Skenarioo B Blok 27 FERRY

22
Skenario A Blok 27 1 jam sebelum masuk RS, Bujang dianiaya oleh tetangganya dengan menggunakan sepotong kayu. Bujang pingsan kurang lebih 5 menit kemudian sadar kembali dan melaporkan kejadian ini ke kantor polisi terdekat. Polisi mengantar Bujang ke RSUD untuk dibuatkan visum et repertum, di RSUD Bujang mengeluh luka dan memar di kepala sebelah kanan disertai nyeri kepala hebat dan muntah. Dari hasil pemeriksaan didapatkan: RR: 28 x/menit, tekanan darah 130/90 mmHg, nadi: 50 x/menit, GCS: E4 M6 V5, pupil isokor, reflex cahaya: pupil kanan reaktif, pupil kiri reaktif. Regio Orbita: Dextra et sinistra tampak hematom, sub-conjungtival bleeding (-) Regio temporal dextra: tampak luka ukuran 6x1 cm, tepi tidak rata, sudut tumpul dengan dasar fraktur tukang linier. Regio nasal: tampak darah segar mengalir dari kedua lubang hidung Tak lama setelah selesai dilakukan pemeriksaan, tiba-tiba pasien tidak sadarkan diri. Dari hasil pemeriksaan pada saat terjadi penurunan kesadaran didapatkan: Pasien ngorok, RR 24 x/menit, nadi 50 x/menit, tekanan darah 140/90 mmHg. Pasien membuka mata dengan rangsang nyeri, dan mengerang dalam bentuk kata-kata. Pupil anisokor dextra, reflek cahaya pupil kanan negatif, reflek cahaya pupil kiri reaktif/normal.

description

PEMBAGIAN TUGAS

Transcript of Skenarioo B Blok 27 FERRY

Page 1: Skenarioo B Blok 27 FERRY

Skenario A Blok 27

1 jam sebelum masuk RS, Bujang dianiaya oleh tetangganya dengan menggunakan sepotong

kayu. Bujang pingsan kurang lebih 5 menit kemudian sadar kembali dan melaporkan kejadian

ini ke kantor polisi terdekat. Polisi mengantar Bujang ke RSUD untuk dibuatkan visum et

repertum, di RSUD Bujang mengeluh luka dan memar di kepala sebelah kanan disertai nyeri

kepala hebat dan muntah.

Dari hasil pemeriksaan didapatkan:

RR: 28 x/menit, tekanan darah 130/90 mmHg, nadi: 50 x/menit, GCS: E4 M6 V5, pupil

isokor, reflex cahaya: pupil kanan reaktif, pupil kiri reaktif.

Regio Orbita: Dextra et sinistra tampak hematom, sub-conjungtival bleeding (-)

Regio temporal dextra: tampak luka ukuran 6x1 cm, tepi tidak rata, sudut tumpul dengan

dasar fraktur tukang linier.

Regio nasal: tampak darah segar mengalir dari kedua lubang hidung

Tak lama setelah selesai dilakukan pemeriksaan, tiba-tiba pasien tidak sadarkan diri.

Dari hasil pemeriksaan pada saat terjadi penurunan kesadaran didapatkan:

Pasien ngorok, RR 24 x/menit, nadi 50 x/menit, tekanan darah 140/90 mmHg.

Pasien membuka mata dengan rangsang nyeri, dan mengerang dalam bentuk kata-kata. Pupil

anisokor dextra, reflek cahaya pupil kanan negatif, reflek cahaya pupil kiri reaktif/normal.

Pada saat itu Anda merupakan Dokter jaga UGD di RSUD tersebut dibantu oleh 3 orang

perawat.

Klarifikasi Istilah

1. Visum et repertum :

2. Memar : jejas pada suatu bagian karena kerusakan kulit.

3. Pupil anisokor : ketidaksamaan ukuran diameter kedua pupil mata.

4. Pupil isokor : ukuran diameter kedua pupil mata sama.

5. Hematom : pengumpulan darah setempat, umumnya menggumpal, dalam

organ, rongga, atau jaringan, akibat pecahnya dinding

pembuluh darah.

