BAB 1,2,3-97
-
Upload
ahmad-dikrullah -
Category
Documents
-
view
55 -
download
4
description
Transcript of BAB 1,2,3-97
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit utama di Indonesia pada
balita yang menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit secara cepat yang
sangat penting bagi tubuh. Diare mungkin bukan penyakit yang parah seperti
jantung atau kanker. Namun, diare pada balita sangat berbahaya karena dapat
menyebabkan kematian akibat kekurangan cairan, akan tetapi selama ini
banyak orang tua yang meremehkan apabila balita atau anaknya mengalami
diare, hal ini dikarenakan ketidaktahuan orang tua tentang bahaya diare yang
dapat mengakibatkan dehidrasi dan seringkali ketika dibawa ke dokter
penderita sudah dalam keadaan terlambat, lemas atau kekurangan cairan dan
selanjutnya syok bahkan kematian (Purbawati, 2001).
Menurut catatan WHO (2009) setiap detik 1 balita meninggal karena
diare dan membunuh 2 juta anak di dunia setiap tahunnya, sedangkan di
Indonesia sekitar 162 ribu balita meninggal setiap tahun atau sekitar 460 balita
setiap harinya (Amirudin, 2010).
Data yang diperoleh dari Puskesmas Bantur didapatkan jumlah anak
diare yang berobat di Puskesmas Bantur pada tahun 2010 sebanyak 820
pasien dan tahun 2011 berjumlah 982 pasien. Bulan Januari sampai April 2012
berjumlah 265 pasien, sedangkan untuk setiap harinya ada 2-3 pasien anak
dengan diare, dari beberapa balita yang dibawa berobat di Puskesmas Bantur
ada yang mengalami tanda-tanda dehidrasi ringan bahkan sampai dehidrasi
sedang.
Diare merupakan penyakit infeksi mikro organisme termasuk bakteri,
virus dan parasit lainnya. Penularan penyakit melalui oral ini tentunya
disebabkan oleh berbagai faktor pendukung, yaitu lingkungan yang kotor dan
sanitasi yang buruk ataupun manusia itu sendiri yang tidak menjalankan pola
hidup bersih dan sehat. Kondisi tersebut dapat mendukung tingginya angka
kejadian diare terutama pada balita dengan orang tua yang memiliki
pengetahuan kurang tentang diare (Mujiwati, 2007). Pada umumnya orang tua
atau ibu yang memiliki pengetahuan kurang, lebih banyak ditemukan di desa-
desa yang mempunyai banyak faktor penyebab, mulai dari minimnya sumber
informasi, rendahnya tingkat pendidikan khususnya wanita di desa, sampai
lingkungan atau adat yang menuntut mereka untuk memiliki pendidikam
sampai hanya pada tingkat tertentu (Pieget, 2007).
Kurangnya pengetahuan orang tua khususnya ibu balita terhadap diare
dapat ditingkatkan melalui penyuluhan tentang diare, salah satunya dengan
menerapkan pola hidup bersih dan sehat mulai dari diri sendiri dan
lingkungan, serta tanggapnya orang tua terhadap kejadian diare pada anaknya.
Berdasarkan fenomena tersebut peneliti ingin meneliti lebih lanjut
gambaran pengetahuan ibu tentang diare pada balita di Puskesmas Bantur.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas maka rumusannya
adalah Bagaimana gambaran pengetahuan ibu tentang diare pada balita di
Puskesmas Bantur?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang diare pada balita
berdasarkan parameter di Puskesmas Bantur.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi karakteristik responden (umur, pendidikan,
pekerjaan)
b. Mengetahui pengetahuan ibu tentang diare
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat memberikan tambahan wawasan dan
pengetahuan bagi peneliti tentang pengetahuan ibu dengan anak usia balita
tentang diare pada balita.
2. Bagi Bidang Pelayanan Kesehatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi bidang
pelayanan kesehatan setempat untuk memberikan informasi atau
pengetahuan tentang diare pada ibu dengan anak usia balita.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Pengetahuan
1. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari
oleh seseorang (Alleborgobot, 2007).
Pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia
melalui pengamatan indrawi, pengetahuan muncul ketika seseorang mengunakan
indera atau akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang
belum pernah dilihat dan dirasakan sebelumnya (Alleborgobot, 2007).
