121M-final-busines continuity planning and disaster...

27
Bab 8 Business Continuity Planning and Disaster Recovery Planning Kelompok 121M IKI-83408T MTI UI Aston Freddy Sitorus 7204000454 Gerry Firmansyah 720400047Y Maulana Mukarom 7204000535 © 2005 Kelompok 121M IKI-83408T MTI UI. Silakan menggandakan bahan ajar ini, selama tetap mencantumkan nota hak cipta ini

Transcript of 121M-final-busines continuity planning and disaster...

Page 1: 121M-final-busines continuity planning and disaster ...openstorage.gunadarma.ac.id/linux/docs/v06/Kuliah/MTI-Keamanan... · Business Continuity Planning (BCP) dan Disaster Recovery

Bab 8

Business Continuity Planning

and Disaster Recovery Planning

Kelompok 121M IKI-83408T MTI UI

Aston Freddy Sitorus 7204000454

Gerry Firmansyah 720400047Y

Maulana Mukarom 7204000535

© 2005 Kelompok 121M IKI-83408T MTI UI. Silakan menggandakan bahan ajar ini, selama tetap mencantumkan nota hak cipta ini

Page 2: 121M-final-busines continuity planning and disaster ...openstorage.gunadarma.ac.id/linux/docs/v06/Kuliah/MTI-Keamanan... · Business Continuity Planning (BCP) dan Disaster Recovery

1

Bab 8

Business Continuity Planning

and Disaster Recovery Planning

Business Continuity Planning (BCP) dan Disaster Recovery Planning (DRP) membahas murni

masalah bisnis. Keduanya tidak membicarakan tentang pelanggaran kebijakan keamanan atau

akses tidak sah, melainkan tentang membuat rencana darurat untuk keadaan darurat yang

mengancam kelangsungan bisnis dan meneruskan bisnis tersebut walaupun terjadi bencana.

BCP membahas tentang membuat rencana dan menciptakan kerangka kerja untuk memastikan

bahwa bisnis itu dapat hidup dalam keadaan darurat; sedangkan DRP membahas tentang proses

pemulihan secara cepat dari suatu keadaan darurat dengan dampak minimum pada organisasi.

Cakupan BCP dan DRP

BCP dan DRP membahas mengenai pemeliharaan bisnis dalam menghadapi gangguan dan

mengembalikannya ke kondisi normal. Business Continuity Planning dan Disaster Recovery

Planning terdiri dari persiapan, pengujian, dan memperbarui tindakan-tindakan yang diperlukan

untuk melindungi proses bisnis yang kritis dari akibat kegagalan jaringan dan sistem utama.

BCP proses meliputi:

• Penentuan Lingkup dan Rencana

• Business Impact Analysis (BIA)

• Pengembangan Business Continuity Plan

DRP proses meliputi:

• Proses Disaster Recovery Planning (DRP)

• Pengujian Disaster Recovery Plan

• Prosedur Disaster Recovery

Page 3: 121M-final-busines continuity planning and disaster ...openstorage.gunadarma.ac.id/linux/docs/v06/Kuliah/MTI-Keamanan... · Business Continuity Planning (BCP) dan Disaster Recovery

2

I. Business Continuity Planning

Secara sederhana, Business Continuity Plan diciptakan untuk mencegah gangguan terhadap

aktivitas bisnis normal. BCP dirancang untuk melindungi proses bisnis yang kritis dari

kegagalan/bencana alam atau yang dibuat manusia dan akibatnya hilangnya modal dalam

kaitannya dengan ketidaktersediaan untuk proses bisnis secara normal. BCP merupakan suatu

strategi untuk memperkecil efek gangguan dan untuk memungkinkan proses bisnis terus

berlangsung.

Peristiwa yang mengganggu adalah segala bentuk pelanggaran keamanan baik yang disengaja

ataupun tidak yang menyebabkan bisnis tidak bisa beroperasi secara normal. Tujuan BCP adalah

untuk memperkecil efek peristiwa mengganggu tersebut pada perusahaan. Tujuan BCP yang

utama adalah untuk mengurangi risiko kerugian keuangan dan meningkatkan kemampuan

perusahaan dalam proses pemulihan sesegera mungkin dari suatu peristiwa yang mengganggu.

BCP juga membantu memperkecil biaya yang berhubungan dengan peristiwa yang mengganggu

tersebut dan mengurangi risiko yang berhubungan dengan itu.

Business Continuity Plan perlu melihat pada semua area pengolahan informasi kritis

perusahaan, termasuk --tetapi tidak membatasi-- pada hal-hal berikut ini:

• LAN, WAN, dan server

• Telekomunikasi dan link komunikasi data

• Workstation dan workspaces

• Aplikasi, perangkat lunak, dan data

• Media dan penyimpanan arsip

• Tugas-tugas staf dan proses produksi

Peristiwa-peristiwa yang mengganggu Kesinambungan Bisnis

Berikut daftar peristiwa-peristiwa yang dapat mengganggu kesinambungan bisnis yang

digolongkan pada sumber terjadinya, akibat alam atau ulah manusia. Contoh peristiwa alami

yang dapat mempengaruhi kesinambungan bisnis adalah sebagai berikut:

• Kebakaran atau ledakan

• Gempa bumi, badai, banjir, dan kebakaran alami

Contoh peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang dapat mempengaruhi kesinambungan

bisnis sebagai adalah berikut:

Page 4: 121M-final-busines continuity planning and disaster ...openstorage.gunadarma.ac.id/linux/docs/v06/Kuliah/MTI-Keamanan... · Business Continuity Planning (BCP) dan Disaster Recovery

3

• Peristiwa pemboman, sabotase, atau serangan lain yang disengaja

• Kegagalan infrastruktur komunikasi

Empat Unsur Utama BCP

Ada empat unsur utama proses BCP:

• Inisiasi Lingkup dan Rencana. Tahap ini menandai permulaan proses BCP. Proses ini

meliputi pembuatan lingkup dan unsur-unsur lain yang diperlukan untuk menentukan

parameter-parameter rencana.

• Business Impact Assessment. Proses BIA adalah suatu proses yang dilaksanakan untuk

membantu unit-unit bisnis memahami dampak suatu peristiwa yang mengganggu. Tahap ini

meliputi pelaksanaan vulnerability assessment.

• Pengembangan Business Continuity Plan. Istilah ini mengacu pada penggunaan informasi

yang dikumpulkan pada tahap BIA untuk mengembangkan business continuity plan yang

sebenarnya. Proses ini meliputi area dari implementasi rencana, pengujian rencana, dan

pemeliharaan rencana berkelanjutan.

• Persetujuan Rencana dan Implementasi. Proses ini melibatkan pengambilan keputusan

akhir manajemen senior, menciptakan kesadaran terhadap rencana tersebut ke seluruh

personil perusahaan, dan menerapkan suatu prosedur pemeliharaan untuk membaharui

rencana jika dibutuhkan.

A. Inisiasi Lingkup dan Rencana

Tahap inisiasi lingkup dan rencana adalah langkah pertama dalam pembuatan business

continuity plan. Tahap ini menandai permulaan proses BCP. Proses ini melibatkan pembuatan

lingkup untuk rencana dan unsur-unsur lain yang diperlukan untuk menentukan parameter-

parameter rencana tersebut. Tahap ini merepresentasikan suatu pengujian terhadap dukungan

pelayanan dan operasi perusahaan. Lingkup aktivitas harus meliputi: pembuatan akun yang

terperinci dari pekerjaan yang diperlukan, mendaftar sumber daya yang akan digunakan, dan

mendefinisikan manajemen praktek untuk dipekerjakan.

