1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perencanaan terjadi pada semua kegiatan. Perencanaan merupakan proses
awal dimana manajemen memutuskan tujuan dan cara pencapaiannya.
Perencanaan merupakan hal yang sangat esensial, karena pada kenyataannya hal
tersebut memegang peranan lebih dibandingkan fungsi-fungsi manajemen
lainnya,yaitu pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan. Dimana fungsi-
fungsi tersebut sebenarnya hanya merupakan pelaksanaan dari hasil sebuah
perencanaan.
Perencanaan wilayah dan kota, merupakan suatu cara merencanakan
pemanfaatan sumber daya yang ada di suatu wilayah dengan suatu tujuan tertentu
dan berorientasi di masa depan. Dimana pemanfaatan tersebut tidak terlepas dari
aspek-aspek yang ada di dalam masyarakat, seperti ekonomi, sosial budaya, dan
tentu saja geologi. Bagaimanapun juga, aspek-aspek tersebut sangatlah
berpengaruh di dalam suatu wilayah atau kota, terlebih lagi aspek geologi, karena
tentu saja suatu produk perencanaan yang berupa pembangunan harus
memperhatikan aspek geologi seperti, klimatologi, morfologi, hidrologi dan
bahaya geologi agar terciptanya keseimbangan lingkungan.
Seperti yang telah diuraikan diatas, bahwa dalam suatu perencanaan
diperlukan adanya pemahaman terhadap keadaan lingkungan suatu wilayah.
Dalam hal ini, khususnya adalah ilmu geoloi lingkungan. Menurut Keller, 1978
Geologi lingkungan, pada hakekatnya merupakan ilmu geologi terapan yang
ditujukan sebagai upaya pemanfaatan sumber daya alam dan energi secara efisien
dan efektif dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia pada masa kini
dan mendatang dengan mengurangi dampak lingkungan yang ditimbulkan
semaksimal mungkin. Geologi lingkungan dapat juga diartikan sebagai penerapan
informasi geologi dalam menjembatani antara manusia dan lingkungan, sehingga
pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dapat berjalan
dengan baik.
2
Kecamatan Ngampel merupakan wilayah yang strategis untuk dijangkau
oleh warga Kendal dan sekitarnya. Jarak Kecmatan Ngampel terhadap Ibukota
Kabupaten Kendal kurang lebih adalah 10 Km. Kecamatan Ngampel mempunyai
12 kelurahan. Dari 12 kelurahan tersebut, dalam laporan ini akan dibahas secara
lebih spesifik mengenai Kelurahan Rejosari.
Masalah mendasar yang ada di kecamatan ngampel adalah banjir yang
terjadi pada tahun 2010 yang mengakibatkan terkikisnya tanah, sehingga
terjadinya erosi tepi sungai. Selain itu juga akses jalan yang kurang baik, sehingga
menghambat aktivitas warga setempat.
Berdasarkan latar belakang tersebut, laporan ini akan membahas tentang
potensi alam, keadaan lingkungan, bencana alam, serta analisis aspek geologi
lingkungan dan tata guna lahan di Kelurahan Rejosari, Kecamatan Ngampel.
1.2 Rumusan Masalah
Salah satu permasalahan mendasar yang ada di Kecamatan Ngampel,
khusunya Desa Rejosari adalah banjir. Meskipun hal tersebut menurut pemaparan
warga sudah lama tidak terjadi, akan tetapi harus tetap diwaspadai.
Sungai Blorong yang terletak di Desa Rejosari, memiliki aliran yang cukup
deras. Dari pengamatan yang kami lakukan pada dua titik di tepi sungai tersebut,
terlihat adanya erosi tepi sungai yang diakibatkan oleh derasnya aliran Sungai
Blorong. Erosi tersebut terlihat jelas di bagian tikungan sungai, dimana pada
bagian tersebut terlihat lebih banyak bagian daratan (tanah) yang terkena dampak
erosi.
Adanya erosi tersebut sangat membahayakan keadaan lingkungan sekitar.
Jarak tepian sungai sampai ke pemukiman terdekat hanya sekitar 20 meter. Selain
itu, di sepanjang bantaran sungai juga hanya ditemui pohon-pohon bambu,
sehingga tidak dapat digunakan sebagai penahan erosi, karena seperti yang kita
ketahui bahwa bambu memiliki akar serabut yang siftnya tidak kuat. Kedua hal
tersebut memperkuat permasalahan bahwa erosi tepian Sungai Blorong
membahayakan keamanan lingkungan sekitar.
3
1.3 Tujuan dan Sasaran
Laporan ini mengenai analisis wilayah studi Kecamatan Ngampel,
khususnya Kelurahan Rejosari dilihat dari segi geologi lingkungan, disusun
dengan tujuan utama dan sasaran sebagai berikut:
1.3.1 Tujuan
Identifikasi dan analisis kondisi fisik alamiah yang berkaitan dengan
geologi lingkungan di Kecamatan Ngampel, Kabupaten Kendal, khususnya di
Kelurahan Rejosari, mempunyai tujuan untuk mengetahui potensi dan
permasalahan yang ada di wilayah tersebut. Dengan demikian, laporan ini
diharapkan dapat memberikan masukan kepada masyarakat, pemerintah setempat,
serta developer. Dimana pemerintah setempat diharapkan harus fokus terhadap
penyelesaian masalah yang terjadi, sehingga bencana yang terjadi dapat dihindari
dan diminimalisir. Untuk developer di harapkan untuk lebih memperhatikan
aspek-aspek geologi dan lingkungan serta kebutuhan masyarakat dalam
menangani proyek-proyek pembangunan. Selain itu laporan ini juga bertujuan
untuk dapat menjadi acuan dalam pembangunan dan pengembangan perencanaan
wilayah dan kota bagi pemerintah di masa mendatang.
1.3.2 Sasaran
Sasaran pada laporan ini adalah sebagai berikut:
1. Menentukan lokasi yang memiliki permasalahan geologi lingkungan di
Kelurahan Rejosari, Kecamatan Ngampel.
2. Mengidentifikasi kondisi fisik di Kelurahan Rejosari , Kecamatan Ngampel.
3. Menganalisis permasalahn pada aspek geologi lingkungan yang terdapat di
wilayah studi.
4. Menganalisis tata guna lahan dan kaitannya dengan aspek-aspek geologi di
wilayah studi.
5. Menganalisis kelayakan lahan di wilayah studi.
6. Menganalisis pemanfaatan lahan berdasarkan kesesuaian lahan di wilayah
studi.
4
7. Memberikan arahan kepada masyarakat, pemerintah, dan developer
mengenai pemanfaatan lahan yang terdapat di wilayah studi sesuai dengan
hasil analisis yang telah dilakukan sebelumnya.
1.4 Ruang Lingkup
Ruang lingkup yang digunakan dalam laporan ini mencakup dua hal, yaitu
ruang lingkup wilayah studi dan ruang lingkup materi.
1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah
1. Ruang lingkup wilayah makro meliputi Kecamatan Ngampel, Kabupaten
Kendal.Kecamatan Ngampel memiliki luas 33,88 Km2. Kecamatan ini
memiliki batas-batas administrasi sebagai berikut:
Utara : Kecamatan Patebon
Selatan : Kecamatan Singorejo
Timur : Kecamatan Brangsong
Barat : Kecamatan Gemuh
Secara administratif, Kecamatan Ngampel terdiri dari 12 kelurahan yaitu
Bojonggede, Putatgede, Dempelrejo, Sudipayung, Banyuurip, Ngampel
Kulon, Ngampel Wetan, Kebonagung, Rejosari, Sumbersari, Winong,
Jatirejo.
2 Ruang lingkup wilayah mikro meliputi Kelurahan Rejosari, dengan batas-
batas administrasi sebagai berikut:
Utara : Kel. Sukodono/Desa Bulugede/Desa Dempelrejo
Selatan : Desa Banyuurip/Desa Bojonggede
Barat : Desa Bojonggede/Desa Bulugede/Desa Banyuurip
Timur : Desa Dempelrejo/Kel. Sukodono
1.4.2 Ruang Lingkup Materi
Ruang lingkup materi dalam laporan ini meliputi aspek-aspek dalam geologi
lingkungan yaitu morfologi, topografi, jenis tanah dan batuan, struktur geologi,
stratigrafi, hidrologi, klimatologi, bahaya geologi, tata guna lahan, potensi alam,
kesesuaian penggunaan lahan, dan permasalahan lain yang ada di Kecamatan
5
Ngampel, Kelurahan Rejosari. Selain itu, dikaji pula tentang jumlah penduduk,
mayoritas penduduk, budaya setempat dan ekonomi masyarakat setempat.
1.5 Metodologi Penulisan Laporan
Metodologi dalam laporan ini mencakup 2 hal yaitu, metode pengmpulan
data dan metode analisis.
1.5.1 Metode Pengumpulan Data
Dalam penyusunan laporan ini, digunakan 2 macam metode pengumpulan
data, yang meliputi data primer dan sekunder.
1. Pengumpulan Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber asli, melalui
narasumber yang tepat dapat kita jadikan responden. Selain itu, data primer juga
dapat diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan. Dalam rangka
mengumpulkan data primer di Kecamatan Ngampel khususnya Kelurahan
Rejosari yang di lakukan dengan 2 metode pengumpulan data yaitu:
a. Metode wawancara
Metode ini dilakukan dengan cara mewawancarai penduduk setempat
dan perangkat desa untuk menggali informasi secara riil (nyata) mengenai
potensi dan permasalahan yang berhubungan dengan geologi lingkungan
yang ada di wilayah studi.
b. Metode survey
Metode ini dilakukan dengan cara mengamati aspek-aspek geologi
yang terdapat di Kelurahan Rejosari Sebelum dilakukan survey, ditentukan
dahulu keterangan-keterangan yang dibutuhkan secara mendalam mengenai
permasalahan yang terkait di kawasan tersebut.
2. Pengumpulan Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang sudah tersedia, sehingga hanya perlu
mencari dan mengumpulkan. Untuk itu diharuskan mengunjungi perpustakaan
dan instansi-instansi pemerintah, seperti BPS Kabupaten Kendal, Bappeda,
Kantor Kecamatan Ngampel, Kantor Kelurahan Rejosari, dan lain-lain. Selain itu
data sekunder juga bisa di dapat dari literatur-literatur dan internet.
6
1.5.2 Metode Analisis
Metode analisis terdiri dari dua kelompok metode penelitian, yaitu metode
kualitatif dan kuantitatif, yang digunakan untuk mengetahui permasalahan dan
potensi alam yang terdapat di wilayah studi.
1. Metode Kualitatif
Metode penelitian kualitatif lebih menekankan pada survey lapangan dan
datanya dianalisis dengan cara non-statistik. Analisis Kualitatif ini terdiri dari :
a. Metode Deskriptif
Metode ini digunakan untuk mengolah dan menganalisis data dengan
memberikan gambaran, pengertian, dan penjelasan yang berkaitan dengan
kondisi wilayah studi yang kita lakukan.
b. Metode Normatif
Metode normatif ini digunakan untuk menganalisis wilayah studi yang
sesuai dengan ketentuan pemerintah. Metode ini sebagai pembanding antara
ketentuan pemerintah dengan rekomendasi tata guna lahan yang dianalisis
dengan konteks geologi lingkungan di wilayah studi yang bersangkutan.
Alat analisis yang digunakan dalam metode kualitatif, antara lain:
Analisis SWOT terdiri dari empat faktor, yaitu:
1. Strength (kekuatan)
Strength yaitu kekuatan yang dimiliki oleh wilayah studi, dapat
berupa sumberdaya alam.
2. Weakness (kelemahan)
Weakness yaitu hambatan yang berupa kelemahan yang dimiliki
oleh wilayah studi, misalnya kondisi fisik yang kurang
menguntungkan seperti tebing-tebing yang curam tetapi difungsikan
sebagai kawasan pemukiman.
3. Opportunity (peluang)
Opportunity yaitu kesempatan untuk memanfaatkan potensi yang
ada, setelah melihat kekuatan dan kelemahan, sehingga dapat
memberikan arahan pemanfaatan lahan yang tepat.
4. Threat (ancaman)
7
Threat yaitu ancaman yang datang dari luar sehingga dapat
menyebakan adanya masalah, antara lain kesempatan untuk
memanfaatkan potensi yang ada setelah melihat kekuatan dan
kelemahan, sehingga dapat memberikan arahan pemanfaatan lahan
yang tepat.
Overlay Peta (superimpose)
“Analisis superimose (overlay) merupakan suatu teknik analisis
dengan cara mengoverlaykan data peta. Dengan analisis ini dapat
diketahui kondisi suatu wilayah studi berdasarkan data dan informasi
yang ada.” (Suryanto, 2007). Dalam penelitian ini analisis
superimpose digunakan untuk mengetahui kesesuaian lahan di
Kelurahan Rejosari.
2. Metode Kuantitatif
Metode Kuantitatif adalah ilmu dan seni yang berkaitan dengan tata cara
(metode) pengumpulan data, analisis data, dan interpretasi hasil analisis untuk
mendapatkan informasi guna penarikan kesimpulan dan pengambilan keputusan.
(Tuban, 1972 dalam Solimun, 2001). Alat analisisi yang digunakan adalah teknik
scoring.
Teknik scoring merupakan teknik dalam menganilisis data dengan membuat
suatu nilai terhadap keadaan yang ada, dan disusun menurut ranking yang telah
dibuat sesuai dengan kriteria yang ditentukan dalam kebijakan yang berlaku.
Teknik skoring dalam penelitian ini penggunaannya masih terkait dengan overlay.
8
1.6 Kerangka Pikir
INPUT
2.
3.
PROSES
SKORING & OVERLAY SWOT
OVERLAY
OUTPUT
Sumber : Kelompok 1 Kelas A Geologi Lingkungan 2012
Gambar 1.1 Kerangka pikir
Wilayah Studi
Makro : Kec. Ngampel
Mikro : Kel.Rejosari
Identifikasi Kondisi Fisik Wilayah Studi
Data Skunder
1.Bappeda2. BPS Kab. Kendal3. Kantor Kec.4. Kantor Kelurahan5.Buku Literatur6.Internet
Data Primer
1.Survey2. Wawancara
Muncul Masalah di wilayah studi dalam aspek aspek geologi
LitologiKlimatogoliTopografi
Hidrologi GeologiHidrogeologi Bahaya GeologiMorfologi Aspek Non FisikStratigrafi Struktur
AnalisisTinjauan Potensi dan Kendala wilayah studi
Analisis
Tinjauan kelayakan lahan berdasarkan litologi, klimatologi dan topografi
Analisis kelayakan lahan Analisis potensi dan Kendala
Analisi Kesesuain Lahan
Arahan dan Rekomendasi pemanfaatan tata guna lahan di Kelurahan Rejosari
9
Untuk mengidentifikasi Kecamatan Ngampel, Khususnya desa Rejosari
diperlukan analisis tentang aspek geologi lingkungan, permasalahan dan potensi
wilayah studi yang akan di teliti. Untuk mengetahui hal tersebut, diperlukan data
primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh secara
langsung dari hasil survey dan wawancara. Sedangkan data sekunder merupakan
data yang diperoleh dari internet, instansi terkait, BPS setempat, Bapedda, BPN,
BMG serta dokumentasi yang ada di Kecamatan Ngampel dan literatur-literatur.
