1_2Mekanisme PPnBM
description
Transcript of 1_2Mekanisme PPnBM
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI
Materi :
Mekanisme pemungutan PPN Penyerahan Barang Kena Pajak Pengusaha Kena Pajak Pemakaian sendiri dan Cuma-Cuma Tarif dan Dasar Pengenaan Pajak
MEKANISME PEMUNGUTAN PPN
Legal Character
PPN merupakan Pajak Tidak Langsung Pajak Objektif Multi Stage Tax Mekanisme Pemungutan Menggunakan
Faktur Pajak Pajak Konsumsi Umum Dalam Negeri Bersifat Netral Tidak menimbulkan pajak berganda
MEKANISME PEMUNGUTAN PPN
Setiap PKP yang menyerahkan BKP atau JKP diwajibkan membuat Faktur Pajak untuk memungut pajak yang terutang. Pajak yang dapat dipungut disebut Pajak Keluaran (output tax).
Pada saat suatu PKP membeli/menerima BKP atau JKP dari PKP lain, maka PKP pemberli/penerima membayar pajak yang terutang kepada negara lewat PKP penjual. Pajak yang dibayar disebut Pajak Masukan (input tax).
Pada akhir masa pajak, Pajak Masukan dapat dikreditkan terhadap Pajak Keluaran.
Jika Pajak Keluaran > Pajak Masukan, berarti kurang bayar, harus dibayar ke Kas Negara paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya. Pembayaran dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP).
Mekanisme PPN Untuk setiap masa pajak (setiap bulan), apabila
jumlah Pajak Keluaran lebih besar dari pada Pajak
Masukan, maka selisihnya harus disetor ke Kas
Negara selambat-lambatnya tanggal 15 bulan
berikutnya. Dan sebaliknya, apabila jumlah Pajak
Masukan lebih besar dari pada Pajak Keluaran, maka
selisih tersebut dapat diminta kembali (restitusi) atau
di kompensasi ke masa pajak berikutnya.
Pengusaha Kena Pajak di atas wajib menyampaikan
Laporan Perhitungan PPN setiap bulan (SPT Masa
PPN) ke Kantor Pelayanan Pajak terkait selambat-
lambatnya tanggal 20 bulan berikutnya
Mekanisme PPN
Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP)/Jasa Kena Pajak (JKP) wajib memungut PPN dari pembeli/penerima BKP/JKP yang bersangkutan sebesar 10% dari Harga Jual atau penggantian, dan membuat Faktur Pajak sebagai bukti pemungutannya.
PPN yang tercantum dalam Faktur Pajak tersebut merupakan Pajak Keluaran bagi PKP Penjual BKP/JKP, yang sifatnya sebagai pajak yang harus dibayar (hutang pajak).
Mekanisme PPN
Pada waktu PKP melakukan pembelian/perolehan BKP/JKP yang dikenakan PPN, PPN tersebut merupakan Pajak Masukan yang sifatnya sebagai pajak yang dibayar di muka, sepanjang BKP/JKP yang dibeli tersebut berhubungan langsung dengan kegiatan usahanya.
Definisi
9
Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh PKP yang melakukan penyerahan BKP/JKP atau bukti pungutan pajak karena impor BKP yang digunakan oleh Ditjen Bea Cukai.
Pajak Masukan (PM) adalah PPN yang seharusnya sudah dibayar oleh PKP karena perolehan BKP/JKP dan atau pemanfaatan BKP tak berwujud/JKP dari luar daerah pabean dan atau impor BKP.
Pajak Keluaran (PK) adalah PPN terutang yang wajib dipungut oleh PKP yang melakukan penyerahan BKP/JKP atau ekspor BKP.