Peran dan Tanggung Jawab

Proses BCP melibatkan banyak personil dari berbagai bagian dari perusahaan. Pembuatan

komite BCP akan merepresentasikan keterlibatan seluruh aspek perusahaan yang pertama dari

Page 5: 121M-final-busines continuity planning and disaster ...openstorage.gunadarma.ac.id/linux/docs/v06/Kuliah/MTI-Keamanan... · Business Continuity Planning (BCP) dan Disaster Recovery

4

unit bisnis fungsional kritis yang utama. Unit-unit bisnis lainnya akan dilibatkan dalam beberapa

cara di kemudian hari, terutama sepanjang tahap implementasi dan tahap pembentukan

kesadaran (awareness).

Komite BCP. Komite BCP harus dibentuk dan diberi tanggung jawab untuk menciptakan,

menerapkan, dan menguji rencana yang dibuat. Panitia terdiri dari wakil dari manajemen

senior, semua unit bisnis fungsional, sistem informasi, dan administrasi keamanan. Komite

memulai dengan menyusun lingkup rencana, hal-hal mana yang berhadapan dengan bagaimana

cara memulihkan secara cepet dari suatu peristiwa yang mengganggu dan mengurangi kerugian

keuangan dan kerugian sumber daya dalam kaitannya dengan suatu peristiwa yang

mengganggu.

Peran Manajemen Senior. Manajemen senior mempunyai tanggung jawab yang paling besar

untuk semua tahap rencana, yang meliputi tidak hanya pada proses inisiasi rencana tetapi juga

memantau dan mengatur rencana selama pengujian dan pengawasan; dan pelaksanaan rencana

ketika peristiwa yang mengganggu terjadi. Dukungan ini amatlah penting, dan tanpa komitmen

manajemen dalam hal sumber daya yang cukup baik intangible maupun tangible, rencana tidak

akan sukses.

B. Business Impcat Assessment

Tujuan BIA adalah untuk menciptakan suatu dokumen yang akan digunakan untuk membantu

memahami dampak apa yang akan ditimbulkan oleh suatu peristiwa yang mengganggu terhadap

bisnis yang sedang berjalan. Dampak tersebut mungkin mempengaruhi sisi keuangan

(kuantitatif) atau operasional (kualitatif, seperti ketidakmampuan untuk merespons keluhan

pelanggan). Vulnerability assessment sering kali menjadi bagian dari proses BIA.

BIA mempunyai tiga tujuan utama:

• Penentuan Prioritas. Tiap-Tiap proses unit bisnis kritis harus dikenali dan diprioritaskan,

dan dampak suatu peristiwa yang mengganggu harus dievaluasi. Proses bisnis yang tidak

time-critical diberi prioritas lebih rendah dibanding proses bisnis yang time-critical.

• Estimasi Downtime. BIA dilakukan untuk membantu menaksir maksimum downtime yang

masih dapat ditolerir (MTD, maximum tolerable downtime) oleh perusahaan; di mana,

periode waktu yang terpanjang suatu proses kritis dapat terus berlangsung sebelum

perusahaan tersebut tidak mampu lagi memulihkan ke kondisi semula. Hal ini sering kali

Page 6: 121M-final-busines continuity planning and disaster ...openstorage.gunadarma.ac.id/linux/docs/v06/Kuliah/MTI-Keamanan... · Business Continuity Planning (BCP) dan Disaster Recovery

5

ditemukan sepanjang proses BIA bahwa periode waktu tersebut jauh lebih pendek

dibanding dengan apa yang diharapkan.

• Kebutuhan Sumber Daya. Kebutuhan sumber daya untuk proses yang kritis juga

diidentifikasi pada proses ini, proses-proses yang paling time-sensitive memerlukan alokasi

sumber daya yang paling banyak.

Pada umumnya BIA terdiri dari empat tahap, yaitu:

1. Pengumpulan bahan-bahan penilaian yang diperlukan

2. Melakukan vulnerability assessment

3. Menganalisis informasi yang telah diolah

4. Mendokumentasikan hasilnya dan menentukan saran-saran terhadap apa yang harus

dilakukan

1. Pengumpulan Bahan-bahan Penilaian yang Diperlukan

Langkah awal BIA adalah mengidentifikasi unit bisnis yang kritis. Sering kali, langkah awalnya

adalah dengan melihat skema organisasi yang menunjukkan hubungan antar bisnis unit. Pada

tahap ini dapat pula dilakukan pengumpulan dokumen-dokumen sebagai salah satu usaha untuk

menentukan hubungan timbal balik fungsional organisasi.

Setelah bahan-bahan dikumpulkan dan operasi-operasi fungsional bisnis dikenali, BIA akan

menguji kebergantungan fungsi-fungsi bisnis ini dengan beberapa faktor, seperti faktor-faktor

kesuksesan bisnis yang terlibat, menetapkan satu set prioritas antar unit, dan prosedur-

prosedur proses alternatif apa yang dapat digunakan.

2. Vulnerability Assessment

Vulnerability Assessment sering menjadi bagian dari suatu BIA. Proses ini mirip dengan Risk

Assessment yang di dalamnya terdapat penilaian kuantitatif (finansial) dan penilaian kualitatif

(operasional). Perbedaannya, vulnerability assessment dilakukan dalam cakupan yang lebih

kecil dan dipusatkan untuk menyediakan informasi yang akan digunakan semata-mata untuk

pembuatan business continuity plan atau dissaster recovery plan.

Kegunaan vulnerability assessment adalah untuk melakukan suatu analisa dampak kerugian.

Ada dua bagian penilaian, penilaian keuangan dan penilaian operasional. Penting untuk

menentukan ukuran-ukuran kerugian keduanya baik secara kuantitatif maupun kualitatif.

Page 7: 121M-final-busines continuity planning and disaster ...openstorage.gunadarma.ac.id/linux/docs/v06/Kuliah/MTI-Keamanan... · Business Continuity Planning (BCP) dan Disaster Recovery

6

Ukuran-ukuran kerugian secara kuantitatif dapat digambarkan sebagai berikut:

• Penentuan besarnya kerugian keuangan dari hilangnya pendapatan, pengeluaran modal,

atau resolusi kewajiban pribadi

• Biaya operasional yang tambahan yang dibutuhkan dalam kaitan dengan kejadian yang

mengganggu

• Penentuan kerugian keuangan dari resolusi pelanggaran persetujuan kontrak

• Penentuan kerugian keuangan dari resolusi pelanggaran pengatur atau pemenuhan

kebutuhan

Ukuran-ukuran kerugian kualitatif terdiri dari:

• Hilangnya manfaat kompetisi atau penguasaan pasar

• Hilangnya kredibilitas atau kepercayaan publik

Selama vulnerable assesment, critical support area harus ditentukan dalam rangka menilai

dampak suatu peristiwa yang mengganggu. Critical support area didefinisikan sebagai suatu

unit atau fungsi bisnis yang harus ada untuk mendukung kesinambungan proses-proses bisnis,

memelihara keselamatan hidup, atau menghindari kebingungan masyarakat.

Critical support area bisa meliputi:

• Telekomunikasi, komunikasi data, atau area teknologi informasi

• infrastruktur fisik atau jasa transportasi

• Akuntansi, penggajian, proses transaksi, layanan pelanggan, pembelian

3. Analisa Informasi

Selama tahap analisa BIA, beberapa aktivitas berlangsung, seperti mendokumentasikan proses-

proses yang diperlukan, mengidentifikasi ketergantungan satu proses dengan proses lainnya,

dan menentukan periode gangguan yang masih bisa diterima.

