BLOK 27 NEW

22
Kelainan Kromosom Trisomi 21 (Sindrom Down) Shynthia 102010147/ F1 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jalan Terusan Arjuna no. 6 Jakarta 11510 Email : [email protected] Pendahuluan Kelainan kormosom dapat timbul de novo selama gametogenesis sehingga seorang individu dapat dikonsepsi dengan kelainan kromosom walaupun tidak ada riwayat keluarga sebelumnya. Kelainan kromosom dan penyusunan kembali kromosom bisa juga terdapat pada orang tua dan diturunkan kepada anaknya. Terkadang kelainan kromosom dikaitkan dengan riwayat aborsi spontan multipel atau frekuensi melahirkan anak dengan kelainan kromosom yang lebih tinggi daripada biasanya dalam keluarga. Sel-sel aneuploidi memiliki komplemen kromosom yang tidak lengkap atau tidak seimbang akibat kekurangan atau kelebihan kromosom individual. Sebuah sel yang kekurangan satu kromosom dari komplemen diploid disebut monosomi (46 - 1). Sel trisomi memiliki komplemen kromosom yang lengkap ditambah dengan sebuah kromosom tambahan (46 + 1). Sindrom Down yang 1

description

abcd

Transcript of BLOK 27 NEW

Kelainan Kromosom Trisomi 21 (Sindrom Down)Shynthia102010147/ F1Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaJalan Terusan Arjuna no. 6Jakarta 11510Email : [email protected]

Pendahuluan Kelainan kormosom dapat timbul de novo selama gametogenesis sehingga seorang individu dapat dikonsepsi dengan kelainan kromosom walaupun tidak ada riwayat keluarga sebelumnya. Kelainan kromosom dan penyusunan kembali kromosom bisa juga terdapat pada orang tua dan diturunkan kepada anaknya. Terkadang kelainan kromosom dikaitkan dengan riwayat aborsi spontan multipel atau frekuensi melahirkan anak dengan kelainan kromosom yang lebih tinggi daripada biasanya dalam keluarga. Sel-sel aneuploidi memiliki komplemen kromosom yang tidak lengkap atau tidak seimbang akibat kekurangan atau kelebihan kromosom individual. Sebuah sel yang kekurangan satu kromosom dari komplemen diploid disebut monosomi (46 - 1). Sel trisomi memiliki komplemen kromosom yang lengkap ditambah dengan sebuah kromosom tambahan (46 + 1). Sindrom Down yang merupakan suatu bentuk trisomi 21, menggambarkan prinsip dari aneuploidi.Sekitar 95% kasus sindrom down terjadi akibat non-disjunction dari kromosom 21 ibu, yaitu 75% pada meiosis I dan 25% pada meiosis II. Usia ibu memperlihatkan pengaruh kuat pada insiden sindrom down.

