12588_skenario a BLOK 27 2015

download 12588_skenario a BLOK 27 2015

of 18

description

skenario A

Transcript of 12588_skenario a BLOK 27 2015

a

abcdefg

presentanAde Ikhsan Devu Icha SFauzan Rudi Mba wid

sekmejReska Samuel Ismel Risma Neneng Icha ACiput

PPTIcha A.NenengIsmel Mba widDevu Fauzan Ciput

ngeprintIcha S.Ade IkhsanRisma Rudi Reska Samuel

KUMPUL PALING LAMBAT BESOK, SELASA 15 SEPTEMBER 2015, PUKUL 19.00 WIB!!!!

KLARIFIKASINYA JUGA DIISI SESUAI PEMBAGIAN

FORMAT PENULISAN SAMA KAYA TUTORIAL SEBELUMNYA!

DAFTRA PUSTAKA WAJIB DITULIS!

Skenario A Blok 27

Dr. Thamrin, dokter di RSUD yang terletak sekitar 40 km dari Palembang. Sekitar 100 meter dari RSUD, terjadi kecelakaan lalu lintas. Mobil minibus yang melaju dengan kecepatan tinggi menabrak pohon beringin. Bagian depan mobil hancur, kaca depan pecah. Sang sopir, satu-satunya penumpang mobil terlempar keluar melalui kaca depan.

Dr. Thamrin yang mendengar tabrakan langsung pergi ke tempat kejadian dengan membawa peralatan tatalaksana trauma seadainya. Di tempat kejadian, terlihat sang sopir, laki-laki 30 tahun, tergeletak dan merintih, mengeluh dadanya sesak, nyeri di dada kanan dan nyeri di paha kiri.

Melalui pemeriksaan sekilas, didapatkan gambaran

Pasien sadar tapi terlihat bingung, cemas dan kesulitan bernafas

Tanda vital: laju respirasi: 40 x/menit, nadi: 110x/menit; lemah, TD: 90/50 mmHg

Wajah dan bibir terlihat kebiruan

Kulit pucat, dingin, berkeringat dingin

Terlihat deformitas di paha kiri

GCS: 13 (E:3, M:6, V:4)

Setelah melakukan penanganan seadanya, dr. Thamrin langsung membawa sang sopir ke UGD, setelah penanganan awal di UGD RSUD, pasien dipersiapkan untuk dirujuk ke RSMH.

Data tambahan:

Kepala:

Terdapat luka lecet di dahi dan pelipis kanan diameter 2-4 cm

Yang lain dalam batas normal

Leher:

Trakea bergeser ke kiri dan vena jugularis distensi

Thorax:

Inspeksi

Gerakan dinding dada asimetris, kanan tertinggal, frekuensi napas 40 x/menit

Tampak memar di sekitar dada kanan bawah sampai ke samping

Auskultasi

Bunyi napas kanan melemah, bising napas kiri terdngar jelas

Bunyi jantung terdengar jelas, cepat, frekuensi 110x/menit

Palpasi

Nyeri tekan pada dada kanan bawah sampai ke samping (lokasi memar)

Krepitasi pada castae 9, 10, 11, kanan depan

Perkusi: kanan hipersonor, kiri sonor

Abdomen

Inspeksi: dinding perut datar

Auskultasi: bising usus normal

Palpasi: nyeri tekan (-)

Ekstremitas:

Paha kiri:

Inspeksi: tampak deformitas, memar, hematom pada paha tengah kanan

Palpasi: nyeri tekan, krepitasi (tidak boleh diperiksa)

ROM:

Pasif: limitasi gerakan

Aktif: limitasi gerakan

A. KLARIFIKAS ISTILAH

1. Minibus: RISMA, DEVU, SAMUEL, NENENG2. Trauma: luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis akibat gangguan emosional yang hebat.