Tujuan dari tahap ini adalah untuk memaparkan secara jelas dukungan-dukungan apa saja yang

diperlukan untuk memelihara arus pendapatan dan memelihara proses-proses bisnis sudah ada,

seperti tingkatan proses transaksi dan tingkatan layanan pelanggan. Oleh karena itu, elemen-

elemen analisa harus datang dari seluruh area di perusahaan tersebut.

Page 8: 121M-final-busines continuity planning and disaster ...openstorage.gunadarma.ac.id/linux/docs/v06/Kuliah/MTI-Keamanan... · Business Continuity Planning (BCP) dan Disaster Recovery

7

4. Dokumentasi dan Rekomendasi

Langkah yang terakhir dalam proses BIA melibatkan pendokumentasian secara menyeluruh dari

semua proses, prosedur, analisa, dan hasil dan mempresentasikan rekomendasi yang tepat

kepada manajemen senior.

Laporan berisi bahan-bahan yang sebelumnya dikumpulkan, daftar area kritis yang

membutuhkan dukungan, rangkuman dampak kualitatif dan kuantitatif, dan menyediakan

rekomendasi prioritas mengenai pemulihan yang pelru dilakukan yang diperoleh dari hasil

analisa.

C. Pengembangan Business Continuity Plan

Pengembangan business continuity plan mengacu pada penggunaan informasi yang dikumpulkan

pada proses BIA untuk membuat rencana strategi pemulihan untuk mendukung fungsi bisnis

kritis. Di sini kita mengambil informasi yang dikumpulkan dari BIA dan memulai merencanakan

suatu strategi untuk membuat continuity plan.

Tahapan ini terdiri dari dua langkah utama:

1. Pendefinisian continuity strategy

2. Pendokumentasian continuity strategy

1. Pendefinisian Continuity Strategy

Untuk menggambarkan strategi BCP, informasi yang dikumpulkan dari BIA digunakan untuk

menciptakan continuity strategy untuk perusahaan. Tugas ini sangat besar, dan setiap unsur-

unsur perusahaan harus dilibatkan dalam menentukan continuity strategy, seperti:

Komputasi. Suatu strategi perlu ditentukan untuk memelihara unsur-unsur perangkat keras,

perangkat lunak, jalur-jalur komunikasi, aplikasi, dan data.

Fasilitas. Strategi perlu ditentukan untuk penggunaan gedung-gedung utama atau kampus dan

fasilitas remote lainnya.

Orang-Orang. Para operator, manajemen, dan personil pendukung teknis harus ditentukan

peranannya di dalam menerapkan continuity strategy.

Page 9: 121M-final-busines continuity planning and disaster ...openstorage.gunadarma.ac.id/linux/docs/v06/Kuliah/MTI-Keamanan... · Business Continuity Planning (BCP) dan Disaster Recovery

8

Persediaan dan Peralatan. Dokumen-dokumen, formulir-formulir, atau peralatan keamanan

lainnya harus didefinisikan ketika mereka dibutuhkan pada saat pelaksanaan continuity plan

tersebut.

2. Pendokumentasian Continuity Strategy

Pendokumentasian continuity plan mengacu pada pembuatan dokumentasi yang dihasilkan pada

tahap pendefinisian continuity strategy. Akan terdapat banyak dokumentasi. Dokumentasi

diperlukan hampir di semua bagian, dan itu merupakan sifat alami BCP/DRP memerlukan

banyak catatan/kertas.

D. Persetujuan Rencana dan Implementasi

Langkah yang terakhir adalah penerapan business continuity plan. Rencana tersebut harus

berisi roadmap untuk implementasi. Implementasi di sini bukan berarti pelaksanaan skenario

bencana dan menguji rencana tersebut, tetapi lebih mengacu pada langkah-langkah sebagai

berikut:

1. Persetujuan oleh manajemen senior.

2. Membangun kesadaran terhadap rencana tersebut ke seluruh jajaran perusahaan.

3. Pemeliharaan rencana, termasuk pembaharuan ketika diperlukan.

Persetujuan Manajemen Senior. Seperti telah disebutkan sebelumnya, manajemen senior

mempunyai tanggung jawab yang paling akhir untuk semua tahap rencana. Sebab mereka

mempunyai tanggung jawab untuk pengawasan dan pelaksanaan rencana selama peristiwa yang

mengganggu terjadi, mereka harus memberikan persetujuan akhir. Ketika suatu serangan

bencana, manajemen senior harus mampu membuat keputusan yang diberitahukan dengan

cepat selama proses penyelamatan berlangsung.

Kesadaran Rencana. Kesadaran terhadap rencana tersebut dari seluruh jajaran perusahaan

amatlah penting. Ada beberapa pertimbangan untuk ini, mencakup fakta bahwa kemampuan

organisasi untuk memulihkan keadaan dari suatu peristiwa akan hampir bisa dipastikan

tergantung pada usaha dari banyak individu. Pelatihan spesifik mungkin diperlukan untuk

personil tertentu untuk menyelesaikan tugas mereka, dan pelatihan berkualitas dirasa sebagai

manfaat yang dapat meningkatkan minat dan komitmen personil di dalam proses BCP.

Page 10: 121M-final-busines continuity planning and disaster ...openstorage.gunadarma.ac.id/linux/docs/v06/Kuliah/MTI-Keamanan... · Business Continuity Planning (BCP) dan Disaster Recovery

9

Pemeliharaan Rencana. Business continuity plan sering kali kadaluwarsa karena terdapat

perubahan baru atau adanya alasan yang berbeda dari sebelumnya. Perusahaan dapat

menyusun kembali dan bisnis-bisnis unit yang kritis mungkin berbeda dibanding ketika rencana

yang pertama diciptakan. Paling umum, jaringan atau infrastruktur komputasi berubah,

mencakup perangkat keras, perangkat lunak, dan komponen lainnya. Pertimbangan boleh jadi

bersifat administratif: rencana yang sulit tidak mudah untuk dibaharui, personil yang

kehilangan minat atau lupa, atau terjadinya pergantian karyawan bisa mempengaruhi

keterlibatan.

Apapun alasannya, teknik pemeliharaan rencana sebaiknya dilakukan oleh pihak luar sejak dari

permulaan untuk memastikan bahwa rencana tersebut selalu up-to-date dan dapat dipakai.

Adalah penting untuk membuat prosedur pemeliharaan di dalam organisasi dengan menerapkan

job description yang memusatkan tanggung jawab untuk membaharui rencana. Juga,

menciptakan prosedur audit yang dapat melaporkan secara teratur atas status rencana itu.

Adalah juga penting untuk memastikan bahwa tidak muncul rencana dengan versi-versi yang

berbeda, sebab hal itu bisa menciptakan kebingungan selama suatu keadaan darurat. Selalu

menggantikan versi yang lebih lama dengan versi yang dibaharui ketika suatu rencana diubah

atau digantikan.

Bagai mana UKM menjalankan BCP :

BCP melibatkan pengembangan rencana dan persiapan terhadap bencana sebelum

bencana itu terjadi dengan tujuan untuk meminimalkan kerugian (loss) dan memastikan

sumber daya, orang, dan proses binis dapat berjalan sebagaimana mestinya. Prosesnya

(otomatis maupun manual) dirancang untuk mengurangi ancaman terhadap fungsi-fungsi

penting organisasi, sehingga menjamin kontinuitas layanan bagi operasi yang penting.