AnamnesisPenyelidikan pada kemungkinan penderita kelainan genetik dimulai dengan riwayat keluarga. Langkah pertama untuk memperoleh informasi tertentu pada orang yang menderita secara klinis sehingga menarik perhatian keluarga dan pada tiap-tiap keluarga tingkat pertama (misalnya orang tua, saudara kandung, dan keturunan dari penderita.1Langkah kedua adalah menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menyelidiki keluarga akan adanya penyakit atau cacat. 11. Apakah ada keluarga yang mempunyai trait identik atau yang mirip?2. Adakah keluarga yang menderita trait yang diketahui ditentukan secara genetik?3. Tanyakan usia ibu saat mengandung anak tersebut?4. Tanyakan apakah ada gangguan saat mengandung seperti terkena penyakit atau menggunakan obat tertentu?5. Adakah konsanguitas dalam keluarga?6. Apakah asal etnik keluarga?PemeriksaanPemeriksaan FisikInspeksiPada berbagai keadaan, pencatatan aspek-aspek ukuran tubuh anak merupakan hal yang penting dilakukan. Berat dan tinggi atau panjang badan harus diukur secara tepat . lingkar kepala dan kadang-kadang tebal lipatan kulit mungkin juga perlu diukur pada keadaan tertentu. Kesadaran dan perilaku anak secara umum dicatat. Lalu lakukan observasi pada anak, apalah bentuk kepala, bentuk telinga, posisi mata, proporsi tubuh atau posturnya yang tidak biasa? Apakah anak tersebut tampak seperti orangtuanya? Apakah anak tersebut mempunyai kelainan mayor atau minor yang dapat dikenali? Kemudian dilakukan penilaian terhadap ukuran tubuh secara keseluruhan, proporsi tubuhnya, dan status gizinya. Sifat dan distribusi setiap ruam atau kelainan kulit harus dicatat. Harus diperhatikan apakah anak dapat melihat? Anak dapat mendengar? Apakah anak dapat menggerakan mata dan kepalanya ke semua arah dengan baik? Apakah anak dapat menggunakan semua ekstremitasnya? Apakah gerakannya normal? apakah kekuatan otot kontur dan posisi sama ekstremitasnya normal? Apakah kekuatan otot-ototnya baik? Saat memegang bayi catatlah tonus otot pada pergerakan pasif. Apakah ada keterbatasan pada sendi tertentu? Apakah sendi terlalu lentur dan dapat hiperekstensi? Selanjutnya pemeriksaan dilakukan pada sistem organ yang menjadi sumber keluhannya. Gangguan pernapasan seringkali mudah terlihat. Perhatikan pergerakan diafragma dan dinding dada pada pernapasan normal, serta pengaruh usaha napas yang lebih kuat yang ditunjukkan anak. 2PalpasiLakukanlah palpasi fontanel anterior pada bayi. Fontanel biasanya menutup pada pertengahan tahun kedua. Perhatikanlah apakah fontanel berdenyut seperti biasanya. Anda dapat menghitung frekuensi denyut jantung berdasarkan frekuensi denyut fontanel.Lakukan observasi abdomen sebelum melakukan palpasi pada abdomen. Carilah adanya pembengkakan atau gerakan. Lalu tanyakan apabila adanya nyeri tekan. Setelah palpasi pada keempat kuadran abdomen, tentukanlah secara sistematis letak dan ukuran hati, limpa, ginjal, dan kandung kemih. Jika sebuah organ mengalami pembesaran, anda perlu mencatat letaknya, ukurannya, permukaan, tekstur, tepinya dan adakah nyeri pada organ tersebut. 2PerkusiPerkusi dinding dada anterior dilakukan untuk menentukan ukuran jantung, lokasi dan karakteristik denyut apeks.AuskultasiInterpretasi suara napas utama dan suara napas tambahan mungkin sulit pada bayi yang sangat kecil. Suara gemercik halus pada saat inspirasi (krepitasi) mungkin terdengar pada asukultasi yang diteliti pada bayi normal. Pemeriksaan sistem kardiovascular dimulai dengan pencatatan frekuensi irama, kekuatan. Kemudian dengarkanlah bunyi jantung pertama lalu bunyi jantung kedua, bunyi diantara keduanya dan bising (murmur) diantara bunyi jantung. Untuk setiap bising, anda diharapkan tahu mengenai saat terjadinya, jenis, kekerasan, lokasi dan penjalaran. Periksalah apakah bising tersebut menjalar ke leher. 2

Pemeriksaan PenunjangUji GenetikAnalisis SitogenikSetiap jaringan yang mengandung sel yang membelah atau sel yang dapat dirangsang untuk membelah, dapat digunakan untuk analisis sitogenik. Sel-sel yang membelah dihentikan pada metafase dan kromosom-kromosomnya diwarnai untuk meperlihatkan pita terang dan gelap. Teknik yang paling banyak digunakan adalah pulasan Giemsa, yang menghasilkan pita G. Pola pita khas setiap kromosom membantu identifikasinya serta deteksi segmen-segmen yang terdelesi, terduplikasi, atau tertata-ulang. Karena hanya sel yang sedang membelah yang dapat dievaluasi maka kecepatan memperoleh hasil berkorelasi dengan kecepatan sel tumbuh dalam biakan. 3 Sekitar 92% anak yang mengalami sindrom Down mempunyai trisomi 21 tambahan terdapat pada semua sel tubuh sehingga jumlah total kromosm 47. 4Fluorescence in Situ Hybridization (FISH)Prosedur ini merupakan metode tercepat untuk menentukan perubahan jumlah kromosom-kromosom tertentu dan memastikan ada tidaknya gen atau sekuens DNA spesifik. FISH terutama bermanfaat untuk identifikasi cepat aneuploidi spesifik yang mungkin mengubah penatalaksaan klinis. Aplikasi pranatal tersering dari FISH adalah untuk melacak kromosom 21, 18, 13, X, Y. Juga tersedia pelacak untuk membantu mencari sejumlah sindrom mikrodelesi. 3