Pengetahuan adalah pembentukan pemikiran asosiasi yang menghubungkan
atau menjalin sebuah pikiran dan kenyataan atau pikiran lain berdasarkan
pengalaman yang berulang-ulang tanpa pemahaman mengenai kausalitas (sebab
akibat) yang universal (Wilson, 2008).
Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep dan
pemahaman yang dimiliki manusia tentang dunia dan segala isinya termasuk
manusia dan kehidupan (Keraf, dkk, 2000).
Pengetahuan adalah tambahan ilmu dari sebelumnya tidak tahu menjadi tahu
dan pengetahuan ini bisa di peroleh lewat belajar dari orang lain, membaca,
menyimak, menyelidiki dan juga bisa digunakan seseorang dalam menggambil
suatu keputusan dimasa datang (Anonim, 2008).
Pengetahuan adalah buah dari “berfikir” (natigyyah) adalah sebagian
defferentia (fashl) yang memisahkan manusia dari hewan (Reach, 2007).
Pengetahuan (knowledge) adalah interaksi terus menerus antara individu
dengan lingkungan (Piaget, 2007).
Pengetahuan adalah sebagai suatu pembentukan yang terus menerus oleh
seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi karena adanya pemahaman
baru (Budiningsih, 2005).
Berdasarkan beberapa definisi pengetahuan diatas maka dapat disimpulkan
bahwa:
Pengetahuan adalah ilmu baru yang diperoleh oleh seseorang melalui
berbagai cara baik dari proses belajar maupun interaksi terus menerus dengan
lingkungan.
2. Macam-Macam Pengetahuan
Pengetahuan dibedakan menjadi dua:
a. Pengetahuan Empiris adalah pengetahuan yang lebih menekankan
pengamatan dan pengalaman indrawi, pengetahuan empiris juga dapat
berkembang menjadi pengetahuan diskriptif bila seseorang dapat
melukiskan dan menggambarkan segala ciri, sifat dan gejala yang ada pada
empiris tersebut
b. Pengetahuan Rasionalisme adalah pengetahuan yang di dapatkan melalui
akal budi, rasionalisme lebih menekankan pengetahuan yang bersifat
apriori, tidak menekankan pada pengalaman (Alleborgobot, 2007).
Pengetahuan manusia dari satu sudut pandang dibagi menjadi empat macam:
a. Pengetahuan Indrawi
Seseorang akan memperoleh pengetahuan ini melalui panca indranya,
tentunya tanpa menafikan peran khas akal dalam proses perolehan itu.
Pengetahuan ini biasanya digunakan berbagi cabang ilmu empirik seperti:
Fisika, Kimia, Biologi
b. Pengetahuan Rasional
Pengetahuan ini tersusun dari konsep-konsep abstraktif yang disebut juga
konsep sekunder. Ruang lingkup pengetahuan ini adalah Logika, Filsafat,
Matematika
c. Pengetahuan Tekstual
Pengetahuan ini memiliki peran sekunder karena tergantungnya pada
pengetahuan sebelumnya, yaitu pengetahuan tentang sumber informasi
yang terpercaya (otoritas) dan diperoleh dari orang yang jujur
d. Pengetahuan Hudhuri dan Syudhudi
Berbeda dengan pengetahuan sebelumnya, pengetahuan ini terkait
langsung dengan wujud objeknya, tanpa melalui perantara gambaran
konseptual dibenak, serta bebas dari kekeliruan (anonym, 2008).
Pengetahuan manusia dikategorikan menjadi enam:
a. Pengetahuan Hudhuri/Badihi (fitra)
Merupakan pijakan dasar bagi seluruh tindakan manusia, untuk jenis
pengetahuan ini manusia hanya perlu menyadarinya secara langsung dan
instropektif.