Setelah mengidentifikasi kondisi fisik wilayah studi, muncullah
permasalahan-permasalahan berupa aspek-aspek geologi yaitu litologi,
klimatologi, topografi. Melalui analisis SWOT, aspek geologi yang dikaji meliputi
struktur geografi, hidrologi, stratigrafi, dan sumberdaya alam. Semua aspek
geologi tersebut kemudian dianalisis. Untuk meninjau kelayakan lahan
dibutuhkan data analisis litologi, klimatologi dan topografi yang dianalisis
menggunakan alat analisis scoring dan overlay. Untuk keseluruhan aspek geologi
ini dianalisis dengan metode SWOT sehingga akan diperoleh data tentang
kelayakan lahan.
Dengan mengetahui kelayakan lahan berdasarkan beberapa tinjauan dari
hasil analisis yang telah dilakukan, maka dapat ditentukan arahan dan
rekomendasi pemanfaatan lahan dan pengembangan wilayah Kecamatan
Ngampel, Khususnya desa Rejosari.
1.7 Sistematika Penulisan Laporan
Dalam penulisan laporan ini, sistematika penulisan laporan terbagi menjadi
lima bab, yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini, diuraikan tentang latar belakang penulisan,
perumusan masalah, tujuan dan sasaran penulisan, ruang lingkup,
metodelogi penelitian, kerangka pikir dan sistematika laporan.
10
BAB II KAJIAN TEORI GEOLOGI LINGKUNGAN
Merupakan teori yang berkaitan dengan geologi lingkungan yang
dibutuhkan dalam proses identifikasi, pembahasan masalah, dan
rekomendasi untuk Kelurahan Rejosari.
BAB III IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK KELURAHAN REJOSARI
Merupakan gambaran umum tentang kondisi fisik dan nonfisik
wilayah Kelurahan Rejosari. Kondisi nonfisik wilayah tersebut
meliputi kondisi geografis, kondisi sosial penduduk, dan kondisi
ekonomi. Sedangkan kondisi fisik di Kelurahan Rejosari meliputi
aspek-aspek geologi lingkungan (topografi, litologi, struktur geologi,
klimatologi, morfologi, stratigrafi, hidrologi, hidrogeologi, bahaya
geologi). Selain itu juga berisi kondisi tata guna lahan, potensi, dan
permasalahan di Kelurahan Rejosari.
BAB IV ANALISIS ASPEK GEOLOGI LINGKUNGAN KELURAHAN
REJOSARI
Dalam bab ini, dijelaskan tentang analisis geologi lingkungan
(topografi, litologi, struktur geologi, klimatologi, morfologi,
stratigrafi, hidrologi, hidrogeologi, bahaya geologi), kelayakan
lahan, kesesuaian lahan, serta potensi dan kendala di Kelurahan
Rejosari.
BAB V PENUTUP
Berisi tentang temuan studi, kesimpulan serta rekomendasi
mengenai arahan wilayah studi.
11
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Konsep dan Pengertian Geologi Lingkungan
Secara etimologis geologi berasal dari bahasa Yunani yaitu Geo yang
artinya bumi dan Logos yang artinya ilmu. Jadi, Geologi adalah ilmu yang
mempelajari bumi. Menurut Djauhari Noor (2006), lingkungan secara umum
dapat diartikan sebagai hubungan antara suatu obyek dengan sekitarnya.
Hubungan antara suatu obyek dengan sekitarnya dapat bersifat aktif maupun pasif,
dinamis ataupun statis. Jadi, geologi lingkungan dapat dianalogikan bahwa bumi
sebagai suatu obyek yang dipengaruhi oleh lingkungannya, termasuk didalamnya
adalah manusia sebagai salah satu unsur yang mempengaruhinya.
Geologi lingkungan pada hakekatnya merupakan ilmu geologi terapan yang
ditujukan sebagai upaya pemanfaatan sumber daya alam dan energi secara efisien
dan efektif untuk memenuhi kebutuhan manusia masa kini dan masa mendatang
dengan seminimal mungkin mengurangi dampak lingkungan yang di timbulkan.
2.1.1 Pengertian Geologi Lingkungan
Geologi secara etimologis berasal dari padanan dua kata bahasa yunani yaitu
geo yang berarti bumi dan logos yang berarti ilmu. Dari kedua kata diatas maka
dapat disimpulkan bahwa geologi adalah ilmu yang mempelajari bumi secara
fisik, termasuk komposisi dan bentuk bumi. Selain itu geologi juga memiliki arti,
yaitu ilmu yang mempelajari material bumi secara menyeluruh, termasuk asal
mula, struktur, penyusun kerak bumi, proses-proses yang berlangsung selama ini
atau setelah pembentukannya, dan yang sedang berlangsung, sehingga menjadikan
keadaan bumi seperti saat ini. Oleh sebab itu, tanah dan batuan merupakan objek
utama yang dipelajari dalam ilmu geologi.
Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup
keadaan sumber daya alam dengan kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia.
Lingkungan terdiri dari komponen abiotik yaitu segala sesuatu yang tidak
bernyawa dan biotik yaitu segala sesuatu yang bernyawa.
12
Ilmu Geologi Lingkungan memiliki pengertian yaitu ilmu yang mempelajari
tentang pengelolaan sumberdaya geologi dan hidrogeologi seperti bahan bakar
fosil, mineral, air, dan tata guna lahan. Selain itu untuk mempelajari potensi
terjadinya bencana alam seperti gunung meletus, lalu menetapkan dan mengurangi
kemungkinan akibat bencana alam pada manusia serta mengelola pembuangan
sampah industri dan rumah tangga serta mengurangi atau menghilangkan efek
polusi.
Geologi Lingkungan memiliki peranan penting dalam bidang studi
Perencanaan Wilayah dan Kota. Hubungan Geologi Lingkungan dengan
Perencanaan Wilayah dan Kota adalah:
1. Dalam melakukan suatu perencanaan wilayah dan kota, data dan informasi
geologi lingkungan yang meliputi geomorfologi, sumber daya air, sumber
daya mineral dan energi, sumber bahan bangunan, daya dukung tanah dan
batuan berguna untuk menyusun suatu perencanaan yang tepat agar tidak
membahayakan alam dan masyarakat.
2. Geologi Lingkungan juga berguna untuk rancangan kegiatan pembangunan
atau pengembangan wilayah di Indonesia, menyangkut banyak bidang dan
tersebar di semua pulau di Indonesia, khususnya di lokasi strategis yang
menjadi pusat-pusat pertumbuhan.
2.2.2 Konsep Dasar Geologi Lingkungan
Geologi Lingkungan memiliki 7 konsep dasar yaitu:
1. Pada dasarnya Bumi merupakan suatu sistem tertutup. Suatu sistem
merupakan suatu kesatuan yang terdiri dari beberapa bagian sehingga
membentuk suatu kelompok yang menjalankan fungsi tertentu.
Sebagian besar sistem saling berhubungan dan saling mempengaruhi
satu sama lain. Setiap perubahan yang terjadi pada suatu bagian akan
berimbas pula pada bagian yang lain. Contohnya, apabila terjadi
letusan gunung berapi, maka juga dapat mempengaruhi atmosfer,
selain itu juga akan berpengaruh pada komponen hidrosfer karena
akan terjadi hujan pada daerah sekitarnya. Hubungan antar komponen
bukanlah sesuatu yang acak, namun dapat dipelajari dengan
13
mengidentifikasi setiap bagian. Kita sama-sama mengetahui bahwa
bumi tidak statis tetapi lebih bersifat dinamis. Terjadi perpindahan
energi dari matahari ke bumi yang mempengaruhi proses-proses
dalam kehidupan di bumi.Hal ini menunjukkan bahwa bumi
merupakan suatu sistem terbuka, namun jika melihat daur alamiah
yang terjadi di bumi itu sendiri dapat disimpulkan juga bahwa bumi
adalah suatu sistem tertutup. Oleh karena itu, meskipun nampaknya
bumi ini merupakan suatu sistem terbuka terkait hubungannya dengan
energi dan material, tetapi pada dasarnya bumi adalah suatu sistem
tertutup dalam hubungannya dengan siklus atau daur alami.
2. Bumi adalah satu-satunya tempat tinggal yang paling cocok bagi
manusia, tetapi sumber daya alamnya terbatas. Bumi yang kita
tempati ini merupakan satu-satunya tempat yang cocok untuk
kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya karena bumi didukung
oleh kondisi yang memungkinkan untuk berlangsungnya kehidupan
yaitu adanya air, udara, suhu yang sesuai, adanya lapisan atmosfer
yang dapat mendukung adanya kehidupan, dan segala sumber daya
yang tidak dimiliki tempat manapun di alam semesta ini. Sayangnya,
sumber daya yang ada di bumi ini terbatas jika dibandingkan dengan
jumlah kebutuhan manusia yang semakin bertambah. Oleh karena itu,
manusia sebagai makhluk yang dikaruniai akal harus dapat menjaga
dan melestarikan sumber daya yang ada demi kelangsungan hidup dan
kelangsungan bumi di masa mendatang.
3. Proses-proses alam yang terjadi sekarang mengubah bentang alam
yang telah tersusun selama periode geologi, baik secara alamiah
maupun buatan. Proses-proses alam pada saat ini dapat dijadikan
acuan untuk mengetahui proses alam yang telah terjadi pada masa
lampau, dan dapat dijadikan prediksi untuk proses alam yang akan
terjadi di masa mendatang. Proses-proses perubahan yang dapat
mengubah bentang alam ini dapat terjadi secara alamiah ataupun
karena perbuatan manusia. Proses yang terjadi secara alamiah ini
14
contohnya suatu lembah sungai yang terkena erosi secara terus-
menerus dapat menjadi suatu puncak pegunungan. Selain dari proses
alamiah, proses perubahan tersebut juga dapat berasal dari faktor
aktivitas manusia. Namun, besarnya dampak yang ditimbulkan juga
tergantung pada aktivitas itu sendiri.
4. Selalu ada proses alam yang membahayakan dan mengancam
kehidupan manusia. Di bumi ini terkadang terjadi proses yang dapat
membahayakan kehidupan manusia. Proses tersebut terjadi karena
aktivitas alamiah bumi itu sendiri. Proses tersebut ada 2 macam yaitu
proses eksogen jika proses itu terjadi di permukaan bumi dan proses
endogen jika proses itu terjadi di dalam kerak bumi. Proses-proses
tersebut pada umumnya merugikan bagi kehidupan manusia. Oleh
karena itu harus dapat diprediksi untuk meminimalkan ancaman yang
ditimbulkan.
5. Perencanaan tata guna lahan dan penggunaan air harus diusahakan
untuk mendapatkan keseimbangan antara pertimbangan ekonomi
dengan penilaian estetika. Saat ini, pemandangan alam dapat dianggap
sebagai sumber daya alam karena saat ini keindahan mempunyai nilai
yang tinggi. Pertimbangan faktor abstrak seperti estetika menjadi
lazim. Namun, masih banyak proyek-proyek yang hanya didasarkan
pada pertimbangan keuntungan, tanpa memperhatikan aspek
lingkungan. Pada kenyataannya memang sulit untuk menyelaraskan
antara pertimbangan ekonomi dengan penilaian estetika. Salah satu
cara menyelaraskan pertimbangan ekonomi dengan penilaian estetika
adalah dengan mengatur skala tingkat ekonomi dengan menyamakan
skala tingkat evolusi estetika, mengembangkan metode kuantitatif,
tentang analisis data yang diperoleh mengembangkan teknik pemetaan
dan mengembangkan sumbar daya alam yang berestetika tersebut.
6. Efek dari penggunaan lahan cendrung bersifat kumulatif, artinya
semakin banyak manusia, maka kerusakan lahan semakin parah, oleh
karena itu kita mempunyai kewajiban untuk menerima dan
15
menanggungnya. Pada zaman dahulu, manusia hidup berpindah-
pindah. Mereka hidup bergantung kepada alam. Kemudian, seiring
dengan bertambahnya populasi dan kebutuhan akan makanan,
pakaian, dan tempat tinggal, mereka mulai membuka daerah baru dan
mengembangkan pertanian di daerah tersebut. Hal ini merupakan
contoh awal dari sebuah penggunaan lahan buatan yang mampu
memodifikasi lingkungan alami.
7. Komponen dasar dari setiap lingkungan manusia adalah faktor
geologi, dan pemahaman terhadap lingkungannya membutuhkan
wawasan dan penafsiran yang luas terhadap ilmu bumi dan ilmu lain
yang berkaitan. Lingkungan yang kita tempati ini berkaitan erat
dengan ilmu geologi. Secara langsung ataupun tidak langsung,
kehidupan kita dipengaruhi oleh proses-proses geologi. Untuk
memahami tentang lingkungan yang kompleks ini diperlukan bantuan
dari disiplin ilmu yang lain, seperti:
Geomorfologi, adalah ilmu yang mempelajari tentang bentang
alam dan proses pembentukan permukaan bumi.
Petrologi, adalah ilmu yang mempelajari tentang batuan dan
mineral.
Sedimentologi, adalah ilmu yang mempelajari tentang lingkungan
sedimen.
Tektonik, adalah studi yang mempelajari proses terjadinya
cekungan laut, gunung dan kenampakan struktur alam lainya.
Hidrologi, adalah studi yang mempelajari tentang permukaan dan
subpermukaan air.
Pedologi, adalah studi yang mempelajari tentang tanah.
Geologi ekonomi, adalah aplikasi tentang penempatan dan
pegujian tentang bahan mineral.
16
2.2 Aspek-Aspek Fisik Geologi Lingkungan
2.2.1 Morfologi
Morfologi adalah ilmu yang membahas tentang roman muka bumi dan
aspek-aspek yang mempengaruhinya. Selain itu morfologi didefenisikan sebagai
ilmu yang mempelajari bentuk – bentuk bentangan alam, bagaimana bentangan
alam tersebut terbentuk secara kontruksional yang diakibatkan oleh gaya
endongen atau bagaimana bentangan alam tersebut dipengaruhi oleh faktor luar
berupa gaya eksogen.