Guna mengantisipasi kasus terburuk, BCP harus mempertimbangkan strategi jangka

pendek (short-term) dan strategi jangka panjang (long-term). BCP disebut juga dengan

tindakan pencegahan.

Untuk membuat BCP, perlu adanya dukungan dari pihak manajemen. Oleh karena itu

BCP Pada sebuah UKM dibuat dengan pendekatan top-down (top down approach) bukan

dengan pendekatan buttom up (buttom up approach).

Page 11: 121M-final-busines continuity planning and disaster ...openstorage.gunadarma.ac.id/linux/docs/v06/Kuliah/MTI-Keamanan... · Business Continuity Planning (BCP) dan Disaster Recovery

10

Kebijakan dan tujuan dari usaha perencanaan perlu dibuat oleh pihak manajemen. Sekali

pihak manajemen menetapkan tujuan dan kebijakan serta prioritas perusahaan, staf lain

yang bertanggung jawab dalam rencana ini akan dapat mengisi sisanya. Organisasi yang

mengatur BCP ini biasanya level manajemen.

Ada enam langkah pendekatan untuk contingency planning yang dapat diberikan sebagai

berikut :

1. Indentifikasi fungsionalitas bisnis yang kritis. Pada tahap ini akan dilihat proritas dari

fungsionalitas bisnis yang ada bagi perusahaan. Bagi sebuah UKM, proritas dari

fungsionalitas bisnis yang ada dalam perusahaan adalah :

- Data operasional proyek karena pada data tersebut melibatkan data-data untuk

keperluan tender dan pelaksanaan proyek. Jika fungsional ini down, maka

perusahaan kehilangan data atau tidak bisa mengolah data untuk pengajuan tender

dan pelaksanaan proyek.

- Dukungan sistem informasi yang digunakan untuk menjaga agar kondisi jaringan

perusahaan sehingga pekerjaan operasional bisa dilakukan.

- Keuangan dan akuntansi karena digunakan untuk mengelola perhitungan laba rugi

perusahaan.

- Penggajian dianggap penting karena digunakan untuk mengelola pembayaran gaji

karyawan perusahaan.

2. Identifikasi sistem dan sumber daya yang diperlukan untuk mendukung fungsi-fungsi

kritis.

3. Memperkirakan bencana dan ancaman potensial. Hal ini telah dijelaskan pada bab

sebelumnya.

4. Pemilihan Strategi Perencanaan. Disaster Recovery Plan dan Contingency Plan akan

terdiri dari emergency response, recovery dan resumption activities. Emergency

response berhubungan dengan melindungi hidup dan mengurangi dampak kerusakan

(praktek manajemen keamanan), recovery mencakup langkah-langkah yang penting

untuk mengembalikan fungsi-fungsi kritis kembali berjalan. Sedangkan resumption

Page 12: 121M-final-busines continuity planning and disaster ...openstorage.gunadarma.ac.id/linux/docs/v06/Kuliah/MTI-Keamanan... · Business Continuity Planning (BCP) dan Disaster Recovery

11

merupakan tindakan untuk mengembalikan perusahaan kembali pada operasional

(keduanya bisa memanfaatkan dana asuransi).

5. Implementasi Strategi. Dokumentasi menjaid perhatian penting.

6. Test dan Revisi Perencanaan. Disaster Recovery Plan dan Contingency Plan harus

diuji secara periodik karena lingkungan terus berubah dan menimbulkan kebutuhan

perbaikan.

Oleh karena itu rencana-rencana tesebut harus diuji secara terus-menerus supaya

perbaikan yang timbul dapat diatasi.

Page 13: 121M-final-busines continuity planning and disaster ...openstorage.gunadarma.ac.id/linux/docs/v06/Kuliah/MTI-Keamanan... · Business Continuity Planning (BCP) dan Disaster Recovery

12

II. Disaster Recovery Planning

Disaster recovery planning adalah suatu pernyataan yang menyeluruh mengenai tindakan

konsisten yang harus diambil sebelum, selama, dan setelah suatu peristiwa yang mengganggu

yang menyebabkan suatu kerugian penting sumber daya sistem informasi. Disaster recovery

plan adalah prosedur untuk merespons suatu keadaan darurat, menyediakan backup operasi

selama gangguan terjadi, dan mengelola pemulihan dan menyelamatkan proses sesudahnya.

Sasaran pokok disaster recover plan adalah untuk menyediakan kemampuan dalam menerapkan

proses kritis di lokasi lain dan mengembalikannya ke lokasi dan kondisi semula dalam suatu

batasan waktu yang memperkecil kerugian kepada organisasi, dengan pelaksanaan prosedur

recovery yang cepat.

Tujuan dan Sasaran DRP

Tujuan DRP yang utama adalah untuk menyediakan suatu cara yang terorganisir untuk membuat

keputusan jika suatu peristiwa yang mengganggu terjadi. Tujuan disaster recovery plan adalah

untuk mengurangi kebingungan organisasi dan meningkatkan kemampuan organisasi untuk

berhubungan dengan krisis tersebut.

Sesungguhnya, ketika suatu peristiwa yang mengganggu terjadi, organisasi tidak akan

mempunyai kemampuan untuk menciptakan dan melaksanakan suatu rencana pemulihan

dengan segera. Oleh karena itu, jumlah perencanaan dan pengujian yang telah dilakukan

sebelumnya akan menentukan kemampuan organisasi tersebut dalam mengangani suatu

bencana.

DRP mempunyai banyak sasaran, dan masing-masing sasaran tersebut penting. Sasaran-sasaran

tersebut meliputi:

• Melindungi suatu organisasi dari kegagalan penyediaan jasa komputer.

• Memperkecil risiko keterlambatan suatu organisasi dalam menyediakan jasa

• Menjamin keandalan sistem melalui pengujian dan simulasi

• Memperkecil pengambilan keputusan oleh personil selama suatu bencana

Tahapan DRP ini meliputi:

• Proses DRP

Page 14: 121M-final-busines continuity planning and disaster ...openstorage.gunadarma.ac.id/linux/docs/v06/Kuliah/MTI-Keamanan... · Business Continuity Planning (BCP) dan Disaster Recovery

13

• Pengujian disaster recovery plan

• Prosedur disaster recovery

A. Proses Disaster Recovery Planning

Tahap ini meliputi mengembangan dan pembuatan rencana recovery yang mirip dengan proses

BCP. Di sini, kita mengasumsikan bahwa identifikasi itu telah dibuat dan dasar pemikiran telah

diciptakan. Sekarang kita tinggal menentukan langkah-langkah yang harus kita lakukan untuk

melindungi bisnis itu ketika bencana yang sebenarnya terjadi.

Langkah-Langkah di dalam tahap disaster planning process adalah sebagai berikut:

Data Processing Continuity Planning. Perencanaan ketika terjadi bencana dan menciptakan

rencana untuk mengatasi bencana tersebut.

Disaster Recovery Plan Maintenance. Melihara rencana tersebut agar selalu diperbarui dan

relevan.