Working DiagnosisSindrom Down (Trisomi 21)Trisomi 21 adalah kelainan autosomal kromosom yang tersering pada manusia. Trisomi 21 terjadi pada semua kelompok ras. Bayi yang dilahirkan dengan trisomi 21 adalah yang dapat bertahan terhadap embriogenesis dan perkembangan janin.4 Sekitar 95% kasus sindrom down terjadi akibat non-disjunction dari kromosom 21 ibu, yaitu 75% pada meiosis I dan 25% pada meiosis II. Sisanya 5% kasus sindrom Down disebabkan oleh mosaikisme atau suatu translokasi. Bayi-bayi ini memiliki lipatan epicantus dengan fisura palppebra up-slanting, jembatan hidung datar, kepala kecil dengan oksiput mendatar, dan hipotonia yang nyata disertai menonjolnya lidah. Sering dijumpai kulit yang longgar di tengkuk, serta jari tangan pendek, garis telapak tangan tunggal, hipoplasia falang tengah jari kelima dan sela yang lebar sandal-toe-gap antara jari kaki pertama dan kedua. Kelainan mayor terkait yang dapat terlihat dengan pemeriksaan sonografik mencakup anomali jantung, terutama defek bantalan endokardium, dan anomalo saluran cerna misalnya atresia duodenum. Anak dengan sindrom down memperlihatkan peningkatan insiden leukemia dan penyakit tiroid. Intelligence quotient (IQ) mereka berkisar 25-50.3Different DiagnosisHipotiroidHipotiroid merupakan suatu penyakit dengan kadar hormon tiroid di sirkulasi rendah baik dalam bentuk T4 maupun T3. Penyebab hipotiroidisme kongenital dapat sporadis, atau familial, gondok atau non-gondok. Pada banyak kasus, defisiensi hormon tiroid berat dan gejala-gejala berkembang pada umur beberapa minggu awal. Etiologi dari hipotiroidisme kongenital adalah Disgenesis Tiroid. Defek perkembagan (disgenesis tiroid) merupakan 90% dari bayi yang terdeteksi hipotiroidisme. Kebanyakan bayi dengan hipotiroidisme kongenital pada saat lahir tidak bergejala walaupun ada agenesis total kelenjar tiroid. Situasi ini dianggap berasal dari perpindahan transplasenta sejumlah sedang tiroksin ibu, yang memberikan kadar janin 25-50% normal pada saat lahir. Antibodi penyekat-reseptor trotropin (Thyrothropin Reseptor BlockingAntibody (TRAB)). Penyebab hipotiroid kongenital ini adalah antibody ibu yang lewat secara transplasenta yang menghambat pengikatan TSH pada reseptornya pada neonatus. Pada keadaan ini, kadar TRAb ibu harus diukur selama kehamilan. Sintesis tiroksin yang kurang sempurna. Berbagai defek pada biosintesis hormon tiroid dapr mengakibatkan hipotiroid kongenital. Defek ini ditentukan secara genetik dan dipindahkan dengan cara autosom resesif. Defek pengakutan yodium. Ini adala defek yang jarang. Mekanisme tergantung-energi untuk mengkonsentrasikan yodium adalah kurang sempurna pada tiroid dan kelenjar ludahnya. Defek sintesis tiroglobulin . Kelompok kelainan yang heterogen ini ditandai dengan gondok. Kadar TSH meningkat dan T4 yang rendah, dan kadar tiroglobulin yang rendah atau tidak ada. Defek tirotropin. Defisiensi TSH dan hipotiroidisme dapat terjadi pada keadaan apapun yang terkait dengan defek perkembangan kelenjar pituitaria atau hipotalamus. Defisiensi TSH akibat defisiensi hormon pelepas tirotropin (thyrotropin-releasing hormone). Manifestasi klinis dari penyakit hipotiroidisme kongenital adalah klinis semakin menjadi tergantung pada uji skrining neonatus untuk diagnosis hipotiroidisme kongenital. Hipotiroidisme kongenital dua kali lebih banyak pada anak perempuan daripada anak laki-laki. Sebelum program skrining neonatus, hipotiroidisme kongenital jarang dikenali pada bayi baru lahir karena tanda-tanda dan gejala-gejalanya biasanya tidak cukup berkembang. Berat badan dan panjang lahir normal, tetapi ukuran kepala agak sedikit meningkat karena mixedema otak. Ikterus fisiologis yang berkepanjangan, yang disebabkan maturasi konyugasi glukuronid yang terlambat mungkin merupakan tanda paling awal. Kesulitan memberi makan, terutama kelambanan, kurang minat, mengantuk dan serangan tersedak selama menyusui, sering muncul selama umur bulan pertama. Kesulitan pernapasan, sebagian karena lidah yang besar, termasuk episode apnea, pernapasan berisik dan hidung tersumbat. Sindrom distres pernapasan khas juga dapat terjadi. Bayi yang terkena sedikit menangis, banya tidur, tidak selera makan, dan biasanya lamban. Perut membesar, hernia umbilikalis dan konstipasi yang biasanya tidak berespon terhadap pengobatan. Suhu badan subnormal, sering dibawah 35oC, dan kulit, terutama tungkai, mungkin dingin. Edema genital dan tungkai mungkin ada. Nadi lambat, bising jantung, kardiomegali dan efusi perikardium tidak bergejala adalah biasa. Anemia sering ada dan refrater terhadap pengobatan dengan hematinik. Manifestasi ini berkembang; retardasi perkembangan fisik dan mental menjadi lebih besar selama bulan-bulan berikutnya dan pada usia 3-6 bulan, gambaran klinis berkembang sepenuhnya. Pertumbuhan anak tersendat, tungkai pendek, dan ukuran kepala yang bahkan meningkat. Fontanella anterior dan posterior terbuka lebar; pengamatan tanda ini pada saat lahir dapat berperan sebgai edoman awal untuk mengenali awal hipotiroidisme kongenital. Matamya nampak terpisah lebar, dan jematan hidung yang lebar dan cekung. Fissura palpebral sempit dan kelopak mata membengkak. Mulut terbuka dan lidah yang tebal serta lebar terjulur keluar. Tumbuh gigi tehambat. Leher pendek dan tebal dan ada endapan lemak di atas klavikula dan diantara leher serta bahu. Kulit bersisik dan sedikit berkeringat. Miksedema nampak, terutama pada kulit kelopak mata, punggung tangan dan genitalia eksterna. Perkembangannya biasanya terlambat. Bayi hipotiroid tampak lesu dan lamban dalam belajar duduk dan berdiri. Suaranya serak dan bayi ini tidak belajar berbicara. Tingakt retardasi fisik dan mental meningkat sejalan dengan usianya. Maturasi seksual dapat terlambat atau tidak terjadi sama sekali. Otot biasanya hipotonik, tetapi pada keadaan yang jarang terjadi hipertrofi otot menyeluruh.

