1,2,3

105
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan terjadi pada semua kegiatan. Perencanaan merupakan proses awal dimana manajemen memutuskan tujuan dan cara pencapaiannya. Perencanaan merupakan hal yang sangat esensial, karena pada kenyataannya hal tersebut memegang peranan lebih dibandingkan fungsi-fungsi manajemen lainnya,yaitu pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan. Dimana fungsi-fungsi tersebut sebenarnya hanya merupakan pelaksanaan dari hasil sebuah perencanaan. Perencanaan wilayah dan kota, merupakan suatu cara merencanakan pemanfaatan sumber daya yang ada di suatu wilayah dengan suatu tujuan tertentu dan berorientasi di masa depan. Dimana pemanfaatan tersebut tidak terlepas dari aspek-aspek yang ada di dalam masyarakat, seperti ekonomi, sosial budaya, dan tentu saja geologi. Bagaimanapun juga, aspek-aspek tersebut sangatlah berpengaruh di dalam suatu wilayah atau kota, terlebih lagi aspek geologi, karena tentu saja suatu produk perencanaan yang berupa pembangunan harus memperhatikan aspek geologi seperti, klimatologi, morfologi, hidrologi dan bahaya geologi agar terciptanya keseimbangan lingkungan.

Transcript of 1,2,3

Page 1: 1,2,3

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perencanaan terjadi pada semua kegiatan. Perencanaan merupakan proses

awal dimana manajemen memutuskan tujuan dan cara pencapaiannya.

Perencanaan merupakan hal yang sangat esensial, karena pada kenyataannya hal

tersebut memegang peranan lebih dibandingkan fungsi-fungsi manajemen

lainnya,yaitu pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan. Dimana fungsi-

fungsi tersebut sebenarnya hanya merupakan pelaksanaan dari hasil sebuah

perencanaan.

Perencanaan wilayah dan kota, merupakan suatu cara merencanakan

pemanfaatan sumber daya yang ada di suatu wilayah dengan suatu tujuan tertentu

dan berorientasi di masa depan. Dimana pemanfaatan tersebut tidak terlepas dari

aspek-aspek yang ada di dalam masyarakat, seperti ekonomi, sosial budaya, dan

tentu saja geologi. Bagaimanapun juga, aspek-aspek tersebut sangatlah

berpengaruh di dalam suatu wilayah atau kota, terlebih lagi aspek geologi, karena

tentu saja suatu produk perencanaan yang berupa pembangunan harus

memperhatikan aspek geologi seperti, klimatologi, morfologi, hidrologi dan

bahaya geologi agar terciptanya keseimbangan lingkungan.

Seperti yang telah diuraikan diatas, bahwa dalam suatu perencanaan

diperlukan adanya pemahaman terhadap keadaan lingkungan suatu wilayah.

Dalam hal ini, khususnya adalah ilmu geoloi lingkungan. Menurut Keller, 1978

Geologi lingkungan, pada hakekatnya merupakan ilmu geologi terapan yang

ditujukan sebagai upaya pemanfaatan sumber daya alam dan energi secara efisien

dan efektif dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia pada masa kini

dan mendatang dengan mengurangi dampak lingkungan yang ditimbulkan

semaksimal mungkin. Geologi lingkungan dapat juga diartikan sebagai penerapan

informasi geologi dalam menjembatani antara manusia dan lingkungan, sehingga

pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dapat berjalan

dengan baik.

Page 2: 1,2,3

2

Kecamatan Ngampel merupakan wilayah yang strategis untuk dijangkau

oleh warga Kendal dan sekitarnya. Jarak Kecmatan Ngampel terhadap Ibukota

Kabupaten Kendal kurang lebih adalah 10 Km. Kecamatan Ngampel mempunyai

12 kelurahan. Dari 12 kelurahan tersebut, dalam laporan ini akan dibahas secara

lebih spesifik mengenai Kelurahan Rejosari.

Masalah mendasar yang ada di kecamatan ngampel adalah banjir yang

terjadi pada tahun 2010 yang mengakibatkan terkikisnya tanah, sehingga

terjadinya erosi tepi sungai. Selain itu juga akses jalan yang kurang baik, sehingga

menghambat aktivitas warga setempat.

Berdasarkan latar belakang tersebut, laporan ini akan membahas tentang

potensi alam, keadaan lingkungan, bencana alam, serta analisis aspek geologi

lingkungan dan tata guna lahan di Kelurahan Rejosari, Kecamatan Ngampel.

1.2 Rumusan Masalah

Salah satu permasalahan mendasar yang ada di Kecamatan Ngampel,

khusunya Desa Rejosari adalah banjir. Meskipun hal tersebut menurut pemaparan

warga sudah lama tidak terjadi, akan tetapi harus tetap diwaspadai.

Sungai Blorong yang terletak di Desa Rejosari, memiliki aliran yang cukup

deras. Dari pengamatan yang kami lakukan pada dua titik di tepi sungai tersebut,

terlihat adanya erosi tepi sungai yang diakibatkan oleh derasnya aliran Sungai

Blorong. Erosi tersebut terlihat jelas di bagian tikungan sungai, dimana pada

bagian tersebut terlihat lebih banyak bagian daratan (tanah) yang terkena dampak

erosi.

Adanya erosi tersebut sangat membahayakan keadaan lingkungan sekitar.

Jarak tepian sungai sampai ke pemukiman terdekat hanya sekitar 20 meter. Selain

itu, di sepanjang bantaran sungai juga hanya ditemui pohon-pohon bambu,

sehingga tidak dapat digunakan sebagai penahan erosi, karena seperti yang kita

ketahui bahwa bambu memiliki akar serabut yang siftnya tidak kuat. Kedua hal

tersebut memperkuat permasalahan bahwa erosi tepian Sungai Blorong

membahayakan keamanan lingkungan sekitar.

Page 3: 1,2,3

3

1.3 Tujuan dan Sasaran

Laporan ini mengenai analisis wilayah studi Kecamatan Ngampel,

khususnya Kelurahan Rejosari dilihat dari segi geologi lingkungan, disusun

dengan tujuan utama dan sasaran sebagai berikut:

1.3.1 Tujuan

Identifikasi dan analisis kondisi fisik alamiah yang berkaitan dengan

geologi lingkungan di Kecamatan Ngampel, Kabupaten Kendal, khususnya di

Kelurahan Rejosari, mempunyai tujuan untuk mengetahui potensi dan

permasalahan yang ada di wilayah tersebut. Dengan demikian, laporan ini

diharapkan dapat memberikan masukan kepada masyarakat, pemerintah setempat,

serta developer. Dimana pemerintah setempat diharapkan harus fokus terhadap

penyelesaian masalah yang terjadi, sehingga bencana yang terjadi dapat dihindari

dan diminimalisir. Untuk developer di harapkan untuk lebih memperhatikan

aspek-aspek geologi dan lingkungan serta kebutuhan masyarakat dalam

menangani proyek-proyek pembangunan. Selain itu laporan ini juga bertujuan

untuk dapat menjadi acuan dalam pembangunan dan pengembangan perencanaan

wilayah dan kota bagi pemerintah di masa mendatang.

1.3.2 Sasaran

Sasaran pada laporan ini adalah sebagai berikut:

1. Menentukan lokasi yang memiliki permasalahan geologi lingkungan di

Kelurahan Rejosari, Kecamatan Ngampel.

2. Mengidentifikasi kondisi fisik di Kelurahan Rejosari , Kecamatan Ngampel.

3. Menganalisis permasalahn pada aspek geologi lingkungan yang terdapat di

wilayah studi.

4. Menganalisis tata guna lahan dan kaitannya dengan aspek-aspek geologi di

wilayah studi.

5. Menganalisis kelayakan lahan di wilayah studi.

6. Menganalisis pemanfaatan lahan berdasarkan kesesuaian lahan di wilayah

studi.

Page 4: 1,2,3

4

7. Memberikan arahan kepada masyarakat, pemerintah, dan developer

mengenai pemanfaatan lahan yang terdapat di wilayah studi sesuai dengan

hasil analisis yang telah dilakukan sebelumnya.

1.4 Ruang Lingkup

Ruang lingkup yang digunakan dalam laporan ini mencakup dua hal, yaitu

ruang lingkup wilayah studi dan ruang lingkup materi.

1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah

1. Ruang lingkup wilayah makro meliputi Kecamatan Ngampel, Kabupaten

Kendal.Kecamatan Ngampel memiliki luas 33,88 Km2. Kecamatan ini

memiliki batas-batas administrasi sebagai berikut:

Utara : Kecamatan Patebon

Selatan : Kecamatan Singorejo

Timur : Kecamatan Brangsong

Barat : Kecamatan Gemuh

Secara administratif, Kecamatan Ngampel terdiri dari 12 kelurahan yaitu

Bojonggede, Putatgede, Dempelrejo, Sudipayung, Banyuurip, Ngampel

Kulon, Ngampel Wetan, Kebonagung, Rejosari, Sumbersari, Winong,

Jatirejo.

2 Ruang lingkup wilayah mikro meliputi Kelurahan Rejosari, dengan batas-

batas administrasi sebagai berikut:

Utara : Kel. Sukodono/Desa Bulugede/Desa Dempelrejo

Selatan : Desa Banyuurip/Desa Bojonggede

Barat : Desa Bojonggede/Desa Bulugede/Desa Banyuurip

Timur : Desa Dempelrejo/Kel. Sukodono

1.4.2 Ruang Lingkup Materi

Ruang lingkup materi dalam laporan ini meliputi aspek-aspek dalam geologi

lingkungan yaitu morfologi, topografi, jenis tanah dan batuan, struktur geologi,

stratigrafi, hidrologi, klimatologi, bahaya geologi, tata guna lahan, potensi alam,

kesesuaian penggunaan lahan, dan permasalahan lain yang ada di Kecamatan

Page 5: 1,2,3

5

Ngampel, Kelurahan Rejosari. Selain itu, dikaji pula tentang jumlah penduduk,

mayoritas penduduk, budaya setempat dan ekonomi masyarakat setempat.

1.5 Metodologi Penulisan Laporan

Metodologi dalam laporan ini mencakup 2 hal yaitu, metode pengmpulan

data dan metode analisis.

1.5.1 Metode Pengumpulan Data

Dalam penyusunan laporan ini, digunakan 2 macam metode pengumpulan

data, yang meliputi data primer dan sekunder.

1. Pengumpulan Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber asli, melalui

narasumber yang tepat dapat kita jadikan responden. Selain itu, data primer juga

dapat diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan. Dalam rangka

mengumpulkan data primer di Kecamatan Ngampel khususnya Kelurahan

Rejosari yang di lakukan dengan 2 metode pengumpulan data yaitu:

a. Metode wawancara

Metode ini dilakukan dengan cara mewawancarai penduduk setempat

dan perangkat desa untuk menggali informasi secara riil (nyata) mengenai

potensi dan permasalahan yang berhubungan dengan geologi lingkungan

yang ada di wilayah studi.

b. Metode survey

Metode ini dilakukan dengan cara mengamati aspek-aspek geologi

yang terdapat di Kelurahan Rejosari Sebelum dilakukan survey, ditentukan

dahulu keterangan-keterangan yang dibutuhkan secara mendalam mengenai

permasalahan yang terkait di kawasan tersebut.

2. Pengumpulan Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang sudah tersedia, sehingga hanya perlu

mencari dan mengumpulkan. Untuk itu diharuskan mengunjungi perpustakaan

dan instansi-instansi pemerintah, seperti BPS Kabupaten Kendal, Bappeda,

Kantor Kecamatan Ngampel, Kantor Kelurahan Rejosari, dan lain-lain. Selain itu

data sekunder juga bisa di dapat dari literatur-literatur dan internet.

Page 6: 1,2,3

6

1.5.2 Metode Analisis

Metode analisis terdiri dari dua kelompok metode penelitian, yaitu metode

kualitatif dan kuantitatif, yang digunakan untuk mengetahui permasalahan dan

potensi alam yang terdapat di wilayah studi.

1. Metode Kualitatif

Metode penelitian kualitatif lebih menekankan pada survey lapangan dan

datanya dianalisis dengan cara non-statistik. Analisis Kualitatif ini terdiri dari :

a. Metode Deskriptif

Metode ini digunakan untuk mengolah dan menganalisis data dengan

memberikan gambaran, pengertian, dan penjelasan yang berkaitan dengan

kondisi wilayah studi yang kita lakukan.

b. Metode Normatif

Metode normatif ini digunakan untuk menganalisis wilayah studi yang

sesuai dengan ketentuan pemerintah. Metode ini sebagai pembanding antara

ketentuan pemerintah dengan rekomendasi tata guna lahan yang dianalisis

dengan konteks geologi lingkungan di wilayah studi yang bersangkutan.

Alat analisis yang digunakan dalam metode kualitatif, antara lain:

Analisis SWOT terdiri dari empat faktor, yaitu:

1. Strength (kekuatan)

Strength yaitu kekuatan yang dimiliki oleh wilayah studi, dapat

berupa sumberdaya alam.

2. Weakness (kelemahan)

Weakness yaitu hambatan yang berupa kelemahan yang dimiliki

oleh wilayah studi, misalnya kondisi fisik yang kurang

menguntungkan seperti tebing-tebing yang curam tetapi difungsikan

sebagai kawasan pemukiman.

3. Opportunity (peluang)

Opportunity yaitu kesempatan untuk memanfaatkan potensi yang

ada, setelah melihat kekuatan dan kelemahan, sehingga dapat

memberikan arahan pemanfaatan lahan yang tepat.

4. Threat (ancaman)

Page 7: 1,2,3

7

Threat yaitu ancaman yang datang dari luar sehingga dapat

menyebakan adanya masalah, antara lain kesempatan untuk

memanfaatkan potensi yang ada setelah melihat kekuatan dan

kelemahan, sehingga dapat memberikan arahan pemanfaatan lahan

yang tepat.

Overlay Peta (superimpose)

“Analisis superimose (overlay) merupakan suatu teknik analisis

dengan cara mengoverlaykan data peta. Dengan analisis ini dapat

diketahui kondisi suatu wilayah studi berdasarkan data dan informasi

yang ada.” (Suryanto, 2007). Dalam penelitian ini analisis

superimpose digunakan untuk mengetahui kesesuaian lahan di

Kelurahan Rejosari.

2. Metode Kuantitatif

Metode Kuantitatif adalah ilmu dan seni yang berkaitan dengan tata cara

(metode) pengumpulan data, analisis data, dan interpretasi hasil analisis untuk

mendapatkan informasi guna penarikan kesimpulan dan pengambilan keputusan.

(Tuban, 1972 dalam Solimun, 2001). Alat analisisi yang digunakan adalah teknik

scoring.

Teknik scoring merupakan teknik dalam menganilisis data dengan membuat

suatu nilai terhadap keadaan yang ada, dan disusun menurut ranking yang telah

dibuat sesuai dengan kriteria yang ditentukan dalam kebijakan yang berlaku.

Teknik skoring dalam penelitian ini penggunaannya masih terkait dengan overlay.

