126195752-Isi

18
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pengecoran merupakan proses dasar untuk membentuk suatu produk. Dalam proses ini akan didapat benda suatu benda kerja yang berbentuk kompleks dan memiliki berbagai macam ukuran. Akan tetapi, pada proses pengecoran butuh ketelitian lebih supaya benda yang dihasilkan baik dan sesuai bentuk yang diinginkan. Pada saat proses pengecoran perlu memperhatikan hal – hal yang dapat membahayakan keselamatan diantaranya pada saat penuangan cairan ke dalam cetakan. Maka dari itu, keselamatan kerja harus selalu diutamakan. Laporan praktikum ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Teknik Pengecoran (PP252). Laporan praktikum ini merupakan hasil dari pelaksanaan praktikum yang telah dilaksanakan yaitu meliputi pembuatan pola benda kerja yang terbuat dari kayu dan sterofoam, pembuatan cetakan benda kerja dari kayu dengan pola tunggal terbuka dan cetakan dari sterofom, pengecoran cetakan pola kayu dan finishing benda kerja hasil pengecoran. Pada saat pelaksanaan praktikum, mahasiswa dituntut untuk mengetahui dan menganalisis apa yang terjadi pada saat pembuatan semua langkah pembuatan benda kerja tersebut. Mahasiswa diharuskan memahami teori – teori mengenai teknik pengecoran yang diaplikasikan melalui praktikum. Sehingga kita sebagai calon pendidik dapat mengetahui teori – teori mengenai teknik pengecoran dan bisa mengaplikasikan praktiknya sehingga dapat menjadi bekal untuk mengajarkan ilmu tersebut kepada peserta didik. B. Rumusan Masalah Dalam penyusunan laporan hasil praktikum ini, penyusun mengambil beberapa rumusan masalah sebagai berikut. 1. Bagaimana cara pembuatan pola benda kerja dari kayu dan sterofoam? 1

Transcript of 126195752-Isi

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Proses pengecoran merupakan proses dasar untuk membentuk suatu produk.

    Dalam proses ini akan didapat benda suatu benda kerja yang berbentuk kompleks

    dan memiliki berbagai macam ukuran. Akan tetapi, pada proses pengecoran butuh

    ketelitian lebih supaya benda yang dihasilkan baik dan sesuai bentuk yang

    diinginkan. Pada saat proses pengecoran perlu memperhatikan hal hal yang

    dapat membahayakan keselamatan diantaranya pada saat penuangan cairan ke

    dalam cetakan. Maka dari itu, keselamatan kerja harus selalu diutamakan.

    Laporan praktikum ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah

    Teknik Pengecoran (PP252). Laporan praktikum ini merupakan hasil dari

    pelaksanaan praktikum yang telah dilaksanakan yaitu meliputi pembuatan pola

    benda kerja yang terbuat dari kayu dan sterofoam, pembuatan cetakan benda kerja

    dari kayu dengan pola tunggal terbuka dan cetakan dari sterofom, pengecoran

    cetakan pola kayu dan finishing benda kerja hasil pengecoran. Pada saat

    pelaksanaan praktikum, mahasiswa dituntut untuk mengetahui dan menganalisis

    apa yang terjadi pada saat pembuatan semua langkah pembuatan benda kerja

    tersebut. Mahasiswa diharuskan memahami teori teori mengenai teknik

    pengecoran yang diaplikasikan melalui praktikum. Sehingga kita sebagai calon

    pendidik dapat mengetahui teori teori mengenai teknik pengecoran dan bisa

    mengaplikasikan praktiknya sehingga dapat menjadi bekal untuk mengajarkan

    ilmu tersebut kepada peserta didik.

    B. Rumusan Masalah

    Dalam penyusunan laporan hasil praktikum ini, penyusun mengambil

    beberapa rumusan masalah sebagai berikut.

    1. Bagaimana cara pembuatan pola benda kerja dari kayu dan sterofoam?

    1

  • 2. Bagaimana cara pembuatan cetakan benda kerja dari kayu dan sterofoam?

    3. Bagaimana cara melakukan pengecoran benda kerja?

    4. Bagaimana cara melakukan finishing pada benda hasil coran?

    C. Tujuan

    Secara umum tujuan dari pembuatan laporan ini adalah sebagai berikut.

    1. Mahasiswa dapat melakukan pembuatan pola benda kerja dari kayu dan

    sterofoam.