b. Pengetahuan Rasional (akal)
Pengetahuan ini berpusat pada akal, dengan sifat yang universal dan
abstrak
c. Pengetahuan Indrawi (panca indra)
Pengetahuan ini diperoleh lewat panca indera pengetahuan ini bersifat
spasiotemporer, pertikular dan berubah-ubah, sesuai dengan hukum-
hukum yang mengatur alam fisik
d. Pengetahuan Mistis/Emosional (hati)
Pengetahuan yang bersumber dari lintasan-lintasan hati. Sifat
pengetahuan ini adalah partikular abstrak
e. Pengetahuan Imajiner (imajinasi)
Pengetahuan ini bersumber pada daya imajinasi dan angan-angan
manusia
f.Pengetahuan Keagamaan (wahyu/teks suci)
Pengetahuan yang bersumber pada teks-teks suci Al-quran dan hadist
adalah sumber utama pengetahuan keagamaan dalam konteks islam
(anonim, 2007).
a. Proses didalam Pengetahun
a. Interaksi objek dan lingkungan
b. Kemampuan menginstruksi pengetahuan
c. Mengingat
d. Mengungkapkan kembali pengalaman
e. Kemampuan mengambil keputusan dan akan perbedaan
f. Kemampuan menyukai pengalaman yang satu dengan yang lain
(Budiningsih, 2005).
Langka-langka dalam proses pengetahuan
a. Tingkatan Persepsi: kontak dengan dunia luar
b. Tingkatan Sintesis: pengaturan bahan-bahan persepsi
c. Tingkatan Konsepsi: mengadakan pengaturan kembali atau
penyusunan kembali
d. Tingkatan pertimbangan
e. Tingkatan simpulan
(Anonim, 2008).
b. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran Pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara angket yang
menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek peneliti atau
responden kedalam pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dengan
tingkatan-tingkatan tersebut diatas
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
a. Umur
Bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan
pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur tertentu
atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat
suatu pengetahuan akan berkurang.
b. Intelegensi
Perbedaan intelegensi dari seseorang akan berpengaruh pula terhadap
tingkat pengetahuan
c. Lingkungan
Lingkungan memberikan pengaruh pertama bagi seseorang, dimana
seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik dan yang buruk
tergantung pada sifat kelompoknya. Dalam lingkungan seseorang akan
memperoleh pengalaman yang akan berpengaruh pada cara berfikir
seseorang
d. Pekerjaan
Seseorang bekerja bertujuan untuk mencapai suatu keadaan yang lebih
daripada keadaan sebelumnya. Dengan bekerja seseorang dapat berbuat
sesuatu yang lebih bernilai, bermanfaat dan memperoleh berbagai
pengalaman.
e. Pendidikan
Tingkat pendidikan turut pula menentukan muda tidaknya seseorang
menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada
umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin baik pula
pengetahuanya
g. Informasi
Meskipun seseorng memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia
mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media misalnya TV,
radio, atau surat kabar maka hal itu akan dapat meningkatkan
pengetahuan seseoarang.
h. Pengalaman
Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut dapat
diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau
pengalaman itu suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan
(Hendra, 2008).
B. Konsep Diare
1. Pengertian Diare
Diare atau gastroenteritis (GE) adalah suatu infeksi usus yang menyebabkan
keadaan feces bayi encer dan atau berair, dengan frekuensi lebih dari 3 kali
perhari dan kadang disertai muntah, muntah dapat berlangsung singkat, namun
diare dapat berlanjut sampai 10 hari (Sakinadkk, 2006).
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi berak
lebih dari biasanya (3 atau lebih perhari) yang disertai perubahan bentuk dan
konsisten tinja dari penderita (Amiruddin, 2007).
Diare adalah buang air besar encer tiga kali atau lebih dalam sehari (Anugra,
1992).
Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi
karena frekuensi satu atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang encer
atau cair (Suriadi, dkk, 2001).
2. Penyebab Diare
a. Penyaki Diare disebabkan oleh1). Infeksi mikro organisme termasuk
bakteri, virus, dan parasit lainnya seperti jamur,cacing dan protozoa
2). Salah satu bakteri penyebab diare adalah bakteri Escherichia Coli
Enteropatogenik (EPEC)
b. Secara klinis penyebab diare di kelompokkan menjadi 6 golongan
1). Karena infeksi
2). Malabsorbsi
3). Alergi
4). Keracunan
5). Imunodefisiensi
6). Penyebab lain
(Amirudin, 2007)
c. Faktor Infeksi
1). Bakteri : Enteropathogenic Escherichia coli, Salmonella,
Sheigella,Yersinia enterocoliticia
2). Virus : Enterovirus-echoviruses, Adenovirys,Human retrovua
seperti agent, Rotavirus
3). Jamur : Candida enteritis
4). Parasit : Glardia clmbia, Crytosporidium
5). Protozoa
d. Bukan faktor infeksi
1). Alergi makanan, susu, protein
2). Gangguan metabolic atau malabsorbsi, penyakit celiac, cystic
fibrosis pada pangkreas
3). Iritasi langsung pada saluran pencernaan oleh makanan
4). Obat-obatan : antibiotic
5). Penyakit usus : colitis ulcerative, crohn disease, entero colitis
6). Emosional atau stress
7). Obstruksi usus
(Suriadi, dkk, 2001).