Page 8: 1,2,3

8

1.6 Kerangka Pikir

INPUT

2.

3.

PROSES

SKORING & OVERLAY SWOT

OVERLAY

OUTPUT

Sumber : Kelompok 1 Kelas A Geologi Lingkungan 2012

Gambar 1.1 Kerangka pikir

Wilayah Studi

Makro : Kec. Ngampel

Mikro : Kel.Rejosari

Identifikasi Kondisi Fisik Wilayah Studi

Data Skunder

1.Bappeda2. BPS Kab. Kendal3. Kantor Kec.4. Kantor Kelurahan5.Buku Literatur6.Internet

Data Primer

1.Survey2. Wawancara

Muncul Masalah di wilayah studi dalam aspek aspek geologi

LitologiKlimatogoliTopografi

Hidrologi GeologiHidrogeologi Bahaya GeologiMorfologi Aspek Non FisikStratigrafi Struktur

AnalisisTinjauan Potensi dan Kendala wilayah studi

Analisis

Tinjauan kelayakan lahan berdasarkan litologi, klimatologi dan topografi

Analisis kelayakan lahan Analisis potensi dan Kendala

Analisi Kesesuain Lahan

Arahan dan Rekomendasi pemanfaatan tata guna lahan di Kelurahan Rejosari

Page 9: 1,2,3

9

Untuk mengidentifikasi Kecamatan Ngampel, Khususnya desa Rejosari

diperlukan analisis tentang aspek geologi lingkungan, permasalahan dan potensi

wilayah studi yang akan di teliti. Untuk mengetahui hal tersebut, diperlukan data

primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh secara

langsung dari hasil survey dan wawancara. Sedangkan data sekunder merupakan

data yang diperoleh dari internet, instansi terkait, BPS setempat, Bapedda, BPN,

BMG serta dokumentasi yang ada di Kecamatan Ngampel dan literatur-literatur.

Setelah mengidentifikasi kondisi fisik wilayah studi, muncullah

permasalahan-permasalahan berupa aspek-aspek geologi yaitu litologi,

klimatologi, topografi. Melalui analisis SWOT, aspek geologi yang dikaji meliputi

struktur geografi, hidrologi, stratigrafi, dan sumberdaya alam. Semua aspek

geologi tersebut kemudian dianalisis. Untuk meninjau kelayakan lahan

dibutuhkan data analisis litologi, klimatologi dan topografi yang dianalisis

menggunakan alat analisis scoring dan overlay. Untuk keseluruhan aspek geologi

ini dianalisis dengan metode SWOT sehingga akan diperoleh data tentang

kelayakan lahan.

Dengan mengetahui kelayakan lahan berdasarkan beberapa tinjauan dari

hasil analisis yang telah dilakukan, maka dapat ditentukan arahan dan

rekomendasi pemanfaatan lahan dan pengembangan wilayah Kecamatan

Ngampel, Khususnya desa Rejosari.

1.7 Sistematika Penulisan Laporan

Dalam penulisan laporan ini, sistematika penulisan laporan terbagi menjadi

lima bab, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini, diuraikan tentang latar belakang penulisan,

perumusan masalah, tujuan dan sasaran penulisan, ruang lingkup,

metodelogi penelitian, kerangka pikir dan sistematika laporan.

Page 10: 1,2,3

10

BAB II KAJIAN TEORI GEOLOGI LINGKUNGAN

Merupakan teori yang berkaitan dengan geologi lingkungan yang

dibutuhkan dalam proses identifikasi, pembahasan masalah, dan

rekomendasi untuk Kelurahan Rejosari.

BAB III IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK KELURAHAN REJOSARI

Merupakan gambaran umum tentang kondisi fisik dan nonfisik

wilayah Kelurahan Rejosari. Kondisi nonfisik wilayah tersebut

meliputi kondisi geografis, kondisi sosial penduduk, dan kondisi

ekonomi. Sedangkan kondisi fisik di Kelurahan Rejosari meliputi

aspek-aspek geologi lingkungan (topografi, litologi, struktur geologi,

klimatologi, morfologi, stratigrafi, hidrologi, hidrogeologi, bahaya

geologi). Selain itu juga berisi kondisi tata guna lahan, potensi, dan

permasalahan di Kelurahan Rejosari.

BAB IV ANALISIS ASPEK GEOLOGI LINGKUNGAN KELURAHAN

REJOSARI

Dalam bab ini, dijelaskan tentang analisis geologi lingkungan

(topografi, litologi, struktur geologi, klimatologi, morfologi,

stratigrafi, hidrologi, hidrogeologi, bahaya geologi), kelayakan

lahan, kesesuaian lahan, serta potensi dan kendala di Kelurahan

Rejosari.

BAB V PENUTUP

Berisi tentang temuan studi, kesimpulan serta rekomendasi

mengenai arahan wilayah studi.

Page 11: 1,2,3

11

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Konsep dan Pengertian Geologi Lingkungan

Secara etimologis geologi berasal dari bahasa Yunani yaitu Geo yang

artinya bumi dan Logos yang artinya ilmu. Jadi, Geologi adalah ilmu yang

mempelajari bumi. Menurut Djauhari Noor (2006), lingkungan secara umum

dapat diartikan sebagai hubungan antara suatu obyek dengan sekitarnya.

Hubungan antara suatu obyek dengan sekitarnya dapat bersifat aktif maupun pasif,

dinamis ataupun statis. Jadi, geologi lingkungan dapat dianalogikan bahwa bumi

sebagai suatu obyek yang dipengaruhi oleh lingkungannya, termasuk didalamnya

adalah manusia sebagai salah satu unsur yang mempengaruhinya.

Geologi lingkungan pada hakekatnya merupakan ilmu geologi terapan yang

ditujukan sebagai upaya pemanfaatan sumber daya alam dan energi secara efisien

dan efektif untuk memenuhi kebutuhan manusia masa kini dan masa mendatang

dengan seminimal mungkin mengurangi dampak lingkungan yang di timbulkan.

2.1.1 Pengertian Geologi Lingkungan

Geologi secara etimologis berasal dari padanan dua kata bahasa yunani yaitu

geo yang berarti bumi dan logos yang berarti ilmu. Dari kedua kata diatas maka

dapat disimpulkan bahwa geologi adalah ilmu yang mempelajari bumi secara

fisik, termasuk komposisi dan bentuk bumi. Selain itu geologi juga memiliki arti,

yaitu ilmu yang mempelajari material bumi secara menyeluruh, termasuk asal

mula, struktur, penyusun kerak bumi, proses-proses yang berlangsung selama ini

atau setelah pembentukannya, dan yang sedang berlangsung, sehingga menjadikan

keadaan bumi seperti saat ini. Oleh sebab itu, tanah dan batuan merupakan objek

utama yang dipelajari dalam ilmu geologi.

Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup

keadaan sumber daya alam dengan kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia.

Lingkungan terdiri dari komponen abiotik yaitu segala sesuatu yang tidak

bernyawa dan biotik yaitu segala sesuatu yang bernyawa.

Page 12: 1,2,3

12

Ilmu Geologi Lingkungan memiliki pengertian yaitu ilmu yang mempelajari

tentang pengelolaan sumberdaya geologi dan hidrogeologi seperti bahan bakar

fosil, mineral, air, dan tata guna lahan. Selain itu untuk mempelajari potensi

terjadinya bencana alam seperti gunung meletus, lalu menetapkan dan mengurangi

kemungkinan akibat bencana alam pada manusia serta mengelola pembuangan

sampah industri dan rumah tangga serta mengurangi atau menghilangkan efek

polusi.

Geologi Lingkungan memiliki peranan penting dalam bidang studi

Perencanaan Wilayah dan Kota. Hubungan Geologi Lingkungan dengan

Perencanaan Wilayah dan Kota adalah:

1. Dalam melakukan suatu perencanaan wilayah dan kota, data dan informasi

geologi lingkungan yang meliputi geomorfologi, sumber daya air, sumber

daya mineral dan energi, sumber bahan bangunan, daya dukung tanah dan

batuan berguna untuk menyusun suatu perencanaan yang tepat agar tidak

membahayakan alam dan masyarakat.

2. Geologi Lingkungan juga berguna untuk rancangan kegiatan pembangunan

atau pengembangan wilayah di Indonesia, menyangkut banyak  bidang dan

tersebar di semua pulau di Indonesia, khususnya di lokasi strategis yang

menjadi pusat-pusat pertumbuhan.

2.2.2 Konsep Dasar Geologi Lingkungan

Geologi Lingkungan memiliki 7 konsep dasar yaitu:

1. Pada dasarnya Bumi merupakan suatu sistem tertutup. Suatu sistem

merupakan suatu kesatuan yang terdiri dari beberapa bagian sehingga

membentuk suatu kelompok yang menjalankan fungsi tertentu.

Sebagian besar sistem saling berhubungan dan saling mempengaruhi

satu sama lain. Setiap perubahan yang terjadi pada suatu bagian akan

berimbas pula pada bagian yang lain. Contohnya, apabila terjadi

letusan gunung berapi, maka juga dapat mempengaruhi atmosfer,

selain itu juga akan berpengaruh pada komponen hidrosfer karena

akan terjadi hujan pada daerah sekitarnya. Hubungan antar komponen

bukanlah sesuatu yang acak, namun dapat dipelajari dengan

Page 13: 1,2,3

13

mengidentifikasi setiap bagian. Kita sama-sama mengetahui bahwa

bumi tidak statis tetapi lebih bersifat dinamis. Terjadi perpindahan

energi dari matahari ke bumi yang mempengaruhi proses-proses

dalam kehidupan di bumi.Hal ini menunjukkan bahwa bumi

merupakan suatu sistem terbuka, namun jika melihat daur alamiah

yang terjadi di bumi itu sendiri dapat disimpulkan juga bahwa bumi

adalah suatu sistem tertutup. Oleh karena itu, meskipun nampaknya

bumi ini merupakan suatu sistem terbuka terkait hubungannya dengan

energi dan material, tetapi pada dasarnya bumi adalah suatu sistem

tertutup dalam hubungannya dengan siklus atau daur alami. 

2. Bumi adalah satu-satunya tempat tinggal yang paling cocok bagi

manusia, tetapi sumber daya alamnya terbatas. Bumi yang kita

tempati ini merupakan satu-satunya tempat yang cocok untuk

kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya karena bumi didukung

oleh kondisi yang memungkinkan untuk berlangsungnya kehidupan

yaitu adanya air, udara, suhu yang sesuai, adanya lapisan atmosfer

yang dapat mendukung adanya kehidupan, dan segala sumber daya

yang tidak dimiliki tempat manapun di alam semesta ini. Sayangnya,

sumber daya yang ada di bumi ini terbatas jika dibandingkan dengan

jumlah kebutuhan manusia yang semakin bertambah. Oleh karena itu,

manusia sebagai makhluk yang dikaruniai akal harus dapat menjaga

dan melestarikan sumber daya yang ada demi kelangsungan hidup dan

kelangsungan bumi di masa mendatang.

3. Proses-proses alam yang terjadi sekarang mengubah bentang alam

yang telah tersusun selama periode geologi, baik secara alamiah

maupun buatan. Proses-proses alam pada saat ini dapat dijadikan

acuan untuk mengetahui proses alam yang telah terjadi pada masa

lampau, dan dapat dijadikan prediksi untuk proses alam yang akan

terjadi di masa mendatang. Proses-proses perubahan yang dapat

mengubah bentang alam ini dapat terjadi secara alamiah ataupun

karena perbuatan manusia. Proses yang terjadi secara alamiah ini

Page 14: 1,2,3

14

contohnya suatu lembah sungai yang terkena erosi secara terus-

menerus dapat menjadi suatu puncak pegunungan. Selain dari proses

alamiah, proses perubahan tersebut juga dapat berasal dari faktor

aktivitas manusia. Namun, besarnya dampak yang ditimbulkan juga

tergantung pada aktivitas itu sendiri.

4. Selalu ada proses alam yang membahayakan dan mengancam

kehidupan manusia. Di bumi ini terkadang terjadi proses yang dapat

membahayakan kehidupan manusia. Proses tersebut terjadi karena

aktivitas alamiah bumi itu sendiri. Proses tersebut ada 2 macam yaitu

proses eksogen jika proses itu terjadi di permukaan bumi dan proses

endogen jika proses itu terjadi di dalam kerak bumi. Proses-proses

tersebut pada umumnya merugikan bagi kehidupan manusia. Oleh

karena itu harus dapat diprediksi untuk meminimalkan ancaman yang

ditimbulkan.

5. Perencanaan tata guna lahan dan penggunaan air harus diusahakan

untuk mendapatkan keseimbangan antara pertimbangan ekonomi

dengan penilaian estetika. Saat ini, pemandangan alam dapat dianggap

sebagai sumber daya alam karena saat ini keindahan mempunyai nilai

yang tinggi. Pertimbangan faktor abstrak seperti estetika menjadi

lazim. Namun, masih banyak proyek-proyek yang hanya didasarkan

pada pertimbangan keuntungan, tanpa memperhatikan aspek

lingkungan. Pada kenyataannya memang sulit untuk menyelaraskan

antara pertimbangan ekonomi dengan penilaian estetika. Salah satu

cara menyelaraskan pertimbangan ekonomi dengan penilaian estetika

adalah dengan mengatur skala tingkat ekonomi dengan menyamakan

skala tingkat evolusi estetika, mengembangkan metode kuantitatif,

tentang analisis data yang diperoleh mengembangkan teknik pemetaan

dan mengembangkan sumbar daya alam yang berestetika tersebut.

6. Efek dari penggunaan lahan cendrung bersifat kumulatif, artinya

semakin banyak manusia, maka kerusakan lahan semakin parah, oleh

karena itu kita mempunyai kewajiban untuk menerima dan

Page 15: 1,2,3

15

menanggungnya. Pada zaman dahulu, manusia hidup berpindah-

pindah. Mereka hidup bergantung kepada alam. Kemudian, seiring

dengan bertambahnya populasi dan kebutuhan akan makanan,

pakaian, dan tempat tinggal, mereka mulai membuka daerah baru dan

mengembangkan pertanian di daerah tersebut. Hal ini merupakan

contoh awal dari sebuah penggunaan lahan buatan yang mampu

memodifikasi lingkungan alami.

7. Komponen dasar dari setiap lingkungan manusia adalah faktor

geologi, dan pemahaman terhadap lingkungannya membutuhkan

wawasan dan penafsiran yang luas terhadap ilmu bumi dan ilmu lain

yang berkaitan. Lingkungan yang kita tempati ini berkaitan erat

dengan ilmu geologi. Secara langsung ataupun tidak langsung,

kehidupan kita dipengaruhi oleh proses-proses geologi. Untuk

memahami tentang lingkungan yang kompleks ini diperlukan bantuan

dari disiplin ilmu yang lain, seperti:

Geomorfologi, adalah ilmu yang mempelajari tentang bentang

alam dan proses pembentukan permukaan bumi.

Petrologi, adalah ilmu yang mempelajari tentang batuan dan

mineral. 