    2. Mahasiswa dapat melakukan pembuatan cetakan dari pola kayu.

    3. Mahasiswa dapat melakukan proses finishing dari benda kerja hasil

    pengecoran.

    4. Mahasiswa dapat memahami komposisi bahan dari pembuatan cetakan.

    5. Mahasiswa dapat memahami pentingnya keselamatan kerja pada saat

    proses pengecoran logam.

    6. Mahasiswa dapat memiliki acuan atau referensi dalam melakukan

    praktikum teknik pengecoran logam.

    7. Merupakan salah satu syarat kelulusan dalam menyelesaikan mata kuliah

    Teknik Pengecoran (PP252).

    8. Dapat memahami dan mengembangkan opini dari praktek di lapangan

    supaya bisa diaplikasikan menjadi suatu hal yang berguna bagi dunia

    industri ataupun di lembaga pendidikan.

    D. Sistematika Penulisan

    Sistematika penulisan dalam laporan dalam laporan praktek pengecoran ini

    adalah sebagai berikut :

    Lembar judul (cover), kata pengantar, daftar isi, Bab I Pendahuluan : meliputi

    latar belakang, rumusan masalah, ruang lingkup, tujuan dan manfaat Bab II

    2

  • Landasan Teori, Bab III Laporan Praktikum, Bab IV Penutup : meliputi

    kesimpulan dan saran, Referensi, Lampiran : berisi tentang gambar benda kerja.

    3

  • BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. Pengertian Pengecoran Logam

    Pengecoran (casting) yaitu suatu proses yang pada logam leburan mengalir

    oleh gaya gravitasi dan gaya lain ke suatu cetakan dimana membeku dalam bentuk

    dari rongga cetakan. Prinsip pengecoran tampak sederhana, meleburkan logam,

    menuangkannnya ke suatu cetakan dan membiarkannya membeku. Ada banyak

    faktor dan variabel yang harus dipertimbangkan agar operasi pengecoran berhasil.

    Pengecoran terdiri dari dua golongan, yaitu pengecoran ingot dan pengecoran

    bentuk. Istilah ingot biasanya dihubungkan dengan industri logam primer, ini

    menggambarkan suatu pengecoran besar yang sederhana dalam bentuk dan

    diperuntukkan untuk pembentukan kembali. Pengecoran bentuk meliputi produksi

    geometris lebih rumit yang harus lebih mendekati bentuk akhir bagian atau

    produk yang dikehendaki. Kemampuan dan keuntungan pengecoran bentuk

    diantaranya sebagai berikut :

    1. Pengecoran dapat digunakan untuk membentuk geometris yang rumit,

    mencakup kedua bentuk eksternal dan internal.

    2. Beberapa proses pengecoran mampu menghasilkan bagian pada bentuk

    yang sempurna atau mendekati sempurna sehingga tidak perlu dilakukan

    proses lain.

    3. Pengecoran dapat digunakan untuk menghasilkan bagian yang sangat

    besar.

    4. Proses pengecoran dapat dilakukan pada banyak macam logam yang dapat

    dipanaskan hingga cair.

    5. Beberapa metode pengecoran cukup cocok untuk produksi masal.

    4

  • Cetakan mengandung suatu rongga (cavity) yang geometris menentukan

    bentuk dari dari bagian coran. Ukuran dan bentuk aktual dalam logam selama

    pembentukan dan pendinginan. Logam berbeda memiliki jumlah berbeda

    penyusutannya, begitu rongga cetakan dirancang untuk logam pokok yang dituang

    bila ketetapan ukuran secara kritis. Cetakan cetakan dibuat dari suatu macam

    bahan, mencakup pasir, plester, keramik, dan logam. Berbagai proses pengecoran

    sering dikelompokan menurut perbedaan jenis cetakan ini.

    B. Macam-macam Cetakan

    Sebagian besar bahan cetakan adalah pasir cetak karena memberikan

    karakteristik khusus. Cetakan diklasifikasikan berdasarkan bahan yang digunakan:

    1) Cetakan pasir basah (green-sand molds). Cetakan ini dibuat dari pasir

    cetrak basah.

    2) Cetakan kulit kering (skin dried molds)

    3) Cetakan pasir kering (Dry-sand molds). Cetakan dibuat dari pasir yang

    kasar dengan bahan pengikat.

    4) Cetakan lempung (loam molds). Cetakan ini digunakan untuk benda cor

    yang besar. Kerangka cetakan terdiri dari batu bata atau besi yang dilapis

    dengan lempung kemudian diperhalus permukaannya.