Faktor – faktor yang mempengaruhi bentuk bentangan alam adalah :
Faktor endogen merupakan faktor dari dalam bumi yang membentuk
bentangan alam yang proses pembentukannya dikontrol oleh gaya-gaya
endogen, seperti aktivitas gunung api, aktivitas magmatis dan aktivitas
tektonik (perlipatan dan patahan).
Aktifitas magmatis adalah aktifitas magma yang berasal dari dalam bumi,
sedangkan aktifitas tektonik adalah aktifitas atau gerakan yang berasal dari
lempeng-lempeng yang berada pada kerak bumi.
Bentuk bentangan alam yang dikendalikan oleh gaya endogen adalah :
a. Bentangan alam struktural
Merupkan proses pembentukan bentangan alam yang dipengaruhi atau
dikontrol oleh gaya tektonik seperti lipatan dan patahan.
Morfologi atau bentuk-bentuk lipatan terbagi atas :
Bukit antiklin (anticlinal ridges)
Merupakan bentangan alam yang berbentuk bukit dengan litologi
yang mendasarinya berstruktur antiklin.
Lembah antiklin (synclinal valleys)
Merupakan bentangan alam berbentuk lembah dengan litologi yang
mendasarinya berbentuk antiklin.
Bukit Sinklin (synclinal ridges)
Merupakan bentangan alam yang berbentuk bukit dengan litologi
yang mendasarinya berstruktur sinklin
Lembah Sinklin (synclinal valleys)
17
Merupakan bentangan alam berbentuk lembah dengan litologi yang
mendasarinya berbentuk sinklin
Bukit Monoklin (monoclinal ridges)
Merupakan bentangan alam berbentuk lembah dengan litologi yang
mendasarinya memiliki kemiringan lapisan yang searah atau
seragam.
Morfologi bentuk patahan terbagi atas :
Bukit Patahan (faulting ridges)
Merupakan bentangan alam berbentuk bukit yang proses
kejadiannya dikontrol oleh struktur patahan
Gawir (scarps)
Merupakan bentangan alam berbentuk bukit memanjang serta
berlereng terjal sebagai bidang patahan atau sesar.
Amblesan (graben)
Merupakan bentangan alam depresi berbentuk datar dan dibatasi
oleh bidang-bidang sesar sebagai hasil block faulting.
Tonjolan (horst)
Merupakan bentangan alam yang berbentuk bukit yang dibatasi
oleh bidang-bidang sesar hasil block faulting.
b. Bentang alam intrusi
Merupakan bentangan alam yang proses terbentuknya dikontrol oleh
aktivitas magma. Terbagi atas :
Bukit intrusi
Bentang alam yang berbentuk bukit dengan material penyusunnya
adalah intrusi batuan beku
Plateau Basalt
Merupakan bentang alam berbentuk daratan dengan material
penyusunnya adalah batuan beku basalt.
c. Bentangalam gunung api
Merupakan bentang alam yang berasal dari aktifitas gunung api, yaitu:
Kerucut Gunungapi (volcanic cones)
18
Merupakan bentang alam yang berbentuk kerucut dan menjadi
badan dari gunung api itu.
Kaki Gunung api (volcanic footslope)
Merupakan bentang alam yang berbentuk landai serta bagian dari
guning api tersebut.
Kaldera (calderas)
Merupakan bentangan kawah yang sangat luas, terbentuk karena
proses erupsi berupa ledakan (explosive) dan merupakan bagian
kepundan gunung api.
Kawah (craters)
Merupakan bagian dan kepundan dari gunung api
Jenjang Gunung Api (volcanic necks)
Merupakan bentang alam berbentuk seperti tiang atau leher serta
sisa hasil denudasi gunung api
Gunung Api Parasit (parasitic cones)
Merupakan bentang alam berbentuk kerucut yang keberadaannya
menumpang pada badan gunung api
Sumbat Lava (lava plug)
Bentang alam yang berbentuk kerucut atau bantal merupakan
magma yang membeku pada lubang kapundan.
Maar
Merupakan bentang alam yang berada pada bagian kawah atau
kaldera suatu gunung api
Sisa Gunung Api (remnant volcanic landform)
Merupakan sisa-sisa dari suatu gunung api yang telah mengalami
proses denudasi yang cukup intensif.
Faktor Eksogen
Faktor eksogen merupakan faktor dari luar bumi ,yaitu proses yang terjadi
dari interaksi antara selaput hidrosfir, atmosfir, litosfir, dan biosfir.
Bentuk-bentuk aktifitas yang dipengaruhi oleh factor eksogen adalah:
a. Pelapukan
19
Merupkan proses perubahan fisik (desintegrasi) atau dekomposisi dari
material penyusun kulit bumi yang berupa batuan. Pelapukan dipengaruhi
oleh iklim, temperature dan komposisi kimia.
Bentuk – bentuk pelapukan adalah :
Pelapukan mekanis
Merupakan perlapukan yang bekerja secara mekanis akibat
pengaruh temperatur yang sangat ekstrim pada batuan sehingga
menyebabkan perubahan pada massa batuan kemudian batuan
tersebut mengalami desintegrasi.
Pelapukan kimiawi
Merupakan pelapukan yang disebabkan oleh reaksi kimia. Akibat
dari proses ini maka batuan mengalami dekomposisi atau
perubahan komposisi.
Pelapukan biologis
Merupakan pelapukan yang diakibatkan oleh aktifitas biologis.
b. Erosi
Merupakan proses pengikisan yang terjadi pada batuan maupun hasil
pelapukan batuan oleh media seperti air, angin, gletser.
Berdasarkan bentuk dan ukurannya, erosi terbagi atas :
Erosi alur (rill erosion)
Erosi yang berbentuk alur-alur dengan ukuran lebar lembahnya
antara millimeter sampai centimeter.
Erosi lembar (sheet erosion)
Erosi yang berbentuk lembaran dengan ukuran sesuai dengan
bidang dan dierosi.
Erosi drainase (ravine erosion)
Erosi yang berbentuk saluran dengan ukuran lebar lembahnya
berkisar antara centimeter hingga satu meter.
Erosi saluran (gully erosion)
Erosi yang berbentuk saluran dengan ukuran lebar lembahnya lebih
besar 1 meter hingga beberapa meter.
20
Erosi lembah (valley erosion)
Erosi yang berbentuk lembah dengan ukuran lebar lembahnya
diatas sepuluh meter.
Pengikisan oleh air dapat mengakibatkan :
tebing sungai semakin dalam
lembah semakin curam
pembentukan gua
memperbesar badan sungai
c. Sedimentasi
Proses pengendapan material yang ditransport oleh media air, angin,
gletser disuatu cekungan. Delta yang terdapat dimulut-mulut sungai
adalah hasil dari proses pengendapan material-material yang diangkut
oleh air sungai, sedangkan Sand Dunes yang terdapat digurun-gurun dan
di tepi pantai adalah hasil pengendapan yang diangkut oleh angin.
2.2.2 Topografi
Topografi adalah ilmu yang membahas tentang bentuk permukaan bumi.
Umumnya topografi menunjukan relief permukaan dalam tiga dimensi serta
identifikasi lahan. Bentuk yang dibahas memperlihatkan perbedaan – perbedaan
diantara wilayah-wilayah, misalnya wilyah yang relatif tinggi, dataran rendah,
pegunungan, dan lain-lain.
Berikut adalah kelas lereng dengan sifat-sifat proses dan kondisi alamiah
yang kemungkinan terjadi dan usulan waran untuk peta relief secara umum
(disadur dan disederhanakn oleh Van Zuidam, 1985)
Tabel II.1
Sifat Kelerengan Tanah
Kelas Lereng Sifat-sifat dan kondisi alamiah Warna
0 – 2 % Datar hingga hampir datar, tidak ada proses
denudasi yang berarti
Hijau
2 – 7% Agak miring, gerakan tanah dengan kecepatan
rendah,erosi lembar dan erosi alur, rawan erosi
Hijau muda
21
Kelas Lereng Sifat-sifat dan kondisi alamiah Warna
7 – 15% Miring, kecepatan gerakan rendah tapi dengan
besaran yang lebih tinggi, sangat rawan erosi
tanah
Kuning
15 – 30% Agak curam, banyak terjadi gerakan tanah dan
erosi , terutama longsoran yang bersifat nendatan
jingga
30 – 70% Curam, proses denudasional intensif, erosi dan
gerakan tanah sering terjadi
Merah muda
70 – 140% Sangat curam, batuan umumnya mulai tersingkap,
proses denudasional sangat intensif, sudah mulai
menghasilkan rombokan (koluvial)
Merah
>140% Curam sekali,batuan tersingkap, proses
denudasional sangat kuat, rawan jatuhan batu,
tanaman jarang tumbuh
Ungu
Sumber : Pedoman Penyusunan Rehabilitasi Lahan Konservasi Tanah, 1986.
2.2.3 Litologi
Litologi merupakan ilmu tentang batu-batuan yang berkenaan dengan sifat
fisik, kimia, dan strukturnya. Bagian dari bumi yang ikut dikaji dalam litologi
adalah litosfer, yang tersusun atas lapisan kerak, lapisan mantel, dan lapisan inti.
a. Batuan
Batuan (Rocks) adalah bahan padat bentukan alam yang umumnya
tersusun oleh kumpulan atau kombinasi dari satu macam mineral atau lebih.
Adapun mineral pembentuk batuan berdasarkan peranannya adalah sebagai
berikut:
Mineral Utama (Essentials Minerals)
Mempunyai implikasi terhadap penamaan batuan. Distribusi mineral
utama ini adalah ≥ 66% atau 2/3 RFM.
Mineral Tambahan (Accessory Mineral)
Distribusi dalam jumlah kecil, yaitu kurang dari 33% atau 1/3 RFM.
Mineral Sekunder/ Mineraal Alterasi
Merupakan hasil dekomposisi mineral-mineral penyusun batuan yang
terbentuk lebih awal, distribusinya kurang dari 10%.
22
Batuan terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu sebagai berikut:
1. Batuan Beku
Batuan beku merupakan hasil pendinginan dari magma pijar. Contohcontoh batuan beku antara lain adalah andesit dan diorit.
sumber : www.kuliahD3fatek.com sumber : www.kuliahD3fatek.com
Gambar 2.1 Gambar 2.2 Batuan Beku Andesit Batuan Beku Diorit
2. Batuan Sedimen
Batuan sedimen terbentuk dari endapan material batuan beku yang
terangkut oleh air, angin, atau es yang kemudian diendapkan di suatu
tempat. Contohnya adalah batu breksi dan batu gamping.
Sumber : earlfhamfa. com Sumber : earlfhamfa. com
Gambar 2.3 Gambar 2.4 Batuan Sedimen Breksi Batuan Sedimen Gamping
3. Batuan Metamorf
Batuan metamorf merupakan jenis batuan yang terbentuk akibat
proses metamorfisme yang meliputi proses tekanan, temperatur, serta
aktifitas dari cairan kimia. Contohnya adalah marmer dan kuarsit.
23
Sumber :kidsgen.com Sumber :kidsgen.com
Gambar 2.5 Gambar 2.6 Batuan Metamorf Marmer Batuan Metamorf Kuarsit
b. Tanah
Tanah adalah lapisan batuan gembur yang terbentuk dari pelapukan
batuan induk dan pembusukkan bahan organik. Tanah juga didefinisikan
sebagai kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam
horison-horison, yang terdiri atas bahan mineral, bahan organik, air dan
udara. Berikut merupakan jenis tanah:
1. Tanah Humus
Tanah humus adalah tanah yang sangat subur terbentuk dari lapukan
daun dan batang pohon di hutan hujan tropis yang lebat.
2. Tanah Pasir
Tanah pasir adalah tanah yang bersifat kurang baik bagi pertanian
yang terbentuk dari batuan beku serta batuan sedimen yang memiliki
butir kasar dan berkerikil.
3. Tanah Alluvial/ Tanah Endapan
Tanah aluvial adalah tanah yang dibentuk dari lumpur sungai yang
mengendap di dataran rendah yang memiliki sifat tanah yang subur
dan cocok untuk lahan pertanian.
4. Tanah Podzolid
Tanah podzolit adalah tanah subur yang umumnya berada di pegunungan
dengan curah hujan yang tinggi dan bersuhu rendah / dingin.
24
5. Tanah Vulkanis
Tanah vulkanis adalah tanah yang terbentuk dari lapukan materi
letusan gunung berapi yang subur mengandung zat hara yang tinggi.
Jenis tanah vulkanik dapat dijumpai di sekitar lereng gunung berapi.
6. Tanah Laterit
Tanah laterit dalah tanah tidak subur yang tadinya subur dan kaya
akan unsur hara, namun unsur hara tersebut hilang karena larut dibawa
oleh air hujan yang tinggi. Contoh : Kalimantan Barat dan Lampung.
7. Tanah Mediteran/ Tanah Kapur
Tanah mediteran adalah tanah sifatnya tidak subur yang terbentuk dari
pelapukan batuan yang kapur. Contoh : Nusa Tenggara, Maluku, Jawa
Tengah dan Jawa Timur.
8. Tanah organosol
Tanah organosol adalah jenis tanah yang kurang subur untuk bercocok
tanam yang merupakan hasil bentukan pelapukan tumbuhan rawa.
Contohnya rawa Kalimantan, Papua dan Sumatera.
Tabel II.2 Jenis-jenis Tanah
Jenis Tanah Keterangan
Aluvial HidromorfBahan asalnya berupa endapan liat (tanah hasil angkutan
air).
Grumosol Kelabu TuaBahan asalnya berupa abu/pasir dan tufa vulkan
intermedier.
Assosiasi Alluvial Kelabu
dan Cokelat Kekelabuan
Berasal dari batuan induk tuff volkan intermedier yang
cocok untuk kawasan pertanian. Tanah alluvium sifatnya
tidak peka terhadap erosi sehingga memiliki potensi untuk
dikembangkan sebagai kawasan terbangun karena
memiliki daya dukung beban yang cukup baik.
Kompleks Gerosol Kelabu
dan Kekelabuan
Bahan induknya berupa batu kapur dan nepal.
Jenis Tanah Keterangan
25
Jenis Tanah Keterangan
Latosol Cokelat Tua
Kemerahan
Berupa tanah residu hasil dari pelapukan breksi tufaan dan
pasir tufaan yang mengandung tufa vulkan intermedier.
Latosol Cokelat
Merupakan tanah residu hasil pelapukan dari breksi tufaan
dan batupasir tufaan. Berpotensi untuk terjadi gerakan
tanah berupa runtuhan batu.