3. Peralatan tatalaksana trauma: RISMA, DEVU, SAMUEL, NENENG4. Merintih: RISMA, DEVU, SAMUEL, NENENG5. Dada sesak: RISMA, DEVU, SAMUEL, NENENG6. Nyeri dada: CIPUT, NISA, FAUZAN7. Nyeri paha: CIPUT, NISA, FAUZAN8. Deformitas: perubahan bentuk tubuh atau bagian tubuh secara umum

9. GCS (Glasgow Coma Scale): CIPUT, NISA, FAUZAN10. RSUD (Rumah Sakit Umum Daerah): CIPUT, NISA, FAUZAN11. UGD (Unit Gawat Darurat): RETNO, ADE, SYARIFA, IKHSAN12. Pelipis: RETNO, ADE, SYARIFA, IKHSAN13. Luka lecet: RETNO, ADE, SYARIFA, IKHSAN14. Trakea: batang tenggorokan, tabung kartilago dan membranosa yang turun dari laring dan bercabang menjadi bronkus utama kanan dan kiri.

15. Distensi: RETNO, ADE, SYARIFA, IKHSAN16. Memar: ISMEL, RESKA, RUDI17. Bunyi napas: ISMEL, RESKA, RUDI18. Krepitasi: suara berderak seperti bila kita menggesekkan ujung-ujung tulang yang patah

19. Hematom: ISMEL, RESKA, RUDI20. ROM: ISMEL, RESKA, RUDIB. IDENTIFIKASI MASALAH

1. Kronologi kecelakaan: terjadi kecelakaan lalu lintas, mobil minibus yang melaju dengan kecepatan tinggi menabrak pohon beringin. Bagian depan mobil hancur, kaca depan pecah. Sang sopir, satu-satunya penumpang mobil terlempar keluar melalui kaca depan. Setelah melakukan penanganan seadanya, dr. Thamrin, seorang dokter RSUD langsung membawa sang sopir ke UGD, setelah penanganan awal di UGD RSUD, pasien dipersiapkan untuk dirujuk ke RSMH

2. Sang sopir, laki-laki 30 tahun, tergeletak dan merintih. Keadaan umum: sadar tampak bingung, cemas, kesulitan bernapas

3. Tanda vital, RR 40 x/menit; HR 110 x/menit, lemah; TD 90/50 mmHg, GCS: 13 (E:3, M:6, V:4)

4. Pemeriksaan fisik

a) Kepala: wajah dan bibir terlihat kebiruan, terdapat luka lecet di dahi dan pelipis kanan diameter 2-4 cmb) Leher: trakea bergeser ke kiri dan vena jugularis distensic) Thorax: dadanya sesak, nyeri dada kanan

Inspeksi

Gerakan dinding dada asimetris, kanan tertinggal, frekuensi napas 40 x/menit

Tampak memar di sekitar dada kanan bawah sampai ke samping

Auskultasi

Bunyi napas kanan melemah, bising napas kiri terdngar jelas

Bunyi jantung terdengar jelas, cepat, frekuensi 110x/menit

Palpasi

Nyeri tekan pada dada kanan bawah sampai ke samping (lokasi memar)

Krepitasi pada castae 9, 10, 11, kanan depan

Perkusi: kanan hipersonor, kiri sonor

d) Ekstremitas: nyeri di paha kiri, kulit pucat, dingin, berkeringat dingin

Paha kiri:

Inspeksi: tampak deformitas, memar, hematom pada paha tengah kanan

Palpasi: nyeri tekan, krepitasi (tidak boleh diperiksa)

e) ROM:

Pasif: limitasi gerakan

Aktif: limitasi gerakan

C. ANALISIS MASALAH

1. Kronologi kecelakaan: terjadi kecelakaan lalu lintas, mobil minibus yang melaju dengan kecepatan tinggi menabrak pohon beringin. Bagian depan mobil hancur, kaca depan pecah. Sang sopir, satu-satunya penumpang mobil terlempar keluar melalui kaca depan. Setelah melakukan penanganan seadanya, dr. Thamrin, seorang dokter RSUD langsung membawa sang sopir ke UGD, setelah penanganan awal di UGD RSUD, pasien dipersiapkan untuk dirujuk ke RSMH

a. Bagaimana mekanisme traumanya pada kasus ini? RISMA, DEVU, SAMUEL, NENENGb. Apa saja kemungkinan trauma yang terjadi? RISMA, DEVU, SAMUEL, NENENGc. Bagaimana prinsip tatalaksana di tempat kejadian? (ALAT tatalaksana trauma)d. Bagaimana membawa pasien ke UGD? CIPUT, NISA, FAUZANe. Bagaimana prinsip tatalaksan di UGD? CIPUT, NISA, FAUZANf. Apa kriteria pasien yang dirujuk pada kasus ini? RISMA, DEVU, SAMUEL, NENENG2. Sang sopir, laki-laki 30 tahun, tergeletak dan merintih. Keadaan umum: sadar tampak bingung, cemas, kesulitan bernapas. Tanda vital, RR 40 x/menit; HR 110 x/menit, lemah; TD 90/50 mmHg, GCS: 13 (E:3, M:6, V:4)

a. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormalitas? RETNO, ADE, SYARIFA, IKHSAN3. Pemeriksaan fisik

a) Kepala: wajah dan bibir terlihat kebiruan, terdapat luka lecet di dahi dan pelipis kanan diameter 2-4 cma. Apa makna klinis pemerisaan kepala dan bagaimana mekanismenya? RETNO, ADE, SYARIFA, IKHSANb) Leher: trakea bergeser ke kiri dan vena jugularis distensib. Apa makna klinis pemerisaan kepala dan bagaimana mekanismenya? ISMEL, RESKA, RUDIKeadaan korbanKeadaan normalinterpretasiMekanisme

Trakea bergeser ke kiriTrakea di tengahAda sesuatu yang mendorong trakeaTrauma tumpul ( mengenai thoraks ( fraktur iga ( tension pneumothoraks kanan ( udara dirongga pleural ( peningkatan tekanan intra pleural ( trakea bergeser kekiri

JVP (Distensi vena jugularis)JVP 5-2Ada yang menghalangi venous retrunTrauma tumpul ( mengenai thoraks ( fraktur iga ( tension pneumothoraks kanan ( udara dirongga pleural ( peningkatan tekanan intra pleural ( menghambat venous retrun ( distensi vena jugularis

c) Thorax: dadanya sesak, nyeri dada kanan

Inspeksi

Gerakan dinding dada asimetris, kanan tertinggal, frekuensi napas 40 x/menit

Tampak memar di sekitar dada kanan bawah sampai ke samping

Auskultasi

Bunyi napas kanan melemah, bising napas kiri terdngar jelas

Bunyi jantung terdengar jelas, cepat, frekuensi 110x/menit

Palpasi

Nyeri tekan pada dada kanan bawah sampai ke samping (lokasi memar)

Krepitasi pada castae 9, 10, 11, kanan depan

Perkusi: kanan hipersonor, kiri sonor

a. Bagaimana anatomi rongga thoraks? RETNO, ADE, SYARIFA, IKHSANb. Bagaimana fisiologi mekanisme pernapasan? ISMEL, RESKA, RUDIFungsi paru paru ialah pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida.Pada pernapasan melalui paru-paru atau pernapasan eksterna, oksigen dipungut melalui hidung dan mulut pada waktu bernapas; oksigen masuk melalui trakea dan pipa bronkial ke alveoli, dan dapat berhubungan erat dengan darah di dalam kapiler pulmonaris. Hanya satu lapis membran, yaitu membran alveoli-kapiler, yang memisahkan oksigen dari darah. Oksigen menembus membran ini dan dipungut oleh hemoglobin sel darah merah dan dibawa ke jantung. Dari sini dipompa di dalam arteri ke semua bagian tubuh. Darah meninggalkan paru paru pada tekanan oksigen 100 mm Hg dan pada tingkat ini hemoglobinnya 95 persen jenuh oksigen.

Di dalam paru-paru, karbon dioksida, salah satu hasil buangan metabolisme, menembus membran alveoler-kapiler dari kapiler darah ke alveoli dan setelah melalui pipa bronkial dan trakea, dinapaskan keluar melalui hidung dan mulut.

Empat proses yang berhubungan dengan pernapasan pulmoner atau pernapasan eksterna : Ventilasi pulmoner, atau gerak pernapasan yang menukar udara dalam alveoli dengan udara luar.

Arus darah melalui paru paru

Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian sehingga dalam jumlah tepat dapat mencapai semua bagian tubuh

Difusi gas yang menembusi membran pemisah alveoli dan kapiler. CO2 lebih mudah berdifusi drpd oksigen.