Gambar 1. Anak dengan hipotiroid kongenital 5Pemeriksaan untuk menunjang diagnosis adalah dengan mengukur kadar T4 dan TSH. Kadar T4 serum rendah dan kadar T3 dapat normal dan tidak bermanfaat pada diagnosis. Jika defeknya terutama pada tiroid, kadar TSH meningkat, sering diatas 100 U/mL. Kadar prolaktin serum meningkat, berkorelasi dengan kadar TSH serum. Retardasi perkembangan tulang dapat ditunjukan dengan rontgenografi pada saat lahir sekitar 60%, misalnya epifisis femoris distal yang normalnya ada saat lahir, seringkali tidak ada. Terapi. Natrium L-tiroksin yang diberikan secara oral merupakan pengobatan pilihan. Anak dengan hipotiroid memerlukan 4 g/kg/ 24 jam. 5Sindrom Beckwith-wiedemannBeckwith-Wiedemann syndrome (BWS) adalah kelainan pencetakan gen yang dihasil dari mutasi dan epimutasi yang mempengaruhi gen di kromosom 11p 15.5. Manifestasi klinis dari BWS adalah pertumbuhan berlebih pre or postnatal dan defek dinding abdominal anterior (umblical hernia atau exomphalos).6 Pertumbuhan abnormal juga bermanifestasi pada hemihiperplasia dan atau makroglossy yang akan membuat kesulitan saat makan, berbicara dan sleep apnea. Wajah yang mudah dikenali termasuk mata yang mennjol dengan penebalan infraorbita, facial nevus flammeus, hipoplasi setengah wajah, makroglosi, cuping telinga anterior yang menebal dan lubang helical posterior. Perkembangan biasanya normal kecuali ada duplikasi kromosom 11p 15.5 atau komplikasi serius perinatal, termasuk prematur dan hipoglikemia tidak terkontrol. Penderita BWS meningkatkan frekuensi malformasi dan komplikasi medis, termasuk defek dinding abdomen (omphalocele, hernia umbilicalis, diastasis recti); viseromegali termasuk tunggal atau kombinasi organ : hati, lien, pankreas, ginjal dan adrenal. Fetal adrenocortical sitomegali merupakan patognomonik untuk BWS. Unilateral atau bilateral anomali ginjal mungkin termasuk malformasi primer, displasia medular ginjal, nefrokalsinosis, dan nefrolithiasis. Malformasi jantung ditemukan di 20% anak dengan BWS. Perhatian khusus untuk anak dengan BWS adalah predisposisi untuk embryonal malignan. Hampir semua tumor terjadi pada awal 8-10 tahun dari hidup dengan banyak laporan juga terjadi sebelum usia tersebut. Yang paling sering adalah Wilms tumor dan hepatoblastoma, tumor embrional lain termasuk rhabdomiosarcoma, adrenocortical carcinoma, dan neuroblastoma. Diagnosis bisa dipertimbangkan pada anak yang menunjukkan hemihiperplasi dan nevus flammeus atau mungkin lipatan telinga, juga kejadian yang parah seperti kematian intrauterin, neonatal dan pediatric . kematian bisa terjadi sebgai komplikasi yang timbul dari hipoglikemi, prematur, kardiomiopati, makroglosi, dan tumor.