3. Tanda dan gajala Diare
a. Mula-mula anak cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat
b. Nafsu makan berkurang atau tidak ada
c. Frekuensi berak lebih dari 3 kali perhari
d. Tinja cair mungkin disertai lendir dan darah
e. Warna tinja makin lama berubah menjadi kehijauan karena tercampur
dengan empedu
f. Anus dan daerah sekitarnya lecet
g. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare
h. Bila penderita banyak kehilangan cairan maka gejala diare akan
nampak
i. Berat badan turun
(Suriadi, dkk, 2001).
4. Macam-macam diare
a. Diare akut bercampur air (termasuk kolera) yang berlangsung beberapa
jam / hari : bahaya utamanya adalah dehidrasi juga penurunan berat
badan jika tidak diberi makan atau minum
b. Diare akut bercampur darah (disentri) : bahaya utamanya adalah
kerusakan usus halus (intestinum), sepsis (infeksi bakteri dalam darah),
dan malnutrisi (kurang gizi) dan komplikasi lain termasuk dehidrasi
c. Diare Persisten (berlangsung selama 14 hari atau lebih lama): bahaya
utamanya adalah malnutrisi (kurang gizi) dan infeksi serius diluar usus
halus, dehidrasi juga bisa terjadi
d. Diare dengan malnutrisi berat ( marasmus dan khwashiorkor): bahaya
utama adalah infeksi sistemik (menyeluruh) berat, dehidrasi, gagal
jantung, serta defisiensi (kekurangan) vitamin dan mineral
(Suriadi, dkk, 2001).
5. Bahaya diare
Diare dapat menyebabkan kehilangan garam ( natrium ) dan air secara
cepat, yang sangat penting oleh hidup dan dapat menyebabkan
komplikasi sebagai berikut :
a. Dehidrasi ( ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonic, atau
hipertonik )
b. Renjatan hipovolemik
c. Hipoglikemi
d. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim
lactase karena kerusakan vili mukosa usus halus
e. Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah,
bradikardia, pada elektrokardigram)
f. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik
Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah penderita
juga mengalami kelaparan
6. Penanganan Diare
a. Penanganan di Rumah
Jika ibu menyusui, Asi terus diberikan dan diberikan lebih sering bayi
dengan susu formula boleh diberikan cairan rehidrasi oral selama 12
jam pertama, setelah itu dapat diberikan susu formula lebih sedikit
dari jumlah yang biasanya diberikan, namun diberikan lebih sering
(Sakina, 2006).
b. Penggantian Cairan dan Elektrolit
Cairan yang hilang di dalam tubuh bisa digantikan dengan CRO
(Cairan Rehidrsi Oral ) / Clear Fluid biasa kita kenal dengan Oralit
yang idealnya rehidrasi terdiri dari: 3,5 g natrium klorida, 2,5 g
kalium bikarbonat, 1,5 g kalium klorida, 20 g glukosa perliter air
( Zein, 2004). Yang bisa kita beli di apotik / toko obat. Cara
penyajian:
1) Oralit satu sachet dilarutkan dengan 2 gelas ( 400 ml ) air
2) CRO khusus anak ( kemasan botol ) siap digunakan ( Sakina,
2006).