Sedimentologi, adalah ilmu yang mempelajari tentang lingkungan

sedimen. 

Tektonik, adalah studi yang mempelajari proses terjadinya

cekungan laut, gunung dan kenampakan struktur alam lainya. 

Hidrologi, adalah studi yang mempelajari tentang permukaan dan 

subpermukaan air. 

Pedologi, adalah studi yang mempelajari tentang tanah. 

Geologi ekonomi, adalah aplikasi tentang penempatan dan

pegujian tentang bahan mineral.

Page 16: 1,2,3

16

2.2 Aspek-Aspek Fisik Geologi Lingkungan

2.2.1 Morfologi

Morfologi adalah ilmu yang membahas tentang roman muka bumi dan

aspek-aspek yang mempengaruhinya. Selain itu morfologi didefenisikan sebagai

ilmu yang mempelajari bentuk – bentuk bentangan alam, bagaimana bentangan

alam tersebut terbentuk secara kontruksional yang diakibatkan oleh gaya

endongen atau bagaimana bentangan alam tersebut dipengaruhi oleh faktor luar

berupa gaya eksogen.

Faktor – faktor yang mempengaruhi bentuk bentangan alam adalah :

Faktor endogen merupakan faktor dari dalam bumi yang membentuk

bentangan alam yang proses pembentukannya dikontrol oleh gaya-gaya

endogen, seperti aktivitas gunung api, aktivitas magmatis dan aktivitas

tektonik (perlipatan dan patahan).

Aktifitas magmatis adalah aktifitas magma yang berasal dari dalam bumi,

sedangkan aktifitas tektonik adalah aktifitas atau gerakan yang berasal dari

lempeng-lempeng yang berada pada kerak bumi.

Bentuk bentangan alam yang dikendalikan oleh gaya endogen adalah :

a. Bentangan alam struktural

Merupkan proses pembentukan bentangan alam yang dipengaruhi atau

dikontrol oleh gaya tektonik seperti lipatan dan patahan.

Morfologi atau bentuk-bentuk lipatan terbagi atas :

Bukit antiklin (anticlinal ridges)

Merupakan bentangan alam yang berbentuk bukit dengan litologi

yang mendasarinya berstruktur antiklin.

Lembah antiklin (synclinal valleys)

Merupakan bentangan alam berbentuk lembah dengan litologi yang

mendasarinya berbentuk antiklin.

Bukit Sinklin (synclinal ridges)

Merupakan bentangan alam yang berbentuk bukit dengan litologi

yang mendasarinya berstruktur sinklin

Lembah Sinklin (synclinal valleys)

Page 17: 1,2,3

17

Merupakan bentangan alam berbentuk lembah dengan litologi yang

mendasarinya berbentuk sinklin

Bukit Monoklin (monoclinal ridges)

Merupakan bentangan alam berbentuk lembah dengan litologi yang

mendasarinya memiliki kemiringan lapisan yang searah atau

seragam.

Morfologi bentuk patahan terbagi atas :

Bukit Patahan (faulting ridges)

Merupakan bentangan alam berbentuk bukit yang proses

kejadiannya dikontrol oleh struktur patahan

Gawir (scarps)

Merupakan bentangan alam berbentuk bukit memanjang serta

berlereng terjal sebagai bidang patahan atau sesar.

Amblesan (graben)

Merupakan bentangan alam depresi berbentuk datar dan dibatasi

oleh bidang-bidang sesar sebagai hasil block faulting.

Tonjolan (horst)

Merupakan bentangan alam yang berbentuk bukit yang dibatasi

oleh bidang-bidang sesar hasil block faulting.

b. Bentang alam intrusi

Merupakan bentangan alam yang proses terbentuknya dikontrol oleh

aktivitas magma. Terbagi atas :

Bukit intrusi

Bentang alam yang berbentuk bukit dengan material penyusunnya

adalah intrusi batuan beku

Plateau Basalt

Merupakan bentang alam berbentuk daratan dengan material

penyusunnya adalah batuan beku basalt.

c. Bentangalam gunung api

Merupakan bentang alam yang berasal dari aktifitas gunung api, yaitu:

Kerucut Gunungapi (volcanic cones)

Page 18: 1,2,3

18

Merupakan bentang alam yang berbentuk kerucut dan menjadi

badan dari gunung api itu.

Kaki Gunung api (volcanic footslope)

Merupakan bentang alam yang berbentuk landai serta bagian dari

guning api tersebut.

Kaldera (calderas)

Merupakan bentangan kawah yang sangat luas, terbentuk karena

proses erupsi berupa ledakan (explosive) dan merupakan bagian

kepundan gunung api.

Kawah (craters)

Merupakan bagian dan kepundan dari gunung api

Jenjang Gunung Api (volcanic necks)

Merupakan bentang alam berbentuk seperti tiang atau leher serta

sisa hasil denudasi gunung api

Gunung Api Parasit (parasitic cones)

Merupakan bentang alam berbentuk kerucut yang keberadaannya

menumpang pada badan gunung api

Sumbat Lava (lava plug)

Bentang alam yang berbentuk kerucut atau bantal merupakan

magma yang membeku pada lubang kapundan.

Maar

Merupakan bentang alam yang berada pada bagian kawah atau

kaldera suatu gunung api

Sisa Gunung Api (remnant volcanic landform)

Merupakan sisa-sisa dari suatu gunung api yang telah mengalami

proses denudasi yang cukup intensif.

Faktor Eksogen

Faktor eksogen merupakan faktor dari luar bumi ,yaitu proses yang terjadi

dari interaksi antara selaput hidrosfir, atmosfir, litosfir, dan biosfir.

Bentuk-bentuk aktifitas yang dipengaruhi oleh factor eksogen adalah:

a. Pelapukan

Page 19: 1,2,3

19

Merupkan proses perubahan fisik (desintegrasi) atau dekomposisi dari

material penyusun kulit bumi yang berupa batuan. Pelapukan dipengaruhi

oleh iklim, temperature dan komposisi kimia.

Bentuk – bentuk pelapukan adalah :

Pelapukan mekanis

Merupakan perlapukan yang bekerja secara mekanis akibat

pengaruh temperatur yang sangat ekstrim pada batuan sehingga

menyebabkan perubahan pada massa batuan kemudian batuan

tersebut mengalami desintegrasi.

Pelapukan kimiawi

Merupakan pelapukan yang disebabkan oleh reaksi kimia. Akibat

dari proses ini maka batuan mengalami dekomposisi atau

perubahan komposisi.

Pelapukan biologis

Merupakan pelapukan yang diakibatkan oleh aktifitas biologis.

b. Erosi

Merupakan proses pengikisan yang terjadi pada batuan maupun hasil

pelapukan batuan oleh media seperti air, angin, gletser.

Berdasarkan bentuk dan ukurannya, erosi terbagi atas :

Erosi alur (rill erosion)

Erosi yang berbentuk alur-alur dengan ukuran lebar lembahnya

antara millimeter sampai centimeter.

Erosi lembar (sheet erosion)

Erosi yang berbentuk lembaran dengan ukuran sesuai dengan

bidang dan dierosi.

Erosi drainase (ravine erosion)

Erosi yang berbentuk saluran dengan ukuran lebar lembahnya

berkisar antara centimeter hingga satu meter.

Erosi saluran (gully erosion)

Erosi yang berbentuk saluran dengan ukuran lebar lembahnya lebih

besar 1 meter hingga beberapa meter.

Page 20: 1,2,3

20

Erosi lembah (valley erosion)

Erosi yang berbentuk lembah dengan ukuran lebar lembahnya

diatas sepuluh meter.

Pengikisan oleh air dapat mengakibatkan :

tebing sungai semakin dalam

lembah semakin curam

pembentukan gua

memperbesar badan sungai

c. Sedimentasi

Proses pengendapan material yang ditransport oleh media air, angin,

gletser disuatu cekungan. Delta yang terdapat dimulut-mulut sungai

adalah hasil dari proses pengendapan material-material yang diangkut

oleh air sungai, sedangkan Sand Dunes yang terdapat digurun-gurun dan

di tepi pantai adalah hasil pengendapan yang diangkut oleh angin.

2.2.2 Topografi

Topografi adalah ilmu yang membahas tentang bentuk permukaan bumi.

Umumnya topografi menunjukan relief permukaan dalam tiga dimensi serta

identifikasi lahan. Bentuk yang dibahas memperlihatkan perbedaan – perbedaan

diantara wilayah-wilayah, misalnya wilyah yang relatif tinggi, dataran rendah,

pegunungan, dan lain-lain.

Berikut adalah kelas lereng dengan sifat-sifat proses dan kondisi alamiah

yang kemungkinan terjadi dan usulan waran untuk peta relief secara umum

(disadur dan disederhanakn oleh Van Zuidam, 1985)

Tabel II.1

Sifat Kelerengan Tanah

Kelas Lereng Sifat-sifat dan kondisi alamiah Warna

0 – 2 % Datar hingga hampir datar, tidak ada proses

denudasi yang berarti

Hijau

2 – 7% Agak miring, gerakan tanah dengan kecepatan

rendah,erosi lembar dan erosi alur, rawan erosi

Hijau muda

Page 21: 1,2,3

21

Kelas Lereng Sifat-sifat dan kondisi alamiah Warna

7 – 15% Miring, kecepatan gerakan rendah tapi dengan

besaran yang lebih tinggi, sangat rawan erosi

tanah

Kuning

15 – 30% Agak curam, banyak terjadi gerakan tanah dan

erosi , terutama longsoran yang bersifat nendatan

jingga

30 – 70% Curam, proses denudasional intensif, erosi dan

gerakan tanah sering terjadi

Merah muda

70 – 140% Sangat curam, batuan umumnya mulai tersingkap,

proses denudasional sangat intensif, sudah mulai

menghasilkan rombokan (koluvial)

Merah

>140% Curam sekali,batuan tersingkap, proses

denudasional sangat kuat, rawan jatuhan batu,

tanaman jarang tumbuh

Ungu

Sumber : Pedoman Penyusunan Rehabilitasi Lahan Konservasi Tanah, 1986.

2.2.3 Litologi

Litologi merupakan ilmu tentang batu-batuan yang berkenaan dengan sifat

fisik, kimia, dan strukturnya. Bagian dari bumi yang ikut dikaji dalam litologi

adalah litosfer, yang tersusun atas lapisan kerak, lapisan mantel, dan lapisan inti.

a. Batuan

Batuan (Rocks) adalah bahan padat bentukan alam yang umumnya

tersusun oleh kumpulan atau kombinasi dari satu macam mineral atau lebih.

Adapun mineral pembentuk batuan berdasarkan peranannya adalah sebagai

berikut:

Mineral Utama (Essentials Minerals)

Mempunyai implikasi terhadap penamaan batuan. Distribusi mineral

utama ini adalah ≥ 66% atau 2/3 RFM.

Mineral Tambahan (Accessory Mineral)

Distribusi dalam jumlah kecil, yaitu kurang dari 33% atau 1/3 RFM.

Mineral Sekunder/ Mineraal Alterasi

Merupakan hasil dekomposisi mineral-mineral penyusun batuan yang

terbentuk lebih awal, distribusinya kurang dari 10%.

Page 22: 1,2,3

22

Batuan terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu sebagai berikut:

1. Batuan Beku

Batuan beku merupakan hasil pendinginan dari magma pijar. Contohcontoh batuan beku antara lain adalah andesit dan diorit.

sumber : www.kuliahD3fatek.com sumber : www.kuliahD3fatek.com

Gambar 2.1 Gambar 2.2 Batuan Beku Andesit Batuan Beku Diorit

2. Batuan Sedimen

Batuan sedimen terbentuk dari endapan material batuan beku yang

terangkut oleh air, angin, atau es yang kemudian diendapkan di suatu

tempat. Contohnya adalah batu breksi dan batu gamping.

Sumber : earlfhamfa. com Sumber : earlfhamfa. com

Gambar 2.3 Gambar 2.4 Batuan Sedimen Breksi Batuan Sedimen Gamping

3. Batuan Metamorf

Batuan metamorf merupakan jenis batuan yang terbentuk akibat

proses metamorfisme yang meliputi proses tekanan, temperatur, serta

aktifitas dari cairan kimia. Contohnya adalah marmer dan kuarsit.

Page 23: 1,2,3

23

Sumber :kidsgen.com Sumber :kidsgen.com

Gambar 2.5 Gambar 2.6 Batuan Metamorf Marmer Batuan Metamorf Kuarsit

b. Tanah

Tanah adalah lapisan batuan gembur yang terbentuk dari pelapukan

batuan induk dan pembusukkan bahan organik. Tanah juga didefinisikan

sebagai kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam

horison-horison, yang terdiri atas bahan mineral, bahan organik, air dan

udara. Berikut merupakan jenis tanah:

1. Tanah Humus

Tanah humus adalah tanah yang sangat subur terbentuk dari lapukan

daun dan batang pohon di hutan hujan tropis yang lebat.

2. Tanah Pasir

Tanah pasir adalah tanah yang bersifat kurang baik bagi pertanian

yang terbentuk dari batuan beku serta batuan sedimen yang memiliki

butir kasar dan berkerikil.

3. Tanah Alluvial/ Tanah Endapan

Tanah aluvial adalah tanah yang dibentuk dari lumpur sungai yang

mengendap di dataran rendah yang memiliki sifat tanah yang subur

dan cocok untuk lahan pertanian.

4. Tanah Podzolid

Tanah podzolit adalah tanah subur yang umumnya berada di pegunungan

dengan curah hujan yang tinggi dan bersuhu rendah / dingin.

Page 24: 1,2,3

24

5. Tanah Vulkanis

Tanah vulkanis adalah tanah yang terbentuk dari lapukan materi

letusan gunung berapi yang subur mengandung zat hara yang tinggi.

Jenis tanah vulkanik dapat dijumpai di sekitar lereng gunung berapi.

6. Tanah Laterit

Tanah laterit dalah tanah tidak subur yang tadinya subur dan kaya

akan unsur hara, namun unsur hara tersebut hilang karena larut dibawa

oleh air hujan yang tinggi. Contoh : Kalimantan Barat dan Lampung.

7. Tanah Mediteran/ Tanah Kapur

Tanah mediteran adalah tanah sifatnya tidak subur yang terbentuk dari

pelapukan batuan yang kapur. Contoh : Nusa Tenggara, Maluku, Jawa

Tengah dan Jawa Timur.

8. Tanah organosol

Tanah organosol adalah jenis tanah yang kurang subur untuk bercocok

tanam yang merupakan hasil bentukan pelapukan tumbuhan rawa.

Contohnya rawa Kalimantan, Papua dan Sumatera.

Tabel II.2 Jenis-jenis Tanah

Jenis Tanah Keterangan

Aluvial HidromorfBahan asalnya berupa endapan liat (tanah hasil angkutan

air).

Grumosol Kelabu TuaBahan asalnya berupa abu/pasir dan tufa vulkan

intermedier.

