagainya

2) Faktor Pemungkin ( Enabling factor )

Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan

bagi masyarakat misalnya air bersih tempat pembuangan tinja ketersediaan

makanan yang bergizi dan sebagainnya termasuk juga fasilitas kesehatan

seperti puskesmas rumah sakit posyandu dokter atau bidan praktek swasta dan

sebagainnya

3) Faktor penguat ( reinforcing factor )

25

Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat tokoh agama

sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan Termasuk juga di

sini undang-undang peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah

daerah yang terkait dengan kesehatan

Tim kerja dari WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang

berperilaku tertentu dikarenakan 4 ( empat ) alasan pokok yaitu

1) Pemikiran dan perasaan ( Thoughts and feeling )

Yakni dalam bentuk pengetahuan kepercayaan dan sikap Pengetahuan di

peroleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain sedangkan

kepercayaan biasanya diperoleh dari orang tua kakek atau nenek Seseorang

menerima kepercayaan itu berdasarkan keyankinan dan tanpa adanya pembuktian

terlebih dahulu Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap

objek dan seringnya diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang

lain yang paling dekat

2) Karakteristik Pendukung (enabling characteristics)

Karakteristik ini mencerminkan bahwa meskipun mempunyai predisposisi untuk

menggunakan pelayanan kesehatan ia tak akan bertindak menggunakannya

kecuali bial ia mampu menggunakannya Penggunaan pelayanan kesehatan yang

ada tergantung kepada kemampuan konsumen untuk membayar

3) Karakteristik kebutuhan (need characteristics)

Faktor predisposisi dan factor yang memungkinkan untuk mencari pengobatan

dapat terwujud di dalam tindakan apabila itu dirasakan sebagai kebutuhanDengan

kata lain kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan

pelayanan kesehatan bila mana tingkat predisposisi dan enabling itu ada

Kebutuhan (need) disisni di bagi menjadi dua ketegori dirasa atau preceived

( subject assessment) dan evaluated ( clinical diagnosis )

Menurut Skinner perilaku kesehatan adalah suatu respons

seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan

26

penyakit system pelayanan kesehatan makanan dan minimum serta lingkungan

Dari batasan ini perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 ( tiga)

kelompok yakni

1) Perilaku pemeliharaan kesehatan ( health maintenance)

Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga

kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit Oleh

sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3(tiga) aspek yaitu

a Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit serta

pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit

b Perilaku peningkatan kesehatan apabila seseorang dalam keadaan sehat

c Perilaku gizi Makanan dan minimum dapat meningkatkan kesehatan

seseorang bahkan dapat mendatangkan penyakit Hal ini sangat tergantung

pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut

2) Perilaku pencarian pengobatan ( health behavior )

Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat

menderita penyakit dan atau kecelakaan Tindakan atau perilaku ini dimulai dari

mengobati sendiri ( self treatment) sampai mencari pengobatan keluar negeri

3) Perilaku kesehatan lingkungan

Adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan baik lingkungan fisik

maupun social budaya dan sebagainnya sehingga lingkungan tersebut tidak

mempengaruhi kesehatannya Dengan perkataan lain bagaimana seseorang

mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri

keluarga atau mesyarakatnya 12

24 Kepatuhan Berobat

Kepatuhan berasal dari kata ldquo patuh ldquo yang berarti taat suka menuruti

disiplin Kepatuhan menurut Trostle adalah tingkat perilaku penderita dalam

mengambil suatu tindakan pengobatan misalnya dalam menentukan kebiasaan

hidup sehat dan ketetapan berobat Dalam pengobatan seseorang dikatakan tidak

27

patuh apabila orang tersebut melalaikan kewajibannya berobat sehingga dapat

mengakibatkan terhalangnya kesembuhan 13

Menurut Sacket kepatuhan pasien adalah sejauh mana perilaku pasien

sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh professional kesehatan 14

Menurut Sarafino secara umum ketidaktaatan meningkatkan risiko

berkembangnya masalah kesehatan atau memperpanjang atau memperburuk

kesakitan yang sedang di derita Perkiraan yang ada menyatakan bahwa 20 jumlah

opname di rumah sakit merupakan akibat dari ketidaktaatan pasien terhadap aturan

pengobatan Faktor yang mempengaruhi kepatuhan seseorang dalam berobat yaitu

faktor petugas faktor obat dan faktor penderita Karakteristik petugas yang

mempengaruhi kepatuhan antara lain jenis petugas tingkat pengetahuan lamanya

bekerja frekuensi penyuluhan yang dilakukan Faktor obat yang mempengaruhi

kepatuhan adalah pengobatan yang sulit dilakukan tidak menunjukkan kea rah

penyembuhan waktu yang lama adanya efek samping obat Faktor penderita yang

menyebabkan ketidakpatuhan adalah umur jenis kelamin pekerjaan anggota

keluarga saudara atau teman khusus 15

25 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan

Faktor-faktor yang mempengaruhi katidakpatuhan dapat digolongkan

menjadi empat bagian yaitu

1 Pemahaman tentang Instruksi

Tak seorang pun mematuhi instruksi jika ia salah paham tentang instruksi yang

diberikan kepadanyaLey dan Spelman (Ester 2000 ) Menemukan bahwa lebih

dari 60 yang diwawancarai setelah bertemu dengan dokter salah mengerti

tentang instruksi yang diberikan pada mereka kadang-kadang hal ini disebabkan

oleh kegagalan professional kesehatan dalam memberikan informasi yang

lengkap penggunaan istilah-istilah medis dan mbanyak memberikan instruksi

yang harus diingat oleh pasien

28

Pendekatan praktis untuk meningkatkan kepatuhan pasien ditemukan oleh

Dinicola dan Dimatteo yaitu

a) Buat instruksi tertulis yang jelas dan mudah diinterpretasikan

b) Berikan informasi tentang pengobatan sebelum menjelaskan hal-hal lain

c) Jika seseorang diberikan suatu daftar tertulis tenang hal-hal yang harus

diingat maka aka nada efek ldquokeunggulanrdquoyaitu mereka brusaha mengingat

hal-hal yang pertama kali ditulis

d) Insruksi-instruksi harus ditulis dengan bahasa umum ( Non medis ) dan hal-

hal yang perlu ditekankan 14

2 Kualitas Interaksi

Kualitas interaksi antara profrsional kesehatan dan pasien merupakan bagian yang

penting dalam menentukan derajat kepatuhan Meningkatkan interaksi

professional kesehatan dengan pasien adalah suatu hal penting untuk memberikan

umpan balik pada pasien setelah memperoleh informasi tentang diagnosis Pasien

membutuhkan penjelasan tentang kondisinya saat ini apa penyebabnya dan apa

yang dapat mereka lakukan dengan kondisi seperti itu

3 Isolasi sosial dan keluarga

Keluarga dapat menjadi factor yang sangat berpengaruh dalam menentukan

keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga menentukan tentang

program pengobatan yang dapat mereka terima Keluarga juga member dukungan

dan membuat keputusan mengenai perawatan dari anggota keluarga yang sakit

4 Keyakinan Sikap Kepribadian

Ahli psikologis telah menyelidiki tentang hubungan antar pengukuran-

pengukuran kepribadian dan kepatuhan Mereka menemukan bahwa data

kepribadian secara benar dibedakan antar orang yang putih drngan orang yang

gagal Orang-orang yang tidak patuh adalah orang-orang yang lebih mengalami

depresi anxietas sangat memperhatikan kesehatannya memiliki kekuatan ego

29

yang lebih lemah dan kehidupan sosialnya lebih memusatkan perhatian pada

dirinya sendiri Blumenthal et al mengatakan bahwa ciri-ciri kepribadian yang

disebutkan diatas itu yang menyebabkan seseorang cenderung tidak patuh ( drop

out) dari program pengobatan 14

Menurut Schwart dan Griffin Faktor yang berhubungan dengan

ketidaktaan secara sejarah riset tentang ketaan pasien didasarkan atas pandangan

tradisional mengenai pasien sebagai penerima nasihat dokter yang pasif dan patuh

Pasien yang tidak taat dipandang sebagai orang yang lalai dan masalahnya dianggap

sebagai masalah control Riset berusah untuk mengidentifikasi kelompok-kelompok

pasien yang tidak patuh berdasarkan kelas sosioekonomi pendidikan umur dan

jenis kelamin Pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan sepanjang bawah

pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif seperti penggunaan buku-buku

dan kaset oleh pasien secara mandiri Usaha-usaha ini sedikit berhasil seorang dapat

menjadi tidak taat kalau situasinya memungkinkan Teori-teori yang lebih baru

menekannkan factor situasional dan pasien sebagai peserta yang aktif dalam proses

pengobatannya Perilaku ketaatan sering diartikan sebagai usaha pasien untuk

mengendalikan perilakunya bahkan jika hal tersebut bias menimbulkan resiko

mengenai kesehatannya 15

Macam-macam faktor yang berkaitan dengan ketidaktaatan disebutkan

a Ciri-ciri kesakitan dan cirri-ciri pengobatan

Menurut Dickson dkk perilaku ketaatan lebih rendah untuk penyakit kronis

(karena tidak ada akibat buruk yang segera dirasakan atau resiko yang jelas )

saran mengenai gaya hidup umum dan kebiasaan yang lama pengobatan yang

kompleks pengobatan dengan efek samping perilaku yang tidak pantas

Menurut Sarafino tingkat ketaaatan rata-rata minum obat utnuk menyenbuhkan

kesakitan akut dengan pengobatan jangka pendek adalah sekitar 78 Untuk

kesakita kronis dengan cara pengobatan jangaka panjang tingkat tersebut menurun

sampai 54

b Komunikasi antara Pasien dan Dokter

Berbagai aspek komunikasi antara pasien dan dokter mempengaruhi tingkat

ketidaktaan misalnya informasi dengan pengawasan yang kurang

30

ketidakpuasan terhadap aspek hubungan emosional dengan dokter ketidak

puasan terhadap pengobatan yang diberikan

c Variabel-variabel sosial

Hubungan antara dukungan sosial dengan ketaatan telah dipelajari Secara umum

orang-orang yang merasa mereka menerima penghiburan perhatian dan

pertolongan yang mereka butuhkan dari seseorang atau kelompok biasanya

cenderung lebih mudah mengikuti nasihat medis daripada pasien yang kurang

mendapat dukungan sosial Jelaslah bahwa keluarga memainkan peranan yang

sangat penting dalam pengelolaan medis misalnya penggunaan pengaruh

normative pada pasien yang mungkin mengakibatkan efek yang memudahkan

atau menghambat perilaku ketaatan

d Ciri-ciri Individual

Variabel-variabel demografis juga digunakan untuk meramalkan ketidaktaatan

sebagai contoh Di Amerika Serikat kaum wanita kaum kulit putih dan orang

tua cenderung mengikuti anjuran dokter 15

Dalam proses penyembuhan penderita TB Paru dapat diberikan obat anti-

TB (OAT) yang diminum secara teratur sampai selesai dengan pengawasan

yangketat Masa pemberian obat memang cukup lama yaitu 6-8 bulan secara terus

menerus sehingga dapat mencegah penularan kepada orang lain Oleh sebab itu para

penderita TB jika ingin sembuh harus minum obat secara teratur Tanpa adanya

keteraturan minum obat penyakit sulit disembuhkan Jika tidak teratur minum obat

penyakitnya sukar diobati kuman TB dalam tubuh akan berkembang semakin banyak

dan menyerang organ tubuh lain yang akan membutuhkan waktu lebih lama untuk

dapat sembuh

26 Pengawasan Menelan Obat (PMO) 9

Salah satu komponen DOTS adalah pengobatan paduan OAT jangka

pendek dengan pengawasan langsung Untuk menjamin keteraturan pengobatan

diperlukan seorang PMO

31

a Persyaratan PMO

bull Seseorang yang dikenal dipercaya dan disetujui baik oleh petugas kesehatan

maupun pasien selain itu harus disegani dan dihormati oleh pasien

bull Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien

bull Bersedia membantu pasien dengan sukarela

bull Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan pasien

b Siapa yang bisa menjadi PMO

Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan misalnya Bidan di Desa Perawat

Pekarya Sanitarian Juru Immunisasi dan lain lain Bila tidak ada petugas

kesehatan yang memungkinkan PMO dapat berasal dari kader kesehatan guru

anggota PPTI PKK atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga

c Tugas seorang PMO

bull Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai

pengobatan

bull Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur

bull Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah

ditentukan

bull Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai gejala-

gejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke Unit Pelayanan

Kesehatan

Tugas seorang PMO bukanlah untuk mengganti kewajiban pasien mengambil

obatdari unit pelayanan kesehatan

d Informasi penting yang perlu dipahami PMO untuk disampaikan kepada pasien dan

keluarganya

bull TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur

32

bull TB bukan penyakit keturunan atau kutukan

bull Cara penularan TB gejala-gejala yang mencurigakan dan cara pencegahannya

bull Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan)

bull Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur

bull Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera meminta

pertolongan ke UPK

27 Penanggulangan TB 16

Rencana Global Penanggulangan TB

Rencana Global 2006-2015 mencakup enam elemen utama dalam strategi baru Stop

TB ndashWHO yang terdiri dari

1 Memperluas dan meningkatkan ekspansi DOTS yang berkualitas meningkatkan

penemuan kasus dan kesembuhan melalui pendekatan yangterfokus pada penderita

agar pelayanan DOTS yang berkualitas dapat menjangkau seluruh penderita

khususnya kelompok masyarakat yang miskin dan rentan

2 Menghadapi tantangan TBHIV MDR-TB dan tantangan lainnya dengan cara

meningkatkan kolaborasi TBHIV DOTS-Plus dan pendekatan lainnya

3 Berkontribusi dalam memperkuat sistem kesehatan melalui kerjasama dengan

berbagai program dan pelayanan kesehatan lainnya misalnya dalam memobilisasi

sumber daya manusia dan finansial untuk implementasi dan mengevaluasi

hasilnyaserta pertukaran informasi dalam keberhasilan pencapaian dalam program

penanggulangan TB

33

4 Melibatkan seluruh penyedia pelayanan kesehatan pemerintah lembaga swadaya

masyarakat (LSM) dan swasta dengan cara memperluas pendekatan berbasis

public-private mix (PPM) dengan menggunakan ISTC

5 Melibatkan penderita TB dan masyarakat untuk memberikan kontribusi dalam

penyediaan pelayanan yang efektif Hal ini meliputi perluasan pelayanan TB di

masyarakat menciptakan kebutuhan masyarakat akan pelayanan TB advokasi

yang spesifik komunikasi dan mobilisasi sosial serta mendukung pengembangan

piagam pasien TB dalam masyarakat dan

6 Memberdayakan dan meningkatkan penelitian operasional

28 Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel dependent

Karakteristik Individu

1Umur

2Jenis kelamin

3Pendidikan

4Pekerjaan

5Pengetahuan

6Efek samping OAT

7Tingkat kepatuhan

penderita dalam

pengobatan

Kesembuhan

34

Penderita TB paru

Faktor Pelayanan

kesehatan

1 Ketersediaan OAT

2 Sikap petugas kesehatan

3 LokasiJarak

4 Penyuluhan kesehatan

5 Kunjungan rumah

Faktor Peran PMO

Gambar Kerangka Konsep Penelitian

Definisi Konsep

1 Karakteristik individu adalah hal-hal yang melekat dalam diri penderita TB paru yang

mempengaruhi tingkat kapetuhan dalam melaksanakan program pengobatan dengan

strategi DOTS yang membedakan seseorang dengan yang lainnya meliputi umur jenis

kelamin pendidikan pekerjaan pengetahuan efek samping OAT tingkat kepatuhan

penderita dalam pengobatan

2 Faktor pelayanan kesehatan adalah penilaian dari penderita TB paru terhadap upaya yang

diselenggarakan oleh unit pelayanan kesehatan untuk menangani penderita TB paru

meliputi Ketersediaan OATsikap petugas kesehatan lokasijarak penyuluhan

kesehatan dan kunjungan rumah

3 Faktor Peran PMO ( Pengawasan Menelan Obat ) adalah penilaian dari penderita TB paru

terhadap hal-hal yang menjadi tugas dari seseorang pengawas menelan obat yang

mempengaruhi tingkat kepatuhan penderita TB paru dalam melaksanakan pengobatan

meliputi penyuluhan member dorongan meningkatkan dan mengawasi

35

4 Kesembuhan adalah pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan

pemeriksaan ulang dahak (follow up) menunjukkan hasil BTA negatif

29 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep di atas maka hipotesis penelitian ini adalah

1) Ada pengaruh karakteristik individu terhadap kesembuhan penderita TB paru

dalam pengobatan

2) Ada pengaruh pelayanan kesehatan terhadap kesembuhan penderita TB paru

dalam pengobatan

3) Ada pengaruh PMO terhadap kesembuhan penderita TB paru dalam pengobatan

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

31 Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional yang

bertujuan untuk menjelaskan pengaruh karakteristik individu faktor pelayanan

kesehatan dan faktor Pengawas Menelan Obat (PMO) terhadap kesembuhan

penderita TB Paru dalam melaksanakan pengobatan di Puskesmas Grogol Petamburan

tahun 2011

32 Tempat dan Waktu Penelitian

36

Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Grogol Petamburan pada bulan

Januari sampai Februari tahun 2012

33 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang

sedang menjalankan pengobatan TB di Puskesmas Grogol

Petamburan mulai bulan OktobeR

34 Keriteria Inklusi dan Eksklusi

341 Keriteria Inklusi

342 Keriteria Eksklusi

35 Sampel

351 Besar Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang

mengikuti pengobatan dengan strategi DOTS di Puskesmas yang pada saat penelitian

sedang menjalani pengobatan dan seluruh penderita TB yang telah mendapat

pengobatan selama 6 bulan atau sedang dalam tahap lanjutan

Keterangan

n1 = Jumlah sampel minimal

37

n2 = Jumlah sampel ditambah substitusi 10 (substitusi adalah persen responden

yang mungkin drop out)

Z = Tingkat batas kepercayaan dengan = 5

Didapat Z pada kurva normal = 196

p = Proporsi variabel yang diteliti yaitu besarnya presentasi 50 )

q = 1 - p

L = Derajat kesalahan yang masih dapat diterima adalah 10

Berdasarkan rumus di atas didapatkan angka sebagai berikut

( Z )2 p q ( 196 )2 0505

n1 = ----------------- = ------------------------------ = 9604

L2 ( 01 )2

n2 = n1 + ( 10 n1 )

= 9604 + ( 10 9604)

= 9604 + 9604

= 10564 Dibulatkan 106

352 Teknik Pengambilan Sampel

36 Identifikasi Variabel

1 Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kesembuhan tb paru

2 Variabel independen adalah umur jenis kelamin pendidikan pekerjaan

pengetahuan efek samping OAT dan tingkat kepahuhan dari penderita TB

Selain itu faktor dari pelayanan kesehatan dan PMO juga ikut berperan

37 Cara Kerja

1 Membuat proposal penelitian tentang hubungan antara tingkat kepatuhan minum

OAT dengan tingkat kesembuhan penyakit TB di Puskesmas Kecamatan Grogol

Petamburan

38

2 Pengumpulan data sekunder dari Puskesmas Grogol Petamburan

3 Melakukan kunjungan ke rumah-rumah sampel di daerah RT terpilih untuk

pengumpulan data primer dengan memakai kuesioner dan wawancara responden

4 Data-data yang telah dikumpulkan akan dilakukan pengolahan berupa proses

editing verifikasi dan koding Selanjutnya dimasukkan dan diolah dengan

menggunakan program computer yaitu program SPSS

5 Terhadap data yang telah diolah kemudian dilakukan analisis sesuai dengan cara

uji statistik menggunakanhelliphellip Data diinterpretasi secara deskriptif korelatif

antar variabel ndash variabel yang telah ditentukan dan disajikan dalam bentuk

tekstular dan tabular

6 Hasil dari penelitian akan disusun dalam bentuk pelaporan penelitian yang

selanjutnya akan di presentasikan di hadapan staf pengajar program pendidikan

Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida

Wacana (FK UKRIDA) dalam forum pendidikan Ilmu Kedokteran Komunitas

Fakultas Kedokteran UKRIDA

38 Manajemen Data

381 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder yaitu

1 Data primer diperoleh dengan wawancara langsung kepada penderita TB paru

dan petugas kesehatan program penanggulangan TB Paru yang berpedoman pada

kuisioner penelitian yang telah ditetapkan dam melakukan cross check

2 Data sekunder diperoleh dari laporan pelaksanaan program penanggulangan TB

Paru di Puskesmas kartu pengobatan TBC (formulir TB 01) dan Formulir

Permohonan Laboratorium TBC Untik Pemeriksaan Dahak (formulir TB 05)

382 Pengolahan Data

39

Aspek pengukuran

Aspek pengukuran variable bebas

Karakteristik individu

Aspek pengukuran variable karakteristik individu dapat dilihat pada tabel 31

Table 31 Aspek Pengukuran Variabel Karakteristik Individu

Karakteristik

individu

Kategori Skala Bobot nilai

Umur a 15-24 tahun

b 25-49 tahun

c gt 50 tahun

rasio

Jenis kelamin a Laki-laki

b Perempuan

Tingkat

pendidikan

a Tidak tamat SD

b SD

c SLTP

d SLTA

e Sarjana S1

Pekerjaan a Bekerja

b Tidak bekerja

Pengetahuan a Baik

b Sedang

c Bururk

Efek samping

OAT

a Ada

b Tidan ada

Faktor pelayanan kesehatan

Pengukuran faktor pelanan kesehatan meliputi ketersediaan OAT yang

diukur adalah yang diukur dengan 2 pertanyaan sikap petugas kesehatan diukur

dengan 8 pertanyaan lokasi jarak diukur dengan 3 pertanyaan penyuluhan kesehatan

diukur dengan 6 pertanyaan dan kunjungan rumah diukur dengan 2 pertanyaan

40

berdasarkan jawaban yang diberikan responden selanjutnya dikelompokkan menjadi

tiga (3) yaitu

a Baik jika faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan

penilaian yang baik karena kebutuhan yang diinginkan debagian besarnya

terpenuhi (nilai gt32)

b Sedang bila faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan

penilaian yang kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan responden hanay

sebagian saja yang terpenuhi (nilainya 17-32)

c Buruk bila faktor pelayanan pelayanan kesehatan yang diterima responden

menimbulkan penilaian yang tidak baik karena kebutuhan yang diinginka

responden sebagian besar tidak dipenuhi (nilainya lt17)

Faktor Pengawas Menelan Obat (PMO)

Faktor Pengawas Menelan Obat diukur dengan 5 pertanyaan yang

selanjutnya dibedakan atas 3 kategori yaitu

a Baik bila semua tugas yang diterima responden terlaksana dengan baik yaitu

mengawasi memberikan dorongan mengingatkan dan memberikan penyuluhan

(nilainya gt11)

b Sedang bila tugas PMO yang diterima responden sebagian saja yang terpenuhi

(nilainya 6-11)

c Buruk bila tugas PMO yang diterima responden tidak terlaksana dengan baik

(nilainya lt 6)

Aspek Pengukuran Variabel Terikan

Kepatuhan Pengobatan TB Paru

41

Aspek Pengukuran Variabel ini menggunakan skala interval yang diukur berdasarkan

tiga (3) kategori yaitu

Patuh apabila responden selalu menelan obat sesuai ketentuan petugas kesehatan

yaitu setiap hari pada tahap awal tiga kali seminggu pada tahap lanjutan dan

mengambil obat serta memeriksakan dahak sesuai jadwal dan menaati nasihat dari

petugas kesehatan ( bobot 3 )

Kurang patuh jika responden kadang-kadang menelan obat sesuai ketentuan

petugas kesehatan atau responden tidak menelan obat 2-8 minggu selama tahap

pengobatan lanjutan dan tidak memerisakan dahak sesuai jadwal yang telah

ditetapkan dan tidak selalu menaati nasihat dari petugas kesehatan (bobot 2 )

Tidak patuh jika responden tidak menelan obat sesuai ketentuan petugas

kesehatan atau responden tidak menelan obat lebih dari 8 minggu selama tahap

pengobatan lanjutan dan tidak mengambil obat serta tidak memeriksakan dahak

sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan tidak menaati nasihat petugas kesehatan

(bobot 1)

383 Penyajian Data

384 Analisis Data

385 Interpretasi Data

386 Pelaporan Data

39 Definisi Operasional

1 Umur adalah usia responden saat penelitian berdasarkan ulang tahun terakhir yang

dibedakan atas 3 (tiga) kategori berdasarkna Badan Pusat Statistik Kota Medan

42

tahun 2008 yaitu 1) orang muda 25-24 tahun 2) dewasa 24-49 tahun 3) orang

tua gt 50 tahun

2 Jenis kelamin adalah suatu karakteristik responden yang dibedakan identitasnya

dari laki-laki dan perempuan

3 Pendidikan adalah jenjang pendidikannyang berhasil ditamatkan responden yang

dibedakan atas tidak tamat SD SD SLTP SLTA Akademi Sarjana

4 Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh responden sebagai

pendapatan utama yang dibedakan atas kerja dan tidak bekerja

5 Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai penyakit

TB paru

6 Efek samping OAT adalah gejala keluhan yang diderita responden akiba menelan

OAT selama pengobatan

7 Ketersdediaan OAT adalah pandangan responden terhadap kondisi OAT

diperoleh dari puskesmas meliputi kecukupan jumlah OAT dan dan kualitasnya

8 Sikap petugas kesehatan adalah penilaian responden terhadap reaksi petugas

kesehatan kepada responden selama mereka menjalanin pengobatan

9 Lokasi jarak adalah pandangan responden tentang lama perjalanan dari tempat

tinggal responden ke Puskesmas yang diukur dengan jarak sarana transportasi

10 Penyuluhan kesehatan adalah pandangan responden tentang kegiatan yang

dilakukan oleh petugas kesehatan sehubungan dengan pengobatan TB Paru untuk

mencapai suatu keadaan dimana pederita TB Paru dapat hidup lebih sehat

11 Kunjungan rumah adalah pandangan responden tentang kegiatan yang dilakukan

petugas kesehatan selama masa pengobatan ke rumah responden

12 Faktor peran Pengawas Minum Obat (PMO) adalah pandangan responden tentang

tugas yang dilakasanakan oleh seorang PMO meliputi penyuluhan

13 Kepatuhan berobat adalah ketaan responden dalam menelan obat mengambil

obat dan melakukan pemeriksaan dahak sesuai jadwal yang telah ditentukan dan

menaati segala nasehat dari petugas kesehatan

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

1) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta

2) Perkumpulan Pemberantasan TB Indonesia 2011 TB di Indonesia Peringkat Dunia

Jakarta Diakses melalui situs httpwwwpptiinfoindexphpcomponentcontentarticle46-

arsip-ppti141-tbc-di-indonesia-peringkat-5-dunia Diakses pada tanggal 23 Januari 2012

44

3) Depkes dan WHO 2008 Lembar Fakta Tuberkulosis Jakarta

4) Dirjen P2M amp PLP 1997 Pengawasan Menelan Obat (PMO) adalah DOTS ala Indonesia

Jakarta

5) Amirudin R 2006 Faktor Keberhasilan Konversi pada Penderita TB Paru di Puskesmas

Jongaya Tahun 2006 Laporan Penelitian FKM Unhas Makasar

6) Aditama Tjandra Y 1994 Tuberkulosis Paru Masalah dan Penanggulangnya UI Press

Jakarta

7) Aru W Bambang S Idrus A dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Tuberkulosis

Paru Edisi IV FKUI Jakarta 2006 998-1004

8) Depkes RI 2002 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta

9) Depkes RI 2006 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta

10) Subijakto Hubungan Pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Berobat

Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Proposal Skripsi Jakarta 2011 Diakses pada

tanggal 20 Januari 2012

11) Aditama Tjandra Y 2002 Tuberkulosis Diagnosis Terapi dan Masalahnya Yayasan IDI

Jakarta

12) Notoatmodjo Soekidjo 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Penerbit Rineka Cipta

Jakarta

13) Simamora Jojor 2004 Faktor yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Berobat Penderita TB

Paru di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2004 Tesis Pascasarjana USU Medan

14) Ester Monica 2000 Psikologi Kesehatan Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

15) Bart Smet 1994 Psikologi Kesehatan PT Grasindo Jakarta

16) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta

45

Page 13: 133192422-TB-paru

malaise berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik demam meriang lebih dari satu

bulan9

Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain

tb seperti bronkiektasis bronkitis kronis asma kanker paru dan lain-lain Mengingat

prevalensi TB di Indonesia saat ini masih tinggi maka setiap orang yang datang ke

UPK dengan gejala tersebut diatas dianggap sebagai seorang tersangka (suspek)

pasien TB dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung9

216 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Tuberkulosis

Faktor ndash faktor yang mempengaruhi terhadap terjadinya TB antara lain

1 Harus ada sumber infeksi

Sumber infeksi dapat berasal dari penderita TB dengan BTA positif Penularan

dapat terjadi melalui dropet atau melalui pengunaan alat makan secara bergantian

tanpa dicuci yang digunakan oleh penderita TB dengan BTA positif tersebut

2 Jumlah basil penyebab harus cukup

Semakin banyak jumlah basil yang terhirup maka semakin besar kemungkinan

seseorang untuk mengidap TB

3 Virulensi yang tinggi dari basil TB

Apabila angka keaktifan kuman tinggi maka semakin cepat kuman TB

berkembang biak di dalam tubuh Selain itu masa inkubasi akan semakin cepat

4 Daya tahan tubuh yang rendah

Daya tahan tubuh yang menurun memungkinkan basil berkembang biak dan

menimbulkan penyakit tuberkulosis 10

217 Tipe Penderita TB Paru

Tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya Ada beberapa

tipe pasien yaitu

bull Kasus baru

13

Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan

OAT kurang dari satu bulan (4 minggu)

bull Kasus kambuh (Relaps)

Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan

tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap didiagnosis

kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur)

bull Kasus setelah putus berobat (Default )

Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA

positif

bull Kasus setelah gagal (failure)

Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi

positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan

bull Kasus Pindahan (Transfer In)

Adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki register TB lain untuk

melanjutkan pengobatannya

bull Kasus lain

Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas Dalam kelompok ini

termasuk Kasus Kronik yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif

setelah selesai pengobatan ulangan

Catatan

TB paru BTA negatif dan TB ekstra paru dapat juga mengalami kambuh gagal

default maupun menjadi kasus kronik Meskipun sangat jarang harus dibuktikan

secara patologik bakteriologik (biakan) radiologik dan pertimbangan medis

spesialistik9

218 Pemeriksaan Diagnostik

Untuk mengetahui adanya tuberkulosis dokter biasanya berpegang pada

tiga patokan utama Pertama hasil wawancaranya tentang keluhan pasien dan hasil

pemeriksaan yang dilakukan pada pasien yang disebut dengan anamnesis Kedua

14

hasil pemeriksaan laboratorium untuk menemukan adanya BTA pada spesimen

penderita

Pemeriksaan dahak mikroskopis 9

Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis menilai

keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan

Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis dilakukan dengan

mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang

berurutan berupa Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS)

S (sewaktu)

Dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung pertama kali Pada

saat pulang suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak pagi

pada hari kedua

P (Pagi)

Dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua segera setelah bangun tidur

Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di UPK

S (sewaktu)

Dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua saat menyerahkan dahak pagi

Adapun tujuan dari pemeriksaan dahak pada program penanggulangan TB

adalah

1 Menegakkan diagnosis dan menentukan tipe klasifikasi

2 Menilai kemajuan pengobatan

3 Menentukan tingkat penularan 8

Pemeriksaan ulang dahak untuk memantau kemajuan pengobatan

dilakukan pada

1 Akhir tahap intensif

15

Dilakukan seminggu sebelum akhir pengobatan penderita baru BTA positif

dengan kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-3 pengobatan ulang

penderita BTA positif kategori 2

2 Sebulan sebelum akhir pengobatan

Dilakukan seminggu sebelum akhir bulan ke-5 pengobatan penderita baru BTA

positif dengan kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-7 pengobatan

ulang penderita BTA positif dengan kategori 2

3 Akhir pengobatan

Dilakukan seminggu sebelum akhir bulan ke-6 pada penderita BTA positif dengan

kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-8 pengobatan ulang BTA positif

dengan kategori 2 8

Pemeriksaan dahak pada sebulan sebelum akhir pengobatan dan akhir

pengobatan bertujuan untuk menilai hasil pengobatan (apakah sembuh atau gagal)

219 Prinsip Pengobatan

Penatalaksanaan TB meliputi penemuan pasien dan pengobatan yang

dikelola dengan menggunakan strategi DOTS9

Tujuan utama pengobatan pasien TB adalah menurunkan angka kematian

dan kesakitan serta mencegah penularan dengan cara menyembuhkan pasien

Penatalaksanaan penyakit TB merupakan bagian dari surveilans penyakit tidak

sekedar memastikan pasien menelan obat sampai dinyatakan sembuh tetapi juga

berkaitan dengan pengelolaan sarana bantu yang dibutuhkan petugas yang terkait

pencatatan pelaporan evaluasi kegiatan dan rencana tindak lanjutnya9

Tabel 21 Jenis sifat dan dosis OAT

Dosis yang direkomendasikan (mgkg)

16

Jenis OAT Sifat Harian 3x seminggu

Isoniazid (H) Bakterisid 5

(4-6)

10

(8-12)

Rifampicin (R) Bakterisid 10

(8-12)

10

(8-12)

Pyrazinamide (Z) Bakterisid 25

(20-30)

35

(30-40)

Streptomycin (S) Bakterisid 15

(12-18)

15

(12-18)

Etambutol (E) Bakteriostatik 15

(15-20)

30

(20-35)

Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut 9

bull OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat dalam jumlah

cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan Jangan gunakan OAT

tunggal (monoterapi) Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT ndash KDT)

lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan

bull Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat dilakukan pengawasan langsung

(DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat

(PMO)

bull Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap yaitu tahap intensif dan lanjutan

Tahap awal (intensif) 9

- Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara

langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat

17

- Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat biasanya pasien

menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu

- Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2

bulan

Tahap Lanjutan 9

- Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit namun dalam jangka

waktu yang lebih lama

- Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah

terjadinya kekambuhan

2110 Panduan Penggunaan OAT di Indonesia9

Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan

Tuberkulosis di Indonesia

- Kategori 1 2(HRZE)4(HR)3

- Kategori 2 2(HRZE)S(HRZE)5(HR)3E3

Disamping kedua kategori ini disediakan paduan obat sisipan (HRZE)

- Kategori Anak 2HRZ4HR

Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket

berupa obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT) sedangkan kategori anak sementara

ini disediakan dalam bentuk OAT kombipak

Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu

tablet Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien Paduan ini dikemas dalam

satu paket untuk satu pasien

Paket Kombipak

18

Terdiri dari obat lepas yang dikemas dalam satu paket yaitu Isoniasid

Rifampisin Pirazinamid dan Etambutol Paduan OAT ini disediakan program untuk

mengatasi pasien yang mengalami efek samping OAT KDT

Paduan OAT ini disediakan dalam bentuk paket dengan tujuan untuk

memudahkan pemberian obat dan menjamin kelangsungan (kontinuitas) pengobatan

sampai selesai

Satu (1) paket untuk satu (1) pasien dalam satu (1) masa pengobatan

KDT mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB

1 Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin efektifitas

obat dan mengurangi efek samping

2 Mencegah penggunaan obat tunggal sehinga menurunkan resiko terjadinya

resistensi obat ganda dan mengurangi kesalahan penulisan resep

3 Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat menjadi

sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien

Paduan OAT dan peruntukannya

19

1 Kategori-1 (2HRZE 4H3R3)

Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru

1048707 Pasien baru TB paru BTA positif

1048707 Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif

1048707 Pasien TB ekstra paru

Tabel 22 Dosis untuk paduan OAT KDT untuk Kategori 1

Berat Badan

Tahap Intensif

tiap hari selama 56 hari

RHZE (15075400275)

Tahap Lanjutan

3 kali seminggu selama 16 minggu

RH (150150)

30-37 kg 2 tablet 4 KDT 2 tablet 4 KDT38-54 kg 3 tablet 4 KDT 3 tablet 4 KDT55-70 kg 4 tablet 4 KDT 4 tablet 4 KDTge 71 kg 5 tablet 4 KDT 5 tablet 4 KDT

2 Kategori -2 (2HRZES HRZE 5H3R3E3)

Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya

1048707 Pasien kambuh

1048707 Pasien gagal

1048707 Pasien dengan pengobatan setelah default (terputus)

Tabel 23 Dosis untuk paduan OAT KDT Kategori 2

Berat Badan

Tahap Intensif

tiap hari

RHZE (15075400275) + S

Tahap Lanjutan

3 kali seminggu

RH (150150) + E (275)

Selama 56 hari Selama 28 hari Selama 20 minggu

30-37 kg 2 tablet 4 KDT + 500 mg Streptomisin inj

2 tablet 4 KDT 2 tablet 4 KDT+ 2 tab Etambutol

38-54 kg 3 tablet 4 KDT +750 mg Streptomisin inj

3 tablet 4 KDT 3 tablet 4 KDT+ 3 tab Etambutol

55-70 kg 4 tablet 4 KDT +1000 mg Streptomisin inj

4 tablet 4 KDT 4 tablet 4 KDT+ 4 tab Etambutol

ge 71 kg 5 tablet 4 KDT +1000 mg Streptomisin inj

5 tablet 4 KDT 5 tablet 4 KDT+ 5 tab Etambutol

Catatan

20

Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal untuk streptomisin adalah

500mg tanpa memperhatikan berat badan

Untuk perempuan hamil lihat pengobatan TB dalam keadaan khusus

Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan menambahkan aquabidest

sebanyak 37ml sehingga menjadi 4ml (1ml = 250mg)

3 OAT Sisipan (HRZE)

Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap intensif kategori 1 yang

diberikan selama sebulan (28 hari)

Tabel 24 Dosis KDT untuk Sisipan

Berat Badan Tahap Intensif tiap hari selama 28 hari

RHZE (15075400275)

30-37 kg 2 tablet 4 KDT38-54 kg 3 tablet 4 KDT55-70 kg 4 tablet 4 KDTge 71 kg 5 tablet 4 KDT

Penggunaan OAT lapis kedua misalnya golongan aminoglikosida (misalnya

kanamisin) dan golongan kuinolon tidak dianjurkan diberikan kepada pasien baru tanpa indikasi

yang jelas karena potensi obat tersebut jauh lebih rendah daripada OAT lapis pertama Di

samping itu dapat juga meningkatkan terjadinya risiko resistensi pada OAT lapis kedua

2111 Alur Diagnostik TB 9

21Suspek TB Paru

2112 Evaluasi Pengobatan

22

Pemeriksaan dahak mikroskopis (SPS = Sewaktu ndash Pagi ndash Sewaktu)

Hasil BTA+ - -

Hasil BTA- - -

Hasil BTA+ + ++ + +

Antibiotik Non-OAT

Tidak adaPerbaikan

Adaperbaikan

Pemeriksaan dahak mikroskopis

Foto toraks dan

Pertimbangan dokter

Hasil BTA+ + ++ + -+ _ _

Hasil BTA- - -

Foto toraks dan

Pertimbangan dokter

TB Bukan TB

Evaluasi Klinis

Biasanya pasien di control dalam 1 minggu pertama selanjutnya setiap 2 minggu

selama tahap intensif dan seterusnya sekali sebulan sampai akhir pengobatan

Secara klinis hendaknya terdapat perbaikan keluhan pasien seperti batuk yang

berkurang tidak ada batuk darah nafsu makan bertambah dan ada peningkatan

berat badan

Evaluasi Bakteriologis

Pemeriksaan dahak untuk menilai keberadaan kuman Biasanya setelah 2-3

minggu perngobatan sputum BTA mulai negatif Pemeriksaan control sputum

dilakukan sekali sebulan Bagi penderita dengan BTA positif setelah tahap

intensif akan mendapatkan pengobatan ulang Bila sudah negatif sputum

diperiksa tiga kali berturut-turut dan harus dikontrol agar tidak terjadi ldquosilent

bacterial sheddingrdquo yaitu terdapat sputum BTA positif tanpa disertai keluhan-

keluhan TB yang relevan

Evaluasi Radiologis

Evaluasi radiologis juga diperlukan untuk melihat kemajuan terapi Dengan

pemeriksaan radiologis dapat dilihat keadaan TB parunya atau adanya penyakit

lain yang menyertai Evaluasi foto dada dilakukan tiap 3 bulan sekali 10

2113 Efek Samping OAT

Sebagian besar penderita TB paru dapat menyelesaikan pengobatan tanpa

efek samping Namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping Oleh karena

itu pemantauan kemungkinan terjadinya efek samping sangat penting dilakukan

selama pengobatan Pemantauan dilakukan dengan cara menjelaskan kepada

penderita tanda-tanda efek samping dan menanyakan adanya gejala efek samping

pada waktu penderita mengambil OAT 8

Efek samping ringan dari OAT seperti tidak ada nafsu makanmual sakit

perut nyeri sendi kesemutan sampai dengan rasa terbakar di kaki dan warna

kemerahan pada air seni Efek samping berat dari OAT misalnya gatal dan

kemerahan kulit tuli gangguan keseimbanagn ikterus tanpa penyebab lain

bingung dan muntah-muntah gangguan penglihatan purpura dan syok 8

22 Strategi DOTS

23

Strategi DOTS adalah strategi penanggulaan TB paru nasional yang telah

direkomendasikan oleh WHO yang dimulai pelaksanaannya di Indonesia pada tahun

19951996 Sebelum pelaksanaan strategi DOTS (1969-1994) angka kesembutah TB

paru yang dapat dicapai oleh program hanya 40-60 saja Dengan strategi DOTS

diharapkan angka kesembuhan dapat dicapai minimal 85 dari penderita TB paru

BTA positif yang di temukan 11

Prinsip DOTS adalah mendekatkan pelayanan pengobatan terhadap

penderita agar secara langsung dapat mengawasi keteraturan menelan obat dan

melakukan pelacakan bila penderita tidak datang mengambil obat sesuai dengan yang

ditetapkan

Kalau diurai dari kata-katanya pengertian DOTS dapat dimulai dengan

keharusan setiap pengelola program TB intuk member direct attention dalam usaha

menemukan penderita Dalam bahasa lain ini diterjemahkan menjadi deteksi kasus

dengan pemeriksaan mikroskopik kendati sebenarnya pengertiannya dapat diperluas

dengan keharusan untuk mendeteksi kasus secara baik dan akurat Kemudian setiap

pasien harus di- observed dalam memakan obatnya setiap obat yang di telan pasien

harus di depan seorang pengawas Selain itu tentunya pasien harus menerima

treatment yang tertata dalam system pengelolaan distribusi dan penyediaan obat

secara baik Kemudian setiap pasien harus mendapat obat yang baik artinya

pengobatan short course standart yang telah terbukti ampuh secara klinik

Akhirnya harus ada dukungan dari pemerinyah yang membuat program

penanggulangan TB mendapat prioritas yang tinggi dalam pelayanan kesehatan 11

Strategi DOTS mempunyai lima komponen

1) Komitmen politits dari para pengambil keputusan termasuk dukungan dana

2) Diagnosa TB dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopik

3) Pengobatan dengan panduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) jangka pendek

dengan pengawasan langsung oleh pengawas Menelan Obat (PMO)

4) Kesinambungan perssediaan OAT jangka pendek dengan mutu terjamin

5) Pencatatan dan pelaporan secraa baku untuk memudahkan pemantauan dan

evaluasi program penanggulangan TB

23 Konsep Perilaku

24

Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor baik faktor internal

( dari dalam diri manusia ) maupun faktor eksternal ( dari luar diri manusia ) Faktor

internal ini terdiri dari faktor fisik dan psikis Faktor eksternal terdiri dari berbagai

faktor antara lain sosial budaya masyarakat lingkungan fisik politik ekonomi

pendidikan dan sebagainnya Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi

kesehatan baik individu kelompok maupun masyarakat dikelompokkan menjadi

empat ( Blum 1974 )

Konsep Blum menjelaskan bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh

1) Lingkungan yang mencakup lingkungan fisik sosial budaya politik ekonomi

dan sebagainnya

2) Perilaku

3) Pelayanan kesehatan

4) Keturunan ( hereditas )

Perilaku merupakan factor terbesar kedua setelah factor lingkungan yang

mempengaruhi derajat kesehatan Oleh sebab itu dalam rangka membina dan

meningkatkan kesehatan masyarakat maka intervensi atau upaya yang di tujukan

kepada faktor erilaku ini sangat strategis

Menurut Green perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama yakni 12

1) Faktor predisposisi ( predisposing factor )

Faktor ini mencakup pengetahuan sikap dan masyarakat terhadap kesehatan

tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan

kesehatan sistem nilai yang dinut masyarakat tingkat pendidikan tingkat sosial

ekonomi dan sebagainya

2) Faktor Pemungkin ( Enabling factor )

Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan

bagi masyarakat misalnya air bersih tempat pembuangan tinja ketersediaan

makanan yang bergizi dan sebagainnya termasuk juga fasilitas kesehatan

seperti puskesmas rumah sakit posyandu dokter atau bidan praktek swasta dan

sebagainnya

3) Faktor penguat ( reinforcing factor )

25

Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat tokoh agama

sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan Termasuk juga di

sini undang-undang peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah

daerah yang terkait dengan kesehatan

Tim kerja dari WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang

berperilaku tertentu dikarenakan 4 ( empat ) alasan pokok yaitu

1) Pemikiran dan perasaan ( Thoughts and feeling )

Yakni dalam bentuk pengetahuan kepercayaan dan sikap Pengetahuan di

peroleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain sedangkan

kepercayaan biasanya diperoleh dari orang tua kakek atau nenek Seseorang

menerima kepercayaan itu berdasarkan keyankinan dan tanpa adanya pembuktian

terlebih dahulu Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap

objek dan seringnya diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang

lain yang paling dekat

2) Karakteristik Pendukung (enabling characteristics)

Karakteristik ini mencerminkan bahwa meskipun mempunyai predisposisi untuk

menggunakan pelayanan kesehatan ia tak akan bertindak menggunakannya

kecuali bial ia mampu menggunakannya Penggunaan pelayanan kesehatan yang

ada tergantung kepada kemampuan konsumen untuk membayar

3) Karakteristik kebutuhan (need characteristics)

Faktor predisposisi dan factor yang memungkinkan untuk mencari pengobatan

dapat terwujud di dalam tindakan apabila itu dirasakan sebagai kebutuhanDengan

kata lain kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan

pelayanan kesehatan bila mana tingkat predisposisi dan enabling itu ada

Kebutuhan (need) disisni di bagi menjadi dua ketegori dirasa atau preceived

( subject assessment) dan evaluated ( clinical diagnosis )

Menurut Skinner perilaku kesehatan adalah suatu respons

seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan

26

penyakit system pelayanan kesehatan makanan dan minimum serta lingkungan

Dari batasan ini perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 ( tiga)

kelompok yakni

1) Perilaku pemeliharaan kesehatan ( health maintenance)

Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga

kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit Oleh

sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3(tiga) aspek yaitu

a Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit serta

pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit

b Perilaku peningkatan kesehatan apabila seseorang dalam keadaan sehat

c Perilaku gizi Makanan dan minimum dapat meningkatkan kesehatan

seseorang bahkan dapat mendatangkan penyakit Hal ini sangat tergantung

pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut

2) Perilaku pencarian pengobatan ( health behavior )

Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat

menderita penyakit dan atau kecelakaan Tindakan atau perilaku ini dimulai dari

mengobati sendiri ( self treatment) sampai mencari pengobatan keluar negeri

3) Perilaku kesehatan lingkungan

Adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan baik lingkungan fisik

maupun social budaya dan sebagainnya sehingga lingkungan tersebut tidak

mempengaruhi kesehatannya Dengan perkataan lain bagaimana seseorang

mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri

keluarga atau mesyarakatnya 12

24 Kepatuhan Berobat

Kepatuhan berasal dari kata ldquo patuh ldquo yang berarti taat suka menuruti

disiplin Kepatuhan menurut Trostle adalah tingkat perilaku penderita dalam

mengambil suatu tindakan pengobatan misalnya dalam menentukan kebiasaan

hidup sehat dan ketetapan berobat Dalam pengobatan seseorang dikatakan tidak

27

patuh apabila orang tersebut melalaikan kewajibannya berobat sehingga dapat

mengakibatkan terhalangnya kesembuhan 13

Menurut Sacket kepatuhan pasien adalah sejauh mana perilaku pasien

sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh professional kesehatan 14

Menurut Sarafino secara umum ketidaktaatan meningkatkan risiko

berkembangnya masalah kesehatan atau memperpanjang atau memperburuk

kesakitan yang sedang di derita Perkiraan yang ada menyatakan bahwa 20 jumlah

opname di rumah sakit merupakan akibat dari ketidaktaatan pasien terhadap aturan

pengobatan Faktor yang mempengaruhi kepatuhan seseorang dalam berobat yaitu

faktor petugas faktor obat dan faktor penderita Karakteristik petugas yang

mempengaruhi kepatuhan antara lain jenis petugas tingkat pengetahuan lamanya

bekerja frekuensi penyuluhan yang dilakukan Faktor obat yang mempengaruhi

kepatuhan adalah pengobatan yang sulit dilakukan tidak menunjukkan kea rah

penyembuhan waktu yang lama adanya efek samping obat Faktor penderita yang

menyebabkan ketidakpatuhan adalah umur jenis kelamin pekerjaan anggota

keluarga saudara atau teman khusus 15

25 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan

Faktor-faktor yang mempengaruhi katidakpatuhan dapat digolongkan

menjadi empat bagian yaitu

1 Pemahaman tentang Instruksi

Tak seorang pun mematuhi instruksi jika ia salah paham tentang instruksi yang

diberikan kepadanyaLey dan Spelman (Ester 2000 ) Menemukan bahwa lebih

dari 60 yang diwawancarai setelah bertemu dengan dokter salah mengerti

tentang instruksi yang diberikan pada mereka kadang-kadang hal ini disebabkan

oleh kegagalan professional kesehatan dalam memberikan informasi yang

lengkap penggunaan istilah-istilah medis dan mbanyak memberikan instruksi

yang harus diingat oleh pasien

28

Pendekatan praktis untuk meningkatkan kepatuhan pasien ditemukan oleh

Dinicola dan Dimatteo yaitu

a) Buat instruksi tertulis yang jelas dan mudah diinterpretasikan

b) Berikan informasi tentang pengobatan sebelum menjelaskan hal-hal lain

c) Jika seseorang diberikan suatu daftar tertulis tenang hal-hal yang harus

diingat maka aka nada efek ldquokeunggulanrdquoyaitu mereka brusaha mengingat

hal-hal yang pertama kali ditulis

d) Insruksi-instruksi harus ditulis dengan bahasa umum ( Non medis ) dan hal-

hal yang perlu ditekankan 14

2 Kualitas Interaksi

Kualitas interaksi antara profrsional kesehatan dan pasien merupakan bagian yang

penting dalam menentukan derajat kepatuhan Meningkatkan interaksi

professional kesehatan dengan pasien adalah suatu hal penting untuk memberikan

umpan balik pada pasien setelah memperoleh informasi tentang diagnosis Pasien

membutuhkan penjelasan tentang kondisinya saat ini apa penyebabnya dan apa

yang dapat mereka lakukan dengan kondisi seperti itu

3 Isolasi sosial dan keluarga

Keluarga dapat menjadi factor yang sangat berpengaruh dalam menentukan

keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga menentukan tentang

program pengobatan yang dapat mereka terima Keluarga juga member dukungan

dan membuat keputusan mengenai perawatan dari anggota keluarga yang sakit

4 Keyakinan Sikap Kepribadian

Ahli psikologis telah menyelidiki tentang hubungan antar pengukuran-

pengukuran kepribadian dan kepatuhan Mereka menemukan bahwa data

kepribadian secara benar dibedakan antar orang yang putih drngan orang yang

gagal Orang-orang yang tidak patuh adalah orang-orang yang lebih mengalami

depresi anxietas sangat memperhatikan kesehatannya memiliki kekuatan ego

29

yang lebih lemah dan kehidupan sosialnya lebih memusatkan perhatian pada

dirinya sendiri Blumenthal et al mengatakan bahwa ciri-ciri kepribadian yang

disebutkan diatas itu yang menyebabkan seseorang cenderung tidak patuh ( drop

out) dari program pengobatan 14

Menurut Schwart dan Griffin Faktor yang berhubungan dengan

ketidaktaan secara sejarah riset tentang ketaan pasien didasarkan atas pandangan

tradisional mengenai pasien sebagai penerima nasihat dokter yang pasif dan patuh

Pasien yang tidak taat dipandang sebagai orang yang lalai dan masalahnya dianggap

sebagai masalah control Riset berusah untuk mengidentifikasi kelompok-kelompok

pasien yang tidak patuh berdasarkan kelas sosioekonomi pendidikan umur dan

jenis kelamin Pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan sepanjang bawah

pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif seperti penggunaan buku-buku

dan kaset oleh pasien secara mandiri Usaha-usaha ini sedikit berhasil seorang dapat

menjadi tidak taat kalau situasinya memungkinkan Teori-teori yang lebih baru

menekannkan factor situasional dan pasien sebagai peserta yang aktif dalam proses

pengobatannya Perilaku ketaatan sering diartikan sebagai usaha pasien untuk

mengendalikan perilakunya bahkan jika hal tersebut bias menimbulkan resiko

mengenai kesehatannya 15

Macam-macam faktor yang berkaitan dengan ketidaktaatan disebutkan

a Ciri-ciri kesakitan dan cirri-ciri pengobatan

Menurut Dickson dkk perilaku ketaatan lebih rendah untuk penyakit kronis

(karena tidak ada akibat buruk yang segera dirasakan atau resiko yang jelas )

saran mengenai gaya hidup umum dan kebiasaan yang lama pengobatan yang

kompleks pengobatan dengan efek samping perilaku yang tidak pantas

Menurut Sarafino tingkat ketaaatan rata-rata minum obat utnuk menyenbuhkan

kesakitan akut dengan pengobatan jangka pendek adalah sekitar 78 Untuk

kesakita kronis dengan cara pengobatan jangaka panjang tingkat tersebut menurun

sampai 54

b Komunikasi antara Pasien dan Dokter

Berbagai aspek komunikasi antara pasien dan dokter mempengaruhi tingkat

ketidaktaan misalnya informasi dengan pengawasan yang kurang

30

ketidakpuasan terhadap aspek hubungan emosional dengan dokter ketidak

puasan terhadap pengobatan yang diberikan

c Variabel-variabel sosial

Hubungan antara dukungan sosial dengan ketaatan telah dipelajari Secara umum

orang-orang yang merasa mereka menerima penghiburan perhatian dan

pertolongan yang mereka butuhkan dari seseorang atau kelompok biasanya

cenderung lebih mudah mengikuti nasihat medis daripada pasien yang kurang

mendapat dukungan sosial Jelaslah bahwa keluarga memainkan peranan yang

sangat penting dalam pengelolaan medis misalnya penggunaan pengaruh

normative pada pasien yang mungkin mengakibatkan efek yang memudahkan

atau menghambat perilaku ketaatan

d Ciri-ciri Individual

Variabel-variabel demografis juga digunakan untuk meramalkan ketidaktaatan

sebagai contoh Di Amerika Serikat kaum wanita kaum kulit putih dan orang

tua cenderung mengikuti anjuran dokter 15

Dalam proses penyembuhan penderita TB Paru dapat diberikan obat anti-

TB (OAT) yang diminum secara teratur sampai selesai dengan pengawasan

yangketat Masa pemberian obat memang cukup lama yaitu 6-8 bulan secara terus

menerus sehingga dapat mencegah penularan kepada orang lain Oleh sebab itu para

penderita TB jika ingin sembuh harus minum obat secara teratur Tanpa adanya

keteraturan minum obat penyakit sulit disembuhkan Jika tidak teratur minum obat

penyakitnya sukar diobati kuman TB dalam tubuh akan berkembang semakin banyak

dan menyerang organ tubuh lain yang akan membutuhkan waktu lebih lama untuk

dapat sembuh

26 Pengawasan Menelan Obat (PMO) 9

Salah satu komponen DOTS adalah pengobatan paduan OAT jangka

pendek dengan pengawasan langsung Untuk menjamin keteraturan pengobatan

diperlukan seorang PMO

31

a Persyaratan PMO

bull Seseorang yang dikenal dipercaya dan disetujui baik oleh petugas kesehatan

maupun pasien selain itu harus disegani dan dihormati oleh pasien

bull Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien

bull Bersedia membantu pasien dengan sukarela

bull Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan pasien

b Siapa yang bisa menjadi PMO

Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan misalnya Bidan di Desa Perawat

Pekarya Sanitarian Juru Immunisasi dan lain lain Bila tidak ada petugas

kesehatan yang memungkinkan PMO dapat berasal dari kader kesehatan guru

anggota PPTI PKK atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga

c Tugas seorang PMO

bull Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai

pengobatan

bull Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur

bull Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah

ditentukan

bull Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai gejala-

gejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke Unit Pelayanan

Kesehatan

Tugas seorang PMO bukanlah untuk mengganti kewajiban pasien mengambil

obatdari unit pelayanan kesehatan

d Informasi penting yang perlu dipahami PMO untuk disampaikan kepada pasien dan

keluarganya

bull TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur

32

bull TB bukan penyakit keturunan atau kutukan

bull Cara penularan TB gejala-gejala yang mencurigakan dan cara pencegahannya

bull Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan)

bull Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur

bull Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera meminta

pertolongan ke UPK

27 Penanggulangan TB 16

Rencana Global Penanggulangan TB

Rencana Global 2006-2015 mencakup enam elemen utama dalam strategi baru Stop

TB ndashWHO yang terdiri dari

1 Memperluas dan meningkatkan ekspansi DOTS yang berkualitas meningkatkan

penemuan kasus dan kesembuhan melalui pendekatan yangterfokus pada penderita

agar pelayanan DOTS yang berkualitas dapat menjangkau seluruh penderita

khususnya kelompok masyarakat yang miskin dan rentan

2 Menghadapi tantangan TBHIV MDR-TB dan tantangan lainnya dengan cara

meningkatkan kolaborasi TBHIV DOTS-Plus dan pendekatan lainnya

3 Berkontribusi dalam memperkuat sistem kesehatan melalui kerjasama dengan

berbagai program dan pelayanan kesehatan lainnya misalnya dalam memobilisasi

sumber daya manusia dan finansial untuk implementasi dan mengevaluasi

hasilnyaserta pertukaran informasi dalam keberhasilan pencapaian dalam program

penanggulangan TB

33

4 Melibatkan seluruh penyedia pelayanan kesehatan pemerintah lembaga swadaya

masyarakat (LSM) dan swasta dengan cara memperluas pendekatan berbasis

public-private mix (PPM) dengan menggunakan ISTC

5 Melibatkan penderita TB dan masyarakat untuk memberikan kontribusi dalam

penyediaan pelayanan yang efektif Hal ini meliputi perluasan pelayanan TB di

masyarakat menciptakan kebutuhan masyarakat akan pelayanan TB advokasi

yang spesifik komunikasi dan mobilisasi sosial serta mendukung pengembangan

piagam pasien TB dalam masyarakat dan

6 Memberdayakan dan meningkatkan penelitian operasional

28 Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel dependent

Karakteristik Individu

1Umur

2Jenis kelamin

3Pendidikan

4Pekerjaan

5Pengetahuan

6Efek samping OAT

7Tingkat kepatuhan

penderita dalam

pengobatan

Kesembuhan

34

Penderita TB paru

Faktor Pelayanan

kesehatan

1 Ketersediaan OAT

2 Sikap petugas kesehatan

3 LokasiJarak

4 Penyuluhan kesehatan

5 Kunjungan rumah

Faktor Peran PMO

Gambar Kerangka Konsep Penelitian

Definisi Konsep

1 Karakteristik individu adalah hal-hal yang melekat dalam diri penderita TB paru yang

mempengaruhi tingkat kapetuhan dalam melaksanakan program pengobatan dengan

strategi DOTS yang membedakan seseorang dengan yang lainnya meliputi umur jenis

kelamin pendidikan pekerjaan pengetahuan efek samping OAT tingkat kepatuhan

penderita dalam pengobatan

2 Faktor pelayanan kesehatan adalah penilaian dari penderita TB paru terhadap upaya yang

diselenggarakan oleh unit pelayanan kesehatan untuk menangani penderita TB paru

meliputi Ketersediaan OATsikap petugas kesehatan lokasijarak penyuluhan

kesehatan dan kunjungan rumah

3 Faktor Peran PMO ( Pengawasan Menelan Obat ) adalah penilaian dari penderita TB paru

terhadap hal-hal yang menjadi tugas dari seseorang pengawas menelan obat yang

mempengaruhi tingkat kepatuhan penderita TB paru dalam melaksanakan pengobatan

meliputi penyuluhan member dorongan meningkatkan dan mengawasi

35

4 Kesembuhan adalah pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan

pemeriksaan ulang dahak (follow up) menunjukkan hasil BTA negatif

29 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep di atas maka hipotesis penelitian ini adalah

1) Ada pengaruh karakteristik individu terhadap kesembuhan penderita TB paru

dalam pengobatan

2) Ada pengaruh pelayanan kesehatan terhadap kesembuhan penderita TB paru

dalam pengobatan

3) Ada pengaruh PMO terhadap kesembuhan penderita TB paru dalam pengobatan

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

31 Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional yang

bertujuan untuk menjelaskan pengaruh karakteristik individu faktor pelayanan

kesehatan dan faktor Pengawas Menelan Obat (PMO) terhadap kesembuhan

penderita TB Paru dalam melaksanakan pengobatan di Puskesmas Grogol Petamburan

tahun 2011

32 Tempat dan Waktu Penelitian

36

Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Grogol Petamburan pada bulan

Januari sampai Februari tahun 2012

33 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang

sedang menjalankan pengobatan TB di Puskesmas Grogol

Petamburan mulai bulan OktobeR

34 Keriteria Inklusi dan Eksklusi

341 Keriteria Inklusi

342 Keriteria Eksklusi

35 Sampel

351 Besar Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang

mengikuti pengobatan dengan strategi DOTS di Puskesmas yang pada saat penelitian

sedang menjalani pengobatan dan seluruh penderita TB yang telah mendapat

pengobatan selama 6 bulan atau sedang dalam tahap lanjutan

Keterangan

n1 = Jumlah sampel minimal

37

n2 = Jumlah sampel ditambah substitusi 10 (substitusi adalah persen responden

yang mungkin drop out)

Z = Tingkat batas kepercayaan dengan = 5

Didapat Z pada kurva normal = 196

p = Proporsi variabel yang diteliti yaitu besarnya presentasi 50 )

q = 1 - p

L = Derajat kesalahan yang masih dapat diterima adalah 10

Berdasarkan rumus di atas didapatkan angka sebagai berikut

( Z )2 p q ( 196 )2 0505

n1 = ----------------- = ------------------------------ = 9604

L2 ( 01 )2

n2 = n1 + ( 10 n1 )

= 9604 + ( 10 9604)

= 9604 + 9604

= 10564 Dibulatkan 106

352 Teknik Pengambilan Sampel

36 Identifikasi Variabel

1 Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kesembuhan tb paru

2 Variabel independen adalah umur jenis kelamin pendidikan pekerjaan

pengetahuan efek samping OAT dan tingkat kepahuhan dari penderita TB

Selain itu faktor dari pelayanan kesehatan dan PMO juga ikut berperan

37 Cara Kerja

1 Membuat proposal penelitian tentang hubungan antara tingkat kepatuhan minum

OAT dengan tingkat kesembuhan penyakit TB di Puskesmas Kecamatan Grogol

Petamburan

38

2 Pengumpulan data sekunder dari Puskesmas Grogol Petamburan

3 Melakukan kunjungan ke rumah-rumah sampel di daerah RT terpilih untuk

pengumpulan data primer dengan memakai kuesioner dan wawancara responden

4 Data-data yang telah dikumpulkan akan dilakukan pengolahan berupa proses

editing verifikasi dan koding Selanjutnya dimasukkan dan diolah dengan

menggunakan program computer yaitu program SPSS

5 Terhadap data yang telah diolah kemudian dilakukan analisis sesuai dengan cara

uji statistik menggunakanhelliphellip Data diinterpretasi secara deskriptif korelatif

antar variabel ndash variabel yang telah ditentukan dan disajikan dalam bentuk

tekstular dan tabular

6 Hasil dari penelitian akan disusun dalam bentuk pelaporan penelitian yang

selanjutnya akan di presentasikan di hadapan staf pengajar program pendidikan

Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida

Wacana (FK UKRIDA) dalam forum pendidikan Ilmu Kedokteran Komunitas

Fakultas Kedokteran UKRIDA

38 Manajemen Data

381 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder yaitu

1 Data primer diperoleh dengan wawancara langsung kepada penderita TB paru

dan petugas kesehatan program penanggulangan TB Paru yang berpedoman pada

kuisioner penelitian yang telah ditetapkan dam melakukan cross check

2 Data sekunder diperoleh dari laporan pelaksanaan program penanggulangan TB

Paru di Puskesmas kartu pengobatan TBC (formulir TB 01) dan Formulir

Permohonan Laboratorium TBC Untik Pemeriksaan Dahak (formulir TB 05)

382 Pengolahan Data

39

Aspek pengukuran

Aspek pengukuran variable bebas

Karakteristik individu

Aspek pengukuran variable karakteristik individu dapat dilihat pada tabel 31

Table 31 Aspek Pengukuran Variabel Karakteristik Individu

Karakteristik

individu

Kategori Skala Bobot nilai

Umur a 15-24 tahun

b 25-49 tahun

c gt 50 tahun

rasio

Jenis kelamin a Laki-laki

b Perempuan

Tingkat

pendidikan

a Tidak tamat SD

b SD

c SLTP

d SLTA

e Sarjana S1

Pekerjaan a Bekerja

b Tidak bekerja

Pengetahuan a Baik

b Sedang

c Bururk

Efek samping

OAT

a Ada

b Tidan ada

Faktor pelayanan kesehatan

Pengukuran faktor pelanan kesehatan meliputi ketersediaan OAT yang

diukur adalah yang diukur dengan 2 pertanyaan sikap petugas kesehatan diukur

dengan 8 pertanyaan lokasi jarak diukur dengan 3 pertanyaan penyuluhan kesehatan

diukur dengan 6 pertanyaan dan kunjungan rumah diukur dengan 2 pertanyaan

40

berdasarkan jawaban yang diberikan responden selanjutnya dikelompokkan menjadi

tiga (3) yaitu

a Baik jika faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan

penilaian yang baik karena kebutuhan yang diinginkan debagian besarnya

terpenuhi (nilai gt32)

b Sedang bila faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan

penilaian yang kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan responden hanay

sebagian saja yang terpenuhi (nilainya 17-32)

c Buruk bila faktor pelayanan pelayanan kesehatan yang diterima responden

menimbulkan penilaian yang tidak baik karena kebutuhan yang diinginka

responden sebagian besar tidak dipenuhi (nilainya lt17)

Faktor Pengawas Menelan Obat (PMO)

Faktor Pengawas Menelan Obat diukur dengan 5 pertanyaan yang

selanjutnya dibedakan atas 3 kategori yaitu

a Baik bila semua tugas yang diterima responden terlaksana dengan baik yaitu

mengawasi memberikan dorongan mengingatkan dan memberikan penyuluhan

(nilainya gt11)

b Sedang bila tugas PMO yang diterima responden sebagian saja yang terpenuhi

(nilainya 6-11)

c Buruk bila tugas PMO yang diterima responden tidak terlaksana dengan baik

(nilainya lt 6)

Aspek Pengukuran Variabel Terikan

Kepatuhan Pengobatan TB Paru

41

Aspek Pengukuran Variabel ini menggunakan skala interval yang diukur berdasarkan

tiga (3) kategori yaitu

Patuh apabila responden selalu menelan obat sesuai ketentuan petugas kesehatan

yaitu setiap hari pada tahap awal tiga kali seminggu pada tahap lanjutan dan

mengambil obat serta memeriksakan dahak sesuai jadwal dan menaati nasihat dari

petugas kesehatan ( bobot 3 )

Kurang patuh jika responden kadang-kadang menelan obat sesuai ketentuan

petugas kesehatan atau responden tidak menelan obat 2-8 minggu selama tahap

pengobatan lanjutan dan tidak memerisakan dahak sesuai jadwal yang telah

ditetapkan dan tidak selalu menaati nasihat dari petugas kesehatan (bobot 2 )

Tidak patuh jika responden tidak menelan obat sesuai ketentuan petugas

kesehatan atau responden tidak menelan obat lebih dari 8 minggu selama tahap

pengobatan lanjutan dan tidak mengambil obat serta tidak memeriksakan dahak

sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan tidak menaati nasihat petugas kesehatan

(bobot 1)

383 Penyajian Data

384 Analisis Data

385 Interpretasi Data

386 Pelaporan Data

39 Definisi Operasional

1 Umur adalah usia responden saat penelitian berdasarkan ulang tahun terakhir yang

dibedakan atas 3 (tiga) kategori berdasarkna Badan Pusat Statistik Kota Medan

42

tahun 2008 yaitu 1) orang muda 25-24 tahun 2) dewasa 24-49 tahun 3) orang

tua gt 50 tahun

2 Jenis kelamin adalah suatu karakteristik responden yang dibedakan identitasnya

dari laki-laki dan perempuan

3 Pendidikan adalah jenjang pendidikannyang berhasil ditamatkan responden yang

dibedakan atas tidak tamat SD SD SLTP SLTA Akademi Sarjana

4 Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh responden sebagai

pendapatan utama yang dibedakan atas kerja dan tidak bekerja

5 Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai penyakit

TB paru

6 Efek samping OAT adalah gejala keluhan yang diderita responden akiba menelan

OAT selama pengobatan

7 Ketersdediaan OAT adalah pandangan responden terhadap kondisi OAT

diperoleh dari puskesmas meliputi kecukupan jumlah OAT dan dan kualitasnya

8 Sikap petugas kesehatan adalah penilaian responden terhadap reaksi petugas

kesehatan kepada responden selama mereka menjalanin pengobatan

9 Lokasi jarak adalah pandangan responden tentang lama perjalanan dari tempat

tinggal responden ke Puskesmas yang diukur dengan jarak sarana transportasi

10 Penyuluhan kesehatan adalah pandangan responden tentang kegiatan yang

dilakukan oleh petugas kesehatan sehubungan dengan pengobatan TB Paru untuk

mencapai suatu keadaan dimana pederita TB Paru dapat hidup lebih sehat

11 Kunjungan rumah adalah pandangan responden tentang kegiatan yang dilakukan

petugas kesehatan selama masa pengobatan ke rumah responden

12 Faktor peran Pengawas Minum Obat (PMO) adalah pandangan responden tentang

tugas yang dilakasanakan oleh seorang PMO meliputi penyuluhan

13 Kepatuhan berobat adalah ketaan responden dalam menelan obat mengambil

obat dan melakukan pemeriksaan dahak sesuai jadwal yang telah ditentukan dan

menaati segala nasehat dari petugas kesehatan

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

1) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta

2) Perkumpulan Pemberantasan TB Indonesia 2011 TB di Indonesia Peringkat Dunia

Jakarta Diakses melalui situs httpwwwpptiinfoindexphpcomponentcontentarticle46-

arsip-ppti141-tbc-di-indonesia-peringkat-5-dunia Diakses pada tanggal 23 Januari 2012

44

3) Depkes dan WHO 2008 Lembar Fakta Tuberkulosis Jakarta

4) Dirjen P2M amp PLP 1997 Pengawasan Menelan Obat (PMO) adalah DOTS ala Indonesia

Jakarta

5) Amirudin R 2006 Faktor Keberhasilan Konversi pada Penderita TB Paru di Puskesmas

Jongaya Tahun 2006 Laporan Penelitian FKM Unhas Makasar

6) Aditama Tjandra Y 1994 Tuberkulosis Paru Masalah dan Penanggulangnya UI Press

Jakarta

7) Aru W Bambang S Idrus A dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Tuberkulosis

Paru Edisi IV FKUI Jakarta 2006 998-1004

8) Depkes RI 2002 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta

9) Depkes RI 2006 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta

10) Subijakto Hubungan Pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Berobat

Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Proposal Skripsi Jakarta 2011 Diakses pada

tanggal 20 Januari 2012

11) Aditama Tjandra Y 2002 Tuberkulosis Diagnosis Terapi dan Masalahnya Yayasan IDI

Jakarta

12) Notoatmodjo Soekidjo 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Penerbit Rineka Cipta

Jakarta

13) Simamora Jojor 2004 Faktor yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Berobat Penderita TB

Paru di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2004 Tesis Pascasarjana USU Medan

14) Ester Monica 2000 Psikologi Kesehatan Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

15) Bart Smet 1994 Psikologi Kesehatan PT Grasindo Jakarta

16) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta

45

Page 14: 133192422-TB-paru

Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan

OAT kurang dari satu bulan (4 minggu)

bull Kasus kambuh (Relaps)

Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan

tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap didiagnosis

kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur)

bull Kasus setelah putus berobat (Default )

Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA

positif

bull Kasus setelah gagal (failure)

Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi

positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan

bull Kasus Pindahan (Transfer In)

Adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki register TB lain untuk

melanjutkan pengobatannya

bull Kasus lain

Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas Dalam kelompok ini

termasuk Kasus Kronik yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif

setelah selesai pengobatan ulangan

Catatan

TB paru BTA negatif dan TB ekstra paru dapat juga mengalami kambuh gagal

default maupun menjadi kasus kronik Meskipun sangat jarang harus dibuktikan

secara patologik bakteriologik (biakan) radiologik dan pertimbangan medis

spesialistik9

218 Pemeriksaan Diagnostik

Untuk mengetahui adanya tuberkulosis dokter biasanya berpegang pada

tiga patokan utama Pertama hasil wawancaranya tentang keluhan pasien dan hasil

pemeriksaan yang dilakukan pada pasien yang disebut dengan anamnesis Kedua

14

hasil pemeriksaan laboratorium untuk menemukan adanya BTA pada spesimen

penderita

Pemeriksaan dahak mikroskopis 9

Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis menilai

keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan

Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis dilakukan dengan

mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang

berurutan berupa Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS)

S (sewaktu)

Dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung pertama kali Pada

saat pulang suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak pagi

pada hari kedua

P (Pagi)

Dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua segera setelah bangun tidur

Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di UPK

S (sewaktu)

Dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua saat menyerahkan dahak pagi

Adapun tujuan dari pemeriksaan dahak pada program penanggulangan TB

adalah

1 Menegakkan diagnosis dan menentukan tipe klasifikasi

2 Menilai kemajuan pengobatan

3 Menentukan tingkat penularan 8

Pemeriksaan ulang dahak untuk memantau kemajuan pengobatan

dilakukan pada

1 Akhir tahap intensif

15

Dilakukan seminggu sebelum akhir pengobatan penderita baru BTA positif

dengan kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-3 pengobatan ulang

penderita BTA positif kategori 2

2 Sebulan sebelum akhir pengobatan

Dilakukan seminggu sebelum akhir bulan ke-5 pengobatan penderita baru BTA

positif dengan kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-7 pengobatan

ulang penderita BTA positif dengan kategori 2

3 Akhir pengobatan

Dilakukan seminggu sebelum akhir bulan ke-6 pada penderita BTA positif dengan

kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-8 pengobatan ulang BTA positif

dengan kategori 2 8

Pemeriksaan dahak pada sebulan sebelum akhir pengobatan dan akhir

pengobatan bertujuan untuk menilai hasil pengobatan (apakah sembuh atau gagal)

219 Prinsip Pengobatan

Penatalaksanaan TB meliputi penemuan pasien dan pengobatan yang

dikelola dengan menggunakan strategi DOTS9

Tujuan utama pengobatan pasien TB adalah menurunkan angka kematian

dan kesakitan serta mencegah penularan dengan cara menyembuhkan pasien

Penatalaksanaan penyakit TB merupakan bagian dari surveilans penyakit tidak

sekedar memastikan pasien menelan obat sampai dinyatakan sembuh tetapi juga

berkaitan dengan pengelolaan sarana bantu yang dibutuhkan petugas yang terkait

pencatatan pelaporan evaluasi kegiatan dan rencana tindak lanjutnya9

Tabel 21 Jenis sifat dan dosis OAT

Dosis yang direkomendasikan (mgkg)

16

Jenis OAT Sifat Harian 3x seminggu

Isoniazid (H) Bakterisid 5

(4-6)

10

(8-12)

Rifampicin (R) Bakterisid 10

(8-12)

10

(8-12)

Pyrazinamide (Z) Bakterisid 25

(20-30)

35

(30-40)

Streptomycin (S) Bakterisid 15

(12-18)

15

(12-18)

Etambutol (E) Bakteriostatik 15

(15-20)

30

(20-35)

Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut 9

bull OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat dalam jumlah

cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan Jangan gunakan OAT

tunggal (monoterapi) Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT ndash KDT)

lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan

bull Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat dilakukan pengawasan langsung

(DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat

(PMO)

bull Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap yaitu tahap intensif dan lanjutan

Tahap awal (intensif) 9

- Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara

langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat

17

- Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat biasanya pasien

menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu

- Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2

bulan

Tahap Lanjutan 9

- Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit namun dalam jangka

waktu yang lebih lama

- Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah

terjadinya kekambuhan

2110 Panduan Penggunaan OAT di Indonesia9

Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan

Tuberkulosis di Indonesia

- Kategori 1 2(HRZE)4(HR)3

- Kategori 2 2(HRZE)S(HRZE)5(HR)3E3

Disamping kedua kategori ini disediakan paduan obat sisipan (HRZE)

- Kategori Anak 2HRZ4HR

Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket

berupa obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT) sedangkan kategori anak sementara

ini disediakan dalam bentuk OAT kombipak

Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu

tablet Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien Paduan ini dikemas dalam

satu paket untuk satu pasien

Paket Kombipak

18

Terdiri dari obat lepas yang dikemas dalam satu paket yaitu Isoniasid

Rifampisin Pirazinamid dan Etambutol Paduan OAT ini disediakan program untuk

mengatasi pasien yang mengalami efek samping OAT KDT

Paduan OAT ini disediakan dalam bentuk paket dengan tujuan untuk

memudahkan pemberian obat dan menjamin kelangsungan (kontinuitas) pengobatan

sampai selesai

Satu (1) paket untuk satu (1) pasien dalam satu (1) masa pengobatan

KDT mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB

1 Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin efektifitas

obat dan mengurangi efek samping

2 Mencegah penggunaan obat tunggal sehinga menurunkan resiko terjadinya

resistensi obat ganda dan mengurangi kesalahan penulisan resep

3 Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat menjadi

sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien

Paduan OAT dan peruntukannya

19

1 Kategori-1 (2HRZE 4H3R3)

Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru

1048707 Pasien baru TB paru BTA positif

1048707 Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif

1048707 Pasien TB ekstra paru

Tabel 22 Dosis untuk paduan OAT KDT untuk Kategori 1

Berat Badan

Tahap Intensif

tiap hari selama 56 hari

RHZE (15075400275)

Tahap Lanjutan

3 kali seminggu selama 16 minggu

RH (150150)

30-37 kg 2 tablet 4 KDT 2 tablet 4 KDT38-54 kg 3 tablet 4 KDT 3 tablet 4 KDT55-70 kg 4 tablet 4 KDT 4 tablet 4 KDTge 71 kg 5 tablet 4 KDT 5 tablet 4 KDT

2 Kategori -2 (2HRZES HRZE 5H3R3E3)

Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya

1048707 Pasien kambuh

1048707 Pasien gagal

1048707 Pasien dengan pengobatan setelah default (terputus)

Tabel 23 Dosis untuk paduan OAT KDT Kategori 2

Berat Badan

Tahap Intensif

tiap hari

RHZE (15075400275) + S

Tahap Lanjutan

3 kali seminggu

RH (150150) + E (275)

Selama 56 hari Selama 28 hari Selama 20 minggu

30-37 kg 2 tablet 4 KDT + 500 mg Streptomisin inj

2 tablet 4 KDT 2 tablet 4 KDT+ 2 tab Etambutol

38-54 kg 3 tablet 4 KDT +750 mg Streptomisin inj

3 tablet 4 KDT 3 tablet 4 KDT+ 3 tab Etambutol

55-70 kg 4 tablet 4 KDT +1000 mg Streptomisin inj

4 tablet 4 KDT 4 tablet 4 KDT+ 4 tab Etambutol

ge 71 kg 5 tablet 4 KDT +1000 mg Streptomisin inj

5 tablet 4 KDT 5 tablet 4 KDT+ 5 tab Etambutol

Catatan

20

Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal untuk streptomisin adalah

500mg tanpa memperhatikan berat badan

Untuk perempuan hamil lihat pengobatan TB dalam keadaan khusus

Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan menambahkan aquabidest

sebanyak 37ml sehingga menjadi 4ml (1ml = 250mg)

3 OAT Sisipan (HRZE)

Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap intensif kategori 1 yang

diberikan selama sebulan (28 hari)

Tabel 24 Dosis KDT untuk Sisipan

Berat Badan Tahap Intensif tiap hari selama 28 hari

RHZE (15075400275)

30-37 kg 2 tablet 4 KDT38-54 kg 3 tablet 4 KDT55-70 kg 4 tablet 4 KDTge 71 kg 5 tablet 4 KDT

Penggunaan OAT lapis kedua misalnya golongan aminoglikosida (misalnya

kanamisin) dan golongan kuinolon tidak dianjurkan diberikan kepada pasien baru tanpa indikasi

yang jelas karena potensi obat tersebut jauh lebih rendah daripada OAT lapis pertama Di

samping itu dapat juga meningkatkan terjadinya risiko resistensi pada OAT lapis kedua

2111 Alur Diagnostik TB 9

21Suspek TB Paru

2112 Evaluasi Pengobatan

22

Pemeriksaan dahak mikroskopis (SPS = Sewaktu ndash Pagi ndash Sewaktu)

Hasil BTA+ - -

Hasil BTA- - -

Hasil BTA+ + ++ + +

Antibiotik Non-OAT

Tidak adaPerbaikan

Adaperbaikan

Pemeriksaan dahak mikroskopis

Foto toraks dan

Pertimbangan dokter

Hasil BTA+ + ++ + -+ _ _

Hasil BTA- - -

Foto toraks dan

Pertimbangan dokter

TB Bukan TB

Evaluasi Klinis

Biasanya pasien di control dalam 1 minggu pertama selanjutnya setiap 2 minggu

selama tahap intensif dan seterusnya sekali sebulan sampai akhir pengobatan

Secara klinis hendaknya terdapat perbaikan keluhan pasien seperti batuk yang

berkurang tidak ada batuk darah nafsu makan bertambah dan ada peningkatan

berat badan

Evaluasi Bakteriologis

Pemeriksaan dahak untuk menilai keberadaan kuman Biasanya setelah 2-3

minggu perngobatan sputum BTA mulai negatif Pemeriksaan control sputum

dilakukan sekali sebulan Bagi penderita dengan BTA positif setelah tahap

intensif akan mendapatkan pengobatan ulang Bila sudah negatif sputum

diperiksa tiga kali berturut-turut dan harus dikontrol agar tidak terjadi ldquosilent

bacterial sheddingrdquo yaitu terdapat sputum BTA positif tanpa disertai keluhan-

keluhan TB yang relevan

Evaluasi Radiologis

Evaluasi radiologis juga diperlukan untuk melihat kemajuan terapi Dengan

pemeriksaan radiologis dapat dilihat keadaan TB parunya atau adanya penyakit

lain yang menyertai Evaluasi foto dada dilakukan tiap 3 bulan sekali 10

2113 Efek Samping OAT

Sebagian besar penderita TB paru dapat menyelesaikan pengobatan tanpa

efek samping Namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping Oleh karena

itu pemantauan kemungkinan terjadinya efek samping sangat penting dilakukan

selama pengobatan Pemantauan dilakukan dengan cara menjelaskan kepada

penderita tanda-tanda efek samping dan menanyakan adanya gejala efek samping

pada waktu penderita mengambil OAT 8

Efek samping ringan dari OAT seperti tidak ada nafsu makanmual sakit

perut nyeri sendi kesemutan sampai dengan rasa terbakar di kaki dan warna

kemerahan pada air seni Efek samping berat dari OAT misalnya gatal dan

kemerahan kulit tuli gangguan keseimbanagn ikterus tanpa penyebab lain

bingung dan muntah-muntah gangguan penglihatan purpura dan syok 8

22 Strategi DOTS

23

Strategi DOTS adalah strategi penanggulaan TB paru nasional yang telah

direkomendasikan oleh WHO yang dimulai pelaksanaannya di Indonesia pada tahun

19951996 Sebelum pelaksanaan strategi DOTS (1969-1994) angka kesembutah TB

paru yang dapat dicapai oleh program hanya 40-60 saja Dengan strategi DOTS

diharapkan angka kesembuhan dapat dicapai minimal 85 dari penderita TB paru

BTA positif yang di temukan 11

Prinsip DOTS adalah mendekatkan pelayanan pengobatan terhadap

penderita agar secara langsung dapat mengawasi keteraturan menelan obat dan

melakukan pelacakan bila penderita tidak datang mengambil obat sesuai dengan yang

ditetapkan

Kalau diurai dari kata-katanya pengertian DOTS dapat dimulai dengan

keharusan setiap pengelola program TB intuk member direct attention dalam usaha

menemukan penderita Dalam bahasa lain ini diterjemahkan menjadi deteksi kasus

dengan pemeriksaan mikroskopik kendati sebenarnya pengertiannya dapat diperluas

dengan keharusan untuk mendeteksi kasus secara baik dan akurat Kemudian setiap

pasien harus di- observed dalam memakan obatnya setiap obat yang di telan pasien

harus di depan seorang pengawas Selain itu tentunya pasien harus menerima

treatment yang tertata dalam system pengelolaan distribusi dan penyediaan obat

secara baik Kemudian setiap pasien harus mendapat obat yang baik artinya

pengobatan short course standart yang telah terbukti ampuh secara klinik

Akhirnya harus ada dukungan dari pemerinyah yang membuat program

penanggulangan TB mendapat prioritas yang tinggi dalam pelayanan kesehatan 11

Strategi DOTS mempunyai lima komponen

1) Komitmen politits dari para pengambil keputusan termasuk dukungan dana

2) Diagnosa TB dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopik

3) Pengobatan dengan panduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) jangka pendek

dengan pengawasan langsung oleh pengawas Menelan Obat (PMO)

4) Kesinambungan perssediaan OAT jangka pendek dengan mutu terjamin

5) Pencatatan dan pelaporan secraa baku untuk memudahkan pemantauan dan

evaluasi program penanggulangan TB

23 Konsep Perilaku

24

Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor baik faktor internal

( dari dalam diri manusia ) maupun faktor eksternal ( dari luar diri manusia ) Faktor

internal ini terdiri dari faktor fisik dan psikis Faktor eksternal terdiri dari berbagai

faktor antara lain sosial budaya masyarakat lingkungan fisik politik ekonomi

pendidikan dan sebagainnya Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi

kesehatan baik individu kelompok maupun masyarakat dikelompokkan menjadi

empat ( Blum 1974 )

Konsep Blum menjelaskan bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh

1) Lingkungan yang mencakup lingkungan fisik sosial budaya politik ekonomi

dan sebagainnya

2) Perilaku

3) Pelayanan kesehatan

4) Keturunan ( hereditas )

Perilaku merupakan factor terbesar kedua setelah factor lingkungan yang

mempengaruhi derajat kesehatan Oleh sebab itu dalam rangka membina dan

meningkatkan kesehatan masyarakat maka intervensi atau upaya yang di tujukan

kepada faktor erilaku ini sangat strategis

Menurut Green perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama yakni 12

1) Faktor predisposisi ( predisposing factor )

Faktor ini mencakup pengetahuan sikap dan masyarakat terhadap kesehatan

tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan

kesehatan sistem nilai yang dinut masyarakat tingkat pendidikan tingkat sosial

ekonomi dan sebagainya

2) Faktor Pemungkin ( Enabling factor )

Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan

bagi masyarakat misalnya air bersih tempat pembuangan tinja ketersediaan

makanan yang bergizi dan sebagainnya termasuk juga fasilitas kesehatan

seperti puskesmas rumah sakit posyandu dokter atau bidan praktek swasta dan

sebagainnya

3) Faktor penguat ( reinforcing factor )

25

Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat tokoh agama

sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan Termasuk juga di

sini undang-undang peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah

daerah yang terkait dengan kesehatan

Tim kerja dari WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang

berperilaku tertentu dikarenakan 4 ( empat ) alasan pokok yaitu

1) Pemikiran dan perasaan ( Thoughts and feeling )

Yakni dalam bentuk pengetahuan kepercayaan dan sikap Pengetahuan di

peroleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain sedangkan

kepercayaan biasanya diperoleh dari orang tua kakek atau nenek Seseorang

menerima kepercayaan itu berdasarkan keyankinan dan tanpa adanya pembuktian

terlebih dahulu Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap

objek dan seringnya diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang

lain yang paling dekat

2) Karakteristik Pendukung (enabling characteristics)

Karakteristik ini mencerminkan bahwa meskipun mempunyai predisposisi untuk

menggunakan pelayanan kesehatan ia tak akan bertindak menggunakannya

kecuali bial ia mampu menggunakannya Penggunaan pelayanan kesehatan yang

ada tergantung kepada kemampuan konsumen untuk membayar

3) Karakteristik kebutuhan (need characteristics)

Faktor predisposisi dan factor yang memungkinkan untuk mencari pengobatan

dapat terwujud di dalam tindakan apabila itu dirasakan sebagai kebutuhanDengan

kata lain kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan

pelayanan kesehatan bila mana tingkat predisposisi dan enabling itu ada

Kebutuhan (need) disisni di bagi menjadi dua ketegori dirasa atau preceived

( subject assessment) dan evaluated ( clinical diagnosis )

Menurut Skinner perilaku kesehatan adalah suatu respons

seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan

26

penyakit system pelayanan kesehatan makanan dan minimum serta lingkungan

Dari batasan ini perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 ( tiga)

kelompok yakni

1) Perilaku pemeliharaan kesehatan ( health maintenance)

Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga

kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit Oleh

sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3(tiga) aspek yaitu

a Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit serta

pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit

b Perilaku peningkatan kesehatan apabila seseorang dalam keadaan sehat

c Perilaku gizi Makanan dan minimum dapat meningkatkan kesehatan

seseorang bahkan dapat mendatangkan penyakit Hal ini sangat tergantung

pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut

2) Perilaku pencarian pengobatan ( health behavior )

Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat

menderita penyakit dan atau kecelakaan Tindakan atau perilaku ini dimulai dari

mengobati sendiri ( self treatment) sampai mencari pengobatan keluar negeri

3) Perilaku kesehatan lingkungan

Adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan baik lingkungan fisik

maupun social budaya dan sebagainnya sehingga lingkungan tersebut tidak

mempengaruhi kesehatannya Dengan perkataan lain bagaimana seseorang

mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri

keluarga atau mesyarakatnya 12

24 Kepatuhan Berobat

Kepatuhan berasal dari kata ldquo patuh ldquo yang berarti taat suka menuruti

disiplin Kepatuhan menurut Trostle adalah tingkat perilaku penderita dalam

mengambil suatu tindakan pengobatan misalnya dalam menentukan kebiasaan

hidup sehat dan ketetapan berobat Dalam pengobatan seseorang dikatakan tidak

27

patuh apabila orang tersebut melalaikan kewajibannya berobat sehingga dapat

mengakibatkan terhalangnya kesembuhan 13

Menurut Sacket kepatuhan pasien adalah sejauh mana perilaku pasien

sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh professional kesehatan 14

Menurut Sarafino secara umum ketidaktaatan meningkatkan risiko

berkembangnya masalah kesehatan atau memperpanjang atau memperburuk

kesakitan yang sedang di derita Perkiraan yang ada menyatakan bahwa 20 jumlah

opname di rumah sakit merupakan akibat dari ketidaktaatan pasien terhadap aturan

pengobatan Faktor yang mempengaruhi kepatuhan seseorang dalam berobat yaitu

faktor petugas faktor obat dan faktor penderita Karakteristik petugas yang

mempengaruhi kepatuhan antara lain jenis petugas tingkat pengetahuan lamanya

bekerja frekuensi penyuluhan yang dilakukan Faktor obat yang mempengaruhi

kepatuhan adalah pengobatan yang sulit dilakukan tidak menunjukkan kea rah

penyembuhan waktu yang lama adanya efek samping obat Faktor penderita yang

menyebabkan ketidakpatuhan adalah umur jenis kelamin pekerjaan anggota

keluarga saudara atau teman khusus 15

25 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan

Faktor-faktor yang mempengaruhi katidakpatuhan dapat digolongkan

menjadi empat bagian yaitu

1 Pemahaman tentang Instruksi

Tak seorang pun mematuhi instruksi jika ia salah paham tentang instruksi yang

diberikan kepadanyaLey dan Spelman (Ester 2000 ) Menemukan bahwa lebih

dari 60 yang diwawancarai setelah bertemu dengan dokter salah mengerti

tentang instruksi yang diberikan pada mereka kadang-kadang hal ini disebabkan

oleh kegagalan professional kesehatan dalam memberikan informasi yang

lengkap penggunaan istilah-istilah medis dan mbanyak memberikan instruksi

yang harus diingat oleh pasien

28

Pendekatan praktis untuk meningkatkan kepatuhan pasien ditemukan oleh

Dinicola dan Dimatteo yaitu

a) Buat instruksi tertulis yang jelas dan mudah diinterpretasikan

b) Berikan informasi tentang pengobatan sebelum menjelaskan hal-hal lain

c) Jika seseorang diberikan suatu daftar tertulis tenang hal-hal yang harus

diingat maka aka nada efek ldquokeunggulanrdquoyaitu mereka brusaha mengingat

hal-hal yang pertama kali ditulis

d) Insruksi-instruksi harus ditulis dengan bahasa umum ( Non medis ) dan hal-

hal yang perlu ditekankan 14

2 Kualitas Interaksi

Kualitas interaksi antara profrsional kesehatan dan pasien merupakan bagian yang

penting dalam menentukan derajat kepatuhan Meningkatkan interaksi

professional kesehatan dengan pasien adalah suatu hal penting untuk memberikan

umpan balik pada pasien setelah memperoleh informasi tentang diagnosis Pasien

membutuhkan penjelasan tentang kondisinya saat ini apa penyebabnya dan apa

yang dapat mereka lakukan dengan kondisi seperti itu

3 Isolasi sosial dan keluarga

Keluarga dapat menjadi factor yang sangat berpengaruh dalam menentukan

keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga menentukan tentang

program pengobatan yang dapat mereka terima Keluarga juga member dukungan

dan membuat keputusan mengenai perawatan dari anggota keluarga yang sakit

4 Keyakinan Sikap Kepribadian

Ahli psikologis telah menyelidiki tentang hubungan antar pengukuran-

pengukuran kepribadian dan kepatuhan Mereka menemukan bahwa data

kepribadian secara benar dibedakan antar orang yang putih drngan orang yang

gagal Orang-orang yang tidak patuh adalah orang-orang yang lebih mengalami

depresi anxietas sangat memperhatikan kesehatannya memiliki kekuatan ego

29

yang lebih lemah dan kehidupan sosialnya lebih memusatkan perhatian pada

dirinya sendiri Blumenthal et al mengatakan bahwa ciri-ciri kepribadian yang

disebutkan diatas itu yang menyebabkan seseorang cenderung tidak patuh ( drop

out) dari program pengobatan 14

Menurut Schwart dan Griffin Faktor yang berhubungan dengan

ketidaktaan secara sejarah riset tentang ketaan pasien didasarkan atas pandangan

tradisional mengenai pasien sebagai penerima nasihat dokter yang pasif dan patuh

Pasien yang tidak taat dipandang sebagai orang yang lalai dan masalahnya dianggap

sebagai masalah control Riset berusah untuk mengidentifikasi kelompok-kelompok

pasien yang tidak patuh berdasarkan kelas sosioekonomi pendidikan umur dan

jenis kelamin Pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan sepanjang bawah

pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif seperti penggunaan buku-buku

dan kaset oleh pasien secara mandiri Usaha-usaha ini sedikit berhasil seorang dapat

menjadi tidak taat kalau situasinya memungkinkan Teori-teori yang lebih baru

menekannkan factor situasional dan pasien sebagai peserta yang aktif dalam proses

pengobatannya Perilaku ketaatan sering diartikan sebagai usaha pasien untuk

mengendalikan perilakunya bahkan jika hal tersebut bias menimbulkan resiko

mengenai kesehatannya 15

Macam-macam faktor yang berkaitan dengan ketidaktaatan disebutkan

a Ciri-ciri kesakitan dan cirri-ciri pengobatan

Menurut Dickson dkk perilaku ketaatan lebih rendah untuk penyakit kronis

(karena tidak ada akibat buruk yang segera dirasakan atau resiko yang jelas )

saran mengenai gaya hidup umum dan kebiasaan yang lama pengobatan yang

kompleks pengobatan dengan efek samping perilaku yang tidak pantas

Menurut Sarafino tingkat ketaaatan rata-rata minum obat utnuk menyenbuhkan

kesakitan akut dengan pengobatan jangka pendek adalah sekitar 78 Untuk

kesakita kronis dengan cara pengobatan jangaka panjang tingkat tersebut menurun

sampai 54

b Komunikasi antara Pasien dan Dokter

Berbagai aspek komunikasi antara pasien dan dokter mempengaruhi tingkat

ketidaktaan misalnya informasi dengan pengawasan yang kurang

30

ketidakpuasan terhadap aspek hubungan emosional dengan dokter ketidak

puasan terhadap pengobatan yang diberikan

c Variabel-variabel sosial

Hubungan antara dukungan sosial dengan ketaatan telah dipelajari Secara umum

orang-orang yang merasa mereka menerima penghiburan perhatian dan

pertolongan yang mereka butuhkan dari seseorang atau kelompok biasanya

cenderung lebih mudah mengikuti nasihat medis daripada pasien yang kurang

mendapat dukungan sosial Jelaslah bahwa keluarga memainkan peranan yang

sangat penting dalam pengelolaan medis misalnya penggunaan pengaruh

normative pada pasien yang mungkin mengakibatkan efek yang memudahkan

atau menghambat perilaku ketaatan

d Ciri-ciri Individual

Variabel-variabel demografis juga digunakan untuk meramalkan ketidaktaatan

sebagai contoh Di Amerika Serikat kaum wanita kaum kulit putih dan orang

tua cenderung mengikuti anjuran dokter 15

Dalam proses penyembuhan penderita TB Paru dapat diberikan obat anti-

TB (OAT) yang diminum secara teratur sampai selesai dengan pengawasan

yangketat Masa pemberian obat memang cukup lama yaitu 6-8 bulan secara terus

menerus sehingga dapat mencegah penularan kepada orang lain Oleh sebab itu para

penderita TB jika ingin sembuh harus minum obat secara teratur Tanpa adanya

keteraturan minum obat penyakit sulit disembuhkan Jika tidak teratur minum obat

penyakitnya sukar diobati kuman TB dalam tubuh akan berkembang semakin banyak

dan menyerang organ tubuh lain yang akan membutuhkan waktu lebih lama untuk

dapat sembuh

26 Pengawasan Menelan Obat (PMO) 9

Salah satu komponen DOTS adalah pengobatan paduan OAT jangka

pendek dengan pengawasan langsung Untuk menjamin keteraturan pengobatan

diperlukan seorang PMO

31

a Persyaratan PMO

bull Seseorang yang dikenal dipercaya dan disetujui baik oleh petugas kesehatan

maupun pasien selain itu harus disegani dan dihormati oleh pasien

bull Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien

bull Bersedia membantu pasien dengan sukarela

bull Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan pasien

b Siapa yang bisa menjadi PMO

Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan misalnya Bidan di Desa Perawat