    5) Cetakan furan (Furan molds). Pasir furan dapat digunakan sebagai dinding

    atau permukaan pada pola sekali pakai.

    6) Cetakan CO2. Pasir yang bersih dicampur dengan natrium silikat dan

    campuran dipadatkan disekitar pola. Kemudian dialirkan gas CO2 dan

    campuran tanah akan mengeras. Cetakan ini digunakan untuk bentuk yang

    rumit dan dapat menghasilkan permukaan yang licin.

    7) Cetakan logam. Cetakan logam terutama digunakan pada proses cetak-

    tekan (die casting) logam dengan suhu rendah.

    8) Cetakan khusus. Cetakan khusus dapat dibuat dari plastik, kertas, kayu

    semen, plaster atau karet.

    5

  • Proses pembuatan cetakan yang dilakukan di pabrik-pabrik pengecoran dapat

    dikelompokkan sebagai berikut :

    1) Pembuatan cetakan di meja (Bench Molding), dilakuakn untuk

    pembuatan benda yang kecil.

    2) Pembuatan cetakan dilantai (Floor molding), dilakukan untuk pembuatan

    benda coar berkuran sedang atau besar.

    3) Pembuatan cetakan sumuran (Pit molding), digunakan untuk pembuatan

    benda cor yang besar sekali.

    4) Pembuatan cetakan dengan mesin (Machine molding).

    C. Jenis Pasir

    Pasir silika (SiO2) banyak ditemukan di berbagai tempat. Pasir ini sangat

    cocok untuk cetakan karena tahan suhu tinggi tanpa terjadi penguraian, murah

    harganya, awet dan butirannya mempunyai bermacam tingkat kekasaran dan

    bentuk. Namun angka muainya tinggi dan memiliki kecenderungan untuk melebur

    menjadi satu dengan logam. Karena kandungan debu yang cukup tinggi, dapat

    berbahaya bagi kesehatan.

    Pasir silika murni tidak dapat digunakan untuk membuat cetakan karena tidak

    memiliki daya pengikat. Pencampuran lempung sebanyak 8% sampai dengan 15%

    dapat meningkatkan daya ikatnya. Jenis lempung yang dapat digunakan adalah

    kaolin, lilit, dan betonit. Betonit adalah sejenis abu vulkanik yang telah lapuk.

    Pasir cetak alam telah mengandung sejumlah lempung, sehingga untuk

    membuat cetakan baik untuk besi-baja maupun nonferrous tinggal menambahkan

    air saja. Karena pasir alam banyak mengandung bahan organik, pasir ini kurang

    baik untuk penggunaan pada suhu tinggi. Pasir cetak buatan, terdiri dari butiran

    silika yang telah dicuci dan ditambah lempung sebanyak 3% sampai 5%. Jumlah

    air yang ditambahkan untuk memperoleh kekuatan yang cukup memadai kurang

    dari 5%, sehingga gas yang dilepaskan jiga berkurang.

    6

  • D. Sistem Saluran Cetakan Pasir

    Sistem saluran pada cetakan pasir berfungsi untuk memasukan atau mengisi

    logam cair yang dituangkan dari tungku atau ledel ke rongga coran dalam cetakan,

    dan untuk mengeluarkan moister, serta untuk mengontrol pengisian coran. Fungsi

    sistem saluran perlu darancang dengan mantap dengan mempertimbangkan faktor-

    faktor berikut :

    1) Aliran logam hendaknya memasuki rongga cetakan pada dasar atau dekat

    dasarya dengan turbulensi seminimal mungkin.

    2) Pengikisan dinding saluran masuk dan permukaaan rongga cetakan harus

    ditekan dengan mengatur aliran logam cair atau dengan menggunakan inti

    pasir kering.

    3) Aliran logam cair yang masuk harus diatur sedemikian, sehingga terjadi

    solidifikasi. Solidifikasi sebaiknya dimulai dari permukaan cetakan ke

    arah logam cair, sehingga selalu ada logam cair cadangan untuk menutupi

    kekuurangan akibat penyusutan.

    4) Usahakan agar slag, kotoran, atau partikel asing tidak dapat masuk ke

    dalam rongga cetakan.