6. Muntah : pengeluaran isi lambung melalui mulut

7. Sub-conjungtival bleeding :

Identifikasi Masalah

Page 2: Skenarioo B Blok 27 FERRY

1. Bujang dianiaya oleh tetangganya dengan menggunakan sepotong kayu, Bujang pingsan

kurang lebih 5 menit kemudian sadar kembali.

2. Polisi mengantar Bujang ke RSUD untuk dibuatkan visum et repertum, di RSUD Bujang

mengeluh luka dan memar di kepala sebelah kanan disertai nyeri kepala hebat dan muntah.

3. Pemeriksaan sadar

4. Pemeriksaan saat penurunan kesadaran

Analisis Masalah

1. Apa saja mekanisme trauma yang terjadi pada kasus ini? bellin, FERRY, memey

Jawab:

Berdasarkan scenario, trauma yang dialami oleh Bujang adalah trauma mekanik tumpul

dengan jenis luka yang dialami adalah luka memar dan luka robek.

2. Apa saja kemungkinan trauma yang terjadi pada kasus ini? tafdhil, puti

3. Jenis-jenis cedera kepala? bellin, memey

4. Makna klinis pingsan 5 menit kemudian sadar lagi dan pingsan lagi? Ridhya, FERRY,

puti

Jawab:

Gejala tersebut menunjukkan adanya lucid interval yaitu tenggang waktu antara

kejadian trauma kapitis dan mulai timbulnya penurunan kesadaran. Lucid interval

merupakan gejala khas pada epidural hematoma (EDH).

Mekanisme pingsan ± 5 menit lalu sadar :

Benturan kepalagoncangan pada batang otakpons turun, a. basilaris

meregangperfusi ke ascending reticulo activation system (ARAS)

terganggupenurunan kesadaranpingsan selama 5 menitstabil (ARAS kembali

berfungsi) sadar kembali

Mekanisme pingsan kembali :

Trauma kepala frakturpecahnya arteri meningea media di antara duramater dan

tengkorak pembentukan hematoma di epidural TIK ↑kompresi lobus

temporalis ke arah bawah dan dalam herniasi uncus melalui incisura tentorii

menekan batang otak (ARAS) penurunan kesadaran (pingsan) kembali

Page 3: Skenarioo B Blok 27 FERRY

5. Apa tujuan dibuat visum et repertum? tafdhil, bellin

6. Bagaimana sistematika dalam membuat visum et repertum? memey, amel

7. Bagaimana mekanisme luka dan memar di kepala sebelah kanan, nyeri kepala hebat, dan

muntah? Tafdhil, FERRY, ridhya

Jawab:

Luka dan memar di kepala sebelah kanan

Pukulan di kepala dari arah samping dan depan → penekanan kuat dan tiba-tiba pada

pada kulit kepala → kulit kepala pecah atau robek → luka

Pukulan di kepala dari arah samping dan depan → penekanan kuat dan tiba-tiba pada

pada tulang tengkorak → fraktur dan adanya pergeseran sementara pada otak →

robeknya arteri meningea media pada daerah epidural → darah mengisi daerah

epidural → darah membeku → hematom (memar)

Nyeri kepala hebat disertai muntah

Nyeri kepala dan muntah pada kasus ini disebabkan oleh peningkatan tekanan

intracranial. Mekanisme peningkatan intracranial : Pukulan dari arah

sampingfraktur di os temporalruptur a. meningea mediahematoma

epiduralketika kompensasi tidak bisa terjadi lagiTIK↑ terjadi penekanan pada

pusat muntahterjadi reflex muntah.

8. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormal dari hasil pemeriksaan saat sadar?

RR: 28 x/menit, tekanan darah 130/90 mmHg, nadi: 50 x/menit (amel, bellin, ridhya)

GCS: E4 M6 V5, pupil isokor, reflex cahaya: pupil kanan reaktif, pupil kiri reaktif

(puti, FERRY)

Jawab:

GCS E4M6V5 E4M6V5 Normal

pupil isokor Isokor Normal, N. III normal

reflex cahaya : pupil

kanan reaktif, pupil

kiri reaktif

Reaktif Normal, N. III normal

Regio Orbita: Dextra et sinistra tampak hematom, sub-conjungtival bleeding (-)

(ridhya, amel, memey)