Latosol Cokelat Tua
Endapan sangat tebal antara 1-3m, berwarna coklat muda,
bersifat lepas hingga sangat lepas, berbutir halus hingga
kasar, dan berbentuk menyudut hingga memutar.
Sumber: Diktat Perkuliahan Geologi Lingkungan, 2010
2.2.4 Struktur Geologi
Struktur geologi merupakan bentuk-bentuk geometri yang terdapat di kulit
bumi yang terbentuk karena pengaruh gaya-gaya endogen, baik berupa tekanan
maupun tarikan. Ada tiga jenis struktur geologi yang dikenal, yaitu kekar, sesar,
dan juga lipatan.
1. Kekar
Kekar adalah rekahan atau patahan pada lapisan batuan yang terjadi
akibat pengaruh gaya-gaya endogen baik tekanan maupun tarikan, tanpa
adanya perpindahan tempat. Adapun jenis kekar adalah sebagai berikut:
a. Kekar Gerus (Shear Joint), yaitu kekar pada batuan yang terbentuk
akibat adanya tekanan.
b. Kekar Tarik (Tension Joint), yaitu kekar pada batuan yang terjadi
akibat adanya tarikan.
sumber : museum.bgl.esdm.go.idGambar 2.7 Kekar
26
2. Sesar (Faults)
Sesar (faults) merupakan rekahan atau patahan pada lapisan batuan yang
terjadi akibat pengaruh gaya-gaya endogen berupa tekanan maun tarikan
disertai adanya perpindahan tempat/ dislokasi/ pergeseran.
Jenis sesar:
a. Sesar normal/ turun (normal/ gravity fault)
b. Sesar naik (reverse/ thrust fault)
c. Sesar mendatar/ geser (horizontal/ strike-slip fault)
d. Sembul (horst)
e. Terban (graben)
sumber : museum.bgl.esdm.go.idGambar 2.8 Sesar
3. Lipatan (Folds)
Lipatan (folds) merupakan struktur lapisan batuan sedimen yang
berbentuk lipatan atau gelombang atau lengkungan yang terbentuk akibat
gaya endogen berupa tekanan.
Jenis lipatan adalah sebagai berikut:
a. Lipatan tegak/ setangkup (upright fold/ synmetrical fold)
b. Lipatan tidak setangkup (asymmetrical fold)
c. Lipatan miring/ menggantung (inclined fold/ overtuned fold)
d. Lipatan rebah (recumbent fold)
e. Antiklin (anticline)
f. Sinklin (syncline)
27
sumber:museum.bgl.esdm.go.id
Gambar 2.9 Lipatan2.2.5 Klimatologi
Klimatologi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang
berhubungan dengan iklim seperti suhu, tekanan udara, kelembaban, angin, dan
curah hujan. Iklim adalah cuaca pada suatu daerah yang terjadi dalam jangka
waktu yang lama. Iklim di dunia digolongkan menjadi 4, penggolongan iklim ini
didasarkan pada letak suatu daerah menurut garis lintang dan suhu. Macam –
macam iklim dunia ada 4 jenis (Matthews,2005), yaitu :
Iklim kutub
Iklim sedang
Iklim tropis
Iklim subtropis
Pengetahuan tentang iklim sangat berguna dalam perencanaan untuk
mengetahui penyebaran iklim bumi, karena dalam penampakan topografis tertentu
seperti tanah (tropik laterik merah), gurun, dan penampakan geologi lainnya
sangat dipengaruhi oleh iklim. Faktor-faktor yang berhubungan dengan iklim
adalah :
a. Suhu udara.
Suhu harian dan suhu pada setipa tidak selalu sama, Udara cenderung
untuk mengalir dari daerah- daerah yang bertekanan atmosfer tinggi ke
tempat-tempat yang bertekanan atmosfer lebih rendah,sehingga akan
menyebabkan arah angin yang berbeda-beda.
Daratan tidak mempunyai kapasitas yang sama seperti air dalam
kemampuannya menyimpan panas, akibatnya daratan akan lebih cepat
bereaksi untuk menjadi panas ketika menerima radiasi matahari daripada
lautan. Sebaliknya daratan akan lebih cepat pula menjadi dingin dari pada
lautan pada waktu tidak ada pemanasan sinar matahari yang diterima oleh
28
permukaan bumi. Akibatnya di daratan terdapat perbedaan suhu yang amat
besar bila dibandingkan dengan yang terjadi di lautan. Perpindahan panas
juga terjadi antara udara dengan lautan atau tanah yang ada didawahnya
akan dapat memberikan suatu kenaikan tekanan atmosfer pada daerah-
daerah di sekitarnya.
Pemanasan udara oleh matahari terjadi dengan cara:
Pemanasan langsung, melalui proses absorbsi , refleksi, dan difusi.
Pemanasan tak langsung, melalui proses konduksi dan konveksi.
b. Kelembaban udara
Kelembaban udara adalah banyaknya uap air yang ada dalam udara.
Udara mengandung uap air sebanyak yang dapat dikandungnya disebut
udara jenuh (100%).
Kelembaban udara dibagi menjadi :
Kelembaban mutlak, yaitu bilangan yang menunjukkan berat uap
air ( dalam gram ) yang tertampung dalam 1 m³ udara.
Kelembaban nisbi (relatif), yaitu bilangan yang menunjukkan
besarnya prosentase perbandingan antara jumlah uap air yang ada
didalam udara dengan jumlah uap air maksimal yang dapat
ditampung oleh udara tersebut.
c. Angin
Angin adalah udara yang bergerak dalam atmosfer dari suatu tempat
yang suhunya tinggi ke tempat lain yang suhunya lebih rendah. Di bumi ini
pergerakan udara terjadi dari khatulistiwa dan bergerak menuju daerah
kutub. Sedangkan udara dingin di daerah kutub bergerak ke arah sebaliknya.
Semakin besar perbedaan suhu di antara dua daerah tersebut, semakin cepat
angin bertiup (Oliver,2004).
Pola angin dunia disebut dengan angin global. Pola hembusan angin
dibagi menjadi 3 daerah, hal ini tergantung dari arah hembusannya. Ketiga
pola hembusan angin tersebut adalah:
1. Angin Pasat (trade winds) adalah angin yang terjadi pada daerah
tropis dan menuju ke daerah yang bertekanan rendah di daerah
29
khatulistiwa. Angin ini bertiup satu arah di Utara Ekuator dan arah
lainnya di sebelah Selatan.
2. Angin Timur Kutub adalah angin dingin yang berhembus dari kutub
3. Angin Barat adalah angin yang berhembus di daerah yang beriklim
sedang.
Tabel II.3
Kekuatan dan Kecepatan Angin
KEKUATAN KETERANGAN
KECEPATAN
(KM/JAM)
0 Tenang <1
1 Sedikit angin 1- 5
2 Angin lembut 6-11
3 Angin sepoi-sepoi 12-19
4 Angin sedang 20-28
5 Angin segar 29-38
6 Angin sendalu 39-49
7 Angin mendekati kencang 50-61
8 Angin kencang 62-74
9 Angin sangat kencang 75-88
10 Badai 89-102
11 Badai besar 103-118
12 Angin topan >119
Sumber : senyawa.com
d. Tekanan Udara
Tekanan udara adalah tekanan yang diberikan udara karena beratnya
pada tiap bidang 1 cm² yang mendatar dari permukaan bumi. Semakin tinggi
suatu tempat maka tekanan udaranya akan semakin rendah. Perbedaan
tekanan udara terjadi karena perbedaan suhu udara, udara panas akan
bertekanan minimum (depresi) sedangkan daerah yang bersuhu rendah akan
bertekanan maksimum (kompresi). Tekanan udara dapat diukur dengan
Barometer. Semakin tinggi suatu tempat dari permukaan air laut, semakin
rendah tekanan udaranya. Hal ini dikarenakan oleh semakin berkurangnya
30
udara yang menekan. Tekanan udara suatu tempat selalu berubah sepanjang
hari.
e. Curah hujan
Hujan adalah peristiwa jatuhnya titik air yang semula berupa uap air
di udara kepermukaan bumi dalam bentuk cair atau padat. Alat pengukur
hujan dinamakan penakar hujan. Jumlah curah hujan di Indonesia tidak
merata dan paling banyak terjadi selama angin muson barat bertiup.
Menurut Schmidt dan Fergusson iklim dibagi menjadi delapan tipe
dengan perhitungan Nilai Quatient (Q) dengan rumus (Nugroho,2007) :
Untuk perhitungan bulan kering dan basah menggunakan skala Mohr
sebagai berikut :
• Bulan kering yaitu bulan yang curah hujannya < 60 mm.
• Bulan basah yaitu bulan yang curah hujannya > 100 mm.
• Bulan lembab yaitu bulan yang curah hujannya antara 60 – 100
mm.
Sedangkan untuk penentuan nilai Q, bulan lembab dimasukan pada bulan
basah.
Berdasarkan rasio nilai Q, maka Schmidt – Fergusson membagi iklim
sebagai berikut :
Tabel II.4
Data Pembagian Nilai Q Menurut Schmidt – Fergusson
Tipe Besar nilai Q(%) Ciri – ciri
A 0 - ≤ 14,3 Sangat basah, vegetasi hutan hujan tropis
B 14,3 - ≤ 33,3 Basah, vegetasi hutan hujan tropis
Q=∑ bulan kering
∑ bulan basah×100 %
31
Tipe Besar nilai Q(%) Ciri – ciri
C 33,3 - ≤ 60Agak basah, vegetasi hutan rimba, vegetasi
meranggas
D 60 - ≤ 100 Sedang, vegetasi hutan musim
E 100 - ≤ 167 Agak kering, vegetasi hutan belantara (sabana)
F 167 - ≤ 300 Kering, vegetasi sabana
G 300 - ≤ 700 Sangat kering, vegetasi padang ilalang
H > 700 Ekstrim kering, vegetasi padang ilalang
Sumber : Data Klimatologi BMG Kota Semarang 2001
Tabel II.5
Intensitas Hujan Harian Rata – Rata
No Kelas Interval (mm/hr) Deskripsi Skor
1. I 0 – 13,6 Sangat rendah 10
2. II 13,6 – 20,7 Rendah 20
3. III 20,7 – 27,7 Sedang 30
4. IV 27,7 – 34,8 Tinggi 40
5. V >34,8 Sangat tinggi 50
Sumber : SK Mentri Kehutanan No.837/ KPTS/UM/II /1980 dan No.683/KPTS/UM/VII/1981
f. Awan
Awan merupakan kumpulan butir-butir air, kristal es atau campuran
keduanya, yang masih melekat pada inti-inti kondensasi dan tetap
melayang-layang di udara. Butir-butir air atau kristal es tersebut sangat
halus, dengan diameter sekitar 2-40 mikron.
32
2.2.6 Stratigrafi
Stratigrafi dalam arti sempit merupakan ilmu pemerian atau deskripsi lahan-
lahan. Sedangkan dalam artian luas adalah ilmu yang membahas aturan hubungan
dan kejadian macam-macam batuan di alam. Statigrafi menjelaskan hubungan
geometris dan umur antara macam-macam lensa, dasar dan formasi dalam geologi
sistem dari asal terjadinya sedimentasi. Stratigrafi digunakan untuk menentukan
urutan cara terjadinya batuan, struktur geologi, fisiografis dan penilaian secara
ekonomi pada suatu daerah penelitian
Ada beberapa prinsip dasar yang berlaku didalam pembahasan mengenai
stratigrafi, yaitu:
a. Hukum atau prinsip yang dikemukakan oleh Steno (1669), terdiri dari:
Prinsip Superposisi (Superposition Of Strata) Didalam suatu urutan
perlapisan batuan maka lapisan paling bawah relatif lebih tua umurnya
daripada lapisan yang berada diatasnya selama belum mengalami
deformasi. Konsep ini berlaku untuk perlapisan berurutan.
Prinsip Kesinambungan Lateral (Lateral Continuity) Lapisan yang
diendapkan oleh air terbentuk terus-menerus secara lateral dan hanya
membaji pada tepian pengendapan pada masa cekungan itu terbentuk.
Prinsip Akumulasi Vertikal (Original Horizontality) Lapisan sedimen
pada mulanya diendapkan dalam keadaan mendatar (horizontal),
sedangkan akumulasi pengendapannya terjadi secara vertikal
(principle of vertikal accumulation).
b. Hukum yang dikemukakan oleh James Hutton (1785). Hukum atau
prinsip ini lebih dikenal dengan azasnya yaitu uniformitarisme, yaitu
proses-proses yang terjadi pada masa lampau mengikuti hukum yang
berlaku pada proses-proses yang terjadi sekarang, atau dengan kata lain
“masa kini merupakan kunci dari masa lampau” (The Present is The Key
To The Past). Maksudnya adalah bahwa proses-proses geologi alam yang
terlihat sekarang ini dipergunakan sebagai dasar pembahasan proses
geologi masa lampau.
33
Hukum Intrusi atau Penerobosan (Cross Cutting Relationship) oleh
AWR Potter dan H. Robinson. Suatu intrusi (penerobosan) adalah
lebih muda daripada batuan yang diterobosnya.
Hukum Urutan Fauna (Law of Fauna Succession) oleh De
Soulovie(1777), dalam urut-urutan batuan sedimen sekelompok
lapisan dapat mengandung kumpulan fosil tertentu dengan
sekelompok lapisan di atas maupun di bawahnya.
Tabel II.5
Jenis-jenis Stratigrafi
No Jenis Formasi Ciri-ciri
1. Endapan Alluvium (Qa) Terdiri dari endapan dataran pantai,endapan
sungai,dan endapan danau
2. Formasi Damar (QTd) Terdiri dari batu pasir tufaan,konglomerat,breksi
vulkanik, dan tufa
3. Batuan Gunungapi Gajah
Mungkur (Qhg)
Batuannya berupa lava andesit berwarna abu-abu
kehitaman,berbutir halus,holokristalin,komposisi
terdiri dari feldspar,homblende,danaugit
4. Batuan gunungapi kali gesit
(Qpk)
Batuannya berupa lava basaslt,berwarna abu-abu
kehitaman,halus,komposisi mineral terdiri dari
feldspar,olivine,dan augit
5. Formasi Jongkong (Qpj) Breksi andesit homblende yang berwarna coklat
kehitaman,dan aliran larva berwarna abu-abu tua
6. Formasi kali getas (Qpkg) Batuannya terdiri dari breksi dan lahar dengan
sisipan lava dan tuff halus,sampai
kasar,dibawahnya ditemukan batu lempung
mengandung molusca dan fosil
7. Formasi Kalibeng (Tmpk) Batuannya terdiri dari napa,batu pasir
tufaan,dan batu gamping
34
No Jenis Formasi Ciri-ciri
8. Formasi Kerek (Tmk) Interkalasi batu lempung,napal,batu pasir
tufaan,konglomerat,breksi vuklanik,dan batu
gamping.