    Sistem saluran untuk mengalirkan logam cair ke dalam rongga cetakan terdiri dari

    : cawan tuang, saluran turun, saluran pengalir, saluran penambah da saluran

    masuk.

    a. Cawan Tuang

    Cawan tuang berfungsi untuk menampung leburan logam yang dituangkan

    dari ledel atau tungku atau penyaring kotoran untuk mencegah masuknya terak ke

    dalam cetakan dan untuk memberikan graviti yang besar sehingga aliran logam

    cair bisa cepat, laminer atau tidak turbulen.

    b. Saluran Turun

    Saluran turun fungsinya untuk mengalirkan logam cair dari cawan tuang ke

    dam, terus ke pengalir, terus ke saluran masuk (gate) dan khususnya ke rongga

    7

  • cetakan bahkan sampai ke saluran penambah (riser). Saluran turun berada pada

    bagian cope, dan hanya ada satu buah saluran turun dalam satu cetakan pasir; hal

    ini untuk mencegah terputusnya penyatuan logam cair sewaktu pembekuannya.

    c. Saluran Pengalir

    Saluran pengalir (runner) berfungsi untuk mengalirkan logam cair dari

    saluran turun ke saluran masuk (gate), yang diteruskan ke rongga coran.

    d. Saluran Masuk

    Saluran masuk berfungsi untuk memasukan logam lebur dari pengalir atau

    sprue ke rongga cetakan dan sisanya diteruskan ke saluran penambah. Posisi

    saluran masuk berada pada permukaan pisah terutama dibagian dragnya.

    e. Saluran Penambah

    Saluran penambah berfungsi untuk mengeluarkan moisture yang terprangkap

    sewaktu penuangan, sehingga logam cair dapat mengisi penuh rongga coran.

    Saluran ini berfungsi juga sebgai cadangan logam cair seandainya terjadi

    penyusutan. Penambah sebaiknya ditempatkan pada rongga coran yang

    kemungkinan sulit untuk dicapai pengisiannya, dan jumlahnya bisa lebih dari satu

    buah dalam satu rongga coran.

    E. Bahan Pola

    Ada dua cara pengecoran dengan menggunakan cetakan pasir. Pembagian

    dilakukan berdasarkan jenis pola yang digunakan :

    (1) pola yang dapat digunakan berulang-ulang dan

    (2) pola sekali pakai (pola habis)

    Pola harus diberikan kelonggaran untuk mengatasi penyusutan ukuran.

    Kelonggaran harus diberikan untuk pengerjaan akhir dan pembuatan cetakan

    sebagai penambahan ukuran akibat adanya penyusutan. Untuk memudahkan

    pengukurannya memakai mistar susut. Pada besi cor penyusutannya 1,04 %, brons

    1,56 %, baja 2,08 %, alumunium dan magnesium 1,30 %.

    8

  • BAB III

    LAPORAN PRAKTIKUM

    A. PENGECORAN DENGAN POLA KAYU

    1. Tujuan Praktikum

    Mahasiswa dapat mengetahui tahapan tahapan proses pengecoran

    logam.

    Mahasiswa dapat membuat cetakan dari pola kayu.

    Mahasiswa dapat membuat pola kayu.

    Mahasiswa dapat memahami proses penuangan pada pengecoran

    logam.

    Mahasiswa dapat membuat produk hasil pengecoran logam.

    2. Alat dan Bahan

    a. Alat dan Perlengkapan

    Alat untuk membuat pola : Mesin serut listrik, Alat serut manual,

    Mesin Gergaji kayu, Gergaji kayu manual, Palu konde, Pahat kayu

    dengan berbagai ukuran, Mistar siku, Ampelas kayu, Kikir kayu,

    Penitik, Paku kayu, Tang penjepit

    Alat untuk membuat cetakan : Sekop, Sendok tembok, Gerobak

    pengangkut pasir, Palu martil, Ayakan pasir, Tempat penampungan

    pasir lembut, Ember (tempat penampungan air), Cetakan (Flask).

    b. Bahan yang digunakan untuk pola belah

    Bahan pola : Kayu

    Bahan produk : Paduan alumunium (Alumunium Alloy)

    Bahan cetakan : Pasir , air, talk halus..

    9

  • 3. Gambar Kerja (Terlampir)

    4. Langkah Kerja

    Buat gambar pola dilengkapi dengan ukuran penyusutannya dan juga

    gambar produk jadi.

    Buat pola yang akan dicetak dengan bahan kayu sesuai dengan ukuran

    yang direncanakan.