SKEMA MEKANISME PPN
10
Penjual/Pengusaha Jasa Pembeli/Penerima Jasa
Pemotong Pajak Pemikul Beban Pajak
PPN
PPN disetor ke negara
Penyerahan BKP/JKPMembuat Faktur Pajak
PPN dicatat sbg PK PPN dicatat sbg PM
(PK-PM)
Objek PPN
a. penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha
b. impor BKP c. penyerahan JKP di dalam Daerah
Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha d. pemanfaatan BKP tidak berwujud dari
luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean
e. pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean
f. ekspor BKP Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak
g. ekspor BKP Tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak
h. ekspor JKP oleh Pengusaha Kena Pajak
PASAL 4 AYAT (1)
Objek PPN :Kegiatan Membangun Sendiri
yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaan
oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya digunakan sendiri
atau digunakan pihak lain yang batasan dan tata caranya
diatur dengan Keputusan Menteri Keuangan
PASAL 16C
Objek PPN :Penyerahan Aktiva Yang Menurut Tujuan Semula Tidak Untuk Diperjualbelikan
dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak,
kecuali atas penyerahan aktiva yang Pajak Masukannya tidak dapat dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (8) huruf b dan huruf c UU PPN
PASAL 16D
Kata Kunci
a. Barang Kena Pajakb. Jasa Kena Pajakc. Pengusahad. Pengusaha Kena Pajake. Daerah Pabean
Barang Kena Pajak
Barang adalah barang berwujud, yang menurut sifat atau hukumnya dapat berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak, dan barang tidak berwujud
Barang Kena Pajak adalah barang yang dikenai pajak berdasarkan Undang-undang ini
Kelompok jenis barang yang tidak kena pajak diatur dalam Pasal 4A ayat (2) UU PPN
Jenis barang yang tidak kena pajak diatur dalam Penjelasan Pasal 4A ayat (2) UU PPN
Jasa Kena Pajak
Jasa adalah setiap kegiatan pelayanan berdasarkan suatu perikatan atau perbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang, fasilitas, kemudahan atau hak tersedia untuk dipakai, termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkan barang karena pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan
Jasa Kena Pajak adalah jasa yang dikenai pajak berdasarkan Undang-undang ini
Kelompok jenis jasa yang tidak kena pajak diatur dalam Pasal 4A ayat (3) UU PPN
Jenis jasa yang tidak kena pajak diatur dalam Penjelasan Pasal 4A ayat (3) UU PPN
Pengusaha
orang pribadi atau badan dalam bentuk apa pun yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya
menghasilkan barang mengimpor barang
mengekspor barang melakukan usaha perdagangan memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar
Daerah Pabean melakukan usaha jasa termasuk mengekspor jasa,
atau memanfaatkan jasa dari luar Daerah Pabean
Pengusaha Kena Pajak
Pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan / atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak berdasarkan Undang-undang ini
Daerah Pabean
wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan,
dan ruang udara di atasnya, serta tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif dan landas kontinen
yang di dalamnya berlaku Undang-Undang yang mengatur mengenai kepabeanan
Objek PPN Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam
Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha.Contoh : PT Indo Semen (perusahaan pabrikan semen) menyerahkan semen kepada pembelinya di Dalam Negeri
Impor Barang Kena Pajak.Contoh : PT Astra Internasional melakukan impor Mobil Toyota dari Jepang.
Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha.Contoh : PT Multi Utama (perusahaan konsultan pajak) menyerahkan jasa konsultasi pajak kepada kliennya di Dalam Negeri.
Objek PPN
Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean.Contoh : PT Coca Cola Indonesia (perusahaan pabrikan minuman ringan) menggunakan hak merek "Coca Cola" milik Coca Cola, Corp. di Amerika.
Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah PabeanContoh : PT Garuda Indonesia (perusahaan maskapai penerbangan) menggunakan jasa konsultan manajemen dari perusahaan konsultan Jerman.
Ekspor Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak.Contoh : PT Tekstil Indonesia (perusahaan eksportir tekstil yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak) melakukan ekspor produk tekstil ke Arab Saudi.
PENYERAHAN
BARANG KENA PAJAK
Penyerahan hak atas Barang Kena Pajak karena suatu perjanjian
Pengalihan BKP karena perjanjian sewa beli dan leasing
Pengalihan BKP kepada pedagang perantara atau melalui juru lelang
Pemakaian sendiri dan pemberian Cuma-Cuma Persediaan BKP dan aktiva yang menurut tujuan
semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa saat pembubaran perusahaan sepanjang PPN masukannya dapat dikreditkan
Penyerahan BKP dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan penyerahan antar cabang
Penyerahan BKP secara konsinyasi
PEMAKAIAN SENDIRIDAN PEMBERIAN CUMA-CUMA
Dasar hukum
Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012 Pasal 5 adalah masalah PPN atas pemakaian sendiri.