Sumber : SK Mentri Kehutanan No.837/ KPTS/UM/II /1980 dan No.683/KPTS/UM/VII/1981
2.2.7 Hidrogeologi
Hidrogeologi adalah ilmu yang mempelajari tentang air tanah. Air tanah
sendiri adalah sejumlah air dibawah permukaan bumi yang dapat dikumpulkan
dengan sumur-sumur, terowongan, atau sistem-sistem drainase atau aliran yang
secara alami mengalir ke arah permukaan tanah melalui pancaran atau rembesan
(Nugroho, Hadi. Dalam Diktat Perkuliahan, 2010). Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi banyaknya air hujan yang merembes ke dalam tanah yaitu :
1. kelerengan daratan
2. tingkat curah hujan
3. jumlah curah hujan
4. porositas
5. durasi atau waktu curah hujan
6. derajat permeabilitas
Selain dari faktor-faktor diatas, adapula sifat-sifat batuan yang mempengaruhi air
tanah yakni:
1. Akuiklud
Batuan yang memiliki lapisan impermiabel dengan nilai konduktivitas
hidrolik yang sangat kecil sehingga tidak memungkinkan adanya air tanah
yang melewatinya.
2. Akuifug
Batuan yang memiliki sifat pada umumnya berbentuk solid, pejal dan tidak
dapat melewati air tanah.
3. Akuifer
Formasi batuan yang susunannya dapat menyimpan dan mengalirkan air
tanah pada kondisi lingkungan.
35
4. Akuitard
Batuan yang memiliki formasi susunan sedemikian rupa sehingga
mempunyai lapisan semipermiabel dengan nilai konduktivitas hidrolik yang
kecil.
Kegiatan dalam hidrogeologi meliputi:
1. Pelacakan air tanah dalam pada daerah sulit air.
2. Pemboran eksplorasi atau produksi air tanah dalam diagrafi nuklir lubang
bor.
3. Konstruksi instalasi air.
2.2.8 Hidrologi
Hidrologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kejadian, perputaran, dan
penyebaran air di atmosfer dan permukaan bumi serta di bawah permukaan bumi
(Nugroho, 2010). Secara khusus menurut SNI No. 1724–1989-F, hidrologi di
definisikan sebagai ilmu yang mempelajari sistem kejadian air di atas permukaan
dan di dalam tanah. Air dianggap sebagai bagian dari unsur utama bersama-sama
dengan bumi, udara, dan api.
Siklus hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari atmosfir
ke bumi dan kembali ke atmosfir melalui kondensasi, presipitasi, evaporasi, dan
transpirasi.
Sumber: www.batan.go.id/ppgn/hidrogeologi.htm
Gambar 2.10 Siklus Hidrologi
36
Siklus hidrologi mengalami beberapa sistem yakni:
1. Evaporasi
Evaporasi atau transpirasi disebut juga sebagai penguapan. Air menguap
dari makhluk hidup, laut, sungai, rawa, dan perairan lainnya akibat
pemanasan oleh sinar matahari. Air ini ,enguap hingga membentuk awan.
Pada keadaan jenuh uap air (awan) ini akan menjadi titik-titik air yang
selanjutnya akan turun ke bumi (precipitation) dan menciptakan hujan atau
dalam keadaan suhu rendah akan membentuk salju. Adapula faktor-faktor
meteorologi yang mempengaruhi besarnya evaporasi adalah :
a) Radiasi matahari
b) Angin
c) Kelembaban relatif
d) Suhu
2. Transpirasi
Transpirasi adalah penguapan air yang berasal dari tumbuh-tumbuhan.
Tumbuh-tumbuhan mengeluarkan air melalui stomata dan lentisel akibat
pemanasan oleh sinar matahari.
3. Kondensasi
Adanya pengaruh angin dan tekanan uap panas dari bumi mengakibatkan
uap air yang berasal dari proses evaporasi dan transpirasi tersebut naik
sampai pada ketinggian tertentu dan mengalami proses kondensasi atau
disebut pula sebagai pengembunan.
4. Presipitasi
Awan yang terbentuk tersebut semakin lama semakin menebal hingga pada
suatu saat awan tersebut mengalami proses penjenuhan sebagai akibat dari
banyaknya pengumpulan uap air, kemudian uap tersebut jatuh ke bumi
dalam bentuk hujan.
5. Infiltrasi dan Run Off/Overland Flow
Air hujan yang jatuh ke permukaan bumi ini kemudian terdapat sebagian
yang diserap oleh tanah dan bergerak ke dalam tanah melalui pori-pori tanah
hingga kembali menuju muka air tanah. Pergerakan air inilah yang biasa
37
disebut dengan infiltrasi. Air hujan yang diserap oleh tanah kemudian
berkumpul menjadi satu menjadi air tanah. Sedangkan sebagian yang lain
mengalir dipermukaan tanah melalui sungai lalu kembali lagi menuju ke
laut. Lalu proses tersebut akan berulang lagi.
Siklus hidrologi ini terdapat beberapa macam yang dibagi berdasarkan
lamanya siklus terjadi. Adapun pembagian siklusnya adalah sebagai berikut:
1. Siklus Pendek atau Siklus Kecil
Siklus pendek ini terdiri dari menguapnya air laut menjadi uap gas karena
panas matahari lalu mengalami kondensasi dan membentuk awan. Karena
mencapai masa jenuh maka air yang mengalami kondensasi dan berbentuk
awan tersebut menjadi titik-titik air atau yang biasa disebut hujan di atas
permukaan laut.
2. Siklus Sedang
Siklus sedang ini sedikit lebih panjang daripada siklus pendek. Siklus ini
dimulai dari menguapnya air laut menjadi uap gas yang disebabkan oleh
panas matahari. Kemudian mengalami kondensasi. Uap air ini bergerak oleh
tiupan angin meuju daratan dan membentuk awan di atas daratan.
Terjadinya hujan pada siklus ini adalah di permukaan daratan. Air hujan ini
mengalir di sungai dan kembali menuju lautan.
3. Siklus Panjang atau Siklus Besar
Siklus ini merupakan siklus hidrologi secara lengkap yakni dimulai dari
menguapnya air laut menjadi uap gas karena panas matahari. Kemudian uap
air ini mengalami sublimasi dan membentuk awan yang mengandung kristal
es. Awan ini bergerak oleh tiupan angin menuju daratan. Di daratan sendiri
juga terjadi penguapan air daratan seperti air danau, air sungai, dan lainnya.
Air daratan yang menguap dan mengalami kondensasi ini kemudian
membentuk awan juga. Gabungan dari awan ini kemudian menjadi salju
apabila ketika turun di bumi karena pengaruh suhu dan tekanan.
38
2.2.9 Bahaya Geologi
Bahaya geologi merupakan aktivitas geologi yang dapat menimbulkan
perubahan-perubahan keadaan geologi dari keadaan eksisting semula. Perubahan
tersebut menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan, khususnya manusia.
Penjelasan mengenai beberapa contoh bahaya geologi adalah:
1. Gerakan Tanah
Gerakan tanah adalah proses perpindahan massa tanah dan batuan pada arah
mendatar, tegak, atau miring dari kedudukan semula akibat pengaruh gaya
berat, tanpa bantuan langsung dari media air, udara, dan gas.
Sumber: mapiptek.ristek.go.id Gambar 2.11 Jenis Gerakan Tanah
a. Jungkiran
Jungkiran merupakan tipe dari gerakan tanah dengan memutar ke depan
dari satu atau beberapa blok tanah aau batuan terhadap titik pusat putaran
yang terdapat dibawah masa batuan akibat dari gaya gravitas.
39
b. Longsoran
Longsoran ditandai dengan perpindahan massa tanah atau batuan
sepanjang bidang longsoran dari massa tanah atau bidang batuan yang
mantap.
c. Penyebaran lateral
Penyebaran lateral merupakan gerakan menyebar menuju arah lateral
yang disebabkan oleh retak geser dan retak tarik yang dapat terjadi pada
material batuan serta pada batuan tersebut.
d. Aliran
Aliran merupakan gerakan tanah yang disebabkan oleh kuat geser tanah
yang kecil sekali bahkan mencapai nol dan material yang bergerak dapat
berupa material bahan rombakan yang berukuran kasar, tanah dengan
ukuran halus ataupu lempung yang jenuh air.
Sumber: Diktat Perkuliahan Geologi Lingkungan, 2010
Gambar 2.12 Tipe Gerakan Tanah Aliran
e. Runtuhan
Runtuhan ditandai dengan keruntuhan tanah yang kemudian akan diikuti
dengan gerakan jatuh bebas akibat gaya gravitasi bumi.
f. Kompleks.
Kompleks merupakan gabungan dari dua atau lebih dari tipe-tipe gerakan
tanah yang sudah dijelaskan pada point sebelumnya.
g. Penurunan Tanah (land subsidance)
40
Penurunan tanah adalah salah satu bentuk dari gerakan tanah yang
menuju ke arah vertikal ke bawah yang diakibatkan oleh beberapa faktor,
yaitu: aktivitas penambangan bawah tanah
1) akibat aktivitas tektonik
2) akibat beban permukaan
3) konsolidasi
4) pelarutan mineral
5) berkurangnya tekanan hidrolik lapisan
tanah (Selby,1990).
2. Banjir
Banjir merupakan bahaya geologi yang disebabkan ole meluapnya air
permukaan bumi yang dapat menyebabkan kerusakan struktur dan
infrastruktur yang ada, misalnya ladang, sawah, dan lain-lain.
3. Erosi
Erosi adalah proses pengikisan tanah yang disebabkan oleh air hujan.
Berdasarkan jenisnya, erosi dibagi menjadi lima bentuk yakni:
a. Erosi Lembah
Erosi ini disebabkan oleh kekuatan jatuh butiran hujan dan aliran
permukaan. Pada erosi lembah pengikisan lapisan tanah tebalnya merata
terhadap suatu permukaan bidang tanah, sedangkan kecepatan butiran
hujan berada diantara 6-10 meter per sekon. Erosi ini terutama terjadi
pada daerah terbuka.
b. Erosi Percik
Erosi percik merupakan tahap awal yang diakibatkan dari hujan yang
disebabkan oleh tenaga kinetis jatuhnya butir hujan ke permukaan tanah.
Erosi percik dapat dikurangi akibatnya dengan reboisasi agar butiran
hujan tidak langsung jatuh ke tanah.
c. Erosi Alur
Erosi alur merupakan erosi yang terjadi pada tanah yang tidak rata dan
umumnya terjadi di daerah yang ditanami atau lereng. Erosi alur
41
dikarenakan terkonsentrasinya air hujan yang mengalir ke tempat yang
lebih rendah dengan membawa material tanah. Erosi ini akan
menghasilkan produk berupa alur atau guratan pada lereng.
d. Erosi Parit
Erosi ini terjadinya sama dengan proses terjadinya proses erosi alur.
Perbedaannya hanya terletak pada saluran yang tertentu saja yakni pada
erosi parit, saluran yang terbentuk sudah lebih dalam dibandingkan erosi
alur.
e. Erosi Tebing Sungai
Erosi ini terjadi pada tebing sungai yang diakibatkan oleh pengikisan
lateral.
2.3 Tata Guna Lahan
Tata guna lahan adalah suatu upaya dalam merencanakan pembangunan
lahan dalam suatu kawasan yang meliputi pembagian wilayah untuk
pengkhususan fungsi-fungsi tertentu, misalnya fungsi pemukiman, perdagangan,
industri dan fungsi lainnya. Rencana tata guna lahan merupakan kerangka kerja
yang menetapkan keputusan-keputusan terkait tentang lokasi, kapasitas dan
jadwal pembuatan jalan, saluran air bersih dan air limbah, gedung sekolah, pusat
kesehatan, taman dan pusat-pusat pelayanan serta fasilitas umum lainnya. Tata
guna lahan berupa :
1. Kawasan permukiman
Kawasan permukiman ini ditandai dengan adanya perumahan yang disertai
prasana dan sarana serta infrastruktur yang memadai. Kawasan permukiman
ini secara sosial mempunyai norma dalam bermasyarakat. Kawasan ini
sesuai pada tingkat kelerengan 0-15% (datar hingga landai).
2. Kawasan perumahan
Kawasan perumahan hanya didominasi oleh bangunan-bangunan
perumahan dalam suatu wilayah tanpa didukung oleh sarana dan prasarana
yang memadai. Kawasan ini sesuai pada tingkat kelerengan 0-15% (datar
hingga landai).
42
3. Kawasan perkebunan
Perkebunan ini ditandai dengan dibudidayakannya jenis tanaman yang bisa
menghasilkan materi dalam bentuk uang. Kawasan ini sesuai pada tingkat
kelerengan 8-15% (landai).
4. Kawasan pertanian
Kawasan pertanian ditandai oleh adanya jenis budidaya satu tanaman saja.
Kawasan ini sesuai pada tingkat kelerengan 8-15% (landai).
5. Kawasan ruang terbuka hijau
Kawasan terbuka hijau ini dapat berupa taman yang hanya ditanami oleh
tumbuhan yang rendah dan jenisnya sedikit. Namun dapat juga berupa hutan
yang didominasi oleh berbagai jenis macam tumbuhan. Kawasan ini sesuai
pada tingkat kelerengan 15-25% ( agak curam ).
6. Kawasan perdagangan
Kawasan perdagangan ini biasanya ditandai dengan adanya bangunan
pertokoan yang menjual berbagai macam barang. Kawasan ini sesuai pada
tingkat kelerengan 0-8% ( datar )
7. Kawasan industri
Kawasan industri ditandai dengan adanya proses produksi baik dalam
jumlah kecil maupun dalam jumlah besar. Kawasan ini sesuai pada tingkat
kelerengan 8-15% ( hingga landai ).
8. Kawasan perairan
Kawasan perairan ini ditandai oleh adanya aktifitas perairan, seperti
budidaya ikan, pertambakan, irigasi, dan sumber air bagi wilayah dan
sekitarnya.
2.4 Aspek Non Fisik
Untuk mengindetifikasi wilayah studi di perlukan informasi aspek non fisik,
seperti aspek kependudukan dan sosial ekonomi. Dimana, aspek kependudukan
adalah jumlah penduduk di wilayah studi menurut kelompok umur, sehingga di
ketahui komposisi demografi penduduk di wilayah studi.