Semua proses ini diatur sedemikian sehingga darah yang meninggalkan paru-paru menerima jumlah tepat CO2 dan O2. Pada waktu gerak badan, lebih banyak darah datang di paru paru membawa terlalu banyak CO2 dan terlampau sedikit O2; jumlah CO2 itu tidak dapat dikeluarkan, maka konsentrasinya dalam darah arteri bertambah. Hal ini merangsang pusat pernapasan dalam otak unutk memperbesar kecepatan dan dalamnya pernapasan. Penambahan ventilasi ini mngeluarkan CO2 dan memungut lebih banyak O2.

Pernapasan jaringan atau pernapasan interna. Darah yang telah menjenuhkan hemoglobinnya dengan oksigen (oksihemoglobin) megintari seluruh tubuh dan akhirnya mencapai kapiler, di mana darah bergerak sangat lambat. Sel jaringan memungut oksigen dari hemoglobin untuk memungkinkan oksigen berlangsung, dan darah menerima, sebagai gantinya, yaitu karbon dioksida.

Perubahan perubahan berikut terjadi pada komposisi udara dalam alveoli, yang disebabkan pernapasan eksterna dan pernapasan interna atau pernapasan jarigan.

Udara (atmosfer) yang di hirup:

Nitrogen ..................................................................... 79 %

Oksigen ...................................................................... 20 %

Karbon dioksida ........................................................ 0-0,4 %

Udara yang masuk alveoli mempunyai suhu dan kelembapan atmosfer Udara yang diembuskan:

Nitrogen....................................................................... 79 %

Oksigen....................................................................... 16 %

Karbon dioksida ........................................................ 4-0,4 %

Daya muat udara oleh paru-paru. Besar daya muat udara oleh paru paru ialah 4.500 ml sampai 5000 ml atau 41/2 sampai 5 literudara. Hanya sebagian kecil dari udara ini, kira-kira 1/10nya atau 500 ml adalah udara pasang surut (tidal air), yaitu yang di hirup masuk dan diembuskan keluar pada pernapasan biasa dengan tenang.

Kapasitas vital. Volume udara yang dapat di capai masuk dan keluar paru-paru pada penarikan napas paling kuat disebut kapasitas vital paru-paru. Diukurnya dengan alat spirometer. Pada seoranng laki-laki, normal 4-5 liter dan pada seorang perempuan, 3-4 liter. Kapasitas itu berkurang pada penyakit paru-paru, penyakit jantung (yang menimbulkan kongesti paru-paru) dan kelemahan otot pernapasan.

Mekanisme pernafasan diatur dan di kendalikan dua faktor utama,(a) pengendalian oleh saraf, dan (b). Kimiawi. Beberapa faktor tertentu merangsang pusat pernafasan yang terletak di dalam mendula oblongata, dan kalau dirangsang, pusat itu mengeluarkan impuls yang disalurkan saraf spinalis ke otot pernafasan yaitu otot diafragama dan otot interkostalis.

1. Pengendalaian oleh saraf

Pusat pernafasan ialah suatu pusat otomatik di dalam medula oblongata yang mengeluarkan impuls eferen ke otot pernapasan. Melalui beberapa radiks saraf servikalis impuls ini di antarrkan ke diafragma oleh saraf frenikus: Dibagian yang lebih rendah pada sumsum belakang ,impulsnya berjalan dari daerah toraks melalui saraf interkostalis untuk merangsang otot interkostalis. Impuls ini menimbulkan kontraksi ritmik pada otot diafragma dan interkostal yang berkecepatan kira-kira lima belas setiap menit. Impuls aferen yang dirangsang pemekaran gelembung udara diantarkan saraf vagus ke pusat pernapasan di dalam medula.

2. Pengendalian secara kimiawi

Faktor kimiawi ini adalah faktor utama dalam pengendalian dan pengaturan frekuensi, kecepatan,& kedalaman gerakan pernapasan. Pusat pernapasan di dalam sumsum sangat peka pada reaksi: kadar alkali daah harus dipertahankan. Karbon dioksida adalah produksi asam dari metabolisme, dan bahan kimia yang asam ini merangsang pusat pernapasan untuk mengirim keluar impuls saraf yang bekerja atas otot pernapasan.

Kedua pengendalian, baik melalui saraf maupun secara kimiawi, adalah penting. Tanpa salah satunya orang tak dapat bernapas terus. Dalam hal paralisa otot pernapasan ( interkostal dan diafragma) digunakan ventilasi paru-paru atau suatu alat pernapasan buatan yang lainnya untuk melanjutkan pernapasan, sebab dada harus bergerak supaya udara dapat dikeluarmasukkan paru-paru.