Page 4: Skenarioo B Blok 27 FERRY

Regio temporal dextra: tampak luka ukuran 6x1 cm, tepi tidak rata, sudut tumpul

dengan dasar fraktur tulang linier. (tafdhil, FERRY, puti)

Jawab:

Regio temporal

dextra :

tampak luka ukuran

6x1 cm, tepi tidak

rata, sudut tumpul

dengan dasar fraktur

tulang

Tidak ada

jejas

Ada trauma tumpul

Regio nasal: tampak darah segar mengalir dari kedua lubang hidung (bella, ferdy,

kardiyus)

9. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormal dari hasil pemeriksaan saat terjadi

penurunan kesadaran?

Pasien ngorok, RR 24 x/menit, nadi 50 x/menit, tekanan darah 140/90 mmHg (syahid,

puput, raven)

Pasien membuka mata dengan rangsang nyeri, dan mengerang dalam bentuk kata-kata

(kiky, ferdy)

Pupil anisokor dextra, reflek cahaya pupil kanan negatif, reflek cahaya pupil kiri

reaktif/normal (raven, bella, syahid)

10. Bagaimana cara penegakkan diagnosis dan pemeriksaan tambahan dalam kasus ini?

(puput, kiky, ferdy)

11. Apa diagnosis banding pada kasus ini? (raven, syahid, bella)

12. Epidemiologi cedera kepala? (kiky, kardiyus, puput)

13. Bagaimana tatalaksana di UGD pada kasus ini (1 dokter jaga di UGD dan 3 orang

perawat)? (kardiyus, syahid)

14. Apa komplikasi pada kasus ini? Jelaskan! (ferdy, raven)

15. Bagaimana prognosis pada kasus ini? (puput, kardiyus)

16. Apa SKDI kasus ini? (bella, kiky)

Hipotesis

Bujang mengalami perdarahan epidural dengan fraktur basis cranii karena trauma tumpul

kepala.

Page 5: Skenarioo B Blok 27 FERRY
Page 6: Skenarioo B Blok 27 FERRY

LI

Anatomi kepala (FERRY, memey, ridhya)

1. Kulit Kepala

a. SCALP

Kulit kepala terdiri atas lima lapis, tiga lapisan yang pertama saling melekat dan

bergerak sebagai sebuah unit. Untuk membantu mengingat nama kelima lapisan kulit

kepala tersebut, gunakan setiap huruf dari SCALP (kulit kepala) untuk menunjukkan

lapisan kulit kepala

Skin : kulit, tebal dan berambut, dan mengandung banyak kelenjar sebacea

Connective tissue : jaringan ikat di bawah kulit, yang merupakan jaringan lemak

fibrosa. Septa fibrosa menghubungkan kulit dengan aponeurosis

m.occipitofrontalis. Pada lapisan ini terdapat banyak pembuluh arteri dan vena.

Arteri merupakan cabang-cabang dari a. carotis externa dan interna, dan terdapat

anastomosis yang luas di antara cabang-cabang ini.

Aponeurosis (epicranial), merupakan lembaran tendo yang tipis, yang

menghubungkan venter occipitale dan venter frontale m.occipitofrontalis. Pinggir

lateral aponeurosis melekat pada fascia temporalis.

Spatium subapomeuroticum adalah ruang potensial di bawah aponeurosis

epicranial. Dibatasi di depan dan belakang oleh origo m.occipitofrontalis dan

melah ke lateral sampai ke tempat perlekatan aponeurosis pada fascia temporalis

Loose areolar tissue : jaringan ikat, yang mengisi spatium subaponeuroticum dan

secara longgar menghubungkan cranium (pericranium). Jaringan areolar ini

mengandung beberapa arteri kecil, dan juga beberapa vv.emissaria yang penting.

Vv.emissaria tidak berkatup dan menghubungkan vena-vena superificial kulit

kepala dengan vv.diploicae tulang tengkorak dan dengan sinus venosus

intracranialis.

Pericranium, merupakan periosteum yang menutupi permukaan luar tulang

tengkorak. Perlu diingat bahwa sutura di antara tulang tulang tengkorak dan

periosteum pada permukaan luar tulang berlanjut dengan periosteum pada

permukaan dalam tulang-tulang tengkorak.