Assosiasi Alluvial Kelabu

dan Cokelat Kekelabuan

Berasal dari batuan induk tuff volkan intermedier yang

cocok untuk kawasan pertanian. Tanah alluvium sifatnya

tidak peka terhadap erosi sehingga memiliki potensi untuk

dikembangkan sebagai kawasan terbangun karena

memiliki daya dukung beban yang cukup baik.

Kompleks Gerosol Kelabu

dan Kekelabuan

Bahan induknya berupa batu kapur dan nepal.

Jenis Tanah Keterangan

Page 25: 1,2,3

25

Jenis Tanah Keterangan

Latosol Cokelat Tua

Kemerahan

Berupa tanah residu hasil dari pelapukan breksi tufaan dan

pasir tufaan yang mengandung tufa vulkan intermedier.

Latosol Cokelat

Merupakan tanah residu hasil pelapukan dari breksi tufaan

dan batupasir tufaan. Berpotensi untuk terjadi gerakan

tanah berupa runtuhan batu.

Latosol Cokelat Tua

Endapan sangat tebal antara 1-3m, berwarna coklat muda,

bersifat lepas hingga sangat lepas, berbutir halus hingga

kasar, dan berbentuk menyudut hingga memutar.

Sumber: Diktat Perkuliahan Geologi Lingkungan, 2010

2.2.4 Struktur Geologi

Struktur geologi merupakan bentuk-bentuk geometri yang terdapat di kulit

bumi yang terbentuk karena pengaruh gaya-gaya endogen, baik berupa tekanan

maupun tarikan. Ada tiga jenis struktur geologi yang dikenal, yaitu kekar, sesar,

dan juga lipatan.

1. Kekar

Kekar adalah rekahan atau patahan pada lapisan batuan yang terjadi

akibat pengaruh gaya-gaya endogen baik tekanan maupun tarikan, tanpa

adanya perpindahan tempat. Adapun jenis kekar adalah sebagai berikut:

a. Kekar Gerus (Shear Joint), yaitu kekar pada batuan yang terbentuk

akibat adanya tekanan.

b. Kekar Tarik (Tension Joint), yaitu kekar pada batuan yang terjadi

akibat adanya tarikan.

sumber : museum.bgl.esdm.go.idGambar 2.7 Kekar

Page 26: 1,2,3

26

2. Sesar (Faults)

Sesar (faults) merupakan rekahan atau patahan pada lapisan batuan yang

terjadi akibat pengaruh gaya-gaya endogen berupa tekanan maun tarikan

disertai adanya perpindahan tempat/ dislokasi/ pergeseran.

Jenis sesar:

a. Sesar normal/ turun (normal/ gravity fault)

b. Sesar naik (reverse/ thrust fault)

c. Sesar mendatar/ geser (horizontal/ strike-slip fault)

d. Sembul (horst)

e. Terban (graben)

sumber : museum.bgl.esdm.go.idGambar 2.8 Sesar

3. Lipatan (Folds)

Lipatan (folds) merupakan struktur lapisan batuan sedimen yang

berbentuk lipatan atau gelombang atau lengkungan yang terbentuk akibat

gaya endogen berupa tekanan.

Jenis lipatan adalah sebagai berikut:

a. Lipatan tegak/ setangkup (upright fold/ synmetrical fold)

b. Lipatan tidak setangkup (asymmetrical fold)

c. Lipatan miring/ menggantung (inclined fold/ overtuned fold)

d. Lipatan rebah (recumbent fold)

e. Antiklin (anticline)

f. Sinklin (syncline)

Page 27: 1,2,3

27

sumber:museum.bgl.esdm.go.id

Gambar 2.9 Lipatan2.2.5 Klimatologi

Klimatologi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang

berhubungan dengan iklim seperti suhu, tekanan udara, kelembaban, angin, dan

curah hujan. Iklim adalah cuaca pada suatu daerah yang terjadi dalam jangka

waktu yang lama. Iklim di dunia digolongkan menjadi 4, penggolongan iklim ini

didasarkan pada letak suatu daerah menurut garis lintang dan suhu. Macam –

macam iklim dunia ada 4 jenis (Matthews,2005), yaitu :

Iklim kutub

Iklim sedang

Iklim tropis

Iklim subtropis

Pengetahuan tentang iklim sangat berguna dalam perencanaan untuk

mengetahui penyebaran iklim bumi, karena dalam penampakan topografis tertentu

seperti tanah (tropik laterik merah), gurun, dan penampakan geologi lainnya

sangat dipengaruhi oleh iklim. Faktor-faktor yang berhubungan dengan iklim

adalah :

a. Suhu udara.

Suhu harian dan suhu pada setipa tidak selalu sama, Udara cenderung

untuk mengalir dari daerah- daerah yang bertekanan atmosfer tinggi ke

tempat-tempat yang bertekanan atmosfer lebih rendah,sehingga akan

menyebabkan arah angin yang berbeda-beda.

Daratan tidak mempunyai kapasitas yang sama seperti air dalam

kemampuannya menyimpan panas, akibatnya daratan akan lebih cepat

bereaksi untuk menjadi panas ketika menerima radiasi matahari daripada

lautan. Sebaliknya daratan akan lebih cepat pula menjadi dingin dari pada

lautan pada waktu tidak ada pemanasan sinar matahari yang diterima oleh

Page 28: 1,2,3

28

permukaan bumi. Akibatnya di daratan terdapat perbedaan suhu yang amat

besar bila dibandingkan dengan yang terjadi di lautan. Perpindahan panas

juga terjadi antara udara dengan lautan atau tanah yang ada didawahnya

akan dapat memberikan suatu kenaikan tekanan atmosfer pada daerah-

daerah di sekitarnya.

Pemanasan udara oleh matahari terjadi dengan cara:

Pemanasan langsung, melalui proses absorbsi , refleksi, dan difusi.

Pemanasan tak langsung, melalui proses konduksi dan konveksi.

b. Kelembaban udara

Kelembaban udara adalah banyaknya uap air yang ada dalam udara.

Udara mengandung uap air sebanyak yang dapat dikandungnya disebut

udara jenuh (100%).

Kelembaban udara dibagi menjadi :

Kelembaban mutlak, yaitu bilangan yang menunjukkan berat uap

air ( dalam gram ) yang tertampung dalam 1 m³ udara.

Kelembaban nisbi (relatif), yaitu bilangan yang menunjukkan

besarnya prosentase perbandingan antara jumlah uap air yang ada

didalam udara dengan jumlah uap air maksimal yang dapat

ditampung oleh udara tersebut.

c. Angin

Angin adalah udara yang bergerak dalam atmosfer dari suatu tempat

yang suhunya tinggi ke tempat lain yang suhunya lebih rendah. Di bumi ini

pergerakan udara terjadi dari khatulistiwa dan bergerak menuju daerah

kutub. Sedangkan udara dingin di daerah kutub bergerak ke arah sebaliknya.

Semakin besar perbedaan suhu di antara dua daerah tersebut, semakin cepat

angin bertiup (Oliver,2004).

Pola angin dunia disebut dengan angin global. Pola hembusan angin

dibagi menjadi 3 daerah, hal ini tergantung dari arah hembusannya. Ketiga

pola hembusan angin tersebut adalah:

1. Angin Pasat (trade winds) adalah angin yang terjadi pada daerah

tropis dan menuju ke daerah yang bertekanan rendah di daerah

Page 29: 1,2,3

29

khatulistiwa. Angin ini bertiup satu arah di Utara Ekuator dan arah

lainnya di sebelah Selatan.

2. Angin Timur Kutub adalah angin dingin yang berhembus dari kutub

3. Angin Barat adalah angin yang berhembus di daerah yang beriklim

sedang.

Tabel II.3

Kekuatan dan Kecepatan Angin

KEKUATAN KETERANGAN

KECEPATAN

(KM/JAM)

0 Tenang <1

1 Sedikit angin 1- 5

2 Angin lembut 6-11

3 Angin sepoi-sepoi 12-19

4 Angin sedang 20-28

5 Angin segar 29-38

6 Angin sendalu 39-49

7 Angin mendekati kencang 50-61

8 Angin kencang 62-74

9 Angin sangat kencang 75-88

10 Badai 89-102

11 Badai besar 103-118

12 Angin topan >119

Sumber : senyawa.com

d. Tekanan Udara

Tekanan udara adalah tekanan yang diberikan udara karena beratnya

pada tiap bidang 1 cm² yang mendatar dari permukaan bumi. Semakin tinggi

suatu tempat maka tekanan udaranya akan semakin rendah. Perbedaan

tekanan udara terjadi karena perbedaan suhu udara, udara panas akan

bertekanan minimum (depresi) sedangkan daerah yang bersuhu rendah akan

bertekanan maksimum (kompresi). Tekanan udara dapat diukur dengan

Barometer. Semakin tinggi suatu tempat dari permukaan air laut, semakin

rendah tekanan udaranya. Hal ini dikarenakan oleh semakin berkurangnya

Page 30: 1,2,3

30

udara yang menekan. Tekanan udara suatu tempat selalu berubah sepanjang

hari.

e. Curah hujan

Hujan adalah peristiwa jatuhnya titik air yang semula berupa uap air

di udara kepermukaan bumi dalam bentuk cair atau padat. Alat pengukur

hujan dinamakan penakar hujan. Jumlah curah hujan di Indonesia tidak

merata dan paling banyak terjadi selama angin muson barat bertiup.

Menurut Schmidt dan Fergusson iklim dibagi menjadi delapan tipe

dengan perhitungan Nilai Quatient (Q) dengan rumus (Nugroho,2007) :

Untuk perhitungan bulan kering dan basah menggunakan skala Mohr

sebagai berikut :

• Bulan kering yaitu bulan yang curah hujannya < 60 mm.

• Bulan basah yaitu bulan yang curah hujannya > 100 mm.

• Bulan lembab yaitu bulan yang curah hujannya antara 60 – 100

mm.

Sedangkan untuk penentuan nilai Q, bulan lembab dimasukan pada bulan

basah.

Berdasarkan rasio nilai Q, maka Schmidt – Fergusson membagi iklim

sebagai berikut :

Tabel II.4

Data Pembagian Nilai Q Menurut Schmidt – Fergusson

Tipe Besar nilai Q(%) Ciri – ciri

A 0 - ≤ 14,3 Sangat basah, vegetasi hutan hujan tropis

B 14,3 - ≤ 33,3 Basah, vegetasi hutan hujan tropis

Q=∑ bulan kering

∑ bulan basah×100 %

Page 31: 1,2,3

31

Tipe Besar nilai Q(%) Ciri – ciri

C 33,3 - ≤ 60Agak basah, vegetasi hutan rimba, vegetasi

meranggas

D 60 - ≤ 100 Sedang, vegetasi hutan musim

E 100 - ≤ 167 Agak kering, vegetasi hutan belantara (sabana)

F 167 - ≤ 300 Kering, vegetasi sabana

G 300 - ≤ 700 Sangat kering, vegetasi padang ilalang

H > 700 Ekstrim kering, vegetasi padang ilalang

Sumber : Data Klimatologi BMG Kota Semarang 2001

Tabel II.5

Intensitas Hujan Harian Rata – Rata

No Kelas Interval (mm/hr) Deskripsi Skor

1. I 0 – 13,6 Sangat rendah 10

2. II 13,6 – 20,7 Rendah 20

3. III 20,7 – 27,7 Sedang 30

4. IV 27,7 – 34,8 Tinggi 40

5. V >34,8 Sangat tinggi 50

Sumber : SK Mentri Kehutanan No.837/ KPTS/UM/II /1980 dan No.683/KPTS/UM/VII/1981

f. Awan

Awan merupakan kumpulan butir-butir air, kristal es atau campuran

keduanya, yang masih melekat pada inti-inti kondensasi dan tetap

melayang-layang di udara. Butir-butir air atau kristal es tersebut sangat

halus, dengan diameter sekitar 2-40 mikron.

Page 32: 1,2,3

32

2.2.6 Stratigrafi

Stratigrafi dalam arti sempit merupakan ilmu pemerian atau deskripsi lahan-

lahan. Sedangkan dalam artian luas adalah ilmu yang membahas aturan hubungan

dan kejadian macam-macam batuan di alam. Statigrafi menjelaskan hubungan

geometris dan umur antara macam-macam lensa, dasar dan formasi dalam geologi

sistem dari asal terjadinya sedimentasi. Stratigrafi digunakan untuk menentukan

urutan cara terjadinya batuan, struktur geologi, fisiografis dan penilaian secara

ekonomi pada suatu daerah penelitian

Ada beberapa prinsip dasar yang berlaku didalam pembahasan mengenai

stratigrafi, yaitu:

a. Hukum atau prinsip yang dikemukakan oleh Steno (1669), terdiri dari:

Prinsip Superposisi (Superposition Of Strata) Didalam suatu urutan

perlapisan batuan maka lapisan paling bawah relatif lebih tua umurnya

daripada lapisan yang berada diatasnya selama belum mengalami

deformasi. Konsep ini berlaku untuk perlapisan berurutan.

Prinsip Kesinambungan Lateral (Lateral Continuity) Lapisan yang

diendapkan oleh air terbentuk terus-menerus secara lateral dan hanya

membaji pada tepian pengendapan pada masa cekungan itu terbentuk.

Prinsip Akumulasi Vertikal (Original Horizontality) Lapisan sedimen

pada mulanya diendapkan dalam keadaan mendatar (horizontal),

sedangkan akumulasi pengendapannya terjadi secara vertikal

(principle of vertikal accumulation).

b. Hukum yang dikemukakan oleh James Hutton (1785). Hukum atau

prinsip ini lebih dikenal dengan azasnya yaitu uniformitarisme, yaitu

proses-proses yang terjadi pada masa lampau mengikuti hukum yang

berlaku pada proses-proses yang terjadi sekarang, atau dengan kata lain

“masa kini merupakan kunci dari masa lampau” (The Present is The Key

To The Past). Maksudnya adalah bahwa proses-proses geologi alam yang

terlihat sekarang ini dipergunakan sebagai dasar pembahasan proses

geologi masa lampau.

Page 33: 1,2,3

33

Hukum Intrusi atau Penerobosan (Cross Cutting Relationship) oleh

AWR Potter dan H. Robinson. Suatu intrusi (penerobosan) adalah

lebih muda daripada batuan yang diterobosnya.

Hukum Urutan Fauna (Law of Fauna Succession) oleh De

Soulovie(1777), dalam urut-urutan batuan sedimen sekelompok

lapisan dapat mengandung kumpulan fosil tertentu dengan

sekelompok lapisan di atas maupun di bawahnya.