1. Data Processing Continuity Planning

Berbagai cara proses backup adalah unsur-unsur terpenting dalam disaster recovery plan. Di

bawah ini dapat lihat jenis-jenis proses yang paling umum:

• Mutual aid agreements

• Subcription services

• Multiple centers

• Service bureaus

• Data center backup alternatif lainnya

a. Mutual Aid Agreements

Mutual aid agreements adalah suatu perjanjian dengan perusahaan lain yang mungkin punya

kebutuhan komputasi serupa. Perusahaan lain mungkin punya bentuk wujud perangkat lunak

atau perangkat keras serupa, atau memerlukan komunikasi data jaringan yang sama atau akses

internet yang serupa dengan organisasi milik kita.

Page 15: 121M-final-busines continuity planning and disaster ...openstorage.gunadarma.ac.id/linux/docs/v06/Kuliah/MTI-Keamanan... · Business Continuity Planning (BCP) dan Disaster Recovery

14

Di dalam persetujuan ini, kedua belah pihak setuju untuk mendukung satu sama lain ketika

suatu peristiwa yang mengganggu terjadi. Persetujuan ini dibuat dengan asumsi bahwa masing-

masing operasi organisasi mempunyai kapasitas untuk mendukung operasi organisasi lain yang

sejenis pada saat diperlukan.

Ada keuntungan yang jelas dari perjanjian ini. Hal ini memungkinkan suatu organisasi untuk

memperoleh tempat sementara untuk melakukan kegiatan operasionalnya ketika terjadi

bencana dengan biaya yang sangat kecil atau tanpa biaya sama sekali. Juga, jika perusahaan

mempunyai kebutuhan proses yang serupa, seperti sistem operasi jaringan yang sama,

kebutuhan komunikasi data yang sama, atau prosedur proses transaksi yang sama prosedur,

persetujuan jenis ini mungkin tepat dan dapat dilakukan.

Persetujuan jenis ini mempunyai kerugian serius pula, bagaimanapun, dan benar-benar harus

dipertimbangkan hanya jika organisasi mempunyai mitra yang sempurna dan tidak punya

alternatif lain terhadap disaster recovery. Satu kerugiannya adalah mau tidak mau masing-

masing infrastruktur organisasi harus mempunyai ekstra kapasitas yang tak terpakai untuk

memungkinkan pengolahan operasional penuh sepanjang peristiwa yang mengganggu terjadi.

Kekurangan yang paling besar dalam rencana jenis ini adalah apa yang akan terjadi ketika

bencana tersebut cukup besar dan mempengaruhi kedua organisasi tersebut. Ketika keduanya

mengalami bencana, keuntungan yang sedianya bisa diperoleh menjadi tidak lagi dimungkinkan.

b. Subscription Services

Jenis skenario lain yaitu dengan menggunakan jasa langganan (subcription services). Di dalam

skenario ini, pihak ketiga, jasa komersial menyediakan proses backup dan fasilitas

pemrosesannya. Jasa Langganan mungkin yang paling umum dilakukan. Jenis ini mempunyai

kerugian dan keuntungan yang sangat spesifik.

Terdapat tiga bentuk dasar subcription service dengan beberapa variasi:

• Hot Site

• Warm Site

• Cold Site

Page 16: 121M-final-busines continuity planning and disaster ...openstorage.gunadarma.ac.id/linux/docs/v06/Kuliah/MTI-Keamanan... · Business Continuity Planning (BCP) dan Disaster Recovery

15

i. Hot Site

Ini adalah lokasi backup alternatif yang paling hebat. Hot site adalah suatu tempat yang

mempunyai fasilitas komputer yang dipasok dengan daya listrik, pemanasan, ventilasi, dan

proses pengaturan suhu, dan berfungsi sebagai file/print server dan workstation. Aplikasi yang

diperlukan untuk mendukung proses transaksi secara remote di-install pada server dan

workstation dan dijaga agar selalu up-to-date sesuai dengan kondisi operasional biasa.

Lokasi jenis ini memerlukan pemeliharaan perangkat keras, perangkat lunak, data, dan aplikasi

yang teratur untuk menjaga kesesuaian dengan kondisi biasanya. Hal ini memerlukan biaya

administratif yang lebih dan cukup menghabiskan sumber daya.

Keuntungan dari hot site ini cukup banyak. Keuntungan yang utama adalah bahwa

ketersediannya selama 24/7. Hot site dapat digunakan secara cepat dan tersedia (atau di

dalam toleransi waktu yang diperbolehkan) sesaat setelah peristiwa yang mengganggu terjadi.

ii. Warm Site

Warm site merupakan kombinasi antara hot site dan cold site. Seperti halnya hot site, pada

warm site terdapat suatu fasilitas komputer yang tersedia dengan daya listrik dan HVAC, tetapi

aplikasinya belum di-install atau dikonfigurasi.

Untuk memungkinkan pengolahan secara remote pada lokasi jenis ini, workstation harus

dikirimkan dengan cepat; dan aplikasi dan data mereka perlu di-restore dari backup media.

Keuntungan warm site adalah sebagai berikut:

Harga. Lebih murah dibanding hot site.

Lokasi. Lokasi bisa dipilih lebih fleksibel.

Sumber daya. Sumber daya yang digunakan lebih sedikit daripada sumber daya yang

dibutuhkan hot site.

Kerugian yang utama dibandingkan dengan hot site, adalah diperlukannya waktu dan usaha

yang lebih besar untuk memulai proses recovery di tempat yang baru. Jika proses operasional

transaksi tidak begitu penting dan kritis, warm site dapat menjadi pilihan yang tepat.

Page 17: 121M-final-busines continuity planning and disaster ...openstorage.gunadarma.ac.id/linux/docs/v06/Kuliah/MTI-Keamanan... · Business Continuity Planning (BCP) dan Disaster Recovery

16

iii. Cold Site

Cold site merupakan pilihan paling tidak siap dari ketiga pilihan yang ada, tetapi mungkin yang

paling umum. Cold site berbeda dengan dua yang lain, cold site merupakan suatu ruang dengan

daya listrik dan HVAC, tetapi komputer harus dibawa dari luar jika diperlukan, dan link

komunikasi bisa ada ataupun tidak. File/print server harus dibawa masuk, seperti halnya semua

workstation, dan aplikasi perlu diinstall dan data di-resore dari backup.

Ada beberapa keuntungan cold site, bagaimanapun, yang menjadi alasan utama adalah biaya.

Jika suatu organisasi mempunyai anggaran sangat kecil untuk suatu lokasi proses backup

alternatif, cold site mungkin lebih baik dibanding tidak ada sama sekali.

b. Multiple Centers

Variasi untuk lokasi alternatif yang sebelumnya telah disebutkan sebelumnya dinamakan

multiple centers, atau lokasi rangkap. Dalam suatu konsep multiple-center, proses pengolahan

tersebar di beberapa pusat operasi, menciptakan suatu pendekatan reduncancy dan pembagian

sumber daya tersedia. Multiple-center ini dimiliki dan diatur oleh organisasi yang sama (lokasi

in-house) atau penggunaan bersama dengan beberapa macam persetujuan timbal balik.

Keuntungannya terutama hanya semata-mata masalah finansial. Kerugian yang utama adalah

relatif lebih sulit untuk dikelola.

c. Service Bureaus

Dalam kasus yang langka, suatu organisasi dapat mengontrak suatu kantor jasa/layanan untuk

secara penuh menyediakan semua proses backup. Keuntungan yang besar pada jenis ini adalah

ketersediaan dan tanggapan yang cepat kantor jasa/layanan dan uji coba bisa dilakukan.

Kerugian dari jenis ini adalah biaya yang dibutuhkan cukup besar.