Page 7: Skenarioo B Blok 27 FERRY

b. Otot-otot Kulit Kepala

M.Occipitofrontalis

Origo : otot ini mempunyai empat venter, dua occipitalis dan dua frontalis, yang

dihubungkan oleh aponeurosis. Setiap venter occipitalis berasal dari linea nuchalis

suprema ossis occipitale dan berjalan ke depan untuk melekat pada aponeurosis.

Setiap venter frontalis berasal dari kulit dan fascia superficialis alis mata,

berjalan ke belakang untuk melekat pada aponeurosis.

Persarafan : venter occipitalis dipersarafi oleh ramus auricularis n.facialis, venter

frontalis dipersarafi oleh ramus temporalis n.facialis

Fungsi : ketiga lapisan pertama kulit kepala dapat bergerak ke depan dan

belakang, jaringan ikat longgar dari lapisan keempat kulit kepala memungkinkan

aponeurosis bergerak di atas pericranium. Venter frontalis dapat menaikkan alis

mata seperti pada ekspresi keheranan dan ketakutan.

c. Persarafan Sensorik Kulit Kepala

Truncus utama saraf sensorik terletak pada fascia superficialis. Dari anterior di

garis tengah menuju ke lateral ditemukan saraf-saraf berikut ini :

N.supratrochlearis, cabang dari divisi ophtalmica n.trigeminus, membelok di

sekitar margo superior orbitalis dan berjalan ke depan di atas dahi. Mempersarafi kulit

kepala ke arah belakang sampai ke vertex. N.zygomaticotemporalis, cabang dari

divisi maxillaris n.trigeminus, mempersarafi kulit kepala di atas

pipi.N.auriculotemporales, cabang dari divisi mandibula n.trigeminus, berjalan ke

atas di samping kepala dari depan aurikula. Cabang terakhirnya mempersarafi kulit

daerah temporal. N.occipitalis minor, cabang dari plexus cervicalis (C2),

mempersarafi kulit kepala di bagian lateral regio occipitale dan kulit di atas

Page 8: Skenarioo B Blok 27 FERRY

permukaan medial auricula. N.occipitalis major, cabang dari ramus posterior

n.cervicalis kedua, berjalan ke atas di belakang kepala dan mempersarafi kulit sampai

ke depan sejauh vertex cranii.

d. Pendarahan Kulit Kepala

Kulit kepala mempunyai banyak suplai darah untuk memberi makanan ke

folikel rambut, dan oleh karena itu, luka kecil akan menyebabkan perdarahan yang

banyak. Arteri terletak di dalam fascia superficialis. Dari arah anterior ke lateral,

ditemukan arteri-arteri berikut ini :

A. supratrochlearis dari a.supraorbitalis, cabang-cabang a.ophthalmica,

berjalan ke atas melalui dahi bersama dengan n.supratrochlearis dan

n.supraorbitalis.

A.temporalis superficialis, cabang terminal kecil a.carotis externa, berjalan di

depan auricula bersama dengan n.auriculotemporalis. arteri ini bercabang dua,

ramus anterior dan posterior yang mendarahi kulit di daerah frontal dan temporal.

A.auricularis posterior cabang a.caroti externa, naik di belakang telinga dan

mendarahi kulit kepala di atas dan belakang telinga.

A.occipitalis, sebuah cabang a.carotis externa, berjalan ke atas dari puncak

trigonum posterior bersama dengan n.occipitalis major. Pembuluh ini mendarahi

kulit di belakang kepala sampai ke vertex cranii.

e. Aliran Vena Kulit Kepala

V.supratrochlearis dan v.supraorbitalis bersatu di pinggir medial orbita

untuk membentuk v.facialis. V.temporalis superficialis bersatu dengan v.maxillaris

di dalam substansi glandula parotidea untuk membentuk v.retromandibularis.

V.auricularis posterior bersatu denga divisi posterior v.retromandibularis, tepat di

bawah glandula parotidea, untuk membentuk v.jugularis externa. V.occipitalis

bermuara ke plexus venosus suboccipitalis, yang terletak di dasar bagian atas

trigonum posterior, kemudian plexus bermuara ke dalam v.vertebralis atau v.jugularis

interna. Vena-vena di kulit kepala beranastomosis luas satu dengan yang lain,

dihubungkan ke vv.diploicae tulang tengkorak dan sinus venosus intracranial oleh

Vv.emissariae yang tidak berkatup.