    Pola yang sudah selesai dibuat kemudian diampelas agar hasil coran

    baik dan halus. Kemudian beri baut atau paku untuk mempermudah

    mengangkat pola dan untuk menyamakan ukuran antara pola dari

    rangka bagian bawah (drag) dengan bagian atas (cope).

    Buat saluran masuk (gate) dan saluran penambah (riser). Balur pola

    dan bagian-bagian sprue, gate dan riser dengan grafit agar mudah

    ketika melepaskan pola pada cetakan.

    Siapkan bahan cetakan dari pasir kali, ayak terlebih dahulu dengan dua

    kali pengayakan agar hasilnya benar-benar lembut.

    Siapkan bentonit, air, dan grafit.

    Aduk bahan pasir 90 %, Air 10%.

    Siapkan rangka cetak (flask).

    Masukan pasir pada cetakan yang telah dipasang pola dibawahnya,

    tumbuk sampai rata, kemudian balikan cetakan tersebut, buka pola

    tunggal terbuka tersebut.

    Siapakan logam pengecorannya (Alumunium), kemudian masukan

    dalam tungku sesuai dengan volume dari benda kerja yang akan dicor.

    Lebur sampai mencapai titik lebur dari alumunium yaitu 850 C.

    Jika logam coran sudah melebur sesuai dengan titik leburnya, masukan

    kedalaam cetakan.

    10

  • Diamkan sampai dingin, kemudian cetakan dibongkar angkat hasil

    corannya.

    Lakukan proses finishing dan proses pemeriksaan apakah hasil coran

    sesuai dengan gambar benda kerja yang telah dibuat.

    5. Temuan Praktik dan Pembahasan

    Pada saat pengecoran kita harus memperhatikan beberapa hal, diantaranya

    adalah.

    Perhitungan gambar pola, gambar hasil coran dan gambar produk.

    Dalam membuat pola dimensi yang digunakan harus lebih besar dari

    gambar produk karena pada saat hasil pengecoran logam tersebut akan

    mengalami proses penyusutan.

    Cetakan pada pola pasir harus kering supaya tidak terjadi reaksi antara

    logam cair dengan air.

    Sistem saluran masuk cairan harus dibuat dengan baik supaya cetakan

    dapat terisi dengan sempurna.

    6. Tahapan Proses Pengerjaan Produk

    Gambar 1. Pola Tunggal Terbuka Kayu

    11

  • Ganbar 2. Cetakan Pasir Pola Tunggal Terbuka

    Gambar 3. Hasil Coran

    Gambar 4. Hasil Coran yang telah dipotong dari saluran masuk

    12

  • Gambar 5. Proses finishing (pengikiran dan pembuatan radius luar)

    Gambar 6. Proses Pengefraisan

    Gambar 7. Proses Pengeboran

    13

  • Gambar 8. Pengetapan

    Gambar 9. Selesai Finishing

    Gambar 10. Produk Komponen Mesin Gergaji Mesin

    B. PENGECORAN DENGAN POLA STEROFOAM

    1. Tujuan Praktikum

    Mahasiswa dapat mengetahui proses pengecoran logam dengan pola

    habis / pola sterofoam.

    14

  • Mahasiswa dapat membuat cetakan dengan pola sterofoam.

    Mahasiswa dapat mengetahui paduan pada pembuatan cetakan.

    2. Alat dan Bahan

    a. Alat dan Perlengkapan

    Alat untuk membuat pola : Cutter, Alat khusus pemotong

    streofoam, Penggaris/mistar baja, Lem streofoam, Ampelas (halus)

    Alat untuk membuat cetakan : Sengkop, Sendok tembok, Gerobak

    pengangkut pasir, Palu martil, Ayakan pasir, Tempat penampungan

    pasir lembut, Ember (tempat penampungan air), Flask, Tungku

    peleburan logam.

    b. Bahan

    Bahan pola : Streofoam (polysterene)

    Bahan produk : Paduan alumunium (Alumunium Alloy)

    Bahan cetakan : Pasir silika (SiO2), air, bentonit.

    3. Gambar Kerja (terlampir)

    4. Langkah Kerja

    Buat gambar pola dilengkapi dengan ukuran penyusutannya dan hasil

    produk.

    Buat pola yang akan dicetak dengan bahan sterofoam sesuai dengan

    ukuran yang direncanakan.

    Pola yang sudah selesai diampelas agar hasil coran baik dan halus.

    Buat saluran turun (sprue), saluran masuk (gate) dan saluran naik /

    penambah (riser).