Faktor tertentu lainnya menyebabkan penambahan kecepatan dan kedalaman pernapasan. Gerakan badan yang kuat yang memakai banyak oksigen dalam otot untuk memberi energi yang diperlukan dalam pekerjaan akan menimbulkan kenaikan pada jumlah karbon dioksida di dalam darah dan akibatnya pembesan ventilasi paru-paru.

Emosi, rasa sakit, dan takut, misalnya, menyebabkan impuls yang merangsang pusat pernapasan dan menimbulkan penghirupan udara secara kuat-hal yang kita ketahui semua. Impuls aferen dari kulit mengasilkan efek serupabila badan di celup dalam air dingin atau menerima guyuran air dingin, penarikan pernapasan kuat menyusul. Pengendalian secara sadar atas gerakan pernapasan mungkin, tetapi tidak dapat dijalankan lama karena gerakannya otomatik. Suatu usaha untuk menahan napas dalam waktu lama akan gagal karena pertambahan karbon dioksida yang melebihi normal di dalam darah akan menimbulkan rasa tak enak.

Kecepatan Pernapasan

Pada wanita lebih tinggi dari pada pria. Kalau bernapas secara normal, ekspirasi akan menyusul inspirasi, dan kemudian ada istirahat sebentar. Inspirasi-ekspirasi-istirahat. Pada bayi yang sakit urutan ini ada kalanya terbalik dan urutannya menjadi : inspirasi-istirahat-ekspirasi. Hal ini disebut pernapasan terbalik. Kecepatan normal setiap menit:

Bayi baru ............................................................ 30-40

Dua belas bulan .................................................. 30

Dari dua sampai lima tahun .............................. 24

Orang dewasa..................................................... 10-20

Gerakan Pernapasan

Ada dua saat terjadi pernapasan:

1. Inspirasi atau menarik napas

Adalah proses aktif yang diselengarakan kerja otot. Kontraksi diafragma meluaskan rongga dada dari atas sampai ke bawah, yaitu vertikel. Penaikan iga-iga dan sternum, yang ditimbulkan kontraksi otot interkostalis , meluaskan rongga dada kedua sisi dan dari belakang ke depan. Paru-paru yang bersifat elastis mengembang untuk mengisi ruang yang membesar itu dan udara ditarik masuk ke dalam saluran udara. Otot interkostal eksterna diberi peran sebagai otot tambahan, hanya bila inspirasi menjadi gerak sadar.2. Ekspirasi

Udara dipaksa keluar oleh pengenduran otot dan karena paru-paru kempis kembali yang disebabkan sifat elastis paru-paru itu. Gerakan ini adalah proses pasif.

Ketika pernapasan sangat kuat, gerakan dada bertambah. Otot leher dan bahu membantu menarik iga-iga dan sternum ke atas. Otot sebelah belakang dan abdomen juga dibawa bergerak, dan alae nasi (cuping atau sayap hidung) dapat kembang kempis.

Kebutuhan Tubuh Akan Oksigen

Dalam banyak keadaan, termasuk yang telah disebut, oksigen dapat diatur menurut keperluan . Orang tergantung pada oksigen untuk hidupnya; kalau tidak mendapatkannya selama lebih dari empat menit akan mengakibatkan kerusakan pada otak yang tak dapat diperbaiki dan biasanya pasien meninggal. Keadaan genting timbul bila misalnya sorang anak menudungi kepala dan mukannya dengan kantung pelastik dan menjadi mati lemas. Tetapi penyediaan oksigen hanya berkurang, pasien menjadi kacau pikirania menderita anoksia serebralis. Hal ini terjadi pada orang bekerja dalam ruang sempit, tertutup, seperti dalam ruang kapal, di dalam tank, dan ruang ketel uap; oksigenyang ada mereka habiskan dan kalau mereka tidak diberi oksigen untuk pernapasan atau tidak dipindahkan ke udara yang normal, mereka akan meninggal karena anoksemia atau disingkat anoksia. Bila oksigen di dalam darah tidak mencukupi, warna merahnya hilang dan menjadi kebiru-biruan dan ia disebut menderita sianosis.