Gambar 2. Omphalocele7Diagnosis ditegakkan dengan 3 kriteria mayor atau 2 kriteria mayor dan 1 kroteria minor. Tabel 1. Temuan mayor dan minor pada BWS 7

Mayor: Defek dinding abdominal: omphalocele (exomphalos) atau hernia umbilicalis Makroglosi Makrosmia Penebalan cuping telinga anterior dan atau lubang posterior helix (bilateral atau unilateral) Viseromegali dari intra abdominal organ ; contohnya hepar, ginjal, lien, pankreas, dan kelenjar adrenal Tumor embrional pada masa kecil Hemihyperplasia Sitomegali dan cortex adrenal fetus, biasanya difus dan bilateral Abnormal ginjal, termasuk displasia medular dan perkembangan selanjutnya dari medulary sponge kidney (MSK) Riwayat keturunan BWS Sumbing

Minor : Kehamilan berkaitan dengan polihidroamnion, dan pelebaran placenta dan atau penebalan tali pusat, kelahiran prematur Hipoglikemi neonatus Nevus flammeus Kardiomegali/kelainan struktural jantung/kardiomiopati Muka yang khas Diastasi recti

Pengobatan dari pasien BWS melibatkan pengobatan suportif dan strategi pembedahan untuk memperbaiki omphaloccele. Jika ada temuan prenatal BWS, skrining untuk hipoglikemi harus dilakukan pada hari pertama kehidupan. 7Etiologi dan PatofisiologiSindrom down adalah gangguan kromosm yang paling sering ditemukan, sekitar 95% orang yang terkena memiliki trisomi 21 sehingga jumlah kromosom mereka adalah 47. Penyebab tersering trisomi 21 adalah non-disjunction meiotik. Orang tua anak ini memiliki kariotipe normal dan normal dalam semua aspek. Usia ibu memperlihatkan pengaruh kuat pada insiden sindrom down. Kelainan ini terjadi pada 1 dari 1550 kelahiran hidup pada perempuan berusia kurang dari 20 tahun, berbeda dengan 1 dari 25 kelahiran hidup pada perempuan berusia lebih dari 45 tahun. Korelasi dengan usia ibu mengisyaratkan bahwa pada sebagian besar kasus non-disjunction meiotik pada kromosom 21 terjadi di ovum. Memang, pada 95% kasus kromosom tambahan berasal dari ibu. 4% dari semua pasien trisomi 21, bahan kromosom tambahan terdapat bukan sebagai kromosom tambahan, tetapi sebagai translokasi lengan panjang kromosom 21 ke kromosom 22 atau 14. Kasus tersebut biasanya familial, dan kromosom yang mengalami translokasi diwarisi dari salah satu orang tua, yang umumnya adalah pembawa sifat translokasi robertsonian. Sekitar 1% pasien trisomi 21 bersifat mosaik biasanya memiliki campuran sel dengan kromosom 46 dan 47. Hal ini terjadi akibat nondisjunction mitotik kromosom 21 pada tahap awal embriogenesis. Gejala pada kasus semacam ini bervariasi dan lebih ringan bergantung pada proporsi sel yang abnormal.8Proses pembelahan secara meiosis adalah proses yang kompleks dan mudah terjadi kesalahan. Proses pembelahan ini tidak selalu berjalan dengan normal. Banyak kecelakaan yang terjadi yang mempengaruhi fungsi normal dari benang spindel dan mengganggu perpindahan yang seharusnya pada satu atau lebih kromosom. Selama pembelahan meiosis I, pasangan homolog dari kromosom dapat gagal berpisah satu sama lain. Kegagalan ini, yang disebut gagal pisah (nondisjunction), dapat berujung pada sel gamet yang mengandung sepasang kromosom dari salah satu orang tuanya, bukan satu buah kromosom homolog. Dengan kata lain, gagal pisah dari kromosom 21 selama masa oogenesis menghasilkan sebuah sel telur yang memiliki dua salinan dari kromosom 21. Pembuahan oleh sperma yang normal memberi kesempatan berkembangnya seseorang dengan trisomi 21.9Perhatikan bahwa kejadian gagal pisah dari satu pasang kromosom pada fase meiosis I menghasilkan dua jenis sel yang seimbang pembagiannya, satu sel mengandung kedua bagian kromosom sedangkan yang lain tidak memiliki kromosom tersebut. Pada meiosis normal gamet yang terbentuk pada akhir meiosis II mengandung sebuah bagian homolog