    Siapkan bahan cetakan dari pasir silika, dengan terlebih dahlulu pasir

    tersebut diayak dan digunakan ukuran butir yang halus.

    15

  • Siapkan rangka cetak (flask).

    Pasir yang telah diayak dicampur dengan bahan bentonit untuk

    memperkuat daya rekat pasir pada cetakan.

    Campuran pasir dan bentonit diberi sedikit air supaya memperkuat

    kemampuam pasir menempel (keterpaduan). Untuk ukuran banyaknya

    pasir 90%, air 3%, dan bentonit 7%.

    Rangka cetak bawah (drag) diletakkan diatas papan kayu yang rata.

    Drag diisi penuh dengan pasir yang dipadatkan secara manual.

    Pasir yang berlebihan diratakan, dan pola, sprue, riser diletakan kira-

    kira ditengah cetakan yang sudah dipadatkan.

    Kemudian pasir isi kembali pada cetakan sampai pola terbenam, dan

    pasir dipadatkan kembali sampai rata dengan tinggi sprue dan riser.

    Setelah cope diisi penuh dengan pasir, biarkan pola tersebut beberapa

    saat dalam cetakan supaya daya rekat dan keterpaduan pasir dalam

    cetakan lebih kuat.

    Bahan produk berupa paduan alumunium dicairkan dalam tungku

    peleburan logam, titik lebur sekitar 850 C dengan waktu peleburan

    sekitar 1 jam.

    Setelah paduan alumunium mencair, logam cair ini dituangkan dengan

    cepat ke dalam saluran turn (sprue); polysterene menguap; dan logam

    cair mengisi rongga ceakan. Logam cair dituangkan dengan cepat

    supaya dapat mencegah terjadinya pembakaran polysterene yang

    mengakbatkan terjadinya residu karbon. Gas yang terjadi akibat

    penguapan bahan terdorong keluar melalui pasir yang permeabel dan

    lubang-lubang pelepas gas.

    Setelah logam membeku dan dingin, benda cetak (coran) dikeluarkan

    dari cetakan dan dibersihkan.

    16

  • Sprue dan riser dipotong, kemudian benda hasil coran dikerjakan lebih

    lanjut dengan proses finishing.

    5. Temuan Praktik dan Pembahasan

    Pada proses pengecoran logam pola sterofoam ini hal hal yang harus

    diperhatikan diantaranya adalah.

    Paduan pasir cetakan harus sesuai dengan prosedur supaya didapat hasil

    yang baik.

    Pada saat pembuatan pola sterofoam dibutuhkan ketelitian yang tinggi

    karena bahan sterofoam yang mudah rusak.

    Pembuatan saluran masuk, runner, dan riser harus sesuai dengan ukuran

    benda kerja yang akan dibuat supaya mendapatkan hasil yang baik.

    17

  • BAB IV

    PENUTUP

    A. Kesimpulan

    Setelah melakukan praktikum mengenai pengecoran logam mulai dari,

    pembuatan pola, pembuatan cetakan dan finishing hasil pengecoran, Saya dapat

    menyimpulkan beberapa hal diantaranya adalah.

    Perhitungan gambar pola, gambar hasil coran dan gambar produk. Dalam

    membuat pola dimensi yang digunakan harus lebih besar dari gambar

    produk karena pada saat hasil pengecoran logam tersebut akan mengalami

    proses penyusutan.

    Cetakan pada pola pasir harus kering supaya tidak terjadi reaksi antara

    logam cair dengan air.

    Sistem saluran masuk cairan harus dibuat dengan baik supaya cetakan

    dapat terisi dengan sempurna.

    Paduan pasir cetakan harus sesuai dengan prosedur supaya didapat hasil

    yang baik. Pada saat pembuatan pola sterofoam dibutuhkan ketelitian yang

    tinggi karena bahan sterofoam yang mudah rusak.

    Pembuatan saluran masuk, runner, dan riser harus sesuai dengan ukuran

    benda kerja yang akan dibuat supaya mendapatkan hasil yang baik.

    B. Saran

    Setelah melakukan berbagai praktikum pengecoran logam dengan berbagai

    proses, ada yang harus diperhatikan diantaranya adalah.

    Alat dan perlengkapan yang sudah digunakan harus dikembalikan ke

    tempatnya sesuai dengan tempatnya.

    Selalu gunakan Standar Operasional Procedure dalam praktikum proses

    pembentukan logam.

    Gunakan selalu alat keselamatan kerja.

    18