Orang yang berusaha bunuh diri dengan memasukkan kepalanya ke dalam oven gas, bukan saja terkena anoksia, tetapi jaga menghirup karbon monoksida yang bersifat racun dan yang segera bergabung dengan hemoglobin sel darah, menyingkirkan isi normal oksigen. Dalam hal ini bibir tidak kebiru-biruan, melainkan merah ceri yang khas. Pengobatan yang diperlukan ialah pengisapan dan pemberian oksigen dalam konsentrasi sampai lima kali jumlah oksigen udara atmosfir atau lima atmosfir.

c. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormalitas? RETNO, ADE, SYARIFA, IKHSANd. Apa kemungkinan yang terjadi pada sopir? RETNO, ADE, SYARIFA, IKHSANe. Apa tatalaksana awal sesak dada pasien ini? ISMEL, RESKA, RUDIPenanganan di tempat kejadian

Menurut AHA Guidelines tahun 2005, tindakan BLS ini dapat disingkat dengan teknik ABC yaituairwayatau membebaskan jalan nafas,breathingatau memberikan nafas buatan, dancirculationatau pijat jantung pada posisi shock. Namun pada tahun 2010 tindakan BLS diubah menjadi CAB (circulation, breathing, airway). Tujuan utama dari BLS adalah untuk melindungi otak dari kerusakanyang irreversibel akibat hipoksia, karena peredaran darah akan berhenti selama 3-4 menit.

Langkah-Langkah BLS (Sistem CAB) :1. Memeriksa keadaan pasien, respon pasien, termasuk mengkaji ada / tidak adanya nafas secara visual tanpa teknikLook Listen and Feel.2.Melakukan panggilan darurat.3.Circulation:

Meraba dan menetukan denyut nadi karotis. Jika ada denyut nadi maka dilanjutkan dengan memberikan bantuan pernafasan, tetapi jika tidak ditemukan denyut nadi, maka dilanjutkan dengan melakukan kompresi dada. Untuk penolong non petugas kesehatan tidak dianjurkan untuk memeriksa denyut nadi korban. Pemeriksaan denyut nadi ini tidak boleh lebih dari 10 detik. Lokasi kompresi berada pada tengah dada korban (setengah bawah sternum). Penentuan lokasi ini dapat dilakukan dengan cara tumit dari tangan yang pertama diletakkan di atas sternum, kemudian tangan yang satunya diletakkan di atas tangan yang sudah berada di tengah sternum. Jari-jari tangan dirapatkan dan diangkat pada waktu penolong melakukan tiupan nafas agar tidak menekan dada.

Petugas berlutut jika korban terbaring di bawah, atau berdiri disamping korban jika korban berada di tempat tidur. Kompresi dada dilakukan sebanyak satu siklus (30 kompresi, sekitar 18 detik). Kecepatan kompresi diharapkan mencapai sekitar 100 kompresi/menit. Kedalaman kompresi untuk dewasa minimal 2 inchi (5 cm), sedangkan untuk bayi minimal sepertiga dari diameter anterior-posterior dada atau sekitar 1 inchi (4 cm) dan untuk anak sekitar 2 inchi (5 cm).1. Airway

Korban dengan tidak ada/ tidak dicurgai cedera tulang belakang maka bebaskan jalan nafas melalui head tilt chin lift. Caranya dengan meletakkan satu tangan pada dahi korban, lalu mendorong dahi korban ke belakang agar kepala menengadah dan mulut sedikit terbuka (Head Tilt) Pertolongan ini dapat ditambah dengan mengangkat dagu (Chin Lift). Namun jika korban dicurigai cedera tulang belakang maka bebaskan jalan nafas melaluijaw thrustyaitu dengan mengangkat dagu sehingga deretan gigi Rahang Bawah berada lebih ke depan daripada deretan gigi Rahang Atas. 2. Breathing