2. Cavum Cranii

Page 9: Skenarioo B Blok 27 FERRY

Cavum cranii berisi otak dan meningen yang membungkusnya, bagian saraf otak,

arteri, vena dan sinus venosus.

a. Calvaria

Permukaan dalam calvaria memperlihatkan sutura coronalis, sagitalis,

lambdoidea. Pada garis tengah terdapat sulcus sagittalis yang dangkal untuk tempat sinus

sagittalis superior. Di kanan dan kiri sulcus terdapat beberapa lubang kecil, disebut

foveae granulares yang menjadi tempat lacunae laterales dan granulationes

arachnoidales. Didapatkan sejumlah alur dangkal untuk divisi anterior dan poesterior a.

et v.meningea media sewaktu keduanya berjalan di sisi tengkorak menuju calvaria.

b. Basis Cranii

Bagian dalam basis cranii dibagi dalam tiga fossa yaitu fossa cranii anterior,

media, dan posterior. Fossa cranii anterior dipisahkan dari fossa cranii media oleh ala

minor ossis sphenoidalis, dan fossa cranii media dipisahkan dari fossa cranii posterior

oleh pars petrosa ossis temporalis.

1) Fossa Cranii Anterior

Fossa cranii anterior menampung lobus frontalis cerebri. Dibatasi di anterior oleh

permukaan dalam os.frontale, dan di garis tengah terdapat crista untuk tempat melekatnya

falx cerebri. Batas posteriornya adalah ala minor ossis sphenoidalis yang tajam dan

bersendi di lateral dengan os frontale dan bertemu dengan angulus anteroinferior os

parietale atau pterion.Ujung medial ala minor ossis sphenoidalis membentuk processus

clinoideus anterior pada masing-masing sisi, yang menjadi tempat melekatnya

tentorium cerebelli. Bagian tengah fossa cranii media dibatasi di posterior oleh alur

chiasma opticum.

Dasar fossa dibentuk oleh pars orbitalis ossis frontale di lateral dan oleh lamina

cribriformis ossis ethmoidalis di medial. Crista galli adalah tonjolan tajam ke atas dari

os ethmoidale di garis tengah dan merupakan tempat melekatnya falx cerebri. Di antara

crista galli dan crista ossis frontalis terdapat apertura kecil, yaitu foramen cecum, untuk

tempat lewatnya vena kecil dari mucosa hidung menuju ke sinus sagittalis superior.

Sepanjang crista galli terdapat celah sempit pada lamina cribriformis untuk tempat

lewatnya n.ethmoidalis anterior menuju ke cavum nasi. Permukaan atas lamina

cribriformis menyokong bulbus olfactorius, dan lubang-lubang halus pada lamina

cribrosa dilalui oleh n.olfactorius.

2) Fossa Cranii Media

Page 10: Skenarioo B Blok 27 FERRY

Fossa cranii media terdiri dari bagian medial yang sempit dan bagian lateral yang

lebar. Bagian medial yang agak tinggi dibentuk oleh corpus ossis sphenoidalis, dan

bagian lateral yang luas membentuk cekungan di kanan dan kiri, yang menampung lobus

temporalis cerebri. Di anterior dibatasi oleh ala minor ossis sphenoidalis dan di posterior

oleh batas atas pars petrosa ossis temporalis. Di lateral terletak pars squamosa ossis

temporalis, ala major ossis sphenoidalis dan os parietale. Dasar dari masing-masing

bagian lateral fossa cranii media dibentuk leh ala major ossis sphenoidalis dan pars

squamosa dan petrosa ossis temporalis.