Page 18: 121M-final-busines continuity planning and disaster ...openstorage.gunadarma.ac.id/linux/docs/v06/Kuliah/MTI-Keamanan... · Business Continuity Planning (BCP) dan Disaster Recovery

17

2. Disaster Recovery Plan Maintenance

Disaster Recovery Plan sering kali kadaluarsa. Perusahaan dapat menyusun kembali DRP-nya,

bisnis unit yang kritis mungkin berbeda dibanding ketika rencana yang yang pertama

diciptakan. Yang paling umum adalah berubahnya infrastruktur jaringan atau infrastruktur

komputasi berubah (perangkat keras, perangkat lunak, dan lain komponennya). Pertimbangan

boleh jadi administratif: DRP yang kompleks tidaklah dengan mudah dibaharui, personil

kehilangan minat, atau terjadinya pergantian karyawan yang mempengaruhi keterlibatannya.

Apapun alasannya, merencanakan teknik pemeliharaan harus dimulai sejak dari permulaan

untuk memastikan bahwa rencana tersebut selalu up-to-date dan dapat dipakai. Adalah penting

untuk membangun prosedur pengelolaan ke dalam organisasi dengan memasukkannya ke dalam

job description masing-masing staf yang memusatkan tanggung jawab untuk selalu

diperbaharui. Juga, menciptakan prosedur audit yang dapat melaporkan secara teratur atas

status rencana tersebut. Adalah juga penting memastikan bahwa tidak ada versi yang ganda

atas rencana tersebut, sebab hal tersebut bisa menciptakan kebingungan ketika terjadi suatu

keadaan darurat.

Tes Perencanaan Pemulihan bencana

Tes terhadap rencana pemulihan bencana sangat penting (tape backup system tidak dapat di

nyatakan bekerja hingga tes–tes restorasi/perbaikan telah dilakukan), sehingga rencana

pemulihan bencana memiliki banyak elemen yang hanya merupakan teori hingga elemen-

elemen tersebut di tes dan diakui secara nyata. Tes terhadap rencana tersebut harus

diciptakan dan percobaan harus dilakukan secara berurutan, dalam bentuk standar dan

dilakukan pada basis reguler.

Juga terdapat lima pengetesan pemulihan bencana yang spesifik yang harus diketahui oleh

kandidat CISSP, latihan-latihan dan tes-tes pemulihan bencana yang reguler adalah secara

berurutan dari setiap rencana pemulihan bencana. Tak ada kemampuan pemulihan yang

didemonstrasikan hingga rencananya telah di tes. Setiap tes harus melatih setiap komponen

rencana meminimalkan benturan-benturan dari kejadian-kejadian yang merusak.

Page 19: 121M-final-busines continuity planning and disaster ...openstorage.gunadarma.ac.id/linux/docs/v06/Kuliah/MTI-Keamanan... · Business Continuity Planning (BCP) dan Disaster Recovery

18

Alasan pengetesan

Sebagai tambahan atas alasan umum untuk melakukan tes yang kita telah sebutkan

sebelumnya, terdapat beberapa alasan khusus untuk melakukan tes, yang utama untuk

menginformasikan manajemen kemampuan-kemampuan pemulihan perusahaan.

Alasan-alasan lainnya yang lebih spesifikasi adalah sebagai berikut :

1. Pengetesan memverifikasikan keakuratan/ketepatan prosedur-prosedur dan

mengidentifikasikan kekurangan-kekurangan.

2. Pengetesan menyiapkan dan melatih personil-personil untuk melakukan tugas-tugas penting

mereka.

3. Pengetesan memverifikasikan kemampuan proses dari alternatif backup lapangan.

Membuat Dokumen Tes

Untuk memperoleh keuntungan maksimal-maksimal koordinasi tes, sehingga dokumen outline

skenario tes harus dibuat, yang berisi alasan pengetesan, tujuan tes dan jenis/tipe tes yang

dijalankan (lihat lima tes di bawah). Juga di dalam dokumen seharusnya termasuk butir-butir

detail apa yang terjadi selama tes, termasuk di bawah ini :

1. Jadwal tes (schedule and timing).

2. Durasi lama tes

3. langkah-langkah spesifik dalam tes

4. siapa yang menjadi partisipasi dalam tes

5. petunjuk-petunjuk tugas untuk personil tes

6. sumber daya dan layanan yang diminta (supply, hardware, software, dokumentasi)

Konsep-konsep dasar yang pasti akan diaplikasikan pada prosedur tes, pada dasarnya tes harus

tidak merusak/mengacaukan fungsi-fungsi normal bisnis, juga tes harus dimulai dengan jenis

tes yang mudah (lihat seksi selanjutnya) dan dikerjakan hingga ke simulasi utama secara

perlahan-perlahan, setelah tim recovery memperoleh keahlian-keahlian dalam tes. Hal yang

penting diingat adalah bahwa alasan dari tes ini adalah untuk menemukan kelemahan dalam

perencanaan tersebut. Jika ditemukan kelemahan, kemungkinan ini bukanlah tes yang akurat.

Tes tersebut bukan sehingga kontes kualitas bagaimana rencana pemulihan yang baik/performa

para pelaksana. Kesalahan-kesalahan akan terjadi dan ini adalah waktu untuk membuatnya.

Dokumenkan masalah-masalah yang terjadi selama tes dilakukan dan update perencanaan di

perlukan, lalu dilakukan tes lagi.

Page 20: 121M-final-busines continuity planning and disaster ...openstorage.gunadarma.ac.id/linux/docs/v06/Kuliah/MTI-Keamanan... · Business Continuity Planning (BCP) dan Disaster Recovery

19

Lima Jenis Tes Disaster Recovery Plan

Ada 5 tipe tes rencana pemulihan bencana. Susunan di bawah ini adalah berdasarkan prioritas,

dari yang paling sederhana hingga jenis/tipe tes yang paling lengkap.

Setiap tes terlibat secara lebih progresif dan lebih akurat melukiskan tanggung jawab aktual

perusahaan. Beberapa tipe-tipe tes, contohnya dua yang terakhir memerlukan investasi besar

baik waktu, sumber daya dan koordinasi saat implementasi.

Berikut ini adalah jenis/tipe tes :

Checklist Test. Duplikasi dari rencana tersebut didistribusikan ke masing-masing business units

management. Rencana tersebut kemudian di-review untuk menjamin rencana tersebut

terhubungkan kesemua prosedur-prosedur dan area-area organisasi yang critical.

Kenyataannya, ini dianggap sesuatu langkah pendahuluan tes yang nyata dan bukan tes yang

memuaskan.

Simulation Test. Selama tes simulasi, seluruh personil operasional dan support diharapkan

menjalankan actual emergency meet pada sesi latihan. Tujuannya di sini adalah untuk menguji

kemampuan personil dalam merespons simulasi bencana. Simulasi tersebut mengarah pada

point relokasi untuk alternatif backup site atau menentukan prosedur pemulihan, tetapi tidak

dilaksanakan proses pemulihan aktual atau proses alternatif.

Paralel Test. Paralel adalah tes penuh dari rencana recovery, dengan menggunakan seluruh

personil. Perbedaan antara paralel test dengan full interruption test selanjutnya adalah proses

produksi utama pada bisnis tidak berhenti. Tujuan dari tes jenis ini adalah untuk memastikan

bahwa critical system akan berjalan aktual pada alternatif proses backup site. Sistem-sistem

tersebut direlokasikan ke site alternatif , proses paralel mulai dijalankan dan hasil transaksi-

transaksi dan elemen-elemen lainnya yang dibandingkan. Tipe ini yang paling umum dari tes

disaster recovery plan.