Berikan ventilasi sebanyak 2 kali. Pemberian ventilasi dengan jarak 1 detik diantara ventilasi. Perhatikan kenaikan dada korban untuk memastikan volume tidal yang masuk adekuat. Untuk pemberian mulut ke mulut langkahnya sebagai berikut : Pastikan hidung korban terpencet rapat Ambil nafas seperti biasa (jangan terelalu dalam) Buat keadaan mulut ke mulut yang serapat mungkin Berikan satu ventilasi tiap satu detik Kembali ke langkah ambil nafas hingga berikan nafas kedua selama satu detik. Jika tidak memungkinkan untuk memberikan pernafasan melalui mulut korban dapat dilakukan pernafasan mulut ke hidung korban. Untuk pemberian melalui bag mask pastikan menggunakan bag mask dewasa dengan volume 1-2 L agar dapat memeberikan ventilasi yang memenuhi volume tidal sekitar 600 ml. Setelah terpasang advance airway maka ventilasi dilakukan dengan frekuensi 6 8 detik/ventilasi atau sekitar 8-10 nafas/menit dan kompresi dada dapat dilakukan tanpa interupsi. Jika pasien mempunyai denyut nadi namun membutuhkan pernapasan bantuan, ventilasi dilakukan dengan kecepatan 5-6 detik/nafas atau sekitar 10-12 nafas/menit dan memeriksa denyut nadi kembali setiap 2 menit. Untuk satu siklus perbandingan kompresi dan ventilasi adalah 30 : 2, setelah terdapat advance airway kompresi dilakukan terus menerus dengan kecepatan 100 kali/menit dan ventilasi tiap 6-8 detik/kali.3. RJP terus dilakukan hingga alat defibrilasi otomatis datang, pasien bangun, atau petugas ahli datang. Bila harus terjadi interupsi, petugas kesehatan sebaiknya tidak memakan lebih dari 10 detik, kecuali untuk pemasangan alat defirbilasi otomatis atau pemasangan advance airway.4. Alat defibrilasi otomatis. Penggunaanya sebaiknya segera dilakukan setelah alat tersedia/datang ke tempat kejadian. Pergunakan program/panduan yang telah ada, kenali apakah ritme tersebut dapat diterapi kejut atau tidak, jika iya lakukan terapi kejut sebanyak 1 kali dan lanjutkan RJP selama 2 menit dan periksa ritme kembali. Namun jika ritme tidak dapat diterapi kejut lanjutkan RJP selama 2 menit dan periksa kembali ritme. Lakukan terus langkah tersebut hingga petugas ACLS (Advanced Cardiac Life Support ) datang, atau korban mulai bergerak.Untuk memperhatikan bagaimana proses ventilasi. Tanda-tanda yang ditunjukkan oleh supir minibus menunjukkan bahwa kemungkinan supir mengalami tension pneumotoraks. Tension pneumotoraks membutuhkan dekompresi segera dan penanggulangan awal dengan cepat berupa insersi jarum yang berukuran besar pada sela iga 2 garis midclavicular pada hemitoraks yang terkena. Prinsip dasar dekompresi jarum adalah untuk memasukkan kateter ke dalam rongga pleura, sehingga menyediakan jalur bagi udara untuk keluar dan mengurangi tekanan yang terus bertambah. Terapi definitif untuk tension pneumotoraks adalah dengan memasukkan selang dada / chest tube pada sela iga ke 5 (sekitar puting susu).

Penanganan di UGD

a. Airway: jaga jalan napas tetap bersih. Bila diperlukan lakukan pemasangan intubasi ETT dan pemberian oksigen dengan ambu bag (resusitasi oksigen). Kadar oksigen yang diberikan 15 liter/menit. NGT bisa dipasang untuk mencegah aspirasi.b. Breathing: inspeksi dada, auskultasi paru dan jantung. Untuk tatalaksana lanjut tension penumothorax dilakukan pemasangan chest tube/penyaliran antar iga. Lokasi penyalir di puncak thorax untuk pneumotorax (ICS 2). Langkah:

- Berikan anastesi lokal

- Buat luka tusuk dengan trokar dan kanul

- Dengan menggunakan trokar, lepaskan trokar setelah kanul masuk. Lalu masukan penyalir melalui kanul.

- Kanul dicabut dengan memperhatikan tempat klem untuk mempertahankan penyalir pada tempatnya.

- Buat jahitan di kulit untuk fiksasi.