43
Menurut aspek sosial ekonomi adalah jumlah penduduk menurut mata
pencaharian, sehingga dapat di ketahui kondisi sosial penduduk wilayah studi dan
dapat mengukur kesejahteraan penduduk di wilayah studi.
2.5 Metode-Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan terdiri dari 2 jenis yaitu metode kualitatif
dan metode kuantitatif, metode ini digunakan untuk mengetahui permasalahan dan
potensi alam yang terdapat di wilayah studi.
2.5.1 Metode Kuantitatif
Metode kuantitatif adalah metode penelitian yang sistematis terhadap suatu
fenomena dan hubungan-hubungannya. Tujuan penelitian kuantitatif adalah
mengembangkan dan menggunakan model-model matematis, teori-teori dan
hipotesis yang berkaitan dengan fenomena alam. Metode kuantitatif cenderung
menggunakan metode pengumpulan data dan uji hipotesis yang spesifik, termasuk
survei, analisis statistik, analisis data sekunder, dan desain eksperimental.
2.5.2 Metode Kualitatif
Metode kualitatif lebih menekankan pada pengamatan langsung di wilayah
studi atau survei lapangan. Metode kualitatif terdiri dari 2 macam yaitu studi
lapangan dan studi pustaka. Studi lapangan dilakukan dengan mengkaji masalah
di lapangan secara langsung sedangkan studi pustaka dilakukan dengan mengkaji
dokumen dan sumber tertulis.
2.6 Alat Analisis
2.6.1 Analisis Skoring
Menurut Smith (1980), analisis dengan menggunakan metode skoring
adalah kriteria pembobotan bebas untuk menilai sesuatu yang bersifat kualitatif.
Sedangkan menurut Voogd (1983), skoring adalah menyelidiki sejumlah
kemungkinan dalam keterangannya mengenai beberapa kriteria dan objek yang
saling bertentangan. Metode skoring digunakan untuk menganalisis suatu
permasalahan dengan cara memberi nilai secara kuantitatif pada faktor – faktor
44
tertentu yang kebanyakan bersifat kualitatif. Nilai tersebut merupakan perwakilan
dari kriteria – kriteria kualitatif yang diberikan pada faktor tersebut.
Berdasarkan SK Menteri Pertanian No. 837/KPTS/Um/II/1980 dan No
683/KPTS/Um/VIII/1981, penentuan arahan fungsi pemanfaatan lahan ditentukan
oleh tiga faktor yaitu :
1. jenis Tanah
2. kelerengan Tanah
3. intensitas Curah Hujan
Penentuan fungsi pemanfaatan lahan tersebut dapat diklasifikasikan
dengan menggunakan skoring dari ketiga faktor di atas.
1. Skoring untuk jenis tanah
Berikut di bawah ini adalah tabel skoring untuk menilai kelas tanah meurut
kepekaan erosinya:
Tabel II.6Kelas Tanah Menurut Kepekaan Erosi dan Nilai Skor
No Kelas Jenis Tanah Deskripsi Skor
1 IAluvial, tanah clay, planosol,
hidromorf kelabu,lateritTidak peka 15
2 II Litosol Kurang peka 30
3 IIIBrown foret,non caltic, brown
mediteraniaPeka 45
4 IVAndesol, laterit,
gerosol,podsol,podsolicPeka 60
5 V Rebosol, litosol, organosol, renzine Sangat peka 75
Sumber : Sk Menteri Kehutanan No. 837/KPTS/UM/II/1980 dan No. 63/KPTS/UM/VIII/1981
45
Tabel II.7Klasifikasi Kelas Tanah
NO AspekKelas
I II III IV1. Kemiringan tanah 0-2% 2-5% 5-8% >8%
2. Keadaan drainase Baik/sedang dan
mudah dikeringkan
Sewdang
dan tidak
mudah
dikeringkan
Sedang dan
tidak mudah
dikeringkan
Sangat buruk
3. Keadaan drainase >90 cm <60 cm <60 cm Batuan-batuan
4.
Kestabilan tanah Stabil Sering
terjadi
masalah
pondasi
Sering
terjadi
masalah
pondasi
Kemiringan
10%
kemiringan
tidak stabil
5. Daya serap air Cepat Sedang lambat Sangat lambat
Sumber: Hasil Studi Pkitdro 1988
Berdasarkan kajian fisik dan klasifikasi sifat tanah yang sesuai untuk
pengembangan perkotaan di atas, maka diketahui kelas tanah yang sesuai untuk
pengembangan fisik kegiatan perkotaan. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka
ketentuan-ketentuan penilaian dibawah ini dapat dijadikan pedoman.
Lahan Kelas I: merupakan lahan yang sesuai untuk pengembangan fisik kota.
Standar-standar desain bagi pelayanan dan pengaturan yang
memuaskan dan dapat diadakan dengan biaya yang sangat
rendah, dan dapat langsung pulih kembali apabila mendapat
gangguan.
Lahan Kelas II: adalah lahan yang pada dasarnya sesuai untuk pengembangan
perkotaan, namun satu atau lebih dari sifat-sifat tanahnya tidak
sesuai dengan pengembangan kota. Pemilihan yang hati-hati dari
metode pengaturan yang teliti akan menyebabkan biaya-biaya
naik untuk meminimumkan pengaruh terhadap kerusakan
lingkungan.
46
Lahan Kelas III: lahan dengan satu atau lebih sifat-sifatnya sesuai dengan bentuk
pengembangan kota. Halangan-halangan dapat dibatasi dengan
biaya tinggi serta desain khusus dan juga teknik pengaturan yang
teliti, meskipun ada yang bertentangan terhadap kelestarian
lingkungan sekitarnya.
Lahan Kelas IV: lahan yang tidak sesuai lagi bagi pengembangan kota, karena
satu atau lebih sifat-sifat lainnya menyebabkan tidak mungkin
untuk dipakai sebagai area pengembangan. Perbaikan dapat
dilakukan dengan biaya yang sangat tinggi, namun pengaruh
kebalikan nyata terhadap kelestarian lingkungan mungkin
terjadi.
(Sumber: SK Menteri Kehutanan No.873/UM/II/1980 dan NO.683/KPTS/UM/1981)
2. Skoring untuk kelerengan
Berikut ini adalah tabel untuk menentukan skor kelas lereng:
Tabel II.8Kelas Lereng dan Skor (%)
NoKela
sLereng (%) Deskripsi Skor
1 I 0-8 Datar 20
2 II 8-15 Landai 40
3 III 15-25 Agak curam 60
4 IV 25-45 Curam 80
5 V >45 Sangat curam 100
Sumber : SK Menteri Kehutanan No. 837/UM/II/1980 dan No. 83/KPTS/UM/1981
Kawasan dengan sifat kelerengan :
0-15% : termasuk kawasan layak bangunan
15-45% : termasuk kawasan budidaya
45% : termasuk kawasan konservasi atau serapan
47
3. Skoring untuk intensitas curah hujan
Di bawah ini adalah tabel untuk menentukan skor intensitas hujan harian rata-
rata:
Tabel II.9Tabel Intensitas Hujan Harian Rata-rata dan skor
No KelasInterval
( mm/hari )Deskripsi Skor
1 I 0 – 13,6 Sangat Rendah 10
2 II 13,6 – 20,7 Rendah 20
3 III 20,7 – 27,7 Sedang 30
4 IV 27,7 – 34,8 Tinggi 40
5 V > 34,8 Sangat tinggi 50
Sumber : Sk Menteri Kehutanan No. 837/KPTS/UM/II/1980 dan No. 63/KPTS/UM/VIII//1981
Penentuan Arahan Fungsi Pemanfaatan Lahan
Berdasarkan ketiga faktor di atas, maka dapat ditentukan suatu arahan fungsi
pemanfaatan lahan dengan cara menambahkan skor dari ketiga faktor tersebut.
Berikut ini adalah tabel yang digunakan untuk menetapkan fungsi kawasan
berdasarkan jumlah skor:
Tabel II.10Tabel Kriteria dan Cara Penetapan Kawasan
Lindung Dan BudidayaNO Kawasan Skor
1 Kawasan Lindung >175
2 Kawasan Penyangga 125 – 175
3 Kawasan Budidaya Tanaman Tahunan <125
4 Kawasan Budidaya Tanaman Semusim <125
5 Kawasan Pemukiman <125
Sumber : SK Mentan No 837/KPTS/UM/II/1980 dan No 688/KPTS/UM/8/1982
2.6.2 Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah instrument perencanaaan strategis yang klasik.
Dengan menggunakan kerangka kerja kekuatan, kelemahan dan kesempatan
48
ekternal dan ancaman, instrument ini memberikan cara sederhana untuk
memperkirakan cara terbaik untuk membuat dan melaksanakan suatu rencana.
Instrumen ini membantu para perencana untuk mengetahui pencapaian yang bisa
diperoleh, dan hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam membuat serta
melaksanakan suatu rencana.
Tujuan dari analisis menggunakan metode SWOT adalah untuk memberikan
gambaran mengenai keunggulan, kelemahan, peluang dan ancaman dari suatu
rencana secara menyeluruh yang digunakan sebagai dasar atau landasan
mengevaluasi. Pada dasarnya, analisis SWOT terbagi atas 4 faktor, keempat faktor
tersebut adalah kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang
(opportunities), dan ancaman (threats).
Tabel II.11Tabel Matriks Analisis SWOT
Internal
Eksternal
Strength
(S)
Weakness
(W)
Opportunity
(O)
Strategi SO
Kekuatan yang
merupakan potensi suatu
wilayah yang didukung
dengan adanya peluang,
maka dapat dilakukan
pemanfaatan yang
optimal.
Srategi WO
Kelemahan yang ada di
suatu wilayah diimbangi
dengan adanya peluang yang
menjadi problem solving
bagi kelemahan tersebut.
49
Threat
(T)
Strategi ST
Dengan adanya kekuatan
yang mendukung
penggunaan lahan di
wilayah studi, maka
ancaman yang datang
dapat diatasi dan
penggunaan lahan pun
dapat dioptimalkan.
Strategi WT
Jika kelemahan suatu
wilayah didukung dengan
adanya ancaman dari luar,
maka dapat dipastikan akan
terjadi kesulitan dalam
mengatasi permasalahan
penggunaan lahan di wilayah
tersebut.
2.6.3 Overlay Peta
Teknik overlay merupakan pendekatan tata guna lahan atau landscape,
dengan menumpangtindihkan dua peta yang berbeda sehingga terbentuk peta baru
dengan informasi yang lebih spesifik. Overlay ini merupakan suatu sistem
informasi dalam bentuk grafis yang dibentuk dari penggabungan berbagai peta
individu (memiliki informasi/database yang spesifik). Agregat dari kumpulan
peta individu ini, atau yang biasa disebut peta komposit, mampu memberikan
informasi yang lebih luas dan bervariasi. Teknik overlay peta ini bertujuan untuk
melihat deskripsi kenampakan wilayah yang mengandung potensi maupun resiko
bencana berdasarkan pertumbuhan dan kriteria kontribusi.
50
BAB III
IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK WILAYAH
KELURAHAN REJOSARI, KECAMATAN NGAMPEL
3.1 Wilayah Makro
3.1.1 Kondisi Geografis
Letak geografis adalah letak suatu daerah atau wilayah yang dilihat
kenampakannya dari permukaan bumi. Kecamatan Ngampel merupakan salah
satu kecamatan di wilayah Kabupaten Kendal memiliki letak yang strategis karena
mudah dijangkau oleh penduduk di wilayah Kabupaten Kendal. Ketinggian tanah
pada Kecamatan Ngampel ± 6 meter dpl dengan suhu udaranya berkisar 27 °C .
Adapun batas-batas wilayah Kecamatan Ngampel adalah:
Utara : Kecamatan Patebon
Timur : Kecamatan Brangsong
Selatan : Kecamatan Singorejo
Barat : Kecamatan Gemuh
Kecamatan Ngampel merupakan wilayah perdesaan terdiri dari 12 Desa, meliputi
44 Dusun , 55 RW dan 219 RT.
Tabel III.1Administratif Kecamatan Ngampel
Desa Dusun RW RT
Winong 5 5 21
Jatirejo 4 5 19
Rejosari 3 3 9
Sumbersari 6 6 30
Kebunagung 4 4 14
Ngampel Kulon 4 5 28
Ngampel Wetan 3 3 14
Sudipayung 2 5 23
Dempelrejo 3 3 18
Desa Dusun RW RT
51
Banyuurip 4 4 16
Bojonggede 2 5 12
Putatgede 4 7 15
Jumlah 44 55 219
Sumber : BPS Kabupaten Kendal 2009
Luas wilayah Kecamatan Ngampel pada tahun 2009 adalah 33,88.Km2
Sedangkan luas wilayah Kecamatan Ngampel dirinci menurut penggunaannya
terdiri dari:
1. Tanah Sawah = 12,76 Km²
2. Tanah Pekarangan = 4,28 Km²
3. Tanah Tegalan = 4,69 Km²
4. Tanah Hutan = 9,87 Km²
5. Lainnya = 2.28 Km²
3.1.2 Aspek-Aspek Geologi Lingkungan
1. Morfologi
Morfologi adalah ilmu yang membahas tentang roman muka dan
aspek yang mempengaruhinya. Kecamatan Ngampel terletak pada
ketinggian 6 meter dari permukaan laut. Bentuk bentangan alam dari
Kecamatan Ngampel ini pada umumnya adalah bentangan alam struktural
dengan struktur mendatar (lapisan horizontal), karena merupakan dataran
rendah yang memiliki elevasi antara 0 – 500 kaki dari permukaan laut.
Bentangan alam struktural ini merupakan bentuk bentangan alam yang
dipengaruhi oleh faktor endogen yang dikontrol oleh gaya-gaya endogen
seperti aktifitas magmatis, gunungapi atau aktifitas tektonik.
2. Topografi
Topografi adalah ilmu yang membahas bentuk relief permukaan
bumi. Secara makro, Kecamatan ngampel termasuk pada dataran rendah
yang sebagian besar bertopografi datar dengan kelas lereng 0-8%, kecuali
pada bagian selatan kelurahan Jatirejo yang memiliki topografi landai
dengan kemiringan kelas lereng 8-15.
3. Litologi
52
Jenis batuan
Jenis batuan yang ada di Kecamatan Ngampel merupakan batuan
sedimen, yaitu sandstone atau batupasir dan juga batuan breksi.
Batupasir terbentuk karena segmentasi butiran-butiran pasir yang
terbawa oleh arus sungai, ombak, dan angin, sehingga terakumulasi di
suatu tempat dan membentuk batuan. Sedangkan batuan breksi adalah
batuan yang memiliki butiran-butiran kasar. Batuan jenis ini terbentuk
dari segmentasi bagian-bagian yang bersifat coarse. Bagian-bagian ini
berbentuk runcing dan menyudut.