Full – Interruption Test. Selama full interruption test, sesuatu bencana direplikasikan

langsung ke sesuatu saat pelaksanaan produksi normal yang terhenti. Rencana tersebut secara

keseluruhan di implementasikan seperti sebuah bencana yang nyata, langsung melibatkan

emergency sevices (meskipun untuk tes yang lebih besar, local authorities mungkin di

informasikan dan membantu cordinate). Tes tersebut merupakan bentuk tes yang sangat

Page 21: 121M-final-busines continuity planning and disaster ...openstorage.gunadarma.ac.id/linux/docs/v06/Kuliah/MTI-Keamanan... · Business Continuity Planning (BCP) dan Disaster Recovery

20

menakutkan, dari mana ini dapat menyebabkan sesuatu bencana pada tes tersebut. Ini juga

merupakan jalan yang terbaik yang paling pasti untuk menguji disaster recovery plan.

Prosedur-Prosedur Pemulihan Bencana

Seperti asuransi jiwa, berikut ini adalah prosedur-prosedur yang anda harapkan anda tidak akan

pernah mengimplementasikan. Bagian dan rencana tersebut menjelaskan serinci aturan-aturan

bermacam-macam personil yang berperan, apa tugas yang harus diimplementasikan untuk

recover and salvage the site, bagaimana perusahaan berhadapan dengan grup-grup eksternal

dan pertimbangan keuangan.

Elemen-elemen utama dari proses recovery bencana dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Tim recovery

2. Salvage team

3. Normal operation resume

4. Isu-isu recovery lainnya

Disaster Recover untuk UKM

Disaster recovery plan tak cuma monopoli perusahaan besar. UKM pun kini bisa memiliki dan

memanfaatkannya, yang mungkin sangat berdampak terhadap daya tahan hidup perusahaan.

Bencana datangnya tak terduga. Dalam hampir satu tahun belakangan ini, alam memang lagi

menunjukkan kemurkaannya. Dari tsunami yang menimpa Aceh, topan Katrina dan Wilma yang

memporakporandakan wilayah selatan dan tenggara AS, serta gempa besar yang melanda

Kashmir di Pakistan. Selain korban jiwa dan harta benda, dampak pasca bencana pun tak kalah

berat. Lumpuhnya ratusan bahkan ribuan usaha kecil dan menengah (UKM), dan besar juga

sangat mempengaruhi ekonomi.

Bagi perusahaan UKM, dampak bencana akan terasa lebih berat. Mungkin banyak dari

perusahaan itu yang benar-benar kehilangan segalanya, sehingga sulit untuk bangkit.

Kalaupun ada asuransi, yang dicakup sebagian besar adalah sarana fisiknya saja. Bagaimana

dengan aset digitalnya? Kini banyak UKM yang menyimpan informasi penting, baik keuangan

Page 22: 121M-final-busines continuity planning and disaster ...openstorage.gunadarma.ac.id/linux/docs/v06/Kuliah/MTI-Keamanan... · Business Continuity Planning (BCP) dan Disaster Recovery

21

maupun data pelanggan, dalam bentuk digital, tersimpan di hard-drive maupun media

penyimpanan lainnya. Kalau informasi ini tak terselamatkan, mungkin dibutuhkan waktu

berbulan-bulan untuk mengembalikan seluruh informasi tersebut agar usaha kembali berjalan.

Bagi perusahaan besar, masalah perlindungan informasi ini mungkin sudah tertata jauh lebih

baik. Dari jauh hari mereka sudah mengantisipasi berbagai kemungkinan yang dapat

mengancam keselamatan aset digital mereka, baik dari bencana alam maupun serangan teroris.

Contohnya Lehman Brothers, sebuah perusahaan keuangan raksasa, yang kantor pusatnya luluh

lantak bersamaan runtuhnya menara kembar WTC pada serangan 11 September 2001 di New

York. Meski porak poranda, toh pada hari itu juga bagian treasury-nya masih sanggup

menjalankan fungsi cash-management. Bahkan, keesokan harinya, perusahaan ini sudah

memperdagangkan produk fixed-income-nya. Kurang dalam seminggu, 400 online trader-nya

sudah siap melakukan transaksi jual beli saham di bursa New York. Hal itu mungkin terjadi

karena perusahaan ini memiliki disaster recovery di dua tempat, satu di New Jersey dan

satunya lagi di London, Inggris. Di kedua tempat itulah tersimpan backup informasi penting

milik perusahaan.

Memang, itulah keistimewaan yang dimiliki perusahaan-perusahaan besar, yang dengan kocek

tebalnya sanggup membangun sendiri disaster recovery center-nya. Atau, menyerahkannya ke

pihak ketiga, seperti IBM dan Sungard, guna mengamankan data mereka, membantu

memulihkan diri dari bencana, dan bahkan membantu mendirikan kantor sementara lengkap

dengan semua infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi yang dibutuhkan.

Bagi perusahaan sekelas UKM, fasilitas disaster recovery seperti yang dimiliki perusahaan-

perusahaan besar, mungkin tidak terjangkau. Namun, bukan berarti mereka tidak bisa

membuat rencana untuk mengantisipasi bencana.

Bencana seperti tsunami, gempa atau badai skala besar termasuk peristiwa langka. Namun

bukan berarti ketika alam sedang ramah, bencana tidak akan terjadi. Misalnya Anda berkantor

di rukan, bisa saja terjadi rukan tetangga Anda mengalami kebakaran yang merembet ke

tempat Anda. Atau kantor Anda berada di daerah rawan banjir, misalnya.

Nah, dalam menghadapi kejadian seperti ini, salah satu langkah antisipasi paling mudah dan

sederhana, dan bisa dilakukan oleh perusahaan manapun, adalah membuat cadangan data.

Seperti diungkapkan Robert Boyd, CEO Agility Recovery Solution, dengan memiliki copy catatan

Page 23: 121M-final-busines continuity planning and disaster ...openstorage.gunadarma.ac.id/linux/docs/v06/Kuliah/MTI-Keamanan... · Business Continuity Planning (BCP) dan Disaster Recovery

22

bisnis, seperti data akuntansi, dokumen-dokumen penting, maupun copy email bisnis, bisa

membuat perbedaan yang signifikan antara menjaga perusahaan tetap bertahan atau bubar.

“Kalau Anda tidak menyimpan data dengan baik, sulit mengatasi bencana yang tiba-tiba

terjadi,” ujarnya. “Bisa jadi Anda tidak lagi mengetahui siapa saja pelanggan Anda, seberapa

besar hutang mereka, atau bagaimana menagihnya. Bahkan Anda tidak bisa mengetahui lagi

inventaris perusahaan.”

Namun memiliki copy backup data saja menurut Boyd tidak cukup. Copy backup itu harus

disimpan di tempat lain yang aman. Pemilik atau eksekutif perusahaan yang membawa copy

tersebut ke rumah, atau menyimpan ke dalam kotak safe deposit biasanya sudah cukup

memadai untuk mengantisipasi bencana kecil. Namun, untuk menghadapi bencana yang

sifatnya regional seperti gempa atau tsunami, copy backup mungkin perlu disimpan di wilayah

lain, atau propinsi lain.