tunggal dari tiap kromosom dan pembuahan membuat zigot kembali ke keadaan diploid dengan adanya pasangan kromosom yang homolog. Jika sperma normal membuahi sel telur yang tidak mendapat kromosom hasilnya ialah monosomi. Secara teori, monosomi autosomal harus sama banyaknya dengan trisomi autosomal. Namun, monosomi, ketika terjadi pada autosom, pada umumnya tidak cocok untuk hidup. Faktanya, bayi yang dapat bertahan hingga lahir dalam keadaan di mana satu autosomnya benar-benar tidak ada hanya dapat hidup untuk waktu yang singkat. Sebaliknya, seseorang dapat bertahan dengan satu kromosom X yang hilang; keadaan ini, 45 X, dikenal sebagai Sindrom Turner. Sebenarnya, dari semua kelainan yang melibatkan hilang atau bertambahnya kromosom, kelainan yang berhubungan dengan kromosom seks tampaknya memperlihatkan kelangsungan hidup yang lebih besar selama beberapa hari atau bulan di awal kehidupan.9Gagal pisah pada proses meiosis dapat terjadi baik selama pembelahan meiosis I maupun II. Jika gagal pisah (nondisjunction) terjadi pada spermatosit primer selama meiosis I, maka semua sperma yang terbentuk dari spermatosit tersebut akan menjadi tidak normal dan zigot akan memiliki komplemen kromosom aberrant. Jika gagal pisah terjadi pada spermatosit sekunder yang mengalami meiosis II, hanya dua dari empat sperma yang terbentuk yang akan menjadi abnormal dan dua sperma lainnya akan menjadi euploid yang normal.9Kromosom 21 tambahan mempengaruhi hampir setiap sistem organ dan berdampak pada konsekuensi fenotipe yang mencakup banyak hal. Hal ini mencakup komplikasi-komplikasi yang mengancam nyawa, gangguan secara klinis yang signifikan terhadap kehidupan sehari-hari (misalnya, retardasi mental), dan tampilan fisik yang abnormal. Sindrom Down menurunkan kelangsungan hidup prenatal dan meningkatkan kejadian sakit baik pada sebelum maupun sesudah lahir. Anak-anak yang menderita sindrom ini memiliki keterlambatan dalam pertumbuhan fisiknya, pematangan, perkembangan tulang, dan pertumbuhan gigi.10Manifestasi KlinisBayi yang dilahirkan dengan trisomi 21 adalah yang dapat bertahan terhadap embriogenesis dan perkembangan janin. Tidak ada perbedaan klinis antara anak dengan trisomi translokasi dan mereka yang dengan trisomi sederhana. Pada anak dengan mosaikisme, dampak klinis trisomi bergantung pada lokasi dan persentase sel dengan kromosom normal. pada banyak keadaan mosaikisme, sel normal mewakili klon minor yang tidak secara bermakna mengubah manifestasi klinis. 4Yang cukup khas pada sindrom down adalah kombinasi lipatan epikantus dan profil wajah yang rata. Trisomi 21 adalah penyebab retardasi mental. Derajat retardasi mental cukup berat; IQ bervariasi dari 25-50. Malformasi kongenital sering ditemukan kendala yang cukup berat. 40% pasien trisomi 21 mengidap malformasi jantung, yang merupakan penyebab utama kematian pada usia anak-anak dini. Infeksi serius adalah penyulit penting lainnya penyebab morbiditas dan moralitas. Ketidakseimbangan kromosom, melalui suatu cara yang belum diketahui, juga meningkatkan resiko pasien terjangkit leukemia akut, terutama mengakariosit akut. 8Manifestasi kraniofasial termasuk bagian tengah wajah kecil dengan hidung mendongak, lipatan epikantus, brakhiosefali, oksiput rata, iris berbintik (bintik Brushfield), dan fisura palpebra miring ke bawah menuju garis tengah. Karena mandibula dan maksila kecil, lidah mungkin menonjol dan palatum tinggi dan sempit. 80% bayi dengan trisomi 21 pada saat lahir hipotonik, tetapi tanda ini akan hilang seiring dengan berjalannya waktu. Gambaran neonatus tambahan termasuk reflex Moro buruk (pada 80% anak yang terkena), hiprfleksibilitas sendi (80%), kelebihan kulit pada bagian belakang leher (80%) dan muka rata. 4