Tabel II.5

Jenis-jenis Stratigrafi

No Jenis Formasi Ciri-ciri

1. Endapan Alluvium (Qa) Terdiri dari endapan dataran pantai,endapan

sungai,dan endapan danau

2. Formasi Damar (QTd) Terdiri dari batu pasir tufaan,konglomerat,breksi

vulkanik, dan tufa

3. Batuan Gunungapi Gajah

Mungkur (Qhg)

Batuannya berupa lava andesit berwarna abu-abu

kehitaman,berbutir halus,holokristalin,komposisi

terdiri dari feldspar,homblende,danaugit

4. Batuan gunungapi kali gesit

(Qpk)

Batuannya berupa lava basaslt,berwarna abu-abu

kehitaman,halus,komposisi mineral terdiri dari

feldspar,olivine,dan augit

5. Formasi Jongkong (Qpj) Breksi andesit homblende yang berwarna coklat

kehitaman,dan aliran larva berwarna abu-abu tua

6. Formasi kali getas (Qpkg) Batuannya terdiri dari breksi dan lahar dengan

sisipan lava dan tuff halus,sampai

kasar,dibawahnya ditemukan batu lempung

mengandung molusca dan fosil

7. Formasi Kalibeng (Tmpk) Batuannya terdiri dari napa,batu pasir

tufaan,dan batu gamping

Page 34: 1,2,3

34

No Jenis Formasi Ciri-ciri

8. Formasi Kerek (Tmk) Interkalasi batu lempung,napal,batu pasir

tufaan,konglomerat,breksi vuklanik,dan batu

gamping.

Sumber : SK Mentri Kehutanan No.837/ KPTS/UM/II /1980 dan No.683/KPTS/UM/VII/1981

2.2.7 Hidrogeologi

Hidrogeologi adalah ilmu yang mempelajari tentang air tanah. Air tanah

sendiri adalah sejumlah air dibawah permukaan bumi yang dapat dikumpulkan

dengan sumur-sumur, terowongan, atau sistem-sistem drainase atau aliran yang

secara alami mengalir ke arah permukaan tanah melalui pancaran atau rembesan

(Nugroho, Hadi. Dalam Diktat Perkuliahan, 2010). Faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi banyaknya air hujan yang merembes ke dalam tanah yaitu :

1. kelerengan daratan

2. tingkat curah hujan

3. jumlah curah hujan

4. porositas

5. durasi atau waktu curah hujan

6. derajat permeabilitas

Selain dari faktor-faktor diatas, adapula sifat-sifat batuan yang mempengaruhi air

tanah yakni:

1. Akuiklud

Batuan yang memiliki lapisan impermiabel dengan nilai konduktivitas

hidrolik yang sangat kecil sehingga tidak memungkinkan adanya air tanah

yang melewatinya.

2. Akuifug

Batuan yang memiliki sifat pada umumnya berbentuk solid, pejal dan tidak

dapat melewati air tanah.

3. Akuifer

Formasi batuan yang susunannya dapat menyimpan dan mengalirkan air

tanah pada kondisi lingkungan.

Page 35: 1,2,3

35

4. Akuitard

Batuan yang memiliki formasi susunan sedemikian rupa sehingga

mempunyai lapisan semipermiabel dengan nilai konduktivitas hidrolik yang

kecil.

Kegiatan dalam hidrogeologi meliputi:

1. Pelacakan air tanah dalam pada daerah sulit air.

2. Pemboran eksplorasi atau produksi air tanah dalam diagrafi nuklir lubang

bor.

3. Konstruksi instalasi air.

2.2.8 Hidrologi

Hidrologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kejadian, perputaran, dan

penyebaran air di atmosfer dan permukaan bumi serta di bawah permukaan bumi

(Nugroho, 2010). Secara khusus menurut SNI No. 1724–1989-F, hidrologi di

definisikan sebagai ilmu yang mempelajari sistem kejadian air di atas permukaan

dan di dalam tanah. Air dianggap sebagai bagian dari unsur utama bersama-sama

dengan bumi, udara, dan api.

Siklus hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari atmosfir

ke bumi dan kembali ke atmosfir melalui kondensasi, presipitasi, evaporasi, dan

transpirasi.

Sumber: www.batan.go.id/ppgn/hidrogeologi.htm

Gambar 2.10 Siklus Hidrologi

Page 36: 1,2,3

36

Siklus hidrologi mengalami beberapa sistem yakni:

1. Evaporasi

Evaporasi atau transpirasi disebut juga sebagai penguapan. Air menguap

dari makhluk hidup, laut, sungai, rawa, dan perairan lainnya akibat

pemanasan oleh sinar matahari. Air ini ,enguap hingga membentuk awan.

Pada keadaan jenuh uap air (awan) ini akan menjadi titik-titik air yang

selanjutnya akan turun ke bumi (precipitation) dan menciptakan hujan atau

dalam keadaan suhu rendah akan membentuk salju. Adapula faktor-faktor

meteorologi yang mempengaruhi besarnya evaporasi adalah :

a) Radiasi matahari

b) Angin

c) Kelembaban relatif

d) Suhu

2. Transpirasi

Transpirasi adalah penguapan air yang berasal dari tumbuh-tumbuhan.

Tumbuh-tumbuhan mengeluarkan air melalui stomata dan lentisel akibat

pemanasan oleh sinar matahari.

3. Kondensasi

Adanya pengaruh angin dan tekanan uap panas dari bumi mengakibatkan

uap air yang berasal dari proses evaporasi dan transpirasi tersebut naik

sampai pada ketinggian tertentu dan mengalami proses kondensasi atau

disebut pula sebagai pengembunan.

4. Presipitasi

Awan yang terbentuk tersebut semakin lama semakin menebal hingga pada

suatu saat awan tersebut mengalami proses penjenuhan sebagai akibat dari

banyaknya pengumpulan uap air, kemudian uap tersebut jatuh ke bumi

dalam bentuk hujan.

5. Infiltrasi dan Run Off/Overland Flow

Air hujan yang jatuh ke permukaan bumi ini kemudian terdapat sebagian

yang diserap oleh tanah dan bergerak ke dalam tanah melalui pori-pori tanah

hingga kembali menuju muka air tanah. Pergerakan air inilah yang biasa

Page 37: 1,2,3

37

disebut dengan infiltrasi. Air hujan yang diserap oleh tanah kemudian

berkumpul menjadi satu menjadi air tanah. Sedangkan sebagian yang lain

mengalir dipermukaan tanah melalui sungai lalu kembali lagi menuju ke

laut. Lalu proses tersebut akan berulang lagi.

Siklus hidrologi ini terdapat beberapa macam yang dibagi berdasarkan

lamanya siklus terjadi. Adapun pembagian siklusnya adalah sebagai berikut:

1. Siklus Pendek atau Siklus Kecil

Siklus pendek ini terdiri dari menguapnya air laut menjadi uap gas karena

panas matahari lalu mengalami kondensasi dan membentuk awan. Karena

mencapai masa jenuh maka air yang mengalami kondensasi dan berbentuk

awan tersebut menjadi titik-titik air atau yang biasa disebut hujan di atas

permukaan laut.

2. Siklus Sedang

Siklus sedang ini sedikit lebih panjang daripada siklus pendek. Siklus ini

dimulai dari menguapnya air laut menjadi uap gas yang disebabkan oleh

panas matahari. Kemudian mengalami kondensasi. Uap air ini bergerak oleh

tiupan angin meuju daratan dan membentuk awan di atas daratan.

Terjadinya hujan pada siklus ini adalah di permukaan daratan. Air hujan ini

mengalir di sungai dan kembali menuju lautan.

3. Siklus Panjang atau Siklus Besar

Siklus ini merupakan siklus hidrologi secara lengkap yakni dimulai dari

menguapnya air laut menjadi uap gas karena panas matahari. Kemudian uap

air ini mengalami sublimasi dan membentuk awan yang mengandung kristal

es. Awan ini bergerak oleh tiupan angin menuju daratan. Di daratan sendiri

juga terjadi penguapan air daratan seperti air danau, air sungai, dan lainnya.

Air daratan yang menguap dan mengalami kondensasi ini kemudian

membentuk awan juga. Gabungan dari awan ini kemudian menjadi salju

apabila ketika turun di bumi karena pengaruh suhu dan tekanan.

Page 38: 1,2,3

38

2.2.9 Bahaya Geologi

Bahaya geologi merupakan aktivitas geologi yang dapat menimbulkan

perubahan-perubahan keadaan geologi dari keadaan eksisting semula. Perubahan

tersebut menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan, khususnya manusia.

Penjelasan mengenai beberapa contoh bahaya geologi adalah:

1. Gerakan Tanah

Gerakan tanah adalah proses perpindahan massa tanah dan batuan pada arah

mendatar, tegak, atau miring dari kedudukan semula akibat pengaruh gaya

berat, tanpa bantuan langsung dari media air, udara, dan gas.

Sumber: mapiptek.ristek.go.id Gambar 2.11 Jenis Gerakan Tanah

a. Jungkiran

Jungkiran merupakan tipe dari gerakan tanah dengan memutar ke depan

dari satu atau beberapa blok tanah aau batuan terhadap titik pusat putaran

yang terdapat dibawah masa batuan akibat dari gaya gravitas.

Page 39: 1,2,3

39

b. Longsoran

Longsoran ditandai dengan perpindahan massa tanah atau batuan

sepanjang bidang longsoran dari massa tanah atau bidang batuan yang

mantap.

c. Penyebaran lateral

Penyebaran lateral merupakan gerakan menyebar menuju arah lateral

yang disebabkan oleh retak geser dan retak tarik yang dapat terjadi pada

material batuan serta pada batuan tersebut.

d. Aliran

Aliran merupakan gerakan tanah yang disebabkan oleh kuat geser tanah

yang kecil sekali bahkan mencapai nol dan material yang bergerak dapat

berupa material bahan rombakan yang berukuran kasar, tanah dengan

ukuran halus ataupu lempung yang jenuh air.

Sumber: Diktat Perkuliahan Geologi Lingkungan, 2010

Gambar 2.12 Tipe Gerakan Tanah Aliran

e. Runtuhan

Runtuhan ditandai dengan keruntuhan tanah yang kemudian akan diikuti

dengan gerakan jatuh bebas akibat gaya gravitasi bumi.

f. Kompleks.

Kompleks merupakan gabungan dari dua atau lebih dari tipe-tipe gerakan

tanah yang sudah dijelaskan pada point sebelumnya.

g. Penurunan Tanah (land subsidance)

Page 40: 1,2,3

40

Penurunan tanah adalah salah satu bentuk dari gerakan tanah yang

menuju ke arah vertikal ke bawah yang diakibatkan oleh beberapa faktor,

yaitu: aktivitas penambangan bawah tanah

1) akibat aktivitas tektonik

2) akibat beban permukaan

3) konsolidasi

4) pelarutan mineral

5) berkurangnya tekanan hidrolik lapisan

tanah (Selby,1990).

2. Banjir

Banjir merupakan bahaya geologi yang disebabkan ole meluapnya air

permukaan bumi yang dapat menyebabkan kerusakan struktur dan

infrastruktur yang ada, misalnya ladang, sawah, dan lain-lain.

3. Erosi

Erosi adalah proses pengikisan tanah yang disebabkan oleh air hujan.

Berdasarkan jenisnya, erosi dibagi menjadi lima bentuk yakni:

a. Erosi Lembah

Erosi ini disebabkan oleh kekuatan jatuh butiran hujan dan aliran

permukaan. Pada erosi lembah pengikisan lapisan tanah tebalnya merata

terhadap suatu permukaan bidang tanah, sedangkan kecepatan butiran

hujan berada diantara 6-10 meter per sekon. Erosi ini terutama terjadi

pada daerah terbuka.

b. Erosi Percik

Erosi percik merupakan tahap awal yang diakibatkan dari hujan yang

disebabkan oleh tenaga kinetis jatuhnya butir hujan ke permukaan tanah.

Erosi percik dapat dikurangi akibatnya dengan reboisasi agar butiran

hujan tidak langsung jatuh ke tanah.

c. Erosi Alur

Erosi alur merupakan erosi yang terjadi pada tanah yang tidak rata dan

umumnya terjadi di daerah yang ditanami atau lereng. Erosi alur

Page 41: 1,2,3

41

dikarenakan terkonsentrasinya air hujan yang mengalir ke tempat yang

lebih rendah dengan membawa material tanah. Erosi ini akan

menghasilkan produk berupa alur atau guratan pada lereng.

d. Erosi Parit

Erosi ini terjadinya sama dengan proses terjadinya proses erosi alur.

Perbedaannya hanya terletak pada saluran yang tertentu saja yakni pada

erosi parit, saluran yang terbentuk sudah lebih dalam dibandingkan erosi

alur.

e. Erosi Tebing Sungai

Erosi ini terjadi pada tebing sungai yang diakibatkan oleh pengikisan

lateral.

2.3 Tata Guna Lahan

Tata guna lahan adalah suatu upaya dalam merencanakan pembangunan

lahan dalam suatu kawasan yang meliputi pembagian wilayah untuk

pengkhususan fungsi-fungsi tertentu, misalnya fungsi pemukiman, perdagangan,

industri dan fungsi lainnya. Rencana tata guna lahan merupakan kerangka kerja

yang menetapkan keputusan-keputusan terkait tentang lokasi, kapasitas dan

jadwal pembuatan jalan, saluran air bersih dan air limbah, gedung sekolah, pusat

kesehatan, taman dan pusat-pusat pelayanan serta fasilitas umum lainnya. Tata

guna lahan berupa :

1. Kawasan permukiman

Kawasan permukiman ini ditandai dengan adanya perumahan yang disertai

prasana dan sarana serta infrastruktur yang memadai. Kawasan permukiman

ini secara sosial mempunyai norma dalam bermasyarakat. Kawasan ini

sesuai pada tingkat kelerengan 0-15% (datar hingga landai).

2. Kawasan perumahan

Kawasan perumahan hanya didominasi oleh bangunan-bangunan

perumahan dalam suatu wilayah tanpa didukung oleh sarana dan prasarana

yang memadai. Kawasan ini sesuai pada tingkat kelerengan 0-15% (datar

hingga landai).

Page 42: 1,2,3

42

3. Kawasan perkebunan

Perkebunan ini ditandai dengan dibudidayakannya jenis tanaman yang bisa

menghasilkan materi dalam bentuk uang. Kawasan ini sesuai pada tingkat

kelerengan 8-15% (landai).

4. Kawasan pertanian

Kawasan pertanian ditandai oleh adanya jenis budidaya satu tanaman saja.

Kawasan ini sesuai pada tingkat kelerengan 8-15% (landai).

5. Kawasan ruang terbuka hijau

Kawasan terbuka hijau ini dapat berupa taman yang hanya ditanami oleh

tumbuhan yang rendah dan jenisnya sedikit. Namun dapat juga berupa hutan

yang didominasi oleh berbagai jenis macam tumbuhan. Kawasan ini sesuai

pada tingkat kelerengan 15-25% ( agak curam ).

6. Kawasan perdagangan

Kawasan perdagangan ini biasanya ditandai dengan adanya bangunan

pertokoan yang menjual berbagai macam barang. Kawasan ini sesuai pada

tingkat kelerengan 0-8% ( datar )

7. Kawasan industri

Kawasan industri ditandai dengan adanya proses produksi baik dalam

jumlah kecil maupun dalam jumlah besar. Kawasan ini sesuai pada tingkat

kelerengan 8-15% ( hingga landai ).

8. Kawasan perairan

Kawasan perairan ini ditandai oleh adanya aktifitas perairan, seperti

budidaya ikan, pertambakan, irigasi, dan sumber air bagi wilayah dan

sekitarnya.