Jenis tanah
Tanah di kecamatan ngampel terdiri atas asosiasi dari tanah aluvial,
vertisoldan mediteran. Tanah aluvial merupakan tanah yang terbentuk
dari endapan lumpur sungai yang mengendap di dataran rendah. Sifat
tanah ini cenderung subur karena mengandung banyak mineral dan
unsur hara yang dapat dimanfaatkan pada bidang pertanian, hal ini
sesuai dengan keadaan di kecamatan Ngampel yang di dominasi oleh
lahan pertanian. Tanah vertisol merupakan lempung yang dapat
mengembang dan mengerut. Dalam keadaan kering dijumpai retkan
yang lebar dan dalam.
4. Srtuktur Geologi
Berdasarkan survey yang telah kami lakukan, Kecamatan Ngampel
mempunyai struktur geologi kekar. Yaitu struktur rekahan tanpa ada
pergeseran atau perpindahan pada bidang rekahan. Sedangkan struktur
geologi yang lain seperti sesar dan lipatan tidak ditemukan di wilayah studi.
5. Klimatologi
a. Suhu Udara
Suhu udara di Kecamatan Ngampel tidak jauh berbeda dengan suhu
udara di kota Kendal. Suhu maksimum adalah 33ºC dan suhu minimum
24ºC. Kelembaban 60 % - 90 %.
b. Angin
53
Kekuatan angin di kecamatan Ngampel adalah 25 km/jam, sehingga
berdasarkan Skala Beaufort, angin pada daerah Kecamatan Ngampel
termasuk ke dalam angin segar.
c. Curah Hujan
Curah hujan tertinggi pda Kecamatan Ngampel adalah 767 mm di
bulan Maret dan terendah pada bulan Agustus yaitu 4 mm, memiliki
iklim tropis dengan suhu antara 24ºC sampai dengan 33ºC.
Tabel III.2
Intensitas Hujan Harian Rata – Rata
No KelasInterval (mm /
hr)Deskripsi Skor
1. I 0 – 13,6 Sangat rendah 10
2. II 13,6 – 20,7 Rendah 20
3. III 20,7 – 27,7 Sedang 30
4. IV 27,7 – 34,8 Tinggi 40
5. V > 34,8 Sangat Tinggi 50
Sumber : SK Menteri Kehutanan No. 837 / KPTS / UM / II / 1980 dan No. 683 / KPTS / UM / VII/1981.
%100
BulanBasah
gBulanKerinQ
Dimana :
Bulan basah : curah hujan lebih dari 100mm
Buan Kering : curah hujan kurang dari 60mm
Bulan Lembab : curah hujan antara 60mm – 100mm.
Tabel III.3 Curah Hujan Kecamatan Ngampel Tahun 2008
54
Bulan Curah Hujan
(mm)
Hari Hujan
Januari 306 15
Februari 436 17
Maret 767 15
April 252 12
Mei 535 11
Juni 38 3
Juli 25 3
Agustus 4 0
September 62 4
Oktober 29 3
November 113 10
Desember 231 13
Jumlah 2799 105
Sumber : Data Monografi Kecamatan Ngampel Tahun 2008
Berdasarkan data curah hujan kecamatan Ngampel pada tahun 2008
dapat disimpulkan bahwa terdapat 4 bulan kering yaitu pada bulan Juni, Juli,
Agustus, dan oktober. 8 bulan basah yaitu pada bulan Januari, Februari,
maret, april, mei, september, november dan desember. Dari data curah hujan
dapat diketahui nilai Q sebesar 50% sehingga Kecamatan Ngampel
termasuk kedalam iklim agak basah berdasarkan pembagian iklim menurut
Schmidt Fergusson.
6. Stratigrafi
Tatanan stratigrafi wilayah Kecamatan Ngampel tersusun atas formasi
damar dan endapan alluvium. Penjelasan tiap-tiap formasi, mulai dari umur
tua ke umur muda adalah sebagai berikut:
Formasi Damar (Qtd)
Formasi damar terdiri atas batupasir, tufaan, konglomerat, breksi
vulkanik dan tufa. Formasi ini berumur Plio-Plistosen, dan terdiri atas
55
sedimen yang diendapkan di lingkungan nonmarin, yang diindikasikan
oleh fosil sisa vertebrata (Thanden drr., 1996).
Endapan Alluvium (Qal)
Endapan Alluvium tersebar luas dan menutupi 90% wilayah
Kecamatan Ngampel. Terbentuk dari endapan dataran pantai, endapan
sungai, dan endapan danau. Umumnya terdiri dari lempung dan pasir
yang kemudian membentuk endapan delta dan mencapai ketebalan
kurang lebih 80 m. Selain itu endapan alluvium yang ada pada alur
sungai terdiri atas kerikil, kerakal, dan pasir.
7. Hidrogeologi
Air tanah yang terdapat di Kecamatan Ngampel cukup melimpah, hal
ini terlihat dari banyaknya warga yang memanfaatkan sumur baik itu sumur
cincin maupun sumur suntik sebagai sumber mata air. Namun selain
terdapatnya sumur, warga juga memanfaatkan air PDAM. Daerah
Kecamatan Ngampel ini memiliki cukup persediaan air tanah karena
daerahnya yang memiliki tingkat dan intensitas hujan yang lebih sesuai
dengan musim di Indonesia sehingga warga mampu menyesuaikan dan
pemanfaatan air tanah, ditambah lagi dengan tersedia sungai yang mengalir
di daerah ini dengan jenis tanah akuifer.
Pada kelurahan Winong dan Jatirejo terdapat jenis akuifer dengan
aliran melalui celahan dan ruang antar butur, semetara di kelurahan lainnya
memiliki jenis akuifer dengan aliran ruang antar butir.
8. Hidrologi
Kecamatan Ngampel merupakan daerah dataran rendah dengan tata
guna lahan utama dalah sawah. Kecamatan ini juga dilewati oleh dua sungai
yakni Sungai Blorong dan Sungai Bodri. Tingkat evaporasi di daerah ini
tergolong stabil karena letaknya yang berada pada daerah dataran rendah.
Tingkat infiltrasi pada daerah ini dikatakan stabil, yaitu hujan yang terjadi
pada kecamatan Ngampel lebih sesuai berdasarkan musim yang ada di
Indonesia.
56
Pada kelurahan Winong dan Jatirejo memiliki akuifer produktif dan
setempat, sementara di kelurahan Rejisari, Ngampel Wetan, Sumbersari,
Kebonagung memiliki jenis akuifer produktif sedang dengan penyebaran
luas, semntara Ngampel kulon, Banyuurip, Bojonggede,Putetgede dan
Dempelrejo memiliki jenis akuifer produktif dengan penyebaran luas.
9. Bahaya Geologi
Bahaya geologi yang terdapat di Kecamatan Ngampel ini adalah
Erosi. Erosi yang terjadi yaitu erosi percik dan erosi tebing sungai.
Erosi Percik
Erosi percik mengakibatkan jalan di kecamatan Ngampel rusak.
Jalan di kecamatan Ngampel merupakan jalan kelas III (Kelas jalan
yang tidak dapat di lalui oleh truk). Jalan ini dilewati oleh truk
pembawa batu dan hasil sawah dari kecamatan Pengadon. Oleh
karena itu, jalan ini akan semakin mudah rusak.
Sumber: Dokumentasi Kelompok 1 A, 2012Gambar 3.1
Erosi Percik (Tanda Panah)
Erosi tebing sungai
Erosi ini terjadi pada bidang lateral sungai. Erosi ini terjadi akibat
dari pengikisan air sungai.
57
Sumber: Dokumentasi Kelompok 1 A, 2012 Gambar 3.2 Erosi Tebing Sungai (Tanda Panah)
3.1.3 Tata Guna Lahan
Tata guna lahan di kecamatn Ngampel terbagi menjadi 5 bagian yaitu lahan
pertanian, lahan perkarangan, lahan tegala, hutan dan lainnya. Mayoritas lahan di
kecamatan Ngampel di gunakan sebagai pertanian. Berikut adalah klasifikasi tata
guna lahan di kecamatan Ngampel :
1. Pertanian
Kecamatan Ngampel memiliki lahan yang dimanfaatkan sebagai sumber
utama mata pencaharian warganya, yaitu lahan pertanian, luas lahan
pertanian kecamatan ngampel mencapai 12,76 Km2
2. Hutan
Luas hutan di kecamatan ngampel mencapai 9,87 Km2. Hutan ini
kebanyakan di tumbuhi oleh pohon bambu dan pohon beringin.
3. Tegalan
Lahan tegalan yang ada di kecamatan Ngampel seluas 4,69 Km2 .
4. Perkarangan
Lahan perkarangan yang biasanya terdiri atas pemukiman warga
memiliki luas sekitar 4,28 Km2 .
58
5. Lahan lainnya
Prasarana umum di kecamatan Ngampel, seperti sekolah, masjid,
lapangan bola, lapangan voly, lapangan badminton, klinik umum
memiliki luas lahan secara keseluruhan sekitar 2,28 Km2
3.1.4 Potensi Sumber Daya Alam
Potensi wilayah studi Kecamatan Ngampel meliputi sumber daya alam,
kerajinan, dan terapi. Potensi sumber daya alam yang dimiliki Kecamatan
Ngampel adalah dari sektor pertanian yang didominasi oleh padi, palawija,
tanaman buah dan sayur, serta tembakau. Pertanian merupakan salah satu mata
pencarian utama penduduk Kecamatan Ngampel karena sebagian besar
penduduknya bekerja sebagai petani. Selain potensi alam ada juga potensi
kerajinan seperti kerajinan akar kayu, yaitu mengolah akar kayu menjadi hiasan
mebel yang memiliki pasar tersendiri, salah satunya adalah yang dikembangkan
oleh “UD Dwi Karya” di desa Kebonagung. Potensi ketiga adalah adanya terapi
dengan menggunakan ikan, dimana para pasien memasukkan anggota tubuhnya ke
dalam kolam yang telah diisi oleh ikan kecil-kecil berjenis nilam arwi. Terapi ini
ada di desa Jatirejo.
Obyek wisata Kedung Pengilon yang berlokasi di Dusun Mijil Desa Jatirejo
Kecamatan Ngampel dulu merupakan salah obyek wisata yang sering dikunjungi
oleh warga sekitar kota Kendal. Dilokasi Kedung Pengilon ini terdapat air terjun
kecil dengan ketinggian ± 15 m, pada saat ini luas kedung sekitar ± 100 m².
Untuk menuju lokasi Kedung Pengilon dapat melewati Bendung Kali Aji yang
merupakan hulu sungai Blorong yang membelah dua kecamatan Brangsong dan
Kecamatan ngampel yang terhubung dengan sebuah jembatan tua peninggalan
Belanda.Diatas Kedung terdapat Petilasan Pangeran Mintono dengan ketinggian
± 20 terletak di atas air terjun, dari lokasi tersebut kita bisa melihat ke arah utara,
bentangan atau hamparan sawah, terlebih pada malam hari, kilauan cahaya kota
Kendal bisa terlihat dari sekitar petilasan tersebut.
3.1.5 Permasalahan
Wilayah Kecamatan Ngampel terletak di daerah yang datar dan dilalui dua
sungai yaitu sungai Blorong dan sungai Bodri. Permasalahan utama di Kecamatan
59
Ngampel adalah aliran sungai yang cukup deras sehingga menimbulkan erosi
bantaran kali atau biasa disebut river bank erotion. Keadaan ini diperparah dengan
tidak diberikan tanggul-tanggul di dekat bantaran sungai yang biasanya digunakan
untuk mengurangi dampak erosi akibat arus sungai yang deras. Sehingga banyak
bantaran sungai di sungai Bodri dan sungai Blorong yang tergerus arus sungai
sehingga lama-lama menjadi habis. Sejauh ini belum ada tanda-tanda dari pihak
pemerintah Kecamatan Kendal untuk memberikan tanggul-tanggul penahan pada
bantaran sungai Blorong dan sungai Bodri atau solusi-solusi lain untuk
mengurangi dampak erosi pada daerah bantaran sungai.
Sumber: Dokumentasi Kelompok 1 A, 2012 Gambar 3.3 Potensi Banjir Jika terjadi hujan
3.1.6 Aspek Non Fisik
Kecamatan Ngampel memiliki luas wilayah sekitar 33,88 Km2 dengan
jumlah penduduk 31.106 jiwa berdasarkan sensus 2010 (sumber : bps.go.id).
Mayoritas penduduk kecamatan Ngampel beragama islam. Sehingga tempat
ibadah yang ada di kecamatan Ngampel hanya masjid dan musalla, dengan jumlah
masjid 12 dan musalla 156.
Berdasarkan data demografi kependudukan yang ada kepadatan penduduk
di kecamatan Ngampel adalah 1.043 jiwa/Km2 dan 2.944 jiwa/desa. Penduduk
kecamatan Ngampel usia tua lebih banyak dari muda, dimana rata-rata penduduk
berpusat kelompok umur 35-39, 40-44 dan 45-49.
60
Banyak penduduk Di atas 10 Tahun yang Bekerja DIrinci menurut Mata
Pencahariannya pada Tahun 2008. Dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel III.4Penduduk Menurut Mata Pencaharian
No Lapangan Usaha Jumlah (org)1 Pertanian
Pengusaha 3.849Buruh 8.690
2 Pertambangan & PenggalianPengusaha 0Buruh 32
3 Industri PengolahanPengusaha 16Buruh 60
4 Listrik, Gas, Air MinumPengusaha 1Buruh 31
No Lapangan Usaha Jumlah (org)5 Bangunan
Pengusaha 13Buruh 1.222
6 Perdagangan, Hotel, RestoranPengusaha 458Buruh 300
7 Pengangkutan & KomunikasiPengusaha 468Buruh 300
8 KeuanganPengusaha 15Buruh 278
9 JasaPengusaha 6Buruh 46
Jumlah 15.785 Sumber : Kendalkab.go.id
Dari tabel di atas, dapat di simpulakan mayoritas warga kecamatan Ngampel
bermatapencaharian sebagai buruh tani.
Dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari, warga Ngampel menggunakan
beberapa jenis alat transportasi, seperti sepeda motor, andong, angkot, maupun
sepeda. Berikut adalah data jumlah kendaraan transportasi warga kecamatan
Ngampel.