Menurut Farian Sakina
1. Larutkan 1 sendok makan gula dengan 2 gelas ( 200 ml ) air
2. Limun (bukan rendah kalori ), 1 gelas limun dilarutkan dengan 4
gelas ( 800 ml ) air
3. Jus buah 1 gelas dilarutkan degan 4 gelas (800 ml ) air
4. Untuk bayi hingga usia 9 bulan pembuatan CRO harus menggunakan
air mendidih yang didinginkan
Menurut Umar zein
1) ½ sendok teh garam
2) ½ sendok teh baking soda
3) 2-4 makan gula perliter air
4) 2 pisang atau 1 cangkir jus jeruk di berikan untuk mengganti kalium,
cairan tersebut harus diberikan segera setelah mereka merasa haus.
C. Faktor risiko kejadian diare pada anak balita
Kehidupan anak dipandang rentang karena memiliki ketergantungan tinggi
terhadap orang tuanya, jika orang tuanya membiasakan hidup bersih dan sehat
tentu terhindar dari diare. Selain itu diare yang disebabkan oleh bakteri ecoli
akan lebih cepat berkembang ditempat-tempat yang becek dan tergenang air
yang biasanya merupakan tempat yang paling disenangi anak-anak kecil untuk
bermain, sehingga mereka rentan dihinggapi bakteri ecoli (Mujiwati, 2007).
Selain itu bayi dan balita (bayi di bawah lima tahun) rentan sekali oleh diare
dikarenakan perkembangan sistem pencernaan dan kekebalan tubuhnya yang
belum optimal menyebabkan mareka mudah terserang diare akibat virus
(syam, 2001).
D. Kerangka Teori
E.
Keterangan
: Diteliti
----------- : Tidak diteliti
Gambar 2. 1 : Kerangka Teori Gambaran Pengetahuan Ibu dengan anak usia Balita Tentang Diare pada Balita
Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Intelegensi
Lingkungan
Informasi
Pengalaman
Pengetahuan Ibu balita Tentang Diare
Pengertian diare
Penyebab diare
Tanda dan gejala diare
Macam-macam diare
Bahaya diare
Penanganan diare
KurangCukupBaik
BAB 3
METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini akan di bahas jenis rancangan bangun penelitian
variabel, populasi, sample, lokasi dan waktu penelitian, teknik dan instrument
pengumpulan data dan teknik analisa data.
A. Jenis dan Rancang Bangun Penelitian
Rancangan atau desain penelitian merupakan bentuk rancangan yang
digunakan dalam melakukan prosedur penelitian (Alimul, 2003). Desain
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif yang
bertujuan untuk mendiskripsikan (memaparkan) peristiwa-peristiwa urgen
yang terjadi pada masa kini (Nur Salam dan Pariani, 2001). Penelitian ini
menggunakan survey public opinion dengan desain diskriptif yang bertujuan
untuk memberikan gambaran pengetahuan ibu tentang penyakit diare pada
balita.
B. Variabel
Variabel adalah suatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran
yang dimiliki atau didapatkan oleh sebagian penelitian tentang sesuatu konsep
pengertian tertentu (Notoadmojo, 2002). Pada penelitian ini menggunakan
variabel pengetahuan ibu tentang diare pada balita.
1. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang
diamati dari suatu yang didefinisikan tersebut (Alimul, 2003).
Tabel 3. 1 : Definisi OperasionalVariabel Definisi
operasionalParameter Alat ukur Kriteria Skala
1. Pengetahuan ibu tentang diare pada balita
2. Umur ibu
3. Pendidikan ibu
4. Pekerjaan ibu
Merupakan hasil tahu ibu tentang penyakit infeksi usus yang menyebabkan feses encer dengan frekuensi berak lebih dari 3 kali perhari
1. Pengertian diare pada balita
2. Penyebab diare pada balita
3. Macam-macam diare pada balita
4. Bahaya diare pada balita
5. Penanganan diare pada balita
Kuesioner Baik 76-100% Cukup 56-75% Kurang <56% (Nursalam, 2003).
Ordinal
C. Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari suatu variabel yang menyangkut
masalah yang diteliti setiap objek (misalnya : manusia, pasien) yang
memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2003). Menurut
Notoadmojo (2003) populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek
yang diteliti tersebut
Subyek yang dijadikan populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
ibu yang memiliki anak usia balita di Puskesmas Bantur.
D. Sampel
Sampel terdiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat
dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2003).
Sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak usia Balita
di Puskesmas Bantur dan memenuhi kriteria sebagai berikut :
Kriteria inklusi adalah dimana subyek penelitian dapat mewakili
dalam sample penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel (Hidayat,
2003)
Dalam penelitian ini kriteria inklusinya adalah :
a. Ibu yang bisa membaca dan menulis
b. Ibu yang bersedia menjadi responden
Kriteria eksklusi adalah kriteria dimana subyek penelitian tidak dapat
mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian
(Hidayat, 2003). Dalam penelitian in kriteria eksklusinya adalah :
a. Ibu Primigravida
b. Pasien lansia
E. Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat
mewakili populasi (Nursalam, 2003). Pada penelitian ini menggunakan non
probability sampling tipe consecutive sampling yaitu pemilihan sampel
dengan menetapkan subyek yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan
dalam penelitian sampai kurun waktu tertentu, sehinggga jumlah responden
yang diperlukan terpenuhi (Nursalam, 2003).
F. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Bantur waktu penelitian dimulai
pada tanggal 20 Agustus -27 Agustus 2013
G. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan angket atau
kuesioner yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari objek
penelitian atau responden (Notoadmojo, 2003). Instrumen pengumpulan data
pada penelitian ini digunakan berupa kuesioner, dalam penelitian diartikan
sebagai daftar pertanyaan yang dijawab oleh responden dimana responden
memilih jawaban yang dianggap benar sesuai pilihan yang disediakan dengan
cara menyilang kuesioner tersebut dibagikan setelah peneliti memberikan
penjelasan dan diadakan informed consent dengan responden teknik
penyampaian kuesioner dari peneliti ke responden serta pengambilan melalui
hubungan langsung.
H. Teknik Analisa Data
Analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif yang
bertujuan untuk menggambarkan pengetahuan ibu tentang diare pada balita.
Pengelolahan data atau analisa dilakukan dengan tahap sabagai berikut :
1. Editing
Data atau kuesioner yang terkumpul diperiksa kembali untuk memastikan
semua jawaban telah diisi maksud dan pertanyaan dan sesuai petunjuk
pengisian.
2. Cooding
a). Kode responden
Memberi kode-kode tertentu pada setiap responden dengan cara memberi
kode nomor responden pada kuesioner untuk memudahkan saat tabulasi
data dan untuk menghindari kekeliruan.
b). Kode jawaban
Memberi kode-kode tertentu pada setiap jawaban menjadi bentuk yang
lebih ringkas sehingga memudahkan saat tabulasi data dan guna
menghindari kekeliruan.
3. Transfering
Dalam kuesioner yang disusun oleh peneliti ada 18 pertanyaan data yang
sudah dapat dikuantitatifkan dengan memberikan skor pada setiap jawaban
yang diberikan sesuai dengan skor yang sudah ditetapkan, data bersifat
kuantitatif.
4. Tabulating
Setelah data terkumpul seluruhnya ditransfer ke master sheet, langkah
selanjutnya adalah menganalisa dalam bentuk tabel per parameter dan data
secara umum.
Menurut Arikunto (1998) untuk menjawab yang benar diberi skor 1
dan yang salah diberi skor 0, dari hasil yang telah diberi pembobotan
dijumlahkan dan dibandingkan dengan jumlah skor tertinggi lalu dikalikan
100% (Arikunto, 1998).
Rumus yang digunakan adalah
SPN = x 100%
SM
Keterangan :
N : Nilai yang didapat
SP : Skor yang didapat
SM : Skor tertinggi
Untuk variabel penelitian diinterprestasikan dengan menggunakan
skala kualitatif yaitu : Baik 76%-100%, Cukup 56%-75%, Kurang ≤56%
(Nursalam, 2003).
I. Etika Penelitian
1. Informed concent
Merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan responden
peneliti dengan memberikan lembar persetujuan (Informed Concent)
Informed Concent diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan
memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden dan mengetahui
dampaknya jika responden tidak bersedia maka peneliti harus
menghormati hak responden.
2. Anominity (Tanpa nama)
Menjelaskan bentuk alat ukur dengan tidak perlu mencantumkan
nama pada lembar pengumpulan data, hanya menuliskan kode pada lembar
pengumpulan data.
3. Kerahasiaan
Merupakan masalah etika yang menjamin kerahasiaan dari hasil
penelitian informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi
yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya
kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset (Aziz, 2003)