Os sphenoidale mirip kelelawar dengan corpus terletak di bagian tengah dan ala

major dan minor terbentang kanan dan kiri. Corpus ossis sphenoidalis berisi sinus

sphenoidalis yang berisi udara, yang dibatasi oleh membrana mucosa dan berhubungan

dengan rongga hidung. Sinus ini berfungsi sebagai resonator suara. Di anterior, canalis

opticus dilalui oleh n.opticus dan a.ophthalmica, sebuah cabang dari a.carotis interna,

menuju orbita. Fissura orbitalis superior, yang merupakan celah di antara ala major dan

minor ossis sphenoidalis, dilalui oleh n.lacrimalis, n.frontalis, n.trochlearis,

n.oculomotorius, n.nasociliaris, dan n.abducens, bersama dengan v.ophthalmica superior.

Sinus venosus sphenoparietalis berjalan ke medial sepanjang pinggir posterior ala minor

ossis sphenoidalis dan bermuara ke dalam sinus cavernosus.

Foramen rotundum, terletak di belakang ujung medial fissura orbitalis superior,

menembus ala major ossis sphenoidalis dan dilalui oleh n.maxillaris dari ganglion

trigeminus menuju fossa pterygopalatina. Foramen ovale terletak posterolateral terhadap

foramen rotundum dan menembus ala major ossis sphenoidalis dan dilalui oleh radix

sensorik besar dan radix motorik kecil dari n.mandibularis menuju ke fossa

infratemporalis n.petrosus minus juga berjalan melalui foramen ini.

Foramen spinosum yang kecil terletak posterolateral terhadap foramen ovale dan

juga menembus ala major ossis sphenoidalis. Foramen ini dilalui oleh a.meningea media

dari fossa infratemporalis menuju ke cavum cranii. Kemudian arteri berjalan ke depan

dan lateral di dalam alur pada permukaan atas pars squamosa ossis temporalis dan ala

major ossis sphenoidalis. Pembuluh ini berjalan dalam jarak yang pendek, kemudian

terbagi dalam ramus anterior dan posterior. Ramus anterior berjalan ke depan dan atas, ke

angulus anteroinferior ossis temporalis. Di sini, arteri membuat saluran yang pendek dan

dalam, kemudian berjalan ke belakang dan atas pada os parietale. Pada tempat ini, arteri

paling mudah cedera akibat pukulan pada kepala. Ramus posterior berjalan ke belakang

dan atas, melintasi pars squamosa ossis temporalis untuk sampai os parietale.

Page 11: Skenarioo B Blok 27 FERRY

Foramen laserum besar dan iregular terletak antara apeks pars petrosa osis

temporalis dan os sphenoidale. Muara inferior foramen laserum terisi kartilago dan

jaringan fibrosa, dan hanya sedikit pembuluh darah melalui jaringan tersebut dari rongga

tengkorak ke leher. Canalis caroticus bermuara pada sisi foramen lacerum di atas muara

inferior yang tertutup. A.carotis interna masuk ke foramen dari canalis ini dan segera

melengkung ke atas untuk sampai pada sisi corpus ossis sphenoidalis. Di sini, arteri ini

membelok ke depan dalam sinus cavernosus untuk mencapai daerah processus clinoideus

anterior. Pada tempat ini, a.carotis interna membelok vertikal ke atas, medial terhadap

processus clinoideus anterior, dan muncul dari sinus cavernosus.

Lateral terhadap foramen lacerum terdapat lekukan pada apeks pars petrosa ossis

temporalis untuk ganglion temporalis. Pada permukaan anterior os petrosus terdapat dua

alur saraf, alur medial yang lebih besar untuk n.petrosus major, sebuah cabang

n.facialis, dan alur lateral yang lebih kecil untuk n.petrosus minor, sebuah cabang dari

plexus tymphanicus. N. petrosus major ke dalam foramen lacerum dibawah ganglion

trigeminus dan bergabung dengan n.petrosus profundus (serabut symphatis dari sekitar

a.carotis interna), untuk membentuk n.canalis pterygoidei. N. petrosus minor berjalan ke

depan ke foramen ovale.

N.abducens melengkung tajam ke depan, melintasi apeks os petrosus, medial

terhadap ganglion trigeminus. Di sini, saraf ini meninggalkan fossa cranii posterior dan

masuk ke dalam sinus cavernosus. Eminentia arcuata adalah penonjolan bulat yang

terdapat pada permukaan anterior os petrosus dan ditimbulkan oleh canalis

semicircularis superior yang terletak di bawahnya. Tegmen tympani adalah lempeng

tipis tulang, yang merupakan penonjolan ke depan pars petrosa ossis temporalis dan

terletak berdampingan dengan pars squamosa tulang ini. Dari belakang ke depan,

lempeng ini membentuk atap antrum mastoideum, cavum tympani dan tuba auditiva.