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAKNOMOR: KEP-87/PJ./2002
Pemakaian Barang Kena Pajak dan atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak untuk tujuan produktif belum merupakan penyerahan Barang Kena Pajak untuk tujuan produktif belum merupakan penyerahan Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak sehingga tidak terutang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
Definisi Pemakaian Sendiri
Pemakaian sendiri Barang Kena Pajak adalah pemakaian Barang Kena Pajak untuk kepentingan pengusaha sendiri, pengurus, atau karyawannya, baik barang produksi sendiri maupun bukan produksi sendiri.
Pemakaian sendiri Jasa Kena Pajak adalah pemakaian Jasa Kena Pajak untuk kepentingan pengusaha sendiri, pengurus, atau karyawannya
Definisi
Pemakaian sendiri untuk tujuan produktif adalah pemakaian BKP/JKP yang nyata-nyata digunakan untuk kegiatan produksi selanjutnya atau untuk kegiatan yang mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha Pengusaha yang bersangkutan, yang meliputi kegiatan produksi, distribusi, pemasaran, dan manajemen.
pemakaian sendiri untuk tujuan konsumtif adalah pemakaian BKP/JKP yang tidak ada kaitan dengan kegiatan produksi selanjutnya atau untuk kegiatan yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha Pengusaha yang bersangkutan, yang meliputi kegiatan produksi, distribusi, pemasaran, dan manajemen.
Contoh pemakaian sendiri untuk tujuan konsumtif
Pabrikan minuman ringan menggunakan hasil produksinya untuk konsumsi karyawan atau para tamu
Pabrikan sepatu dalam rangka promosi membeli topi dengan logo merek sepatu pabrik tersebut dan sebagian dibagikan kepada karyawannya.
Perusahaan telekomunikasi selular memberikan fasilitas bebas biaya telepon selular kepada para direksinya
Contoh pemakaian sendiri untuk tujuan produktif
yang nyata-nyata digunakan untuk kegiatan yang mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha Pengusaha yang bersangkutan:
Pabrikan truk mempergunakan sendiri truk yang diproduksinya untuk kegiatan usaha mengangkut suku cadang.
Pabrikan minyak kelapa sawit menggunakan limbahnya berupa kulit dari inti sawit sebagai pengeras jalan di lingkungan pabrik
Perusahaan telekomunikasi menggunakan saluran teleponnya untuk kegiatan operasional perusahaan dalam berkomunikasi dengan mitra bisnisnya.
Contoh pemakaian BKP/JKP untuk tujuan produktif
yang nyata-nyata digunakan untuk kegiatan produksi selanjutnya:
Pabrikan minyak kelapa sawit menggunakan limbahnya berupa kulit dari inti sawit sebagai bahan pembakaran boiler dalam proses pabrikasi
Pabrikan kayu lapis (plywood) menggunakan hasil produksinya berupa kayu lapis (plywood) untuk membungkus kayu lapis (plywood) yang akan dipasarkan agar tidak rusak
Perusahaan telekomunikasi menggunakan sambungan saluran teleponnya untuk melakukan penyerahan jasa provider internet kepada konsumennya
Perlakuan Pajak
Perlakuan PPN atas pemakaian sendiri untuk tujuan produktif dan tujuan konsumtif berbeda.
Pemakaian sendiri untuk tujuan produktif tidak dilakukan pemungutan PPN atau PPnBM, kecuali pemakaian sendiri digunakan untuk penyerahan yang tidak terutang PPN, atau mendapatkan fasilitas PPN dibebaskan.
Perlakuan Pajak
Tidak dilakukannya pemungutan PPN untuk pemakaian sendiri tujuan produktif dimaksudkan untuk kemudahan administrasi karena PPN atas pemakaian sendiri untuk tujuan produktif nantinya dapat dikreditkan kembali. Jadi, sebenarnya pemakaian sendiri untuk tujuan produktif sebenarnya tetap terutang PPN
Contoh
Pabrik ban yang menggunakan ban hasil produksinya untuk pengangkutan hasil produksi bannya. Pemakaian sendiri ini tidak perlu dipungut PPN.
Sedangkan pemakaian sendiri ban untuk kendaraan yang digunakan kegiatan jasa angkutan umum, harus dipungut PPN karena jasa angkutan umum tidak dikenakan PPN.