Pekarya Sanitarian Juru Immunisasi dan lain lain Bila tidak ada petugas

kesehatan yang memungkinkan PMO dapat berasal dari kader kesehatan guru

anggota PPTI PKK atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga

c Tugas seorang PMO

bull Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai

pengobatan

bull Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur

bull Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah

ditentukan

bull Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai gejala-

gejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke Unit Pelayanan

Kesehatan

Tugas seorang PMO bukanlah untuk mengganti kewajiban pasien mengambil

obatdari unit pelayanan kesehatan

d Informasi penting yang perlu dipahami PMO untuk disampaikan kepada pasien dan

keluarganya

bull TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur

32

bull TB bukan penyakit keturunan atau kutukan

bull Cara penularan TB gejala-gejala yang mencurigakan dan cara pencegahannya

bull Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan)

bull Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur

bull Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera meminta

pertolongan ke UPK

27 Penanggulangan TB 16

Rencana Global Penanggulangan TB

Rencana Global 2006-2015 mencakup enam elemen utama dalam strategi baru Stop

TB ndashWHO yang terdiri dari

1 Memperluas dan meningkatkan ekspansi DOTS yang berkualitas meningkatkan

penemuan kasus dan kesembuhan melalui pendekatan yangterfokus pada penderita

agar pelayanan DOTS yang berkualitas dapat menjangkau seluruh penderita

khususnya kelompok masyarakat yang miskin dan rentan

2 Menghadapi tantangan TBHIV MDR-TB dan tantangan lainnya dengan cara

meningkatkan kolaborasi TBHIV DOTS-Plus dan pendekatan lainnya

3 Berkontribusi dalam memperkuat sistem kesehatan melalui kerjasama dengan

berbagai program dan pelayanan kesehatan lainnya misalnya dalam memobilisasi

sumber daya manusia dan finansial untuk implementasi dan mengevaluasi

hasilnyaserta pertukaran informasi dalam keberhasilan pencapaian dalam program

penanggulangan TB

33

4 Melibatkan seluruh penyedia pelayanan kesehatan pemerintah lembaga swadaya

masyarakat (LSM) dan swasta dengan cara memperluas pendekatan berbasis

public-private mix (PPM) dengan menggunakan ISTC

5 Melibatkan penderita TB dan masyarakat untuk memberikan kontribusi dalam

penyediaan pelayanan yang efektif Hal ini meliputi perluasan pelayanan TB di

masyarakat menciptakan kebutuhan masyarakat akan pelayanan TB advokasi

yang spesifik komunikasi dan mobilisasi sosial serta mendukung pengembangan

piagam pasien TB dalam masyarakat dan

6 Memberdayakan dan meningkatkan penelitian operasional

28 Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel dependent

Karakteristik Individu

1Umur

2Jenis kelamin

3Pendidikan

4Pekerjaan

5Pengetahuan

6Efek samping OAT

7Tingkat kepatuhan

penderita dalam

pengobatan

Kesembuhan

34

Penderita TB paru

Faktor Pelayanan

kesehatan

1 Ketersediaan OAT

2 Sikap petugas kesehatan

3 LokasiJarak

4 Penyuluhan kesehatan

5 Kunjungan rumah

Faktor Peran PMO

Gambar Kerangka Konsep Penelitian

Definisi Konsep

1 Karakteristik individu adalah hal-hal yang melekat dalam diri penderita TB paru yang

mempengaruhi tingkat kapetuhan dalam melaksanakan program pengobatan dengan

strategi DOTS yang membedakan seseorang dengan yang lainnya meliputi umur jenis

kelamin pendidikan pekerjaan pengetahuan efek samping OAT tingkat kepatuhan

penderita dalam pengobatan

2 Faktor pelayanan kesehatan adalah penilaian dari penderita TB paru terhadap upaya yang

diselenggarakan oleh unit pelayanan kesehatan untuk menangani penderita TB paru

meliputi Ketersediaan OATsikap petugas kesehatan lokasijarak penyuluhan

kesehatan dan kunjungan rumah

3 Faktor Peran PMO ( Pengawasan Menelan Obat ) adalah penilaian dari penderita TB paru

terhadap hal-hal yang menjadi tugas dari seseorang pengawas menelan obat yang

mempengaruhi tingkat kepatuhan penderita TB paru dalam melaksanakan pengobatan

meliputi penyuluhan member dorongan meningkatkan dan mengawasi

35

4 Kesembuhan adalah pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan

pemeriksaan ulang dahak (follow up) menunjukkan hasil BTA negatif

29 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep di atas maka hipotesis penelitian ini adalah

1) Ada pengaruh karakteristik individu terhadap kesembuhan penderita TB paru

dalam pengobatan

2) Ada pengaruh pelayanan kesehatan terhadap kesembuhan penderita TB paru

dalam pengobatan

3) Ada pengaruh PMO terhadap kesembuhan penderita TB paru dalam pengobatan

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

31 Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional yang

bertujuan untuk menjelaskan pengaruh karakteristik individu faktor pelayanan

kesehatan dan faktor Pengawas Menelan Obat (PMO) terhadap kesembuhan

penderita TB Paru dalam melaksanakan pengobatan di Puskesmas Grogol Petamburan

tahun 2011

32 Tempat dan Waktu Penelitian

36

Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Grogol Petamburan pada bulan

Januari sampai Februari tahun 2012

33 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang

sedang menjalankan pengobatan TB di Puskesmas Grogol

Petamburan mulai bulan OktobeR

34 Keriteria Inklusi dan Eksklusi

341 Keriteria Inklusi

342 Keriteria Eksklusi

35 Sampel

351 Besar Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang

mengikuti pengobatan dengan strategi DOTS di Puskesmas yang pada saat penelitian

sedang menjalani pengobatan dan seluruh penderita TB yang telah mendapat

pengobatan selama 6 bulan atau sedang dalam tahap lanjutan

Keterangan

n1 = Jumlah sampel minimal

37

n2 = Jumlah sampel ditambah substitusi 10 (substitusi adalah persen responden

yang mungkin drop out)

Z = Tingkat batas kepercayaan dengan = 5

Didapat Z pada kurva normal = 196

p = Proporsi variabel yang diteliti yaitu besarnya presentasi 50 )

q = 1 - p

L = Derajat kesalahan yang masih dapat diterima adalah 10

Berdasarkan rumus di atas didapatkan angka sebagai berikut

( Z )2 p q ( 196 )2 0505

n1 = ----------------- = ------------------------------ = 9604

L2 ( 01 )2

n2 = n1 + ( 10 n1 )

= 9604 + ( 10 9604)

= 9604 + 9604

= 10564 Dibulatkan 106

352 Teknik Pengambilan Sampel

36 Identifikasi Variabel

1 Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kesembuhan tb paru

2 Variabel independen adalah umur jenis kelamin pendidikan pekerjaan

pengetahuan efek samping OAT dan tingkat kepahuhan dari penderita TB

Selain itu faktor dari pelayanan kesehatan dan PMO juga ikut berperan

37 Cara Kerja

1 Membuat proposal penelitian tentang hubungan antara tingkat kepatuhan minum

OAT dengan tingkat kesembuhan penyakit TB di Puskesmas Kecamatan Grogol

Petamburan

38

2 Pengumpulan data sekunder dari Puskesmas Grogol Petamburan

3 Melakukan kunjungan ke rumah-rumah sampel di daerah RT terpilih untuk

pengumpulan data primer dengan memakai kuesioner dan wawancara responden

4 Data-data yang telah dikumpulkan akan dilakukan pengolahan berupa proses

editing verifikasi dan koding Selanjutnya dimasukkan dan diolah dengan

menggunakan program computer yaitu program SPSS

5 Terhadap data yang telah diolah kemudian dilakukan analisis sesuai dengan cara

uji statistik menggunakanhelliphellip Data diinterpretasi secara deskriptif korelatif

antar variabel ndash variabel yang telah ditentukan dan disajikan dalam bentuk

tekstular dan tabular

6 Hasil dari penelitian akan disusun dalam bentuk pelaporan penelitian yang

selanjutnya akan di presentasikan di hadapan staf pengajar program pendidikan

Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida

Wacana (FK UKRIDA) dalam forum pendidikan Ilmu Kedokteran Komunitas

Fakultas Kedokteran UKRIDA

38 Manajemen Data

381 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder yaitu

1 Data primer diperoleh dengan wawancara langsung kepada penderita TB paru

dan petugas kesehatan program penanggulangan TB Paru yang berpedoman pada

kuisioner penelitian yang telah ditetapkan dam melakukan cross check

2 Data sekunder diperoleh dari laporan pelaksanaan program penanggulangan TB

Paru di Puskesmas kartu pengobatan TBC (formulir TB 01) dan Formulir

Permohonan Laboratorium TBC Untik Pemeriksaan Dahak (formulir TB 05)

382 Pengolahan Data

39

Aspek pengukuran

Aspek pengukuran variable bebas

Karakteristik individu

Aspek pengukuran variable karakteristik individu dapat dilihat pada tabel 31

Table 31 Aspek Pengukuran Variabel Karakteristik Individu

Karakteristik

individu

Kategori Skala Bobot nilai

Umur a 15-24 tahun

b 25-49 tahun

c gt 50 tahun

rasio

Jenis kelamin a Laki-laki

b Perempuan

Tingkat

pendidikan

a Tidak tamat SD

b SD

c SLTP

d SLTA

e Sarjana S1

Pekerjaan a Bekerja

b Tidak bekerja

Pengetahuan a Baik

b Sedang

c Bururk

Efek samping

OAT

a Ada

b Tidan ada

Faktor pelayanan kesehatan

Pengukuran faktor pelanan kesehatan meliputi ketersediaan OAT yang

diukur adalah yang diukur dengan 2 pertanyaan sikap petugas kesehatan diukur

dengan 8 pertanyaan lokasi jarak diukur dengan 3 pertanyaan penyuluhan kesehatan

diukur dengan 6 pertanyaan dan kunjungan rumah diukur dengan 2 pertanyaan

40

berdasarkan jawaban yang diberikan responden selanjutnya dikelompokkan menjadi

tiga (3) yaitu

a Baik jika faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan

penilaian yang baik karena kebutuhan yang diinginkan debagian besarnya

terpenuhi (nilai gt32)

b Sedang bila faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan

penilaian yang kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan responden hanay

sebagian saja yang terpenuhi (nilainya 17-32)

c Buruk bila faktor pelayanan pelayanan kesehatan yang diterima responden

menimbulkan penilaian yang tidak baik karena kebutuhan yang diinginka

responden sebagian besar tidak dipenuhi (nilainya lt17)

Faktor Pengawas Menelan Obat (PMO)

Faktor Pengawas Menelan Obat diukur dengan 5 pertanyaan yang

selanjutnya dibedakan atas 3 kategori yaitu

a Baik bila semua tugas yang diterima responden terlaksana dengan baik yaitu

mengawasi memberikan dorongan mengingatkan dan memberikan penyuluhan

(nilainya gt11)

b Sedang bila tugas PMO yang diterima responden sebagian saja yang terpenuhi

(nilainya 6-11)

c Buruk bila tugas PMO yang diterima responden tidak terlaksana dengan baik

(nilainya lt 6)

Aspek Pengukuran Variabel Terikan

Kepatuhan Pengobatan TB Paru

41

Aspek Pengukuran Variabel ini menggunakan skala interval yang diukur berdasarkan

tiga (3) kategori yaitu

Patuh apabila responden selalu menelan obat sesuai ketentuan petugas kesehatan

yaitu setiap hari pada tahap awal tiga kali seminggu pada tahap lanjutan dan

mengambil obat serta memeriksakan dahak sesuai jadwal dan menaati nasihat dari

petugas kesehatan ( bobot 3 )

Kurang patuh jika responden kadang-kadang menelan obat sesuai ketentuan

petugas kesehatan atau responden tidak menelan obat 2-8 minggu selama tahap

pengobatan lanjutan dan tidak memerisakan dahak sesuai jadwal yang telah

ditetapkan dan tidak selalu menaati nasihat dari petugas kesehatan (bobot 2 )

Tidak patuh jika responden tidak menelan obat sesuai ketentuan petugas

kesehatan atau responden tidak menelan obat lebih dari 8 minggu selama tahap

pengobatan lanjutan dan tidak mengambil obat serta tidak memeriksakan dahak

sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan tidak menaati nasihat petugas kesehatan

(bobot 1)

383 Penyajian Data

384 Analisis Data

385 Interpretasi Data

386 Pelaporan Data

39 Definisi Operasional

1 Umur adalah usia responden saat penelitian berdasarkan ulang tahun terakhir yang

dibedakan atas 3 (tiga) kategori berdasarkna Badan Pusat Statistik Kota Medan

42

tahun 2008 yaitu 1) orang muda 25-24 tahun 2) dewasa 24-49 tahun 3) orang

tua gt 50 tahun

2 Jenis kelamin adalah suatu karakteristik responden yang dibedakan identitasnya

dari laki-laki dan perempuan

3 Pendidikan adalah jenjang pendidikannyang berhasil ditamatkan responden yang

dibedakan atas tidak tamat SD SD SLTP SLTA Akademi Sarjana

4 Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh responden sebagai

pendapatan utama yang dibedakan atas kerja dan tidak bekerja

5 Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai penyakit

TB paru

6 Efek samping OAT adalah gejala keluhan yang diderita responden akiba menelan

OAT selama pengobatan

7 Ketersdediaan OAT adalah pandangan responden terhadap kondisi OAT

diperoleh dari puskesmas meliputi kecukupan jumlah OAT dan dan kualitasnya

8 Sikap petugas kesehatan adalah penilaian responden terhadap reaksi petugas

kesehatan kepada responden selama mereka menjalanin pengobatan

9 Lokasi jarak adalah pandangan responden tentang lama perjalanan dari tempat

tinggal responden ke Puskesmas yang diukur dengan jarak sarana transportasi

10 Penyuluhan kesehatan adalah pandangan responden tentang kegiatan yang

dilakukan oleh petugas kesehatan sehubungan dengan pengobatan TB Paru untuk

mencapai suatu keadaan dimana pederita TB Paru dapat hidup lebih sehat

11 Kunjungan rumah adalah pandangan responden tentang kegiatan yang dilakukan

petugas kesehatan selama masa pengobatan ke rumah responden

12 Faktor peran Pengawas Minum Obat (PMO) adalah pandangan responden tentang

tugas yang dilakasanakan oleh seorang PMO meliputi penyuluhan

13 Kepatuhan berobat adalah ketaan responden dalam menelan obat mengambil

obat dan melakukan pemeriksaan dahak sesuai jadwal yang telah ditentukan dan

menaati segala nasehat dari petugas kesehatan

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

1) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta

2) Perkumpulan Pemberantasan TB Indonesia 2011 TB di Indonesia Peringkat Dunia

Jakarta Diakses melalui situs httpwwwpptiinfoindexphpcomponentcontentarticle46-

arsip-ppti141-tbc-di-indonesia-peringkat-5-dunia Diakses pada tanggal 23 Januari 2012

44

3) Depkes dan WHO 2008 Lembar Fakta Tuberkulosis Jakarta

4) Dirjen P2M amp PLP 1997 Pengawasan Menelan Obat (PMO) adalah DOTS ala Indonesia

Jakarta

5) Amirudin R 2006 Faktor Keberhasilan Konversi pada Penderita TB Paru di Puskesmas

Jongaya Tahun 2006 Laporan Penelitian FKM Unhas Makasar

6) Aditama Tjandra Y 1994 Tuberkulosis Paru Masalah dan Penanggulangnya UI Press

Jakarta

7) Aru W Bambang S Idrus A dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Tuberkulosis

Paru Edisi IV FKUI Jakarta 2006 998-1004

8) Depkes RI 2002 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta

9) Depkes RI 2006 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta

10) Subijakto Hubungan Pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Berobat

Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Proposal Skripsi Jakarta 2011 Diakses pada

tanggal 20 Januari 2012

11) Aditama Tjandra Y 2002 Tuberkulosis Diagnosis Terapi dan Masalahnya Yayasan IDI

Jakarta

12) Notoatmodjo Soekidjo 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Penerbit Rineka Cipta

Jakarta

13) Simamora Jojor 2004 Faktor yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Berobat Penderita TB

Paru di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2004 Tesis Pascasarjana USU Medan

14) Ester Monica 2000 Psikologi Kesehatan Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

15) Bart Smet 1994 Psikologi Kesehatan PT Grasindo Jakarta

16) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta

45

Page 15: 133192422-TB-paru

hasil pemeriksaan laboratorium untuk menemukan adanya BTA pada spesimen

penderita

Pemeriksaan dahak mikroskopis 9

Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis menilai

keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan

Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis dilakukan dengan

mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang

berurutan berupa Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS)

S (sewaktu)

Dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung pertama kali Pada

saat pulang suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak pagi

pada hari kedua

P (Pagi)

Dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua segera setelah bangun tidur

Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di UPK

S (sewaktu)

Dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua saat menyerahkan dahak pagi

Adapun tujuan dari pemeriksaan dahak pada program penanggulangan TB

adalah

1 Menegakkan diagnosis dan menentukan tipe klasifikasi

2 Menilai kemajuan pengobatan

3 Menentukan tingkat penularan 8

Pemeriksaan ulang dahak untuk memantau kemajuan pengobatan

dilakukan pada

1 Akhir tahap intensif

15

Dilakukan seminggu sebelum akhir pengobatan penderita baru BTA positif

dengan kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-3 pengobatan ulang

penderita BTA positif kategori 2

2 Sebulan sebelum akhir pengobatan

Dilakukan seminggu sebelum akhir bulan ke-5 pengobatan penderita baru BTA

positif dengan kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-7 pengobatan

ulang penderita BTA positif dengan kategori 2

3 Akhir pengobatan

Dilakukan seminggu sebelum akhir bulan ke-6 pada penderita BTA positif dengan

kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-8 pengobatan ulang BTA positif

dengan kategori 2 8

Pemeriksaan dahak pada sebulan sebelum akhir pengobatan dan akhir

pengobatan bertujuan untuk menilai hasil pengobatan (apakah sembuh atau gagal)

219 Prinsip Pengobatan

Penatalaksanaan TB meliputi penemuan pasien dan pengobatan yang

dikelola dengan menggunakan strategi DOTS9

Tujuan utama pengobatan pasien TB adalah menurunkan angka kematian

dan kesakitan serta mencegah penularan dengan cara menyembuhkan pasien

Penatalaksanaan penyakit TB merupakan bagian dari surveilans penyakit tidak

sekedar memastikan pasien menelan obat sampai dinyatakan sembuh tetapi juga

berkaitan dengan pengelolaan sarana bantu yang dibutuhkan petugas yang terkait

pencatatan pelaporan evaluasi kegiatan dan rencana tindak lanjutnya9

Tabel 21 Jenis sifat dan dosis OAT

Dosis yang direkomendasikan (mgkg)

16

Jenis OAT Sifat Harian 3x seminggu

Isoniazid (H) Bakterisid 5

(4-6)

10

(8-12)

Rifampicin (R) Bakterisid 10

(8-12)

10

(8-12)

Pyrazinamide (Z) Bakterisid 25

(20-30)

35

(30-40)

Streptomycin (S) Bakterisid 15

(12-18)

15

(12-18)

Etambutol (E) Bakteriostatik 15

(15-20)

30

(20-35)

Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut 9

bull OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat dalam jumlah

cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan Jangan gunakan OAT

tunggal (monoterapi) Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT ndash KDT)

lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan

bull Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat dilakukan pengawasan langsung

(DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat

(PMO)

bull Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap yaitu tahap intensif dan lanjutan

Tahap awal (intensif) 9

- Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara

langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat

17

- Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat biasanya pasien

menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu

- Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2

bulan

Tahap Lanjutan 9

- Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit namun dalam jangka

waktu yang lebih lama

- Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah

terjadinya kekambuhan

2110 Panduan Penggunaan OAT di Indonesia9

Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan

Tuberkulosis di Indonesia

- Kategori 1 2(HRZE)4(HR)3

- Kategori 2 2(HRZE)S(HRZE)5(HR)3E3

Disamping kedua kategori ini disediakan paduan obat sisipan (HRZE)

- Kategori Anak 2HRZ4HR

Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket

berupa obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT) sedangkan kategori anak sementara

ini disediakan dalam bentuk OAT kombipak

Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu

tablet Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien Paduan ini dikemas dalam

satu paket untuk satu pasien

Paket Kombipak

18

Terdiri dari obat lepas yang dikemas dalam satu paket yaitu Isoniasid

Rifampisin Pirazinamid dan Etambutol Paduan OAT ini disediakan program untuk

mengatasi pasien yang mengalami efek samping OAT KDT

Paduan OAT ini disediakan dalam bentuk paket dengan tujuan untuk

memudahkan pemberian obat dan menjamin kelangsungan (kontinuitas) pengobatan

sampai selesai

Satu (1) paket untuk satu (1) pasien dalam satu (1) masa pengobatan

KDT mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB

1 Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin efektifitas

obat dan mengurangi efek samping

2 Mencegah penggunaan obat tunggal sehinga menurunkan resiko terjadinya

resistensi obat ganda dan mengurangi kesalahan penulisan resep

3 Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat menjadi

sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien

Paduan OAT dan peruntukannya

19

1 Kategori-1 (2HRZE 4H3R3)

Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru

1048707 Pasien baru TB paru BTA positif

1048707 Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif

1048707 Pasien TB ekstra paru

Tabel 22 Dosis untuk paduan OAT KDT untuk Kategori 1

Berat Badan

Tahap Intensif

tiap hari selama 56 hari

RHZE (15075400275)

Tahap Lanjutan

3 kali seminggu selama 16 minggu

RH (150150)

30-37 kg 2 tablet 4 KDT 2 tablet 4 KDT38-54 kg 3 tablet 4 KDT 3 tablet 4 KDT55-70 kg 4 tablet 4 KDT 4 tablet 4 KDTge 71 kg 5 tablet 4 KDT 5 tablet 4 KDT

2 Kategori -2 (2HRZES HRZE 5H3R3E3)

Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya

1048707 Pasien kambuh

1048707 Pasien gagal

1048707 Pasien dengan pengobatan setelah default (terputus)

Tabel 23 Dosis untuk paduan OAT KDT Kategori 2

Berat Badan

Tahap Intensif

tiap hari

RHZE (15075400275) + S

Tahap Lanjutan

3 kali seminggu

RH (150150) + E (275)

Selama 56 hari Selama 28 hari Selama 20 minggu

30-37 kg 2 tablet 4 KDT + 500 mg Streptomisin inj

2 tablet 4 KDT 2 tablet 4 KDT+ 2 tab Etambutol

38-54 kg 3 tablet 4 KDT +750 mg Streptomisin inj

3 tablet 4 KDT 3 tablet 4 KDT+ 3 tab Etambutol

55-70 kg 4 tablet 4 KDT +1000 mg Streptomisin inj

4 tablet 4 KDT 4 tablet 4 KDT+ 4 tab Etambutol

ge 71 kg 5 tablet 4 KDT +1000 mg Streptomisin inj

5 tablet 4 KDT 5 tablet 4 KDT+ 5 tab Etambutol

Catatan

20

Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal untuk streptomisin adalah

500mg tanpa memperhatikan berat badan

Untuk perempuan hamil lihat pengobatan TB dalam keadaan khusus

Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan menambahkan aquabidest

sebanyak 37ml sehingga menjadi 4ml (1ml = 250mg)

3 OAT Sisipan (HRZE)

Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap intensif kategori 1 yang

diberikan selama sebulan (28 hari)

Tabel 24 Dosis KDT untuk Sisipan

Berat Badan Tahap Intensif tiap hari selama 28 hari

RHZE (15075400275)

30-37 kg 2 tablet 4 KDT38-54 kg 3 tablet 4 KDT55-70 kg 4 tablet 4 KDTge 71 kg 5 tablet 4 KDT

Penggunaan OAT lapis kedua misalnya golongan aminoglikosida (misalnya

kanamisin) dan golongan kuinolon tidak dianjurkan diberikan kepada pasien baru tanpa indikasi

yang jelas karena potensi obat tersebut jauh lebih rendah daripada OAT lapis pertama Di

samping itu dapat juga meningkatkan terjadinya risiko resistensi pada OAT lapis kedua

2111 Alur Diagnostik TB 9

21Suspek TB Paru

2112 Evaluasi Pengobatan

22

Pemeriksaan dahak mikroskopis (SPS = Sewaktu ndash Pagi ndash Sewaktu)

Hasil BTA+ - -

Hasil BTA- - -

Hasil BTA+ + ++ + +

Antibiotik Non-OAT

Tidak adaPerbaikan

Adaperbaikan

Pemeriksaan dahak mikroskopis

Foto toraks dan

Pertimbangan dokter

Hasil BTA+ + ++ + -+ _ _

Hasil BTA- - -

Foto toraks dan

Pertimbangan dokter

TB Bukan TB

Evaluasi Klinis

Biasanya pasien di control dalam 1 minggu pertama selanjutnya setiap 2 minggu

selama tahap intensif dan seterusnya sekali sebulan sampai akhir pengobatan

Secara klinis hendaknya terdapat perbaikan keluhan pasien seperti batuk yang

berkurang tidak ada batuk darah nafsu makan bertambah dan ada peningkatan

berat badan

Evaluasi Bakteriologis

Pemeriksaan dahak untuk menilai keberadaan kuman Biasanya setelah 2-3

minggu perngobatan sputum BTA mulai negatif Pemeriksaan control sputum

dilakukan sekali sebulan Bagi penderita dengan BTA positif setelah tahap

intensif akan mendapatkan pengobatan ulang Bila sudah negatif sputum

diperiksa tiga kali berturut-turut dan harus dikontrol agar tidak terjadi ldquosilent

bacterial sheddingrdquo yaitu terdapat sputum BTA positif tanpa disertai keluhan-

keluhan TB yang relevan

Evaluasi Radiologis

Evaluasi radiologis juga diperlukan untuk melihat kemajuan terapi Dengan

pemeriksaan radiologis dapat dilihat keadaan TB parunya atau adanya penyakit

lain yang menyertai Evaluasi foto dada dilakukan tiap 3 bulan sekali 10

2113 Efek Samping OAT

Sebagian besar penderita TB paru dapat menyelesaikan pengobatan tanpa

efek samping Namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping Oleh karena

itu pemantauan kemungkinan terjadinya efek samping sangat penting dilakukan

selama pengobatan Pemantauan dilakukan dengan cara menjelaskan kepada

penderita tanda-tanda efek samping dan menanyakan adanya gejala efek samping

pada waktu penderita mengambil OAT 8

Efek samping ringan dari OAT seperti tidak ada nafsu makanmual sakit

perut nyeri sendi kesemutan sampai dengan rasa terbakar di kaki dan warna

kemerahan pada air seni Efek samping berat dari OAT misalnya gatal dan

kemerahan kulit tuli gangguan keseimbanagn ikterus tanpa penyebab lain

bingung dan muntah-muntah gangguan penglihatan purpura dan syok 8

22 Strategi DOTS

23

Strategi DOTS adalah strategi penanggulaan TB paru nasional yang telah

direkomendasikan oleh WHO yang dimulai pelaksanaannya di Indonesia pada tahun

19951996 Sebelum pelaksanaan strategi DOTS (1969-1994) angka kesembutah TB

paru yang dapat dicapai oleh program hanya 40-60 saja Dengan strategi DOTS

diharapkan angka kesembuhan dapat dicapai minimal 85 dari penderita TB paru

BTA positif yang di temukan 11

Prinsip DOTS adalah mendekatkan pelayanan pengobatan terhadap

penderita agar secara langsung dapat mengawasi keteraturan menelan obat dan

melakukan pelacakan bila penderita tidak datang mengambil obat sesuai dengan yang

ditetapkan

Kalau diurai dari kata-katanya pengertian DOTS dapat dimulai dengan

keharusan setiap pengelola program TB intuk member direct attention dalam usaha

menemukan penderita Dalam bahasa lain ini diterjemahkan menjadi deteksi kasus

dengan pemeriksaan mikroskopik kendati sebenarnya pengertiannya dapat diperluas

dengan keharusan untuk mendeteksi kasus secara baik dan akurat Kemudian setiap

pasien harus di- observed dalam memakan obatnya setiap obat yang di telan pasien

harus di depan seorang pengawas Selain itu tentunya pasien harus menerima

treatment yang tertata dalam system pengelolaan distribusi dan penyediaan obat

secara baik Kemudian setiap pasien harus mendapat obat yang baik artinya

pengobatan short course standart yang telah terbukti ampuh secara klinik

Akhirnya harus ada dukungan dari pemerinyah yang membuat program

penanggulangan TB mendapat prioritas yang tinggi dalam pelayanan kesehatan 11

Strategi DOTS mempunyai lima komponen

1) Komitmen politits dari para pengambil keputusan termasuk dukungan dana

2) Diagnosa TB dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopik

3) Pengobatan dengan panduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) jangka pendek

dengan pengawasan langsung oleh pengawas Menelan Obat (PMO)

4) Kesinambungan perssediaan OAT jangka pendek dengan mutu terjamin

5) Pencatatan dan pelaporan secraa baku untuk memudahkan pemantauan dan

evaluasi program penanggulangan TB

23 Konsep Perilaku

24

Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor baik faktor internal

( dari dalam diri manusia ) maupun faktor eksternal ( dari luar diri manusia ) Faktor

internal ini terdiri dari faktor fisik dan psikis Faktor eksternal terdiri dari berbagai

faktor antara lain sosial budaya masyarakat lingkungan fisik politik ekonomi

pendidikan dan sebagainnya Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi

kesehatan baik individu kelompok maupun masyarakat dikelompokkan menjadi

empat ( Blum 1974 )

Konsep Blum menjelaskan bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh

1) Lingkungan yang mencakup lingkungan fisik sosial budaya politik ekonomi

dan sebagainnya

2) Perilaku

3) Pelayanan kesehatan

4) Keturunan ( hereditas )

Perilaku merupakan factor terbesar kedua setelah factor lingkungan yang

mempengaruhi derajat kesehatan Oleh sebab itu dalam rangka membina dan

meningkatkan kesehatan masyarakat maka intervensi atau upaya yang di tujukan

kepada faktor erilaku ini sangat strategis

Menurut Green perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama yakni 12

1) Faktor predisposisi ( predisposing factor )

Faktor ini mencakup pengetahuan sikap dan masyarakat terhadap kesehatan

tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan

kesehatan sistem nilai yang dinut masyarakat tingkat pendidikan tingkat sosial

ekonomi dan sebagainya

2) Faktor Pemungkin ( Enabling factor )

Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan

bagi masyarakat misalnya air bersih tempat pembuangan tinja ketersediaan

makanan yang bergizi dan sebagainnya termasuk juga fasilitas kesehatan

seperti puskesmas rumah sakit posyandu dokter atau bidan praktek swasta dan

sebagainnya

3) Faktor penguat ( reinforcing factor )

25

Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat tokoh agama

sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan Termasuk juga di

sini undang-undang peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah

daerah yang terkait dengan kesehatan

Tim kerja dari WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang

berperilaku tertentu dikarenakan 4 ( empat ) alasan pokok yaitu

1) Pemikiran dan perasaan ( Thoughts and feeling )

Yakni dalam bentuk pengetahuan kepercayaan dan sikap Pengetahuan di

peroleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain sedangkan

kepercayaan biasanya diperoleh dari orang tua kakek atau nenek Seseorang

menerima kepercayaan itu berdasarkan keyankinan dan tanpa adanya pembuktian

terlebih dahulu Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap

objek dan seringnya diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang

lain yang paling dekat

2) Karakteristik Pendukung (enabling characteristics)

Karakteristik ini mencerminkan bahwa meskipun mempunyai predisposisi untuk

menggunakan pelayanan kesehatan ia tak akan bertindak menggunakannya

kecuali bial ia mampu menggunakannya Penggunaan pelayanan kesehatan yang

ada tergantung kepada kemampuan konsumen untuk membayar

3) Karakteristik kebutuhan (need characteristics)

Faktor predisposisi dan factor yang memungkinkan untuk mencari pengobatan

dapat terwujud di dalam tindakan apabila itu dirasakan sebagai kebutuhanDengan

kata lain kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan

pelayanan kesehatan bila mana tingkat predisposisi dan enabling itu ada

Kebutuhan (need) disisni di bagi menjadi dua ketegori dirasa atau preceived

( subject assessment) dan evaluated ( clinical diagnosis )

Menurut Skinner perilaku kesehatan adalah suatu respons

seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan

26

penyakit system pelayanan kesehatan makanan dan minimum serta lingkungan

Dari batasan ini perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 ( tiga)

kelompok yakni

1) Perilaku pemeliharaan kesehatan ( health maintenance)

Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga

kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit Oleh

sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3(tiga) aspek yaitu

a Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit serta

pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit

b Perilaku peningkatan kesehatan apabila seseorang dalam keadaan sehat

c Perilaku gizi Makanan dan minimum dapat meningkatkan kesehatan

seseorang bahkan dapat mendatangkan penyakit Hal ini sangat tergantung

pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut

2) Perilaku pencarian pengobatan ( health behavior )

Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat

menderita penyakit dan atau kecelakaan Tindakan atau perilaku ini dimulai dari

mengobati sendiri ( self treatment) sampai mencari pengobatan keluar negeri

3) Perilaku kesehatan lingkungan

Adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan baik lingkungan fisik

maupun social budaya dan sebagainnya sehingga lingkungan tersebut tidak

mempengaruhi kesehatannya Dengan perkataan lain bagaimana seseorang

mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri

keluarga atau mesyarakatnya 12

24 Kepatuhan Berobat

Kepatuhan berasal dari kata ldquo patuh ldquo yang berarti taat suka menuruti

disiplin Kepatuhan menurut Trostle adalah tingkat perilaku penderita dalam

mengambil suatu tindakan pengobatan misalnya dalam menentukan kebiasaan

hidup sehat dan ketetapan berobat Dalam pengobatan seseorang dikatakan tidak

27

patuh apabila orang tersebut melalaikan kewajibannya berobat sehingga dapat

mengakibatkan terhalangnya kesembuhan 13

Menurut Sacket kepatuhan pasien adalah sejauh mana perilaku pasien

sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh professional kesehatan 14

Menurut Sarafino secara umum ketidaktaatan meningkatkan risiko

berkembangnya masalah kesehatan atau memperpanjang atau memperburuk

kesakitan yang sedang di derita Perkiraan yang ada menyatakan bahwa 20 jumlah

opname di rumah sakit merupakan akibat dari ketidaktaatan pasien terhadap aturan

pengobatan Faktor yang mempengaruhi kepatuhan seseorang dalam berobat yaitu

faktor petugas faktor obat dan faktor penderita Karakteristik petugas yang

mempengaruhi kepatuhan antara lain jenis petugas tingkat pengetahuan lamanya

bekerja frekuensi penyuluhan yang dilakukan Faktor obat yang mempengaruhi

kepatuhan adalah pengobatan yang sulit dilakukan tidak menunjukkan kea rah

penyembuhan waktu yang lama adanya efek samping obat Faktor penderita yang

menyebabkan ketidakpatuhan adalah umur jenis kelamin pekerjaan anggota

keluarga saudara atau teman khusus 15

25 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan

Faktor-faktor yang mempengaruhi katidakpatuhan dapat digolongkan

menjadi empat bagian yaitu

1 Pemahaman tentang Instruksi

Tak seorang pun mematuhi instruksi jika ia salah paham tentang instruksi yang

diberikan kepadanyaLey dan Spelman (Ester 2000 ) Menemukan bahwa lebih

dari 60 yang diwawancarai setelah bertemu dengan dokter salah mengerti

tentang instruksi yang diberikan pada mereka kadang-kadang hal ini disebabkan

oleh kegagalan professional kesehatan dalam memberikan informasi yang

lengkap penggunaan istilah-istilah medis dan mbanyak memberikan instruksi

yang harus diingat oleh pasien

28

Pendekatan praktis untuk meningkatkan kepatuhan pasien ditemukan oleh

Dinicola dan Dimatteo yaitu

a) Buat instruksi tertulis yang jelas dan mudah diinterpretasikan

b) Berikan informasi tentang pengobatan sebelum menjelaskan hal-hal lain

c) Jika seseorang diberikan suatu daftar tertulis tenang hal-hal yang harus

diingat maka aka nada efek ldquokeunggulanrdquoyaitu mereka brusaha mengingat

hal-hal yang pertama kali ditulis

d) Insruksi-instruksi harus ditulis dengan bahasa umum ( Non medis ) dan hal-

hal yang perlu ditekankan 14

2 Kualitas Interaksi

Kualitas interaksi antara profrsional kesehatan dan pasien merupakan bagian yang

penting dalam menentukan derajat kepatuhan Meningkatkan interaksi

professional kesehatan dengan pasien adalah suatu hal penting untuk memberikan

umpan balik pada pasien setelah memperoleh informasi tentang diagnosis Pasien

membutuhkan penjelasan tentang kondisinya saat ini apa penyebabnya dan apa

yang dapat mereka lakukan dengan kondisi seperti itu

3 Isolasi sosial dan keluarga

Keluarga dapat menjadi factor yang sangat berpengaruh dalam menentukan

keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga menentukan tentang

program pengobatan yang dapat mereka terima Keluarga juga member dukungan

dan membuat keputusan mengenai perawatan dari anggota keluarga yang sakit

4 Keyakinan Sikap Kepribadian

Ahli psikologis telah menyelidiki tentang hubungan antar pengukuran-

pengukuran kepribadian dan kepatuhan Mereka menemukan bahwa data

kepribadian secara benar dibedakan antar orang yang putih drngan orang yang

gagal Orang-orang yang tidak patuh adalah orang-orang yang lebih mengalami

depresi anxietas sangat memperhatikan kesehatannya memiliki kekuatan ego

29

yang lebih lemah dan kehidupan sosialnya lebih memusatkan perhatian pada

dirinya sendiri Blumenthal et al mengatakan bahwa ciri-ciri kepribadian yang

disebutkan diatas itu yang menyebabkan seseorang cenderung tidak patuh ( drop

out) dari program pengobatan 14

Menurut Schwart dan Griffin Faktor yang berhubungan dengan

ketidaktaan secara sejarah riset tentang ketaan pasien didasarkan atas pandangan

tradisional mengenai pasien sebagai penerima nasihat dokter yang pasif dan patuh

Pasien yang tidak taat dipandang sebagai orang yang lalai dan masalahnya dianggap

sebagai masalah control Riset berusah untuk mengidentifikasi kelompok-kelompok

pasien yang tidak patuh berdasarkan kelas sosioekonomi pendidikan umur dan

jenis kelamin Pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan sepanjang bawah

pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif seperti penggunaan buku-buku

dan kaset oleh pasien secara mandiri Usaha-usaha ini sedikit berhasil seorang dapat

menjadi tidak taat kalau situasinya memungkinkan Teori-teori yang lebih baru

menekannkan factor situasional dan pasien sebagai peserta yang aktif dalam proses

pengobatannya Perilaku ketaatan sering diartikan sebagai usaha pasien untuk

mengendalikan perilakunya bahkan jika hal tersebut bias menimbulkan resiko

mengenai kesehatannya 15

Macam-macam faktor yang berkaitan dengan ketidaktaatan disebutkan

a Ciri-ciri kesakitan dan cirri-ciri pengobatan

Menurut Dickson dkk perilaku ketaatan lebih rendah untuk penyakit kronis

(karena tidak ada akibat buruk yang segera dirasakan atau resiko yang jelas )

saran mengenai gaya hidup umum dan kebiasaan yang lama pengobatan yang

kompleks pengobatan dengan efek samping perilaku yang tidak pantas

Menurut Sarafino tingkat ketaaatan rata-rata minum obat utnuk menyenbuhkan

kesakitan akut dengan pengobatan jangka pendek adalah sekitar 78 Untuk

kesakita kronis dengan cara pengobatan jangaka panjang tingkat tersebut menurun

sampai 54

b Komunikasi antara Pasien dan Dokter

Berbagai aspek komunikasi antara pasien dan dokter mempengaruhi tingkat

ketidaktaan misalnya informasi dengan pengawasan yang kurang

30

ketidakpuasan terhadap aspek hubungan emosional dengan dokter ketidak

puasan terhadap pengobatan yang diberikan

c Variabel-variabel sosial

Hubungan antara dukungan sosial dengan ketaatan telah dipelajari Secara umum

orang-orang yang merasa mereka menerima penghiburan perhatian dan

pertolongan yang mereka butuhkan dari seseorang atau kelompok biasanya

cenderung lebih mudah mengikuti nasihat medis daripada pasien yang kurang

mendapat dukungan sosial Jelaslah bahwa keluarga memainkan peranan yang

sangat penting dalam pengelolaan medis misalnya penggunaan pengaruh

normative pada pasien yang mungkin mengakibatkan efek yang memudahkan

atau menghambat perilaku ketaatan

d Ciri-ciri Individual

Variabel-variabel demografis juga digunakan untuk meramalkan ketidaktaatan

sebagai contoh Di Amerika Serikat kaum wanita kaum kulit putih dan orang

tua cenderung mengikuti anjuran dokter 15

Dalam proses penyembuhan penderita TB Paru dapat diberikan obat anti-

TB (OAT) yang diminum secara teratur sampai selesai dengan pengawasan

yangketat Masa pemberian obat memang cukup lama yaitu 6-8 bulan secara terus

menerus sehingga dapat mencegah penularan kepada orang lain Oleh sebab itu para

penderita TB jika ingin sembuh harus minum obat secara teratur Tanpa adanya

keteraturan minum obat penyakit sulit disembuhkan Jika tidak teratur minum obat

penyakitnya sukar diobati kuman TB dalam tubuh akan berkembang semakin banyak

dan menyerang organ tubuh lain yang akan membutuhkan waktu lebih lama untuk

dapat sembuh

26 Pengawasan Menelan Obat (PMO) 9

Salah satu komponen DOTS adalah pengobatan paduan OAT jangka

pendek dengan pengawasan langsung Untuk menjamin keteraturan pengobatan

diperlukan seorang PMO

31

a Persyaratan PMO

bull Seseorang yang dikenal dipercaya dan disetujui baik oleh petugas kesehatan

maupun pasien selain itu harus disegani dan dihormati oleh pasien

bull Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien

bull Bersedia membantu pasien dengan sukarela

bull Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan pasien

b Siapa yang bisa menjadi PMO

Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan misalnya Bidan di Desa Perawat

Pekarya Sanitarian Juru Immunisasi dan lain lain Bila tidak ada petugas

kesehatan yang memungkinkan PMO dapat berasal dari kader kesehatan guru

anggota PPTI PKK atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga

c Tugas seorang PMO

bull Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai

pengobatan

bull Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur

bull Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah

ditentukan

bull Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai gejala-

gejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke Unit Pelayanan

Kesehatan

Tugas seorang PMO bukanlah untuk mengganti kewajiban pasien mengambil

obatdari unit pelayanan kesehatan

d Informasi penting yang perlu dipahami PMO untuk disampaikan kepada pasien dan

keluarganya

bull TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur

32

bull TB bukan penyakit keturunan atau kutukan

bull Cara penularan TB gejala-gejala yang mencurigakan dan cara pencegahannya

bull Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan)

bull Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur

bull Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera meminta

pertolongan ke UPK

27 Penanggulangan TB 16

Rencana Global Penanggulangan TB

Rencana Global 2006-2015 mencakup enam elemen utama dalam strategi baru Stop

TB ndashWHO yang terdiri dari

1 Memperluas dan meningkatkan ekspansi DOTS yang berkualitas meningkatkan

penemuan kasus dan kesembuhan melalui pendekatan yangterfokus pada penderita

agar pelayanan DOTS yang berkualitas dapat menjangkau seluruh penderita

khususnya kelompok masyarakat yang miskin dan rentan

2 Menghadapi tantangan TBHIV MDR-TB dan tantangan lainnya dengan cara

meningkatkan kolaborasi TBHIV DOTS-Plus dan pendekatan lainnya

3 Berkontribusi dalam memperkuat sistem kesehatan melalui kerjasama dengan

berbagai program dan pelayanan kesehatan lainnya misalnya dalam memobilisasi

sumber daya manusia dan finansial untuk implementasi dan mengevaluasi

hasilnyaserta pertukaran informasi dalam keberhasilan pencapaian dalam program

penanggulangan TB

33

4 Melibatkan seluruh penyedia pelayanan kesehatan pemerintah lembaga swadaya

masyarakat (LSM) dan swasta dengan cara memperluas pendekatan berbasis

public-private mix (PPM) dengan menggunakan ISTC

5 Melibatkan penderita TB dan masyarakat untuk memberikan kontribusi dalam

penyediaan pelayanan yang efektif Hal ini meliputi perluasan pelayanan TB di

masyarakat menciptakan kebutuhan masyarakat akan pelayanan TB advokasi

yang spesifik komunikasi dan mobilisasi sosial serta mendukung pengembangan

piagam pasien TB dalam masyarakat dan

6 Memberdayakan dan meningkatkan penelitian operasional

28 Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel dependent

Karakteristik Individu

1Umur

2Jenis kelamin

3Pendidikan

4Pekerjaan

5Pengetahuan

6Efek samping OAT

7Tingkat kepatuhan

penderita dalam

pengobatan

Kesembuhan

34

Penderita TB paru

Faktor Pelayanan

kesehatan

1 Ketersediaan OAT

2 Sikap petugas kesehatan

3 LokasiJarak

4 Penyuluhan kesehatan

5 Kunjungan rumah

Faktor Peran PMO

Gambar Kerangka Konsep Penelitian

Definisi Konsep

1 Karakteristik individu adalah hal-hal yang melekat dalam diri penderita TB paru yang

mempengaruhi tingkat kapetuhan dalam melaksanakan program pengobatan dengan

strategi DOTS yang membedakan seseorang dengan yang lainnya meliputi umur jenis

kelamin pendidikan pekerjaan pengetahuan efek samping OAT tingkat kepatuhan

penderita dalam pengobatan

2 Faktor pelayanan kesehatan adalah penilaian dari penderita TB paru terhadap upaya yang

diselenggarakan oleh unit pelayanan kesehatan untuk menangani penderita TB paru

meliputi Ketersediaan OATsikap petugas kesehatan lokasijarak penyuluhan

kesehatan dan kunjungan rumah

3 Faktor Peran PMO ( Pengawasan Menelan Obat ) adalah penilaian dari penderita TB paru

terhadap hal-hal yang menjadi tugas dari seseorang pengawas menelan obat yang

mempengaruhi tingkat kepatuhan penderita TB paru dalam melaksanakan pengobatan

meliputi penyuluhan member dorongan meningkatkan dan mengawasi

35

4 Kesembuhan adalah pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan

pemeriksaan ulang dahak (follow up) menunjukkan hasil BTA negatif

29 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep di atas maka hipotesis penelitian ini adalah

1) Ada pengaruh karakteristik individu terhadap kesembuhan penderita TB paru

dalam pengobatan

2) Ada pengaruh pelayanan kesehatan terhadap kesembuhan penderita TB paru

dalam pengobatan

3) Ada pengaruh PMO terhadap kesembuhan penderita TB paru dalam pengobatan

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

31 Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional yang

bertujuan untuk menjelaskan pengaruh karakteristik individu faktor pelayanan

kesehatan dan faktor Pengawas Menelan Obat (PMO) terhadap kesembuhan

penderita TB Paru dalam melaksanakan pengobatan di Puskesmas Grogol Petamburan

tahun 2011

32 Tempat dan Waktu Penelitian

36

Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Grogol Petamburan pada bulan

Januari sampai Februari tahun 2012

33 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang

sedang menjalankan pengobatan TB di Puskesmas Grogol

Petamburan mulai bulan OktobeR

34 Keriteria Inklusi dan Eksklusi

341 Keriteria Inklusi

342 Keriteria Eksklusi

35 Sampel

351 Besar Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang

mengikuti pengobatan dengan strategi DOTS di Puskesmas yang pada saat penelitian

sedang menjalani pengobatan dan seluruh penderita TB yang telah mendapat

pengobatan selama 6 bulan atau sedang dalam tahap lanjutan

Keterangan

n1 = Jumlah sampel minimal

37

n2 = Jumlah sampel ditambah substitusi 10 (substitusi adalah persen responden

yang mungkin drop out)

Z = Tingkat batas kepercayaan dengan = 5

Didapat Z pada kurva normal = 196

p = Proporsi variabel yang diteliti yaitu besarnya presentasi 50 )

q = 1 - p

L = Derajat kesalahan yang masih dapat diterima adalah 10

Berdasarkan rumus di atas didapatkan angka sebagai berikut

( Z )2 p q ( 196 )2 0505

n1 = ----------------- = ------------------------------ = 9604

L2 ( 01 )2

n2 = n1 + ( 10 n1 )

= 9604 + ( 10 9604)

= 9604 + 9604

= 10564 Dibulatkan 106

352 Teknik Pengambilan Sampel

36 Identifikasi Variabel

1 Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kesembuhan tb paru

2 Variabel independen adalah umur jenis kelamin pendidikan pekerjaan

pengetahuan efek samping OAT dan tingkat kepahuhan dari penderita TB

Selain itu faktor dari pelayanan kesehatan dan PMO juga ikut berperan

37 Cara Kerja

1 Membuat proposal penelitian tentang hubungan antara tingkat kepatuhan minum

OAT dengan tingkat kesembuhan penyakit TB di Puskesmas Kecamatan Grogol

Petamburan

38

2 Pengumpulan data sekunder dari Puskesmas Grogol Petamburan

3 Melakukan kunjungan ke rumah-rumah sampel di daerah RT terpilih untuk

pengumpulan data primer dengan memakai kuesioner dan wawancara responden

4 Data-data yang telah dikumpulkan akan dilakukan pengolahan berupa proses

editing verifikasi dan koding Selanjutnya dimasukkan dan diolah dengan

menggunakan program computer yaitu program SPSS

5 Terhadap data yang telah diolah kemudian dilakukan analisis sesuai dengan cara

uji statistik menggunakanhelliphellip Data diinterpretasi secara deskriptif korelatif

antar variabel ndash variabel yang telah ditentukan dan disajikan dalam bentuk

tekstular dan tabular

6 Hasil dari penelitian akan disusun dalam bentuk pelaporan penelitian yang

selanjutnya akan di presentasikan di hadapan staf pengajar program pendidikan

Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida

Wacana (FK UKRIDA) dalam forum pendidikan Ilmu Kedokteran Komunitas

Fakultas Kedokteran UKRIDA

38 Manajemen Data

381 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder yaitu

1 Data primer diperoleh dengan wawancara langsung kepada penderita TB paru

dan petugas kesehatan program penanggulangan TB Paru yang berpedoman pada

kuisioner penelitian yang telah ditetapkan dam melakukan cross check

2 Data sekunder diperoleh dari laporan pelaksanaan program penanggulangan TB

Paru di Puskesmas kartu pengobatan TBC (formulir TB 01) dan Formulir

Permohonan Laboratorium TBC Untik Pemeriksaan Dahak (formulir TB 05)

382 Pengolahan Data

39

Aspek pengukuran

Aspek pengukuran variable bebas

Karakteristik individu

Aspek pengukuran variable karakteristik individu dapat dilihat pada tabel 31

Table 31 Aspek Pengukuran Variabel Karakteristik Individu

Karakteristik

individu

Kategori Skala Bobot nilai

Umur a 15-24 tahun

b 25-49 tahun

c gt 50 tahun

rasio

Jenis kelamin a Laki-laki

b Perempuan

Tingkat

pendidikan

a Tidak tamat SD

b SD

c SLTP

d SLTA

e Sarjana S1

Pekerjaan a Bekerja

b Tidak bekerja

Pengetahuan a Baik

b Sedang

c Bururk

Efek samping

OAT

a Ada

b Tidan ada

Faktor pelayanan kesehatan

Pengukuran faktor pelanan kesehatan meliputi ketersediaan OAT yang

diukur adalah yang diukur dengan 2 pertanyaan sikap petugas kesehatan diukur

dengan 8 pertanyaan lokasi jarak diukur dengan 3 pertanyaan penyuluhan kesehatan

diukur dengan 6 pertanyaan dan kunjungan rumah diukur dengan 2 pertanyaan

40

berdasarkan jawaban yang diberikan responden selanjutnya dikelompokkan menjadi

tiga (3) yaitu

a Baik jika faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan

penilaian yang baik karena kebutuhan yang diinginkan debagian besarnya

terpenuhi (nilai gt32)

b Sedang bila faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan

penilaian yang kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan responden hanay

sebagian saja yang terpenuhi (nilainya 17-32)

c Buruk bila faktor pelayanan pelayanan kesehatan yang diterima responden

menimbulkan penilaian yang tidak baik karena kebutuhan yang diinginka

responden sebagian besar tidak dipenuhi (nilainya lt17)

Faktor Pengawas Menelan Obat (PMO)

Faktor Pengawas Menelan Obat diukur dengan 5 pertanyaan yang

selanjutnya dibedakan atas 3 kategori yaitu

a Baik bila semua tugas yang diterima responden terlaksana dengan baik yaitu

mengawasi memberikan dorongan mengingatkan dan memberikan penyuluhan

(nilainya gt11)

b Sedang bila tugas PMO yang diterima responden sebagian saja yang terpenuhi

(nilainya 6-11)

c Buruk bila tugas PMO yang diterima responden tidak terlaksana dengan baik

(nilainya lt 6)

Aspek Pengukuran Variabel Terikan

Kepatuhan Pengobatan TB Paru

41

Aspek Pengukuran Variabel ini menggunakan skala interval yang diukur berdasarkan

tiga (3) kategori yaitu

Patuh apabila responden selalu menelan obat sesuai ketentuan petugas kesehatan

yaitu setiap hari pada tahap awal tiga kali seminggu pada tahap lanjutan dan

mengambil obat serta memeriksakan dahak sesuai jadwal dan menaati nasihat dari

petugas kesehatan ( bobot 3 )

Kurang patuh jika responden kadang-kadang menelan obat sesuai ketentuan

petugas kesehatan atau responden tidak menelan obat 2-8 minggu selama tahap

pengobatan lanjutan dan tidak memerisakan dahak sesuai jadwal yang telah

ditetapkan dan tidak selalu menaati nasihat dari petugas kesehatan (bobot 2 )

Tidak patuh jika responden tidak menelan obat sesuai ketentuan petugas

kesehatan atau responden tidak menelan obat lebih dari 8 minggu selama tahap

pengobatan lanjutan dan tidak mengambil obat serta tidak memeriksakan dahak

sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan tidak menaati nasihat petugas kesehatan

(bobot 1)

383 Penyajian Data

384 Analisis Data

385 Interpretasi Data

386 Pelaporan Data

39 Definisi Operasional

1 Umur adalah usia responden saat penelitian berdasarkan ulang tahun terakhir yang

dibedakan atas 3 (tiga) kategori berdasarkna Badan Pusat Statistik Kota Medan

42

tahun 2008 yaitu 1) orang muda 25-24 tahun 2) dewasa 24-49 tahun 3) orang

tua gt 50 tahun

2 Jenis kelamin adalah suatu karakteristik responden yang dibedakan identitasnya

dari laki-laki dan perempuan

3 Pendidikan adalah jenjang pendidikannyang berhasil ditamatkan responden yang

dibedakan atas tidak tamat SD SD SLTP SLTA Akademi Sarjana

4 Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh responden sebagai

pendapatan utama yang dibedakan atas kerja dan tidak bekerja

5 Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai penyakit

TB paru

6 Efek samping OAT adalah gejala keluhan yang diderita responden akiba menelan

OAT selama pengobatan

7 Ketersdediaan OAT adalah pandangan responden terhadap kondisi OAT

diperoleh dari puskesmas meliputi kecukupan jumlah OAT dan dan kualitasnya

8 Sikap petugas kesehatan adalah penilaian responden terhadap reaksi petugas

kesehatan kepada responden selama mereka menjalanin pengobatan

9 Lokasi jarak adalah pandangan responden tentang lama perjalanan dari tempat

tinggal responden ke Puskesmas yang diukur dengan jarak sarana transportasi

10 Penyuluhan kesehatan adalah pandangan responden tentang kegiatan yang

dilakukan oleh petugas kesehatan sehubungan dengan pengobatan TB Paru untuk

mencapai suatu keadaan dimana pederita TB Paru dapat hidup lebih sehat

11 Kunjungan rumah adalah pandangan responden tentang kegiatan yang dilakukan

petugas kesehatan selama masa pengobatan ke rumah responden

12 Faktor peran Pengawas Minum Obat (PMO) adalah pandangan responden tentang

tugas yang dilakasanakan oleh seorang PMO meliputi penyuluhan

13 Kepatuhan berobat adalah ketaan responden dalam menelan obat mengambil

obat dan melakukan pemeriksaan dahak sesuai jadwal yang telah ditentukan dan

menaati segala nasehat dari petugas kesehatan

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

1) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta

2) Perkumpulan Pemberantasan TB Indonesia 2011 TB di Indonesia Peringkat Dunia

Jakarta Diakses melalui situs httpwwwpptiinfoindexphpcomponentcontentarticle46-

arsip-ppti141-tbc-di-indonesia-peringkat-5-dunia Diakses pada tanggal 23 Januari 2012

44

3) Depkes dan WHO 2008 Lembar Fakta Tuberkulosis Jakarta

4) Dirjen P2M amp PLP 1997 Pengawasan Menelan Obat (PMO) adalah DOTS ala Indonesia

Jakarta

5) Amirudin R 2006 Faktor Keberhasilan Konversi pada Penderita TB Paru di Puskesmas

Jongaya Tahun 2006 Laporan Penelitian FKM Unhas Makasar

6) Aditama Tjandra Y 1994 Tuberkulosis Paru Masalah dan Penanggulangnya UI Press

Jakarta

7) Aru W Bambang S Idrus A dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Tuberkulosis

Paru Edisi IV FKUI Jakarta 2006 998-1004

8) Depkes RI 2002 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta

9) Depkes RI 2006 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta

10) Subijakto Hubungan Pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Berobat

Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Proposal Skripsi Jakarta 2011 Diakses pada

tanggal 20 Januari 2012

11) Aditama Tjandra Y 2002 Tuberkulosis Diagnosis Terapi dan Masalahnya Yayasan IDI

Jakarta

12) Notoatmodjo Soekidjo 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Penerbit Rineka Cipta

Jakarta

13) Simamora Jojor 2004 Faktor yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Berobat Penderita TB

Paru di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2004 Tesis Pascasarjana USU Medan

14) Ester Monica 2000 Psikologi Kesehatan Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

15) Bart Smet 1994 Psikologi Kesehatan PT Grasindo Jakarta

16) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta

45

Page 16: 133192422-TB-paru

Dilakukan seminggu sebelum akhir pengobatan penderita baru BTA positif

dengan kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-3 pengobatan ulang

penderita BTA positif kategori 2

2 Sebulan sebelum akhir pengobatan

Dilakukan seminggu sebelum akhir bulan ke-5 pengobatan penderita baru BTA

positif dengan kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-7 pengobatan

ulang penderita BTA positif dengan kategori 2

3 Akhir pengobatan

Dilakukan seminggu sebelum akhir bulan ke-6 pada penderita BTA positif dengan

kategori 1 atau seminggu sebelum akhir bulan ke-8 pengobatan ulang BTA positif

dengan kategori 2 8

Pemeriksaan dahak pada sebulan sebelum akhir pengobatan dan akhir

pengobatan bertujuan untuk menilai hasil pengobatan (apakah sembuh atau gagal)

219 Prinsip Pengobatan

Penatalaksanaan TB meliputi penemuan pasien dan pengobatan yang

dikelola dengan menggunakan strategi DOTS9

Tujuan utama pengobatan pasien TB adalah menurunkan angka kematian

dan kesakitan serta mencegah penularan dengan cara menyembuhkan pasien

Penatalaksanaan penyakit TB merupakan bagian dari surveilans penyakit tidak

sekedar memastikan pasien menelan obat sampai dinyatakan sembuh tetapi juga

berkaitan dengan pengelolaan sarana bantu yang dibutuhkan petugas yang terkait

pencatatan pelaporan evaluasi kegiatan dan rencana tindak lanjutnya9

Tabel 21 Jenis sifat dan dosis OAT

Dosis yang direkomendasikan (mgkg)

16

Jenis OAT Sifat Harian 3x seminggu

Isoniazid (H) Bakterisid 5

(4-6)

10

(8-12)

Rifampicin (R) Bakterisid 10

(8-12)

10

(8-12)

Pyrazinamide (Z) Bakterisid 25

(20-30)

35

(30-40)

Streptomycin (S) Bakterisid 15

(12-18)

15

(12-18)

Etambutol (E) Bakteriostatik 15

(15-20)

30

(20-35)

Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut 9

bull OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat dalam jumlah

cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan Jangan gunakan OAT

tunggal (monoterapi) Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT ndash KDT)

lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan

bull Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat dilakukan pengawasan langsung

(DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat

(PMO)

bull Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap yaitu tahap intensif dan lanjutan

Tahap awal (intensif) 9

- Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara

langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat

17

- Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat biasanya pasien

menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu

- Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2

bulan

Tahap Lanjutan 9

- Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit namun dalam jangka

waktu yang lebih lama

- Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah

terjadinya kekambuhan

2110 Panduan Penggunaan OAT di Indonesia9

Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan

Tuberkulosis di Indonesia

- Kategori 1 2(HRZE)4(HR)3

- Kategori 2 2(HRZE)S(HRZE)5(HR)3E3

Disamping kedua kategori ini disediakan paduan obat sisipan (HRZE)

- Kategori Anak 2HRZ4HR

Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket

berupa obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT) sedangkan kategori anak sementara

ini disediakan dalam bentuk OAT kombipak

Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu

tablet Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien Paduan ini dikemas dalam

satu paket untuk satu pasien

Paket Kombipak

18

Terdiri dari obat lepas yang dikemas dalam satu paket yaitu Isoniasid

Rifampisin Pirazinamid dan Etambutol Paduan OAT ini disediakan program untuk

mengatasi pasien yang mengalami efek samping OAT KDT

Paduan OAT ini disediakan dalam bentuk paket dengan tujuan untuk

memudahkan pemberian obat dan menjamin kelangsungan (kontinuitas) pengobatan

sampai selesai

Satu (1) paket untuk satu (1) pasien dalam satu (1) masa pengobatan

KDT mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB

1 Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin efektifitas

obat dan mengurangi efek samping

2 Mencegah penggunaan obat tunggal sehinga menurunkan resiko terjadinya

resistensi obat ganda dan mengurangi kesalahan penulisan resep

3 Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat menjadi

sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien

Paduan OAT dan peruntukannya

19

1 Kategori-1 (2HRZE 4H3R3)

Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru

1048707 Pasien baru TB paru BTA positif

1048707 Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif

1048707 Pasien TB ekstra paru

Tabel 22 Dosis untuk paduan OAT KDT untuk Kategori 1

Berat Badan

Tahap Intensif

tiap hari selama 56 hari

RHZE (15075400275)

Tahap Lanjutan

3 kali seminggu selama 16 minggu

RH (150150)

30-37 kg 2 tablet 4 KDT 2 tablet 4 KDT38-54 kg 3 tablet 4 KDT 3 tablet 4 KDT55-70 kg 4 tablet 4 KDT 4 tablet 4 KDTge 71 kg 5 tablet 4 KDT 5 tablet 4 KDT

2 Kategori -2 (2HRZES HRZE 5H3R3E3)

Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya

1048707 Pasien kambuh

1048707 Pasien gagal

1048707 Pasien dengan pengobatan setelah default (terputus)

Tabel 23 Dosis untuk paduan OAT KDT Kategori 2

Berat Badan

Tahap Intensif

tiap hari

RHZE (15075400275) + S

Tahap Lanjutan

3 kali seminggu

RH (150150) + E (275)

Selama 56 hari Selama 28 hari Selama 20 minggu

30-37 kg 2 tablet 4 KDT + 500 mg Streptomisin inj

2 tablet 4 KDT 2 tablet 4 KDT+ 2 tab Etambutol

38-54 kg 3 tablet 4 KDT +750 mg Streptomisin inj

3 tablet 4 KDT 3 tablet 4 KDT+ 3 tab Etambutol

55-70 kg 4 tablet 4 KDT +1000 mg Streptomisin inj

4 tablet 4 KDT 4 tablet 4 KDT+ 4 tab Etambutol

ge 71 kg 5 tablet 4 KDT +1000 mg Streptomisin inj

5 tablet 4 KDT 5 tablet 4 KDT+ 5 tab Etambutol

Catatan

20

Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal untuk streptomisin adalah

500mg tanpa memperhatikan berat badan

Untuk perempuan hamil lihat pengobatan TB dalam keadaan khusus

Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan menambahkan aquabidest

sebanyak 37ml sehingga menjadi 4ml (1ml = 250mg)

3 OAT Sisipan (HRZE)

Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap intensif kategori 1 yang

diberikan selama sebulan (28 hari)

Tabel 24 Dosis KDT untuk Sisipan

Berat Badan Tahap Intensif tiap hari selama 28 hari

RHZE (15075400275)

30-37 kg 2 tablet 4 KDT38-54 kg 3 tablet 4 KDT55-70 kg 4 tablet 4 KDTge 71 kg 5 tablet 4 KDT

Penggunaan OAT lapis kedua misalnya golongan aminoglikosida (misalnya

kanamisin) dan golongan kuinolon tidak dianjurkan diberikan kepada pasien baru tanpa indikasi

yang jelas karena potensi obat tersebut jauh lebih rendah daripada OAT lapis pertama Di

samping itu dapat juga meningkatkan terjadinya risiko resistensi pada OAT lapis kedua

2111 Alur Diagnostik TB 9

21Suspek TB Paru

2112 Evaluasi Pengobatan

22

Pemeriksaan dahak mikroskopis (SPS = Sewaktu ndash Pagi ndash Sewaktu)

Hasil BTA+ - -

Hasil BTA- - -

Hasil BTA+ + ++ + +

Antibiotik Non-OAT

Tidak adaPerbaikan

Adaperbaikan

Pemeriksaan dahak mikroskopis

Foto toraks dan

Pertimbangan dokter

Hasil BTA+ + ++ + -+ _ _

Hasil BTA- - -

Foto toraks dan

Pertimbangan dokter

TB Bukan TB

Evaluasi Klinis

Biasanya pasien di control dalam 1 minggu pertama selanjutnya setiap 2 minggu

selama tahap intensif dan seterusnya sekali sebulan sampai akhir pengobatan

Secara klinis hendaknya terdapat perbaikan keluhan pasien seperti batuk yang

berkurang tidak ada batuk darah nafsu makan bertambah dan ada peningkatan

berat badan

Evaluasi Bakteriologis

Pemeriksaan dahak untuk menilai keberadaan kuman Biasanya setelah 2-3

minggu perngobatan sputum BTA mulai negatif Pemeriksaan control sputum

dilakukan sekali sebulan Bagi penderita dengan BTA positif setelah tahap

intensif akan mendapatkan pengobatan ulang Bila sudah negatif sputum

diperiksa tiga kali berturut-turut dan harus dikontrol agar tidak terjadi ldquosilent

bacterial sheddingrdquo yaitu terdapat sputum BTA positif tanpa disertai keluhan-

keluhan TB yang relevan

Evaluasi Radiologis

Evaluasi radiologis juga diperlukan untuk melihat kemajuan terapi Dengan

pemeriksaan radiologis dapat dilihat keadaan TB parunya atau adanya penyakit

lain yang menyertai Evaluasi foto dada dilakukan tiap 3 bulan sekali 10

2113 Efek Samping OAT

Sebagian besar penderita TB paru dapat menyelesaikan pengobatan tanpa

efek samping Namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping Oleh karena

itu pemantauan kemungkinan terjadinya efek samping sangat penting dilakukan

selama pengobatan Pemantauan dilakukan dengan cara menjelaskan kepada

penderita tanda-tanda efek samping dan menanyakan adanya gejala efek samping

pada waktu penderita mengambil OAT 8

Efek samping ringan dari OAT seperti tidak ada nafsu makanmual sakit

perut nyeri sendi kesemutan sampai dengan rasa terbakar di kaki dan warna

kemerahan pada air seni Efek samping berat dari OAT misalnya gatal dan

kemerahan kulit tuli gangguan keseimbanagn ikterus tanpa penyebab lain

bingung dan muntah-muntah gangguan penglihatan purpura dan syok 8

22 Strategi DOTS

23

Strategi DOTS adalah strategi penanggulaan TB paru nasional yang telah

direkomendasikan oleh WHO yang dimulai pelaksanaannya di Indonesia pada tahun

19951996 Sebelum pelaksanaan strategi DOTS (1969-1994) angka kesembutah TB

paru yang dapat dicapai oleh program hanya 40-60 saja Dengan strategi DOTS

diharapkan angka kesembuhan dapat dicapai minimal 85 dari penderita TB paru

BTA positif yang di temukan 11

Prinsip DOTS adalah mendekatkan pelayanan pengobatan terhadap

penderita agar secara langsung dapat mengawasi keteraturan menelan obat dan

melakukan pelacakan bila penderita tidak datang mengambil obat sesuai dengan yang

ditetapkan

Kalau diurai dari kata-katanya pengertian DOTS dapat dimulai dengan

keharusan setiap pengelola program TB intuk member direct attention dalam usaha

menemukan penderita Dalam bahasa lain ini diterjemahkan menjadi deteksi kasus

dengan pemeriksaan mikroskopik kendati sebenarnya pengertiannya dapat diperluas

dengan keharusan untuk mendeteksi kasus secara baik dan akurat Kemudian setiap

pasien harus di- observed dalam memakan obatnya setiap obat yang di telan pasien

harus di depan seorang pengawas Selain itu tentunya pasien harus menerima

treatment yang tertata dalam system pengelolaan distribusi dan penyediaan obat

secara baik Kemudian setiap pasien harus mendapat obat yang baik artinya

pengobatan short course standart yang telah terbukti ampuh secara klinik

Akhirnya harus ada dukungan dari pemerinyah yang membuat program

penanggulangan TB mendapat prioritas yang tinggi dalam pelayanan kesehatan 11

Strategi DOTS mempunyai lima komponen

1) Komitmen politits dari para pengambil keputusan termasuk dukungan dana

2) Diagnosa TB dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopik

3) Pengobatan dengan panduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) jangka pendek

dengan pengawasan langsung oleh pengawas Menelan Obat (PMO)

4) Kesinambungan perssediaan OAT jangka pendek dengan mutu terjamin

5) Pencatatan dan pelaporan secraa baku untuk memudahkan pemantauan dan

evaluasi program penanggulangan TB

23 Konsep Perilaku

24

Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor baik faktor internal

( dari dalam diri manusia ) maupun faktor eksternal ( dari luar diri manusia ) Faktor

internal ini terdiri dari faktor fisik dan psikis Faktor eksternal terdiri dari berbagai

faktor antara lain sosial budaya masyarakat lingkungan fisik politik ekonomi

pendidikan dan sebagainnya Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi

kesehatan baik individu kelompok maupun masyarakat dikelompokkan menjadi

empat ( Blum 1974 )

Konsep Blum menjelaskan bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh

1) Lingkungan yang mencakup lingkungan fisik sosial budaya politik ekonomi

dan sebagainnya

2) Perilaku

3) Pelayanan kesehatan

4) Keturunan ( hereditas )

Perilaku merupakan factor terbesar kedua setelah factor lingkungan yang

mempengaruhi derajat kesehatan Oleh sebab itu dalam rangka membina dan

meningkatkan kesehatan masyarakat maka intervensi atau upaya yang di tujukan

kepada faktor erilaku ini sangat strategis

Menurut Green perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama yakni 12

1) Faktor predisposisi ( predisposing factor )

Faktor ini mencakup pengetahuan sikap dan masyarakat terhadap kesehatan

tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan

kesehatan sistem nilai yang dinut masyarakat tingkat pendidikan tingkat sosial

ekonomi dan sebagainya

2) Faktor Pemungkin ( Enabling factor )

Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan

bagi masyarakat misalnya air bersih tempat pembuangan tinja ketersediaan

makanan yang bergizi dan sebagainnya termasuk juga fasilitas kesehatan

seperti puskesmas rumah sakit posyandu dokter atau bidan praktek swasta dan

sebagainnya

3) Faktor penguat ( reinforcing factor )

25

Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat tokoh agama

sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan Termasuk juga di

sini undang-undang peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah

daerah yang terkait dengan kesehatan

Tim kerja dari WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang

berperilaku tertentu dikarenakan 4 ( empat ) alasan pokok yaitu

1) Pemikiran dan perasaan ( Thoughts and feeling )

Yakni dalam bentuk pengetahuan kepercayaan dan sikap Pengetahuan di

peroleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain sedangkan

kepercayaan biasanya diperoleh dari orang tua kakek atau nenek Seseorang

menerima kepercayaan itu berdasarkan keyankinan dan tanpa adanya pembuktian

terlebih dahulu Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap

objek dan seringnya diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang

lain yang paling dekat

2) Karakteristik Pendukung (enabling characteristics)

Karakteristik ini mencerminkan bahwa meskipun mempunyai predisposisi untuk

menggunakan pelayanan kesehatan ia tak akan bertindak menggunakannya

kecuali bial ia mampu menggunakannya Penggunaan pelayanan kesehatan yang

ada tergantung kepada kemampuan konsumen untuk membayar

3) Karakteristik kebutuhan (need characteristics)

Faktor predisposisi dan factor yang memungkinkan untuk mencari pengobatan

dapat terwujud di dalam tindakan apabila itu dirasakan sebagai kebutuhanDengan

kata lain kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan

pelayanan kesehatan bila mana tingkat predisposisi dan enabling itu ada

Kebutuhan (need) disisni di bagi menjadi dua ketegori dirasa atau preceived

( subject assessment) dan evaluated ( clinical diagnosis )

Menurut Skinner perilaku kesehatan adalah suatu respons

seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan

26

penyakit system pelayanan kesehatan makanan dan minimum serta lingkungan

Dari batasan ini perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 ( tiga)

kelompok yakni

1) Perilaku pemeliharaan kesehatan ( health maintenance)

Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga

kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit Oleh

sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3(tiga) aspek yaitu

a Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit serta

pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit

b Perilaku peningkatan kesehatan apabila seseorang dalam keadaan sehat

c Perilaku gizi Makanan dan minimum dapat meningkatkan kesehatan

seseorang bahkan dapat mendatangkan penyakit Hal ini sangat tergantung

pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut

2) Perilaku pencarian pengobatan ( health behavior )

Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat

menderita penyakit dan atau kecelakaan Tindakan atau perilaku ini dimulai dari

mengobati sendiri ( self treatment) sampai mencari pengobatan keluar negeri

3) Perilaku kesehatan lingkungan

Adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan baik lingkungan fisik

maupun social budaya dan sebagainnya sehingga lingkungan tersebut tidak

mempengaruhi kesehatannya Dengan perkataan lain bagaimana seseorang

mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri

keluarga atau mesyarakatnya 12

24 Kepatuhan Berobat

Kepatuhan berasal dari kata ldquo patuh ldquo yang berarti taat suka menuruti

disiplin Kepatuhan menurut Trostle adalah tingkat perilaku penderita dalam

mengambil suatu tindakan pengobatan misalnya dalam menentukan kebiasaan

hidup sehat dan ketetapan berobat Dalam pengobatan seseorang dikatakan tidak

27

patuh apabila orang tersebut melalaikan kewajibannya berobat sehingga dapat

mengakibatkan terhalangnya kesembuhan 13

Menurut Sacket kepatuhan pasien adalah sejauh mana perilaku pasien

sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh professional kesehatan 14

Menurut Sarafino secara umum ketidaktaatan meningkatkan risiko

berkembangnya masalah kesehatan atau memperpanjang atau memperburuk

kesakitan yang sedang di derita Perkiraan yang ada menyatakan bahwa 20 jumlah

opname di rumah sakit merupakan akibat dari ketidaktaatan pasien terhadap aturan

pengobatan Faktor yang mempengaruhi kepatuhan seseorang dalam berobat yaitu

faktor petugas faktor obat dan faktor penderita Karakteristik petugas yang

mempengaruhi kepatuhan antara lain jenis petugas tingkat pengetahuan lamanya

bekerja frekuensi penyuluhan yang dilakukan Faktor obat yang mempengaruhi

kepatuhan adalah pengobatan yang sulit dilakukan tidak menunjukkan kea rah

penyembuhan waktu yang lama adanya efek samping obat Faktor penderita yang

menyebabkan ketidakpatuhan adalah umur jenis kelamin pekerjaan anggota

keluarga saudara atau teman khusus 15

25 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan

Faktor-faktor yang mempengaruhi katidakpatuhan dapat digolongkan

menjadi empat bagian yaitu

1 Pemahaman tentang Instruksi

Tak seorang pun mematuhi instruksi jika ia salah paham tentang instruksi yang

diberikan kepadanyaLey dan Spelman (Ester 2000 ) Menemukan bahwa lebih

dari 60 yang diwawancarai setelah bertemu dengan dokter salah mengerti

tentang instruksi yang diberikan pada mereka kadang-kadang hal ini disebabkan

oleh kegagalan professional kesehatan dalam memberikan informasi yang

lengkap penggunaan istilah-istilah medis dan mbanyak memberikan instruksi

yang harus diingat oleh pasien

28

Pendekatan praktis untuk meningkatkan kepatuhan pasien ditemukan oleh

Dinicola dan Dimatteo yaitu

a) Buat instruksi tertulis yang jelas dan mudah diinterpretasikan

b) Berikan informasi tentang pengobatan sebelum menjelaskan hal-hal lain

c) Jika seseorang diberikan suatu daftar tertulis tenang hal-hal yang harus

diingat maka aka nada efek ldquokeunggulanrdquoyaitu mereka brusaha mengingat

hal-hal yang pertama kali ditulis

d) Insruksi-instruksi harus ditulis dengan bahasa umum ( Non medis ) dan hal-

hal yang perlu ditekankan 14

2 Kualitas Interaksi

Kualitas interaksi antara profrsional kesehatan dan pasien merupakan bagian yang

penting dalam menentukan derajat kepatuhan Meningkatkan interaksi

professional kesehatan dengan pasien adalah suatu hal penting untuk memberikan

umpan balik pada pasien setelah memperoleh informasi tentang diagnosis Pasien

membutuhkan penjelasan tentang kondisinya saat ini apa penyebabnya dan apa

yang dapat mereka lakukan dengan kondisi seperti itu

3 Isolasi sosial dan keluarga

Keluarga dapat menjadi factor yang sangat berpengaruh dalam menentukan

keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga menentukan tentang

program pengobatan yang dapat mereka terima Keluarga juga member dukungan

dan membuat keputusan mengenai perawatan dari anggota keluarga yang sakit

4 Keyakinan Sikap Kepribadian

Ahli psikologis telah menyelidiki tentang hubungan antar pengukuran-

pengukuran kepribadian dan kepatuhan Mereka menemukan bahwa data

kepribadian secara benar dibedakan antar orang yang putih drngan orang yang

gagal Orang-orang yang tidak patuh adalah orang-orang yang lebih mengalami

depresi anxietas sangat memperhatikan kesehatannya memiliki kekuatan ego

29

yang lebih lemah dan kehidupan sosialnya lebih memusatkan perhatian pada

dirinya sendiri Blumenthal et al mengatakan bahwa ciri-ciri kepribadian yang

disebutkan diatas itu yang menyebabkan seseorang cenderung tidak patuh ( drop

out) dari program pengobatan 14

Menurut Schwart dan Griffin Faktor yang berhubungan dengan

ketidaktaan secara sejarah riset tentang ketaan pasien didasarkan atas pandangan

tradisional mengenai pasien sebagai penerima nasihat dokter yang pasif dan patuh

Pasien yang tidak taat dipandang sebagai orang yang lalai dan masalahnya dianggap

sebagai masalah control Riset berusah untuk mengidentifikasi kelompok-kelompok

pasien yang tidak patuh berdasarkan kelas sosioekonomi pendidikan umur dan

jenis kelamin Pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan sepanjang bawah

pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif seperti penggunaan buku-buku

dan kaset oleh pasien secara mandiri Usaha-usaha ini sedikit berhasil seorang dapat

menjadi tidak taat kalau situasinya memungkinkan Teori-teori yang lebih baru

menekannkan factor situasional dan pasien sebagai peserta yang aktif dalam proses

pengobatannya Perilaku ketaatan sering diartikan sebagai usaha pasien untuk

mengendalikan perilakunya bahkan jika hal tersebut bias menimbulkan resiko

mengenai kesehatannya 15

Macam-macam faktor yang berkaitan dengan ketidaktaatan disebutkan

a Ciri-ciri kesakitan dan cirri-ciri pengobatan

Menurut Dickson dkk perilaku ketaatan lebih rendah untuk penyakit kronis

(karena tidak ada akibat buruk yang segera dirasakan atau resiko yang jelas )

saran mengenai gaya hidup umum dan kebiasaan yang lama pengobatan yang

kompleks pengobatan dengan efek samping perilaku yang tidak pantas

Menurut Sarafino tingkat ketaaatan rata-rata minum obat utnuk menyenbuhkan

kesakitan akut dengan pengobatan jangka pendek adalah sekitar 78 Untuk

kesakita kronis dengan cara pengobatan jangaka panjang tingkat tersebut menurun

sampai 54

b Komunikasi antara Pasien dan Dokter

Berbagai aspek komunikasi antara pasien dan dokter mempengaruhi tingkat

ketidaktaan misalnya informasi dengan pengawasan yang kurang

30

ketidakpuasan terhadap aspek hubungan emosional dengan dokter ketidak

puasan terhadap pengobatan yang diberikan

c Variabel-variabel sosial

Hubungan antara dukungan sosial dengan ketaatan telah dipelajari Secara umum

orang-orang yang merasa mereka menerima penghiburan perhatian dan

pertolongan yang mereka butuhkan dari seseorang atau kelompok biasanya

cenderung lebih mudah mengikuti nasihat medis daripada pasien yang kurang

mendapat dukungan sosial Jelaslah bahwa keluarga memainkan peranan yang

sangat penting dalam pengelolaan medis misalnya penggunaan pengaruh

normative pada pasien yang mungkin mengakibatkan efek yang memudahkan

atau menghambat perilaku ketaatan

d Ciri-ciri Individual

Variabel-variabel demografis juga digunakan untuk meramalkan ketidaktaatan

sebagai contoh Di Amerika Serikat kaum wanita kaum kulit putih dan orang

tua cenderung mengikuti anjuran dokter 15

Dalam proses penyembuhan penderita TB Paru dapat diberikan obat anti-

TB (OAT) yang diminum secara teratur sampai selesai dengan pengawasan

yangketat Masa pemberian obat memang cukup lama yaitu 6-8 bulan secara terus

menerus sehingga dapat mencegah penularan kepada orang lain Oleh sebab itu para

penderita TB jika ingin sembuh harus minum obat secara teratur Tanpa adanya

keteraturan minum obat penyakit sulit disembuhkan Jika tidak teratur minum obat

penyakitnya sukar diobati kuman TB dalam tubuh akan berkembang semakin banyak

dan menyerang organ tubuh lain yang akan membutuhkan waktu lebih lama untuk

dapat sembuh

26 Pengawasan Menelan Obat (PMO) 9

Salah satu komponen DOTS adalah pengobatan paduan OAT jangka

pendek dengan pengawasan langsung Untuk menjamin keteraturan pengobatan

diperlukan seorang PMO

31

a Persyaratan PMO

bull Seseorang yang dikenal dipercaya dan disetujui baik oleh petugas kesehatan

maupun pasien selain itu harus disegani dan dihormati oleh pasien

bull Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien

bull Bersedia membantu pasien dengan sukarela

bull Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan pasien

b Siapa yang bisa menjadi PMO

Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan misalnya Bidan di Desa Perawat

Pekarya Sanitarian Juru Immunisasi dan lain lain Bila tidak ada petugas

kesehatan yang memungkinkan PMO dapat berasal dari kader kesehatan guru

anggota PPTI PKK atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga

c Tugas seorang PMO

bull Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai

pengobatan

bull Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur

bull Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah

ditentukan

bull Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai gejala-

gejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke Unit Pelayanan

Kesehatan

Tugas seorang PMO bukanlah untuk mengganti kewajiban pasien mengambil

obatdari unit pelayanan kesehatan

d Informasi penting yang perlu dipahami PMO untuk disampaikan kepada pasien dan

keluarganya

bull TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur

32

bull TB bukan penyakit keturunan atau kutukan

bull Cara penularan TB gejala-gejala yang mencurigakan dan cara pencegahannya

bull Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan)

bull Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur

bull Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera meminta

pertolongan ke UPK

27 Penanggulangan TB 16

Rencana Global Penanggulangan TB

Rencana Global 2006-2015 mencakup enam elemen utama dalam strategi baru Stop

TB ndashWHO yang terdiri dari

1 Memperluas dan meningkatkan ekspansi DOTS yang berkualitas meningkatkan

penemuan kasus dan kesembuhan melalui pendekatan yangterfokus pada penderita

agar pelayanan DOTS yang berkualitas dapat menjangkau seluruh penderita

khususnya kelompok masyarakat yang miskin dan rentan

2 Menghadapi tantangan TBHIV MDR-TB dan tantangan lainnya dengan cara

meningkatkan kolaborasi TBHIV DOTS-Plus dan pendekatan lainnya

3 Berkontribusi dalam memperkuat sistem kesehatan melalui kerjasama dengan

berbagai program dan pelayanan kesehatan lainnya misalnya dalam memobilisasi

sumber daya manusia dan finansial untuk implementasi dan mengevaluasi

hasilnyaserta pertukaran informasi dalam keberhasilan pencapaian dalam program

penanggulangan TB

33

4 Melibatkan seluruh penyedia pelayanan kesehatan pemerintah lembaga swadaya

masyarakat (LSM) dan swasta dengan cara memperluas pendekatan berbasis

public-private mix (PPM) dengan menggunakan ISTC

5 Melibatkan penderita TB dan masyarakat untuk memberikan kontribusi dalam

penyediaan pelayanan yang efektif Hal ini meliputi perluasan pelayanan TB di

masyarakat menciptakan kebutuhan masyarakat akan pelayanan TB advokasi

yang spesifik komunikasi dan mobilisasi sosial serta mendukung pengembangan

piagam pasien TB dalam masyarakat dan

6 Memberdayakan dan meningkatkan penelitian operasional

28 Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel dependent

Karakteristik Individu

1Umur

2Jenis kelamin

3Pendidikan

4Pekerjaan

5Pengetahuan

6Efek samping OAT

7Tingkat kepatuhan

penderita dalam

pengobatan

Kesembuhan

34

Penderita TB paru

Faktor Pelayanan

kesehatan

1 Ketersediaan OAT

2 Sikap petugas kesehatan

3 LokasiJarak

4 Penyuluhan kesehatan

5 Kunjungan rumah

Faktor Peran PMO

Gambar Kerangka Konsep Penelitian

Definisi Konsep

1 Karakteristik individu adalah hal-hal yang melekat dalam diri penderita TB paru yang

mempengaruhi tingkat kapetuhan dalam melaksanakan program pengobatan dengan

strategi DOTS yang membedakan seseorang dengan yang lainnya meliputi umur jenis

kelamin pendidikan pekerjaan pengetahuan efek samping OAT tingkat kepatuhan

penderita dalam pengobatan

2 Faktor pelayanan kesehatan adalah penilaian dari penderita TB paru terhadap upaya yang

diselenggarakan oleh unit pelayanan kesehatan untuk menangani penderita TB paru

meliputi Ketersediaan OATsikap petugas kesehatan lokasijarak penyuluhan

kesehatan dan kunjungan rumah

3 Faktor Peran PMO ( Pengawasan Menelan Obat ) adalah penilaian dari penderita TB paru

terhadap hal-hal yang menjadi tugas dari seseorang pengawas menelan obat yang

mempengaruhi tingkat kepatuhan penderita TB paru dalam melaksanakan pengobatan

meliputi penyuluhan member dorongan meningkatkan dan mengawasi

35

4 Kesembuhan adalah pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan

pemeriksaan ulang dahak (follow up) menunjukkan hasil BTA negatif

29 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep di atas maka hipotesis penelitian ini adalah

1) Ada pengaruh karakteristik individu terhadap kesembuhan penderita TB paru

dalam pengobatan

2) Ada pengaruh pelayanan kesehatan terhadap kesembuhan penderita TB paru

dalam pengobatan

3) Ada pengaruh PMO terhadap kesembuhan penderita TB paru dalam pengobatan

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

31 Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional yang

bertujuan untuk menjelaskan pengaruh karakteristik individu faktor pelayanan

kesehatan dan faktor Pengawas Menelan Obat (PMO) terhadap kesembuhan

penderita TB Paru dalam melaksanakan pengobatan di Puskesmas Grogol Petamburan

tahun 2011

32 Tempat dan Waktu Penelitian

36

Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Grogol Petamburan pada bulan

Januari sampai Februari tahun 2012

33 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang

sedang menjalankan pengobatan TB di Puskesmas Grogol

Petamburan mulai bulan OktobeR

34 Keriteria Inklusi dan Eksklusi

341 Keriteria Inklusi

342 Keriteria Eksklusi

35 Sampel

351 Besar Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang

mengikuti pengobatan dengan strategi DOTS di Puskesmas yang pada saat penelitian

sedang menjalani pengobatan dan seluruh penderita TB yang telah mendapat

pengobatan selama 6 bulan atau sedang dalam tahap lanjutan

Keterangan

n1 = Jumlah sampel minimal

37

n2 = Jumlah sampel ditambah substitusi 10 (substitusi adalah persen responden

yang mungkin drop out)

Z = Tingkat batas kepercayaan dengan = 5

Didapat Z pada kurva normal = 196

p = Proporsi variabel yang diteliti yaitu besarnya presentasi 50 )

q = 1 - p

L = Derajat kesalahan yang masih dapat diterima adalah 10

Berdasarkan rumus di atas didapatkan angka sebagai berikut

( Z )2 p q ( 196 )2 0505

n1 = ----------------- = ------------------------------ = 9604

L2 ( 01 )2

n2 = n1 + ( 10 n1 )

= 9604 + ( 10 9604)

= 9604 + 9604

= 10564 Dibulatkan 106

352 Teknik Pengambilan Sampel

36 Identifikasi Variabel

1 Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kesembuhan tb paru

2 Variabel independen adalah umur jenis kelamin pendidikan pekerjaan

pengetahuan efek samping OAT dan tingkat kepahuhan dari penderita TB

Selain itu faktor dari pelayanan kesehatan dan PMO juga ikut berperan

37 Cara Kerja

1 Membuat proposal penelitian tentang hubungan antara tingkat kepatuhan minum

OAT dengan tingkat kesembuhan penyakit TB di Puskesmas Kecamatan Grogol

Petamburan

38

2 Pengumpulan data sekunder dari Puskesmas Grogol Petamburan

3 Melakukan kunjungan ke rumah-rumah sampel di daerah RT terpilih untuk

pengumpulan data primer dengan memakai kuesioner dan wawancara responden

4 Data-data yang telah dikumpulkan akan dilakukan pengolahan berupa proses

editing verifikasi dan koding Selanjutnya dimasukkan dan diolah dengan

menggunakan program computer yaitu program SPSS

5 Terhadap data yang telah diolah kemudian dilakukan analisis sesuai dengan cara

uji statistik menggunakanhelliphellip Data diinterpretasi secara deskriptif korelatif

antar variabel ndash variabel yang telah ditentukan dan disajikan dalam bentuk

tekstular dan tabular

6 Hasil dari penelitian akan disusun dalam bentuk pelaporan penelitian yang

selanjutnya akan di presentasikan di hadapan staf pengajar program pendidikan

Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida

Wacana (FK UKRIDA) dalam forum pendidikan Ilmu Kedokteran Komunitas

Fakultas Kedokteran UKRIDA

38 Manajemen Data

381 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder yaitu

1 Data primer diperoleh dengan wawancara langsung kepada penderita TB paru

dan petugas kesehatan program penanggulangan TB Paru yang berpedoman pada

kuisioner penelitian yang telah ditetapkan dam melakukan cross check

2 Data sekunder diperoleh dari laporan pelaksanaan program penanggulangan TB

Paru di Puskesmas kartu pengobatan TBC (formulir TB 01) dan Formulir

Permohonan Laboratorium TBC Untik Pemeriksaan Dahak (formulir TB 05)

382 Pengolahan Data

39

Aspek pengukuran

Aspek pengukuran variable bebas

Karakteristik individu

Aspek pengukuran variable karakteristik individu dapat dilihat pada tabel 31

Table 31 Aspek Pengukuran Variabel Karakteristik Individu

Karakteristik

individu

Kategori Skala Bobot nilai

Umur a 15-24 tahun

b 25-49 tahun

c gt 50 tahun

rasio

Jenis kelamin a Laki-laki

b Perempuan

Tingkat

pendidikan

a Tidak tamat SD

b SD

c SLTP

d SLTA

e Sarjana S1

Pekerjaan a Bekerja

b Tidak bekerja

Pengetahuan a Baik

b Sedang

c Bururk

Efek samping

OAT

a Ada

b Tidan ada

Faktor pelayanan kesehatan

Pengukuran faktor pelanan kesehatan meliputi ketersediaan OAT yang

diukur adalah yang diukur dengan 2 pertanyaan sikap petugas kesehatan diukur

dengan 8 pertanyaan lokasi jarak diukur dengan 3 pertanyaan penyuluhan kesehatan

diukur dengan 6 pertanyaan dan kunjungan rumah diukur dengan 2 pertanyaan

40

berdasarkan jawaban yang diberikan responden selanjutnya dikelompokkan menjadi

tiga (3) yaitu

a Baik jika faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan

penilaian yang baik karena kebutuhan yang diinginkan debagian besarnya

terpenuhi (nilai gt32)

b Sedang bila faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan

penilaian yang kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan responden hanay

sebagian saja yang terpenuhi (nilainya 17-32)

c Buruk bila faktor pelayanan pelayanan kesehatan yang diterima responden

menimbulkan penilaian yang tidak baik karena kebutuhan yang diinginka

responden sebagian besar tidak dipenuhi (nilainya lt17)

Faktor Pengawas Menelan Obat (PMO)

Faktor Pengawas Menelan Obat diukur dengan 5 pertanyaan yang

selanjutnya dibedakan atas 3 kategori yaitu

a Baik bila semua tugas yang diterima responden terlaksana dengan baik yaitu

mengawasi memberikan dorongan mengingatkan dan memberikan penyuluhan

(nilainya gt11)

b Sedang bila tugas PMO yang diterima responden sebagian saja yang terpenuhi

(nilainya 6-11)

c Buruk bila tugas PMO yang diterima responden tidak terlaksana dengan baik

(nilainya lt 6)

Aspek Pengukuran Variabel Terikan

Kepatuhan Pengobatan TB Paru

41

Aspek Pengukuran Variabel ini menggunakan skala interval yang diukur berdasarkan

tiga (3) kategori yaitu

Patuh apabila responden selalu menelan obat sesuai ketentuan petugas kesehatan

yaitu setiap hari pada tahap awal tiga kali seminggu pada tahap lanjutan dan

mengambil obat serta memeriksakan dahak sesuai jadwal dan menaati nasihat dari

petugas kesehatan ( bobot 3 )

Kurang patuh jika responden kadang-kadang menelan obat sesuai ketentuan

petugas kesehatan atau responden tidak menelan obat 2-8 minggu selama tahap

pengobatan lanjutan dan tidak memerisakan dahak sesuai jadwal yang telah

ditetapkan dan tidak selalu menaati nasihat dari petugas kesehatan (bobot 2 )

Tidak patuh jika responden tidak menelan obat sesuai ketentuan petugas

kesehatan atau responden tidak menelan obat lebih dari 8 minggu selama tahap

pengobatan lanjutan dan tidak mengambil obat serta tidak memeriksakan dahak

sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan tidak menaati nasihat petugas kesehatan

(bobot 1)

383 Penyajian Data

384 Analisis Data

385 Interpretasi Data

386 Pelaporan Data

39 Definisi Operasional

1 Umur adalah usia responden saat penelitian berdasarkan ulang tahun terakhir yang

dibedakan atas 3 (tiga) kategori berdasarkna Badan Pusat Statistik Kota Medan

42

tahun 2008 yaitu 1) orang muda 25-24 tahun 2) dewasa 24-49 tahun 3) orang

tua gt 50 tahun

2 Jenis kelamin adalah suatu karakteristik responden yang dibedakan identitasnya

dari laki-laki dan perempuan

3 Pendidikan adalah jenjang pendidikannyang berhasil ditamatkan responden yang

dibedakan atas tidak tamat SD SD SLTP SLTA Akademi Sarjana

4 Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh responden sebagai

pendapatan utama yang dibedakan atas kerja dan tidak bekerja

5 Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai penyakit

TB paru

6 Efek samping OAT adalah gejala keluhan yang diderita responden akiba menelan

OAT selama pengobatan

7 Ketersdediaan OAT adalah pandangan responden terhadap kondisi OAT

diperoleh dari puskesmas meliputi kecukupan jumlah OAT dan dan kualitasnya

8 Sikap petugas kesehatan adalah penilaian responden terhadap reaksi petugas

kesehatan kepada responden selama mereka menjalanin pengobatan

9 Lokasi jarak adalah pandangan responden tentang lama perjalanan dari tempat

tinggal responden ke Puskesmas yang diukur dengan jarak sarana transportasi

10 Penyuluhan kesehatan adalah pandangan responden tentang kegiatan yang

dilakukan oleh petugas kesehatan sehubungan dengan pengobatan TB Paru untuk

mencapai suatu keadaan dimana pederita TB Paru dapat hidup lebih sehat

11 Kunjungan rumah adalah pandangan responden tentang kegiatan yang dilakukan

petugas kesehatan selama masa pengobatan ke rumah responden

12 Faktor peran Pengawas Minum Obat (PMO) adalah pandangan responden tentang

tugas yang dilakasanakan oleh seorang PMO meliputi penyuluhan

13 Kepatuhan berobat adalah ketaan responden dalam menelan obat mengambil

obat dan melakukan pemeriksaan dahak sesuai jadwal yang telah ditentukan dan

menaati segala nasehat dari petugas kesehatan

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

1) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta

2) Perkumpulan Pemberantasan TB Indonesia 2011 TB di Indonesia Peringkat Dunia

Jakarta Diakses melalui situs httpwwwpptiinfoindexphpcomponentcontentarticle46-

arsip-ppti141-tbc-di-indonesia-peringkat-5-dunia Diakses pada tanggal 23 Januari 2012