2.4 Aspek Non Fisik

Untuk mengindetifikasi wilayah studi di perlukan informasi aspek non fisik,

seperti aspek kependudukan dan sosial ekonomi. Dimana, aspek kependudukan

adalah jumlah penduduk di wilayah studi menurut kelompok umur, sehingga di

ketahui komposisi demografi penduduk di wilayah studi.

Page 43: 1,2,3

43

Menurut aspek sosial ekonomi adalah jumlah penduduk menurut mata

pencaharian, sehingga dapat di ketahui kondisi sosial penduduk wilayah studi dan

dapat mengukur kesejahteraan penduduk di wilayah studi.

2.5 Metode-Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan terdiri dari 2 jenis yaitu metode kualitatif

dan metode kuantitatif, metode ini digunakan untuk mengetahui permasalahan dan

potensi alam yang terdapat di wilayah studi.

2.5.1 Metode Kuantitatif

Metode kuantitatif adalah metode penelitian yang sistematis terhadap suatu

fenomena dan hubungan-hubungannya. Tujuan penelitian kuantitatif adalah

mengembangkan dan menggunakan model-model matematis, teori-teori dan

hipotesis yang berkaitan dengan fenomena alam. Metode kuantitatif cenderung

menggunakan metode pengumpulan data dan uji hipotesis yang spesifik, termasuk

survei, analisis statistik, analisis data sekunder, dan desain eksperimental.

2.5.2 Metode Kualitatif

Metode kualitatif lebih menekankan pada pengamatan langsung di wilayah

studi atau survei lapangan. Metode kualitatif terdiri dari 2 macam yaitu studi

lapangan dan studi pustaka. Studi lapangan dilakukan dengan mengkaji masalah

di lapangan secara langsung sedangkan studi pustaka dilakukan dengan mengkaji

dokumen dan sumber tertulis.

2.6 Alat Analisis

2.6.1 Analisis Skoring

Menurut Smith (1980), analisis dengan menggunakan metode skoring

adalah kriteria pembobotan bebas untuk menilai sesuatu yang bersifat kualitatif.

Sedangkan menurut Voogd (1983), skoring adalah menyelidiki sejumlah

kemungkinan dalam keterangannya mengenai beberapa kriteria dan objek yang

saling bertentangan. Metode skoring digunakan untuk menganalisis suatu

permasalahan dengan cara memberi nilai secara kuantitatif pada faktor – faktor

Page 44: 1,2,3

44

tertentu yang kebanyakan bersifat kualitatif. Nilai tersebut merupakan perwakilan

dari kriteria – kriteria kualitatif yang diberikan pada faktor tersebut.

Berdasarkan SK Menteri Pertanian No. 837/KPTS/Um/II/1980 dan No

683/KPTS/Um/VIII/1981, penentuan arahan fungsi pemanfaatan lahan ditentukan

oleh tiga faktor yaitu :

1. jenis Tanah

2. kelerengan Tanah

3. intensitas Curah Hujan

Penentuan fungsi pemanfaatan lahan tersebut dapat diklasifikasikan

dengan menggunakan skoring dari ketiga faktor di atas.

1. Skoring untuk jenis tanah

Berikut di bawah ini adalah tabel skoring untuk menilai kelas tanah meurut

kepekaan erosinya:

Tabel II.6Kelas Tanah Menurut Kepekaan Erosi dan Nilai Skor

No Kelas Jenis Tanah Deskripsi Skor

1 IAluvial, tanah clay, planosol,

hidromorf kelabu,lateritTidak peka 15

2 II Litosol Kurang peka 30

3 IIIBrown foret,non caltic, brown

mediteraniaPeka 45

4 IVAndesol, laterit,

gerosol,podsol,podsolicPeka 60

5 V Rebosol, litosol, organosol, renzine Sangat peka 75

Sumber : Sk Menteri Kehutanan No. 837/KPTS/UM/II/1980 dan No. 63/KPTS/UM/VIII/1981

Page 45: 1,2,3

45

Tabel II.7Klasifikasi Kelas Tanah

NO AspekKelas

I II III IV1. Kemiringan tanah 0-2% 2-5% 5-8% >8%

2. Keadaan drainase Baik/sedang dan

mudah dikeringkan

Sewdang

dan tidak

mudah

dikeringkan

Sedang dan

tidak mudah

dikeringkan

Sangat buruk

3. Keadaan drainase >90 cm <60 cm <60 cm Batuan-batuan

4.

Kestabilan tanah Stabil Sering

terjadi

masalah

pondasi

Sering

terjadi

masalah

pondasi

Kemiringan

10%

kemiringan

tidak stabil

5. Daya serap air Cepat Sedang lambat Sangat lambat

Sumber: Hasil Studi Pkitdro 1988

Berdasarkan kajian fisik dan klasifikasi sifat tanah yang sesuai untuk

pengembangan perkotaan di atas, maka diketahui kelas tanah yang sesuai untuk

pengembangan fisik kegiatan perkotaan. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka

ketentuan-ketentuan penilaian dibawah ini dapat dijadikan pedoman.

Lahan Kelas I: merupakan lahan yang sesuai untuk pengembangan fisik kota.

Standar-standar desain bagi pelayanan dan pengaturan yang

memuaskan dan dapat diadakan dengan biaya yang sangat

rendah, dan dapat langsung pulih kembali apabila mendapat

gangguan.

Lahan Kelas II: adalah lahan yang pada dasarnya sesuai untuk pengembangan

perkotaan, namun satu atau lebih dari sifat-sifat tanahnya tidak

sesuai dengan pengembangan kota. Pemilihan yang hati-hati dari

metode pengaturan yang teliti akan menyebabkan biaya-biaya

naik untuk meminimumkan pengaruh terhadap kerusakan

lingkungan.

Page 46: 1,2,3

46

Lahan Kelas III: lahan dengan satu atau lebih sifat-sifatnya sesuai dengan bentuk

pengembangan kota. Halangan-halangan dapat dibatasi dengan

biaya tinggi serta desain khusus dan juga teknik pengaturan yang

teliti, meskipun ada yang bertentangan terhadap kelestarian

lingkungan sekitarnya.

Lahan Kelas IV: lahan yang tidak sesuai lagi bagi pengembangan kota, karena

satu atau lebih sifat-sifat lainnya menyebabkan tidak mungkin

untuk dipakai sebagai area pengembangan. Perbaikan dapat

dilakukan dengan biaya yang sangat tinggi, namun pengaruh

kebalikan nyata terhadap kelestarian lingkungan mungkin

terjadi.

(Sumber: SK Menteri Kehutanan No.873/UM/II/1980 dan NO.683/KPTS/UM/1981)

2. Skoring untuk kelerengan

Berikut ini adalah tabel untuk menentukan skor kelas lereng:

Tabel II.8Kelas Lereng dan Skor (%)

NoKela

sLereng (%) Deskripsi Skor

1 I 0-8 Datar 20

2 II 8-15 Landai 40

3 III 15-25 Agak curam 60

4 IV 25-45 Curam 80

5 V >45 Sangat curam 100

Sumber : SK Menteri Kehutanan No. 837/UM/II/1980 dan No. 83/KPTS/UM/1981

Kawasan dengan sifat kelerengan :

0-15% : termasuk kawasan layak bangunan

15-45% : termasuk kawasan budidaya

45% : termasuk kawasan konservasi atau serapan

Page 47: 1,2,3

47

3. Skoring untuk intensitas curah hujan

Di bawah ini adalah tabel untuk menentukan skor intensitas hujan harian rata-

rata:

Tabel II.9Tabel Intensitas Hujan Harian Rata-rata dan skor

No KelasInterval

( mm/hari )Deskripsi Skor

1 I 0 – 13,6 Sangat Rendah 10

2 II 13,6 – 20,7 Rendah 20

3 III 20,7 – 27,7 Sedang 30

4 IV 27,7 – 34,8 Tinggi 40

5 V > 34,8 Sangat tinggi 50

Sumber : Sk Menteri Kehutanan No. 837/KPTS/UM/II/1980 dan No. 63/KPTS/UM/VIII//1981

Penentuan Arahan Fungsi Pemanfaatan Lahan

Berdasarkan ketiga faktor di atas, maka dapat ditentukan suatu arahan fungsi

pemanfaatan lahan dengan cara menambahkan skor dari ketiga faktor tersebut.

Berikut ini adalah tabel yang digunakan untuk menetapkan fungsi kawasan

berdasarkan jumlah skor:

Tabel II.10Tabel Kriteria dan Cara Penetapan Kawasan

Lindung Dan BudidayaNO Kawasan Skor

1 Kawasan Lindung >175

2 Kawasan Penyangga 125 – 175

3 Kawasan Budidaya Tanaman Tahunan <125

4 Kawasan Budidaya Tanaman Semusim <125

5 Kawasan Pemukiman <125

Sumber : SK Mentan No 837/KPTS/UM/II/1980 dan No 688/KPTS/UM/8/1982

2.6.2 Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah instrument perencanaaan strategis yang klasik.

Dengan menggunakan kerangka kerja kekuatan, kelemahan dan kesempatan

Page 48: 1,2,3

48

ekternal dan ancaman, instrument ini memberikan cara sederhana untuk

memperkirakan cara terbaik untuk membuat dan melaksanakan suatu rencana.

Instrumen ini membantu para perencana untuk mengetahui pencapaian yang bisa

diperoleh, dan hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam membuat serta

melaksanakan suatu rencana.

Tujuan dari analisis menggunakan metode SWOT adalah untuk memberikan

gambaran mengenai keunggulan, kelemahan, peluang dan ancaman dari suatu

rencana secara menyeluruh yang digunakan sebagai dasar atau landasan

mengevaluasi. Pada dasarnya, analisis SWOT terbagi atas 4 faktor, keempat faktor

tersebut adalah kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang

(opportunities), dan ancaman (threats).

Tabel II.11Tabel Matriks Analisis SWOT

Internal

Eksternal

Strength

(S)

Weakness

(W)

Opportunity

(O)

Strategi SO

Kekuatan yang

merupakan potensi suatu

wilayah yang didukung

dengan adanya peluang,

maka dapat dilakukan

pemanfaatan yang

optimal.

Srategi WO

Kelemahan yang ada di

suatu wilayah diimbangi

dengan adanya peluang yang

menjadi problem solving

bagi kelemahan tersebut.

Page 49: 1,2,3

49

Threat

(T)

Strategi ST

Dengan adanya kekuatan

yang mendukung

penggunaan lahan di

wilayah studi, maka

ancaman yang datang

dapat diatasi dan

penggunaan lahan pun

dapat dioptimalkan.

Strategi WT

Jika kelemahan suatu

wilayah didukung dengan

adanya ancaman dari luar,

maka dapat dipastikan akan

terjadi kesulitan dalam

mengatasi permasalahan

penggunaan lahan di wilayah

tersebut.

2.6.3 Overlay Peta

Teknik overlay merupakan pendekatan tata guna lahan atau landscape,

dengan menumpangtindihkan dua peta yang berbeda sehingga terbentuk peta baru

dengan informasi yang lebih spesifik. Overlay ini merupakan suatu sistem

informasi dalam bentuk grafis yang dibentuk dari penggabungan berbagai peta

individu (memiliki informasi/database yang spesifik). Agregat dari kumpulan

peta individu ini, atau yang biasa disebut peta komposit, mampu memberikan

informasi yang lebih luas dan bervariasi. Teknik overlay peta ini bertujuan untuk

melihat deskripsi kenampakan wilayah yang mengandung potensi maupun resiko

bencana berdasarkan pertumbuhan dan kriteria kontribusi.

Page 50: 1,2,3

50

BAB III

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK WILAYAH

KELURAHAN REJOSARI, KECAMATAN NGAMPEL

3.1 Wilayah Makro

3.1.1 Kondisi Geografis

Letak geografis adalah letak suatu daerah atau wilayah yang dilihat

kenampakannya dari permukaan bumi. Kecamatan Ngampel merupakan salah

satu kecamatan di wilayah Kabupaten Kendal memiliki letak yang strategis karena

mudah dijangkau oleh penduduk di wilayah Kabupaten Kendal. Ketinggian tanah

pada Kecamatan Ngampel ± 6 meter dpl dengan suhu udaranya berkisar 27 °C .

Adapun batas-batas wilayah Kecamatan Ngampel adalah:

Utara : Kecamatan Patebon

Timur : Kecamatan Brangsong

Selatan : Kecamatan Singorejo

Barat : Kecamatan Gemuh

Kecamatan Ngampel merupakan wilayah perdesaan terdiri dari 12 Desa, meliputi

44 Dusun , 55 RW dan 219 RT.

Tabel III.1Administratif Kecamatan Ngampel

Desa Dusun RW RT

Winong 5 5 21

Jatirejo 4 5 19

Rejosari 3 3 9

Sumbersari 6 6 30

Kebunagung 4 4 14

Ngampel Kulon 4 5 28

Ngampel Wetan 3 3 14

Sudipayung 2 5 23

Dempelrejo 3 3 18

Desa Dusun RW RT

Page 51: 1,2,3

51

Banyuurip 4 4 16

Bojonggede 2 5 12

Putatgede 4 7 15

Jumlah 44 55 219

Sumber : BPS Kabupaten Kendal 2009

Luas wilayah Kecamatan Ngampel pada tahun 2009 adalah 33,88.Km2

Sedangkan luas wilayah Kecamatan Ngampel dirinci menurut penggunaannya

terdiri dari:

1. Tanah Sawah = 12,76 Km²

2. Tanah Pekarangan = 4,28 Km²

3. Tanah Tegalan = 4,69 Km²

4. Tanah Hutan = 9,87 Km²

5. Lainnya = 2.28 Km²

3.1.2 Aspek-Aspek Geologi Lingkungan

1. Morfologi

Morfologi adalah ilmu yang membahas tentang roman muka dan

aspek yang mempengaruhinya. Kecamatan Ngampel terletak pada

ketinggian 6 meter dari permukaan laut. Bentuk bentangan alam dari

Kecamatan Ngampel ini pada umumnya adalah bentangan alam struktural

dengan struktur mendatar (lapisan horizontal), karena merupakan dataran

rendah yang memiliki elevasi antara 0 – 500 kaki dari permukaan laut.

Bentangan alam struktural ini merupakan bentuk bentangan alam yang

dipengaruhi oleh faktor endogen yang dikontrol oleh gaya-gaya endogen

seperti aktifitas magmatis, gunungapi atau aktifitas tektonik.

2. Topografi

Topografi adalah ilmu yang membahas bentuk relief permukaan

bumi. Secara makro, Kecamatan ngampel termasuk pada dataran rendah

yang sebagian besar bertopografi datar dengan kelas lereng 0-8%, kecuali

pada bagian selatan kelurahan Jatirejo yang memiliki topografi landai

dengan kemiringan kelas lereng 8-15.

3. Litologi

Page 52: 1,2,3

52

Jenis batuan

Jenis batuan yang ada di Kecamatan Ngampel merupakan batuan

sedimen, yaitu sandstone atau batupasir dan juga batuan breksi.