Perbedaan KEP-87/PJ/2022 dengan PP No 1 Tahun 2012
KEP-87/PJ/2002 : pemakaian sendiri untuk tujuan produktif dianggap belum ada penyerahan sehingga tidak terutang PPN
PP 1 2012 : pemakaian sendiri untuk tujuan produktif sebenarnya adalah penyerahan yang terutang PPN dan PPN nya bisa dikreditkan
Dengan pertimbangan alasan administrasi, maka pemakaian sendiri untuk tujuan produktif tidak perlu dipungut PPN
Pemakaian sendiri Barang Kena Pajak bukan untuk tujuan produktif
Pabrikan minuman ringan menggunakan hasil produksinya untuk konsumsi karyawan atau para tamu.
Dalam rangka promosi produk sepatu yang baru pabrikan sepatu membeli topi dalam jumlah yang besar. Sebagian dari topi tersebut diberikan untuk konsumsi karyawannya.
Perusahaan telekomunikasi selular memberikan fasilitas bebas biaya telepon selular kepada para direksinya.
Pemakaian Barang Kena Pajak untuk tujuan produktif yang nyata-nyata digunakan untuk kegiatan yang mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha Pegusaha yang bersangkutan
Pabrikan mobil/truck mempergunakan sendiri truck
yang diproduksinya untuk kegitan usaha
mengangkut bahan baku spare parts/barang
dagangan dari satu tempat ke pabriknya atau
tempat pembeli.
Perusahaan telekomunikasi menggunakan saluran
teleponnya untuk kegiatan operasional
perusahaan dalam berkomunikasi dengan mitra
bisnisnya
Pemakaian Barang Kena Pajak untuk tujuan produktif yang nyata-nyata digunakan untuk kegiatan produksi selanjutnya
Pabrikan kayu lapis/plywood menggunakan hasil
produksinya berupa kayu lapis/plywood untuk
membungkus kayu lapis/plywood yang akan dipasarkan
agar tidak rusak.
Perusahaan telekomunikasi melalui sambungan saluran
teleponnya selain menyediakan jasa komunikasi melalui
telepon juga menyediakan jasa provider internet bagi
konsumennya.
Contoh pemberian cuma-cuma Barang Kena Pajak dan atau
Jasa Kena Pajak
Pabrikan mie instan memberikan bantuan berupa
mie instan hasil produksinya kepada korban
bencana alam.
Pabrikan mie instan memberikan contoh
produknya kepada para relasi.
Pabrikan shampo memberikan 1 sabun mandi
untuk setiap penjualan 1 botol produk
shamponya.
PENGUSAHA KENA PAJAK
Pengusaha yang melakukan penyerahan BKP wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, dan wajib memungut, menyetor, dan melaporkan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang terutang.
Pengusaha Kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak
Barang Kena Pajak berdasarkan Pasal 4a UU No. 18 Tahun 2000
1. barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari sumbernya
2. barang-barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak;
3. makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung, dan sejenisnya;
4. uang, emas batangan, dan surat-surat berharga
Jasa Kena Pajak berdasarkan Pasal 4a UU No. 18 Tahun 2000
1. jasa di bidang pelayanan kesehatan medik;2. jasa di bidang pelayanan sosial;3. jasa di bidang pengiriman surat dengan perangko;4. jasa di bidang perbankan, asuransi, dan sewa guna
usaha dengan hak opsi;5. jasa di bidang keagamaan;6. jasa di bidang pendidikan;7. jasa di bidang kesenian dan hiburan yang telah
dikenakan pajak tontonan;
8. jasa di bidang penyiaran yang bukan bersifat iklan;
9. jasa di bidang angkutan umum di darat dan di air;
10. jasa di bidang tenaga kerja;
11. jasa di bidang perhotelan;
12. jasa yang disediakan oleh Pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan secara umum.”