Gambar 3. Anak dengan sindrom down5Penatalaksanaan Penanganan Secara Medis1. Pendengarannya : sekitar 70-80 % anak syndrom down terdapat gangguan pendengaran dilakukan tes pendengaran oleh THT sejak dini.2. Penyakit jantung bawaan 3. Penglihatan : perlu evaluasi sejak dini.4. Nutrisi : akan terjadi gangguan pertumbuhan pada masa bayi / prasekolah.5. Kelainan tulang : dislokasi patela, subluksasio pangkal paha / ketidakstabilan atlantoaksial. Bila keadaan terakhir ini sampai menimbulkan medula spinalis atau bila anak memegang kepalanya dalam posisi seperti tortikolit, maka perlu pemeriksaan radiologis untuk memeriksa spina servikalis dan diperlukan konsultasi neurolugis.11 Pendidikan 1. Intervensi DiniProgram ini dapat dipakai sebagai pedoman bagi orang tua untuk memberi lingkungan yang memadai bagi anak dengan syndrom down, bertujuan untuk latihan motorik kasar dan halus serta petunjuk agar anak mampu berbahasa. Selain itu agar ankak mampu mandiri sperti berpakaian, makan, belajar, BAB/BAK, mandi,yang akan memberi anak kesempatan.112. Taman Bermain Misal dengan peningkatan ketrampilan motorik kasar dan halus melalui C. Pendidikan Khusus (SLB-C). Anak akan mendapat perasaan tentang identitas personal, harga diri dan kesenangan. Selain itu mengasah perkembangan fisik, akademis dan dan kemampuan sosial, bekerja dengan baik dan menjali hubungan baik.11 Penyuluhan Pada Orang Tua.11EpidemiologiTrisomi 21 terjadi pada semua daerah di dunia dan pada semua kelompok ras. Prevalensinya adalah 1 dalam 700 kelahiran hidup, insidensi ini dan aneuploidi kromsom lain meningkat seiring dengan meningkatnya usia ibu; insidensinya 1:2000 pada usia 20 tahun dan 2-5% sesudah usia 40 tahun. Pada banyak konsepsi, trisomi 21 menyebabkan aborsi spontan. Pada kehamilan 20 minggu, janin dengan trisomi 21 hanya mempunyai sedikit temuan-temuan fenotip yang mendukung diagnosis; namun pada bayi cukup bulan, kebanyakan bayi yang terkena mempunyai manifestasi klinis yang memberi kesan diagnosis.4PrognosisAkhir-akhir ini, prognosis umum bagi pengidap sindrom down telah membaik secara bermakna karena keberhasilan pengendalian infeksi. Saat ini, diperkirakan bahwa sekitar 80% dari mereka yang tidak mengidap penyakit jantung bawaan dapat bertahan hingga usia 30 tahun. Prognosis kurang baik bagi mereka yang mengalami malformasi jantung. Sebagian besar dari mereka yang bertahan hidup hingga usia pertengahan kemudian mengalami perubahan histologik, metabolik, dan neurokimia penyakit Alzheimer. Banyak yang mengalami dimensia berat. 8KesimpulanTrisomi 21 adalah kelainan autosomal kromosom yang tersering pada manusia. Trisomi 21 terjadi pada semua kelompok ras. Sekitar 95% kasus sindrom down terjadi akibat non-disjunction dari kromosom 21 ibu, yaitu 75% pada meiosis I dan 25% pada meiosis II. Usia ibu memperlihatkan pengaruh kuat pada insiden sindrom down. Pada banyak konsepsi, trisomi 21 menyebabkan aborsi spontan. Pemeriksaan untuk menegakkan suatu sindrom down dengan pemeriksaan sitogenetik. Prognosis sindrom down kurang baik bagi mereka yang mengalami malformasi jantung.