44

3) Depkes dan WHO 2008 Lembar Fakta Tuberkulosis Jakarta

4) Dirjen P2M amp PLP 1997 Pengawasan Menelan Obat (PMO) adalah DOTS ala Indonesia

Jakarta

5) Amirudin R 2006 Faktor Keberhasilan Konversi pada Penderita TB Paru di Puskesmas

Jongaya Tahun 2006 Laporan Penelitian FKM Unhas Makasar

6) Aditama Tjandra Y 1994 Tuberkulosis Paru Masalah dan Penanggulangnya UI Press

Jakarta

7) Aru W Bambang S Idrus A dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Tuberkulosis

Paru Edisi IV FKUI Jakarta 2006 998-1004

8) Depkes RI 2002 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta

9) Depkes RI 2006 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta

10) Subijakto Hubungan Pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Berobat

Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Proposal Skripsi Jakarta 2011 Diakses pada

tanggal 20 Januari 2012

11) Aditama Tjandra Y 2002 Tuberkulosis Diagnosis Terapi dan Masalahnya Yayasan IDI

Jakarta

12) Notoatmodjo Soekidjo 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Penerbit Rineka Cipta

Jakarta

13) Simamora Jojor 2004 Faktor yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Berobat Penderita TB

Paru di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2004 Tesis Pascasarjana USU Medan

14) Ester Monica 2000 Psikologi Kesehatan Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

15) Bart Smet 1994 Psikologi Kesehatan PT Grasindo Jakarta

16) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta

45

Page 17: 133192422-TB-paru

Jenis OAT Sifat Harian 3x seminggu

Isoniazid (H) Bakterisid 5

(4-6)

10

(8-12)

Rifampicin (R) Bakterisid 10

(8-12)

10

(8-12)

Pyrazinamide (Z) Bakterisid 25

(20-30)

35

(30-40)

Streptomycin (S) Bakterisid 15

(12-18)

15

(12-18)

Etambutol (E) Bakteriostatik 15

(15-20)

30

(20-35)

Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut 9

bull OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat dalam jumlah

cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan Jangan gunakan OAT

tunggal (monoterapi) Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT ndash KDT)

lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan

bull Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat dilakukan pengawasan langsung

(DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat

(PMO)

bull Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap yaitu tahap intensif dan lanjutan

Tahap awal (intensif) 9

- Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara

langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat

17

- Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat biasanya pasien

menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu

- Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2

bulan

Tahap Lanjutan 9

- Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit namun dalam jangka

waktu yang lebih lama

- Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah

terjadinya kekambuhan

2110 Panduan Penggunaan OAT di Indonesia9

Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan

Tuberkulosis di Indonesia

- Kategori 1 2(HRZE)4(HR)3

- Kategori 2 2(HRZE)S(HRZE)5(HR)3E3

Disamping kedua kategori ini disediakan paduan obat sisipan (HRZE)

- Kategori Anak 2HRZ4HR

Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket

berupa obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT) sedangkan kategori anak sementara

ini disediakan dalam bentuk OAT kombipak

Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu

tablet Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien Paduan ini dikemas dalam

satu paket untuk satu pasien

Paket Kombipak

18

Terdiri dari obat lepas yang dikemas dalam satu paket yaitu Isoniasid

Rifampisin Pirazinamid dan Etambutol Paduan OAT ini disediakan program untuk

mengatasi pasien yang mengalami efek samping OAT KDT

Paduan OAT ini disediakan dalam bentuk paket dengan tujuan untuk

memudahkan pemberian obat dan menjamin kelangsungan (kontinuitas) pengobatan

sampai selesai

Satu (1) paket untuk satu (1) pasien dalam satu (1) masa pengobatan

KDT mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB

1 Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin efektifitas

obat dan mengurangi efek samping

2 Mencegah penggunaan obat tunggal sehinga menurunkan resiko terjadinya

resistensi obat ganda dan mengurangi kesalahan penulisan resep

3 Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat menjadi

sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien

Paduan OAT dan peruntukannya

19

1 Kategori-1 (2HRZE 4H3R3)

Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru

1048707 Pasien baru TB paru BTA positif

1048707 Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif

1048707 Pasien TB ekstra paru

Tabel 22 Dosis untuk paduan OAT KDT untuk Kategori 1

Berat Badan

Tahap Intensif

tiap hari selama 56 hari

RHZE (15075400275)

Tahap Lanjutan

3 kali seminggu selama 16 minggu

RH (150150)

30-37 kg 2 tablet 4 KDT 2 tablet 4 KDT38-54 kg 3 tablet 4 KDT 3 tablet 4 KDT55-70 kg 4 tablet 4 KDT 4 tablet 4 KDTge 71 kg 5 tablet 4 KDT 5 tablet 4 KDT

2 Kategori -2 (2HRZES HRZE 5H3R3E3)

Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya

1048707 Pasien kambuh

1048707 Pasien gagal

1048707 Pasien dengan pengobatan setelah default (terputus)

Tabel 23 Dosis untuk paduan OAT KDT Kategori 2

Berat Badan

Tahap Intensif

tiap hari

RHZE (15075400275) + S

Tahap Lanjutan

3 kali seminggu

RH (150150) + E (275)

Selama 56 hari Selama 28 hari Selama 20 minggu

30-37 kg 2 tablet 4 KDT + 500 mg Streptomisin inj

2 tablet 4 KDT 2 tablet 4 KDT+ 2 tab Etambutol

38-54 kg 3 tablet 4 KDT +750 mg Streptomisin inj

3 tablet 4 KDT 3 tablet 4 KDT+ 3 tab Etambutol

55-70 kg 4 tablet 4 KDT +1000 mg Streptomisin inj

4 tablet 4 KDT 4 tablet 4 KDT+ 4 tab Etambutol

ge 71 kg 5 tablet 4 KDT +1000 mg Streptomisin inj

5 tablet 4 KDT 5 tablet 4 KDT+ 5 tab Etambutol

Catatan

20

Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal untuk streptomisin adalah

500mg tanpa memperhatikan berat badan

Untuk perempuan hamil lihat pengobatan TB dalam keadaan khusus

Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan menambahkan aquabidest

sebanyak 37ml sehingga menjadi 4ml (1ml = 250mg)

3 OAT Sisipan (HRZE)

Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap intensif kategori 1 yang

diberikan selama sebulan (28 hari)

Tabel 24 Dosis KDT untuk Sisipan

Berat Badan Tahap Intensif tiap hari selama 28 hari

RHZE (15075400275)

30-37 kg 2 tablet 4 KDT38-54 kg 3 tablet 4 KDT55-70 kg 4 tablet 4 KDTge 71 kg 5 tablet 4 KDT

Penggunaan OAT lapis kedua misalnya golongan aminoglikosida (misalnya

kanamisin) dan golongan kuinolon tidak dianjurkan diberikan kepada pasien baru tanpa indikasi

yang jelas karena potensi obat tersebut jauh lebih rendah daripada OAT lapis pertama Di

samping itu dapat juga meningkatkan terjadinya risiko resistensi pada OAT lapis kedua

2111 Alur Diagnostik TB 9

21Suspek TB Paru

2112 Evaluasi Pengobatan

22

Pemeriksaan dahak mikroskopis (SPS = Sewaktu ndash Pagi ndash Sewaktu)

Hasil BTA+ - -

Hasil BTA- - -

Hasil BTA+ + ++ + +

Antibiotik Non-OAT

Tidak adaPerbaikan

Adaperbaikan

Pemeriksaan dahak mikroskopis

Foto toraks dan

Pertimbangan dokter

Hasil BTA+ + ++ + -+ _ _

Hasil BTA- - -

Foto toraks dan

Pertimbangan dokter

TB Bukan TB

Evaluasi Klinis

Biasanya pasien di control dalam 1 minggu pertama selanjutnya setiap 2 minggu

selama tahap intensif dan seterusnya sekali sebulan sampai akhir pengobatan

Secara klinis hendaknya terdapat perbaikan keluhan pasien seperti batuk yang

berkurang tidak ada batuk darah nafsu makan bertambah dan ada peningkatan

berat badan

Evaluasi Bakteriologis

Pemeriksaan dahak untuk menilai keberadaan kuman Biasanya setelah 2-3

minggu perngobatan sputum BTA mulai negatif Pemeriksaan control sputum

dilakukan sekali sebulan Bagi penderita dengan BTA positif setelah tahap

intensif akan mendapatkan pengobatan ulang Bila sudah negatif sputum

diperiksa tiga kali berturut-turut dan harus dikontrol agar tidak terjadi ldquosilent

bacterial sheddingrdquo yaitu terdapat sputum BTA positif tanpa disertai keluhan-

keluhan TB yang relevan

Evaluasi Radiologis

Evaluasi radiologis juga diperlukan untuk melihat kemajuan terapi Dengan

pemeriksaan radiologis dapat dilihat keadaan TB parunya atau adanya penyakit

lain yang menyertai Evaluasi foto dada dilakukan tiap 3 bulan sekali 10

2113 Efek Samping OAT

Sebagian besar penderita TB paru dapat menyelesaikan pengobatan tanpa

efek samping Namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping Oleh karena

itu pemantauan kemungkinan terjadinya efek samping sangat penting dilakukan

selama pengobatan Pemantauan dilakukan dengan cara menjelaskan kepada

penderita tanda-tanda efek samping dan menanyakan adanya gejala efek samping

pada waktu penderita mengambil OAT 8

Efek samping ringan dari OAT seperti tidak ada nafsu makanmual sakit

perut nyeri sendi kesemutan sampai dengan rasa terbakar di kaki dan warna

kemerahan pada air seni Efek samping berat dari OAT misalnya gatal dan

kemerahan kulit tuli gangguan keseimbanagn ikterus tanpa penyebab lain

bingung dan muntah-muntah gangguan penglihatan purpura dan syok 8

22 Strategi DOTS

23

Strategi DOTS adalah strategi penanggulaan TB paru nasional yang telah

direkomendasikan oleh WHO yang dimulai pelaksanaannya di Indonesia pada tahun

19951996 Sebelum pelaksanaan strategi DOTS (1969-1994) angka kesembutah TB

paru yang dapat dicapai oleh program hanya 40-60 saja Dengan strategi DOTS

diharapkan angka kesembuhan dapat dicapai minimal 85 dari penderita TB paru

BTA positif yang di temukan 11

Prinsip DOTS adalah mendekatkan pelayanan pengobatan terhadap

penderita agar secara langsung dapat mengawasi keteraturan menelan obat dan

melakukan pelacakan bila penderita tidak datang mengambil obat sesuai dengan yang

ditetapkan

Kalau diurai dari kata-katanya pengertian DOTS dapat dimulai dengan

keharusan setiap pengelola program TB intuk member direct attention dalam usaha

menemukan penderita Dalam bahasa lain ini diterjemahkan menjadi deteksi kasus

dengan pemeriksaan mikroskopik kendati sebenarnya pengertiannya dapat diperluas

dengan keharusan untuk mendeteksi kasus secara baik dan akurat Kemudian setiap

pasien harus di- observed dalam memakan obatnya setiap obat yang di telan pasien

harus di depan seorang pengawas Selain itu tentunya pasien harus menerima

treatment yang tertata dalam system pengelolaan distribusi dan penyediaan obat

secara baik Kemudian setiap pasien harus mendapat obat yang baik artinya

pengobatan short course standart yang telah terbukti ampuh secara klinik

Akhirnya harus ada dukungan dari pemerinyah yang membuat program

penanggulangan TB mendapat prioritas yang tinggi dalam pelayanan kesehatan 11

Strategi DOTS mempunyai lima komponen

1) Komitmen politits dari para pengambil keputusan termasuk dukungan dana

2) Diagnosa TB dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopik

3) Pengobatan dengan panduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) jangka pendek

dengan pengawasan langsung oleh pengawas Menelan Obat (PMO)

4) Kesinambungan perssediaan OAT jangka pendek dengan mutu terjamin

5) Pencatatan dan pelaporan secraa baku untuk memudahkan pemantauan dan

evaluasi program penanggulangan TB

23 Konsep Perilaku

24

Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor baik faktor internal

( dari dalam diri manusia ) maupun faktor eksternal ( dari luar diri manusia ) Faktor

internal ini terdiri dari faktor fisik dan psikis Faktor eksternal terdiri dari berbagai

faktor antara lain sosial budaya masyarakat lingkungan fisik politik ekonomi

pendidikan dan sebagainnya Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi

kesehatan baik individu kelompok maupun masyarakat dikelompokkan menjadi

empat ( Blum 1974 )

Konsep Blum menjelaskan bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh

1) Lingkungan yang mencakup lingkungan fisik sosial budaya politik ekonomi

dan sebagainnya

2) Perilaku

3) Pelayanan kesehatan

4) Keturunan ( hereditas )

Perilaku merupakan factor terbesar kedua setelah factor lingkungan yang

mempengaruhi derajat kesehatan Oleh sebab itu dalam rangka membina dan

meningkatkan kesehatan masyarakat maka intervensi atau upaya yang di tujukan

kepada faktor erilaku ini sangat strategis

Menurut Green perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama yakni 12

1) Faktor predisposisi ( predisposing factor )

Faktor ini mencakup pengetahuan sikap dan masyarakat terhadap kesehatan

tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan

kesehatan sistem nilai yang dinut masyarakat tingkat pendidikan tingkat sosial

ekonomi dan sebagainya

2) Faktor Pemungkin ( Enabling factor )

Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan

bagi masyarakat misalnya air bersih tempat pembuangan tinja ketersediaan

makanan yang bergizi dan sebagainnya termasuk juga fasilitas kesehatan

seperti puskesmas rumah sakit posyandu dokter atau bidan praktek swasta dan

sebagainnya

3) Faktor penguat ( reinforcing factor )

25

Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat tokoh agama

sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan Termasuk juga di

sini undang-undang peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah

daerah yang terkait dengan kesehatan

Tim kerja dari WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang

berperilaku tertentu dikarenakan 4 ( empat ) alasan pokok yaitu

1) Pemikiran dan perasaan ( Thoughts and feeling )

Yakni dalam bentuk pengetahuan kepercayaan dan sikap Pengetahuan di

peroleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain sedangkan

kepercayaan biasanya diperoleh dari orang tua kakek atau nenek Seseorang

menerima kepercayaan itu berdasarkan keyankinan dan tanpa adanya pembuktian

terlebih dahulu Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap

objek dan seringnya diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang

lain yang paling dekat

2) Karakteristik Pendukung (enabling characteristics)

Karakteristik ini mencerminkan bahwa meskipun mempunyai predisposisi untuk

menggunakan pelayanan kesehatan ia tak akan bertindak menggunakannya

kecuali bial ia mampu menggunakannya Penggunaan pelayanan kesehatan yang

ada tergantung kepada kemampuan konsumen untuk membayar

3) Karakteristik kebutuhan (need characteristics)

Faktor predisposisi dan factor yang memungkinkan untuk mencari pengobatan

dapat terwujud di dalam tindakan apabila itu dirasakan sebagai kebutuhanDengan

kata lain kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan

pelayanan kesehatan bila mana tingkat predisposisi dan enabling itu ada

Kebutuhan (need) disisni di bagi menjadi dua ketegori dirasa atau preceived

( subject assessment) dan evaluated ( clinical diagnosis )

Menurut Skinner perilaku kesehatan adalah suatu respons

seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan

26

penyakit system pelayanan kesehatan makanan dan minimum serta lingkungan

Dari batasan ini perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 ( tiga)

kelompok yakni

1) Perilaku pemeliharaan kesehatan ( health maintenance)

Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga

kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit Oleh

sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3(tiga) aspek yaitu

a Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit serta

pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit

b Perilaku peningkatan kesehatan apabila seseorang dalam keadaan sehat

c Perilaku gizi Makanan dan minimum dapat meningkatkan kesehatan

seseorang bahkan dapat mendatangkan penyakit Hal ini sangat tergantung

pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut

2) Perilaku pencarian pengobatan ( health behavior )

Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat

menderita penyakit dan atau kecelakaan Tindakan atau perilaku ini dimulai dari

mengobati sendiri ( self treatment) sampai mencari pengobatan keluar negeri

3) Perilaku kesehatan lingkungan

Adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan baik lingkungan fisik

maupun social budaya dan sebagainnya sehingga lingkungan tersebut tidak

mempengaruhi kesehatannya Dengan perkataan lain bagaimana seseorang

mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri

keluarga atau mesyarakatnya 12

24 Kepatuhan Berobat

Kepatuhan berasal dari kata ldquo patuh ldquo yang berarti taat suka menuruti

disiplin Kepatuhan menurut Trostle adalah tingkat perilaku penderita dalam

mengambil suatu tindakan pengobatan misalnya dalam menentukan kebiasaan

hidup sehat dan ketetapan berobat Dalam pengobatan seseorang dikatakan tidak

27

patuh apabila orang tersebut melalaikan kewajibannya berobat sehingga dapat

mengakibatkan terhalangnya kesembuhan 13

Menurut Sacket kepatuhan pasien adalah sejauh mana perilaku pasien

sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh professional kesehatan 14

Menurut Sarafino secara umum ketidaktaatan meningkatkan risiko

berkembangnya masalah kesehatan atau memperpanjang atau memperburuk

kesakitan yang sedang di derita Perkiraan yang ada menyatakan bahwa 20 jumlah

opname di rumah sakit merupakan akibat dari ketidaktaatan pasien terhadap aturan

pengobatan Faktor yang mempengaruhi kepatuhan seseorang dalam berobat yaitu

faktor petugas faktor obat dan faktor penderita Karakteristik petugas yang

mempengaruhi kepatuhan antara lain jenis petugas tingkat pengetahuan lamanya

bekerja frekuensi penyuluhan yang dilakukan Faktor obat yang mempengaruhi

kepatuhan adalah pengobatan yang sulit dilakukan tidak menunjukkan kea rah

penyembuhan waktu yang lama adanya efek samping obat Faktor penderita yang

menyebabkan ketidakpatuhan adalah umur jenis kelamin pekerjaan anggota

keluarga saudara atau teman khusus 15

25 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan

Faktor-faktor yang mempengaruhi katidakpatuhan dapat digolongkan

menjadi empat bagian yaitu

1 Pemahaman tentang Instruksi

Tak seorang pun mematuhi instruksi jika ia salah paham tentang instruksi yang

diberikan kepadanyaLey dan Spelman (Ester 2000 ) Menemukan bahwa lebih

dari 60 yang diwawancarai setelah bertemu dengan dokter salah mengerti

tentang instruksi yang diberikan pada mereka kadang-kadang hal ini disebabkan

oleh kegagalan professional kesehatan dalam memberikan informasi yang

lengkap penggunaan istilah-istilah medis dan mbanyak memberikan instruksi

yang harus diingat oleh pasien

28

Pendekatan praktis untuk meningkatkan kepatuhan pasien ditemukan oleh

Dinicola dan Dimatteo yaitu

a) Buat instruksi tertulis yang jelas dan mudah diinterpretasikan

b) Berikan informasi tentang pengobatan sebelum menjelaskan hal-hal lain

c) Jika seseorang diberikan suatu daftar tertulis tenang hal-hal yang harus

diingat maka aka nada efek ldquokeunggulanrdquoyaitu mereka brusaha mengingat

hal-hal yang pertama kali ditulis

d) Insruksi-instruksi harus ditulis dengan bahasa umum ( Non medis ) dan hal-

hal yang perlu ditekankan 14

2 Kualitas Interaksi

Kualitas interaksi antara profrsional kesehatan dan pasien merupakan bagian yang

penting dalam menentukan derajat kepatuhan Meningkatkan interaksi

professional kesehatan dengan pasien adalah suatu hal penting untuk memberikan

umpan balik pada pasien setelah memperoleh informasi tentang diagnosis Pasien

membutuhkan penjelasan tentang kondisinya saat ini apa penyebabnya dan apa

yang dapat mereka lakukan dengan kondisi seperti itu

3 Isolasi sosial dan keluarga

Keluarga dapat menjadi factor yang sangat berpengaruh dalam menentukan

keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga menentukan tentang

program pengobatan yang dapat mereka terima Keluarga juga member dukungan

dan membuat keputusan mengenai perawatan dari anggota keluarga yang sakit

4 Keyakinan Sikap Kepribadian

Ahli psikologis telah menyelidiki tentang hubungan antar pengukuran-

pengukuran kepribadian dan kepatuhan Mereka menemukan bahwa data

kepribadian secara benar dibedakan antar orang yang putih drngan orang yang

gagal Orang-orang yang tidak patuh adalah orang-orang yang lebih mengalami

depresi anxietas sangat memperhatikan kesehatannya memiliki kekuatan ego

29

yang lebih lemah dan kehidupan sosialnya lebih memusatkan perhatian pada

dirinya sendiri Blumenthal et al mengatakan bahwa ciri-ciri kepribadian yang

disebutkan diatas itu yang menyebabkan seseorang cenderung tidak patuh ( drop

out) dari program pengobatan 14

Menurut Schwart dan Griffin Faktor yang berhubungan dengan

ketidaktaan secara sejarah riset tentang ketaan pasien didasarkan atas pandangan

tradisional mengenai pasien sebagai penerima nasihat dokter yang pasif dan patuh

Pasien yang tidak taat dipandang sebagai orang yang lalai dan masalahnya dianggap

sebagai masalah control Riset berusah untuk mengidentifikasi kelompok-kelompok

pasien yang tidak patuh berdasarkan kelas sosioekonomi pendidikan umur dan

jenis kelamin Pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan sepanjang bawah

pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif seperti penggunaan buku-buku

dan kaset oleh pasien secara mandiri Usaha-usaha ini sedikit berhasil seorang dapat

menjadi tidak taat kalau situasinya memungkinkan Teori-teori yang lebih baru

menekannkan factor situasional dan pasien sebagai peserta yang aktif dalam proses

pengobatannya Perilaku ketaatan sering diartikan sebagai usaha pasien untuk

mengendalikan perilakunya bahkan jika hal tersebut bias menimbulkan resiko

mengenai kesehatannya 15

Macam-macam faktor yang berkaitan dengan ketidaktaatan disebutkan

a Ciri-ciri kesakitan dan cirri-ciri pengobatan

Menurut Dickson dkk perilaku ketaatan lebih rendah untuk penyakit kronis

(karena tidak ada akibat buruk yang segera dirasakan atau resiko yang jelas )

saran mengenai gaya hidup umum dan kebiasaan yang lama pengobatan yang

kompleks pengobatan dengan efek samping perilaku yang tidak pantas

Menurut Sarafino tingkat ketaaatan rata-rata minum obat utnuk menyenbuhkan

kesakitan akut dengan pengobatan jangka pendek adalah sekitar 78 Untuk

kesakita kronis dengan cara pengobatan jangaka panjang tingkat tersebut menurun

sampai 54

b Komunikasi antara Pasien dan Dokter

Berbagai aspek komunikasi antara pasien dan dokter mempengaruhi tingkat

ketidaktaan misalnya informasi dengan pengawasan yang kurang

30

ketidakpuasan terhadap aspek hubungan emosional dengan dokter ketidak

puasan terhadap pengobatan yang diberikan

c Variabel-variabel sosial

Hubungan antara dukungan sosial dengan ketaatan telah dipelajari Secara umum

orang-orang yang merasa mereka menerima penghiburan perhatian dan

pertolongan yang mereka butuhkan dari seseorang atau kelompok biasanya

cenderung lebih mudah mengikuti nasihat medis daripada pasien yang kurang

mendapat dukungan sosial Jelaslah bahwa keluarga memainkan peranan yang

sangat penting dalam pengelolaan medis misalnya penggunaan pengaruh

normative pada pasien yang mungkin mengakibatkan efek yang memudahkan

atau menghambat perilaku ketaatan

d Ciri-ciri Individual

Variabel-variabel demografis juga digunakan untuk meramalkan ketidaktaatan

sebagai contoh Di Amerika Serikat kaum wanita kaum kulit putih dan orang

tua cenderung mengikuti anjuran dokter 15

Dalam proses penyembuhan penderita TB Paru dapat diberikan obat anti-

TB (OAT) yang diminum secara teratur sampai selesai dengan pengawasan

yangketat Masa pemberian obat memang cukup lama yaitu 6-8 bulan secara terus

menerus sehingga dapat mencegah penularan kepada orang lain Oleh sebab itu para

penderita TB jika ingin sembuh harus minum obat secara teratur Tanpa adanya

keteraturan minum obat penyakit sulit disembuhkan Jika tidak teratur minum obat

penyakitnya sukar diobati kuman TB dalam tubuh akan berkembang semakin banyak

dan menyerang organ tubuh lain yang akan membutuhkan waktu lebih lama untuk

dapat sembuh

26 Pengawasan Menelan Obat (PMO) 9

Salah satu komponen DOTS adalah pengobatan paduan OAT jangka

pendek dengan pengawasan langsung Untuk menjamin keteraturan pengobatan

diperlukan seorang PMO

31

a Persyaratan PMO

bull Seseorang yang dikenal dipercaya dan disetujui baik oleh petugas kesehatan

maupun pasien selain itu harus disegani dan dihormati oleh pasien

bull Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien

bull Bersedia membantu pasien dengan sukarela

bull Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan pasien

b Siapa yang bisa menjadi PMO

Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan misalnya Bidan di Desa Perawat

Pekarya Sanitarian Juru Immunisasi dan lain lain Bila tidak ada petugas

kesehatan yang memungkinkan PMO dapat berasal dari kader kesehatan guru

anggota PPTI PKK atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga

c Tugas seorang PMO

bull Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai

pengobatan

bull Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur

bull Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah

ditentukan

bull Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai gejala-

gejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke Unit Pelayanan

Kesehatan

Tugas seorang PMO bukanlah untuk mengganti kewajiban pasien mengambil

obatdari unit pelayanan kesehatan

d Informasi penting yang perlu dipahami PMO untuk disampaikan kepada pasien dan

keluarganya

bull TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur

32

bull TB bukan penyakit keturunan atau kutukan

bull Cara penularan TB gejala-gejala yang mencurigakan dan cara pencegahannya

bull Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan)

bull Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur

bull Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera meminta

pertolongan ke UPK

27 Penanggulangan TB 16

Rencana Global Penanggulangan TB

Rencana Global 2006-2015 mencakup enam elemen utama dalam strategi baru Stop

TB ndashWHO yang terdiri dari

1 Memperluas dan meningkatkan ekspansi DOTS yang berkualitas meningkatkan

penemuan kasus dan kesembuhan melalui pendekatan yangterfokus pada penderita

agar pelayanan DOTS yang berkualitas dapat menjangkau seluruh penderita

khususnya kelompok masyarakat yang miskin dan rentan

2 Menghadapi tantangan TBHIV MDR-TB dan tantangan lainnya dengan cara

meningkatkan kolaborasi TBHIV DOTS-Plus dan pendekatan lainnya

3 Berkontribusi dalam memperkuat sistem kesehatan melalui kerjasama dengan

berbagai program dan pelayanan kesehatan lainnya misalnya dalam memobilisasi

sumber daya manusia dan finansial untuk implementasi dan mengevaluasi

hasilnyaserta pertukaran informasi dalam keberhasilan pencapaian dalam program

penanggulangan TB

33

4 Melibatkan seluruh penyedia pelayanan kesehatan pemerintah lembaga swadaya

masyarakat (LSM) dan swasta dengan cara memperluas pendekatan berbasis

public-private mix (PPM) dengan menggunakan ISTC

5 Melibatkan penderita TB dan masyarakat untuk memberikan kontribusi dalam

penyediaan pelayanan yang efektif Hal ini meliputi perluasan pelayanan TB di

masyarakat menciptakan kebutuhan masyarakat akan pelayanan TB advokasi

yang spesifik komunikasi dan mobilisasi sosial serta mendukung pengembangan

piagam pasien TB dalam masyarakat dan

6 Memberdayakan dan meningkatkan penelitian operasional

28 Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel dependent

Karakteristik Individu

1Umur

2Jenis kelamin

3Pendidikan

4Pekerjaan

5Pengetahuan

6Efek samping OAT

7Tingkat kepatuhan

penderita dalam

pengobatan

Kesembuhan

34

Penderita TB paru

Faktor Pelayanan

kesehatan

1 Ketersediaan OAT

2 Sikap petugas kesehatan

3 LokasiJarak

4 Penyuluhan kesehatan

5 Kunjungan rumah

Faktor Peran PMO

Gambar Kerangka Konsep Penelitian

Definisi Konsep

1 Karakteristik individu adalah hal-hal yang melekat dalam diri penderita TB paru yang

mempengaruhi tingkat kapetuhan dalam melaksanakan program pengobatan dengan

strategi DOTS yang membedakan seseorang dengan yang lainnya meliputi umur jenis

kelamin pendidikan pekerjaan pengetahuan efek samping OAT tingkat kepatuhan

penderita dalam pengobatan

2 Faktor pelayanan kesehatan adalah penilaian dari penderita TB paru terhadap upaya yang

diselenggarakan oleh unit pelayanan kesehatan untuk menangani penderita TB paru

meliputi Ketersediaan OATsikap petugas kesehatan lokasijarak penyuluhan

kesehatan dan kunjungan rumah

3 Faktor Peran PMO ( Pengawasan Menelan Obat ) adalah penilaian dari penderita TB paru

terhadap hal-hal yang menjadi tugas dari seseorang pengawas menelan obat yang

mempengaruhi tingkat kepatuhan penderita TB paru dalam melaksanakan pengobatan

meliputi penyuluhan member dorongan meningkatkan dan mengawasi

35

4 Kesembuhan adalah pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan

pemeriksaan ulang dahak (follow up) menunjukkan hasil BTA negatif

29 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep di atas maka hipotesis penelitian ini adalah

1) Ada pengaruh karakteristik individu terhadap kesembuhan penderita TB paru

dalam pengobatan

2) Ada pengaruh pelayanan kesehatan terhadap kesembuhan penderita TB paru

dalam pengobatan

3) Ada pengaruh PMO terhadap kesembuhan penderita TB paru dalam pengobatan

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

31 Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional yang

bertujuan untuk menjelaskan pengaruh karakteristik individu faktor pelayanan

kesehatan dan faktor Pengawas Menelan Obat (PMO) terhadap kesembuhan

penderita TB Paru dalam melaksanakan pengobatan di Puskesmas Grogol Petamburan

tahun 2011

32 Tempat dan Waktu Penelitian

36

Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Grogol Petamburan pada bulan

Januari sampai Februari tahun 2012

33 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang

sedang menjalankan pengobatan TB di Puskesmas Grogol

Petamburan mulai bulan OktobeR

34 Keriteria Inklusi dan Eksklusi

341 Keriteria Inklusi

342 Keriteria Eksklusi

35 Sampel

351 Besar Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang

mengikuti pengobatan dengan strategi DOTS di Puskesmas yang pada saat penelitian

sedang menjalani pengobatan dan seluruh penderita TB yang telah mendapat

pengobatan selama 6 bulan atau sedang dalam tahap lanjutan

Keterangan

n1 = Jumlah sampel minimal

37

n2 = Jumlah sampel ditambah substitusi 10 (substitusi adalah persen responden

yang mungkin drop out)

Z = Tingkat batas kepercayaan dengan = 5

Didapat Z pada kurva normal = 196

p = Proporsi variabel yang diteliti yaitu besarnya presentasi 50 )

q = 1 - p

L = Derajat kesalahan yang masih dapat diterima adalah 10

Berdasarkan rumus di atas didapatkan angka sebagai berikut

( Z )2 p q ( 196 )2 0505

n1 = ----------------- = ------------------------------ = 9604

L2 ( 01 )2

n2 = n1 + ( 10 n1 )

= 9604 + ( 10 9604)

= 9604 + 9604

= 10564 Dibulatkan 106

352 Teknik Pengambilan Sampel

36 Identifikasi Variabel

1 Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kesembuhan tb paru

2 Variabel independen adalah umur jenis kelamin pendidikan pekerjaan

pengetahuan efek samping OAT dan tingkat kepahuhan dari penderita TB

Selain itu faktor dari pelayanan kesehatan dan PMO juga ikut berperan

37 Cara Kerja

1 Membuat proposal penelitian tentang hubungan antara tingkat kepatuhan minum

OAT dengan tingkat kesembuhan penyakit TB di Puskesmas Kecamatan Grogol

Petamburan

38

2 Pengumpulan data sekunder dari Puskesmas Grogol Petamburan

3 Melakukan kunjungan ke rumah-rumah sampel di daerah RT terpilih untuk

pengumpulan data primer dengan memakai kuesioner dan wawancara responden

4 Data-data yang telah dikumpulkan akan dilakukan pengolahan berupa proses

editing verifikasi dan koding Selanjutnya dimasukkan dan diolah dengan

menggunakan program computer yaitu program SPSS

5 Terhadap data yang telah diolah kemudian dilakukan analisis sesuai dengan cara

uji statistik menggunakanhelliphellip Data diinterpretasi secara deskriptif korelatif

antar variabel ndash variabel yang telah ditentukan dan disajikan dalam bentuk

tekstular dan tabular

6 Hasil dari penelitian akan disusun dalam bentuk pelaporan penelitian yang

selanjutnya akan di presentasikan di hadapan staf pengajar program pendidikan

Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida

Wacana (FK UKRIDA) dalam forum pendidikan Ilmu Kedokteran Komunitas

Fakultas Kedokteran UKRIDA

38 Manajemen Data

381 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder yaitu

1 Data primer diperoleh dengan wawancara langsung kepada penderita TB paru

dan petugas kesehatan program penanggulangan TB Paru yang berpedoman pada

kuisioner penelitian yang telah ditetapkan dam melakukan cross check

2 Data sekunder diperoleh dari laporan pelaksanaan program penanggulangan TB

Paru di Puskesmas kartu pengobatan TBC (formulir TB 01) dan Formulir

Permohonan Laboratorium TBC Untik Pemeriksaan Dahak (formulir TB 05)

382 Pengolahan Data

39

Aspek pengukuran

Aspek pengukuran variable bebas

Karakteristik individu

Aspek pengukuran variable karakteristik individu dapat dilihat pada tabel 31

Table 31 Aspek Pengukuran Variabel Karakteristik Individu

Karakteristik

individu

Kategori Skala Bobot nilai

Umur a 15-24 tahun

b 25-49 tahun

c gt 50 tahun

rasio

Jenis kelamin a Laki-laki

b Perempuan

Tingkat

pendidikan

a Tidak tamat SD

b SD

c SLTP

d SLTA

e Sarjana S1

Pekerjaan a Bekerja

b Tidak bekerja

Pengetahuan a Baik

b Sedang

c Bururk

Efek samping

OAT

a Ada

b Tidan ada

Faktor pelayanan kesehatan

Pengukuran faktor pelanan kesehatan meliputi ketersediaan OAT yang

diukur adalah yang diukur dengan 2 pertanyaan sikap petugas kesehatan diukur

dengan 8 pertanyaan lokasi jarak diukur dengan 3 pertanyaan penyuluhan kesehatan

diukur dengan 6 pertanyaan dan kunjungan rumah diukur dengan 2 pertanyaan

40

berdasarkan jawaban yang diberikan responden selanjutnya dikelompokkan menjadi

tiga (3) yaitu

a Baik jika faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan

penilaian yang baik karena kebutuhan yang diinginkan debagian besarnya

terpenuhi (nilai gt32)

b Sedang bila faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan

penilaian yang kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan responden hanay

sebagian saja yang terpenuhi (nilainya 17-32)

c Buruk bila faktor pelayanan pelayanan kesehatan yang diterima responden

menimbulkan penilaian yang tidak baik karena kebutuhan yang diinginka

responden sebagian besar tidak dipenuhi (nilainya lt17)

Faktor Pengawas Menelan Obat (PMO)

Faktor Pengawas Menelan Obat diukur dengan 5 pertanyaan yang

selanjutnya dibedakan atas 3 kategori yaitu

a Baik bila semua tugas yang diterima responden terlaksana dengan baik yaitu

mengawasi memberikan dorongan mengingatkan dan memberikan penyuluhan

(nilainya gt11)

b Sedang bila tugas PMO yang diterima responden sebagian saja yang terpenuhi

(nilainya 6-11)

c Buruk bila tugas PMO yang diterima responden tidak terlaksana dengan baik

(nilainya lt 6)

Aspek Pengukuran Variabel Terikan

Kepatuhan Pengobatan TB Paru

41

Aspek Pengukuran Variabel ini menggunakan skala interval yang diukur berdasarkan

tiga (3) kategori yaitu

Patuh apabila responden selalu menelan obat sesuai ketentuan petugas kesehatan

yaitu setiap hari pada tahap awal tiga kali seminggu pada tahap lanjutan dan

mengambil obat serta memeriksakan dahak sesuai jadwal dan menaati nasihat dari

petugas kesehatan ( bobot 3 )

Kurang patuh jika responden kadang-kadang menelan obat sesuai ketentuan

petugas kesehatan atau responden tidak menelan obat 2-8 minggu selama tahap

pengobatan lanjutan dan tidak memerisakan dahak sesuai jadwal yang telah

ditetapkan dan tidak selalu menaati nasihat dari petugas kesehatan (bobot 2 )

Tidak patuh jika responden tidak menelan obat sesuai ketentuan petugas

kesehatan atau responden tidak menelan obat lebih dari 8 minggu selama tahap

pengobatan lanjutan dan tidak mengambil obat serta tidak memeriksakan dahak

sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan tidak menaati nasihat petugas kesehatan

(bobot 1)

383 Penyajian Data

384 Analisis Data

385 Interpretasi Data

386 Pelaporan Data

39 Definisi Operasional

1 Umur adalah usia responden saat penelitian berdasarkan ulang tahun terakhir yang

dibedakan atas 3 (tiga) kategori berdasarkna Badan Pusat Statistik Kota Medan

42

tahun 2008 yaitu 1) orang muda 25-24 tahun 2) dewasa 24-49 tahun 3) orang

tua gt 50 tahun

2 Jenis kelamin adalah suatu karakteristik responden yang dibedakan identitasnya

dari laki-laki dan perempuan

3 Pendidikan adalah jenjang pendidikannyang berhasil ditamatkan responden yang

dibedakan atas tidak tamat SD SD SLTP SLTA Akademi Sarjana

4 Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh responden sebagai

pendapatan utama yang dibedakan atas kerja dan tidak bekerja

5 Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai penyakit

TB paru

6 Efek samping OAT adalah gejala keluhan yang diderita responden akiba menelan

OAT selama pengobatan

7 Ketersdediaan OAT adalah pandangan responden terhadap kondisi OAT

diperoleh dari puskesmas meliputi kecukupan jumlah OAT dan dan kualitasnya

8 Sikap petugas kesehatan adalah penilaian responden terhadap reaksi petugas

kesehatan kepada responden selama mereka menjalanin pengobatan

9 Lokasi jarak adalah pandangan responden tentang lama perjalanan dari tempat

tinggal responden ke Puskesmas yang diukur dengan jarak sarana transportasi

10 Penyuluhan kesehatan adalah pandangan responden tentang kegiatan yang

dilakukan oleh petugas kesehatan sehubungan dengan pengobatan TB Paru untuk

mencapai suatu keadaan dimana pederita TB Paru dapat hidup lebih sehat

11 Kunjungan rumah adalah pandangan responden tentang kegiatan yang dilakukan

petugas kesehatan selama masa pengobatan ke rumah responden

12 Faktor peran Pengawas Minum Obat (PMO) adalah pandangan responden tentang

tugas yang dilakasanakan oleh seorang PMO meliputi penyuluhan

13 Kepatuhan berobat adalah ketaan responden dalam menelan obat mengambil

obat dan melakukan pemeriksaan dahak sesuai jadwal yang telah ditentukan dan

menaati segala nasehat dari petugas kesehatan

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

1) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta

2) Perkumpulan Pemberantasan TB Indonesia 2011 TB di Indonesia Peringkat Dunia

Jakarta Diakses melalui situs httpwwwpptiinfoindexphpcomponentcontentarticle46-

arsip-ppti141-tbc-di-indonesia-peringkat-5-dunia Diakses pada tanggal 23 Januari 2012

44

3) Depkes dan WHO 2008 Lembar Fakta Tuberkulosis Jakarta

4) Dirjen P2M amp PLP 1997 Pengawasan Menelan Obat (PMO) adalah DOTS ala Indonesia

Jakarta

5) Amirudin R 2006 Faktor Keberhasilan Konversi pada Penderita TB Paru di Puskesmas

Jongaya Tahun 2006 Laporan Penelitian FKM Unhas Makasar

6) Aditama Tjandra Y 1994 Tuberkulosis Paru Masalah dan Penanggulangnya UI Press

Jakarta

7) Aru W Bambang S Idrus A dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Tuberkulosis

Paru Edisi IV FKUI Jakarta 2006 998-1004

8) Depkes RI 2002 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta

9) Depkes RI 2006 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta

10) Subijakto Hubungan Pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Berobat

Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Proposal Skripsi Jakarta 2011 Diakses pada

tanggal 20 Januari 2012

11) Aditama Tjandra Y 2002 Tuberkulosis Diagnosis Terapi dan Masalahnya Yayasan IDI

Jakarta

12) Notoatmodjo Soekidjo 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Penerbit Rineka Cipta

Jakarta

13) Simamora Jojor 2004 Faktor yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Berobat Penderita TB

Paru di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2004 Tesis Pascasarjana USU Medan

14) Ester Monica 2000 Psikologi Kesehatan Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

15) Bart Smet 1994 Psikologi Kesehatan PT Grasindo Jakarta

16) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta

45

Page 18: 133192422-TB-paru

- Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat biasanya pasien

menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu

- Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2

bulan

Tahap Lanjutan 9

- Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit namun dalam jangka

waktu yang lebih lama

- Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah

terjadinya kekambuhan

2110 Panduan Penggunaan OAT di Indonesia9

Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan

Tuberkulosis di Indonesia

- Kategori 1 2(HRZE)4(HR)3

- Kategori 2 2(HRZE)S(HRZE)5(HR)3E3

Disamping kedua kategori ini disediakan paduan obat sisipan (HRZE)

- Kategori Anak 2HRZ4HR

Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket

berupa obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT) sedangkan kategori anak sementara

ini disediakan dalam bentuk OAT kombipak

Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu

tablet Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien Paduan ini dikemas dalam

satu paket untuk satu pasien

Paket Kombipak

18

Terdiri dari obat lepas yang dikemas dalam satu paket yaitu Isoniasid

Rifampisin Pirazinamid dan Etambutol Paduan OAT ini disediakan program untuk

mengatasi pasien yang mengalami efek samping OAT KDT

Paduan OAT ini disediakan dalam bentuk paket dengan tujuan untuk

memudahkan pemberian obat dan menjamin kelangsungan (kontinuitas) pengobatan

sampai selesai

Satu (1) paket untuk satu (1) pasien dalam satu (1) masa pengobatan

KDT mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB

1 Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin efektifitas

obat dan mengurangi efek samping

2 Mencegah penggunaan obat tunggal sehinga menurunkan resiko terjadinya

resistensi obat ganda dan mengurangi kesalahan penulisan resep

3 Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat menjadi

sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien

Paduan OAT dan peruntukannya

19

1 Kategori-1 (2HRZE 4H3R3)

Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru

1048707 Pasien baru TB paru BTA positif

1048707 Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif

1048707 Pasien TB ekstra paru

Tabel 22 Dosis untuk paduan OAT KDT untuk Kategori 1

Berat Badan

Tahap Intensif

tiap hari selama 56 hari

RHZE (15075400275)

Tahap Lanjutan

3 kali seminggu selama 16 minggu

RH (150150)

30-37 kg 2 tablet 4 KDT 2 tablet 4 KDT38-54 kg 3 tablet 4 KDT 3 tablet 4 KDT55-70 kg 4 tablet 4 KDT 4 tablet 4 KDTge 71 kg 5 tablet 4 KDT 5 tablet 4 KDT

2 Kategori -2 (2HRZES HRZE 5H3R3E3)

Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya

1048707 Pasien kambuh

1048707 Pasien gagal

1048707 Pasien dengan pengobatan setelah default (terputus)

Tabel 23 Dosis untuk paduan OAT KDT Kategori 2

Berat Badan

Tahap Intensif

tiap hari

RHZE (15075400275) + S

Tahap Lanjutan

3 kali seminggu

RH (150150) + E (275)

Selama 56 hari Selama 28 hari Selama 20 minggu

30-37 kg 2 tablet 4 KDT + 500 mg Streptomisin inj

2 tablet 4 KDT 2 tablet 4 KDT+ 2 tab Etambutol

38-54 kg 3 tablet 4 KDT +750 mg Streptomisin inj

3 tablet 4 KDT 3 tablet 4 KDT+ 3 tab Etambutol

55-70 kg 4 tablet 4 KDT +1000 mg Streptomisin inj

4 tablet 4 KDT 4 tablet 4 KDT+ 4 tab Etambutol

ge 71 kg 5 tablet 4 KDT +1000 mg Streptomisin inj

5 tablet 4 KDT 5 tablet 4 KDT+ 5 tab Etambutol

Catatan

20

Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal untuk streptomisin adalah

500mg tanpa memperhatikan berat badan

Untuk perempuan hamil lihat pengobatan TB dalam keadaan khusus

Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan menambahkan aquabidest

sebanyak 37ml sehingga menjadi 4ml (1ml = 250mg)

3 OAT Sisipan (HRZE)

Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap intensif kategori 1 yang

diberikan selama sebulan (28 hari)

Tabel 24 Dosis KDT untuk Sisipan

Berat Badan Tahap Intensif tiap hari selama 28 hari

RHZE (15075400275)

30-37 kg 2 tablet 4 KDT38-54 kg 3 tablet 4 KDT55-70 kg 4 tablet 4 KDTge 71 kg 5 tablet 4 KDT

Penggunaan OAT lapis kedua misalnya golongan aminoglikosida (misalnya

kanamisin) dan golongan kuinolon tidak dianjurkan diberikan kepada pasien baru tanpa indikasi

yang jelas karena potensi obat tersebut jauh lebih rendah daripada OAT lapis pertama Di

samping itu dapat juga meningkatkan terjadinya risiko resistensi pada OAT lapis kedua

2111 Alur Diagnostik TB 9

21Suspek TB Paru

2112 Evaluasi Pengobatan

22

Pemeriksaan dahak mikroskopis (SPS = Sewaktu ndash Pagi ndash Sewaktu)

Hasil BTA+ - -

Hasil BTA- - -

Hasil BTA+ + ++ + +

Antibiotik Non-OAT

Tidak adaPerbaikan

Adaperbaikan

Pemeriksaan dahak mikroskopis

Foto toraks dan

Pertimbangan dokter

Hasil BTA+ + ++ + -+ _ _

Hasil BTA- - -

Foto toraks dan

Pertimbangan dokter

TB Bukan TB

Evaluasi Klinis

Biasanya pasien di control dalam 1 minggu pertama selanjutnya setiap 2 minggu

selama tahap intensif dan seterusnya sekali sebulan sampai akhir pengobatan

Secara klinis hendaknya terdapat perbaikan keluhan pasien seperti batuk yang

berkurang tidak ada batuk darah nafsu makan bertambah dan ada peningkatan

berat badan

Evaluasi Bakteriologis

Pemeriksaan dahak untuk menilai keberadaan kuman Biasanya setelah 2-3

minggu perngobatan sputum BTA mulai negatif Pemeriksaan control sputum

dilakukan sekali sebulan Bagi penderita dengan BTA positif setelah tahap

intensif akan mendapatkan pengobatan ulang Bila sudah negatif sputum

diperiksa tiga kali berturut-turut dan harus dikontrol agar tidak terjadi ldquosilent

bacterial sheddingrdquo yaitu terdapat sputum BTA positif tanpa disertai keluhan-

keluhan TB yang relevan

Evaluasi Radiologis

Evaluasi radiologis juga diperlukan untuk melihat kemajuan terapi Dengan

pemeriksaan radiologis dapat dilihat keadaan TB parunya atau adanya penyakit

lain yang menyertai Evaluasi foto dada dilakukan tiap 3 bulan sekali 10

2113 Efek Samping OAT

Sebagian besar penderita TB paru dapat menyelesaikan pengobatan tanpa

efek samping Namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping Oleh karena

itu pemantauan kemungkinan terjadinya efek samping sangat penting dilakukan

selama pengobatan Pemantauan dilakukan dengan cara menjelaskan kepada

penderita tanda-tanda efek samping dan menanyakan adanya gejala efek samping

pada waktu penderita mengambil OAT 8

Efek samping ringan dari OAT seperti tidak ada nafsu makanmual sakit

perut nyeri sendi kesemutan sampai dengan rasa terbakar di kaki dan warna

kemerahan pada air seni Efek samping berat dari OAT misalnya gatal dan

kemerahan kulit tuli gangguan keseimbanagn ikterus tanpa penyebab lain

bingung dan muntah-muntah gangguan penglihatan purpura dan syok 8

22 Strategi DOTS

23

Strategi DOTS adalah strategi penanggulaan TB paru nasional yang telah

direkomendasikan oleh WHO yang dimulai pelaksanaannya di Indonesia pada tahun

19951996 Sebelum pelaksanaan strategi DOTS (1969-1994) angka kesembutah TB

paru yang dapat dicapai oleh program hanya 40-60 saja Dengan strategi DOTS

diharapkan angka kesembuhan dapat dicapai minimal 85 dari penderita TB paru

BTA positif yang di temukan 11

Prinsip DOTS adalah mendekatkan pelayanan pengobatan terhadap

penderita agar secara langsung dapat mengawasi keteraturan menelan obat dan

melakukan pelacakan bila penderita tidak datang mengambil obat sesuai dengan yang

ditetapkan

Kalau diurai dari kata-katanya pengertian DOTS dapat dimulai dengan

keharusan setiap pengelola program TB intuk member direct attention dalam usaha

menemukan penderita Dalam bahasa lain ini diterjemahkan menjadi deteksi kasus

dengan pemeriksaan mikroskopik kendati sebenarnya pengertiannya dapat diperluas

dengan keharusan untuk mendeteksi kasus secara baik dan akurat Kemudian setiap

pasien harus di- observed dalam memakan obatnya setiap obat yang di telan pasien

harus di depan seorang pengawas Selain itu tentunya pasien harus menerima

treatment yang tertata dalam system pengelolaan distribusi dan penyediaan obat

secara baik Kemudian setiap pasien harus mendapat obat yang baik artinya

pengobatan short course standart yang telah terbukti ampuh secara klinik

Akhirnya harus ada dukungan dari pemerinyah yang membuat program

penanggulangan TB mendapat prioritas yang tinggi dalam pelayanan kesehatan 11

Strategi DOTS mempunyai lima komponen

1) Komitmen politits dari para pengambil keputusan termasuk dukungan dana

2) Diagnosa TB dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopik

3) Pengobatan dengan panduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) jangka pendek

dengan pengawasan langsung oleh pengawas Menelan Obat (PMO)

4) Kesinambungan perssediaan OAT jangka pendek dengan mutu terjamin

5) Pencatatan dan pelaporan secraa baku untuk memudahkan pemantauan dan

evaluasi program penanggulangan TB

23 Konsep Perilaku

24

Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor baik faktor internal

( dari dalam diri manusia ) maupun faktor eksternal ( dari luar diri manusia ) Faktor

internal ini terdiri dari faktor fisik dan psikis Faktor eksternal terdiri dari berbagai

faktor antara lain sosial budaya masyarakat lingkungan fisik politik ekonomi

pendidikan dan sebagainnya Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi

kesehatan baik individu kelompok maupun masyarakat dikelompokkan menjadi

empat ( Blum 1974 )

Konsep Blum menjelaskan bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh

1) Lingkungan yang mencakup lingkungan fisik sosial budaya politik ekonomi

dan sebagainnya

2) Perilaku

3) Pelayanan kesehatan

4) Keturunan ( hereditas )

Perilaku merupakan factor terbesar kedua setelah factor lingkungan yang

mempengaruhi derajat kesehatan Oleh sebab itu dalam rangka membina dan

meningkatkan kesehatan masyarakat maka intervensi atau upaya yang di tujukan

kepada faktor erilaku ini sangat strategis

Menurut Green perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama yakni 12

1) Faktor predisposisi ( predisposing factor )

Faktor ini mencakup pengetahuan sikap dan masyarakat terhadap kesehatan

tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan

kesehatan sistem nilai yang dinut masyarakat tingkat pendidikan tingkat sosial

ekonomi dan sebagainya

2) Faktor Pemungkin ( Enabling factor )

Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan

bagi masyarakat misalnya air bersih tempat pembuangan tinja ketersediaan

makanan yang bergizi dan sebagainnya termasuk juga fasilitas kesehatan

seperti puskesmas rumah sakit posyandu dokter atau bidan praktek swasta dan

sebagainnya

3) Faktor penguat ( reinforcing factor )

25

Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat tokoh agama

sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan Termasuk juga di

sini undang-undang peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah

daerah yang terkait dengan kesehatan

Tim kerja dari WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang

berperilaku tertentu dikarenakan 4 ( empat ) alasan pokok yaitu

1) Pemikiran dan perasaan ( Thoughts and feeling )

Yakni dalam bentuk pengetahuan kepercayaan dan sikap Pengetahuan di

peroleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain sedangkan

kepercayaan biasanya diperoleh dari orang tua kakek atau nenek Seseorang

menerima kepercayaan itu berdasarkan keyankinan dan tanpa adanya pembuktian

terlebih dahulu Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap

objek dan seringnya diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang

lain yang paling dekat

2) Karakteristik Pendukung (enabling characteristics)

Karakteristik ini mencerminkan bahwa meskipun mempunyai predisposisi untuk

menggunakan pelayanan kesehatan ia tak akan bertindak menggunakannya

kecuali bial ia mampu menggunakannya Penggunaan pelayanan kesehatan yang

ada tergantung kepada kemampuan konsumen untuk membayar

3) Karakteristik kebutuhan (need characteristics)

Faktor predisposisi dan factor yang memungkinkan untuk mencari pengobatan

dapat terwujud di dalam tindakan apabila itu dirasakan sebagai kebutuhanDengan

kata lain kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan

pelayanan kesehatan bila mana tingkat predisposisi dan enabling itu ada

Kebutuhan (need) disisni di bagi menjadi dua ketegori dirasa atau preceived

( subject assessment) dan evaluated ( clinical diagnosis )

Menurut Skinner perilaku kesehatan adalah suatu respons

seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan

26

penyakit system pelayanan kesehatan makanan dan minimum serta lingkungan

Dari batasan ini perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 ( tiga)

kelompok yakni

1) Perilaku pemeliharaan kesehatan ( health maintenance)

Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga

kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit Oleh

sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3(tiga) aspek yaitu

a Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit serta

pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit

b Perilaku peningkatan kesehatan apabila seseorang dalam keadaan sehat

c Perilaku gizi Makanan dan minimum dapat meningkatkan kesehatan

seseorang bahkan dapat mendatangkan penyakit Hal ini sangat tergantung

pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut

2) Perilaku pencarian pengobatan ( health behavior )

Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat

menderita penyakit dan atau kecelakaan Tindakan atau perilaku ini dimulai dari

mengobati sendiri ( self treatment) sampai mencari pengobatan keluar negeri

3) Perilaku kesehatan lingkungan

Adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan baik lingkungan fisik

maupun social budaya dan sebagainnya sehingga lingkungan tersebut tidak

mempengaruhi kesehatannya Dengan perkataan lain bagaimana seseorang

mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri

keluarga atau mesyarakatnya 12

24 Kepatuhan Berobat

Kepatuhan berasal dari kata ldquo patuh ldquo yang berarti taat suka menuruti

disiplin Kepatuhan menurut Trostle adalah tingkat perilaku penderita dalam

mengambil suatu tindakan pengobatan misalnya dalam menentukan kebiasaan

hidup sehat dan ketetapan berobat Dalam pengobatan seseorang dikatakan tidak

27

patuh apabila orang tersebut melalaikan kewajibannya berobat sehingga dapat

mengakibatkan terhalangnya kesembuhan 13

Menurut Sacket kepatuhan pasien adalah sejauh mana perilaku pasien

sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh professional kesehatan 14

Menurut Sarafino secara umum ketidaktaatan meningkatkan risiko

berkembangnya masalah kesehatan atau memperpanjang atau memperburuk

kesakitan yang sedang di derita Perkiraan yang ada menyatakan bahwa 20 jumlah

opname di rumah sakit merupakan akibat dari ketidaktaatan pasien terhadap aturan

pengobatan Faktor yang mempengaruhi kepatuhan seseorang dalam berobat yaitu

faktor petugas faktor obat dan faktor penderita Karakteristik petugas yang

mempengaruhi kepatuhan antara lain jenis petugas tingkat pengetahuan lamanya

bekerja frekuensi penyuluhan yang dilakukan Faktor obat yang mempengaruhi

kepatuhan adalah pengobatan yang sulit dilakukan tidak menunjukkan kea rah

penyembuhan waktu yang lama adanya efek samping obat Faktor penderita yang

menyebabkan ketidakpatuhan adalah umur jenis kelamin pekerjaan anggota

keluarga saudara atau teman khusus 15

25 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan

Faktor-faktor yang mempengaruhi katidakpatuhan dapat digolongkan

menjadi empat bagian yaitu

1 Pemahaman tentang Instruksi

Tak seorang pun mematuhi instruksi jika ia salah paham tentang instruksi yang

diberikan kepadanyaLey dan Spelman (Ester 2000 ) Menemukan bahwa lebih

dari 60 yang diwawancarai setelah bertemu dengan dokter salah mengerti

tentang instruksi yang diberikan pada mereka kadang-kadang hal ini disebabkan

oleh kegagalan professional kesehatan dalam memberikan informasi yang

lengkap penggunaan istilah-istilah medis dan mbanyak memberikan instruksi

yang harus diingat oleh pasien

28

Pendekatan praktis untuk meningkatkan kepatuhan pasien ditemukan oleh

Dinicola dan Dimatteo yaitu

a) Buat instruksi tertulis yang jelas dan mudah diinterpretasikan

b) Berikan informasi tentang pengobatan sebelum menjelaskan hal-hal lain

c) Jika seseorang diberikan suatu daftar tertulis tenang hal-hal yang harus

diingat maka aka nada efek ldquokeunggulanrdquoyaitu mereka brusaha mengingat

hal-hal yang pertama kali ditulis

d) Insruksi-instruksi harus ditulis dengan bahasa umum ( Non medis ) dan hal-

hal yang perlu ditekankan 14

2 Kualitas Interaksi

Kualitas interaksi antara profrsional kesehatan dan pasien merupakan bagian yang

penting dalam menentukan derajat kepatuhan Meningkatkan interaksi

professional kesehatan dengan pasien adalah suatu hal penting untuk memberikan

umpan balik pada pasien setelah memperoleh informasi tentang diagnosis Pasien

membutuhkan penjelasan tentang kondisinya saat ini apa penyebabnya dan apa

yang dapat mereka lakukan dengan kondisi seperti itu

3 Isolasi sosial dan keluarga

Keluarga dapat menjadi factor yang sangat berpengaruh dalam menentukan

keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga menentukan tentang

program pengobatan yang dapat mereka terima Keluarga juga member dukungan

dan membuat keputusan mengenai perawatan dari anggota keluarga yang sakit

4 Keyakinan Sikap Kepribadian

Ahli psikologis telah menyelidiki tentang hubungan antar pengukuran-

pengukuran kepribadian dan kepatuhan Mereka menemukan bahwa data

kepribadian secara benar dibedakan antar orang yang putih drngan orang yang

gagal Orang-orang yang tidak patuh adalah orang-orang yang lebih mengalami

depresi anxietas sangat memperhatikan kesehatannya memiliki kekuatan ego

29

yang lebih lemah dan kehidupan sosialnya lebih memusatkan perhatian pada

dirinya sendiri Blumenthal et al mengatakan bahwa ciri-ciri kepribadian yang

disebutkan diatas itu yang menyebabkan seseorang cenderung tidak patuh ( drop

out) dari program pengobatan 14

Menurut Schwart dan Griffin Faktor yang berhubungan dengan

ketidaktaan secara sejarah riset tentang ketaan pasien didasarkan atas pandangan

tradisional mengenai pasien sebagai penerima nasihat dokter yang pasif dan patuh

Pasien yang tidak taat dipandang sebagai orang yang lalai dan masalahnya dianggap

sebagai masalah control Riset berusah untuk mengidentifikasi kelompok-kelompok

pasien yang tidak patuh berdasarkan kelas sosioekonomi pendidikan umur dan

jenis kelamin Pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan sepanjang bawah

pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif seperti penggunaan buku-buku

dan kaset oleh pasien secara mandiri Usaha-usaha ini sedikit berhasil seorang dapat

menjadi tidak taat kalau situasinya memungkinkan Teori-teori yang lebih baru

menekannkan factor situasional dan pasien sebagai peserta yang aktif dalam proses

pengobatannya Perilaku ketaatan sering diartikan sebagai usaha pasien untuk

mengendalikan perilakunya bahkan jika hal tersebut bias menimbulkan resiko

mengenai kesehatannya 15

Macam-macam faktor yang berkaitan dengan ketidaktaatan disebutkan

a Ciri-ciri kesakitan dan cirri-ciri pengobatan

Menurut Dickson dkk perilaku ketaatan lebih rendah untuk penyakit kronis

(karena tidak ada akibat buruk yang segera dirasakan atau resiko yang jelas )

saran mengenai gaya hidup umum dan kebiasaan yang lama pengobatan yang

kompleks pengobatan dengan efek samping perilaku yang tidak pantas

Menurut Sarafino tingkat ketaaatan rata-rata minum obat utnuk menyenbuhkan

kesakitan akut dengan pengobatan jangka pendek adalah sekitar 78 Untuk

kesakita kronis dengan cara pengobatan jangaka panjang tingkat tersebut menurun

sampai 54

b Komunikasi antara Pasien dan Dokter

Berbagai aspek komunikasi antara pasien dan dokter mempengaruhi tingkat

ketidaktaan misalnya informasi dengan pengawasan yang kurang

30

ketidakpuasan terhadap aspek hubungan emosional dengan dokter ketidak

puasan terhadap pengobatan yang diberikan

c Variabel-variabel sosial

Hubungan antara dukungan sosial dengan ketaatan telah dipelajari Secara umum

orang-orang yang merasa mereka menerima penghiburan perhatian dan

pertolongan yang mereka butuhkan dari seseorang atau kelompok biasanya

cenderung lebih mudah mengikuti nasihat medis daripada pasien yang kurang

mendapat dukungan sosial Jelaslah bahwa keluarga memainkan peranan yang

sangat penting dalam pengelolaan medis misalnya penggunaan pengaruh

normative pada pasien yang mungkin mengakibatkan efek yang memudahkan

atau menghambat perilaku ketaatan

d Ciri-ciri Individual

Variabel-variabel demografis juga digunakan untuk meramalkan ketidaktaatan

sebagai contoh Di Amerika Serikat kaum wanita kaum kulit putih dan orang

tua cenderung mengikuti anjuran dokter 15

Dalam proses penyembuhan penderita TB Paru dapat diberikan obat anti-

TB (OAT) yang diminum secara teratur sampai selesai dengan pengawasan

yangketat Masa pemberian obat memang cukup lama yaitu 6-8 bulan secara terus

menerus sehingga dapat mencegah penularan kepada orang lain Oleh sebab itu para

penderita TB jika ingin sembuh harus minum obat secara teratur Tanpa adanya

keteraturan minum obat penyakit sulit disembuhkan Jika tidak teratur minum obat

penyakitnya sukar diobati kuman TB dalam tubuh akan berkembang semakin banyak

dan menyerang organ tubuh lain yang akan membutuhkan waktu lebih lama untuk

dapat sembuh

26 Pengawasan Menelan Obat (PMO) 9

Salah satu komponen DOTS adalah pengobatan paduan OAT jangka

pendek dengan pengawasan langsung Untuk menjamin keteraturan pengobatan

diperlukan seorang PMO

31

a Persyaratan PMO

bull Seseorang yang dikenal dipercaya dan disetujui baik oleh petugas kesehatan

maupun pasien selain itu harus disegani dan dihormati oleh pasien

bull Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien

bull Bersedia membantu pasien dengan sukarela

bull Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan pasien

b Siapa yang bisa menjadi PMO

Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan misalnya Bidan di Desa Perawat

Pekarya Sanitarian Juru Immunisasi dan lain lain Bila tidak ada petugas

kesehatan yang memungkinkan PMO dapat berasal dari kader kesehatan guru

anggota PPTI PKK atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga

c Tugas seorang PMO

bull Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai

pengobatan

bull Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur

bull Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah

ditentukan

bull Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai gejala-

gejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke Unit Pelayanan

Kesehatan

Tugas seorang PMO bukanlah untuk mengganti kewajiban pasien mengambil

obatdari unit pelayanan kesehatan

d Informasi penting yang perlu dipahami PMO untuk disampaikan kepada pasien dan

keluarganya

bull TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur

32

bull TB bukan penyakit keturunan atau kutukan

bull Cara penularan TB gejala-gejala yang mencurigakan dan cara pencegahannya

bull Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan)

bull Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur

bull Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera meminta

pertolongan ke UPK

27 Penanggulangan TB 16

Rencana Global Penanggulangan TB

Rencana Global 2006-2015 mencakup enam elemen utama dalam strategi baru Stop

TB ndashWHO yang terdiri dari

1 Memperluas dan meningkatkan ekspansi DOTS yang berkualitas meningkatkan

penemuan kasus dan kesembuhan melalui pendekatan yangterfokus pada penderita

agar pelayanan DOTS yang berkualitas dapat menjangkau seluruh penderita

khususnya kelompok masyarakat yang miskin dan rentan

2 Menghadapi tantangan TBHIV MDR-TB dan tantangan lainnya dengan cara

meningkatkan kolaborasi TBHIV DOTS-Plus dan pendekatan lainnya

3 Berkontribusi dalam memperkuat sistem kesehatan melalui kerjasama dengan

berbagai program dan pelayanan kesehatan lainnya misalnya dalam memobilisasi

sumber daya manusia dan finansial untuk implementasi dan mengevaluasi

hasilnyaserta pertukaran informasi dalam keberhasilan pencapaian dalam program

penanggulangan TB

33

4 Melibatkan seluruh penyedia pelayanan kesehatan pemerintah lembaga swadaya

masyarakat (LSM) dan swasta dengan cara memperluas pendekatan berbasis

public-private mix (PPM) dengan menggunakan ISTC

5 Melibatkan penderita TB dan masyarakat untuk memberikan kontribusi dalam

penyediaan pelayanan yang efektif Hal ini meliputi perluasan pelayanan TB di

masyarakat menciptakan kebutuhan masyarakat akan pelayanan TB advokasi

yang spesifik komunikasi dan mobilisasi sosial serta mendukung pengembangan

piagam pasien TB dalam masyarakat dan

6 Memberdayakan dan meningkatkan penelitian operasional

28 Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel dependent

Karakteristik Individu

1Umur

2Jenis kelamin

3Pendidikan

4Pekerjaan

5Pengetahuan

6Efek samping OAT

7Tingkat kepatuhan

penderita dalam

pengobatan

Kesembuhan

34

Penderita TB paru

Faktor Pelayanan

kesehatan

1 Ketersediaan OAT

2 Sikap petugas kesehatan

3 LokasiJarak

4 Penyuluhan kesehatan

5 Kunjungan rumah

Faktor Peran PMO

Gambar Kerangka Konsep Penelitian

Definisi Konsep

1 Karakteristik individu adalah hal-hal yang melekat dalam diri penderita TB paru yang

mempengaruhi tingkat kapetuhan dalam melaksanakan program pengobatan dengan

strategi DOTS yang membedakan seseorang dengan yang lainnya meliputi umur jenis

kelamin pendidikan pekerjaan pengetahuan efek samping OAT tingkat kepatuhan

penderita dalam pengobatan

2 Faktor pelayanan kesehatan adalah penilaian dari penderita TB paru terhadap upaya yang

diselenggarakan oleh unit pelayanan kesehatan untuk menangani penderita TB paru

meliputi Ketersediaan OATsikap petugas kesehatan lokasijarak penyuluhan

kesehatan dan kunjungan rumah

3 Faktor Peran PMO ( Pengawasan Menelan Obat ) adalah penilaian dari penderita TB paru

terhadap hal-hal yang menjadi tugas dari seseorang pengawas menelan obat yang

mempengaruhi tingkat kepatuhan penderita TB paru dalam melaksanakan pengobatan

meliputi penyuluhan member dorongan meningkatkan dan mengawasi

35

4 Kesembuhan adalah pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan

pemeriksaan ulang dahak (follow up) menunjukkan hasil BTA negatif

29 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep di atas maka hipotesis penelitian ini adalah

1) Ada pengaruh karakteristik individu terhadap kesembuhan penderita TB paru

dalam pengobatan

2) Ada pengaruh pelayanan kesehatan terhadap kesembuhan penderita TB paru

dalam pengobatan

3) Ada pengaruh PMO terhadap kesembuhan penderita TB paru dalam pengobatan

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

31 Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional yang

bertujuan untuk menjelaskan pengaruh karakteristik individu faktor pelayanan

kesehatan dan faktor Pengawas Menelan Obat (PMO) terhadap kesembuhan

penderita TB Paru dalam melaksanakan pengobatan di Puskesmas Grogol Petamburan

tahun 2011

32 Tempat dan Waktu Penelitian

36

Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Grogol Petamburan pada bulan

Januari sampai Februari tahun 2012

33 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang

sedang menjalankan pengobatan TB di Puskesmas Grogol

Petamburan mulai bulan OktobeR

34 Keriteria Inklusi dan Eksklusi

341 Keriteria Inklusi

342 Keriteria Eksklusi

35 Sampel

351 Besar Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang

mengikuti pengobatan dengan strategi DOTS di Puskesmas yang pada saat penelitian

sedang menjalani pengobatan dan seluruh penderita TB yang telah mendapat

pengobatan selama 6 bulan atau sedang dalam tahap lanjutan

Keterangan

n1 = Jumlah sampel minimal

37

n2 = Jumlah sampel ditambah substitusi 10 (substitusi adalah persen responden

yang mungkin drop out)

Z = Tingkat batas kepercayaan dengan = 5

Didapat Z pada kurva normal = 196

p = Proporsi variabel yang diteliti yaitu besarnya presentasi 50 )

q = 1 - p

L = Derajat kesalahan yang masih dapat diterima adalah 10

Berdasarkan rumus di atas didapatkan angka sebagai berikut

( Z )2 p q ( 196 )2 0505

n1 = ----------------- = ------------------------------ = 9604

L2 ( 01 )2

n2 = n1 + ( 10 n1 )

= 9604 + ( 10 9604)

= 9604 + 9604

= 10564 Dibulatkan 106

352 Teknik Pengambilan Sampel

36 Identifikasi Variabel

1 Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kesembuhan tb paru

2 Variabel independen adalah umur jenis kelamin pendidikan pekerjaan

pengetahuan efek samping OAT dan tingkat kepahuhan dari penderita TB

Selain itu faktor dari pelayanan kesehatan dan PMO juga ikut berperan

37 Cara Kerja

1 Membuat proposal penelitian tentang hubungan antara tingkat kepatuhan minum

OAT dengan tingkat kesembuhan penyakit TB di Puskesmas Kecamatan Grogol

Petamburan

38

2 Pengumpulan data sekunder dari Puskesmas Grogol Petamburan

3 Melakukan kunjungan ke rumah-rumah sampel di daerah RT terpilih untuk

pengumpulan data primer dengan memakai kuesioner dan wawancara responden

4 Data-data yang telah dikumpulkan akan dilakukan pengolahan berupa proses

editing verifikasi dan koding Selanjutnya dimasukkan dan diolah dengan

menggunakan program computer yaitu program SPSS

5 Terhadap data yang telah diolah kemudian dilakukan analisis sesuai dengan cara

uji statistik menggunakanhelliphellip Data diinterpretasi secara deskriptif korelatif

antar variabel ndash variabel yang telah ditentukan dan disajikan dalam bentuk

tekstular dan tabular

6 Hasil dari penelitian akan disusun dalam bentuk pelaporan penelitian yang

selanjutnya akan di presentasikan di hadapan staf pengajar program pendidikan

Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida

Wacana (FK UKRIDA) dalam forum pendidikan Ilmu Kedokteran Komunitas

Fakultas Kedokteran UKRIDA

38 Manajemen Data

381 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder yaitu

1 Data primer diperoleh dengan wawancara langsung kepada penderita TB paru

dan petugas kesehatan program penanggulangan TB Paru yang berpedoman pada

kuisioner penelitian yang telah ditetapkan dam melakukan cross check

2 Data sekunder diperoleh dari laporan pelaksanaan program penanggulangan TB

Paru di Puskesmas kartu pengobatan TBC (formulir TB 01) dan Formulir

Permohonan Laboratorium TBC Untik Pemeriksaan Dahak (formulir TB 05)

382 Pengolahan Data

39

Aspek pengukuran

Aspek pengukuran variable bebas

Karakteristik individu

Aspek pengukuran variable karakteristik individu dapat dilihat pada tabel 31

Table 31 Aspek Pengukuran Variabel Karakteristik Individu

Karakteristik

individu

Kategori Skala Bobot nilai

Umur a 15-24 tahun

b 25-49 tahun

c gt 50 tahun

rasio

Jenis kelamin a Laki-laki

b Perempuan

Tingkat

pendidikan

a Tidak tamat SD

b SD

c SLTP

d SLTA

e Sarjana S1

Pekerjaan a Bekerja

b Tidak bekerja

Pengetahuan a Baik

b Sedang

c Bururk

Efek samping

OAT

a Ada

b Tidan ada

Faktor pelayanan kesehatan

Pengukuran faktor pelanan kesehatan meliputi ketersediaan OAT yang

diukur adalah yang diukur dengan 2 pertanyaan sikap petugas kesehatan diukur

dengan 8 pertanyaan lokasi jarak diukur dengan 3 pertanyaan penyuluhan kesehatan

diukur dengan 6 pertanyaan dan kunjungan rumah diukur dengan 2 pertanyaan

40

berdasarkan jawaban yang diberikan responden selanjutnya dikelompokkan menjadi

tiga (3) yaitu

a Baik jika faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan

penilaian yang baik karena kebutuhan yang diinginkan debagian besarnya

terpenuhi (nilai gt32)

b Sedang bila faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan

penilaian yang kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan responden hanay

sebagian saja yang terpenuhi (nilainya 17-32)

c Buruk bila faktor pelayanan pelayanan kesehatan yang diterima responden

menimbulkan penilaian yang tidak baik karena kebutuhan yang diinginka

responden sebagian besar tidak dipenuhi (nilainya lt17)

Faktor Pengawas Menelan Obat (PMO)

Faktor Pengawas Menelan Obat diukur dengan 5 pertanyaan yang

selanjutnya dibedakan atas 3 kategori yaitu

a Baik bila semua tugas yang diterima responden terlaksana dengan baik yaitu

mengawasi memberikan dorongan mengingatkan dan memberikan penyuluhan

(nilainya gt11)

b Sedang bila tugas PMO yang diterima responden sebagian saja yang terpenuhi

(nilainya 6-11)

c Buruk bila tugas PMO yang diterima responden tidak terlaksana dengan baik

(nilainya lt 6)

Aspek Pengukuran Variabel Terikan

Kepatuhan Pengobatan TB Paru

41

Aspek Pengukuran Variabel ini menggunakan skala interval yang diukur berdasarkan

tiga (3) kategori yaitu

Patuh apabila responden selalu menelan obat sesuai ketentuan petugas kesehatan

yaitu setiap hari pada tahap awal tiga kali seminggu pada tahap lanjutan dan

mengambil obat serta memeriksakan dahak sesuai jadwal dan menaati nasihat dari

petugas kesehatan ( bobot 3 )

Kurang patuh jika responden kadang-kadang menelan obat sesuai ketentuan

petugas kesehatan atau responden tidak menelan obat 2-8 minggu selama tahap

pengobatan lanjutan dan tidak memerisakan dahak sesuai jadwal yang telah

ditetapkan dan tidak selalu menaati nasihat dari petugas kesehatan (bobot 2 )

Tidak patuh jika responden tidak menelan obat sesuai ketentuan petugas

kesehatan atau responden tidak menelan obat lebih dari 8 minggu selama tahap

pengobatan lanjutan dan tidak mengambil obat serta tidak memeriksakan dahak

sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan tidak menaati nasihat petugas kesehatan

(bobot 1)

383 Penyajian Data

384 Analisis Data

385 Interpretasi Data

386 Pelaporan Data

39 Definisi Operasional

1 Umur adalah usia responden saat penelitian berdasarkan ulang tahun terakhir yang

dibedakan atas 3 (tiga) kategori berdasarkna Badan Pusat Statistik Kota Medan

42

tahun 2008 yaitu 1) orang muda 25-24 tahun 2) dewasa 24-49 tahun 3) orang

tua gt 50 tahun

2 Jenis kelamin adalah suatu karakteristik responden yang dibedakan identitasnya

dari laki-laki dan perempuan

3 Pendidikan adalah jenjang pendidikannyang berhasil ditamatkan responden yang

dibedakan atas tidak tamat SD SD SLTP SLTA Akademi Sarjana

4 Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh responden sebagai

pendapatan utama yang dibedakan atas kerja dan tidak bekerja

5 Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai penyakit

TB paru

6 Efek samping OAT adalah gejala keluhan yang diderita responden akiba menelan

OAT selama pengobatan

7 Ketersdediaan OAT adalah pandangan responden terhadap kondisi OAT

diperoleh dari puskesmas meliputi kecukupan jumlah OAT dan dan kualitasnya

8 Sikap petugas kesehatan adalah penilaian responden terhadap reaksi petugas

kesehatan kepada responden selama mereka menjalanin pengobatan

9 Lokasi jarak adalah pandangan responden tentang lama perjalanan dari tempat

tinggal responden ke Puskesmas yang diukur dengan jarak sarana transportasi

10 Penyuluhan kesehatan adalah pandangan responden tentang kegiatan yang

dilakukan oleh petugas kesehatan sehubungan dengan pengobatan TB Paru untuk

mencapai suatu keadaan dimana pederita TB Paru dapat hidup lebih sehat

11 Kunjungan rumah adalah pandangan responden tentang kegiatan yang dilakukan

petugas kesehatan selama masa pengobatan ke rumah responden

12 Faktor peran Pengawas Minum Obat (PMO) adalah pandangan responden tentang

tugas yang dilakasanakan oleh seorang PMO meliputi penyuluhan

13 Kepatuhan berobat adalah ketaan responden dalam menelan obat mengambil

obat dan melakukan pemeriksaan dahak sesuai jadwal yang telah ditentukan dan

menaati segala nasehat dari petugas kesehatan

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

1) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta

2) Perkumpulan Pemberantasan TB Indonesia 2011 TB di Indonesia Peringkat Dunia

Jakarta Diakses melalui situs httpwwwpptiinfoindexphpcomponentcontentarticle46-

arsip-ppti141-tbc-di-indonesia-peringkat-5-dunia Diakses pada tanggal 23 Januari 2012

44

3) Depkes dan WHO 2008 Lembar Fakta Tuberkulosis Jakarta

4) Dirjen P2M amp PLP 1997 Pengawasan Menelan Obat (PMO) adalah DOTS ala Indonesia

Jakarta

5) Amirudin R 2006 Faktor Keberhasilan Konversi pada Penderita TB Paru di Puskesmas

Jongaya Tahun 2006 Laporan Penelitian FKM Unhas Makasar

6) Aditama Tjandra Y 1994 Tuberkulosis Paru Masalah dan Penanggulangnya UI Press

Jakarta

7) Aru W Bambang S Idrus A dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Tuberkulosis

Paru Edisi IV FKUI Jakarta 2006 998-1004

8) Depkes RI 2002 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta

9) Depkes RI 2006 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta

10) Subijakto Hubungan Pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Berobat

Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Proposal Skripsi Jakarta 2011 Diakses pada

tanggal 20 Januari 2012

11) Aditama Tjandra Y 2002 Tuberkulosis Diagnosis Terapi dan Masalahnya Yayasan IDI

Jakarta

12) Notoatmodjo Soekidjo 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Penerbit Rineka Cipta

Jakarta

13) Simamora Jojor 2004 Faktor yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Berobat Penderita TB

Paru di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2004 Tesis Pascasarjana USU Medan

14) Ester Monica 2000 Psikologi Kesehatan Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

15) Bart Smet 1994 Psikologi Kesehatan PT Grasindo Jakarta

16) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta

45

Page 19: 133192422-TB-paru

Terdiri dari obat lepas yang dikemas dalam satu paket yaitu Isoniasid

Rifampisin Pirazinamid dan Etambutol Paduan OAT ini disediakan program untuk

mengatasi pasien yang mengalami efek samping OAT KDT

Paduan OAT ini disediakan dalam bentuk paket dengan tujuan untuk

memudahkan pemberian obat dan menjamin kelangsungan (kontinuitas) pengobatan

sampai selesai

Satu (1) paket untuk satu (1) pasien dalam satu (1) masa pengobatan

KDT mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB

1 Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin efektifitas

obat dan mengurangi efek samping

2 Mencegah penggunaan obat tunggal sehinga menurunkan resiko terjadinya

resistensi obat ganda dan mengurangi kesalahan penulisan resep

3 Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat menjadi

sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien

Paduan OAT dan peruntukannya

19

1 Kategori-1 (2HRZE 4H3R3)

Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru

1048707 Pasien baru TB paru BTA positif

1048707 Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif

1048707 Pasien TB ekstra paru

Tabel 22 Dosis untuk paduan OAT KDT untuk Kategori 1

Berat Badan

Tahap Intensif

tiap hari selama 56 hari

RHZE (15075400275)

Tahap Lanjutan

3 kali seminggu selama 16 minggu

RH (150150)

30-37 kg 2 tablet 4 KDT 2 tablet 4 KDT38-54 kg 3 tablet 4 KDT 3 tablet 4 KDT55-70 kg 4 tablet 4 KDT 4 tablet 4 KDTge 71 kg 5 tablet 4 KDT 5 tablet 4 KDT

2 Kategori -2 (2HRZES HRZE 5H3R3E3)

Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya

1048707 Pasien kambuh

1048707 Pasien gagal

1048707 Pasien dengan pengobatan setelah default (terputus)

Tabel 23 Dosis untuk paduan OAT KDT Kategori 2

Berat Badan

Tahap Intensif

tiap hari

RHZE (15075400275) + S

Tahap Lanjutan

3 kali seminggu

RH (150150) + E (275)

Selama 56 hari Selama 28 hari Selama 20 minggu

30-37 kg 2 tablet 4 KDT + 500 mg Streptomisin inj

2 tablet 4 KDT 2 tablet 4 KDT+ 2 tab Etambutol

38-54 kg 3 tablet 4 KDT +750 mg Streptomisin inj

3 tablet 4 KDT 3 tablet 4 KDT+ 3 tab Etambutol

55-70 kg 4 tablet 4 KDT +1000 mg Streptomisin inj

4 tablet 4 KDT 4 tablet 4 KDT+ 4 tab Etambutol

ge 71 kg 5 tablet 4 KDT +1000 mg Streptomisin inj

5 tablet 4 KDT 5 tablet 4 KDT+ 5 tab Etambutol

Catatan

20

Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal untuk streptomisin adalah

500mg tanpa memperhatikan berat badan

Untuk perempuan hamil lihat pengobatan TB dalam keadaan khusus

Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan menambahkan aquabidest

sebanyak 37ml sehingga menjadi 4ml (1ml = 250mg)

3 OAT Sisipan (HRZE)

Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap intensif kategori 1 yang

diberikan selama sebulan (28 hari)

Tabel 24 Dosis KDT untuk Sisipan

Berat Badan Tahap Intensif tiap hari selama 28 hari

RHZE (15075400275)

30-37 kg 2 tablet 4 KDT38-54 kg 3 tablet 4 KDT55-70 kg 4 tablet 4 KDTge 71 kg 5 tablet 4 KDT

Penggunaan OAT lapis kedua misalnya golongan aminoglikosida (misalnya

kanamisin) dan golongan kuinolon tidak dianjurkan diberikan kepada pasien baru tanpa indikasi

yang jelas karena potensi obat tersebut jauh lebih rendah daripada OAT lapis pertama Di

samping itu dapat juga meningkatkan terjadinya risiko resistensi pada OAT lapis kedua

2111 Alur Diagnostik TB 9

21Suspek TB Paru

2112 Evaluasi Pengobatan

22

Pemeriksaan dahak mikroskopis (SPS = Sewaktu ndash Pagi ndash Sewaktu)

Hasil BTA+ - -

Hasil BTA- - -

Hasil BTA+ + ++ + +

Antibiotik Non-OAT

Tidak adaPerbaikan

Adaperbaikan

Pemeriksaan dahak mikroskopis

Foto toraks dan

Pertimbangan dokter

Hasil BTA+ + ++ + -+ _ _

Hasil BTA- - -

Foto toraks dan

Pertimbangan dokter

TB Bukan TB

Evaluasi Klinis

Biasanya pasien di control dalam 1 minggu pertama selanjutnya setiap 2 minggu

selama tahap intensif dan seterusnya sekali sebulan sampai akhir pengobatan

Secara klinis hendaknya terdapat perbaikan keluhan pasien seperti batuk yang

berkurang tidak ada batuk darah nafsu makan bertambah dan ada peningkatan

berat badan

Evaluasi Bakteriologis

Pemeriksaan dahak untuk menilai keberadaan kuman Biasanya setelah 2-3

minggu perngobatan sputum BTA mulai negatif Pemeriksaan control sputum

dilakukan sekali sebulan Bagi penderita dengan BTA positif setelah tahap

intensif akan mendapatkan pengobatan ulang Bila sudah negatif sputum

diperiksa tiga kali berturut-turut dan harus dikontrol agar tidak terjadi ldquosilent

bacterial sheddingrdquo yaitu terdapat sputum BTA positif tanpa disertai keluhan-

keluhan TB yang relevan

Evaluasi Radiologis

Evaluasi radiologis juga diperlukan untuk melihat kemajuan terapi Dengan

pemeriksaan radiologis dapat dilihat keadaan TB parunya atau adanya penyakit

lain yang menyertai Evaluasi foto dada dilakukan tiap 3 bulan sekali 10

2113 Efek Samping OAT

Sebagian besar penderita TB paru dapat menyelesaikan pengobatan tanpa

efek samping Namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping Oleh karena

itu pemantauan kemungkinan terjadinya efek samping sangat penting dilakukan

selama pengobatan Pemantauan dilakukan dengan cara menjelaskan kepada

penderita tanda-tanda efek samping dan menanyakan adanya gejala efek samping

pada waktu penderita mengambil OAT 8

Efek samping ringan dari OAT seperti tidak ada nafsu makanmual sakit

perut nyeri sendi kesemutan sampai dengan rasa terbakar di kaki dan warna

kemerahan pada air seni Efek samping berat dari OAT misalnya gatal dan

kemerahan kulit tuli gangguan keseimbanagn ikterus tanpa penyebab lain

bingung dan muntah-muntah gangguan penglihatan purpura dan syok 8

22 Strategi DOTS

23

Strategi DOTS adalah strategi penanggulaan TB paru nasional yang telah

direkomendasikan oleh WHO yang dimulai pelaksanaannya di Indonesia pada tahun

19951996 Sebelum pelaksanaan strategi DOTS (1969-1994) angka kesembutah TB

paru yang dapat dicapai oleh program hanya 40-60 saja Dengan strategi DOTS

diharapkan angka kesembuhan dapat dicapai minimal 85 dari penderita TB paru

BTA positif yang di temukan 11

Prinsip DOTS adalah mendekatkan pelayanan pengobatan terhadap

penderita agar secara langsung dapat mengawasi keteraturan menelan obat dan

melakukan pelacakan bila penderita tidak datang mengambil obat sesuai dengan yang

ditetapkan

Kalau diurai dari kata-katanya pengertian DOTS dapat dimulai dengan

keharusan setiap pengelola program TB intuk member direct attention dalam usaha

menemukan penderita Dalam bahasa lain ini diterjemahkan menjadi deteksi kasus

dengan pemeriksaan mikroskopik kendati sebenarnya pengertiannya dapat diperluas

dengan keharusan untuk mendeteksi kasus secara baik dan akurat Kemudian setiap

pasien harus di- observed dalam memakan obatnya setiap obat yang di telan pasien

harus di depan seorang pengawas Selain itu tentunya pasien harus menerima

treatment yang tertata dalam system pengelolaan distribusi dan penyediaan obat

secara baik Kemudian setiap pasien harus mendapat obat yang baik artinya

pengobatan short course standart yang telah terbukti ampuh secara klinik

Akhirnya harus ada dukungan dari pemerinyah yang membuat program

penanggulangan TB mendapat prioritas yang tinggi dalam pelayanan kesehatan 11

Strategi DOTS mempunyai lima komponen

1) Komitmen politits dari para pengambil keputusan termasuk dukungan dana

2) Diagnosa TB dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopik

3) Pengobatan dengan panduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) jangka pendek

dengan pengawasan langsung oleh pengawas Menelan Obat (PMO)

4) Kesinambungan perssediaan OAT jangka pendek dengan mutu terjamin

5) Pencatatan dan pelaporan secraa baku untuk memudahkan pemantauan dan

evaluasi program penanggulangan TB

23 Konsep Perilaku

24

Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor baik faktor internal

( dari dalam diri manusia ) maupun faktor eksternal ( dari luar diri manusia ) Faktor

internal ini terdiri dari faktor fisik dan psikis Faktor eksternal terdiri dari berbagai

faktor antara lain sosial budaya masyarakat lingkungan fisik politik ekonomi

pendidikan dan sebagainnya Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi

kesehatan baik individu kelompok maupun masyarakat dikelompokkan menjadi

empat ( Blum 1974 )

Konsep Blum menjelaskan bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh

1) Lingkungan yang mencakup lingkungan fisik sosial budaya politik ekonomi

dan sebagainnya

2) Perilaku

3) Pelayanan kesehatan

4) Keturunan ( hereditas )

Perilaku merupakan factor terbesar kedua setelah factor lingkungan yang

mempengaruhi derajat kesehatan Oleh sebab itu dalam rangka membina dan

meningkatkan kesehatan masyarakat maka intervensi atau upaya yang di tujukan

kepada faktor erilaku ini sangat strategis

Menurut Green perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama yakni 12

1) Faktor predisposisi ( predisposing factor )

Faktor ini mencakup pengetahuan sikap dan masyarakat terhadap kesehatan

tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan

kesehatan sistem nilai yang dinut masyarakat tingkat pendidikan tingkat sosial

ekonomi dan sebagainya

2) Faktor Pemungkin ( Enabling factor )

Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan

bagi masyarakat misalnya air bersih tempat pembuangan tinja ketersediaan

makanan yang bergizi dan sebagainnya termasuk juga fasilitas kesehatan

seperti puskesmas rumah sakit posyandu dokter atau bidan praktek swasta dan

sebagainnya

3) Faktor penguat ( reinforcing factor )

25

Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat tokoh agama

sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan Termasuk juga di

sini undang-undang peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah

daerah yang terkait dengan kesehatan

Tim kerja dari WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang

berperilaku tertentu dikarenakan 4 ( empat ) alasan pokok yaitu

1) Pemikiran dan perasaan ( Thoughts and feeling )

Yakni dalam bentuk pengetahuan kepercayaan dan sikap Pengetahuan di

peroleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain sedangkan

kepercayaan biasanya diperoleh dari orang tua kakek atau nenek Seseorang

menerima kepercayaan itu berdasarkan keyankinan dan tanpa adanya pembuktian

terlebih dahulu Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap

objek dan seringnya diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang

lain yang paling dekat

2) Karakteristik Pendukung (enabling characteristics)

Karakteristik ini mencerminkan bahwa meskipun mempunyai predisposisi untuk

menggunakan pelayanan kesehatan ia tak akan bertindak menggunakannya

kecuali bial ia mampu menggunakannya Penggunaan pelayanan kesehatan yang

ada tergantung kepada kemampuan konsumen untuk membayar

3) Karakteristik kebutuhan (need characteristics)

Faktor predisposisi dan factor yang memungkinkan untuk mencari pengobatan

dapat terwujud di dalam tindakan apabila itu dirasakan sebagai kebutuhanDengan

kata lain kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan

pelayanan kesehatan bila mana tingkat predisposisi dan enabling itu ada

Kebutuhan (need) disisni di bagi menjadi dua ketegori dirasa atau preceived

( subject assessment) dan evaluated ( clinical diagnosis )

Menurut Skinner perilaku kesehatan adalah suatu respons

seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan

26

penyakit system pelayanan kesehatan makanan dan minimum serta lingkungan

Dari batasan ini perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 ( tiga)

kelompok yakni

1) Perilaku pemeliharaan kesehatan ( health maintenance)

Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga

kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit Oleh

sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3(tiga) aspek yaitu

a Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit serta

pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit

b Perilaku peningkatan kesehatan apabila seseorang dalam keadaan sehat

c Perilaku gizi Makanan dan minimum dapat meningkatkan kesehatan

seseorang bahkan dapat mendatangkan penyakit Hal ini sangat tergantung

pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut

2) Perilaku pencarian pengobatan ( health behavior )

Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat

menderita penyakit dan atau kecelakaan Tindakan atau perilaku ini dimulai dari

mengobati sendiri ( self treatment) sampai mencari pengobatan keluar negeri

3) Perilaku kesehatan lingkungan

Adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan baik lingkungan fisik

maupun social budaya dan sebagainnya sehingga lingkungan tersebut tidak

mempengaruhi kesehatannya Dengan perkataan lain bagaimana seseorang

mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri

keluarga atau mesyarakatnya 12

24 Kepatuhan Berobat

Kepatuhan berasal dari kata ldquo patuh ldquo yang berarti taat suka menuruti

disiplin Kepatuhan menurut Trostle adalah tingkat perilaku penderita dalam

mengambil suatu tindakan pengobatan misalnya dalam menentukan kebiasaan

hidup sehat dan ketetapan berobat Dalam pengobatan seseorang dikatakan tidak

27

patuh apabila orang tersebut melalaikan kewajibannya berobat sehingga dapat

mengakibatkan terhalangnya kesembuhan 13

Menurut Sacket kepatuhan pasien adalah sejauh mana perilaku pasien

sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh professional kesehatan 14