TARIF DAN DASAR PENGENAAN PAJAK
Cara Menghitung PPN
PPN terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif dengan Dasar Pengenaan Pajak yang meliputi Harga Jual, Penggantian, Nilai Impor, Nilai Ekspor, atau nilai lain
Tarif PPN
Tarif PPN adalah 10% Tarif PPN sebesar 0% diterapkan
atas : Ekspor BKP Berwujud Ekspor BKP Tidak Berwujud Ekspor JKP
Tarif pajak 10% dapat diubah menjadi paling rendah 5% dan paling tinggi 15% yang perubahan tarifnya diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Dasar Pengenaan Pajak
Dasar Pengenaan Pajak adalah jumlah Harga jual Penggantian Nilai Impor Nilai Ekspor Nilai Lain
yang dipakai sebagai dasar untuk menghitung pajak yang terutang
Harga Jual
nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan Barang Kena Pajak, tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut menurut Undang-undang ini dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak
Penggantian
nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh pengusaha karena penyerahan Jasa Kena Pajak, ekspor Jasa Kena Pajak, atau ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud, tetapitidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut menurut Undang-Undang ini dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak
atau nilai berupa uang yang dibayar atau seharusnya dibayar oleh Penerima Jasa karena pemanfaatan Jasa Kena Pajak dan/atau oleh penerima manfaat Barang Kena Pajak Tidak Berwujud karena pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean.
Nilai Impor
adalah nilai berupa uang yang menjadidasar penghitungan bea masuk ditambah pungutan berdasarkan ketentuan dalam peraturan perundang- undangan yang mengatur mengenaikepabeanan dan cukai untuk impor Barang Kena Pajak, tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Barang Mewah yang dipungut menurut Undang-Undang ini
Nilai Ekspor
nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnyadiminta oleh eksportir
Nilai Lain PMK No. 75/PMK.03/2010
untuk pemakaian sendiri BKP dan/atau JKP adalah Harga Jual atau Penggantian setelah dikurangi laba kotor
untuk pemberian cuma-cuma BKP dan/atau JKP adalah Harga Jual atau Penggantiansetelah dikurangi laba kotor
untuk penyerahan media rekaman suara atau gambar adalah perkiraan harga jual rata-rata
untuk penyerahan film cerita adalah perkiraan hasil rata-rata per judul film
untuk penyerahan produk hasil tembakau adalah sebesar harga jual eceran
Nilai Lain PMK No. 75/PMK.03/2010
untuk BKP berupa persediaan dan/atau aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan, adalah harga pasar wajar
untuk penyerahan BKP dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan/atau penyerahan BKP antar cabang adalah harga pokok penjualan atau harga perolehan
untuk penyerahan BKP melalui pedagang perantara adalah harga yang disepakati antara pedagang perantara dengan pembeli
untuk penyerahan BKP melalui juru lelang adalahharga lelang juntuk penyerahan jasa pengiriman paket adalah 10% dari jumlah yang ditagih atau jumlah yang seharusnya ditagih
untuk penyerahan jasa biro perjalanan atau jasa biro pariwisata adalah 10% dari jumlah tagihan atau jumlah yang seharusnya ditagih
Nilai Lain PMK No. 75/PMK.03/2010
Pajak Masukan yang berhubungan dengan penyerahan jasa oleh pengusaha jasa pengiriman paket dan pengusaha jasa biro perjalanan atau jasa biro
pariwisata tidak dapat dikreditkan
Ketentuan lebih lanjut mengenai penentuan perkiraan harga jual rata-rata media
rekaman suara atau gambar perkiraan hasil rata-rata per judul film harga jual eceran produk hasil tembakau dalam
rangka penerapan Nilai Lain, diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak.
1.Pada bulan September 2010, PT ABADI melakukan penyerahan BKP sebesar Rp 100 Milyar, PPN yang dipungut sebesar 10% atau Rp 10 Milyar. Pembelian BKP/JKP yang dilakukan PT ABADI adalah Rp 80 Milyar, sehingga PPN yang dibayar atas pembelian BKP/JKP tersebut sebesar 10 % dari 80 Milyar atau Rp 8 Milyar.
Penghitungan dan pengkreditan PPN yang dilakukan PT ABADI untuk Masa Pajak September 2010 adalah: Pajak Keluaran Rp10 Milyar Pajak Masukan Rp8 Milyar PPN Kurang bayarRp2 Milyar
Jumlah PPN kurang bayar sebesar Rp 2 Milyar tersebut harus disetorkan ke kas negara melalui Bank Persepsi paling lambat tanggal 15 Oktober 2010. Dan penghitungan tersebut dituangkan dalam SPT Masa PPN Masa September 2010 yang harus disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak dimana PT. ABADI terdaftar paling lambat tanggal 20 Oktober 2010.
TERIMA KASIH