Jika tidak teradapat trokar lakukan insisi kecil di kulit dan buat luka tembus dengan bantuan klem tertutup. Masukan penyalir dengan bantuan ujung klem. Klem dicabut dan penyalir difiksasi dengan jahitan. c. Circulation: Pemberian infus dengan larutan NaCl atau RL atau darah sebanyak 1000 ml dan bila tidak terdapat perubahan kardiovaskular perdarahan dianggap cukup besar. Pada trauma majemuk dapat diberikan bolus glukosa. Perdarahan yang besar dapat dicurigai berasal dari fraktur tulang panjang yaitu femur.d. Untuk fraktur iga dapat diberikan analgesik untuk mengurangi nyeri. Jika analgesik tidak menghilangkan nyeri, harus dilakukan anastesi blok interkostal yang meliputi segmen di kaudal dan cranial iga yang patah. Karena perdarahan iga yang baik, penyembuhan dan penyatuan tulang biasanya berlangsung cepat dan tanpa halangan atau penyulit.e. Untuk fraktur femur dapat dilakukan reposisi (mengembalikan posisi patahan tulang ke posisi semula) dengan traksi terus menerus selama beberapa minggu lalu diikuti dengan imobilisasi. Biasanya dilakukan traksi skelet pada tuberositas tibia selama 20 minggu. Hal ini dilakukan mengingat femur yang dikelilingi oleh otot yang kuat memungkinkan terjadinya dislokasi kembali di dalam gips. Fraktur yang dapat diatasi denga traksi adalah intertrokanter dan subtrokanter, diafisis oblik, segmental,komunitif, fraktur suprakondiler tanpa dislokasi berat, dan fraktur kondilus femur. Untuk fraktur kollum femur dapat dilakukan pemasangan fiksator tulang secara operatif atau mengganti fragmen patahan tulang dengan prosthesis yang dilakukan pada pasien lanjut usia.f. Pemasangan kateter urin diperlukan untuk memantau penanggulangan syok, juga untuk mengetahui adanya cedera ginja dan saluran kemih. g. Setelah yakin bahwa dengan resusitasi ini ancaman kematian telah disingkirkan, lakukan evaluasi sekunder. Tindakan dimulai dengan menggunting semua pakaian korban sehingga pemeriksaan seluruh tubuhnya dapat dilakukan dengan cermat. Lalu lakukan anamnesis dengan cermat setelah penderita sadar dan lakukan pemeriksaan fungis neurologis.h. Monitor kesadaran, vital sign, urine aotput, BGA, dllf) Ekstremitas: nyeri di paha kiri, kulit pucat, dingin, berkeringat dingin

Paha kiri:

Inspeksi: tampak deformitas, memar, hematom pada paha tengah kanan

Palpasi: nyeri tekan, krepitasi (tidak boleh diperiksa)

a. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormal? CIPUT, NISA, FAUZANb. Bagaimana anatomi paha kiri? CIPUT, NISA, FAUZANc. Apa yang terjadi pada paha kiri sopir? CIPUT, NISA, FAUZANd. Bagaimana tatalaksana awal ekstremitas bawah pasien? RISMA, DEVU, SAMUEL, NENENGe. Bagaimana tatalaksana lanjut pada ekstremitas bawah pasien? RISMA, DEVU, SAMUEL, NENENGf. Bagaimana mekanisme kompensasi bila sirkulasi mengalami gangguan? (pada kasus ini) RISMA, DEVU, SAMUEL, NENENGd) ROM:

Pasif: limitasi gerakan

Aktif: limitasi gerakan

a. Bagaimana interpretasi dan mekanismenya? ISMEL, RESKA, RUDITampak adanya perubahan bentuk (deformitas) tertutup, memar (+), hematom pada paha tengah kiri yang disertai nyeri lokal didaerah tersebut dan terjadi limitasi gerakan aktif maupun pasif dari ROM setelah terjadi trauma dapat dicurigai telah terjadi fraktur tertutup pada daerah paha kiri

D. HIPOTESIS

Sopir mengalami trauma multipel yang menimbulkan gangguan tension pneumothoraks kanan, dan fraktur tertutup pada paha kiri.

E. LEARNING ISSUE

1. Tension pneumothoraks RETNO, ADE, SYARIFA, IKHSAN, ISMEL, RESKA, RUDI

2. Fraktur tertutup paha kiri (jelasin dulu fraktur secara umum, baru setelah itu ke fraktur pahanya) RISMA, DEVU, SAMUEL, NENENG, CIPUT, NISA, FAUZAN