Menurut Sarafino secara umum ketidaktaatan meningkatkan risiko

berkembangnya masalah kesehatan atau memperpanjang atau memperburuk

kesakitan yang sedang di derita Perkiraan yang ada menyatakan bahwa 20 jumlah

opname di rumah sakit merupakan akibat dari ketidaktaatan pasien terhadap aturan

pengobatan Faktor yang mempengaruhi kepatuhan seseorang dalam berobat yaitu

faktor petugas faktor obat dan faktor penderita Karakteristik petugas yang

mempengaruhi kepatuhan antara lain jenis petugas tingkat pengetahuan lamanya

bekerja frekuensi penyuluhan yang dilakukan Faktor obat yang mempengaruhi

kepatuhan adalah pengobatan yang sulit dilakukan tidak menunjukkan kea rah

penyembuhan waktu yang lama adanya efek samping obat Faktor penderita yang

menyebabkan ketidakpatuhan adalah umur jenis kelamin pekerjaan anggota

keluarga saudara atau teman khusus 15

25 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan

Faktor-faktor yang mempengaruhi katidakpatuhan dapat digolongkan

menjadi empat bagian yaitu

1 Pemahaman tentang Instruksi

Tak seorang pun mematuhi instruksi jika ia salah paham tentang instruksi yang

diberikan kepadanyaLey dan Spelman (Ester 2000 ) Menemukan bahwa lebih

dari 60 yang diwawancarai setelah bertemu dengan dokter salah mengerti

tentang instruksi yang diberikan pada mereka kadang-kadang hal ini disebabkan

oleh kegagalan professional kesehatan dalam memberikan informasi yang

lengkap penggunaan istilah-istilah medis dan mbanyak memberikan instruksi

yang harus diingat oleh pasien

28

Pendekatan praktis untuk meningkatkan kepatuhan pasien ditemukan oleh

Dinicola dan Dimatteo yaitu

a) Buat instruksi tertulis yang jelas dan mudah diinterpretasikan

b) Berikan informasi tentang pengobatan sebelum menjelaskan hal-hal lain

c) Jika seseorang diberikan suatu daftar tertulis tenang hal-hal yang harus

diingat maka aka nada efek ldquokeunggulanrdquoyaitu mereka brusaha mengingat

hal-hal yang pertama kali ditulis

d) Insruksi-instruksi harus ditulis dengan bahasa umum ( Non medis ) dan hal-

hal yang perlu ditekankan 14

2 Kualitas Interaksi

Kualitas interaksi antara profrsional kesehatan dan pasien merupakan bagian yang

penting dalam menentukan derajat kepatuhan Meningkatkan interaksi

professional kesehatan dengan pasien adalah suatu hal penting untuk memberikan

umpan balik pada pasien setelah memperoleh informasi tentang diagnosis Pasien

membutuhkan penjelasan tentang kondisinya saat ini apa penyebabnya dan apa

yang dapat mereka lakukan dengan kondisi seperti itu

3 Isolasi sosial dan keluarga

Keluarga dapat menjadi factor yang sangat berpengaruh dalam menentukan

keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga menentukan tentang

program pengobatan yang dapat mereka terima Keluarga juga member dukungan

dan membuat keputusan mengenai perawatan dari anggota keluarga yang sakit

4 Keyakinan Sikap Kepribadian

Ahli psikologis telah menyelidiki tentang hubungan antar pengukuran-

pengukuran kepribadian dan kepatuhan Mereka menemukan bahwa data

kepribadian secara benar dibedakan antar orang yang putih drngan orang yang

gagal Orang-orang yang tidak patuh adalah orang-orang yang lebih mengalami

depresi anxietas sangat memperhatikan kesehatannya memiliki kekuatan ego

29

yang lebih lemah dan kehidupan sosialnya lebih memusatkan perhatian pada

dirinya sendiri Blumenthal et al mengatakan bahwa ciri-ciri kepribadian yang

disebutkan diatas itu yang menyebabkan seseorang cenderung tidak patuh ( drop

out) dari program pengobatan 14

Menurut Schwart dan Griffin Faktor yang berhubungan dengan

ketidaktaan secara sejarah riset tentang ketaan pasien didasarkan atas pandangan

tradisional mengenai pasien sebagai penerima nasihat dokter yang pasif dan patuh

Pasien yang tidak taat dipandang sebagai orang yang lalai dan masalahnya dianggap

sebagai masalah control Riset berusah untuk mengidentifikasi kelompok-kelompok

pasien yang tidak patuh berdasarkan kelas sosioekonomi pendidikan umur dan

jenis kelamin Pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan sepanjang bawah

pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif seperti penggunaan buku-buku

dan kaset oleh pasien secara mandiri Usaha-usaha ini sedikit berhasil seorang dapat

menjadi tidak taat kalau situasinya memungkinkan Teori-teori yang lebih baru

menekannkan factor situasional dan pasien sebagai peserta yang aktif dalam proses

pengobatannya Perilaku ketaatan sering diartikan sebagai usaha pasien untuk

mengendalikan perilakunya bahkan jika hal tersebut bias menimbulkan resiko

mengenai kesehatannya 15

Macam-macam faktor yang berkaitan dengan ketidaktaatan disebutkan

a Ciri-ciri kesakitan dan cirri-ciri pengobatan

Menurut Dickson dkk perilaku ketaatan lebih rendah untuk penyakit kronis

(karena tidak ada akibat buruk yang segera dirasakan atau resiko yang jelas )

saran mengenai gaya hidup umum dan kebiasaan yang lama pengobatan yang

kompleks pengobatan dengan efek samping perilaku yang tidak pantas

Menurut Sarafino tingkat ketaaatan rata-rata minum obat utnuk menyenbuhkan

kesakitan akut dengan pengobatan jangka pendek adalah sekitar 78 Untuk

kesakita kronis dengan cara pengobatan jangaka panjang tingkat tersebut menurun

sampai 54

b Komunikasi antara Pasien dan Dokter

Berbagai aspek komunikasi antara pasien dan dokter mempengaruhi tingkat

ketidaktaan misalnya informasi dengan pengawasan yang kurang

30

ketidakpuasan terhadap aspek hubungan emosional dengan dokter ketidak

puasan terhadap pengobatan yang diberikan

c Variabel-variabel sosial

Hubungan antara dukungan sosial dengan ketaatan telah dipelajari Secara umum

orang-orang yang merasa mereka menerima penghiburan perhatian dan

pertolongan yang mereka butuhkan dari seseorang atau kelompok biasanya

cenderung lebih mudah mengikuti nasihat medis daripada pasien yang kurang

mendapat dukungan sosial Jelaslah bahwa keluarga memainkan peranan yang

sangat penting dalam pengelolaan medis misalnya penggunaan pengaruh

normative pada pasien yang mungkin mengakibatkan efek yang memudahkan

atau menghambat perilaku ketaatan

d Ciri-ciri Individual

Variabel-variabel demografis juga digunakan untuk meramalkan ketidaktaatan

sebagai contoh Di Amerika Serikat kaum wanita kaum kulit putih dan orang

tua cenderung mengikuti anjuran dokter 15

Dalam proses penyembuhan penderita TB Paru dapat diberikan obat anti-

TB (OAT) yang diminum secara teratur sampai selesai dengan pengawasan

yangketat Masa pemberian obat memang cukup lama yaitu 6-8 bulan secara terus

menerus sehingga dapat mencegah penularan kepada orang lain Oleh sebab itu para

penderita TB jika ingin sembuh harus minum obat secara teratur Tanpa adanya

keteraturan minum obat penyakit sulit disembuhkan Jika tidak teratur minum obat

penyakitnya sukar diobati kuman TB dalam tubuh akan berkembang semakin banyak

dan menyerang organ tubuh lain yang akan membutuhkan waktu lebih lama untuk

dapat sembuh

26 Pengawasan Menelan Obat (PMO) 9

Salah satu komponen DOTS adalah pengobatan paduan OAT jangka

pendek dengan pengawasan langsung Untuk menjamin keteraturan pengobatan

diperlukan seorang PMO

31

a Persyaratan PMO

bull Seseorang yang dikenal dipercaya dan disetujui baik oleh petugas kesehatan

maupun pasien selain itu harus disegani dan dihormati oleh pasien

bull Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien

bull Bersedia membantu pasien dengan sukarela

bull Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan pasien

b Siapa yang bisa menjadi PMO

Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan misalnya Bidan di Desa Perawat

Pekarya Sanitarian Juru Immunisasi dan lain lain Bila tidak ada petugas

kesehatan yang memungkinkan PMO dapat berasal dari kader kesehatan guru

anggota PPTI PKK atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga

c Tugas seorang PMO

bull Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai

pengobatan

bull Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur

bull Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah

ditentukan

bull Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai gejala-

gejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke Unit Pelayanan

Kesehatan

Tugas seorang PMO bukanlah untuk mengganti kewajiban pasien mengambil

obatdari unit pelayanan kesehatan

d Informasi penting yang perlu dipahami PMO untuk disampaikan kepada pasien dan

keluarganya

bull TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur

32

bull TB bukan penyakit keturunan atau kutukan

bull Cara penularan TB gejala-gejala yang mencurigakan dan cara pencegahannya

bull Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan)

bull Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur

bull Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera meminta

pertolongan ke UPK

27 Penanggulangan TB 16

Rencana Global Penanggulangan TB

Rencana Global 2006-2015 mencakup enam elemen utama dalam strategi baru Stop

TB ndashWHO yang terdiri dari

1 Memperluas dan meningkatkan ekspansi DOTS yang berkualitas meningkatkan

penemuan kasus dan kesembuhan melalui pendekatan yangterfokus pada penderita

agar pelayanan DOTS yang berkualitas dapat menjangkau seluruh penderita

khususnya kelompok masyarakat yang miskin dan rentan

2 Menghadapi tantangan TBHIV MDR-TB dan tantangan lainnya dengan cara

meningkatkan kolaborasi TBHIV DOTS-Plus dan pendekatan lainnya

3 Berkontribusi dalam memperkuat sistem kesehatan melalui kerjasama dengan

berbagai program dan pelayanan kesehatan lainnya misalnya dalam memobilisasi

sumber daya manusia dan finansial untuk implementasi dan mengevaluasi

hasilnyaserta pertukaran informasi dalam keberhasilan pencapaian dalam program

penanggulangan TB

33

4 Melibatkan seluruh penyedia pelayanan kesehatan pemerintah lembaga swadaya

masyarakat (LSM) dan swasta dengan cara memperluas pendekatan berbasis

public-private mix (PPM) dengan menggunakan ISTC

5 Melibatkan penderita TB dan masyarakat untuk memberikan kontribusi dalam

penyediaan pelayanan yang efektif Hal ini meliputi perluasan pelayanan TB di

masyarakat menciptakan kebutuhan masyarakat akan pelayanan TB advokasi

yang spesifik komunikasi dan mobilisasi sosial serta mendukung pengembangan

piagam pasien TB dalam masyarakat dan

6 Memberdayakan dan meningkatkan penelitian operasional

28 Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel dependent

Karakteristik Individu

1Umur

2Jenis kelamin

3Pendidikan

4Pekerjaan

5Pengetahuan

6Efek samping OAT

7Tingkat kepatuhan

penderita dalam

pengobatan

Kesembuhan

34

Penderita TB paru

Faktor Pelayanan

kesehatan

1 Ketersediaan OAT

2 Sikap petugas kesehatan

3 LokasiJarak

4 Penyuluhan kesehatan

5 Kunjungan rumah

Faktor Peran PMO

Gambar Kerangka Konsep Penelitian

Definisi Konsep

1 Karakteristik individu adalah hal-hal yang melekat dalam diri penderita TB paru yang

mempengaruhi tingkat kapetuhan dalam melaksanakan program pengobatan dengan

strategi DOTS yang membedakan seseorang dengan yang lainnya meliputi umur jenis

kelamin pendidikan pekerjaan pengetahuan efek samping OAT tingkat kepatuhan

penderita dalam pengobatan

2 Faktor pelayanan kesehatan adalah penilaian dari penderita TB paru terhadap upaya yang

diselenggarakan oleh unit pelayanan kesehatan untuk menangani penderita TB paru

meliputi Ketersediaan OATsikap petugas kesehatan lokasijarak penyuluhan

kesehatan dan kunjungan rumah

3 Faktor Peran PMO ( Pengawasan Menelan Obat ) adalah penilaian dari penderita TB paru

terhadap hal-hal yang menjadi tugas dari seseorang pengawas menelan obat yang

mempengaruhi tingkat kepatuhan penderita TB paru dalam melaksanakan pengobatan

meliputi penyuluhan member dorongan meningkatkan dan mengawasi

35

4 Kesembuhan adalah pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan

pemeriksaan ulang dahak (follow up) menunjukkan hasil BTA negatif

29 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep di atas maka hipotesis penelitian ini adalah

1) Ada pengaruh karakteristik individu terhadap kesembuhan penderita TB paru

dalam pengobatan

2) Ada pengaruh pelayanan kesehatan terhadap kesembuhan penderita TB paru

dalam pengobatan

3) Ada pengaruh PMO terhadap kesembuhan penderita TB paru dalam pengobatan

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

31 Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional yang

bertujuan untuk menjelaskan pengaruh karakteristik individu faktor pelayanan

kesehatan dan faktor Pengawas Menelan Obat (PMO) terhadap kesembuhan

penderita TB Paru dalam melaksanakan pengobatan di Puskesmas Grogol Petamburan

tahun 2011

32 Tempat dan Waktu Penelitian

36

Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Grogol Petamburan pada bulan

Januari sampai Februari tahun 2012

33 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang

sedang menjalankan pengobatan TB di Puskesmas Grogol

Petamburan mulai bulan OktobeR

34 Keriteria Inklusi dan Eksklusi

341 Keriteria Inklusi

342 Keriteria Eksklusi

35 Sampel

351 Besar Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang

mengikuti pengobatan dengan strategi DOTS di Puskesmas yang pada saat penelitian

sedang menjalani pengobatan dan seluruh penderita TB yang telah mendapat

pengobatan selama 6 bulan atau sedang dalam tahap lanjutan

Keterangan

n1 = Jumlah sampel minimal

37

n2 = Jumlah sampel ditambah substitusi 10 (substitusi adalah persen responden

yang mungkin drop out)

Z = Tingkat batas kepercayaan dengan = 5

Didapat Z pada kurva normal = 196

p = Proporsi variabel yang diteliti yaitu besarnya presentasi 50 )

q = 1 - p

L = Derajat kesalahan yang masih dapat diterima adalah 10

Berdasarkan rumus di atas didapatkan angka sebagai berikut

( Z )2 p q ( 196 )2 0505

n1 = ----------------- = ------------------------------ = 9604

L2 ( 01 )2

n2 = n1 + ( 10 n1 )

= 9604 + ( 10 9604)

= 9604 + 9604

= 10564 Dibulatkan 106

352 Teknik Pengambilan Sampel

36 Identifikasi Variabel

1 Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kesembuhan tb paru

2 Variabel independen adalah umur jenis kelamin pendidikan pekerjaan

pengetahuan efek samping OAT dan tingkat kepahuhan dari penderita TB

Selain itu faktor dari pelayanan kesehatan dan PMO juga ikut berperan

37 Cara Kerja

1 Membuat proposal penelitian tentang hubungan antara tingkat kepatuhan minum

OAT dengan tingkat kesembuhan penyakit TB di Puskesmas Kecamatan Grogol

Petamburan

38

2 Pengumpulan data sekunder dari Puskesmas Grogol Petamburan

3 Melakukan kunjungan ke rumah-rumah sampel di daerah RT terpilih untuk

pengumpulan data primer dengan memakai kuesioner dan wawancara responden

4 Data-data yang telah dikumpulkan akan dilakukan pengolahan berupa proses

editing verifikasi dan koding Selanjutnya dimasukkan dan diolah dengan

menggunakan program computer yaitu program SPSS

5 Terhadap data yang telah diolah kemudian dilakukan analisis sesuai dengan cara

uji statistik menggunakanhelliphellip Data diinterpretasi secara deskriptif korelatif

antar variabel ndash variabel yang telah ditentukan dan disajikan dalam bentuk

tekstular dan tabular

6 Hasil dari penelitian akan disusun dalam bentuk pelaporan penelitian yang

selanjutnya akan di presentasikan di hadapan staf pengajar program pendidikan

Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida

Wacana (FK UKRIDA) dalam forum pendidikan Ilmu Kedokteran Komunitas

Fakultas Kedokteran UKRIDA

38 Manajemen Data

381 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder yaitu

1 Data primer diperoleh dengan wawancara langsung kepada penderita TB paru

dan petugas kesehatan program penanggulangan TB Paru yang berpedoman pada

kuisioner penelitian yang telah ditetapkan dam melakukan cross check

2 Data sekunder diperoleh dari laporan pelaksanaan program penanggulangan TB

Paru di Puskesmas kartu pengobatan TBC (formulir TB 01) dan Formulir

Permohonan Laboratorium TBC Untik Pemeriksaan Dahak (formulir TB 05)

382 Pengolahan Data

39

Aspek pengukuran

Aspek pengukuran variable bebas

Karakteristik individu

Aspek pengukuran variable karakteristik individu dapat dilihat pada tabel 31

Table 31 Aspek Pengukuran Variabel Karakteristik Individu

Karakteristik

individu

Kategori Skala Bobot nilai

Umur a 15-24 tahun

b 25-49 tahun

c gt 50 tahun

rasio

Jenis kelamin a Laki-laki

b Perempuan

Tingkat

pendidikan

a Tidak tamat SD

b SD

c SLTP

d SLTA

e Sarjana S1

Pekerjaan a Bekerja

b Tidak bekerja

Pengetahuan a Baik

b Sedang

c Bururk

Efek samping

OAT

a Ada

b Tidan ada

Faktor pelayanan kesehatan

Pengukuran faktor pelanan kesehatan meliputi ketersediaan OAT yang

diukur adalah yang diukur dengan 2 pertanyaan sikap petugas kesehatan diukur

dengan 8 pertanyaan lokasi jarak diukur dengan 3 pertanyaan penyuluhan kesehatan

diukur dengan 6 pertanyaan dan kunjungan rumah diukur dengan 2 pertanyaan

40

berdasarkan jawaban yang diberikan responden selanjutnya dikelompokkan menjadi

tiga (3) yaitu

a Baik jika faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan

penilaian yang baik karena kebutuhan yang diinginkan debagian besarnya

terpenuhi (nilai gt32)

b Sedang bila faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan

penilaian yang kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan responden hanay

sebagian saja yang terpenuhi (nilainya 17-32)

c Buruk bila faktor pelayanan pelayanan kesehatan yang diterima responden

menimbulkan penilaian yang tidak baik karena kebutuhan yang diinginka

responden sebagian besar tidak dipenuhi (nilainya lt17)

Faktor Pengawas Menelan Obat (PMO)

Faktor Pengawas Menelan Obat diukur dengan 5 pertanyaan yang

selanjutnya dibedakan atas 3 kategori yaitu

a Baik bila semua tugas yang diterima responden terlaksana dengan baik yaitu

mengawasi memberikan dorongan mengingatkan dan memberikan penyuluhan

(nilainya gt11)

b Sedang bila tugas PMO yang diterima responden sebagian saja yang terpenuhi

(nilainya 6-11)

c Buruk bila tugas PMO yang diterima responden tidak terlaksana dengan baik

(nilainya lt 6)

Aspek Pengukuran Variabel Terikan

Kepatuhan Pengobatan TB Paru

41

Aspek Pengukuran Variabel ini menggunakan skala interval yang diukur berdasarkan

tiga (3) kategori yaitu

Patuh apabila responden selalu menelan obat sesuai ketentuan petugas kesehatan

yaitu setiap hari pada tahap awal tiga kali seminggu pada tahap lanjutan dan

mengambil obat serta memeriksakan dahak sesuai jadwal dan menaati nasihat dari

petugas kesehatan ( bobot 3 )

Kurang patuh jika responden kadang-kadang menelan obat sesuai ketentuan

petugas kesehatan atau responden tidak menelan obat 2-8 minggu selama tahap

pengobatan lanjutan dan tidak memerisakan dahak sesuai jadwal yang telah

ditetapkan dan tidak selalu menaati nasihat dari petugas kesehatan (bobot 2 )

Tidak patuh jika responden tidak menelan obat sesuai ketentuan petugas

kesehatan atau responden tidak menelan obat lebih dari 8 minggu selama tahap

pengobatan lanjutan dan tidak mengambil obat serta tidak memeriksakan dahak

sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan tidak menaati nasihat petugas kesehatan

(bobot 1)

383 Penyajian Data

384 Analisis Data

385 Interpretasi Data

386 Pelaporan Data

39 Definisi Operasional

1 Umur adalah usia responden saat penelitian berdasarkan ulang tahun terakhir yang

dibedakan atas 3 (tiga) kategori berdasarkna Badan Pusat Statistik Kota Medan

42

tahun 2008 yaitu 1) orang muda 25-24 tahun 2) dewasa 24-49 tahun 3) orang

tua gt 50 tahun

2 Jenis kelamin adalah suatu karakteristik responden yang dibedakan identitasnya

dari laki-laki dan perempuan

3 Pendidikan adalah jenjang pendidikannyang berhasil ditamatkan responden yang

dibedakan atas tidak tamat SD SD SLTP SLTA Akademi Sarjana

4 Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh responden sebagai

pendapatan utama yang dibedakan atas kerja dan tidak bekerja

5 Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai penyakit

TB paru

6 Efek samping OAT adalah gejala keluhan yang diderita responden akiba menelan

OAT selama pengobatan

7 Ketersdediaan OAT adalah pandangan responden terhadap kondisi OAT

diperoleh dari puskesmas meliputi kecukupan jumlah OAT dan dan kualitasnya

8 Sikap petugas kesehatan adalah penilaian responden terhadap reaksi petugas

kesehatan kepada responden selama mereka menjalanin pengobatan

9 Lokasi jarak adalah pandangan responden tentang lama perjalanan dari tempat

tinggal responden ke Puskesmas yang diukur dengan jarak sarana transportasi

10 Penyuluhan kesehatan adalah pandangan responden tentang kegiatan yang

dilakukan oleh petugas kesehatan sehubungan dengan pengobatan TB Paru untuk

mencapai suatu keadaan dimana pederita TB Paru dapat hidup lebih sehat

11 Kunjungan rumah adalah pandangan responden tentang kegiatan yang dilakukan

petugas kesehatan selama masa pengobatan ke rumah responden

12 Faktor peran Pengawas Minum Obat (PMO) adalah pandangan responden tentang

tugas yang dilakasanakan oleh seorang PMO meliputi penyuluhan

13 Kepatuhan berobat adalah ketaan responden dalam menelan obat mengambil

obat dan melakukan pemeriksaan dahak sesuai jadwal yang telah ditentukan dan

menaati segala nasehat dari petugas kesehatan

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

1) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta

2) Perkumpulan Pemberantasan TB Indonesia 2011 TB di Indonesia Peringkat Dunia

Jakarta Diakses melalui situs httpwwwpptiinfoindexphpcomponentcontentarticle46-

arsip-ppti141-tbc-di-indonesia-peringkat-5-dunia Diakses pada tanggal 23 Januari 2012

44

3) Depkes dan WHO 2008 Lembar Fakta Tuberkulosis Jakarta

4) Dirjen P2M amp PLP 1997 Pengawasan Menelan Obat (PMO) adalah DOTS ala Indonesia

Jakarta

5) Amirudin R 2006 Faktor Keberhasilan Konversi pada Penderita TB Paru di Puskesmas

Jongaya Tahun 2006 Laporan Penelitian FKM Unhas Makasar

6) Aditama Tjandra Y 1994 Tuberkulosis Paru Masalah dan Penanggulangnya UI Press

Jakarta

7) Aru W Bambang S Idrus A dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Tuberkulosis

Paru Edisi IV FKUI Jakarta 2006 998-1004

8) Depkes RI 2002 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta

9) Depkes RI 2006 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta

10) Subijakto Hubungan Pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Berobat

Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Proposal Skripsi Jakarta 2011 Diakses pada

tanggal 20 Januari 2012

11) Aditama Tjandra Y 2002 Tuberkulosis Diagnosis Terapi dan Masalahnya Yayasan IDI

Jakarta

12) Notoatmodjo Soekidjo 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Penerbit Rineka Cipta

Jakarta

13) Simamora Jojor 2004 Faktor yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Berobat Penderita TB

Paru di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2004 Tesis Pascasarjana USU Medan

14) Ester Monica 2000 Psikologi Kesehatan Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

15) Bart Smet 1994 Psikologi Kesehatan PT Grasindo Jakarta

16) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta

45

Page 20: 133192422-TB-paru

1 Kategori-1 (2HRZE 4H3R3)

Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru

1048707 Pasien baru TB paru BTA positif

1048707 Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif

1048707 Pasien TB ekstra paru

Tabel 22 Dosis untuk paduan OAT KDT untuk Kategori 1

Berat Badan

Tahap Intensif

tiap hari selama 56 hari

RHZE (15075400275)

Tahap Lanjutan

3 kali seminggu selama 16 minggu

RH (150150)

30-37 kg 2 tablet 4 KDT 2 tablet 4 KDT38-54 kg 3 tablet 4 KDT 3 tablet 4 KDT55-70 kg 4 tablet 4 KDT 4 tablet 4 KDTge 71 kg 5 tablet 4 KDT 5 tablet 4 KDT

2 Kategori -2 (2HRZES HRZE 5H3R3E3)

Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya

1048707 Pasien kambuh

1048707 Pasien gagal

1048707 Pasien dengan pengobatan setelah default (terputus)

Tabel 23 Dosis untuk paduan OAT KDT Kategori 2

Berat Badan

Tahap Intensif

tiap hari

RHZE (15075400275) + S

Tahap Lanjutan

3 kali seminggu

RH (150150) + E (275)

Selama 56 hari Selama 28 hari Selama 20 minggu

30-37 kg 2 tablet 4 KDT + 500 mg Streptomisin inj

2 tablet 4 KDT 2 tablet 4 KDT+ 2 tab Etambutol

38-54 kg 3 tablet 4 KDT +750 mg Streptomisin inj

3 tablet 4 KDT 3 tablet 4 KDT+ 3 tab Etambutol

55-70 kg 4 tablet 4 KDT +1000 mg Streptomisin inj

4 tablet 4 KDT 4 tablet 4 KDT+ 4 tab Etambutol

ge 71 kg 5 tablet 4 KDT +1000 mg Streptomisin inj

5 tablet 4 KDT 5 tablet 4 KDT+ 5 tab Etambutol

Catatan

20

Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal untuk streptomisin adalah

500mg tanpa memperhatikan berat badan

Untuk perempuan hamil lihat pengobatan TB dalam keadaan khusus

Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan menambahkan aquabidest

sebanyak 37ml sehingga menjadi 4ml (1ml = 250mg)

3 OAT Sisipan (HRZE)

Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap intensif kategori 1 yang

diberikan selama sebulan (28 hari)

Tabel 24 Dosis KDT untuk Sisipan

Berat Badan Tahap Intensif tiap hari selama 28 hari

RHZE (15075400275)

30-37 kg 2 tablet 4 KDT38-54 kg 3 tablet 4 KDT55-70 kg 4 tablet 4 KDTge 71 kg 5 tablet 4 KDT

Penggunaan OAT lapis kedua misalnya golongan aminoglikosida (misalnya

kanamisin) dan golongan kuinolon tidak dianjurkan diberikan kepada pasien baru tanpa indikasi

yang jelas karena potensi obat tersebut jauh lebih rendah daripada OAT lapis pertama Di

samping itu dapat juga meningkatkan terjadinya risiko resistensi pada OAT lapis kedua

2111 Alur Diagnostik TB 9

21Suspek TB Paru

2112 Evaluasi Pengobatan

22

Pemeriksaan dahak mikroskopis (SPS = Sewaktu ndash Pagi ndash Sewaktu)

Hasil BTA+ - -

Hasil BTA- - -

Hasil BTA+ + ++ + +

Antibiotik Non-OAT

Tidak adaPerbaikan

Adaperbaikan

Pemeriksaan dahak mikroskopis

Foto toraks dan

Pertimbangan dokter

Hasil BTA+ + ++ + -+ _ _

Hasil BTA- - -

Foto toraks dan

Pertimbangan dokter

TB Bukan TB

Evaluasi Klinis

Biasanya pasien di control dalam 1 minggu pertama selanjutnya setiap 2 minggu

selama tahap intensif dan seterusnya sekali sebulan sampai akhir pengobatan

Secara klinis hendaknya terdapat perbaikan keluhan pasien seperti batuk yang

berkurang tidak ada batuk darah nafsu makan bertambah dan ada peningkatan

berat badan

Evaluasi Bakteriologis

Pemeriksaan dahak untuk menilai keberadaan kuman Biasanya setelah 2-3

minggu perngobatan sputum BTA mulai negatif Pemeriksaan control sputum

dilakukan sekali sebulan Bagi penderita dengan BTA positif setelah tahap

intensif akan mendapatkan pengobatan ulang Bila sudah negatif sputum

diperiksa tiga kali berturut-turut dan harus dikontrol agar tidak terjadi ldquosilent

bacterial sheddingrdquo yaitu terdapat sputum BTA positif tanpa disertai keluhan-

keluhan TB yang relevan

Evaluasi Radiologis

Evaluasi radiologis juga diperlukan untuk melihat kemajuan terapi Dengan

pemeriksaan radiologis dapat dilihat keadaan TB parunya atau adanya penyakit

lain yang menyertai Evaluasi foto dada dilakukan tiap 3 bulan sekali 10

2113 Efek Samping OAT

Sebagian besar penderita TB paru dapat menyelesaikan pengobatan tanpa

efek samping Namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping Oleh karena

itu pemantauan kemungkinan terjadinya efek samping sangat penting dilakukan

selama pengobatan Pemantauan dilakukan dengan cara menjelaskan kepada

penderita tanda-tanda efek samping dan menanyakan adanya gejala efek samping

pada waktu penderita mengambil OAT 8

Efek samping ringan dari OAT seperti tidak ada nafsu makanmual sakit

perut nyeri sendi kesemutan sampai dengan rasa terbakar di kaki dan warna

kemerahan pada air seni Efek samping berat dari OAT misalnya gatal dan

kemerahan kulit tuli gangguan keseimbanagn ikterus tanpa penyebab lain

bingung dan muntah-muntah gangguan penglihatan purpura dan syok 8

22 Strategi DOTS

23

Strategi DOTS adalah strategi penanggulaan TB paru nasional yang telah

direkomendasikan oleh WHO yang dimulai pelaksanaannya di Indonesia pada tahun

19951996 Sebelum pelaksanaan strategi DOTS (1969-1994) angka kesembutah TB

paru yang dapat dicapai oleh program hanya 40-60 saja Dengan strategi DOTS

diharapkan angka kesembuhan dapat dicapai minimal 85 dari penderita TB paru

BTA positif yang di temukan 11

Prinsip DOTS adalah mendekatkan pelayanan pengobatan terhadap

penderita agar secara langsung dapat mengawasi keteraturan menelan obat dan

melakukan pelacakan bila penderita tidak datang mengambil obat sesuai dengan yang

ditetapkan

Kalau diurai dari kata-katanya pengertian DOTS dapat dimulai dengan

keharusan setiap pengelola program TB intuk member direct attention dalam usaha

menemukan penderita Dalam bahasa lain ini diterjemahkan menjadi deteksi kasus

dengan pemeriksaan mikroskopik kendati sebenarnya pengertiannya dapat diperluas

dengan keharusan untuk mendeteksi kasus secara baik dan akurat Kemudian setiap

pasien harus di- observed dalam memakan obatnya setiap obat yang di telan pasien

harus di depan seorang pengawas Selain itu tentunya pasien harus menerima

treatment yang tertata dalam system pengelolaan distribusi dan penyediaan obat

secara baik Kemudian setiap pasien harus mendapat obat yang baik artinya

pengobatan short course standart yang telah terbukti ampuh secara klinik

Akhirnya harus ada dukungan dari pemerinyah yang membuat program

penanggulangan TB mendapat prioritas yang tinggi dalam pelayanan kesehatan 11

Strategi DOTS mempunyai lima komponen

1) Komitmen politits dari para pengambil keputusan termasuk dukungan dana

2) Diagnosa TB dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopik

3) Pengobatan dengan panduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) jangka pendek

dengan pengawasan langsung oleh pengawas Menelan Obat (PMO)

4) Kesinambungan perssediaan OAT jangka pendek dengan mutu terjamin

5) Pencatatan dan pelaporan secraa baku untuk memudahkan pemantauan dan

evaluasi program penanggulangan TB

23 Konsep Perilaku

24

Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor baik faktor internal

( dari dalam diri manusia ) maupun faktor eksternal ( dari luar diri manusia ) Faktor

internal ini terdiri dari faktor fisik dan psikis Faktor eksternal terdiri dari berbagai

faktor antara lain sosial budaya masyarakat lingkungan fisik politik ekonomi

pendidikan dan sebagainnya Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi

kesehatan baik individu kelompok maupun masyarakat dikelompokkan menjadi

empat ( Blum 1974 )

Konsep Blum menjelaskan bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh

1) Lingkungan yang mencakup lingkungan fisik sosial budaya politik ekonomi

dan sebagainnya

2) Perilaku

3) Pelayanan kesehatan

4) Keturunan ( hereditas )

Perilaku merupakan factor terbesar kedua setelah factor lingkungan yang

mempengaruhi derajat kesehatan Oleh sebab itu dalam rangka membina dan

meningkatkan kesehatan masyarakat maka intervensi atau upaya yang di tujukan

kepada faktor erilaku ini sangat strategis

Menurut Green perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama yakni 12

1) Faktor predisposisi ( predisposing factor )

Faktor ini mencakup pengetahuan sikap dan masyarakat terhadap kesehatan

tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan

kesehatan sistem nilai yang dinut masyarakat tingkat pendidikan tingkat sosial

ekonomi dan sebagainya

2) Faktor Pemungkin ( Enabling factor )

Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan

bagi masyarakat misalnya air bersih tempat pembuangan tinja ketersediaan

makanan yang bergizi dan sebagainnya termasuk juga fasilitas kesehatan

seperti puskesmas rumah sakit posyandu dokter atau bidan praktek swasta dan

sebagainnya

3) Faktor penguat ( reinforcing factor )

25

Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat tokoh agama

sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan Termasuk juga di

sini undang-undang peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah

daerah yang terkait dengan kesehatan

Tim kerja dari WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang

berperilaku tertentu dikarenakan 4 ( empat ) alasan pokok yaitu

1) Pemikiran dan perasaan ( Thoughts and feeling )

Yakni dalam bentuk pengetahuan kepercayaan dan sikap Pengetahuan di

peroleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain sedangkan

kepercayaan biasanya diperoleh dari orang tua kakek atau nenek Seseorang

menerima kepercayaan itu berdasarkan keyankinan dan tanpa adanya pembuktian

terlebih dahulu Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap

objek dan seringnya diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang

lain yang paling dekat

2) Karakteristik Pendukung (enabling characteristics)

Karakteristik ini mencerminkan bahwa meskipun mempunyai predisposisi untuk

menggunakan pelayanan kesehatan ia tak akan bertindak menggunakannya

kecuali bial ia mampu menggunakannya Penggunaan pelayanan kesehatan yang

ada tergantung kepada kemampuan konsumen untuk membayar

3) Karakteristik kebutuhan (need characteristics)

Faktor predisposisi dan factor yang memungkinkan untuk mencari pengobatan

dapat terwujud di dalam tindakan apabila itu dirasakan sebagai kebutuhanDengan

kata lain kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan

pelayanan kesehatan bila mana tingkat predisposisi dan enabling itu ada

Kebutuhan (need) disisni di bagi menjadi dua ketegori dirasa atau preceived

( subject assessment) dan evaluated ( clinical diagnosis )

Menurut Skinner perilaku kesehatan adalah suatu respons

seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan

26

penyakit system pelayanan kesehatan makanan dan minimum serta lingkungan

Dari batasan ini perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 ( tiga)

kelompok yakni

1) Perilaku pemeliharaan kesehatan ( health maintenance)

Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga

kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit Oleh

sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3(tiga) aspek yaitu

a Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit serta

pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit

b Perilaku peningkatan kesehatan apabila seseorang dalam keadaan sehat

c Perilaku gizi Makanan dan minimum dapat meningkatkan kesehatan

seseorang bahkan dapat mendatangkan penyakit Hal ini sangat tergantung

pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut

2) Perilaku pencarian pengobatan ( health behavior )

Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat

menderita penyakit dan atau kecelakaan Tindakan atau perilaku ini dimulai dari

mengobati sendiri ( self treatment) sampai mencari pengobatan keluar negeri

3) Perilaku kesehatan lingkungan

Adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan baik lingkungan fisik

maupun social budaya dan sebagainnya sehingga lingkungan tersebut tidak

mempengaruhi kesehatannya Dengan perkataan lain bagaimana seseorang

mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri

keluarga atau mesyarakatnya 12

24 Kepatuhan Berobat

Kepatuhan berasal dari kata ldquo patuh ldquo yang berarti taat suka menuruti

disiplin Kepatuhan menurut Trostle adalah tingkat perilaku penderita dalam

mengambil suatu tindakan pengobatan misalnya dalam menentukan kebiasaan

hidup sehat dan ketetapan berobat Dalam pengobatan seseorang dikatakan tidak

27

patuh apabila orang tersebut melalaikan kewajibannya berobat sehingga dapat

mengakibatkan terhalangnya kesembuhan 13

Menurut Sacket kepatuhan pasien adalah sejauh mana perilaku pasien

sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh professional kesehatan 14

Menurut Sarafino secara umum ketidaktaatan meningkatkan risiko

berkembangnya masalah kesehatan atau memperpanjang atau memperburuk

kesakitan yang sedang di derita Perkiraan yang ada menyatakan bahwa 20 jumlah

opname di rumah sakit merupakan akibat dari ketidaktaatan pasien terhadap aturan

pengobatan Faktor yang mempengaruhi kepatuhan seseorang dalam berobat yaitu

faktor petugas faktor obat dan faktor penderita Karakteristik petugas yang

mempengaruhi kepatuhan antara lain jenis petugas tingkat pengetahuan lamanya

bekerja frekuensi penyuluhan yang dilakukan Faktor obat yang mempengaruhi

kepatuhan adalah pengobatan yang sulit dilakukan tidak menunjukkan kea rah

penyembuhan waktu yang lama adanya efek samping obat Faktor penderita yang

menyebabkan ketidakpatuhan adalah umur jenis kelamin pekerjaan anggota

keluarga saudara atau teman khusus 15

25 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan

Faktor-faktor yang mempengaruhi katidakpatuhan dapat digolongkan

menjadi empat bagian yaitu

1 Pemahaman tentang Instruksi

Tak seorang pun mematuhi instruksi jika ia salah paham tentang instruksi yang

diberikan kepadanyaLey dan Spelman (Ester 2000 ) Menemukan bahwa lebih

dari 60 yang diwawancarai setelah bertemu dengan dokter salah mengerti

tentang instruksi yang diberikan pada mereka kadang-kadang hal ini disebabkan

oleh kegagalan professional kesehatan dalam memberikan informasi yang

lengkap penggunaan istilah-istilah medis dan mbanyak memberikan instruksi

yang harus diingat oleh pasien

28

Pendekatan praktis untuk meningkatkan kepatuhan pasien ditemukan oleh

Dinicola dan Dimatteo yaitu

a) Buat instruksi tertulis yang jelas dan mudah diinterpretasikan

b) Berikan informasi tentang pengobatan sebelum menjelaskan hal-hal lain

c) Jika seseorang diberikan suatu daftar tertulis tenang hal-hal yang harus

diingat maka aka nada efek ldquokeunggulanrdquoyaitu mereka brusaha mengingat

hal-hal yang pertama kali ditulis

d) Insruksi-instruksi harus ditulis dengan bahasa umum ( Non medis ) dan hal-

hal yang perlu ditekankan 14

2 Kualitas Interaksi

Kualitas interaksi antara profrsional kesehatan dan pasien merupakan bagian yang

penting dalam menentukan derajat kepatuhan Meningkatkan interaksi

professional kesehatan dengan pasien adalah suatu hal penting untuk memberikan

umpan balik pada pasien setelah memperoleh informasi tentang diagnosis Pasien

membutuhkan penjelasan tentang kondisinya saat ini apa penyebabnya dan apa

yang dapat mereka lakukan dengan kondisi seperti itu

3 Isolasi sosial dan keluarga

Keluarga dapat menjadi factor yang sangat berpengaruh dalam menentukan

keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga menentukan tentang

program pengobatan yang dapat mereka terima Keluarga juga member dukungan

dan membuat keputusan mengenai perawatan dari anggota keluarga yang sakit

4 Keyakinan Sikap Kepribadian

Ahli psikologis telah menyelidiki tentang hubungan antar pengukuran-

pengukuran kepribadian dan kepatuhan Mereka menemukan bahwa data

kepribadian secara benar dibedakan antar orang yang putih drngan orang yang

gagal Orang-orang yang tidak patuh adalah orang-orang yang lebih mengalami

depresi anxietas sangat memperhatikan kesehatannya memiliki kekuatan ego

29

yang lebih lemah dan kehidupan sosialnya lebih memusatkan perhatian pada

dirinya sendiri Blumenthal et al mengatakan bahwa ciri-ciri kepribadian yang

disebutkan diatas itu yang menyebabkan seseorang cenderung tidak patuh ( drop

out) dari program pengobatan 14

Menurut Schwart dan Griffin Faktor yang berhubungan dengan

ketidaktaan secara sejarah riset tentang ketaan pasien didasarkan atas pandangan

tradisional mengenai pasien sebagai penerima nasihat dokter yang pasif dan patuh

Pasien yang tidak taat dipandang sebagai orang yang lalai dan masalahnya dianggap

sebagai masalah control Riset berusah untuk mengidentifikasi kelompok-kelompok

pasien yang tidak patuh berdasarkan kelas sosioekonomi pendidikan umur dan

jenis kelamin Pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan sepanjang bawah

pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif seperti penggunaan buku-buku

dan kaset oleh pasien secara mandiri Usaha-usaha ini sedikit berhasil seorang dapat

menjadi tidak taat kalau situasinya memungkinkan Teori-teori yang lebih baru

menekannkan factor situasional dan pasien sebagai peserta yang aktif dalam proses

pengobatannya Perilaku ketaatan sering diartikan sebagai usaha pasien untuk

mengendalikan perilakunya bahkan jika hal tersebut bias menimbulkan resiko

mengenai kesehatannya 15

Macam-macam faktor yang berkaitan dengan ketidaktaatan disebutkan

a Ciri-ciri kesakitan dan cirri-ciri pengobatan

Menurut Dickson dkk perilaku ketaatan lebih rendah untuk penyakit kronis

(karena tidak ada akibat buruk yang segera dirasakan atau resiko yang jelas )

saran mengenai gaya hidup umum dan kebiasaan yang lama pengobatan yang

kompleks pengobatan dengan efek samping perilaku yang tidak pantas

Menurut Sarafino tingkat ketaaatan rata-rata minum obat utnuk menyenbuhkan

kesakitan akut dengan pengobatan jangka pendek adalah sekitar 78 Untuk

kesakita kronis dengan cara pengobatan jangaka panjang tingkat tersebut menurun

sampai 54

b Komunikasi antara Pasien dan Dokter

Berbagai aspek komunikasi antara pasien dan dokter mempengaruhi tingkat

ketidaktaan misalnya informasi dengan pengawasan yang kurang

30

ketidakpuasan terhadap aspek hubungan emosional dengan dokter ketidak

puasan terhadap pengobatan yang diberikan

c Variabel-variabel sosial

Hubungan antara dukungan sosial dengan ketaatan telah dipelajari Secara umum

orang-orang yang merasa mereka menerima penghiburan perhatian dan

pertolongan yang mereka butuhkan dari seseorang atau kelompok biasanya

cenderung lebih mudah mengikuti nasihat medis daripada pasien yang kurang

mendapat dukungan sosial Jelaslah bahwa keluarga memainkan peranan yang

sangat penting dalam pengelolaan medis misalnya penggunaan pengaruh

normative pada pasien yang mungkin mengakibatkan efek yang memudahkan

atau menghambat perilaku ketaatan

d Ciri-ciri Individual

Variabel-variabel demografis juga digunakan untuk meramalkan ketidaktaatan

sebagai contoh Di Amerika Serikat kaum wanita kaum kulit putih dan orang

tua cenderung mengikuti anjuran dokter 15

Dalam proses penyembuhan penderita TB Paru dapat diberikan obat anti-

TB (OAT) yang diminum secara teratur sampai selesai dengan pengawasan

yangketat Masa pemberian obat memang cukup lama yaitu 6-8 bulan secara terus

menerus sehingga dapat mencegah penularan kepada orang lain Oleh sebab itu para

penderita TB jika ingin sembuh harus minum obat secara teratur Tanpa adanya

keteraturan minum obat penyakit sulit disembuhkan Jika tidak teratur minum obat

penyakitnya sukar diobati kuman TB dalam tubuh akan berkembang semakin banyak

dan menyerang organ tubuh lain yang akan membutuhkan waktu lebih lama untuk

dapat sembuh

26 Pengawasan Menelan Obat (PMO) 9

Salah satu komponen DOTS adalah pengobatan paduan OAT jangka

pendek dengan pengawasan langsung Untuk menjamin keteraturan pengobatan

diperlukan seorang PMO

31

a Persyaratan PMO

bull Seseorang yang dikenal dipercaya dan disetujui baik oleh petugas kesehatan

maupun pasien selain itu harus disegani dan dihormati oleh pasien

bull Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien

bull Bersedia membantu pasien dengan sukarela

bull Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan pasien

b Siapa yang bisa menjadi PMO

Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan misalnya Bidan di Desa Perawat

Pekarya Sanitarian Juru Immunisasi dan lain lain Bila tidak ada petugas

kesehatan yang memungkinkan PMO dapat berasal dari kader kesehatan guru

anggota PPTI PKK atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga

c Tugas seorang PMO

bull Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai

pengobatan

bull Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur

bull Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah

ditentukan

bull Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai gejala-

gejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke Unit Pelayanan

Kesehatan

Tugas seorang PMO bukanlah untuk mengganti kewajiban pasien mengambil

obatdari unit pelayanan kesehatan

d Informasi penting yang perlu dipahami PMO untuk disampaikan kepada pasien dan

keluarganya

bull TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur

32

bull TB bukan penyakit keturunan atau kutukan

bull Cara penularan TB gejala-gejala yang mencurigakan dan cara pencegahannya

bull Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan)

bull Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur

bull Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera meminta

pertolongan ke UPK

27 Penanggulangan TB 16

Rencana Global Penanggulangan TB

Rencana Global 2006-2015 mencakup enam elemen utama dalam strategi baru Stop

TB ndashWHO yang terdiri dari

1 Memperluas dan meningkatkan ekspansi DOTS yang berkualitas meningkatkan

penemuan kasus dan kesembuhan melalui pendekatan yangterfokus pada penderita

agar pelayanan DOTS yang berkualitas dapat menjangkau seluruh penderita

khususnya kelompok masyarakat yang miskin dan rentan

2 Menghadapi tantangan TBHIV MDR-TB dan tantangan lainnya dengan cara

meningkatkan kolaborasi TBHIV DOTS-Plus dan pendekatan lainnya

3 Berkontribusi dalam memperkuat sistem kesehatan melalui kerjasama dengan

berbagai program dan pelayanan kesehatan lainnya misalnya dalam memobilisasi

sumber daya manusia dan finansial untuk implementasi dan mengevaluasi

hasilnyaserta pertukaran informasi dalam keberhasilan pencapaian dalam program

penanggulangan TB

33

4 Melibatkan seluruh penyedia pelayanan kesehatan pemerintah lembaga swadaya

masyarakat (LSM) dan swasta dengan cara memperluas pendekatan berbasis

public-private mix (PPM) dengan menggunakan ISTC

5 Melibatkan penderita TB dan masyarakat untuk memberikan kontribusi dalam

penyediaan pelayanan yang efektif Hal ini meliputi perluasan pelayanan TB di

masyarakat menciptakan kebutuhan masyarakat akan pelayanan TB advokasi

yang spesifik komunikasi dan mobilisasi sosial serta mendukung pengembangan

piagam pasien TB dalam masyarakat dan

6 Memberdayakan dan meningkatkan penelitian operasional

28 Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel dependent

Karakteristik Individu

1Umur

2Jenis kelamin

3Pendidikan

4Pekerjaan

5Pengetahuan

6Efek samping OAT

7Tingkat kepatuhan

penderita dalam

pengobatan

Kesembuhan

34

Penderita TB paru

Faktor Pelayanan

kesehatan

1 Ketersediaan OAT

2 Sikap petugas kesehatan

3 LokasiJarak

4 Penyuluhan kesehatan

5 Kunjungan rumah

Faktor Peran PMO

Gambar Kerangka Konsep Penelitian

Definisi Konsep

1 Karakteristik individu adalah hal-hal yang melekat dalam diri penderita TB paru yang

mempengaruhi tingkat kapetuhan dalam melaksanakan program pengobatan dengan

strategi DOTS yang membedakan seseorang dengan yang lainnya meliputi umur jenis

kelamin pendidikan pekerjaan pengetahuan efek samping OAT tingkat kepatuhan

penderita dalam pengobatan

2 Faktor pelayanan kesehatan adalah penilaian dari penderita TB paru terhadap upaya yang

diselenggarakan oleh unit pelayanan kesehatan untuk menangani penderita TB paru

meliputi Ketersediaan OATsikap petugas kesehatan lokasijarak penyuluhan

kesehatan dan kunjungan rumah

3 Faktor Peran PMO ( Pengawasan Menelan Obat ) adalah penilaian dari penderita TB paru

terhadap hal-hal yang menjadi tugas dari seseorang pengawas menelan obat yang

mempengaruhi tingkat kepatuhan penderita TB paru dalam melaksanakan pengobatan

meliputi penyuluhan member dorongan meningkatkan dan mengawasi

35

4 Kesembuhan adalah pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan

pemeriksaan ulang dahak (follow up) menunjukkan hasil BTA negatif

29 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep di atas maka hipotesis penelitian ini adalah

1) Ada pengaruh karakteristik individu terhadap kesembuhan penderita TB paru

dalam pengobatan

2) Ada pengaruh pelayanan kesehatan terhadap kesembuhan penderita TB paru

dalam pengobatan

3) Ada pengaruh PMO terhadap kesembuhan penderita TB paru dalam pengobatan

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

31 Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional yang

bertujuan untuk menjelaskan pengaruh karakteristik individu faktor pelayanan

kesehatan dan faktor Pengawas Menelan Obat (PMO) terhadap kesembuhan

penderita TB Paru dalam melaksanakan pengobatan di Puskesmas Grogol Petamburan

tahun 2011

32 Tempat dan Waktu Penelitian

36

Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Grogol Petamburan pada bulan

Januari sampai Februari tahun 2012

33 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang

sedang menjalankan pengobatan TB di Puskesmas Grogol

Petamburan mulai bulan OktobeR

34 Keriteria Inklusi dan Eksklusi

341 Keriteria Inklusi

342 Keriteria Eksklusi

35 Sampel

351 Besar Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang

mengikuti pengobatan dengan strategi DOTS di Puskesmas yang pada saat penelitian

sedang menjalani pengobatan dan seluruh penderita TB yang telah mendapat

pengobatan selama 6 bulan atau sedang dalam tahap lanjutan

Keterangan

n1 = Jumlah sampel minimal

37

n2 = Jumlah sampel ditambah substitusi 10 (substitusi adalah persen responden

yang mungkin drop out)

Z = Tingkat batas kepercayaan dengan = 5

Didapat Z pada kurva normal = 196

p = Proporsi variabel yang diteliti yaitu besarnya presentasi 50 )

q = 1 - p

L = Derajat kesalahan yang masih dapat diterima adalah 10

Berdasarkan rumus di atas didapatkan angka sebagai berikut

( Z )2 p q ( 196 )2 0505

n1 = ----------------- = ------------------------------ = 9604

L2 ( 01 )2

n2 = n1 + ( 10 n1 )

= 9604 + ( 10 9604)

= 9604 + 9604

= 10564 Dibulatkan 106

352 Teknik Pengambilan Sampel

36 Identifikasi Variabel

1 Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kesembuhan tb paru

2 Variabel independen adalah umur jenis kelamin pendidikan pekerjaan

pengetahuan efek samping OAT dan tingkat kepahuhan dari penderita TB

Selain itu faktor dari pelayanan kesehatan dan PMO juga ikut berperan

37 Cara Kerja

1 Membuat proposal penelitian tentang hubungan antara tingkat kepatuhan minum

OAT dengan tingkat kesembuhan penyakit TB di Puskesmas Kecamatan Grogol

Petamburan

38

2 Pengumpulan data sekunder dari Puskesmas Grogol Petamburan

3 Melakukan kunjungan ke rumah-rumah sampel di daerah RT terpilih untuk

pengumpulan data primer dengan memakai kuesioner dan wawancara responden

4 Data-data yang telah dikumpulkan akan dilakukan pengolahan berupa proses

editing verifikasi dan koding Selanjutnya dimasukkan dan diolah dengan

menggunakan program computer yaitu program SPSS

5 Terhadap data yang telah diolah kemudian dilakukan analisis sesuai dengan cara

uji statistik menggunakanhelliphellip Data diinterpretasi secara deskriptif korelatif

antar variabel ndash variabel yang telah ditentukan dan disajikan dalam bentuk

tekstular dan tabular

6 Hasil dari penelitian akan disusun dalam bentuk pelaporan penelitian yang

selanjutnya akan di presentasikan di hadapan staf pengajar program pendidikan

Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida

Wacana (FK UKRIDA) dalam forum pendidikan Ilmu Kedokteran Komunitas

Fakultas Kedokteran UKRIDA

38 Manajemen Data

381 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder yaitu

1 Data primer diperoleh dengan wawancara langsung kepada penderita TB paru

dan petugas kesehatan program penanggulangan TB Paru yang berpedoman pada

kuisioner penelitian yang telah ditetapkan dam melakukan cross check

2 Data sekunder diperoleh dari laporan pelaksanaan program penanggulangan TB

Paru di Puskesmas kartu pengobatan TBC (formulir TB 01) dan Formulir

Permohonan Laboratorium TBC Untik Pemeriksaan Dahak (formulir TB 05)

382 Pengolahan Data

39

Aspek pengukuran

Aspek pengukuran variable bebas

Karakteristik individu

Aspek pengukuran variable karakteristik individu dapat dilihat pada tabel 31

Table 31 Aspek Pengukuran Variabel Karakteristik Individu

Karakteristik

individu

Kategori Skala Bobot nilai

Umur a 15-24 tahun

b 25-49 tahun

c gt 50 tahun

rasio

Jenis kelamin a Laki-laki

b Perempuan

Tingkat

pendidikan

a Tidak tamat SD

b SD

c SLTP

d SLTA

e Sarjana S1

Pekerjaan a Bekerja

b Tidak bekerja

Pengetahuan a Baik

b Sedang

c Bururk

Efek samping

OAT

a Ada

b Tidan ada

Faktor pelayanan kesehatan

Pengukuran faktor pelanan kesehatan meliputi ketersediaan OAT yang

diukur adalah yang diukur dengan 2 pertanyaan sikap petugas kesehatan diukur

dengan 8 pertanyaan lokasi jarak diukur dengan 3 pertanyaan penyuluhan kesehatan

diukur dengan 6 pertanyaan dan kunjungan rumah diukur dengan 2 pertanyaan

40

berdasarkan jawaban yang diberikan responden selanjutnya dikelompokkan menjadi

tiga (3) yaitu

a Baik jika faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan

penilaian yang baik karena kebutuhan yang diinginkan debagian besarnya

terpenuhi (nilai gt32)

b Sedang bila faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan

penilaian yang kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan responden hanay

sebagian saja yang terpenuhi (nilainya 17-32)

c Buruk bila faktor pelayanan pelayanan kesehatan yang diterima responden

menimbulkan penilaian yang tidak baik karena kebutuhan yang diinginka

responden sebagian besar tidak dipenuhi (nilainya lt17)

Faktor Pengawas Menelan Obat (PMO)

Faktor Pengawas Menelan Obat diukur dengan 5 pertanyaan yang

selanjutnya dibedakan atas 3 kategori yaitu

a Baik bila semua tugas yang diterima responden terlaksana dengan baik yaitu

mengawasi memberikan dorongan mengingatkan dan memberikan penyuluhan

(nilainya gt11)

b Sedang bila tugas PMO yang diterima responden sebagian saja yang terpenuhi

(nilainya 6-11)

c Buruk bila tugas PMO yang diterima responden tidak terlaksana dengan baik

(nilainya lt 6)

Aspek Pengukuran Variabel Terikan

Kepatuhan Pengobatan TB Paru

41

Aspek Pengukuran Variabel ini menggunakan skala interval yang diukur berdasarkan

tiga (3) kategori yaitu

Patuh apabila responden selalu menelan obat sesuai ketentuan petugas kesehatan

yaitu setiap hari pada tahap awal tiga kali seminggu pada tahap lanjutan dan

mengambil obat serta memeriksakan dahak sesuai jadwal dan menaati nasihat dari

petugas kesehatan ( bobot 3 )

Kurang patuh jika responden kadang-kadang menelan obat sesuai ketentuan

petugas kesehatan atau responden tidak menelan obat 2-8 minggu selama tahap

pengobatan lanjutan dan tidak memerisakan dahak sesuai jadwal yang telah

ditetapkan dan tidak selalu menaati nasihat dari petugas kesehatan (bobot 2 )

Tidak patuh jika responden tidak menelan obat sesuai ketentuan petugas

kesehatan atau responden tidak menelan obat lebih dari 8 minggu selama tahap

pengobatan lanjutan dan tidak mengambil obat serta tidak memeriksakan dahak

sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan tidak menaati nasihat petugas kesehatan

(bobot 1)

383 Penyajian Data

384 Analisis Data

385 Interpretasi Data

386 Pelaporan Data

39 Definisi Operasional

1 Umur adalah usia responden saat penelitian berdasarkan ulang tahun terakhir yang

dibedakan atas 3 (tiga) kategori berdasarkna Badan Pusat Statistik Kota Medan

42

tahun 2008 yaitu 1) orang muda 25-24 tahun 2) dewasa 24-49 tahun 3) orang

tua gt 50 tahun

2 Jenis kelamin adalah suatu karakteristik responden yang dibedakan identitasnya

dari laki-laki dan perempuan

3 Pendidikan adalah jenjang pendidikannyang berhasil ditamatkan responden yang

dibedakan atas tidak tamat SD SD SLTP SLTA Akademi Sarjana

4 Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh responden sebagai

pendapatan utama yang dibedakan atas kerja dan tidak bekerja

5 Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai penyakit

TB paru

6 Efek samping OAT adalah gejala keluhan yang diderita responden akiba menelan

OAT selama pengobatan

7 Ketersdediaan OAT adalah pandangan responden terhadap kondisi OAT

diperoleh dari puskesmas meliputi kecukupan jumlah OAT dan dan kualitasnya

8 Sikap petugas kesehatan adalah penilaian responden terhadap reaksi petugas

kesehatan kepada responden selama mereka menjalanin pengobatan

9 Lokasi jarak adalah pandangan responden tentang lama perjalanan dari tempat

tinggal responden ke Puskesmas yang diukur dengan jarak sarana transportasi

10 Penyuluhan kesehatan adalah pandangan responden tentang kegiatan yang

dilakukan oleh petugas kesehatan sehubungan dengan pengobatan TB Paru untuk

mencapai suatu keadaan dimana pederita TB Paru dapat hidup lebih sehat

11 Kunjungan rumah adalah pandangan responden tentang kegiatan yang dilakukan

petugas kesehatan selama masa pengobatan ke rumah responden

12 Faktor peran Pengawas Minum Obat (PMO) adalah pandangan responden tentang

tugas yang dilakasanakan oleh seorang PMO meliputi penyuluhan

13 Kepatuhan berobat adalah ketaan responden dalam menelan obat mengambil

obat dan melakukan pemeriksaan dahak sesuai jadwal yang telah ditentukan dan

menaati segala nasehat dari petugas kesehatan

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

1) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta

2) Perkumpulan Pemberantasan TB Indonesia 2011 TB di Indonesia Peringkat Dunia

Jakarta Diakses melalui situs httpwwwpptiinfoindexphpcomponentcontentarticle46-

arsip-ppti141-tbc-di-indonesia-peringkat-5-dunia Diakses pada tanggal 23 Januari 2012

44

3) Depkes dan WHO 2008 Lembar Fakta Tuberkulosis Jakarta

4) Dirjen P2M amp PLP 1997 Pengawasan Menelan Obat (PMO) adalah DOTS ala Indonesia

Jakarta

5) Amirudin R 2006 Faktor Keberhasilan Konversi pada Penderita TB Paru di Puskesmas

Jongaya Tahun 2006 Laporan Penelitian FKM Unhas Makasar

6) Aditama Tjandra Y 1994 Tuberkulosis Paru Masalah dan Penanggulangnya UI Press

Jakarta

7) Aru W Bambang S Idrus A dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Tuberkulosis

Paru Edisi IV FKUI Jakarta 2006 998-1004

8) Depkes RI 2002 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta

9) Depkes RI 2006 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta

10) Subijakto Hubungan Pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Berobat

Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Proposal Skripsi Jakarta 2011 Diakses pada

tanggal 20 Januari 2012

11) Aditama Tjandra Y 2002 Tuberkulosis Diagnosis Terapi dan Masalahnya Yayasan IDI

Jakarta

12) Notoatmodjo Soekidjo 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Penerbit Rineka Cipta

Jakarta

13) Simamora Jojor 2004 Faktor yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Berobat Penderita TB

Paru di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2004 Tesis Pascasarjana USU Medan

14) Ester Monica 2000 Psikologi Kesehatan Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

15) Bart Smet 1994 Psikologi Kesehatan PT Grasindo Jakarta

16) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta

45

Page 21: 133192422-TB-paru

Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal untuk streptomisin adalah

500mg tanpa memperhatikan berat badan

Untuk perempuan hamil lihat pengobatan TB dalam keadaan khusus

Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan menambahkan aquabidest

sebanyak 37ml sehingga menjadi 4ml (1ml = 250mg)

3 OAT Sisipan (HRZE)

Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap intensif kategori 1 yang

diberikan selama sebulan (28 hari)

Tabel 24 Dosis KDT untuk Sisipan

Berat Badan Tahap Intensif tiap hari selama 28 hari

RHZE (15075400275)

30-37 kg 2 tablet 4 KDT38-54 kg 3 tablet 4 KDT55-70 kg 4 tablet 4 KDTge 71 kg 5 tablet 4 KDT

Penggunaan OAT lapis kedua misalnya golongan aminoglikosida (misalnya

kanamisin) dan golongan kuinolon tidak dianjurkan diberikan kepada pasien baru tanpa indikasi

yang jelas karena potensi obat tersebut jauh lebih rendah daripada OAT lapis pertama Di

samping itu dapat juga meningkatkan terjadinya risiko resistensi pada OAT lapis kedua

2111 Alur Diagnostik TB 9

21Suspek TB Paru

2112 Evaluasi Pengobatan

22

Pemeriksaan dahak mikroskopis (SPS = Sewaktu ndash Pagi ndash Sewaktu)

Hasil BTA+ - -

Hasil BTA- - -

Hasil BTA+ + ++ + +

Antibiotik Non-OAT

Tidak adaPerbaikan

Adaperbaikan

Pemeriksaan dahak mikroskopis

Foto toraks dan

Pertimbangan dokter

Hasil BTA+ + ++ + -+ _ _

Hasil BTA- - -

Foto toraks dan

Pertimbangan dokter

TB Bukan TB

Evaluasi Klinis

Biasanya pasien di control dalam 1 minggu pertama selanjutnya setiap 2 minggu

selama tahap intensif dan seterusnya sekali sebulan sampai akhir pengobatan

Secara klinis hendaknya terdapat perbaikan keluhan pasien seperti batuk yang

berkurang tidak ada batuk darah nafsu makan bertambah dan ada peningkatan

berat badan

Evaluasi Bakteriologis

Pemeriksaan dahak untuk menilai keberadaan kuman Biasanya setelah 2-3

minggu perngobatan sputum BTA mulai negatif Pemeriksaan control sputum

dilakukan sekali sebulan Bagi penderita dengan BTA positif setelah tahap

intensif akan mendapatkan pengobatan ulang Bila sudah negatif sputum

diperiksa tiga kali berturut-turut dan harus dikontrol agar tidak terjadi ldquosilent

bacterial sheddingrdquo yaitu terdapat sputum BTA positif tanpa disertai keluhan-

keluhan TB yang relevan

Evaluasi Radiologis

Evaluasi radiologis juga diperlukan untuk melihat kemajuan terapi Dengan

pemeriksaan radiologis dapat dilihat keadaan TB parunya atau adanya penyakit

lain yang menyertai Evaluasi foto dada dilakukan tiap 3 bulan sekali 10

2113 Efek Samping OAT

Sebagian besar penderita TB paru dapat menyelesaikan pengobatan tanpa

efek samping Namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping Oleh karena

itu pemantauan kemungkinan terjadinya efek samping sangat penting dilakukan

selama pengobatan Pemantauan dilakukan dengan cara menjelaskan kepada

penderita tanda-tanda efek samping dan menanyakan adanya gejala efek samping

pada waktu penderita mengambil OAT 8

Efek samping ringan dari OAT seperti tidak ada nafsu makanmual sakit

perut nyeri sendi kesemutan sampai dengan rasa terbakar di kaki dan warna

kemerahan pada air seni Efek samping berat dari OAT misalnya gatal dan

kemerahan kulit tuli gangguan keseimbanagn ikterus tanpa penyebab lain

bingung dan muntah-muntah gangguan penglihatan purpura dan syok 8

22 Strategi DOTS

23

Strategi DOTS adalah strategi penanggulaan TB paru nasional yang telah

direkomendasikan oleh WHO yang dimulai pelaksanaannya di Indonesia pada tahun

19951996 Sebelum pelaksanaan strategi DOTS (1969-1994) angka kesembutah TB

paru yang dapat dicapai oleh program hanya 40-60 saja Dengan strategi DOTS

diharapkan angka kesembuhan dapat dicapai minimal 85 dari penderita TB paru

BTA positif yang di temukan 11

Prinsip DOTS adalah mendekatkan pelayanan pengobatan terhadap

penderita agar secara langsung dapat mengawasi keteraturan menelan obat dan

melakukan pelacakan bila penderita tidak datang mengambil obat sesuai dengan yang

ditetapkan

Kalau diurai dari kata-katanya pengertian DOTS dapat dimulai dengan

keharusan setiap pengelola program TB intuk member direct attention dalam usaha

menemukan penderita Dalam bahasa lain ini diterjemahkan menjadi deteksi kasus

dengan pemeriksaan mikroskopik kendati sebenarnya pengertiannya dapat diperluas

dengan keharusan untuk mendeteksi kasus secara baik dan akurat Kemudian setiap

pasien harus di- observed dalam memakan obatnya setiap obat yang di telan pasien

harus di depan seorang pengawas Selain itu tentunya pasien harus menerima

treatment yang tertata dalam system pengelolaan distribusi dan penyediaan obat

secara baik Kemudian setiap pasien harus mendapat obat yang baik artinya

pengobatan short course standart yang telah terbukti ampuh secara klinik

Akhirnya harus ada dukungan dari pemerinyah yang membuat program

penanggulangan TB mendapat prioritas yang tinggi dalam pelayanan kesehatan 11

Strategi DOTS mempunyai lima komponen

1) Komitmen politits dari para pengambil keputusan termasuk dukungan dana

2) Diagnosa TB dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopik

3) Pengobatan dengan panduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) jangka pendek

dengan pengawasan langsung oleh pengawas Menelan Obat (PMO)

4) Kesinambungan perssediaan OAT jangka pendek dengan mutu terjamin

5) Pencatatan dan pelaporan secraa baku untuk memudahkan pemantauan dan

evaluasi program penanggulangan TB

23 Konsep Perilaku

24

Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor baik faktor internal

( dari dalam diri manusia ) maupun faktor eksternal ( dari luar diri manusia ) Faktor

internal ini terdiri dari faktor fisik dan psikis Faktor eksternal terdiri dari berbagai

faktor antara lain sosial budaya masyarakat lingkungan fisik politik ekonomi

pendidikan dan sebagainnya Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi

kesehatan baik individu kelompok maupun masyarakat dikelompokkan menjadi

empat ( Blum 1974 )

Konsep Blum menjelaskan bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh

1) Lingkungan yang mencakup lingkungan fisik sosial budaya politik ekonomi

dan sebagainnya

2) Perilaku

3) Pelayanan kesehatan

4) Keturunan ( hereditas )

Perilaku merupakan factor terbesar kedua setelah factor lingkungan yang

mempengaruhi derajat kesehatan Oleh sebab itu dalam rangka membina dan

meningkatkan kesehatan masyarakat maka intervensi atau upaya yang di tujukan

kepada faktor erilaku ini sangat strategis

Menurut Green perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama yakni 12

1) Faktor predisposisi ( predisposing factor )

Faktor ini mencakup pengetahuan sikap dan masyarakat terhadap kesehatan

tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan

kesehatan sistem nilai yang dinut masyarakat tingkat pendidikan tingkat sosial

ekonomi dan sebagainya

2) Faktor Pemungkin ( Enabling factor )

Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan

bagi masyarakat misalnya air bersih tempat pembuangan tinja ketersediaan

makanan yang bergizi dan sebagainnya termasuk juga fasilitas kesehatan

seperti puskesmas rumah sakit posyandu dokter atau bidan praktek swasta dan

sebagainnya

3) Faktor penguat ( reinforcing factor )

25

Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat tokoh agama

sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan Termasuk juga di

sini undang-undang peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah

daerah yang terkait dengan kesehatan

Tim kerja dari WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang

berperilaku tertentu dikarenakan 4 ( empat ) alasan pokok yaitu

1) Pemikiran dan perasaan ( Thoughts and feeling )

Yakni dalam bentuk pengetahuan kepercayaan dan sikap Pengetahuan di

peroleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain sedangkan

kepercayaan biasanya diperoleh dari orang tua kakek atau nenek Seseorang

menerima kepercayaan itu berdasarkan keyankinan dan tanpa adanya pembuktian

terlebih dahulu Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap

objek dan seringnya diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang

lain yang paling dekat

2) Karakteristik Pendukung (enabling characteristics)

Karakteristik ini mencerminkan bahwa meskipun mempunyai predisposisi untuk

menggunakan pelayanan kesehatan ia tak akan bertindak menggunakannya

kecuali bial ia mampu menggunakannya Penggunaan pelayanan kesehatan yang

ada tergantung kepada kemampuan konsumen untuk membayar

3) Karakteristik kebutuhan (need characteristics)

Faktor predisposisi dan factor yang memungkinkan untuk mencari pengobatan

dapat terwujud di dalam tindakan apabila itu dirasakan sebagai kebutuhanDengan

kata lain kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan

pelayanan kesehatan bila mana tingkat predisposisi dan enabling itu ada

Kebutuhan (need) disisni di bagi menjadi dua ketegori dirasa atau preceived

( subject assessment) dan evaluated ( clinical diagnosis )

Menurut Skinner perilaku kesehatan adalah suatu respons

seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan

26

penyakit system pelayanan kesehatan makanan dan minimum serta lingkungan

Dari batasan ini perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 ( tiga)

kelompok yakni

1) Perilaku pemeliharaan kesehatan ( health maintenance)

Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga

kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit Oleh

sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3(tiga) aspek yaitu

a Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit serta

pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit

b Perilaku peningkatan kesehatan apabila seseorang dalam keadaan sehat

c Perilaku gizi Makanan dan minimum dapat meningkatkan kesehatan

seseorang bahkan dapat mendatangkan penyakit Hal ini sangat tergantung

pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut

2) Perilaku pencarian pengobatan ( health behavior )

Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat

menderita penyakit dan atau kecelakaan Tindakan atau perilaku ini dimulai dari

mengobati sendiri ( self treatment) sampai mencari pengobatan keluar negeri

3) Perilaku kesehatan lingkungan

Adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan baik lingkungan fisik

maupun social budaya dan sebagainnya sehingga lingkungan tersebut tidak

mempengaruhi kesehatannya Dengan perkataan lain bagaimana seseorang

mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri

keluarga atau mesyarakatnya 12

24 Kepatuhan Berobat

Kepatuhan berasal dari kata ldquo patuh ldquo yang berarti taat suka menuruti

disiplin Kepatuhan menurut Trostle adalah tingkat perilaku penderita dalam

mengambil suatu tindakan pengobatan misalnya dalam menentukan kebiasaan

hidup sehat dan ketetapan berobat Dalam pengobatan seseorang dikatakan tidak

27

patuh apabila orang tersebut melalaikan kewajibannya berobat sehingga dapat

mengakibatkan terhalangnya kesembuhan 13

Menurut Sacket kepatuhan pasien adalah sejauh mana perilaku pasien

sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh professional kesehatan 14

Menurut Sarafino secara umum ketidaktaatan meningkatkan risiko

berkembangnya masalah kesehatan atau memperpanjang atau memperburuk

kesakitan yang sedang di derita Perkiraan yang ada menyatakan bahwa 20 jumlah

opname di rumah sakit merupakan akibat dari ketidaktaatan pasien terhadap aturan

pengobatan Faktor yang mempengaruhi kepatuhan seseorang dalam berobat yaitu

faktor petugas faktor obat dan faktor penderita Karakteristik petugas yang

mempengaruhi kepatuhan antara lain jenis petugas tingkat pengetahuan lamanya

bekerja frekuensi penyuluhan yang dilakukan Faktor obat yang mempengaruhi

kepatuhan adalah pengobatan yang sulit dilakukan tidak menunjukkan kea rah

penyembuhan waktu yang lama adanya efek samping obat Faktor penderita yang

menyebabkan ketidakpatuhan adalah umur jenis kelamin pekerjaan anggota

keluarga saudara atau teman khusus 15

25 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan

Faktor-faktor yang mempengaruhi katidakpatuhan dapat digolongkan

menjadi empat bagian yaitu

1 Pemahaman tentang Instruksi

Tak seorang pun mematuhi instruksi jika ia salah paham tentang instruksi yang

diberikan kepadanyaLey dan Spelman (Ester 2000 ) Menemukan bahwa lebih

dari 60 yang diwawancarai setelah bertemu dengan dokter salah mengerti

tentang instruksi yang diberikan pada mereka kadang-kadang hal ini disebabkan

oleh kegagalan professional kesehatan dalam memberikan informasi yang

lengkap penggunaan istilah-istilah medis dan mbanyak memberikan instruksi

yang harus diingat oleh pasien

28

Pendekatan praktis untuk meningkatkan kepatuhan pasien ditemukan oleh

Dinicola dan Dimatteo yaitu

a) Buat instruksi tertulis yang jelas dan mudah diinterpretasikan

b) Berikan informasi tentang pengobatan sebelum menjelaskan hal-hal lain

c) Jika seseorang diberikan suatu daftar tertulis tenang hal-hal yang harus

diingat maka aka nada efek ldquokeunggulanrdquoyaitu mereka brusaha mengingat

hal-hal yang pertama kali ditulis

d) Insruksi-instruksi harus ditulis dengan bahasa umum ( Non medis ) dan hal-

hal yang perlu ditekankan 14

2 Kualitas Interaksi

Kualitas interaksi antara profrsional kesehatan dan pasien merupakan bagian yang

penting dalam menentukan derajat kepatuhan Meningkatkan interaksi

professional kesehatan dengan pasien adalah suatu hal penting untuk memberikan

umpan balik pada pasien setelah memperoleh informasi tentang diagnosis Pasien

membutuhkan penjelasan tentang kondisinya saat ini apa penyebabnya dan apa

yang dapat mereka lakukan dengan kondisi seperti itu

3 Isolasi sosial dan keluarga

Keluarga dapat menjadi factor yang sangat berpengaruh dalam menentukan

keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga menentukan tentang

program pengobatan yang dapat mereka terima Keluarga juga member dukungan

dan membuat keputusan mengenai perawatan dari anggota keluarga yang sakit

4 Keyakinan Sikap Kepribadian

Ahli psikologis telah menyelidiki tentang hubungan antar pengukuran-

pengukuran kepribadian dan kepatuhan Mereka menemukan bahwa data

kepribadian secara benar dibedakan antar orang yang putih drngan orang yang

gagal Orang-orang yang tidak patuh adalah orang-orang yang lebih mengalami

depresi anxietas sangat memperhatikan kesehatannya memiliki kekuatan ego

29

yang lebih lemah dan kehidupan sosialnya lebih memusatkan perhatian pada

dirinya sendiri Blumenthal et al mengatakan bahwa ciri-ciri kepribadian yang

disebutkan diatas itu yang menyebabkan seseorang cenderung tidak patuh ( drop

out) dari program pengobatan 14

Menurut Schwart dan Griffin Faktor yang berhubungan dengan

ketidaktaan secara sejarah riset tentang ketaan pasien didasarkan atas pandangan

tradisional mengenai pasien sebagai penerima nasihat dokter yang pasif dan patuh

Pasien yang tidak taat dipandang sebagai orang yang lalai dan masalahnya dianggap

sebagai masalah control Riset berusah untuk mengidentifikasi kelompok-kelompok

pasien yang tidak patuh berdasarkan kelas sosioekonomi pendidikan umur dan

jenis kelamin Pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan sepanjang bawah

pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif seperti penggunaan buku-buku

dan kaset oleh pasien secara mandiri Usaha-usaha ini sedikit berhasil seorang dapat

menjadi tidak taat kalau situasinya memungkinkan Teori-teori yang lebih baru

menekannkan factor situasional dan pasien sebagai peserta yang aktif dalam proses

pengobatannya Perilaku ketaatan sering diartikan sebagai usaha pasien untuk

mengendalikan perilakunya bahkan jika hal tersebut bias menimbulkan resiko

mengenai kesehatannya 15

Macam-macam faktor yang berkaitan dengan ketidaktaatan disebutkan

a Ciri-ciri kesakitan dan cirri-ciri pengobatan

Menurut Dickson dkk perilaku ketaatan lebih rendah untuk penyakit kronis

(karena tidak ada akibat buruk yang segera dirasakan atau resiko yang jelas )

saran mengenai gaya hidup umum dan kebiasaan yang lama pengobatan yang

kompleks pengobatan dengan efek samping perilaku yang tidak pantas

Menurut Sarafino tingkat ketaaatan rata-rata minum obat utnuk menyenbuhkan

kesakitan akut dengan pengobatan jangka pendek adalah sekitar 78 Untuk

kesakita kronis dengan cara pengobatan jangaka panjang tingkat tersebut menurun

sampai 54

b Komunikasi antara Pasien dan Dokter

Berbagai aspek komunikasi antara pasien dan dokter mempengaruhi tingkat

ketidaktaan misalnya informasi dengan pengawasan yang kurang

30

ketidakpuasan terhadap aspek hubungan emosional dengan dokter ketidak

puasan terhadap pengobatan yang diberikan

c Variabel-variabel sosial

Hubungan antara dukungan sosial dengan ketaatan telah dipelajari Secara umum

orang-orang yang merasa mereka menerima penghiburan perhatian dan

pertolongan yang mereka butuhkan dari seseorang atau kelompok biasanya

cenderung lebih mudah mengikuti nasihat medis daripada pasien yang kurang

mendapat dukungan sosial Jelaslah bahwa keluarga memainkan peranan yang

sangat penting dalam pengelolaan medis misalnya penggunaan pengaruh

normative pada pasien yang mungkin mengakibatkan efek yang memudahkan

atau menghambat perilaku ketaatan

d Ciri-ciri Individual

Variabel-variabel demografis juga digunakan untuk meramalkan ketidaktaatan

sebagai contoh Di Amerika Serikat kaum wanita kaum kulit putih dan orang

tua cenderung mengikuti anjuran dokter 15

Dalam proses penyembuhan penderita TB Paru dapat diberikan obat anti-

TB (OAT) yang diminum secara teratur sampai selesai dengan pengawasan

yangketat Masa pemberian obat memang cukup lama yaitu 6-8 bulan secara terus

menerus sehingga dapat mencegah penularan kepada orang lain Oleh sebab itu para

penderita TB jika ingin sembuh harus minum obat secara teratur Tanpa adanya

keteraturan minum obat penyakit sulit disembuhkan Jika tidak teratur minum obat

penyakitnya sukar diobati kuman TB dalam tubuh akan berkembang semakin banyak

dan menyerang organ tubuh lain yang akan membutuhkan waktu lebih lama untuk

dapat sembuh

26 Pengawasan Menelan Obat (PMO) 9

Salah satu komponen DOTS adalah pengobatan paduan OAT jangka

pendek dengan pengawasan langsung Untuk menjamin keteraturan pengobatan

diperlukan seorang PMO

31

a Persyaratan PMO

bull Seseorang yang dikenal dipercaya dan disetujui baik oleh petugas kesehatan

maupun pasien selain itu harus disegani dan dihormati oleh pasien

bull Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien

bull Bersedia membantu pasien dengan sukarela

bull Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan pasien

b Siapa yang bisa menjadi PMO

Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan misalnya Bidan di Desa Perawat

Pekarya Sanitarian Juru Immunisasi dan lain lain Bila tidak ada petugas

kesehatan yang memungkinkan PMO dapat berasal dari kader kesehatan guru

anggota PPTI PKK atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga

c Tugas seorang PMO

bull Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai

pengobatan

bull Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur

bull Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah

ditentukan

bull Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai gejala-

gejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke Unit Pelayanan

Kesehatan

Tugas seorang PMO bukanlah untuk mengganti kewajiban pasien mengambil

obatdari unit pelayanan kesehatan

d Informasi penting yang perlu dipahami PMO untuk disampaikan kepada pasien dan

keluarganya

bull TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur

32

bull TB bukan penyakit keturunan atau kutukan

bull Cara penularan TB gejala-gejala yang mencurigakan dan cara pencegahannya

bull Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan)

bull Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur

bull Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera meminta

pertolongan ke UPK

27 Penanggulangan TB 16

Rencana Global Penanggulangan TB

Rencana Global 2006-2015 mencakup enam elemen utama dalam strategi baru Stop

TB ndashWHO yang terdiri dari

1 Memperluas dan meningkatkan ekspansi DOTS yang berkualitas meningkatkan

penemuan kasus dan kesembuhan melalui pendekatan yangterfokus pada penderita

agar pelayanan DOTS yang berkualitas dapat menjangkau seluruh penderita

khususnya kelompok masyarakat yang miskin dan rentan

2 Menghadapi tantangan TBHIV MDR-TB dan tantangan lainnya dengan cara

meningkatkan kolaborasi TBHIV DOTS-Plus dan pendekatan lainnya

3 Berkontribusi dalam memperkuat sistem kesehatan melalui kerjasama dengan

berbagai program dan pelayanan kesehatan lainnya misalnya dalam memobilisasi

sumber daya manusia dan finansial untuk implementasi dan mengevaluasi

hasilnyaserta pertukaran informasi dalam keberhasilan pencapaian dalam program

penanggulangan TB

33

4 Melibatkan seluruh penyedia pelayanan kesehatan pemerintah lembaga swadaya

masyarakat (LSM) dan swasta dengan cara memperluas pendekatan berbasis

public-private mix (PPM) dengan menggunakan ISTC

5 Melibatkan penderita TB dan masyarakat untuk memberikan kontribusi dalam

penyediaan pelayanan yang efektif Hal ini meliputi perluasan pelayanan TB di

masyarakat menciptakan kebutuhan masyarakat akan pelayanan TB advokasi

yang spesifik komunikasi dan mobilisasi sosial serta mendukung pengembangan

piagam pasien TB dalam masyarakat dan

6 Memberdayakan dan meningkatkan penelitian operasional

28 Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel dependent

Karakteristik Individu

1Umur

2Jenis kelamin

3Pendidikan

4Pekerjaan

5Pengetahuan

6Efek samping OAT

7Tingkat kepatuhan

penderita dalam

pengobatan

Kesembuhan

34

Penderita TB paru

Faktor Pelayanan

kesehatan

1 Ketersediaan OAT

2 Sikap petugas kesehatan

3 LokasiJarak

4 Penyuluhan kesehatan

5 Kunjungan rumah

Faktor Peran PMO

Gambar Kerangka Konsep Penelitian

Definisi Konsep

1 Karakteristik individu adalah hal-hal yang melekat dalam diri penderita TB paru yang

mempengaruhi tingkat kapetuhan dalam melaksanakan program pengobatan dengan

strategi DOTS yang membedakan seseorang dengan yang lainnya meliputi umur jenis

kelamin pendidikan pekerjaan pengetahuan efek samping OAT tingkat kepatuhan

penderita dalam pengobatan

2 Faktor pelayanan kesehatan adalah penilaian dari penderita TB paru terhadap upaya yang

diselenggarakan oleh unit pelayanan kesehatan untuk menangani penderita TB paru

meliputi Ketersediaan OATsikap petugas kesehatan lokasijarak penyuluhan

kesehatan dan kunjungan rumah

3 Faktor Peran PMO ( Pengawasan Menelan Obat ) adalah penilaian dari penderita TB paru

terhadap hal-hal yang menjadi tugas dari seseorang pengawas menelan obat yang

mempengaruhi tingkat kepatuhan penderita TB paru dalam melaksanakan pengobatan

meliputi penyuluhan member dorongan meningkatkan dan mengawasi

35

4 Kesembuhan adalah pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan

pemeriksaan ulang dahak (follow up) menunjukkan hasil BTA negatif

29 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep di atas maka hipotesis penelitian ini adalah

1) Ada pengaruh karakteristik individu terhadap kesembuhan penderita TB paru

dalam pengobatan

2) Ada pengaruh pelayanan kesehatan terhadap kesembuhan penderita TB paru

dalam pengobatan

3) Ada pengaruh PMO terhadap kesembuhan penderita TB paru dalam pengobatan

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

31 Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional yang

bertujuan untuk menjelaskan pengaruh karakteristik individu faktor pelayanan

kesehatan dan faktor Pengawas Menelan Obat (PMO) terhadap kesembuhan

penderita TB Paru dalam melaksanakan pengobatan di Puskesmas Grogol Petamburan

tahun 2011

32 Tempat dan Waktu Penelitian

36

Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Grogol Petamburan pada bulan

Januari sampai Februari tahun 2012

33 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang

sedang menjalankan pengobatan TB di Puskesmas Grogol

Petamburan mulai bulan OktobeR

34 Keriteria Inklusi dan Eksklusi

341 Keriteria Inklusi

342 Keriteria Eksklusi

35 Sampel

351 Besar Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang

mengikuti pengobatan dengan strategi DOTS di Puskesmas yang pada saat penelitian

sedang menjalani pengobatan dan seluruh penderita TB yang telah mendapat

pengobatan selama 6 bulan atau sedang dalam tahap lanjutan

Keterangan

n1 = Jumlah sampel minimal

37

n2 = Jumlah sampel ditambah substitusi 10 (substitusi adalah persen responden

yang mungkin drop out)

Z = Tingkat batas kepercayaan dengan = 5

Didapat Z pada kurva normal = 196

p = Proporsi variabel yang diteliti yaitu besarnya presentasi 50 )

q = 1 - p

L = Derajat kesalahan yang masih dapat diterima adalah 10

Berdasarkan rumus di atas didapatkan angka sebagai berikut

( Z )2 p q ( 196 )2 0505

n1 = ----------------- = ------------------------------ = 9604

L2 ( 01 )2

n2 = n1 + ( 10 n1 )

= 9604 + ( 10 9604)

= 9604 + 9604

= 10564 Dibulatkan 106

352 Teknik Pengambilan Sampel

36 Identifikasi Variabel

1 Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kesembuhan tb paru

2 Variabel independen adalah umur jenis kelamin pendidikan pekerjaan

pengetahuan efek samping OAT dan tingkat kepahuhan dari penderita TB

Selain itu faktor dari pelayanan kesehatan dan PMO juga ikut berperan

37 Cara Kerja

1 Membuat proposal penelitian tentang hubungan antara tingkat kepatuhan minum

OAT dengan tingkat kesembuhan penyakit TB di Puskesmas Kecamatan Grogol

Petamburan

38

2 Pengumpulan data sekunder dari Puskesmas Grogol Petamburan

3 Melakukan kunjungan ke rumah-rumah sampel di daerah RT terpilih untuk

pengumpulan data primer dengan memakai kuesioner dan wawancara responden

4 Data-data yang telah dikumpulkan akan dilakukan pengolahan berupa proses

editing verifikasi dan koding Selanjutnya dimasukkan dan diolah dengan

menggunakan program computer yaitu program SPSS

5 Terhadap data yang telah diolah kemudian dilakukan analisis sesuai dengan cara

uji statistik menggunakanhelliphellip Data diinterpretasi secara deskriptif korelatif

antar variabel ndash variabel yang telah ditentukan dan disajikan dalam bentuk

tekstular dan tabular

6 Hasil dari penelitian akan disusun dalam bentuk pelaporan penelitian yang

selanjutnya akan di presentasikan di hadapan staf pengajar program pendidikan

Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida

Wacana (FK UKRIDA) dalam forum pendidikan Ilmu Kedokteran Komunitas

Fakultas Kedokteran UKRIDA

38 Manajemen Data

381 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder yaitu

1 Data primer diperoleh dengan wawancara langsung kepada penderita TB paru

dan petugas kesehatan program penanggulangan TB Paru yang berpedoman pada

kuisioner penelitian yang telah ditetapkan dam melakukan cross check

2 Data sekunder diperoleh dari laporan pelaksanaan program penanggulangan TB

Paru di Puskesmas kartu pengobatan TBC (formulir TB 01) dan Formulir

Permohonan Laboratorium TBC Untik Pemeriksaan Dahak (formulir TB 05)

382 Pengolahan Data

39

Aspek pengukuran

Aspek pengukuran variable bebas

Karakteristik individu

Aspek pengukuran variable karakteristik individu dapat dilihat pada tabel 31

Table 31 Aspek Pengukuran Variabel Karakteristik Individu

Karakteristik

individu

Kategori Skala Bobot nilai

Umur a 15-24 tahun

b 25-49 tahun

c gt 50 tahun

rasio

Jenis kelamin a Laki-laki

b Perempuan

Tingkat

pendidikan

a Tidak tamat SD

b SD

c SLTP

d SLTA

e Sarjana S1

Pekerjaan a Bekerja

b Tidak bekerja

Pengetahuan a Baik

b Sedang

c Bururk

Efek samping

OAT

a Ada

b Tidan ada

Faktor pelayanan kesehatan

Pengukuran faktor pelanan kesehatan meliputi ketersediaan OAT yang

diukur adalah yang diukur dengan 2 pertanyaan sikap petugas kesehatan diukur

dengan 8 pertanyaan lokasi jarak diukur dengan 3 pertanyaan penyuluhan kesehatan

diukur dengan 6 pertanyaan dan kunjungan rumah diukur dengan 2 pertanyaan

40

berdasarkan jawaban yang diberikan responden selanjutnya dikelompokkan menjadi

tiga (3) yaitu

a Baik jika faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan

penilaian yang baik karena kebutuhan yang diinginkan debagian besarnya

terpenuhi (nilai gt32)

b Sedang bila faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan

penilaian yang kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan responden hanay

sebagian saja yang terpenuhi (nilainya 17-32)

c Buruk bila faktor pelayanan pelayanan kesehatan yang diterima responden

menimbulkan penilaian yang tidak baik karena kebutuhan yang diinginka

responden sebagian besar tidak dipenuhi (nilainya lt17)

Faktor Pengawas Menelan Obat (PMO)

Faktor Pengawas Menelan Obat diukur dengan 5 pertanyaan yang

selanjutnya dibedakan atas 3 kategori yaitu

a Baik bila semua tugas yang diterima responden terlaksana dengan baik yaitu

mengawasi memberikan dorongan mengingatkan dan memberikan penyuluhan

(nilainya gt11)

b Sedang bila tugas PMO yang diterima responden sebagian saja yang terpenuhi

(nilainya 6-11)

c Buruk bila tugas PMO yang diterima responden tidak terlaksana dengan baik

(nilainya lt 6)

Aspek Pengukuran Variabel Terikan

Kepatuhan Pengobatan TB Paru

41

Aspek Pengukuran Variabel ini menggunakan skala interval yang diukur berdasarkan

tiga (3) kategori yaitu

Patuh apabila responden selalu menelan obat sesuai ketentuan petugas kesehatan

yaitu setiap hari pada tahap awal tiga kali seminggu pada tahap lanjutan dan

mengambil obat serta memeriksakan dahak sesuai jadwal dan menaati nasihat dari

petugas kesehatan ( bobot 3 )

Kurang patuh jika responden kadang-kadang menelan obat sesuai ketentuan

petugas kesehatan atau responden tidak menelan obat 2-8 minggu selama tahap

pengobatan lanjutan dan tidak memerisakan dahak sesuai jadwal yang telah

ditetapkan dan tidak selalu menaati nasihat dari petugas kesehatan (bobot 2 )

Tidak patuh jika responden tidak menelan obat sesuai ketentuan petugas

kesehatan atau responden tidak menelan obat lebih dari 8 minggu selama tahap

pengobatan lanjutan dan tidak mengambil obat serta tidak memeriksakan dahak

sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan tidak menaati nasihat petugas kesehatan

(bobot 1)

383 Penyajian Data

384 Analisis Data

385 Interpretasi Data

386 Pelaporan Data

39 Definisi Operasional

1 Umur adalah usia responden saat penelitian berdasarkan ulang tahun terakhir yang

dibedakan atas 3 (tiga) kategori berdasarkna Badan Pusat Statistik Kota Medan

42

tahun 2008 yaitu 1) orang muda 25-24 tahun 2) dewasa 24-49 tahun 3) orang

tua gt 50 tahun

2 Jenis kelamin adalah suatu karakteristik responden yang dibedakan identitasnya

dari laki-laki dan perempuan

3 Pendidikan adalah jenjang pendidikannyang berhasil ditamatkan responden yang

dibedakan atas tidak tamat SD SD SLTP SLTA Akademi Sarjana

4 Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh responden sebagai

pendapatan utama yang dibedakan atas kerja dan tidak bekerja

5 Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai penyakit

TB paru

6 Efek samping OAT adalah gejala keluhan yang diderita responden akiba menelan

OAT selama pengobatan

7 Ketersdediaan OAT adalah pandangan responden terhadap kondisi OAT

diperoleh dari puskesmas meliputi kecukupan jumlah OAT dan dan kualitasnya

8 Sikap petugas kesehatan adalah penilaian responden terhadap reaksi petugas

kesehatan kepada responden selama mereka menjalanin pengobatan

9 Lokasi jarak adalah pandangan responden tentang lama perjalanan dari tempat

tinggal responden ke Puskesmas yang diukur dengan jarak sarana transportasi

10 Penyuluhan kesehatan adalah pandangan responden tentang kegiatan yang

dilakukan oleh petugas kesehatan sehubungan dengan pengobatan TB Paru untuk

mencapai suatu keadaan dimana pederita TB Paru dapat hidup lebih sehat

11 Kunjungan rumah adalah pandangan responden tentang kegiatan yang dilakukan

petugas kesehatan selama masa pengobatan ke rumah responden

12 Faktor peran Pengawas Minum Obat (PMO) adalah pandangan responden tentang

tugas yang dilakasanakan oleh seorang PMO meliputi penyuluhan

13 Kepatuhan berobat adalah ketaan responden dalam menelan obat mengambil

obat dan melakukan pemeriksaan dahak sesuai jadwal yang telah ditentukan dan

menaati segala nasehat dari petugas kesehatan

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

1) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta

2) Perkumpulan Pemberantasan TB Indonesia 2011 TB di Indonesia Peringkat Dunia

Jakarta Diakses melalui situs httpwwwpptiinfoindexphpcomponentcontentarticle46-

arsip-ppti141-tbc-di-indonesia-peringkat-5-dunia Diakses pada tanggal 23 Januari 2012

44

3) Depkes dan WHO 2008 Lembar Fakta Tuberkulosis Jakarta

4) Dirjen P2M amp PLP 1997 Pengawasan Menelan Obat (PMO) adalah DOTS ala Indonesia

Jakarta

5) Amirudin R 2006 Faktor Keberhasilan Konversi pada Penderita TB Paru di Puskesmas

Jongaya Tahun 2006 Laporan Penelitian FKM Unhas Makasar

6) Aditama Tjandra Y 1994 Tuberkulosis Paru Masalah dan Penanggulangnya UI Press

Jakarta

7) Aru W Bambang S Idrus A dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Tuberkulosis

Paru Edisi IV FKUI Jakarta 2006 998-1004

8) Depkes RI 2002 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta

9) Depkes RI 2006 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta

10) Subijakto Hubungan Pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Berobat

Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Proposal Skripsi Jakarta 2011 Diakses pada

tanggal 20 Januari 2012

11) Aditama Tjandra Y 2002 Tuberkulosis Diagnosis Terapi dan Masalahnya Yayasan IDI

Jakarta

12) Notoatmodjo Soekidjo 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Penerbit Rineka Cipta

Jakarta

13) Simamora Jojor 2004 Faktor yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Berobat Penderita TB

Paru di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2004 Tesis Pascasarjana USU Medan

14) Ester Monica 2000 Psikologi Kesehatan Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

15) Bart Smet 1994 Psikologi Kesehatan PT Grasindo Jakarta

16) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta

45

Page 22: 133192422-TB-paru

2112 Evaluasi Pengobatan

22

Pemeriksaan dahak mikroskopis (SPS = Sewaktu ndash Pagi ndash Sewaktu)

Hasil BTA+ - -

Hasil BTA- - -

Hasil BTA+ + ++ + +

Antibiotik Non-OAT

Tidak adaPerbaikan

Adaperbaikan

Pemeriksaan dahak mikroskopis

Foto toraks dan

Pertimbangan dokter

Hasil BTA+ + ++ + -+ _ _

Hasil BTA- - -

Foto toraks dan

Pertimbangan dokter

TB Bukan TB

Evaluasi Klinis

Biasanya pasien di control dalam 1 minggu pertama selanjutnya setiap 2 minggu

selama tahap intensif dan seterusnya sekali sebulan sampai akhir pengobatan

Secara klinis hendaknya terdapat perbaikan keluhan pasien seperti batuk yang

berkurang tidak ada batuk darah nafsu makan bertambah dan ada peningkatan

berat badan

Evaluasi Bakteriologis

Pemeriksaan dahak untuk menilai keberadaan kuman Biasanya setelah 2-3

minggu perngobatan sputum BTA mulai negatif Pemeriksaan control sputum

dilakukan sekali sebulan Bagi penderita dengan BTA positif setelah tahap

intensif akan mendapatkan pengobatan ulang Bila sudah negatif sputum

diperiksa tiga kali berturut-turut dan harus dikontrol agar tidak terjadi ldquosilent

bacterial sheddingrdquo yaitu terdapat sputum BTA positif tanpa disertai keluhan-

keluhan TB yang relevan

Evaluasi Radiologis

Evaluasi radiologis juga diperlukan untuk melihat kemajuan terapi Dengan

pemeriksaan radiologis dapat dilihat keadaan TB parunya atau adanya penyakit

lain yang menyertai Evaluasi foto dada dilakukan tiap 3 bulan sekali 10

2113 Efek Samping OAT

Sebagian besar penderita TB paru dapat menyelesaikan pengobatan tanpa

efek samping Namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping Oleh karena

itu pemantauan kemungkinan terjadinya efek samping sangat penting dilakukan

selama pengobatan Pemantauan dilakukan dengan cara menjelaskan kepada

penderita tanda-tanda efek samping dan menanyakan adanya gejala efek samping

pada waktu penderita mengambil OAT 8

Efek samping ringan dari OAT seperti tidak ada nafsu makanmual sakit

perut nyeri sendi kesemutan sampai dengan rasa terbakar di kaki dan warna

kemerahan pada air seni Efek samping berat dari OAT misalnya gatal dan

kemerahan kulit tuli gangguan keseimbanagn ikterus tanpa penyebab lain

bingung dan muntah-muntah gangguan penglihatan purpura dan syok 8

22 Strategi DOTS

23

Strategi DOTS adalah strategi penanggulaan TB paru nasional yang telah

direkomendasikan oleh WHO yang dimulai pelaksanaannya di Indonesia pada tahun

19951996 Sebelum pelaksanaan strategi DOTS (1969-1994) angka kesembutah TB

paru yang dapat dicapai oleh program hanya 40-60 saja Dengan strategi DOTS

diharapkan angka kesembuhan dapat dicapai minimal 85 dari penderita TB paru

BTA positif yang di temukan 11

Prinsip DOTS adalah mendekatkan pelayanan pengobatan terhadap

penderita agar secara langsung dapat mengawasi keteraturan menelan obat dan

melakukan pelacakan bila penderita tidak datang mengambil obat sesuai dengan yang

ditetapkan

Kalau diurai dari kata-katanya pengertian DOTS dapat dimulai dengan

keharusan setiap pengelola program TB intuk member direct attention dalam usaha

menemukan penderita Dalam bahasa lain ini diterjemahkan menjadi deteksi kasus

dengan pemeriksaan mikroskopik kendati sebenarnya pengertiannya dapat diperluas

dengan keharusan untuk mendeteksi kasus secara baik dan akurat Kemudian setiap

pasien harus di- observed dalam memakan obatnya setiap obat yang di telan pasien

harus di depan seorang pengawas Selain itu tentunya pasien harus menerima

treatment yang tertata dalam system pengelolaan distribusi dan penyediaan obat

secara baik Kemudian setiap pasien harus mendapat obat yang baik artinya

pengobatan short course standart yang telah terbukti ampuh secara klinik

Akhirnya harus ada dukungan dari pemerinyah yang membuat program

penanggulangan TB mendapat prioritas yang tinggi dalam pelayanan kesehatan 11

Strategi DOTS mempunyai lima komponen

1) Komitmen politits dari para pengambil keputusan termasuk dukungan dana

2) Diagnosa TB dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopik

3) Pengobatan dengan panduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) jangka pendek

dengan pengawasan langsung oleh pengawas Menelan Obat (PMO)