Lempeng tipis tulang ini merupakan satu-satunya penyekat utama penyebaran infeksi dari

dalam cavum tympani ke lobus temporalis cerebri.

Bagian medial fossa cranii media dibentuk oleh corpus ossis sphenoidalis. Di

depan terdapat sulcus chiasmatis, yang berhubungan dengan chiasma opticum dan

berhubungan ke lateral dengan canalis opticus. Posterior terhadap sulcus terdapat

peninggian, disebut tuberculum sellae. Di belakang peninggian ini terdapat cekungan

dalam, yaitu sella turcica, yang merupakan tempat glandula hypophisis. Sella turcica

dibatasi di posterior oleh lempeng tulang bersegi empat yang disebut dorsum sellae.

Angulus superior dorsum sellae mempunyai dua tuberculum disebut processus

Page 12: Skenarioo B Blok 27 FERRY

clinoideus posterior, yang menjadi tempat perlekatan dari pinggir tetap tentorium

cerebelli.

3) Fossa Cranii Posterior

Fossa cranii posterior dalam dan menampung bagian otak belakang, yaitu

cerebellum, pons dan medulla oblongata. Di anterior fossa dibatasi oleh pinggir superior

pars petrosa ossis temporalis dan di posterior dibatasi oleh permukaan dalam pars

squamosa ossis occipitalis. Dasar fossa cranii posterior dibentuk oleh pars basillaris,

condylaris, dan squamosa ossis occipitalis dan pars mastoideus ossis temporalis. Atap

fossa dibentuk oleh lipatan dura, tentorium cerebelli, yang terletak di antara cerebellum

di sebelah bawah dan lobus occipitalis cerebri di sebelah atas.

Foramen magnum menempati daerah pusat dari dasar fossa dan dilalui oleh

medulla oblongata dengan meningen yang meliputinya, pars spinalis ascendens

n.accessories, dan kedua a.vertebralis. Canalis hypoglossi terletak di atas pinggir

anterolateral foramen magnum dan dilalui oleh n.hypoglossus. Foramen jugularis

terletak di antara pinggir bawah pars petrosa ossis temporalis dan pars condylaris ossis

occipitalis. Foramen ini dilalui oleh struktur berikut ini dari depan ke belakang : sinus

petrosus inferior, n.IX, n.X dan n.XI, dan sinus sigmoideus yang besar. Sinus petrosus

inferior berjalan turun di dalam alur pada pinggir bawah pars petrosa ossis temporalis

untuk mencapai foramen. Sinus sigmoideus berbelok ke bawah melalui foramen dan

berlanjut sebagai v.jugularis interna.

Meatus acusticus internus menembus permukaan superior pars petrosa ossis

temporalis. Lubang ini dilalui oleh n.verstibulocochlearis dan radix motorik dan senorik

n.facialis. Crista occipitalis interna berjalan ke atas di garis tengah, posterior terhadap

foramen magnum, menuju ke protuberantia occipitalis interna. Pada crista ini melekat

falx cerebelli yang kecil, yang menutupi sinus occipitalis.

Kanan dan kiri dari protuberantia occipitalis interna terdapat alur lebar untuk sinus

transversus. Alur ini terbentang di kedua sisi, pada permukaan dalam os occipitale,

sampai ke angulus inferior atau sudut os parietale. Kemudian alur berlanjut ke pars

mastoideus ossis temporalis, dan di sini sinus transversus berlanjut sebagai sinus

sigmoideus. Sinus petrosus superior berjalan ke belakang sepanjang pinggir atas os

petrosus di dalam sebuah alur sempit dan bermuara ke dalam sinus sigmoideus. Sewaktu

berjalan turun ke foramen jugulare, sinus sigmoideus membuat alur yang dalam pada

bagian belakang os petrosus dan pars mastoideus ossis temporalis. Di sini, sinus

sigmoideus terletak tepat posterior terhadap antrum amstoideum.