Selain itu, menurut Boyd, Anda memerlukan infrastruktur, yang tentunya berlokasi di luar

kantor Anda, untuk me-recover backup data, dan kemudian menggunakannya agar roda bisnis

tetap berjalan. Memiliki komputer backup, yang berisi aplikasi-aplikasi standar, seperti word

processing, spreadsheet dan email dalam beberapa kasus sudah cukup memadai. Namun, jika

usaha Anda menjalankan aplikasi khusus, seperti misalnya aplikasi akuntansi, ada baiknya

komputer backup Anda juga memiliki aplikasi-aplikasi seperti ini. Komputer backup ini bisa

Anda tempatkan di lokasi-lokasi yang Anda yakini cukup aman, misalnya rekanan, atau bahkan

kerabat dekat yang Anda percayai.

Planning dan Execise. Perencanaan juga merupakan bagian penting dari strategi disaster

recovery untuk perusahaan kecil. Menurut Boyd, perencanaan ini meliputi pengumpulan

informasi yang rinci untuk menghubungi karyawan-karyawan Anda dalam keadaan darurat.

Selain itu, perencanaan ini juga meliputi latihan praktek menjalankan langkah-langkah disaster

recovery yang Anda bangun.

Yang tak kalah penting, untuk perusahaan kecil sekalipun, disaster plan ini perlu dituangkan

secara tertulis dan dibagi ke seluruh karyawan. Perencanaan ini memuat rincian peran dan

tanggung jawab masing-masing karyawan pada saat bencana maupun pasca bencana. Rincian

itu meliputi ke mana backup data dikirim, lokasi berkumpul pasca bencana, komunikasi antar

karyawan, dan di mana alokasi alternatif untuk menjalankan perusahaan. Selain itu copy

backup pun perlu dicoba untuk di-restore, guna memastikan bahwa backup tersebut memang

benar-benar bisa berfungsi.

Page 24: 121M-final-busines continuity planning and disaster ...openstorage.gunadarma.ac.id/linux/docs/v06/Kuliah/MTI-Keamanan... · Business Continuity Planning (BCP) dan Disaster Recovery

23

Perencanaan menghadapi bencana tidak hanya berhenti sampai di situ. Anda tidak hanya perlu

menjaga bisnis tetap berjalan, tapi juga mengamankan informasi yang tertinggal di lokasi

kantor yang terkena bencana. Seandainya infrastruktur komputer milik perusahaan Anda

selamat dari bencana, namun Anda tidak bisa menjangkau kantor karena seluruh akses jalan

tertutup, tentunya hal ini akan berisiko terhadap keamanan informasi perusahaan.

Ini berarti Anda harus menempatkan sistem security yang memadai untuk komputer Anda.

Selain menggunakan user name dan password yang aman, data dan informasi yang tersimpan di

komputer juga perlu di-enkripsi, khususnya untuk informasi-informasi yang bersifat sensitif.

Pengamanan tersebut juga berlaku pada perangkat-perangkat mobile yang bisa menyimpan

data atau informasi bisnis, seperti PDA, smartphone dan notebook. Dalam kondisi evakuasi,

perangkat-perangkat mobile seperti ini sangat rentan hilang atau jatuh ke tangan orang lain.

Bencana memang terkadang tak bisa dihindari atau ditolak. Namun, dengan membangun

disaster recovery plan yang tepat, sosialisasikan ke kalangan karyawan, serta latihan yang rutin

setidaknya bisa membuat perusahaan Anda memiliki kemungkinan lebih besar untuk kembali

pasca bencana.

Bagai mana UKM memperhatikan Rencana Pemulihan Bencana Pada umumnya beberapa UKM akan menerapkan DRP yang baik agar aktifitas bisnisnya

dapat tetap berjalan meskipun terjadi gangguan atau bencana.

Mengacu pada topik security management practices, terlihat bahwa data keuangan dan

data pegawai adalah dua data terpenting untuk sebuah UKMdari segi availability.

Sementara berdasarkan analisa, sebuah UKM itu sering menghadapi ancaman ancaman

sbb:

1. Penghapusan (destruction),misalnya: penghapusan data-data penjualan secara

tidak sengaja , bencana banjir, kebakaran, kerusuhan, listrik mati atau virus.

2. Pencurian (theft/disclosure), misalnya: data penjualan atau rugi laba yaang bocor

kepada semua pegawai.

Page 25: 121M-final-busines continuity planning and disaster ...openstorage.gunadarma.ac.id/linux/docs/v06/Kuliah/MTI-Keamanan... · Business Continuity Planning (BCP) dan Disaster Recovery

24

3. Pengubahan (modification), misalnya: secara tidak sengaja mengubah nilai gaji

dalam sistem penggajian pegawai.

4. Penipuan (fraud), misalnya: mengubah nilai gaji dalam sistem penggajian

pegawai secara tidak sah, mengubah data penjualan secara tidak sah.

Untuk mengantisipasi ancaman ancaman yang mungkin timbul maka langkah langkah

yang biasanya dilakukan oleh sebuah UKM adalah :

1. Ancaman Penghapusan (destruction)

b. Bencana banjir

Data diletakan ditempat yang kemungkinan tidak terkena banjir, termasuk backup

data di kantor pusat dan mesin cash register di kantor cabang

c. Kebakaran

- Saung garing mengharuskan setiap cabang mempunyai fire extinguisher

didekat komputer operasional, dapur dan di dekat panel listrik.

- Mengharuskan mempunyai backup data 1 minggu terakhir yang disimpan

dilemari tahan api.

- Data penjualan di kantor pusat menjadi backup data dari kantor cabang

dengan selisih waktu 1 minggu.

d. Kerusuhan

Data dikirim ke kantor pusat minimum setiap minggu dan data transaksi disimpan

dalam bentuk disket dan hardcopy.

e. Listrik mati

Semua komputer di kantor cabang maupun di kantor pusat diharuskan tersambung

ke UPS

f. Virus

Semua komputer termasuk server diterapkan software anti virus dengan

updatesetiap hari

1. Bekerja sama dengan pengelola gedung dalam membuat perencanaan

penanggulangan bencana, khususnya terhadap aspek gangguan yang umum terjadi

terhadap gedung, seperti kebakaran dan gangguan listrik.

Page 26: 121M-final-busines continuity planning and disaster ...openstorage.gunadarma.ac.id/linux/docs/v06/Kuliah/MTI-Keamanan... · Business Continuity Planning (BCP) dan Disaster Recovery

25

2. Mempersiapkan UPS untuk setiap sumber daya sistem informasi yang menggunakan

tenaga listrik.

3. Staf IT harus selalu melakukan up date anti virus, menjalankan back up secara rutin

pada partisi hard disk server.

4. Karyawan diberikan pengarahan pengetahuan Perencanaan Pemulihan Bencana,

termasuk agar berinisiatif untuk menggunakan komputer dengan “sehat”, dan rajin

membuat back up di PC masing-masing.

Page 27: 121M-final-busines continuity planning and disaster ...openstorage.gunadarma.ac.id/linux/docs/v06/Kuliah/MTI-Keamanan... · Business Continuity Planning (BCP) dan Disaster Recovery

26

Daftar Pustaka

Arief. 2005. Disaster Recovery untuk UKM. eBizz Asia, Volume IV No 31, November-Desember 2005

Disaster Recovery Information, http://recovery-disaster.info/?gclid=COGl6ajR-IECFUwsGAodiT50lw#copy. diakses pada 10 Desember 2005

Krutz, R. L. & Vines R. D. 2003. The CISSP® Prep Guide: Gold Edition. Indiana: Wiley Publishing, Inc.

Contingency Planning For The Small Enterprise, http://www.contingency-planning-disaster-

recovery-guide.co.uk/index.htm. Diakses pada 10 Desember 2005