4) Kesinambungan perssediaan OAT jangka pendek dengan mutu terjamin

5) Pencatatan dan pelaporan secraa baku untuk memudahkan pemantauan dan

evaluasi program penanggulangan TB

23 Konsep Perilaku

24

Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor baik faktor internal

( dari dalam diri manusia ) maupun faktor eksternal ( dari luar diri manusia ) Faktor

internal ini terdiri dari faktor fisik dan psikis Faktor eksternal terdiri dari berbagai

faktor antara lain sosial budaya masyarakat lingkungan fisik politik ekonomi

pendidikan dan sebagainnya Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi

kesehatan baik individu kelompok maupun masyarakat dikelompokkan menjadi

empat ( Blum 1974 )

Konsep Blum menjelaskan bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh

1) Lingkungan yang mencakup lingkungan fisik sosial budaya politik ekonomi

dan sebagainnya

2) Perilaku

3) Pelayanan kesehatan

4) Keturunan ( hereditas )

Perilaku merupakan factor terbesar kedua setelah factor lingkungan yang

mempengaruhi derajat kesehatan Oleh sebab itu dalam rangka membina dan

meningkatkan kesehatan masyarakat maka intervensi atau upaya yang di tujukan

kepada faktor erilaku ini sangat strategis

Menurut Green perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama yakni 12

1) Faktor predisposisi ( predisposing factor )

Faktor ini mencakup pengetahuan sikap dan masyarakat terhadap kesehatan

tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan

kesehatan sistem nilai yang dinut masyarakat tingkat pendidikan tingkat sosial

ekonomi dan sebagainya

2) Faktor Pemungkin ( Enabling factor )

Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan

bagi masyarakat misalnya air bersih tempat pembuangan tinja ketersediaan

makanan yang bergizi dan sebagainnya termasuk juga fasilitas kesehatan

seperti puskesmas rumah sakit posyandu dokter atau bidan praktek swasta dan

sebagainnya

3) Faktor penguat ( reinforcing factor )

25

Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat tokoh agama

sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan Termasuk juga di

sini undang-undang peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah

daerah yang terkait dengan kesehatan

Tim kerja dari WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang

berperilaku tertentu dikarenakan 4 ( empat ) alasan pokok yaitu

1) Pemikiran dan perasaan ( Thoughts and feeling )

Yakni dalam bentuk pengetahuan kepercayaan dan sikap Pengetahuan di

peroleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain sedangkan

kepercayaan biasanya diperoleh dari orang tua kakek atau nenek Seseorang

menerima kepercayaan itu berdasarkan keyankinan dan tanpa adanya pembuktian

terlebih dahulu Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap

objek dan seringnya diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang

lain yang paling dekat

2) Karakteristik Pendukung (enabling characteristics)

Karakteristik ini mencerminkan bahwa meskipun mempunyai predisposisi untuk

menggunakan pelayanan kesehatan ia tak akan bertindak menggunakannya

kecuali bial ia mampu menggunakannya Penggunaan pelayanan kesehatan yang

ada tergantung kepada kemampuan konsumen untuk membayar

3) Karakteristik kebutuhan (need characteristics)

Faktor predisposisi dan factor yang memungkinkan untuk mencari pengobatan

dapat terwujud di dalam tindakan apabila itu dirasakan sebagai kebutuhanDengan

kata lain kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan

pelayanan kesehatan bila mana tingkat predisposisi dan enabling itu ada

Kebutuhan (need) disisni di bagi menjadi dua ketegori dirasa atau preceived

( subject assessment) dan evaluated ( clinical diagnosis )

Menurut Skinner perilaku kesehatan adalah suatu respons

seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan

26

penyakit system pelayanan kesehatan makanan dan minimum serta lingkungan

Dari batasan ini perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 ( tiga)

kelompok yakni

1) Perilaku pemeliharaan kesehatan ( health maintenance)

Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga

kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit Oleh

sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3(tiga) aspek yaitu

a Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit serta

pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit

b Perilaku peningkatan kesehatan apabila seseorang dalam keadaan sehat

c Perilaku gizi Makanan dan minimum dapat meningkatkan kesehatan

seseorang bahkan dapat mendatangkan penyakit Hal ini sangat tergantung

pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut

2) Perilaku pencarian pengobatan ( health behavior )

Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat

menderita penyakit dan atau kecelakaan Tindakan atau perilaku ini dimulai dari

mengobati sendiri ( self treatment) sampai mencari pengobatan keluar negeri

3) Perilaku kesehatan lingkungan

Adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan baik lingkungan fisik

maupun social budaya dan sebagainnya sehingga lingkungan tersebut tidak

mempengaruhi kesehatannya Dengan perkataan lain bagaimana seseorang

mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri

keluarga atau mesyarakatnya 12

24 Kepatuhan Berobat

Kepatuhan berasal dari kata ldquo patuh ldquo yang berarti taat suka menuruti

disiplin Kepatuhan menurut Trostle adalah tingkat perilaku penderita dalam

mengambil suatu tindakan pengobatan misalnya dalam menentukan kebiasaan

hidup sehat dan ketetapan berobat Dalam pengobatan seseorang dikatakan tidak

27

patuh apabila orang tersebut melalaikan kewajibannya berobat sehingga dapat

mengakibatkan terhalangnya kesembuhan 13

Menurut Sacket kepatuhan pasien adalah sejauh mana perilaku pasien

sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh professional kesehatan 14

Menurut Sarafino secara umum ketidaktaatan meningkatkan risiko

berkembangnya masalah kesehatan atau memperpanjang atau memperburuk

kesakitan yang sedang di derita Perkiraan yang ada menyatakan bahwa 20 jumlah

opname di rumah sakit merupakan akibat dari ketidaktaatan pasien terhadap aturan

pengobatan Faktor yang mempengaruhi kepatuhan seseorang dalam berobat yaitu

faktor petugas faktor obat dan faktor penderita Karakteristik petugas yang

mempengaruhi kepatuhan antara lain jenis petugas tingkat pengetahuan lamanya

bekerja frekuensi penyuluhan yang dilakukan Faktor obat yang mempengaruhi

kepatuhan adalah pengobatan yang sulit dilakukan tidak menunjukkan kea rah

penyembuhan waktu yang lama adanya efek samping obat Faktor penderita yang

menyebabkan ketidakpatuhan adalah umur jenis kelamin pekerjaan anggota

keluarga saudara atau teman khusus 15

25 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan

Faktor-faktor yang mempengaruhi katidakpatuhan dapat digolongkan

menjadi empat bagian yaitu

1 Pemahaman tentang Instruksi

Tak seorang pun mematuhi instruksi jika ia salah paham tentang instruksi yang

diberikan kepadanyaLey dan Spelman (Ester 2000 ) Menemukan bahwa lebih

dari 60 yang diwawancarai setelah bertemu dengan dokter salah mengerti

tentang instruksi yang diberikan pada mereka kadang-kadang hal ini disebabkan

oleh kegagalan professional kesehatan dalam memberikan informasi yang

lengkap penggunaan istilah-istilah medis dan mbanyak memberikan instruksi

yang harus diingat oleh pasien

28

Pendekatan praktis untuk meningkatkan kepatuhan pasien ditemukan oleh

Dinicola dan Dimatteo yaitu

a) Buat instruksi tertulis yang jelas dan mudah diinterpretasikan

b) Berikan informasi tentang pengobatan sebelum menjelaskan hal-hal lain

c) Jika seseorang diberikan suatu daftar tertulis tenang hal-hal yang harus

diingat maka aka nada efek ldquokeunggulanrdquoyaitu mereka brusaha mengingat

hal-hal yang pertama kali ditulis

d) Insruksi-instruksi harus ditulis dengan bahasa umum ( Non medis ) dan hal-

hal yang perlu ditekankan 14

2 Kualitas Interaksi

Kualitas interaksi antara profrsional kesehatan dan pasien merupakan bagian yang

penting dalam menentukan derajat kepatuhan Meningkatkan interaksi

professional kesehatan dengan pasien adalah suatu hal penting untuk memberikan

umpan balik pada pasien setelah memperoleh informasi tentang diagnosis Pasien

membutuhkan penjelasan tentang kondisinya saat ini apa penyebabnya dan apa

yang dapat mereka lakukan dengan kondisi seperti itu

3 Isolasi sosial dan keluarga

Keluarga dapat menjadi factor yang sangat berpengaruh dalam menentukan

keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga menentukan tentang

program pengobatan yang dapat mereka terima Keluarga juga member dukungan

dan membuat keputusan mengenai perawatan dari anggota keluarga yang sakit

4 Keyakinan Sikap Kepribadian

Ahli psikologis telah menyelidiki tentang hubungan antar pengukuran-

pengukuran kepribadian dan kepatuhan Mereka menemukan bahwa data

kepribadian secara benar dibedakan antar orang yang putih drngan orang yang

gagal Orang-orang yang tidak patuh adalah orang-orang yang lebih mengalami

depresi anxietas sangat memperhatikan kesehatannya memiliki kekuatan ego

29

yang lebih lemah dan kehidupan sosialnya lebih memusatkan perhatian pada

dirinya sendiri Blumenthal et al mengatakan bahwa ciri-ciri kepribadian yang

disebutkan diatas itu yang menyebabkan seseorang cenderung tidak patuh ( drop

out) dari program pengobatan 14

Menurut Schwart dan Griffin Faktor yang berhubungan dengan

ketidaktaan secara sejarah riset tentang ketaan pasien didasarkan atas pandangan

tradisional mengenai pasien sebagai penerima nasihat dokter yang pasif dan patuh

Pasien yang tidak taat dipandang sebagai orang yang lalai dan masalahnya dianggap

sebagai masalah control Riset berusah untuk mengidentifikasi kelompok-kelompok

pasien yang tidak patuh berdasarkan kelas sosioekonomi pendidikan umur dan

jenis kelamin Pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan sepanjang bawah

pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif seperti penggunaan buku-buku

dan kaset oleh pasien secara mandiri Usaha-usaha ini sedikit berhasil seorang dapat

menjadi tidak taat kalau situasinya memungkinkan Teori-teori yang lebih baru

menekannkan factor situasional dan pasien sebagai peserta yang aktif dalam proses

pengobatannya Perilaku ketaatan sering diartikan sebagai usaha pasien untuk

mengendalikan perilakunya bahkan jika hal tersebut bias menimbulkan resiko

mengenai kesehatannya 15

Macam-macam faktor yang berkaitan dengan ketidaktaatan disebutkan

a Ciri-ciri kesakitan dan cirri-ciri pengobatan

Menurut Dickson dkk perilaku ketaatan lebih rendah untuk penyakit kronis

(karena tidak ada akibat buruk yang segera dirasakan atau resiko yang jelas )

saran mengenai gaya hidup umum dan kebiasaan yang lama pengobatan yang

kompleks pengobatan dengan efek samping perilaku yang tidak pantas

Menurut Sarafino tingkat ketaaatan rata-rata minum obat utnuk menyenbuhkan

kesakitan akut dengan pengobatan jangka pendek adalah sekitar 78 Untuk

kesakita kronis dengan cara pengobatan jangaka panjang tingkat tersebut menurun

sampai 54

b Komunikasi antara Pasien dan Dokter

Berbagai aspek komunikasi antara pasien dan dokter mempengaruhi tingkat

ketidaktaan misalnya informasi dengan pengawasan yang kurang

30

ketidakpuasan terhadap aspek hubungan emosional dengan dokter ketidak

puasan terhadap pengobatan yang diberikan

c Variabel-variabel sosial

Hubungan antara dukungan sosial dengan ketaatan telah dipelajari Secara umum

orang-orang yang merasa mereka menerima penghiburan perhatian dan

pertolongan yang mereka butuhkan dari seseorang atau kelompok biasanya

cenderung lebih mudah mengikuti nasihat medis daripada pasien yang kurang

mendapat dukungan sosial Jelaslah bahwa keluarga memainkan peranan yang

sangat penting dalam pengelolaan medis misalnya penggunaan pengaruh

normative pada pasien yang mungkin mengakibatkan efek yang memudahkan

atau menghambat perilaku ketaatan

d Ciri-ciri Individual

Variabel-variabel demografis juga digunakan untuk meramalkan ketidaktaatan

sebagai contoh Di Amerika Serikat kaum wanita kaum kulit putih dan orang

tua cenderung mengikuti anjuran dokter 15

Dalam proses penyembuhan penderita TB Paru dapat diberikan obat anti-

TB (OAT) yang diminum secara teratur sampai selesai dengan pengawasan

yangketat Masa pemberian obat memang cukup lama yaitu 6-8 bulan secara terus

menerus sehingga dapat mencegah penularan kepada orang lain Oleh sebab itu para

penderita TB jika ingin sembuh harus minum obat secara teratur Tanpa adanya

keteraturan minum obat penyakit sulit disembuhkan Jika tidak teratur minum obat

penyakitnya sukar diobati kuman TB dalam tubuh akan berkembang semakin banyak

dan menyerang organ tubuh lain yang akan membutuhkan waktu lebih lama untuk

dapat sembuh

26 Pengawasan Menelan Obat (PMO) 9

Salah satu komponen DOTS adalah pengobatan paduan OAT jangka

pendek dengan pengawasan langsung Untuk menjamin keteraturan pengobatan

diperlukan seorang PMO

31

a Persyaratan PMO

bull Seseorang yang dikenal dipercaya dan disetujui baik oleh petugas kesehatan

maupun pasien selain itu harus disegani dan dihormati oleh pasien

bull Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien

bull Bersedia membantu pasien dengan sukarela

bull Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan pasien

b Siapa yang bisa menjadi PMO

Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan misalnya Bidan di Desa Perawat

Pekarya Sanitarian Juru Immunisasi dan lain lain Bila tidak ada petugas

kesehatan yang memungkinkan PMO dapat berasal dari kader kesehatan guru

anggota PPTI PKK atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga

c Tugas seorang PMO

bull Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai

pengobatan

bull Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur

bull Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah

ditentukan

bull Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai gejala-

gejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke Unit Pelayanan

Kesehatan

Tugas seorang PMO bukanlah untuk mengganti kewajiban pasien mengambil

obatdari unit pelayanan kesehatan

d Informasi penting yang perlu dipahami PMO untuk disampaikan kepada pasien dan

keluarganya

bull TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur

32

bull TB bukan penyakit keturunan atau kutukan

bull Cara penularan TB gejala-gejala yang mencurigakan dan cara pencegahannya

bull Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan)

bull Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur

bull Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera meminta

pertolongan ke UPK

27 Penanggulangan TB 16

Rencana Global Penanggulangan TB

Rencana Global 2006-2015 mencakup enam elemen utama dalam strategi baru Stop

TB ndashWHO yang terdiri dari

1 Memperluas dan meningkatkan ekspansi DOTS yang berkualitas meningkatkan

penemuan kasus dan kesembuhan melalui pendekatan yangterfokus pada penderita

agar pelayanan DOTS yang berkualitas dapat menjangkau seluruh penderita

khususnya kelompok masyarakat yang miskin dan rentan

2 Menghadapi tantangan TBHIV MDR-TB dan tantangan lainnya dengan cara

meningkatkan kolaborasi TBHIV DOTS-Plus dan pendekatan lainnya

3 Berkontribusi dalam memperkuat sistem kesehatan melalui kerjasama dengan

berbagai program dan pelayanan kesehatan lainnya misalnya dalam memobilisasi

sumber daya manusia dan finansial untuk implementasi dan mengevaluasi

hasilnyaserta pertukaran informasi dalam keberhasilan pencapaian dalam program

penanggulangan TB

33

4 Melibatkan seluruh penyedia pelayanan kesehatan pemerintah lembaga swadaya

masyarakat (LSM) dan swasta dengan cara memperluas pendekatan berbasis

public-private mix (PPM) dengan menggunakan ISTC

5 Melibatkan penderita TB dan masyarakat untuk memberikan kontribusi dalam

penyediaan pelayanan yang efektif Hal ini meliputi perluasan pelayanan TB di

masyarakat menciptakan kebutuhan masyarakat akan pelayanan TB advokasi

yang spesifik komunikasi dan mobilisasi sosial serta mendukung pengembangan

piagam pasien TB dalam masyarakat dan

6 Memberdayakan dan meningkatkan penelitian operasional

28 Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel dependent

Karakteristik Individu

1Umur

2Jenis kelamin

3Pendidikan

4Pekerjaan

5Pengetahuan

6Efek samping OAT

7Tingkat kepatuhan

penderita dalam

pengobatan

Kesembuhan

34

Penderita TB paru

Faktor Pelayanan

kesehatan

1 Ketersediaan OAT

2 Sikap petugas kesehatan

3 LokasiJarak

4 Penyuluhan kesehatan

5 Kunjungan rumah

Faktor Peran PMO

Gambar Kerangka Konsep Penelitian

Definisi Konsep

1 Karakteristik individu adalah hal-hal yang melekat dalam diri penderita TB paru yang

mempengaruhi tingkat kapetuhan dalam melaksanakan program pengobatan dengan

strategi DOTS yang membedakan seseorang dengan yang lainnya meliputi umur jenis

kelamin pendidikan pekerjaan pengetahuan efek samping OAT tingkat kepatuhan

penderita dalam pengobatan

2 Faktor pelayanan kesehatan adalah penilaian dari penderita TB paru terhadap upaya yang

diselenggarakan oleh unit pelayanan kesehatan untuk menangani penderita TB paru

meliputi Ketersediaan OATsikap petugas kesehatan lokasijarak penyuluhan

kesehatan dan kunjungan rumah

3 Faktor Peran PMO ( Pengawasan Menelan Obat ) adalah penilaian dari penderita TB paru

terhadap hal-hal yang menjadi tugas dari seseorang pengawas menelan obat yang

mempengaruhi tingkat kepatuhan penderita TB paru dalam melaksanakan pengobatan

meliputi penyuluhan member dorongan meningkatkan dan mengawasi

35

4 Kesembuhan adalah pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan

pemeriksaan ulang dahak (follow up) menunjukkan hasil BTA negatif

29 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep di atas maka hipotesis penelitian ini adalah

1) Ada pengaruh karakteristik individu terhadap kesembuhan penderita TB paru

dalam pengobatan

2) Ada pengaruh pelayanan kesehatan terhadap kesembuhan penderita TB paru

dalam pengobatan

3) Ada pengaruh PMO terhadap kesembuhan penderita TB paru dalam pengobatan

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

31 Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional yang

bertujuan untuk menjelaskan pengaruh karakteristik individu faktor pelayanan

kesehatan dan faktor Pengawas Menelan Obat (PMO) terhadap kesembuhan

penderita TB Paru dalam melaksanakan pengobatan di Puskesmas Grogol Petamburan

tahun 2011

32 Tempat dan Waktu Penelitian

36

Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Grogol Petamburan pada bulan

Januari sampai Februari tahun 2012

33 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang

sedang menjalankan pengobatan TB di Puskesmas Grogol

Petamburan mulai bulan OktobeR

34 Keriteria Inklusi dan Eksklusi

341 Keriteria Inklusi

342 Keriteria Eksklusi

35 Sampel

351 Besar Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang

mengikuti pengobatan dengan strategi DOTS di Puskesmas yang pada saat penelitian

sedang menjalani pengobatan dan seluruh penderita TB yang telah mendapat

pengobatan selama 6 bulan atau sedang dalam tahap lanjutan

Keterangan

n1 = Jumlah sampel minimal

37

n2 = Jumlah sampel ditambah substitusi 10 (substitusi adalah persen responden

yang mungkin drop out)

Z = Tingkat batas kepercayaan dengan = 5

Didapat Z pada kurva normal = 196

p = Proporsi variabel yang diteliti yaitu besarnya presentasi 50 )

q = 1 - p

L = Derajat kesalahan yang masih dapat diterima adalah 10

Berdasarkan rumus di atas didapatkan angka sebagai berikut

( Z )2 p q ( 196 )2 0505

n1 = ----------------- = ------------------------------ = 9604

L2 ( 01 )2

n2 = n1 + ( 10 n1 )

= 9604 + ( 10 9604)

= 9604 + 9604

= 10564 Dibulatkan 106

352 Teknik Pengambilan Sampel

36 Identifikasi Variabel

1 Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kesembuhan tb paru

2 Variabel independen adalah umur jenis kelamin pendidikan pekerjaan

pengetahuan efek samping OAT dan tingkat kepahuhan dari penderita TB

Selain itu faktor dari pelayanan kesehatan dan PMO juga ikut berperan

37 Cara Kerja

1 Membuat proposal penelitian tentang hubungan antara tingkat kepatuhan minum

OAT dengan tingkat kesembuhan penyakit TB di Puskesmas Kecamatan Grogol

Petamburan

38

2 Pengumpulan data sekunder dari Puskesmas Grogol Petamburan

3 Melakukan kunjungan ke rumah-rumah sampel di daerah RT terpilih untuk

pengumpulan data primer dengan memakai kuesioner dan wawancara responden

4 Data-data yang telah dikumpulkan akan dilakukan pengolahan berupa proses

editing verifikasi dan koding Selanjutnya dimasukkan dan diolah dengan

menggunakan program computer yaitu program SPSS

5 Terhadap data yang telah diolah kemudian dilakukan analisis sesuai dengan cara

uji statistik menggunakanhelliphellip Data diinterpretasi secara deskriptif korelatif

antar variabel ndash variabel yang telah ditentukan dan disajikan dalam bentuk

tekstular dan tabular

6 Hasil dari penelitian akan disusun dalam bentuk pelaporan penelitian yang

selanjutnya akan di presentasikan di hadapan staf pengajar program pendidikan

Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida

Wacana (FK UKRIDA) dalam forum pendidikan Ilmu Kedokteran Komunitas

Fakultas Kedokteran UKRIDA

38 Manajemen Data

381 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder yaitu

1 Data primer diperoleh dengan wawancara langsung kepada penderita TB paru

dan petugas kesehatan program penanggulangan TB Paru yang berpedoman pada

kuisioner penelitian yang telah ditetapkan dam melakukan cross check

2 Data sekunder diperoleh dari laporan pelaksanaan program penanggulangan TB

Paru di Puskesmas kartu pengobatan TBC (formulir TB 01) dan Formulir

Permohonan Laboratorium TBC Untik Pemeriksaan Dahak (formulir TB 05)

382 Pengolahan Data

39

Aspek pengukuran

Aspek pengukuran variable bebas

Karakteristik individu

Aspek pengukuran variable karakteristik individu dapat dilihat pada tabel 31

Table 31 Aspek Pengukuran Variabel Karakteristik Individu

Karakteristik

individu

Kategori Skala Bobot nilai

Umur a 15-24 tahun

b 25-49 tahun

c gt 50 tahun

rasio

Jenis kelamin a Laki-laki

b Perempuan

Tingkat

pendidikan

a Tidak tamat SD

b SD

c SLTP

d SLTA

e Sarjana S1

Pekerjaan a Bekerja

b Tidak bekerja

Pengetahuan a Baik

b Sedang

c Bururk

Efek samping

OAT

a Ada

b Tidan ada

Faktor pelayanan kesehatan

Pengukuran faktor pelanan kesehatan meliputi ketersediaan OAT yang

diukur adalah yang diukur dengan 2 pertanyaan sikap petugas kesehatan diukur

dengan 8 pertanyaan lokasi jarak diukur dengan 3 pertanyaan penyuluhan kesehatan

diukur dengan 6 pertanyaan dan kunjungan rumah diukur dengan 2 pertanyaan

40

berdasarkan jawaban yang diberikan responden selanjutnya dikelompokkan menjadi

tiga (3) yaitu

a Baik jika faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan

penilaian yang baik karena kebutuhan yang diinginkan debagian besarnya

terpenuhi (nilai gt32)

b Sedang bila faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan

penilaian yang kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan responden hanay

sebagian saja yang terpenuhi (nilainya 17-32)

c Buruk bila faktor pelayanan pelayanan kesehatan yang diterima responden

menimbulkan penilaian yang tidak baik karena kebutuhan yang diinginka

responden sebagian besar tidak dipenuhi (nilainya lt17)

Faktor Pengawas Menelan Obat (PMO)

Faktor Pengawas Menelan Obat diukur dengan 5 pertanyaan yang

selanjutnya dibedakan atas 3 kategori yaitu

a Baik bila semua tugas yang diterima responden terlaksana dengan baik yaitu

mengawasi memberikan dorongan mengingatkan dan memberikan penyuluhan

(nilainya gt11)

b Sedang bila tugas PMO yang diterima responden sebagian saja yang terpenuhi

(nilainya 6-11)

c Buruk bila tugas PMO yang diterima responden tidak terlaksana dengan baik

(nilainya lt 6)

Aspek Pengukuran Variabel Terikan

Kepatuhan Pengobatan TB Paru

41

Aspek Pengukuran Variabel ini menggunakan skala interval yang diukur berdasarkan

tiga (3) kategori yaitu

Patuh apabila responden selalu menelan obat sesuai ketentuan petugas kesehatan

yaitu setiap hari pada tahap awal tiga kali seminggu pada tahap lanjutan dan

mengambil obat serta memeriksakan dahak sesuai jadwal dan menaati nasihat dari

petugas kesehatan ( bobot 3 )

Kurang patuh jika responden kadang-kadang menelan obat sesuai ketentuan

petugas kesehatan atau responden tidak menelan obat 2-8 minggu selama tahap

pengobatan lanjutan dan tidak memerisakan dahak sesuai jadwal yang telah

ditetapkan dan tidak selalu menaati nasihat dari petugas kesehatan (bobot 2 )

Tidak patuh jika responden tidak menelan obat sesuai ketentuan petugas

kesehatan atau responden tidak menelan obat lebih dari 8 minggu selama tahap

pengobatan lanjutan dan tidak mengambil obat serta tidak memeriksakan dahak

sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan tidak menaati nasihat petugas kesehatan

(bobot 1)

383 Penyajian Data

384 Analisis Data

385 Interpretasi Data

386 Pelaporan Data

39 Definisi Operasional

1 Umur adalah usia responden saat penelitian berdasarkan ulang tahun terakhir yang

dibedakan atas 3 (tiga) kategori berdasarkna Badan Pusat Statistik Kota Medan

42

tahun 2008 yaitu 1) orang muda 25-24 tahun 2) dewasa 24-49 tahun 3) orang

tua gt 50 tahun

2 Jenis kelamin adalah suatu karakteristik responden yang dibedakan identitasnya

dari laki-laki dan perempuan

3 Pendidikan adalah jenjang pendidikannyang berhasil ditamatkan responden yang

dibedakan atas tidak tamat SD SD SLTP SLTA Akademi Sarjana

4 Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh responden sebagai

pendapatan utama yang dibedakan atas kerja dan tidak bekerja

5 Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai penyakit

TB paru

6 Efek samping OAT adalah gejala keluhan yang diderita responden akiba menelan

OAT selama pengobatan

7 Ketersdediaan OAT adalah pandangan responden terhadap kondisi OAT

diperoleh dari puskesmas meliputi kecukupan jumlah OAT dan dan kualitasnya

8 Sikap petugas kesehatan adalah penilaian responden terhadap reaksi petugas

kesehatan kepada responden selama mereka menjalanin pengobatan

9 Lokasi jarak adalah pandangan responden tentang lama perjalanan dari tempat

tinggal responden ke Puskesmas yang diukur dengan jarak sarana transportasi

10 Penyuluhan kesehatan adalah pandangan responden tentang kegiatan yang

dilakukan oleh petugas kesehatan sehubungan dengan pengobatan TB Paru untuk

mencapai suatu keadaan dimana pederita TB Paru dapat hidup lebih sehat

11 Kunjungan rumah adalah pandangan responden tentang kegiatan yang dilakukan

petugas kesehatan selama masa pengobatan ke rumah responden

12 Faktor peran Pengawas Minum Obat (PMO) adalah pandangan responden tentang

tugas yang dilakasanakan oleh seorang PMO meliputi penyuluhan

13 Kepatuhan berobat adalah ketaan responden dalam menelan obat mengambil

obat dan melakukan pemeriksaan dahak sesuai jadwal yang telah ditentukan dan

menaati segala nasehat dari petugas kesehatan

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

1) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta

2) Perkumpulan Pemberantasan TB Indonesia 2011 TB di Indonesia Peringkat Dunia

Jakarta Diakses melalui situs httpwwwpptiinfoindexphpcomponentcontentarticle46-

arsip-ppti141-tbc-di-indonesia-peringkat-5-dunia Diakses pada tanggal 23 Januari 2012

44

3) Depkes dan WHO 2008 Lembar Fakta Tuberkulosis Jakarta

4) Dirjen P2M amp PLP 1997 Pengawasan Menelan Obat (PMO) adalah DOTS ala Indonesia

Jakarta

5) Amirudin R 2006 Faktor Keberhasilan Konversi pada Penderita TB Paru di Puskesmas

Jongaya Tahun 2006 Laporan Penelitian FKM Unhas Makasar

6) Aditama Tjandra Y 1994 Tuberkulosis Paru Masalah dan Penanggulangnya UI Press

Jakarta

7) Aru W Bambang S Idrus A dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Tuberkulosis

Paru Edisi IV FKUI Jakarta 2006 998-1004

8) Depkes RI 2002 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta

9) Depkes RI 2006 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta

10) Subijakto Hubungan Pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Berobat

Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Proposal Skripsi Jakarta 2011 Diakses pada

tanggal 20 Januari 2012

11) Aditama Tjandra Y 2002 Tuberkulosis Diagnosis Terapi dan Masalahnya Yayasan IDI

Jakarta

12) Notoatmodjo Soekidjo 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Penerbit Rineka Cipta

Jakarta

13) Simamora Jojor 2004 Faktor yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Berobat Penderita TB

Paru di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2004 Tesis Pascasarjana USU Medan

14) Ester Monica 2000 Psikologi Kesehatan Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

15) Bart Smet 1994 Psikologi Kesehatan PT Grasindo Jakarta

16) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta

45

Page 23: 133192422-TB-paru

Evaluasi Klinis

Biasanya pasien di control dalam 1 minggu pertama selanjutnya setiap 2 minggu

selama tahap intensif dan seterusnya sekali sebulan sampai akhir pengobatan

Secara klinis hendaknya terdapat perbaikan keluhan pasien seperti batuk yang

berkurang tidak ada batuk darah nafsu makan bertambah dan ada peningkatan

berat badan

Evaluasi Bakteriologis

Pemeriksaan dahak untuk menilai keberadaan kuman Biasanya setelah 2-3

minggu perngobatan sputum BTA mulai negatif Pemeriksaan control sputum

dilakukan sekali sebulan Bagi penderita dengan BTA positif setelah tahap

intensif akan mendapatkan pengobatan ulang Bila sudah negatif sputum

diperiksa tiga kali berturut-turut dan harus dikontrol agar tidak terjadi ldquosilent

bacterial sheddingrdquo yaitu terdapat sputum BTA positif tanpa disertai keluhan-

keluhan TB yang relevan

Evaluasi Radiologis

Evaluasi radiologis juga diperlukan untuk melihat kemajuan terapi Dengan

pemeriksaan radiologis dapat dilihat keadaan TB parunya atau adanya penyakit

lain yang menyertai Evaluasi foto dada dilakukan tiap 3 bulan sekali 10

2113 Efek Samping OAT

Sebagian besar penderita TB paru dapat menyelesaikan pengobatan tanpa

efek samping Namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping Oleh karena

itu pemantauan kemungkinan terjadinya efek samping sangat penting dilakukan

selama pengobatan Pemantauan dilakukan dengan cara menjelaskan kepada

penderita tanda-tanda efek samping dan menanyakan adanya gejala efek samping

pada waktu penderita mengambil OAT 8

Efek samping ringan dari OAT seperti tidak ada nafsu makanmual sakit

perut nyeri sendi kesemutan sampai dengan rasa terbakar di kaki dan warna

kemerahan pada air seni Efek samping berat dari OAT misalnya gatal dan

kemerahan kulit tuli gangguan keseimbanagn ikterus tanpa penyebab lain

bingung dan muntah-muntah gangguan penglihatan purpura dan syok 8

22 Strategi DOTS

23

Strategi DOTS adalah strategi penanggulaan TB paru nasional yang telah

direkomendasikan oleh WHO yang dimulai pelaksanaannya di Indonesia pada tahun

19951996 Sebelum pelaksanaan strategi DOTS (1969-1994) angka kesembutah TB

paru yang dapat dicapai oleh program hanya 40-60 saja Dengan strategi DOTS

diharapkan angka kesembuhan dapat dicapai minimal 85 dari penderita TB paru

BTA positif yang di temukan 11

Prinsip DOTS adalah mendekatkan pelayanan pengobatan terhadap

penderita agar secara langsung dapat mengawasi keteraturan menelan obat dan

melakukan pelacakan bila penderita tidak datang mengambil obat sesuai dengan yang

ditetapkan

Kalau diurai dari kata-katanya pengertian DOTS dapat dimulai dengan

keharusan setiap pengelola program TB intuk member direct attention dalam usaha

menemukan penderita Dalam bahasa lain ini diterjemahkan menjadi deteksi kasus

dengan pemeriksaan mikroskopik kendati sebenarnya pengertiannya dapat diperluas

dengan keharusan untuk mendeteksi kasus secara baik dan akurat Kemudian setiap

pasien harus di- observed dalam memakan obatnya setiap obat yang di telan pasien

harus di depan seorang pengawas Selain itu tentunya pasien harus menerima

treatment yang tertata dalam system pengelolaan distribusi dan penyediaan obat

secara baik Kemudian setiap pasien harus mendapat obat yang baik artinya

pengobatan short course standart yang telah terbukti ampuh secara klinik

Akhirnya harus ada dukungan dari pemerinyah yang membuat program

penanggulangan TB mendapat prioritas yang tinggi dalam pelayanan kesehatan 11

Strategi DOTS mempunyai lima komponen

1) Komitmen politits dari para pengambil keputusan termasuk dukungan dana

2) Diagnosa TB dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopik

3) Pengobatan dengan panduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) jangka pendek

dengan pengawasan langsung oleh pengawas Menelan Obat (PMO)

4) Kesinambungan perssediaan OAT jangka pendek dengan mutu terjamin

5) Pencatatan dan pelaporan secraa baku untuk memudahkan pemantauan dan

evaluasi program penanggulangan TB

23 Konsep Perilaku

24

Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor baik faktor internal

( dari dalam diri manusia ) maupun faktor eksternal ( dari luar diri manusia ) Faktor

internal ini terdiri dari faktor fisik dan psikis Faktor eksternal terdiri dari berbagai

faktor antara lain sosial budaya masyarakat lingkungan fisik politik ekonomi

pendidikan dan sebagainnya Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi

kesehatan baik individu kelompok maupun masyarakat dikelompokkan menjadi

empat ( Blum 1974 )

Konsep Blum menjelaskan bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh

1) Lingkungan yang mencakup lingkungan fisik sosial budaya politik ekonomi

dan sebagainnya

2) Perilaku

3) Pelayanan kesehatan

4) Keturunan ( hereditas )

Perilaku merupakan factor terbesar kedua setelah factor lingkungan yang

mempengaruhi derajat kesehatan Oleh sebab itu dalam rangka membina dan

meningkatkan kesehatan masyarakat maka intervensi atau upaya yang di tujukan

kepada faktor erilaku ini sangat strategis

Menurut Green perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama yakni 12

1) Faktor predisposisi ( predisposing factor )

Faktor ini mencakup pengetahuan sikap dan masyarakat terhadap kesehatan

tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan

kesehatan sistem nilai yang dinut masyarakat tingkat pendidikan tingkat sosial

ekonomi dan sebagainya

2) Faktor Pemungkin ( Enabling factor )

Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan

bagi masyarakat misalnya air bersih tempat pembuangan tinja ketersediaan

makanan yang bergizi dan sebagainnya termasuk juga fasilitas kesehatan

seperti puskesmas rumah sakit posyandu dokter atau bidan praktek swasta dan

sebagainnya

3) Faktor penguat ( reinforcing factor )

25

Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat tokoh agama

sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan Termasuk juga di

sini undang-undang peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah

daerah yang terkait dengan kesehatan

Tim kerja dari WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang

berperilaku tertentu dikarenakan 4 ( empat ) alasan pokok yaitu

1) Pemikiran dan perasaan ( Thoughts and feeling )

Yakni dalam bentuk pengetahuan kepercayaan dan sikap Pengetahuan di

peroleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain sedangkan

kepercayaan biasanya diperoleh dari orang tua kakek atau nenek Seseorang

menerima kepercayaan itu berdasarkan keyankinan dan tanpa adanya pembuktian

terlebih dahulu Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap

objek dan seringnya diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang

lain yang paling dekat

2) Karakteristik Pendukung (enabling characteristics)

Karakteristik ini mencerminkan bahwa meskipun mempunyai predisposisi untuk

menggunakan pelayanan kesehatan ia tak akan bertindak menggunakannya

kecuali bial ia mampu menggunakannya Penggunaan pelayanan kesehatan yang

ada tergantung kepada kemampuan konsumen untuk membayar

3) Karakteristik kebutuhan (need characteristics)

Faktor predisposisi dan factor yang memungkinkan untuk mencari pengobatan

dapat terwujud di dalam tindakan apabila itu dirasakan sebagai kebutuhanDengan

kata lain kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan

pelayanan kesehatan bila mana tingkat predisposisi dan enabling itu ada

Kebutuhan (need) disisni di bagi menjadi dua ketegori dirasa atau preceived

( subject assessment) dan evaluated ( clinical diagnosis )

Menurut Skinner perilaku kesehatan adalah suatu respons

seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan

26

penyakit system pelayanan kesehatan makanan dan minimum serta lingkungan

Dari batasan ini perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 ( tiga)

kelompok yakni

1) Perilaku pemeliharaan kesehatan ( health maintenance)

Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga

kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit Oleh

sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3(tiga) aspek yaitu

a Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit serta

pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit

b Perilaku peningkatan kesehatan apabila seseorang dalam keadaan sehat

c Perilaku gizi Makanan dan minimum dapat meningkatkan kesehatan

seseorang bahkan dapat mendatangkan penyakit Hal ini sangat tergantung

pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut

2) Perilaku pencarian pengobatan ( health behavior )

Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat

menderita penyakit dan atau kecelakaan Tindakan atau perilaku ini dimulai dari

mengobati sendiri ( self treatment) sampai mencari pengobatan keluar negeri

3) Perilaku kesehatan lingkungan

Adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan baik lingkungan fisik

maupun social budaya dan sebagainnya sehingga lingkungan tersebut tidak

mempengaruhi kesehatannya Dengan perkataan lain bagaimana seseorang

mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri

keluarga atau mesyarakatnya 12

24 Kepatuhan Berobat

Kepatuhan berasal dari kata ldquo patuh ldquo yang berarti taat suka menuruti

disiplin Kepatuhan menurut Trostle adalah tingkat perilaku penderita dalam

mengambil suatu tindakan pengobatan misalnya dalam menentukan kebiasaan

hidup sehat dan ketetapan berobat Dalam pengobatan seseorang dikatakan tidak

27

patuh apabila orang tersebut melalaikan kewajibannya berobat sehingga dapat

mengakibatkan terhalangnya kesembuhan 13

Menurut Sacket kepatuhan pasien adalah sejauh mana perilaku pasien

sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh professional kesehatan 14

Menurut Sarafino secara umum ketidaktaatan meningkatkan risiko

berkembangnya masalah kesehatan atau memperpanjang atau memperburuk

kesakitan yang sedang di derita Perkiraan yang ada menyatakan bahwa 20 jumlah

opname di rumah sakit merupakan akibat dari ketidaktaatan pasien terhadap aturan

pengobatan Faktor yang mempengaruhi kepatuhan seseorang dalam berobat yaitu

faktor petugas faktor obat dan faktor penderita Karakteristik petugas yang

mempengaruhi kepatuhan antara lain jenis petugas tingkat pengetahuan lamanya

bekerja frekuensi penyuluhan yang dilakukan Faktor obat yang mempengaruhi

kepatuhan adalah pengobatan yang sulit dilakukan tidak menunjukkan kea rah

penyembuhan waktu yang lama adanya efek samping obat Faktor penderita yang

menyebabkan ketidakpatuhan adalah umur jenis kelamin pekerjaan anggota

keluarga saudara atau teman khusus 15

25 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan

Faktor-faktor yang mempengaruhi katidakpatuhan dapat digolongkan

menjadi empat bagian yaitu

1 Pemahaman tentang Instruksi

Tak seorang pun mematuhi instruksi jika ia salah paham tentang instruksi yang

diberikan kepadanyaLey dan Spelman (Ester 2000 ) Menemukan bahwa lebih

dari 60 yang diwawancarai setelah bertemu dengan dokter salah mengerti

tentang instruksi yang diberikan pada mereka kadang-kadang hal ini disebabkan

oleh kegagalan professional kesehatan dalam memberikan informasi yang

lengkap penggunaan istilah-istilah medis dan mbanyak memberikan instruksi

yang harus diingat oleh pasien

28

Pendekatan praktis untuk meningkatkan kepatuhan pasien ditemukan oleh

Dinicola dan Dimatteo yaitu

a) Buat instruksi tertulis yang jelas dan mudah diinterpretasikan

b) Berikan informasi tentang pengobatan sebelum menjelaskan hal-hal lain

c) Jika seseorang diberikan suatu daftar tertulis tenang hal-hal yang harus

diingat maka aka nada efek ldquokeunggulanrdquoyaitu mereka brusaha mengingat

hal-hal yang pertama kali ditulis

d) Insruksi-instruksi harus ditulis dengan bahasa umum ( Non medis ) dan hal-

hal yang perlu ditekankan 14

2 Kualitas Interaksi

Kualitas interaksi antara profrsional kesehatan dan pasien merupakan bagian yang

penting dalam menentukan derajat kepatuhan Meningkatkan interaksi

professional kesehatan dengan pasien adalah suatu hal penting untuk memberikan

umpan balik pada pasien setelah memperoleh informasi tentang diagnosis Pasien

membutuhkan penjelasan tentang kondisinya saat ini apa penyebabnya dan apa

yang dapat mereka lakukan dengan kondisi seperti itu

3 Isolasi sosial dan keluarga

Keluarga dapat menjadi factor yang sangat berpengaruh dalam menentukan

keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga menentukan tentang

program pengobatan yang dapat mereka terima Keluarga juga member dukungan

dan membuat keputusan mengenai perawatan dari anggota keluarga yang sakit

4 Keyakinan Sikap Kepribadian

Ahli psikologis telah menyelidiki tentang hubungan antar pengukuran-

pengukuran kepribadian dan kepatuhan Mereka menemukan bahwa data

kepribadian secara benar dibedakan antar orang yang putih drngan orang yang

gagal Orang-orang yang tidak patuh adalah orang-orang yang lebih mengalami

depresi anxietas sangat memperhatikan kesehatannya memiliki kekuatan ego

29

yang lebih lemah dan kehidupan sosialnya lebih memusatkan perhatian pada

dirinya sendiri Blumenthal et al mengatakan bahwa ciri-ciri kepribadian yang

disebutkan diatas itu yang menyebabkan seseorang cenderung tidak patuh ( drop

out) dari program pengobatan 14

Menurut Schwart dan Griffin Faktor yang berhubungan dengan

ketidaktaan secara sejarah riset tentang ketaan pasien didasarkan atas pandangan

tradisional mengenai pasien sebagai penerima nasihat dokter yang pasif dan patuh

Pasien yang tidak taat dipandang sebagai orang yang lalai dan masalahnya dianggap

sebagai masalah control Riset berusah untuk mengidentifikasi kelompok-kelompok

pasien yang tidak patuh berdasarkan kelas sosioekonomi pendidikan umur dan

jenis kelamin Pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan sepanjang bawah

pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif seperti penggunaan buku-buku

dan kaset oleh pasien secara mandiri Usaha-usaha ini sedikit berhasil seorang dapat

menjadi tidak taat kalau situasinya memungkinkan Teori-teori yang lebih baru

menekannkan factor situasional dan pasien sebagai peserta yang aktif dalam proses

pengobatannya Perilaku ketaatan sering diartikan sebagai usaha pasien untuk

mengendalikan perilakunya bahkan jika hal tersebut bias menimbulkan resiko

mengenai kesehatannya 15

Macam-macam faktor yang berkaitan dengan ketidaktaatan disebutkan

a Ciri-ciri kesakitan dan cirri-ciri pengobatan

Menurut Dickson dkk perilaku ketaatan lebih rendah untuk penyakit kronis

(karena tidak ada akibat buruk yang segera dirasakan atau resiko yang jelas )

saran mengenai gaya hidup umum dan kebiasaan yang lama pengobatan yang

kompleks pengobatan dengan efek samping perilaku yang tidak pantas

Menurut Sarafino tingkat ketaaatan rata-rata minum obat utnuk menyenbuhkan

kesakitan akut dengan pengobatan jangka pendek adalah sekitar 78 Untuk

kesakita kronis dengan cara pengobatan jangaka panjang tingkat tersebut menurun

sampai 54

b Komunikasi antara Pasien dan Dokter

Berbagai aspek komunikasi antara pasien dan dokter mempengaruhi tingkat

ketidaktaan misalnya informasi dengan pengawasan yang kurang

30

ketidakpuasan terhadap aspek hubungan emosional dengan dokter ketidak

puasan terhadap pengobatan yang diberikan

c Variabel-variabel sosial

Hubungan antara dukungan sosial dengan ketaatan telah dipelajari Secara umum

orang-orang yang merasa mereka menerima penghiburan perhatian dan

pertolongan yang mereka butuhkan dari seseorang atau kelompok biasanya

cenderung lebih mudah mengikuti nasihat medis daripada pasien yang kurang

mendapat dukungan sosial Jelaslah bahwa keluarga memainkan peranan yang

sangat penting dalam pengelolaan medis misalnya penggunaan pengaruh

normative pada pasien yang mungkin mengakibatkan efek yang memudahkan

atau menghambat perilaku ketaatan

d Ciri-ciri Individual

Variabel-variabel demografis juga digunakan untuk meramalkan ketidaktaatan

sebagai contoh Di Amerika Serikat kaum wanita kaum kulit putih dan orang

tua cenderung mengikuti anjuran dokter 15

Dalam proses penyembuhan penderita TB Paru dapat diberikan obat anti-

TB (OAT) yang diminum secara teratur sampai selesai dengan pengawasan

yangketat Masa pemberian obat memang cukup lama yaitu 6-8 bulan secara terus

menerus sehingga dapat mencegah penularan kepada orang lain Oleh sebab itu para

penderita TB jika ingin sembuh harus minum obat secara teratur Tanpa adanya

keteraturan minum obat penyakit sulit disembuhkan Jika tidak teratur minum obat

penyakitnya sukar diobati kuman TB dalam tubuh akan berkembang semakin banyak

dan menyerang organ tubuh lain yang akan membutuhkan waktu lebih lama untuk

dapat sembuh

26 Pengawasan Menelan Obat (PMO) 9

Salah satu komponen DOTS adalah pengobatan paduan OAT jangka

pendek dengan pengawasan langsung Untuk menjamin keteraturan pengobatan

diperlukan seorang PMO

31

a Persyaratan PMO

bull Seseorang yang dikenal dipercaya dan disetujui baik oleh petugas kesehatan

maupun pasien selain itu harus disegani dan dihormati oleh pasien

bull Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien

bull Bersedia membantu pasien dengan sukarela

bull Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan pasien

b Siapa yang bisa menjadi PMO

Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan misalnya Bidan di Desa Perawat

Pekarya Sanitarian Juru Immunisasi dan lain lain Bila tidak ada petugas

kesehatan yang memungkinkan PMO dapat berasal dari kader kesehatan guru

anggota PPTI PKK atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga

c Tugas seorang PMO

bull Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai

pengobatan

bull Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur

bull Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah

ditentukan

bull Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai gejala-

gejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke Unit Pelayanan

Kesehatan

Tugas seorang PMO bukanlah untuk mengganti kewajiban pasien mengambil

obatdari unit pelayanan kesehatan

d Informasi penting yang perlu dipahami PMO untuk disampaikan kepada pasien dan

keluarganya

bull TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur

32

bull TB bukan penyakit keturunan atau kutukan

bull Cara penularan TB gejala-gejala yang mencurigakan dan cara pencegahannya

bull Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan)

bull Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur

bull Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera meminta

pertolongan ke UPK

27 Penanggulangan TB 16

Rencana Global Penanggulangan TB

Rencana Global 2006-2015 mencakup enam elemen utama dalam strategi baru Stop

TB ndashWHO yang terdiri dari

1 Memperluas dan meningkatkan ekspansi DOTS yang berkualitas meningkatkan

penemuan kasus dan kesembuhan melalui pendekatan yangterfokus pada penderita

agar pelayanan DOTS yang berkualitas dapat menjangkau seluruh penderita

khususnya kelompok masyarakat yang miskin dan rentan

2 Menghadapi tantangan TBHIV MDR-TB dan tantangan lainnya dengan cara

meningkatkan kolaborasi TBHIV DOTS-Plus dan pendekatan lainnya

3 Berkontribusi dalam memperkuat sistem kesehatan melalui kerjasama dengan

berbagai program dan pelayanan kesehatan lainnya misalnya dalam memobilisasi

sumber daya manusia dan finansial untuk implementasi dan mengevaluasi

hasilnyaserta pertukaran informasi dalam keberhasilan pencapaian dalam program

penanggulangan TB

33

4 Melibatkan seluruh penyedia pelayanan kesehatan pemerintah lembaga swadaya

masyarakat (LSM) dan swasta dengan cara memperluas pendekatan berbasis

public-private mix (PPM) dengan menggunakan ISTC

5 Melibatkan penderita TB dan masyarakat untuk memberikan kontribusi dalam

penyediaan pelayanan yang efektif Hal ini meliputi perluasan pelayanan TB di

masyarakat menciptakan kebutuhan masyarakat akan pelayanan TB advokasi

yang spesifik komunikasi dan mobilisasi sosial serta mendukung pengembangan

piagam pasien TB dalam masyarakat dan

6 Memberdayakan dan meningkatkan penelitian operasional

28 Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel dependent

Karakteristik Individu

1Umur

2Jenis kelamin

3Pendidikan

4Pekerjaan

5Pengetahuan

6Efek samping OAT

7Tingkat kepatuhan

penderita dalam

pengobatan

Kesembuhan

34

Penderita TB paru

Faktor Pelayanan

kesehatan

1 Ketersediaan OAT

2 Sikap petugas kesehatan

3 LokasiJarak

4 Penyuluhan kesehatan

5 Kunjungan rumah

Faktor Peran PMO

Gambar Kerangka Konsep Penelitian

Definisi Konsep

1 Karakteristik individu adalah hal-hal yang melekat dalam diri penderita TB paru yang

mempengaruhi tingkat kapetuhan dalam melaksanakan program pengobatan dengan

strategi DOTS yang membedakan seseorang dengan yang lainnya meliputi umur jenis

kelamin pendidikan pekerjaan pengetahuan efek samping OAT tingkat kepatuhan

penderita dalam pengobatan

2 Faktor pelayanan kesehatan adalah penilaian dari penderita TB paru terhadap upaya yang

diselenggarakan oleh unit pelayanan kesehatan untuk menangani penderita TB paru

meliputi Ketersediaan OATsikap petugas kesehatan lokasijarak penyuluhan

kesehatan dan kunjungan rumah

3 Faktor Peran PMO ( Pengawasan Menelan Obat ) adalah penilaian dari penderita TB paru

terhadap hal-hal yang menjadi tugas dari seseorang pengawas menelan obat yang

mempengaruhi tingkat kepatuhan penderita TB paru dalam melaksanakan pengobatan

meliputi penyuluhan member dorongan meningkatkan dan mengawasi

35

4 Kesembuhan adalah pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan

pemeriksaan ulang dahak (follow up) menunjukkan hasil BTA negatif

29 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep di atas maka hipotesis penelitian ini adalah

1) Ada pengaruh karakteristik individu terhadap kesembuhan penderita TB paru

dalam pengobatan

2) Ada pengaruh pelayanan kesehatan terhadap kesembuhan penderita TB paru

dalam pengobatan

3) Ada pengaruh PMO terhadap kesembuhan penderita TB paru dalam pengobatan

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

31 Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional yang

bertujuan untuk menjelaskan pengaruh karakteristik individu faktor pelayanan

kesehatan dan faktor Pengawas Menelan Obat (PMO) terhadap kesembuhan

penderita TB Paru dalam melaksanakan pengobatan di Puskesmas Grogol Petamburan

tahun 2011

32 Tempat dan Waktu Penelitian

36

Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Grogol Petamburan pada bulan

Januari sampai Februari tahun 2012

33 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang

sedang menjalankan pengobatan TB di Puskesmas Grogol

Petamburan mulai bulan OktobeR

34 Keriteria Inklusi dan Eksklusi

341 Keriteria Inklusi

342 Keriteria Eksklusi

35 Sampel

351 Besar Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang

mengikuti pengobatan dengan strategi DOTS di Puskesmas yang pada saat penelitian

sedang menjalani pengobatan dan seluruh penderita TB yang telah mendapat

pengobatan selama 6 bulan atau sedang dalam tahap lanjutan

Keterangan

n1 = Jumlah sampel minimal

37

n2 = Jumlah sampel ditambah substitusi 10 (substitusi adalah persen responden

yang mungkin drop out)

Z = Tingkat batas kepercayaan dengan = 5

Didapat Z pada kurva normal = 196

p = Proporsi variabel yang diteliti yaitu besarnya presentasi 50 )

q = 1 - p

L = Derajat kesalahan yang masih dapat diterima adalah 10

Berdasarkan rumus di atas didapatkan angka sebagai berikut

( Z )2 p q ( 196 )2 0505

n1 = ----------------- = ------------------------------ = 9604

L2 ( 01 )2

n2 = n1 + ( 10 n1 )

= 9604 + ( 10 9604)

= 9604 + 9604

= 10564 Dibulatkan 106

352 Teknik Pengambilan Sampel

36 Identifikasi Variabel

1 Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kesembuhan tb paru

2 Variabel independen adalah umur jenis kelamin pendidikan pekerjaan

pengetahuan efek samping OAT dan tingkat kepahuhan dari penderita TB

Selain itu faktor dari pelayanan kesehatan dan PMO juga ikut berperan

37 Cara Kerja

1 Membuat proposal penelitian tentang hubungan antara tingkat kepatuhan minum

OAT dengan tingkat kesembuhan penyakit TB di Puskesmas Kecamatan Grogol

Petamburan

38

2 Pengumpulan data sekunder dari Puskesmas Grogol Petamburan

3 Melakukan kunjungan ke rumah-rumah sampel di daerah RT terpilih untuk

pengumpulan data primer dengan memakai kuesioner dan wawancara responden

4 Data-data yang telah dikumpulkan akan dilakukan pengolahan berupa proses

editing verifikasi dan koding Selanjutnya dimasukkan dan diolah dengan

menggunakan program computer yaitu program SPSS

5 Terhadap data yang telah diolah kemudian dilakukan analisis sesuai dengan cara

uji statistik menggunakanhelliphellip Data diinterpretasi secara deskriptif korelatif

antar variabel ndash variabel yang telah ditentukan dan disajikan dalam bentuk

tekstular dan tabular

6 Hasil dari penelitian akan disusun dalam bentuk pelaporan penelitian yang

selanjutnya akan di presentasikan di hadapan staf pengajar program pendidikan

Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida

Wacana (FK UKRIDA) dalam forum pendidikan Ilmu Kedokteran Komunitas

Fakultas Kedokteran UKRIDA

38 Manajemen Data

381 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder yaitu

1 Data primer diperoleh dengan wawancara langsung kepada penderita TB paru

dan petugas kesehatan program penanggulangan TB Paru yang berpedoman pada

kuisioner penelitian yang telah ditetapkan dam melakukan cross check

2 Data sekunder diperoleh dari laporan pelaksanaan program penanggulangan TB

Paru di Puskesmas kartu pengobatan TBC (formulir TB 01) dan Formulir

Permohonan Laboratorium TBC Untik Pemeriksaan Dahak (formulir TB 05)

382 Pengolahan Data

39

Aspek pengukuran

Aspek pengukuran variable bebas

Karakteristik individu

Aspek pengukuran variable karakteristik individu dapat dilihat pada tabel 31

Table 31 Aspek Pengukuran Variabel Karakteristik Individu

Karakteristik

individu

Kategori Skala Bobot nilai

Umur a 15-24 tahun

b 25-49 tahun

c gt 50 tahun

rasio

Jenis kelamin a Laki-laki

b Perempuan

Tingkat

pendidikan

a Tidak tamat SD

b SD

c SLTP

d SLTA

e Sarjana S1

Pekerjaan a Bekerja

b Tidak bekerja

Pengetahuan a Baik

b Sedang

c Bururk

Efek samping

OAT

a Ada

b Tidan ada

Faktor pelayanan kesehatan

Pengukuran faktor pelanan kesehatan meliputi ketersediaan OAT yang

diukur adalah yang diukur dengan 2 pertanyaan sikap petugas kesehatan diukur

dengan 8 pertanyaan lokasi jarak diukur dengan 3 pertanyaan penyuluhan kesehatan

diukur dengan 6 pertanyaan dan kunjungan rumah diukur dengan 2 pertanyaan

40

berdasarkan jawaban yang diberikan responden selanjutnya dikelompokkan menjadi

tiga (3) yaitu

a Baik jika faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan

penilaian yang baik karena kebutuhan yang diinginkan debagian besarnya

terpenuhi (nilai gt32)

b Sedang bila faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan

penilaian yang kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan responden hanay

sebagian saja yang terpenuhi (nilainya 17-32)

c Buruk bila faktor pelayanan pelayanan kesehatan yang diterima responden

menimbulkan penilaian yang tidak baik karena kebutuhan yang diinginka

responden sebagian besar tidak dipenuhi (nilainya lt17)

Faktor Pengawas Menelan Obat (PMO)

Faktor Pengawas Menelan Obat diukur dengan 5 pertanyaan yang

selanjutnya dibedakan atas 3 kategori yaitu

a Baik bila semua tugas yang diterima responden terlaksana dengan baik yaitu

mengawasi memberikan dorongan mengingatkan dan memberikan penyuluhan

(nilainya gt11)

b Sedang bila tugas PMO yang diterima responden sebagian saja yang terpenuhi

(nilainya 6-11)

c Buruk bila tugas PMO yang diterima responden tidak terlaksana dengan baik

(nilainya lt 6)

Aspek Pengukuran Variabel Terikan

Kepatuhan Pengobatan TB Paru

41

Aspek Pengukuran Variabel ini menggunakan skala interval yang diukur berdasarkan

tiga (3) kategori yaitu

Patuh apabila responden selalu menelan obat sesuai ketentuan petugas kesehatan

yaitu setiap hari pada tahap awal tiga kali seminggu pada tahap lanjutan dan

mengambil obat serta memeriksakan dahak sesuai jadwal dan menaati nasihat dari

petugas kesehatan ( bobot 3 )

Kurang patuh jika responden kadang-kadang menelan obat sesuai ketentuan

petugas kesehatan atau responden tidak menelan obat 2-8 minggu selama tahap

pengobatan lanjutan dan tidak memerisakan dahak sesuai jadwal yang telah

ditetapkan dan tidak selalu menaati nasihat dari petugas kesehatan (bobot 2 )

Tidak patuh jika responden tidak menelan obat sesuai ketentuan petugas

kesehatan atau responden tidak menelan obat lebih dari 8 minggu selama tahap

pengobatan lanjutan dan tidak mengambil obat serta tidak memeriksakan dahak

sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan tidak menaati nasihat petugas kesehatan

(bobot 1)

383 Penyajian Data

384 Analisis Data

385 Interpretasi Data

386 Pelaporan Data

39 Definisi Operasional

1 Umur adalah usia responden saat penelitian berdasarkan ulang tahun terakhir yang

dibedakan atas 3 (tiga) kategori berdasarkna Badan Pusat Statistik Kota Medan

42

tahun 2008 yaitu 1) orang muda 25-24 tahun 2) dewasa 24-49 tahun 3) orang

tua gt 50 tahun

2 Jenis kelamin adalah suatu karakteristik responden yang dibedakan identitasnya

dari laki-laki dan perempuan

3 Pendidikan adalah jenjang pendidikannyang berhasil ditamatkan responden yang

dibedakan atas tidak tamat SD SD SLTP SLTA Akademi Sarjana

4 Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh responden sebagai

pendapatan utama yang dibedakan atas kerja dan tidak bekerja

5 Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai penyakit

TB paru

6 Efek samping OAT adalah gejala keluhan yang diderita responden akiba menelan

OAT selama pengobatan

7 Ketersdediaan OAT adalah pandangan responden terhadap kondisi OAT

diperoleh dari puskesmas meliputi kecukupan jumlah OAT dan dan kualitasnya

8 Sikap petugas kesehatan adalah penilaian responden terhadap reaksi petugas

kesehatan kepada responden selama mereka menjalanin pengobatan

9 Lokasi jarak adalah pandangan responden tentang lama perjalanan dari tempat

tinggal responden ke Puskesmas yang diukur dengan jarak sarana transportasi

10 Penyuluhan kesehatan adalah pandangan responden tentang kegiatan yang

dilakukan oleh petugas kesehatan sehubungan dengan pengobatan TB Paru untuk

mencapai suatu keadaan dimana pederita TB Paru dapat hidup lebih sehat

11 Kunjungan rumah adalah pandangan responden tentang kegiatan yang dilakukan

petugas kesehatan selama masa pengobatan ke rumah responden

12 Faktor peran Pengawas Minum Obat (PMO) adalah pandangan responden tentang

tugas yang dilakasanakan oleh seorang PMO meliputi penyuluhan

13 Kepatuhan berobat adalah ketaan responden dalam menelan obat mengambil

obat dan melakukan pemeriksaan dahak sesuai jadwal yang telah ditentukan dan

menaati segala nasehat dari petugas kesehatan

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

1) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta

2) Perkumpulan Pemberantasan TB Indonesia 2011 TB di Indonesia Peringkat Dunia

Jakarta Diakses melalui situs httpwwwpptiinfoindexphpcomponentcontentarticle46-

arsip-ppti141-tbc-di-indonesia-peringkat-5-dunia Diakses pada tanggal 23 Januari 2012

44

3) Depkes dan WHO 2008 Lembar Fakta Tuberkulosis Jakarta

4) Dirjen P2M amp PLP 1997 Pengawasan Menelan Obat (PMO) adalah DOTS ala Indonesia

Jakarta

5) Amirudin R 2006 Faktor Keberhasilan Konversi pada Penderita TB Paru di Puskesmas

Jongaya Tahun 2006 Laporan Penelitian FKM Unhas Makasar

6) Aditama Tjandra Y 1994 Tuberkulosis Paru Masalah dan Penanggulangnya UI Press

Jakarta

7) Aru W Bambang S Idrus A dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Tuberkulosis

Paru Edisi IV FKUI Jakarta 2006 998-1004

8) Depkes RI 2002 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta

9) Depkes RI 2006 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta

10) Subijakto Hubungan Pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Berobat

Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Proposal Skripsi Jakarta 2011 Diakses pada

tanggal 20 Januari 2012

11) Aditama Tjandra Y 2002 Tuberkulosis Diagnosis Terapi dan Masalahnya Yayasan IDI

Jakarta

12) Notoatmodjo Soekidjo 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Penerbit Rineka Cipta

Jakarta

13) Simamora Jojor 2004 Faktor yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Berobat Penderita TB

Paru di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2004 Tesis Pascasarjana USU Medan

14) Ester Monica 2000 Psikologi Kesehatan Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

15) Bart Smet 1994 Psikologi Kesehatan PT Grasindo Jakarta

16) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta

45

Page 24: 133192422-TB-paru

Strategi DOTS adalah strategi penanggulaan TB paru nasional yang telah

direkomendasikan oleh WHO yang dimulai pelaksanaannya di Indonesia pada tahun

19951996 Sebelum pelaksanaan strategi DOTS (1969-1994) angka kesembutah TB

paru yang dapat dicapai oleh program hanya 40-60 saja Dengan strategi DOTS

diharapkan angka kesembuhan dapat dicapai minimal 85 dari penderita TB paru

BTA positif yang di temukan 11

Prinsip DOTS adalah mendekatkan pelayanan pengobatan terhadap

penderita agar secara langsung dapat mengawasi keteraturan menelan obat dan

melakukan pelacakan bila penderita tidak datang mengambil obat sesuai dengan yang

ditetapkan

Kalau diurai dari kata-katanya pengertian DOTS dapat dimulai dengan

keharusan setiap pengelola program TB intuk member direct attention dalam usaha

menemukan penderita Dalam bahasa lain ini diterjemahkan menjadi deteksi kasus

dengan pemeriksaan mikroskopik kendati sebenarnya pengertiannya dapat diperluas

dengan keharusan untuk mendeteksi kasus secara baik dan akurat Kemudian setiap

pasien harus di- observed dalam memakan obatnya setiap obat yang di telan pasien

harus di depan seorang pengawas Selain itu tentunya pasien harus menerima

treatment yang tertata dalam system pengelolaan distribusi dan penyediaan obat

secara baik Kemudian setiap pasien harus mendapat obat yang baik artinya

pengobatan short course standart yang telah terbukti ampuh secara klinik

Akhirnya harus ada dukungan dari pemerinyah yang membuat program

penanggulangan TB mendapat prioritas yang tinggi dalam pelayanan kesehatan 11

Strategi DOTS mempunyai lima komponen

1) Komitmen politits dari para pengambil keputusan termasuk dukungan dana

2) Diagnosa TB dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopik

3) Pengobatan dengan panduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) jangka pendek

dengan pengawasan langsung oleh pengawas Menelan Obat (PMO)

4) Kesinambungan perssediaan OAT jangka pendek dengan mutu terjamin

5) Pencatatan dan pelaporan secraa baku untuk memudahkan pemantauan dan

evaluasi program penanggulangan TB

23 Konsep Perilaku

24

Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor baik faktor internal

( dari dalam diri manusia ) maupun faktor eksternal ( dari luar diri manusia ) Faktor

internal ini terdiri dari faktor fisik dan psikis Faktor eksternal terdiri dari berbagai

faktor antara lain sosial budaya masyarakat lingkungan fisik politik ekonomi

pendidikan dan sebagainnya Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi

kesehatan baik individu kelompok maupun masyarakat dikelompokkan menjadi

empat ( Blum 1974 )

Konsep Blum menjelaskan bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh

1) Lingkungan yang mencakup lingkungan fisik sosial budaya politik ekonomi

dan sebagainnya

2) Perilaku

3) Pelayanan kesehatan

4) Keturunan ( hereditas )

Perilaku merupakan factor terbesar kedua setelah factor lingkungan yang

mempengaruhi derajat kesehatan Oleh sebab itu dalam rangka membina dan

meningkatkan kesehatan masyarakat maka intervensi atau upaya yang di tujukan

kepada faktor erilaku ini sangat strategis

Menurut Green perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama yakni 12

1) Faktor predisposisi ( predisposing factor )

Faktor ini mencakup pengetahuan sikap dan masyarakat terhadap kesehatan

tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan

kesehatan sistem nilai yang dinut masyarakat tingkat pendidikan tingkat sosial

ekonomi dan sebagainya

2) Faktor Pemungkin ( Enabling factor )

Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan

bagi masyarakat misalnya air bersih tempat pembuangan tinja ketersediaan

makanan yang bergizi dan sebagainnya termasuk juga fasilitas kesehatan

seperti puskesmas rumah sakit posyandu dokter atau bidan praktek swasta dan

sebagainnya

3) Faktor penguat ( reinforcing factor )

25

Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat tokoh agama

sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan Termasuk juga di

sini undang-undang peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah

daerah yang terkait dengan kesehatan

Tim kerja dari WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang

berperilaku tertentu dikarenakan 4 ( empat ) alasan pokok yaitu

1) Pemikiran dan perasaan ( Thoughts and feeling )

Yakni dalam bentuk pengetahuan kepercayaan dan sikap Pengetahuan di

peroleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain sedangkan

kepercayaan biasanya diperoleh dari orang tua kakek atau nenek Seseorang

menerima kepercayaan itu berdasarkan keyankinan dan tanpa adanya pembuktian

terlebih dahulu Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap

objek dan seringnya diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang

lain yang paling dekat

2) Karakteristik Pendukung (enabling characteristics)

Karakteristik ini mencerminkan bahwa meskipun mempunyai predisposisi untuk

menggunakan pelayanan kesehatan ia tak akan bertindak menggunakannya

kecuali bial ia mampu menggunakannya Penggunaan pelayanan kesehatan yang

ada tergantung kepada kemampuan konsumen untuk membayar

3) Karakteristik kebutuhan (need characteristics)

Faktor predisposisi dan factor yang memungkinkan untuk mencari pengobatan

dapat terwujud di dalam tindakan apabila itu dirasakan sebagai kebutuhanDengan

kata lain kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan

pelayanan kesehatan bila mana tingkat predisposisi dan enabling itu ada

Kebutuhan (need) disisni di bagi menjadi dua ketegori dirasa atau preceived

( subject assessment) dan evaluated ( clinical diagnosis )

Menurut Skinner perilaku kesehatan adalah suatu respons

seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan

26

penyakit system pelayanan kesehatan makanan dan minimum serta lingkungan

Dari batasan ini perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 ( tiga)

kelompok yakni

1) Perilaku pemeliharaan kesehatan ( health maintenance)

Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga

kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit Oleh

sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3(tiga) aspek yaitu

a Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit serta

pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit

b Perilaku peningkatan kesehatan apabila seseorang dalam keadaan sehat

c Perilaku gizi Makanan dan minimum dapat meningkatkan kesehatan

seseorang bahkan dapat mendatangkan penyakit Hal ini sangat tergantung

pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut

2) Perilaku pencarian pengobatan ( health behavior )

Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat

menderita penyakit dan atau kecelakaan Tindakan atau perilaku ini dimulai dari

mengobati sendiri ( self treatment) sampai mencari pengobatan keluar negeri

3) Perilaku kesehatan lingkungan

Adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan baik lingkungan fisik

maupun social budaya dan sebagainnya sehingga lingkungan tersebut tidak

mempengaruhi kesehatannya Dengan perkataan lain bagaimana seseorang

mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri

keluarga atau mesyarakatnya 12

24 Kepatuhan Berobat

Kepatuhan berasal dari kata ldquo patuh ldquo yang berarti taat suka menuruti

disiplin Kepatuhan menurut Trostle adalah tingkat perilaku penderita dalam

mengambil suatu tindakan pengobatan misalnya dalam menentukan kebiasaan

hidup sehat dan ketetapan berobat Dalam pengobatan seseorang dikatakan tidak

27

patuh apabila orang tersebut melalaikan kewajibannya berobat sehingga dapat

mengakibatkan terhalangnya kesembuhan 13

Menurut Sacket kepatuhan pasien adalah sejauh mana perilaku pasien

sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh professional kesehatan 14

Menurut Sarafino secara umum ketidaktaatan meningkatkan risiko

berkembangnya masalah kesehatan atau memperpanjang atau memperburuk

kesakitan yang sedang di derita Perkiraan yang ada menyatakan bahwa 20 jumlah

opname di rumah sakit merupakan akibat dari ketidaktaatan pasien terhadap aturan

pengobatan Faktor yang mempengaruhi kepatuhan seseorang dalam berobat yaitu

faktor petugas faktor obat dan faktor penderita Karakteristik petugas yang

mempengaruhi kepatuhan antara lain jenis petugas tingkat pengetahuan lamanya

bekerja frekuensi penyuluhan yang dilakukan Faktor obat yang mempengaruhi

kepatuhan adalah pengobatan yang sulit dilakukan tidak menunjukkan kea rah

penyembuhan waktu yang lama adanya efek samping obat Faktor penderita yang

menyebabkan ketidakpatuhan adalah umur jenis kelamin pekerjaan anggota

keluarga saudara atau teman khusus 15

25 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan

Faktor-faktor yang mempengaruhi katidakpatuhan dapat digolongkan

menjadi empat bagian yaitu

1 Pemahaman tentang Instruksi

Tak seorang pun mematuhi instruksi jika ia salah paham tentang instruksi yang

diberikan kepadanyaLey dan Spelman (Ester 2000 ) Menemukan bahwa lebih

dari 60 yang diwawancarai setelah bertemu dengan dokter salah mengerti

tentang instruksi yang diberikan pada mereka kadang-kadang hal ini disebabkan

oleh kegagalan professional kesehatan dalam memberikan informasi yang

lengkap penggunaan istilah-istilah medis dan mbanyak memberikan instruksi

yang harus diingat oleh pasien

28

Pendekatan praktis untuk meningkatkan kepatuhan pasien ditemukan oleh

Dinicola dan Dimatteo yaitu

a) Buat instruksi tertulis yang jelas dan mudah diinterpretasikan

b) Berikan informasi tentang pengobatan sebelum menjelaskan hal-hal lain

c) Jika seseorang diberikan suatu daftar tertulis tenang hal-hal yang harus

diingat maka aka nada efek ldquokeunggulanrdquoyaitu mereka brusaha mengingat

hal-hal yang pertama kali ditulis

d) Insruksi-instruksi harus ditulis dengan bahasa umum ( Non medis ) dan hal-

hal yang perlu ditekankan 14

2 Kualitas Interaksi

Kualitas interaksi antara profrsional kesehatan dan pasien merupakan bagian yang

penting dalam menentukan derajat kepatuhan Meningkatkan interaksi

professional kesehatan dengan pasien adalah suatu hal penting untuk memberikan

umpan balik pada pasien setelah memperoleh informasi tentang diagnosis Pasien

membutuhkan penjelasan tentang kondisinya saat ini apa penyebabnya dan apa

yang dapat mereka lakukan dengan kondisi seperti itu

3 Isolasi sosial dan keluarga

Keluarga dapat menjadi factor yang sangat berpengaruh dalam menentukan

keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga menentukan tentang

program pengobatan yang dapat mereka terima Keluarga juga member dukungan

dan membuat keputusan mengenai perawatan dari anggota keluarga yang sakit

4 Keyakinan Sikap Kepribadian

Ahli psikologis telah menyelidiki tentang hubungan antar pengukuran-

pengukuran kepribadian dan kepatuhan Mereka menemukan bahwa data

kepribadian secara benar dibedakan antar orang yang putih drngan orang yang

gagal Orang-orang yang tidak patuh adalah orang-orang yang lebih mengalami

depresi anxietas sangat memperhatikan kesehatannya memiliki kekuatan ego

29

yang lebih lemah dan kehidupan sosialnya lebih memusatkan perhatian pada

dirinya sendiri Blumenthal et al mengatakan bahwa ciri-ciri kepribadian yang

disebutkan diatas itu yang menyebabkan seseorang cenderung tidak patuh ( drop

out) dari program pengobatan 14

Menurut Schwart dan Griffin Faktor yang berhubungan dengan

ketidaktaan secara sejarah riset tentang ketaan pasien didasarkan atas pandangan

tradisional mengenai pasien sebagai penerima nasihat dokter yang pasif dan patuh

Pasien yang tidak taat dipandang sebagai orang yang lalai dan masalahnya dianggap

sebagai masalah control Riset berusah untuk mengidentifikasi kelompok-kelompok

pasien yang tidak patuh berdasarkan kelas sosioekonomi pendidikan umur dan

jenis kelamin Pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan sepanjang bawah

pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif seperti penggunaan buku-buku

dan kaset oleh pasien secara mandiri Usaha-usaha ini sedikit berhasil seorang dapat

menjadi tidak taat kalau situasinya memungkinkan Teori-teori yang lebih baru

menekannkan factor situasional dan pasien sebagai peserta yang aktif dalam proses

pengobatannya Perilaku ketaatan sering diartikan sebagai usaha pasien untuk

mengendalikan perilakunya bahkan jika hal tersebut bias menimbulkan resiko

mengenai kesehatannya 15

Macam-macam faktor yang berkaitan dengan ketidaktaatan disebutkan

a Ciri-ciri kesakitan dan cirri-ciri pengobatan

Menurut Dickson dkk perilaku ketaatan lebih rendah untuk penyakit kronis

(karena tidak ada akibat buruk yang segera dirasakan atau resiko yang jelas )

saran mengenai gaya hidup umum dan kebiasaan yang lama pengobatan yang

kompleks pengobatan dengan efek samping perilaku yang tidak pantas

Menurut Sarafino tingkat ketaaatan rata-rata minum obat utnuk menyenbuhkan

kesakitan akut dengan pengobatan jangka pendek adalah sekitar 78 Untuk

kesakita kronis dengan cara pengobatan jangaka panjang tingkat tersebut menurun

sampai 54

b Komunikasi antara Pasien dan Dokter

Berbagai aspek komunikasi antara pasien dan dokter mempengaruhi tingkat

ketidaktaan misalnya informasi dengan pengawasan yang kurang

30

ketidakpuasan terhadap aspek hubungan emosional dengan dokter ketidak

puasan terhadap pengobatan yang diberikan

c Variabel-variabel sosial

Hubungan antara dukungan sosial dengan ketaatan telah dipelajari Secara umum

orang-orang yang merasa mereka menerima penghiburan perhatian dan

pertolongan yang mereka butuhkan dari seseorang atau kelompok biasanya

cenderung lebih mudah mengikuti nasihat medis daripada pasien yang kurang

mendapat dukungan sosial Jelaslah bahwa keluarga memainkan peranan yang

sangat penting dalam pengelolaan medis misalnya penggunaan pengaruh

normative pada pasien yang mungkin mengakibatkan efek yang memudahkan

atau menghambat perilaku ketaatan

d Ciri-ciri Individual

Variabel-variabel demografis juga digunakan untuk meramalkan ketidaktaatan

sebagai contoh Di Amerika Serikat kaum wanita kaum kulit putih dan orang

tua cenderung mengikuti anjuran dokter 15

Dalam proses penyembuhan penderita TB Paru dapat diberikan obat anti-

TB (OAT) yang diminum secara teratur sampai selesai dengan pengawasan

yangketat Masa pemberian obat memang cukup lama yaitu 6-8 bulan secara terus

menerus sehingga dapat mencegah penularan kepada orang lain Oleh sebab itu para

penderita TB jika ingin sembuh harus minum obat secara teratur Tanpa adanya

keteraturan minum obat penyakit sulit disembuhkan Jika tidak teratur minum obat

penyakitnya sukar diobati kuman TB dalam tubuh akan berkembang semakin banyak

dan menyerang organ tubuh lain yang akan membutuhkan waktu lebih lama untuk

dapat sembuh

26 Pengawasan Menelan Obat (PMO) 9

Salah satu komponen DOTS adalah pengobatan paduan OAT jangka

pendek dengan pengawasan langsung Untuk menjamin keteraturan pengobatan

diperlukan seorang PMO

31

a Persyaratan PMO

bull Seseorang yang dikenal dipercaya dan disetujui baik oleh petugas kesehatan

maupun pasien selain itu harus disegani dan dihormati oleh pasien

bull Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien

bull Bersedia membantu pasien dengan sukarela

bull Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan pasien

b Siapa yang bisa menjadi PMO

Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan misalnya Bidan di Desa Perawat

Pekarya Sanitarian Juru Immunisasi dan lain lain Bila tidak ada petugas

kesehatan yang memungkinkan PMO dapat berasal dari kader kesehatan guru

anggota PPTI PKK atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga

c Tugas seorang PMO

bull Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai

pengobatan

bull Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur

bull Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah

ditentukan

bull Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai gejala-

gejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke Unit Pelayanan

Kesehatan

Tugas seorang PMO bukanlah untuk mengganti kewajiban pasien mengambil

obatdari unit pelayanan kesehatan

d Informasi penting yang perlu dipahami PMO untuk disampaikan kepada pasien dan

keluarganya

bull TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur

32

bull TB bukan penyakit keturunan atau kutukan

bull Cara penularan TB gejala-gejala yang mencurigakan dan cara pencegahannya

bull Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan)

bull Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur

bull Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera meminta

pertolongan ke UPK

27 Penanggulangan TB 16

Rencana Global Penanggulangan TB

Rencana Global 2006-2015 mencakup enam elemen utama dalam strategi baru Stop

TB ndashWHO yang terdiri dari

1 Memperluas dan meningkatkan ekspansi DOTS yang berkualitas meningkatkan

penemuan kasus dan kesembuhan melalui pendekatan yangterfokus pada penderita

agar pelayanan DOTS yang berkualitas dapat menjangkau seluruh penderita

khususnya kelompok masyarakat yang miskin dan rentan

2 Menghadapi tantangan TBHIV MDR-TB dan tantangan lainnya dengan cara

meningkatkan kolaborasi TBHIV DOTS-Plus dan pendekatan lainnya

3 Berkontribusi dalam memperkuat sistem kesehatan melalui kerjasama dengan

berbagai program dan pelayanan kesehatan lainnya misalnya dalam memobilisasi

sumber daya manusia dan finansial untuk implementasi dan mengevaluasi

hasilnyaserta pertukaran informasi dalam keberhasilan pencapaian dalam program

penanggulangan TB

33

4 Melibatkan seluruh penyedia pelayanan kesehatan pemerintah lembaga swadaya

masyarakat (LSM) dan swasta dengan cara memperluas pendekatan berbasis

public-private mix (PPM) dengan menggunakan ISTC

5 Melibatkan penderita TB dan masyarakat untuk memberikan kontribusi dalam

penyediaan pelayanan yang efektif Hal ini meliputi perluasan pelayanan TB di

masyarakat menciptakan kebutuhan masyarakat akan pelayanan TB advokasi

yang spesifik komunikasi dan mobilisasi sosial serta mendukung pengembangan

piagam pasien TB dalam masyarakat dan

6 Memberdayakan dan meningkatkan penelitian operasional

28 Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel dependent

Karakteristik Individu

1Umur

2Jenis kelamin

3Pendidikan

4Pekerjaan

5Pengetahuan

6Efek samping OAT

7Tingkat kepatuhan

penderita dalam

pengobatan

Kesembuhan

34

Penderita TB paru

Faktor Pelayanan

kesehatan

1 Ketersediaan OAT

2 Sikap petugas kesehatan

3 LokasiJarak

4 Penyuluhan kesehatan

5 Kunjungan rumah

Faktor Peran PMO

Gambar Kerangka Konsep Penelitian

Definisi Konsep

1 Karakteristik individu adalah hal-hal yang melekat dalam diri penderita TB paru yang

mempengaruhi tingkat kapetuhan dalam melaksanakan program pengobatan dengan

strategi DOTS yang membedakan seseorang dengan yang lainnya meliputi umur jenis

kelamin pendidikan pekerjaan pengetahuan efek samping OAT tingkat kepatuhan

penderita dalam pengobatan

2 Faktor pelayanan kesehatan adalah penilaian dari penderita TB paru terhadap upaya yang

diselenggarakan oleh unit pelayanan kesehatan untuk menangani penderita TB paru

meliputi Ketersediaan OATsikap petugas kesehatan lokasijarak penyuluhan

kesehatan dan kunjungan rumah

3 Faktor Peran PMO ( Pengawasan Menelan Obat ) adalah penilaian dari penderita TB paru

terhadap hal-hal yang menjadi tugas dari seseorang pengawas menelan obat yang

mempengaruhi tingkat kepatuhan penderita TB paru dalam melaksanakan pengobatan

meliputi penyuluhan member dorongan meningkatkan dan mengawasi

35

4 Kesembuhan adalah pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan

pemeriksaan ulang dahak (follow up) menunjukkan hasil BTA negatif

29 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep di atas maka hipotesis penelitian ini adalah

1) Ada pengaruh karakteristik individu terhadap kesembuhan penderita TB paru

dalam pengobatan

2) Ada pengaruh pelayanan kesehatan terhadap kesembuhan penderita TB paru

dalam pengobatan

3) Ada pengaruh PMO terhadap kesembuhan penderita TB paru dalam pengobatan

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

31 Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional yang

bertujuan untuk menjelaskan pengaruh karakteristik individu faktor pelayanan

kesehatan dan faktor Pengawas Menelan Obat (PMO) terhadap kesembuhan

penderita TB Paru dalam melaksanakan pengobatan di Puskesmas Grogol Petamburan

tahun 2011

32 Tempat dan Waktu Penelitian

36

Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Grogol Petamburan pada bulan

Januari sampai Februari tahun 2012

33 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang

sedang menjalankan pengobatan TB di Puskesmas Grogol

Petamburan mulai bulan OktobeR

34 Keriteria Inklusi dan Eksklusi

341 Keriteria Inklusi

342 Keriteria Eksklusi

35 Sampel

351 Besar Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang

mengikuti pengobatan dengan strategi DOTS di Puskesmas yang pada saat penelitian

sedang menjalani pengobatan dan seluruh penderita TB yang telah mendapat

pengobatan selama 6 bulan atau sedang dalam tahap lanjutan

Keterangan

n1 = Jumlah sampel minimal

37

n2 = Jumlah sampel ditambah substitusi 10 (substitusi adalah persen responden

yang mungkin drop out)

Z = Tingkat batas kepercayaan dengan = 5

Didapat Z pada kurva normal = 196

p = Proporsi variabel yang diteliti yaitu besarnya presentasi 50 )

q = 1 - p

L = Derajat kesalahan yang masih dapat diterima adalah 10

Berdasarkan rumus di atas didapatkan angka sebagai berikut

( Z )2 p q ( 196 )2 0505

n1 = ----------------- = ------------------------------ = 9604

L2 ( 01 )2

n2 = n1 + ( 10 n1 )

= 9604 + ( 10 9604)

= 9604 + 9604

= 10564 Dibulatkan 106

352 Teknik Pengambilan Sampel

36 Identifikasi Variabel

1 Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kesembuhan tb paru

2 Variabel independen adalah umur jenis kelamin pendidikan pekerjaan

pengetahuan efek samping OAT dan tingkat kepahuhan dari penderita TB

Selain itu faktor dari pelayanan kesehatan dan PMO juga ikut berperan

37 Cara Kerja

1 Membuat proposal penelitian tentang hubungan antara tingkat kepatuhan minum

OAT dengan tingkat kesembuhan penyakit TB di Puskesmas Kecamatan Grogol

Petamburan

38

2 Pengumpulan data sekunder dari Puskesmas Grogol Petamburan

3 Melakukan kunjungan ke rumah-rumah sampel di daerah RT terpilih untuk

pengumpulan data primer dengan memakai kuesioner dan wawancara responden

4 Data-data yang telah dikumpulkan akan dilakukan pengolahan berupa proses

editing verifikasi dan koding Selanjutnya dimasukkan dan diolah dengan

menggunakan program computer yaitu program SPSS

5 Terhadap data yang telah diolah kemudian dilakukan analisis sesuai dengan cara

uji statistik menggunakanhelliphellip Data diinterpretasi secara deskriptif korelatif

antar variabel ndash variabel yang telah ditentukan dan disajikan dalam bentuk

tekstular dan tabular

6 Hasil dari penelitian akan disusun dalam bentuk pelaporan penelitian yang

selanjutnya akan di presentasikan di hadapan staf pengajar program pendidikan

Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida

Wacana (FK UKRIDA) dalam forum pendidikan Ilmu Kedokteran Komunitas

Fakultas Kedokteran UKRIDA

38 Manajemen Data

381 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder yaitu

1 Data primer diperoleh dengan wawancara langsung kepada penderita TB paru

dan petugas kesehatan program penanggulangan TB Paru yang berpedoman pada

kuisioner penelitian yang telah ditetapkan dam melakukan cross check

2 Data sekunder diperoleh dari laporan pelaksanaan program penanggulangan TB

Paru di Puskesmas kartu pengobatan TBC (formulir TB 01) dan Formulir

Permohonan Laboratorium TBC Untik Pemeriksaan Dahak (formulir TB 05)

382 Pengolahan Data

39

Aspek pengukuran

Aspek pengukuran variable bebas

Karakteristik individu

Aspek pengukuran variable karakteristik individu dapat dilihat pada tabel 31

Table 31 Aspek Pengukuran Variabel Karakteristik Individu

Karakteristik

individu

Kategori Skala Bobot nilai

Umur a 15-24 tahun

b 25-49 tahun

c gt 50 tahun

rasio

Jenis kelamin a Laki-laki

b Perempuan

Tingkat

pendidikan

a Tidak tamat SD

b SD

c SLTP

d SLTA

e Sarjana S1

Pekerjaan a Bekerja

b Tidak bekerja

Pengetahuan a Baik

b Sedang

c Bururk

Efek samping

OAT

a Ada

b Tidan ada

Faktor pelayanan kesehatan

Pengukuran faktor pelanan kesehatan meliputi ketersediaan OAT yang

diukur adalah yang diukur dengan 2 pertanyaan sikap petugas kesehatan diukur

dengan 8 pertanyaan lokasi jarak diukur dengan 3 pertanyaan penyuluhan kesehatan

diukur dengan 6 pertanyaan dan kunjungan rumah diukur dengan 2 pertanyaan

40

berdasarkan jawaban yang diberikan responden selanjutnya dikelompokkan menjadi

tiga (3) yaitu

a Baik jika faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan

penilaian yang baik karena kebutuhan yang diinginkan debagian besarnya

terpenuhi (nilai gt32)

b Sedang bila faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan

penilaian yang kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan responden hanay

sebagian saja yang terpenuhi (nilainya 17-32)

c Buruk bila faktor pelayanan pelayanan kesehatan yang diterima responden

menimbulkan penilaian yang tidak baik karena kebutuhan yang diinginka

responden sebagian besar tidak dipenuhi (nilainya lt17)

Faktor Pengawas Menelan Obat (PMO)

Faktor Pengawas Menelan Obat diukur dengan 5 pertanyaan yang

selanjutnya dibedakan atas 3 kategori yaitu

a Baik bila semua tugas yang diterima responden terlaksana dengan baik yaitu

mengawasi memberikan dorongan mengingatkan dan memberikan penyuluhan

(nilainya gt11)

b Sedang bila tugas PMO yang diterima responden sebagian saja yang terpenuhi

(nilainya 6-11)

c Buruk bila tugas PMO yang diterima responden tidak terlaksana dengan baik

(nilainya lt 6)

Aspek Pengukuran Variabel Terikan

Kepatuhan Pengobatan TB Paru

41

Aspek Pengukuran Variabel ini menggunakan skala interval yang diukur berdasarkan

tiga (3) kategori yaitu

Patuh apabila responden selalu menelan obat sesuai ketentuan petugas kesehatan

yaitu setiap hari pada tahap awal tiga kali seminggu pada tahap lanjutan dan

mengambil obat serta memeriksakan dahak sesuai jadwal dan menaati nasihat dari

petugas kesehatan ( bobot 3 )

Kurang patuh jika responden kadang-kadang menelan obat sesuai ketentuan

petugas kesehatan atau responden tidak menelan obat 2-8 minggu selama tahap

pengobatan lanjutan dan tidak memerisakan dahak sesuai jadwal yang telah

ditetapkan dan tidak selalu menaati nasihat dari petugas kesehatan (bobot 2 )

Tidak patuh jika responden tidak menelan obat sesuai ketentuan petugas

kesehatan atau responden tidak menelan obat lebih dari 8 minggu selama tahap

pengobatan lanjutan dan tidak mengambil obat serta tidak memeriksakan dahak

sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan tidak menaati nasihat petugas kesehatan

(bobot 1)

383 Penyajian Data

384 Analisis Data

385 Interpretasi Data

386 Pelaporan Data

39 Definisi Operasional

1 Umur adalah usia responden saat penelitian berdasarkan ulang tahun terakhir yang

dibedakan atas 3 (tiga) kategori berdasarkna Badan Pusat Statistik Kota Medan

42

tahun 2008 yaitu 1) orang muda 25-24 tahun 2) dewasa 24-49 tahun 3) orang

tua gt 50 tahun

2 Jenis kelamin adalah suatu karakteristik responden yang dibedakan identitasnya

dari laki-laki dan perempuan

3 Pendidikan adalah jenjang pendidikannyang berhasil ditamatkan responden yang

dibedakan atas tidak tamat SD SD SLTP SLTA Akademi Sarjana

4 Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh responden sebagai

pendapatan utama yang dibedakan atas kerja dan tidak bekerja

5 Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai penyakit

TB paru

6 Efek samping OAT adalah gejala keluhan yang diderita responden akiba menelan

OAT selama pengobatan

7 Ketersdediaan OAT adalah pandangan responden terhadap kondisi OAT

diperoleh dari puskesmas meliputi kecukupan jumlah OAT dan dan kualitasnya

8 Sikap petugas kesehatan adalah penilaian responden terhadap reaksi petugas

kesehatan kepada responden selama mereka menjalanin pengobatan

9 Lokasi jarak adalah pandangan responden tentang lama perjalanan dari tempat

tinggal responden ke Puskesmas yang diukur dengan jarak sarana transportasi

10 Penyuluhan kesehatan adalah pandangan responden tentang kegiatan yang

dilakukan oleh petugas kesehatan sehubungan dengan pengobatan TB Paru untuk

mencapai suatu keadaan dimana pederita TB Paru dapat hidup lebih sehat

11 Kunjungan rumah adalah pandangan responden tentang kegiatan yang dilakukan

petugas kesehatan selama masa pengobatan ke rumah responden

12 Faktor peran Pengawas Minum Obat (PMO) adalah pandangan responden tentang

tugas yang dilakasanakan oleh seorang PMO meliputi penyuluhan

13 Kepatuhan berobat adalah ketaan responden dalam menelan obat mengambil

obat dan melakukan pemeriksaan dahak sesuai jadwal yang telah ditentukan dan

menaati segala nasehat dari petugas kesehatan

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

1) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta

2) Perkumpulan Pemberantasan TB Indonesia 2011 TB di Indonesia Peringkat Dunia

Jakarta Diakses melalui situs httpwwwpptiinfoindexphpcomponentcontentarticle46-

arsip-ppti141-tbc-di-indonesia-peringkat-5-dunia Diakses pada tanggal 23 Januari 2012

44

3) Depkes dan WHO 2008 Lembar Fakta Tuberkulosis Jakarta

4) Dirjen P2M amp PLP 1997 Pengawasan Menelan Obat (PMO) adalah DOTS ala Indonesia

Jakarta

5) Amirudin R 2006 Faktor Keberhasilan Konversi pada Penderita TB Paru di Puskesmas

Jongaya Tahun 2006 Laporan Penelitian FKM Unhas Makasar

6) Aditama Tjandra Y 1994 Tuberkulosis Paru Masalah dan Penanggulangnya UI Press

Jakarta

7) Aru W Bambang S Idrus A dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Tuberkulosis

Paru Edisi IV FKUI Jakarta 2006 998-1004

8) Depkes RI 2002 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta

9) Depkes RI 2006 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta

10) Subijakto Hubungan Pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Berobat

Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Proposal Skripsi Jakarta 2011 Diakses pada

tanggal 20 Januari 2012

11) Aditama Tjandra Y 2002 Tuberkulosis Diagnosis Terapi dan Masalahnya Yayasan IDI

Jakarta

12) Notoatmodjo Soekidjo 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Penerbit Rineka Cipta

Jakarta

13) Simamora Jojor 2004 Faktor yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Berobat Penderita TB

Paru di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2004 Tesis Pascasarjana USU Medan

14) Ester Monica 2000 Psikologi Kesehatan Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

15) Bart Smet 1994 Psikologi Kesehatan PT Grasindo Jakarta

16) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta

45

Page 25: 133192422-TB-paru

Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor baik faktor internal

( dari dalam diri manusia ) maupun faktor eksternal ( dari luar diri manusia ) Faktor

internal ini terdiri dari faktor fisik dan psikis Faktor eksternal terdiri dari berbagai

faktor antara lain sosial budaya masyarakat lingkungan fisik politik ekonomi

pendidikan dan sebagainnya Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi

kesehatan baik individu kelompok maupun masyarakat dikelompokkan menjadi

empat ( Blum 1974 )

Konsep Blum menjelaskan bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh

1) Lingkungan yang mencakup lingkungan fisik sosial budaya politik ekonomi

dan sebagainnya

2) Perilaku

3) Pelayanan kesehatan

4) Keturunan ( hereditas )

Perilaku merupakan factor terbesar kedua setelah factor lingkungan yang

mempengaruhi derajat kesehatan Oleh sebab itu dalam rangka membina dan

meningkatkan kesehatan masyarakat maka intervensi atau upaya yang di tujukan

kepada faktor erilaku ini sangat strategis

Menurut Green perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama yakni 12

1) Faktor predisposisi ( predisposing factor )

Faktor ini mencakup pengetahuan sikap dan masyarakat terhadap kesehatan

tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan

kesehatan sistem nilai yang dinut masyarakat tingkat pendidikan tingkat sosial

ekonomi dan sebagainya

2) Faktor Pemungkin ( Enabling factor )

Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan

bagi masyarakat misalnya air bersih tempat pembuangan tinja ketersediaan

makanan yang bergizi dan sebagainnya termasuk juga fasilitas kesehatan

seperti puskesmas rumah sakit posyandu dokter atau bidan praktek swasta dan

sebagainnya

3) Faktor penguat ( reinforcing factor )

25

Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat tokoh agama

sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan Termasuk juga di

sini undang-undang peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah

daerah yang terkait dengan kesehatan

Tim kerja dari WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang

berperilaku tertentu dikarenakan 4 ( empat ) alasan pokok yaitu

1) Pemikiran dan perasaan ( Thoughts and feeling )

Yakni dalam bentuk pengetahuan kepercayaan dan sikap Pengetahuan di

peroleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain sedangkan

kepercayaan biasanya diperoleh dari orang tua kakek atau nenek Seseorang

menerima kepercayaan itu berdasarkan keyankinan dan tanpa adanya pembuktian

terlebih dahulu Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap

objek dan seringnya diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang

lain yang paling dekat

2) Karakteristik Pendukung (enabling characteristics)

Karakteristik ini mencerminkan bahwa meskipun mempunyai predisposisi untuk

menggunakan pelayanan kesehatan ia tak akan bertindak menggunakannya

kecuali bial ia mampu menggunakannya Penggunaan pelayanan kesehatan yang

ada tergantung kepada kemampuan konsumen untuk membayar

3) Karakteristik kebutuhan (need characteristics)

Faktor predisposisi dan factor yang memungkinkan untuk mencari pengobatan

dapat terwujud di dalam tindakan apabila itu dirasakan sebagai kebutuhanDengan

kata lain kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan

pelayanan kesehatan bila mana tingkat predisposisi dan enabling itu ada

Kebutuhan (need) disisni di bagi menjadi dua ketegori dirasa atau preceived

( subject assessment) dan evaluated ( clinical diagnosis )

Menurut Skinner perilaku kesehatan adalah suatu respons

seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan

26

penyakit system pelayanan kesehatan makanan dan minimum serta lingkungan

Dari batasan ini perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 ( tiga)

kelompok yakni

1) Perilaku pemeliharaan kesehatan ( health maintenance)

Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga

kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit Oleh

sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3(tiga) aspek yaitu

a Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit serta

pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit

b Perilaku peningkatan kesehatan apabila seseorang dalam keadaan sehat

c Perilaku gizi Makanan dan minimum dapat meningkatkan kesehatan

seseorang bahkan dapat mendatangkan penyakit Hal ini sangat tergantung

pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut

2) Perilaku pencarian pengobatan ( health behavior )

Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat

menderita penyakit dan atau kecelakaan Tindakan atau perilaku ini dimulai dari

mengobati sendiri ( self treatment) sampai mencari pengobatan keluar negeri

3) Perilaku kesehatan lingkungan

Adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan baik lingkungan fisik

maupun social budaya dan sebagainnya sehingga lingkungan tersebut tidak

mempengaruhi kesehatannya Dengan perkataan lain bagaimana seseorang

mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri

keluarga atau mesyarakatnya 12

24 Kepatuhan Berobat

Kepatuhan berasal dari kata ldquo patuh ldquo yang berarti taat suka menuruti

disiplin Kepatuhan menurut Trostle adalah tingkat perilaku penderita dalam

mengambil suatu tindakan pengobatan misalnya dalam menentukan kebiasaan

hidup sehat dan ketetapan berobat Dalam pengobatan seseorang dikatakan tidak

27

patuh apabila orang tersebut melalaikan kewajibannya berobat sehingga dapat

mengakibatkan terhalangnya kesembuhan 13

Menurut Sacket kepatuhan pasien adalah sejauh mana perilaku pasien

sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh professional kesehatan 14

Menurut Sarafino secara umum ketidaktaatan meningkatkan risiko

berkembangnya masalah kesehatan atau memperpanjang atau memperburuk

kesakitan yang sedang di derita Perkiraan yang ada menyatakan bahwa 20 jumlah

opname di rumah sakit merupakan akibat dari ketidaktaatan pasien terhadap aturan

pengobatan Faktor yang mempengaruhi kepatuhan seseorang dalam berobat yaitu

faktor petugas faktor obat dan faktor penderita Karakteristik petugas yang

mempengaruhi kepatuhan antara lain jenis petugas tingkat pengetahuan lamanya

bekerja frekuensi penyuluhan yang dilakukan Faktor obat yang mempengaruhi

kepatuhan adalah pengobatan yang sulit dilakukan tidak menunjukkan kea rah

penyembuhan waktu yang lama adanya efek samping obat Faktor penderita yang

menyebabkan ketidakpatuhan adalah umur jenis kelamin pekerjaan anggota

keluarga saudara atau teman khusus 15

25 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan

Faktor-faktor yang mempengaruhi katidakpatuhan dapat digolongkan

menjadi empat bagian yaitu

1 Pemahaman tentang Instruksi

Tak seorang pun mematuhi instruksi jika ia salah paham tentang instruksi yang

diberikan kepadanyaLey dan Spelman (Ester 2000 ) Menemukan bahwa lebih

dari 60 yang diwawancarai setelah bertemu dengan dokter salah mengerti

tentang instruksi yang diberikan pada mereka kadang-kadang hal ini disebabkan

oleh kegagalan professional kesehatan dalam memberikan informasi yang

lengkap penggunaan istilah-istilah medis dan mbanyak memberikan instruksi

yang harus diingat oleh pasien

28

Pendekatan praktis untuk meningkatkan kepatuhan pasien ditemukan oleh

Dinicola dan Dimatteo yaitu

a) Buat instruksi tertulis yang jelas dan mudah diinterpretasikan

b) Berikan informasi tentang pengobatan sebelum menjelaskan hal-hal lain

c) Jika seseorang diberikan suatu daftar tertulis tenang hal-hal yang harus

diingat maka aka nada efek ldquokeunggulanrdquoyaitu mereka brusaha mengingat

hal-hal yang pertama kali ditulis

d) Insruksi-instruksi harus ditulis dengan bahasa umum ( Non medis ) dan hal-

hal yang perlu ditekankan 14

2 Kualitas Interaksi

Kualitas interaksi antara profrsional kesehatan dan pasien merupakan bagian yang

penting dalam menentukan derajat kepatuhan Meningkatkan interaksi

professional kesehatan dengan pasien adalah suatu hal penting untuk memberikan

umpan balik pada pasien setelah memperoleh informasi tentang diagnosis Pasien

membutuhkan penjelasan tentang kondisinya saat ini apa penyebabnya dan apa

yang dapat mereka lakukan dengan kondisi seperti itu

3 Isolasi sosial dan keluarga

Keluarga dapat menjadi factor yang sangat berpengaruh dalam menentukan

keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga menentukan tentang

program pengobatan yang dapat mereka terima Keluarga juga member dukungan

dan membuat keputusan mengenai perawatan dari anggota keluarga yang sakit

4 Keyakinan Sikap Kepribadian

Ahli psikologis telah menyelidiki tentang hubungan antar pengukuran-

pengukuran kepribadian dan kepatuhan Mereka menemukan bahwa data

kepribadian secara benar dibedakan antar orang yang putih drngan orang yang

gagal Orang-orang yang tidak patuh adalah orang-orang yang lebih mengalami

depresi anxietas sangat memperhatikan kesehatannya memiliki kekuatan ego

29

yang lebih lemah dan kehidupan sosialnya lebih memusatkan perhatian pada

dirinya sendiri Blumenthal et al mengatakan bahwa ciri-ciri kepribadian yang

disebutkan diatas itu yang menyebabkan seseorang cenderung tidak patuh ( drop

out) dari program pengobatan 14

Menurut Schwart dan Griffin Faktor yang berhubungan dengan

ketidaktaan secara sejarah riset tentang ketaan pasien didasarkan atas pandangan

tradisional mengenai pasien sebagai penerima nasihat dokter yang pasif dan patuh

Pasien yang tidak taat dipandang sebagai orang yang lalai dan masalahnya dianggap

sebagai masalah control Riset berusah untuk mengidentifikasi kelompok-kelompok

pasien yang tidak patuh berdasarkan kelas sosioekonomi pendidikan umur dan

jenis kelamin Pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan sepanjang bawah

pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif seperti penggunaan buku-buku

dan kaset oleh pasien secara mandiri Usaha-usaha ini sedikit berhasil seorang dapat

menjadi tidak taat kalau situasinya memungkinkan Teori-teori yang lebih baru

menekannkan factor situasional dan pasien sebagai peserta yang aktif dalam proses

pengobatannya Perilaku ketaatan sering diartikan sebagai usaha pasien untuk

mengendalikan perilakunya bahkan jika hal tersebut bias menimbulkan resiko

mengenai kesehatannya 15

Macam-macam faktor yang berkaitan dengan ketidaktaatan disebutkan

a Ciri-ciri kesakitan dan cirri-ciri pengobatan

Menurut Dickson dkk perilaku ketaatan lebih rendah untuk penyakit kronis

(karena tidak ada akibat buruk yang segera dirasakan atau resiko yang jelas )

saran mengenai gaya hidup umum dan kebiasaan yang lama pengobatan yang

kompleks pengobatan dengan efek samping perilaku yang tidak pantas

Menurut Sarafino tingkat ketaaatan rata-rata minum obat utnuk menyenbuhkan

kesakitan akut dengan pengobatan jangka pendek adalah sekitar 78 Untuk

kesakita kronis dengan cara pengobatan jangaka panjang tingkat tersebut menurun

sampai 54

b Komunikasi antara Pasien dan Dokter

Berbagai aspek komunikasi antara pasien dan dokter mempengaruhi tingkat

ketidaktaan misalnya informasi dengan pengawasan yang kurang

30

ketidakpuasan terhadap aspek hubungan emosional dengan dokter ketidak

puasan terhadap pengobatan yang diberikan

c Variabel-variabel sosial

Hubungan antara dukungan sosial dengan ketaatan telah dipelajari Secara umum

orang-orang yang merasa mereka menerima penghiburan perhatian dan

pertolongan yang mereka butuhkan dari seseorang atau kelompok biasanya

cenderung lebih mudah mengikuti nasihat medis daripada pasien yang kurang

mendapat dukungan sosial Jelaslah bahwa keluarga memainkan peranan yang

sangat penting dalam pengelolaan medis misalnya penggunaan pengaruh

normative pada pasien yang mungkin mengakibatkan efek yang memudahkan

atau menghambat perilaku ketaatan

d Ciri-ciri Individual

Variabel-variabel demografis juga digunakan untuk meramalkan ketidaktaatan

sebagai contoh Di Amerika Serikat kaum wanita kaum kulit putih dan orang

tua cenderung mengikuti anjuran dokter 15

Dalam proses penyembuhan penderita TB Paru dapat diberikan obat anti-

TB (OAT) yang diminum secara teratur sampai selesai dengan pengawasan

yangketat Masa pemberian obat memang cukup lama yaitu 6-8 bulan secara terus

menerus sehingga dapat mencegah penularan kepada orang lain Oleh sebab itu para

penderita TB jika ingin sembuh harus minum obat secara teratur Tanpa adanya

keteraturan minum obat penyakit sulit disembuhkan Jika tidak teratur minum obat

penyakitnya sukar diobati kuman TB dalam tubuh akan berkembang semakin banyak

dan menyerang organ tubuh lain yang akan membutuhkan waktu lebih lama untuk

dapat sembuh

26 Pengawasan Menelan Obat (PMO) 9

Salah satu komponen DOTS adalah pengobatan paduan OAT jangka

pendek dengan pengawasan langsung Untuk menjamin keteraturan pengobatan

diperlukan seorang PMO

31

a Persyaratan PMO

bull Seseorang yang dikenal dipercaya dan disetujui baik oleh petugas kesehatan

maupun pasien selain itu harus disegani dan dihormati oleh pasien

bull Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien

bull Bersedia membantu pasien dengan sukarela

bull Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan pasien

b Siapa yang bisa menjadi PMO

Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan misalnya Bidan di Desa Perawat

Pekarya Sanitarian Juru Immunisasi dan lain lain Bila tidak ada petugas

kesehatan yang memungkinkan PMO dapat berasal dari kader kesehatan guru

anggota PPTI PKK atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga

c Tugas seorang PMO

bull Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai

pengobatan

bull Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur

bull Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah

ditentukan

bull Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai gejala-

gejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke Unit Pelayanan

Kesehatan

Tugas seorang PMO bukanlah untuk mengganti kewajiban pasien mengambil

obatdari unit pelayanan kesehatan

d Informasi penting yang perlu dipahami PMO untuk disampaikan kepada pasien dan

keluarganya

bull TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur

32

bull TB bukan penyakit keturunan atau kutukan

bull Cara penularan TB gejala-gejala yang mencurigakan dan cara pencegahannya

bull Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan)

bull Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur

bull Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera meminta

pertolongan ke UPK

27 Penanggulangan TB 16

Rencana Global Penanggulangan TB

Rencana Global 2006-2015 mencakup enam elemen utama dalam strategi baru Stop

TB ndashWHO yang terdiri dari

1 Memperluas dan meningkatkan ekspansi DOTS yang berkualitas meningkatkan

penemuan kasus dan kesembuhan melalui pendekatan yangterfokus pada penderita

agar pelayanan DOTS yang berkualitas dapat menjangkau seluruh penderita

khususnya kelompok masyarakat yang miskin dan rentan

2 Menghadapi tantangan TBHIV MDR-TB dan tantangan lainnya dengan cara

meningkatkan kolaborasi TBHIV DOTS-Plus dan pendekatan lainnya

3 Berkontribusi dalam memperkuat sistem kesehatan melalui kerjasama dengan

berbagai program dan pelayanan kesehatan lainnya misalnya dalam memobilisasi

sumber daya manusia dan finansial untuk implementasi dan mengevaluasi

hasilnyaserta pertukaran informasi dalam keberhasilan pencapaian dalam program

penanggulangan TB

33

4 Melibatkan seluruh penyedia pelayanan kesehatan pemerintah lembaga swadaya

masyarakat (LSM) dan swasta dengan cara memperluas pendekatan berbasis

public-private mix (PPM) dengan menggunakan ISTC

5 Melibatkan penderita TB dan masyarakat untuk memberikan kontribusi dalam

penyediaan pelayanan yang efektif Hal ini meliputi perluasan pelayanan TB di

masyarakat menciptakan kebutuhan masyarakat akan pelayanan TB advokasi

yang spesifik komunikasi dan mobilisasi sosial serta mendukung pengembangan

piagam pasien TB dalam masyarakat dan

6 Memberdayakan dan meningkatkan penelitian operasional

28 Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel dependent

Karakteristik Individu

1Umur

2Jenis kelamin

3Pendidikan

4Pekerjaan

5Pengetahuan

6Efek samping OAT

7Tingkat kepatuhan

penderita dalam

pengobatan

Kesembuhan

34

Penderita TB paru

Faktor Pelayanan

kesehatan

1 Ketersediaan OAT

2 Sikap petugas kesehatan

3 LokasiJarak

4 Penyuluhan kesehatan

5 Kunjungan rumah

Faktor Peran PMO

Gambar Kerangka Konsep Penelitian

Definisi Konsep

1 Karakteristik individu adalah hal-hal yang melekat dalam diri penderita TB paru yang

mempengaruhi tingkat kapetuhan dalam melaksanakan program pengobatan dengan

strategi DOTS yang membedakan seseorang dengan yang lainnya meliputi umur jenis

kelamin pendidikan pekerjaan pengetahuan efek samping OAT tingkat kepatuhan

penderita dalam pengobatan

2 Faktor pelayanan kesehatan adalah penilaian dari penderita TB paru terhadap upaya yang

diselenggarakan oleh unit pelayanan kesehatan untuk menangani penderita TB paru

meliputi Ketersediaan OATsikap petugas kesehatan lokasijarak penyuluhan

kesehatan dan kunjungan rumah

3 Faktor Peran PMO ( Pengawasan Menelan Obat ) adalah penilaian dari penderita TB paru

terhadap hal-hal yang menjadi tugas dari seseorang pengawas menelan obat yang

mempengaruhi tingkat kepatuhan penderita TB paru dalam melaksanakan pengobatan

meliputi penyuluhan member dorongan meningkatkan dan mengawasi

35

4 Kesembuhan adalah pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan

pemeriksaan ulang dahak (follow up) menunjukkan hasil BTA negatif

29 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep di atas maka hipotesis penelitian ini adalah

1) Ada pengaruh karakteristik individu terhadap kesembuhan penderita TB paru

dalam pengobatan

2) Ada pengaruh pelayanan kesehatan terhadap kesembuhan penderita TB paru

dalam pengobatan

3) Ada pengaruh PMO terhadap kesembuhan penderita TB paru dalam pengobatan

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

31 Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional yang

bertujuan untuk menjelaskan pengaruh karakteristik individu faktor pelayanan

kesehatan dan faktor Pengawas Menelan Obat (PMO) terhadap kesembuhan

penderita TB Paru dalam melaksanakan pengobatan di Puskesmas Grogol Petamburan

tahun 2011

32 Tempat dan Waktu Penelitian

36

Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Grogol Petamburan pada bulan

Januari sampai Februari tahun 2012

33 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang

sedang menjalankan pengobatan TB di Puskesmas Grogol

Petamburan mulai bulan OktobeR

34 Keriteria Inklusi dan Eksklusi

341 Keriteria Inklusi

342 Keriteria Eksklusi

35 Sampel

351 Besar Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang

mengikuti pengobatan dengan strategi DOTS di Puskesmas yang pada saat penelitian

sedang menjalani pengobatan dan seluruh penderita TB yang telah mendapat

pengobatan selama 6 bulan atau sedang dalam tahap lanjutan

Keterangan

n1 = Jumlah sampel minimal

37

n2 = Jumlah sampel ditambah substitusi 10 (substitusi adalah persen responden

yang mungkin drop out)

Z = Tingkat batas kepercayaan dengan = 5

Didapat Z pada kurva normal = 196

p = Proporsi variabel yang diteliti yaitu besarnya presentasi 50 )

q = 1 - p

L = Derajat kesalahan yang masih dapat diterima adalah 10

Berdasarkan rumus di atas didapatkan angka sebagai berikut

( Z )2 p q ( 196 )2 0505

n1 = ----------------- = ------------------------------ = 9604

L2 ( 01 )2

n2 = n1 + ( 10 n1 )

= 9604 + ( 10 9604)

= 9604 + 9604

= 10564 Dibulatkan 106

352 Teknik Pengambilan Sampel

36 Identifikasi Variabel

1 Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kesembuhan tb paru

2 Variabel independen adalah umur jenis kelamin pendidikan pekerjaan

pengetahuan efek samping OAT dan tingkat kepahuhan dari penderita TB

Selain itu faktor dari pelayanan kesehatan dan PMO juga ikut berperan

37 Cara Kerja

1 Membuat proposal penelitian tentang hubungan antara tingkat kepatuhan minum

OAT dengan tingkat kesembuhan penyakit TB di Puskesmas Kecamatan Grogol

Petamburan

38

2 Pengumpulan data sekunder dari Puskesmas Grogol Petamburan

3 Melakukan kunjungan ke rumah-rumah sampel di daerah RT terpilih untuk

pengumpulan data primer dengan memakai kuesioner dan wawancara responden

4 Data-data yang telah dikumpulkan akan dilakukan pengolahan berupa proses

editing verifikasi dan koding Selanjutnya dimasukkan dan diolah dengan

menggunakan program computer yaitu program SPSS

5 Terhadap data yang telah diolah kemudian dilakukan analisis sesuai dengan cara

uji statistik menggunakanhelliphellip Data diinterpretasi secara deskriptif korelatif

antar variabel ndash variabel yang telah ditentukan dan disajikan dalam bentuk

tekstular dan tabular

6 Hasil dari penelitian akan disusun dalam bentuk pelaporan penelitian yang

selanjutnya akan di presentasikan di hadapan staf pengajar program pendidikan

Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida

Wacana (FK UKRIDA) dalam forum pendidikan Ilmu Kedokteran Komunitas

Fakultas Kedokteran UKRIDA

38 Manajemen Data

381 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder yaitu

1 Data primer diperoleh dengan wawancara langsung kepada penderita TB paru

dan petugas kesehatan program penanggulangan TB Paru yang berpedoman pada

kuisioner penelitian yang telah ditetapkan dam melakukan cross check

2 Data sekunder diperoleh dari laporan pelaksanaan program penanggulangan TB

Paru di Puskesmas kartu pengobatan TBC (formulir TB 01) dan Formulir

Permohonan Laboratorium TBC Untik Pemeriksaan Dahak (formulir TB 05)

382 Pengolahan Data

39

Aspek pengukuran

Aspek pengukuran variable bebas

Karakteristik individu

Aspek pengukuran variable karakteristik individu dapat dilihat pada tabel 31

Table 31 Aspek Pengukuran Variabel Karakteristik Individu

Karakteristik

individu

Kategori Skala Bobot nilai

Umur a 15-24 tahun

b 25-49 tahun

c gt 50 tahun

rasio

Jenis kelamin a Laki-laki

b Perempuan

Tingkat

pendidikan

a Tidak tamat SD

b SD

c SLTP

d SLTA

e Sarjana S1

Pekerjaan a Bekerja

b Tidak bekerja

Pengetahuan a Baik

b Sedang

c Bururk

Efek samping

OAT

a Ada

b Tidan ada

Faktor pelayanan kesehatan

Pengukuran faktor pelanan kesehatan meliputi ketersediaan OAT yang

diukur adalah yang diukur dengan 2 pertanyaan sikap petugas kesehatan diukur

dengan 8 pertanyaan lokasi jarak diukur dengan 3 pertanyaan penyuluhan kesehatan

diukur dengan 6 pertanyaan dan kunjungan rumah diukur dengan 2 pertanyaan

40

berdasarkan jawaban yang diberikan responden selanjutnya dikelompokkan menjadi

tiga (3) yaitu

a Baik jika faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan

penilaian yang baik karena kebutuhan yang diinginkan debagian besarnya

terpenuhi (nilai gt32)

b Sedang bila faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan

penilaian yang kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan responden hanay

sebagian saja yang terpenuhi (nilainya 17-32)

c Buruk bila faktor pelayanan pelayanan kesehatan yang diterima responden

menimbulkan penilaian yang tidak baik karena kebutuhan yang diinginka

responden sebagian besar tidak dipenuhi (nilainya lt17)

Faktor Pengawas Menelan Obat (PMO)

Faktor Pengawas Menelan Obat diukur dengan 5 pertanyaan yang

selanjutnya dibedakan atas 3 kategori yaitu

a Baik bila semua tugas yang diterima responden terlaksana dengan baik yaitu

mengawasi memberikan dorongan mengingatkan dan memberikan penyuluhan

(nilainya gt11)

b Sedang bila tugas PMO yang diterima responden sebagian saja yang terpenuhi

(nilainya 6-11)

c Buruk bila tugas PMO yang diterima responden tidak terlaksana dengan baik

(nilainya lt 6)

Aspek Pengukuran Variabel Terikan

Kepatuhan Pengobatan TB Paru

41

Aspek Pengukuran Variabel ini menggunakan skala interval yang diukur berdasarkan

tiga (3) kategori yaitu

Patuh apabila responden selalu menelan obat sesuai ketentuan petugas kesehatan

yaitu setiap hari pada tahap awal tiga kali seminggu pada tahap lanjutan dan

mengambil obat serta memeriksakan dahak sesuai jadwal dan menaati nasihat dari

petugas kesehatan ( bobot 3 )

Kurang patuh jika responden kadang-kadang menelan obat sesuai ketentuan

petugas kesehatan atau responden tidak menelan obat 2-8 minggu selama tahap

pengobatan lanjutan dan tidak memerisakan dahak sesuai jadwal yang telah

ditetapkan dan tidak selalu menaati nasihat dari petugas kesehatan (bobot 2 )

Tidak patuh jika responden tidak menelan obat sesuai ketentuan petugas

kesehatan atau responden tidak menelan obat lebih dari 8 minggu selama tahap

pengobatan lanjutan dan tidak mengambil obat serta tidak memeriksakan dahak

sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan tidak menaati nasihat petugas kesehatan

(bobot 1)

383 Penyajian Data

384 Analisis Data

385 Interpretasi Data

386 Pelaporan Data

39 Definisi Operasional

1 Umur adalah usia responden saat penelitian berdasarkan ulang tahun terakhir yang

dibedakan atas 3 (tiga) kategori berdasarkna Badan Pusat Statistik Kota Medan

42

tahun 2008 yaitu 1) orang muda 25-24 tahun 2) dewasa 24-49 tahun 3) orang

tua gt 50 tahun

2 Jenis kelamin adalah suatu karakteristik responden yang dibedakan identitasnya

dari laki-laki dan perempuan

3 Pendidikan adalah jenjang pendidikannyang berhasil ditamatkan responden yang

dibedakan atas tidak tamat SD SD SLTP SLTA Akademi Sarjana

4 Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh responden sebagai

pendapatan utama yang dibedakan atas kerja dan tidak bekerja

5 Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai penyakit

TB paru

6 Efek samping OAT adalah gejala keluhan yang diderita responden akiba menelan

OAT selama pengobatan

7 Ketersdediaan OAT adalah pandangan responden terhadap kondisi OAT

diperoleh dari puskesmas meliputi kecukupan jumlah OAT dan dan kualitasnya

8 Sikap petugas kesehatan adalah penilaian responden terhadap reaksi petugas

kesehatan kepada responden selama mereka menjalanin pengobatan

9 Lokasi jarak adalah pandangan responden tentang lama perjalanan dari tempat

tinggal responden ke Puskesmas yang diukur dengan jarak sarana transportasi

10 Penyuluhan kesehatan adalah pandangan responden tentang kegiatan yang

dilakukan oleh petugas kesehatan sehubungan dengan pengobatan TB Paru untuk

mencapai suatu keadaan dimana pederita TB Paru dapat hidup lebih sehat

11 Kunjungan rumah adalah pandangan responden tentang kegiatan yang dilakukan

petugas kesehatan selama masa pengobatan ke rumah responden

12 Faktor peran Pengawas Minum Obat (PMO) adalah pandangan responden tentang

tugas yang dilakasanakan oleh seorang PMO meliputi penyuluhan

13 Kepatuhan berobat adalah ketaan responden dalam menelan obat mengambil

obat dan melakukan pemeriksaan dahak sesuai jadwal yang telah ditentukan dan

menaati segala nasehat dari petugas kesehatan

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

1) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta

2) Perkumpulan Pemberantasan TB Indonesia 2011 TB di Indonesia Peringkat Dunia

Jakarta Diakses melalui situs httpwwwpptiinfoindexphpcomponentcontentarticle46-

arsip-ppti141-tbc-di-indonesia-peringkat-5-dunia Diakses pada tanggal 23 Januari 2012

44

3) Depkes dan WHO 2008 Lembar Fakta Tuberkulosis Jakarta

4) Dirjen P2M amp PLP 1997 Pengawasan Menelan Obat (PMO) adalah DOTS ala Indonesia

Jakarta

5) Amirudin R 2006 Faktor Keberhasilan Konversi pada Penderita TB Paru di Puskesmas

Jongaya Tahun 2006 Laporan Penelitian FKM Unhas Makasar

6) Aditama Tjandra Y 1994 Tuberkulosis Paru Masalah dan Penanggulangnya UI Press

Jakarta

7) Aru W Bambang S Idrus A dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Tuberkulosis

Paru Edisi IV FKUI Jakarta 2006 998-1004

8) Depkes RI 2002 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta

9) Depkes RI 2006 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta

10) Subijakto Hubungan Pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Berobat

Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Proposal Skripsi Jakarta 2011 Diakses pada

tanggal 20 Januari 2012

11) Aditama Tjandra Y 2002 Tuberkulosis Diagnosis Terapi dan Masalahnya Yayasan IDI

Jakarta

12) Notoatmodjo Soekidjo 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Penerbit Rineka Cipta

Jakarta

13) Simamora Jojor 2004 Faktor yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Berobat Penderita TB

Paru di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2004 Tesis Pascasarjana USU Medan

14) Ester Monica 2000 Psikologi Kesehatan Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

15) Bart Smet 1994 Psikologi Kesehatan PT Grasindo Jakarta

16) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta

45

Page 26: 133192422-TB-paru

Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat tokoh agama

sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan Termasuk juga di

sini undang-undang peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah

daerah yang terkait dengan kesehatan

Tim kerja dari WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang

berperilaku tertentu dikarenakan 4 ( empat ) alasan pokok yaitu

1) Pemikiran dan perasaan ( Thoughts and feeling )

Yakni dalam bentuk pengetahuan kepercayaan dan sikap Pengetahuan di

peroleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain sedangkan

kepercayaan biasanya diperoleh dari orang tua kakek atau nenek Seseorang

menerima kepercayaan itu berdasarkan keyankinan dan tanpa adanya pembuktian

terlebih dahulu Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap

objek dan seringnya diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang

lain yang paling dekat

2) Karakteristik Pendukung (enabling characteristics)

Karakteristik ini mencerminkan bahwa meskipun mempunyai predisposisi untuk

menggunakan pelayanan kesehatan ia tak akan bertindak menggunakannya

kecuali bial ia mampu menggunakannya Penggunaan pelayanan kesehatan yang

ada tergantung kepada kemampuan konsumen untuk membayar

3) Karakteristik kebutuhan (need characteristics)

Faktor predisposisi dan factor yang memungkinkan untuk mencari pengobatan

dapat terwujud di dalam tindakan apabila itu dirasakan sebagai kebutuhanDengan

kata lain kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan

pelayanan kesehatan bila mana tingkat predisposisi dan enabling itu ada

Kebutuhan (need) disisni di bagi menjadi dua ketegori dirasa atau preceived

( subject assessment) dan evaluated ( clinical diagnosis )

Menurut Skinner perilaku kesehatan adalah suatu respons

seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan

26

penyakit system pelayanan kesehatan makanan dan minimum serta lingkungan

Dari batasan ini perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 ( tiga)

kelompok yakni

1) Perilaku pemeliharaan kesehatan ( health maintenance)

Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga

kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit Oleh

sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3(tiga) aspek yaitu

a Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit serta

pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit

b Perilaku peningkatan kesehatan apabila seseorang dalam keadaan sehat

c Perilaku gizi Makanan dan minimum dapat meningkatkan kesehatan

seseorang bahkan dapat mendatangkan penyakit Hal ini sangat tergantung

pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut

2) Perilaku pencarian pengobatan ( health behavior )

Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat

menderita penyakit dan atau kecelakaan Tindakan atau perilaku ini dimulai dari

mengobati sendiri ( self treatment) sampai mencari pengobatan keluar negeri

3) Perilaku kesehatan lingkungan

Adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan baik lingkungan fisik

maupun social budaya dan sebagainnya sehingga lingkungan tersebut tidak

mempengaruhi kesehatannya Dengan perkataan lain bagaimana seseorang

mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri

keluarga atau mesyarakatnya 12

24 Kepatuhan Berobat

Kepatuhan berasal dari kata ldquo patuh ldquo yang berarti taat suka menuruti

disiplin Kepatuhan menurut Trostle adalah tingkat perilaku penderita dalam

mengambil suatu tindakan pengobatan misalnya dalam menentukan kebiasaan

hidup sehat dan ketetapan berobat Dalam pengobatan seseorang dikatakan tidak

27

patuh apabila orang tersebut melalaikan kewajibannya berobat sehingga dapat

mengakibatkan terhalangnya kesembuhan 13

Menurut Sacket kepatuhan pasien adalah sejauh mana perilaku pasien

sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh professional kesehatan 14

Menurut Sarafino secara umum ketidaktaatan meningkatkan risiko

berkembangnya masalah kesehatan atau memperpanjang atau memperburuk

kesakitan yang sedang di derita Perkiraan yang ada menyatakan bahwa 20 jumlah

opname di rumah sakit merupakan akibat dari ketidaktaatan pasien terhadap aturan

pengobatan Faktor yang mempengaruhi kepatuhan seseorang dalam berobat yaitu

faktor petugas faktor obat dan faktor penderita Karakteristik petugas yang

mempengaruhi kepatuhan antara lain jenis petugas tingkat pengetahuan lamanya

bekerja frekuensi penyuluhan yang dilakukan Faktor obat yang mempengaruhi

kepatuhan adalah pengobatan yang sulit dilakukan tidak menunjukkan kea rah

penyembuhan waktu yang lama adanya efek samping obat Faktor penderita yang

menyebabkan ketidakpatuhan adalah umur jenis kelamin pekerjaan anggota

keluarga saudara atau teman khusus 15

25 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan

Faktor-faktor yang mempengaruhi katidakpatuhan dapat digolongkan

menjadi empat bagian yaitu

1 Pemahaman tentang Instruksi

Tak seorang pun mematuhi instruksi jika ia salah paham tentang instruksi yang

diberikan kepadanyaLey dan Spelman (Ester 2000 ) Menemukan bahwa lebih

dari 60 yang diwawancarai setelah bertemu dengan dokter salah mengerti

tentang instruksi yang diberikan pada mereka kadang-kadang hal ini disebabkan

oleh kegagalan professional kesehatan dalam memberikan informasi yang

lengkap penggunaan istilah-istilah medis dan mbanyak memberikan instruksi

yang harus diingat oleh pasien

28

Pendekatan praktis untuk meningkatkan kepatuhan pasien ditemukan oleh

Dinicola dan Dimatteo yaitu

a) Buat instruksi tertulis yang jelas dan mudah diinterpretasikan

b) Berikan informasi tentang pengobatan sebelum menjelaskan hal-hal lain

c) Jika seseorang diberikan suatu daftar tertulis tenang hal-hal yang harus

diingat maka aka nada efek ldquokeunggulanrdquoyaitu mereka brusaha mengingat

hal-hal yang pertama kali ditulis

d) Insruksi-instruksi harus ditulis dengan bahasa umum ( Non medis ) dan hal-

hal yang perlu ditekankan 14

2 Kualitas Interaksi

Kualitas interaksi antara profrsional kesehatan dan pasien merupakan bagian yang

penting dalam menentukan derajat kepatuhan Meningkatkan interaksi

professional kesehatan dengan pasien adalah suatu hal penting untuk memberikan

umpan balik pada pasien setelah memperoleh informasi tentang diagnosis Pasien

membutuhkan penjelasan tentang kondisinya saat ini apa penyebabnya dan apa

yang dapat mereka lakukan dengan kondisi seperti itu

3 Isolasi sosial dan keluarga

Keluarga dapat menjadi factor yang sangat berpengaruh dalam menentukan

keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga menentukan tentang

program pengobatan yang dapat mereka terima Keluarga juga member dukungan

dan membuat keputusan mengenai perawatan dari anggota keluarga yang sakit

4 Keyakinan Sikap Kepribadian

Ahli psikologis telah menyelidiki tentang hubungan antar pengukuran-

pengukuran kepribadian dan kepatuhan Mereka menemukan bahwa data

kepribadian secara benar dibedakan antar orang yang putih drngan orang yang

gagal Orang-orang yang tidak patuh adalah orang-orang yang lebih mengalami

depresi anxietas sangat memperhatikan kesehatannya memiliki kekuatan ego

29

yang lebih lemah dan kehidupan sosialnya lebih memusatkan perhatian pada

dirinya sendiri Blumenthal et al mengatakan bahwa ciri-ciri kepribadian yang

disebutkan diatas itu yang menyebabkan seseorang cenderung tidak patuh ( drop

out) dari program pengobatan 14

Menurut Schwart dan Griffin Faktor yang berhubungan dengan

ketidaktaan secara sejarah riset tentang ketaan pasien didasarkan atas pandangan

tradisional mengenai pasien sebagai penerima nasihat dokter yang pasif dan patuh

Pasien yang tidak taat dipandang sebagai orang yang lalai dan masalahnya dianggap

sebagai masalah control Riset berusah untuk mengidentifikasi kelompok-kelompok

pasien yang tidak patuh berdasarkan kelas sosioekonomi pendidikan umur dan

jenis kelamin Pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan sepanjang bawah

pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif seperti penggunaan buku-buku

dan kaset oleh pasien secara mandiri Usaha-usaha ini sedikit berhasil seorang dapat

menjadi tidak taat kalau situasinya memungkinkan Teori-teori yang lebih baru

menekannkan factor situasional dan pasien sebagai peserta yang aktif dalam proses

pengobatannya Perilaku ketaatan sering diartikan sebagai usaha pasien untuk

mengendalikan perilakunya bahkan jika hal tersebut bias menimbulkan resiko

mengenai kesehatannya 15

Macam-macam faktor yang berkaitan dengan ketidaktaatan disebutkan

a Ciri-ciri kesakitan dan cirri-ciri pengobatan

Menurut Dickson dkk perilaku ketaatan lebih rendah untuk penyakit kronis

(karena tidak ada akibat buruk yang segera dirasakan atau resiko yang jelas )

saran mengenai gaya hidup umum dan kebiasaan yang lama pengobatan yang

kompleks pengobatan dengan efek samping perilaku yang tidak pantas

Menurut Sarafino tingkat ketaaatan rata-rata minum obat utnuk menyenbuhkan

kesakitan akut dengan pengobatan jangka pendek adalah sekitar 78 Untuk

kesakita kronis dengan cara pengobatan jangaka panjang tingkat tersebut menurun

sampai 54

b Komunikasi antara Pasien dan Dokter

Berbagai aspek komunikasi antara pasien dan dokter mempengaruhi tingkat

ketidaktaan misalnya informasi dengan pengawasan yang kurang

30

ketidakpuasan terhadap aspek hubungan emosional dengan dokter ketidak

puasan terhadap pengobatan yang diberikan

c Variabel-variabel sosial

Hubungan antara dukungan sosial dengan ketaatan telah dipelajari Secara umum

orang-orang yang merasa mereka menerima penghiburan perhatian dan

pertolongan yang mereka butuhkan dari seseorang atau kelompok biasanya

cenderung lebih mudah mengikuti nasihat medis daripada pasien yang kurang

mendapat dukungan sosial Jelaslah bahwa keluarga memainkan peranan yang

sangat penting dalam pengelolaan medis misalnya penggunaan pengaruh

normative pada pasien yang mungkin mengakibatkan efek yang memudahkan

atau menghambat perilaku ketaatan

d Ciri-ciri Individual

Variabel-variabel demografis juga digunakan untuk meramalkan ketidaktaatan

sebagai contoh Di Amerika Serikat kaum wanita kaum kulit putih dan orang

tua cenderung mengikuti anjuran dokter 15

Dalam proses penyembuhan penderita TB Paru dapat diberikan obat anti-

TB (OAT) yang diminum secara teratur sampai selesai dengan pengawasan

yangketat Masa pemberian obat memang cukup lama yaitu 6-8 bulan secara terus

menerus sehingga dapat mencegah penularan kepada orang lain Oleh sebab itu para

penderita TB jika ingin sembuh harus minum obat secara teratur Tanpa adanya

keteraturan minum obat penyakit sulit disembuhkan Jika tidak teratur minum obat

penyakitnya sukar diobati kuman TB dalam tubuh akan berkembang semakin banyak

dan menyerang organ tubuh lain yang akan membutuhkan waktu lebih lama untuk

dapat sembuh

26 Pengawasan Menelan Obat (PMO) 9

Salah satu komponen DOTS adalah pengobatan paduan OAT jangka

pendek dengan pengawasan langsung Untuk menjamin keteraturan pengobatan

diperlukan seorang PMO

31

a Persyaratan PMO

bull Seseorang yang dikenal dipercaya dan disetujui baik oleh petugas kesehatan

maupun pasien selain itu harus disegani dan dihormati oleh pasien

bull Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien

bull Bersedia membantu pasien dengan sukarela

bull Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan pasien

b Siapa yang bisa menjadi PMO

Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan misalnya Bidan di Desa Perawat

Pekarya Sanitarian Juru Immunisasi dan lain lain Bila tidak ada petugas

kesehatan yang memungkinkan PMO dapat berasal dari kader kesehatan guru

anggota PPTI PKK atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga

c Tugas seorang PMO

bull Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai

pengobatan

bull Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur

bull Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah

ditentukan

bull Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai gejala-

gejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke Unit Pelayanan

Kesehatan

Tugas seorang PMO bukanlah untuk mengganti kewajiban pasien mengambil

obatdari unit pelayanan kesehatan

d Informasi penting yang perlu dipahami PMO untuk disampaikan kepada pasien dan

keluarganya

bull TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur

32

bull TB bukan penyakit keturunan atau kutukan

bull Cara penularan TB gejala-gejala yang mencurigakan dan cara pencegahannya

bull Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan)

bull Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur

bull Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera meminta

pertolongan ke UPK

27 Penanggulangan TB 16

Rencana Global Penanggulangan TB

Rencana Global 2006-2015 mencakup enam elemen utama dalam strategi baru Stop

TB ndashWHO yang terdiri dari

1 Memperluas dan meningkatkan ekspansi DOTS yang berkualitas meningkatkan

penemuan kasus dan kesembuhan melalui pendekatan yangterfokus pada penderita

agar pelayanan DOTS yang berkualitas dapat menjangkau seluruh penderita

khususnya kelompok masyarakat yang miskin dan rentan

2 Menghadapi tantangan TBHIV MDR-TB dan tantangan lainnya dengan cara

meningkatkan kolaborasi TBHIV DOTS-Plus dan pendekatan lainnya

3 Berkontribusi dalam memperkuat sistem kesehatan melalui kerjasama dengan

berbagai program dan pelayanan kesehatan lainnya misalnya dalam memobilisasi

sumber daya manusia dan finansial untuk implementasi dan mengevaluasi

hasilnyaserta pertukaran informasi dalam keberhasilan pencapaian dalam program

penanggulangan TB

33

4 Melibatkan seluruh penyedia pelayanan kesehatan pemerintah lembaga swadaya

masyarakat (LSM) dan swasta dengan cara memperluas pendekatan berbasis

public-private mix (PPM) dengan menggunakan ISTC

5 Melibatkan penderita TB dan masyarakat untuk memberikan kontribusi dalam

penyediaan pelayanan yang efektif Hal ini meliputi perluasan pelayanan TB di

masyarakat menciptakan kebutuhan masyarakat akan pelayanan TB advokasi

yang spesifik komunikasi dan mobilisasi sosial serta mendukung pengembangan

piagam pasien TB dalam masyarakat dan

6 Memberdayakan dan meningkatkan penelitian operasional

28 Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel dependent

Karakteristik Individu

1Umur

2Jenis kelamin

3Pendidikan

4Pekerjaan

5Pengetahuan

6Efek samping OAT

7Tingkat kepatuhan

penderita dalam

pengobatan

Kesembuhan

34

Penderita TB paru

Faktor Pelayanan

kesehatan

1 Ketersediaan OAT

2 Sikap petugas kesehatan

3 LokasiJarak

4 Penyuluhan kesehatan

5 Kunjungan rumah

Faktor Peran PMO

Gambar Kerangka Konsep Penelitian

Definisi Konsep

1 Karakteristik individu adalah hal-hal yang melekat dalam diri penderita TB paru yang

mempengaruhi tingkat kapetuhan dalam melaksanakan program pengobatan dengan

strategi DOTS yang membedakan seseorang dengan yang lainnya meliputi umur jenis

kelamin pendidikan pekerjaan pengetahuan efek samping OAT tingkat kepatuhan

penderita dalam pengobatan

2 Faktor pelayanan kesehatan adalah penilaian dari penderita TB paru terhadap upaya yang

diselenggarakan oleh unit pelayanan kesehatan untuk menangani penderita TB paru

meliputi Ketersediaan OATsikap petugas kesehatan lokasijarak penyuluhan

kesehatan dan kunjungan rumah

3 Faktor Peran PMO ( Pengawasan Menelan Obat ) adalah penilaian dari penderita TB paru

terhadap hal-hal yang menjadi tugas dari seseorang pengawas menelan obat yang

mempengaruhi tingkat kepatuhan penderita TB paru dalam melaksanakan pengobatan

meliputi penyuluhan member dorongan meningkatkan dan mengawasi

35

4 Kesembuhan adalah pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan

pemeriksaan ulang dahak (follow up) menunjukkan hasil BTA negatif

29 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep di atas maka hipotesis penelitian ini adalah

1) Ada pengaruh karakteristik individu terhadap kesembuhan penderita TB paru

dalam pengobatan

2) Ada pengaruh pelayanan kesehatan terhadap kesembuhan penderita TB paru

dalam pengobatan

3) Ada pengaruh PMO terhadap kesembuhan penderita TB paru dalam pengobatan

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

31 Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional yang

bertujuan untuk menjelaskan pengaruh karakteristik individu faktor pelayanan

kesehatan dan faktor Pengawas Menelan Obat (PMO) terhadap kesembuhan

penderita TB Paru dalam melaksanakan pengobatan di Puskesmas Grogol Petamburan

tahun 2011

32 Tempat dan Waktu Penelitian

36

Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Grogol Petamburan pada bulan

Januari sampai Februari tahun 2012

33 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang

sedang menjalankan pengobatan TB di Puskesmas Grogol

Petamburan mulai bulan OktobeR

34 Keriteria Inklusi dan Eksklusi

341 Keriteria Inklusi

342 Keriteria Eksklusi

35 Sampel

351 Besar Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang

mengikuti pengobatan dengan strategi DOTS di Puskesmas yang pada saat penelitian

sedang menjalani pengobatan dan seluruh penderita TB yang telah mendapat

pengobatan selama 6 bulan atau sedang dalam tahap lanjutan

Keterangan

n1 = Jumlah sampel minimal

37

n2 = Jumlah sampel ditambah substitusi 10 (substitusi adalah persen responden

yang mungkin drop out)

Z = Tingkat batas kepercayaan dengan = 5

Didapat Z pada kurva normal = 196

p = Proporsi variabel yang diteliti yaitu besarnya presentasi 50 )

q = 1 - p

L = Derajat kesalahan yang masih dapat diterima adalah 10

Berdasarkan rumus di atas didapatkan angka sebagai berikut

( Z )2 p q ( 196 )2 0505

n1 = ----------------- = ------------------------------ = 9604

L2 ( 01 )2

n2 = n1 + ( 10 n1 )

= 9604 + ( 10 9604)

= 9604 + 9604

= 10564 Dibulatkan 106

352 Teknik Pengambilan Sampel

36 Identifikasi Variabel

1 Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kesembuhan tb paru

2 Variabel independen adalah umur jenis kelamin pendidikan pekerjaan

pengetahuan efek samping OAT dan tingkat kepahuhan dari penderita TB

Selain itu faktor dari pelayanan kesehatan dan PMO juga ikut berperan

37 Cara Kerja

1 Membuat proposal penelitian tentang hubungan antara tingkat kepatuhan minum

OAT dengan tingkat kesembuhan penyakit TB di Puskesmas Kecamatan Grogol

Petamburan

38

2 Pengumpulan data sekunder dari Puskesmas Grogol Petamburan

3 Melakukan kunjungan ke rumah-rumah sampel di daerah RT terpilih untuk

pengumpulan data primer dengan memakai kuesioner dan wawancara responden

4 Data-data yang telah dikumpulkan akan dilakukan pengolahan berupa proses

editing verifikasi dan koding Selanjutnya dimasukkan dan diolah dengan

menggunakan program computer yaitu program SPSS

5 Terhadap data yang telah diolah kemudian dilakukan analisis sesuai dengan cara

uji statistik menggunakanhelliphellip Data diinterpretasi secara deskriptif korelatif

antar variabel ndash variabel yang telah ditentukan dan disajikan dalam bentuk

tekstular dan tabular

6 Hasil dari penelitian akan disusun dalam bentuk pelaporan penelitian yang

selanjutnya akan di presentasikan di hadapan staf pengajar program pendidikan

Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida

Wacana (FK UKRIDA) dalam forum pendidikan Ilmu Kedokteran Komunitas

Fakultas Kedokteran UKRIDA

38 Manajemen Data

381 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder yaitu

1 Data primer diperoleh dengan wawancara langsung kepada penderita TB paru

dan petugas kesehatan program penanggulangan TB Paru yang berpedoman pada

kuisioner penelitian yang telah ditetapkan dam melakukan cross check

2 Data sekunder diperoleh dari laporan pelaksanaan program penanggulangan TB

Paru di Puskesmas kartu pengobatan TBC (formulir TB 01) dan Formulir

Permohonan Laboratorium TBC Untik Pemeriksaan Dahak (formulir TB 05)

382 Pengolahan Data

39

Aspek pengukuran

Aspek pengukuran variable bebas

Karakteristik individu

Aspek pengukuran variable karakteristik individu dapat dilihat pada tabel 31

Table 31 Aspek Pengukuran Variabel Karakteristik Individu

Karakteristik

individu

Kategori Skala Bobot nilai

Umur a 15-24 tahun

b 25-49 tahun

c gt 50 tahun

rasio

Jenis kelamin a Laki-laki

b Perempuan

Tingkat

pendidikan

a Tidak tamat SD

b SD

c SLTP

d SLTA

e Sarjana S1

Pekerjaan a Bekerja

b Tidak bekerja

Pengetahuan a Baik

b Sedang

c Bururk

Efek samping

OAT

a Ada

b Tidan ada

Faktor pelayanan kesehatan

Pengukuran faktor pelanan kesehatan meliputi ketersediaan OAT yang

diukur adalah yang diukur dengan 2 pertanyaan sikap petugas kesehatan diukur

dengan 8 pertanyaan lokasi jarak diukur dengan 3 pertanyaan penyuluhan kesehatan

diukur dengan 6 pertanyaan dan kunjungan rumah diukur dengan 2 pertanyaan

40

berdasarkan jawaban yang diberikan responden selanjutnya dikelompokkan menjadi

tiga (3) yaitu

a Baik jika faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan

penilaian yang baik karena kebutuhan yang diinginkan debagian besarnya

terpenuhi (nilai gt32)

b Sedang bila faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan

penilaian yang kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan responden hanay

sebagian saja yang terpenuhi (nilainya 17-32)

c Buruk bila faktor pelayanan pelayanan kesehatan yang diterima responden

menimbulkan penilaian yang tidak baik karena kebutuhan yang diinginka

responden sebagian besar tidak dipenuhi (nilainya lt17)

Faktor Pengawas Menelan Obat (PMO)

Faktor Pengawas Menelan Obat diukur dengan 5 pertanyaan yang

selanjutnya dibedakan atas 3 kategori yaitu

a Baik bila semua tugas yang diterima responden terlaksana dengan baik yaitu

mengawasi memberikan dorongan mengingatkan dan memberikan penyuluhan

(nilainya gt11)

b Sedang bila tugas PMO yang diterima responden sebagian saja yang terpenuhi

(nilainya 6-11)

c Buruk bila tugas PMO yang diterima responden tidak terlaksana dengan baik

(nilainya lt 6)

Aspek Pengukuran Variabel Terikan

Kepatuhan Pengobatan TB Paru

41

Aspek Pengukuran Variabel ini menggunakan skala interval yang diukur berdasarkan

tiga (3) kategori yaitu

Patuh apabila responden selalu menelan obat sesuai ketentuan petugas kesehatan

yaitu setiap hari pada tahap awal tiga kali seminggu pada tahap lanjutan dan

mengambil obat serta memeriksakan dahak sesuai jadwal dan menaati nasihat dari

petugas kesehatan ( bobot 3 )

Kurang patuh jika responden kadang-kadang menelan obat sesuai ketentuan

petugas kesehatan atau responden tidak menelan obat 2-8 minggu selama tahap

pengobatan lanjutan dan tidak memerisakan dahak sesuai jadwal yang telah

ditetapkan dan tidak selalu menaati nasihat dari petugas kesehatan (bobot 2 )

Tidak patuh jika responden tidak menelan obat sesuai ketentuan petugas

kesehatan atau responden tidak menelan obat lebih dari 8 minggu selama tahap

pengobatan lanjutan dan tidak mengambil obat serta tidak memeriksakan dahak

sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan tidak menaati nasihat petugas kesehatan

(bobot 1)

383 Penyajian Data

384 Analisis Data

385 Interpretasi Data

386 Pelaporan Data

39 Definisi Operasional

1 Umur adalah usia responden saat penelitian berdasarkan ulang tahun terakhir yang

dibedakan atas 3 (tiga) kategori berdasarkna Badan Pusat Statistik Kota Medan

42

tahun 2008 yaitu 1) orang muda 25-24 tahun 2) dewasa 24-49 tahun 3) orang

tua gt 50 tahun

2 Jenis kelamin adalah suatu karakteristik responden yang dibedakan identitasnya

dari laki-laki dan perempuan

3 Pendidikan adalah jenjang pendidikannyang berhasil ditamatkan responden yang

dibedakan atas tidak tamat SD SD SLTP SLTA Akademi Sarjana

4 Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh responden sebagai

pendapatan utama yang dibedakan atas kerja dan tidak bekerja

5 Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai penyakit

TB paru

6 Efek samping OAT adalah gejala keluhan yang diderita responden akiba menelan

OAT selama pengobatan

7 Ketersdediaan OAT adalah pandangan responden terhadap kondisi OAT

diperoleh dari puskesmas meliputi kecukupan jumlah OAT dan dan kualitasnya

8 Sikap petugas kesehatan adalah penilaian responden terhadap reaksi petugas

kesehatan kepada responden selama mereka menjalanin pengobatan

9 Lokasi jarak adalah pandangan responden tentang lama perjalanan dari tempat

tinggal responden ke Puskesmas yang diukur dengan jarak sarana transportasi

10 Penyuluhan kesehatan adalah pandangan responden tentang kegiatan yang

dilakukan oleh petugas kesehatan sehubungan dengan pengobatan TB Paru untuk

mencapai suatu keadaan dimana pederita TB Paru dapat hidup lebih sehat

11 Kunjungan rumah adalah pandangan responden tentang kegiatan yang dilakukan

petugas kesehatan selama masa pengobatan ke rumah responden

12 Faktor peran Pengawas Minum Obat (PMO) adalah pandangan responden tentang

tugas yang dilakasanakan oleh seorang PMO meliputi penyuluhan

13 Kepatuhan berobat adalah ketaan responden dalam menelan obat mengambil

obat dan melakukan pemeriksaan dahak sesuai jadwal yang telah ditentukan dan

menaati segala nasehat dari petugas kesehatan

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

1) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta

2) Perkumpulan Pemberantasan TB Indonesia 2011 TB di Indonesia Peringkat Dunia

Jakarta Diakses melalui situs httpwwwpptiinfoindexphpcomponentcontentarticle46-

arsip-ppti141-tbc-di-indonesia-peringkat-5-dunia Diakses pada tanggal 23 Januari 2012

44

3) Depkes dan WHO 2008 Lembar Fakta Tuberkulosis Jakarta

4) Dirjen P2M amp PLP 1997 Pengawasan Menelan Obat (PMO) adalah DOTS ala Indonesia

Jakarta

5) Amirudin R 2006 Faktor Keberhasilan Konversi pada Penderita TB Paru di Puskesmas

Jongaya Tahun 2006 Laporan Penelitian FKM Unhas Makasar

6) Aditama Tjandra Y 1994 Tuberkulosis Paru Masalah dan Penanggulangnya UI Press

Jakarta

7) Aru W Bambang S Idrus A dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Tuberkulosis

Paru Edisi IV FKUI Jakarta 2006 998-1004

8) Depkes RI 2002 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta

9) Depkes RI 2006 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta

10) Subijakto Hubungan Pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Berobat

Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Proposal Skripsi Jakarta 2011 Diakses pada

tanggal 20 Januari 2012

11) Aditama Tjandra Y 2002 Tuberkulosis Diagnosis Terapi dan Masalahnya Yayasan IDI

Jakarta

12) Notoatmodjo Soekidjo 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Penerbit Rineka Cipta

Jakarta

13) Simamora Jojor 2004 Faktor yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Berobat Penderita TB

Paru di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2004 Tesis Pascasarjana USU Medan

14) Ester Monica 2000 Psikologi Kesehatan Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

15) Bart Smet 1994 Psikologi Kesehatan PT Grasindo Jakarta

16) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta

45

Page 27: 133192422-TB-paru

penyakit system pelayanan kesehatan makanan dan minimum serta lingkungan

Dari batasan ini perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 ( tiga)

kelompok yakni

1) Perilaku pemeliharaan kesehatan ( health maintenance)

Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga

kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit Oleh

sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3(tiga) aspek yaitu

a Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit serta

pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit

b Perilaku peningkatan kesehatan apabila seseorang dalam keadaan sehat

c Perilaku gizi Makanan dan minimum dapat meningkatkan kesehatan

seseorang bahkan dapat mendatangkan penyakit Hal ini sangat tergantung

pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut

2) Perilaku pencarian pengobatan ( health behavior )

Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat

menderita penyakit dan atau kecelakaan Tindakan atau perilaku ini dimulai dari

mengobati sendiri ( self treatment) sampai mencari pengobatan keluar negeri

3) Perilaku kesehatan lingkungan

Adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan baik lingkungan fisik

maupun social budaya dan sebagainnya sehingga lingkungan tersebut tidak

mempengaruhi kesehatannya Dengan perkataan lain bagaimana seseorang

mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri

keluarga atau mesyarakatnya 12

24 Kepatuhan Berobat

Kepatuhan berasal dari kata ldquo patuh ldquo yang berarti taat suka menuruti

disiplin Kepatuhan menurut Trostle adalah tingkat perilaku penderita dalam

mengambil suatu tindakan pengobatan misalnya dalam menentukan kebiasaan

hidup sehat dan ketetapan berobat Dalam pengobatan seseorang dikatakan tidak

27

patuh apabila orang tersebut melalaikan kewajibannya berobat sehingga dapat

mengakibatkan terhalangnya kesembuhan 13

Menurut Sacket kepatuhan pasien adalah sejauh mana perilaku pasien

sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh professional kesehatan 14

Menurut Sarafino secara umum ketidaktaatan meningkatkan risiko

berkembangnya masalah kesehatan atau memperpanjang atau memperburuk

kesakitan yang sedang di derita Perkiraan yang ada menyatakan bahwa 20 jumlah

opname di rumah sakit merupakan akibat dari ketidaktaatan pasien terhadap aturan

pengobatan Faktor yang mempengaruhi kepatuhan seseorang dalam berobat yaitu

faktor petugas faktor obat dan faktor penderita Karakteristik petugas yang

mempengaruhi kepatuhan antara lain jenis petugas tingkat pengetahuan lamanya

bekerja frekuensi penyuluhan yang dilakukan Faktor obat yang mempengaruhi

kepatuhan adalah pengobatan yang sulit dilakukan tidak menunjukkan kea rah

penyembuhan waktu yang lama adanya efek samping obat Faktor penderita yang

menyebabkan ketidakpatuhan adalah umur jenis kelamin pekerjaan anggota

keluarga saudara atau teman khusus 15

25 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan

Faktor-faktor yang mempengaruhi katidakpatuhan dapat digolongkan

menjadi empat bagian yaitu

1 Pemahaman tentang Instruksi

Tak seorang pun mematuhi instruksi jika ia salah paham tentang instruksi yang

diberikan kepadanyaLey dan Spelman (Ester 2000 ) Menemukan bahwa lebih

dari 60 yang diwawancarai setelah bertemu dengan dokter salah mengerti

tentang instruksi yang diberikan pada mereka kadang-kadang hal ini disebabkan

oleh kegagalan professional kesehatan dalam memberikan informasi yang

lengkap penggunaan istilah-istilah medis dan mbanyak memberikan instruksi

yang harus diingat oleh pasien

28

Pendekatan praktis untuk meningkatkan kepatuhan pasien ditemukan oleh

Dinicola dan Dimatteo yaitu

a) Buat instruksi tertulis yang jelas dan mudah diinterpretasikan

b) Berikan informasi tentang pengobatan sebelum menjelaskan hal-hal lain

c) Jika seseorang diberikan suatu daftar tertulis tenang hal-hal yang harus

diingat maka aka nada efek ldquokeunggulanrdquoyaitu mereka brusaha mengingat

hal-hal yang pertama kali ditulis

d) Insruksi-instruksi harus ditulis dengan bahasa umum ( Non medis ) dan hal-

hal yang perlu ditekankan 14

2 Kualitas Interaksi

Kualitas interaksi antara profrsional kesehatan dan pasien merupakan bagian yang

penting dalam menentukan derajat kepatuhan Meningkatkan interaksi

professional kesehatan dengan pasien adalah suatu hal penting untuk memberikan

umpan balik pada pasien setelah memperoleh informasi tentang diagnosis Pasien

membutuhkan penjelasan tentang kondisinya saat ini apa penyebabnya dan apa

yang dapat mereka lakukan dengan kondisi seperti itu

3 Isolasi sosial dan keluarga

Keluarga dapat menjadi factor yang sangat berpengaruh dalam menentukan

keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga menentukan tentang

program pengobatan yang dapat mereka terima Keluarga juga member dukungan

dan membuat keputusan mengenai perawatan dari anggota keluarga yang sakit

4 Keyakinan Sikap Kepribadian

Ahli psikologis telah menyelidiki tentang hubungan antar pengukuran-

pengukuran kepribadian dan kepatuhan Mereka menemukan bahwa data

kepribadian secara benar dibedakan antar orang yang putih drngan orang yang

gagal Orang-orang yang tidak patuh adalah orang-orang yang lebih mengalami

depresi anxietas sangat memperhatikan kesehatannya memiliki kekuatan ego

29

yang lebih lemah dan kehidupan sosialnya lebih memusatkan perhatian pada

dirinya sendiri Blumenthal et al mengatakan bahwa ciri-ciri kepribadian yang

disebutkan diatas itu yang menyebabkan seseorang cenderung tidak patuh ( drop

out) dari program pengobatan 14

Menurut Schwart dan Griffin Faktor yang berhubungan dengan

ketidaktaan secara sejarah riset tentang ketaan pasien didasarkan atas pandangan

tradisional mengenai pasien sebagai penerima nasihat dokter yang pasif dan patuh

Pasien yang tidak taat dipandang sebagai orang yang lalai dan masalahnya dianggap

sebagai masalah control Riset berusah untuk mengidentifikasi kelompok-kelompok

pasien yang tidak patuh berdasarkan kelas sosioekonomi pendidikan umur dan

jenis kelamin Pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan sepanjang bawah

pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif seperti penggunaan buku-buku

dan kaset oleh pasien secara mandiri Usaha-usaha ini sedikit berhasil seorang dapat

menjadi tidak taat kalau situasinya memungkinkan Teori-teori yang lebih baru

menekannkan factor situasional dan pasien sebagai peserta yang aktif dalam proses

pengobatannya Perilaku ketaatan sering diartikan sebagai usaha pasien untuk

mengendalikan perilakunya bahkan jika hal tersebut bias menimbulkan resiko

mengenai kesehatannya 15

Macam-macam faktor yang berkaitan dengan ketidaktaatan disebutkan

a Ciri-ciri kesakitan dan cirri-ciri pengobatan

Menurut Dickson dkk perilaku ketaatan lebih rendah untuk penyakit kronis

(karena tidak ada akibat buruk yang segera dirasakan atau resiko yang jelas )

saran mengenai gaya hidup umum dan kebiasaan yang lama pengobatan yang

kompleks pengobatan dengan efek samping perilaku yang tidak pantas

Menurut Sarafino tingkat ketaaatan rata-rata minum obat utnuk menyenbuhkan

kesakitan akut dengan pengobatan jangka pendek adalah sekitar 78 Untuk

kesakita kronis dengan cara pengobatan jangaka panjang tingkat tersebut menurun

sampai 54

b Komunikasi antara Pasien dan Dokter

Berbagai aspek komunikasi antara pasien dan dokter mempengaruhi tingkat

ketidaktaan misalnya informasi dengan pengawasan yang kurang

30

ketidakpuasan terhadap aspek hubungan emosional dengan dokter ketidak

puasan terhadap pengobatan yang diberikan

c Variabel-variabel sosial

Hubungan antara dukungan sosial dengan ketaatan telah dipelajari Secara umum

orang-orang yang merasa mereka menerima penghiburan perhatian dan

pertolongan yang mereka butuhkan dari seseorang atau kelompok biasanya

cenderung lebih mudah mengikuti nasihat medis daripada pasien yang kurang

mendapat dukungan sosial Jelaslah bahwa keluarga memainkan peranan yang

sangat penting dalam pengelolaan medis misalnya penggunaan pengaruh

normative pada pasien yang mungkin mengakibatkan efek yang memudahkan

atau menghambat perilaku ketaatan

d Ciri-ciri Individual

Variabel-variabel demografis juga digunakan untuk meramalkan ketidaktaatan

sebagai contoh Di Amerika Serikat kaum wanita kaum kulit putih dan orang

tua cenderung mengikuti anjuran dokter 15

Dalam proses penyembuhan penderita TB Paru dapat diberikan obat anti-

TB (OAT) yang diminum secara teratur sampai selesai dengan pengawasan

yangketat Masa pemberian obat memang cukup lama yaitu 6-8 bulan secara terus

menerus sehingga dapat mencegah penularan kepada orang lain Oleh sebab itu para

penderita TB jika ingin sembuh harus minum obat secara teratur Tanpa adanya

keteraturan minum obat penyakit sulit disembuhkan Jika tidak teratur minum obat

penyakitnya sukar diobati kuman TB dalam tubuh akan berkembang semakin banyak

dan menyerang organ tubuh lain yang akan membutuhkan waktu lebih lama untuk

dapat sembuh

26 Pengawasan Menelan Obat (PMO) 9

Salah satu komponen DOTS adalah pengobatan paduan OAT jangka

pendek dengan pengawasan langsung Untuk menjamin keteraturan pengobatan

diperlukan seorang PMO

31

a Persyaratan PMO

bull Seseorang yang dikenal dipercaya dan disetujui baik oleh petugas kesehatan

maupun pasien selain itu harus disegani dan dihormati oleh pasien

bull Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien

bull Bersedia membantu pasien dengan sukarela

bull Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan pasien

b Siapa yang bisa menjadi PMO

Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan misalnya Bidan di Desa Perawat

Pekarya Sanitarian Juru Immunisasi dan lain lain Bila tidak ada petugas

kesehatan yang memungkinkan PMO dapat berasal dari kader kesehatan guru

anggota PPTI PKK atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga

c Tugas seorang PMO

bull Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai

pengobatan

bull Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur

bull Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah

ditentukan

bull Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai gejala-

gejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke Unit Pelayanan

Kesehatan

Tugas seorang PMO bukanlah untuk mengganti kewajiban pasien mengambil

obatdari unit pelayanan kesehatan

d Informasi penting yang perlu dipahami PMO untuk disampaikan kepada pasien dan

keluarganya

bull TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur

32

bull TB bukan penyakit keturunan atau kutukan

bull Cara penularan TB gejala-gejala yang mencurigakan dan cara pencegahannya

bull Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan)

bull Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur

bull Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera meminta

pertolongan ke UPK

27 Penanggulangan TB 16

Rencana Global Penanggulangan TB

Rencana Global 2006-2015 mencakup enam elemen utama dalam strategi baru Stop

TB ndashWHO yang terdiri dari

1 Memperluas dan meningkatkan ekspansi DOTS yang berkualitas meningkatkan

penemuan kasus dan kesembuhan melalui pendekatan yangterfokus pada penderita

agar pelayanan DOTS yang berkualitas dapat menjangkau seluruh penderita

khususnya kelompok masyarakat yang miskin dan rentan

2 Menghadapi tantangan TBHIV MDR-TB dan tantangan lainnya dengan cara

meningkatkan kolaborasi TBHIV DOTS-Plus dan pendekatan lainnya

3 Berkontribusi dalam memperkuat sistem kesehatan melalui kerjasama dengan

berbagai program dan pelayanan kesehatan lainnya misalnya dalam memobilisasi

sumber daya manusia dan finansial untuk implementasi dan mengevaluasi

hasilnyaserta pertukaran informasi dalam keberhasilan pencapaian dalam program

penanggulangan TB

33

4 Melibatkan seluruh penyedia pelayanan kesehatan pemerintah lembaga swadaya

masyarakat (LSM) dan swasta dengan cara memperluas pendekatan berbasis

public-private mix (PPM) dengan menggunakan ISTC

5 Melibatkan penderita TB dan masyarakat untuk memberikan kontribusi dalam

penyediaan pelayanan yang efektif Hal ini meliputi perluasan pelayanan TB di

masyarakat menciptakan kebutuhan masyarakat akan pelayanan TB advokasi

yang spesifik komunikasi dan mobilisasi sosial serta mendukung pengembangan

piagam pasien TB dalam masyarakat dan

6 Memberdayakan dan meningkatkan penelitian operasional

28 Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel dependent

Karakteristik Individu

1Umur

2Jenis kelamin

3Pendidikan

4Pekerjaan

5Pengetahuan

6Efek samping OAT

7Tingkat kepatuhan

penderita dalam

pengobatan

Kesembuhan

34

Penderita TB paru

Faktor Pelayanan

kesehatan

1 Ketersediaan OAT

2 Sikap petugas kesehatan

3 LokasiJarak

4 Penyuluhan kesehatan

5 Kunjungan rumah

Faktor Peran PMO

Gambar Kerangka Konsep Penelitian

Definisi Konsep

1 Karakteristik individu adalah hal-hal yang melekat dalam diri penderita TB paru yang

mempengaruhi tingkat kapetuhan dalam melaksanakan program pengobatan dengan

strategi DOTS yang membedakan seseorang dengan yang lainnya meliputi umur jenis

kelamin pendidikan pekerjaan pengetahuan efek samping OAT tingkat kepatuhan

penderita dalam pengobatan

2 Faktor pelayanan kesehatan adalah penilaian dari penderita TB paru terhadap upaya yang

diselenggarakan oleh unit pelayanan kesehatan untuk menangani penderita TB paru

meliputi Ketersediaan OATsikap petugas kesehatan lokasijarak penyuluhan

kesehatan dan kunjungan rumah

3 Faktor Peran PMO ( Pengawasan Menelan Obat ) adalah penilaian dari penderita TB paru

terhadap hal-hal yang menjadi tugas dari seseorang pengawas menelan obat yang

mempengaruhi tingkat kepatuhan penderita TB paru dalam melaksanakan pengobatan

meliputi penyuluhan member dorongan meningkatkan dan mengawasi

35

4 Kesembuhan adalah pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan

pemeriksaan ulang dahak (follow up) menunjukkan hasil BTA negatif

29 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep di atas maka hipotesis penelitian ini adalah

1) Ada pengaruh karakteristik individu terhadap kesembuhan penderita TB paru

dalam pengobatan

2) Ada pengaruh pelayanan kesehatan terhadap kesembuhan penderita TB paru

dalam pengobatan

3) Ada pengaruh PMO terhadap kesembuhan penderita TB paru dalam pengobatan

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

31 Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional yang

bertujuan untuk menjelaskan pengaruh karakteristik individu faktor pelayanan

kesehatan dan faktor Pengawas Menelan Obat (PMO) terhadap kesembuhan

penderita TB Paru dalam melaksanakan pengobatan di Puskesmas Grogol Petamburan

tahun 2011

32 Tempat dan Waktu Penelitian

36

Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Grogol Petamburan pada bulan

Januari sampai Februari tahun 2012

33 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang

sedang menjalankan pengobatan TB di Puskesmas Grogol

Petamburan mulai bulan OktobeR

34 Keriteria Inklusi dan Eksklusi

341 Keriteria Inklusi

342 Keriteria Eksklusi

35 Sampel

351 Besar Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang

mengikuti pengobatan dengan strategi DOTS di Puskesmas yang pada saat penelitian

sedang menjalani pengobatan dan seluruh penderita TB yang telah mendapat

pengobatan selama 6 bulan atau sedang dalam tahap lanjutan

Keterangan

n1 = Jumlah sampel minimal

37

n2 = Jumlah sampel ditambah substitusi 10 (substitusi adalah persen responden

yang mungkin drop out)

Z = Tingkat batas kepercayaan dengan = 5

Didapat Z pada kurva normal = 196

p = Proporsi variabel yang diteliti yaitu besarnya presentasi 50 )

q = 1 - p

L = Derajat kesalahan yang masih dapat diterima adalah 10

Berdasarkan rumus di atas didapatkan angka sebagai berikut

( Z )2 p q ( 196 )2 0505

n1 = ----------------- = ------------------------------ = 9604

L2 ( 01 )2

n2 = n1 + ( 10 n1 )

= 9604 + ( 10 9604)

= 9604 + 9604

= 10564 Dibulatkan 106

352 Teknik Pengambilan Sampel

36 Identifikasi Variabel

1 Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kesembuhan tb paru

2 Variabel independen adalah umur jenis kelamin pendidikan pekerjaan

pengetahuan efek samping OAT dan tingkat kepahuhan dari penderita TB

Selain itu faktor dari pelayanan kesehatan dan PMO juga ikut berperan

37 Cara Kerja

1 Membuat proposal penelitian tentang hubungan antara tingkat kepatuhan minum

OAT dengan tingkat kesembuhan penyakit TB di Puskesmas Kecamatan Grogol

Petamburan

38

2 Pengumpulan data sekunder dari Puskesmas Grogol Petamburan

3 Melakukan kunjungan ke rumah-rumah sampel di daerah RT terpilih untuk

pengumpulan data primer dengan memakai kuesioner dan wawancara responden

4 Data-data yang telah dikumpulkan akan dilakukan pengolahan berupa proses

editing verifikasi dan koding Selanjutnya dimasukkan dan diolah dengan

menggunakan program computer yaitu program SPSS

5 Terhadap data yang telah diolah kemudian dilakukan analisis sesuai dengan cara

uji statistik menggunakanhelliphellip Data diinterpretasi secara deskriptif korelatif

antar variabel ndash variabel yang telah ditentukan dan disajikan dalam bentuk

tekstular dan tabular

6 Hasil dari penelitian akan disusun dalam bentuk pelaporan penelitian yang

selanjutnya akan di presentasikan di hadapan staf pengajar program pendidikan

Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida

Wacana (FK UKRIDA) dalam forum pendidikan Ilmu Kedokteran Komunitas

Fakultas Kedokteran UKRIDA

38 Manajemen Data

381 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder yaitu

1 Data primer diperoleh dengan wawancara langsung kepada penderita TB paru

dan petugas kesehatan program penanggulangan TB Paru yang berpedoman pada

kuisioner penelitian yang telah ditetapkan dam melakukan cross check

2 Data sekunder diperoleh dari laporan pelaksanaan program penanggulangan TB

Paru di Puskesmas kartu pengobatan TBC (formulir TB 01) dan Formulir

Permohonan Laboratorium TBC Untik Pemeriksaan Dahak (formulir TB 05)

382 Pengolahan Data

39

Aspek pengukuran

Aspek pengukuran variable bebas

Karakteristik individu

Aspek pengukuran variable karakteristik individu dapat dilihat pada tabel 31

Table 31 Aspek Pengukuran Variabel Karakteristik Individu

Karakteristik

individu

Kategori Skala Bobot nilai

Umur a 15-24 tahun

b 25-49 tahun

c gt 50 tahun

rasio

Jenis kelamin a Laki-laki

b Perempuan

Tingkat

pendidikan

a Tidak tamat SD

b SD

c SLTP

d SLTA

e Sarjana S1

Pekerjaan a Bekerja

b Tidak bekerja

Pengetahuan a Baik

b Sedang

c Bururk

Efek samping

OAT

a Ada

b Tidan ada

Faktor pelayanan kesehatan

Pengukuran faktor pelanan kesehatan meliputi ketersediaan OAT yang

diukur adalah yang diukur dengan 2 pertanyaan sikap petugas kesehatan diukur

dengan 8 pertanyaan lokasi jarak diukur dengan 3 pertanyaan penyuluhan kesehatan

diukur dengan 6 pertanyaan dan kunjungan rumah diukur dengan 2 pertanyaan

40

berdasarkan jawaban yang diberikan responden selanjutnya dikelompokkan menjadi

tiga (3) yaitu

a Baik jika faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan

penilaian yang baik karena kebutuhan yang diinginkan debagian besarnya

terpenuhi (nilai gt32)

b Sedang bila faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan

penilaian yang kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan responden hanay

sebagian saja yang terpenuhi (nilainya 17-32)

c Buruk bila faktor pelayanan pelayanan kesehatan yang diterima responden

menimbulkan penilaian yang tidak baik karena kebutuhan yang diinginka

responden sebagian besar tidak dipenuhi (nilainya lt17)

Faktor Pengawas Menelan Obat (PMO)

Faktor Pengawas Menelan Obat diukur dengan 5 pertanyaan yang

selanjutnya dibedakan atas 3 kategori yaitu

a Baik bila semua tugas yang diterima responden terlaksana dengan baik yaitu

mengawasi memberikan dorongan mengingatkan dan memberikan penyuluhan

(nilainya gt11)

b Sedang bila tugas PMO yang diterima responden sebagian saja yang terpenuhi

(nilainya 6-11)

c Buruk bila tugas PMO yang diterima responden tidak terlaksana dengan baik

(nilainya lt 6)

Aspek Pengukuran Variabel Terikan

Kepatuhan Pengobatan TB Paru

41

Aspek Pengukuran Variabel ini menggunakan skala interval yang diukur berdasarkan

tiga (3) kategori yaitu

Patuh apabila responden selalu menelan obat sesuai ketentuan petugas kesehatan

yaitu setiap hari pada tahap awal tiga kali seminggu pada tahap lanjutan dan

mengambil obat serta memeriksakan dahak sesuai jadwal dan menaati nasihat dari

petugas kesehatan ( bobot 3 )

Kurang patuh jika responden kadang-kadang menelan obat sesuai ketentuan

petugas kesehatan atau responden tidak menelan obat 2-8 minggu selama tahap

pengobatan lanjutan dan tidak memerisakan dahak sesuai jadwal yang telah

ditetapkan dan tidak selalu menaati nasihat dari petugas kesehatan (bobot 2 )

Tidak patuh jika responden tidak menelan obat sesuai ketentuan petugas

kesehatan atau responden tidak menelan obat lebih dari 8 minggu selama tahap

pengobatan lanjutan dan tidak mengambil obat serta tidak memeriksakan dahak

sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan tidak menaati nasihat petugas kesehatan

(bobot 1)

383 Penyajian Data

384 Analisis Data

385 Interpretasi Data

386 Pelaporan Data

39 Definisi Operasional

1 Umur adalah usia responden saat penelitian berdasarkan ulang tahun terakhir yang

dibedakan atas 3 (tiga) kategori berdasarkna Badan Pusat Statistik Kota Medan

42

tahun 2008 yaitu 1) orang muda 25-24 tahun 2) dewasa 24-49 tahun 3) orang

tua gt 50 tahun

2 Jenis kelamin adalah suatu karakteristik responden yang dibedakan identitasnya

dari laki-laki dan perempuan

3 Pendidikan adalah jenjang pendidikannyang berhasil ditamatkan responden yang

dibedakan atas tidak tamat SD SD SLTP SLTA Akademi Sarjana

4 Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh responden sebagai

pendapatan utama yang dibedakan atas kerja dan tidak bekerja

5 Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai penyakit

TB paru

6 Efek samping OAT adalah gejala keluhan yang diderita responden akiba menelan

OAT selama pengobatan

7 Ketersdediaan OAT adalah pandangan responden terhadap kondisi OAT

diperoleh dari puskesmas meliputi kecukupan jumlah OAT dan dan kualitasnya

8 Sikap petugas kesehatan adalah penilaian responden terhadap reaksi petugas

kesehatan kepada responden selama mereka menjalanin pengobatan

9 Lokasi jarak adalah pandangan responden tentang lama perjalanan dari tempat

tinggal responden ke Puskesmas yang diukur dengan jarak sarana transportasi

10 Penyuluhan kesehatan adalah pandangan responden tentang kegiatan yang

dilakukan oleh petugas kesehatan sehubungan dengan pengobatan TB Paru untuk

mencapai suatu keadaan dimana pederita TB Paru dapat hidup lebih sehat

11 Kunjungan rumah adalah pandangan responden tentang kegiatan yang dilakukan

petugas kesehatan selama masa pengobatan ke rumah responden

12 Faktor peran Pengawas Minum Obat (PMO) adalah pandangan responden tentang

tugas yang dilakasanakan oleh seorang PMO meliputi penyuluhan

13 Kepatuhan berobat adalah ketaan responden dalam menelan obat mengambil

obat dan melakukan pemeriksaan dahak sesuai jadwal yang telah ditentukan dan

menaati segala nasehat dari petugas kesehatan

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

1) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta

2) Perkumpulan Pemberantasan TB Indonesia 2011 TB di Indonesia Peringkat Dunia

Jakarta Diakses melalui situs httpwwwpptiinfoindexphpcomponentcontentarticle46-

arsip-ppti141-tbc-di-indonesia-peringkat-5-dunia Diakses pada tanggal 23 Januari 2012

44

3) Depkes dan WHO 2008 Lembar Fakta Tuberkulosis Jakarta

4) Dirjen P2M amp PLP 1997 Pengawasan Menelan Obat (PMO) adalah DOTS ala Indonesia

Jakarta

5) Amirudin R 2006 Faktor Keberhasilan Konversi pada Penderita TB Paru di Puskesmas

Jongaya Tahun 2006 Laporan Penelitian FKM Unhas Makasar

6) Aditama Tjandra Y 1994 Tuberkulosis Paru Masalah dan Penanggulangnya UI Press

Jakarta

7) Aru W Bambang S Idrus A dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Tuberkulosis

Paru Edisi IV FKUI Jakarta 2006 998-1004

8) Depkes RI 2002 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta

9) Depkes RI 2006 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta

10) Subijakto Hubungan Pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Berobat

Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Proposal Skripsi Jakarta 2011 Diakses pada

tanggal 20 Januari 2012

11) Aditama Tjandra Y 2002 Tuberkulosis Diagnosis Terapi dan Masalahnya Yayasan IDI

Jakarta

12) Notoatmodjo Soekidjo 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Penerbit Rineka Cipta

Jakarta

13) Simamora Jojor 2004 Faktor yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Berobat Penderita TB

Paru di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2004 Tesis Pascasarjana USU Medan

14) Ester Monica 2000 Psikologi Kesehatan Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

15) Bart Smet 1994 Psikologi Kesehatan PT Grasindo Jakarta

16) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta

45

Page 28: 133192422-TB-paru

patuh apabila orang tersebut melalaikan kewajibannya berobat sehingga dapat

mengakibatkan terhalangnya kesembuhan 13

Menurut Sacket kepatuhan pasien adalah sejauh mana perilaku pasien

sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh professional kesehatan 14

Menurut Sarafino secara umum ketidaktaatan meningkatkan risiko

berkembangnya masalah kesehatan atau memperpanjang atau memperburuk

kesakitan yang sedang di derita Perkiraan yang ada menyatakan bahwa 20 jumlah

opname di rumah sakit merupakan akibat dari ketidaktaatan pasien terhadap aturan

pengobatan Faktor yang mempengaruhi kepatuhan seseorang dalam berobat yaitu

faktor petugas faktor obat dan faktor penderita Karakteristik petugas yang

mempengaruhi kepatuhan antara lain jenis petugas tingkat pengetahuan lamanya

bekerja frekuensi penyuluhan yang dilakukan Faktor obat yang mempengaruhi

kepatuhan adalah pengobatan yang sulit dilakukan tidak menunjukkan kea rah

penyembuhan waktu yang lama adanya efek samping obat Faktor penderita yang

menyebabkan ketidakpatuhan adalah umur jenis kelamin pekerjaan anggota

keluarga saudara atau teman khusus 15

25 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan

Faktor-faktor yang mempengaruhi katidakpatuhan dapat digolongkan

menjadi empat bagian yaitu

1 Pemahaman tentang Instruksi

Tak seorang pun mematuhi instruksi jika ia salah paham tentang instruksi yang

diberikan kepadanyaLey dan Spelman (Ester 2000 ) Menemukan bahwa lebih

dari 60 yang diwawancarai setelah bertemu dengan dokter salah mengerti

tentang instruksi yang diberikan pada mereka kadang-kadang hal ini disebabkan

oleh kegagalan professional kesehatan dalam memberikan informasi yang

lengkap penggunaan istilah-istilah medis dan mbanyak memberikan instruksi

yang harus diingat oleh pasien

28

Pendekatan praktis untuk meningkatkan kepatuhan pasien ditemukan oleh

Dinicola dan Dimatteo yaitu

a) Buat instruksi tertulis yang jelas dan mudah diinterpretasikan

b) Berikan informasi tentang pengobatan sebelum menjelaskan hal-hal lain

c) Jika seseorang diberikan suatu daftar tertulis tenang hal-hal yang harus

diingat maka aka nada efek ldquokeunggulanrdquoyaitu mereka brusaha mengingat

hal-hal yang pertama kali ditulis

d) Insruksi-instruksi harus ditulis dengan bahasa umum ( Non medis ) dan hal-

hal yang perlu ditekankan 14

2 Kualitas Interaksi

Kualitas interaksi antara profrsional kesehatan dan pasien merupakan bagian yang

penting dalam menentukan derajat kepatuhan Meningkatkan interaksi

professional kesehatan dengan pasien adalah suatu hal penting untuk memberikan

umpan balik pada pasien setelah memperoleh informasi tentang diagnosis Pasien

membutuhkan penjelasan tentang kondisinya saat ini apa penyebabnya dan apa

yang dapat mereka lakukan dengan kondisi seperti itu

3 Isolasi sosial dan keluarga

Keluarga dapat menjadi factor yang sangat berpengaruh dalam menentukan

keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga menentukan tentang

program pengobatan yang dapat mereka terima Keluarga juga member dukungan

dan membuat keputusan mengenai perawatan dari anggota keluarga yang sakit

4 Keyakinan Sikap Kepribadian

Ahli psikologis telah menyelidiki tentang hubungan antar pengukuran-

pengukuran kepribadian dan kepatuhan Mereka menemukan bahwa data

kepribadian secara benar dibedakan antar orang yang putih drngan orang yang

gagal Orang-orang yang tidak patuh adalah orang-orang yang lebih mengalami

depresi anxietas sangat memperhatikan kesehatannya memiliki kekuatan ego

29

yang lebih lemah dan kehidupan sosialnya lebih memusatkan perhatian pada

dirinya sendiri Blumenthal et al mengatakan bahwa ciri-ciri kepribadian yang

disebutkan diatas itu yang menyebabkan seseorang cenderung tidak patuh ( drop

out) dari program pengobatan 14

Menurut Schwart dan Griffin Faktor yang berhubungan dengan

ketidaktaan secara sejarah riset tentang ketaan pasien didasarkan atas pandangan

tradisional mengenai pasien sebagai penerima nasihat dokter yang pasif dan patuh

Pasien yang tidak taat dipandang sebagai orang yang lalai dan masalahnya dianggap

sebagai masalah control Riset berusah untuk mengidentifikasi kelompok-kelompok

pasien yang tidak patuh berdasarkan kelas sosioekonomi pendidikan umur dan

jenis kelamin Pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan sepanjang bawah

pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif seperti penggunaan buku-buku

dan kaset oleh pasien secara mandiri Usaha-usaha ini sedikit berhasil seorang dapat

menjadi tidak taat kalau situasinya memungkinkan Teori-teori yang lebih baru

menekannkan factor situasional dan pasien sebagai peserta yang aktif dalam proses

pengobatannya Perilaku ketaatan sering diartikan sebagai usaha pasien untuk

mengendalikan perilakunya bahkan jika hal tersebut bias menimbulkan resiko

mengenai kesehatannya 15

Macam-macam faktor yang berkaitan dengan ketidaktaatan disebutkan

a Ciri-ciri kesakitan dan cirri-ciri pengobatan

Menurut Dickson dkk perilaku ketaatan lebih rendah untuk penyakit kronis

(karena tidak ada akibat buruk yang segera dirasakan atau resiko yang jelas )

saran mengenai gaya hidup umum dan kebiasaan yang lama pengobatan yang

kompleks pengobatan dengan efek samping perilaku yang tidak pantas

Menurut Sarafino tingkat ketaaatan rata-rata minum obat utnuk menyenbuhkan

kesakitan akut dengan pengobatan jangka pendek adalah sekitar 78 Untuk

kesakita kronis dengan cara pengobatan jangaka panjang tingkat tersebut menurun

sampai 54

b Komunikasi antara Pasien dan Dokter

Berbagai aspek komunikasi antara pasien dan dokter mempengaruhi tingkat

ketidaktaan misalnya informasi dengan pengawasan yang kurang

30

ketidakpuasan terhadap aspek hubungan emosional dengan dokter ketidak

puasan terhadap pengobatan yang diberikan

c Variabel-variabel sosial

Hubungan antara dukungan sosial dengan ketaatan telah dipelajari Secara umum

orang-orang yang merasa mereka menerima penghiburan perhatian dan

pertolongan yang mereka butuhkan dari seseorang atau kelompok biasanya

cenderung lebih mudah mengikuti nasihat medis daripada pasien yang kurang

mendapat dukungan sosial Jelaslah bahwa keluarga memainkan peranan yang

sangat penting dalam pengelolaan medis misalnya penggunaan pengaruh

normative pada pasien yang mungkin mengakibatkan efek yang memudahkan

atau menghambat perilaku ketaatan

d Ciri-ciri Individual

Variabel-variabel demografis juga digunakan untuk meramalkan ketidaktaatan

sebagai contoh Di Amerika Serikat kaum wanita kaum kulit putih dan orang

tua cenderung mengikuti anjuran dokter 15

Dalam proses penyembuhan penderita TB Paru dapat diberikan obat anti-

TB (OAT) yang diminum secara teratur sampai selesai dengan pengawasan

yangketat Masa pemberian obat memang cukup lama yaitu 6-8 bulan secara terus

menerus sehingga dapat mencegah penularan kepada orang lain Oleh sebab itu para

penderita TB jika ingin sembuh harus minum obat secara teratur Tanpa adanya

keteraturan minum obat penyakit sulit disembuhkan Jika tidak teratur minum obat

penyakitnya sukar diobati kuman TB dalam tubuh akan berkembang semakin banyak

dan menyerang organ tubuh lain yang akan membutuhkan waktu lebih lama untuk

dapat sembuh

26 Pengawasan Menelan Obat (PMO) 9

Salah satu komponen DOTS adalah pengobatan paduan OAT jangka

pendek dengan pengawasan langsung Untuk menjamin keteraturan pengobatan

diperlukan seorang PMO

31

a Persyaratan PMO

bull Seseorang yang dikenal dipercaya dan disetujui baik oleh petugas kesehatan

maupun pasien selain itu harus disegani dan dihormati oleh pasien

bull Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien

bull Bersedia membantu pasien dengan sukarela

bull Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan pasien

b Siapa yang bisa menjadi PMO

Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan misalnya Bidan di Desa Perawat

Pekarya Sanitarian Juru Immunisasi dan lain lain Bila tidak ada petugas

kesehatan yang memungkinkan PMO dapat berasal dari kader kesehatan guru

anggota PPTI PKK atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga

c Tugas seorang PMO

bull Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai

pengobatan

bull Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur

bull Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah

ditentukan

bull Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai gejala-

gejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke Unit Pelayanan

Kesehatan

Tugas seorang PMO bukanlah untuk mengganti kewajiban pasien mengambil

obatdari unit pelayanan kesehatan

d Informasi penting yang perlu dipahami PMO untuk disampaikan kepada pasien dan

keluarganya

bull TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur

32

bull TB bukan penyakit keturunan atau kutukan

bull Cara penularan TB gejala-gejala yang mencurigakan dan cara pencegahannya

bull Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan)

bull Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur

bull Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera meminta

pertolongan ke UPK

27 Penanggulangan TB 16

Rencana Global Penanggulangan TB

Rencana Global 2006-2015 mencakup enam elemen utama dalam strategi baru Stop

TB ndashWHO yang terdiri dari

1 Memperluas dan meningkatkan ekspansi DOTS yang berkualitas meningkatkan

penemuan kasus dan kesembuhan melalui pendekatan yangterfokus pada penderita

agar pelayanan DOTS yang berkualitas dapat menjangkau seluruh penderita

khususnya kelompok masyarakat yang miskin dan rentan

2 Menghadapi tantangan TBHIV MDR-TB dan tantangan lainnya dengan cara

meningkatkan kolaborasi TBHIV DOTS-Plus dan pendekatan lainnya

3 Berkontribusi dalam memperkuat sistem kesehatan melalui kerjasama dengan

berbagai program dan pelayanan kesehatan lainnya misalnya dalam memobilisasi

sumber daya manusia dan finansial untuk implementasi dan mengevaluasi

hasilnyaserta pertukaran informasi dalam keberhasilan pencapaian dalam program

penanggulangan TB

33

4 Melibatkan seluruh penyedia pelayanan kesehatan pemerintah lembaga swadaya

masyarakat (LSM) dan swasta dengan cara memperluas pendekatan berbasis

public-private mix (PPM) dengan menggunakan ISTC

5 Melibatkan penderita TB dan masyarakat untuk memberikan kontribusi dalam

penyediaan pelayanan yang efektif Hal ini meliputi perluasan pelayanan TB di

masyarakat menciptakan kebutuhan masyarakat akan pelayanan TB advokasi

yang spesifik komunikasi dan mobilisasi sosial serta mendukung pengembangan

piagam pasien TB dalam masyarakat dan

6 Memberdayakan dan meningkatkan penelitian operasional

28 Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel dependent

Karakteristik Individu

1Umur

2Jenis kelamin

3Pendidikan

4Pekerjaan

5Pengetahuan

6Efek samping OAT

7Tingkat kepatuhan

penderita dalam

pengobatan

Kesembuhan

34

Penderita TB paru

Faktor Pelayanan

kesehatan

1 Ketersediaan OAT

2 Sikap petugas kesehatan

3 LokasiJarak

4 Penyuluhan kesehatan

5 Kunjungan rumah

Faktor Peran PMO

Gambar Kerangka Konsep Penelitian

Definisi Konsep

1 Karakteristik individu adalah hal-hal yang melekat dalam diri penderita TB paru yang

mempengaruhi tingkat kapetuhan dalam melaksanakan program pengobatan dengan

strategi DOTS yang membedakan seseorang dengan yang lainnya meliputi umur jenis

kelamin pendidikan pekerjaan pengetahuan efek samping OAT tingkat kepatuhan

penderita dalam pengobatan

2 Faktor pelayanan kesehatan adalah penilaian dari penderita TB paru terhadap upaya yang

diselenggarakan oleh unit pelayanan kesehatan untuk menangani penderita TB paru

meliputi Ketersediaan OATsikap petugas kesehatan lokasijarak penyuluhan

kesehatan dan kunjungan rumah

3 Faktor Peran PMO ( Pengawasan Menelan Obat ) adalah penilaian dari penderita TB paru

terhadap hal-hal yang menjadi tugas dari seseorang pengawas menelan obat yang

mempengaruhi tingkat kepatuhan penderita TB paru dalam melaksanakan pengobatan

meliputi penyuluhan member dorongan meningkatkan dan mengawasi

35

4 Kesembuhan adalah pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan

pemeriksaan ulang dahak (follow up) menunjukkan hasil BTA negatif

29 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep di atas maka hipotesis penelitian ini adalah

1) Ada pengaruh karakteristik individu terhadap kesembuhan penderita TB paru

dalam pengobatan

2) Ada pengaruh pelayanan kesehatan terhadap kesembuhan penderita TB paru

dalam pengobatan

3) Ada pengaruh PMO terhadap kesembuhan penderita TB paru dalam pengobatan

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

31 Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional yang

bertujuan untuk menjelaskan pengaruh karakteristik individu faktor pelayanan

kesehatan dan faktor Pengawas Menelan Obat (PMO) terhadap kesembuhan

penderita TB Paru dalam melaksanakan pengobatan di Puskesmas Grogol Petamburan

tahun 2011

32 Tempat dan Waktu Penelitian

36

Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Grogol Petamburan pada bulan

Januari sampai Februari tahun 2012

33 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang

sedang menjalankan pengobatan TB di Puskesmas Grogol

Petamburan mulai bulan OktobeR

34 Keriteria Inklusi dan Eksklusi

341 Keriteria Inklusi

342 Keriteria Eksklusi

35 Sampel

351 Besar Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang

mengikuti pengobatan dengan strategi DOTS di Puskesmas yang pada saat penelitian

sedang menjalani pengobatan dan seluruh penderita TB yang telah mendapat

pengobatan selama 6 bulan atau sedang dalam tahap lanjutan

Keterangan

n1 = Jumlah sampel minimal

37

n2 = Jumlah sampel ditambah substitusi 10 (substitusi adalah persen responden

yang mungkin drop out)

Z = Tingkat batas kepercayaan dengan = 5

Didapat Z pada kurva normal = 196

p = Proporsi variabel yang diteliti yaitu besarnya presentasi 50 )

q = 1 - p

L = Derajat kesalahan yang masih dapat diterima adalah 10

Berdasarkan rumus di atas didapatkan angka sebagai berikut

( Z )2 p q ( 196 )2 0505

n1 = ----------------- = ------------------------------ = 9604

L2 ( 01 )2

n2 = n1 + ( 10 n1 )

= 9604 + ( 10 9604)

= 9604 + 9604

= 10564 Dibulatkan 106

352 Teknik Pengambilan Sampel

36 Identifikasi Variabel

1 Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kesembuhan tb paru

2 Variabel independen adalah umur jenis kelamin pendidikan pekerjaan

pengetahuan efek samping OAT dan tingkat kepahuhan dari penderita TB

Selain itu faktor dari pelayanan kesehatan dan PMO juga ikut berperan

37 Cara Kerja

1 Membuat proposal penelitian tentang hubungan antara tingkat kepatuhan minum

OAT dengan tingkat kesembuhan penyakit TB di Puskesmas Kecamatan Grogol

Petamburan

38

2 Pengumpulan data sekunder dari Puskesmas Grogol Petamburan

3 Melakukan kunjungan ke rumah-rumah sampel di daerah RT terpilih untuk

pengumpulan data primer dengan memakai kuesioner dan wawancara responden

4 Data-data yang telah dikumpulkan akan dilakukan pengolahan berupa proses

editing verifikasi dan koding Selanjutnya dimasukkan dan diolah dengan

menggunakan program computer yaitu program SPSS

5 Terhadap data yang telah diolah kemudian dilakukan analisis sesuai dengan cara

uji statistik menggunakanhelliphellip Data diinterpretasi secara deskriptif korelatif

antar variabel ndash variabel yang telah ditentukan dan disajikan dalam bentuk

tekstular dan tabular

6 Hasil dari penelitian akan disusun dalam bentuk pelaporan penelitian yang

selanjutnya akan di presentasikan di hadapan staf pengajar program pendidikan

Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida

Wacana (FK UKRIDA) dalam forum pendidikan Ilmu Kedokteran Komunitas

Fakultas Kedokteran UKRIDA

38 Manajemen Data

381 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder yaitu

1 Data primer diperoleh dengan wawancara langsung kepada penderita TB paru

dan petugas kesehatan program penanggulangan TB Paru yang berpedoman pada

kuisioner penelitian yang telah ditetapkan dam melakukan cross check

2 Data sekunder diperoleh dari laporan pelaksanaan program penanggulangan TB

Paru di Puskesmas kartu pengobatan TBC (formulir TB 01) dan Formulir

Permohonan Laboratorium TBC Untik Pemeriksaan Dahak (formulir TB 05)

382 Pengolahan Data

39

Aspek pengukuran

Aspek pengukuran variable bebas

Karakteristik individu

Aspek pengukuran variable karakteristik individu dapat dilihat pada tabel 31

Table 31 Aspek Pengukuran Variabel Karakteristik Individu

Karakteristik

individu

Kategori Skala Bobot nilai

Umur a 15-24 tahun

b 25-49 tahun

c gt 50 tahun

rasio

Jenis kelamin a Laki-laki

b Perempuan

Tingkat

pendidikan

a Tidak tamat SD

b SD

c SLTP

d SLTA

e Sarjana S1

Pekerjaan a Bekerja

b Tidak bekerja

Pengetahuan a Baik

b Sedang

c Bururk

Efek samping

OAT

a Ada

b Tidan ada

Faktor pelayanan kesehatan

Pengukuran faktor pelanan kesehatan meliputi ketersediaan OAT yang

diukur adalah yang diukur dengan 2 pertanyaan sikap petugas kesehatan diukur

dengan 8 pertanyaan lokasi jarak diukur dengan 3 pertanyaan penyuluhan kesehatan

diukur dengan 6 pertanyaan dan kunjungan rumah diukur dengan 2 pertanyaan

40

berdasarkan jawaban yang diberikan responden selanjutnya dikelompokkan menjadi

tiga (3) yaitu

a Baik jika faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan

penilaian yang baik karena kebutuhan yang diinginkan debagian besarnya

terpenuhi (nilai gt32)

b Sedang bila faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan

penilaian yang kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan responden hanay

sebagian saja yang terpenuhi (nilainya 17-32)

c Buruk bila faktor pelayanan pelayanan kesehatan yang diterima responden

menimbulkan penilaian yang tidak baik karena kebutuhan yang diinginka

responden sebagian besar tidak dipenuhi (nilainya lt17)

Faktor Pengawas Menelan Obat (PMO)