Page 13: Skenarioo B Blok 27 FERRY

3. Meningen

Selaput meningen menutupi seluruh permukaan otak dan terdiri dari 3 lapisan

yaitu : duramater, araknoid dan piamater.

Duramater adalah selaput yang keras, terdiri atas jaringan ikat fibrosa yang

melekat erat pada permukaan dalam dari kranium. Karena tidak melekat pada selaput

araknoid di bawahnya, maka terdapat suatu ruang potensial (ruang subdural) yang

terletak antara duramater dan araknoid, dimana sering dijumpai perdarahan subdural.

Pada cedera otak, pembuluh-pembuluh vena yang berjalan pada permukaan otak

menuju sinus sagitalis superior di garis tengah atau disebut Bridging Veins, dapat

mengalami robekan dan menyebabkan perdarahan subdural. Sinus sagitalis superior

mengalirkan darah vena ke sinus transversus dan sinus sigmoideus. Laserasi dari sinus-

sinus ini dapat mengakibatkan perdarahan hebat. Arteri-arteri meningea terletak antara

duramater dan permukaan dalam dari kranium (ruang epidural). Adanya fraktur dari

tulang kepala dapat menyebabkan laserasi pada arteri-arteri ini dan dapat menyebabkan

perdarahan epidural. Yang paling sering mengalami cedera adalah arteri meningea media

yang terletak pada fosa temporalis (fosa media).

Dibawah duramater terdapat lapisan kedua dari meningen, yang tipis dan tembus

pandang disebut lapisan araknoid. Lapisan ketiga adalah piamater yang melekat erat

permukaan korteks serebri. Cairan serebrospinal bersirkulasi dalam ruang sub araknoid.

4. Otak

Otak manusia terdiri dari serebrum, serebelum, dan batang otak. Serebrum terdiri

atas hemisfer kanan dan kiri yang dipisahkan oleh falks serebri yaitu lipatan duramater

dari sisi inferior sinus sagitalis superior. Pada hemisfer serebri kiri terdapat pusat bicara

manusia. Hemisfer otak yang mengandung pusat bicara sering disebut sebagai hemisfer

dominan.

Lobus frontal berkaitan dengan fungsi emosi, fiungsi motorik, dan pada sisi

dominan mengandung pusat ekspresi bicara. Lobus parietal berhubungan dengan fungsi

sensorik dan orientasi ruang. Lobus temporal mengatur fungsi memori. Lobus oksipital

bertanggung jawab dalam proses penglihatan. Batang otak terdiri dari mesensefalon (mid

brain), pons, dan medula oblongata. Mesensefalon dan pons bagian atas berisi sistem

aktivasi retikular yang berfungsi dalam kesadaran dan kewaspadaan. Pada medula

oblongata terdapat pusat kardiorespiratorik, yang terus memanjang sampai medulla

spinalis dibawahnya. Lesi yang kecil saja pada batang otak sudah dapat menyebabkan

defisit neurologis yang berat. Serebelum bertanggung jawab dalam fungsi koordinasi dan

Page 14: Skenarioo B Blok 27 FERRY

keseimbangan, terletak dalam fosa posterior, berhubungan dengan medula spinalis,

batang otak, dan juga kedua hemisfer serebri.

5. Cairan serebrospinal

Cairan serebrospinal (CSS) dihasilkan oleh pleksus khoroideus dengan

kecepatan produksi sebanyak 20 ml/jam. CSS mengalir dari ventrikel lateral melalui

foramen monro menuju ventrikel III kemudian melalui aquaductus sylvii menuju

ventrikel IV. Selanjutnya CSS keluar dari sistem ventrikel dan masuk ke dalam ruang

subaraknoid yang berada di seluruh permukaan otak dan medula spinalis. CSS akan

direabsorbsi ke dalam sirkulasi vena melalui vili araknoid.

6. Tentorium

Tentorium serebelli membagi rongga tengkorak menjadi ruang supra tentorial

(terdiri atas fossa kranii anterior dan fossa kranii media) dan ruang infratentorial (berisi

fosa kranii posterior).

Cedera kepala (bella, puput, kardiyus, ferdy)

Visum et repertum (tafdhil, amel, bellin)

Initial assesment (syahid, raven, puti, kiky)