Batupasir terbentuk karena segmentasi butiran-butiran pasir yang

terbawa oleh arus sungai, ombak, dan angin, sehingga terakumulasi di

suatu tempat dan membentuk batuan. Sedangkan batuan breksi adalah

batuan yang memiliki butiran-butiran kasar. Batuan jenis ini terbentuk

dari segmentasi bagian-bagian yang bersifat coarse. Bagian-bagian ini

berbentuk runcing dan menyudut.

Jenis tanah

Tanah di kecamatan ngampel terdiri atas asosiasi dari tanah aluvial,

vertisoldan mediteran. Tanah aluvial merupakan tanah yang terbentuk

dari endapan lumpur sungai yang mengendap di dataran rendah. Sifat

tanah ini cenderung subur karena mengandung banyak mineral dan

unsur hara yang dapat dimanfaatkan pada bidang pertanian, hal ini

sesuai dengan keadaan di kecamatan Ngampel yang di dominasi oleh

lahan pertanian. Tanah vertisol merupakan lempung yang dapat

mengembang dan mengerut. Dalam keadaan kering dijumpai retkan

yang lebar dan dalam.

4. Srtuktur Geologi

Berdasarkan survey yang telah kami lakukan, Kecamatan Ngampel

mempunyai struktur geologi kekar. Yaitu struktur rekahan tanpa ada

pergeseran atau perpindahan pada bidang rekahan. Sedangkan struktur

geologi yang lain seperti sesar dan lipatan tidak ditemukan di wilayah studi.

5. Klimatologi

a. Suhu Udara

Suhu udara di Kecamatan Ngampel tidak jauh berbeda dengan suhu

udara di kota Kendal. Suhu maksimum adalah 33ºC dan suhu minimum

24ºC. Kelembaban 60 % - 90 %.

b. Angin

Page 53: 1,2,3

53

Kekuatan angin di kecamatan Ngampel adalah 25 km/jam, sehingga

berdasarkan Skala Beaufort, angin pada daerah Kecamatan Ngampel

termasuk ke dalam angin segar.

c. Curah Hujan

Curah hujan tertinggi pda Kecamatan Ngampel adalah 767 mm di

bulan Maret dan terendah pada bulan Agustus yaitu 4 mm, memiliki

iklim tropis dengan suhu antara 24ºC sampai dengan 33ºC.

Tabel III.2

Intensitas Hujan Harian Rata – Rata

No KelasInterval (mm /

hr)Deskripsi Skor

1. I 0 – 13,6 Sangat rendah 10

2. II 13,6 – 20,7 Rendah 20

3. III 20,7 – 27,7 Sedang 30

4. IV 27,7 – 34,8 Tinggi 40

5. V > 34,8 Sangat Tinggi 50

Sumber : SK Menteri Kehutanan No. 837 / KPTS / UM / II / 1980 dan No. 683 / KPTS / UM / VII/1981.

%100

BulanBasah

gBulanKerinQ

Dimana :

Bulan basah : curah hujan lebih dari 100mm

Buan Kering : curah hujan kurang dari 60mm

Bulan Lembab : curah hujan antara 60mm – 100mm.

Tabel III.3 Curah Hujan Kecamatan Ngampel Tahun 2008

Page 54: 1,2,3

54

Bulan Curah Hujan

(mm)

Hari Hujan

Januari 306 15

Februari 436 17

Maret 767 15

April 252 12

Mei 535 11

Juni 38 3

Juli 25 3

Agustus 4 0

September 62 4

Oktober 29 3

November 113 10

Desember 231 13

Jumlah 2799 105

Sumber : Data Monografi Kecamatan Ngampel Tahun 2008

Berdasarkan data curah hujan kecamatan Ngampel pada tahun 2008

dapat disimpulkan bahwa terdapat 4 bulan kering yaitu pada bulan Juni, Juli,

Agustus, dan oktober. 8 bulan basah yaitu pada bulan Januari, Februari,

maret, april, mei, september, november dan desember. Dari data curah hujan

dapat diketahui nilai Q sebesar 50% sehingga Kecamatan Ngampel

termasuk kedalam iklim agak basah berdasarkan pembagian iklim menurut

Schmidt Fergusson.

6. Stratigrafi

Tatanan stratigrafi wilayah Kecamatan Ngampel tersusun atas formasi

damar dan endapan alluvium. Penjelasan tiap-tiap formasi, mulai dari umur

tua ke umur muda adalah sebagai berikut:

Formasi Damar (Qtd)

Formasi damar terdiri atas batupasir, tufaan, konglomerat, breksi

vulkanik dan tufa. Formasi ini berumur Plio-Plistosen, dan terdiri atas

Page 55: 1,2,3

55

sedimen yang diendapkan di lingkungan nonmarin, yang diindikasikan

oleh fosil sisa vertebrata (Thanden drr., 1996).

Endapan Alluvium (Qal)

Endapan Alluvium tersebar luas dan menutupi 90% wilayah

Kecamatan Ngampel. Terbentuk dari endapan dataran pantai, endapan

sungai, dan endapan danau. Umumnya terdiri dari lempung dan pasir

yang kemudian membentuk endapan delta dan mencapai ketebalan

kurang lebih 80 m. Selain itu endapan alluvium yang ada pada alur

sungai terdiri atas kerikil, kerakal, dan pasir.

7. Hidrogeologi

Air tanah yang terdapat di Kecamatan Ngampel cukup melimpah, hal

ini terlihat dari banyaknya warga yang memanfaatkan sumur baik itu sumur

cincin maupun sumur suntik sebagai sumber mata air. Namun selain

terdapatnya sumur, warga juga memanfaatkan air PDAM. Daerah

Kecamatan Ngampel ini memiliki cukup persediaan air tanah karena

daerahnya yang memiliki tingkat dan intensitas hujan yang lebih sesuai

dengan musim di Indonesia sehingga warga mampu menyesuaikan dan

pemanfaatan air tanah, ditambah lagi dengan tersedia sungai yang mengalir

di daerah ini dengan jenis tanah akuifer.

Pada kelurahan Winong dan Jatirejo terdapat jenis akuifer dengan

aliran melalui celahan dan ruang antar butur, semetara di kelurahan lainnya

memiliki jenis akuifer dengan aliran ruang antar butir.

8. Hidrologi

Kecamatan Ngampel merupakan daerah dataran rendah dengan tata

guna lahan utama dalah sawah. Kecamatan ini juga dilewati oleh dua sungai

yakni Sungai Blorong dan Sungai Bodri. Tingkat evaporasi di daerah ini

tergolong stabil karena letaknya yang berada pada daerah dataran rendah.

Tingkat infiltrasi pada daerah ini dikatakan stabil, yaitu hujan yang terjadi

pada kecamatan Ngampel lebih sesuai berdasarkan musim yang ada di

Indonesia.

Page 56: 1,2,3

56

Pada kelurahan Winong dan Jatirejo memiliki akuifer produktif dan

setempat, sementara di kelurahan Rejisari, Ngampel Wetan, Sumbersari,

Kebonagung memiliki jenis akuifer produktif sedang dengan penyebaran

luas, semntara Ngampel kulon, Banyuurip, Bojonggede,Putetgede dan

Dempelrejo memiliki jenis akuifer produktif dengan penyebaran luas.

9. Bahaya Geologi

Bahaya geologi yang terdapat di Kecamatan Ngampel ini adalah

Erosi. Erosi yang terjadi yaitu erosi percik dan erosi tebing sungai.

Erosi Percik

Erosi percik mengakibatkan jalan di kecamatan Ngampel rusak.

Jalan di kecamatan Ngampel merupakan jalan kelas III (Kelas jalan

yang tidak dapat di lalui oleh truk). Jalan ini dilewati oleh truk

pembawa batu dan hasil sawah dari kecamatan Pengadon. Oleh

karena itu, jalan ini akan semakin mudah rusak.

Sumber: Dokumentasi Kelompok 1 A, 2012Gambar 3.1

Erosi Percik (Tanda Panah)

Erosi tebing sungai

Erosi ini terjadi pada bidang lateral sungai. Erosi ini terjadi akibat

dari pengikisan air sungai.

Page 57: 1,2,3

57

Sumber: Dokumentasi Kelompok 1 A, 2012 Gambar 3.2 Erosi Tebing Sungai (Tanda Panah)

3.1.3 Tata Guna Lahan

Tata guna lahan di kecamatn Ngampel terbagi menjadi 5 bagian yaitu lahan

pertanian, lahan perkarangan, lahan tegala, hutan dan lainnya. Mayoritas lahan di

kecamatan Ngampel di gunakan sebagai pertanian. Berikut adalah klasifikasi tata

guna lahan di kecamatan Ngampel :

1. Pertanian

Kecamatan Ngampel memiliki lahan yang dimanfaatkan sebagai sumber

utama mata pencaharian warganya, yaitu lahan pertanian, luas lahan

pertanian kecamatan ngampel mencapai 12,76 Km2

2. Hutan

Luas hutan di kecamatan ngampel mencapai 9,87 Km2. Hutan ini

kebanyakan di tumbuhi oleh pohon bambu dan pohon beringin.

3. Tegalan

Lahan tegalan yang ada di kecamatan Ngampel seluas 4,69 Km2 .

4. Perkarangan

Lahan perkarangan yang biasanya terdiri atas pemukiman warga

memiliki luas sekitar 4,28 Km2 .

Page 58: 1,2,3

58

5. Lahan lainnya

Prasarana umum di kecamatan Ngampel, seperti sekolah, masjid,

lapangan bola, lapangan voly, lapangan badminton, klinik umum

memiliki luas lahan secara keseluruhan sekitar 2,28 Km2

3.1.4 Potensi Sumber Daya Alam

Potensi wilayah studi Kecamatan Ngampel meliputi sumber daya alam,

kerajinan, dan terapi. Potensi sumber daya alam yang dimiliki Kecamatan

Ngampel adalah dari sektor pertanian yang didominasi oleh padi, palawija,

tanaman buah dan sayur, serta tembakau. Pertanian merupakan salah satu mata

pencarian utama penduduk Kecamatan Ngampel karena sebagian besar

penduduknya bekerja sebagai petani. Selain potensi alam ada juga potensi

kerajinan seperti kerajinan akar kayu, yaitu mengolah akar kayu menjadi hiasan

mebel yang memiliki pasar tersendiri, salah satunya adalah yang dikembangkan

oleh “UD Dwi Karya” di desa Kebonagung. Potensi ketiga adalah adanya terapi

dengan menggunakan ikan, dimana para pasien memasukkan anggota tubuhnya ke

dalam kolam yang telah diisi oleh ikan kecil-kecil berjenis nilam arwi. Terapi ini

ada di desa Jatirejo.

Obyek wisata Kedung Pengilon yang berlokasi di Dusun Mijil Desa Jatirejo

Kecamatan Ngampel dulu merupakan salah obyek wisata yang sering dikunjungi

oleh warga sekitar kota Kendal. Dilokasi Kedung Pengilon ini terdapat air terjun

kecil dengan ketinggian ± 15 m, pada saat ini luas kedung sekitar ± 100 m².

Untuk menuju lokasi Kedung Pengilon dapat melewati Bendung Kali Aji yang

merupakan hulu sungai Blorong yang membelah dua kecamatan Brangsong dan

Kecamatan ngampel yang terhubung dengan sebuah jembatan tua peninggalan

Belanda.Diatas Kedung terdapat Petilasan Pangeran Mintono dengan ketinggian

± 20 terletak di atas air terjun, dari lokasi tersebut kita bisa melihat ke arah utara,

bentangan atau hamparan sawah, terlebih pada malam hari, kilauan cahaya kota

Kendal bisa terlihat dari sekitar petilasan tersebut.

3.1.5 Permasalahan

Wilayah Kecamatan Ngampel terletak di daerah yang datar dan dilalui dua

sungai yaitu sungai Blorong dan sungai Bodri. Permasalahan utama di Kecamatan

Page 59: 1,2,3

59

Ngampel adalah aliran sungai yang cukup deras sehingga menimbulkan erosi

bantaran kali atau biasa disebut river bank erotion. Keadaan ini diperparah dengan

tidak diberikan tanggul-tanggul di dekat bantaran sungai yang biasanya digunakan

untuk mengurangi dampak erosi akibat arus sungai yang deras. Sehingga banyak

bantaran sungai di sungai Bodri dan sungai Blorong yang tergerus arus sungai

sehingga lama-lama menjadi habis. Sejauh ini belum ada tanda-tanda dari pihak

pemerintah Kecamatan Kendal untuk memberikan tanggul-tanggul penahan pada

bantaran sungai Blorong dan sungai Bodri atau solusi-solusi lain untuk

mengurangi dampak erosi pada daerah bantaran sungai.

Sumber: Dokumentasi Kelompok 1 A, 2012 Gambar 3.3 Potensi Banjir Jika terjadi hujan

3.1.6 Aspek Non Fisik

Kecamatan Ngampel memiliki luas wilayah sekitar 33,88 Km2 dengan

jumlah penduduk 31.106 jiwa berdasarkan sensus 2010 (sumber : bps.go.id).

Mayoritas penduduk kecamatan Ngampel beragama islam. Sehingga tempat

ibadah yang ada di kecamatan Ngampel hanya masjid dan musalla, dengan jumlah

masjid 12 dan musalla 156.

Berdasarkan data demografi kependudukan yang ada kepadatan penduduk

di kecamatan Ngampel adalah 1.043 jiwa/Km2 dan 2.944 jiwa/desa. Penduduk

kecamatan Ngampel usia tua lebih banyak dari muda, dimana rata-rata penduduk

berpusat kelompok umur 35-39, 40-44 dan 45-49.

Page 60: 1,2,3

60

Banyak penduduk Di atas 10 Tahun yang Bekerja DIrinci menurut Mata

Pencahariannya pada Tahun 2008. Dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel III.4Penduduk Menurut Mata Pencaharian

No Lapangan Usaha Jumlah (org)1 Pertanian

Pengusaha 3.849Buruh 8.690

2 Pertambangan & PenggalianPengusaha 0Buruh 32

3 Industri PengolahanPengusaha 16Buruh 60

4 Listrik, Gas, Air MinumPengusaha 1Buruh 31

No Lapangan Usaha Jumlah (org)5 Bangunan

Pengusaha 13Buruh 1.222

6 Perdagangan, Hotel, RestoranPengusaha 458Buruh 300

7 Pengangkutan & KomunikasiPengusaha 468Buruh 300

8 KeuanganPengusaha 15Buruh 278

9 JasaPengusaha 6Buruh 46

Jumlah 15.785 Sumber : Kendalkab.go.id

Dari tabel di atas, dapat di simpulakan mayoritas warga kecamatan Ngampel

bermatapencaharian sebagai buruh tani.

Dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari, warga Ngampel menggunakan

beberapa jenis alat transportasi, seperti sepeda motor, andong, angkot, maupun

sepeda. Berikut adalah data jumlah kendaraan transportasi warga kecamatan

Ngampel.