Faktor Pengawas Menelan Obat diukur dengan 5 pertanyaan yang

selanjutnya dibedakan atas 3 kategori yaitu

a Baik bila semua tugas yang diterima responden terlaksana dengan baik yaitu

mengawasi memberikan dorongan mengingatkan dan memberikan penyuluhan

(nilainya gt11)

b Sedang bila tugas PMO yang diterima responden sebagian saja yang terpenuhi

(nilainya 6-11)

c Buruk bila tugas PMO yang diterima responden tidak terlaksana dengan baik

(nilainya lt 6)

Aspek Pengukuran Variabel Terikan

Kepatuhan Pengobatan TB Paru

41

Aspek Pengukuran Variabel ini menggunakan skala interval yang diukur berdasarkan

tiga (3) kategori yaitu

Patuh apabila responden selalu menelan obat sesuai ketentuan petugas kesehatan

yaitu setiap hari pada tahap awal tiga kali seminggu pada tahap lanjutan dan

mengambil obat serta memeriksakan dahak sesuai jadwal dan menaati nasihat dari

petugas kesehatan ( bobot 3 )

Kurang patuh jika responden kadang-kadang menelan obat sesuai ketentuan

petugas kesehatan atau responden tidak menelan obat 2-8 minggu selama tahap

pengobatan lanjutan dan tidak memerisakan dahak sesuai jadwal yang telah

ditetapkan dan tidak selalu menaati nasihat dari petugas kesehatan (bobot 2 )

Tidak patuh jika responden tidak menelan obat sesuai ketentuan petugas

kesehatan atau responden tidak menelan obat lebih dari 8 minggu selama tahap

pengobatan lanjutan dan tidak mengambil obat serta tidak memeriksakan dahak

sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan tidak menaati nasihat petugas kesehatan

(bobot 1)

383 Penyajian Data

384 Analisis Data

385 Interpretasi Data

386 Pelaporan Data

39 Definisi Operasional

1 Umur adalah usia responden saat penelitian berdasarkan ulang tahun terakhir yang

dibedakan atas 3 (tiga) kategori berdasarkna Badan Pusat Statistik Kota Medan

42

tahun 2008 yaitu 1) orang muda 25-24 tahun 2) dewasa 24-49 tahun 3) orang

tua gt 50 tahun

2 Jenis kelamin adalah suatu karakteristik responden yang dibedakan identitasnya

dari laki-laki dan perempuan

3 Pendidikan adalah jenjang pendidikannyang berhasil ditamatkan responden yang

dibedakan atas tidak tamat SD SD SLTP SLTA Akademi Sarjana

4 Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh responden sebagai

pendapatan utama yang dibedakan atas kerja dan tidak bekerja

5 Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai penyakit

TB paru

6 Efek samping OAT adalah gejala keluhan yang diderita responden akiba menelan

OAT selama pengobatan

7 Ketersdediaan OAT adalah pandangan responden terhadap kondisi OAT

diperoleh dari puskesmas meliputi kecukupan jumlah OAT dan dan kualitasnya

8 Sikap petugas kesehatan adalah penilaian responden terhadap reaksi petugas

kesehatan kepada responden selama mereka menjalanin pengobatan

9 Lokasi jarak adalah pandangan responden tentang lama perjalanan dari tempat

tinggal responden ke Puskesmas yang diukur dengan jarak sarana transportasi

10 Penyuluhan kesehatan adalah pandangan responden tentang kegiatan yang

dilakukan oleh petugas kesehatan sehubungan dengan pengobatan TB Paru untuk

mencapai suatu keadaan dimana pederita TB Paru dapat hidup lebih sehat

11 Kunjungan rumah adalah pandangan responden tentang kegiatan yang dilakukan

petugas kesehatan selama masa pengobatan ke rumah responden

12 Faktor peran Pengawas Minum Obat (PMO) adalah pandangan responden tentang

tugas yang dilakasanakan oleh seorang PMO meliputi penyuluhan

13 Kepatuhan berobat adalah ketaan responden dalam menelan obat mengambil

obat dan melakukan pemeriksaan dahak sesuai jadwal yang telah ditentukan dan

menaati segala nasehat dari petugas kesehatan

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

1) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta

2) Perkumpulan Pemberantasan TB Indonesia 2011 TB di Indonesia Peringkat Dunia

Jakarta Diakses melalui situs httpwwwpptiinfoindexphpcomponentcontentarticle46-

arsip-ppti141-tbc-di-indonesia-peringkat-5-dunia Diakses pada tanggal 23 Januari 2012

44

3) Depkes dan WHO 2008 Lembar Fakta Tuberkulosis Jakarta

4) Dirjen P2M amp PLP 1997 Pengawasan Menelan Obat (PMO) adalah DOTS ala Indonesia

Jakarta

5) Amirudin R 2006 Faktor Keberhasilan Konversi pada Penderita TB Paru di Puskesmas

Jongaya Tahun 2006 Laporan Penelitian FKM Unhas Makasar

6) Aditama Tjandra Y 1994 Tuberkulosis Paru Masalah dan Penanggulangnya UI Press

Jakarta

7) Aru W Bambang S Idrus A dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Tuberkulosis

Paru Edisi IV FKUI Jakarta 2006 998-1004

8) Depkes RI 2002 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta

9) Depkes RI 2006 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta

10) Subijakto Hubungan Pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Berobat

Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Proposal Skripsi Jakarta 2011 Diakses pada

tanggal 20 Januari 2012

11) Aditama Tjandra Y 2002 Tuberkulosis Diagnosis Terapi dan Masalahnya Yayasan IDI

Jakarta

12) Notoatmodjo Soekidjo 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Penerbit Rineka Cipta

Jakarta

13) Simamora Jojor 2004 Faktor yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Berobat Penderita TB

Paru di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2004 Tesis Pascasarjana USU Medan

14) Ester Monica 2000 Psikologi Kesehatan Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

15) Bart Smet 1994 Psikologi Kesehatan PT Grasindo Jakarta

16) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta

45

Page 29: 133192422-TB-paru

Pendekatan praktis untuk meningkatkan kepatuhan pasien ditemukan oleh

Dinicola dan Dimatteo yaitu

a) Buat instruksi tertulis yang jelas dan mudah diinterpretasikan

b) Berikan informasi tentang pengobatan sebelum menjelaskan hal-hal lain

c) Jika seseorang diberikan suatu daftar tertulis tenang hal-hal yang harus

diingat maka aka nada efek ldquokeunggulanrdquoyaitu mereka brusaha mengingat

hal-hal yang pertama kali ditulis

d) Insruksi-instruksi harus ditulis dengan bahasa umum ( Non medis ) dan hal-

hal yang perlu ditekankan 14

2 Kualitas Interaksi

Kualitas interaksi antara profrsional kesehatan dan pasien merupakan bagian yang

penting dalam menentukan derajat kepatuhan Meningkatkan interaksi

professional kesehatan dengan pasien adalah suatu hal penting untuk memberikan

umpan balik pada pasien setelah memperoleh informasi tentang diagnosis Pasien

membutuhkan penjelasan tentang kondisinya saat ini apa penyebabnya dan apa

yang dapat mereka lakukan dengan kondisi seperti itu

3 Isolasi sosial dan keluarga

Keluarga dapat menjadi factor yang sangat berpengaruh dalam menentukan

keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga menentukan tentang

program pengobatan yang dapat mereka terima Keluarga juga member dukungan

dan membuat keputusan mengenai perawatan dari anggota keluarga yang sakit

4 Keyakinan Sikap Kepribadian

Ahli psikologis telah menyelidiki tentang hubungan antar pengukuran-

pengukuran kepribadian dan kepatuhan Mereka menemukan bahwa data

kepribadian secara benar dibedakan antar orang yang putih drngan orang yang

gagal Orang-orang yang tidak patuh adalah orang-orang yang lebih mengalami

depresi anxietas sangat memperhatikan kesehatannya memiliki kekuatan ego

29

yang lebih lemah dan kehidupan sosialnya lebih memusatkan perhatian pada

dirinya sendiri Blumenthal et al mengatakan bahwa ciri-ciri kepribadian yang

disebutkan diatas itu yang menyebabkan seseorang cenderung tidak patuh ( drop

out) dari program pengobatan 14

Menurut Schwart dan Griffin Faktor yang berhubungan dengan

ketidaktaan secara sejarah riset tentang ketaan pasien didasarkan atas pandangan

tradisional mengenai pasien sebagai penerima nasihat dokter yang pasif dan patuh

Pasien yang tidak taat dipandang sebagai orang yang lalai dan masalahnya dianggap

sebagai masalah control Riset berusah untuk mengidentifikasi kelompok-kelompok

pasien yang tidak patuh berdasarkan kelas sosioekonomi pendidikan umur dan

jenis kelamin Pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan sepanjang bawah

pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif seperti penggunaan buku-buku

dan kaset oleh pasien secara mandiri Usaha-usaha ini sedikit berhasil seorang dapat

menjadi tidak taat kalau situasinya memungkinkan Teori-teori yang lebih baru

menekannkan factor situasional dan pasien sebagai peserta yang aktif dalam proses

pengobatannya Perilaku ketaatan sering diartikan sebagai usaha pasien untuk

mengendalikan perilakunya bahkan jika hal tersebut bias menimbulkan resiko

mengenai kesehatannya 15

Macam-macam faktor yang berkaitan dengan ketidaktaatan disebutkan

a Ciri-ciri kesakitan dan cirri-ciri pengobatan

Menurut Dickson dkk perilaku ketaatan lebih rendah untuk penyakit kronis

(karena tidak ada akibat buruk yang segera dirasakan atau resiko yang jelas )

saran mengenai gaya hidup umum dan kebiasaan yang lama pengobatan yang

kompleks pengobatan dengan efek samping perilaku yang tidak pantas

Menurut Sarafino tingkat ketaaatan rata-rata minum obat utnuk menyenbuhkan

kesakitan akut dengan pengobatan jangka pendek adalah sekitar 78 Untuk

kesakita kronis dengan cara pengobatan jangaka panjang tingkat tersebut menurun

sampai 54

b Komunikasi antara Pasien dan Dokter

Berbagai aspek komunikasi antara pasien dan dokter mempengaruhi tingkat

ketidaktaan misalnya informasi dengan pengawasan yang kurang

30

ketidakpuasan terhadap aspek hubungan emosional dengan dokter ketidak

puasan terhadap pengobatan yang diberikan

c Variabel-variabel sosial

Hubungan antara dukungan sosial dengan ketaatan telah dipelajari Secara umum

orang-orang yang merasa mereka menerima penghiburan perhatian dan

pertolongan yang mereka butuhkan dari seseorang atau kelompok biasanya

cenderung lebih mudah mengikuti nasihat medis daripada pasien yang kurang

mendapat dukungan sosial Jelaslah bahwa keluarga memainkan peranan yang

sangat penting dalam pengelolaan medis misalnya penggunaan pengaruh

normative pada pasien yang mungkin mengakibatkan efek yang memudahkan

atau menghambat perilaku ketaatan

d Ciri-ciri Individual

Variabel-variabel demografis juga digunakan untuk meramalkan ketidaktaatan

sebagai contoh Di Amerika Serikat kaum wanita kaum kulit putih dan orang

tua cenderung mengikuti anjuran dokter 15

Dalam proses penyembuhan penderita TB Paru dapat diberikan obat anti-

TB (OAT) yang diminum secara teratur sampai selesai dengan pengawasan

yangketat Masa pemberian obat memang cukup lama yaitu 6-8 bulan secara terus

menerus sehingga dapat mencegah penularan kepada orang lain Oleh sebab itu para

penderita TB jika ingin sembuh harus minum obat secara teratur Tanpa adanya

keteraturan minum obat penyakit sulit disembuhkan Jika tidak teratur minum obat

penyakitnya sukar diobati kuman TB dalam tubuh akan berkembang semakin banyak

dan menyerang organ tubuh lain yang akan membutuhkan waktu lebih lama untuk

dapat sembuh

26 Pengawasan Menelan Obat (PMO) 9

Salah satu komponen DOTS adalah pengobatan paduan OAT jangka

pendek dengan pengawasan langsung Untuk menjamin keteraturan pengobatan

diperlukan seorang PMO

31

a Persyaratan PMO

bull Seseorang yang dikenal dipercaya dan disetujui baik oleh petugas kesehatan

maupun pasien selain itu harus disegani dan dihormati oleh pasien

bull Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien

bull Bersedia membantu pasien dengan sukarela

bull Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan pasien

b Siapa yang bisa menjadi PMO

Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan misalnya Bidan di Desa Perawat

Pekarya Sanitarian Juru Immunisasi dan lain lain Bila tidak ada petugas

kesehatan yang memungkinkan PMO dapat berasal dari kader kesehatan guru

anggota PPTI PKK atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga

c Tugas seorang PMO

bull Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai

pengobatan

bull Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur

bull Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah

ditentukan

bull Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai gejala-

gejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke Unit Pelayanan

Kesehatan

Tugas seorang PMO bukanlah untuk mengganti kewajiban pasien mengambil

obatdari unit pelayanan kesehatan

d Informasi penting yang perlu dipahami PMO untuk disampaikan kepada pasien dan

keluarganya

bull TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur

32

bull TB bukan penyakit keturunan atau kutukan

bull Cara penularan TB gejala-gejala yang mencurigakan dan cara pencegahannya

bull Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan)

bull Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur

bull Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera meminta

pertolongan ke UPK

27 Penanggulangan TB 16

Rencana Global Penanggulangan TB

Rencana Global 2006-2015 mencakup enam elemen utama dalam strategi baru Stop

TB ndashWHO yang terdiri dari

1 Memperluas dan meningkatkan ekspansi DOTS yang berkualitas meningkatkan

penemuan kasus dan kesembuhan melalui pendekatan yangterfokus pada penderita

agar pelayanan DOTS yang berkualitas dapat menjangkau seluruh penderita

khususnya kelompok masyarakat yang miskin dan rentan

2 Menghadapi tantangan TBHIV MDR-TB dan tantangan lainnya dengan cara

meningkatkan kolaborasi TBHIV DOTS-Plus dan pendekatan lainnya

3 Berkontribusi dalam memperkuat sistem kesehatan melalui kerjasama dengan

berbagai program dan pelayanan kesehatan lainnya misalnya dalam memobilisasi

sumber daya manusia dan finansial untuk implementasi dan mengevaluasi

hasilnyaserta pertukaran informasi dalam keberhasilan pencapaian dalam program

penanggulangan TB

33

4 Melibatkan seluruh penyedia pelayanan kesehatan pemerintah lembaga swadaya

masyarakat (LSM) dan swasta dengan cara memperluas pendekatan berbasis

public-private mix (PPM) dengan menggunakan ISTC

5 Melibatkan penderita TB dan masyarakat untuk memberikan kontribusi dalam

penyediaan pelayanan yang efektif Hal ini meliputi perluasan pelayanan TB di

masyarakat menciptakan kebutuhan masyarakat akan pelayanan TB advokasi

yang spesifik komunikasi dan mobilisasi sosial serta mendukung pengembangan

piagam pasien TB dalam masyarakat dan

6 Memberdayakan dan meningkatkan penelitian operasional

28 Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel dependent

Karakteristik Individu

1Umur

2Jenis kelamin

3Pendidikan

4Pekerjaan

5Pengetahuan

6Efek samping OAT

7Tingkat kepatuhan

penderita dalam

pengobatan

Kesembuhan

34

Penderita TB paru

Faktor Pelayanan

kesehatan

1 Ketersediaan OAT

2 Sikap petugas kesehatan

3 LokasiJarak

4 Penyuluhan kesehatan

5 Kunjungan rumah

Faktor Peran PMO

Gambar Kerangka Konsep Penelitian

Definisi Konsep

1 Karakteristik individu adalah hal-hal yang melekat dalam diri penderita TB paru yang

mempengaruhi tingkat kapetuhan dalam melaksanakan program pengobatan dengan

strategi DOTS yang membedakan seseorang dengan yang lainnya meliputi umur jenis

kelamin pendidikan pekerjaan pengetahuan efek samping OAT tingkat kepatuhan

penderita dalam pengobatan

2 Faktor pelayanan kesehatan adalah penilaian dari penderita TB paru terhadap upaya yang

diselenggarakan oleh unit pelayanan kesehatan untuk menangani penderita TB paru

meliputi Ketersediaan OATsikap petugas kesehatan lokasijarak penyuluhan

kesehatan dan kunjungan rumah

3 Faktor Peran PMO ( Pengawasan Menelan Obat ) adalah penilaian dari penderita TB paru

terhadap hal-hal yang menjadi tugas dari seseorang pengawas menelan obat yang

mempengaruhi tingkat kepatuhan penderita TB paru dalam melaksanakan pengobatan

meliputi penyuluhan member dorongan meningkatkan dan mengawasi

35

4 Kesembuhan adalah pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan

pemeriksaan ulang dahak (follow up) menunjukkan hasil BTA negatif

29 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep di atas maka hipotesis penelitian ini adalah

1) Ada pengaruh karakteristik individu terhadap kesembuhan penderita TB paru

dalam pengobatan

2) Ada pengaruh pelayanan kesehatan terhadap kesembuhan penderita TB paru

dalam pengobatan

3) Ada pengaruh PMO terhadap kesembuhan penderita TB paru dalam pengobatan

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

31 Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional yang

bertujuan untuk menjelaskan pengaruh karakteristik individu faktor pelayanan

kesehatan dan faktor Pengawas Menelan Obat (PMO) terhadap kesembuhan

penderita TB Paru dalam melaksanakan pengobatan di Puskesmas Grogol Petamburan

tahun 2011

32 Tempat dan Waktu Penelitian

36

Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Grogol Petamburan pada bulan

Januari sampai Februari tahun 2012

33 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang

sedang menjalankan pengobatan TB di Puskesmas Grogol

Petamburan mulai bulan OktobeR

34 Keriteria Inklusi dan Eksklusi

341 Keriteria Inklusi

342 Keriteria Eksklusi

35 Sampel

351 Besar Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang

mengikuti pengobatan dengan strategi DOTS di Puskesmas yang pada saat penelitian

sedang menjalani pengobatan dan seluruh penderita TB yang telah mendapat

pengobatan selama 6 bulan atau sedang dalam tahap lanjutan

Keterangan

n1 = Jumlah sampel minimal

37

n2 = Jumlah sampel ditambah substitusi 10 (substitusi adalah persen responden

yang mungkin drop out)

Z = Tingkat batas kepercayaan dengan = 5

Didapat Z pada kurva normal = 196

p = Proporsi variabel yang diteliti yaitu besarnya presentasi 50 )

q = 1 - p

L = Derajat kesalahan yang masih dapat diterima adalah 10

Berdasarkan rumus di atas didapatkan angka sebagai berikut

( Z )2 p q ( 196 )2 0505

n1 = ----------------- = ------------------------------ = 9604

L2 ( 01 )2

n2 = n1 + ( 10 n1 )

= 9604 + ( 10 9604)

= 9604 + 9604

= 10564 Dibulatkan 106

352 Teknik Pengambilan Sampel

36 Identifikasi Variabel

1 Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kesembuhan tb paru

2 Variabel independen adalah umur jenis kelamin pendidikan pekerjaan

pengetahuan efek samping OAT dan tingkat kepahuhan dari penderita TB

Selain itu faktor dari pelayanan kesehatan dan PMO juga ikut berperan

37 Cara Kerja

1 Membuat proposal penelitian tentang hubungan antara tingkat kepatuhan minum

OAT dengan tingkat kesembuhan penyakit TB di Puskesmas Kecamatan Grogol

Petamburan

38

2 Pengumpulan data sekunder dari Puskesmas Grogol Petamburan

3 Melakukan kunjungan ke rumah-rumah sampel di daerah RT terpilih untuk

pengumpulan data primer dengan memakai kuesioner dan wawancara responden

4 Data-data yang telah dikumpulkan akan dilakukan pengolahan berupa proses

editing verifikasi dan koding Selanjutnya dimasukkan dan diolah dengan

menggunakan program computer yaitu program SPSS

5 Terhadap data yang telah diolah kemudian dilakukan analisis sesuai dengan cara

uji statistik menggunakanhelliphellip Data diinterpretasi secara deskriptif korelatif

antar variabel ndash variabel yang telah ditentukan dan disajikan dalam bentuk

tekstular dan tabular

6 Hasil dari penelitian akan disusun dalam bentuk pelaporan penelitian yang

selanjutnya akan di presentasikan di hadapan staf pengajar program pendidikan

Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida

Wacana (FK UKRIDA) dalam forum pendidikan Ilmu Kedokteran Komunitas

Fakultas Kedokteran UKRIDA

38 Manajemen Data

381 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder yaitu

1 Data primer diperoleh dengan wawancara langsung kepada penderita TB paru

dan petugas kesehatan program penanggulangan TB Paru yang berpedoman pada

kuisioner penelitian yang telah ditetapkan dam melakukan cross check

2 Data sekunder diperoleh dari laporan pelaksanaan program penanggulangan TB

Paru di Puskesmas kartu pengobatan TBC (formulir TB 01) dan Formulir

Permohonan Laboratorium TBC Untik Pemeriksaan Dahak (formulir TB 05)

382 Pengolahan Data

39

Aspek pengukuran

Aspek pengukuran variable bebas

Karakteristik individu

Aspek pengukuran variable karakteristik individu dapat dilihat pada tabel 31

Table 31 Aspek Pengukuran Variabel Karakteristik Individu

Karakteristik

individu

Kategori Skala Bobot nilai

Umur a 15-24 tahun

b 25-49 tahun

c gt 50 tahun

rasio

Jenis kelamin a Laki-laki

b Perempuan

Tingkat

pendidikan

a Tidak tamat SD

b SD

c SLTP

d SLTA

e Sarjana S1

Pekerjaan a Bekerja

b Tidak bekerja

Pengetahuan a Baik

b Sedang

c Bururk

Efek samping

OAT

a Ada

b Tidan ada

Faktor pelayanan kesehatan

Pengukuran faktor pelanan kesehatan meliputi ketersediaan OAT yang

diukur adalah yang diukur dengan 2 pertanyaan sikap petugas kesehatan diukur

dengan 8 pertanyaan lokasi jarak diukur dengan 3 pertanyaan penyuluhan kesehatan

diukur dengan 6 pertanyaan dan kunjungan rumah diukur dengan 2 pertanyaan

40

berdasarkan jawaban yang diberikan responden selanjutnya dikelompokkan menjadi

tiga (3) yaitu

a Baik jika faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan

penilaian yang baik karena kebutuhan yang diinginkan debagian besarnya

terpenuhi (nilai gt32)

b Sedang bila faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan

penilaian yang kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan responden hanay

sebagian saja yang terpenuhi (nilainya 17-32)

c Buruk bila faktor pelayanan pelayanan kesehatan yang diterima responden

menimbulkan penilaian yang tidak baik karena kebutuhan yang diinginka

responden sebagian besar tidak dipenuhi (nilainya lt17)

Faktor Pengawas Menelan Obat (PMO)

Faktor Pengawas Menelan Obat diukur dengan 5 pertanyaan yang

selanjutnya dibedakan atas 3 kategori yaitu

a Baik bila semua tugas yang diterima responden terlaksana dengan baik yaitu

mengawasi memberikan dorongan mengingatkan dan memberikan penyuluhan

(nilainya gt11)

b Sedang bila tugas PMO yang diterima responden sebagian saja yang terpenuhi

(nilainya 6-11)

c Buruk bila tugas PMO yang diterima responden tidak terlaksana dengan baik

(nilainya lt 6)

Aspek Pengukuran Variabel Terikan

Kepatuhan Pengobatan TB Paru

41

Aspek Pengukuran Variabel ini menggunakan skala interval yang diukur berdasarkan

tiga (3) kategori yaitu

Patuh apabila responden selalu menelan obat sesuai ketentuan petugas kesehatan

yaitu setiap hari pada tahap awal tiga kali seminggu pada tahap lanjutan dan

mengambil obat serta memeriksakan dahak sesuai jadwal dan menaati nasihat dari

petugas kesehatan ( bobot 3 )

Kurang patuh jika responden kadang-kadang menelan obat sesuai ketentuan

petugas kesehatan atau responden tidak menelan obat 2-8 minggu selama tahap

pengobatan lanjutan dan tidak memerisakan dahak sesuai jadwal yang telah

ditetapkan dan tidak selalu menaati nasihat dari petugas kesehatan (bobot 2 )

Tidak patuh jika responden tidak menelan obat sesuai ketentuan petugas

kesehatan atau responden tidak menelan obat lebih dari 8 minggu selama tahap

pengobatan lanjutan dan tidak mengambil obat serta tidak memeriksakan dahak

sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan tidak menaati nasihat petugas kesehatan

(bobot 1)

383 Penyajian Data

384 Analisis Data

385 Interpretasi Data

386 Pelaporan Data

39 Definisi Operasional

1 Umur adalah usia responden saat penelitian berdasarkan ulang tahun terakhir yang

dibedakan atas 3 (tiga) kategori berdasarkna Badan Pusat Statistik Kota Medan

42

tahun 2008 yaitu 1) orang muda 25-24 tahun 2) dewasa 24-49 tahun 3) orang

tua gt 50 tahun

2 Jenis kelamin adalah suatu karakteristik responden yang dibedakan identitasnya

dari laki-laki dan perempuan

3 Pendidikan adalah jenjang pendidikannyang berhasil ditamatkan responden yang

dibedakan atas tidak tamat SD SD SLTP SLTA Akademi Sarjana

4 Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh responden sebagai

pendapatan utama yang dibedakan atas kerja dan tidak bekerja

5 Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai penyakit

TB paru

6 Efek samping OAT adalah gejala keluhan yang diderita responden akiba menelan

OAT selama pengobatan

7 Ketersdediaan OAT adalah pandangan responden terhadap kondisi OAT

diperoleh dari puskesmas meliputi kecukupan jumlah OAT dan dan kualitasnya

8 Sikap petugas kesehatan adalah penilaian responden terhadap reaksi petugas

kesehatan kepada responden selama mereka menjalanin pengobatan

9 Lokasi jarak adalah pandangan responden tentang lama perjalanan dari tempat

tinggal responden ke Puskesmas yang diukur dengan jarak sarana transportasi

10 Penyuluhan kesehatan adalah pandangan responden tentang kegiatan yang

dilakukan oleh petugas kesehatan sehubungan dengan pengobatan TB Paru untuk

mencapai suatu keadaan dimana pederita TB Paru dapat hidup lebih sehat

11 Kunjungan rumah adalah pandangan responden tentang kegiatan yang dilakukan

petugas kesehatan selama masa pengobatan ke rumah responden

12 Faktor peran Pengawas Minum Obat (PMO) adalah pandangan responden tentang

tugas yang dilakasanakan oleh seorang PMO meliputi penyuluhan

13 Kepatuhan berobat adalah ketaan responden dalam menelan obat mengambil

obat dan melakukan pemeriksaan dahak sesuai jadwal yang telah ditentukan dan

menaati segala nasehat dari petugas kesehatan

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

1) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta

2) Perkumpulan Pemberantasan TB Indonesia 2011 TB di Indonesia Peringkat Dunia

Jakarta Diakses melalui situs httpwwwpptiinfoindexphpcomponentcontentarticle46-

arsip-ppti141-tbc-di-indonesia-peringkat-5-dunia Diakses pada tanggal 23 Januari 2012

44

3) Depkes dan WHO 2008 Lembar Fakta Tuberkulosis Jakarta

4) Dirjen P2M amp PLP 1997 Pengawasan Menelan Obat (PMO) adalah DOTS ala Indonesia

Jakarta

5) Amirudin R 2006 Faktor Keberhasilan Konversi pada Penderita TB Paru di Puskesmas

Jongaya Tahun 2006 Laporan Penelitian FKM Unhas Makasar

6) Aditama Tjandra Y 1994 Tuberkulosis Paru Masalah dan Penanggulangnya UI Press

Jakarta

7) Aru W Bambang S Idrus A dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Tuberkulosis

Paru Edisi IV FKUI Jakarta 2006 998-1004

8) Depkes RI 2002 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta

9) Depkes RI 2006 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta

10) Subijakto Hubungan Pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Berobat

Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Proposal Skripsi Jakarta 2011 Diakses pada

tanggal 20 Januari 2012

11) Aditama Tjandra Y 2002 Tuberkulosis Diagnosis Terapi dan Masalahnya Yayasan IDI

Jakarta

12) Notoatmodjo Soekidjo 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Penerbit Rineka Cipta

Jakarta

13) Simamora Jojor 2004 Faktor yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Berobat Penderita TB

Paru di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2004 Tesis Pascasarjana USU Medan

14) Ester Monica 2000 Psikologi Kesehatan Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

15) Bart Smet 1994 Psikologi Kesehatan PT Grasindo Jakarta

16) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta

45

Page 30: 133192422-TB-paru

yang lebih lemah dan kehidupan sosialnya lebih memusatkan perhatian pada

dirinya sendiri Blumenthal et al mengatakan bahwa ciri-ciri kepribadian yang

disebutkan diatas itu yang menyebabkan seseorang cenderung tidak patuh ( drop

out) dari program pengobatan 14

Menurut Schwart dan Griffin Faktor yang berhubungan dengan

ketidaktaan secara sejarah riset tentang ketaan pasien didasarkan atas pandangan

tradisional mengenai pasien sebagai penerima nasihat dokter yang pasif dan patuh

Pasien yang tidak taat dipandang sebagai orang yang lalai dan masalahnya dianggap

sebagai masalah control Riset berusah untuk mengidentifikasi kelompok-kelompok

pasien yang tidak patuh berdasarkan kelas sosioekonomi pendidikan umur dan

jenis kelamin Pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan sepanjang bawah

pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif seperti penggunaan buku-buku

dan kaset oleh pasien secara mandiri Usaha-usaha ini sedikit berhasil seorang dapat

menjadi tidak taat kalau situasinya memungkinkan Teori-teori yang lebih baru

menekannkan factor situasional dan pasien sebagai peserta yang aktif dalam proses

pengobatannya Perilaku ketaatan sering diartikan sebagai usaha pasien untuk

mengendalikan perilakunya bahkan jika hal tersebut bias menimbulkan resiko

mengenai kesehatannya 15

Macam-macam faktor yang berkaitan dengan ketidaktaatan disebutkan

a Ciri-ciri kesakitan dan cirri-ciri pengobatan

Menurut Dickson dkk perilaku ketaatan lebih rendah untuk penyakit kronis

(karena tidak ada akibat buruk yang segera dirasakan atau resiko yang jelas )

saran mengenai gaya hidup umum dan kebiasaan yang lama pengobatan yang

kompleks pengobatan dengan efek samping perilaku yang tidak pantas

Menurut Sarafino tingkat ketaaatan rata-rata minum obat utnuk menyenbuhkan

kesakitan akut dengan pengobatan jangka pendek adalah sekitar 78 Untuk

kesakita kronis dengan cara pengobatan jangaka panjang tingkat tersebut menurun

sampai 54

b Komunikasi antara Pasien dan Dokter

Berbagai aspek komunikasi antara pasien dan dokter mempengaruhi tingkat

ketidaktaan misalnya informasi dengan pengawasan yang kurang

30

ketidakpuasan terhadap aspek hubungan emosional dengan dokter ketidak

puasan terhadap pengobatan yang diberikan

c Variabel-variabel sosial

Hubungan antara dukungan sosial dengan ketaatan telah dipelajari Secara umum

orang-orang yang merasa mereka menerima penghiburan perhatian dan

pertolongan yang mereka butuhkan dari seseorang atau kelompok biasanya

cenderung lebih mudah mengikuti nasihat medis daripada pasien yang kurang

mendapat dukungan sosial Jelaslah bahwa keluarga memainkan peranan yang

sangat penting dalam pengelolaan medis misalnya penggunaan pengaruh

normative pada pasien yang mungkin mengakibatkan efek yang memudahkan

atau menghambat perilaku ketaatan

d Ciri-ciri Individual

Variabel-variabel demografis juga digunakan untuk meramalkan ketidaktaatan

sebagai contoh Di Amerika Serikat kaum wanita kaum kulit putih dan orang

tua cenderung mengikuti anjuran dokter 15

Dalam proses penyembuhan penderita TB Paru dapat diberikan obat anti-

TB (OAT) yang diminum secara teratur sampai selesai dengan pengawasan

yangketat Masa pemberian obat memang cukup lama yaitu 6-8 bulan secara terus

menerus sehingga dapat mencegah penularan kepada orang lain Oleh sebab itu para

penderita TB jika ingin sembuh harus minum obat secara teratur Tanpa adanya

keteraturan minum obat penyakit sulit disembuhkan Jika tidak teratur minum obat

penyakitnya sukar diobati kuman TB dalam tubuh akan berkembang semakin banyak

dan menyerang organ tubuh lain yang akan membutuhkan waktu lebih lama untuk

dapat sembuh

26 Pengawasan Menelan Obat (PMO) 9

Salah satu komponen DOTS adalah pengobatan paduan OAT jangka

pendek dengan pengawasan langsung Untuk menjamin keteraturan pengobatan

diperlukan seorang PMO

31

a Persyaratan PMO

bull Seseorang yang dikenal dipercaya dan disetujui baik oleh petugas kesehatan

maupun pasien selain itu harus disegani dan dihormati oleh pasien

bull Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien

bull Bersedia membantu pasien dengan sukarela

bull Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan pasien

b Siapa yang bisa menjadi PMO

Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan misalnya Bidan di Desa Perawat

Pekarya Sanitarian Juru Immunisasi dan lain lain Bila tidak ada petugas

kesehatan yang memungkinkan PMO dapat berasal dari kader kesehatan guru

anggota PPTI PKK atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga

c Tugas seorang PMO

bull Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai

pengobatan

bull Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur

bull Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah

ditentukan

bull Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai gejala-

gejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke Unit Pelayanan

Kesehatan

Tugas seorang PMO bukanlah untuk mengganti kewajiban pasien mengambil

obatdari unit pelayanan kesehatan

d Informasi penting yang perlu dipahami PMO untuk disampaikan kepada pasien dan

keluarganya

bull TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur

32

bull TB bukan penyakit keturunan atau kutukan

bull Cara penularan TB gejala-gejala yang mencurigakan dan cara pencegahannya

bull Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan)

bull Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur

bull Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera meminta

pertolongan ke UPK

27 Penanggulangan TB 16

Rencana Global Penanggulangan TB

Rencana Global 2006-2015 mencakup enam elemen utama dalam strategi baru Stop

TB ndashWHO yang terdiri dari

1 Memperluas dan meningkatkan ekspansi DOTS yang berkualitas meningkatkan

penemuan kasus dan kesembuhan melalui pendekatan yangterfokus pada penderita

agar pelayanan DOTS yang berkualitas dapat menjangkau seluruh penderita

khususnya kelompok masyarakat yang miskin dan rentan

2 Menghadapi tantangan TBHIV MDR-TB dan tantangan lainnya dengan cara

meningkatkan kolaborasi TBHIV DOTS-Plus dan pendekatan lainnya

3 Berkontribusi dalam memperkuat sistem kesehatan melalui kerjasama dengan

berbagai program dan pelayanan kesehatan lainnya misalnya dalam memobilisasi

sumber daya manusia dan finansial untuk implementasi dan mengevaluasi

hasilnyaserta pertukaran informasi dalam keberhasilan pencapaian dalam program

penanggulangan TB

33

4 Melibatkan seluruh penyedia pelayanan kesehatan pemerintah lembaga swadaya

masyarakat (LSM) dan swasta dengan cara memperluas pendekatan berbasis

public-private mix (PPM) dengan menggunakan ISTC

5 Melibatkan penderita TB dan masyarakat untuk memberikan kontribusi dalam

penyediaan pelayanan yang efektif Hal ini meliputi perluasan pelayanan TB di

masyarakat menciptakan kebutuhan masyarakat akan pelayanan TB advokasi

yang spesifik komunikasi dan mobilisasi sosial serta mendukung pengembangan

piagam pasien TB dalam masyarakat dan

6 Memberdayakan dan meningkatkan penelitian operasional

28 Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel dependent

Karakteristik Individu

1Umur

2Jenis kelamin

3Pendidikan

4Pekerjaan

5Pengetahuan

6Efek samping OAT

7Tingkat kepatuhan

penderita dalam

pengobatan

Kesembuhan

34

Penderita TB paru

Faktor Pelayanan

kesehatan

1 Ketersediaan OAT

2 Sikap petugas kesehatan

3 LokasiJarak

4 Penyuluhan kesehatan

5 Kunjungan rumah

Faktor Peran PMO

Gambar Kerangka Konsep Penelitian

Definisi Konsep

1 Karakteristik individu adalah hal-hal yang melekat dalam diri penderita TB paru yang

mempengaruhi tingkat kapetuhan dalam melaksanakan program pengobatan dengan

strategi DOTS yang membedakan seseorang dengan yang lainnya meliputi umur jenis

kelamin pendidikan pekerjaan pengetahuan efek samping OAT tingkat kepatuhan

penderita dalam pengobatan

2 Faktor pelayanan kesehatan adalah penilaian dari penderita TB paru terhadap upaya yang

diselenggarakan oleh unit pelayanan kesehatan untuk menangani penderita TB paru

meliputi Ketersediaan OATsikap petugas kesehatan lokasijarak penyuluhan

kesehatan dan kunjungan rumah

3 Faktor Peran PMO ( Pengawasan Menelan Obat ) adalah penilaian dari penderita TB paru

terhadap hal-hal yang menjadi tugas dari seseorang pengawas menelan obat yang

mempengaruhi tingkat kepatuhan penderita TB paru dalam melaksanakan pengobatan

meliputi penyuluhan member dorongan meningkatkan dan mengawasi

35

4 Kesembuhan adalah pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan

pemeriksaan ulang dahak (follow up) menunjukkan hasil BTA negatif

29 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep di atas maka hipotesis penelitian ini adalah

1) Ada pengaruh karakteristik individu terhadap kesembuhan penderita TB paru

dalam pengobatan

2) Ada pengaruh pelayanan kesehatan terhadap kesembuhan penderita TB paru

dalam pengobatan

3) Ada pengaruh PMO terhadap kesembuhan penderita TB paru dalam pengobatan

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

31 Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional yang

bertujuan untuk menjelaskan pengaruh karakteristik individu faktor pelayanan

kesehatan dan faktor Pengawas Menelan Obat (PMO) terhadap kesembuhan

penderita TB Paru dalam melaksanakan pengobatan di Puskesmas Grogol Petamburan

tahun 2011

32 Tempat dan Waktu Penelitian

36

Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Grogol Petamburan pada bulan

Januari sampai Februari tahun 2012

33 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang

sedang menjalankan pengobatan TB di Puskesmas Grogol

Petamburan mulai bulan OktobeR

34 Keriteria Inklusi dan Eksklusi

341 Keriteria Inklusi

342 Keriteria Eksklusi

35 Sampel

351 Besar Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang

mengikuti pengobatan dengan strategi DOTS di Puskesmas yang pada saat penelitian

sedang menjalani pengobatan dan seluruh penderita TB yang telah mendapat

pengobatan selama 6 bulan atau sedang dalam tahap lanjutan

Keterangan

n1 = Jumlah sampel minimal

37

n2 = Jumlah sampel ditambah substitusi 10 (substitusi adalah persen responden

yang mungkin drop out)

Z = Tingkat batas kepercayaan dengan = 5

Didapat Z pada kurva normal = 196

p = Proporsi variabel yang diteliti yaitu besarnya presentasi 50 )

q = 1 - p

L = Derajat kesalahan yang masih dapat diterima adalah 10

Berdasarkan rumus di atas didapatkan angka sebagai berikut

( Z )2 p q ( 196 )2 0505

n1 = ----------------- = ------------------------------ = 9604

L2 ( 01 )2

n2 = n1 + ( 10 n1 )

= 9604 + ( 10 9604)

= 9604 + 9604

= 10564 Dibulatkan 106

352 Teknik Pengambilan Sampel

36 Identifikasi Variabel

1 Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kesembuhan tb paru

2 Variabel independen adalah umur jenis kelamin pendidikan pekerjaan

pengetahuan efek samping OAT dan tingkat kepahuhan dari penderita TB

Selain itu faktor dari pelayanan kesehatan dan PMO juga ikut berperan

37 Cara Kerja

1 Membuat proposal penelitian tentang hubungan antara tingkat kepatuhan minum

OAT dengan tingkat kesembuhan penyakit TB di Puskesmas Kecamatan Grogol

Petamburan

38

2 Pengumpulan data sekunder dari Puskesmas Grogol Petamburan

3 Melakukan kunjungan ke rumah-rumah sampel di daerah RT terpilih untuk

pengumpulan data primer dengan memakai kuesioner dan wawancara responden

4 Data-data yang telah dikumpulkan akan dilakukan pengolahan berupa proses

editing verifikasi dan koding Selanjutnya dimasukkan dan diolah dengan

menggunakan program computer yaitu program SPSS

5 Terhadap data yang telah diolah kemudian dilakukan analisis sesuai dengan cara

uji statistik menggunakanhelliphellip Data diinterpretasi secara deskriptif korelatif

antar variabel ndash variabel yang telah ditentukan dan disajikan dalam bentuk

tekstular dan tabular

6 Hasil dari penelitian akan disusun dalam bentuk pelaporan penelitian yang

selanjutnya akan di presentasikan di hadapan staf pengajar program pendidikan

Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida

Wacana (FK UKRIDA) dalam forum pendidikan Ilmu Kedokteran Komunitas

Fakultas Kedokteran UKRIDA

38 Manajemen Data

381 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder yaitu

1 Data primer diperoleh dengan wawancara langsung kepada penderita TB paru

dan petugas kesehatan program penanggulangan TB Paru yang berpedoman pada

kuisioner penelitian yang telah ditetapkan dam melakukan cross check

2 Data sekunder diperoleh dari laporan pelaksanaan program penanggulangan TB

Paru di Puskesmas kartu pengobatan TBC (formulir TB 01) dan Formulir

Permohonan Laboratorium TBC Untik Pemeriksaan Dahak (formulir TB 05)

382 Pengolahan Data

39

Aspek pengukuran

Aspek pengukuran variable bebas

Karakteristik individu

Aspek pengukuran variable karakteristik individu dapat dilihat pada tabel 31

Table 31 Aspek Pengukuran Variabel Karakteristik Individu

Karakteristik

individu

Kategori Skala Bobot nilai

Umur a 15-24 tahun

b 25-49 tahun

c gt 50 tahun

rasio

Jenis kelamin a Laki-laki

b Perempuan

Tingkat

pendidikan

a Tidak tamat SD

b SD

c SLTP

d SLTA

e Sarjana S1

Pekerjaan a Bekerja

b Tidak bekerja

Pengetahuan a Baik

b Sedang

c Bururk

Efek samping

OAT

a Ada

b Tidan ada

Faktor pelayanan kesehatan

Pengukuran faktor pelanan kesehatan meliputi ketersediaan OAT yang

diukur adalah yang diukur dengan 2 pertanyaan sikap petugas kesehatan diukur

dengan 8 pertanyaan lokasi jarak diukur dengan 3 pertanyaan penyuluhan kesehatan

diukur dengan 6 pertanyaan dan kunjungan rumah diukur dengan 2 pertanyaan

40

berdasarkan jawaban yang diberikan responden selanjutnya dikelompokkan menjadi

tiga (3) yaitu

a Baik jika faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan

penilaian yang baik karena kebutuhan yang diinginkan debagian besarnya

terpenuhi (nilai gt32)

b Sedang bila faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan

penilaian yang kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan responden hanay

sebagian saja yang terpenuhi (nilainya 17-32)

c Buruk bila faktor pelayanan pelayanan kesehatan yang diterima responden

menimbulkan penilaian yang tidak baik karena kebutuhan yang diinginka

responden sebagian besar tidak dipenuhi (nilainya lt17)

Faktor Pengawas Menelan Obat (PMO)

Faktor Pengawas Menelan Obat diukur dengan 5 pertanyaan yang

selanjutnya dibedakan atas 3 kategori yaitu

a Baik bila semua tugas yang diterima responden terlaksana dengan baik yaitu

mengawasi memberikan dorongan mengingatkan dan memberikan penyuluhan

(nilainya gt11)

b Sedang bila tugas PMO yang diterima responden sebagian saja yang terpenuhi

(nilainya 6-11)

c Buruk bila tugas PMO yang diterima responden tidak terlaksana dengan baik

(nilainya lt 6)

Aspek Pengukuran Variabel Terikan

Kepatuhan Pengobatan TB Paru

41

Aspek Pengukuran Variabel ini menggunakan skala interval yang diukur berdasarkan

tiga (3) kategori yaitu

Patuh apabila responden selalu menelan obat sesuai ketentuan petugas kesehatan

yaitu setiap hari pada tahap awal tiga kali seminggu pada tahap lanjutan dan

mengambil obat serta memeriksakan dahak sesuai jadwal dan menaati nasihat dari

petugas kesehatan ( bobot 3 )

Kurang patuh jika responden kadang-kadang menelan obat sesuai ketentuan

petugas kesehatan atau responden tidak menelan obat 2-8 minggu selama tahap

pengobatan lanjutan dan tidak memerisakan dahak sesuai jadwal yang telah

ditetapkan dan tidak selalu menaati nasihat dari petugas kesehatan (bobot 2 )

Tidak patuh jika responden tidak menelan obat sesuai ketentuan petugas

kesehatan atau responden tidak menelan obat lebih dari 8 minggu selama tahap

pengobatan lanjutan dan tidak mengambil obat serta tidak memeriksakan dahak

sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan tidak menaati nasihat petugas kesehatan

(bobot 1)

383 Penyajian Data

384 Analisis Data

385 Interpretasi Data

386 Pelaporan Data

39 Definisi Operasional

1 Umur adalah usia responden saat penelitian berdasarkan ulang tahun terakhir yang

dibedakan atas 3 (tiga) kategori berdasarkna Badan Pusat Statistik Kota Medan

42

tahun 2008 yaitu 1) orang muda 25-24 tahun 2) dewasa 24-49 tahun 3) orang

tua gt 50 tahun

2 Jenis kelamin adalah suatu karakteristik responden yang dibedakan identitasnya

dari laki-laki dan perempuan

3 Pendidikan adalah jenjang pendidikannyang berhasil ditamatkan responden yang

dibedakan atas tidak tamat SD SD SLTP SLTA Akademi Sarjana

4 Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh responden sebagai

pendapatan utama yang dibedakan atas kerja dan tidak bekerja

5 Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai penyakit

TB paru

6 Efek samping OAT adalah gejala keluhan yang diderita responden akiba menelan

OAT selama pengobatan

7 Ketersdediaan OAT adalah pandangan responden terhadap kondisi OAT

diperoleh dari puskesmas meliputi kecukupan jumlah OAT dan dan kualitasnya

8 Sikap petugas kesehatan adalah penilaian responden terhadap reaksi petugas

kesehatan kepada responden selama mereka menjalanin pengobatan

9 Lokasi jarak adalah pandangan responden tentang lama perjalanan dari tempat

tinggal responden ke Puskesmas yang diukur dengan jarak sarana transportasi

10 Penyuluhan kesehatan adalah pandangan responden tentang kegiatan yang

dilakukan oleh petugas kesehatan sehubungan dengan pengobatan TB Paru untuk

mencapai suatu keadaan dimana pederita TB Paru dapat hidup lebih sehat

11 Kunjungan rumah adalah pandangan responden tentang kegiatan yang dilakukan

petugas kesehatan selama masa pengobatan ke rumah responden

12 Faktor peran Pengawas Minum Obat (PMO) adalah pandangan responden tentang

tugas yang dilakasanakan oleh seorang PMO meliputi penyuluhan

13 Kepatuhan berobat adalah ketaan responden dalam menelan obat mengambil

obat dan melakukan pemeriksaan dahak sesuai jadwal yang telah ditentukan dan

menaati segala nasehat dari petugas kesehatan

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

1) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta

2) Perkumpulan Pemberantasan TB Indonesia 2011 TB di Indonesia Peringkat Dunia

Jakarta Diakses melalui situs httpwwwpptiinfoindexphpcomponentcontentarticle46-

arsip-ppti141-tbc-di-indonesia-peringkat-5-dunia Diakses pada tanggal 23 Januari 2012

44

3) Depkes dan WHO 2008 Lembar Fakta Tuberkulosis Jakarta

4) Dirjen P2M amp PLP 1997 Pengawasan Menelan Obat (PMO) adalah DOTS ala Indonesia

Jakarta

5) Amirudin R 2006 Faktor Keberhasilan Konversi pada Penderita TB Paru di Puskesmas

Jongaya Tahun 2006 Laporan Penelitian FKM Unhas Makasar

6) Aditama Tjandra Y 1994 Tuberkulosis Paru Masalah dan Penanggulangnya UI Press

Jakarta

7) Aru W Bambang S Idrus A dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Tuberkulosis

Paru Edisi IV FKUI Jakarta 2006 998-1004

8) Depkes RI 2002 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta

9) Depkes RI 2006 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta

10) Subijakto Hubungan Pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Berobat

Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Proposal Skripsi Jakarta 2011 Diakses pada

tanggal 20 Januari 2012

11) Aditama Tjandra Y 2002 Tuberkulosis Diagnosis Terapi dan Masalahnya Yayasan IDI

Jakarta

12) Notoatmodjo Soekidjo 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Penerbit Rineka Cipta

Jakarta

13) Simamora Jojor 2004 Faktor yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Berobat Penderita TB

Paru di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2004 Tesis Pascasarjana USU Medan

14) Ester Monica 2000 Psikologi Kesehatan Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

15) Bart Smet 1994 Psikologi Kesehatan PT Grasindo Jakarta

16) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta

45

Page 31: 133192422-TB-paru

ketidakpuasan terhadap aspek hubungan emosional dengan dokter ketidak

puasan terhadap pengobatan yang diberikan

c Variabel-variabel sosial

Hubungan antara dukungan sosial dengan ketaatan telah dipelajari Secara umum

orang-orang yang merasa mereka menerima penghiburan perhatian dan

pertolongan yang mereka butuhkan dari seseorang atau kelompok biasanya

cenderung lebih mudah mengikuti nasihat medis daripada pasien yang kurang

mendapat dukungan sosial Jelaslah bahwa keluarga memainkan peranan yang

sangat penting dalam pengelolaan medis misalnya penggunaan pengaruh

normative pada pasien yang mungkin mengakibatkan efek yang memudahkan

atau menghambat perilaku ketaatan

d Ciri-ciri Individual

Variabel-variabel demografis juga digunakan untuk meramalkan ketidaktaatan

sebagai contoh Di Amerika Serikat kaum wanita kaum kulit putih dan orang

tua cenderung mengikuti anjuran dokter 15

Dalam proses penyembuhan penderita TB Paru dapat diberikan obat anti-

TB (OAT) yang diminum secara teratur sampai selesai dengan pengawasan

yangketat Masa pemberian obat memang cukup lama yaitu 6-8 bulan secara terus

menerus sehingga dapat mencegah penularan kepada orang lain Oleh sebab itu para

penderita TB jika ingin sembuh harus minum obat secara teratur Tanpa adanya

keteraturan minum obat penyakit sulit disembuhkan Jika tidak teratur minum obat

penyakitnya sukar diobati kuman TB dalam tubuh akan berkembang semakin banyak

dan menyerang organ tubuh lain yang akan membutuhkan waktu lebih lama untuk

dapat sembuh

26 Pengawasan Menelan Obat (PMO) 9

Salah satu komponen DOTS adalah pengobatan paduan OAT jangka

pendek dengan pengawasan langsung Untuk menjamin keteraturan pengobatan

diperlukan seorang PMO

31

a Persyaratan PMO

bull Seseorang yang dikenal dipercaya dan disetujui baik oleh petugas kesehatan

maupun pasien selain itu harus disegani dan dihormati oleh pasien

bull Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien

bull Bersedia membantu pasien dengan sukarela

bull Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan pasien

b Siapa yang bisa menjadi PMO

Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan misalnya Bidan di Desa Perawat

Pekarya Sanitarian Juru Immunisasi dan lain lain Bila tidak ada petugas

kesehatan yang memungkinkan PMO dapat berasal dari kader kesehatan guru

anggota PPTI PKK atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga

c Tugas seorang PMO

bull Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai

pengobatan

bull Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur

bull Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah

ditentukan

bull Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai gejala-

gejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke Unit Pelayanan

Kesehatan

Tugas seorang PMO bukanlah untuk mengganti kewajiban pasien mengambil

obatdari unit pelayanan kesehatan

d Informasi penting yang perlu dipahami PMO untuk disampaikan kepada pasien dan

keluarganya

bull TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur

32

bull TB bukan penyakit keturunan atau kutukan

bull Cara penularan TB gejala-gejala yang mencurigakan dan cara pencegahannya

bull Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan)

bull Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur

bull Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera meminta

pertolongan ke UPK

27 Penanggulangan TB 16

Rencana Global Penanggulangan TB

Rencana Global 2006-2015 mencakup enam elemen utama dalam strategi baru Stop

TB ndashWHO yang terdiri dari

1 Memperluas dan meningkatkan ekspansi DOTS yang berkualitas meningkatkan

penemuan kasus dan kesembuhan melalui pendekatan yangterfokus pada penderita

agar pelayanan DOTS yang berkualitas dapat menjangkau seluruh penderita

khususnya kelompok masyarakat yang miskin dan rentan

2 Menghadapi tantangan TBHIV MDR-TB dan tantangan lainnya dengan cara

meningkatkan kolaborasi TBHIV DOTS-Plus dan pendekatan lainnya

3 Berkontribusi dalam memperkuat sistem kesehatan melalui kerjasama dengan

berbagai program dan pelayanan kesehatan lainnya misalnya dalam memobilisasi

sumber daya manusia dan finansial untuk implementasi dan mengevaluasi

hasilnyaserta pertukaran informasi dalam keberhasilan pencapaian dalam program

penanggulangan TB

33

4 Melibatkan seluruh penyedia pelayanan kesehatan pemerintah lembaga swadaya

masyarakat (LSM) dan swasta dengan cara memperluas pendekatan berbasis

public-private mix (PPM) dengan menggunakan ISTC

5 Melibatkan penderita TB dan masyarakat untuk memberikan kontribusi dalam

penyediaan pelayanan yang efektif Hal ini meliputi perluasan pelayanan TB di

masyarakat menciptakan kebutuhan masyarakat akan pelayanan TB advokasi

yang spesifik komunikasi dan mobilisasi sosial serta mendukung pengembangan

piagam pasien TB dalam masyarakat dan

6 Memberdayakan dan meningkatkan penelitian operasional

28 Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel dependent

Karakteristik Individu

1Umur

2Jenis kelamin

3Pendidikan

4Pekerjaan

5Pengetahuan

6Efek samping OAT

7Tingkat kepatuhan

penderita dalam

pengobatan

Kesembuhan

34

Penderita TB paru

Faktor Pelayanan

kesehatan

1 Ketersediaan OAT

2 Sikap petugas kesehatan

3 LokasiJarak

4 Penyuluhan kesehatan

5 Kunjungan rumah

Faktor Peran PMO

Gambar Kerangka Konsep Penelitian

Definisi Konsep

1 Karakteristik individu adalah hal-hal yang melekat dalam diri penderita TB paru yang

mempengaruhi tingkat kapetuhan dalam melaksanakan program pengobatan dengan

strategi DOTS yang membedakan seseorang dengan yang lainnya meliputi umur jenis

kelamin pendidikan pekerjaan pengetahuan efek samping OAT tingkat kepatuhan

penderita dalam pengobatan

2 Faktor pelayanan kesehatan adalah penilaian dari penderita TB paru terhadap upaya yang

diselenggarakan oleh unit pelayanan kesehatan untuk menangani penderita TB paru

meliputi Ketersediaan OATsikap petugas kesehatan lokasijarak penyuluhan

kesehatan dan kunjungan rumah

3 Faktor Peran PMO ( Pengawasan Menelan Obat ) adalah penilaian dari penderita TB paru

terhadap hal-hal yang menjadi tugas dari seseorang pengawas menelan obat yang

mempengaruhi tingkat kepatuhan penderita TB paru dalam melaksanakan pengobatan

meliputi penyuluhan member dorongan meningkatkan dan mengawasi

35

4 Kesembuhan adalah pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan

pemeriksaan ulang dahak (follow up) menunjukkan hasil BTA negatif

29 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep di atas maka hipotesis penelitian ini adalah

1) Ada pengaruh karakteristik individu terhadap kesembuhan penderita TB paru

dalam pengobatan

2) Ada pengaruh pelayanan kesehatan terhadap kesembuhan penderita TB paru

dalam pengobatan

3) Ada pengaruh PMO terhadap kesembuhan penderita TB paru dalam pengobatan

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

31 Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional yang

bertujuan untuk menjelaskan pengaruh karakteristik individu faktor pelayanan

kesehatan dan faktor Pengawas Menelan Obat (PMO) terhadap kesembuhan

penderita TB Paru dalam melaksanakan pengobatan di Puskesmas Grogol Petamburan

tahun 2011

32 Tempat dan Waktu Penelitian

36

Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Grogol Petamburan pada bulan

Januari sampai Februari tahun 2012

33 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang

sedang menjalankan pengobatan TB di Puskesmas Grogol

Petamburan mulai bulan OktobeR

34 Keriteria Inklusi dan Eksklusi

341 Keriteria Inklusi

342 Keriteria Eksklusi

35 Sampel

351 Besar Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang

mengikuti pengobatan dengan strategi DOTS di Puskesmas yang pada saat penelitian

sedang menjalani pengobatan dan seluruh penderita TB yang telah mendapat

pengobatan selama 6 bulan atau sedang dalam tahap lanjutan

Keterangan

n1 = Jumlah sampel minimal

37

n2 = Jumlah sampel ditambah substitusi 10 (substitusi adalah persen responden

yang mungkin drop out)

Z = Tingkat batas kepercayaan dengan = 5

Didapat Z pada kurva normal = 196

p = Proporsi variabel yang diteliti yaitu besarnya presentasi 50 )

q = 1 - p

L = Derajat kesalahan yang masih dapat diterima adalah 10

Berdasarkan rumus di atas didapatkan angka sebagai berikut

( Z )2 p q ( 196 )2 0505

n1 = ----------------- = ------------------------------ = 9604

L2 ( 01 )2

n2 = n1 + ( 10 n1 )

= 9604 + ( 10 9604)

= 9604 + 9604

= 10564 Dibulatkan 106

352 Teknik Pengambilan Sampel

36 Identifikasi Variabel

1 Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kesembuhan tb paru

2 Variabel independen adalah umur jenis kelamin pendidikan pekerjaan

pengetahuan efek samping OAT dan tingkat kepahuhan dari penderita TB

Selain itu faktor dari pelayanan kesehatan dan PMO juga ikut berperan

37 Cara Kerja

1 Membuat proposal penelitian tentang hubungan antara tingkat kepatuhan minum

OAT dengan tingkat kesembuhan penyakit TB di Puskesmas Kecamatan Grogol

Petamburan

38

2 Pengumpulan data sekunder dari Puskesmas Grogol Petamburan

3 Melakukan kunjungan ke rumah-rumah sampel di daerah RT terpilih untuk

pengumpulan data primer dengan memakai kuesioner dan wawancara responden

4 Data-data yang telah dikumpulkan akan dilakukan pengolahan berupa proses

editing verifikasi dan koding Selanjutnya dimasukkan dan diolah dengan

menggunakan program computer yaitu program SPSS

5 Terhadap data yang telah diolah kemudian dilakukan analisis sesuai dengan cara

uji statistik menggunakanhelliphellip Data diinterpretasi secara deskriptif korelatif

antar variabel ndash variabel yang telah ditentukan dan disajikan dalam bentuk

tekstular dan tabular

6 Hasil dari penelitian akan disusun dalam bentuk pelaporan penelitian yang

selanjutnya akan di presentasikan di hadapan staf pengajar program pendidikan

Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida

Wacana (FK UKRIDA) dalam forum pendidikan Ilmu Kedokteran Komunitas

Fakultas Kedokteran UKRIDA

38 Manajemen Data

381 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder yaitu

1 Data primer diperoleh dengan wawancara langsung kepada penderita TB paru

dan petugas kesehatan program penanggulangan TB Paru yang berpedoman pada

kuisioner penelitian yang telah ditetapkan dam melakukan cross check

2 Data sekunder diperoleh dari laporan pelaksanaan program penanggulangan TB

Paru di Puskesmas kartu pengobatan TBC (formulir TB 01) dan Formulir

Permohonan Laboratorium TBC Untik Pemeriksaan Dahak (formulir TB 05)

382 Pengolahan Data

39

Aspek pengukuran

Aspek pengukuran variable bebas

Karakteristik individu

Aspek pengukuran variable karakteristik individu dapat dilihat pada tabel 31

Table 31 Aspek Pengukuran Variabel Karakteristik Individu

Karakteristik

individu

Kategori Skala Bobot nilai

Umur a 15-24 tahun

b 25-49 tahun

c gt 50 tahun

rasio

Jenis kelamin a Laki-laki

b Perempuan

Tingkat

pendidikan

a Tidak tamat SD

b SD

c SLTP

d SLTA

e Sarjana S1

Pekerjaan a Bekerja

b Tidak bekerja

Pengetahuan a Baik

b Sedang

c Bururk

Efek samping

OAT

a Ada

b Tidan ada

Faktor pelayanan kesehatan

Pengukuran faktor pelanan kesehatan meliputi ketersediaan OAT yang

diukur adalah yang diukur dengan 2 pertanyaan sikap petugas kesehatan diukur

dengan 8 pertanyaan lokasi jarak diukur dengan 3 pertanyaan penyuluhan kesehatan

diukur dengan 6 pertanyaan dan kunjungan rumah diukur dengan 2 pertanyaan

40

berdasarkan jawaban yang diberikan responden selanjutnya dikelompokkan menjadi

tiga (3) yaitu

a Baik jika faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan

penilaian yang baik karena kebutuhan yang diinginkan debagian besarnya

terpenuhi (nilai gt32)

b Sedang bila faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan

penilaian yang kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan responden hanay

sebagian saja yang terpenuhi (nilainya 17-32)

c Buruk bila faktor pelayanan pelayanan kesehatan yang diterima responden

menimbulkan penilaian yang tidak baik karena kebutuhan yang diinginka

responden sebagian besar tidak dipenuhi (nilainya lt17)

Faktor Pengawas Menelan Obat (PMO)

Faktor Pengawas Menelan Obat diukur dengan 5 pertanyaan yang

selanjutnya dibedakan atas 3 kategori yaitu

a Baik bila semua tugas yang diterima responden terlaksana dengan baik yaitu

mengawasi memberikan dorongan mengingatkan dan memberikan penyuluhan

(nilainya gt11)

b Sedang bila tugas PMO yang diterima responden sebagian saja yang terpenuhi

(nilainya 6-11)

c Buruk bila tugas PMO yang diterima responden tidak terlaksana dengan baik

(nilainya lt 6)

Aspek Pengukuran Variabel Terikan

Kepatuhan Pengobatan TB Paru

41

Aspek Pengukuran Variabel ini menggunakan skala interval yang diukur berdasarkan

tiga (3) kategori yaitu

Patuh apabila responden selalu menelan obat sesuai ketentuan petugas kesehatan

yaitu setiap hari pada tahap awal tiga kali seminggu pada tahap lanjutan dan

mengambil obat serta memeriksakan dahak sesuai jadwal dan menaati nasihat dari

petugas kesehatan ( bobot 3 )

Kurang patuh jika responden kadang-kadang menelan obat sesuai ketentuan

petugas kesehatan atau responden tidak menelan obat 2-8 minggu selama tahap

pengobatan lanjutan dan tidak memerisakan dahak sesuai jadwal yang telah

ditetapkan dan tidak selalu menaati nasihat dari petugas kesehatan (bobot 2 )

Tidak patuh jika responden tidak menelan obat sesuai ketentuan petugas

kesehatan atau responden tidak menelan obat lebih dari 8 minggu selama tahap

pengobatan lanjutan dan tidak mengambil obat serta tidak memeriksakan dahak

sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan tidak menaati nasihat petugas kesehatan

(bobot 1)

383 Penyajian Data

384 Analisis Data

385 Interpretasi Data

386 Pelaporan Data

39 Definisi Operasional

1 Umur adalah usia responden saat penelitian berdasarkan ulang tahun terakhir yang

dibedakan atas 3 (tiga) kategori berdasarkna Badan Pusat Statistik Kota Medan

42

tahun 2008 yaitu 1) orang muda 25-24 tahun 2) dewasa 24-49 tahun 3) orang

tua gt 50 tahun

2 Jenis kelamin adalah suatu karakteristik responden yang dibedakan identitasnya

dari laki-laki dan perempuan

3 Pendidikan adalah jenjang pendidikannyang berhasil ditamatkan responden yang

dibedakan atas tidak tamat SD SD SLTP SLTA Akademi Sarjana

4 Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh responden sebagai

pendapatan utama yang dibedakan atas kerja dan tidak bekerja

5 Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai penyakit

TB paru

6 Efek samping OAT adalah gejala keluhan yang diderita responden akiba menelan

OAT selama pengobatan

7 Ketersdediaan OAT adalah pandangan responden terhadap kondisi OAT

diperoleh dari puskesmas meliputi kecukupan jumlah OAT dan dan kualitasnya

8 Sikap petugas kesehatan adalah penilaian responden terhadap reaksi petugas

kesehatan kepada responden selama mereka menjalanin pengobatan

9 Lokasi jarak adalah pandangan responden tentang lama perjalanan dari tempat

tinggal responden ke Puskesmas yang diukur dengan jarak sarana transportasi

10 Penyuluhan kesehatan adalah pandangan responden tentang kegiatan yang

dilakukan oleh petugas kesehatan sehubungan dengan pengobatan TB Paru untuk

mencapai suatu keadaan dimana pederita TB Paru dapat hidup lebih sehat

11 Kunjungan rumah adalah pandangan responden tentang kegiatan yang dilakukan

petugas kesehatan selama masa pengobatan ke rumah responden

12 Faktor peran Pengawas Minum Obat (PMO) adalah pandangan responden tentang

tugas yang dilakasanakan oleh seorang PMO meliputi penyuluhan

13 Kepatuhan berobat adalah ketaan responden dalam menelan obat mengambil

obat dan melakukan pemeriksaan dahak sesuai jadwal yang telah ditentukan dan

menaati segala nasehat dari petugas kesehatan

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

1) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta

2) Perkumpulan Pemberantasan TB Indonesia 2011 TB di Indonesia Peringkat Dunia

Jakarta Diakses melalui situs httpwwwpptiinfoindexphpcomponentcontentarticle46-

arsip-ppti141-tbc-di-indonesia-peringkat-5-dunia Diakses pada tanggal 23 Januari 2012

44

3) Depkes dan WHO 2008 Lembar Fakta Tuberkulosis Jakarta

4) Dirjen P2M amp PLP 1997 Pengawasan Menelan Obat (PMO) adalah DOTS ala Indonesia

Jakarta

5) Amirudin R 2006 Faktor Keberhasilan Konversi pada Penderita TB Paru di Puskesmas

Jongaya Tahun 2006 Laporan Penelitian FKM Unhas Makasar

6) Aditama Tjandra Y 1994 Tuberkulosis Paru Masalah dan Penanggulangnya UI Press

Jakarta

7) Aru W Bambang S Idrus A dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Tuberkulosis

Paru Edisi IV FKUI Jakarta 2006 998-1004

8) Depkes RI 2002 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta

9) Depkes RI 2006 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta

10) Subijakto Hubungan Pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Berobat

Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Proposal Skripsi Jakarta 2011 Diakses pada

tanggal 20 Januari 2012

11) Aditama Tjandra Y 2002 Tuberkulosis Diagnosis Terapi dan Masalahnya Yayasan IDI

Jakarta

12) Notoatmodjo Soekidjo 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Penerbit Rineka Cipta

Jakarta

13) Simamora Jojor 2004 Faktor yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Berobat Penderita TB

Paru di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2004 Tesis Pascasarjana USU Medan

14) Ester Monica 2000 Psikologi Kesehatan Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

15) Bart Smet 1994 Psikologi Kesehatan PT Grasindo Jakarta

16) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta

45

Page 32: 133192422-TB-paru

a Persyaratan PMO

bull Seseorang yang dikenal dipercaya dan disetujui baik oleh petugas kesehatan

maupun pasien selain itu harus disegani dan dihormati oleh pasien

bull Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien

bull Bersedia membantu pasien dengan sukarela

bull Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan pasien

b Siapa yang bisa menjadi PMO

Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan misalnya Bidan di Desa Perawat

Pekarya Sanitarian Juru Immunisasi dan lain lain Bila tidak ada petugas

kesehatan yang memungkinkan PMO dapat berasal dari kader kesehatan guru

anggota PPTI PKK atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga

c Tugas seorang PMO

bull Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai

pengobatan

bull Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur

bull Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah

ditentukan

bull Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai gejala-

gejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke Unit Pelayanan

Kesehatan

Tugas seorang PMO bukanlah untuk mengganti kewajiban pasien mengambil

obatdari unit pelayanan kesehatan

d Informasi penting yang perlu dipahami PMO untuk disampaikan kepada pasien dan

keluarganya

bull TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur

32

bull TB bukan penyakit keturunan atau kutukan

bull Cara penularan TB gejala-gejala yang mencurigakan dan cara pencegahannya

bull Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan)

bull Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur

bull Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera meminta

pertolongan ke UPK

27 Penanggulangan TB 16

Rencana Global Penanggulangan TB

Rencana Global 2006-2015 mencakup enam elemen utama dalam strategi baru Stop

TB ndashWHO yang terdiri dari

1 Memperluas dan meningkatkan ekspansi DOTS yang berkualitas meningkatkan

penemuan kasus dan kesembuhan melalui pendekatan yangterfokus pada penderita

agar pelayanan DOTS yang berkualitas dapat menjangkau seluruh penderita

khususnya kelompok masyarakat yang miskin dan rentan

2 Menghadapi tantangan TBHIV MDR-TB dan tantangan lainnya dengan cara

meningkatkan kolaborasi TBHIV DOTS-Plus dan pendekatan lainnya

3 Berkontribusi dalam memperkuat sistem kesehatan melalui kerjasama dengan

berbagai program dan pelayanan kesehatan lainnya misalnya dalam memobilisasi

sumber daya manusia dan finansial untuk implementasi dan mengevaluasi

hasilnyaserta pertukaran informasi dalam keberhasilan pencapaian dalam program

penanggulangan TB

33

4 Melibatkan seluruh penyedia pelayanan kesehatan pemerintah lembaga swadaya

masyarakat (LSM) dan swasta dengan cara memperluas pendekatan berbasis

public-private mix (PPM) dengan menggunakan ISTC

5 Melibatkan penderita TB dan masyarakat untuk memberikan kontribusi dalam

penyediaan pelayanan yang efektif Hal ini meliputi perluasan pelayanan TB di

masyarakat menciptakan kebutuhan masyarakat akan pelayanan TB advokasi

yang spesifik komunikasi dan mobilisasi sosial serta mendukung pengembangan

piagam pasien TB dalam masyarakat dan

6 Memberdayakan dan meningkatkan penelitian operasional

28 Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel dependent

Karakteristik Individu

1Umur

2Jenis kelamin

3Pendidikan

4Pekerjaan

5Pengetahuan

6Efek samping OAT

7Tingkat kepatuhan

penderita dalam

pengobatan

Kesembuhan

34

Penderita TB paru

Faktor Pelayanan

kesehatan

1 Ketersediaan OAT

2 Sikap petugas kesehatan

3 LokasiJarak

4 Penyuluhan kesehatan

5 Kunjungan rumah

Faktor Peran PMO

Gambar Kerangka Konsep Penelitian

Definisi Konsep

1 Karakteristik individu adalah hal-hal yang melekat dalam diri penderita TB paru yang

mempengaruhi tingkat kapetuhan dalam melaksanakan program pengobatan dengan

strategi DOTS yang membedakan seseorang dengan yang lainnya meliputi umur jenis

kelamin pendidikan pekerjaan pengetahuan efek samping OAT tingkat kepatuhan

penderita dalam pengobatan

2 Faktor pelayanan kesehatan adalah penilaian dari penderita TB paru terhadap upaya yang

diselenggarakan oleh unit pelayanan kesehatan untuk menangani penderita TB paru

meliputi Ketersediaan OATsikap petugas kesehatan lokasijarak penyuluhan

kesehatan dan kunjungan rumah

3 Faktor Peran PMO ( Pengawasan Menelan Obat ) adalah penilaian dari penderita TB paru

terhadap hal-hal yang menjadi tugas dari seseorang pengawas menelan obat yang

mempengaruhi tingkat kepatuhan penderita TB paru dalam melaksanakan pengobatan

meliputi penyuluhan member dorongan meningkatkan dan mengawasi

35

4 Kesembuhan adalah pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan

pemeriksaan ulang dahak (follow up) menunjukkan hasil BTA negatif

29 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep di atas maka hipotesis penelitian ini adalah

1) Ada pengaruh karakteristik individu terhadap kesembuhan penderita TB paru

dalam pengobatan

2) Ada pengaruh pelayanan kesehatan terhadap kesembuhan penderita TB paru

dalam pengobatan

3) Ada pengaruh PMO terhadap kesembuhan penderita TB paru dalam pengobatan

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

31 Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional yang

bertujuan untuk menjelaskan pengaruh karakteristik individu faktor pelayanan

kesehatan dan faktor Pengawas Menelan Obat (PMO) terhadap kesembuhan

penderita TB Paru dalam melaksanakan pengobatan di Puskesmas Grogol Petamburan

tahun 2011

32 Tempat dan Waktu Penelitian

36

Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Grogol Petamburan pada bulan

Januari sampai Februari tahun 2012

33 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang

sedang menjalankan pengobatan TB di Puskesmas Grogol

Petamburan mulai bulan OktobeR

34 Keriteria Inklusi dan Eksklusi

341 Keriteria Inklusi

342 Keriteria Eksklusi

35 Sampel

351 Besar Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang

mengikuti pengobatan dengan strategi DOTS di Puskesmas yang pada saat penelitian

sedang menjalani pengobatan dan seluruh penderita TB yang telah mendapat

pengobatan selama 6 bulan atau sedang dalam tahap lanjutan

Keterangan

n1 = Jumlah sampel minimal

37

n2 = Jumlah sampel ditambah substitusi 10 (substitusi adalah persen responden

yang mungkin drop out)

Z = Tingkat batas kepercayaan dengan = 5

Didapat Z pada kurva normal = 196

p = Proporsi variabel yang diteliti yaitu besarnya presentasi 50 )

q = 1 - p

L = Derajat kesalahan yang masih dapat diterima adalah 10

Berdasarkan rumus di atas didapatkan angka sebagai berikut

( Z )2 p q ( 196 )2 0505

n1 = ----------------- = ------------------------------ = 9604

L2 ( 01 )2

n2 = n1 + ( 10 n1 )

= 9604 + ( 10 9604)

= 9604 + 9604

= 10564 Dibulatkan 106

352 Teknik Pengambilan Sampel

36 Identifikasi Variabel

1 Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kesembuhan tb paru

2 Variabel independen adalah umur jenis kelamin pendidikan pekerjaan

pengetahuan efek samping OAT dan tingkat kepahuhan dari penderita TB

Selain itu faktor dari pelayanan kesehatan dan PMO juga ikut berperan

37 Cara Kerja

1 Membuat proposal penelitian tentang hubungan antara tingkat kepatuhan minum

OAT dengan tingkat kesembuhan penyakit TB di Puskesmas Kecamatan Grogol

Petamburan

38

2 Pengumpulan data sekunder dari Puskesmas Grogol Petamburan

3 Melakukan kunjungan ke rumah-rumah sampel di daerah RT terpilih untuk

pengumpulan data primer dengan memakai kuesioner dan wawancara responden

4 Data-data yang telah dikumpulkan akan dilakukan pengolahan berupa proses

editing verifikasi dan koding Selanjutnya dimasukkan dan diolah dengan

menggunakan program computer yaitu program SPSS

5 Terhadap data yang telah diolah kemudian dilakukan analisis sesuai dengan cara

uji statistik menggunakanhelliphellip Data diinterpretasi secara deskriptif korelatif

antar variabel ndash variabel yang telah ditentukan dan disajikan dalam bentuk

tekstular dan tabular

6 Hasil dari penelitian akan disusun dalam bentuk pelaporan penelitian yang

selanjutnya akan di presentasikan di hadapan staf pengajar program pendidikan

Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida

Wacana (FK UKRIDA) dalam forum pendidikan Ilmu Kedokteran Komunitas

Fakultas Kedokteran UKRIDA

38 Manajemen Data

381 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder yaitu

1 Data primer diperoleh dengan wawancara langsung kepada penderita TB paru

dan petugas kesehatan program penanggulangan TB Paru yang berpedoman pada

kuisioner penelitian yang telah ditetapkan dam melakukan cross check

2 Data sekunder diperoleh dari laporan pelaksanaan program penanggulangan TB

Paru di Puskesmas kartu pengobatan TBC (formulir TB 01) dan Formulir

Permohonan Laboratorium TBC Untik Pemeriksaan Dahak (formulir TB 05)

382 Pengolahan Data

39

Aspek pengukuran

Aspek pengukuran variable bebas

Karakteristik individu

Aspek pengukuran variable karakteristik individu dapat dilihat pada tabel 31

Table 31 Aspek Pengukuran Variabel Karakteristik Individu

Karakteristik

individu

Kategori Skala Bobot nilai

Umur a 15-24 tahun

b 25-49 tahun

c gt 50 tahun

rasio

Jenis kelamin a Laki-laki

b Perempuan

Tingkat

pendidikan

a Tidak tamat SD

b SD

c SLTP

d SLTA

e Sarjana S1

Pekerjaan a Bekerja

b Tidak bekerja

Pengetahuan a Baik

b Sedang

c Bururk

Efek samping

OAT

a Ada

b Tidan ada

Faktor pelayanan kesehatan

Pengukuran faktor pelanan kesehatan meliputi ketersediaan OAT yang

diukur adalah yang diukur dengan 2 pertanyaan sikap petugas kesehatan diukur

dengan 8 pertanyaan lokasi jarak diukur dengan 3 pertanyaan penyuluhan kesehatan

diukur dengan 6 pertanyaan dan kunjungan rumah diukur dengan 2 pertanyaan

40

berdasarkan jawaban yang diberikan responden selanjutnya dikelompokkan menjadi

tiga (3) yaitu

a Baik jika faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan

penilaian yang baik karena kebutuhan yang diinginkan debagian besarnya

terpenuhi (nilai gt32)

b Sedang bila faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan

penilaian yang kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan responden hanay

sebagian saja yang terpenuhi (nilainya 17-32)

c Buruk bila faktor pelayanan pelayanan kesehatan yang diterima responden

menimbulkan penilaian yang tidak baik karena kebutuhan yang diinginka

responden sebagian besar tidak dipenuhi (nilainya lt17)

Faktor Pengawas Menelan Obat (PMO)

Faktor Pengawas Menelan Obat diukur dengan 5 pertanyaan yang

selanjutnya dibedakan atas 3 kategori yaitu

a Baik bila semua tugas yang diterima responden terlaksana dengan baik yaitu

mengawasi memberikan dorongan mengingatkan dan memberikan penyuluhan

(nilainya gt11)

b Sedang bila tugas PMO yang diterima responden sebagian saja yang terpenuhi

(nilainya 6-11)

c Buruk bila tugas PMO yang diterima responden tidak terlaksana dengan baik

(nilainya lt 6)

Aspek Pengukuran Variabel Terikan

Kepatuhan Pengobatan TB Paru

41

Aspek Pengukuran Variabel ini menggunakan skala interval yang diukur berdasarkan

tiga (3) kategori yaitu

Patuh apabila responden selalu menelan obat sesuai ketentuan petugas kesehatan

yaitu setiap hari pada tahap awal tiga kali seminggu pada tahap lanjutan dan

mengambil obat serta memeriksakan dahak sesuai jadwal dan menaati nasihat dari

petugas kesehatan ( bobot 3 )

Kurang patuh jika responden kadang-kadang menelan obat sesuai ketentuan

petugas kesehatan atau responden tidak menelan obat 2-8 minggu selama tahap

pengobatan lanjutan dan tidak memerisakan dahak sesuai jadwal yang telah

ditetapkan dan tidak selalu menaati nasihat dari petugas kesehatan (bobot 2 )

Tidak patuh jika responden tidak menelan obat sesuai ketentuan petugas

kesehatan atau responden tidak menelan obat lebih dari 8 minggu selama tahap

pengobatan lanjutan dan tidak mengambil obat serta tidak memeriksakan dahak

sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan tidak menaati nasihat petugas kesehatan

(bobot 1)

383 Penyajian Data

384 Analisis Data

385 Interpretasi Data

386 Pelaporan Data

39 Definisi Operasional

1 Umur adalah usia responden saat penelitian berdasarkan ulang tahun terakhir yang

dibedakan atas 3 (tiga) kategori berdasarkna Badan Pusat Statistik Kota Medan

42

tahun 2008 yaitu 1) orang muda 25-24 tahun 2) dewasa 24-49 tahun 3) orang

tua gt 50 tahun

2 Jenis kelamin adalah suatu karakteristik responden yang dibedakan identitasnya

dari laki-laki dan perempuan

3 Pendidikan adalah jenjang pendidikannyang berhasil ditamatkan responden yang

dibedakan atas tidak tamat SD SD SLTP SLTA Akademi Sarjana

4 Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh responden sebagai

pendapatan utama yang dibedakan atas kerja dan tidak bekerja

5 Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai penyakit

TB paru

6 Efek samping OAT adalah gejala keluhan yang diderita responden akiba menelan

OAT selama pengobatan

7 Ketersdediaan OAT adalah pandangan responden terhadap kondisi OAT

diperoleh dari puskesmas meliputi kecukupan jumlah OAT dan dan kualitasnya

8 Sikap petugas kesehatan adalah penilaian responden terhadap reaksi petugas

kesehatan kepada responden selama mereka menjalanin pengobatan

9 Lokasi jarak adalah pandangan responden tentang lama perjalanan dari tempat

tinggal responden ke Puskesmas yang diukur dengan jarak sarana transportasi

10 Penyuluhan kesehatan adalah pandangan responden tentang kegiatan yang

dilakukan oleh petugas kesehatan sehubungan dengan pengobatan TB Paru untuk

mencapai suatu keadaan dimana pederita TB Paru dapat hidup lebih sehat

11 Kunjungan rumah adalah pandangan responden tentang kegiatan yang dilakukan

petugas kesehatan selama masa pengobatan ke rumah responden

12 Faktor peran Pengawas Minum Obat (PMO) adalah pandangan responden tentang

tugas yang dilakasanakan oleh seorang PMO meliputi penyuluhan

13 Kepatuhan berobat adalah ketaan responden dalam menelan obat mengambil

obat dan melakukan pemeriksaan dahak sesuai jadwal yang telah ditentukan dan

menaati segala nasehat dari petugas kesehatan

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

1) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta

2) Perkumpulan Pemberantasan TB Indonesia 2011 TB di Indonesia Peringkat Dunia

Jakarta Diakses melalui situs httpwwwpptiinfoindexphpcomponentcontentarticle46-

arsip-ppti141-tbc-di-indonesia-peringkat-5-dunia Diakses pada tanggal 23 Januari 2012

44

3) Depkes dan WHO 2008 Lembar Fakta Tuberkulosis Jakarta

4) Dirjen P2M amp PLP 1997 Pengawasan Menelan Obat (PMO) adalah DOTS ala Indonesia

Jakarta

5) Amirudin R 2006 Faktor Keberhasilan Konversi pada Penderita TB Paru di Puskesmas

Jongaya Tahun 2006 Laporan Penelitian FKM Unhas Makasar

6) Aditama Tjandra Y 1994 Tuberkulosis Paru Masalah dan Penanggulangnya UI Press

Jakarta

7) Aru W Bambang S Idrus A dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Tuberkulosis

Paru Edisi IV FKUI Jakarta 2006 998-1004

8) Depkes RI 2002 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta

9) Depkes RI 2006 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta

10) Subijakto Hubungan Pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Berobat

Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Proposal Skripsi Jakarta 2011 Diakses pada

tanggal 20 Januari 2012

11) Aditama Tjandra Y 2002 Tuberkulosis Diagnosis Terapi dan Masalahnya Yayasan IDI

Jakarta

12) Notoatmodjo Soekidjo 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Penerbit Rineka Cipta

Jakarta

13) Simamora Jojor 2004 Faktor yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Berobat Penderita TB

Paru di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2004 Tesis Pascasarjana USU Medan

14) Ester Monica 2000 Psikologi Kesehatan Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

15) Bart Smet 1994 Psikologi Kesehatan PT Grasindo Jakarta

16) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta

45

Page 33: 133192422-TB-paru

bull TB bukan penyakit keturunan atau kutukan

bull Cara penularan TB gejala-gejala yang mencurigakan dan cara pencegahannya

bull Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan)

bull Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur

bull Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera meminta

pertolongan ke UPK

27 Penanggulangan TB 16

Rencana Global Penanggulangan TB

Rencana Global 2006-2015 mencakup enam elemen utama dalam strategi baru Stop

TB ndashWHO yang terdiri dari

1 Memperluas dan meningkatkan ekspansi DOTS yang berkualitas meningkatkan

penemuan kasus dan kesembuhan melalui pendekatan yangterfokus pada penderita

agar pelayanan DOTS yang berkualitas dapat menjangkau seluruh penderita

khususnya kelompok masyarakat yang miskin dan rentan

2 Menghadapi tantangan TBHIV MDR-TB dan tantangan lainnya dengan cara

meningkatkan kolaborasi TBHIV DOTS-Plus dan pendekatan lainnya

3 Berkontribusi dalam memperkuat sistem kesehatan melalui kerjasama dengan

berbagai program dan pelayanan kesehatan lainnya misalnya dalam memobilisasi

sumber daya manusia dan finansial untuk implementasi dan mengevaluasi

hasilnyaserta pertukaran informasi dalam keberhasilan pencapaian dalam program

penanggulangan TB

33

4 Melibatkan seluruh penyedia pelayanan kesehatan pemerintah lembaga swadaya

masyarakat (LSM) dan swasta dengan cara memperluas pendekatan berbasis

public-private mix (PPM) dengan menggunakan ISTC

5 Melibatkan penderita TB dan masyarakat untuk memberikan kontribusi dalam

penyediaan pelayanan yang efektif Hal ini meliputi perluasan pelayanan TB di

masyarakat menciptakan kebutuhan masyarakat akan pelayanan TB advokasi

yang spesifik komunikasi dan mobilisasi sosial serta mendukung pengembangan

piagam pasien TB dalam masyarakat dan

6 Memberdayakan dan meningkatkan penelitian operasional

28 Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel dependent

Karakteristik Individu

1Umur

2Jenis kelamin

3Pendidikan

4Pekerjaan

5Pengetahuan

6Efek samping OAT

7Tingkat kepatuhan

penderita dalam

pengobatan

Kesembuhan

34

Penderita TB paru

Faktor Pelayanan

kesehatan

1 Ketersediaan OAT

2 Sikap petugas kesehatan

3 LokasiJarak

4 Penyuluhan kesehatan

5 Kunjungan rumah

Faktor Peran PMO

Gambar Kerangka Konsep Penelitian

Definisi Konsep

1 Karakteristik individu adalah hal-hal yang melekat dalam diri penderita TB paru yang

mempengaruhi tingkat kapetuhan dalam melaksanakan program pengobatan dengan

strategi DOTS yang membedakan seseorang dengan yang lainnya meliputi umur jenis

kelamin pendidikan pekerjaan pengetahuan efek samping OAT tingkat kepatuhan

penderita dalam pengobatan

2 Faktor pelayanan kesehatan adalah penilaian dari penderita TB paru terhadap upaya yang

diselenggarakan oleh unit pelayanan kesehatan untuk menangani penderita TB paru

meliputi Ketersediaan OATsikap petugas kesehatan lokasijarak penyuluhan

kesehatan dan kunjungan rumah

3 Faktor Peran PMO ( Pengawasan Menelan Obat ) adalah penilaian dari penderita TB paru

terhadap hal-hal yang menjadi tugas dari seseorang pengawas menelan obat yang

mempengaruhi tingkat kepatuhan penderita TB paru dalam melaksanakan pengobatan

meliputi penyuluhan member dorongan meningkatkan dan mengawasi

35

4 Kesembuhan adalah pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan

pemeriksaan ulang dahak (follow up) menunjukkan hasil BTA negatif

29 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep di atas maka hipotesis penelitian ini adalah

1) Ada pengaruh karakteristik individu terhadap kesembuhan penderita TB paru

dalam pengobatan

2) Ada pengaruh pelayanan kesehatan terhadap kesembuhan penderita TB paru

dalam pengobatan

3) Ada pengaruh PMO terhadap kesembuhan penderita TB paru dalam pengobatan

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

31 Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional yang

bertujuan untuk menjelaskan pengaruh karakteristik individu faktor pelayanan

kesehatan dan faktor Pengawas Menelan Obat (PMO) terhadap kesembuhan

penderita TB Paru dalam melaksanakan pengobatan di Puskesmas Grogol Petamburan

tahun 2011

32 Tempat dan Waktu Penelitian

36

Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Grogol Petamburan pada bulan

Januari sampai Februari tahun 2012

33 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang

sedang menjalankan pengobatan TB di Puskesmas Grogol

Petamburan mulai bulan OktobeR

34 Keriteria Inklusi dan Eksklusi

341 Keriteria Inklusi

342 Keriteria Eksklusi

35 Sampel

351 Besar Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang

mengikuti pengobatan dengan strategi DOTS di Puskesmas yang pada saat penelitian

sedang menjalani pengobatan dan seluruh penderita TB yang telah mendapat

pengobatan selama 6 bulan atau sedang dalam tahap lanjutan

Keterangan

n1 = Jumlah sampel minimal

37

n2 = Jumlah sampel ditambah substitusi 10 (substitusi adalah persen responden

yang mungkin drop out)

Z = Tingkat batas kepercayaan dengan = 5

Didapat Z pada kurva normal = 196

p = Proporsi variabel yang diteliti yaitu besarnya presentasi 50 )

q = 1 - p

L = Derajat kesalahan yang masih dapat diterima adalah 10

Berdasarkan rumus di atas didapatkan angka sebagai berikut

( Z )2 p q ( 196 )2 0505

n1 = ----------------- = ------------------------------ = 9604

L2 ( 01 )2

n2 = n1 + ( 10 n1 )

= 9604 + ( 10 9604)

= 9604 + 9604

= 10564 Dibulatkan 106

352 Teknik Pengambilan Sampel

36 Identifikasi Variabel

1 Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kesembuhan tb paru

2 Variabel independen adalah umur jenis kelamin pendidikan pekerjaan

pengetahuan efek samping OAT dan tingkat kepahuhan dari penderita TB

Selain itu faktor dari pelayanan kesehatan dan PMO juga ikut berperan

37 Cara Kerja

1 Membuat proposal penelitian tentang hubungan antara tingkat kepatuhan minum

OAT dengan tingkat kesembuhan penyakit TB di Puskesmas Kecamatan Grogol

Petamburan

38

2 Pengumpulan data sekunder dari Puskesmas Grogol Petamburan

3 Melakukan kunjungan ke rumah-rumah sampel di daerah RT terpilih untuk

pengumpulan data primer dengan memakai kuesioner dan wawancara responden

4 Data-data yang telah dikumpulkan akan dilakukan pengolahan berupa proses

editing verifikasi dan koding Selanjutnya dimasukkan dan diolah dengan

menggunakan program computer yaitu program SPSS

5 Terhadap data yang telah diolah kemudian dilakukan analisis sesuai dengan cara

uji statistik menggunakanhelliphellip Data diinterpretasi secara deskriptif korelatif

antar variabel ndash variabel yang telah ditentukan dan disajikan dalam bentuk

tekstular dan tabular

6 Hasil dari penelitian akan disusun dalam bentuk pelaporan penelitian yang

selanjutnya akan di presentasikan di hadapan staf pengajar program pendidikan

Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida

Wacana (FK UKRIDA) dalam forum pendidikan Ilmu Kedokteran Komunitas

Fakultas Kedokteran UKRIDA

38 Manajemen Data

381 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder yaitu

1 Data primer diperoleh dengan wawancara langsung kepada penderita TB paru

dan petugas kesehatan program penanggulangan TB Paru yang berpedoman pada

kuisioner penelitian yang telah ditetapkan dam melakukan cross check

2 Data sekunder diperoleh dari laporan pelaksanaan program penanggulangan TB

Paru di Puskesmas kartu pengobatan TBC (formulir TB 01) dan Formulir

Permohonan Laboratorium TBC Untik Pemeriksaan Dahak (formulir TB 05)

382 Pengolahan Data

39

Aspek pengukuran

Aspek pengukuran variable bebas

Karakteristik individu

Aspek pengukuran variable karakteristik individu dapat dilihat pada tabel 31

Table 31 Aspek Pengukuran Variabel Karakteristik Individu

Karakteristik

individu

Kategori Skala Bobot nilai

Umur a 15-24 tahun

b 25-49 tahun

c gt 50 tahun

rasio

Jenis kelamin a Laki-laki

b Perempuan

Tingkat

pendidikan

a Tidak tamat SD

b SD

c SLTP

d SLTA

e Sarjana S1

Pekerjaan a Bekerja

b Tidak bekerja

Pengetahuan a Baik

b Sedang

c Bururk

Efek samping

OAT

a Ada

b Tidan ada

Faktor pelayanan kesehatan

Pengukuran faktor pelanan kesehatan meliputi ketersediaan OAT yang

diukur adalah yang diukur dengan 2 pertanyaan sikap petugas kesehatan diukur

dengan 8 pertanyaan lokasi jarak diukur dengan 3 pertanyaan penyuluhan kesehatan

diukur dengan 6 pertanyaan dan kunjungan rumah diukur dengan 2 pertanyaan

40

berdasarkan jawaban yang diberikan responden selanjutnya dikelompokkan menjadi

tiga (3) yaitu

a Baik jika faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan

penilaian yang baik karena kebutuhan yang diinginkan debagian besarnya

terpenuhi (nilai gt32)

b Sedang bila faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan

penilaian yang kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan responden hanay

sebagian saja yang terpenuhi (nilainya 17-32)

c Buruk bila faktor pelayanan pelayanan kesehatan yang diterima responden

menimbulkan penilaian yang tidak baik karena kebutuhan yang diinginka

responden sebagian besar tidak dipenuhi (nilainya lt17)

Faktor Pengawas Menelan Obat (PMO)

Faktor Pengawas Menelan Obat diukur dengan 5 pertanyaan yang

selanjutnya dibedakan atas 3 kategori yaitu

a Baik bila semua tugas yang diterima responden terlaksana dengan baik yaitu

mengawasi memberikan dorongan mengingatkan dan memberikan penyuluhan

(nilainya gt11)

b Sedang bila tugas PMO yang diterima responden sebagian saja yang terpenuhi

(nilainya 6-11)

c Buruk bila tugas PMO yang diterima responden tidak terlaksana dengan baik

(nilainya lt 6)

Aspek Pengukuran Variabel Terikan

Kepatuhan Pengobatan TB Paru

41

Aspek Pengukuran Variabel ini menggunakan skala interval yang diukur berdasarkan

tiga (3) kategori yaitu

Patuh apabila responden selalu menelan obat sesuai ketentuan petugas kesehatan

yaitu setiap hari pada tahap awal tiga kali seminggu pada tahap lanjutan dan

mengambil obat serta memeriksakan dahak sesuai jadwal dan menaati nasihat dari

petugas kesehatan ( bobot 3 )

Kurang patuh jika responden kadang-kadang menelan obat sesuai ketentuan

petugas kesehatan atau responden tidak menelan obat 2-8 minggu selama tahap

pengobatan lanjutan dan tidak memerisakan dahak sesuai jadwal yang telah

ditetapkan dan tidak selalu menaati nasihat dari petugas kesehatan (bobot 2 )

Tidak patuh jika responden tidak menelan obat sesuai ketentuan petugas

kesehatan atau responden tidak menelan obat lebih dari 8 minggu selama tahap

pengobatan lanjutan dan tidak mengambil obat serta tidak memeriksakan dahak

sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan tidak menaati nasihat petugas kesehatan

(bobot 1)

383 Penyajian Data

384 Analisis Data

385 Interpretasi Data

386 Pelaporan Data

39 Definisi Operasional

1 Umur adalah usia responden saat penelitian berdasarkan ulang tahun terakhir yang

dibedakan atas 3 (tiga) kategori berdasarkna Badan Pusat Statistik Kota Medan

42

tahun 2008 yaitu 1) orang muda 25-24 tahun 2) dewasa 24-49 tahun 3) orang

tua gt 50 tahun

2 Jenis kelamin adalah suatu karakteristik responden yang dibedakan identitasnya

dari laki-laki dan perempuan

3 Pendidikan adalah jenjang pendidikannyang berhasil ditamatkan responden yang

dibedakan atas tidak tamat SD SD SLTP SLTA Akademi Sarjana

4 Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh responden sebagai

pendapatan utama yang dibedakan atas kerja dan tidak bekerja

5 Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai penyakit

TB paru

6 Efek samping OAT adalah gejala keluhan yang diderita responden akiba menelan

OAT selama pengobatan

7 Ketersdediaan OAT adalah pandangan responden terhadap kondisi OAT

diperoleh dari puskesmas meliputi kecukupan jumlah OAT dan dan kualitasnya

8 Sikap petugas kesehatan adalah penilaian responden terhadap reaksi petugas

kesehatan kepada responden selama mereka menjalanin pengobatan

9 Lokasi jarak adalah pandangan responden tentang lama perjalanan dari tempat

tinggal responden ke Puskesmas yang diukur dengan jarak sarana transportasi

10 Penyuluhan kesehatan adalah pandangan responden tentang kegiatan yang

dilakukan oleh petugas kesehatan sehubungan dengan pengobatan TB Paru untuk

mencapai suatu keadaan dimana pederita TB Paru dapat hidup lebih sehat

11 Kunjungan rumah adalah pandangan responden tentang kegiatan yang dilakukan

petugas kesehatan selama masa pengobatan ke rumah responden

12 Faktor peran Pengawas Minum Obat (PMO) adalah pandangan responden tentang

tugas yang dilakasanakan oleh seorang PMO meliputi penyuluhan

13 Kepatuhan berobat adalah ketaan responden dalam menelan obat mengambil

obat dan melakukan pemeriksaan dahak sesuai jadwal yang telah ditentukan dan

menaati segala nasehat dari petugas kesehatan

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

1) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta

2) Perkumpulan Pemberantasan TB Indonesia 2011 TB di Indonesia Peringkat Dunia

Jakarta Diakses melalui situs httpwwwpptiinfoindexphpcomponentcontentarticle46-

arsip-ppti141-tbc-di-indonesia-peringkat-5-dunia Diakses pada tanggal 23 Januari 2012