Daftar Pustaka1. Goldstein JL, Brown SM. Aspek genetik pada penyakit. Dalam : Isselbacher, Braunwald, Wilson, Martin, Fauei, Kaasper. Harrison prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Jakarta: EGC. 1999. H. 3882. Hull D, Johnston DI. Dasar-dasar pediatri. Jakarta : EGC. 2008. H 5-83. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong YS. Obstetri Williams. Jakarta : EGC. 2013. H. 282-984. Berhman RE, Kliegman RM. Esensi pediatri nelson. Jakarta : EGC. 2010. H-155-75. Berhman RE, Kliegman, Arvin AM. Ilmu kesehatan anak nelson. Ed. 15. Jakarta : EGC. 2000. H. 1942-506. Maher ER, Brueton LA, Bowdin SC, Luharia A, Cooper W, Colle TR, et all. Beckwith-Wiedemann syndrome and assisted reproduction technology. J Med Genet. (40). P.62-4. 2003. Diunduh : http://jmg.bmj.com/content/40/1/62.full. 14 September 20137. Weksberg R, Shuman C, Beckwith JB. Beckwith-Wiedemann syndrome. Eur J Genet. 18(1). P. 8-14. 2009. Diunduh : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2987155/#!po=8.33333. 14 September 2013.8. Assorudin M, Hartanto H, Darmaniah N. Buku ajar patologi robbins. Jakarta: EGC. 2007. H.9. Adkison L R, Brown M D. Chromosomes in the cell. China: Mosby Elsevier; 2007.10. Genetics of down syndrome. Edisi 2011. Diunduh dari http://emedicine.medscape.com/article/943216-overview#a0199. 24 september 2011.11. Soetjiningsih. Tumbuh kembang anak. Jakarta: EGC; 2004. h.212;218

1