61
Tabel III.5Jumlah Sarana Transportasi
No Jenis Transportasi Jumlah1 Angkot 532 Bus 33 Truk 114 Mobil Pribadi & Mobil dinas 1705 Sepeda Motor 6.1066 Andong 967 Sepeda 3.650
Sumber : Kendalkab.go.id
3.2 Wilayah Mikro
3.2.1 Kondisi Geografis
Kondisi geografis Kelurahan Rejosari yaitu berdasarkan data statistik desa
Rejosari pada Maret tahun 2012 memiliki luas wilayah 128,6 HA dengan rincian
penggunaannya yaitu:
1. Tanah Sawah = 83 Ha
2. Tanah Pekarangan = 20 Ha
3. Tanah Tegalan = 19 Ha
4. Lain-lain. = 6,6 Ha
Batas-batas administrasi Kelurahan Rejosari adalah:
Utara : Kelurahan Ngampel Kulon
Timur : Kecamatan Brangsong
Selatan : Kelurahan Jatirejo
Barat : Kelurahan Sumbersari
3.2.2 Aspek-Aspek Geologi Lingkungan
1. Morfologi
Secara mikro, kelurahan Rejosari juga merupakan bentukan bentangan
alam struktural, karena daerahnya yang sangat datar, memiliki ketinggian
yang sama dengan wilayah Ngampel secara makro yaitu kurang lebih 6
meter dari permukaan laut, wilayah Rejosari sebagian besar didominasi oleh
persawahan dan perkebunan.
62
2. Topografi
Secara mikro, Kelurahan Rejosari juga mempunyai kelas lereng 0-8%
yang bertopografi datar, karena pada dasarnya wilayah tersebut benar-benar
datar, tidak terdapat sedikitpun bentukan cekungan atau tonjolan. Wilayah
Rejosari sangat berpotensi pada pemanfaatan pertanian.
3. Litologi
Jenis batuan
Di wilayah studi Kelurahan Rejosari, terdapat jenis batuan sedimen
sebagaimana yang terdapat pada wilayah studi makro. Berdasarkan
survey yang telah dilakukan, batuan yang terdapat di Kelurahan
Rejosari adalah batu breksi dan batupasir, yang banyak dijumpai di
bantaran Sungai Blorong.
Jenis tanah
Jenis-jenis tanah yang ada di Kelurahan Rejosari merupakan tanah
aluvial, vertisol, dan mediteran. Hal tersebut terbukti dari banyaknya
lahan pertanian subur yang terdapat di Kelurahan Rejosari.
Selain itu di bantaran Sungai Blorong juga terdapat tanah vertisol
yang masih basah akan tetapi sudah mempunyai retakan-retakan.
Adanya tanah mediteran terbukti dari tanaman palawija yang dapat
tumbuh dengan baik di Kelurahan Rejosari, karena tanamn palawija
merupakan salah satu jenis tanaman yang dapat tumbuh di tanah
mediteran.
4. Struktur Geologi
Di Kelurahan Rejosari, struktur geologi yang ditemukan adalah kekar.
Hal tersebut terlihat dari adanya rekahan-rekahan pada jalan di wilayah
tersebut. Kekar yang ada di Kelurahan Rejosari tersebut, tergolong Kekar
Gerus ( Shear Joint), yaitu kekar yang terjadi akibat adanya stress yang
cenderung menggelincir pada bidang satu sama lain. Hal tersebut terlihat
dari adanya rekahan berupa goresan garis pada bidang jalan.
63
5. Klimatologi
Iklim suatu daerah merupakan pola cuaca rata-rata yang dialami, dan
diukur selama periode waktu yang lama. Berdasarkan data Monografi
Kecamatan Ngampel Tahun 2008, curah hujan pada wilayah studi yaitu
kelurahan Rejosari adalah 2799 mm/tahun dengan banyak hari curah hujan
yang terbanyak adalah 17 hari. Sehingga klimatologi wilayah studi ditinjau
dari temperatur, banyak hari dengan curah hujan yang terbanyak dapat
digolongkan sebagai daerah beriklim tropis dengan temperatur suhu udara
rata-rata tahunan tertinggi di Kelurahan rejosari adalah 28,3 ºC yang terjadi
pada bulan September, sedangkan suhu udara rata-rata tahunan terendah
sebesar 26,3 ºC yang terjadi pada bulan Februari.
6. Stratigrafi
Susunan stratigrafi secara mikro di Kelurahan Rejosari tersusun atas
endapan alluvium. Jenis stratigrafi endapan alluvium tersusun di sebagian
besar wilayah Kelurahan Rejosari
Tabel III.6Jenis Formasi Stratigrafi
No Jenis Formasi
Kelurahan Rejosari
Ciri-ciri
1 Endapan Alluvium (Qa) Terdapat jenis tanah aluvial yang merupakan hasil
endapan lumpur dari sungai yang mengendap di dataran rendah
Di tepi sungai Blorong terdapat endapan pasir dan lempung yang terdiri atas kerikil, pasir dan lanau setebal 1-3 M
Sumber : Data Bappeda 2008
7. Hidrogeologi
Air tanah yang terdapat pada Kelurahan Rejosari Kecamatan Ngampel
dikatakan cukup melimpah karena masih banyaknya warga yang
memanfaatkan air tanah ini sebagai sumber airnya. Walaupun sudah
terdapat fasilitas air dari PDAM namun masih banyak warga yang
64
menggunakan air tanah, karena air tanahnya tergolong jernih. Terdapatnya
air tanah yang cukup melimpah ini disebabkan oleh tingkat curah hujan
yang dikatakan stabil serta sifat batuannya akuifer dengan aliran melalui
ruang antar butir.
8. Hidrologi
Kelurahan Rejosari Kecamatan Ngampel memiliki tingkat evaporasi
yang relatif tinggi dibandingkan kelurahan lainnya yang terdapat di
Kecamatan Ngampel. Hal ini disebabkan karena Kelurahan ini dilalui oleh
sungai Blorong dan Sunga Bodri yang berbatasan dengan Kecamatan
Brangsong serta jenis akuifernya produktif sedang dengan penyebaran luas.
9. Bahaya geologi
Bahaya geologi yang terdapat pada Kelurahan Rejosari Kecamatan
Ngampel ini adalah erosi. Adapun erosi yang terjadi adalah erosi percik dan
erosi tebing sungai.
Erosi Percik
Erosi ini terjadi pada tanah dan jalan. Erosi ini terjadi pada jalan
akibat dari jalan yang terdapat adalah kelas III yang akan mudah
rusak apabila dilewati oleh truk. Setelah rusak maka akan mudah
terkena erosi karena tingkat curah hujan yang terdapat pada kelurahan
ini tergolong stabil.
Sumber: Dokumentasi Kelompok 1 A, 2012Gambar 3.4
Erosi Percik (Tanda Panah)
65
Erosi Tebing Sungai
Erosi ini terjadi pada bidang lateral sungai. Tebing sungai tererosi
akibat dari arus sungai. Erosi ini akan menimbulkan masalah karena
terdapat pemukiman penduduk sekitar 10 m dari tebing sungai. Selain
itu, terdapat pula jembatan yang terbuat dari bambu. Apabila tebing
sungai tidak segera diberi penguat maka jembatan akan rusak dan
pemukiman penduduk tersebut akan longsor ke sungai.
Sumber: Dokumentasi Kelompok 1 A, 2012Gambar 3.5
Sungai Blorong
Sumber: Dokumentasi Kelompok 1 A, 2012 Gambar 3.6
Erosi Tebing Sungai (Tanda Panah)
66
Sumber: Dokumentasi Kelompok 1 A, 2012 Gambar 3.7
Erosi Tebing Sungai (Tanda Panah)
3.2.3 Tata guna Lahan
Tata guna lahan di kelurahan Rejosari terbagi menjadi 4 yaitu, Lahan
Pertanian, lahan pekarangan, lahan tegalan dan lain-lain. Adapun klasifikasinya
adalah
1. Pertanian
Pertanian merupakan matapencaharian utama penduduk kelurahan
Rejosari. Luas lahan pertaniannya adalah 83 Ha yang merupakan tanah
sawah irigasi tehnis. Luas dan jenis tanaman utamanya adalah
Tabel III.7Luas Lahan dan Tanaman Utama
Jenis Tanaman Luas Tanaman Akhir BulanPadi 2 Ha
Jagung 1,5 HaKetela Pohon 1 Ha
Ketela Rambat -Kacang Hijau 17 Ha
Kedele -Sayur-sayuran XxxxBuah-buahan Xxxx
Bawang merah 38 HaSumber : Kantor Kelurahan Rejosari
2. Pekarangan
Lahan pekarangan, biasanya merupakan jenis lahan pemukiman, luasnya
sekitar 20 Ha dengan spesifikasi rumah penduduk sebagai berikut :
67
a. Rumah permanen atau rumah yang dindingnya terbuat dari batu
berjumlah 139 rumah.
b. Rumah setengah permanen berjumlah 9 rumah.
c. Rumah dari kayu atau papan berjumlah 303 rumah.
d. Rumah yang dindingnya dari bambu berjumlah 31 rumah.
3. Tegalan
Lahan yang berbentuk tegalan di kelurahan Rejosari memiliki luas 19 Ha.
4. Lainnya
Lahan lainnya berupa, kuburan, jalan, sungai dan sarana prasarana,
dengan luas 6,6 Ha. Dimana untuk jalan di kelurahan rejosari yang
merupakan jalan kelas III dengan panjang jalan 1 km. Kelurahan Rejosari
juga memiliki 10 jembatan.
3.2.4 Potensi wilayah Mikro
Potensi alam kelurahan Rejosari hampir sama dengan wilayah makronya
atau Kecamatan Ngampel yaitu pertanian. Tanah pertanian yang mendominasi
wilayah kelurahan Rejosari membuat hampir semua penduduknya bergantung
pada sektor pertanian dan membuat bertani menjadi mata pencarian utama
penduduknya. Hasil pertanian di kelurahan Rejosari perhektarnya yaitu:
1. Padi : 9-10 ton
2. Tembakau : 3 ton
3. Bawangmerah : 12 ton
4. Kacang Hijau : 1,2 ton
Selain itu kelurahan Rejosari memiliki potensi alam lain yaitu adanya galian
pasir. Galian pasir ini jumlahnya tidak terlalu banyak sehingga apabila dijual tidak
akan menghasilkan keuntungan. Karena keadaan yang demikian maka pasir hasil
galian lebih dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan penduduk sekitar.
3.2.5 Permasalahan
Permasalahan wilayah kelurahan Rejosari juga hampir sama dengan wilayah
makronya atau Kecamatan Ngampel yaitu erosi bantaran kali atau river bank
eruption, karena pada kelurahan Rejosari dilintasi oleh sungai Blorong. Pada
kelurahan Rejosari juga belum ada tanggul-tanggul penahan pada bantaran sungai
68
untuk mengurangi dan mencegah dampak erosi sehingga pada beberapa bantaran
sungai terjadi longsor. Keadaan ini diperparah dengan banyaknya pemukiman
penduduk yang terletak di pinggir sungai dan jaraknya hanya berkisar 12 meter
dari bantaran sungai. Permasalahan lain yang terjadi di kelurahan Rejosari yaitu
adanya erosi percik pada jalan-jalan yang ada di kelurahan Rejosari. Struktur
tanah yang aluvial, kondisi jalan yang kelas III, dan seringnya jalan dilewati oleh
kendaraan-kendaraan berat maka membuat kondisi jalan semakin rusak dan
membuat banyak bagian dari badan jalan yang bergelombang atau berlubang.
3.2.6 Aspek Non Fisik
Jumlah penduduk kelurahan Rejosasi adalah 2.001 jiwa dengan 607 kepala
keluarga. Semua penduduk kelurahan Rejosari beragama Islam. Adapun jumlah
penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin sebagai berikut :
Tabel III.8Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
Kelurahan Rejosari
Kelompok
UmurLaki-laki Perempuan Jumlah
0-4 33 34 67
5-9 103 97 200
10-14 119 112 231
15-19 127 129 256
20-24 129 132 261
25-29 132 128 260
30-39 102 95 197
40-49 96 89 185
50-59 97 92 189
65+ 77 78 155
Jumlah 1.015 986 2.001
Sumber : Kantor Kelurahan rejosari
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa warga kelurahan rejosari lebih banyak
laki-laki, dari data juga diketahui bahwa penduduk usia produktif jauh lebih
banyak dari pada usia lanjut dan anak-anak.
69
Data demografi penduduk periode april 2012, jumlah penduduk yang
meninggal sebanyak 6 orang, dimana 4 perempuan dan 2 orang laki-laki,
sedangkan jumlah penduduk kelurahan rejosari yang lahir pada bulan april 2012
adalah 9 orang, dimana 7 laki-laki dan 2 perempuan. Adapun jumlah migrasi nya
adalah yang migrasi masuk sebanyak 9 orang dan migrasi keluar sebanyak 5
orang, dengan demikian maka migrasi nettonya adalah 4 orang.
Untuk penduduk menurut mata pencaharian, di sajikan pada tabel berikut,
Tabel III.9Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Umur > 10 Tahun
Kelurahan Rejosari
Jenis Pekerjaan Pengusaha (orang) Buruh (orang)Pertanian 225 761Pertambangan & Penggalian - -Industri Pengelolaan - 54Listri, Gas, Air Minum 2 4Bangunan 2 368Perdagangan, Hotel, Restoran 34 47Pengangkutan & Komunikasi 7 21Keuangan & Persewaan 4 6Jasa 2 8
Jumlah 274 1.269Sumber : Kantor kelurahan Rejosari
Dari tabel dapat di simpulkan bahwa mayoritas penduduk kelurahan Rejosari
bekerja sebagai buruh tani. Jumlah sarana perekonomian yang terdapat di
kelurahan Rejosari adalah 6 toko, 20 kios, dan 12 warung. Untuk industri, ada
1industri kecil dengan 3 orang tenaga kerja dan 5 industri rumah tangga dengan
10 orang tenaga kerja.
Tabel III.10Tingkat Pendidikan Penduduk Umur > 5 Tahun
Kelurahan Rejosari
Tamat Akademik 28Tamat SLTA 283
70
Tamat SLTP 415Tamat SD 812Tidak Tamat SD 86Belum Tamat SD 144Tidak Sekolah 39
Jumlah 1.807Sumber : Kantor kelurahan Rejosari
Dari tabel dapat di ketahui bahwa ada 86 warga kelurahan Rejosari yang tidak
tamat SD. Di kelurahan Rejosari terdapat 1 TK dengan 25 orang murid dan 3
guru, 1 SD dengan 168 murid dan 10 guru, serta 1 SLTP umum dengan 679 murid
dan 27 guru. Dengan data tersebut berarti yang menjalani pendidikan jenjang
SLTA bersekolah di luar kelurahan Rejosari.