Page 61: 1,2,3

61

Tabel III.5Jumlah Sarana Transportasi

No Jenis Transportasi Jumlah1 Angkot 532 Bus 33 Truk 114 Mobil Pribadi & Mobil dinas 1705 Sepeda Motor 6.1066 Andong 967 Sepeda 3.650

Sumber : Kendalkab.go.id

3.2 Wilayah Mikro

3.2.1 Kondisi Geografis

Kondisi geografis Kelurahan Rejosari yaitu berdasarkan data statistik desa

Rejosari pada Maret tahun 2012 memiliki luas wilayah 128,6 HA dengan rincian

penggunaannya yaitu:

1. Tanah Sawah = 83 Ha

2. Tanah Pekarangan = 20 Ha

3. Tanah Tegalan = 19 Ha

4. Lain-lain. = 6,6 Ha

Batas-batas administrasi Kelurahan Rejosari adalah:

Utara : Kelurahan Ngampel Kulon

Timur : Kecamatan Brangsong

Selatan : Kelurahan Jatirejo

Barat : Kelurahan Sumbersari

3.2.2 Aspek-Aspek Geologi Lingkungan

1. Morfologi

Secara mikro, kelurahan Rejosari juga merupakan bentukan bentangan

alam struktural, karena daerahnya yang sangat datar, memiliki ketinggian

yang sama dengan wilayah Ngampel secara makro yaitu kurang lebih 6

meter dari permukaan laut, wilayah Rejosari sebagian besar didominasi oleh

persawahan dan perkebunan.

Page 62: 1,2,3

62

2. Topografi

Secara mikro, Kelurahan Rejosari juga mempunyai kelas lereng 0-8%

yang bertopografi datar, karena pada dasarnya wilayah tersebut benar-benar

datar, tidak terdapat sedikitpun bentukan cekungan atau tonjolan. Wilayah

Rejosari sangat berpotensi pada pemanfaatan pertanian.

3. Litologi

Jenis batuan

Di wilayah studi Kelurahan Rejosari, terdapat jenis batuan sedimen

sebagaimana yang terdapat pada wilayah studi makro. Berdasarkan

survey yang telah dilakukan, batuan yang terdapat di Kelurahan

Rejosari adalah batu breksi dan batupasir, yang banyak dijumpai di

bantaran Sungai Blorong.

Jenis tanah

Jenis-jenis tanah yang ada di Kelurahan Rejosari merupakan tanah

aluvial, vertisol, dan mediteran. Hal tersebut terbukti dari banyaknya

lahan pertanian subur yang terdapat di Kelurahan Rejosari.

Selain itu di bantaran Sungai Blorong juga terdapat tanah vertisol

yang masih basah akan tetapi sudah mempunyai retakan-retakan.

Adanya tanah mediteran terbukti dari tanaman palawija yang dapat

tumbuh dengan baik di Kelurahan Rejosari, karena tanamn palawija

merupakan salah satu jenis tanaman yang dapat tumbuh di tanah

mediteran.

4. Struktur Geologi

Di Kelurahan Rejosari, struktur geologi yang ditemukan adalah kekar.

Hal tersebut terlihat dari adanya rekahan-rekahan pada jalan di wilayah

tersebut. Kekar yang ada di Kelurahan Rejosari tersebut, tergolong Kekar

Gerus ( Shear Joint), yaitu kekar yang terjadi akibat adanya stress yang

cenderung menggelincir pada bidang satu sama lain. Hal tersebut terlihat

dari adanya rekahan berupa goresan garis pada bidang jalan.

Page 63: 1,2,3

63

5. Klimatologi

Iklim suatu daerah merupakan pola cuaca rata-rata yang dialami, dan

diukur selama periode waktu yang lama. Berdasarkan data Monografi

Kecamatan Ngampel Tahun 2008, curah hujan pada wilayah studi yaitu

kelurahan Rejosari adalah 2799 mm/tahun dengan banyak hari curah hujan

yang terbanyak adalah 17 hari. Sehingga klimatologi wilayah studi ditinjau

dari temperatur, banyak hari dengan curah hujan yang terbanyak dapat

digolongkan sebagai daerah beriklim tropis dengan temperatur suhu udara

rata-rata tahunan tertinggi di Kelurahan rejosari adalah 28,3 ºC yang terjadi

pada bulan September, sedangkan suhu udara rata-rata tahunan terendah

sebesar 26,3 ºC yang terjadi pada bulan Februari.

6. Stratigrafi

Susunan stratigrafi secara mikro di Kelurahan Rejosari tersusun atas

endapan alluvium. Jenis stratigrafi endapan alluvium tersusun di sebagian

besar wilayah Kelurahan Rejosari

Tabel III.6Jenis Formasi Stratigrafi

No Jenis Formasi

Kelurahan Rejosari

Ciri-ciri

1 Endapan Alluvium (Qa) Terdapat jenis tanah aluvial yang merupakan hasil

endapan lumpur dari sungai yang mengendap di dataran rendah

Di tepi sungai Blorong terdapat endapan pasir dan lempung yang terdiri atas kerikil, pasir dan lanau setebal 1-3 M

Sumber : Data Bappeda 2008

7. Hidrogeologi

Air tanah yang terdapat pada Kelurahan Rejosari Kecamatan Ngampel

dikatakan cukup melimpah karena masih banyaknya warga yang

memanfaatkan air tanah ini sebagai sumber airnya. Walaupun sudah

terdapat fasilitas air dari PDAM namun masih banyak warga yang

Page 64: 1,2,3

64

menggunakan air tanah, karena air tanahnya tergolong jernih. Terdapatnya

air tanah yang cukup melimpah ini disebabkan oleh tingkat curah hujan

yang dikatakan stabil serta sifat batuannya akuifer dengan aliran melalui

ruang antar butir.

8. Hidrologi

Kelurahan Rejosari Kecamatan Ngampel memiliki tingkat evaporasi

yang relatif tinggi dibandingkan kelurahan lainnya yang terdapat di

Kecamatan Ngampel. Hal ini disebabkan karena Kelurahan ini dilalui oleh

sungai Blorong dan Sunga Bodri yang berbatasan dengan Kecamatan

Brangsong serta jenis akuifernya produktif sedang dengan penyebaran luas.

9. Bahaya geologi

Bahaya geologi yang terdapat pada Kelurahan Rejosari Kecamatan

Ngampel ini adalah erosi. Adapun erosi yang terjadi adalah erosi percik dan

erosi tebing sungai.

Erosi Percik

Erosi ini terjadi pada tanah dan jalan. Erosi ini terjadi pada jalan

akibat dari jalan yang terdapat adalah kelas III yang akan mudah

rusak apabila dilewati oleh truk. Setelah rusak maka akan mudah

terkena erosi karena tingkat curah hujan yang terdapat pada kelurahan

ini tergolong stabil.

Sumber: Dokumentasi Kelompok 1 A, 2012Gambar 3.4

Erosi Percik (Tanda Panah)

Page 65: 1,2,3

65

Erosi Tebing Sungai

Erosi ini terjadi pada bidang lateral sungai. Tebing sungai tererosi

akibat dari arus sungai. Erosi ini akan menimbulkan masalah karena

terdapat pemukiman penduduk sekitar 10 m dari tebing sungai. Selain

itu, terdapat pula jembatan yang terbuat dari bambu. Apabila tebing

sungai tidak segera diberi penguat maka jembatan akan rusak dan

pemukiman penduduk tersebut akan longsor ke sungai.

Sumber: Dokumentasi Kelompok 1 A, 2012Gambar 3.5

Sungai Blorong

Sumber: Dokumentasi Kelompok 1 A, 2012 Gambar 3.6

Erosi Tebing Sungai (Tanda Panah)

Page 66: 1,2,3

66

Sumber: Dokumentasi Kelompok 1 A, 2012 Gambar 3.7

Erosi Tebing Sungai (Tanda Panah)

3.2.3 Tata guna Lahan

Tata guna lahan di kelurahan Rejosari terbagi menjadi 4 yaitu, Lahan

Pertanian, lahan pekarangan, lahan tegalan dan lain-lain. Adapun klasifikasinya

adalah

1. Pertanian

Pertanian merupakan matapencaharian utama penduduk kelurahan

Rejosari. Luas lahan pertaniannya adalah 83 Ha yang merupakan tanah

sawah irigasi tehnis. Luas dan jenis tanaman utamanya adalah

Tabel III.7Luas Lahan dan Tanaman Utama

Jenis Tanaman Luas Tanaman Akhir BulanPadi 2 Ha

Jagung 1,5 HaKetela Pohon 1 Ha

Ketela Rambat -Kacang Hijau 17 Ha

Kedele -Sayur-sayuran XxxxBuah-buahan Xxxx

Bawang merah 38 HaSumber : Kantor Kelurahan Rejosari

2. Pekarangan

Lahan pekarangan, biasanya merupakan jenis lahan pemukiman, luasnya

sekitar 20 Ha dengan spesifikasi rumah penduduk sebagai berikut :

Page 67: 1,2,3

67

a. Rumah permanen atau rumah yang dindingnya terbuat dari batu

berjumlah 139 rumah.

b. Rumah setengah permanen berjumlah 9 rumah.

c. Rumah dari kayu atau papan berjumlah 303 rumah.

d. Rumah yang dindingnya dari bambu berjumlah 31 rumah.

3. Tegalan

Lahan yang berbentuk tegalan di kelurahan Rejosari memiliki luas 19 Ha.

4. Lainnya

Lahan lainnya berupa, kuburan, jalan, sungai dan sarana prasarana,

dengan luas 6,6 Ha. Dimana untuk jalan di kelurahan rejosari yang

merupakan jalan kelas III dengan panjang jalan 1 km. Kelurahan Rejosari

juga memiliki 10 jembatan.

3.2.4 Potensi wilayah Mikro

Potensi alam kelurahan Rejosari hampir sama dengan wilayah makronya

atau Kecamatan Ngampel yaitu pertanian. Tanah pertanian yang mendominasi

wilayah kelurahan Rejosari membuat hampir semua penduduknya bergantung

pada sektor pertanian dan membuat bertani menjadi mata pencarian utama

penduduknya. Hasil pertanian di kelurahan Rejosari perhektarnya yaitu:

1. Padi : 9-10 ton

2. Tembakau : 3 ton

3. Bawangmerah : 12 ton

4. Kacang Hijau : 1,2 ton

Selain itu kelurahan Rejosari memiliki potensi alam lain yaitu adanya galian

pasir. Galian pasir ini jumlahnya tidak terlalu banyak sehingga apabila dijual tidak

akan menghasilkan keuntungan. Karena keadaan yang demikian maka pasir hasil

galian lebih dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan penduduk sekitar.

3.2.5 Permasalahan

Permasalahan wilayah kelurahan Rejosari juga hampir sama dengan wilayah

makronya atau Kecamatan Ngampel yaitu erosi bantaran kali atau river bank

eruption, karena pada kelurahan Rejosari dilintasi oleh sungai Blorong. Pada

kelurahan Rejosari juga belum ada tanggul-tanggul penahan pada bantaran sungai

Page 68: 1,2,3

68

untuk mengurangi dan mencegah dampak erosi sehingga pada beberapa bantaran

sungai terjadi longsor. Keadaan ini diperparah dengan banyaknya pemukiman

penduduk yang terletak di pinggir sungai dan jaraknya hanya berkisar 12 meter

dari bantaran sungai. Permasalahan lain yang terjadi di kelurahan Rejosari yaitu

adanya erosi percik pada jalan-jalan yang ada di kelurahan Rejosari. Struktur

tanah yang aluvial, kondisi jalan yang kelas III, dan seringnya jalan dilewati oleh

kendaraan-kendaraan berat maka membuat kondisi jalan semakin rusak dan

membuat banyak bagian dari badan jalan yang bergelombang atau berlubang.

3.2.6 Aspek Non Fisik

Jumlah penduduk kelurahan Rejosasi adalah 2.001 jiwa dengan 607 kepala

keluarga. Semua penduduk kelurahan Rejosari beragama Islam. Adapun jumlah

penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin sebagai berikut :

Tabel III.8Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

Kelurahan Rejosari

Kelompok

UmurLaki-laki Perempuan Jumlah

0-4 33 34 67

5-9 103 97 200

10-14 119 112 231

15-19 127 129 256

20-24 129 132 261

25-29 132 128 260

30-39 102 95 197

40-49 96 89 185

50-59 97 92 189

65+ 77 78 155

Jumlah 1.015 986 2.001

Sumber : Kantor Kelurahan rejosari

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa warga kelurahan rejosari lebih banyak

laki-laki, dari data juga diketahui bahwa penduduk usia produktif jauh lebih

banyak dari pada usia lanjut dan anak-anak.

Page 69: 1,2,3

69

Data demografi penduduk periode april 2012, jumlah penduduk yang

meninggal sebanyak 6 orang, dimana 4 perempuan dan 2 orang laki-laki,

sedangkan jumlah penduduk kelurahan rejosari yang lahir pada bulan april 2012

adalah 9 orang, dimana 7 laki-laki dan 2 perempuan. Adapun jumlah migrasi nya

adalah yang migrasi masuk sebanyak 9 orang dan migrasi keluar sebanyak 5

orang, dengan demikian maka migrasi nettonya adalah 4 orang.

Untuk penduduk menurut mata pencaharian, di sajikan pada tabel berikut,

Tabel III.9Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Umur > 10 Tahun

Kelurahan Rejosari

Jenis Pekerjaan Pengusaha (orang) Buruh (orang)Pertanian 225 761Pertambangan & Penggalian - -Industri Pengelolaan - 54Listri, Gas, Air Minum 2 4Bangunan 2 368Perdagangan, Hotel, Restoran 34 47Pengangkutan & Komunikasi 7 21Keuangan & Persewaan 4 6Jasa 2 8

Jumlah 274 1.269Sumber : Kantor kelurahan Rejosari

Dari tabel dapat di simpulkan bahwa mayoritas penduduk kelurahan Rejosari

bekerja sebagai buruh tani. Jumlah sarana perekonomian yang terdapat di

kelurahan Rejosari adalah 6 toko, 20 kios, dan 12 warung. Untuk industri, ada

1industri kecil dengan 3 orang tenaga kerja dan 5 industri rumah tangga dengan

10 orang tenaga kerja.

Tabel III.10Tingkat Pendidikan Penduduk Umur > 5 Tahun

Kelurahan Rejosari

Tamat Akademik 28Tamat SLTA 283

Page 70: 1,2,3

70

Tamat SLTP 415Tamat SD 812Tidak Tamat SD 86Belum Tamat SD 144Tidak Sekolah 39

Jumlah 1.807Sumber : Kantor kelurahan Rejosari

Dari tabel dapat di ketahui bahwa ada 86 warga kelurahan Rejosari yang tidak

tamat SD. Di kelurahan Rejosari terdapat 1 TK dengan 25 orang murid dan 3

guru, 1 SD dengan 168 murid dan 10 guru, serta 1 SLTP umum dengan 679 murid

dan 27 guru. Dengan data tersebut berarti yang menjalani pendidikan jenjang

SLTA bersekolah di luar kelurahan Rejosari.