44

3) Depkes dan WHO 2008 Lembar Fakta Tuberkulosis Jakarta

4) Dirjen P2M amp PLP 1997 Pengawasan Menelan Obat (PMO) adalah DOTS ala Indonesia

Jakarta

5) Amirudin R 2006 Faktor Keberhasilan Konversi pada Penderita TB Paru di Puskesmas

Jongaya Tahun 2006 Laporan Penelitian FKM Unhas Makasar

6) Aditama Tjandra Y 1994 Tuberkulosis Paru Masalah dan Penanggulangnya UI Press

Jakarta

7) Aru W Bambang S Idrus A dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Tuberkulosis

Paru Edisi IV FKUI Jakarta 2006 998-1004

8) Depkes RI 2002 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta

9) Depkes RI 2006 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta

10) Subijakto Hubungan Pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Berobat

Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Proposal Skripsi Jakarta 2011 Diakses pada

tanggal 20 Januari 2012

11) Aditama Tjandra Y 2002 Tuberkulosis Diagnosis Terapi dan Masalahnya Yayasan IDI

Jakarta

12) Notoatmodjo Soekidjo 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Penerbit Rineka Cipta

Jakarta

13) Simamora Jojor 2004 Faktor yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Berobat Penderita TB

Paru di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2004 Tesis Pascasarjana USU Medan

14) Ester Monica 2000 Psikologi Kesehatan Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

15) Bart Smet 1994 Psikologi Kesehatan PT Grasindo Jakarta

16) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta

45

Page 34: 133192422-TB-paru

4 Melibatkan seluruh penyedia pelayanan kesehatan pemerintah lembaga swadaya

masyarakat (LSM) dan swasta dengan cara memperluas pendekatan berbasis

public-private mix (PPM) dengan menggunakan ISTC

5 Melibatkan penderita TB dan masyarakat untuk memberikan kontribusi dalam

penyediaan pelayanan yang efektif Hal ini meliputi perluasan pelayanan TB di

masyarakat menciptakan kebutuhan masyarakat akan pelayanan TB advokasi

yang spesifik komunikasi dan mobilisasi sosial serta mendukung pengembangan

piagam pasien TB dalam masyarakat dan

6 Memberdayakan dan meningkatkan penelitian operasional

28 Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel dependent

Karakteristik Individu

1Umur

2Jenis kelamin

3Pendidikan

4Pekerjaan

5Pengetahuan

6Efek samping OAT

7Tingkat kepatuhan

penderita dalam

pengobatan

Kesembuhan

34

Penderita TB paru

Faktor Pelayanan

kesehatan

1 Ketersediaan OAT

2 Sikap petugas kesehatan

3 LokasiJarak

4 Penyuluhan kesehatan

5 Kunjungan rumah

Faktor Peran PMO

Gambar Kerangka Konsep Penelitian

Definisi Konsep

1 Karakteristik individu adalah hal-hal yang melekat dalam diri penderita TB paru yang

mempengaruhi tingkat kapetuhan dalam melaksanakan program pengobatan dengan

strategi DOTS yang membedakan seseorang dengan yang lainnya meliputi umur jenis

kelamin pendidikan pekerjaan pengetahuan efek samping OAT tingkat kepatuhan

penderita dalam pengobatan

2 Faktor pelayanan kesehatan adalah penilaian dari penderita TB paru terhadap upaya yang

diselenggarakan oleh unit pelayanan kesehatan untuk menangani penderita TB paru

meliputi Ketersediaan OATsikap petugas kesehatan lokasijarak penyuluhan

kesehatan dan kunjungan rumah

3 Faktor Peran PMO ( Pengawasan Menelan Obat ) adalah penilaian dari penderita TB paru

terhadap hal-hal yang menjadi tugas dari seseorang pengawas menelan obat yang

mempengaruhi tingkat kepatuhan penderita TB paru dalam melaksanakan pengobatan

meliputi penyuluhan member dorongan meningkatkan dan mengawasi

35

4 Kesembuhan adalah pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan

pemeriksaan ulang dahak (follow up) menunjukkan hasil BTA negatif

29 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep di atas maka hipotesis penelitian ini adalah

1) Ada pengaruh karakteristik individu terhadap kesembuhan penderita TB paru

dalam pengobatan

2) Ada pengaruh pelayanan kesehatan terhadap kesembuhan penderita TB paru

dalam pengobatan

3) Ada pengaruh PMO terhadap kesembuhan penderita TB paru dalam pengobatan

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

31 Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional yang

bertujuan untuk menjelaskan pengaruh karakteristik individu faktor pelayanan

kesehatan dan faktor Pengawas Menelan Obat (PMO) terhadap kesembuhan

penderita TB Paru dalam melaksanakan pengobatan di Puskesmas Grogol Petamburan

tahun 2011

32 Tempat dan Waktu Penelitian

36

Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Grogol Petamburan pada bulan

Januari sampai Februari tahun 2012

33 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang

sedang menjalankan pengobatan TB di Puskesmas Grogol

Petamburan mulai bulan OktobeR

34 Keriteria Inklusi dan Eksklusi

341 Keriteria Inklusi

342 Keriteria Eksklusi

35 Sampel

351 Besar Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang

mengikuti pengobatan dengan strategi DOTS di Puskesmas yang pada saat penelitian

sedang menjalani pengobatan dan seluruh penderita TB yang telah mendapat

pengobatan selama 6 bulan atau sedang dalam tahap lanjutan

Keterangan

n1 = Jumlah sampel minimal

37

n2 = Jumlah sampel ditambah substitusi 10 (substitusi adalah persen responden

yang mungkin drop out)

Z = Tingkat batas kepercayaan dengan = 5

Didapat Z pada kurva normal = 196

p = Proporsi variabel yang diteliti yaitu besarnya presentasi 50 )

q = 1 - p

L = Derajat kesalahan yang masih dapat diterima adalah 10

Berdasarkan rumus di atas didapatkan angka sebagai berikut

( Z )2 p q ( 196 )2 0505

n1 = ----------------- = ------------------------------ = 9604

L2 ( 01 )2

n2 = n1 + ( 10 n1 )

= 9604 + ( 10 9604)

= 9604 + 9604

= 10564 Dibulatkan 106

352 Teknik Pengambilan Sampel

36 Identifikasi Variabel

1 Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kesembuhan tb paru

2 Variabel independen adalah umur jenis kelamin pendidikan pekerjaan

pengetahuan efek samping OAT dan tingkat kepahuhan dari penderita TB

Selain itu faktor dari pelayanan kesehatan dan PMO juga ikut berperan

37 Cara Kerja

1 Membuat proposal penelitian tentang hubungan antara tingkat kepatuhan minum

OAT dengan tingkat kesembuhan penyakit TB di Puskesmas Kecamatan Grogol

Petamburan

38

2 Pengumpulan data sekunder dari Puskesmas Grogol Petamburan

3 Melakukan kunjungan ke rumah-rumah sampel di daerah RT terpilih untuk

pengumpulan data primer dengan memakai kuesioner dan wawancara responden

4 Data-data yang telah dikumpulkan akan dilakukan pengolahan berupa proses

editing verifikasi dan koding Selanjutnya dimasukkan dan diolah dengan

menggunakan program computer yaitu program SPSS

5 Terhadap data yang telah diolah kemudian dilakukan analisis sesuai dengan cara

uji statistik menggunakanhelliphellip Data diinterpretasi secara deskriptif korelatif

antar variabel ndash variabel yang telah ditentukan dan disajikan dalam bentuk

tekstular dan tabular

6 Hasil dari penelitian akan disusun dalam bentuk pelaporan penelitian yang

selanjutnya akan di presentasikan di hadapan staf pengajar program pendidikan

Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida

Wacana (FK UKRIDA) dalam forum pendidikan Ilmu Kedokteran Komunitas

Fakultas Kedokteran UKRIDA

38 Manajemen Data

381 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder yaitu

1 Data primer diperoleh dengan wawancara langsung kepada penderita TB paru

dan petugas kesehatan program penanggulangan TB Paru yang berpedoman pada

kuisioner penelitian yang telah ditetapkan dam melakukan cross check

2 Data sekunder diperoleh dari laporan pelaksanaan program penanggulangan TB

Paru di Puskesmas kartu pengobatan TBC (formulir TB 01) dan Formulir

Permohonan Laboratorium TBC Untik Pemeriksaan Dahak (formulir TB 05)

382 Pengolahan Data

39

Aspek pengukuran

Aspek pengukuran variable bebas

Karakteristik individu

Aspek pengukuran variable karakteristik individu dapat dilihat pada tabel 31

Table 31 Aspek Pengukuran Variabel Karakteristik Individu

Karakteristik

individu

Kategori Skala Bobot nilai

Umur a 15-24 tahun

b 25-49 tahun

c gt 50 tahun

rasio

Jenis kelamin a Laki-laki

b Perempuan

Tingkat

pendidikan

a Tidak tamat SD

b SD

c SLTP

d SLTA

e Sarjana S1

Pekerjaan a Bekerja

b Tidak bekerja

Pengetahuan a Baik

b Sedang

c Bururk

Efek samping

OAT

a Ada

b Tidan ada

Faktor pelayanan kesehatan

Pengukuran faktor pelanan kesehatan meliputi ketersediaan OAT yang

diukur adalah yang diukur dengan 2 pertanyaan sikap petugas kesehatan diukur

dengan 8 pertanyaan lokasi jarak diukur dengan 3 pertanyaan penyuluhan kesehatan

diukur dengan 6 pertanyaan dan kunjungan rumah diukur dengan 2 pertanyaan

40

berdasarkan jawaban yang diberikan responden selanjutnya dikelompokkan menjadi

tiga (3) yaitu

a Baik jika faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan

penilaian yang baik karena kebutuhan yang diinginkan debagian besarnya

terpenuhi (nilai gt32)

b Sedang bila faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan

penilaian yang kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan responden hanay

sebagian saja yang terpenuhi (nilainya 17-32)

c Buruk bila faktor pelayanan pelayanan kesehatan yang diterima responden

menimbulkan penilaian yang tidak baik karena kebutuhan yang diinginka

responden sebagian besar tidak dipenuhi (nilainya lt17)

Faktor Pengawas Menelan Obat (PMO)

Faktor Pengawas Menelan Obat diukur dengan 5 pertanyaan yang

selanjutnya dibedakan atas 3 kategori yaitu

a Baik bila semua tugas yang diterima responden terlaksana dengan baik yaitu

mengawasi memberikan dorongan mengingatkan dan memberikan penyuluhan

(nilainya gt11)

b Sedang bila tugas PMO yang diterima responden sebagian saja yang terpenuhi

(nilainya 6-11)

c Buruk bila tugas PMO yang diterima responden tidak terlaksana dengan baik

(nilainya lt 6)

Aspek Pengukuran Variabel Terikan

Kepatuhan Pengobatan TB Paru

41

Aspek Pengukuran Variabel ini menggunakan skala interval yang diukur berdasarkan

tiga (3) kategori yaitu

Patuh apabila responden selalu menelan obat sesuai ketentuan petugas kesehatan

yaitu setiap hari pada tahap awal tiga kali seminggu pada tahap lanjutan dan

mengambil obat serta memeriksakan dahak sesuai jadwal dan menaati nasihat dari

petugas kesehatan ( bobot 3 )

Kurang patuh jika responden kadang-kadang menelan obat sesuai ketentuan

petugas kesehatan atau responden tidak menelan obat 2-8 minggu selama tahap

pengobatan lanjutan dan tidak memerisakan dahak sesuai jadwal yang telah

ditetapkan dan tidak selalu menaati nasihat dari petugas kesehatan (bobot 2 )

Tidak patuh jika responden tidak menelan obat sesuai ketentuan petugas

kesehatan atau responden tidak menelan obat lebih dari 8 minggu selama tahap

pengobatan lanjutan dan tidak mengambil obat serta tidak memeriksakan dahak

sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan tidak menaati nasihat petugas kesehatan

(bobot 1)

383 Penyajian Data

384 Analisis Data

385 Interpretasi Data

386 Pelaporan Data

39 Definisi Operasional

1 Umur adalah usia responden saat penelitian berdasarkan ulang tahun terakhir yang

dibedakan atas 3 (tiga) kategori berdasarkna Badan Pusat Statistik Kota Medan

42

tahun 2008 yaitu 1) orang muda 25-24 tahun 2) dewasa 24-49 tahun 3) orang

tua gt 50 tahun

2 Jenis kelamin adalah suatu karakteristik responden yang dibedakan identitasnya

dari laki-laki dan perempuan

3 Pendidikan adalah jenjang pendidikannyang berhasil ditamatkan responden yang

dibedakan atas tidak tamat SD SD SLTP SLTA Akademi Sarjana

4 Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh responden sebagai

pendapatan utama yang dibedakan atas kerja dan tidak bekerja

5 Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai penyakit

TB paru

6 Efek samping OAT adalah gejala keluhan yang diderita responden akiba menelan

OAT selama pengobatan

7 Ketersdediaan OAT adalah pandangan responden terhadap kondisi OAT

diperoleh dari puskesmas meliputi kecukupan jumlah OAT dan dan kualitasnya

8 Sikap petugas kesehatan adalah penilaian responden terhadap reaksi petugas

kesehatan kepada responden selama mereka menjalanin pengobatan

9 Lokasi jarak adalah pandangan responden tentang lama perjalanan dari tempat

tinggal responden ke Puskesmas yang diukur dengan jarak sarana transportasi

10 Penyuluhan kesehatan adalah pandangan responden tentang kegiatan yang

dilakukan oleh petugas kesehatan sehubungan dengan pengobatan TB Paru untuk

mencapai suatu keadaan dimana pederita TB Paru dapat hidup lebih sehat

11 Kunjungan rumah adalah pandangan responden tentang kegiatan yang dilakukan

petugas kesehatan selama masa pengobatan ke rumah responden

12 Faktor peran Pengawas Minum Obat (PMO) adalah pandangan responden tentang

tugas yang dilakasanakan oleh seorang PMO meliputi penyuluhan

13 Kepatuhan berobat adalah ketaan responden dalam menelan obat mengambil

obat dan melakukan pemeriksaan dahak sesuai jadwal yang telah ditentukan dan

menaati segala nasehat dari petugas kesehatan

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

1) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta

2) Perkumpulan Pemberantasan TB Indonesia 2011 TB di Indonesia Peringkat Dunia

Jakarta Diakses melalui situs httpwwwpptiinfoindexphpcomponentcontentarticle46-

arsip-ppti141-tbc-di-indonesia-peringkat-5-dunia Diakses pada tanggal 23 Januari 2012

44

3) Depkes dan WHO 2008 Lembar Fakta Tuberkulosis Jakarta

4) Dirjen P2M amp PLP 1997 Pengawasan Menelan Obat (PMO) adalah DOTS ala Indonesia

Jakarta

5) Amirudin R 2006 Faktor Keberhasilan Konversi pada Penderita TB Paru di Puskesmas

Jongaya Tahun 2006 Laporan Penelitian FKM Unhas Makasar

6) Aditama Tjandra Y 1994 Tuberkulosis Paru Masalah dan Penanggulangnya UI Press

Jakarta

7) Aru W Bambang S Idrus A dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Tuberkulosis

Paru Edisi IV FKUI Jakarta 2006 998-1004

8) Depkes RI 2002 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta

9) Depkes RI 2006 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta

10) Subijakto Hubungan Pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Berobat

Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Proposal Skripsi Jakarta 2011 Diakses pada

tanggal 20 Januari 2012

11) Aditama Tjandra Y 2002 Tuberkulosis Diagnosis Terapi dan Masalahnya Yayasan IDI

Jakarta

12) Notoatmodjo Soekidjo 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Penerbit Rineka Cipta

Jakarta

13) Simamora Jojor 2004 Faktor yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Berobat Penderita TB

Paru di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2004 Tesis Pascasarjana USU Medan

14) Ester Monica 2000 Psikologi Kesehatan Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

15) Bart Smet 1994 Psikologi Kesehatan PT Grasindo Jakarta

16) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta

45

Page 35: 133192422-TB-paru

Penderita TB paru

Faktor Pelayanan

kesehatan

1 Ketersediaan OAT

2 Sikap petugas kesehatan

3 LokasiJarak

4 Penyuluhan kesehatan

5 Kunjungan rumah

Faktor Peran PMO

Gambar Kerangka Konsep Penelitian

Definisi Konsep

1 Karakteristik individu adalah hal-hal yang melekat dalam diri penderita TB paru yang

mempengaruhi tingkat kapetuhan dalam melaksanakan program pengobatan dengan

strategi DOTS yang membedakan seseorang dengan yang lainnya meliputi umur jenis

kelamin pendidikan pekerjaan pengetahuan efek samping OAT tingkat kepatuhan

penderita dalam pengobatan

2 Faktor pelayanan kesehatan adalah penilaian dari penderita TB paru terhadap upaya yang

diselenggarakan oleh unit pelayanan kesehatan untuk menangani penderita TB paru

meliputi Ketersediaan OATsikap petugas kesehatan lokasijarak penyuluhan

kesehatan dan kunjungan rumah

3 Faktor Peran PMO ( Pengawasan Menelan Obat ) adalah penilaian dari penderita TB paru

terhadap hal-hal yang menjadi tugas dari seseorang pengawas menelan obat yang

mempengaruhi tingkat kepatuhan penderita TB paru dalam melaksanakan pengobatan

meliputi penyuluhan member dorongan meningkatkan dan mengawasi

35

4 Kesembuhan adalah pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan

pemeriksaan ulang dahak (follow up) menunjukkan hasil BTA negatif

29 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep di atas maka hipotesis penelitian ini adalah

1) Ada pengaruh karakteristik individu terhadap kesembuhan penderita TB paru

dalam pengobatan

2) Ada pengaruh pelayanan kesehatan terhadap kesembuhan penderita TB paru

dalam pengobatan

3) Ada pengaruh PMO terhadap kesembuhan penderita TB paru dalam pengobatan

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

31 Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional yang

bertujuan untuk menjelaskan pengaruh karakteristik individu faktor pelayanan

kesehatan dan faktor Pengawas Menelan Obat (PMO) terhadap kesembuhan

penderita TB Paru dalam melaksanakan pengobatan di Puskesmas Grogol Petamburan

tahun 2011

32 Tempat dan Waktu Penelitian

36

Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Grogol Petamburan pada bulan

Januari sampai Februari tahun 2012

33 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang

sedang menjalankan pengobatan TB di Puskesmas Grogol

Petamburan mulai bulan OktobeR

34 Keriteria Inklusi dan Eksklusi

341 Keriteria Inklusi

342 Keriteria Eksklusi

35 Sampel

351 Besar Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang

mengikuti pengobatan dengan strategi DOTS di Puskesmas yang pada saat penelitian

sedang menjalani pengobatan dan seluruh penderita TB yang telah mendapat

pengobatan selama 6 bulan atau sedang dalam tahap lanjutan

Keterangan

n1 = Jumlah sampel minimal

37

n2 = Jumlah sampel ditambah substitusi 10 (substitusi adalah persen responden

yang mungkin drop out)

Z = Tingkat batas kepercayaan dengan = 5

Didapat Z pada kurva normal = 196

p = Proporsi variabel yang diteliti yaitu besarnya presentasi 50 )

q = 1 - p

L = Derajat kesalahan yang masih dapat diterima adalah 10

Berdasarkan rumus di atas didapatkan angka sebagai berikut

( Z )2 p q ( 196 )2 0505

n1 = ----------------- = ------------------------------ = 9604

L2 ( 01 )2

n2 = n1 + ( 10 n1 )

= 9604 + ( 10 9604)

= 9604 + 9604

= 10564 Dibulatkan 106

352 Teknik Pengambilan Sampel

36 Identifikasi Variabel

1 Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kesembuhan tb paru

2 Variabel independen adalah umur jenis kelamin pendidikan pekerjaan

pengetahuan efek samping OAT dan tingkat kepahuhan dari penderita TB

Selain itu faktor dari pelayanan kesehatan dan PMO juga ikut berperan

37 Cara Kerja

1 Membuat proposal penelitian tentang hubungan antara tingkat kepatuhan minum

OAT dengan tingkat kesembuhan penyakit TB di Puskesmas Kecamatan Grogol

Petamburan

38

2 Pengumpulan data sekunder dari Puskesmas Grogol Petamburan

3 Melakukan kunjungan ke rumah-rumah sampel di daerah RT terpilih untuk

pengumpulan data primer dengan memakai kuesioner dan wawancara responden

4 Data-data yang telah dikumpulkan akan dilakukan pengolahan berupa proses

editing verifikasi dan koding Selanjutnya dimasukkan dan diolah dengan

menggunakan program computer yaitu program SPSS

5 Terhadap data yang telah diolah kemudian dilakukan analisis sesuai dengan cara

uji statistik menggunakanhelliphellip Data diinterpretasi secara deskriptif korelatif

antar variabel ndash variabel yang telah ditentukan dan disajikan dalam bentuk

tekstular dan tabular

6 Hasil dari penelitian akan disusun dalam bentuk pelaporan penelitian yang

selanjutnya akan di presentasikan di hadapan staf pengajar program pendidikan

Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida

Wacana (FK UKRIDA) dalam forum pendidikan Ilmu Kedokteran Komunitas

Fakultas Kedokteran UKRIDA

38 Manajemen Data

381 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder yaitu

1 Data primer diperoleh dengan wawancara langsung kepada penderita TB paru

dan petugas kesehatan program penanggulangan TB Paru yang berpedoman pada

kuisioner penelitian yang telah ditetapkan dam melakukan cross check

2 Data sekunder diperoleh dari laporan pelaksanaan program penanggulangan TB

Paru di Puskesmas kartu pengobatan TBC (formulir TB 01) dan Formulir

Permohonan Laboratorium TBC Untik Pemeriksaan Dahak (formulir TB 05)

382 Pengolahan Data

39

Aspek pengukuran

Aspek pengukuran variable bebas

Karakteristik individu

Aspek pengukuran variable karakteristik individu dapat dilihat pada tabel 31

Table 31 Aspek Pengukuran Variabel Karakteristik Individu

Karakteristik

individu

Kategori Skala Bobot nilai

Umur a 15-24 tahun

b 25-49 tahun

c gt 50 tahun

rasio

Jenis kelamin a Laki-laki

b Perempuan

Tingkat

pendidikan

a Tidak tamat SD

b SD

c SLTP

d SLTA

e Sarjana S1

Pekerjaan a Bekerja

b Tidak bekerja

Pengetahuan a Baik

b Sedang

c Bururk

Efek samping

OAT

a Ada

b Tidan ada

Faktor pelayanan kesehatan

Pengukuran faktor pelanan kesehatan meliputi ketersediaan OAT yang

diukur adalah yang diukur dengan 2 pertanyaan sikap petugas kesehatan diukur

dengan 8 pertanyaan lokasi jarak diukur dengan 3 pertanyaan penyuluhan kesehatan

diukur dengan 6 pertanyaan dan kunjungan rumah diukur dengan 2 pertanyaan

40

berdasarkan jawaban yang diberikan responden selanjutnya dikelompokkan menjadi

tiga (3) yaitu

a Baik jika faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan

penilaian yang baik karena kebutuhan yang diinginkan debagian besarnya

terpenuhi (nilai gt32)

b Sedang bila faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan

penilaian yang kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan responden hanay

sebagian saja yang terpenuhi (nilainya 17-32)

c Buruk bila faktor pelayanan pelayanan kesehatan yang diterima responden

menimbulkan penilaian yang tidak baik karena kebutuhan yang diinginka

responden sebagian besar tidak dipenuhi (nilainya lt17)

Faktor Pengawas Menelan Obat (PMO)

Faktor Pengawas Menelan Obat diukur dengan 5 pertanyaan yang

selanjutnya dibedakan atas 3 kategori yaitu

a Baik bila semua tugas yang diterima responden terlaksana dengan baik yaitu

mengawasi memberikan dorongan mengingatkan dan memberikan penyuluhan

(nilainya gt11)

b Sedang bila tugas PMO yang diterima responden sebagian saja yang terpenuhi

(nilainya 6-11)

c Buruk bila tugas PMO yang diterima responden tidak terlaksana dengan baik

(nilainya lt 6)

Aspek Pengukuran Variabel Terikan

Kepatuhan Pengobatan TB Paru

41

Aspek Pengukuran Variabel ini menggunakan skala interval yang diukur berdasarkan

tiga (3) kategori yaitu

Patuh apabila responden selalu menelan obat sesuai ketentuan petugas kesehatan

yaitu setiap hari pada tahap awal tiga kali seminggu pada tahap lanjutan dan

mengambil obat serta memeriksakan dahak sesuai jadwal dan menaati nasihat dari

petugas kesehatan ( bobot 3 )

Kurang patuh jika responden kadang-kadang menelan obat sesuai ketentuan

petugas kesehatan atau responden tidak menelan obat 2-8 minggu selama tahap

pengobatan lanjutan dan tidak memerisakan dahak sesuai jadwal yang telah

ditetapkan dan tidak selalu menaati nasihat dari petugas kesehatan (bobot 2 )

Tidak patuh jika responden tidak menelan obat sesuai ketentuan petugas

kesehatan atau responden tidak menelan obat lebih dari 8 minggu selama tahap

pengobatan lanjutan dan tidak mengambil obat serta tidak memeriksakan dahak

sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan tidak menaati nasihat petugas kesehatan

(bobot 1)

383 Penyajian Data

384 Analisis Data

385 Interpretasi Data

386 Pelaporan Data

39 Definisi Operasional

1 Umur adalah usia responden saat penelitian berdasarkan ulang tahun terakhir yang

dibedakan atas 3 (tiga) kategori berdasarkna Badan Pusat Statistik Kota Medan

42

tahun 2008 yaitu 1) orang muda 25-24 tahun 2) dewasa 24-49 tahun 3) orang

tua gt 50 tahun

2 Jenis kelamin adalah suatu karakteristik responden yang dibedakan identitasnya

dari laki-laki dan perempuan

3 Pendidikan adalah jenjang pendidikannyang berhasil ditamatkan responden yang

dibedakan atas tidak tamat SD SD SLTP SLTA Akademi Sarjana

4 Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh responden sebagai

pendapatan utama yang dibedakan atas kerja dan tidak bekerja

5 Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai penyakit

TB paru

6 Efek samping OAT adalah gejala keluhan yang diderita responden akiba menelan

OAT selama pengobatan

7 Ketersdediaan OAT adalah pandangan responden terhadap kondisi OAT

diperoleh dari puskesmas meliputi kecukupan jumlah OAT dan dan kualitasnya

8 Sikap petugas kesehatan adalah penilaian responden terhadap reaksi petugas

kesehatan kepada responden selama mereka menjalanin pengobatan

9 Lokasi jarak adalah pandangan responden tentang lama perjalanan dari tempat

tinggal responden ke Puskesmas yang diukur dengan jarak sarana transportasi

10 Penyuluhan kesehatan adalah pandangan responden tentang kegiatan yang

dilakukan oleh petugas kesehatan sehubungan dengan pengobatan TB Paru untuk

mencapai suatu keadaan dimana pederita TB Paru dapat hidup lebih sehat

11 Kunjungan rumah adalah pandangan responden tentang kegiatan yang dilakukan

petugas kesehatan selama masa pengobatan ke rumah responden

12 Faktor peran Pengawas Minum Obat (PMO) adalah pandangan responden tentang

tugas yang dilakasanakan oleh seorang PMO meliputi penyuluhan

13 Kepatuhan berobat adalah ketaan responden dalam menelan obat mengambil

obat dan melakukan pemeriksaan dahak sesuai jadwal yang telah ditentukan dan

menaati segala nasehat dari petugas kesehatan

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

1) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta

2) Perkumpulan Pemberantasan TB Indonesia 2011 TB di Indonesia Peringkat Dunia

Jakarta Diakses melalui situs httpwwwpptiinfoindexphpcomponentcontentarticle46-

arsip-ppti141-tbc-di-indonesia-peringkat-5-dunia Diakses pada tanggal 23 Januari 2012

44

3) Depkes dan WHO 2008 Lembar Fakta Tuberkulosis Jakarta

4) Dirjen P2M amp PLP 1997 Pengawasan Menelan Obat (PMO) adalah DOTS ala Indonesia

Jakarta

5) Amirudin R 2006 Faktor Keberhasilan Konversi pada Penderita TB Paru di Puskesmas

Jongaya Tahun 2006 Laporan Penelitian FKM Unhas Makasar

6) Aditama Tjandra Y 1994 Tuberkulosis Paru Masalah dan Penanggulangnya UI Press

Jakarta

7) Aru W Bambang S Idrus A dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Tuberkulosis

Paru Edisi IV FKUI Jakarta 2006 998-1004

8) Depkes RI 2002 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta

9) Depkes RI 2006 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta

10) Subijakto Hubungan Pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Berobat

Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Proposal Skripsi Jakarta 2011 Diakses pada

tanggal 20 Januari 2012

11) Aditama Tjandra Y 2002 Tuberkulosis Diagnosis Terapi dan Masalahnya Yayasan IDI

Jakarta

12) Notoatmodjo Soekidjo 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Penerbit Rineka Cipta

Jakarta

13) Simamora Jojor 2004 Faktor yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Berobat Penderita TB

Paru di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2004 Tesis Pascasarjana USU Medan

14) Ester Monica 2000 Psikologi Kesehatan Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

15) Bart Smet 1994 Psikologi Kesehatan PT Grasindo Jakarta

16) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta

45

Page 36: 133192422-TB-paru

4 Kesembuhan adalah pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan

pemeriksaan ulang dahak (follow up) menunjukkan hasil BTA negatif

29 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep di atas maka hipotesis penelitian ini adalah

1) Ada pengaruh karakteristik individu terhadap kesembuhan penderita TB paru

dalam pengobatan

2) Ada pengaruh pelayanan kesehatan terhadap kesembuhan penderita TB paru

dalam pengobatan

3) Ada pengaruh PMO terhadap kesembuhan penderita TB paru dalam pengobatan

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

31 Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional yang

bertujuan untuk menjelaskan pengaruh karakteristik individu faktor pelayanan

kesehatan dan faktor Pengawas Menelan Obat (PMO) terhadap kesembuhan

penderita TB Paru dalam melaksanakan pengobatan di Puskesmas Grogol Petamburan

tahun 2011

32 Tempat dan Waktu Penelitian

36

Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Grogol Petamburan pada bulan

Januari sampai Februari tahun 2012

33 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang

sedang menjalankan pengobatan TB di Puskesmas Grogol

Petamburan mulai bulan OktobeR

34 Keriteria Inklusi dan Eksklusi

341 Keriteria Inklusi

342 Keriteria Eksklusi

35 Sampel

351 Besar Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang

mengikuti pengobatan dengan strategi DOTS di Puskesmas yang pada saat penelitian

sedang menjalani pengobatan dan seluruh penderita TB yang telah mendapat

pengobatan selama 6 bulan atau sedang dalam tahap lanjutan

Keterangan

n1 = Jumlah sampel minimal

37

n2 = Jumlah sampel ditambah substitusi 10 (substitusi adalah persen responden

yang mungkin drop out)

Z = Tingkat batas kepercayaan dengan = 5

Didapat Z pada kurva normal = 196

p = Proporsi variabel yang diteliti yaitu besarnya presentasi 50 )

q = 1 - p

L = Derajat kesalahan yang masih dapat diterima adalah 10

Berdasarkan rumus di atas didapatkan angka sebagai berikut

( Z )2 p q ( 196 )2 0505

n1 = ----------------- = ------------------------------ = 9604

L2 ( 01 )2

n2 = n1 + ( 10 n1 )

= 9604 + ( 10 9604)

= 9604 + 9604

= 10564 Dibulatkan 106

352 Teknik Pengambilan Sampel

36 Identifikasi Variabel

1 Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kesembuhan tb paru

2 Variabel independen adalah umur jenis kelamin pendidikan pekerjaan

pengetahuan efek samping OAT dan tingkat kepahuhan dari penderita TB

Selain itu faktor dari pelayanan kesehatan dan PMO juga ikut berperan

37 Cara Kerja

1 Membuat proposal penelitian tentang hubungan antara tingkat kepatuhan minum

OAT dengan tingkat kesembuhan penyakit TB di Puskesmas Kecamatan Grogol

Petamburan

38

2 Pengumpulan data sekunder dari Puskesmas Grogol Petamburan

3 Melakukan kunjungan ke rumah-rumah sampel di daerah RT terpilih untuk

pengumpulan data primer dengan memakai kuesioner dan wawancara responden

4 Data-data yang telah dikumpulkan akan dilakukan pengolahan berupa proses

editing verifikasi dan koding Selanjutnya dimasukkan dan diolah dengan

menggunakan program computer yaitu program SPSS

5 Terhadap data yang telah diolah kemudian dilakukan analisis sesuai dengan cara

uji statistik menggunakanhelliphellip Data diinterpretasi secara deskriptif korelatif

antar variabel ndash variabel yang telah ditentukan dan disajikan dalam bentuk

tekstular dan tabular

6 Hasil dari penelitian akan disusun dalam bentuk pelaporan penelitian yang

selanjutnya akan di presentasikan di hadapan staf pengajar program pendidikan

Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida

Wacana (FK UKRIDA) dalam forum pendidikan Ilmu Kedokteran Komunitas

Fakultas Kedokteran UKRIDA

38 Manajemen Data

381 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder yaitu

1 Data primer diperoleh dengan wawancara langsung kepada penderita TB paru

dan petugas kesehatan program penanggulangan TB Paru yang berpedoman pada

kuisioner penelitian yang telah ditetapkan dam melakukan cross check

2 Data sekunder diperoleh dari laporan pelaksanaan program penanggulangan TB

Paru di Puskesmas kartu pengobatan TBC (formulir TB 01) dan Formulir

Permohonan Laboratorium TBC Untik Pemeriksaan Dahak (formulir TB 05)

382 Pengolahan Data

39

Aspek pengukuran

Aspek pengukuran variable bebas

Karakteristik individu

Aspek pengukuran variable karakteristik individu dapat dilihat pada tabel 31

Table 31 Aspek Pengukuran Variabel Karakteristik Individu

Karakteristik

individu

Kategori Skala Bobot nilai

Umur a 15-24 tahun

b 25-49 tahun

c gt 50 tahun

rasio

Jenis kelamin a Laki-laki

b Perempuan

Tingkat

pendidikan

a Tidak tamat SD

b SD

c SLTP

d SLTA

e Sarjana S1

Pekerjaan a Bekerja

b Tidak bekerja

Pengetahuan a Baik

b Sedang

c Bururk

Efek samping

OAT

a Ada

b Tidan ada

Faktor pelayanan kesehatan

Pengukuran faktor pelanan kesehatan meliputi ketersediaan OAT yang

diukur adalah yang diukur dengan 2 pertanyaan sikap petugas kesehatan diukur

dengan 8 pertanyaan lokasi jarak diukur dengan 3 pertanyaan penyuluhan kesehatan

diukur dengan 6 pertanyaan dan kunjungan rumah diukur dengan 2 pertanyaan

40

berdasarkan jawaban yang diberikan responden selanjutnya dikelompokkan menjadi

tiga (3) yaitu

a Baik jika faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan

penilaian yang baik karena kebutuhan yang diinginkan debagian besarnya

terpenuhi (nilai gt32)

b Sedang bila faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan

penilaian yang kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan responden hanay

sebagian saja yang terpenuhi (nilainya 17-32)

c Buruk bila faktor pelayanan pelayanan kesehatan yang diterima responden

menimbulkan penilaian yang tidak baik karena kebutuhan yang diinginka

responden sebagian besar tidak dipenuhi (nilainya lt17)

Faktor Pengawas Menelan Obat (PMO)

Faktor Pengawas Menelan Obat diukur dengan 5 pertanyaan yang

selanjutnya dibedakan atas 3 kategori yaitu

a Baik bila semua tugas yang diterima responden terlaksana dengan baik yaitu

mengawasi memberikan dorongan mengingatkan dan memberikan penyuluhan

(nilainya gt11)

b Sedang bila tugas PMO yang diterima responden sebagian saja yang terpenuhi

(nilainya 6-11)

c Buruk bila tugas PMO yang diterima responden tidak terlaksana dengan baik

(nilainya lt 6)

Aspek Pengukuran Variabel Terikan

Kepatuhan Pengobatan TB Paru

41

Aspek Pengukuran Variabel ini menggunakan skala interval yang diukur berdasarkan

tiga (3) kategori yaitu

Patuh apabila responden selalu menelan obat sesuai ketentuan petugas kesehatan

yaitu setiap hari pada tahap awal tiga kali seminggu pada tahap lanjutan dan

mengambil obat serta memeriksakan dahak sesuai jadwal dan menaati nasihat dari

petugas kesehatan ( bobot 3 )

Kurang patuh jika responden kadang-kadang menelan obat sesuai ketentuan

petugas kesehatan atau responden tidak menelan obat 2-8 minggu selama tahap

pengobatan lanjutan dan tidak memerisakan dahak sesuai jadwal yang telah

ditetapkan dan tidak selalu menaati nasihat dari petugas kesehatan (bobot 2 )

Tidak patuh jika responden tidak menelan obat sesuai ketentuan petugas

kesehatan atau responden tidak menelan obat lebih dari 8 minggu selama tahap

pengobatan lanjutan dan tidak mengambil obat serta tidak memeriksakan dahak

sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan tidak menaati nasihat petugas kesehatan

(bobot 1)

383 Penyajian Data

384 Analisis Data

385 Interpretasi Data

386 Pelaporan Data

39 Definisi Operasional

1 Umur adalah usia responden saat penelitian berdasarkan ulang tahun terakhir yang

dibedakan atas 3 (tiga) kategori berdasarkna Badan Pusat Statistik Kota Medan

42

tahun 2008 yaitu 1) orang muda 25-24 tahun 2) dewasa 24-49 tahun 3) orang

tua gt 50 tahun

2 Jenis kelamin adalah suatu karakteristik responden yang dibedakan identitasnya

dari laki-laki dan perempuan

3 Pendidikan adalah jenjang pendidikannyang berhasil ditamatkan responden yang

dibedakan atas tidak tamat SD SD SLTP SLTA Akademi Sarjana

4 Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh responden sebagai

pendapatan utama yang dibedakan atas kerja dan tidak bekerja

5 Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai penyakit

TB paru

6 Efek samping OAT adalah gejala keluhan yang diderita responden akiba menelan

OAT selama pengobatan

7 Ketersdediaan OAT adalah pandangan responden terhadap kondisi OAT

diperoleh dari puskesmas meliputi kecukupan jumlah OAT dan dan kualitasnya

8 Sikap petugas kesehatan adalah penilaian responden terhadap reaksi petugas

kesehatan kepada responden selama mereka menjalanin pengobatan

9 Lokasi jarak adalah pandangan responden tentang lama perjalanan dari tempat

tinggal responden ke Puskesmas yang diukur dengan jarak sarana transportasi

10 Penyuluhan kesehatan adalah pandangan responden tentang kegiatan yang

dilakukan oleh petugas kesehatan sehubungan dengan pengobatan TB Paru untuk

mencapai suatu keadaan dimana pederita TB Paru dapat hidup lebih sehat

11 Kunjungan rumah adalah pandangan responden tentang kegiatan yang dilakukan

petugas kesehatan selama masa pengobatan ke rumah responden

12 Faktor peran Pengawas Minum Obat (PMO) adalah pandangan responden tentang

tugas yang dilakasanakan oleh seorang PMO meliputi penyuluhan

13 Kepatuhan berobat adalah ketaan responden dalam menelan obat mengambil

obat dan melakukan pemeriksaan dahak sesuai jadwal yang telah ditentukan dan

menaati segala nasehat dari petugas kesehatan

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

1) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta

2) Perkumpulan Pemberantasan TB Indonesia 2011 TB di Indonesia Peringkat Dunia

Jakarta Diakses melalui situs httpwwwpptiinfoindexphpcomponentcontentarticle46-

arsip-ppti141-tbc-di-indonesia-peringkat-5-dunia Diakses pada tanggal 23 Januari 2012

44

3) Depkes dan WHO 2008 Lembar Fakta Tuberkulosis Jakarta

4) Dirjen P2M amp PLP 1997 Pengawasan Menelan Obat (PMO) adalah DOTS ala Indonesia

Jakarta

5) Amirudin R 2006 Faktor Keberhasilan Konversi pada Penderita TB Paru di Puskesmas

Jongaya Tahun 2006 Laporan Penelitian FKM Unhas Makasar

6) Aditama Tjandra Y 1994 Tuberkulosis Paru Masalah dan Penanggulangnya UI Press

Jakarta

7) Aru W Bambang S Idrus A dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Tuberkulosis

Paru Edisi IV FKUI Jakarta 2006 998-1004

8) Depkes RI 2002 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta

9) Depkes RI 2006 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta

10) Subijakto Hubungan Pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Berobat

Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Proposal Skripsi Jakarta 2011 Diakses pada

tanggal 20 Januari 2012

11) Aditama Tjandra Y 2002 Tuberkulosis Diagnosis Terapi dan Masalahnya Yayasan IDI

Jakarta

12) Notoatmodjo Soekidjo 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Penerbit Rineka Cipta

Jakarta

13) Simamora Jojor 2004 Faktor yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Berobat Penderita TB

Paru di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2004 Tesis Pascasarjana USU Medan

14) Ester Monica 2000 Psikologi Kesehatan Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

15) Bart Smet 1994 Psikologi Kesehatan PT Grasindo Jakarta

16) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta

45

Page 37: 133192422-TB-paru

Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Grogol Petamburan pada bulan

Januari sampai Februari tahun 2012

33 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang

sedang menjalankan pengobatan TB di Puskesmas Grogol

Petamburan mulai bulan OktobeR

34 Keriteria Inklusi dan Eksklusi

341 Keriteria Inklusi

342 Keriteria Eksklusi

35 Sampel

351 Besar Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang

mengikuti pengobatan dengan strategi DOTS di Puskesmas yang pada saat penelitian

sedang menjalani pengobatan dan seluruh penderita TB yang telah mendapat

pengobatan selama 6 bulan atau sedang dalam tahap lanjutan

Keterangan

n1 = Jumlah sampel minimal

37

n2 = Jumlah sampel ditambah substitusi 10 (substitusi adalah persen responden

yang mungkin drop out)

Z = Tingkat batas kepercayaan dengan = 5

Didapat Z pada kurva normal = 196

p = Proporsi variabel yang diteliti yaitu besarnya presentasi 50 )

q = 1 - p

L = Derajat kesalahan yang masih dapat diterima adalah 10

Berdasarkan rumus di atas didapatkan angka sebagai berikut

( Z )2 p q ( 196 )2 0505

n1 = ----------------- = ------------------------------ = 9604

L2 ( 01 )2

n2 = n1 + ( 10 n1 )

= 9604 + ( 10 9604)

= 9604 + 9604

= 10564 Dibulatkan 106

352 Teknik Pengambilan Sampel

36 Identifikasi Variabel

1 Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kesembuhan tb paru

2 Variabel independen adalah umur jenis kelamin pendidikan pekerjaan

pengetahuan efek samping OAT dan tingkat kepahuhan dari penderita TB

Selain itu faktor dari pelayanan kesehatan dan PMO juga ikut berperan

37 Cara Kerja

1 Membuat proposal penelitian tentang hubungan antara tingkat kepatuhan minum

OAT dengan tingkat kesembuhan penyakit TB di Puskesmas Kecamatan Grogol

Petamburan

38

2 Pengumpulan data sekunder dari Puskesmas Grogol Petamburan

3 Melakukan kunjungan ke rumah-rumah sampel di daerah RT terpilih untuk

pengumpulan data primer dengan memakai kuesioner dan wawancara responden

4 Data-data yang telah dikumpulkan akan dilakukan pengolahan berupa proses

editing verifikasi dan koding Selanjutnya dimasukkan dan diolah dengan

menggunakan program computer yaitu program SPSS

5 Terhadap data yang telah diolah kemudian dilakukan analisis sesuai dengan cara

uji statistik menggunakanhelliphellip Data diinterpretasi secara deskriptif korelatif

antar variabel ndash variabel yang telah ditentukan dan disajikan dalam bentuk

tekstular dan tabular

6 Hasil dari penelitian akan disusun dalam bentuk pelaporan penelitian yang

selanjutnya akan di presentasikan di hadapan staf pengajar program pendidikan

Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida

Wacana (FK UKRIDA) dalam forum pendidikan Ilmu Kedokteran Komunitas

Fakultas Kedokteran UKRIDA

38 Manajemen Data

381 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder yaitu

1 Data primer diperoleh dengan wawancara langsung kepada penderita TB paru

dan petugas kesehatan program penanggulangan TB Paru yang berpedoman pada

kuisioner penelitian yang telah ditetapkan dam melakukan cross check

2 Data sekunder diperoleh dari laporan pelaksanaan program penanggulangan TB

Paru di Puskesmas kartu pengobatan TBC (formulir TB 01) dan Formulir

Permohonan Laboratorium TBC Untik Pemeriksaan Dahak (formulir TB 05)

382 Pengolahan Data

39

Aspek pengukuran

Aspek pengukuran variable bebas

Karakteristik individu

Aspek pengukuran variable karakteristik individu dapat dilihat pada tabel 31

Table 31 Aspek Pengukuran Variabel Karakteristik Individu

Karakteristik

individu

Kategori Skala Bobot nilai

Umur a 15-24 tahun

b 25-49 tahun

c gt 50 tahun

rasio

Jenis kelamin a Laki-laki

b Perempuan

Tingkat

pendidikan

a Tidak tamat SD

b SD

c SLTP

d SLTA

e Sarjana S1

Pekerjaan a Bekerja

b Tidak bekerja

Pengetahuan a Baik

b Sedang

c Bururk

Efek samping

OAT

a Ada

b Tidan ada

Faktor pelayanan kesehatan

Pengukuran faktor pelanan kesehatan meliputi ketersediaan OAT yang

diukur adalah yang diukur dengan 2 pertanyaan sikap petugas kesehatan diukur

dengan 8 pertanyaan lokasi jarak diukur dengan 3 pertanyaan penyuluhan kesehatan

diukur dengan 6 pertanyaan dan kunjungan rumah diukur dengan 2 pertanyaan

40

berdasarkan jawaban yang diberikan responden selanjutnya dikelompokkan menjadi

tiga (3) yaitu

a Baik jika faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan

penilaian yang baik karena kebutuhan yang diinginkan debagian besarnya

terpenuhi (nilai gt32)

b Sedang bila faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan

penilaian yang kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan responden hanay

sebagian saja yang terpenuhi (nilainya 17-32)

c Buruk bila faktor pelayanan pelayanan kesehatan yang diterima responden

menimbulkan penilaian yang tidak baik karena kebutuhan yang diinginka

responden sebagian besar tidak dipenuhi (nilainya lt17)

Faktor Pengawas Menelan Obat (PMO)

Faktor Pengawas Menelan Obat diukur dengan 5 pertanyaan yang

selanjutnya dibedakan atas 3 kategori yaitu

a Baik bila semua tugas yang diterima responden terlaksana dengan baik yaitu

mengawasi memberikan dorongan mengingatkan dan memberikan penyuluhan

(nilainya gt11)

b Sedang bila tugas PMO yang diterima responden sebagian saja yang terpenuhi

(nilainya 6-11)

c Buruk bila tugas PMO yang diterima responden tidak terlaksana dengan baik

(nilainya lt 6)

Aspek Pengukuran Variabel Terikan

Kepatuhan Pengobatan TB Paru

41

Aspek Pengukuran Variabel ini menggunakan skala interval yang diukur berdasarkan

tiga (3) kategori yaitu

Patuh apabila responden selalu menelan obat sesuai ketentuan petugas kesehatan

yaitu setiap hari pada tahap awal tiga kali seminggu pada tahap lanjutan dan

mengambil obat serta memeriksakan dahak sesuai jadwal dan menaati nasihat dari

petugas kesehatan ( bobot 3 )

Kurang patuh jika responden kadang-kadang menelan obat sesuai ketentuan

petugas kesehatan atau responden tidak menelan obat 2-8 minggu selama tahap

pengobatan lanjutan dan tidak memerisakan dahak sesuai jadwal yang telah

ditetapkan dan tidak selalu menaati nasihat dari petugas kesehatan (bobot 2 )

Tidak patuh jika responden tidak menelan obat sesuai ketentuan petugas

kesehatan atau responden tidak menelan obat lebih dari 8 minggu selama tahap

pengobatan lanjutan dan tidak mengambil obat serta tidak memeriksakan dahak

sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan tidak menaati nasihat petugas kesehatan

(bobot 1)

383 Penyajian Data

384 Analisis Data

385 Interpretasi Data

386 Pelaporan Data

39 Definisi Operasional

1 Umur adalah usia responden saat penelitian berdasarkan ulang tahun terakhir yang

dibedakan atas 3 (tiga) kategori berdasarkna Badan Pusat Statistik Kota Medan

42

tahun 2008 yaitu 1) orang muda 25-24 tahun 2) dewasa 24-49 tahun 3) orang

tua gt 50 tahun

2 Jenis kelamin adalah suatu karakteristik responden yang dibedakan identitasnya

dari laki-laki dan perempuan

3 Pendidikan adalah jenjang pendidikannyang berhasil ditamatkan responden yang

dibedakan atas tidak tamat SD SD SLTP SLTA Akademi Sarjana

4 Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh responden sebagai

pendapatan utama yang dibedakan atas kerja dan tidak bekerja

5 Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai penyakit

TB paru

6 Efek samping OAT adalah gejala keluhan yang diderita responden akiba menelan

OAT selama pengobatan

7 Ketersdediaan OAT adalah pandangan responden terhadap kondisi OAT

diperoleh dari puskesmas meliputi kecukupan jumlah OAT dan dan kualitasnya

8 Sikap petugas kesehatan adalah penilaian responden terhadap reaksi petugas

kesehatan kepada responden selama mereka menjalanin pengobatan

9 Lokasi jarak adalah pandangan responden tentang lama perjalanan dari tempat

tinggal responden ke Puskesmas yang diukur dengan jarak sarana transportasi

10 Penyuluhan kesehatan adalah pandangan responden tentang kegiatan yang

dilakukan oleh petugas kesehatan sehubungan dengan pengobatan TB Paru untuk

mencapai suatu keadaan dimana pederita TB Paru dapat hidup lebih sehat

11 Kunjungan rumah adalah pandangan responden tentang kegiatan yang dilakukan

petugas kesehatan selama masa pengobatan ke rumah responden

12 Faktor peran Pengawas Minum Obat (PMO) adalah pandangan responden tentang

tugas yang dilakasanakan oleh seorang PMO meliputi penyuluhan

13 Kepatuhan berobat adalah ketaan responden dalam menelan obat mengambil

obat dan melakukan pemeriksaan dahak sesuai jadwal yang telah ditentukan dan

menaati segala nasehat dari petugas kesehatan

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

1) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta

2) Perkumpulan Pemberantasan TB Indonesia 2011 TB di Indonesia Peringkat Dunia

Jakarta Diakses melalui situs httpwwwpptiinfoindexphpcomponentcontentarticle46-

arsip-ppti141-tbc-di-indonesia-peringkat-5-dunia Diakses pada tanggal 23 Januari 2012

44

3) Depkes dan WHO 2008 Lembar Fakta Tuberkulosis Jakarta

4) Dirjen P2M amp PLP 1997 Pengawasan Menelan Obat (PMO) adalah DOTS ala Indonesia

Jakarta

5) Amirudin R 2006 Faktor Keberhasilan Konversi pada Penderita TB Paru di Puskesmas

Jongaya Tahun 2006 Laporan Penelitian FKM Unhas Makasar

6) Aditama Tjandra Y 1994 Tuberkulosis Paru Masalah dan Penanggulangnya UI Press

Jakarta

7) Aru W Bambang S Idrus A dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Tuberkulosis

Paru Edisi IV FKUI Jakarta 2006 998-1004

8) Depkes RI 2002 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta

9) Depkes RI 2006 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta

10) Subijakto Hubungan Pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Berobat

Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Proposal Skripsi Jakarta 2011 Diakses pada

tanggal 20 Januari 2012

11) Aditama Tjandra Y 2002 Tuberkulosis Diagnosis Terapi dan Masalahnya Yayasan IDI

Jakarta

12) Notoatmodjo Soekidjo 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Penerbit Rineka Cipta

Jakarta

13) Simamora Jojor 2004 Faktor yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Berobat Penderita TB

Paru di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2004 Tesis Pascasarjana USU Medan

14) Ester Monica 2000 Psikologi Kesehatan Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

15) Bart Smet 1994 Psikologi Kesehatan PT Grasindo Jakarta

16) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta

45

Page 38: 133192422-TB-paru

n2 = Jumlah sampel ditambah substitusi 10 (substitusi adalah persen responden

yang mungkin drop out)

Z = Tingkat batas kepercayaan dengan = 5

Didapat Z pada kurva normal = 196

p = Proporsi variabel yang diteliti yaitu besarnya presentasi 50 )

q = 1 - p

L = Derajat kesalahan yang masih dapat diterima adalah 10

Berdasarkan rumus di atas didapatkan angka sebagai berikut

( Z )2 p q ( 196 )2 0505

n1 = ----------------- = ------------------------------ = 9604

L2 ( 01 )2

n2 = n1 + ( 10 n1 )

= 9604 + ( 10 9604)

= 9604 + 9604

= 10564 Dibulatkan 106

352 Teknik Pengambilan Sampel

36 Identifikasi Variabel

1 Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kesembuhan tb paru

2 Variabel independen adalah umur jenis kelamin pendidikan pekerjaan

pengetahuan efek samping OAT dan tingkat kepahuhan dari penderita TB

Selain itu faktor dari pelayanan kesehatan dan PMO juga ikut berperan

37 Cara Kerja

1 Membuat proposal penelitian tentang hubungan antara tingkat kepatuhan minum

OAT dengan tingkat kesembuhan penyakit TB di Puskesmas Kecamatan Grogol

Petamburan

38

2 Pengumpulan data sekunder dari Puskesmas Grogol Petamburan

3 Melakukan kunjungan ke rumah-rumah sampel di daerah RT terpilih untuk

pengumpulan data primer dengan memakai kuesioner dan wawancara responden

4 Data-data yang telah dikumpulkan akan dilakukan pengolahan berupa proses

editing verifikasi dan koding Selanjutnya dimasukkan dan diolah dengan

menggunakan program computer yaitu program SPSS

5 Terhadap data yang telah diolah kemudian dilakukan analisis sesuai dengan cara

uji statistik menggunakanhelliphellip Data diinterpretasi secara deskriptif korelatif

antar variabel ndash variabel yang telah ditentukan dan disajikan dalam bentuk

tekstular dan tabular

6 Hasil dari penelitian akan disusun dalam bentuk pelaporan penelitian yang

selanjutnya akan di presentasikan di hadapan staf pengajar program pendidikan

Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida

Wacana (FK UKRIDA) dalam forum pendidikan Ilmu Kedokteran Komunitas

Fakultas Kedokteran UKRIDA

38 Manajemen Data

381 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder yaitu

1 Data primer diperoleh dengan wawancara langsung kepada penderita TB paru

dan petugas kesehatan program penanggulangan TB Paru yang berpedoman pada

kuisioner penelitian yang telah ditetapkan dam melakukan cross check

2 Data sekunder diperoleh dari laporan pelaksanaan program penanggulangan TB

Paru di Puskesmas kartu pengobatan TBC (formulir TB 01) dan Formulir

Permohonan Laboratorium TBC Untik Pemeriksaan Dahak (formulir TB 05)

382 Pengolahan Data

39

Aspek pengukuran

Aspek pengukuran variable bebas

Karakteristik individu

Aspek pengukuran variable karakteristik individu dapat dilihat pada tabel 31

Table 31 Aspek Pengukuran Variabel Karakteristik Individu

Karakteristik

individu

Kategori Skala Bobot nilai

Umur a 15-24 tahun

b 25-49 tahun

c gt 50 tahun

rasio

Jenis kelamin a Laki-laki

b Perempuan

Tingkat

pendidikan

a Tidak tamat SD

b SD

c SLTP

d SLTA

e Sarjana S1

Pekerjaan a Bekerja

b Tidak bekerja

Pengetahuan a Baik

b Sedang

c Bururk

Efek samping

OAT

a Ada

b Tidan ada

Faktor pelayanan kesehatan

Pengukuran faktor pelanan kesehatan meliputi ketersediaan OAT yang

diukur adalah yang diukur dengan 2 pertanyaan sikap petugas kesehatan diukur

dengan 8 pertanyaan lokasi jarak diukur dengan 3 pertanyaan penyuluhan kesehatan

diukur dengan 6 pertanyaan dan kunjungan rumah diukur dengan 2 pertanyaan

40

berdasarkan jawaban yang diberikan responden selanjutnya dikelompokkan menjadi

tiga (3) yaitu

a Baik jika faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan

penilaian yang baik karena kebutuhan yang diinginkan debagian besarnya

terpenuhi (nilai gt32)

b Sedang bila faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan

penilaian yang kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan responden hanay

sebagian saja yang terpenuhi (nilainya 17-32)

c Buruk bila faktor pelayanan pelayanan kesehatan yang diterima responden

menimbulkan penilaian yang tidak baik karena kebutuhan yang diinginka

responden sebagian besar tidak dipenuhi (nilainya lt17)

Faktor Pengawas Menelan Obat (PMO)

Faktor Pengawas Menelan Obat diukur dengan 5 pertanyaan yang

selanjutnya dibedakan atas 3 kategori yaitu

a Baik bila semua tugas yang diterima responden terlaksana dengan baik yaitu

mengawasi memberikan dorongan mengingatkan dan memberikan penyuluhan

(nilainya gt11)

b Sedang bila tugas PMO yang diterima responden sebagian saja yang terpenuhi

(nilainya 6-11)

c Buruk bila tugas PMO yang diterima responden tidak terlaksana dengan baik

(nilainya lt 6)

Aspek Pengukuran Variabel Terikan

Kepatuhan Pengobatan TB Paru

41

Aspek Pengukuran Variabel ini menggunakan skala interval yang diukur berdasarkan

tiga (3) kategori yaitu

Patuh apabila responden selalu menelan obat sesuai ketentuan petugas kesehatan

yaitu setiap hari pada tahap awal tiga kali seminggu pada tahap lanjutan dan

mengambil obat serta memeriksakan dahak sesuai jadwal dan menaati nasihat dari

petugas kesehatan ( bobot 3 )

Kurang patuh jika responden kadang-kadang menelan obat sesuai ketentuan

petugas kesehatan atau responden tidak menelan obat 2-8 minggu selama tahap

pengobatan lanjutan dan tidak memerisakan dahak sesuai jadwal yang telah

ditetapkan dan tidak selalu menaati nasihat dari petugas kesehatan (bobot 2 )

Tidak patuh jika responden tidak menelan obat sesuai ketentuan petugas

kesehatan atau responden tidak menelan obat lebih dari 8 minggu selama tahap

pengobatan lanjutan dan tidak mengambil obat serta tidak memeriksakan dahak

sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan tidak menaati nasihat petugas kesehatan

(bobot 1)

383 Penyajian Data

384 Analisis Data

385 Interpretasi Data

386 Pelaporan Data

39 Definisi Operasional

1 Umur adalah usia responden saat penelitian berdasarkan ulang tahun terakhir yang

dibedakan atas 3 (tiga) kategori berdasarkna Badan Pusat Statistik Kota Medan

42

tahun 2008 yaitu 1) orang muda 25-24 tahun 2) dewasa 24-49 tahun 3) orang

tua gt 50 tahun

2 Jenis kelamin adalah suatu karakteristik responden yang dibedakan identitasnya

dari laki-laki dan perempuan

3 Pendidikan adalah jenjang pendidikannyang berhasil ditamatkan responden yang

dibedakan atas tidak tamat SD SD SLTP SLTA Akademi Sarjana

4 Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh responden sebagai

pendapatan utama yang dibedakan atas kerja dan tidak bekerja

5 Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai penyakit

TB paru

6 Efek samping OAT adalah gejala keluhan yang diderita responden akiba menelan

OAT selama pengobatan

7 Ketersdediaan OAT adalah pandangan responden terhadap kondisi OAT

diperoleh dari puskesmas meliputi kecukupan jumlah OAT dan dan kualitasnya

8 Sikap petugas kesehatan adalah penilaian responden terhadap reaksi petugas

kesehatan kepada responden selama mereka menjalanin pengobatan

9 Lokasi jarak adalah pandangan responden tentang lama perjalanan dari tempat

tinggal responden ke Puskesmas yang diukur dengan jarak sarana transportasi

10 Penyuluhan kesehatan adalah pandangan responden tentang kegiatan yang

dilakukan oleh petugas kesehatan sehubungan dengan pengobatan TB Paru untuk

mencapai suatu keadaan dimana pederita TB Paru dapat hidup lebih sehat

11 Kunjungan rumah adalah pandangan responden tentang kegiatan yang dilakukan

petugas kesehatan selama masa pengobatan ke rumah responden

12 Faktor peran Pengawas Minum Obat (PMO) adalah pandangan responden tentang

tugas yang dilakasanakan oleh seorang PMO meliputi penyuluhan

13 Kepatuhan berobat adalah ketaan responden dalam menelan obat mengambil

obat dan melakukan pemeriksaan dahak sesuai jadwal yang telah ditentukan dan

menaati segala nasehat dari petugas kesehatan

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

1) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta

2) Perkumpulan Pemberantasan TB Indonesia 2011 TB di Indonesia Peringkat Dunia

Jakarta Diakses melalui situs httpwwwpptiinfoindexphpcomponentcontentarticle46-

arsip-ppti141-tbc-di-indonesia-peringkat-5-dunia Diakses pada tanggal 23 Januari 2012

44

3) Depkes dan WHO 2008 Lembar Fakta Tuberkulosis Jakarta

4) Dirjen P2M amp PLP 1997 Pengawasan Menelan Obat (PMO) adalah DOTS ala Indonesia

Jakarta

5) Amirudin R 2006 Faktor Keberhasilan Konversi pada Penderita TB Paru di Puskesmas

Jongaya Tahun 2006 Laporan Penelitian FKM Unhas Makasar

6) Aditama Tjandra Y 1994 Tuberkulosis Paru Masalah dan Penanggulangnya UI Press

Jakarta

7) Aru W Bambang S Idrus A dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Tuberkulosis

Paru Edisi IV FKUI Jakarta 2006 998-1004

8) Depkes RI 2002 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta

9) Depkes RI 2006 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta

10) Subijakto Hubungan Pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Berobat

Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Proposal Skripsi Jakarta 2011 Diakses pada

tanggal 20 Januari 2012

11) Aditama Tjandra Y 2002 Tuberkulosis Diagnosis Terapi dan Masalahnya Yayasan IDI

Jakarta

12) Notoatmodjo Soekidjo 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Penerbit Rineka Cipta

Jakarta

13) Simamora Jojor 2004 Faktor yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Berobat Penderita TB

Paru di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2004 Tesis Pascasarjana USU Medan

14) Ester Monica 2000 Psikologi Kesehatan Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

15) Bart Smet 1994 Psikologi Kesehatan PT Grasindo Jakarta

16) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta

45

Page 39: 133192422-TB-paru

2 Pengumpulan data sekunder dari Puskesmas Grogol Petamburan

3 Melakukan kunjungan ke rumah-rumah sampel di daerah RT terpilih untuk

pengumpulan data primer dengan memakai kuesioner dan wawancara responden

4 Data-data yang telah dikumpulkan akan dilakukan pengolahan berupa proses

editing verifikasi dan koding Selanjutnya dimasukkan dan diolah dengan

menggunakan program computer yaitu program SPSS

5 Terhadap data yang telah diolah kemudian dilakukan analisis sesuai dengan cara

uji statistik menggunakanhelliphellip Data diinterpretasi secara deskriptif korelatif

antar variabel ndash variabel yang telah ditentukan dan disajikan dalam bentuk

tekstular dan tabular

6 Hasil dari penelitian akan disusun dalam bentuk pelaporan penelitian yang

selanjutnya akan di presentasikan di hadapan staf pengajar program pendidikan

Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida

Wacana (FK UKRIDA) dalam forum pendidikan Ilmu Kedokteran Komunitas

Fakultas Kedokteran UKRIDA

38 Manajemen Data

381 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder yaitu

1 Data primer diperoleh dengan wawancara langsung kepada penderita TB paru

dan petugas kesehatan program penanggulangan TB Paru yang berpedoman pada

kuisioner penelitian yang telah ditetapkan dam melakukan cross check

2 Data sekunder diperoleh dari laporan pelaksanaan program penanggulangan TB

Paru di Puskesmas kartu pengobatan TBC (formulir TB 01) dan Formulir

Permohonan Laboratorium TBC Untik Pemeriksaan Dahak (formulir TB 05)

382 Pengolahan Data

39

Aspek pengukuran

Aspek pengukuran variable bebas

Karakteristik individu

Aspek pengukuran variable karakteristik individu dapat dilihat pada tabel 31

Table 31 Aspek Pengukuran Variabel Karakteristik Individu

Karakteristik

individu

Kategori Skala Bobot nilai

Umur a 15-24 tahun

b 25-49 tahun

c gt 50 tahun

rasio

Jenis kelamin a Laki-laki

b Perempuan

Tingkat

pendidikan

a Tidak tamat SD

b SD

c SLTP

d SLTA

e Sarjana S1

Pekerjaan a Bekerja

b Tidak bekerja

Pengetahuan a Baik

b Sedang

c Bururk

Efek samping

OAT

a Ada

b Tidan ada

Faktor pelayanan kesehatan

Pengukuran faktor pelanan kesehatan meliputi ketersediaan OAT yang

diukur adalah yang diukur dengan 2 pertanyaan sikap petugas kesehatan diukur

dengan 8 pertanyaan lokasi jarak diukur dengan 3 pertanyaan penyuluhan kesehatan

diukur dengan 6 pertanyaan dan kunjungan rumah diukur dengan 2 pertanyaan

40

berdasarkan jawaban yang diberikan responden selanjutnya dikelompokkan menjadi

tiga (3) yaitu

a Baik jika faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan

penilaian yang baik karena kebutuhan yang diinginkan debagian besarnya

terpenuhi (nilai gt32)

b Sedang bila faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan

penilaian yang kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan responden hanay

sebagian saja yang terpenuhi (nilainya 17-32)

c Buruk bila faktor pelayanan pelayanan kesehatan yang diterima responden

menimbulkan penilaian yang tidak baik karena kebutuhan yang diinginka

responden sebagian besar tidak dipenuhi (nilainya lt17)

Faktor Pengawas Menelan Obat (PMO)

Faktor Pengawas Menelan Obat diukur dengan 5 pertanyaan yang

selanjutnya dibedakan atas 3 kategori yaitu

a Baik bila semua tugas yang diterima responden terlaksana dengan baik yaitu

mengawasi memberikan dorongan mengingatkan dan memberikan penyuluhan

(nilainya gt11)

b Sedang bila tugas PMO yang diterima responden sebagian saja yang terpenuhi

(nilainya 6-11)

c Buruk bila tugas PMO yang diterima responden tidak terlaksana dengan baik

(nilainya lt 6)

Aspek Pengukuran Variabel Terikan

Kepatuhan Pengobatan TB Paru

41

Aspek Pengukuran Variabel ini menggunakan skala interval yang diukur berdasarkan

tiga (3) kategori yaitu

Patuh apabila responden selalu menelan obat sesuai ketentuan petugas kesehatan

yaitu setiap hari pada tahap awal tiga kali seminggu pada tahap lanjutan dan

mengambil obat serta memeriksakan dahak sesuai jadwal dan menaati nasihat dari

petugas kesehatan ( bobot 3 )

Kurang patuh jika responden kadang-kadang menelan obat sesuai ketentuan

petugas kesehatan atau responden tidak menelan obat 2-8 minggu selama tahap

pengobatan lanjutan dan tidak memerisakan dahak sesuai jadwal yang telah

ditetapkan dan tidak selalu menaati nasihat dari petugas kesehatan (bobot 2 )

Tidak patuh jika responden tidak menelan obat sesuai ketentuan petugas

kesehatan atau responden tidak menelan obat lebih dari 8 minggu selama tahap

pengobatan lanjutan dan tidak mengambil obat serta tidak memeriksakan dahak

sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan tidak menaati nasihat petugas kesehatan

(bobot 1)

383 Penyajian Data

384 Analisis Data

385 Interpretasi Data

386 Pelaporan Data

39 Definisi Operasional

1 Umur adalah usia responden saat penelitian berdasarkan ulang tahun terakhir yang

dibedakan atas 3 (tiga) kategori berdasarkna Badan Pusat Statistik Kota Medan

42

tahun 2008 yaitu 1) orang muda 25-24 tahun 2) dewasa 24-49 tahun 3) orang

tua gt 50 tahun

2 Jenis kelamin adalah suatu karakteristik responden yang dibedakan identitasnya

dari laki-laki dan perempuan

3 Pendidikan adalah jenjang pendidikannyang berhasil ditamatkan responden yang

dibedakan atas tidak tamat SD SD SLTP SLTA Akademi Sarjana

4 Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh responden sebagai

pendapatan utama yang dibedakan atas kerja dan tidak bekerja

5 Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai penyakit

TB paru

6 Efek samping OAT adalah gejala keluhan yang diderita responden akiba menelan

OAT selama pengobatan

7 Ketersdediaan OAT adalah pandangan responden terhadap kondisi OAT

diperoleh dari puskesmas meliputi kecukupan jumlah OAT dan dan kualitasnya

8 Sikap petugas kesehatan adalah penilaian responden terhadap reaksi petugas

kesehatan kepada responden selama mereka menjalanin pengobatan

9 Lokasi jarak adalah pandangan responden tentang lama perjalanan dari tempat

tinggal responden ke Puskesmas yang diukur dengan jarak sarana transportasi

10 Penyuluhan kesehatan adalah pandangan responden tentang kegiatan yang

dilakukan oleh petugas kesehatan sehubungan dengan pengobatan TB Paru untuk

mencapai suatu keadaan dimana pederita TB Paru dapat hidup lebih sehat

11 Kunjungan rumah adalah pandangan responden tentang kegiatan yang dilakukan

petugas kesehatan selama masa pengobatan ke rumah responden

12 Faktor peran Pengawas Minum Obat (PMO) adalah pandangan responden tentang

tugas yang dilakasanakan oleh seorang PMO meliputi penyuluhan

13 Kepatuhan berobat adalah ketaan responden dalam menelan obat mengambil

obat dan melakukan pemeriksaan dahak sesuai jadwal yang telah ditentukan dan

menaati segala nasehat dari petugas kesehatan

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

1) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta

2) Perkumpulan Pemberantasan TB Indonesia 2011 TB di Indonesia Peringkat Dunia

Jakarta Diakses melalui situs httpwwwpptiinfoindexphpcomponentcontentarticle46-

arsip-ppti141-tbc-di-indonesia-peringkat-5-dunia Diakses pada tanggal 23 Januari 2012

44

3) Depkes dan WHO 2008 Lembar Fakta Tuberkulosis Jakarta

4) Dirjen P2M amp PLP 1997 Pengawasan Menelan Obat (PMO) adalah DOTS ala Indonesia

Jakarta

5) Amirudin R 2006 Faktor Keberhasilan Konversi pada Penderita TB Paru di Puskesmas

Jongaya Tahun 2006 Laporan Penelitian FKM Unhas Makasar

6) Aditama Tjandra Y 1994 Tuberkulosis Paru Masalah dan Penanggulangnya UI Press

Jakarta

7) Aru W Bambang S Idrus A dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Tuberkulosis

Paru Edisi IV FKUI Jakarta 2006 998-1004

8) Depkes RI 2002 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta

9) Depkes RI 2006 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta

10) Subijakto Hubungan Pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Berobat

Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Proposal Skripsi Jakarta 2011 Diakses pada

tanggal 20 Januari 2012

11) Aditama Tjandra Y 2002 Tuberkulosis Diagnosis Terapi dan Masalahnya Yayasan IDI

Jakarta

12) Notoatmodjo Soekidjo 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Penerbit Rineka Cipta

Jakarta

13) Simamora Jojor 2004 Faktor yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Berobat Penderita TB

Paru di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2004 Tesis Pascasarjana USU Medan

14) Ester Monica 2000 Psikologi Kesehatan Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

15) Bart Smet 1994 Psikologi Kesehatan PT Grasindo Jakarta

16) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta

45

Page 40: 133192422-TB-paru

Aspek pengukuran

Aspek pengukuran variable bebas

Karakteristik individu

Aspek pengukuran variable karakteristik individu dapat dilihat pada tabel 31

Table 31 Aspek Pengukuran Variabel Karakteristik Individu

Karakteristik

individu

Kategori Skala Bobot nilai

Umur a 15-24 tahun

b 25-49 tahun

c gt 50 tahun

rasio

Jenis kelamin a Laki-laki

b Perempuan

Tingkat

pendidikan

a Tidak tamat SD

b SD

c SLTP

d SLTA

e Sarjana S1

Pekerjaan a Bekerja

b Tidak bekerja

Pengetahuan a Baik

b Sedang

c Bururk

Efek samping

OAT

a Ada

b Tidan ada

Faktor pelayanan kesehatan

Pengukuran faktor pelanan kesehatan meliputi ketersediaan OAT yang

diukur adalah yang diukur dengan 2 pertanyaan sikap petugas kesehatan diukur

dengan 8 pertanyaan lokasi jarak diukur dengan 3 pertanyaan penyuluhan kesehatan

diukur dengan 6 pertanyaan dan kunjungan rumah diukur dengan 2 pertanyaan

40

berdasarkan jawaban yang diberikan responden selanjutnya dikelompokkan menjadi

tiga (3) yaitu

a Baik jika faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan

penilaian yang baik karena kebutuhan yang diinginkan debagian besarnya

terpenuhi (nilai gt32)

b Sedang bila faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan

penilaian yang kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan responden hanay

sebagian saja yang terpenuhi (nilainya 17-32)

c Buruk bila faktor pelayanan pelayanan kesehatan yang diterima responden

menimbulkan penilaian yang tidak baik karena kebutuhan yang diinginka

responden sebagian besar tidak dipenuhi (nilainya lt17)

Faktor Pengawas Menelan Obat (PMO)

Faktor Pengawas Menelan Obat diukur dengan 5 pertanyaan yang

selanjutnya dibedakan atas 3 kategori yaitu

a Baik bila semua tugas yang diterima responden terlaksana dengan baik yaitu

mengawasi memberikan dorongan mengingatkan dan memberikan penyuluhan

(nilainya gt11)

b Sedang bila tugas PMO yang diterima responden sebagian saja yang terpenuhi

(nilainya 6-11)

c Buruk bila tugas PMO yang diterima responden tidak terlaksana dengan baik

(nilainya lt 6)

Aspek Pengukuran Variabel Terikan

Kepatuhan Pengobatan TB Paru

41

Aspek Pengukuran Variabel ini menggunakan skala interval yang diukur berdasarkan

tiga (3) kategori yaitu

Patuh apabila responden selalu menelan obat sesuai ketentuan petugas kesehatan

yaitu setiap hari pada tahap awal tiga kali seminggu pada tahap lanjutan dan

mengambil obat serta memeriksakan dahak sesuai jadwal dan menaati nasihat dari

petugas kesehatan ( bobot 3 )

Kurang patuh jika responden kadang-kadang menelan obat sesuai ketentuan

petugas kesehatan atau responden tidak menelan obat 2-8 minggu selama tahap

pengobatan lanjutan dan tidak memerisakan dahak sesuai jadwal yang telah

ditetapkan dan tidak selalu menaati nasihat dari petugas kesehatan (bobot 2 )

Tidak patuh jika responden tidak menelan obat sesuai ketentuan petugas

kesehatan atau responden tidak menelan obat lebih dari 8 minggu selama tahap

pengobatan lanjutan dan tidak mengambil obat serta tidak memeriksakan dahak

sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan tidak menaati nasihat petugas kesehatan

(bobot 1)

383 Penyajian Data

384 Analisis Data

385 Interpretasi Data

386 Pelaporan Data

39 Definisi Operasional

1 Umur adalah usia responden saat penelitian berdasarkan ulang tahun terakhir yang

dibedakan atas 3 (tiga) kategori berdasarkna Badan Pusat Statistik Kota Medan

42

tahun 2008 yaitu 1) orang muda 25-24 tahun 2) dewasa 24-49 tahun 3) orang

tua gt 50 tahun

2 Jenis kelamin adalah suatu karakteristik responden yang dibedakan identitasnya

dari laki-laki dan perempuan

3 Pendidikan adalah jenjang pendidikannyang berhasil ditamatkan responden yang

dibedakan atas tidak tamat SD SD SLTP SLTA Akademi Sarjana

4 Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh responden sebagai

pendapatan utama yang dibedakan atas kerja dan tidak bekerja

5 Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai penyakit

TB paru

6 Efek samping OAT adalah gejala keluhan yang diderita responden akiba menelan

OAT selama pengobatan

7 Ketersdediaan OAT adalah pandangan responden terhadap kondisi OAT

diperoleh dari puskesmas meliputi kecukupan jumlah OAT dan dan kualitasnya

8 Sikap petugas kesehatan adalah penilaian responden terhadap reaksi petugas

kesehatan kepada responden selama mereka menjalanin pengobatan

9 Lokasi jarak adalah pandangan responden tentang lama perjalanan dari tempat

tinggal responden ke Puskesmas yang diukur dengan jarak sarana transportasi

10 Penyuluhan kesehatan adalah pandangan responden tentang kegiatan yang

dilakukan oleh petugas kesehatan sehubungan dengan pengobatan TB Paru untuk

mencapai suatu keadaan dimana pederita TB Paru dapat hidup lebih sehat

11 Kunjungan rumah adalah pandangan responden tentang kegiatan yang dilakukan

petugas kesehatan selama masa pengobatan ke rumah responden

12 Faktor peran Pengawas Minum Obat (PMO) adalah pandangan responden tentang

tugas yang dilakasanakan oleh seorang PMO meliputi penyuluhan

13 Kepatuhan berobat adalah ketaan responden dalam menelan obat mengambil

obat dan melakukan pemeriksaan dahak sesuai jadwal yang telah ditentukan dan

menaati segala nasehat dari petugas kesehatan

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

1) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta

2) Perkumpulan Pemberantasan TB Indonesia 2011 TB di Indonesia Peringkat Dunia

Jakarta Diakses melalui situs httpwwwpptiinfoindexphpcomponentcontentarticle46-

arsip-ppti141-tbc-di-indonesia-peringkat-5-dunia Diakses pada tanggal 23 Januari 2012

44

3) Depkes dan WHO 2008 Lembar Fakta Tuberkulosis Jakarta

4) Dirjen P2M amp PLP 1997 Pengawasan Menelan Obat (PMO) adalah DOTS ala Indonesia

Jakarta

5) Amirudin R 2006 Faktor Keberhasilan Konversi pada Penderita TB Paru di Puskesmas

Jongaya Tahun 2006 Laporan Penelitian FKM Unhas Makasar

6) Aditama Tjandra Y 1994 Tuberkulosis Paru Masalah dan Penanggulangnya UI Press

Jakarta

7) Aru W Bambang S Idrus A dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Tuberkulosis

Paru Edisi IV FKUI Jakarta 2006 998-1004

8) Depkes RI 2002 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta

9) Depkes RI 2006 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta

10) Subijakto Hubungan Pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Berobat

Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Proposal Skripsi Jakarta 2011 Diakses pada

tanggal 20 Januari 2012

11) Aditama Tjandra Y 2002 Tuberkulosis Diagnosis Terapi dan Masalahnya Yayasan IDI

Jakarta

12) Notoatmodjo Soekidjo 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Penerbit Rineka Cipta

Jakarta

13) Simamora Jojor 2004 Faktor yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Berobat Penderita TB

Paru di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2004 Tesis Pascasarjana USU Medan

14) Ester Monica 2000 Psikologi Kesehatan Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

15) Bart Smet 1994 Psikologi Kesehatan PT Grasindo Jakarta

16) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta

45

Page 41: 133192422-TB-paru

berdasarkan jawaban yang diberikan responden selanjutnya dikelompokkan menjadi

tiga (3) yaitu

a Baik jika faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan

penilaian yang baik karena kebutuhan yang diinginkan debagian besarnya

terpenuhi (nilai gt32)

b Sedang bila faktor pelayanan kesehatan yang diterima responden menimbulkan

penilaian yang kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan responden hanay

sebagian saja yang terpenuhi (nilainya 17-32)

c Buruk bila faktor pelayanan pelayanan kesehatan yang diterima responden

menimbulkan penilaian yang tidak baik karena kebutuhan yang diinginka

responden sebagian besar tidak dipenuhi (nilainya lt17)

Faktor Pengawas Menelan Obat (PMO)

Faktor Pengawas Menelan Obat diukur dengan 5 pertanyaan yang

selanjutnya dibedakan atas 3 kategori yaitu

a Baik bila semua tugas yang diterima responden terlaksana dengan baik yaitu

mengawasi memberikan dorongan mengingatkan dan memberikan penyuluhan

(nilainya gt11)

b Sedang bila tugas PMO yang diterima responden sebagian saja yang terpenuhi

(nilainya 6-11)

c Buruk bila tugas PMO yang diterima responden tidak terlaksana dengan baik

(nilainya lt 6)

Aspek Pengukuran Variabel Terikan

Kepatuhan Pengobatan TB Paru

41

Aspek Pengukuran Variabel ini menggunakan skala interval yang diukur berdasarkan

tiga (3) kategori yaitu

Patuh apabila responden selalu menelan obat sesuai ketentuan petugas kesehatan

yaitu setiap hari pada tahap awal tiga kali seminggu pada tahap lanjutan dan

mengambil obat serta memeriksakan dahak sesuai jadwal dan menaati nasihat dari

petugas kesehatan ( bobot 3 )

Kurang patuh jika responden kadang-kadang menelan obat sesuai ketentuan

petugas kesehatan atau responden tidak menelan obat 2-8 minggu selama tahap

pengobatan lanjutan dan tidak memerisakan dahak sesuai jadwal yang telah

ditetapkan dan tidak selalu menaati nasihat dari petugas kesehatan (bobot 2 )

Tidak patuh jika responden tidak menelan obat sesuai ketentuan petugas

kesehatan atau responden tidak menelan obat lebih dari 8 minggu selama tahap

pengobatan lanjutan dan tidak mengambil obat serta tidak memeriksakan dahak

sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan tidak menaati nasihat petugas kesehatan

(bobot 1)

383 Penyajian Data

384 Analisis Data

385 Interpretasi Data

386 Pelaporan Data

39 Definisi Operasional

1 Umur adalah usia responden saat penelitian berdasarkan ulang tahun terakhir yang

dibedakan atas 3 (tiga) kategori berdasarkna Badan Pusat Statistik Kota Medan

42

tahun 2008 yaitu 1) orang muda 25-24 tahun 2) dewasa 24-49 tahun 3) orang

tua gt 50 tahun

2 Jenis kelamin adalah suatu karakteristik responden yang dibedakan identitasnya

dari laki-laki dan perempuan

3 Pendidikan adalah jenjang pendidikannyang berhasil ditamatkan responden yang

dibedakan atas tidak tamat SD SD SLTP SLTA Akademi Sarjana

4 Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh responden sebagai

pendapatan utama yang dibedakan atas kerja dan tidak bekerja

5 Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai penyakit

TB paru

6 Efek samping OAT adalah gejala keluhan yang diderita responden akiba menelan

OAT selama pengobatan

7 Ketersdediaan OAT adalah pandangan responden terhadap kondisi OAT

diperoleh dari puskesmas meliputi kecukupan jumlah OAT dan dan kualitasnya

8 Sikap petugas kesehatan adalah penilaian responden terhadap reaksi petugas

kesehatan kepada responden selama mereka menjalanin pengobatan

9 Lokasi jarak adalah pandangan responden tentang lama perjalanan dari tempat

tinggal responden ke Puskesmas yang diukur dengan jarak sarana transportasi

10 Penyuluhan kesehatan adalah pandangan responden tentang kegiatan yang

dilakukan oleh petugas kesehatan sehubungan dengan pengobatan TB Paru untuk

mencapai suatu keadaan dimana pederita TB Paru dapat hidup lebih sehat

11 Kunjungan rumah adalah pandangan responden tentang kegiatan yang dilakukan

petugas kesehatan selama masa pengobatan ke rumah responden

12 Faktor peran Pengawas Minum Obat (PMO) adalah pandangan responden tentang

tugas yang dilakasanakan oleh seorang PMO meliputi penyuluhan

13 Kepatuhan berobat adalah ketaan responden dalam menelan obat mengambil

obat dan melakukan pemeriksaan dahak sesuai jadwal yang telah ditentukan dan

menaati segala nasehat dari petugas kesehatan

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

1) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta

2) Perkumpulan Pemberantasan TB Indonesia 2011 TB di Indonesia Peringkat Dunia

Jakarta Diakses melalui situs httpwwwpptiinfoindexphpcomponentcontentarticle46-

arsip-ppti141-tbc-di-indonesia-peringkat-5-dunia Diakses pada tanggal 23 Januari 2012

44

3) Depkes dan WHO 2008 Lembar Fakta Tuberkulosis Jakarta

4) Dirjen P2M amp PLP 1997 Pengawasan Menelan Obat (PMO) adalah DOTS ala Indonesia

Jakarta

5) Amirudin R 2006 Faktor Keberhasilan Konversi pada Penderita TB Paru di Puskesmas

Jongaya Tahun 2006 Laporan Penelitian FKM Unhas Makasar

6) Aditama Tjandra Y 1994 Tuberkulosis Paru Masalah dan Penanggulangnya UI Press

Jakarta

7) Aru W Bambang S Idrus A dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Tuberkulosis

Paru Edisi IV FKUI Jakarta 2006 998-1004

8) Depkes RI 2002 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta

9) Depkes RI 2006 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta

10) Subijakto Hubungan Pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Berobat

Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Proposal Skripsi Jakarta 2011 Diakses pada

tanggal 20 Januari 2012

11) Aditama Tjandra Y 2002 Tuberkulosis Diagnosis Terapi dan Masalahnya Yayasan IDI

Jakarta

12) Notoatmodjo Soekidjo 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Penerbit Rineka Cipta

Jakarta

13) Simamora Jojor 2004 Faktor yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Berobat Penderita TB

Paru di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2004 Tesis Pascasarjana USU Medan

14) Ester Monica 2000 Psikologi Kesehatan Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

15) Bart Smet 1994 Psikologi Kesehatan PT Grasindo Jakarta

16) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta

45

Page 42: 133192422-TB-paru

Aspek Pengukuran Variabel ini menggunakan skala interval yang diukur berdasarkan

tiga (3) kategori yaitu

Patuh apabila responden selalu menelan obat sesuai ketentuan petugas kesehatan

yaitu setiap hari pada tahap awal tiga kali seminggu pada tahap lanjutan dan

mengambil obat serta memeriksakan dahak sesuai jadwal dan menaati nasihat dari

petugas kesehatan ( bobot 3 )

Kurang patuh jika responden kadang-kadang menelan obat sesuai ketentuan

petugas kesehatan atau responden tidak menelan obat 2-8 minggu selama tahap

pengobatan lanjutan dan tidak memerisakan dahak sesuai jadwal yang telah

ditetapkan dan tidak selalu menaati nasihat dari petugas kesehatan (bobot 2 )

Tidak patuh jika responden tidak menelan obat sesuai ketentuan petugas

kesehatan atau responden tidak menelan obat lebih dari 8 minggu selama tahap

pengobatan lanjutan dan tidak mengambil obat serta tidak memeriksakan dahak

sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan tidak menaati nasihat petugas kesehatan

(bobot 1)

383 Penyajian Data

384 Analisis Data

385 Interpretasi Data

386 Pelaporan Data

39 Definisi Operasional

1 Umur adalah usia responden saat penelitian berdasarkan ulang tahun terakhir yang

dibedakan atas 3 (tiga) kategori berdasarkna Badan Pusat Statistik Kota Medan

42

tahun 2008 yaitu 1) orang muda 25-24 tahun 2) dewasa 24-49 tahun 3) orang

tua gt 50 tahun

2 Jenis kelamin adalah suatu karakteristik responden yang dibedakan identitasnya

dari laki-laki dan perempuan

3 Pendidikan adalah jenjang pendidikannyang berhasil ditamatkan responden yang

dibedakan atas tidak tamat SD SD SLTP SLTA Akademi Sarjana

4 Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh responden sebagai

pendapatan utama yang dibedakan atas kerja dan tidak bekerja

5 Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai penyakit

TB paru

6 Efek samping OAT adalah gejala keluhan yang diderita responden akiba menelan

OAT selama pengobatan

7 Ketersdediaan OAT adalah pandangan responden terhadap kondisi OAT

diperoleh dari puskesmas meliputi kecukupan jumlah OAT dan dan kualitasnya

8 Sikap petugas kesehatan adalah penilaian responden terhadap reaksi petugas

kesehatan kepada responden selama mereka menjalanin pengobatan

9 Lokasi jarak adalah pandangan responden tentang lama perjalanan dari tempat

tinggal responden ke Puskesmas yang diukur dengan jarak sarana transportasi

10 Penyuluhan kesehatan adalah pandangan responden tentang kegiatan yang

dilakukan oleh petugas kesehatan sehubungan dengan pengobatan TB Paru untuk

mencapai suatu keadaan dimana pederita TB Paru dapat hidup lebih sehat

11 Kunjungan rumah adalah pandangan responden tentang kegiatan yang dilakukan

petugas kesehatan selama masa pengobatan ke rumah responden

12 Faktor peran Pengawas Minum Obat (PMO) adalah pandangan responden tentang

tugas yang dilakasanakan oleh seorang PMO meliputi penyuluhan

13 Kepatuhan berobat adalah ketaan responden dalam menelan obat mengambil

obat dan melakukan pemeriksaan dahak sesuai jadwal yang telah ditentukan dan

menaati segala nasehat dari petugas kesehatan

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

1) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta

2) Perkumpulan Pemberantasan TB Indonesia 2011 TB di Indonesia Peringkat Dunia

Jakarta Diakses melalui situs httpwwwpptiinfoindexphpcomponentcontentarticle46-

arsip-ppti141-tbc-di-indonesia-peringkat-5-dunia Diakses pada tanggal 23 Januari 2012

44

3) Depkes dan WHO 2008 Lembar Fakta Tuberkulosis Jakarta

4) Dirjen P2M amp PLP 1997 Pengawasan Menelan Obat (PMO) adalah DOTS ala Indonesia

Jakarta

5) Amirudin R 2006 Faktor Keberhasilan Konversi pada Penderita TB Paru di Puskesmas

Jongaya Tahun 2006 Laporan Penelitian FKM Unhas Makasar

6) Aditama Tjandra Y 1994 Tuberkulosis Paru Masalah dan Penanggulangnya UI Press

Jakarta

7) Aru W Bambang S Idrus A dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Tuberkulosis

Paru Edisi IV FKUI Jakarta 2006 998-1004

8) Depkes RI 2002 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta

9) Depkes RI 2006 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta

10) Subijakto Hubungan Pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Berobat

Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Proposal Skripsi Jakarta 2011 Diakses pada

tanggal 20 Januari 2012

11) Aditama Tjandra Y 2002 Tuberkulosis Diagnosis Terapi dan Masalahnya Yayasan IDI

Jakarta

12) Notoatmodjo Soekidjo 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Penerbit Rineka Cipta

Jakarta

13) Simamora Jojor 2004 Faktor yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Berobat Penderita TB

Paru di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2004 Tesis Pascasarjana USU Medan

14) Ester Monica 2000 Psikologi Kesehatan Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

15) Bart Smet 1994 Psikologi Kesehatan PT Grasindo Jakarta

16) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta

45

Page 43: 133192422-TB-paru

tahun 2008 yaitu 1) orang muda 25-24 tahun 2) dewasa 24-49 tahun 3) orang

tua gt 50 tahun

2 Jenis kelamin adalah suatu karakteristik responden yang dibedakan identitasnya

dari laki-laki dan perempuan

3 Pendidikan adalah jenjang pendidikannyang berhasil ditamatkan responden yang

dibedakan atas tidak tamat SD SD SLTP SLTA Akademi Sarjana

4 Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh responden sebagai

pendapatan utama yang dibedakan atas kerja dan tidak bekerja

5 Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai penyakit

TB paru

6 Efek samping OAT adalah gejala keluhan yang diderita responden akiba menelan

OAT selama pengobatan

7 Ketersdediaan OAT adalah pandangan responden terhadap kondisi OAT

diperoleh dari puskesmas meliputi kecukupan jumlah OAT dan dan kualitasnya

8 Sikap petugas kesehatan adalah penilaian responden terhadap reaksi petugas

kesehatan kepada responden selama mereka menjalanin pengobatan

9 Lokasi jarak adalah pandangan responden tentang lama perjalanan dari tempat

tinggal responden ke Puskesmas yang diukur dengan jarak sarana transportasi

10 Penyuluhan kesehatan adalah pandangan responden tentang kegiatan yang

dilakukan oleh petugas kesehatan sehubungan dengan pengobatan TB Paru untuk

mencapai suatu keadaan dimana pederita TB Paru dapat hidup lebih sehat

11 Kunjungan rumah adalah pandangan responden tentang kegiatan yang dilakukan

petugas kesehatan selama masa pengobatan ke rumah responden

12 Faktor peran Pengawas Minum Obat (PMO) adalah pandangan responden tentang

tugas yang dilakasanakan oleh seorang PMO meliputi penyuluhan

13 Kepatuhan berobat adalah ketaan responden dalam menelan obat mengambil

obat dan melakukan pemeriksaan dahak sesuai jadwal yang telah ditentukan dan

menaati segala nasehat dari petugas kesehatan

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

1) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta

2) Perkumpulan Pemberantasan TB Indonesia 2011 TB di Indonesia Peringkat Dunia

Jakarta Diakses melalui situs httpwwwpptiinfoindexphpcomponentcontentarticle46-

arsip-ppti141-tbc-di-indonesia-peringkat-5-dunia Diakses pada tanggal 23 Januari 2012

44

3) Depkes dan WHO 2008 Lembar Fakta Tuberkulosis Jakarta

4) Dirjen P2M amp PLP 1997 Pengawasan Menelan Obat (PMO) adalah DOTS ala Indonesia

Jakarta

5) Amirudin R 2006 Faktor Keberhasilan Konversi pada Penderita TB Paru di Puskesmas

Jongaya Tahun 2006 Laporan Penelitian FKM Unhas Makasar

6) Aditama Tjandra Y 1994 Tuberkulosis Paru Masalah dan Penanggulangnya UI Press

Jakarta

7) Aru W Bambang S Idrus A dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Tuberkulosis

Paru Edisi IV FKUI Jakarta 2006 998-1004

8) Depkes RI 2002 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta

9) Depkes RI 2006 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta

10) Subijakto Hubungan Pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Berobat

Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Proposal Skripsi Jakarta 2011 Diakses pada

tanggal 20 Januari 2012

11) Aditama Tjandra Y 2002 Tuberkulosis Diagnosis Terapi dan Masalahnya Yayasan IDI

Jakarta

12) Notoatmodjo Soekidjo 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Penerbit Rineka Cipta

Jakarta

13) Simamora Jojor 2004 Faktor yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Berobat Penderita TB

Paru di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2004 Tesis Pascasarjana USU Medan

14) Ester Monica 2000 Psikologi Kesehatan Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

15) Bart Smet 1994 Psikologi Kesehatan PT Grasindo Jakarta

16) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta

45

Page 44: 133192422-TB-paru

BAB IV

HASIL PENELITIAN

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

1) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta

2) Perkumpulan Pemberantasan TB Indonesia 2011 TB di Indonesia Peringkat Dunia

Jakarta Diakses melalui situs httpwwwpptiinfoindexphpcomponentcontentarticle46-

arsip-ppti141-tbc-di-indonesia-peringkat-5-dunia Diakses pada tanggal 23 Januari 2012

44

3) Depkes dan WHO 2008 Lembar Fakta Tuberkulosis Jakarta

4) Dirjen P2M amp PLP 1997 Pengawasan Menelan Obat (PMO) adalah DOTS ala Indonesia

Jakarta

5) Amirudin R 2006 Faktor Keberhasilan Konversi pada Penderita TB Paru di Puskesmas

Jongaya Tahun 2006 Laporan Penelitian FKM Unhas Makasar

6) Aditama Tjandra Y 1994 Tuberkulosis Paru Masalah dan Penanggulangnya UI Press

Jakarta

7) Aru W Bambang S Idrus A dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Tuberkulosis

Paru Edisi IV FKUI Jakarta 2006 998-1004

8) Depkes RI 2002 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta

9) Depkes RI 2006 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta

10) Subijakto Hubungan Pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Berobat

Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Proposal Skripsi Jakarta 2011 Diakses pada

tanggal 20 Januari 2012

11) Aditama Tjandra Y 2002 Tuberkulosis Diagnosis Terapi dan Masalahnya Yayasan IDI

Jakarta

12) Notoatmodjo Soekidjo 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Penerbit Rineka Cipta

Jakarta

13) Simamora Jojor 2004 Faktor yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Berobat Penderita TB

Paru di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2004 Tesis Pascasarjana USU Medan

14) Ester Monica 2000 Psikologi Kesehatan Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

15) Bart Smet 1994 Psikologi Kesehatan PT Grasindo Jakarta

16) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta

45

Page 45: 133192422-TB-paru

3) Depkes dan WHO 2008 Lembar Fakta Tuberkulosis Jakarta

4) Dirjen P2M amp PLP 1997 Pengawasan Menelan Obat (PMO) adalah DOTS ala Indonesia

Jakarta

5) Amirudin R 2006 Faktor Keberhasilan Konversi pada Penderita TB Paru di Puskesmas

Jongaya Tahun 2006 Laporan Penelitian FKM Unhas Makasar

6) Aditama Tjandra Y 1994 Tuberkulosis Paru Masalah dan Penanggulangnya UI Press

Jakarta

7) Aru W Bambang S Idrus A dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Tuberkulosis

Paru Edisi IV FKUI Jakarta 2006 998-1004

8) Depkes RI 2002 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta

9) Depkes RI 2006 Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis Jakarta

10) Subijakto Hubungan Pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Berobat

Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Proposal Skripsi Jakarta 2011 Diakses pada

tanggal 20 Januari 2012

11) Aditama Tjandra Y 2002 Tuberkulosis Diagnosis Terapi dan Masalahnya Yayasan IDI

Jakarta

12) Notoatmodjo Soekidjo 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Penerbit Rineka Cipta

Jakarta

13) Simamora Jojor 2004 Faktor yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Berobat Penderita TB

Paru di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2004 Tesis Pascasarjana USU Medan

14) Ester Monica 2000 Psikologi Kesehatan Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

15) Bart Smet 1994 Psikologi Kesehatan PT Grasindo Jakarta

16) Depkes RI 2007 Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya Edisi 2 Jakarta

45